aggregate expenditure ekonomi sektoral (analisa

37
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410 Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id Judul Penelitian AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA PERHITUNGAN EKONOMI 4 SEKTOR) O l e h AMRIZAL Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti Jakarta, January 2002

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI

PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA

JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410

Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id

Judul Penelitian

AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL

(ANALISA PERHITUNGAN EKONOMI 4 SEKTOR)

O

l

e

h

AMRIZAL

Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti

Jakarta, January 2002

Page 2: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

2

KATA PENGANTAR

Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok

yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam

rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan

pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)

Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan

saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang

dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun

sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.

Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah

berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu

penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih

disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum

melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu

berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-

mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta

badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro

Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun

1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,

Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.

Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang

penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai

penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun

topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya

melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini

belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT

TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang

barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT

TRISAKTI Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI

H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam

yang istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan

penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang

telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.

Jakarta, Januari 2002

( Amrizal )

Page 3: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

1. PENDAHULUAN

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL

3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal

3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal

4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA

4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan

4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang

5. KESIMPULAN

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Page 4: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

4

1. PENDAHULUAN

Sebahagian besar para ahli ekonomi pembangunan menyadari bahwa tindakan

memobilisasi tabungan pada suatu perekonomian, berkaitan langsung dengan besarnya

konsumsi yang dilakukan pada periode bersamaan sebagai skedul yang kembar siam,

hingga terbentuknya pendapatan disposibel sebagaimana halnya yang terdapat didalam

ekonomi dua sektor (two-sector's economy), bahwa penggunaan penting dari pendapatan

sesudah pajak adalah tabungan (saving) yang ditujukan untuk konsumsi sekarang, hingga

timbulnya pendapatan nasional netto.

Adapun demikian, disadari pula bahwa bahagian pendapatan yang tidak

digunakan untuk konsumsi pada periode tertentu, seringkali tidak seluruhnya dapat

digerakkan menjadi sumber dana untuk pembentukan modal (investasi) pada periode

yang sama. Didalam teori ekonomi terbuka atau ekonomi empat sektor (four-sector's

economy), terbukti dengan terdapatnya yang dinamakan dengan domestic private sector

sebesar tabungan dikurangi investasi atau sebesar government budget ditambah dengan

net export.

Ditinjau dari segi pembiayaan pembangunan secara keseluruhannya, dan tanpa

mengingkari kenyataan yang telah dialami selama ini, dimana Indonesia masih dibarengi

beban dengan terdapatnya kesenjangan tabungan-investasi sebesar kelebihan impor dari

ekspor barang-barang dan jasa-jasa non-faktor pada sektor perdagangan luar negeri.

Kerumitan segi pembiayaan tersebut dapat lebih jelas terlihat bila pada mana

dimasukkan unsur "pendapatan netto" terhadap luar negeri dari faktor produksi yang

selama ini bernilai negatif dengan kecenderungan yang semakin meningkat sepanjang

tahun, yang secara nyata telah membuat nilai PNB berada pada jumlah yang rendah

dibawah jumlah PDB atau bertanda terdapatnya kesenjangan kebutuhan devisa yang

semakin melebar sepanjang tahun dan berupa masalah utama yang cukup menghambat

usaha pembangunan selama ini.

Kesenjangan kebutuhan devisa semacam yang dimaksud, antara lain disebabkan

karena membesarnya pembayaran pandapatan netto terhadap luar negeri. Besarnya

pendapatan netto tersebut, dimana dalam neraca pembayaran dapat dilihat (khususnya

dalam neraca jasa-jasa non-migas) yang terutama berupa selisah dari pembayaran bunga

pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer tenaga kerja di luar

negeri. Khususnya mengenai pembayaran bunga dan pinjaman pada luar negeri, dapat

dilihat pada APBN dan lebih tepatnya dalam pengeluaran rutin.

Sejarah mencatat , negara-negara yang tidak mempunyai tingkat tabungan yang

cukup untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, pada umumnya

selalu menutup kesenjangan pembiayaan (kesenjangan tabungan-investasi) tersebut

dengan mencari sumber-sumber dana dari luar negeri, sehingga dalam sistem ekonomi

terbuka akibat adanya ekspor dan impor telah mengalir arus modal asing ( capital foreign

inflow ) berupa dana luar negeri guna menggerakan proses perekonomian yang lebih

mengesankan ( Mudrajad Kuncoro: 1987,h.27 ).

Page 5: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

5

Peranan modal dalam pembangunan telah lama diperbincangkan oleh para ahli

ekonomi pembangunan ( development economist ). Secara garis besar, pemikiran mereka

adalah ( Holins B. Chenery:1973, h.454 ) adalah sebagai berikut:

(1) Sumber modal asing ( dana eksternal ) yang dapat dimanfaatkan oleh negara-

negara sedang berkembang ( NSB ) sebagai dasar untuk mempercepat

investasi dan pertumbuhan ekonomi.

(2) Pertumbuhan ekonomi yang meningkat perlu diikuti dengan perubahan

struktur produksi dan perdagangan.

(3) Modal asing dapat berperan penting dalam mobilisasi dana maupun

transformasi struktural.

(4) Kebutuhan akan modal asing menjadi menurun segera setelah perubahan

struktural benar-benar terjadi, meskipun modal asing dimasa selanjutnya lebih

produktif.

Studi empiris mengenai dampak modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi

pada umumnya difokuskan dengan mengestimasi fungsi Neo-Klasik, yang

menggambarkan bagaimana pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh akumulasi faktor-

faktor produksi seperti ini selanjutnya dapat dipisahkan menurut asalnya, dalam negeri

atau luar negeri. Hasil studi secara umum memberikan indikasi bahwa arus modal asing

telah menimbulkan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara sedang

berkembang kawasan Asia dan Pasifik ( Colins Stoneman: 1975, h.11 ).

Asumsi dasar yang melatarbelakangi pemikiran tersebut adalah bahwa setiap satu

dollar modal asing yang masuk akan meningkatkan kenaikan satu dollar impor dan

investasi ( G.F. Papanek: 1972, h.934 ). Dengan asumsi ini dan Incremental Capital

Output Ratio ( ICOR ) yang stabil, dimungkinkan untuk menghitung dampak modal asing

yang masuk terhadap pertumbuhan ekonomi. Atau sebaliknya, dapat dihitung berapa

modal asing yang diperlukan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi tertentu.

Pemikiran yang mendukung bahwa modal asing berpengaruh positif terhadap

tabungan dan pembiayaan impor, mendapat banyak tantangan dari kubu ahli ekonomi

pembangunan yang lain ( Thomas E. Weiskoff: 1972, h.25 ). Mereka berkesimpulan,

bahwa sebagian kecil berpengaruh positif terhadap tabungan dan pertumbuhan ekonomi,

sebagian besar digunakan untuk konsumsi.

Sebagaimana yang diungkapkan Mudrajad Kuncoro melalui Hendra Esmara,

dimana bahwa penganut dari teori ketergantungan ( dependencia ) agaknya sependapat

dengan ini. Samir Amin, Paul Baran, Cardoso, Gunder Frank, Prebisch, Dos Santos

adalah nama-nama yang sering disebut sebagai pendukung utama teori ini ( Mudrajad

Kuncoro: 1989, h.31 ).

Page 6: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

6

Hipotesis utama teori ketergantungan adalah: (a) PMA dan bantuan lauar negeri

dalam jangka pendek memperbesar pertumbuhan ekonomi, namum dalam jangka panjang

( 5 - 20 tahun ) menghambat pertumbuhan ekonomi. (b) Makin banyak negara bergantung

pada PMA dan bantuan luar negeri, makin besar perbedaan penghasilan yang pada

gilirannya pemerataan tidak tercapai ( Frans Kho Mariakasih: 1982, h.793 ).

Lepas daripada perbedaan visi dan hipotesis dari pendukung teori dependencia

dengan Neo-Klasik, maka Rana dan Dowling telah mencoba pula menyusun suatu model

konferehensif berdasarkan sistem persamaan simultan ( simultaneous equation ) untuk

menelusuri dampak arus modal asing dibanding ekspor, pertumbuhan angkatan kerja

sekaligus menunjukan hubungan timbal balik antara pertumbuhan ekonomi dan tabungan.

Model ini telah diuji untuk menelusuri dampak arus modal asing di sembilan

negara Asia ( Birma, RRC, India, Singapura, Korea, Nepal, Philipines, Sri Langka dan

Thailand ). Keunikan model mereka adalah kemampuanya memisahkan danpak langsung

dan dampak total modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi dengan mengunakan

metode two-stage least square ( Pradumma B. Rana dan J.M. Dowling Jr: 1988, h.4 ).

