analisis morfometri dan morfostruktur lereng … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu...

13
Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 84 72 ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG KEJADIAN LONGSOR DI KECAMATAN BANJARMANGU KABUPATEN BANJARNEGARA Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102, Telp. (0271) 717417 Psw. 151-153, Fax. (0271) 7155448 E-mail: [email protected], [email protected] ABSTRACT The aims of this research are: (a) to study and classify the landslide hazard level, and (b) to analysis morphometry and morphostructure slope at occurrence slides in the research area. The sampling method applied in this research was stratified sampling , landform units were applied as strata. The sample within strata was determined according the landslide hazard based factor that caused landslides. Analysed of morphometry and morphostructure conducted in described of landform units. The landslide location was mapped by determining landslide point with Global Position System (GPS), and morphometry slope analysis in three images with Digital Elevation Model (DEM) analysis. The results showed that the degree of landslide hazard in the research area could be classified into 9 units landform with 5 landslide hazard level, from very low until very high. At very high landslide hazard existed occurrence landslides at most, whereas at very low landslide hazard existed occurrence at least. From slope morphometry aspect, the point of the most landslide case is in mountain midle slope (11), lower slope (9), and upper slope (5). Flows type, soil fall, and rockfall all happen in lower slope. Landslide types almost (80%) happen in lower slope, whereas slump type happen in upper, middle, and lower slope. From slope form aspect, 70% landslide cases happen in concave slope position and slope classes 3-5 (>9%). From morphostructure aspect, the research area hasn’t difference because of weathering level and litology structure condition which is relatively similar. Concave and aslant slope condition become the concentration point of surface flow water and under surface which are predicted be the most influence factor that cause landslide. Keyword: landslide hazard, morphometry, morphostructure PENDAHULUAN Bencana longsor tanah merupakan salah satu jenis bencana alam yang banyak menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang sangat besar, seperti: rusaknya lahan pertanian, kawasan permukiman, jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisik lainnya. Bencana longsor tanah yang terjadi pada 4 Januari 2006 di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara telah menelan korban lebih 100 jiwa dan kerusakan lahan pertanian seluas lebih 4 ha, serta kerusakan sekitar 55% dari 185 rumah yang dihuni 665 jiwa. Lokasi longsor tersebut terletak di daerah pegunungan vulkanik, yaitu Gunung Pawinihan dengan ketinggian 1.240 m dpal yang termasuk wilayah Pegu- nungan Serayu Utara. Gunung Pawinihan merupakan batuan gunungapi Kuarter dengan batuan andesit hiperten-augit yang mengandung hornblende dan basal olivine serta aliran lava dan breksi piroklastik dengan tingkat pelapukan yang tinggi. La- pisan batuan ini mengandung batulem-

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8472

ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG KEJADIANLONGSOR DI KECAMATAN BANJARMANGU

KABUPATEN BANJARNEGARA

Kuswaji Dwi Priyono dan PriyonoFakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos I Surakarta 57102, Telp. (0271) 717417Psw. 151-153, Fax. (0271) 7155448

E-mail: [email protected], [email protected]

ABSTRACT

The aims of this research are: (a) to study and classify the landslide hazard level, and (b) to analysismorphometry and morphostructure slope at occurrence slides in the research area. The sampling method applied in thisresearch was stratified sampling , landform units were applied as strata. The sample within strata was determinedaccording the landslide hazard based factor that caused landslides. Analysed of morphometry and morphostructureconducted in described of landform units. The landslide location was mapped by determining landslide point with GlobalPosition System (GPS), and morphometry slope analysis in three images with Digital Elevation Model (DEM)analysis. The results showed that the degree of landslide hazard in the research area could be classified into 9 unitslandform with 5 landslide hazard level, from very low until very high. At very high landslide hazard existed occurrencelandslides at most, whereas at very low landslide hazard existed occurrence at least. From slope morphometry aspect,the point of the most landslide case is in mountain midle slope (11), lower slope (9), and upper slope (5). Flows type, soilfall, and rockfall all happen in lower slope. Landslide types almost (80%) happen in lower slope, whereas slump typehappen in upper, middle, and lower slope. From slope form aspect, 70% landslide cases happen in concave slope positionand slope classes 3-5 (>9%). From morphostructure aspect, the research area hasn’t difference because of weatheringlevel and litology structure condition which is relatively similar. Concave and aslant slope condition become the concentrationpoint of surface flow water and under surface which are predicted be the most influence factor that cause landslide.

Keyword: landslide hazard, morphometry, morphostructure

PENDAHULUAN

Bencana longsor tanah merupakansalah satu jenis bencana alam yang banyakmenimbulkan korban jiwa dan kerugianmaterial yang sangat besar, seperti: rusaknyalahan pertanian, kawasan permukiman,jalan, jembatan, irigasi, dan prasarana fisiklainnya. Bencana longsor tanah yang terjadipada 4 Januari 2006 di Dusun Gunungraja,Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu,Kabupaten Banjarnegara telah menelankorban lebih 100 jiwa dan kerusakan lahan

pertanian seluas lebih 4 ha, serta kerusakansekitar 55% dari 185 rumah yang dihuni665 jiwa. Lokasi longsor tersebut terletakdi daerah pegunungan vulkanik, yaituGunung Pawinihan dengan ketinggian1.240 m dpal yang termasuk wilayah Pegu-nungan Serayu Utara. Gunung Pawinihanmerupakan batuan gunungapi Kuarterdengan batuan andesit hiperten-augit yangmengandung hornblende dan basal olivineserta aliran lava dan breksi piroklastikdengan tingkat pelapukan yang tinggi. La-pisan batuan ini mengandung batulem-

Page 2: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 73

pung, konglomerat, serta tuff dasit yangmenjadi pemicu longsoran di sampingcurah hujan tahunan yang tinggi (3.191mm/th) dan kemiringan lereng 30º-45º.

