analisis pengawet paraben dalam kosmetika · pendahuluan : kosmetika merupakan hal yang sangat...

14
1

Upload: others

Post on 16-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

1

Page 2: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA

Ni Made WidiAstuti, S.Farm.,M.Si., Apt.

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA

OLEH :

Ni Made WidiAstuti, S.Farm.,M.Si., Apt.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

2

ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Page 3: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

3

Analisis Pengawet Paraben dalam Kosmetika

Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt.

Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana

Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali

Januari 2015

RINGKASAN :

Pengawet dalam kosmetika digunakan untuk menjaga stabilitas dan efektivitas dari

produk kosmetika itu sendiri. Analisis kualitatif dan kuantitatif pengawet paraben dalam

kosmetika penting untuk mengontrol kualitas dan menjamin mutu dari produk tersebut.

Metode yang paling umum dipakai untuk determinasi pengawet yaitu LC dengan deteksi

UV/Vis dan TLC. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis pengawet tersebut

diantaranya jenis dan jumlah pengawet yang ingin dianalisis, matriks sampel, instrumen yang

tersedia dan tingkat akurasi yang diperyaratkan. Metode ekstraksi dan analisis yang dipilih

dapat disesuaikan kebutuhan peneliti. Preparasi sampel dapat dilakukan secara ekstraksi cair-

cair atau LLE. Analisis kualitatif pengawet paraben dapat dilakukan dengan TLC

menggunakan plat Silika gel 60 F254 sebagai fase diam dan fase gerak N-pentane : Asam

asetat glasial (88:12), deteksi dengan lampu UV dan reagen Millon dimana bercak warna

merah menunjukkan adanya paraben. Sementara analisis kuantitatif dilakukan dengan HPLC

fase balik menggunakan kolom C18, dengan campuran tetrahidrofuran-air-metanol-asetonitril

(5:60:10:25) sebagai fase gerak, suhu kolom 250C, laju alir 1,5 mL/menit, dan detektor UV

280nm.

PENDAHULUAN :

Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan lebih dari 5 produk kosmetika berbeda

setiap harinya. Tujuan penggunaan dari kosmetika pun bermacam-macam mulai dari untuk

menjaga kebersihan diri, mempercantik diri, serta meningkatkan rasa percaya diri. Oleh

karena itu sangatlah penting untuk menjaga dan mempertahankan komposisi serta stabilitas

dari produk kosmetika tersebut demi menjaga mutu dari produk tersebut agar tetap efektif

dan aman penggunaannya bagi tubuh kita. Dalam hal ini zat pengawet memegang peranan

yang sangat penting untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan menghindarkan produk

kosmetika dari kerusakan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui metode

analisis yang dapat dipakai untuk menetapkan kadar dari pengawet khususnya golongan

paraben yang paling sering dan paling banyak digunakan.

DEFINISI KOSMETIKA

Kosmetika merupakan kategori consumer products yang dipasarkan di dunia, dengan

tujuan dan fungsi yang universal sesuai dengan budaya masing-masing orang. Kosmetik

berasal dari bahasa Yunani yaitu Kosm tikos, dimana terdiri dari kosmein yang berarti

“memiliki kekuatan untuk menyusun, keterampilan dalam dekorasi dan kosmos ”harmoni”.

Istilah kosmetik didefinisikan dalam seksi 201 (i) pada Food, Drug, and Cosmetic Act (FD &

C Act) tahun 1938 : sediaan yang dimaksudkan untuk digosok, dituang, diteteskan, atau

Page 4: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

4

disemprotkan, yang diaplikasikan pada tubuh manusia atau bagian manapun untuk tujuan

pembersihan, mempercantik, promosi daya pikat, atau mengubah penampilan (Barel, et al,

2001).

Menurut Permenkes RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang bahan, zat warna,

substratum, zat pengawet, dan tabir surya pada kosmetika, definisi kosmetika adalah sediaan

atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut,

kuku, bibir, dan organ kelamin luar), gigi, rongga mulut, untuk membersihkan, menambah

daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya dalam keadaan baik, memperbaiki

bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan penyakit.

