analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption...

11
Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 1 Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik ) Juniwati, SE,MP. Abstrak Penelitian ini dilakukan di Pontianak, yang juga merupakan salah satu daerah yang berbatasan darat dengan negara lain, yang mana keluar masuknya orang dan barang ke luar negeri lebih dekat, cepat, murah dan juga merupakan daerah transit bagi penduduk dari daerah lain. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (kuisioner) yang diukur melalui skala Likert dengan 5 pilihan jawaban dimana jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 5. Instrumen penelitian ini juga diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk penelitian kemudian data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini secara parsial variabel kualitas produk relatif (X 1 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,027 < 0,05. Demikian pula dengan variabel etnosentrisme konsumen (X 2 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sedangkan variabel conspicuous consumption (X 3 ) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,069 > 0,05. Secara simultan ketiga variable ini berpengaruh secara signifikan ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 10,701 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kata kunci : kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen, conspicious consumption , konsumsi produk domestik. LATAR BELAKANG Pemasaran tidak terhindar dari globalisasi, sehingga persainganpun menjadi bersifat global. Fakta ini mengharuskan perusahaan terus berkreasi dan berinovasi dalam mengetahui kebutuhan, keinginan, selera dan perilaku beli konsumen, dan merancang produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara lebih baik dari apa yang dilakukan kompetitornya, serta mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Perusahaan yang gagal memahami kebutuhan, keinginan, dan proses keputusan beli konsumen akan mengalami kegagalan dalam pemasaran dan penjualannya, sehingga akan gagal juga dalam kinerja keseluruhannya. Agar dapat memahami konsumennya, maka perusahaan perlu mengerti dengan benar berbagai hal tentang perilaku konsumen, dari konsumen yang tradisional sampai yang sudah lebih maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Berdasarkan perilaku beli konsumen, perusahaan dan pemasar dapat merancang dan menawarkan produk yang sesuai agar dapat memuaskan kebutuhan konsumen, melebihi pesaingnya. Pada saat seorang konsumen mengambil keputusan pembelian, mereka juga mempertimbangkan negara asal dari merek sebagai bahan evaluasi. Konsumen memiliki sikap, preferensi, dan persepsi tertentu terhadap produk atau jasa yang dihasilkan suatu negara. Efek negara asal ini mempengaruhi bagaimana konsumen menilai kualitas dan pilihan mereka terhadap produk yang akan dikonsumsi Kualitas produk, harga dan merk merupakan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi produk/merk untuk konsumsi. Kualitas merupakan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi sebuah produk berdasarkan rasional (kognitif). Konsumen memiliki pertimbangan yang berbeda dalam mengevaluasi beberapa produk/merk sebelum menentukan pilihannya. Pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi produk pada penelitian ini berdasarkan kognitif, normatif dan afektif ( Vida dan Reardon, 2008 ). Selanjutnya, literatur lain penelitian dari Verlegh dan Steenkamp ( 1999 ) juga menemukan faktor-faktor penentu dalam formasi pilihan konsumen berdasarkan 3 mekanisme secara simultan yaitu kognitif, afektif dan normatif. Walaupun banyak penelitian terdahulu telah menginvestigasi faktor-faktor penting dari pembentukan preferensi konsumen, namun hanya sedikit

Upload: dindowae

Post on 26-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspiciousconsumption terhadap konsumsi produk domestik( studi pada pakaian jadi domestik )

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 1

Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik

( studi pada pakaian jadi domestik )

Juniwati, SE,MP.

Abstrak Penelitian ini dilakukan di Pontianak, yang juga merupakan salah satu daerah yang

berbatasan darat dengan negara lain, yang mana keluar masuknya orang dan barang ke luar negeri lebih dekat, cepat, murah dan juga merupakan daerah transit bagi penduduk dari daerah lain. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (kuisioner) yang diukur melalui skala Likert dengan 5 pilihan jawaban dimana jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 5. Instrumen penelitian ini juga diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk penelitian kemudian data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini secara parsial variabel kualitas produk relatif (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,027 < 0,05. Demikian pula dengan variabel etnosentrisme konsumen (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, sedangkan variabel conspicuous consumption (X3) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,069 > 0,05. Secara simultan ketiga variable ini berpengaruh secara signifikan ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 10,701 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Kata kunci : kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen, conspicious consumption , konsumsi produk domestik.

LATAR BELAKANG

Pemasaran tidak terhindar dari globalisasi, sehingga persainganpun menjadi bersifat global. Fakta ini mengharuskan perusahaan terus berkreasi dan berinovasi dalam mengetahui kebutuhan, keinginan, selera dan perilaku beli konsumen, dan merancang produk untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara lebih baik dari apa yang dilakukan kompetitornya, serta mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya. Perusahaan yang gagal memahami kebutuhan, keinginan, dan proses keputusan beli konsumen akan mengalami kegagalan dalam pemasaran dan penjualannya, sehingga akan gagal juga dalam kinerja keseluruhannya. Agar dapat memahami konsumennya, maka perusahaan perlu mengerti dengan benar berbagai hal tentang perilaku konsumen, dari konsumen yang tradisional sampai yang sudah lebih maju dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Berdasarkan perilaku beli konsumen, perusahaan dan pemasar dapat merancang dan menawarkan produk yang sesuai agar dapat memuaskan kebutuhan konsumen, melebihi pesaingnya.

Pada saat seorang konsumen mengambil keputusan pembelian, mereka juga

mempertimbangkan negara asal dari merek sebagai bahan evaluasi. Konsumen memiliki sikap, preferensi, dan persepsi tertentu terhadap produk atau jasa yang dihasilkan suatu negara. Efek negara asal ini mempengaruhi bagaimana konsumen menilai kualitas dan pilihan mereka terhadap produk yang akan dikonsumsi

Kualitas produk, harga dan merk merupakan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi produk/merk untuk konsumsi. Kualitas merupakan pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi sebuah produk berdasarkan rasional (kognitif).