Keberadaan model Rana dan Dowling untuk kasus Indonesia telah dilakukan oleh

Mudrajad Kuncoro yang menggunakan data tahun 1969-1984, dengan hasil penemuanya

bahwa bantuan luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif

bagi pertumbuhan ekonomi. Disisi lain, dampak langsung bantuan luar negeri yang

membawa dampak langsung yang negatif terhadap tabungan dalam negeri menunjukan

bahwa bantuan luar negeri tersebut telah berperan sebagai subsitusi tabungan dalam

negeri.

Kendati demikian, dampak total bantuan luar negeri yang positif bagi tabungan

dalam negeri memberikan indikasi adanya kenaikan proporsi tabungan dalam negeri dari

golongan masyarakat yang memperoleh kenaikan pendapatan. Karena adanya korelasi

yang erat antara investasi asing dengan bantuan luar negeri, yang berarti masuknya

bantuan luar negeri (resmi ) selalu dibarengi dengan masuknya investasi asing. Bantuan

luar negeri membawa dampak langsung dan dampak total yang negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi ( Mudrajad Kuncoro: 1989, h.26 ).

Tanpa menolak langsung hasil-hasil studi terdahulu, ada beberapa catatan yang

kiranya menarik untuk diperhatikan: (a) Selalu adanya pertentangan pendapat diantara

peneliti-peneliti mengenai dampak modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi maupun

tabungan dalam negeri, padahal diketahui bahwa mereka saling menggunakan model

maupun metode analisis yang berbeda untuk peristiwa yang sama. (b) Sangat jarang

sekali diperbincangkan upaya untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi berdasarkann

sumber dana yang tersedia dari tingkat tabungan dalam negeri.

Keadaan demikian, mungkin bermula karena banyaknya hambatan-hambatan

yang menyulitkan untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, dan

keharusan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi diasenyelir dengan

mengutamakan modal asing sebagai peralatan analisa yang menarik untuk tujuan

menentukan tingkat investasi yang diperlukan pada tingkat pertumbuhan ekonomi

tertentu.

Page 7: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

Tabel 1 . PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA SEKTOR EKONOMI TERBUKA: MOBILISASI TABUNGAN DAN INVESTASI, TAHUN 1969-1995

( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )

K o n s u m s i L u a r N e g e r i T a b u n g a n

Rumah Pemerintah Jumlah Inves tas i Perubaan Ekspo r Impor Impor Impor Ekspo r Pendapatan Masyarakat Pemerintah Jumlah Pajak Tidak Penyusutan Stok Produk

Tangga Bruto Stok Non Barang To tal Netto Netto Langsung Modal Domestik

Fakto r Modal Netto Bruto Bruto

Tahun Ch G Ct It Xt M"t M't M t Xt-M t Fi Sh Sg St T i Di Kt Yt

1969 44154 .9 4409 .6 48564 .5 5984 .0 0 20119 .6 2643 .0 3200 .9 5843 .9 14275.7 1309 .1 19576 .2 683 .5 20259 .7 1616 .7 3431.0 0 .0 68824 .2

1970 44983 .5 5154 .1 50137.6 7959 .0 0 22493 .0 2294 .8 4309 .3 6604 .1 15888 .9 1242 .7 22546 .5 1301.4 23847.9 1714 .1 3688 .4 114089 .6 73985.5

1971 46191.4 5520 .5 51711.9 9645.8 0 25424 .6 2393 .3 5219 .1 7612 .4 17812 .2 1033 .9 25755.4 1702 .6 27458 .0 1920 .6 3945.8 147299 .0 79169 .9

1972 47002 .6 5974 .2 52976 .8 11482 .8 0 30837.5 2243 .2 6430 .0 8673 .2 22164 .3 -41.9 30743 .9 2903 .2 33647.1 2112 .0 4317.0 133443 .1 86623 .9

1973 50408 .0 7626 .2 58034 .2 13441.1 0 36574 .0 2569 .4 9058 .9 11628 .3 24945.7 -645.6 34743 .9 3642 .9 38386 .8 2383 .8 4807.6 132284 .5 96421.0

1974 57331.7 6827.4 64159 .1 16022 .5 0 38971.6 6802 .9 8567.8 15370 .7 23600 .9 -2375.0 32472 .2 7151.2 39623 .4 2317.9 5174 .5 225885.4 103782 .5

1975 60821.2 8899 .0 69720 .2 18360 .2 0 38030 .4 7230 .1 9932 .7 17162 .8 20867.6 -2373 .6 31400 .2 7827.6 39227.8 3210 .8 4993 .8 387243 .6 108948 .0

1976 62969 .8 9550 .8 72520 .6 19462 .9 0 44505.8 9187.8 10850 .7 20038 .5 24467.3 -1040 .5 34321.8 9608 .4 43930 .2 2841.5 5911.5 302083 .3 116450 .8

1977 65355.7 11124 .0 76479 .7 22559 .5 0 48702 .4 9964 .4 10965.3 20929 .7 27772 .7 -2281.8 41098 .4 9233 .8 50332 .2 5382 .4 4124 .3 276110 .9 126811.9

1978 71922 .4 13081.7 85004 .1 25957.6 0 49201.3 12298 .9 11279 .3 23578 .2 25623 .1 -3057.0 43181.1 8399 .6 51580 .7 3483 .6 6833 .6 362780 .1 136584 .8

1979 83423 .5 14325.7 97749 .2 27104 .8 0 49139 .3 16737.6 12131.3 28868 .9 20270 .4 -5086 .0 35435.9 11939 .3 47375.2 4120 .6 7288 .1 460626 .7 145124 .4

1980 101437.6 12670 .5 114108 .1 32223 .1 0 46369 .5 22149 .3 11084 .2 33233 .5 13136 .0 -5966 .0 29825.8 15533 .3 45359 .1 4527.9 7978 .0 358265.3 159467.2

1981 115498 .5 17478 .4 132976 .9 35811.4 0 45261.0 29710 .5 12515.9 42226 .4 3034 .6 -4629 .4 22195.2 16650 .8 38846 .0 4170 .3 8609 .9 498006 .5 171822 .9

1982 127303 .4 18917.4 146220 .8 40464 .6 0 38952 .7 31602 .0 14089 .9 45691.9 -6739 .2 -7899 .2 17726 .6 15998 .8 33725.4 4542 .0 8803 .7 896366 .1 179946 .2

1983 122095.3 18734 .2 140829 .5 43630 .2 8820 .7 41398 .9 36806 .5 14519 .5 51326 .0 -9927.1 -6650 .0 28309 .9 14213 .9 42523 .8 4840 .5 9172 .8 2347961.9 183353 .3

1984 125293 .1 19373 .6 144666 .7 41004 .9 13400 .8 44108 .1 32179 .1 15292 .4 47471.5 -3363 .4 -7852 .0 36918 .9 14123 .4 51042 .3 5260 .0 9790 .9 649500 .1 195709 .0

1985 124844 .4 20853 .8 145698 .2 43961.6 20195.5 40665.8 35588 .2 14388 .6 49976 .8 -9311.0 -7879 .8 41843 .4 13002 .7 54846 .1 6119 .8 10033 .0 1823309 .5 200544 .3

1986 128827.0 21433 .9 150260 .9 48008 .9 19413 .3 46852 .1 36768 .8 15291.1 52059 .9 -5207.8 -7700 .7 52461.0 9753 .4 62214 .4 7056 .4 10629 .8 854974 .9 212475.3

1987 134965.9 21397.7 156363 .6 50642 .4 14982 .2 53698 .5 35166 .1 17922 .1 53088 .2 610 .3 -8695.8 58386 .8 7848 .1 66234 .9 9644 .8 11136 .2 1113573 .0 222598 .5

1988 141933 .7 23018 .0 164951.7 56478 .6 3469 .7 54268 .2 19323 .5 23840 .6 43164 .1 11104 .1 -6792 .1 66935.1 4117.3 71052 .4 13870 .1 11800 .1 994299 .5 236004 .1

1989 148783 .1 25432 .5 174215.6 64024 .9 4390 .8 59937.3 24226 .2 24740 .5 48966 .7 10970 .6 -7225.6 68511.0 10875.3 79386 .3 17695.6 12665.5 922662 .8 253601.9