PENGGOLONGAN KOSMETIKA

Adapun kategori produk kosmetik yaitu produk bayi, sediaan untuk mandi, sediaan

eye makeup, sediaan fragrance/ keharuman, sediaan untuk rambut (bukan pewarna), sediaan

pewarna rambut, sediaan makeup (yang bukan untuk mata), sediaan manicuring, produk oral

hygiene, pembersih personal, shaving preparations/ sediaan untuk bercukur, sediaan

perawatan kulit (krim, lotion, bedak, dan spray), suntan preparations (yang membuat kulit

berwarna coklat setelah berjemur) (Barel, et al, 2001). Sementara penggolongan kosmetik

menurut Keputusan BPOM RI No. HK00.05.4.1745 tentang kosmetik, berdasarkan bahan

dan penggunaannya serta untuk maksud evaluasi produk kosmetik dibagi menjadi 2 (dua)

golongan yaitu :

• Kosmetik golongan I adalah :

a) Kosmetik yang digunakan untuk bayi

b) Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut, dan mukosa lainnya

c) Kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan

d) Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta belum

diketahui keamanan dan kemanfaatannya

• Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

DEFINISI PENGAWET

Definisi zat pengawet menurut Permenkes RI No.445/MENKES/PER/V/1998 adalah

zat yang dapat mencegah kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme. Istilah

“agen antimikroba” secara umum digunakan untuk agen kimia yang terdapat dalam

kosmetika atau produk rumah tangga baik yang memiliki aktivitas bakterisidal ataupun

bakteriostatik selama penggunaannya. Fungsi dari antibakteri adalah untuk melindungi

produk (Barel, et al., 2001). Mikroorganisme akan tumbuh pada kondisi dimana terdapat

nutrisi yang berlimpah, lingkungan yang lembab, dan suhu yang sesuai. Berbagai kosmetik,

khususnya formulasi tipe emulsi, menyediakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

dan jamur (Butler, 2000). Dalam suatu sediaan/produk sering ditambahkan pengawet untuk

menstabilkan sediaan dari degradasi kimia dan fisika yang berhubungan dengan kondisi

lingkungan (Barel, et al., 2001).

MEKANISME KERJA PENGAWET

Pengawet mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan mikroba, multiplikasi, dan

metabolisme melalui mekanisme modifikasi permeabilitas membran sel dan menyebabkan

Page 5: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

5

kebocoran komponen penyusun sel (lisis parsial), penghambatan metabolisme seluler seperti

menghambat sintesis dinding sel, oksidasi komponen seluler, koagulasi komponen sitoplasma

yang tidak dapat balik/irreversible, dan hidrolisis.

Tabel 1. Mekanisme kerja dari beberapa pengawet

Pemilihan pengawet harus didasarkan pada pertimbangan berikut yaitu pengawet

dapat mencegah pertumbuhan tipe mikroorganisme tertentu terutama yang sering

mengkontaminasi sediaan, pengawet cukup larut dalam air untuk mencapai konsentrasi yang

cukup dalam fase air dari sistem yang terdiri dari dua atau lebih fase, komposisi pengawet

tetap tidak terdisosiasi pada pH dimana sediaan tersebut dapat mempenetrasi mikroorganisme

dan mengganggu integritasnya, konsentrasi pengawet yang diperlukan tidak boleh

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pasien selama penggunaan sediaan tersebut

(nonirritating, nonsensitizing, dan nontoxic), pengawet harus stabil dan tidak berkurang

konsentrasinya akibat dekomposisi kimia dan penguapan sepanjang umur dari sediaan,

pengawet harus cocok/kompatibel dengan semua komponen formula sediaan (tidak saling

mengganggu aktivitas masing-masing).

Mikroorganisme yang dimaksud dalam hal ini adalah kapang, jamur, dan bakteri,

dimana bakteri umumnya lebih menyukai medium yang sedikit basa dan yang lainnya

menyukai medium asam. Pengawet yang dipilih tidak boleh tedisosiasi pada pH sediaan.

Pengawet yang bersifat asam seperti asam sorbat, benzoat, dan borat tidak terdisosiasi dan

lebih efektif dalam medium yang lebih asam. Kebalikannya, pengawet yang bersifat basa

kurang efektif pada medium yang bersifat asam ataupun netral dan lebih efektif dalam

medium yang bersifat basa (Allen, et al., 2011).

