analisis pengaruh penurunan tingkat pengangguran terhadap penanggulangan kemiskinan di indonesia

12
ANALISIS PENGARUH PENURUNAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA Pendahuluan Indonesia kini telah lebih dari 66 tahun mengalami fase kemerdekaan dan kedaulatan nasional sejak diproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sebelum kemerdekaan diraih, bangsa Indonesia telah mengalami banyak sekali penderitaan akibat penjajahan bangsa asing. Penjajahan yang menyebabkan Indonesia terampas hak-hak politik, ekonomi, sosial, hukum, dan pertahanan keamanannya. Jika dilihat dari sisi kedaulatan ekonomi, pada masa itu Indonesia jauh dari kata berdaulat, kemiskinan mendera setiap kepala keluarga yang pada akhirnya sangat berkorelasi positif dalam melemahkan kedaulatan politik, sosial, hukum dan pertahanan keamanan. Ketergantungan dan menggantungkan diri pada bangsa asing adalah suatu hal yang dianggap wajar.  Namun, ternyata sejarah yang dilukiskan dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia pada masa penjajahan sampai sekarang masih dapat kita jumpai secara nyata. Bagaimana tidak, sampai saat ini Indonesia masih saja terjajah,  perbedaannya adalah penjajahan modern bukan dilakukan oleh bangsa asing melainkan oleh kebijakan-kebijakan yang menimbulkan hilangnya kedaulatan ekonomi. Bahkan yang paling buruk, rakyat tidak lagi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terbukti dari masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang menyebabkan rakyat harus mau tidak mau hidup dalam kesengsaraan yang terwariskan. Berbagai program yang dicanangkan pemerintah pada akhirnya hanya menjadi headline news yang berujung pada tindakan penyelewengan alokasi anggaran. Ironisnya, program-program pengentasan kemiskinan hanya  berpaku pada bantuan yang menyebabkan keterggantungan rakyat untuk menggantungkan diri pada pemerintah. Tingginya jumlah pengangguran juga sebagai wacana yang perlu dikaji lebih mendalam bagi pemerintah, karena keterlibatan tingkat pengangguran memiliki sumbangan berbanding lurus terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan di Indonesia. Sehingga, dengan adanya fakta-

Upload: putu-aria-singsingan

Post on 09-Oct-2015

49 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

via metodologi ilmu politik

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH PENURUNAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI INDONESIA

PendahuluanIndonesia kini telah lebih dari 66 tahun mengalami fase kemerdekaan dan kedaulatan nasional sejak diproklamirkan Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sebelum kemerdekaan diraih, bangsa Indonesia telah mengalami banyak sekali penderitaan akibat penjajahan bangsa asing. Penjajahan yang menyebabkan Indonesia terampas hak-hak politik, ekonomi, sosial, hukum, dan pertahanan keamanannya. Jika dilihat dari sisi kedaulatan ekonomi, pada masa itu Indonesia jauh dari kata berdaulat, kemiskinan mendera setiap kepala keluarga yang pada akhirnya sangat berkorelasi positif dalam melemahkan kedaulatan politik, sosial, hukum dan pertahanan keamanan. Ketergantungan dan menggantungkan diri pada bangsa asing adalah suatu hal yang dianggap wajar. Namun, ternyata sejarah yang dilukiskan dalam perjalanan hidup bangsa Indonesia pada masa penjajahan sampai sekarang masih dapat kita jumpai secara nyata. Bagaimana tidak, sampai saat ini Indonesia masih saja terjajah, perbedaannya adalah penjajahan modern bukan dilakukan oleh bangsa asing melainkan oleh kebijakan-kebijakan yang menimbulkan hilangnya kedaulatan ekonomi. Bahkan yang paling buruk, rakyat tidak lagi menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terbukti dari masih tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia yang menyebabkan rakyat harus mau tidak mau hidup dalam kesengsaraan yang terwariskan. Berbagai program yang dicanangkan pemerintah pada akhirnya hanya menjadi headline news yang berujung pada tindakan penyelewengan alokasi anggaran. Ironisnya, program-program pengentasan kemiskinan hanya berpaku pada bantuan yang menyebabkan keterggantungan rakyat untuk menggantungkan diri pada pemerintah. Tingginya jumlah pengangguran juga sebagai wacana yang perlu dikaji lebih mendalam bagi pemerintah, karena keterlibatan tingkat pengangguran memiliki sumbangan berbanding lurus terhadap meningkatnya jumlah kemiskinan di Indonesia. Sehingga, dengan adanya fakta-fakta tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pengaruh tingkat pengangguran terhadap penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

