kemitraan agribisnis antara petani jeruk pamelo dengan perusahaan mitra untuk meningkatkan...

39
KEMITRAAN AGRIBISNIS ANTARA PETANI JERUK PAMELO DENGAN PERUSAHAAN MITRA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Oleh: Azizah Rahmawati 125040100111125 ABSTRAK Jeruk pamelo merupakan suatu komoditas pertanian yang memiliki prospek cerah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Tetapi petani jeruk pamelo belum menyadari potensi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem agar petani mengetahui tentang prospek jeruk pamelo tersebut sehingga petani dapat ber-usaha tani jeruk pamelo dan berbisnis produk olahan jeruk pamelo ataupun penjualan buah secara segar. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah kemitraan. Kemitraan adalah suatu kerjasama antara usaha kecil/menengah dengan usaha besar dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan saling menguatkan disertai pembinaan. Kemitraan yang akan dilakukan oleh petani jeruk pamelo dengan perusahaan agribisnis jeruk pamelo dapat menggunakan berbagai bentuk pola kemitraan yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu: inti-plasma, sub kontrak, dagang umum, keagenan, KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), dan pola kemitraan saham.

Upload: azizah-rahmawati

Post on 04-Jan-2016

1.124 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

KEMITRAAN AGRIBISNIS ANTARA PETANI JERUK PAMELO

DENGAN PERUSAHAAN MITRA UNTUK MENINGKATKAN

PENDAPATAN PETANI

Oleh:

Azizah Rahmawati

125040100111125

ABSTRAK

Jeruk pamelo merupakan suatu komoditas pertanian yang memiliki

prospek cerah baik dalam pasar domestik maupun pasar ekspor. Tetapi petani

jeruk pamelo belum menyadari potensi ini. Oleh karena itu diperlukan suatu

sistem agar petani mengetahui tentang prospek jeruk pamelo tersebut sehingga

petani dapat ber-usaha tani jeruk pamelo dan berbisnis produk olahan jeruk

pamelo ataupun penjualan buah secara segar. Salah satu solusi yang ditawarkan

adalah kemitraan.

Kemitraan adalah suatu kerjasama antara usaha kecil/menengah dengan

usaha besar dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan saling menguatkan

disertai pembinaan. Kemitraan yang akan dilakukan oleh petani jeruk pamelo

dengan perusahaan agribisnis jeruk pamelo dapat menggunakan berbagai bentuk

pola kemitraan yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu: inti-plasma, sub kontrak,

dagang umum, keagenan, KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), dan pola

kemitraan saham. Manfaat dari kemitraan antara petani jeruk pamelo dengan

perusahaan mitra adalah sebagai berikut: a. Manfaat ekonomi yang diperoleh

petani dari pola kemitraan adalah pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih

pasti, produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang

lebih tinggi, dan risiko usaha ditanggung bersama. b. Manfaat teknis yang

diperoleh petani yaitu penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga mutu

produk menjadi lebih baik. c. Manfaat sosial yang diperoleh petani adalah ada

kesinambungan kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun

Page 2: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

pedagang pengumpul, serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap

kelestarian lingkungan.

Dalam menjalankan kemitraan tersebut diperlukan suatu manajemen yang

baik didalamnya karena masalah yang dihadap dalam menjalankan kemitraan

adalah masalah manajemennya. Petani mitra membentuk suatu kesepakatan

bersama untuk saling membantu apabila ada anggota kelompok tani yang

terlambat mengembalikan pinjaman beserta bunganya kepada perusahaan mitra

melalui perantara ketua kelompok tani. Kerjasama antara perusahaan mitra

dengan petugas penyuluh lapang sebagai jembatan informasi perlu ditingkatkan

dengan cara meningkatkan komunikasi yang intens dalam memberikan informasi

mengenai kemitraan, bimbingan teknis, dan pelatihan teknologi pertanian yang

baru kepada petani mitra. Selain itu penambahan jumlah petugas penyuluh lapang

juga diperlukan terkait dengan jumlah petani yang sangat banyak di Indonesia.

ABSTRACT

Pamelo is an agricultural commodity that has bright prospects in both

domestic and export markets. But farmers of pamelo not realize this potential.

Therefore we need a system that farmers know about the prospects pamelo these

areas so that farmers can farm and do business pamelo as pamelo processed

products or the sale of fresh fruit. One solution offered is a partnership.

Partnership is a collaboration between small / medium large businesses

with the aim to benefit and encourage one another along with coaching.

Partnership will be done by pamelo farmers with agribusiness companies of

pamelo .Pamelo farmers and agribusiness companies of pamelo can use various

forms of partnership which has been described previously, namely: core-plasma,

sub-contracts, general trading, agency, KOA (Operational Cooperation

Agribusiness), and a partnership stake. The benefits of a partnership between

farmers pamelo with partner companies is as follows: a. The economic benefits

derived from the partnership of farmers is higher income, more price certainty,

higher land productivity, absorption of labor and capital more higher and business

risks are shared b. The technical benefits that farmers gained is use of technology

so that the quality of the product is more better than did not use technology. c.

Page 3: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Social benefits derived from farmer is continuity of cooperation between farmers

and companies, cooperatives and traders and partnerships have contributed to

environmental sustainability.

In carrying out such partnerships need a good management in it because of

the problems faced in implementing the partnership is a management problem.

Farmers partners developed a mutual agreement to help each other if there are

members of farmer groups who are late to repay the loan with interest to the

company's head of intermediary partners through farmer groups. Cooperation

between companies partner with field extension workers as a bridge of

information needs to be improved by increasing the intense communication in

providing information on partnerships, technical assistance, and training of new

agricultural technologies to farmers partners. Besides increasing the number of

field extension workers are also needed related to the number of farmers who are

very much in Indonesia.