JENIS_JENIS PENGAWET DALAM KOSMETIKA

Jenis pengawet yang sering digunakan adalah paraoxybenzoates atau yang sering

dikenal dengan paraben. Paraben juga merupakan pengawet yang banyak digunakan dalam

makanan (Mitsui, 1998). Adapun jenis-jenis pengawet yang digunakan dalam kosmetika,

yaitu:

1) Asam organik dan garam serta esternya

Contohnya yaitu asam dehidroasetat, asam sorbat, asam salisilat, asam propionat dan

garamnya, juga asam benzoat berserta garamnya dan alkil ester. 4-hydroxybenzoic acid

yang paling banyak digunakan beserta alkil esternya (umumnya dikenal sebagai paraben)

dan garamnya. Adapun pengawet tersebut diantaranya metilparaben, etil paraben, propil

paraben, dan butil paraben. Aktivitas antimikroba golongan tersebut meningkat seiring

dengan peningkatan jumlah karbon pada rantai alkilnya tetapi kelarutannya dalam air

menurun.

Page 6: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

6

2) Aldehid dan pengawet yang melepaskan formaldehid

Contoh yang paling digunakan adalah formaldehid yang dikenal sebagai oxymethylene

atau formalin. Formalin tersebut memiliki keuntungan murah, lebih mudah larut dalam air

daripada minyak dan lemak, digunakan pada media yang berair seperti sampo, gel mandi,

sabun cair untuk cuci tangan. Tetapi formalin tersebut memiliki kekurangan diantaranya

tidak berwarna, menimbulkan gas yang iritan dapat menyebabkan mata berair, sensasi

terbakar pada mata dan tenggorokan, mual, susah bernafas, dan alergi. Berdasarkan

keputusan Cosmetic, Toiletry, and Fragrance Association (CTFA) dan EU Scientific

Committee on Consumers Products (SCCP), ditetapkan bahwa batas maksimum

pengawet ini didasarkan pada pelepasan kandungan formaldehidnya yaitu maksimum

formaldehid yang dilepaskan sebesar 0,2% contohnya benzilhemiformal 0.15% sebanding

dengan 0,044% formaldehid.

3) Amina, amida, piridin dan garam benzalkonium

Contohnya triclocarbon, hexamidin, klorhexidin, dan benzalkonium klorida.

4) Fenol dan derivatnya

Contohnya fenol, klorofen, dan triklosan.

5) Alkohol dan derivatnya

Contohnya benzil alkohol, fenoxietanol, dan klorobutanol.

6) Derivat Imidazol

Contohnya Climbazole, DMDM hydantoin, Imidazolidinilurea, dan urea diazolidnil.

7) Pengawet lainnya

Contohnya Bronidox dan Methylisothiazolinone.

(Salvador and Chrisvert, 2007)

BATASAN PENGGUNAAN PENGAWET DALAM KOSMETIKA

Pengguaan bahan tambahan pengawet dalam kosmetika harus tetap memenuhi

batasan kadar yang dipebolehkan ditambahkan dalam kosmetika. Berikut ini merupakan

contoh beberapa pengawet yang sering digunakan dalam kosmetika, yaitu :

Tabel 2. Pengawet yang paling sering digunakan dalam kosmetik

(Barel, et al., 2001)

Page 7: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

7

Berikut ini merupakan beberapa agen atimikroba yang ditetapkan dalam Japan’s

comprehensive licensing sstandards of cosmetics :

Tabel 3. Agen atimikroba dalam Japan’s comprehensive licensing sstandards of cosmetics

(Mitsui, 1998)

Page 8: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

8

Tabel 4. Pembatasan penggunaan agen antimikroba dalam kosmetik

(Mitsui, 1998)

Zat pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan persyaratan

penggunaan dan kadar maksimum yang diperbolehkan dalam produk akhir (Keputusan

BPOM RI No. HK 00.05.4.1745). Adapun beberapa bahan pengawet dan kadar maksimum

yang diizinkan digunakan dalam kosmetik (Peraturan Kepala BPOM RI No. HK

00.05.42.1018) yaitu :

Page 9: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

Tabel 5. Kadar maksimum pengawet

PARABEN

Paraben yang umum

propylparaben, isobutylparaben

seperti gambar berikut :

Gambar 1. Struktur molekul pengawet golongan paraben

Kadar maksimum pengawet dalam kosmetik menurut peraturan BPOM RI

Paraben yang umum dalam kosmetik adalah butylparaben, methylparaben,

propylparaben, isobutylparaben dan isopropylparaben. Paraben memili

Gambar 1. Struktur molekul pengawet golongan paraben

9

menurut peraturan BPOM RI

butylparaben, methylparaben,

. Paraben memiliki struktur dasar

Gambar 1. Struktur molekul pengawet golongan paraben

Page 10: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

10

Berat molekul (g/mol) berbagai ester paraben adalah sebagai berikut: metil paraben

