analisis pengaruh variabel kependudukan …eprints.undip.ac.id/26779/1/jurnal_bungaran_s.pdf ·...

25
ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN TERHADAP PDRB HARGA KONSTAN DI KABUPATEN JEPARA (1986-2008) BUNGARAN SILALAHI NIM. C2B006018 Dosen Pembimbing : Drs. Nugroho SBM, MT. ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ABSTRAKSI Isu kependudukan telah lama menjadi permasalahan dalam ekonomi dunia. Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah dikawatirkan tidak dapat diimbangi dengan produktifitas yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah yang terlihat dari jumlah PDRB harga konstan untuk tiap daerah setiap tahunnya. Penduduk sebagai objek pembangunan sekaligus subjek pembangunan, sehingga permasalahan kependudukan (demografi) dapat mempengaruhi perekonomian maupun pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari variabel kependudukan berupa laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dan migrasi keluar ( out Migration) terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara, dimana PDRB harga konstan merupakan ukuran rill maupun indikator penting dalam melihat perekonomian suatu daerah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan jenis data time series tahunan periode 1986-2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dengan menggunakan model analisis Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan berpengaruh negatif terhadap PDRB harga konstan, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah mewakili sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap PDRB harga konstan, sedangkan migrasi keluar tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB harga konstan. Dari hasil koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh nilai 0.87, memiliki pengertian variabel kependudukan berupa pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk pada sekolah menengah dan migrasi keluar memiliki pengaruh 87 % terhadap PDRB harga konstan. Kata Kunci : Kependudukan, PDRB Harga Konstan, Ordianry Least Square

Upload: trantu

Post on 02-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN TERHADAP

PDRB HARGA KONSTAN DI KABUPATEN JEPARA (1986-2008)

BUNGARAN SILALAHI NIM. C2B006018

Dosen Pembimbing : Drs. Nugroho SBM, MT.

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

ABSTRAKSI

Isu kependudukan telah lama menjadi permasalahan dalam ekonomi dunia.

Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

dikawatirkan tidak dapat diimbangi dengan produktifitas yang mengakibatkan pertumbuhan

ekonomi yang sangat rendah yang terlihat dari jumlah PDRB harga konstan untuk tiap daerah

setiap tahunnya. Penduduk sebagai objek pembangunan sekaligus subjek pembangunan,

sehingga permasalahan kependudukan (demografi) dapat mempengaruhi perekonomian maupun

pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari variabel kependudukan

berupa laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah

pada sekolah menengah dan migrasi keluar (out Migration) terhadap PDRB harga konstan di

Kabupaten Jepara, dimana PDRB harga konstan merupakan ukuran rill maupun indikator penting

dalam melihat perekonomian suatu daerah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data sekunder, dengan jenis data time series tahunan periode 1986-2008 yang diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan menggunakan model analisis Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa

tingkat pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan berpengaruh negatif terhadap PDRB

harga konstan, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah mewakili sektor pendidikan

berpengaruh positif terhadap PDRB harga konstan, sedangkan migrasi keluar tidak memiliki

pengaruh terhadap PDRB harga konstan. Dari hasil koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai

0.87, memiliki pengertian variabel kependudukan berupa pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, rasio penduduk pada sekolah menengah dan migrasi keluar memiliki

pengaruh 87 % terhadap PDRB harga konstan.

Kata Kunci : Kependudukan, PDRB Harga Konstan, Ordianry Least Square

Page 2: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

2

PENDAHULUAN

Salah satu masalah paling mendasar dalam peningkatan PDB dan pembangunan nasional

adalah demografi atau faktor kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dilihat dari kenaikan produk bruto daerah, namun

di sisi lain diperlukan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi untuk meningkatkan produksi

daerah. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus

yang menikmati hasil pembangunan. Intinya, dalam menuju sasaran pertumbuhan ekonomi suatu

negara terdapat unsur ataupun faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan

ekonomi. Salah satu pengaruh paling potensial adalah masalah kependudukan ataupun demografi

khususnya pada negara berkembang seperti Indonesia.

Isu kependudukan telah lama menjadi permasalahan global, Thomas Robert Malthus

(1766-1834) merupakan seorang pendeta berkebangsaan Inggris berpendapat bahwa

pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali merupakan ancaman besar bagi negara.

Malthus mengatakan bahwa jumlah penduduk meningkat tidak terkendali mengikuti barisan ukur

(1, 2, 4, 8, dan seterusnya) sedangkan produksi pangan bertambah menurut barisan hitung (1, 2,

3, 4, dan seterusnya) sehingga diprediksi manusia akan mengalami kekurangan pangan tidak

mampu mencukupi ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan

ekonomi tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di negara

berkembang, pertumbuhan penduduk tidaklah sejalan terhadap pembangunan, karena ekonomi

negara berkembang memiliki karakteristik seperti modal yang kurang, teknologi masih

sederhana, tenaga kerja kurang ahli, karena itu pertumbuhan penduduk benar-benar dinggap

sebagai hambatan pembangunan ekonomi.

Indonesia merupakan negara ke-empat dengan penduduk terbesar terbesar di dunia,

namun dalam arah sasaran pembangunan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi ternyata belum

dapat mengimbangi laju penduduk ataupun peningkatan populasi penduduk. Tingginya jumlah

penduduk Indonesia dikarenakan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk di daerah atau

provinsi termasuk Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan provinsi ketiga di Indonesia

dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur, besarnya jumlah

penduduk Jawa Tengah tidak lepas dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di setiap

kabupaten ataupun kota di Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten maupun

kota dan merupakan salah satu jumlah kabupaten/kota terbanyak dalam satu provinsi di

Page 3: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

3

Indonesia. Salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Jepara. Sebagai salah satu bagian

dari Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara memiliki jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan data statistik resmi Kabupaten Jepara tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten

Jepara tercatat sebesar 1.090.839 jiwa dan terus mengalami perubahan. Perubahan Demografi

Kabupaten Jepara dalam beberapa tahun dapat terlihat pada tabel 1

Tabel 1

Perubahan Demografi Kabupaten Jepara Tahun 2005-2008

Tahun Pertambahan alami Perpindahan

Penduduk

Jumlah

Penduduk

Lahir Mati Datang Pindah

2005 19 271 4 779 1 332 2 105 1 078 037

2006 20 365 4 568 1 271 1856 1 058 064

2007 19 906 4 356 1 895 2 466 1 073 631

2008 19 049 4 845 3 461 3 383 1 090 839

Sumber : BPS Kabupaten Jepara (Jepara dalam angka)

