analisis pendapatan petani dan faktor faktor yang

90
ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI WORTEL TESIS Oleh ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR Nim 137039017 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI WORTEL

TESIS

Oleh

ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR

Nim 137039017

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 2: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR

YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI WORTEL

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister

Pertanian pada Program Studi Magister Abribisnis Fakultas Pertaniam Universitas

Sumatara Utara

Oleh

ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR

137039017

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019

Universitas Sumatera Utara

Page 3: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

Universitas Sumatera Utara

Page 4: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

Dipersembahkan kepada Tuhan, yang memberi kuasa dan menolong sepanjang

waktu penulis menjalani perkuliahan. Kepada Istri, yang mendukung dan menjadi

penolong dan pendoa yang bijak. Kepada anak kandung dan anak-anak angkat

yang membawa kebahagiaan kepada saya. Kepada teman baik yang jauh maupun

dekat yang senantiasa mendukung melalui saran dan motivasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

i

ABSTRAK

ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR (137039017), dengan

judul tesis “Analisis Pendapatan Petani dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi

Produksi wortel” (Di bawah bimbingan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai

ketua dan Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si sebagai anggota).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung tingkat pendapatan petani

wortel di Desa Surbakti, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi petani wortel di Desa Surbakti. Populasi penelitian adalah petani wortel,

sampel sebanyak 82, metode pengambilan sampel yang digunakan adalah

accidental sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

fungsi produksi Cobbs-Douglas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel

independen (luas lahan, fungisida, tenaga kerja, amapos) berpengaruh signifikan

terhadap produksi wortel, sedangkan hidrokompleks dan insektisida tidak

berpengaruh nyata. Pendapatan per petani dari usahatani wortel adalah Rp

28.871.664,02 per petani atau Rp 41.266.802,34 per hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

ii

ABSTRACT

ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR (137039017), with the thesis title

"Analysis of Farmer Income and Factors Affecting Carrot Production" (Under the

guidance of Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as chairman and Mr. Dr. Ir. Surya Abadi

Sembiring, as a member).

The purpose of this research is to calculate the level of income / revenue of carrot

farmers in Surbakti Village, and analyze the factors of production which affect

carrot production in Surbakti Village. The study population was carrot farmers in

Surbakti Village, a sample of 82, the sampling method used is accidental

sampling. The analytical method used in this study was the Cobbs-Douglas

production function method. The results of the analysis showed that the

independent variables (land area, fungicide, labor, amapos) had a significant effect

on carrot production, while hydrocomplex and inscticide had no real effect/not

significant on carrot production. The income per farmer from carrot farming is

IDR 28,871,664.02 per farmer or IDR 41,266,802.34 per hectare.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

iii

RIWAYATI HIDUP

ADEMIR ANTONIO DA SILVA JUNIOR, lahir di Goiana, PE, Brazil pada

tanggal 26 Maret 1979, merupakan anak terakhir dari lima bersaudara dari Bapak

Ademir A. da Silva dan Ibu Rosedite A. da Silva.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Bersekolah di Sekolah Dasar Escola Nossa Senhora da Solidad 1985-1988.

2. Bersekolah di Sekolah Menengah Pertama Escola Municipal IV Centenário

Ensino. 1989-1992.

3. Bersekolah di Sekolah Menengan Kejuruan Escola Augusto Gondim,

Qualification Technician in Agriculture & Cattel Raising.1993-1995.

4. Pada tahun 2001- 2003 penulis melanjutkan Studi CENTRO DE

EDUCAÇÃO PROFISSIONAL “DARIO GERALDO SALLES” course

Industry Segment with Technical Qualification in Mechanics.

5. Pada tahun 2006-2010 Faculdade Anhanguera de JOINVILLE, graduation in

the Bachelor in Administration Course.

6. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan Studi S2 di Magister Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang selalu

melimpahkan anugerah sehingga penulis dapat menyusim dan menyelesaikan tesis

ini yang berjudul “Analisis Pendapatan Petani dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Produksi Wortel”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

pada Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang

membantu dalam penyelesaian tesis ini, sebagai berikut:

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara dan Bapak Dekan Fakultas

Pertanian yang telah memimpin institusi pendidikan di tingkat Universitas.

2. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si, selaku ketua Program Studi Magister

Agribisnis S2 yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi,

arahan dan semangat untuk membimbing.

3. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua komisi Pembimbing yang telah

banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan

4. Bapak Dr. Ir. Surya Abadi Sembiring, M.Si, selaku Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan

bimbingan

5. .Bapak Dr. Ir. Hasman Hasyim, M.Si, selaku Anggota Komisi Penguji yang

telah bersedia menguji dan memberi masukan yang membangun serta

memotivasi untuk menyelesaikan tesis.

6. Ibu Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA, selaku Anggota Komisi Penguji yang

telah bersedia menguji dan memberi masukan yang membangun serta

memotivasi untuk menyelesaikan tesis.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

v

7. Seluruh Staf Pengajar atau Dosen- Dosen di Departemen Agribisnis

Program Studi Magister Agribisnis yang telah memberikan atau

membagikan ilmunya.

8. Seluruh Staf Akademik dan Pengawai di Departemen Agribisnis yang telah

membantu seluruh proses administrasi.

9. Secara Khusus, Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua,

mertua, istri, anak-anak, dan seluruh keluarga besar yang telah mendorong

dan memotivasi penulis dalam hal moril dan materi serta ucapan tereima

kasih kepada sahabat-sahabat, kemudian memberikan penghargaan kepada

para narasumber yang telah membantu memberikan segala informasi yang

dibutuhkan dalam peneliltian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan membalas budi baik yang telah

mereka berikan dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi penulis

khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, Agustus 2019

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 10: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAKT…………………………………………………………….. i

ABSTRACT…………………………………………………………….. ii

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………...... iii

KATA PENGANTAR ………………………………………..……...... iv

DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ x

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1. Latar Belakang........................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................ 4

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………....…… 4

1.4. Manfaat Penelitian …………………………………........... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………….………………..….. 5

2.1. Budidaya Hortikultura wortel…………………..................... 5

2.2. Review Penelitian Terdahulu ………...................................... 7

2.2.1. Fungsi Produksi .......................................................... 10

2.2.2. Fungsi Produksi Cobb-Douglas .................................. 11

2.2.3. Biaya Produksi dan Pendapatan ............................... 15

2.2.4. Pengahasilan Bersih Usahatani ................................... 17

2.2.5. Kerangka Pemikiran ………..……............................. 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………............... 21

3.1. Metode Penentuan Daerah ..................................................... 21

3.2. Waktu Penelitian ..................................................................... 21

3.3. Populasi Penelitian .................................................................. 22

3.4. Metode Analisis ...................................................................... 23

3.5. Definisi Operasional Variabel ................................................. 25

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH ..........................................................

27

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ……………..........................…. 27

4.2. Kondisi Umum Masyarakat di Desa Surbakti......................... 27

4.3. Geografis Desa Surbakti ....................................................... 28

4.4. Sistem Kekerabatan ............................................................ 29

4.5. Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian ......................... 20

Universitas Sumatera Utara

Page 11: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

vii

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………….. 32

5.1. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel di Desa Surbakti ....... 32

5.1.1. Penggunaan Sarani Produksi Usahatani Wortel di

Desa Surbakti Desa Surbakti.................................................................

32

5.1.2. Biaya Produksi untuk Usahatani ................................. 34

5.1.3. Pendapatan Usahatani Wortel ..................................... 36

5.2. Uji Asumsi ............................................................................. 37

5.2.1. Uji Normalitas (Kolmogorov- Smirnov test) ............... 37

5.2.2. Uji Heteroskedastisisitas (Glejser test) ……….......... 37

5.2.3. Uji Multikolinearitas ……….................................. 38

5.2.4. Uji Kebaikan Model ..................................................... 38

5.3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

Wortel……Wortel……………………………………………………….

41

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….. 45

6.1. Kesimpulan ………………………………………………… 45

6.2. Saran ………………………………………………………... 45

6.3. Keterbatasan ………………………………………………… 46

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 47

LAMPIRAN …………………………………………………………….. 50

Universitas Sumatera Utara

Page 12: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

viii

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1 Produksi Wortel di Kabupaten Karo 2011-2017 (kw)................ 1

2 Luas lahan Desa Surbakti……………………………………... 25

3 Data jumlah Penduduk Bedasarkan umur produktif dan

Pendidikan…………………………………………………….

26

4 Data jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian................ 28

5 Sarana Produksi Pupuk untuk Usahatani Wortel...................... 29

6 Sarana Produksi Pestisida untuk Usahatani Wortel.................. 30

7 Penggunan Tenaga Kerja untuk Usahatani Wortel………….. 30

8 Biaya Pengeluaran Untuk Pupuk……………………………… 31

9 Biaya pengeluaran untuk Obat-obatan……………………….. 31

10 Biaya Tenaga Kerja untuk Usahatani Wortel……………….. 31

11 Biaya Produksi Total Usahatani Wortel……………………… 32

12 Pendapatan Usahatani Wortel………………………………… 32

13 Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test…………… 33

14 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Glejser Test)............................ 34

15 Uji Multikolinearitas................................................................ 35

16 Tabel 7. Uji R²......................................................................... 36

17 Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

Wortel…………………………………………………………

37

Universitas Sumatera Utara

Page 13: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1 Bentuk dan berbagai tipe Wortel................................................ 1

2 Skema kerangka

Penelitian……………………………………..............................

18

Universitas Sumatera Utara

Page 14: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Hal

1 Identitas Petani Wortel di Desa Surbakti tahun 2019…………. 45

2 Jumlah Sarana Produksi untuk Usahatani Tahun 2019……………… 46

3 Jumlah Tenaga Kejar dan Biaya Tenaga Kerja untuk Usahatani

Wortel Desa Surbakti Tahun 2019……………………………

47

4 Biaya Saprodi untuk Usahatani Wortel di Desa Surbakti tahun

2019.............................................................................................

48

5 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani di

Desa Surbakti Tahan 2019..........................................................

49

6 Uji Asunsi Cobbs Douglas........................................................ 50

7 Uji R2………………………………………………………….. 50

8 Uji F……………………………………………………………. 50

9 Uji Multikolinearitas................................................................ 51

10 Uj iNormalitas…………………………………………………. 51

11 Uji t…………………………………………………………...... 51

x Universitas Sumatera Utara

Page 15: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang berperan penting

dalam kontribusinya untuk pendapatan nasional. Seperti yang ditunjukkan

kontribusi PDB atas harga yang berlaku tahun 2010 untuk subsektor Hortikultura

pada tahun 2014 sebanyak 1,51% yang mana meningkat dari tahun sebelumnya

yaitu 2013 yang hanya sebanyak 1,44% dengan laju pertumbuhan pada tahun

2014 sebanyak 4,19%. Peningkatan PDB tersebut tercapai karena terjadi

peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas area

produksi dan areal panen (Direktorat Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian,

2015).

Salah satu komoditi hortikukltura yang penting adalah wortel. Komoditi tersebut

menjadi sumber keuangan kepada kelompok tani di Kecamatan Simpang Empat.

Tabe 1. Produksi Wortel di Kabupaten Karo 2011-2017 (kw)

Tabel 1. menujukkan kecamatan Simpang Empat merupakan kecamatan dimana

produksi wortel tertinggi antara tahun 2015 sampai 2017, dibandingkan dengan

kecamatan yang lain, sedangkan antara 2011 sampai 2014 produksi wortel

Simpang Empat lebih rendah dari Kecamatan Merdeka

Universitas Sumatera Utara

Page 16: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

2

Perkembangan teknologi pertanian sangat pesat sehingga kualitas produk

dan efisiensi menjadi makin tinggi dari waktu ke waktu. Kegiatan pertanian di

Kabupaten Karo akan terancam oleh produk pertanian dari luar apabila tidak dapat

mengikuti perkembangan teknologi dan manajemen pertanian secara aktif dan

terus-menerus; Pemanasan global (global warning) mengalami akselerasi yang

tinggi dan telah merubah pola iklim secara signifikan. Kondisi ini dapat

menimbulkan bencana alam berupa kekeringan dan tanah longsor di kabupaten

Karo. Kedua kejadian ini memiliki potensi mengakibatkan terjadinya peningkatan

keluarga miskin di Kabupaten Karo (http://www.karokab.go.id/id/profil/strategi-

pembangunan)

Apakah peningkatan produksi wortel di Kecamatan Simpang Empat

diikuti dengan peningkatan pendapatan petani? Disisi lain, beberapa permasalahan

yang dihadapi sayur wortel antara lain:

1. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh harga dan jumlah produksi dalam

satu kali musim tanam. Jumlah produksi ditentukan berdasarkan kegiatan

budidaya wortel pada lahan petani, kondisi ini dapat diprediksi sendiri oleh petani.

Harga merupakan faktor yang sulit untuk dikendalikan petani dimana harga

ditentukan oleh struktur pasar. Manalu (2007) menyatakan masalah yang

dihadapi petani wortel terkait dengan penerimaan ialah harga wortel yang rendah

khususnya pada saat musim panen. Petani kesulitan dalam memasarkan hasil

wortel mereka.

2. Modal terbatas. Kegiatan usahatani bertujuan untuk mencapai produksi di

bidang pertanian. Pada akhirnya kegiatan produksi yang diusahakan akan dinilai

dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi setelah dikurangi atau

memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani akan

mendorong petani untuk mengalokasikannya dalam berbagai kegunaan seperti

modal untuk melakukan kegiatan usahatani selanjutnya, tabungan, dan

pengeluaran lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Hernanto 1989).

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk menghasilkan

barang atau jasa. Aspek permodalan merupakan kemampuan perusahaan dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 17: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

3

menyediakan sejumlah modal untuk kegiatan bisnis yang dilakukan. Modal dalam

suatu usaha dapat diperoleh dari modal pribadi, modal join atau kerja sama,

maupun modal pinjaman. Modal pada usahatani terdiri dari: lahan, bangunan,

peralatan, mesin, tanaman, ternak, ikan, bahan (sarana produksi), stok produksi,

uang tunai serta piutang. Pada prinsipnya modal dibedakan menjadi dua macam,

yaitu: (1) barang-barang yang tidak habis dalam sekali proses produksi, misalnya

peralatan pertanian dan bangunan serta (2) barang-barang yang langsung habis

dalam sekali proses produksi seperti pupuk dan insektisida. (Handayani 2013)

3. Manajemen usahatani; Pengelolaan usahatani merupakan kemampuan

petani dalam melakukan kegiatan manajemen dan pengelolaan dalam kegiatan

usaha. Kegiatan pengelolaan atau manajemen dilakukan dengan mengorganisir

serta mengkoordinasikan berbagai faktor produksi yang dimiliki guna

menghasilkan suatu produk atau jasa sehingga mampu memberikan keuntungan

yang diharapkan. Berbagai aktivitas dilakukan dalam melakukan kegiatan

pengelolaan dan manajemen yang meliputi aktivitas teknis dan ekonomis guna

pengambilan keputusan yang tepat. (Handayani 2013)

4. Informasi pengelolaan budidaya hortikultura terbatas. Aditya (2009),

menyatakan produktivitas wortel di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan

negara lain. Rendahnya hasil rata-rata disebabkan masih terbatasnya varietas

wortel unggul dan teknik budidaya yang belum intensif. Teknologi budidaya

wortel juga relatif masih terbatas. Kegiatan usahatani wortel di Indonesia sebagian

besar masih dilakukan dengan penggunaan teknologi tradisional dengan skala

usaha yang masih kecil. (Handayani 2013)

5. Lahan sempit . Tanah atau lahan usahatani dapat diartikan sebagai bagian

dari permukaan bumi yang digunakan untuk kegiatan produksi bidang pertanian,

tanaman, ternak, dan ikan. Karakteristik faktor produksi lahan yakni luasnya yang

terbatas, tahan lama (tidak ada penyusutan), serta tidak dapat dipindahkan. Lahan

dapat diperoleh dengan pembukaan lahan secara perorangan, beli, sewa, sakap,

pemberian, warisan, atau wakaf. Faktor–faktor yang perlu diperhatikan terkait

dengan lahan antara lain: (1) kesesuaian dan daya dukung lahan, (2) status

penguasaan lahan, (3) fragmentasi lahan dan (4) aksesibilitas terhadap sarana dan

Universitas Sumatera Utara

Page 18: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

4

prasarana pendukung. Lahan merupakan faktor produksi yang tidak terlepas dari

pengaruh lingkungan sekitarnya seperti sinar matahari, curah hujan, angin dan

faktor lainnya sehingga perlu disesuaikan dengan pemilihan cabang usahatani atau

pemilihan komoditas yang diusahakan.(Handayani 2013).

1.2. Perumusan Masalah

1. Berapa besar pendapatan petani wortel Desa Surbakti?

2. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat produksi wortel di

Desa Surbakti?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menghitung tingkat pendapatan petani wortel di Desa Surbakti?

2. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi petani

wortel di Desa Surbakti?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari studi penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kepada petani diharapkan penelitian ini mampu merubah perilaku petani untuk meningkatkan pendapatan

2. Pengetahuan ilmiah sebagai tambahan dan penulis sains dalam mata

pelajaran yang penulis dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

Page 19: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Hortikultura Wortel

Wortel (Daucus carota L.) adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang

biasanya berwarna kuning kemerahan atau jingga kekuningan dengan tekstur

serupa kayu seperti pada Gambar 1 (Malasari 2005). Bagian yang dapat dimakan

dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Cadangan makanan tanaman ini

disimpan di dalam umbi. Kulit umbi wortel tipis dan jika dimakan mentah terasa

renyah dan agak manis (Makmun 2007).

