mix design beton normal

26
MIX DESIGN BETON NORMAL A. Definisi Beton Normal Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m 3 menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan. B. Mix Design Beton Normal Berdasarkan SNI T-15-1990-03 Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, mix design beton normal dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti dibawah ini. 1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu. Perlu dicatat bahwa nilai fc’ berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder. Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu dikonversi. Lebih lanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT Wijaya Karya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan berdasarkan PBBI’71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan): Tabel 1. Notasi Kuat Tekan Beton Notasi Bentuk Benda Ukuran Umur yang K kubus 15 x 15 x 15 cm 28 hari f’c silinder Dia. 15 cm tinggi 28 hari Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck’ atau σ bk ) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder Rumus Keterangan dan Referensi f’c = [0.76 + 0.2 10 log( fck ' / 15) f ' ck ] fck’ = kuat tekan karakteristik SNI T-15-1991-03 C = 0.83 x K K = kuat tekan karakteristik beton Kubus PBBI’71 SK SNI T-15- 1991-03 Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :

Upload: fisabellaputri

Post on 06-Dec-2015

389 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Makalah Beton 1

TRANSCRIPT

MIX DESIGN BETON NORMAL

A. Definisi Beton Normal

Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 – 2500 kg/m3

menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan bahan tambahan.

B. Mix Design Beton Normal Berdasarkan SNI T-15-1990-03Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, mix design beton normal dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti dibawah ini.

1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.Perlu dicatat bahwa nilai fc’ berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk silinder. Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu dikonversi. Lebihlanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT WijayaKarya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan berdasarkanPBBI’71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan):

Tabel 1. Notasi Kuat Tekan BetonNotasi Bentuk Benda Uji Ukuran Umur yang Diperhitungkan

K kubus 15 x 15 x 15 cm 28 harif’c silinder Dia. 15 cm tinggi 30 cm 28 hari

Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck’ atau σbk) ke C (f’c) atau Konversi Kubus ke Silinder

Rumus Keterangan dan Satuan Referensi

f’c = [0.76 + 0.210 ⋅ log( fck ' / 15) f '

ck ]

fck’ = kuat tekan karakteristikbeton Kubus (Mpa)

SNI T-15-1991-03

C = 0.83 x KK = kuat tekan karakteristik

beton Kubus (kg/cm2)

PBBI’71SK SNI T-15-1991-03

Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :

Tabel 3. Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk Benda Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium

Umur Beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365 Referensi

Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00 - - SNI T-15-1990-03Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35

PBBI’71Semen Portland denganKuat Awal Tinggi

0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20

*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan

2. Menetapkan deviasi standar (SD)

a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa yang lalu. Deviasi standar yang didapat dari pengalaman lapangan selama produksi beton harus dihitung menurut rumus:

Dimana :SD = deviasi standar

xi = kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji

x i = kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :

n = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji

adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)

Catatan : Contoh perhitungan dan detail tentang standar deviasi dapat dipelajari padaBab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton

Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus : Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi yang

serupa dengan pekerjaan yang diusulkan Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan, f’c, yang nilainya dalam batas ±7

MPa dari nilai f’c yang ditentukan Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji

berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selamajangka waktu tidak kurang dari 45 hari

Bila suatu produksi beton hanya memiliki data hasil uji yang memenuhi syaratsebanyak 15-29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah

perkaliandeviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali daritabel dibawah ini :

Tabel 4. Faktor Pengali Deviasi StandarJumlah Data 30 25 20 15 <15Faktor Pengali 1.0 1.03 1.08 1.16 Tidak boleh

b. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada masa yang lalu / bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah (margin/M) langsung diambil sebesar 12 Mpa

3. Menghitung nilai tambah (M)a. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah

4b. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar SD, maka dilakukan

dengan rumus berikut:

M = k * SD Dengan: M = nilai tambah, Mpa SD = deviasi standar, MPa

k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada presentase hasil uji yang

lebih rendah dari f’c. Dalam hal ini diambil 5%, sehingga nilai k = 1.64. Lebih lengkap tentang k dapat dilihat pada Bab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton

4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (f’cr)

f’cr = f’c + M

Dengan: f’cr = Kuat tekan rata-rata, MPaf'c = Kuat tekan yang disyaratkan, MPaM = Nilai tambah, Mpa

