analisis pengaruh inflasi, bi rate , pertumbuhan...

146
ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE, PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN, DAN UKURAN BANK TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH SEKTOR UKM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE TAHUN 2009-2012) SKRIPSI Disusun Oleh: M Singgih Adi Pratomo 109081000074 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M

Upload: duongliem

Post on 17-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE, PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN, DAN UKURAN BANK TERHADAP

PEMBIAYAAN BERMASALAH SEKTOR UKM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

(PERIODE TAHUN 2009-2012)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

M Singgih Adi Pratomo

109081000074

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1434 H/2013 M

Page 2: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota
Page 3: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

ii�

Page 4: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota
Page 5: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota
Page 6: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)

Data Pribadi Nama Lengkap : M Singgih Adi Pratomo Panggilan : Singgih, Adi Tempat & Tanggal Lahir : Klaten 2 Juni 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Kp Duren Sawit No. 35 RT 004/03 Kelurahan Tajur. Kecamatan Ciledug. Tangerang. 15152 Telepon : 083870147636 Email : [email protected] Pendidikan Formal 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2009 : SMA Negeri 25 Jakarta 2003-2006 : SMP Negeri 3 Tangerang 1997-2003 : SD Negeri Sudimara 8 Pendidikan Informal

• Seminar-seminar • Pelatihan Pasar Modal “Basic Training of Fundamental & Technical

Analysis” 2012 • Kursus Bahasa Inggris Spectraton College 2005

Pengalaman Organisasi

1. Wakil Ketua Karang Taruna Orbitas Wilayah Duren Sawit 2. Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Anggota OSIS SMA N 25 Jakarta 4. Anggota OSIS SMP N 3 Tangerang 5. Anggota PRAMUKA SD N Sudimara 8

Pengalaman Bekerja

• Pengajar Privat/Bimbingan Belajar Pribadi tahun 2013 sampai saat ini • Magang/KKSBT Selama satu Bulan di unit Usaha Kecil dan Menengah

“Wahyu Motor” Keahlian Komputer : Microsoft Office, Internet Olahraga : Badminton Bahasa : Inggris

Page 7: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

vi

ABSTRACT

This research is examine the effect of the variables inflation, BI rate, financing growth, and bank size against the non performing financing on small and medium enterprises sector. The data for assessing this research are acquired from the monthly data from January 2009 to Desember 2012. This research used Ordinary Least Square (OLS)

The result of the research shows that independent variables (Inflation, BI

rate, financing growth, and bank size) simultaneously have significant impact to non performing financing on small and medium enterprises. The inflation and BI rate partially do not have impact on NPF. While, financing growth and bank size have negative impact to NPF on small and medium enterprises sector.

Keywords: NPF of Small and medium enterprises, Inflation, BI rate, financing growth, Bank Size, Ordinary Least Square

Page 8: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

vii

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel inflasi, BI Rate, pertumbuhan pembiayaan dan ukuran bank terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM pada perbankan Syariah di Indonesia. Data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data time series bulanan yaitu dari tahun 2009 sampai 2012 dengan menggunakan metode analisis linier regresi berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel

independen (inflasi, BI rate, pertumbuhan pembiayaan dan ukuran bank) signifikan berpengaruh terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM. Secara parsial inflasi dan BI Rate tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan pertumbuhan pembiayaan dan ukuran bank berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.

Kata Kunci: NPF Sektor UKM, Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, Ukuran Bank dan Analisis Regresi Linier Berganda

Page 9: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan kasih sayang-Nya tiada terkira kepada

hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada pembimbing

umat manusia baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan pada

sahabatnya. Atas rahmat Allah SWT yang sangat besar, sehingga penulis

dapat menunaikan amanah dan kewajiban untuk menyelesaikan skripsi ini

yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, BI rate, Pertumbuhan

Pembiayaan, dan Ukuran Bank terhadap Pembiayaan Bermasalah Sektor

UKM pada Perbankan Syariah di Indonesia”. Skripsi ini tersusun sebagai

syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (SI) pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah

Jakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dan Bapakku tercinta, terima kasih atas doa berbalut kesabaran dan

dukungan berbingkai kasih sayang yang selalu diberikan kepadaku untuk

mencapai keberhasilan dalam berbagai hal. Terima kasih telah

memberikan semangat dan bimbingan, berperan sebagai ‘universitas’

utama kehidupanku.

2. Seluruh keluargaku tercinta, adik-adikku tercinta dan tersayang yaitu,

Dwi, Vindi, dan Rama, semoga kalian tumbuh menjadi anak yang

sholeh-sholihah berbakti kepada orang tua dan berguna bagi agama dan

negara.

3. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku dosen pembimbing I dan

Bapak Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah

Page 10: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

ix

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh

kesabaran dan cinta dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dekan FEB dan Bapak

Suhendra S.Ag., MM selaku ketua Jurusan Manajemen yang telah

memberikan saran dan wejangan dalam proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak DRS. Miftahul Munir MM selaku penasihat akademik, yang telah

membimbing dan mengarahkan kegiatan akademik dari awal perkuliahan

hingga selesai.

6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahanan

ilmu yang disampaikan dengan penuh cinta kepada kami.

7. Seluruh jajaran staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas

kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra

pelayanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Bu Siska,

pak Azis dan Pak Sofyan.

8. Sahabat-sahabat seperjuanganku, yaitu Budi, Andikha, Yoga, Andrian,

Egi, Fajar, Adan, Reza, Shidiq, Fitrah, Afifi dan teman-teman lainnya

yang telah menyelesaikan skripsi ataupun yang belum. Lanjutkan

perjuanganan kalian teman, umat butuh pengabdian kalian.

9. Teman-temanku Manajemen B angkatan 2009, terima kasih atas

dukungan, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi

rasa bangga dan cinta akan persahabatan yang terjalin diantara kita

semua. Semoga pertemanan yang dilandasi taqwa ini akan terus terjalin

sampai kapanpun.

10. Teman-teman Manajemen Perbankan 2009, semoga kita bisa menjadi

ahli perbankan yang handal dan tangguh, terlebih penting lagi semoga

ilmu kita bisa bermanfaat untuk diri dan orang lain.

11. Teman-teman angkatan 2009

12. Dan berbagai pihak yang telah membantu selama masa kuliah dan

penyelesaian skripsi ini.

Semoga segala amalan yang baik tersebut akan memperoleh ganjaran

rahmat dan karunia Allah SWT, Amin. Penulis menyadari sepenuhnya akan

keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang ada pada penulis, sehingga

tidak menutup kemungkinan bila skripsi ini memiliki banyak kekurangan.

Page 11: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

x

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi ‘jariyah’

bagi ilmu pengetahuan dan membuka jalanku untuk meraih cita-cita. Amin

Wassalamu alaykum Warahmatullahi Wabarakatuhu

Jakarta, Mei 2013

Penulis

M Singgih Adi Pratomo

Page 12: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................... v ABSTRACT ............................................................................................ vi ABSTRAK .............................................................................................. vii KATA PENGANTAR ........................................................................... viii DAFTAR ISI .......................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xv BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................... 13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 14

1. Tujuan Penelitian .............................................................. 14 2. Manfaat Penelitian ........................................................... 15

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Risiko .................................................................. 16

1. Konsep Manajemen Risiko ............................................... 16 2. Jenis-Jenis Risiko Bank Syariah ........................................ 17

B. Manajemen Risiko Pembiayaan ............................................... 22 1. Konsep dan Definisi .......................................................... 22 2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko Pembiayaan ............. 23 3. Tujuan Manajemen Risiko Pembiayaan ........................... 24 4. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Pembiayaan ............ 26 5. Fungsi Manajemen Risiko ............................................... 27

C. Pembiayaan Bermasalah ......................................................... 28 1. Konsep Pembiayaan Bermasalah ...................................... 28 2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah .................................. 30 3. Dampak Pembiayaan Bermasalah .................................... 31

D. Inflasi ..................................................................................... 32 1. Pengertian Inflasi ............................................................ 32 2. Jenis-Jenis Inflasi ............................................................ 33 3. Efek Buruk Inflasi ........................................................... 34 4. Hubungan antara Inflasi dengan Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM .................................................................... 35 E. Tingkat Suku Bunga .............................................................. 36

1. Konsep Tingkat Suku Bunga ........................................... 36 2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat

Suku Bunga ... .................................................................. 38 3. Hubungan BI Rate terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM ..................................................................... 41

Page 13: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

xii

F. Pertumbuhan Pembiayaan ...................................................... 42 1. Konsep Pembiayaan ......................................................... 42 2. Jenis-jenis Pembiayaan ..................................................... 44 3. Hubungan Pertumbuhan Pembiayaan terhadap

Pembiayaan Bermasalah sektor UKM .............................. 46 G. Ukuran Bank ........................................................................... 46

1. Konsep Ukuran Bank ........................................................ 46 2. Hubungan Ukuran Bank dengan Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM ....................................................................... 47 H. Usaha Kecil Menengah (UKM) ............................................... 48

1. Konsep UKM ..................................................................... 48 2. Kriteria UKM .................................................................... 49 3. Karakteristik UKM ............................................................ 51

I. Penelitian Terdahulu ................................................................ 54 J. Kerangka Pemikiran ................................................................ 56 K. Hipotesis ................................................................................... 60

BAB III. METODELOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 62 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 62 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 63

1. Data Sekunder ................................................................... 63 2. Metode Studi Pustaka ....................................................... 63 3. Internet ............................................................................. 63

D. Metode Analisis Data ............................................................. 64 E. Pengujian Hipotesis ................................................................. 70

1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F) ................................ 70 2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t) .................................... 71 3. Koefisien Determinasi ........................................................ 73

F. Definisi Operasional Variabel ................................................... 73 BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 76 1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah .................. 76 2. Perkembangan Kelembagaan dan Indikator

Keuangan ........................................................................... 78 B. Analisis dan Pembahasan ......................................................... 80

1. Analisis Deskriptif ............................................................. 80 2. Analisis Pengujian Statistik ............................................... 98 3. Pengujian Hipotesis ........................................................... 106

C. Intepretasi ................................................................................ 112 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan .............................................................................. 117 B. Implikasi .................................................................................. 118

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 120 LAMPIRAN ............................................................................................. 124

Page 14: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

xiii

DAFTAR TABEL

No Keterangan Halaman 1.1 Posisi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ........................... 2 1.2 Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2006-2012 (dalam miliar rupiah) ................................................... 3 1.3 Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan golongan ............................. 8 1.4 Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah berdasarkan Golongan ........ 10 1.5 Perkembangan variabel-variabel penelitian ............................................... 12 2.1 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 57 4.1 Perkembangan Inflasi Indonesia tahun 2009-2012 ................................... 85 4.2 Perkembangan BI Rate tahun 2009-2012 .................................................. 89 4.3 Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah tahun 2009-2012 ........... 93 4.4 Perkembangan Aset Perbankan Syariah periode tahun 2009-2012 ........... 97 4.5 NPF sektor UKM periode tahun 2009-2012 .............................................. 101 4.6 Uji Kolmogorov Smirnov ......................................................................... 105 4.7 Uji Multikolinieritas .................................................................................. 106 4.8 Uji DW ..................................................................................................... 107 4.9 Uji Park ..................................................................................................... 110 4.10 Uji F .......................................................................................................... 112 4.11 Uji t ........................................................................................................... 113 4.12 Uji Adj R Square ...................................................................................... 117

Page 15: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman 1.1 Tren Perkembangan FDR Perbankan Syariah ......................................... 5 2.1 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 62 4.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia periode 2009-2012 ......................... 86 4.2 Perkembangan BI Rate di Indonesia periode 2009-2012 ....................... 90 4.3 Perkembangan Pembiayaan yang disalurkan Tahun 2009-2012 ........... 95 4.4 Perkembangan Total Aset Perbankan Syariah Tahun 2009-2012............ 98 4.5 Perkembangan Pembiayaan Bermasalah UKM Tahun 2009-2012 ......... 102 4.6 Histogram ............................................................................................... 103 4.7 Grafik p plot .......................................................................................... 107 4.8 Uji Heterokedatisitas ............................................................................... 109

Page 16: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data-data variabel penelitian dari tahun 2009-2012 ....................... 124 Lampiran 2 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien .................................. 126 Lampiran 3 Uji Normalitas ................................................................................ 127 Lampiran 4 Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi ........................................... 129 Lampiran 5 Uji Heterokedatisitas ...................................................................... 130

Page 17: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kredit atau pembiayaan bermasalah adalah masalah krusial yang paling

ditakuti oleh sebuah bank. Namun, bank tidak bisa menghindar dari kredit

macet. Risiko kredit berupa pembiayaan bermasalah berbahaya bagi eksistensi

suatu bank dalam menepati kewajibannya, mengurangi profitabilitas dan

membahayakan kelangsungan hidupnya (Rose, 2002:326). Kredit macet

merupakan risiko bisnis yang mau tidak mau harus ditanggung oleh perusahaan

yang bergerak dalam bidang perkreditan atau pembiayaan. Hal inilah yang juga

melanda sektor perbankan syariah di Indonesia sejak pertama kali

kemunculannya.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus mengalami

peningkatan sejak amandemen Undang-undang tentang perbankan dan dual

banking system mulai diberlakukan. Pasalnya dalam undang-undang tersebut

diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Respon positif diberikan oleh berbagai pihak, baik dari masyarakat

maupun pihak penyelenggara kegiatan Bank. Berbagai bank baik BUMN

maupun swasta seolah berlomba-lomba mengadakan kegiatan jasa perbankan

dengan sistem syariah. Masyarakat pun menunjukan minat yang besar terhadap

bank syariah sebagai implikasi dari bukti nyata ketahanan perbankan syariah

Page 18: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

2

terhadap dampak langsung krisis keuangan global. Hal ini disebabkan selain

karena unsur spekulatif tidak ada pada produk-produknya, bank syariah juga

belum terlalu masuk dalam pasar keuangan global sehingga tidak menerima

dampak langsung dari krisis global. Indikasi peningkatan perkembangan bank

syariah di Indonesia juga ditunjukan oleh bertambahnya jumlah bank syariah,

baik unit usaha syariahnya maupun dengan membuat bank umum syariah.

Berikut ini merupakan tabel perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

Tabel 1.1. Posisi Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia

Jenis Bank 2009 2010 2011 2012 Bank Umum Syariah 6 11 11 11 Unit Usaha Syariah 25 23 24 24 BPRS 138 150 155 156

Sumber: Bank Indonesia

Dari tabel di atas, hingga Desember 2012 jumlah bank umum syariah

adalah 11 bank. Sementara itu, meskipun sempat mengalami penurunan jumlah

pada tahun 2012 hingga Desember 2012 bank konvensional yang memiliki unit

usaha syariah terus mengalami peningkatan yakni sebanyak 24 bank.

Sedangkan jumlah BPRS terus mengalami peningkatan yang signifikan, hingga

akhir triwulan II tahun 2012 jumlahnya sebanyak 156 bank.

Sejak awal 2000 hingga tahun 2012 aset perbankan syariah terus

mengalami peningkatan. Data dari Bank Indonesia menunjukan hingga

Desember 2012 nilai aset perbankan syariah adalah sebesar Rp

195.015.000.000.000 atau 4,0 % dari keseluruhan perbankan di Indonesia.

Bahkan perbankan syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’

Page 19: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

3

dengan pertumbuhan per tahun sebesar 40,2% selama lima tahun terakhir

(2007-2011).

Minat dan respon positif masyarakat Indonesia terhadap perbankan

syariah dipersonifikasikan dengan semakin besarnya dana pihak ketiga yang

terhimpun. Hingga Desember 2012, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

oleh perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp 147.512.000.000.

Menurut Antonio (2012:7) pesatnya pertumbuhan perbankan syariah yang

sistem manajemennya adalah bagi hasil berdasarkan ekonomi Islam ini

disebabkan karena kesesuaian dengan ajaran mayoritas penduduk Indonesia.

Sedangkan menurut Ghozali (2012:48) penyebab utama masyarakat memilih

bank syariah untuk menabung adalah pelayanan yang diberikan dan

kepercayaan terhadap bank syariah.

Tabel 1.2. Posisi Aset dan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode

2006-2012 (dalam miliar rupiah) Indikator 2009 2010 2011 2012 Aset 66,090 97,519 145,467 179,871 DPK 52,271 76,036 115,415 119,279

Sumber: Staitistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (diolah dengan ms.Excel)

Dari tabel di atas digambarkan, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun

oleh perbankan syariah di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun

2010 terjadi peningkatan sebesar 45,06% dari tahun sebelumnya. Dan pada

kuartal ketiga tahun 2011 dana pihak ketiga perbankan syariah yang berhasil

dihimpun meningkat sebesar 51,35%. Sedangkan memasuki pertengahan

kuartal kedua tahun 2012, dana pihak ketiga perbankan syariah yang berhasil

Page 20: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

4

dikumpulkan telah mencapai Rp 116.871.000.000. Peningkatan pengumpulan

dana pihak ketiga pada rentang tahun tersebut disebabkan karena terdapat

penambahan jumlah unit Bank Umum Syariah dan Unit usaha Syariah. Hal

tersebut berkontribusi dalam pengumpulan dana pihak ketiga oleh perbankan

syariah di Indonesia.

Di lain pihak, tingginya dana pihak ketiga yang terkumpul menyebabkan

pihak perbankan syariah harus segera menyalurkan dananya sebagai sebuah

keniscayaan untuk memperoleh kesempatan mendapat keuntungan melalui

prinsip bagi hasil maupun jual beli. Atau bank akan menanggung biaya dana

yang cukup besar apabila dana yang terhimpun tidak disalurkan dan dibiarkan

mengendap. Konsekuensi logis tersebut menyebabkan bank-bank syariah di

Indonesia berupaya untuk menyalurkan dana pihak ketiga yang terkumpul

melalui skim-skim pembiayaan yang mereka tawarkan.

Fungsi intermediasi perbankan syariah selama tujuh tahun terakhir

berjalan dengan sangat baik. Indikasi membaiknya fungsi intermediasi tersebut

dicerminkan oleh tingginya presentase Loan to Deposite Ratio (LDR) atau

dalam terminologi perbankan syariah disebut Financing to Deposite Ratio

(FDR). Pada tahun 2006, rasio FDR perbankan syariah di Indonesia mencapai

98.90%. Bahkan pada tahun 2008 berhasil mencapai 103,64%, meskipun

sempat mengalami penurunan pada tahun berikutnya. Dan memasuki bulan

Juni 2012 FDR perbankan syariah di Indonesia telah mencapai 98,58%.

Berikut ini merupakan grafik tren perkembangan Financing to Deposite ratio

(FDR) dari tahun 2006 hingga pertengahan tahun 2012.

Page 21: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

Tren Perkembangan FD

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Salah satu sektor bisnis yang menerima kucur

perbankan syariah adalah sektor UKM. UKM merupakan salah satu pioneer

penggerakan ekonomi riil yang berbasis pada ekonomi kerakyataan. Usaha

kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam

membangun perekonomian suatu

Indonesia.

Kredit atau pembiayaan UMKM adalah pembiayaan kepada debitur

usaha mikro, kecil dan menengah

mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008

Tentang UKM. Berdasarkan UU tersebut, U

80,00%

85,00%

90,00%

95,00%

100,00%

105,00%

110,00%

Gambar 1.1. Tren Perkembangan FDR Perbankan Syariah di Indonesia

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (diolah dengan ms.excel)

Salah satu sektor bisnis yang menerima kucuran pembiayaan dari

perbankan syariah adalah sektor UKM. UKM merupakan salah satu pioneer

penggerakan ekonomi riil yang berbasis pada ekonomi kerakyataan. Usaha

kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam

membangun perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di

Kredit atau pembiayaan UMKM adalah pembiayaan kepada debitur

usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha

mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008

KM. Berdasarkan UU tersebut, UKM adalah usaha produktif yang

80,00%

85,00%

90,00%

95,00%

100,00%

2006 20072008

20092010

20112012

98,90%99,75%

103,64%

89,69% 89,66%

105,01%

98,58%

5

R Perbankan Syariah di Indonesia

(diolah dengan ms.excel)

an pembiayaan dari

perbankan syariah adalah sektor UKM. UKM merupakan salah satu pioneer

penggerakan ekonomi riil yang berbasis pada ekonomi kerakyataan. Usaha

kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dalam

ataupun daerah, termasuk di

Kredit atau pembiayaan UMKM adalah pembiayaan kepada debitur

yang memenuhi definisi dan kriteria usaha

mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008

KM adalah usaha produktif yang

2012

98,58%

Page 22: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

6

memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekayaan bersih dan hasil

penjualan tahunan.

