analisis pengaruh kerja terhadap kinerja tenanga kependidikan
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
(Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor,
Darmaga Bogor)
Oleh
FIRSTRI SYANPUTRI
H24104085
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
Firstri Syanputri. H24104085. Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan (Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor) Di bawah bimbingan Jono M. Munandar dan Ratih Maria Dhewi. Persaingan yang semakin kompetitif antar perguruan tinggi, membuat Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia untuk dapat meningkatkan keunggulan yang dimilikinya. Salah satu aspek terpenting dalam menciptakan suatu keunggulan bersaing adalah dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki. Sumber daya manusia merupakan harta kekayaan yang terpenting dan mempunyai kontribusi paling besar bagi keberhasilan suatu perguruan tinggi, karena melalui sumber daya manusialah yang menyebabkan sumber daya lain dapat berfungsi atau dijalankan. Kepuasan dan ketidakpuasan kerja pada pegawainya akan ditandai dengan tingkat absensi, perputaran tenaga kerja (turn over), semangat kerja, keluhan-keluhan dan masalah-masalah disiplin kerja lainnya. Mencari cara yang terbaik untuk mencapai kepuasan kerja pegawai khususnya tenaga kependidikan merupakan agenda penting bagi institusi agar kinerja tenaga kependidikan dapat baik dan semakin lebih baik lagi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah menganalisis kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan PNS maupun honorer pada seluruh Fakultas IPB, menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan pada seluruh Fakultas IPB dan merekomendasikan implikasi manajerial dalam meningkatkan kinerja pegawai dari aspek-aspek kepuasan kerja pada seluruh Fakultas IPB. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka, internet dan literatur. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dan Structural Equation Model (SEM) dengan software pengolah data Microsoft Excel, SPSS 13.0 for windows dan Lisrel 8.30. Berdasarkan persepsi tenaga kependidikan terhadap kepuasan kerja, maka didapatkan bahwa tingkat kepuasan kerja tenaga kependidikan PNS pada sembilan Fakultas IPB tergolong baik. Tenaga kependidikan honorer berpersepsi bahwa hubungan antar pribadi, kondisi kerja, pekerjaan itu sendiri dan kebijakan institusi memiliki tingkat kepuasan kerja yang tergolong baik, sedangkan variabel yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang belum memuaskan adalah pengakuan dan kompensasi. Kemudian tenaga kependidikan menganggap bahwa kinerja tenaga kependidikan pada sembilan Fakultas IPB tergolong baik.
Berdasarkan hasil dari pengolahan data menggunakan metode SEM didapatkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja tenaga kependidikan, secara berturut-turut yang bernilai paling besar hingga kecil adalah pekerjaan itu sendiri, kondisi kerja, kebijakan institusi, pengakuan, hubungan antar pribadi dan kompensasi. Dan kinerja yang diharapkan meningkat dengan dipeliharanya kepuasan kerja, kedisiplinan, tanggung jawab, inisiatif/kreativitas, kerja sama dan produktivitas.
ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
(Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor,
Darmaga Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FIRSTRI SYANPUTRI
H24104085
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
(Studi Kasus: Sembilan Fakultas Institut Pertanian Bogor,
Darmaga Bogor)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
FIRSTRI SYANPUTRI
H24104085
Menyetujui, Oktober 2009
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ratih Maria Dhewi, SP, MM Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar. M.Sc Ketua Departemen
Tanggal lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 2 Mei1986. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Syafrul dan Ibu
Nurlaela. Penulis menempuh pendidikan di SDN Pengadilan III Bogor dan
menyelesaikannya pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
pada SLTPN 2 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMUN 3 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun
2004, penulis diterima pada program S1 Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI IPB) di Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB.
Selama kuliah penulis aktif dalam kelembagaan kemahasiswaan Centre of
Management (COM@) periode 2005-2006, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
periode 2006-2007 serta aktif dalam beberapa kegiatan kepanitiaan. Pada tahun
2009 penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir pendidikan yang berjudul
Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan (Studi
Kasus: Sembilan Fakultas Instutut Pertanian Bogor, Darmaga Bogor).
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Tenaga Kependidikan (Studi Kasus: Sembilan Fakultas Instutut Pertanian
Bogor, Darmaga Bogor). Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam penyususnan
skripsi ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan
dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku dosen pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran, dorongan dan pengarahan yang sangat berarti
kepada penulis selama penelitian.
2. Ratih Maria Dhewi, SP, MM selaku dosen pembimbing kedua yang dengan
sabar memberikan bimbingan, saran dan pengarahan serta motivasi kepada
penulis.
3. Dra. Siti Rahmawati, M.Pd selaku dosen penguji sidang yang telah bersedia
menguji dan memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi.
4. Seluruh staf pengajar dan Tata Usaha Departemen Manajemen FEM IPB yang
telah membantu penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Kedua orang tua, atas semua kasih sayang yang tak ada hentinya, perhatian,
curahan doa serta pengorbanan, motivasi dan nasehat yang diberikan kepada
penulis.
6. Lorisa, Dirga dan Bara, ketiga saudaraku yang sudah memberikan semangat,
motivasi dan bantuannya agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Fakhry Akhyadi yang menjadi inspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi
serta memberikan doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
v
8. Direktorat SDM, bu Hira, bu Yani, bu Yeni, mas Iwan, mas Dedi, mas Agus,
beserta para tenaga kependidikan di seluruh Fakultas IPB yang sangat terbuka
menerima penulis. Terima kasih atas segala kebaikan dan doa yang diberikan
kepada penulis selama melakukan penelitian. Mohon maaf telah banyak
merepotkan.
9. Mumuh, mbak Asih, pak Maman, Rojer dan Babeh atas masukan, bantuan dan
semangat selama penelitian berlangsung.
10. Rani, Ijik, Herviza, Anis, Didik, Heri, Barita, koprol, Qubil, Gita, Iqoh, Ayu,
Momot, Anas, Erika, Indra, Wini, Lilik, Upeh, Pipit, Iswi dan semua teman-
teman yang menjadi tempat berbagi bagi penulis dan bantuannya agar penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Kawan-kawan Manajemen 41, yang telah menjadi teman sekelas yang
menyenangkan dan atas bantuannya selama ini.
12. Teman-teman pengurus COM@ periode 2005/2006 dan periode 2006/2007,
terimakasih atas dukungannya.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, yaitu IPB sebagai sumbang saran yang positif untuk dapat
meningkatkan kinerja tenaga kependidikannya. Selain itu, memberikan manfaat
bagi masyarakat umum sebagai sumber data dan informasi yang layak sebagai
langkah awal penelitian lainnya.
Bogor, Oktober 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 3 1.3. Tujuan Penelitian. ............................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia ................................................... 6 2.2. Kepuasan Kerja ................................................................................... 9 2.3. Teori Kepuasan Kerja .........................................................................12 2.4. Kinerja.................................................................................................15 2.5. Penilaian Kinerja.................................................................................16 2.6. Hasil Penelitian Terdahulu..................................................................18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual.........................................................21 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................23 3.3. Definisi Operasional............................................................................25 3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................27
3.5. Jenis dan Sumber Data .......................................................................27 3.6. Metode Pengumpulan Data .................................................................27 3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas ..............................................................29 3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data ...............................................31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor .........................................36 4.1.1. Sejarah Singkat IPB ................................................................36
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan IPB .....................................................37 4.1.3. Pedoman Penilaian Kinerja Tenaga Kependidikan ................38
4.2. Karakteristik Tenaga Kependidikan....................................................40 4.3. Analisis Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kepuasan Kerja
dan Kinerja Tenaga Kependidikan......................................................42 4.3.1. Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kepuasan Kerja ....43
4.3.2. Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kinerja ..................49
vii
4.3.2. Persepsi Tenaga Kependidikan Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kependidikan..............................................................52
4.4. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan ...57 4.4.1. Variabel Laten Bebas Kepuasan Kerja ...................................60 4.4.2. Variabel Laten Terikat Kinerja Tenaga Kependidikan ...........66
4.5. Implikasi Manajerial ...........................................................................71 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .....................................................................................................75 2. Saran .............................................................................................................75 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................77 LAMPIRAN .......................................................................................................79
viii
DAFTAR TABEL
No Halaman 1. Pemeringkatan berdasarkan webometrics ...................................................... 1 2. Jumlah sampel berdasarkan karakteristik unit/bagian.................................... 29 3. Karakteristik tenaga kependidikan................................................................. 40 4. Posisi tanggapan/keputusan responden .......................................................... 42 5. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kompensasi...................................... 43 6. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kondisi kerja.................................... 45 7. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kebijakan organisasi ........................ 46 8. Persepsi tenaga kependidikan terhadap hubungan antar pribadi.................... 46 9. Persepsi tenaga kependidikan terhadap pengakuan ....................................... 47 10. Persepsi tenaga kependidikan terhadap pekerjaan itu sendiri ........................ 48 11. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kinerja.............................................. 50 12. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan jenis kelamin .................... 53 13. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan usia ................................... 53 14. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan tingkat pendidikan............ 54 15. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan masa kerja ........................ 55 16. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan pangkat atau golongan ..... 56 17. Kontribusi indikator pekerjaan itu sendiri...................................................... 60 18. Kontribusi indikator kondisi kerja ................................................................. 61 19. Kontribusi indikator kebijakan institusi ......................................................... 62 20. Kontribusi indikator pengakuan..................................................................... 63 21. Kontribusi indikator hubungan antar pribadi ................................................. 64 22. Kontribusi indikator kompensasi ................................................................... 65 23. Kontribusi indikator kedisiplinan................................................................... 66 24. Kontribusi indikator tanggung jawab............................................................. 67 25. Kontribusi indikator inisiatif/kreativitas ........................................................ 68 26. Kontribusi indikator kerja sama ..................................................................... 69 27. Kontribusi indikator produktivitas ................................................................. 70 28. Pengaruh masing-masing indikator peubah laten eksogen ............................ 71
ix
DAFTAR GAMBAR
No Halaman 1. Pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi ....................................................................................................... 16 2. Kerangka pemikiran konseptual..................................................................... 22 3. Kerangka pemikiran operasional.................................................................... 24 4. Nilai uji nyata (uji-t) model struktural ........................................................... 30 5. Diagram lintas kerangka hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan........................................................................... 35 6. Diagram lintas model pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan ................................................................................................. 58
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman 1. Kuesioner penelitian....................................................................................... 79 2. Struktur organisasi IPB .................................................................................. 82 3. Laporan penilaian kinerja tenaga kependidikan............................................. 83 4. Hasil perhitungan construct reliability model struktural ............................... 84 5. Syntax model pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan....................................................................................... 89
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan yang semakin ketat terjadi pada berbagai jenis kegiatan
usaha, termasuk persaingan antar perguruan tinggi. Persaingan yang kian
kompetitif antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi
Swasta (PTS), menuntut setiap perguruan tinggi untuk meningkatkan
keunggulan yang dimilikinya. Dapat bersaing atau tidaknya suatu perguruan
tinggi tergantung pada sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi tersebut.
Di antara sumber daya yang ada, sumber daya manusia merupakan harta
kekayaan yang terpenting dan mempunyai kontribusi paling besar bagi
keberhasilan suatu perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi negeri dan
swasta Indonesia masuk kelompok 5000 perguruan tinggi terbaik dunia
berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan Webometrics yang berkantor
pusat di Madrid, Spanyol. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pemeringkatan berdasarkan webometrics
Universitas Peringkat Nasional
Peringkat Dunia
Universitas Gadjah Mada 1 623
Institut Teknologi Bandung 2 676
Universitas Indonesia 3 906
Universitas Gunadarma 4 1604
Institut Teknologi Sepuluh Nopember 5 1762
Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 6 1960
Universitas Kristen Petra 7 2013
Institut Pertanian Bogor 8 2063
Universitas Brawijaya 9 2152
Universitas Sebelas Maret 10 2159
Sumber : www.webometrics.info, Januari 2009.
2
Menghadapi tantangan persaingan yang semakin ketat antar
perguruan tinggi, tentunya membuat Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai
salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia untuk lebih
meningkatkan keunggulan yang dimilikinya. Salah satu aspek terpenting
dalam menciptakan suatu keunggulan bersaing adalah dengan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Pegawai sebagai sumber daya
manusia yang dimiliki institusi adalah manusia yang mempunyai sifat
kemanusiaan, perasaan dan kebutuhan yang beraneka ragam. Kebutuhan ini
bersifat fisik maupun nonfisik, kebutuhan tersebut harus dipenuhi agar dapat
hidup secara layak dan manusiawi. Hal ini menyebabkan timbulnya suatu
pendekatan yang berdasarkan pada kesejahteraan pegawai dalam manajemen
sumber daya manusia. Salah satu masalah pokok dalam manajemen sumber
daya manusia adalah bagaimana mencari cara yang terbaik untuk mencapai
kepuasan kerja pegawai.
Kepuasan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan dan
prestasi kerja pegawai dalam mendukung terwujudnya tujuan organisasi
(Hasibuan, 2003). Robbins (2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
kepuasan yang dirasakan pegawai di tempat ia bekerja. Kepuasan tersebut
mencerminkan perasaan emosional yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam memandang pekerjaannya, seperti kepuasan terhadap
atasannya, teman sekerja, sistem gaji, fasilitas dan kondisi kerja.
IPB memiliki pegawai yang cukup banyak dan struktur
organisasional yang cukup kompleks. Hal ini terlihat dari adanya sembilan
Fakultas serta pegawai yang menunjang di dalamnya. Tenaga kependidikan
merupakan salah satu bagian penting IPB. Tenaga kependidikan merupakan
mitra kerja atau partner yang berpengaruh sangat besar demi kelancaran,
kemajuan dan kesuksesan institusi. Jumlah tenaga kependidikan pada
sembilan fakultas IPB yaitu 1.201 pegawai yang terdiri dari 737 Pegawai
Negeri Sipil dan 464 Pegawai Honorer (data internal IPB, Januari 2009).
Berbagai kompleksitas kegiatan dan peran tenaga kependidikan yang
berbeda menuntut mereka harus tetap fokus dalam menjalankan kegiatannya.
Oleh karena itu, sumber daya manusia tersebut harus dikelola dengan
3
optimal sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak. Ketidaksiapan
institusi dalam memelihara dan mengelola sumber daya manusianya dapat
menimbulkan permasalahan yang merugikan dan menghancurkan tujuan
institusi tersebut.
Setiap tenaga kependidikan memiliki kemampuan dan keterampilan
yang berbeda antara satu dengan yang lain, oleh karena itu IPB harus
mengetahui apa yang menimbulkan dorongan (drive) dan kebutuhan (need)
tenaga kependidikan dalam bekerja. IPB membutuhkan tenaga kependidikan
yang mampu, cakap, terampil dan memiliki keinginan untuk bekerja dengan
giat dalam upaya mencapai hasil kerja yang optimal, akan tetapi
kemampuan, kecakapan dan keterampilan tidak akan berarti jika tenaga
kependidikan tersebut tidak memiliki semangat kerja, motivasi, kedisiplinan
dan kinerja yang tinggi. Sehingga kondisi ini dapat menjadi penyakit yang
mengancam produktivitas kerja yang mengikis profit institusi.
Oleh karena itu, IPB perlu melakukan tindakan-tindakan yang dapat
meningkatkan kepuasan kerja tenaga kependidikannya dengan memberikan
perhatian yang lebih baik terhadap masalah kepuasan kerja mereka agar
kinerja meningkat dan tujuan institusi dapat tercapai. IPB juga perlu
berusaha mendayagunakan keterampilan tenaga kependidikan yang dimiliki
sehingga mendorong mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, karena tenaga kependidikan merupakan sumber daya yang
harus dikembangkan bukan sekedar digunakan. Sehingga IPB dapat terus
meningkatkan kualitas sumber daya yang ada di dalamnya dan menghasilkan
lulusan yang berkompeten. Lulusan tersebut diharapkan dapat memajukan
dan menyumbangkan ilmu pengetahuan di Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah
Tenaga kependidikan IPB bervariasi dengan berbagai macam latar
belakang pendidikan, usia, adat istiadat dan kepribadian. Diantara tenaga
kependidikan tersebut terdapat perbedaan status kepegawaian antara
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (non-PNS). Perbedaan
status tersebut menjadi penghambat bagi pengembangan karir pegawai non
4
PNS, walaupun secara kualitas dan masa kerja mereka sudah memenuhi
syarat untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Sembilan fakultas yang dimiliki IPB merupakan bagian yang harus
diperhatikan untuk mencapai visi dan misi organisasi. Pada beberapa unit
kerja jumlah tenaga kependidikan sudah terlalu banyak. Dampak dari
kondisi ini adalah adanya tenaga kependidikan yang mempunyai nilai
kinerja tinggi tapi belum bekerja dengan penuh dan adapula unit kerja
dengan jumlah tenaga kependidikan yang terlalu sedikit sehingga membuat
beban kerja menjadi berat. Selain itu pemberian insentif yang disamaratakan
berdasarkan golongan atau pangkat dirasakan kurang efisien karena
diberikan tanpa melihat kinerja tenaga kependidikan yang besangkutan. Hal
ini dikhawatirkan dapat menurunkan semangat dan kegairahan kerja, yang
dapat mengakibatkan menurunnya kinerja tenaga kependidikan. Sesuai
dengan pendapat Mangkunegara (2004) bahwa insentif kerja merupakan
suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang. Insentif
diberikan kepada pegawai agar mereka dapat bekerja dengan motivasi yang
tinggi dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Oleh karena itu, IPB perlu mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja tenaga kependidikannya, karena peningkatan
kepuasan kerja diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Sehingga
tenaga kependidikan akan termotivasi untuk bekerja lebih baik dan dapat
meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya dapat membantu institusi
dalam mencapai tujuan. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan, maka
masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan PNS dan
honorer di seluruh Fakultas IPB selama ini?
2. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan di seluruh Fakultas IPB?
3. Implikasi manajerial apa yang dapat diberikan untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan dari aspek-aspek kepuasan kerja di seluruh
Fakultas IPB?
5
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan PNS dan
honorer pada seluruh Fakultas IPB.
2. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan pada seluruh Fakultas IPB.
3. Merekomendasikan implikasi manajerial dalam meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan dari aspek-aspek kepuasan kerja pada seluruh
Fakultas IPB.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Institut Pertanian
Bogor sebagai masukan dalam pengambilan keputusan atau penetapan
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam
upaya peningkatan kepuasan kerja pegawai dan kinerja pegawai agar
dapat meningkatkan mutu dan kualitas yang diharapkan.
2. Penelitian ini berguna untuk menambah pengalaman, wawasan dan
diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dari ilmu yang diperoleh
saat kuliah mengenai sumber daya manusia serta dapat menjadi bahan
pembelajaran dan acuan bagi pembaca yang berminat untuk melanjutkan
penelitian dengan tema yang sama.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
1. Responden dalam penelitian ini adalah tenaga kependidikan yang
bekerja di sembilan Fakultas IPB yang berlokasi di kampus IPB
Darmaga, Bogor.
2. Faktor-faktor kepuasan kerja dalam penelitian ini menggunakan teori
dua faktor Herzberg, yaitu kompensasi, kondisi kerja, kebijakan institusi,
hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri.
3. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data hasil
kuesioner dan wawancara tenaga kependisikan serta informasi yang
berkaitan dengan sumber daya manusia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam manajemen sumber daya manusia, pegawai adalah kekayaan
(aset) utama organisasi, sehingga harus dipelihara dengan baik. Faktor yang
menjadi perhatian dalam manajemen SDM adalah manusianya itu sendiri.
Saat ini sangat disadari bahwa SDM merupakan masalah organisasi yang
paling penting, karena dengan SDM menyebabkan sumber daya lain dalam
organisasi dapat berfungsi atau dijalankan.