5. Menetapkan jenis semen portland

Tabel 5. Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982TipePC

Syarat Penggunaan Pemakaian

IKondisi biasa, tidak memerlukan persyaratan khusus

Perkerasan jalan, gedung, jembatan biasa dan konstruksi tanpa serangan sulfat

II

Serangan sulfat konsentrasi sedangCatatan: semen jenis ini menghasilkan panas hidrasi yang lebih rendah daripada tipe I

Bangunan tepi laut, dam, bendungan, irigasi dan beton massa

III

Kekuatan awal tinggiCatatan: semen tipe ini cepat mengeras dan menghasilkan kekuatan besar dalam waktu singkat, kekuatan beton yang dihasilkan semen tipe ini dalam 24 jam, sama dengan kekuatan beton dengan semen biasa dalam 7 hari

Jembatan dan pondasi dengan bebanberat

IV Panas hidrasi rendahPengecoran yang menuntut panashidrasi rendah dan diperlukan setting time yang lama

V

Ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dalam air tanah, daya resistensinya lebih baik dari sementipe IICatatan: penggunaan terutama ditujukan untuk memberikan perlindungan terhadap bahaya korosi akibat air laut, air danau dan air tambang

Bangunan dalam lingkungan asam, tangki bahan kimia dan pipa bawahtanah

6. Menetapkan jenis agregatJenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan) atau agregat jenis batu pecah (crushed aggregate)

7. Menentukan faktor air semen (FAS)Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang

ditargetkan didasarkan pada hubungan kuat tekan dan FAS yang diperoleh dari penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman, dapat dipergunakan Tabel dan Grafik-grafik dibawah ini :

Tabel 6. Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5 dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia

Jenis Semen Jenis Agregat Kasar

Kekuatan Tekan (N/mm2) pada Umur (Hari)

3 7 28 91 Benda Uji

Portland tipe I, dansemen tahan sulfat tipe II dan V

Batu tak dipecahkanBatu pecah

1719

2327

3337

4045

Silinder

Batu tak dipecahkanBatu pecah

2023

2832

4045

4854

Kubus

Portland Tipe III

Batu tak dipecahkanBatu pecah

2125

2833

3844

4448

Silinder

Batu tak dipecahkanBatu pecah

2530

3140

4653

5360

Kubus

Catatan :

* 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 MPa

* Kuat tekan silinder (dia.150 mm, h=300 mm) = 0.83 kuat tekan kubus

(150x150x150 mm3)

Cara menggunakan grafik dan tabel tersebut adalah :Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)

Gambar 2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)

8. Menetapkan Faktor Air Semen MaksimumLihat Tabel 7- 9 dibawah ini, jika FAS maksimum ini lebih rendah dari Langkah 7, maka FAS maksimum ini yang digunakan.

Tabel 7. FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan KhususJenis FAS

Beton didalam ruang bangunan:a. Keadaan keliling non-korosifb. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap korosi

0.600.52

Beton diluar ruang bangunan:a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

0.550.60

Beton yang masuk kedalam tanah:a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari

0.55Tabel

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9

Tabel 8. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat (SO3)Jenis Semen

Kandungan semen

minimum (kg/m3)Ukuran Maks. Agregat (mm)

40 20 10

Faktor Air- Semen (FAS) Maks.

Dalam Tanah SO3 dalam

air tanah (g/lt)

Total SO3 (%)

SO3 dalam campuran

Air : tanah = 2:1 (g/lt)

<0.2 <0.1 <0.3Tipe I dengan atau tanpaPozzolan (15-40%)

280 300 350 0.5

0.2-0.5 1.0-1.9 0.3-1.2

Tipe I tanpa Pozzolan

Tipe I dengan Pozzolan(15-40%) AtauSemen PortlandPozzolan

Tipe II atau V

290

270

250

330

310

290

380

360

430

0.5

0.55

0.55

0.5-1.0 1.9-3.1 1.2-2.5Tipe I dengan Pozzolan(15-40%) AtauSemen PortlandPozzolan

340 380 430 0.45

1.0-2.0 3.1-5.6 2.5-5.0 Tipe II atau V 330 370 420 0.45

>2.0 >5.6 >5.0Tipe II atau V dan lapisan pelindung

330 370 420 0.45

Tabel 9. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton Bertulang/Prategang Kedap Air