1990 162207.3 26248 .9 188456 .2 73355.6 10232 .9 60207.7 34868 .1 25416 .2 60284 .3 -76 .6 -8346 .7 65336 .1 18175.8 83511.9 17869 .3 13327.5 1086255.4 271968 .1

1991 176722 .2 28093 .7 204815.9 78142 .0 6164 .3 72177.1 45281.9 25146 .8 70428 .7 1748 .4 -8714 .3 68754 .2 17300 .5 86054 .7 17792 .3 14552 .6 1202444 .7 290870 .6

1992 183046 .7 29731.9 212778 .6 82001.5 7170 .0 82761.4 48763 .1 26289 .3 75052 .4 7709 .0 -79832 .1 78701.1 18179 .4 96880 .5 19655.6 -54511.7 1351492 .2 309659 .1

1993 192958 .4 29756 .7 222715.1 86667.3 10545.5 88230 .9 53817.8 24565.2 78383 .0 9847.9 -12552 .6 91237.7 15823 .0 107060 .7 21171.1 16488 .8 1420748 .8 329775.8

1994 208062 .1 30442 .6 238504 .7 98589 .0 14836 .0 97002 .1 69841.5 24449 .5 94291.0 2711.1 -39729 .8 95400 .3 20735.8 116136 .1 -6894 .1 17732 .0 1406140 .4 354640 .8

1995 234245.4 30850 .6 265096 .0 112386 .4 15852 .7 104491.8 89164 .2 24870 .4 114034 .6 -9542 .8 -11923 .8 102638 .7 16057.6 118696 .3 23209 .7 19189 .6 1479616 .3 383792 .3

Sumber Diolah oleh penulis dari: Nota Keuangan Dan RAPBN tahun 1988/89; BPS, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) tahun 1983-1988,

1988-1993 dan 1993-1996; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.

Page 8: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

Dari hasil perbandingan alokasi ekonomi Indonesia dengan pola normal Chenery-

Syrquin, maka pada perekonomian Indonesia telah terdapatnya "net capital inflow" yang

bernilai positif dan cukup besar terutama sekali pada Pelita pertama dan Pelita kedua

(kecuali untuk tahun 1982 dan tahun 1983) karena ekspor yang membaik, sehingga

terdapatnya "tabungan potensial" yang belum tersalurkan menjadi investasi produktif,

dan dapat dikatakan bahwa the willingness to save belum tersalur secara optimal.

Tabungan potensial tersebut, terutama sekali terdapat pada sektor masyarakat

(baik berupa tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan maupun tabungan

perorangan), sedangkan potensi tabungan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak

boleh dikatakan telah tersalur sebagaimana mestinya, karena disebabkan bahwa

penarikan pajak mengandung unsur paksaan dan tidak seperti tabungan masyarakat yang

mengandung unsur sukarela dari segi penarikannya ( Amrizal: Ibid, h.82 ).

Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin

dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori

maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli

ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi

perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu

dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal

produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang

saling mendukung.

Beranjak dari kemantapan dan kelemahan beberapa studi terdahulu, maka dalam

studi ini dibahas analisa bersifat konferehensif yang menghubungkan fungsi tabungan

jangka panjang dengan model agregat Harrod-Domar, hingga modifikasinya diharapkan

dapat menentukan kesamaan analisis ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor

dari segi pertumbuhan ekonomi yang mampu dicapai dan berapa besarnya kaemampuan

tabungan masyarakat, Pajak dan impor membentuk investasi dalam pembiayaan ekonomi

selama periode penelitian yang dilakukan, dan menentukan sumbangan tabungan

terhadap pendapatan serta memberikan infak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih menarik daripada itu, adalah kemampuanya menjawab berapa besarnya

kebutuhan tingkat tabungan masyarakat yang trade-off dengan penerimaan pajak pada

tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu ( karena dapat diketahui beberapa fungsi

tabungan: tabungan total dan tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah jangka

panjang ) serta dengan diketahui fungsi impor dan stok modal jangka panjang sekaligus

akan menjawab saving-gap atau investment-gap dengan melakukan penaksiran ekonomi

Indonesia yang bersifat terbuka tentang berbagai aspek ekonomi "expenditur side" dan

pertumbuhan ekonomi.

Dalam konteks ini analisis yang dibahas ditujukan melihat kemampuan ekonomi

dalam memobilisasi tabungan dan investasi, oleh karena telah diketahui bahwa alokasi

ekonomi Indonesia nampaknya terdapat kemampuan menabung "the ability to save" yang

lebih tinggi dari kemauan menabung "the willingness to save ". Aspek yang akan

Page 9: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

9

menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh mana kemampuan

menabung menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya

tabungan didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa

tabungan adalah bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi

pada periode bersangkutan dan tabungan yang tinggi akan mampu pula menciptakan

pertumbukan ekonomi serta sokongan sektor perdagangan luar negeri yang mantap

selama ini.

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian

dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal

sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.

Kehadiran Keynes yang menghubungkan tabungan dengan pendapatan dan oleh

Keynes dianggap sebagai koreksi terhadap teori Klasik sebelumnya yang melihat

tabungan sebagai bagian dari teori kapital/modal dan menghubungkan tabungan bukan

dengan pendapatan, akan tetapi dengan tingkat bunga ( the interest rate of money ).

Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap

sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan

analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)

Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian

secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan

moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam

Didong: 1987, h.52 ).

Setiap ikhtiar untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

selalu diperlukan sejumlah investasi yang cukup besar dari berbagai kegiatan ekonomi

produktif, karena investasi dan pertumbuhan ekonomi mempunyai proses saling terkait

serta salaing berpengaruh antara satu dengan lainya dalam proses produksi secara

nasional, dan investasi tersebut adalah berasal dari tabungan ( Wirzon: 1988, h.99 ).

Negara-negara sedang berkembang untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang

tinggi menghadapi keterbatasan sumber dana yang tersedia dalam negeri. Penyebab dari

keterbatasan tersebut adalah karena tingkat pendapatan dan tingkat tabungan ( rate of

gross domestic saving ) yang rendah. Akibatnya, dana yang bisa dihimpun untuk

investasi ( gross domestic investment ) jauh lebih rendah dari yang diperlukan untuk

mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi ( rate of economy's growth ) yang bisa

meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan yang diharapkan.

Page 10: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

10

Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak

bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an, sebagaimana disimpulkan oleh

Rustam Didong seperti G.M. Meiers dalam bukunya yang berjudul "Leading Issues in

Economic Development" (1976) dan Arthur Lewis "The State of Development Theory"

(1984), tidak begitu ingin untuk mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan

tersebut.

Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka

memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah

melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".

Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai

tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung

"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Rustam

Didong: Ibid, h.52 ).

Dikebanyakan negara berkembang, dimana sebahagian besar tabungan terbentuk

dalam unit-unit yang sangat kecil. Lembaga-lembaga keuangan bank, simpan pinjam dan

lembaga-lembaga keuangan non-bank yang biasa menjadi saluran bagi tabungan tersebut

untuk menjadi investasi, boleh dikatakan belum tersedia secara memadai, sehingga

tabungan yang terjadi untuk sebahagian besar lainnya masih tetap tinggal sebagai

tabungan saja (berbentuk hording dan semacamnya) dan tidak tersalur sebagai

pembentukan modal.

Dengan kata lain, terdapatnya perbedaan antara dana yang tersedia (loanable

fund) dengan kemampuan untuk investasi (the ability to invest). Dengan demikian, maka

lembaga-lembaga keuangan bank, pasar uang dan pasar modal, asuransi dan lembaga-

lembaga keuangan non-bank dipandang sangat penting perannya bagi para ahli ekonomi

pembangunan sebagai salah satu unsur penggerak dalam pembangunan, menggerakan

keinginan untuk menabung, menyalurkan tabungan tersebut sebagai sumber dana efektif

dalam pembentukan modal dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.

Secara eksplisit terdapat dua faktor utama untuk menjaring potensi tabungan di

dalam masyarakat secara nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain bersifat ekonomi dan

non-ekonomi. Perbedaan antara kedua faktor itu terletak pada mana membedakan antara

kemampuan menabung (the ability to save) dengan kemauan menabung (the willingness

to save) yang sama-sama menentukan besarnya tabungan sukarela (voluntary save) dari

masyarakat ( Rustam Didong: Ibid, h.52 ).

