analisis penerapan pembiayaan qardhul hasane-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2423/1/susunan ta...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL
HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
AYUK WIRYAN UTAMI
NIM: 201-14-061
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
i
ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL
HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh
Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah
Oleh:
AYUK WIRYAN UTAMI
NIM: 201-14-061
JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2017
vi
MOTTO
“Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah cintai
apa yang anda lakukan”
(Steve Jobs)
“Berani karena benar, takut karena salah janganlah iri dengan apa
yang didapat oleh orang lain, karena kitapun bisa mendapatkannya
pula”
(Penulis)
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilah, tiada henti-hentinya penulis mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas ridho-nya akhirnya penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini
dengan baik dan tidak ada halangan apapun. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Slamet Subiyanto, terimakasih telah memberikan dukungan yang
luar biasa kepada penulis tidak hanya dari segi materi namun juga
semangat dan doa.
2. Ibu Endang Sri Wiryani, yang selalu memberikan semangat dikala penulis
putus asa. Menjadi tempat bercerita dan juga tidak pernah lupa untuk
mendoakan dan menjadi penyemangat nomer satu.
3. Kakak-Kakakku Putri Wiryaningsih dan Ata Riski Wiryandari terimakasih
untuk nasehat dan semangat yang luar biasa untuk penulis.
4. Rijet Tri Yogi, yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Mochlasin M.Ag. Selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Sahabat-sahabatku Desi, Mutoharoh, Arni, Tutik Dan Afsi yang selalu
memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.
7. Teman-teman DIII Perbankan Syariah 2014 yang berjuang bersama-sama.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini
tak lepas dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari semua pihak yang
terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah
limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT
SH@R’IE UNGARAN”. Penulis mengakui bahwa semua ini tak akan
terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan
terimakasih kadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga
3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi DIII
Perbankan Syariah
ix
4. Bapak Mochlasin, M.Ag. selaku pembimbing yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang
telah memberikan ilmunya dengan tulus.
6. Bapak H. Sri Widodo, S.E selaku Manager BMT Sh@r’ie beserta seluruh
pegawai yang telah membimbing selama peneliti melakukan kegiataan
magang dan penulisan Tugas Akhir.
7. Kedua Orang tuaku tercinta, terima kasih tak terhingga atas doa, semangat
kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada
keduanya. Serta tidak lupa Kakak-kakakku Putri dan Ata yang setiap harinya
memberi semangat dalam penulisan Tugas Akhir.
8. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya, yang
tidak dapat disampaikan satu persatu. Terima kasih banyak.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Salatiga, 11 Agustus 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Utami, Ayuk Wiryan. 2017. Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan Di
BMT Sh@r’ie Ungaran. Tugas Akhir, Falkutas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi DIII-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing Mochlasin, M.Ag.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang memiliki
hal keterbatasan modal dalam mengembangkan usaha kecil, kebutuhan
yang mendesak, dan ekonomi yang lemah. BMT Sh@r’ie menyalurkan
dana kebajikan untuk masyarakat yang tidak mampu melalui
pembiayaan Qardhul Hasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
motivasi nasabah dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan,
sumber-sumber dana serta realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di
BMT Sh@r’ie Ungaran. Metode pengumpulan yang dilakukan
menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi anggota dalam
pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan yaitu, keadaan ekonomi anggota
yang lemah, tidak cukupnya modal dana untuk membuka usaha,
penghasilan yang tidak tetap, suami sudah meninggal dunia dan masih
membiayai sekolah anak. Sumber-sumber dari pembiayan Qardhul
Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran berasal dari infaq, shadaqah, surplus
bagi hasil dan simpanan amanah. Dalam realisasi pembiayaan Qardhul
Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran tingkat keberhasilan nasabah hanya
50%. Dan adanya perpanjangan waktu untuk anggota pembiayan yang
sudah jatuh tempo. Sedangkan pembiayaan ini bertujuan untuk
mensejahterakan dan menganggkat perekonomian nasabah yang kurang
mampu.
Kata Kunci: Pembiayaan, Qardhul Hasan, BMT
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ..................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7
E. Metode Penelitian ......................................................................................... 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 13
B. Kajian Teori ................................................................................................ 16
xii
1. Pembiayaan ........................................................................................... 16
2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan ............................................. 24
3. Prinsip-Prinsip 5C . ................................................................................ 34
BAB III GAMBARAN UMUM BMT SH@R’IE UNGARAN
A. Profil BMT Sh@r’ie Ungaran ................................................................... 38
1. Sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie ........................................... 38
2. Visi dan Misi .......................................................................................... 38
3. legalitas Usaha ....................................................................................... 39
4. Struktur Organisasi ................................................................................ 39
5. Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie .................................. 40
6. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Jabatan ................................ 41
7. Jam Operasional .................................................................................... 48
B. Produk-Produk pada BMT Sh@r’ie ........................................................... 48
1. Produk Simpanan ................................................................................... 48
2. Produk Pembiayaan ................................................................................ 52
3. Syarat Pengajuan Pembiayaan ............................................................... 55
BAB IV ANALISIS DATA
A. Motivasi Anggota Dalam Pengajuan Pembiayaan Qardhul Hasan ........... 56
B. Sumber Dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ......................... 58
C. Mekanisme Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ....... 59
1. Prosedur Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie ....................... 59
2. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran ................................................................................... 62
xiii
D. Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ........... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 69
B. Saran .......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Pinjaman Qardh/ Qardhul Hasan ......................................... 25
Gambar 3.1. Struktur Organisasi RAT BMT Sh@r’ie Ungaran ............................ 39
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Perbedaan antara Pinjaman Al-Qardh dengan Pembiayaan Qardhul
Hasan .................................................................................................... 30
Tabel 4.1. Perkembangan Penyaluran Dana Qardhul Hasan Pada Anggota di
BMT Sh@r’ie Ungaran periode 2013-2016 ......................................... 59
Tabel 4.2. Jangka Waktu Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan .................. 63
Tabel 4.3. Prosentase Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode 2013-2016 ...... 65
Tabel 4.4. Nama Anggota, Jumlah dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode
2013-2016 ............................................................................................. 65
Tabel 4.5. Jenis Usaha & Spesifikasi Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode
2013-2016 ............................................................................................. 66
Tabel 4.6. Tingkat Keberhasilan Anggota Dalam Pengembalian Dana Qardhul
Hasan Periode 2013-2016 .................................................................... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan di
seluruh aspek yang berkesinambungan meliputi, kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Sebelum berbicara lebih jauh mangenai kondisi
perekonomian saat ini, khususnya yang terjadi di Indonesia yang ternyata
belum stabil, masih terdapat masalah yang hingga kini belum terealisasikan,
yakni pemenuhan lapangan pekerjaan demi kesejahteraan umat. Padahal di
era global ini persaingan dunia usaha sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut
berfikir keras mengatur strategi untuk mempertahankan dan memajukan
bisnis yang mereka geluti. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tanpa
berfikir panjang melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat terhadap
lawan jenisnya (Antonio, 2001: 5).
Cara untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, para pengusaha
hendaknya sejak dini memasang fondasi yang kuat guna untuk
mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga mampu bersaing secara sehat,
khususnya para pengusaha kecil ataupun pengusaha menengah yang
mempunyai banyak keterbatasan, baik dari segi permodalan, sarana dan
prasarana, sumber daya manusia bahkan dalam hal pemasarannya.
Permasalahan yang terletak di dalamya memang sangat komplek, akan tetapi
mari kita lihat salah satu hal pokok ketika kita bicara tentang dunia usaha
2
yaitu modal usaha. Untuk menyikapi hal tersebut para pelaku pasar harus
menggunakan pikiran jernih serta akal sehat sebagai langkah antisipasi
haruslah memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan diri sejak dini dan
sebaik mungkin agar mampu bersaing terutama pada pengusaha kecil dan
menengah yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam sarana permodalan
maupun sumberdaya manusia serta di bidang pemasarannya.
Setiap kegiatan usaha pasti memerlukan modal kerja yang mungkin
saja untuk saat ini sulit dipenuhi menyadari adanya kesulitan yang dialami
pengusaha kecil dan menengah, pihak pemerintah ikut andil pembiayaan
lunak bahkan kredit tanpa bunga, bahkan menganjurkan para pengusaha besar
untuk menjadi bapak asuh bagi pengusaha kecil dan meminta agar bank-bank
swasta maupun pemerintah bisa menyalurkan kredit dengan prosedur yang
mudah dan bunga yang ringan. Namun hanya sedikit bank-bank yang mau
membantu pengusaha kecil untuk bisa mengangkat dan memperbesarkan
usaha mereka. Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, akan tetapi
hasilnya belum maksimal untuk dibutuhkan solusi lain agar masalah-masalah
tersebut dapat teratasi dan kini pemerintah mulai mendorong usaha-usaha
koperasi untuk membantu penyediaan modal kerja.
Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut maka pemberian
pinjaman harus diartikan sebagai suntikan modal yang sifatnya sementara dan
rangsangan karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi
yang akhirnya akan meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Meningkatnya
produksi, berarti dapat meningkatnya pendapatan masyarakat dan
3
meningkatnya pendapatan dapat berdampak pada peningkatan produktifitas
tersebut, maka tabungan juga akan mengalami peningkatan. Inilah awal
kapitalisasi permodalan usaha kecil. Pemberian pinjaman juga harus
dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan.
Penerimaan pinjaman harus didasarkan tentang pentingnya penataan struktur
keuangannya, sehingga secara berlahan dapat mandiri. Pengelolaan keuangan,
secara sadar diharapkan dapat membantu meningkatkan produktifitas usaha
kecil. Meningktnya plafon pinjaman harus dievaluasi ulang, apakah seiring
dengan perluasan usaha atau tidak. Berdasarkan berbagai pengalaman
tersebut maka sistem pemberian pinjaman yang ideal adalah bilamana terjadi
hubungan timbal balik antara pemberi pinjaman secara menguntungkan.
Pihak pemberi pentingnya menjalin hubungan baik dengan para anggota atau
anggotanya, sementara pihak penerima merasakan kemanfaatan yang besar
karena pelayanannya, sehingga tumbuh rasa saling tanggung jawab sesama
umat (Antonio, 2001: 25).
Pemerintah pun mulai mendorong kembali usaha koperasi untuk
membantu penyediaan modal usaha. Koperasi yang disebut sebagai tonggak
ekonomi bangsa ikut berperan dengan meluncurkan koperasi simpan pinjam
serta koperasi serba usaha harapannya usaha yang dikelola bisa menjangkau
masyarakat bawah. Pada koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha
juga melayani penyimpanan uang dan pinjaman dengan bunga lunak yang
bisa dijangkau masyarakat bawah untuk modal usaha. Selain koperasi ada
juga lembaga keuangan yang lain yang menggunakan sistem syari’ah yang
4
mengelola bisnis dan harta maal, lembaga tersebut bernama baitul maal
wattamwil (BMT). BMT lebih mengarah pada usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non profit seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedang
baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisah dari BMT sebagai
lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan
syari’ah.
Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan yang
berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-
prinsip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga
keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat
kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT
mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala
aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan
pembiayaan. Dari dana simpanan yang akan disalurkan lagi kemasyarakat
sebagai pembiayaan. Semakin banyak dana yang tersimpan di BMT, maka
semakin banyak pula dana yang bisa dicairkan untuk pembiayaan. Oleh
karena itu perlu strategi tertentu agar masyarakat tertarik untuk meminjam
dana ke BMT. Semakin banyak dana yang dipinjamkan ke anggota maka
akan semakin besar pendapatan yang akan diperoleh BMT. Prosentase bagi
hasil yang diterapkan utuk anggota ditentukan oleh BMT pada akad diawal.
BMT tidak digerakan dengan motif laba semata, tetapi juga motif sosial.
Karena beroperasi dengan pola syariah (Sudarsono, 2003: 80).
5
Salah satu BMT (Baitul Maal Wattanwil) yang masih tetap eksis
berdiri sampai saat ini adalah BMT Sh@r’ie Ungaran yang berada di
Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pada dasarnya BMT
Sh@r’ie merupakan lembaga yang berbadan hukum Koperasi Serba Usaha
(KSU). Meskipun BMT merupakan kegiataan utama yang tidak jauh berbeda
dengan bank. Dalam bidang sosial, BMT menghimpun dan menyalurkan dana
kebajikan berupa Qardhul Hasan serta menghimpun dan menyalurkan dana
infak dan sedekah. BMT Sh@r’ie Ungaran mempraktekkan usaha sebagai
pengumpulan dana serta simpan-pinjam yang sesuai dengan syariah. Dimana
tidak ada riba dan bisa mengjangkau sector bawah, sehingga anggota atau
anggota bisa mengangkat tingkat perekonomian mereka ke arah yang lebih
baik.
Salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie
Ungaran adalah Qardhul Hasan yaitu model pembiayaan yang diperuntukan
untuk membiayai kebutuhan anggota yang bersifat konsumtif dan mendesak
yang ditujukan kepada anggota yang kurang mampu. Pengembangan di
bidang sosial BMT Sh@r’ie, dimaksudkan mampu menjangkau lapisan
masyarakat yang tidak mungkin untuk melakukan pembiayaan dengan dana
komersial.
Keberadaan produk qardhul hasan adalah salah satu solusi untuk
mengoptimalkan dana zakat (infaq dan shadaqah). Ulama sangat menyadari
bahwa pensyari’atan ZIS adalah salah satu terobosan besar yang ditawarkan
islam dalam sistem interaksi sosial-ekonomi sepanjang sejarah umat manusia
6
sebagai solusi untuk usaha mengentaskan kemiskinan, menumbuhkan
solidaritas sosial antar sesama anggota masyarakat, mengurangi kesenjangan
dan yang terpenting adalah sebagai investasi modal bagi para mustahik dalam
mengatasi berabagai kesulitan hidup (Sudarsono, 2003: 98).
Penelitian sebelumnya tentang Qardhul Hasan dalam perbankan
Syariah sudah dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dan Firdaus
Furywardana (2006), Heru Sulisyo dan Abdul Hakim (2013), Hendri
Hermawan A.N. (2008), Uswatun (2010) dan Suhendri (2011).
Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya
yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota dalam
pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul
Hasan, dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran.
Berdasarkan berbagi uraian latar belakang di atas, maka peneliti
tertarik memilih judul : “Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan
di BMT Sh@r’ie Ungaran”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan di
BMT Sh@r’ie Ungaran ?
2. Apa sumber-sumber dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ?
3. Bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Ungaran ?
7
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan
Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.
2. Untuk mengetahui sumber-sumber Dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Ungaran.
3. Untuk mengetahui realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Ungaran.
D. Manfaat Penelitan
1. Bagi Penelitian
a. Untuk menambah wawasan pengetahuan ilmiah sehingga dapat
dijadikan dasar serta sebagai salah satu studi banding bagi penulis
lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Sebagai syarat kelulusan program D-III Perbankan Syariah.
2. Bagi pihak IAIN Salatiga
a. Memperkaya literature penelitian tentang Analisis Penerapan
Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.
b. Menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya FEBI IAIN Salatiga.
3. Bagi BMT
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.
b. Sebagai pertimbangan dalam proses.
8
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode kualitatif,
yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati (Sarwono, 2006: 9).
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang
diperlukan maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang
bersifat deskriptif kualitatif dengan cara menggambarkan mengenai suatu
kenyataan empiris dari obyek yang dijadikan penelitian. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial
yang kompleks yang ada di masyarakat (Mantra, 2004: 38).
2. Jenis data
a. Data Primer
Yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek
penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan
data langsung pada subjek dengan sumber informasi yang dicari.
Sumber data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mengolah
secara langsung dari sumbernya melalui wawancara berupa keterangan
manajer dan karyawan BMT Sh@r’ie Ungaran (Sarwono, 2006: 16).
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh
9
pihak lain. Meliputi berbagai referensi yang memuat berbagai
informasi tentang penerapan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran. Referensi tersebut berupa buku-buku, karya ilmiah,
literatur, maupun sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini dan
mampu untuk di pertanggungjawabkan (Sarwono, 2006: 17).
3. Teknik Pengambilan Data
a. Wawancara
Wawancara (interview) adalah proses memperoleh suatu fakta
atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara
lisan) denga responden, baik secara temu wicara atau menggunakan
teknologi komunikasi (jarak jauh). Dalam wawancara ini ada dua belah
pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan interviewer
(pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai) (Supardi, 2005:
121). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Pimpinan
BMT Sh@r’ie selaku pengelola BMT Sh@r’ie dan anggota
pembiayaan Qardhul Hasan.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan, prhatian atau pengawasan.
Artinya, mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan
pengamatan terhadap subyek dan penelitian secara seksama (cermat dan
teliti) dan sistematis (Supardi, 2005: 136).
Metode ini penulis menggunakan untuk memperoleh data berupa
pengamatan langsung di tempat penelitian ketika melakukan praktek
10
magang untuk memperoleh data secara nyata mengenai pembiayaan
Qardhul Hasan.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan suatu
peristiwa yang ditinggalkan baik tertulis maupun tidak tertulis
(Sugiyono, 2016: 400).
Dalam metode ini penulis menggunakan dengan melihat data
yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie sebagai bahan acuan, serta mencari
literature buku dan internet yang sesuai dengan tema Tugas Akhir.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan
interprestasi secara logis, sistematis, dan konsisten sesuai dengan
teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dan sifat data yang
diperoleh. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis
kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data
yang diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga akan
diperoleh gambaran yang komprehensif, dan selanjutnya dianalisis
secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada
(Sarwono, 2006: 239).
Analisis data dalam penelitian di sini, setelah data dikumpulkan
diolah dan dianalisa dengan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan
adalah analisis induktif, dengan menarik hal-hal yang bersifat khusus ke
11
dalam hal-hal yang bersifat umum. Setelah dilakukan analisis terhadap
data BMT Sh@r’ie Ungaran, kemudian ditafsirkan dengan kerangka
pemikiran berdasarkan studi pustaka. Terakhir adalah menarik
kesimpulan sesuai dengan permasalahan penelitian.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian ini tedapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub
bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini terdiri terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, kajian teoritik yang
didalamnya meliputi: pengertian, unsur, tujuan, fungsi, dan
jenis-jenis pembiayaan, pengertian Al-Qard dan Qardhul Hasan,
Skema Qardhul Hasan, Landasan Syariah, Rukun dan Syarat
Qardhul Hasan, perbedaan pinjaman Al-Qard dan pembiayaan
Qardhul Hasan, Sumber dana Al-Qard dan Qardhul Hasan,
manfaat Qardhul Hasan, fatwa DSN-MUI tentang Qardhul
Hasan dan prinsip-prinsip 5C.
12
BAB III : Gambaran Umum BMT Sh@r’ie Ungaran
Pada bab ini mencakup gambaran secara umum mengenai BMT
Sh@r’ie Ungaran antara lain tentang sejarah dan perkembangan
BMT Sh@r’ie, Visi dan Misi BMT Sh@r’ie, Legalitas Usaha,
Struktur organisasi BMT Sh@r’ie, Susunan Pengurus dan
Pengelola BMT Sh@r’ie, Tugas Wewenang dan Tanggung
jawab Jabatan, Jam Operasional BMT Sh@r’ie serta Produk-
produk BMT S@r’ie seperti produk simpanan dan produk
pembiayaan.
BAB IV : Hasil Penelitian
Pada bab ini berisikan hasil penelitian yang dilakukan mengenai
motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaa Qardhul Hasan
pada BMT Sh@r’ie, sumber-sumber dana Qardhul Hasan, dan
bagaimana penerapan pembiayaan Qardhul Hasan pada BMT
Sh@r’ie di wilyah Ungaran.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan penelitian dan saran-saran yang dikemukakan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Adnan dan Firdaus (2006) meneliti tentang Evaluasi Non Perfomance
Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah Cabang
Yogyakarta). Metode penelitian analisis regresi, sampel yang digunakan
anggota BNI Syariah cabang Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa resiko pembiayaan Qardhul Hasan
yang terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup
dengan jaminan. Peneliti ini mengambil studi kasus pada salah satu cabang
BNI Syariah yakni Kantor Cabang Yogyakarta Syariah, karakter yang baik
dan referen yang objektif serta payment yang semakin baik mampu
menurunkan rasio NPL. Sedangkan purpose tidak memberikan kontribusi
terhadap NPL, peningkatan atau penurunan NPL tidak dapat diprediksikan
dari tujuan penggunaan.
Sulisyo dan Hakim (2013) meneliti tentang Model Pembiayaan
Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan. Metode penelitian
kualitatif, sampel penelitian yang digunakan 100 orang responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan bagi
pedagang kaki lima ternyata sangat bermanfaat dalam meningkatkan omzet
penjualan dan tingkat kesejahteraannya. Namun demikian, proporsi
pembiayaan Qardhul Hasan masih sangat kecil. Oleh karena itu, model
14
pembiyaan Qardhul Hasan dengan melibatkan berbagai instansi secara
komprehensif, seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pasar, Bazda Kota
Semarang dan Bazda Provinsi Jawa Tengah, Laznas, Bank syariah, BPR
syariah untuk menentukan data base bagi pembiayaan PKL, pembinaan dan
pendampingan usaha. Selama ini tidak ada koordinasi sama sekali antara
instansi terkait. Dengan demikian diharapkan peningkatan proporsi
pembiyaan bagi PKL akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kota
Semarang.
Hermawan (2008) meneliti tentang Sumber dan Penggunaan Dana
Qard dan Qardhul Hasan pada Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta.
Metode penelitian kualitatif dan penelitian deskriptif, sampel yang digunakan
purposive sampling terdiri dari seluruh muqtaridh pada periode tahun 2004-
2006 yaitu 8 mustaqridh dan 2 perwakilan staff Bank BRI Syariah Cabang
Yogyakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber dana Qardhul Hasan pada
Bank BRI Syariah Yogyakarta berasal dari denda anggota dan pendapatan
non halal. Sehingga pendistribusian hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa
yang berdomisili di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syariah Yogyakarta.