Berhubungan dengan:

FAS Maksimum

Tipe Semen

Kandungan semen minimum

(kg/m3)Air tawar 0.50 Semua tipe I-V 280 300Air payau 0.45

0.50

Tipe I + Pozzolan (15-40%) Atau Semen Portland Pozzolan

Tipe II atau V

340 380

290 330

Air laut 0.45 Tipe II atau V 330 370

9. Menetapkan nilai slumpPenetapan nilai slump harus memperhatikan metode pembuatan, pengangkutan, penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya agar diperoleh beton yang mudah dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Misal: pengecoran dengan concrete pump membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan dengan nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 10 sebagai pertimbangan jika tidak ada data.

Tabel 10. Penetapan Nilai Slump (PBI’71)Pemakaian Maks Min

Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang 12.5 5.0Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah 9.0 2.5Pelat, balok, kolom dan dinding 15.0 7.5Pengerasan jalan 7.5 5.0Pembetonan masal 7.5 2.5

10. Menetapkan besar butir agregat maksimumBesar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi : Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan Sepertiga dari tebal pelat Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang atau berkas-berkas

tulangan11. Menetapkan kadar air bebas

a. Untuk agregat tak dipecah dan agregat dipecah menggunakan tabel dibawah ini :

Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Air (liter) Per Meter Kubik BetonBesar Ukuran

MaksimumAgregat (mm)

JenisBatuan

Slump (mm)

0-10 10-30 30-60 60-180

10AlamiBatu pecah

150180

180205

205230

225250

20AlamiBatu pecah

135170

160190

180210

195225

40AlamiBatu pecah

115155

140175

160190

175205

Catatan:

• Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air 5 liter

per m3 adukan beton• Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah

air ± 10 liter per m3 adukan beton

b. Untuk agregat campuran (gabungan antara agregat tak dipecah dan agregat dipecah), dihitung menurut rumus berikut :

A = 0.67Ah + 0.33 Ak

Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3 beton)Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnyaAk = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya

12. Menghitung berat semen yang diperlukanDihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah 11 dengan FAS yang diperoleh pada Langkah 7 dan 8

13. Mempertimbangkan kadar semen maksimumDapat diabaikan jika tidak ditetapkan

14. Menghitung kebutuhan semen minimumDitetapkan dengan tabel-tabel dibawah ini. Kebutuhan semen minimum ini ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus, misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.

Tabel 12. Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan KhususJenis

PembetonanSemen Minimum

(kg/m3 beton)Beton didalam ruang bangunan:a. Keadaan keliling non-korosifb. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi

atau uap korosif

275

325

Beton diluar ruang bangunan:a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari langsung

325275

Beton yang masuk kedalam tanah:a. Mengalami keadaan basah dan kering berganti-ganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tanah

325Tabel 8

Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut Tabel 9

15. Menghitung kebutuhan semenApabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah 12 ternyata lebih sedikit daripada Langkah 14, maka kebutuhan semen harus dipakai yang minimum (yang nilainya lebih besar)

16. Menghitung penyesuaian jumlah air atau FASJika jumlah semen tidak ada perubahan akibat Langkah 15, langkah ini dapat diabaikan, tetapi jika ada perubahan, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam hal ini dilakukandua cara berikut:• Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi

jumlah air dengan jumlah semen minimum• Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen

minimum dengan faktor air semenCatatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua akan menaikkan jumlah air yang diperlukan

17. Menentukan daerah gradasi agregat halusKlasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.

Tabel 13. Batas Gradasi PasirLubang Ayakan

Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan1 2 3 4

10.00 100 100 100 1004.80 90-100 90-100 90-100 95-1002.40 60-95 75-100 85-100 95-1001.20 30-70 55-90 75-100 90-1000.60 15-34 35-59 60-79 80-1000.30 5-20 8-30 12-40 15-500.15 0-10 0-10 0-10 0-15

18. Menghitung perbandingan agregat halus dan agregat kasarDiperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran. Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar, nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut dan Gambar 3 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat agregat campuran