Konsumen memiliki pertimbangan yang berbeda dalam mengevaluasi beberapa produk/merk sebelum menentukan pilihannya. Pertimbangan konsumen dalam mengevaluasi produk pada penelitian ini berdasarkan kognitif, normatif dan afektif ( Vida dan Reardon, 2008 ). Selanjutnya, literatur lain penelitian dari Verlegh dan Steenkamp ( 1999 ) juga menemukan faktor-faktor penentu dalam formasi pilihan konsumen berdasarkan 3 mekanisme secara simultan yaitu kognitif, afektif dan normatif. Walaupun banyak penelitian terdahulu telah menginvestigasi faktor-faktor penting dari pembentukan preferensi konsumen, namun hanya sedikit

Page 2: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 2

yang meneliti dari ketiga mekanisme (kognitif, normatif dan afektif) secara bersama-sama (Verlegh & Steenkamp, 1999). Demikian pula dalam domain literatur efek Country Of Origin (COO) dan Etnosentrisme konsumen menegaskan bahwa perilaku pilihan konsumen tidak hanya berdasarkan proses kognitif dari berbagai informasi tentang produk, tetapi juga berdasarkan mekanisme afektif dan normatif ( Hansen, 2005; Pecotich & Rosenthal,2001). Di bawah keadaan yang pasti atau normal, faktor-faktor ini memainkan peran potensial dalam pembentukkan preferensi pilihan konsumen pada produk domestik dan asing.

Conspicuous consumption didefenisikan oleh Piron (2000) sebagai keinginan konsumen untuk menawarkan bukti nyata tentang kemampuan mereka untuk mendapatkan barang-barang mewah. Hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk membuat orang lain terkesan atas kemampuannya untuk mendapatkan produk yang berprestise dengan harga yang mahal. Conspicuous consumption dimaksudkan untuk meningkatkan prestise seseorang di dalam masyarakat yang dapat diraih dengan menunjukkan penanda kekayaan pada publik dan mengkomunikasikannya pada orang lain ( O’Cass dan McEwen, 2004 ).

Penelitian ini akan dilakukan di Pontianak, yang juga merupakan salah satu daerah yang berbatasan darat dengan negara lain, yang mana keluar masuknya orang dan barang ke luar negeri lebih dekat, cepat dan murah dan juga merupakan daerah transit bagi penduduk dari daerah lain. Sejalan dengan temuan Sharma, 1987 yang menyatakan bahwa anggota kelompok yang memiliki kontak paling dekat dengan budaya lain, seperti penghuni perbatasan, wisatawan, dan diplomat cendrung sangat etnosentris atau nasionalis.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah Kualitas Produk relatif berpengaruh

terhadap konsumsi pakaian jadi domestik ? 2. Apakah etnosentrisme konsumen

berpengaruh terhadap konsumsi pakaian jadi domestik?

3. Apakah Conspicuous consumption berpengaruh terhadap konsumsi pakaian jadi domestik?

TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas Produk Kualitas produk adalah kesesuaian

produk dengan kebutuhan konsumen dimana informasi-informasi atau stimuli yang melekat pada produk yang digunakan untuk mengevaluasi nilainya (Samiee et al., 2005). Sedangkan yang lainnya mendefinisikan kualitas produk adalah totalitas fitur dan karakteristik suatu produk atau jasa yang terlihat dari kemampuannya untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan (Kotler dan Keller, 2006:138). Davis (1994) dalam Yamit (2005:8) mendefinisikan kualitas sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.

Persepsi Kualitas Produk Relatif

Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi orang adalah ; Faktor internal meliputi ; pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianut, ekspektasi/pengharapannya. Faktor eksternal meliputi tampakan produk, sifat-sifat stimulus, dan situasi lingkungan. Persepsi mempunyai peran yang sangat penting dalam pemasaran. Citra yang ada dibenak konsumen timbul karena proses persepsi, bagaimana konsumen menilai sebuah kualitas juga sangat ditentukan oleh persepsinya, keberhasilan dalam pemosisian produk juga sangat tergantung pada persepsi yang ada dibenak konsumen.

Etnosentrisme

Konsep etnosentrisme seringkali dipakai secara bersama-sama dengan rasisme. Konsep ini mewakili sebuah pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras mempunyai semangat bahwa kelompoknyalah yang lebih superior dari kelompok lain..

Zatrow (1989) menyebutkan bahwa setiap kelompok etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi melalui sikap etnosentrisme. Etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan untuk memandang norma-norma dan nilai dalam kelompok budayanya sebagai yang absolute dan digunakan sebagai standar untuk mengukur dan bertindak terhadap semua kebudayaan yang lain. Sehingga etnosentrisme memunculkan sikap prasangka dan streotip negatif terhadap etnik atau kelompok lain.

Page 3: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 3

Etnosentrisme Konsumen (CE) Sejumlah besar literatur tentang etnosentrisme konsumen, antesedennya dan hasil berkaitan dengan proses normatif yang berkaitan dengan informasi COO. Etnosentrisme konsumen (CE) telah dikonseptualisasikan oleh Shimp dan Sharma (1987) sebagai kecenderungan individu untuk melihat produk manufaktur domestik sebagai yang unggul, dan percaya bahwa membeli produk yang di import tidak sesuai, karena efek yang merugikan seperti pembelian mungkin memakai tenaga kerja domestik dan ekonomi bangsanya. CE sebagai dimensi normatif sekarang menempati tempat yang signifikan dalam literatur COO dan membantu dalam pemahaman lebih dalam dari dinamika negara- asal (Dinnie, 2004).

