analisis kurva ftir untuk nc, ng, dan propelan db

Upload: kendra-hartaya-1019

Post on 30-May-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    1/10

    Terbit di BUKU ilmiah Lapan tahun 2009Energi, Wahana, dan Muatan

    Antariksa, Masma Sikumbang, Editor Prof Sukandi Nasir dkk, ISBN 978-

    602-8564-07-6, hal 128-142

    Analisis Kurva FTIR untuk Nitroselulosa,Nitrogliserin,

    dan Propelan Double BaseSebagai dasar Penentuan Kadar Nitrogen

    dalam Nitroselulosa buatan LAPAN

    Kendra Hartaya

    Pusat Teknologi Dirgantara Terapan

    Rumpin, Bogor, 021-70895998, 70286797, Fax : 021-75790383

    [email protected]

    Abstrak

    Telah dilakukan analisis sampel Nitrogliserin, nitroselulosa, dan propelan doublebase dengan menggunakan FTIR. Sampel NG, NC, dan propelan DB adalah buatan Lapan.

    Analisis mengarah kepada ada tidaknya puncak baru dalam sampel double base. Puncak

    baru merupakan hasil reaksi diantara senyawa-senyawa tersebut.Hasilnya, tidak ada puncak baru yang nampak dalam kurva FTIR double base

    sehingga disimpulkan tidak terjadi reaksi. Dengan kata lain, puncak-puncak FTIR sampelpropelan DB merupakan gabungan dari puncak-puncak NC dan NG.

    Nitrasi selulosa sangat sulit berlangsung sempurna sehingga masih ada sisa gugus OH dalam NC. Sisa gugus OH ini memungkinkan pembentukan ikatan dengan senyawa lain

    yang merubah kondisi fisik sampel yang mengandung NC. Secara teoritis gugus isosianat

    bisa bereaksi dengan gugus OH dalam NC menghasilkan uretan, dan meningkatkan tensilestrength sampel. Tensile strength sampel akan ditentukan oleh kuantitas isosianat atau gugus

    OH dalam NC. Dengan kenyataan ini dimungkinkan mengetahui banyaknya kadar nitrogen

    dalam NC dengan melihat tensile strength sampel yang dihasilkan dengan penambahansenyawa lain. Penentuan kadar nitrogen di sini merupakan salah satu metode yang bersifat

    tidak langsung.

    Kata Kunci: Analisis, FTIR, Nitroselulosa, Nitrogliserin, Double Base, Nitrogen, LAPAN

    Abstract

    It has been conducted to analysis the sample of nitroglyceine, nitrocellulose, and

    double base propelan by using FTIR. Those sample are synthesized at space material lab in

    Lapan. The analysis directs to know, what the mixing of nitroglycerine and nitrocellulosecauses the new bond, is. The double base is made by mixing nitroglycerine and nitrocellulose

    as main component.As a result, there is no the new bond (shown in peaks) in double base FTIR peak. In

    the other word, peaks of double base is combination of nitroglycerine peaks and

    nitrocellulose peaks.Nitration to nitrocellulose is proceeding completely, so there is excess of OH group.

    The OH excess can react with isocyanate to form urethane. Elasticity of propellant DB is

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    2/10

    effected by quantity of isocyanate that reacting with OH excess group. Optimal tensilestrength is reached at stoichiometry OH and isocyanate group. It can measured tensile

    strength of DB-(cellulose+isocyanate) and that of DB-(NC+isocyanate). By data of bothelasticity DB-C and DB-NC, we can determine nitrogen content in nitrocellulose.

    Determination of nitrogen content, here is, one of indirect methods.

    Keyword: Analysis, FTIR, Nitrocellulose, Nitroglycerine,Double Base, Nitrogen, LAPAN

    .