Perkembangan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UKM) di

Indonesia tidak terlepas dari dukungan perbankan dalam penyaluran kredit atau

pembiayaan kepada UKM. Setiap tahun pembiayaan kepada UKM mengalami

pertumbuhan dan secara umum pertumbuhannya lebih tinggi dibanding total

pembiayaan perbankan.

Usaha mikro kecil menengah menjadi salah satu prioritas dalam agenda

pembangunan di Indonesia hal ini terbukti dari bertahannya sektor UKM saat

terjadi krisis hebat tahun 1998 dan tahun 2008 silam, bila dibandingkan dengan

sektor lain yang lebih besar justru tidak mampu bertahan dengan adanya krisis.

Kuncoro (2008:75) mengemukakan bahwa UKM terbukti tahan terhadap krisis

dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua,

tidak banyak utang ke perbankan karena mereka dianggap unbankable. Ketiga,

menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor.

Di sinilah peran besar perbankan syariah dalam menjalankan fungsi

intermediasi sesungguhnya yang menyentuh sektor ekonomi akar rumput.

Dilihat dari berbagai skema pembiayaan yang dikembangkan, bank syariah

hanya menyalurkan pembiayaan pada sektor riil. Pembiayaan melalui akad

murabah, salam, dan ijarah hanya dapat disalurkan apabila ada barang atau

jasa (sektor riil) yang bisa dibiayai. Bahkan terbentuk korelasi sempurna antara

Page 23: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

7

biaya modal dengan pengembalian atas modal pada pembiyaan dengan akad

musyarakah dan mudharabah.

Jika dibandingkan dengan perbankan konvesional akan tampak

perbedaan yang jelas. Penyaluran pembiayaan atau kredit dari dana pihak

ketiga banyak yang masuk pada sektor keuangan dengan transaksi yang penuh

dengan ketidakpastian dan aksi spekulasi. Sebagian besar dana yang disalurkan

oleh perbankan konvensional tidak memiliki dampak pada ekonomi riil, hal

tersebut merupakan dampak dari penyaluran dana pada sektor bebas resiko

seperti Sertifikat Bank Indonesia. Dan yang lebih memperparah kinerja

perbankan konvensional adalah besarnya dana yang disalurkan ke pasar uang

dengan dasar spekulasi. Mubyarto (2004:6), seorang tokoh ekonomi

kerakyatan, meragukan peranan perbankan sebagai agent of development

dalam pengentasan kemiskinan melalui senjata kredit. Beliau mengkritik

beberapa bank daerah yang lebih suka mengirim dana ke pusat untuk

diinvestasikan di surat hutang yang lebih aman seperti SBI. Padahal harapan

UKM terhadap terhadap peranan bank sangat tinggi, namun sayang mereka

tidak dianggap “bankable”. Fenomena itu terjadi pada level bank daerah, yang

memang fungsi utamanya memajukan ekonomi daerah.

Perbankan syariah bukanlah financial sector based banking sebagaimana

perbankan konvensional. Sebaliknya perbankan syariah merupakan real sector

based banking yang menjalankan pembiayaan pada sektor riil dan salah

satunya adalah sektor UKM. Perbankan syariah memiliki peran yang cukup

besar dalam mengembangkan ekonomi riil di Indonesia berpadu dengan

Page 24: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

8

potensi ekonomi kerakyatan dan UKM. Produk-produk pembiyaan dengan

skim profit and lost sharing dengan paradigma kemitraan dinilai sangat tepat

untuk mengembangkan usaha mikro masyarakat. Dengan pendekatan

pembiayaan lembaga keuangan mikro sebagai kepanjangan tangan dari bank-

bank syariah diharapkan upaya untuk menjangkau UKM bisa dioptimalkan.

Perbankan syariah bisa lebih aktif menjalin kerjasama dengan UKM yang

berada ditengah-tengah masyarakat. UKM-UKM tersebut dapat dirangkul

sebagai mitra kerja potensial untuk membangkitkan kembali perekonomian

masyarakat. Stigma bahwa sektor UKM sangat beresiko merupakan

argumentasi yang tidak beralasan. Bertahannya Bank BRI yang bergerak di

sektor tersebut pada krisis tahun 1998 membuktikan bahwa risiko pada sektor

UKM lebih terdiversifikasi (Anthonio 2009:7).

Penyaluran pembiayaan perbankan syariah ke sektor UKM dari tahun

2009 hingga pertengahan tahun 2012 tergolong tinggi. Dan selalu mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini tabel lengkap komposisi

pembiayaan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan golongan

pembiayaan.

Tabel 1.3. Pembiayaan Perbankan Syariah berdasarkan Golongan Pembiayaan

(Dalam Miliar Rupiah) Golongan 2009 2010 2011 2012

UKM 35799 52570 71810 90860

Non UKM 11087 15611 30845 56645

Total 46886 68181 102655 147505

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Page 25: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

9

Pada tahun 2009 pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah

pada sektor UKM adalah sebesar Rp 25.799.000.000.000 Dan meningkat

sebesar 46,84% atau sebesar Rp 52.570.000.000.000 pada tahun berikutnya.

Pada akhir tahun 2012 dana yang disalurkan melalui pembiayaan ke sektor

UMKM oleh perbankan syariah di Indonesia telah mencapai Rp

90.860.000.000.000. Keputusan menyalurkan besarnya pembiayaan ke

berbagai sektor bisnis tidak selalu terjadi sesuai seperti yang diharapkan,

karena ada berbagai resiko yang harus ditanggung oleh perbankan. Salah

satunya adalah resiko kredit yang tercermin oleh rasio kredit bermasalah.

Besarnya pertumbuhan aset dan penyaluran pembiyaan perbankan

syariah di Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 ternyata tidak

diikuti dengan kualitas pembiayaan yang baik. Terjaganya fungsi intermediasi

perbankan syariah ternyata juga dibarengi dengan memburuknya kualitas

pembiayaan. Hal tersebut ditunjukan dengan meningkatnya angka pembiayaan

bermasalah atau Non performing Loan yang dalam terminologi perbankan

syariah disebut Non Performing Finance (NPF ).

Menurut Nasution (dalam Ihsan, 2007:1) NPL setidaknya menimbulkan

permasalahan bagi pemilik bank dan pemilik deposito. Pertama bagi pemilik

bank, dengan semakin tinggi NPL mereka tidak menerima return pasar dari

modal mereka. Kedua untuk pemilik deposito tidak menerima return pasar dari

deposito atau tabungan mereka. Bank membagi kegagalan kredit atau

pembiayaan mereka kepada pemilik deposito dengan cara menekan tingkat

suku bunga atau tingkat bagi hasil. Dalam kasus yang lebih buruk, jika bank

Page 26: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

10

mengalami kebangkrutan deposan akan kehilangan aset atau dihadapkan

dengan jaminan yang tidak seimbang. Bank juga membagi risiko kerugian

mereka kepada debitur lain dengan cara menetapkan suku bunga pinjaman,

margin, tingkat bagi hasil yang tinggi. Non performing loan akan

mengakibatkan jatuhnya sistem perbankan, mengkerutnya pasar saham dan

bahkan mengakibatkan kontraksi dalam perekonomian.

Tabel 1.4. Pembiayaan Bermasalah Perbankan Syariah berdasarkan Golongan

Pembiayaan (Dalam Miliar Rupiah) Golongan 2009 2010 2011 2012

UKM 1611 1824 2140 2060

Non UKM 271 237 448 1209

Total 1882 2061 2588 3269

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Pada tahun 2009 NPF perbankan syariah adalah sebesar Rp

1.611.000.000.000. Dan meningkat sebesar 13% atau sebesar Rp

1.824.000.000.000 pada tahun berikutnya. Pada tahun 2012 yang merupakan

akhir periode pengamatan, jumlah NPF perbankan syariah di Indonesia

meningkat menjadi Rp 2.060.000.000.000.

UKM di Indonesia memberikan kontribusi yang besar terhadap

pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Namun demikian hal tersebut tidak

mampu mencerminkan kelancaran debitur-debitur dalam melakukan

pembayaran atas pembiayaan yang diberikan.

Selain Produk Domestik Bruto, salah satu variabel yang memengaruhi

tingkat non performing financing adalah ekuivalen tingkat suku bunga. Tingkat

suku bunga merupakan hal yang diperhatikan oleh debitur dalam menerima

Page 27: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

11

suatu pembiayaan. Meskipun perbankan syariah tidak mengenal sistem bunga,

kinerja pembiayaan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Semakin

tinggi tingkat suku bunga yang diberikan bank sentral, maka dapat

mempengaruhi tingkat bagi hasil yang diminta oleh bank sehingga tingkat non

performing financing akan semakin meningkat.

Beberapa penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi NPL

dan NPF telah dilakukan antara lain.

Faktor penyebab non performing loan atau non performing financing

adalah inflasi. Jakubik (2007:63) melakukan penelitian di Ceko menemukan

jika inflasi berpengaruh terhadap resiko kredit. Hogart et al (2005:3), yang

melakukan penelitian di Inggris raya menemukan pengaruh yang signifikan

antara inflasi dengan pembiayaan bermasalah yang diproksikan dengan

peningkatan jumlah penghapusan pinjaman.

Faktor lain yang turut memengaruhi tingkat NPF adalah tingkat suku

bunga atau dalam perbankan syariah ditunjukan dengan tingkat bagi hasil dan

margin. Saba et al (2012:131) menemukan terdapat pengaruh negatif yang

signifikan tingkat suku bunga terhadap tingkat NPL.

Beberapa literatur menunjukan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari

tingkat suku bunga terhadap perbankan syariah. Hakan et al (2011:13)

melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat suku bunga terhadap perbankan

syariah Turki. Hasil penilitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan

yang dihasilkan dari tingkat suku bunga terhadap kinerja perbankan syariah.

Page 28: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

12

Di negara dengan dual banking system seperti Indonesia, tidak dapat

dipungkiri bahwa kinerja bank syariah selain dipengaruhi oleh faktor internal

manajemen bank syariah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal, seperti

Ekonomi Makro. Faktor eksternal dari makro ekonomi adalah tingkat suku

bunga, nilai tukar, jumlah uang beredar, dan inflasi (Hakan et al, 2011:3).

Menurut Karim (2004:254) pada teori bejana berhubungan,

mengungkapkan bahwa kebijakan moneter keonvensional akan mempunyai

pengaruh terhadap perbankan syariah seperti misalnya tingkat suku bunga.

Kebijkan monenter mempengaruhi variabel-variabel neraca bank konvensional

(suku bunga kredit, suku bunga deposito, dan sekuritas yang dimiliki). Pada

umumnya mekanisme tersebut ditransmisikan melalui suku bunga kredit. Di

pihak lain, perbankan syariah yang notabene tidak mengenal bunga dalam

praktek operasionalnya juga terpengaruh oleh kebijakan moneter tersebut.

Pengaruh tersebut terlihat pada kondisi neraca bank syariah. Yakni pada

tingkat nisbah bagi hasil deposito investasi mudharabah. Sementara pengaruh

suku bunga SBI terhadap nisbah pembiayaan bank syariah ditransmisikan

melalui suku bunga kredit.

Tabel 1.5. Perkembangan variabel-variabel yang mempengaruhi Non Performing

Financing

Tahun Inflasi (%)

BI Rate (%)

Total Pembiayaan (Miliar Rupiah)

Total Asset (Miliar Rupiah)

2009 2.78 6.50 1882 66090 2010 6.96 6.50 2061 97519 2011 3.79 6.00 2588 145467 2012 4.30 5.75 3384 195015

Sumber: Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia

Page 29: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

13

Berdasarkan data fluktuasi non performing financing di lapangan dan gap

hasil-hasil penelitian, peneliti mencoba meneliti lebih lanjut penelitian di atas,

dengan judul “Analsis Pengaruh Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan,

dan Ukuran Bank terhadap Pembiayaan Bermasalah sektor UKM Perbankan

Syariah Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Perbankan syariah juga memiliki fungsi utama sebagai lembaga perantara

keuangan. Dan tugas utamanya adalah menyalurkan pembiayaan kepada pihak

yang membutuhkannya. Pembiayaan yang diberikan bertujuan untuk

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan pembangunan nasional. Tentunya kegiatan ini selalu diikuti oleh

risiko tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Kegagalan dalam

pembayaran pembiayaan berpengaruh terhadap terhentinya perputaran uang.

Jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah ke sektor

UKM sangatlah besar jika dibandingkan dengan sektor lainnya berdasarkan

ukuran usaha. Dan hal tersebut menyebabkan risiko kegagalan bayar yang

mengikuti penyaluran pembiayaan sektor UKM sangatlah tinggi dari tahun

2009 sampai 2012. Berdasarkan tabel 1.4 Dapat dilihat bahwa pembiayaan

bermasalah di sektor UKM tergolong tinggi. Pada tahun 2009 yang merupakan

awal periode penelitian, pembiayaan bermasalah mencapai Rp

1.611.000.000.000.000. Pada latar belakang masalah telah dijelaskan bahwa

kondisi ekonomi negara dan spesifikasi bank berpengaruh terhadap

kemungkinan terjadinya non performing financing pada perbankan.

Page 30: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

14

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dikemukakan di atas, maka

pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan pembiayaan, dan Ukuran Bank

berpengaruh terhadap NPF sektor UKM secara simultan?

2. Apakah Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan pembiayaan, dan Ukuran Bank

berpengaruh terhadap NPF sektor UKM secara parsial?

3. Manakah diantara variabel bebas yang memiliki pengaruh yang dominan

terhadap variabel NPF?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Menganalisis pengaruh variabel-variabel secara bersamaan terhadap

pembiayaan bermasalah atau NPF pada sektor UKM perbankan syariah di

Indonesia.

2. Menganalisis ada tidaknya pengaruh secara parsial dari variabel-variabel

bebas seperti Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, dan Ukuran Bank

terhadap pembiayaan bermasalah pada sektor UKM Perbankan Syariah di

Indonesia.

3. Serta menganalisis variabel apa yang paling memiliki pengaruh terhadap

pembiayaan bermasalah sektor UKM pada perbankan syariah di Indonesia.

Page 31: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

15

2. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penulis dan pihak-pihak lain

yang berkepentingan, yaitu:

1. Menjadi masukan bagi praktisi perbankan syariah dalam mengambil

keputusan berkaitan risiko pembiayaan agar bisa meminimalisir potensi

kredit bermasalah.

2. Dapat memperkaya pemahaman mengenai konsep-konsep yang telah

dipelajari dengan membandingkannya dalam praktik perbankan khususnya

berkenaan dengan tema perbankan syariah dan non performing financing

3. Penelitian ini diharapkan bisa berguna bagi penelitian lebih lanjut

berkenaan dengan topik penelitian ini.

4. Menambah referensi dalam menilai kondisi sebuah bank yang baik yang

tercermin dari potensi risiko kreditnya.

Page 32: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

16

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Manejemen Risiko

1. Konsep Manajemen Risiko

Sebagai suatu entitas bisnis menghadapi sebuah risiko merupakan

suatu keniscayaan yang harus diterima, termasuk bank syariah. Seperti

yang diungkapkan oleh Tampubolon (2004:33) bahwa, “Kompleksitas

yang mengancam sebuah bank tergantung pada kompleksitas dan

intensitas kegiatan usaha bank tersebut.”

Tujuan dari manajemen lembaga keuangan adalah untuk

memaksimalkan nilai, sebagai penggambaran dari profitabilitas dan

tingkat risiko. Aspek kunci pada manajemen keuangan adalah

manajemen risiko yang meng-cover strategi dan perencanaan modal,

manajemen aset-liabilitas, manajemen bisnis bank dan risiko keuangan

(Greuning, 2008:64). Komponen pusat dari manajemen risiko adalah

identifikasi, quantifikasi, dan memonitor risiko.

Dalam menajalankan fungsinya dan seiring dengan situasi

lingkungan eksternal dan internal perbankan yang mengalami

perkembangan pesat, bank syariah akan selalu berhadapan dengan

berbagai jenis risiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan

melekat pada kegiatan usahanya. Risiko dalam suatu kegiatan perbankan

merupakan suatu kejadian potensial yang bisa diperkirakan maupun

Page 33: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

17

tidak, memiliki dampak yang negatif terhadap pendapatan dan

permodalan bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari melainkan

dapat dikelola dan dikendalikan. Oleh sebab itu, sebagaimana perbankan

pada umumnya, perbankan syariah juga memerlukan serangkaian

prosedur untuk mengelola risiko yang ditimbulkan akibat kegiatan

usahanya.

Risiko dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok besar, yaitu

risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Arifin, 2009:262). Risiko

sistematis adalah risiko yang diakibatkan oleh adanya suatu kondisi

tertentu yang bersifat makro, seperti perubahan situasi politik, perubahan

kebijakan ekonomi pemerintah, perubahan situasi pasar, situasi krisis,

dan lain sebagainya yang berdampak pada kondisi ekonomi secara

umum. Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat unik,

yang melekat pada suatu perusahaan atau bisnis tertentu saja. Dalam hal

ini perbankan syariah turut berpotensi menghadapi risiko-risiko tersebut.

2. Jenis-jenis Risiko Bank Syariah

a. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan muncul akibat adanya kegagalan counterpary

dalam memenuhi kewajibannya. Karim (2007: 260) membagi jenis-

jenis resiko pada bank syariah menjadi risiko terkait produk dan risiko

terkait korporasi. Risiko yang terkait dengan produk ditimbulkan oleh

jenis produk pada perbankan syariah yang mempunyai karakteristik

Page 34: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

18

yang khas yakni pembiayaan Natural Certainty Contracts (seperti

akad murabahah, ijarah, salam, istishna) dan Natural Uncertainty

Contracts (mudharabah dan musyarakah).

Sementara itu pada risiko terkait pembiayaan korporasi muncul

sebagai akibat dari perubahan kondisi bisnis setelah pembiayaan,

komitmen modal yang terlalu berlebihan, dan lemahnya analisis bank.

b. Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko kerugian yang terjadi pada portofolio

yang dimiliki oleh bank, penyebabnya adalah karena terjadi

pergerakan variabel pasar berupa suku bunga dan nilai tukar. Menurut

Karim (2007:272) risiko pasar terdiri dari empat hal, yaitu risiko

tingkat suku bunga, risiko pertukaran mata uang risiko harga dan

risiko likuiditas.

1) Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko tingkat suku bunga merupakan risiko yang harus

dihadapi bank dikarenakan terjadinya fluktuasi tingkat suku

bunga. Dalam hal ini, meskipun bank syariah tidak menetapkan

suku bunga pada sisi pendanaan dan pembiayaan, namun bank

syariah tidak akan dapat terlepas dari risiko tingkat suku bunga.

Hal ini disebabkan pangsa pasar yang disasar oleh bank

syariah tidak hanya nasabah-nasabah yang loyal penuh terhadap

sistem syariah.

2) Risiko Pertukaran Mata Uang (Foregin Exchange Rate)

Page 35: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

19

Risiko ini merupakan suatu konsekuensi yang berkaitan

dengan adanya pergerakan nilai tukar terhadap rugi laba bank.

Meskipun aktivitas-aktivitas pendanaan bank syariah tidak

terpengaruhi fluktuasi kurs secara langsung karena tidak

dibolehkan melakukan transaksi yang bersifat spekulasi, namun

bank syariah tidak dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta

asing.

Mengingat bank syariah tidak berkenan berspekulasi, maka

transaksi seperti forward, margin trading, option, dan swap

tidak boleh dijalankan. Yang diperkenankan adalah untuk

kebutuhan transaksi atau berjaga-jaga dan transaksi tersebut

harus dilakukan secara tunai atau spot. Seperti pembayaran

dengan cek, pemindahbukuan, transfer, dan sarana pembayaran

tunai lainnya.

c. Risiko Likuiditas

Menurut Arifin (2009:245) risiko likuiditas adalah risiko yang

muncul manakala bank tidak mampu memenuhi kebetuhan dana (cash

flow) dengan segera, dan dengan biaya yang sesuai, baik untuk

memenuhi kebutuhan transaksi sehari-hari maupun guna memenuhi

kebutuhan dana yang mendesak. Menurutnya, besar-kecilnya risiko ini

ditentukan oleh:

Page 36: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

20

1) Kecermatan perencanaan arus kas (cash flow) atau arus

dana (fund flow) berdasarkan prediksi pembiayaan dan

prediksi pertumbuhan dana, termasuk mencermati tingkat

fluktuasi dana (volatility of funds).