Conspicuous consumption Piron (2000) dan Solomon (2007:474)

menyatakan “conspicuous consumption refers to consumers’ desire to provide prominent visible evidence of their ability to afford luxury goods.” Artinya Conspicuous consumption merujuk pada hasrat konsumen untuk menunjukkan bukti yang ‘terlihat’ atas kemampuan mereka dalam memperoleh barang-barang mewah. Conspicuous consumption seringkali melibatkan pembelian serta memperlihatkan simbol status, sebagai indikator dari kekayaan dan kekuasaan (Arnould et al., 2005:488). Dengan demikian, conspicuous consumption lebih dilihat dari fungsi sosial suatu produk daripada fungsi ekonomis atau psikologisnya karena dimotivasi oleh keinginan untuk membuat orang lain terkesan dengan kemampuan mereka dalam membayar harga tinggi untuk produk-produk yang bergengsi. Goldsmith et al. (1996) dalam O’Cass dan McEwen (2004) menyatakan bahwa ‘one important motivating force that influences a wide range of consumer behavior is the desire to gain status or social prestige from acquisition and consumption of goods’. Artinya, salah satu kekuatan pemotivasi yang mempengaruhi cakupan luas dari perilaku konsumen adalah hasrat untuk mendapatkan status atau gengsi sosial dari akuisisi dan konsumsi produk. Semakin konsumen mencari status, semakin besar ia terlibat dalam perilaku pengkonsumsian simbol status yang dapat meningkatkan status mereka.

Konsumsi Domestik.

Proses psikologi dasar memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana

konsumen benar-benar membuat keputusan. Keputusan pembelian konsumen meliputi lima tahapan : problem recognition, information search, evaluation of alternatives, purchase desicioin, postpurchase behavior (Kotler dan Keller, 2009:181). Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sebenarnya terjadi dan mempunyai konsekuensi dalam waktu lama setelahnya. Namun, konsumen tidak selalu melalui kelima tahap dalam pembelian produk.

Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut : 1. Untuk menguji dan menganalisis

pengaruh kualitas produk relatif terhadap konsumsi domestik pakaian jadi.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh etnosentrisme konsumen terhadap konsumsi domestik pakaian jadi.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Conspicuous consumption terhadap konsumsi domestik pakaian jadi.

METODE PENELITIAN cara pengolahan dan analisis data, serta pengujian hipotesis. Berdasarkan pertimbangan dalam penelitian ini digunakan sampel sebanyak 110 orang responden untuk mengantisipasi adanya kuisioner yang gagal/rusak. Identifikasi variabel penelitian

Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut lalu ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat, entah secara positif atau negatif. Jika terdapat variabel bebas, maka variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel bebas terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel terikat ditentukan oleh variabel bebas (Sekaran, 2006a:117). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kualitas produk relatif, etnosentrisme konsumen, dan conspicuous consumption.

2. Variabel Terikat (dependent variable)

Page 4: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 4

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah konsumsi pakaian jadi domestik

Definisi Operasional Variabel Penelitian. Kualitas Produk Relatif

Kualitas produk relatif menurut Vida dan Reardon (2008) adalah evaluasi atas produk domestik dibandingkan dengan produk asing pada berbagai atribut. Variabel ini diukur dengan 3 indikator berdasarkan pengukuran yang disusun oleh Vida dan Reardon,2008 dan telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian. Adapun variabel kualitas produk relatif diukur melalui indikator sebagai berikut : a. Penampilan produk menarik b. Daya tahan produk lama c. Harga sesuai dengan kualitas produk

Definisi Operasional Etnosentrisme Konsumen

Etnosentrisme Konsumen adalah kecenderungan individu untuk melihat produk manufaktur domestik sebagai yang unggul, dan percaya bahwa membeli produk yang di import tidak sesuai, karena efek yang merugikan seperti pembelian mungkin memakai tenaga kerja domestik dan ekonomi bangsanya (Shimp & Sharma 1987). Variabel ini diukur dengan 7 indikator berdasarkan pengukuran yang disusun oleh Shimp & Sharma, 1987 dan telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun variabel etnosentrisme konsumen diukur melalui indikator sebagai berikut : a. Beli produk dalam negeri dari pada

produk import b. Gunakan produk import karena tidak

tersedia produk domestik c. Dukung perusahaan dalam negeri d. Hal terbaik beli produk dalam negeri e. Utamakan membeli produk dalam negeri f. Dukung pekerja Indonesia g. Dukung produk dalam negeri meskipun

mahal Definisi Operasional Conspicuous consumption.

Conspicuous consumption merujuk pada hasrat konsumen untuk menunjukkan bukti yang terlihat atas kemampuan mereka dalam memperoleh barang-barang mewah (Piron, 2000). Untuk mengukur conspicuous consumption digunakan delapan belas item pernyataan yang diadopsi dari Marcoux et al. (1997) dan hanya digunakan 7 item yang telah telah dimodifikasi sesuai dengan tujuan

penelitian. Adapun variabel conspicuous consumption (X4) diukur melalui indikator sebagai berikut : a. Hasrat untuk menaikkan citra b. Hasrat untuk memperlihatkan produk

yang mencerminkan simbol status c. Hasrat untuk memperlihatkan produk

simbol kesuksesan dan gengsi d. Hasrat untuk memperlihatkan produk

yang menunjukkan kekayaan e. Hasrat untuk menggunakan produk yang

menarik perhatian orang lain f. Hasrat untuk memperoleh respek g. Hasrat untuk mempelihatkan produk-

