analisis minimalisasi biaya antibiotik empiris...

71
ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS SEFTRIAKSON DAN LEVOFLOKSASIN PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSU KARSA HUSADA BATU TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi Oleh: Mareoza Ayutri NIM 135070507111008 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

15 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS SEFTRIAKSON

DAN LEVOFLOKSASIN PADA PASIEN PNEUMONIA DI RSU KARSA

HUSADA BATU

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Oleh:

Mareoza Ayutri

NIM 135070507111008

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat
Page 3: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

vii

ABSTRAK

Ayutri, Mareoza. 2017. Analisis Minimalisasi Biaya Antibiotik Empiris Seftriakson dan Levofloksasin pada Pasien Pneumonia di RSU Karsa Husada Batu. Tugas Akhir, Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Hananditia Rachma P., M.Farm.Klin., Apt. (2) Ayuk Lawuningtyas H., M.Farm., Apt.

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Antibiotik yang direkomendasikan pada pasien pneumonia adalah seftriakson dan levofloksasin. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan terapi antibiotik empiris antara seftriakson atau levofloksasin pada pasien pneumonia di RSU Karsa Husada Batu. Metode farmakoekonomi yang digunakan adalah metode analisis minimalisasi biaya untuk mengetahui biaya yang lebih rendah dari dua jenis antibiotik yang diberikan selama pengobatan berlangsung dari perspektif penyedia pelayanan kesehatan. Jumlah pasien pada penelitian ini sebanyak 49 pasien dengan usia diatas 18 tahun yang menggunakan seftriakson atau levofloksasin tunggal selama mendapatkan perawatan di rumah sakit. Berdasarkan analisis diketahui bahwa status pembayaran mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh pasien atau keluarga pasien selama perawatan. Pasien yang mendapatkan terapi seftriakson dengan status pembayaran JKN memiliki rata-rata total biaya sebesar Rp 2.673.183,03 sedangkan pasien yang mendapatkan terapi levofloksasin memiliki rata-rata total biaya sebesar Rp 2.891.986,73. Rata-rata total biaya perawatan yang dibutuhkan pasien yang menggunakan terapi seftriakson dan levofloksasin dengan status pembayaran umum berturut-turut sebesar Rp 2.804.776,47 dan Rp 2.229.787,90. Kesimpulan pada penelitian ini adalah biaya rata-rata penggunaan antibiotik seftriakson lebih minimal pada pasien dengan status pembayaran JKN sedangkan levofloksasin memiliki biaya yang lebih minimal pada pasien dengan status pembayaran umum.

Kata kunci : Analisis Minimalisasi Biaya; Pneumonia; Seftriakson; Levofloksasin

Page 4: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

viii

ABSTRACT

Ayutri, Mareoza. 2017. Cost-Minimization Analysis Of Empirical Antibiotics Ceftriaxone and Levofloxacin On Pneumonia Patients at RSU Karsa Husada Batu. Final Assignment, Pharmacy Program, Faculty of Medicine, Brawijaya University. Supervisors : (1) Hananditia Rachma P., M.Farm.Klin., Apt. (2) Ayuk Lawuningtyas H., M.Farm., Apt.

Pneumonia is an infectious disease mostly caused by Streptococcus pneumoniae. Antibiotics recommended in patients with pneumonia are ceftriaxone and levofloxacin. This study aimed to analyze the use of empirical antibiotic therapy between ceftriaxone or levofloxacin in patients with pneumonia at RSU Karsa Husada Batu. The pharmacoeconomic method used in this study was cost-minimization analysis to determine the more affordable than antibiotic given for pneumonia treatment from the perspective of the health care provider. The number of sample in this study were 49 patients older than 18 years old who used monotherapy ceftriaxone or levofloxacin during hospitalization. The results of this study showed that status of payment affected paid costs by patient or patient's family during treatment. Patients who received ceftriaxone with JKN payment status had an average total cost of Rp 2.673.183,03 while patients receiving levofloxacin therapy had an average total cost of Rp 2.891.986,73. On the other hand, average total cost required for patients using ceftriaxone and levofloxacin with general payment status was Rp 2.804.776,47 and Rp 2.229.787,90. The conclusion is ceftriaxone is more affordable in patients with JKN payment status while levofloxacin is more affordable in patients with general payment status. Keywords: Cost-Minimization Analysis; Pneumonia; Ceftriaxone; Levofloxacin

Page 5: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit

lainya yang terpapar dari seseorang dan dapat ditularkan ke orang lain. Penularan

infeksi dapat terjadi melalui kontak langsung, seperti perpindahan mikroorganisme

melalui tangan dan melalui droplet inhalasi pada saat bersin dan batuk (American

Thoracic Society, 2016).

Prevalensi pneumonia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Hal ini berdasarkan data riskedas tahun 2013 menyebutkan bahwa penderita

pneumonia semua umur pada tahun 2007 sebesar 2,1 % dan meningkat menjadi 2,7%

pada tahun 2013. Prevalensi infeksi pneumonia di Indonesia terbesar terjadi di

provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan

Sulawesi Selatan (Kemenkes, 2013).

Terapi pasien yang mengalami infeksi pneumonia tergantung pada penyebab

dan derajat keparahan pasien tersebut. Apabila penyebab pneumonia yang dialami

pasien adalah bakteri maka pasien diberikan antibiotik, begitu pula jika penyebab

pneumonia adalah virus, seperti virus influenza maka dapat diberikan terapi antivirus.

Selain itu, pasien juga dapat diberikan terapi anti fungi ataupun kortikosteroid ketika

sistem imun menurun. Pemberian oksigen dapat dilakukan apabila pasien memiliki

Page 6: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

2

gangguan saat bernapas dan tingkat oksigen dalam tubuh rendah (American Thoracic

Society, 2016).

Terapi antibiotik merupakan salah satu komponen dalam penatalaksanaan

pengobatan pneumonia. Terapi yang tidak tepat dapat menyebabkan dampak yang

kurang baik, yaitu resistensi sehingga pasien diberikan terapi lain dan menyebabkan

biaya yang dikeluarkan semakin meningkat. Pemberian antibiotik secara empiris pada

pasien pneumonia perlu dilakukan untuk memberikan perawatan yang baik walaupun

hasil kultur belum didapatkan. Penggunaan antibiotik yang awalnya empiris dapat

dilanjutkan selama pengobatan apabila antibiotik tersebut sensitif terhadap bakteri

patogen. Infeksi patogen yang umum terjadi dapat diketahui melalui hasil kultur, data

peta kuman, data penelitian, dan panduan terapi. Berdasarkan panduan terapi IDSA

(Infectious Disease of American) merekomendasikan levofloksasin yang berasal dari

golongan fluoroquinolon dengan rekomendasi tingkat satu dan seftriakson dari

golongan sefalosporin generasi ketiga dengan rekomendasi tingkat dua (Mandell et

al., 2007). Antibiotik seftriakson dan levofloksasin bekerja secara luas pada bakteri

gram negatif maupun bakteri gram positif sehingga tepat digunakan sebagai antibiotik

empiris di rumah sakit. Selain itu, kedua antibiotik ini bekerja sebagai bakterisidal yang

mampu membunuh bakteri patogen penyebab pneumonia dengan mekanisme yang

berbeda. Antibiotik seftriakson mampu menghambat sintesis mukopeptida pada

dinding sel bakteri sedangkan levofloksasin mampu mengganggu sintesis DNA

mikroba patogen (Tatro, 2003).

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis minimalisasi

biaya. Metode ini penting dilakukan untuk membandingkan dua intervensi yang

Page 7: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

3

memiliki efektivitas setara dengan efisiensi biaya yang lebih terjangkau. Metode

dilakukan dengan cara membandingkan efisiensi biaya langsung yang dikeluarkan

pasien dari intervensi pengobatan yang diberikan. Intervensi yang dibandingkan

adalah biaya antibiotik, biaya tindakan medis, biaya rawat inap, dan biaya

administrasi, dan biaya penunjang lain selama pengobatan. Apabila biaya yang

dikeluarkan dapat ditekan maka beban masyarakat dan pemerintah akan berkurang.

Selain itu, peningkatan biaya perawatan kesehatan cenderung terus meningkat setiap

tahunya memaksa para pembuat kebijakan untuk memutuskan formularium nasional

yang tepat agar sesuai dengan keuangan negara sehingga perlu dilakukan analisis

biaya terapi.

Analisis minimalisasi biaya antibiotik empiris seftriakson dan levofloksasin

pada pasien pneumonia belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian analisis

minimalisasi biaya pada pasien pneumonia yang pernah dilakukan sebelumnya

membandingkan jenis antibiotik yang berbeda dari penelitian yang peneliti lakukan.

Dasar pemilihan seftriakson dan levofloksasin sebagai antibiotik empiris pada pasien

pneumonia ialah kedua jenis antibiotik tersebut merupakan rekomendasi terapi

menurut IDSA. Panduan PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) menyatakan

bahwa seftriakson dapat diberikan pada kondisi PRSP (Penisilin resisten

Streptococcus pneumoniae) dan levofloksasin dapat diberikan secara empiris pada

bakteri patogen Pseudomonas aeruginosa (PDPI, 2003). Kondisi rumah sakit sebagai

tempat pengambilan sampel penelitian lebih banyak menggunakan seftriakson dan

levofloksasin pada pasien pneumonia sehingga pengambilan sampel yang sesuai

kriteria inklusi peneliti lebih mudah didapatkan.

Page 8: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

4

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Karsa Husada Batu yang merupakan

rumah sakit pemerintah kelas B. Rumah sakit ini dipilih oleh peneliti karena

berdasarkan survei pendahuluan di lapangan diketahui bahwa terdapat banyak pasien

infeksi pneumonia di rumah sakit tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

penyedia layanan kesehatan, seperti rumah sakit dalam mempertimbangkan antibiotik

yang tepat dengan konsekuensi setara sehingga dapat menjadi acuan dalam

formularium rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah efisiensi terapi antibiotik empiris antara seftriakson atau

levofloksasin pada pasien pneumonia berdasarkan metode analisis minimalisasi

biaya dari perspektif penyedia pelayanan kesehatan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut tujuan umum dan tujuan khusus pada penelitian ini:

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis penggunaan terapi antibiotik empiris antara seftriakson

atau levofloksasin pada pasien pneumonia berdasarkan metode analisis

minimalisasi biaya dari perspektif penyedia pelayanan kesehatan.

Page 9: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

5

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui efisiensi biaya penggunaan antibiotik empiris seftriakson

atau levofloksasin pada pasien infeksi pneumonia yang dilihat dari biaya

langsung yang dikeluarkan oleh pasien, seperti biaya antibiotik seftriakson

atau levofloksasin, biaya rawat inap, biaya administrasi, biaya tenaga medis,

biaya laboratorium, dan biaya penunjang lain.

1.4 Manfaat Penelitian

Berikut manfaat akademik dan manfaat praktis pada penelitian ini :

1.4.1 Manfaat Akademik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan mengenai

penerapan metode dalam ilmu farmakoekonomi analisis minimalisasi biaya

penggunaan antibiotik empiris seftriakson atau levofloksasin yang

menawarkan biaya yang lebih efisien dengan efektivitas terapi yang setara

pada pasien infeksi pneumonia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian analisis

minimalisasi biaya ini adalah sebagai bahan pertimbangan penggunaan

antibiotik empiris seftriakson atau levofloksasin untuk terapi infeksi pneumonia

di rumah sakit yang menawarkan biaya lebih terjangkau dengan hasil yang

Page 10: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

6

setara sehingga diketahui efisiensi dan efektivitas dari kedua jenis terapi

tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan

dalam penyusunan algoritma terapi pneumonia di rumah sakit karena

peningkatan biaya perawatan kesehatan dari tahun ke tahun yang

menunjukkan pentingnya analisa farmakoekonomi, terutama pada pihak

pengambil keputusan sistem formularium nasional dalam asuransi kesehatan

nasional Indonesia atau yang biasa dikenal dengan JKN (Jaminan Kesehatan

Nasional).