2) Ketepatan dalam mengatur struktur dana, termasuk

kecukupan dana-dana non profit and loss sharing.

3) Ketersediaan aset yang siap dikonversikan menjadi kas.

4) Kemampuan menciptakan aset ke pasar antarbank atau

sumber dana lainnya, termasuk fasilitas lender of last

resort.

d. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh

ketidakcukupan proses internal, humen error, kegagalan sistem atau

adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasi bank

(Greuning, 2008:174).

Menurut Greuning, terdapat beberapa hal yang dapat memicu

peningkatan risiko operasional pada bank Islam, diantaranya adalah:

1) Risiko pembatalan perjanjian pada pembiayaan yang tidak

mengikat seperti murabahah (partenership) dan istishna

(manufacturing).

2) Kegagalan sistem pengendali internal dalam mendeteksi

dan mengelola masalah potensial pada proses operasional.

Page 37: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

21

3) Potensi menghadapi kesulitan dalam penguatan akad atau

kontrak pada lingkungan legal yang lebih lebih luas.

4) Kebutuhan untuk memelihara dan mengelola komoditas

yang diinventorisasikan pada pasar yang tidak likuid.

5) Kegagalan mematuhi persyaratan syariah.

Menurut Arifin (2008:271) terdapat empat risiko yang berkaitan

dengan risiko operasional diantaranya adalah:

1) Risiko Reputasi: adalah risiko yang disebabkan oleh adanya

publikasi negatif terkait dengan kegiatan bank.

2) Risiko Kepatuhan: adalah risiko yang muncul akibat dari

ketidakpatuhan ketentuan-ketentuan internal dan eksternal

seperti GWM, batas pemberian pembiayaan, ketentuan

dalam akad, fatwa Dewan Syariah Nasional dan lain

sebagainya.

3) Risiko Strategi: risiko yang antara lain disebabkan oleh

adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak

tepat, pengambilan keputusan yang salah, atau bank tidak

mematuhi perubahan perundang-undangan dan ketentulan

lain.

4) Risiko Hukum: risiko ini muncul sebagai akibat dari adanya

kelemahan aspek yuridis seperti adanya tuntutan hukum,

ketiadaan peraturan undang-undang yang mendukung suatu

kebijakan dan kegiatan pembiayaan.

Page 38: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

22

B. Manajemen Risiko Pembiayaan

1. Konsep dan Definisi

Dalam menjalankan fungsinya yakni memberikan pembiayaan

kepada masyarakat oleh bank syariah selalu berdampingan dengan risiko.

Dijelaskan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan

bahwa:

“Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank”.

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan

pengukuran terhadap risiko perbankan. Hal-hal seperti jumlah

pembiayaan yang diberikan, kuantitas dan kualitas risiko. Secara

keseluruhan risiko pembiayaan merupakan hal yang penting untuk

diperhatikan dibandingkan dengan risiko-risiko lainnya, karena

ketidakmampuan nasabah memenuhi kewajiban pembiayaannya dapat

mengakibatkan bank merugi dan mengikis permodalan bank yang

berujung pada kebangkrutan.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah upaya manajerial terhadap

risiko yang muncul akibat dari penyaluran pembiayaan. Hal ini

dimaksudkan agar kualitas pembiayaan senantiasa dalam keadaan lancar.

Page 39: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

23

Senada dengan hal yang dinyatakan oleh Tampubolon (2004:35) dalam

bukunya dijelaskan bahwa:

“Manajemen risiko merupakan sejumlah kegiatan yang bersifat proaktif dan terarah yang ditujukan untuk mengakomodasi kemungkinan gagal pada salah satu atau sebagian dari sebuah transaksi atau instrumen. Karena itu manajemen risiko haruslah dinamis tidak statis, dan berubah sejalan dengan perubahan kebutuhan dan risiko usaha”.

Resiko kredit atau pembiayaan berbahaya bagi kelangsungan hidup

bank karena dapat menyebabkan bank gagal memenuhi kewajibannya

dan menggerus profitabilitas bank (Rose, 2002:326). Risiko kredit adalah

risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan memenuhi

kewajibannya. Risiko ini dapat timbul karena kinerja satu atau lebih

debitur yang buruk. Kinerja debitur yang buruk ini dapat berupa

ketidakmampuan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi

perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya.

Bank Indonesia mendefinisikan manajemen risiko sebagai

serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang

timbul dari kegiatan usaha bank.

2. Ruang Lingkup Manajemen Risiko Pembiayaan

Secara umum manajemen risiko merupakan serangkaian proses

yang diawali dengan proses identifikasi, pengukuran, monitoring dan

pengelolaan terhadap risiko-risiko portofolio. Dengan demikian

pengelola bank dapat selalu memantau agar risiko tidak mempengaruhi

tingkat likuiditas bank itu sendiri.

Page 40: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

24

Dalam menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi, bank

selalu dihadapkan pada risiko – risiko bisnis. Risiko bisnis yang dihadapi

mencakup diantaranya risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko

operasional, risiko legal. Untuk menjaga dan mengurangi risiko kerugian,

bank wajib melaksanakan transaksi yang berpedoman pada kebijakan dan

penerapan manajemen risiko yang telah ditetapkan pemerintah yang

berlandaskan pada prinsip kehati – hatian. Bank Indonesia dalam

Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 mengidentifikasikan empat

aspek pokok yang sekurangnya tercakup dalam manajemen risiko, yaitu

diantaranya, pertama adalah pengawasan aktif dewan komisaris dan

direksi. Kedua adalah kebijakan, prosedur dan penetapan limit. Ketiga

adalah proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, sistem informasi

manajemen risiko kredit. Keempat adalah Pengendalian Risiko Kredit.

3. Tujuan Manajemen Risiko Pembiayaan

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 pada tanggal 19 Mei

2003 tentang “Penerapan Manajemen Risiko Untuk Bank Umum”,

merupakan wujud keseriusan Bank Indonesia dalam masalah manajemen

risiko perbankan. Keseriusan tersebut dipertegas lagi dengan

dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 7/25/PBI/2005 pada

Agustus tahun 2005 tentang “Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi

Pengurus Dan Pajabat Bank Umum”, yang mengharuskan seluruh pejabat

bank dari tingkat terendah hingga tertinggi untuk memiliki sertifikasi

manajemen risiko yang sesuai dengan tingkat jabatannya.

Page 41: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

25

Tujuan dari manajemen risiko menurut Tampubolon (2004 :34)

adalah pengelolaan risiko yang mencakup atas prosedur dan metodologi

yang digunakan sehingga kegiatan usaha bank tetap dapat terkendali pada

batas / limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank. Penerapan

manajemen risiko tersebut akan memberikan manfaat, baik kepada

perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi perbankan,

penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value,

memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan

kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses

pengambilan yang sistematis yang didasarkan atas ketersedian informasi,

digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja

bank dan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan

usaha bank yang relatif kompleks, serta menciptakan infrastruktur-

infrastruktur yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.

Dalam proses penerapan manajemen risiko, bank dapat

menggunakan berbagai pendekatan pengukuran risiko, baik dengan

metode standar yang direkomendasikan oleh Basel Committee on

Banking Supervison. Kesepakatan Basel mencetuskan 2 kesepakatan

(Basel I dan Basel II). Dalam kesepakatan Basel I hanya mencakup risiko

kredit, modal yang disediakan hanya dikaitkan dengan risiko kredit, dan

dalam mengukur kecukupan modal menurut risiko kredit didasari oleh

beberapa kalkulasi yang terdiri dari bobot risiko aktiva dan bobot risiko,

penyetaraan dengan risiko kredit, target rasio modal dan kalkulasi

Page 42: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

26

konsumsi modal yang memenuhi syarat, kecukupan hasil pada modal

yang memenuhi syarat struktur modal (El Tiby, 2011:102).

Dalam kesepakatan Basel II digunakan pendekatan baru dalam hal

pengawasan bank. Kerangka baru Basel II dirancang mencakup tiga

konsep yang dikenal sebagai tiga pilar. Ketiga pilar tersebut diantaranya

adalah pilar 1 yaitu Kewajiban penyediaan modal minimum. Pilar 2 yaitu

tinjauan berdasar regulasi dari kecukupan modal dari masing – masing

bank dan proses penilaian internal. Dan pilar 3 yaitu disiplin pasar yang

efektif sebagai pengungkit untuk memperkuat keterbukaan dan

mendorong agar bank lebih aman dalam prakteknya (El Tiby, 2011:107).

4. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Pembiayaan

Agar efektif, dalam proses manajemen risiko perlu adanya

kerangka kerja, diantaranya. Memahami rantai risiko, dengan pehaman

ini satuan kerja manajemen risiko wajib terlebih dahulu melakukan

analisis lingkungan untuk menetapkan masalah atau peluang, cakupan

dan konteks serta isu yang berhubungan dengan risiko, seperti masalah

politik, ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Menurut Tampubolon

(2004:41) kerangka kerja manajemen risiko pembiayaan atau kredit

adalah sebagai berikut:

a. Melakukan analisis terhadap stakeholder (deposan, debitur, pemilik

saham) untuk menetapkan atau mengkaji toleransi risiko, posisi dan

perilaku dari para stakeholder.

Page 43: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

27

b. Memahami situasi atau peristiwa yang pernah diambil perusahaan

yang dapat mendatangkan kerugian.

c. Melakukan penilaian atas risiko dan pengendalian yang ada.

Menyusun tanggapan atas risiko yang ada.

d. Menetapkan aktivitas pengendalian berupa program mitigasi risiko.

e. Mengkomunikasikan risiko dan manajemen risiko. Melakukan

pemantauan terhadap risiko dan pengelolaanya.

5. Fungsi Manajemen Risiko

Manajemen risiko adalah sebuah pola pikir, oleh karena itu semua

pejabat bank bisa atau mampu mewaspadai risiko dan menerapkan

manajemen risiko dengan baik. Fungsi manajemen risiko tidak hanya

sekedar memelihara tingkat profitabilitas dan kesehatan bank, namun

juga untuk memelihara integritas dan stabilitas sistem keuangan yang

kritis terhadap kesehatan perekonomian nasional. Secara garis besar,

menurut Tampubolon (2004:45) manajemen risiko berfungsi untuk:

a. Menunjang ketepatan proses perencanaan dan pengambilan keputusan

b. Menunjang efektifitas perumusan kebijakan sistem manajemen dan

bisnis.

c. Menciptakan Early Warning System untuk meminimumkan risiko.

d. Menunjang kualitas pengelolaan dan pengendalian pemenuhan tingkat

kesehatan bank.

e. Menunjang penciptaan/pengembangan keunggulan kompetitif.

f. Memaksimalisasi kualitas portofolio perkreditan bank.

Page 44: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

28

C. Pembiayaan Bermasalah (NPF)

1. Konsep Pembiayaan Bermasalah

Suatu kredit dinyatakan bermasalah jika bank benar-benar tidak

mampu mengahadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit tersebut. Risiko

kredit atau pembiayaan didefinisikan sebagai risiko yang muncul jika

bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan bunga dari

pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya

(Arifin, 2008:263).

Sebagai indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit

adalah tercermin dari besarnya non performing loan (NPL), dalam

terminologi bank syariah disebut non perfoming financing (NPF).

Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan

yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank

syariah. berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank Indonesia

kategori yang termasuk dalam NPF adalah pembiayaan kurang lancar,

diragukan dan macet. Dalam peraturan bank indonesia Nomor

8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Bank

Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas aktiva produktif dalam bentuk

pembiayaan dibagi dalam 5 golongan yaitu lancar (L), dalam perhatian

khusus (DPK), kurang lancar (KL), diragukan (D), macet (M).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.31

tentang akuntansi perbankan butir 24 menyebutkan bahwa:

Page 45: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

29

“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah terlewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit non performing terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet.”

Sedangkan Sutojo (2008:13) menyatakan jika “pengertian kredit

bermasalah adalah suatu keadaan di mana debitur mengingkari janji

mereka membayar bunga dan atau kredit induk yang telah jatuh tempo,

sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada

pembayaran.

Dari kelima kualitas pembiayaan yaitu lancar, dalam perhatian

khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet, yang tergolong dalam

pembiayaan bermasalah atau non performing financing adalah

pembiayaan dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Berdasarkan surat Edaran Bank Indonesia Nomor7/56/DPbS

tanggal 9 Desember 2005, pedoman untuk perhitungan rasio non

performing finance (NPF) dihitung dengan cara sebagai berikut:

NPF= X 100%

Rasio ini menunjukan kualitas pembiayaan yang dilakukan oleh

perbankan. Semakin tinggi rasio NPF maka kualitas pembiayaan yang

diberikan oleh perbankan syariah semakin memburuk. Kelancaran

kegiatan usaha bank syariah dapat terganggu apabila rasio semakin

meningkat dan dapat berakibat pada tingkat kesehatan bank itu sendiri.

Pembiayaan yang bermasalah

Total Pembiayaan Disalurkan

Page 46: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

30

Bank Indonesia sebagai regulator yang turut mengatur perbankan

syariah di Indonesia menetapkan bahwa batas maksimum tingkat

pembiayaan yang bermasalah sebesar 5% dari total pembiayaan yang

diberikan.

2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah merupakan sumber permasalahan bank.

Adanya pembiayaan bermasalah ini dapat disebabkan oleh banyak faktor.

Sutojo (2008:18) menuturkan terjadinya kredit bermasalah disebabkan

oleh berbagai faktor diantaranya:

a. Faktor Internal:

1) Rendahnya kemampuan atau ketajaman bank melakukan

analisis kelayakan permintaan kredit yang diajukan oleh calon

debitur.

2) Lemahnya sistem administrasi kredit atau pembiayaan serta

sistem administrasi bank.

3) Campur tangan yang berlebihan dari para pemegang saham

4) Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna

b. Faktor debitur

1) Salah urus atau missmanagement

2) Kurangnya pengalaman dan pengetahuan pemilik dalam

bidang usaha yang dijalani.

3) Penipuan

Page 47: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

31

c. Faktor Eksternal

1) Perkembangan kondisi ekonomi atau bidang usaha yang

merugikan.

2) Bencana alam

3) Regulasi pemerintah

3. Dampak Pembiayaan Bermasalah

Adanya pembiayaan bermasalah ini akan memberikan dampak

negatif kepada beberapa pihak, Sutojo (2008:25) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari pembiayaan bermasalah

diantaranya adalah:

a. Bank yang bersangkutan akan mengalami gangguan profitablitias

untuk menutupi cadangan pembiayaan bermasalah.

b. Jumlah modal bank akan terkikis dan menurunkan rasio kecukupan

modal bank.

c. Nasabah sendiri akan kehilangan kepercayaan pihak luar dan relasi

bisnis, serta citra dan nama baik yang rusak. Sementara nasabah

lainnya akan kesulitan mendapatkan pembiayaan dari bank yang

bersangkutan.

d. Perputaran dana bank di masyarakat akan terhenti.

e. Pengusaha di dalam negeri akan kehilangan kesempatan untuk

mendapatkan pembiayaan untuk ekspansi usahanya.

Page 48: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

32

D. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu (Manurung, 2008:359).

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat

harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu

menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga

berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

Manurung lebih lanjut menggambarkan inflasi sebagai salah satu

dari persoalan politik yang sering diangkat menjadi komoditas politik.

Sebuah pemerintahan dianggap gagal bila tidak bisa mengatasi masalah

inflasi. Setidaknya terdapat dua efek utama yang disebabkan oleh inflasi,

yaitu redistribusi dan distorsi. Inflasi mengakibatkan efek distribusi

pendapatan dan kemakmuran karena terjadinya perbedaan pada aset dan

utang yang dipegang masyarakat. Inflasi mengakibatkan efek distorsi

karena perekonomian mengalami masalah efisiensi dan masalah

penilaian total output. Masalah efisiensi ekonomi terjadi karena adanya

distorsi pada harga dan penggunaan uang, sedangkan masalah penilaian

total output terjadi karena adanya inflasi mendorong pelaku ekonomi

menyesuaikan penilaian terhadap harga-harga dan adanya penyesuaian

itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Page 49: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

33

2. Jenis-jenis Inflasi

Dalam teori ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis:

a. Penggolongan inflasi didasarkan sifatnya, inflasi dibagi menjadi tiga

kategori utama yaitu (Putong, 2002:260)

1) Inflasi Merayap (creeping Inflation)

Biasanya ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu

kurang dari 10% per tahun.

2) Inflasi Menengah (galloping inflation)

Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan

kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta

mempunyai sifat akselerasi, yang artinya harga pada

bulan/minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu

sebelumnya.

3) Inflasi Tinggi (hyper inflation)

Inflasi jenis ini sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga

barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali,

sehingga nilai uang turun secara tajam. Inflasi yang tinggi

biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang panas (over

heated), artinya permintaan atas produk melebihi kapasitas

penawaran produknya.

b. Penggolongan inflasi berdasarkan penyebabnya, dibedakan menjadi

dua, yaitu: (Sukirno, 2006:333).

Page 50: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

34

1) Demand pull inflation, yaitu inflasi yang disebabkan terlalu

kuatnya peningkatan agregat permintaan terhadap komoditi-

komoditi di pasar barang.

2) Cost low inflation, yaitu inflasi yang dissebabkan bergesernya

kurva agregat penawaran ke arah kiri atas. Penyebabnya adalah

meningkatnya harga-harga faktor produksi sehingga menaikan

harga komoditi di pasar.

3. Efek Buruk Inflasi

Ledakan inflasi telah membuat rumit perekonomian dan

meningkatkan angka kemiskinan. Inflasi dua digit yang dipicu oleh

melambungnya harga minyak dunia telah terbukti menjadi peristiwa yang

banyak mengacaukan perekonomian dunia selama beberapa dekade

terakhir sehingga banyak menimbulkan persoalan. Bahkan dampak

inflasi yang dirasakan oleh masyarakat miskin jauh lebih besar

dibandingkan dengan angka inflasi itu sendiri. Inflasi telah mendepresiasi

nilai kekayaan dan pendapatan riil masyarakat sehingga terjadi

penurunan daya beli. Dalam kondisi demikian perusahaan dililit oleh

biaya – biaya produksi dan pemasaran yang makin naik. Sehingga

pendapatan perusahaan makin menurun.

Manurung (2008:371) mengungkapkan setidaknya ada tiga biaya

sosial yang harus ditanggung dari tingginya angka inflasi. Dampak sosial

tersebut ialah menurunnya tingkat kesejahteraan rakyat, memburuknya

distribusi pendapatan, dan terganggunnya stabilitas ekonomi.

Page 51: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

35

Inflasi dapat menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan

ekonomi dan kemakmuran individu dan masyarakat (Sukirno 2006:338).

a. Efek Buruk Inflasi terhadap Perkembangan Ekonomi

Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif

sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih

suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Kegiatan

ekonomi semacam ini dapat meningkatkan produktivitas dan berakibat

pada peningkatan pengangguran. Naiknya harga barang lokal

menyebabkan produk dalam negeri tidak bisa bersaing di luar negeri

sehingga ekspor akan menurun.

b. Efek Buruk Inflasi terhadap Kemakmuran Masyarakat

Inflasi dapat menurunkan pendapatan riil orang-orang yang

berpendapatan tetap. Selain itu inflasi dapat mengurangi nilai

kekayaan yang berbentuk uang. Sebaliknya harta-harta tetap seperti

rumah dan tanah akan terus mengalami kenaikan harga. Hal demikian

dapat menyebabkan tidak meratanya kekayaan di masyarakat.

4. Hubungan antara Inflasi dengan Pembiayaan Bermasalah Sektor

UKM

Dalam perekonomian, inflasi merupakan hal yang wajar.

