analisis pendapat wahbah al-zuhaili tentang asuransi...

86
i ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI DALAM KITAB AL-FIQH AL-ISLȂM WA ADILLATUHU OLEH SYAMSUDIN NIM. 152131090 FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2017

Upload: others

Post on 30-Oct-2019

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

i

ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI DALAM KITAB AL-FIQH AL-ISLȂM WA ADILLATUHU

OLEH SYAMSUDIN

NIM. 152131090

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2017

Page 2: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

ii

ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI DALAM KITAB AL-FIQH AL-ISLȂM WA

ADILLATUHU

SKRIPSI Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram

untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Hukum

oleh SYAMSUDIN

NIM. 152131090

JURUSAN MU’AMALAH

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

MATARAM 2017

Page 3: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

iii

Page 4: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

iv

Page 5: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

v

Page 6: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

vi

Page 7: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

vii

MOTTO

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.1

1 Qs al-Māidah (5):2.

Page 8: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur selalu terucap atas kehadirat Allah SWT,

dengan Rahmat dan nikmat-Nya, maka terpancarlah pendengaran pada

telinga, penglihatan pada mata, dan hati. Shalawat serta teriring salam

senantiasa kita persembahakan dihadapan ikutan kita Nabiullah Rasul

Muhammad SAW. yang telah membawa agama yang haq.

Dengan penuh cinta, kupersembahkan karya tulis (skripsi) ini, untuk

dan atas nama kepada:

Ayahanda tercinta ISHAKA BIN ABU yang telah bersusah

payah dan telah bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk

meyekolahkanku, semoga setiap tetesan keringat yang telah Engkau

cucurkan menjadi barokah

Serta bernilai ibadah di sisi-Nya Amiiin.

Ibunda tercinta JATIAH BINTI AHMAD yang tiada pernah

lelah berdoa demi kesuksesan anaknya Do'amu adalah cahaya bagiku.

Salam takzimku untukmu Bunda

Kakakku tercinta Nur hajri, yang telah banyak membantu, berjuang

demi kesuksesanku dan selalu memeberi motifasi buatku dalam belajar

agar tidak putus harapan.

Kakakku tercinta Salmah dan Misbah yang selalu memberikan

dorongan atau motifasi untuk tetap semangat dalam belajar menuntut

ilmu agar menjadi pribadi yang sukses.

Kakakku tersayang Hadiah, Halimah, Ismail, dan Rifaid yang telah

memeberikan semangat untukku agar segera menyelesaikan study ini.

Dan seluruh segenap sahabat-sahabatku Saprul Khiri dan Munazir

Azis yang memberikan motivasi sehingga skripsi ini bisa diselesaikan

Almamaterku tercinta Mu’amalah Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Mataram.

Page 9: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

ix

KATA PENGANTAR

Maha suci Allah, yang telah menganugerahkan nikmat kepada hamba-Nya. Sehingga dengan anugerah tersebut manusia dapat melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan, menjalankan kewajibannnya sebagai Abdullah (hamba Allah), menjalankan amanahnya sebagai Khalifatulloh Fil Ardi. Sehingga mampu menempatkan manusia pada posisi yang sempurna (Insan Kamil).

Salawat teriring salam senantiasa penulis persembahkah dihadapan ikutan kita Nabiyullah Rasul Muhammad SAW yang telah mengeluarkan umatnya dari kegelapan kepada cahaya yang terang benderang, dengan kata lain Minadzulumati Ilannur. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung dengan memperoleh syafaatnya diakhirat kelak. Amiin.

Dengan untaian syukur kepada Allah SWT yang tiada henti-hentinya, saat ini penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Pendapat Wahbah al-Zuhaili Tentang Asuransi Dalam Kitab Al -Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu dalam rangka melengkapi syarat untuk meneyelesaikan kuliah Strata satu (S-1) di Fakultas Syari‟ah dan Ekonomi Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Selama penyususnan skripsi ini, penyususn menyadari dengan penuh hati bahwa skripsi ini tidak bisa lepas dari bantuan beberapa pihak. Penyususun juga menyadari bahwa dalam skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka kritik yang membangun dan saran yang baik sangat penulis harapkan.

Dengan segala kerendahan hati penyusun mengucapkan terimakasih yang tiada batas kepada; Bapak Dr.Zaenuddin Mansyur, M.Ag selaku pembimbing I dan Bapak H. Zulyadain, MA selaku pembimbing II yang tiada kenal lelah dalam membimbing serta memberikan masukan yang membangun terhadap peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Mataram, 24 Juli 2017

Penulis,

Page 10: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 05936/U/1987. I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Keterangan

ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط

ظ

Alif

Ba‟

Ta‟

Sa‟

Jim

Ha‟

Kha‟

Dal

Zal

Ra‟

Za‟

Sin

Syin

Sad

Dad

Ta‟

Za

a

b

t

ts

j

h

kh

d

dz

r

z

s

sy

sh

dl

th

zh .

tidak dilambangkan

be

te

te dan es

je

ha (dengan garis di bawah)

ka dan ha

de

d dan zet

er

zet

es

es dan ye

es dan h

de dan el

te dan ha

zet dan ha

Page 11: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

xi

ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي

„ain

gain

fa‟

qaf

kaf

lam

mim

nun

waw

ha‟

hamzah

ya

gh

f

q

k

l

m

n

w

h

Y

koma terbalik di atas

ge

ef

qi

ka

el

em

en

we

ha

aposrof

ye

II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap

متعددة

Ditulis

muta‟addidah

III. Ta’marbutah di akhir kata

a. Bila dimatikan ditulis h

مة ح

Ditulis

Hikmah

b. Bila diikuti denga kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah,

maka ditulis h

لياء امة اأ ك

Ditulis

Karâmah al-auliya

Page 12: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

xii

c. Bila ta‟marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t

الفط كاة

Ditulis

Zakâh al-fitri

IV. Vokal Pendek

___ _

___ _

____

fathah

kasrah

dammah

ditulis

ditulis

ditulis

a

i

u

V. Vokal Panjang

1 2 3 4

Fathah + alif جاهلية

Fathah + ya‟ mati تنسى Kasrah + ya‟ mati يم ك Dammah + wawu mati ف

ditulis

ditulis

ditulis

ditulis

jâhiliyyah

tansâ

karîm

furûd

Page 13: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ........................................................................ i

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ......................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ v

PENGESAHAN ................................................................................................. vi

MOTTO.............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN .............................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ x

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii

ABSTRAK ......................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 7

1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7

2. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

D. Telaah Pustaka ....................................................................................... 8

E. Kerangka Teori....................................................................................... 15

F. Metode Penelitian................................................................................... 27

G. Sistematika Penulisan............................................................................. 31

Page 14: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

xiv

BAB II KONSEP ASURANSI MENURUT WAHBAH AL-ZUHAILI ...... 32

A. Biografi dan Pemikiran Wahbah al-Zuhaili .......................................... 32

B. Konsep Asuransi Yang Halal Menurut Wahbah al-Zuhaili ................... 37

C. Alasan Wahbah al-Zuhaili Tidak Membolehkan Asuransi Bisnis (Al-

Ta‟mîn bi qist sabit) ............................................................................... 37

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 46

A. Analisis pendapat Wahbah al-Zuhaili Tentang Konsep Asuransi Yang

Diperbolehkan Dalam Islam .................................................................. 46

B. Analisis alasan penolakan Wahbah Al-Zuhaili Terhadp Asuransi Bisnis

(Al-Ta‟mîn bi qist sabit) ......................................................................... 53

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 61

A. Kesimpulan ............................................................................................ 61

B. Saran ....................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 63

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 66

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... 67

KARTU KONSULTASI .................................................................................. 68

Page 15: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

xv

ABSTRAK

Asuransi merupakan suatu hal yang baru dalam praktek bermu‟amalah walaupun sebelumnya praktek asuransi sudah pernah diterapkan pada masa Nabi dan Romawi kuno akan tetapi berdirinya suatu lembaga asuransi yang diakui dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat baru sekitar pada abad ke 14 Masehi kemudian dilemparkan dalam kehidupan masyarakat Islam sehingga praktek asuransi memiliki banyak penafsiran apakah bertentangan dengan syari‟at Islam atau tidak sehingga muncul berbagai macam statemen tentang status hukumnya. setidaknya ada dua pendapat yang saling bertentangan antara satu sama lain terkait status hukum asuransi ada yang mengharamkan dan ada yang menghalalkan.

Setiap pendapat memiliki argumentasi yang sama-sama kuat dalam menentukan status hukum asuransi, adapun ulama yang membolehkan dengan tegas mengatakan bahwa asuransi merupakan suatu sarana untuk saling tolong menolong dalam kegiatan bermu‟amalah, asuransi bukan alat untuk menolak takdir Tuhan akan tetapi asuransi sebagai alat untuk memberikan alternatif apabila seseorang ditimpa oleh musibah atau bencana, asuransi yang dibolehkan tentunya asuransi yang berpegang pada nilai-nilai Syari‟ah sehingga tidak ada akad yang bertentangan dengan mu‟amalah yang diperbolehkan.

Adapun ulama yang tidak membolehkan asuransi berpendapat bahwa asuransis merupakan salah satu alat untuk menolak takdir Tuhan, di dalam asuransi yang berbasis bisnis tidak lagi dijadikan sebagai wadah untuk tolong menolong dalam kebaikan melainkan sebagai alat untuk meraut keuntungan sehingga menggeser nilai tolong-menolong yang sebenarnya sebagaimana prinsip dasar asuransi dalam Islam itu sendiri. Selain itu gharar dan riba dalam asuransi sangat sulit untuk ditiadakan karena di antara para peserta ausuransi bisa mendapatkan klaim premi yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah premi yang disetorkan oleh para peserta sehingga sifatnya untung-untungan.

Problem asurasi yang menimbulkan pro dan kontra terkait boleh atau tidaknya asuransi bukan suatu hal yang baru terjadi melainkan polemik tersebut sudah terjadi sekian lama. Dewasa ini asuransi sangat dibutuhkan oleh masyarakat terutama orang Islam sehingga muncul asurani yang berlandaskan Syari‟at Islam sebagai suatu alternatif untuk menjawab persoalan yang terjadi di kalangan masyarakat muslim. Asuransi yang mencoba menerapkan akad-akad yang dibolehkan dalam Islam agar semuanya berjalan di atas ketentuan-ketentuan syari‟at Islam.

Page 16: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asuransi konvensional muncul pertama kali di negara Barat tepatnya di

Italia pada abad ke-14 Masehi dalam bentuk asuransi laut. Asuransi

konvensional merupakan perjanjian antara kedua belah pihak atau lebih dengan

mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung, dengan

menerima premi asuransi untuk tertanggung karena kerugian, kerusakan atau

kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada

pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu

peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang

didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.2

Dari uraian mengenai rumusan definisi asuransi di atas, maka paling tidak

ada tiga unsur pokok atau konsep penting berkenaan dengan asuransi, yaitu;

pertama adanya pihak penjamin (verzekeraar), yaitu pihak yang berjanji akan

membayar uang kepada pihak terjamin. Pembayaran tersebut baik dilaksanakan

secara sekaligus atau bahkan dengan berangsur-angsur. Pembayaran tersebut

dilakukan bila terlaksana unsur ketiga. Kedua pihak terjamin (verzekerde),

yaitu pihak yang berjanji akan membayar premi kepada pihak penjamin. Sama

halnya dengan pembayaran klaim asuransi dapat dilakukan sekaligus maupun

berangsur-angsur. Sedangkan unsur yang ketiga adalah suatu peristiwa yang

2Kuat Ismanto, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2009), h 23

Page 17: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

2

semula belum jelas akan terjadi, yang disebut dengan resiko. Jadi berdasarkan

uraian di atas bahwa asuransi wajib memenuhi tiga unsur yaitu penjamin,

terjamin dan resiko. Selain melekat dalam diri asuransi konvensional tiga unsur

tersebut juga melekat dalam asuransi syari‟ah.3

Di dalam sejarah Islam praktek asuransi pernah dilakukan pada masa Nabi

Yusuf As yaitu pada saat ia menafsirkan mimpi dari Raja Firaun. Tafsiran yang

ia sampaikan adalah bahwa Mesir akan mengalami masa 7 tahun panen yang

melimpah dan diikuti dengan masa 7 tahun paceklik. Untuk menghadapi masa

kesulitan (paceklik) itu, Nabi Yusuf as. Menyarankan agar menyisihkan

sebagian dari hasil panen pada masa 7 tahun pertama. Saran dari Nabi Yusuf

as. Ini diikuti oleh Raja Firaun, sehingga masa paceklik dapat ditangani dengan

baik.4

Asuransi disebut juga Al-Ta'mîn dalam Bahasa Arabnya yang bermakna

perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut, dan

penanggung disebut Mu'ammîn, sedangkan yang tertanggung disebut

Mu‟amman Lahu atau Musta‟mîn. Hal ini seperti yang tersebut dalam QS.

Quraisy (106): 4,

…….

yaitu "Dialah Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan." 5

Pengertian al-Ta'âmin adalah seseorang membayar atau menyerahkan

uang cicilan agar ia ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana

3Ibid., h 25 4Nurul Huda, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2013), h. 155 5Qs. Quraisy (106): 4.