Page 11: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pneumonia

Berikut penjelasan mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan terapi pada pasien

pneumonia :

2.1.1 Definisi

Pneumonia merupakan infeksi radang paru yang umumnya disebabkan oleh

infeksi bakteri. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab infeksi ini adalah

Streptococcus pneumoniae. Infeksi pada paru tersebut menyebabkan munculnya

eksudasi interalveoral, yaitu keluarnya cairan mengandung sel darah putih dan protein

secara lambat sehingga menyebabkan pemadatan paru (Lyrawati dan Leonita, 2012).

Pneumonia juga dapat disebabkan oleh infeksi mikroorganisme lain, seperti

virus dan jamur. Penyebab tersebut jarang ditemukan dibandingkan dengan infeksi

bakteri. Virus yang dapat menyebabkan pneumonia adalah RSV (Respiratory

Syncytial Virus) dan influenza sedangkan jamur disebabkan oleh PCP (Pneumocystis

jiroveci) terutama pada anak dengan AIDS (Kemenkes RI, 2010).

Pneumonia terdiri dari dua jenis, yaitu CAP (Community-Acquired Pneumonia)

dan HAP (Hospital-acquired Pneumonia). Sesuai dengan istilahnya CAP berarti

Page 12: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

8

pneumonia yang berasal dari komunitas atau masyarakat sedangkan HAP berarti

pneumonia dapatan yang diakibatkan perawatan di rumah sakit.

2.1.2 Epidemiologi

Penyakit infeksi paru pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian

yang lebih besar daripada kematian akibat HIV/AIDS. Sebagian besar kematian akibat

pneumonia terjadi pada negara berkembang dan kurang berkembang. Angka

kematian tertinggi terjadi di Sub Sahara sebanyak 1.022.000 kasus per tahun dan di

Asia Selatan 702.000 kasus per tahun Berdasarkan laporan WHO, lebih dari 50%

kasus infeksi pneumonia terjadi di wilayah Asia Tenggara dan Sub Sahara Afrika.

Pneumonia pada tahun 2015 menyebabkan kematian sebesar 920.136 anak-anak di

bawah lima tahun atau setara dengan 16% dari penyebab kematian anak di seluruh

dunia. Menurut data dari SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) dari Departemen

Kesehatan pada tahun 1992, 1995, dan 2001 mencatat bahwa infeksi pneumonia

berkontribusi terhadap angka mortalitas, terutama pada bayi dan anak-anak

sedangkan menurut data penelitian kesehatan dasar atau riskesdas pada tahun 2007

menyatakan bahwa pneumonia berada di tempat ke dua penyebab kematian terbesar

pada bayi dan balita (Kemenkes RI, 2010; WHO, 2016).

Jumlah mortalitis akibat CAP (Community Acquired Pneumonia) di Eropa

sebesar 1-48% sedangkan kejadian tahunan pneumonia di Amerika Serikat sebesar

24,8 kasus dari 10.000 orang dewasa dengan usia kebanyakan diantara 65-79 tahun.

(Saraswati et al., 2014). Selain itu, data riskedas tahun 2013 menyebutkan bahwa

Page 13: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

9

penderita pneumonia semua umur pada tahun 2007 sebesar 2,1 % dan meningkat

menjadi 2,7% pada tahun 2013.

2.1.3 Etiologi

Pneumonia disebabkan oleh infeksi mikroorganisme, baik bakteri, virus,

maupun jamur. Penyebab pneumonia sebagian besar akibat adanya infeksi bakteri,

terutama Streptococcus pneumoniae. Berikut jenis bakteri yang menyebabkan infeksi

pneumonia (Lyrawati dan Leonita, 2012):

Tabel 2.1 Bakteri Penyebab Pneumonia (Lyrawati dan Leonita, 2012)

Pneumonita di komunitas (CAP) Pneumonia yang didapat di rumah sakit (HAP)

Streptococcus pneumoniae Pseudomonas aeruginosa

Haemophilus influenza Staphylococcus aureus

Staphylococcus pneumoniae Legionella pneumphila

Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumonia

Mycoplasma pneumoniae

2.1.4 Patofisiologi

Pneumonia dapat ditularkan saat mikroba udara dari individu yang terinfeksi

dihirup oleh orang lain tetapi sebagian besar kasus pneumonia disebabkan oleh

infeksi diri dengan satu atau lebih jenis mikroba yang berasal dari hidung dan mulut.

Bakteri saluran napas atas pada orang sehat, seperti Streptococcus pneumoniae dan

Hemophilus influenzae merupakan mikrooraganisme umum penyebab pneumonia di

komunitas. Pneumonia yang didapat di rumah sakit biasanya disebabkan oleh bakteri

Page 14: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

10

yang lebih resisten, seperti Staphylococcus aureus, Klebsiella pneumoniae,

Pseudomonas aeruginosa, dan Escherichia coli. Sistem kekebalan tubuh yang kurang

baik juga dapat menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik, seperti jamur, virus, dan

bakteri yang biasanya tidak menyebabkan penyakit pada orang normal.Pencegahan

mikroorganisme untuk mencapai alveoli berasal dari mekanisme pertahanan tubuh,

yaitu adanya percabangan bronkus, mukosa yang melapisi saluran napas, silia yang

mendorong mukosa ke atas, dan refleks batu. Apabila mikroorganisme patogen

mampu mencapai alveoli maka akan dihancurkan oleh sistem imun. Hal ini

menandakan bahwa seseorang yang terinfeksi pneumonia disebabkan oleh sistem

pertahanan di dalam tubuh yang kurang baik dalam mekanisme mekanis maupun

sistem imun (MIzgerd, 2008; Medline Plus, 2017). Berikut gambaran patofisiologi

pneumonia (Somantri, 2007):

Page 15: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

11

Gambar 2.1 Patofisiologi Pneumonia (Somantri, 2007)

Inhalasi mikroorganisme melalui

udara, aspirasi organisme dari

nasofaring, dan hematogen

Reaksi Inflamasi hebat

Membran paru-paru radang dan

berlubang

Sel darah merah, sel darah

putih, dan cairan keluar masuk

ke alveoli

Edema, sekresi, dan

prochospasme

Oklusi parsial

Area di paru menjadi padat (konsolidasi)

- Nyeri dada

- Panas dan demam

- anoreksia

- Batuk

- Sianosis

- dispnea

nyeri pleuritis

Luas permukaan membran respirasi Penurunan ratio ventilasi-perfusi

Kapasitas difusi menurun

Hipoksemia

Page 16: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

12

2.1.5 Manifestasi Klinis

Pneumonia dapat menyebabkan ronki dan batuk kering yang lama-kelaman

akan menyebabkan batuk produktif yang mengeluarkan dahak. Tanda dan gejala

yang dapat terjadi pada pasien pneumonia, diantaranya menggigil, demam tinggi,

takipnea, takikardia, sakit kepala, dispnea, nyeri dada pleuritik, sianosis, penurunan

suara napas, diaphoresis, dan gemetaran (Ballestas et al, 2007). Manifestasi klinis

pneumonia dapat berbeda sesuai dengan bakteri patogen. Pneumonoccal

pneumoniae menyebabkan sputum sedikit bewarna merah muda, menggigil, demam,

takipnea, dan takikardia sedangkan pneumonia yang disebabkan oleh Klebsiella

pneumonia memiliki ciri sputum yang bewarna colat gelap dan merah gelap. Pasien

cenderung lebih susah mengeluarkan sputum dari mulutnya. Tanda pneumonia yang

disebabkan Klebsiella pneumonia mirip dengan pneumonia yang disebabkan oleh

Pneumococcal pneumonia, yaitu batuk, demam, menggigil, dispnea, batuk produktif,

suara napas berkurang, dan sebagainya (Ballestas et al, 2008).

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pneumonia merupakan salah satu infeksi paru yang memerlukan deteksi

terhadap patogen penyebab pneumonia. Diagnosis yang ditunda atau terlambat dapat

menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Standar diagnosis yang palilng

penting adalah kultur patogen yang menyebankan infeksi paru tersebut namun kultur

patogen memiliki beberapa kelemahan, diantaranya memerlukan waktu yang lebih

lama, kesalahan pada saat deteksi oleh petugas, memerlukan media dan kondisi yang

Page 17: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

13

optimal, dan deteksi antigen yang kurang sensitif dan spesifik. Tekhnik amplifikasi

asam nukleat atau yang biasa disebut dengan NAAT menjadi uji diagnostik yang

umum dilaukan karena hasil keluar dalam waktu berjam-jam sedangkan kultur yang

memerlukan waktu beberapa hari namun NAAT cenderung memiliki nilai positif-salah

yang tinggi. Perkembangan teknologi menyebabkan munculah Multiplex NAAT yang

dapat mendektesi virus yang memiliki sensitivitas dan spesivitas yang tinggi

sedangkan untuk pemeriksaan patogen jamur dan bakteri menggunakan

spektrofotometri masa MALDI-TOF (Matrix-Assisted Laser Desorption Ionization Time

of Flight) (Mattila et al., 2014).

2.1.7 Penatalaksanaan Terapi

Penatalaksanaan terapi pneumonia melihat dari keadaan klinis yang

ditunjukkan pasien. Apabila pasien menununjukkan tanda klnis yang baik dan tidak

memiliki indikasi rawat inap maka pasien dapat diobati di rumah. Penatalaksaan

pneumonia CAP terdiri dari (PDPI, 2003) :

a. pasien rawat jalan

Terapi yang perlu diperhatikan pada pasien rawat jalan adalah pengobatan

gejala dan terapi suportif, seperti minum air yang cukup untuk mencegah

dehidrasi, istirahat yang cukup, dan dapat diberikan kompres atau obat antipiretik

apabila pasien mengalami demam. Selain itu, pasien dapat diberikan obat

penunjang lain, seperti mukolitik dan ekspektoran.

Page 18: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

14

b. pasien rawat inap di ruang biasa

Terapi yang dapat diberikan adalah pengobatan gejala atau suportif,

seperti pemberian oksigen, obat simptomatik antipiretik dan mukolitik, dan

pemasangan infus yang berfungsi sebagai rehidrasi dan pengkoreksi elektrolit dan

elektrolit.

c. pasien rawat inap di ruang intensif

Pasien pneumonia rawat inap yang berada di ruang intensif dapat

diberikan terapi suportif atau terapi untuk mengatasi gejala, seperti pemberian

oksigen, pemasangan infus yang berguna sebagai rehidrasi dan pengkoreksi

elektrolit, antipiretik untuk mengatasi demak, dan mukolitik untuk mengencerkan

dahak. Pasien yang berada di ruang intensif juga dapat diberikan ventilator

mekanik apabila terdapat indikasi.

Terapi antibiotik dapat diberikan pada setiap kategori diatas dengan waktu

kurang dari 8 jam. Antibiotik pada pasien rawat jalan, yaitu golongan beta laktam

dan fluoroquinolone. Apabila pasien mengalami pneumonia atipik maka dapat

diberikan klaritromisin, azitromisin, dan roksitromisin. Pada pasien rawat inap,

pemberian antibiotik sama dengan pasien rawat jalan tetapi dapat diberikan

sefalosporin generasi kedua dan ketiga. Selain itu, pasien dengan rawat intensif

dengan risiko infeksi pseudomonas diberikan sefalosporin anti pseudomonas atau

karbapenem secara intravena. Kemudian terapi dapat ditambahkan siprofloksasin

atau aminoglikosida.

Page 19: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

15

2.1.7.1 Terapi Antimikroba

Terapi antibiotik empiris merupakan terapi farmakologi penting dalam

penatalaksanaan pasien pneumonia karena sebagian besar pasien pneumonia

disebabkan oleh bakteri patogen. Antibiotik yang dapat digunakan pada pasien

pneumonia, diantaranya seftriakson dan levofloksasin. Kedua obat tersebut memiliki

rentang spektrum luas yang bekerja pada bakteri gram negatif dan bakteri gram positif

sehingga tepat digunakan sebagai antibiotik empiris. Seftriakson mampu melawan

penisilin resisten Streptococcus pneumoniae (PRSP) sedangkan levofloksasin

mampu melawan hingga Pseudomonas aeruginosa sehigga kedua antibiotik ini dapat

digunakan sebagai terapi farmakologi pasien pneumonia (PDPI, 2003).