Potensi kejadian longsoran di kawa-san pegunungan di Kabupaten Banjar-negara sangat besar yang memungkinkanterjadi dari tahun ke tahun. Potensi kejadiantersebut telah banyak dilakukan penelitiandan dipublikasikan bahwa Kecamatan Ban-jarmangu termasuk dalam 14 kecamatan diKabupaten Banjarnegara yang potensialterjadinya bencana longsoran. Penelitianterdahulu menunjukkan analisis yang samaterhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasidimana kejadian longsor pada suatu satuanpemetaan yang ada akan terjadi.

Mengacu pada berbagai konsep danhasil kajian penelitian terdahulu, maka per-tanyaan yang muncul adalah: “Bagaimana-kah sebaran kejadian longsoran di daerahpenelitian?; dan bagaimanakah morfometridan morfostruktur lereng berpengaruh padasebaran kejadian longsoran yang ada?”.Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas,analisis morfometri dan morfostrukturlereng pada kejadian longsor dapat diguna-kan untuk usaha pencegahan dan penang-gulangan bencana. Potensi ter jadinyalongsoran ini dapat diminimalkan denganmemberdayakan masyarakat untuk menge-nali tipologi lereng yang rawan longsortanah, gejala awal lereng akan bergerak,serta upaya antisipasi dini yang harusdilakukan. Sistem peringatan dini yangefektif sebaiknya dibuat berdasarkanprediksi, bilamana dan dimana longsor akanterjadi juga tindakan-tindakan yang harusdilakukan pada saat bencana datang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini diawali dengan peme-taan bentuklahan berdasarkan analisismorfologi/relief, litologi/struktur batuan,dan proses geomorfologi melalui interpretasicitra landsat dibantu peta rupabumi danpeta geologi. Dilanjutkan pengambilan danpengamatan sampel di lapangan untukmemperoleh data karakteristik lahan. Peni-laian tingkat kerawanan longsor denganskoring seperti yang telah dilakukan olehSunarto Goenadi, dkk (2003) dengan peru-bahan yang telah dilakukan peneliti padapenelitian sebelumnya (2006). Lokasi pe-ngamatan ditentukan berdasarkan petabentuklahan, kualitas dan karakteristiklahan yang dikaji dalam penelitian ini disaji-kan pada Tabel 1. Dalam pembe-rian harkatuntuk masing-masing parameter diklasi-fikasikan ke dalam lima klas. Harkat yangpaling tinggi (5) adalah yang paling besarpengaruhnya terhadap terjadinya longsoran.Harkat yang paling rendah (1) adalah yangpaling kecil pengaruhnya terhadap terjadi-nya longsoran

Pembobotan disusun atas dasarpemahaman faktor penyebab dan faktorpemicu terjadinya longsoran. Faktor yangmenyebabkan terjadinya longsoran adalahgaya gravitasi yang bekerja pada suatumassa tanah dan atau batuan. Di lapanganbesarnya pengaruh gaya gravitasi terhadapmassa tanah dan atau batuan ditentukanoleh besarnya sudut lereng. Oleh karena itudalam penilaian tingkat kerawanan longsor,faktor lereng diberikan bobot yang palingtinggi (bobot 10) dibandingkan faktor-faktor lain.

Pemberian bobot pada faktor pemi-cu, yang dalam hal ini dikelompokkan

Page 3: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8474

menjadi 2 yaitu faktor yang bersifat statikdan faktor yang bersifat dinamik. Faktoryang dinamik diberi bobot yang lebih tinggidikarenakan kejadian longsoran selaludipicu oleh adanya perubahan gaya/energiakibat perubahan faktor yang bersifatdinamik. Termasuk di dalam kategori faktoryang dinamik ini adalah hujan dan peng-gunaan lahan. Faktor hujan mempunyaibobot yang lebih tinggi (5,6) dibandingkandengan penggunaan lahan dikarenakanhujan (2,4) dapat mempengaruhi peru-bahan besar beban massa batuan dan atautanah secara relatif lebih cepat/dramatikdibandingkan dengan penggunaan lahan.

Dalam penelitian ini, kemiringanlereng datar/landai (harkat 1) hingga terjal/sangat terjal (harkat 5); penggunaan lahandi dasar lembah (1) hingga sawah (5);tingkat pelapukan dari ringan (1) hinggasempurna (5); kedalaman tanah dari sangattipis (1) hingga sangat tebal (5); kelasstruktur tanah dari horisontal (1) hinggamiring pada perlapisan lunak (5 ); dan kelastekstur tanah dari geluh (1) hingga lempung

(5). Akhirnya tingkat bahaya longsor tanahselanjutnya diklasifikasikan berdasarkantotal harkat dari parameter penyebab danpemicu longsor tanah. Adapun total klasi-fikasi Kelas Bahaya Longsor Tanah disaji-kan pada Tabel 2.

