analisis ketersediaan ruang terbuka hijau di kota...

133
ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2015 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: Nur Alika Fitriyani Wulandari NIM 1113015000028 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H /2017 M

Upload: ledung

Post on 09-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU

DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2015

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nur Alika Fitriyani Wulandari

NIM 1113015000028

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H /2017 M

Page 2: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 3: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 4: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 5: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 6: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

i

ABSTRAK

Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) : Analisis Ketersediaan

Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang Tahun 2000-2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang pada tahun 2000 sampai tahun 2015, serta menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kebutuhan oksigen dan proyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk untuk tahun 2035. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Objek dalam penelitian ini adalah seluruh ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang. Penelitian ini menggunakan bantuan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG), Ground Check lapangan dan observasi.Hasil penelitian ini menunjukkan dalam kurun waktu 15 tahun ruang terbuka hijau di Kota Serang mengalami penurunan sebesar 3.675 ha mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2015. Ketersediaan luas ruang terbuka hijau di Kota Serang pada tahun 2015 sebesar 8.165 ha atau 30,6 % dari luas wilayah. Hasil perhitungan proyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk yaitu seluas 1.874,2 ha. Sehingga luas ruang terbuka hijau di Kota Serang pada tahun 2015 telah mencukupi kebutuhan berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk, kebutuhan oksigen, serta kebutuhan ruang terbuka hijau untuk tahun 2035. Kata Kunci : Jumlah penduduk, Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau, Kota

Serang, Luas wilayah, Oksigen.

Page 7: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

ii

ABSTRACT

Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) : Analysis of Green Open

Space Availability in Serang City 2000-2015.

This study aims to determine the availability of green open space in Serang

City from 2000 to 2015, and to calculate the need for green open space based on

the area, the population, the oxygen demand and the projection of green open

space based on the population number for 2035. This research uses quantitative

descriptive approach. The object of this research is all green open space in

Serang City. This research uses the help of Geographic Information System (GIS)

application, Ground Check field and observation. The results of this study show

that within 15 years the green open space in Serang City decreased by 3,675 ha

from 2000 until 2015. The availability of green open space in Serang City in 2015

was 8,165 ha or 30.6% of the total area . The calculation result of green open

space projections based on the population of 1,874.2 ha. So that the green open

space in Serang City in 2015 has sufficient needs based on the area, the

population, the need for oxygen, and the need for green open space for 2035.

Keywords: Population, Green Open Space Requirement, Serang City, Area,

Oxygen.

Page 8: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

iii

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu

memberikan nikmat, rahmat dan kemudahan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka

Hijau di Kota Serang Tahun 2000-2015”. Shalawat serta salam curahkan

kepada Nabi penyempurna Agama dan manusia terbaik sepanjang zaman yaitu

Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidaklah dapat terlepas

dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Drs. Syaripulloh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Sodikin, M.Si dan Dra. Zaharah, M.Ed selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan

arahan yang sangat bermanfaat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik.

5. Seluruh Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan pengetahuan,

pemahaman selama melaksanakan studi.

6. Orang tua saya, Bpk Syawal Kartowo, dan Ibu Sariyam yang telah

membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan mendoakan saya tiada

henti. Terimakasih sudah memberikan dukungan berupa moril maupun materil

yang luar biasa yang selalu kalian berikan dengan ikhlas. Terimakasih juga

kepada kakak dan adikku Istihayu Putri Buansari dan Aditya Anggana Putra

Page 9: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

iv

yang sudah memberikan semangat kepada penulis dalam mengerjakan skripsi,

serta seluruh keluarga besar yang selalu memotivasi penulis untuk segera

menyelasikan studi.

7. Teman seperjuangan Desi Setiawati, Siti Nurhikmah, Nur Ismawati, Annisa

Nur hikmah, dan sadiah. Sahabat dibangku kuliah terimakasih untuk dukungan

dan motivasinya. Terimakasih karena selama 3 tahun ini telah berbagi suka dan

duka bersama.

8. Nurul rohmah, Larasti, Tania, dan Nisa. Sahabat yang selalu memberikan

dukungan agar segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh sahabat jurusan pendidikan IPS angkatan 2013, khususnya konsentrasi

geografi yang telah banyak memberikan pengalaman dan dukungan.

10. Serta teman-teman Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) MAN 19 Jakarta

yang telah banyak memberikan pengalaman berharga untuk penulis.

11. Untuk Siswa- Siswi Kelas X IIS 1 dan XI IIS 2 MAN 19 Jakarta, terimakasih

karena telah memberikan motivasi dan semangat untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

12. Dan semua pihak yang penuis sadari atau tidak sadari telah membantu secara

langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapat pahala

yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh

Allah SWT.

Akhir kata penulis menyadari skripsi ini masih jauh darri kata sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi

kebaikan dimasa datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,

khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 8 November 2017

Penulis

Nur Alika Fitriyani W.

Page 10: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………………… iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… v

DAFTAR TABEL …………………………………………………… .. ix

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….. xi

DAFTAR GRAFIK …………………………………………………… xii

DAFTAR BAGAN ……………………………………………………. xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………. ………… 1 B. Identifikasi Masalah …. ……………………………………… 6 C. Batasan Masalah …………. …………………………………. 6 D. Rumusan Masalah …………………………………………… 6 E. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 6 F. Manfaat Penelitian …………………………………………. 6

1. Manfaat Teoritis …………………………………………. 6 2. Manfaat Praktis ………….. ……………………………… 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik ………………………………………. 8 1. Ruang Terbuka ………………………………………. 8 2. Ruang Terbuka Hijau ………………………………… 9

a. Tujuan Ruang Terbuka Hijau ……………………. 10 b. Fungsi Ruang Terbuka Hijau …………………….. 11 c. Manfaat Ruang Terbuka Hijau …………………... 14 d. Tipologi Ruang Terbuka Hijau ………………….. 15 e. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan ………... 21

3. Faktor pendorong perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau…………………………………… 23

a. Aspek demografis …………………………….. 24 b. Perkembangan Kota …. …………………….... 28 c. Keterbatasan Lahan ………………………….. 31 d. Penduduk …………………………………….. 33 e. Lahan terbangun ……………………………… 33

B. Penelitian Relevan …………………………………… 36

Page 11: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

vi

C. Kerangka Berpikir ……………………………………. 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. …………….. 39 1. Lokasi Penelitian………………………………… 39 2. waktu Penelitian …………….. ………………… 39

B. Metode Penelitian ………………………………… 40 C. Alat dan Bahan Penelitian ………. ……………….. 41

1. Alat Penelitian …………………………………. 41 2. Bahan Penelitian ………………………………. 41

D. Populasi dan Sampel ………… ………………….. 42 E. Teknik Pengumpulan Data ……… ………………. 42

1. Pengumpulan Data Penginderaan Jauh ……….. 42 2. Pengumpulan Data Sekunder …………………. 43 3. Study Literatur ………………………………… 43 4. Observasi ……………………………………… 43 5. Validasi ……………………………………….. 43 6. Dokumentasi ………………………………….. 43

F. Teknik Analisis Data …………………………….. 43

1. Pengolahan awal citra ……………………….. 44

a. Koreksi Geometrik ……………………….. 44

b. Koreksi Radiometrik …………………….. 44

c. Pemotongan citra (cropping) ……………… 45

d. Kombinasi Band …………………………. 45

2. Teknik Interpretasi Citra Digital Penginderaan Jauh …………………………………………. 45

3. Ground check lapangan ……………………… 46

4. Uji Ketelitian Interpretasi Citra….. ………… 46

5. Teknik Sistem Informasi Geografis ………….. 47

a. Klasifikasi terbimbing (supervised Classification)……………………………… 47

b. Analisis NDVI (Normalized Difference

Vegetation Index) …………………………. 47 c. Metode Overlay ( Tumpang Tindih Peta) ……………………………………………. 47

6. Menghitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau ………………………………………….. 47 a. Berdasarkan Luas Wilayah …………………. 48

Page 12: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

vii

b. Berdasarkan Jumlah Penduduk ……………. 49 c. Berdasarkan kebutuhan oksigen …………… 49

7. Menghitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang berdasarkan jumlah penduduk tahun 2035 ……………………. ……………. 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ……………………. 53 1. Letak Geografis …………………………………….. 53

2. Kondisi Fisik ..................................................... 54

3. Kondisi Sosial ……………………………………… 55

B. Hasil Penelitian ……………………………………….. 57

1. Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang …….. 57

2. Penggunaan Lahan Kota Serang tahun 2000-2015 …. 60

a. Hasil Ground Check Lapangan ………………… 60

b. Analisis Penggunaan Lahan Tahun 2000-2015 …. 64

c. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

Tahun 2000 & 2015 ……………………………. 67

d. Kondisi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) ………………………………. 70

3. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang …. 72

a. Identifikasi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan luas wilayah ……………………….. 72

b. Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2015 ……… 74

c. Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan konsumsi oksigen di kota Serang

Tahun 2015 ……………………………………… 76

d. Proyeksi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

tahun 2035 ……………………………………. 80

C. Pembahasan

1. Penggunaan Lahan tahun 2000-2015 ………………… 81

2. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan

kondisi Eksisting RTH ………………………………. 82

3. Kecukupan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Page 13: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

viii

berdasarkan Luas Wilayah (UU No. 26/2007) …… 83

4. Kecukupan Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk………………………………….. 84

5. Proyeksi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau pada Tahun 2035 ……………………………………. 85

6. Hasil Validasi Lapangan Terkait Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang ………..….......... 86

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………… 91

B. Implikasi ………………………………………………… 92

C. Saran …………………………………………………….. 93 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kepemilikan RTH ……………………………………. 16

Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk ……. 22

Tabel 2.3 Penelitian Relevan …………………….. …………….. 35

Tabel 3.1 Kegiatan penelitian ………………………………….. .. 39

Tabel 3.2 Kebenaran Interpretasi …………………………………. 46

Tabel 3.3 Pembagian Kelas Penggunaan Lahan ………………… . 47

Tabel 3.4 Kebutuhan Oksigen Berdasarkan Setiap Konsumen Oksigen ………………………………………………… 51

Tabel 4.1 Luasan Kecamatan di Kota Serang ……………………. 53

Tabel 4.2 Jumlah penduduk Tahun 2010 dan Tahun 2015 ……… 56

Tabel 4.3 Kepadatan dan Persebaran Penduduk ………………….. 56

Tabel 4.4 Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra …. ………………………………………………… 61

Tabel 4.5 Hasil Uji Akurasi Interpretasi …………………………… 64

Tabel 4.6 Luas Perubahan Penggunaan jenis lahan di Kota Serang …………………………………………………… 66

Tabel 4. 7 Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang Tahun 2000 & 2015 …………………………………….. 69

Tabel 4.8 Sebaran Wilayah Hasil Pengklasifikasian NDVI ………. 72

Tabel 4.9 Kebutuhan RTH Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 …. 75

Tabel 4.10 Jumlah penduduk dan kebutuhan RTH Tahun 2015 …… 73

Tabel 4.11 Jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen untuk manusia … 77

Tabel 4.12 Klasifikasi Kendaraan Bermotor Menurut Jenis dan Kebutuhan Oksigen …………………………………. 78

Tabel 4.13 Jumlah Kendaraan Bermotor dan Kebutuhan Oksigen untuk Kendaraan Bermotor …………………………….. 79

Tabel 4.14 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Kebutuhan Oksigen Tahun 2015 ……….. ………………………….. 80

Page 15: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

x

Tabel 4.15 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan jumlah Penduduk dan Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2015-2035... …………………………………………… 81

Tabel 4.16 Kecukupan RTH berdasarkan kondisi Eksisting ……….. 83

Tabel 4. 17 Hasil Validasi Lapangan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau …………………………………… 87

Page 16: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian………………………………... 39 Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kota Serang ………………………. 54 Gambar 4.2 Taman Tugu Debus (Patung) ………………………… 57 Gambar 4.3 Jalur Hijau Jalan ……………………………………... 58 Gambar 4.4 Sempadan Sungai …………………………………… 59 Gambar 4. 5 RTH Pemakaman ……………………………………. 60 Gambar 4. 6 Peta Penggunaan Lahan Kota Serang Tahun 2000 & 2015 ………………………………………… 65 Gambar 4.7 Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang Tahun 2000 & 2015 …………………………………… 68

Gambar 4.8 Ilustrasi NDVI tahun 2015 ……………………………. 71 Gambar 4.9 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Luas Wilayah Tahun 2015 ……………………………………… 74 Gambar 4.10 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2015 ……………………………………. 76 Gambar 4.11 Perumahan Griya Reang Indah ……………………. .. 88 Gambar 4.12 Perumahan Grand Arfa …………………………….. . 89 Gambar 4.13 Perumahan Grand Arfa …………………………….. 89

Page 17: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Penggunaan Luas Lahan di Kota Serang Tahun 2000

dan Tahun 2015 …………………………………………… 66

Grafik 4.2 Rasio perubahan RTH pertahun di Kota Serang (ha) …….. 70

Page 18: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir …………………………….. 38

Page 19: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Observasi

Lampiran 2 Hasil Observasi (1)

Lampiran 3 Hasil Observasi (2)

Lampiran 4 Hasil Observasi (3)

Lampiran 5 Hasil Observasi (4)

Lampiran 6 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Luas Wilayah Tahun 2015

Lampiran 7 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah

Penduduk Tahun 2015

Lampiran 8 Dokumentasi

Page 20: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang

Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH)

adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk

area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam

penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa bangunan.1 Ruang

terbuka hijau merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi

sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota,

kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan

olahraga, kawasan hijau pekarangan.2 Berdasarkan jenis kepemilikannya, ruang

terbuka hijau dibagi kedalam dua jenis, yaitu: ruang terbuka hijau publik dan

juga ruang terbuka hijau privat. Di dalam perencanaan sebuah kota, telah

ditetapkan dalam peraturan daerah bahwa proporsi ruang terbuka hijau yang

harus disediakan oleh setiap kota adalah minimal sebesar 30% dari luas wilayah

kota tersebut. 30% ini terdiri dari 20% ruang terbuka publik dan 10% ruang

terbuka hijau privat. Adanya keberadaan ruang terbuka hijau dikawasan

perkotaan dinilai sangat penting karena dapat menjaga keseimbangan lingkungan

dan kenyamanan di wilayah kota tersebut. Selain itu, ruang terbuka hijau dinilai

memiliki berbagai manfaat bagi penduduk yang tinggal di sebuah kota. Dari segi

Ekologi, ruang terbuka hijau memiliki peran penting yaitu untuk menjaga

kualitas udara yang ada disuatu kota. Tingginya tingkat polusi udara yang

dihasilkan dari kendaraan saat ini dapat diminamalisir dengan adanya keberadaan

ruang terbuka hijau. Dengan adanya pepohonan yang berada di tengah-tengah

1 Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau

di Wilayah Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau

2 Roswidyatmoko Dwihatmojo, Ruang Terbuka Hijau yang semakin terpinggirkan, Jurnal

diakses pada tanggal 7 Desember 2016.

Page 21: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

2

kota dapat menyerap polusi-polusi yang ada disekitarnya. Selain itu, Penduduk

yang tinggal disebuah kota mempunyai hak untuk mendapatkan udara yang

bersih dan sehat, salah satu manfaat adanya ruang terbuka hijau yaitu dapat

menghasilkan oksigen yang sangat penting dibutuhkan masyarakat. Selain

bermanfaat untuk mengurangi polusi dan menghasilkan oksigen, adanya

keberadaan ruang terbuka hijau juga dapat menjaga ekosistem flora dan fauna.

Dari segi Sosial, ruang terbuka hijau dapat dimanfaatkan sebagai tempat

untuk bersosialisasi. Adanya fasilitas yang ada di ruang terbuka hijau yang

disediakan dapat dijadikan masyarakat untuk berolahraga, berekreasi, maupun

tempat untuk berkumpul. Sebuah kota selayaknya tidak hanya dipenuhi oleh

gedung pencakar langit maupun bangunan perumahan, dengan adanya ruang

terbuka hijau dapat meningkatkan keindahan sebuah kota dan menciptakan

kenyamanan kota tersebut. Hal ini merupakan salah satu manfaat ruang terbuka

hijau ditinjau dari segi Estetika. Oleh sebab itu keberadaan ruang terbuka hijau di

wilayah perkotaan merupakan salah satu komponen penting yang harus ada di

setiap kota karena memiliki berbagai manfaat.

Menurut Roswidyatmoko Dwihatmojo, Kota merupakan perwujudan aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi, pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan yang sangat pesat akibat adanya dinamika penduduk, perubahan sosial ekonomi, dan terjadinya interaksi dengan wilayah lain.3

Adanya perkembangan kota dapat dilihat dari segi fisik maupun segi

ekonomi. Perkembangan dari segi fisik salah satunya dapat dilihat dengan adanya

pembangunan. Menurut Imam Ernawi (dalam Roswidyatmoko Dwihatmojo)

“menyatakan bahwa perkembangan fisik ruang kota sangat dipengaruhi oleh

urbanisasi”.4 Maraknya pembangunan sebuah kota, dapat ditandai dengan

munculnya berbagai fasilitas yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan kota

tersebut seperti perumahan, fasilitas umum, perkantoran, sarana pendidikan,

kesehatan dan lain-lain.

3 Roswidyatmoko Dwihatmojo, Ruang Terbuka Hijau yang semakin terpinggirkan, Jurnal

diakses pada tanggal 7 Desember 2016. 4 Ibid.,

Page 22: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

3

Bertambahnya jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang

membuat permintaan lahan terus bertambah. Hal ini tentunya membuat lahan

yang kosong dapat beralih fungsi menjadi lahan terbangun, yaitu dengan

didirikannya perumahan. Maraknya lahan terbangun yang digunakan untuk

pembangunan kota saat ini tentunya membuat ruang terbuka hijau yang

dibutuhkan oleh masyarakat mengalami penurunan. Pembangunan kota saat ini

dinilai kurang memperhatikan kepentingan ruang terbuka hijau. Adanya

pembangunan kota membuat ketersediaan ruang terbuka hijau saat ini menurun

dan telah digantikan dengan lahan terbangun. Padahal adanya ruang terbuka hijau

dapat menghasilkan udara bersih yang bermanfaat untuk masyarakat.

Menurut Peraturan PU No. 05/ PRT/ M/ 2008 tentang kebutuhan ruang terbuka hijau, proporsi ruang terbuka hijau yang dibutuhkan pada wilayah perkotaan adalah minimal sebesar 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat. Sedangkan Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. 5

Selain itu, di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang membahas Tentang Peduli

Lingkungan yaitu ada pada Surah Al A’raf Ayat 56:

“dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah

Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ayat ini telah menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk

menjaga lingkungan sekitar, salah satu lingkungan alam dalam hal ini berarti

ruang terbuka hijau agar dapat tetap dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang

akibat adanya lahan terbangun. 5 Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Page 23: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

4

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran, Kabupaten Serang

Provinsi Banten. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007. Sebagai

ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah konsekuensi logis dari keberadaan

Provinsi Banten. Kota Serang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota,

karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta. Kota Serang Terdiri dari 6

(enam) Kecamatan yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan

Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocok jaya dan Kecamatan

Taktakan, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah

penduduk sekitar 523.384jiwa. 6

Kota Serang merupakan salah satu kota yang sedang mengalami

perkembangan, baik perkembangan fisik maupun perkembangan ekonomi. Salah

satu perkembangan fisik kota serang yang dapat dilihat yaitu banyaknya fasilitas

yang tengah dibangun demi memenuhi kebutuhan kota tersebut. Adanya

pembangunan di kota serang sejalan dengan rencana tata ruang wilayah Kota

Serang tahun 2010-2030, dimana tujuan penataan ruang Kota Serang adalah

untuk mewujudkan Kota Serang sebagai kota pusat pelayanan perdagangan dan

jasa, pendidikan, dan pariwisata.

