analisis pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan konsumen dan niat kunjungan ulang ke warung...
DESCRIPTION
Perai..silahkan lanjutkan Bab IV dan Bab VTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia sedang menuju era yang disebut dengan globalisasi. Globalisasi
berasal dari kata ”globe” berarti bulat bundar seperti bola atau apabila
diartikan secara bebas berarti dunia tanpa batas antara satu negara dengan
negara lain (Khoriyah 2001). Pada era ini perkembangan teknologi terutama
informasi dan komunikasi akan sangat pesat. Selain itu, pada era yang juga
disebut dengan era millenium tersebut akan berakibat pada kompetisi yang
sangat sengit di antara negara-negara yang ada di dunia ini.
Dengan perkembangan yang semakin cepat tersebut, kebutuhan
informasi dan komunikasi yang cepat pun menjadi sangat vital. Berbagai
macam media untuk memenuhi kebutuhan informasi dan komunikasi tersebut
terus diciptakan dan dikembangkan seperti telepon, handphone maupun
internet. Media informasi yang disebutkan terakhir ialah salah satu yang
menjamur di kalangan masyarakat yang haus akan informasi. Oleh sebab itu,
banyak yang memanfaatkan peluang bisnis tersebut dengan membangun dan
mendirikan warung internet.
Bisnis warung internet (warnet) ialah bisnis jasa yang menuntut
layanan prima kepada konsumen. Di tengah masyarakat yang semakin peduli
1
2
akan kualitas, layanan prima menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan
bisnis. Apabila konsumen diberikan layanan yang baik maka konsumen akan
puas dan apabila puas mereka akan menjadi konsumen yang loyal. Kotler
(2000); Parasuraman (1990) menyatakan bahwa kepuasan konsumen adalah
tingkat perasaan seseorang setelah ia membandingkan antara kinerja yang
dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk atau jasa yang
dapat memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat
cukup. Dalam konteks teori perilaku konsumen, kepuasan lebih banyak
didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi
atau menggunakan suatu produk atau jasa. Jika kinerja berada di bawah
harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja melebihi harapan, konsumen amat
puas atau senang. Kepuasan yang tinggi atau kesenangan cenderung akan
menyebabkan konsumen berperilaku positif, terjadinya kelekatan emosional
terhadap merek, dan juga preferensi rasional sehingga hasilnya adalah
kesetiaan (loyalitas) konsumen yang tinggi (Palilati 2007).
Parasuraman (1990) memberikan lima dimensi analisis kualitas
layanan yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy.
Saat ini banyak bisnis jasa yang mulai memperhatikan kualitas layanan.
Dengan adanya service quality ini dapat dipantau, apakah kualitas layanan
yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Selain
itu, dalam usaha menghadapi persaingan, perusahaan harus memiliki strategi
3
yang lebih baik dibanding pesaing yang ada. Untuk perusahaan yang bergerak
dalam bidang jasa salah satu alat untuk mendukung strategi bersaing agar
lebih baik adalah dengan memiliki kualitas layanan yang baik.
Niat kunjungan ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai
respon terhadap objek yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk
melakukan pembelian ulang. Niat kunjungan ulang juga dapat diartikan
sebagai bagian dari tahapan loyalitas konsumen. Seperti yang diungkapkan
oleh Oliver (1996) dalam Hurriyati (2005:129), bahwa loyalitas adalah
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali
atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa
yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran
mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Sejak diterapkan standarisasi komunikasi internet tahun 1982
perkembangan internet makin pesat. Kita tidak harus memiliki komputer
sendiri, jika ingin mengakses internet, karena sudah banyak berdiri persewaan
internet, seperti internet kafe atau warung internet. Kebanyakan yang
pengakses internet adalah pelajar dan mahasiswa (Hermawan, 2000). Bisnis
jasa warung internet juga sangat marak di Lubuk Buaya, salah satu daerah di
kota Padang di Provinsi Sumatera Barat. Konsumen dari warung internet
tersebut adalah siswa, mahasiswa maupun masyarakat umum.
4
Karena inilah penulis tertarik untuk membahas penelitian dengan
judul: ” Pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen terhadap
Niat Kunjungan Ulang ke Warung Internet di Lubuk Buaya”
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka masalah – masalah
yang dapat di identifikasi adalah :
1. Apakah Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Niat Kunjungan ke
warung internet di Lubuk Buaya?
2. Apakah Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap Niat Kunjungan ke
warung internet di Lubuk Buaya?