Perbedaan antara Kemampuan menabung dan kemauan menabung dalam

masyarakat pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat ekonomi, seperti :

(1) Tingkat pendapatan bersih per kapita ( Teori Absolute Income Ala Keynes ). Dalam

hal ini, maka semakin tinggi pendapatan perkapita, semakin tinggi kemampuan

menabung. (2) Distribusi pendapatan bersih per kapita "Teori Relative Income Ala

Duesenberry" ( Duesenberry J.S: 1949 ).

Page 11: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

11

Dalam pada itu, kemampuan menabung seseorang disamping ditentukan oleh

tingkat pendapatannya sendiri dan juga ditentukan oleh tingkat pendapatan serta gaya

hidup/konsumsi dari orang-orang sekitarnya, sehingga tingkat tabungan masyarakat bisa

lebih rendah daripada yang seharusnya jika distribusi pendapatan semakin timpang

(Nurkse R: 1953 dan 1967). dan (3) Tingkat laba bersih pemilik modal ( Teori Wealth

atau Life Cycle Ala Ando-Modigliani ), yaitu semakin besar pendapatan dalam bentuk

surplus usaha, semakin tinggi kemampuan menabung.

Sebaliknya, kemauan menabung masyarakat disamping ditentukan oleh faktor-

faktor diatas, lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi

seperti : (1) Tersedia atau tidaknya lembaga-lembaga yang memadai yang memudahkan

masyarakat untuk menabung, (2) Tinggi rendahnya tingkat bunga yang ditawarkan serta

(3) Persepsi masyarakat terhadap kegiatan menabung. Dalam hal ini, semakin

berkembang lembaga keuangan seperti Bank, Kredit, Simpan-pinjam, pasar uang dan

pasar modal, maka semakin terangsang masyarakat untuk menabung; apalagi jika

masing-masing lembaga keuangan dapat menawarkan balas jasa yang bersaing dan

menjamin rasa kepastian.

Dilihat dari kerangka pemikiran ini, maka langkah-langkah dan kebijaksanaan

yang telah diambil pemerintah dalam mengembangkan dan lebih menyebarluskan

lembaga-lembaga perbankan, pasar uang dan pasar modal, deregulasi perbankan,

simpanan pedesaan (Simpedes) dapat dikatakan sudah tepat, walaupun masih perlu

penyempurnaan-peyempurnaan dan kesemuanya ini akan dapat meningkatkan kemauan

menabung serta tabungan sukarela dari masyarakat ( Rustam Didong: Ibid, h.53 ).

3. KERANGKA ANALISIS DAN PEMBENTUKAN MODEL

Model makro perekonomian yang bersifat terbuka merupakan model yang paling

komplit daripada dua model ekonomi lainnya seperti ekonomi dua sektor dan ekonomi

tiga sektor. Perekonomian terbuka disebut juga model ekonomi empat sektor artinya

bahwa sektor perdagangan luar negeri ikut berpegaruh dalam perekonomian nasional.

Secara formal ekonomi terbuka adalah sebagai berikut:

A = C + I + G + ( X – M ) ( 1 )

Y = C + S + ( T - R ) ( 2 )

A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )

Dalam pengkajian ekonomi kuantitatif , khususnya menggunakan analisis ekonomi empat

sektor paling jarang digunakan oleh karena upaya untuk sampai pada tujuan tersebut pasti

melalui analisis ekonomi dua dan tiga sektor terlebih dahulu. Secara garis besar model

keseimbangan untuk ketiga-tiganya adalah sebagai:

C + I = Y = C + S ( 4 )

C + I + G = Y = C + S + T ( 5 )

C + I + G + ( X - M ) = Y = C + S + ( T - R ) ( 6 )

Page 12: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

12

Kondisi equilibrium dalam ekonomi dua sektor, dimana investasi harus sama

dengan tabungan. Dalam ekonomi tiga sektor terdapat semacam hubungan antara output

nasional dengan pendapatan disposible Yd = Y + R - T = C + S, dimana bagian dari

pendapatan harus dikeluarkan pajak T sehingga sektor swasta menerima Transfer

payment R yang pada gilirannya dialokasikan pada konsumsi dan tabungan.

Disamping itu, karena dalam ekonomi tiga sektor terdapatnya semacam gap yang

besar karena terjadinya kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk

mengimbanginya diperlukan pajak T lebih besar dari pengeluaran pemerintah yang

berarti total tabungan sebagaimana dimaksudkan pada ekonomi dua sektor. Berikut ini

adalah perluasan dari persamaan (4) dan (5) yang ditulis dalam jangka panjang sebagai

berikut:

St = It ( 7 )

dimana :

St = St ( Yt ) = s Yt

Ct = 1 - St ( Yt ) = c Yt

MPC + MPS = 1

c + s = 1

Multiplier ( ) = 1/MPS

St = Sh + Sg = It ( 8 )

dimana:

St = S t ( Yt ) = {[s (1 – t )] + t }Yt

Sh = Sh ( Yt ) = { s (1 – t ) }Yt

Ch = 1- Sh( Yt ) = { c (1 – t ) }Yt

Sg = Sg( Yt ) = t Yt

MPC + MPS + MPT = 1

{c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1

Multiplier ( ) = 1/[ s(1-t) + t ]

MPS = s (1 – t ) + t = MPS (1 - MPT ) + MPT

MPC = 1 - [s (1 – t ) + t ] = 1 - MPS ( 1 - MPT ) + MPT

Berbeda halnya dengan ekonomi empat sektor, terutama sekali karena pembahasan paling

komplit adalah terjadinya semacam penggeseran nilai-nilai taksiran kuantitatif. Dalam

ekonomi empat sektor tidak dikenal adanya pendapatan disposibel, namun demikian

transfer payment R dan juga tabungan pemerintah tetap ada.

Page 13: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

13

Nilai penggeseran yang terjadi tentu saja pada tabungan pemerintah dan tabungan

masyarakat oleh karena berobahnya nilai transfer payment dimaksud sebagai akibat

adanya sektor perdagangan luar negeri, khususnya dalam hal ini adalah Impor M dan

alokasi dari transfer payment yang merupakan tambahan pendapatan terjadi pada sektor

swasta, yaitu pada tabungan masyarakat dan konsumsi. Pembuktiannya dapat dilakukan

bilasaja persamaan (6) didefinisikan dalam bentuk lain sebagai

( I + G + R ) - ( S + T ) = ( M - X ) ( 9 )

S - I = ( G + R - T ) + Nx (10 )

pada persamaan (9) juga terjadi semacam gap atau jurang yang jauh lebih besar, yaitu

jurang dalam negeri yang disebut juga sebagai "internal-gap" oleh karena terjadinya

kelebihan permintaan kaum investor dan pemerintah, maka untuk tujuan

mengimbanginya dalam hal ini diperlukan impor lebih besar dari ekspor, biasanya akibat

balasan sektor perdagangan luar negeri adalah dengan mengalirny "capital foreign

inflows". Sedangkan pada persamaan (10) S - I = domestic private sector, ( G + R - T )

= budged deficit dan Nx = Net export.

Dengan adanya penggeseran nilai tersebut, jelas pula bahwa semua agregatif

makro ekonomi mengalami perbedaan, dan tidak heran kalau yang dimaksudkan dengan

pajak T pada ekonomi tiga sektor membingungkan untuk diperkirakan dari fungsi

tabungan pemerintah, karena dua kemungkinan lainya masih ada seperti "Pajak tidak

langsung netto" pada Pendapatan nasional dan "pajak langsung plus tidak langsung" pada

APBN. Adapun demikian, dalam analisis ini tetap saja harus dilakukan melalui tabungan

pemerintah asalkan penggeseran nilai tersebut harus diteliti secara seksama. Berikut ini

adalah uraian lanjutan dari persamaan (10), sebagai:

I = S + ( T - R - G ) - ( X - M ) ( 11 )

I = [ S + ( T - G ) - R ] + ( M - X ) ( 12 )

I + G + X = S + ( T - R) + M ( 13 )

I + X = S + M ( 14 )

persamaan (13) merupakan identitas pedapatan nasional untuk ekonomi empat sektor,

bila didefinisikan dalam jangka panjang maka diperlukan asumsi sektor pemerintah, G =

R = 0. Pengertian yang lebih pantas untuk hal ini adalah bahwa konsumsi pemerintah G

telah lansung bersubsitusi kedalam konsumsi, dan begitu pula halya dengan Transfer

payment R telah tersubsitusi kedalam investasi berupa budget deficit. Dengan demikian

persamaan (13) memberikan definisi menjadi persamaan (14), sehingga revisi selanjutnya

dengan persamaan (7) dan (8) menjadi sebagai berikut:

St = Sh + Mt = It ( 15 )