    1. PENDAHULUAN

    Roket bisa digunakan untuk penelitian dan untuk senjata. Lapan selama ini

    mengembangkan roket untuk penelitian dengan bahan bakar (propelan) komposit. Propelan

    komposit tersusun atas fuel, oksidator, dan sedikit aditif. Fuel berupa polimer organik seperti

    HTPB (hydroxyl terminated polybutadiene), oksidator berupa amonium perklor AP

    (NH4ClO4), dan aditif berupa bubuk aluminium. Roket senjata FFAR (Fin Folde Aerial

    Rocket) juga pernah dikembangkan Lapan dengan mengganti bahan bakarnya denganpropelan komposit. Roket senjata FFAR yang pernah diproduksi di PT DI menggunakan

    propelan double base (DB) dengan teknologi lisensi dari Belgia dan beberapa komponen

    lokal.

    Roket senjata dengan propelan DB tersusun atas mayoritas nitroselulose dan

    nitrogliserin, dan sedikit aditif yang berfungsi sebagai plastisizer dan stabilizer. Baik

    nitrogliserin (NG) atau nitroselulose (NC) keduanya bisa dihasilkan melalui reaksi nitrasi

    menggunakan asam nitrat dalam media asa sulfat dengan bahan baku gliserin atau selulosa.

    Murahnya dan mudahnya dalam memperoleh bahan-bahan tersebut memungkinkan

    kemandirian dalam roket senjata. Baik NG atau NC yang digunakan sebagai propelan

    memiliki kandungan nitrogen (%N) tertentu. Kesulitan dalam menentukan %N merupakan

    salah satu bagian tersendiri dalam mengembangkan kedua bahan tersebut. Kesulitan ini

    bersifat isntitusional karena bahan ini eksplosif.

    Dalam mengatasi kesulitan tersebut ditepuh berbagai alternatif baik secara langsung

    atau tidak. Meski belum diukur secara langsung, %N dalam nitrogliserin bisa dicapai

    maksimum karena gliserin merupakan senyawa rantai pendek dengan tingkat keberhasilan

    penggantian gugus H dalam OH gliserin dengan gugus NO2 tinggi. Dengan kata lain reaksi

    mudah berlangsung sempurna. Berbeda dengan NC, selulose merupakan polimer rantai

    panjang dengan berat molekul bisa mencapai sekitar 100.000. Serangan gugus NO2 terhadap

    H dari OH dalam monomer selulosa memiliki banyak halangan (halangan struktur molekul)

    sehingga sulit berlangsung reaksi sempurna. Akibatnya masih ada gugus OH dalam

    nitroselulosa. Nitrasi adalah reaksi substitusi (penggantian) yang menghasilkan hasil samping

    berupa air. Selulosa juga bisa mengalami reaksi kondensasi yaitu pembentukan senyawa baru

    melalui terjadinya ikatan baru. Dalam hal ini, perpindahan H dari OH kedalam N dari NCO

    membentuk uretan O-CO-NH-. Dengan cara ini memungkinkan menentukan banyaknya

    gugus OH dalam selulosa secara keseluruhan atau sisa reaksi. Melalui cara demikian %N

    bisa ditentukan.

    Makalah ini menyajikan hasil analisis kurva FTIR ( Fourier Transform Infrared)

    untuk NG, NC, dan DB. Dengan melihat kurva NG dan NC bisa dilihat apakah terbentuk

    ikatan baru dalam DB atau tidak. Tidak adanya ikatan baru dalam DB dimungkinkan untuk

    penentuan %N dalam NC secara tidak langsung, misalnya mereaksikan OH dengan isosianat

    dan mengukur sifat fisik propelan DB yang dihasilkan, misal elastisitas atau tensile strength.

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    3/10

    Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis apakah puncak-puncak FTIR DB

    merupakan gabungan dari puncak-puncak FTIR NC dan NG atau bukan ? jika puncak DB

    merupakan gabungan, berarti tidak terjadi ikatan baru dengan pencampuran NG dan NC

    dalam pembuatan propelan DB. Dari sini bisa diusulkan metode penentuan kadar N dalam

    NC, dengan cara mereaksikan sisa gugus OH dalam NC dengan isosianat untuk membentuk

    gugus uretan dan mengukur sifat fisiknya (misal tensile strength). Tensile strengthmaksimum dicapai pada isosianat stoikiometri yang menunjukkan banyaknya OH sisa.