Penggunaan dana qard untuk modal usaha (100%) sedangkan penggunaan
dana Qardhul Hasan 12,5% untuk biaya sekolah (anak) dan 87,5% untuk
modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada bank
BRI Syariah kurang sesuai secara normati dan yuridis, karena dana ZIS
15
dikelola tersendiri di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya dikelola oleh
BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul Hasan.
Uswatun (2010) meneliti Tentang Pengaruh Pembiayaan Qardhul
Hasan Pada BNI Syariah Cabang Semarang Terhadapat Perkembangan
Usaha Kecil. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif, sampel
penelitian yang digunakan 33 orang responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan Qardhul Hasan pada
memiliki konstribusi hanya sebesar 11,80% terhadap perkembangan usaha
kecil. Meskipun Pembiayaan Qardhul Hasan pada BNI Syariah cabang
Semarang tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha kecil, akan tetapi
masih memiliki peran dalam hal penambahan modal usaha, mempertahankan
kelangsungan usaha, dan mengalihkan ketergantungan mereka dari lembaga
yang berbasis bunga.
Suhendri (2011) meneliti tentang Manajeman Qardhul Hasan Dalam
Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Di BAZ Kota Depok. Metode penelitian
kualitatif.
Hasil penelitian menujukan bahwa manajemen Qardhul Hasan terdapat
adanya perencanaan yang di dalamnya berbagai proses kegiatan yang kurang
berjalan dengan semestinya, sedangkan dalam pengorganisasian bisa
dikatakan sudah cukup baik. Masih banyaknya masalah dalam bimbingan dan
komunikasi yang dihadapi menjadi penyebab kurang berjalannya
penggerakan ini dengan baik atau sesuai apa yang direncanakan. Dalam
16
pengawasan sudah dikatakan cukup baik, meskipun masih terdapat kendala
dalam melakukan pengawasan.
Manfaat dari program Qardhul Hasan dalam pembiayaan usaha kecil
menengah, dapat berhasil dalam pertumbuhan ekonomi. Terbukti dengan
berkembangnya (membuka usaha lain) usaha si peminjam. Dan dengan
meresponnya si peminjam dalam mengembalikan pinjaman artinya
perekonimian si peminjam meningkat dan terbantukan.
Sedangakan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan
penelitian saya yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota
dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul
Hasan, dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran.
B. Kajian Teoritik
1. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan merupakan kegiatan bank syariah dan lembaga
keuangan lainnya contohnya BMT dalam menyalurkan dananya kepada
pihak anggota yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat
bagi bank syariah maupun BMT, anggota dan pemerintah. Pembiayaan
memberikan hasil yang besar diantara penyaluran dana lainnya yang
dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui
pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang
mendalam sehingga kerugian dapat dihindari (Ismail, 2011: 105).
17
Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata
lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan (Rivai, 2008: 6).
b. Unsur Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.
Dengan demikian, pemberiaan pembiayaan adalah pemberian
kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus
diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan
waktu dan syarat-syarat yang telah dikembalikan oleh penerima
pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah
disepakati bersama. Unsur-unsur yang dalam pembiayaan tersebut
adalah:
1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan
dan penerima pembiayaan merupakan kerja sama yang saling
menguntungkan, yang diartikan sebagai kehidupan tolong
menolong.
2) Adanya kepercayaan shahibul mal dan mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
18
3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal
dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib
kepada shahibul mal.
4) Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal
kepada mudharib.
5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur
esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik
dilihat dari mudharib.
6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal
maupun mudharib. Risiko dipihak shahibul mal adalah resiko gagal
bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman
komersial) atau ketidakmampuan bayar pinjaman konsumen atau
karena ketersedian membayar. Resiko dipihak mudharib adalah
kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal
yang bermaksud untuk mencaplok perusahaan yang diberi
pembiayaan atau tanah yang dijaminkan (Rivai, 2008: 5).
c. Tujuan Pembiayaan
Menurut Muhammad secara makro pembiayaan bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi
distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro pembiayaan diberikan
dengan tujuan memaksimalkan laba, meminimalkan resiko,
19
penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana
(Muhammad, 2016: 17).
d. Fungsi Pembiayaan
Sesuai dengan tujuan pembiayaan tersebut, maka pembiayaan
memiliki fungsi sebagi berikut: meningkatkan Utility (daya guna) dari
modal/ uang, meningkatkan Utility (daya guna) suatu barag,
meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, menimbulkan gairah
usaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi,
pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan Nasional,
dan pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Internasional (Rivai,
2008: 7).
e. Jenis-jenis Pembiayaan
Jenis pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya,
keperluan serta akadnya (Antonio, 2001: 16).
1) Menurut sifat penggunannya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu:
a) Pembiayaan produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan. Produksi dalam arti luas yaitu peningkatan usaha baik
usaha produksi maupun investasi.
b) Pembiayaan konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi yang habis digunakan untuk memenuhi
kebutuhan.
20
2) Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu:
a) Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan:
1. Peningkatan produksi, baik seacara kuantitatif yaitu jumlah
hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan
kualitas aau mutu hasil produksi.
2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan. Utility of
place dari suatu barang.
b) Pembiayaan investasi, yaitu memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya
dengan itu.
3) Pembiayaan dari jenis akad jual beli antara lain:
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran
ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang
diberikan kepada anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan
produksi (inventory). Pembiayaan mirip dengan kredit modal
kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional, dan
karenanya pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah satu
tahun.
Pembiayaan ini merupakan pembiayaan untuk jual beli
dengan harga asal ditambah margin keuntungan yang telah
21
disepakati. Pembiayaan ini sangat membantu anggota yang
membutuhkan barang di mana pada saat membutuhkan barang
tersebut anggota belum mempunyai uang tunai.
Pihak BMT membantu membiayai dan anggota harus
memenuhi kewajibannya pada saat tertentu yang telah disepakati
bersama. Namun keuntungan dapat diminta setiap bulan atau
sekaligus dengan pokoknya.
Sistem ini dapat dibagi menjadi empat antara lain:
1. Murabahah
Jual beli berlaku umum untuk semua barag yang dapat
diadakan seketika menjadi transaksi.
2. Ba’I As-salam
Pembelian barang yang dananya dibayar dimuka,
sedangkan barangnya diserahkan kemudian (spesifikasi
barang tersebut jelas).
3. Ba’I Isthisna
Kontrak jual beli barang dengan pesanan. Pembeli
memesan barang kepada produsen barang, namun produsen
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli
barang tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.
4. Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Merupakan akad perpaduan antara sewa sewa dengan
jual beli, yakni sewa menyewa yang diakhiri dengan
22
pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai
penyedia barang pada hakekatnya tidak berhajat akan barang
tersebut, sehingga angsuran dari anggota bisa dihitung
sebagai biaya pembelian dan akhir waktu setelah lunas
barang menjadi milik anggota atau anggota.
4) Pembiayaan berdasarkan prinsip kerjasama (partnership)
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk pembiayaan
dimana pemilik modal (BMT) bersedia membiayai sepenuhnya
suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola
proyek tersebut dengan hasil pembagian sesuai dengan perjanjian,
apabila usaha yang dibiayai tersebut mengalami kerugian maka
kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal,
sedangkan pihak pengusaha menanggung kerugian dalam bentuk
pikiran, tenaga serta waktu yang telah dikorbankan.
b) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau
beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu
proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut
serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam manajemen
proyek. Kentungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan
menurut profesi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai
23
dengan kesepakatan bersama. Bila rugi kewajibannya hanya
terbatas dengan modal masing-masing.
c) Pembiayaan Al-Qardhul Hasan
Merupakan pembiayaan berakad ibadah, diberikan kepada
kaum dhuafa atau keperluan yang sifatnya darurat atas dasar
kewajiban sosial. Peminjam hanya diwajibkan untuk
mengembalikan sebesar pokoknya saja sesuai dengan jangka
waktu yang telah ditentukan.
d) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Jasa
1. Al Wakalah atau wakil
BMT menerima amanah dari investor yang akan
menanamkan modalnya kepada anggota, BMT menerapkan
fee manajeman.
2. Kafalah atau garansi
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak
lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang
ditanggung.
3. Hawalah atau pengalihan utang
Pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
4. Ar Rohn (gadai)
Menahan salah satu harta milik peminjam sebagai
jaminan atas pembiayaan yang diterimanya.
24
2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan
a. Pengertian Al-Qardh dan Qardhul Hasan
Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Pemberian dana al-qardh kepada anggota ini
berdasarkan pada kebutuhan dana yang sifatnya mendesak (Riswandi,
2015: 252).
Pengertian Qardh juga dijelaskan dalam fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh. Al-
Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota (muqtaridh)
yang memerlukan dan pihak muqtaridh tersebut wajib mengambilkan
jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama
(http//www.dsnmui.or.id diunduh 15 Desember 2016 pukul 10:20).
Sedangkan Qardhul Hasan adalah Pinjaman lunak ini diberikan
atas dasar kewajiban sosial semata dimana anggota tidak dituntut untuk
mengembalikan apapun kecuali modal. Qardhul hasan dalam kitab-
kitab klasik adalah Qardh. Qardh secara etimologi berarti al-qot’u yang
artinya pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang
berhutang disebut Qardh, karena merupakan “potongan” dari harta
orang yang memberikan hutang. Qardhul Hasan atau pinjaman
kebajikan merupakan suatu pembiayaan yang bersifat sosial dalam
Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Kata Qardhul Hasan diambil dari
Al-Quran surat al-Hadid ayat 11 dan surat al-Baqarah ayat 245.
25
Pembiayaan Qardhul Hasan merupakan bentuk implementasi dari
fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang
Qardh (Sulistyo, 2013: 41).
Menurut Muhammad, pengertian Qardhul Hasan adalah kegiatan
penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kebajikan tanpa imbalan
dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman
secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu (Muhammad,
2016: 108).
b. Skema Qardhul Hasan
Dalam skema Qardhul Hasan akan lebih jelas tentang gambaran
mekanisme Qardhul Hasan dalam praktik BMT. Keterangan:
26
1) Kontrak perjanjian Qardhul Hasan dilaksanakan antara BMT dan
Anggota.
2) Anggota menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan BMT
menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam
Qardhul Hasan berasal dari dana BMT dan dana kebajikan yang
dikumpulkan oleh BMT dengan berbagai sumber antara lain: zakat,
infaq, sedekah, denda, bantuan dari pihak lain dan dana lainnya.
3) Perjanjian pembiayaan dengan akad Qardhul Hasan sebagai modal
usaha maupun untuk keperluan mendesak.
4) Bila terdapat keuntungan maka keuntungan 100% dinikmati oleh
anggota, tidak dibagi hasil dengan BMT.
