analisis mix design
TRANSCRIPT
D. PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan perhitungan campuran beton(mix design) di laboratorium
berhubungan dengan prosedur percobaan slump dan uji kekuatan tekan beton.
1. Persiapan beton uji
a. Menyiapkan semua bahan percobaan sesuai dengan estimasi yang telah dihitung .
b. Cetakan yang akan digunakan ( kubus dan silinder) diminyaki dengan oli agar
memudahkan untuk dibuka
c. Memasukkan agregat kasar dan air pencampur sebanyak 30 % sampai 40 % ke
dalam pengaduk, memasukkan agregat halus semen dan sisa air pencampur.
Setelah semua bahan campuran beton dimasukkan ke dalam pengaduk, mengaduk
beton selama 3 menit. Meratakkan dengan sekop(diaduk-aduk), lalu diaduk lagi
dengan pengaduk selama 3 menit. Demikian seterusnya hingga merata.
d. Uji slump. Mengambil bahan dari pengaduk, lalu dimasukkan hingga 1/3 kerucut
terpancung terisi.Menusuk-nusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali. Lalu
diisi kembali dengan bahan dari pengaduk hingga 2/3 kerucut terpancung terisi.
Menusuk-nusuk lagi dengan batang pemadat hingga kedalaman 1/3 kerucut
terpancung .Lalu diisi kembali dengan bahan dari pengaduk hingga seluruh
kerucut terpancung terisi. Menusuk-nusuk kembali dengan batang pemadat
hingga kedalaman 2/3 cetakan.Kemudian, perlahan kerucut terpancung dibuka
dan penurunan yang terjadi ( perbedaan ketinggian setelah kerucut terpancung
dibuka terhadap ketinggian kerucut tehadap ketinggian kerucut terpancung )
dicatat sebagai slump.
e. Apabila slump yang didapatkan masih tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka
air ditambahkan ke dalam pengaduk lalu bahan campuran diaduk lagi dengan
pengaduk hingga merata, kemudian langkah (d) diulangi.
f. Demikian seterusnya hingga slump yang didapatkan sesuai dengan yang
diharapkan.Mencatat jumlah air yang ditambahkan dan slump yang terjadi
g. Apabila hingga slump yang didapat sesuai dengan yang diharapkan, maka
memasukkan beton segar ke dalam semua cetakan hingga padat, diratakan, dan
ditulis tanggal dan nama pembuat jika perlu. Beton uji ini siap dirawat dan diuji.
2. Perawatan beton uji
a. Setelah 24 jam, cetakkan dibuka dan dikeluarkan
b. Beton uji direndam di dalam bak yang telah memenuhi persyaratan untuk
perawatan, sampai 1 hari sebelum pengetesan( uji kekuatan beton).
E. DATA HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Uji Slump
Uji slump ke- Air yang ditambahkan Slump
1 1 liter 0 cm
2 2 liter 0 cm
3 3 liter 0 cm
4 4 liter 10 cm
10 cm mendekati slump yang diinginkan yakni 8 ± 2 cm.
Tabel 2. Jumlah Bahan Saat Perhitungan dan Saat Praktikum
Bahan Saat perhitungan (kg) Saat praktikum (kg)
Air pencampur (W) 4.128 8.128
Semen (C) 12.928 13
Agregat kasar (CA) 40.004 40
Agregat halus (S) 12.763 13
*Data perhitungan dan praktikum berbeda dikarenakan terjadi pembulatan dalam perhitungan
F. ANALISA PERCOBAAN
1. Analisa Percobaan
Percobaan ini dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan perhitungan campuran beton
dengan metode ACI untuk ukuran 1 m3 dan ukuran 0.026 m3 ( untuk cetakan). Untuk
memudahkan perhitungan mix design, praktikan memberikan tanda panah sehingga angka yang
dibutuhka dalam perhitungan akurat dan sesuai dengan tabel . Pada perhitungan mix design,
praktikan menggunakan semen Portland tipe I untuk membuat beton dengan kondisi tertutup
(non-air entrained). Praktikan menggunakan semen tipe I karena Semen ini memiliki kandungan
C3S sebesar 45-55 %, kandungan C3A sebesar 8-12%. Dan kehalusan sebesar 350-400 kg/m2 dan
merupakan semen yang paling sering digunakan pada dunia konstruksi. Beton ini akan
digunakan untuk membuat kolom suatu bangunan dimana sesuai tabel 1. Nilai Slump yang
direkomendasikan untuk variasi jenis konstruksi berdasarkan ACI 211.1-91 yaitu antara 20
hingga 100 mm sehingga praktikan menggunakan slump sebesar 80 mm. Kekuatan beton yang