3. Apakah Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen berpengaruh terhadap
Niat Kunjungan ke warung internet di Lubuk Buaya?
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada pengaruh
kualitas layanan dan kepuasan konsumen terhadap niat kunjungan ulang ke
warung internet di Lubuk Buaya berdasarkan data Bulan Januari 2008 sampai
dengan Desember 2008.
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Sejauhmana pengaruh Kualitas Layanan terhadap Niat Kunjungan ke
warung internet di Lubuk Buaya?
2. Sejauhmana pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Niat Kunjungan ke
warung internet di Lubuk Buaya?
3. Sejauhmana pengaruh Kualitas Layanan dan Kepuasan Konsumen
berpengaruh terhadap Niat Kunjungan ke warung internet di Lubuk
Buaya?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan perumusan masalah
diatas adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas layanan terhadap Niat Kunjungan
Ulang di Warung Internet di Lubuk Buaya
2. Untuk mengetahui pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Niat
Kunjungan Ulang ke warung internet di Lubuk Buaya
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang
diharapkan berguna bagi berbagai pihak.
6
Manfaat bagi penulis:
- Sebagai masukan pengetahuan bagi penulis tentang kualitas layanan
komunikasi.
- Memperluas wawasan penulis dari penerapan ilmu yang telah diperoleh
dalam perkuliahan.
- Sebagai tugas akhir mata kuliah Metodologi Penelitian
Manfaat bagi perusahaan:
- Memberi masukan pada perusahaan dalam menyusun strategi bersaing
industri komunikasi.
- Sebagai acuan bagi perusahaan untuk mengembangkan kualitas layanan
jasa berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan.
Manfaat bagi akademisi :
- Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai
kualitas dan kinerja jasa komunikasi dalam menentukan tingkat kepuasan
pelanggannya.
- Memberikan referensi yang berguna tentang pemenuhan kualitas layanan
jasa komunikasi.
7
BAB II
KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pemasaran
Menurut Philip Kotler (2005), pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, pertukaran, hubungan
timbal balik produk-produk yang bernilai dengan individu dan kelompok
lain”.
Sedangkan Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (American
Marketing Association : AMA) dalam Cravens (1996) “Pemasaran adalah
proses perencanaan, dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga, promosi, dan
pendistribusian barang, jasa dan ide untuk menciptakan pertukaran dengan
kelompok yang dituju, dimana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan
tujuan perusahaan”.
Dari uraian defenisi tentang pemasaran di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemasaran itu mencakup usaha-usaha pemasaran yang
dimulai dari mengidentifikasi kebutuhan konsumen, menentukan produk yang
tepat untuk diproduksi, mengkoordinasikan dengan fungsi-fungsi manajamen
lainnya (fungsi keuangan, produksi, sumberdaya manusia, serta penelitian dan
7
8
pengembangan), mengembangkan penawaran melalui promosi dan distribusi.
Semua ini perlu dilakukan perusahaan agar tercapai kepuasan konsumen yang
merupakan salah satu cara tercapainya laba yang menjadi tujuan perusahaan.
2. Jasa
Menurut Stanton (1985), jasa merupakan kegiatan yang dapat dilihat
tapi tidak dapat dirasakan bentuknya yang mana jasa ini diberikan untuk
memuaskan kebutuhan/ kegiatan konsumen dan dalam menjalankan usaha ini
digunakan barang yang dapat diraba tapi barang ini tidak mengalami
perpindahan permanen setelah interaksi dilakukan.
Sedangkan menurut Tjiptono (1997), jasa merupakan aktivitas/
manfaat/ kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Selain itu, menurut kotler (1997 jilid II), jasa adalah setiap tindakan
atau kegiatan yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun,
produksinya dapat dikaitkan atau pada suatu produk fisik. Jasa merupakan
tawaran perusahaan ke pasar biasanya mencakup beberapa jasa. Komponen
jasa dapat merupakan bagian kecil atau bagian utama dari total penawaran.
Maka, penawaran dibedakan menjadi 5, yaitu:
a. Barang berwujud murni
Penawaran hanya terdiri dari barang berwujud, tidak ada jasa yang
menyertai produk tersebut.
b. Barang berwujud yang disertai jasa
9
Pewaran terediri dari barang berwujud yang disertai atau beberapa jasa
untuk meningkatkan daya tarik konsumennya.
c. Campuran
Penawaran terdiri dari barang dan jas adengan proporsi yang sama.
d. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan
Penawaran terdiri dari satu jasa utama disertai jasa tambahan atau barang
pendukung.
e. Jasa murni
Penawaran hany aterdiri dari jasa.
