analisis mekanik translasi seismometer: pengaruh rasio frekuensi terhadap sudut fase

13
ANALISIS MEKANIK TRANSLASI SEISMOMETER: PENGARUH RASIO FREKUENSI TERHADAP SUDUT FASE MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Dinamika Sistem 2012/2013 Oleh Frida Kurniawati (11/TK/313158/37820) Dosen Pengampu: Dr.-Ing. Sihana Program Studi Teknik Fisika Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2012

Upload: frida-vree-kurniawati

Post on 25-Nov-2015

177 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Makalah untuk memenuhi tugas kuliah Dinamika Sistem, Prodi Teknik Fisika semester 3

TRANSCRIPT

  • ANALISIS MEKANIK TRANSLASI SEISMOMETER:

    PENGARUH RASIO FREKUENSI TERHADAP SUDUT FASE

    MAKALAH

    Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester

    Mata Kuliah Dinamika Sistem 2012/2013

    Oleh

    Frida Kurniawati (11/TK/313158/37820)

    Dosen Pengampu:

    Dr.-Ing. Sihana

    Program Studi Teknik Fisika

    Jurusan Teknik Fisika

    Fakultas Teknik

    Universitas Gadjah Mada

    Yogyakarta

    2012

  • 2

    ABSTRAK

    Seismograf vertikal terdiri dari komponen-komponen utama massa, pegas (spring) ,

    dan peredam (damper) yang masing-masing fungsinya dikombinasikan membentuk

    sistem yang terpadu. Dari susunan komponen tersebut dapat dianalisis sistem mekanik

    translasinya, yang mengikuti sistem orde dua yang memiliki tiga parameter: frekuensi

    natural (n), damping ratio (), dan gain (K). Variasi yang dilakukan pada tiap

    parameter akan menimbulkan efek yang berbeda pada parameter yang lain, maupun

    getaran yang dihasilkan seismograf. Salah satu contohnya adalah variasi rasio

    frekuensi (r = / n) yang akan memberikan efek pada sudut fase yang dihasilkan

    oleh bentuk gelombang keluaran seismograf.

    Kata kunci: spring, damper, frekuensi natural, damping ratio, gain, rasio frekuensi,

    sudut fase.

  • 3

    FORMULASI PROBLEM

    Latar Belakang

    Berada pada daerah pertemuan antara dua lempeng tektonik dan sekaligus pada ring

    of fire dunia menyebabkan Indonesia rentan terhadap dua jenis gempa sekaligus,

    tektonik dan vulkanik. Salah satu upaya preventif untuk memperingatkan dan

    mengevakuasi masyarakat di daerah sekitar episentrum gempa adalah dengan

    mengetahui apabila ada getaran-getaran yang disinyalir sebagai gempa. Tidak semua

    getaran tersebut dapat dirasakan secara langsung oleh indera manusia karena

    frekuensinya terlalu kecil, misalnya. Oleh karena itu, digunakan seismometer untuk

    menangkap sinyal-sinyal getaran dari lempeng bumi dan merekamnya dalam bentuk

    pita rekaman ataupun digital.

    Alat ini telah dikembangkan mulai dari sistem yang paling sederhana, seismocope,

    yang terdiri dari bejana tembaga dengan hiasan kepala naga dan katak yang dibuat di

    Cina pada 132 AD. Perkembangan berikutnya ditandai dengan mulai digunakannya

    pendulum, hingga broadband seismometer yang menggunakan prinsip elektromagnet

    dan sistem digital yang hasilnya dapat direkam oleh software komputer. Hasil

    perekaman ini dihubungkan ke internet, sehingga para geologis dapat memantau

    hasilnya secara real-time.

    Betapa krusialnya penggunaan alat ini, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai

    sistem kerjanya. Secara umum, dinamika sistem seismometer merupakan sistem orde

    dua dengan tiga parameter, yaitu frekuensi natural (n), damping ratio (), dan gain

    (K). Apabila salah satu parameter tersebut besarnya divariasikan, maka parameter

    lainnya pun akan terpengaruh, begitu pula dengan bentuk gelombang yang dihasilkan.

    Oleh karena itu, penulis mencoba mengubah besarnya frekuensi getaran yang diukur

    (), yang berkorelasi dengan frekuensi natural seisometer, demi memperoleh skema

    efek yang ditimbulkannya terhadap sudut fase.

    Tujuan

    Tujuan pembuatan makalah ini adalah :

    1. Mampu mengkaji sistem seismometer berkaitan dengan pergerakan getaran yang

    diukur.

  • 4

    2. Mampu menganalisis dan menjelaskan secara sistematis sistem mekanik translasi

    yang terjadi pada komponen seismometer.

