konsep cinta al hubb” menurut m. quraish shihab dan...

76
KONSEP CINTA AL HUBB” MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN M. SAID RAMADHAN AL BUTHI SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Oleh : Muhammad Latif NIM 21514010 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 16-Jan-2020

44 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

i

KONSEP CINTA “AL HUBB”

MENURUT M. QURAISH SHIHAB DAN

M. SAID RAMADHAN AL BUTHI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Oleh :

Muhammad Latif

NIM 21514010

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2019

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muhammad Latif

NIM : 215-14-010

Fakultas : Ushuluddin Adab dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir

Menyatakan bahwa naskah skripsi saya yang berjudul ”Konsep Cinta “Al-

Hubb” Menurut M. Quraish Shihab dan M. Said Ramadhan Al Buthi”

adalah benar-benar hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada bagian-

bagian yang dirujuk sumbernya berdasarkan kode etik ilmiah, dan bebas dari

plagiarisme. Jika kemudian hari terbukti ditemukan plagiarisme, maka saya

siap ditindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salatiga, 2 Mei 2019

Yang menyatakan,

Muhammad Latif

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoresi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

Nama : Muhammad Latif

NIM : 215-14-010

Fakultas : Ushuluddin Adab Dan Humaniora

Program Studi : Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir

Judul : Konsep Cinta “Al-Hubb” Menurut M. Quraish

Shihab dan M. Said Ramadhan Al Buthi

Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.

Salatiga, 25 April 2019

Pembimbing,

Dr. M. Ghufron, M. Ag.

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara Muhammad Latif dengan Nomor Induk Mahasiswa 215-

14-010 yang berjudul “Konsep Cinta “Al-Hubb” Menurut M. Quraish

Shihab dan M. Said Ramadhan Al Buthi” telah dimunaqosyahkan dalam

Sidang Panitia Ujian Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora, Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga pada Senin, 29 April 2019 dan telah

diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

Salatiga, 2 Mei 2019

Panitia Ujian

Ketua Sidang

Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

NIP. 19730520 199903 1006

Sekretaris Sidang

Dr. M. Ghufron, M.Ag.

NIP.19720814 200312 1001

Penguji I

Dr. Mubasirun, M.Ag.

NIP. 19590202 199003 1001

Penguji II

Drs. Juz’an, M.Hum.

NIP. 19611024 198903 1002

Dekan FUADAH

Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

NIP. 19730520 199903 1006

v

MOTTO

-Urip Iku Urup-

“Hidup itu seharusnya menyala, memberikan mafaat bagi

sekitar”

vi PERSEMBAHAN

Dengan rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Taburan cinta dan kasih saying-Mu telah memberikanku kekuatan,

membekaliku dengan illmu serta memperkenalkanku dengan cinta.

Atas karunia dan kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi

yang sederhana ini dapat terslesaikan.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat

kusayangi dan kukasihi.

Ibu dan Ayah tercinta

Sebagai tanda bakti dan terimakasih yang takterhingga

kupersembahkan karya kecil ini kepada ibudan ayah yang telah

memberikan semangat, dukungan, do’a dan kasih sayang yang

takmungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang

bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi

langkah awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karena kusadar

selama ini belum dapat berbuat yang lebih. Thanks Mom&Dad.

My Brother

Untuk kakakku, tiada yang paling mengharukan selain kumpul

bersama, walaupun sering bertengkar tetapi hal itu selalu menjadi

warna yang tak akan bisa tergantikan. Terimakasih atas doa serta

bantuan yang telah kakak berikan selama ini, hanya karya kecil dan

sederhana ini yang dapat aku persembahkan.

My Sweet Heart

Sebagai tanda kasih sayangku, kupersembahkan karya kecil ini

untukmu. Terimakasih atas kasih sayang, perhatian dan juga

kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi

vii

dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga engkau adalah orang

yang Tuhan utus untuk menemani perjalanan hidup ini.

My Best Friend’s

Buat sahabatku Da’i, Samsul, Abror, Trisna, Saifun, Yusuf, Fisa,

Amin, Rochim, Bicha, Neni, Yusta, Annisa, Wahyu, Novita, Laila,

Fathimah, terimakasih atas bantuan, do’a, nasehat, semangat,

hiburan, traktiran, contekan dan juga kekompakan yang telah

kalian berikan selama kita berproses. Dan juga buat team heboh

Inay, Rima, Niha dan amanah. Buat Pak Amin alias Mas Blonde alias

Nilam terimaksih atas pelajaran hidup yang telah kau berikan

selama ini, jangan lupa Nella Kharismanya, ok shung.!!!. Aku tidak

akan melupakan semua yang telah kalian berikan selamaini…

Dosen Pembimbing Skripsi

Dr. M. Ghufron M. Ag selaku dosen pembimbing skripsi,

terimakasih atas bimbingannya selama ini, saya tak akan pernah

lupa atas bantuan dan kesabaran yang telah bapak berikan.

Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Humaniora,

terimakasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman

yang sangat berharga dan berarti yang telah kalian berikan.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berbagai

nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Konsep Cinta “ Al-Hubb”

Menurut M. Quraish Shihab dan M. Said Ramadhan Al Buthi”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Strata I

(S1) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu penulis curahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan ummatnya yang selalu setia

pada syafaatnya hingga akhir zaman. Terima kasih penulis haturkan kepada

semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini. Atas

bantuan baik itu berupa dukungan, tenaga, maupun waktu dan materi. Tiada

kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih penulis selain

“Jazakumullah Khairan Katsiran” semoga kebaikan dari semua pihak

dibalas Allah SWT dengan berlipat ganda. Ucapan terima kasih penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk kuliah di

IAIN Salatiga dan mengadakan penelitian ini.

2. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku Dekan Fakultas

Ushuluddin Adab dan Humaniora (FUADAH).

3. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir sekaligus contoh bagi mahasiswa-mahasiswanya,

khususnya mahasiswa IAT yang sangat bangga dan berbahagia

selama ini berada dalam bimbingan beliau.

4. Bapak Dr. M. Ghufron M. Ag, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi

yang memiliki peran besar dalam mengarahkan, membimbing,

memberikan petunjuk hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Kepada seluruh Dosen Fuadah khususnya pada Jurusan Ilmu Al-

Qur‟an dan Tafsir IAIN Salatiga yang tak henti-hentinya selalu

menyemangati dan mendorong mahasiswa untuk maju dan

berkembang.Jazakumullah bi ahsanil jaza‟ atas semuanya.

Semoga Allah SWT meridhai dan memberikan balasan yang

berlipat ganda atas segala jasa-jasanya.

ix

Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi semua

pembaca pada umumnya.

Salatiga, 01 April 2019

Penulis,

Muhammad Latif

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil

keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

1. Konsonan Tunggal

Fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkandengan huruf, dalam pedoman ini sebagian

dilambangkan dengan huruf dansebagian dilambangkan dengan tanda,

dan sebagian lagi dilambangkan denganhuruf dan tanda sekaligus.

Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

Alif - tidak dilambangkan ا

- bā‟ b ب

- tā‟ t ت

ṡā‟ ṡ s dengan satu titik di ث

atas

- Jīm j ج

حḥā‟ ḥ

h dengan satu titik di

bawa

- khā‟ kh خ

- Dāl d د

ذŻāl ż

z dengan satu titik di

atas

- rā‟ r ر

- Zāi z ز

- Sīn s س

- Syīn sy ش

صṣād ṣ

s dengan satu titik di

bawah

ضḍād ḍ

d dengan satu titik di

bawah

طṭā‟ ṭ

t dengan satu titik di

bawah

ẓā‟ ẓ z dengan satu titik di ظ

xi

bawah

ʿain ʿ koma terbalik ع

- Gain g غ

- fā‟ f ف

- Qāf q ق

- Kāf k ك

- Lām l ل

- Mīm m م

- Nūn n ن

- Wāwu w و

- hā‟ h ه

ء

Hamzah

tidak

dilambangkan

atau ‟

apostrof, tetapi lambang

initidak dipergunakan

untukhamzah di awal

kata

- yā‟ y ي

2. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap,

Contoh: ربنا ditulis rabbanā

ب ditulis qarraba قر

ditulis al-ḥaddu الحد

3. Tā‟ marbūṭahdi akhir kata

Transliterasinya menggunakan :

a. Tā‟ marbūṭahyang mati atau mendapat harakat sukun,

transliterasinyah, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah

terserap menjadi bahasaIndonesia, seperti salat, zakat, dan

sebagainya.

Contoh: طلحة ditulis ṭalhah

ditulis at-taubah التوبة

ditulis Fātimah فاطمة

xii b. Pada kata yang terakhir dengan tā‟ marbūṭah diikuti oleh

kata yang

menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu

terpisah, makatā‟ marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h.

Contoh : روضةاالطفال ditulis rauḍah al-aṭfāl

c. Bila dihidupkan ditulis t.

Contoh: روضةاالطفال ditulis rauḍatul aṭfāl

Huruf ta marbuthah di akhir kata dapat dialihaksarakan sebagai t atau dialih

bunyikan sebagai h (pada pembacaan waqaf/berhenti).

xiii

DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................. i

HALAMAN KEASLIAN TULISAN ................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iv

MOTTO .................................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

HALAMAN PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

ABSTRAK ............................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah .................................................... 1

B. Rumusan masalah............................................................. 5

C. Tujuan penelitian .............................................................. 6

D. Manfaat penelitian ........................................................... 6

E. Penegasan istilah .............................................................. 7

F. Tinjauan pustaka .............................................................. 8

G. Metode penelitian ............................................................. 11

H. Sistematika penulisan ....................................................... 14

BAB II SOSIO HISTORIS M. QURAISH SHIHAB DAN SAID

RAMADAN AL BUTHI

A. M. Quraish Shihab ........................................................... 15

1. Sosio Historis M Quraish Shihhab .............................. 15

xiv 2. Karya-karya M. Quraish Shihab.................................. 19

B. Said Ramadhan Al Buthi .................................................. 22

1. Sosio Historis Said Ramadhan Al Buthi ..................... 22

2. Karya-karya M. Said Ramadhan Al Buthi .................. 28

BAB III MENGENAL CINTA

A. Pengertian Cinta Secara Etimologi .................................. 31

B. Pengertian Cinta Secara Terminologi .............................. 32

C. Tanda Cinta Allah Kepada Hamba-Nya .......................... 35

BAB IV MENGENAL KONSEP AL HUBB MENURUT M. QURAISH

SHIHAB DAN M. SAID RAMADHAN AL BUTHI

A. Mengetahui Konsep Al Hubb ........................................... 38

1. Pengertian Al Hubb ..................................................... 38

2. Lafadz-lafadz yang Berkaitan dengan Cinta dalam

Al-Qur‟an .................................................................... 40

B. Konsep al Hubb menurut M. Quraish Shihab dan M.

Said Ramadhan Al Buthi .................................................. 40

1. Konsep al Hubb menurut M. Quraish Shihab ............. 40

2. Konsep al Hubb menrut M. Said Ramadhan Al Buthi 46

C. Persamaan dan Perbedaan ................................................ 52 63

BAB V PENUTP

A. Kesimpulan ...................................................................... 54

B. Saran ................................................................................. 57

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 58

xv

ABSTRAK

Muhammad Latif. Konsep Cinta “Al Hubb” menurut M. Quraish Shihab Dan

M. Said Ramadhan Al Buthi. Salatiga tahun 2019. Skripsi. Jurusan

Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir (IAT). Fakultas Ushuluddin Adab dan

Humaniora (FUADAH). Institut Agama Islam Negeri (IAIN).

Pembimbing: Dr. M. Ghufron, M.Ag.

Kata Kunci: Konsep Cinta “Al Hubb”

Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep al Hubb yang digali

berdasar ayat-ayat al Hubb dalam Al-Qur‟n sebagai solusi atas berbagai macam

bentuk cinta yang tertanam dalam diri manusia, dan hubungan yang erat antara

cinta dengan tujuan menuntas problematika kemanusiaan selama ini digagas.

Pernyataan utama yang dijawab dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana

penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat al Hubb dalam Al-Quran? (2)

Bagaimana penafsiran M. Said Ramadhan Al Buthi terhadap ayat al Hubb

dalam Al-Quran? (3) Apa persamaan dan perbedaan konsep al Hubb dalam

pandangan M. Quraish Shihab dan M. Said Ramadhan Al Buthi?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam memperoleh

data peneliti menggunakan metode kepustakaan (library research). Data yang

sudah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan metode analisis

komparatif.

Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa terdapat

kesamaan antara konsep al Hubb antara 2 Penafsir, bahwa cinta Allah kepada manusia itu bertingkat-tingkat, takarannya sudah disesuaikan dengan tingkat ketaatan manusia itu sendiri. Meskipun begitu, jika dilihat, terdapat juga

perbedaan dalam konsep al Hubb yang dipaparkan oleh M. Said Ramadhan Al

Buthi dan Quraish Shihab yaitu M. Quraish Shihab dalam menjelaskan QS. Al-Baqarah 165 beliau bercerita tentang perbedaan bentuk cinta orang mukmin

dan orang kafir kepada tuhannya, Sedangkan Al Buthi bercerita tetang cara

untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah besmaan dengan ketaatan, zikrullah,

dan merasa diawasi oleh Allah. Kemudian dalam QS Ali Imran 14 Quraish

Shihab bercerita tentang kodrat mausia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya

seperti memenuhi kebutuhn sandang, pangan, papan, keinginan untuk memiliki,

hasrat untuk menonjol, untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.

Sedangkan Al Buthi bercerita persaudaraan antar sesama manusia sampai

kapan pun selalu berlangsung dan tak seorang pun yang mengingkarinya, baik

karena satu keyakinan mapun beda keyakinan.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan yang telah diberi rasa

cinta, sehingga manusia mampu menjadikan dirinya makhluk yang

mampu mengasihi sesamanya.Dengan perasaan cinta itu pula manusia

dapat mencintai dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun apa yang

terjadi pada zaman sekarang sebagian manusia dengan mengatas

namakan cinta berbuat suatu kedhaliman (kedurjanaan).

Salah satu perkembangan paling mengejutkan pada akhir abad ke

dua puluh adalah munculnya setiap tradisi agama besar sebuah kesalehan

militan yang secara populer disebut “fundamentalisme”.Kaum

fundamentalis telah memberondong jamaah-jamaah di masjid,

membunuh dokter dan perawat, menembak presiden-presiden mereka,

dan bahkan menggulingkan pemerintahan yang kuat. 1 Nilai moral

kemanusiaan yang hilang dari hati nurani tanpa ada rasa cinta dan belas

kasihan antara sesama makhluk Tuhan sehingga problematika

kemanusiaan dewasa ini semakin carut-marut.

Peperangan menimbulkan korban jiwa dan harta benda, serta

menyebarluaskan rasa takut.Dari sinilah agama tidak membenarkannya,

kecuali pada saat terjadi agresi terhadap hak-hak kemanusiaan.Itu pun

harus diakhiri dengan berakhirnya penganiayaan.Apabila mereka telah

berhenti maka tidak dibenarkan lagi memerangi mereka dan kalau

peperangan masih dilanjutkan maka yang melanjutkan dinilai melakukan

agresi.Ini petunjuk Islam, yang dapat dipahami dalam QS. Al Baqarah 2:

192.2

Petunjuk diatas kini tentu sangat relevan dan perlu disadari oleh

setiap Muslim, paling sedikit agar sikap batinnya selalu mengecam setiap

1 Karen Armstrong, Berperang Demi Tuhan, Cet. 1, (Bandung: Mizan, 2013),

hlm.15 2 M. Quraisy Shihab, Lentera Hati; Kisah Dan Hikmah Kehidupan, (Bandung :

Mizan, 1994), hlm.248

2

penganiayaan meskipun atas nama pembelaan. Kalau tidak dapat

mencegah kemungkinan dengan tangan, tidak pula dengan ucapan, maka

dengan hati pun boleh, walau ia merupakan tanda kelemahan iman.