5) Pada pembayaran atau jatuh tempo, maka anggota mengembalikan
100% modal yang berasal dari BMT tanpa ada tambahan.
b. Landasan Syariah
Transaksi Al-Qard diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan
hadist riwayat ibnu majjah dan ibnu ulama. Sesengguhnya demikian
Allah SWT mengajarkan kepada kita agar meminjamkan sesuatu bagi
agam Allah .
1) Al-Quran
a) Q.S. Al-Hadid [57]: 11
27
Artinya: “Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipatkan gandakan (balasan)
pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh paha yang
banyak.”
b) Q.S. Al-Baqarah [2]: 280
Artinya: “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam
kesukaran, maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan.
Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.”
2) Al Hadits
Ibnu masud meriwayatkan bahwa Nabi SAW berkata, bukan
seorang muslim yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah.
Akad al-qard diperbolehkan secara syar’i dengan landasan
hadist atau ijma’ ulama. Diantaranya hadist yang diriwayatkan dari
ibnu Mas’ud, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “seorang muslim
yang mau memberikan pinjaman dua kali kepada sesama muslim,
maka ibaratnya ia telah bersedekah satu kali”.
Ulama telah sepakat atas keabsahan akad al-qard. Akad al-
qard disunnahkan bagi orang yang memberi pinjaman, dan
diperbolehkan bagi peminjam dengan dasar hadist di atas, serta
dengan landasan hadist dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi
SAW bersabda: “Orang yang melepaskan seorang muslim dari
kesulitannya didunia, Allah akan melepaskan kesulitannya dihari
28
kiamat, dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia
(suka) menolong saudaranya” (HR. Muslim, Abu Dawud,
Turmudzi).
3) Ijma
Para ulama telah menyepakati bahwa al-qard boleh
dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang
tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak
ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan.
Oleh karena itu, pinjam meminjam sudah menjadi bagian dari
kehidupan didunia. Islam adalah agama yang sangat
memperhatikan segenap kebutuhan umatnya (Asiyah, 2014: 242).
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
akad al-qard adalah perikatan atau perjanjian antara kedua belah
pihak, dimana pihak pertama menyediakan harta atau memberikan
harta dalam arti meminjamkan kepada pihak kedua sebagai
peminjam uang atau orang yang menerima harta yang dapat ditagih
atau diminta kembali harta tersebut, dengan kata lain meminjamkan
harta kepada orang lain yang membutuhkan dana cepat tanpa
mengharapkan imbalan. Dengan kata lain, akad al-qard merupakan
pinjaman oleh pihak LKS kepada anggota tanpa adanya imbalan,
perikatan jenis ini bertujuan untuk menolong, bukan sebagai
perikatan yang mencari untung (Antonio, 2001: 131).
29
c. Rukun dan Syarat Qardhul Hasan
Pada umumnya aspek hukum keperdataan islam (fiqh mu’amalah)
dalam bentuk transaksi baik berupa jual beli, sewa menyewa, maupun
semacamnya mempersyaratkan rukun dan syarat sahnya transaksi
tersebut, termasuk dalam transaksi al-qard yang mempunyai rukun dan
syarat sebagai berikut:
1) Rukun Al-Qard
a) Muqridh (pemilik barang)
b) Muqtaridh (peminjam)
c) Shighat (Ijab qabul)
d) Qard (uang atau barang yang dipinjamkan)
2) Syarat Al-Qard
a) Al-Qard atau barang yang dipinjamkan harus barang yang
memiliki manfaat, tidak sah jika tidak ada kemungkinan
pemanfaatan, karena al-qard adalah akad terhadap harta.
b) Akad al-qard tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab qabul,
seperti halnya jual beli (Ascarya, 2007: 48).
d. Perbedaan pinjaman Al-Qard dengan pembiayaan Qardhul Hasan
Sering terjadi penyamaan pengertian antara pinjaman Al-Qard
dengan pembiayaan Qardhul Hasan, dikalangan masyarakat. Keduanya
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Kata yang diletakan
pada al-qard adalah pinjaman. Sementara kata yang diletakan pada
Qardhul Hasan pembiayaan. Karena al-qard adalah pinjaman yang
30
berati dana yang dipinjamkan harus dikembalikan kepada yang
memberikan pinjaman, Sedangkan Qardhul Hasan adalah pembiayaan,
konsekuensi pembiayaan adalah adanya peluang untung dan rugi.
Dengan demikian, jika terdapat keuntungan boleh memberikan bagi
hasil kepada pemberi pembiayaan. Jika mengalami kerugian maka tidak
ada kewajiban memberikan hasil. Di samping itu, karena Qardhul
Hasan adalah bersifat kebajikan, maka pokok pembiayaan boleh tidak
dikembalikan kepada pihak yang memberikan pembiayaan
(Muhammad, 2016: 110).
Tabel 2.1. Perbedaan antara Pinjaman Al-Qardh dengan
Pembiayaan Qardhul Hasan
Sumber: (Muhammad: 2016, 111)
Aspek
Nama Pinjaman/Pembiayaan
Al-Qardh Qardhul Hasan
Istilah Pinjaman Pembiayaan
Sumber Dana 1. Modal Bank Syariah
2. Cadangan Bank
Syariah
3. Dana pihak ketiga
yang tanpa bagi hasil
1. Zakat
2. Infaq
3. Shadaqah
Pengembalian Dana 1. Pokok pinjaman harus
dikembalikan
2. Peminjam boleh
1. Pokok
pembiayaan bisa
dikembalikan
31
memberikan
tambahan dan biaya
administrasi
bisa tidak
2. Anggota bisa
memberikan
bagi hasil usaha
yang dibiayai
b. Sumber Dana Al-Qard dan Qardhul Hasan
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, bahwa dana al-qard dan
Qardhul Hasan dapat dari beberapa sumber yaitu:
1) Al-Qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan anggota
secara cepat dan berjangka pendek, maka sumber dana dapat
diambil dari modal bank.
2) Qardhul Hasan yang diperlukan untuk membantu usaha sangat
kecil dan keperluan sosial, maka sumber dana dapat berasal dari
zakat, infaq, dan shadaqah. Selain itu, ulama dan praktisi
perbankan melihat adanya sumber lain untuk Qardhul Hasan yaitu
dari pendapatan-pendapatan yang diragukan seperti bunga atas
jaminan L/C di bank asing dan sebagainya.
c. Manfaat Qardhul Hasan
1) Memungkinkan anggota yang sedang dalam kesulitan mendesak
untuk mendapatkan talangan jangka pendek.
2) Qardhul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda antara
bank syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung
misi sosial, disamping misi komersial.
32
3) Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra
baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
4) Membantu masyarakat kecil yang ingin meningkatkan usahanya
namun keterbatasan akses permodalan yang lebih besar (Asiyah,
2014: 244).
d. Fatwa DSN No:19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Qardhul Hasan
Dewan Syariah Nasional Menimbang:
1) Bahwa lembaga komersial, harus dapat beperan sebagai lembaga
sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal
2) Bahwa salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat
dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip al-
qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada anggota dengan
ketentuan bahwa anggota wajib mengembalikan dana yang
diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh
LKS dan anggota.
3) Bahwa agar akad tersebut sesuai dengan syari’ah Islam, DSN
memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad al-qardh untuk
dijadikan pedoman oleh LKS.
Menetapkan: FATWA TENTANG AL-QARDH
1) Ketentuan Umum Al-Qardh
a) Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota
(muqtaridh) yang memerlukan.
33
b) Anggota al-qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
c) Biaya administrasi dibebankan kepada anggota.
d) LKS dapat meminta jaminan kepada anggota bilamana
dipandang perlu.
e) Anggota al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan)
dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam
akad.
f) Jika anggota tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:
1. Memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau
2. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
2) Sanksi
a) Dalam hal anggota tidak menunjukkan keinginan
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan
bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan
sanksi kepada anggota.
b) Sanksi yang dijatuhkan kepada anggota sebagaimana dimaksud
butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan
barang jaminan.
c) Jika barang jaminan tidak mencukupi, anggota tetap harus
memenuhi kewajibannya secara penuh.
34
3) Sumber dana
a) Bagian modal LKS
b) Keuntungan LKS yang disisihkan; dan
c) Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran
infaqnya kepada LKS.
3. Prinsip-prinsip 5C
a. Character
Character adalah keadaan watak/ sifat dari customer, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari
penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh
mana iktikad/ kemauan customer untuk memenuhi kewajibannya
(willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.
Untuk memperoleh gambaran tentang karakter calon anggota dapat
ditempuh langkah sebagai berikut:
1) Meneliti riwayat hidup calon Customer.
2) Meneliti reputasi calon Customer.
3) Meminta informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon
mudharib berada.
4) Mencari informasi apakah calon Customer suka berjudi.
5) Mencari informasi apakah calon Customer memiliki hobi berfoya-
foya (Asiyah, 2014: 80).
35
Menurut Rivai, 2008. Ketika melakukan wawancara dengan
Customer, dalam menilai karakter sesorang perlu memperhatikan nilai-
nilai yang terdapat dalam dirinya. Nilai (value) yang perlu diamati:
1) Sosial Value
2) Theoretical Value
3) Esthetical Value
4) Economical Value
5) Religious Value
6) Political Value
b. Capital
Capital adalah jumlah dana/ modal sendiri yang dimiliki oleh calon
mudharib. Makin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin
tinggi kesungguhan calon mudharib menjalankan usahanya dan bank
akan merasa lebih yakin memberikan pembiayaan. Kemampuan modal
sendiri akan menjadi benteng yang kuat bagi usaanya tatkala ada
goncangan dari luar. Besar kecilnya capital bisa dilihat dari daftar
kekayaan yang bersangkutan setelah dikurangi utang-utangnya.
c. Capacity
Adalah untuk mengetahui/ mengukur sampai sejauh mana calon
mudharib mampu mengembalikan atau melunasi utang-utangnya
(ability to pay) secara tepat waktu, dari hasil usaha yang diperolehnya.
Pengukuran dapat dilakukan dengan:
36
1) Pendekatan historis, yaitu menilai past performance, apakah
menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu.
2) Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini untuk menjamin profesionalitas kerja.
3) Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon mudharib
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha untuk
melakukan perjanjian pembiayaan dengan bank atau tidak.
4) Pendekatan Manajerial, yaitu untuk menilai sejauhmana
kemampuan dan ketrampilan customer melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dalam memimpin.
5) Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuann
calon mudharib mengelola faktor-faktor produksi, seperti tenaga
kerja, bahan baku, peralatan/ mesin-mesin, administrasi keuangan,
industrial relation.
d. Collateral
Collateral adalah barang yang diserahkan mudharib sebagai
agunan terhadap pembiayaan yang diterimannya. Collateral harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban
finansial mudharib kepada bank. Penilaian terhadap collateral meliputi
jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya. Bentuk
collateral tidak hanya berbentuk kebendaan, melainkan bisa juga
berbentuk jaminan pribadi (borgtocht), letter of guarantee, letter of
comfort. Penilaian dalam collateral dapat ditinjau dari dua segi:
37
1) Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang yang diagunkan
2) Segi yuridis, yaitu apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat
yuridis untuk dipakai sebagi agunan (Asiyah, 2014: 83).
e. Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, social,
ekonomi, dan budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian yang
kemungkinan pada suatu saat memengaruhi kelancaraan perusahaan
calon mudharib. (Rivai, 2008: 352).
