analisis kinerja keuangan daerah kabupaten/kota …eprints.ums.ac.id/45397/1/naskah...

15
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH PERIODE 2011-2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh: SRI HENING TIRA AMBARINI B 200120220 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: buinhan

Post on 09-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI

JAWA TENGAH PERIODE 2011-2013

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

SRI HENING TIRA AMBARINI

B 200120220

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI

JAWA TENGAH PERIODE 2011-2013

NASKAH PUBLIKASI

oleh:

SRI HENING TIRA AMBARINI

B200120220

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing,

(Dra. Mujiyati, M.Si)

NIK. 612/061010641

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI JAWA

TENGAH PERIODE 2011-2013

OLEH

SRI HENING TIRA AMBARINI

B200120220

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari Kamis, 4 Agustus 2016

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan penguji :

1. Dr. Triyono, SE, M.Si (……………..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Mujiyati, Dra. M.Si (……………..)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dr. Zulfikar, S.E, M.Si (……………..)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Dr. Triyono, SE, M.Si

NIND.0627016801

iii

1

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI

JAWA TENGAH PERIODE 2011-2013

SRI HENING TIRA AMBARINI

B200120220

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Email

[email protected]

ABSTRACT

This research is a comparative descriptive study by describing and

analyzing the obtained data. The object of this study is the Regency/City in

Central Java in 2011-2013 with a population of 35 Regencies/Cities. The analysis

using the financial ratio tools of which is the ratio of independence local

financial, regional financial dependency ratios, the ratio of fiscal

decentralization, effectiveness ratio, efficiency ratio and for mapping the region's

financial share using index, growth and elasticity.

Based on the survey results revealed that the level of financial

independence Regency/City in Central Java over the past three years shows that

the average is very low. The level of financial dependence Regency/City in

Central Java over the past three years shows that the average very high. The

average value of the government's fiscal decentralization Regency/City in Central

Java in the category was very less. The effectiveness of local revenue earned on

average in the category ineffective. The efficiency of local revenue earned on

average in the category of less efficient.

The results of calculation of the index of financial performance (CCI) and

the quadrant method based on the share, growth and elasticity of the summary

budget revenue and expenditure Regency/City in Central Java fiscal year of 2011

up to 2013, obtained by mapping local financial capacity based methods quadrant

on the position of the quadrant II to fiscal year of 2011 these conditions have not

been ideal, but the region has potential development. In the third quadrant

position for fiscal year of 2012 and the third quadrant position for the 2013

budget year, this condition has not been ideal, the big role of PAD in the Total

Expenditure has little opportunity for revenue growth is small.

Keywords: Local Government, Regional Financial Performance, Financial Ratios

Regions.

2

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI

JAWA TENGAH PERIODE 2011-2013

SRI HENING TIRA AMBARINI

B200120220

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Email

[email protected]

ABSTRAKSI

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif dengan

menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh. Objek penelitian ini

adalah daerah Kabupaten/Kota se-Jawa Tengah dari tahun 2011-2013 dengan

populasi sebanyak 35 daerah Kabupaten/Kota. Alat analisis dengan menggunakan

beberapa rasio keuangan diantaranya adalah rasio kemandirian keuangan daerah,

rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio desentralisasi fiskal, rasio efektifitas,

rasio efisiensi dan untuk pemetaan keuangan daerah menggunakan indeks share,

growth dan elastisitas.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kemandirian

keuangan daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dalam kurun waktu tiga tahun

yaitu menunjukan rata-rata yang sangat rendah. Tingkat ketergantungan keuangan

daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dalam kurun waktu tiga tahun yaitu

menunjukan rata-rata yang sangat tinggi. Rata-rata nilai desentralisasi fiskal dari

pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masuk dalam kategori sangat kurang.

Efektivitas pendapatan daerah diperoleh rata-rata masuk dalam kategori tidak

efektif. Efisiensi pendapatan daerah diperoleh rata-rata masuk dalam kategori

kurang efisien.

Hasil perhitungan indeks kinerja keuangan (IKK) dan metode kuadran

berdasarkan share, growth dan elastisitas terhadap ringkasan anggaran

pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun anggaran

2011 sampai dengan 2013, diperoleh pemetaan kemampuan keuangan daerah

berdasarkan metode kuadran pada posisi kuadran II untuk tahun anggaran 2011

kondisi ini belum ideal, tetapi daerah mempunyai pengembangan potensi. Pada

posisi kuadran III untuk tahun anggaran 2012 dan pada posisi kuadran III untuk

tahun anggaran 2013 kondisi ini juga belum ideal, peran PAD yang besar dalam

Total Belanja mempunyai peluang kecil karena pertumbuhan PAD nya kecil.