152,15; etil paraben 166,18; propil paraben 180,21; butil paraben 194,23; dan heptil paraben

236,21. Data kelarutan komponen ini ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 6. Data kelarutan senyawa Paraben

Kelarutan (g/100g)

Pelarut Suhu Metil Etil Propil Butil Heptil

Air 25 C

10 C

80 C

0,25

0,20

2,0

0,17

0,07

0,86

0,05

0,025

0,30

0,02

0,005

0,15

1,5 mg

Etanol 25 C

50 % (25 C)

10 % (25 C)

52,0

18,0

0,5

70,0 95,0

18,0

0,1

210,0

Propilen glikol 25 C

50 % (25 C)

10 % (25 C)

22,0

2,7

0,3

25,0 26,0

0,9

0,06

110,0

Minyak zaitun 25 C 2,9 3,0 5,2 9,9

Minyak kacang 25 C 0,5 1,0 1,4 5,0

(Geis, 2006)

Metil paraben memiliki ciri-ciri serbuk hablur halus, berwarna putih, hampir tidak

berbau dan tidak mempunyai rasa kemudian agak membakar diikuti rasa tebal (Depkes, 1979;

Rowe, dkk., 2005). Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba

dalam kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau

dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain. Pada kosmetik, metil

paraben adalah pengawet antimikroba yang paling sering digunakan. Jenis paraben lainnya

efektif pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Metil

paraben sering dicampur dengan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kelarutan.

Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan propilen glikol

(Rowe., dkk, 2005).

Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau dan tidak berasa serta

berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal

adalah 0,01-0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4-8, peningkatan

pH dapat menyebabkan penurunan aktivitas antimikrobanya. Propil paraben sangat larut

dalam aseton dan etanol, larut dalam 250 bagian gliserin dan sukar larut di dalam air. Larutan

propil paraben dalam air dengan pH 3-6, stabil dalam penyimpanan selama 4 tahun pada suhu

kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat terhidrolisis (Rowe., dkk, 2005).

METODE ANALISIS PENGAWET

Berkaitan dengan peraturan/regulasi pemerintah untuk melindungi konsumen dan

menjamin mutunya, perlu dikembangkan metode analisis untuk mengidentifikasi dan

menetapkan kadar pengawet dalam kosmetika secara akurat dan sensitif. Penetapan kadar

pengawet dalam kosmetik biasanya agak sulit karena berhubungan dengan kompleksitas dari

matriks sampel. Oleh karena itu hal yang penting perlu diperhatikan dalam pengembangan

Page 11: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

11

metode analsis tersebut adalah pemilihan prosedur ekstraksi yang sesuai dan dilakukan

evaluasi menggunakan nilai perolehan kembali (recovery).

Prosedur yang digunakan untuk mengekstraksi pengawet dari kosmetik tergantung

pada sifat dari produknya (emulsi, krim, sampo, atau yang lainnya) dan karakteristik dari

teknik analisis yang digunakan (Salvador and Chrisvert, 2007). Sebagai contoh, ada

penelitian yang menetapkan kadar paraben yang berbeda dalam produk yang berbeda (gel,

krim, lotion) menggunakan simple vortex extraction menggunakan campuran air/asetonitril

(dibantu dengan pemanasan) dan dianalisis dengan liquid chromatography (LC)-UV/V,

kolom C18, dengan recovery >86.0% untuk spiked samples 0.1, 0.2, dan 0.4% (Hashim et al.,

2005).

Menurut metode analisis untuk identifikasi dan determinasi/penetapan kadar

pengawet dalam produk kosmetik dalam EU framework (96/45/EC), prinsip preparasi sampel

metil, etil, propil, butil, dan benzil paraben untuk analisis secara TLC yaitu sampel

diasamkan dengan larutan HCl, lalu pengawet diekstraksi dengan aseton dengan bantuan

pemanasan (600C), pH diadjust sampai ≤3 dengan larutan HCl, disaring, lalu filtrat dicampur

dengan air, pH diadjust dengan kalsium hidroksida sampai ±10. Ditambahkan kalsium

klorida dihidrat dan dikocok, disaring. Dalam medium basa, asam lemak akan diendapkan

dalam bentuk garam kalsium. Analit dalam campuran aseton/air basa diektraksi dengan

dietileter untuk menghilangkan senyawa lipofil. Diambil fase air lalu diadjust pH sampai ±2

dengan larutan HCl dan pengawet diekstraksi kembali dengan dietileter. Lalu aliquot

dietileter siap untuk dianalisis lebih lanjut dengan TLC.

