analisis pembuatan film dokumenter di pasar...

15
ANALISIS PEMBUATAN FILM DOKUMENTER DI PASAR KASONGAN YOGYAKARTA Naskah Publikasi di susun oleh : Dwi Rahayu 09.22.1060 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Upload: vuongtu

Post on 06-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

DI PASAR KASONGAN YOGYAKARTA

Naskah Publikasi

di susun oleh :

Dwi Rahayu

09.22.1060

Kepada

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

AMIKOM

YOGYAKARTA

2011

  

ANALYSIS OF DOCUMENTER FILM MAKING MARKET AT KASONGAN YOGYAKARTA

ANALISIS PEMBUATAN FILM DOKUMENTER

DI PASAR KASONGAN YOGYAKARTA

Dwi Rahayu

Jurusan Sistem Informatika

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

Multimedia technology utilized for showing new style in give information and more

effisient for useless and easies to undersanding. Multimedia is subvention information

media base on some elemen such as teks, video, still image and audio.

Movie is one of multimedia application what indicative new creation to show ide

and concep’s someone. Base on advancemen multimedia technology, manipulation

image and making effeck make movie will be better and more variation.

Documenter movie af Kasongan Market, Yogyakarta is about teal lie of

community. This documenter movue for media information and promotion for Kasongan

Market Yogyakarta as one of the best produser’s ceramics.

Key word : Multimedia, Documenter Movie

  

1. Pendahuluan

Yogyakarta tidak hanya dijuluki kota pelajar, tapi juga kota pariwisata. Tidak

hanya pemandangan alam yang mempesona tapi juga banyak hasil dari Sumber Daya

Manusia yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. Mulai dari makanan hingga buah

tangan dari masyarakat yang hingga kini sudah menjadi mata pencaharian. Salah

satunya adalah kerajinan gerabah dari daearah Kasongan. Kasongan mulanya

merupakan tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Yogyakarta.

Banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah

tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi

seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak

pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-

anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun,

Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya

berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak

lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa),

souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja dan kursi, dan lain-lain. Namun

kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang,

perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Tidak hanya itu

saja, hasil kerajinan gerabah juga bisa dibuat sesuai dengan pesanan dari pembeli.

Sehingga pembeli bisa mendesain sendiri kerajinan yang diinginkannya sekaligus bisa

menyaksikan sendiri proses pembuatannya secara langsung.

Pembuatan gerabahnya pun masih banyak yang menggunakan cara manual

atau tradisinanl. Dengan menggunakan alat putar manual tangan. Hasil kerajinan

tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan

Amerika. Dan sekarang desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang

berkunjung ke Yogyakarta.

Penulis ingin ikut berkreasi dengan menvisualisasikan ide yang penulis dapatkan

dari mengikuti matakuliah broadcast di kampus. Dalam hal ini penulis akan menampilkan

film yang mungkin masih kurang dikenal masyarakat layak,. Film dokumenter yang akan

memberikan banyak informasi yang berguna dan sebagai media promosi yakni tentang “

Pasar Kasongan Yogyakarta “.

  

2. Landasan Teori

Pengertian Film Dokumenter Dokumenter sering dianggap sebagai rekaman dari aktualitas atau potongan

rekaman sewaktu kejadian sebenarnya berlangsung, saat orang yang terlibat di

dalamnya berbicara, kehidupan nyata seperti apa adanya, spontan, dan tanpa media

perantara. Walaupun kadang menjadi bahan ramuan utama dalam pembuatan

dokumenter, unsur-unsur itu jarang menjadi bagian dari keseluruhan film dokumenter itu

sendiri, karena semua bahan tersebut harus diatur, diolah kembali, dan ditata struktur

penyajiannya.

Terkadang, bahkan dalam pengambilan gambar sebelumnya, berbagai pilihan

harus diambil oleh para pembuat film dokumenter untuk menentukan sudut pandang,

ukuran shot (type of shot), pencahayaan dan lain-lain, agar dapat mencapai hasil akhir

yang mereka inginkan.