Wortel termasuk sayur-sayuran yang paling luas dikenal manusia. Manusia

mulai mengkonsumsi wortel setelah mengetahui beberapa manfaat kesehatan yang

terkandung di dalamnya (Sunanto, 2002).

Wortel merupakan tanaman khas dataran tinggi dengan ketinggian 1.200-

1.500 m dpl untuk pertumbuhan terbaiknya. Suhu yang cocok untuk tanaman ini

sekitar 22-24°C dengan kelembaban dan sinar matahari yang cukup. Persyaratan

tanah yang sesuai untuk tanaman ini yaitu subur, gembur dan banyak mengandung

humus, tata udara dan tata airnya berjalan baik (tidak menggenang). Wortel dapat

tumbuh baik pada pH antara 5,5-6,5 dan untuk hasil optimal diperlukan pH 6,0-

6,8. Keunggulan tanaman ini adalah tanaman ini dapat ditanam sepanjang tahun,

baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Batangnya pendek dan berakar

tunggang yang fungsinya berubah menjadi bulat dan memanjang. Namun, suhu

udara tetap perlu diperhatikan, karena jika suhu udara terlalu tinggi seringkali

menyebabkan umbi kecil-kecil dan berwarna pucat atau kusam, sedangkan jika

suhu udara terlalu rendah maka umbi yang terbentuk adalah panjang kecil

(Mulyahati, 2005).

Cahyono ( 2002) mengatakan bahwa, pada awalnya hanya dikenal

beberapa varietas wortel, namun dengan berkembangnya peradaban manusia dan

teknologi, saat ini telah ditemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul

daripada generasi-generasi sebelumnya. Varietas-varietas wortel terbagi menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 20: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

6

tiga kelompok yang didasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe Imperator,

Chantenay, dan Nantes.

a. Tipe Imperator memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung runcing

(menyerupai kerucut), panjang umbi 20-30 cm, dan rasa yang kurang manis

sehingga kurang disukai oleh konsumen.

b. Tipe Chantenay memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung tumpul,

panjang antara 15-20 cm, dan rasa yang manis sehingga disukai oleh konsumen.

c. Tipe Nantes memiliki umbi berbentuk peralihan antara tipe Imperator dan tipe

Chantenay, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm atau berbentuk

bulat agak panjang dengan ukuran panjang 10-15 cm. Penampakan fisik wortel

berdasarkan jenisnya diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1

Gambar 1. Bentuk dan berbagai tipe Wortel

Komposisi Gizi Wortel, merupakan sayuran yang memiliki banyak

kandungan gizi yang bermanfaat untuk semua umur, terutama untuk kalangan

anak-anak. Anak – anak pada usia dini memerlukan asupan gizi yang cukup baik

untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Wortel memiliki peranan penting bagi tubuh, karena wortel memiliki

kandungan α dan ß-karoten. Kedua jenis karoten ini penting dalam gizi manusia

Universitas Sumatera Utara

Page 21: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

7

sebagai provitamin A. Senyawa ß-karoten dalam tubuh diubah menjadi vitamin A

yang berperan dalam menjaga pertahanan dan kekebalan tubuh, menjaga

kesehatan kulit, paru-paru, dan membantu pertumbuhan sel-sel baru.

Wortel merupakan sumber makanan detoksifikasi yang mempunyai

kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Menurut Datt et al.

(2012) wortel memiliki senyawa bioaktif seperti karotenoid dan serat yang cukup

untuk meningkatkan kesehatan secara signifikan. Wortel segar mengandung air,

protein, karbohidrat, lemak, serat, abu, nutrisi anti kanker, pektin, mineral

(kalsium, fosfor, besi, dan natrium), vitamin (βetakaroten, B1 dan C) serta

asparagin.

Vitamin C, vitamin B, dan mineral terutama kalsium, dan fosfor yang

terkandung dalam wortel merupakan sumber gizi yang baik untuk pertumbuhan

(Rubatzky and Yamaguchi, 1997). Sayuran berwarna hijau terutama bayam

banyak mengandung β-karoten, demikian juga dengan wortel, brokoli, labu,

pepaya, mangga, dan paprika merah. Menurut Winarno (2008), semakin tua warna

sayuran tersebut, maka semakin banyak kandungan β-karotennya. β-karoten

merupakan anti oksidan yang menjaga kesehatan dan menghambat proses

penuaan. Jika tubuh memerlukan vitamin A, maka betakaroten di hati akan diubah

menjadi vitamin A (Octaviani et al., 2014).

Fungsi vitamin A bisa mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan

luka dan mempersingkat lamanya sakit campak. Selain dimanfaatkan sebagai

bahan pangan dan pengobatan, umbi wortel juga dapat digunakan untuk keperluan

kosmetik, yakni untuk merawat kecantikan wajah dan kulit, menyuburkan rambut

dan lain-lain. Karoten dalam umbi wortel bermanfaat untuk menjaga kelembaban

kulit dan memperlambat timbulnya kerutan pada wajah

2.2 Review Penelitian Terdahulu

Sri Endang Rahayu dan Mailina Harahap (2018), melakukan penelitian

tentang model peningkatan daya saing petani dengan petani dengan pendekatan

koperasi Agribisnis di Kota Medan, pemasaran sayur di Kecamatan Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 22: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

8

Marelan. Kondisi problematis agribisnis sayur di Kecamatan Medan Marelan

dapat diidentifikasi dari beberapa aspek yaitu; masalah pengadaan dan penyaluran

sarana produksi pertanian, masalah kegiatan produksi (budidaya usaha tani sayur),

dan problematis pemasaran. Pada masalah pemasaran juga diketahui bahwa

terdapat empat struktur rantai pasok produksi sayur petani Kecamatan Medan

Marelan. Model peningkatan daya saing petani sayur dapat dilaksanakan dengan

memperhatikan aspek faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dapat

ditetapkan sebuah visi dalam peningkatan daya saing petani yaitu; “Dengan

Koperasi Agribisnis Petani Produktif dan Berdaya Saing”. Adapun aspek yang

perlu dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut adalah aspek komoditi sayur

petani, aspek kelembagaan dan aspek komunitas.

Siregar (2018), menganalisis bagaimana karakteristik sosial ekonomi

mempengaruhi pendapatan petani jagung di daerah penelitian. Penentuan lokasi

dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Kecamatan Sidamanik Kabupaten

Simalungun dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang petani dengan

menggunakan metode analisis model regresi linier berganda.

Dari hasil pengolahan data dan survei data di lapangan, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel atau karakteristik sosial ekonomi yang nyata

mempengaruhi pendapatan petani jagung di Kecamatan Sidamanik adalah

variabel umur, luas lahan dan status lahan. Sedangkan variabel pengalaman dan

jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata pada tinggat kepecayaan 95% atau

pada α 5%.Variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi pendapatan petani

adalah variabel luas lahan.

Saran dari penelitian tersebut bahwa peningkatan pendapatan petani

jagung di lokasi penelitian masih memungkinkan melalui penambahan luas lahan

usahatani serta mengelola usahatani tersebut seperti teknik pengolahan lahan para

petani yang bukan pemilik lahan agar lebih menguntungkan.

Thamrin, (2017), melakukan penelitian tentang Pengaruh Faktor Produksi

Terhadap Produksi Bawang Merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja terhadap produksi

Universitas Sumatera Utara

Page 23: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

9

bawang merah, mengetahui tingkat elastisitas faktor produksi budidaya bawang

merah dan mengetahui kelayakan budidaya bawang merah. Hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa secara simultan (serempak) produksi bawang merah

dipengaruhi oleh luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja sebesar 96%.

Hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) secara simultan variabel luas

lahan, bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap

peningkatan produksi bawang merah karena F-hitung > F-tabel dengan tingkat

kepercayaan 95%, (2) secara parsial, ada tiga variabel yang mempengaruhi

produksi bawang merah, yakni luas lahan, bibit dan pestisida karena nilai t-hitung

> t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Sementara variabel lainnya seperti

pupuk, dan tenaga kerja tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksi daun

pisang batu karena t-hitung < t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95%, (3) dari

perhitungan nilai elastisitas diketahui bahwa faktor produksi luas lahan, bibit,

pupuk, pestisida, dan tenaga kerja mempengaruhi produksi bawang merah pada

posisi increasing return to scale. (4) Hasil analisis pendapatan diketahui produksi

rata-rata sampel petani bawang merah adalah 826.67 kg/musim tanam, dengan

penerimaan per musim tanam rata-rata Rp.24,800,000/musim tanam, biaya

produksi yang dikeluarkan petani bawang merah rata-rata sebesar

Rp.8,824,256.67/musim tanam, sehingga pendapatan petani bawang merah per

musim tanam adalah Rp.15,975,743.33/musim tanam, dan (5) Berdasarkan

analisis kelayakan usaha dengan menggunakan RC dan BC Ratio sebesar 2,81 dan

1,81 sehingga dapat disimpulkan bahwa budidaya bawang merah di daerah

penelitian layak untuk diusahakan.

Soetiarso, T.A, W. (2011) melakukan penelitian tentang Keragaan

Pertumbuhan, Kualitas Buah, dan Kelayakan Finansial Dua Varieteas Cabai

Merah.Cabai merah merupakan komoditas unggulan yang banyak diusahakan

petani karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun demikian, dalam

pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala, baik kendala teknis maupun

ekonomis. Penelitian bertujuan mengkaji keragaan pertumbuhan, kualitas buah,

dan kelayakan finansial dua varietas cabai merah (Hot Chili dan Tanjung-2).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

10

Penelitian dilaksanakan tanpa menggunakan rancangan dan ulangan, dengan

luasan 2.500 m2 per perlakuan. Perlakuan yang diuji yaitu penggunaan varietas

cabai merah (Hot Chili dan Tanjung-2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hot

Chili menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi, serta

produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Tanjung-2. Tingkat

kematangan buah Tanjung-2 lebih serempak, waktu panen lebih singkat (10 kali),

serta buahnya berwarna merah lebih menarik bila dibuat pasta. Tanjung-2 relatif

toleran terhadap serangan trips (Thrips parvispinus), kutudaun (Myzus persicae),

dan kutukebul (Bemisia tabaci), namun lebih rentan terhadap penyakit busuk

batang (Phytophthora capsici) dan layu bakteri (Ralstonia solanacearum). Dari

segi kualitas, dengan ukuran panjang dan diameter buah yang hampir sama, bobot

buah Tanjung-2 lebih ringan (8,75 g) dibandingkan dengan Hot Chili (14,02 g),

tekstur buah yang lebih lembek (agak lentur) dapat menekan kerusakan selama

transportasi, serta lebih mudah untuk digerus. Kadar air buah Tanjung-2 lebih

rendah, sehingga menjadi lebih kental bila dibuat pasta.Secara teknis, produksi

Tanjung-2 lebih rendah dibanding Hot Chili. Penggunaan Hot Chili lebih

menguntungkan dengan memberikan tingkat pengembalian marjinal sebesar

165,76% dibandingkan dengan Tanjung-2. Produktivitas bukan satu-satunya

faktor pendorong adopsi teknologi. Dua faktor lain yang menjadi pertimbangan

petani di Kawali-Ciamis dalam mengadopsi teknologi cabai yaitu ketersediaan

modal kerja dan umur panen tanaman

2.2.1 Fungsi Produksi

Suatu persamaan yang menunjukkan hubungan ketergantungan (fungsional)

antara tingkat input yang digunakan dalam proses produksi dengan tingkat output

yang dihasilkan.

• Fungsi produksi secara matematis

Q = F (K,L,R,T)

Dimana Q = jumlah output ( hasil ), K = Modal ( kapital ), L = Tenaga kerja

( labour ) , R = Kekayaan ( raw material ) dan T = Teknologi

Universitas Sumatera Utara

Page 25: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

11

Kalau misalnya Y adalah produksi, dan Xi adalah masukan i, maka besar kecilnya

Y juga bergantung dari besar kecilnya X1 , X2 , X3 , …, Xm yang dipakai.

Hubungan Y dan X secara aljabar dapat ditulis pada persamaan 1 sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3,..., Xm) .................................................................. (1)

Kalau persamaan 1 melibatkan m masukan, maka persamaan itu disebut fungsi

produksi dengan m- factor. Masukan X1, X2, X3, …, Xm dapat dikategorikan

menjadi dua yaitu: (1) yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas tanah, jumlah

pupuk, tenaga kerja dan lainnya, dan (2) yang tidak dapat dikuasai oleh petani

seperti iklim.

Hal ini tergantung dari penting tidaknya masukan itu terhadap produksi. Misalnya

masukan yang penting yang dapat dikontrol adalah X1, X2, X3, …, Xn dan

sisanya, (m- n) masukan Xn+1, Xn+2,…, Xm adalah masukan yang tetap, yang

tidak dapat dikontrol oleh petani atau yang tidak mempunyai pengaruh penting

terhadap besar kecilnya produksi. Dengan demikian fungsi produksi tersebut

dapat ditulis dalam persamaan.2 yaitu:

Y = f (X1, X2,..., Xn/ X11 +1,..., Xm)........................................................(2)

Kalau ada n variable masukan, maka persamaa 2 dapat ditulis pada persamaan 3

dibawah ini:

Y = f ( X1, X2,..., Xn)....................................................................... (3)

2.2.2 Fungi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara masukan produksi (input)

dengan produksi (output). Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi

atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, di mana variabel satu

disebut variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X).

Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya dengan cara

regresi, di mana variasi dari Y akan dipengaruhi variasi dari X. Dengan demikian

kaidah kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-

Universitas Sumatera Utara

Page 26: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

12

Douglas (Soekartawi, 2003). Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai

berikut (Soekartawi, 2003):

Y = a X1b1

, X2b2

,……Xnbn

e u

Dimana:

Y= Variabel yang dijelaskan

X= Variabel yang menjelaskan

b1 … bn= Besaran yang akan diduga

e= Kesalahan (disturbance term)

Persamaan diatas sering disebut fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb

Douglas production function). Fungsi Cobb-Douglas diperkenalkan oleh Charles

W. Cobb dan Paul H. Douglas pada tahun 1920. Untuk memudahkan pendugaan

terhadap persamaan di atas maka persamaan tersebut diperluas secara umum dan

diubah menjadi bentuk linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut

(Soekartawi, 2003) yaitu:

LogY = Log a + b1 LogX1 + b2 LogX2 + ... + bn LogXn + e

Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan

diubah bentuknya menjadi linier, maka persyaratan dalam menggunakan fungsi

tersebut antara lain (Soekartawi, 2003). Tidak ada pengamatan yang bernilai nol.

Sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui

(infinite).

Dalam fungsi produksi perlu diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan

tingkat teknologi pada setiap pengamatan. Tiap variabel X dalam pasar perfect

competition. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah

tercakup pada faktor kesalahan (e).

Hasil pendugaan pada fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien

regresi (Soekartawi, 2003). Jadi besarnya b1 dan b2 adalah angka elastisitas.

Jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran returns to scale. Dengan

demikian, kemungkinan ada 3 alternatif, yaitu (Soekartawi, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

13

Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Merupakan tambahan hasil

yang semakin menurun atas skala produksi, kasus dimana output bertambah

dengan proporsi yang lebih kecil dari pada input atau seorang petani yang

menggunakan semua inputnya sebesar dua kali dari semula menghasilkan output

yang kurang dari dua kali output semula.

Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Merupakan tambahan hasil

yang konstan atas skala produksi, bila semua input naik dalam proporsi yang

tertentu dan output yang diproduksi naik dalam proporsi yang tepat sama, jika

faktor produksi di dua kalikan maka output naik sebesar dua kalinya.

Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Merupakan tambahan hasil

yang meningkat atas skala produksi, kasus di mana output bertambah dengan

proporsi yang lebih besar dari pada input. Contohnya bahwa seorang petani yang

merubah penggunaan semua inputnya sebesar dua kali dari input semula dapat

menghasilkan output lebih dari dua kali dari output semula.

Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah dikembangkan dengan

menggunakan lebih dari dua input (misal modal, tenaga kerja, dan sumber daya

alam atau modal, tenaga kerja produksi, dan tenaga kerja non produksi) (Salvatore

Dominick, 2005). Kelebihan fungsi Cobb-Douglas dibanding dengan fungsi-

fungsi yang lain adalah (Soekartawi, 2003):

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan

dengan fungsi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat lebih mudah ditransfer ke

bentuk linier. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan

menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran

elastisitas.

Besaran elestisitas tersebut sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran

returns to scale. Walaupun fungsi Cobb-Douglas mempunyai kelebihan-kelebihan

tertentu dibandingkan dengan fungsi yang lain, bukan berarti fungsi ini tidak

memiliki kelemahan-kelemahan. Kelemahan yang dijumpai dalam fungsi Cobb-

Douglas adalah (Soekartawi, 2003):

Universitas Sumatera Utara

Page 28: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

14

1. Spesifikasi variabel yang keliru

Spesifikasi variabel yang keliru akan menghasilkan elastisitas produksi yang

negatif atau nilainya terlalu besar atau terlalu kecil. Spesifikasi yang keliru juga

sekaligus akan mendorong terjadinya multikolinearitas pada variabel independen

yang dipakai.