Jumlah penduduk kota Serang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut

data sensus yang telah dilakukan pada tahun 2000-2010, jumlah penduduk Kota

Serang pada Tahun 2000 sebanyak 435.791 Jiwa, dan pada Tahun 2010

mengalami kenaikan menjadi sebesar 576.961 Jiwa.7 Jumlah penduduk Kota

Serang sampai dengan saat ini terus bertambah. Pada tahun 2015, jumlah

penduduk Kota Serang sebesar 643.205 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk

Kota Serang sebesar 2.411 jiwa/km² dimana sebagian besar penduduknya

mendiami daerah perkotaan. Adanya pembangunan fasilitas yang dilakukan dan

juga perkembangan penduduk yang cepat membuat permintaan lahan di Kota

Serang semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari semakin menjamurnya

permukiman di wilayah Serang dan mengakibatkan banyak terjadinya perubahan

6http://www.serangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=112&Ite

mid=55 diakses tgl 27 Januari Pukul 21.00 WIB 7 https://serangkota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/2 diakses tgl 27 Januari Pukul 22.00

WIB

Page 24: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

5

alih fungsi lahan. Perubahan lahan kosong menjadi lahan terbangun menggeser

keberadaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Serang, luas minimal

Penyediaan RTH adalah sebesar 30 % dari luas wilayah kota, dikembangkan

RTH privat minimal 10 % dan RTH publik sebesar 20 % dari luas wilayah kota.

Namun pada tahun 2013, Ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Serang dinilai

masih minim. Dari kebutuhan 20 % sesuai ketetapan pemerintah pusat, Ruang

terbuka hijau di Kota Serang yang disediakan oleh Pemerintah Kota Serang yakni

baru mencapai 8 % dari total luas wilayah. Menurut Kepala Badan Lingkungan

Hidup Daerah (BLHD) Kota Serang Djoko Sutrisno, kendala yang dimiliki

Pemerintah Kota Serang adalah keterbatasan lahan yang dimiliki. 8

Studi ini bertujuan untuk mengetahui luasan dan sebaran ruang terbuka

hijau di Kota Serang dengan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografis.

Pemanfaataan aplikasi Sistem Informasi Geografis dalam studi ini dinilai tepat

untuk melihat ketersediaan ruang terbuka hijau publik yang ada, selain itu dapat

digunakan untuk memprediksikan ketersediaan ruang terbuka hijau di masa yang

akan datang karena dapat memberikan informasi yang akurat, efisien, dan

cakupan jangkauan yang luas. Oleh karena itu penelitian ini akan membahas

tentang “ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI

KOTA SERANG TAHUN 2000-2015”.

B. Identifikasi Masalah

Ketersediaan ruang terbuka hijau di wilayah Kota Serang, dinilai masih

minim. Berdasarkan hasil pengamatan, maka identifikasi masalah yang dapat

dituliskan adalah sebagai berikut:

1. Terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang tinggi di Kota Serang.

2. Banyaknya kebutuhan lahan kosong untuk dijadikan lahan terbangun.

3. Kurangnya ketersediaan ruang terbuka hijau dari jumlah yang ideal.

8 http://bantenraya.com/metropolis/2507-kota-serang-minim-rth diakses tgl 27 Januari

Pukul 16.00 WIB

Page 25: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini akan

membahas tentang Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

Tahun 2000-2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang

dalam kurun waktu Tahun 2000-2015?

2. Berapa kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Serang berdasarkan luas

wilayah, jumlah penduduk, kebutuhan oksigen dan proyeksi kebutuhan ruang

terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk pada Tahun 2035?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui:

1. Perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di Serang dalam kurun waktu

Tahun 2000-2015.

2. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kota Serang berdasarkan luas wilayah,

jumlah penduduk, kebutuhan oksigen dan proyeksi kebutuhan ruang terbuka

hijau berdasarkan jumlah penduduk pada Tahun 2035.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi seputar ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota

Serang yang ada di tiap Kecamatan. Tujuannya guna mengoptimalkan

ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di perkotaan agar dapat sesuai

dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat

mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari mengenai aplikasi

Page 26: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

7

Sistem Informasi Geografis. Selain itu dapat menambah wawasan penulis

mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang .

b. Bagi pembaca

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tambahan mengenai

ruang terbuka hijau di Kota Serang. Diharapkan penelitian ini dapat

menambah wawasan pembaca dan meningkatkan pemahaman mengenai

ruang terbuka hijau.

c. Bagi Pemerintah Kota Serang.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah

Kota Serang mengenai ketersediaan ruang terbuka hijau, sehingga dapat

dijadikan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan

keputusan untuk menjaga ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota

Serang.

d. Bidang Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pendidikan

khususnya pada materi Geografi yaitu Sistem Informasi Geografis.

e. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan bandingan atau

referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai ruang terbuka hijau atau

penelitian yang relevan. Selain itu hal-hal yang tidak sempat diteliti dalam

penelitian ini diharapkan dapat diteliti oleh peneliti di masa yang akan

datang.

Page 27: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Ruang Terbuka

Menurut Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No. 14 Tahun

1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan,

mendefinisikan Ruang Terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau

wilayah lain yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun

dalam bentuk memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih

bersifat terbuka dan pada dasarnya tanpa bangunan.1

Bagoes P. Wiryomartono menjelaskan ruang terbuka kota digunakan untuk utilitas umum, misalnya untuk daerah/kolam penyangga banjir, taman untuk resapan, balai bibit tanaman, daerah untuk kuburan. Kebutuhan kota akan utilitas umum pada umumnya bisa mencapai 7-10 % dari luas total lahan dalam wilayah perkotaan. Kebutuhan untuk cadangan pengembangan yang ideal paling tidak ada 5 % di luar daerah hijau untuk utilitas umum. Daerah cadangan inilah yang biasanya menyangga bidang resapan kota sekaligus menjadi paru-paru kota.2

Maka dapat disimpulkan ruang terbuka merupakan ruang-ruang yang

berada di sebuah kota atau wilayah yang dasarnya tanpa bangunan dan

memiliki berbagai manfaat yang digunakan untuk kepentingan umum. Salah

satu manfaat terpenting ruang terbuka yaitu sebagai menyangga bidang

resapan kota sekaligus menjadi paru-paru kota.

2. Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988

tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, “Ruang

Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang

lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area

memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada

1 Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka

Hijau di Wilayah Perkotaan.

2 Bagoes P. Wiryomartono, Urbanitas dan seni bina perkotaan ( Jakarta: Balai Pustaka,

2002), h. 182

Page 28: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

9

dasarnya tanpa bangunan. Menurut UU No. 26 tahun 2007, Ruang terbuka

hijau adalah area memanjang/ jalur dan /mengelompok, yang

penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang

tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.3

Menurut Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 Tahun 2007, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan atau yang disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya ekonomi, dan estetika. Dalam ruang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya.4

Menurut Chafid Fandeli sebagaimana dikutip oleh

Roswidyatmoko, Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari

penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai kawasan lindung.

Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawaan hijau hutan kota,

kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan

hijau pekarangan.5

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan ruang terbuka

hijau merupakan wilayah yang luas dalam bentuk memanjang/jalur yang

berisi tumbuhan dan tanaman yang memiliki berbagai manfaat.

Keberadaan ruang terbuka hijau disebuah perkotaan memiliki fungsi

sebagai paru-paru kota. Dengan keberadaan ruang terbuka hijau

diharapkan dapat menjadi penyeimbang lingkungan di perkotaan. Seperti

pengendali pencemaran udara, daerah resapan air, polusi yang ditimbulkan

dari kendaraan.

a. Tujuan Ruang Terbuka Hijau

Dengan adanya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan memiliki

berbagai macam tujuan. Menurut peraturan menteri Pekerjaan Umum

3 UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

4 Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan

5 Roswidyatmoko Dwihatmojo, Ruang terbuka hijau yang semakin terpinggirkan

Page 29: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

10

Nomor: 05/PRT/M/2008, tujuan penyelenggaraan ruang terbuka hijau

adalah:

1) Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air.

2) Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui keseimbangan antara

lingkungan.

3) Alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan

masyarakat.

4) Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana

pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan

bersih.6

Berdasarkan Peraturan Menteri dalam negeri No. 1 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, tujuan penataan

RTH adalah:

1) Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan

perkotaan;

2) Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan

buatan di perkotaan; dan

3) Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih

dan nyaman.

Menurut Nirwono dan Iwan Ismaun, Tujuan pembangunan Ruang Terbuka Hijau merupakan sebagai infrastruktur di wilayah perkotaan yaitu dapat meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar dan bersih, sebagai sarana lingkungan perkotaan, menciptakan keserasian lingkungan alami dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat dan menciptakan kota yang sehat, layak huni dan berkelanjutan.7

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai tujuan ruang terbuka

hijau, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau

merupakan salah satu komponen yang penting yang harus ada disebuah

perkotaan. guna meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang

6 Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

7 Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, RTH 30% ! resolusi (kota) hijau, (Jakarta:PT

Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 97

Page 30: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

11

sehat, ruang terbuka hijau dapat menghasilkan udara yang bersih,

menjaga eksosistem maupun sebagai daerah resapan air sehingga dapat

mengurangi resiko terjadinya banjir. Oleh karena itu keberadaan ruang

terbuka hijau dapat menjaga keseimbangan lingkungan di wilayah

perkotaan.

b. Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan memiliki fungsi

yang beragam. Berdasarkan Inmendagri no.14/1988 dijelaskan Fungsi

RTH kota yaitu sebagai berikut:

1) Areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga

kehidupan.

2) Sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian dan

keindahan lingkungan .

3) Sarana rekreasi.

4) Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam

pencemaran baik darat, perairan maupun udara.

5) Sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat

untuk membentuk kesadaran lingkungan .

6) Tempat perlindungan plasma nutfah.

7) Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro

8) Pengatur tata air

Menurut Peraturan Menteri dalam negeri No. 1 Tahun 2007, fungsi

RTH dikawasan perkotaan adalah:

1) Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;

2) Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara;

3) Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;

4) Pengendali tata air; dan

5) Sarana estetika kota.8

8 Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan

Page 31: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

12

Sementara itu menurut Iwan Ismaun fungsi Ruang terbuka hijau sebagai

infrastruktur hijau memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a) Konservasi tanah dan air

Pembangunan kota lebih dimaknai sebagai pembangunan fisik

perkotaan berupa gedung, jalan, jembatan. Permukaan lahan yang

tertutup perkerasan dan bangunan semakin hari semakin meluas seiring

dengan perubahan lahan alami menjadi lahan terbangun. Keadaan ini

menyebabkan air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah

(infiltrasi),sehingga perserapan air tanah(dangkal) terhambat.

Keberadaan RTH sangat penting untuk meresapkan air hujan ke dalam

tanah, menyuplai cadangan air tanah, dan mengaktifkan siklus hidrologi.

b) Ameliorasi iklim

Kemajuan teknologi mampu memengaruhi iklim mikro pada ruang

tertutup dalam bangunan agar lebih nyaman, tetapi belum mampu

memengaruhi ruang terbuka perkotaan. Iklim di daerah perkotaan

berkaitan dengan suhu udara, kelembaban, alam udara, dan penyinaran

matahari. Keberadaan tanaman dan unsur air sebagai unsur utama RTH

mampu menciptakan iklim mikro yang lebih baik.

c) Pengendali pencemaran

RTH mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pencemaran,

baik pencemaran udara, air, maupun bisin. Peningkatan bahan pencemar

di udara, khususnya karbon dioksida akibat kegiatan industri dan

kendaraan bermotor, dapat diserap tanaman dalam proses fotosintesis.

Keberadaan RTH dapat mengendalikan bahan tercemar (polutan),

sehingga tingkat pencemaran dapat ditekan dan konsentrasi karbon

dioksida dapat berkurang.

d). Habitat satwa dan konservasi plasma nutfah

Ruang terbuka hijau dapat dijadikan sebagai habitat satwa liar

(burung, serangga), tempat konservasi plasma nutfah, dan

keanekaragaman hayati. Keberadaan satwa liar di wilayah perkotaan

Page 32: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

13

memberi warna tersendiri bagi kehidupan warga kota dan menjadi

indikator tingkat kesehatan lingkungan kota.

e). Sarana kesehatan dan olahraga

Melalui proses fotosintesis, tanaman menghasilkan oksigen (O2),

gas yang sangat dibutuhkan manusia untuk bernafas. Oleh karena itu,

ruang terbuka hijau yang dipenuhi pepohonan sering disebut sebagai

paru-paru kota. Keberadaan ruang terbuka hijau sangat berperan untuk

meningkatkan kesehatan dan olahraga.9

Selain itu, Hadi Sabari menjelaskan beberapa fungsi ruang terbuka hijau di

sebuah kota adalah sebagai berikut:

a) Sebagai paru-paru kota.

b) Sebagai pemberi keindahan dan kebersihan.

c) Sebagai fasilitas sosial seperti olahraga, rekreasi, pementasan kesenian,

atau pemakaman umum.

d) Sebagai jalur pengaman pada daerah bantaran sungai, daerah dibawah

jaringan listrik bertegangan tinggi.

e) Sebagai sumber pendapatan kota apabila dikelola dengan baik.

f) Sebagai pemberi citra yang menarik.

g) Sebagai cadangan lahan untuk pengemban fungsi-fungsi tertentu pada

masa yang akan datang.

h) Sebagai penjaga keseimbangan lingkungan hidup kota antara lain

sebagai penyejuk udara, pengurang polusi, memperbesar resapan air

permukaan.

Hadi sabari menambahkan “hilangnya ruang terbuka hijau

berarti hilangnya fungsi-fungsi tersebut diatas dan apabila hal ini sampai

terjadi maka warga kota akan sangat kehilangan sesuatu yang sangat

berharga sebagai suatu modal untuk mencapai apa yang disebut sebagai

sustainable city”. 10

9 Nirwono Joga dan Iwan Ismaun, op.cit., h. 99

10

Hadi sabari Yunus, manajemen kota: Prespektif Spasial (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012) h. 102-103

Page 33: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

14

Dari beberapa pendapat mengenai fungsi ruang terbuka hijau, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang terbuka hijau memiliki berbagai

macam fungsi yang sangat penting di wilayah perkotaan. Adanya ruang

terbuka hijau dapat dirasakan baik dari segi ekologi, estetika, sosial dan

budaya. Ruang terbuka hijau yang berada di tengah perkotaan selain

berfungsi sebagai paru-paru kota dapat menjadikan sebuah kota tampak

lebih indah dan rapih karena tidak hanya lahan terbangun seperti gedung

perkantoran, pemukiman yang berada di sebuah kota. Adanya ruang

terbuka hijau juga dapat dijadikan ruang untuk masyarakat bersosialisasi

dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Beragam aktifitas dapat

dilakukan seperti rekreasi, beristirahat, berkumpul dan lain sebagainya.

c. Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan selain memiliki

fungsi yang beragam, juga memiliki manfaat penting bagi sebuah kota.

Menurut Peraturan menteri pekerjaan No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan,

dijelaskan ruang terbuka hijau memiliki beberapa manfaat, yaitu:

1) Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible)

yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk)

dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga,

buah).

2) Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible),

yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan

kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan

beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau

keanekaragaman hayati). 11

Di dalam Peraturan Menteri dalam negeri No. 1 Tahun 2007 dijelaskan

mengenai manfaat RTH, yaitu:

a) Sarana untuk mencerminkan identitas daerah.

11 Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Page 34: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

15

b) Sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan.

c) Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial.

d) Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan.

e) Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah.

f) Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula.

g) Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat.

h) Memperbaiki iklim mikro; dan

i) Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan. 12

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ruang

terbuka hijau yang ada disebuah kota memiliki manfaat yang penting bagi

kehidupan masyarakat yang berada di sebuah kota, baik itu manfaat

langsung seperti mendapatkan udara yang bersih dan sehat, sarana untuk

bersosialisasi, beraktivitas sosial dan manfaat tidak langsung yaitu untuk

memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan cadangan oksigen yang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat tidak hanya dalam waktu pendek, tetapi juga

jangka waktu yang panjang

d. Tipologi Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau yang berada di perkotaan dapat dibedakan

kedalam beberapa jenis. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

No. 5 Tahun 2008, Pembagian jenis-jenis Ruang Terbuka hijau yang ada

sesuai dengan tipologi ruang terbuka hijau.

Berdasarkan bentuk fisiknya, Ruang terbuka hijau dapat diklasifikasi

menjadi:

1) Ruang terbuka hijau alami berupa habitat liar alami, seperti kawasan

lindung dan taman-taman nasional.

2) Ruang terbuka hijau non alami atau binaan seperti taman, lapangan

olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan.

Berdasarkan struktur ruang, Ruang Terbuka hijau diklasifikasi menjadi:

1) Pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar).

12 Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan

Page 35: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

16

2) Pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.

Sedangkan berdasarkan status kepemilikan, Ruang terbuka hijau diklasifikasi

menjadi 2, yaitu:

1. Ruang terbuka hijau publik adalah ruang terbuka yang dimiliki dan

penyediaannya menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota yang

dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah, dan

digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

2. Ruang terbuka hijau privat penyediannya menjadi tanggung jawab pihak

lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui

izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/kota. 13

Pembagian jenis-jenis RTH publik dan RTH privat dapat dilihat pada Tabel 2.1

berikut. .

Tabel 2.1 Kepemilikan RTH

Sumber: Permen PU No 05/PR/M/2008

13ibid.

No. Jenis RTPublik RTH Privat

1. RTH Pekarangan a. Pekarangan rumah tinggal √ b. Halaman perkantoran,

pertokoan, dan tempat usaha √

c. Taman atap bangunan √ 2. RTH Taman dan Hutan Kota a. Taman RT √ √ b. Taman RW √ √ c. Taman Kelurahan √ √ d. Taman Kecamatan √ √ e. Taman Kota √ f. Hutan Kota √ g. Sabuk Hijau √ 3. RTH Jalur Hijau Jalan a. Pulau jalan dan Median Jalan √ b. Jalur Pejalan Kaki √ c. Ruang dibawah Jalan Layang √ 4. RTH Fungsi Tertentu a. RTH Sempadan rel kereta api √ b. RTH Sempadan sungai √ c. Pemakaman √

Page 36: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

17

Dari penjelasan mengenai tipologi ruang terbuka hijau, maka dapat

disimpulkan bahwa pembagian jenis ruang terbuka hijau dibedakan

berdasarkan kedalam beberapa jenis yaitu berdasarkan bentuk fisiknya, pola

struktur ruang maupun berdasarkan status kepemilikannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri dalam negeri No. 1 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, jenis RTH yang ada di

kawasan perkotaan terdiri dari:

1. Taman kota.

2. Taman wisata alam.

3. Taman rekreasi.

4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman.

5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial.

6. Taman hutan raya.

7. Hutan kota.

8. Hutan lindung.

9. Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah.

10. Cagar alam.

11. Kebun raya.

12. Kebun binatang.

13. Pemakaman umum.

14. Lapangan olah raga.

15. lapangan upacara.

16. Parkir terbuka.

17. Lahan pertanian perkotaan.

18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET).

19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa.

20. Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan

pedestrian.

21. Kawasan dan jalur hijau.

22. Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan

Page 37: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

18

23. Taman atap (roof garden). 14

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum N0. 5 tahun 2008,

terdapat beberapa jenis ruang terbuka hijau, yaitu:

1) RTH Taman Kota

RTH Taman kota adalah taman yang ditujukan untuk melayani

penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman ini melayani

minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3 m2 per penduduk

kota, dengan luas taman minimal 144.000 m2. Taman ini dapat berbentuk

sebagai RTH (lapangan hijau), yang dilengkapi dengan fasilitas rekreasi,

taman bermain (anak/balita), taman bunga, taman khusus (untuk lansia),

fasilitas olah raga terbatas, dan kompleks olah raga dengan minimal RTH

30%. Semua fasilitas tersebut terbuka untuk umum. Jenis vegetasi yang

dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara

berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon pencipta iklim

mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.

