analisis pembelajaran dan kesulitan siswa sma kelas xi
TRANSCRIPT
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 237
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
ANALISIS PEMBELAJARAN DAN KESULITAN SISWA SMA KELAS XI TERHADAP
PENGUASAAN KONSEP FISIKA
Analysis of Learning and Difficulty of High School Students in Class XI to Mastery of Physics Concept
Anik Istyowati1, Sentot Kusairi
2, Supryono Koes Handayanto
3
1,2,3Pendidikan Fisika Pascasarjana-Universitas Negeri Malang
Jl.Semarang 5, Malang
e-mail korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran dan kesulitan siswa pada siswa kelas XI. Sampel terdiri 3
orang guru Fisika dan 100 siswa SMA kelas XII dari 5 SMA di Malang, yaitu SMAN 5 Malang, SMAN 7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9 Malang dan SMAN 1 Singosari yang sudah pernah menerima materi Fisika kelas XI
semester 2. Instrumen dalam penelitian berupa angket survey yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan yang
sudah disediakan dan wawancara. Data angket survey didapatkan dari jawaban yang telah diisi oleh siswa. Data
wawancara didapatkan dari jawaban guru Fisika. Hasil penelitian didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran yang ada selama ini masih belum dapat menfasilitasi siswa untuk aktif di kelas. Penguasaan konsep siswa masih rendah, hal ini
ditunjukkan dari hasil wawancara dengan guru bahwa masih banyak siswa yang remidi. Perlunya dilakukan
penelitian terhadap pembelajaran yang memfasilitas kegiatan praktikum, diskusi, dan tanya jawab. Perlu dilakukan
inovasi pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk memperbaiki penguasaan konsep siswa.
Kata kunci: Analisis pembelajaran, kesulitan siswa, penguasaan konsep.
ABSTRACT
This study aimed to determine students' learning and difficulty of students in class XI. The sample consisted 3 Physics teachers and 100 senior high school students of class XII of 5 senior high school in Malang, SMAN 5 Malang, SMAN
7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9 Malang and SMAN 1 Singosari who have received the materials physics class
XI 2nd semester. Instruments in this study are a survey questionnaire that contains questions with choices that have
been provided and interviews. The data obtained from the answers of survey questionnaire that has been filled by students. Interview data obtained from the answers to the teacher of Physics. The result showed that the learning
activities that have so far still not been able to facilitate students to be active in the classroom. Mastery of concepts
students are still low, this is indicated on the results of interviews with teachers that many students are remedial. The
need for research to facilitate learning lab activities, discussion, and debriefing. Need to be innovative student-centered learning to improve students' mastery of concepts.
Keywords: Analysis of learning, student difficulties, mastery of concepts.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam
disiplin Ilmu Pengetahuan Alam yang masih dianggap
sulit oleh siswa. Soong dkk (2009) mengemukakan bahwa
hasil survey pada penelitiannya menunjukkan bahwa rata-
rata siswa tidak tertarik untuk mempelajari Fisika, hal ini
dikarenakan Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit
untuk dipelajari. Anggapan tersebut secara tidak langsung
membentuk pemahaman di dalam pemikiran siswa,
sehingga siswa merasa tidak mampu sebelum
mempelajari dan membuat siswa lebih memilih hafalan
rumus daripada mengutamakan pemahamanya. Hammer
(1994) mengemukakan bahwa siswa yang mencoba
menghafalkan konsep-konsep dan rumus-rumus Fisika
tanpa mendalami makna fisinya akan kesulitan dalam
mempelajari Fisika. Hal ini dikarenakan dengan
menghafal rumus-rumus dalam mempelajari konsep
Fisika tidak akan membantu siswa dalam mempelajari
makna dibalik penggunaan rumus tersebut. Materi Fisika
yang bersifat abstrak inilah yang membuat siswa harus
dapat memahami konsep daripada hanya sekedar
menghafalkan rumus.