2. Kesalahan pengukuran variabel

Kesalahan pengukuran variabel ini terletak pada validitas data, apakah data yang

dipakai sudah benar atau sebaliknya, terlalu ekstrim ke atas atau ke bawah.

Kesalahan pengukuran ini akan menyebabkan besaran elastisitas menjadi terlalu

tinggi atau terlalu rendah.

3. Bias terhadap manajemen

Variabel ini sulit diukur dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas, karena variabel

ini erat hubungannya dengan penggunaan variabel independen yang lain.

4. Multikolinearitas

Walaupun pada umumnya telah diusahakan agar besarnya korelasi antara variabel

independen diusahakan tidak terlalu tinggi, namun dalam praktek masalah

multikolinearitas ini sulit dihindarkan.

5. Data

a. Bila data yang dipakai cross section maka data tersebut harus mempunyai

variasi yang cukup.

b. Data tidak boleh bernilai nol atau negatif, karena logaritma dari bilangan nol

atau negatif adalah tak terhingga.

6. Asumsi

Asumsi-asumsi yang perlu diikuti dalam menggunakan fungsi Cobb- Douglas

adalah teknologi dianggap netral, artinya intercept boleh berbeda, tapi slope garis

peduga Cobb-Douglas dianggap sama. Padahal belum tentu teknologi di daerah

penelitian adalah sama. (http://abstraksiekonomi.blogspot.com)

Universitas Sumatera Utara

Page 29: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

15

2.2.3 Biaya Produksi dan Pendapatan

Dalam penelitian ini, pendapatan yang digunakan adalah pendapatan

petani pemilik lahan. Menurut Sukirno (2002) bahwa pendapatan merupakan

balas jasa yang diterima atas keikutsertaan seseorang dalam proses produksi

barang dan jasa, pendapatan ini dikenal dengan nama pendapatan dari kerja

(Labour Income).

Selain pendapatan dari kerja, pekerja sering kali mendapatkan pendapatan

lain yang bukan merupakan balas jasa dari kerja, pendapatan bukan dari kerja ini

disebut nonlabour income. Pemanfaatan pekerja dapat dilihat dari pendapatan

yang diterima seseorang. Apabila seseorang mempunyai keterampilan tertentu,

misalnya diperoleh dari pendidikan atau latihan dan bekerja di suatu lapangan

usaha dan dalam lingkungan usaha tertentu, maka diharapkan akan diperoleh

pendapatan sebesar tertentu yang diperoleh dari pekerjaan tersebut.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa pendapatan

sesorang tergantung pada keterampilan di bidang tertentu yang dapat diperoleh

dari pendidikan, latihan keterampilan, dan pengalaman bekerja pada bidang

tertentu. Untuk menghitung besar kecilnya pendapatan dapat dilakukan dengan

tiga pendekatan yaitu (Sukirno,2002).

1) Pendekatan produksi (production approach), yaitu dengan menghitung semua

nilai produksi barang dan jasa akhir yang dapat dihasilkan dalam periode tertentu.

2) Pendekatan pendapatan (Income Approach), yaitu dengan menghitung nilai

keseluruhan balas jasa yang dapat di terima oleh pemilik faktor produksi dalam

suatu periode tertentu.

3) Pendekatan pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu pendapatan yang

diperoleh dengan menghitung pengeluaran konsumsi masyarakat.

Konsep Biaya Produksi Menurut Alma (2000) biaya adalah setiap pengorbanan

untuk membuat suatu barang atau untuk memperoleh suatu barang yang bersifat

ekonomis rasional.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

16

Jadi dalam pengorbanan ini tidak boleh mengandung unsur pemborosan sebab

segala pemborosan termasuk unsur kerugian, tidak dibebankan ke harga pokok.

Jenis dan perilaku biaya merupakan elemen kunci dalam proses penganggaran,

terutama menyangkut tanggung jawab manager. Biaya dapat dibagi menjadi tiga

(3) yaitu :

1) Biaya Variabel, yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung dengan tingkat

aktivitas yang ada, misalnya komponen penjualan menurut metode komisi

langsung.

2) Biaya Semi Variabel, yaitu biaya yang bervariasi dengan tingkat aktivitas yang

ada tetapi tidak dalam propasi langsung.

3) Biaya tetap, yaitu biaya yang tidak berpengaruh oleh perubahan aktivitas tetapi

bersifat konstan selama periode tertentu.

Biaya juga dapat dikelompokkan menjadi:

1) Biaya langsung, yaitu biaya yang langsung dibebankan pada aktivitas atau

bagian tertentu dari organisasi.

2) Biaya tidak langsung, yaitu biaya yang tidak dapat dikaitkan dengan produk

tertentu.

Hubungan antara biaya produksi dengan pendapatan bahwa biaya produksi

berpengaruh negatif terhadap pendapatan/penghasilan petani. Oleh karena itu

biaya produksi harus dioptimalkan agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

Menurut Sukirno (2002), untuk mengetahui jumlah penerimaan yang diperoleh

dapat diketahui dengan rumus :

TR = P .Q

Keterangan :

TR = Total Revunue/ Total Penerimaan (Rp) TR yaitu penerimaan seluruhnya

yang diterima oleh produsen dari hasil penjualan.

P = Harga Produk (Rp/unit)

Universitas Sumatera Utara

Page 31: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

17

Q = Jumlah Produk yang dijual (Kg)

Jumlah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi dapat dihitung dengan

rumus:

TC = TFC + TVC

Keterangan :

TC = Total Cost / biaya Total (Rp) yaitu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan

untuk kegiatan produksi.

TFC = Total Fixed Cost / Total BiayaTetap (Rp) yaitu biaya yang besarnya tidak

terpengaruh oleh jumlah barang yang diproduksi.

TVC = Total Variable Cost / TotalBiayaVariabel (Rp) yaitu biaya yang besarnya

tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan

Menurut Boediono (1992), pendapatan dihitung dengan cara mengurangkan total

penerimaan dengan total biaya, dengan rumus sebagai beriku

I = TR –TC

Keterangan :

I = Income (Pendapatan)

TR = Total Revenue (Total Penerimaan) yaitu penerimaan seluruhnya yang

diterima oleh produsen dari hasil penjualan.

TC = Total Cost (Total Biaya) yaitu jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan produksi.

2.2.4 Penghasilan Bersih Usahatani.

Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat

ditempat itu yang deperlukan untuk produksi pertanian tumbuh, tanah dan air,

perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan diatasnya dan sebagainya (Mubyarto, 1989).

Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai

nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

yang tidak dijual.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

18

Pengeluaran total usaha tani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai

semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi

tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran total usaha tani terdiri

dari pengeluaran tidak tetap dan pengeluaran tetap.

Pengeluaran tidak tetap (variable cost atau direct cost) didefinisikan sebagai

pengeluaran yang digunakan untuk tanaman atau ternak tertentu dan jumlahnya

berubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi tanaman atau ternak

tersebut.

Pengeluaran tetap (fixed cost) ialah pengeluaran usahatani yang tidak bergantung

kepada besarnya produksi. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai

dan tidak tunai. Jadi, nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar

dengan benda atau berdasarkan kredit harus dimasukkan sebagai pengeluaran.

Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani disebut

pendaptan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani

mengukur imbalan yang diinvestasikan ke dalam usahatani.

Barangkali ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil

ialah penghasilan bersih usahatani (net farm earnings). Angka ini diperoleh dari

pendapatan bersih usahatani dengan mengurankan bunga yang dibayarkan kepada

modal pinjaman.

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Menurut (Sugiyono 2012) Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang

hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Variabel able dependen atau variabel terikat (Y). Variabel

independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).

Sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Page 33: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

19

Gambar 2. Skema Kerangka Penelitian

Faktor produksi usahatani wortel terdiri dari tenaga kerja, luas lahan,

pupuk dan pestisida. Sumber tenaga kerja dari dalam keluarga dan luar keluarga.

Biaya usahatani terdiri dari biaya variable dan biaya tetap. Biaya variable terdiri

dari pembelian input dan pembayaran upah tenaga kerja, sedangkan biaya tetap

yang dihitung adalah penyusutan. (Soekartawi, 2011).

Skema kerangka penelitian menjelaskan, usahatani wortel dipengaruhi

oleh faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, obat-obatan, dan pupuk. Kenaikan

dalam faktor produksi akan mempengaruhi pertambahan produksi. Harga produksi

akan mempengaruhi penerimaan usahatani wortel. Total biaya adalah hasil antara

Usahatani wortel

Total Biaya

Produksi

Harga Produksi

Penerimaan

Pendapatan

Faktor Produksi.

1. Luas Lahan.

2 Pupuk.

3. Obat-obatan.

4. Tenaga kerja

Harga

Input

Universitas Sumatera Utara

Page 34: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

20

penggunaan faktor produksi dengan harga input. Pendapatan usahatani wortel

merupakan selisih penerimaan dengan total biaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 35: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

21

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah

Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja, yaitu di Kabupaten Karo,

karena kabupaten ini merupakan sentra produksi hortikultura di propinsi Sumatera

Utara. Kecamatan Simpang Empat merupakan sentra produksi wortel di

Kabupaten Tanah Karo.

Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara,

Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki

luas wilayah 2.127,25 km2 dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 500.000 jiwa

(PPL BPP Tigapancur). Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit

Barisan Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan, ibu kota

Provinsi Sumatera Utara.

Jumlah penduduk di kecamatan Simpang IV adalah sebanyak 19.854 jiwa. 5.730

KK dan masyarakat terdiri dari Suku Karo 95%, Tapanuli 4%, Jawa 0,5% lain-

lain 0,5 % . (Desa BPP, Kantor Camat Statistik).

Menurut Dinas Pertanian Tk. I Sumatera Utara, Kabupaten Karo

merupakan daerah penghasil wortel terbesar di Sumatera Utara, yaitu dengan luas

lahan panen 2.523 Ha dan total produksi 65.174 ton. Kecamatan yang

mengusahakan tanaman wortel di Kabupaten Karo ada enam kecamatan. Diantara

kecamatan tersebut yang menjadi salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten

Karo adalah Kecamatan Simpang Empat. Desa yang mengusahakan wortel

terbesar di Kecamatan Simpang Empat adalah Desa Surbakti dengan jumlah

usahatani wortel 443 dan luas lahan 536, di desa Surbakti.

3.2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan peneliti untuk penelitian ini dilaksanakan sejak tanggal

dikeluarkannya ijin penelitian dalam kurun waktu kurang lebih 2 (dua) bulan,

Universitas Sumatera Utara

Page 36: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

22

(Maret-April), 1 bulan pengumpulan data dan 1 bulan pengolahan data yang

meliputi penyajian dalam bentuk tesis dan proses bimbingan berlangsung

3.3 Populasi dan Sample

.

Populasi petani adalah petani wortel de desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat.

Jumlah petani wortel, 443 petani.

Besar sampel penelitian di rumus Slovin.

n= adalah jumlah sampel minimal

N= Populasi

e= Error margin

n=443/(1+(443x0,01))

n= 443/(1+4,43)

n= 443/5,43

n= 82

Apabila dibulatkan maka besar sampel minimal dari 443 populasi pada margin of

error 10% adalah sebesar 82.

Jika di lihat dari pengertian metode pengumpulan data menurut ahli metode

pengumpulan data berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat, keadaan,

kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh

informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo,

2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 37: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

23

Metode ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer diperoleh

melalui wawancara, dengan menggunakan Kuesioner (Daftar Pertanyaan).

Sedangkan Data Sekunder melalui data yang sudah dipublikasi oleh BPS.

3.4 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan fungsi produksi Cobbs-Douglas

Y=a0LPa1

Fa2

Pa3

Tka4

LnY= lna0 + a1 lnLP + a2 lnF + a3 lnP + a4 lnTK + μ

Dimana :

LnY = Produksi wortel (kg).

LP = Luas Panen (ha).

F = Jumlah Pupuk (kg).

P = Jumlah pestisida (liter).

TK = Jumlah Tenaga Kerja (HKP).

a1,..,a4 = Besaran yang akan diduga

µ = Unsur sisa (galat)

3.4.1 Metode analisa Asumsi klasik.

3.4.2. Uji Normalitas

= Nilai

= Nilai Observasi

Universitas Sumatera Utara

Page 38: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

24

= Nilai expected/ harapan, luasan interval kelas berdasarkan table normal

dikalikan N (total frekuensi) (pi x N)

N= Banyak angka pada data (total frekuensi)

3.4.3. Uji Heteroskedastisitas (Glesjer)

=nilai absolut residual persamaan yang diestimasi

=variabel penjelas

= unsur gangguan

3.4.4. Uji Autokorelasi (Durbin-Wartson)

∑ ∑

=nilai d

=nilai residu dari persamaan regresi periode t

=nilai residu dari persamaan regresi periode t-1 (Situmorang H. Syafrizal,

2008, Analisis Data Penelitian, USU press)

3.4.5. Uji Multikolinearitas.

X1 = Pendapatan tahun

X2 = Pendapatan bulan

3.4.6. Rumus T hitung

t hitung =

√ ⁄

Universitas Sumatera Utara

Page 39: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

25

Keterangan

= rata-rata hitung

= rata-rata hipotesis

= standard deviasi sample

= banyak sample

3.4.7. Rumus Uji F

F hitung=

= Koefisien Determinasi

= jumlah data atau kasus

= jumlah variabel independen

3.5. Defenisi Operasional Variabel

1. Hortikultura dalam penelitian ini usahatani wortel. Wortel adalah

komoditi yang penting kepada Kecamatan Simpang Empat, khusus desa

Surbakti. Karena wortel menjadi sumber keuangan desa tersebut, petani di

kecamatan itu sudah ada skill, dan pengalaman dalam hortikultara wortel

yang sangat mempengaruhi hasil produksi wortel.

2. Produksi wortel di Desa Surbakti dijual melalui agen.

3. Harga pupuk dinilai berdasarkan harga pupuk saat penelitian dilaksanakan

dan dinyatakan dalam rupiah per kilogram.

4. Harga obat-obatan (pestisida) dinilai berdasarkan harga obat-obatan

(pestisida) saat penelitian dilaksanakan dan dinyatakan dalam rupiah per

liter.

5. Harga wortel dihitung berdasarkan harga pasar (Rp/Kg).

6. Penelitian dilakukan untuk satu musim tanam Januari-Maret 2019.

7. Tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja yang diukur dalam

satuan hari orang kerja (HOK),

Universitas Sumatera Utara

Page 40: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

26

8. Upah tenaga kerja dinilai berdasarkan upah per hari orang kerja saat

penelitian dilakukan dan dinyatakan dalam rupiah per HOK

9. Produksi Wortel adalah jumlah hasil tanaman yang dihasilkan dalam satu

musim tanam (satu kali proses produksi) yang diukur dalam satuan

kilogram (Kg).

10. Luas Lahan (Ha), adalah areal/tempat yang digunakan untuk melakukan

usahatani diatas sebidang tanah, yang diukur dalam satuan hektar (ha).

11. Jumlah pupuk (kg), adalah jumlah pupuk yang digunakan dalam usahatani

wortel diukur dalam satuan kilogram.

12. Jumlah pestisida (liter), adalah jumlah obat-obatan (pestisida) yang

digunakan dalam usahatani wortel diukur dalam satuan liter.

13. Jumlah tenaga kerjar, adalah semua tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani wortel baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar

keluarga.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

27

BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian.

Desa Surbakti berada di Kabupaten Karo dan termasuk ke dalam

kecamatan Simpang Empat yang merupakan salah satu desa tua. Awal mula

terbentuknya desa Surbakti, berawal dari pendiri desa atau dalam bahasa Karo

disebut Simanteki Kuta adalah marga Karo Karo Surbakti. Karo-Karo Surbakti

yang mendiami desa tersebut membagi 4 bagian dalam wilayah tempat mereka

tinggal atau dalam bahasa karonya ialah Kesain, yaitu : Kesain Surbakti Rumah

Lige, Kesain Surbakti Rumah Suah, Kesain Surbakti Rumah Jahe, Kesain Ginting

Rumah page/Suka pengulun.

Seperti pada penjelasan di atas Masyarakat di Desa Surbakti mayoritas

bersuku Karo dan yang membentuk atau Simanteki Kuta juga adalah suku Karo

sendiri. Seiring perkembangan zaman dalam perjalanan waktu, masyarakat di desa

Surbakti pun semakin bertambah dengan adanya perkawinan dari daerah desa lain

dan dengan datangnya masyarakat dari desa lain ataupun suku lain walaupun

dalam jumlah yang tidak terlalu besar.(http://repository.usu.ac.id)

4.2 Kondisi Umum Masyarakat di Desa Surbakti

Seperti pada penjelasan di atas Masyarakat di Desa Surbakti mayoritas

bersuku Karo dan yang membentuk atau simanteken kuta juga adalah suku Karo

sendiri. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan zaman, penduduk di Desa

Surbakti juga semakin bertambah dengan datangnya suku-suku lain walaupun

dalam jumlah yang tidak terlalu besar. (http://repository.usu.ac.id)

4.3 Geografis Desa Surbakti

Universitas Sumatera Utara

Page 42: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

28

Desa Surbakti adalah salah satu desa yang masuk ke dalam wilayah

Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak ± 1 km arah barat dari

Kantor Camat Simpang Empat, dan berjarak ± 7 Km ke Ibu Kota Kabupaten yaitu

Kota Kabanjahe, dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah Utara berbatasan

dengan Desa Perteguhan Kecamatan Simpang Empat, sebelah Selatan berbatasan

dengan Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Timur berbatasan

dengan Desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat, sebelah Barat

berbatasan dengan Desa Beganding Kecamatan Simpang Empat (Tim Penyusun

RKPDES Surbakti, 2010-2014).

