analisis kombinasi optimal suhu, pencahayaan, dan musik
TRANSCRIPT
1
Analisis Kombinasi Optimal Suhu, Pencahayaan, dan Musik Klasik terhadap Beban Kerja Mental Numerik Mahasiswa Wanita
Lucky Ariadi, Boy Nurtjahyo Moch.
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424
Abstrak Seiring berkembangnya teknologi, sumber daya mental manusia semakin banyak digunakan di berbagai pekerjaan. Mahasiswa merupakan salah satu aktivitas yang banyak menggunakan sumber daya mental. Tidak berimbangnya sumber daya mental yang dimiliki dengan beban kerja mental yang dikerjakan mengakibatkan peningkatan tingkat stres pada mahasiswa Desain lingkungan yang baik dapat menjaga beban kerja mental manusia berada di kondisi yang optimal. Faktor cahaya, suhu, intensitas musik merupakan faktor desain lingkungan yang ditemui di pekerjaan dalam ruangan. Analisis pengaruh ketiga faktor tersebut digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap beban kerja mental manusia, khususnya pada mahasiswa wanita. Penelitian ini menggunakan metode DOE dan 2 level factorial design. Setelah dilihat pengaruhnya, kemudian dilihat kombinasi yang optimal untuk menjaga beban kerja mental. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hanya faktor utama suhu yang berpengaruh signifikan terhadap akurasi. Untuk kombinasi optimal, suhu 25oC dan cahaya 300 lux memberikan nilai terbaik di penelitian ini. Kata Kunci: beban kerja mental, desain lingkungan, suhu, pencahayaan, musik, mahasiswa wanita, design of experiment.
Analysis the Optimal Combination of Temperature, Illumination, and Classic Music to Female College Student Numerical Mental Workload
Abstract
As the development of technology, human mental resources are increasingly used in a variety of jobs and activities. Students are one of the activity that use a lot of mental resources. The imbalance of mental resources and mental workload can increase the stress level among college students. Good environmental design can keep the human mental workload in optimal condition. Environmental factors like illumination, temperature, sound intensity of the music is some factors in the design of the work environment that can be found when we work indoor. Analysis the optimal combination of these three factors used to see it’s effect on human mental workload and the optimal combination of these three factors, especially in the female college students. This study uses the Design of Experiment and the 2-level factorial design. After know the significance, then we can find the optimal combination for appropriate mental workload. The result of this research show that only temperature significance to accuracy. For the optimal combination, temperature 25oC and illumination 300 lux give the best result on this research. Keyword: Mental workload, environmental design, temperature, illumination, sound intensity, female college student, design of experiment.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
2
Pendahuluan
Seiring berkembangnya teknologi modern dalam lingkungan kerja, kebutuhan kognitif
akan semakin dibutuhkan (Singleton, 1989). Jika beban kerja mental yang diberikan lebih
besar dari kemampuan maksimal pekerja, maka akan terjadi mental stress. Menurut ISO
10075, mental stress didefinisikan sebagai setiap pengaruh luar yang mengganggu manusia
dan memberikan efek terhadap manusia secara mental.
Sejak tahun 1983 sampai 2009 tingkat stres mengalami peningkatan sebesar 18% pada
wanita dan 24% pada pria (Cohen & Janicki-Deverts, 2012). Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap beban kerja mental adalah faktor desain lingkungan (ISO 10075, 1991).
Penelitian ini juga didukung fakta bahwa dari 10 jenis pekerjaan dengan tingkat stres
tertinggi, 9 diantaranya merupakan pekerjaan yang membutuhkan sumber data mental dan
dilakukan di dalam ruangan.
Banyak jenis pekerjaan yang membutuhkan sumber daya mental, salah satu contohnya
adalah mahasiswa. Hal ini dikarenakan mahasiswa butuh untuk mengeluarkan kemampuan
mental maupun kognitif dalam melakukan tugas – tugasnya sebagai mahasiswa. Kemampuan
tersebut contohnya adalah pengerjaan soal, pengerjaan tugas pada laptop, dan lainnya.
Lingkungan fisik yang terdapat di tempat manusia bekerja terutama di ruangan
tertutup bisa berupa suhu, cahaya, dan kebisingan. Desain lingkungan fisik yang tidak
membuat manusia menjadi nyaman akan berakibat terganggunya aktivitas yang mereka
lakukan. Variasi dari masing – masing faktor juga berpengaruh terhadap fisiologis manusia,
sehingga pada akhirnya performa manusia untuk menyelesaikan pekerjaan dapat menurun
atau meningkat.
Dari hasil penelitian, faktor suhu menunjukkan korelasi yang positif terhadap
peningkatan beban kerja mental yang diukur melalui pengukuran subjektif (Lan, Lian, & Pan,
2010). Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan heat illness, dimana tingkatan
tertingginya dapat menyebabkan heat hyperpyrexia yang menyebabkan seseorang tumbang
dan terdisorientasi (Bridger, 2008). Sedangkan penelitian lain menyebutkan bahwa pekerjaan
dalam ruangan pada suhu 17oC, 21oC, dan 28oC menunjukkan bahwa kenyamanan serta
performa terbaik didapatkan di suhu 21oC(Lan, Lian, & Pan, 2010).
Kisaran kebisingan yang masih dapat diterima di ruangan adalah 40 – 60 dB.
Kebisingan yang berlebihan dapat menyebabkan turunnya akurasi dari pengerjaan tugas
administrasi, tugas motorik, dan tugas keawasan (Sundstrom, 1986). Selain itu, kebisingan
juga dapat meningkatkan tekanan darah (Talbott, Gibson, Burks, Engberg, & McHugh, 1999)
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
3
dan meningkatkan tingkat stress seseorang (Morrison, et al. 2003). Kebisingan dalam bentuk
musik Mozart memberikan efek yang positif dan menaikkan gairah, yang memberikan
peningkatan secara sedang terhadap performa (Lesiuk, 2005).