Menurut Asiyah, 2014. Penilaian terhadap kondisi ekonomi dapat
dilihat dari:
1) Keadaan konjungtur.
2) Peraturan-peraturan pemerintah.
3) Situasi, politik dan perekonomian dunia.
4) Keadaan lain yang mempengaruhi pemasaran.
38
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT SH@R’IE UNGARAN
A. Profil BMT Sh@r’ie Ungaran
1. Sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie
BMT Sh@r’ie merupakan lembaga keuangan syariah yang menjadi
lembaga intermediasi atau perantara dan merupakan salah satu bentuk
koperasi yang berorientasi pada anggota bukan masyarakat. Dimana
kegiatan dari BMT ini yaitu menjual jasa yang akan berfokus pada service
atau pelayanan terhadap anggota-anggotanya. Keuangan yang akan di
kelola oleh BMT ini selalu menerapakan prinsip kehati-hatian dalam setiap
kegiatan yang dilakukan serta yang menjadi pedoman BMT ini yaitu
berorientasi pada akhirat dan agama. BMT Sh@r’ie ini berdiri sejak tahun
2011 dan memiliki tiga kantor layanan yaitu BMT Sh@r’ie Ungaran, BMT
Sh@r’ie Jimbaran, dan BMT Sumowono. Sedangkan BMT Sh@r’ie
Ungaran yang beralamatkan di Grand Ruko Babadan, Telp. 0246926633,
e-mail: [email protected].
2. Visi dan Misi
a. Visi
“Menjadi Unit Jasa Keuangan Syari’ah yang Unggul dan Terpecaya”.
b. Misi
1) Mengedepankan dan membudayakan transaksi ekonomi sesuai nilai-
nilai syariah.
39
2) Menjunjung tinggi akhlakul karimah dalam mengelola amanah
ummat.
3) Mengutamakan kepuasan dalam melayani anggota.
4) Menjadi KSU BMT Sh@r’ie yang tumbuh dan berkembang secara
sehat.
5) Meningkatkan kesejahteraan anggota dan melakukan pembinan
kaum dhuafa.
3. Legalitas Usaha
a) Akta Notaris Nomer : No.014 TGL 24 APRIL 2011
b) Badan Hukum Nomer : BH. No.436/BH/XIV.23/188.4/V/2011
4. Struktur Organisasi BMT Sh@r’ie
Gambar 3.1. Struktur Organisai RAT BMT Sh@r’ie Ungaran
RAT
(Rapat Anggota Tahunan)
Dewan Pengawas
Syariah
Pengelola Ketua Bendahara
Sekretaris
Manager Pembukuan
(Administrasi) Kasir/
Teller
Kabag
Marketing
Marketing
Pengurus Pengawas
Kabag
Pembiayaan
40
5. Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie
Pengurus dan pengelola BMT Sh@r’ie periode 2016-2021.
Pengurus adalah kelompok orang yang diangkat berdasarkan rapat
anggota tahunan (RAT) dalam satu periode kepengurusan. Pengurus
biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendehara ini adalah sepadan
dengan dewan direksi dalam sebuah perusahaan. Keputusan rapat anggota
diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat dimana tiap-
tiap anggota mempunyai hak suara yang sama. Disamping rapat anggota
tahunan, BMT juga dapat melakukan rapat anggota luar biasa atas
permintaan sejumlah anggota akibat adanya suatu permasalahan yang
mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada
rapat anggota.
Dewan Pengawas Syariah : a. Mukiman Alias Abdul Rokhim
b. Ahmad Asrof
Pengawas : a. Ilyas Harum, S.Kom
b. Ahmad Asrof
Pengurus
Ketua : H. Sri Widodo, S.E
Sekretaris : Junaedi
Bendahara : Jumeri
Pengelola
Manager : H. Sri Widodo, S.E
Pembukuan (Adminitrasi) : Hj. Atik Masruroh, S.E
41
Teller/ kasir : Nina Aina
Kabag. Pembiayaan : Arip Darmawan, Amd. Kom
Kabag. Marketing : Imron Rozaqi
Marketing : a. Agus Budiono
b. Irfani Rizky
c. Rizky Pradita
6. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Jabatan
Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing
jabatan di BMT Sh@r’ie Ungaran berdasarkan struktur organisasi di atas
adalah sebagi berikut:
a. Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah berwenang melakukan pengawasan
penerapan konsep syariah dalam operasional BMT dan memberikan
nasehat dalam bidang syari’ah. Yang memiliki tugas sebagai berikut:
1) Membuat pedoman syariah dari setiap produk pengerahan dana
maupun produk pembiayaan BMT, memberikan fatwa kehalalan
suatu produk yang dikeluarkan BMT baik jenis barang maupun
timbangan/takarannya.
2) Mengawasi penerapan konsep syariah/jalannya produk BMT atau
seluruh kegiatan operasional BMT tersebut sesuai dengan fatwa-
fatwa DSN.
3) Melakukan pembinaan/konsultasi dalam bidang syariah bagi
pengurus, pengelola dan atau anggota BMT.
42
4) Melakukan pengawasan tentang transaksi pembiayaan serta akad
yang dipakai oleh pengelola BMT kepada anggota/masyarakat.
b. Pengawas
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Mengevaluasi pelaksanaan operasional BMT dalam periode
tertentu dalam hal akad-akad syari’ah BMT.
2) Membantu pengelola dalam rangka sosialisasi ekonomi syariah
kepada masyarakat.
3) Memberikan keputusan dan pandangan terhadap ketepatan produk-
produk syariah.
c. Pengurus
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
1) Menyusun kebijakan umum BMT yang telah dirumuskan dalam
Rapat Anggota.
2) Melakukan pengawasan operasional BMT dalam bentuk :
a) Persetujuan pembiayaan.
b) Pengawas tugas pengelola.
3) Bersama pengelola menetapkan komite pembiayaan.
4) Melaporkan perkembangan BMT kepada para anggota dalam
Rapat Anggota.
Dalam pelaksanaannya, Pengurus BMT terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Bendahara yang memiliki tugas, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing, berikut penjelasannya :
43
1) Ketua
a) Bertanggung jawab atas aktivitas BMT dan melaporkan
perkembangan unit BMT kepada seluruh anggota melalui
mekanisme rapat yang disepakati.
b) Melakukan pengawasan dan pertemuan bulanan untuk
membahas capaian target serta kendala-kendalan yang
dihadapai.
c) Mengajukan rencana kerja dan anggaran pendapatan/ belanja
BMT pada musyawarah anggota.
d) Menyetujui atau menolak pengajuan pengeluaran biaya,
pengajuan pembiayaan, pencairan dana untuk pembiayaan,
ataupun penggunaan keuangan yang tidak melalui prosedur.
e) Melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan dan kebutuhan
akan penambahan SDM.
2) Sekretaris
a) Mengadministrasikan seluruh berkas yang menyangkut
keanggotaan BMT.
b) Melakukan penghimpunan biodata atau kelengkapan
administrasi anggota BMT.
c) Merencanakan rapat rutin koordinasi dan evaluasi kegiatan
badan pengurus.
d) Mendokumentasikan arsip penting mengenai kepengurusan.
44
e) Mendistribusikan hasil notulasi rapat pada seluruh pihak yang
berkepentingan.
3) Bendahara
a) Melakukan analisis keuangan BMT.
b) Mengeluarkan laporan keuangan BMT kepada pihak yang
berkepentingan.
1. Membuat laporan keuangan BMT (simpan pinjam dan
sector riil).
2. Melakukan analisis bila diperlukan dan memberikan
masukan pada Rapat Badan Pengurus mengenai
perkembangan BMT dari hasil laporan keuangan yang ada.
c) Memberikan laporan mengenai perkembangan simpanan wajib
dan simpanan pokok.
d) Mengeluarkan analisis keuangan BMT.
d. Pengelola
Tugas dari pengelola adalah berupaya memaksimalkan operasional
BMT dalam melakukan penghimpunan atau penyaluran dana kepada
masyrakat. Diperlukan kerja sama yang baik agar tujuan tersebut dapat
dicapai. Pengelola BMT terdiri dari;
1) Manager
Yang memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai
berikut:
45
a) Memimpin Usaha BMT sesuai dengan RKATKS (Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan Koperasi Syariah).
b) Membuat rencana kerja dan anggaran tahunan BMT.
c) Menyelenggarakan rapat evaluasi kinerja BMT.
d) Menyusun laporan keuangan setiap bulannya dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
e) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara
tertib.
f) Memelihara inventaris dan asset-aset BMT.
g) Memimpin rapat komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
2) Pembukuan (Administrasi)
a) Menerima bukti transaksi uang masuk dan uang keluar yang
sudah divalidasi dari teller.
b) Membukukan kedalam transaksi dan membuat jurnal transaksi
harian.
c) Menyimpan bukti tiket transaksi kedalam file bukti transaksi.
d) Menyusun laporan keuangan neraca, L/R, arus kas, dan catatan
atas laporan keuangan.
e) Melaporkan pada manager untuk diteruskan pada pengurus.
3) Kasir / Teller
Memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut:
a) Terselesaikannya laporan kas harian.
46
b) Menyusun bukti-bukti transaksi keluar dan masuk dan
memberikan nomor bukti.
c) Melakukan pekerjaan sebagai kuasa BMT dalam hal
penerimaan setoran tunai maupun penarikan/pembayaran yang
dilakukan oleh anggota sesuai ketentuan yang berlaku.
d) Memegang kas tunai sesuai dengan kebijakan yang ada.
e) Memeriksa kelengkapan transaksi penghimpunan dana yang
terdiri dari slip setoran dan nominal uang yang diterima
4) Kabag. Pembiayaan
a) Melakukan proses pembiayaan dikantor.
b) Melakukan survey dan analisa kelayakan usaha calon
pengguna pembiayaan.
c) Menyimpan segenap agunan yang ada dan menyusun prosedur
penggunaan agunan.
5) Kabag. Marketing
a) Memastikan target funding tercapai sesuai rencana.
b) Bersama dengan manager menyusun target funding.
c) Memberi usulan untuk pengembangan produk kepada
manager.
d) Mensosialisasikan produk BMT untuk keperluan
penghimpunan BMT.
e) Mengevaluasi target penghimpunan dana dan pembiayaan
BMT.
47
6) Marketing
Tugas, wewenang dan tanggung jawab dari marketing adalah
sebagai berikut:
1) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses
sesuai dengan peraturan.
2) Melayani pengajuan pembiayaan dan memberikan penjelasan
mengenai produk pembiayaan.
3) Melakukan, analisa ekonomi/analisa angsuran yang diperlukan
untuk setiap proses pemberian pembiayaan berdasarkan
kelayakan, kelaziman, dan prinsip-prinsip pemberian angsuran
yang wajar.
4) Melakukan pengumpulan informasi calon mitra.
5) Terselesaikannya pembiayaan yang bermasalah.
6) Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya
pengembangan pasar.
7) Melakukan penanganan atau angsuran pembiayaan yang
dijemput ke lokasi.
8) Memelihara dan membina hubungan baik dengan anggota baik
intern maupun antar bagian dalam rangka menjaga mutu
pelayaan kepada masyarakat sehingga berada pada tingkat
yang memuaskan.
9) Menjemput simpanan dan tabungan anggota.
48
7. Jam Operasional BMT Sh@r’ie
a. Hari Senin – Hari Jumat
Pelayanan: Jam 08.00 WIB – Jam 15.00 WIB
b. Hari Sabtu
Pelayanan: Jam 08.00 WIB – Jam 12.00 WIB
B. Produk-Produk pada BMT Sh@r’iE
1. Produk Simpanan
a. Si RELA (Simpanan Sukarela Lancar)
SiRELA adalah simpanan sukarela anggota dengan akad
mudharabah yang dirancang untuk pengaturan arus kas pribadi, usaha,
maupun untuk investasi.
1) Keistimewaan Si RELA
a) Bagi hasil menarik.
b) Dapat dengan leluasa dalam melakukan transaksi.
c) Bebas biaya administrasi.
d) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan.
2) Manfaat
a) Pemanfaatan saldo yang tersimpan dipergunakan untuk
pemberdayaan ekonomi mikro produktif yang halal dan
bermanfaat.
b) Investasi jangka panjang dengan bagi hasil bersaing dengan sector
usaha riil.
49
3) Persyaratan
a) Menyerahkan fotocopy identitas diri.
b) Menyetor simpanan minimal Rp 10.000 yang sekaligus sebagai
saldo minimal.
c) Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000.
b. Si SUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
SiSUKA adalah simpanan investasi dengan akad mudharabah
berjangka, dimana anggota dapat menentukan jangka waktu yang
dikehendaki dan atas investasi ini anggota berhak atas bagi hasil sesuai
nisbah.
1) Keistimewaan Si SUKA
a) Bagi hasil kompetitif.
b) Bebas biaya administrasi.
c) Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan.
d) Mendapat souvenir cantik.
2) Manfaat
a) Ikut berperan dalam pemberdayaan ekonomi mikro produktif yan
halal karena jaminan pemanfaatan atas saldo simpanan.
b) Sarana investasi jangka pendek sebelum digunakan untuk
pengembangan usaha.
50
3) Pilihan jangka waktu
Jangka Waktu Nisbah
6 bulan 45% : 55%
12 bulan 50% : 50%
c. Si SUQUR (Simpanan Sukarela Qurban)
SiSUQUR adalah simpanan anggota dengan akad wadiah yad-
dhomanah yang dirancang khusus untuk mempersiapkan ibadah qurban.
1) Keistimewaan Si SUQUR
a) Bagi hasil kompetitif.
b) Bebas biaya administrasi.
c) Mendapat souvenir cantik.
2) Manfaat
a) Dapat melaksanakan ibadah qurban dengan terencana, mudah dan
murah (hanya dengan Rp. 100.000 /bulan. 7 anggota dapat
berqurban seekor sapi setiap tahun).
b) Saldo yang tersimpan dipergunakan untuk pemberdayaan
ekonomi ummat.
c) Menjaga niat suci ibadah qurban karena simpanan hanya dapat
diambil apabila akan dipergunakan.
3) Persyaratan
a) Menyerahkan fotocopy identitas diri.
b) Menyetor simpanan minimal Rp 100.000 yang sekaligus sebagai
saldo minimal.
51
d. Si AMAN (Simpanan Amanah)
SiAman adalah dana amanah anggota BMT berupa zakat, infaq,
shadaqah, dan dana sosial lainnya yang disampaikan kepada BMT dan
BMT akan menyalurkan serta mengalokasikan dana tersebut kepada
pihak yang membutuhkan dan berhak menerima (mustahiq).
1) Ketentuan dan karakteristik
a) SiAman adalah merupakan dana kebajikan dengan prinsip tolong
menolong yang dilakukan dengan mengharap keridho’an Allah
SWT.
b) Anggota BMT menyampaikan zakat, infaq, shadaqah maupun
dana sosial lainnya kepada BMT.
c) BMT mengaokasikan dana tersebut kepada pihak-pihak yang
membutuhkan dan berhak menerima (musthaiq) dalam bentuk
tunai, bantuan sosial, pinjaman Qardhul Hasan, dan kegiatan-
kegiatan lain yang bersifat sosial.
d) BMT akan melaporkan pengalokasian dana amanah tersebut
secara berkala.
e. Si MPEL (Simpanan Sukarela Pelajar)
SiMPEL adalah simpanan yang diperuntukkan bagi para pelajar.
1) Ketentuan dan Karakteristik
a) SiMPEL menggunakan akad Wadiah Yadhomnah.
b) Setoran awal (pembukaan rekening) minimal Rp. 5000.-
c) Setoran selanjutnya minimal Rp. 2.000,-
52
d) Penyetoran dan penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu setiap
hari kerja.
e) Melayani sistem jemput bola (pelayanan penarikan setoran dan
penarikan simpanan di sekolah).
2. Produk Pembiayaan
a. Mudharabah (MDA)
Mudharabah yaitu akad kerja sama suatu usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (BMT selaku shahibul maal) menyediakan
seluruh modal usaha, sedangkan pihak kedua (anggota BMT /
mudharib) bertindak selaku pengelola usaha, dan keuntungan usaha
dibagi antara BMT dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang
dituangkan dalam akad pembiayaan.
1) Ketentuan Mudharabah (MDA):
a) Pembiayaan untuk modal usaha produktif.
b) Modal usaha disediakan oleh BMT.
c) Anggota BMT bertindak selaku pengelola usaha.
d) Anggota BMT bersedia untuk menyampaikan kondisi usaha,
dan laporan keuangan secara jujur dan terbuka.
e) Keuntungan hasil usaha dibagi antara BMT dan anggota BMT
sesuai kesepakatan bersama.
b. Musyarakah (MSA)
Musyarakah yaitu akad kerjasama antara BMT dan anggota BMT
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
53
kontribusi dana (modal usaha) dan keuntungan usaha dibagi antara
BMT dengan anggota BMT sesuai kesepakatan yang dituangkan dalam
akad pembiayaan.
1) Ketentuan Musyarakah (MSA):
a) Pembiayaan untuk modal usaha produktif.
b) BMT menyertakan sebagian modal atas usaha yang dikelola
oleh anggota BMT.
c) Anggota BMT bersedia untuk menyampaikan kondisi usaha,
dan laporan keuangan (keuntungan) secara jujur dan terbuka.
d) Keuntungan hasil usaha dibagi antara BMT dan anggota BMT
sesuai kesepakatan bersama.
c. Murabahah (MBA)
Murabahah yaitu akad jual beli suatu barang antara BMT (penjual)
dengan anggota BMT (pembeli) dengan menegaskan harga belinya
kepada anggota BMT dan anggota BMT membayarnya dengan harga
yang lebih sebagai laba.
1) Ketentuan Murabahah (MBA):
a) Pembiayaan untuk pembelian barang (kebutuhan konsumtif).
b) Pihak BMT membelikan barang yang dipesan oleh anggota
BMT, kemudian menjualnya kepada anggota, atau BMT
mewakilkan kepada anggota BMT untuk membeli barang yang
dikehendakinya dan selanjutnya BMT menjual barang tersebut
kepada anggota.
54
c) BMT menyampaikan harga perolehan (harga beli barang) dan
menjual kepada anggota dengan harga lebih (profit margin)
sebagai laba.
d) Anggota BMT membayar barang yang dibeli tersebut dengan
cara jatuh tempo maupun angsuran sesuai jangka waktu yang
disepakati.
d. Ijaroh (IJR)
Ijaroh adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu
barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/ upah,
tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.
1) Ketentuan Ijaroh (IJR):
a) Ijaroh digunakan untuk keperluan menyewa barang/ jasa
(pemindahan hak guna/ manfaat barang/ jasa).
b) Pihak BMT menyewakan barang atau jasa (menyediakan hak
guna barang/ jasa) sesuai kebutuhan anggota BMT.
c) Pembayaran sewa dilakukan secara mengangsur sesuai jangka
waktu yang disepakati.
d) Keuntungan BMT diperoleh dari imbalan jasa (ujroh) atas
penggunaan manfaat barang/ jasa tersebut.
e. Qardhul Hasan (QH)
Qardhul Hasan yaitu suatu akad pinjaman kepada anggota BMT,
dan anggota berkewajiban mengembalikan sejumlah pokok pinjaman
tanpa tambahan keuntungan kepada BMT.
55
1) Ketentuan Qardhul Hasan (QH):
a) Pinjaman ini diprioritaskan untuk kaum dhuafa.
b) Anggota hanya diwajibkan mengembalikan sejumlah pokok
pinjaman tanpa tambahan keuntungan.
f. Bai’ Bitsaman Ajil (BBA)
Bai’ Bitsaman Ajil adalah menjual dengan harga asal ditambah
dengan margin keuntungan yang telah disepakati dan dibayar secara
kredit.
1) Keuntungan Bai’ Bitsaman Ajil (BBA):
a) Pembelian Sepeda Motor Baru/ 2nd
b) Pembelian Mobil Baru/ 2nd
c) Pembelian Tanah dan Rumah
C. Syarat Pengajuan Pembiayaan
Syarat Pengajuan Pembiayaan pada BMT Sh@r’ie :
1. Menjadi anggota koperasi BMT Sh@r’ie.
2. Mengisi Formulir pengajuan Permohonan Pembiayaan.
3. Melengkapi persyaratan pembiayaan dengan menyertakan :
a) Photocopy KTP pemohon serta suami / istri / orangtua
b) Photocopy Kartu Keluarga
c) Photocopy Surat / Akta Nikah
d) Photocopy rekening listrik (bulan terakhir)
e) Slip gaji bulan terakhir (bagi PNS / Swasta)
f) Photocopy jaminan (sertifikat / BPKB)
56
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Motivasi Anggota Dalam Pengajuan Pembiayaan Qardhul Hasan
Realisasi pembiayaan Qardhul Hasan pada BMT Sh@r’ie Ungaran
dialokasikan kepada anggota yang termasuk dalam golongan ekonomi lemah
(dhu’afa) yang berdomisili di sekitar kantor BMT Sh@r’ie Ungaran yang
beralokasikan di Grand Ruko Babadan Ungaran.
Dalam realisasi pembiayaan Qardhul Hasan terdapat 5 (lima) anggota
pembiayaan Qardhul Hasan yang berhasil diwawancarai. Tentang alasan apa
yang memotivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan,
dengan hasil wawancara sebagai berikut:
1. Bapak Kholip
Bapak Kholip mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan digunakan untuk
usaha angkringan. Tujuan pembiayaan digunakan sebagai tambahan modal
dalam pembuatan grobak angkringan, peralatan masak dan peralatan untuk
berjualan. Melakukan pembiayaan ini karena untuk biaya kehidupan
sehari-hari, biaya sekolah anak, sebab sudah melamar kerja dimana-mana
tidak diterima dan akhirnya membuka usaha angkringan (wawancara
dengan Bapak Kolip, tanggal 24 juli 2017).