Desa Surbakti termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi yaitu berada pada

ketinggian antara ± 1.000 m s/d 1.300 m diatas permukaan laut. Curah hujan rata-

rata per tahun adalah 2.000 mm s/d 3.000 mm,dan suhu temperaturnya adalah

16ºc s/d 27ºc. Luas areal desa Surbakti adalah 825 Ha, dengan perincian sebagai

berikut.

Tabel 2. Luas lahan Desa Surbakti

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) %

1. Pertanian/Perladangan 595 77,70

2. Perumahan/Permukiman 10 1.30

3. Sawah/Perikanan 60 7,84

4. Jalan umum/Jalan dusun 100 13,07

Total 765 100

Dari data tahun 2018, tercatat jumlah penduduk Desa Surbakti sebanyak

2.241 jiwa. Yang terdiri atas 1.101 jiwa laki-laki dan 1.140 jiwa perempuan.

Dihitung berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) Desa Surbakti dihuni oleh

669.( Kantor Camat Statistik)

Universitas Sumatera Utara

Page 43: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

29

Tabel 3. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan umur produktif dan

Pendidikan

Berdasarkan Umur Produktif Berdasarkan Pendidikan

Umur Produktif

17-50 51-56

L P L P Jumlah SD SMP SMA PT Jumlah

310 295 270 331 1.206 326 225 220 200 971

Sumber Kantor camat Kaban Jahe

Tabel 3 menujukan penduduk berusia umur produktif antara 17-50 (605),

hampir seimbang dengan usia 51-56 (601), berarti tenaga produktif di desa

Surbakti dalam 2018. Tenaga kerja desa perlu diisi kembali sehingga melalui

tenaga kerja tambahan ini, produktivitas dapat meningkat. Tingkat sekolah telah

memuaskan meskipun sedikit yang memiliki kesempatan untuk mengambil kursus

tingkat yang lebih tinggi.

4.4 Sistem kekerabatan.

Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut sistem

kekerabatan Patriliniel, seperti halnya yang dianut suku Batak lainnya

(Simalungun, Toba, Mandailing, Pakpak/Dairi). Dalam sistem kekerabatan ini,

setiap anak yang lahir dalam sebuah keluarga, baik laki-laki maupun perempuan,

dengan sendirinya akan mengikuti garis keturunan atau marga dari ayahnya.

Dengan demikian yang dapat meneruskan marga atau silsilah ayahnya

adalah anak laki-laki. Sehingga apabila seorang anak perempuan menikah, maka

anak-anak yang dilahirkannya akan mengikuti marga suaminya. Hal ini yang

membuat kedudukan seorang anak laki-laki sangat penting dalam masyarakat

Karo. Demikian jugalah masyarakat Karo di Desa Surbakti, menganut paham ini

dalam sistem kekerabatannya.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

30

Sistem kekerabatan ini didukung dengan prinsip rakut sitelu yang terdiri

dari tiga dasar. Keterkaitan ketiga pancangan ini mengibaratkan kedudukan orang

– orang Karo di dalam kebudayaannya, yaitu: senina, anak beru dan kalimbubu.

Senina adalah orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat. Se berarti

satu, nina berarti kata atau pendapat. Senina juga dapat diartikan sebagai orang

yang bersaudara dan memiliki marga yang sama. Anak beru berarti anak

perempuan dan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo dikenal sebagai

kelompok yang mengambil istri dari keluarga (marga) tertentu. Kalimbubu adalah

kelompok pemberi dara bagi keluarga (marga) tertentu. Dalam kehidupan

seharihari sering juga disebut dibata ni idah (Tuhan yang kelihatan), karena

kedudukannya sangat dihormati dalam kebudayaan masyarakat Karo.

Selain itu marga juga adalah suatu dasar penyusunan sistem kekerabatan

bagi masyarakat Karo. Apabila seseorang berkenalan dan menyebutkan marganya,

mereka bisa langsung ertutur (tata cara seseorang berkenalan/berbicara yang

berkaitan dengan silsilah dan sistem kekerabatan) diantara mereka. Biasanya

apabila seseorang berkenalan dengan pria lain yang ternyata satu marga

dengannya, maka diantara kedua orang ini akan terjalin sebuah rasa persaudaraan

dengan sendirinya. Marga juga memiliki peranan penting dalam mengatur

hubungan kekeluargaan yang di sebabkan perkawinan dan hubungan darah (garis

keturunan). Sesuai dengan sistem kekerabatan patriliniel dan prinsip rakut sitelu,

maka orang Karo (baik pria maupun wanita) yang se-marga tidak boleh menikah

karena mereka memiliki ikatan satu marga. Karena itu seorang pria Karo

dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang se-beru dengan ibunya ataupun

wanita lain dengan beru lain yang tidak sama dengan marga-nya sendiri.

(http://repository.usu.ac.id)

4.5 Mata Pencarian dan Kondisi Perekonomian.

Sebagai masyarakat yang hidup dan sudah menetap di sebuah desa yang

sudah memiliki akses keluar dengan beberapa kota seperti Berastagi, Kabanjahe,

Medan dan juga kota-kota besar lainnya masyarakat desa Surbakti berpeluang

untuk mengembangkan usaha di berbagai bidang baik dalam bidang perdagangan,

Universitas Sumatera Utara

Page 45: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

31

perndidikan, kesehatan dan terutama dalam bidang pertanian. Keadaan ini

membuat sistem mata pencarian mereka juga beragam, akan tetapi masyarakat

desa surbakti umumnya bematapencaharian sebagai petani.

Hal ini didukung oleh keadaan alam dan lahan yang subur dan juga

tersedianya lahan yang cukup untuk bercocok tanam, baik itu tanaman muda dan

juga tanaman tua. Hasil dari tanaman muda dan tanaman tua ini biasanya dikirim

ke kota-kota besar seperti Batam, Bandung, Medan, Jakarta dan kota-kota lainnya.

(http://repository.usu.ac.id)

Tabel 4. Data jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Mata Pencarian Penduduk

Desa Jumlah KK

Petanian Buruh

tani

Wiraswasta Industri

Rumah

Tangga

PNS/

ABRI

Pensium

(orang)

625 1.189 75 25 0 57 -

Sumber Kantor camat Statistik 2018 (Kaban Jahe)

Tabel di atas menujukan Mata Pencarian Penduduk di Desa Surbakti, dimana kita

lihat, meskipun tidak ada Industri Rumah Tangga tetapi ada orang semangat

menjadi wiraswasta, memberikan kesempatan untuk pengembangan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Pendapatan Usahatani Wortel di Desa Surbakti

5.1.1 Penggunaan Sarana Produksi Usahatani Wortel di Desa Surbakti

Jumlah petani responden di Desa Surbakti yang menjadi pemilik lahan

sendiri, yaitu 61 petani sedangkan 21 petani mengunakan lahan melalui kontrak

atau sewa. Luas lahan usahatani wortel paling kecil adalah 500 meter dan yang

paling besar 3 hektar. Sarana produksi untuk usahatani wortel yang digunakan

petani yaitu bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Frekwensi pemberian

pupuk di desa Subakti 2 atau 3 kali sekali panen.

Tabel 5. Sarana Produksi Pupuk untuk Usahatani Wortel

No. Jenis Pupuk Jumah pupuk per

Petani

Jumlah pupuk per

Ha

1 Urea (Kg) 5,36 7,66

2 TSP (Kg) 44,80 64,04

3 KCL (Kg) 72,70 103,92

4 Amapos (Kg) 48,95 69,96

5 Mutiara (Kg) 22,89 32,72

6 Hidrokomplek (Kg) 48,73 69,66

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 5. Menunjukkan jumlah pupuk per petani dan per hektar untuk

usahatani wortel. Jumlah pupuk per petani paling rendah adalah urea sebesar 5,36

kg atau per hektar sebesar 7,66 kg, sedangkan teringgi adalah KCL dimana

jumlah KCL per petani sebesar 72,70 atau 103, 92 kg per hektar. Jumlah pupuk

urea per hektar untuk usahatani wortel lebih rendah dari jumlah pupuk urea per

hektar yang direkomendasikan yaitu 100 kg/ha, demikian juga untuk pupuk TSP

per hektar dibawah 100 kg/ha. Waktu pemberian pupuk susulan dilakukan

bersamaan dengan kegiatan penyiangan, yakni pada saat tanaman wortel berumur

1 bulan (https://simdos.unud.ac.id). Demikian juga pemberian pupuk Mutiara per

hektar lebih rendah dari dosis anjuran yaitu 200 kg/Ha.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

33

Tabel 6. Sarana Produksi Pestisida untuk Usahatani Wortel

No Jenis Obat-obatan Jumlah Obat per

petani

Jumlah obat per

Ha

1 Fungisida (ml) 1.695,42 2.423,30

2 Pestisida (ml) 1.097,86 1.569,19

3 Insetisida (ml) 1.019,81 1.457,64

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 6. Menunjukkan jumlah obat per petani palin rendah adalah insektisida

sebesar 1.019.81 ml dan jumlah inseksida per hektar sebesar 1.457,64 ml.

Penggunaan obat-obatan terbesar yaitu fungisida sebesar 1.695,42 ml dan per

hektar sebesar 2.423,30 ml.

Tabel 7. Penggunan Tenaga Kerja untuk Usahatani Wortel

No Aktivitas Tenaga Kerja

Petani (hari)

Tenaga Kerja per

Ha (hari)

1 Mempersiapkan lahan 11.79 16.85

2 Menanam 10.03 14.34

3 Memupuk 8.07 11.53

4 Merawat 10.36 14.81

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 7. Menunjukkan aktivitas tenaga kerja per petani paling rendah adalah

memupuk sebesar 8.07 hari dan biaya memupuk per hektar jumlah sebesar 11.53

hari. Mempersiapkan lahan adalah aktivitas dimana invetasi biaya per petani

sebesar 11.79 dan biaya per hektar 16.85. Petani pemilik menjual produksinya

kepada pedagang perantara, berarti kegiatan memanen oleh pedagang perantara.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

34

5.1.2 Biaya Produksi untuk Usahatani Wortel

Harga pupuk untuk Urea, TSP, KCL masing-masing yaitu Rp 2.200/kg,

Rp 6.000/kg dan Rp 6.000/kg. Sedangkan Amapos, Mutiara dan Hidrokomplek,

masing-masisng Rp 4.200/kg, Rp 8.500/kg dan Rp 9.000/kg.

Tabel 8. Biaya Pengeluaran Untuk Pupuk

No. Jenis Pupuk Biaya Petani (Rp) Biaya per Ha (Rp)

1 Urea 11.804,88 16.872,93

2 TSP 268.829,26 384.242,63

3 KCL 436.243,90 623.531,46

4 Amapos 205.595,12 293.860,90

5 Mutiara 194.618,90 278.172,38

6 Hidrokomplek 438.640,24 626.956,59

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 8. menunjukkan bahwa biaya pupuk terendah untuk kegiatan usahatani

wortel yaitu pupuk urea sebesar Rp 11.804,88, per petani atau Rp 16.872,93 per

hektar, sedangkan biaya pengeluaran yang tertinggi adalah pupuk hidrokomplek,

dimana per petani sebesar Rp 438.640,24 atau Rp 626.956,59 per hektar.

Meskipun jumlah penggunaan pupuk hidrokomplek per petani atau per hektar

lebih rendah dari pupuk KCL, tetapi biaya pengeluaran per petani atau per hektar

hidrokomplek lebih tinggi dari biaya pengeluaran untuk KCL karena harga pupuk

hidrokomplek lebih tinggi dari harga pupuk KCL.

Harga Inseksida, pestisida dan fungisida di Desa Surbakti berkisar antara Rp

130.000 sampai Rp 200.000 per liter. Frekwensi penggunaan obat-obatan

(pestisida, insektisida dan fungisida) di Desa Surbakti sebanyak tiga kali.

Tabel 9. Biaya pengeluaran untuk Obat-obatan

No Jenis Obat-obatan Biaya Petani Biaya Per Ha

1 Pestisida 254.314

363.496

2 Insektida 142.722,6

203.996

3 Fungisida 203.963,41

291.529

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Universitas Sumatera Utara

Page 49: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

35

Tabel 9. menunjukkan bahwa biaya pengeluaran terendah untuk obat-obatan

adalah untuk insektisida yaitu Rp 142.722,6 per petani atau Rp 203.996 per

hektar, sedangkan biaya pengeluaran tertinggi untuk obat-obatan adalah pestisida,

yaitu Rp 254.314 per petani atau Rp 363.496 per hektar.

Tenaga kerja petani Desa Surbakti mayoritas orang dari luar keluarga

petani, Kegiatan bekerja di Desa Subakti dikenal dengan kata “Aron,” dimana

upah aron sehari adalah sebesar 100.000 (Seratus ribu rupiah). Upah per hari di

Desa Surbakti tidak berbeda untuk kegiatan mempersiapkan lahan, menanam,

memupuk dan merawat tanaman. Pada umumnya, peralatan untuk kegiatan

usahatani wortel dipersiapkan oleh tenaga kerja upahan.

Tabel 10. Biaya Tenaga Kerja untuk Usahatani Wortel

No Aktivitas Total Cost bekejar

per Petani (Rp)

Total Cost bekejar

per Ha (Rp)

1 Mempersiapkan lahan 1.179.268,29 1.685.549.93

2 Menanam 1.003.658.53 1.434.547.67

3 Memupuk 807.317.07 1.153.913.19

4 Merawat 1.036.585.36 1.481.610.59

5 Total 4.026.829.26 5.755.621.40

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 10. menujukkan biaya tenaga kerja per petani terendah adalah memupuk

sebesar Rp 807.317.07, atau Rp 1.153.913,19 per hektar, sedangkan biaya tenaga

kerja per petani tertinggi adalah kegiatan mempersiapkan lahan yaitu Rp

1.179.268,29 atau Rp 1.685.549,93 per hektar. Biaya total tenaga kerja per petani

sebesar Rp 4.026.829,26 atau Rp 5.755.621,40 per hektar.

Tabel 11. Biaya Produksi Total Usahatani Wortel

No Komponen Pengeluaran Biaya per Petani (Rp) Biaya per Ha

(Rp)

1 Benih 1.593.170,732 2.277.148,335

2 Pupuk 1.117.092,073 1.596.680,321

3 Obat-obatan 601.000 859.020

4 Tenaga Kerja 4.026.829,268 5.755.621,59

5 Biaya Produksi 7.338.092,07 10.488.470,45

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Universitas Sumatera Utara

Page 50: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

36

Tabel 11. Menunjukkan bahwa data penyusutan alat dan pajak tanah tidak

ada dalam perhitungan. Biaya pajak lahan per hektar di Desa Surbakti sebesar Rp

100.000. Pada umumnya peralatan yang dimiliki oleh petani adalah alat semprot,

sedangkan peralatan usahatani yang digunakan untuk kegiatan usahatani wortel

dimiliki oleh tenaga kerja upahan (luar keluarga).

Komponen biaya terbesar yang dikeluarkan petani untuk usahatani wortel adalah

biaya tenaga kerja sebesar Rp 5.755.621,59 per hektar sedangkan yang terendah

adalah biaya pengeluaran untuk obat-obatan sebesar Rp 859.020 per hektar. Total

biaya produksi untuk kegiatan usahatani wortel yaitu Rp7.338.092,07 per petani

atau Rp 10.488.470,45 per hektar.

5.1.3 Pendapatan Usahatani Wortel

Penerimaan petani dari usahatani wortel merupakan hasil perkalian

produksi wortel dengan harga wortel per kg. Produksi wortel per petani 18,08 ton

atau 25,84 ton per hektar. Harga jual petani ke pedagang Rp 2.000 per kg,

sehingga penerimaan per petani sebesar Rp 36,20 juta atau Rp 51,75 juta per

hektar. Penerimaan petani dari usahatani wortel meningkat dengan kenaikan

produksi wortel.

Tabel 12. Pendapatan Usahatani Wortel

No Variabel Per Petani Per hektar

1 Produksi (Ton) 18.08 25.84

2 Harga (Rp/Kg) 2.000 2.000

3 Penerimaan

(Juta/Rupiah)

36.20 51.75

4 Biaya Produksi

(Rupiah)

7.338.092,07 10.488.470,45

5 Pendapatan

(Rupiah)

28.871.664,02 41.266.802,34

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 12 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani wortel adalah selisih

penerimaan dengan biaya produksi untuk usahatani wortel. Pendapatan per petani

dari usahatani wortel sebesar Rp 28.871.664,02 atau Rp 41.266.802,34 per hektar.

Universitas Sumatera Utara

Page 51: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

37

Hasil pendapatan yang dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu.

5.2 . Uji Asumsi

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data

mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribuisi data dengan bentuk

lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribuisi

normal, yakni distribuisi data tersebut tidak menceng ke kiri atau menceng ke

kanan. (Situmorang, 2008).