produk mahal Definisi Operasional Perilaku Konsumsi Domestik

Konsumsi produk dalam negeri adalah serangkaian aktivitas-aktivitas yang pembeli lakukan secara bebas mengindikasikan produk, melakukan seleksi dan evaluasi terhadap produk atau merk dalam negeri serta melakukan pembelian terhadap produk atau merk tersebut (Irena & Reardon, 2008). Variabel ini diukur dengan 4 indikator berdasarkan pengukuran yang disusun oleh Vida dan Reardon (2008) dan telah dimodifikasi sesuai dengan penelitian. Adapun variabel perilaku konsumsi domestik diukur melalui indikator sebagai berikut : a. Mengenali pakaian jadi domestik b. Mencari informasi tentang pakaian jadi

domestik c. Mengutamakan berbelanja pakaian pada

toko yang menjual pakaian jadi domestik d. Mengutamakan untuk membeli pakaian jadi

domestik Instrumen Penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (kuisioner) yang diukur melalui skala Likert dengan 5 pilihan jawaban dimana jawaban terendah diberi skor 1 dan tertinggi diberi skor 5. Prosedur Pengumpulan Data Adapun jenis data dan prosedur pengumpulannya dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan uji statistik lebih lanjut, maka diperlukan pengujian instrumen penelitian terlebih dahulu yaitu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

Page 5: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 5

Regresi berganda Data yang diperoleh akan dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda.

Dalam teknik analisis regresi berganda pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1.Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas. 2.Uji Asumsi Klasik Heteroskedasitisitas. 3. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi 4. Uji Normalitas Uji hipotesis

Uji hipotesis mencakup uji signifikansi simultan (Uji F) dan uji signifikan parameter individual (Uji t).

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN Dari 110 responden yang paling

dominan dalam penelitian ini adalah wanita dengan jumlah persentase sebesar 70 % dan berpendidikan terakhir SLTA dengan jumlah persentase sebesar 68,18 %. umur 17 – 27 tahun dengan jumlah persentase sebesar 76,36 %, Mahasiswa/pelajar dengan jumlah persentase sebesar 58,18 %, berpendapataan rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 dengan jumlah persentase sebesar 53,64 %.

B. UJI ASUMSI KLASIK Menunjukkan bahwa tidak

terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

C. PENGUJIAN HIPOTESIS

Uji Regresi Linear Berganda

Hasil perhitungan regresi berganda dengan program SPSS versi 16 disajikan pada Tabel 6.15 berikut :

Tabel 6.15 Analisis Regresi Linear

Berganda

sumber : data olahan SPSS 16, 2011

Berdasarkan Tabel 6.15 diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = β0 + β1X1.1 + β2X2.2 + β3X3.3+e Y = 7,976 + 0,250 X1 + 0,170 X2

+(-0,077) X3 + e

Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta (a) sebesar 7,9 , diketahui

bahwa tanpa adanya kualitas produk relatif (X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan conspicuous consumption (X3) maka konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan turun sebesar 7,9 satuan.

2. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y) sebesar positif 0,250, menunjukkan bahwa apabila variabel kualitas produk relatif (X1) naik sebesar satu satuan maka konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan naik sebesar 25 %.

3. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y) sebesar positif 0,170, menunjukkan bahwa apabila variabel etnosentrisme konsumen (X2) naik sebesar satu satuan maka konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan naik sebesar 17 %.

4. Nilai konsumsi pakaian jadi domestik (Y) sebesar negatif (-0,077) , menunjukkan bahwa apabila variabel conspicuous consumption (X3) naik sebesar satu satuan maka konsumsi pakaian jadi domestik (Y) akan turun sebesar 0,77 %.

Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 7.976 1.539

X1 .250 .112

X2 .170 .045

X3 -.077 .042 a. Dependent Variable: Y

Page 6: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 6

menerangkan variasi variabel dependennya. Hasil perhitungan koefisien determinasi yaitu : 1. Nilai R sebesar 0,482 menunjukkan bahwa

hubungan antara keseluruhan variabel yang diteliti yaitu kualitas produk relatif (X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan conspicuous consumption (X3) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y) adalah sebesar 48,2 %. Besarnya angka ini menunjukkan hubungan yang di interprestasikan sebagai hubungan yang sedang.

2. Nilai Adjusted R2 sebesar 23,2 % menunjukkan bahwa besarnya pengaruh secara simultan kualitas produk relatif (X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan conspicuous consumption (X3) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y) sebesar 23,2 %, besarnya angka ini menunjukkan hubungan yang di interpretasikan sebagai hubungan yang rendah. Dan sisanya sebesar 76,8 % dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Uji t (Parsial) Dari data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode regresi dan dihitung dengan menggunakan program SPSS versi 16. Berdasarkan output SPSS versi 16 tersebut secara parsial pengaruh dari ketiga variabel independen yaitu kualitas produk relatif (X1), etnosentrisme konsumen (X2), dan conspicuous consumption (X3) di tunjukkan pada Tabel 6.18 sebagai berikut:

Tabel 6.18 Uji t (parsial) Coefficientsa

a. Dependent Variable: Y

Sumber : data olahan SPSS 16, 2011

Berdasarkan Tabel 6.18 dapat terlihat bahwa :

1. Diperoleh koefisien regresi untuk variabel kualitas produk relatif (X1) sebesar 0,250 dan t hitung 2,241 dengan tingkat

signifikan sebesar 0,027, dimana nilai signifikan ini lebih rendah dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel kualitas produk relatif (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,027 < 0,05. Dengan demikian hipotesis Ho yang menyatakan “Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial kualitas produk relatif (X1) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y)” ditolak. Berarti dalam hal ini hipotesis Ha: yang menyatakan “Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial kualitas produk relatif (X1) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y) diterima.