Karena, kalau yang ini pun tidak, maka kehampaan iman yang

terjadi.Bukanlah kehampaan menyusul kelemahan?3

Dalam perkembangan dunia modern, semua kegiatan diukur

dengan nilai materi dan pamrih, ikhlas menjadi hal langka yang sulit

didapatkan, tanggung jawab terabaikan, bahkan terkesan seakan-akan

tidak ada hari yang akan meminta segala pertanggung jawaban terhadap

pelaksanaan seluruh kegiatan di dunia fana ini. Hal tersebut

menyebabkan terjadi berbagai ketimpangan dan dekadensi moral yang

mengarahkan hidup manusia bagai tak punya sandaran.4

Seiring dengan perkembangan zaman yang cepat berubah,

cenderung mengabaikan nilai-nilai agama yang tetap dan mapan, salah

satu nilai agama adalah bagaimana mencintai sang pencipta yang telah

memberikan anugerah dalam hidup ini (hablun min Allah), serta

bagaimana mewujudkan cinta sesama manusia dan saling tolong

menolong dalam kehidupan ini (hablun min an-Naas.5

Masalah cinta jarang diungkapkan pada beberapa karya-karya

sebelumnya, Al Quran telah berbicara tentang cinta dalam sejumlah ayat

kunci yang menjelaskan peran esensialnya.Cinta Allah kepada seorang

hamba berkaitan erat dengan keberhasilan hamba dalam meneladani Nabi

Muhammad SAW. Seperti yang disampaikan Al Buthi (w. 2013 M)

dalam buku karyanya Al Hubb fi Al Qur‟an, yang diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia dengan berjudul Kitab Cinta.6

3 Ibid

4Hasan Galunggung, Pendidikan Islam Abad 21, Cet.3, (Jakarta: Pustaka Al-Husna

Baru, 2003), hlm. 2 5 Ahmad Mubarok, Jiwa Dalam Al-Qur‟an; Solusi Krisis Keharmonisan Manusia

Modern, (Jakarta: Paramadina

, 2000), hlm. 3. 6 M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm. 1.

3

Ayat Al Quran yang menjadi rujukan dan paling sering dikutip

untuk hierarki cinta ini adalah: “Dia mencintai mereka, dan merekapun

mencintai-Nya (QS. Al Maidah 5 : 54). Ayat ini memiliki dua

interpretasi; pertama, Allah mencintai manusia; dan kedua, manusia

mencintai Allah. Ketika manusia mulai mencintai-Nya, maka cinta Allah

akan bertambah hingga mereka mampu meneladani Nabi SAW,

menyucikan dan menambah jiwa mengingat Allah terus-menerus

sehingga menjadi manusia yang sempurna (Insan Kamil).7

Tokoh populer, seperti Al Gazali, menulis tentang cinta manusia

dan cinta Allah, namun sandarannya yang kurang terkenal, Ahmad Gazali

(w. 1126 M) dalam karya yang relatif ringkas dan berbahasa parsi,

sawanih, banyak membahas tentang cinta yang menurutnya merupakan

realitas asasi dan integral dari jiwa. Karya ini mengilhami sekumpulan

risalah pada masa berikutnya.Kemudian murid beliau, Ain Al Quhhat Al

Hamdani (w. 1131 M) dalam memainkan peranan penting dalam

menyusun psikologi dan metafisika cinta. Mungkin yang paling terkenal

dan memiliki pendekatan orisinal –pada zaman ketika terdapat banyak

guru besar sufi pencetus teori Al Hubb– adalah Ahmad Sam‟ani (w.

1140).8

Sebagai bukti Allah menganugerahkan perasaan cinta dan kasih

sayang pada manusia (mukmin), di dalam Al-Qur‟an sedikitnya terdapat

11 ayat yang menjelaskan bahwa Allah menganugerahkan cinta kepada

manusia dengan macam-macamnya, yaitu: QS. Al-Baqarah: 165, QS. Ali

Imron: 14, 31 & 92, QS. Al-Hujurot: 7, QS. Maryam: 96, QS. Al-Hasyr:

9, QS. Al-Isro: 24, QS. Asy-Syǎra: 23, QS. Ar-Rǎm : 21, QS. Al-Maidah:

54.

Mukmin mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi cintanya kepada

apapun dan siapapun. Orang beriman mencintai Allah tanpa pamrih.Cinta

7

Muhammad Amri, Perspektif Kaum Sufi Tentang Cinta Tuhan, Jurnal Al

Hikmah, Vol. XIV,No. 1. 2013, hlm. 146. 8 Tasawuf Di Mata Kaum Sufi, (terj) dari Sufism: A Sbort Introduction, karya

William C. Chittick (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 117

4

mereka lahir dari bukti-bukti yang mereka yakini serta pengetahuan sifat-

sifat-Nya yang Maha Indah.9

Dalam berbagai ayat, M. Quraish Shihab mengidentifikasi bentuk-

bentuk cinta yang tertanam dalam diri setiap muslim, dikaruniakan

kepada mereka sebagai bekal dalam menjalani kehidupan yang mampu

memberikan motivasi untuk berkembang menuju kondisi yang lebih baik

dan lebih terarah (lihat QS. Al-Haj: 31), dengan orientasi cinta

berdasarkan obyek dan prioritas, yaitu menjadikan seluruh aspek cinta

memiliki orbit yang berpusat pada cinta kepada Allah SWT sebagai pusat

keimanan.

Adapun karakter cinta yang seharusnya dimiliki olah setiap

mukmin berdasarkan dari sebagian ayat-ayat al-Qur‟anadalah cinta yang

memiliki tingkatan tertinggi kepada Allah SWT, lalu kemudian mencintai

segala sesuatu hanya karena Allah.

Cinta yang dianugerahkan Allah kepada setiap hamba sebagaimana

yang terdapat di dalam tafsir Al-Mishbâh, terdapat beberapa bentuk

sesuai dengan obyek yang dicintai yaitu; cinta kepada Allah, Nabi dan

Rasul, keimanan dan amal shalih, orang tua dan kerabat dekat, pasangan

hidup dan anak keturunan, bahkan cinta kepada aneka kesenangan hidup,

merupakan fitrah manusia yang telah tertanam dalam diri mereka.

Cinta kepada Allah adalah tingkatan cinta yang tertinggi, yang

berbentuk pada keimanan, ketaatan, dan ibadah kepada-Nya, sedangkan

kecintaan seorang hamba pada selain-Nya adalah dalam rangka ketaatan

dan kecintaan kepada-Nya. Kecintaan kepada Allah adalah bentuk

keimanan seorang muslim, sehingga berdasarkan rukun iman, maka

bentuk cinta ini memiliki prioritas yang pertama. Sedangkan kecintaan

kepada Rasul adalah sebagai dua sisi mata uang yang tidak bisa

dipisahkan dengan kecintaan kepada Allah (QS. Ali-Imran 3: 31).

Dalam buku karya Dr Al Buthi tentang cinta (AL Hubb) yang

dalam hal ini banyak mengkaji dari ayat-ayat al-Qur‟an, menawarkan

konsep yang sistematis dan memberikan solusi terhadap problematika

9 M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm. vi.

5

kemanusiaan dewasa ini. Tak lain halnya di dalam Tafsir Al-Mishbâh,

Quraish Shihab juga memberikan konsep cinta secara global, maka

konsep cinta dalam penelitian skripsi ini lebih berdasarkan muatan nilai-

nilai cinta, dan urutan-urutan tersebut dalam rangka memudahkan

pembahasan, memadukan dan membandingkan konsep Al Hubb diantara

dua tokoh tersebut.

Dari penjelasan di atas, maka akan ditemukan berbagai macam

bentuk cinta yang tertanam dalam diri manusia, dan hubungan yang erat

antara cinta dengan tujuan menuntas problematika kemanusiaan selama

ini digagas. Penulisan skripsi ini, membahas bentuk-bentuk Cinta yang

terdapat di dalam Al-Qur‟an, dan Urgensinya terhadap kemanusiaan,

dengan mengkaji Tafsir Al-Misbah karya M. Quraish Shihab sebagai

seorang tokoh Indonesia yang menurut hemat penulis sangat sesuai dalam

pengembangan penelitian ini, serta dikomparasikan dengan Al Buthi

sebagai seorang yang fenomenal di Timur Tengah dengan segala

perbedaan sosio-kultural antara mereka berdua dan perspektif-perspektif

yang mereka kontruksikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penelitian ini

difokuskan kepada hal-hal berikut:

1. Bagaimana konsep Cinta “Al Hubb” menrut M. Quraish Shihab

dan Said Ramadhan Al Buthi?

2. Bagaimana persamaan dan perbedaan konsep Cinta “Al Hubb”

menurut M. Quraish Shihab dan Said Ramadhan Al Buthi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep Cinta “Al Hubb” menurut M. Quraish

Shihab dan Said Ramadhan Al Buthi?

2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan konsep Cinta “Al Hubb”

menurut M. Quraish Shihab dan Said Ramadhan Al Buthi?

6

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Penulis

a. Memberikan wawasan tentang Al Quran khususnya konsep Al Hubb

dalam perspektif Said Ramadhan Al Buthi dan M. Quraish Shihab.

b. Sebagai pembelajaran dalam menyusun Karya Ilmiah.

c. Memberikan konstribusi positif mengenai bagaimana

mengembangankan kemampuan dalam aspek Al Quran.

2. Bagi IAIN Salatiga menambah literatur pengetahuan bagi mahasiswa

khususnya Ilmu Al Quran dan Tafsir IAIN Salatiga.

3. Bagi Pembaca

a. Memberikan sebuah bacaan yang mampu menjelaskan tentang

konsep Al Hubb dalam perspektif Said Ramadhan Al Buthi dan M.

Quraish Shihab.

b. Mengenalkan kepada pembaca seorang tokoh yang sangat berperan

dalam Islam khususnya ke-khazanah Al Quran.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan pembahasan mengenai judul penelitian,

terlebih dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah yang terdapat

dalam judul tersebut.

1. Kata “konsep” berasal dari bahasa Inggris, yakni concept yang

bermakna leksikal “pengeretian, pemikiran umum.” Kata ini juga

berarti “pemikiran umum tentang sesuatu,” misalnya tentang

konsep pendidikan, yaitu pemikiran umum tentang pendidikan.10

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep dirtikan dengan;

1) rancangan atau buram surat, dsb., 2) ide atau pengertian yang

diabstrakkan dari peristiwa konkrit, 3) gambaran mental dari

10

Peter Salim, Advanced English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: Modern English

Press, 1989), hlm. 177.

7

obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.11

2. Cinta : dalam bahasa arab yang disebut hubb. Al Hubb dalam

Bahasa Arab dikelompokan menjadi tiga karakteristik, yaitu;

apresiatif (ta‟dzim), penuh perhatian (ihtimaman), dan cinta

(mahabbah). Tiga kelompok tersebut karakteristik tersebut

terkumpul dalam ungkapan mahabbah: orangnya disebut habib,

habibah atau mahbub.12

Devinisi cinta secara umum yakni cinta manusia terhadap

manusia adalah kebergantunga hati kepada sesuatu sehingga

menyebabkan kenyamanan di hati saat berada di dekatnya atau

perasaan gelisah saat jauh darinya. Sedangka devinisi cinta Allah

kepada hambanya adalah bentuk ridho dan ampunan dari-Nya

atau penghormatan yang Allah berikan kepada semua jenis

manusia.13

3. Al Quran: kalam Allah SWT yang tiada tandinganya, diturunkan

kepada nabi Muhammad SAW sebagai Khatamun Al Ambiya‟,

melalui perantara malaikat Jibril, ditulis dalam mushaf-mushaf,

yang sampai kepada kita secara mutawatir, yang dimulai dari

surat Al Fatihah dan diakhiri surat An Naas.14

4. Said Ramadhan Al Buthi : Seorang ilmuwan Suriah di bidang

ilmu-ilmu agama Islam dan merupakan salah satu ulama rujukan

tingkat dunia yang mampu menjawab problematika kemanusiaan.

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 456. 12

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm. vii. 13

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 13 14

M. Ali As Shabuni, At Tibyan Fi Ulum Al Quran, terj. M. Khudhori Umar Dan

Mustofa, (Bandung: Al Maarif, 1996), hlm. 18

8

5. M. Quraish Shihab adalah tokoh ilmuwan sekaligus mufassir

Indonesia yang sangat produktif.

F. Tinjauan Pustaka

Pembahasan mengenai pemikiran Said Ramadhan Al Buthi dan

Quraish Shihab tentang Al-hubb belum banyak dilakukan. Tulisan-

tulisan yang bermunculan mengenai pemikiran beliau antara lain:

1. Buku yang berjudul Kitab Cinta, Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta. Karya Al- Buthi, buku ini digunakan untuk

mengenal cinta dalam bahasa al-Qur‟an, pendekatannya

menggunakan dua jaur sekaligus, nalar dan hati.15

2. Buku yang berjudul Cahaya, Cinta dan Canda, karya Quraish

Shihab, buku ini berisikan tentang kecintaan kepada sesama

manusia, sahabat, teman, keluarga.16

3. Buku yang berjudul Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan.

Karya Haidar Bagir, buku ini merupakan hasil pengalaman dan

renungan tentang islamsebagai agama cinta dan kebahagiaan

yang dapat membantu untuk merenung lebih jauh tentang

makna hidupnya, dan juga sebagai penolong di sepanjang jalan

kita kehidupan.17

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mahfudh Ali dalam skripsinya

yang berjudul Konsep Maslahah Syaikh Ramadhan Al Buthi

dan aplikasinya tehadap hukum kondomisasi di Indonesia.

Merupakan penelitian yang membahas tetang pemikira Syekh

Buthi dalam hal maslahah. Penelitian ini menggunakan

pendekatan filosofis maupun ushul fikih. Dengan cara

mengumpulkan data kemudian menganalisis secara kualitatif

15

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013) 16

M. Quraish Shihab, Cahaya, Cinta dan Canda. (tangerang : Lentera Hati, 2015) 17

Haidar Bagir, Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan (Jakarta: Mizan Publika,

2012)

9

dengan menggunakan metode deskriptif analtis, kemudian

diaplikasikan dalam hukum kondomisasi di Indonesia

berdasarkan konsep tersebut. Kemudian ditarik kesimpulan dari

uraian-uraian tersebut.

5. Pemikiran Maqashid Al Buthi, kajian atas nalar Maslahat Al

Buthi. Tulisan tersebut di munculkan pada Bahtsul Masail NU

Mesir, dalam tulisan ini menjelaskan bahwa menurut Al Buthi,

standar manfaat tidak boleh hanya mempertimbangkan dampak

maslahat untuk diri sendiri saja, bahkan harus melihat

dampaknya terhadap semua manusia.

6. Skripsi yang ditulis oleh Enif, Fakultas Ushuluddin, jurusan

Aqidah Filsafat tahun 2003, dengan judul “Konsepsi Mahabbah

Menurut Al-Ghazali”. Dalam skripsi tersebut menjelaskan,

bahwa menurut al-Ghazali, mahabbah adalah tujuan yang

terjauh dan termasuk derajat yang tinggi, sedangkan kerinduan,

kesenangan dan keridhahan mengikuti kecintaan.

7. Skripsi yang ditulis oleh Anugerah Agung, Fakultas

Ushuluddin, jurusan Aqidah Filsafat tahun 1996, dengan judul

“Akal Dan Cinta Dalam Pandangan Jalaluddin Rumi”. Dalam

skripsi tersebut menjelaskan hubungan antara cinta dan akal,

dimana orang yang bercinta sering tak berakal dan orang yang

berakal belum tentu mampu bercinta, juga menjelaskan

simbolisme akal dan cinta Jalaluddin Rumi.