Gambar 3. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan(Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)

Gambar 4. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan(Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)

Gambar 5. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan

(Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm)

Bj camp = Berat jenis agregat campuranBj ag hls = Berat jenis agregat halusBj ag ksr = Berat jenis agregat kasarP = Persentase agregat halus terhadap agregat campuranK = Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

19. Menghitung berat jenis agregat campuran

Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr

Dengan:

Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila tidak tersedia dapat dipakai nilai dibawah ini :

Agregat tak dipecah / alami = 2.6 gr/cm3

Agregat dipecah = 2.7 gr/cm3

20. Menentukan berat jenis betonCaranya adalah :

Dari berat jenis agregat campuran pada Langkah 19 dibuat garis kurva berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat dengan garis kurva pada Gambar 6

Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah 11 dimasukkan dalam Gambar 6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama

Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh nilai berat jenis beton

Kadar Air Bebas (ltr/m3)

Gambar 6. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Dimampatkan Secara Penuh21. Menghitung kebutuhan agregat campuran

Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi kebutuhan air dan semen

22. Menghitung berat agregat halus yang dibutuhkanKebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan agregat campuran (Langkah 21) dengan persentase berat agregat halusnya (Langkah 18)

23. Menghitung berat agregat kasar yang diperlukanKebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan agregat campuran (Langkah 21) dengan kebutuhan agregat halus.(Langkah 22)

24. Koreksi proporsi campuranDalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam keadaan jenuh kering muka (SSD), sehingga di lapangan yang pada umumnya keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu kali per hari.

Jika kadar air agregat melebihi kemampuan penyerapan agregat, maka agregat sudah mengalami kejenuhan dan mengandung air berlebih, maka harus mengurangi kadar air bebas agar komposisi tetap seimbang, dan demikian pula sebaliknya.Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:Air = B - [(Ck-Ca)xC/100] - [(Dk-Da)xD/100] Agregat halus = C + [(Ck-Ca)xC/100]Agregat kasar = D + [(Dk-Da)xD/100]

Dengan: B = Jumlah kebutuhan air (kg/m3 atau ltr/m3)

C = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)

D = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)

Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%) Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%) Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%)Da = Absorpsi air pada agregat

kasar (%)

C. Mix Design PraktisDibawah ini diberikan tabel mix design secara praktis yang dapat diikuti jika terdapat kendala dalam menentukan mix design secara analitis. Perlu dicatat bahwa nilai ini hanya pendekatan dan tetap disarankan agar proyek juga tetap melakukan trial mix.

Tabel 16. Mix Design Praktis*

Mutu Beton Bahan / m3 beton

K f'c Air (liter) PCI (Kg) Pasir (Kg) Kerikil (Kg)175 145 190 274 784 1152225 185 190 298 755 1157300 250 190 336 721 1153350 290 190 362 364 1164450 375 190 415 637 1158500 415 190 434 622 1154* Diambil dari www.semengresik.com

* Semen Gresik OPC* Agregat dalam kondisi SSD dengan ukuran maks. 40 mm* Proporsi tersebut mempunyai toleransi + 5 %

E. Trial Mix & Penyesuaian Proporsi CampuranSetelah membuat mix design, trial mix dalam volume yang kecil (misalnya 0.1 atau

0.05 m3) akan dibuat untuk memastikan mix design tersebut telah sesuai. Trial mix ini harus diuji dari segi:

Kuat Tekan Slump Sifat-sifat lain yang sesuai spesifikasi

Sebelum membuat penyesuaian, sebaiknya diperiksa kembali untuk memastikan bahwa ketidaktepatan hasil tidak terjadi akibat:

Kesalahan perhitungan matematis sedehana atau salah baca angka Sarana batching berbeda dari rencana semula Timbangan tidak bekerja secara memuaskan

Biasanya sedikit penyesuaian akan diperlukan dan sebaiknya mengacu pada cara-cara penyesuaian dibawah ini: Penyesuaian Kuat Tekan atau Durabilitas:

Menyesuaikan Faktor Air-Semen / FAS sesuai dengan grafik hubungan Kuat Tekan-FAS. Misal: untuk meningkatkan kekuatan dan durabilitas, maka FAS harus dikurangi.