Implikasi dari naiknya atau menurunnya jumlah penduduk di Kabupaten Jepara adalah

pengaruhnya terhadap PDRB, yang menggambarkan total produksi akhir dari semua sektor

ekonomi. Terdapat faktor yang dapat mendorong sekaligus juga dapat penghambat pertumbuhan

ekonomi yang dibagi kedalam faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Salah satu faktor dalam

non-ekonomi adalah faktor demografi (kependudukan), yakni pengaruh akibat struktur ataupun

komposisi penduduk suatu negara atau daerah. Demografi dikatakan sebagai faktor pendorong

berupa pertambahan penduduk yang menambah jumlah tenaga kerja atau akan meningkatnya

jumlah pasar bagi hasil produksi, namun sebagai faktor penghambat, pertumbuhan penduduk

yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan berkembangnya usia

ketergantungan penduduk. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari sisi

demografi penduduk sangat beragam diantara adalah, masalah laju pertumbuhan ekonomi, angka

ketergantungan, permasalahan pendidikan berupa rasio penduduk sekolah di sekolah menengah

dan laju migrasi merupakan masalah yang sangat krusial untuk diteliti, dimana ke-empat

variabel tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Tingkat perekonomian suatu daerah terlihat dari produksi daerahnya yang tertuang dalam

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), untuk ukuran Jawa Tengah PDRB Kabupaten Jepara

bukan merupakan yang tertinggi. Jika dibandingkan dengan PDRB Kabupaten/kota lain di

Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk yang besar PDRB Kabupaten Jepara baik

PDRB harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 masih sangat rendah. Kabupaten Jepara

Page 4: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

4

merupakan salah satu kabupaten yang memiliki penduduk lebih dari satu juta (1.000.000) namun

PDRB yang tergolong rendah dibandingkan kabupaten lain yang memiliki penduduk lebih dari

satu juta. Rendahnya PDRB Kabupaten Jepara mengindikatorkan jumlah penduduk yang besar

Kabupaten Jepara tidak mampu sebagai faktor penunjang terhadap pertumbuhan ekonomi daerah

yang di ukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), atau dapat disimpulkan

perekonomian Kabupaten Jepara masih lemah dibandingkan kabupaten yang memiliki penduduk

yang besar lainnya di Jawa Tengah.

Hubungan langsung akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk adalah rasio

ketergantungan penduduk (dependency ratio) yakni perbandingan antara jumlah penduduk

berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan

jumlah penduduk usia 15-64 tahun atau dapat diartikan sebagai perbandingan penduduk yang

tidak bekerja/tidak prodiktif (menurut indikator usia kerja nasional) dengan penduduk yang

bekerja/produktif. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin

tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif.

Dalam mewujukan pembangunan nasional kualitas sumber daya manusia (SDM)

merupakan faktor yang sangat penting. Selain Gross National Product (GNP) dan pendapatan

perkapita sebagai indikator utama, pendidikan beserta dengan distribusi pendapatan, jumlah

penduduk miskin merupakan indikator yang menggambarkan sukses atau tidaknya pembangunan

nasional yang akan mengarah terhadap pertumbuhan ekonomi. Kualitas SDM dapat dilihat dari

tingkat pendidikan penduduk. Indikator yang paling umum dan mudah digunakan dalam

mengukur kemajuan pendidkan adalah jumlah penduduk di sekolah menengah. Pendidikan

menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta

menyiapkan penduduk usia sekolah menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja ataupun pendidikan tinggi. Jenjang

pada penduduk sekolah menengah dianggap sebagai jenjang pendidikan wajib tertinggi sebelum

benar-benar siap pada angkatan kerja. Selain itu juga dapat melihat tingkat pertisipasi penduduk

terhadap program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Jenjang pendidikan sekolah

menengah merupakan gabungan dari pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah

menengah atas.

Page 5: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

5

Pengaruh demografi yang juga dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi

adalah migrasi penduduk, dimana migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang

relatif parmanen dari suatu daerah ke daerah lainnya, dalam hal ini seberapa besar penduduk

yang melakukan perpindahan di Kabupaten Jepara. Arus migrasi bergerak dari daerah dengan

tingkat perekonomiaan lebih rendah menuju ke daerah dengan tingkat perekonomiaannya lebih

tinggi, yang ditimbulkan karena adanya disparitas sosial yang menyebabkan mobilitas sosial

yang kurang menguntungkan bagi imigran, sehingga akan menciptakan ketidakseimbangan

pembangunan dan perekonomiaan atau adanya disparitas antar daerah dalam region yang lebih

luas. Semakin tinggi penduduk produktif yang keluar dari suatu daerah akan mengurangi

produktifitas yang diukur dari PDRB harga konstan. Migrasi keluar dari Kabupaten Jepara

termasuk cukup tinggi, hal baik dikarenakan kemauan indifidu masyarakat untuk memperbaiki

tingkat ekonomi maupun akibat kebijakan pemerintah melalui program transmigrasi, tujuan

migrant dari Kabupaten Jepara tertuju pada kota-kota besar di Indonesia ataupun menjadi pekerja

di luar negeri.

Ke-empat faktor tesebut merupakan variabel kependudukan (demografi) yang paling

dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB harga konstan

disamping faktor di luar konteks demografi kependudukan, seperti sumber daya alam (SDA),

modal, teknologi dan sebagainya. Masalah demografi (kependudukan) harus menjadi perhatian

serius pemerintah dalam mewujudkan proses pembangunan nasional dan sasaran pertumbuhan

ekonomi yang diharapkan, karena menyangkut sumber daya manusia yang juga merupakan input

pembangunan. Jumlah penduduk perlu diperhatikan karena selain subjek pembangunan,

penduduk juga merupakan objek pembangunan

Rumusan Masalah : apakah kenaikan laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan

penduduk, pendidikan usia sekolah di sekolah menengah dan jumlah migrasi keluar yang

tergabung dalam permasalahan demografi kependudukan di Kabupaten Jepara berpengaruh

terhadap produksi daerah yang dilihat dari PDRB harga konstan secara nominal dan seberapa

besar pengaruhnya.

Tujuan Penelitian : Menganalisis baik secara individu (parsial) maupun secara bersama-sama

pengaruh tingkat pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, penduduk sekolah di

sekolah menengah dan migrasi keluar terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara.

Page 6: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

6

TELAAH TEORI

1. PDRB

PDRB dapat didefenisiskan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di

suatu wilayah, sedang menurut BPS (2002) pengertian PDRB adalah jumlah nilai tambah yang

dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah

seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB atas harga

berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga

sedangkan PDRB harga konstan menunjukkan nilai tambah dan jasa yang dihitung menggunakan

harga pada tahun tertentu sebagai dasar perhitungan. Kegunaan PDRB antara lain :

Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi menghasilkan oleh suatu daerah atau

provinsi,

Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk

suatu region atau provinsi,

Digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari

tahun ketahun,

PDRB merupakan ukuran hitungan yang digunkan pada perhitungan pertumbuhan

ekonomi suatu daerah, dan PDB untuk ukuran negara. Secara umum pertumbuhan ekonomi

diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, sedangkan Prof.

Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi

kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung berdasarkan laju PDRB

Harga konstan, karena perkembangan berdasarkan laju harga konstan dianggap lebih rill tanpa

melihat laju inflasi suatu daerah

2. Demografi (Kependudukan)

Secara arti sempit demografi diartikan sebagai kajian penduduk, berkaitan dengan

jumlah, struktur, serta pertumbuhannya, dalam arti luas demografi merupakan ilmu yang

mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi penduduk dan

perubahannya (J. Bougue). Berdasarkan Multilingual Demograpihic Dictionarai (IUSSP, 1982)

Demografi ditujukan untuk mempelajari penduduk pada suatu wilayah terutama mengenai

jumlah, struktur (Komposisi Penduduk dan perkembangannya. Dalam proses pengumpulan data

Page 7: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

7

Demografi, maka sumber data kependudukan dapat dikelompokkan atas tiga dasar besar, yaitu

Sensus Penduduk, survey dan registrasi.

Isu kependudukan talah berkembang menjadi suatu cabang ilmu, beberapa pakar

kependudukan yang mengemukakan teori menyangkut kependudukan dan pengaruhnya

a. Aliran Malthussian

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malhus, seorang pendeta Inggris (1766-1834)

yang menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak

ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat permukaan

bumi. Malthus berpendapat bahwa manusia hidup membutuhkan makanan, sedangkan laju

pertumbuhan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Apabila

tidak diadakan pembatasan terhadap penduduk maka manusia akan mengalami kekurangan

bahan makanan.

b. Aliran Neo-Malthusian

Menurut kelompok ini pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada

jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah

tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Paul Ehrlich dalam

bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971, menggambarkan penduduk penduduk dan

lingkungan yang ada di dunia dewasa ini yakni pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia;

kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas, dan ketiga karena terlalu banyak manusia

sehingga lingkungan sudah banyak rusak dan tercemar.

c. Jhon Stuart Mill

Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Ingris berpendapat

bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya, jika

produktifitas seseorang tinggi maka terdapat kecenderungan memiliki keluarga kecil (fertilitas

rendah). Mill menyanggah bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan akibat pengaruh

pertumbuhan penduduk, jika suatu waktu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka

keadaan tersebut hanyalah bersifat sementara dan dapat ditanggulangi dengan mengimpor

makanan atau memindahkan penduduk kedaerah lain. Jhon Stuart Mill menyarankan

peningkatan pendidikan sehingga penduduk lebih rasional sehingga mempertimbangkan perlu

tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada.

Page 8: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

8

d. Michael Thomas dan Doubley

Kedua ahli ini adalah penganut teori fisisologis, sadler mengemukakan, bahwa daya

reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah, jika

kepadatan penduduk tinggi maka daya produksi rendah, sebaliknya jika kepadatan penduduk

rendah.. Doubley berpendapat bahwa reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan makanan

yang tersedia, jika suatu jenis makluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri

dengan daya yang mereka miliki, mereka akan mengimbanginya dengan reproduksi yang lebih

besar.

3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk merupakan perubahan penduduk yang terjadi jika

dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dinyatakan dalam persentase. Laju pertumbuhan

penduduk dapat diukur dengan cara pembagian selisih total jumlah penduduk yang bersangkutan

dengan total jumlah penduduk sebelumnya, diukur dengan persentase (%).

Perkembangan penduduk dapat menjadi pendorong maupun penghambat pembangunan,

namun lebih condong sebagai penghambat pembangunan.. Laju pertumbuhan penduduk akan

berpengaruh terhadap pendapatan perkapita, standar kehidupan, pembangunan pertaniaan,

lapangan kerja, tenaga buruh maupun dalam hal pembentukan modal yang pada akhirnya

pertumbuhan penduduk yang pesat dapat memberikan efek negatif terhadap kemiskinan. Jumlah

penduduk yang besar berdampak langsung terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

berupa tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses produksi, akan

tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya permasalahan yang berdampak

terhadap pembangunan ekonomi seperti pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi

dengan kemampuan produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan

penyediaan pangan, sandang dan papan. Sebagai akibat dari pertambahan penduduk yang begitu

cepat akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan alam

sebagai bahan baku primer produksi maupun fasilitas kehidupan yang tersedia.

4. Rasio Ketergantungan Penduduk

rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) didefenisikan sebagai perbandingan

antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas

dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun atau dapat diartikan sebagai

Page 9: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

9

perbandingan penduduk yang bekerja/produktif dengan penduduk yang tidak bekerja/tidak

prodiktif (menurut indikator usia kerja nasional).

Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan faktor penghambat pembangunan di

negara berkembang termasuk di Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari

golongan produktif, terpakasa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang

belum produktif, dengan tanggungan penduduk yang kecil akan lebih mudah memobilisasi dana

masyarakat dan anggaran pemerintah untuk investasi yang lebih produktif. Pada negara dengan

rasio ketergantungan penduduk yang rendah terjadi proses penghematan bahan makanan dan

bahan baku lainnya sekaligus terjadi kulitatif kehidupan penduduk, hal ini selanjutnya akan

meningkatkan angka harapan hidup (life expentancy) negara tersebut.

5. Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi

terutama dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, karena selain berfungsi meningkatkan

produktifitas kerja juga mampu menyerap penggunaan teknologi yang dibutuhkan melalui proses

pendidikan itu sendiri. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang di setiap daerah

termasuk di Kabupaten Jepara, dimana yang masih menjadi tolak ukur dalam pendidikan adalah

persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah,

karena tahap sekolah menengah dianggap telah mencapai standar pendidikan formal sesuai

standar nasional. Rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dianggap sebagai salah satu

variabel dalam kependudukan (demografi) karena dipengaruhi dan mempengaruhi struktur atau

proporsi penduduk dan memiliki data tersendiri dalam demografi.

Rasio jumlah penduduk sekolah di sekolah menengah dapat dilihat dari jumlah penduduk

pada tingkat sekolah menengah dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan pada

wilayah dan waktu tertentu.