Sementara preparasi sampel paraben untuk analisis secara LC/HPLC yaitu sampel

diasamkan larutan asam sulfat dan disuspensikan dalam campuran etanol/air. Panaskan

campuran utuk melelehkan fase lipid, dinginkan campuran dalam kulkas atau air dingin,

saring, lalu aliquot filtrat dapat disimpan dalam kulkas dan dilanjutkan dengan analisis

menggunakan HPLC fase balik (96/45/EC).

Menurut peraturan Kepala BPOM RI No.HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 metode

analisis untuk identifikasi dan penetapan kadar pengawet dalam kosmetika adalah

kromatografi lapis tipis (KLT/TLC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT/HPLC).

Untuk analisis secara kromatografi, umumnya sampel dilarutkan dalam pelarut yang sesuai

(Salvador and Chrisvert, 2007). Menurut 96/45/EC metode TLC digunakan untuk identifikasi

pengawet golongan paraben dan metode LC-UV/V untuk penetapan kadarnya.

Identifikasi pengawet dengan TLC dilakukan dengan cara menotolkan sampel pada

plat KLT silika gel 60 F254 (ukuran 20x20cm). Setelah pengembangan/elusi plat

menggunakan fase gerak campuran N-pentane : Asam asetat glasial (88:12), kromatogram

diamati dibawah sinar UV dan divisualisasi dengan reagen Millon’s (96/45/EC).

Penetapan kadar pengawet dengan HPLC dilakukan dengan menggunakan sistem fase

balik menggunakan fase diam kolom stainless steel, 25cmx4,6mm (atau 12,5cmx4,6mm)

dikemas dengan Nucleosil 5C18, fase gerak : campuran

tetrahidrofuran/air/metanol/asetonitril (5:60:10:25 v/v/v/v), dengan laju alir 1,5 mL/menit,

detektor UV dengan panjang gelombang deteksi 280 nm, dan menggunakan standar internal

yaitu isopropil 4-hydroxybenzoate atau benzofenon (96/45/EC). Suhu kolom 250C dan

volume injeksi 20 µL.

Page 12: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

12

Secara umum metode preparasi sampel dan prosedur analisis yang ditetapkan menurut

peraturan Kepala BPOM RI No.HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011 baik untuk analisis

pengawet paraben secara TLC maupun HPLC hampir sama dengan yang ditetapkan pada

ketentuan pemerintah Eropa (96/45/EC). Dalam pengerjaan analisis secara TLC tersebut

terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu plat TLC sebelum digunakan harus

diaktivasi terlebih dahulu pada suhu 1000C selama 10 menit, pengaplikasian pereaksi Millon

dilakukan dengan cara dioleskan atau diteteskan jangan disemprotkan karena sifatnya yang

sangat toksik. Analisis kualitatif pegawet paraben secara TLC dilakukan dengan mengamati

nilai Rf dan perubahan warna yang terjadi seteh dilakukan reaksi warna. Ester dari asam 4-

hidroksibenzoat tampak sebagai bercak warna merah. Perkiraan nilai Rf dan warna yang

dihasilkan dari pengawet paraben dapat dilihat dalam penelitian Kruijf et al. (1987) atau

menggunakan tabel berikut :

Tabel 7. Data nilai Rf dan warna dari analisis pengawet paraben secara TLC

Senyawa Rf Warna

Metilparaben 0,12 Pink ++++

Etilparaben 0,17 Pink +++

Propilparaben 0,21 Pink ++

Butilparaben 0,26 Pink muda

(Peraturan Kepala BPOM RI No.HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011)

Apabila pemisahan antara metil paraben dan asam 4-hidroksibenzoat atau benzil paraben dan

etil paraben tidak berhasil dipisahkan secara TLC, maka dilakukan pengujian secara HPLC

untuk konfirmasi dengan cara membandingkan waktu retensi (Rt) dengan standar/larutan

baku.