2. Ibu Mahmud
Ibu Mahmud mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan digunakan untuk
tambahan modal membuka warung klontong. Tujuan pengajuan
57
pembiayaan untuk membeli beras, tabung gas 3kg, gula pasir, rokok, dan
kebutuhan pokok sehari-hari. Melakukan pembiayaan Qardhul Hasan
karena sudah ditinggal suami meninggal dunia, menghidupi anak-
anaknya yang masih bersekolah, dan kebutuhan hidup sehari-hari,
bahkan kebutuhan sekarang semakin meningkat (wawancara dengan Ibu
Mammud, tanggal 24 juli 2017).
3. Ibu Marfuah
Ibu Marfuah mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan digunakan untuk
biaya sekolah ketiga anaknya yang berjenjang SD, SMP dan SMK.
Tujuan pembiayaan Qardhul Hasan untuk memenuhi kebutuhan sekolah
anak-anaknya, seperti biaya seragam sekolah, buku LKS, alat dan
perlengkapan sekolah. Melakukan pembiayaan dikarenakan pekerjaan
suami sebagai buruh tani dan pekerjaan ibu sebagai penjahit yang belum
terlalu banyak langganan (wawancara dengan Ibu Marfuah, tanggal 25
juli 2017).
4. Ibu Sukinah
Ibu Sukinah mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan digunakan untuk
berjualan sayur keliling. Tujuan melakukan pembiayaan Qardhul Hasan
untuk modal membuat grobak sayur, membeli sayur-sayuran, ayam, ikan
laut, bumbu dapur, lauk-pauk, dll. Melakukan pembiayaan Qardhul
Hasan karena pekerjaan suami sebagai buruh tani, sehingga pendapatan
tidak menentu dan kebutuhan hidup banyak ditambah biaya sekolah 4
(empat) anak (wawancara dengan Ibu Sukinah, tanggal 25 juli 2017).
58
5. Bapak Suwito
Bapak Suwito mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan digunakan untuk
modal awal penanaman padi. Tujuan melakukan pembiayaan untuk
membeli benih padi, pupuk, membayar biaya sewa traktor, biaya tandur.
Melakukan pembiayaan Qardhul Hasan dikarenakan tidak mempunyai
modal, penghasilan yang tidak tetap dan menghidupi keluarganya
(wawancara dengan Bapak Suwito, 26 juli 2017).
Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 (lima) anggota dapat
disimpulkan, alasan yang memotivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan
Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie yaitu:
1. kondisi ekonomi yang lemah.
2. Suami sudah meninggal dunia (single parent) dan masih membiayai
sekolah anak.
3. Tidak cukupnya modal dana unuk membuka sebuah usaha.
4. Kebutuhan sehari-hari yang semakin hari semakin meningkat.
5. Penghasilan yang tidak tetap.
B. Sumber Dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Widodo selaku Manager BMT
Sh@r’ie, dana Qardhul Hasan BMT Sh@r’ie Ungaran berasal dari:
1. Infaq dan Shodaqoh
Sumber dana infaq dan shodaqoh yaitu dana yang diterima dari anggota
BMT Sh@r’ie.
59
2. Surplus bagi hasil
Yaitu sumber dana yang berasal dari laba bersih untuk sosial yang belum
di tasarufkan, maka digunakan untuk sumber dana Qardul Hasan.
3. Simpanan amanah
Sumber simpanan amanah yaitu simpanan dari anggota yang tidak bisa
diambil oleh anggota BMT atau simpanan yang bersifat sodhaqoh.
Pada awal berdirinya BMT Sh@r’ie sumber dana Qardhul Hasan
terkumpul sejumlah Rp 180.000.000,- pada tahun 2013. Dan untuk saat ini
sumber dana sudah berjumlah Rp 350.000.000 dan rata-rata yang melakukan
pembiayaan Qardhul Hasan 2-5% dari total semua pembiayaan yang ada di
kantor BMT Sh@r’ie Ungaran.
Tabel 4.1.
Perkembangan Penyaluran Dana Qardhul Hasan Pada Anggota
di BMT Sh@r’ie Ungaran periode 2013-2016
Tahun Penyaluran Dana Qardhul Hasan Kenaikan
2013 Rp 140.000.000,- -
2014 Rp 180.000.000,- Rp 40.000.000
2015 Rp 245.000.000,- Rp 65.000.000
2016 Rp 290.000.000,- Rp 45.000.000
C. Mekanisme Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran
1. Prosedur Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Prosedur pembiayaan di BMT Sh@r’ie Ungaran sebenarnya
mudah, tapi bisa saja dianggap sulit dikarenakan anggota tidak bisa
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Sebelum realisasi pembiayaan
60
akan dilakukan penilaian berdasarkan dua hal, yakni apakah orang
tersebut anggota baru atau anggota lama yang telah beberapa kali
mengajukan pembiayaan.
a. Anggota baru yang mengajukan pembiayaan untuk pertama kali.
Anggota ini akan ditangani lebih jeli, karena belum diketahui
kepribadiannya. Ketentuan bagi anggota baru dalam pengajuan
pembiayaan di BMT Sh@r’ie Ungaran adalah:
1) Anggota sebelumnya harus menjadi anggota di BMT Sh@r’ie
minimal selama 1tahun sebelum pengajuan pembiayaan
Qardhul Hasan.
2) Anggota pembiayaan akan diberikan penjelasan tentang sistem
pembiayaan Qardhul Hasan yang dipakai BMT Sh@r’ie,
biasanya sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
3) Anggota mengisi formulir pengajuan pemohonan pembiayaan
dengan benar dan lengkap.
4) Anggota memenuhi dan menyertakan syarat-syarat yang
diperlukan, antara lain:
a) Fotocopy identitas diri Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami
istri.
b) Fotocopy Kartu Keluarga (KK).
c) Fotocopy Surat Nikah.
d) Surat Keterangan Tidak Mampu dari Kelurahan setempat.
61
5) Pihak BMT Sh@r’ie yang diwakili marketing melakukan survey
ke lapangan calon anggota pembiayaan.
6) Setelah marketing melihat keadaan sebenarnya anggota (on the
spot), kemudian membuat laporan kunjungan on the spot serta
analisa pembiayaan yang diajukan anggota.
7) Selanjutnya melakukan rapat komite yang terdiri dari: Manager,
Kepala Bagian Pembiayaan, dan Perwakilan Marketing yang
melakukan survey ke lapangan untuk menganalisa kelayakan
anggota.
8) Jika rapat komite menyetujui pembiayaan anggota, maka pihak
BMT akan menghubungi anggota pembiayaan untuk melakukan
akad dan kemudian dilakukan pencairan dana.
9) Jika rapat komite tidak menyetujui pembiayaan maka akan
diikirimkan surat penolakan pembiayaan kepada anggota calon
pembiayaan.
10) Pencaiaran dana pembiayaan Qardhul Hasan dilakukan oleh
teller yang diambil oleh anggota.
11) Mulai terealisasinya akad pembiayaan Qardhul Hasan.
Proses dari awal pengajuan permohonan pembiayaan sampai
dengan pencairan dana, BMT Sh@r’ie Ungaran mempunyai standar
sendiri yaitu 3-4 hari dihitung dari kelengkapan data yang diajukan
oleh anggota pembiayaan.
62
b. Anggota yang sudah lebih satu kali mengajukan permohonan
pembiayaan Qardhul Hasan akan ditangani lebih mudah
prosedurnya dibanding anggota baru. Apabila anggota lama
mempunyai catatan baik maka ketentuannya:
1) Mengisi formulir pengajuan pemohonan pembiayaan.
2) Sebelumnya marketing akan melihat data-data angsuran
pembiayaan Qardhul Hasan sebelumnya bahwa lancar atau
tidak, dan masih berdomisili sesuai dengan alamat sebelumnya.
3) Jika pertimbangan terpenuhi dengan baik, maka pemohonan
pembiayaan Qardhul Hasan dapat terealisasikan kembali.
Dalam pemberian pembiayaan BMT Sh@r’ie Ungaran memiliki
tahap-tahap yang sudah dirancang sedemikian rupa untuk mempermudah
dalam proses pemberian pembiayaan bagi calon penerima fasilitas
pembiayaan. Pada pemberian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran juga menerapkan aspek penilaian 5C diantaranya
adalah Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition Of Economy.
2. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran
Pengembalian pembiayaan Qardhul Hasan dilakukan sebelum pada
waktu jatuh tempo dan pengembalian dilakukan dengan cara disetorkan
langsung atau ditarik oleh marketing BMT Sh@r’ie. Pengembalian
pembiayaan pada BMT adalah dengan mengangsur sesuai kemampuan
63
anggota dan sesuai dengan kesepakatan pihak BMT Sh@r’ie dalam akad,
yaitu bisa dilakukan dengan bulanan.
Tabel 4.2.
Jangka waktu Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan
Jangka Waktu Pengajuan Pembiayaan Qardhul Hasan
6 bulan – 24 bulan Rp 500.0000 – Rp 5.000.000
6 bulan – 36 bulan Rp 5000.000 – Rp 10.000.000
Sesuai tabel di atas waktu jatuh tempo yang diberikan oleh BMT
Sh@r’ie yaitu ada dua kategori yaitu 6 bulan sampai dengan 24 bulan
dan 6 bulan sampai 36 bulan. Tergantung jumlah pengajuan pembiayaan
Qardhul Hasan itu sendiri. Jika anggota mengalami kesulitan dalam
pengembalian pembiayaan maka dapat perpanjangan waktu dari pihak
BMT Sh@r’ie.
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ini
untuk realisasinya tidak dipersulit, karena pembiayaan Qardhul Hasan
ini realisasinya sama dengan pembiayaan mudharabah yang mudah
dalam hal pencairan pembiayaanya. Akan tetapi juga dapat perbedaan
antara pembiayaan Qardhul Hasan dengan pembiayaan mudharabah
yang terletak pada biaya administrasi, pengembalian pinjamannya dan
jaminan.
Yaitu kalau pembiayaan Qardhul Hasan tidak ada biaya
administrasi, tidak ada jaminan, dan anggota hanya diwajibkan
mengembalikan pinjaman pokoknya saja, pihak BMT Sh@r’ie tidak
64
membebani dengan adanya bagi hasil. Sedangkan pembiayaan
mudharabah terdapat biaya administrasi, jaminan, dan anggota dalam
pengembalian pinjamannya dibebani dengan bagi hasil yang sudah
disepakati di awal akad.
D. Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran
Dalam realisasi sendiri pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
Ungaran sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No:19/DSN-
MUI/IV/2001 yang mendefinisikan Qardhul Hasan adalah kegiatan
penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kebajikan tanpa imbalan dengan
kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus
atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. BMT Sh@r’ie sendiri menerapkan
pembiayaan Qardhul Hasan sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No:19/DSN-MUI/IV/2001, karena anggota hanya diwajibkan untuk
mengembalikan sejumlah dana pembiayaan sesuai dengan kesepakatan
besarnya pembiayaan.
