manajemen agribisnis tanaman pangan

22
MANAJEMEN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN AGRIBISNIS UBI KAYU (MANIHOT ESCULENTA CRANTZ) DISUSUN OLEH: AGUS ARIANTO (20110210030) AGROTEKNOLOGI

Upload: agus-arianto

Post on 21-Jan-2016

131 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Tugas Kuliah

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

MANAJEMEN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN AGRIBISNIS UBI KAYU

(MANIHOT ESCULENTA CRANTZ)

DISUSUN OLEH:

AGUS ARIANTO (20110210030)

AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2013

Page 2: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

A. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. Di antara kebutuhan yang lainnya,

pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat

terjamin. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih

terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagia petani atau bercocok tanam. Luas lahan

pertanianpun tidak diragukan lagi. Namun, dewasa ini Indonesia justru menghadapi masalah

serius dalam situasi pangan di mana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang.

Peranan ubikayu cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi

ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan, ubikayu

merupakan penyangga pangan yang andal, sehingga masalah kelaparan dapat diatasi.

Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok setelah beras dan

jagung. Manfaat daun ketela pohon sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi, atau

untuk keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa digunakan sebagai pagar

kebun atau di desa-desa sering digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan

perkembangan teknologi, ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan

baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-obatan.

B. UBI KAYU

Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ubi kayu,

singkong atau kasape. Ketela pohon berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.

Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain: Afrika, Madagaskar, India, Tiongkok.

Ketela pohon berkembang di negara-negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke

Indonesia pada tahun 1852.

Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai

sayuran. Perdu, ini bisa mencapai tinggi 7 meter, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang

dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat dimakan.

Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari

klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong

Page 3: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan

keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi

manusia. Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat

miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena

mengandung asam amino metionina.

Klasifikasi tanaman ketela pohon adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae atau tumbuh-tumbuhan

Divisi : Spermatophyta atau tumbuhan berbiji

Sub divisi : Angiospermae atau berbiji tertutup

Kelas : Dicotyledoneae atau biji berkeping dua

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima Pohl.; Manihot esculenta Crantz sin.

- Syarat tumbuh

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu antara 1.500 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban

udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60-65%, dengan suhu udara minimal bagi

tumbuhnya sekitar 10oC. Jika suhunya dibawah 100C, pertumbuhan tanaman akan sedikit

terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.

Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk

kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak

terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah

mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah

yang sesuai untuk tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning,

mediteran, grumosol, dan andosol.

Page 4: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0

dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 –

5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu.

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu antara 10-700 m dpl, sedangkan

toleransinya antara 10-1.500 m dpl. Jenis ubi kayu tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat

teretentu untuk dapat tumbuh optimal.

C. TAHAPAN BUDIDAYA

1. Persiapan Lahan

- Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah bertujuan antara lain adalah untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah

yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur, sejak fase

awal pertumbuhan tanaman hingga panen. Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan

pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma

dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga

bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah untuk memperkecil peluang terjadinya

erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu

didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.

Waktu pengolahan tanah sebaiknya tidak dilakukan pada saat tanah dalam keadaan basah

atau becek sehingga struktur tanah tidak rusak. Pada tanah ringan atau gembur, pengolahan tanah

ini dilakukan dengan cara mencangkul 1-2 kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu setelah itu

diratakan dan ditanami bibit. Sedangkan pada tanah becek atau berair, tanah dicangkul 1-2 kali

sedalam kurang lebih 20 cm, lalu dibuat bedenganbedengan atau guludan yang berguna sebagai

saluran drainase lalu kemudian dapat ditanam.

Page 5: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

Secara garis besar persiapan lahan untuk tanaman ubi kayu dilakukan sebagai berikut:

〆   Pembabatan tanaman perdu dan semak-semak serta rumput-rumputan/alangalang dan gulma

lainnya. Hal ini dikerjakan terutama pada lahan yang baru dibuka, sedangkan pada lahan yang

sudah biasa ditanami dengan palawija, tanah dapat langsung dicangkul/dibajak.

〆   Pengumpulan dan penyisihan batang tebangan, sedangkan bekas rerumputan dicacah dan

dimasukkan kedalam tanah.

〆  Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran pertama

〆  Pembajakan/pencangkulan atau pentraktoran kedua dan penggemburan

〆  Pembuatan saluran pemasukan dan saluran pembuangan

〆  Pembuatan guludan.