Dalam perkembangannya pada abad ke-21 atau dikenal sebagai era
globalisasi, dapat kita perhatikan adanya kebebasan dalam berusaha,
kebebasan dalam berpendapat dan dalam bersaing. Praktis tidak ada batas
antara suatu negara denga negara lain. Kebebasan berusaha sudah menjadi
tuntutan semua masyarakat di seluruh dunia. Keberadaan manajemen SDM
sangat penting bagi organisasi dalam mengelola, mengatur, mengurus dan
menggunakan SDM sehingga dapat berfungsi secara pruduktif, efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
Dengan demikian manajemen sebagai ilmu dan seni yang mengatur
proses pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
secara efisien, efektif dan produktif merupakan hal yang paling penting
untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu manajemen untuk mencapai suatu
tujuan malalui kegiatan orang lain, artinya tujuan dapat dicapai bila
dilakukan oleh satu orang atau lebih.
Menurut Arep dan Tanjung (2002), mengemukakan bahwa
manajemen SDM adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta,
rasa dan karsa) sebagai aset suatu organisasi dengan cara memperoleh,
mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien.
Menurut Rachmawati (2007), manajemen SDM merupakan konsep luas
tentang filosofi, kebijakan, prosedur dan praktik yang digunakan untuk
mengelola individu atau manusia melalui organisasi. Tujuan manajemen
7
SDM adalah untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia guna
meningkatkan efektivitas organisasi dalam rangka mencapai tujuan.
Simamora (1995) menjelaskan bahwa sumber daya yang harus
dimiliki perusahaan terbagi menjadi empat jenis, yaitu: sumber daya
finansial, sumber daya fisik, sumber daya kemampuan teknologi dan sumber
daya manusia. Aset yang paling penting yang harus dimiliki oleh organisasi
dan sangat diperhatikan oleh manajemen adalah aset manusia dari organisasi
tersebut. Ada dua alasan mengapa sumber daya manusia itu penting.
Pertama, sumber daya manusia mempengaruhi efisiensi dan efektifitas
organisasi, dimana mereka merancang dan memproduksi barang dan jasa,
mengawasi kualitasnya, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya
finansial dan menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi. Tanpa
adanya sumber daya manusia yang efektif, akan mustahil bagi institusi dapat
mencapai tujuannya. Kedua, sumber daya manusia merupakan pengeluaran
pokok organisasi dalam menjalankan bisnis.
Tenaga kerja menurut BPS (1997) adalah orang yang bekerja pada
orang lain atau organisasi dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang
atau barang. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 1969 dalam Silalahi
(1994), bahwa tenaga kerja merupakan salah satu dari unsur institusi dan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam operasional institusi
tersebut. Yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna
menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup pribadi
dan masyarakat. Menteri tenaga kerja No. 06/MEN/1997 dalam Barthos
(2000), membagi pekerja menjadi :
1. Pekerja tetap adalah pekerja yang terkait dalam suatu hubungan kerja
dengan organisasi yang tidak didasarkan atas jangka waktu tertentu atau
selesainya pekerjaan tertentu.
2. Pekerja tidak tetap (kontrak) adalah pekerja yang terkait dalam suatu
hubungan kerja dengan organisasi yang didasarkan atas jangka waktu
tertentu atau selesainya pekerjaan tertentu.
8
3. Pekerjaan harian lepas adalah pekerja yang bekerja pada organisasi
untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dan dapat berubah–ubah
dalam waktu maupun volume pekerjaan dengan menerima upah
didasarkan kehadiran pekerja secara harian.
Arep dan Tanjung (2002), mengemukakan bahwa fungsi-fungsi
manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Manajerial
a. Perencanaan
Fungsi ini merencanakan kebutuhan, pengadaan, pengembangan dan
pemeliharaan sumber daya manusia. Termasuk dalam hal ini adalah
meremcanakan karir bagi para pegawai.
b. Pengorganisasian
Fungsi ini menyusun suatu organisasi dengan membentuk struktur
dan hubungan antar tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja
yang dipersiapkan. Struktur dan hubungan yang dibentuk, harus
sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi yang bersangkutan.
c. Pengarahan
Fungsi ini memberikan dorongan untuk menciptakan kemauan kerja
yang dilaksanakan secara efektif dan efisien. Termasuk dalam hal ini
adalah fungsi memotivasi pegawai agar dari waktu ke waktu dapat
bekerja lebih baik.
d. Pengendalian
Fungsi ini melakukan pengukuran antara kegiatan yang telah
dilakukan dengan standar yang telah ditetapkan, khususnya di bidang
tenaga kerja. Fungsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perusahaan telah berjalan pada jalan yang benar atau menyimpang
dari rencana semula.
2. Fungsi Operasional adalah fungsi yang berkaitan langsung dengan
aspek-aspek operasional SDM di organisasi meliputi rekruitmen,
seleksi, penempatan, pengangkatan, pelatihan dan pengembangan,
kompensasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja.
9
2.2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat
individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian
terhadap kegiatan dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin
tinggi kepuasannya terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan
merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya
senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Menurut Davis dan Newstrom (1994) kepuasan kerja adalah bagian
dari kepuasan hidup. Karena pekerjaan merupakan bagian penting
kehidupan, maka kepuasan kerja mempengaruhi kepuasan hidup seseorang.
Kepuasan kerja yang rendah dapat menimbulkan gejala yang tidak
menguntungkan bagi organisasi. Kepuasan kerja yang tinggi diinginkan
oleh organisasi karena dapat dikaitkan dengan hasil positif yang mereka
harapkan. Kepuasan kerja yang tinggi merupakan tanda organisasi atau
perusahaan yang dikelola dengan baik dan merupakan hasil manajemen
yang efektif.
Salah satu faktor yang mempengaruhi loyalitas pegawai adalah
kepuasan kerja. Robbins (2001) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya, seseorang dengan
tingkat kepuasan yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap
pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak merasa puas dengan
pekerjaannya akan menunjukkan sikap yang negatif.
Menurut Mangkunegara (2004), kepuasan kerja merupakan suatu
perasaan yang mendukung atau tidak mendukung diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek
seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan pengembangan karir,
hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan kerja, jenis pekerjaan,
struktur organisasi dan kualitas pengawasan. Sedangkan perasaan yang
berhubungan dengan diri pegawai seperti umur, kondisi kesehatan,
kemampuan dan pendidikannya.
10
Berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya mengacu pada
kepuasan. Hasibuan (2003) mengartikan kepuasan kerja sebagai sikap
emosional pegawai yang mencintai dan menyayangi pekerjaannya. Sikap ini
dicerminkan oleh kedisiplinan, moral kerja dan prestasi kerja. Kepuasan
diperoleh pegawai dalam pekerjaannya seperti memperoleh pujian dari hasil
kerjanya, penempatan, perlakaun, peralatan dan suasana lingkungan kerja
yang baik. Selain itu kepuasan juga dapat diperoleh pegawai diluar
pekerjaannya serta kombinasi antara kepuasan didalam pekerjaan dan diluar
pekerjaan yang dicerminkan oleh sikap emosional yang seimbang antara
balas jasa dengan pelaksanaan pekerjaannya. Menurut Hasibuan (2003)
kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1. Balas jasa yang adil dan layak
2. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian
3. Berat dan ringannya suatu pekerjaan
4. Suasana dan lingkungan pekerjaan
5. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan
6. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya
Menurut Robbins (2001), kepuasan kerja pegawai terhadap
pekerjaannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pekerjaan yang secara mental menantang
Yaitu pekerjaan-pekerjaan yang memberikan kesempatan kepada
pegawai untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan,
menawarkan beragam tugas, kebebasan dalam melakukan pekerjaan
serta umpan balik mengenai hasil dari pekerjaan mereka. Karakter ini
membuat pekerjaan secara mental menantang untuk dilakukan.
Umumnya pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan yang
menantang, karena pekerjaan tersebut dapat menghindari timbulnya
kebosanan.
2. Imbalan yang pantas
Yaitu sistem upah yang adil, tidak meragukan dan segaris dengan
pengharapan pegawai. Kepuasan pegawai akan terwujud bila upah
11
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu dan
standar pengupahan komunitas.
3. Kondisi kerja yang mendukung
Yaitu keaadan fisik serta suasana kerja yang nyaman sehingga
memudahkan pegawai untuk mengerjakan tugas.
4. Rekan sekerja yang mendukung
Memiliki rekan kerja yang akrab dan mendukung dapat meningkatakan
kepuasan. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari
kepuasan.
Menurut As’ad (2005), menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
1. Faktor hubungan antar pegawai, antara lain:
a. Hubungan antara manajer dengan pegawai
b. Faktor fisik dan kondisi kerja
c. Hubungan sosial diantara pegawai
d. Sugesti dari teman sekerja
e. Emosi dan situasi kerja
2. Faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan:
a. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya
b. Umur seseorang sewaktu bekerja
c. Jenis kelamin
3. Faktor-faktor luar, yang berhubungan dengan:
a. Keadaan keluarga pegawai
b. Rekreasi atau hiburan
c. Pendidikan
Menurut Strauss dan Sayles dalam Handoko (2001), pegawai yang
tidak memperoleh kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan
psikologi dan pada gilirannya akan menjadi frustasi. Pegawai akan sering
melamun, semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak
stabil, sering absen dan melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pekerjaannya. Sedangkan pegawai yang mendapatkan kepuasan kerja
biasanya mempunyai catatan kehadiran yang lebih baik.
12
2.3. Teori Kepuasan Kerja
Beberapa teori yang terkait dengan kepuasan kerja seseorang
menurut Mangkunegara (2004), antara lain adalah:
1. Teori Keseimbangan (Equity Theory)
Teori keseimbangan dikemukakan oleh Adam. Menurut Wexley
dan Yuki (1997), komponen utama dari teori ini adalah input, outcome,
comparison person dan equity-in-equity. Input merupakan semua nilai
yang diterima pegawai yang dirasakan dapat membantu mereka dalam
menjalankan pekerjaannya. Misalnya : pendidikan, pengalaman, skill,
usaha, peralatan pribadi, jumlah jam kerja. Outcome adalah semua nilai
yang diperoleh dan dirasakan pegawai sebagai hasil dari pekerjaannya.
Misalnya : upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan
kembali, kesempatan untuk berprestasi atau mengekspresikan diri.
Sedangkan comparison person adalah seorang pegawai dalam organisasi
yang sama, seorang pegawai dalam organisasi yang berbeda atau dirinya
sendiri dalam pekerjaan sebelumnya.
Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan
hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan
perbandingan input-outcome pegawai lain. Jadi, jika perbandingan
tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan
merasa puas. Tetapi apabila terjadi tidak seimbang (inequity) dapat
menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over compensation equity
(ketidakseimbangan yang menguntungkan dirinya)dan sebaliknya, under
compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan
pegawai lain yang menjadi pembanding).
2. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory)
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Poter. Poter menyebutkan
bahwa kepuasan pegawai dapat dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan
pegawai. Kepuasan seorang pegawai tergantung pada perbedaan antara
apa yang didapat dengan apa yang diharapkannya. Apabila yang
didapatkannya lebih besar dari apa yang diharapkannya maka pegawai
13
tersebut akan menjadi puas, sebaliknya apabila yang didapatkannya lebih
rendah dari yang diharapkan maka pegawai akan merasa tidak puas.
Menurut teori perbedaan, kepuasan sangat dipengaruhi oleh
perbandingan dalam kecocokkan antara hasil yang seseorang inginkan
dari sebuah pekerjaan dengan pandangan terhadap hasil yang mereka
peroleh. Jika seseorang memandang hasil yang diperolehnya lebih dari
yang diharapakan, maka semakin besar kepuasan yang dirasakannya.
3. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja pegawai bukanlah bergantung
pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada
pandangan dan pendapat kelompok, yang oleh pegawai dianggap sebagai
kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh pegawai dijadikan tolok
ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi, pegawai akan
merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan
yang diharapkan oleh kelompok acuan.
4. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas
apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar
kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut. Begitu
pula sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi, pegawai itu
akan merasa tidak puas.
5. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Teori dua faktor dikembangkan oleh Frederick Herzberg. Ia
menggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acuannya. Herzberg
membagi faktor-faktor kepuasan kerja pegawai menjadi dua, yaitu faktor
motivator dan faktor hygiene.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Herzberg ditemukan
ada dua serangkaian kondisi. Pertama, kondisi ekstrinsik yaitu suatu
keadaan pekerjaan yang menghasilkan ketidakpuasan jika kondisi
ekstrinsik tersebut tidak ada. Kondisi ekstrinsik merupakan faktor yang
dapat membuat orang tidak puas, dengan kata lain dapat disebut sebagai
14
faktor pemeliharaan atau faktor hygiene, yang terdiri dari gaji dan upah,
kondisi kerja, peraturan dan kebijakan, hubungan antar pribadi dan
kualitas pengawasan. Kedua, kondisi intrinsik yang dapat dikatakan
sebagai isi pekerjaan yaitu kondisi yang dapat menggerakkan tingkat
motivasi kerja sehingga akan menghasilkan kinerja yang baik, namun
bila kondisi ini tidak ada, maka tidak akan menimbulkan rasa
ketidakpuasan yang berlebihan. Kondisi ini disebut sebagai faktor
motivator, yang terdiri dari prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,
tanggung jawab dan pengembangan potensi individu.
Herzberg dalam Robbins (2001) menyimpulkan penelitiannya,
bahwa jawaban yang diberikan orang-orang ketika mereka merasa
senang mengenai pekerjaan mereka secara bermakna berbeda dari
jawaban yang diberikan ketika mereka merasa tidak senang. Bila
pegawai yang ditanyai merasa senang mengenai pekerjaan mereka,
mereka cenderung menghubungkan karakteristik faktor intrinsik ke diri
mereka sendiri. Di pihak lain, bila mereka tidak merasa puas mereka
cenderung mengutip faktor-faktor ekstrinsik.
Menurut Herzberg, faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan
kerja terpisah dan berbeda dari faktor-faktor yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja. Oleh karena itu, Herzberg berpendapat apabila
pimpinan perusahaan ingin memberi motivasi pada para bawahannya,
yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas,
yaitu dengan menggunakan faktor-faktor motivasional yang bersifat
intrinsik.
6. Teori Pengharapan (Exceptancy Theory)
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. Vroom.
Kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan Lawler. Keith Davis (1985)
mengemukakan bahwa Vroom menjelaskan bahwa motivasi merupakan
suatu produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu, dan
penaksiran seseorang memungkinkan aksi tertentu yang akan
menuntunnya.
15
2.4. Kinerja
Kinerja mengacu pada prestasi kerja yang diatur berdasarkan standar
atau kriteria yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi. Kinerja individual
yang tinggi dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Pencapaian kinerja individual berkaitan dengan pencapaian serangkaian
tugas-tugas individu. Robbins (2001) mendefinisikan kinerja sebagai ukuran
hasil kerja. Yaitu ukuran dari hasil yang menggambarkan sejauh mana
aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Mangkunegara (2004) kinerja pegawai adalah hasil kerja
secara kuantitas yaitu jumlah atau banyaknya pekerjaan yang dihasilkan
karyawan dan kualitas yaitu mutu pekerjaan yang dicapai seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan waktu untuk menyelesaikan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Mangkunegara (2004), mengemukakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja yaitu faktor kemampuan (Ability) dan faktor
motivasi (Motivation). Menurut steers et al dalam Noviandari (2007) empat
hal utama yang mempengaruhi kinerja yaitu:
1. Motivasi pegawai
2. Kesempatan untuk berkinerja
3. Kemampuan dan ketrampilan pegawai
4. Kejelasan dan penerimaan tugas
Menurut Mangkuprawira (2008), kinerja adalah hasil atau tingkat
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam
melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang telah ditentukan
terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Akan tetapi, harus dipahami
bahwa tidak semua kinerja mudah di ukur, mudah dibandingkan dengan
standar yang telah ditentukan atau dibuktikan secara konkrit. Dengan
demikian, kinerja merupakan hasil output dari suatu proses. Jika output
tersebut berasal dan atau sebagai hasil kerja pegawai, maka hal itu
dinamakan hasil kinerja pegawai.
16
Se
Gambar 1. Pengaruh kinerja individu dan kelompok terhadap kinerja organisasi
Seperti pada gambar di atas, Kinerja individu dipengaruhi oleh
faktor-faktor pengetahuan, keterampilan, motivasi, dan peran individu yang
bersangkutan. Kinerja individu ini akan mempengaruhi kinerja kelompok
dan akhirnya kinerja ini akan mempengaruhi kinerja organisasi. Kinerja
kelompok juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan
karakteristik tim. Sementara kinerja organisasi dipengaruhi oleh beragam
karakteristik organisasi ( Mangkuprawira dan Vitayala, 2007).
2.5. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah proses dimana organisasi mengevaluasi atau
menilai kinerja pegawai. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-
keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para pegawai
tentang pelaksanaan kerja mereka (Handoko, 2001). Bagaimanapun,
penilaian kinerja dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi yang lain
dan pada saatnya mempengaruhi kesuksesan organisasi. Furtwengler (2002)
menyebutkan bahwa terdapat lima elemen penilaian kinerja, yaitu: perbaikan
Kinerja Individual
Kinerja Kelompok
Faktor Kinerja: 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Motivasi 4. Peran
Faktor Kinerja: 1. Lingkungan 2. Kepemimpinan 3. Struktur
organisasi 4. Pilihan strategi 5. Teknologi 6. Kultur organisasi 7. Proses organisasi
Kinerja Organisasi
Faktor Kinerja: 1. Keeratan tim 2. Kepemimpinan 3. Kekompakan 4. Strukur tim 5. Peran tim 6. Norma
17
kinerja, pengembangan pegawai, kepuasan pegawai, keputusan kompensasi
dan keterampilan komunikasi.
Menurut Rivai (2003), penilaian kinerja didasarkan pada dua alasan
pokok, yaitu: manajer memerlukan evaluasi yang objektif terhadap kinerja
pegawai pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di
bidang SDM di masa yang akan datang dan manajer memerlukan alat yang
memungkinkan untuk membantu pegawainya memperbaiki kinerja,
merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan
untuk pengembangan karir dan memperkuat kualitas hubungan antar
manajer yang bersangkutan dengan pegawainya.
Menurut Siagian (2002) suatu sistem penilaian kinerja yang baik
sangat bermanfaat untuk berbagai kepentingan, seperti:
1. Mendorong peningkatan prestasi kerja. Dengan mengetahui hasil prestasi
kerja, pihak-pihak yang terlibat dapat mengambil langkah-langkah yang
diperlukan agar prestasi kerja pegawai dapat lebih meningkat lagi di
masa yang akan datang.
2. Sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pemberian imbalan. Hasil
dari penilaian kinerja ini dapat dijadikan dasar untuk mengetahui
pegawai mana yang memiliki tingkat produktivitas yang baik sehingga
berhak mendapatkan imbalan yang lebih, baik berupa bonus atau
kenaikan gaji.
3. Untuk kepentingan mutasi pegawai. Prestasi kerja seseorang di masa lalu
merupakan dasar bagi pengambilan keputusan mutasi baginya di masa
depan. Baik promosi, alih tugas, alih wilayah maupun demosi.
4. Untuk menyusun program pendidikan dan pelatihan, baik untuk
mengatasi berbagai kekurangan atau kelemahan maupun untuk
mengembangkan potensi pegawai yang belum tergali sepenuhnya yang
terungkap dari hasil penilaian prestasi pegawai.