    3. Mampu membuat pemodelan dan simulasi menggunakan software Xcos.

    4. Meningkatkan ketajaman dalam mengkaji sistem suatu alat, mengembangkan daya

    inisiatif dan kreativitas, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan

    informasi.

    KEADAAN TERKINI

    Tinjauan Pustaka

    Menurut Peter Zweifel, (Seismic Instrumentation, hal. 1), tujuan penggunaan instrumen

    seismik adalah untuk memonitor aktivitas seismic dan untuk memfasilitasi para

    seismologis dengan informasi mengenai proses fisikadengan mengukur pergerakan

    seismic tanah dari noise alami hingga amplitudo yang besar (gempa bumi yang kuat).

    Istilah seismograf merujuk pada kombinasi

    antara

    seismometer, alat

    pengukur waktu,

    dan recorder.

    Seismograf dapat

    dibagi menjadi

    dua jenis, yaitu

    seismograf horizontal yang menggunakan pendulum dan

    seismograf vertikal yang menggunakan massa yang

    digantungkan pada pegas. Pada seismograf horizontal, defleksi (pergerakan massa)

    berlawanan arah dengan percepatan. Sedangkan pada seismograf vertikal, massa akan

    merespon percepatan vertikal (Seismometer Theory, hal. 1-2).

    Berkaitan dengan parameter frekuensi, menurut tulisan Havskov dan Aguacil (2002:15-

    16), seismometer dirancang mampu bekerja pada range nilai frekuensi 10-5

    1000 Hz.

    Range ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu: (1) frekuensi tinggi, yang menyebabkan fungsi

  • 5

    respon dari seismometer akan flat; (2) frekuensi rendah, menyebabkan gerakan relatif dan

    phase shift yang kecil; (3) frekuensi resonansi, yang menyebabkan massa bergerkan

    dengan amplitudo besar, dan mestinya terjadi phase shift () sebesar -/2.

    Secara lebih jelas, Jagadeesha (Mechanical Vibrations: Workbook Cum Lecture Notes,hal.

    52) menyebutkan bahwa sudut fase akan bervariasi menjadi empat, yaitu 0 (/ n = 0);

    0o

  • 6

    METODOLOGI

    Metode penulisan yang dilakukan penulis dalam melakukan pengkajian adalah sebagai

    berikut.

    Subyek penulisan adalah seismograf vertikal, yang tidak diteliti secara fisik, tetapi

    melalui pengumpulan data dari berbagai sumber, mencakup jurnal dan artikel ilmiah yang

    diakses secara online dan video yang menjelaskan cara kerja seismometer. Data-data yang

    telah masuk kemudian dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan

    perhitungan formula dinamika sistem dari seismometer, simulasi model menggunakan

    software Scilab Xcos dan penarikan kesimpulan.

    ANALISIS DATA

    Analisis Mekanik Translasi Secara Umum

    Objek bergerak karena adanya gaya yang dapat dirumuskan sebagai berikut, dengan

    F = gaya, dan

    p = momentum = m.v.

    Jika massa tersebut memiliki massa yang konstan, maka:

    Pada subjek dinamika sistem, terdapat elemen-elemen primer yang perlu diperhatikan,

    sebagai berikut.

    1. Mass (inertia) M

    2. Stiffness (spring) K

    3. Dissipation (damper) C

  • 7

    Jika ketiga elemen tersebut digabungkan, maka akan membentuk suatu sistem yang

    masing-masing memiliki fungsi tersendiri seperti dijelaskan pada tabel berikut.

    Tabel 1. Fungsi elemen massa, pegas, dan peredam.

    Elemen Fungsi

    Massa Menahan percepatan

    Menyimpan energi kinetik

    Pegas Gaya yang melawan perpindahan

    Menyimpan energi potensial

    Peredam Gaya yang menahan kecepatan

    Menimbulkan kehilangan energi (disipasi).

    Analisis Mekanik Translasi Seismograf Vertikal

    Secara sederhana, seismograf vertikal dapat dimodelkan sebagai berikut.

    Gambar 8. Sistem mekanik

    translasi beserta free body

    diagram seismograf

    vertikal.

    Model matematis dari

    sistem mekanik seismograf translasi dapat dirumuskan

    sebagai berikut.

    , dengan dan ,

    sehingga:

    ,

    dengan .

    Dari persamaan differensial di atas, dapat disimpulkan bahwa persamaan mekanik

    translasi seismograf vertikal berorde dua dan dalam kasus ini merupakan forced vibration.

  • 8

    Selanjutnya, model sistem orde dua biasanya diformulasikan menggunakan tiga

    parameter berikut:

    frekuensi natural,

    damping ratio,

    gain,

    .