Dalam mempelajari Fisika diperlukan pendekatan
yang tepat agar paradigma siswa terhadap mata pelajaran
Fisika berubah menjadi lebih baik. Dengan berubahnya
paradigma siswa terhadap pembelajaran Fisika akan
memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa
dikelas. Guru diharapkan dapat membuat siswa berperan
aktif untuk mengembangkan dirinya dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini dikarenakan Kegiatan pembelajaran
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu
dalam berinteraksi dengan lingkungan (Lestari dkk,
2013). Wasis (2015) mengemukakan bahwa guru sebagai
pengelola pembelajaran harus mengubah mindset yaitu
dari yang semula berpusat pada guru menjadi
pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa, karena
guru tidak akan mampu lagi sebagai sumber informasi
utama bagi siswanya, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator dan inspirator yang bertugas mengarahkan dan
menstimulli siswa sehingga siswa menemukan dan
membangun pengetahuannya sendiri dari berbagai sumber
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 238
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
belajar dan kemudian menggunakan pengetahuannya
untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.
Dalam Permendikbud Nomor 61 tahun 2014 juga
dijelaskan bahwa pembelajaran harus bersifat student
centered learning yang berarti bahwa siswa memiliki
posisi sentral.
Pada kenyataannya, pembelajaran Fisika saat ini
masih belum dapat membuat siswa untuk aktif dan terlibat
langsung dalam kegiatan pembelajaran. Lestari (2013)
mengemukakan pembelajaran saat ini cenderung
memberikan porsi guru aktif siswa pasif, guru memberi
siswa menerima, dan guru menjelaskan siswa
mendengarkan, sehingga siswa belum mampu
mengaktualkan kemampuan yang dimilikinya. Djarot
(2015) juga mengemukakan bahwa proses belajar
mengajar di sekolah saat ini lebih banyak menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab.
Pemilihan kegiatan pembelajaran yang kurang
tepat dalam belajar Fisika menjadi faktor yang
mempengaruhi rendahnya penguasaan konsep Fisika
siswa. Kegiatan belajar dikelas belum secara optimal
dapat melatihkan aspek-aspek penguasaan konsep
(Hariadi, 2009; Oktasari, 2016). Aspek penguasaan
konsep mengacu pada Taksonomi Bloom yang direvisi
(Anderson & krathwohl, 2001) memiliki enam tingkatan
kognitif tersebut yaitu mengingat (C1), memahami (C2),
mengaplikasi (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi
(C5), dan membuat (C6). Berdasarkan hasil studi Trends
in Mathematics and Science Studies International
(TIMSS) tahun 2011 dalam bidang sains, menunjukkan
Indonesia menempati urutan ke-40 dari 42 negara yang
mengikuti, atau mencapai ranking ke-3 dari bawah, lebih
tinggi dari Maroko dan Gana (Wasis (2015). Demikian
juga dalam Programme for International Student
Assessment (PISA) pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
rata-rata perolehan PISA Indonesia sangat rendah, yaitu
382 dari rata-rata internasional 501 dan berada pada
urutan ke 64 dari 65 negara peserta. Ini menunjukkan
bahwa siswa Indonesia rata-rata hanya mampu mengenali
sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengaitkan dan
mengkomunikasikan berbagai topik sains, apalagi
menerapkan konsep-konsep sains yang bersifat abstrak
dan kompleks.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan guru
untuk menciptakan pembelajaran yang optimal bagi
siswa. Purwanto (2008) mengemukakan bahwa untuk
menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan.