PENDAHULUAN

Menurut data BPS 2007 pertanian merupakan sektor yang menyumbang pada

PDB nasional sangat besar yaitu 87,03% dibandingkan dengan sektor lainnya.

Oleh sebab itu, pemerintah menetapkan kebijakan yang menjadikan sektor

pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional. Tujuan pembangunan

pertanian pada lima tahun mendatang (jangka menengah) adalah meningkatkan

produksi pangan bagi pemenuhan kebutuhan pangan dalam rangka mencapai

ketahanan dan keamanan pangan nasional. Kondisi pertanian Indonesia

dihadapkan pada permasalahan pengusahaan skala ekonomi kecil dengan

penguasaan lahan yang kecil dan teknologi budidaya yang sederhana, serta

permodalan yang terbatas. Pertanian dengan skala kecil masih dipengaruhi oleh

faktor alam dan dihadapkan pada permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti

biaya transaksi yang tinggi dan ketidakjelasan informasi pasar. Selain itu,

pertanian skala kecil menghadapi masalah lain seperti ketersediaan bahan baku

pertanian (saprodi) seperti pupuk, benih, pestisida, dan obat-obatan.

Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang termasuk kedalam sasaran

RAKERNAS Departemen Pertanian tahun 2012 dengan sasaran sebesar 18,67 juta

Page 4: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

ton. Tentu saja, data ini memperlihatkan bahwa buah-buahan merupakan

komoditas yang diperhitungkan dalam sektor pertanian Indonesia. Berdasarkan

data BPS tahun 2011 produksi jeruk pamelo masih berfluktuasi dari tahun 2004

sampai tahun 2009 dengan produksinya masing masing sebesar 76.324 ton,

63.801 ton, 85.691 ton, 74.249 ton, 76.621 ton dan 105.928 ton. Terjadinya

fluktuasi ini terkait dengan sifat jeruk pamelo yang berbuah musiman, dimana

berbuah banyak pada suatu musim dan akan berbuah sedikit pada musim

berikutnya. Maka dari itu diperlukan suatu solusi untuk mencapai target tersebut,

melihat bahwa prosentase produksi jeruk pamelo masih kecil sekali dibandingkan

dengan prosentase total sasaran DEPTAN pada komoditas buah-buahan yang

mencapi 18,67 ton.

Kemitraan antara petani jeruk pamelo dan perusahaan agribisnis jeruk pamelo

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Pada dasarnya

kemitraan merupakan suatu kerjasama antara usaha kecil/menengah dengan usaha

besar dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan saling menguatkan disertai

pembinaan. Proses bermitra antara petani dengan petani, petani dengan tengkulak

dan petani dengan pedagang sprodi maupun petani dengan kios pedagang buah

merupakan hal yang sudah lazim. Tetapi, pola kemitraan masih jarang dilakukan

oleh petani-petani jeruk pamelo didaeraha karena kurangnya pengetahuan akan

hal tersebut. Maka dari itu diperlukan suatu arahan dari pemerintah melalui badan

penyuluh yang terdapat di masing-masing daerah untuk mensosialisasikan hal

tersebut dan juga mengarahakan para pengusaha agribisnis buah untuk

mengembangkan bisnisnya melalui beragribisnis jeruk pamelo.

Berdasarakan latar belakang yang telah dipaparkan maka tujuan dari artikel ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui arti dan tujuan dari kemitraan.

2. Untuk mengetahui manfaat kemitraan antara petani jeruk pamelo dengan

perusahaan mitra.

3. Untuk mengetahui pola kemitraan yang sesuai (win-win solution) bagi

petani jeruk pamelo dan perusahaan mitra.

Berdasarkan tujuan yang telah dipaparkan maka diharapkan arikel ini dapat

berguna bagi:

Page 5: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

1. Petani jeruk pamelo dan perusahaan mitra sebagai acuan untuk

mengadakan kemitraan agribisnis.

2. Pihak-pihak terkait seperti dinas pertanian dan atau pemerintah yang akan

melakukan penyuluhan, study ataupun pengembangan dalam rangka

meningkatkan pendapatan petani dan menjalankan program kemandirian

pangan.

3. Penulis sebgai sarana mengasah kemampuan dalam menganalisis berbagai

masalah pertanian dan mencarikan solusinya.

4. Masyarakat dan pembaca, dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan jeuruk pamelo dan proses

atau pola kemitraan yang terdapat di dalamnya.

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam pembuatan artikel ini adalah dengan study

pustaka atau study literature. Oleh karena itu maka analisis data yang digunakan

adalah ploratory dan metode confirmatory. Metode exploratory digunakan untuk

menentukan apakah data yang ada dapat disajikan melalui angka aritmetika

sederhana dan mudah dimuat dengan grafis sebagai ringkasan data. Metode

confirmatory memanfaatkan ide teori probabilitas sebagai upaya menjawab

pertanyaan-pertanyaan khusus diluar ringkasan yang mudah diperoleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara astronomis Indonesia terletak antara 6 0 LU sampai 110 LS dan 95

BT0 – 1410 BT dan secara geografis Indonesia terletak antara Samudra India dan

Samudra Indonesia merupakan sebuah negara tropis yang terletak di kawasan

equator atau khatulistiwa yang mengalami pergantian dua musim yaitu musim

hujan dan musim kemarau sepanjang tahun. Keadan ini mempunyai konsekuensi

yang mengantarkan Indonesia pada sebuah negara yang memilki sumber daya

alam yang banyak dan konsekuensi yang lain adalah negara Indonesia merupakan

negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai

petani. Sektor pertanian di negara Indonesia memegang peranan penting bagi

pendapatan negara karena sektor pertanian merupakan sektor yang

Page 6: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

menyumbangkan bahan bakunya pada industri pengolahan hasil pertanian atau

industri makanan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Mei 2012

tenaga kerja di sektor pertanian mencapai 41,20 Juta jiwa atau sekitar 43,4% dari

jumlah total penduduk Indonesia. Angka tersebut mengalami kenaikan sebesar

4,76% atau sebesar 1,9 juta dibandingkan Agustus 2011. Indonesia menempati

urutan ke 3 dunia setelah China (66% ) dan India (53,2%).