2.1.7.1.1 Seftriakson

Gambar 2.2 Struktur Seftriakson (Martindale, 2009)

Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang

bersifat bakterisida. Antibiotik ini bekerja dengan cara menghambat sintesis

mukopeptida pada dinding sel bakteri. Seftriakson diindikasikan sebagai terapi infeksi

Page 20: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

16

saluran pernapasan bagian bawah, kulit, tulang, sendi, saluran kemih, inflamasi

panggul, infeksi intra-abdominal, gonorrhea, meningitis, dan infeksi lainnya. Dosis

yang dapat diberikan ialah 1.000-2.000 mg perhari secara intravena atau

intramuscular tetapi juga dapat diberikan dalam dosis terbagi setiap 12 jam dengan

dosis maksimum per 4.000 mg per hari (Tatro, 2003).

Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan seftriakson adalah reaksi

lokal pada lokasi penginjeksian, seperti rasa hangat, flebitis, dan indurasi. Selain itu,

seftriakson dapat menyebabkan efek pada hematologi yang mengakibatkan

eosinophilia, trombositosis, dan leuopenia. Reaksi hipersensitivitas juga dapat terjadi

pada penggunaan antibiotik ini (American Society of Health-System Pharmacist.

2011).

2.1.7.1.2 Levofloksasin

Gambar 2.3 Struktur Levofloksasin (Martindale, 2009)

Page 21: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

17

Levofloksasin merupakan antibiotik golongan fluoroquinolon yang berkerja

dengan cara mengganggu sistensis DNA mikroba sehingga menyebabkan kematian

sel bakteri. Antibiotik ini diindikasikan untuk infeksi saluran pernapasan, seperti

pneumonia. Dosis yang dapat diberikan, yaitu 250 mg hingga 500 mg dengan

frekuensi satu atau dua kali per hari selama 7-14 hari (Tatro, 2003; Martindale, 2009).

Efek samping yang sering terjadi pada pemakaian levofloksasin adalah

gangguan pada sistem gastrointestinal, seperti mual, diare, konstipasi, nyeri perut,

dyspepsia, dan muntah. Selain itu, levofloksasin juga mempengaruhi sistem

kardiovaskular, dermatologis, reaksi pada sisi injeksi, dan sistem pernapasan (Lacy

et al., 2009).

2.2 Farmakoekonomi

Farmakoekonomi dapat diartikan sebagai analisis dan deskripsi biaya terapi

dalam sistem perawatan kesehatan. Penelitian farmakoekonomi berperan dalam

melakukan identifikasi, pengukuran, dan perbandingan biaya serta konsekuensi yang

didapat dari produk farmasetika dan pelayanan (Bootman et al., 2005)

Farmakoekonomi sebagai alat bantu yang digunakan dalam pertimbangan untuk

mencapai hasil terbaik dengan biaya terendah. Farmakoekonomi penting dipelajari

dan dipahami untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di

tengah keterbatasan biaya dalam pemenuhan kesehatan tersebut. Kajian

farmakoekonomi di rumah sakit memegang peranan penting, yaitu untuk menyusun

formularium rumah sakit sehingga penggunaan obat dapat dilakukan secara rasional

Page 22: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

18

dan tidak membebankan, baik dari pihak rumah sakit maupun pasien (Kemenkes RI,

2013).

2.3 Metode Analisis Farmakoekonomi

Metode analisis farmakoekonomi terdiri dari empat jenis analisis sebagai

berikut :

2.3.1 Analisis Minimalisasi Biaya

Analisis minimalisasi biaya (Cost-Minimization Analysis/ CMA) merupakan

teknik analisis ekonomi yang membandingkan dua pilihan intervensi atau lebih.

Intervensi yang dibandingkan tersebut memiliki hasil setara sehingga dapat

diidentifikasi pilihan yang memiliki biaya yang lebih rendah. Analisis ekonomi dalam

bidang kesehatan dapat berupa obat atau tindakan medis yang akan dibandingkan.

Kesetaraan perawatan kesehatan dengan alternatif kesehatan masih merupakan

ketidakpastian teori sehingga pada metode ini terdapat kemungkinan interpretasi

secara subyektif, misalnya berupa asumsi bukan kesetaraan klinis (Bootman, 2005;

Kemenkes RI, 2013).

Analisis ini merupakan metode yang paling sederhana dibandingkan dengan

analisis farmakoekonomi lainnya sehingga lebih mudah dilakukan penelitian analisis

farmakoekonomi. Hasil intervensi yang diberikan harus setara sehingga tidak semua

Page 23: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

19

intervensi dapat dilakukan analisisis minimalisasi biaya. Interpretasi (Tjandrawinata,

2016).

2.3.2 Analisis Efektivitas Biaya

Analisis efektivitas biaya (Cost-Effectiveness Analysis/ CEA) merupakan

teknik analisis ekonomi yang membandingkan biaya dan hasil relatif dari intervensi

yang diberikan. Pengukuran biaya dan efektivitas terapi dapat membantu penetapan

intervensi kesehatan yang paling efektif dengan biaya paling terjangkau. Intervensi

yang diberikan pada metode ini dapat berjumlah dua atau lebih dengan hasil yang

diukur dalam unit non-moneter tetapi analisis ini hanya digunakan untuk

membandingkan intervensi dengan tujuan yang sama. Perhitungan yang perlu

dilakukan adalah rasio biaya rata-rata (ACER/Average Cost-Effectiveness Ratio) dan

rasio incremental efektivitas biaya atau biasa dikenal dengan ICER (Incremental Cost-

Effectiveness Ratio). Berikut tabel efektivitas biaya (Kemenkes RI, 2013) :

Tabel 2.2 Tabel Efektivitas Biaya (Kemenkes RI, 2013)

Efektivitas Biaya Biaya lebih

rendah

Biaya sama Biaya lebih tinggi

Efektivitas lebih

rendah

A

(memerlukan

perhitungan ICER)

B C

(didominasi)

Efektivitas sama D E F

Page 24: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

20

Efektivitas Biaya Biaya lebih

rendah

Biaya sama Biaya lebih tinggi

Efektivitas lebih

tinggi

G

(dominan)

H I

(memerlukan

perhitungan ICER)

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui intervensi yang memerlukan

perhitungan dan pertimbangan analisis efektivitas biaya, yaitu pada kolom A dan I

karena intervensi tersebut diduga memiliki efektivitas lebih rendah dengan biaya lebih

rendah (kolom A) dan efektivitas tinggi dengan biaya lebih tinggi. Apabila posisi

intervensi dominan (kolom C dan G), termasuk kolom B, D,F,H tidak perlu dilakukan

analisis efektivitas biaya karena sudah diketahui pilihan yang seharusnya diambil

sedangkan kolom E yang berada pada posisi seimbang masih dapat dilakukan

analisis apabila terdapat pilihan kemudahan yang diperoleh atau kemudahan cara

pemakaian (Kemenkes RI, 2013) .

2.3.3 Analisis Manfaat-Biaya

Analisis manfaat-biaya (Cost-Benefit Analysis/CBA) merupakan teknik analisis

yang digunakan untuk menghitung rasio antara biaya intervensi kesehatan dan

manfaat yang didapat. Hasil (outcome) diukur dalam bentuk unit moneter atau rupiah

(Kemenkes RI, 2013). Tujuan dari analisis manfaat-biaya ialah untuk mencapai

pengembalian investasi yang paling tinggi. Analisis manfaat-biaya dapat digunakan

untuk memperbaiki proses pembuatan keputusan dalam mengaloksai dana hingga

Page 25: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

21

program kesehatan yang sesuai. Keuntungan analisis jenis ini adalah dapat

digunakan untuk membandingkan dua jenis intervensi yang tidak saling berhubungan

dengan hasil berbeda secara moneter tetapi metode jenis ini memiliki kelemahan yaitu

sukar untuk menerjemahkan dan mengukur setiap biaya dalam nilai moneter sehigga

variabel yang sukar untuk diukur dianggap sebagai manfaat yang tak berwujud

(Tjandarawinata, 2016; Bootman et al., 2005).

2.3.4 Analisis Utilitas Biaya

Analisis utilitas biaya (Cost-Utility Analysis/CUA) merupakan teknik analisis

ekonomi yang digunakan untuk menilai utilitas atau kepuasan atas kualitas hidup yang

diperoleh dari intervensi kesehatan. Analisis ini diekspresikan dalam QALY (Quality

Adjusted Life Years) dimana kegunaan diukur dalam bentuk tahun dalam keadaan

sehat, bebas dari kecacatan, dan mampu dinikmati (Kemenkes RI, 2013). Analisis

utilitas biaya dapat menyediakan kerangka umum dalam melakukan evaluasi ekonomi

dan memiliki kualitas yang bersifat universal sehingga sebagian besar pembuat

kebijakan dan lembaga terkait menggunakan metode ini. Peran analisis ini terdapat

dalam berbagai bidang, seperti pengembangan obat, pengembalian, dan pemasaran

(Bootman et al., 2005).

Hasil yang didapat dari analisis ini disesuaikan dengan nilai utilitas yang

mempresentasikan preferensi pada suatu kondisi kesehatan tertentu. Nilai utilitas

yang didapat berkisar 0 hingga 1 QALY. Nilai 0 menandakan kondisi kematian

sedangkan nilai 1 menandakan kesehatan yang diharapkan. Apabila nilai kurang dari

Page 26: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

22

1 QALY menandakan kualitas hidup yang terganggu akibat kondisi kesehatan yang

kurang baik atau penanganan yang kurang tepat. QALY (Tjandarawinata, 2016).

2.4 Biaya Kesehatan

Biaya yeng berhubungan dengan perawatan kesehatan terdiri dari (Kemenkes RI,

2013) :

a. Biaya langsung merupakan biaya yang langsung dibayarkan oleh pasien atau

keluarga pasien terkait pada perawatan kesehatan. Biaya langsung terdiri dari

biaya obat atau perbekalan kesehatan, biaya konsultasi dokter, biaya jasa

paramedis, biaya penggunaan fasilitas rumah sakit, biaya informal dan biaya

kesehatan lain. Selain itu biaya langsung juga termasuk biaya ambulan.

b. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang berhubungan dengan

produktivitas yang hilang akibat penyakit yang diderita pasien. Biaya tidak

langsung terdiri dari biaya transportasi, biaya produktivitas yang hilang, dan

biaya pendamping (orang yang menemani pasien, misalnya keluarga pasien).

c. Biaya intangible atau biaya yang tidak teraba merupakan biaya yang sulit

diukur dalam bentuk uang. Biaya jenis ini dilihat dari kualitas hidup pasien,

seperti rasa sakit atau rasa cemas yang dialami pasien atau keluarga pasien.

d. Biaya terhindarkan merupakan biaya yang dapat dihindarkan karena intervensi

kesehatan tertentu.

Page 27: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

23

2.5 Peran farmakoekonomi

Farmakoekonomi merupakan deskripsi dan analisis biaya yang digunakan

dalam terapi pengobatan. Riset farmakoekonomi berkaitan dengan identifikasi,

pengukuran , perbandingan biaya, dan manfaat intervensi yang diberikan, baik produk

maupun jasa dalam terapi. Analisis farmakoekonomi mencakup pengukuran moneter

atau klinis dan faktor yang membuka biaya alternatif dari sudut pandang pasien.

Faktor – faktor tersebut dapat berupa nyawa yang berhasil diselamatkan, pencegahan

penyakit, operasi yang berhasil dicegah, dan kualitas hidup pasien setelah

mendapatkan terapi. Adanya farmakoekonomi dapat memberikan manfaat pada

pengambil keputusan untuk menentukan intervensi yang tepat sesuai kondisi pasien.

pemilihan tersebut didasarkan pada kerasionalan dalam pemilihan pengobatan dan

alokasi sumber daya sistem. Pengambil keputusan yang berkaitan dengan

farmakoekonomi dapat berasal dari berbagai kalangan, yaitu dokter, apoteker,

anggota komite formlarium, dan administrator perusahaan ( Tjandarawinata, 2016).

Page 28: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

24

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bakteri Streptococcus pneumonia

Pneumonia

Beta Laktam Fluoroquinolon

Levofloksasin Sefalosporin

Penisilin

Seftriakson sefotaksim

Efektivitas :

a. Lama rawat inap

b. Laju pernapasan

Biaya medis langsung

a. biaya antibiotik

b. biaya perawatan (rawat

inap, laboratorium, tenaga

medis, administrasi,

penunjang lain)

Analisis Minimalisasi Biaya Keterangan :

: variabel tidak diteliti

: variabel diteliti

: variabel utama diteliti

: kaitan yang diteliti

Page 29: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

25

Pneumonia merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Streptococcus

pneumonia. Terapi farmakologi yang diberikan adalah terapi antibiotik, yaitu

levofloksasin dari golongan fluoroquinolon dan seftriakson dari golongan beta laktam.