Menurut Bagoes P. Wiryomartono, maksud dari pemberian alokasi lahan untuk taman kota adalah dalam rangka memberikan wilayah terbuka yang memungkinkan gerakan udara secara ekosistem. Selain itu, taman kota juga menjadi tempat kelangsungan ekosistem hayati tempat satwa-satwa dan tumbuhan lokal bisa hidup berkelanjutan, tidak terancam punah oleh perluasan wilayah budidaya. Untuk membuat sebuah daerah terbuka yang signifikan bagi eksosistem perkotaan, minimum dibutuhkan 5-15% luas wilayah dalam kota.15

2) Hutan Kota

Tujuan penyelenggaraan hutan kota adalah sebagai peyangga

lingkungan kota yang berfungsi untuk:

a. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika.

b. Meresapkan air.

c. Menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota.

d. Mendukung pelestarian dan perlindungan keanekaragaman hayati

14 Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan

15 Bagoes P. Wiryomartono, loc.cit., h. 182

Page 38: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

19

Indonesia.

Hutan kota dapat juga dimanfaatkan untuk berbagai aktivitas sosial

masyarakat (secara terbatas, meliputi aktivitas pasif seperti duduk dan

beristirahat dan atau membaca, atau aktivitas yang aktif seperti

jogging, senam atau olahraga ringan lainnya), wisata alam, rekreasi,

penghasil produk hasil hutan, oksigen, ekonomi (buah-buahan, daun,

sayur), wahana pendidikan dan penelitian.

3) Sabuk Hijau

Sabuk hijau merupakan RTH yang berfungsi sebagai daerah

penyangga dan untuk membatasi perkembangan suatu penggunaan

lahan (batas kota, pemisah kawasan, dan lain-lain) atau membatasi

aktivitas satu dengan aktivitas lainnya agar tidak saling mengganggu,

serta pengamanan dari faktor lingkungan sekitarnya. Sabuk hijau dapat

berbentuk: RTH yang memanjang mengikuti batas-batas area atau

penggunaan lahan tertentu, dipenuhi pepohonan, sehingga berperan

sebagai pembatas atau pemisah; Hutan kota;Kebun campuran,

perkebunan, pesawahan, yang telah ada sebelumnya (eksisting) dan

melalui peraturan yang berketetapan hukum, dipertahankan

keberadaannya.

4) RTH Jalur Hijau Jalan

Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan

penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan (rumija)

sesuai dengan klas jalan. Taman pulau jalan maupun median jalan

selain berfungsi sebagai RTH, juga dapat dimanfaatkan untuk fungsi

lain seperti sebagai pembentuk arsitektur kota. Jalur tanaman tepi jalan

atau pulau jalan selain sebagai wilayah konservasi air, juga dapat

dimanfaatkan untuk keindahan/estetika kota. Median jalan dapat

dimanfaatkan sebagai penahan debu dan keindahan kota.

5) RTH Ruang Pejalan Kaki

Ruang pejalan kaki adalah ruang yang disediakan bagi pejalan kaki

pada kiri-kanan jalan atau di dalam taman. Ruang pejalan kaki yang

Page 39: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

20

dilengkapi dengan RTH harus memenuhi hal-hal sebagai berkut:

a. Kenyamanan, adalah cara mengukur kualitas fungsional yang

ditawarkan oleh sistem pedestrian yaitu:

b. Orientasi, berupa tanda visual (landmark, marka jalan) pada

lansekap untuk membantu dalam menemukan jalan pada konteks

lingkungan yang lebih besar;

c. Kemudahan berpindah dari satu arah ke arah lainnya yang

dipengaruhi oleh kepadatan pedestrian, kehadiran penghambat fisik,

kondisi permukaan jalan dan kondisi iklim. Jalur pejalan kaki harus

aksesibel untuk semua orang termasuk penyandang cacat.

6) RTH Fungsi Tertentu

Ruang terbuka hijau juga terdapat pada tempat-tempat tertentu dan

memiliki fungsi yang penting, diantaranya yaitu:

a) Jalur Hijau Sempadan Rel Kereta Api

RTH/jalur hijau sempadan rel kereta api dapat dimanfaatkan

sebagai pengamanan terhadap jalur lalu lintas kereta api. Untuk

menjaga keselamatan lalu lintas kereta api maupun masyarakat di

sekitarnya.

b) Jalur Hijau Jaringan Listrik Tegangan Tinggi

Jaringan listrik tegangan tinggi sangat berbahaya bagi manusia,

sehingga RTH pada kawasan ini dimanfaatkan sebagai pengaman

listrik tegangan tinggi dan kawasan jalur hijau dibebaskan dari

berbagai kegiatan masyarakat serta perlu dilengkapi tanda/peringatan

untuk masyarakat agar tidak beraktivitas di kawasan tersebut.

c) RTH Sempadan Sungai

Pemanfaatan RTH daerah sempadan sungai dilakukan untuk

kawasan konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan bantaran sungai

yang rawan erosi, pelestarian, peningkatan fungsi sungai, mencegah

okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan

pengendalian daya rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan,

perizinan, dan pemantauan. Penatagunaan daerah sempadan sungai

Page 40: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

21

dilakukan dengan penetapan zona-zona yang berfungsi sebagai

fungsi lindung dan budi daya. 16

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat beberapa jenis ruang terbuka hijau yang mengisi kawasan

perkotaan beberapa diantaranya yaitu taman kota, hutan kota, sabuk

hijau. Dan tiap-tiap jenis ruang terbuka hijau memiliki fungsi dan

manfaat tersendiri bagi sebuah kota.

e. Penyediaan RTH di Kawasan Perkotaan

Kota memiliki fungsi beragam, banyak hal yang dapat dilakukan di

dalam sebuah kota. seperti tempat bermukimnya penduduk, pusat

pemerintahan, kegiatan ekonomi dan beberapa kegiatan lainnya.

Penyediaan ruang terbuka hijau di sebuah kawasan perkotaan merupakan

salah satu unsur penting yang harus ada dalam sebuah perkotaan.

pembangunan di perkotaan yang terjadi begitu pesat dapat menggeser

keberadaan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu untuk menjaga agar

keberadaan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan tetap terjaga, maka

pemerintah membuat ketentuan penyediaan ruang terbuka hijau di

kawasan perkotaan. Penyediaan ruang terbuka hijau dibedakan

berdasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduknya.

ketentuannya sebagai berikut:

1) Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah

Berdasarkan Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008,

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan terdiri dari RTH

Publik dan RTH Privat, proporsi RTH perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%

yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari

ruang terbuka hijau privat;

b. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang

16 Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Page 41: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

22

bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau

perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap

dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan

keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat

meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta

sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas sebesar 30%

dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui pengalokasian

lahan perkotaan secara tipikal.

2) Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Tidak hanya ketentuan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah

yang berada di sebuah kota. Tetapi, penyediaan ruang terbuka hijau juga

ditentukan berdasarkan jumlah penduduk. hal ini ditujukan agar kebutuhan

oksigen yang dapat dihasilkan dari ruang terbuka hijau dapat dirasakan oleh

penduduk dengan baik. ketentuan Untuk menentukan luas RTH berdasarkan

jumlah penduduk, dapat dilakukan dengan mengalikan antara jumlah

penduduk yang dilayani dengan standar luas RTH per kapita sesuai

peraturan yang berlaku. Pada Tabel 2.2 dapat dilihat ketentuan penyediaan

ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk.

Tabel 2.2 Penyediaan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

No.

Unit

Lingkungan

Tipe RTH

Luas Minimal/

Unit (m2)

Luas

Minimal/

Kapita

(m2)

Lokasi

1. 250 Jiwa Taman RT 250 1,0 Ditengah lingkungan RT

2. 2500 jiwa Taman RW 1.250 0,5 Di pusat kegiatan RW

3. 30.000 Jiwa Taman Kelurahan

9.000 0,3 Dikelompokan dengan

sekolah/pusat kelurahan

Page 42: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

23

Tabel Lanjutan (2.2)

4. 120.000 jiwa Taman Kecamatan

24.000 0,2 Dikelompokan dengan

sekolah/pusat kecamatan

5 480.000 jiwa Taman kota

144.000 0,3 Di pusat wilayah/kota

4 Hutan kota Disesuaikan 4,0 Di dalam/ kawasan pinggiran

Sumber: Permen PU No 05/PR/M/2008

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

proporsi penyediaan ruang terbuka hijau yang ada di sebuah kota telah

ditentukan oleh peraturan pemerintah. Dimana sebuah kota wajib

menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas wilayah kota

tersebut. Dimana dalam 30% tersebut 20% adalah ruang terbuka hijau publik

dan 10% ruang terbuka hijau privat. Tidak hanya berdasarkan luas wilayah,

ruang terbuka hijau juga ditentukan berdasarkan dengan jumlah penduduk

yang ada di kota tersebut. Tujuannya agar terjadi keseimbangan antara jumlah

penduduk dengan ruang terbuka hijau.

3. Faktor pendorong perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau

Sebuah kota selalu mengalami perkembangan. perkembangan sebuah kota

dapat dibedakan sebagai perkembangan fisik maupun non fisik. Salah satu

contoh perkembangan fisik yaitu berkembangnya pembangunan sarana

prasarana. Sedangkan perkembangan non fisik salah satunya dapat dilihat

dari perkembangan ekonomi. Seiring dengan kemajuan teknologi,

pertumbuhan penduduk membuat permintaan lahan disebuah kota

mengalami peningkatan. Ruang terbuka hijau dinilai kurang memiliki nilai

ekonomis, sehingga keberadaan ruang terbuka hijau banyak tergantikan oleh

lahan terbangun. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan

ketersediaan ruang terbuka hijau, diantaranya sebagai berikut:

Page 43: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

24

a. Aspek Demografis

1) Pertumbuhan Penduduk

Perkembangan non fisik sebuah kota salah satunya adalah

perkembangan ekonomi. Adanya Perkembangan sebuah kota tentu akan

membuat terjadinya interaksi dengan kota lain. Dengan adanya

perkembangan ekonomi membuat sebuah kota memiliki daya tarik

sebagai tempat untuk melakukan kegiatan ekonomi. Hal ini dapat

membuat para pendatang yang berasal dari kota lain datang dan

menetap disebuah kota tersebut. Hal ini tentunya dapat membuat jumlah

penduduk dikota tersebut bertambah.

Menurut Sri Moertiningsih Adioetomo Pertumbuhan penduduk

merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang

menambah dan mengurangi jumlah penduduk. secara terus menerus

penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah

jumlah penduduk), tetapi di sisi lain akan dikurangi oleh jumlah

kematian yang terjadi pada semua kelompok umur. Sementara itu,

migrasi juga berperan dalam memengaruhi jumlah penduduk, imigran

(pendatang) akan menambah dan emigran (penduduk yang keluar) akan

mengurangi jumlah penduduk suatu negara. Berdasarkan penjelasan

diatas maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk

diakibatkan oleh tiga komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian,

dan migrasi. 17

Menurut Hadi Sabari, pertambahan penduduk kota yang terus-

menerus dan masih tergolong tinggi ini, membawa konsekuensi spasial

yang serius bagi kehidupan kota, yaitu adanya tuntutan akan space yang

terus-menerus pula untuk dimanfaatkan sebagai tempat hunian. Sebagian

besar kota-kota di Indonesia mengalami problematik yang serius dalam

memenuhi kebutuhan akan ruang yang terus meningkat, sementara itu 17 Sri Moertiningsih Adioetomo, Omas Bulan Samosir, dasar-dasar demografi, (Jakarta: Salemba empat, 2010), h.5-6

Page 44: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

25

ketersediaan ruang terbuka yang masih memungkinkan untuk

mengakomodasikan mereka semakin terbatas dan semakin berkurang. 18

Selain itu Menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang

Nomor 25 Tahun 2015, Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia tidak

diikuti dengan penyebaran penduduk secara merata. Di masa depan

penyebaran penduduk akan mengarah ke daerah perkotaan.

Bertambahnya Penduduk di daerah perkotaan menyebabkan

meningkatnya kebutuhan akan tanah perkotaan. Meningkatnya kebutuhan

tanah disatu pihak, sedangkan dilain pihak persediaannya makin terbatas,

dapat menyebabkan makin meningkatnya alih fungsi tanah, termasuk

tanah pertanian yang produktif.

Sedangkan menurut Roswidyatmoko Dwihatmojo, Pertambahan

jumlah penduduk tersebut mengakibatkan terjadinya densifikasi

penduduk dan permukiman yang cepat dan tidak terkendali di bagian

kota. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan ruang meningkat untuk

mengakomodasi kepentingannya. Semakin meningkatnya permintaan

akan ruang khususnya untuk permukiman dan lahan terbangun

berdampak kepada semakin merosotnya kualitas lingkungan. Rencana

Tata Ruang yang telah dibuat tidak mampu mencegah alih fungsi lahan di

perkotaan sehingga keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) semakin

terancam dan kota semakin tidak nyaman untuk beraktivitas.19

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa petumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau. Selain

adanya pertumbuhan penduduk alami, pertumbuhan penduduk juga dapat

terjadi akibat migrasi. Bertambahnya penduduk yang terjadi dari waktu

ke waktu dapat meningkatkan permintaan kebutuhan lahan di daerah

perkotaan. Permintaan kebutuhan lahan yang terus meningkat sedangkan

18 Hadi sabari, opcit., h. 56

19 Roswidyatmoko, Ruang terbuka hijau yang semakin terpinggirkan.

Page 45: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

26

jumlah lahan yang terbatas ini yang membuat terjadinya alih fungsi lahan

dan dapat menggeser keberadaan ruang terbuka hijau.

2) Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka hijau. Manusia sebagai

makhluk individu mengalami dinamika perubahan, khususnya pada

dimensi sosial dan tempat tinggal yang disebut mobilitas, yang

menunjuk pada pergeseran status sosial dan tempat tinggal. Menurut Ida

Bagus sebagaimana dikutip oleh Widodo, membedakan mobilitas

penduduk menjadi mobilitas sosial dan mobilitas geografis. Mobilitas

geografis dimaksudkan sebagai perpindahan/proses pindah individu dari

suatu tempat asal ke tempat baru yang disebut migrasi.20 Menurut Eva

Banowati, mobilitas geografis sering juga disebut dengan mobilitas

horizontal yaitu gerak penduduk yang melintasi batas wilayah menuju

wilayah lain dalam periode waktu tertentu yang dimaksud dengan batas

wilayah adalah batas dusun, kelurahan, kecamatan, kabupaten dan

provinsi. Persebaran penduduk yang tidak merata menyebabkan

kepadatan penduduk tidak sama antara daerah satu dengan lainnya

menjadi salah satu pemicu terjadinya mobilitas penduduk. kepadatan

penduduk adalah perbandingan atas suatu daerah/wilayah dengan

penduduk yang beraktivitas di daerah tersebut21.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian Widya Aurelia mengenai

“Analisis Perubahan Luas Ruang Terbuka Hijau dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhinya di Jakarta Selatan”, diketahui bahwa kepadatan

penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan

luas ruang terbuka hijau. Hasil penelitiannya menunjukkan variabel

pertumbuhan kepadatan penduduk berpengaruh secara positif terhadap

perubahan luas Ruang Terbuka Hijau. Interpretasi atas hal ini adalah

semakin meningkatnya kepadatan penduduk, cenderung akan

20 T.Widodo, opcit., h. 95

21 Eva banowati, Geografi Indonesia (Yogyakarta: penerbit ombak, 2014), h. 164 & 167

Page 46: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

27

berdampak pada meningkatnya perubahan luas Ruang Terbuka Hijau.

Tingkat pertumbuhan kepadatan penduduk yang tinggi tentu akan

meningkatkan kebutuhan penduduk akan ruang terbangun seperti

pemukiman dan berbagai fasilitas. Populasi manusia akan terus

bertambah, sedangkan luasan lahan/ketersediaan ruang tidak pernah

bertambah, sehingga permintaan akan kebutuhan untuk ketersediaan

ruang semakin bertambah. Alih fungsi lahan merupakan cara yang

paling banyak ditempuh dalam memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga

banyak Ruang Terbuka Hijau yang berkurang luasannya akibat diubah

menjadi ruang terbangun.22

Menurut Eva Banowati, adanya daerah padat dapat berpengaruh

terhadap lingkungan Fisik, antara lain:

1. Lahan hutan lindung sebagai paru-paru alam akan semakin

berkurang, karena lahan hutan ditambah oleh penduduk dan sebagian

dimanfaatkan untuk usaha pertanian ataupun perumahan.

2. Semakin menyempitnya lahan pertanian, karena terdesak untuk

perumahan dan industri.

3. Terjadi berbagai pencemaran pada lahan, air, dan udara.

4. Terjadi persaingan dan mengeksploitasi sumber daya alam. 23

Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

kepadatan penduduk merupakan salah satu faktor pendorong perubahan

ketersediaan ruang terbuka hijau. Kepadatan penduduk yang terjadi di

daerah perkotaan akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dapat

membuat permintaan lahan terus meningkat. Karena keterbatasan lahan

yang ada di perkotaan maka salah satu caranya adalah dengan mengalih

fungsi ruang terbuka hijau dan digantikan dengan lahan terbangun.

Adanya daerah padat akan menimbulkan dampak yang terjadi pada

lingkungan fisik salah satu contohnya adalah lahan hutan lindung akan

22 Widya Aurelia, “Analisis perubahan luas ruang terbuka hijau dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya di Jakarta selatan”, skripsi pada Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2010, h. 55-56.

23Eva banowati, opcit., h. 169

Page 47: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

28

semakin berkurang karena beralih fungsi menjadi pemukiman. Padahal

adanya lahan hutan lindung merupakan salah satu paru-paru alam yang

dapat menghasilkan oksigen.

b. Perkembangan Kota

Menurut Roswidyatmoko Dwihatmojo, Kota merupakan perwujudan

aktivitas manusia yang berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, ekonomi,

pemerintahan, politik, dan pendidikan, serta penyedia fasilitas pelayanan

bagi masyarakat. Dalam perjalanannya, kota mengalami perkembangan

yang sangat pesat akibat adanya dinamika penduduk, perubahan sosial

ekonomi, dan terjadinya interaksi dengan wilayah lain.24

Menurut Devas dan Rakodi sebagaimana dikutip oleh Nia dan Iwan,

Perencana dan pengelola perkotaan di Negara berkembang dewasa ini

menghadapi tantangan yang berat. Penduduk perkotaan dunia tumbuh

pada tingkat yang fenomenal. Pada beberapa kota lebih dari seperempat

juta jiwa bertambah setiap tahunnya, melebihi semua usaha yang

dilakukan untuk peningkatan fasilitas perkotaan. Ini merupakan

tantangan besar terkait dengan pertumbuhan perkotaan, terutama di

Negara-negara berkembang.25 Berkaitan dengan pertumbuhan perkotaan

yang pesat, salah satu isu atau tantangan yang dihadapi pemerintah

daerah/kota antara lain isu urbanisasi. 26

Menurut Lerner sebagaimana dikutip oleh Cucu Nurhayati,

“urbanisasi dan pertumbuhan kota merupakan indikator dari modernisasi

dan kemajuan. Akan tetapi, proses urbanisasi pada saat ini seringkali

menimbulkan permasalahan sosial”.27 Selain itu menurut Cucu

Nurhayati, “urbanisasi merupakan fenomena awal perpindahan penduduk

dari desa ke kota untuk mengikuti proses industrialisasi di perkotaan.

24 Roswidyatmoko Dwihatmojo, Ruang terbuka hijau yang semakin terpinggirkan. 25 Nia K.Pontoh & iwan Kustiawan, opcit., h. 107 26 Ibid., h. 356. 27 Cucu Nurhayati, Sosiologi perkotaan ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013) h. 103

Page 48: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

29

Urbanisasi atau migrasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

proses pembangunan perkotaan”. 28

Menurut Nia dan Iwan, “perkembangan kota secara fisik

berlangsung dinamis sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk

perkotaan dan tuntutan kebutuhan ruang baik untuk perumahan maupun

kegiatan sosial-ekonomi perkotaan yang pada akhirnya akan

menyebabkan alih fungsi lahan pada kawasan pinggiran kota yang

semula merupakan lahan pertanian atau non perkotaan”. 29

Pertumbuhan perkotaan dan urbanisasi menjadi masalah di Negara-

negara yang sedang berkembang, karena kegagalannya dalam

menanggulangi dampak yang timbul. Menurut Brunn & William

sebagaimana dikutip oleh Nia dan Iwan, menjelaskan salah satu masalah

perkotaan yaitu perluasan perkotaan dan berkurangnya lahan pertanian.

