analisis pembuatan film dokumenter di pasar...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMBUATAN FILM DOKUMENTER
DI PASAR KASONGAN YOGYAKARTA
Naskah Publikasi
di susun oleh :
Dwi Rahayu
09.22.1060
Kepada
SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM
YOGYAKARTA
2011
ANALYSIS OF DOCUMENTER FILM MAKING MARKET AT KASONGAN YOGYAKARTA
ANALISIS PEMBUATAN FILM DOKUMENTER
DI PASAR KASONGAN YOGYAKARTA
Dwi Rahayu
Jurusan Sistem Informatika
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ABSTRACT
Multimedia technology utilized for showing new style in give information and more
effisient for useless and easies to undersanding. Multimedia is subvention information
media base on some elemen such as teks, video, still image and audio.
Movie is one of multimedia application what indicative new creation to show ide
and concep’s someone. Base on advancemen multimedia technology, manipulation
image and making effeck make movie will be better and more variation.
Documenter movie af Kasongan Market, Yogyakarta is about teal lie of
community. This documenter movue for media information and promotion for Kasongan
Market Yogyakarta as one of the best produser’s ceramics.
Key word : Multimedia, Documenter Movie
1. Pendahuluan
Yogyakarta tidak hanya dijuluki kota pelajar, tapi juga kota pariwisata. Tidak
hanya pemandangan alam yang mempesona tapi juga banyak hasil dari Sumber Daya
Manusia yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Mulai dari makanan hingga buah
tangan dari masyarakat yang hingga kini sudah menjadi mata pencaharian. Salah
satunya adalah kerajinan gerabah dari daearah Kasongan. Kasongan mulanya
merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta.
Banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah
tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi
seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak
pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-
anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun,
Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.
Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya
berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak
lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa),
souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dan lain-lain. Namun
kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang,
perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Tidak hanya itu
saja, hasil kerajinan gerabah juga bisa dibuat sesuai dengan pesanan dari pembeli.
Sehingga pembeli bisa mendesain sendiri kerajinan yang diinginkannya sekaligus bisa
menyaksikan sendiri proses pembuatannya secara langsung.
Pembuatan gerabahnya pun masih banyak yang menggunakan cara manual
atau tradisinanl. Dengan menggunakan alat putar manual tangan. Hasil kerajinan
tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan
Amerika. Dan sekarang desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang
berkunjung ke Yogyakarta.
Penulis ingin ikut berkreasi dengan menvisualisasikan ide yang penulis dapatkan
dari mengikuti matakuliah broadcast di kampus. Dalam hal ini penulis akan menampilkan
film yang mungkin masih kurang dikenal masyarakat layak,. Film dokumenter yang akan
memberikan banyak informasi yang berguna dan sebagai media promosi yakni tentang “
Pasar Kasongan Yogyakarta “.
2. Landasan Teori
Pengertian Film Dokumenter Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas atau potongan
rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di
dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media
perantara. Walaupun kadang menjadi bahan ramuan utama dalam pembuatan
dokumenter, unsur-unsur itu jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu
sendiri, karena semua bahan tersebut harus diatur, diolah kembali, dan ditata struktur
penyajiannya.
Terkadang, bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan
harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang,
ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain, agar dapat mencapai hasil akhir
yang mereka inginkan.
John Grierson pertama-tama menemukan istilah ‘dokumenter’ dalam suatu
pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada
kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian
tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan
suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100
penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya
sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut
‘perlakuan kreatif atas keaktualitasan’ (creative treatment of actuality). Karena ada
perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa
dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis ‘representasi lain’ dari
realitas itu sendiri.
Kebanyakan penonton film atau video dokumenter di layar kaca sudah begitu
terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini
paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi. Sehingga,
mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut.
Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara (voice
over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu
kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat.
Demikian pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-
potongan gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang
ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam
perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.
Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal bentuk dokumenter sering
diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan dokumenter
cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam dunia pertelevisian. Bukti-
bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun dengan pesatnya perkembangan film atau
video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada kecenderungan kuat di kalangan para
pembuat film dokumenter akhir-akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan
yang lebih sinematik.