Kebisingan bisa bersumber dari berbagai macam hal, salah satunya adalah musik.
Seiring berkembangnya teknologi saat ini musik bisa dimainkan dimanapun dan kapanpun,
bahkan biasa dimainkan saat sedang mengerjakan pekerjaan utama. Banyak penelitian yang
menyebutkan bahwa musik memiliki pengaruh yang baik terhadap manusia. Rauscher, Shaw,
dan Ky (1993) melaporkan bahwa 36 mahasiswa meningkatkan rata – rata performa mereka
setelah mendengarkan musik Mozart selama 10 menit. Kedepannya perlu diteliti lebih jauh
mengenai pengaruh tingkat kebisingan musik terhadap performa manusia.
Pencahayaan yang optimal untuk pekerjaan di dalam kantor adalah 300 – 500 lux.
Cahaya yang terang dan terpapar secara terus menerus kepada seseorang tanpa istirahat dapat
menyebabkan kelelahan mata dan ketidaknyamanan tubuh bagian atas (Bridger, 2008).
Dengan menggunakan pencahayaan yang optimal, produktivitas kerja manusia dapat
meningkat sekitar 4,5% (Juslen, Wouters, & Tenner, 2006). Untuk di Indonesia, sebagian
besar pencahayaan di dalam ruang masih belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
(Bangsawan, 2014).
Tinjauan Teoritis
Ergonomi
Ergonomi atau ergonomics berasal dari bahasa Yunani yaitu ergo yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dapat diartikan sebagai disiplin
keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi
lebih populer dipergunakan di negara – negara Eropa. Sedangkan di Amerika istilah ini lebih
dikenal sebagai Human Factors Engineering atau Human Engineering. Disiplin ilmu
ergonomi secara khusus mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam
berinteraksi dengan teknologi dan produk – produk buatannya. Awal dari ilmu ini berangkat
dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas kemampuan baik itu jangka pendek maupun
panjang saat berinteraksi dengan lingkungan kerjanya (Sanders & McCormick, 1993).
Suhu
Definisi kenyamanan termal menurut British Standard BS EN ISO 7730 adalah
kondisi pikiran yang mengekspresikan kepuasan terhadap kondisi termal lingkungan. Istilah
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
4
kenyaman termal mengambarkan kondisi psikologis seseorang yang biasanya digunakan
untuk mengetahu apakah pekerja merasa terlalu panas atau terlalu dingin berada dalam suatu
kondsi lingkungan tertentu.
Pada pekerjaan dalam ruangan, perkembangan teknologi memungkinkan manusia
untuk mengatur suhu ruangan. Berbagai penelitian telah dicoba untuk mencari pengaturan
suhu dalam ruangan yang sesuai dengan manusia, ISO 9241 menyatakan pada musim salju
suhu ruangan hendaknya berkisar antara 20oC – 24oC dan pada kondisi musim panas berkisar
antara 23oC – 26oC. Penelitian sebelumnya telah meneliti bahwa pada suhu 21oC memiliki
performa yang lebih baik dibanding suhu 17oC dan 28oC
Heat Stress dan Cold Stress
Terdapat beberapa efek fisiologis dari paparan panas ke tubuh manusia. Salah satu
efek langsung dari paparan suhu panas adalah meningkatnya suhu rektal dari tubuh manusia.
Suatu studi menyebutkan bahwa setiap kenaikan 1oC suhu rektal dapat meningkatkan
metabolisme tubuh sebesar 10 persen. Efek yang lain adalah dari sistem kardiovaskuler, ini
dikarenakan sistem tersebut merupakan barisan pertama dari tubuh manusia untuk bertahan
dari paparan suhu panas. Yang paling terlihat reaksinya adalah meningkatnya detak jantung,
dalam paparan suhu panas detak jantung dapat meningkat 50 sampai 70 persen (Sanders &
McCormick, 1993).
Sedangkan untuk cold stress, secara fisiologis reaksi tubuh akibat suhu yang dingin
secara utama bisa dibagi menjadi dua, yaitu vasoconstriction dan shivering (Sanders &
McCormick, 1993). Vasoconstriction memperlambat atau menghentikan aliran darah di
permukaan tubuh seperti kulit, jari tangan, telapak kaki. Pada reaksi ini darah lebih banyak
mengalir di organ dalam tubuh manusia. Sedangkan untuk shivering merupakan reaksi yang
terjadi jika vasoconstriction tidak bisa menjaga suhu di dalam tubuh. Shivering atau gemetar
terjadi untuk meningkatkan metabolisme tubuh dengan berkontraksinya otot – otot manusia.
Reaksi ini tidak bisa meningkatkan suhu tubuh tetapi hanya dapat menjaga agar tidak terus
turun.
Cahaya
Secara definisi, cahaya merupakan suatu sinar dari benda yang memancarkan cahaya
sehingga memungkinkan mata manusia menangkap bayangan benda di sekitarnya (KBBI).
Berbagai aspek dalam kehidupan manusia bergantung pada matahari sebagai sumber cahaya
bagi kegiatanya seperti menyetir di siang hari, bermain golf, dan berkebun. Pencahayaan
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
5
alami merupakan sistem pencahayaan yang menggunakan sumber cahaya dari matahari (saat
siang hari). Cahaya, menurut Illuminating Engineering Society (IES) adalah energi radian
yang sesuai dengan retina (mata) dan menghasilkan sensasi visual (IES Nomenlature
Committee, 1979). Setiap negara memiliki standar pencahayaan yang berbeda – beda. Tren
yang saat ini sedang dan terus berkembang adalah mengurangi pencahayaan buatan di dalam
ruangan dan memanfaatkan pencahayaan alami dari matahari untuk pekerjaan dalam ruang.