akan dirancang oleh praktikan sebesar 20 MPa sehingga kekuatan target yang akan digunakan
untuk umur 28 hari menurut tabel 2 yaitu sebesar 27 MPa. Dengan menggunakan tabel 3, maka
praktikan dapat menghitung kandungan air pada semen sebesar 200 kg/m3 dan perkiraan
kandungan udara tertahan sebesar 2 %. Kemudian, praktikan menggunakan tabel 4 untuk
menghitung W/C ratio dengan menggunakan interpolasi sehingga didapatkan W/C ratio sebesar
0.592. W/C ratio atau nilai perbandingan air-semen merupakan parameter dalam perancangan
campuran beton. Sifat-sifat beton, seperti kuat tekan beton membaik dengan menurunnya nilai
perbandingan air-semen yang akan digunakan dalam campuran. Nilai perbandingan air-semen
yang biasa digunakan berkisar antara 0.40 sampai 0.45. Sehingga dari data perhitungan kami
yaitu sebesar 0.592 merupakan W/C ratio yang jarang dipakai dalam dunia konstruksi. Dari,
W/C ratio, maka praktikan dapat menghitung jumlah semen yang dibutuhkan yaitu sebesar
337.838 kg/m3. Setelah menghitung jumlah semen, maka praktikan menghitung kandungan
estimasi agregat kasar dengan tabel 6 dengan data fineness modulus sebesar 3.33 dan didapatkan
sebesar 0.666. Bulk density yang dipakai dalam mix design ini dengan metode penusukkan
karena metode ini memberikan hasil yang akurat dan didapatkan sebesar 1813kg/m3. Sehingga
jumlah agregat kasar yang dibutuhkan merupakan hasil kali dari estimasi agregat kasar dengan
bulk density dan didapatkan sebesar 1207,458 kg/m3. Dengan tabel 7, praktikan dapat
menghitung berat jenis beton yaitu sebesar 2355 kg/m3 dengan data maximum size of aggregate
sebesar 20 m.
Massa agregat halus per unit volume beton menggunakan metode volume untuk menghitung
agregat halus karena metode volume melibatkan specific gravity, sehingga dianggap lebih sesuai
dengan material yang diinginkan.Dari seluruh data yang sudah dihitung, maka praktikan dapat
mengestimasi jumlah material yang dibutuhkan per 1 m3 beton. Namun, praktikan harus
melakukan koreksi agregat karena terdapat kelembaban dan absorpsi per bahan yang digunakan
dimana cukup berpengaruh untuk jumlah material sebenarnya dibutuhkan. Pada perhitungan
persentase penambahan air terdapat hasil yang minus dan positif. Hasil minus menandakan
bahwa nilai kelembaban lebih kecil dari nilai absorbsi sehingga nilai koreksi untuk air akan
bertambah dan hasil positif menandakan nilai kelembaban lebih besar dari nilai absorbsi
sehingga nilai koreksi untuk air akan berkurang. total material yang digunakan untuk membuat
beton untuk sebelum dan sesudah koreksi harus sama sehingga perhitungan praktikan yang
lakukan sudah benar. Kemudian, praktikan menghitung volume kubus dan silinder dengan data
yang sudah diberikan dengan total masing-masing berjumlah 3 buah. Volume silinder dan kubus
yang sudah dihitung digunakan untuk mencari estimasi total material yang akan digunakan untuk
membuat beton. Estimasi ini perlu dilebihan hingga 120 % agar dalam pengadukan, bahan yang
diperlukan tidak kurang. Sehingga, perhitungan akhir yang didapat praktikan yaitu air
pencampur sebanyak 4.128 kg ; semen sebanyak 12.980 kg; agregat kasar sebanyak 40.004 kg
dan pasir sebanyak 12.763 kg.
Kemudian, di laboratorium disiapkan material material berupa air pencampur , semen
Portland , agregat kasar, dan agregat halus sesuai estimasi.Selain itu, cetakan-cetakan berupa
kubus dan silinder diolesi oli. Untuk pengadukan dilakukan pada mesin pengaduk . Bahan
diaduk beberapa saat lalu mesin dimatikan untuk melihat apakah adonan sudah merata. Saat
dirasa cukup merata, dilakukan uji slump. Jika slump yang didapatkan belum sesuai harapan ,
maka adonan diaduk kembali dan ditambahkan air. Diperlukan penambahan air hingga 4 liter
untuk untuk mendapatkan slump yang diinginkan yaitu 8 ± 2 cm. Uji slump dilakukan dengan
prosedur memasukkan adonan ke dalam kerucut terpancung dan dipadatkan dengan metode
penusukkan. Kerucut terpancung ditarik lalu dihitung slump yang ada.