Bagian dari proses kerusakan lingkungan adalah dilahapnya lahan secara

besar-besaran oleh persebaran perluasan kota, terutama konurbasi

raksasa. Di banyak Negara, dengan sumber daya lahan yang populasinya

kurang menguntungkan, peralihan lahan pertanian menjadi lahan

perkotaan/persebaran industri menjadi masalah yang terpendam. Banyak

Negara di Asia yang menghadapi masalah ini. 30

Bertambahnya kegiatan penduduk di kota yang dipicu oleh

meningkatnya jumlah penduduk itu sendiri maupun meningkatnya tuntutan

kehidupan masyarakat telah mengakibatkan volume dan frekuensi kegiatan

penduduk. konsekuensi keruangannya sangat jelas yaitu meningkatnya

tuntutan akan ruang untuk mengakomodasikan sarana atau struktur fisik

yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Persoalan yang

dihadapi pemerintah kota di mana-mana sama, yaitu terbatasnya

persediaan ruang terbuka di kota yang dapat dimanfaatkan untuk

mengakomodasikan prasarana-prasarana kegiatan baru. Salah satu

kelemahan yang banyak dilakukan oleh pemerintah kota adalah tidak 28 Ibid., h. 103 29 Nia K. Pontoh dan Iwan,Opcit. , h. 256 30 Iwan, opcit., h. 118

Page 49: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

30

dilaksanakannya monitoring secara ketat mengenai ruang terbuka hijau di

bagian dalam kota maupun di daerah pinggiran kota, sehingga lahan-lahan

terbuka yang masih tersisa selalu dimanfaatkan untuk pembangunan

gedung-gedung, akibat yang nyata adalah habisnya ruang terbuka hijau di

bagian dalam kota dan kemudian berdampak pada meningkatnya suhu

udara yang luar biasa dan tidak berfungsinya paru-paru kota dan paru-paru

manusia akan merasakan akibatnya pula. 31

Akar permasalahan perkotaan yang terkait dengan lahan perkotaan

adalah: a) semakin pesatnya pertumbuhan penduduk perkotaan sebagai

implikasi pembangunan dan industrialisasi, dan b) semakin terbatasnya

lahan perkotaan serta masih belum terpenuhinya secara memadai

pelayanan prasarana dan sarana perkotaan. Dalam praktik pembangunan

perkotaan di Indonesia, beberapa masalah yang berkaitan dengan lahan

sebagai dampak dari perkembangan kota, antara lain:

a. Konflik ruang, kebutuhan vs tidak efektifnya rencana tata ruang.

b. Persoalan lingkungan yang berkaitan dengan lahan; konversi lahan,

limbah, degradasi lingkungan, kesenjangan sosial-ekonomi.

c. Ketidaksesuaian pemanfaatan lahan.

d. Terganggunya kawasan hijau dan kawasan penyangga. 32

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

perkembangan sebuah kota merupakan sesuatu yang tidak bisa

dihindari. Perkembangan kota salah satunya dapat terjadi karena adanya

interaksi dengan wilayah lain. Dengan adanya interaksi yang terjadi

dengan wilayah lain maka salah satu implikasi yang ditimbulkan yaitu

terjadinya urbanisasi. Ubanisasi dapat menjadi masalah sebuah kota jika

tidak ditanggulangi dengan baik. Adanya urbanisasi membuat

permintaan lahan di perkotaan meningkat, sedangkan luas lahan yang

ada tidak bertambah luasnya. Sebuah kota memiliki rencana penataan

ruang yang berisi tentang pemanfaatan ruang, dan pengendalian

31 Hadi sabari,opcit., h. 57-58 32 Iwan, opcit., h. 372

Page 50: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

31

pemanfaatan ruang. ruang terbuka hijau memiliki berbagai macam

manfaat yang penting, namun rencana penataan ruang yang sudah

dibuat terkadang tidak berjalan sesuai rencana. karena keberadaan

ruang terbuka hijau dinilai tidak memiliki nilai ekonomis maka ruang

terbuka hijau digantikan dengan lahan terbangun. Hal inilah yang

menjadi faktor perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau.

c. Keterbatasan Lahan

Lahan merupakan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya

dan umumnya dimiliki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga

untuk dapat diusahakan. Daerah perkotaan mempunyai kondisi

penggunaan lahan yang dinamis, sehingga perlu terus dipantau

perkembangannya, karena seringkali pemanfaatan lahan tidak sesuai

dengan peruntukannya dan tidak memenuhi syarat. Bentuk penggunaan

lahan suatu wilayah terkait dengan pertumbuhan penduduk dan

aktivitasnya. Semakin meningkatnya jumlah penduduk dan semakin

intensifnya aktivitas penduduk di suatu tempat berdampak pada makin

meningkatnya perubahan penggunaan lahan.33

Menurut Permendagri No. 4 thn 1996 menjelaskan perubahan

penggunaan lahan dapat mengacu pada dua hal yang berbeda, yaitu pada

penggunaan lahan sebelumnya atau rencana tata ruang yang ada.

Perubahan yang mengacu pada penggunaan lahan sebelumnya adalah

suatu penggunaan baru atas lahan yang berbeda dengan penggunaan lahan

yang sebelumnya. Perubahan yang mengacu pada rencana tata ruang

adalah penggunaan baru atas tanah (lahan) yang tidak sesuai dengan yang

ditentukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah yang telah disahkan.

Menurut Hardjowigeno sebagaimana dikutip oleh Dwi Dinariana, Proses

perubahan penggunaan lahan pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk

konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan

struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang berkembang.

33 Septi Dewi Kurnia, “faktor-faktor yang memengaruhi kurangnya ketersediaan ruang

terbuka hijau (RTH) Publik di kota depok” Skripsi pada Universitas Indonesia, h. 16

Page 51: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

32

Perkembangan yang dimaksud tercermin dengan adanya pertumbuhan

aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam akibat meningkatnya permintaan

jumlah penduduk dan kebutuhan per kapita dan adanya pergeseran

kontribusi sektor pembangunan dari sektor pertanian dan pengolahan

sumberdaya alam ke aktifitas sektor sekunder (manufaktur) dan tersier

(jasa).34

Dikutip dari Skripsi Dwi Dinariana dengan judul “Model Pengelolaan

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Daerah Resapan Air di Jakarta”, Proses alih

fungsi lahan dapat dipandang sebagai pergeseran - pergeseran dinamika

alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan baru yang lebih

optimal. Namun seringkali terjadi berbagai distorsi yang menyebabkan

alokasi pemanfaatan lahan berlangsung menjadi tidak efisien. Proses alih

fungsi lahan pada umumnya didahului oleh adanya proses alih penguasaan

lahan. Dalam kenyataanya, di balik proses alih fungsi lahan umumnya

terdapat proses memburuknya struktur penguasaan sumberdaya lahan.35

Berdasarkan hasil penelitian Febriana Widiastuti mengenai “Analisis

Ruang Terbuka Hijau dan Kecukupannya Terhadap Jumlah Penduduk di

Kota Bekasi”, menyatakan Semakin padat penduduk di suatu wilayah

maka dibutuhkan semakin banyak lahan untuk permukiman, fasilitas-

fasilitas umum, dan sarana prasarana pemenuh kebutuhan masyarakat.

Semakin tinggi laju kepadatan penduduk maka dibutuhkan lebih banyak

lahan. Hal ini dapat berakibat pada konversi ruang terbuka hijau di

wilayah tersebut menjadi kawasan terbangun, baik untuk permukiman,

fasilitas-fasilitas umum, maupun sarana prasarana umum.36

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

keterbatasan lahan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau. Luas lahan sebuah kota

34 Dwi Dinariana, “model pengelolaan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air di

Jakarta” Skripsi pada Institut Pertanian Bogor, Bogor, h. 15

35 ibid, h. 23.

36

Febriana Widiastuti, “Analisis ruang terbuka hijau dan kecukupannya terhadap jumlah penduduk di kota Bekasi” Skripsi pada Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2012. H. 45

Page 52: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

33

adalah tetap dan tidak mengalami pertambahan, sedangkan kebutuhan

akan lahan perkotaan yang digunakan untuk dijadikan pemukiman, sarana

prasana dan fasilitas umum terus mengalami peningkatan.

d. Penduduk

Menurut Undang-Undang RI No. 10 tahun 1992, yang dimaksud

dengan penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota

keluarga, anggota masyarakat, warga Negara, dan himpunan kuantitas

yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah Negara pada

waktu tertentu.37 Menurut Widodo, penduduk berasal dari kata populus

(bahasa latin) yang berarti people atau orang-orang (banyak orang).

Bahwa populasi diartikan sejumlah orang yang bertempat tinggal di

daerah dan dalam waktu tertentu. Sebagai bukti dia bertempat tinggal di

daerah dalam waktu tertentu ditunjukkan dengan Kartu Tanda Penduduk

(KTP). Oleh karena itu, orang dewasa yang tidak memiliki KTP tidak

dihitung secara statistik sebagai penduduk. 38 Menurut Eva Banowati,

Penduduk merupakan orang atau orang-orang yang mendiami suatu

tempat dan tercatat sesuai dengan persayaratan dan ketentuan yang

berlaku di tempat itu.39

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa

penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal atau mendiami suatu

daerah tertentu pada waktu tertentu.

e. Lahan Terbangun

Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,

hidrologi dan vegetasi, dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi

penggunannya. 40 Menurut kamus Geografi, Lahan dapat diartikan suatu

37 Undang-Undang RI No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarga 38 T.Widodo, Sosiologi Kependudukan: Kajian teoritis dan empiris prespektif sosiologis

kependudukan (Surakarta: LPP UNS, 2011) h. 42-43 39 Eva Banowati, Geografi sosial (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013) 40 Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, Evaluasi kesesuaian lahan & perencanaan

tataguna lahan, ( gajah mada university press, 2007), h. 19.

Page 53: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

34

daerah dipermukaan bumi yang meliputi atribut statik, siklik, dan biosfer

yang ada di bawah permukaan bumi termasuk atmosfer, tanah, geologi,

hidrologi, tumbuhan dan binatang, penduduk, aktivitas masa lalu, masa

sekarang, dan pengaruhnya di masa depan. 41 Menurut Badan Standardisasi

Nasional, Lahan Terbangun merupakan area yang telah mengalami

substitusi penutup lahan alami ataupun semi alami dengan penutup lahan

buatan yang biasanya bersifat kedap air dan relatif permanen.42 Menurut

Hadi Sabari, lahan terbangun berisi bangunan-bangunan non permukiman

antara lain, kantor, gudang, stasiun, pabrik, pasar, kompleks pertokoan dan

lain sejenisnya.43 Menurut Nia dan Iwan, Lahan terbangun adalah ruang

dalam kawasan permukiman perkotaan yang mempunyai ciri dominasi

penggunaan lahan secara terbangun atau lingkungan binaan untuk mewadahi

kegiatan perkotaan. Jenis-jenis pemanfaatan ruang kawasan terbangun kota

antara lain adalah kawasan perumahan, kawasan pemerintahan, kawasan

perdagangan dan jasa, serta kawasan industri. Kawasan perumahan

merupakan kawasan yang luasnya paling dominan di kota 50-60% dari luas

wilayah kota. 44

Menurut Kartono (dalam Tri Woro) membagi wilayah terbangun

menjadi empat kelas penggunaan tanah, yaitu:

1. Tanah perumahan: hanya mencakup jenis penggunaan tanah yang

secara fisik ada rumah tempat tinggal. Perumahan dengan lingkungan

pedesaan dan perumahan dengan kebun campuran tidak termasuk dalam

kelas penggunaan tanah ini.

2. Tanah fasilitas umum: meliputi perkantoran, hotel, rumah sakit,

bioskop, terminal transportasi dan tempat pendidikan, semua ini

mempunyai kaitan dengan kebutuhan fasilitas umum atau masyarakat.

41 Ratna Rima Melati dan Eko Sujatmoko, kamus geografi, (Surakarta: Aksara sinergi media, 2012), h. 165. 42 Standar nasional Indonesia, SNI 7645:2010 43 sabari, Opcit., h. 25 44 Nia K. Pontoh dan Iwan Setiawan, Pengantar Perencanaan Perkotaan ( Bandung: ITB Bandung, 2013) h, 237

Page 54: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

35

3. Tanah perdagangan: mencakup perusahaan dagang, pertokoan, pasar,

bangunan campuran antara perumahan dan pertokoan, semua ini

berkaitan dengan kegiatan usaha untuk mendapat keuntungan.

4. Tanah industri dan pergudangan: mencakup kegiatan manufakturing

dan pergudangan, mengingat kaitannya bahwa kegiatan industri untuk

proses pembuatan barang jadi akan memerlukan gudang sebelum

pemasaran.45

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa lahan

terbangun merupakan area yang mengalami tutupan lahan permanen.

Beberapa jenis lahan terbangun yang berada di daerah perkotaan yaitu

kawasan perkantoran, pemukiman, pertokoan, perdagangan, fasilitas umum

dan industri.

45 Tri Woro Yogi Utami, “Tingkat Perkembangan Wilayah Terbangun Kota Serang”skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2007, h. 4.

Page 55: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

36

B. Penelitian Relevan

Tabel 2.3 Penelitian Relevan

No Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan

1. Rita Asri Cahyani

Skripsi “Evaluasi perubahan kebutuhan ruang terbuka hijau dengan pendekatan penginderaan jauh (studi kasus: kota tangerang)

Luas perubahan penggunaan lahan dan Ruang terbuka hijau di kota tangerang

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di serang dari tahun 2000-2015 dan menghitung kebutuhan rth di serang tahun 2035 berdasarkan jumlah penduduk.

2. R.Nugraha, S. Rahayu.

Jurnal ”Kajian Perubahan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di kecamatan Tembalang, kota Semarang, berbasis interpretasi Citra satelit

Berdasarkan hasil analisis, Penurunan luas area RTH selama kurun waktu tahun 1999-2011 adalah 197,13 Ha.

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di serang dari tahun 2000-2015 dan menghitung kebutuhan rth di serang tahun 2035 berdasarkan jumlah penduduk.

3. Ardiawan Jati

Skripsi “Aplikasi penginderaan jauh untuk pemantauan perubahan ruang terbuka hijau studi kasus: wilayah barat kabupaten Pasuruan

Perubahan luas untuk kelas RTH dari tahun 1993 sampai 2009 yaitu seluas 10359,278 Ha.

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau dalam kurun waktu tertentu

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di serang dari tahun

Page 56: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

37

Tabel Lanjutan (2.3)

Kelas yang mengalami perubahan paling besar adalah kelas sawah dan perubahan paling kecil adalah kelas lapangan.

2000-2015 dan menghitung kebutuhan rth di serang tahun 2035 berdasarkan jumlah penduduk.

4. Dimas santoso rahmadi

Skripsi ”Identifikasi Kebutuhan ruang terbuka hijau publik dengan pemanfaatan penginderaan jauh dan SIG di wilayah perkotaan Boyolali Tahun2015”

Luas RTH Publik Wilayah Perkotaan Boyolali masih kurang 10%. Kebutuhan RTH Publik Wilayah Perkotaan Boyolali menurut jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 2,38 Ha dari luas Wilayah Perkotaan Boyoali, untuk proyeksi penduduk pada tahun 2034 kebutuhan RTH Publiknya adalah sebesar 2,7 Ha atau luas wilayahnya.

Memproyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk.

Mengkaji perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di serang dari tahun 2000-2015 dan menghitung kebutuhan rth di serang tahun 2035 berdasarkan jumlah penduduk

Page 57: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

38

C. Kerangka Berpikir

Penggunaan lahan yang ada di perkotaan dapat dibagi kedalam dua

jenis, yaitu ruang terbuka dan ruang terbangun. Ruang terbuka dalam hal ini

yaitu ruang terbuka hijau dan ruang terbangun yaitu pemukiman, perkantoran,

fasilitas umum, dan lain sebagainnya. Adanya peningkatan jumlah penduduk

yang ada di perkotaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perubahan penggunaan lahan, hal ini membuat keberadaan ruang terbuka

hijau yang ada di perkotaan dapat tergantikan dengan lahan terbangun. Hal ini

dapat dilihat pada Bagan 2.1

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Penggunaan Lahan

Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbangun

Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

Peningkatan Jumlah Penduduk

Page 58: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Serang, Provinsi Banten. Kota Serang

mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten. Secara

administratif terletak diantara 5°99’ – 6°22’ LS dan 106°07’ –106°25’ BT

dengan luas 266,74 km².1 Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.1

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2017 sampai dengan

Desember 2017. Adapun waktu penelitian, dapat dilihat pada Tabel 3.1

1 Badan Pusat Statistik Kota Serang, kota Serang Dalam Angka Tahun 2016: BPS, 2016.

Lokasi penelitian

ePenelitian

Page 59: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

40

Tabel 3.1 kegiatan penelitian

No

Kegiatan

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Seminar Proposal

2. Revisi Proposal

3. Menyusun Bab I Pendahuluan

4. Menyusun Bab II Kajian Teori

5. Melengkapi referensi dari buku, skripsi dan jurnal pendukung

No.

Kegiatan

Juni Juli Agustus Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

6. Menyusun Bab III Metodologi Penelitian

7. Menyusun Bab VI Hasil Penelitian

8. Menyusun Bab V Kesimpulan dan Saran

9. Penyusunan Laporan Penelitian

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

kuantitatif deskriptif dengan bantuan teknik Penginderaan jauh dan Sistem

Informasi Geografis. Metode kuantitatif merupakan penelitian yang

menggunakan analisis data yang berbentuk numerik/angka. Kekuatan

terbesar dari penelitian kuantitatif adalah data yang lebih dapat dipercaya,

Page 60: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

41

dan umumnya ditujukan untuk digeneralisasikan terhadap populasi yang

lebih besar.2 Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan

untuk menggambarkan situasi atau kejadian yang terjadi. Tujuan utama dari

penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran akurat dari sebuah

data, menggambarkan suatu proses, mekanisme, atau hubungan antar

kejadian. 3 metode dalam penelitian ini merupakan gabungan antara metode

Klasifikasi terbimbing (Supervised Classification) digunakan untuk melihat

perubahan lahan yang ada di kota Serang dan metode indek vegetasi

(NDVI) yaitu Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Metode ini

digunakan untuk melihat kerapatan vegetasi yang ada di kota Serang.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Laptop, digunakan sebagai alat untuk kegiatan pemetaan dan

interpretasi citra.

b. Aplikasi Arc GIS, aplikasi untuk kegiatan pembuatan peta mengenai

ketersediaan ruang terbuk hijau di kota serang.

c. GPS, digunakan untuk menentukan titik koordinat yang digunakan

saat pengambilan sampel penelitian.

d. Kamera, digunakan untuk mendokumentasikan lokasi penelitian.

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Citra Landsat 7 ETM+ Perekaman tahun 2000 dengan path/row

provinsi banten 122-123/64.

b. Citra Landsat 8 OLI/TIRS perekaman tahun 2015.

c. Peta RBI kota serang skala 1 : 500.000

d. Data penduduk dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota serang Tahun

2015.

2 Suryani, hendardi. Metode riset kuantitatif: teori dan aplikasi pada penelitian bidang

manajemen dan ekonomi islam. (Jakarta.: PT fajar interpratama mandiri, 2015), h. 109.

3 ibid., 109.