Gambar 7. Pengaruh FAS pada Kuat tekan

Penyesuaian Slump, Workability atau Sifat Kohesif:a) Penyesuaian tipe ini tidak mengubah FAS, juga tidak akan merubah kuat

tekan maupun durabilitas.b) Penyesuaian dilakukan dengan merubah rasio agregat-semen atau gradasi

agregat.c) Sebagai acuan, kombinasi gradasi agregat yang memuaskan adalah bila

agregat halus memiliki porsi 35-40 % berat total agregatd) Misal: pengurangan rasio agregat-semen (berarti campuran kaya

semen) berarti peningkatan slump dan workability beton meskipun FAS tidak berubah

F. Prinsip Penyesuaian Proporsi Campuran Secara Praktis (Terhadap Berat)Dibawah ini adalah panduan praktis untuk penyesuaian proporsi campuran berdasarkan output trial mix yang ingin diperbaiki.

Tabel 17. Panduan Praktis Penyesuaian Trial Mix (per 1 m3 Beton)

Hasil Sebab yang mungkinPenyesuain Korektif

Air Semen PasirAgrerat Kasar

Slumpterlalutinggi

1.Perkiraan kadar air pasir yang terlalu rendah atau perkiraan daya serap agregat yang terlalu tinggi

Kurangipenambahanair sebesar 5kg untuk tiap20 mm slump

Tetap Naikkansebesar 5 kguntuk setiapperubahanslump sebesar20 mm

Tetap

2. Perkiraan kebutuhan air yang terlalu besar, sebagai contoh: kerikil yang

Air dan semen dikurangisebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semendan Agregat untuk Slump

Pasir dan agregat kasarditambahkan sebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air,

permukaannya halus memerlukan air yang lebih sedikit ketimbang batu pecahyang kasar.

Selain 80 mm Semen dan Agregat untukSlump Selain 80 mm

Slumpterlalu rendah

1. Perkiraan kadar airpasir yang terlalu tinggi atau perkiraan daya serap agregat yang terlalu rendah

Naikkanpenambahan air sebesar 5 kg untuk tiap20 mm slump

Tetap Turunkansebesar 5 kg untuk setiap perubahan slump sebesar20 mm

Tetap

2. Perkiraan kebutuhanair yang terlalu kecil

Air dan semen ditambahkansebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm

Pasir dan agregat kasardikurangi sebagaimana ditunjukkan Tabel Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm

Terlalu banyakpasir

1. Kesalahan asumsi yang menganggap pasirlebih kasar dari yang seharusnya

Tetap Tetap - 50 kg + 50 kg

2. Specific gravity agrega kasar lebih besar dari 2.65

Tetap Tetap Tetap SG(agr)x

2.65

3. Specific gravity daripasir lebih kecil dari2.60

Tetap Tatap SG( pasir)x

2.60

Tetap

Kekurangan pasir

1. Kesalahan asumsiyang menganggap pasir lebih halus dari yang seharusnya

Tetap Tetap + 50 kg - 50 kg

2. Specific gravity agregat kasar lebih kecil dari 2.65

Tetap Tetap Tetap SG(agr)x 2.65

3. Specific gravity dari pasir lebih besar dari 2.60

Tetap Tetap SG( pasir)x 2.60

Tetap

Keras 1. Pengaruh ukuran materiala) Ukuran

maksimum agregat 40 mm

b) Ukuran maksimum

agregat 20 mm

Tetap Tetap Tetap a).20mm–50kg40mm+50kg

b).10mm-50kg20mm+50kg

2. Kekurangan pasir Lihat bagian Kekurangan Pasir diatas

Lengket 1. Pasir terlalu halus Tetap Tetap Gantisebagian (atau keseluruhan) dengan pasir yang lebih kasar -50 kg

+ 50 kg

2. Terlalu banyak pasir Lihat bagian Terlalu Banyak Pasir diatasF’c terlalurendah

1. FAS terlalu tinggi Tetap Naikkan 10kg untuk tiap kenaikan 1MPa

Tetap Tetap

2. Pelapisanpermukaan, agregat lemah, masalah organik, rongga, lempung pada agregat, semen kadaluarsa dan air tercemar

Cek kandungan material merugikan pada bahan pembuatbeton

F’c terlalutinggi

1. FAS terlalu rendah Tetap Turunkan 10kg setiap turun1 MPa

Tetap Tetap

Tabel 18. Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm (untuk Agregat max. 20 mm dan 40 mm *)