2. Perbanyakan Tanaman

Ubi kayu diperbanyak dengan setek batang. Setek batang diperoleh dari hasil panenan

tanaman sebelumnya. Setek diambil dari bagian tengah batang agar matanya tidak terlalu tua,

tetapi juga tidak terlalu muda. Perbanyakan dengan biji hanya dilakuan oleh pemulia tanaman

dalam mencari varietas unggul. Asal stek, diameter bibit, ukuran stek, dan lama penyimpanan

bibit berpengaruh terhadap daya tumbuh dan produksi ubi kayu. Bibit yang dianjurkan sebagai

berikut :

- Bibit berupa stek diambil dari tanaman yang sehat dan berumur lebih dari 7 bulan namun

kurang dari 14 bulan.

- Batang dipotong-potong untuk stek normal panjang stek sekitar 15 – 25 cm, dan

Diameter 2-3 cm

- Apabila terpaksa menggunakan batang yang terserang hama / penyakit, maka

- Tanpa Penyimpanan

3. Penanaman dan cara tanam

Penanaman bibit dapat dilakukan setelah tanah disiapkan. Waktu yang baik untuk

menanam bibit ubi kayu adalah pada saat musin hujan. Hal ini dikarenakan ubi kayu

memerlukan air terutama pada pertumbuhan vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya

kebutuhan air relatif sedikit. Cara menanam ubi kayu dianjurkan bibit tegak lurus atau minimal

Page 6: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

membentuk sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalamannya 10-15 cm. Jarak tanam ubi kayu

secara monokulture adalah 100 x 100 x 60, atau 100 x 40. Setelah lahan diolah dengan

sempurna, bibit ditanam dengan jarak tanam sekitar 100 x 80 cm, sehingga populasi tanaman

untuk luasan 1 Ha mencapai sekitar 12.500 tanaman. Waktu penanaman dilakukan pada saat

kelembaban tanah dalam keadaan mencapai kapasitas lapang, yaitu biasanya pada saat musim

hujan, karena selama masa fase pertumbuhan tersebut ubi kayu memerlukan air yang cukup.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang tinggi dengan

kriteria tanaman yang baik, sehat dan seragam. Pemeliharaan ubi kayu meliputi :

a. pemupukan

Untuk mendapatkan potensi hasil yang tinggi pemupukan dengan pupuk organik (pupuk

kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan KCL) perlu

dilakukan. Pupuk organik sebaiknya diberikan pada saat pengolahan tanah dengan tujuan untuk

memperbaiki struktur tanah. Sedangkan pupuk anorganik yang diberikan tergantung dari tingkat

kesuburan tanah. Pada umumnya dosis yang dianjurkan untuk digunakan pada tanaman ubi

kayu adalah : urea sebanyak 60-120 kg/ha, TSP sebanyak 30 kg P205/ha, dan KCL sebanyak 50

kg K20/ha. Cara pemberian pupuk yang benar dibagi dalam dua waktu, pertama pada saat

tanam (pupuk dasar) sebanyak 1/3 bagian urea dan KCL serta seluruh dosis TSP, kedua pada

saat tanaman ubi kayu berumur 3-4 bulan yaitu 2/3 bagian urea dan KCL.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh sangat merana. Waktu

penyulaman paling lambat 5 minggu setelah tanam

c. Penyiangan dan pembubunan

Penyiangan dilakukan bila sudah tampak timbul gulma (tanaman pengganggu).

Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan sekaligus dengan melakukan

pembumbunan. Pembumbunan dilakukan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga ubi kayu

dapat tumbuh dengan sempurna, serta dapat memperkokoh tanaman agar tidak rebah.

Page 7: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

d. Pembuangan tunas

Pembuangan tunas dilakukan pada saat tanaman berumur 1 - 1,5 bulan. Ini dilakukan bila

dalam satu tanaman tumbuh banyak tunas. Kemudian tunas-tunas yang berlebih tersebut

dibuang / dirempes, menyisakan 2 tunas yang paling baik.

e. Pengairan dan Penyiraman

Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu

dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman

dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering

dengan cara menyiram langsung

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas campestris pv.

manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB). Kerugian hasil akibat CBB

diperkirakan sebesar 8% untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90% untuk varietas

yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua

penyakit ini.

Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae). Hama ini menyerang hanya

pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap

keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat

serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53%, tergantung umur tanaman dan lama serangan.

Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca. Serangan tungau merah yang parah dapat

mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95%. Tungau dapat menyebabkan kerusakan

tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan

penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim

kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.

Untuk pengendalian tungau merah sebaiknya ubi kayu ditanam di lahan pada awal musim

hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan.

Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang

ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan

Page 8: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau,

sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 sebaiknya ditanam di daerah-

daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan

tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang

mempunyai musim kering relatif panjang.