Kata kunci: Pemerintah Daerah, Kinerja Keuangan Daerah, Rasio keuangan

Daerah.

3

1. PENDAHULUAN

Pengelolaan pemerintah daerah, baik ditingkat provinsi maupun tingkat

kabupaten/kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

32/2004 tentang pemerintah daerah yang mengatur masalah otonomi daerah

dan UU No. 33/2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah. Misi utama ditetapkannya kedua Undang – Undang

tersebut adalah bukan hanya keinginan untuk melimpahkan kewenangan

pembangunan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih

penting adalah efisiensi dan efektivitas sumber daya keuangan.

Penyelenggaraan otonomi pemerintah daerah perlu didukung oleh sumber

daya manusia dan sumber pembiayaan yang memadai. Upaya pemerintah

daerah dalam menggali kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari kinerja

keuangan daerah yang diukur menggunakan analisis rasio keuangan

pemerintah daerah.

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan

misi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis suatu organisasi

(Bastian, 2006:274).. Salah satu instrument untuk menilai kinerja Pemerintah

Daerah dalam mengelola keuangan daerah adalah dengan melakukan analisa

rasio keuangan terhadap APBD yang telah ditetapkan dan disahkan.

2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana tingkat kinerja keuangan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah periode 2011-2013?”

3. METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Analisis Data

Adapun formulasi untuk rasio kemandirian keuangan daerah, rasio

kemandirian keuangan daerah, rasio ketergantungan keuangan daerah,

rasio desentralisasi fiskal, rasio efektifitas, rasio efisiensi, dan analisis

kemampuan keuangan daerah adalah sebagai berikut :

4

a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah adalah ukuran yang

menunjukkan kemampuan keuangan pemerintah daerah dalam

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat. Berikut formula untuk mengukur

tingkat Kemandirian Keuangan Daerah :

Pendapatan Asli Daerah

Rasio kemandirian = x100%

Transfer pusat + propinsi + pinjaman

b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Tingkat Ketergantungan Daerah adalah ukuran tingkat

kemampuan daerah dalam membiayai aktifitas pembangunan

daerah melalui optimalisasi PAD. Berikut formula untuk

mengukur tingkat ketergantungan keuangan daerah :

Pendapatan Transfer

Rasio ketergantungan= x100%

Total Pendapatan Daerah

c. Rasio Desentralisasi Fiskal

Tingkat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran untuk

menunjukkan tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang

diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk

melaksanakan pembangunan. Tingkat desentralisasi fiskal dalam

penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio PAD terhadap

total penerimaan daerah. Berikut formula untuk mengukur tingkat

Desentralisasi Fiskal

Pendapatan Asli Daerah

Rasio Desentralisasi Fiskal =

Total Penerimaan Daerah

d. Rasio Efektifitas

Pengukuran tingkat efektivitas ini untuk mengetahui berhasil

tidaknya pencapaian tujuan anggaran yang memerlukan data-data

realisasi pendapatan dan target pendapatan. Berikut formula untuk

mengukur tingkat Efektivitas:

5

Realisasi penerimaan PAD

Rasio Efektifitas = x 100%

Target Penerimaan PAD

e. Rasio Efisiensi

Pengukuran tingkat efisiensi ini untuk mengetahui seberapa

besar efisiensi dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan mengukur

input yang digunakan dan membandingkan dengan output yang

dihasilkan yang memerlukan data-data realisasi belanja dan

realisasi pendapatan. Berikut formula untuk mengukur tingkat

Efisiensi:

Pengeluaran Belanja

Rasio Efisiensi = x 100%

Total Penerimaan Daerah

Adapun analisis kemampuan keuangan daerah diukur dengan

menghitung rata-rata dari indeks share dan growth berikut rumus masing-

masing indeks.

PAD

a. Share = x 100%

Total Belanja

PADi

b. Growth = x 100%

PADi – 1

Nilai x Hasil Pengukuran - Nilai x Kondisi Minimum

Indeks X= _________________________________________

Nilai x Kondisi Maksimum - Nilai x Kondisi Minimum

c. Indeks Kemampuan Keuangan Daerah

Dihitung dengan formula, IKK = ( XG + XE + XS) / 3

Keterangan : XG = Indeks Pertumbuhan ,

XE = Indeks Elastisitas,

XS= Indeks Share

Kriteria Tingkat Kemampuan Keuangan Daerah

Indeks Kemampuan

Keuangan Daerah

Klasifikasi

0,00 – 0,33 Rendah

0,34 – 0,43 Sedang

0,44 – 1,00 Tinggi

Sumber : Bappenas, 2003

6

Peta Kemampuan Keuangan Berdasarkan Metode Kuadran

Rata-rata GROWTH (%)

Rata-rata

SHARE(%)

Sumber : Bappenas, 2003

Klasifikasi Status Kemampuan Keuangan Daerah

Berdasarkan Metode Kuadran

KUADRAN KONDISI

I Kondisi paling ideal. PAD mengambil peran

besar dalam total belanja, dan daerah

mempunyai kemampuan mengembangkan

potensi lokal. Kondisi ini ditunjukkan dengan

besarnya nilai share dan growth yang tinggi.