Biaya yang diukur pada penelitian ini adalah biaya langsung yang dikeluarkan untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, yaitu biaya antibiotik dan biaya perawatan. Biaya

perawatan meliputi biaya instalasi rawat inap, biaya administrasi, biaya laboratorium,

tenaga medis, dan biaya penunjang lain. Efektivitas terapi yang dilihat meliputi lama

rawat inap dan lama laju pernapasan kembali normal. Hasil yang didapat dari

penelitian ini adalah efisiensi biaya dari antibiotik empiris seftriakson atau

levofloksasin yang memiliki efektivitas yang ekuivalen.

3.2 Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan efisiensi biaya penggunaan antibiotik seftriakson atau

levofloksasin pada pasien pneumonia dengan status pembayaran umum atau JKN di

Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dengan menggunakan analisis minimalisasi

biaya.

Page 30: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

26

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

menggunakan data sekunder berupa data rekam medis dan catatan keuangan biaya

pengobatan serta perawatan pasien. Penelitian dilakukan secara retrospektif dengan

mengumpulkan data pasien pneumonia yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit

Umum Karsa Husada Batu pada periode Mei 2016 – Mei 2017. Penelitian ini

membandingkan efisiensi biaya pengobatan antibiotik seftriakson dan levofloksasin

pada pasien pneumonia.

4.2 Populasi dan Sampel/ Subjek Penelitian

Berikut penjelasan mengenai populasi dan sampel pada penelitian ini :

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah pasien infeksi pneumonia yang

mendapatkan terapi seftriakson atau levofloksasin di Rumah Sakit Umum Karsa

Husada Batu pada periode Mei 2016 – Mei 2017.

Page 31: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

27

4.2.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien infeksi pneumonia yang

diberikan antibiotik seftriakson atau levofloksasin yang telah memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive

sampling. Pada teknik ini, sampel dipilih dari populasi yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga dapat mewakili

karakteristik populasi.

4.2.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Adapun kriteria yang ditentukan peneliti sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi , yaitu :

a. pasien dewasa usia diatas 18 tahun.

b. Pasien pneumonia merupakan pasien yang didiagnosis pneumonia pada

diagnosis primer dan tidak memiliki infeksi lain.

c. pasien diberikan terapi antibiotik seftriakson atau levofloksasin sejak awal

masuk rumah sakit hingga keluar rumah sakit.

d. Pasien pneumonia yang dinyatakan sembuh atau membaik oleh dokter.

e. Pasien dengan data medis lengkap, yaitu berisikan data data laju

pernapasan.

2. Kriteria eksklusi, yaitu :

a. Pasien pneumonia yang meninggal.

b. Pasien pneumonia rujukan rumah sakit lain.

Page 32: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

28

c. Identitas pasien yang tidak lengkap, hilang, atau tidak terbaca.

4.2.4 Perhitungan Besar Sampel

Persamaan yang digunakan untuk menghitung besar sampel penelitian pada

populasi yang tidak diketahui sebagai berikut :

n=Zα2pq

d2

Keterangan :

n : besar sampel minimum

Zα : interval kepercayaan 95%, yaitu 1,96

p :proporsi kelompok kasus atau populasi. Presentasi penyakit pneumonia

sebesar 36,6% (Nugroho, 2011).

q : proporsi kelompok kontrol = 1-p

d : derajat penyimpangan terhadap populasi diengan nilai yang ditetapkan 0,1

Besar sampel pada penlitian ini didapatkan sebagai berikut :

𝑛 =1,962 × 0,366 × 0,634

0,12

𝑛 =0,891

0,01

𝑛 = 89,1 sampel

𝑛 = 89 sampel

Page 33: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

29

4.3 Variabel Penelitian

Berikut penjelasan mengenai variabel tergantung dan variabel bebas pada

penelitian ini :

4.3.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas. Pada penelitian ini digunakan variabel tergantung berupa efisiensi biaya

pengobatan pasien pneumonia.

4.3.2 Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel tergantung.

Pada penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah biaya medis langsung,

seperti biaya rawat inap, biaya laboratorium, biaya obat, biaya tindakan medis, lama

rawat inap, dan laju pernapasan.

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu pada

bagian rekam medis dan keuangan guna mengumpulkan data terkait dengan data

retrospektif pasien pneumonia dan biaya yang dibayarkan oleh pasien ataupun

keluarga pasien. Penelitian ini akan mengambil data pasien pneumonia pada bulan

Mei 2016 hingga Mei 2017.

Page 34: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

30

4.5 Bahan dan Alat/ Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar pengumpul data untuk

mengumpulkan dan mencatat data rekam medis pasien di Rumah Sakit Umum Karsa

Husada Batu pada Mei 2016 hingga Mei 2017.

4.6 Definisi Istilah/ Operasional

Definisi operasional merupakan pemberian definisi pada suatu variabel yang

diteliti berdasarkan konsep teori tetapi juga bersifat operasional supaya peneliti dapat

mengumpulkan data atau informasi yang dibutuhkan dengan tepat sehingga dapat

diuji baik oleh peneliti maupun orang lain. Adapun batasan operasional sebagai

berikut :

a. Pneumonia adalah penyakit pada saluran pernapasan akibat infeksi bakteri

dengan manifestasi klinis berupa sesak napas yang dilihat dari peningkatan

laju pernapasan.

b. Pasien pneumonia merupakan pasien berusia diatas 18 tahun yang telah

didiagnosa pneumonia sebagai diagnosa primer dan telah menjalani rawat

inap di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu pada bulan Mei 2016 hingga

Mei 2017.

c. Pasien dinyatakan membaik atau sembuh dari pneumonia apabila laju

pernapasan kembali dalam rentang normal dan pernyataan sembuh atau

membaik diberikan oleh dokter Rumah Sakit Karsa Husada Batu kepada

pasien dan selanjutnya pasien diperbolehkan pulang.

Page 35: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

31

d. Pasien menerima pengobatan antibiotik empiris seftriakson atau levofloksasin

dari awal pemakaian antibiotik setelah terdiagnosa pneumonia dan belum

menggunakan antibiotik lain.

e. Analisis minimalisasi biaya adalah metode analisa farmakoekonomi dengan

cara membandingkan dua intervensi atau pengobatan yang setara sehingga

diketahui biaya yang lebih rendah dari dua jenis intervensi yang dibandingkan.

f. Lama rawat inap pasien pneumonia merupakan jumlah hari dari pasien mulai

masuk rumah sakit hingga dinyatakan membaik oleh dokter yang

bersangkutan sehingga pasien telah diperboleh pulang.

g. Laju pernapasan kembali normal merupakan jumlah hari yang diperlukan

untuk mengetahui laju pernapasan kembali dalam rentang normal, yaitu 16-20

kali per menit setelah mendapatkan terapi antibiotik seftriakson atau

levofloksasin.

h. Terapi antibiotik yang diberikan kepada pasien pneumonia merupakan

monoterapi seftriakson atau levofloksasin.

i. Biaya pengobatan pasien pneumonia ialah jumlah biaya langsung yang

dikeluarkan oleh pasien atau keluarga pasien secara mandiri ataupun asuransi

kesehatan yang terdiri dari biaya instalasi rawat inap, biaya admnistrasi, biaya

tenaga kesehatan, biaya laboratorium, dan biaya penunjang lain yang

dikeluarkan selama pengobatan berlangsung.

4.7 Prosedur Penelitian / Pengumpulan Data

Berikut tahapan penelitian dan pengumpulan data pada penelitian ini :

Page 36: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

32

4.7.1 Persiapan

Penelitian analisa farmakoekonomi ini dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan dari pihak terkait yang meliputi etik dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya dan perizinan dari rumah sakit yang dituju.

4.7.2 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti mengunjungi Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu

2. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta meminta izin kepada

pihak Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu untuk diadakannya penelitian

farmakoekonomi pada pasien pneumonia yang menggunakan antibiotik

kombinasi seftriakson atau levofloksasin.

3. Apabila pihak rumah sakit bersedia maka peneliti akan melakukan

pengumpulan data rekam medis dan biaya pengobatan untuk setiap pasien

pneumonia yang menggunakan terapi seftriakson atau levofloksasin pada

bulan Mei 2016 hingga Mei 2017.

4. Peneliti menganalisa data setelah semua data yang diperlukan terkumpul

dengan menggunakan analisis statistika dan analisis minimalisasi biaya.

4.7.3 Data Penelitian

Pengumpulan data yang dicatat pada penelitian ini terdiri dari :

Page 37: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

33

1. Identitas pasien meliputi nama pasien, jenis kelamin, usia, dan nomor rekam

medis.

2. Data klinis meliputi data subjektif dan objektif, yaitu suhu tubuh, jumlah sel

darah putih, laju pernapasan, denyut nadi, lama rawat inap, dan diagnosis

yang menyatakan pasien pneumonia.

3. Data penggunaan antibiotik seftriakson atau levofloksasin selama rawat inap

di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu yang meliputi dosis antibiotik,

interval pemberian, cara pemberian, dan lama pemberian.

4. Data terkait biaya selama dirumah sakit meliputi biaya antibiotik seftriakson

atau levofloksasin, biaya rawat inap, biaya tindakan medis, biaya laboratorium,

dan biaya tambahan terkait pengobatan selama pasien dirawat, seperti biaya

untuk mengatasi efek samping penggunaan antibiotik empiris kombinasi

seftriakson atau levofloksasin dan obat untuk terapi komplikasi.

4.8 Analisis Data / Pengolahan Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

analisis minimalisasi biaya. Metode ini merupakan metode analisis farmakoekonomi

yang membandingkan efisiensi biaya antibiotik pasien pneumonia yang menggunakan

antibiotik seftriakson atau levofloksasin. Analisis dihitung menggunakan program

SPSS dan diolah berdasarkan uji statistik. Pengolahan data yang dilakukan sebagai

berikut :

Page 38: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

34

1. Analisis kesetaraan konsekuensi (Uji Homogenitas)

Uji kesetaraan konsekuensi dilakukan untuk mengetahui kesamaan dari varian

sampel. Uji homogenitas yang digunakan disebut Levene’s Test Equality of Variances

dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:

a. jika sig. (p) > 0,05 maka varian dari dua atau lebih kelompok populasi data

dikatakan sama.

b. jika sig. (p) < 0,05 maka varian dari dua atau lebih kelompok populasi data

dikatakan tidak sama.

2. Analisis efisiensi biaya dilakukan dengan membandingkan rata-rata biaya

terapi dan perawatan pada pasien pneumonia yang menggunakan antibotik

seftriakson atau levofloksasin. Pengolahan data juga meliputi perhitungan

presentase jenis kelamin pasien dan perhitungan presentase pasien yang

memperoleh antibiotik empiris seftriakson atau levofloksasin.

Page 39: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

35

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

Data penelitian diperoleh secara retrospektif di Rumah Sakit Umum karsa Husada

Batu. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

pada periode Mei 2016 hingga Mei 2017. Sampel yang diambil adalah pasien pneumonia

yang mendapatkan terapi seftriakson atau levofloksasin yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 49 sampel.

Pasien pneumonia di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu berusia diatas

delapan belas tahun. Berdasarkan sampel yang diperoleh didapatkan data berupa terapi

antibiotik yang digunakan pasien, jenis kelamin, lama rawat inap pasien di rumah sakit,

biaya rawat inap, biaya antibiotik, status pembayaran, biaya tenaga medis, dan biaya

penunjang lain.

5.1 karakteristik pasien

Karakteristik pasien pneumonia diamati melalui jenis kelamin dan status

pembayaran sebagai berikut :

5.1.1 Jenis Kelamin

Pasien pneumonia yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi didata

sehingga didapatkan perbedaan antara jumlah pasien laki-laki dan perempuan. Berikut

Page 40: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

36

tabel dan diagram yang menunjukkan perbedaan jumlah kedua kelompok pasien

berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.1 Jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%)

Laki-laki 35 71,43

Perempuan 14 28,57

Total 49 100

Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa jumlah pasien pneumonia

laki-laki yang menerima antibiotik sefotaksim dan levofloksasin lebih banyak daripada

pasien perempuan, yaitu 35 pasien laki-laki atau setara dengan 71,43% sedangkan

jumlah pasien perempuan sebanyak 14 pasien atau setara dengan 28,57%.