D. PANEN DAN PASCA PANEN

Kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman

berumur 7-9 bulan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun

mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Sifat khusus ubi kayu ialah bobot ubi

kayu meningkat dengan bertambahnya umur tanaman, sedangkan kadar pati cenderung stabil

pada umur 7-9 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen ubi kayu fleksibel. Tanaman

dapat dipanen pada umur 7 bulan atau ditunda hingga 12 bulan. Namun penundaan umur panen

hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering.

Berikut adalah tehnik panen yang benar :

Buanglah batang – batang ubi kayu terlebih dahulu.

Tinggalkan pangkal batang + 10 cm untuk memudahkan pencabutan

Cabutlah tanaman dengan tangan menggunakan tenaga dari seluruh tubuh, sehingga

umbinya dapat diangkat keluar dari tanah.

Pada tanah berat, pakailah alat pengungkit berupa sepotong bambu atau kayu. Ikat

pangkal batang dengan kayu, ujung pengungkit diletakkan di atas bahu, kemudian

angkatlah perlahan – lahan ke atas.

Umbi yang telah dicabut, lalu dipotong dari batangnya dengan parang/golok, serta bagian tanah

yang menempel dibuang akhirnya umbi tersebut ditumpuk disatukan dengan umbi lainnya, dan

siap diangkut ke tempat penyimpanan atau langsung dipasarkan. Tidak ada pengolahan khusus

untuk ubi ini jika ingin langsung dipasarkan dalam bentuk ubi asli, keculai jika ingin diolah

menjadi produk lain baru membutuhkan pengolahan khusus.

Page 9: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

Beberapa Peluang Penganeka-Ragaman Jenis Penggunaan Ubi Kayu

Ubi kayu segar memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah pada saat panen raya, karena itu perlu suatu upaya meningkatkan nilai tambah (added value) dari ubi kayu dengan mengolah menjadi beranekaragam produk, diantaranya yaitu:

a.       Daun: sayuran, pakan ternakb.       Batang: bahan tanam, Pakan ternak, pagar, kayu bakarc.       Kulit ubi: pakan ternakd.       Ubi segar: bahan makanan, tepung.

Alternatif pengolahan umbi ubi kayu yang sedang digalakkan oleh pemerintah adalah pengolahan umbi ubi kayu menjadi tepung ubi kayu. Tepung ubi kayu (kasava) adalah tepung yang dihasilkan dari penghancuran (penepungan) umbi ubi kayu yang telah dikeringkan. Dan dapat diolah menjadi berbagai bentuk produk akhir juga sebagai substitusi terigu serta dapat digunakan menjadi salah satu komoditi ekspor maupun bahan baku industri.

e.     Pati: fermentasi, pakan ternak, asam sitrat, glukosa, fruktosa, sorbitol, High Fructose Syrup (HFS), dekstrin, alkohol, etanol dan Monosodium glutamate

. f. ampas dari tepung tapioka dijadikan sebagai bahan baku untuk obat nyamuk bakar.

Pentingnya Pengamatan ubi kayu pada Aspek Produksi dan Konsumsi

1. Pentingnya Pengamatan Dari Aspek Produksi

Dalam peta produksi ubi dunia, indonesia merupakan negara produsen ubi ke tiga di

dunia setelah RRC dan Vietnam (Woolfe, 1992 dalam Van de Fliert, e. Al., 2000). Produksi ubi

di Indonesia tersebar diseluruh provinsi dengan wilayah sentra produksi utama adalah provinsi

Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatra Utara, Bali, NTT dan Papua (BPS, 2008).

Potensi pengembangan komoditas ubi masih bisa ditingkatkan dari sisi ketesediaan lahan

maupun produktivitas. Dalam hal ini ini ubi dibudidayakan pada lahan sawah, kering atau

tegalan, dataran tinggi ataupun dataran pengembangan teknologi budidaya, pasca panen dan

pengolahannya (Rahayuningsih, et al. 2000; Rahayunigsih, et al. 1999).

Masyarakat pada umumnya sudah mengenal ubi. Ubi merupakan  salah satu komoditas

pertanian jenis umbi-umbian yang cukup menguntungkan di Indonesia baik sebagai sumber

pangan maupun sumber pakan. Karena tanaman ubi kayu mempunyai keunggulan dibandingkan

dengan tanaman pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, daya

Page 10: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

tahan terhadap penyakit relatif tinggi, masa panennya yang tidak diburu waktu sehingga dapat

dijadikan lumbung hidup.