Dalam analisis secara HPLC penetapan kadar pengawet dilakukan dengan membuat

kurva kalibrasi antara rasio luas puncak dengan konsentrasi larutan baku masing-masinng

pengawet, dan dihitung kadar dengan persamaan garis regresi kurva kalibrasi. Selain itu

dalam analisis kuantatif pengawet secara HPLC ini juga dihitung beberapa parameter

kromatografi seperti daya pisah puncak/resolusi (dengan ketentuan tidak kurang dari 0,9) dan

faktor asimetri/As (dengan ketentuan faktor asimetri puncak antara 0,9-1,5) (Peraturan

Kepala BPOM RI No.HK.03.1.23.08.11.07331 tahun 2011). Menurut Ahuja dan Dong (2005)

harga Rs yang baik adalah ≥ 1,5. Rumus perhitungan resolusi (Rs) yaitu :

Page 13: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

13

Keterangan:

Rs : Resolusi

tR1, tR2 : Waktu Retensi puncak pertama dan kedua

Wb : Lebar Puncak

Nilai tailing factor (Tf) dapat dihitung dengan persamaan berikut, dengan nilai 1

mengindikasikan puncak yang simetris sempurna (Ahuja dan Dong, 2005):

Gambar 3. Perhitungan tailing factor pada HPLC

Keterangan :

Tf : Tailing Factor

W0,05 : Lebar puncak dari ketinggian 5% tinggi puncak

f : Lebar antara titik A dan B

KESIMPULAN

Analisis pengawet metil, etil, propil, dan butil paraben secara kualitatif dapat

dilakukan menggunakan TLC dengan membandingkan nilai Rf dengan pustaka dan

dikombinasikan dengan reaksi warna menggunakan reagen Millon dimana adanya paraben

ditunjukkan bercak warna merah. Analisis kuantitatif pengawet tersebut dilakukan secara

HPLC melalui persamaan garis regresi kurva kalibrasi yang diperoleh dari larutan baku

dengan menggunakan isopropil 4-hydroxybenzoate sebagai standar internal.

Gambar 2. Kromatogram dengan nilai resolusi 1,5 (Ahuja dan Dong, 2005)

Page 14: ANALISIS PENGAWET PARABEN DALAM KOSMETIKA · PENDAHULUAN : Kosmetika merupakan hal yang sangat relevan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kita. Rata-rata orang dewasa menggunakan

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahuja, S. dan M. W. Dong. 2005. Handbook of Pharmaceutical Analysis by HPLC.

New York: Elsevier.

2. Allen, L.V., N.G. Popovich, and H.C. Ansel. 2011. Ansel’s Pharmaceutical Dosage

Forms and Drug Delivery Systems. Philadelpha : Lippincott Williams and Wilkins.

3. Barel, A.O., M. Paye, and H.I. Malbach. 2001. Handbook of Cosmetic Science and

Technology. New York : Marcel Dekker.

4. Butler, H. 2000. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. Dordrecht : Kluwer

Academic Publishers.

5. De Kruijf, N., M.A.H. Rijk, L.A. Pranoto-Soetardhi, and A. Schouten. 1897.

Determinaton of Preservatives in Cosmetic Products : I. Thin-layer Chromatographic

Procedure for The Identification of Preservatives in Cosmetic Products. Journal of

Chromatography A, Volume 410, Pages 395-411.

6. DepKes RI. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

7. Geis, P. A. 2006. Preservation Strategies. Didalam Geis, P. A. (eds). Cosmetic

Microbiology : A Practical Approach. Taylor & Francis Group, LLC, New York.

8. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :

HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik Tahun 2003.

9. Mitsui, T. 1998. New Cosmetic Science. Amsterdam : Elsevier.

10. Peraturan Kepala Badam Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :

HK.00.05.42.1018 tentang Bahan Kosmetik Tahun 2008.

11. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor :

HK.03.1.23.08.11.07331 tentang Metode Analisis Kosmetika tahun 2011.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.445/MENKES/PER/V/1998

tentang Bahan, Zat Warna, Substratum, Zat Pengawet, dan Tabir Surya pada

Kosmetika.

13. Rowe, R. C., P.J. Sheskey, dan M.E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipients Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press.

14. Salvador, A. and A. Chrisvert. 2007. Analysis of Cosmetic Products. Amsterdam :

Elsevier.