Page 18: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

3

yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap hartanya yang

hilang.6

Di dalam sistem pengoperasionalnya asuransi konvensional berlaku sistem

transfer of risk, di mana resiko dipindahkan atau dibebankan oleh tertanggung

(peserta asuransi) kepada pihak perusahaan asuransi yang bertindak sebagai

penanggug sehingga konsekuensinnya adalah pihak pemberi asuransi

bertanggung jawab akan memberikan kompensasi atas bahaya yang akan

menimpa pihak penerima asuransi. Bila bencana tidak menimpa pihak

penerima asuransi, maka bayaran atau premi yang disetorkan oleh peserta

asuransi kepada lembaga asuransi akan mutlak jadi milik perusahaan asuransi,

jadi apabila resiko yang diperjanjikan tidak terjadi maka premi tersebut hangus

dan tidak dikembalikan.7

Sedangkan dalam asuransi syari‟ah pengelolaan resiko menggunakan

prinsip sharing of risk, di mana resiko dibebankan atau dibagi kepada

perusahaan dan peserta asuransi. Dengan perkembangannya saat ini asuransi

syari‟ah dianggap sebagai salah satu lembaga perekonomian ummat. Di mana,

pihak lembaga asuransi mengelola uang premi yang disetorkan oleh peserta

asuransi, premi yang disetorkan akan dimasukkan ke dalam rekening tabungan

peserta dan rekening khusus tabarru‟ yakni rekening yang diniatkan derma dan

6Andes saputra, “Asuransi Syari‟ah”, dalam http://and3stra92.blogspot.co.id/2016/12/bab-i-

pendahuluan-asuransi-sebagai.html,diambil tanggal 10 Januari 2017, pukul 09.25 WITA 7Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu, (Jakarta: Terjemahan Gema Insani

Preess, 2011), h.109

Page 19: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

4

digunakan untuk membayar klaim kepada ahli waris, apabila ada di antara

peserta yang ditakdirkan meninggal dunia atau mengalami musibah lainnya.8

Premi yang terkumpul dari peserta asuransi akan disatukan ke dalam

kumpulan dana peserta yang selanjutnya akan diinvestasikan dalam

pembiayaan proyek-proyek syari‟ah kemudian keuntungan yang diperoleh dari

dana investasi tersebut akan dibagi lagi sesuai dengan kesepakatan. Bagian

keuntungan milik peserta akan ditambahkan ke dalam rekening tabungan dan

rekening khusus secara proporsional. Rekening tabungan akan dibayarkan

apabila pertanggungan berakhir atau mengundurkan diri dalam masa

pertanggungan. Sedangkan rekening khusus akan dibayarkan apabila peserta

meninggal dunia dalam waktu pertanggungan atau pertanggungan berakhir,

itupun kalau ada. apabila pihak perasuransian tidak membayar maka peseta

asuransi tidak akan dapat apa-apa dari tabungan khusus tersebut yaitu tabungan

tabarru‟. Jadi dapat dilihat bahwa perbedaan antara asuransi konvensional dan

asuransi syari‟ah itu terletak pada konsep pengelolaan atau prosedur

pelaksanaannya saja.9

Wahbah al-Zuhaili dalam bukunya Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu

mengutip pendapat Ibnu Abidin asuransi dengan premi bayaran tetap atau yang

dikenal dengan asuransi bisnis haram hukumnya. Persoalannya yang membuat

penelitian ini menarik adalah baik asuransi konvensional maupun asuransi

yang berbasis syari‟ah sama-sama lembaga bisnis lalu asuransi seperti apa yang

dipahami oleh Wahbah al-Zuhaili, lebih jauh beliau mengatakan tidak boleh

8Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankkan dan Perasuransian Syari‟ah di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h.154.

9Ibid., h.155.

Page 20: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

5

mengkategorikan asuransi sebagai kongsi mudhârabah yaitu dua pihak saling

berkongsi dimana salah satu pihak memiliki modal dan yang lainnya mengatur

(bekerja), karena dua alasan.

1. Karena premi (bayaran cicilan) yang diberikan oleh penerima asuransi

kepada pihak pemberi asurani menjadi milik perusahaan asuransi secara

otomatis. Lantas perusahaan asuransi bebas memanfaatkan uang itu sesuai

kehendaknya. Kemudian pihak penerima asuransi akan kehilangan premi

yang dibayarnya bila tidak terjadi bencana atau musibah.

2. Salah satu syarat mudhârabah adalah adanya keuntungan yang diproleh

antara pemilik modal dan pekerja, seperti seperempat atau sepertiga,

sementara dalam asuransi, pihak penerima asuransi disyaratkan menerima

keuntungan dalam jumlah tertentu. Yaitu tiga atau empat porsen, maka

mudhârabah seperti ini tidak sah.10

Menurut Wahbah al-Zuhaili asuransi itu hanya ada dua macam yaitu,

asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) atau dengan kata lain Mutual

Insurance dan asuransi dengan bayaran tetap (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit). Adapun

yang dimaksud dengan asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) adalah

beberapa orang sepakat agar masing-masing dari mereka membayar saham

uang dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk memberi kompensasi bagi

anggota yang terkena musibah tertentu. Dalam asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn

al-ta‟wuni) bukanlah sebuah organisasi yang berdiri sendiri dan terpisah dari

orang-orang penerima asuransi. Anggotanya yang terlibat dalam asuransi ini

10Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh A- Islâm, h. 107.

Page 21: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

6

tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan, namun bertujuan untuk

meringankan beban kerugian yang ditimbulkan oleh bencana yang menimpa

sebagian anggotannya.11

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa ketiga unsur yang disinggung

pada awal pembahasan yang harus ada baik dalam asuransi konvensional dan

asuransi syari‟ah yaitu penjamin, terjamin dan resiko, juga terdapat dalam

sistem asuransi yang dipahami oleh Wahbah al-Zuhaili akan tetapi yang

menjadi perbedaannya adalah penjamin adalah berasal dari kelompok orang-

orang yang mengeluarkan premi tersebut bukan dari lembaga yang berdiri

sendiri atau dengan kata lain bukan dari orang di luar kelompok yang

berkongsi tersebut begitupun halnya dengan terjamin yaitu salah seorang yang

mendapat musibah dari kelompok yang berkongsi itu sendiri. Adapun asuransi

dengan sistem pembayaran tetap (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit) atau asuransi bisnis

adalah orang yang diberi jaminan keamanan (asuransi) bertanggung jawab

untuk memberi bayaran tertentu kepada pihak pemberi asuransi. Adapun pihak

pemberi asuransi adalah sebuah perusahaan asuransi yang terdiri dari sejumlah

orang yang memiliki saham tertentu. Berdasarkan jumlah pembayaran yang

diberikan pihak penerima asuransi betanggung jawab untuk memberikan jasa

asuransi tertentu ketika terjadi bahaya atau bencana pada penerima asuransi.

Asuransi ini pelaku utamanya adalah sebuah perusahaan yang tujuan utamanya

11Ibid., h. 109

Page 22: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

7

adalah memperoleh keuntungan dari orang-orang yang ingin diberi jaminan

asuransi.12

Berdasarkan uraian di atas bahwa asuransi syari‟ah dan konvensional itu

sebagai pihak penjamin sama-sama perusahaan yang berdiri sendiri di luar dari

para anggota yang berkongsi berbeda dengan asuransi seperti yang dipahami

oleh Wahbah al-Zuhaili, Menurut beliau asuransi seperti itu tidak dibolehkan.

Berangkat dari perbedaan dalam memahami asuransi tersebut saya tertarik

melakukan research atau penelitian terhadap pemikiran Wahbah al-Zuhaili

khususnya tentang asurani dengan mengankat judul skripsi yang berjudul

“Analisis Pendapat Wahbah Al-Zuhaili Tentang Asuransi Dalam Kitab

Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat

dirumuskan beberapa pokok masalah, yaitu:

1. Bagaimana konsep asuransi yang halal menurut Wahbah al-Zuhaili?

2. Apa saja alasan-alasan ketidakbolehan asuransi menurut Wahbah al-

Zuhaili?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujun dari penelitian ini adalah:

12Ibid.,h.105-106

Page 23: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

8

a. Untuk mengetahui konsep asuransi yang halal menurut Wahbah al-

Zuhaili

b. Untuk mengetahui alasan ketidakbolehan asuransi menurut Wahbah al-

Zuhaili

2. Manfat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Dapat menjadi media dalam kegiatan ilmiah dan akademik tentang

kajian kontrak asuransi.

2) Sebagai kontribusi ilmiah untuk memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan umumnya dan disiplin bidang ilmu mu‟amalah khususnya

dalam bidang asuransi.

b. Manfaat Praktis

1) Untuk mengembangkan pola pikir dan mengetahui kemampuan penulis

dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan.

2) Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat

pada umumnya dan semua pihak yang berkepentingan dengan asuransi

pada khususnya.

D. Telaah Pustaka

Telaah pustaka bertujuan untuk mebedakan bahwa penelitian yang peneliti

lakukan berbeda dengan penilitian yang dilakukan oleh orang lain sehingga

dengan demikian penelitian yang dilakukan dapat dibuktikan bukan hasil

jiplakan atau dalam bahasa hukumnya adalah plagiat.

Page 24: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

9

Perbedaan pendapat mengenai asuransi sebenarnya bukan hal yang baru

dalam khazanah pemikiran Islam. Sudah banyak dilakukan penelitian ilmiah

yang dalam kajiannya mengungkap permasalahan-permasalahan yang

berkaitan erat dengan persoalan mu‟amalah, terutama tentang asuransi. Namun

untuk menggali ide tersebut dari tokoh ulama kontemporer yang sangat

berpengaruh pemikirannya terhadap para cendekiawan muslim lain yaitu

Wahbah al-Zuhaili masih dalam hitungan jari jumlah penulisan karya ilmiah

yang membahasnya.

Untuk mendukung penulisan yang lebih integral, maka penyusun berusaha

untuk melakukan penelitian lebih awal terhadap pustaka berupa karya-karya

ilmiah berupa skripsi dan buku-buku yang memiliki keterkaitan terhadap topik

yang diteliti guna mendukung penelitian ini. Karya-karya ilmiah tersebut

diantaranya adalah:

1. Penelitian Siti Maimunah lestari (Universitas Islam Negeri Jakarta) dengan

judul skripsi “analisis klaim asuransi kendaraan bermotor pada PT.

Asuransi takaful umum” dalam penelitiannya beliau membahas asuransi

lebih mengarah pada prosedur pengajuan klaim asuransi kendaraan

bermotor pada PT. Asuransi Takaful Umum, proses pengambilan keputusan

klaim. Artinya pembahasan dalam penelitiannya membahas prosedur atau

mekanisme asuransi takaful umum bukan berbicara masalah hukum boleh

atau tidaknya asuransi. Dalam penelitiannya beliau mengangkat fokus

masalah atau kajiannya antara lain; pertama bagaimana prosedur pengajuan

klaim asuransi kendaraan bermotor pada PT. Asuransi Takaful Umum,

Page 25: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

10

kedua bagaimana proses pengambilan keputusan klaim pada PT. Asuransi

Takaful Umum, dan yang ketiga bagaimana perhitungan klaim pada

kendaraan bermotor pada PT. Asuransi Takaful Umum.13

Dari hasil penelitiannya beliau menyimpulkan beberapa masalah

diantaranya: pertama asuransi kendaraan bermotor adalah suatu

pertanggungan yang memberikan perlindungan kepada pihak pemilik

kendaraan bermotor atau kepada pihak-pihak yang berkepentingan atas

kendaraan bermotor tersebut yang disebabkan oleh kerugian dan kerusakan

fisik atas kendaraan bermotor serta kerugian akibat tanggung gugat yang

harus ditanggung oleh pemilik atau yang memiliki kepentingan atas

kendaraan itu atau sebab-sebab lainnya yang ditegaskan dalam polis

berdasarkan akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Kedua prosedur

pengajuan klaim pada PT. Asuransi Takaful Umum dimulai saat seseorang

tertanggung yang mengalami musibah memberitahukan kepada penanggung

(Perusahaan Asuransi) perihal klaim yang dimaksud, dengan melengkapi

persyaratan klaim yang telah ditentukan oleh penanggung sesuai dengan

produk yang diambil. Setelah menerima surat pengajuan klaim dari

tertanggung maupun Customer Service, bagian klaim memeriksa untuk

mendapatkan informasi yang tepat mengenai data dan kondisi polis

tertanggung. Disetujui atau tidaknya pengajuan klaim tertanggung pada

kelengkapan persyaratan yang telah ditetapkan penanggung. Ketiga faktor

penentu dalam proses keputusan klaim pada PT. Asuransi Takaful Umum

13Siti Maimunah Lestari,”Analisis Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT. Asuransi

Takaful Umum” (Skripsi, Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010 ), h. 76

Page 26: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

11

antara lain: kelengkapan dokumen yang diperlukan dan kebenaran (sah

menurut hukum dari data-data yang diajukan). keempat untuk perhitungan

klaim dilakukan dengan cara menghitung jumlah kerugian/kerusakan pada

kendaraan yang terkena musibah, perhitungannyapun dilakukan oleh pihak

klaim dan bengkel, sedangkan tertanggung hanya menunggu sampai

kendaraannya selesai diperbaiki.14

2. Penelitian yang dilakukan oleh Heri Nurjaman Kontrak Asuransi“Studi

Pemikiran Murtadha Muthahhari dan Muhammad Muslehuddin” (UIN)

Sunan Kalijaga Jogjakarta). Adapun fokus masalah dalam penelitian beliau

antara lain: pertama bagaimana pandangan Murtadha Muthahhari dan

Muhammad Muslehuddin tentang kontrak atau akad asuransi. Kedua apa

dalil dan bagaimana metode pengambilan hukum kedua tokoh tersebut

terhadap kontrak asuransi.15

Dari penelitiannya Heri Nurjaman menarik beberapa kesimpulan

antara lain: yang pertama menurut Murtadha Muthahhari bahwa substansi

asuransi adalah sebagai proteksi untuk masa depan dan menghilangkan

kecemasan maka hukumnya boleh, namun di sisi lain dia juga

mengharamkan asuransi jiwa dan asuransi yang mengandung unsur gharar.