John Grierson pertama-tama menemukan istilah ‘dokumenter’ dalam suatu

pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada

kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual tentang suatu kejadian

tertentu. Dia sangat percaya bahwa “...sinema bukanlah seni atau hiburan, melainkan

suatu bentuk publikasi dan dapat dipublikasikan dengan 100 cara berbeda untuk 100

penonton yang berbeda pula.” Oleh karena itu, dokumenter pun termasuk di dalamnya

sebagai suatu metode publikasi sinematik yang, dalam istilah Grierson sendiri, disebut

‘perlakuan kreatif atas keaktualitasan’ (creative treatment of actuality). Karena ada

perlakuan kreatif, sama seperti dalam film fiksi lainnya, dokumenter dibangun dan bisa

dilihat bukan sebagai suatu rekaman realitas, tetapi sebagai jenis ‘representasi lain’ dari

realitas itu sendiri.

Kebanyakan penonton film atau video dokumenter di layar kaca sudah begitu

terbiasa dengan berbagai cara, gaya, dan bentuk-bentuk penyajian yang selama ini

paling banyak dan umum digunakan dalam berbagai acara siaran televisi. Sehingga,

mereka tak lagi mempertanyakan lebih jauh tentang isi dari dokumenter tersebut.

Misalnya, penonton sering menyaksikan dokumenter yang dipandu oleh suara (voice

over) seorang penutur cerita (narator), wawancara dari para pakar, saksi-mata atas suatu

kejadian, rekaman pendapat anggota masyarakat.

Demikian pula dengan suasana tempat kejadian yang terlihat nyata, potongan-

potongan gambar kejadiannya langsung, dan bahan-bahan yang berasal dari arsip yang

ditemukan. Semua unsur khas tersebut memiliki sejarah dan tempat tertentu dalam

perkembangan dan perluasan dokumenter sebagai suatu bentuk sinematik.

  

Ini penting ditekankan, karena dalam berbagai hal bentuk dokumenter sering

diabaikan dan kurang dianggap di kalangan film seni, seakan-akan dokumenter

cenderung menjadi bersifat ‘pemberitaan’ (jurnalistik) dalam dunia pertelevisian. Bukti-

bukti menunjukkan bahwa, bagaimanapun dengan pesatnya perkembangan film atau

video dokumenter dalam bentuk pemberitaan, ada kecenderungan kuat di kalangan para

pembuat film dokumenter akhir-akhir ini untuk mengarah kembali ke arah pendekatan

yang lebih sinematik.

3. Proses Penelitian

Tahapan Pembuatan Film Dokumenter Ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum proses penulisan serta

pembuatan Film Dokumenter karena dengan konsep yang telah tersusun secara matang

dalam penggarapan sebuah Film dokumenter tolak ukur apakah film tersebut layak

tayang. Beberapa persiapan tersebut antara lain :

3.1 Tahap Pra Produksi Merupakan proses persiapan dan langkah pertama sebelum pengambilan

gambar akan dilakukan. Berguna untuk mengurangi kesalahan dan meminimalisir kurang

koordinasinya komunikasi antar personil yang bertugas agar mampu melakukan

tugasnya masing-masing.

3.1.1. Penentuan Ide Dasar dari Film yang akan dibuat Ide pembuatan film dokumenter tentang pasar Kasongan didasarkan pada

sebuah kenyataan bahwa Pasar Kasongan merupakan salah satu ikon pariwisata di

Yogyakarta. Sebuah desa yang dahulunya hanyalah daerah persawahan, dengan

penduduk bermatapencaharian sebagai pengrajin gerabah dari tanah liat. Seiring dengan

berjalannya waktu, banyak pendatang yang membuka galeri di Kasongan dan turut

mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan. Kerajinan keramik dengan

berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik adalah daya tarik Kasongan

hingga saat ini. Kasongan kini telah menjadi tempat wisata yang menarik dengan barang

indah hasil keahlian dan kreaktifitas penduduk setempat.