6. Pengertian Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap ketempat lain melampaui

batas politik ataupun negara batas administratif atau bagian suatu negara (Rozy Munor, 1981),

sedangkan dalam arti luas migrasi merupakan perubahan tempat tinggal secara parmanen atau

semi parmanen . Mantra Kastro dan Keban (1999 ) menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang

mengungkapkan mengapa seseorang melakukan migrasi diantaranya adalah karena kebutuhan

dan tingkat stress seseorang, Setiap individu memiliki beberapa macam kebutuhan yang berupa

Page 10: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

10

kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan psikologis. Semakin besar kebutuhan yang tidak

terpenuhi maka semakin besar stress yang dialami seseorang. Apabila stress sudah berada diatas

batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ketempat lain yang memiliki kefaedahan supaya

kebutuhan dapat terpenuhi.

Migrasi merupakan komponen penambahan penduduk yang paling sulit diukur

tingkatnya, karena pada hakekatnya mobilitas seseorang (penduduk) tidak dapat diatur oleh

negara, mobilitas seseorang merupakan kebebasan dan hak warga negara selama masih dalam

cakupan satu negara. Salah satu motivasi penduduk melakukan migrasi adalah peningkatan

ekonomi, yang mungkin dikarenakan perbedaan bakat seseorang terhadap suatu daerah ke daerah

lain. Adam Smith menyatakan dibutuhkan spesialisasi dalam peningkatan produktifitas sesorang,

imigrasi merupakan salah satu spesialisasi seseorang dilihat dari perbedaan tempat, sehingga

dimungkinkan adanya imigrasi akan berdampak pada peningkatan perekonomian individu yang

kemudian akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, yakni adanya peningkatan

produktifitas seseorang meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

Migrasi keluar dilakukan oleh satu keluarga atau penduduk yang telah tercatat dalam

admistratif daerah, sehingga penduduk yang melakukan migrasi keluar adalah penduduk yang

berada pada usia produktif. Dengan semakin meningkatnya penduduk yang melakukan migrasi

keluar daerah memungkinkan semakin berkurangnya penduduk produktif didaerah asal,

kemudian akan mengurangi total produksi daerah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel demografi terhadap

PDRB harga konstan tahun 2000, dengan menggunakanan variabel antara lain :

a. Nominal PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (Y)

b. Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)

c. Rasio Ketergantungan Penduduk (X3)

d. Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah (X3)

e. Migrasi Keluar (X4)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah tersusun, baik oleh

instansi maupun penelitian atau kajian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian

data yang dikumpulkan berupa : Data PDRB Harga konstan tahun dasar 2000, data laju

Page 11: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

11

pertumbuhan penduduk yang berbentuk persentase (%). data rasio ketergantungan penduduk,

data rasio penduduk pada sekolah menengah, Data migrasi keluar penduduk.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis

kuantitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan besarnya

pengaruh secara kuantitatif suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dengan menggunakan

analisis regresi berganda, yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen

(laju pertumbuhan penduduk, rasio beban ketergantungan benduduk, rasio penduduk sekolah

pada sekolah menengah dan laju migrasi keluar daerah) terhadap variabel dependen (nominal

PDRB harga konstan tahun 2000).

Persamaan regresi yang dipakai adalah sebagai berikut :

Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana :

Y = Variabel PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000;

α = Konstanta

b = Koefisien Regresi;

X1 = Variabel Pertumbuhan Penduduk.

X2 = Variabel Rasio Beban Tanggungan Penduduk

X3 = Variabel Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah

X4 = Variabel Migrasi Keluar Penduduk

Digunakan analisis linier berganda dengan metode rata-rata kuadrat terkecil biasa

ordinary least square (OLS), dengan bantuan E-Views Versi 6.

Uji Asumsi Klasik.

1. Uji Autokorelasi ; cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji

Breusch-Godfrey (BG Test). Apabila χ2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan Obs*R-squared,

maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model dapat ditolak.

Nilai χ2 tabel diperoleh hasil degree of freedom (df) atau hasil dari (n-k).

2. Uji Multikoliniearitas : diuji dengan menggunakan auxiliary regressions. Kriterianya adalah

jika R2 regresi persamaan utama lebih besar dari R regresi auxiliary maka di dalam model tidak

terdapat multikolinearitas. Langkah pertama yang digunakan dalam melihat ada tidaknya

multikolinieritas dalam suatu model adalah dengan mengkorelasi koefisien antara variabel

Page 12: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

12

parsial, jika terdapat koefisien yang lebih rendah maka dalam model terdapat gejala

multikolineritas sehingga tahap berikutnya dibutuhkan regresi auxiliary,

3. Uji Heteroskedastisitas : Cara untuk mendeteksinya dilakukan dengan Uji White. Secara

manual uji ini dilakukan dengan melakukan regresi residual (μt2) dengan variable bebas kuadrat

dan perkalian bebas, didapatkan nilai R2 untuk menghitung X

2, Pengujiananya adalah jika : X

2-

statisti < X2-tabel, maka model dikatakan terbebas dari gejala heteroskedastisitas atau dengan

cara melihat Probalitas > Alpha (α), berarti model tersebut bebas heteroskedatisitas.

4. Uji Normalitas : Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dapat dilakukan

dengan cara menghitung koefisien Jarque-bera (J-B), apabila J-B hitung < nilai χ2 (Chi-Square)

tabel, maka nilai residual terdistribusi normal.

Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan (R2

) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel terikat (dependen). Nilai koefisien determinasi adalah di antara

nol dan satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel independen.

2. Uji F– Statistik

Uji f-statistik merupakan pengujian signifikan yang digunakan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dalam

penelitian ini Uji f digunakan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel X1, X2,X3

dan X4 terhadap Variabel Y, apakah variabel X1, X2,X3,X4 benar-benar berpengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel Y.

Pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95% atau taraf

signifikansi adalah 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika tingkat signifikansi (α) < 0,05 atau Jika F-statistik > F tabel , H0 ditolak dan H1

diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen..

Page 13: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

13

b. Jika tingkat signifikansi (α) > 0,05 atau Jika F-statistik < F tabel , H0 diterima dan H1

ditolak, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara

bersama-sama terhadap variabel dependen.

3. Uji T–Statistik (UJi Parsial)

Uji-t dapat dilakukan satu arah ataupun dua arah, dalam penelitian ini, uji-t yang

dilakukan adalah uji-t dua arah. Hipotesis yang dipakai adalah berupa hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (H1), sebagai berikut :

H0 = Koefisien regresi tidak signifikan

H1 = Koefisien regresi signifikan

Pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95% atau taraf

signifikansi adalah 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika tingkat signifikansi (α) < 0,05 atau Jika t-statistik > t tabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima. Berarti masing-masing variabel independen secara individu mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika tingkat signifikansi (α) > 0,05 atau Jika t-statistik < t tabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak. Berarti masing-masing variabel independen secara individu tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskkripsi PDRB Kabupaten Jepara

Kabupaten Jepara dikenal sebagai daerah penghasil ukiran, kerajinan mebel dan

kebutuhan rumah tangga lainnya yang memanfaatkan kayu rotan yang tergolong kualitas tinggi

yang tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Kabupaten

Jepara merupakan pengekspor selain migas terbesar di Jawa Tengah, sehingga dalam penyangga

output produksi Kabupaten Jepara sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar

dari output rill daerah.