Untuk pekerjaan dalam ruangan rekomendasi pencahayaan yang baik adalah 300 lux – 500
lux (Bridger, 2008)
Efek pencahayaan terhadap performa
Seperti yang telah dikemukakan oleh Boyce (1981), pencahayaan itu sendiri tidak
dapat menghasilkan keluaran kerja. Yang bisa dilakukan oleh pencahayaan adalah membuat
hal – hal lebih detail, mudah dilihat, dan dapat dengan mudah membedakan warna tanpa
membuat manusia merasa tidak nyaman. Pekerja kemudian dapat memanfaatkan hal tersebut
untuk kemudian meninkatkan output kerjanya jika mereka memiliki motivasi dan kemampuan
untuk melakukan itu.
Banyak penelitian yang meneliti efek pencahayan terhadap performa, salah satunya
adalah penelitian performa dengan cahaya 20 lux dan 340 lux (Lin, Feng, Chao, & Tseng,
2007). Pada penelitian ini responden diminta untuk identifikasi sinyal di komputer. Hasil yang
didapat bahwa pencahayaan berpengaruh signifikan terhadap performa, pencahayaan 20 lux
menghasilkan performa lebih baik dari cahaya 340 lux. Ada juga penelitan lain yang meneliti
tentang pencahyaan saat perakitan sebuah komponen di pabrik (Juslen, Wouters, & Tenner,
2006), dari hasil penelitian didapat bahwa kenaikan intensitas cahaya dapat meningkatkan
produktivitas sebesar 4,5%.
Kebisingan
Kebisingan (noise) merupakan aspek penting dalam lingkungan kerja dan kehidupan
manusia, dalam kehidupan sehari – hari kita mengenalnya dengan polusi suara dan dapat
menjadi bahaya bagi kesehatan. Secara definisi kebisingan adalah suara pada amplitudo
tertentu yang dapat menyebabkan gangguan saat berkomunikasi. Bila suara dapat diukur
secara objektif, sebaliknya kebisingan merupakan hal yang subjektif. Sumber lain
mendefinisikan kebisingan sebagai suatu stimulus pendengaran yang tidak memiiki hubungan
informasi apapun dengan penyelesaian tugas.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
6
Berbagai lembaga keamanan kerja memiliki batas aman yang saling menyerupai satu
sama lain. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menyatakan bahwa
tingkat kebisingan sebesar 90 dB sebagai batas maksimal dari paparan kebisingan selama 8
jam kerja. European Union bahkan mewajibkan pekerja memakai alat pelindung jika paparan
kebisingan mencapai 85 dB. Hal ini dilakukan karena dari hasil penelitian, jika terkena
paparan kebisingan yang melebihi batas dan dalam jangka waktu lama akan memberikan efek
yang buruk terhadap kesehatan.
Efek kebisingan terhadap performa
Penelitian mengenai pengaruh kebisingan terhadap performa masih terus dilakukan
hingga saat ini. Pada tahun 1982 Grawron melakukan penelitian pengaruh kebisingan pada 58
orang dan hasil yang diperoleh adalah 29 sampel menunjukkan kebisingan dapat menurunkan
performa, 22 sampel menunjukkan kebisingan tidak mempengaruhi performa, dan 7 sampel
menunjukkan bahwa kebisingan dapat meningkatkan performa Penelitian lain juga dilakukan
dan hasil yang didapatkan dari penelitian adalah kebisingan memiliki dampak negaif terhadap
tugas kognitif, dan juga memberikan dampak yang buruk terhadap kecepatan dan akurasi
dalam mengerjakan tugas (Szalma & Hancock, 2011).
Background Music (Musik Latar)
Banyak penelitian yang telah dilakukan dan menempatkan faktor musik menjadi
faktor yang perlu diteliti lebih jauh terkait pengaruhnya terhadap manusia. Sejumlah
penelitian menunjukkan dampak yang baik dari mendengarkan musik terhadap produktivitas
kerja, hal ini dikarenakan munculnya perasaan positif yang kemudian dapat mempengaruhi
kognitif dari manusia (Lesiuk, 2005). Dari sisi akademis, pelajar SMA di Kanada yang
memilih pelajaran musik memiliki performa akademis yang lebih baik (Cabanac, 2010)
Ada banyak genre musik yang bisa digunakan sebagai musik latar saat sedang
mengerjakan tugas. Sebuah studi dari Areni dan Kim (1993) menginvestigasi efek dari musik
klasik terhadap penjualan minuman anggur di toko anggur. Hasilnya menunjukkan bahwa
pembeli lebih suka mengeluarkan uangnya ketika musik klasik dimainkan dibandingkan
musik jenis lain, yang menarik adalah pembeli bukan membeli lebih banyak tetapi membeli
barang yang lebih mahal. Penelitian lain dari Rauscher, Shaw, dan Ky (1993) melaporkan
bahwa 36 mahasiswa meningkatkan rata – rata performa mereka setelah mendengarkan musik
Mozart selama 10 menit.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
7
Beban Kerja Mental
Secara garis besar aktivitas manusia dapat dibedakan menjadi dua yaitu aktivitas fisik
(otot) dan aktivitas mental (otak). Beban kerja mental menurut Henry R. Jex yaitu selisih
antara tuntutan beban kerja dari suatu tugas dengan kapasitas maksimum beban mental
seseorang dalam kondisi termotivasi. Beban kerja mental merupakan suatu konsep yang
masuk dalam berbagai literatur ergonomi dan sama pentingnya dengan beban kerja fisik yang
sudah banyak dibahas (Young & Stanton, 2005). Beban kerja mental sangat erat kaitannya
dengan aspek psikologis manusia. Sedangkan aspek psikologis dari manusia dapat berubah
sewaktu – waktu sesuai dengan kondisi yang sedang dilalui. Dalam konteks ini jika kebutuhan
sesuai dengan kapasitas yang ada maka tidak ada penurunan performa (Young & Stanton,
2005). Namun, jika kebutuhan melebihi kapasitas yang ada bisa jadi ada penurunan performa
atau perubahan fisiologis dari manusia.