Page 61: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

42

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam hal ini populasi tidak hanya manusia, tetapi

makhluk hidup seperti tumbuhan dan objek tertentu.4 Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh wilayah ruang terbuka hijau yang ada di Kota

Serang. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.5

penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling, yaitu teknik pengumpulan sampel dengan

pertimbangan tertentu.6 Tujuan pengambilan sampel dalam penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui kebenaran ketersediaan ruang terbuka hijau

yang ada pada citra landsat dengan ketersediaan ruang terbuka hijau yang

ada di lapangan. wilayah yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini

yaitu 4 titik ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu: 1. Pengumpulan Data Penginderaan Jauh

Data yang di dapat dalam penelitian ini yaitu berupa data spasial.

Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu

pada posisi, objek, dan hubungan diantaranya alam ruang bumi.7 Data

ini berupa citra foto dan non-foto atau data numerik. Teknik

pengambilan data penginderaan jauh yaitu citra Landsat 7 ETM+ dan

citra landsat 8 OLI/TIRS diperoleh dari situs resmi USGS yaitu

www.earthexplorer.us.gov. Citra landsat 7 ETM+ yang digunakan

adalah perekaman tahun 2000 dan citra landsat 8 OLI/TIRS perekaman

tahun 2015.

4 Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dan kualitatif, (Bandung,:Alfabeta,2009), h. 80

5 ibid., h.81

6 ibid., h.83 7 Agus suryantoro, integrasi aplikasi sistem informasi geografis, (Yogyakarta: penerbit ombak, 2013) , h.105

Page 62: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

43

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu data jumlah penduduk kota

serang tahun 2015 yang diperoleh dari BPS. Data jumlah kendaraan tahun

2015 yang diperoleh dari BPS. Peta Rupa Bumi Indonesia wilayah dan

batas administrasi Kota Serang.

3. Studi Literatur

Pada tahap ini pengumpulan data dan informasi melalui buku yang

dijadikan referensi. Tidak hanya buku, data yang terdapat pada skripsi,

jurnal, maupun situs instansi terkait mengenai profil kota Serang, dapat

dijadikan tambahan untuk referensi pada penelitian ini.

4. Observasi

Observasi atau pengamatan berarti setiap kegiatan untuk melakukan

pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih

sempit, yaitu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang

berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.8

5. Validasi

Pada tahap ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil data dilakukan

dengan datang langsung (ground check lapangan). Validasi dilakukan pada

5 titik yang mengalami perubahan ruang terbuka hijau yang ada di Kota

Serang.

6. Dokumentasi

Data pada dokumentasi ini berupa foto-foto kondisi lokasi penelitian

serta dokumen pendukung lainnya yang digunakan sebagai pendukung

penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial.

Dimana analisis ini menggunakan bantuan Sistem Informasi Geografis

dengan aplikasi Arc.GIS 10.1.

8 Irawan Soehartono,” Metode Penelitian Sosial”, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2008), h. 69

Page 63: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

44

1. Pengolahan awal citra

Setelah citra di download, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan

koreksi geometrik dan radiometrik terhadap citra.

a. Koreksi geometrik

Menurut Sri Hartati, data penginderaan jauh pada umumnya

mengandung kesalahan (distorsi) geometrik, baik sistematik

maupun non sistematik, merupakan kesalahan yang diakibatkan

oleh jarak orbit atau lintasan terhadap objek dan pengaruh

kecepatan platform (wahana).9 Salah satu cara untuk mengkoreksi

distorsi geometris ini adalah dengan menggunakan titik-titik kontrol

lapangan (Ground Control Point/GCP). GCP adalah suatu titik pada

permukaan bumi yang sudah diketahui koordinatnya. Pada koreksi

ini, sistem koordinat atau proyeksi peta tertentu dijadikan rujukan,

sehingga dihasilkan citra yang mempunyai sistem koordinat dan

skala yang seragam.10

b. Koreksi radiometrik

Setelah citra dikoreksi geometrik, langkah selanjutnya

adalah koreksi radiometrik. Menurut Sri Hartati, Koreksi

radiometrik dilakukan pada kesalahan-kesalahan oleh sensor dan

sistem sensor terhadap respon detektor serta pengaruh atmosfer

yang stasioner atau konstan. Koreksi radiometrik dilakukan untuk

memperbaiki kesalahan atau distorsi yang diakibatkan oleh

ketidaksempurnaan operasi dan sensor, adanya atenuasi

(penyerapan, hamburan) gelombang elektromagnetik oleh

atmosfer, variasi sudut oengambilan data (sudut datang radiasi),

variasi sudut iluminasi, sudut pantul, dan lainnya dapat terjadi

selama pengambilan, pengiriman serta perekamanan data.11

9 Soenarmo. Sri Hartati. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi

Geografis untuk Bidang Ilmu Kebumian, (Bandung: penerbit ITB, 2009) h. 125

10 Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, h. 54

11 Ibid., 120

Page 64: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

45

Koreksi radiometrik digunakan untuk mengurangi pengaruh

hamburan atmosfer pada citra satelit terutama pada saluran tampak.

Pengaruh hamburan (scattering) pada citra menyebabkan nilai

spektral citra menjadi lebih tinggi daripada nilai sebenarnya. 12

c. Pemotongan citra (cropping)

Setelah citra yang telah di dapat dikoreksi geometrik dan

radiometrik. Maka langkah selanjutnya yaitu pemotongan citra

landsat. Wilayah yang dipotong sesuai dengan lokasi penelitian

yang akan dilakukan yaitu Kota Serang.

d. Kombinasi Band

Dalam intrepetasi citra, pengaturan kombinasi band terbaik

menjadi sangat penting dilakukan untuk mencirikan kenampakan

objek untuk memudahkan intrepeter dalam melakukan analisis visual

atau digital citra. 13 kombinasi band yang digunakan berbeda-beda,

disesuaikan dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan

analisis pada penelitian ini, terdapat dua kombinasi band yang akan

digunakan. Untuk citra landsat 7 ETM kombinasi RGB band yang

digunakan yaitu band 5, band 4 dan band 2. Sedangkan untuk citra

landsat 8 menggunakan kombinasi RGB band 6, band 5, dan band 3.

2. Teknik Interpretasi Citra Digital Penginderaan Jauh

Menurut Lo (1996) dalam Gina Amalia, citra merupakan hasil

rekaman pantulan energi elekromagnetik pantulan dan emisi yang

menyerupai gambar dengan sifat yang bervariasi Oleh karenanya agar

dapat memperoleh informasi dari citra tersebut perlu dilakukan proses

interpretasi citra. Interpretasi merupakan perbuatan mengkaji citra

dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar dalam

citra, dan menilai arti pentingnya obyek tersebut.14

12 Ibid., h. 59

13 Syauqi Ahmada, monitoring luas hutan berdasarkan citra landsat: kasus di kecamatan cikalong, kabupaten tasikmalaya, jawa barat. Institut pertanian bogor, bogor. 2013. H, 15 14 Gina Amalia, identifikasi perubahan tutupan lahan menggunakan citra landsat multi-

waktu dan (SIG) di IUPHHK-HA PT. AUSTRAL BYNA Kalimantan Tengah, institut pertanian bogor, bogor. 2013, h. 16.

Page 65: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

46

Dalam tahapan ini, citra yang sudah di dapat kemudian langkah

selanjutnya membuktikan hasil citra dengan melakukan ground check

lapangan.

3. Ground check lapangan.

Tahapan selanjutnya yatu melakukan ground check lapangan.

Tujuannya yaitu untuk melihat persamaan pada hasil interpretasi dengan

data di lapangan. Pada tahapan penelitian ini, penulis melihat langsung

kelapangan untuk meihat kesamaan antara data interpretasi yang telah

diperoleh dengan hasil lapangan.

4. Uji Ketelitian Interpretasi Citra.

Metode analisis ini digunakan untuk melihat kebenaran

interpretasi citra yang diperoleh dari ground check lapangan dengan alat

berupa tabel kesesuaian. Tabel tersebut berisi titik lokasi interpretasi,

koordinat dan hasil ground check lapangan. Menurut Kusumowigado

(dalam Caresa), hasil klasifikasi dikatakan baik bila ketelitiannya > 80%

atau kesalahannya < 20% bila dibandingkan dengan keadaan di lapangan.

Berikut ini terdapat rumus perhitungan untuk mengetahui nilai kebenaran

interpretasi, yaitu:

Tabel 3.2 Kebenaran Interpretasi

No. Koordinat Hasil Interpretasi Cek lapangan Tingkat kebenaran

1. (X, Y) Lahan Terbangun Ruko Benar 2. (X, Y) Ruang Terbuka Hijau pemakaman Benar 3. (X, Y) Perairan Sawah Salah 4. (X, Y) Lahan kosong perumahan Salah

Setelah melakukan perhitungan, maka peneliti dapat melakukan

klasifikasi terbimbing untuk membuat peta ketersediaan ruang terbuka

hijau.

Page 66: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

47

5. Teknik Sistem Informasi Geografis

a. Klasifikasi terbimbing (supervised classification)

Kegiatan ini merupakan pengolahan data citra guna

mengelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu. Data tersebut akan

dikaji berdasarkan kenampakannya dalam tampilan citra.15 Untuk

melihat jenis-jenis penggunaan lahan yang ada di kota serang maka

citra yang sudah di dapat, kemudian dikelompokkan ke dalam kelas-

kelas untuk melihat penggunaan lahan. sehingga hasil akhirnya akan

menghasilkan peta penggunaan lahan. Pada Tabel 3.2 terdapat

pembagian kelas penggunaan lahan.

Tabel 3.3 pembagian kelas penggunaan lahan.

No Penggunaan Lahan 1 Lahan Terbangun 2 Ruang Terbuka Hijau 3 Lahan Kosong 4 Perairan

b. Analisis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) merupakan

perhitungan citra yang digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan,

yang sangat baik sebagai awal dari pembagian daerah vegetasi. NDVI

dapat menunjukkan parameter yang berhubungan dengan parameter

vegetasi.16

Danoedoro (dalam Careca Virma), Hasil penisbahan antara band

merah dan infa-merah menghasilkan perbedaan yang maksimum antara

vegetasi dan tanah. Nilai-nilai asli yang dihasilkan NDVI selalu

berkisar antara -1 hingga +1 (Nilai-nilai asli antara -1 hingga +1 hasil

dari transformasi NDVI ini mempunyai presentasi yang berbeda pada

penggunaan lahannya. Nilai-nilai NDVI disekitar 0.0 biasanya

15 Sodikin, h. 106

16

Nur Febrianti , Parwati Sofan. Ruang terbuka hijau di DKI Jakarta berdasarkan

analisis spasial dan spektral data landsat 8. Badan lingkungan dan mitigasi bencana, LAPAN. Seminar nasional penginderaan jauh, 2014. H. 500

Page 67: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

48

mempresentasikan penggunaan lahan yang mengandung unsur vegetasi

sedikit sampai tidak mempunyai vegetasi sama sekali. Rumus dari

NDVI ini adalah:

Keterangan : NIR : band near infrared (band 4 pada Landsat TM) RED : band red (sinar merah yaitu band 3 pada Landsat TM).

Hasilnya adalah penutupan berupa vegetasi akan tampak lebih cerah dan non vegetasi akan gelap (Putra, 2011).17 Hasil akhir dari analisis NDVI akan didapatkan peta kerapatan vegetasi.

c. Metode Overlay ( Tumpang Tindih Peta) Metode ini merupakan penggabungan beberapa hasil dari peta yang

telah dibuat. Metode overlay digunakan untuk mengetahui perubahan

ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada. Perubahan ini meliputi luas

dan sebaran dari ruang terbuka hijau di Kota Serang. Peta yang di

overlay yaitu peta penggunaan lahan tahun 2000 dan 2015.

6. Menghitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

a. Berdasarkan luas wilayah

Setelah mendapatkan hasil peta mengenai ketersediaan ruang

terbuka hijau, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung kebutuhan

ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah Kota Serang. Berdasarkan

UU No. 26 Tahun 2007 setiap kota minimal harus menyediakan 30%

ruang terbuka hijau dari luas wilayah kota tersebut. Dimana proporsi

30% ini dibagi menjadi 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang

tebuka hijau privat. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

17 Careca Virma Aftriana, Skripsi, analisis perubahan kerapatan vegetasi kota semarang

menggunakan bantuan teknologi penginderaan jauh. Universitas Negeri Semarang, 2013. H, 18-19

(NIR- RED) NDVI = (NIR+RED)

Page 68: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

49

Keterangan :

K = Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

L = Luas Wilayah

Sehingga nantinya dapat diketahui apakah Luas RTH yang ada di

Kota Serang sudah sesuai dengan ketentuan pemerintah atau masih

belum mencukupi.

b. Berdasarkan Jumlah Penduduk

Untuk menentukan luas RTH berdasarkan jumlah penduduk

dilakukan dengan mengalikan jumlah penduduk dengan standar luas

RTH per penduduk. berdasarkan ketentuan peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 05/PR/M/2008, kebutuhan RTH berdasarkan jumlah

penduduk telah ditetapkan yaitu 20 m²/penduduk. sehingga hasil

akhirnya akan diketahui apakah luas RTH yang tersedia telah

memenuhi standar yang telah ditetapkan atau belum mencukupi.

Rumus untuk menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan

jumlah penduduk seperti dibawah ini:

RTH pi = Pi x k

Keterangan :

K = nilai ketentuan luas RTH per penduduk

Pi = jumlah penduduk pada wilayah i.

c. Berdasarkan kebutuhan oksigen

Langkah selanjutnya yaitu menentukan kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau berdasarkan kebutuhan oksigen.

Gas oksigen adalah esensial untuk pernafasan makhluk hidup, termasuk manusia. Tanpa oksigen dalam waktu singkat manusia akan mati. esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi. Fotosintesis terutama dilakukan oleh tumbuhan hijau. Dalam proses ini energi matahari diubah menjadi energi kimia yang terkandung dalam bahan organik tumbuhan. Energi inilah yang dipakai untuk kehidupan makhluk hidup lain yang tidak dapat melakukan

L x 3

Page 69: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

50

fotosintesis, antara lain manusia, hewan, dan jasad renik (Soemarwoto, 2004).18

Namun seiring dengan pekembangan sebuah kota, membuat kualitas

udara yang berada di perkotaan telah tercampur dengan polusi

kendaraan yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Berikut Tabel

3.3 terdapat kebutuhan oksigen yang diperlukan pada tiap konsumen

oksigen.

Tabel 3.4

Kebutuhan Oksigen Berdasarkan Setiap Konsumen Oksigen

Konsumen Kategori Kebutuhan O2 Keterangan

Penduduk Manusia 0,864 kg/hari

Kendaraan bermotor

Sepeda motor 0,58 kg/jam Waktu operasi 1 jam/hari

Mobil penumpang

11, 63 kg/jam Waktu operasi 3 jam/hari

Mobil beban 22,88 kg/jam Waktu operasi 2 jam/hari

Bus 44,32 kg/jam Waktu operasi 2 jam/hari

Industri Mesin industry 529,41 kg/hari Waktu operasi 8 jam/hari

Sumber: Wisesa, dalam muis (2005)

Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan

oksigen dapat dihitung menggunakan metode Gerarkis (1974). Pehitungan

tersebut menggunakan data seperti jumlah penduduk, dan jumlah

kendaraan bermotor. rumus perhitungan metode Gerarkis adalah sebagai

berikut:

1. Kebutuhan RTH ( L )

Keterangan :

Lt = Luas RTH yang dibutuhkan pada tahun t( m² )

18 Muhammad Nur Setyawan, pemetaan arahan pengembangan ruang terbuka hijau

berdasarkan kebutuhan oksigen di kota pekalongan tahun 2014, H. 12

(X + Z ) Lt = ----------------- x m² (54)x(0,9375)

Page 70: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

51

X = Jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk (ton/hari) Z = Jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor (ton/hari) 54 = konstanta yang menunjukkan bahwa setiap 1 m² luas lahan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari. 0,9375 = konstanta yang menunjukkan bahwa 1 gram berat

kering tanaman dapat menghasilkan oksigen sebanyak 0,9375 gram.

Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini:

a. Penggunaan oksigen hanya manusia, dan kendaraan bermotor.

Sedangkan hewan dan penggunaan lain diabaikan dalam perhitungan.

b. Jumlah kendaraan yang keluar dan masuk dalam wilayah studi

dianggap sama setiap hari.

c. Setiap orang mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang sama setiap

hari, yaitu 600 liter atau 0,864 kg perhari. (White et al.1959 dalam Muis

2005)

d. Kebutuhan oksigen untuk pembakaran bahan bakar untuk sepeda motor

0,5817 Kg/Jam, kendaraan penumpang 11,634 Kg/Jam, bus 44,32

Kg/Jam, kendaraan beban ringan 22,88 Kg/Jam, dan kendaraan beban

berat 88,64 Kg/Jam.

e. Suplai oksigen hanya dilakukan oleh tanaman dan menyuplai oksigen

dengan kadar yang sama setiap 1 m² nya.

7. Menghitung kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

berdasarkan jumlah penduduk tahun 2035

a. Menghitung Proyeksi Penduduk tahun 2035

Sebelum menghitung kebutuhan RTH Publik kota serang pada

tahun 2035. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghitung

jumlah proyeksi penduduk kota Serang untuk tahun 2035. Dalam hal

ini, jumlah penduduk yang digunakan diambil dari Badan Pusat

Statistik kota serang pada tahun 2015 yaitu sebesar 643.205 jiwa

dengan laju pertumbuhan penduduk 1,90%. Rumus yang digunakan

yaitu:

Page 71: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

52

Pn = jumlah penduduk tahun ke n Po = jumlah penduduk tahun dasar r = laju pertumbuhan penduduk n = jumlah interval

setelah mendapatkan hasil perhitungan jumlah penduduk pada tahun

2035, maka langkah selanjutnya menghitung kebutuhan ruang terbuka

hijau berdasarkan jumlah penduduk untuk tahun 2035. Rumusnya

seperti dibawah ini:

RTH pi = Pi x k

Keterangan :

K = nilai ketentuan luas RTH per penduduk

Pi = jumlah penduduk pada wilayah i.

Pn =Po(1+r)𝑛

Page 72: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

1. Letak Geografis

Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari Kabupaten

Serang Provinsi Banten. Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai

pusat pemerintahan Provinsi Banten. Kota Serang memiliki luas sebesar

266,74 km², Secara astronomis terletak antara 5°99’-6°22’ LS dan

106°07’ 106°25’BT. Adapun batas-batas wilayah Kota Serang sebagai

berikut:

Utara : Laut Jawa

Timur : Kabupaten Tangerang

Selatan : Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak

Barat : Kabupaten Serang

Secara administratif Kota Serang merupakan ibukota Provinsi Banten.

Secara geografis Kota Serang memiliki letak yang sangat strategis karena

merupakan daerah alternatif dan penyangga ibukota Negara, dimana

daerah DKI Jakarta hanya berjarak 70 km dari Kota Serang.