3. Proses Penelitian
Tahapan Pembuatan Film Dokumenter Ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum proses penulisan serta
pembuatan Film Dokumenter karena dengan konsep yang telah tersusun secara matang
dalam penggarapan sebuah Film dokumenter tolak ukur apakah film tersebut layak
tayang. Beberapa persiapan tersebut antara lain :
3.1 Tahap Pra Produksi Merupakan proses persiapan dan langkah pertama sebelum pengambilan
gambar akan dilakukan. Berguna untuk mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang
koordinasinya komunikasi antar personil yang bertugas agar mampu melakukan
tugasnya masing-masing.
3.1.1. Penentuan Ide Dasar dari Film yang akan dibuat Ide pembuatan film dokumenter tentang pasar Kasongan didasarkan pada
sebuah kenyataan bahwa Pasar Kasongan merupakan salah satu ikon pariwisata di
Yogyakarta. Sebuah desa yang dahulunya hanyalah daerah persawahan, dengan
penduduk bermatapencaharian sebagai pengrajin gerabah dari tanah liat. Seiring dengan
berjalannya waktu, banyak pendatang yang membuka galeri di Kasongan dan turut
mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan. Kerajinan keramik dengan
berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik adalah daya tarik Kasongan
hingga saat ini. Kasongan kini telah menjadi tempat wisata yang menarik dengan barang
indah hasil keahlian dan kreaktifitas penduduk setempat.
Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis mencoba membuat sebuah karya
dokumenter berupa film tentang realitas nyata kehidupan sehari-hari di daerah tersebut.
Penulis berharap semoga film dokumenter ini menjadi hiburan serta bisa memberikan
tambahan wawasan.
3.1.2 Sinopsis Film ini akan menceritakan tentang desa kasongan yang terletak Kecamatan
Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20
menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Desa Kasongan sangat identik dengan
keramik dan gerabah. Tempat itu memang menjadi sentra industri kerajinan
keramik/gerabah paling besar di Yogyakarta. Hampir seluruh warga di desa itu berprofesi
sebagai perajin keramik. Keunikan inilah yang membuat pemerintah menetapkan
Kasongan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di provinsi itu.
Namun keadaan tersebut tidak diimbangi dengan usaha dari pemerintah
setempat untuk mengembangkan potensi dari Desa Kasongan. Para pengrajin masih
menghadapi kesulitan daam bidang promosi dan modal. Terutama untuk para pengrajin
dengan tingkat menengah kebawah. Kebayakan proses penjualan dilakukan secara
mandiri. Tetapi terkadang melalui bantuan agen. Walaupun jalur tersebut merugikan
pengusaha karena harus mengeluarkan pembayaran lebih. Selain itu penduduk setempat
sering mengeluhkan kesulitan parkir mobil di sana. Infrastruktur belum lengkap dan jalan
masih sempit.
Kontribusi usaha kerajinan dalam pengembangan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat para pengusaha mengharapkan pemerintah untuk
memberikan perhatian lebih kepada Kasongan sebagai sentra industri kerajinan. Dengan
usaha mandiri, para pengrajin bisa memngembangkan usahanya sendiri.
Dilihat dari sejarah unit usaha yanga ada serta potensi pariwisata daerah ini sangat layak
untuk dikembangkan sebagai komoditi pasar global.
3.1.3 Storyboard Storyboard merupakan serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang yang
menggambarkan suatu urutan (alur cerita). Fungsi utamanya adalah mempermudah
seorang sutradara dalam mengembangkan teknik cinematografi dalam membuat jalan
cerita untuk menghindari cerita yang tidak berurutan.