Santrock (2011) menemukakan untuk memberikan
pembelajaran yang membuat siswa berinisiatif untuk
bertanya dan menjawab pertanyaan, serta mengajak siswa
menemukan konsep melalui pengamatan. Wardani &
Suharto (2015) mengemukakan untuk menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan materi yang
akan disampaikan agar pembelajaran berlangsung secara
efektif dan efisien dengan membuat siswa aktif, lebih
banyak berpikir, mudah berinteraksi dengan guru maupun
dengan temannya, mampu mengemukakan pendapatnya
maupun menanggapi pertanyaan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti bermaksud
melakukan penelitian untuk mengetahui kegiatan
pembelajaran Fisika yang dilakukan guru selama ini dan
kesulitan siswa SMA kelas XI dalam mempelajari materi
Fisika. Materi Fisika yang diteliti dikhususkan pada
materi kelas XI semester 2.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan
yang bertujuan untuk mengetahui pembelajaran dan
kesulitan siswa pada siswa kelas XI pada materi Fisika
semester 2. Hasil penelitian ini akan digunakan untuk
merancang pembelajaran yang digunakan untuk mengajar
materi gelombang. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mendapatkan
gambaran atau deskripsi mengenai keadaan secara
deskriptif (Sugiyono, 2015).
Sampel terdiri 3 orang guru Fisika dan 100 siswa
SMA kelas XII dari 5 SMA di Malang, yaitu SMAN 5
Malang, SMAN 7 Malang, SMAN 8 Malang, SMAN 9
Malang dan SMAN 1 Singosari yang sudah pernah
menerima materi Fisika kelas XI semester 2. Instrumen
dalam penelitian berupa angket survey yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan yang sudah
disediakan dan wawancara. Data angket survey
didapatkan dari jawaban yang telah diisi oleh siswa. Data
wawancara didapatkan dari jawaban guru Fisika.
Data hasil survey siswa dengan angket kemudian
dianalisis merata skor masing-masing komponen. Analisis
dilakukan dengan menggunakan perhitungan persentase.
Adapun rumus yang digunakan untuk memperoleh
persentase sebagai berikut:
Persentase % = Jumlah skor pengumpulan data
Jumlah siswa keseluruhan
Tabel 1. Pertanyaan Angket Wawancara Guru
No Pertanyaan
1. Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu
anggap sulit?
2. Bagaimana kegiatan pembelajaran Fisika disekolah?
3. Bagaimana ketuntasan siswa dalam belajar Fisika?
4. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa ketika
mempelajari Fisika? 5. Apakah dilakukan praktikum ketika mempelajari
Fisika di kelas?
6. Apakah siswa ikut berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran? 7. Metode yang digunakan dalam mempelajari Fisika?
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 239
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Tabel 2. Pertanyaan Angket Survey Siswa
No Pertanyaan Pilihan Jawaban
1. Apakah Fisika merupakan mata pelajaran yang sulit
untuk dipelajari?
a. Ya
b. Tidak 2. Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu anggap
sulit?
a. Gelombang mekanik
b. Termodinamika
c. Gelombang berjalan dan gelombang stasioner
d. Gelombang bunyi dan cahaya e. Optika
f. Pemanasan global
3. Apa kendala yang kamu alami ketika mempelajari materi
Fisika? (mengacu pada pilihan pertanyaan nomor 2)
a. Cara guru menjelaskan
b. Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai c. Terlalu banyak konsep yang dipelajari
4. Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika
pada materi tersebut? (mengacu pada pilihan pertanyaan
nomor 2)
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Tanya jawab d. Penugasan
e. Praktikum
5. Metode yang kamu harapkan dari guru dalam mengajar
Fisika pada materi tersebut? (mengacu pada pilihan pertanyaan nomor 2)
a. Ceramah
b. Diskusi c. Tanya jawab
d. Penugasan
e. Praktikum
f. Lain-lain
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh berdasarkan isian angket
survey yang dibagikan kepada 100 siswa kelas XII SMA
di Malang dan wawancara terhadap 3 guru. Terdapat lima
pertanyaan pada angket survey dan 7 pertanyaan
wawancara. Data angket survey kemudian diolah dengan
bantuan program aplikasi microsoft excel 2013 yang
nantinya diperoleh gambaran mengenai pembelajaran dan
kesulitan siswa kelas XI saat mempelajari materi Fisika
kelas XI semester 2.