Sedangkan Muhammad Muslehuddin memutuskan asuransi yang bersifat

komersial seperti yang dilakukan perusahan asuransi konvensional

mengandung unsur maisir, riba dan gharar yang menyalahi hukum Islam,

hukumnya haram. Kedua dalil-dalil al-Qur‟an dan-Hadits sebagai sumber

14Ibid., h. 76 15Heri Nurjaman, “Kontrak Auransi Moderen“Studi Pemikiran Murthada Muthahhari

danMuhamad Muslehuddin”(Skripsi, UIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, 2008), h. 81

Page 27: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

12

hukum yang digunakan kedua tokoh tersebut, terutama dalil-dalil yang

berkaitan dengan kontrak atau akad. adapun pengambilan hukum (istinbat)

Murtadha Muthahhari berkaitan dengan Al-Qur‟an: menggunakan perangkat

Am dan Khas, Maqâsid as-Syari‟ah dan linguistik serta landasan utama

Muthahhari dalam menentukan status hukum asuransi juga memakai dalil

normatif (al-Qur‟an dan Sunnah / al-Bayan asy-Syr‟i) dan juga dalil

filososfis (al-Idrak al-„Aqli).16

Sedangkan Muhammad Muslehuddin selain mengacu pada Al-

Qur‟an dan al-Hdits dia juga menggunakan teknik pengambilan hukum

asuransi yang dipakai adalah berdasarkan metode ijtihad yaitu maslahah

mursalah dan qiyas. Maslahah digunakan dalam penetapan hukum asuransi

dengan lebih mengutamakan manfaat dari asuransi dalam masyarakat, hal

ini ditunjukkan pada pemikiran Muhammad Muslehuddin tentang kebolehan

asuransi sosial, namun tetap menghindari hal-hal yang bertentangan dengan

syara‟ seperti unsur-unsur riba, gharar, maisir dan eksploitasi yang terdapat

dalam asuransi.17

Muhammad Muslehuddin mengambil nilai-nilai positif atau kebaikan

dengan melakukan qiyas terhadap sistem aqilah yang dibolehkan Nabi

Muhammad SAW. Ketiga dalam melakukan proses pengambilan hukum,

Murtadha Muthahhari dan Muhammad Muslehuddin sama-sama masih

memfungsikan dalil-dalil al-Qur‟an dan al-Hadits sebagai sumber hukum.

Mengenai status hukum asuransi, keduanya sepaham dalam kaitannya

16Ibid., h. 81 17Ibid., h. 81

Page 28: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

13

dengan kewajiban memenuhi prinsip-prinsip mua‟amalat dalam kegiatan

asuransi. Perbedaanya adalah selain latar belakang kedua tokoh itu,

Murtadha Muthahhari mengkategorikan akad asuransi sebagai akad yang

berdiri sendiri dan tidak termasuk ke dalam akad-akad yang telah ada dalam

fiqh, sedangkan Muhammad Muslehuddin memasukan asuransi

konvensional sebagai akad jual beli sesuai dengan polis dan mengajukan

alternatif asuransi dikelola dengan sistem mudhârabah.18

3. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Siti Saifiyatun Nasikhah dengan

skripsinya yang berjudul Studi Analisis Pemikiran Sayid Sabiq Tentang

Asuransi, pada intinya skripsi ini mengungkapkan bahwa Sayyid Sabiq

dalam Fiqhus-Sunnah, setelah mengutarakan pandangan Syekh Ahmad

Ibrahim tersebut, Sayyid Sabiq menggarisbawahi bahwa asuransi tidak

dapat dimasukkan sebagai mudhârabah yang shahih tetapi mudhârabah

yang rusak.19

Dari ketiga hasil penelitian di atas sangat berbeda dengan apa yang

penyusun teliti. Yang pertama penelitian yang dilakukan oleh Siti Maimunah

Lestari lebih menekankan pada prosedur pengajuan klaim kendaraan bermotor

pada PT. Asuransi takaful umum sehingga pendekatan penelitian yang

digunakan oleh beliau adalah studi lapangan yaitu penelitian dengan

menggunakan pedoman wawancara, pengamatan, maupun partisipatif.

Kemudian yang kedua penelitian yang dilakukan oleh Heri Nurjaman dalam

penelitian beliau lebih terarah kepada studi komparatif mengenai pemikiran

18Ibid., h. 81 19Siti Saifiyatun Nasikhah, Analisis Pemikiran Sayid Sabiq Tentang Asuransi(skripsi, UIN

Walisongo, Semarang,)

Page 29: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

14

kedua tokoh cendekiawan muslim tersebut, artinya penelitiannya lebih

menekankan pada suatu perbandingan pemikiran terhadap kontrak asuransi.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Siti Saifiyatun Nasikhah lebih

menekankan pada analisis pemikiran Sayyid Sabiq dalam memahami asuransi

tersebut.

Sedangkan penelitian yang penulis lakukan bagaimana upaya memahami

tentang pemikiran salah satu guru besar muslim ternama yang dalam hal ini

adalah Wahbah al-Zuhaili tentang konsep asuransi dalam Islam serta apa alasan

ketidakbolehan asuransi dengan premi bayaran tetap (Al-Ta‟âmîn bi qis Tsabit)

bisnis.

Page 30: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

15

E. Kerangka Teori

1. Pengertian Asuransi

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris yaitu insurance yang dalam

bahasa Indonesia telah menjadi bahasa yang populer dan telah diadopsi

kedalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dengan padanan kata

“pertanggungan”.20

Muhammad Muslehuddin memberikan gambaran umum terhadap

asuransi yaitu: asuransi pada awalnya adalah suatu kelompok yang

bertujuan membentuk arisan untuk meringankan beban kerugian individu

dan menghindari kesulitan pembiayaan. Dengan demikian konsep asuransi

adalah persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing

menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga.

Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi

anggota perkumpulan tersebut, maka kerugian akan ditanggung bersama

oleh mereka.21

Wirjono Prodjodikoro memaknai asuransi sebagai: suatu persetujuan

dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin untuk

menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian yang mungkin

akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari sesuatu peristiwa yang

belum jelas.22

20Ibid, h.57. 21Muhammad Muslehuddin, Insuranse And Islamic Law, (Terj. Oleh Wira Subrata)

Menggugat Asuransi Moderen: Mengajukan Suatu Alternatif Baru Dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Lentera, 1999),Cet. Ke-1 h.3

22Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi di Indonesia, (jakarta: Intermasa,1987), h.1

Page 31: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

16

Menurut Robert El-Mehr, sebagaimana dikutip Ahmad Wardi Muslich:

Asuransi adalah suatu alat untuk mengurangi resiko dengan menggabungkan

sejumlah unit-unit yang beresiko, agar kerugian individu secara kolektif

dapat diprediksi kerugian yang dapat diprediksi tersebut kemudian dibagi

dan didistribusikan secara proposional diantara semua unit dalam gabungan

tersebut.23

Di Indonesia, definisi asuransi telah ditetapkan dalam kitab undang-

undang hukum dagang pasal 246 yang berbunyi sebagai berikut. “Asuransi

atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang

penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung dengan

menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena

suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,

yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu”.24

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa dalam asuransi ada tiga hal

yang menjadi masalah pokok, yaitu premi, resiko, tanggungan atau jaminan.

a. Premi

Premi adalah bayaran asuransi atau harga sebagai jaminan

penanggung asuransi untuk bertanggung jawab. Dalam asuransi, premi

mungkin juga mempunyai nilai tanggungan untuk tambahan kepada

anggota lain dalam masyarakat yang mengalami kerugian, sehingga

dengan demikian peserta (anggota) juga menjadi penanggung.

23Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Mu‟amalat, (Jakarta: Amzah, 2005), h. 549 24Kitab undang-undang hukum dagang pasal 246

Page 32: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

17

b. Resiko

Resiko, sebagaimana dikemukakan oleh A.Hasymi Ali adalah

ketidakpastian mengenai kerugian. Dalam kehidupan manusia banyak

sekali bahaya yang mengancam keselamatannya. Ancaman tersebut bisa

mengenai kekayaan, jiwa dan raga manusia. Ancaman bahaya tersebut

berlangsung sepanjang masa. Selama manusia itu masih hidup, dan

selama ia memiliki kekayaan, selama itu pula ancaman bahaya akan terus

berlangsung. Ancaman bahaya yang menyebabkan timbulnya kerugian,

tetapi belum pasti itulah yang dalam hukum asuransi disebut dengan

resiko.

c. Tanggungan atau jaminan

Perjanjian asuransi bisa ditafsirkan sebagai perjanjian jaminan

terhadap kerugian. Apabila seseorang bersedia menerima pembayaran

iuran atau premi dari tertanggung maka sebagai imbalnnya ia harus

menanggung kerugian yang menimpa tertanggung. Namun, tidak semua

kerugian bisa diganti oleh penanggung. Kriteria kerugian yang bisa

diganti oleh penanggung antara lain. Kerugian yang berasal dari

peristiwa yang tidak pasti, peristiwa yang tidak pasti tersebut ditanggung

oleh penanggung, terdapat hubungan kausalitas antara peristiwa tidak

pasti dengan kerugian, penggantian kerugian didasarkan kepada asas

keseimbangan.25

25Ibid, h.540-546

Page 33: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

18

Lebih jauh Wahbah al-Zuhaili yang dikenal sebagi Ulama ahli Fiqh,

Guru Besar Universitas Damaskus Syiria pada hakikatnya selain menggeser

nilai sosial sebagai acuan dasar asuransi itu sendiri yaitu tolong menolong

atau dikenal dengan ta‟min akad asuransi termasuk dalam akad gharar yaitu

akad yang tidak jelas tentang ada tidaknya sesuatu yang diakadkan. Ahli

Syari‟ah memasukan dalam kelompok akad gharar disebabkan karena akad

asuransi itu sendiri adalah resiko yang dijadikan jamainan belum pasti

berlaku dan tidak diketahui terjadinya, karenanya gharar melekat dan

menyatu dalam praktik dan akad asuransi. Unsur gharar yang terkandung

dalam asuransi memberi indikasi bahwa asuransi juga mengandung unsur

ketidakjelasan atau kekaburan (jahalah). Unsur ketidakjelasan sangat

terlihat dengan jelas dalam asuransi, yaitu ketidakjelasan mengenai jumlah

uang yang akan diberikan masing-masing dari pihak penerima dan pemberi

asuransi. Jumlah yang dimaksud tidak ketahuan karena bisa banyak dan bisa

juga sedikit. Bahkan kompensasi yang akan diberikan pihak pemberi

sifatnya spekulatif, begitupun halnya bahaya yang diasuransikan bisa terjadi

dan bisa juga tidak.26

2. Teori Dasar Asuransi

Dalam kegiatan bisnis asuransi segala sesuatu diarahkan untuk

memproteksi keadaan dimasa yang akan datang yang belum pasti atas

sebuah resiko yang berkaitan dengan nilai aktivitas ekonomi seseorang.

Menghadapi masa yang akan datang (Future Time) merupakan sesuatu yang

26Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islâm, h. 114

Page 34: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

19

tidak dapat dipungkiri oleh manusia, walaupun dalam wujudnya keadaan

yang akan terjadi di masa yang akan datang tersebut belum jelas realitanya.

Hal ini disebabkan karena kehidupan manusia itu linier yang tidak terlepas

dari tiga fase. yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang.

Masa lalu yaitu masa yang sudah dilewati oleh manusia dalam menjalani

hidupnya, masa yang dimana sudah dilewati oleh orang dalam hidup. Masa

sekarang merupakan masa yang sedang dijalani oleh manusia dan masa

yang akan datang adalah masa dimana manusia belum menempuh jalan

hidupnya masa yang penuh dengan ketidakjelasan dan ketidakpastian

(uncertainty). Seseorang tidak akan mampu memastikan apakah dia akan

hidup diwaktu yang akan datang ataukah dia akan sakit dan meninggal,

ataukah harta yang dimiliki oleh seseorang akan tetap terhindar dari

musibah maupun bencana. Ini merupakan sebuah pertanyaan yang

sederhana dan tidak akan mampu menjawabnya.27

Oleh karena itu manusia hanya mampu merencanakan dan

memprediksikan kejadian di masa yang akan datang, sedang kepastian

hanya Allah yang maha tahu. Oleh karenanya manusia disuruh untuk

membaca iqra‟ membaca keadaan dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

dimasa lalu dan masa sekarang untuk mengukur dan mengkaji bagaimana

seharusnya dia melangkah ke depan dengan membawa harapan yang lebih

baik.28

27 Hasan Ali, Asuransi dalam Perpektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media,

2004), h.94 28Hasan Ali, Asuransi dalam, h.94

Page 35: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

20

Semua asuransi bertujuan untuk mengadakan persiapan menghadapi

kemungknan bahaya dalam kehidupan dan hubungan perdagangan manusia.

Mereka yang menjalankan usaha akan berupaya untuk menghindari diri dari

bencana yang melanda mereka dengan cara mengalihkan kerugian sedapat

mungkin kepada tanggungan orang lain yang sanggup membayar uang ganti

rugi karena mengambil alih tanggungan resiko tersebut29.

3. Prinsip Dasar Asuransi

Dalam dunia perasuransian ada enam macam prinsip dasar yang harus

di penuhi yaitu insurable interest, utmost good faith, proximate cause,

indemnity, subrogation dan contribution.

a. Insurable Interest

Merupakan hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu

hubungan keuangan, antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan

diakui secara hukum. Maksudnya adalah seorang peserta asuransi

dikatakan memiliki kepentingan atas objek yang diasuransikan apabila

peserta menderita kerugian keuangan seandainya terjadi musibah yang

menimbulkan kerugian atau kerusakan atas objek tersebut. Kepentingan

keuangan ini memungkinkan peserta asuransi mengasuransikan harta

benda atau kepentingannya. Apabila terjadi musibah atas objek yang

diasuransikan dan terbukti tidak memiliki kepentingan keuangan atas

objek tesrsebut, Maka tidak berhak menerima ganti rugi.

29Muhammad Muslehuddin, Insurance In Islam (Terj. Oleh Wardana) Asuransi Dalam

Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h.30

Page 36: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

21

b. Utmost Good Faith

Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap,

semua fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan

diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah si penanggung

harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang

luasnya syarat atau kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus

memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan

yang dipertanggungkan.