Sektor pengolahan industri, pertaniaan dan perdagangan merupakan sektor yang paling

berperan dalam kegiatan ekonomi dilihat dari total sumbangan PDRB total di Kabupaten Jepara,

ketiga sektor tersebut mampu menyumbang lebih dari 55% dari total PDRB Kabupaten Jepara

pada tahun 2008. Dilihat dari nominal produksi tingkat PDRB harga konstan Kabupaten Jepara

dari tahun 1986 sampai dengan 2008 selalu mengalami peningkatan. Dengan menggunakan

harga dasar tahun 2000, PDRB harga konstan Kabupaten Jepara selalu berada diatas satu trilliun

Page 14: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

14

Rupiah, walaupun tingkat PDRB Kabupaten Jepara bukan merupakan tertinggi di Jawa Tengah.

PDRB Kabupaten Jepara menurut harga konstan dapat dilihat pada table dibawah

Tabel 2

PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Periode Tahun 1986-2008

Tahun PDRB (Juta Rupiah)

1986 1 365 571,39

1987 1 459 229,24

1988 1 533 256,00

1989 1 609 637,50

1990 1 704 239,90

1991 1 800 656,44

1992 1 918 503,33

1993 2 066 878,13

1994 2 212 348,61

1995 2 382 559,12

1996 2 556 816,67

1997 2 667 018,83

1998 2 667 760,10

1999 2 685 614,22

2000 2 811 311, 44

2001 2 915 878,17

2002 3 032 806, 33

2003 3 146 838, 58

2004 3 272 708, 72

2005 3 411 159, 47

2006 3 554 051, 11

2007 3 722 677, 82

2008 3 889 988, 85

Sumber : BPS Kabupaten Jepara, PDRB Kabupaten Jepara (data diolah)

Laju pertumbuhan PDRB harga konstan dari ke tahun menggambarkan pertumbuhan

ekonomi. Dari tahun 1986-2008 laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1993 dengan

pertumbuhan sebesar 7,73% dengan selisih PDRB sebesar 148 milliar rupiah. Pada pergantian

tahun dari tahun 1996 ke tahun 1998 pertumbuhan PDRB mengalami penurunan yang sangat

mencolok drastis, dan PDRB harga konstan berlanjut pada tahun 1998, yang berada pada kisaran

0,02% yakni tidak adanya perubahan yang signifikan antara PDRB tahun 1997 dengan tahun

1998 dan merupakan tingkat pertumbuhan PDRB paling rendah selama kurun waktu perhitungan

penelitian, walaupun pertumbuhan tidak mengalami pertumbuhan negatif dengan jumlah PDRB

Rp2.667.760,10 juta. Rendahnya tingkat pertumbuahan ekononi pada tahun 1997-1999

disebabkan oleh krisis moneter atau krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia, yang

Page 15: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

15

berdampak pada produksi tiap wilayah termasuk Kabupaten Jepara menurun. Pada saat

terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tingkat inflasi yang sangat tinggi (kenaikan harga secara

umum) sehingga mengakibatkan melemahnya mata uang rupiah yang kemudian merambah ke

situasi politik dan keamanan di Indonesia, namun tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Jepara masih lebih baik dari pertumbuhan nasional yang terpuruk pada kisaran -18,26% ataupun

pertumbuahan ekonomi di Jawa Tengah yang berada pada kisaran -11,74%.

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1998, pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara mulai

mengalami kenaikan, walaupun tidak terlalu signifikan, namun pertumbuhan PDRB Kabupaten

Jepara pada tahun 2000 berada pada kisaran 4,68%, yang merupakan awal pulihnya

perekonomian Kabupaten Jepara.

Variabel Kependudukan Kabubaten Jepara

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jepara dari tahun 1986 – 2008 mengalami

peningkatan. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Jepara dari tahu 1986 sampai dengan

tahun 2008 sebesar 2%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1990 ke tahun 2000 yakni

sebesar 10,26 %, hal ini disebabkan tingkat kelahiran di semua kecamatan di Kabupaten Jepara

mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan pengaruh adanya

imigrasi pada tahun tersebut ke Kabupaten Jepara sangatlah kecil. Pertumbuhan penduduk

terendah terjadi pada tahun 2006, yakni sebesar -1,85%, selain karena rendahnya tingkat

kelahiran, melonjaknya penduduk yang ke luar Kabupaten Jepara (out migration) menjadi

pengaruh menurunnya jumlah penduduk.

Selama periode tahun 1986-2008 rasio ketergantungan (Dependency ratio) di Kabupaten

Jepara cenderung mengalami penurunanan, walaupun penurunan tidak diikuti pada tahun 2001

sampai tahun 2008. Sampai dengan akhir tahun 1980-an dependency ratio di Kabupaten Jepara

cenderung lebih tinggi dan merata yakni diatas 73%, hal ini menandakan tingginya penduduk

non produktif sehingga menjadi beban penduduk produktif. Dependency ratio tetinggi terjadi

pada tahun 1989 yakni 75,05%. Tingginya dependency ratio pada tahun 1989 dikarenakan oleh

tingginya angka kelahiran kasar Kabupaten Jepara pada tahun sebelumnya sehingga jumlah

penduduk dibawah 15 tahun tinggi yakni berjumlah 304.983, sedangkan penduduk usia kerja

(15-65) tahun tidak mengalami pertubahan yang signifikan. Setelah tahun 1989 yang ditandai

oleh tingginya dependency ratio, awal tahun 1990 dependency ratio cenderung mengalami

penurunan walaupun masih mengalami fluktuasi, dependency ratio terendah terjadi pada tahun

Page 16: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

16

2000 yakni 49,55% atau setengah dari penduduk produktif. Selain tahun 2000, secara

keseluruhan rasio ketergantungan penduduk belum mampu dibawah 50 %, yang

mengindikasikan banyaknya penduduk produktif, atau berarti penduduk produktif lebih dari

setengah penduduk non produktif.