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis mencoba membuat sebuah karya

dokumenter berupa film tentang realitas nyata kehidupan sehari-hari di daerah tersebut.

Penulis berharap semoga film dokumenter ini menjadi hiburan serta bisa memberikan

tambahan wawasan.

  

3.1.2 Sinopsis Film ini akan menceritakan tentang desa kasongan yang terletak Kecamatan

Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20

menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Desa Kasongan sangat identik dengan

keramik dan gerabah. Tempat itu memang menjadi sentra industri kerajinan

keramik/gerabah paling besar di Yogyakarta. Hampir seluruh warga di desa itu berprofesi

sebagai perajin keramik. Keunikan inilah yang membuat pemerintah menetapkan

Kasongan sebagai salah satu daerah tujuan wisata di provinsi itu.

Namun keadaan tersebut tidak diimbangi dengan usaha dari pemerintah

setempat untuk mengembangkan potensi dari Desa Kasongan. Para pengrajin masih

menghadapi kesulitan daam bidang promosi dan modal. Terutama untuk para pengrajin

dengan tingkat menengah kebawah. Kebayakan proses penjualan dilakukan secara

mandiri. Tetapi terkadang melalui bantuan agen. Walaupun jalur tersebut merugikan

pengusaha karena harus mengeluarkan pembayaran lebih. Selain itu penduduk setempat

sering mengeluhkan kesulitan parkir mobil di sana. Infrastruktur belum lengkap dan jalan

masih sempit.

Kontribusi usaha kerajinan dalam pengembangan perekonomian dan

kesejahteraan masyarakat para pengusaha mengharapkan pemerintah untuk

memberikan perhatian lebih kepada Kasongan sebagai sentra industri kerajinan. Dengan

usaha mandiri, para pengrajin bisa memngembangkan usahanya sendiri.

Dilihat dari sejarah unit usaha yanga ada serta potensi pariwisata daerah ini sangat layak

untuk dikembangkan sebagai komoditi pasar global.

3.1.3 Storyboard Storyboard merupakan serangkaian sketsa dibuat berbentuk persegi panjang yang

menggambarkan suatu urutan (alur cerita). Fungsi utamanya adalah mempermudah

seorang sutradara dalam mengembangkan teknik cinematografi dalam membuat jalan

cerita untuk menghindari cerita yang tidak berurutan.

3.1.4 Alat dan Kru

Alat dan kru sebagai pelaksana proses pra produksi dari perancangan pembuatan video

dokumenter

Daftar alat yang digunakan :

• Komputer notebook dengan spesifikasi :

Processor core 2 duo P7450

Memori DDR3 2GB

VGA 256MB

  

HDD 320GB

DVD RW

• Kamera panasonic 3CCD MD 10000

• Tripod

• Kaset miniDV 60 menit sebanyak 2

• Mikropon

• Tansportasi

Daftar kru :

• Produser : Dwi rahayu

• Pim. Poduksi : Dwi rahayu

• Penyusun naskah : Dwi rahayu

• Narator : Agus santoso

• Kameramen : Ardy, Aan

• Lighting : Ardy, Aan

• Artistik : Ardy, Aan

• Editor : Dwi rahayu

3.1.5 Persiapan Jadwal Pembuatan Video Karena waktu dan pelaksanaan pembuatan video yang sangat singkat sekali, maka

diperlukan sebuah penjadwalan pembuatan film yang tersusun sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Pembuatan Video

Waktu Jam Kegiatan

16 desember 2010 16.00-17.00 Survey lokasi dan pengumpulan data

16 desember 2010 17.00-18.00 Wawancara dengan narasumber

19 desember 2010 08.00-08.30 Shot gambar di perempatan Tugu

19 desember 2010 09.00-10.00 Shot gambar di daerah Malioboro

19 desember 2010 11.00-17.00 Shot gambar didaerah Kasongan

3.1.6 Perencanaan Biaya Pembuatan Berikut ini adalah rencana biaya pembuatan film dokumenter Pasar Kasongan :

1. Sewa kamera handycam Rp 300.000,00

2. Pita / kaset mini DV Rp 100.000,00

@ Rp 50.000 x 2 buah

3. Sewa tripod Rp 50.000,00

4. Bahan bakar kendaraan Rp 20.000,00

  