Page 14: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

14

dimana:

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) }

= [s(1-t) + s(1-t)] - m

= s(1-t) - m , m = MPM

MPC + MPS + MPT = 1

MPT = ( MPC + MPS) - 1 ,t = MPT

= { [1-Sh(Yt) ] + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] -1

= { Ch(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - 1 }

= {[ c(1-t) + s(1-t) ] - 1 }

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= s (1 – t ) - m , m = MPM

St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)

= s (1 – t ) + m = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] + MPM

Ch(Yt) = c (1 – t ) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Sg(Yt) ] - MPM

Sh(Yt) = s (1 – t ) = Sh(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ]

Sg(Yt) = t = MPT

Mt(Yt) = m = MPM

MPC + MPS + MPT + MPM = 1

[c (1 – t ) - m ] + s (1 – t ) + t + m = 1

Multiplier ( ) = 1/ [ s (1 – t ) + t + m ]

MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM

MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ]

Baik ekonomi dua sektor, tiga sektor dan empat sektor harus berorientasi pada

pendapatan nasional yang sama, sehingga tidak harus dikenal dengan adanya istilah

ekonomi tertutup dan juga ekonomi terbuka, yaitu sepanjang pengertian tertutup adalah

tanpa hubungan dan terbuka karena adanya hubungan dengan luar negeri.

Ekonomi Indonesia adalah bersifat terbuka yang berarti adanya hubungan dagang

dengan negara luar, sehingga ada pula hubungan lateral, bilateral dan multilateral.

Persamaan (7), (8) dan (15) adalah analisis fungsi jangka panjang dan pembahasan

ekonomi empat sektor tidak dapat dengan mengabaikan ekonoi dua dan tiga sektor

lainya, karena merupakan hubungan yang saling terkait.

Page 15: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

15

3.1. Hubungan Jangka Panjang: Tabungan, Investasi Dan Modal

Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan

ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar

sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):

St = s Yt ( 15 )

It = Kt ( 16 )

Kt/Yt = k ( 17 )

atau Kt/Yt = k ( 18 )

persamaan (16) s/d persamaan (19) setelah diolah menurut sementinya, maka model

sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai:

Yt/Yt = s/k ( 20 )

bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara

nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian

antara MPS dengan ICOR.

Pada ekonomi empat sektor, semua posisi agregatif ekonomi yang ada pada

ekonomi tiga sektor berubah secara otomatis. Sebagai contoh yang sederhana, upaya

peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan untuk menabung, maka

berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai pendapatan disposibel

(disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya trade-off, yaitu

keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan menurunkan

fihak lain.

Begitu juga halnya dengan ikutnya sektor luar negeri kondisi trade-off masih tetap

terjadi dan yang lebih menarik lagi adalah terjasinya trade-gap, sehingga munculnya

istilah investment-gap dan saving-gap. Karena adanya perdagangan luar negeri

kebijaksanaan ekonomi menjadi semakin komplit yang harus dijalankan oleh kerna

disamping kebijaksanaan fiskal, moneter dan kebijaksanaan perdagangan luar negeri

justru yang lebih menetukan, sehingga dikenal pula dalam istilah ekonomi dalam

pembentukan tabungan, yaitu tabungan luar negeri dan investasi asing.

Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,

dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan

oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan

pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan

ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi

sebagai berikut:

Page 16: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

16

It = k Yt ( 21 )

Kt = k Yt ( 22 )

Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 23 )

Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 24 )

Kt = k Yt + k Yt-1 ( 25 )

3.2. Bentuk Fungsi: Tabungan, Impor Dan Modal

Fungsi-fungsi yang dibentuk tidak lai dari yuang diperlukan saja dalam analisa

ekonomi empat sektor. Dari uraian persamaan(15) sudah tampak bahwa yang diperlukan

antara lain fungsi: tabungan St, tabungan masyarakat Sh, tabungan pemerintah Sg dan

impor barang-barang dan jasa-jasa. Keempat fungsi tersebut sudah cukup untuk

menjawab samapai menentukan besarnya multiplier untuk masing-masing sektor yang

dikaji. Untuk tujuan menentukan pertumbuhan ekonomi, maka perlu ditambahkan fungsi

Stok modal ( capital ) Kt, jelas bahwa keseluruhannya fungsi jangka pendek dan setelah

diestimasi baru dijadikan fungsi jangka panjang, yaitu sebagai berikut:

St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt ( 26 )

Sh = - C + ( 1-c)(1 - t ) Yt ( 27 )

Sg = -G + t Yt ( 28 )

Mt = M + m Yt ( 29 )

Kt = K + k Yt-1 , dimana: Kt = k Yt ( ... lihat pers 25 ) ( 30 )

Keterangan:

St = St(Yt) = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.

Sh = Sh(Yt) = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah

Sg = Sg(Yt) = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah

Mt = Mt(Yt) = impor tahun t, dalam milyar rupiah

Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah

Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah

Yd = Pendapatan disposibel (disposible income)

Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik bruto

tahun t-1, dalam milayar rupiah.

Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.

MPC + MPS + MPT + MPM = 1 APC + APS + APT + APM = 1

s = Marginal Propensity to Save ( MPS )

t = rate of taxes "dihitung sebagai proportional taxes

dari gross domestic product" ( MPT )

Page 17: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

17

m = Rate of Import "dihitung secara proporsional dari selisih nilai antar

sektor ekonomi" ( MPM )

k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )

C = konsumsi otonom

G = pengeluaran pemerintah otonom

K = modal otonom

1- t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak

s(1-t) = (1-c)(1-t)

= bagian dari tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak

s(1-t) + t = (1-c)(1-t) + t

= MPS ( 1-MPT ) + MPT

= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi

c(1-t) = (1-s)(1-t)

= bagian dari konsumsi masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak

1 -[s(1-t)] = 1 - [ (1-c)(1-t) ]

= bagian dari konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak.

s(1-t) + m = MPS ( 1-MPT ) + MPM

= bagian dari tabungan yang tersisa setelah konsumsi

c(1-t) - m = bagian dari pendapatan yang dikonsumsi setelah dipotong pajak

s(1-t) = tingkat tabungan masyarakat yang terjadi dan dihitung secara

proporsional terhadap pendapatan

t = tingkat pajak yang terjadi dan dihitung secara proporsional terhadap

pendapatan

m = tingkat impor yang terjadi dan dihitung secara proporsional

terhadap pendapatan

Multiplier () = 1/ { 1- [ c(1-t) - m ] }

= angka pengganda, merupakan pembagian dari perubahan pendapatan

terhadap perubahan investasi

GR (%) = [ s(1-t) + m ] / k

= Laju pertumbuhan ekonomi, yang merupakan pembagian

antara MPS dengan ICOR.

Page 18: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

18

4. PERHITUNGAN SERTA ANALISIS TEORITIS EKONOMI TERBUKA

4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Fungsi Pendapatan

Meramalkan sesuatu tidaklah banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan

secara kuntitatif maupun kualitatif banyak kegunaannya, antara lain: Memperkirakan

persyaratan-persyaratan potensi pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu

tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas

kemampuan optimal prestasi ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan

tabungan dalam negeri sebagai pembiayaan pembangunan maupun pertumbuhan

ekonomi ( Mohammad Sadli: 1982, h.3 ).

Berikut adalah lima buah hasil estimasi "Ordinary-Least Suares Method" jangka

pendek. Kelima estimasi ini mampu menganalisis pendapatan nasional suatu ekonomi

yang bersifat terbuka, dan biasanya lebih populer dugunakan dalam jangka panjang.

Kelima Estimasi tersebut sebagai berikut:

St = 2370.857 + 0.295202 Yt

S(ai): (0.017369)

t(ai): (16.99542)

df = 25, SE = 8012, 593

r2 = 0.920342

r = 0.959344

r2 = 0.917156

F = 288.8443

D-W = 0.811351

Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt

S(bi): (0.022072)

t(bi): (11.15223)

df = 25, SE = 10181.04

r2 = 0.832632

r = 0.912487

r2 = 0.825938

F = 124.3723

D-W = 0.305920

Page 19: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

19

Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt

S(ci): (0.008434)

t(ci): (5.814988)

df = 25, SE = 3890.782

r2 = 0.574931

r = 0.758242

r2 = 0.557929

F = 33.81408

D-W = 0.553495

Mt = -15755 + 0.304258 Yt

S(di): (0.012752)

t(di): (23.85895)

df = 25, SE = 588.682

r2 = 0.957930

r = 0.978739

r2 = 0.956247

F = 569.2497

D-W = 0.064493

Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1

S(di): (0.860617)

t(di): (6.084879)

df = 25, SE = 399666.2

r2 = 0.596941

r = 0.772620

r2 = 0.580819

F = 37.02576

D-W = 0.562712

Statistical Table:

t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77

t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24

t0.025 = 2.060

t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31

t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55

Page 20: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

20

Secara statistik kelima Hasil estimasi yang dilakukan adalah significant pada taraf

kepercayaan ( Significant level ) = 1 % atau atau pada taraf keyakinan ( confidence

level ) 1- = 99 % sebagaimana yang dapat dilihat bahwa masing-masingnya Ttest > T-

table. Sementara itu Ftest dari kelima fungsi yang diestimasi pada umumnya besar dan

berada diatas F-table yang juga pada = 1 %. Begitu juga dengan uji statistk Durbin-

Watson yang significant pada taraf kepercayaan yang sama.