    2. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Selulosa

    Selulosa dirujuk sebagai polimer glukosa melalui reaksi kondensasi pelepasan air

    nC6H1206(C6H1003)n + nH20

    Selulosa (struktur pada gambar 1 di bawah) tidak larut dalam semua jenis pelarut sehingga

    sulit mengukur berat molekulnya dengan metode biasa, misalnya dengan ebulliometric,

    cryometric, osmotic. Haworth memperkirakan besar molekul selulosa. Dia mengusulkan

    molekul mengandung 100-200 satuan anhidroglukosa yang sesuai dengan berat molekul

    20.000-40.000. Selulosa yang digunakan dalam pembuatan nitroselulosa untuk militer

    memiliki satuan anhidroglukosa 1000-1500. Metode lain dalam menentukan berat molekul

    meliputi reduksi larutan Fehling, pengukuran viskositas dalam larutan cuprammonium,

    perkiraan tekanan osmotic larutan, atau laju sedimentasi dalam ultrasentrifugal. Dari 3

    metode terakhir dihasilkan berat molekul 100.000-2.000.000.

    Gambar 1. Struktur selulosa

    Penelitian kimia dan fisika menemukan struktur mikrokristalin selulosa sebagaimana yang

    dimodelkan oleh Meyer-Mark, Mark-Misch, Polanyi dan Sponsler-Dore. Selulosa kristal

    memiliki 4 bentuk, yaitu selulosa I terjadi dalam mayoritas tanaman, selulosa II yang terjadi

    penyimpangan sudut =62o, selulosa III pada sudut =58o. Pemanasan selulosa II dalam airbertekanan atau dalam gliserin pada 140-300C menghasilkan selulosa IV.

    Cross and Bevan mengusulkan kandungan selulosa murni dalam komersial kaitannya

    dengan perilaku dalam larutan NaOH 17-18%. Yang tidak larut disebut -selulosa, selulosa

    sebenarnya.. -dan -selulosa larut dalam NaOH. Dalam larutan alkali dan asam asetat, -

    selulosa mengendap sedang -selulosa larut. -selulosa rantai pendek diantaranya

    hydrocellulose, oxycellulose. -selulosa terutama hemicellulose.

    2.2. Nitroselulosa

    Nitrosellulosa dibuat dengan reaksi nitrasi selulosa yaitu proses penggantian gugus OHdengan gugus ONO2. Proses ini dikendalikan oleh rasio diantara asam, rasio asam-selulosa,

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    4/10

    dan suhu reaksi. Jika terjadi penggantian satu gugus, dua gugus, tiga gugus, maka kadar

    Nitrogen dalam nitroselulosa adalah berturut-turur 6,76% ; 11,11% ; 14,14%. Kadar N akan

    menentukan sifat fisik dan kimia nitroselulosa. Substitusi berlangsung sepanjang rantai

    polimer bukan mengumpul pada satu monomer. Ada 5 grade nitroselulosa yang digunakan.

    Piroksilin, NC dengan kadar N 8-12.3%, densitas maksimum 1.653 gr/cc, suhu

    lebur / dekomposisi > 135C, mudah terbakar, Panas pembentukan -216 kkal/mol. Piroksilindigunakan dalam pembuatan celluloid 11-11.2%N, untuk pembuatan eksplosive blasting

    11.5-12%N, untuk militer 12.20%N. Pyrocellulose, NC dengan 12.6%N. Panas spesifik

    adalah 0.3478 kal/gr C pada suhu 25C. Guncotton, NC dengan kadar 13.35-13.45%N.