Kehadirannya bisa menggairahkan perekonomian atau justru

menghancurkannya. Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh inflasi

juga akan dirasakan oleh para pengusaha, terutama dalam memperoleh

bahan baku untuk usaha. Inflasi mendorong pelaku ekonomi

Page 52: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

36

menyesuaikan penilaian terhadap harga-harga dan adanya penyesuaian

itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit (Manurung, 2008:260). Selain

itu inflasi juga mengharuskan pengusaha untuk menaikan gaji para

pegawainya. Kedua hal tersebut dapat berdampak pada kegiatan usaha

yang dilakukan. Selain dapat menurunkan keuntungan perusahaan, inflasi

juga dapat mengurangi kemampuan pengusaha untuk melunasi

pembiayaan yang telah diberikan. Keadaan tersebut dapat menyebabkan

kenaikan tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh perbankan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hoggart et al. (2005:26)

peningkatan penghapusan pinjaman meningkat setelah terjadi kenaikan

inflasi harga eceran. Sementara Babouček dan Jančar (2005:9) mengukur

efek dari guncangan makroekonomi pada kualitas kredit dari sektor

perbankan Ceko untuk periode 1993-2006 menemukan bukti laporan

korelasi positif dari non-performing loan dengan Tingkat pengangguran

dan inflasi harga konsumen.

E. Tingkat Suku Bunga

1. Konsep Tingkat Suku Bunga

Sebagai lembaga perantara keuangan akan memperoleh keuntungan

dari selisih bunga yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga yang

diterima dari peminjam. Keuntungan tersebut disebut dengan spread

based. Selain itu bank memperoleh dari jasa-jasa bank lainnya yang

disebut fee based. Kegiatan utama bank sebagai lembaga intermediasi

keuangan adalah menghimpun dan menyalurkan dana, maka menurut

Page 53: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

37

Kasmir (2003: 134) bunga merupakan komponen biaya dan pendapatan

bagi bank.

Kasmir (2003: 133) menyatakan bunga bank merupakan balas jasa

yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada

nasabah yang membeli atau menjual produknya. Atau bisa diartikan

sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki

simpanan) dan harga yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank

(nasabah yang memiliki pinjaman).

Adapun beberapa macam teori mengenai tingkat bunga yang

dikemukakan oleh para ahli, antara lain (Amalia, 2010:75)

a. Teori Keynes

Menurut keynes tingkat bunga merupakan hasil interaksi antara

tabungan dan investasi. Tingkat bunga menurut Keynes merupakan

suatu fenomena moneter artinya tingkat bunga ditentukan oleh

penawaran dan permintaan akan uang. Menurut Keynes uang

merupakan salah satu bentuk kekayaan yang dipunya seseorang

(portofolio) seperti halnya kekayaan dalam bentuk tabungan di bank,

saham atau surat berharga lainnya dengan memperoleh keuntungan.

Apabila suku bunga naik maka harga surat berharga akan turun,

sehingga menyebabkan orang tertarik untuk membeli surat berharga.

b. Teori Klasik

Pendapat kaum klasik mengenai harga, bahwa fluktuasi bunga

dapat mempengaruhi perilaku penabung maupun investor. Bunga

Page 54: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

38

adalah ”harga” dari penggunaan (loanable funds) atau ”dana yang

tersedia untuk dipinjamkan”, sebab menurut teori klasik bunga adalah

”harga” yang terjadi di ”pasar” dana investasi.

Harapan tingkat suku bunga di masa yang akan datang

mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan uangnya. Namun

dalam jangka panjang pendapatanlah yang mempengaruhi kegiatan

seseorang dalam perekonomian.

Untuk menentukan besar kecilnya tingkat bunga simpanan dan

pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya baik bunga

simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping

pengaruh faktor-faktor lainnya.

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Suku Bunga

Menurut Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan

Lainnya, edisi keenam (2002 : 122) mengungkapkan beberapa faktor

yang mempengaruhi besar kecilnya tingkat suku bunga, antara lain :

a. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

tepenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan

suku bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga

pinjaman.

Page 55: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

39

b. Persaingan

Dalam memperebutkan dan simpanan, maka disamping faktor

promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan

pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16%, maka

jika hendak membutuhkan dana dengan cepat sebaiknya bunga

simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing misalnya 16%. Namun

sebaliknya untuk bunga pinjaman harus dibawah bunga pesaing.

c. Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman

tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

d. Target Laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang

diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

e. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin

tinggi bungannya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko

dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka

pendek, maka bunganya relatif rendah.

f. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah

bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

Page 56: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

40

g. Reputasi perusahaan

Bonfiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya,

karena biasanya perusahaan yang bonafit kemungkinan risiko kredit

macet relatif kecil dan sebaliknya.

h. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.

Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif

rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

i. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama

(primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan

kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap

bank.

j. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang membarikan jaminan kepada penerima

kredit. Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafit, baik dari

segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya tehadap

bank, maka bunga yang dibeban pun juga berbeda.

Sementara itu dalam situs resminya Bank Indonesia mendefinisikan

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia sebagai suku bunga kebijakan yang

Page 57: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

41

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh

bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.

BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap

Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi

moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas

(liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran

operasional kebijakan moneter.

Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada

perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB

O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh

perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga

kredit perbankan.

Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam

perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate

apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila

inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah

ditetapkan.

3. Hubungan BI Rate terhadap Pembiayaan Bermasalah

Dalam penelitiannya yang dilakukan oleh Haron dan Shanmugam

(1997:5) menemukan bahwa suku bunga berpengaruh bagi perbankan

syariah baik pada sisi pengumpulan dana maupun pembiayaan. Meskipun

Perbankan syariah tidak menetapkan tingkat bunga baik pada sisi

Page 58: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

42

pembiayaan maupun pendanaan, tetapi dalam dual banking system, bank

syariah tidak bisa lepas dari risiko tingkat bunga. Pasar yang dijangkau

oleh perbankan syariah bukan hanya yang loyal terhadap syariah,

melainkan menjangkau pula pihak yang mengharap keuntungan dari

bank syariah. Karim (2007: 272) menjelaskan apabila terjadi bagi hasil

pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat bunga maka nasabah akan

berpindah ke bank konvensional, sebaliknya pada sisi pembiayaan,

apabila margin yang dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka

nasabah akan beralih ke bank konvensional. Oleh sebab itu agar bank

syariah lebih kompetitif, maka suku bunga acuan atau BI Rate biasa

digunakan sebagai benchmark dalam penentuan tingkat pengembalian

dan yang utama adalah margin keuntungan murabahah. Apabila tingkat

pengembalian tinggi maka kemungkinan terjadi default juga akan

meningkat.

F. Pertumbuhan Pembiayaan

1. Konsep Pembiayaan

Sebagaimana bank pada umumnya, bank syariah juga mempunyai

fungsi utama menyalurkan dana yang dihimpunnya dalam bentuk

pemberian kredit atau dalam terminologi perbankan syariah disebut

pembiayaan, sebagaimana yang disebutkan dalam undang-undang

perbankan syariah no. 21 tahun 2008 pasal 19 ayat 1. Pembiayaan yang

dilakukan oleh Bank umum syariah harus berdasarkan akad (kontrak)

Page 59: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

43

yang ditetapkan undang-undang atau akad-akad yang tidak bertentangan

dengan ajaran islam.

Pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2001 : 92) adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau

tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan hasil bagi.

Akad menurut Antonio (2002:150) dibagi dalam 5 kelompok. Yaitu

(1) prinsip simpanan murni (al wadi’ah) (2) prinsip bagi hasil / profit loss

sharing (syirkah) (3)Prinsip Jual Beli (at-tijarah) (4) prinsip sewa (al-

ijarah) dan (5) prinsip fee/jasa (al ajr walumullah). Dalam melakukan

pembiayaan jenis yang paling banyak dipakai adalah bagi hasil, jual beli,

sewa, dan qardh.

Berdasarkan pengertian di atas, maka pembiayaan dengan prinsip

syariah merupakan bentuk penyaluran dana ke masyarakat berupa

transaksi bagi hasil, transaksi sewa, transaksi jual beli, transaksi pinjam

meminjam, dan transaksi multijasa dengan berlandaskan prinsip syariah

kepada pihak yang memerlukan dana dalam jangka waktu tertentu.

Dengan imbalan, tanpa imbalan, atau bagi hasil sebagai tugas utama

bank. Hal yang sama diungkapkan oleh Antonio (2002:160) bahwa

“pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian

fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan deficit unit.”

Page 60: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

44

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa istilah

pembiayaan merupakan istilah yang biasa dipergunakan dalam perbankan

konvensional dengan sebutan kredit. Hal yang menjadi pembeda adalah

pada bentuk imbalan, pada pembiayaan adalah bagi hasil dan selisih

margin sedangkan dalam kredit bentuk imbalannya adalah bunga.

2. Jenis-jenis Pembiayaan

Siamat (2004:165) membagi pembiayaan atau kredit berdasarkan

jangka waktunya, yaitu:

a. Pembiayaan jangka pendek (short term-loan) dimana jangka waktu

pengembaliannya kurang dari satu tahun.

b. Pembiayaan jangka menengah (medium-term loan), pembiayaan yang

diberikan dengan jangka waktu pengembalian 1 s/d 3 tahun.

c. Pembiayaan jangka panjang (long-term loan) jenis pembiayaan yang

jangka waktu pengembaliannya melebihi 3 tahun.

Dalam konsep perbankan islam, pembiayaan yang diberikan oleh

perbankan syariah berdasarkan kebutuhan penggunanaan dana dan

menurut Karim (2004:230) dibagi menjadi beberapa jenis pembiayaan,

antara lain:

a. Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja adalah pembiayaan jangka pendek

yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal

kerja usahanya dengan jangka waktu maksimum satu tahun dan dapat

Page 61: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

45

diperpanjang sesuai kebutuhan. Seperti untuk pembiayaan likuiditas,

piutang, persediaan, dan untuk pembiayaan modal kerja perdagangan.

b. Pembiayaan Investasi

Merupakan pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang

untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk

pendirian proyek baru, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, dan

relokasi proyek yang sudah ada.

c. Pembiayaan Konsumtif

Yang dimaksud dengan pembiayaan konsumtif adalah jenis

pembiayaan yang diberikan untuk tujuan di luar usaha dan umumnya

bersifat perorangan. Pembiayaan jenis ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan konsumsi dan akan habis pakai.

d. Pembiayaan Sindikasi

Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yan diberikan oleh

lebih dari satu lembaga keuangan untuk satu proyek pembiayaan

tertentu.

e. Pembiayaan Berdasarkan Take Over

Pembiayaan berdasarkan take over adalah pembiayaan yang

timbul sebagai akibat dari take over terhadap transaksi non syariah

yang telah berjalan dan dilakukan oleh bank syariah atas permintaan

nasabah.

Page 62: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

46

3. Hubungan Pertumbuhan Pembiayaan terhadap Pembiayaan

Bermasalah

Bank merupakan suatu unit usaha yang berlandaskan kepercayaan

dan dalam kegiatannya selalu diikuti oleh banyak risiko. Untuk mengejar

keuntungan yang besar maka bank selalu dihadapkan oleh risiko yang

besar pula. Dalam hal kaitannya dengan pembiayaan, semakin tinggi

tingkat pembiayaan yang disalurkan maka semakin tinggi pula tingkat

profitabilitas suatu bank. Namun konsekuensi logis dari hal tersebut

adalah risiko kegagalan pembayaran pembiayaan dari nasabah juga

semakin tinggi disamping juga bank akan menanggung pertambahan

risiko likuiditas yang akan meningkat pula. Hal ini lah yang

diindikasikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Saba et al. (2012:13),

di Amerika Serikat. Di mana peningkatan penyaluran pinjaman

menyebabkan peningkatan NPL.

G. Ukuran Bank

1. Konsep Ukuran Bank

Ukuran perusahaan adalah suatu skala, dimana dapat

diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara, antara

lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya

ukuran bank dapat terbagi menjadi 3 kategori yang didasarkan kepada

total assets bank yaitu bank besar (the largest bank) dengan aset sebesar

10 milyar dolar Amerika, bank menengah (the middle size bank) dengan

aset sebesar 100 juta hingga 10 milyar dolar Amerika, dan bank kecil

Page 63: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

47

(smaller bank) dengan aset di bawah 100 juta dolar Amerika (Rose,

2002:172).

Ukuran bank (bank size) dalam penelitian ini dilihat dari besarnya

total assets yang dimiliki perusahaan. Pada neraca bank, aktiva

menunjukkan posisi penggunaan dana. Aktiva (asset) merupakan sumber

daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan

laba.

Aset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional

perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki maka diharapkan akan

semakin besar hasil operasional perusahaan. Peningkatan aset yang

diikuti dengan peningkatan hasil operasi akan semakin meningkatkan

kepercayaan dari pihak eksternal terhadap perusahaan. Berdasarkan teori

skala efisiensi dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan aset yang

besar mampu menghasilkan keuntungan lebih besar apabila diikuti

dengan hasil dari aktivitas operasionalnya.

2. Hubungan Ukuran Bank dengan Pembiayaan Bermasalah

Dalam buku Commercial Bank Management, Rose menjelaskan

bahwa ukuran bank bisa memengaruhi performa suatu bank (2002:172).

Pada sisi penyaluran dananya khususnya bank dengan aset yang besar

bank sangat mungkin untuk mendiversivikasikan risiko pembiayaan

dibandingkan dengan bank dengan aset menengah dan bank kecil.

Semakin besar bank diasumsikan memiliki kemampuan yang lebih baik

untuk mendiversifikasikan risiko sehingga seharusnya memiliki

Page 64: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

48

pendapatan yang lebih stabil untuk mengurangi risiko. Semakin baiknya

kemampuan mendiversifikasikan risiko maka disinyalir dapat menekan

tingkat pembiayaan bermasalah. Peluang diversifikasi bank juga terkait

dengan kualitas kredit yang menimbulkan hubungan negatif antara

diversifikasi dan NPL, karena diversifikasi menurunkan risiko kredit.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salas dan Saurina

(2002:14) yang menemukan bahwa hubungan negatif antara ukuran bank

dan NPL.

H. UKM

1. Konsep UKM

Pengertian usaha kecil di Indonesia masih sangat beragam, sebelum

dikeluarkannya UU No 9/1995 setidaknya terdapat lima instansi yang

merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing, kelima Instansi

tersebut adalah Biro pusat statistik (BPS), Departemen Perindustrian,

Bank Indonesia, Departemen Perdagangan dan Kamar dagang dan

Industri.

Departemen Perindustrian dan Bank Indonesia misalnya,

mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua

instansi ini yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang

assetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan) bernilai kurang dari Rp

600 juta. Departemen perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan

modal kerjanya, yakni usaha (dagang) yang modal kerjanya bernilai

kurang dari Rp 25 juta.

Page 65: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

49

Sedangkan KADIN terlebih dahulu membedakan usaha kecil

menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam

bidang perdagangan, pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah

yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin yang dimaskud

dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal

kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp

600 juta.

Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil

adalah yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 250 juta dan memiliki

nilai usaha kurang dari Rp 1 milyar. Berbeda dari keempat instansi

tersebut BPS mengemukakannya untuk usaha kecil sektor industri.

Menurut BPS yang dimaksud dengan industri kecil adalah usaha industri

yang melibatkan tenaga kerja antara lima sampai 19 orang. Sedangkan

yang dimaksud dengan industri rumah tangga adalah usaha industri yang

memperkerjakan kurang dari lima orang.

2. Kriteria UKM

Berdasarkan kelima batasan tersebut dapat kita katakan betapa

sangat beragamnya pengertian usaha kecil yang berlaku di Indonesia.

Tetapi diluar kelima pengertian tersebut pemerintah telah menetapkannya

dalam rumusan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2008 . Menurut UU ini yang dimaksud dengan usaha Mikro, Kecil dan

Menengah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, diantaranya:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

Page 66: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

50

1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

1) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

Page 67: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

51

3. Karakteristik UKM

Dari definisi-definisi tersebut dapat digambarkan bahwa UKM bisa

menjadi sebuah lokomotif penting dalam pertumbuhan ekonomi bangsa,

menurut (Tambunan, 2009:40) UKM sangat penting karena karakteristik-

karekteristik utama mereka yang berbeda dengan usaha besar,

diantaranya:

a. Jumlah perusahaan sangat banyak (jauh melebihi jumlah usaha besar)

terutama dari kategori usaha mikro dan usaha kecil. Dan hal ini juga

didasarkan pada karakter usaha mikro dan usaha kecil yang tersebar

diseluruh pelosok pedesaan termasuk diwilayah-wilayah yang relatif

terisolasi.

b. Karena sangat padat karya,berarti mempunyai suatu potensi

pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan

UMKM dapat dimasukkan sebagai suatu elemen penting dari

kebijakan-kebijakn nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja

dan menciptakan pendapatan, terutama bagi masyarakat miskin.

c. Kegiatan-kegiatan produksi dari kelompok UMKM pada umumnya

dari berbasis pertanian. Oleh karena itu upaya-upaya pemerintah

mendukung UMKM sekaligus juga merupakan cara tak langsung,

tetapi efektif untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan

produksi disektor pertanian.

d. UMKM memakai teknologi-teknologi yang lebih “cocok” terhadap

proporsi-proporsi dari faktor-faktor produksi dan kondisi lokal yang

Page 68: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

52

ada di negara sangat berkembang, yakni sumber daya alam (SDA) dan

tenaga kerja berpendidikan rendah yang berlimpah.

e. Banyak UMKM bisa tumbuh pesat. Bahkan, banyak UMKM bisa

bertahan pada saat ekonomi Indonesia dilanda suatu krisis besar pada

tahun 1997/1998.

f. Walaupun pada umumnya masyarakat pedesaan miskin, banyak bukti

yang menunjukkan bahwa orang-orang desa yang miskin bisa

menabung dan mereka mau mengambil risiko dengan melakukan

investasi. Dalam hal ini, UMKM bisa menjadi suatu titik permulaan

bagi mobilisasi tabungan/investasi di perdesaan dan disisi lain bisa

meningkatkan kemampuan berwirausaha dari orang-orang desa.

g. Kelompok usaha ini dapat memainkan suatu peran penting lainnya,

yaitu sebagai suatu alat untuk mengalokasikan tabungan-tabungan

perdesaan, yang kalau tidak akan digunakan untuk maksud-maksud

yang tidak produktif.

h. Walaupun banyak barang yang diproduksi oleh UMKM juga untuk

masyarakat kelas menegah dan atas, tetapi terbukti secara umum

bahwa pasar utama bagi UMKM adalah untuk barang-barang

konsumsi sederhana dengan harga relatif murah seperti pakaian

jadi,mebel dari kayu,alas kaki dan lainnya yang memenuhi kebutuhan

sehari-hari dari masyarakat miskin atau berpendapatan rendah.

Page 69: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

53

i. Sebagai bagian dari dinamikanya, banyak juga UMKM yang mampu

meningkatakan produktivitasnya lewat investasi dan perubahan

teknologi

j. Seperti sering dikatakan dalam literature, satu keunggulan dari

UMKM adalah tingkat fleksibilitasnya yang tinggi, relatif terhadap

pesaingnya (usaha besar).

Kelompok usaha ini dilihat sangat penting di industri-industri yang

tidak stabil atau ekonomi-ekonomi yang menghadapi perubahan-

perubahan kondisi pasar yang cepat, seperti krisis ekonomi 1997/98 yang

dialami oleh beberapa negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu dengan menyadari betapa pentingnya UMKM secara

potensial seperti yang diuraikan diatas tersebut tidak heran kenapa

pemerintah-pemerintah dihampir semua negara berkembang termasuk

Indonesia sudah sejak lama mempunyai berbagai macam program,

dengan skim-skim kredit bersubsidi sebagai komponen terpenting untuk

mendukung perkembangan dan pertumbuhan UMKM (Tambunan,

2009:50).

Tidak hanya itu, lembaga-lembaga internasional pun seperti Bank

Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Dunia untuk

industri dan pembangunan dan banyak negara donor lewat kerja sama-

kerja sama bilateral juga sangat aktif selama ini dalam upaya

pengembangan UMKM di negara sangat berkembang.

Page 70: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

54

I. Penelitian Terdahulu

Beberapa studi dilakukan untuk meneliti variabel makro yang

memengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah di suatu negara seperti GDP,

inflasi, tingkat suku bunga, dan pengangguran. Dan variabel spesifikasi bank

seperti Ukuran bank, kebijakan pembiayaan, total pinjaman, dan jangka waktu

kredit. Berikut ini merupakan penjelasan singkatnya:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun, Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian

1 Vighneswara Swamy (2012)) Impact of macroeconomic and endogenous factors on non performing bank assets (Jurnal Asing)

Variabel Independent Inflasi, pertumbuhan kredit, asset bank, dll dependen: NPL

Regresi Linear Berganda

Inflasi tidak berpengaruh terhadap NPL, Pertumbuhan kredit dan bank size berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL

2 Irum Saba, Rehana Kouser, dan Muhammad Azeem (2012) “Determinants of Non Performing Loans: Case of US Banking Sector”(Jurnal Asing)

GDP, Total Loans, dan Interest Rate

Ordinary least square Regression

Terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL sebagai variabel dependent dengan GDP, Total pinjaman, dan tingkat suku bunga sebagai variabel independen.