5. Membantu para pegawai menentukan rencana karirnya dengan
menyusun program pengembangan karir yang sesuai dengan kebutuhan
pegawai dan kepentingan organisasi.
18
Arep dan Tanjung (2002) mengungkapkan bahwa dalam melakukan
penilaian, penilai harus dilatih agar menghasilkan penilaian yang dapat
diandalkan agar tidak terjadi “bias”. Terdapat beberapa kesalahan yang perlu
dikenal oleh para penilai, yaitu:
1. Kesalahan karena kesan sesaat atau hallo effect. Kesalahan ini dapat
timbul karena kesan yang ditimbulkan oleh yang dinilai. Penilai dapat
suka atau bahkan tidak suka kepada yang dinilai akibat kesan yang
ditimbulkannya dan akibatnya, penilai atas kinerja pegawai dapat
terpengaruh.
2. Kecenderungan berada di tengah-tengah atau central tendency. Hal ini
dapat terjadi jika terdapat opsi penilaian dari buruk sekali, buruk,
sedang, baik dan baik sekali. Biasanya penilai akan cenderung
menghindari penilaian buruk sekali dan baik sekali dan memilih
memberikan penilaian yang lainnya.
3. Kesalahan karena sifat penilai yang terlalu keras atau terlalu lunak.
Handoko (2001) menambahkan bias lain yang dapat terjadi dalam
suatu penilaian, yaitu:
1. Prasangka pribadi. Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi
terhadap seseorang atau kelompok bisa mengubah penilaian. Sebab-
sebab prasangka pribadi antara lain mencakup gender, senioritas,
kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.
2. Pengaruh kesan terakhir atau recency effect. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan pegawai yang paling akhir cenderung lebih diingat oleh
penilai, baik atau buruk.
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu
Pahlevi (2006) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Kepuasan Kerja dan Hubungannya dengan Tingkat Turnover Karyawan
Pada Divisi Produksi PT. Unitex Tbk Bogor. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis korelasi rank spearman. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan didapatkan hasil bahwa menurut persepsi karyawan, kepuasan
karyawan divisi produksi PT. Unitex terhadap pekerjaannya secara
keseluruhan berada pada kondisi puas. Hasil perhitungan terhadap rataan
19
skor kepuasan didapatkan bahwa menurut persepsi karyawan tingkat
kepuasan terhadap faktor kepuasan mulai dari tertinggi sampai terendah,
adalah hubungan dengan rekan sekerja, pekerjaan itu sendiri, hubungan
atasan dengan bawahan, kondisi kerja, kompensasi dan promosi pekerjaan.
Hubungan antara faktor-faktor kepuasan kerja dengan tingkat turnover
karyawan mulai dari yang terkuat sampai terlemah adalah pekerjaan itu
sendiri, hubungan atasan dan bawahan, kompensasi, kondisi kerja, hubungan
dengan rekan sekerja, promosi pekerjaan. Kepuasan terhadap pekerjaan itu
mempunyai hubungan agak lemah (moderately low association) dan
signifikan dengan turnover karyawan.
Dhamayanti (2007) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Kepuasan Karyawan melalui Faktor-faktor Quality Of Work Life (QWL) di
PT Inti Abadi Kemasindo. Hasil analisis deskriptif menyimpulkan bahwa
secara umum karayawan pada PT tersebut berada pada kategori puas. Pada
umumnya karyawan puas terhadap faktor-faktor QWL di perusahaan.
Adapun urutan dari masing-masing faktor berdasarkan nilai rataan kepuasan
terbesar yaitu integrasi sosial dalam lingkungan kerja, ketaatan pada
berbagai ketentuan formal dan normatif, kesempatan untuk menggunakan
dan mengembangkan kemampuan, relevansi sosial kehidupan karyawan,
kondisi dan lingkungan pekerjaan yang aman dan sehat, keseimbangan
antara kehidupan kekaryaan dan kehidupan pribadi, imbalan yang memadai
dan adil, dan kesempatan berkembang dan keamanan berkarya di masa
depan. Hasil dari analisis regresi logistik biner menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan yaitu faktor kondisi dan ketaatan. Faktor-faktor
yang perlu diperhatikan untuk mencapai kepuasan karyawan adalah faktor-
faktor yang secara deskriptif memiliki tingkat kepuasan yang relatif rendah
(faktor kesempatan berkembang dan keamanan berkarya di masa depan)
serta kedua faktor yang secara regresi logistik biner terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan karyawan.
Mulyawati (2008) melakukan penelitian yang berjudul Analisis
Tingkat Kepuasan Karyawan Terhadap Program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di PT. Aneka Tambang Tbk UBPP Logam Mulia Jakarta.
20
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis menggunakan Indeks
Kepuasan Karyawan (IKK) dan Importance Performance Analysis (IPA).
Berdasarkan IPA didapatkan atribut-atribut yang dapat dijadikan prioritas
utama oleh perusahaan. Dengan menggunakan data ordinal, atribut yang
harus menjadi prioritas utama diantaranya adalah pelatihan untuk pegawai
tetap dan tidak tetap, sosialisasi prosedur keselamatan kerja untuk pelaksana
pekerjaan berpotensi bahaya, kondisi ventilasi, suhu dan penerangan di
ruang kerja. Dengan menggunakan data interval, atribut yang harus menjadi
prioritas utama adalah prioritas pelaksanaan K3, pelatihan mengenai
pencegahan kecelakaan, sosialisasi kesiapsiagaan dan penanggulangan
keadaan darurat. Berdasarkan IKK dapat disimpulkan bahwa karyawan
cukup puas terhadap kinerja perusahaan. Sebagai perusahaan tambang yang
memiliki banyak resiko, PT Aneka Tambang dinilai sudah baik dan cukup
baik dalam penerapan program K3.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Pahlevi (2006), namun berbeda dengan tujuan penelitiannya,
karena Pahlevi (2006) bertujuan mencari hubungan kepuasan kerja dengan
tingkat turnover karyawan, sedangkan dalam penelitian ini mencari
hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan baik yang
berstatus PNS maupun honorer, dimana faktor kinerja dari penelitian ini
didapat dari lembaran penilaian kinerja pada IPB. Keunikan lain dari
penelitian ini yaitu menggunakan alat analisis SEM (Structural Equation
Modeling) dalam mencari hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan. Di dalam SEM peneliti dapat melakukan tiga kegiatan secara
serempak, yaitu pemeriksaan validitas dan reliabilitas instrumen, pengujian
model hubungan antar variabel laten dan mendapatkan model yang
bermanfaat untuk prediksi atau pembuktian model. Di dalam SEM terdapat
diagram path yang bermanfaat untuk menunjukkan alur hubungan kausal
antar variabel eksogen dan endogen. Dimana hubungan-hubungan kausal
yang telah ada justifikasi teori dan konsepnya, divisualisasikan ke dalam
gambar sehingga lebih mudah melihatnya dan lebih menarik.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
Menghadapi persaingan yang semakin ketat antar perguruan tinggi
menuntut IPB untuk dapat meningkatkan kualitasnya agar dapat memiliki
keunggulan yang kompetitif dan mencapai visi, misi dan tujuan institusi
dengan optimal. Oleh karena itu, strategi-strategi yang tepat harus
direncanakan dengan baik dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut.
Mangkuprawira (2004) menjelaskan bahwa strategi adalah cara
mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Ia merupakan sebuah
rencana permanen untuk sebuah kegiatan, termasuk formulasi tujuan dan
kumpulan rencana kegiatan.
Strategi sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat
penting, karena manusia berperan aktif dalam menetapkan rencana, sistem,
proses dan tujuan yang ingin dicapai sebuah perguruan tinggi. Mengingat
manusia sangat berperan aktif dalam pencapaian tujuan, maka sumber daya
manusia perlu dikelola dengan optimal, untuk itu institusi perlu mengelola
dan memenuhi kebutuhan maupun keinginan tenaga kependidikan.
Pengelolaan sumber daya manusia merupakan upaya untuk menciptakan
sumber daya manusia yang unggul sebagai penggerak utama institusi.
Salah satu bentuk pengelolaan terhadap sumber daya manusia yang
dimiliki adalah dengan berupaya mencapai kepuasan kerja tenaga
kependidikan melalui perencanaan peningkatan kepuasan kerja, sehingga
tercipta keseimbangan antara kepentingan institusi dengan kepentingan
tenaga kependidikan. Oleh karena itu, institusi perlu memberikan perhatian
terhadap masalah kepuasan kerja tenaga kependidikannya, dengan adanya
peningkatan kepuasan kerja diharapkan dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan karena termotivasi untuk bekerja lebih baik dan memberikan
kontribusi yang terbaik pada institusi. Kerangka pemikiran konseptual dapat
dilihat pada Gambar 2.
22
Gambar 2. Kerangka pemikiran konseptual
Pengelolaan SDM
Tenaga Kependidikan
Pegawai Negeri Sipil Pegawai Honorer
SDM yang Unggul
Persaingan antar Perguruan Tinggi
Visi, Misi dan Tujuan IPB
Strategi SDM
Peningkatan Kinerja
Perencanaan Peningkatan Kepuasan Kerja
Kepuasan Kerja
23
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Tenaga kependidikan IPB bervariasi dengan berbagai macam latar
belakang pendidikan, usia, adat istiadat dan kepribadian. Diantara tenaga
kependidikan tersebut terdapat perbedaan status kepegawaian antara
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (non-PNS). Tenaga
Kependidikan merupakan mitra kerja atau partner yang berpengaruh sangat
besar demi kelancaran, kemajuan dan kesuksesan institusi. Oleh karena itu,
IPB harus senantiasa memelihara, mengelola dan mengembangkan tenaga
kependidikannya untuk menjaga dan meningkatkan kinerja mereka.
Kerangka pemikiran operasional penelitian ini diawali dengan uji
faktor-faktor kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan. Informasi
yang didapatkan untuk melakukan uji faktor didapatkan dari wawancara dan
kuesioner. Faktor-faktor kepuasan kerja dalam penelitian ini menggunakan
teori dua faktor Herzberg, yaitu : kompensasi, kondisi kerja, kebijakan
institusi, hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri. Dalam
penelitian ini, faktor kinerja tenaga kependidikan didapat dari lembaran
penilaian kinerja pada IPB. Faktor-faktor yang dinilai dalam penilaian
kinerja yaitu produktivitas dan kualitas kerja: inisiatif/kreativitas, tanggung
jawab, kerjasama dan kedisiplinan.
Di dalam mencari hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan, penelitian ini menggunakan alat analisis SEM dengan variabel
bebas yaitu kepuasan kerja dan tidak bebas yaitu kinerja. Untuk mencari
model yang sesuai di dalam metode SEM, dilakukan perhitungan lain yaitu
khi kuadrat, p-value, RMSEA, GFI dan AGFI. Setelah dilakukan perhitungan
SEM, maka di dapat nilai hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja
tenaga kependidikan. Dari pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan akan mengarahkan manajemen dalam melakukan implikasi
manajerial untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat mencapai
kepuasan kerja tenaga kependidikannya. Dengan adanya upaya tersebut
maka diharapkan kinerja tenaga kependidikan meningkat. Alur pemikiran
dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.
24
Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional
Peubah laten bebas :
Faktor-faktor kepuasan kerja :
1. Kompensasi 2. Kondisi kerja 3. Kebijakan institusi 4. Hubungan antar pribadi 5. Pengakuan 6. Pekerjaan itu sendiri
Pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja tenaga kependidikan
Peubah laten tidak bebas :
Faktor-faktor kinerja :
1. Produktivitas 2. Inisiatif/ kreativitas 3. Tanggung jawab 4. Kerja sama 5. Kedisiplinan
Kepuasan Kerja Kinerja
Implikasi manajerial
Kinerja tenaga kependidikan meningkat
PNS dan Honorer
Structural Equation Model (SEM)
Tenaga Kependidikan
Analisis Persepsi
25
3.3. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan landasan berpikir untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diungkapkan. Definisi operasional dari variabel-
variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai
balas jasa atas upaya-upaya yang telah diberikan kepada institusi. Ada
dua bentuk kompensasi pegawai yaitu kompensasi langsung (upah dan
gaji) dan kompensasi tidak langsung, seperti tunjangan kesehatan,
tunjangan hari raya, uang makan dan insentif.
2. Kondisi kerja
Kondisi kerja adalah kondisi fisik dan sosial yang dapat membantu
pegawai untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepada mereka. Kondisi ini meliputi faktor suasana dan perlengkapan
kerja. Lingkungan kerja harus memberikan kenyamanan dan ketenangan
bagi pegawai, maka dalam mengatur ruangan perlu memperhatikan
penerangan, temperatur, siklus udara, kebisingan, perlengkapan kerja dan
hal bersifat pribadi.
3. Kebijakan institusi
Peraturan dan kebijakan institusi berhubungan dengan hak dan kewajiban
pegawai dan hendaknya memberikan rasa keadilan. Peraturan dan
kebijakan organisasi harus dapat diketahui dan dimengerti oleh seluruh
pegawai, sehingga akan menjadi pendorong semangat kerja.
4. Hubungan antar pribadi
Hubungan antar pribadi adalah interaksi yang terjadi antara sesama rekan
kerja dan atasan baik di dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan.
Hubungan ini berjalan secara vertikal dan horizontal. Hubungan vertikal
merupakan hubungan antara atasan dengan bawahan, sedangkan
hubungan horizontal merupakan hubungan antara sesama bawahan atau
sesama atasan.
26
5. Pengakuan
Pengakuan merupakan penghargaan yang diberikan institusi kepada
pegawainya atas prestasi yang dicapai berupa finansial maupun non
finansial.
6. Pekerjaan itu sendiri
Hal terpenting dalam memotivasi pegawai adalah membantu mereka
untuk mempercayai bahwa pekerjaan yang mereka kerjakan merupakan
bagian terpenting dan berarti bagi jalannya institusi. Hal tersebut akan
menumbuhkan semangat dan kebanggaan dalam diri pegawai saat
mengerjakan pekerjaannya.
7. Produktivitas
Produktivitas individu dinilai dari target pencapaian tugas yang
diberikan. Tugas yang diberikan dapat berupa tugas rutin atau penugasan
dari atasan yang bersangkutan.
8. Inisiatif / kreativitas
Inisiatif merupakan sikap mental tenaga kependidikan yang bersedia
maju, memulai dan melakukan pekerjaan atas prakarsa sendiri.
9. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan sikap mental pegawai yang dapat diandalkan
dan dipercayakan tugas dan kewajiban dengan penuh dedikasi. Mereka
bertanggung jawab atas hasil kerja, sarana dan prasarana yang digunakan
dan selalu dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas dan kewajiban.
10. Kerja sama
Kerja sama merupakan hubungan kerja antar sesama rekan kerja yang
saling membantu dan memberikan dorongan atau semangat kerja satu
sama lain. Pegawai akan merasa nyaman dan senang serta dapat bekerja
dengan baik dalam lingkungan kerja yang harmonis.
11. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan sikap mental pegawai untuk mematuhi peraturan
dan ketentuan yang berlaku di institusi.
27
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan selama lima bulan yaitu pada bulan
Februari sampai dengan Juni 2009 dan mengambil lokasi di seluruh Fakultas
Institut Pertanian Bogor, kampus IPB Darmaga Bogor.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan, wawancara dan melalui hasil pengisian kuesioner.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip data institusi dan berbagai
literatur, baik berupa buku yang memuat teori-teori, hasil penelitian
terdahulu, serta pencatatan data yang sudah ada di institusi. Menurut Umar
(2005) data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama, baik
dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian
kuesioner yang dilakukan oleh peneliti. Data sekunder merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik oleh pihak
pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-
tabel atau diagram-diagram.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
kuesioner dan wawancara dengan pihak Direktorat SDM, beberapa tenaga
kependidikan di sembilan Fakultas IPB maupun terhadap beberapa
responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang dibutuhkan untuk
penelitian. Sedangkan kuesioner berisikan daftar pertanyaan yang tersusun
baik dengan tujuan yang jelas bagi responden. Materi wawancara dan
kuesioner meliputi pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan dengan keadaan
organisasi yang berkaitan dengan kepuasan kerja dan kinerja tenaga
kependidikan. Kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan mengenai
persepsi tenaga kependidikan atas kepuasan kerja dan tingkat kinerja. Setiap
poin jawaban ditentukan skornya menggunakan skala Likert. Skala Likert
berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu,
misalnya setuju – tidak setuju, senang – tidak senang dan puas – tidak puas,
28
dengan bobot tertentu pada setiap pertanyaan (Umar, 2005). Berikut adalah
model skoring menurut Likert:
Bobot nilai = 4 → Sangat setuju
Bobot nilai = 3 → Setuju
Bobot nilai = 2 → Tidak setuju
Bobot nilai = 1 → Sangat tidak setuju
Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan
untuk setiap responden, guna dijadikan skor penilaian terhadap variabel-
variabel yang akan diteliti. Rentang skala penilaian digunakan untuk
menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan nilai skor.
Setiap skor alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkatan
terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4, kemudian dihitung rentang skala
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Rs = M
skorR )( ............................................................................................ (1)
Dimana:
R (skor) : skor terbesar – skor terkecil
M : banyaknya kategori skor
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan metode penarikan sampel
proportional random sampling. Teknik ini, sampel yang telah terpilih bisa
mewakili semua populasi dan besar peluang setiap anggota populasi untuk
menjadi sampel sama besar, sehingga menjamin dasar sampel yang terpilih
bisa mewakili semua populasinya. Adapun jumlah tenaga kependidikan
yang dijadikan responden adalah sebanyak 150 orang yang sesuai dengan
pendapat Ding et al. dalam Ghozali dan Fuad (2005), bahwa ukuran sampel
100 sampai 150 merupakan ukuran sampel ketika menggunakan SEM
sebagai alat analisis.
Rumus sebaran responden pada setiap bagian secara proporsional
adalah sebagai berikut :
∑ responden tiap bagian = 150×∑
∑fakultassembilantotalpegawai
bagiantiappegawai ........... (2)
29
Tabel 2. Jumlah sampel berdasarkan karakteristik unit/bagian
Populasi Per unit kerja
Jumlah Populasi PNS Honorer
Jumlah Sampel PNS Honorer
FAPERTA 104 105 13 13 FKH 94 38 12 5 FPIK 82 65 10 8 FAPET 110 75 14 9 FAHUTAN 74 38 9 5 FATETA 105 37 13 5 FMIPA 114 62 14 8 FEM 19 24 2 3 FEMA 35 20 4 3
Jumlah 737 464 91 59 1201 orang 150 orang
Sumber : Data internal IPB, Januari 2009
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan aturan
dalam SEM dengan bantuan software LISREL karena kecocokan model
dalam metode SEM dapat langsung menjelaskan pengujian validitas dan
reliabilitas. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
indikator mampu mengukur variabel laten. Menurut Bollen, 1989 dalam
Sitinjak dan Sugiarto, 2006, validitas pertanyaan yang merupakan variabel
indikator dalam mengukur variabel laten tertentu dinilai dengan melihat
apakah loading factornya nyata, yaitu apakah memiliki nilai t lebih dari t-
kritis (1,96 pada tingkat signifikansi 5 persen). Berdasarkan perhitungan,
seluruh variabel indikator dalam penelitian ini memiliki loading factor yang
nyata, yaitu memiliki nilai t lebih besar dari t-kritis (1,96 pada tingkat
signifikansi 5 persen), yang berarti bahwa semua indikator valid. Hasil dari
pengujian validitas dapat dilihat pada Gambar 4. Pada penelitian ini, uji
reliabilitas dilakukan dengan menggunakan jenis pengukuran construct
reliability. Hasil perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 4.
Pada lampiran 4 dapat dilihat bahwa nilai construct reliability variabel
kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan memiliki nilai yang baik.