Disamping itu koefisien determinasi dan korelasi kelima hasil estimasi telah

memperlihatkan hubungan yang begitu kuat dengan masing-masing variabel peubah

(independent variable ). Dengan demikian, kiranya dalam pengujian statistik kelima hasil

estimasi tidaklah diragukan lagi kebenarannya.

4.2. Interpretasi Antar-inter Koefisien Hasil Estimasi Jangka Panjang

Berikut ini adalah fungsi-fungsi jangka pendek dan jangka panjang yang

didapatkan dari hasil estimasi "Ordinary-Least Squares Method" yang untuk selanjutnya,

khususnya fungsi jangka panjang akan digunakan untuk menaksir analisis pendapatan

nasional ekonomi dua, tiga dan empat sektor. Fungsi jangka pendek dan jangka panjang

tersebut ditulis sebagai berikut:

Fungsi Jangka Pendek Fungsi Jangka Panjang

St = - (C +G ) + ( 1 - c ) Yt = St(Yt) ,St = ( 1 - c ) Yt = St(Yt)

= 2370.857 + 0.295202 Yt = 0.295202 Yt

Sh = -C + ( 1 - c )(1 - t ) Yt = Sh(Yt) ,Sh = ( 1-c )( 1-t ) Yt = Sh(Yt)

= 789.3590 + 0.246157 Yt = 0.246157 Yt

Sg = -G + t Yt = Sg(Yt) ,Sg = t Yt = Sg(Yt)

= 1581.498 + 0.049045 Yt = 0.049045 Yt

Mt = M + m Yt = Mt(Yt) ,Mt = m Yt = Mt(Yt)

= -15755 + 0.304258 Yt = 0.304258 Yt

Kt = K + k Yt-1 = Kt(Yt-1) ,Kt = k Yt-1 = Kt(Yt-1)

= -138692 + 5.236756 Yt-1 = 5.236756 Yt-1

Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana

yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau

tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal

di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa

di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to

determine the optimum relationship among government savings, business savings and

Page 21: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

21

personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan : "There is no simple or

general answer to this question" ( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).

Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat

dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat

alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Walaupun secara

historis adalah agak kurang seksama berbicara mengenai teori-teori ekonomi makro yang

berasal daripada ahli ekonomi Klasik, namun secara analitis adalah bermanfaat untuk

ditayangkan kembali oleh karena kebanyakan diantara teori-teori tersebut masih

bermanfaat, kendatipun tidak lengkap untuk dipakai dalam analisa sekarang. Untuk

tujuan membangun dan mengakumulasi investasi yang lebih tingggi, sepanjang outward-

looking oriented tidak dapat diandalkan, satu-satunnya jalan adalah "mengencangkan ikat

pinggang". Apakah terjadi atau tidak upaya kuno demikian, berikut ini hasil interpretasi

parameter hasil estimasi untuk ekonomi sektor terbuka, yaitu:

Ekonomi 2 Sektor:

St = It

St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt

Ct = 1 - St(Yt) = c Yt = 0.704797 Yt

MPC + MPS = 1

c + s = 1

0.704797 + 0.295202 = 1

Multiplier ( ) = 1/MPS = 3.387500

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371

Ekonomi 3 Sektor:

St = Sh + Sg = It

St = St(Yt) = s Yt = 0.295202 Yt

Sh = Sh(Yt) = [ s (1– t) ] Yt = 0.246157 Yt

Sg = Sg(Yt) = t Yt = 0.049045 Yt

St = Sh + Sg = It

St = Sh(Yt) + Sg(Yt) = { [ s (1– t) ] + t } Yt = 0.295202 Yt

Ct = [ 1- St(Yt) ] = { 1 - [ s (1– t ) + t ] } Yt = 0.704797 Yt

Ch = { [ 1 - St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ c (1– t) ] Yt = 0.670229 Yt

Sh = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] } Yt = [ s (1– t) Yt = 0.280724 Yt

Page 22: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

22

Sg = Sg(Yt) = 0.049045 Yt

MPC + MPS + MPT = 1

c(1 – t) + s (1 – t ) + t = 1

0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1

Multiplier ( ) = 1/[ s (1– t ) + t ] = 1/ [ 0.280724 + 0.049045 ] = 3.032414

atau:

Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt

= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt

= Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567

St = Sh + Tt = It

Sh = St(Yt) [ 1 - Tt(Yt) = [ s (1– t )] Yt = 0.284998 Yt = MPS Yt

Tt = Tt(Yt) = t Yt = 0.034567 Yt = MPT Yt

Ch = { [ 1- St(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] } = 0.680435 Yt = MPC Yt

MPC + MPS + MPT = 1

c(1– t) + s(1– t) + t = 1

0.680435 + 0.284998 + 0.034567 = 1

MPS = s (1– t ) + t = 0.246157 + 0.049045 = 0.295202

MPC = 1 - [ s (1– t ) + t ] = { 1 - 0.295202 } = 0.704797

ICOR = k = 5.236756

Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t ] = 3.129254

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056371

Ekonomi 4 Sektor:

St = Sh + Mt = It

Sh(Yt) = St(Yt) - Mt(Yt)

= { Sh(Yt) + St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Mt(Yt) } Yt

= { [s (1– t) + s (1–t )] - m } Yt

= { s (1– t ) - m } Yt , m = MPM

= 0.222623 Yt

Tt = { St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] - Sh(Yt) } = { [ s ( 1 - t ) - s ( 1 - t ) } Yt

= 0.280724 Yt - 0.246157 Yt = 0.034567 Yt , t = MPT = 0.034567

St(Yt) [ 1 - Sg(Yt) ] = 0.295202 [ 1 - 0.049045 ] = 0.280724 Yt ( ....2 Sektor )

Sh(Yt) + Tt(Yt) = 0.246157 + 0.034567 = 0.280724 Yt (.... 3 Sektor )

Sh(Yt) + Mt(Yt) = [ 0.222623 + m ] Yt = 0.280724 Yt (.... 4 Sektor )

Page 23: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

23

Sh(Yt) = [ s(1-t) - m ] Yt

0.222623 Yt = [ 0.280724 - m ] Yt

m = 0.280724 - 0.222623 , m = MPM = 0.058101

St(Yt) = Sh(Yt) + Mt(Yt)

= s(1-t) + m = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] + MPM = 0.295749

Ch(Yt) = c(1-t) - m = [ 1 - Sh(Yt) ] [ 1 - Tt(Yt) ] - MPM = MPC = 0.669684

Sh(Yt) = s(1-t) = Sh(Yt) [ 1 - Tt(Yt) ] = MPS = 0.237648

Tt(Yt) = t = MPT = 0.034567

Mt(Yt) = m = MPM = 0.058101

MPC + MPS + MPT + MPM = 1

[ c(1-t) - m ] + s(1-t) + t + m = 1

0.669684 + 0.237648 + 0.034567 + 0.058101 = 1

MPS = s(1-t) + m = MPS ( 1 - MPT ) + MPM = 0.295749

MPC = 1 - [ s(1-t) + m ] = 1 - [ MPS ( 1 - MPT ) + MPM ] = 0.7042250

ICOR = k = 5.236756

Multiplier ( ) = 1/ [ s(1-t) + t + m ] = 2.930565

Pert. Eko, GR (%) = MPS/ICOR = 0.056475

Hasil analisa yang mengherankan sebagaimana yang terdapat dalam buku Ben

Franklin yang berjudul "Poor Richard's Almanac" tidak jemu-jemunya mengotbahkan

doktrin tabungan dalam hubungannya dengan apa yang dinamakan Paradoks Kehematan

dan kini timbul suatu generasi ahli keuangan baru yang nampaknya berpendapat bahwa

kebajikan dimasa lampau mungkin menjadi dosa modern dimasa-masa depressi ( Paul A.