    Densitas maksimum 1.656 gr/cc, suhu lebur / dekomposisi > 135C, panas pembentukan -200

    kkal/mol. Panas spesifik 0.3408 kal/gr C pada suhu 25C. Nitrocellulose dengan kadar

    13.75-14.14%N. Densitas maksimum 1.659 gr/cc, panas pembentukan -191 kkal/mol. Panas

    spesifik 0.3362 kal/gr oC pada suhu 25 oC. Blended nitrocellulose campuran 60-65%

    guncotton dan 35-40% pyrocellulose. NC ini cocok untuk propelan single-base. Dua grade

    NC biasanya digunakan, satu dengan 13.15%N dan satu lagi 13.25%N.

    Studi dengan X-ray Diffraction menunjukkan tahap awal asam nitrat akan

    mengelilingi seluruh struktur selulosa dan bagian amorp akan lebih cepat berlangsung nitrasisedemikian hingga kadar 12,2%N. Sejak itu, terbentuk keteraturan kristal NC. Reaksi nitrasi

    NC adalah reversibel (dapat balik), dan ini dicegah dengan pengenceran asam dengan air

    dingin.

    (C6HO2)(OH) 3 +xHNO3(C6H7O2) (OH) 3-y(ONO2)y

    +xH2O

    Tabel 2. Komposisi Asam untuk Nitrasi Selulosa [3]Bahan Piroselulosa dari (%) Guncotton dari (%) NC dengan %N>, (%)

    Cotton linter Wood pulp

    cellulose

    Cotton linter Wood pulp

    cellulose

    13,8% 13,8%

    As. Sulfat

    As Nitrat

    As Nitrosil sulft

    Air

    As pospat

    Pospat anhidrid

    NH4NO3KNO3

    59,2%

    21,5

    3,5

    15,8

    -

    -

    -

    -

    57,0

    23,5

    4,4

    15,1

    -

    -

    -

    -

    60,5

    24,5

    4,0

    11,0

    -

    -

    -

    -

    59,5

    28,5

    3,0

    9,0

    -

    -

    -

    -

    -

    49

    -

    -

    49

    2

    -

    -

    -

    70-85

    -

    -

    -

    -

    15-20

    30

    Nnitroselulosa dibuat dengan 1,500 lb campuran asam pada T= 30C, dan menambahkan 32

    lb selulosa sedikit demi sedikit sambil diaduk selama 4menit. Kemudian dilanjutkan selama

    25 menit. NC yang terbentuk distabilkan dan dimurnikan.NC dengan %N tinggi dibuat dengan nitrasi tahap kedua. Yaitu, NC dibasahi dengan

    25%air dan dinitrasi dengan campuran asam 60%nitrat, 20%asetat, 20%asetat anhidrid. Atau

    dengan 50%nitrat, 25%asetat, 25%asetat anhidrid. Proses ini menghasilkan NC 14%N

    dengan viskositas rendah yang cocok untuk roket senjata. Metode lain untuk mencapai NC

    14%N tinggi juga bisa ditempuh dengan pemanasan asam nitrat pekat untuk membentuk uap

    N2O5 yang dilewatkan sepanjang gulungan kertas selulosa.

    2.3. Sifat-sifat Nitroselulosa

    Tabel 2. Sifat-sifat Nitroselulosa [2]

    Uraian Besaran

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    5/10

    Specific grafity

    Indeks bias

    tensile strength pada 23C, 50% rh

    elongation pada 23C, dan 50% rh

    hardness, Sward, % of glass

    softening-point range (Parr), C

    1,58-1,65

    1,51

    9000-16000 lb Inc2

    13-14

    90

    155-220oC

    Yang perlu diperhatikan untuk selulosa nitrat komersial adalah kandungan air, keasaam,

    kadar abu, warna, stabilitas panas, kadar nitrogen, pemeriksaan polimer, kandungan zat

    volatil, viskositas dengan metode 4-bola.