Pengukuran beban mental dapat dilakukan melalui berbagai cara. Secara umum
pengukuran beban kerja mental dibagi menjadi tiga cara yaitu dengan pengukuran performa
(tugas utama dan sekunder), fisiologis (detak jantung), dan pengukuran subjektif (kuesioner
beban kerja mental).
Design of Experiment (DOE)
Desain Eksperimen merupakan salah satu metode statistik yang digunakan sebagai
salah satu alat untuk meningkatkan dan memperbaiki performa suatu proses, biasanya dalam
sistem kualitas. Desain eksperimen dapat didefinisikan sebagai suatu uji atau rentetan uji
dengan mengubah-ubah variabel input (faktor) suatu proses sehingga dapat diketahui
penyebab perubahan output (respon). Perubahan-perubahan terhadap variabel suatu proses
atau sistem diharapkan akan memberi hasil (respons) yang optimal dan cukup memuaskan
sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang valid dan objektif (Montgomery, 2009).
Dalam melakukan desain eksperimen terdapat 3 prinsip dasar yang harus dilakukan, ketiga
prinsip itu adalah replikasi, randomisasi, dan blocking.
Hipotesis Statistik
Hipotesis merupakan perkiraan logis mengenai hubungan antara dua variabel atau
lebih yang disampaikan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis terbagi menjadi
dua yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang bisa ditunjukkan sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
8
Secara umum, hipotesis nol dapat diartikan sebagai pernyataan bahwa faktor
independen tdak memiliki pengaruh signifikan. Sedangkan hipotesis alternatif dapat diartikan
pernyataan bahwa faktor independen memiliki pengaruh signifikan.
Penerimaan dan penolakan hipotesis nol tergantung dari α yang digunakan pada
penelitian. Secara umum, α yang digunakan adalah sebesar 0,1; 0,05; dan 0,001 tergantung
dari tingkat keyakinan peneliti. Jika nilai p hasil perhitungan lebih besar dari α maka hipotesis
nol diterima, berlaku juga untuk sebaliknya.
Model Prediksi
Perhitungan dengan desain faktorial juga dapat dibuat sebuah model prediksi dari
faktor independen terhadap faktor dependen. Kekuatan dari model memprediksi nilai y juga
dapat dilihat dari nilai R2. Oleh karena itu jika ada penambahan faktor maka nilai dari R2 ini
akan terus bertambah. Untuk mengatasinya biasanya digunakan adjusted R2 jika ada faktor
yang ingin ditambahkan. Dari model prediksi juga dapat dikembangkan dengan pembuatan
plot kontur serta plot permukaan. Kedua plot tersebut berguna untuk melihat secara visual
nilai prediksi dari rentang level dari faktor yang diuji.
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode desain eksperimen (DOE) yang terdiri dari 8
kelompok kombinasi yang terdiri dari 3 faktor dan masing – masing faktornya terdapat 2 level
:
a. Faktor suhu diatur menjadi 2 level yaitu 21o dan 25o C. Pemilihan suhu 21o C
didasarkan pada penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 yang menunjukkan bahwa
suhu 21o C merupakan suhu terbaik dari tiga level yang diuji (17o C, 21o C, 28o C)
(Lan et al, 2010). Selanjutnya, pemilihan suhu 25o C didasarkan pada nilai minimal
dari Nilai Ambang Batas suhu yang ditunjukkan sebelumnya di KepMen/Kep-
51.Men/1999.
b. Faktor pencahayaan diatur menjadi 2 level yaitu 300 dan 500 lux. Pengaturan
pencahayaan menjadi 300 lux dan 500 lux ini didasarkan pada studi literatur yang
menunjukkan bahwa tingkat pencahayaan yang baik untuk pekerjaan kantoran atau di
dalam ruangan adalah 300 lux dan 500 lux (Bridger, 2008).
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
9
c. Faktor intensitas suara musik klasik diatur menjadi 2 level yaitu 41-50 dB dan 51-60
dB. Musik yang digunakan adalah musik Mozart dengan judul Symphony 40, Rondo
Alla Turca, A Little Night, Allegro, Wiegenlied, dan Adagio and Fugue in C minor.
Pemilihan musik yang lebih dari 1 ini untuk menghindari kebosanan dari responden
ketika mendengarkan musik yang sama secara terus-menerus, dan untuk
menyesuaikan dengan lama satu periode pengambilan data.
Pengukuran beban kerja mental diukur melalui dua metode yaitu melalui pengukuran
performa dan pengukuran fisiologis. Untuk pengukuran performa dilakukan melakukan tes
numerik yang terdiri dari 30 soal. Parameter performa yang digunakan adalah akurasi dari
jawaban dan waktu penyelesaian tugas. Sedangkan untuk pengukuran fisiologis diukur detak
jantung selama responden mengerjakan tugas yang diberikan. Pengukuran fisiologis dibantu
dengan alat Polar Heart Rate yang dipasang di tubuh responden. Hasil pengukuran adalah
detak jantung rata – rata dan detak jantung maksimum responden selama mengerjakan tugas
di kondisi lingkungan yang dirancang.
