analisis konsumsi produksi tanaman pangan
TRANSCRIPT
Analisis Konsumsi dan Produksi Tanaman Pangan
Sektor pertanian merupakan sektor dominan dalam pembentukan struktur
perekonomian di NTT. Sebagai andalannya adalah sub sektor tanaman pangan.
Meskipun produksi tanaman pangan selama tahun 2011-2013 meningkat, namun
peranan sektor pertanian dalam perekonomian cenderung menurun. Dikarenakan
sempitnya lahan, masalah kekeringan, dan pasokan air yang tidak menentu.
Padi merupakan bahan makanan
utama penduduk NTT. Selama tahun
2011-2013 terjadi peningkatan produksi
dan luas panen dari 591,4 ribu ton (2011)
menjadi 739,7 ribu ton padi. Dari data
Susenas 2013 diketahui bahwa konsumsi
beras penduduk NTT per kapita per hari
sebesar 1.196 kalori atau setara dengan
330 gram beras. Dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun sebanyak 4.953 ribu
jiwa, berarti untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi penduduknya pada tahun 2013 NTT memerlukan beras sebanyak 596,6
ribu ton. Dengan produksi padi sebanyak 739,7 ribu ton atau setara sengan 477,7
ribu ton beras, berarti terjadi defisit beras sebanyak 118,9 ribu ton. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut pemerintah NTT mengimpor beras dari provinsi
lain sebesar 122 ribu ton tahun 2013.
Tingkat konsumsi beras warga di Nusa Tenggara Timur (NTT) tercatat
senilsi 116 kilogram per kapita per tahun atau masih berada di bawah konsumsi
nasional dengan nilai 139 kilogram per kapita per tahun.
Kecenderungan naiknya kebutuhan terhadap beras di masyarakat, karena
adanya perubahan pola hidup dimana banyak pangan lokal yang ditinggalkan dan
beralih ke beras sebagai bahan makanan pokok. Padahal sebelumnya warga
sebagian besar tidak menjadikan beras sebagai bahan pangan pokok.
Kebutuhan terhadap beras yang kian meningkat ini menyebabkan tidak
tercukupinya kebutuhan dari produksi yang dihasilkan oleh petani di NTT sendiri.
Karena itu untuk pemenuhan kebutuhan beras, Pemerintah mengambil langkah
mengimpor beras dari sejumlah daerah di pulau Jawa dan Sulawesi.
Warga di provinsi kepulauan itu telah meninggalkan pangan lokal yang
selama ini menjadi makanan pokok warga dan sangat tersedia di lahan masing-
masing. Pangan lokal seperti ubi, pisang dan lainnya sudah ditinggalkan oleh
masyarakat NTT. Contohnya di Pulau Sabu dan Rote, makanan pokok mereka
bukan beras tapi gula, demikian juga dengan daerah lain.
Sementara itu, jagung sebagai
komoditas tanaman pangan andalan
pertanian di daerah ini, pada periode
2011-2013 luas panen, produksi,
maupun produktivitasnya juga terus
meningkat, seperti ditunjukkan
tabel. Secara kuantitas menempati
ranking ke-7 nasional, sedangkan
secara produktivitas menduduki
peringkat 27.
Untuk mengembalikan konsumsi terhadap pangan lokal itu, maka
Pemerintah Nusa Tenggara Timur kembali mengkampanyekan pangan lokal
sebagai bahan makanan pokok yang utama dalam rumah tangga. Dengan begitu,
diharap bisa menekan angka komsusi beras di wilayah ini.
Jadi, meskipun produksi tanaman pangan di Provinsi Nusa Tenggara Timur
meningkat setiap tahunnya, namun tetap terjadi defisit dikarenakan adanya
peralihan tren bahan makanan pokok masyarakatnya yang awalnya pangan lokal
sebagai bahan makanan pokok kini beralih ke padi sehingga memaksa pemerintah
daerah untuk mengambil kebijakan mengimpor beras dari daerah lain seperti dari
Jawa dan Sulawesi serta berbagai upaya peningkatan produksi lainnya.