Langkah selanjutnya adalah menga-nalisis kejadian longsor secara deskriptifpada bagian-bagian lereng dengan bantuananalisis DEM (digital elevation modelling)untuk memperoleh gambaran tiga dimensisehingga secara jelas kita dapat mengkajimekanisme proses longsoran pada suatupenggal lereng. Posisi lereng dan bentuk le-reng seperti apa kejadian longsor itu terjadi,demikian pula analisis terhadap morfo-struktur lerengnya. Dengan mengetahuipola kejadian yang ada, diharapkan dapatmemprediksi adanya pengulangan kejadianlongsor dengan tipe dan kondisi lereng yangsama mendatang. Sasaran penelitian dasarini adalah pengembangan konsepsi dasargeomorfologi analitik untuk kajian terjadi-nya longsoran.

Tabel 1. Pengharkatan dan Pembobotan Parameter yangMempengaruhi Longsoran

Harkat Harkat x Bobot x Konstanta No Jenis Faktor Parameter Bobot

(B) Konstanta

(K) B * K

Min Maks Min Maks

1 Faktor Penyebab Kemiringan Lereng 10 1 10 1 5 10 50 2 Hujan 8 0,7 5,6 1 5 5,6 28 3

Faktor Pemicu (Dinamik) Penggunaan Lahan 8 0,3 2,4 1 5 2,4 12

4 Pelapukan Batuan 6 0,7 4,2 1 5 4,2 21 5 Kedalaman Tanah 6 0,15 0,9 1 5 0,9 4,5 6 Struktur Perlapisan 6 0,09 0,54 1 5 0,54 2,7 7

Faktor Pemicu (Statis)

Tekstur 6 0,06 0,36 1 5 0,36 1,8 24 120 Sumber : Sunarto Goenadi, dkk. (2003) dengan perubahan Kuswaji (2006)

Page 4: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 75

HASIL DAN PEMBAHASAN

Secara geografis letak daerahpenelitian ini adalah 109

038’10" BT –

109043’30" BT dan 07

017’00" LS dan

07023’50" LS. Berdasarkan data curah

hujan daerah penelitian memiliki hujantahunan sebesar 3631,9 mm/th dengancurah hujan bulanan rerata minimumsebesar 58,7 mm yang terjadi pada bulanAgustus dan curah hujan bulanan reratamaksimum sebesar 514,9 mm terjadi padabulan Nopember, mempunyai 9 bulanbasah, 2 bulan lembab, dan 1 bulan kering.Daerah penelitian mempunyai nilai Qsebesar 0,111 atau bertipe A (sangat basah).Hal tersebut juga ditunjukkan bahwa didaerah penelitian rerata terjadi 16,42 harihujan dalam satu bulan dengan curah hujanmaksimum rerata sebesar 74,51 mm.Kejadian hari hujan tertinggi terjadi padabulan Nopember hingga Januari (20,2 hari)dengan curah hujan maksimum setiap kalikejadian hujan tertinggi pula (94,1 mm),sehingga pada bulan Januari kemungkinanterjadi longsor tanah sangat besar setelah 2bulan sebelumnya terjadi curah hujandengan intensitas yang tinggi dengankejadian hujan yang hampir tiap hari terjadi.Adapun temperatur di daerah penelitiandengan ketinggian 271 – 1244 m dpalmempunyai suhu rerata 23°C.

Daerah penelitian didominasi olehlereng miring hingga sangat curam dengankemiringan lereng >15% dengan luas40.309 ha atau sebesar 77,52% dari kese-luruhan luas daerah penelitian. Daerahdengan morfologi datar hingga landaidengan kemiringan lereng lebih besar 0-3%dan >3 – 8% hanya terdapat seluas 11.687ha atau sebesar 22,48% dari keseluruhanluas daerah penelitian. Titik tertinggi sebe-sar 1.244 m dpal terdapat pada bagiantengah daerah penelitian yang merupakanpuncak Gunung Pawinihan, dan titik teren-dah sebesar 271 m dpal yang terdapat disisi selatan yang berbatasan dengan SungaiSerayu.

Mengacu pendapat Bemmelen (1949dalam Imam Hardjono,1997), daerahpenelitian secara keseluruhan terletak padazone pegunungan Serayu Utara bagiantengah, dicirikan struktur lipatan, patahan,dan volkanisme disertai proses penurunanpada zaman Miosen. Akibatnya, terbentukbeberapa Formasi batuan berlapis sepertiFormasi Merawu, Bodas, Ligung, dan Jem-bangan. Lebih lanjut Bemmelen menyata-kan bahwa pembentukan Formasi Bodasdiawali diendapkannya lapisan batugam-ping basal pada cekungan sedimentasi yangmenurun secara cepat “selaras” denganterjadinya pengangkatan Pegunungan

Tabel 2. Tingkat Bahaya Longsor Tanah

No Tingkat Bahaya Longsor Skor Total 1 Sangat Rendah 24 – 43,2

2 Rendah >43,2 – 62,4

3 Sedang >62,4 – 81,6

4 Tinggi >81,6 – 100,8

5 Sangat Tinggi >100,8 – 120 Sumber : hasil analisis

Page 5: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8476

Serayu Selatan. Setelah pengendapan ba-gian atas berakhir, diperkirakan akibatadanya tenaga endogen terjadi lagi fasetektonik Plio-Pleistosen yang ditandaidengan pengangkatan, perlipatan, dan per-sesaran disertai aktifitas volkanisme yangberulang-ulang. Sejarah geologi tersebutdiperlukan dalam menganalisis pentingnyapengetahuan morfostruktur batuan padasuatu lereng terhadap kejadian bencanalongsor di daerah penelitian.