5.1.2 Status Pembayaran

Pasien pneumonia di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu terdiri dari dua

jenis status pembayaran, yaitu umum (biaya pribadi) dan asuransi Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN). Tabel 5.2 dan diagram 5.2 berikut menunjukkan perbedaan jumlah

pasien pneumonia yang mendapatkan terapi antibiotik seftriakson atau levofloksasin

berdasarkan perbedaan status pembayaran.

Tabel 5.2 Status Pembayaran Pasien Pneumonia

Status Pembayaran Jumlah Pasien Presentase (%)

Umum 26 53,06

JKN 23 46,94

Total 49 100

Page 41: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

37

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa pasien pneumonia yang mendapatkan

terapi antibiotik seftriakson atau levofloksasin di Rumah Sakit Karsa Husada Batu lebih

banyak dengan status pembayaran umum atau biaya sendiri dibandingkan dengan

menggunakan asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jumlah pasien yang

membayar dengan menggunakan biaya pribadi (umum) sebanyak 26 pasien atau setara

dengan 53,06% sedangkan pasien yang membayar dengan asuransi Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak 23 pasien atau setara dengan 46,94%.

5.2 Karakteristik Pengobatan Antibiotik

Berikut penjelasan mengenai karakteristik pengobatan antibiotik yang dilihat dari

terapi antibiotik dan dosis :

5.2.1 Terapi Antibiotik dan Dosis

Terapi antibiotik yang didapatkan pasien pneumonia di Rumah Sakit Umum Karsa

Husada Batu, yaitu seftriakson dan levofloksasin. Harga antibiotik yang didapatkan

pasien sama, baik pasien umum ataupun JKN. Berikut data yang menunjukkan

hubungan terapi antibiotik dan Jumlah Pasien pada pasien pneumonia pada tabel 5.3

dan gambar 5.3 serta hubungan antara terapi antibiotik dan dosis berdasarkan status

pembayaran pada tabel 5.4 dan gambar 5.4

Page 42: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

38

Tabel 5.3 Data Penggunaan Antibiotik pada Pasien Pneumonia

Terapi Antibiotik Dosis Antibiotik

(mg)

Jumlah Pasien Presentase (%)

Seftriakson 2 × 1000 31 63,27

Levofloksasin 1 × 500 18 36,73

Total 49 100

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah didapatkan diketahui bahwa pasien

pneumonia di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu lebih banyak mendapatkan

seftriakson sebagai terapi antibiotik daripada yang mendapatkan terapi levofloksasin.

Jumlah pasien yang mendapatkan terapi seftriakson sebanyak 31 pasien dengan

presentase sebesar 63,27% sedangkan jumlah pasien yang mendapatkan terapi

levofloksasin sebanyak 18 pasien atau setara dengan 36,73%. Jumlah masing-masing

kategori merupakan campuran jumlah pasien dengan status pembayaran umum dan

JKN.

Tabel 5.4 Data Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Status Pembayaran

Terapi

Antibiotik

Status

Pembayaran

Dosis

Antibiotik

(mg)

Jumlah

Pasien

Persentase

(%)

Seftriakson Umum 2 × 1000 14 28,57

JKN 2 × 1000 17 34,69

Levofloksasin Umum 1 × 500 12 24,49

JKN 1 × 500 6 12,25

Total 49 100

Penggunaan terapi antibiotik pasien pneumonia juga dibagi berdasarkan status

pembayaran yang perbandingannya dapat dilihat pada tabel 5.4 dan gambar 5.4 diatas.

Page 43: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

39

Pasien pneumonia yang mendapatkan terapi antibiotik seftriakson dengan pembayaran

secara umum (biaya pribadi) sebanyak 14 pasien dengan presentase 28,57% sedangkan

pembayaran yang menggunakan asuransi kesehatan sebanyak 17 pasien atau setara

dengan 34,69%. Pada pasien yang mendapatkan terapi levofloksasin, jumlah pasien

dengan status pembayaran umum sebanyak 12 pasien dengan presentase 12,25%

sedangkan jumlah pasien dengan status pembayaran asuransi kesehatan JKN sebanyak

6 pasien atau setara dengan 12,25%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa

pasien dengan status pembayaran umum maupun JKN lebih banyak mendapatkan

seftriakson sebagai terapi antibiotik pada pasien pneumonia.

5.3 Konsekuensi Pengobatan

Konsekuensi pengobatan pada penelitian diamati melalui lama rawat inap dan

lama laju pernapasan kembali normal sebagai berikut :

5.3.1 Lama Rawat Inap

Konsekuensi pengobatan pasien pneumonia yang mendapatkan terapi antibiotik

seftriakson atau levofloksasin pada penelitian ini menggunakan data lama rawat inap.

Tabel 5.5, gambar 5.1 dan gambar 5.2 di bawah ini menunjukkan lama rawat inap

sebagai konsekuensi pengobatan.

Page 44: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

40

Tabel 5.5 Lama Rawat Inap Pasien Pneumonia

Terapi

Antibiotik

Status

Pembayaran

Lama Rawat

Inap (hari)

Jumlah

Pasien

Presentase

(%)

Seftriakson

Umum

3 3 9,7

4 6 19,4

5 1 3.2

6 1 3.2

7 1 3.2

8 1 3.2

10 1 3.2

Total 69 14 45.1

Rata-rata 4,9

JKN

2 1 3.2

3 2 6,5

4 4 12,9

5 4 12,9

6 3 9,7

7 3 9,7

Total 83 17 54,9

Rata-rata 4,88

Total 152 31 100

Rata-rata 4,9

Levofloksasin

Umum

3 5 27,8

4 3 16,7

5 2 11,1

6 2 11,1

Total 49 12 66,7

Rata-rata 4,08

JKN

3 2 11,1

5 2 11,1

8 2 11,1

Total 32 6 33,3

Rata-rata 5,33

Total 34 18 100

Rata-rata 4,5

Page 45: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

41

Gambar 5.1 Lama Rawat Inap Pasien Pneumonia yang Menggunakan Seftriakson

Gambar 5.2 Lama Rawat Inap Pasien Pneumonia yang Menggunakan

Levofloksasin

3,2%6,5%

12,9% 12,9%9,7% 9,7%9,7%

19,4%

3,2% 3,2% 3,2% 3,2% 3,2%

0

2

4

6

8

2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 10 hari

Jum

lah

Pas

ien

Lama Rawat Inap

Antibiotik Seftriakson

JKN Umum

11,1% 11,1% 11,1%

27,8%

16,7%

11,1% 11,1%

0

1

2

3

4

5

6

3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 8 hari

Jum

lah

Pas

ien

Lama Rawat Inap

Antibiotik Levofloksasin

JKN Umum

Page 46: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

42

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa rentang lama rawat inap pasien yang

menerima terapi antibiotik seftriakson atau levofloksasin berbeda. Pasien yang

menerima antibiotik seftriakson memiliki rentang lama rawat inap lebih besar daripada

pasien yang menerima levofloksasin, yaitu 2 – 10 hari sedangkan pada pasien yang

menerima levofloksasin selama 3 – 8 hari.

Lama rawat inap pasien pneumonia dengan status pembayaran JKN yang

menerima seftriakson lebih banyak selama 4 dan 5 hari, yaitu sebanyak 4 pasien pada

masing-masing kategori dengan persentase sebesar 12,9% sedangkan lama rawat inap

pasien pneumonia dengan status pembayaran umum yang lebih banyak selama 4 hari

dengan jumlah pasien sebesar 6 pasien atau setara dengan 19,4%. Pasien pneumonia

yang menerima antibiotik levofloksasin dengan status pembayaran JKN memiliki lama

rawat inap terlama selama 8 hari sedangkan pasien dengan status pembayaran umum

memiliki lama rawat inap terlama selama 6 hari dengan jumlah pasien sebanyak 6 pasien

atau setara dengan 11,1% dan lama rawat inap terbanyak selama 3 hari dengan jumlah

pasien sebanyak 5 pasien dengan presentase 27,8%.

Rata-rata lama rawat inap pasien pneumonia yang menerima antibiotik

seftriakson lebih besar daripada pasien yang menerima antibiotik levofloksasin, yaitu 4,9

hari sedangkan pasien yang menerima antibiotik levofloksasin sebesar 4,5 hari. Rata-

rata tersebut merupakan nilai rata-rata kombinasi status pembayaran JKN dan umum.

Page 47: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

43

5.3.2 Lama Laju Pernapasan Kembali Normal

Laju pernapasan merupakan indikator terjadinya sesak napas pada pasien

pneumonia sehingga dapat digunakan sebagai konsekuensi pengobatan. Data laju

pernapasan pasien pneumonia yang menggunakan terapi antibiotik seftriakson atau

levofloksasin dapat dilihat pada tabel 5.6, gambar 5.3, dan gambar 5.4 yang

menunjukkan lama laju pernapasan kembali normal.

Tabel 5.6 Lama Laju Pernapasan Kembali Normal Pada Pasien Pneumonia

Terapi

Antibiotik

Status

Pembayaran

Lama RR

kembali

normal (hari)

Jumlah

Pasien

Presentase

(%)

Seftriakson

Umum

Umum

1 7 22,6

2 3 9,7

3 1 3,2

5 1 3.2

6 1 3.2

8 1 3.2

Total 37 14 45,1

Rata-rata 2,5

JKN

1 7 22,6

2 3 9,7

3 1 3,2

4 3 9,7

5 3 9,7

Total 43 17 54,9

Rata-rata 2,53

Total 83 31 100

Rata-rata 2,67

Levofloksasin Umum

1 2 11,11

2 8 44,44

3 1 5,56

6 1 5,56

Total 27 12 66,67

Page 48: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

44

Terapi

Antibiotik

Status

Pembayaran

Lama RR

kembali

normal (hari)

Jumlah

Pasien

Presentase

(%)

Rata-rata 2,25

JKN

2 3 16,66

3 1 5,56

6 1 5,56

7 1 5,56

Total 22 6 33,34

Rata-rata 3,67

Total 49 18 100.01

Rata-rata 2,72

Gambar 5.3 Lama Laju Pernapasan Kembali Normal Pada Pasien Pneumonia

yang Menggunakan Antibiotik Seftriakson

22,6%

9,7%

3,2% 3,2% 3,2% 3,2%

22,6%

9,7%

3,2%

9,7% 9,7%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 8 hari

Jum

lah

Pas

ien

Lama Laju Pernapasan Kembali Normal

Antribiotik Seftriakson

umum jkn

Page 49: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

45

Gambar 5.4 Lama Laju Pernapasan Kembali Normal Pada Pasien Pneumonia

yang Menggunakan Antibiotik Levofloksasin

Berdasarkan data penelitian diatas diketahui bahwa lama laju pernapasan

kembali normal pada pasien yang menerima terapi antibiotik seftriakson atau

levofloksasin berbeda. Pasien yang menerima antibiotik seftriakson memiliki rentang

lama laju pernapasan kembali normal sebesar 1-8 hari dan pasien yang menerima

levofloksasin memiliki rentang sebesar 1-7 hari.

Lama lama laju pernapasan kembali normal pada pasien pneumonia dengan

status pembayaran umum yang menerima seftriakson terlama selama 8 hari dengan

jumlah pasien sebanyak 1 pasien atau setara dengan 3,2% sedangkan lama laju

pernapasan kembali normal dengan status pembayaran JKN terlama selama 5 hari, yaitu

sebanyak 3 pasien persentase sebesar 9,7%. Pasien pneumonia yang menerima

11,11%

44,44%

55,56% 55,56%

16,66%

55,56% 55,56% 55,56%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

1 hari 2 hari 3 hari 6 hari 7 hari

Jum

lah

Pas

ien

Lama Laju Pernapasan Kembali Normal

Antibiotik Levofloksasin

umum JKN

Page 50: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

46

antibiotik levofloksasin dengan status pembayaran JKN memiliki lama laju pernapasan

kembali normal lebih lama selama 6 hari sebanyak 1 pasien dengan persentase 5,56%

sedankan pasien dengan status pembayaran umum memiliki lama laju pernapasan

kembali normal lebih lama selama 7 hari dengan jumlah pasien sebanyak 1 pasien atau

setara dengan 5,56%.