SlumpWater

Change (kg or

Perubahan Semen (kg) untuk nilai FAS dibawahPerubahan

Agregat (kg)

0.35 0.4 0.5 0.55 0.6 0.7 Sand Coarse20 -20 -57 -50 -40 -36 -33 -29 +40 +4040 -12 -34 -30 -24 -22 -20 -17 +20 +2060 -6 -17 -15 -12 -11 -10 -9 +10 +1080 0 0 0 0 0 0 0 0 0100 +5 +14 +12 +10 +9 +8 +7 -10 -10120 +8 +23 +20 +16 +15 +13 +11 -15 -15140 +10 +29 +25 +20 +18 +17 +14 -20 -20

* untuk beton dengan agregat 10 mm atau beton pasir, naikkan nilai numerik perubahan semen diatas dengan 25%. Untuk mortar, gandakan angka perubahan pasirnya.

Note : Kesalahan perhitungan sebesar 1% dalm perkiraan kadar air, baik pasir maupun agregat kasar, akan menyebabkan 10 kg kesalahan (kira-kira) dalam penambahan air dan berat agregat.

Beberapa tampilan beton yang mungkin didapat saat trial mix adalah :Adukan yang Baik. Proporsi yang benar dari pasta semen, pasir, dan agregat kasar memberikan adukan beton yang secara komparatif mudah untuk dikerjakan dan

dipadatkan. Pemadatan yang benar akan menghasilkan permukaan tanpa cacat. Sedikit trowelling (manual dan mekanis) akan mampu menghasilkan permukaan beton yang padat dan halus.

Gambar 8. Adukan yang Baik

Pasir terlalu banyak. Jika adukan nampak seperti gambar disamping maka adukan tersebut mengandung terlalu banyak pasir dan kekurangan agregat kasar. Meskipun relatif lebih mudah dicor dan di-finishing, tetapi adukan ini bukanlah adukan yang ekonomis. Adukan seperti ini akan mudah mengalami retak.

Gambar 9. Adukan Kelebihan Pasir

Agregat kasar terlalu banyak. Adukan ini memiliki agregat kasar terlalu banyak dan pasir yang tidak cukup. Adukan seperti ini akan sulit untuk dikerjakan tanpa harus mengalami segregasi. Adukan seperti ini juga akan susah untuk dipadatkan dan di-finishing, serta kemungkinan akan menghasilkan cacat ‘sarang lebah’ / honeycomb dan beton yang porous.

Gambar 10. Adukan Kelebihan Agregat

Air terlalu banyak. Adukan jenis ini dapat tejadi saat ada penambahan air kedalam adukan beton yang sudah bagus. Hasilnya adalah pengurangan kekuatan dan keawetan

secara drastis, serta kemungkinan besar untuk mengalami retak.

Ada kemungkinan lain yang dapat menghasilkan adukan seperti ini, yaitu adukan yang memiliki kandungan pasir dan agregat kasar yang terlalu sedikit dibandingkan kandungan pasta semennya. Adukan jenis ini sangat tidak ekonomis dan cenderung mengalami retak.

Gambar 11. Adukan Kelebihan Air

Adukan terlalu kaku. Adukan seperti ini mempunya slump rendah (± 20 mm) dan terlalu keras untuk dikerjakan pada berbagai jenis pekerjaan pembetonan. Adukan jenis ini memiliki kandungan pasir dan agregat kasar yang terlalu banyak jika dibandingkan kandungan pasta semen. Adukan jenis ini akan sulit untuk dikerjakan, dipadatkan dan di-finishing. Penambahan sedikit air dan semen (dengan rasio yang benar) akan menghasilkan adukan yang benar seperti yang diperlihatkan gambar pertama bagian ini : Adukan yang Baik.

Gambar 12. Adukan Terlalu Kaku

DAFTAR PUSTAKA

SK SNI T-15-1990-03 : TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON NORMAL

PBI-71 NI 2 Peraturan Beton Indonesia

www.semengresik.com