Penelitian ini juga melihat kenyamanan terhadap kondisi lingkungan yang ada.
Pengukuran kenyamanan menggunakan kuesioner yang diisi setelah responden setelah selesai
mengerjakan tugas yang diberikan. Isi kuesioner meliputi persepsi responden terhadap masing
– masing faktor lingkungan dan kenyamanan responden terhadap keseluruhan faktor yang
diuji di setiap replikasi.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Laboratorium Ergonomics Centre di dalam ruang Ergosems pada
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok. Eksperimen dilakukan pada hari kerja pada
tanggal 15 – 30 April 2013. Untuk satu kali eksperimen diperlukan waktu 1 jam sehingga
total waktu eksperimen adalah 40 jam.
Sampel
Pada penelitian ini dilakukan replikasi 5 kali dan 5 sampel dari mahasiswa wanita
TIUI yang berumur 18 – 22 tahun. Setiap replikasi pada eksperimen ini di blok. Kriteria dari
sampel adalah :
a. Umur mahasiswa 18-22 tahun.
b. Berjenis kelamin wanita
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
10
c. Sehat jasmani, dengan parameter detak jantung normal pada saat istirahat berkisar antara
60-100 detak/menit (Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia/PAPDI), serta tekanan
darah normal <120 / <80 mm/Hg (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
d. Tidak ada kriteria khusus mengenai preferensi dalam mendengarkan musik.
Alat Penelitian
Terdapat berbagai alat yang digunakan untuk mendukung penelitian ini. Untuk
mengatur faktor lingkungan digunakan alat pendingin udara, lampu, dan laptop untuk
mengatur faktor lingkungan suhu, cahaya, dan suara musik. Untuk menjaga level faktor yang
diuji menggunakan alat sound level meter, WBGT Temperature, dan lux meter. Kemudian
terdapat alat blood pressure dan heart rate monitor untuk melihat tekanan darah responden dan
detak jantung selama penelitian.
Hasil Penelitian
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah data performa, waktu pengerjaan, detak
jantung rata – rata, dan detak jantung maksimum. Dari keempat data tersebut, selanjutnya
diuji kecukupan datanya untuk nantinya dilakukan uji ANOVA. Setelah mengetahui
signifikansi, kemudian mencari kombinasi optimal dengan bantuan software Minitab, yang
terakhir adalah membandingkan nilai persepsi kenyamanan dengan nilai rata – rata tiap faktor
dan tiap data yang ada.
Uji Normalitas Data
Uji Normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan melihat histogram data residual dan plot
probabilitas data residual. Untuk histogram, semuanya menunjukkan bentuk bell shape.
Sedangkan untuk plot probabilitas, semuanya memiliki nilai p lebih besar dari α yang
digunakan yaitu 0,05. Dari kedua pengujian dapat disimpulkan bahwa semua data bersifat
normal, untuk hasil uji normalitas secara ringkas dapat dilihat pada tabel 1.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
11
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Data
Uji Independensi Data
Uji independensi bertujuan untuk melihat ada tidaknya korelasi atau hubungan antar
residual. Dari gambar terlihat bahwa semua data residual tersebar acak, hal ini menunjukkan
tidak ada korelasi antar residual dari data yang telah diambil. Hasil uji independensi dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Hasil Uji Independensi Data
Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat homogen atau tidaknya data yang telah
diperoleh dengan melihat persebarannya. Dari gambar 2 terlihat bahwa plot residual tersebar
dan tidak membentuk pola tertentu, hal ini berarti data bersifat homogen.
No Data α Nilai P Normalitas1 Data Akurasi 0,079 Normal2 Data Waktu 0,226 Normal3 Data Detak Jantung Rata - Rata 0,239 Normal4 Data Detak Jantung Maksimum 0,801 Normal
0,05
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
12
Gambar 2. Hasil Uji Homogenitas Data
Pengolahan ANOVA
Pada bagian ini semua data yang telah diuji kecukupan data akan dilihat tingkat
signifikansinya. Untuk melihat tingkat signifikansi dilakukan pengolahan ANOVA. Tingkat
signifikansi dilihat dengan membandingkan nilai p dari uji ANOVA dengan nilai α yang
ditetapkan sebesar 0,05. Jika nilai p lebih kecil dari 0,05 maka berpengaruh signifikan, dan
jika nilai p yang didapat lebih besar dari 0,05 maka tidak berpengaruh signifikan. Selain
signifikansi, dapat juga dilihat nilai efek dari tiap data. Hasil pengolahan ANOVA dapat
dilihat pada tabel 2.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
13
Tabel 2. Hasil Pengolahan ANOVA
Kombinasi Optimal
Setelah melihat signifikansi dan nilai efek, selanjutnya dilakukan pencarian kombinasi
optimal dari penelitian secara rata – rata dapat yang diperoleh dengan menggunakan fungsi
response optimizer pada Minitab 16. Cara kerja dari fungsi ini dari semua variabel adalah
mencari nilai rata-rata nilai terbaik tiap variabel di kombinasi yang sama dari 5 kali replikasi.