Page 71: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

55

No Peneliti, Tahun, Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian

3 Etem Hakan, Ergec, dan Bengul Gulumser (2011) “ Impact of Interest Rates on Islamic and Conventional Banks: The Case of Turkey” (Jurnal Asing)

Variabel Independen: Interest Rate Variabel Dependen: Deposits and Loan in Islamic bankin

Vector Error Correction (VEC) methodology

Kinerja bank syariah di Turki di sisi pendanaan dan pembiayaan dipengaruhi oleh tingkat suku bunga

4 Muhammad Imaduddin (2006) “Determinants of banking credit default in Indonesia: a comparative analiysis” (Jurnal Indonesia)

NPL, Bank Size, Total Loan, GDP, dan Indeks industrial

Ordinary least square Regression

Secara simultan berpengaruh signifikan positif terhadap NPF. Secara parsial Bank size berpengaruh signifikan positif, Total loan negatif signifikan, dan GDP berpengaruh positif.

5 Khemraj dan Pasha (2006), melakukan penelitian yang berjudul “The determinants of non-performing loans: an econometric case study of Guyana”. (Jurnal Asing)

Variabel independen: GDP, Interest Rate, dan pertumbuhan kredit. Variabel dependen: NPL

Panel data regresi

Secara parsial GDP berpengaruh negatif signifikan terhadap NPL, interest rate berpengaruh positif terhadap NPL, dan pertumbuhan kredit berpengaruh negatif.

6 Tarron Khemraj dan Sukrishnalall Pasha (2004) The determinants of non-performing loans: an econometric case study of Guyana. (Jurnal Asing)

Variabel Independen: Inflasi, Bank size, dan pertumbuhan kredit Variabel Independen: NPL

Regresi Linear Berganda

Inflasi tidak signifikan terhadap NPL, Pertumbuhan kredit berpengaruh signifikan negatif terhadap NPL, Bank size tidak berpengaruh terhadap NPL.

Page 72: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

56

No Peneliti, Tahun, Judul

Variabel Metode Analisis

Hasil Penelitian

7 Rajiv Rajan and Sarat Chandra Dhal (2003) “Terms of credit, bank size, and macroeconomic shocks” (Jurnal Asing

NPL, Term of credit, Bank Size, Macroekonomic Shocks.

Panel Regression

Secara parsial terdapat pengaruh signifikan Term of Credit terhadap NPL, Bank Size berpengaruh signifikan negatif, Macroeconomic shocks berpengaruh positif signifikan. Secara bersamaan

J. Kerangka Pemikiran

Inflasi merupakan salah satu akibat dari terjadinya krisis ekonomi yang

berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi dapat diartikan sebagai

suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus atau

inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu

(Manurung, 2008:359).

Pada tahun 2009 yang merupakan awal periode penelitian ini Inflasi IHK

mencapai 2,78% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi

yang ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5%±1% (yoy). Penyebabnya adalah

penurunan harga komoditas global, terutama harga energi, telah membuka

peluang bagi Pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang diikuti dengan

penurunan tarif angkutan masing-masing 14,1% dan 12,1%.

Inflasi dapat menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat sehingga

menyebabkan penurunan permintaan barang yang ditawarkan produsen. Inflasi

juga mengharuskan pengusaha untuk menyesuaikan gaji pegawainya karena

naiknya harga-harga bahan kebutuhan. Hal tersebut dapat mengakibatkan

Page 73: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

57

menurunnnya keuntungan usaha, sehingga risiko pembiayaan bermasalah

menjadi meningkat.

Selain inflasi, variabel makro yang turut memengaruhi pembiayaan

bermasalah adalah tingkat suku bunga acuan atau BI Rate. Meskipun

perbankan syariah tidak menggunakan variabel tingkat suku bunga dalam

aktivitas pengumpulan dan pembiayaan. Namun secara tidak langsung, para

pelaku perbankan syariah menjadikan BI Rate sebagai benchmark dalam

menentukan ekuivalen tingkat bagi hasil maupun margin pada akad jual beli.

Digunakannya BI Rate sebagai acuan dalam penentuan ekuivalen nisbah

bagi hasil, menyebabkan perubahan tingkat suku bunga atau BI Rate turut

memengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah. Tingginya ekuivalen bagi hasil

maupun margin pembiayaan dapat menyebabkan meningkatnya risiko gagal

bayar atau default pada pembiayaan.

Sementara itu pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan merupakan

salah satu faktor yang memengaruhi pembiayaan bermasalah. Semakin besar

pembiayaan disalurkan ke pasar riil disinyalir dapat menyebabkan peningkatan

risko gagal bayar pada pembiayaan yang disalurkan. Pada perbankan syariah di

Indonesia pembiayaan yang disalurkan tergolong tinggi. Dibandingkan dengan

penyaluran kredit di bank konvensional, Financing to Deposite Ratio di

perbankan syariah selalu tinggi. Karakteristik perbankan syariah yang

melarang spekulasi dalam setiap transaksinya, menyebabkan dana yang

terkumpul lebih banyak disalurkan ke sektor riil termasuk UKM. Bahkan

Page 74: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

58

beberapa tahun dalam periode penelitian tingkat FDR di perbankan syariah

melebihi angka 100%.

Ukuran bank juga merupakan variabel spesifikasi bank yang dapat

memengaruhi tingkat pembiayaan bermasalah. Sejak awal tahun periode

penelitian, aset perbankan syariah terus mengalami peningkatan, hingga akhir

tahun 2012, aset perbankan syariah di Indonesia telah mencapai Rp

179.871.000.000.000.

Bank dengan aset yang besar disinyalir dapat meminimalkan risiko

kegagalan bayar atau default terhadap pembiayaan yang disalurkan. Bank

dengan aset yang besar selain dapat mendiversifikasi risiko juga dapat

melakukan pencegahan terjadi pembiayaan bermasalah. Dengan aset yang

besar maka suatu bank dapat memanfaat sistem informasi dan administrasi

yang baik pula. Sehingga semakin besar aset suatu bank, maka pembiayaan

bermasalah menjadi berkurang.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya dengan

penambahan beberapa variabel dan metode penelitan yang berbeda. Setelah

peneliti mengumpulkan beberapa jurnal, tesis, dan skripsi, peneliti mengambil

beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat paradigma

penelitian yang berbeda dimana penelitaian ini menggunakan Ordinary least

square dan dengan menggunakan bantuan alat SPSS 16.

Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti

bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.

Page 75: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

59

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Perbankan Syariah Indonesia

Variabel Bank Variabel Makro Ekonomi

Pertumbuhan Pembiayaan

Inflasi Tingkat Suku Bunga

Bank Size

Non Performing Financing Sektor UMKM

Analisis

Uji F Uji Adjusted R2 Uji T

Uji statistik regresi berganda

Uji signifikasi model

Uji asumsi klasik regresi linear berganda

1. Normalitas 2. Multikolinearitas 3. Heterokedatisitas 4. Autokorelasi

Kesimpulan

Page 76: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

60

K. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah disajikan, hipotesis yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Inflasi, Tingkat Suku Bunga,

Pertumbuhan Pembiayaan, dan Ukuran Bank secara simultan terhadap

Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM.

H1 : Terdapat pengaruh antara Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Pertumbuhan

Pembiayaan, dan Ukuran Bank secara simultan terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM.

2. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

H1 : Terdapat pengaruh antara Inflasi terhadap Pembiayaan Bermasalah

Sektor UKM secara parsial.

3. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Tingkat Suku Bunga terhadap

Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

H1 : Terdapat pengaruh antara Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

4. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Pembiayaan terhadap

Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

H1 : Terdapat pengaruh antara Pertumbuhan Pembiayaan terhadap

Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

5. H0 : Tidak terdapat pengaruh antara Ukuran Bank terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

Page 77: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

61

H1 : Terdapat pengaruh antara Ukuran Bank terhadap Pembiayaan

Bermasalah Sektor UKM secara parsial.

Page 78: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

62

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek penelitian adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang terdiri dari

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan dibatasi selama periode

tahun 2009-2012. Dengan menggunakan data time series yang diperoleh dari

Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Penelitian ini menggunakan variabel terikat (dependent variables) yaitu

pembiayaan bermasalah sektor UKM. Sedangkan variabel bebasnya

(independent variables) yaitu inflasi, BI Rate, pertumbuhan pembiayaan, dan

ukuran bank.

B. Metode penentuan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2008:61).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008:62)

Objek dalam penelitian ini adalah Bank umum Syariah dan Unit usaha

syariah yang beroperasi di Indonesia yang telah memperoleh ijin resmi dari

Bank Indonesia pada periode Januari 2009 sampai Desember 2012. BUS dan

UUS dipilih karena sesuai dengan undang-undang.

Page 79: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

63

Dalam penelitian ini penulis menggunakan sample data dalam rentang

waktu 48 bulan. Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2009-2012 karena

pada masa tersebut berada di dalam siklus yang tergolong lengkap, yakni

pertumbuhan ekonomi menjelang krisis dan pertumbuhan ekonomi masa

pemulihan setelah krisis ekonomi di dunia dan Indonesia. Di samping itu

kelengkapan data penelitian baru bisa didapatkan setelah tahun 2009.

C. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti

melalui pihak kedua atau tangan kedua (Usman, 2006:20). Peneliti

menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan

skala bulanan yang dihimpun oleh Bank Indonesia pada laporan statistik

perbankan syariah dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2012

yang diperoleh dari www.bi.go.id. (diakses pada tanggal 15 Februari 2013

pukul 19:30)

2. Metode Studi Pustaka

Yaitu dengan melakukan telaah pustaka, eksplorasi, dan mengkaji

berbagai literatur pustaka seperti berbagai majalah, jurnal, dan sumber-

sumber yang berkaitan dengan penelitian.

3. Internet

Yaitu mengumpulkan data dengan cara mencatat dokumen yang

berhubungan dengan penelitian ini, yang terdapat dalam publikasi Bank

Page 80: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

64

Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Bank syariah yang termasuk dalam

sampel dalam situs-situs internet masing-masing lembaga.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penelitian ini sangat

bergantung pada sumber-sumber berikut:

a. Laporan tahunan perbankan tahun 2009-2012 yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia (BI).

b. Beberapa laporan statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS).

D. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan metode analisi Regresi Linier Berganda Sederhana (Ordinary Least

Square). Dalam melakukan analisis regresi linier berganda, metode ini

mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi klasik agar mendapatkan hasil

regresi yang baik (Ghozali, 2005:94 ).

1. Uji asumsi Klasik

Dalam menganalisis model regresi linear berganda agar menghasilkan

estimator yang baik, yaitu linier tidak bias dengan varian yang minimum

(bestlinier unbiased estimator = blue) adalah terpenuhinya asumsi asumsi

dasar regresi yaitu dengan melakkukan serangkaian uji asumsi klasik

sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti

Page 81: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

65

diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk

mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak (Ghozali,

2005:147), yaitu:

1) Analisis Grafik

Uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat histogram yang

membandingkan antara observasi dengan distribusi yang mendekati

normal yaitu simetris dan tidak menceng ke kanan atau ke kiri. Atau

dengan melihat grafik normal probability plot, jika data menyebar

disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas. Bila data menyebar jauh dari garis diagonalnya dan atau

tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak

memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Statistik Normalitas

Untuk mendeteksi normalitas data dengan cara uji statistik

penelitian ini menggunakan analisis statistik non parametrik

Kolmogorov-Smirnov test (K-S) Uji K-S dilakukan dengan membuat

hipotesis:

Ho = data residual terdistribusi normal

Ha = data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:

Page 82: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

66

a) Apabila probabilitas uji K-S signifikan secara statistik (p<0,05)

maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal

b) Apabila probabilitas uji KS tidak signifikan statistik(p>0.05) maka

Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk

mendeteksi ada dan tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah

sebagai berikut (Gujarati 2007:205)

1) Nilai r2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris

sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen

banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika

antara variabel independen ada korelasi cukup tinggi (umumnya diatas

0,80) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3) Pengujian korelasi parsial

4) Regresi subsider atau tambahan. Mengingat multikolinieritas muncul

karena salah satu atau lebih variabel penjelas adalah kombinasi pasti

linear, salah satu cara untuk mengetahui variabel bebas mana yang

sangat kolinear dengan variabel bebas lainnya adalah dengan

Page 83: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

67

meregresikan masing-masing variabel bebas terhadap variabel bebas

lainnya untuk mengetahui R2 terkait.

5) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan (2)

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang

tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya, jadi nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF

= 1/tolerance). Nilai cut-off yang yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi bertujuan untuk

mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi

yang diuraikan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Salah

satu penyebab munculnya masalah autokorelasi adalah adanya kelembaman

(inertia) artinya kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan

pada data data observasi sebelumnya dan periode sekarang.

Salah satu metode analisis untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi

adalah dengan melakukan pengujian nilai durbin watson (DW test) (Ghozali,

2005:100). Hipotesis yang akan diuji adalah:

Page 84: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

68

H0 = tidak ada autokorelasi (r = 0)

Ha = ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai

berikut:

Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif

Tolak 0 < d < dl

Tidak ada autokorelasi positif

Tanpa keputusan dl ≤ d ≤ du

Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif Tanpa keputusan 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du

(Ghozali, 2005:100)

d. Uji Heteroskedaskitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas.

1) Analisis Grafik

Untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik, yaitu melihat grafik

scartter plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID, dimana sumbu y adalah y yang telah

diprediksi, dan sumbu x adalah residual (y prediksi – y sesungguhnya)

yang telah di-studentized. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat

dilakukan sebagai berikut: (Ghozali, 2005: 126)

Page 85: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

69

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur, maka mengidentifikasikan telah terjadi

heterokedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi

heterokedastisitas.

2) Metode Park

Metode uji Park yaitu dilakukan dengan meregresikan nilai

residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1, LnX2,

LnX3, dan LnX4). Apabila koefisien parameter beta dari persamaan

regresi tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukan bahwa

dalam data model empiris yang diestimasi terdapat heterokedastisitas,

dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik,

maka asumsi homokedastisitas pada data model tersebut tidak dapat

ditolak (Ghozali, 2005:128)

Setelah melakukan serangkaian uji asumsi klasik diatas, maka

data yang sudah dikumpulkan tersebut dianalisis dengan menggunakan

metode regresi linier berganda. Persamaan regresi dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

NPF = α + b1Inflasi + b2BIRate + b3GFin + b4SIZE + �

Page 86: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

70

Keterangan NPF : Non Performing Financing

Inflasi : Tingkat Inflasi

BIRate : Tingkat Suku Bunga Riil

GFIN : Pertumbuhan Total Pembiayaan

SIZE : Total Aset Perbankan Syariah

α : Konstanta Regresi

b1 b2 b3 b4 : Koefisien Regresi

� : Variabel pengganggu di luar

variabel yang tidak dimasukan di

atas

E. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji bisa atau tidaknya model regresi tersebut digunakan dan

untuk menguji kebenaran hipotesis yang dilakukan, maka diperlukan pengujian

statistik, yaitu:

1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Uji F untuk menguji asumsi mengenai tepatnya model regresi untuk

diterapkan terhadap data empiris atau hasil observasi. Uji statistik F pada

dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau

simultan terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:88).

Untuk pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F

Statistik dengan F Tabel. F Hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F Hitung = R2/(k-1)

1-R2/(n-k)

Page 87: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

71

Keterangan R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Langkah langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah:

a. Menyusun hipotesis nol H0 dan Hipotesis alternatif (Ha):

1) H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 : artinya secara bersama-sama variabel

indepeden tidak berpengaruh terhadap variabel independen

2) Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0, artinya secara bersama-sama variabel

independen berpengaruh terhadap variabel independen

b. Menetukan tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,05 (α)

c. Membandingkan f-hitung dengan f-tabel

1) Bila fhitung < ftabel maka H0 diterima dan ditolak Ha, artinya bahwa

secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen

2) Bila fhitung > ftabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha artinya bahwa

secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap

variabel dependen

d. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 (α).

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t merupakan pengujian terhadap variabel independen secara

parsial (individu) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.

Page 88: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

72

Untuk pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t

Statistik dengan t Tabel. t Hitung dapat diperoleh dengan rumus:

t =

Dimana b adalah nilai parameter dan Sb adalah standar error dari b.

Standar error dari masing-masing parameter dihitung dari akar varians

masing-masing.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengujian adalah (Ghozali,

2005:88):

a. Menyusun hipotesis nol dan hipotesis alternatif:

1) Ho : b1 = 0: artinya bahwa variabel independent tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen

2) Ha : b1 ≠ 0 : artinya bahwa variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen

b. Menentukan tingkat signifikansi α sebesar 0,05

c. Membandingkan t-hitung dengan t-tabel

1) Jika thitung < ttabel atau -thitung > -ttabel maka H0 diterima atau menolak

Ha, artinya bahwa variabel independent tidak berpengaruh terhadap

variabel dependen.

2) Jika thitung > ttabel atau -thitung < -ttabel maka H0 ditolak atau meneria

Ha, artinya bahwa variabel independent berpengaruh terhadap

variabel dependen.

b

Sb

Page 89: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

73

d. Berdasarkan probabilitas

Ha akan diterima jika nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (α)

3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel - variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:87).

F. Definisi Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel

yang digunakan dalam penulisan (Hamid, 2010:20). Pengertian operasional

variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang diamati. Dari

definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang

cocok dipergunakan. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi

operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian, yaitu:

1. Rasio Non Perfoming Financing

Variabel non performing financing (NPF) menggambarkan

pembiayaan bermasalah pada bank syariah yang meliputi pembiayaan

kurang lancar (KL), diragukan (D), dan macet (M). Rasio NPF diperoleh

dengan rumus berikut:

NPF= x 100 % Pembiayaan yang bermasalah

Total Pembiayaan Disalurkan

Page 90: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

74

Dalam penelitian ini rasio NPF merupakan variabel dependen yaitu

variabel yang keberadaannya dapat dijelaskan oleh sejumlah variabel

independen. Variabel ini dinotasikan dengan notasi NPF.

2. Inflasi

Inflasi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus atau inflasi juga merupakan proses

menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari

suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat

harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi

dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-

menerus dan saling mempengaruhi.

3. Tingkat Suku Bunga

Menurut Bank Indonesia, BI Rate adalah suku bunga kebijakan

yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan

oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Sasaran operasional

kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar

Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga

PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga

deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.

4. Pertumbuhan Total pembiayaan yang Disalurkan

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan suatu

pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

Page 91: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

75

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang direncanakan.

5. Bank Size

Ukuran perusahaan (SIZE) dalam penelitian ini dilihat dari

besarnya total assets yang dimiliki perusahaan. Pada neraca bank, aktiva

menunjukkan posisi penggunaan dana (Kuncoro dan Suhardjono, 2002:

75). Aktiva (asset) merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu

perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba.

Page 92: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

76

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan Perbankan Syariah

Sistem perbankan syariah mulai dikenal luas di Indonesia pada tahun

1992 dengan momen dikeluarkannya UU No. 7 Tahun 1992 yang

memungkinkan bank-bank di Indonesia menjalankan kegiatan operasional

bisnisnya dengan sistem bagi hasil. Momen perkembangan terus berlanjut

pada saat era reformasi dengan disetujuinya UU No 10 Tahun 1998 yang

mengatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang

dioperasikan oleh bank syariah. Di samping itu, kehadiran undang-undang

ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka

cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri menjadi bank syariah.

Menurut Siregar (2002:2) Upaya pengembangan perbankan syariah di

Indonesia tidak semata hanya merupakan konsekuensi dari UU No. 10/1998

dan UU No. 23/1999 tetapi juga merupakan bagian dari upaya penyehatan

sistem perbankan yang bertujuan meningkatkan daya tahan perekonomian

nasional. Krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan 1997 membuktikan

bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan di

tengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Kenyataan

tersebut ditopang oleh karakteristik operasi bank syariah yang melarang

Page 93: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

77

bunga (riba), transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar) dan

spekulatif (maysir). Dengan kenyataan tersebut, pengembangan perbankan

syariah diharapkan dapat meningkatkan ketahanan sistem perbankan

nasional yang pada gilirannya juga diharapkan dapat meningkatkan

ketahanan ekonomi nasional di masa mendatang. Ketahanan ekonomi

nasional yang sedemikian rupa dapat menciptakan perekonomian yang

tangguh, yaitu perekonomian yang pertumbuhan sektor keuangannya sejalan

dengan pertumbuhan sektor riil.