Selanjutnya karakteristik litologidaerah penelitian akan berdampak terha-dap proses pelapukan yang ada. Perbedaankondisi litologi merupakan salah satufaktor yang menyebabkan perbedaan ting-kat perkembangan lembah, baik polalembah maupun kerapatan lembah. Daerahyang memiliki batuan resisten akan memi-liki kecenderungan proses denudasionalyang rendah, sehingga perkembanganlembah dan proses longsoran juga rendah.Litologi daerah penelitian didominasi lavaandesit, batuan klastika gunungapi, danbreksi volkanik. Batuan tersebut mempu-nyai tingkat pelapukan yang tinggi denganstruktur perlapisan yang sejajar arah kemi-ringan lereng sehingga memungkinkansekali lereng daerah penelitian rawan terjadilongsor tanah.

Kondisi geomorfologi daerah pene-litian dipengaruhi aktivitas volkanik sehing-ga secara geomorfologis termasuk ben-tukan asal volkan. Pada beberapa tempatterdapat struktur sesar yang telah terde-nudasi. Proses denudasi yang terjadi di dae-rah penelitian terutama disebabkan olehkondisi iklim setempat baik input hujanmaupun fluktuasi temperatur, kerja air dangaya gravitasi. Beberapa proses eksogenyang terjadi di daerah penelitian antara lainadalah proses pelapukan, erosi dan long-

soran. Proses pelapukan yang terjadi cukupintensif terutama pelapukan mekanis yangmenghasilkan bahan induk tanah. Prosespelapukan yang terjadi banyak ditemukanpada batuan lava andesit dan breksi gunung-api yang tersingkap. Pelapukan tersebutmengakibatkan pengelupasan mengulit ba-wang yang disebut sebagai sphereodal weath-ering. Keberadaan kekar-kekar minor yangbanyak terdapat pada batuan andesit de-ngan arah tidak beraturan mengakibatkanbatuan mudah lapuk dan fragmen batuanmudah lepas dari semen pengikatnya. Darihasil aktivitas proses tersebut, bentuklahansecara rinci disajikan pada Tabel 3.

Ada tiga macam tanah yang ada didaerah penelitian, yaitu Tropudalf (Lato-sol Coklat), Eutropept (Latosol CoklatKekelabuan), dan Troporthent (Litosol).Jenis tanah tersebut berkembang daribatuan induk tuf dan breksi andesitis, sifattanah umumnya mempunyai tekstur geluhlempungan, struktur remah-gumpal, konsis-tensi gembur hingga sangat gembur, pH5,5- 6,0, permeabilitas bervariasi darisangat lambat hingga cepat, kepekaan erositinggi, kandungan bahan organik relatiftinggi, dan kedalaman efektif tipis hinggarelatif tebal (24-120 cm). Berdasarkansebaran penggunaan lahan didominasi olehtegalan seluas 2.323,69 (56,34%) sehinggaberisiko terhadap keberadaan longsoranyang terjadi. Kondisi kependudukan di dae-rah penelitian bahwa penduduk KecamatanBanjarmangu 54,6% bekerja pada sektorpertanian. Keadaan tersebut menghendakipentingnya pendampingan oleh pemerintahdaerah kepada penduduk dalam usahapertanian yang konservatif.

Hasil pengharkatan dari 7 parameteryang mempengaruhi longsoran sebagai-mana telah terdeskripsikan di atas dan

Page 6: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 77

sesuai metode penelitian yang digunakandisajikan pada Tabel 4. berikut. Selanjutnyatingkat bahaya longsor tanah daerah pene-litian disajikan dalam Tabel 5. dan disajikandalam Peta tingkat bahaya longsor tanahberikut. Sementara deskripsi lokasi kejadianlongsor disajikan dalam Lampiran pene-litian ini.

Dari analisis Tabel 4 dan Tabel 5berikut menunjukkan bahwa semakin besarharkat kemiringan lereng, pelapukanbatuan, struktur perlapisan batuan, dantekstur tanah menunjukkan tingkat bahayalongsor tanah yang semakin tinggi pula.Penggunaan lahan dengan harkat lebihbesar belum tentu menyebabkan tingkatbahaya longsor tanah yang tinggi, hal itutampak pada satuan bentuklahan V24.Bdan V24.SB dengan harkat penggunaanlahan 3 justru tingkat bahaya longsornyalebih tinggi dibandingkan pada V21.Bdengan harkat penggunaan lahan 4. Demi-kian pula pada kedalaman tanah denganharkat 5 menghasilkan tingkat bahaya long-sor tanah yang tinggi dan sangat tinggi,

sementara kedalaman tanah dengan harkat3 juga menunjukkan tingkat bahaya longsoryang tinggi.