3.1.4 Alat dan Kru
Alat dan kru sebagai pelaksana proses pra produksi dari perancangan pembuatan video
dokumenter
Daftar alat yang digunakan :
• Komputer notebook dengan spesifikasi :
Processor core 2 duo P7450
Memori DDR3 2GB
VGA 256MB
HDD 320GB
DVD RW
• Kamera panasonic 3CCD MD 10000
• Tripod
• Kaset miniDV 60 menit sebanyak 2
• Mikropon
• Tansportasi
Daftar kru :
• Produser : Dwi rahayu
• Pim. Poduksi : Dwi rahayu
• Penyusun naskah : Dwi rahayu
• Narator : Agus santoso
• Kameramen : Ardy, Aan
• Lighting : Ardy, Aan
• Artistik : Ardy, Aan
• Editor : Dwi rahayu
3.1.5 Persiapan Jadwal Pembuatan Video Karena waktu dan pelaksanaan pembuatan video yang sangat singkat sekali, maka
diperlukan sebuah penjadwalan pembuatan film yang tersusun sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Pembuatan Video
Waktu Jam Kegiatan
16 desember 2010 16.00-17.00 Survey lokasi dan pengumpulan data
16 desember 2010 17.00-18.00 Wawancara dengan narasumber
19 desember 2010 08.00-08.30 Shot gambar di perempatan Tugu
19 desember 2010 09.00-10.00 Shot gambar di daerah Malioboro
19 desember 2010 11.00-17.00 Shot gambar didaerah Kasongan
3.1.6 Perencanaan Biaya Pembuatan Berikut ini adalah rencana biaya pembuatan film dokumenter Pasar Kasongan :
1. Sewa kamera handycam Rp 300.000,00
2. Pita / kaset mini DV Rp 100.000,00
@ Rp 50.000 x 2 buah
3. Sewa tripod Rp 50.000,00
4. Bahan bakar kendaraan Rp 20.000,00
@ Rp 5000,00 x 2 liter x 2 kendaraan
5. Makan pagi Rp 24.000,00
@ Rp 6000,00 x 4 orang
6. Makan siang Rp 32.000,00
@ Rp 8000,00 x 3 orang
7. Dvd Finishing Editing Rp 16.000,00
@ Rp 4000,00 x 4 keping
Kru dan pelaku atau pemainnya di dalam film dokumenter ini adalah masyarakat dari
Pasar Kasongan itu sendiri. Jadi kostum, property dan honor pemain tidak perlu di
bayarkan, sehingga mengurangi biaya produksi.
4. Pembahasan
4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari pra produksi, dimana rancangan-rancangan
yang sudah dibuat pada saat pra produksi akan dilaksanakan pada tahap ini.
4.1.1 Teknik pengambilan gambar Teknik pengambilan gambar pada video ini menggunakan teknik ENG (Electronik News
Gathering) yaitu sistem pengambilan gambar secara langsung. Gambar yang telah
diambil kemudian di edit di lain waktu. Berbeda dengan teknik pengambialan gambar
secara EFP (Electronic Field Production) yaitu proses pengambilan gambar dan editing
dilakukan pada saat yang sama. Tenik ini digunakan untuk acara live.
4.1.2 Tata suara Suara yang baik adalah suara yang sesuai dengan tema dan kondisi yang ada pada
video tersebut, maka untuk itu diperlukan jenis mikropon yang tepat dan berkualias. Pada
pembuatan video ini hanya mengandalkan mikropon kamera saja.
4.1.3 Tata cahaya Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya kualitas video.
Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan
perbandingan Highlight (bagian ruang yang terang) dan Shade (bagian yang gelap).
Perlu diperhatiakn karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang
digunakan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terlihat seperti
pecah. Perlu diperhatian juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang
disebut whte balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar
warna putih didalam atau diluar ruangan, Karena warna putih mengandung semua unsur
warna cahaya. Penataan cahaya pada video ini juga dipengauhi dari sinar matahari
karena itualh proses pengambilan gambar dilakukan pada siang hari.
Pembuatan video dokumenter ini tidak menggunakan tata kostum dan tata rias, karena
sudah tercerminkan dalam penampilan sehari-hari dari pelaku yang ada dipasar.