Kombinasi terbaik dari tiap data dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kombinasi Optimal tiap Data
Data Kenyamanan Responden
Pada tabel 4 telah diurutkan kombinasi dari 1 sampai 8 berdasarkan bobot yang telah
dijelaskan sebelumnya. Kombinasi dengan nilai persepsi kenyamanan paling tinggi adalah
DataFaktor Suhu Cahaya Musik Suhu*Cahaya Suhu*Musik Cahaya*Musik Suhu*Cahaya*MusikNilai P 0,018 0,512 0,056 0,693 0,693 0,693 0,693
Nilai Efek 1,9 0,5 -1,5 -0,3 0,3 0,3 0,3
DataFaktor Suhu Cahaya Musik Suhu*Cahaya Suhu*Musik Cahaya*Musik Suhu*Cahaya*MusikNilai P 0,237 0,965 0,825 0,453 0,237 0,508 0,894
Nilai Efek -1,35 -0,05 -0,25 0,85 -1,35 0,75 -0,15
DataFaktor Suhu Cahaya Musik Suhu*Cahaya Suhu*Musik Cahaya*Musik Suhu*Cahaya*MusikNilai P 0,119 0,387 0,719 0,230 0,554 0,579 0,118
Nilai Efek -79,7 43,7 18,1 60,8 -29,7 27,9 80,2
DataFaktor Suhu Cahaya Musik Suhu*Cahaya Suhu*Musik Cahaya*Musik Suhu*Cahaya*MusikNilai P 0,928 0,531 0,456 0,388 0,150 0,976 0,205
Nilai Efek 0,15 1,05 -1,25 1,45 -2,45 0,05 -2,15
Detak Jantung Maksimum
Akurasi
Detak Jantung Rata - Rata
Waktu
Akurasi (>27,5) Waktu (<1200)Detak Jantung
Rata - Rata (<73 detak/menit)
Detak Jantung Maksimum (<88
detak/menit)
Suhu 25oC 25oC 25oC 25oCPencahayaan 300 lux 300 lux 300 lux 300 luxIntensitas Musik 41 - 50 dB 51 - 60 dB 52 - 60 dB 53 - 60 dB
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
14
kombinasi dengan level faktor suhu 25oC, cahaya 300 lux, dan musik 41-50 dB. Sedangkan
kombinasi dengan persepsi nilai kenyamanan paling rendah adalah kombinasi dengan level
faktor suhu 21oC, cahaya 300 lux, dan musik 51-60 dB.
Tabel 4. Data Kenyamanan Responden
Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil yang didapat dari penelitian. Hasil dari
tabel 4 menunjukkan bahwa untuk persepsi kenyamanan dan akurasi menunjukkan nilai
terbaik di kombinasi level faktor suhu 25oC, pencahayaan 300 lux, dan intensitas suara musik
41 – 50 dB. Sedangkan untuk pengukuran waktu detak jantung rata – rata , dan detak jantung
maksimum nilai yang terbaik didapat dari kombinasi level faktor suhu 25oC, pencahayaan 300
lux, dan intensitas suara musik 51 – 60 dB.
Dari hasil uji ANOVA yang telah dilakukan sebelumnya, hanya faktor utama suhu
yang berpengaruh signifikan terhadap akurasi. Tabel 4 juga kembali mengkonfirmasi teori
yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa ketika suhu meningkat menuju kondisi yang
dipersepsikan nyaman oleh responden, performa juga meningkat (Lan, Lian, & Pan, 2010).
Dan jika dibandingkan antara dua level suhu, akurasi cenderung lebih baik ketika suhu 25oC,
dimana pada suhu tersebut mayoritas responden merasa nyaman.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa performa
kognitif manusia ketika bekerja di suhu dingin akan menurun (Hartley, 2001). Ketika suhu
dingin akan terjadi penurunan performa kognitif yang meliputi persepsi, memori, pemilihan
respon, dan pelaksanaan respon. Salah satu penyebab penurunan performa adalah suhu dingin
membuat manusia merasa tidak nyaman pada lingkungan sehingga fokus perhatian terhadap
Suhu Cahaya Musik Akurasi WaktuDetak Jantung Rata - Rata
Detak Jantung Maksimum
25 300 41-50 24 27,6 1312 74 8925 500 41-50 23 27,2 1308 74 9425 300 51-60 22 25,8 1192 72 8725 500 51-60 20 26,6 1405 73 8821 500 51-60 16 24,4 1373 75 9121 300 41-50 15 25,4 1343 75 9021 500 41-50 14 26,2 1378 73 8821 300 51-60 11 23,6 1443 75 89
FaktorTotal Nilai
Rata - Rata Nilai
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
15
tugas yang diberikan menjadi berkurang (Palinkas, 2001). Berkurangnya fokus perhatian yang
menyebabkan waktu respon menjadi lebih lama dan akurasi menurun.
Penelitan – penelitian sebelumnya menyatakan bahwa pada wanita terdapat perbedaan
fisik yang berbeda jika dibandingkan dengan pria. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan
bahwa akan terjadi perbedaan jika suatu penelitan membandingkan antara pria dan wanita.
Wanita rata – rata memiliki body fat yang sedikit lebih besar bila dibanding pria dengan umur
yang sama (Bridger, 2008). Body fat yang lebih besar akan membuat suhu yang dirasakan
oleh wanita akan lebih terasa hangat jika dibandingkan dengan pria.
Perbedaan lain adalah adanya perbedaan dari struktur jantung wanita, dimana menurut
British Heart Foundation, struktur jantung wanita sedikit lebih kecil (sekitar 20%) dibanding
pria. Hal ini juga menyebabkan pada saat istirahat detak jantung wanita akan lebih lambat dan
ketika aktivitas fisik meningkat maka detak jantung dapat berdetak lebih cepat sehingga
mengakibatkan mudah lelah. Terkait dengan suhu, pada suhu rendah jantung biasanya
berdetak lebih cepat untuk menjaga sirkulasi darah ke semua organ sehingga suhu organ
dalam dapat dipertahankan.
Wanita juga memiliki perbedaan dimana pada setiap bulan memiliki siklus menstruasi.