II Kondisi ini belum ideal, tetapi daerah

mempunyai kemampuan mengembangkan

potensi lokal sehingga PAD berpeluang

memiliki peran besar dalam Total Belanja.

Sumbangan PAD terhadap Total Belanja

masih rendah namun pertumbuhan (growth)

PAD tinggi.

III Kondisi ini juga belum ideal. Peran PAD

yang besar dalam Total Belanja mempunyai

peluang yang kecil karena pertumbuhan PAD

nya kecil. Sumbangan PAD terhadap Total

Belanja tinggi, namun pertumbuhan PAD

rendah.

IV Kondisi ini paling buruk. Peran PAD belum

mengambil peran yang besar dalam Total

Belanja, dan daerah belum mempunyai

kemampuan mengembangkan potensi lokal.

Sumbangan PAD terhadap Total Belanja dan

pertumbuhan PAD rendah.

Sumber : Bappenas, 2003

4. Hasil Analisis Data Penelitian

4.1 Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil analisis rasio kemandirian menunjukkan bahwa

kemandirian daerah dalam mencukupi kebutuhan biaya untuk

melakukan tugas-tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan

masyarakat jika di lihat berdasarkan nilai rata-ratanya adalah sangat

KUADRAN II

Share : Rendah

Growth : Tinggi

KUADRAN I

Share : Tinggi

Growth : Tinggi

KUADRAN IV

Share : Rendah

Growth : Rendah

KUADRAN III

Share : Tinggi

Growth : Rendah

7

rendah. Sangat rendahnya rasio kemandirian daerah ini dikarenakan

penerimaan PADnya belum mampu menutupi anggaran belanjanya.

Pemerintah daerah belum mampu untuk mengoptimalkan sumber

Pendapatan Asli Daerah sehingga ketergantungan pada bantuan

pemerintah pusat masih dimaksimalkan.

4.2 Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil analisis rasio ketergantungan di atas, rata-rata

hasil analisis menunjukkan bahwa dari tahun 2011 sampai 2013 tingkat

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat masuk

dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata

selama 3 tahun berada di atas 50%. Hal ini mengidikasikan bahwa kinerja

PAD maupun sumber pendapatan lainya masih kurang optimal dalam

membiayai aktifitas pembangunan daerah, sehingga daerah masih

bergantung terhadap pemerintah pusat melalui dana perimbangan.

4.3 Rasio Desentralisasi Fiskal

Selama periode tahun anggaran 2011-2013 diklasifikasikan dalam

kategori desentralisasi fiskal masing-masing daerah termasuk dalam

kategori sangat kurang. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi PAD

dalam menopang pendapatan daerah, serta peran PAD atau

kemampuan keuangan daerah untuk membiayai pembangunannya

sendiri kurang dari 30%. Dengan kata lain mengindikasikan masih

sangat kurangnya kemampuan masing-masing daerah dalam

melaksanakan penyelenggaraan desentralisasi.

4.4 Rasio Efektivitas

Selama periode tahun anggaran 2011-2013 diklasifikasikan dalam

kategori efektivitas masing-masing daerah secara keseluruhan termasuk

dalam kategori tidak efektif, karena efektivitasnya masih kurang dari 60%.

Hal ini ditunjukkan dalam mencapai tujuan yang ditargetkan tidak berjalan

sesuai dengan yang diharapkan, berarti pemerintah daerah tidak mampu

secara maksimal mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah dan

belum mampu untuk membiayai kegiatan sendiri dan masih bergantung

kepada pemerintah pusat.

8

4.5 Rasio Efisiensi

Selama periode tahun anggaran 2011-2013 diklasifikasikan dalam

kategori efisiensi masing-masing daerah secara keseluruhan termasuk

dalam kategori kurang efisien. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian

tujuan realisasi belanja dan realisasi pendapatan yang ditargetkan

berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan, berarti pemerintah

daerah belum mampu mengoptimalkan efisiensi sumber-sumber

pendapatan daerah.