@ Rp 5000,00 x 2 liter x 2 kendaraan

5. Makan pagi Rp 24.000,00

@ Rp 6000,00 x 4 orang

6. Makan siang Rp 32.000,00

@ Rp 8000,00 x 3 orang

7. Dvd Finishing Editing Rp 16.000,00

@ Rp 4000,00 x 4 keping

Kru dan pelaku atau pemainnya di dalam film dokumenter ini adalah masyarakat dari

Pasar Kasongan itu sendiri. Jadi kostum, property dan honor pemain tidak perlu di

bayarkan, sehingga mengurangi biaya produksi.

4. Pembahasan

4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari pra produksi, dimana rancangan-rancangan

yang sudah dibuat pada saat pra produksi akan dilaksanakan pada tahap ini.

4.1.1 Teknik pengambilan gambar Teknik pengambilan gambar pada video ini menggunakan teknik ENG (Electronik News

Gathering) yaitu sistem pengambilan gambar secara langsung. Gambar yang telah

diambil kemudian di edit di lain waktu. Berbeda dengan teknik pengambialan gambar

secara EFP (Electronic Field Production) yaitu proses pengambilan gambar dan editing

dilakukan pada saat yang sama. Tenik ini digunakan untuk acara live.

4.1.2 Tata suara Suara yang baik adalah suara yang sesuai dengan tema dan kondisi yang ada pada

video tersebut, maka untuk itu diperlukan jenis mikropon yang tepat dan berkualias. Pada

pembuatan video ini hanya mengandalkan mikropon kamera saja.

4.1.3 Tata cahaya Penataan cahaya dalam produksi film sangat menentukan bagus tidaknya kualitas video.

Penataan cahaya dengan menggunakan kamera video cukup memperhatikan

perbandingan Highlight (bagian ruang yang terang) dan Shade (bagian yang gelap).

Perlu diperhatiakn karakteristik tata cahaya dalam kaitannya dengan kamera yang

digunakan. Jika melebihi batasan atau dipaksakan maka gambar akan terlihat seperti

pecah. Perlu diperhatian juga tentang standart warna pencahayaan film yang dibuat yang

disebut whte balance. Disebut white balance karena memang untuk mencari standar

  

warna putih didalam atau diluar ruangan, Karena warna putih mengandung semua unsur

warna cahaya. Penataan cahaya pada video ini juga dipengauhi dari sinar matahari

karena itualh proses pengambilan gambar dilakukan pada siang hari.

Pembuatan video dokumenter ini tidak menggunakan tata kostum dan tata rias, karena

sudah tercerminkan dalam penampilan sehari-hari dari pelaku yang ada dipasar.

4.2 Pasca Produksi Secara sederhana, tahap pasca atau proses editing merupakan usaha merapikan dan

membuat sebuah tanyangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Dalam tahap

editing yang diakukan penulis yaitu merekonstuksi potangan-potongan gambar yang

diambil. Langkah yang dilakukan sebagai berikut :

• Menganalisis skenario

• Melakukan pemilihan shot yang terpakai dan tidak sesuai dengan shootig report

• Menyiapkan bahan gambar dan menyusun data gambar yang memerlukan efek

suara

Berikut adalah urutan pembuatan film dokumenter Pasar Kasongan Yogyakarta :

Capture Video Dokumenter 

Proses Rendering 

Menata gambar sesuai dengan scenario. Proses ini meliputi pemberian efek transisi, pemberian audio yang berupa musik, narasi 

dan atmosfer 

Meng import file –file yang akan di edit di Adobe Premiere 

Capture Video dari Kamera: memindahkan

gambar dari kaset MiniDV ke harddisk

komputer untuk dijadikan sebuah file dengan

format video.