2. Pentingnya Pengamatan Dari Aspek Konsumsi

Berdasarkan sifat ubi kayu digolongkan dalam dua golongan yaitu golongan pahit dan

manis. Namun pada umumnya yang dikonsumsi adalah varietas yang manis sedangkan yang

pahit di gunakan untuk tujuan  industri.

Konsumsi ubi kayu terus bertambah seiring dengan peranan ubi sebagai sumber pangan,

pakan dan bahan bakar. Pemanfaatan komoditi pertanian termasuk ubi kayu sebagai bahan bakar

nabati baru diresmikan dengan adanya peraturan Presiden No.5 tahun 2006 mengenai Kebijakan

Energi Nasional yang baru b erlangsung beberapa tahun, maka data mengenai konsumsi ubi kayu

untuk bahan bakar ini belum tersedia. Perpres inipun dirasa belum dilakukan secara optimal

karena masih terlihat sendiri-sendiri dalam pengembangan ubi kayu menjadi bio ethanol untuk

meningkkatkan penghasilannya.

Berikut penjelasan konsumsi terhadap ubi kayu :

1.       Konsumsi Untuk Pangan

Pengkonsumsian ubi kayu sebagai pangan alternatif cukup penting dalam

penganekkaragaman pangan karena ketersediaannya yang cukup banyak dan mudah

dibudidayakan pada lahan subur, kurang subur bahkan lahan marjinal sekalipun. Sebagai sumber

pangan, ubi kayu dapat dikonsumsi langsung mmaupun diolah menjadi tapioka, makanan ringan

serta bahan baku mie, roti, kue basah, tiwul, gaplek dan lain-lain.

Walau pernah terjadi penurunan konsumsi ubi kayu untuk pangan yang sangat drastis taitu

tahun 1977 hingga puncaknya pada tahun 1980. bila dibandingkan dengan tahun 1976, konsumsi

ubi kayu untuk thaun 1980 turun sebesar 33,8% atau 2.171.00 ton. Ini dikarenakan produksi

mengalami penurunan.

2.       Konsumsi Untuk Pakan

Konsumsi Ubi kayu sebagai pakan selain umbinya, kulit ubi kayu pun dapat dimanfaatkan

sebagai pakan ternak. Bagian kulit dapat diolah langsung menjadi pakan ternak, sedangkan

Page 11: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

bagian umbi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak berupa onggok dan pallet yang

merupakan hasil olahan ubi kayu menjadi gaplek.

3.       Konsumsi bahan bakar

Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan populasi penduduk dengan semua aktivitasnya

akan berdamapak pada peningkatan kebutuhan energi di semua sektor pengguna energi, baik

industri, rumah tangga, transportasi dan komersial. Konsumsi energi final pada tahun 1990 yaitu

sebesa 221,33 juta SBM (Setara Minyak Barel) meningkat 6,3 persen/tahun menjadi 489,01 juta

SBM pada tahun 2003 dimana konsumsi Bahan Bakar Minyak merupakan konsumsi energi

terbesar. Sebagian besar konsumsi BBm, itu digunakan untuk transportasi (Sugiyono, 2005).

Mengingat bahwa energi khususnya minyak  adalah sumber daya yang tidak dapat

diperbaharui maka sumber daya tersebut akan habis padahal kebutuhan energi tersebut terus

meningkat, oleh karna itu, masyarakat dan pemerintah harus mencari solusi energi subtitusi yang

dapat menggantikan serta mencukupi kebutuhan energi tersebut.

Diindonesia teradapat tanaman yang dapat dijadikan bahan bakar baku nabati diantaranya

adalah kelapa sawit, jarak pagar dan kedelai sebagai bahan baku biodiesel dan ubi kayu, ubi

jalar, jagung, tetes serta sagu sebagai bahan baku bioethanol.Dan ubi kayu adalah salah satu

tanaman yang potensial untuk dijadikan salah satu subtitusi sehingga permintan konsumsi

terhadap ubi akan naik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ubi kayu sebagai bahan

bakubioethanol merupakan kebangkitan ketiga tanaman ubi kayu setel;ah ubi kayu dapat

dimanfaatkan menjadi gaplek sebgai sumber bahan pangan alternatif dan kedua ubi kayu dapat

diolah menjadi tapioka yang merupakan salah satu komoditi ekspor.