Sejalan dengan visi pemerintah utamanya Kementrian Pertanian sampai

pada tahun 2014 yaitu pembangunan pertanian yang akan dicapai adalah

terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya

lokal untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor, dan

kesejahteraan petani maka diperlukan suatu usaha untuk meningkatkan

produktivitas petani. Tujuan pembangunan pertanian pada lima tahun mendatang

(jangka menengah) adalah meningkatkan produksi pangan bagi pemenuhan

kebutuhan pangan dalam rangka mencapai ketahanan dan keamanan pangan

nasional. Kondisi pertanian Indonesia dihadapkan pada permasalahan

pengusahaan skala ekonomi kecil dengan penguasaan lahan yang kecil dan

teknologi budidaya yang sederhana, serta permodalan yang terbatas. Pertanian

dengan skala kecil masih dipengaruhi oleh faktor alam dan dihadapkan pada

permasalahan pasar yang tidak sempurna seperti biaya transaksi yang tinggi dan

ketidakjelasan informasi pasar. Selain itu, pertanian skala kecil menghadapi

masalah lain seperti ketersediaan bahan baku pertanian (saprodi) seperti pupuk,

benih, pestisida, dan obat-obatan.

Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang termasuk kedalam

sasaran RAKERNAS Departemen Pertanian tahun 2012 dengan sasaran sebesar

18,67 juta ton. Tentu saja, data ini memperlihatkan bahwa buah-buahan

merupakan komoditas yang diperhitungkan dalam sektor pertanian Indonesia.

Berdasarkan data BPS tahun 2011 produksi jeruk pamelo masih berfluktuasi dari

tahun 2004 sampai tahun 2009 dengan produksinya masing masing sebesar

76.324 ton, 63.801 ton, 85.691 ton, 74.249 ton, 76.621 ton dan 105.928 ton.

Terjadinya fluktuasi ini terkait dengan sifat jeruk pamelo yang berbuah musiman,

dimana berbuah banyak pada suatu musim dan akan berbuah sedikit pada musim

berikutnya. Maka dari itu diperlukan suatu solusi untuk mencapai target tersebut,

Page 7: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

melihat bahwa prosentase produksi jeruk pamelo masih kecil sekali dibandingkan

dengan prosentase total sasaran DEPTAN pada komoditas buah-buahan yang

mencapi 18,67 ton.

Kemitraan antara petani jeruk pamelo dan perusahaan agribisnis jeruk

pamelo merupakan salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Pada

dasarnya kemitraan merupakan suatu kerjasama antara usaha kecil/menengah

dengan usaha besar dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan saling

menguatkan disertai pembinaan. Proses bermitra antara petani dengan petani,

petani dengan tengkulak dan petani dengan pedagang sprodi maupun petani

dengan kios pedagang buah merupakan hal yang sudah lazim. Tetapi, pola

kemitraan masih jarang dilakukan oleh petani-petani jeruk pamelo didaeraha

karena kurangnya pengetahuan akan hal tersebut. Maka dari itu diperlukan suatu

arahan dari pemerintah melalui badan penyuluh yang terdapat di masing-masing

daerah untuk mensosialisasikan hal tersebut dan juga mengarahakan para

pengusaha agribisnis buah untuk mengembangkan bisnisnya melalui beragribisnis

jeruk pamelo.

JERUK PAMELO

Jeruk bali, jeruk besar, atau pamelo (bahasa Inggris: pomelo,

ilmiah: Citrus grandis, C. maxima) merupakan jeruk penghasil buah terbesar.

Nama "pomelo" sekarang disarankan oleh Departemen Pertanian karena jeruk ini

tidak ada kaitannya dengan Bali. Jeruk ini termasuk jenis yang mampu

beradaptasi dengan baik pada daerah kering dan relatif tahan penyakit,

terutama CVPD yang pernah menghancurkan pertanaman jeruk di Indonesia.

Beberapa kultivar unggulan Indonesia: Nambangan, Srinyonya, Magetan,

Madu/Bageng (tanpa biji). Tiga kultivar yang pertama ditanam di sentra produksi

jeruk bali di daerah Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun, sedangkan yang

terakhir ditanam di daerah Bageng, Kabupaten Pati. Perbanyakan jeruk pamelo

dapat dilakukan dengan biji (tidak dianjurkan untuk budidaya) atau

dengan pencangkokan.

PROSPEK

Page 8: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Pada tahun 1999 hingga tahun 2000 volume ekspor jeruk dalam bentuk

segar mengalami peningkatan cukup tajam yaitu sekitar 83 % dari 901.650 kg

menjadi 1.079.981 kg di tahun 2000. Pada tahun 2001 tetap mengalami penaikan

hanya saja tidak terlalu tajam di tahun sebelumnya, yaitu sekitar 56,3 %

(1.919.703 kg. Kondisi ini mengakibatkan para petani yang selama ini tidak

mengusahakan tanaman jeruk secara baik menjadi berminat memeliharanya.

Pemacu akan hal tersebut akarena adanya permintaan pasar yang cukup besar dan

harga yang memadai.

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah tropis yang masuk di pasaran

Jepang, dimana negara tersebut mempunyai persyaratan khusus dalam hal hama

penyakit dan residu pestisida. Buah jeruk yang berasal dari Inondesia juga

merupakan salah satu yang diawasi sangat ketat untuk masuk ke pasar Jepang.