2.1. Karakteristik Jasa
Setiap jasa yang dihasilkan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kotler
(1997) membedakan karakteristik jasa menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Intangible (Tidak Berwujud)
Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan atau
dinikmati sebelum dibeli konsumen. Artinya kualitas jasa tidak dapat dilihat
secara fisik, tetapi kualitasnya dapat diperoleh melalui tempat, orang,
peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga yang melekat pada jasa tersebut.
b. Inseparibility (Tidak dapat Dipisahkan)
Pada umumnya jasa yang diproduksi dapat dirasakan pada waktu bersamaan
dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak
lainnya maka dia akan tetap menjadi bagian dari jasa tersebut, atau jika
10
seseorang melakukan jasa maka penyediaannya adalah bagian dari jasa
tersebut. Ciri khusus dari pemasaran jasa adalah interaksi penyedia jasa
dengan klien yang hadir saat jasa itu dilakukan.
c. Variability (Bervariasi)
Jasa senantiasa mengalami perubahan, tergantung pada siapa penyedia jasa,
penerima jasa, dan kondisi dimana jasa tersebut diberikan.
d. Perishability (Tidak Tahan Lama)
Daya tahan suatu jasa tergantung pada situasi yang diciptakan oleh berbagai
faktor. Atau dengan kata lain seseorang penyedia jasa tersebut tidak bisa
menawarkan pelayanan jasanya kepada pelanggan yang sedang tidak
membutuhkan jasa tersebut, pada kondisi ini jasa dikatakan sudah lenyap atau
tidak tahan lama.
2.2 Kualitas Jasa
2.2.1 Pengertian Kualitas Jasa
Semakin tinggi tingkat kualitas produk mengakibatkan semakin tingginya
kepuasan pelanggan dan mendukung harga jasa yang lebih tinggi. Dimana menurut
(Kotler, 1997), hal yang penting lainnya dalam memuaskan pelanggan adalah kualitas
pelayanan. Terdapat hubungan yang erat antara kualitas dan pelayanan, kepuasan
pelanggan dan profitabilitas perusahaan.
Sedangkan menurut American Society for Quality Control (Kotler, 1997)
kualitas jasa adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang
11
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
yang tersirat. Ini merupakan pengertian jasa yang terpusat pada pelayanan. Kita dapat
mengatakan bahwa seorang penjual telah memberikan kualitas bila produk atau
layanan penjual memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, dengan demikian
perusahaan dapat dikatakan berkualitas bila perusahaan itu selalu memuaskan
kebutuhan pelanggannnya.
Jadi, kualitas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan oleh penyedia jasa
dengan baik, dalam rangka meraih keunggulan bersaing, baik sebagai pemimpin
pasar ataupun sebagai strategi untuk terus berekembang. Pelanggan akan mencari
bukti dari kualitas jasa yang ditawarkan. Mereka akan menarik kesimpulan mengenai
kualitas jasa baik itu dari tempat, orang, peralatan, alat komunikasi, simbol dan harga
yang mereka rasakan.
2.2.2 Faktor-faktor Penilaian Jasa
Ada banyak faktor yang mempengaruhi penilaian terhadap suatu jasa
(Pasuraman dkk, 1990 : 19 Needs), yaitu:
a. Personal needs
Pada dasarnya setiap orang pasti mempunyai kebutuhan spesifik tergantung
pada karakteristik individu, situasi dan kondisi dari pelanggan itu sendiri.
b. Past experience
Adanya pengalaman masa yang lalu dalam menggunakan barang dan jasa
yang sama. Misalnya pengalaman yangn dialami oleh seoranng pelanggan
12
salon akan mempengaruhi penilaiannya tentang performance restoran
tersebut.
c. Word of mouth communication
Preferensi konsumen terhadap suatu pelayanan dipengaruhi oleh apa yang
dikatakan orang lain, yang akan membentuk harapan konsumen.
d. External communication
Komunikasi kesternal dari penyedia barang dan jasa memainkan peranan
penting dalam membentuk harapan konsumen seperti dalam membentuk
harapan konsumen seperti promosi dan iklan.