Rata-rata lama laju pernapasan kembali normal pasien pneumonia yang

menerima antibiotik levofloksasin lebih besar daripada pasien yang menerima antibiotik

seftriakson, yaitu 2,72 hari sedangkan pasien yang menerima antibiotik levofloksasin

sebesar 2,67 hari. Rata-rata tersebut merupakan nilai rata-rata kombinasi status

pembayaran JKN dan umum.

5.3.3 Analisis Konsekuensi Penggunaan Antibiotik

Konsekuensi penggunaan antibiotik seftriakson dan levofloksasin diukur dari

lama rawat inap dan lama laju pernapasan kembali normal. Dua parameter pengukuran

konsekuensi tersebut diasumsikan memiliki homogenitas atau kesetaraan. Berikut tabel

5.8 yang menunjukkan hasil uji homogenitas pada lama rawat inap dan lama laju

pernapasan kembali normal pada pasien pneumonia.

Page 51: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

47

Tabel 5.7 Hasil Uji Homogenitas Penggunaan Antibiotik Seftriakson dan

Levofloksasi pada Pasien Pneumonia

No Data Sig. (p) Kesimpulan

1. Lama Rawat Inap 0,519 Data Homogen

2.

Lama Laju

Pernapasan

Kembali Normal

0,099 Data Homogen

Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan didapatkan hasil berupa nilai

signifikasi p. Pada data lama rawat inap nilai yang didapat sebesar 0,519 dan pada data

lama laju pernapasan kembali normal nilai p yang didapat sebesar 0,099. Berdasarkan

dari kedua nilai p tersebut maka data dapat dikatakan homogen karena nilai p > 0,05.

Hal ini menunjukkan bahwa outcome pasien setelah diberikan terapi antibiotik setara.

5.3.4 Perhitungan Analisis Minimalisasi Biaya

Biaya pengobatan pasien pneumonia pada penelitian ini diukur melalui biaya

langsung yang dikeluarkan. Biaya langsung tersebut meliputi biaya obat, biaya rawat

inap, biaya administrasi, biaya tenaga medis, biaya laboratorium, dan biaya penunjang

lain.

Page 52: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

48

Tabel 5.8 Perhitungan Analisis Minimalisasi Biaya Pasien Pneumonia dengan Status Pembayaran Umum

Terapi

Antibiotik No. RM

Biaya

Antibiotik

Biaya IRNA +

Administrasi

Rp 10.000,00

Biaya

Laboratorium

Biaya Tenaga

Medis

Biaya

Penunjang

Lain

Total Biaya

Seftriakson

997 xxx Rp 149,172.00 Rp 2,565,000.00 Rp 165,000.00 Rp1,120,000.00 Rp628,857.14 Rp4,628,029.14

616 xxx Rp 49,724.00 Rp 730,958.33 Rp 277,166.67 Rp 348,333.33 Rp628,857.14 Rp2,035,039.48

108 xxx Rp 49,724.00 Rp 974,611.11 Rp 277,166.67 Rp 464,444.44 Rp628,857.14 Rp2,394,803.37

100 xxx Rp 49,724.00 Rp 542,500.00 Rp 143,000.00 Rp 255,000.00 Rp628,857.14 Rp1,619,081.14

950 xxx Rp 99,448.00 Rp 1,316,500.00 Rp 383,000.00 Rp 420,000.00 Rp628,857.14 Rp2,847,805.14

657 xxx Rp 124,310.00 Rp 1,705,569.44 Rp 277,166.67 Rp 812,777.78 Rp628,857.14 Rp3,548,681.03

104 xxx Rp 174,034.00 Rp 2,074,000.00 Rp 253,000.00 Rp 960,000.00 Rp450,000.00 Rp3,911,034.00

537 xxx Rp 99,448.00 Rp 1,218,263.89 Rp 277,166.67 Rp 580,555.56 Rp628,857.14 Rp2,804,291.25

109 xxx Rp 74,586.00 Rp 974,611.11 Rp 277,167.67 Rp 464,444.44 Rp628,857.14 Rp2,419,666.37

953 xxx Rp 99,448.00 Rp 1,282,500.00 Rp 165,000.00 Rp 560,000.00 Rp628,857.14 Rp2,735,805.14

101 xxx Rp 74,586.00 Rp 663,000.00 Rp 305,500.00 Rp 475,000.00 Rp628,857.14 Rp2,146,943.14

759 xxx Rp 74,586.00 Rp 1,282,500.00 Rp 165,000.00 Rp 560,000.00 Rp628,857.14 Rp2,710,943.14

109 xxx Rp 124,310.00 Rp 1,308,000.00 Rp 137,500.00 Rp 580,000.00 Rp628,857.14 Rp2,778,667.14

109 xxx Rp 49,724.00 Rp 1,282,500.00 Rp165,000.00 Rp560,000.00 Rp628,857.14 Rp2,686,081.14

Jumlah Rp1,292,824.00 Rp17,920,513.89 Rp3,267,834.35 Rp8,160,555.56 Rp8,625,142.82 Rp39,266,870.61

Rata-rata Rp92,344.57 Rp1,280,036.71 Rp233,416.74 Rp582,896.83 Rp616,081.63 Rp2,804,776.47

Levofloksasin

108 xxx Rp80,346.00 Rp799,000.00 Rp474,000.00 Rp440,000.00 Rp728,857.14 Rp2,522,203.14

109 xxx Rp133,910.00 Rp1,013,000.00 Rp298,000.00 Rp600,000.00 Rp628,857.14 Rp2,673,767.14

415 xxx Rp80,346.00 Rp1,342,500.00 Rp364,000.00 Rp330,000.00 Rp330,000.00 Rp2,446,846.00

106 xxx Rp53,564.00 Rp516,000.00 Rp175,000.00 Rp305,000.00 Rp628,857.14 Rp1,678,421.14

107 xxx Rp107,128.00 Rp804,123.81 Rp370,857.14 Rp376,000.00 Rp628,857.14 Rp2,286,966.09

619 xxx Rp107,128.00 Rp1,005,154.76 Rp370,857.14 Rp470,000.00 Rp628,857.14 Rp2,581,997.04

982 xxx Rp53,564.00 Rp579,500.00 Rp208,000.00 Rp320,000.00 Rp628,857.14 Rp1,789,921.14

104 xxx Rp80,346.00 Rp634,000.00 Rp497,500.00 Rp295,000.00 Rp210,000.00 Rp1,716,846.00

Page 53: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

49

Terapi

Antibiotik No. RM

Biaya

Antibiotik

Biaya IRNA +

Administrasi

Rp 10.000,00

Biaya

Laboratorium

Biaya Tenaga

Medis

Biaya

Penunjang

Lain

Total Biaya

100 xxx Rp80,346.00 Rp585,000.00 Rp478,500.00 Rp255,000.00 Rp628,857.14 Rp2,027,703.14

994 xxx Rp160,692.00 Rp1,206,185.71 Rp370,857.14 Rp564,000.00 Rp628,857.14 Rp2,930,591.99

452 xxx Rp107,128.00 Rp863,000.00 Rp445,000.00 Rp400,000.00 Rp450,000.00 Rp2,265,128.00

100 xxx Rp53,564.00 Rp780,500.00 Rp318,000.00 Rp235,000.00 Rp450,000.00 Rp1,837,064.00

Jumlah Rp1,098,062.00 Rp10,127,964.29 Rp4,370,571.42 Rp4,590,000.00 Rp6,570,857.12 Rp26,757,454.83

Rata-rata Rp91,505.17 Rp843,997.02 Rp364,214.29 Rp382,500.00 Rp547,571.43 Rp2,229,787.90

Page 54: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

50

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa pasien pneumonia yang

mendapatkan terapi antibiotik levofloksasin dengan status pembayaran umum

memiliki rata-rata total biaya yang lebih rendah daripada pasien yang menerima terapi

antibiotik seftriakson yaitu sebesar Rp Rp2,229,787.90 dengan rincian rata-rata biaya

antibiotik sebesar Rp91,505.17, rata-rata biaya IRNA + administrasi Rp 10.000,00

sebesar Rp 843.997,02, rata-rata biaya laboratorium sebesar Rp 364.214,29, rata-

rata biaya tenaga medis sebesar 382.500,00, dan rata-rata biaya penunjang lain

sebesar Rp 547.571,43. Adapun rata-rata total biaya pasien pneumonia yang

menerima antibiotik seftriakson dengan status pembayaran umum sebesar Rp

2.804.776,47 dengan rincian rata-rata biaya antibiotik sebesar Rp 92.344,57, rata-rata

biaya IRNA + Rp 10.000,00 sebesar Rp 1.280.038,71, rata-rata biaya laboratorium

sebesar Rp 233.416,74, rata-rata biaya tenaga medis sebesar Rp 582.896,83, dan

rata-rata biaya penunjang sebesar Rp 616.081,63

Page 55: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

51

Tabel 5.10 Perhitungan Analisis Minimalisasi Biaya Pasien Pneumonia dengan Status Pembayaran JKN

Terapi

Antibiotik No. RM

Biaya

Antibiotik

Biaya IRNA +

Administrasi

Rp 10.000,00

Biaya

Laboratorium

Biaya Tenaga

Medis

Biaya Penunjang

Lain Total Biaya

Seftriakson

595 xxx Rp99,482.00 Rp1,047,792.99 Rp316,571.43 Rp533,465.61 Rp628,857.14 Rp2,626,169.17

991 xxx Rp49,724.00 Rp433,500.00 Rp291,000.00 Rp210,000.00 Rp628,857.14 Rp1,613,081.14

103 xxx Rp124,310.00 Rp1,289,000.00 Rp803,500.00 Rp648,000.00 Rp990,000.00 Rp3,854,810.00

100 xxx Rp74,586.00 Rp669,500.00 Rp307,500.00 Rp325,000.00 Rp630,000.00 Rp2,006,586.00

105 xxx Rp124,310.00 Rp931,000.00 Rp724,500.00 Rp475,000.00 Rp692,857.14 Rp2,947,667.14

105 xxx Rp124,310.00 Rp1,257,351.59 Rp316,571.43 Rp640,158.73 Rp628,857.14 Rp2,967,248.89

106 xxx Rp149,172.00 Rp1,466,910.19 Rp316,571.43 Rp746,851.85 Rp628,857.14 Rp3,308,362.61

105 xxx Rp99,448.00 Rp840,000.00 Rp206,500.00 Rp280,000.00 Rp628,857.14 Rp2,054,805.14

100 xxx Rp99,448.00 Rp979,000.00 Rp230,500.00 Rp350,000.00 Rp210,000.00 Rp1,868,948.00

109 xxx Rp149,172.00 Rp963,500.00 Rp316,571.43 Rp530,000.00 Rp628,857.14 Rp2,588,100.57

106 xxx Rp99,448.00 Rp845,000.00 Rp316,571.43 Rp430,000.00 Rp628,857.14 Rp2,319,876.57

103 xxx Rp99,448.00 Rp1,328,500.00 Rp281,000.00 Rp730,000.00 Rp1,170,000.00 Rp3,608,948.00

100 xxx Rp74,586.00 Rp508,000.00 Rp138,000.00 Rp295,000.00 Rp628,857.14 Rp1,644,443.14

104 xxx Rp149,172.00 Rp1,537,000.00 Rp335,500.00 Rp610,000.00 Rp1,170,000.00 Rp3,801,672.00

103 xxx Rp99,448.00 Rp1,316,500.00 Rp258,000.00 Rp610,000.00 Rp594,000.00 Rp2,877,948.00

109 xxx Rp74,586.00 Rp1,047,792.99 Rp316,571.43 Rp533,465.61 Rp628,857.14 Rp2,601,273.17

836 xxx Rp149,172.00 Rp1,107,000.00 Rp188,000.00 Rp720,000.00 Rp590,000.00 Rp2,754,172.00

Jumlah Rp1,839,822.00 Rp17,567,347.75 Rp5,663,428.58 Rp8,666,941.80 Rp11,706,571.40 Rp45,444,111.53