Dalam mengahadapi pasar bebas (ekonomi pasar global) sesuai dengan

kesepakatan bersama dalam world trade organization (WTO) yang berlaku mulai

tahun 2003, maka otomatis buah-buahan Indonesai salah satunya jeruk juga akan

menghadapi banyak persaingan yang tidak ringan. Pasar ekspor menghendaki

buah dengan kriteria sebagai berikut :

a. Bermutu tinggi sesuai standar mutu dan bebas residu

pestisida,

b. Volume buah bermutu harus memenuhi kebutuhan pasar,

c. Buah yang dikirim harus tiba tetap waktunya,

d. Ketersediaan buah harus kontinyu.

Setiap ha kebun bisa ditanami 400 pohon jeruk dengan produksi rata-rata

100 buah per pohon. Dengan asumsi harga jeruk Rp 3.000 per buah, untuk hasil

panen 40.000 buah dihasilkan uang Rp 120 juta. Kadang harga jeruk bisa

menembus Rp 4.000 perbuah di tingkat petani dan Rp 10.000 perbuah di tingkat

konsumen.

Setelah dikurangi biaya perawatan tanaman sekitar Rp 25 juta per tahun

per hektar, penghasilan bersih yang diterima petani Rp 95 juta. Dengan asumsi

setahun ada 365 hari, petani jeruk Pamelo meraih pendapatan rata-rata Rp 260.273

per hari. Bandingkan dengan budidaya tanaman padi. Produksi padi di Magetan

rata-rata 6,4 ton per hektar. Dengan asumsi harga gabah kering panen Rp 4.000

Page 9: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

per kilogram, petani mendapatkan hasil Rp 25,6 setiap kali panen. Setahun,

terkumpul Rp 76 juta dengan asumsi tiga kali panen.

Biaya produksi padi lebih besar karena petani harus menanam tanaman

baru setiap kali usai panen. Sementara usia produktif jeruk Pamelo bisa mencapai

60 tahun per pohon. Biaya produksi padi selama tiga kali musim tanam bisa

mencapai Rp 30 juta. Alhasil, ketika hasil panen dikurangi biaya produksi,

keuntungan petani tinggal Rp 46 juta. Dengan asumsi setahun 365 hari,

pendapatan petani padi hanya Rp 126.027 per hari atau Rp 36 juta per bulan.

Agribisnis jeruk masih memberikan peluang yang cukup cerah mengingat

jeruk merupakan komoditas unggulan. Selama ini investasi pada tanaman jeruk

masih relatif sedikit terbukti dari belum banyaknya investor –investor yang

menanamkan modalnya pada komoditi ini. Demikian halnya dengan kebun jeruk

yang masih relatif sedikit di bandingkan dengan potensi wilayah yang ada di

Indonesia yang sesuia dengan agroklimat jeruk.

Disamping itu dalam hal pertanaman jeruk rakyat yang umumnya

dilakukan di lahan-lahan sempit dengan penanganan yang masih tradisional dan

belum menerapkan teknologi budidaya dari prapanen sampai pasca panen secara

optimum. Usaha ini belum bisa menghasilkan buah dengan kualitas yang baik

dengan kuantitas yang cukup banyak secara berkesinambungan. Dengan demikian

produksi jeruk petani kurang memiliki daya saing yang cukup kuat auntuk

agribisnis jeruk baik untuk pasar lokal maupun ekspor.

Untuk meningkatkan produksi dan mutu buah jeruk agar memiliki daya

saing yang cukup baik perlu masukan teknologi pada seluruh aspek mulai

prapanen sampai pasca panen untuk memperoleh produksi jeruk yang berkualitas

perlu diterapkan total quality control dan total quality management , sehingga

produksi jeruk dapat dievaluasi setiap tahapan kegiatan.

SEJARAH DAN DEFINISI KEMITRAAN

Secara formal kemitraan di bidang pertanian yang ditumbuhkembangkan

oleh pemerintah dimulai tahun 1970-an dengan model Perusahaan Inti Rakyat

Perkebunan (PIR-Bun) sebagai terjemahan dari ”Nucleus Estate Smallholder

Scheme” (NESS). Konsep dari model PIR-Bun dibangun atas respon dari Bank

Page 10: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Dunia yang menghendaki percepatan pembangunan pada sub sektor perkebunan

terutama yang menyangkut komoditas ekspor, dan sekaligus dapat menciptakan

kesempatan kerja baru bagi petani yang menetap di sekitar perkebunan dan

mengelola kebun milik pribadi (Puspitawati, 2004). Pola kemitraan seperti PIR

tidak hanya dikembangkan pada tanaman perkebunan, tetapi juga diterapkan pada

komoditas lain seperti persawahan. Maka bermunculanlah Tebu Rakyat

Intensifikasi (TRI) yang menggunakan pola intiplasma. Tambak Inti Rakyat (TIR)

untuk komoditas pertambakan/udang, dan model-model kemitraan lain seperti

PIR-Susu, PIR-Unggas, Intensifikasi Kapas Rakyat (IKR), dan Intensifikasi

Tembakau Rakyat (ITR) yang tidak terlepas dari peran pemerintah untuk

mendorong penerapan model kemitraan usaha.

Pemerintah memperkenalkan model ini dengan macam-macam istilah

antara lain pola inti plasma, pola kemitraan, pola bapak angkat-anak angkat, dan

pola kerjasama. Kesemua istilah tersebut secara garis besar merupakan pola

kemitaan. Secara tradisional petani dan pengusaha di bidang pertanian juga sudah

banyak melaksanakan kemitraan usaha. Bentuk gaduhan ternak, sewa-sakap

lahan, sistem bagi hasil usaha tani tanaman semusim dan nelayan, serta

sistem”yarnen” merupakan contoh-contoh kemitraan tradisional yang banyak

dilaksanakan sampai saat ini.