Dari 9 satuan bentuklahan di atasternyata ada 26 kejadian longsor yang bisateridentifikasi dari hasil wawancara pen-duduk dan survei lapangan. Hasil penga-matan lapangan pada setiap lokasi long-soran, ternyata faktor-faktor yang menye-babkan suatu longsoran di setiap bentuk-lahan adalah bersifat khas dan tidak samafaktor pemicunya walaupun tipe longsoran-nya sama. Generalisasi atas faktor penye-bab, pengaruh, dan pemicu suatu longsorantidak sepenuhnya dapat tepat menggam-barkan persebaran longsor yang senyatanya.Analisis longsoran di daerah penelitiandidasarkan atas pemahaman proses long-soran yang disebabkan oleh bekerjanyagaya gravitasi pada material batuan dan atautanah yang terletak pada posisi ketinggiantertentu. Di lapangan, material yang cen-derung mengalami proses pelongsoranadalah material yang terletak pada sudutlereng tertentu. Pengamatan di lapangan

Tabel 3. Bentuklahan Daerah Penelitian

Sumber : hasil analisis peta bentuklahan, 2007

No. Simbol Bentuklahan Nama Bentuklahan Luas

(ha) Prosentase

Luas 1. V8.SR Dataran fluvial gunungapi tertoreh sangat ringan 686,71 16,65 2. V13.R Dataran gunungapi tertoreh ringan 314,69 7,63 3. V19.B Lereng pegunungan gunungapi tertoreh berat 894,17 21,68 4. V19.S Lereng pegunungan gunungapi tertoreh sedang 1.355,28 32,86 5. V19.R Lereng pegunungan gunungapi tertoreh ringan 163,74 3,97 6. V21.B Pegunungan sumbat gunungapi tertoreh berat 153,84 3,73 7. V24.SB Pegunungan intrusi dike tertoreh sangat berat 317,99 7,71 8. V24.B Pegunungan intrusi dike tertoreh berat 207,05 5,02 9. V24.S Pegunungan intrusi dike tertoreh sedang 30,93 0,75

Total Luas 4.124,40 100 %

Page 7: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8478

menunjukkan bahwa faktor morfometrilereng dan morfostruktur batuan dan tanahsangat mempengaruhi apakah suatu daerahitu rawan longsor atau tidak.

Faktor batuan yang mempengaruhitingkat kerawanan longsor tidak hanyamencakup jenis dan kekerasan batuan saja,tetapi yang lebih penting adalah struktur

batuannya. Batuan yang berlapis miringsearah dengan arah sudut lereng akan mem-punyai tingkat kerawanan yang tinggi.Batuan yang keras dan masih relatif segardapat juga menjadi rawan longsor apabiladia mempunyai banyak retakan/joint yangsearah dengan arah sudut lereng. Batuanyang keras dan banyak joint tersebut akanmenjadi lebih rawan lagi apabila menum-

Tabel 4. Pengharkatan dan Pembobotan Parameter yangMempengaruhi Longsor Tanah

Bentuk-lahan

Kem. Lereng (10X)

Hujan

(5,6X)

Pengg. Lahan (2,4X)

Pel. Batuan (4,2X)

Struktur Perl.batuan

(0,54X)

Tekstur Tanah (0,36X)

Kedalaman Tanah (0.9X)

Total HarkatX

Konstanta V8.SR 1 4 2 1 1 1 1 43,2 V13.R 2 4 2 2 1 2 2 58,66 V19.B 3 4 3 5 3 3 3 86 V19.S 3 4 3 3 3 3 3 77,60 V19.R 4 4 2 2 3 3 3 81,0 V21.B 4 4 4 4 4 4 5 96,9 V24.SB 5 4 3 5 5 4 5 108,24 V24.B 5 4 3 4 5 4 5 104,04 V24.S 4 4 3 2 2 2 2 81,6

Sumber: Analisis data parameter longsor tanah

Tabel 5. Sebaran Kelas-Kelas Bahaya Longsoran di Daerah Penelitan

Sumber : hasil analisis peta bahaya longsoran tanah

No Bentuklahan Tingkat Bahaya Luas (ha) % Luas

1. V8.SR Sangat Rendah 686,71 16,65 2. V13.R Rendah 314,69 7,63 3. V19.B Tinggi 894,17 21,68 4. V19.S Sedang 1.355,28 32,86 5. V19.R Sedang 163,74 3,97 6. V21.B Tinggi 153,84 3,73 7. V24.SB Sangat Tinggi 317,99 7,71 8. V24.B Sangat Tinggi 207,04 5,02 9. V24.S Sedang 30,93 0,75

Total Luas : 4.124,40 100.00

Page 8: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 79

pang di atas batuan lunak yang mempunyaisifat kembang kerut. Daerah dengan tanahyang tebal dan terletak pada topografi tinggijuga relatif rawan terhadap longsoran kare-na daerah ini sangat potensial untuk meng-alami penambahan beban massa karenatanah umumnya mempunyai kemampuanmenyerap air hujan yang relatif tinggidibandingkan dengan batuan. Atas dasarpengertian tersebut, maka penilaian kera-wanan longsor didasarkan pada penilaianatas parameter morfometri lereng danmorfostruktur lereng.