Jadi dapat dipahami bahwa peserta berkewajiban memberitahukan

sejelas-jelasnya dan teliti mengenai fakta-fakta penting yang berkaitan

dengan objek yang diasuransikan. Prinsip ini pun menjelaskan resiko-

resiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan

kondisi pertanggungan secara jelas dan teliti.

c. Proximate Cause

Proximate Cause adalah suatu penyebab aktif, efisien yang

menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa

adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang

baru dan independen.

Jadi apabila kepentingan yang diasuransikan mengalami musibah

atau kecelakaan, maka pertama-tama dicari sebab-sebab yang aktif dan

efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus

sehingga pada akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut.

Page 37: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

22

Prinsip ini merupakan suatu prinsip yang digunakan untuk mencari

penyebab kerugian yang aktif dan efisien yaitu suatu rangkaian mata

rantai peristiwa yang tidak terputus “Unbroken Chain Of Events”.

d. Indemnity

Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi

finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi

keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian (KUHD

pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).

e. Subrogation

Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah

klaim dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-

Undang Hukum Dagang, yang berbunyi: “apabila seorang penanggung

telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada pihak tertanggung, maka

penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam segala hal

untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada

tertanggung”.

f. Contribution.

Contribution adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung

lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama

kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity.

Maksudnya adalah peserta dapat mengasuransikan harta benda yang

sama atau dengan kata lain objek yang sama pada beberapa perusahaan

Page 38: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

23

asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas objek yang diasuransikan

maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.30

4. Pro Kontra terhadap Asuransi

Ulama pertama yang berbicara tentang asuransi adalah Muhammad

Amin bin Umar yang terkenal dengan sebutan Abidin, seorang ulama

Hanafiah. Dalam kitabnya yang terkenal Hasyiyah Ibnu Abidin ia

mengangkat asuransi keselamatan barang yang diangkut dengan kapal laut,

dimana para pedagang menyewa kapal dari seorang kafir harbi. Mereka

disamping membawa upah pengangkutannya juga membayar sejumlah uang

untuk seorang harbi yang berada di negeri asal penyewa kapal yang disebut

“sukarah” atau premi asuransi, dengan ketentuan apabila barang-barang

yang diangkut itu musnah karena kebakaran, bajak laut, atau kapalnya

tenggelam maka penerima uang premi menjadi penanggung, sebagai

imbalan dari uang yang diambil dari para pedagang tersebut. Menurut Ibnu

Abidin dari kasus itu para pedagang tidak dibolehkan mengambil uang

pengganti atas barang-barang yang musnah, karena tindakan tersebut

termasuk “mewajibkan sesuatu yang tidak lazim/wajib”.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh beberapa ulama lain seperti

Syaikh Muhammad Bakhit, mufti Mesir, Syaikh Muhammad Al-Ghazali,

Syaikh Muhammad Yusuf Al-Qardhawi, Syaikh Abu Zahrah, Muhammad

Muslehuddin, Wahbah al-Zuhaili, guru besar Universitas Damaskus, dan

K.H Ali Yafie dari Indonesia, lebih jauh Wahbah al-Zuhaili misalnya

30Ida Fitriyani, “Prinsip-prinsip Asuransi” http://ida-fitriyani.blogspot.co.id/2013/10/

prinsip-prinsip-asuransi.html, diambil tanggal 13 Januari 2017, pukul 13.15 WITA.

Page 39: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

24

mengatakan bahwa pada hakikatnya akad asuransi termasuk dalam aqad

gharar, yaitu suatu aqad yang tidak jelas ada tidaknya sesuatu yang

diakadkan. Muhammad Muslehuddin mengatakan perjanjian asuransi

moderen ditentang oleh ulama atau cendekiawan Islam dengan alasan-

alasan.

a. Asuransi merupakan kontrak perjudian

b. Asuransi hanyalah pertaruhan

c. Asuransi bersifat tidak pasti

d. Asuransi jiwa adalah alat dengan mana suatu usaha dilakukan untuk

mengganti kehendak Tuhan

e. Di dalam asuransi jiwa, jumlah premi tidak tentu, karena peserta asuransi

tidak tahu berapa kali cicilan yang akan dibayarnya sampai ia meninggal

f. Perusahaan asuransi menginvestasikan uang yang dibayarkan oleh

peserta asuransi dalam surat-surat berharga (sekuritas) berbunga. Dalam

hal asuransi jiwa, si peserta suransi, atas kematiannya, berhak

mendapatkan jauh lebih banyak dari jumlah yang telah dibayarkanya,

yang merupakan riba (bunga).

g. Seluruh bisnis asuransi didasarkan pada riba yang hukumnya haram.

Disamping pendapat para ulama tersebut, terdapat pula pandangan-

pandangan yang dituangkan dalam pendapat lembaga internasional dan

nasional, mu‟tamar atau fatwa oleh majelis, majma‟ dan ormas Islam, antara

lain:

Page 40: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

25

a. Mu‟tamar Ekonomi Islam, yang bersidang pertama kali pada tahun 1976

di Mekkah, dihadiri oleh sekitar 200 ulama, profesor syari‟ah, dan pakar-

pakar ekonomi dari berbagai negara muslim. Dalam keputusannya

tentang asuransi, mu‟tamar berkesimpulan bahwa asuransi konvensional

hukumnya haram karena mengandung riba dan gharar.

b. Majma‟ Al-Fiqh Al-Islami, yang bersidang pada tahun 1979 di mekkah

memutuskan mayoritas ulama berpendapat asuransi jenis perniagaan

hukumnya haram, baik asuransi jiwa maupun yang lainnya.

c. Majma‟ Al-Fiqh AL-Islami, dalam sidangnya yang kedua pada tanggal

28 Desember 1985 di Jeddah memutuskan asuransi jenis perniagaan

hukumnya tetap haram. Majma‟ menyerukan agar seluruh umat Islam

dunia menggunakan asuransi ta‟awun.

d. Fatwa Majelis Ulama Indonesia yang ditandatangani oleh Ketua Umum

K.H. Sahal Mahfudhda Sekretaris Umum H.M. Din Syamsudin, pada

prinsipnya menolak asuransi konvensional, tetapi menyadari realita

dalam masyarakat bahwa asuransi tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,

DSN MUI dalam fatwanya memutuskan tentang pedoman umum

Asuransi Syari‟ah, antara lain tidak boleh mengandung gharar, maisir,

riba, zhulm, risywah (suap), barang haram dan maksiat.

Dalam menjawab semua keberatan ini, kaum modernis mengatakan

bahwa:

a. Asuransi bukan perjudian, juga bukan pertaruhan, karena didasarkan

pada mutualitas (kebersamaan) dan kerja sama. Perjudian adalah suatu

Page 41: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

26

permainan keberuntungan dan karenanya merusak maysarakat. Asuransi

adalah suatu anugerah bagi umat manusia, karena ia melindungi mereka

dari bahaya yang mengancam jiwa dan harta mereka dan memberikan

keuntungan bagi perdagangan dan industri.

b. Ketidakpastian dalam transaksi dilarang dalam Islam karena

menyebabkan perselisihan. Jelas dari ucapan-ucapan Nabi saw bahwa

kontrak penjualan dilarang jika penjual tidak sanggup menyerahkan

barang yang dijanjikan kepada pembeli karena sifatnya yang tidak

tentu.

c. Asuransi jiwa bukan alat untuk menolak kekuasaan tuhan atau

menggantikan kehendak-Nya, karena asuransi ini tidak menjamin suatu

peristiwa yang tidak terjadi tapi, sebaliknya mengganti kerugian

kepada peserta asuransi terhadap akibat-akibat dari suatu peristiwa

atau resiko yang sudah ditentukan.31

d. Keberatan mengenai tidak tentunya asuransi jiwa dalam arti bahwa

peserta asuransi tidak mengetahui berapa banyak jumlah cicilan yang

dibayarnya sampai kematiannya adalah tidak beralasan.

Keberatan mengenai riba, dalam asuransi jiwa, tak berguna, karena

asuransi ini membolehkan peserta asuransi untuk tidak menerimah

lebih dari yang telah dibayarnya.32

31Ibid., h. 148 32Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2005), h.547-550

Page 42: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

27

F. Metode Penelitian

1. Jenis Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data dalam penlitian ini adalah data yang

dikumpulkan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan. Yakni

sumber datanya diperoleh melalui buku-buku baik sumber data primer

maupun data sekunder atau sering kali disebut dengan penelitian

kepustakaan. Yakni penelitian yang menelaah buku-buku kepustakaan

dengan tipologi deskriptif interpretatif, artinya suatu sistem pemikiran yang

berusaha menggambarkan keadaan dan peristiwa dengan memberikan

deskripsi analisis komparatif sehingga menimbulkan signifikasi teoritis yang

memadai yang relevan dengan persoalan yang akan dibahas dalam

penelitian ini.33

Data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini merupakan

pemikiran para tokoh cendekiawan muslim maupun pemikiran ulama-ulama

kontemporer tentang asuransi, khususnya Wahbah al-Zuhaili yang terdapat

dalam bukunya yang berjudul Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu, sebagai

sumber data primer. Adapun data sekundernya adalah buku-buku yang lain

yang membahas tentang asuransi baik yang sejalan dengan pemikiran

Wahbah al-Zuhaili maupun yang bertentangan dengan pemikiran beliau,

selain itu sebagai pendukungnya juga penulis mengutip berbagai macam

bacaan yang dituangkan di jurnal-jurnal yang berkaitan dengan asuransi dan

33P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

1991), h. 109.

Page 43: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

28

tulisan-tulisan yang terdapat di media online sebagai rujukan tambahan

dalam penelitian ini. Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari kesan fiktif.

2. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

telaah pustaka, yakni penelitian yang menelaah buku-buku, majalah, artikel,

esai, dan hasil penelitian orang lain, yang memiliki relasi dengan penelitian

ini. Data yang diperoleh dari penelitian ini menggambarkan hasil pemikiran

tokoh, keadaan hidup tokoh, dan peristiwa-peristiwa yang menimpanya

dengan memberikan diskripsi analisis komparatif sehingga menemukan

signifikasi teoritis terhadap kajian ini.

Dalam aplikasinya penulis membaca, menelaah buku-buku fiqh dan

buku-buku yang membahas tentaang asuransi maupun literatur-literatur

lainnya yang memiliki signifikasi yang relevan dengan kajian.

Pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan

pada kajian yang akan diteliti, sehingga penelitian bukanlah aktifitas yang

bersifat membenarkan atau menyalahkan, walaupun akan diberikan analisis

terhadap data. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting, karena

semua kajian menggunakan bentuk kajian pustaka.34

3. Sumber Data

Sebagai pertanggungjawaban secara metodologis. Dalam melakukan

kegiatan penelitian ini, penulis berusaha menggunakan sumber data primer.

Sumber data primer merupakan sumber data yang diambil dari literatur-

34Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar), (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2015) , h. 112.

Page 44: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

29

literatur atau buku-buku karangan Wahbah al-Zuhaili terutama buku hasil

karya beliau yang berjudul Al-Fiqh Al-Islâm Wa Adillatuhu, yang

membahas mengenai data-data yang memuat materi berkaitan dengan kajian

ini.

Sedangkan sumber data sekunder, penulis mengambil dari buku-buku,

artikel-artikel, majalah-majalah, esai-esai yang relevan dengan kajian ini.

Sumber-sumber umum secara langsug juga penulis kategorikan sebagai data

penunjang kajian yang berupa buku-buku, dokumentasi maupun wawancara

yang mampu memprerkaya kajian ini sehingga menjadi lebih layak dan

komprehensif.

4. Analisa data

Data yang telah diperoleh dari bahan-bahan pustaka, tentunya

membutuhkan teknik analisa yang ampuh memberikann interpretasi

deskriptif dan hipotesis sebagai metode telaah guna mendapatkan

kesimpulan.

Adapun metode-metode yang digunakan oleh penulis dalam

menunjang skripsi ini adalah:

a. Metode Deduktif

Metode deduktif yaitu metode yang mengandalkan potensi berfikir

dari persoalan yang abstrak kepada persoalan yang kongkrit, dari kaidah

yang umum membentuk keputusan-keputusan yang khusus, atau dari

putusan umum ke bentuk putusan yang khusus.

Page 45: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

30

Tujuan penulis menggunakan metode deduktif adalah untuk

menyimpulkan data-data yang didapatkan dari deskripsi-deskripsi yang

umum dengan mencatat keterangan-keterangan yang khusus yang ada

kaitannya denga kajian yang dijadikan sebagai kesimpulan yang

memadai.35

b. Metode Induktif

Metode induktif yaitu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta

atau persoalan yang kongkrit kepada persoalan yang abstrak, atau dari

persoalan yang khusus kemudian digeneralisasi atau persoalan yang

umum.

Penulis menggunakan metode induktif untuk membuat generalisasi

sekaligus kesimpulan-kesimpulan terhadap bahan-bahan pustaka yang

digunakan dalam kajian ini.

c. Metode Komparatif

Metode komparatif adalah suatu teknik yang berusaha mencari

persamaan dan perbedaan melalui analisis tentang, sebab akibat, yakni

meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi,

fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang

lain, dan digunakan intrik menganalisis data dengan menggunakan

perbandingan yang dibuat setelah masing-masing pendapat diuraikan

secara lengkap.36 Pada umumnya metode ini dipergunakan dalam

35Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,, (Bandung: Pustaka Setia, 2008). h. 123 36Ibid., h. 123

Page 46: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

31

membandingkan antara pendapat Wahbah al-Zuhaili dengan pendapat

Ulama maupun cendekiawan muslim lainya.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat dipahami urutan dan pola berpikir dari tulisan ini maka

skripsi disusun dalam Empat Bab. Setiap bab merefleksikan muatan isi yang

satu sama lain saling melengkapi. Untuk itu disususn sistematika sedemikian

rupa sehingga dapat memberikan gambaran kearah mana tujuan dari tulisan ini.

Bab pertama berisi tentang pendahuluan yang merupakan garis besar

dari keseluruhan pola berpikir dan dituangkan dalam konteks yang jelas serta

padat.