Luas wilayah Kota Serang terbagi atas 20 kelurahan dan 46 desa, yang

termasuk dalam 6 (enam) Kecamatan. Nama dan Luas kecamatan yang

ada di Kota Serang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Peta Administrasi

Kota Serang dapat dilihat pada Gambar 4.1

Tabel 4.1

Luasan Kecamatan di Kota Serang

No Nama Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Curug 49,60 2 Walantaka 48,48 3 Cipocok Jaya 31,54 4 Serang 25, 88 5 Taktakan 47,88 6 Kasemen 63,6

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Serang tahun 2015

Page 73: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

54

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Serang

2. Kondisi Fisik

a. Topografi

Kota Serang yang memiliki luas sebesar 266,74 km², sebagian besar

wilayahnya terletak di dataran rendah yang memiliki ketinggian kurang

dari 500 mdpl. Wilayah Kota Serang berada pada ketinggian 0-100

mdpl. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, dataran di kota

serang terbagi menjadi 0-3 mdpl: meliputi wilayah Serang Utara. 3-25

mdpl meliputi Serang Selatan, Serang Timur, serang utara, Serang

Tengah. 25-100 mdpl meliputi Serang Barat. Kemiringan Kota Serang

berkisar antara 0-40 %.

b. Iklim

Keadaan iklim di Kota Serang yaitu berupa data temperatur

(suhu) udara, kelembaban udara dan intensitas matahari, curah hujan

dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berkisar

antara 26,5-28,3 °C, temperatur maksimum tertinggi terjadi pada

bulan November yaitu 33,8 °C dan temperatur minimum terendah

Page 74: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

55

pada bulan September yaitu 22,5 °C. Rata-rata kelembaban udara dan

intensitas matahari sekitar 85,0% dan 86,0%. Keadaan curah hujan

tertinggi terjadi pada bulan Januari, yaitu 362 mm, sedangkan rata-rata

curah hujan dalam setahun adalah 105,9 mm. Hari hujan tertinggi

pada bulan Januari dengan hari hujan sebanyak 27 hari. Rata-rata

kecepatan angin dalam setahun adalah 1,8 m/detik dan kecepatan

maksimum 2,30 m/detik.

c. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan Kota Serang sebagian besar adalah untuk

pertanian yaitu seluas 18.744 hektar. Perumahan dan permukiman

menempati posisi kedua terluas dengan 5.002 hektar. Penggunaan lahan

paling kecil adalah untuk hutan yaitu seluas 177 hektar.

d. Geologi dan Jenis Tanah

Secara geologis Kota Serang terdiri dari 3 jenis batuan. Bagian terbesar

adalah jenis batuan sedimen dan batuan aluvium, selain itu terdapat

sedikit daerah termasuk batuan Young Quartenary Volcanic Products,

yaitu pada bagian paling selatan Kota Serang (di Daerah Gelam).

Sedangkan keadaan jenis tanah di wilayah Kota Serang terdiri dari 5

jenis, berdasarkan bahan induk penyusunnya yaitu: jenis podsolik

merah, jenis asosiasi podsolik kuning, dan hidromorf kelabu, regosol

kelabu kekuningan, regosol kelabu, jenis asosiasi latosol cokelat

kemerahan, dan latosol coklat.1

3. Kondisi Sosial

a. Jumlah Pertumbuhan Penduduk

Jumlah pertumbuhan penduduk di Kota Serang mengalami

peningkatan tiap tahunnya. hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2, pada

tahun 2010 jumlah penduduk kota serang mencapai 577.785 jiwa. Dan

pada tahun 2015 jumlah penduduk bertambah menjadi 643.205 jiwa.

Daerah yang mengalami peningkatan jumlah penduduk tertinggi yaitu

1 Percepatan pembangunan sanitasi permukiman, gambaran umum kota serang,

(ppsp.nawasis.info).

Page 75: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

56

Kecamatan Cipocok Jaya, dan daerah yang mengalami peningkatan

jumlah penduduk terendah yaitu Kecamatan Curug. Hal ini dapat

terlihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Jumlah penduduk Tahun 2010 dan Tahun 2015

No. Nama Daerah Jumlah Penduduk

(2010)

Jumlah Penduduk

(2015)

1. Curug 47.308 50.112 2. Walantaka 75.672 87.679 3. Cipocok Jaya 80.930 101.268 4. Serang 208.017 222.448 5. Taktakan 78.184 87.618 6. Kasemen 87.674 94.062

Jumlah Total 577.785 643.205

Sumber: BPS Kota Serang dalam angka Tahun 2015

b. Kepadatan dan Persebaran Penduduk

Dengan luas wilayah 266,74 km², kepadatan penduduk Kota Serang

mencapai 2.411 orang/km². Persebaran penduduk yang ada di Kota

Serang tersebar di 6 kecamatan. Berdasarkan Tabel 4.3, dapat

diketahui kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Serang yaitu

mencapai 8.595 orang/km², sedangkan kepadatan terendah di

Kecamatan Curug yaitu 1.010 orang/km². Kepadatan penduduk dan

persebarannya di Kota Serang dapat dilihat padat Tabel 4.3

Tabel 4.3

Kepadatan dan Persebaran Penduduk

No.

Kecamatan

Luas Wilayah

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk per

km²

1. Curug 49,60 50.112 1.010 2. Walantaka 48,48 87.697 1.809 3. Cipocok Jaya 31,54 101.268 3.211 4. Serang 25,88 222.448 8.595 5. Taktakan 47,88 87.618 1.830 6. Kasemen 63,36 94.062 1.485 Jumlah 266.74 643.205 2.411

Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Serang tahun 2015

Page 76: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

57

B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

a. Taman Kota

Ketersediaan taman kota di Kota Serang masih terbilang minim. Salah

satu taman yang dapat ditemukan di Kota Serang yaitu Taman Tugu

Debus (Patung). Taman ini berada di wilayah Kecamatan Cipocok Jaya

tepatnya di dekat Tol Jakarta-Serang. Taman ini ditumbuhi dengan

berbagai jenis tanaman, pohon dan bunga. Berikut merupakan Taman

Tugu yang terlihat pada Gambar 4. 2

Gambar 4. 2 Taman Tugu Debus (Patung)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis, luas Taman

Tugu Debus ini tidak terlalu besar. Fasilitas yang ada di taman ini hanya

terdapat kursi yang berada di sekeliling taman. Selain itu tidak adanya

fasilitas sarana olahraga. Meskipun begitu, kebersihan yang ada di

taman ini sangat terjaga. Taman Tugu Debus merupakan lokasi terkenal

bagi para penumpang bus yang hendak menuju ke Kota Serang. Banyak

bus-bus antar kota yang menurunkan penumpang disekitar Taman Tugu

Debus ini. Pada saat penulis datang di taman ini, tidak terlihat adanya

pengunjung yang berada di taman ini. Taman tersebut jarang dikunjungi

oleh masyarakat, salah satu faktornya adalah kurangnya lahan parkir

bagi kendaraan yang ingin mengunjungi taman ini.

Page 77: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

58

b. Jalur Hijau Jalan

Tidak hanya taman kota, Salah satu jenis ruang terbuka hijau yang

harus ada di perkotaan adalah jalur hijau jalan atau median jalan yang

berada disepanjang jalan. Fungsi ruang terbuka hijau yang berada di

sepanjang jalan salah satunya yaitu untuk menyerap polusi yang berasal

dari kendaraan, hal ini dikarenakan ruas jalan yang ada di Kota Serang

hampir setiap hari banyak dilalui oleh kendaraan besar seperti bus antar

kota. Jalur hijau jalan di Kota Serang dapat terlihat pada Gambar 4. 3

Gambar 4.3 Jalur Hijau Jalan

Pada Gambar 4.3 merupakan salah satu jalur hijau jalan yang berlokasi di

Jalan Veteran Kotabaru Kecamatan Serang. Jalan ini merupakan salah satu

jalan utama yang sering dilalui oleh kendaraan. Baik kendaraan jenis roda

dua maupun roda empat. Kondisi jalur hijau jalan ini terbilang bersih dari

sampah dan terawat. Karena pada saat penulis mengunjungi lokasi tersebut

terdapat para petugas kebersihan disekitar lokasi.

c. Sempadan Sungai

Salah satu jenis ruang terbuka hijau publik yang dapat ditemukan di Kota

Serang yaitu Sempadan Sungai. Sempadan sungai memiliki fungsi yang

penting yaitu untuk kawasan konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan

bantaran sungai yang rawan erosi, pelestarian, peningkatan fungsi sungai,

mencegah okupasi penduduk yang mudah menyebabkan erosi, dan

Page 78: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

59

pengendalian daya rusak sungai melalui kegiatan penatagunaan, perizinan,

dan pemantauan. Sempadan sungai yang terdapat di Kota Serang dapat

terlihat pada Gambar 4.4

Gambar 4.4 Sempadan Sungai

Pada Gambar 4.4 merupakan salah satu sempadan sungai yang berada di

Jalan Veteran Kotabaru Kecamatan Serang. Sungai tersebut berada di

kawasan perumahan. Kebersihan yang ada di sekitar sempadan sungai ini

kurang terawat. Pada saat penulis mengunjungi kawasan ini terdapat

sampah yang terdapat disekitar sungai tersebut.

d. Pemakaman

Pemakaman merupakan salah satu jenis ruang terbuka hijau. Penyediaan

ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi

utama sebagai tempat penguburan jenasah juga memiliki fungsi ekologis

yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis

vegetasi.2 Berikut merupakan salah satu pemakaman yang berada di

Kota Serang.

2 Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan

Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Page 79: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

60

Gambar 4. 5 RTH Pemakaman

Pada Gambar 4.5 merupakan pemakaman yang bernama Makam Ki Tuan

Syarif Penancangan atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama

Makam Stadion Maulana Yusuf, merupakan salah satu pemakaman

umum yang berada tepat di sebelah utara wilayah Penancangan, Serang

dengan luas sekitar 1 (satu) hektar.3 Lokasi pemakaman ini berdekatan

dengan stadion Maulana Yusuf. Berdasarkan hasil pengamatan penulis,

kondisi pemakaman ini terjaga kebersihannya, selain itu terdapat penjaga

yang mengurus pemakaman ini. Terdapat beberapa peziarah yang

berkunjung.

2. Penggunaan Lahan Kota Serang tahun 2000-2015

a. Hasil Ground Check Lapangan

Penggunaan lahan setiap tahun akan mengalami perubahan. Hal ini

dipengaruhi oleh adanya pengaruh interaksi dengan daerah lain maupun

adanya pertambahan jumlah penduduk. Analisis penggunaan lahan

dalam penelitian ini didapatkan dari hasil pengolahan data Citra

Landsat dengan metode klasifikasi terbimbing yang digunakan untuk

melihat jenis penggunaan lahan di Kota Serang. Hasil dari analisis ini

nantinya akan digunakan untuk mengetahui luas ketersediaan ruang

terbuka hijau, lokasi, dan penyebarannya. Dan akan digunakan sebagai

dasar analisis selanjutnya, yaitu menghitung kebutuhan ruang terbuka

3 http://akumassa.org/id/fenomena-makam-stadion-maulana-yusuf/ diakses pada tanggal 25

Oktober 2017

Page 80: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

61

hijau berdasarkan luas wilayah, berdasarkan jumlah penduduk,

berdasarkan jumlah oksigen dan proyeksi kebutuhan ruang terbuka

hijau pada Tahun 2035.

Berdasarkan hasil kenampakan citra Landsat dan hasil survey lapangan,

penggunaan lahan di Kota Serang dibedakan menjadi 4 jenis yaitu :

1. Lahan bervegetasi pohon atau tanaman keras, sawah, semak, kebun,

tegalan.

2. Lahan kosong atau tidak bervegetasi

3. Lahan terbangun, berupa pemukiman, bangunan infrastruktur, dan

lainnya.

4. Perairan baik berupa sungai, tambak.

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kota Serang, pada tahun

2013 penggunaan luas lahan terdiri dari tanah perumahan 4.875 ha,

hutan 1.773 ha, perairan 1.012 ha, pertanian 18.882 ha, industri 1.767

ha, tanah jasa 1.881 ha, dan tanah perusahaan 1.143 ha.4

Sedangkan berdasarkan hasil analisis citra yang dilakukan dengan

bantuan sistem informasi geografis, sebelum membuat peta penggunaan

lahan tahapan pertama yang dilakukan yaitu ground check lapangan

terhadap penggunaan lahan yang nantinya digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan klasifikasi terbimbing. Adapun hasil ground check

lapangan dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4

Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra

Titik

Koordinat

Citra

Hasil

Interpretasi

Hasil Ground

check

Lapangan

Foto Ket

06°.07ꞌ12,2 ꞌꞌ

106°11 ꞌ28,5 ꞌꞌ

Jalan Jalan

Sesuai

06°07 ꞌ13,2 ꞌꞌ

106°10ꞌ 16,9 ꞌꞌ

Jalan Jalan

Sesuai

4 BPS Kota Serang dalam angka tahun 2014 h. 13

Page 81: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

62

Tabel lanjutan (4.4)

Titik

Koordinat

Citra

Hasil

Interpretasi

Hasil

Ground

check

Lapangan

Foto Ket

06°06 ꞌ59,8 ꞌꞌ 106°09 ꞌ22,5 ꞌꞌ

Jalan Jalan

Sesuai

06°06 ꞌ30,1 ꞌꞌ 106°10 ꞌ03,0 ꞌꞌ

Jalan Jalan

Sesuai

06°07 ꞌ12,8 ꞌꞌ

106°11 ꞌ 29.2 ꞌꞌ

Lahan terbangun

Lahan terbangun

Sesuai

06°07 ꞌ 03,8ꞌꞌ

106°09 ꞌ 22,5 ꞌꞌ

Lahan terbangun

Lahan terbangun

Sesuai

06°07 ꞌ 30,3ꞌꞌ

106°10 ꞌ 36,8 ꞌꞌ Lahan

terbangun Lahan

terbangun

Sesuai

06°07 ꞌ 14,0ꞌꞌ

106°10 ꞌ 17,2 ꞌꞌ Lahan

terbangun Lahan

terbangun

Sesuai

06°07 ꞌ 11,8ꞌꞌ

106°11 ꞌ 11,5 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

06°07 ꞌ 02.0ꞌꞌ

106°10 ꞌ 34.0 ꞌꞌ RTH RTH

Sesuai

06°07 ꞌ 03,8ꞌꞌ

106°09 ꞌ 09,3 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

06°07 ꞌ 03,8ꞌꞌ

106°09 ꞌ 09,3 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

06°6 ꞌ 30,0 ꞌꞌ

106°09 ꞌ 17,4 ꞌꞌ Perairan Perairan

Sesuai

Page 82: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

63

Tabel lanjutan (4.4)

Sumber : hasil analisis , 2017

Hasil interpretasi citra penginderaan jauh membutuhkan groundcheck

lapangan untuk mengetahui tingkat akurasi atau kebenaran hasil interpretasi

tersebut. Akurasi merupakan perbandingan antara data hasil klasifikasi

dengan kondisi lapangan.5 Keberhasilan sebuah interpretasi citra dapat

dipercaya jika tingkat kebenarannya >85%. jumlah sampel yang diambil pada

penelitian ini sebanyak 20 titik dengan menggunakan metode acak.

Berdasarkan Tabel 4.4, hasil uji kebenaran interpretasi didapatkan 18 sampel

benar dari total 20 sampel, maka didapatkan tingkat kebenaran interpretasi

5 Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, h.145

Titik

Koordinat

Citra

Hasil

Interpretasi

Hasil

Ground

check

Lapangan

Foto Ket

06°07 ꞌ 33,7ꞌꞌ

106°10 ꞌ 42,1 ꞌꞌ

Perairan Sawah

Tidak Sesuai

06°07 ꞌ41,2 ꞌꞌ

106°12 ꞌ 00,2 ꞌꞌ

Perairan Perairan

Sesuai

06°07 ꞌ 32,9ꞌꞌ

106°10 ꞌ 42,1 ꞌꞌ

Perairan Sawah

Tidak Sesuai

06°07 ꞌ 20.0ꞌꞌ

106°12 ꞌ45.9 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

06° 07 ꞌ24,9ꞌꞌ 106°11 ꞌ 51,9 ꞌꞌ

RTH

RTH

Sesuai

06°07 ꞌ 37,4ꞌꞌ 106°10 ꞌ 56,4 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

06°07 ꞌ 20,1ꞌꞌ 106°12 ꞌ 45,4 ꞌꞌ

RTH RTH

Sesuai

Page 83: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

64

penggunaan lahan di Kota Serang sebesar 90%. Perhitungan nilai akurasi

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Hasil Uji Akurasi Interpretasi

Sumber: Hasil Perhitungan

Perhitungan akurasi:

18/20 x 100% = 90%

Tabel 4.4 mengenai pedoman dan hasil pengambilan sampel lapangan

(Ground Check) ini dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan analisis

supervised classification atau klasifikasi terbimbing untuk membuat peta

penggunaan lahan berdasarkan 4 klasifikasi yang telah ditentukan yaitu:

ruang terbuka hijau, lahan terbangun, lahan kosong serta ditambahkan dengan

kelas badan air.

b. Analisis Penggunaan Lahan Tahun 2000-2015

Berdasarkan hasil ground check maka dibuat peta penggunaan lahan pada

kurun waktu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Penggunaan lahan

di Kota Serang dapat dilihat pada Gambar 4. 6

Hasil

Interpretasi

Jumlah

sampel

Kondisi Lapangan Tingkat

Akurasi Benar Salah

Penggunaan lahan 20 18 2 90%

Page 84: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

65

Gambar 4. 6

Peta Penggunaan Lahan Kota Serang Tahun 2000 & 2015

2000 2015

Keterangan:

Berdasarkan Gambar 4.6 dapat dilihat pada tahun 2000-2015 telah terjadi

perubahan penggunaan lahan di Kota Serang. penggunaan lahan di Kota Serang di

dominasi oleh sawah, dan lahan terbangun (pemukiman). Penggunaan lahan

bervegetasi seperti pohon, sawah, kebun, tegalan dan lain sebagainya di tahun

2000 mengalami perubahan menjadi lahan terbangun di tahun 2015. Adapun

penggunaan lahan yang mengalami perubahan secara drastis yaitu meningkatnya

luas lahan terbangun. Berdasarkan Gambar 4.6 luas masing-masing perubahan

penggunaan jenis lahan di Kota Serang dapat dilihat pada Tabel 4. 6

Page 85: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

66

Tabel 4.6

Luas Perubahan Penggunaan jenis lahan di Kota Serang

Tahun/Lahan 2000 2015 Perubahan

(ha) Luas (ha)

Lahan terbangun 7.096 11.361 (+) 4.265 RTH 11.840 8.165 (-) 3.675 Perairan 4,73 209 (+) 204 Lahan Kosong 4.544 3.748 (-) 796

Sumber: Hasil Analisis, 2017

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui luas penggunaan lahan di Kota Serang

pada tahun 2000 dan 2015. Dalam kurun waktu 15 tahun, telah terjadi perubahan

luas pada masing-masing kelas penggunaan lahan. Jenis penggunaan lahan yang

mengalami perubahan tertinggi adalah lahan terbangun. Pada tahun 2015 luas

lahan terbangun mengalami peningkatan seluas 4.265 ha. Selain lahan terbangun,

perubahan tertinggi juga terjadi pada ruang terbuka hijau. Pada tahun 2015 luas

ruang terbuka hijau mengalami penurunan seluas 3.675 ha. Penurunan luas lahan

juga terjadi pada lahan kosong, di tahun 2015 luas ruang lahan kosong berkurang

sebesar 796 ha. Adapun Grafik penggunaan lahan yang terjadi di Kota Serang

dapat dilihat pada Grafik 4.1

Grafik 4.1

Penggunaan Luas Lahan di Kota Serang Tahun 2000 dan Tahun 2015

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

20002015

Lahan Terbangun

Ruang Terbuka Hijau

Perairan

Lahan kosong

Page 86: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

67

Berdasarkan Grafik 4.1 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di Kota

Serang mengalami perubahan yang cukup signifikan mulai dari tahun 2000-2015.

Penggunaan lahan yang mengalami perubahan tertinggi yaitu lahan terbangun.