Hasil wawancara terhadap guru Fisika yang
dilakukan peneliti didapatkan beberapa poin penting
terhadap pembelajaran Fisika yang selama ini dilakukan
dalam menyampaikan materi Fisika kelas XI semester 2.
Pembelajaran Fisika pada materi gelombang berjalan dan
gelombang stasioner menurut guru menjadi materi yang
susah dipahami oleh siswa, kemudian dilanjutkan dengan
materi teori kinetik gas. Guru merasa belum menemukan
pendekatan yang tepat dalam mengajarkan materi
tersebut, sehingga guru lebih banyak dalam menjelaskan
materi dengan bantuan PPT. Hasil ulangan yang
didapatkan juga mendapatkan hasil kurang maksimal,
hampir setengah lebih pada tiap kelas yang melakukan
kegiatan remidi. Kegiatan remidi tersebut dilakukan
dengan penugasan dan beberapa guru meminta melakukan
mengerjakan soal ulang dirumah ataupun disekolah.
Langkah guru dalam mengambil alih pusat belajar
ke guru menyebabkan waktu yang seharusnya digunakan
untuk kegiatan praktikum habis dipakai untuk
menjelaskan materi saja dan menyebabkan siswa tidak
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
sekolah menggunakan praktikum untuk membantu
kegiatan belajar tetapi hasil yang didapat masih belum
maksimal dan belum membantu siswa meningkatkan
penguasaan konsep Fisika pada materi tersebut. Kegiatan
evaluasi dilakukan pada soal-soal yang dianggap sulit
oleh siswa. Guru tidak menetapkan model pembelajaran
yang digunakan karena disesuaikan dengan keadaan kelas
saat itu. Beberapa guru berusaha untuk memodifikasi
model tetapi masih belum dapat mendapatkan hasil
maksimal dalam belajar siswa.
Pertanyaan pertama angket survey bertujuan untuk
mengetahui apakah Fisika masih dianggap mata pelajaran
yang sulit untuk dipelajari. Sebanyak 91,11% siswa
merasa mata pelajaran Fisika sulit untuk dipelajari dan
hanya 20% siswa yang menganggap Fisika bukan mata
pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hasil ini sejalan
dengan penelitian Soong dkk (2009) bahwa berdasarkan
hasil survey pada penelitiannya yang dilakukan di Inggris
didapatkan bahwa rata-rata siswa tidak tertarik untuk
mempelajari Fisika, hal ini dikarenakan Fisika merupakan
mata pelajaran yang sulit untuk dipelajari. Hal ini
menunjukkan bahwa anggapan siswa terhadap mata
pelajaran Fisika sulit dipelajari masih melekat pada diri
siswa. Untuk itu guru perlu memberi inovasi dalam
kegiatan pembelajaran. Persentase hasil survey anggapan
siswa terhadap pelajaran Fisika disajikan pada Gambar 1.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 240
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Gambar 1. Persentase Hasil Survey Anggapan Siswa Terhadap Pelajaran Fisika
Pertanyaan kedua angket survey bertujuan untuk
mengetahui materi Fisika kelas XI semester masih
dianggap sulit oleh. Sebanyak 28,89% siswa merasa
materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner
sebagai materi yang sulit untuk dipelajari, 26,67% siswa
merasa materi thermodinamika sebagai materi yang sulit
untuk dipelajari, 21,11% siswa merasa materi gelombang
mekanik sulit untuk dipelajari, 16,67% siswa merasa
materi gelombang bunyi dan cahaya sulit untuk dipelajari
dan tidak semua siswa tidak menjadi permasalahan dalam
pembelajaran Fisika untuk dipelajari dengan persentase
kesulitan 0%. Hasil ini menunjukkan bahwa secara
keseluruhan materi Fisika kelas XI semester masih
dianggap sulit oleh siswa untuk dipelajari kecuali materi
pemanasan global. Materi gelombang berjalan dan
gelombang stasioner menempati urutan pertama untuk
materi yang dianggap sulit, kemudian materi
thermodinamika. Hal ini bisa disebabkan karena pada
materi tersebut banyak konsep bersifat matematis yang
perlu dipelajari, selain itu materi tersebut bersifat abstrak.