Pada tahap awal, landasan hukum bagi pengembangan perbankan

syariah adalah UU No. 7 tahun 1992 yang mengizinkan bank untuk

memberikan pinjaman kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil. Sejak

tahun 1992-1998 dapat dikatakan tidak banyak kemajuan dalam

perkembangan perbankan syariah di Indonesia terutama karena belum ada

landasan hukum yang jelas mengenai keberadaan bank syariah. Dengan

lahirnya UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999 keberadaan

bank syariah diakui secara eksplisit dan memberikan landasan hukum yang

lebih kuat bagi Bank Indonesia dalam pengembangan perbankan syariah.

Bank Muamalat Indonesia merupakan pioneer awal yang

membumikan syariah islam pada sektor perbankan di Indonesia. Berawal

dari amanat MUNAS IV MUI maka langkah mendirikan Bank Islam di

mulai. PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani

1412 H atau 1 November 1991. Bank Muamalat baru memulai kegiatan

operasinya pada tanggal 1 Mei 1992.

Page 94: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

78

2. Perkembangan Kelembagaan dan Indikator Keuangan

Tahun 1992 merupakan tahun yang menggembirakan dalam sejarah

perkembangan bank syariah di Indonesia yang ditandai dengan berdirinya

bank syariah pertama yaitu PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk (BMI).

Namun, menurut Siregar (2002:4) dalam periode 1992-1998 tidak terdapat

hal berarti dalam perkembangan bank syariah yang disebabkan oleh

beberapa hal:

a. rendahnya pengetahuan dan kesalahpahaman masyarakat mengenai

bank syariah;

b. belum tersedianya ketentuan pelaksana terhadap operasional bank

syariah;

c. terbatasnya jaringan kantor perbankan syariah; dan

d. kurangnya sumber daya insani (SDI) yang memiliki keahlian

perbankan syariah.

Perkembangan bank syariah mulai terasa sejak dilakukan amandemen

terhadap UU No. 7/1992 menjadi UU No. 10/1998 yang memberikan

landasan operasi yang lebih jelas bagi bank syariah. Sebagai tindak lanjut

UU tersebut, Bank Indonesia mulai memberikan perhatian lebih serius

terhadap pengembangan perbankan syariah, yaitu pada bulan April 1999

membentuk satuan kerja khusus yang menangani penelitian dan

pengembangan bank syariah (Tim Penelitian dan Pengembangan Bank

Syariah dibawah Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) yang

menjadi cikal bakal Biro Perbankan Syariah yang dibentuk pada 31 Mei

Page 95: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

79

2001. Sebagai hasil dari upaya pengembangan perbankan syariah yang

dilaksanakan secara intensif sejak dikeluarkannya UU No. 10 tahun 1998

maka pertumbuhan perbankan syariah relatif pesat sejak tahun 1999. Pada

awal tahun 1999 jumlah bank syariah baru terdapat 1 bank umum syariah

dengan 9 kantor cabang serta 76 BPRS.

Sementara itu pada tahun 2009 yang merupakan periode awal

penelitian ini, perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Sepuluh tahun sejak amandemen UU No. 10/1998, jumlah

bank syariah di Indonesia meningkat menjadi 6 bank sedangkan jumlah unit

usaha syariah sebanyak 25 bank. Membaiknya perekonomian dunia pasca

krisis di tahun 2009 membuat optimisme menghampiri perkembangan

perbankan syariah di tanah air.

Pada kuartal ke-II tahun 2010 perkembangan perbankan syariah

sempat diwarnai dengan goncangan krisis Yunani, namun tidak terlalu

berdampak signifikan terhadap pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Tahun 2010 jumlah bank syariah kembali mengalami perkembangan yang

signifikan dengan jumlah bank umum syariah sebanyak 11 bank. Meskipun

jumlah unit usaha syariah mengalami penunrunan namun hal tersebut tidak

mempengaruhi total aset perbankan syariah di Indonesia. Hingga tahun

2010 total aset perbankan syariah di Indonesia adalah sebesar Rp

97.519.000.000.000 meningkat sebesar 47%. Pada akhir periode

pengamatan yakni tahun 2012, posisi aset perbankan syariah adalah sebesar

Rp 179.871.000.000.000

Page 96: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

80

Seperti digambarkan pada bab 1, dijelaskan bahwa jumlah Bank

Umum Syariah adalah sebanyak 11 bank dan Unit Usaha Syariah sebanyak

24 unit. Meskipun dalam perkembangannya perbankan syariah selalu

“diintai” oleh siklus krisis ekonomi baik di dalam maupun luar negeri

namun perbankan syariah justru mengalami perkembangan yang baik,

bahkan industri perbankan syariah disebut-sebut sebagai ”the fastest

growing industry” yang sempat menyentuh angka pertumbuhan aset di atas

40% selama lima tahun berturut-turut.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia yang notabene masih

tergolong masa awal perkembangan cenderung belum memiliki tingkat

integrasi dengan sistem keuangan global dan eksposur valas yang dimiliki

oleh perbankan syariah di Indonesia pun masih belum signifikan. Hal

tersebut berdampak pada terhindarnya dari dampak langsung krisis global

yang terjadi.

Objek penelitian ini adalah bank umum syariah dan unit usaha syariah

yang memperoleh ijin operasional dari Bank Indonesia yaitu sebanyak 11

bank umum syariah dan 24 unit usaha syariah.

B. Anaslisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan pengolahan data SPSS 16 dan Microsoft Excel

2007. Variabel-variabel yang diteliti yaitu terdiri dari variabel

independent; Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan pembiayaan, dan Ukuran

Page 97: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

81

perusahaan. Sedangkan variabel dependennya adalah tingkat Non

Performing Financing Sektor UKM. Penjelasan lebih lanjut sebagai

berikut:

a. Infasi

Inflasi merupakan indikator suatu perekonomian suatu negara.

Negara yang mampu mengendalikan tingkat inflasi maka akan mampu

mengendalikan masalah makro ekonomi lainnya seperti pengangguran

dan kemiskinan. Angka inflasi sebagai salah satu indikator stabilitas

ekonomi selalu menjadi pusat perhatian.Inflasi dapat dikaitkan dengan

gejolak ekonomi yang selalu mengitu perjalanan perekonomian suatu

negara yang dinamis.

Tekanan inflasi menjadi tinggi dengan adanya kebijakan

pemerintah untuk mengurangi berbagai subsidi guna mendorong

pembentukan harga berdasarkan mekanisme pasar. Inflasi merupakan

proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga.

Artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum dianggap inflasi.

Di Indonesia tingkat inflasi selalu mengalami fluktuasi dari

tahun ke tahun. Penyebabnya beragam, mulai dari naiknya harga

minyak dunia dan kegagalan produksi panen petani dalam negeri.

Inflasi di Indonesia juga kerap timbul sebagai akibat dari krisis

ekonomi dunia. Penyebabnya adalah dalamnya integrasi sistem

keuangan dalam negeri dan luar negeri. Bahkan tak jarang dampak

yang ditimbulkan dari faktor luar negeri justru menghambat

Page 98: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

82

perekonomian di Indonesia. Data dari bank Indonesia menggambarkan

betapa besar pengaruh luar negeri terhadap perekonomian di

Indonesia. Terutama ketika terjadi krisis ekonomi dunia, tingkat

inflasi di Indonesia cenderung mengalami peningkatan.

Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

perkembangan inflasi per bulan periode Januari 2009 hingga

Desember 2012. Data tersebut diperoleh dari situs www.bi.go.id.

(diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 20:45 wib)

Tabel 4.1. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 2009-2012

Bulan Inflasi (%) 2009 2010 2011 2012

Januari 0,07 0,84 0,89 0,76 Februari 0,21 0,30 0,13 0,05 Maret 0,22 -0,14 -0,32 0,07 April -0,31 0,15 -0,31 0,21 Mei 0,04 0,29 0,12 0,07 Juni 0,11 0,97 0,55 0,62 Juli 0,45 1,57 0,67 0,70 Agustus 0,56 0,76 0,93 0,95 September 1,05 0,44 0,27 0,01 Oktober 0,19 0,06 -0,12 0,16 November -0,03 0,60 0,34 0,07 Desember 0,33 0,92 0,57 0,54

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

Dari tabel 4.1 dapat dilihat perkembangan inflasi di Indonesia pada tahun

2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun pengamatan

tingkat inflasi tertinggi terjadi pada bulan September tahun 2010 yakni sebesar

1,57%, sedangkan yang terendah adalah pada November 2012 sebesar 0,01%.

Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat dilihat dari

grafik berikut:

Page 99: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

83

Gambar 4.1. Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia periode 2009-2012

Sumber: Data diolah

Berdasarkan gambar 4.1. di atas, Inflasi IHK tahun 2009 mencapai

2,78% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan sasaran inflasi yang

ditetapkan oleh Pemerintah sebesar 4,5%±1% (yoy). Penurunan harga

komoditas global, terutama harga energi, telah membuka peluang bagi

Pemerintah untuk menurunkan harga BBM yang diikuti dengan

penurunan tarif angkutan masing-masing 14,1% dan 12,1%.

Pada tahun 2010, inflasi melesat dari nilai ekspektasi. Inflasi

tertinggi terjadi pada bulan September dengan tingkat inflasi sebesar

1,57%. Penyebab awalnya adalah faktor non fundamental seperti anomali

cuaca baik lokal maupun global yang menyebabkan harga pangan

melonjak. Komoditas bahan pokok seperti beras dan bumbu-bumbuan

memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar pada inflasi

volatile food selama tahun 2010. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan

-0,5

0

0,5

1

1,5

2

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Page 100: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

84

harga barang atau jasa yang bersifat strategis seperti tarif dasar listrik

kelompok rumah tangga ikut memengaruhi tingkat inflasi.

Pada tahun 2011 inflasi mencapai angka tertinggi pada bulan

september yakni sebesar 0,93% dan inflasi terendah terjadi pada bulan

maret sebesar 0,32%. Dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 3,79%.

Inflasi terutama dipicu oleh inflasi volatile food yang masih tinggi,

selain akibat dari kenaikan harga komoditas internasional dan rencana

kebijakan pemerintah di bidang komoditas strategis. Di tingkat daerah

peningkatan koordinasi melalui forum TPID juga cukup efektif dalam

membantu penurunan tekanan inflasi sebagaimana tercermin dari

penurunan inflasi di hampir semua daerah di Indonesia.

Pada tahun 2012 dengan tingkat inflasi tahunan sebesar 4,3%

sepanjang Januari sampai Desember didukung oleh faktor musim, harga

komoditas pangan global yang sedang turun, dan penundaan kenaikan

tarif listrik serta harga BBM bersubsidi. BPS mencatat inflasi tertinggi

terjadi pada bulan oktober yakni sebesar 0,95% dan inflasi terendah

terjadi pada bulan November sebesar 0,01 %.

(Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan)

b. BI Rate

BI Rate merupakan suku bunga dengan tenor 1 bulan yang

diumumkan oleh bank Indonesia secara periodik yang berfungsi sebagai

sinyal kebijakan moneter. Secara sederhana, BI rate merupakan indikasi

Page 101: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

85

dari suku bunga jangka pendek yang diinginkan Bank Indonesia dalam

upaya untuk mencapai target inflasi.

BI rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk

mengarahkkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil lelang operasi pasar

terbuka berada disekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga BI rate

diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku

bunga lainnya dalam jangka panjang.Sasaran akhir suatu kebijakan

moneter dalam arti luas mencakup stabilitas harga, pertumbuhan

ekonomi, perluasan kesempatan kerja, keseimbangan neraca

pembayaran, stabilitas pasar uang, dan stabilitas pasar valuta asing.

Data dari perhitungan tingkat suku bunga bank Indonesia diambil

setiap akhir bulan mulai dari bulan Januari tahun 2009 sampai dengan

bulan Desember tahun 2012, data diperoleh dari laporan moneter Bank

Indonesia.

Tabel 4.2. Perkembangan BI Rate Periode 2009-2012

Bulan BI Rate (%) 2009 2010 2011 2012

Januari 8,25 6,5 6,75 5,75 Februari 7,75 6,5 6,75 5,75 Maret 7,5 6,5 6,75 5,75 April 7,25 6,5 6,75 5,75 Mei 7,00 6,5 6,75 5,75 Juni 6,75 6,5 6,75 5,75 Juli 6,5 6,5 6,75 5,75 Agustus 6,5 6,5 6,75 5,75 September 6,5 6,5 6,50 5,75 Oktober 6,5 6,5 6,00 5,75 November 6,5 6,5 6,00 5,75 Desember 6,5 6,5 6,00 5,75

Sumber: Bank Indonesia (data diolah)

Page 102: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

86

Dari tabel 4.2 dapat dilihat perkembangan BI Rate di Indonesia pada

tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif. Sepanjang tahun

pengamatan tingkat suku bunga tertinggi terdapat pada bulan Januari 2009

yakni sebesar 8,25%, sedangkan yang terendah adalah terjadi sepanjang

2012 sebesar 5,75%. Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data

tersebut dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 4.2. Perkembangan BI rate di Indonesia periode Tahun 2009-2012

Sumber: Data diolah

Perkembangan tingkat suku bunga di Indonesia sejak tahun 2009

hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Penurunan suku

bunga salah satunya disebabkan optimisme pemerintah dan Bank sentral

dalam menghadapi gejolak ekonomi di masa yang akan datang.

Kondisi ekonomi di luar negeri pasca tahun 2009 yang menunjukan

tren positif menyebabkan pemerintah optimis untuk menentukan proyeksi

ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Hal tersebut berdampak

tertekannya angka BI Rate yang membuat perekonomian dalam negeri

kembali bergairah.

5

6

7

8

9

Ja…

M…

Mei

Juli

Se…

No…

Ja…

M…

Mei

Juli

Se…

No…

Ja…

M…

Mei

Juli

Se…

No…

Ja…

M…

Mei

Juli

Se…

No…

Tingkat Suku Bunga

Page 103: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

87

Pada tahun 2009 Bank Indonesia menurunkan BI Rate dengan

besaran yang berbeda dalam tiga episode, dengan mempertimbangkan

secara menyeluruh berbagai kondisi terkini dan prospek perekonomian

ke depan. Pada episode pertama, yaitu Januari-Maret 2009 penurunan BI

Rate dilakukan cukup agresif sebesar 50 bps setiap bulan sehingga pada

Maret 2009 tercatat pada level 7,75%. Respon penurunan BI Rate yang

agresif itu ditempuh dengan mempertimbangkan tekanan pada sistem

keuangan yang masih tinggi dan tren perlambatan pertumbuhan ekonomi

yang masih berlanjut, sedangkan tekanan inflasi ke depan diperkirakan

masih belum kuat. Pada episode kedua, yaitu April-Agustus 2009

penurunan BI Rate ditetapkan lebih kecil menjadi 25 bps per bulan

hingga mencapai 6,50% pada Agustus 2009. Pada episode ketiga, yaitu

September-Desember 2009 BI Rate dipertahankan di level 6,50%.

Dengan perkembangan tersebut, BI Rate pada tahun 2009 telah menurun

sebesar 275 bps dibandingkan Desember 2008 sebesar 9,25%.

Sepanjang tahun 2010, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate

sebesar 6,5% yang lebih didasari oleh pertimbangan bahwa sumber

tekanan inflasi terutama pada sisi suplai perekonomian akibat

terganggunya pasokan dan permasalahan distribusi bahan pangan. Di sisi

permintaan domestik, berbagai indikator menunjukkan indikasi awal

pemulihan ekonomi dengan struktur yang lebih kuat dimana kenaikan

konsumsi diikuti oleh perbaikan investasi. Bank Indonesia memandang

pentingnya menjaga momentum pemulihan ekonomi yang terjadi.

Page 104: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

88

Kebijakan moneter pada awal tahun 2011 ditandai dengan

dipertahankannya level BI Rate pada 6,5%. Kebijakan moneter tersebut

merupakan kelanjutan dari stance kebijakan moneter selama tahun 2010.

Level BI Rate sebesar 6,5% dipandang masih konsisten dengan

pencapaian sasaran inflasi ke depan dan tetap kondusif untuk menjaga

stabilitas sistem keuangan serta mendorong intermediasi perbankan. Pada

bulan Februari 2011, BI Rate dinaikkan 25 bps menjadi 6,75% sebagai

langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi yang pada

saat itu terindikasi mulai meningkat.

Di tengah ketidakpastian perekonomian global, pada tahun 2012

langkah-langkah yang terukur dan terintegrasi diperlukan guna

memastikan penyesuaian defisit transaksi berjalan berlangsung secara

gradual menuju level yang sustainable. Langkah kebijakan tersebut

ditempuh sekaligus untuk memberikan ruang bagi kondisi sektor riil yang

tetap solid, didukung oleh inflasi yang tetap terkendali. Dengan arah

kebijakan tersebut, Bank Indonesia tetap mempertahankan BI Rate

sepanjang triwulan III-2012 pada level 5,75%. Bank Indonesia

memandang bahwa tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan

tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran inflasi

tahun 2012 dan 2013, yaitu 4,5% ± 1%. Untuk memperkuat sinyal

kebijakan moneter, Bank Indonesia memperkuat operasi moneter untuk

mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian likuiditas.

Sejalan dengan itu, sementara suku bunga BI Rate dipertahankan tetap

Page 105: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

89

pada tingkat 5,75%, koridor bawah operasi moneter dipersempit dengan

menaikkan suku bunga Deposit Facility.

(Laporan Perekonomian Indonesia Tahunan)

c. Pertumbuhan Pembiayaan

Menurut Undang-undang perbankan No 10 Tahun 1998

pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Menurut Arifin (2006:200) disebut pembiayaan karena bank

syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah yang

memerlukan dan layak memperolehnya. Kegiatan pembiayaan

merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang

merupakan unit defisit.

Data pertumbuhan pembiayaan yang digunakan adalah

perkembangan pembiayaan per bulan periode Januari 2009 hingga

Desember 2012. Data tersebut diperoleh dari total pembiayaan

disalurkan oleh perbankan syariah yang dipublikasikan dalam situs

www.bi.go.id. (diakses pada tanggal 1 April 2013 pukul 20:45 wib).

Untuk memperoleh data pertumbuhan setiap bulan maka dilakukan

perhitungan sebagai berikut:

Page 106: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

90

Tabel 4.3. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia

Periode 2009-2012 Bulan Pertumbuhan Pembiayaan (Miliyar Rupiah)

2009 2010 2011 2012 Januari 38.201 47.140 69.724 101.689 Februari 38.843 48.479 71.449 103.713 Maret 39.308. 50.206 74.253 109.116 April 39.726. 51.651 75.726 108.767 Mei 40.714 53.223 78.619 112.844 Juni 42.195 55.801 82.616 117.592 Juli 42.828 57.633 84.556 120.910 Agustus 43.890 60.275 90.540 124.946 September 44.523 60.970 92.839 130.357 Oktober 45.242 62.995 96.805 135.581 November 45.726 65.942 99.427 140.318 Desember 46.886 68.181 102.665 147.505

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pertumbuhan pembiayaan

perbankan syariah di Indonesia pada tahun 2009 hingga tahun 2012

mengalami fluktuasi dan cenderung terus meningkat. Hingga akhir tahun

2012 yang merupakan batas tahun pengamatan, jumlah pembiayaan

perbankan syariah yang telah disalurkan mencapai Rp

135.581.000.000.000. Berdasarkan data di atas rasio FDR perbankan

syariah di Indonesia dalam beberapa tahun selalu menembus angka lebih

dari 100%

Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat

dilihat dari grafik berikut:

Page 107: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

91

Gambar 4.3. Perkembangan Pembiayaan yang Disalurkan Perbankan Syariah

Periode Tahun 2009-2012 (dalam Miliyar Rupiah)

Sumber: Data diolah

Pada tahun 2009 dana yang telah disalurkan oleh perbankan

syariah kepada masyarakat berjumlah Rp 45.762.000.000.000 tumbuh

sebesar 0,41% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2010 kegiatan

penyaluran dana perbankan syariah dalam bentuk pembiayaan

meningkat signifikan menjadi Rp62.995.000.000 dengan laju

pertumbuhan 34,85% (yoy) lebih tinggi dari periode yang sama di tahun

2009 sebesar 18,16% (yoy). Peningkatan pembiayaan ini

mengindikasikan peningkatan kinerja sektor riil mengingat bahwa

pembiayaan perbankan syariah sebagian besar disalurkan ke sektor riil.