8. Skripsi yang ditulis oleh Iis Rahmawati. Fakultas Ushuluddin,

jurusan Aqidah Filsafat tahun 1995, dengan judul “Studi

Tentang Konsepsi Al-Mahabbah Rabi‟ah al-Adawiyya”. Dalam

skripsi tesebut membahas tentang konsep mahabbah Rabi‟ah al-

Adawiyah, menurut beliau ajaran cinta ada dua yaitu; pertama

cinta karena rindu, ini tercermin pada aksi untuk senantiasa

merasakan cinta hanya kepada Sang Khaliq SWT. Kecintaan

Rabi‟ah al-Adawiyyah kepada Tuhan yang tidak takut pada

10

adzab-Nya, karena ingin mencintai Tuhan semata. Dalam

kehidupan sosial, cinta pada tahap ini tercermin dari tahapan

tawakkal, dari Ridla, Sabar dan khusus pada Rabi‟ah al-

Adawiyyah cinta pada tahapan ini membawa kepada kehidupan

at-Tabathu (membujang) selama hayatnya.

9. Skripsi yang ditulis oleh Ismail Hasan, Fakultas Ushuluddin,

jurusan Aqidah Filsafat tahun 2005, dengan judul “Konsep

Cinta Dalam Pemikiran Ibn Qayyim Al-Jauziyyah”. Dalam

skripsi tersebut membahas tentang konsep cinta Ibn Qayyim Al-

Jauziyyah yang menempatkan cinta sebagai dasar bertaqarrub

(beribadah) kepada Allah. Dengan demikian dapat diketahui

bahwa skripsi tersebut lebih dekat pada telaah filsafat.

Sejauh penelaah penulis, belum ada penelitian ilmiah yang

secara khushus membahas tentang masalah Konsep Cinta “Al Hubb”

dalam Al Quran (Studi Komparatif antara M. Said Ramadhan Al Buthi

dengan M. Quraish Shihab). Meskipun sudah terdapat beberapa

penelitian yang membahas tentang konsep Al Hubb atau mahabbah,

akan tetapi penelitian tersebut belum terfokus pada perbandingan

perspektif dua ilmuan pada bidang tersebut.

Sebenarnya penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian-

penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis akan membahas

mengenai konsep al hubb dalam al-Qur‟an dengan pendekatan-

pendekatan sosio-kultural yang lebih sistematis dengan melihat setting-

history mereka berdua dalam menkontruksikan konsep al hubb ini.

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-

penelitian sebelumnya adalah Bagaimana al-Qur‟an menjelaskan al

hubb, Bagaimana hakikat cinta hamba kepada Allah berdasarkan ayat-

ayat Al-Qur‟an, Apa makna al hubb dalam konteks kemanusiaan.

Selain itu, dalam penelitian ini penulis juga memberikan motivasi

dalam al hubb kepada Allah SWT dan dengan sesama seperti yang

dikemukakan dua tokoh yang dibahas., dengan demikian penulis

11

berasumsi penelitian ini bisa terdiri dari unsur duplikasi dan dapat

dipertanggung jawabkan.

G. Metode Penelitian

Metodologi sebagai cabang filsafat pengetahuan yang

membicarakan mengenai cara-cara kerja ilmu merupakan perangkat

utama dalam sebuah penelitian. Untuk mencapai hasil yang optimal,

sistematis dan metodis serta secara moral dapat

dipertanggungjawabkan, penelitian ini dilakukan dengan metode dan

pendekatan tertentu, sebagai sistem aturan yang menentukan jalan

untuk mencapai pengertian baru dalam ilmu pengetahuan. 18 metodologi

yang digunakan pada penelitian kali ini adalah:

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang menitik

beratkan penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian

yang dilakukan melalui mengumpulkan data atau karya tulis ilmiah

yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang

bersifat kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan

suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan

mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan.

2. Kebutuhan dan sumber data

Penulisan ini merupakan penulisan kepustakaan, karenanya data

yang digunakan adalah buku-buku atau tulisan yang disusun oleh Said

Ramadhan Al Buthi dan Quraisy Shihab. Selain itu penulis juga

melakukan pengumpulan data dengan jalan mempelajari literatur dari

buku-buku lain yang mendukung pendalaman analisis.

Secara garis besar sumber data terbagi menjadi dua yaitu:

a). Sumber Pilihan ( primer)

Sumber data primer dalam penelitian ini meliputi karya-karya

tulis Said Ramadhan Al Buthi dan Quraisy Shihab yang dipakai

sebagai bahan analisis seperti:

18

Anton Bekker. Metode-metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1984. Hlm. 10

12

a. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Bahasa

Kasih Sang Pencipta.

b. M. Quraisy Shihab, Lentera Hati; Kisah Dan Hikmah

Kehidupandan Tafsir Al Misbah.

b). Sumber tambahan ( Sekunder)

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

yang sudah ada, atau data yang diperoleh dari tangan kedua, dari

sumber tidak langsung/pendukung. Dalam penelitian ini data

sekundernya adalah buku-buku, artikel, jurnal, dan bahan-bahan

kepustakaan lain yang ada relevansinya denganpenelitian ini, diantarnya

yaitu Buku yang berjudul Kitab Cinta, Menyelami Bahasa Kasih Sang

Pencipta karya Al- Buthi dan tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab.

3. Teknik Pengumpulan data

Karena penelitian ini merupakan penelitian library research,

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah pengumpulan data literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-

bahan pustaka yang berkesinambungan (koheren) dengan objek

pembahasan yang diteliti. Data yang ada dalam kepustakaan tersebut

dikumpulkan dan diolah dengan cara:

a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang

diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan

koherensi makna antara yang satu dengan yang lain.

b. Organizing yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan

kerangka yang sudah ditentukan.

c. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan

terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-

kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan sehingga

diperoleh kesimpulan (inferensi) tertentu yang merupakan hasil

jawaban dari rumusan masalah.

4. Analisis Data

Penelitian ini menggunkan metode analisis isi (content

analysis).Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat

13

kesimpulan-kesimpulan (inferensi) yang dapat ditiru (replicabel) dan

dengan data yang valid, dengan memperhatikan konteksnya. Metode ini

dimaksudkan untuk menganalisis seluruh pembahasan mengenai konsep

Al Hubb perspektif Said Ramadhan Al Buthi dan Quraisy Shihab secara

lebih mendalam yang dalam penelitian ini, penulis memulainya dari

tahapan merumuskan masalah, membuat kerangka berpikir,

menentukan metode operasionalisasi konsep, menentukan metode

pengumpulan data, mengumpulkan metode analisis data yang kemudian

sampai pada tahap interpretasi makna.

5. Pengecekan Keabsahan Data

Uji kredibilitas data, dibutuhkan untuk memastikan keabsahan

data penelitian. Dalam hal ini, penulis melakukan mendiskusikan

dengan teman sejawat yang lebih mengetahui tentang topikyang

diangkat penulis dalam penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Pada penelitian ini penulis memaparkan dan

mengkategorisasikan menjadi lima bab. Yang mana setiap babnya

saling berkaitan (berkorelasi) antara satu sama lain. Sistematika

penulisan laporan penelitian ini bertujuan agar pembahasan dalam

laporan penelitian tersusun secara sistematis dan lebih mudah untuk

dipahami. Adapun Sistematika babnya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan; berisi hal-hal yang menguraikan pemikiran

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, identifikasi hasil penelitian terdahulu yang relevan.

Metodologi penelitian sebagai cara metodologis dalam penulisan dan

sistematika penulisan. Bab pertama merupakan gambaran awal tentang

penulisan laporan penelitian ini.

BAB II Biografi ; yakni bab yang membahas tentang biografi

kedua tokoh yakni M. Quraish Shihab dan M. said Ramadhan Al Buthi,

mulai dari perjalana intelektualnya, biografi dan karya-karyanya.

BAB III landasan teori; yakni bab yang membahas

pengertianAl-Hubb secara etimologo dan termiologi, bentuk tanda cinta

Allah kepada hamba-Nya.

14

BAB IV Konsep Al-Hubb ; yakni bab yang membahas tentang

pemaparan-pemaparan yang berisi sumber data dari objek yang telah

diteliti, dan jugamenjelaskan mengenai persamaan dan perbedaan

konsep Al- Hubb antara perspektif M. Said Al Buthi dan M. Quraish

Shihab.

BAB V Penutup; Pada bab ini menunjukan hasil akhir dari

penelitian yang telah dilakukanyang terdiri dari kesimpulan seluruh

rangkaian yang telah dikemukakan, serta jawaban atas permasalahan

yang terjadi. sekaligus berisi saran-saran yang bisa direkomendasikan.

15

BAB II

SOSIO HISTORIS M. QURAISH SHIHAB DAN SAID RAMADAN

AL BUTHI

A. M. QURAISH SHIHAB

1. Sosio Historis M. Quraish Shihab

Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish

Shihab.Beliau lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16

Februari 1944.Ayahnya adalah Prof. KH. Abdurrahman Shihab,

beliau merupakan guru pertama yang mengajarkan tentang

nasehat-nasehat agama yang berasal dari al-Quran dan Hadis Nabi

SAW, perkataan sahabat dan para ulama lainnya. Di antara

motivasi ayahnya tentang al-Qur‟an kepada beliau yang sangat

membekas dalam kepribadiannya adalah:19

a. Aku akan palingkan (tidak memberikan) ayat-ayat-Ku

kepada mereka yang bersikap angkuh dipermukaan bumi.

(QS. Al-A‟raf: 146).

b. Demikian bunyi sebuah hadis.

ان ىذا القرآن مأ دبة اهلل فخذوا منو ما استطعتم فاني ل أعلم شيئا من خي من ب يت ليس فيو من كتا ب اهلل شيء خرب كخراب أصفر

الب يت الذي ل سا كن لو

“Al-Quran adalah jamuan Tuhan, maka ambillah

darinya semampu kalian. Sungguh, aku tak mengetahui

sessuau yang lebih kosong dari keaikan selain rumah yang

di dalamnya tak ada bacaan Al-Qur‟an. Sungguh,hati yang

19

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2007), Cet. II, hlm. 19-20.

16

ada di dalamnya tak ada bacaan Al-Qur‟an adalah hancur

seperti hancurnya rumah yang tak berpenghuni”(H.R. Ad-

Darimi).

Rugilah yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan lebih rugi

lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya.

c. “Biarkanlah al-Quran berbicara (Istanthiq al-

Quran)”.(Perkataan Ali ibn Abi Thalib).

d. “Bacalah al-Quran seakan-akan ia diturunkan kepadamu”.

(Perkataan Muhammad Iqbal).

e. “Rasakanlah keagungan al-Quran sebelum engkau

menyentuhnya dengan nalarmu”. (Perkataan Muhammad

Abduh).

f. “Untuk mengantarkanmu mengetahui rahasia ayat-ayat al-

Quran, tidaklah cukup engkau membacanya empat kali

sehari”.(Perkataan Al-Mawdudi).

Ini adalah beberapa ungkapan pernyataan yang membekas

di hati M. Quraish Shihab yang diajarkan oleh ayahnya. Oleh

karena itu, ungkapan pernyataan tersebut menjadi motivasi bagi

M. Quraish Shihab untuk selalu mengkaji tentang al-Quran. Hal

ini dibuktikan ketika M. Quraish Shihab memulai jenjang

pendidikan formalnya dari Sekolah Dasar di Ujung

Pandang.Kemudian dia melanjutkan pendidikan menengahnya di

Malang, sambil “nyantri” di Pondok Pesantren Dar al-Hadis al-

Faqihiyyah.

Pada tahun 1958 setelah selesai menempuh pendidikan

menengah, M. Quraish Shihab berangkat ke Kairo, Mesir, dan

diterima di kelas II Tsanawiyyah al-Azhar.Pada tahun 1967, dia

meraih gelar Lc (S-1) pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir

Universitas al-Azhar. Selanjutnya dia meneruskan studinya di

Fakultas yang sama, dan pada tahun 1969 dia meraih gelar MA

untuk spesialisasi bidang Tafsir al-Quran dengan Tesis berjudul

17

al- I‟jaz al-Tashri‟iy li al-Quran al-Karim (Kemukjizatan al-

Quran al-Karim dari segi Hukum).20

Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab

dipercayakan untuk menjabat wakil Rektor bidang Akademis dan

kemahasiswaan pada IAIN Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu,

dia juga diserahi jabatan- jabatan lain, baik di dalam kampus

seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII

Indonesia Bagian Timur), maupun di luar kampus seperti

Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang

pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang, dia juga sempat

melakukan berbagai penelitian, antara lain: penelitian dengan

tema Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur

(1975) dan Masalah Wakaf Sulawesi Selatan (1978)21

Pada 1980, Quraish Shihab kembali ke Kairo dan

melanjutkan pendidikannya di almamater yang lama, Universitas

Al-Azhar. Pada 1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar

Li Al-Biqa‟iy, Tahqiq wa Dirasah, dia berhasil meraih gelar

doktor dalam ilmu-ilmu al-Qur‟an dengan yudisium Summa Cum

Laude disertasi penghargaan tingkat 1 (mumtaz ma‟a martabat al-

syaraf al-ula).22

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, Quraish Shihab

ditugaskan di Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana

IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di sana dia aktif mengajar

bidang tafsir dan Ulum Al-Qur‟an di program S1, S2, dan S3

sampai tahun 1998. Di samping melaksanakan tugas pokoknya

20

M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama al-Qur‟an,

(Bandung: Mizan, 2007), Cet. II, hlm. 5. Lihat juga, M. Quraish Shihab, Membumikan al-

Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, op.cit., hlm. 20. 21

Muhammad Iqbal, Etika Politik Qur‟ani, (Medan: IAIN Press, 2010), hlm. 17. 22

M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 2005), Cet. XVI, hlm. v. Lihat juga, M. Quraish Shihab,

Membumikan al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, op.cit.,

hlm. 7.

18

sebagai dosen, Quraish Shihab juga dipercaya menduduki jabatan

sebagai Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan

1997-1998). Setelah itu dia dipercaya menduduki jabatan sebagai

Menteri Agama selama kurang lebih dua bulan di awal tahun

1998.Kemudian diangkat sebagai Duta Besar Luar Biasa dan

Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara Republik Arab

Mesir merangkap negara Republik Djibauti berkedudukan di

Kairo. Selain itu, diluar kampus dia juga dipercayakan untuk

menduduki berbagai jabatan, antara lain: Ketua Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pusat (sejak 1984), Anggota Lajnah Pentashih

Al-Qur‟an Departemen Agama (sejak 1989), Anggota Badan

Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua

Lembaga Pengembangan. Quraish Shihab juga banyak terlibat

dalam beberapa organisasi profesional, antara lain: Pengurus

Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari‟ah, Pengurus Konsorsium Ilmu-

ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan

Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI).23

Peran dan kiprah beliau di dalam dunia pendidikan dan

dakwah mengantarkan dirinya untuk selalu aktif dalam dunia

sosial kemasyarakatan seperti menjadi penceramah yang handal

dan memberikan berbagai macam pengajian, termasuk di

beberapa media televisi. Bahkan kegiatan ceramah dan

pengajiannya dilakukan di sejumlah masjid bergensi di Jakarta

seperti Mesjid at Tin, Masjid al-Istiqlal dan di lingkungan pejabat

pemerintahan bahkan sampai di undang oleh sejumlah stasiun

televisi swasta atau media elektronik seperti RCTI, Metro TV dan

lain lain.24

Di sela-sela segala kesibukannya itu, beliau juga terlibat

dalam berbagai kegiatan ilmiah di dalam maupun luar

23

http://quraishshihab.com/profile/#more-18 24

Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam Di Indonesia (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2005)

19

negeri.Selain itu, dia juga tercatat sebagai anggota Dewan

Redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan Mimbar Ulama, keduanya

terbit di Jakarta.M. Quraish Shihab juga dikenal sebagai penulis

yang sangat produktif, lebih dari 20 buku telah lahir dari

tangannya.Diantara yang paling legendaris adalah membumikan

Al-Qur‟an (Mizan, 1994), Lentera Hati (Mizan, 1994), Wawasan

Al-Qur‟an (Mizan, 1996), dan Tafsir Al-Misbah (15 jilid, Lentera

Hati, 2003).