Bab kedua berisi tentang pengertian asuransi menurut pendapat Wahbah

al-Zuhaili serta meliputi biografinya, dan pemikirannya, serta konsep asuransi

yang dibolehkan dan pandangan Wahbah al-Zuhaili tentang alasan

ketidakbolehan asuransi (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit) atau dikenal dengan asuransi

bisnis.

Bab ketiga berisi tentang analisis pendapat Wahbah al-Zuhaili tentang

asuransi yang meliputi konsep asuransi yang diperbolehkan dalam Islam dan

analisis alasan penolakannya terhadap asuransi dengan bayaran tetap/bisnis (al-

ta‟mîn al-ta‟wuni).

Bab keempat merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 47: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

32

BAB II

KONSEP ASURANSI MENURUT WAHBAH AL-ZUHAILI

A. Biografi Hidup, Karya, dan Pemikiran Wahbah al-Zuhaili

Wahbah al-Zuhaili merupakan salah satu tokoh Islam kontemporer yang

terkemuka pada zamannya, beliau terkenal dengan pemikirannya yang sedikit

kontroversi di Syiria dan merupakan seorang tokoh cendekiawan Islam khusus

di bidang perundangan Islam (syari‟ah).37

Prof Dr. Wahbah al-Zuhaili dilahirkan pada tahun1351 H. bersamaan 6

Maret 1932 M. Di sebuah desa Dir Atiyyah, daerah Qalmun, Damsyiq, Syiria.

Beliau dilahirkan dari kalangan orang-orang yang berlatar belakang profesi

sebagai petani dan peniaga. Bapaknya bernama Haji Mustafa al-Zuhayli

merupakan seorang yang terkenal dengan kesolehan dan ketakwaan dan

senantiasa memberi semangat kepada anak-anaknya untuk menuntut ilmu.

Ibunya bernama Hajah Fatimah bin Mustafa Sa‟adah, seorang yang kuat

berpegang kepada ajaran agama. Wahbah al-Zuhaili mendapat didikan dan

tarbiyah sejak kecil dari kedua orang tuanya. Dia juga belajar di sekolah

rendah dan tamat di perkampunganya sebelum berpindah ke Kota Damsyiq

atas dorongan ibunya.38

Setelah itu Wahbah al-Zuhaili melanjutkan studinya ke Damsyk untuk

mendalami ilmu syaria‟ah Selama 6 tahun dan lulus pada tahun 1952, dengan

cemerlang. Kemudian beliau melanjutkan studinya ke pendidikan tinggi di

37Wikipedia, ensiklopedia bebas, biografi wahbah al-Zuhaili, https://ms.wikipedia.

org/wiki/Wahbah al-Zuhaili, diambil tanggal 08 mei 2017 pukul 08.35WITA 38http://kenaliulama.blogspot.co.id/2011/11/prof-dr-wahbah-al-zuhayli-mufassir-dan.

html, diambil tgl 08 mei 2017 pukul 08.35 WITA

Page 48: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

33

Universitas Al-Azhar Fakultas Syari‟ah dan tamat pada tahun 1956. Beliau

menyandang gelar megister pada tahun 1959 pada bidang Syari‟ah Islam di

Universitas Al-Azhar Kairo, dan Pada tahun 1963, beliau menerima

kedoktoran (Ph.D) dengan kepujian dalam Syari‟ah Islam menerusi tesis beliau

"Pengaruh Peperangan Dalam Perundangan Islam: Sebuah Kajian

Perbandingan Meliputi 8 Mazhab dan Undang-undang Sekular Antar bangsa".

Pada tahun yang sama yaitu pada tahun 1963 beliau mengajar di Universiti

Damsyik (Damascus University) di mana beliau telah meraih gelaran Profesor

sejak tahun 1975, di sana beliau mendalami ilmu fiqh serta ushu fiqh dan

mengajarkannya di Fakultas Syari‟ah.39

Sebagai guru besar, ia juga menjadi dosen tamu pada sejumlah universitas

di negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum serta

Fakultas Adab Pasca sarjana Universitas Benghaji, Libya. Pada Universitas

Ummu Darman, Universitas Afrika dan pernah mengajar di Universitas Emirat

Arab. selain menjalankan profesinya sebagai tenaga pengajar beliau juga kerap

mengisi seminar dan acara di televis di Damaskus, Emirat Arab, Kuwait dan

Arab Saudi. Beliau menjadi ahli dalam Royal Society untuk penyelidikan

tamadun Islam Yayasan Aal al-Bayt di Amman Jordan serta banyak lagi

badan-badan Islam di seluruh dunia termasuk Majlis Syria al-IFTA, Akademi

Fiqh Islam di Jeddah, Arab Saudi dan Akademi Fiqh Islam Amerika Syarikat,

India dan Sudan. Beliau juga merupakan Pengerus Institut Penyelidikan bagi

Institusi Keuangan Islam. Selain itu, beliau turut berkhidmat sebagai

39Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqhu Al-Islâm, h. sampul depan.

Page 49: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

34

perundang dalam bidang Syariah Islam kepada syarikat-syarikat dan institusi

keuangan Islam termasuk Bank Islam Antar bangsa. Beliau turut dikenali

sebagai pendakwah Islam yang terkenal yang kerap muncul dalam program

televisi dan radio. Dulu, beliau merupakan Imam dan pendakwah di Masjid

Usman di Damsyik. Beliau meninggal dunia pada tahun 2015 M.40

Selama hidupnya beliau telah menulis beberapa karya-karya besar antara

lain; Al-Fiqh Al-Islâm wa Adillatuhu, kitab ini merupakan kitab fiqh

kontemporer yang sangat penting dalam pengkajian fiqh komparatif. Buku ini

untuk pertama kalinya dicetak oleh percetakan Dar al-Fikr di Damaskus pada

tahun 1984, awalnya terdiri dari Sembilan jilid, namun, untuk cetakan terakhir,

buku ini telah disempurnakan hingga menjadi 10 jilid. Buku ini adalah buku

yang paling monumental dari Wahbah al-Zuhaili, karena beliau sendiri adalah

pakar hukum Islam, selain menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dipahami

buku ini juga memiliki sistematika penulisan yang sangat rapi, ilmiah, sehingga

memudahkan para pembaca untuk menikmatinya.41

Selain dari pada itu buku ini juga dilengkapi dengan kutipan yang

terpercaya dari setiap mazhab yang ada. Hal ini dijelaskan sendiri oleh Wahbah

al-Zuhaili dalam muqaddimah bukunya tersebut. Adapun pembahasan-

pembahasan yang ditulis dalam buku ini adalah di dalam jilid satu memuat

40Hidayatullah.com “ulama kontemporer Dunia Syeikh wahah zuhaili berpulang”, dalam

http://m.hidayatulloh.com/berita/internasional/read/2015/08/09/75463/ulama-kontemporerdunia -syeikh-wahbah-zuhaili-berpulang.html, diambil tanggal 08 mei 2017, pukul 11.39 WITA

41Ibid., diambil tanggal 08 mei 2017, pukul 11.39 wita

Page 50: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

35

materi tentang; pengantar ilmu fiqh, tokoh-tokoh mazhab fiqh, Niat, Thaharah,

dan Shalat.42

Jilid dua membahas tentang; Shalat Wajib, Shalat Sunnah, Qunut dalam

Shalat, Shalat Jama‟ah. Shalat Jamak dan Qashar. Jilid tiga membahas; Puasa,

I‟itikaf, Zakat, Haji dan Umrah. Jilid empat membahas; Sumpah, Nazar, Hal-

hal yang dibolehkan dan dilarang, Kurban dan Aqqiqah, dan Teori-teori hukum

(fiqh). Jilid lima membahas; Hukum transaksi keuangan, Transaksi Jual-Beli,

Asuransi, Khiyar, Macam-macam Transaksi Jual-Beli, dan Akad Ijarah

(penyewaan). Jilid enam membahas; Jaminan (Al-Kafalah), pengalihan hutang

(Al-Hawalah), Gadai (Rahn), Paksaan (Al-Ikrâh), dan Kepemilikan (Al-

Milkiyyah). Jilid tujuh membahas; Sistem Ekonomi Islam, Pasar, Keuangan,

Hukum Hadd Zina, Qazaf dan Pencurian. Jilid delapan membahas; Jihad,

Pengadilan dan Mekanisme Pengambilan Keputusan, dan Pemerintahan Dalam

Islam. Jilid Sembilan membahas; Pernikahan, Talak, Khulu, Meng-iila‟ Istri,

Li‟an, Zhihar, dan Masa Iddah. Jilid sepuluh membahas; Hak-hak Anak.

Seperti yang telah penulis uraikan di atas bahwa pembahasan mengenai

asuransi terdapat di jilid lima yang di mana pembahasan ini sangat penting

karena beliau juga alumni fakultas syari‟ah sekaligus dosen di fakultas tersebut

memiliki ilmu dan pemahaman yang memadai tentang hukum Syari‟ah

sehingga hasil karyanya dapat memberikan kontribusi dalam dunia Islam

sampai sekarang.43

42Ibid., diambil tanggal 08 mei 2017, pukul 11.39 wita 43Muhammad Arifin Studi Tafsir”, dalam http://studitafsir.blogspot.co.id/2012/12/prof-dr-

wahbah-az-zuhaily-dan-tafsir.html, diambil Tanggal 05 Juni 2017, Pukul 10.50 WITA

Page 51: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

36

Kemudian karyanya yang lain antara lain adalah; At Tafsir Al Munir, Al

Fiqhul Islam Fi Uslubih Al Jadid, Nadhorariyatudh Dhorurot Asy Syari‟yah,

Al „Alaqod ad-Dauliyah Fil Islam, Juhud Taqnin Al Fiqh Al Islami, Al-Fiqhul

Hanbali Al Muyassar, Al Fiqhul Hanafi Al-Muyassar, Al Fiqhus Syafi‟i Al

Muyassar.44

44Ibid., diambil Tanggal 05 Juni 2017, Pukul 10.50 WITA

Page 52: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

37

B. Konsep Asuransi yang Halal Menurut Wahbah Al-Zuhaili

Asuransi dalam pandangan Wahbah al-Zuhaili hanya ada dua jenis yaitu

asuransi kooperatif (Mutual Insurance) atau dalam istilahnya adalah Al-ta‟mîn

al-ta‟wuni. dan asuransi dengan bayaran tetap (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit).

Adapun yang dimaksud dengan asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni)

adalah beberapa orang sepakat agar masing-masing dari mereka sepakat

membayar saham uang dalam jumlah tertentu dengan tujuan untuk memberi

kompensasi bagi anggota yang terkena musibah tertentu dan asuransi seperti ini

jarang diterapkan.45

Pelaku dalam asuransi koperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) bukanlah sebuah

organisasi yang berdiri sendiri dan terpisah dari orang-orang penerima

asuransi. Anggotanya yang terlibat dalam asuransi ini tidak bertujuan untuk

memperoleh keuntunngan, namun bertujuan untuk meringankan beban

kerugian yang ditimbulkan oleh bencana yang menimpa sebagian anggotanya.

Asuransi seperti yang telah dijelaskan sudah pasti boleh dalam Islam, karena

asuransi seperti ini termasuk dalam kategori transaksi sumbangan, juga

termasuk dalam kategori tolong-menolong dalam kebaikan.46 Sebagaimana

firman Allah

…....

Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.

45Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islâm, h. 105 46Ibid., h. 105

Page 53: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

38

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya (Qs al-Māidah/5:2).47

Adapun alasan asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) diperbolehkan

karena, setiap anggota dari asuransi membayar sejumlah uang tertentu dengan

keikhlasan hatinya untuk meringankan kerugian dari bencana yang menimpa

sebagian anggotannya. Bencana dalam bentuk apa pun, baik bencana yang

menimpa jiwa, badan, atau barang-barang, maupun karena kebakaran,

pencurian, atau kematian hewan, atau kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan

dalam dunia kerja.48

Sedangkan asuransi dengan premi bayaran tetap (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit)

adalah orang yang diberi jaminan keamanan (asuransi) bertanggung jawab

untuk memberi bayaran tertentu kepada pihak pemberi asuransi. Adapun pihak

pemberi asuransi adalah sebuah perusahaan asuransi yang terdiri dari sejumlah

orang yang memiliki saham tetentu. Berdasarkan jumlah pembayaran yang

diberikan pihak penerima asuransi maka pihak pemberi asuransi bertanggung

jawab untuk memberikan jasa asuransi tertentu ketika terjadi bahaya atau

bencana pada penerima asuransi. Tipe asuransi inilah yang banyak berkembang

di dunia saat ini. Kompensasi akan diberikan kepada orang tertentu yang telah

dipercaya yang disebutkan namanya dalam transaksi asuransi, atau pihak

penerima asuransi itu sendiri, ataukah ahli warisnya. Jadi, transaksi asuransi

adalah salah satu bentuk transaksi tukar-menukar yang memberikan hak dan

kewajiban bagi kedua belah pihak. Adapun asuransi dengan sistem pembayaran

47Qs al-Māidah (5):2. 48Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqhu Al-Islâm Wa Adillatuhu, h. 106

Page 54: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

39

tetap maka pelaku utamanya adalah sebuah perusahaan yang bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari orang-orang yang ingin diberi jaminan asuransi.49

Perlu dicatat bahwa penerima asuransi terkadang tidak menerima apa-apa,

namun itu tidak serta merta membuat transaksi asuransi keluar dari status

transaksi tukar-menukar kompensasi. Karena, salah satu karakter transaksi

ihtimaly (hal-hal kemungkinan) adalah salah seorang dari kedua belah pihak

terkadang tidak memperoleh imbalan.50

C. Alasan Wahbah al-Zuhaili tidak membolehkan asuransi

Mengutip fatwa Ibnu Abidin, dalam bukunya Al-Fiqh Al-Islâm wa

Adillatuhu Wahbah al-Zuhaili mengatakan tidak boleh mengkategorikan

asuransi sebagai kongsi mudhârabah, yaitu dua pihak saling berkongsi, dimana

salah satu pihak memiliki modal dan yang lainnya mengatur modal (pekerja),

karena dua alasan.51

Alasan pertama, karena premi atau (cicilan) yang diberikan oleh penerima

asuransi kepada pihak pemberi asuransi menjadi milik perusahaan asuransi

secara otomatis. Lantas, perusahaan asuransi bebas memanfaatkan uang

tersebut sesuai kehendaknya. Kemudian, pihak penerima akan kehilangan

premi yang dibayarnya bila tidak terjadi bencana atau musibah. Alasan kedua,

salah satu syarat mudhârabah adalah adanya keuntungan yang diperoleh antar

pemilik modal dan pekerja, seperti seperempat atau sepertiga. Sementara dalam

asuransi, pihak penerima asuransi disyaratkan menerima keuntungan dalam

49Ibid., h. 105 50Ibid., h. 106 51Ibid., h. 107

Page 55: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

40

jumlah tertentu, yaitu tiga atau empat persen, maka mudhârabah semacam itu

tidak sah. Akan tetapi bila pihak asuransi, baik penerima maupun pemberi

asuransi mengindahkan sebab yang kedua ini, maka sebab yang pertama tetap

akan menjadi masalah. Begitupun halnya, ketika penerima asuransi meninggal

dunia maka dalam aturan transaksi boleh jadi kompensasi tidak diserahkan

kepada ahli waris pihak penerima asuransi, tetapi kepada orang yang telah

disebutkan namanya dalam transaksi asuransi. Hal ini sangat berbeda dengan

sistem mudhârabah bahwa bila pihak pemodal atau penerima asuransi

meninggal dunia maka bisa berpindah kepada ahli warisnya.52

Begitu pula, tidak bisa menganggap asuransi sebagai bentuk dari jaminan

atau tanggungan (kâfalah) karena asuransi bukanlah salah satu sebab dari

empat sebab wajib adanya jaminan. Pada intinya asuransi merupakan salah satu

bentuk transaksi yang mengandung gharar, yaitu transaksi yang mengandung

kemungkinan adanya barang atau sebaliknya (tidak ada). Sedangkan Nabi saw.