Membaiknya kinerja sektor riil terutama didukung oleh semakin

kondusifnya perekonomian nasional pasca krisis. Tahun 2011

pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah juga mengalami

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

160.000 140.000 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000

0

Page 108: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

92

pertumbuhan. Dana yang disalurkan masyarakat hingga akhir tahun

2011 mencapai Rp 102.665.000.000.000 atau tumbuh sebesar 46%

(yoy). Penambahan jumlah unit operasional bank dan penambahan

produk-produk pembiayaan merupakan salah satu sebab pesatnya

pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia.

Sementara itu pada tahun 2012 seperti pencapaian pada tahun

sebelumnya, perbankan syariah tetap berkomitmen untuk

menggerakkan sektor riil dan mengoptimalkan pencapaian tersebut.

Penyaluran dana yang disalurkan ke masyarakat juga terus meningkat.

Pembiayaan sebagai upaya lembaga finansial dalam menggerakkan

sektor riil telah mendapat perhatian tinggi dari perbankan syariah. Dana

sebesar RP 147.505.000.000.000 disalurkan ke berbagai sektor melalui

skim-skim pembiayaannya atau tumbuh sebesar ±40%.

(Outlook Perbankan Syariah Indonesia Tahunan )

d. Ukuran Bank

Variabel ukuran perusahaan (SIZE) diukur dengan logaritma

natural (Ln) dari total assets. Hal ini dikarenakan besarnya total assets

masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang

besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk

menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total

assets perlu di Ln kan.

Data total aset perbankan syariah yang digunakan adalah total

aset per bulan periode Januari 2009 hingga Desember 2012.

Page 109: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

93

Tabel 4.4. Perkembangan Aset Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2009-2012

Bulan Aset perbankan Syariah (Miliyar Rupiah)

2009 2010 2011 2012 Januari 51.814 67.436 95.473 143.888 Februari 52.152 67.963 95.987 145.624 Maret 51.678 68.543 191.189 151.862 April 52.212 70.146 100.568 144.275 Mei 53.194 71.125 104.333 147.543 Juni 55.238 75.205 109.750 155.412 Juli 55.610 78.140 112.864 155.666 Agustus 57.012 79.641 116.807 161.534 September 58.034 83.454 123.362 168.660 Oktober 59.679 85.881 127.150 174.094 November 61.359 90.387 132.462 179.871 Desember 66.090 97.519 145.467 195.015

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa total aset yang merupakan

proksi dari ukuran bank perbankan syariah di Indonesia, pada tahun 2009

hingga tahun 2012 mengalami fluktuatif dan cenderung terus meningkat.

Hingga akhir tahun 2012 yang merupakan batas tahun pengamatan, total

aset perbankan syariah telah mencapai Rp179.871.000.000.000.

Sementara gejolak krisis Eropa yang sempat terjadi pada 2010 tidak

berpengaruh signifikan terhadap kondisi perbankan syariah nasional.

Relatif rendahnya tingkat integrasi antara perbankan syariah dengan

sistem keuangan global, serta minimnya eksposur valas perbankan

syariah, menjadi faktor yang menyebabkan terhindarnya perbankan

syariah dari pengaruh langsung gejolak perekonomian global.

Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat

dilihat dari grafik berikut:

Page 110: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

94

Gambar 4.4. Perkembangan Total Asset Perbankan Syariah Periode 2009-2012

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Berdasarkan gambar diatas pada tahun 2009 yang merupakan tahun

awal pengamatan total aset perbankan syariah adalah sebesar Rp

61.359.000.000.000. Angka tersebut telah berhasil mencakup 5% dari aset

perbankan nasional. Terbitnya peraturan perbankan tentang surat

berharga syariah negara (sukuk) merupakan salah satu penyebab

melesatnya perolehan total aset perbankan syariah di Indonesia pada

tahun 2009.

Menurut data Bank Indonesia (BI), Pada tahun 2010 total aset

perbankan syariah telah mencapai Rp 85,5 triliun atau tumbuh sebesar

46,67% (yoy) pada November 2010 atau meningkat dibandingkan

periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 16,72%. Secara rata-

rata, total aset perbankan syariah tumbuh di atas 33% per tahun. Tingkat

pertumbuhan yang tinggi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

Januari

Maret

Mei

Juli

September

November

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

0

Page 111: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

95

hingga beberapa tahun ke depan seiring dengan semakin bertambahnya

jumlah bank syariah di Indonesia.

Pada tahun 2011 volume usaha perbankan syariah dalam kurun

waktu satu tahun terakhir, khususnya Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS), mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

Total aset per Desember 2011 (yoy) telah mencapai Rp

132.462.000.000.000 atau meningkat tajam sebesar 48,10% yang

merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.

Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut terkait erat dengan ekspansi

perbankan syariah terutama pasca disahkannya Undang-undang No.21

tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Selain itu, upaya pengembangan

perbankan syariah yang dilakukan secara sinergis antara Bank Indonesia

dan pelaku industri yang tergabung dalam iB campaign baik untuk

funding maupun lending berpengaruh positif terhadap pertumbuhan aset

perbankan syariah.

Di tahun 2012 yang merupakan akhir periode pengamatan, total

aset perbankan syariah terus melonjak, meski sempat terkena dampak

dari pemindahan dana haji oleh pemeritah. Pertumbuhan aset

perbankan syariah tidak setinggi pertumbuhan pada periode yang sama

di tahun sebelumnya. Hingga bulan Desember 2012 pertumbuhan aset

perbankan syariah mencapai ± 37% (yoy) dan total asetnya menjadi ±

Rp179 triliun.

Page 112: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

96

e. NPF UKM

Kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan

pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.

Kredit tak lancar dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu: kredit kurang

lancar, diragukan, dan macet.

Data NPF yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat

NPF bulanan pada sektor ukm perbankan syariah Indonesia periode

Januari 2009 hingga Desember 2012. NPF tersebut diperoleh dari total

pembiayaan non lancar sektor UKM dibagi dengan total pembiayaan

yang disalurkan yang tercatat dalam Statistik Perbankan Syariah yang

dipublikasi dalam situs www.bi.go.id.

Tabel 4.5 Non Performing Financing (NPF) sektor UKM Perbankan Syariah Indonesia

Periode 2009-2012 Bulan Rasio Pembiayaan Bermasalah (%)

2009 2010 2011 2012 Januari 2.754 3.693 2.719 2.236 Februari 3.416 3.845 2.990 2.322 Maret 3.442 3.225 2.970 2.184 April 3.557 3.638 3.107 2.230 Mei 3.173 3.872 3.097 2.293 Juni 2.782 3.082 2.895 2.228 Juli 3.509 3.455 3.078 2.189 Agustus 3.559 3.477 2.935 2.119 September 3.735 3.346 3.039 1.894 Oktober 3.609 3.330 2.805 1.774 November 3.595 3.459 2.277 1.703 Desember 3.436 2.675 2.084 1.397

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah

menurut Manurung dan Rahardja (2004:196) jika pengembaliannya

terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak

Page 113: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

97

dikembalikan sama sekali. Dalam konteks Indonesia, kredit atau

pembiayaan bermasalah dapat dikelompokan menjadi kredit tak lancar

dan macet.

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa rasio pembiayaan bermasalah

atau NPF pada tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami fluktuasi.

Hingga akhir tahun 2012 yang merupakan batas tahun pengamatan, Rasio

pembiayaan bermasalah sektor UKM pada perbankan syariah Indonesia

cenderung stabil yakni dengan rata-rata NPF sebesar 2,06 % dengan

jumlah pembiayaan yang bermasalah sebesar Rp 2.060.000.000.000.

Agar lebih mudah dipahami dan komunikatif data tersebut dapat

dilihat dari grafik berikut:

Gambar 4.5. Perkembangan Pembiayaan Bermasalah Sektor UKM periode

Tahun 2009-2012 (dalam %)

Sumber: Statistik Perbankan Syariah (data diolah)

Pada tahun 2010 terjadi peningkatan kinerja perbankan syariah

yang tercermin pada menurunnya pembiayaan bermasalah. Dengan

0,01

0,015

0,02

0,025

0,03

0,035

0,04

0,045

Januari

Maret

Mei

Juli

Septe…

Novem…

Januari

Maret

Mei

Juli

Septe…

Novem…

Januari

Maret

Mei

Juli

Septe…

Novem…

Januari

Maret

Mei

Juli

Septe…

Novem…

Rasio NPF UKM

Page 114: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

98

mengacu perkembangan pada rasio non performing financing (NPF)

yang menurun menjadi sebesar 3,595%. Kondisi ini memperlihatkan

bahwa bank syariah semakin berhati-hati dalam menyalurkan

pembiayaannya dan kemampuan pengelolaan risiko perbankan syariah

semakin membaik.

Sementara itu pada tahun 2012 yang merupakan akhir periode

pengamatan, telah terjadi penurunan tingkat pembiayaan bermasalah

pada sektor UKM. Pada bulan Desember tahun 2012, tingkat pembiayaan

bermasalah pada sektor UKM adalah sebesar 1,7 % atau sebesar RP

2.060.000.000.000.

2. Analisis Pengujian Statistik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas

dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud dari

distribusi normal adalah data akan mengikuti garis diagonal dan

menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk

menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model

regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan

berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut

sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji

Kolmogorov-Smirnov.

Page 115: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

99

1) Analisis Grafik Histogram

Gambar 4.6. Histogram

Sumber: Data diolah

Berdasarkan grafik histogram pada gambar 4.6. tampak

bahwa residual terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri

tidak menceng ke kanan atau ke kiri atau dapat dikatakan

histogramnya menunjukan pola distribusi normal.

2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot

Gambar 4.7. Grafik P-Plot

Page 116: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

100

Hasil uji normalitas data di atas, menunjukan bahwa data

menyebar dan mengikuti arah garis diagonal. Maka, dapat

disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam analisis ini telah

memenuhi asumsi normalitas data.

3) Uji Kolmogorv-Smirnov

Tabel 4.6. Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .00299264

Most Extreme

Differences

Absolute .073

Positive .073

Negative -.055

Kolmogorov-Smirnov Z .503

Asymp. Sig. (2-tailed) .962

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel 4.6 di atas, maka dapat disimpulkan data

dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig > α

atau 0,962 > 0,05.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada atau

tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan

variabel independen lain dalam suatu model. Kemiripan antar variabel

Page 117: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

101

independen dalam suatu model menyebabkan terjadinya korelasi yang

sangat kuat antara satu variabel independen dengan satu variabel yang

lain. Selain itu, deteksi terhadap uji multikolieneritas juga bertujuan

untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan

mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan

Variance InflationFactor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas

variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF tinggi karena VIF=1/tolerance. Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance<0,010 atau sama dengan VIF< 10. Berikut ini adalah hasil

dari uji Multikolinieritas:

Tabel 4.7. Uji Multikolineritas dengan Nilai Tolerance dan VIF

(Variance Inflation Factor)

Page 118: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

102

Berdasarkan tabel 4.7 di atas, nilai Tolerance variabel bebas

inflasi = 0,964, BI Rate = 0,322, pertumbuhan pembiayaan = 0,721,

dan ukuran bank = 0,395. Sedangkan nilai VIF variabel bebas Inflasi

= 1,037, BI rate = 3,108, pertumbuhan pembiayaan = 1,387, dan

ukuran bank = 2,535. Dapat disimpulkan bahwa model regresi

dinyatakan bebas dari multikolineritas karena nilai tolerance > 0,01

dan nilai VIF < 10.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan

menurut waktu (time series) atau ruang (cross section). Salah satu

penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman

(inertia) yang artinya kemungkinan besar akan mengandung saling

ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode

sebelumnya dan periode sekarang.Salah satu ukuran dalam

menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan menguji

Durbin-Watson (DW). Berikut ini adalah hasil uji aotokorelasi dengan

metode Durbin-Watson (DW) pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.8. Uji Durbin-Watson (DW)

Model Durbin-Watson

1 1,864

Page 119: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

103

Berdasarkan pada tabel 4.8. di atas, nilai Durbin-Watson (DW)

sebesar 1,864. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak

terdapat gejala autokorelasi karena nilai DW diantara du < d <4-du

atau 1,7323 < 1,864 < 2,136.

d. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas yaitu kondisi di mana semua residual atau

error mempunyai varian yang berubah-ubah atau tidak konstan. Untuk

mengetahui apakah suatu data bersifat heterokedastisitas atau tidak,

maka perlu pengujian. Pengujian heterokedastisitas dalam pada

penelitian ini menggunakan metode analisis grafik scatterplot dan

metode park. Berikut hasil dari metode yang dilakukan:

1) Grafik Scatterplot

Ada atau tidaknya heterokedatisitas pada suatu model dapat

dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada

gambar scatterplot yang menyatakan model regresi linear berganda

tidak terdapat heterokedatisitas jika:

a) Titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar

angka 0.

b) Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah

saja.

Page 120: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

104

c) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar

kembali.

d) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola

Gambar 4.8 Hasil Uji Heterokedatisitas

Gambar 4.8. menunjukan bahwa titik-titik data menyebar di

atas, di bawah, dan disekitar angka nol. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi berganda ini terbebas dari

asumsi klasik heterokedatisitas dan layak digunakan dalam

penelitian.

2) Uji Park

Metode uji Park yaitu dilakukan dengan meregresikan nilai

residual (Lnei2) dengan masing-masing variabel dependen (LnX1,

LnX2, LnX3, dan LnX4). Kriteria pengujian dengan menggunakan

metode park adalah sebagai berikut:

Page 121: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

105

Ho : tidak ada gejala heteroskedastisitas

Ha : ada gejala heteroskedastisitas

Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel berarti tidak

terdapat heteroskedastisitas dan Ho ditolak bila t hitung > t tabel

atau -t hitung < -t tabel yang berarti terdapat heteroskedastisitas.

Berikut ini adalah hasil uji heterokedatisitas dengan menggunakan

metode park:

Tabel 4. 9

Tabel Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -32.294 20.221 -1.597 .119

LNX1 .122 .295 .068 .413 .682

LNX2 8.696 7.105 .360 1.224 .229

LNX3 -.455 .583 -.146 -.782 .440

LNX4 .425 1.470 .087 .289 .774

a. Dependent Variable: LNRES_2

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat dilihat bahwa nilai t

hitung Inflasi (LNX1) = 0,431, BI Rate (LNX2) = 1,224,

pertumbuhan pembiayaan (LNX3) = -0,782, dan bank size

(LNX4) = 0,289. Sedangkan nilai t tabel dapat dicari pada tabel t

dengan df = n-2 atau 48-2 = 46 dengan signifikansi 0,05 maka di

dapat nilai t tabel sebesar 2,012. Karena nilai t hitung masing-

Page 122: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

106

masing variabel bebas berada pada –t tabel < t hitung < t tabel,

maka Ho diterima artinya pengujian dengan menggunakan metode

park disimpulkan tidak ada gejala heteroskedastisitas. Dengan ini

dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukannya masalah

heteroskedastisitas pada model regresi ini.

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji F

Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan

variabel bebas terhadap variabel terikatnya untuk menguji ketepatan

model (goddes of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara

simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model

persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya,

jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka model masuk

dalam kategori tidak cocok atau not fit.

Adapun cara untuk melakukan pengujian uji F ini, dengan

menggunakan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat

nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikasi >0,05 maka

H1 ditolak, sebalikya jika nilai signifikasi <0,05 maka H1 diterima.

Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.10 di bawah ini:

Page 123: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

107

Tabel 4.10. Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.354 4 3.589 31.330 .000a

Residual 4.925 43 .115

Total 19.279 47

a. Predictors: (Constant), UKURAN BANK, INFLASI, G FIN, BI RATE

b. Dependent Variable: NPF UKM

Berdasarkan tabel 4.10. di atas nilai Fhitung diperoleh 31,330 α 5%.

Numerator adalah (jumlah variabel bebas – 1) atau 4-1 = 3 dan

Denumerator adalah (jumlah kasus – jumlah variabel bebas) atau 48-4 =

44 maka Ftabel adalah 2,59. Sementara nilai sig sebesar <0,05 (0,000<

0,05) maka Ho ditolak, sehingga hipotesis yang menyatakan Tidak ada

pengaruh antara Inflasi, BI Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, dan Bank

Size terhadap NPF Sektor UKM Perbankan Syariah Indonesia ditolak.

Dengan demikian terbukti bahwa terdapat pengaruh antara Inflasi, BI

Rate, Pertumbuhan Pembiayaan, dan Bank Size terhadap NPF Sektor

UKM Perbankan Syariah Indonesia.

b. Uji t

Setelah melakukan uji koefiensi regresi secara keseluruhan, maka

langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara

individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap

Page 124: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

108

variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0,05 maka

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Tabel 4.11. Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.029 1.744 3.456 .001

INFLASI .065 .124 .041 .526 .601

BI RATE .269 .158 .231 1.703 .096

G FIN -3.174 1.015 -.284 -3.128 .003

Bank Size -1.041 .185 -.689 -5.616 .000

a. Dependent Variable: NPF UKM

Berdasarkan tabel di atas, besarnya pengaruh masing-masing

variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel

dependen dapat dijelaskan sebagai berikut: Inflasi, dari pengujian

hipotesis menunjukan bahwa t hitung < t tabel (0,526 < 2,024) dan

tingkat signifikasinya sebesar 0,601 lebih besar dari taraf signifikasi α

5% (0,05) (sig> α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0

diterima dan H1 ditolak. Artinya, Inflasi tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap rasio pembiayaan bermasalah. Dan koefisien

regresi sebesar 0,065 menunjukan hubungan yang positif.

Pada tabel 4.11. di atas diketahui bahwa BI Rate menunjukan

bahwa t hitung < t tabel (1,703 < 2,024) dan tingkat signifikasinya

Page 125: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

109

sebesar 0,096 lebih besar dari taraf signifikasi α 5% (0,05) (sig> α).

Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0 diterima dan H1 ditolak.

Artinya, BI Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM. Dan koefisien regresi

sebesar 0,269 menunjukan hubungan yang positif.

Variabel pertumbuhan pembiayaan menunjukan bahwa t hitung

> t tabel (-3,128 > 2,024) dan tingkat signifikasinya sebesar 0,003

lebih kecil dari taraf signifikasi α 5% (0,05) (sig< α). Dengan

demikian, secara parsial hipotesis H0 ditolak dan H1 diterima.

Artinya, Pertumbuhan pembiayaan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM. Dan

koefisien regresi sebesar -3,174 menunjukan hubungan yang negatif.

Artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan pembiayaan sebesar 1%

maka rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM akan mengalami

penurunan sebesar 3,174%.

Sementara itu pada tabel 4.11. di atas menjelaskan bahwa

variabel bank size menunjukan t hitung > t tabel (-5,616 > 2,024) dan

tingkat signifikasinya sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf signifikasi α

5% (0,05) (sig< α). Dengan demikian, secara parsial hipotesis H0

ditolak dan H1 diterima. Artinya, ukuran bank mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM.

Dan koefisien regresi sebesar -1,041 menunjukan hubungan yang

negatif. Artinya jika terjadi kenaikan aset bank sebesar 1 triliun

Page 126: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

110

rupiah, maka rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM akan

mengalami penurunan sebesar 1,041%.

Konstanta sebesar 6,029 menyatakan bahwa jika variabel

independen yaitu: inflasi, BI Rate, pertumbuhan pembiayaan, dan

bank size bernilai tetap atau konstan, maka nilai variabel dependen

yaitu rasio pembiayaan bermasalah sektor UKM adalah sebesar 6,029

%.

c. Uji Adjusted R Square (R2 adj)

Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya

kontribusi variabel bebas terhadap terikatnya. Semakin tinggi

koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas

dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah

variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap

penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model

akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan

tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikatnya. Untuk mengurangi kelemahaan tersebut maka digunakan

koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square

(R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa

koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah

Page 127: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

111

variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan

koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien

determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya

penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai

hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Uji Adjusted R Square (R2

adj)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .863a .745 .721 .338435

a. Predictors: (Constant), LNX4, INFLASI, G FIN, BI RATE

Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,721 atau sebesar

72,1%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh inflasi, BI Rate,

pertumbuhan pembiayaan dan bank size terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM perbankan syariah Indonesia adalah 72,1% ,

sedangkan sisanya sebesar 27,9% dipengaruhi oleh variabel-variabel

lain yang tidak dimasukan ke dalam penelitian ini. Adapun angka

koefisien korelasi (R) menunjukan nilai sebesar 0,836 yang

menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel

terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R>0,5) atau

0,863 > 0,5.