  

4.3 Editing Adobe Premiere adalah salah satu software yang popular dan digunakan secara

luas dalam pengeditan video. Adanya kesamaan interface Adobe Premiere dengan

Adobe PhotoShop dan Adobe After Effect adalah memberikan kemudahan dalam

pemakaiannya, image – image dapat disiapkan dengan adobe photoshop dan effect –

effect khusus juga dapat disiapkan dari adobe after effect.

Bagian bagian yang ada pada jendela Adobe Premiere

1. Jendela project : tempat file atau lip video, image dan audio yang akan diedit

2. Jendela monitor : menampilkan klip yang belum dan yang sudah diedit

3. Jendela timeline: tempat mengerjakan proses editing dengan menyusun dan

memotong klip, memberi efek dan lain-lain

4. Jendela toolbox: kumpulan alat bantu untuk seleksi, cutting, zoom

5. Jendela info

6. Jendela history

4.3.1 Memulai Project Baru Penggunaan program Adobe Premiere CS3 meliputi penggabungan akhir, baik video

bumper, video stokshot, maupun penambahan impose.Buka program Adobe Premiere

CS3, Start>All Programs>Adobe Master Collection CS3>Adobe Premiere CS3

4.3.2 Mengcapture Video dari Kamera Capture adalah proses memindahkan gambar dari kaset MiniDV ke harddisk

komputer untuk dijadikan sebuah file dengan format video.

Cara capture selengkapnya yaitu : Hidupkan komputer lalu tancapkan kabel

FireWire ke dalam kamera DV. Lalu mengaktifkan Adobe Premiere. Maka akan muncul

perintah di kotak Digital Video. Pilih DV NTSC atau DV PAL, sesuaikan dengan jenis

kamera. Umumnya kamera produk Indonesia adalah PAL. Setelah itu, ketikkan nama

proyek pada kotak Name, misalnya “Kasongan”. Klik OK. Selanjutnya masuk ke dalam

Interface Adobe Premiere. Kini pilih perintah File > Capture.

4.3.3 Import dan Editing Transisi merupakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat lain, dalam

pengeditan suatu video transisi merupakan perpindahan dari satu video ke video

berikutnya. Untuk melakukan pengeditan suatu video, terlebih dahulu kita meng-impor file

kita perlukan, dengan cara klik menu File>Import (Ctrl+I) atau klik kanan pada windows

project dan pilih import, di sini bisa meng-impor file video, audio dan image.

  

Gambar 4.1 Proses import

Setelah kita klik import kita lihat pada Project Window secara otomatis terdapat

file yang kita import.Untuk meletakkan file yang telah kita import ke dalam TimeLine guna

pengeditan kemudian cara yang paling mudah dengan teknik DRAG atau DROP. Setelah

itu drag file yang ada pada source menuju ke timeline squence untuk dilakukan proses

editing. Untuk memutar gambar di timeline klik tombol putar pada monitor sebelah kanan.

Setelah video tertata, tambahkan transisi video, adapun yang digunakan penulis

adalah Cross Dissolve untuk antar video karena telah umum digunakan. Sedangkan

untuk awal dan akhir video menggunakan effect Deep to Black. Efek transisi dapat

ditemukan dengan klik effect>video transition>dissolve.

Gambar 4.2 Proses transisi

Setelah tiap segment disusun videonya, proses dilanjutkan dengan pengaturan

audio, proses ini diawali dengan penggeseran audio atmosfer yang ada pada video.

Setelah audio digeser maka untuk timeline audio 1 kosong, tempat tersebut diisi dengan

suara narasi. Setiap file pasti di ambil dari source file dan ubah tampilan source file

dengan audio dengan mengklik tanda audio dan video yang berada di kanan bawah

monitor, lalu atur set in dan set out, dan tempatkan di timeline. Sedangkan untuk

backsound pilih file dari source file dan tempatkan di timeline audio 3.