Persamaan matematis yang bersifat abstrak membuat
siswa kesulitan dalam mempelajari konsep Fisika.
Adeyemo (2010), Adolphus & Aderenmu (2008)
mengidentifikasi terdapat dua kemungkinan, yang
pertama karena kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah yang bersifat matematis memang sangat lemah
dan yang kedua karena siswa tidak tahu bagaimana
menerapkan persamaan matematis pada permasalahan
Fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan
bahting bagi siswa untuk meningkatkan penguasaan
konsep dalam mempelajari konsep-konsep Fisika.
Persentase hasil survey materi Fisika kelas X semester 2
yang dianggap sulit disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Hasil Survey Materi Fisika Kelas X Semester 2 Yang Dianggap Sulit
Pertanyaan ketiga angket survey bertujuan untuk
mengetahui kendala siswa dalam mempelajari materi
Fisika yang berhubungan pada pertanyaan pertama.
Sebanyak 52,22% siswa merasa kegiatan pembelajaran
yang diberikan tidak sesuai, 45,56% siswa merasa terlalu
banyak konsep yang dipelajari dan 13,33% siswa yang
menganggap karena cara guru mengajar. Hasil ini
menunjukkan bahwa cara guru mengajar bukanlah faktor
utama yang mempengaruhi kesulitan siswa. Faktor yang
berperan penting adalah pemilihan strategi dan model
yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang
dianggap siswa kurang tepat. Selain itu, banyaknya
konsep menjadi kendala bagi siswa untuk mempelajari
Fisika.
Saat mempelajari materi gelombang, siswa tidak
bisa jika hanya mengandalkan pada kegiatan yang
20
91.11
0 20 40 60 80 100
Apakah Fisika merupakan mata pelajaran
yang sulit untuk dipelajari?
Ya Tidak
[VALUE]%
[VALUE]%
[VALUE]%
0 10 20 30 40 50 60
Apa kendala yang kamu alami ketika
mempelajari materi Fisika?
Pertanyaan 3
Cara guru menjelaskan
Kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai
Terlalu banyak konsep yang dipelajari
16.67
28.89
26.67
21.11
0 5 10 15 20 25 30 35
Materi Fisika kelas X semester 2 yang kamu
anggap sulit?
Gelombang mekanik Thermodinamika
Pemanasan global Gelombang berjalan dan gelombang stasioner
Gelombang bunyi dan cahaya
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 241
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
menekankan pada minds on activity saja, tetapi juga
diperlukan kegiatan siswa dalam hands on activity.
Keterampilan hand on activity dalam pembelajaran Fisika
dapat dilakukan dengan kegiatan eksperimen atau
percobaan sederhana. Kegiatan seperti itu dapat
membantu siswa untuk dapat mempelajari konsep tidak
mengacu hanya dari persamaan-persamaan Fisika, tetapi
lebih menghubungkan pada permasalahan nyata. Shiha &
Prabowo (2014) mengemukakan bahwa dengan
memanfaatkan alat peraga dalam kegiatan eksperimen
atau percobaan sederhana dapat membuat siswa belajar
dengan mendapatkan pengalaman langsung, melatihkan
kemampuan pendekatan ilmiah dan membangun
pemahaman konsep. Selain itu, siswa juga diajak untuk
mengaitkan kegiatan percobaan dengan kehidupan sehari-
hari untuk membangun pengetahuan mereka dan
menghubungkan berbagai konsep Fisika. Persentase hasil
survey metode yang digunakan guru dalam pembelajaran
Fisika disajikan pada Gambar 3.