Page 12: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

E. ANALISIS BUDIDAYA

Analisis budidaya ubi kayu menurut kelompok kami yaitu sebagai berikut:

No Komponen Volume SatuanHarga satuan(Rp)

Jumlah(Rp)

Keterangan

I PENGELUARANA. Biaya Tetap

1. Sewa Lahan2. Sewa Traktor3. Tanki Semprot4. Cangkul5. Sabit6. Sewa mobil angkut

(panen)

112562

HaUnitBuahBuahBuahUnit

4.000.000350.000350.00040.00030.000

1.000.000

4.000.000350.000700.000200.000180.000

2.000.000

6 bulan

Sub total 7.430.000II B. Biaya Variabel

1. Pengolahan tanah dan membuat guludan

2. Penyiapan bibit3. Penanaman4. Pemeliharaan

a. Penyulamanb. Penyiangan dan

pembumbunanc. Pemupukan dan

pembalikan batangd. Pengairane. Pengendalian OPTf. Paneng. Pasca panen

5. Sarana Produksia. Bibitb. Ureac. TSPd. KCle. Insektisida

Marshal 25 ST

8

820

510

8

363010

11.0002001002004

HOK

HOKHOK

HOKHOK

HOK

HOKHOKHOKHOK

Stekkgkgkg

botol

30.000

30.00030.000

30.00030.000

30.000

30.00030.00030.00030.000

1.0002.0003.0002.500

50.000

240.000

240.000600.000

150.000300.000

240.000

90.000180.000900.000300.000

11.000.000

400.000300.000500.000200.000

HOK = Hari Orang Kerja

Biaya pekerja sudah termasuk uang makan 1

kali

9.000 stek batang/ha2.000 stek cadangan

dasar, susulanisi 500 ml

Sub total 15.640.000

Total Biaya Produksi 23.070.000

III Pendapatan UtamaPendapatan Lain

70.000

36.000

Kg

Batang

1.000

500

70.000.000

Page 13: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

1. Batang2. Daun

900 iket 500 18.000.000

450.000Total Pendapatan 88.450.00

0Keuntungan 65.380.00

0

Biaya Produksi (Total Biaya) = Biaya tetap + Biaya Variable

= Rp 7.430.000 + Rp 15.640.000

= Rp 23.070.000

Penerimaan Utama = Produksi x harga

= 70.000 kg x Rp.1.000

= Rp. 70.000.000

Penerimaan Lain = Pendapatan Batang + Pendapatan Daun

= Rp 18.000.000 + Rp 450.000

= Rp 18.450.000

Penerimaan Total = Pendapatan Utama + Pendapatan Lain

= Rp 70.000.000 + Rp 18.450.000

= Rp 88.450.000

Keuntungan Penerimaan = Penerimaan – Biaya Produksi

= Rp. 88.450.000 – 23.070.000

= Rp. 65.380.000

1. BEP Penerimaan =FC1- VC/s

= Rp 23.070.000

1- Rp 65.380.000/Rp 88.450.000

= Rp 23.070.000

1-0.74

Page 14: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

= Rp 88.730.769

2. BEP Produksi = 23.070.000 / 1.000

= 23.070 kg

3. BEP Harga = 23.070.000/ 70.000

= Rp 329,57 /kg

Dari perhitungan tersebut dapat dilihat bahwa usaha tani ketela pohon mengalami break

even atau titik impas jika penerimaan yang diperoleh petani sebesar Rp 88.730.769 per musim

per usahatani, harga Rp 329,57 / kg per musim atau dengan produksi 23.070 kg.

A. Analisis Kelayakan

1. R/C Ratio = Penerimaan

Total Biaya

= Rp 88.450.000

Rp 23.070.000

= 3,83

2. n/C = Keuntungan

Biaya

= Rp. 65.380.000

Rp. 23.070.000

= 2,83

3. Profit Margin = Keuntunganx 100 %

Penerimaan

= Rp 65.380.000 x 100%

Rp 88.450.000

= 0,74x 100%

= 74%

Page 15: Manajemen Agribisnis Tanaman Pangan

Berdasarkan perhitungan R/C ratio dapat dilihat bahwa usaha pertanian ketela pohon layak untuk dikembangkan karena R/C ratio > 1 dan n/C melebihi bunga bank yang berlaku, selain itu profit marginnya juga tinggi yaitu 74 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Teknologi budidaya ubikayu. http://epetani. deptan. go.id /budidaya /teknologi-budidaya-ubikayu-1499 Diakses pada tanggal 5 desember 2013.

Anonym. 2012. Budidaya ubu kayu. http:// indoagrow. wordpress.com /2012/02/10/budidaya-ubi-kayu/. Diakses pada tanggal 5 desember 2013

Anonym. 2013. Prospek agribisnis ubi kayu. http://jurus-usaha. Blogspot . com/2013 /05/prospek-agribisnis.html. Diakses tanggal 7 desember 2013.

Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.

Danarti dan Sri Najiyati. 1998. Palawija, Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Rahmat Rukmana, H. Ir. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.