Kondisi lapisan tanah/batuan padalereng-lereng di daerah penelitian umumnyaberupa tanah residual yang berpermea-bilitas relatif tinggi dengan tebal kira-kira3 - 6 m di permukaan dan didasari oleh la-pisan keras batuan breksi. Bentuk bidanggelincir setelah longsor termasuk tipe bidanggelincir datar, dan terjadi pada lokasi disekitar pertemuan antara lapisan tanah dibagian atas dan lapisan tanah keras ataubatuan di bagian bawah.

Secara morfometri lereng, titikkejadian longsor terbanyak pada lerengtengah pegunungan (11), lereng bawah (9),dan pada lereng atas (5). Tipe aliran, jatuhantanah, dan jatuhan batu semuanya terjadipada lereng atas, tipe longsoran dominan(80%) terjadi pada lereng bawah, sedangkantipe nendatan terdapat pada lereng atas,tengah dan bawah. Dari aspek bentuklereng 70% kejadian longsor terdapat padaposisi lereng yang cekung dan klas lereng 3– 5 (>9%). Dari aspek morfostrukturdaerah penelitian mempunyai batuan yanghampir sama karakteristiknya yakni dicer-minkan oleh tingkat pelapukan dan kondisistruktur batuan yang relatif sama yangrawan terjadi bencana longsor. Kondisilereng yang cekung dan miring menjadi titik

konsentrasi aliran air permukaan danbawah permukaan yang besar yang diper-kirakan menjadi faktor paling menentukanterjadinya longsoran.

Dari analisis tabel hasil pengharkatanterhadap parameter pemicu terjadinyalongsoran tanah, menunjukkan bahwasemakin besar harkat kemiringan lereng,solum tanah, tingkat pelapukan batuan,struktur perlapisan batuan, adanya kekar,rembesan air, dan pemotongan lerengmenunjukkan tingkat bahaya longsor tanahyang semakin tinggi. Kondisi tekstur tanah,permeabilitas, drainase, dan penggunaanlahan dengan harkat lebih besar belumtentu tingkat bahaya longsor tanahnya lebihtinggi. Dari hasil pengamatan lapanganpada setiap lokasi longsoran, faktor-faktoryang menyebabkan suatu longsoran dapatterjadi ternyata bersifat khas dan tidak samafaktor pemicunya walaupun tipe longsoran-nya sama, namun frekuensi kejadianlongsoran bertambah dengan bertambahnyakemiringan lereng, solum tanah, tingkatpelapukan, struktur perlapisan, adanya ke-kar dan rembesan, dan pemotongan lerengsehingga model konservasi harus mengacupada parameter.

KESIMPULAN DAN SARAN

Daerah penelitian terdapat 9 satuanbentuklahan dengan 5 tingkat bahaya long-sor tanah. Tingkat bahaya longsor tanahsangat rendah terdapat pada satuan bentuk-lahan Dataran fluvial gunungapi tertorehsangat ringan (V8.SR) seluas 686,71 ha(16,65% luas seluruh daerah penelitian).Tingkat bahaya longsor tanah rendahterdapat pada satuan bentuklahan Datarangunungapi tertoreh ringan (V13.R) seluas314,69 ha (7,63%). Tingkat bahaya longsortanah sedang terdapat pada 3 satuan

Page 9: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8480

bentuklahan Lereng pegunungan gunungapitertoreh sedang (V19.S), Lereng gunungapitertoreh ringan (V19.R), dan Pegununganintrusi dike tertoreh sedang (V24.S) denganluas total 1.549,95 ha (37,58%). Tingkatbahaya longsor tinggi terdapat pada Lerengpegunungan gunungapi tertoreh berat danPegunungan sumbat gunungapi tertorehberat dengan total 1.048,01 ha (25,41%).Tingkat bahaya longsor sangat tinggi padaPegunungan intrusi dike tertoreh sangatberat dan Pegunungan intrusi dike tertorehberat seluas 525,04 (12,73%).

Kejadian longsor tertinggi terjadipada bentuklahan dengan Tingkat bahayasangat tinggi yakni sebanyak 13 kejadian,selanjutnya pada tingkat bahaya tinggisebanyak 8, tingkat bahaya sedang ada 4kejadian, dan tingkat bahaya longsor rendahada 3 kejadian. Ada 2 satuan bentuklahanyang sama sekali tidak dijumpai kejadianlongsor (V13.R dan V8.SR). Kejadianlongsor terbanyak bertipe longsor (10),nendatan (8), aliran (5), jatuhan batu (2),dan jatuhan tanah (1).

Rekomendasi penanganan daerahlongsor perlu memperhatikan proses-prosespenyebab proses-proses penyebab long-soran. Beberapa kasus longsoran yang ter-jadi di daerah penelitan terjadi di daerahyang telah dikonservasi secara baik atasdasar pandangan pengendalian erosi tanah.Pemicu pada longsoran pada lahan yangtelah dikonservasi dengan baik salah satu-nya adalah erosi parit pada saluran pem-buang. Hal lain adalah penambahan bebanmassa karena teras dapat juga berfungsisebagai penampung air sehingga tanahdalam keadaan jenuh. Tanah dan materialtanah yang dalam kondisi jenuh air mem-punyai berat yang jauh lebih tinggidibandingkan dengan tanah kering, oleh

karena itu risiko longsoran menjadimeningkat.