2. Karya-karya M. Quraish Shihab

M. Quraish Shihab sangat aktif dalam tulis-menulis,

beberapa karyanya antara lain:

1) Wawasan al-Qur`an : Tafsir Maudhu`i Pelbagai Persoalan

Umat (Bandung : Mizan, 1996), sebuah buku yang berisikan

kumpulan ceramah beliau untuk jama`ah dari kalangan

eksekutif yang disampaikan di Masjid Istiqlal Jakarta.

2) Membumikan al-Qur`an : fungsi dan peran wahyu dalam

kehidupan masyarakat (Bandung : Mizan, 1998), berisikan

pandangan-pandanganbeliau mengenai jawaban al-Qur`an

terhadap permasalahan-permasalahansosial masyarakat.

3) Hidangan Ilahi Ayat-Ayat Tahlil (Jakarta : Lentera hati, 1997),

berisikan kumpulan ceramah beliau pada acara tahlilan 40 hari

dan 100 hari Fatimah Siti Hartinah Soeharto.

4) Tafsir al-Qur`an al-Karim Tafsir Atas Surat-Surat Pendek

Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung : Pustaka

Hidayah, 1997), tafsir surah-surahpendek pada Juz 30.

5) Tafsir Al-Mishbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur`an

(Jakarta : Lentera Hati, 2000), sebuah kitab tafsir yang ditulis

pada 18 Juni 1999, ketika beliau masih di kairo dan selesai

pada tahun 2000, di Indonesia. Kitab tafsir inilah yang akan

menjadi objek kajian penulis.

20

6) Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir al-Qur`an,

Buku ini membahas Ijtihad fardhi M. Quraish shihab dalam

arti membahas penafsiran al-Qur`an dan berbagai aspeknya.

Mencakup seputar agama, seperti puasa dan Zakat.

7) Tafsir al-Manar, Kesitimewaan dan Kelemahannya, buku ini

merupakan karya yang mencoba mengkritisi pemikiran M.

Abduh dan M. Rasyid Ridha, keduanya adalah pengarang

Tafsir al-Manar. Pada mulanya tafsir ini merupakan jurnal al-

Manar di Mesir. Dalam konteks ini Quraish Shihabmencoba

mengurai kelebihan-kelebihan al-Manar yang sangat

mengedepankan cirri-ciri rasionalitas dalam menafsirkan ayat-

ayat al-Qur`an. Disamping itu, Quraish Shihab juga mengurai

kekurangan-kekurangannya terutama terkait konsistensinya

yang dilakukan M. Abduh.25

8) Lentera Hati Kisah dan Hikmah Kehidupan, buku ini berisikan

tulisan-tulisan pilihan M. Quraish Shihab yang pernah dimuat

di harian Pelita, sejak tahun 1990 hingga awal 1993. Tulisan-

tulisan tersebut dimaksudkan sebagai lentera yang menerangi

pembacanya sehubungan dengan berbagai masalah aktual

yang dihadapi masyarakat pada saat rubrik tersebut

dihidangkan. “Pelita Hati” demikian nama rubrik yang dipilih

oleh harian Pelita untuk menampung tul isan- tulisan ini, dan

juga tulisan teman-teman lain yang ikut memperkaya rubrik

“Pelita Hati”.26

9) Perempuan, dari cinta sampai seks, dari nikah mut`ah sampai

nikah sunnah, dari bias lama sampai bias baru, buku ini

membahas tentangpersoalan sekitar perempuan ; Perempuan

dengan segala sifat, karakter, dankebiasaan. Perempuan dalam

25

Badiatur Roziqin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia, hlm.273 26

Muhammad Quraish Shihab, Lentera al-Qur`an, (Bandung : Mizan, 2013),

hlm.7-10

21

kehidupan rumah tangga, meliputi nikahmut`ah sampai nikah

sunnah. Perempuan dalam aktifitas publik.27

10) Untaian Permata Buat Anakku ; Pesan al-Qur'an untuk

mempelai, latar belakang terbitnya buku ini adalah permintaan

dari anak putri M. Quraish Shihab yang akan melangsungkan

pernikahannya. Anak putrinya mengharapkan agar ayahnya

menggoreskan untuk mereka nasehat dan petuah yang

berkaitan dengan peristiwa bahagia yang mereka hadapi.28

11) Kaidah Tafsir, buku ini berisikan kaidah-kaidah tafsir yang

digunakan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan al-Qur`an,

penulisan buku ini dilatarbelakangi pengalaman penulis sebagi

pengajar Tafsir di perguruan tinggi. Dalam konteks uraian

tentang kaidah-kaidah tafsir, penulis mengajak agar meninjau

kembali agar pengajaran kajian al-Qur`an sesuai dengan

kaidah yang telah berlaku, kajian tentang hermeneutik juga

tidak luput dari penulis.29

12) Menyingkap Tabir Ilahi : Asma al-Husna dalam Perspektif al-

Qur`an, (Jakarta : Lentera Hati, 2001), buku ini menghadirkan

penjelasan M. Qurasish Shihab terhadap Asma al-Husna yang

terdapat dalam al-Qur`an agar pembaca lebih mengenal Allah

karena “tak kenal maka tak cinta”, dalam menyampaikan

penjelasannya, M. Quraish Shihab mngabil keterangan dari al-

Qur`an serta pendapat Ulama` terutama al-Ghozali.30

27

Muhammad Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta : Lentera Hati, 2005), hlm.I-II 28

Muhammad Quraish Shihab, Untaian Permata Buat Anakk u ; Pesan al-Qur'an

Untuk

Mempelai, (Bandung : Mizan, 1998), Cet. IV, hlm. 5 29

Muhammad Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013),

hlm.1-4 30

Muhammad Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi : Asma al-Husna dalam

Perspektif al-Qur`an, (Jakarta : Lentera Hati, 2001), hlm.vii-viii

22

13) Mistik, Seks, dan Ibadah (Jakarta : Republika, 2004), buku ini

merupakan kumpulan tanya jawab M. Quraish Shihab dengan

para pemabaca harianRepublika terkait permasalahan mistik,

seks, dan ibadah yang kemudian dikumpulkan dan diterbitkan

oleh penerbit yang sama.31

14) Logika Agama ; Kedudukan Wahyu dan batas-batas Akal

dalam Islam, (Jakarta : Lentera Hati, 2005), buku ini

merupakan kumpulan hal-hal yang pernah terlintas dalam

pemikiran M. Quraish Shihab sewaktu kuliah di Al-Azhar,

Mesir. Sistematika buku ini dituli dengan model dialog,

mengingat materi yang tertuang didalamnya adalah hasil

diskusi penulis dengan gurugurunya.32

15) Mukjizat al-Qur`an (Bandung : Mizan, 2014), buku ini

menguraikan tentang hal-hal luar biasa yang terjadi melalui

Nabi atau apa yang disitilahkan dengan mukjizat. dan lebih

khusus lagi, buku ini ingin memperkenalkan al-Qur`an sebagai

mukjizat Nabi Muhammad ditinjau dari berbagai aspeknya.33

B. Said Ramadhan Al Buthi (1929-2013)

1. Sosio Historis Said Ramadhan Al Buthi (1929-2013)

Muhammad Said ibn Mula Ramadhan ibn Umar al-Buthi

dilahirkan di kepulauan Butan34 sebelah Tenggara Suriah35 pada

tahun 1929/1347 Hijrah dari sebuah keluarga yang cerdas dan taat

31

Muhamamad Quraish Shihab, Mistik, Seks, dan Ibadah, (Jakarta : Republika,

2004), hlm.vii-viii 32

Muhamamad Quraish Shihab, Logika Agama ; Kedudukan Wahyu dan batas-

batas Akal dalam Islam, (Jakarta : Lentera Hati, 2005), hlm.i 33

Muhamamad Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur`an, (Bandung : Mizan, 2014),

hlm.23 34

Pesisir sungai Dajlah, dititik pertemuan antara perbatasan Syiria, Iraq dan Turki,

ia juga bernama Jilka, terkenal dalam bahasa arab yaitu Jazirah Ibnu Umar. 35

M. Said Al Buthi, Perempuan DalamPandangan Hukum Barat dan Islam, Cet-I

(Suluh Press: Cet-I (Suluh Press: Yogyakarta, 2005), hlm. 271-272

23

beragama.Ayahnya, Mula Ramadhan adalah salah seorang tokoh

ulama besar di Turki, termasuk di Syam yang berasal dari suku

Kurdi. Sesaat setelah peristiwa kudeta yang dilancarkan oleh

Kemal Attaturk, ia pindah ke Syiria bersama ayahnya sejak Said

kecil baru berusia empat tahun.36

Guru pertama baginya adalah ayahnya sendiri. Ayahnya

pula yang memulai menanamkan pendidikan yang bermanfaat dan

membesarkannya dengan wawasan keilmuan yang tinggi. Dengan

segala kecerdasannya, Said sendiri haus akan ilmu dan memiliki

ingatan yang mengagumkan.37

Said Ramadhan Al Buthi setelah menamatkan pendidikan

Ibtidaiyah kemudian ayahnya mandaftarkannya di Ma'had uI-

Taujih aI-islamy (lnstitute of Islamic Guindance) di daerah

Meidan, Damaskus 38 di bawah pengawasan seorang maha guru

Hasan Habannakeh (ulama besar Syam). Ia banyak melahirkan

ulama terkenal dan merupakan penyumbang kepada ketajaman

ilmu al-Bulhi, dan ulama„ sejawat lainya seperti; Mustafa Al

Bugha, Mustafa Saed Al Khen, Muhammad Al Zuhaily dan banynk

lagi ulama tersohor. AI-Buthi di latih berkhutbah dan mulai

menyampaikan khutbah berdekatan dengan Jami‟ Manjak ketika

umur beliau baru 17 tahun.Beliau juga dilatih ilmu perdebatan

menghadapi pemikian atheis dan ahli bidah, kecerdasan, ketajaman

36

M. Said Al Buti, Menampar Propaganda “Kembali Kepada Qur‟an”. (Pustaka:

pesatre: Yogyakarta, 2013) 37

Mulia Ramadan mengasuh beliau dengan mendalami asas asas agama, bermula

denga menhafal Qur‟an pada usia 7 tahun, menghafal mata berbagai disiplin ilmu seperti

Balaghoh, Nahwu Sorof dan juga menghafal Alfiyyah, ibnu malik pada usia muda mengafal

melalui ayahnya „Uqud Al Jamman karya Imam al-Suyuti, Ilmu Mantiq, Al Muqulat Al

„Ashr, dan juga Syarah Jam‟u di dalam ilmu usul fikh. Shekh Mulia Ramadan memberi

penekanan kepada madzab Imam Syafi‟I serta akidah al-Asyariah. Liat Buthi, Muhammad

Said Ramadan. 1998. Hada Walidi :al-Qit‟ah al Kamilah Lilhayati al Syekh Mulla Ramadan

Al Buthi min Wiladatihi ila Wafatihi, Damaskus : Dar al-Fikr. Dan Dawabit al Maslahah fi

Al Shariah al Islamiyah, Damaskus, Syria ; Dar al-Fikr, Hlm. 64. 38

M. Said Al Buti, Menampar Propaganda “Kembali Kepada Qur‟an”.hlm. 219

24

pemikiran dan kemahiran berdebat AI-Bulhi menjadikan beliau

terkenal di Syiria ialah apabila beliau berdebat dengan seorang

yang berfahaman sekular seperti Dr. Taib Tizniy, dan lain

sebagainya.39

Hasan mengetahui pada diri Said terdapat kecerdasan

yang menonjol, karena itulah ia amat memperhatikannya dan

menjadikannya fokus pengawasan, hingga Said dapat menamatkan

pendidikan Ma‟had-nya dan menggondol ijazah Tsanawiyah

Syar'iyyah.

Said Ramadhn Al Buthi kemudian menuju Kairo dan

meneruskan studinya dengan spesialisasi ilmu Syariah hingga

memperoleh Ijazah Licence (tingkat sarjana pada tahun 1955).

Tahun berikutya ia meraih pendidikan (setingkat S2) di Fakultas

Bahasa Arab dari Universitas Al Azhar. Pada tahun 1965, Said

Ramadan menyelesaikan program Doktornya di Universitas Al-

Azhar bidang Epistemologi Hukum Islam dengan predikat Mumtaz

Syaf „Ula. Disertasi yang ia tulis dan berjudul “Dlawabit al-

Mashlahah fi asy-Syari‟at al-lslamiyyah,” mendapatkan

rekomendasi Jami„ah aI-Azhar sebagai “Karya Tulis yang Layak

Dipublikasikan.” kewibawaan beliau sebagai ulama Ahli Sunnah

Wa Al-jamaah terus diasah oleh ulama ulama al Azhar, sehingga

studi beliau berhasil diperingkat doktor falsafah (kajian ini berkisar

mengenai tesis beliau). Al-Buthi sempat berguru dengan ulama

besar yang terkenal dengan kealimannya seperti Mahmud Shaltut

dan Mustafa Abdul Khalid dan yang lain.40

Said Ramadan Al Buthi sudah mulai menulis sejak kecil,

beliau sudah mulai menterjemahkan karya-karya dari bahasa Kurdi

39

Perdebatan ini telah dibukukan degan judul al islam wa al asr tahaddiyat wa

Afaq, Dar al-Fikr. 40

Muhammad Rashidi. 2014, Ketokohan al-alamah Muhammad Said Ramadan al-

Buthi : sebuah sorotan Berkitan Biografi, Sumbangan, Pengiktirafan dan beberapa aspek

pemikirannya. Kertas kerja yang dihailkan bagi Seminar Pemikiran Syeikh Muhammad Al

Buthy al-Buthi. Syah Alam, hlm. 15-35.

25

ke bahasa Arab yaitu Mamu Zain pada usia l4 tahun. Al-Buthi

menghasilkan 70 buah buku dari berbagai disiplin ilmu, meliputi

bidang syari‟ah, sastra, falsafah, sosial, masalah-masalah

kebudayaan, dan lain-lain dengan gaya bahasa yang istimewa dan

menarik. Tulisannya kaya dengan tema-tema yang dibawanya.

Tulisannya tidak tersasar dan keluar dari akar permasalahan dan

kaya akan sumber-sumber rujukan, terutama dari sumber-sumber

rujukan yang juga diambil lawan-lawan debatnya. Akan tetapi

bahasanya ada kalanya tidak dapat dipahami dengan mudah oleh

kalangan bukan pelajar, disebabkan unsur falsafah dan mantiq,

yang memang merupakan kepakarannya, kata-kata AI-Buthi juga

sangat menyentuh hati, sehingga mumpu membuat pembacanya

berurai air mata. Al Buthi juga banyak menghasilkan karya-karya

di a1 Azhar, membimbing tesis sarjana dan doktor falsafah serta

menghadiri forum-forum seminar Internasional di University

Oxford dan menjadi Tamukehormatan di sana.41

Al Azhar sendiri memberi julukan kepada al-Buthi

sebagai AI Alamah A1 Sham (ulama dari negara Syiria).Beliau juga

mendapat galar Imam al Ghazali Kontemporary selaku tokoh,

akidah fiqh dan tasawuf.Semangat berdakwah menyiarkan ajaran

Islam adalah alasan yang paling utama dari kesuksesannya dan

kecintaan orang-orang padanya.Ia menjadi tenaga pengajar di Fak.