30
7.24
7.20
7.10
7.28
7.33
7.12
7.33
6.69
7.46
5.90
7.77
6.96
6.84
7.18
6.65
6.51
7.27
7.35
7.00
7.22
X1
KOM
KIN KEP 5.59
3.83
3.85
INI
Y3
Y4
Y5
3.87 3.44
X2
X3
X4
X5
2.40
2.61
TJ
Y6
Y7
Y8
2.62
3.47
3.54
KS
Y9
Y10
Y11
3.63
2.97
2.96
DIS
Y12
Y13
Y14
2.97
6.34
6.38
6.50
6.28
6.21
KK
X6
X7
X8 3.50
3.53
3.57
KI
X9
X10
X11 3.46
3.32
3.16
HAP
X12
X13
X14 3.85
3.82
3.76
AKU
X15
X16
X17 4.65
4.63
4.41
PIS
X18
X19
X20 2.62
2.61
2.61
Y1 5.62
PRO
Y2
4.21
4.24
6.10
3.27
3.14
2.62
2.40
5.47
3.30
3.20
3.58
4.15
2.48
6.78
7.13
6.97
7.47
6.64
7.55
6.40
7.51
7.29
6.91
6.98
7.26
Chi-Square=267.37, df=515, P-value=1.00000, RMSEA=0.000
Keterangan :
2. KEP = Kepuasan Kerja
3. KIN = Kinerja
4. KOM = Kompensasi
5. KK = Kondisi Kerja
6. KI = Kebijakan Institusi
7. HAP = Hubungan Antar Pribadi
8. AKU = Pengakuan
8. PIS = Pekerjaan Itu Sendiri
9. PRO = Produktivitas
10. INI = Inisiatif / Kreativitas
11. TJ = Tanggung Jawab
12. KS = Kerja Sama
13. DIS = Kedisiplinan
Gambar 4. Nilai uji nyata (uji –t) model struktural
31
3.8. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menganalisis
hubungan faktor-faktor kepuasan kerja tenaga kependidikan sebagai variabel
independen terhadap variabel dependen dalam hal ini kinerja tenaga
kependidikan. Perangkat lunak LISREL 8.3 digunakan untuk menganalisis
dan mengolah data. Salah satu keunggulan metode SEM yakni mengukur
suatu hubungan yang tidak bisa diukur secara langsung, ( Ghozali dan Fuad,
2005). Dalam hal ini hubungan kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan tidak bisa diukur secara langsung. Kepuasan kerja dan kinerja
dianggap sebagai faktor yang yang tidak bisa diukur secara langsung yang
biasa disebut sebagai variabel laten.
Langkah-langkah SEM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pengembangan model berbasis konsep dan teori
Pada tahap ini dilakukan telaah teori yang mendalam tentang pengaruh
kepuasan kerja terhadap peningkatan kinerja pegawai. Pada tahap ini
juga ditentukan variabel laten dan variabel indikator berdasarkan teori.
2. Mengkonstruksi diagram path
Pada tahap ini variabel laten dan variabel indikator dibentuk dalam
diagram path agar lebih memahami bentuk hubungan antar variabel.
3. Konversi diagram path ke model struktural
Pada tahap ini model struktural dan model pengukuran digambarkan
lebih jelas.
4. Memilih matriks input
Pada tahap ini matriks input dipilih dan dimasukkan ke dalam
perhitungan.
5. Solusi standard model dan evaluasi goodness of fit index
Pada tahap ini matriks input diolah dan melihat nilai goodness of fit
index dari model solusi standard. Ukuran-ukuran yang dapat dijadikan
sebagai pedoman untuk mendapatkan model yang sesuai dalam SEM
antara lain :
32
a. Nilai Chi-Square dan probabilitas (P)
Merupakan pengujian seberapa dekat matriks hasil dugaan dengan
matriks data asal dengan menggunakan chi-square. Model yang baik
membutuhkan nilai chi-square dengan nilai yang lebih kecil dari
pada nilai derajat bebasnya.
b. P-value
Nilai p-value diharapkan lebih besar dari 0,05 atau 0,1, yaitu uji
nyata. Bila hasil pengujian menunjukkan tidak nyata, berarti matrik
input dan matrik dugaan tidak berbeda atau sama, maka model yang
diajukan dianggap cocok. P-value berkisar antara 0-1 dan model
persamaan struktural akan semakin baik, jika p-value mendekati 1.
c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA mengukur kedekatan suatu model terhadap populasi.
RMSEA menunjukkan kecocokan model yang dikatakan baik,
apabila nilainya kurang dari 0,1 dan buruk apabila lebih dari 0,1.
d. Goodness of Fit Index (GFI)
Ukuran ini menunjukkan seberapa besar model mampu menerangkan
keragaman data. Semakin besar nilai yang diperoleh berarti model
semakin baik. Batas minimal 0,9 sering dijadikan acuan suatu model
dikatakan layak.
e. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)
AGFI merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasikan
derajat bebas model dengan model lain yang dibandingkan. Nilai 0,8
sering dijadikan acuan suatu model dikatakan layak.
6. Interpretasi model
Langkah terakhir adalah mengintepretasikan model solusi standard, yaitu
melihat besarnya pengaruh atau kontribusi variabel indikator terhadap
variabel laten dan besarnya pengaruh antar variabel laten. Variabel
kepuasan kerja yang terdiri dari beberapa variabel laten dengan indikator
manifest sebagai berikut :
33
1. Kompensasi :
X1 = Keadilan dalam sistem penggajian
X2 = Pemberian kompensasi langsung dan tidak langsung (gaji dan
tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau jabatannya
X3 = Gaji yang diterima
X4 = Pemberian insentif yang sesuai dengan keterampilan dan
kinerja
X5 = Reward sesuai dan sebanding dengan hasil kerja
2. Kondisi kerja :
X6 = Keamanan tempat kerja
X7 = Kenyamanan dan kebersihan tempat kerja
X8 = Sarana pendukung dan peralatan kerja
3. Kebijakan institusi :
X9 = Peraturan jam kerja
X10 = Beban kerja yang adil
X11 = Kedisiplinan dalam penerapan peraturan
4. Hubungan antar pribadi :
X12 = Komunikasi yang baik sesama rekan kerja dan atasan
X13 = Membuka diri dalam menerima pendapat dan kritik
X14 = Jarang terjadinya konflik
5. Pengakuan :
X15 = Penghargaan yang diberikan institusi
X16 = Perhatian atasan atas ide, usul dan saran
X17 = Dilibatkan dalam pemecahan masalah yang terjadi
6. Pekerjaan itu sendiri :
X18 = Tingkat pemahaman pekerjaan yang dikuasai mendukung
dalam pelaksanaan pekerjaan
X19 = Kesempatan menggunakan keterampilan dan pengetahuan
baru yang dimiliki
X20 = Pekerjaan yang dilakukan membuat keterampilan dan
pengetahuan bertambah
34
Dikorelasikan dengan variabel kinerja tenaga kependidikan yang
terdiri dari beberapa variabel laten dengan indikator manifest :
1. Produktivitas :
Y1 = Dapat menampilkan hasil kerja yang lengkap
Y2 = Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu
2. Inisiatif/kreativitas :
Y3 = Mencari dan menerapkan ide kreatif dalam menyelesaikan
pekerjaan
Y4 = Aktif mengemukakan pendapat dan saran
Y5 = Membuat tempat kerja bersih, nyaman dan berbeda
3. Tanggung jawab :
Y6 = Bersedia mengakui kesalahan dan memperbaiki kesalahan
tersebut
Y7 = Dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam bekerja
Y8 = Kesediaan menambah jam kerja jika pekerjaan belum selesai
4. Kerja sama :
Y9 = Saling membantu satu sama lain
Y10 = Dorongan atau semangat kerja kepada rekan kerja
Y11 = Kerja sama yang harmonis
5. Kedisiplinan :
Y12 = Bekerja tanpa disuruh atau diawasi atasan
Y13 = Mematuhi peraturan dan menjaga kebersihan
Y14 = Frekuensi kehadiran
Indikator manifest dari faktor-faktor yang menyebabkan
kepuasan kerja dan kinerja masing-masing diubah dalam proses dengan
menggunakan software LISREL 8.30 (Linear Structural Relationship).
Model pada penelitian ini disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Diagram lintas kerangka hubungan kepuasan kerja
terhadap kinerja tenaga kependidikan
Kepuasan Kerja
Kinerja
Produktivitas
Inisiatif
Tanngung Jawab
Kedisiplinan
Kerja Sama
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y7
Y6
Y8
Y9
Y10
Y11
Y12
Y13
Y14
Kompensasi
Kondisi Kerja
X1
X2
X3
X4
X5
X7
X8
X6
Kebijakan Institusi
X9
X10
X11
Hubungan Antar Pribadi
X12
X13
X14
Pengakuan X15
X17
X16
X18
X19
X20
Pekerjaan
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Institut Pertanian Bogor
4.1.1. Sejarah Singkat Institut Pertanian Bogor
Institut Pertanian Bogor adalah kelanjutan dari lembaga-
lembaga pendidikan menengah dan tinggi pertanian dan kedokteran
hewan yang dimulai pada awal abad ke-20. Sebelum perang dunia II
lembaga-lembaga pendidikan menengah tersebut dikenal dengan nama
Middlebare Landbouw School, Middlebare Bosbouw School dan
Nederlandsch Indische Veeartsen School.
Pada awalnya, IPB terdiri dari lima fakultas yaitu: Fakultas
Pertanian dan Fakultas Kehutanan yang berasal dari Jurusan Pertanian
dan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia,
Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Peternakan berasal dari
Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan dan Perikanan laut
Universitas Indonesia, sedangkan Fakultas Perikanan merupakan
gabungan Jurusan Perikanan Darat Fakultas Pertanian Universitas
Indonesia dan Jurusan Perikanan Laut Fakultas Kedokteran Hewan dan
Peternakan Universitas Indonesia. Pada tahun 1964, IPB berkembang
menjadi 6 fakultas dengan didirikannya Fakultas Teknologi dan
mekanisasi pertanian (FATEMETA), yang pada tahun 1968 berubah
menjadi Fakultas Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian serta
tahun 1981 hingga saat ini bernama Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada tahun 2000 IPB membuka Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Pada tanggal 26 Desember 2000, melalui Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 154 IPB telah ditetapkan menjadi Institut
Pertanian Bogor sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dengan
penetapan ini maka IPB dalam menyelenggarakan kegiatan bersifat
otonom. Sejalan dengan kebijakan Dasar Pendidikan IPB mengenai
pengembangan Kurikulum Program Pendidikan IPB, dilakukan
penataan departemen dengan menerapkan Kurikulum Sistem Mayor-
37
Minor dan mulai berlaku bagi mahasiswa tahun masuk 2005/2006.
Melalui penataan departemen ini pula, IPB pada tahun 2005
membentuk Fakultas baru dengan nama Fakultas Ekologi Manusia.
4.1.2. Visi, Misi dan Tujuan Institut Pertanian Bogor
a. VISI
Menjadi perguruan tinggi bertaraf internasional dalam
pengembangan IPTEKS dan sumber daya manusia dengan
kompetensi utama pertanian tropika.
b. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat kini dan mendatang.
2. Pengembangan IPTEKS ramah lingkungan melalui penelitian
mutakhir.
3. Meningkatkan kesejahteraan umat manusia melalui penerapan
dan pendayagunaan IPTEKS.
4. Terbentuknya masyarakat madani berdasarkan kebenaran dan
hak azasi manusia.
c. TUJUAN
1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, yang mampu
mengembangkan dan menerapkan IPTEKS.
2. Inovasi IPTEKS ramah lingkungan untuk mendukung
pembangunan nasional dan memperbaiki kesejahteraan umat
manusia.
3. Menjadikan IPB sebagai lembaga pendidikan tinggi yang siap
menghadapi tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan
yang berubah dengan cepat dan baik secara nasional maupun
global.
4. Menjadikan IPB sebagai kekuatan moral dalam masyarakat
madani Indonesia.
d. MOTTO
Mencari dan Memberi yang Terbaik.
38
4.1.3. Pedoman Penilaian Kinerja Tenaga Kependidikan
1. Kriteria Penilaian
a. Kehadiran (20%)
Kehadiran dihitung berdasarkan hasil pencatatan data
finger print atau catatan harian kehadiran manual bagi unit kerja
yang tidak ada alat finger printnya dan keterangan tambahan
apabila tidak memungkinkan melakukan finger print karena
alasan khusus yang diketahui oleh atasan langsung. Jumlah jam
hadir adalah 8 jam/hari dengan kisaran nilai = 0-100, untuk 0-
100% kehadiran. Untuk mengantisipasi “ketidakdisiplinan”
pegawai untuk datang/pulang sesuai dengan jam kerja dan atau
penugasan dari atasan. Hal ini akan menjadi pertimbangan
dalam menilai kedisiplinan dalam kriteria kualitas kerja.
b. Produktivitas (30%)
Produktivitas kerja individu dinilai dari target pencapaian
tugas yang diberikan. Tugas yang diberikan dapat berupa tugas
rutin atau penugasan dari pimpinan atau atasan yang
bersangkutan. Penilai adalah atasan langsung masing-masing
tenaga kependidikan. Tingkat kejujuran, obyektifitas dan
ketegasan atasan sangat berpengaruh dalam kualitas penilaian.
Penilaian harus berorientasi untuk pembinaan yang
bersangkutan agar meningkatkan prestasi kerja dan semangat
membangun kualitas IPB.
c. Penilaian Kualitas Kerja (30%)
Kualitas kerja terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
Inisiatif atau kreativitas, tanggung jawab, ketelitian atau
kerapihan, kecepatan kerja atau efisiensi, kerja sama dan
kedisiplinan. Masing-masing komponen memiliki kisaran nilai
0-100.
d. Penilaian oleh unit Terkait atau Penilai Independen (20%)
Penilaian meliputi kualitas pelayanan dari unit tersebut,
dapat berupa kualitas produk yang dihasilkan, kecepatan,
39
ketepatan dan keramahan. Unit yang dinilai bukan bersifat
individu tapi unit kerja tempat individu bekerja, yaitu
Departemen, Fakultas, Pusat, LPPM, Direktorat, Kantor dan
unit lain yang setara. Unit kerja penilai atau penilai independen
akan ditentukan oleh Direktorat SDM atau AU, sesuai dengan
kompetensi penilai independen.
2. Koordinasi pada Tingkat Unit Kerja
Rapat persiapan pemberian tugas atau evaluasi nilai
produktivitas dan kualitas kerja dilakukan melalui rapat koordinasi
pimpinan di unit kerja, misal Tingkat Fakultas, Lembaga,
Departemen, Pusat, Direktorat, Kantor, Perpustakaan dan
seterusnya.
3. Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan adalah PNS dan tenaga honorer,
sehingga urutan rangking kinerja merupakan gabungan PNS dan
honorer.
4. Imbalan Kinerja
Nilai kinerja ini akan menjadi dasar pertimbangan dalam
penilaian DP3 tahunan, kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala,
promosi-promosi dan insentif. Pemberian insentif akan diberikan
setiap bulan berdasarkan huruf mutu nilai kinerja masing-masing.
Perhitungan insentif berupa uang tersebut akan dihitung
berdasarkan analisis statistik nilai kinerja yang akan ditentukan
kemudian. Insentif ini adalah bentuk penghargaan yang diberikan
IPB kepada SDMnya, namunpemberian insentif tersebut akan
disesuaikan dengan kondisi keuangan IPB, walaupun kinerja
tenaga honorer akan dinilai, akan tetapi pemberian insentif belum
dapat diberikan secara langsung dari kantor pusat, penilaian ini
akan menjadi catatan penilaian yang bersangkutan apakah layak
untuk diajukan menjadi tenaga tetap IPB BHMN atau CPNS (jika
ada informasi).
40
4.2. Karakteristik Tenaga Kependidikan
Identitas tenaga kependidikan didapatkan meliputi jenis kelamin,
usia, tingkat pendidikan, masa kerja, status pegawai dan pangkat atau
golongan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Karakteristik tenaga kependidikan
Karakteristik Jumlah Orang
Persentase (%%%%)
Jenis Kelamin Laki-laki 88 59
Perempuan 62 41
<20 0 0
Usia 20 - 30 52 35
31 - 40 42 28
41 – 50 41 27
>50 15 10
Tingkat Pendidikan ≤SMP 14 9
SMA 69 47
DIPLOMA 35 23
S1 29 19
S2 3 2
<5 40 27
Masa Kerja 5 – 15 51 33
16 – 25 37 25
26 – 35 22 15
>35 0 0
Status Pegawai PNS 91 61
Honorer 59 39
Pangkat atau Golongan Golongan I 2 2
Golongan II 23 25
Golongan III 64 71
Golongan IV 2 2
41
Berdasarkan Tabel 3, karakteristik tenaga kependidikan berdasarkan
kategori jenis kelamin menunjukkan bahwa tenaga kependidikan berjenis
kelamin laki-laki lebih banyak dari pada tenaga kependidikan berjenis
kelamin wanita. Karakteristik tenaga kependidikan berdasarkan kategori
usia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu, dibawah 20 tahun, 20-30
tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan diatas 50 tahun. Pada Tabel 3 terlihat
sebagian besar tenaga kependidikan berada pada kelompok usia 20-30
tahun, yaitu sebesar 35 persen.
Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir, karakteristik tenaga
kependidikan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu, SMP atau
dibawahnya (SD), SMA atau sederajat, Diploma, S1 dan S2. Pada Tabel 3
terlihat sebagian besar tenaga kependidikan memiliki tingkat pendidikan
SMA atau sederajat sebesar 47 persen.
Berdasarkan kategori masa kerja, tenaga kependidikan dibagi menjadi
beberapa kelompok yaitu, kurang dari 5 tahun, 5-15 tahun, 16-25 tahun, 26-
35 tahun dan lebih dari 35 tahun. Tabel 3 menerangkan bahwa kelompok
tenaga kependidikan terbesar berada pada kelompok dengan masa kerja 5-15
tahun yaitu sebesar 33 persen.
Dalam populasi, tenaga kependidikan yang berstatus PNS berjumlah
737 orang sedangkan tenaga kependidikan yang berstatus non-PNS
berjumlah 464 orang. Pada Tabel 3 terlihat bahwa tenaga kependidikan yang
berstatus PNS berjumlah 91 orang yaitu sekitar 61 persen dan yang berstatus
non-PNS berjumlah 59 orang yaitu sekitar 39 persen. Dan sebagian besar
tenaga kependidikan yang berstatus PNS berada pada golongan III yaitu
sebesar 71 persen.
42
4.3. Analisis Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Tenaga Kependidikan
Kepuasan kerja merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
kinerja tenaga kependidikan. Oleh karena itu, analisis persepsi tenaga
kependidikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan perlu
dilakukan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan untuk melihat persepsi
responden terhadap kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan adalah
skala likert. Nilai rentang skala (Rs) yang didapat adalah 0,75.
Nilai skor rataan diperoleh dari rumus rentang kriteria (Umar, 2005).
Berdasarkan nilai skor rataan yang diperoleh, maka posisi
tanggapan/keputusan responden:
Tabel 4. Posisi tanggapan/keputusan responden
Skor Nilai Tanggapan/Keputusan Responden
1,0 – 1,75 Sangat Tidak Setuju
1,76 – 2,5 Tidak Setuju
2,51 – 3,25 Setuju
3,26 – 4 Sangat Setuju
Posisi tersebut jika diinterpretasikan adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada di dalam rentang 1 sampai
1,75, maka kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan sangat tidak
sesuai dengan harapan tenaga kependidikan.
2. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada di dalam rentang 1,76
sampai 2,5, maka kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan tidak
sesuai dengan harapan tenaga kependidikan.
3. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada di dalam rentang 2,51
sampai 3,25, maka kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan sesuai
dengan harapan tenaga kependidikan.
4. Jika nilai skor rataan yang dihasilkan berada di dalam rentang 3,26
sampai 4 maka kepuasan kerja dan kinerja tenaga kependidikan sangat
sesuai dengan harapan tenaga kependidikan.
43
4.3.1. Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kepuasan Kerja
Analisis persepsi tenaga kependidikan terhadap kepuasan
kerja tenga kependidikan dilakukan berdasarkan faktor-faktor
kepuasan kerja yaitu: kompensasi, kondisi kerja, kebijakan institusi,
hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri.
Masing-masing komponen terdiri dari dua sampai lima indikator atau
pertanyaan yang menggambarkan kepuasan kerja tenaga
kependidikan.
Tabel 5. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kompensasi
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Keadilan dalam
sistem penggajian 2,84 Puas 2,31 Tidak Puas
2. Pemberian kompensasi langsung dan tidak langsung (gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau jabatannya
2,85 Puas 2,37 Tidak Puas
3. Gaji yang diterima 2,71 Puas 2,02 Tidak Puas
4. Pemberian insentif yang sesuai dengan keterampilan dan kinerja
2,48 Tidak Puas 2,15 Tidak Puas
5. Reward sesuai dan sebanding dengan hasil kerja
2,58 Puas 2,12 Tidak Puas
Total 2,69 Puas 2,19 Tidak Puas
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa tenaga
kependidikan yang berstatus PNS memiliki persepsi yang baik
terhadap kompensasi yang ditetapkan institusi. Sedangkan tenaga
kependidikan honorer berpersepsi tidak puas terhadap kompensasi.
Tenaga kependidikan yang berstatus PNS merasa bahwa
institusi sudah memperhatikan unsur keadilan dalam sistem
penggajiannya, karena mereka merasa institusi telah
menyelenggarakan sistem kompensasi langsung dan tidak langsung
(gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau jabatannya,
dimana gaji pokok yang diberikan juga sudah sesuai dengan standar
44
gaji yang ditetapkan. Untuk PNS golongan I mendapatkan gaji
pokok sebesar Rp.1.040.000,00 – Rp. 1.634.000,00, golongan II Rp.
1.320.300,00 – 2.230.900,00, golongan III Rp. 1.655.800 – Rp.
2.763.900,00 dan golongan IV sebesar Rp. 1.954.300,00 – Rp.
3.400.000,00. Sedangkan tenaga kependidikan honorer merasa tidak
puas terhadap sistem penggajian yang ditetapkan, hal tersebut
dikarenakan tenaga kependidikan honorer lulusan SMP sampai S1
mendapatkan gaji pokok sebesar ± Rp. 400.000,00 – Rp. 800.000,00.
Gaji yang ditetapkan lebih kecil dari UMR Kabupaten Bogor sebesar
Rp. 991.714,00. Selebihnya institusi sudah memberikan yang terbaik
bagi tenaga kependidikannya, karena gaji yang diberikan kepada
tenaga kependidikan honorer disesuaikan dengan kemampuan unit
kerja masing-masing.
Begitu pula dengan kepuasan gaji dan reward yang diterima
juga masih kurang sebanding dengan hasil kerja tenaga kependidikan
honorer. Hal ini wajar terjadi karena tenaga kependidikan honorer
merasa jumlah yang diberikan tidak sesuai dengan harapan mereka
serta kebutuhan hidup setiap tenaga kependidikan berbeda satu sama
lainnya. Pada indikator insentif, baik tenaga kependidikan yang
berstatus PNS maupun honorer berpersepsi bahwa insentif yang
diterima masih belum sesuai dengan kinerja mereka. Menurut
Mangkunegara (2004), insentif kerja merupakan suatu motivasi yang
dinyatakan dalam bentuk uang. Insentif ini diberikan oleh organisasi
kepada pegawai untuk bekerja dengan motivasi yang tinggi dan
berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tenaga
kependidikan merasa pemberian insentif masih disamaratakan
berdasarkan golongan atau pangkat saja tanpa melihat kinerja tenaga
kependidikan yang besangkutan.
45
Tabel 6. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kondisi kerja
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Keamanan tempat
kerja 3,10 Puas 2,85 Puas
2. Kenyamanan dan kebersihan tempat kerja
3,13 Puas 2,95 Puas
3. Sarana pendukung dan peralatan kerja
2,95 Puas 3,10 Puas
Total 3,06 Puas 2,97 Puas
Kondisi kerja ini meliputi faktor suasana dan perlengkapan
kerja yang mempengaruhi tenaga kependidikan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka. Institusi
mengutamakan suasana dan kondisi kerja yang baik, harapannya
agar tercipta suasana kerja yang harmonis dan agar para tenaga
kependidikannya dapat bekerja dengan nyaman serta terpenuhi
segala kebutuhan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pada Tabel 6, tenaga kependidikan yang berstatus PNS
maupun honorer memiliki persepsi yang baik terhadap terhadap
kondisi kerja, mereka sudah merasa puas dengan keamanan,
kenyamanan dan kebersihan tempat kerja. Peralatan untuk memenuhi
kebutuhan kerja juga dirasakan tenaga kependidikan sudah cukup
memadai dalam hal membantu menyelesaikan suatu pekerjaan.
Berdasarkan persepsi tenaga kependidikan terhadap kondisi kerja
dapat disimpulkan bahwa institusi telah menciptakan kondisi dan
lingkungan kerja yang aman dan sehat yang dapat mendukung
kesejahteraan tenaga kependidikan. Berdasarkan skor rataan persepsi
tenaga kependidikan terhadap kondisi kerja termasuk dalam kategori
puas.
46
Tabel 7. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kebijakan institusi
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Peraturan jam kerja 2,69 Puas 2,76 Puas
2. Beban kerja yang adil 2,81 Puas 2,61 Puas
3. Kedisiplinan dalam
penerapan peraturan
2,76 Puas 2,83 Puas
Total 2,75 Puas 2,73 Puas
Pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa tenaga kependidikan
yang berstatus PNS maupun honorer memiliki persepsi yang baik
terhadap kebijakan institusi. Salah satu kebijakan yang diterapkan di
institusi yaitu peraturan jam kerja, dalam rangka penegakkan
kedisiplinan agar tenaga kependidikan datang bekerja tepat waktu,
program rekap kehadiran akan menghitung kehadiran dari jam 08.00-
16.00 dengan toleransi waktu kurang lebih 30 menit. Begitu pula
dengan beban kerja dan kedisiplinan penerapan peraturan. Sejauh ini,
tenaga kependidikan bersepsi baik terhadap ketegasan institusi dalam
menerapkan peraturan, salah satu contohnya yaitu, institusi akan
memberikan teguran keras atau sanksi kepada pegawai yang tidak
disiplin sesuai dengan aturan yang berlaku, seperti memindahkan
pegawai tersebut kepada unit kerja lain dan apabila unit kerja
tersebut tidak mau menerima maka dipindahkan ke bagian SDM agar
pegawai yang tidak disiplin dapat memperbaiki sikapnya dan
berusaha untuk disiplin.
Tabel 8. Persepsi tenaga kependidikan terhadap hubungan antar pribadi
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Komunikasi yang
baik sesama rekan kerja dan atasan
3,18 Puas 3,20 Puas
2. Membuka diri dalam menerima pendapat dan kritik
3,03 Puas 3,00 Puas
3. Jarang terjadinya konflik
3,16 Puas 2,93 Puas
Total 3,12 Puas 3,04 Puas
47
Menciptakan hubungan yang erat antar rekan kerja dan atasan
akan meningkatkan semangat kerja dan kerja sama. Tabel 8
menunjukkan bahwa tenaga kependidikan memiliki persepsi yang
baik terhadap hubungan antar pribadi. Hal ini terlihat dari
komunikasi antar rekan kerja dan atasan sudah baik. Komunikasi
yang baik antar rekan kerja tersebut dikarenakan di dalam
mengerjakan pekerjaannya, tenaga kependidikan dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan baik dengan tenaga kependidikan yang lain.
Komunikasi yang baik dengan atasan pun dibutuhkan karena tenaga
kependidikan dalam melakukan pekerjaannya perlu untuk melakukan
koordinasi yang baik dengan atasan. Dengan sikap tenaga
kependidikan yang selalu membuka diri untuk menerima pendapat
dan kritik dari rekan kerja serta hubungan yang terjalin baik antar
rekan kerja dan atasan dapat menciptakan rasa nyaman dan senang
bagi tenaga kependidikan karena dapat bekerja dalam lingkungan
kerja yang harmonis sehingga dapat mengurangi konflik yang dapat
menggannggu pekerjaan.
Tabel 9. Persepsi tenaga kependidikan terhadap pengakuan
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Penghargaan yang
diberikan institusi 2,63 Puas 2,17 Tidak Puas
2. Perhatian atasan atas ide, usul dan saran
2,54 Puas 2,36 Tidak Puas
3. Dilibatkan dalam pemecahan masalah yang terjadi
2,78 Puas 2,53 Puas
Total 2,65 Puas 2,35 Tidak Puas
Tenaga kependidikan menginginkan pengakuan atas prestasi
kerja yang dicapai. Rasa bangga terhadap pekerjaan timbul karena
tenaga kependidikan merasa pekerjaan dan jabatan mereka diakui
dan dihargai baik oleh rekan kerja dan atasan. Tenaga kependidikan
selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan dan
keterampilan kerja sehingga mendapatkan penghargaan yang layak
dari institusi yang sesuai dengan prestasi kerja mereka.
48
Namun Pada Tabel 9, dapat diketahui bahwa tenaga
kependidikan honorer berpersepsi bahwa pengakuan yang diterima
tidak sesuai dengan harapan mereka, mereka merasa tidak puas
terhadap penghargaan yang diberikan. Hal tersebut dikarenakan
tenaga kependidikan honorer belum mendapatkan penghargaan
finansial seperti yang didapatkan tenaga kependidikan PNS, dimana
penghargaan tersebut diberikan oleh institusi kepada tenaga
kependidikan PNS yang memiliki prestasi baik dengan peringkat
satu sampai lima dari masing-masing unit kerja. Sebagian besar
tenaga kependidikan setuju bahwa mereka selalu dilibatkan dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
atasan. Tenaga kependidikan merasa bahwa partisipasi mereka
diperlukan sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan terhadap ide-
ide sehingga mereka diakui keberadaannya. Dilibatkannya tenaga
kependidikan dalam pengambilan keputusan dinilai sudah baik,
namun tenaga kependidikan honorer merasakan walaupun ide, usul
dan saran mereka diterima didalam rapat, pelaksanaannya masih
belum teraplikasikan sehingga mereka merasa ide-ide mereka kurang
diperhatikan.
Tabel 10. Persepsi tenaga kependidikan terhadap pekerjaan itu sendiri
No Indikator PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Tingkat pemahaman
pekerjaan yang dikuasai mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan
3,13 Puas 2,88 Puas
2. Kesempatan menggunakan keterampilan dan pengetahuan baru yang dimiliki
3,10 Puas 2,78 Puas
3. Pekerjaan yang dilakukan membuat keterampilan dan pengetahuan bertambah
2,97 Puas 2,73 Puas
Total 3,07 Puas 2,80 Puas
49
Pada Tabel 10 menunjukkan bahwa tenaga kependidikan
yang berstatus PNS maupun honorer memiliki persepsi yang baik
terhadap pekerjaan itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dari tingkat
pemahaman pekerjaan yang dikuasai tenaga kependidikan dapat
mendukung pelaksanaan pekerjaan mereka. Hasil pekerjaan menjadi
baik dan maksimal ketika tenaga kependidikan sudah mengetahui
dan memahami prinsip dan metode dalam melaksanakan pekerjaan
dengan benar.
Institusi sudah mengutamakan pengembangan diri dan
keahlian tenaga kependidikan, khususnya sebagai dasar peningkatan
sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan-pelatihan yang
dapat mendukung pelaksanaan kerja tenaga kependidikan. Hal ini
terlihat dari sebagian besar tenaga kependidikan sudah merasa puas
karena institusi telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk
menggunakan keterampilan dan pengetahuan baru yang dimiliki
sehingga membuat mereka bekerja lebih giat. Kesempatan ini
memungkinkan tenaga kependidikan bebas menggunakan atau
mengembangkan pikiran dan cara sendiri serta memiliki tanggung
jawab penuh terhadap pekerjaannya. Sehingga tenaga kependidikan
merasa pekerjaan yang mereka lakukan dapat meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka.
4.3.2. Persepsi Tenaga Kependidikan Terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan
Analisis persepsi tenaga kependidikan terhadap kinerja
tenaga kependidikan dilakukan dengan merinci faktor-faktor kinerja
tenaga kependidikan dari lembaran penilaian kinerja tenaga
kependidikan IPB. Hasil perhitungan skor rataaan persepsi
responden terhadap kinerja tenaga kependidikan dapat dilihat pada
Tabel 11.
50
Tabel 11. Persepsi tenaga kependidikan terhadap kinerja
No Indikator Kinerja PNS Honorer Skor Interpretasi Skor Interpretasi 1. Produktivitas 3,14 Baik 2,98 Baik
1. Dapat menampilkan hasil kerja yang lengkap
3,16 Baik 3,07 Baik
2. Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu
3,12 Baik 2,88 Baik
2. Inisiatif/kreativitas 3,07 Baik 2,82 Baik
1. Mencari dan menerapkan ide kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan
3,10 Baik 2,86 Baik
2. Aktif mengemukakan pendapat dan saran
2,97 Baik 2,64 Baik
3. Membuat tempat kerja bersih, nyaman dan berbeda
3,13 Baik 2,95 Baik
3. Tanggung jawab 3,04 Baik 2,87 Baik
1. Bersedia mengakui kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut
3,25 Baik 3,05 Baik
2. Dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam bekerja
3,00 Baik 2,78 Baik
3. Kesediaan menambah jam kerja jika pekerjaan belum selesai
2,86 Baik 2,78 Baik
4. Kerja sama 3,15 Baik 3,10 Baik
1. Saling membantu satu sama lain
3,08 Baik 3,03 Baik
2. Dorongan atau semangat kerja kepada rekan kerja
3,14 Baik 3,15 Baik
3. Kerja sama yang harmonis
3,24 Baik 3,10 Baik
5. Kedisiplinan 3,14 Baik 2,93 Baik
1. Bekerja tanpa disuruh atau diawasi atasan
3,24 Baik 3,00 Baik
2. Mematuhi peraturan dan menjaga kebersihan
3,16 Baik 3,03 Baik
3. Frekeunsi kehadiran 3,01 Baik 2,76 Baik
Total 3,11 Baik 2,94 Baik
51
Pada Tabel 11, dapat diketahui bahwa kinerja tenaga
kependidikan yang berstatus PNS maupun honorer termasuk dalam
kategori baik. Tingkat produktivitas tenaga kependidikan sudah baik,
hal tersebut ditunjukkan dengan kinerja tenaga kependidikan yang
dapat menyelesaikan pekerjaan yang diberikan, baik pekerjaan rutin
maupun pekerjaan dari atasan sesuai target yang ditetapkan. Hasil
kerja yang lengkap akan mampu menciptakan efektivitas dan
efisiensi tenaga kependidikan dalam bekerja. Efisiensi tenaga
kependidikan dalam bekerja akan menciptakan efisiensi organisasi
secara keseluruhan yang dapat meningkatkan kinerja institusi.
Tenaga kependidikan selalu mencari inisiatif dalam
melakukan pekerjaan dan sering mengemukakan gagasan atau
pendapat. Inisiatif merupakan sikap mental tenaga kependidikan
yang bersedia maju, memulai dan melakukan pekerjaan atas prakarsa
sendiri. Kesediaan tenaga kependidikan terhadap hal tersebut
dilakukan sebagai bentuk persiapan sebelum diperintahkan oleh
atasan sehingga memperoleh penghargaan dari atasan. Selain itu,
akan meningkatkan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan di
masa yang akan datang. Tenaga kependidikan juga selalu menjaga
kebersihan tempat kerja agar nyaman dan berbeda dari yang lain.
Tenaga kependidikan pada sembilan Fakultas IPB sudah
bertanggung jawab dengan tugasnya masing-masing. Mereka
bertanggung jawab atas hasil kerja, sarana dan prasarana yang
digunakan dan selalu dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban. Mereka bersedia untuk mengakui kesalahan dan
memperbaiki kesalahan tersebut, dengan kata lain mereka bersedia
memberikan penjelasan ketika hasil pekerjaan tidak sesuai dengan
yang diharapkan dan berusaha untuk memperbaiki hasil pekerjaan
tersebut. Mereka juga bersedia menambah jam kerja jika pekerjaan
belum selesai. Sikap tanggung jawab ini dapat menciptakan hasil
kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan institusi.
52
Tenaga kependidikan akan merasa nyaman dan senang serta
dapat bekerja dengan baik dalam lingkungan kerja yang harmonis
dimana setiap tenaga kependidikan memiliki hubungan yang baik.
Tenaga kependidikan memerlukan perasaan ini sebagai motivasi
agar dapat bekerja dengan maksimal. Persepsi yang sama juga
diberikan tenaga kependidikan, hal tersebut dapat diketahui dari
hubungan kerja yang harmonis antar sesama rekan kerja baik di
tempat kerja maupun di luar tempat kerja. Selain itu, tenaga
kependidikan saling membantu dan memberikan dorongan atau
semangat kerja satu sama lain.
Tenaga kependidikan juga sudah disiplin dalam bekerja. Hal
tersebut, salah satunya dapat diketahui dari frekuensi kehadiran
tenaga kependidikan yang sudah sesuai dengan aturan yang berlaku,
kesediaan bekerja tanpa disuruh atau diawasi oleh atasan, mematuhi
peraturan dan menjaga kebersihan tempat kerja. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa kinerja tenaga kependidikan di sembilan
fakultas IPB dapat dikategorikan baik. Hal ini berarti tenaga
kependidikan sudah memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja
yang meliputi produktivitas dan kualitas kerja yang baik yang dapat
mempengaruhi kinerja tenaga kependidikan.
4.3.3. Persepsi Tenaga Kependidikan Berdasarkan Karakteristik Tenaga Kependidikan
Analisis persepsi berdasarkan karakteristik digunakan untuk
mengkaji jawaban dan penilaian pegawai mengenai setiap variabel
yang digunakan dalam penelitian secara lebih mendalam, sehingga
dapat dilihat persepsi dari setiap kategori karakteristik yang ada.
53
Tabel 12. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan jenis kelamin tenaga kependidikan
Kategori
Kompensasi Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan itu sendiri
Laki - laki 2,53 3,06 2,79 3,13 2,58 3,04
Perempuan 2,45 2,96 2,69 3,05 2,46 2,84
Total 2,49 3,01 2,74 3,09 2,52 2,94
Berdasarkan Tabel 12, terlihat bahwa tenaga kependidikan
yang berjenis kelamin laki-laki memiliki persepsi yang baik terhadap
seluruh indikator kepuasan kerja. Sedangkan tenaga kependidikan
berjenis kelamin perempuan berpersepsi tidak puas terhadap
indikator kompensasi dan pengakuan. Hal ini wajar terjadi, karena
kebutuhan hidup setiap tenaga kependidikan berbeda satu sama
lainnya. Dan pada indikator pengakuan, tenaga kependidikan yang
berjenis kelamin perempuan memiliki persepsi yang tidak puas. Hal
ini mungkin disebabkan mereka merasa penghargaan yang diberikan
baik penghargaan finansial maupun non finansial tidak sesuai dengan
harapan mereka dan adanya beberapa tenaga kependidikan
perempuan yang masih berstatus tenaga honorer, dimana
berdasarkan Tabel 9 tenaga kependidikan honorer tidak puas
terhadap pengakuan yang diberikan institusi.