Penguatan sisi-sisi parit erosi agartidak longsor disarankan untuk daerah-daerah yang telah teridentifikasi mem-punyai tingkat erosi tanah lanjut. Hal iniditujukan agar tidak terjadi tebing ambrolyang dapat menyumbat parit dan mem-bendung aliran yang ada padanya. Pengua-tan dasar parit erosi juga perlu dilakukanagar parit tidak berkembang menjadi parityang dalam. Pendalaman parit dapatdipandang sebagai mempertajam lereng disisi kanan kiri parit yang berarti menambahrisiko terjadi longsoran. Pemberian mate-rial kasar berupa batu-batu juga disarankanagar aliran air di dalam parit dapat tetapmengalir tetapi tidak dengan kecepatanaliran yang erosif. Metode ini sering dikenaldengan gully plug.

UCAPAN TERIMAKASIH

Tulisan ini merupakan hasil pene-litian dasar yang dilaksanakan atas biayaDirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pen-didikan Nasional No. 156/SP2H/PP/DP2M/2007, tanggal 29 Maret 2007. Teri-ma kasih disampaikan kepada Rektor UMScq. Kepada Prof. Dr. Markhamah, M.Humselaku Kepala Lembaga Penelitian danPengabdian Masyarakat yang telah memberi-kan kesempatan kepada penulis untuk mela-kukan penelitian ini. Terima kasih disampai-kan kepada Drs.Yuli Priyana, M.Si selakuDekan Fakultas Geografi UMS yang telahmemberi ijin melakukan penelitian ini, kepa-da Mas Rozak atas bantuan analisis citraLandsat dan sistem informasi geografisnya.Terima kasih juga saya ucapkan kepadaImam Mustofa atas bantuan survei lapangan-nya, semoga segera memperoleh pekerjaanuntuk menerapkan ilmu Geografi ini.

Page 10: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 81

DAFTAR PUSTAKA

American Planning Association, Landslides Research, http://www.planning.org /landslides/docs/main.html, 1/26/2006.

Burhanudin, 2006, Longsor Banjarnegara, Faktor Alam atau Kesalahan Manusia?, HarianKompas, 11 Januari 2006, Jakarta: Penerbit Gramadia Group.

David, J.Rogers, Recent Developments in Landslide Mitigation Techniques, http://anaheim-landslide.com/developments.htm., 1/27/2006

Dwikorita Karnawati, 2002, Pengenalan Daerah Rentan Gerakan Tanah dan UpayaMitigasinya, Makalah Seminar Nasional Mitigasi Bencana Alam Tanah Longsor, Semarang11 April 2002, Semarang: Pusat Studi Kebumian Lembaga Penelitian UniversitasDiponegoro.

Goudie, Andrew,S., 1981, Geomorphological Tecniques, London: George Allen & Unwin.

Imam Hardjono, 1997, Penggunaan Foto Udara Pankromatik Hitam Putih Untuk KajianGerakan Massa di Daerah Karangkobar dan Sekitarnya, Banjarnegara, Jawa Tengah,Tesis- S2, Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM.

Junun Sartohadi dan Rina Purwaningsih, 2004, Korelasi Spasial Antara Tingkat PerkembanganTanah dengan Tingkat Kerawanan Gerakan Massa di DAS Kayangan KabupatenKulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta, Forum Geografi, Vol.18, No.1, 2004.Hlm.14-31.

Kabul Basah Suryolelono, 2002, Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu Geoteknik,Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar, Yogyakarta: Fakultas Teknik UGM.

Kuswaji Dwi Priyono, Yuli Priyana, dan Priyono. 2006. “Analisis Tingkat Bahaya LongsorLahan di Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarnegara”. Forum Geografi, Vol.20, No. 2, Desember 2006. Hlm. 175-189.

Ritter, Dale F., ad.el., 1995. Geomorphology Process and Landforms. Dubuque IA: BrownCommunication Inc.

Sunarto Goenadi, dkk., 2003, Konservasi Lahan Terpadu Daerah Rawan Bencana Longsorandi Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, Laporan Penelitian,Yogyakarta: Lembaga Penelitian UGM.

Sutikno, dkk., 2001, Pengelolaan Data Spasial Untuk Penyusunan Sistem InformasiPenanggulangan Tanah Longsor di kabupaten Kulon Progo, Daerah IstimewaYogyakarta, Makalah Seminar Dies Fakultas Geografi UGM ke-38 Tanggal 29 Agustus2001, Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

Zuidam, R.A. & Zuidam Cancelado, F.I.,1979, Terrain Analysis and Classification Using ArealPhotographs, A Geomorphologycal Approach, Netherland, Enschede: ITC

Page 11: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8482

Lam

pira

n 1.

Des

krip

si M

orfo

met

ri da

n M

orfo

stru

ktur

Ler

eng

Loka

si Lo

ngso

r Dae

rah

Pene

litian

Tipe

Lon

gsor

M

orfo

met

ri Le

reng

M

orfo

struk

tur L

eren

g N

o.