Untuk variabel rasio penduduk sekolah menengah di Kabupaten Jepara selama tahun

1986-2008 tidaklah mengalami peningkatan atau penurunan yang mencolok, hal ini karena

dalam melihat rasio penduduk penduduk sekolah pada menengah juga melihat perkembangan

jumlah penduduk. Tinggi rasio penduduk pada sekolah menengah selain karena dipengaruhi oleh

umur usia penduduk pada sekolah menengah juga dipengaruhi oleh banyaknya jumlah sekolah

baik sekolah negeri maupun sekolah swasta di Kabupaten Jepara, dari data Jawa Tengah dalam

angka tahun 2008, total sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Jepara terdapat

229 sekolah, yang terbagi dari 156 sekolah SLTP dan 73 sekolah SLTA.

Migrasi keluar Kabupaten Jepara selama 22 tahun (1986-2008) tidak mengalami formula

perubahan, kadang terjadi migrasi keluar yang sangat tinggi, namun pada tahun berikutnya

terjadi migrasi keluar yang rendah, migrasi keluar Kabupaten Jepara dari tahun 1986-2008

selalu berada diatas 1500 penduduk tiap tahunnya kecuali pada tahun 2000 yakni hanya 616. Hal

ini menandakan tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Jepara cukup tinggi. Motif penduduk

untuk berpindah keluar dari Kabupaten Jepara berbeda dari tahun ketahun.

Untuk melihat perubahan demografi Kabupaten Jepara pada tahun 1986-2008 terlihat

pada table berikut

Tabel 3

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 1986 – 2008

Tahun Pertumbuhan

Penduduk

(%) (X1)

Dependency

Ratio (%)

(X2)

Rasio Penduduk

Rasio pada

Sekolah Menengah

(X3)

Migrasi

Keluar

Penduduk

(X4)

1986 1,70 73.18 0.0479 3 749

1987 1,45 73.22 0.0491 2 887

1988 1,38 73.78 0.0478 3 696

1989 0,86 75.05 0.0465 2 638

1990 0,60 62.50 0.0487 3 146

1991 4,27 53.26 0.0467 2 369

1992 0,86 62.49 0.0458 3 362

1993 0,70 63.37 0.0484 1 913

1994 0,61 65.37 0.0449 1867

1995 2,98 65.37 0.0564 1 660

Page 17: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

17

1996 2,82 65.41 0.0589 2 730

1997 0,93 65.37 0.0564 1 512

1998 0,55 65.40 0.0684 1 618

1999 1,07 65.38 0.0687 1 970

2000 10,26 49.55 0.0691 616

2001 0,60 51.27 0.0697 3 710

2002 0,23 51.50 0.0684 2 532

2003 6,21 51.05 0.0635 1 552

2004 1,91 51.27 0.0636 2 806

2005 1,74 51.27 0.0614 2 105

2006 -1,85 51.27 0.0677 1856

2007 1,47 51.27 0.0713 2 466

2008 1,60 51.27 0.0696 3.383

Sumber : BPS Kabupaten Jepara (Jepara dalam angka berbagai periode)

Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi : Pada model persamaan pengaruh pengaruh pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah di sekolah menengah dan migrasi keluar

terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara tahun 1986-2008 dengan n = 23

(banyaknya observasi + 1) dan k = 5, maka diperoleh degree of freedom (df) = 18 (n-k), dan

menggunakan α = 0,05 diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 37,156. Dibandingkan dengan nilai

Obs*R-squared uji Breusch-Godfrey regresi sebesar 4,967073, maka nilai Obs*R-squared uji

Breusch-Godfrey lebih kecil dibandingkan nilai χ2 tabel (4,967073 < 37,156), sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas Koefisien Antar Variabel Indpenden

Y X1 X2 X3 X4

Y 1.000000 0.033210 -0.805873 0.861632 -0.296042

X1 0.033210 1.000000 -0.268317 0.126767 -0.437336

X2 -0.805873 -0.268317 1.000000 -0.673747 0.247564

X3 0.861632 0.126767 -0.673747 1.000000 -0.279633

X4 -0.296042 -0.437336 0.247564 -0.279633 1.000000

Hasil auxiliary regression dapat disimpulkan bahwa semua R2

regresi masing-masing

variabel pada persamaan tersebut lebih kecil dari nilai R2 regresi utama, yakni sebesar 0.871810

(R2

= 0,871810) sehingga tidak terdapat hubungan linear antar variabel independen. Hasil

tersebut menunjukkan tidak terdapatnya multikolineritas dalam model (terbebas dari gejala

multikolineritas).

Page 18: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

18

3. Uji Heteroskedastisitas : Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan

nilai Obs*R-squared Uji White dengan nilai χ2 tabel. Pada model ini, dengan degree of freedom

(df) = 18., α = 5%, diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 37,156, dibandingkan dengan Obs*R-squared

dari hasil regresi Uji White yakni sebesar 14,14808, maka nilai Obs*R-squared Uji White lebih

kecil dibandingkan nilai χ2 tabel (14,14808 < 37,156), sehingga dapat disimpulkan bahwa model

regresi persamaan tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas :Dalam penelitian ini digunakan dengan cara menghitung koefisien Jarque-

Bera (J-B Test). Degree of freedom (df) = 18 , α = 5 % (α = 0,05), diperoleh nilai χ2 tabel sebesar

37,156. Dibandingkan dengan nilai Jarque sebesar 1,220219 lebih kecil dari χ2 tabel sebesar

37,156 (1,220219 < 37,156) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tersebut terdistribusi

secara normal karena nilai Jarque Bera lebih kecil dibanding nilai χ2 tabel.

Hasil Uji Statistik Analisis Regresi

1. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi (R2) dalam model diperoleh 0.871810 (R

2 =

0.871810) yang

artinya adalah bahwa perubahan atau variasi dari tingkat pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dan migrasi keluar

dapat mempengaruhi PDRB harga konstan tahun 2000 sebesar 87 persen, sedangkan 13 persen

dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari persamaan model.

2. Pengujian Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian koefisien regresi secara bersama-sama (uji-f) dilihat dari signifikan F-tatistik.

Nilai F-statistik adalah 30,60408. Dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5

persen), degree of freedom for numerator (dfn) = 4 (k-1 = 5-1) dan degree of freedom for

denominator (dfd) = 18 (n-k = 23-5), diperoleh F-tabel sebesar 4,25. Karena F-Statistik lebih

besar lebih besar dari F-Tabel (30,60408 > 4,25), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara

signfikan atau variabel independen berpengaruh secara besama-sama terhadap variabel dependen

(F-Statistik > F-Tabel).