    Selain itu, penulis akan menganalisis secara khusus hubungan antara rasio frekuensi,

    dengan sudut fase, .

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada simulasi, penulis mengasumsikan berbagai parameter berikut:

    1. Input:

    y(t), A = 3, dengan besarnya yang divariasikan,

    m = 0.25 kg, c = 0.5 Ns/m, k = 1 N/m.

    2. Frekuensi natural:

    3. Static gain:

    4. Damping ratio:

    Dalam makalah ini, penulis akan meninjau secara spesifik empat kasus berkaitan dengan

    variasi dari rasio frekuensi sebagai berikut.

    Kasus 1 (

    = 5 rad/s, sehingga

    (

    ) (

    ) (

    )

  • 9

    Gambar 9. Grafik respon dengan r = 2.5.

    Pada grafik di atas terdapat dua bentuk gelombang, yaitu ditandai dengan warna hitam

    dan hijau. Grafik berwarna hitam menunjukkan bentuk gelombang dari getaran yang

    diukur seismograf, sedangkan grafik berwarna hijau adalah bentuk gelombang dari

    seismograf itu sendiri.

    Dapat disimpulkan jika rasio frekuensi lebih besar daripada satu (2,5), maka gelombang

    seismograf akan tertinggal sebesar 43,6 derajat, dan amplitudonya akan menjadi lebih

    kecil daripada amplitudo gelombang yang diukur.

    Kasus 2 (r = 1)

    = 2 rad/s, sehingga

    (

    ) (

    ) (

    )

  • 10

    Gambar 10. Grafik respon dengan r = 1.

    Dari grafik di atas dapat diamati bahwa jika rasio frekuensi sama dengan satu, maka akan

    terdapat perbedaan fase sebesar 90 derajat antara gelombang seismograf dengan

    gelombang masukan. Selain itu, besarnya amplitudo gelombang seismograf dan

    gelombang masukan sama.

    Kasus 3 (r < 1)

    = 1 rad/s, sehingga

    (

    ) (

    ) (

    )

    Dari grafik respon berikut ini, dapat diamati bahwa jika rasio frekuensi kurang dari satu

    (0,5) , maka akan terbentuk perbedaan fase antara gelombang masukan dengan

    gelombang seismograf sebesar 33,7 derajat. Selain itu, amplitude gelombang seismograf

    yang terbentuk lebih besar daripada amplitudo gelombang masukan.

  • 11

    Gambar 11. Grafik respon dengan r < 1.

    Kasus 4 ( )

    Kasus ini terjadi jika sangat kecil, sehingga diambil pendekatan bahwa r mendekati nol.

    = rad/s, sehingga

    (

    ) (

    ) (

    )

    Pada awalnya ketika simulasi dijalankan, garis merah yang menunjukkan bentuk

    gelombang dari seismometer berada di sekitar garis 0, dan adanya garis hitam yang

    berkelap-kelip, sehingga hamper tak tertangkap penglihatan, mungkin karena nilainya

    yang amat kecil. Namun lama kelamaan, garis merah tersebut akan naik.

    Gambar 12. Grafik respon dengan r mendekati satu.

  • 12

    KESIMPULAN

    Dari simulasi dan perhitungan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan yang dapat

    digambarkan dengan grafik berikut ini.

    Gambar 13. Grafik versus r. (T, Jagadeesha, hal. 52)

    DAFTAR PUSTAKA

    2007. Seismometer Theory.

    Bt. Abdul Razak, Farhana. Control of 2 Dimensional Inverted Pendulum Using Matlab.

    Universiti Teknikal Malaysia Melaka.

    Coleman, Allan, 2005. An Amateur Horizontal Component Broadband Seismometer

    (Model MkXVII).

    Denton, Paul. Building A Simple Seismometer. British Geological Survey, Natural

    Environment Research Council.

  • 13

    Grazier, Vladimir and Erol Kalkan, 2008. Response of pendulums to complex input

    ground motion. Elsevier: Soil Dynamics and Earthquake Engineering 28 (2008) 621

    631.

    Hamid, Abdul. Modul XII: Getaran Mekanis. Pusat Pengembangan Bahan Ajar UMB.

    Havskov, Jens and Gerardo Aguacil, 2002. Instrumentation in Earthquake Seismology.

    Lecture 5: Instrument (Slides).

    Seismograph System.

    T. Jagadeesha. Mechanical Vibrations: Workbook Cum Lecture Notes. St. Joseph

    Engineering College, Vamanjoor, Mangalore.

    Zweifel, Peter. Seismic Instrumentation. Swiss Seismological Service, ETH Zurich.

    LAMPIRAN

    Gambar 13. Simulasi sistem seismograf vertikal menggunakan software Scilab Xcos.