  

Sementara untuk bumper penggabungan antara video dan audio, penulis

membuatnya di adobe premiere. Diawali dengan drag video bumper ke timeline dan

tambahkan back sound. Selain itu, untuk akhir bumper, audio dikecilkan dengan mengklik

audio time line, kemudian buka effect control. Sesuaikan suara dengan mengatur audio

volume dan tempatkan marker di timeline awal audio akan mulai turun dan hilangkan

dengan kurangi hingga nol. Setelah selesai dilakukan editing suara tekan Enter dan

project akan me-render perubahan.

Pemberian efek yaitu sekedar memberikan backsound berupa suara narasi dan

musik gamelan yang menandakan ciri khas dari objek yaitu Daerah yogyakarta.

Penambahan file audio berupa gamelan tidak hanya untuk pemanis atau daya tarik dari

video tersebut tetapi juga sebagai penutup kekuranagn pada audio yang dihasilkan pada

perekaman video. Karena audio yang dihasilkan tidak sesuai dengan harapan yaitu

terjadi proses noise yang berlebihan. Perbandingan antara suara asli video, narasi dan

gamelan harus sesuai agar pesan yang disampaikan dalam video dokumenter dapat

jelas diterima oleh audiens.

Gambar 4.4 Proses editing suara

4.3.4 Capture Video Dokumenter Setelah memperoleh hasil video dari Adobe Premiere CS3 berupa File AVI, dilanjutkan

dengan pembuatan DVD yang dipilih penulis sebagai hasil akhir. Video dokumenter ini

berkapasitas 1,23 Gb dengan durasi 26 menit. Proses pemuatan DVD ini menggunakan

Windows DVD Maker. Program ini terdapat dalam paket Windows 7 saja. Keuntungan

dari menyimpan file ini adalah jika membakar DVD proses lebih cepat karena file convert

sudah tersedia dan siap untuk dibakar.

  

Gambar 4.5 Windows DVD Maker

5. Kesimpulan Pembuatan film dokumenter ini melalui 3 tahapan yaitu : tahap Pra Produksi, Produksi

dan Pasca Produksi. Melalui 3 tahapan ini akan memberikan kemudahan dalam

pembuatan sebuah film.

Perolehan hasil keseluruhan korespondensi audiens telah diperoleh data bahwa hampir

50% masyarakat menganggap film ini baik dan layak untuk dipergunakan untuk media

informasi dan promosi Pasar Kasongan Yogyakarta

Saran 1. Untuk pemerintah diharapkan bisa memberikan solusi dari setiap masalah yang

ada di Pasar Kasongan. Misalnya memberikan pinjaman modal untuk pengrajin

kalangan menengah kebawah, membantu pengrajin dalam bidang pemasaran,

memberikan area parkir dan MCK yang layak di Pasar Kasongan.

2. Untuk masayarakat Kasongan diharapkan lebih meningkatkan kualitas dan

kreatifitas dalam membuat berbagai jenis kerajinan. Agar kasongan tetap

menjadi komoditi ekonomi di Yogyakarta.

3. Dalam membuat film dokumenter yang terpenting adalah kreatifitas dalam

mengolah data-data yang ada harus sesuai dengan kenyataan (fakta) dan tidak

berasal dari imajinasi

  

DAFTAR PUSTAKA

Hendratman, Hendi, 2009, The magic of After Effect, Informatika, Bandung.

Heryandi, Heryzal, 2003, Tutorial Adobe Premiere Pro, http://cbs-

bogor.net/ebooklain/AnimasiMultimedia/heryzal-premiere.pdf

diakses 11 januari 2011

Morissan, 2008, Jurnalistik televisi Mutakhir, Kencana, Jakarta.

Saksono, Arie, 2007, Kasongn senra Industri Gerabah,

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/kasongan/

diakses 15 januari 2011

Suyanto,M, 2003, Multimedia Alat untuk Meningkatkan keunggulan Bersaing,

Andi Offset, Yogyakarta