Pada umumnya penggunaan dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
digunakan untuk modal usaha dan biaya sekolah. Karena anggota yang
mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan merupakan anggota dari golongan
ekonomi lemah maka kisaran pembiayaan juga kecil jumlahnya. Anggota
yang mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan tidak menggunakan agunan
sebagai barang jaminan pembiayaan.
65
Tabel 4.3.
Prosentase Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode 2013-2016
No Penggunaan Dana Qardhul Hasan Prosentase
1 Biaya sekolah 24, 16 %
2 Modal usaha 75,84 %
Jumlah 100%
Berikut ini adalah 5 (lima) contoh kasus pembiayaan Qardhul Hasan
untuk data anggota, jumlah dana, Qardhul Hasan yang disalurkan oleh
BMT Sh@r’ie Ungaran dan penggunaan dana Qardhul Hasan oleh anggota,
dapat dijelaskan melalui tabel dibawah ini:
Tabel 4.4.
Nama Anggota, Jumlah dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Periode 2013-2016
No. Nama Anggota
Jumlah Dana
Qardhul Hasan
Penggunaan Dana
Qardhul Hasan
1 Bapak Kholip Rp 2.000.000 Modal Usaha
2 Ibu Mahmud Rp 6.000.000 Modal Usaha
3 Ibu Marfuah Rp 2.000.000 Biaya Sekolah
4 Ibu Sukinah Rp 2.500.000 Modal Usaha
5 Bapak Suwito Rp 7.000.000 Modal Usaha
Sementara itu, jenis usaha dan spesifikasi penggunaan dana Qardhul
Hasan oleh anggota pembiayaan yang telah disalurkan oleh BMT Sh@r’ie
Ungaran, dapat dijelaskan melalui tabel berikut:
66
Tabel 4.5.
Jenis Usaha & spesifikasi Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Periode 2013-2016
No. Nama
Anggota Jenis usaha
Spesifikasi Penggunaan Dana
Qardhul Hasan
1 Bapak Kholip PKL Pembuatan grobak angkringan,
peralatan masak, dan peralatan
berjualan.
2 Ibu Mahmud Pedagang
Klontongan
Pembelian sembako, dan
kebutuhan pokok sehari-hari.
3 Ibu Marfuah - Biaya kebutuhan sekolah SD SMP
dan SMK (anak).
4 Ibu Sukinah Pedagang
sayur keliling
Pembuatan grobak sayur,
Pembelian sayur-sayuran dan
lauk-pauk.
5 Bapak
Suwito
Pertanian Pembelian bibit padi, pupuk,
biaya sewa traktor dan tandur.
Berikut ini dapat dilihat dari anggota pembiayaan dalam tingkat
keberhasilan anggota mengembalikan dana pembiayaan Qardhul Hasan:
Table 4.6.
Tingkat Keberhasilan Anggota Dalam Pengembalian Dana Qardhul Hasan
Periode 2013-2016
No. Nama
Anggota
Jumlah
Dana yang
Disalurkan
Jumlah
Pengembalian
Dana
Prosentase
(%)
Jangka
Waktu
1 Bapak Kholip Rp 2.000.000 Rp 1.160.000 58 % 24 bulan
2 Ibu Mahmud Rp 6.000.000 Rp 2.451.600 40,86 %
36 bulan
3 Ibu Marfuah Rp 2.000.000 Rp 1.145.000 57,25 %
24 bulan
67
4 Ibu Sukinah Rp 2.500.000 Rp 1.525.000 61 %
24 bulan
5 Bapak Suwito Rp 7.000.000 Rp 300.000 4,3 %
24 bulan
Dari tabel di atas dapat dilihat sebagian anggota Qardhul Hasan dalam
tingkat keberhasilan mengembalikan pinjamanannya hanya bisa
mengembalikan 50% saja. Pihak BMT Sh@r’ie memberi perpanjangan
jangka waktu 12 bulan untuk pengembalian dana anggota yang sudah lewat
jatuh tempo waktu pengembalian. Sementara jika ada anggota pembiayaan
mengalami kebrangkrutan atau kegagalan dalam menjalankan usaha maka
pihak BMT Sh@r’ie melakukan penghapusan pembiayaan (PH) tetapi dengan
syarat anggota harus sudah mengembalikan dana pembiayaan sebesar 50%.
Setelah wawancara dengan Bapak Widodo selaku Manager BMT
Sh@r’ie, kendala yang sering dihadapi dalam merealisasikan pembiayaan
Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran yaitu:
1. Pembiayaan Macet, anggota tidak bisa mengembalikan 100% dana
pembiayaan.
2. Anggota pembiayaan kurang maksimal dalam memanfaatkan dana dari
pembiayan Qardhul Hasan.
BMT Sh@r’ie Ungaran mencoba mengangkat perekonomian
masyarakat dengan menggunakan konsep akad pembiayaan Qardhul Hasan
yang menerapkan akad ta’awuniyah yaitu tolong menolong. Qardhul Hasan
sebagai salah satu produk pembiayaan merupakan produk yang mempunyai
tujuan sosial, bukan untuk mencari keuntungan. Untuk itu dengan mekanisme
Qardhul Hasan anggota hanya diwajibkan untuk mengembalikan pokok
68
pinjamannya saja. Jika dihitung dari awal pembiayaan Qardhul Hasan di
BMT Sh@r’ie Ungaran tahun 2013 sampai tahun 2016 terdapat 120 anggota
yang mengajukan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.
Kebanyakan dari anggota yang menggunakan pembiayaan Qardhul
Hasan merupakan anggota dengan tingkat perekonomian yang lemah, bahkan
anggota ini tidak mempunyai pekerjaan yang layak untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Disini BMT Sh@r’ie tergerak untuk
menolong anggota tersebut dengan memberikan pembiayaan yang ringan,
tanpa adanya pembagian keuntungan, bahkan jika anggota yang
menggunakan pembiayaan ini tidak bisa mengembalikan maka seperti yang
telah disebutkan melalui Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN-
MUI/IV/2001, bahwa anggota bisa mendapatkan perpanjangan pembiayaan
atau bahkan tidak mengembalikan pembiayaan dengan keadaan-keadaan
tertentu.
Dalam praktiknya, penerapan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT
Sh@r’ie Ungaran sudah sesuai dengan tuntunan yang diberikan melalui
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN-MUI/IV/2001 dan sejalan
dengan pengertian Qardhul Hasan itu sendiri. Dimana pembiayaan yang
dilakukan bertujuan untuk mensejahterakan dan mengangkat perekonomian
anggota yang kurang mampu menjadi anggota yang bisa menyalurkan
sebagian hartanya untuk zakat, infaq, dan sodhaqoh yang didasari akad
ta’awuniyah yaitu saling tolong menolong.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan mengenai Analisis Penerapan
Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran pada bab
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan yaitu
keadaan ekonomi anggota yang lemah, suami sudah meninggal dunia
(single parent) dan masih membiayai sekolah anak, tidak cukupnya
modal dana unuk membuka sebuah usaha, kebutuhan sehari-hari yang
semakin hari semakin meningkat, dan penghasilan yang tidak tetap
2. Sumber-sumber dari pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie
berasal dari infaq, shodaqoh, surplus bagi hasil dan simpanan amanah.
Perkembangan penyaluran dana Qardhul Hasan dari tahun 2013 sampai
tahun 2016 mengalami kenaikan, dan jumlah dana sampai tahun 2016
sebesar Rp 290.000.000.
3. Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di wilayah Ungaran dilihat dari 4
tahun sebelumnya dari periode tahun 2013-2016, dalam tingkat
keberhasilan anggota pembiayaan dalam pengembalian dana hanya
mengembalikan 50% saja dan adanya perpanjang waktu untuk anggota
pembiayaan yang sudah jatuh tempo. Sedangkan pembiayaan Qardhul
Hasan bertujuan untuk mensejahterakan dan mengangkat perekonomian
nasabah yang kurang mampu.
70
B. Saran
Berdsarkan hasil penulisan Tugas Akhir ini, ada beberapa saran/
rekomendasi untuk pihak BMT Sh@r’ie Ungaran yang menjadi obyek dalam
penulisan Tugas Akhir ini:
1. Mempertegas terhadap anggota yang sudah mampu untuk
mengembalikan dengan sistem bagi hasil, agar dana yang ada bisa di
gulirkan kepada anggota lain yang membutuhkan dana pembiayaan
tersebut.
2. Perlu pemantauan yang lebih baik kepada anggota dalam pengelolaan
dana Qardhul Hasan agar dana tersebut digunakan sebagaimana awal
akad.
71
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank Syari’ah Teori Ke praktik.
Jakarta: Gema Insani Press.
Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Asiyah, Binti Nur. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta;
Teras.
Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana.
Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhammad. 2016. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: UUP
STIM YKPN.
Rivai, H. Veithzal dan Andria Permata Veithzal. 2008. Islamic Financial
Management: Teori, Konsep dan Aplikasi: Panduan Praktis Untuk
Lembaga Keuangan, Anggota, Praktisi, dan Mahasiswa. Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia.
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UII
Press.
JURNAL
Adnan, Muhammad Akhyar. Furywardana, Firdaus. 2006. Evaluasi Non
Perfomance Loan (NPL) Pinjaman Qardul Hasan (Studi Kasus di BNI
Syariah Cabang Yogyakarta). Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia
(JAAI), Vol. 10. No. 2: 155-171.
A.N, Hendri Hermawan. 2008. Sumber dan Penggunaan Dana Qard dan
Qardhul Hasan pada Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta. Jurnal
La Riba (Jurnal Ekonomi Islam), Vol. II. No. 2: 263-278.
72
Riswandi, Dedi. 2015. Pembiayaan Qardul Hasan Di Bank Syariah Mandiri
Kota Mataram. Jurnal Hukum Islam, Vol. 14. No. 2: 234-268.
Sulisyo, Heru. Hakim, Abdul. 2013. Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima
(PKL) Melalui Qardhul Hasan. Ripteki, Vol. 7. No. 1: 39-46.
Skripsi
Uswatun. 2010. Pengaruh Pembiayaan Qardhul Hasan Pada BNI Syariah
Cabang Semarang Terhadapat Perkembangan Usaha Kecil. Skripsi.
IAIN Walisongo Semarang.
Suhendri. 2011. Manajeman Qardhul Hasan Dalam Pembiayaan Usaha Kecil
Menengah Di BAZ Kota Depok. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
WEB
http//www.dsnmui.or.id diunduh 15 Desember 2016
Sumber Wawancara
Manager BMT Sh@r’ie Bapak Sri Widodo
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan Bapak Kholip, pada hari Senin tanggal
24 Juli 2017
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan Ibu Mahmud, pada hari Senin tanggal
24 Juli 2017
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan Ibu Marfuah, pada hari Selasa tanggal
25 Juli 2017
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan Ibu Sukinah, pada hari Selasa tanggal
25 Juli 2017
Anggota pembiayaan Qardhul Hasan Bapak Suwito, pada hari Rabu tanggal
26 Juli 2017