PembahasanA. Kemiskinan dan PengangguranDewasa ini, Indonesia belum lah menjadi satu dari negara-negara berkembang yang telah bangkit dari belenggu kemiskinan. Sejak awal berdirinya negara ini yang menjadi permasalahan mendasar bagi pemerintah adalah masalah pengentasan kemiskinan, sehingga perhatian pemerintah untuk memakmurkan rakyat dijadikan sebagai salah satu tujuan nasional. Pada Pembukaan UUD 1945 alinea kedua dengan jelas termaktub tujuan nasional negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Kata makmur dapat pula diartikan bahwa negara memiliki tujun mulia untuk mampu memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya baik materi maupun immateri. Apabila kebutuhan tersebut tidak mampu dipenuhi oleh negara maka bahaya kemiskinan lah yang akan melanda Indonesia. Tingkat pengangguran juga menjadi permasalahan yang saling berkaitan dengan dampak kemiskinan. Semakin tinggi jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja, maka akan mengurangi pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak dapat dicapai secara maksimal. Di Indonesia, tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang siap untuk bekerja sangat tidak seimbang dengan tingkat pertumbuhan lapangan kerja yang tersedia, sehingga pemerintah perlu melaksanakan program nasional pengurangan jumlah tenaga kerja aktif yang masih belum memperoleh kesempatan kerja. Berbagai diskusi mengenai kemiskinan dan pengangguran selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan diperdebatkan di Indonesia. Perdebatan yang berkaitan dengan strategi pengentasan kemiskinan masih menjadi pro dan kontra di berbagai forum, pada akhirnya perdebatan tersebut belum menemukan titik terang bagaimana cara untuk melepaskan negeri ini dari jerat kemiskinan. Berbagai usaha pemerintah melalui program-program pembangunan juga telah diusahakan sebagai bentuk perhatian pemerintah terhadap usaha menanggulangi dampak pengangguran dan kemiskinan. Namun sayang sekali, usaha pemerintah tersebut bukan malah menurunkan tingkat kemiskinanan melainkan semakin meningkatkan angka penggelapan uang rakyat dan semakin memakmurkan para koruptor. B. Kasus Kemiskinan di IndonesiaPengurangan Kemiskinan dan Pengangguran Tetap Agenda Prioritas[footnoteRef:1] [1: http://www.indonesia.go.id/in/pidato/presiden/9999-pengurangan-kemiskinan-dan-pengangguran-tetap-agenda-prioritas.html, dinduh 15 Januari 2012 pkl.20.12]

Rabu, 19 Oktober 2011 Jakarta - Meskipun angka kemiskinan dan pengangguran terus berkurang, namun pengurangan tersebut masih belum cukup. Oleh karena itu, masalah kemiskinan dan pengangguran ini juga masih menjadi agenda penting pemerintah.Jalurnya tetap dua, ekonomi harus tumbuh. Dengan pertumbuhan ekonomi, maka secara ekonomi pula lapangan pekerjaan tercipta dan kemiskinan pun bisa diturunkan, kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pidato kebijakan di Istana Negara, Rabu (19/10) siang.Pemerintah saat ini melakukan program khusus untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran tersebut. Kunci keberhasilan program ini adalah bersinerginya program pemerintah pusat dengan daerah.SBY mencatat anggaran untuk mengurangi kemiskinan ini masih terdecer di berbagai sektor. Masih banyak pos kementerian dan lembaga yang judulnya sama, pengurangan kemiskinan. Kita harus evaluasi dan tertibkan. Dengan demikian lebih fokus, lebih terarah, Kepala Negara menjelaskan.Presiden juga menggarisbawahi untuk terus menyukseskan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan mengalirkannya ke wilayah hulu maupun hilir. Presiden berharap berharap ke depan dapat menggerakan dan melibatkan kaum intelektual muda yang masih menggangur. Mari kita kembangkan kewirausahaannya, mari kita libatkan dalam program-program yang prorakyat, dengan demikian ada peluang bagi mereka untuk mendapat lapagan pekerjaan, ujar SBY.C. Analisis Kasus Apabila menyimak kasus yang telah dipaparkan di atas seolah angka kemiskinan di Indonesia menurun, namun faktanya masih banyak rakyat yang menderita karena mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok setiap harinya. Mengutip dari artikel tersebut bahwa tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditekan apabila pemerintah pusat dan daerah dapat membangun korelasi yang positif atas program-program yang dicanangkan. Memang sudah menjadi tanggungjawab pemerintah untuk menurunkan tingkat kemiskinan rakyat melalui program-program penanggulangan kemiskinan. Sebagaimana Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tentang Strategi dan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Bab 3, telah dengan jelas menyebutkan tentang:Program percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari:[footnoteRef:2] [2: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tentang Strategi dan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan]