Rustiani et. al (1997) dalam Puspitawati (2004) menyimpulkan bahwa

pemerintah Indonesia sangat terdorong untuk menerapkan model kemitraan

karena bebarapa alasan strategis. Pertama, model kemitraan dapat meningkatkan

kapasitas produksi pertanian Indonesia, terutama komoditas ekspor, sehingga

menunjang program pembangunan berorientasi ekspor. Kedua, model ini

dianggap sebagai koreksi terhadap sistem pengembangan pertanian yang

berorientasi perkebunan besar (estate) dan cenderung bersifat tertutup. Pada

kemitraan petani kecil dianggap memiliki peran aktif khususnya dalam produksi.

Ketiga, melalui model ini pemerintah menganggap telah melakukan landreform

yang mencoba menata kembali struktur pemilikan penguasaan, dan

pendistribusian tanah kepada penduduk yang memerlukan. Keempat, dalam hal

teknis produksi model kemitraan dapat menjadi perantara penyaluran kredit dan

alih teknologi, sehingga tercipta modernisasi di sektor pertanian.

Page 11: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Arahan pemerintah yang cukup disertai dengan fasilitas-fasilitas fisik

maupun kemudahan yang disediakan oleh pemerintah seperti kemudahan

mendapatkan kredit bank, telah merangsang swasta untuk mengembangkan usaha

melalui hubungan kemitraan atau kontrak. Faktor lain yang mendorong swasta

yaitu sulitnya memperoleh tanah untuk berproduksi, sehingga efisien untuk

mengontrak petani daripada harus menginvestasikan sejumlah dana untuk

penyediaan tanah.

Secara ekonomi, kemitraan dapat dijelaskan sebagai berikut (Haeruman,

2001):

1. Esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama, baik berupa tenaga

(labour) maupun benda (property) atau keduanya untuk tujuan

kegiatan ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama dan

pembagian keuntungan dan kerugian didistribusikan diantara mitra.

2. ”Partnership” / ”alliance” adalah suatu asosiasi yang terdiri dari dua

orang/usaha atau yang sama-sama memiliki sebuah peran dengan

tujuan untuk mencari laba.

3. Kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagai

pemilik bersama yang menjalankan suatu bisnis mencari keuntungan.

4. Suatu kemitraan adalah suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik

yang menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan

masing masing menanggung liabilitas yang tidak terbatas atas hutang-

hutang perusahaan.

Definisi dan kebijaksanaan kemitraan usaha resmi telah diatur dalam

Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang kemudian

dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 44 Tahun 1997 tentang

kemitraan. Menurut Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995, kemitraan adalah

kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai

pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan

memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling

menguntungkan serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dalam

kemitraan beberapa hal baik yang berkaitan dengan produksi maupun pemasaran

sudah ditentukan di depan.

Page 12: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Penentuan dalam aspek produksi serta penggunaan input produksi antara

lain terkait dengan jenis komoditas, kuantitas dan kualitas komoditas, teknologi

produksi, serta penggunaan input produksi. Pemasaran dalam lingkup kemitraan

menyangkut harga dan jaminan pihak perusahaan mitra dalam pembelian output

produksi yang dihasilkan kelompok mitra. Selain jaminan dibelinya produk yang

dihasilkan, pihak perusahaan mitra umumnya menyediakan fasilitas supervisi,

kredit, input produksi, peminjaman atau penyewaan mesin, dan bantuan/nasehat

teknis lainnya.

MANFAAT KEMITRAAN

Manfaat ekonomi yang diperoleh petani dari pola kemitraan adalah

pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih pasti, produktivitas lahan lebih

tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih tinggi, dan risiko usaha

ditanggung bersama. Manfaat teknis yang diperoleh petani yaitu penggunaan

teknologi yang lebih baik sehingga mutu produk menjadi lebih baik. Manfaat

sosial yang diperoleh petani adalah ada kesinambungan kerjasama antara petani

dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul, serta pola kemitraan

mempunyai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

PRINSIP KEMITRAAN

Prinsip kemitraan memerlukan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Saling pengertian (common understanding)

Prinsip saling pengertian ini dikembangkan dengan cara

meningkatkan pemahaman yang sama mengenai lingkungan,

permasalahan lingkungan, serta peranan masing-masing komponen. Selain

aspek lingkungan yang mungkin sangat baru bagi para pelaku

pembangunan, juga pemahaman diri mengenai fungsi dan peranan masing-

masing aktor penting. Artinya masing-masing aktor harus dapat

memahami kondisi dan posisi komponen yang lain, baik pemerintah,

pengusaha, maupun masyarakat.

Page 13: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

b. Kesepakatan bersama (mutual agreement)

Kesepakatan adalah aspek yang penting sebagai tahap awal dari

suatu kerjasama yang baik antara pihak-pihak yang bersangkutan.

Kesepakatan ini hanya dapat diraih dengan adanya saling pengertian

seperti yang disebutkan di atas. Hal ini merupakan dasar-dasar untuk dapat

saling mempercayai dan saling memberi diantara para pihak yang

bersangkutan.

c. Tindakan bersama (collective action)

Tindakan bersama ini adalah tekad bersama-sama untuk

mengembangkan kepedulian lingkungan. Cara yang dilakukan tentu

berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain tetapi tujuannya

sama yaitu melindungi lingkungan dari kerusakan. Hal ini merupakan

tujuan dari penggunaan prinsip-prinsip kemitraan.

TUJUAN KEMITRAAN

Pada dasarnya maksud dan tujuan kemitraan yaitu untuk membantu para

pelaku kemitraan dan pihak-pihak tertentu dalam mengadakan kerjasama

kemitraan yang saling menguntungkan (win-win solution1) dan bertanggung

jawab. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai

buruh-majikan atau atasan-bawahan sebagai adanya pembagian risiko dan

keuntungan yang proporsional, di sinilah kekuatan dan karakter kemitraan usaha.