5.2.1 . Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test)

Uji Kolmogovov- Smirnov untuk menguji apakah data yang diperoleh berasal dari

populasi yang berdistribuisi normal atau tidak.(Gio, 2013). Hasil uji normalitas

disajilan pada tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov Test

Keterangan N Asymp. Sig (2-tailed)

Unstandarduzed residual 62 0,200

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Pada Tabel 13 terlihat nilai Asymp sig sebesar 0,200 dan nilai signifikan sebesar

0.05. Hal ini menujukkan variabel residual berdistribusi normal.

5.2.2. Uji Heteroskedastisitas (Glejser Test)

Uji Glejser Test untuk menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang

sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang seharusnya

terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama

dikatakan terjadi heteroskedastisitas.( Situmorang, 2008). Hasil uji

Heteroskedastisitas para Tabel 14.

Universitas Sumatera Utara

Page 52: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

38

Tabel 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Glejser Test)

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Tabel 14. Menujukkan seluruh variabel bebas memiliki tingkat signifikan lebih

besar dari 0,05 hal ini menujukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, tidak terjadi

Heteroskedatisitas dalam model.

5.2.3. Uji Multikolinearitas.

Uji Multikolinearitas merupakan suatu kejadian di mana terjadi korelasi atau

hubungan yang bersifat linier di antara variabel-variabel bebas. Hubungan linier

yang terjadi di antara variabel-variabel bebas dapat berupa hubungan linier yang

bersifat sempurna atau hubungan linier yang bersifat kurang sempurna.(

Situmorang, 2008). Uji Multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 15.

Model T Sig.

(Constant) .786 .436

LnX1 (Luas Lahan) -.241 .810

LnX3 (Inseksida) .715 .478

LnX4 (Fungisida) .351 .727

LnX5 (Tenaga Kerja) -.138 .891

LnX9 (Amapos) .896 .374

LnX11(Hidrokomplek) -.845 .402

Universitas Sumatera Utara

Page 53: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

39

Tabel 15. Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

1 (Constant)

Lnx1 (Luas Lahan) .509 1.965

Lnx3 (Insetsida) .911 1.097

Lnx4 (Fungisida) .939 1.065

Lnx5 (Tenaga Kerja) .530 1.887

Lnx9 (Amapos) .870 1.149

Lnx11 (Hidrokompleks) .875 1.143

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas. VIF ≤ 5 maka tidak

terdapat multikolineritas. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan

multikolineritas Tolerance ≥ 0,1 maka tidak terdapat multikolienaritas.

Oleh karena nilai VIF lebih kecil 5 ini berarti tidak terjadi multikolinearitas.

5.2.4 Uji Kebaikan Model.

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai actual dapat diukur berdasarkan

Godness of fit-nya yaitu nilai R2 atau koefisien derterminasi. Koefisien

determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel independent. Nilainya adalah 0-1. Semakin mendekat nol berarti

model tidak baik atau variasi model dalam menjelaskan amat terbatas, sebaliknya

semakin mendekat satu model semakin baik. ( Situmorang, 2008). Hasil Uji

koefisient determinasi dilihat pada Tabel 16.

Universitas Sumatera Utara

Page 54: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

40

Tabel 16. Uji R²

R R²

Adjusted R

Square F Sig.

.965a .932 .924 125.164 .000c

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019)

Bedasarkan hasil diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah sebesar 0,965, dan

nilai koefisien derterminasi (R Square) adalah sebesar 0,932.Hal ini menujukkan

bahwa 93,2% variasi variabel bebas pupuk (amapos, hidrokomplek), obat-obatan

(fungisida, Inseksida), luas lahan dan tenaga kerja telah mampu menjelaskan

variasi variabel terikat produksi. Sedangkan sisanya 6,8% dapat dijelaskan oleh

variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model.

Untuk menguji apakah hipotesis yang digunakan diterima atau ditolak digunakan

statistic F (Uji F). Jika tingkat signifikansi di bawah sebesar 0,05 maka H0 ditolak

dan H1 diterima.

Tabel 16 menujukkan bahwa nilai F hitung adalah sebesar 125,164 dengan tingkat

siginifikansi sebesar 0,000. Tingkat signigikansi sebesar 0,000 (< 0,05)

menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis satu diterima. Ini berarti

secara serempak variabel bebas, pupuk (amapos, hidrokompleks), obat-obatan

(insetisda dan fungisida), luas lahan dan tenaga kerja, berpengaruh nyata terhadap

variabel produksi wortel. Variabel bebas X mempengaruhi variabel terikat Y

secara linear atau terdapat hubungan linier antara variabel bebas X dengan

variabel terikat Y, sehingga model regresi yang dihasilkan dapat digunakan untuk

mengestimasi variabel terikat Y.

Universitas Sumatera Utara

Page 55: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

41

5.3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Wortel.

Hasil uji terhadap asumsi menunjukkan tidak terjadi pelanggaran sehingga

dilanjutkan dengan pendugaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi wortel. Koefisien pada Tabel 17 menunjukkan elastisitas produksi.

Tanda masing-masing koefisien variabel independen adalah positip. Tabel 17

menunjukkan seluruh variabel bebas memiliki tingkat signifikansi lebih kecil dari

pada sebesar 0,05 kecuali variabel hidrokomplek.

Tabel 17. Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi

Wortel.

Model Coeffisien t Sig.

(Constant) 7.347 .000

Lnx1 (Luas Lahan) 0,834 16.573 .000

Lnx3 (Insetsida) 0,020 1.969 .054

Lnx4 (Fungisida) 0,057 2.709 .009

Lnx5 (Tenaga Kerja) 0,155 2.855 .006

Lnx9 (Amapos) 0,032 2.559 .013

Lnx11 (Hidrokompleks) 0,006 .445 .658

Sumber Hasil Penelitian (Data diolah 2019).

Dari Table 17. Fungsi produksi wortel di daerah Simpang Empat desa Surbakti,

merupakan sebagai rumus berikutnya.

LnY= b0+X10,834

+ X30,020

+X40,057

+ X50,155

+X90,032

+X110,006

Ln Y =2.209 + 0.834 X1+ 0.020X3 + 0.507 X4 + 0.155X5 + 0.032 X9+ 0.0006 X11; R2 = 0.932

(0.050) (0.010) (0.021) (0.054) (0.013) (0.013)

Hasil Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi Wortel ditunjukkan

pada Tabel 17. Koefisen luas lahan sebersar 0,834 menunjukkan jika lahan

diperluas sebesar 1%, produksi akan meningkat sebesar 0,834 %. Luas lahan

berpangaruh nyata terhadap produksi. Koefisien insektisida sebesar 0,020

Universitas Sumatera Utara

Page 56: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

42

menujukkan jika inseksita bertambah 1%, produksi akan meningkat sebesar 0,020

%. Inseksida tidak berpangaruh nyata terhadap produksi

Koefisien inseksida sebesar 0,057 menunjukkan jika fungisida bertambah 1%,

produksi akan meningkat sebesar 0,057%. Fungisida berpangaruh nyata terhadap

produksi. Koefisen tenaga kerja sebersar 0,155 menunjukkan jika tenaga kerja

bertambah 1%, produksi akan meningkat sebesar 0,155%. Tenaga kerja

berpangaruh nyata terhadap produksi.

Koefisen amapos sebesar 0,032 menujukkan jika amapos sebesar 1% produksi

akan meningkat sebesar 0,032 %. Amapos berpangaruh nyata terhadap produksi.

Koefisen hidrokomplek sebesar 0,006 menujukkan jika hidrokompleks sebesar

1% produksi akan meningkat sebesar 0,006 %. Hidrokomples tidak berpangaruh

nyata terhadap produksi.

Hasil yang diperoleh, sesuai dengan teori menurut teori produksi. Hasil penelitian

ini konsisten. Menurut pendapatan usahatani wortel secara serempak dapat

dipengaruhi oleh produksi, luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pengalaman bertani

dan pendidikan petani pada usahatani wortel di daerah penelitian (Ria Aswita,

2008). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil rata-rata

pendapatan usahatani wortel di Desa Suban Ayam Kecamatan Selupu Rejang

Kabupaten Rejang Lebong adalah sebesar Rp. 3.928.380,80,-/Ut. Hal ini berarti

penerimaan petani dapat menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan selama

kegiatan produksi usahatani berlangsung. Luas lahan, umur, tingkat pendidikan

dan jumlah tanggungan keluarga secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap

pendapatan usahatani wortel dan secara parsial yang berpengaruh nyata adalah

luas lahan, umur dan jumlah tanggungan keluarga. (Fitria, 2018)

5.4. Uji F Simultan

Berdasarkan hasil output SPSS dapat melihat nilai F hitung lebih besar dari pada

nilai F table (125,164 > 2,27) dengan tingkat signifikan di bawah 0,05 yaitu 0,000.

Berdasarkan cara pengambilan keputusan uji simultan dalam analisis regresi dapat

disimpulkan bahwa variabel X1 luas lahan ,X3 Inseksida, X4 fungisida,X5 tenaga

Universitas Sumatera Utara

Page 57: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

43

Kerja,X9 amapos, dan X11hidrokomplek jika diuji secara bersama-sama atau

secara serempak berpangaruhi signifikan terhadap variabel produksi wortel.

Uji t parsial

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel luas lahan adalah sebesar 0,000. Karena nilai Sig. 0,000 < probabilitas

0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh luas lahan terhadap

produksi.

Nilai t hitung variabel luas lahan adalah sebesar 16.573. Karena nilai t hitung

16.573 > t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa luas lahan berpengaruh

nyata terhadap pruduksi.

Jika luas lahan bertambah maka variabel produksi akan mengalami peningkatan.

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel inseksida adalah sebesar 0,052. Karena nilai Sig. 0,052 > 0,05, maka

dapat disimpulkan inseksida ditolak. Artinya tidak ada berpengaruh inseksida

terhadap produksi.

Nilai t hitung variabel inseksida adalah sebesar 1.969. Karena nilai t hitung 1.969

< t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa inseksida tidak berpengaruh nyata

terhadap produksi.

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel fungisida adalah sebesar 0,009. Karena nilai Sig. 0,009 < 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh fungisida terhadap produksi.

Nilai t hitung variabel fungisida adalah sebesar 2.709. Karena nilia t hitung 2.709

> t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa fungisida berpengaruh nyata

terhadap pruduksi.

Jika fungisida bertambah maka variabel produksi akan mengalami peningkatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

44

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel tenaga kerja sebesar 0,006. Karena nilai Sig. 0,006 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh tenaga kerja terhadap produksi.

Nilai t hitung variabel tenaga kerja adalah sebesar 2,885. Karena nilia t hitung

2.885 > t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja berpengaruh

nyata terhadap pruduksi. Jika jumlah tenaga kerja bertambah maka produksi akan

mengalami peningkatan.

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel amapos sebesar 0,013. Karena nilai Sig. 0,013 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh tenaga kerja terhadap produksi.

Nilai t hitung variabel amapos adalah sebesar 2,559. Karena nilia t hitung 2.559 >

t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa amapos berpengaruh nyata terhadap

pruduksi. Jika jumlah amapos bertambah maka produksi akan mengalami

peningkatan.

Berdasarkan tabel output SPSS “Coeficients”diketahui nilai Signifikansi (Sig)

variabel hidrokomplek adalah sebesar 0,665. Karena nilai Sig. 0,665 > 0,05, maka

dapat disimpulkan hidrokomplek ditolak. Artinya tidak ada berpengaruh

hidrokomplek terhadap produksi.

Nilai t hitung variabel inseksida adalah sebesar 0,445. Karena nilai t hitung 0.445

< t tabel 2,004, maka dapat disimpulkan bahwa hidrokomplek tidak berpengaruh

nyata terhadap produksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

45

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan.

Bedarsakan hasil dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan maka

kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pendapatan usahatani wortel per petani 28.871.664,02 atau Rp 41.266.802,34

per hektar.

2. Faktor-faktor yang berpengaruhi nyata terhadap produksi wortel di kabupaten

karo Desa Surbakti adalah luas lahan, pestisida, insektisida, tenaga kerja, amapos.

6.2 Saran.

Saran peneliti terkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bahwa petani wortel memiliki panduan yang memadai tentang produksi mereka

dan bagaimana mempertahankan dan meningkatkan produksi wortel tersebut,

supaya pendapatan mereka tetap meningkat.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang tidak dianalisis dalam tesis ini dan untuk

memecahkan masalah yang diamati selama penelitian lapangan, seperti

pengembangan wortel yang tidak memadai, dan munculnya penyakit umum di

semua bidang di mana penelitian lapangan dilakukan.

3. Berusaha mengembangkan cara untuk memiliki siklus produksi wortel yang

dapat memenuhi permintaan, tetapi juga menjaga harga wortel stabil bagi petani,

tanpa nilai jual rendah dari petani ke perantara.

4. Ternyata hasil penelitian dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi wortel

ini koefisien determinasi (R2) sebesar 0,932, menujukkan bahwa 93% variasi

bebas: amapos, fungisida, pestisida, inseksida, tenaga kejar dan luas lahan telah

Universitas Sumatera Utara

Page 60: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

46

mampu jelaskan variasi variabel terikat dan sisanya 6,8% dijelaskan variabel lain

yang tidak masuk kedalam model. (tidak perlu)

6.3 Keterbatasan.

1. Berdasarkan data-data yang terkumpul melalui wawancara, jawaban yang di

dapat dari petani tidak begitu jelas. Ada beberapa info yang tidak masuk akal,

meskipun dalam pengumpulan data, cara yang dipakai untuk menggali informasi

sangat komunikativ dan sopan.

2. Informasi yang didapat, baik di kantor camat, dinas pertanian, maupun kantor

kepada desa tentang jumlah kk, dan kelompok tani hasilnya berbeda beda.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

47

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2000. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa.Edisi Revisi

Cetakan keempat. Penerbit Alfabeta. Bandung(Indonesia, 2010)(Abdin,

1984)(Alma, 2000)(Zulkifli, 2003)

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara : Indikator Kesejateraan Rakya

tahun 2009 dan analisis data pengangguran Semester I Tahun 2010 Provinsi

Sumatera Utara

BPS Kabupaten Karo kaban Jahe

Boediono. 1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta, BPFE UGM.

BPS 2014 Sub Direktorat Statistik Kerawanan Sosial, Perhitungan dan Analisis

Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2014, Jakrta: Badan Pusat

Statistik,2014),h.1)

Cahyono, B. 2002. Wortel Teknik Budi Daya Analisis Usah Tani. Kanisius,

Yogyakarta

Datt, K. S, Swati K, Narayan S. T. and Surekha A. (2012).Chemical composition,

functional properties and processing of carrot-a review.Association of Food

Scientists & Technologists (India). J Food Sci Technol (January–February

2012) Vol 49 (1) : 22–32

Desa BPP, Kantor camata Statiski.d

Dinas Pertanian Kaban Jahe

Direktorat Jendral Hortikultura, Kementrian Pertanian, 2015

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasindo

Handayani , Asri , 2013 Analisis Pendapatan Usahatani Wortel Bnih Lokal dan

Benih Impor. (Studi Kasus: Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten

Cianjur)

Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

http://www.karokab.go.id/id/profil/strategi-pembangunan (strategi pembangunan)

https://id.wikipedia.org/wiki/Uji_hipotesis (cara menguji hipotesis)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47419/Chapter%20II.pdf

Kondisi geografis masyarakat karo di desa surbakti

http://abstraksiekonomi.blogspot.com/2015/09/fungsi-produksi-cobb douglas.html

pertumbuhan ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 62: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

48

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ca48248ff3f7f2f4c8dfad1

e160ee686.pdf

https://www.statistikian.com/2013/01/uji-normalitas.html

https://ekonometrikblog.files.wordpress.com/2017/04/uji-dan-perbaikan-

heteroskedastisitas.pdf

Aswaita,Ria.2008http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/7458/09

E00477.pdf?sequence=1analisis usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi

pendapatan petani

Journal sinar tani 2014 melirik usahatani wortel dataran rendah

Journal Of Agribusiness Sciences

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/2590-4356-1-PB%20(1).pdf

Journal Of Agibusiness Sciences

http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/JASc/article/view/1957

Jurnal Agroteknologi FP USU

https://jurnal.usu.ac.id/index.php/agroekoteknologi/article/viewFile/17636/9

204

Jurnal Agroka

file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/359-1-639-1-10-

20180713%20(6).pdf

J. Hort https://media.neliti.com/media/publications/80653-ID-kelayakan-teknis-

dan-ekonomi-budidaya-ca.pdf

Makmun, C. 2007. Wortel komoditas ekspor yang gampang dibudidayakan.

Hortikultura: 32.

Malasari. 2005. Sifat fisik dan organoleptik nugget ayam dengan penambahan

wortel (Daucuscarota L.,). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Mubyarto 1989, Pengantar Ekonomi Pertanian, Jakarta : Edisi Ke-tiga, LP3S.

Mulyahati, A. 2005.Saluran tataniaga wortel di kawasan Agropolitan Cianjur

[skripsi].Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oktaviani, T., A. Guntarti, dan H. Susanti. 2014. Penetapan Kadar β-Karoten Pada

Beberapa Jenis Cabe (Genus Capsicum) Dengan Metode Spektrofotometri

Universitas Sumatera Utara

Page 63: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

49

Tampak. Pharmaciana 4: 101-109

PPL BPP Tigapancur kabupaten karo

Gio, Prana. 2013: Aplikasi Statistika dalam SPSS. (dilengkapi dengan

penyelesaian perhitungan secara manual) USUpress.