Pada tahun 2000 luas lahan terbangun yaitu 7.096 ha, seiring dengan

perkembangan kota serang dan meningkatnya jumlah penduduk membuat

keberadaan lahan terbangun mengalami peningkatan. Hal ini membuat permintaan

lahan untuk dijadikan lahan terbangun mengalami peningkatan. Pada tahun 2015

luas lahan terbangun bertambah menjadi 11.361 ha. selain lahan terbangun,

penggunaan lahan yang mengalami perubahan tertinggi juga terjadi pada ruang

terbuka hijau. Pada tahun 2000 luas ruang terbuka hijau sebesar 11.840 ha

sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 8.165 ha. Tingginya

permintaan lahan dan alih fungsi lahan merupakan salah satu faktor yang

membuat ketersediaan ruang terbuka hijau mengalami penurunan.

c. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang Tahun 2000 & 2015

Setelah diketahui jenis penggunaan lahan di Kota Serang, maka dapat

diketahui luas ketersediaan ruang terbuka hijau, lokasi dan persebaran yang ada di

Kota Serang. Adapun ilustrasinya dapat dilihat pada Gambar 4.7

Page 87: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

68

Gambar 4.7

Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang Tahun 2000 & 2015

2000 2015

Berdasarkan Gambar 4.7 dapat diketahui luas ketersediaan ruang terbuka hijau

Tahun 2000-2015. Kawasan hijau di Kota Serang secara umum terdistribusi

secara tidak merata. Kawasan Kota Serang yang memiliki banyak vegetasi

terdapat di sekitar Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen dan Kecamatan

Curug. Pada Kecamatan Taktakan, jenis kawasan hijau yang ditemukan di

wilayah ini didominasi oleh hutan. Sedangkan kawasan hijau lainnya dapat

ditemukan di Kecamatan Kasemen, Kecamatan Curug dan Cipocok Jaya. Vegetasi

yang ada di kawasan ini di dominasi oleh lahan pertanian. Di Kecamatan Serang,

kawasan hijau yang dapat ditemukan yaitu taman kota, pemakaman, RTH sepadan

jalan dan disepanjang aliran sungai. Dimana RTH sempadan sungai ini

membentuk pola memanjang mengikuti jalur sungai. Berdasarkan Gambar 4.7

luas ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang dapat dilihat pada Tabel 4. 7

Page 88: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

69

Tabel 4. 7 Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang Tahun 2000 & 2015

Kecamatan

Eksisting Luas

RTH Tahun

2000

(ha)

Eksisting Luas

RTH Tahun

2015

(ha)

Selisih

perubahan

(ha)

Rasio

perubahan

RTH pertahun

(ha)

Curug 1.742 1.071 (-) 671 55,9 Walantaka 573 215 (-) 358 29,8

Cipocok Jaya 1.844 830 (-) 1.014 84,5 Serang 1.040 486 (-) 554 46,1

Taktakan 3.120 2.900 (-) 220 18,3 Kasemen 3.521 2.663 (-) 858 71,5 Jumlah 11.840 8.165 3.675 377,6

Sumber: Hasil Analisis data, 2017

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui luas ruang terbuka hijau yang ada

di Kota Serang pada tiap Kecamatan. Pada Tahun 2000 total luas ruang terbuka

hijau yang ada di Kota Serang yaitu seluas 11.840 ha yang tersebar di 6

Kecamatan. Sedangkan pada tahun 2015, luas ruang terbuka hijau mengalami

penurunan menjadi 8.165 ha. Dalam kurun waktu 15 tahun luas ruang terbuka

hijau mengalami penurunan sebesar 3.675 ha. Sedangkan diketahui rasio

perubahan ruang terbuka hijau pertahunnya di Kota Serang, yaitu seluas 377,6 ha.

Dengan perubahan tertinggi terdapat di Kecamatan Cipocok Jaya yaitu seluas 84,5

ha. Berikut Grafik 4.2 yang menunjukkan rasio perubahan ruang terbuka hijau

pertahun yang ada di tiap Kecamatan di Kota Serang.

Page 89: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

70

Grafik 4.2

Rasio perubahan RTH pertahun di Kota Serang (ha)

Berdasarkan Gambar 4.7 serta Grafik 4.2 dapat disimpulkan bahwa terjadi

perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang dalam kurun waktu 15

tahun. Pada tahun 2000, dapat dilihat pada peta ketersediaan ruang terbuka hijau

masih terlihat banyaknya warna hijau hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan

ruang terbuka hijau masih banyak terdapat di Kota Serang yang tersebar hampir di

semua Kecamatan. Sedangkan pada peta ketesediaan ruang terbuka hijau tahun

2015, terjadi penurunan warna hijau yang ada pada peta. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi penurunan luas ruang terbuka hijau. Salah satu faktor penurunan

luas ruang terbuka hijau adalah peningkatan luas lahan terbangun yang membuat

keberadaan ruang terbuka hijau mengalami penurunan.

d. Kondisi NDVI (Normalized Difference Vegetation Index)

NDVI atau Normalized Difference Vegetation Index merupakan kombinasi

antara band 3 dan band 4 dalam citra. NDVI merupakan perhitungan yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan, yang sangat baik sebagai awal

0102030405060708090

Rasio perubahan RTH pertahun (ha)

rasio perubahan RTHpertahun

Page 90: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

71

dari pembagian daerah vegetasi. 6 analisis NDVI digunakan untuk melihat

tingkat kerapatan vegetasi yang ada di Kota Serang. Untuk melihat hasil

analisis NDVI pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.8

Gambar 4.8 Hasil Analisis NDVI tahun 2015

Keterangan:

Berdasarkan hasil pengolahan transfromasi NDVI tentang kerapatan

vegetasi di Kota Serang yang bersumber pada citra landsat 8 OLI/TIRS

perekaman tahun 2015 menghasilkan nilai spektral berkisar -0,145 sampai dengan

0,46. Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai NDVI yang dimiliki

wilayah di Kota Serang sangat beragam. Wilayah yang mempunyai vegetasi

jarang ditunjukkan oleh warna merah, warna tersebut menunjukkan bahwa daerah

6 Nur Febrianti, Parwati Sofan, “Ruang Terbuka Hijau Di DKI Jakarta Berdasarkan analisis

spasial dan spektral data landsat 8” H. 500

Page 91: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

72

tersebut mempunyai vegetasi yang sedikit dengan indeks kerapatan vegetasi

sebesar -0,145- 0,184. Wilayah yang mempunyai vegetasi dengan tingkat

kerapatan sedang ditunjukkan dengan warna putih, dengan indeks kerapatan

vegetasi sebesar 0,184-0,293. Sedangkan wilayah yang mempunyai tingkat

kerapatan vegetasi tinggi ditunjukkan dengan warna hijau, dengan dengan indeks

kerapatan vegetasi berkisar 0,293-0,483.

Tingkat kehijauan menunjukkan bahwa wilayah tersebut masih

mempunyai vegetasi yang banyak. Karena indeks vegetasi sendiri sebenarnya

menggambarkan tingkat kehijauan tanaman. Jika dilihat dari kenampakan citra,

wilayah yang mempunyai tingkat kerapatan vegetasi jarang dicirikan dengan

warna terang, hal ini disebabkan karena refleksi dari tajuk vegetasi kecil, sehingga

kesan yang timbul di citra berwarna lebih terang. Sebaliknya wilayah yang

mempunyai tingkat kerapatan vegetasi rapat ditunjukkan oleh warna yang lebih

gelap/ hijau karena refleksi dari tajuk vegetasinya tinggi.7 Persebaran berdasarkan

pengklasifikasian NDVI dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8

Sebaran Wilayah Hasil Pengklasifikasian NDVI

No Kerapatan Sebaran Wilayah

1 Tinggi (Hijau) Kecamatan Kecamatan Taktakan, Kecamatan Curug

2 Sedang (Putih) Kecamatan Walantaka. Kecamatan Cipocok Jaya. Kerapatan ini umumnya tersebar secara merata di seluruh Kota Serang.

3 Rendah (Merah) Kecamatan Serang Sumber : Analisis data berdasarkan Citra tahun 2015

3. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

a. Identifikasi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan luas

wilayah

Kota Serang memiliki luas wilayah 26.674 hektar. Secara

administratif terdiri dari 6 Kecamatan, dimana Kecamatan terluas adalah

7 Ajun purwanto, “Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Normalized Difference

Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Silat Hilir Kabupaten Kapuas Hulu.” H. 35

Page 92: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

73

Kasemen dengan luas 6.336 ha, sedangkan yang luasnya paling kecil

adalah Kecamatan Serang dengan luas 2.588 ha. sesuai dengan UU No. 26

Tahun 2007 menetapkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau disebuah kota

minimal 30 % dari luas wilayah. Penghitungan kebutuhan ruang terbuka

hijau berdasarkan luas wilayah bertujuan untuk meilhat apakah

ketersediaan ruang terbuka hijau sudah memenuhi standar atau belum

mencukupi. Contoh perhitungan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan luas wilayah yaitu sebagai berikut.

K = L x

K = 26.674 ha x

K = 8.002,2 ha

Berikut dijelaskan secara rinci kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan luas wilayah tiap Kecamatan di Kota Serang pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9

Kebutuhan RTH Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007

No.

Kecamatan

Luas

Kecamatan

(ha)

Kebutuhan

RTH

berdasarkan

Luas Wilayah

(ha)

Eksisting

RTH

(ha)

Selisih

RTH

(ha)

Keterangan

1. Curug 4.960 1.488 1.071 (-) 417 Tidak memenuhi

2. Walantaka 4.848 1.454 215 (-) 1.239 Tidak memenuhi

3. Cipocok Jaya

3.154 946 830 (-) 116 Tidak Memenuhi

4. Serang 2.588 776 486 (-) 290 Tidak memenuhi

5. Taktakan 4.788 1.436 2.900 (+)1.464 Memenuhi 6. Kasemen 6.336 1.900 2.663 (+) 763 Memenuhi

Jumlah 26.674 8.002,2 8.165

Sumber: BPS Kota Serang, (2015) dan hasil analisis

Dari Tabel 4.9 dapat dilihat kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan luas wilayah pada masing-masing kecamatan yang ada di

Kota Serang. Berdasarkan hasil analisis citra, dapat diketahui proporsi

ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang pada Tahun 2015 yaitu

Page 93: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

74

sebesar 8.165 ha yang tesebar di 6 Kecamatan. Berikut gambar spasial

yang melihatkan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah.

Gambar 4.9 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Luas

Wilayah Tahun 2015

b. Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Jumlah

Penduduk Tahun 2015

Selain menggunakan indikator presentase luas wilayah, kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang juga dihitung berdasarkan jumlah

penduduk. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

05/PR/M/2008, standar kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan jumlah

penduduk adalah 20 m²/kapita. Pertumbuhan penduduk Kota Serang dari tahun

ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah penduduk Kota Serang berdasarkan

hasil sensus penduduk tahun 2015 yaitu sebesar 643.205 jiwa yang tersebar

pada 6 kecamatan. Perhitungan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan

jumlah penduduk hanya menggunakan jumlah penduduk yang bermukim pada

wilayah yang menjadi lokasi penelitian.

Page 94: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

75

Analisis kebutuhan Ruang Terbuka Hijau tersebut tidak

memperhitungkan jumlah penduduk atau orang yang melakukan aktivitas pada

wilayah ini, mengingat pada Kota Serang ini terdapat beberapa kantor

pemerintah, maupun swasta. pusat pendidikan yaitu UNTIRTA, UIN serang,

dan pusat perbelanjaan.

Contoh perhitungan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan jumlah

penduduk yaitu sebagai berikut.

Kebutuhan RTH = Jumlah penduduk X 20 m² / Penduduk.

Kebutuhan RTH Curug = 50.112 X 20 m²

= 1.002.240 m²

= 100,22 ha

Berdasarkan rumus diatas, Maka dapat diketahui luas Ruang Terbuka

Hijau yang dibutuhkan pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada

Tabel 4.10

Tabel 4.10

Jumlah penduduk dan kebutuhan RTH Tahun 2015

Kecamatan Jumlah

penduduk

Kebutuhan

RTH (ha)

Eksisting

RTH

Selisih

RTH

(ha)

Keterangan

Curug 50.112 100,22 1.071 970,78 Memenuhi

Walantaka 87.697 175,39 215 39,61 Memenuhi

Cipocok jaya 101.268 202,53 830 627,47 Memenuhi

Serang 222.448 444,89 486 41,11 Memenuhi

Taktakan 87.618 175,23 2.900 2.724,77 Memenuhi

Kasemen 94.062 188,12 2.663 2.474,88 Memenuhi

Jumlah 643.205 1.286,38 8.165

Sumber: hasil analisis (2017)

Pada Tabel 4.11 dapat dilihat hasil perhitungan kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau berdasarkan jumlah penduduk pada tiap kecamatan di Kota Serang pada

tahun 2015. Hasil perhitungan menunjukkan kebutuhan ruang terbuka hijau

tertinggi dimiliki oleh Kecamatan Serang yaitu dengan jumlah penduduk

sebanyak 222.448 Jiwa, ruang terbuka hijau yang dibutuhkan adalah sebesar

Page 95: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

76

444,89 hektar. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau terendah adalah kecamatan Curug yaitu dengan jumlah

penduduk 50.112 Jiwa, ruang terbuka hijau yang dibutuhkan sebesar 100,22

hektar. Berikut Gambar 4.10 yang menunjukkan kecukupan ruang terbuka

hijau berdasarkan jumlah penduduk.

Gambar 4.10 Peta Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Jumlah

Penduduk Tahun 2015

c. Identifikasi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan konsumsi

oksigen di Kota Serang Tahun 2015

Ruang terbuka hijau yang ada di perkotaan memiliki salah satu fungsi

penting, yaitu sebagai paru-paru kota. adanya ruang terbuka hijau merupakan

penghasil oksigen yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat perkotaan.

Oksigen yang dihasilkan dari tumbuhan nantinya akan dikonsumsi oleh

manusia, dan hewan, selain itu dapat dipergunakan dalam proses pembakaran

mesin kendaraan bermotor. Ruang terbuka hijau yang berada disebuah kota

Page 96: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

77

yang memiliki penduduk yang padat dan jumlah kendaraan bermotor, mobil

dan industri yang tinggi harus sesuai dengan kemampuannya untuk menyerap

polutan. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan mengenai kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau berdasarkan konsumsi oksigen. metode perhitungan

kebutuhan Ruang Terbuka Hijau ini menggunakan rumus Gerarkis yang

mengasumsikan kontribusi oksigen hanya dari tanaman.

1. Kebutuhan Oksigen untuk Manusia

Menurut White, Handler dan Smith (1959) dalam Juwarin (2010),

manusia mengoksidasi 3000 kalori per hari dari makanannya

menggunakan 600 liter oksigen dan menghasilkan 450 karbondioksida.

Secara normal, manusia membutuhkan 600 liter oksigen atau setara

dengan 864 gram oksigen setiap hari.8 Berdasarkan asumsi tersebut, dapat

dihitung kebutuhan oksigen tiap kecamatan yang ada di Kota Serang.

Hasil perhitungan kebutuhan oksigen manusia di tiap Kecamatan dapat

terlihat pada Tabel 4.11

Tabel 4.11

Jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen untuk manusia

Kecamatan Jumlah

penduduk

Kebutuhan oksigen

(Kg/Hari)

Curug 50.112

X 0,864

43.297 Walantaka 87.697 75.770 Cipocok Jaya 101.268 87.495 Serang 222.448 192.195 Taktakan 87.618 75.702 Kasemen 94.062 81.269

Jumlah 643.205 555.729 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Serang dan hasil analisis

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa kebutuhan oksigen

untuk manusia di Kota Serang pada tahun 2015 yaitu 555.729

kilogram/hari, dimana kecamatan yang membutuhkan oksigen paling

besar adalah Kecamatan Serang, yaitu sebesar 192.195 Kg/Hari dengan

jumlah penduduk sebanyak 222.448 Jiwa. Sedangkan kecamatan yang

8 Sri purwatik, bandi sasmito, Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau berdasarkan

kebutuhan oksigen (studi kasus: kota salatiga) H. 131

Page 97: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

78

memerlukan oksigen paling sedikit adalah Kecamatan Curug, sebesar

43.297 Kg/Hari dengan jumlah penduduk 50.112 Jiwa.

2. Kebutuhan oksigen untuk kendaraan bermotor

Salah satu konsumen oksigen di pekotaan yang menggunakan

oksigen paling banyak adalah kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan

bermotor di perkotaan setiap tahun mengalami peningkatan. Kendaraan

yang dioperasikan membutuhkan oksigen untuk melakukan proses

pembakaran, jumlah kebutuhan oksigen tergantung dari jenis bahan bakar

yang digunakan. Berikut Tabel 4.12 menyajikan jenis kendaraan dan

kebutuhan oksigen.

Tabel 4.12

Klasifikasi Kendaraan Bermotor Menurut Jenis dan Kebutuhan

Oksigen

Jenis kendaraan Bahan

bakar

Kebutuhan

BB

(Kg/PS/Jam)

Daya

(PS)

Kebutuhan

O²/Kg BB

(Kg)

Kebutuhan

(Kg/jam)

SepedaMotor Bensin 0,21 1 2,77 0,5817

Kend.Penumpang Bensin 0,21 20 2,77 11,634

Kend.Beban Ringan Solar 0,16 50 2,86 22,88

Kend.Beban Berat Solar 0,16 200 2,86 91,52

Kend. Bus Solar 0,16 100 2,77 44,32

Sumber: Wisesa (1988) dikutip dari Sri purwatik, bandi sasmito

Penjelasan secara rinci tabel di atas adalah sebagai berikut:

1. Sepeda motor, yaitu kendaraan berbahan bakar bensin dan kebutuhan

bahan bakarnya 0,21 kg/PS dengan daya minimal 1 PS. Terdiri dari

sepeda motor biasa, sepeda motor automatic dan scooter. Kebutuhan

oksigen tiap 1 kg bahan bakar 2, 77 kg.

2. Kendaraan penumpang, yaitu kendaraan berbahan bakar bensin

dengan kebutuhan bahan bakar 0,21 kg/PS jam dengan daya minimal

20 PS. Terdiri dari berbagai jenis seperti sedan, jeep, ambulance dan

mobil jenazah. Kendaraan jenis ini membutuhkan oksigen tiap I kg

bahan bakar adalah 2,77 kg.

Page 98: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

79

3. Kendaraan beban terdiri dari beban ringan dan beban berat, yaitu

kendaraan berbahan bakar diesel dengan kebutuhan bahan bakarnya

0,16 kg/PS jam dengan daya minimal 50 PS. Kendaraan ini terdiri dari

jenis truk, pick up, tracktor, pemadam kebakaran, mobil tangki, mobil

Derek, dan mobil container.9 Hasil perhitungan kebutuhan oksigen

untuk kendaraan bermotor dapat terlihat pada Tabel 4.13

Tabel 4.13

Jumlah Kendaraan Bermotor dan Kebutuhan Oksigen untuk

Kendaraan Bermotor

Jenis

kendaraan

Jumlah Kebutuhan BB

(Kg/PS/Jam)

Kebutuhan O2

(Kg/Jam)

Kebutuhan O2

(Kg/Hari)

Sepeda motor 306.070 0,21 0,58 177.520

Mobil

penumpang 23.231 0,21 11,63 270.176

Bus 374 0,16 44,32 16.575

Truk 10.754 0,16 22,88 246.051

Jumlah 714.055 710.324

Sumber: Wisesa (1998) dalam Sri Purwatik, dan hasil perhitungan

3. Kebutuhan RTH Berdasarkan kebutuhan oksigen

Setelah diketahui kebutuhan oksigen dari masing-masing konsumen,

yaitu manusia dan kendaraan bermotor. Maka langkah selanjutnya

dihitung kebutuhan ruang terbuka hijau di Kota Serang dengan

menggunakan rumus Gerarkis. Tabel 4.15 merupakan hasil perhitungan

kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan kebutuhan oksigen bagi

manusia, kendaraan bermotor.

9 Sri purwatik, bandi sasmito, Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau berdasarkan

kebutuhan oksigen (studi kasus: kota salatiga) H. 135

Page 99: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

80

Tabel 4.14

kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Kebutuhan Oksigen

Tahun 2015

Konsumen Oksigen Kebutuhan oksigen

(Kg/Hari)

Kebutuhan RTH (ha)

Manusia 555.729

2.421,83 Kendaraan 710.324 Jumlah 1.226.053

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui jumlah kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau berdasarkan konsumsi oksigen di Kota Serang pada Tahun

2015 yaitu sebanyak 2.421,83 hektar. Pada golongan konsumen diatas,

dapat dilihat bahwa kendaraan bermotor merupakan konsumen oksigen yang

paling dominan dan juga kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh

kendaraan bermotor lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan oksigen

Manusia.

d. Proyeksi Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau tahun 2035

Analisis selanjutnya yaitu mengidentifikasi kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau pada Tahun 2035. pertumbuhan penduduk yang mengalami

peningkatan tiap tahunnya akan mempengaruhi ketersediaan ruang terbuka

hijau. analisis ini dilakukan untuk menghitung kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau dalam beberapa tahun kedepan. penelitian ini dilakukan sampel

proyeksi pertumbuhan penduduk dalam jangka waktu 20 tahun kedepan

dimulai dari tahun 2015. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota

Serang, laju pertumbuhan penduduk per tahun di kota serang sebesar 1,90%.