1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.2. Kelompok program penanggulangne kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.3. Kelompok program penanggulangn kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.4. Program-program lainnya yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteran masyarakat miskin.Menindaklanjuti Peraturan Presiden mengenai program-program penanggulangan kemiskinan, saat ini telah dibentuk Tim Nasional Pecepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang memiliki tugas sebagai berikut[footnoteRef:3]: [3: http://tnp2k.go.id/tentang-tnp2k.html, diunduh 15 Januari 2012, pkl.21.16]

1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.2. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga.3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.Berdasarkan kacamata ekonomi, pemerintah memang terlihat sangat gencar untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran, hal ini wajar apabila dukungan positif banyak datang dari berbagai pengamat ekonomi. Tetapi lain halnya dengan beberapa argumen pengamat politik yang melihat program-program serta tim kusus yang dibentuk oleh pemerintah hanya terlihat glamor dari luarnya tapi faktanya banyak sekali hal-hal yang perlu dikaji ulang, misalnya bagaimana distribusi program-program tersebut, apakah program-program tersebut benar-benar bisa sampai ke tangan rakyat dengan aman tanpa adanya kecenderungan korupsi oleh para aktor lapangan, apakah data-data yang diperoleh tentang data penduduk miskin dan data tingkat pengangguran sudah benar-benar valid sehingga pada akhirnya alokasi anggaran yang ditujukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan bisa tercapai tepat sasaran.Apabila menyimak data Biro Pusat Statistik (BPK) menyebutkan Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia cenderung menurun selama periode 20072011. Pada tahun 2007, penduduk miskin tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58 persen). Beberapa program pemerintah yang ditujukan bagi penduduk miskin dijalankan pemerintah sejak 2005 memiliki dampak positif bagi penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada terus menurunnya angka kemiskinan, baik dalam jumlah maupun persentase penduduk miskin. Pada 2011, persentase penduduk miskin tercatat menurun menjadi 12,49 persen (30,02 juta orang). [footnoteRef:4] [4: Data Strategis BPS. Agustus 2011]

Tabel 1. Persentase Penduduk Miskin Tahun 2004-2011[footnoteRef:5] [5: Data Strategis BPS Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Agustus 2011]

Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2004-2011[footnoteRef:6] [6: Data Strategis BPS Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Agustus 2011]

Semakin membaiknya kondisi perekonomian nasional memberikan sentimen positif terhadap akses penciptaan lapangan kerja baru dan penurunan pengangguran. Sejak tahun 2007 hingga 2010, jumlah pengangguran terbuka tercatat terus mengalami penurunan baik secara absolut maupun secara relatif. Pada tahun 2007, jumlah pengangguran terbuka masih sebesar 10,0 juta orang (9,1 persen) dan turun menjadi 9,39 juta orang (8.39 persen) pada tahun 2008. Pada tahun 2009, jumlah pengangguran terbuka turun lagi menjadi 8,96 juta orang atau sekitar 7,87 persen dan pada tahun 2010 jumlah pengangguran terbuka tercatat menjadi 8,32 juta orang atau sebesar 7,14 persen.[footnoteRef:7] [7: Kementrian Keuangan. Kerangka ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2012.]