4.2 Pasca Produksi Secara sederhana, tahap pasca atau proses editing merupakan usaha merapikan dan
membuat sebuah tanyangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam tahap
editing yang diakukan penulis yaitu merekonstuksi potangan-potongan gambar yang
diambil. Langkah yang dilakukan sebagai berikut :
• Menganalisis skenario
• Melakukan pemilihan shot yang terpakai dan tidak sesuai dengan shootig report
• Menyiapkan bahan gambar dan menyusun data gambar yang memerlukan efek
suara
Berikut adalah urutan pembuatan film dokumenter Pasar Kasongan Yogyakarta :
Capture Video Dokumenter
Proses Rendering
Menata gambar sesuai dengan scenario. Proses ini meliputi pemberian efek transisi, pemberian audio yang berupa musik, narasi
dan atmosfer
Meng import file –file yang akan di edit di Adobe Premiere
Capture Video dari Kamera: memindahkan
gambar dari kaset MiniDV ke harddisk
komputer untuk dijadikan sebuah file dengan
format video.
4.3 Editing Adobe Premiere adalah salah satu software yang popular dan digunakan secara
luas dalam pengeditan video. Adanya kesamaan interface Adobe Premiere dengan
Adobe PhotoShop dan Adobe After Effect adalah memberikan kemudahan dalam
pemakaiannya, image – image dapat disiapkan dengan adobe photoshop dan effect –
effect khusus juga dapat disiapkan dari adobe after effect.
Bagian bagian yang ada pada jendela Adobe Premiere
1. Jendela project : tempat file atau lip video, image dan audio yang akan diedit
2. Jendela monitor : menampilkan klip yang belum dan yang sudah diedit
3. Jendela timeline: tempat mengerjakan proses editing dengan menyusun dan
memotong klip, memberi efek dan lain-lain
4. Jendela toolbox: kumpulan alat bantu untuk seleksi, cutting, zoom
5. Jendela info
6. Jendela history
4.3.1 Memulai Project Baru Penggunaan program Adobe Premiere CS3 meliputi penggabungan akhir, baik video
bumper, video stokshot, maupun penambahan impose.Buka program Adobe Premiere
CS3, Start>All Programs>Adobe Master Collection CS3>Adobe Premiere CS3
4.3.2 Mengcapture Video dari Kamera Capture adalah proses memindahkan gambar dari kaset MiniDV ke harddisk
komputer untuk dijadikan sebuah file dengan format video.
Cara capture selengkapnya yaitu : Hidupkan komputer lalu tancapkan kabel
FireWire ke dalam kamera DV. Lalu mengaktifkan Adobe Premiere. Maka akan muncul
perintah di kotak Digital Video. Pilih DV NTSC atau DV PAL, sesuaikan dengan jenis
kamera. Umumnya kamera produk Indonesia adalah PAL. Setelah itu, ketikkan nama
proyek pada kotak Name, misalnya “Kasongan”. Klik OK. Selanjutnya masuk ke dalam
Interface Adobe Premiere. Kini pilih perintah File > Capture.
4.3.3 Import dan Editing Transisi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, dalam
pengeditan suatu video transisi merupakan perpindahan dari satu video ke video
berikutnya. Untuk melakukan pengeditan suatu video, terlebih dahulu kita meng-impor file
kita perlukan, dengan cara klik menu File>Import (Ctrl+I) atau klik kanan pada windows
project dan pilih import, di sini bisa meng-impor file video, audio dan image.
Gambar 4.1 Proses import
Setelah kita klik import kita lihat pada Project Window secara otomatis terdapat
file yang kita import.Untuk meletakkan file yang telah kita import ke dalam TimeLine guna
pengeditan kemudian cara yang paling mudah dengan teknik DRAG atau DROP. Setelah
itu drag file yang ada pada source menuju ke timeline squence untuk dilakukan proses
editing. Untuk memutar gambar di timeline klik tombol putar pada monitor sebelah kanan.
Setelah video tertata, tambahkan transisi video, adapun yang digunakan penulis
adalah Cross Dissolve untuk antar video karena telah umum digunakan. Sedangkan
untuk awal dan akhir video menggunakan effect Deep to Black. Efek transisi dapat
ditemukan dengan klik effect>video transition>dissolve.
Gambar 4.2 Proses transisi
Setelah tiap segment disusun videonya, proses dilanjutkan dengan pengaturan
audio, proses ini diawali dengan penggeseran audio atmosfer yang ada pada video.