Setelah campuran beton mencapai slump yang diinginkan, adonan dimasukkan ke dalam
6 cetakan (3 cetakan kubus dan 3 cetakan silinder). Saat adonan dimasukkan ke dalam cetakkan,
tidak lupa dipadati dengan metode goyangan. Pemadatan ini bertujuan untuk mengurangi rongga
udara yang dapat mengurangi kekuatan beton. Permukaan diratakan dibiarkan selama 24 jam.
Pada permukaan beton diatanya diberi informasi mengenai kelompoknya masing-masing.
1 hari sesudahnya, beton dilepaskan dari cetakan dan dilakukan proses perawatan(curing)
dengan cara direndam dalam bak perendam air yang telah memenuhi persyaratan hingga 24 jam
sebelum pengetesan.
2.Analisa Hasil
Dari soal yang diberikan oleh asisten yaitu sebagai berikut :
Beton akan digunakan untuk kolom suatu bangunan. Kekuatan yang
diinginkan adalah 30 MPA pada umur 28 hari.Slump yang dibutuhkan
sebesar 80 mm. Baik agregat halus maupun kasar telah memenuhi standar
ASTM C 33-92a.Modulus kehalusan agregat kasar maupun halus sebesar
3.33.Tes material menunjukkan berat jenis (SSD) agregat halus sebesar
2.215 (kelembapan 1.93%;absorpsi 3.6 %) dan berat jenis (SSD) agregat
kasar sebesar 2.49 ( kelembapan 11.12 %; absorpsi 4.93 %).Nilai Bulk
Density agregat kasar sebesar 1813 kg/m3 ( metode penusukkan). Desain
campuran beton yang dibutuhkan !
Setelah dilakukan perhitungan dengan metode ACI didapatkan hasil :
Air pencampur (W) = 4.128 kg
Semen (C) = 12.98 kg
Agregat kasar(CA) = 40.004 kg
Agregat halus (S) = 12.763 kg
Namun pada saat praktikum, praktikan menggunakan data sebagai berikut :
Air pencampur (W) = 8.128 kg
Semen (C) = 13 kg
Agregat kasar(CA) = 40 kg
Agregat halus (S) = 13 kg
Dari hasil diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil perhitungan dan praktikum tidak
harus sesuai dikarenakan factor pembulatan. Hal ini disebabkan oleh factor timbangan
yang tidak memiliki ketelitian yang cukup detail, namun hasil ini dapat ditolerir karena
hampir mendekati benar. Sedangkan air pencampur harus ditambah hingga 4 liter untuk
mendapatkan slump yang diinginkan yaitu sebesar 10 cm dimana di perhitungan diminta
8 cm yang dapat ditolerir yaitu 8 ± 2 cm.
3.Analisa kesalahan
Pada percobaan ini, saat uji slump tidak langsung didapatkan hasil yang diinginkan
dengan data sebagai berikut :
Uji slump ke- Air yang ditambahkan Slump
1 1 liter 0 cm
2 2 liter 0 cm
3 3 liter 0 cm
4 4 liter 10 cm
Faktor kesalahan dalam hal ini disebabkan oleh :
1. Kesalahan alat
Ketidakakuratan timbangan sehingga terjadi pembulatan.
2. Kesalahan paralaks
Terdapat perbedaan data saat perhitungan dan praktikum yang disebabkan oleh
pembulatan angka
Kesalahan paralaks saat menimbang bahan
3. Kesalahan praktikan
Ketidakakuratan perhitungan
Kualitas bahan yang tidak seperti diharapkan seperti : kemungkinan pasir yang tidak
memiliki mutu bagus, ada bahan-bahan asing yang tercampur , data material tidak sama
dengan mutu sebenarnya dari agregat.
Proses pengadukan tidak sempurna, masih ada bagian yang menggumpal
Tusukkan yang dilakukan dengan batang pemadat tidak merata
G.KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan praktikan , maka dapat disimpulkan bahwa :
Terdapat perbedaaan dalam perhitungan dan pelaksanaan praktikum mix design
Percobaan mix design merupakan prinsip coba-cova dimana hasil perhitungan tidak
harus sesuai pada saat praktikum.