Tabel 13. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan usia tenaga kependidikan
Kategori ( tahun)
Kompensasi Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan itu sendiri
20-30 2,32 3,00 2,73 3,03 2,51 2,89
31-40 2,64 3,06 2,86 3,16 2,53 2,91
41-50 2,52 3,03 2,73 3,11 2,54 3,09
> 50 2,67 3,00 2,58 3,09 2,60 2,98
Total 2,54 3,02 2,73 3,10 2,55 2,97
Usia tenaga kependidikan sangat mempengaruhi motivasi dan
kinerja seseorang. Pekerja yang masih muda tuntutan kepuasan
kerjanya lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja usia tua. Hal ini
akan berpengaruh terhadap motivasi yang dimiliki seorang pegawai
(Hasibuan, 2003). Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa tenaga
kependidikan memiliki persepsi yang baik terhadap seluruh indikator
54
kepuasan kerja kecuali indikator kompensasi pada tenaga
kependidikan yang berusia 20-30 tahun. Persepsi mereka tentang
indikator ini belum puas. Hal ini dikarenakan ada kecenderungan
tenaga kependidikan yang tua lebih merasa puas daripada tenaga
kependidikan yang berusia relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa
tenaga kependidikan telah menginjak usia tua dengan kekuatan fisik
yang semakin menurun lebih berpengalaman menyesuaikan diri
dengan lingkungan pekerjaan. walaupun usia seseorang tidak selalu
menjamin tingginya tingkat kepuasan kerja.
Sebaliknya, tenaga kependidikan dengan usia yang relatif
muda pada umumnya mempunyai kekuatan fisik yang kuat, dinamis
dan kreatif, namun disisi lain tenaga kependidikan yang berusia
muda cenderung cepat merasa bosan dan sering merasa tidak puas
terhadap sistem penggajian yang berlaku di institusi. Tenaga
kependidikan usia muda biasanya mempunyai harapan yang ideal
tentang dunia kerjanya, sehingga apabila antara harapannya dengan
realita kerja terdapat kessenjangan atau ketidakseimbangan dapat
menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
Tabel 14. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan tingkat pendidikan tenaga kependidikan
Kategori
Kompensasi Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan itu sendiri
≤SMP 2,59 3,19 2,88 3,14 2,50 2,93
SMA 2,54 3,00 2,63 3,08 2,55 2,88
DIPLOMA 2,38 3,02 2,89 3,11 2,46 2,98
S1 2,50 3,01 2,79 3,11 2,64 3,18
S2 2,33 2,78 2,67 2,78 2,11 2,44
Total 2,47 3,00 2,77 3,04 2,45 2,88
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam
cara berfikir, bersikap dan memandang suatu masalah yang akhirnya
akan berpengaruh pada perilaku dan cara memotivasi diri yang
berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa persepsi
tentang kompensasi pada kategori tingkat pendidikan ≤SMP dan
SMA sudah baik. Sedangkan pada kategori Diploma, S1 dan S2
berpersepsi tidak puas. Mereka merasa tidak puas terhadap
55
kompensasi yang ditetapkan institusi, hal ini mungkin karena tenaga
kependidikan merasa kompensasi yang diberikan tidak sesuai dengan
harapan mereka dan beberapa tenaga kependidikan dengan tingkat
pendidikan terakhir Diploma dan S1 masih berstatus tenaga honorer,
dimana berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat tenaga kependidikan yang
berstatus honorer merasa tidak puas terhadap sistem penggajian yang
yang ditetapkan. Begitu pula pada kategori S2, mereka merasa tidak
puas terhadap kompensasi. Hal ini mungkin karena mereka merasa
reward yang diterima masih kurang sebanding dengan tingkat
pendidikan dan hasil kerja mereka. Dan dilihat dari segi tingkat
pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
kemungkinan motivasi kerja yang dimilikinya akan semakin tinggi.
Hal ini dikarenakan adanya keinginan untuk maju dan mendapatkan
hasil yang jauh lebih baik di masa yang akan datang, sehingga
apabila hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan harapannya dapat
menyebabkan mereka menjadi tidak puas.
Tingkat pendidikan juga dapat berpengaruh terhadap tingkat
pengambilan keputusan institusi. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
partisipasi tenaga kependidikan terhadap pengambilan keputusan
tenaga kependidikan akan semakin baik. Pada kategori tingkat
pendidikan ≤SMP, Diploma dan S2 memiliki persepsi yang tidak
puas terhadap pengakuan. Hal ini dapat disebabkan ide-ide mereka
dalam pengambilan keputusan kurang diperhatikan karena walaupun
ide, usul dan saran mereka diterima di dalam rapat, pelaksanaannya
masih belum teraplikasikan sehingga mereka merasa tidak puas. Dan
tenaga kependidikan pun memiliki persepsi yang baik terhadap
indikator pekerjaan itu sendiri kecuali pada tenaga kependidikan
dengan tingkat pendidikan S2, hal ini mungkin karena tenaga
kependidikan merasa jenuh dengan pekerjaannya yang
mengakibatkan berkurangnya semangat kerja dan kebanggan dalam
diri tenaga kependidikan saat mengerjakan pekerjaaan sehingga
mereka merasa tidak puas.
56
Tabel 15. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan masa kerja tenaga kependidikan
Kategori ( tahun)
Kompensasi Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan itu sendiri
<5 2,42 3,09 2,87 3,12 2,62 2,98
5 – 15 2,47 2,95 2,69 3, 08 2,48 2,88
16 – 25 2,51 3,03 2,77 3, 08 2,50 2,97
26 – 35 2,67 3,05 2,61 3,11 2,55 3, 08
Total 2,52 3,03 2,74 3,10 2,54 2,98
Masa kerja tenaga kependidikan pada institusi berkaitan
dengan pengalaman kerja, tingkat kejenuhan dan loyalitas tenaga
kependidikan. Berdasarkan Tabel 15, Persepsi tenaga kependidikan
untuk indikator kondisi kerja, kebijakan instutusi dan hubungan antar
pribadi sudah baik pada semua kategori masa kerja. Sedangkan pada
indikator kompensasi, tenaga kependidikan dengan masa kerja <5
dan 5-15 tahun memiliki persepsi yang tidak puas. Hal ini wajar
terjadi, karena masa kerja juga berpengaruh dalam menentukan upah
dan gaji serta beberapa tenaga kependidikan dengan masa kerja ini
masih berstatus tenaga honorer dimana berdasarkan Tabel 5, tenaga
kependidikan honorer tidak puas terhadap sistem penggajian yang
ditetapkan. Dan pada indikator pengakuan, hampir seluruh kategori
berpersepsi tidak puas. Hal ini mungkin karena tenaga kependidikan
merasa pengakuan atau penghargaan baik berupa finansial maupun
non finansial terhadap kinerja mareka dirasakan masih minim.
Tabel 16. Persepsi tentang variabel penelitian berdasarkan pangkat atau golongan tenaga kependidikan
Kategori
Kompensasi Kondisi kerja
Kebijakan institusi
Hubungan antar pribadi
Pengakuan Pekerjaan itu sendiri
Golongan I 3, 10 3, 33 3,17 3,00 3,33 3,67
Golongan II 2,64 3,06 2,71 3, 16 2,57 2,94
Golongan III
2,69 3,04 2,75 3,12 2,67 3,09
Golongan IV
3,20 3,33 3,17 3,00 2,67 3,33
Total 2,91 3,19 2,95 3,07 2,81 3,26
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa persepsi tenaga
kependidikan yang berstatus PNS untuk indikator kompensasi sudah
baik pada semua kategori pangkat atau golongan. Hal ini disebabkan
57
karena tenaga kependidikan PNS merasa bahwa institusi sudah
memperhatikan unsur keadilan dalam sistem penggajiannya, karena
mereka merasa institusi telah menyelenggarakan sistem kompensasi
langsung dan tidak langsung (gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan
posisi atau jabatannya, dimana gaji pokok yang diberikan juga sudah
sesuai dengan standar gaji yang ditetapkan. Persepsi tenaga
kependidikan PNS untuk indikator kondisi kerja, kebijakan instutusi
hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri juga
sudah baik pada semua kategori pangkat atau golongan. Hal ini dapat
disebabkan tenaga kependidikan sudah merasa puas terhadap kondisi
dan lingkungan kerja yang aman dan sehat, peraturan jam kerja,
penegakkan kedisiplinan, komunikasi yang baik antar rekan kerja
serta tingkat pemahaman pekerjaan yang dikuasai dapat mendukung
pelaksanaan pekerjaan mereka.
4.4. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Tenaga Kependidikan
Dalam penelitian ini besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap
kinerja tenaga kependidikan dapat diketahui dengan menggunakan metode
Structural Equation Modeling (SEM) yang terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel laten bebas dan variabel laten tidak bebas. Kepuasan kerja tenaga
kependidikan (ξ) merupakan variabel laten bebas yang terdiri dari beberapa
variabel laten, yaitu kompensasi, kondisi kerja, kebijakan institusi, hubungan
antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri. Variabel-variabel ini
dibentuk oleh beberapa indikator. Sedangkan kinerja tenaga kependidikan
(η) merupakan variabel laten tidak bebas dan terdiri dari beberapa variabel
laten yaitu, produktivitas, inisiatif/kreativitas, tanggung jawab, kerja sama
dan kedisiplinan. Variabel-variabel ini pun dibentuk oleh beberapa indikator.
Nilai dari masing-masing indikator tiap komponen diolah dengan
menggunakan software LISREL 8.30 yang membentuk diagram lintas model
pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan yang dapat
dilihat pada Gambar 6.
58
1.25
1.24
1.20
1.26
1.28
1.30
1.36
1.19
1.55
1.24
1.64
1.42
1.39
1.47
1.23
1.20
1.39
1.31
1.22
1.28
X1
KOM
KIN KEP 0.83
0.88
0.91
INI
Y3
Y4
Y5
0.94 0.75
X2
X3
X4
X5
0.91
0.77
TJ
Y6
Y7
Y8
0.79
0.71
0.76
KS
Y9
Y10
Y11
0.88
0.94
0.90
DIS
Y12
Y13
Y14
0.95
0.87
0.87
0.89
0.86
0.85
KK
X6
X7
X8 0.80
0.84
0.90
KI
X9
X10
X11 0.87
0.67
0.60
HAP
X12
X13
X14 0.78
0.76
0.73
AKU
X15
X16
X17 0.89
0.88
0.78
PIS
X18
X19
X20 0.88
0.83
0.85
Y1 1.20
PRO
Y2
0.89
0.85
1.28
0.88
0.84
0.92
0.91
0.72
0.87
0.81
0.79
0.80
0.92
1.12
1.22
1.17
1.38
1.17
1.40
1.23
1.49
1.43
1.09
1.11
1.20
Chi-Square=267.37, df=515, P-value=1.00000, RMSEA=0.000
Keterangan :
1. KEP = Kepuasan Kerja
2. KIN = Kinerja
3. KOM = Kompensasi
4. KK = Kondisi Kerja
5. KI = Kebijakan Institusi
6. HAP = Hubungan Antar Pribadi
7. AKU = Pengakuan
8. PIS = Pekerjaan Itu Sendiri
9. PRO = Produktivitas
10. INI = Inisiatif / Kreativitas
11. TJ = Tanggung Jawab
12. KS = Kerja Sama
13. DIS = Kedisiplinan
Gambar 6. Diagram lintas model pengaruhkepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan
59
Secara keseluruhan uji kecocokan model ini dapat diterima. Kecocokan
model ini dapat dilihat dari nilai p-value sebesar 1,00000. nilai p-value sudah
memenuhi harapan yaitu di atas 0,05 (Hair, et al., 1998). Hal ini berarti model
tersebut tidak signifikan, yaitu matriks input dan matriks estimasi tidak berbeda,
maka model yang diajukan layak. Nilai RMSEA sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05, berarti model tersebut cocok dengan data yang ada. Nilai chi-square sebesar
267,37 lebih kecil dari nilai derajat bebasnya yaitu 515. Sesuai dengan aturan
yang ada pada LISREL, bahwa untuk mendapatkan model yang fit atau cocok,
maka nilai chi-square harus lebih kecil dari nilai derajat bebasnya. Hal ini telah
terpenuhi oleh model. Selain itu, nilai GFI dan AGFI telah memenuhi syarat yaitu
sebesar 0,90 dan 0,89. Nilai tersebut dapat diketahui pada lampiran 5.
Gambar 6 menunjukkan bahwa kepuasan kerja memberikan pengaruh
nyata terhadap kinerja tenaga kependidikan sebesar 0,83 atau 83 persen dengan
nilai t (Gambar 4) sebesar 5,59 pada taraf nyata lima persen (>1,96). Hal ini
menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu persen kepuasan kerja tenaga
kependidikan akan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan sebesar 83 persen.
Besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan ini
dikarenakan tenaga kependidikan menilai bahwa kepuasan kerja merupakan
bagian dari kepuasan hidup yang dapat meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan.
Tenaga kependidikan yang memperoleh kepuasan kerja akan termotivasi
untuk bekerja lebih giat dan lebih baik agar kemampuan kerja bertambah dan
kinerja pun meningkat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Robbins (2001)
bahwa seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi akan menunjukkan sikap
yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak merasa puas
dengan pekerjaannya akan menunjukkan sikap yang negatif, biasanya pegawai
akan sering melamun, semangat kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya
tidak stabil, sering absen dan melakukan sesuatu yang tidak berhubungan dengan
pekerjaannya. Oleh karena itu, institusi perlu berupaya memelihara dan
meningkatkan kepuasan kerja tenaga kependidikannya. Hal ini akan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja tenaga kependidikan dan
pencapaian tujuan institusi pada akhirnya.
60
4.4.1. Variabel Laten Bebas Kepuasan Kerja
Variabel laten bebas kepuasan kerja terdiri dari beberapa
variabel laten, yaitu kompensasi, kondisi kerja, kebijakan institusi,
hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri yang
dibentuk oleh beberapa indikator. Berdasarkan Gambar 4 dan
Gambar 6, besarnya pengaruh indikator yang paling besar secara
berturut-turut dapat dijelaskan pada Tabel sebagai berikut :
1. Variabel laten pekerjaan itu sendiri
Tabel 17. Kontribusi indikator pekerjaan itu sendiri
No. Indikator pekerjaan itu sendiri Kontribusi
1. Tingkat pemahaman pekerjaan yang dikuasai mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan (X18)
0,83
2. Kesempatan menggunakan keterampilan dan pengetahuan baru yang dimiliki (X19)
0,85
3. Pekerjaan yang dilakukan membuat keterampilan dan pengetahuan bertambah (X20)
0,88
Pekerjaan itu sendiri memberikan kontribusi terbesar
terhadap pembentukan kepuasan kerja tenaga kependidikan,
yaitu sebesar 0,92 (92 persen) yang memiliki pengaruh nyata
dengan nilai t sebesar 2,48 (>1,96). Hal ini berarti peningkatan
pekerjaan itu sendiri menyebabkan pengaruh yang sangat besar
terhadap pembentukan kepuasan kerja tenaga kependidikan.
Kontribusi yang besar ini dikarenakan institusi sudah
mengutamakan pengembangan diri dan keahlian tenaga
kependidikannya, khususnya sebagai dasar peningkatan sumber
daya manusia.
Tingkat pemahaman pekerjaan merupakan pemahaman
tenaga kependidikan terhadap prinsip dan metode yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Tenaga
kependidikan diberikan kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan pengetahuan baru yang dimiliki agar dapat
61
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik dan benar sehingga
dapat meningkatkan kinerja. Pekerjaan yang dilakukan
membuat keterampilan dan pengetahuan bertambah
merupakan indikator yang memberikan kontribusi terbesar
dalam membentuk pekerjaan itu sendiri, yaitu sebesar 0,88
yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 2,62 (>1,96).
Hal ini berarti peningkatan keterampilan dan
pengetahuan akan lebih meningkatkan kinerja tenaga
kependidikan. Besarnya kontribusi ini karena tenaga
kependidikan sudah melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan metode yang ditetapkan institusi.
Pengetahuan tenaga kependidikan juga diperoleh dari
pelatihan-pelatihan, rekan kerja maupun dari membaca buku –
buku yang berkaitan dengan pekerjaan. Tenaga kependidikan
selalu berusaha untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan sebagai motivasi untuk memperoleh penghargaan
serta meningkatkan insentif yang diterima.
2. Variabel laten kondisi kerja
Tabel 18. Kontribusi indikator kondisi kerja
No. Indikator kondisi kerja Kontribusi
1. Keamanan tempat kerja (X6) 0,84
2. Kenyamanan dan kebersihan tempat kerja (X7)
0,90
3. Sarana pendukung dan peralatan kerja (X8)
0,80
Kondisi kerja memberikan kontribusi yang berarti bagi
kepuasan kerja tenaga kependidikan, yaitu sebesar 0,87 (87
persen) yang memiliki pengaruh nyata dengan nilai t sebesar
3,30 (>1,96). Tenaga kependidikan menyadari bahwa menjaga
ketenangan, kenyamanan dan kebersihan tempat kerja
merupakan tugas dan tanggung jawab masing-masing individu.
Hal ini terlihat dari indikator kepuasan dengan kenyamanan
dan kebersihan tempat kerja yang memberikan kontribusi
62
terbesar dalam membentuk kondisi kerja sebesar 0,90 dengan
nilai t sebesar 3,57 (>1,96), dengan lingkungan kerja yang
tenang, nyaman dan bersih diharapkan akan membuat tenaga
kependidikan merasa betah dan giat dalam bekerja. Keamanan
tempat kerja, sarana pendukung dan peralatan kerja yang
memadai juga memberikan kontribusi yang bearti bagi
kepuasan kerja tenaga kependidikan dalam hal kondisi kerja.
Hal ini berarti peningkatan kondisi kerja akan lebih
meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.
3. Variabel laten peraturan dan kebijakan
Tabel 19. Kontribusi indikator kebijakan institusi
No. Indikator kebijakan institusi Kontribusi
1. Peraturan jam kerja (X9) 0,67
2. Beban kerja yang adil (X10) 0,60
3. Kedisiplinan dalam penerapan peraturan (X11)
0,87
Peraturan dan kebijakan memberikan kontribusi sebesar
0,81 (81 persen) terhadap kepuasan kerja yang memiliki
pengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,20 (>1,96). Nilai ini
menggambarkan bahwa peraturan dan kebijakan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja tenaga kependidikan. Kebijakan ini
diukur berdasarkan persepsi tenaga kependidikan terhadap
kepuasan dengan kebijakan peraturan jam kerja yang
diterapkan, beban kerja yang adil dan kedisiplinan dalam
penerapan peraturan, dimana indikator ketiga memiliki
kontribusi terbesar terhadap kebijakan institusi yaitu sebesar
0,87 dengan nilai t sebesar 3,46 (>1,96). Pemberlakuan
peraturan dan kebijakan institusi ini lebih ditujukan agar
pegawai tidak bekerja semaunya sendiri. Peraturan yang
ditetapkan institusi perlu diikuti dengan adanya sanksi bagi
pegawai yang melanggar peraturan, agar peraturan dapat
berjalan efektif. Peraturan dapat berjalan baik apabila institusi
63
benar-benar disiplin dalam menerapkan peraturan kepada
semua pegawai dengan adil. Hal ini dapat membuat pegawai
lebih disiplin dalam menaati peraturan, karena takut akan
sanksi yang diberikan. Oleh sebab itu, penerapan kebijakan
institusi yang baik dapat meningkatkan kepuasan kerja
sehingga kinerja pun akan meningkat.