Kod

e Pe

ta

Leta

k D

esa

Bent

uklah

an

Ting

kat

Baha

ya

Long

sor

Long

sora

n N

enda

tan

Alir

an

Jatu

han

Tana

h Ja

tuha

n Ba

tu

Klas

Le

reng

Be

ntuk

Po

sisi

Lito

logi

Ting

kat

Pelap

ukan

St

rukt

ur

Batu

an1

C.1

Si

jeru

k V

24.S

B ST

5 Lu

rus

LT

Qjo

SL

SJ

2

C.3

K

aliun

jar

V24

.SB

ST

5

Cek

ung

LT

Qjo

S

SJ

3 C

.4

Sije

ruk

V21

.B

T √

4 Lu

rus

LB

QTl

b SL

SJ

4

C.5

Pr

ende

ngan

V

.24S

B ST

5 C

ekun

g LB

Q

jo

S J

5 B.

1 K

aliun

jar

V21

.B

T

5 C

ekun

g LT

Q

Tlb

SL

SJ

6 B.

2 Si

jeru

k V

24.B

T

5

Cek

ung

LT

Tpd

L J

7 B.

3 Si

jeru

k V

24.S

B ST

5 Lu

rus

LB

Qjo

SL

SJ

8

B.6

Sije

ruk

V24

.SB

ST

5

Luru

s LT

Q

jo

S SJ

9

B.7

Pren

deng

an

V24

.SB

ST

5

Cek

ung

LT

Qjo

S

J 10

B.

8 Re

josa

ri V

19.S

S

3

Cek

ung

LB

QTl

b SL

J

11

B.9

Pase

h V

21.B

S

√ 3

Cek

ung

LA

QTl

b L

SD

12

B.10

Re

josa

ri V

19.R

S

3

Cek

ung

LT

QTl

b L

SD

13

B.11

Si

gebl

og

V19

.B

T

4 Lu

rus

LA

Tptd

SD

SD

14

B.

12

Sige

blog

V

19.B

T

4

Cek

ung

LA

Tptd

SD

SD

15

B.

13

Sige

blog

V

19.B

T

4

Cek

ung

LT

QTl

b L

J 16

B.

14

Sige

blog

V

19.B

T

4

Cek

ung

LB

QTl

b L

J 17

B.

15

Sige

blog

V

19.B

T

4

Cek

ung

LB

QTl

b SL

SJ

18

B.

16

Peka

ndan

gan

V24

.SB

ST

5

Luru

s LT

Q

jo

S J

19

B.17

Si

gebl

og

V24

.SB

ST

3

Cek

ung

LT

Qjo

S

J 20

B.

18

Beji

V19

.S

S

5 C

ekun

g LA

Q

Tlb

SL

J 21

B.

19

Ken

daga

V

24.B

S

5

Cek

ung

LB

Tpd

SD

SJ

22

B.20

K

enda

ga

V24

.B

S

4 C

ekun

g LA

Q

jo

SL

J 23

B.

21

Ken

daga

V

24.S

T

5

Cek

ung

LT

Qjo

SL

J

24

B.22

K

enda

ga

V24

.B

S √

5 Lu

rus

LB

Qjo

S

SJ

25

B.23

K

esen

et

V21

.B

T √

5 Lu

rus

LB

QTl

b SL

J

26

B.23

K

aran

gkob

ar

V24

.B

S

5 C

ekun

g LA

Q

jo

SL

SJ

S

umbe

r: H

asil

Surv

ei L

apan

gan,

Juli

2007

Tin

gk

at

Bah

aya

L

on

gso

r:

Kla

s L

eren

g:

Po

sisi

Ler

en

g:

Lit

olo

gi:

T

ing

kat

Pel

ap

uk

an

: S

tru

ktu

r B

atu

an

:

SR:S

anga

t Rin

gan

1: 0

-3%

L

A: L

eren

g A

tas

Qjo

:Lav

a an

desi

t,bre

ksi

S: S

empu

rna

SJ: S

anga

t Jel

ek

R :

Rin

gan

2: 4

-8%

L

T: L

eren

g T

enga

h Q

Tlb

:Bre

ksi V

olka

nik

SL: S

anga

t Lan

jut

J: J

elek

S

: Sed

ang

3: 9

-15%

L

B: L

eren

g B

awah

T

pd:D

iori

t L

: Lan

jut

SD:S

edan

g T

: T

ingg

i 4:

16-

30%

Tpt

d:B

atup

asir

tufa

n SD

: Sed

ang

ST

: San

gat T

ingg

i 5:

>30

%

Ket

eran

gan:

Page 12: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Analisis Morfometri dan Morfostruktur Lereng ... (Kuswaji Dwi Priyono dan Priyono) 83

Lam

pira

n 2.

Pet

a Ti

ngka

t Bah

aya

Long

sor

Laha

n di

Kec

amat

an B

anjar

man

gu K

abup

aten

Ban

jarne

gara

Page 13: ANALISIS MORFOMETRI DAN MORFOSTRUKTUR LERENG … · terhadap faktor-faktor penyebab dan pemi-cu pada berbagai tipe longsoran yang ber-beda, belum menjawab pada titik/lokasi ... geomorfologi

Forum Geografi, Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 72 - 8484

Lam

pira

n 3.

Pet

a K

ejadi

an L

ongs

or d

an T

itik

Keja

dian

yan

g D

iper

kira

kan

di K

ecam

atan

Ban

jarm

angu

Kab

upat

en B

anjar

nega

ra