4.6 Kemampuan Keuangan Daerah

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemampuan keuangan sesuai

dengan kriteria tingkat kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah tahun anggaran 2011, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun

anggaran 2011 rata-rata adalah memiliki tingkat kemampuan yang rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemampuan keuangan sesuai

dengan kreteria tingkat kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah tahun anggaran 2012, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun

anggaran 2012 rata-rata adalah memiliki tingkat kemampuan yang tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemampuan keuangan sesuai

dengan kreteria tingkat kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah tahun anggaran 2013, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun

anggaran 2013 rata-rata adalah memiliki tingkat kemampuan yang tinggi.

5. KESIMPULAN

Tingkat kemandirian keuangan daerah Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah dalam kurun waktu tiga tahun yaitu menunjukan rata-rata yang

sangat rendah.

Tingkat ketergantungan keuangan daerah Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah dalam kurun waktu tiga tahun yaitu menunjukan rata-rata

yang sangat tinggi.

9

Berdasarkan hasil perhitungan selama periode 2011 sampai

dengan 2013 diperoleh rata-rata nilai desentralisasi fiskal dari

pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masuk dalam kategori

sangat kurang.

Berdasarkan hasil perhitungan selama periode 2011 sampai

dengan 2013 diperoleh rata-rata masuk dalam kategori tidak efektif.

Artinya Kabupaten/Kota di Jawa Tengah kurang memiliki kinerja yang

bagus, terbukti dalam mencapai tujuan yang ditargetkan masih kurang

berjalan sesuai dengan yang diharapkan

Berdasarkan hasil perhitungan selama periode 2011 sampai

dengan 2013 diperoleh rata-rata masuk dalam kategori kurang efisien.

Artinya Kabupaten/Kota di Jawa Tengah memiliki pencapaian tujuan

realisasi belanja dan realisasi pendapatan yang ditargetkan berjalan

tidak sesuai dengan yang diharapkan, berarti pemerintah daerah belum

mampu mengoptimalkan efisiensi sumber-sumber pendapatan daerah.

Dari hasil perhitungan share, growth dan elastisitas terhadap

ringkasan anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota di

Jawa Tengah tahun anggaran 2011 sampai dengan 2013, diperoleh

pemetaan kemampuan keuangan daerah berdasarkan metode kuadran

pada posisi kuadran II untuk tahun anggaran 2011, pada posisi kuadran

III untuk tahun anggaran 2012 dan pada posisi kuadran III untuk tahun

anggaran 2013.

Dilihat dari hasil perhitungan Indeks kemampuan keuangan

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah tahun anggaran 2011 rata-rata adalah

memiliki tingkat kemampuan yang rendah. Kemudian tahun anggaran

2012 rata-rata adalah memiliki tingkat kemampuan yang tinggi.

Sedangkan tahun anggaran 2013 rata-rata adalah memiliki tingkat

kemampuan yang tinggi.

10

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Depdagri RI dan FISIPOL – UGM, 1991, Pengukuran

Kemampuan Keuangan Daerah Tingkat II Dalam Rangka Otonomi Daerah

Yang Nyata Dan Bertanggung Jawab, Jakarta.

BAPPENAS. 2003. Peta Kemampuan Keuangan Provinsi dalam Era Otonomi

Daerah : Tinjauan Atas Kinerja PAD dan Upaya yang Dilakukan Daerah.

Direktorat Pengembangan Otonomi Daerah.

Bastian, I., 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Bisma, I Dewa Gde, dan Hery Susanto, 2010. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun Anggaran 2003-2007,

Ganec Swara Edisi Khusus, Vol 4, No.3, Desember 2010.

Halim, Abdul., 2001, Akuntansi Sektor Publik-Akuntansi Keuangan Daerah,

Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul, 2008. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.Edisi

3 Penerbit Salemba Empat.

http://www.djpk.depkeu.go.id

Keputusan Menteri dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta

Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.

Mahsum,M.2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta:BPFE-UGM.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: ANDI.

Maulana, Ageng Pradika, 2011, Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah

Kabupaten Wonogiri Tahun 2004-2008, Skripsi. Surakarta. Universitas

Muhammadiah Surakarta.

Santosa, Oldison, dkk, 2014. Analisis Kinerja Keuangan Pada Dinas Pendapatan,

Pengelolaan, Keuangan dan Aset (DPPKA) KAbupaten Kepulauan

Sangihe. Jurnal Emba Vol.2, No.2, September 2014, Hal. 1512-1521.

Sukardi, Agung S, 2014. Evaluasi Kinerja Keuangan Daerah Kota Bandung

Tahun Anggaran 2010-2014. Naskah Publikasi. Surakarta. Universitas

Muhammadiyah Surakarta

11

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah

Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.