4. Variabel laten pengakuan
Tabel 20. Kontribusi indikator pengakuan
No. Indikator pengakuan Kontribusi
1. Penghargaan yang diberikan institusi (X15)
0,88
2. Perhatian atasan atas ide, usul dan saran (X16)
0,78
3. Dilibatkan dalam pemecahan masalah yang terjadi (X17)
0,89
Pengakuan memberikan kontribusi yang berarti bagi
kepuasan kerja tenaga kependidikan, yaitu sebesar 0,80 (80
persen) yang memiliki pengaruh nyata dengan nilai t sebesar
4,15 (>1,96). Hal ini berarti peningkatan pengakuan yang
diberikan menyebabkan pengaruh yang cukup besar terhadap
pembentukan kepuasan kerja tenaga kependidikan. Indikator
yang memiliki kontribusi terbesar dalam pembentukan
pengakuan yaitu dilibatkannya tenaga kependidikan dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang terjadi
pada unit kerja masing-masing yang memberikan kontribusi
sebesar 0,89 dan berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 4,65
(>1,96). Hal ini dikarenakan tenaga kependidikan berpersepsi
bahwa dilibatkannya mereka dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan pada unit kerja masing-masing
merupakan salah satu bentuk kepercayaan dan penghargaan
institusi terhadap kinerja tenaga kependidikan. Pengakuan atau
penghargaan institusi terhadap kinerja tenaga kependidikan
merupakan salah satu bentuk kebutuhan aktualisasi diri tenaga
64
kependidikan yang sesuai dengan teori hierarki kebutuhan
manusia oleh Maslow dalam Robbins (2001). Partisipasi tenaga
kependidikan diperlukan sebagai bentuk apresiasi dan
penghargaan terhadap ide-ide sehingga tenaga kependidikan
merasa diakui keberadaannya yang dapat meningkatkan
semangat tenaga kependidikan dalam bekerja.
5. Variabel laten hubungan antar pribadi
Tabel 21. Kontribusi indikator hubungan antar pribadi
No Indikator hubungan antar pribadi Kontribusi
1. Komunikasi yang baik sesama rekan kerja dan atasan (12)
0,76
2. Membuka diri dalam menerima pendapat dan kritik (13)
0,73
3. Jarang terjadinya konflik (14) 0,78
Hubungan antar pribadi memberikan kontribusi sebesar
0,79 (79 persen) terhadap kepuasan kerja yang memiliki
pengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,58 (>1,96). Hal ini
berarti peningkatan hubungan antar pribadi menyebabkan
pengaruh yang cukup besar terhadap pembentukan kepuasan
kerja tenaga kependidikan. Indikator yang memiliki kontribusi
terbesar dalam pembentukan hubungan antar pribadi yaitu
jarang terjadinya konflik yang memberikan kontribusi sebesar
0,78 dan berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,85 (>1,96).
Hal ini dikarenakan setiap pegawai pada masing-masing unit
kerja saling menghormati satu sama lain, setiap pegawai
menghormati pegawai yang memiliki jabatan yang lebih tinggi,
lebih tua umurnya, lebih berpengalaman dan memiliki
kemampuan lebih baik. Oleh karena itu, jarang sekali
terjadinya konflik diantara tenaga kependidikan yang dapat
mengganggu pekerjaan mereka. Menciptakan hubungan yang
erat antar rekan kerja dan atasan akan meningkatkan semangat
kerja dan kerja sama. Dengan sikap tenaga kependidikan yang
selalu membuka diri untuk menerima pendapat dan kritik dari
65
rekan kerja serta hubungan yang terjalin baik antar rekan kerja
dan atasan dapat menciptakan rasa nyaman dan senang bagi
tenaga kependidikan.
6. Variabel laten kompensasi
Tabel 22. Kontribusi indikator kompensasi
No Indikator kompensasi Kontribusi
1. Keadilan dalam sistem penggajian (X1) 0,87
2. Pemberian kompensasi langsung dan tidak langsung (gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau jabatannya (X2)
0,87
3. Gaji yang diterima (X3) 0,89
4. Pemberian insentif yang sesuai dengan keterampilan dan kinerja (X4)
0,86
5. Reward sesuai dan sebanding dengan hasil kerja (X5)
0,85
Kompensasi memberikan kontribusi yang berarti bagi
kepuasan kerja tenaga kependidikan, yaitu sebesar 0,72 (72
persen) yang memiliki pengaruh nyata dengan nilai t sebesar
5,47 (>1,96). Kontribusi yang cukup besar ini dikarenakan
kompensasi adalah variabel yang sangat penting di dalam
mempertahankan sumber daya manusia. Hal ini didukung oleh
pendapat Handoko (2001) yang mengatakan bahwa bila
pengupahan dan penggajian tidak diadministrasikan dengan
tepat, maka organisasi akan dengan mudah kehilangan
pegawainya yang baik. Bahkan bila pegawai tidak keluar,
mereka mungkin menjadi tidak puas terhadap perusahaan dan
menurunkan produktivitas mereka.
Indikator kepuasan dengan gaji yang diperoleh
memberikan kontribusi terbesar dalam membentuk kompensasi
yaitu sebesar 0,89 dengan nilai t sebesar 6,50 (>1,96), hal ini
berarti peningkatan gaji yang diperoleh menyebabkan
perubahan yang sangat besar terhadap kepuasan kerja tenaga
kependidikan dalam hal kompensasi. Institusi telah
66
menyelenggarakan sistem kompensasi langsung dan tidak
langsung (gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau
jabatannya, pemberian insentif dan reward. Walaupun tenaga
kependidikan honorer merasa kompensasi yang diberikan tidak
sesuai dengan harapan mereka, namun institusi sudah
memberikan yang terbaik bagi tenaga kependidikannya agar
tenaga kependidikan menjadi lebih giat dalam bekerja.
4.4.2. Variabel Laten Terikat Kinerja Tenaga Kependidikan
Variabel laten terikat kinerja tenaga kependidikan terdiri dari
beberapa variabel laten, yaitu produktivitas, inisiatif/kreativitas,
tanggung jawab, kerja sama dan kedisiplinan yang dibentuk oleh
beberapa indikator. Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 6,
peningkatan kinerja tenaga kependidikan yang paling besar akibat
peningkatan kepuasan kerja secara berturut-turut dapat dijelaskan
pada Tabel sebagai berikut :
1. Variabel laten kedisiplinan
Tabel 23. Kontribusi indikator kedisiplinan
K
e
Tenaga kependidikan harus memiliki disiplin tinggi
untuk mematuhi setiap peraturan yang telah ditetapkan
institusi. Tenaga kependidikan yang memiliki disiplin tinggi
dapat melakukan tugas dan tanggung jawab dengan baik yang
akan mempengaruhi kinerja tenaga kependidikan secara
keseluruhan.
Variabel kedisiplinan memberikan kontribusi terbesar
dalam membentuk kinerja tenaga kependidikan, yaitu sebesar
0,92 (92 persen) yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar
No. Indikator kedisplinan Kontribusi
1. Bekerja tanpa disuruh atau diawasi atasan (Y12)
0,95
2. Mematuhi peraturan dan menjaga kebersihan (Y13)
0,94
3. Frekuensi kehadiran (Y14) 0,90
67
2,62 (>1,96). Kontribusi yang besar ini dikarenakan kesadaran
tenaga kependidikan untuk bekerja tanpa disuruh atau diawasi
atasan, dimana indikator tersebut memberikan kontribusi
terbesar dalam membentuk kedisiplinan, yaitu sebesar 0,95
yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 2,96 (>1,96).
Tenaga kependidikan juga selalu berusaha untuk mematuhi
peraturan dan menjaga kebersihan serta frekuensi kehadiran
yang sudah sesuai dengan aturan yang berlaku. Pencatatan
kehadiran di IPB menggunakan sistem pencatatan kehadiran
dengan penanda finger print.
2. Variabel laten tanggung jawab
Tabel 24. Kontribusi indikator tanggung jawab
Tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas akan mendapatkan kepercayaan baik oleh
atasan maupun rekan kerja. Setiap tenaga kependidikan
diharapkan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap apa
yang telah dikerjakan. Tanggung jawab memberikan kontribusi
sebesar 0,91 (91 persen) dalam membentuk kinerja tenaga
kependidikan yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar
2,40 (>1,96). Kontribusi yang cukup besar ini dikarenakan
tenaga kependidikan sudah dapat diandalkan dan bertanggung
jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang memberikan
kontribusi terbesar dalam membentuk tanggung jawab, yaitu
sebesar 0,91 yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar
3,87 (>1,96). Tanggung jawab tenaga kependidikan juga dapat
diketahui dari kesediaan tenaga kependidikan untuk
No. Indikator tanggung jawab Kontribusi
1. Bersedia mengakui kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut (Y6)
0,79
2. Dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam bekerja (Y7)
0,91
3. Kesediaan menambah jam kerja jika pekerjaan belum selesai (Y8)
0,77
68
memberikan penjelasan ketika hasil pekerjaan tidak sesuai
dengan yang diharapkan dan berusaha untuk memperbaiki hasil
pekerjaan tersebut. Selain itu, tenaga kependidikan bersedia
lembur ketika pekerjaan yang mendesak harus diselesaikan.
3. Variabel laten inisiatif/kreativitas
Tabel 25. Kontribusi indikator inisiatif/kreativitas
No. Indikator inisiatif/kreativitas Kontribusi
1. Mencari dan menerapkan ide kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan (Y3)
0,94
2. Aktif mengemukakan pendapat dan saran (Y4)
0,88
3. Membuat tempat kerja bersih, nyaman dan berbeda (Y5)
0,91
Inisiatif memberikan kontribusi sebesar 0,88 (88
persen) dalam membentuk kinerja tenaga kependidikan yang
berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,27 (>1,96). Inisiatif
merupakan sikap mental tenaga kependidikan yang bersedia
maju, memulai dan melakukan pekerjaan atas prakarsa sendiri.
Inisiatif perlu dimiliki setiap tenaga kependidikan agar dapat
melaksanakan tugas penting dan sebagai bentuk persiapan
sebelum diperintahkan oleh atasan. Kontribusi yang berarti ini
dapat diketahui dari kesediaan tenaga kependidikan yang selalu
mencari dan menerapkan ide kreatif dalam menyelesaikan
pekerjaan, dimana indikator ini memberikan kontribusi terbesar
dalam membentuk inisiatif, yaitu sebesar 0,94 yang
berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,87 (>1,96).
Aktif mengemukakan pendapat dan saran serta
membuat tempat kerja bersih, nyaman dan berbeda dari yang
lain juga merupakan usaha yang dilakukan tenaga
kependidikan dalam mengembangkan inisiatif/kretivitas kerja
mereka yang berpengaruh terhadap peningkatan kerja mereka
sehingga memperoleh penghargaan serta meningkatkan insentif
yang diterima.
69
4. Variabel laten kerja sama
Tabel 26. Kontribusi indikator kerja sama
Kerja sama memberikan kontribusi sebesar 0,84 (84
persen) dalam membentuk kinerja tenaga kependidikan yang
berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,14 (>1,96).
Besarnya kontribusi kerja sama terhadap kinerja tenaga
kependidikan tersebut dikarenakan tenaga kependidikan saling
membantu satu sama lain. Tenaga kependidikan saling
membantu ketika rekan kerja tidak masuk kerja atau sedang
sibuk mengerjakan tugas yang lain. Tenaga kependidikan
membantu dengan tulus dan ikhlas. Hal ini akan menciptakan
suasana kerja yang kondusif bagi semua tenaga kependidikan.
Sehingga indikator tersebut memberikan kontribusi terbesar
dalam membentuk kerja sama sebesar 0,88 yang berpengaruh
nyata dengan nilai t sebesar 3,63 (>1,96).
Tenaga kependidikan akan merasa nyaman dan senang
serta dapat bekerja dengan baik dalam lingkungan kerja yang
harmonis dimana setiap tenaga kependidikan memiliki
hubungan yang baik. Dalam mengerjakan pekerjaannya, setiap
tenaga kependidikan memberikan dorongan atau semangat
kerja kepada tenaga kependidikan lain di dalam tim. Tenaga
kependidikan memerlukan perasaan ini sebagai motivasi agar
dapat bekerja dengan maksimal.
No. Indikator kerja sama Kontribusi
1. Saling membantu satu sama lain (Y9) 0,88
2. Dorongan atau semangat kerja kepada rekan kerja (Y10)
0,71
3. Kerja sama yang harmonis (Y11) 0,76
70
5. Variabel laten produktivitas
Tabel 27. Kontribusi indikator produktivitas
No. Indikator produktivitas Kontribusi
1. Dapat menampilkan hasil kerja yang lengkap (Y1)
0,89
2. Dapat menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu (Y2)
0,85
Menurut Dewan Produktivitas Nasional dalam Umar
(2005) produktivitas memiliki pengertian sebagai sikap mental
yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus
lebih baik dari hari kemarin. Namun, produktivitas
mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang
digunakan (input). Jadi produktivitas adalah menyangkut
tingkat efektivitas dan efisiensi yang berhasil dicapai oleh
pegawai. Pada penelitian ini, produktivitas kerja individu
dinilai dari target pencapaian tugas yang diberikan. Tugas yang
diberikan dapat berupa tugas rutin atau penugasan dari
pimpinan atau atasan yang bersangkutan.
Produktivitas memberikan kontribusi sebesar 0,75 (75
persen) dalam membentuk kinerja tenaga kependidikan yang
berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 3,44 (>1,96).
Besarnya kontribusi produktivitas tenaga kependidikan
terhadap kinerja tenaga kependidikan tersebut dikarenakan
adanya usaha tenaga kependidikan untuk menyelesaikan
pekerjaan dengan baik sehingga mampu menampilkan hasil
kerja yang lengkap dan memliki kontribusi terbesar dalam
membentuk produktivitas tenaga kependidikan, yaitu sebesar
0,89 yang berpengaruh nyata dengan nilai t sebesar 4,21
(>1,96).
71
4.5. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hal yang telah dikemukakan, dapat dibuat rekapitulasi
mengenai pengaruh dari aspek-aspek kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga
kependidikan berupa kompensasi, kondisi kerja, kebijakan organisasi,
hubungan antar pribadi, pengakuan dan pekerjaan itu sendiri.
Tabel 28. Pengaruh masing-masing indikator peubah laten eksogen
Dimensi Faktor Muatan
Atribut Faktor Muatan
Kompensasi 0,72 Keadilan dalam sistem penggajian (X1) 0,87
Pemberian kompensasi langsung dan tidak langsung (gaji dan tunjangan) yang sesuai dengan posisi atau jabatannya (X2)
0,87
Gaji yang diterima (X3) 0,89
Pemberian insentif yang sesuai dengan keterampilan dan kinerja (X4)
0,86
Reward sesuai dan sebanding dengan hasil kerja (X5)
0,85
Kondisi kerja 0,87 Keamanan tempat kerja (X6) 0,84
Kenyamanan dan kebersihan tempat kerja (X7)
0,90
Sarana pendukung dan peralatan kerja (X8) 0,80
Kebijakan Institusi
0,81 Peraturan jam kerja (X9) 0,67
Beban kerja yang adil (X10) 0,60
Kedisiplinan dalam penerapan peraturan (X11)
0,87
Hubungan antar pribadi
0,79 Komunikasi yang baik sesama rekan kerja dan atasan (12)
0,76
Membuka diri dalam menerima pendapat dan kritik (13)
0,73
Jarang terjadinya konflik (14) 0,78
Pengakuan 0,80 Penghargaan yang diberikan institusi(X15) 0,88
Perhatian atasan atas ide, usul dan saran (X16) 0,78
Dilibatkan dalam pemecahan masalah yang terjadi (X17)
0,89
Pekerjaan itu sendiri
0,92 Tingkat pemahaman pekerjaan yang dikuasai mendukung dalam pelaksanaan pekerjaan (X18)
0,83
Kesempatan menggunakan keterampilan dan pengetahuan baru yang dimiliki (X19)
0,85
Pekerjaan yang dilakukan membuat keterampilan dan pengetahuan bertambah (X20)
0,88
72
Berdasarkan Tabel 28, maka implikasi manajerial yang dapat diberikan
dalam meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dari aspek-aspek kepuasan
kerja di seluruh fakultas IPB, yaitu :
1. Pekerjaan itu sendiri memberikan kontribusi terbesar terhadap
pembentukan kepuasan kerja tenaga kependidikan. Pihak institusi
hendaknya memanfaatkan situasi ini dengan meningkatkan kesempatan
tenaga kependidikannya untuk memperoleh keterampilan dan
pengetahuan baru melalui berbagai program pelatihan secara teratur
yang dapat mendukung pelaksanaan pekerjaan tenaga kependidikan,
seperti pelatihan komputer, pelatihan sistem akuntansi keuangan,
pelatihan inventarisasi ruangan dan alat-alat kantor, persuratan dan arsip-
arsip untuk tenaga kependidikan administrasi serta pelatihan jaringan
internet dan pelatihan mengoperasikan teknologi baru untuk tenaga
kependidikan laboran dan teknisi. Menurut Rachmawati (2007), program
pelatihan dan pengembangan merupakan salah satu investasi organisasi
dalam hal sumber daya manusia. Pelatihan merupakan sarana untuk
mengasah keterampilan dan menghindari terjadinya kejenuhan dalam
bekerja yang dapat menyebabkan kinerja pegawai menurun.
2. Kondisi kerja masih perlu diperbaiki seperti dalam penataan ruangan
kerja, perlu adanya masukan dari tenaga kependidikan tentang penataan
ruang kerja yang menurut mereka baik dan nyaman ketika bekerja.
Sarana pendukung dan peralatan kerja juga masih perlu diperbaiki.
Walaupun peralatan kerja yang ada sudah memadai, tetapi masih
terdapat beberapa keluhan dari tenaga kependidikan seperti jumlah
komputer yang kurang dalam satu ruang kerja, sehingga mereka harus
saling bergantian menggunakannya. Hal ini perlu diperhatikan karena
dapat mengurangi kinerja tenaga kependidikan.
3. Perlu adanya keadilan dalam penetapan kebijakan. Kebijakan yang
ditetapkan diharapkan tidak memberatkan tenaga kependidikan dan
mampu adil dalam berbagai hal penting di setiap unit kerja baik
pemberian tugas, beban kerja dan dalam hal kompensasi finansial.
karena saat ini masih terdapat beberapa keluhan dari tenaga
73
kependidikan yang merasa tuntutan tugas yang memberatkan sering
membuat frustasi dan mereka menyatakan bahwa kerja keras yang
mereka lakukan tidak sebanding dengan hasil atau keuntungan yang
diterima. Oleh karena itu, pengawasan dan sosialisasi yang jelas
mengenai tugas dan wewenang tanggung jawab setiap tenaga
kependidikan perlu dilakukan lebih rutin agar setiap tenaga
kependidikan bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan tidak
terjadi tumpang tindih pekerjaan dengan tenaga kependidikan lainnya.