Gambar 1. Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran 2004-2010

Berdasarkan data-data yang telah dihimpun dari BPS tersebut, dukungan kuat terhadap kesuksesan pemerintah dalam menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia nampak sesuai dengan pidato yang disampaikan oleh SBY pada artikel sebelumnya. Pada pembahasan sebelumnya juga telah disampaikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara perluasan lapangan kerja sebagai upaya mengurangi tingkat pengangguran akan berdampak positif terhadap menurunnya angka kemiskinan di Indonesia dan mampu meningkatkan perndapatan nasional sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan nasional. Disatu sisi, masih terdapat satu lagi masalah yang perlu dijabarkan yaitu benarkah data-data yang dihimpun oleh BPS tersebut memang menunjukkan keadaan sebenarnya ataukah data tersebut merupakan data yang sengaja diolah sedemikian rupa agar seolah terlihat bahwa pemerintah telah mampu mencapai target untuk menurunkan angka kemiskinan sebesar 12,49% pada tahun 2011, sebagaimana target tesebut telah ada dalam Undang-Undang APBN 2011 tepatnya pasal 39 poin (a) UU 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011 yang menyebutkan bahwa penurunan kemiskinan menjadi sebesar 11,5-12,5 persen. Data yang dihimpun dari data kemiskinan Asian Development Bank (ADB), pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 43,1 juta jiwa atau meningkat sebesar 2,7 juta jiwa dibandingkan dengan data ADB tahun 2008. Data ini sangat berbeda dari data BPS yang menyatakan angka kemiskinan Indonesia selalu mengalami penurunan dari angka dari 35 juta jiwa pada tahun 2008 menjadi 32,5 juta jiwa tahun 2009, menjadi 31 juta jiwa pada tahun 2010 hingga menjadi 30 juta jiwa pada tahun 2011. Kemungkinan besar adanya perbedaan data tersebut karena BPS menentukan standar yang berbeda dari standar yang ditentukan oleh ADB. Garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS terlalu rendah sehingga mereka tidak memasukkan penduduk yang hampir miskin ke dalam golongan penduduk miskin, padahal sesungguhnya hal ini harus mendapat perhatian kusus karena peningkatan golonngan penduduk yang hampir miskin meningkat secara tajam sebesar 5 juta jiwa dibanding tahun 2010.[footnoteRef:8] [8: http://ekonomi.kompasiana.com, diunduh pada 15 januari 2012, pkl.20.13]

Program KUR yang telah dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengurangi tingkat pengangguran juga patut dikaji ulang karena masih banyak kendala yang dihadapai pemerintah diantaranya kebijakan perbankan mengenai liquditas perbankan. Kebijakan BI tentang permodalan menjadi masalah yang cukup serius menghambat perputaran KUR, misalnya bank hanya akan memberikan kredit sebesar 60% dari kredit yang diajukan sehingga pada akhirnya dana tersebut tidak dapat didistribusikan secara penuh. Disamping itu pula, dalam pengajuan kredit kepada bank membutuhkan administrasi yang rumit. Bagaimana bisa angakatan kerja yang masih menganggur dan baru saja akan mulai membangun usaha dapat memperoleh kredit dari bank dengan mudah?, padahal kaum-kaum muda inilah yang nantinya akan menjadi penopang pergerakan pertumbuhan ekonomi negara. Kemudian yang terjadi adalah pengangguran akan tetap menjadi pengangguran selama mereka belum mendapat kesempatan kerja maupun kesempatan untuk mulai membangun usahanya sendiri. Pada akhirnya kemiskinan itulah yang akan terjadi, semakin tinggi jumlah pengangguran akan semakin tinggi tingkat kemiskinan itu pula.Pengaruh antara pengangguran dan kemiskinan secara teoritis diperkuat oleh penelitian Son dan Kakwani (2006) berdasarkan penelitian mereka dengan menggunakan data Brazil. Dengan memodifikasi pengukuran tingkat pengangguran konvensional mereka menemukan bahwa korelasi antara tingkat pengangguran dan kemiskinan menjadi signifikan, sementara berdasarkan ukuran pengangguran konvensional hubungan antara pengangguran dan kemiskinan terlihat tidak signifikan.[footnoteRef:9] Tingkat pengangguran konvensioanl diukur hanya berdasarkan penduduk angkatan kerja yang tidak bekerja dan mencari pekerjaan. Son dan Kakwani (2006) mengusulkan ukuran pengangguran yang baru yang didasarkan pada tidak hanya mereka yang menganggur tetapi juga mereka yang tingkat pendapatannya di bawah upah minimum yang ditentukan pemerintah. [9: www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com, diunduh 15 Januari 2012, pkl. 23.13]

PenutupPengelolaan permasalahan kemiskinan di Indonesia merupakan pekerjaan yang harus dikelola oleh semua pihak mengingat dampak dari fenomena ini akan bermbas langsung terhadap perekonomian Negara nantinya. Seluruh actor dari instansi pemerintah juga harus mendorong laju kembang ekonomi agar kedepannya diharapkan angka kemiskinan dapat terus ditekan dan memiliki persepsi yang sama tidak hanya dikalangan dalam negri saja, tetapi juga dapat diakui secara luas bahwa penanganan kemiskinan di Indonesia memiliki tren positif meski menggunakan metode berfikir yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Bahan Bacaan : Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tentang Strategi dan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Data Strategis BPS. Agustus 2011 Data Strategis BPS Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Agustus 2011 Kementrian Keuangan. Kerangka ekonomi Makro dan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2012.