Telah melarang jual beli yang mengandung gharar. Larangan jual beli yang

mengandung gharar juga berlaku pada transaksi kompensasi-kompensasi

keuangan, karena gharar mempengaruhi transaksi ini, sebagaimana

terpengaruh pada jual beli. Jadi, transaksi asuransi dengan perusahaan-

perusahaan asuransi adalah termasuk transaksi kompensasi keuangan, dan

karennya gharar berpengaruh di dalamnya sebagaimana mempengaruhi

transaksi-transaksi kompensasi lainnya. Pakar hukum konvensioal telah

menempatkan transaksi asuransi dalam pembahasan “transaksi-transaksi yang

52Ibid., h. 107

Page 56: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

41

mengandung gharar”, karena transaksi asuransi berlaku pada kecelakaan-

kecelakaan yang terjadi di kemudian hari yang tidak pasti terjadinya, atau tidak

diketahui kejadiannya, dengan demikian, gharar merupakan unsur penting

dalam hal asuransi.53

Unsur gharar pada asuransi sangat banyak, tidak sedikit dan bukan juga

sedang. Karena, salah satu pilar asuransi adalah musibah, sementara bencana

adalah kejadian yang belum tentu terjadi dan tidak tergantung pada kehendak

kedua belah pihak; yaitu pemberi dan penerima asuransi. Prinsip “kebutuhan”

yang menjadi dasar bolehnya melakukan transaksi yang menandung gharar,

meskipun gharar-nya menonjol, yaitu seorang harus berada pada kondisi

dimana jika ia tidak mengambil antisipasi maka ia akan kesulitan dan sangat

membutuhkan, tetapi tidak sampai hancur. Jadi, harus berupa kebutuhan yang

berlaku umum, atau khusus menimpa golongan terentu, atau kebutuhan itu

menjadi nyata.Yang perlu dipahami bahwa kebutuhan umum merupakan

kebutuhan yang menimpa semua orang, sedangkan kebutuhan khusus adalah

kebutuhan yang hanya menimpa sebagian kalangan seperti penduduk sebuah

daerah atau profesi tertentu. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan nyata

adalah kebutuhan yang harus terpenuhi karena tidak ada jalan lain yang harus

ditempuh kecuali dengan melakukan transaksi yang mengandung gharar.

Kalau kita menerima adanya kebutuhan umum maka asuransi dewasa ini, maka

perlu ditegaskan bahwa kebutuhan ini belum mencapai kebutuhan yang nyata.

Sebab, sasaran yang ingin dicapai oleh asuransi itu sendiri bisa tercapai dengan

53Ibid., h. 108

Page 57: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

42

cara lain, yaitu dengan menerapkan asuransi kooperatif yang berdasarkan

sumbangan sukarela, dan tidak mengandalkan perantara yang mengeksploitasi

kebutuhan orang dimana tujuan utamanya adalah mencari keuntungan semata,

dalam hal ini adalah perusahaan penjamin. Berdasarkan hal ini, asuransi adalah

sebuah transaksi kompensasi yang megandung banyak unsur gharar tanpa

adanya kebutuhan terhadapnya, karenanya asuransi tidak dibolehkan dalam

Islam.54

Selain itu Wahbah al-Zuhaili dalam memperkuat argumentasinya, beliau

juga mengutip keputusan mayoritas fuqaha dan ini telah menjadi keputusan

konferensi internasional pertama ekonomi Islam di Mekkah tahun 1396 H/

1976 M. tentang pelarangan asuransi bisnis atau asuransi dengan sistem

bayaran tetap (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit) tidak dibolehkan dalam Islam.

Pelarangan asuransi disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu karena asuransi

ini mengandung riba dan gharar. Unsur riba yang terkandung dalam asuransi

adalah hal yang tidak bisa dielakan, karena kompensasi asuransi datang dari

sumber yang mengandung syubhat. Hal ini disebabkan karena semua

perusahaan asuransi menginvestasikan modalnya di perusahaan-perusahaan

yang menggalakan riba. Kadang-kadang dalam kasus asuransi jiwa, perusahaan

asuransi memberi bunga. Sementara riba diharamkan secara pasti dalam Islam.

Terjadinya riba dalam asuransi juga sangat jelas kelihatan dari segi jumlah

yang didapat oleh kedua belah pihak dalam transaksi asuransi yaitu, pihak

penerima dan pemberi asuransi. Karena tidak ada pemerataan atau persamaan

54Ibid., h. 108

Page 58: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

43

antara jumlah bayaran cicilan yang diberikan oleh penerima asuransi dengan

jumlah kompensasi yang diberikan oleh pemberi asuransi. Kompensasi

asuransi bisa lebih banyak atau lebih sedikit dari premi yang diberikan oleh

penerima, atau jumlah kompensasi sama dengan jumlah premi yang disetorkan

oleh penerima asuransi akan tetapi perlu diketahui bahwa hal seperti ini jarang

terjadi. Kalau ada yang berpendapat bahwa dalam asuransi bisnis (Al-Ta‟mîn bi

qis Tsabit) juga terdapat prinsip tolong menolong untuk mengatasi bahaya dan

memulihkan musibah dan bencana, dan karenanya riba atau syubhat yang ada

di dalamnya menjadi tidak berarti, maka pendapat ini tidak benar. Karena,

pihak penerima asuransi seringkali memaksudkan keberuntungan riba, lagi

pula unsur riba tetap saja ada pada kompensasi asuransi karena ia merupakan

akumulasi bunga-bunga riba. Selain unsur riba, unsur gharar pun sangat jelas

kelihatan dalam asuransi bisnis. Karena pada dasarnya, transaksi asuransi

berstatus transaksi yang mengandung unsur gharar yaitu transaksi spekulatif

dimana objek transaksi (barang atau harga) ada kemungkinan diperoleh atau

tidak diperoleh. Sementara ada hadis shahih yang diriwayatkan oleh perawi-

perawi tsiqah dari banyak sahabat nabi yang menyatakan.55

: ة قا ي ا عن ابي ه سلم عن بيع الح ي رس ه صلي ه عليه ر ةن عن بيع الغ

Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, “Rasulullah saw. Melarang (kita) dari (melakaukan) jual beli (dengana cara lemparan batu kecil) dan jual beli barang secara gharar”. (shahih; Muktashar Muslim no: 939, Muslim no. 1513, Tirmidzi no. 1248, Ibnu Majah no. 2194).

55Ibid., h. 111

Page 59: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

44

Hadits di atas hanya menyebutkan jual beli tetapi berlaku juga untuk

semua jenis transaksi kompensasi finansial karena unsur gharar berpengaruh di

dalamnya seperti ia berpengaruh dalam transaksi jual beli.56

Unsur gharar yang terkandung dalam asuransi bisnis (Al-Ta‟mîn bi qis

Tsabit) memberi indikasi bahwa asuransi juga mengandung unsur

ketidakjelasan atau kekaburan (jahalah). Ketidakjelasan sangat jelas kelihatan

dalam asuransi, yaitu ketidakjelasan mengenai jumlah uang yang akan

diberikan masing-maing dari pihak penerima dan pemberi asuransi. Jumlah

yang dimaksud tidak ketahuan karena bisa banyak dan bisa juga sedikit.

Bahkan kompensasi yang akan diberikan pihak pemberi sifatnya spekulatif,

begitupun halnya bahaya yang diasuransikan bisa terjadi dan bisa juga tidak.

Inilah semua yang membuat ketidakjelasan yang terjadi pada asuransi sangat

menonjol yang mengakibatkan transaksi asuransi bisa menjadi batal.57

Ada lima faktor yang menyebabkan asuransi menjadi haram. Yang

pertama, riba. Kompensasi yang diberikan oleh perusahaan asuransi jumlahnya

melebihi semua premi yang diberikan oleh pihak penerima asuransi, dan

kelebihan yang diberikan tanpa ada imbalan timbal balik dianggap riba yang

diharamkan. Ditambah dengan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan

asuransi menginvestasi modalnya pada proyek-proyek yang menggalakan riba,

serta memberlakukan bunga atas pihak penerima asuransi bila terjadi

penunggakan pembayaran cicilan premi yang harus dibayar.58

56Ibid., h. 112 57Ibid., h. 114 58Ibid., h. 114

Page 60: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

45

Kedua, asuransi mengandung gharar imbalan asuransi berupa sesuatu

yang spekulatif, tidak tetap, tidak pasti adanya, dan ini adalah bentuk gharar.

Perusahaan-perusahaan asuransi harus membayar kompensasi kepada pihak

penerima tanpa ada imbalan setimpal berdasarkan gharar. Ketiga, asuransi

mengandung unsur tipuan (gaban) karena barang dan harga menjadi tidak

jelas. Pasalnya, pengetahuan secara pasti mengenai barang dan harga adalah

syarat sahnya sebuah transaksi. Keempat, asuransi mengandung unsur Qimar.

Perjanjian asuransi bisnis ini tergolong salah satu bentuk perjudian, karena ada

untung-untungan dalam kompensasi finansial, dimana pihak penerima asuransi

membayar iuran yang jumlahnya sedikit dan menunggu keuntungan yang

besar, inilah hakikat judi. Kelima, asuransi mengandung unsur jahalah. Jumlah

premi yang akan diberikan oleh pihak penerima kepada pihak pemberi asuransi

tidak jelas, seperti yang tampak jelas pada asuransi jiwa. Kemudian kedua

belah pihak dalam asuransi merujuk kepada transaksi yang tidak memberi

tahukan seberapa banyak kerugian dan keuntungan yang akan diperoleh kedua

belah pihak pelaku asuransi.59

59Ibid., h. 115

Page 61: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

46

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Pendapat Wahbah Al-Zuhaili Tentang Konsep Asuransi yang

Diperbolehkan dalam Islam

Asuransi menurut Wahbah al-Zuhaili sebagaimana dikutip oleh

Muhammad Muslehuddin dalam bukunya yang berjudul Menggugat Asuransi

Moderen mengatakan bahwa asuransi adalah iuran bersama untuk meringankan

beban individu kalau beban tersebut dapat menghancurkan hidupnya. Asuransi

merupakan suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang untuk

menghadapi kemungkinan resiko atau musibah yang menimpa salah seorang

dari anggota yang berkongsi tersebut, apabila kerugian menimpa salah seorang

diantara mereka yang berkongsi itu maka iuran atau premi yang terkumpul

akan diberikan kepada salah seorang yang terkena musibah.60

Dari penjelasan di atas akan lebih terlihat jelas apa yang dipahami oleh

Wahbah al-Zuhaili tentang asuransi. Bahwa asuransi itu adalah beberapa orang

yang bersepakat untuk mengeluarkan uang dalam jumlah tertentu untuk

memberi kompensasi bagi anggota yang terkena musibah tertentu. Dan itu

yang disebut sebagai asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) serta

dibolehkan dalam Islam.61

Berdasarkan pernyataan di atas penulis bisa menganalisis apa yang

dimaksud dengan asuransi dan bagaimana konsep asurani sesuai dengan

pemahaman Wahbah al-Zuhaili. Menurut Wahbah al-Zuhaili, asuransi adalah

60Muhammad Muslehuddin, Menggugat Asuransi Moderen, (Jakarta: lentera, 1999). Hal. 3 61Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islâm, h. 105

Page 62: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

47

kerja sama sekelompok orang dan sepakat untuk mengeluarkan uang secara

sukarela tanpa ada pemaksaan dari pihak lain dari maing-masing anggota

kemudian uang tersebut akan diberikan kepada salah seorang di antara mereka

yang terkena musibah atau bahaya.62

Jadi pijakan utamanya adalah tolong menolong. Karena, yang menarik

adalah pihak pemegang iuran dari anggota bukan merupakan lembaga yang

berdiri sendiri di luar kelompok yang berasuransi melainkan orang-orang yang

ada dalam kelompok tersebut sehingga tidak ada paksaan bagi anggota untuk

mengeluarkan premi atau iuran sesuai jangka waktu karena dalam asuransi

kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) berlandaskan rasa ikhlas dalam tolong-

menolong antar anggota. Akibatnya tidak ada hak dan kewajiban yang melekat

dalam diri masing-masing pihak untuk mengeluarkan uang setiap jangka waktu

yang ditentukan sebagaimana seperti yang diterapkan dalam asuransi dengan

bayaran tetap atau asuransi bisni. Asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni)

atau dalam istilah lain dikenal sebagai asuransi yang bersifat kolektif, yaitu

pihak pemberi pertanggungan (perusahaan) dan penerima jasa (peserta)

seluruhnya berada dalam satu pihak sebagai pengelola asuransi. Caranya

adalah dengan mengadakan perjanjian bersama sejumlah orang yang bisa

menghadapi hal-hal yang berbahaya dengan komitmen akan memberikan

sejumlah uang sebagai kompensasi kepada setiap anggota yang tertimpa

bahaya (musibah).63

62Muhammad Muslehuddin, Menggugat Asuransi, h. 4 63Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2006), h. 197

Page 63: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

48

Perbedaan yang paling mendasar asuransi bisnis (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit)

dan asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) adalah, asuransi bisnis (Al-

Ta‟mîn bi qis Tsabit) merupakan asuransi yang dikelola oleh lembaga yang

berdiri sendiri di luar dari kelompok peserta yang menyetor premi. Jadi dapat

dibedakan secara detail bahwa dalam asuransi ini ada dua pihak yang berperan

yaitu, pihak lembaga pengelola asuransi (penjamin) dan pihak peserta asuransi

(terjamin) yang dimana orientasi dari asuransi ini adalah keuntungan.64

Sedangkan asuransi kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) adalah pihak

tertanggung maupun penanggung berada dalam satu kelompok itu sendiri.