    Suatu eksperimen, selulosa dinitrasi hingga D.S=2.83 menggunakan 64% asam nitrat,

    26% asam pospat, 10% P2O3. Produk mengandung 83% 3-trinitrat, 11% 2,6-dinitrat 6% 3,6-

    dinitrat. Produk tersebut ditaruh di dalam 95% asam nitrat, 5% air, selama 2 jam, maka 9%trinitrat berubah menjadi dinitrat. Tidak ada pembentukan ring dengan DS

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    6/10

    Kondisikan reaktor pada suhu di bawah 15oC

    Masukkan asam sulfat kedalam reaktor sambil pengaduk dihidupkan

    Masukkan asam nitrat tetes demi tetes kedalam reaktor. Suhu dijaga tetap di bawah

    15oC.

    Masukkan Gliserin (untuk nitrasi gliserin) atau selulosa kedalam reaktor secara pelan-

    pelan. jaga suhu < 15oC

    Biarkan agar terjadi reaksi sempurna selama 1 jam.

    Ambil hasil, pisahkan, dan netralkan

    Keringkan hasil dan siap dilakukan pengujian.

    Selesai

    Pembuatan propelan double base dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :

    Campur NG dan NC dengan pelarut atau tanpa pelarut (solventless)

    Masukkan aditif berupa dipenil amin, dibutil phtalate, centralit

    Aduk hingga homogen

    Cetak kedalam cetakan dan keringkan Propelan DB siap dilakukan pengujian

    Selesai

    4. HASIL PERCOBAAN

    Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4 di bawah ini berturut-turut menyatakan kurva

    FTIR untuk NG, NC, dan DB.

    Gambar 2. Kurva FTIR untuk NG

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    7/10

    Gambar 3. Kurva FTIR untuk NC

    Gambar 4. Kurva FTIR untuk DB

    Peralatan proses pembuatan nitroselulosa dan nitrogliserin disajikan gambar 5 di bawah ini.

    yang terdiri dari freezer di sebelah kiri, reaktor di sebelah kanan yang dilengkapi dengan pengaduk mekanik, corong pisah untuk memasukkan reaktan, dan termokopel pengukur

    suhu.

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    8/10

    Gambar 5. Reaktor Pembuatan NC

    5. PEMBAHASAN

    Dari kurva FTIR di atas bisa ditabelkan puncak-puncaknya baik FTIR NC, NG, dan

    DB dalam satu tabel. Dengan pentabelan ini memudahkan untuk melakukan analisis.

    Pentabelan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah diketahui apakah puncak DB berasal dari

    NG atau NC atau bahkan merupakan puncak baru yang tidak berasal dari NC dan NG.

    Dengan demikian bisa diketahui akibat dari pendampuran NG dan NC dalam sampel

    propelan, apakah mengakibatkan terbentuknya ikatan baru atau tidak. Munculnya ikatan baru

    dalam DB bisa diketahui dengan puncak yang berasal bukan dari NG dan bukan dari NC.

    Dalam tabel 3 di bawah ini disajikan dalam satu kolom, bagian kiri (puncak NG), bagian

    tengah (puncak DB) dan bagian kanan (puncak NC).