2. Diperoleh koefisien regresi untuk variabel etnosentrisme konsumen (X2) sebesar 0,170 dan t hitung 3,791 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000, dimana nilai signifikan ini lebih rendah dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel etnosentrisme konsumen (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Dengan demikian hipotesis Ho yang menyatakan “Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial etnosentrisme konsumen (X2) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y)” ditolak. Berarti dalam hal ini hipotesis Ha: yang menyatakan “Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial etnosentrisme konsumen (X2) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y) diterima.

3. Diperoleh koefisien regresi untuk variabel conspicuous consumption (X3) sebesar -0,077 dan t hitung -1,840 dengan tingkat signifikan sebesar 0,069, dimana nilai signifikan ini lebih tinggi dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel conspicuous consumption (X3) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y), yang ditunjukkan dari nilai signifikansi sebesar 0,069 > 0,05. Dengan demikian hipotesis Ho yang menyatakan “Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial conspicuous consumption (X3) terhadap konsumsi pakaian jadi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 7.976 1.539 5.182 .000

X1 .250 .112 .205 2.241 .027

X2 .170 .045 .345 3.791 .000

X3 -.077 .042 -.159 -1.840 .069

Page 7: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 7

domestik (Y)” diterima. Berarti dalam hal ini hipotesis Ha: yang menyatakan “Diduga terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial conspicuous consumption (X3) terhadap konsumsi pakaian jadi domestik (Y) ditolak.

Pembahasan 1.Pengaruh kualitas produk relatif terhadap konsumsi domestik Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa variabel kualitas produk relatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik dengan nilai signifikansi sebesar 0,027. Hal ini berbeda dengan teori yang dikemukan oleh Vida dan Reardon,2008 yang menunjukkan bahwa konstruk afektif dan normatif (yaitu etnosentrisme konsumen dan patriotisme) adalah determinan kuat dari konsumsi domestik dari pada pertimbangan rasional (mekanisme kognitif) seperti persepsi kualitas produk relatif dari produk domestik dibanding produk impor. Hasil penelitian ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut karena tidak sesuai dengan teori yang ada. 2.Pengaruh etnosentrisme konsumen terhadap konsumsi domestik Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa variabel consumer ethnocentrism memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wall dan Heslop (1986) dalam Yelkur et al. (2006) ; yang menyatakan bahwa konsumen yang etnosentris cenderung membeli produk domestik. Vida dan Reardon, 2008, menunjukkan bahwa etnosentrisme konsumen dan patriotisme adalah determinan kuat dari konsumsi domestik. Sharma, 1987 menyatakan bahwa anggota kelompok yang memiliki kontak paling dekat dengan budaya lain, seperti penghuni perbatasan, wisatawan, dan diplomat cendrung sangat etnosentris atau nasionalis. Hamin dan Elliot,2006 menyatakan temuannya menjelaskan bahwa :1). Etnosentrisme konsumen Indonesia lebih tinggi dibanding dengan konsumsi Australia. 2).Etnosentrisme konsumen dan evaluasi produk yang dilakukan konsumen memiliki pengaruh terhadap produk dalam negeri, persepsi kualitas dan pembelian ulang barang dan jasa. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan teori-teori sebelumnya. . 3.Pengaruh conspicuous consumption terhadap konsumsi domestik

Dari hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa variabel conspicuous consumption tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik. Hal tersebut berbeda dengan teori Ger et al. (1993) yang menyatakan bahwa di negara berkembang, konsumen yang conspicuous cenderung menunjukkan kekayaan mereka dengan membeli barang-barang impor. Dengan kata lain semakin tinggi nilai conspicuous dalam diri seseorang maka semakin rendah kesediaannya untuk membeli produk domestik. Hasil hipotesis penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan tersebut. Jika dihubungkan dengan karakteristik responden dalam penelitian ini, populasi penelitian sebagian besar memiliki penghasilan per bulan sebesar di bawah Rp1.000.000 sebanyak 73,64%. Dari karakteristik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan yang relatif rendah sehingga mereka memiliki banyak pertimbangan khusus dan sebagian dari mereka bersikap rasional. Ma’ruf(2005:51) mengatakan bahwa sikap belanja rasional dipengaruhi oleh alasan rasional dalam pikiran konsumen. Cara berpikir seseorang dapat begitu kuat hingga membuat perasaan seperti gengsi menjadi amat kecil atau bahkan hilang karena mereka lebih berpikir untuk memenuhi kebutuhan minimumnya terlebih dahulu. Terlebih lagi, pakaian asing yang dianggap bergengsi oleh konsumen umumnya memiliki harga cukup tinggi mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Selain itu, responden tidak dapat mengkonsumsi sesuatu yang conspicuous jika orang lain tidak memperhatikannya, karena hasrat seseorang unuk mengkonsumsi produk dengan mencolok (conspicuously) ditentukan oleh reference group mereka (Wong dan Ahuvia, 1998 dikutip dalam O’Cass dan McEwen, 2004). Dengan demikian, jika lingkungan sosial konsumen tidak terlalu memperhatikan dan peduli dengan pakaian-pakaian yang mahal dan bergengsi, maka konsumen tersebut juga tidak akan terlalu memikirkan apakah pakaian yang dibelinya mahal atau tidak. Hal inipun didukung oleh teori Childers dan Rao (1992) yang mengatakan bahwa reference group dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Pakaian mungkin hanya satu bagian dari portofolio produk yang digunakan oleh konsumen untuk memaksimalkan performance mereka. Dimana terdapat produk lain yang

Page 8: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 8

dianggap lebih conspicuous dibanding pakaian (Piacentini dan Mailer, 2004). Sehingga terdapat kemungkinan bahwa responden tidak berusaha memperlihatkan kekayaannya melalui pakaian, namun melalui produk-produk lain yang lebih conspicuous.

KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan 1. Secara parsial variabel kualitas produk

relatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukanan oleh Irena Vida dan James D Reardon (2008).

2. Secara parsial variabel etnosentrisme konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik. Hal ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Sharma, 1987, Wall dan Heslop (1986), Vida dan Reardon, 2008, , Hamin dan Elliot,2006.

3. Secara parsial variabel conspicuous consumption tidak berpengaruh secara signifikan terhadap konsumsi pakaian jadi domestik. Hal ini berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Ger et al. (1993).

4. Dari hasil analisis regresi dapat diketahui bahwa secara bersama-sama variabel independent yang diteliti yaitu kualitas produk relatif,etnosentrisme konsumen, dan conspicuous consumption memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen konsumsi pakaian jadi domestik.

b. Saran 1. Penelitian ini diharapkan akan dapat

menjadi sumbangan pemikiran untuk bahan pertimbangan dan evaluasi tambahan dalam memahami faktor-faktor dari kualitas produk relatif, etnosentrisme konsumen, dan conspicuous consumption dalam meningkatkan produktifitas dan kreatifitas guna menciptakan produk yang berkualitas dan berdaya saing baik dalam negeri maupun di luar negeri, dan diharapkan pihak produsen mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk yang ada saat sekarang.

2. Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan untuk membeli pakaian jadi domestic konsumen dipengaruhi oleh factor kualitas produk dan etnosentrime konsumen, dengan demikian dapat dijadikan pertimbangan bagi produsen pakaian jadi domestik, selain menjaga kualitas produk juga memperhatikan kebanggaan

konsumen pada produk negaranya sendiri, khususnya pakaian jadi, misalnya dengan menciptakan desain dan motif-motif yang digali dari budaya negara sendiri bagi pembuat kebijakan disarankan untuk lebih banyak melaksanakan event-event promosi bagi produk dalam negeri yang lebih menarik, melaksanakan kompetisi desain dan motif-motif daerah untuk pakaian jadi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang memperhitungkan variable lain yang belum diteliti terhadap konsumsi domestik, seperti, product jugdement, product knowledge, contry of origin (COO)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D., Kumar, V. & G.S. Day. 1998. Marketing Research 6th Ed. New York: John Wiley and Sons.

Ahmed,Z.U.,Johnson,HP.,Yang,X.,Fatt,C.F.,Teng,H.S. and Boon,L.C.(2004), “ Does Country of origin matter for low involvements products ? International Marketing Review, Vol.21 No.1,pp.102-20.

Ang,S.H.,Jung,K.,Kau,A.K.,Leong,S.M.,Pornpitakpon,C.AndTan,S.J.(2004),”Animosity towards economic giants : what little guys think”,Journal of Consumer Marketing, Vol.21 No.29, pp. 190 – 207.

Arnould, E. J., Price, L. L. & G. M. Zinkhan. 2005. Consumers 2nd Ed. McGraw-Hill/Irwin.

Balabanis,G.And Diamantopoulos,A., Mueller, R.D.and Melewar,T.C.(2001,”The impact of nationalism, patriotism and internationalism on consumer ethnosentric tendencies”, Journal of International Business Studies, Vol.32,pp.157-75.

Batra, R., Venkatram, R., Alden, D.L., Steenkamp, J. E.M. & S. Ramachander. 2000. Effects of brand local and nonlocal origin on consumer attitude in developing countries. Journal of Consumer Psychology, 9 (2). 83-95.

Bahram Ranjbarian, Rojuee Morteza, Mirzaei Abbas, 2010. Consumer Ethnocentrism and Buying Intentions: An Empirical Analysis of Iranian Consumers. European Journal of Social Sciences – Volume 13, Number 3 (2010)

Braun, O.L. & R.A. Wicklund. 1989. Psychological antecedents of conspicuous consumption. Journal of Economic Psychology, 10 (2). 161-187.

Page 9: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 9

Brodowsky, G. H. (1998). The effects of country of design and country of assembly on evaluative beliefs about automobiles and attitudes toward buying them: A comparison between low and high ethnocentric consumers. Journal of International Consumer Marketing, 10(3), 85–113.

Bruning, E. R. (1997). Country of origin, national loyalty and product choice. The case of international air travel. International Marketing Review, 14(1), 59–74.

Caruana, A. and Magri, E. (1996), ‘‘The effects of dogmatism and social class variables on consumer ethnocentrism in Malta’’, Marketing Intelligence and Planning, Vol. 14 No. 4,pp. 39-44.

CIA. The world factbook. <http://www.cia.gov> Retrieved 02.05.2007. de Ruyter, K., van Birgelen, M., & Wetzels, M.

(1998). Consumer ethnocentrism in international services marketing. International Business Review, 7(2), 185–202

Chandra,Gregorius.,Tjiptono,Fandy.,Chandra,Yanto.2004.PemasaranGlobal:Internasionalisi dan Internetisasi. Jogyakarta. Penerbit Andi.

Douglas, S. P., & Nijssen, E. J. (2003). On the use of borrowed scales in cross-national research. International Marketing Review, 20(6), 621–642.

Durvasula, S., Andrews, C. J., & Netemeyer, R. G. (1997). A cross-cultural comparison of consumer ethnocentrism in the United States and Russia. Journal of International Consumer Marketing, 9(4), 73–84.