2.2.3 Mengelola Kualitas Jasa
Salah satu cara perusahaan jasa untuk dapat tetap ungul bersaing adalah
dengan cara memberikan jasa yang berkualitas lebih tinggi dibandingkan dengan
pesaingnya secara konsisten. Pasuraman, Zeithaml dan Berry (1990) membentuk
model kualitas jasa yang mengidentifikasi 5 kesenjangan yang kan mengakibatkan
kegagalan penyampaian jasa, yaitu:
1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen
Manajemen tidak selalu dapat memahami dengan tepat apa yang diharapkan
konsumen terhadap komponen pelayanan.
2. Kesenjangan antara persepsi manajemen dengan spesifikasi kualitas jasa
Manajemen mungkin memahami secara tepat apa yang diharapkan pelanggan
tetapi tidak menetapkan suatu set standar kinerja spesifik.
13
3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dengan penyampaian jasa
Para personil mungkin kuarang terlatih atau tidak mampu dan tidak mau
memenuhi standar, atau mereka dihadapkan pada standar yang berlawanan.
4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal
Harapan konsumen dipengaruhi oleh pertnyataan yang dibuat oleh wakil-
wakil perusahaan
5. Kesenjangan antara jasa yang dialami dengan jasa yang diharapkan
Hal ini terjadi jika pelanggan mengukur kinerja perusahaan dengan cara
berbeda dan memiliki persepsi yang keliru mengenai persepsi yang keliru
mengenai kualitas jasa.
14
Secara skematis dapat ditunjukan dalam bagan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kualitas Jasa
Sumber : Pasuraman, Valerie A. Zeithaml dan Leonard L. Berry,
Komunikasi eksternal ke pelanggan
Penyampaian jasa (sebelumdan sesudah kontrak)
Transalansi persepsi menjadi spesifikasi Kualtas jasa
Persepsi manajemen tentang harapan konsumen
Kesenjangan 3
Kesenjangan 4
Kesenjangan 1
Kesenjangan 2
Komunitas dari mulut ke mulut
Kebutuhan pribadi
Pengalaman masa lalu
Jasa yang diharapkan
Jasa yang dialami
Kesenjangan 5
KONSUMEN
PEMASAR
15
“A conceptual Model of Service Quality and its Implications for Future Research “,
Journal Of Marketing, Fall 1990, hal 44
2.2.4 Dimensi Kualitas Jasa
Menurut Pasuraman, Zeithaml dan Berry (1988) dalam Tjiptono dan Chandra
(2005), ada 5 dimensi yang digunakan dalam menilai kualitas pelayanan pada
industri, yaitu:
1. Reliability (reliabilitas), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun
dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.
2. Responsiveness (daya tanggap), yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam
membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap,
meliputi: kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan
karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan keluhan pelanggan.
3. Assurance (Jaminan), yakni perilaku karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perysahaan bias menciptakan
rasa aman bagi para pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bias
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juda berarti bahwa
para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani .
Dimensi kepastian/jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:
16
Kompetensi (Competence), artinya keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki oleh para karyawan untuk
melakukan pelayanan.
Kesopanan (Courtesy), yang meliputi keramahan,
perhatian, dan sikap para karyawan.
Kredibilitas (Credibily), meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan kepercayaan kepada perusahaan, seperti reputasi,
prestasi, dan sebagainya.
4. Empathy (empati), yaitu perhatian individual yang diberikan perusahaan
kepada pelanggan seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan,
kemampuan karyawan untuk berkomunikasi dengan pelanggan, dan usaha
perusahaan untuk memahami keinginan dan kebutuhan pelanggannya.
Dimensi ini merupakan penggabungan dari dimensi:
Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang
ditawarkan perusahaan.
Komunikasi, merupakan kemampuan melakukan komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau
memperoleh masukan dari pelanggan.
Pemahaman pada pelanggan, meliputi usaha perusahaan untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
17
5. Tangibles (bukti fisik), meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung dan
ruangan front office, tersedianya tempat parkir, kebersihan, kerapihan dan
kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan
karyawan.
3. Kepuasan Pelanggan
3.1 Pengertian kepuasan konsumen
Kemampuan perusahaan untuk dapat mengenali, memenuhi dan memuaskan
kebutuhan pelanggan dengan baik, merupakan strategi untuk dapat unggul dari
pesaing lain. Konsumen yang loyal akan lebih sulit untuk dipertahankan, tapi dapat
dicapai bila perusahaan mampu berfokus pada kepuasan tinggi yang dirasakan oleh
pelanggannya.