Rata-rata Rp108,224.82 Rp1,033,373.40 Rp333,142.86 Rp509,820.11 Rp688,621.85 Rp2,673,183.03

Levofloksasin

786 xxx Rp133,910.00 Rp1,169,645.83 Rp233,929.17 Rp494,291.67 Rp628,857.14 Rp2,660,633.81

104 xxx Rp80,346.00 Rp603,500.00 Rp213,000.00 Rp295,000.00 Rp210,000.00 Rp1,401,846.00

413 xxx Rp80,346.00 Rp706,375.00 Rp416,000.00 Rp239,375.00 Rp628,857.14 Rp2,070,953.14

716 xxx Rp133,910.00 Rp1,177,291.67 Rp416,000.00 Rp398,958.33 Rp628,857.14 Rp2,755,017.14

Page 56: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

52

No. RM Biaya

Antibiotik

Biaya IRNA +

Administrasi

Rp 10.000,00

Biaya

Laboratorium

Biaya Tenaga

Medis

Biaya Penunjang

Lain Total Biaya

988 xxx Rp160,692.00 Rp2,158,000.00 Rp619,000.00 Rp490,000.00 Rp1,350,000.00 Rp4,777,692.00

108 xxx Rp160,692.00 Rp1,871,433.33 Rp233,929.17 Rp790,866.67 Rp628,857.14 Rp3,685,778.31

Jumlah Rp749,896.00 Rp7,686,245.83 Rp2,131,858.34 Rp2,708,491.67 Rp4,075,428.56 Rp17,351,920.40

Rata-rata Rp124,982.67 Rp1,281,040.97 Rp355,309.72 Rp451,415.28 Rp679,238.09 Rp2,891,986.73

Page 57: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

53

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa pasien pneumonia yang

menerima antibiotik seftriakson dengan status pembayaran JKN memiliki rata-rata

total biaya lebih rendah daripada pasien yang menerima antibiotik levofloksasin, yaitu

Rp 2.673.183,03 dengan rincian rata-rata biaya antibiotik sebesar Rp 108.224,82,

rata-rata biaya IRNA + administrasi Rp 10.000,00 sebesar Rp 1.033.374,40, rata-rata

biaya laboratorium sebesar Rp 333.142,86, rata-rata biaya tenaga medis sebesar Rp

509.820,11, dan rata-rata biaya penunjang lain sebesar adalah Rp 688.621,85.

Adapun rata-rata total biaya pasien pneumonia yang menerima antibiotik levofloksasin

dengan status pembayaran JKN sebesar Rp 2.891.986,73 dengan rincian rata-rata

biaya antibiotik sebesar Rp 124.982,67, rata-rata biaya IRNA + administrasi Rp

10.000,00 sebesar Rp 1.281.040,97, rata-rata biaya laboratorium sebesar Rp

355.309,72, rata-rata biaya tenaga medis sebesar Rp 451.415,28, dan rata-rata biaya

penunjang lain sebesar Rp 679.238,09

Page 58: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

54

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Pneumonia merupakan penyakit infeksi radang paru yang umumnya

disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama bakteri Streptococcus pneumoniae. Infeksi

ini menyebabkan adanya eksudasi interalveoral, yaitu keluarnya cairan secara lambat

yang mengandung leukosit dan protein. Hal ini menyebabkan pemadatan pada paru.

Manifestasi klinis pasien pneumonia berupa sakit kepala, demam, batuk berdahak,

sesak napas, dan menggigil (Lyrawati dan Leonita, 2012; Dinas Kesehatan Kota Batu,

2014 ).

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu dari

periode Mei 2016 hingga Mei 2017. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

penggunaan antibiotik seftriakson atau levofloksasin pada pasien pneumonia

berdasarkan metode analisis minimalisasi biaya. Analisis dilakukan pada pasien

dengan status pembayaran umum maupun JKN dengan mengamati lama rawat inap

dan lama laju pernapasan kembali normal sehingga dapat diketahui antibiotik yang

lebih terjangkau.

Pneumonia paling rentan terjadi pada anak-anak dengan usia kurang dari dua

tahun dan orang dewasa dengan usia lebih dari 65 tahun serta orang-orang yang

memiliki masalah kesehatan tertentu, seperti gangguan sistem imun dan malnutrisi

(Dinas Kesehatan Kota Batu, 2014). Peningkatan jumlah penderita pneumonia mulai

Page 59: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

55

terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan terus meningkat seiring bertambahnya usia.

Prevalensi penderita mengalami pengingkatan pada usia semua umur dari 2,1% pada

tahun 2007 menjadi 2,7% pada tahun 2013 (Riskesdas,2013). Pasien pneumonia

pada laki-laki lebih banyak daripada pasien perempuan dengan kelompok umur yang

sama. Pada usia 59-85 tahun pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan

bagian bawah meningkat dua kali lipat dan risiko tujuh kali lipat mengalami CAP

(Community Acquired Pneumonia) dibandingkan dengan usia 65-69 tahun. Pada

penelitian ini didapatkan data jumlah pasien laki-laki yang mengalami pneumonia

sebanyak 35 pasien atau setara dengan 71,43% dan pasien perempuan yang

mengalami pneumonia sebanyak 14 pasien dengan presentase sebesar 28,57%

sesuai dengan tabel 5.1. Jumlah pasien laki-laki yang lebih banyak daripada pasien

perempuan telah sesuai dengan literatur yang didapatkan.

Jumlah data pasien pneumonia yang mendapatkan terapi antibiotik seftriakson

atau levofloksasin selama periode Mei 2016 hingga Mei 2017 sebanyak 49 pasien.

Data tersebut terdiri dari dua jenis status pembayaran, yaitu umum dan JKN. Jumlah

pasien dengan status pembayaran umum lebih besar daripada pasien dengan status

pembayaran JKN. Namun, selisih jumlah pasien diantaranya kedua jenis pembayaran

tersebut tidak jauh berbeda. Pasien pneumonia dengan status pembayaran umum

berjumlah 26 pasien dengan presentase sebesar 53,06% dan pasien pneumonia

dengan status pembayaran JKN sebanyak 23 pasien atau setara dengan 46,94%.

Antibiotik yang diteliti pada penelitian terdiri dari dua macam, yaitu seftriakson

yang merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga dan levofloksasin

yang merupakan antibiotik golongan fluoroquinolon yang diindikasikan untuk pasien

Page 60: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

56

pneumonia. Pneumonia umumnya disebabkan oleh bakteri Streptococcus

pneumoniae yang merupakan bakteri gram positif. Seftriakson memiliki spektrum

yang cukup luas, yaitu bakteri gram positif, bakteri gram negatif, mikroorganisme

anaerobik, dan mikroorganisme aerobik (Buch, 2009). Levofloksasin juga memiliki

aktivitas melawan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif (Hauser, 2013). Pada

penelitian ini, seftriakson diberikan dengan dosis 1000 mg sebanyak dua kali dalam

sehari sedangkan levofloksasin diberikan dengan dosis 500 mg sebanyak satu kali

dalam sehari. Dosis yang diberikan kepada pasien pneumonia telah sesuai. Dosis

seftriakson berdasarkan AHFS sebanyak 1-2 gram satu kali sehari atau dapat

diminum terbagi menjadi dua kali sehari dan dosis levofloksasin yang

direkomendasikan sebesar 500 mg setiap 24 jam (AHSF, 2011). Pasien yang

menerima terapi seftriakson lebih banyak daripada pasien yang menerima terapi

levofloksasin, yaitu 31 pasien (63,27%) sedangkan pasien yang menerima

levofloksasin sebanyak 18 pasien (36,73%). Adapun rincian pasien sesuai dengan

status pembayaran, yaitu pasien pneumonia yang mendapatkan terapi antibiotik

seftriakson dengan status pembayaran umum sebanyak 14 pasien (28,57%)

sedangkan pasien dengan status pembayaran JKN sebanyak 17 pasien (34,69%).

Pasien pneumonia yang mendapatkan terapi levofloksasin dengan status

pembayaran umum sebanyak 12 pasien (24,49%) dan pasien dengan status

pembayaran JKN sebanyak 6 pasien (12,25%).

Konsekuensi pengobatan yang diamati pada penelitian ini adalah lama rawat

inap dan lama laju pernapasan kembali normal. Konsekuensi pengobatan diamati

bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan efektivitas dari terapi yang diberikan.

Page 61: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

57

Data konsekuensi pengobatan yang diamati pada analisis minimalisasi biaya diukur

homogenitas supaya dapat diketahui terapi seftriakson atau levofloksasin pada pasien

pneumonia memberikan konsekuensi yang ekuivalen atau setara. Hasil uji

homogenitas menunjukkan nilai signifikasi p sebesar 0,519 pada data lama rawat inap

dan 0,099 pada data lama laju pernapasan kembali normal. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa lama rawat inap dan lama laju pernapasan kembali normal

memiliki outcome atau konsekuensi yang setara karena nilai homogenitas dikatakan

setara apabila nilai p>0,05.

Rentang lama rawat inap pasien pneumonia yang menggunakan terapi

antibiotik seftriakson, yaitu 2-10 hari sedangkan rentang lama rawat inap pasien

levofloksasin sebesar 3-8 hari. Rata-rata lama rawat inap pasien pneumonia yang

menggunakan terapi seftriakson sebesar 4,9 hari sedangkan rata-rata lama rawat inap

pasien yang mendapatkan terapi levofloksasin sebesar 4,5 hari. Hal ini menunjukkan

bahwa pasien yang menggunakan terapi levofloksasin memiliki total rata-rata lama

rawat inap lebih rendah daripada pasien yang mendapatkan terapi seftriakson

walaupun perbedaan antara kedua kategori tersebut tidak jauh berbeda. Berdasarkan

literatur rata-rata lama rawat inap pasien pneumonia di Rumah Sakit Highland sebesar

4,47 hari dan rata-rata lama rawat inap pasien pneumonia di Amerika Serikat sebesar

5,4 hari (University of Rochester Medical Center, 2017). Rata-rata tersebut

menunjukkan bahwa lama rawat inap pasien pada penelitian ini sesuai dengan

literatur.

Konsekuensi pengobatan lainnya adalah lama laju pernapasan kembali

normal. Rentang lama laju pernapasan kembali normal pada pasien yang

Page 62: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

58

mendapatkan terapi seftriakson sebesar 1-8 hari sedangkan rentang pada pasien

pneumonia yang mendapatkan terapi levofloksasin sebesar 1-7 hari. Rata-rata total

lama laju pernapasan kembali normal sebesar 2,67 hari pada pasien yang menerima

seftriakson dan 2,72 hari pada pasien yang mendapatkan levofloksasin. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi levofloksasin memilki waktu

lama laju pernapasan kembali normal sedikit lebih lama daripada pasien yang

menerima seftriakson sebagai antibiotik. Laju pernapasan normal berkisar 12-20 kali

permenit apabila laju pernapasan dibawah 12 ataupun diatas 25 kali permenit

dianggap tidak normal (Cleveland Clinic, 2017). Pasien umumnya memiliki laju

pernapasan tidak lebih dari 25 kali permenit hingga keluar dari rumah sakit sehingga

pasien dapat dipulangkan karena kondisi klinis yang membaik dan atas pertimbangan

dokter.

Perhitungan analisis minimalisasi biaya diukur dari biaya langsung yang

dikeluarkan oleh pasien atau keluarga pasien. Total biaya langsung yang diukur terdiri

dari beberapa macam, yakni biaya antibiotik, biaya instalasi rawat inap, biaya

administrasi, biaya laboratorium, biaya tenaga medis, dan biaya penunjang lain. Data

biaya tersebut dapat diamati melalui tabel 5.8 dan tabel 5.9.

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa rata-rata total biaya perawatan yang

dibutuhkan pasien pneumonia yang menggunakan terapi seftriakson dan

levofloksasin dengan status pembayaran umum secara berturut-turut sebesar Rp

2.804.776,47 dan Rp 2.229.787,90. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pasien yang

mendapatkan terapi antibiotik levofloksasin dengan status pembayaran umum

Page 63: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

59

memilki biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan

terapi seftriakson.