Artinya pihak yang memegang uang atau dalam istilah asuransinya dikenal

sebagai premi adalah orang yang berkongsi tersebut bukan dari pihak lain yang

berdiri sendiri seperti halnya asuransi bisnis. Tentunya orientasi utama dari

asuransi ini adalah tolong menolong dengan kerelaan hati, jadi konsep asuransi

seperti inilah yang diperbolehkan dalam Islam menurut Wahbah al-Zuhaili.65

Kalau kita benar-benar memahami konsep asuransi yang dipahami oleh

Wahbah al-Zuhaili. Di era moderen di mana lembaga keuangan syari‟ah

semakin dikenal dikalangan masyarakat serta sudah dilegalkan hampir seluruh

negara terkait legalitasnya sebagai lembaga keuangan syari‟ah khususnya

lembaga keuangan syari‟ah yang berupa asuransi sudah menjadi kebutuhan

bagi masyarakat. Artinya baik lembaga asuransi syari‟ah maupun konvensional

itu sama-sema lembaga keungan yang ruang geraknya tentunya mengarah ke

64Ibid., h. 196 65Ibid., h. 197

Page 64: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

49

bisnis. Sekarang kita kembali menengok ke belakang, penulis berusaha

membedakan asuransi menurut Wahbah al-Zuhaili dengan asuransi syari‟ah.

1. Asuransi syari‟ah yang berkembang di dunia moderen saat ini, secara teori

asuransi syari‟ah memang menggunakan landasan utama dengan konsep

takaful, ta‟âwun tetapi ada interfensi bisnis dalam menjalankan roda

perasuransian, dengan adanya interfensi bisnis tentu akan menutup tujuan

utama dari asuransi itu sendiri yaitu ta‟âwun. Perlu penulis tegaskan bahwa

dalam penerapannya baik asuransi syari‟ah maupun asuransi konvensional

sama-sama mengenal istilah underwriting. Dalam mekanisme ini

perusahaan asuransi mencoba memberikan penafsiran terhadap jangka hidup

seseorang yaitu peserta asuransi sehingga disana dapat dilihat apakah calon

peserta itu diterima sebagai peserta asuransi atau tidak, apakah dia pantas

atau tidak. Jadi dengan adanya mekanisme underwriting akan menggeser

nila tolong menolong dengan suka rela itu.

2. Kemudian konsep asuransi dalam pandangan Wahbah al-Zuhaili adalah

tidak ada pihak atau lembaga asuransi yang berhak mengelola uang tersebut

di luar orang-orang yang berkongsi dan bersepakat mengeluarkan dana

untuk menghadapi resiko yang dialami oleh masing-masing anggota yang

berkongsi. Sedangkan asuransi sekarang baik syari‟ah maupun konvensioal,

pihak yang mengelola premi atau dana yang disetorkan oleh peserta asuransi

itu di luar dari kelompok orang-orang yang mengeluarkan premi sehingga

orientasi dari ini adalah keuntungan.66

66Ibid., h. 197

Page 65: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

50

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

asuransi syari‟ah maupun asuransi yang berbasis konvensional di era moderen

ini yang berlandaskan bisnis tidak sama dengan konsep asuransi yang dipahami

oleh Wahbah al-Zuhaili akan tetapi Kalau dilihat dari pinsipnya asuransi

kooperatif dalam pandangan Wahbah al-Zuhaili dengan asuransi syari‟ah yang

berbasis bisnis terdapat persamaan namun letak perbedaan yang mendasar

antara asuransi keduanya adalah asuransi menurut Wahbah al-Zhaili bukan

dijadikan sebagai bisnis melainkan tolong menolong secara sukarela.67

Asuransi yang diusulkan oleh Wahbah al-Zuhaili mencakup musibah atau

resiko yang berskala kecil sehingga tidak membutuhkan lembaga asuransi

bisnis dalam mengelola premi peserta sedangkan asuransi syri‟ah berbasis

bisnis mencakup resiko yang berskala besar akibatnya membutuhkan tenaga

ahli yang harus digaji dalam mengelola premi asuransi agar benar-benar

berjalan sesuai koridor Islam.68

Menarik dari permasalahan di atas penulis berusaha memberikan

pandangan yang berbeda dengan Wahbah al-Zuhaili, yang pertama, penulis

ingin menyinggung bahwa dasar hukum asuransi secara tegas tidak ada dalam

Al - Qur‟an dan Hadits karena asuransi adalah masalah baru dalam dunia

moderen saat ini dalam mengembangkan ekonomi masyarakat sehingga ada

peluang dari para ulama untuk berijma‟ membicarakan persoalan ini lebih

serius lagi. Al -Qur‟an hanya mengakomodir beberapa ayat yang mempunyai

muatan nilai-nilai dasar yang ada dalam praktek asuransi seperti nilai dasar

67Ibid., h. 197 68Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari‟ah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan

Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 245

Page 66: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

51

tolong-menolong, kerja sama atau semangat untuk melakukan proteksi

terhadap peristiwa kerugian yang diderita di masa yang akan datang.69

Dengan demikian, praktek asuransi tidak dilarang dalam syari‟at Islam,

karena prinsip dalam praktek asuransi dalam Islam adalah mengajak kepada

kebaikan sesama manusia.70

Kemudian yang kedua, perlu dipahami bahwa dalam asuransi syari‟ah

yang saat ini merupakan lembaga bisnis yang berdasrkan syari‟ah memiliki

prinsip-prinsip antara lain:

1) Saling bertanggung jawab

Asuransi Syari‟ah memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk

membantu dan menolong peserta lain yang mengalami musibah dengan niat

Ikhlas, karena memikul tanggung jawab dengan niat ikhlas itu merupakan

ibadah kepada Allah SWT. Timbul sebuah pertanyaan mengapa yang

mengelola premi dari peserta harus lembaga asuransi yag berbasis bisnis

tentu jawabanya selain asuransi sebagai salah satu peluang untu

mengembangkan ekonomi masyarakat juga lembaga asuransi memiliki

beban yang besar dalam mengelola premi sehingga membutuhkan dana

untuk mengelola premi tersebut apa lagi yang ditangguhkan adalah resiko

dari sekian banyak peserta yang mungkin akan diderita atau dialami oleh

peserta suatu saat nanti, selain itu sudah jarang orang yang mau mengelola

dana premi yang jumlahnya masuk dalam skala besar secara sukarela maka

69Ibid., h. 245 70Ibid., h. 245

Page 67: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

52

perlu adanya lembaga yang betul-betul mengelola dana premi agar

semuanya berjalan sesuai dengan keinginan para pihak yang bersangkutan.

2) Saling bekerja sama (tolong-menolong)

Para peserta asuransi syari‟ah diharapkan saling bekerja sama dan

saling bantu-membantu dalam mengatasi kesulitan yang dialami karena

suatu musibah yang dideritanya.

3) Saling melindungi dari segala penderitaan

Para peserta asuransi syari‟ah diharapkan dapat berperan sebagai

pelindung bagi peserta lain yang sedang menderita kerugian atau terkena

musibah.71

Ketiga, sistem underwriting atau menyeleksi anggota dalam sebuah

perusahaan asuransi syari‟ah adalah suatu keharusan bagi sebuah perusahaan

karena dengan demikian perusahaan asuransi tidak terlalu menanggung

beban harus membayar ganti rugi kepada peserta yang memang sudah tidak

mampu lagi secara fisik sebab perusahaa asuransi bertanggung jawab kepada

peserta yang jumlahnya sangat banyak dan itu termasuk dalam asas

perjanjian Islam al-âdalah (adil) di mana segala sesuatunya harus

ditempatkan pada porsinya masing-masing. Dengan adanya sistem

underwriting dalam asuransi tidak mengengurangi rasa tolong-menolong

diantara sesama.72

71Ibid., h. 264 72Ibid., h 267

Page 68: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

53

B. Analisis Alasan Penolakan Wahbah Al-Zuhaili Terhadap Asuransi dengan

Bayaran Tetap (Al-Ta’mîn bi qis Tsabit).

Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqh Al-Islâm wa Adilllatuhu

menjelaskan bahwa tidak boleh mengkategorikan asuransi sebagai kongsi

mudhârabah, yaitu kerja sama kedua belah pihak atau lebih di mana salah satu

pihak berperan sebagai pemberi modal dan pihak lain berperan sebagai

pengelola modal, dasar penolakan ini dilandasi dengan dua alasan. Alasan

pertama, karena premi (bayaran cicilan) yang diberikan oleh peserta asuransi

(terjamin) kepada pihak pengelola asuransi (penjamin) dalam hal ini misalnya

sebuah perusahaan asuransi, secara otomatis akan menjadi milik perusahaan

asuransi disebabkan oleh tidak terjadinya resiko yang diasuransikan, dan

tentunya pihak perusahaan asuransi bebas mengelola uang tersebut sesuai

keinginannya. Alasan kedua, mudhârabah itu memiliki syarat, baru bisa

dikatakan sebagai perbuatan mu‟amalah yang sah salah satu syaratnya adalah

adanya keuntungan yang diperoleh oleh kedua pihak yang berkongsi yaitu

pemilik modal dan pekerja, keuntungan yang diberikan biasanya seperempat

atau sepertiga. Sementara kebanyakan perusahaan asuransi membagi

keuntungan itu kadang-kadang tidak adil bahkan peserta asuransi hanya

mendapatkan keuntungan beberapa persen saja.73

Selain kedua alasan sebagaimana penulis uraikan di atas, ada lima faktor

yang menyebabkan asuransi bisnis menjadi haram.

73Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islâm, h. 105

Page 69: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

54

1. Riba

Riba merupakan suatu larangan yang sangat keras dalam Islam.

kompensasi yang diberikan oleh perusahaan asuransi jumlahnya melebihi

semua premi yang diberikan oleh pihak penerima asuransi dan kelebihan

yang diberikan tanpa ada imbalan timbal balik dianggap riba yang

diharamkan.74

Dari mana riba itu ada dalam asuransi bisnis (Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit),

untuk menjawab itu dalam asuransi misalnya, seorang peserta (tertanggung)

mengalami musibah sesuai yang diperjanjikan dan mendapatkan

kompensasi lebih besar jumlahnya dari premi yang dikeluarkannya, hal ini

sering terjadi sebab pada saat promosi untuk menarik pelanggan atau

peserta, itu yang digunakan oleh perusahaan asuransi yaitu berupa jaminan

kompensasi yang memberikan nilai lebih walaupun premi yang disetorkan

baru sedikit. Ini merupakan bentuk riba yang yang jelas-jelas diharamkan

oleh Allah Swt.75

Ditambah dengan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan asuransi

menginvestasi modalnya pada proyek-proyek yang meggalakkan riba, serta

memberlakukan bunga atas pihak peneima asuransi bila terjadi penunggakan

pembayaran cicilan premi yang harus dibayar.76

Tahap pertama larangan berbuat riba adalah, menolak anggapan

bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-olah menolong mereka

74Ibid., h. 105 75Ibid., h. 105 76Ibid., h. 105

Page 70: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

55

yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada

Allah. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur‟an Surat Ar-Rum: 39

Artinya: dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).77

Ayat di atas dengan jelas mengatakan bahwa walaupun manusia

mememiliki tujuan memberikan tambahan harta kepada orang lain sedang

tambahan yang diberikan itu berupa riba, maka sesungguhnya perbuatan

yang demikian tidak menambah di sisi Allah. Hal ini sejalan dengan sistem

yang dioperasionalkan oleh lembaga asuransi bisnis dalam meberikan

kompensasi ketika peserta asuransi mendapatkan musibah. karena,

seseorang dapat saja menerima imbalan yang lebih besar dan bahkan lebih

sedikit dari premi yang disetorkannya terhadap lembaga pengelola asuransi

(penjamin). Berdasarkan ayat di atas perbuatan demikian tidak

diperbolehkan karena di sisi Allah tidak akan bertambah pahala dan bahkan

menimbulkan dosa bagi para pelaku yang berbuat demikian.

2. Gharar

Imbalan yang diberikan oleh perusahaan asuransi yang bersifat

spekulatif, tidak tetap, tidak pasti adanya. Ini merupakan bentuk gharar. Hal

77Qs ar-Rum (30):39

Page 71: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

56

ini dikarenakan pihak yang akan menerima manfaat asuransi pada saat

perjanjian dilakukan tidak mengetahui jumlah uang yang akan ia berikan

dan yang akan ia terima.78

3. Gaban

Asuransi mengandung unsur tipuan (gaban), karena barang dan harga

tidak menjadi jelas. Transaksi baru bisa dikatakan sah apabila kedua belah

pihak mengetahui barang dan harga.