Adapun kepuasan konsumen menurut Kotler (2002 jilid 1) adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi/
kesannya terhadap kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Tapi, jika
kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas dan senang.
Jika kinerja yang dirasakan di bawah harapan, pelanggan tersebut akan merasa
dikecewakan, jika kinerja memenuhi harapan pelanggan, pelanggan akan merasa
puas, sedangkan jika kinerja melebihi harapan maka pelanggan akan merasa sangat
puas. Dan kepuasan ini tentu akan dapat dirasakan setelah pelanggan yang
bersangkutan mengkonsumsi produk tersebut.
18
3.2 Manfaat Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen ini sangat penting bagi penyedia jasa (Tjiptono, 2000),
karena:
1. Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah
Fokus kepuasan pelanggan merupakan upaya mempertahankan pelanggan
dalam rangka mengahadapi produsen yang menawarkan harga rendah.
Dimana banyak juga perusahaan menemukan fakta bahwa pelanggan bersedia
mengeluarkan biaya yang lebih mahal untuk mendapatkan pelayanan dan
kualitas yang baik.
2. Daya persuasif word of mouth
Pendapat atau opini dari teman atau keluarga jauh lebih persuasifr dari iklan.
3. Reduksi sensetifitas harga
Pelanggan yang puas dan loyal terhadap sebuah perusahaan cendrung lebih
jarang menawarkan harga untuk setiap pembelian individualnya. Dalam
banyak kasus kepuasan pelanggan mengalihkan focus pada harga kepelayanan
dan kualitas.
4. Kepuasan pelanggan sebagi indicator ksuksesan bisnis di masa depan
Kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang, karena dibutuhkan
waktu yang cukup lama sebelum dapat membantu reputasi atas pelayanan
prima. Akan tetapi, hasilnya dituai dalam jangka panjang dan manfaat tersebut
dapat bertahan lama.
19
5. Manfaat ekonomi mempertahankan pelanggan versus menarik pelanggan
baru.
Mempertahankan pelanggan dan memuaskan pelanggan saat ini jauh lebih
murah dibandingkan terus-menerus berupaya menarik atau memprospek
pelanggan baru.
3.3 Pengukuran Kepuasan Konsumen
Kotler, et al., (2004 dalam Tjiptono 2005 : ) mengidentifikasi 4 metode untuk
mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
1. Sistem keluhan dan saran
Perusahaan jasa yang berorientasi pada pelanggan harus memberikan
kesempatan yang selua-luasnya kepada para pelanggan untuk menyampaiakn
saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan
berupa kartu komentar, saluran telepon bebas pulsa dan lain-lain.
2. Ghost shoping
Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah
dengan mempekerjakan beberapa orang gosht shopers untuk berperan sebagai
pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing. Mereka akan melaporkan
mengenai kekuatan dan kelemahan jasa perusahaan disbanding para pesaing.
20
3. Lost customer analysis
Perusahaan dapat menghubungi pelanggan yang telah berhenti membeli atau
tlah beralih keperusahaann lain, agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi
dan dapat mengambil kebijakan perbaikan dan penyempurnaan selanjutnya.
4. Survei kepuasan konsumen
Sebagian besar penelitian dapat menggunakan metode survey baik via pos,
telepon, e-mail maupun wawancara langsung.
4. Niat
Niat adalah kecendrungan untuk melakukan tindakan terhadap obyek
(Assel,1988). Menurut Dharmesta (1999) niat terkait dengan sikap dan perilaku. Niat
juga dapat diartikan sebagai sebuah perangkap atau perantara antara faktor
motivasional yang mempengaruhi perilaku. Niat mengindikasikan seberapa jauh
seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba. Niat menunjukan pengukuran
kehendak seseorang dan berhubungan dengan perilaku yang terus menerus.
Perilaku konsumen untuk melakukan kunjungan dapat diprediksi melalui
niatnya. Fishbein dan Ajzen (1957) dalam Foedjiawati (2007)mengatakan bahwa cara
yang paling efektif untuk mengetahui apakah individu akan menampilkan atau tidak
menampilkan suatu perilaku adalah dengan menanyakan atau mengetahui niat
individu tersebut untuk melakukan suatu perilaku. Dengan kata lain, niat merupakan
maksud yang dapat digunakan untuk memprediksikan suatu perilaku tertentu.
21
4.1 Niat Kunjungan Ulang
Niat kunjungan ulang merupakan perilaku yang muncul sebagai respon
terhadap objek. Niat kunjungan ulang juga merupakan niat pembelian ulang yang
menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian ulang.