4. Perlu adanya perhatian dari atasan maupun institusi tentang pengakuan
kerja terhadap kinerja dari tenaga kependidikan, khususnya tenaga
kependidikan honorer. Karena berdasarkan Tabel 9, pengakuan dan
penghargaan baik berupa finansial maupun non finansial terhadap
kinerja dari tenaga kependidikan honorer dirasakan masih minim seperti,
penghargaan berupa uang yang diberikan kepada tenaga kependidikan
berprestasi dimana penghargaan tersebut hanya diberikan kepada tenaga
kependidikan PNS yang memiliki peringkat satu sampai lima dari
masing-masing unit kerja. Hal ini dikhawatirkan dapat menurunkan
semangat dan kegairahan kerja yang dapat mengakibatkan menurunnya
kinerja tenaga kependidikan honorer. Oleh karena itu, sebaiknya tenaga
honorer juga mendapatkan penghargaan tersebut, karena tenaga honorer
merupakan bagian dari tenaga kependidikan dimana urutan rangking
kinerja merupakan gabungan dari PNS dan honorer. Di dalam proses
pengambilan keputusan, atasan hendaknya mempertimbangkan kritik
dan saran dari tenaga kependidikan sehingga mereka merasa diakui
keberadaannya. Karena terdapat beberapa keluhan dari tenaga
kependidikan bahwa mereka merasakan walaupun ide, usul dan saran
mereka diterima didalam rapat, pelaksanaannya masih belum
teraplikasikan sehingga mereka merasa ide-ide mereka kurang
diperhatikan.
74
5. Berdasarkan Tabel 8, hubungan atasan dan bawahan sudah cukup baik,
sehingga perlu dipertahankan. Salah satu kewajiban atasan pada waktu
kerja adalah memberikan bimbingan kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas, memberikan contoh dan teladan yang baik,
sehingga dapat memperbaiki atau menambah pengetahuan dan kualitas
kerja tenaga kependidikan. Dan untuk meningkatkan komunikasi antar
pegawai beda unit kerja, maka institusi perlu membuat banyak acara
yang melibatkan banyak pegawai. Misalnya family gathering, kompetisi
olah raga internal dan acara-acara lain yang membantu institusi di dalam
meningkatkan intensitas pegawai untuk berinteraksi. Acara pertemuan
bersama dengan seluruh pegawai sebaiknya dirutinkan agar hubungan
kekerabatan antar pegawai semakin terjalin dengan baik.
6. Institusi sebaiknya lebih memperhatikan besarnya kompensasi yang
diberikan kepada pegawainya. Pemberian kompensasi yang masih belum
memuaskan pegawai dapat mengakibatkan berkurangnya kinerja,
meningkatkan derajat ketidakadilan dan keluhan-keluhan, yang pada
gilirannya akan menurunkan kesehatan jiwa pegawai yang semakin
parah. Karena berdasarkan Tabel 5, tenaga kependidikan honorer merasa
tidak puas terhadap kompensasi yang diterima. Dan sejauh ini, masih
ada tenaga honorer yang belum mendapatkan insentif, hal ini akan
menimbulkan rasa kecewa bagi tenaga honorer yang telah melakukan
pekerjaannya dengan maksimal. Selain itu, sistem pemberian insentif ini
pun harus benar-benar sesuai dengan kinerja tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Karena beberapa tenaga kependidikan berpersepsi bahwa
pemberian insentif masih disamaratakan berdasarkan golongan atau
pangkat saja tanpa melihat kinerja tenaga kependidikan. Oleh karena itu,
institusi perlu menjalankan program penilaian kinerja tenaga
kependidikan secara rutin dan penilaian kinerja tersebut jangan sampai
terjadi bias. Karena berdasarkan Tabel 11, kinerja tenaga kependidikan
termasuk dalam kategori baik, sehingga diharapkan kinerja yang baik ini
dapat lebih baik lagi sehingga membantu IPB mencapai kinerja yang
unggul.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Tingkat kepuasan kerja tenaga kependidikan yang berstatus PNS tergolong
baik atau puas. Tingkat kepuasan kerja tertinggi hingga terendah adalah
hubungan antar pribadi, pekerjaan itu sendiri, kondisi kerja, kebijakan
institusi, kompensasi dan pengakuan.
b. Tenaga kependidikan honorer berpersepsi bahwa hubungan antar pribadi,
kondisi kerja, pekerjaan itu sendiri dan kebijakan institusi memiliki tingkat
kepuasan kerja yang tergolong baik, sedangkan variabel kepuasan kerja
yang belum memuaskan adalah kompensasi dan pengakuan.
c. Kinerja tenaga kependidikan yang berstatus PNS maupun honorer pada
sembilan fakultas IPB tergolong baik. Kinerja tenaga kependidikan
meliputi produktivitas, inisiatif/kreativitas, tanggung jawab, kerja sama
dan kedisiplinan.
d. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap peningkatan kinerja tenaga
kependidikan, secara berturut-turut yang bernilai paling besar hingga kecil
adalah pekerjaan itu sendiri, kondisi kerja, kebijakan institusi, pengakuan,
hubungan antar pribadi dan kompensasi.
e. Kinerja yang diharapkan meningkat dengan dipeliharanya kepuasan kerja,
secara berturut-turut yang bernilai paling besar hingga kecil adalah
kedisiplinan, tanggung jawab, inisiatif/kreativitas, kerja sama dan
produktivitas.
2. Saran
a. Institusi perlu memperhatikan pengembangan diri dan keahlian tenaga
kependidikannya, khususnya sebagai dasar peningkatan sumber daya
manusia. Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan
yang dapat mendukung pelaksanaan pekerjaan tenaga kependidikan,
seperti pelatihan mengoperasikan komputer, inventarisasi ruangan dan
alat-alat kantor, persuratan dan arsip-arsip. Kesempatan ini diharapkan
dapat mendayagunakan keterampilan tenaga kependidikan yang dimiliki,
76
karena tenaga kependidikan merupakan sumber daya yang harus
dikembangkan bukan sekedar digunakan.
b. Tenaga kependidikan menginginkan pengakuan atas prestasi kerja yang
dicapai. Rasa bangga terhadap pekerjaan timbul karena tenaga
kependidikan merasa pekerjaan dan jabatan mereka diakui dan dihargai
baik oleh rekan kerja dan atasan. Oleh karena itu, institusi perlu lebih
memberikan pengakuan kerja terhadap tenaga kependidikannya agar
kinerja tenaga kependidikan dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi.
c. Kebijakan institusi merupakan hal yang sangat penting bagi tenaga
kependidikan. Kebijakan yang ditetapkan diharapkan tidak memberatkan
tenaga kependidikan dan mampu adil dalam berbagai hal penting di setiap
unit kerja baik pemberian tugas, beban kerja dan dalam hal kompensasi
finansial. Serta perlu memperhatikan kerugian dan keuntungan dari
kebijakan yang diambil untuk tenaga kependidikan, karena akan
berpengaruh terhadap kinerja dari tenaga kependidikan.
d. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai manajemen kompensasi
dan rancangan penilaian kinerja tenaga kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. Ranking of Universities of Indonesia. http://www.webometrrics.info. [30 Januari 2009].
[Anonim]. UMR Kabupaten Bogor. http://www.hrCentro.com/umr/jawa_barat/ Kabupaten_bogor/2009. [4 Agustus 2009].
Arep, I dan Tanjung, H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti, Jakarta.
As’ad, M. 2005. Psikologi Industri. Liberty, Yogyakarta.
Barthos.2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
BPS. 1997. Keadaan Pekerja/Karyawan di Indonesia 1994. Biro Pusat Statistik, Jakarta.
Davis, K dan J. W. Newstrom. 1994. Perilaku dalam Organisasi. Erlangga, Jakarta.
Dhamayanti, A. 2007. Analisis Kepuasan Karyawan Melalui Faktor-Faktor Quality of Work Life di PT Inti Abadi Kemasindo. Skripsi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Furtwengler, D. 2002. Penuntun 10 menit Penilaian Kinerja. Penerbit Andi Copyright, Yogyakarta.
Ghozali, I dan Fuad. 2005. Structural Equation Modeling. Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.
Hair, J. F. Anderson, R. E., Tatham, R. L., dan Black, W. C. 1998. Multivariate data analysis (5th). Willey, New York.
Handoko, T. H.2001. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE, Yogyakarta.
Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara, Jakarta.
Mangkunegara, P. A. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mangkuprawira, S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Cetakan ketiga. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mangkuprawira, S. dan Vitalaya. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Mangkuprawira, S. 2008. Bisnis, Manajemen dan SDM. IPB Press, Bogor.
78
Mulyawati, S. 2008. Analisis Tingkat Kepuasan Karyawan terhadap program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Aneka Tambang Tbk UBPP Logam Mulia Jakarta. Skripsi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Noviandari, R. 2007. Analisis Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pahlevi, F. 2006. Analisis Kepuasan Kerja dan Hubungannya dengan Tingkat Turnover Karyawan Pada Divisi Produksi PT. Unitex Tbk Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rachmawati, I. K. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit C. V Andi Offset, Yogyakarta.
Rivai, V. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktek. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Robbins, S. P. 2001. Prilaku Organisasi. Jilid-1. PT. Prenhallindo, Jakarta.
Siagian, S. P. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara, Jakarta.
Silalahi, B. 1994. Pembinaan dan Perencanaan Tenaga Kerja Perusahaan. PT.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Simamora, H. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta.
Sitinjak, T. JR dan Sugiarto. 2006. LISREL. Graha Ilmu, Jakarta.
Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LLLLAMPIRANAMPIRANAMPIRANAMPIRAN
79
Lampiran 1. Kuesioner penelitian No Kuesioner:
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP
KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN
(Studi Kasus: Sembilan Fakultas IPB, Darmaga Bogor)
Bapak/ Ibu yang terhormat
Kuesioner ini diberikan dalam rangka penyusunan tugas akhir Firstri
Syanputri pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor. Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi
kuesioner ini secara lengkap dan benar. Semua informasi yang diterima sebagai
hasil dari kuesioner ini bersifat rahasia dan dipergunakan hanya untuk
kepentingan penelitian. Atas kerjasama Bapak / Ibu, saya ucapkan terima kasih.
IDENTITAS RESPONDEN
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Umur : ...................
Pendidikan Terakhir : a. ≤ SMP b. SMA c. Diploma
d. S1 e. S2
Lama Bekerja : ...................
Status Pegawai : a. PNS b. Honorer
Pangkat / Golongan : a. Golongan I b. Golongan II
c. Golongan III d. Golongan IV
Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini mempunyai 4 alternatif
jawaban, yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Berilah tanda silang (X) pada salah satu kotak jawaban yang paling sesuai.
80
Lanjutan Lampiran 1. No Kompensasi SS S TS STS 1. Menurut saya, institusi sudah memperhatikan
unsur keadilan dalam sistem penggajiannya
2. Institusi telah menyelenggarakan sistem kompensasi langsung dan tidak langsung (gaji dan tunjangan) sesuai dengan posisi atau jabatannya
3. Menurut saya, gaji yang saya terima sudah memadai dan cukup memuaskan
4. Saya puas karena insentif yang diterima didasarkan atas keterampilan yang dimiliki dan kinerja
5. Saya puas karena reward yang saya terima sesuai dan sebanding dengan hasil kerja saya
No Kondisi kerja SS S TS STS 6. Saya puas dengan keamanan tempat saya bekerja 7. Saya puas dengan tempat kerja saya yang bersih,
rapih dan nyaman
8. Saya puas dengan sarana pendukung dan peralatan yang sudah memadai untuk pekerjaan saya
No Kebijakan institusi SS S TS STS 9. Saya puas dengan peraturan jam kerja yang
diberlakukan pada saat ini
10. Menurut saya, institusi sudah memperhatikan unsur keadilan dalam pembagian beban kerja
11. Saya puas dengan kedisiplinan dalam penerapan peraturan di institusi
No Hubungan antar pribadi SS S TS STS 12. Saya puas karena mampu melakukan komunikasi
dengan baik kepada sesama rekan kerja dan atasan saya
13. Saya dapat membuka diri untuk menerima pendapat dan kritik dari rekan kerja
14. Saya puas karena jarang terjadi konflik antar rekan kerja sehingga tidak menggangu pekerjaan
No Pengakuan SS S TS STS 15. Saya puas karena institusi telah memberikan
penghargaan yang layak bagi pegawainya yang memiliki prestasi baik
16. Saya puas karena atasan saya memperhatikan ide, usul dan saran saya dalam hal pekerjaan
17. Saya puas karena sering dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang terjadi
81
Lanjutan Lampiran 1. No Pekerjaan itu sendiri SS S TS STS 18. Tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang
pekerjaan yang saya kuasai sangat mendukung dalam pelaksanaan tugas saya
19. Saya puas karena diberikan kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan pengetahuan yang baru dimiliki
20. Saya puas karena pekerjaan yang saya lakukan membuat keterampilan dan pengetahuan saya bertambah
No Produktivitas SS S TS STS 21. Saya mampu menampilkan hasil kerja yang
lengkap, baik pekerjaan yang diberikan secara rutin maupun dari atasan
22. Saya mampu menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan tepat waktu
No Inisiatif/ Kreativitas SS S TS STS 23. Saya mencari dan menerapkan ide kreatif dalam
menyelesaikan pekerjaan
24. Saya berusaha aktif mengemukakan pendapat dan saran dalam setiap pertemuan kelompok kerja
25. Saya telah membuat tempat kerja saya nyaman, bersih dan berbeda dari yang lain
No Tanggung jawab SS S TS STS 26. Bersedia mengakui kesalahan dan memperbaiki
kesalahan tersebut
27. Saya selalu dapat diandalkan dan bertanggung jawab dalam bekerja
28. Saya bersedia menambah jam kerja saya jika pekerjaan saya belum selesai
No Kerja sama SS S TS STS 29. Saya dan rekan kerja selalu saling membantu satu
sama lain
30. Saya telah memberikan dorongan dan saran kepada rekan kerja saya dalam hal pekerjaan
31. Saya mampu mengembangkan kerja sama yang harmonis dengan sesama rekan kerja
No Kedisiplinan SS S TS STS 32. Saya selalu mengerjakan pekerjaan saya tanpa
disuruh atau diawasi atasan
33. Saya selalu mematuhi peraturan dan menjaga kebersihan
34. Frekuensi kehadiran saya sudah sesuai dengan aturan yang berlaku
82
83
Lampiran 3.
Laporan penilaian kinerja tenaga kependidikan
(komponen : produktivitas dan kualitas kerja)
Nama :
NIP :
Unit Kerja Langsung :
Unit Kerja Atasan :
Bulan Penilaian : .............................. (Hari kerja efektif = ..... Hari)
No. Uraian Kisaran Nilai (0-100) Keterangan
1. Produktivitas kerja (pencapaian
kerja berdasarkan penugasan)
2. Kualitas kerja
- Inisiatif/kreativitas
- Tanggung jawab
- Ketelitian/kerapihan
- Kecepatan kerja/efisiensi
- Kerja sama
- Kedisiplinan
Rata-rata
Pegawai yang bersangkutan, Atasan langsung, ( ) ( ) NIP. NIP.
84
Lampiran 4. Hasil perhitungan construct reliability model struktural
Variabel Laten Construct Reliability
Kompensasi 0.751
Kondisi kerja 0.627
Kebijakan institusi 0.508
Hubungan antar individu 0.546
Pengakuan 0.629
Pekerjaan itu sendiri 0.632
Produktivitas 0.550
Inisiatif/kreativitas 0.680
Tanggung jawab 0.607
Kerja sama 0.571
Kedisiplinan 0.695
Perhitungan construct reliability pada model structural dilakukan dengan
perhitungan di bawah ini.
Construct reliability kompensasi :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.87 + 0.87 + 0.89 + 0.86 + 0.85) 2
= 18.84
( ∑ Measurement Error ) = 1.25 + 1.24 + 1.20 + 1.26 + 1.28
= 6.23
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 18.84
18.84+ 6.23
= 0.751
85
Construct reliability kondisi kerja :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.84 + 0.90 + 0.80) 2
= 6.45
( ∑ Measurement Error ) = 1.30 + 1.19 + 1.36
= 3.85
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 6.45
6.45+ 3.85
= 0,627
Construct reliability kebijakan organisasi :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.67 + 0.60 + 0.87) 2
= 4.58
( ∑ Measurement Error ) = 1.55 + 1.64 + 1.24
= 4.43
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 4.58
4.58+ 4.43
= 0.508
Construct reliability hubungan antar pribadi :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.76 + 0.73 + 0.78) 2
= 5.15
( ∑ Measurement Error ) = 1.42 + 1.47 + 1.39
= 4.28
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 5.15
5.15+ 4.28
= 0.546
86
Construct reliability pengakuan :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.88 + 0.78 + 0.89) 2
= 6.50
( ∑ Measurement Error ) = 1.23 + 1.39 + 1.20
= 3.82
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 6.50
6.50+ 3.82
= 0.629
Construct reliability pekerjaan itu sendiri :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.83 + 0.85 + 0.88) 2
= 6.55
( ∑ Measurement Error ) = 1.31 + 1.28 + 1.22
= 3.81
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 6.55
6.55 + 3.81
= 0.632
Construct reliability produktivitas :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.89 + 0.85) 2
= 3.03
( ∑ Measurement Error ) = 1.20 + 1.28
= 2.48
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 3.03
3.03 + 2.48
= 0.550
87
Construct reliability inisiatif/kreativitas :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.94 + 0.88 + 0.91) 2
= 7.45
( ∑ Measurement Error ) = 1.12 + 1.22 + 1.17
= 3.51
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 7.45
7.45+ 3.51
= 0.680
Construct reliability tanggung jawab :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.79 + 0.91 + 0.77) 2
= 6.10
( ∑ Measurement Error ) = 1.38 + 1.17 + 1.40
= 3.95
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 6.10
6.10+ 3.95
= 0.607
Construct reliability kerja sama :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.88 + 0.71 + 0.76) 2
= 5.52
( ∑ Measurement Error ) = 1.23 + 1.49 + 1.43
= 4.15
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 5.52
5.52+ 4.15
= 0.571
88
Construct reliability kedisiplinan :
( ∑ Standardized Loading)2 = (0.95 + 0.94 + 0.90) 2
= 7.76
( ∑ Measurement Error ) = 1.09 + 1.11 + 1.20
= 3.40
Construct reliability = ( ∑ Standardized Loading)2
( ∑ Standardized Loading)2 + ( ∑ Measurement Error )
= 7.76
7.76+ 3.40
= 0.695
89
Lampiran 5. Syntax model pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja tenaga kependidikan
DATE: 06/25/2009 TIME: 11:49
L I S R E L 8.30
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Chicago, IL 60646-1704, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99
Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention.
Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file C:\FIFI2\DATA2.SPJ: Observed Variables X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Correlation Matrix From File C:\FIFI2\DATA.COR Sample Size = 150
Relationships X1 X2 X3 X4 X5 = KOM X6 X7 X8 = KK X9 X10 X11 = KO X12 X13 X14 = HAP X15 X16 X17 = AKU X18 X19 X20 = PIS Y1 Y2 = PRO Y3 Y4 Y5 = INI Y6 Y7 Y8 = TJ Y9 Y10 Y11 = KS Y12 Y13 Y14 = DIS KOM KK KO HAP AKU PIS = Kepuasan PRO INI TJ KS DIS = Kinerja Kinerja = Kepuasan
90
Lanjutan lampiran 5.
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 515 Minimum Fit Function Chi-Square = 239.29 (P = 1.00)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 267.37 (P = 1.00) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 0.0)
Minimum Fit Function Value = 1.61 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.0)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.0) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 1.00
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 4.53
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (4.53 ; 4.53) ECVI for Saturated Model = 7.99
ECVI for Independence Model = 9.92
Chi-Square for Independence Model with 561 Degrees of Freedom = 1409.34 Independence AIC = 1477.34
Model AIC = 427.37 Saturated AIC = 1190.00
Independence CAIC = 1613.71 Model CAIC = 748.22
Saturated CAIC = 3576.33
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.095 Standardized RMR = 0.048
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.90 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.89 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.78
Normed Fit Index (NFI) = 0.83
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.35 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.76
Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.31
Relative Fit Index (RFI) = 0.82
Critical N (CN) = 369.99