Setelah audio digeser maka untuk timeline audio 1 kosong, tempat tersebut diisi dengan
suara narasi. Setiap file pasti di ambil dari source file dan ubah tampilan source file
dengan audio dengan mengklik tanda audio dan video yang berada di kanan bawah
monitor, lalu atur set in dan set out, dan tempatkan di timeline. Sedangkan untuk
backsound pilih file dari source file dan tempatkan di timeline audio 3.
Sementara untuk bumper penggabungan antara video dan audio, penulis
membuatnya di adobe premiere. Diawali dengan drag video bumper ke timeline dan
tambahkan back sound. Selain itu, untuk akhir bumper, audio dikecilkan dengan mengklik
audio time line, kemudian buka effect control. Sesuaikan suara dengan mengatur audio
volume dan tempatkan marker di timeline awal audio akan mulai turun dan hilangkan
dengan kurangi hingga nol. Setelah selesai dilakukan editing suara tekan Enter dan
project akan me-render perubahan.
Pemberian efek yaitu sekedar memberikan backsound berupa suara narasi dan
musik gamelan yang menandakan ciri khas dari objek yaitu Daerah yogyakarta.
Penambahan file audio berupa gamelan tidak hanya untuk pemanis atau daya tarik dari
video tersebut tetapi juga sebagai penutup kekuranagn pada audio yang dihasilkan pada
perekaman video. Karena audio yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan yaitu
terjadi proses noise yang berlebihan. Perbandingan antara suara asli video, narasi dan
gamelan harus sesuai agar pesan yang disampaikan dalam video dokumenter dapat
jelas diterima oleh audiens.
Gambar 4.4 Proses editing suara
4.3.4 Capture Video Dokumenter Setelah memperoleh hasil video dari Adobe Premiere CS3 berupa File AVI, dilanjutkan
dengan pembuatan DVD yang dipilih penulis sebagai hasil akhir. Video dokumenter ini
berkapasitas 1,23 Gb dengan durasi 26 menit. Proses pemuatan DVD ini menggunakan
Windows DVD Maker. Program ini terdapat dalam paket Windows 7 saja. Keuntungan
dari menyimpan file ini adalah jika membakar DVD proses lebih cepat karena file convert
sudah tersedia dan siap untuk dibakar.
Gambar 4.5 Windows DVD Maker
5. Kesimpulan Pembuatan film dokumenter ini melalui 3 tahapan yaitu : tahap Pra Produksi, Produksi
dan Pasca Produksi. Melalui 3 tahapan ini akan memberikan kemudahan dalam
pembuatan sebuah film.
Perolehan hasil keseluruhan korespondensi audiens telah diperoleh data bahwa hampir
50% masyarakat menganggap film ini baik dan layak untuk dipergunakan untuk media
informasi dan promosi Pasar Kasongan Yogyakarta
Saran 1. Untuk pemerintah diharapkan bisa memberikan solusi dari setiap masalah yang
ada di Pasar Kasongan. Misalnya memberikan pinjaman modal untuk pengrajin
kalangan menengah kebawah, membantu pengrajin dalam bidang pemasaran,
memberikan area parkir dan MCK yang layak di Pasar Kasongan.
2. Untuk masayarakat Kasongan diharapkan lebih meningkatkan kualitas dan
kreatifitas dalam membuat berbagai jenis kerajinan. Agar kasongan tetap
menjadi komoditi ekonomi di Yogyakarta.
3. Dalam membuat film dokumenter yang terpenting adalah kreatifitas dalam
mengolah data-data yang ada harus sesuai dengan kenyataan (fakta) dan tidak
berasal dari imajinasi
DAFTAR PUSTAKA
Hendratman, Hendi, 2009, The magic of After Effect, Informatika, Bandung.
Heryandi, Heryzal, 2003, Tutorial Adobe Premiere Pro, http://cbs-
bogor.net/ebooklain/AnimasiMultimedia/heryzal-premiere.pdf
diakses 11 januari 2011
Morissan, 2008, Jurnalistik televisi Mutakhir, Kencana, Jakarta.
Saksono, Arie, 2007, Kasongn senra Industri Gerabah,
http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/kasongan/
diakses 15 januari 2011
Suyanto,M, 2003, Multimedia Alat untuk Meningkatkan keunggulan Bersaing,
Andi Offset, Yogyakarta