Niat kunjungan ulang juga dapat diartikan sebagai bagian dari tahapan
loyalitas konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Oliver (1996) dalam Hurriyati
(2005:129), bahwa loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam
untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih
secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-
usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Tahapan-tahapan loyalitas tersebut menurut Hermawan Kertajaya (2003)
dalam Hurriyati (2005:132) dapat dikelompokkan dalam lima tahapan yaitu:
1. Terrorist Customer
Adalah pelanggan yang suka menjelek-jelekkan merek perusahaan
dikarenakan tidak suka atau pernah tidak puas dengan layanan yang diberikan
perusahaan. Pelanggan seperti ini bersikap seperti teroris yang suka
menyusahkan perusahaan.
2. Transactional Customer
Yaitu pelanggan yang memiliki hubungan dengan perusahaan yang
sifatnya sebatas transaksi, pelanggan seperti ini membeli satu atau dua kali,
sesudah itu dia tidak mengulangi pembeliannya, atau apabila melakukan
pembelian lagi sifatnya kadang-kadang.
22
3. Relationship Customer
Dimana tipe pelanggan ini nilai ekuitasnya lebih tinggi dibanding dua
jenis pelanggan di atas, pelanggan jenis ini telah melakukan repeat buying dan
pola hubungannya dengan produk atau merek perusahaan adalah relational.
4. Loyal Customer
Pelanggan jenis ini tidak hanya melakukan repeat buying, tapi lebih
jauh lagi sangat loyal terhadap produk dan merek perusahaan. Bila ada yang
orang lain yang menjelek-jelekkan perusahaan, pelanggan ini tetap bertahan,
dia tetap bersama perusahaan seburuk apapun orang menjelekkan perusahaan.
5. Advocator Customer
Pelanggan semacam ini sangat istimewa dan excellent, mereka selalu
membela produk dan merek perusahaan, pelanggan yang menjadi juru bicara
yang baik kepada pelanggan lain dan pelanggan yang marah apabila ada orang
lain menjelek-jelekkan merek perusahaan.
Menurut Schnaars (1991), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk
menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan perusahaan dan
pelanggannya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke
mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan (Tjiptono, 2001).
23
5. Tahapan Pengambilan Keputusan Konsumen
Para konsumen akan melewati lima tahapan dalam proses pengambilan
keputusan pembeliannya terhadap suatu produk/jasa, namun tidak selalu konstan,
mereka bisa saja melewati atau membalik beberapa tahap.
Gambar 2.2
Tahapan Pengambilan Keputusan
Sumber: Manajemen Pemasaran, Philip Kotler, 2003:224
Kelima tahapan itu adalah:
1) Pengenalan Masalah
Proses ini di mulai ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan ini bisa di ciptakan oleh rangsangan internal ataupun eksternal.
Oleh rangsangan internal, salah satu kebutuhan umum seseorang seperti
lapar dan haus telah mencapai ambang batas tertentu dan mulai menjadi
pendorong. Sedangkan yang disebabkan oleh rangsangan eksternal, seperti
ketika seseorang melewati toko kue dan melihat roti yang segar dan
hangat sehingga terangsang rasa laparnya.
PengenalanMasalah
Pencarian Informasi
EvaluasiAlternatif
Keputusan Pembelian
PrilakuPasca
Pembelian
24
2) Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak. Sumber informasi konsumen dapat
dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu sumber pribadi (keluarga,
teman); sumber komersial (iklan, wiraniaga, pajangan di toko); sumber
publik (media massa); sumber pengalaman (pemakaian produk). Jumlah
dan pengaruh relatif sumber-sumber informasi itu berbeda-beda
tergantung pada kategori produk dan karakteristik pembeli.
3) Evaluasi Alternatif
Tahapan konsumen dalam mengevaluasi alternatif adalah; Pertama,
konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhannya. Kedua, konsumen
mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang masing-masing produk sebagai kumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat.
4) Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-
merek yang ada dalam kumpulan pilihan. Dalam proses pembuatan
keputusan pembelian oleh konsumen, ada dua hal utama yang
mempengaruhinya, yakni pengaruh dari para pemasar (firm ’ s marketing
efforts) dan pengaruh dari lingkungan diri konsumen itu sendiri
(sociocultural environment). Kedua faktor ini memiliki pengaruh yang
sangat besar dalam mempengaruhi prilaku pembelian konsumen. Firm ’ s
25
marketing efforts terdiri atas pengaruh dari bauran pemasaran si produsen
dan pengaruh dari lingkungan sosial si konsumen. Sedangkan
Sociocultural Environment ini mempengaruhi prilaku pembelian
konsumen dari lingkungan diri si konsumen tersebut, seperti budaya,
sosial, dan keluarga.