Pada penelitian ini responden wanita tidak dipilih berdasarkan apakah sedang pada siklus
menstruasi atau tidak. Pada fase menstruasi wanita memang mengalami perubahan dalam
suasana hati dan kadang mengalami sakit, namun dalam hal performa kognitif tidak ada
perbedaan yang signifikan antara wanita yang sedang dalam fase menstruasi maupun yang
tidak (Cockerell, 2008). Sedangkan dari sisi fisiologis yaitu dari detak jantung wanita yang
sedang menstruasi memiliki detak jantung yang lebih tinggi, namun kecil perbedaannya jika
dibandingkan wanita yang sedang tidak menstruasi.
Dari tabel 4 juga dapat dilihat kombinasi level faktor yang terbaik. Kombinasi yang
paling optimal adalah kombinasi dengan level faktor suhu 25oC, pencahayaan 300 lux, dan
intensitas suara musik 51 – 60 dB. Hasil ini sesuai dengan tabel bahwa terdapat tiga faktor
yaitu waktu, detak jantung rata – rata, dan detak jantung maksimum yang nilai terbaiknya
berada pada kombinasi tersebut.
Hal yang berbeda terjadi pada pengukuran akurasi dan persepsi kenyamanan. Kedua
pengukuran tersebut paling baik pada level faktor suhu 25oC, pencahayaan 300 lux, dan
intensitas suara musik 41 – 50 dB. Jika dibandingkan dengan kombinasi optimal untuk semua
pengukuran, perbedaan hanya terjadi pada intensitas suara musik. Walaupun berbeda, nilai
persepsi kenyamanan dan akurasi hanya berbeda sedikit dibanding kondisi terbaik untuk
masing – masing faktor.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
16
Kesimpulan
Dari keempat variabel yang diukur, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat
faktor utama yang berpengaruh signifikan dan tidak ada interaksi antar faktor yang
berpengaruh signifikan. Faktor utama itu adalah suhu yang dari hasil uji ANOVA
berpengaruh signifikan terhadap akurasi dengan nilai p = 0,02. Faktor suhu pada penelitian ini
juga memilki nilai efek positif, yang memiliki pengertian bahwa kenaikan suhu dari level
yang diuji pada penelitian ini (21oC ke 25oC) akan meningkatkan akurasi.
Selain faktor suhu, terdapat faktor intensitas suara musik yang berpengaruh lemah
terhadap akurasi dengan nilai p = 0,056. Hanya kedua faktor utama tersebut yang memiliki
nilai p lebih kecil atau cukup mendekati α yang ditetapkan sebesar 0,05. Faktor utama lain
tidak berpengaruh signifikan tetapi tetap memberikan efek baik positif maupun negatif
terhadap performa (akurasi dan waktu) maupun fisiologis (detak jantung rata – rata dan detak
jantung maksimum).
Terdapat perbedaan kombinasi ketiga faktor yang optimal untuk masing – masing
pengukuran. Untuk pengukuran akurasi, kombinasi yang paling optimal adalah dengan level
faktor suhu 25oC, pencahayaan 300 lux, dan intensitas suara musik 41 – 50 dB. Sedangkan
untuk pengukuran waktu, kombinasi yang paling optimal adalah dengan level suhu 25oC,
pencahayaan 300 lux, dan intensitas suara musik 51 – 60 dB. Sedangkan untuk pengukuran
fisiologis baik detak jantung rata – rata maupun detak jantung maksimum memiliki level
kombinasi optimal yang sama dengan pengukuran waktu yaitu dengan level suhu 25oC,
pencahayaan 300 lux, dan intensitas suara musik 51 – 60 dB.
Dari persepsi kenyamanan secara keseluruhan didapatkan bahwa kombinasi faktor
suhu 25oC, pencahayaan 300 lux, dan intensitas suara musik 41 – 50 dB memiliki tingkat
kenyamanan tertinggi. Pada persepi kenyamanan, suhu 25oC menempati empat posisi teratas.
Hal ini dapat diartikan bahwa responden lebih merasa nyaman dengan suhu yang lebih
hangat. Sedangkan untuk faktor pencahayaan dan intensitas suara musik hasil pada tingkat
kenyamanan lebih tersebar dari semua kombinasi.
Saran
Faktor lingkungan yang diteliti pada penelitian ini merupakan salah satu dari banyak
faktor yang mempengaruhi beban kerja mental. Seiring berkembangnya teknologi, pekerjaan
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
17
mental yang dikerjakan oleh manusia semakin banyak variasi dan jenisnya sehingga hal ini
menjadi menarik untuk diteliti lebih jauh. Setelah melakukan penelitian dan menganalisis
hasil yang didapat, penulis memberikan masukan :
a. Kedepannya peneliti dapat menambah jumlah responden dalam penelitian, hal ini
bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih optimal dan akurat.
b. Penggunaan ruang eksperimen yang lebih dapat menjaga level faktor yang diuji.
Penelitian eksperimen biasanya ingin menguji faktor pada level tertentu, sehingga
level faktor pada saat penelitian diharapkan dapat terjaga sesuai yang diinginkan.
c. Penelitian mengenai ergonomi sangat erat hubungannya dengan manusia, terutama
penelitian yang berkaitan dengan respon dari manusia. Untuk itu akan lebih baik jika
sebelum dilakukan penelitian responden diperiksa secara menyeluruh kesehatannya
untuk memastikan bahwa responden dalam keadaan yang sehat atau sesuai dengan
kriteria penelitian.
d. Untuk penelitian kedepannya dapat lebih diperdalam mengenai hubungan antara
faktor lingkungan dengan performa manusia dan penyebab dari perubahan performa
tersebut.
e. Untuk faktor musik, penelitian kedepannya dapat mempertimbangkan preferensi
musik dari setiap responden, karena pada penelitian ini hanya melihat pengaruh faktor
musik klasik terhadap responden secara umum.
f. Penelitan kedepannya juga dapat lebih mendalami mengenai efek dari siklus
menstruasi dari sebelum sampai sesudah pada wanita kaitannya dengan beban kerja
mental baik itu performa maupun fisiologis. Dapat juga ditambahkan dengan analisis
dari hormon yang dihasilkan dan kinerja otak.