Syari‟ah Universitas Damaskus semenjak 1961.Kemudian Ketua

Jurusan Fiqh Islam pada Fak.Syariah dan pada gilirannya duduk

sebagai Dekan Fakultas pada tahun 1977. Kemudian lantaran

keluasan pengetahuannya, ia dipercaya untuk memimpin sebuah

lembaga penelitian theologi dan agama-agama di universitas

bergengsi di Timur Tengah tersebut.42

41

Andras Christman 1998, hlm 152.Islamic scholar and religious leader: A portrait

of Syakh Muhammad Said Ramadan al-Buthi.

http://www.ou.edu/mideas/Additional%20pages%20-%20non-category/Christman_Buthi.pdf 42

Nasr al-Din Asad 2002.Muhammad Said Ramadan al-Buti : Buhuth wa Maqolat

Muhdatu Ilaihi, Dar al Fikr, Damaskus ; Syiria, hlm. 45

26

Setelah itu Al Buthi menjadi Guru Besar di Fakultas

Syariah Universitas Damaskus dalam bidang Fiqh Islam dan

banyak menghadiri berbagai muktamar penting dunia Islam;

Aljazair, Saudi Arabia, Emirat, Bahrain, dan Turki serta belahan

dunia Barat. Selanjutnya menjabat sebagai anggota Lembaga

Kajian Peradaban Islam milik kerajaan di Yordania.Said Ramadan

dikagumi oleh ulama dan pemikir muslim dari berbagai penjuru,

karena ketinggian ilmu dan kehebatan argumentasinya dalam

berbagai diskusi. Al Buthi aktif memberikan ceramah/pengajian di

beberapa masjid di Damaskus.Pengajian Minggu malam (al-Hikam

li Athoilah as-Sakandari) dan Kamis malam (Riyadlush-Shalihin li

al Imam an-Nawawi) di Masjid al-lman Damaskus selalu dipenuhi

oleb ribuan kaum muslimin.43

Al Buthi semakin mendapat tempat di hati masyarakat

Timur Tengah setelah pada tahun 1980 beliau terlibat perdebatan

sengit yang disiarkan dalam rangka menggugat filsafat

matrealisme, melawan intelektual Marxis. Tiga buah tulisannya,

La Ya‟thil al-Bathil, Kubro aI-Yaqiniyyah dan Fiqh as-Sirah, dipuji

oleh banyak ulama sebagai karya fenomenal penentang para

orientalis yang banyak menyebarkan syubhat-syubhat mengenai

Otentitas Al Qur‟an, Akidah Islam, dan Sirah Nabi.AI-Buthi

mempunyai peran panting dalam membentuk jati diri masyarakat

setempat, beliau menyampaikan kuliah di masjid-masjid sekitar

Damaskus, seperti Masjid Bani Umayyah Al Kabir, Masjid Tenkiz,

Masjid lman dan Masjid Mulla Ramadan. Beliau sering menghadiri

persidangan dalam dan luar negeri.Kali terakhir sebelum beliau

meninggal beliau menjadi khatib di Masjid Bani Umayyah Al

43

Mulla Ramadan menitik beratka pendidika al-Buthi dalamberbagai aspek,

diperingkat dasar madrasah ayah beliau menggabungkan akademik dan Diniyah, dari situlah

al-Buthi mahir dalam berbagai ilmu duiawi, tidak heran beliau mahir bahasa Arab, Peracis,

Inggrise selain bahasa Kurdi dan Turki. Sebab itu , al-Buthi disebut sebagai ulama‟

kontemporer yang dapat mejawab persoalan-persoalan zaman modern degan diskusi

akademik tersebut.

27

Kabir. Beliau menyampaikan dakwah keagamaan seperti La Ya

„tihi Al Batil di Saluran Sham dan Sani'u al Qarar, Dirasal al

Quraniyyah di Saluran Satelit Syiria, Syarah kitab Kubra al

Yaqiniyyat a1 Kauniyyah, Mashahid wa al „Ibr di saluran al

Risalah, Fiqh al Sirah di Saluran „Iqra. Dan banyak lagi di saluran-

saluran televisi satelit lainnya.44

Said Ramadhan Al Bhuti selain di pertelevisian beliau

juga mulai berkarya dalam beberapa surat kabar (koran) dan

majalah-majalah yang memuat isu yang menyentuh Qadiyyah

Islamiyyah secara khususnya, kemudian isu-isu terbaru yang

menjawab persoalan dan menangkis serangan ideologi yang

bertentangan dengan agama Islam disertai dengan penyelesaian

masalah yang berlaku di kalangan masyarakat pada umumnya.

Mobilitas dakwah Al Buthi yang tinggi dan jamaahnya

yang banyak serta loyal, membuatnya dilirik oleh para politikus

untuk diangkat menjadi anggota partai. Namun, ia selalu

menampiknya. Al Buthi bahkan menolak ajakan politik aliran

Islam, semisal Jamaah al-Ikhwan al-Muslimin.Pada tahun 1993,

dalam rangka menanggapi Islam radikal, Al Buthi menulis buku

berjudul al Jihad fi a1 Islam.Buku ini mendapat sambutan yang

luas, beliau bahkan sempat bersitegang dengan Syaikh Yusuf al-

Qardhawi, uluma kenamaan Jamaah al-lkhwan al-Muslimin.45

Diantara murid beliau yang menjadi ulama tersohor pada

hari ini ialah Mustafa al Bugha, Muhnmmad Al Zuhaily, Nuziyah

Hammad, Abd Al-Sattar Abu Ghuddah, Badec Sayyid Al Lahham,

Nuruddin Al Eter, Mahmud Al Bakhit, Nuh AI Qudah, Faruq

Hammadah, anaknya sendiri Muhammad Taufiq al-Buthi serta

banyak lagi tidak terhitung.46

44

M. Al-Buthi, Menampar Propaganda “Kembali ke Qura”, hlm. 220 45

M. Said Al Buti, Menampar Propaganda “Kembali Kepada Qur‟an”.hlm. 221 46

Muhammad Rashidi. 2014, Ketokohan al-„allamah Muhammad Said Ramadan

al-Buthi : Sebuah Sorotan Berkaitan Biografi, Sumbangan, Pengktirafan dan beberapa

28

Kamis 22 Maret 2013 malam, seperi biasanya Syaikh Al

Buthi mengisi kajian tafsir Al Qur‟an pekanan di Masjid Al 1man,

Mazra‟a, Damaskus.Kajian ini dilaksanakan selepas shalat

Maghrib.Namun, saat kajian berlangsung seorang pelaku bom

bunuh diri meledakkan bom di tengah-tengah majelis ilmu yang

sedang diampunya. Dalam kejadian teresebut Syaikh Muhammad

Said Ramadan Al Buthi meninggal dunia bersama 42 muridnya,

sedangkan 84 lainnya mengalami luka-luka, termasuk cucu Syaikh

Al Buthi. Menanggapi kematian Syaikh Al Buthi, salah satu

rekannya dalam dunia tasawuf, Al Habib Ali Al Jufri mengabarkan

keadaan beliau sebelumnya, “Aku telah meneleponnya dua minggu

lulu dan beliau (Syaikh Al Buthi) berkata pada akhir perkatannya:

“Tidak tinggal lagi umur bagiku melainkan beberapa hari yang

boleh dihitung.Sesungguhnya aku mencium bau surga dari

belakangnya. Jangan Iupa, wahai Saudaraku, untuk

mendoakanku.”Beberapa hari sebelum kewafatannya, beliau juga

berkata, “Setiap apa yang berlaku padaku atau yang menuduhku

atas ijtihadku, maka aku harap ia tidak terlepas dari ganjaran

ijtihad.”Maksud Syaikh Al Buthi adalah bahwa dalam ijtihad yang

betul mendapat dua ganjaran dan yang salah mendapat satu

ganjaran.47

2. Karya-karya Al Buthi

Al Buthi sangat aktif dalam tulis-menulis, oleh karena itu

banyak karya-karya yang keluar dari tangan beliau, beberapa

karyanya antara lain:

1) Fiqhus sirah, kitab ini tidak sekedar bicara soal fikih

dan sejarah kehidupan Nabi, tapi lebih dari itu mengurai

hukum dan hikmah dari setiap perjalanan hidup Nabi

Muhammad SAW.

aspek pemikirannya. Kertas kerj yang dihasilkan bagi Seminar Pemikiran Syeikh

Muhammad Al Buthi al-Buthi.Shah Alam, hlm. 25 47

http://www.fimadani.com/biografi-syaikh-muhammad-said-ramadan-al-buthi/.

29

2) Al-Laa Madzhabiyyah Akhtaru Bid‟atin Tuhaddidu as

Syari‟ah Al Islamiyyah (Paham Anti madzhab adalah

Bid‟ah Terbesar yang Menurut Tatanan Syariat Islam)

3) Salafiyyah; Marhalah Zamaniyyah Mubarakah Laa

Madzhab Islami (Salafiyah adalah fase zaman yang

diberkahi, bukan sebuah madzhab islami).

4) Min Rawaiyl Qur‟an (keunikan al-Qur‟an).

5) Manhaj al-Hadharah al Insaniyyah al-Jadaliyyah

(Metode Peradaban Kemanusiaan dalam Islam).

6) Naqdul Auhami Al Maddiyah Al Jadaliyah (Mengkritik

Keraguan Filsafat Dialetika Hegel).

7) Muhadlarat fil Fiqhil Muqharin Ma‟a Muqaddimati fi

Bayani Asbabi Ikhtilafi al-Fuaha‟ Wa Ahammiyyati

Dirasatil Fiqhil Muqarin (Problematika dalam Fiqh

Muqarin, Sebab Terjadinya Perbedaan Fuqaha‟, dan

Pentingnya mempelajari Fiqh Muqarin).

8) Al-Islam Maladz Kulli Mujma‟at Insaniyyah; Limadza

Wa Kaifa? (Islam Tempat Berlindung Masyarakat

Sosial; Mengapa da Bagaimana?).

9) Al-Jihad fil Islam: Kaifa Nafhamuhu? Wa Kaifa

Numarisuhu? (Jihad Dlam Islam; Bagaimana Kita

Memahami dan Melaksanakannya?).

10) Al-'Uqhubat Islamiyyah; Wa 'Aqduhu aI-Tanaqhudhu

Bainaha Wa Baina Ma Yusamma Bithobi'ihal 'Ashri

(Hukum-Hukum Islamiyah)

11) Hurriyatul lnsan fl Dhilli 'Ubudiyyahatihi Lillah

(Kebebasan Manusia Dalam Beribadah)

12) Difa' 'an Islam Wa Tarikh (Pembelaan Terhadap Islam

dan Sejarah)

13) AI Islam wa 'Asru; Tahaddiyat Wa 'Afaq (Islam dan

Modernisme : Sebuah Tantangan dan Harapan)

30

14) Al Aqidah Al Islamiyyah wa AI Fikr al Mu'asirah

15) AI Mazdhab al Iqtishady Baina Syuyu'iyyah Wal Islam

16) Dhawabitu AI Maslahat Fi As Syariah al Islamiyyah. Ini

adalah disertasi beliau yang banyak menjadi rujukan

dalam kaidah hukum Islam, dan mendapat rekomendasi

Jami‟ah al Azhar sebagai "Karya Tulis yang Layak

Dipublikasikan."

17) Fi Sabilillahi Wa AI Haq.

18) Hiwar Haula Musykilati Hadhariyyah.

19) Kubra Yaqiniyyati al Kauniyyah.

20) Mbahitsul Kitab Wa As Sunnah min 'llmi Ushulil Fiqhi.

21) Mamuzain, Qishatu Hubbub Nabati Fi Al Ardhi wa

Aina‟u fl As Sama', Mutarjamah.

22) Manhaj AI 'Audah Ilal Islam.

23) Masalatu Tahdidi an Nashli Wiqayatn wa 'llajan.

24) Min Al flkri wa AI Qalbi.

25) Tajribatut Tarbiyah Al Islamiyyah Fi Mizan Al Bahts.

26) AI insan Wa Adatullahi Fi Al Ardli

27) Al islamu Wa Muskilatus sabab.

28) Bathinul Ismi al Khatar Fi Hayatl Muslimin.

29) Hakadza Fal Nad'u al Islam.

30) Ila Kulli fatatin Tu‟minu Billah.

31) Man Huwa Sayyidu al Qadri fl Hayatil Insan.

32) Minal Mas'ul 'An Takhallufl Al Muslimin.

33) Min Asrari Alk Manhaj AI Islami.48

48

http://www.madinatuliman.com/3/6/850-inilah-karya-monumental-syaikh-said-

ramadhan-al-buthi-buthi-yang-populer.

31

BAB III

MENGENAL CINTA

Al-Hubb atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai cinta

adalah sebuah bentuk kasih sayang yang dimiliki setiap makhluk.49

A. Pegertian Cinta Secara Etimologi

Dalam kamus popular bahasa Indonesia, secara etimologi

makna cinta sama dengan kasih sayang dan rasa kasih, sehingga kata

cinta dan kasih sayang memiliki keterkaitan makna yang erat. Jika

Allah mengasihi dan meyayangi hamba-Nya maka hamba tersebut

akan medapatka cinta-Nya. Jika orang tua mencitai anaknya maka

orang tua tersebut akan meyayangi dan megasihi anaknya.50

Meurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, kata cinta (Al-Hubb),

memiliki kata yang bersinonim sebanyak 50 kata atau bahkan lebih,

diantaraya adalah kata al-mahabbah (cinta), al-alaqah

(ketergantungan), al-hawa (kecenderungan hati), ash-shobwah

(keriduan), ash-shobabah (rindu berat), asy-syaghaf (mabuk

kepayang), al-miqah (jatuh hati), al-wujdu (rindu bercampur sedih),

al-kalaf (derita karena cinta), at-tatayyum (pemujaan), al-„isyq

(kasmaran), al-jawu (yag membara), ad-danaf (sakit karena cinta),

as-sajwu (yang menyedihkan/merana), asy-syauq (rindu), al-

khilabah (yang memperdaya), al-balabil (yang menggelisahkan), at-

tabarih (yang memberatkan), as-sadam (sesal dan sedih), al-

ghamarat (tidak dasar atau mabuk), al-wahl (yang menakutkan), al-

ikhti‟ab (yang membuat merana),al-washub (kepedihan), al-hanin

(penuh kasih sayang), al-futun (cinta yang penuh cobaan), ar-rasis

49

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm. 13 50

Pius a partanto dan M. Dahlan, kamus ilmiah…, hlm. 89

32

(gejala cinta), al-wudd (kasih yang tulus) dan al-marhamah

(perasaan sayang).51

Kata lain yang bersinonim dengan kata Al-Hubb yakni al-

marhamah yang berarti cinta atau kasih sayang, kata kerjanya adalah

rahima yang berarti perasaan sayang, meliputi pengertian cinta

kasih, yang menimbulkan kekuatan untuk menahan amarah kepada

sesuatu.52

B. Pengertian Cinta Secara Terminologi

Cinta dalam islam bukan sebuah kebebasan tanpa batas,

bukan pula kemerdekaan tanpa tanggung jawab. Cinta merupakan

metode pendidikan ilahi yang terkait dengan emosi dan

perasaan.Cinta adalah ruh iman dan amal kedudukan dan keadaan,

yang jika cinta ini tidak ada disana maka tak ubahnya jasad yang

tidak memiliki ruh.53

Bayak pendapat dari kalangan ahli bahasa yang sehubungan

dengan devinisi cinta, diantaranya:54

a) Cinta adalah meururti kemauan yang dicintai, baik di hadapanya

maupun dibelakangnya.

b) Cinta adalah kesamaan kehendak antara pihak yang mencintai

dan pihak yang dicintai dalam hal selera.

c) Cinta adalah menyajikan pelayanan yang disertai dengan

menjaga kesucian

d) Cinta adalah banyak berkorban untuk orang yang dicintai dan

enggan merepotkannya.