Menurut Hafsah (1999), tujuan ideal kemitraan yang ingin dicapai dalam

pelaksanaan kemitraan secara lebih konkret yaitu (1) meningkatkan pendapatan

usaha kecil dan masyarakat, (2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku

kemitraan, (3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan

usaha kecil, (4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan, wilayah dan

nasional, (5) memperluas kesempatan kerja dan (6) meningkatkan ketahanan

ekonomi nasional.3 Win-win solution (solusi menang-menang): Proses negosiasi yang mendorong prospek keuntungan bagi kedua belah pihak; dikenal juga sebagai proses integratif (Stoner et al., 1995).

Page 14: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN KEMITRAAN AGRIBISNIS

Pada pelaksanaan kemitraan di bidang agribisnis terdapat banyak faktor-

faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pengembangan kemitraan

usaha. Faktor-faktor tersebut terkait dengan prinsip dasar pengembangan

etikabisnis, antara lain mencakup: sumberdaya manusia, manajemen dan teknis

pelaksanaan kemitraan, mental dan sikap pelaksana kemitraan, keterlibatan

pelaksana kemitraan, masalah lingkungan dan keamanan, fasilitas/sarana dan

prasarana, serta peraturan daerah dan pusat. Faktor keberhasilan dalam kemitraan

agribisnis diantaranya:

1. Masing-masing perusahaan mitra dapat berlaku sebagai mitra yang baik

sesuai dengan prinsip kemitraan yaitu saling menguntungkan, saling

memerlukan dan saling memperkuat dengan cara: (a) mengadakan

bimbingan teknis mengenai komoditi yang dimitrakan, (b) mengadakan

bimbingan manajerial kepada petani dan kelompok tani sebagai kelompok

mitra, (c) mengusahakan pendanaan dari lembaga pembiayaan bagi

kelompok mitra, (d) memenuhi komitmen sesuai dengan perjanjian

Page 15: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

kerjasama seperti pembelian produksi dari kelompok mitra sekaligus

memasarkan hasil produksi.

2. Kelompok mitra melaksanakan poin-poin perjanjian secara disiplin serta

memenuhi kriteria kualitas dan kuantitas produk.

3. Mentaati asas kemitraan dan tidak menyalahi isi perjanjian walaupun ada

pihak lain yang berusaha menawarkan harga yang lebih baik. Faktor

kegagalan dalam kemitraan agribisnis diantaranya:

1. Adanya kesenjangan komunikasi antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, seperti masalah harga komoditi /produk yang sedang

berlaku, informasi pasar, dan lain-lain.

2. Kelompok mitra tidak dapat memenuhi poin perjanjian seperti kualitas

dan kuantitas produksi.

3. Kelompok mitra tergoda oleh penawaran dari pihak lain untuk

membeli komoditi yang diusahakan petani, karena harga yang lebih

baik.

4. Salah satu pihak tidak dapat memenuhi perjanjian kemitraan usaha

karena beberapa sebab, antara lain: (a) Kelompok mitra tidak dapat

menjual hasil produksi sesuai dengan ketentuan karena kualitas tidak

sesuai dengan kualifikasi yang ditetapkan, hasil panen dijual kepada

pihak lain, atau kontinuitas tidak terpenuhi, (b) Perubahan manajemen

perusahaan mitra, (c) Suatu kejadian di luar kemampuan manusia

(force majeure) seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, dan lain-lain.

5. Banyak perusahaan mitra yang menghindar dari kebijaksanaan

pemerintah. Program bantuan dari pemerintah yang kurang sinergis

dengan kondisi di lapangan sehingga penerima bantuan/pelaku

kemitraan tidak dapat memanfaatkan secara optimal.

Kemitraan bisnis merupakan suatu alternatif yang prospektif bagi

pengembangan bisnis di masa depan untuk menghubungkan kesenjangan antar

subsistem dalam sistem bisnis hulu-hilir (produsen-industri

pengolahanpemasaran) maupun hulu-hulu (sesama produsen). Pada masa lalu

kesenjangan dalam sistem bisnis hulu-hilir diantaranya berupa informasi tentang

mutu, harga, teknologi dan akses permodalan. Kondisi ini menyebabkan pemodal

Page 16: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

kuat, yang umumnya lebih berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah

berperan di subsistem hilir menjadi lebih diuntungkan oleh berbagai kelemahan

yang ada pada usaha kecil yang berfungsi di pihak produsen atau hulu.

Pada tingkat makro peranan usaha kecil tersebut diantaranya: penyerapan

tenaga kerja, penyedia bahan baku bagi usaha besar, perolehan devisa,

pembangunan wilayah desentralisasi/otonomi, alat distribusi retail, mitra kerja

pelayanan bagi usaha besar, pereduksi tegangan dan kecemburuan sosial atas

kesenjangan usaha kecil-besar. Pada tingkat mikro usaha kecil berperan sebagai:

sumber penghasilan, wadah bagi bakat wirausaha, pengembangan daya saing

individu, dan tempat magang atau sosialisasi bagi kelangsungan usaha kecil dan

rumah tangga.

Pola kemitraan merupakan suatu “benang” penghubung antara usaha

ekonomi makro dengan usaha ekonomi mikro. Kemitraan agribisnis menurut

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 dinyatakan bahwa bentuk kemitraan

yang ideal adalah saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling

menghidupi. Pada konsepsi bentuk kemitraan tersebut, pengusaha

menengah/besar punya komitmen atau tanggung jawab moral membimbing dan

mengembangkan pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan

usahanya, sehingga dapat menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan

bersama. Keuntungan yang dapat diperoleh dari kemitraan usaha kecil dengan

perusahaan menengah dan besar, dibanding dengan berusaha sendiri, antara lain

melalui (Haeruman, 2001):

1. Kerjasama pemasaran/penampungan produk usaha dapat lebih jelas, pasti,

dan periodik,

2. Kerjasama dalam bentuk bantuan dana, teknologi atau sarana lain dapat

disediakan oleh perusahaan besar,

3. Kerjasama untuk dapat menghindar dari proses persaingan terhadap

produk yang sama antara pengusaha kecil dan pengusaha menengah/besar,

dan

4. Kerjasama dengan berbagi tugas antara masing-masing pengusaha sesuai

dengan spesialisasi dan tugas masing-masing dalam sistem agribisnis yang

berkesinambungan.