Pertanyaan keempat angket survey bertujuan
untuk mengetahui metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran Fisika pada materi yang berhubungan
dengan pertanyaan pertama. Hasil survey angget
didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan
dengan 32,22% ceramah, 30% penugasan, 17,78 tanya-
jawab, 16,67% praktikum, dan 14,44% diskusi. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Lestari (2013) bahwa
pembelajaran saat ini cenderung memberikan porsi guru
aktif siswa pasif, guru memberi siswa menerima, dan guru
menjelaskan siswa mendengarkan. Penelitian Djarot
(2015) juga didapatkan bahwa proses belajar mengajar di
sekolah saat ini lebih banyak menggunakan metode
ceramah dan tanya-jawab.
Pembelajaran Fisika menuntut siswa untuk lebih
aktif dalam kegiatan pembelajaran. kegiatan percobaan,
diskusi, presentasi, tanya-jawab sangat dibutuhkan untuk
dapat memahami konsep-konsep Fisika dengan baik.
Konsep Fisika akan lebih meudah dipelajari jika siswa
saling berkomunikasi dan terlibat langsung dalam sebuah
penyelesaian masalah. Murniati dkk (2015) dalam
penelitiannya didapatkan bahwa kegiatan pembelajaran
yang menekankan peran aktif siswa dalam proses belajar
mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
akan lebih membantu siswa mempelajari konsep Fisika
dengan baik. Sangat penting memahami konsep dan
prinsip dasar sebelum mencoba permasalahan yang
bersifat kompleks (Serway, 2014). Persentase hasil survey
metode yang digunakan guru dalam pembelajaran Fisika
disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Persentase Hasil Survey Metode Yang Digunakan Guru Dalam Pembelajaran Fisika
Pertanyaan kelima angket survey bertujuan
untuk mengetahui metode yang diharapkan dari guru
dalam mengajar materi yang berhubungan dengan
pertanyaan pertama. Berdasarkan hasil survey angket
didapatkan bahwa harapan siswa dalam pembelajaran
Fisika yang digunakan guru dalam penyampaian materi
43,33% menggunakan praktikum, 33,33% menggunakan
diskusi, 31,11% menggunakan tanya jawab, 3,33%
menggunakan penugasan, 0% menggunakan ceramah.
Hasil ini menunjukkan bahwa siswa lebih ingin aktif
dalam kegiatan pembelajaran, dimana tidak ada satupun
siswa yang menginginkan penyampaian materi hanya
berpusat pada guru yaitu dengan metode ceramah.
Pembelajaran Fisika tidak hanya tentang produk
(fakta), tetapi juga mencakup tentang sikap dan proses.
Dalam pembelajaran Fisika, siswa harus aktif dalam
dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapinya.
Proses pembelajaran akan lebih efektif jika terdapat
kerjasama antara guru dengan siswa, atau siswa dengan
siswa, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah
dapat memperoleh pengetahuan dan informasi dari siswa
yang memiliki kemampuan lebih tinggi (Eviana dkk,
2016). Selain itu dalam Permendikbud nomor 61 tahun
2014 sudah ditekankan bahwa pembelajaran harus bersifat
student centered. Pemilihan model pembelajaran yang
tepat akan berimbas pada peningkatan pemahaman siswa
terhadap konsep Fisika. Siswa akan lebih termotivasi dan
16.67
30
17.78
14.44
32.22
0 5 10 15 20 25 30 35
Metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran Fisika pada materi tersebut?
Ceramah Diskusi Tanya jawab Penugasan Praktikum
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 242
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
belajar atas dorongan dirinya. Persentase hasil survey
metode yang diinginkan siswa dalam mempelajari Fisika
di kelas disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Persentase Hasil Survey Metode Yang Diinginkan Siswa Dalam Mempelajari Fisika Di Kelas
PENUTUP
Berdasarkan hasil wawancara dan survey melalui
angget diperoleh beberapa poin penting. Kegiatan
pembelajaran yang ada selama ini masih belum dapat
menfasilitasi siswa untuk aktif di kelas. Fisika masih
menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa.