Dmitrovic Tanja, Vida Irena,dan Reardon James.2009. “Purchase behavior in favor of domestic products in the West Balkans. International Business Review. 18 (2009)pp 523–535

Erdogan B. Zafer & Uzkurt Cevahir.2010. Effects of ethnocentric tendency on consumers’ perception of product attitudes for foreign and domestic products. Cross Cultural Management: An International Journal Vol. 17 No. 4, 2010 pp. 393-406

Ger, Güliz, Belk, R.W. & Dana-Nicoleta Lascu. 1993. The development of consumer desire in marketizing and developing economies: the cases of Romania and Turkey. Advances in Consumer Research, 20. 102-107.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Good, L.K. and Huddleston, P. (1995), “Ethnocentrism of Polish and Russian consumers: are feelings and intentions related?”, International Marketing Review, Vol. 12 No. 5, pp. 35-48.

Granzin, K.L. and Olsen, J.E. (1998), “Americans’ choice of domestic over foreign products: a matter of helping behavior?”, Journal of Business Research, Vol. 43, pp. 39-54.

Granzin, K.L. and Painter, J.J. (2001), “Motivational influences on ‘buy domestic’ purchasing: marketing management implications from a study of two nations”,Journal of International Marketing, Vol. 9 No. 2, pp. 73-96.

Grewal, D., Monroe, K. & R.Khrisnan. 1985. The effects of price-comparison advertising on buyers' perceptions of acquisition value, transaction value, and behavioral intentions. Journal of Marketing Research, 62 (2). 46-59.

Hair, Joseph F., Anderson, Rolph E., Tatham, Ronald L. & W.C. Black. 1998. Multivariate Data Analysis 5th Ed. New Jersey: Prentice-Hall International

Han, C. Min. 1988. The role of consumer patriotism in the choice of domestic versus foreign products. Journal of Advertising Research, June/July. 25-32.

Han, C.M. and Terpstra, V. (1988), “Country-of-origin effects for uni-national and bi-national products”, Journal of International Business Studies, Vol. 19 No. 2, pp. 235-56.

Hansen, T. (2005), “Perspective on consumer decision making: an integrated approach”, Journal of Consume Behavior, Vol. 4 No. 6, pp. 420-37.

Hamin dan Greg Elliot. 2006. A Less-developed country perspective ofnconsumer ethnocentrism and “country of origin” effects: Indonesia evidence. Asia Pacific Journal of Marketing and Logitics. Vol 18 No2. 2006 pp 79-92.

Herche, J. (1994). Ethnocentric tendencies, marketing strategies and import purchase behavior. International Marketing Review, 11(3), 4–16

Heslop, L., Papadopoulos, N., & Bourk, M. (1998). An interregional and intercultural perspective on subculture differences in product evaluation. Revue

Page 10: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 10

Canadiennedes Sciences de l’Administration, 5(2), 113–127.25–32

Insch, G.S. and McBride, J.B. (2004), “The impact of country-of-origin cues on consumer perceptions of product quality: a binational test of the decomposed country-of-origin construct”, Journal of Business Research, Vol. 57, pp. 256-65.

Irawan, Handi. 2007. Karakter #6 Suka Merek Luar Negeri. Marketing/Edisi Khusus/II/2007.

Irawan, Handi. 2006. “ Buatan Luar Negeri Dong...!!!”. Marketing 07/VI/Juli 2006.

Johansson, J.K. (1989), “Determinants and effects of the use of ‘made in’ labels”, nternational Marketing Review, Vol. 6 No. 1, pp. 47-58.

Javalgi, R. G., Pioche Khare, V., Gross, A. C., & Scherer, R. F. (2005). An application of the consumer ethnocentrism model to French consumers. International Business Review, 14, 325–344

Javalgi, R.G., Pioche Khare, V., Gross, A.C. and Scherer, R.F. (2004), “An application of the consumer ethnocentrism model to French consumers”, International Business Review,Vol. 14, pp. 325-44.

Klein, Gabrielle J., Ettenson, R. & M.D. Morris. 1998. The animosity model of foreign product purchase: an empirical test on the People’s Republic of China. Journal of Marketing, 62 (1). 89-100.

Klein, J.G., Ettenson, R. and Krishnan, B.C. (2006), “Extending the construct of consumer ethnocentrism: where foreign products are preferred”, International Marketing Review, Vol. 23 No. 3, pp. 304-21.

Kotler, Philip & Kevin Keller. 2009. Marketing Management 12e. New Jersey: Pearson Education.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi.Erlangga: Jakarta.

Laroche, M., Papadopoulos, N., Heslop, L.A. and Mourali, M. (2005), “The influence of country image structure on consumer evaluations of foreign products”, International Marketing Review, Vol. 22 No. 1, pp. 96-115.

Malhotra, Naresh K. 2006. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan Ed. 4. Terjemahan. Jakarta: PT Indeks.” Consumer Ethnocentrism and Buying Intentions: An Empirical Analysis of Iranian Consumers

Marcoux, Jean-Sebastien, Filiatrault, P. & Emmanuel Cheron. 1997. The attitudes underlying preferences of young urban educated Polish consumers toward products made in Western countries. Journal of International Consumer Marketing, 9 (4). 5-29.

Mowen,John C & Minor, Michael. 2001. Consumer Behavior. 5th edition. Harcourt, Inc.

Netemeyer, R.G., Durvasula, S. & D.R. Lichtenstein. 1991. A cross-national assessment of the reliability and validity of the CETSCALE. Journal of Marketing Research, 28 (3), 320-327.

O’Cass, Aaron & Hmily McEwen. 2004. Exploring consumer status and conspicuous consumption. Journal of Consumer Behavior, 4 (1). 25-39.

Okechuku, C. (1994), ‘‘The importance of product country of origin: a conjoint analysis of the USA, Canada, Germany, and the Netherlands’’, European Journal ofMarketing, Vol. 28 No. 4, pp. 5-19.