51

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Taman Jatuh Cinta dan Rekreasi Orang-Orang

Dimabuk Rindu, penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihzan Zubaidi, (Bandung: Irsyad Baitus

Salam, 2000), 39-41. 52

M. Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur‟an (Tafsir Sosial Berdasarkan konsep-

konsep Kunci), (Jakarta: PARAMADINA, 1996), hlm. 212 53

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus salikin, Penerjemah: Kathur Suhardi,

(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), hlm. 351 54

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Taman Jatuh…, hlm. 47-50

33

e) Cinta adalah kecemburuan yang muncul dalam kalbu bila

kehormatan obyek yang dicintai ada yang melecehkannya, dan

cemburu jika kekasih menduakan.

f) Cinta adalah memelihata kesetiaan. Oleh karena itu tidaklah

benar orang yang mengakui cinta kepada seseorang sedang ia

tidak memelihara kesetiaannya.

g) Cinta adalah bilamana seseorang melakukan apa yang disukai

dengan orang yang dicintainya.

h) Cinta adalah kecenderungan hati kepada kekasih secara total,

sehingga membuat orang lebih memprioritaskan kekasih diatas

kepetinga jiwa, raga dan harta bendanya, lahir dan batin selalu

bersesuaian dengan yang dicintainya, namun demikian sang

pencinta selalu merasa kecintaannya belum maksimal.

i) Cinta adalah bilamana mengorbankan semua jerih payah demi

memuaskan hati yang dicintai.

j) Cinta adalah ketenangan tanpa keguncangan dan keguncangan

tanpa ketenangan. Kalbu selalu berguncang dan tidak pernah

merasa tenang kecuali dengan sang kekasih, kalbu selalu

berguncang karena rindu kepada sang kekasih, dan baru merasa

tenang bila berada dengannya.

k) Cinta adalah bilamana sang kekasih merasa lebih dekat dengan

orang yang dicintainya daripada dengan jiwanya sendiri.

Kekuatan cinta seseorangpun bermacam-macam, demikian

masa berlangsungya.Ada yang tertancap dalam sanubari, ada juga

yang bagaikan pohon, yang akarnya terhujamkebawah dan

dipucukya banyak buah. Cinta semacam ini dapat membuat si

pecinta terpaku dan terpukau bahkan tidak lagi menyadari keadaan

sekelilingnya karena yang dirasakan serta yang terlihat olehnya

hanya sang kekasih. Ada juga yang hanya betengger di permukaan

34

hati;seumur mawar, sekejab saja bertahan lalu layu,tidak mampu

manaha rayuan pihak lain atau tidak sabar menahan deritanya.55

Mereka yang berusaha menjelaskannya, menggunakan

berbagai ungkapan bahkan bahasa.Ada yang menggunakan bahasa

moral, ada juga yang menggunakan bahasa sosiologi atau biologi,

tapi tidak sedikit pula yang mejelaskan dengan bahasa tasawuf atau

filsafat.Seperti cinta Rabiah kepada Tuhannya yakni cinta yang

memenuhi seluruh jiwanya, sehingga ia menolak lamaran kawin,

dengan alasan dia milik Tuhan yang dicintainya, dan siapapun yang

ingin kawin dengannya harus meminta izin kepada Tuhan.56Belum

lagi bahasa pemuda yang sering berbeda pandanganya dengan

pandanga orang dewasa yang berpengalaman, sehingga bermacam-

macam penjelasan ditemukan dalam berbagai leteratur, termasuk

leteratur keagamaan.Secara umum orang berkata bahwa cinta adalah

kecenderungan hati kepada sesuatu.Kecenderungan ini boleh jadi

disebabkan karena lezatnya yang dicintai atau karena manfaat yang

diperoleh darinya bisa juga lahir dari naluri pecinta, seperti cinta ibu

kepada anaknya, seorang anak kepada keluargaya, seorang guru

kepada muridnya, atau seorang hammba kepada tuhan-Nya.57

Cinta merupakan kewajiban yang paling mulia dan fondasi

keimanan yang paling kuat.Setiap perbuatan sesungguhya

digerakkan oleh cinta, baik itu perbuatan yang positif maupun

perbuatan yang negatif.58

Rabi‟ah Al Adawiah terkenal sebagai perintis al-hubb al-

ilahi.Rabi‟ah berusaha mewujudkan ide tasawuf, berupa al-hubbal-

ilahi (mahabbah) dan berusaha mengajarkan ke generasi muslim

55

M. Quraish Shihab, Pengantin Al-Qur‟an “Kalung Permata Buat Anak-Anakku”,

(Jakarta: Lentera Hati, 2007), hal 76 56

Wasalami, Mahabbah Dalam Tasawuf Rabi‟ah Al-Adawiyah (PPS UIN Alaluddin

Makassar, 2014). Hlm. 85 57

Ibid hal 24 58

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), h 10

35

sesudahnya, sehingga mereka mampu mengangkat derajat mereka

dari nafsu rendah. Sebagaimana diketahui kondisi masyarakat

Basrah pada saat itu terlena dalam kehidupan duniawi, berpaling dari

Allah dan menjauhi orang-orang yang mencintai Allah serta

menjauhi segala sesuatu yang dapat mendekatkan diri dari Allah

Swt. dengan terangkat jiwanya, mereka mendapat kedudukan tinggi,

sebab Rabiah mendidik manusia dengan akhlak yang mulia. Ia

mengajarkan pada manusia arti cinta Ilahi, bahkan sering

menyenandungkan lagu-lagu yang merdu untuk membangkitkan

minat mereka kepada cinta Ilahi.59

Rabi‟ah Al Adawiah mencintai Allah Swt. dengan dua

macam cinta. Pertama cinta irasional, yaitu doongan asmara

yangbiasanya diwujudkan dalam lamunan, hayal, atau dalam impian.

Kedua cinta rasional, yaitu cinta yang lahir karena melihat dengan

perasaan kagum terhadap sifatnya sehingga dengan jenis ini Rabi‟ah

patuh dan taat kepada perintah dan larangan-Nya.60

Konsep Mahabbah yang digagas oleh Rabi‟ah pada satu sisi

mendorong motivasi umat islam dalam ibadah untuk selalu lillahi

ta‟ala, dengan menyeimbangkan hablum minallah dan mestinya

jnagan sampai mengurangi interraksi hablum minannas.61

C. Tanda Cinta Allah Kepada Hamba-Nya

1. Allah megarahkan hamba-Nya dengan mendidik dan

membimbingnya sejak kecil dengan cara terbaik, menuliskan

iman di dalam hatinya, menerangi akalnya, sehingga Allah

memeliharanya karena cinta-Nya, membersihkannya agar

beribadah kepada-Nya, lisan senantiasa sibuk dengan zikir dan

anggota badannya dengan ketaatan, serta ia senantiasa mengikuti

59

Margareth Smith, Rabi‟ah: Pergulatan Spiritual Perempuan (Surabaya: Risalah

Gusti 1997) hlm. 54 60

KH. Ali Ma‟shum, Ajakan Suci (Yogyakarta: Lajnah Ta‟lif wa Nasyr (LTN)-NU

1995). Hlm. 6 61

Margareth Smith, Rabi‟ah: Pergulatan Spiritual Perempuan.hlm. 55

36

semua amal yang mendekatkannya kepada kekasihnya yaitu

Allah. Kemudian Allah memberikan rasa takut dari semua

kegiatan yang bisa meimbulkan jarak antara dirinya dengan

Allah.

2. Allah mengasihi dan memberika kemudahan bagi hamba-Nya.

Allah memberikan kemudahan untuk hamba yang dicinyai-Nya

ini dalamsemua urusannya tanpa merendahkan diri kepada

makhluk, meluruskan zahirdan batinnya dan menimbulkan

ambisi, yaitu hanya cinta kepada Allah.

3. Keberadaan hamba diterima oleh penduduk bumi, maksudnya

semua hati manusia menerima, mencintai, ridho dan memuji

keberadaan hamba yang dicintai Allah. Rasulullah bersabda

"عن اب ىريرة رضي اهلل عنو قال: قل رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم: اناهلل ت با رك وت عا ل اذاحب عبدا نادى جبيل: ان اهلل قد احب فل نا ماء: ان اهلل قد احب فل نا حبو, ف يحبو جبيل, ث ي نا دي جبيل ف الس

ماء, وي وضع لو القب ول ف اىل الرض" وه, ف يحبو اىل الس فأ حب

“Sesungguuhya Allah apabila mencitai seorang hamba,

dia memanggil Jibril dengan berkata, “Sesungguhnya Allah

mencintai Fulan, karenanya cintailah ia. Maka penghuni langit

pun mencintainya.Lalu orang tersebut didudukkan sebagai

orang yang diterima dimuka bumi. Dan apabila Allah

membenci seorang hamba, ia memanggil Jibril, sesungguhya

saya membenci Fulan,karenanya bencilah ia, maka Jibril pun

membencinya. Lalu ia menyerukan kepada seluruh penghuni

langit sesungguhnya Allah Membenci Fulan, karenanya

bencilah ia.lalu orang tersebut didudukkan sebagai orang yang

dibenci dimuka bumi.”(HR Bukhari Muslim).

37

4. “Sungguh apabila Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan

menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka

ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa yang tidak suka,

maka Allah pun murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031)oleh sebab

itu, sebagai manusia penting untuk senantiasa ingat bahwa ujian

adalah bentuk rasa cinta Allah kepada hambanya, tugas kkita

hanya ridho terhadap ketentuan-Nya, sehingga ujian tersebut

akan membawa kebaikan pada diri kita dan bukan malah

membawaa murka-Nya.

Bentuk tanda cinta Allah kepada hamba-Nya bukan hanya

kenikmatan, ketentraman, atau kesejahteraan saja, akan tetapi Allah

mengungkapkan betuk rasa sayangnya juga dalam bentuk cobaan,

ujian, dengan kadar yang telah disesuaikan dengan kekuatan masing-

masing hamna-Nya.62

62

Syekh Muhammad Shalih Al-Muajjid, Jagalah Hati Raih Kemenangan, (Jakarta

: Cakrawala ublishing, 2006) hlm. 321-324

38

BAB IV

MENGENAL KONSEP AL HUBB MENURUT M. QURAISH SHIHAB

DAN M. SAID RAMADHAN AL BUTHI

A. Mengetahui Konsep al Hubb

1. Pengertian al Hubb

Cinta adalah terjemahan dari Love dalam bahasa Inggris dan

dalam bahasa Arab al Hubb atau al Mahabbah, selain itu cinta

juga bisa digambarkan sebagai kasih sayang dan ketertarikan

terhadap seseorang.Cinta senantiasa dibicarakan dari mulut ke

mulut.Berbicara tentang cinta merupakan tradisi para penulis

dan sastrawan.Cinta adalah sumber Ilham bagi para pujangga,

pemanis obrolan dan percakapan serta penyatu hubugan antara

filosof dan ilmuan.

Secara etimologi, makna cinta sama dengan kasih sayang,

sehingga kata cinta dan kasih sayang memiliki keterkaitan yang

erat. Jika Allah mengasihi dan menyayangi hamba-Nya maka

hamba tersebut akan mendapatkan cinta-Nya, jika orang tua

mencintai anaknya maka ia akan mengasihi dan menyayangi

anaknya.63

Cinta memiliki peranan penting bagi kehidupan individu dan

masyarakat.Ia memiliki kekuatan pemersatu keluarga dan

hubugan rumah tangga. Sejarah cinta tidak pernah usang.Hari-

hari percintaan tidak terlupakan.Pikiran manusia senantiasa

dibisukan dengan mengenang tokoh-tokoh percintaan sepanjang

zaman.Berapa banyak jiwa yang putus asa hidup kembali karena

cinta dan berapa banyak jiwa yang hidup seakan-akan mati

karena cinta.64

63

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmia Populer, (Suabaya:

Arkola, 1994). 64

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm.. 2

39

Al-Qur‟an juga menumbuhkan rasa cinta di dalam hati.Al-

Qur‟an mengingatkan agar akal memperoleh kebenaran dan

mengingatkan jangan sampai hati mencintai sesuatu atau orang

yang tidak layak untuk dicintai.65

Di dalam Kamus Istilah Fikih, cinta didefinisikan dengan

ruangan tanpa batas dan tanpa cakrawala.Cinta adalah

kebebasan yang tidak satupun hukum alam yang mampu

mencegahnya.Ia seperti deras air, memburu muara dan laut

adalah tujuan akhir setelah melalui perjalanan panjang. Cinta

adalah ketertarikan hati dan mendapat kepuasan yang dicintai,

yang tanda-tandanya antara lain: selalu terkenang, bersedia

berkorban, perhatian yang melimpah, selalu bersemangat dan

menyayangi segala yang datang dari yang dicintainya.66

Seperti yang dikutipoleh Ahmad Nurcholis, Ibn al-Arabi

mengatakan: “agamaku adalah agama cinta” pasti dia tidak

sedang bergurau, melainkan menggambarkan hakikat Islam,

yaitu mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri. Tujuan

akhir dari keberagamaan seseorang adalah mengeliminasi semua

nafsu kebinatangan dalam diri sehingga yang tersisa hanyalah

cinta, cinta tulus tanpa pamrih. Cinta kepada Sang Pencipta

sekaligus juga kepada semua ciptaan-Nya tanpa kecuali.67

Dari uraian di atas maka dapat dipahami bahwa tidak ada

kesepakatan dalam mendefinisikan cinta. Kendati demikian,

menurut hemat penulis inti dari beberapa definisi diatas, cinta

adalah rasa kasih sayang yang teramat dahsyat sehingga karena

kedahsyatannya tersebut terkadang dapat mengaburkan akal

sehat manusia. Dengan mengatasnamakan cinta terkadang

manusia dapat melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama,

semisal: perzinaan, membunuh karena cemburu, bahkan sampai

65

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta … hlm. 3 66

M. Abdul Mujib, Kamus Istilah Fikih, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994). hlm. 27 67

Ahmad Nurcholis, Alamsyah M. Djafar, Agama Cinta: Menyelam Samudra Cinta

Agama-Agma, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015). hlm. ix

40

rela mengorbankan keyakinanya kepada Allah SWT dengan

meminta bantuan ke dukun. Namun berbeda halnya jika

manusia yang memiliki cinta tersebut tetap menggunakan akal

sehatnya. Cinta yang di management dengan akal sehat akan

menghasilkan output yang sangat baik yakni cinta tulus tanpa

pamrih.

2. Lafazh-Lafazh yang Berkaitan dengan Cinta dalam Al-

Qur’an

Banyak sekali lafal yang berkaitan dengan cinta dalamal

Qur‟an, namun penulis hanya membatasi pada beberapa kata

yang memang berkaitan maknanya dengan pengertian cinta.

Kata cinta yang sepadan dengan kata Wudd (Waddah), kata

ini disebut dalam al-Qur‟an sebanyak 27 kali. Kata ini

mengandung dua makna yakni keinginan yang utopis

(tamanni) dan cinta (mahabbah). Kata ini juga berkonotasi

syahwat (keingian besar).