Internet : http://www.indonesia.go.id/in/pidato/presiden/9999-pengurangan-kemiskinan-dan-pengangguran-tetap-agenda-prioritas.html http://tnp2k.go.id/tentang-tnp2k.html http://ekonomi.kompasiana.com www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com

2.Penjelasan metode berfikir sistemDalam makalah yang terlampir penulis menggunakan metode sistem dalam menjelaskan kondisi kemiskinan di Indonesia. Alasan menggunakan metode berpikir ini adalah karena dalam metode berpikir sistem memuat fenomena yang melibatkan beberapa elemen yang saling berkaitan yang menimbulkan relasi kausal antara aksi dengan reaksi. Misalnya bagaimana kebijakan penurunan jumlah pengangguran secara simultan dapat mengurangi tingkat kemiskinan, lalu apakah kebijakan tersebut benar-benar efektif dilaksanakan, bagaimanakah respon masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait menanggapi kebijakan ini, serta bagaimana undang-undang dan peraturan meng-cover kebijakan tersebut. Diharapkan melalui metode berpikir sistem, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan lebih mudah untuk dijabarkan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam. Namun disisi lain, kelemahan apabila menggunakan cara berpikir sistem ini adalah harus memisahkan elemen-elemen tersebut dan kemudian menggabungkannya kembali, sehingga membutuhkan pendalaman materi yang lebih luas.Penanggulangan masalah kemiskinan yang terjadi dibeberapa Negara merupakan tanggung jawab langsung pemerintah. Penanganannya juga tidak bisa di kelola oleh satu actor saja, melainkan harus melibatkan keseluruhan lembaga serta instansi yang terkait dalam pemerintahan. Fenomena kemiskinan juga dimaknai beragam disetiap daerahnya. Ada perbedaan pemahaman dan kategori untuk mengatakan miskin atau tidak karena didasari aturan sistemik suatu pemerintahan. Seperti yang dicantumkan dalam makalah penulis mencoba membandingkan data yang dihimpun oleh instasi terkait dengan bandingan system yang dimiliki diluar pemerintahan dalam negri penggunaan. pembandingan data BPS dengan data yang dihimpun dari data kemiskinan Asian Development Bank (ADB), pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 43,1 juta jiwa atau meningkat sebesar 2,7 juta jiwa dibandingkan dengan data ADB tahun 2008. Data ini sangat berbeda dari data BPS yang menyatakan angka kemiskinan Indonesia selalu mengalami penurunan dari angka dari 35 juta jiwa pada tahun 2008 menjadi 32,5 juta jiwa tahun 2009, menjadi 31 juta jiwa pada tahun 2010 hingga menjadi 30 juta jiwa pada tahun 2011. Jika dibaca sekilas dapat disimpulkan analogi tingkat kemiskinan yang dipersepsikan di Indonesia berbeda dengan apa yang digunakan Asian Develompent Bank. Perbedaan ini didasari atas konsep yang berbeda yang digunkan masing-masing pihak. Pemberlakuan system tata kelola ekonomi juga disinyalir membuat data yang dimiliki kedua belah pihak berbeda secara signifikan.Pendekatan system seperti yang dijelaskan diatas juga melihat sebuah kausalitas atas fenomena tertentu yang disebabkan gagalnya atau tidak sinergisnya suatu sisitem yang berjalan. Dalam makalah kutipan yang menggambarkan hubungan kausalitas ada pada judul makalah dan kutipan berikut : Tingkat pengangguran juga menjadi permasalahan yang saling berkaitan dengan dampak kemiskinan. Semakin tinggi jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja, maka akan mengurangi pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak dapat dicapai secara maksimal. Acuan kalimat ini didasarkan dari dampak sistemik perekonomian. Perekonomian Negara dihimpun dari masyarakat. Apabila masyarakat dalam suatu Negara tidak mampu menghasilkan pundi-pundi ekonomi Negara secara langsung akan mengalami kekuarangan pendapatan yang nanti akan berimplikasi secara luas terhadap pembangunan di suatu Negara demi mensejahterakan rakyatnya.Selain itu pendekatan system juga melibatkan berbagai actor dalam struktur kelolanya. Hal ini disadari penulis dengan mencantumkan kegiatan atau kebijakan apa saja yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Contoh :Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 tentang Strategi dan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Kebijakan BI tentang permodalan menjadi masalah yang cukup serius menghambat perputaran KUR, misalnya bank hanya akan memberikan kredit sebesar 60% dari kredit yang diajukan sehingga pada akhirnya dana tersebut tidak dapat didistribusikan secara penuh. Berdasar ulasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa penanganan kemiskinan tidak dapat di kerjakan oleh satu pihak saja, dalam hal ini pemerintah. Perlu pelibatan berbagai actor yang dapat mendorong laju perekonomian.