Materi gelombang berjalan dan gelombang stasioner
menjadi materi yang dianggap sulit untuk dipelajari siswa
pada matapelajaran kelas XI semester 2, kemudian diikuti
dengan thermodinamika. Penguasaan konsep siswa masih
rendah, hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara dengan
guru bahwa masih banyak siswa yang remidi.
Perlunya dilakukan penelitian terhadap
pembelajaran yang memfasilitas kegiatan praktikum,
diskusi, dan tanya jawab. Perlu dilakukan inovasi
pembelajaran yang berpusat pada siswa untuk
memperbaiki penguasaan konsep siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Adeyemo, S. A. 2010. Teaching/ Learning Physics in
Niegerian Secondary School: The Curriculum
Transformation, Issues, Problem and Prospects.
International Journal of Educational Research and
Technology, 1(1): 99-111.
Adolphus, T & Aderonmu, T. S. B. 2008. Factors
Affecting The Teaching and Learning of
Electromagnetism Among Secondary School
Physics Students. Nigeria Journal of Vocational
Teacher Education, 8(1): 25-37.
Anderson, L. W & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy
for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision
of Bloom’s Taxonomy of Education Objectives.
New York: Addison Wesley Lonman, Inc.
Elviana, Jalmo, T, & Abdurrahman. 2016. Penerapan
Cooperatif Learning Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA. Prosiding Seminar Nasional IPA VII
Tahun 2016. 810-815.
Hammer, D. 1994. Epistemological Beliefs in
Introductory Physics. Cognitive and Instruction,
12(2): 151-183.
Hariadi, E. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun.
Jurnal Pendidikan Dasar, 10(1): 28-41.
Kemendikbud. 2014. Permendikbud No 61 Tahun 2014
Tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lestari, R., Ahdinirwanto, W., & Ashari. 2013.
Peningkatan Pemecahan Masalah Melalui Model
Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC) pada SMP Negeri 4
Wadaslintang. Jurnal Radiasi, 4(2): 178-181.
Oktasari, Y. 2016. Penerapan Model Pembelajaran
Berbasis Pengalaman Berbantuan Multimedia
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan
Kompetensi Sains Siswa. Jurnal Gravity, 2(1): 45-
58.
PISA. 2012. Results in Focus: What 15 Year-Olds Know
and What They Can Do With What They Know.
Paris: OECD.
Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk
Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
43.33
3.33
31.11
33.33
0 10 20 30 40 50
Metode yang kamu harapkan dari guru
dalam mengajar Fisika pada materi tersebut?
Ceramah Diskusi Tanya jawab Penugasan Praktikum
PROSIDING SEMINAR NASIONAL III TAHUN 2017 “Biologi, Pembelajaran, dan Lingkungan Hidup Perspektif Interdisipliner”
Diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi-FKIP bekerjasama dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK)
Universitas Muhammadiyah Malang, tanggal 29 April 2017
Istyowati et al, Analisis Pembelajaran dan Kesulitan 243
available at http://research-report.umm.ac.id/index.php/
Santrock, J.W., 2011. Educational Psychology. New
York: McGraw-Hill.
Shiha, N. S & Prabowo. 2014. Pengembangan Alat
Peraga Percepatan Benda Untuk Menunjang
Pembelajaran Fisika pada Materi Hukum Newton
tentang Gerak. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika, 3
(2): 180-184.
Soong, B., Mercer, N., & Er, S. S. 2009. Students’
Difficulties When Solving Physics Problems:
Results from an ICT-infused Revision
Intervension. Proceedings of the 17th
International Conference on Computer in
Education, 361-365.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Wardani, E. K & Suharto, B. 2015. Meningkatkan Hasil
Belajar Hidrokarbon dengan Model Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC)
berbantuan Media Buletin Siswa Kelas X-6 SMA
Negeri 8 Banjarmasin. Jurnal Inovasi Pendidikan
Sains, 6(2): 66-77.
Wasis, 2015. Hasil Pembelajaran Sains di Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains PPs
Pendidikan Sains UNESA.