Heriyanto Manalu : Analisis Finansial Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa

Sukadame, Kecamatan Tigapanah, PPL BPP Tigapancur, Kec Simpang

Empat

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1997. Sayuran Dunia 2. Agromedia Pustaka,

Jakarta.

Soekartawi, 2011. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani

Kecil

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sukirno, Sadano. 2002. Teori Mikro Ekonomi. Cetakan Keempat Belas. Rajawali

Sumber/Source Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabuaten Karo/Agriculture, and

Estates Service of Karo Regency

Sunanto, H. 2002. Aren Budidaya dan Multigunanya. Yogyakarta: Kanisius

Situmorang, Syafrizal. 2008. Analisis Data Penellitian.USU press.

Undan-udang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Hortikultura

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

50

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Page 65: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

51

Lampiran 1. Identitas Petani Wortel di Desa Surbakti

Tahun 2019

No Nama Usia Luas

Lahan

Mt/Ha

Produksi Bertani

(Ton)

Pemilik

Lahan

Kontrak/Tahunan Modal

Diri

sendiri

Pinjaman

1 Salmon Ginting 0 0.1 2 Ya Tidak Tidak ya

2 Efra Dunanta Surbakti 0 0.15 2.5 Tidak Ya Tidak Ya

3 Ngata Surbakti 70 0.2 6 Ya Tidak Ya Tidak

4 Adianta Ginting 38 0.2 3 Ya Tidak Ya Tidak

5 Untung Bahagia 0 0.2 10 Tidak Ya Ya Tidak

6 Ginap Tarigan 60 0.2 10 Ya Tidak Ya Tidak

7 Renang Surbakti 65 0.2 6 Ya Tidak Ya Ya

8 Jhon Purba 68 0.2 0.5 Ya Tidak Ya Tidak

9 Jalan Surbakti 74 0.2 8 Ya Tidak Ya Tidak

10 Beritora Surbakti 38 0.2 6 Tidak Ya Ya Tidak

11 Maruan Sitepu 27 0.2 6 Tidak Ya Ya Tidak

12 Rudianto Surbakti 34 0.22 4.5 Tidak Ya Ya Tidak

13 Samsul Ginting 42 0.25 5.8 Tidak Ya Ya Ya

14 Eperan Surbakti 65 0.25 4 ya Tidak Ya Tidak

15 Runkun Bhramana 30 0.25 5 Tidak Ya Ya Tidak

16 Dempol Ginting 54 0.25 10 Ya Tidak Ya Tidak

17 Suderman Surbakti 51 0.3 7 Ya Tidak Ya Tidak

18 Chandra Surbakti 38 0.3 10 Ya Tidak Ya Tidak

19 Bambang Puranto 57 0.3 8 Ya Tidak Ya Tidak

20 Cocok Ginting 57 0.3 7 Ya Tidak Ya Tidak

21 Roni Surbakti 21 0.3 7 Ya Tidak Ya Tidak

22 Joe Sitepu 61 0.3 8 Ya Tidak Ya Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 66: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

52

23 Julius Ginting 54 0.3 8 Ya Tidak Ya Tidak

24 Peristiwa Ginting 55 0.3 6 Ya Tidak Ya Ya

25 Sweleisman Ginting 54 0.3 10 Ya Tidak Ya Ya

26 Despi Br Surbakti 40 0.3 8 Tidak Ya Ya Tidak

27 Serba Surbakti 52 0.3 5 Ya Ya Ya Tidak

28 Syruanta Tarigan 53 0.35 7 Ya Tidak Ya Tidak

29 Efendi Ginting 45 0.35 10 Ya Tidak Ya Tidak

30 Topilo Ginting 39 0.38 10 Ya Tidak ya Tidak

31 Ruslan Surbakti 0 0.40 10 Ya Tidak Ya Tidak

32 Thomas Purba 54 0.4 9 Ya Tidak Ya Tidak

33 Pester Ginting 69 0.4 8 Ya Tidak Ya Tidak

34 Sutrisno Ginting 45 0.4 10 Tidak Ya Tidak Ya

35 Resep Surbakti 54 0.45 14 Ya Tidak Ya Tidak

36 Tertius Surbakti 53 0.50 13 Tidak Ya Ya Tidak

37 Firman Surbakti 62 0.5 13 Tidak Ya Tidak Ya

38 Resimen Surbakti 43 0.5 10 Tidak Ya Tidak Ya

39 Masa Ginting 60 0.50 13 Tidak Ya Ya Tidak

40 Piara Tarigan 58 0.5 8 Ya Tidak Ya Ya

41 Tris Ginting 33 0.5 9 Ya Tidak Ya ya

42 Kardiansa Surbakti 31 0.5 12 Ya Tidak Ya Tidak

43 Masrih br Surbakti 35 0.5 10 ya Tidak Ya Tidak

44 Yandra Ginting 42 0.5 10 Tidak Ya Tidak Ya

45 Rudi Tarigan 50 0.5 12 Ya Tidak Ya Tidak

46 Kornelius Ginting 49 0.5 10 Ya Tidak Ya Ya

47 Bansa Surbakti 69 0.55 18 Ya Tidak Ya Tidak

48 Ambri Surbakti 67 0.6 7 Ya Tidak Ya Tidak

49 Aidi Egianta Surbakti 35 0.6 16 Tidak Ya Ya Tidak

50 Reja br Sembiring 42 0.6 12 Ya Tidak Ya Tidak

51 Rebens Karo-karo 60 0.6 12 Ya Tidak Ya Tidak

52 Olet Sitepu 75 0.6 15 Ya Tidak Ya Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 67: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

53

53 Rudi Avandi 32 0.70 18 Ya Ya Ya Ya

54 Marilu Surbakti 0 0.7 18 Ya Tidak Ya Tidak

55 Pasti Bangun 0 0.7 18 Ya Tidak Ya Tidak

56 Abil Sembiring Bhr 40 0.7 20 Ya Tidak Ya Tidak

57 Anto Purba 42 0.7 15 Ya Tidak Ya Tidak

58 Anwin Surbakti 45 0.7 25 Ya Tidak Ya Tidak

59 Ruslin br Ginting 68 0.7 3.8 Ya Tidak Ya Tidak

60 Dedi Ginting 42 0.72 8 Ya Tidak Ya Tidak

61 Kasta Efrata Barus 27 0.8 22 Ya Tidak Ya Tidak

62 Japorman Sinaga 0 0.9 23 Ya Tidak Ya Tidak

63 Arifin Surbakti 60 1.00 24 Ya Tidak Ya Tidak

64 Benyamin Ginting 71 1.00 21 Ya Tidak Ya Tidak

65 Ruli Surbakti 30 1.00 30 Ya Ya Tidak Ya

66 Lemmen Surbakti 72 1.00 30 Ya Tidak Tidak Ya

67 Eggy Ginting 20 1.00 25 ya Tidak Ya Tidak

68 Herna br Hutabarat 50 1.00 70 Ya Tidak Ya Tidak

69 Abadi Surbakti 49 1.00 25 Tidak Ya Ya Tidak

70 Idaman Surbakti 56 1.00 30 Ya Ya Ya Tidak

71 Andreas Surbakti 45 1.05 50 Tidak Ya Ya Tidak

72 Siam Surbakti 61 1.50 30 Ya Tidak Ya Tidak

73 Ramon Surbakti 43 1.50 35 Tidak Ya Ya Ya

74 Sukmawan Ginting 43 1.80 40 Ya Tidak Ya Tidak

75 Ardianta Surbakti 44 2.00 60 Ya ya Tidak Ya

76 Irfanta Ginting 48 2.00 30 Ya Ya Tidak Ya

77 Amos Surbakti 54 2.00 60 Ya Tidak Tidak Ya

78 Paspor Surbakti 40 2.00 60 ya ya Tidak Tidak

79 April Tarigan 52 2.00 30 Tidak Ya Tidak Ya

80 Maliakir Tarigan 37 2.00 60 Tidak Ya Ya Tidak

81 Rihat Ginting 41 2.50 82.5 Ya Ya Ya Ya

82 Listra Sihulingga 39 3.00 70 Tidak Ya Ya Tidak

Universitas Sumatera Utara

Page 68: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

54

0.700

18.08148148

25.84419525

Universitas Sumatera Utara

Page 69: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

55

Lampiran 2. Jumlah Sarana Produksi untuk Usahatani Wortel di

Desa Surbakti Tahun 2019

N

o

Nama Luas

Lahan

(Ha)

Bibit

(gantang

)

Pupuk

Urea

(Kg)

TSP

(Kg)

KCL(Kg

)

Amapos

( Kg)

Mutiara

(Kg)

Hidrokomplek

s (Kg)

Fungisid

a (ml)

Pestisida

( ml)

Insetisid

a (ml)

1 Salmon Ginting 0.1 2 30 40 30 0 0 0 250 250 0

2 Efra Dunanta

Surbakti

0.15 2.5 0 40 40 0 0 0 500 500 500

3 Ngata Surbakti 0.2 5 0 0 0 120 0 120 1000 250 250

4 Adianta Ginting 0.2 3 0 30 30 0 15 0 0 500 2500

5 Untung Bahagia 0.2 10 0 50 25 0 0 0 1000 1000 1000

6 Ginap Tarigan 0.2 6 0 0 50 0 0 0 500 500 500

7 Renang Surbakti 0.2 6 0 0 0 120 0 0 500 150 200

8 Jhon Purba 0.2 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Jalan Surbakti 0.2 8 0 40 40 0 0 0 500 500 500

10 Beritora Surbakti 0.2 6 0 17 17 17 0 17 250 250 1000

11 Maruan Sitepu 0.2 5 0 17 17 17 0 17 250 250 1000

12 Rudianto Surbakti 0.22 4 0 50 3 0 0 0 500 500 250

13 Samsul Ginting 0.25 10 0 0 0 100 0 0 500 0 400

14 Eperan Surbakti 0.25 3 0 0 0 0 20 0 1000 500 500

15 Runkun Bhramana 0.25 7 0 0 0 10 0 15 1000 1000 0

16 Dempol Ginting 0.25 10 0 75 75 150 0 0 2000 0 0

17 Suderman Surbakti 0.3 8 0 100 100 0 0 0 1000 0 0

18 Chandra Surbakti 0.3 12 0 20 10 20 0 30 1000 2000 2000

19 Bambang Puranto 0.3 8 0 0 80 0 0 80 150 125 125

20 Cocok Ginting 0.3 13 0 0 25 0 25 25 1000 500 250

Universitas Sumatera Utara

Page 70: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

56

21 Roni Surbakti 0.3 10 70 0 0 35 0 0 500 250 250

22 Joe Sitepu 0.3 8 0 0 100 0 0 50 3000 1500 1500

23 Julius Ginting 0.3 8 0 0 100 0 0 50 3000 1500 1500

24 Peristiwa Ginting 0.3 6 0 25 25 25 0 25 2000 250 250

25 Sweleisman Ginting 0.3 8 0 0 35 0 0 35 250 250 250

26 Despi Br Surbakti 0.25 8 0 0 0 100 0 0 500 0 400

27 Serba Surbakti 0.3 6 0 0 20 20 0 10 1000 1000 0

28 Syruanta Tarigan 0.35 7 0 0 0 0 0 100 2000 1000 1000

29 Efendi Ginting 0.35 12 0 50 30 30 0 30 500 250 250

30 Topilo Ginting 0.38 10 0 25 0 0 0 0 3000 2000 3000

31 Ruslan Surbakti 0.4 10 0 0 0 0 0 0 2000 2000 2000

32 Thomas Purba 0.4 10 0 0 0 0 100 0 150 150 150

33 Pester Ginting 0.4 8 0 100 0 0 0 0 250 0 0

34 Sutrisno Ginting 0.4 12 0 30 30 0 30 0 400 250 250

35 Resep Surbakti 0.45 13 0 0 0 72.5 72.5 72.5 1000 700 500

36 Tertius Surbakti 0.5 13 0 0 0 2.5 0 0 10000 0 5000

37 Firman Surbakti 0.5 13 0 50 50 0 0 50 1000 0 500

38 Resimen Surbakti 0.5 10 0 50 50 0 20 50 1000 0 500

39 Masa Ginting 0.5 15 0 0 0 150 0 75 400 200 200

40 Piara Tarigan 0.5 30 0 0 0 80 80 0 500 500 500

41 Tris Ginting 0.5 11 0 0 30 10 20 10 1000 200 500

42 Kardiansa Surbakti 0.5 16 0 25 25 50 0 0 250 500 500

43 Masrih br Surbakti 0.5 20 0 0 0 50 20 30 250 500 0

44 Yandra Ginting 0.5 12 0 0 50 80 50 0 1000 500 200

45 Rudi Tarigan 0.5 15 0 0 50 0 25 25 250 250 250

46 Kornelius Ginting 0.5 10 0 0 25 25 20 20 1000 250 250

47 Bansa Surbakti 0.55 18 0 400 0 0 0 0 1000 2000 2000

48 Ambri Surbakti 0.6 40 40 40 0 0 0 0 0 0 0

49 Aidi Egianta Surbakti 0.6 15 0 50 40 0 0 240 400 400 100

50 Reja br Sembiring 0.6 12 0 0 0 80 0 80 1000 4000 1000

Universitas Sumatera Utara

Page 71: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

57

51 Rebens Karo-karo 0.6 15 0 0 0 0 0 0 1500 1000 1000

52 Olet Sitepu 0.6 15 0 0 0 50 50 50 500 500 500

53 Rudi Avandi 0.7 18 0 80 80 0 0 0 2000 2000 2000

54 Marilu Surbakti 0.7 18 0 70 20 0 0 0 250 500 500

55 Pasti Bangun 0.7 18 300 0 300 300 0 0 2000 2000 0

56 Abil Sembiring Bhr 0.7 20 0 0 0 150 0 100 1000 250 250

57 Anto Purba 0.7 15 0 0 10 10 0 0 5000 1000 1000

58 Anwin Surbakti 0.7 23 0 0 100 200 0 50 2000 2000 2000

59 Ruslin br Ginting 0.7 5 0 0 50 50 0 0 1000 1000 1000

60 Dedi Ginting 0.72 8 0 0 0 0 30 15 2000 0 500

61 Kasta Efrata Barus 0.8 16 0 30 30 20 0 0 225 500 500

62 Japorman Sinaga 0.9 20 0 0 200 0 0 0 2000 2000 2000

63 Arifin Surbakti 1 24 0 300 0 0 0 0 1000 0 200

64 Benyamin Ginting 1 20 0 50 50 50 0 50 1000 250 0

65 Ruli Surbakti 1 35 0 0 0 0 200 200 4000 2000 1000

66 Lemmen Surbakti 1 30 0 0 100 0 0 100 3000 750 1000

67 Eggy Ginting 1 25 0 150 150 400 300 0 1500 0 1600

68 Herna br Hutabarat 1 25 0 0 200 200 0 0 700 700 0

69 Abadi Surbakti 1 20 0 0 100 100 50 100 750 1000 1000

70 Idaman Surbakti 1 30 0 0 100 50 50 50 5000 250 250

71 Andreas Surbakti 1.05 25 0 150 150 150 0 75 3000 550 550

72 Siam Surbakti 1.5 30 0 0 0 0 0 400 5000 4000 4000

73 Ramon Surbakti 1.5 0 0 0 1000 500 0 0 5000 5000 5000

74 Sukmawan Ginting 1.8 40 0 0 300 0 0 300 2000 6000 0

75 Ardianta Surbakti 2 60 0 0 0 20 0 0 1100 1100 0

76 Irfanta Ginting 2 38 0 0 0 0 0 200 0 1500 5000

77 Amos Surbakti 2 55 0 300 200 200 0 300 2000 2000 0

78 Paspor Surbakti 2 48 0 0 0 200 0 200 4000 4000 0

79 April Tarigan 2 33 0 0 0 0 0 0 1000 1000 1000

80 Maliakir Tarigan 2 60 0 0 200 0 0 0 1000 1000 1000

Universitas Sumatera Utara

Page 72: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

58

81 Rihat Ginting 2.5 100 0 0 300 0 300 150 25000 15000 15000

82 Listra Sihulingga 3 90 0 500 400 0 400 400 2000 2000 2000

Per Petani 0.70 18.2195

1

5.36585

4

36.0243

9

63.9268

3

48.9512

2

22.8963

4

48.7378 1695.427 1097.86

6

1019.81

7

Per Hektar 26.0414

9

7.66951

4

51.4903

3

91.3718 69.9668

8

32.7261

6

69.66184 2423.305 1569.2 1457.64

3

Universitas Sumatera Utara

Page 73: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

59

Lampiran 3. Jumlah Tenaga Kerja dan Biaya TenagaKerja untuk Usahatani Wortel di

Desa Surbakti Tahun 2019

No Nama Luas

Lahan

(Ha)

Pengolahan

lahan (Hari)

Menanam

(Hari)

Memupuk

(Hari)

Merawat

(Hari)

Biaya

Pengolaha

n lahan

(Rupah)

Biaya

Menana

m

(Rupiah))

Memupu

k

(Rupiah)

Merawat

(Rupiah)

Total

Biaya

Tenaga

Kerja (Rp)