Page 128: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

112

C. Interpretasi

Berdasarkan tabel 4.11. di atas, maka dapat disusun persamaan regresi

untuk penelitan ini adalah sebagai berikut.

Dimana:

Y = Rasio Pembiayaan Bermasalah sektor UKM (dalam persentase)

X3 = Pertumbuhan Pembiayaan (dalam persentase)

X4 = Ukuran Bank (dalam miliar rupiah)

Dari hasil pengujian hipotesis, maka dapat diinterpretasikan bahwa dari 4

variabel yang digunakan, ada 2 variabel yang memeliki pengaruh signifikan

terhadap variabel dependen (pembiayaan bermasalah sektor UKM), yaitu

pertumbuhan pembiayaan dan ukuran bank. Sementara variabel inflasi dan BI

Rate tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen

(pembiayaan bermasalah sektor UKM).

Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Y = 6,029 – 3,174 X3 – 1,041X4

Page 129: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

113

1. Pengaruh Inflasi terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.11. di atas, variabel inflasi mempunyai nilai

signifikasi 0,526 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat

disimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM.

Penulis menduga terdapat beberapa faktor yang menyebabkan inflasi

tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

salah satunya adalah respon lambat dari pihak perbankan syariah terhadap

perubahan kebijakan bank sentral. Respon lambat perbankan syariah

disebabkan oleh kondisi perekonomian yang masih belum pasti pasca krisis

global pada tahun 2008 dan krisis Yunani di 2010 sehingga pihak perbankan

harus menjaga kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan. Hal lain yang

menjadi penyebab inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

pembiayaan bermasalah sektor UKM adalah kuatnya pangsa pasar

konsumen di Indonesia. Jadi, meskipun terjadi kenaikan harga bahan baku

produksi dan naiknya gaji pegawai perusahaan, masih bisa ditopang dengan

lancarnya kegiatan usaha pengusaha UKM. Hal tersebut berdampak

lancarnya pembayaran hutang pengusaha UKM pada bank.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hogart et al (2005:26), Khemraj dan Pasha (2006:22), Cahyo (2011:102)

dan Swamy (2012:27) yang menyimpulkan bahwa pembiayaan bermasalah

sektor UKM tidak bergantung pada tingkat inflasi.

Page 130: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

114

2. Pengaruh BI Rate terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.11. di atas, variabel BI Rate mempunyai

nilai signifikasi 0,096 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 sehingga dapat

disimpulkan bahwa BI Rate tidak berpengaruh terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM.

Penulis menduga terdapat beberapa hal yang menyebabkan perubahan

suku bunga (BI Rate) tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM perbankan syariah diantaranya adalah debitur pada

sektor UKM dapat menikmati keuntungan memilih bank syariah sebagai

instrumen pembiayaan mereka, karena angsuran yang harus dibayar tidak

terpengaruh tingkat suku bunga di pasar. Artinya dana angsuran yang harus

dibayarkan setiap bulannya adalah tetap sesuai dengan perjanjian

pembiayaan di awal akad. Maka perubahan tingkat suku bunga tidak lantas

menyebabkan perubahan tingkat pembiayaan bermasalah sektor UKM pada

perbankan syariah, dibandingkan dengan apabila melakukan pinjaman di

perbankan konvensional.

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Imaduddin (2006:17) dan Saba et al (2012:131) menyimpulkan bahwa

pembiayaan bermasalah sektor UKM tidak bergantung pada Interest Rate

atau BI Rate.

Page 131: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

115

3. Pengaruh pertumbuhan pembiayaan terhadap pembiayaan bermasalah

sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.11. di atas, variabel pertumbuhan

pembiayaan mempunyai nilai signifikasi 0,003<0,05. Hal ini berarti

menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan pembiayaan

berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM.

Hubungan antara pertumbuhan pembiayaan dan pembiayaan permasalah

sektor UKM bersifat negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Imaduddin (2006:17), Khemraj (2004:26)

dan Swamy (2012:27) menyimpulkan bahwa pertumbuhan pembiayaan

mempunyai pengaruh negatif terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM.

Sikap kehati-hatian pihak perbankan syariah pasca krisis global tahun

2008 menyebabkan meningkatnya kualitas pembiayaan yang diberikan pada

sektor UKM. Meskipun pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan

syariah untuk sektor UKM meningkat, namun tingkat pembiayaan

bermasalah justru mengalami penurunan yang signifikan. Jenis-jenis

pembiayaan pada perbankan syariah yang bersifat kemitraan menyebabkan

debitur menjadi loyal dan berusaha sekuat tenaga untuk menyukseskan

usahanya dan membayar angsuran pinjaman atau pembiayaan yang

diberikan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Di samping itu,

risiko pembiayaan yang diberikan pada sektor UKM dinilai lebih

Page 132: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

116

terdiversifikasi, hal tersebut dibuktikan dengan bertahannya Bank BRI yang

bergerak disektor UKM pada krisis tahun 1998.

4. Pengaruh ukuran bank terhadap pembiayaan bermasalah sektor UKM

Berdasarkan pada tabel 4.11. di atas, variabel ukuran bank mempunyai

nilai signifikasi 0,000<0,05. Hal ini berarti menerima H1 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ukuran bank berpengaruh signifikan terhadap

pembiayaan bermasalah sektor UKM. Hubungan antara ukuran bank dan

pembiayaan bermasalah sektor UKM bersifat negatif. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rajan dan Dhal (2003:37)

dan Swamy (2012:17).

Variabel ukuran bank berpengaruh signifikan negatif terhadap

pembiayaan bermasalah sektor UKM. Hal tersebut mengindikasikan bahwa,

semakin besar ukuran suatu bank, maka akan memiliki prosedur manajemen

risiko yang semakin baik ditunjang dengan teknologi informasi yang

dimiliki (Swamy, 2012:18). Sehingga dapat menekan tingkat pembiayaan

bermasalah sektor UKM pada perbankan syariah di Indonesia.

Page 133: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

117

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil Uji F, variabel inflasi, BI Rate, pertumbuhan pembiayaan dan bank

size secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM Perbankan Syariah Indonesia periode tahun

2009-2012.

2. Hasil Uji t, variabel pertumbuhan pembiayaan dan bank size secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM Perbankan Syariah Indonesia periode tahun 2009-2012.

Kemudian terdapat hubungan yang negatif variabel pertumbuhan

pembiayaan dan ukuran bank terhadap pembiayaan bermasalah sektor

UKM.

3. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah sebesar 0,721, yang

berarti 72,1% variasi pembiayaan bermasalah sektor UKM dijelaskan

oleh variabel bebas (independen) dan sisanya 27,9% dijelaskan oleh

variabel di luar model penelitian.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba

mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat di antarnya:

Page 134: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

118

1. Perbankan Syariah

Dengan adanya temuan bahwa pertumbuhan pembiayaan dan

ukuran bank berpengaruh negatif signifikan terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM. Sementara itu, variabel makro yakni inflasi

dan BI rate tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan

bermasalah sektor UKM dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda.

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan

pembiayaan pada sistem Perbankan Syariah. Ukuran aset bank dapat

digunakan untuk meningkatkan pengawasan terhadap rasio NPF dengan

manajemen risiko yang efisien. Sehingga semakin besar suatu bank

dapat memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk mengontrol dan

mengawasi pembiayaan yang disalurkannya. Disarankan agar pihak

perbankan syariah terus meningkatkan fungsi manajemen

pembiayaannya dengan bijak. Baik sebelum maupun sesudah

pembiayaan disalurkan pada sektor UKM dengan memanfaatkan sistem

informasi yang memadai. Di samping itu dalam menjalankan

manajemen risikonya, pihak perbankan syariah juga disarankan untuk

turut serta memperhatikan kondisi pasar dengan merespon kebijakan

yang dikeluarkan oleh bank sentral agar bank-bank syariah dapat terus

bersaing di tengah konsumen yang heterogen.

2. Bagi Nasabah Debitur

Implikasi bagi debitur sektor UKM pada khususnya adalah debitur

sektor UKM harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 135: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

119

kelancaran bisnis dalam rangka memenuhi kewajibannya untuk

membayarkan angsuran dari pembiayaan yang telah disalurkan. Dan

disarankan agar menjauhi perilaku moral hazard yang berpotensi

merugikan pihak perbankan syariah selaku pemberi pembiayaan.

Disarankan pula bagi pihak debitur agar memilih skim pembiayaan yang

tepat dan sesuai dengan karateristik bisnis dan kapasitas kemampuannya

mengelola sumber dana agar tidak terjadi default atau pembiayaan yang

tergolong bermasalah.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen

khususnya perbankan dan dapat dijadikan bahan bacaan untuk

menambah wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang manajemen

risiko dan manajemen pembiayaan pada perbankan syariah. Untuk

peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel moneter,

misalnya: kurs, harga minyak dunia, PDB dan lainnya. Selain itu bisa

dengan menambah variabel spesifikasi bank seperti struktur

kepemilikan, kebijakan jenis pembiayaan, indikasi moral hazard dan

lainnya.

Page 136: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

120

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul. “Dasar Dasar Manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher,

Jakarta, 2009.

Cahyo, Duwi Mario. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Kredit, dan Nilai

Tukar terhadap Kredit Bermasalah Sektor Industri pada Perbankan Indonesia”,

Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

El Tiby, Amr Mohammed. “Islamic Banking: How to Manage Risk and Improve

profitability” , Willey Finance, New Jersey, 2011.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analysis Multivariate dengan program IBM SPSS 19”,

Edisi ke 5, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Greuning, Hennie Van, dan Zamir Iqbal. “Risk Analysis for Islamic Banks”, The

World Bank, Washington DC, 2008.

Gujarati, Damodar. “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta, 2006.

Hakan, Etem, Ergec, dan Bangil Gulumser. “Impact of Interest Rate on Islamic

and Conventional Banks: The Case of Turkey”, MPRA Paper No. 29848, Turkey,

2012.

Hogart, Glenn. Steffen Sorensen, dan Lea Zicchino. “Stress tests of UK banks

using a VAR approach”, Working Paper no. 282, ISSN 1368-5562, England,

2005.

Imaduddin, Muhammad. “Determinants of Banking Credit Default in Indonesia: a

Comparative Analysis”, Journal of Markfield Institute of Higher Education

(Loughborough University) United Kingdom, 2006.

Jakubik, Petr. “Macroeconomic Environment and Credit Risk”, Jurnal. Czech

National Bank, and the Institute of Economic Studies of Charles University,

Prague, 2007.

Page 137: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

121

Karim, Adiwarman A. “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2007.

Kasmir. “ Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Rajawali Press, Jakarta, 2008.

Khemraj, Tarron dan Sukrishnalall Pasha. “The determinants of non-performing

loans: an econometric case study of Guyana”, Jurnal. Guyana, 2006.

Maski, Ghozali. “Analisis Keputusan Nasabah Menabung: Pendekatan

Komponen dan Model Logistik Studi pada Bank Syariah di Malang”, Jurnal.

Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, 2012.

Minnan, Ahmad Abdul Jalil “Pengaruh Makro Ekonomi terhadap Kinerja

Keuangan PT Bank Muamalat Indonesia”. Tesis (Magister) program Pasca

Sarjana Timur Tengah dan Islam FE UII, 2008.

Putong, Iskandar. “Ekonomi Mikro dan Makro “, Edisi kedua. Penerbit Ghala

Indonesia, Jakarta, 2002.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. “Pengantar Ilmu Ekonomi”,

LPFEUI, Jakarta, 2008.

Rajan, Rajiv dan Sarat Chandra Dhal. “Non Performing Loans and Terms of

Credit Public Sector Banks in India: an Empirical Assesment”, Reserve Bank of

India Occasional Papers Vol. 24, No. 3, India, 2003.

Rose, Peter S. “Commercial Bank Management”, Mc Graw Hill, New York ,

2002.

Saba, Irum, Rehana Kouser, dan Muhammad Azeem, “Determinants of Non

Performing Loans: Case of US Banking Sector”, The Romanian Economic

Journal. Year XV no. 44. Rumania. 2012.

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Edisi ke 5, Lembaga Penerbit

FEUI, Jakarta, 2005.

Page 138: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

122

Siregar, Mulya. “Agenda Pengembangan Perbankan Syariah Untuk Mendukung

Sistem Ekonomi yang Sehat di Indonesia: Evaluasi, Prospek, dan Arah

Kebijakan”, IQTISAD Journal of Islamic Economics Vol. 3, No. 1, Jakarta,

2002.

Sugiyono, “Statistika untuk penelitian”, CV Alfabeta, Bandung, 2008

Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Rajawali Press, Jakarta

2004.

Supriyatna, Iqbal. “Analisis pengaruh Modal,NPF, dan Inflasi terhadap

Pembiayaan yang disalurkan serta implikasinya terhadap Return on Aset (ROA)

pada perbankan syariah (Studi Kasus pada Bank Muamalat)” Skripsi, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Sutojo, Siswanto. “Menangani Kredit Bermaslah Konsep dan Kasus”, PT Damar

Mulia Pustaka, Jakarta, 2008.

Swamy, Vighneswara. “Impact of macroeconomic and endogenous factors on non

performing bank assets”, International Journal of Banking and Finance Volume 9

Issue 1, India, 2012.

Tampubolon, Robert. “Manajemen Risiko Pendekatan Kualitatif untuk Bank

Komersial”, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2004.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady. “Pengantar Statistika”, Bumi Aksara,

Jakarta, 2006.

----------, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009”. Bank Indonesia,

Jakarta, 2009.

----------, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2010”. Bank Indonesia,

Jakarta, 2010.

----------, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2011”. Bank Indonesia,

Jakarta, 2011.

Page 139: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

123

----------, “Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2012”. Bank Indonesia,

Jakarta, 2012.

http//: www.bi.go.id/statistikkuangan

http//: www.bps.go.id

Page 140: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

124

Lampiran 1: Data-data variabel penelitian dari tahun 2009-2012 No Waktu NPF

UKM Inflasi BI Rate G Fin Asset Bank

Y (%) X1 (%) X2 (%) X3 (%) X4 (Rp) 1 Jan-09 2.754 0.07 8.25 0.412 51.814.000.000.000 2 Feb-09 3.416 0.21 7.75 0.017 52.152.000.000.000 3 Mar-09 3.442 0.22 7.5 0.012 51.678.000.000.000 4 Apr-09 3.557 -0.31 7.25 0.011 52.212.000.000.000 5 Mei-09 3.173 0.04 7.00 0.025 53.194.000.000.000 6 Jun-09 2.782 0.11 6.75 0.036 55.238.000.000.000 7 Jul-09 3.509 0.45 6.5 0.015 55.610.000.000.000 8 Agt-09 3.559 0.56 6.5 0.025 57.012.000.000.000 9 Sept-09 3.735 1.05 6.5 0.014 58.034.000.000.000 10 Okt-09 3.609 0.19 6.5 0.016 59.679.000.000.000 11 Nov-09 3.595 -0.03 6.5 0.011 61.359.000.000.000 12 Des-09 3.436 0.33 6.5 0.025 66.090.000.000.000 13 Jan-10 3.693 0.84 6.5 0.005 67.436.000.000.000 14 Feb-10 3.845 0.30 6.5 0.028 67.963.000.000.000 15 Mar-10 3.225 -0.14 6.5 0.036 68.543.000.000.000 16 Apr-10 3.638 0.15 6.5 0.029 70.146.000.000.000 17 Mei-10 3.872 0.29 6.5 0.030 71.125.000.000.000 18 Jun-10 3.082 0.97 6.5 0.048 75.205.000.000.000 19 Jul-10 3.455 1.57 6.5 0.033 78.140.000.000.000 20 Agt-10 3.477 0.76 6.5 0.046 79.641.000.000.000 21 Sept-10 3.346 0.44 6.5 0.012 83.454.000.000.000 22 Okt-10 3.330 0.06 6.5 0.033 85.881.000.000.000 23 Nov-10 3.459 0.60 6.5 0.047 90.387.000.000.000 24 Des-10 2.675 0.92 6.5 0.034 97.519.000.000.000 25 Jan-11 2.719 0.89 6.75 0.023 95.473.000.000.000 26 Feb-11 2.990 0.13 6.75 0.025 95.987.000.000.000 27 Mar-11 2.970 -0.32 6.75 0.039 191.189.000.000.000 28 Apr-11 3.107 -0.31 6.75 0.020 100.568.000.000.000 29 Mei-11 3.097 0.12 6.75 0.038 104.333.000.000.000 30 Jun-11 2.895 0.55 6.75 0.051 109.750.000.000.000 31 Jul-11 3.078 0.67 6.75 0.023 112.864.000.000.000 32 Agt-11 2.935 0.93 6.75 0.071 116.807.000.000.000 33 Sept-11 3.039 0.27 6.50 0.025 123.362.000.000.000 34 Okt-11 2.805 -0.12 6.00 0.043 127.150.000.000.000 35 Nov-11 2.277 0.34 6.00 0.027 132.462.000.000.000 36 Des-11 2.084 0.57 6.00 0.033 145.467.000.000.000 37 Jan-12 2.236 0.76 5.75 -0.010 143.888.000.000.000 38 Feb-12 2.322 0.05 5.75 0.020 145.624.000.000.000 39 Mar-12 2.184 0.07 5.75 0.052 151.862.000.000.000 40 Apr-12 2.230 0.21 5.75 -0.003 144.275.000.000.000 41 Mei-12 2.293 0.07 5.75 0.037 147.543.000.000.000

Page 141: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

125

No Waktu NPF UKM

Inflasi BI Rate G Fin Asset

Y (%) X1 (%) X2 (%) X3 (%) X4 (Rp) 42 Jun-12 2.228 0.62 5.75 0.042 155.412.000.000.000 43 Jul-12 2.189 0.70 5.75 0.028 155.666.000.000.000 44 Agt-12 2.119 0.95 5.75 0.033 161.534.000.000.000 45 Sept-12 1.894 0.01 5.75 0.043 168.660.000.000.000 46 Okt-12 1.774 0.16 5.75 0.040 174.094.000.000.000 47 Nov-12 1.703 0.07 5.75 0.035 179.871.000.000.000 48 Des-12 1.397 0.54 5.75 0.051 195.015.000.000.000

Page 142: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

126

Lampiran 2: Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .863a .745 .721 .338435

a. Predictors: (Constant), LNX4, INFLASI, G FIN, BI RATE

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.354 4 3.589 31.330 .000a

Residual 4.925 43 .115

Total 19.279 47

a. Predictors: (Constant), LNX4, INFLASI, G FIN, BI RATE

b. Dependent Variable: NPF UKM

Page 143: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

127

Lampiran 3: Uji Normalitas

Page 144: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

128

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 48

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .00299264

Most Extreme Differences

Absolute .073

Positive .073

Negative -.055

Kolmogorov-Smirnov Z .503

Asymp. Sig. (2-tailed) .962

a. Test distribution is Normal.

Page 145: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

129

Lampiran 4: Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi

Uji Tolerance & VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.029 1.744 3.456 .001

INFLASI .065 .124 .041 .526 .601 .964 1.037

BI RATE .269 .158 .231 1.703 .096 .322 3.108

G FIN -3.174 1.015 -.284 -3.128 .003 .721 1.387

Ukuran

Bank -1.041 .185 -.689 -5.616 .000 .395 2.535

a. Dependent Variable: NPF UKM

Uji DW

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .826a .682 .635 .08876 1.864

a. Predictors: (Constant), LNX4B, LNX1B, LNX3B, LNX2B

b. Dependent Variable: LNYB

Page 146: ANALISIS PENGARUH INFLASI, BI RATE , PERTUMBUHAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/23945/1/M... · 2009-2013 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen ... Anggota

130

Lampiran 5: Uji Heterokedatisitas

Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -32.294 20.221 -1.597 .119

LNX1 .122 .295 .068 .413 .682

LNX2 8.696 7.105 .360 1.224 .229

LNX3 -.455 .583 -.146 -.782 .440

LNX4 .425 1.470 .087 .289 .774

a. Dependent Variable: LNRES_2