Rata-rata total biaya yang dikeluarkan pasien pneumonia dengan status

pembayaran asuransi kesehatan JKN dapat diamati pada tabel 5.9. Pasien yang

mendapatkan terapi seftriakson dengan status pembayaran JKN memiliki rata-rata

total biaya sebesar Rp 2.673.183,03 sedangkan pasien yang mendapatkan terapi

levofloksasin memiliki rata-rata total biaya sebesar Rp 2.891.986,73. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa pasien yang mendapatkan terapi seftriakson memiliki biaya yang

lebih terjangkau daripada pasien yang menerima terapi levofloksasin.

Perbedaan biaya perawatan setiap pasien disebabkan oleh beberapa hal,

seperti kelas perawatan, lama perawatan dan status pembayaran yang berbeda.

Selain itu, komponen dari masing-masing kategori biaya dapat berbeda antara satu

pasien dengan pasien lainnya. Harga antibiotik di RSU Karsa Husada Batu ditetapkan

oleh instalasi farmasi rumah sakit dengan harga seftriaskon sebesar Rp 12.431,00/vial

dan levofloksasin sebesar Rp 26.782,00/vial. Pada penelitian yang dilakukan di RSU

Karsa Husada Batu ini, harga antibiotik seftriakson dan levofloksasin tidak dibedakan

untuk pasien dengan status pembayaran umum maupun JKN karena sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh pihak rumah sakit tersebut. Harga antibiotik juga tidak

dibedakan berdasarkan kelas-kelas rawat inap sehingga perbedaan biaya terletak

pada jumlah pemakaian antibiotik dan biaya langsung lainnya selama pasien

mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Komponen biaya langsung selain antibiotik pada penelitian ini terdiri dari biaya

instalasi rawat inap, biaya administrasi, biaya laboratorium, biaya tenaga medis, dan

Page 64: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

60

biaya penunjang lain. Biaya administrasi yang dibebankan pada setiap pasien sama

sebesar Rp 10.000,00. Komponen biaya tenaga medis berbeda tergantung pada

jumlah visite dokter, biaya asisten keperawatan, biaya konsultasi bersama tenaga

medis, dan biaya konsultasi gizi. Biaya penunjang lain merupakan biaya yang

dibebankan kepada pasien karena mendapatkan terapi penunjang selama perawatan

di rumah sakit, seperti pemberian oksigen yang disesuaikan dengan lama dan jumlah

pemakaian, radiologi, dan spirometri. Setiap pasien mendapatkan terapi penunjang

berbeda-beda yang mempengaruhi lama rawat inap dan lama laju pernapasan

kembali normal sebagai konsekuensi pengobatan. Lama perawatan mempengaruhi

biaya yang dikeluarkan pasien karena semakin lama pasien dirawat di rumah sakit

maka semakin tinggi biaya yang akan dibebankan kepada pasien. Hal tersebut yang

menyebabkan perbedaan komponen biaya penunjang lain dan biaya tenaga medis

dalam penelitian ini.

6.2 Implikasi Terhadap Bidang Farmasi

Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata biaya yang dikeluarkan pada

pasien pneumonia yang mendapatkan terapi levofloksasin dengan status pembayaran

umum maupun JKN lebih terjangkau daripada pasien yang mendapatkan seftriakson.

Apabila dilihat dari setiap status pembayaran, pasien yang menerima terapi

seftriakson menawarkan biaya yang lebih terjangkau dengan status pembayaran JKN

sedangkan pasien dengan status pembayaran umum penggunaan levofloksasin yang

lebih terjangkau.

Page 65: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

61

Hasil penelitian farmakoekonomi ini dapat membantu memberikan

pertimbangan kepada tenaga kesehatan dan penyedia layanan kesehatan bahwa

biaya yang dikeluarkan dapat ditekan dengan memberikan terapi yang sesuai dari

beberapa pilihan berdasarkan analisis minimalisasi biaya dengan konsekuensi yang

ekuivalen. Konsekuensi pengobatan yang diamati dapat diukur kesataraannya

sehingga pemilihan terapi lebih tepat. Pada pasien pneumonia yang mendapatkan

terapi antibiotik seftriakson dengan status pembayaran JKN lebih disarankan

sedangkan pada pasien dengan status pembayaran umum lebih disarankan

mendapatkan terapi levofloksasin. Hal tersebut didasarkan pada perbedaan rata-rata

total biaya langsung yang dikeluarkan oleh pasien selama mendapatkan perawatan di

rumah sakit.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode retrospektif sehingga

menyebabkan keterbatasan jumlah dan pengolahan data.

b. Analisis dilakukan menggunakan data obat generik dengan status

pembayaran umum dan JKN sedangkan analisis minimalisasi biaya dapat

digunakan untuk membandingkan dua atau lebih intervensi yang memiliki hasil

yang setara sehingga dapat dilakukan untuk membandingkan obat generik

dan obat paten.

Page 66: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

62

c. Sampel pada penelitian ini merupakan pasien yang didiagnosis pneumonia

pada diagnosis primer sehingga pasien pneumonia pada infeksi sekunder

tidak terdapat dalam sampel penelitian. Hal ini menyebabkan hasil penelitian

lebih mewakili pasien pneumonia pada infeksi primer.

.

Page 67: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

63

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian analisis minimalisasi biaya antibiotik empiris

seftriakson dan levofloksasin pada pasien pneumonia yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa pasien pneumonia yang mendapatkan terapi seftriakson

merupakan kelompok dengan biaya yang lebih minimal dengan status pembayaran

JKN sedangkan levofloksasin memiliki biaya yang lebih minimal dengan status

pembayaran umum.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk penelitian farmakoekonomi selanjutnya

sebagai berikut:

1. Analisis minimalisasi biaya penggunaan antibiotik seftriakson atau

levofloksasin pada pasien pneumonia dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik lain, seperti prospektif.

2. Analisis minimalisasi biaya dapat dilakukan dengan membandingkan obat

generik dan obat paten.

3. Sampel penelitian sebaiknya pasien pneumonia pada infeksi primer dan

infeksi sekunder sehingga dapat mewakili pneumonia CAP dan HAP.

Page 68: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

64

DAFTAR PUSTAKA

American Thoracic Society, What is Pneumonia?. American Thoracic Society, 2016 193 : p.1-2.

American Society of Health-System Pharmacists. 2011. AHFS Drug Information Essentials, Bethesda.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . 2013. Riset Kesehatan Dasar, Jakarta. hal. v.

Ballestas, H.C., Calvery, J.A., Cooper, K., Gamblian, V.C., Reeves, D., Seiler, K.S., et

al,2007 . Interpreting Signs and Symptomps, Lippincott Williams & Wilkins, Philadepia, p. 544

Ballestas, H.C., Calvery, J.A., Cooper, K., Gamblian, V.C., Reeves, D., Seiler, K.S., et

al, 2008 .Nurse’s Five-Minute Clinical Consult: Sign and Symptoms, Lippincott Williams & Wilkins, Philadepia, p. 295

Buch, J. G., 2009. FAQ in Pharmacology, PDU Medical College, India, p. 570-571.

Bootman, J.L., Townsend, R.J., McGhan, W., 2005. Principles of

Pharmacoeconomics, 3rd Ed., Harvey Whitney Book Company, USA, p.3,7,8,85.

Cleveland Clinic, 2017. Vital Sign, https://my.clevelandclinic.org/health/articles/vital-signs, diakses pada 28 Juli 2017

Dipiro Josep T., Talbert Robert L., Yee Gary C., Matzke Gary R., Wells Barbara G.,

and Posey L Michael., 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th Ed, Mc Graw Hills, USA, p. 1947

Dellinger, R.P., Levy, M.M., Rhodes A., Annane, D., Gerlach, H., Opal, S.M. Surviving

Sepsis Campaign: International Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock:2012, Critical Care Medicine, 2012, 41 (2): 588-589.

Page 69: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

65

Hauser, A. L., 2013. Antibiotic Basics For Clinicians, 2nd Ed., Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, p. 89.

Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman M.P., Lance L.L., 2009. Drug Information

Handbook, 17th Edition, Lexi-Comp, USA.

Lyrawati, D dan Leonita, N. L. M. 2012. Sistem Pernafasan: Assessment, Patofisiologi,

dan Terapi Gangguan Pernafasan, Malang. hal. 18.

Lofmark, S., Edlund C., Nord, C.E. Metronidazole Is Stillthe Drug of Choice for Treatment of Anaerobic Infections.Critical Care Med., 2010, 50 (suppl 1):518-522.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pneumonia Balita, Pusat Data dan Surveilans Indonesia, Jakarta, hal. 22-23.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Riskesdas 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta, hal. v, 67.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi, Bina Pelayanan Kefarmasian, Jakarta, hal. 16.

Manuaba, I.B.G., Manuaba I.A.C., Manuaba I.B.G.F., 2007. Pengatar Kuliah Obstetri, EGC. Jakarta, hal. 887.

Martindale, 2009. Martindale : The Complete Drug Reference 36th Edition, Pharmaceutical Press, London, p.237, 292

Mattila, J.T., Fine, M.J., Limper, A.H., Murray P.R., Chen, B.B., Lin, P.L., Pneumonia Treatment and Diagnosis, American Toracic Society, 2014 11 (4): p. S191.

Mandell, L.A., Wunderink, R.G., Anzueto, A., Bartlett, J.G., Campbell, G.D., Dean, N.C., et al. Infectious Diseases Society of America/American Thoracic Society

Page 70: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

66

Consensus Guidelines on the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Clinical Infection Disease, 2007, 44 (suppl 2):S44-S45.

Mayr, F.B., Yende, S., Angus, D.C.Epidemiology of Severe Sepsis.Virulence, 2014, 5 (1): 5-6.

Medline Plus Web site. Pneumonia. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article /000145.htm. diakses pada 8 Agustus 2017

Millet, E.R.C., Quint J.K., Smeeth, L., Daniel, R. M., Thomas, S.L. Community-Acquired Lower Respiratory Tract Infections and Pneumonia among older Adults in The United Kingdom: A Population-Based Study. Plos One, 2013, 8 (9) : 3 & 6.

Mizgerd JP. Acute lower respiratory tract infection. N Engl J Med 2008;358:716–727

Napitupulu, H.H. Laporan Kasus : Sepsis. Anestesia & Critiical Care, 2010, 28 (3): 50-52.

National Clinical Effectiveness Committee. 2014. Sepsis Management : National Guideline No. 6., An Roinn Slainte, Department of Health, Irlandia, p. 1, 17-18.

Nugroho, F., Utami, P.I., Yuniasi, I., Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Penyakit Pneumonia di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga, jurnal pharmacy, 2011 8 (1): 141.

Oemata, Y., Manopo J.I.C., Runtunuwu A.L.Peran Sepsis dalam Patofisiologi Sepsis dan Syok Septik pada Anak, Jurnal Biomedik, 2009, 1 (3): 167-169.

Purwanti, O. S., Abdulah R., Pradipta I.S., Rahayu C. Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan Antibiotik empiric Pasien Sepsis Sumber Infeksi Pernapasan. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 2014, 3 (1):11-15.

Page 71: ANALISIS MINIMALISASI BIAYA ANTIBIOTIK EMPIRIS …repository.ub.ac.id/4260/1/Mareoza%C2%A0Ayutri.pdf · 2020. 9. 28. · 1.4 Manfaat Penelitian Berikut manfaat akademik dan manfaat

67

Saraswati, D.D., Pudjiadi A.H., Djer, M.M., Supriyatno, B., Syarif, D.R., dan Kurniati N. Faktor Risiko yang Berperang pada Mortalitas Sepsis, Sari Pediatri, 2014, 15(5): 281-282.

Somantri, I., 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan, Salemba Medika, p. 69.

Tatro, D. S., 2003. A To Z Drug Facts: Facts and Comparison, USA

Tjandrawinata R. R. Peran Farmakoekonomi dalam Penentuan Kebijakan yang Berkaitan dengan Obat – Obatan. Medicinus, 2016, 29 (1): 49-51.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003. Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, PDPI, Jakarta, p. 12-13

University of Rochestes Medical Center, 2017. Average Length of Stay, New York, https://www.urmc.rochester.edu/highland/quality-of-care/pneumonia/pneu_ st ay .aspx, diakes pada 28 Juli 2017

World Health Organization. 2016. WHO. Pneumonia, (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/, diakses pada 16 Juli 2017)