Olsen, J.E., Granzin, K.L., dan A. Biswas. 1993. Influencing consumers’ selection of domestic versus imported products: implications for marketing based on a model of helping behavior. Journal of the Academy of Marketing Science, 21 (4). 307-321.

Papadopoulos, N., & Heslop, L. (2002). Country equity and country branding: Problems and prospects. Journal of Brand Management, 9(4–5), 294–314.

Parameswaran, R., & Pisharodi, R. M. (2002). Assimilation effects in country image research. International Marketing Review, 19(3), 259–278.

Pecotich, A., & Rosenthal, M. J. (2001). Country of origin, quality, brand and consumer ethnocentrism. Journal of Global Marketing, 15(2), 33–64.

Peterson, R. A., & Jolibert, A. J. P. (1995). A meta-analysis of country-of-origin effects. Journal of International Business Studies, 26(4), 157–175.

Pharr, J. M. (2005). Synthesizing country-of-origin research from the last decade: Is the concept still salient in an era of global brands? Journal of Marketing Theory and Practice, 13(4), 34–45.

Phau, I., & Chao, P. (2008). Country-of-origin: State of the art review for international marketing strategy and practice: Guest Editorial. International Marketing Review, 25(4), 1251–1252.

Page 11: Analisis pengaruh kualitas produk relatif , etnosentrisme konsumen dan conspicious consumption terhadap konsumsi produk domestik ( studi pada pakaian jadi domestik )

Jurnal penelitian hibah kompetisi Page 11

Piacentini, Maria & Greig Mailer. 2004. Symbolic consumption in teenagers’ clothing choices. Journal of Consumer Behavior, 3 (3). 251-262.

Piron, F. 2000. Consumers’ perceptions of the country of origin effect on purchasing intentions of (in) conspicuous products. Journal of Consumer Marketing, 17 (4). 308-321.

Rawwas, M. Y. A., Rajendran, K. N., & Wuehrer, G. A. (1996). The influence of world mindedness and nationalism on consumer evaluation of domestic and foreign products. International Marketing Review, 13(2), 20–38.

Reardon, J., Miller, C., Vida, I., & Kim, I. (2005). The effects of ethnocentrism and economic development on the formation of brand and ad attitudes in transitional economies. European Journal of Marketing, 39(7–8), 737–754.

Samiee, S., Shimp, T. and Sharma, S. (2005), “Brand origin recognition accuracy: its antecedents and consumers’ cognitive limitations”, Journal of International Business Studies, Vol. 36 No. 4, pp. 379-98.

Samovar, L. A. and Porter, R. E., 1995. Communication between Cultures. Belmore: Wadsworth

Schiffman, Leon G. & Leslie Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior 9th Ed. New Jersey: Pearson Education Inc.

Sekaran, Uma. 2006a. Metode Penelitian untuk Bisnis Edisi 4 Buku 1. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Shankarmahesh, Mahesh N. 2006. Consumer ethnocentrism: an integrative review of its antecedents and consequences.

International Marketing Review, 23 (2). 146-172.

Sharma, S., Shimp, T.A. and Shin, J. (1995), “Consumer ethnocentrism: a test of antecedents and moderators”, Journal of Academy of Marketing Science, Vol. 23 No. 1, pp. 26-37.

Shimp, Terence A. & Subhash Sharma. 1987. Consumer ethnocentrism: construction and validation of the CETSCALE. Journal of Marketing Research, 24 (3). 280-289.

Simatupang, David. 2007. Karakter #8 Gengsi. Marketing/Edisi Khusus/II/2007.

Siswadi. 2007. Penanganan Pasca Panen Buah – buahan dan Sayuran. INNOFARM: Jurnal Inovasi Pertanian, 6 (1): 68 – 71.

Solomon, Michael R. 2007. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being. New Jersey: Pearson Education.

Suh, Taewon & Ik-Whan Kwon. 2002. Globalization and reluctant buyers. International Marketing Review, 19 (6). 663-680.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta : Bandung.

________. 2008. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta : Bandung.

________. 2009. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta : Bandung.

Simamora ,bilson. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia pustaka utama : Jakarta.

Tanja Dmitrovic, Vida Irena,dan Reardon James.2009. “Purchase behavior in avor of domestic products in the West Balkans. International Business Review. 18 (2009)pp 523–535.

Umar, husein. 2005. Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen. PT. Gramedia pustaka utama : Jakarta

Vassella Michael C, Fountain, Patrick D. “Pat,

Fountain, Usha K. 2010. Consumer Ethnocentrism, Partiotism, Global Openneess And Country Of Origin Effect: A Literature Review. ASBBS Annual Conference: Las Vegas 8 February 2010

Verlegh, P.W.J. and Steenkamp, J-B.E-M. (1999), “A review and meta-analysis of country-of-origin research”, Journal of Economic Psychology, Vol. 20, pp. 521-46.

Vida, I & Reardon,J.(2008). Domestic consumption ; Rational, affective or normative choice ? Journal of Consumer Marketing.25(1),34-44.

Wang, Cheng Lu & Zhen Xiong Chen (2004). Consumer ethnocentrism and willingness to buy domestic products in a developing country setting: testing moderating effects. Journal of Consumer Marketing, 21 (6). 391-400.

Yamit, Zulian. 2005. Manajemen Kualitas: Produk dan Jasa. Yogyakarta: Ekonisia.

Yelkur, R., Chakrabarty, S. & S. Bandyopadhyay. 2006. Ethnocentrism and buying intentions: does economic development matter? Marketing Management Journal, 16 (2). 26-37.

Yoon, S.-J., Cannon, H.M., & Yaprak, A. (1996). Evaluating the CYMYC cosmopolitanism scale on Korean consumers. Advances in International.