1 Salmon Ginting 0.1 5 4 4 5 500,000 400,000 400,000 500,000 1,800,000

2 Efra Dunanta

Surbakti

0.15 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

3 Ngata Surbakti 0.2 5 2 3 5 500,000 200,000 300,000 500,000 1,500,000

4 Adianta Ginting 0.2 2 2 2 1 200,000 200,000 200,000 100,000 700,000

5 Untung Bahagia 0.2 5 2 3 5 500,000 200,000 300,000 500,000 1,500,000

6 Ginap Tarigan 0.2 5 10 5 5 500,000 1,000,00

0

500,000 500,000 2,500,000

7 Renang Surbakti 0.2 7 6 7 3 700,000 600,000 700,000 300,000 2,300,000

8 Jhon Purba 0.2 10 10 10 10 1,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,000,00

0

4,000,000

9 Jalan Surbakti 0.2 15 15 15 15 1,500,000 1,500,00

0

1,500,000 1,500,00

0

6,000,000

10 Beritora Surbakti 0.2 5 5 1 1 500,000 500,000 100,000 100,000 1,200,000

11 Maruan Sitepu 0.2 5 5 1 1 500,000 500,000 100,000 100,000 1,200,000

12 Rudianto Surbakti 0.22 5 4 3 5 500,000 400,000 300,000 500,000 1,700,000

13 Samsul Ginting 0.25 12 5 5 10 1,200,000 500,000 500,000 1,000,00

0

3,200,000

14 Eperan Surbakti 0.25 7 7 6 5 700,000 700,000 600,000 500,000 2,500,000

15 Runkun Bhramana 0.25 4 4 2 10 400,000 400,000 200,000 1,000,00

0

2,000,000

Universitas Sumatera Utara

Page 74: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

60

16 Dempol Ginting 0.25 5 5 3 2 500,000 500,000 300,000 200,000 1,500,000

17 Suderman Surbakti 0.3 20 10 20 20 2,000,000 1,000,00

0

2,000,000 2,000,00

0

7,000,000

18 Chandra Surbakti 0.3 2 2 2 4 200,000 200,000 200,000 400,000 1,000,000

19 Bambang Puranto 0.3 6 6 6 1 600,000 600,000 600,000 100,000 1,900,000

20 Cocok Ginting 0.3 7 7 7 9 700,000 700,000 700,000 900,000 3,000,000

21 Roni Surbakti 0.3 3 3 3 3 300,000 300,000 300,000 300,000 1,200,000

22 Joe Sitepu 0.3 7 7 7 4 700,000 700,000 700,000 400,000 2,500,000

23 Julius Ginting 0.3 7 7 7 4 700,000 700,000 700,000 400,000 2,500,000

24 Peristiwa Ginting 0.3 6 6 1 6 600,000 600,000 100,000 600,000 1,900,000

25 Sweleisman

Ginting

0.3 8 2 1 15 800,000 200,000 100,000 1,500,00

0

2,600,000

26 Despi Br Surbakti 0.25 7 7 3 10 700,000 700,000 300,000 1,000,00

0

2,700,000

27 Serba Surbakti 0.3 5 5 1 1 500,000 500,000 100,000 100,000 1,200,000

28 Syruanta Tarigan 0.35 7 7 6 5 700,000 700,000 600,000 500,000 2,500,000

29 Efendi Ginting 0.35 10 10 5 5 1,000,000 1,000,00

0

500,000 500,000 3,000,000

30 Topilo Ginting 0.38 5 5 1 10 500,000 500,000 100,000 1,000,00

0

2,100,000

31 Ruslan Surbakti 0.4 10 10 10 10 1,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,000,00

0

4,000,000

32 Thomas Purba 0.4 7 7 6 3 700,000 700,000 600,000 300,000 2,300,000

33 Pester Ginting 0.4 4 4 2 5 400,000 400,000 200,000 500,000 1,500,000

34 Sutrisno Ginting 0.4 10 10 1 1 1,000,000 1,000,00

0

100,000 100,000 2,200,000

35 Resep Surbakti 0.45 12 13 2 2 1,200,000 1,300,00

0

200,000 200,000 2,900,000

36 Tertius Surbakti 0.5 10 13 10 15 1,000,000 1,300,00

0

1,000,000 1,500,00

0

4,800,000

37 Firman Surbakti 0.5 10 5 5 10 1,000,000 500,000 500,000 1,000,00

0

3,000,000

Universitas Sumatera Utara

Page 75: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

61

38 Resimen Surbakti 0.5 10 7 7 6 1,000,000 700,000 700,000 600,000 3,000,000

39 Masa Ginting 0.5 3 2 1 1 300,000 200,000 100,000 100,000 700,000

40 Piara Tarigan 0.5 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

41 Tris Ginting 0.5 6 6 7 6 600,000 600,000 700,000 600,000 2,500,000

42 Kardiansa Surbakti 0.5 10 10 10 15 1,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,500,00

0

4,500,000

43 Masrih br Surbakti 0.5 12 10 8 10 1,200,000 1,000,00

0

800,000 1,000,00

0

4,000,000

44 Yandra Ginting 0.5 9 9 9 8 900,000 900,000 900,000 800,000 3,500,000

45 Rudi Tarigan 0.5 12 2 2 24 1,200,000 200,000 200,000 2,400,00

0

4,000,000

46 Kornelius Ginting 0.5 4 4 2 2 400,000 400,000 200,000 200,000 1,200,000

47 Bansa Surbakti 0.55 7 7 7 4 700,000 700,000 700,000 400,000 2,500,000

48 Ambri Surbakti 0.6 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

49 Aidi Egianta

Surbakti

0.6 10 10 10 10 1,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,000,00

0

4,000,000

50 Reja br Sembiring 0.6 8 8 8 6 800,000 800,000 800,000 600,000 3,000,000

51 Rebens Karo-karo 0.6 7 4 3 2 700,000 400,000 300,000 200,000 1,600,000

52 Olet Sitepu 0.6 10 15 1 10 1,000,000 1,500,00

0

100,000 1,000,00

0

3,600,000

53 Rudi Avandi 0.7 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

54 Marilu Surbakti 0.7 12 12 12 12 1,200,000 1,200,00

0

1,200,000 1,200,00

0

4,800,000

55 Pasti Bangun 0.7 4 4 4 4 400,000 400,000 400,000 400,000 1,600,000

56 Abil Sembiring Bhr 0.7 8 8 8 6 800,000 800,000 800,000 600,000 3,000,000

57 Anto Purba 0.7 30 10 10 12 3,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,200,00

0

6,200,000

58 Anwin Surbakti 0.7 10 9 8 8 1,000,000 900,000 800,000 800,000 3,500,000

59 Ruslin br Ginting 0.7 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

60 Dedi Ginting 0.72 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

61 Kasta Efrata Barus 0.8 15 15 1 2 1,500,000 1,500,00 100,000 200,000 3,300,000

Universitas Sumatera Utara

Page 76: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

62

0

62 Japorman Sinaga 0.9 10 4 4 6 1,000,000 400,000 400,000 600,000 2,400,000

63 Arifin Surbakti 1 20 10 6 10 2,000,000 1,000,00

0

600,000 1,000,00

0

4,600,000

64 Benyamin Ginting 1 5 5 5 5 500,000 500,000 500,000 500,000 2,000,000

65 Ruli Surbakti 1 15 10 10 15 1,500,000 1,000,00

0

1,000,000 1,500,00

0

5,000,000

66 Lemmen Surbakti 1 15 15 15 15 1,500,000 1,500,00

0

1,500,000 1,500,00

0

6,000,000

67 Eggy Ginting 1 7 7 6 6 700,000 700,000 600,000 600,000 2,600,000

68 Herna br Hutabarat 1 15 15 10 10 1,500,000 1,500,00

0

1,000,000 1,000,00

0

5,000,000

69 Abadi Surbakti 1 15 2 5 50 1,500,000 200,000 500,000 5,000,00

0

7,200,000

70 Idaman Surbakti 1 6 6 1 3 600,000 600,000 100,000 300,000 1,600,000

71 Andreas Surbakti 1.05 20 30 10 20 2,000,000 3,000,00

0

1,000,000 2,000,00

0

8,000,000

72 Siam Surbakti 1.5 10 10 10 10 1,000,000 1,000,00

0

1,000,000 1,000,00

0

4,000,000

73 Ramon Surbakti 1.5 10 15 10 15 1,000,000 1,500,00

0

1,000,000 1,500,00

0

5,000,000

74 Sukmawan Ginting 1.8 25 25 25 25 2,500,000 2,500,00

0

2,500,000 2,500,00

0

10,000,00

0

75 Ardianta Surbakti 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

76 Irfanta Ginting 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

77 Amos Surbakti 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

78 Paspor Surbakti 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

79 April Tarigan 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

Universitas Sumatera Utara

Page 77: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

63

80 Maliakir Tarigan 2 32 23 21 26 3,200,000 2,300,00

0

2,100,000 2,600,00

0

10,200,00

0

81 Rihat Ginting 2.5 50 50 40 50 5,000,000 5,000,00

0

4,000,000 5,000,00

0

19,000,00

0

82 Listra Sihulingga 3 30 30 20 20 3,000,000 3,000,00

0

2,000,000 2,000,00

0

10,000,00

0

Per Petani 0.70 11.2439024

4

9.5853658

5

7.64634146

3

10 1,124,390 958,537 764,634 1,000,00

0

3,847,561

Per Hektar 16.0711173

1

13.700540

4

10.929057 14.293184

6

1,607,112 1,370,05

4

1,092,906 1,429,31

8

5,499,390

Universitas Sumatera Utara

Page 78: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

64

Lampiran 4. Biaya Saprodi untuk Usahatani Wortel di Desa

Surbakti Tahun 2019

N

o

Nama Luas

Lahan

(Ha)

Bibit

(Rp)

Pupuk

Urea

(Rp)

TSP

(Rp)

KCL(Rp

)

Amapos(

Rp)

Mutiara

(Rp)

Hidrokomple

ks (Rp)

Fungisid

a (Rp)

Pestisida

( Rp)

Insetisid

a (Rp)

1 Salmon Ginting 0.1 160,000 66,000 240,000 180,000 0 0 0 37,500 32,500 0

2 Efra Dunanta

Surbakti

0.15 200,000 0 240,000 240,000 0 0 0 75,000 65,000 100,000

3 Ngata Surbakti 0.2 400,000 0 0 0 504,000 0 1,080,000 150,000 32,500 50,000

4 Adianta Ginting 0.2 240,000 0 180,000 180,000 0 127,500 0 0 65,000 500,000

5 Untung Bahagia 0.2 800,000 0 300,000 150,000 0 0 0 150,000 130,000 200,000

6 Ginap Tarigan 0.2 480,000 0 0 300,000 0 0 0 75,000 65,000 100,000

7 Renang Surbakti 0.2 480,000 0 0 0 504,000 0 0 75,000 19,500 40,000

8 Jhon Purba 0.2 40,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 Jalan Surbakti 0.2 640,000 0 240,000 240,000 0 0 0 75,000 65,000 100,000