    Tabel 3. Puncak FTIR sampel NG, DB, NC

    NG/DB/NC Puncak, cm -1 Kes NG/DB/NC Puncak, cm-1 Kes

    DB 439.77 NC DB 2276 NC

    NC 439.77 NC NC 2276 NC

    NG 462.92 DB 2337.72 NG

    NC 617.22 NG 2337.72 NG

    NG 632.65 DB 2368.59 NC

    NC 678.94 NC 2368.59 NC

    NG 702.09 DB 2407.16 NC

    NG 748.38 NC 2407.16 NC

    NC 748.38 DB 2553.75 NG/NC

    DB 840.96 NG/NC NG 2553.75 NG/NC

    NG 840.96 NG/NC NC 2553.75 NG/NC

    NC 840.96 NG/NC DB 2646.34

    DB 972.12 NC NG 2661.77

    NC 995.27 NG 2769.78

    NG 1010.7 NG 2916.37

    DB 1072.42 NC NC 2924.09 NC

    NC 1080.14 NC DB 2931.8 NCDB 1280.73 NG/NC NG 2970.38

    NG 1280.73 NG/NC NG 3024.38

    NC 1280.73 NG/NC NC 3116.97

    DB 1381.02 NC NG 3132.4

    NC 1381.03 NC NG 3294.42

    NG 1427.32 NG 3402.43

    NG 1643.35 DB 3425.58 NC

    DB 1651.07 NC NC 3425.58 NC

    NC 1651.07 NC NG 3595.31NG 2021.4 DB 3749.62

  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    9/10

    NC 2106.27 DB 3873.06

    DB 2152.56 NC

    Dua puncak terakhir berintensitas kecil, tidak ada puncak FTIR >3600, puncak sampai

    dengan 3600 cm-1 milik monomerik alkohol, mungkin monomer Cellulose sisa yang tidak

    ternitrasi karena monomer selulosa mengandung gugus -OHKalau diperhatikan, semua puncak DB pasti sama dengan NC atau NG, bahkan sama

    dengan NC dan NG. Di dalam DB tidak ada puncak baru selain puncak NC dan atau NG. Jadi

    puncak DB merupakan gabungan antara puncak NC dan puncak NG. Dengan kata lain

    pencampuran NG dan NC tidak menimbulkan senyawa baru, atau tidak terjadi reaksi antara

    NG dan NC. Dengan demikian kita bisa melakukan karakterisasi komponen penyusun DB,

    dengan memanipulasi karakteristik komponen tersebut. Misalnya karakteristik NG dengan

    membuat variasi kuantitas NG terhadap hasil uji DB. Selain itu bisa juga untuk dilakukan

    karakterisasi NC dengan memanipulasi NC dan melihat hasil uji DB.

    Strategi seperti ini disebabkan pengujian langsung NG atau NC memiliki resiko

    terhadap peralatan yang digunakan. Selain itu tidak setiap institusi yang memiliki alat

    tersebut mengijinkan untuk pengujian NG dan NC, dan lagi tidak setiap institusi memiliki

    alat uji dan metode yang dibutuhkan untuk NG dan NC.

    Dalam penelitian ini dirancang untuk mengkarakterisasi NC, melalui penentuan kadar

    nitrogen (%N). Kadar nitrogen merupakan angka banding berat atom nitrogen dalam NC

    terhadap berat molekul NC. Ini bisa ditempuh dengan mengetahui

    Berat melekul nitroselulosa hasil percobaan dan berat molekul selulosa awal, atau

    Derajat substitusi (DS), maksimum 3 karena di dalam monomer selulosa terdapat 3

    gugus OH yang bisa disubstitusi dengan gugus lain, dalam hal ini gugus NO2.

    Angka hidroksil juga bisa digunakan untuk mengukur kadar nitrogen dalam NC.

    Pengertian angka ini merupakan banyaknya gugus hidroksi OH yang dapat diganti

    dengan gugus lain (dalam hal ini gugus ONO2). Namun angka hidroksil dirasakankurang tepat mengingat angka hidroksil hanya terkait dengan reaksi biasa. Sementara

    dalam nitrasi selulos, tahap awal mendapatkan NC dengan kadar nitrogen 12%N.

    Sedangkan dengan nitrasi lebih lanjut mampu mensubstitusi semua gugus OH.

    Kadar nitrogen sebenarnya bisa dilakukan penentuan langsung dengan metode tertentu,

    namun membutuhkan perlakuan pendahuluan terhadap sampel NC, misalnya perlakuan

    dekomposisi untuk menghasilkan gas-gas. Perlakuan pendahuluan ini juga mengandung

    resiko, diantaranya peledakan, atau kebakaran dengan nyala menjilat.