Cinta yang sepadan degan kata rahmah. Kata rahmah

disebutsebanyak 321 kali. Yang memiliki makna menyayngi,

yang bisa menimbulkan tali kekerabatan atau kasih sayang

dan kelembutan yang mendorong untuk berbuat baik

terhadap yang disayangi.68

B. Konsep al Hubb menurut M. Quraish Shihab dan M. Said

Ramadhan Al Buthi

1. Konsep al HubbMenurut M. Quraish Shihab

Cinta Allah Kepada Manusia

QS. Ali Imran 31

68

Sukamadja Rosi Yusup, Indeks al-Qur‟an. (Bandung: Penerbit Pustaka, 1984),

hlm. 41

41

Artinya:Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai

Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni

dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.

Tafsir :

Adapun makna cinta, ini pun diperselisihkan.Hal ini boleh

jadi karena cinta tidak dapat dideteksi kecuali melalui gejala-

gejala psikologi, sifat-sifat perilaku dan pengaruhyang

diakibatkan pada diri seseorang yang mengalaminya.Cinta

adalah dasar dan prinsip perjalanan menuju Allah.Semua

keadaan dan peringkat yang dialami oleh pejalan adalah

tingkat-tingkat cinta kepada-Nya, dan semua tingkat (maqam)

dapat mengalami kehancuran kecuali cinta. Ia tidak bisa

hancur dalam keadaan apapun selama jalan menuju Allah tetap

ditelusuri .69

Cinta terhadap apapun bertingkat dan beragam.Ada cinta

yang cepat perolehannya cepat pula layunya, ada yang

sebaliknya lambat dan lambat pula layunnya, adapula yang

cepat tapi lambat layunya, atau sebaliknya.Yang terbaik adalah

cinta yang cepat dan langgeng.Tingkat cintapun beragam. Ada

yang menjadikan sang pecinta larut dalam cinta sehingga

terpaku dan terpukau, bahkan tidak lagi menyadari keadaan

sekelilingnya, karena yang dirasakan serta terlihat olehnya

hanya sang kekasih. Ada juga yang cinta hanya sekadarnya,

bahkan dapat layu atau tidak mampu menahan rayuan atau

godaan pihak lain. Cinta diukur pada saat terjadi

69

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati 2009) vol. 2 hlm. 81

42

duakepentingan yang berbeda. Ketika itu, kepentingan apa dan

atau siapa yang dipillih, itulah objek yang lebih dicintai.70

Cinta Allah dan cinta Rasul tidak harus dipertentangkan

dengan cinta kepada dunia dengan segala kemegahannya. Bisa

saja seseorang tetap taat kepada Allah atau cinta kepada-Nya

dan dalam saat yang sama dia berusaha sekuat tenaga untuk

meraih sebanyak mungkin gemerlap duniawi karena mencintai

inipun merupakan naluri manusia.

Adapun tentang cinta Allah kepada hamba-Nya, anugerah

Allah tidak terbatas, karena itu limpahan karunia-Nya pun

tidak terbatas. Limpahan karunia-Nya Dia sesuaikan dengan

kadar cinta manusia kepada-Nya. Namun, minimal adalah

pengampunan dosa-dosa serta curahan rahmat.71

Pada dasarnya Allah pasti mencintai setiap hambanya,

dan tingkat kecintaan Allah kepada hambanya tergantung

tingkat kecintaan hamba itu sendiri. Orang-orang yang

bertaubat akan mendapatkan ampunan dan pahala dari-Nya.

Orang-orang yang bertakwa akan mendapatkan pahala serta

ganjaran di dunia maupun di akhirat kelak. Begitu pula dengan

orang-orang yang bertawakal, karena dengan bertawakal maka

hati akan selalu terbuka untuk memperbaiki mana yang belum

sempurna atau kurang.

70

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hlm. 82 71

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hlm. 83

43

Cinta Manusia Kepaada Allah

QS. Al-Baqarah 165

Artinya:dan diantara manusia ada orang-orang yang

menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka

mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun

orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada

Allah.dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu

mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),

bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa

Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

Tafsir:

Pada ayat ini Allah memlai uraiannya dengan berfirman:

Diantara manusia ada orang-orang yang menyembah apa

yang dianggapnya tandingan-tandingan selain Allah; baik

berupa berhala, binatang, maupun manusia biasa yang telah

tiada atau pemimpin-pemimpin mereka. Padahal tandingan-

tandingan tersebut adalah manusia ciptaan-Nya juga.Bahkan

manusia-manusia itu bukan hanya menyembahnya, tetapi

mereka mencintainyayakni taat kepadanya serta beredia

berkorban untuknya, sebagaimana layaknya meeka mencintai

Allah Keadaan mereka berbeda dengan orang-orang yang

beriman. Adapun orang-orang yang beriman cinta mereka

kepada Allah sangat kuat, yakni lebih mantap dari pada cinta

kaum msyrikin terhadap tuhan-tuhan atau sembahan-sembahan

mereka.Ini disebabkan orang-orang beriman mencitai-Nya

44

tanpa pamrih.Cinta mereka lahir dari bukti-bukti yang mereka

yakini serta pengetahuan tentang sifat-sifat-Nya Yang Maha

indah. Anda bleh juga memahami kekuatan cinta orang

beriman dibandingkan dengan cinta rang kafir karena orang

beriman taat dan tetap cinta kepada Allah serta memohon

bantuan-Nya, baik dalam keadaan sulit mapun senang, sedang

orang-orang musyrik tidak lagi mengarah kepada berhala-

berhala jika mereka menghadapi kesulitan. Atau orang-orang

mkmin tidak melupakan Allah dalam keadaan apapun, senang

atau susah, sedang orang-orang kafir baru mengingat Allah

ketika mereka mengalami kesulitan dan kalau sulinya telah

teratasi mereka kembali lupa, seakan-akan mereka tidak

pernah memohon kepada-Nya. Maka sungguh berbeda mereka

yang beriman dan yang mempersekutukan Allah.Karena itu

hendaklah mereka yang menyembah selain Allah berhati-hati.

Dan jika seandainya orang-orang yan bebuat zalim itu

mengetahui ketika mereka melihat siksa pada hari kiamat,

bahwa semua kekuasaan adalah kepunyaan Allah dan bahwa

Allah amat pedih siksa-Nya, niscaya mereka menyesal dan

tidakakan mengambil tandingan-tandingan bagi Allah apalagi

mencintai tandingan-tandingan itu.72

Dari paparan diatas, maka sudah seharusnya dalam

beribadah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya

haruslah dijalani dengan rasa cinta yang sangat mendalam.

Dan dalam situasi apapun sedih ataupun senang jnagan sampai

kita lupa kepada Allah, karena semua akan kembali kepada

Allah Sang Pencipta.

72

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati 2009) vol. 12 hlm.449-450

45

Cinta Manusia Kepada Sesama

QS. Ali Imran 14

Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia

kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-

wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,

kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga).”

Tafsir:

Allah menugaskan mausia untuk menjadi khalifah di

bumi. Mereka ditugaskan untuk membangun dan

memakmurkannya. Untuk maksud tersebut, Allah

menganugerahkan naluri kepadanya yang perinciannya antara

lain disebutkan oleh ayat ini. Untuk melaksanakan tugas

kekhalifahan itu, manusia harus mempunyai naluri

mempertahankan hidup ditengah aneka makhluk, baik dari

jenisnya maupun dari jenis mkhluk hidup yang lain, yang

memiliki naluri yang sama. Naluri inilah yang merupakan

pendorog utama bagi segala aktivitas manusia. Dorongan ini

mencakup dua hal pokok yaitu “memelihara diri” dan

“memelihara jenis”. Dari keduanya, lahir aneka dorongan,

seperti memenuhi kebutuhn sandang, pangan, papan,

46

keinginan untuk memiliki, hasrat untuk menonjol. Semuanya

berhubungan erat dengan dorongan/fitrah memelihara diri,

sedang dorongan seksual berkaitan dengan upaya manusia

memelihara jenisnya, itulah sebagai fitrah yang dihiaskan

Allah kepada manusia.73

Dalam menjalankan perintah sebagai khalifah di bumi,

persatuan dan kesatuan serta hubungan yang harmonis antar

anggota masyarakat kecil maupun besar akan melahirkan

limpahan rahmat bagi mereka semua. Sebaliknya, perpecahan

dan keretakan hubungan mengundang lahirnya bencana buat

mereka, yang pada puncaknya dapat melahirnkan pertumpahan

darah dan perang saudara.

Cinta memiliki kedudukan paling tinggi dalam membina

hubungan antar manusia. Penulis ambil contoh; semisal ada

pengemis yang sedang kelaparan meminta-minta kepada

seseorang yang lewat dihadapannya, secara hukum negara

seseorang yang lewat di depan pengemis tersebut tidak wajib

memberikan bantuan kepada pengemis tersebut. Namun jika

tolak ukurnya adalah cinta kepada sesama manusia, maka

memberikan bantuan menjadi wajib hukumnya karena tidak

mungkin seorang muslim yang mencintai sesamanya

membiarkan saudaranya kelaparan.

2. Konsep al Hubb menurut M. Said Ramadhan Al Buthi

Cinta Allah Kepada Manusia

QS. Ali imran 31

73

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah hlm. 35

47

Artinya:Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)

mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan

mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.

Tafsir:

Allah memuliakan manusia tanpa memandang jenisya,

ini merupakan bukti cinta-Nya kepada manusia.Namun

dikemudian hari, jenis makhluk ini bertambah banyak,

kemudian tersebar ke berbagai aliran

madzhabpemikiran.Secepatnya, mereka memperoleh

pengetahuan dari Allah Swt. tentang alam dan isinya yang

menegaskan bahwa mereka sejatinya adalah hamba-hamba

Allah Swt., lalu mengajak mereka untuk berkomitmen dengan

ajaran para Nabi dan Rasul.Bahkan merekapun dijanjikan

kebahagiaan dunia dan akhirat bila mereka beriman, lalu

mengikuti ajaran para Nabi dan Rasul tersebut.74

Diantara mereka ada yang merespon dengan baik, lalu

beriman dan berkomitmen dengan sepenuh jiwa.Namun

diantara mereka ada yang berpaling, ingkar dan sombong.

Begitulah manusia, kondisi ini akan terus berlanjut hingga

Allah Swt. menggantinya dengan generasi baru.75

Muara cinta allah tergantung pada cara penyikapan

seseorang terhadap ajaran dan syariat Allah kepada-Nya. Bagi

mereka yang taat kepada-Nya, menjalankan perintah dan

menjauhi larangan-Nya, cinta Allah kepada hambanya itu kian

bertambah.Kemudian dia memberikankan kehormatan dan

kemuliaan yang tinggi sebagai balasan dari komitmen yang

kuat terhadap ajaran dan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya.

74

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, (Jakarta Selatan: Mizan Publika, 2013), hlm. 16 75

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 17

48

Sebaliknya, bagi mereka yang berpaling dari ajaran-Nya, tidak

merespons perintah dan ketentuan tersebut, mereka akan

merugi dan tidak akan mendapatkan cinta-Nya.76

Cinta Manusia Kepada Allah

QS. Al-Baqarah 165

Artinya: “dan diantara manusia ada orang-orang

yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka

mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun

orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada

Allah.dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu

mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),

bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa

Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”

Tafsir:

Yang dimaksud adalah cinta yang tumbuh kepada Allah

besmaan dengan ketaatan, zikrullah, dan merasa diawasi oleh

Allah.Memperbanyak muraqabatullah (merasa diawasi oleh

Allah) dan berdzikir kepada-Nya.Cara terbaik untuk itu adalah

dengan manafakuri dan mengingat-ingat nikmat Allah yang

diberikan kepada manusia. Orang beriman yang mersa dirinya

diawasi oleh Allah dan memperbanyak zikir kepada-Nya akan

76

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 18

49

muncul benih-benih cinta kepada Zat Pemberi anugerah dan

nikmat.

Mengingat bebagai kenikmatan yang diberikan manusia

dengan Allah, Zat Pemberi kenikmatan itu, adalah cara pertma

dan utama untuk menyalakan bara cinta kepada-Nya. Cara ini

ditunjkkan oleh Rasulullah Saw.dengan sabdanya, “cintailah

Allah atas apa yang Dia berikan keadamu dari berbagai

nikmat-Nya” (HR Turmudzi dari Anas).

Satu hal yang pasti bahwa orang yang merasa dirinya

senantiasa diawasi oleh Allah dengan meningatkanberbagai

kenikmatan kepada Zat Pemberi nikmat itu, hatinya akan

dipenuhirasa cinta kepada Allah, Zat Pemberi nikmat dan Zat

Yang Mahabaik. Rasa cinta ini akan menguat dan

menguasaiseluruh jiwanya sehinga dapat mengalahkan cinta

yang lain.

Menjaga diri secara maksimal untuk menjauhi makanan

haram.Haram yang dimaksud disini banyak macamnya,

misalnya haram zatnya untuk dimakan atau diminuum dan

haram untuk dijadikan sebagai pajangan dirumah. Makanan

haram yang dikonsumsi atau barang haram yang dipajang

dirumah akan menyebabkan pelakunya berperangai keras dan

memiliki kepala melebhi keranya naluri binatang buas. Orang

yang mengonsumsi barang haram haram harus diingatkan

harus kembali kepada Allah meski ia tidak mau diingatkan.

Mereka menikmati segala kenikmatan, tetapi merekatidak

pernah bertanya darimana sumber kenikmatan itu.Mereka

tidak pernah merasa bahwa orang yang tidak bersyukut atas

kenikmatan itu sungguh amat tercela.

Duduk bersama orang-orang saleh, menjauhi tempat-

tempat orang fasik dan tempat-tempat kemaksiatan. Orang-

orang saleh yang diharapkan dapatmemberikan kebaikan

kepada orang lain ada dua kelompok. Kelompok pertama

adalah orang-orang awam yang hatinya bersih dari watak

50

pendendam dan sifat-sifat tercela.Mereka selalu mencari

kebaikan untuk dirinya dimana pun mereka berada, merasa

gelisah dengan kejahatan mesti menggiurkan, selalu terlihat

dekat dengan Allah, dan memohon ampun setiap saat atas

dosa-dosa yang mereka perbuat.Kemudian adalah para ulama

yang mengamalkan ilmunya. Mereka zuhud terhadap dunia,

mengikat diri dengan sifat wara‟ (menjaga diri dari barang

haram), memudahkan bagi orang lain dalam hal pelaksanaan

hukum-hukum syara‟, selagiada dalil yang kat baik dari Al-

Qur‟an, Sunnah, maupun ijtihad ulama yang tsiqah (kuat).

Mereka mmiliki waktu khusus dengan Allah untuk

menyendiri, berzikir, dan melaksanakan ibadah-ibadah

sunah.memiliki waktu pada malam hari untuk merendahkan

diri dan memohon ampun kepada Allah.77

Cinta Manusia Kepada Sesama

QS. Ali Imran 14

Artinya: “dijadikan indah pada (pandangan) manusia

kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-

wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,

77

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 50-56

51

kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang.

Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga).”

Tafsir:

Cinta seseorang kepada sesama juga merupakan wujud

rasa cinta kepada Allah. Saya telah katakan sebelumnya bahwa

barang siapa yang mencintai Allah dengan tulus, Allah pasti

akan mencintainya sebab manusia adalah makhluk yang

mendapatan kemuliaan khusus dari Allah yang para

malaikatpun diperintahkan untuk sujud (hormat) kepada Allah.

Meskipun setelah itu, mereka bercerai berai dalam berbagai

madzhab dan pemikirn, diantaranya ada yang sejalan dan satu

keyakinan dengan anda, tetapi diantaranya ada pula yang

berbeda keyakinan. Orang yang satu keyakinan dengan anda

dapat melahirkan cinta atas dasar komitmen menjalankan

perintah Allah. Semakin besar cinta diantara meereka berdua,

semakin besar pula cinta Allah kepada kalian. Saling

menasehati, saling bersilaturahim, saling mengunjungi dan

saling memberi menunjukkan adanya saling mencintai.