Page 17: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Peluang pola kemitraan usaha antara pengusaha kecil (petani, nelayan,

koperasi) dan pengusaha menengah atau besar antara lain dapat berbentuk

Mangkuprawira et al (1996) dalam Zaelani (2008) :

1) Kontak bisnis. Interaksi pasif antara dua unit usaha tanpa harus ada

perjanjian formal yang mengikat, bebas tanpa sanksi hukum, misalnya

saling tukar informasi,

2) Kontrak bisnis. Hubungan usaha kecil bersifat aktif dan sudah mencirikan

adanya hubungan (transaksi dagang) antara dua mitra usaha,

3) Kerjasama bisnis. Hubungan bisnis di samping bersifat aktif juga

bervariasi sampai pada penanganan manajemen (pemasaran, keuangan,

produksi dan lain-lain), 4) Keterkaitan bisnis (linkages). Pihak bisnis yang

terlibat tetap memiliki kebebasan usaha, tetapi bersepakat untuk

melakukan engineering subcontract, bukan sub-kontrak yang bersifat

komersial dalam proses produksi.

Terdapat beberapa kelemahan dari pengembangan kemitraan agribisnis

apabila dikembangkan ke wilayah lainnya, antara lain:

1. Posisi petani yang lemah karena masih lemahnya kemampuan menajerial

dan wawasan serta kemampuan kewirausahaan telah menyebabkan petani

kurang mampu mengelola usahatani secara efisien dan komersial,

2. Keterbatasan petani dalam bidang permodalan, teknologi, informasi dan

akses pasar telah menyebabkan petani kurang mampu mengelola usahatani

secara mandiri sehingga mudah tersubordinasi oleh kepentingan pihak lain

yang lebih kuat dalam sistem agribisnis,

3. Kesadaran perusahaan (pihak pelaku agribisnis yang lebih kuat) untuk

mendukung permodalan petani yang lemah telah menyebabkan petani

mengalami kesulitan mengembangkan produk usahatani sesuai dengan

kebutuhan pasar,

4. Informasi tentang potensi pengembangan komoditi belum sampai pada

pengusaha untuk menanamkan investasinya di bidang agribisnis dan masih

lemahnya jaminan (insurance) atas tingginya risiko bila berusaha dalam

bidang agribisnis,

Page 18: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

5. Masih belum berkembangnya etika bisnis pada sebagian besar investor

agribisnis di daerah yang sesuai dengan dunia agribisnis, yaitu kemitraan

bisnis yang berprinsip win-win solution,

6. Pada umumnya petani masih mempunyai kesadaran dan komitmen yang

lemah tentang pengendalian mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Hal ini perlu menjadi perhatian yang serius dalam kesinambungan

hubungan kemitraan tersebut. Pengembangan pemberdayaan petani

melalui peningkatan kualitas SDM petani, yang ditempuh dengan

pendekatan konvergen antar berbagai pihak yang menjadi pelaku dalam

sistem agribisnis merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya

sub-ordinasi pemodal kuat (pengusaha besar) terhadap petani (usaha kecil)

melalui lembaga arbitrasi yang efektif.

BENTUK-BENTUK POLA KEMITRAAN

Hubungan yang ingin dicapai dalam pembinaan kemitraan yakni: (1)

Saling membutuhkan dalam arti para pengusaha memerlukan pasokan bahan baku

dan petani memerlukan penampungan hasil dan bimbingan, (2) Saling

menguntungkan yaitu baik petani maupun pengusaha memperoleh peningkatan

pendapatan/keuntungan disamping adanya kesinambungan usaha, (3) Saling

memperkuat dalam arti baik petani maupun pengusaha sama-sama melaksanakan

etika bisnis, sama-sama mempunyai persamaan hak dan saling membina, sehingga

memperkuat kesinambungan bermitra. Bentuk-bentuk pola kemitraan yang

banyak dilaksanakan (Departemen Pertanian, 2002), yakni:

1. Inti-Plasma

Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai

inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Syarat-syarat untuk kelompok

mitra: (1) berperan sebagai plasma, (2) mengelola seluruh usaha budidaya

sampai dengan panen, (3) menjual hasil produksi kepada perusahaan

Page 19: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

mitra, (4) memenuhi kebutuhan perusahan sesuai dengan persyaratan yang

telah disepakati. Di sisi lain syarat-syarat perusahaan mitra, yaitu: (1)

berperan sebagai perusahaan inti, (2) menampung hasil produksi, (3)

membeli hasil produksi, (4) memberi bimbingan teknis dan pembinaan

manajemen kepada kelompok mitra, (5) memberi pelayanan kepada

kelompok mitra berupa permodalan/kredit, saprodi, dan teknologi, (6)

mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan

perusahaan, (7) menyediakan lahan.

2. Subkontrak

Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari

prduksinya. Syarat-syarat kelompok mitra dintaranya: (1) memproduksi

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari

komponen produksinya, (2) menyediakan tenaga kerja, (3) membuat

kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga, dan waktu. Di sisi

Page 20: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

lain syarat-syarat perusahaan mitra yaitu: (1) menampung dan membeli

komponen produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra, (2)

menyediakan bahan baku/modal kerja, (3) melakukan kontrol kualitas

produksi.

3. Dagang Umum

Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra dengan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi

kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang

diperlukan perusahaan mitra. Syarat-syarat kelompok mitra yaitu

memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Syarat-syarat

perusahaan mitra yakni memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

4. Keagenan

Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus

Page 21: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. Syarat-syarat

kelompok mitra yaitu mendapatkan hak khusus untuk memasarkan barang

dan jasa usaha perusahaan mitra. Namun, perusahaan mitra tidak

mempunyai syarat.

5. Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan

perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan,

sarana dan tenaga. Perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan

atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi

pertanian. Syarat kelompok mitra pada pola ini yakni menyediakan lahan,

sarana dan tenaga kerja, sedangkan syarat perusahaan mitra yaitu

menyediakan biaya, modal, dan teknologi untuk

mengusahakan/membudidayakan pertanian.

6. Pola Lainnya Seperti Pola Kemitraan (Penyertaan) Saham

Merupakan kemitraan usaha agribisnis yang dilakukan dengan

penandatanganan perjanjian. Perjanjian kemitraan pola ini mencakup

Page 22: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

jangka waktu, hak, dan kewajiban dalam melaporkan risiko pelaksanaan

kemitraan kepada Instansi Pembina Teknis di daerah, pembagian risiko

penyelesaian apabila terjadi perselisihan, serta klausul lainnya yang

memberikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak. Hubungan

kemitraan antara usaha kecil dengan menengah dan usaha besar

dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah

satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,

sumberdaya manusia, dan teknologi.

Dari uraian tentang berbagai pola kemitraan yang ditawarkan maka

penyuluh atau dinas pertanian setempat maupun petani jeruk pamelo dan

perusahaan agribisnis jeruk pamelo dapat menentukan bentuk apa saja yang akan

diadopsi sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya daerah masing-

masing. Program kemitraan yang akan dijalankan memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing.

KESIMPULAN

Kemitraan adalah suatu kerjasama antara usaha kecil/menengah dengan

usaha besar dengan tujuan mendapatkan keuntungan dan saling menguatkan

disertai pembinaan. Kemitraan yang akan dilakukan oleh petani jeruk pamelo

dengan perusahaan agribisnis jeruk pamelo dapat menggunakan berbagai bentuk

pola kemitraan yang telah dipaparkan sebelumnya, yaitu: inti-plasma, sub kontrak,

dagang umum, keagenan, KOA (Kerjasama Operasional Agribisnis), dan pola

kemitraan saham. Manfaat yang dapat diambil dari kemitraan yang dilakukan

diantaranya adalah sebagai berikut: a. Manfaat ekonomi yang diperoleh petani

dari pola kemitraan adalah pendapatan yang lebih tinggi, harga yang lebih pasti,

produktivitas lahan lebih tinggi, penyerapan tenaga kerja dan modal yang lebih

tinggi, dan risiko usaha ditanggung bersama. b. Manfaat teknis yang diperoleh

petani yaitu penggunaan teknologi yang lebih baik sehingga mutu produk menjadi

lebih baik. c. Manfaat sosial yang diperoleh petani adalah ada kesinambungan

kerjasama antara petani dan perusahaan, koperasi maupun pedagang pengumpul,

serta pola kemitraan mempunyai kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Page 23: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

SARAN

Dalam menjalankan kemitraan tersebut diperlukan suatu manajemen yang

baik didalamnya karena masalah yang dihadap dalam menjalankan kemitraan

adalah masalah manajemennya. Petani mitra membentuk suatu kesepakatan

bersama untuk saling membantu apabila ada anggota kelompok tani yang

terlambat mengembalikan pinjaman beserta bunganya kepada perusahaan mitra

melalui perantara ketua kelompok tani. Kerjasama antara perusahaan mitra

dengan petugas penyuluh lapang sebagai jembatan informasi perlu ditingkatkan

dengan cara meningkatkan komunikasi yang intens dalam memberikan informasi

mengenai kemitraan, bimbingan teknis, dan pelatihan teknologi pertanian yang

baru kepada petani mitra. Selain itu penambahan jumlah petugas penyuluh lapang

juga diperlukan terkait dengan jumlah petani yang sangat banyak di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. . Analisis Data Untuk Riset dan Manajemen (Online). http://usupress.usu.ac.id/files/Analisis%20Data%20untuk%20Riset

Page 24: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

%20dan%20Manajemen%20-%20Final%20Cetak_bab%201.pdf. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Anonymous. . Jeruk Bali (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_bali. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Anonymous. 2012. Laporan Kinerja KEMENTAN 2011 (Online). http://www.deptan.go.id/pengumuman/berita/2012/Laporan-kinerja-kementan2011.pdf. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Anonymous. . Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jeruk (Online). http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b3jeruk. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Astuti, Runik Sri. 2012. Jeruk Pamelo Pemutar Ekonomi Magetan (Online). http://www.otonomidaerah.org/jeruk-pamelo-pemutar-ekonomi-magetan/. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Haeruman, Herman. 2001. Kemitraan dalam Pengembangan Ekonomi lokal: Bunga Rampai. Jakarta: Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota.

Hafsah, Mohammad Jafar. 1999. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Departemen Pertanian.

Nugrayasa, Oktavio. 2013. Tantangan dan Peluang Pertanian 2013(Online) .http://www.setkab.go.id/artikel-6907-.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Purnaningsih, Ninuk. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. Jurnal Transdisiplin, Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia (Online). http://journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewArticle/5838. Diakses pada tanggal 21 Maret 2013.

Puspitawati, Eka. 2004. Analisis Kemitraan Antara PT Pertani (Persero) dengan Petani Penangkar Benih Padi di Kabupaten Karawang. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rumusan Sementara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Pertanian Tahun 2012 Jakarta, 11-12 Januari 2012 (Online). http://www.deptan.go.id/Rakernas2012/RUMUSAN-RAKERNAS2012.pdf . Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Sungakawa, Dadang. . Iklim Indonesia (Online). http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195502101980021-DADANG_SUNGKAWA/IKLIM_INDONESIA.pdf. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013.

Page 25: Kemitraan Agribisnis Antara Petani Jeruk Pamelo Dengan Perusahaan Mitra Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Zaelani, Achmad. 2008. PROGRAM MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat). Skripsi tidak diterbitkan. Bogor: Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.