Page 19: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

19

2. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji T-Statistik)

Tabel 3

Uji T-Statistik, Probabilitas Variabel Independen

Terhadap Variabel Dependen

Variabel T-Statistik T-Tabel (α = 5%)

Probabilitas

X1 (PT) -2,228681 1,734 0,0388

X2 (DR) -3,996231 1,734 0,0008

X3 (ED) 4,587198 1,734 0,0002

X4 (MIG) -1,272197 1,734 0,2195

Berdasarkan tabel diatas maka uji signifikasi secara individu dapat diterangkan sebagai berikut :

a. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk (X1) Terhadap PDRB Harga Konstan

Dari hasil regresi terlihat bahwa t-statistik lebih besar dari t-tabel (2,228681 > 1,734),

maka H1 diterima sedangkan H0 ditolak yang berarti bahwa Pertumbuhan Penduduk (X1)

berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Jepara. Berdasarkan

probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan jika

probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak. Dari hasil perhitungan diketahui sig atau

significance adalah 0,0388 , maka H0 ditolak ; H1 diterima artinya pertumbuhan penduduk

berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara selama

periode 1986-2008 hal ini dikarenakan probabilitas < 0,05 (0,038 < 0,05).

b. Pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk (X2) Terhadap PDRB Harga Konstan

Dari hasil regresi diperoleh t-statistik > t-tabel (3,996231> 1,734). Terlihat bahwa t-

statistik lebih besar dari t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa rasio

ketergantungan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan

Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008. Berdasarkan probabilitasnya hasil perhitungan

diketahui sig. atau significance adalah 0,0008 atau probabilitas dibawah 0,05 (0,0008 < 0,05),

maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio)

berpengaruh signifikan terhadap PDRB harga konstan.

c. Pengaruh Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah (X3) Terhadap PDRB Harga

konstan

Dari hasil regresi terlihat t-statistik lebih besar dari t-tabel (4,587198 > 1,734), maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa rasio penduduk sekolah di sekolah menengah

berpengaruh signifikan terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara. Dilihat Berdasarkan

Page 20: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

20

probabilitasnya jauh di bawah 0.05 (0,0002 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya

rasio penduduk sekolah di sekolah menengah benar-benar berpengaruh secara signifikan

terhadap PDRB di Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008.

d. Pengaruh Migrasi Keluar (X4) Terhadap PDRB Harga Konstan

Jika dilihat dari hasil regresi migrasi keluar/out-migration (X4) t-statistik lebih kecil dari

t-tabel (-1,272197 < 1,734), maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa migrasi

keluar penduduk (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan di

Kabupaten Jepara. Berdasarkan probabilitas diketahui probabilitas sebesar 0,2195 atau

probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (0,2195 > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya

migrasi keluar penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB konstan di Kabupaten

Jepara selama periode 1986-2008.

Interpretasi Hasil dan Pembahasan

Tabel 4

Hasil Output Regresi OLS

Dependent Variable: PDRB

Method: Least Squares

Sample: 1986 2008

Included observations: 23

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2931626. 1103162. 2.657476 0.0160

PT -68767.94 30855.89 -2.228681 0.0388

DR -40146.09 10045.99 -3.996231 0.0008

ED 41786067 9109280. 4.587198 0.0002

EMIG -113.5660 89.26766 -1.272197 0.2195

R-squared 0.871810 Mean dependent var 2538587.

Adjusted R-squared 0.843323 S.D. dependent var 763931.4

S.E. of regression 302382.7 Akaike info criterion 28.26643

Sum squared resid 1.65E+12 Schwarz criterion 28.51328

Log likelihood -320.0640 Hannan-Quinn criter. 28.32852

F-statistic 30.60408 Durbin-Watson stat 1.057839

Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi linier

berganda (OLS), maka diperoleh hail estimasi sebagai berikut:

Y = 2931626 – 68767,94X1 – 40146,09X2 + 4178606X3 -113,56X4

Page 21: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

21

Pada persamaan tersebut terdapat nilai konstanta sebesar 2931626 dan bertanda positif

menyatakan bahwa ; jika variabel independen (tingkat pertumbuhan penduduk, rasio

ketergantungan penduduk, rasio penduduk bersekolah di sekolah menengah dan migrasi keluar)

dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka akan terjadi peningkatan PDRB

sejumlah Rp 2.931.626.000.000

Selain menjelaskan perubahan PDRB harga konstan, interpertasi hasil regresi juga

menjelaskan pengaruh terhadap variabel bebas yakni sebagai berikut :

1. Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)

Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk

memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap PDRB, dengan koefisien sebesar -

68767,94 yang memili pengertian bahwa adanya kenaikan 1 persen (%) pertumbuhan penduduk

akan menyebabkan penurunan PDRB sebesar Rp 68.767.940.000. Pertumbuhan penduduk yang

tinggi akan membuat konsumsi dimasa mendatang yang tinggi sehingga mengurangi investasi

saat ini. Tingginya laju pertumbuhan penduduk akan meningkatkan jumlah penduduk, namun

ketika penduduk penduduk tidak mampu memenuhi kriteria lapangan kerja yang dibutuhkan

akan terjadi kondisi un-employment (pengangguran), dimana pengangguran merupakan kondisi

penduduk yang tidak menghasilkan output baik sesuai dengan jam kerja maupun tingkat upah.

Walaupun penduduk merupakan output produksi, tetapi ketika penduduk tidak dapat

berpartisipasi ke dalam proses setiap sektor ekonomi yang dibutuhkan maka tingginya laju

pertumbuhan penduduk tidak menambah produksi rill malah akan menambah pengeluaran

terhadap beban tanggungan.

2. Rasio ketergantungan Penduduk (X2)

Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan terhadap rasio ketergantungan penduduk,

hubungan rasio ketergantungan penduduk terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara

memperoleh koefisien –40146,09 dan signifikan berpengaruh . Nilai koefisien sebesar –40146,09

dapat diartikan peningkatan rasio ketergantungan di Kabupaten Jepara sebesar satu persen akan

mengurangi PDRB harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 40.146.090.000.

Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Jepara yang umumnya berada diatas tingkat

50 % kecuali pada tahun 2000 yang berada pada tingkat 49 % mengindikasikan beban

tanggungan masyarakat lebih dari setengah. Beban ketergantungan dikatakan akan memperburuk

perekonomian hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima masyarakat sebagian harus

Page 22: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

22

disisihkan untuk kelompok penduduk yang tidak produktif. Tingginya angka kelahiran akan

menyebabkan peningkatan beban penduduk yang akan menyebabkan naiknya pengeluaran

mayarakat. Dengan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi akan mengurangi tabungan dan

investasi masyarakat. Secara teori dikatakan rendahnya investasi yang dilakukan masyarakat

akan mengurangi produksi, karena modal dalam bentuk investasi salah satu input dalam

produksi.