5) Prilaku Pasca Pembelian
Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami level kepuasan atau
ketidakpuasan tertentu. Jika kinerja produk lebih rendah daripada harapan,
maka konsumen akan kecewa, namun jika ternyata sesuai harapan,
konsumen akan puas, jika melebihi harapan, konsumen akan menjadi
sangat puas. Para konsumen membentuk harapan mereka berdasarkan
pesan yang diterima dari para penjual, teman, dan sumber-sumber
informasi lain. Semakin besar kesenjangan antara harapan dan kinerja,
semakin besar ketidakpuasan konsumen, dan begitu juga sebaliknya.
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap produk akan mempengaruhi prilaku
konsumen selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan
kemungkinan yang lebih tinggi untuk membeli kembali produk tersebut.
Sebaliknya, para pelanggan yang tidak puas mungkin akan membuang
atau mengembalikan produk tersebut.
26
B. Kerangka Konseptual
Gambar 2.3
Skema Kerangka Konseptual
6. Tinjauan Penelitian Terahulu
Penelitian terdahulu diantaranya dilakukan oleh Tung Lai Lai dalam
penelitiannya yang berjudul Service Quality and Perceived Value’s Impact on
Satisfaction, Intention and Usage of Short Message Service (Sms) yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kepuasan konsumen dengan
customers behavioural intentions dalam menggunakan sms, dan menggunakan skala
SERVPERF.
Wisnalmawati dalam penilitiannya yang berjudul Analisis Pembeda Dimensi
Kualitas Pelayanan Terhadap Frekuensi Jarang Maupun Seringnya Konsumen
Mengkonsumsi Jasa Internet Pada Warung Intersat Nusantara Di Yogyakarta yang
Kualitas Pelayanan:ReliabilitasDaya tanggap JaminanEmpatiBukti fisik
KepuasanKonsumen
Niat Kunjungan ulang
27
menyimpulkan bahwa dimensi kualitas layanan yang paling mempengaruhi yakni
penampilan phisik.
Winarto (2008) dalam penilitiannya yang berjudul Analisis Kualitas Layanan
dan Kepuasan Konsumen Warung Internet di Salatiga, menemukan bahwa terdapat
gap skor yang negatif antara penilaian konsumen dan harapan yang diartikan sebagai
ketidakpuasan konsumen terhadap kualitas layanan warung internet yang telah
mereka terima.
Zahir Ravana Zubir (2005) Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Niat
Kunjungan Ulang Ke Objek Wisata (Studi Kasus Kebun Binatang Surabaya),
menunjukan bahwa fakor-faktor dimensi kualitas layanan berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan dan kepuasan pengunjung tersebut mempengaruhi niat pengunjung
untuk datang kembali.
C. Hipotesis
HI : Diduga kualitas layanan memiliki pengaruh secara langsung yang
signifikan terhadap kepuasan konsumen.
H2 : Diduga kepuasan konsumen memiliki pengaruh secara langsung yang
signifikan terhadap niat mengunjungi ulang warung internet di Pasar
Baru.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah warung internet di Pasar Baru.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugioyono, 1999). Populasi yang diteliti
penulis adalah semua konsumen yang pernah mengunjungi Warung Internet di Pasar
Baru.
2. Sampel
Berbagai metode penentuan sampel merupakan cara-cara untuk meminimalisir
kekeliruan generalisasi dari sampel ke populasi. Dalam penelitian ini metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkut pautnya dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Ruslan, 2003).
28
29
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk menguji hubungan, ukuran
sampel minimal ditentukan melalui teknik iterasi (Nirwana S, 1994:109) dengan
rumus sebagai berikut:
dimana
dimana
Untuk n1 ≠ n2 dilakukan iterasi berikutnya dengan rumus n dan Uρ
sebagaimana merujuk kepada n2 hingga diperoleh nilai n yang sama dan taraf
signifikansi α = 0,05 dan kuasa uji atau power (1 – ß) = 0,95 untuk uji dua-arah, serta
estimasi koefisien korelasi multiple terkecil ρ = 0,35. Dari perhitungan dengan
menggunakan rumus dan batasan di atas, diperoleh nilai Z1-α = Z1-β = 1,960 ; U’ρ =
0,365 ; n1 = 119 Uρ (n2) = 0,362 ; n2 = 118 ; Uρ (n3) = 0,367 ; n3 = 118 (n2 = n3)
sehingga ukuran sampel penelitian sebelum dialokasikan ditetapkan minimal 120
konsumen dan maximal 300 konsumen.