4. Qimar

Perjanjian asuransi bisnis ini tergolong salah satu bentuk perjudian,

karena ada untung-untungan dalam kompensasi finansialnya, dimana pihak

penerima asuransi menyetor dana premi yang jumlahnya sedikit dan

menunggu keuntungan yang besar, inilah hakikat judi.

5. Jahalah

Jumlah premi yang akan diberikan oleh pihak penerima kepada pihak

pemberi asuransi tidak jelas atau ada indikasi kekaburan, kemudian kedua

pihak asuransi merujuk pada transaksi yang tidak memberitahukan seberapa

banyak kerugian dan keuntungan yang akan diperoleh kedua pihak pelaku

asuransi. Sedangkan menrut ulama hanafiyah, sebagaimana yang dikutip

oleh Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, syarat sahnya akad apabila terhindar

dari enam hal, yaitu: al-Jahalah (ketidakjelasan tentang harga, jenis dan

spesifikasinya, waktu pembayaran, atau lamanya opsi dan penanggung atau

penanggung jawab); al-Ikrâh (keterpaksaan), al-Tauqît (pembatasan

78Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2006), h. 197

Page 72: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

57

waktu); al-Gharar (ada unsur kemudharatan); al-Syarthu al-fasid (syarat-

syaratnya rusak)79.

Berbicara tentang alasan ketidakbolehan asuransi bisnis (Al-Ta‟mîn bi

qis Tsabit) menurut Wahbah al-Zuhaili, penulis sedikit menegaskan

pendapat beliau bahwa seluruh asuransi baik syari‟ah maupun konvensional

seperti yang berkembang pada masa sekarang adalah tidak dibolehkan

karena dilihat dari alasan-alasan beliau yang mengatakan asuransi bisnis

tidak bisa disamakan dengan mudhârabah dan mengandung unsur-unsur

transaksi yang batil lainnya. Akan tetapi kedudukan penulis sebagai seorang

peneliti tidak mebenarkan dan menyalahkan hasil pemikiran tokoh yang

diteliti sehingga penulis mencoba memahami asuransi seperti apa yang

diinginkan oleh Wahbah al-Zuhaili. Untuk mempertegas pendapat Wahbah

al-Zuhaili penulis akan meberikan analisis terhadap pemikiran tokoh yang

penulis teliti, dari beberapa argumentasi tentang penolakan asuransi bisnis di

atas bisa disimpulkan beberapa poin. Yang Pertama, asuransi hanya

kontribusi dengan penuh kerelaan oleh sekelompok orang kemudian hasil

dari kontribusi akan di derma atau diberikan kepada pihak yang

membutuhkan dalam kelompok tersebut. Jadi dapat dilihat diantara semua

orang yang ada dalam kelompok itu dengan sukarela saling bantu dan

tolong-menolong antar sesama sehingga tidak ada lagi paksaan dan

keharusan bagi setiap orang dalam kelompok tersebut menyetorkan uang

sesuai dengan batas waktu atau janngka waktu tertentu yang sudah

79Mardani, Hukum Perikatan Syari‟ah di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h. 53

Page 73: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

58

disepakati bersama seperti yang diterapkan oleh lembaga asuransi sekarang

yang orientasi utamanya jatuh pada keuntungan. Kedua unsur-unsur

transaksi yang dilarang dalam Islam seperti halnya riba, gharar, gaban,

qimar, jahalah, maisyr dan lain sebagainya melekat dalam diri semua

asuransi yang berbasis bisnis walaupun dipoles sedemikian rupa sehingga

muncul asuransi-asuransi yang berbasis syari‟ah padahal nyatanya transaksi-

transaksi yang batal itu tetap ada terutama unsur riba dan gharar.

Hadirnya peneliti dalam mengkaji masalah ini bukan untuk

membenarkan dan menyalahkan hasil pemikiran tokoh yang peneliti

research akan tetapi memberikan kontribusi atau alternatif baru sebagai

bahan pertimbangan agar tidak saling mengaharamkan dan menyalahkan

satu sama lain. Pertama penulis ingin mennggapi pernyataan Wahbah al-

Zuhaili dengan tegas mengatakan bahwa asuransi tidak bisa disamakan

dengan kongsi almudhârabah.

Dalam bisnis asuransi syari‟ah mutlak menerapkan prinip

mudhârabah alasan pertama, premi yang terkumpul dari peserta asuransi

tidak mutlak menjadi milik perusahaan asuransi melainkan perusahaan

asuransi hanya berhak mengelola premi tersebut saling bertanggung jawab,

saling membantu, dan saling melindungi di antara peserta. Perusahaan

asuransi diberi kepercayan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola

premi, mengembangkan dengan jalan yang halal dan memberikan santunan

kepada peserta yang mengalami musibah sesuai dengan isi akta perjanjian

tersebut, perusahaan asuransi syari‟ah sama sekali tidak berhak mengambil

Page 74: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

59

premi sebagai hak milik dan bebas mengelola premi terebut sesuai

keinginannya.80 Keuntungan perusahaan asuransi syari‟ah diperoleh dari

bagian keuntungan dana dari para peserta yag dikembangkan dengan prinsip

mudârabah. Para peserta berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul

mâl) dan perusahaan asurnsi syari‟ah sebagai pihak yang mengelola dana

(mudharib). Untuk itu maka keuntungan yang diperoleh dari pengembangan

dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah

disepakati.81

Asuransi Syari‟ah dalam pengoperasionalnya menerapkan prinsip

shering of risk di mana resiko dibebankan atau dibagi kepada perusahaan

dan peserta asuransi. Ada beberapa ketentua dalam menjalankan bisnis

syari‟ah oleh perusahaan asuransi agar terhindar dari akad-akad yang

dilarang oleh syari‟ah antara lain:

1. Asuransi Syari‟ah (Ta‟min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling

melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui

investasi dalam bentuk aSet dan/atau tabarru‟ yang mengembalikan pola

pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan)

yang sesuai dengan syari‟ah

2. Akad yang tidak sesuai dengan syari‟ah yang dimaksud pada poin (1)

adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian),

riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

80Kuat Ismanto, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-Asas Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar 2009), h. 60 81Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari‟ah dalam Perspektif Kewenangan Peradilan

Agama, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), h. 274

Page 75: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

60

3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan

komersial.

4. Akad tabarru‟ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan

kebajikan dan tolong-menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.

5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk memberikan sejumlah

dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.

6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan

asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.82

82Mardani, Hukum Bisnis Syari‟ah, (Jakarta: Prenada Media Group 2014), h. 197

Page 76: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

61

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang penulis paparkan di atas dapat ditarik

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Menurut Wahbah al-Zuhaili asuransi ada dua macam yaitu asuransi

kooperatif (Al-ta‟mîn al-ta‟wuni) dan asuransi dengan bayaran tetap (Al-

Ta‟mîn bi qis Tsabit) atau asuransi bisnis. Asuransi yang dibolehkan dalam

Islam adalah asuransi kooperatif (mutual insurance) atau (Al-ta‟mîn al-

ta‟wuni) asuransi jenis ini merupakan asuransi yang semata-mata memiliki

orientasi yang memiliki kemanfaatan bagi masyarakat tanpa ada mudharat

kerena asuransi ini mementingkan prinsip tolong menolong tanpa

mengharapkan imbalan apapun apalagi mengharapkan keuntungan.

2. Ada lima faktor yang menyebabkan asuransi dengan premi bayaran tetap

(Al-Ta‟mîn bi qis Tsabit) menjadi haram antara lain: Riba, dalam asuransi

kompensasi yang diberikan pada peserta asuransi itu bisa banyak dan bisa

sedikit dari premi yang dibayarkan atau disetorkan oleh peserta asuransi

ditambah lagi dengan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan lain

yang menggalakkan riba. Gharar, resiko yang diperjanjikan dalam asuransi

itu bisa terjadi dan juga bisa tidak sehingga objek yang diperjanjikan sama

sekali tidak jelas. Gaban, Asuransi mengandung unsur tipuan (gaban),

karena barang dan harga tidak menjadi jelas. Transaksi baru bisa dikatakan

sah apabila kedua belah pihak mengetahui barang dan harga. Qimar,

Page 77: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

62

Perjanjian asuransi bisnis ini tergolong salah satu bentuk perjudian, karena

ada untung-untungan dalam kompensasi finansialnya, dimana pihak

penerima asuransi menyetor dana premi yang jumlahnya sedikit dan

menunggu keuntungan yang besar, inilah hakikat judi. Jahalah, Jumlah

premi yang akan diberikan oleh pihak penerima kepada pihak pemberi

asuransi tidak jelas atau ada indikasi kekaburan, kemudian kedua pihak

asuransi merujuk pada transaksi yang tidak memberitahukan seberapa

banyak kerugian dan keuntungan yang akan diperoleh kedua pihak pelaku

asuransi.

B. Saran

Dari hasil pemikiran Wahbah al-Zuhaili tentang konsep asuransi dapat

dijadikan sebagai acuan utuk memberikan kontribusi ilmu kepada mahasiswa

dan masyarakat pada umumnya sebagai wacana keilmuan dalam rangka

memperluas cakrawala berpikir. Selain itu pendapat beliau dapat dijadikan

sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan hukum asuransi yang

berkembang saat ini sehingga dalam kehidupan bermua‟malah, masyarakat

dapat menjalankan kegiatan yang bebas dari akad-akad yang dilarang oleh

Syari‟at Islam agar masyarakat muslim berjalan sesuai dengan konteks syari‟ah

yang sebenarnya selain itu asuransi kooperatif juga memberikan kontribusi

positif untuk masyarakat karena konsepnya adalah sumbangan atau iuran

sukarela oleh sekumpulan orang dengan niat untuk menolong sesama.

Page 78: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

63

DAFTAR PUSTAKA

Al -Qur‟an Surah al-Māidah (5):2.

Al -Qur‟an surah ar-Rum (30):39

Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Mu‟amalat. Jakarta: Amzah, 2005.

Andes saputra, Asuransi Syari‟ah. http://and3stra92.blogspot.co.id/2016/12/bab-i-

pendahuluan-asuransi-sebagai.html,diambil tanggal 10 Januari 2017.

Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syari‟ah dalam Perspektif Kewenangan

Peradilan Agama. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Suatu Pengantar). Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2015.

Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian dalam Tranaksi di Lembaga

Keuangan Syari‟ah. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankkan dan Perasuransian

Syari‟ah di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006.

Heri Nurjaman, “Kontrak Auransi Moderen“Studi Pemikiran Murthada

Muthahhari dan Muhamad Muslehuddin” Skripsi, UIN Sunan Kalijaga,

Jogjakarta: 2008.

Hasan Ali, Asuransi Dalam Perpektif Hukum Islam. Jakarta: Kencana Prenada

Media, 2004.

Heri Jauhari, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

Dalam http://kenaliulama.blogspot.co.id/2011/11/prof-dr-wahbah-al-

zuhayli-mufassir-dan.html, diambil tgl 08 mei 2017.

Page 79: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

64

Hidayatullah.com, ulama kontemporer Dunia Syeikh wahbah zuhaili berpulang.

http://m.hidayatulloh.com/berita/internasional/read/2015/08/09/75463/ulama

-kontemporerdunia -syeikh-wahbah-zuhaili-berpulang.html, diambil tanggal

08 Mei 2017.

Ida Fitriyani, Prinsip-prinsip Asuransi. Dalam http://ida-

fitriyani.blogspot.co.id/2013/10/prinsip-prinsip-asuransi.html, diambil

tanggal 13 Januari 2017.

Kuat Ismanto, Asuransi Syari‟ah Tinjauan Asas-asas Hukum Islam. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2009.

Muhammad Muslehuddin, Insurance In Islam (Terj. Oleh Wardana) Asuransi

Dalam Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Muhammad Arifin, Studi Tafsir. dalam http://studitafsir.blogspot.co.id/2012/12/

prof-dr-wahbah-az-zuhaily-dan-tafsir.html, diambil Tanggal 05 Juni 2017.

Mardani, Hukum Bisnis Syari‟ah. Jakarta: Prenada Media Group 2014

Mardani, Hukum Perikatan Syari‟ah di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta, 1991.

Siti Saifiyatun Nasikhah, Analisis Pemikiran Sayid Sabiq Tentang Asuransi.

skripsi, UIN Walisongo, Semarang.

Siti Maimunah Lestari, ”Analisis Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor pada PT.

Asuransi Takaful Umum” Skripsi, Uin Syarif Hidayatullah, Jakarta: 2010.

Page 80: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

65

Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Al-Islâm Wa adillatuhu. Jakarta: Terjemahan

Gema Insani Preess, 2011.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Asuransi Di Indonesia. Jakarta: Intermasa,1987

Wikipedia, ensiklopedia bebas, biografi wahbah al-Zuhaili,

https://ms.wikipedia.org/wiki/Wahbah al-Zuhaili, diambil tanggal 08 mei

2017.

Wirdyaningsih dkk, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media, 2006.

Page 81: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 82: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

67

Curriculum vitae

DATA PRIBADI

Nama : Syamsudin

Pendidikan : S1 Mu‟amalah (Hukum Bisnis Islam)

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Raba Wawo 04 April 1995

Umur : 23 Tahun

Alamat : Raba Wawo Kabuten Bima

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

SD/MI : Madrasah Ibtidaiyah Negeri Raba Wawo

SMP : Madrasah Tsanawiyah Wawo

SMA : Madrasah Alyah Al-Mubarak Wawo

S1 : Universitas Islam Negeri Mataram

Page 83: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

68

Page 84: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

69

Page 85: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

70

Page 86: ANALISIS PENDAPAT WAHBAH AL-ZUHAILI TENTANG ASURANSI …etheses.uinmataram.ac.id/946/1/Syamsudin152131090.pdf · II. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis rangkap ةددعتمّ

71