3. Rasio Penduduk Sekolah di Sekolah Menengah (X3)

Hasil analisis regresi diperoleh koefisien sebesar 4178606, yang menandakan adanya

peningkatan rasio penduduk bersekolah pada sekolah menengah sebesar satu persen (1 %) dapat

meningkatkan PDRB harga konstan sebesar Rp 4.178.606.000.000. Pendidikan sebagai sumber

investasi penduduk dimasa mendatang, dan juga sebagai input produksi karena digolongkan

sebagai peningkatan skill dan pengenalan teknologi, dengan meningkatnya kualitas pendidikan

penduduk akan meningkatkan tata produktifitas individu penduduk. Pendidikan memainkan

peran kunci dalam hal kemampuan suatu masyarakat untuk mengadopsi teknologi modern dan

dalam membangun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan produktifitas yang

berkelanjutan. Semakin tinggi jenjang pendidikan pendudukan semakin mudah menyerap

teknologi dan potensi yang dimiliki. Pendidikan menengah merupakan dasar awal yang

dibutuhkan masyarakat peningkatan kualitas kerja, baik sebagai tenaga kasar maupun tenaga ahli

sehingga akan menambah total produktifitas daerah Kabupaten Jepara.

5. Migrasi Keluar (X4)

Dari hasil analisis regresi yang memperlihatkan perbandingan t-statistik dengan t-tabel

dan dilihat probabilitas yang lebih besar dari α 5% ditemukan bahwa migrasi keluar (out

migration) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB harga konstan Kabupaten

Jepara periode tahun 1982 sampai dengan 2008. Migrasi Keluar (out-migration) hanya mencatat

jumlah nominal penduduk yang keluar dari daerah, sehingga jika diperbandingkan dengan

keseluruhan penduduk Kabupaten Jepara sangatlah kecil. Secara teori alasan penduduk

melakukan migrasi atau perpindahan secara permanen dikarenakan oleh keinginan untuk

memperbaiki tingkat ekonomi. Adanya informasi bersifat positif terhadap daerah tujuan migrasi

akan mendorong masyarakat pindah dari daerah asal yang menurut para migran tersebut, dengan

melakukan perpindahan akan meningkatkan taraf ekonomi. Kebanyakan para penduduk yang

melakukan migrasi keluar merupakan golongan masyarakat adalah ekonomi lemah atau dapat

Page 23: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

23

dikatakan penduduk yang melakukan migrasi keluar kurang mempunyai kontribusi terhadap total

PDRB di Kabupaten Jepara, sehingga adanya penduduk yang melakukan migrasi keluar dari

Kabupaten Jepara Tidak mempengaruhi jumlah total produksi daerah yang terlihat dari PDRB

harga konstan.

KESEIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Tingkat pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB

harga konstan

2. Dependency ratio/ketergantungan penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap PDRB harga konstan

3. Rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah memiliki pengaruh positif dan signifikan

PDRB harga konstan tahun 2000.

4. Out Migration atau penduduk yang ber-migrasi keluar dari Kabupaten Jepara periode

tahun 1986-2008 tidak memilik pengaruh yang signifikan terhadap PDRB harga konstan

tahun 2000 di Kabupaten Jepara,

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan

terkait dengan aspek demografi penduduk antara lain:

1. Hendaknya ke depan laju pertumbuhan penduduk dapat dikontrol dengan baik. Intervensi

pemerintah dan kesadaran masyarakat memegang peranan penting dan sangat dibutuhkan

dalam menahan laju pertumbuhan penduduk. Program Keluarga Berencana (KB) dapat

menjadi prioritas dalam pengurangan laju pertumbuhan penduduk baik berupa

peningkatan pelayanan KB maupun sosialisasi berkaitan dengan pertambahan penduduk,

dan dengan program lainnya. Disarankan kedepannya Pemerintah Kabupaten (Pemkab)

Jepara mampu menyeimbangkan industry padat modal dan industry padat karya, karena

selain meningkatkan PDRB juga akan mengurangi pengangguran dari industry padat

karya.

2. Dibutuhkan suatu kebijakan dalam mengontrol kelahiran salah satunya dengan program

Keluarga Berencana (KB), sehingga akan mengurangi ledakan penduduk khususnya

penduduk usia muda.

Page 24: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

24

3. Diharapkan sektor pendidikan mampu menjadi alat dalam pengenalan teknologi dan

mendidik wirausaha dalam masyarakat sehingga kedepannya masyarakat siap

berpartisipasi dalam produktifitas daerah, oleh karena itu, kesadaran masyarakat secara

umum akan pentingnya pendidikan sangat juga memegang peranan penting.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1997. “Ekonomi Pembangunan” Edisi III, FE UGM, Yogyakarta

_________________. “Kabupaten Jepara Dalam Angka” Berbagai Tahun Terbitan”

Kabupaten Jepara

_________________. “PDRB Kabupaten Jepara”, Kabupaten Jepara

Bagoes Mantra, Ida, 2003 “Demografi Umum” : Edisi Kedua, Pustaka Pelajar 2003

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta

Damodar Gujarati, “Ekonometrika Dasar”, Jakarta, Erlangga

Febi Kristina. 2009. “Analisis Pengaruh Demografi terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Cianjur Periode Tahun 1983-2003” Skripsi S1 (tidak dipublikasikan)

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang

Ira Setiawati, 1996. “Pengaruh Penggunann Variabel Demografi dalam Model

Pertumbuhan Ekonomi pada 25 Provinsi di Indonesia (1985-1992)” Jurnal

Ekonomi dan Keuangan, Vol XLIV no. 2 121-161

Kuncoro, Mudrajat. 1997. “Masalah Pembangunan Manusia dari Kependudukan,

Kependudukan, Pengangguran, Wanita Hingga Migrasi” Jurnal Ekonomi

Pembangunan (JEP) Vol. V

Meiri Damhudi. 2009. “Pengaruh Pertambahan Penduduk terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Kota Bengkulu (1995 – 2005)” Skripsi S1 (Tidak di publikasikan)

Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu. Bengkulu

Neni Pancawati.2000. “Pengaruh Rasio Kapital Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok

Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP

Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.2

Omas Bulun, Rajagukguk.2007. “Pengantar Demografi” Staff penelitian Lembaga

Demografi FE UI. Disampaikan dalam Pelatihan Demografi bagi Staff Badan

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta

Page 25: ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN …eprints.undip.ac.id/26779/1/Jurnal_Bungaran_S.pdf · Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah

25

Todarao, Michael.P dan Steven.C. 1993. “Pembangunan Ekonomi” Edisi Kesembilan

Jilid Satu dan Dua, Penerbit Erlangga.Jakarta

Widarjono, Agus, 1999. “Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia :

Analisis Kausalitas”. JEP Vol IV No. 2

Wing Wahyu Winarno. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”

UPP STIM YKPN. Yogyakarta