Karena keterbatasan waktu dan biaya pada penelitian ini, peneliti menetapkan
150 responden yang akan dijadikan sebagai sampel.
C. Variabel Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul:
30
“Analisis Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Konsumen dan Niat
Kunjungan Ulang ke Warung Internet di Pasar Baru”
Dipakai beberapa variabel diantaranya:
a. Variabel Bebas (Independen) : Kualitas Layanan
b. Variabel Terikat (Dependen) : 1. Kepuasan Konsumen
2. Niat Kunjungan Ulang
1. Operasional Variabel
Variabel Definisi IndikatorSkala
Pengukuran
Kualitas Layanan Ukuran tingkat layanan
yang diberikan terhadap
pemenuhan ekspektasi
pelanggan.
5 pertanyaan
mengenai reliabilitas,
4 pertanyaan
mengenai daya
tanggap, 4 pertanyaan
mengenai jaminan, 3
pertanyaan mengenai
empati, 4 pertanyaan
mengenai bukti fisik
perusahaan.
Likert
Kepuasan Konsumen Tingkat perasaan 2 Pertanyaan Likert
31
konsumen yang diperoleh
setelah konsumen
melakukan atau
menikmati sesuatu.
mengenai customer
satisfaction (perasaan
puas atau tidak puas.)
Niat Kunjungan Ulang Perilaku yang muncul
sebagai respon terhadap
objek, yang menunjukkan
keinginan pelanggan
untuk melakukan
pembelian ulang
1 pertanyaan
mengenai keinginan
konsumen untuk
berkunjung kembali
Likert
D. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data asli atau data mentah yang langsung
penulis peroleh selama melakukan penelitian di lapangan (field research)
dalam hal ini, penelitian terhadap konsumen warung internet di Pasar Baru,
Padang penelitian dan responden.
Data primer ini diperoleh melalui kuesioner, yaitu teknik
pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi beberapa pertanyaan
tertulis kepada responden Data dari kuesioner adalah jawaban yang di berikan
oleh para responden.
32
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data-data yang telah diolah terlebih dahulu oleh
pihak-pihak atau badan/ instansi terkait. Pengumpulan data ini di lakukan
dengan library research, yaitu pengumpulan data yang di lakukan dengan
jalan membaca buku-buku literature, makalah dan jurnal-jurnal, serta artikel-
artikel yang berhubungan dengan masalah yang di bahas.
E. Pengukuran variabel
Jawaban setiap item instrumen menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok
orang tentang fenomena sosial (Sugiyono: 2004). Dengan Skala Likert, maka variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala
Likert lima point mempunyai nilai dari sangat negatif sampai sangat positif.
F. Analisis Data
Untuk pembahasan masalah penelitian ini penulis memakai analisa kuantitatif
yaitu analisa mengenai data-data yang didapat berupa angka yang diolah dengan
menggunakan statistik. Dalam penelitian ini teknik analisa data yang digunakan
33
adalah Mulitiple Regresion (regresi berganda) dan regresi Linear sederhana dengan
penyelesaian menggunakan program SPSS versi 12.0. Model persamaan untuk
analisis regresi berganda pada penelitian ini adalah:
Y = a + b x + b x + b x + b x 4 + b 5 x + e
Y = a + b x + b x + b x + b x 4 + b x + e
Dimana :
Y = Kepuasan Konsumen
Y = Niat Kunjungan Ulang
a = Konstanta
b = Angka koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan atau penurunan
variabel independent (tangible, emphaty, reliability, responsivness, dan
assurance).
x = Kinerja pelayanan perusahaan yang terdiri dari variabel tangible, emphaty,
reliability, responsivness, dan assurance.
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen yaitu
tangible (x ), emphaty (x ), reliability (x ), responsivness (x 4 ), dan assurance(x )
menjelaskan variabel dependen dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi berganda
(R ). Untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap
variabel dependen digunakan uji simultan F-test. Untuk mengetahui besarnya
34
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap
variabel dependen digunakan uji parsial dengan T-Test.