Samuelson: 1975, h.313 ).

Dinamakan paradoks karena hampir semua kita terbiasa berpendapat bahwa

kehematan selalu merupakan hal yang baik. Dalam teori ekonomi, pertimbangan yang

dapat membantu kita menjelaskan paradoks secara ilmiah tanpa emosi adalah bahwa kita

harus berhati-hati dengan apa yang dinamakan "Logical fallacy of composition", yang

berarti apa yang baik bagi masing-masing orang secara sendiri-sendiri tidaklah dengan

sendirinya selalu baik bagi semua.

Dalam beberapa keadaan, kehati-hatian swasta (private prudence) mungkin

merupakan kebodohan sosial. Khususnya hal ini berarti bahwa usaha setiap dan masing-

masing orang untuk memperbesar tabungannya, mengakibatkan berkurangnya tabungan

aktuil keseluruhan orang dalam masyarakat bersangkutan ( Paul A. Samuelson: 1975,

h.313 ).

Kenapa tidak hal semacam diatas dapat terjadi, sebab bila individu yang

menabung akan berarti mengurangi konsumsinya dan ini berarti pula bahwa ia

membelanjakan daya beli yang lebih kecil dari sebelumnya, sehingga bagia orang lain

pendapatannya bisa menjadi berkurang, oleh karena pengeluaran seseorang adalah

merupakan pendapatan bagi orang lain.

Page 24: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

24

Pertimbangan yang kedua menjelaskan paradoks kehematan ini terletak pada

pertanyaan "apakah pendapatan nasional yang bersangkutan berada pada tingkat merosot

atau tidak". Jika perekonomian berada dalam keadaan full-employment, maka sudah jelas

ada kecenderungan semakin besar bahagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi

sekarang, semakin kecil bahagian yang tersedia bagi pembentukan modal.

Bila pada mana terdapatnya pengangguran (unemployment) yang sulit diatasi,

maka konsumsi dan investasi menjadi komplementer dan tidak saling bersaingan. Dalam

hal semacam ini, membantu yang satu dan juga membantu yang lain oleh karena

konsumsi yang tinggi mendorong investasi yang tinggi. Dalam keadaan dimana

berkomplementernya konsumsi dengan investasi, maka tindakan yang mendorong

pengencangan ikat pinggang (yaitu usaha untuk mengurangi konsumsi guna

memperbesar tabungan), hanya berakibat berkurangnya pendapatan.

Pada tingkat pendapatan yang rendah dan karena adanya induced-disinvestment,

maka akan menjadi rendahnya investasi. Dengan demikian, pendapatan dan investasi

benar-benar sudah berkurang oleh karena usaha memperbesar tabungan dalam masa

pengangguran, berakibat berkurangnya tabungan dan investasi yang benar-benar

terlaksana.

Usaha pemulihan kiranya dapat ditemui melalui kebijaksanaan ekonomi makro

apabila paradoks kehematan sudah hilang dalam operasinya, sehingga usaha pengketatan

ikat pinggang yang mendorong kegiatan menabung guna meningkatkan investasi sebagai

sumber pembiayaan dapat terwujud dan tercapainya suatu lingkungan full-employment,

sehingga konsumsi dan investasi pasti saling bersaingan. Hanya dalam keadaan seperti

itulah kebajikan individual selalu sama dengan kebajikan sosial (dan tidak lagi

merupakan kebodohan sosial). Pendek kata didalam kebijaksanaan ekonomi makro harus

dihindarkan inflationary-gap atau deflationary-gap sedemikian rupa, sehingga tabungan

dan investasi full-employment persis sama besarnya tanpa inflasi ( Hendra Esmara:

1987,h.56 ).

Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa

potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan

pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan

pertumbuhan ekonomi. Namun demikian upaya peningkatan pajak pasti merugikan atau

menurunkan tabungan masyarakat, terbukti pada ekonomi tiga sektor bahwa bagian dari

tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.246157 atau sekitar 24,61

% rata-rata setiap tahunnya. Potensi tabungan secara total adalah 0.295202 atau 29,52 %

rata-rata per tahun, berarti tabungan pemerintah menymbang sebesar 0.0409045 atau

sebesar 4,09 % rata-rata per tahun.

Selanjutnya, nisbah pajak dalam perekonomian adalah sebesar 0.034567 atau

sebesar 3,46 % rata-rata per tahun dan angka ini lebih kecil daripada tabungan

pemerintah oleh karena disamping berupa angka taksiran tanpa melalui regresi, selainnya

itu memang tidak mustahil kiranya tabungan pereintah lebih besar karena ia merupakan

Page 25: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

25

selisih antara "penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin" dalam APBN.

Sedangkan proporsi pajak yang merupakan nilai taksiran tersebut diasumsi sebagai

"pajak langsung ditambah pajak tidak langsung" yang berarti kalau ditinjau dalam pos

penerimaan dalam negeri adalah "tidak termasuk penerimaan bukan pajak".

Dalam analisis ekonomi empat sektor, ternyata bahwa sumbangan impor cukup

besar dalam memebentuk tabungan dana investasi selama ini. Mungkin kalau dalam

ekonomi Indonesia secara tuntas meninggalkan Impor atau meniadakan impor ( dengan

kata lain hanya ekspor saja yang ditingkatkan ), maka yang akan terjadi adalah

berkurangnya pendapatan nasional secara drastis. Besarnya proporsi impor 0.304258 atau

30,43 % dari pendapatan nasional rata-rata per tahun dan angka ini jauh lebih besar dari

pada nilai proporsi tabungan terhadap pendapatan, berarti tabungan juga dianikan oleh

impor.

Dugaan Impor lebih mantap demikian diasumsikan karena impor yang diperlukan

tersebut banyak mengandung barang modal yang bagi Indonesia masih dibutuhkan untuk

perses produksi dalam negeri selanjutnya. Baik tabungan masyarakat, pajak dan Impor

kesemuanya adalah unsur utama yang membentuk tabungan. Dalam ekonomi terbuka

atau ekonomi empat sektor masing masing nisbahnya adalah 0.222623 , 0.034567 dan

0.058101 atau 22,62 %, 3,46 % dan 5,81 % rata-rata setiap tahun.

Selama periode penelitian yang dilakukan ini, dan total keseluruhanya adalah

0.315291 atau 31,53 % rata-rata setiap tahun dan berarti nisbah konsumsi yang terjadi

setelah pajak dan impor adalah sebesar 0.684709 atau sebesar 68,47 % rata-rata per

tahun. Hal yang sama dapat diperhatikan pada bagian perhitungan diatas, bahwa baik

untuk dua, tiga dan empat sektor secara harfiah tabungan masyarakat terbentuk pada

proporsi yang persis sama, yaitu sebesar 0.280724 atau 28,07 % rata-rata per tahun ( lihat

hasil perhitungan ).

Dengan memperhatikan atau memperbandingkan analisa yang dilakukan,

memang tanpa dipungkiri lagi bahwa teori ekonomi klasik kuno jelas terbukti

keberadaanya tanpa memandang prakondisi ekonomi tersebut sehat atau tidak, dan

ternyata trade-off yang terjadi akibat pajak menurunkan tabungan dan berikutnya

konsumsi turun. Perhatikan ketiga sektor tersebut terjadi penurunan yang beruntun yang

dari dua sektor hingga sampai empat sektor nisbah konsumsi semakin menurun masing -

masing 70,48 % , 67,02 % dan 65,88 % sehingga tidak ditolah dalam hal ini teori kalsik

kuno "paradok kehematan", dimana setiap upaya memperbesar tabungan tetap saja harus

dilakukan melalui upaya mengencangkan ikat pinggang.

Meskipun terjadinya perbedaan proporsi agregatif ekonomi antara dua sektor, tiga

sektor maupun empat sektor, namun "Marginal Propensity to Save" tetap saja sama, yaitu

sebesar 0.295202 yang berarti bagian pendapatan yang dikonsumsi adalah sebesar

0.704797 atau MPC + MPS = 1, berarti laju pertumbuhan ekonomi yang dicapat

Indonesia adalah sebesar 5,64 % rata-rata per tahun. Perbedaan proporsi tersebut hanya

terjadi sebagai angka pengganda ( multiplier ) untuk masing-masing sektor ekonomi yang

diteliti, dan semakin banyak sektor ekonomi yang dikaji maka nilai multiplier

Page 26: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

26

menunjukan angka yang semakin menurun pula oleh karena makin banyaknya sektor

yang dikaji dan angka kecil berkiprah melipat gandakan agregatif ekonomi yang banyak

yang menghasilkan nilai yang sama dalam pendapatan nasional.