Daftar Referensi
Armon, R., Fisher, A., Goldfarb, B., & Milton, C. (n.d.). Effects of music tempos on blood
pressure, heart rate, and skin conductance after physical exertion. Madison, U.S.:
University of Wisconsin.
Bangsawan, N. J. (2014, Februari 24). Universitas Gadjah Mada. Diambil pada April 10,
2014, dari Universitas Gadjah Mada website: http://ugm.ac.id/id/berita/8721-
desain.pencahayaan.bangunan.indonesia..belum.sesuai.standar
Boyce, P. (1981). Human Factors in Lighting. New York: Macmillian.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
18
Bridger, R. S. (2008). Introduction to Ergonomics Third Edition. Boca Raton, U.S.: CRC
Press.
Cabanac, M. (2010). Introduction – ‘Mozart effect’, music, and academicperformance. In A.
Cabanac, L. Perlovsky, M.-C. Bonniot-Cabanac, & M. Cabanac, Music and academic
performance (p. 1). Behavioural Brain Research 256, 2013.
Cockerell, M. G. (2008). Relationship Between Menstrual Cycle Phases and Cognitive
Function in Females who Use and Do Not Use Oral Contraceptives. ProQuest.
Cohen, S., & Janicki-Deverts, D. (2012). Who's Stressed? Distributions of Psychological
Stress in the United States in Probability Samples from 1983, 2006, and 2009. Journal
of Applied Social Psychology 42, 1320-1334.
Haditia, I. P. (2012). Analisis Pengaruh Suhu Tinggi Lingkungan dan Beban Kerja Terhadap
Konsentrasi Pekerja. Depok, Indonesia: Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia.
Hartley, K. M. (2001). The Effect of Cold on Human Cognitive Performance - Implication for
Design. SELF-ACE 2001 Conference, (p. 297).
ISO 10075. (1991). Ergonomic principles related to mental workload. Geneva, Switzerland:
International Standards Organization.
ISO 9241. (1990). Ergonomic Requirements for Office Work with Visual Display Terminals.
Geneva, Switzerland: International Standards Organization.
Jensen, R. (1983). Worker's Compensation Claims Attribute to Heat and Cold Exposure.
Professional Safety, 19 - 24.
Juslen, H., Wouters, M., & Tenner, A. (2006). The influence of controllable task-lighting on
productivity: a field study in a factory. Applied Ergonomics 38, 39-44.
Kensing, K. (2014). Career Cast. Retrieved April 10, 2014, from Career Cast website:
http://www.careercast.com/jobs-rated/10-most-stressful-jobs-2013
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. (1999). Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat
Kerja. Jakarta, Indonesia: Kementerian Tenaga Kerja RI.
Lan, L., Lian, Z., & Pan, L. (2010). The effects of air temperature on office workers’ well-
being, workload and productivity-evaluated with subjective ratings. Applied
Ergonomics 42, 29-36.
Lesiuk, T. (2005). The effect of music listening on work performance. Psychology of Music
33 (2), 173-191.
Lin, C. J., Feng, W. Y., Chao, C. J., & Tseng, F. Y. (2007). Effects of VDT Workstation
Lighting Conditions on Operator Visual Workload. Industrial Health 46, 105–111.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014
19
Montgomery, D. C. (2009). Design and Analysis of Experiments 7th Edition. New York, U.S.:
John Wiley and Sons, INC.
Palinkas, L. A. (2001). Mental and Cognitive Performance in the Cold. University of
California.
Rauscher, F. H. (1993). Music and Spatial Task. Nature 365.
Sanders, M. S., & McCormick, E. J. (1993). Human Factors In Engineering and Design.
U.S.: McGraw-Hill, Inc.
Singleton, W. T. (1989). The Mind at Work: Psychological Ergonomics. In N. Stanton, A.
Hedge, K. Brookhuis, E. Salas, & H. Hendrick, Handbook of Human Factors and
Ergonomic Methods (pp. 39-1). Cambridge: Cambridge University Press, U.K.
Stetzenbach, L. D. (2008). Measurement and Verification of Building Performance
Characteristics. Las Vegas, U.S: National Center For Energy Management and
Building Technologies.
Sundstrom, E. (1986). Lighting standards. In R. Bridger, Introduction to Ergonomics Third
Edition. Boca Raton, U.S.: CRC Press.
Swartz, L. (n.d.). The “Mozart Effect”: Does Mozart Make You Smarter?
Szalma, J. L., & Hancock, P. A. (2011). Noise Effects on Human Performance: A Meta-
Analytic Synthesis. Psychological Bulletin 137, 682–707.
Talbott, E. O., Gibson, L. B., Burks, A., Engberg, R., & McHugh, P. (1999). Evidence for a
dose–response relationship between occupational noise exposure and blood pressure.
Occupational Medicine 54, 71-76.
Wise up to winter. (n.d.). Diambil dari British Heart Foundation: http://www.bhf.org.uk/heart-
health/recovery/cold-weather.aspx
Young, M. S., & Stanton, N. A. (2005). Mental Workload. In N. Stanton, A. Hedge, K.
Brookhuis, E. Salas, & H. Hendrick, Handbook of Human Factors and Ergonomic
Methods (pp. 39-1 - 39-9). Florida, U.S.: CRC Press.
Analisis Kombinasi..., Lucky Ariadi, FT UI, 2014