10 Beritora Surbakti 0.2 480,000 0 102,000 102,000 71,400 0 153,000 37,500 32,500 200,000

11 Maruan Sitepu 0.2 400,000 0 102,000 102,000 71,400 0 153,000 37,500 32,500 200,000

12 Rudianto Surbakti 0.22 320,000 0 300,000 18,000 0 0 0 75,000 65,000 50,000

13 Samsul Ginting 0.25 800,000 0 0 0 420,000 0 0 75,000 0 80,000

14 Eperan Surbakti 0.25 240,000 0 0 0 0 170,000 0 150,000 65,000 100,000

15 Runkun Bhramana 0.25 560,000 0 0 0 42,000 0 135,000 150,000 130,000 0

16 Dempol Ginting 0.25 800,000 0 450,000 450,000 630,000 0 0 300,000 0 0

17 Suderman Surbakti 0.3 640,000 0 600,000 600,000 0 0 0 150,000 0 0

18 Chandra Surbakti 0.3 960,000 0 120,000 60,000 84,000 0 270,000 150,000 260,000 400,000

Universitas Sumatera Utara

Page 79: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

65

19 Bambang Puranto 0.3 640,000 0 0 480,000 0 0 720,000 22,500 16,250 25,000

20 Cocok Ginting 0.3 1,040,00

0

0 0 150,000 0 212,500 225,000 150,000 65,000 50,000

21 Roni Surbakti 0.3 800,000 154,00

0

0 0 147,000 0 0 75,000 32,500 50,000

22 Joe Sitepu 0.3 640,000 0 0 600,000 0 0 450,000 450,000 195,000 300,000

23 Julius Ginting 0.3 640,000 0 0 600,000 0 0 450,000 450,000 195,000 300,000

24 Peristiwa Ginting 0.3 480,000 0 150,000 150,000 105,000 0 225,000 300,000 32,500 50,000

25 Sweleisman Ginting 0.3 640,000 0 0 210,000 0 0 315,000 37,500 32,500 50,000

26 Despi Br Surbakti 0.25 640,000 0 0 0 420,000 0 0 75,000 0 80,000

27 Serba Surbakti 0.3 480,000 0 0 120,000 84,000 0 90,000 150,000 130,000 0

28 Syruanta Tarigan 0.35 560,000 0 0 0 0 0 900,000 300,000 130,000 200,000

29 Efendi Ginting 0.35 960,000 0 300,000 180,000 126,000 0 270,000 75,000 32,500 50,000

30 Topilo Ginting 0.38 800,000 0 150,000 0 0 0 0 450,000 260,000 600,000

31 Ruslan Surbakti 0.4 800,000 0 0 0 0 0 0 300,000 260,000 400,000

32 Thomas Purba 0.4 800,000 0 0 0 0 850,000 0 22,500 19,500 30,000

33 Pester Ginting 0.4 640,000 0 600,000 0 0 0 0 37,500 0 0

34 Sutrisno Ginting 0.4 960,000 0 180,000 180,000 0 255,000 0 60,000 32,500 50,000

35 Resep Surbakti 0.45 1,040,00

0

0 0 0 304,500 616,250 652,500 150,000 91,000 100,000

36 Tertius Surbakti 0.5 1,040,00

0

0 0 0 10,500 0 0 1,500,00

0

0 1,000,00

0

37 Firman Surbakti 0.5 1,040,00

0

0 300,000 300,000 0 0 450,000 150,000 0 100,000

38 Resimen Surbakti 0.5 800,000 0 300,000 300,000 0 170,000 450,000 150,000 0 100,000

39 Masa Ginting 0.5 1,200,00

0

0 0 0 630,000 0 675,000 60,000 26,000 40,000

40 Piara Tarigan 0.5 2,400,00

0

0 0 0 336,000 680,000 0 75,000 65,000 100,000

41 Tris Ginting 0.5 880,000 0 0 180,000 42,000 170,000 90,000 150,000 26,000 100,000

42 Kardiansa Surbakti 0.5 1,280,00 0 150,000 150,000 210,000 0 0 37,500 65,000 100,000

Universitas Sumatera Utara

Page 80: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

66

0

43 Masrih br Surbakti 0.5 1,600,00

0

0 0 0 210,000 170,000 270,000 37,500 65,000 0

44 Yandra Ginting 0.5 960,000 0 0 300,000 336,000 425,000 0 150,000 65,000 40,000

45 Rudi Tarigan 0.5 1,200,00

0

0 0 300,000 0 212,500 225,000 37,500 32,500 50,000

46 Kornelius Ginting 0.5 800,000 0 0 150,000 105,000 170,000 180,000 150,000 32,500 50,000

47 Bansa Surbakti 0.55 1,440,00

0

0 2,400,00

0

0 0 0 0 150,000 260,000 400,000

48 Ambri Surbakti 0.6 3,200,00

0

88,000 240,000 0 0 0 0 0 0 0

49 Aidi Egianta

Surbakti

0.6 1,200,00

0

0 300,000 240,000 0 0 2,160,000 60,000 52,000 20,000

50 Reja br Sembiring 0.6 960,000 0 0 0 336,000 0 720,000 150,000 520,000 200,000

51 Rebens Karo-karo 0.6 1,200,00

0

0 0 0 0 0 0 225,000 130,000 200,000

52 Olet Sitepu 0.6 1,200,00

0

0 0 0 210,000 425,000 450,000 75,000 65,000 100,000

53 Rudi Avandi 0.7 1,440,00

0

0 480,000 480,000 0 0 0 300,000 260,000 400,000

54 Marilu Surbakti 0.7 1,440,00

0

0 420,000 120,000 0 0 0 37,500 65,000 100,000

55 Pasti Bangun 0.7 1,440,00

0

660,00

0

0 1,800,00

0

1,260,00

0

0 0 300,000 260,000 0

56 Abil Sembiring Bhr 0.7 1,600,00

0

0 0 0 630,000 0 900,000 150,000 32,500 50,000

57 Anto Purba 0.7 1,200,00

0

0 0 60,000 42,000 0 0 750,000 130,000 200,000

58 Anwin Surbakti 0.7 1,840,00

0

0 0 600,000 840,000 0 450,000 300,000 260,000 400,000

59 Ruslin br Ginting 0.7 400,000 0 0 300,000 210,000 0 0 150,000 130,000 200,000

60 Dedi Ginting 0.72 640,000 0 0 0 0 255,000 135,000 300,000 0 100,000

61 Kasta Efrata Barus 0.8 1,280,00 0 180,000 180,000 84,000 0 0 33,750 65,000 100,000

Universitas Sumatera Utara

Page 81: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

67

0

62 Japorman Sinaga 0.9 1,600,00

0

0 0 1,200,00

0

0 0 0 300,000 260,000 400,000

63 Arifin Surbakti 1 1,920,00

0

0 1,800,00

0

0 0 0 0 150,000 0 40,000

64 Benyamin Ginting 1 1,600,00

0

0 300,000 300,000 210,000 0 450,000 150,000 32,500 0

65 Ruli Surbakti 1 2,800,00

0

0 0 0 0 1,700,00

0

1,800,000 600,000 260,000 200,000

66 Lemmen Surbakti 1 2,400,00

0

0 0 600,000 0 0 900,000 450,000 97,500 200,000

67 Eggy Ginting 1 2,000,00

0

0 900,000 900,000 1,680,00

0

2,550,00

0

0 225,000 0 320,000

68 Herna br Hutabarat 1 2,000,00

0

0 0 1,200,00

0

840,000 0 0 105,000 91,000 0

69 Abadi Surbakti 1 1,600,00

0

0 0 600,000 420,000 425,000 900,000 112,500 130,000 200,000

70 Idaman Surbakti 1 2,400,00

0

0 0 600,000 210,000 425,000 450,000 750,000 32,500 50,000

71 Andreas Surbakti 1.05 2,000,00

0

0 900,000 900,000 630,000 0 675,000 450,000 71,500 110,000

72 Siam Surbakti 1.5 2,400,00

0

0 0 0 0 0 3,600,000 750,000 520,000 800,000

73 Ramon Surbakti 1.5 0 0 0 6,000,00

0

2,100,00

0

0 0 750,000 650,000 1,000,00

0

74 Sukmawan Ginting 1.8 3,200,00

0

0 0 1,800,00

0

0 0 2,700,000 300,000 780,000 0

75 Ardianta Surbakti 2 4,800,00

0

0 0 0 84,000 0 0 165,000 143,000 0

76 Irfanta Ginting 2 3,040,00

0

0 0 0 0 0 1,800,000 0 195,000 1,000,00

0

77 Amos Surbakti 2 4,400,00

0

0 1,800,00

0

1,200,00

0

840,000 0 2,700,000 300,000 260,000 0

78 Paspor Surbakti 2 3,840,00 0 0 0 840,000 0 1,800,000 600,000 520,000 0

Universitas Sumatera Utara

Page 82: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

68

0

79 April Tarigan 2 2,640,00

0

0 0 0 0 0 0 150,000 130,000 200,000

80 Maliakir Tarigan 2 4,800,00

0

0 0 1,200,00

0

0 0 0 150,000 130,000 200,000

81 Rihat Ginting 2.5 8,000,00

0

0 0 1,800,00

0

0 2,550,00

0

1,350,000 3,750,00

0

1,950,00

0

3,000,00

0

82 Listra Sihulingga 3 7,200,00

0

0 3,000,00

0

2,400,00

0

0 3,400,00

0

3,600,000 300,000 260,000 400,000

Per Petani 0.70 1,457,56

1

11,805 216,146 383,561 205,595 194,619 438,640 254,314 142,723 203,963

Per Hektar 2,083,31

9

16,873 308,942 548,231 293,861 278,172 626,957 363,496 203,996 291,529

Universitas Sumatera Utara

Page 83: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

69

Lampiran 5. Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Wortel di

Desa Surbakti Tahun 2019

No Nama Luas

Lahan

(Ha)

Total

Biaya

Bibit

(Rp)

Total Biaya

Pupuk (Rp)

Total

Biaya

Obat

(Rp)

Total Biaya

Tenaga

Kerja (Rp)

Total Biaya (Rp) Produksi

(Ton)

Penerimaan

(Rp)

Pendapatan

(Rp)

1 Salmon Ginting 0.1 160,000 486,000 70,000 1,800,000 2,516,000 2 4,000,000 1,484,000

2 Efra Dunanta Surbakti 0.15 200,000 480,000 240,000 2,000,000 2,920,000 3 5,000,000 2,080,000

3 Ngata Surbakti 0.2 400,000 1,584,000 232,500 1,500,000 3,716,500 6 12,000,000 8,283,500

4 Adianta Ginting 0.2 240,000 487,500 565,000 700,000 1,992,500 3 6,000,000 4,007,500

5 Untung Bahagia 0.2 800,000 450,000 480,000 1,500,000 3,230,000 10 20,000,000 16,770,000

6 Ginap Tarigan 0.2 480,000 300,000 240,000 2,500,000 3,520,000 10 20,000,000 16,480,000

7 Renang Surbakti 0.2 480,000 504,000 134,500 2,300,000 3,418,500 6 12,000,000 8,581,500

8 Jhon Purba 0.2 40,000 0 0 4,000,000 4,040,000 1 1,000,000 -3,040,000

9 Jalan Surbakti 0.2 640,000 480,000 240,000 6,000,000 7,360,000 8 16,000,000 8,640,000

10 Beritora Surbakti 0.2 480,000 428,400 270,000 1,200,000 2,378,400 6 12,000,000 9,621,600

11 Maruan Sitepu 0.2 400,000 428,400 270,000 1,200,000 2,298,400 6 12,000,000 9,701,600

12 Rudianto Surbakti 0.22 320,000 318,000 190,000 1,700,000 2,528,000 5 9,000,000 6,472,000

13 Samsul Ginting 0.25 800,000 420,000 155,000 3,200,000 4,575,000 6 11,600,000 7,025,000

14 Eperan Surbakti 0.25 240,000 170,000 315,000 2,500,000 3,225,000 4 8,000,000 4,775,000

15 Runkun Bhramana 0.25 560,000 177,000 280,000 2,000,000 3,017,000 5 10,000,000 6,983,000

16 Dempol Ginting 0.25 800,000 1,530,000 300,000 1,500,000 4,130,000 10 20,000,000 15,870,000

17 Suderman Surbakti 0.3 640,000 1,200,000 150,000 7,000,000 8,990,000 7 14,000,000 5,010,000

18 Chandra Surbakti 0.3 960,000 534,000 810,000 1,000,000 3,304,000 10 20,000,000 16,696,000

19 Bambang Puranto 0.3 640,000 1,200,000 63,750 1,900,000 3,803,750 8 16,000,000 12,196,250

20 Cocok Ginting 0.3 1,040,000 587,500 265,000 3,000,000 4,892,500 7 14,000,000 9,107,500

21 Roni Surbakti 0.3 800,000 301,000 157,500 1,200,000 2,458,500 7 14,000,000 11,541,500

22 Joe Sitepu 0.3 640,000 1,050,000 945,000 2,500,000 5,135,000 8 16,000,000 10,865,000

23 Julius Ginting 0.3 640,000 1,050,000 945,000 2,500,000 5,135,000 8 16,000,000 10,865,000

Universitas Sumatera Utara

Page 84: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

70

24 Peristiwa Ginting 0.3 480,000 630,000 382,500 1,900,000 3,392,500 6 12,000,000 8,607,500

25 Sweleisman Ginting 0.3 640,000 525,000 120,000 2,600,000 3,885,000 10 20,000,000 16,115,000

26 Despi Br Surbakti 0.25 640,000 420,000 155,000 2,700,000 3,915,000 8 16,000,000 12,085,000

27 Serba Surbakti 0.3 480,000 294,000 280,000 1,200,000 2,254,000 5 10,000,000 7,746,000

28 Syruanta Tarigan 0.35 560,000 900,000 630,000 2,500,000 4,590,000 7 14,000,000 9,410,000

29 Efendi Ginting 0.35 960,000 876,000 157,500 3,000,000 4,993,500 10 20,000,000 15,006,500

30 Topilo Ginting 0.38 800,000 150,000 1,310,000 2,100,000 4,360,000 10 20,000,000 15,640,000

31 Ruslan Surbakti 0.4 800,000 0 960,000 4,000,000 5,760,000 10 20,000,000 14,240,000

32 Thomas Purba 0.4 800,000 850,000 72,000 2,300,000 4,022,000 9 18,000,000 13,978,000

33 Pester Ginting 0.4 640,000 600,000 37,500 1,500,000 2,777,500 8 16,000,000 13,222,500

34 Sutrisno Ginting 0.4 960,000 615,000 142,500 2,200,000 3,917,500 10 20,000,000 16,082,500

35 Resep Surbakti 0.45 1,040,000 1,573,250 341,000 2,900,000 5,854,250 14 28,000,000 22,145,750

36 Tertius Surbakti 0.5 1,040,000 10,500 2,500,000 4,800,000 8,350,500 13 26,000,000 17,649,500

37 Firman Surbakti 0.5 1,040,000 1,050,000 250,000 3,000,000 5,340,000 13 26,000,000 20,660,000

38 Resimen Surbakti 0.5 800,000 1,220,000 250,000 3,000,000 5,270,000 10 20,000,000 14,730,000

39 Masa Ginting 0.5 1,200,000 1,305,000 126,000 700,000 3,331,000 13 26,000,000 22,669,000

40 Piara Tarigan 0.5 2,400,000 1,016,000 240,000 2,000,000 5,656,000 8 16,000,000 10,344,000

41 Tris Ginting 0.5 880,000 482,000 276,000 2,500,000 4,138,000 9 18,000,000 13,862,000

42 Kardiansa Surbakti 0.5 1,280,000 510,000 202,500 4,500,000 6,492,500 12 24,000,000 17,507,500

43 Masrih br Surbakti 0.5 1,600,000 650,000 102,500 4,000,000 6,352,500 10 20,000,000 13,647,500

44 Yandra Ginting 0.5 960,000 1,061,000 255,000 3,500,000 5,776,000 10 20,000,000 14,224,000

45 Rudi Tarigan 0.5 1,200,000 737,500 120,000 4,000,000 6,057,500 12 24,000,000 17,942,500

46 Kornelius Ginting 0.5 800,000 605,000 232,500 1,200,000 2,837,500 10 20,000,000 17,162,500

47 Bansa Surbakti 0.55 1,440,000 2,400,000 810,000 2,500,000 7,150,000 18 36,000,000 28,850,000

48 Ambri Surbakti 0.6 3,200,000 328,000 0 2,000,000 5,528,000 7 14,000,000 8,472,000

49 Aidi Egianta Surbakti 0.6 1,200,000 2,700,000 132,000 4,000,000 8,032,000 16 32,000,000 23,968,000

50 Reja br Sembiring 0.6 960,000 1,056,000 870,000 3,000,000 5,886,000 12 24,000,000 18,114,000

51 Rebens Karo-karo 0.6 1,200,000 0 555,000 1,600,000 3,355,000 12 24,000,000 20,645,000

52 Olet Sitepu 0.6 1,200,000 1,085,000 240,000 3,600,000 6,125,000 15 30,000,000 23,875,000

53 Rudi Avandi 0.7 1,440,000 960,000 960,000 2,000,000 5,360,000 18 36,000,000 30,640,000

Universitas Sumatera Utara

Page 85: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

71

54 Marilu Surbakti 0.7 1,440,000 540,000 202,500 4,800,000 6,982,500 18 36,000,000 29,017,500

55 Pasti Bangun 0.7 1,440,000 3,720,000 560,000 1,600,000 7,320,000 18 36,000,000 28,680,000

56 Abil Sembiring Bhr 0.7 1,600,000 1,530,000 232,500 3,000,000 6,362,500 20 40,000,000 33,637,500

57 Anto Purba 0.7 1,200,000 102,000 1,080,000 6,200,000 8,582,000 15 30,000,000 21,418,000

58 Anwin Surbakti 0.7 1,840,000 1,890,000 960,000 3,500,000 8,190,000 25 50,000,000 41,810,000

59 Ruslin br Ginting 0.7 400,000 510,000 480,000 2,000,000 3,390,000 4 7,600,000 4,210,000

60 Dedi Ginting 0.72 640,000 390,000 400,000 2,000,000 3,430,000 8 16,000,000 12,570,000

61 Kasta Efrata Barus 0.8 1,280,000 444,000 198,750 3,300,000 5,222,750 22 44,000,000 38,777,250

62 Japorman Sinaga 0.9 1,600,000 1,200,000 960,000 2,400,000 6,160,000 23 46,000,000 39,840,000

63 Arifin Surbakti 1 1,920,000 1,800,000 190,000 4,600,000 8,510,000 24 48,000,000 39,490,000

64 Benyamin Ginting 1 1,600,000 1,260,000 182,500 2,000,000 5,042,500 21 42,000,000 36,957,500

65 Ruli Surbakti 1 2,800,000 3,500,000 1,060,000 5,000,000 12,360,000 30 60,000,000 47,640,000

66 Lemmen Surbakti 1 2,400,000 1,500,000 747,500 6,000,000 10,647,500 30 60,000,000 49,352,500

67 Eggy Ginting 1 2,000,000 6,030,000 545,000 2,600,000 11,175,000 25 50,000,000 38,825,000

68 Herna br Hutabarat 1 2,000,000 2,040,000 196,000 5,000,000 9,236,000 70 140,000,000 130,764,000

69 Abadi Surbakti 1 1,600,000 2,345,000 442,500 7,200,000 11,587,500 25 50,000,000 38,412,500

70 Idaman Surbakti 1 2,400,000 1,685,000 832,500 1,600,000 6,517,500 30 60,000,000 53,482,500

71 Andreas Surbakti 1.05 2,000,000 3,105,000 631,500 8,000,000 13,736,500 50 100,000,000 86,263,500

72 Siam Surbakti 1.5 2,400,000 3,600,000 2,070,000 4,000,000 12,070,000 30 60,000,000 47,930,000

73 Ramon Surbakti 1.5 0 8,100,000 2,400,000 5,000,000 15,500,000 35 70,000,000 54,500,000

74 Sukmawan Ginting 1.8 3,200,000 4,500,000 1,080,000 10,000,000 18,780,000 40 80,000,000 61,220,000

75 Ardianta Surbakti 2 4,800,000 84,000 308,000 10,200,000 15,392,000 60 120,000,000 104,608,000

76 Irfanta Ginting 2 3,040,000 1,800,000 1,195,000 10,200,000 16,235,000 30 60,000,000 43,765,000

77 Amos Surbakti 2 4,400,000 6,540,000 560,000 10,200,000 21,700,000 60 120,000,000 98,300,000

78 Paspor Surbakti 2 3,840,000 2,640,000 1,120,000 10,200,000 17,800,000 60 120,000,000 102,200,000

79 April Tarigan 2 2,640,000 0 480,000 10,200,000 13,320,000 30 60,000,000 46,680,000

80 Maliakir Tarigan 2 4,800,000 1,200,000 480,000 10,200,000 16,680,000 60 120,000,000 103,320,000

81 Rihat Ginting 2.5 8,000,000 5,700,000 8,700,000 19,000,000 41,400,000 83 165,000,000 123,600,000

82 Listra Sihulingga 3 7,200,000 12,400,000 960,000 10,000,000 30,560,000 70 140,000,000 109,440,000

Per Petani 0.70 1,457,561 1,450,366 601,000 3,847,561 7,356,488 18 36,209,756 28,853,268

Universitas Sumatera Utara

Page 86: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

72

Per Hektar 2083319 2073035.6 859020.4 5499389.93 10,514,765 25.8442 51,755,273 41,240,508

Universitas Sumatera Utara

Page 87: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

73

Lampiran 6. Uji Asunsi Cobbs Douglas.

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

LnX11, LnX3, LnX4,

LnX9, LnX5, LnX1c

. Enter

a. Dependent Variable: LnY

b. Weighted Least Squares Regression - Weighted by Res1

c. All requested variables entered.

Uji R2

Model Summaryb,c

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .965a .932 .924 .20148

a. Predictors: (Constant), LnX11, LnX3, LnX4, LnX9, LnX5, LnX1

b. Dependent Variable: LnY

c. Weighted Least Squares Regression - Weighted by Res1

Universitas Sumatera Utara

Page 88: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

74

Uji F

ANOVAa,b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 30.484 6 5.081 125.164 .000c

Residual 2.233 55 .041

Total 32.717 61

a. Dependent Variable: LnY

b. Weighted Least Squares Regression - Weighted by Res1

c. Predictors: (Constant), LnX11, LnX3, LnX4, LnX9, LnX5, LnX1

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa,b

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.029 .276 7.354 .000

LnX1 .834 .050 .819 16.595 .000 .509 1.965

LnX3 .020 .010 .073 1.982 .052 .911 1.097

LnX4 .057 .021 .099 2.725 .009 .939 1.065

LnX5 .155 .054 .138 2.862 .006 .530 1.887

LnX9 .032 .013 .097 2.567 .013 .870 1.149

LnX11 .006 .013 .016 .436 .665 .875 1.143

Universitas Sumatera Utara

Page 89: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

75

a. Dependent Variable: LnY

b. Weighted Least Squares Regression - Weighted by Res1

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 62

Normal Parametersa,b

Mean -.0000187

Std. Deviation .19398547

Most Extreme Differences Absolute .080

Positive .053

Negative -.080

Test Statistic .080

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Sumatera Utara

Page 90: ANALISIS PENDAPATAN PETANI DAN FAKTOR FAKTOR YANG

76

Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constan

t) 2.031 .276 7.347 .000

LnX1 .834 .050 .819 16.573 .000

LnX3 .020 .010 .073 1.969 .054

LnX4 .057 .021 .099 2.709 .009

LnX5 .155 .054 .138 2.855 .006

LnX9 .032 .013 .097 2.559 .013

LnX11 .006 .013 .017 .445 .658

a. Dependent Variable: LnY

Universitas Sumatera Utara