Hal yang jelas, baik pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong

pajak tetap menjadi turun, masing-masing Peningkatan tabungan selaku sumber

pembiayaan pembangunan melalui pemupukan tabungan masyarakat dan pemungutan

pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui

pengembangan pasar uang serta pasar modal dan kebijaksanaan fiskal yang progressif

berdasarkan ability to pay.

Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan

tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi

tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat

memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi

dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha. Dengan

demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan tabungan pemerintah,

ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat

dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan

berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta ( Hendra Esmara: 1987,

Ibid, h.12 ).

Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat

dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya

memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan

modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar

modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah

memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,

bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.

Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus

dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek

yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus

disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau

memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara

serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.

5. KESIMPULAN

Dalam jangka panjang, mobilisasi tabungan dan investasi tetap saja berjalan

sebagaimana adanya perekonomian suatu negara. Nampaknya tidak terdapat alternatif

lain untuk meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan

penekanan konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan

masyarakat dan pemungutan pajak hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan

melakukan ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta

Page 27: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

27

pasar modal, dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the

ability to pay.

Tidaklah dapat dihindari bahwa Peningkatan pajak akan merupakan trade-off

terhadap kemungkinan kenaikan tabungan. Upaya pemerintah melakukan kebijaksanaan

moneter dan fiskal mengharuskan perhitungan yang cermat sepanjang kedua dapat

dilakukan secara serasi yang tidak saling merugikan. Kenyataan yang terjadi dan tidak

dapat dihindari adalah kalau peningkatan pajak terlalu tinggi akan dapat merugikan atau

mengurangi tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha.

Walaupun pajak akan dapat memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui

bentuk tabungan pemerintah tetapi dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk

menggerakan dunia usaha. Dengan demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan

alat penciptaan tabungan pemerintah, ia harus pula memberikan dorongan bagi

peningkatan investasi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan

perpajakan selaku alat pemberian konsesi dan berbagai kemudahan lainnya di dalam

mendorong dunia swasta, sehingga memungkinkan masyarakat menerima pendapatan

yang masih tinggi, meskipun pada intinya kewajiban pajak yang diemban tidak harus

dilupakan sama sekali.

Dalam waktu sekarang impor tidak bisa diperkecil sampai tingkat yang minim

oleh karena dan bagaimanapun juga impor masih membawa berkah meningkatkan

pendapatan dalam masyarakat. Kalau impor diturunkan, berati ada pula kemungkinan

bahwa aktivitas proses produksi mengalami penurunan yang selanjutnya output ataupun

pendapatan nasional turun drastis oleh karena impor yang digunakan diindonesia masih

berkatagori sebagian besar mengandung impor barang modal.

Impor juga meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan produksi

nasional dari barang modal. Kalau impor diperkecil pada masa sekarang berarti pula

memperkecil output dan pendapatan nasional, sehingga tabungan juga menjadi turun dan

turun pula investasi dan bahkan berkemungkinan turunya pertumbuhan ekonomi untuk

masa mendatang. Tanpa impor pendapatan nasional turun tajam sekali, jelas turunya

pendapatan masyarakat serta inisiatif usaha swasta bisa mati, sehingga tipis sekali

kemungkinan kebijasanaan fiskal yang dilakukan pemerintah dalam pajak akan berhasil

oleh karena masyarakat pasti lebih membutuhkan hidup dengan pemenuhan konsusi

ketimbang membayar pajak sekalipun itu adalah kewajiban.

Analisis makro yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat dan

tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, dengan

memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan

modal dengan cara menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar

modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Lakukan upaya yang pantas seperti

memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah

selama ini dan kalau boleh, hilangkan segmentasi tersebut sama sekali.

Page 28: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

28

Dalam penelitian ini paradok kehematan secara tidak disadari telah terlaksana dan

berati pembangunan di Indonesia senantiasa dilakukan melalui upaya pengketatan ikat

pinggang atau terjadinya penahanan atau mungkin pembatasan konsumsi oleh

masyarakat. Upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus

dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek

yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus

disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau

memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara

serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian

Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).

Amrizal., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi

Indonesia", Sripsi Sarjana, Universitas Andalas Padang, 1992 ).

Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development

Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei

1973).

Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan

Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).

Duesenberry, James S., "Income, Saving and The Theory of Consumer Bahavior"

(Cambridge, Mass. Harvard University Press, 1949 ).

Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan

Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27

Juli 1985).

_____________.,"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian

Universitas Andalas, 1987).

F. Modigliani,. "Fluctuation in the Saving Income Ratio; A Problem in Economic

Forecasting", in Studies in Income and Wealth, Vol. 11, November 1949.

Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving

in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).

Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:

Akademika Pressindo, 1981).

Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan

Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).

Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan

(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).

Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).

Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam

Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,

1987).

Nurkse, Ragnar., "Problem of Capital Formation in Underdeveloped Countries and

Patterns of Trade and Development", Oxford University Press, 1967.

Page 29: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

29

Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth

in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September

1972).

Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).

Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on

Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing

Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).

Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill

International Book Company, 1980).

Sadli, Mohammad., "Prospek Jangka Pnjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia", Prisma 2

( Jakarta: LP3ES, Feb 1982 ).

Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.

3, No.1 (January 1975).

Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group

Limited, 1977).

Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29

Agustus 1987).

Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in

Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February

1972).

------+++++------

Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:

Page 30: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

30

Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:

Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN

PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil

Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL

& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi

10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.

Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF

Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah

DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016

12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN

TRANSPORTASI 2014 s/d 2017

I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta

Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:

02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang

004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen

005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia

006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia

008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia

010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri

011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan

012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth

013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan

014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat

015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995

016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan

017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan

020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi

021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka

022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi

023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka

024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas

026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan

028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana

029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

Page 31: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

31

004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara

031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat

032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia

033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth

034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif

035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan

037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen

038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia

039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan

040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)

041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka

042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)

043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia

044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan

045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal

046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana

047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana

049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia

050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi

051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera

052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan

054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada

Kemampuan Sendiri

055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan

056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan

057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional

059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat

061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi

Aliran Dana Luar Negeri

062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia

063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan

005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi

065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi

066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan

068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro

069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional

070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro

071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro

073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial

074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial

Page 32: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

32

II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi

Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Hasil Estimasi

File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi

Non-Estimasi

File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi

Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi

File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA

Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA

Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL

ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation

Result Function (242 halaman)

008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan

080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia

009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA

083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-

STATE GROWTH

084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai

085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber

Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off

010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010

Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di

Indonesia

File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010

Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional

Page 33: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

33

011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010

Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna

Kendaraan Pribadi Dan Umum

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)

File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI

(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)

File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010

atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung

Pandang

012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011

Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan

File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011

Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan

File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011

Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia

File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011

Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik

File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia

File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik

File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011

Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau

File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011

Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik

File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011

Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara

File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011

Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri

File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011

Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia

File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011

Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik

File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional

Page 34: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

34

10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009

Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil

Pribadi Di Jakarta

File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010

Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi

Dan Umum

File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010

Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI

File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010

Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-

UJUNG PANDANG

File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016

Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute

JAKARTA-UJUNG PANDANG

014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014

Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA

File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014

Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API

INDONESIA

File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014

Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN

PENERBANGAN DOMESTIK

015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,

Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017

Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan

Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara

File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017

Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA

LUAR NEGERI

Page 35: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

35

III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017

File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014

Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015

Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd

Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti

File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016

Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017

Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey

Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt

135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h

137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h

138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h

139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h

141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h

Page 36: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

36

12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI

019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014

Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL

PURWAKARTA

File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015

Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan

Loyalitas Pelanggan

File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016

Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016

Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017

Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS

PURWAKARTA

020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta

File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap

Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti

021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017

Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017

Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan

Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta

File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt

Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas

Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta

Page 37: AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL (ANALISA

37

Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan

didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN

ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan

keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.

KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah

dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai

MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar

mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN

TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan

juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai

bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang

MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah

Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF

(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya

bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan

dalam sebuah Daftar Harga).

Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),

sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan

ilmiah yang disusun oleh Amrizal.

Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal

ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar

TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:

Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari

Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)

keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),

cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut

ke dalam Google.

Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah

files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat

tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......

-------- Jakarta, 14 September 2017--------