Kalausaja tidak ada rasa cinta antar keduanya, tentu mereka

tidak akan saling menyambung silaturahim, saling menasehati,

saling mengunjungi, dan saling memberi.78

Persaudaraan antar sesama manusia sampai kapan pun

selalu berlangsung dan tak seorang pun yang mengingkarinya,

baik karena satu keyakinan mapun beda keyakinan. 79 Maka

dari itu sudah semestinya manusia sebagai makhluk sosial

yang tidak bisa hidup sendiri harus saling tolong menolong,

bergotong royong berbuat kebaikan kepada sesama.

78

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 87 79

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 91

52

C. Persamaan dan Perbedaan

Dalam menafsirkan QS. Ali imran 31 Quraish Shihab dan Al

Buthi sependapat bahwa cinta Allah kepada manusia itu bertingkat-

tingkat, takarannya sudah disesuaikan dengan tingkat ketaatan

manusia itu sendiri,Orang-orang yang bertaubat akan mendapatkan

ampunan dan pahala dari-Nya. Orang-orang yang bertakwa akan

mendapatkan pahala serta ganjaran di dunia maupun di akhirat

kelak. Begitu pula dengan orang-orang yang bertawakal, karena

dengan bertawakal maka hati akan selalu terbuka untuk

memperbaiki mana yang belum sempurna atau kurang.Begitulah

penafsiran kedua tokon terebut,mereka yang patuh dan taat

kepadaAllah maka ia akan mendapatkan limpahan karunia-Nya yang

tak terhingga. Namun sebaliknya, bagi mereka yang berpaling dari

ajaran-Nya, tidak merespons perintah dan ketentuan tersebut,

mereka akan merugi dan tidak akan mendapatkan cinta-Nya.

Dalam menafsiran QS. Al-Baqarah 165Quraish Shihab dan

Al Buthi juga sependapat yakni bahwa bntuk cinta manuusia kepada

Allah yakni dengan mendekatkan diri kepada Allah besmaan dengan

ketaatan, zikrullah, dan merasa diawasi oleh Allah. Dalam menjalani

semua itu tentunya haruslah dijalani dengan rasa cinta yang sangat

mendalam. Dan dalam situasi apapun sedih ataupun senang jnagan

sampai kita lupa kepada Allah, karena semua akan kembali kepada

Allah Sang Pencipta.

Terdapat sedikit perbedaan antara Quraish Shihab dan Al

Buthi dalam menafsirkan QS Al-Baqarah 165 yakni dalam cerita

cinta manusia kepada Allah. Quaish Shihab bercerita tentang

perbedaan bentuk cinta orang mukmin dan orang kafir kepada

tuhannya, orang beriman taat dan tetap cinta kepada Allah serta

memohon bantuan-Nya, baik dalam keadaan sulit mapun senang,

sedang orang-orang musyrik tidak lagi mengarah kepada berhala-

berhala jika mereka menghadapi kesulitan. Atau orang-orang mkmin

tidak melupakan Allah dalam keadaan apapun, senang atau susah,

sedang orang-orang kafir baru mengingat Allah ketika mereka

53

mengalami kesulitan dan kalau sulinya telah teratasi mereka kembali

lupa, seakan-akan mereka tidak pernah memohon kepada-Nya.

Sedangkan Al Buthi bercerita tetang cara untuk lebih mendekatkan

diri kepada Allah besmaan dengan ketaatan, zikrullah, dan merasa

diawasi oleh Allah.

Dalam menafsirkan QS. Ali Imran 14 Quraish Shihab dan Al

Buthi juga sependapat yakni bahwa cinta memiliki hubungan paling

tinggi dalam membina hubungan antar manusia. Sebagai makhluk

sosial yang tak bisa hidup sendiri danakan selaluu membutuhkan

bantuan dari oang lain maka tak ada alasan bagi setiap mansia untuk

saling membantu atau saling tolong meolong tentunya dalam al

kebaikan.

Terdapat sedikit perbedaan antara Quraish Shihab dan Al

Buthi dalam menafsirkan QS Ali Imran 14 yakni dalam cerita cinta

anusia kepada sesama, Quraish Shihab becerita tentang kodrat

mausia dalam memenuhi kebutuhan pokoknya seperti memenuhi

kebutuhn sandang, pangan, papan, keinginan untuk memiliki, hasrat

untuk menonjol, untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.

Sedangkan Al Buthi bercerita persaudaraan antar sesama manusia

sampai kapan pun selalu berlangsung dan tak seorang pun yang

mengingkarinya, baik karena satu keyakinan mapun beda

keyakinan. 80 Maka dari itu sudah semestinya manusia sebagai

makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri harus saling tolong

menolong, bergotong royong berbuat kebaikan kepada sesama.

80

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 91

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas, maka dapat penulis ambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Qurais shihab dalam menafsirkan Al Hubb dalam kitab tafsir

al misbah, yakni cinta Allah kepada manusia pada dasarnya

Allah pasti mencintai setiap hambanya, dan tingkat kecintaan

Allah kepada hambanya tergantung tingkat kecintaan hamba

itu sendiri. Orang-orang yang bertaubat akan mendapatkan

ampunan dan pahala dari-Nya. Orang-orang yang bertakwa

akan mendapatkan pahala serta ganjaran di dunia maupun di

akhirat kelak. Begitu pula dengan orang-orang yang

brtawakal, karena dengan bertawakal maka hati akan selalu

terbuka untuk memperbaiki mana yang belum sempurna atau

kurang.

Dalam QS.Al-Baqarah 165 Quraish Shihab

membahas tentang cinta manusia kepada Allah,yakni beliau

menjelaskan dalam beribadah menjalankan perintah dan

menjauhi larangan-Nya haruslah dijalani dengan rasa cinta

yang sangat mendalam. Dan dalam situasi apapun sedih

ataupun senang jnagan sampai kita lupa kepada Allah, karena

semua akan kembali kepada Allah Sang Pencipta..

Dalam QS Ali Imran 14 Quraish Shihab menjelaskan

cinta manusia kepada sesama yakni cinta tersebut memiliki

kedudukan paling tinggi dalam membina hubungan antar

manusia. Sebagai makhluk yang tak bisa hidup sendiri sudah

semestinya dalam menjalani hidup kita harus saling tolong

menolong, bergotong royong tentunya dalam hal kebaikan.

55

Said Ramadhan Al Buthi menafsirkan QS Ali Iman

31 cinta Allah kepada manusia yakni bagi yang

melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya maka

akan mendapatkan rahmat dan kasih sayang-Nya.

Bentuk cinta manusia kepada Alla dalam QS Al-

Baqarah 165 yakni sebagai manusia hendaknya selalu ingat

kepada Allah dengan cara berdzikir dan hanya memina

pertolongan kepada Allah.besmaan dengan ketaatan,

zikrullah, dan merasa diawasi oleh Allah

Bentuk cinta manusia kepada sesama dalam QS Ali

Imran 14 yakni sebagai makhluk sosial yang tak bisa hidup

sendiri dan akan selalu membutuhkan bantuaan dari orang

lain maka tak ada alasan bagi setiap mukmin untuk saling

membantu atau saling tolong menolong dalam hal kebaikan.

2. Dari uraian di atas penulis juga menemukan sedikit

persamaan dan perbedaan kedua tokoh tersebut dalam

menafsirkan ayat-ayatnya, yakni dalam QS. Ali imran 31

terdapat kesamaan antara Quraish Shihab dan Al Buthi

dalam penafsirannya yaitu bahwa cina Allah terhadap

hambanya menyesuaikan tingkat ketaatan manusia itu

sendiri, bagi mereka yang rajin dalam beibadah menjalankan

sholat lima waktu dan juga amalan-amalan sunah yang

lainnya maka Allah akan memberikan limpahan karunia dan

rahmat-Nya.Namun, minimal adalah pengampunan dosa-

dosa.

Dalam menafsiran QS. Al-Baqarah 165 Quraish

Shihab dan Al Buthi juga sependapat yakni bahwa bntuk

cinta manuusia kepada Allah yakni dengan mendekatkan diri

kepada Allah besmaan dengan ketaatan, zikrullah, dan

merasa diawasi oleh Allah. Dalam menjalani semua itu

tentunya haruslah dijalani dengan rasa cinta yang sangat

mendalam. Dan dalam situasi apapun sedih ataupun senang

56

jnagan sampai kita lupa kepada Allah, karena semua akan

kembali kepada Allah Sang Pencipta.

Terdapat sedikit perbedaan antara Quraish Shihab

dan Al Buthi dalam menafsirkan QS Al-Baqarah 165 yakni

dalam cerita cinta manusia kepada Allah. Quaish Shihab

bercerita tentang perbedaan bentuk cinta orang mukmin dan

orang kafir kepada tuhannya, orang beriman taat dan tetap

cinta kepada Allah serta memohon bantuan-Nya, baik dalam

keadaan sulit maupun senang, sedang orang-orang musyrik

tidak lagi mengarah kepada berhala-berhala jika mereka

menghadapi kesulitan. Atau orang-orang mkmin tidak

melupakan Allah dalam keadaan apapun, senang atau susah,

sedang orang-orang kafir baru mengingat Allah ketika

mereka mengalami kesulitan dan kalau sulinya telah teratasi

mereka kembali lupa, seakan-akan mereka tidak pernah

memohon kepada-Nya. Sedangkan Al Buthi bercerita tetang

cara untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah besmaan

dengan ketaatan, zikrullah, dan merasa diawasi oleh Allah.

Dalam menafsirkan QS. Ali Imran 14 Quraish

Shihab dan Al Buthi juga sependapat yakni bahwa cinta

memiliki hubungan paling tinggi dalam membina hubungan

antar manusia. Sebagai makhluk sosial yang tak bisa hidup

sendiri danakan selaluu membutuhkan bantuan dari oang lain

maka tak ada alasan bagi setiap mansia untuk saling

membantu atau saling tolong meolong tentunya dalam al

kebaikan.

Terdapat sedikit perbedaan antara Quraish Shihab

dan Al Buthi dalam menafsirkan QS Ali Imran 14 yakni

dalam cerita cinta anusia kepada sesama, Quraish Shihab

becerita tentang kodrat mausia dalam memenuhi kebutuhan

pokoknya seperti memenuhi kebutuhn sandang, pangan,

papan, keinginan untuk memiliki, hasrat untuk menonjol,

untuk menjalankan tugas sebagai khalifah di bumi.

57

Sedangkan Al Buthi bercerita persaudaraan antar sesama

manusia sampai kapan pun selalu berlangsung dan tak

seorang pun yang mengingkarinya, baik karena satu

keyakinan mapun beda keyakinan. 81 Maka dari itu sudah

semestinya manusia sebagai makhluk sosial yang tidak bisa

hidup sendiri harus saling tolong menolong, bergotong

royong berbuat kebaikan kepada sesama.

B. Saran

Sesuai dengan pokok pembahasan yang penlissusun dalam

skripsi ini, maka sebagai hamba Allah hendaklah kita mencintai

sesuatu hal dengan standar batas kewajaran, jangan sampai

berlebihan, hingga mengalahan cinta kepada sang pencipta.

Persembahkanlah seluruh hidup kita sebagai bentuk ungkapan rasa

cinta kepada sang pencipta, arena disaari atau tidak bentuk fisikmu

lama kelamaan akan meningalanmu. Namun, yang tetap menetap

bersamamu dan tempatmu bersandar hanyalah Allah SWT.sang

pencipta bentuk.

81

M. Said Ramadhan Al Buthi, Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih

Sang Pencipta, hlm. 91

58

DAFTAR PUSTAKA

Al Buthi, M. Said Ramadan. 2005. Perempuan Dalam

Pandangan Hukum Barat dan Islam.Cet-I Suluh Press:

Yogyakarta.

_____. 2010. La Ya‟thil Bathil, terj. Misbah. Jakarta: PT. Mizan Pubika.

_____. 2013. Menampar Propaganda “Kembali Kepada Qur‟an”.

Pustaka: pesatre: Yogyakarta.

_____. 2013. Kitab Cinta Menyelami Menyelami Bahasa Kasih Sang

Pencipta. Jakarta Selatan: Mizan Publika.

Al-Muajjid, Syekh Muhammad Shalih. 2006.Jagalah Hati Raih

Kemenangan. Jakarta : Cakrawala ublishing

Amri, Muhammad. 2013. Perspektif Kaum Sufi Tentang Cinta Tuhan,

Jurnal Al Hikmah, Vol. XIV.No. 1.

Armstrong, Karen. 2013. Berperang Demi Tuhan. Bandung: Mizan. Cet.

1.

Asad, Nasr al-Din. 2002. Muhammad Said Ramadan al-Buti : Buhuth wa

Maqolat Muhdatu Ilaihi. Dar al Fikr, Damaskus ; Syiria.

As Shabuni, M. Ali. 1996. At Tibyan Fi Ulum Al Quran, terj. M.

Khudhori Umar dan Mustofa. Bandung: Al Maarif.

Bekker, Anton. 1984. Metode-metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Chittick, William C. 2002. Sufism: A Sbort Introduction. Bandung:

Mizan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1996.

dkk, Badiatur Roziqin. 2008.101 Jejak Tokoh Islam

Indonesia.Yogyakarta: e-Nusantara.

59

Galunggung, Hasan. 2003. Pendidikan Islam Abad 21. Jakarta: Pustaka

Al-Husna Baru. Cet. 3.

Iqbal, Muhammad. 2010. Etika Politik Qur‟ani. Medan: IAIN Press.

Mubarok, Ahmad. 2000. Jiwa Dalam Al-Qur‟an; Solusi Krisis

Keharmonisan Manusia Modern. Jakarta: Paramadina.

Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Islam Di Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurcholish Ahmad dan Alamsyah M. Ja‟far. 2015. Agama Cinta. Jakarta:

PT. Elex Media Komputindo.

Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry.1994.Kamus Ilmia

Populer.Suabaya: Arkola.

Salim, Peter. 1989. Advanced English-Indonesia Dictionary. Jakarta:

Modern English Press,

Shihab, M. Quraisy. 1994. Lentera Hati; Kisah Dan Hikmah

Kehidupan.Bandung : Mizan.

_____. 1998. Untaian Permata Buat Anakku ; Pesan al-Qur'an Untuk

Mempelai. Bandung : Mizan.

_____. 2001. Menyingkap Tabir Ilahi : Asma al-Husna dalam Perspektif

al-Qur`an. Jakarta : Lentera Hati.

_____. 2004. Mistik, Seks, dan Ibadah. Jakarta : Republika.

_____. 2005. Logika Agama ; Kedudukan Wahyu dan batas-batas Akal

dalam Islam. Jakarta : Lentera Hati.

_____. 2005. Perempuan. Jakarta : Lentera Hati.

_____. 2005. Wawasan Al-Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Mizan.

60 _____. 2007. Membumikan al-Qur‟an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam

Kehidupan Masyaraka. Bandung: Mizan.

_____. 2007. Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama al-Qur‟an.

Bandung: Mizan.

_____. 2013. Kaidah Tafsir. Tangerang : Lentera Hati.

_____. 2013. Lentera al-Qur`an. Bandung : Mizan.

_____. 2014. Mukjizat al-Qur`an. Bandung : Mizan.

Wasalami.2014. Mahabbah Dalam Tasawuf Rabi‟ah Al-Adawih.PPS

UIN Alaluddin Makassar

http://quraishshihab.com/profile/#more-18di

http://www.fimadani.com/biografi-syaikh-muhammad-said-ramadan-al-

buthi/.

http://www.madinatuliman.com/3/6/850-inilah-karya-

monumental-syaikh-said-ramadhan-al-buthi-buthi-yang-populer.