    Beberapa literatur menyebutkan bahwa nitrasi sempurna selulosa sulit dicapai, dan

    dilakukan dengan 2 tahap. Tahap awal bisa dilakukan dengan asam nitrat dalam media asam

    sulfat, dan dilanjutkan nitrasi dengan nitrogen triosida (N2O3) yang dihasilkan melalui

    pemanasan asam nitrat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa NC yang dihasilkan masih adagugus -OH yang tidak tersebstitusi dengan gugus ONO2. kondisi ini yang memungkinkan

    untuk memanipulasi NC guna mengkarakterisasi NC atau mengukur kadar nitrogen.

    Secara teoretis, gugus OH dalam NC yang tidak tersubstitusi bisa dilakukan reaksi

    kondensasi dengan isosianat untuk membentuk uretan NH-CO-O-.

    Reaksi ini menghasilkan produk uretan dengan sifat fisik yang terpengaruh oleh kuantitas

    isosianat. Sifat fisik yang optimal dicapai pada saat semua gugus OH sudah bereaksimembentuk uretan. Dengan mengetahui banyaknya isosianat yang bereaksi, bisa dihitung

    http://en.wikipedia.org/wiki/File:Generalizedpolyurethanereaction.png
  • 8/9/2019 Analisis Kurva FTIR untuk NC, NG, dan Propelan DB

    10/10

    banyaknya gugus OH dalam NC. Dengan cara yang sama bisa dilakukan reaksi isosianat

    dengan selulosa mula-mula. Maka dari itu bisa ditentukan BM selulosa, banyaknya gugus

    OH sisa, dan banyaknya monomer yang bereaksi (DS). Sifat fisik tersebut misalnya, tensile

    strength, atau kuat desak / kuat tekan.

    6. KESIMPULAN

    Dari penelitian yang sudah dilakukan dan penjelasan dalam uraian pembahasan, dapat

    ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    Puncak-puncak dalam kurva FTIR DB merupakan gabungan dari puncak-puncak NG

    dan NC. Tidak terbentuk ikatan baru dalam pencampuran NG dan NC

    Melalui kesimpulan ini memungkinkan penentuan %N dalam NC melalui penentuan

    gugus OH sisa reaksi dengan cara mereaksikan dengan senyawa lain, misalnya

    reaksi dengan isosianat untuk menghasilkan uretan.

    Kuantitas gugus OH diketahui dengan kuantitas isosianat. Kuantitas isosianat

    diketahui dengan uji sifat fisik (misal tensile strength) sampel.

    Dengan mengetahui banyaknya isosianat memungkinkan kita mengetahui OH awal

    dan akhir (sisa reaksi nitrasi) dalam selulosa.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Akhavan, Jacqueline, The Chemistry of Explosive, The Royal Society of Chemistry.

    2. Selwitz, charles., 1988, Cellulose nitrate in Conservation, The Getty Conservation

    Institute.

    3. Urbanski, Tadeusz., 1965, Chemistry and Technology of Explosive, Edisi II, Pergamon,

    New York

    4. Wu, Chi-san, 1995,Handbook of Size Exclusion Chromatography, Marcel Dekker Inc,New York.

    5. ., 1984,Military Explosive, Department of The Army Thechnical Manual

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Terimakasih penulis ucapkan kepada teknisi laboratorium yang telah ikut membantu dalam

    pelaksanaan penelitian ini. Juga tak lupa penulis sampaikan kepada Prof. Drs. Sukandi Nasir

    Rohili, MM, Prof. Dr. Ir. Loekman Satibi, dan Drs. HM Chawari yang merupakan generasi

    awal peroketan di Lapan, atas jerih payah mereka topic roket senjata bisa diunculkan kepermukaan, dan lagi topic ini belum ada instansi pemerintah yang menanganinya. Juga tak

    lupa penulis sampaikan kepada para peneliti dan teknisi yang tergabung dalam tim penelitian

    double base.