Berikut contoh perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk Tahun 2035.

Pn = Po(1+r)𝑛

Pn = 50.112 ( 1+1,90) ²°

Pn = 73.013 Jiwa

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pada Tabel 4.15 dapat

diketahui kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan jumlah penduduk

dan proyeksi jumlah penduduk tahun 2035 di tiap Kecamatan di Kota

Serang.

Page 100: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

81

Tabel 4.15

Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan jumlah penduduk dan

Proyeksi Jumlah Penduduk Tahun 2015-2035

Kecamatan Luas

kecamatan

(ha)

Penduduk

( jiwa)

Kebutuhan

RTH (ha)

Eksisting

RTH

Selisih

RTH

(ha) 2035 2035 2015

Curug 4.960 73.013 146,02 1.071 924,98

Walantaka 4.848 127.774 255,54 215 -40,54

Cipocok Jaya 3.154 147.547 295,09 830 534,94

Serang 2.588 324.106 648,21 486 -162,21

Taktakan 4.788 127.659 255,31 2.900 2.644,69

Kasemen 6.336 137.048 274,09 2.663 2.388,91

Jumlah 26.674 937.147 1.874,26 8.165

Sumber : Kota Serang dalam angka tahun 2015 dan hasil analisis, 2017

Berdasarkan proyeksi perhitungan jumlah penduduk tahun 2035 dapat

diperoleh perkiraan jumlah penduduk tahun 2035 adalah 937.147 jiwa.

Peningkatan jumlah penduduk ini akan diiringi dengan peningkatan kebutuhan

Ruang Terbuka Hijau. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau pada Tahun 2035

diproyeksikan meningkat menjadi 1.874,26 ha. Kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau tertinggi dimiliki oleh kecamatan Serang yaitu sebesar 648,21 ha,

sedangkan yang terendah adalah kecamatan Curug yaitu sebesar 146,02 ha.

C. Pembahasan

1. Penggunaan Lahan Tahun 2000-2015

Dalam kurun waktu 15 tahun, yaitu mulai dari tahun 2000-2015

penggunaan lahan di Kota Serang mengalami perubahan. Penggunaan lahan

yang mengalami perubahan tertinggi adalah lahan terbangun. Pada tahun 2000

luas lahan terbangun yaitu 7.096 ha, seiring dengan perkembangan Kota

Serang dan meningkatnya jumlah penduduk membuat keberadaan lahan

terbangun mengalami peningkatan. Hal ini membuat permintaan lahan untuk

dijadikan lahan terbangun mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 luas lahan

terbangun bertambah menjadi 11.361 ha. selain lahan terbangun, penggunaan

Page 101: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

82

lahan yang mengalami perubahan tertinggi juga terjadi pada ruang terbuka

hijau. Pada tahun 2000 luas ruang terbuka hijau sebesar 11.840 ha sedangkan

pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 8.165 ha. Tingginya

permintaan lahan dan alih fungsi lahan merupakan salah satu faktor yang

membuat ketersediaan ruang terbuka hijau mengalami penurunan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Febriana Widiastuti mengenai

“Analisis Ruang Terbuka Hijau dan Kecukupannya Terhadap Jumlah

Penduduk di Kota Bekasi”, menyatakan Semakin padat penduduk di suatu

wilayah maka dibutuhkan semakin banyak lahan untuk permukiman,

fasilitas-fasilitas umum, dan sarana prasarana pemenuh kebutuhan masyarakat.

Semakin tinggi laju kepadatan penduduk maka dibutuhkan lebih banyak lahan.

Hal ini dapat berakibat pada konversi ruang terbuka hijau di wilayah tersebut

menjadi kawasan terbangun, baik untuk permukiman, fasilitas-fasilitas

umum, maupun sarana prasarana umum.

2. Kecukupan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan kondisi Eksisting RTH

Keberadaan ruang terbuka hijau di tengah-tengah perkotaan merupakan

salah satu komponen penting yang harus disediakan oleh sebuah kota. Ruang

terbuka hijau memiliki berbagai manfaat penting yang berguna bagi penduduk

yang menempati kota tersebut. Berdasarkan hasil klasifikasi terbimibing yang

dilakukan melalui software Arc.Gis 10.1 dapat diketahui luas lahan vegetasi di

kota Serang pada Tahun 2015 yaitu seluas 8.165 ha. Sedangkan hasil analisis

tentang kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan luas wilayah, jumlah

penduduk, kebutuhan oksigen pada tahun 2015 dan proyeksi kebutuhan Ruang

Terbuka Hijau pada tahun 2035 dapat diketahui secara berturut-turut adalah

8.002 ha, 1.286 ha, 2.421,83 ha, dan 1.874,26 ha. Untuk mengetahui

kecukupan Ruang Terbuka Hijau yang ada di suatu wilayah dapat dilakukan

dengan membandingkan kondisi eksisting dengan kebutuhannya.

Berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, secara

umum Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota serang telah memenuhi standar.

Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau yang ada di kota serang saat ini telah

Page 102: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

83

mencukupi kebutuhan ruang terbuka hijau baik berdasarkan luas wilayah,

jumlah penduduk maupun konsumsi oksigen. Namun persebaran RTH yang

ada di Kota Serang masih belum merata di semua Kecamatan. Hanya

Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen yang telah memiliki ruang

terbuka hijau yang telah mencukupi. Berikut Tabel 4.16 Menyajikan hasil

analisis kecukupan Ruang Terbuka Hijau untuk setiap Kecamatan.

Tabel 4.16 Kecukupan RTH berdasarkan kondisi Eksisting

Sumber: hasil analisis

3. Kecukupan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan Luas Wilayah

(UU No. 26/2007)

Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Ruang terbuka hijau merupakan area

memanjang/ jalur dan/mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun

yang sengaja ditanam. Yang dimaksud dalam ruang terbuka hijau dalam hal ini

yaitu baik berupa taman, lahan budidaya pertanian, rumput dan sebagainya.

Dalam UU No.26 Tahun 2007 menetapkan proporsi Ruang Terbuka Hijau

yang ada disebuah kota minimal 30 % dari luas wilayah. Merujuk pada

ketentuan tersebut, hal ini berarti luas Ruang Terbuka Hijau yang harus ada di

Kota Serang minimum seluas 8.022 ha. Berdasarkan standar ketentuan ini

maka dapat dibandingkan dengan kondisi eksisting ruang terbuka hijau yang di

dapatkan dari hasil analisis Citra, diketahui luas Ruang terbuka hijau pada

tahun 2015 yaitu seluas 8.165 ha. Maka jumlah Ruang Terbuka Hijau yang ada

di kota serang pada Tahun 2015 telah memenuhi standar yang telah ditetapkan.

kectanm

Kecamatan

Luas RTH

(2015)

Kebutuhan RTH (ha)

Berdasarkan

Selisih Jumlah RTH (ha)

Berdasarkan

Luas

Wilayah

Jumlah

Penduduk

Luas Wilayah Jumlah

Penduduk

Curug 1.071 1.488 1.002 (-) 417 (+) 970,78 Walantaka 215 1.454 1.753 (-) 1.239 (+) 39,61 Cipocok Jaya 830 946 2.025 (-) 116 (+) 627,47 Serang 486 776 4.448 (-) 290 (+) 41,11 Taktakan 2.900 1.436 1.752 (+)1.464 (+) 2.724 Kasemen 2.663 1.900 1.881 (+) 763 (+) 2.474

Page 103: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

84

Namun persebaran Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kota Serang belum

merata di semua Kecamatan. Dari total 6 Kecamatan yang ada di Kota Serang,

terdapat 4 Kecamatan yang memiliki luas ruang terbuka hijau masih minim, 4

Kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Walantaka. Kecamatan Serang,

Kecamatan Cipocok Jaya, dan Kecamatan Curug. Hanya Kecamatan Taktakan

dan Kecamatan Kasemen yang telah memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka

Hijau berdasarkan luas wilayah.

4. Kecukupan Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk

Keberadaan ruang terbuka hijau di perkotaan memiliki berbagai manfaat

yang dapat dirasakan oleh penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Salah

satunya yaitu sebagai sarana olahraga, rekreasi, tempat bersosialisasi dan

mendapatkan udara yang bersih dan juga kenyamanan yang dapat dirasakan

oleh masyarakat. Oleh karena itu diperlukan menghitung kebutuhan ruang

terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil perhitungan

mengenai kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan jumlah penduduk,

pada tahun 2015 diketahui kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang

yaitu seluas 1.286 ha. Dimana kebutuhan Ruang Terbuka Hijau tertinggi

dimiliki oleh Kecamatan Serang yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak

222.448 Jiwa, Ruang Terbuka Hijau yang dibutuhkan adalah sebesar 444,89

ha. sedangkan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau terendah adalah Kecamatan

Curug yaitu dengan jumlah penduduk 50.112 Jiwa, Ruang Terbuka Hijau yang

dibutuhkan sebesar 100,22 ha. Hasil perhitungan ini jika dibandingkan dengan

eksisting jumlah Ruang Terbuka Hijau yang ada di Kota Serang pada tahun

2015 dinilai sudah mencukupi. Jumlah Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2015

yaitu seluas 8.165 ha. Dari 6 kecamatan yang ada di Kota Serang, semua

kecamatan memiliki jumlah Ruang Terbuka Hijau yang telah mencukupi

berdasarkan kebutuhan jumlah penduduk.

Meskipun semua kecamatan telah memenuhi standar, namun

Kecamatan yang memiliki jumlah Ruang Terbuka Hijau terendah yaitu

Kecamatan Serang dengan eksisting Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2015

yaitu seluas 838 ha. Kurangnya eksisting Ruang Terbuka Hijau yang ada di

Page 104: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

85

kecamatan ini terkait dengan tingginya jumlah penduduk yang ada di

kecamatan Serang. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di

Kecamatan Serang, pusat kegiatan seperti pemerintahan, pendidikan yang ada

Kota Serang terpusat di Kecamatan Serang. Selain itu adanya pembangunan

perumahan yang telah dibangun maupun yang masih dalam tahap

pembangunan membuat minimnya Ruang Terbuka Hijau yang ada di

kecamatan Serang. Secara kuantitas, luas eksisting Ruang Terbuka Hijau

berdasarkan jumlah penduduk yang ada di kota serang telah mencukupi dari

ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Keberadaan Ruang Terbuka

Hijau yang ada di tiap Kecamatan harus tetap dijaga keberadannya, karena

ruang terbuka hijau memiliki tujuan untuk memberikan kenyamaan bagi

masyarakat yang tinggal diperkotaan.

5. Proyeksi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau pada Tahun 2035

Adanya interaksi dengan wilayah lain membuat sebuah kota akan

mengalami perkembangan setiap tahunnya. Perkembangan sebuah kota

membuat kota terus membangun sarana dan prasarana untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat yang berada di kota tesebut. Selain itu perkembangan

sebuah kota akan diiringi dengan pertumbuhan penduduk. Adanya

pertumbuhan penduduk dan peningkatan pembangunan sarana dan prasarana

yang mengalami peningkatan tiap tahunnya akan mempengaruhi ketersediaan

ruang terbuka hijau. Perhitungan proyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau

dilakukan untuk memperhitungkan jumlah kebutuhan ruang terbuka hijau di

masa yang akan datang sehingga dapat diketahui apakah ketersediaan ruang

terbuka hijau yang ada di Kota Serang saat ini telah mencukupi atau masih

belum mencukupi.

penelitian ini dilakukan sampel proyeksi pertumbuhan penduduk dalam

jangka waktu 20 tahun kedepan dimulai dari tahun 2015. Berdasarkan hasil

perhitungan proyeksi jumlah penduduk Kota Serang pada tahun 2035 yaitu

sebanyak 937.147 Jiwa. Dengan jumlah penduduk sebanyak 937.147 Jiwa,

maka kebutuhan RTH pada tahun 2035 di Kota Serang yaitu seluas 1.874,2

ha yang tersebar di 6 Kecamatan. Dengan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau

Page 105: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

86

tertinggi dimiliki oleh kecamatan Serang yaitu sebesar 648,2 ha, sedangkan

yang terendah adalah kecamatan Curug yaitu sebesar 146,0 ha. berdasarkan

kondisi eksisting Ruang Terbuka Hijau pada tahun 2015, luas Ruang Terbuka

Hijau kota serang yaitu sebesar 8.165 ha. Maka luas Ruang Terbuka Hijau

saat ini masih mencukupi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau berdasarkan

jumlah penduduk untuk tahun 2035. Meskipun saat ini telah mencukupi,

keberadaan ruang terbuka hijau harus terus dijaga keberadaannya. Jika

pembangunan dilakukan terus menerus tanpa memikirkan keberadaan ruang

terbuka hijau, maka hal ini nantinya dapat mengurangi jumlah ketersediaan

ruang terbuka hijau yang ada, sehingga nantinya kebutuhan ruang terbuka

hijau untuk tahun 2035 tidak dapat terpenuhi.

6. Hasil Validasi Lapangan Terkait Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di

Kota Serang

Setelah melakukan analisis melalui aplikasi sistem informasi geografis dan

penginderaan jauh, langkah selanjutnya adalah melakukan validasi lapangan

untuk melihat kesesuaian antara hasil yang telah didapatkan melalui analisis

sistem informasi geografis dan penginderaan jauh dengan kondisi di lapangan.

Validasi lapangan dilakukan melalui observasi atau pengamatan di 5 titik

wilayah yang mengalami perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau.

Berdasarkan validasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat

perubahan luas ruang terbuka hijau dalam kurun waktu 2000-2015. Adanya

perubahan luas ruang terbuka hijau ini terjadi karena adanya perubahan

penggunaan lahan. Adapun hasil validasi lapangan dapat dilihat pada Tabel

4.17

Page 106: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

87

Tabel 4. 17

Hasil Validasi Lapangan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau

Titik

Koordinat

Interpretasi Citra

Hasil Validasi Lapangan Tahun

2000

Tahun

2015

6°07 ꞌ 18ꞌꞌ

106°11ꞌ 38 ꞌꞌ

6°07 ꞌ 10ꞌꞌ 106°10 ꞌ 42 ꞌꞌ

6°7'9,82" 106°8'49 ꞌꞌ

Page 107: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

88

Tabel lanjutan (4.17)

Sumber: hasil analisis, 2017

Pada Tabel 4.17 dapat dilihat perubahan ruang terbuka hijau yang ada di

Kota Serang. Hampir semua perubahan ruang terbuka hijau yang terjadi

tergantikan dengan keberadaan lahan terbangun. Salah satu lokasi yang

mengalami perubahan ruang terbuka hijau yaitu berada di Kecamatan Cipocok

Jaya.

Gambar 4.11 Perumahan Griya Reang Indah

Gambar 4.11 merupakan salah satu perumahan yang berada di Kecamatan

Cipocok Jaya. Pada tahun 2000, lahan ini merupakan area hijau. Namun pada

citra tahun 2015 dan berdasarkan hasil observasi, lahan ruang terbuka hijau ini

telah beralih fungsi menjadi perumahan. Pada saat peneliti melakukan observasi,

pembangunan masih terus dilakukan di perumahan Griya Reang Indah ini karena

6°9'91"

106°11'10 ꞌꞌ

6°5'44,8" 106°8'58 ꞌꞌ

Page 108: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

89

terdapat beberapa para pekerja dan alat-alat bangunan yang berada di sana.

Selain di Kecamatan Cipocok Jaya, perubahan luas ruang terbuka hijau juga

terjadi di Kecamatan Serang. Setelah dilakukan validasi dapat diketahui

ketersediaan ruang terbuka hijau telah mengalami perubahan penggunaan lahan

menjadi perumahan. Berikut Gambar 4.12 yang merupakan salah satu

perumahan yang berada di Kecamatan Serang.

Gambar 4.12 Perumahan Grand Arfa

Pada Gambar 4.12 merupakan perumahan Grand Arfa yang telah berdiri di

Kecamatan Serang. Pada Tahun 2000 lahan ini merupakan ruang terbuka hijau

yang telah berubah menjadi lahan terbangun. Pada saat observasi, sama seperti

perumahan Griya Reang Indah, perumahan Grand Arfa terdapat beberapa

pekerja yang masih memperbaiki fasilitas yang ada di perumahan tersebut. Hal

ini dapat dilihat pada Gambar 4.13

Gambar 4.13 Perumahan Grand Arfa

Berdasarkan hasil validasi mengenai perubahan ketersediaan ruang terbuka hijau,

maka dapat disimpulkan bahwa ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota

Page 109: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

90

Serang telah mengalami penurunan. Salah satu faktor penyebab perubahan ruang

terbuka hijau adalah maraknya lahan terbangun dalam hal ini salah satunya yaitu

perumahan. Hingga saat ini, jual beli perumahan merupakan salah satu yang

sedang berkembang di Kota Serang. Banyak para pengembang yang

mempromosikan perumahan dengan harga dan tipe rumah yang bervariasi.

Tingginya tingkat jual beli perumahan, membuat pemilik lahan menjual lahan

mereka kepada para pengembang perumahan. Hal inilah yang membuat terjadinya

alih fungsi lahan ruang terbuka hijau atau lahan kosong menjadi lahan terbangun.

Page 110: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

91

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menarik

kesimpulan dari hasil penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang pada Tahun 2000

diketahui yaitu seluas 11.840 ha. Dalam kurun waktu 15 tahun terjadi

perubahan luas ruang terbuka hijau di Kota Serang. Pada Tahun 2015 luas

ruang terbuka hijau yaitu sebesar 8.165 ha yang berupa taman, hutan,

sempadan sungai, sepadan jalan, kebun campuran, pertanian, lapangan

olahraga, pemakaman dan hijau pekarangan. Ketersediaan ruang terbuka

hijau di Kota Serang mengalami penurunan dalam kurun waktu 15 Tahun.

Mulai dari Tahun 2000 seluas 11.840 ha dan pada Tahun 2015 luas ruang

terbuka hijau menjadi seluas 8.165 ha dengan selisih perubahan yaitu

seluas 3.675 ha. Persebaran ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang

tidak merata di semua Kecamatan.

2. Perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasakan luas wilayah

mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh UU No. 26 Tahun 2007

dimana proporsi kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada di perkotaan

minimal 30% dari luas wilayah. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka

dengan luas wilayah yang dimiliki Kota Serang yaitu 26.674 ha maka

ruang terbuka hijau yang harus disediakan Kota Serang minimal seluas

8.002 ha. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, jumlah

ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang pada tahun 2015 yaitu

seluas 8.165 ha. Hal ini berarti Kota Serang telah memenuhi standar

kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas wilayah. Namun

persebaran ruang terbuka hijau belum merata disemua kecamatan. Dari 6

kecamatan, hanya Kecamatan Taktakan dan Kecamatan Kasemen yang

telah memenuhi standar kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas

wilayah.

Page 111: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

92

Selain menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan luas

wilayah, penelitian ini juga menghitung kebutuhan ruang terbuka hijau

berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen. Hasil analisis

menunjukkan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah

penduduk yaitu sebesar 1.286 ha, dan ketersediaan ruang terbuka hijau

pada tahun 2015 yaitu seluas 8.165 ha. Hal ini berarti ruang terbuka hijau

yang ada di Kota Serang sudah memenuhi standar kebutuhan berdasarkan

jumlah penduduk. mesikpun telah memenuhi standar, perlu adanya

perawatan dan menjaga ketersediaan ruang terbuka hijau.

Sedangkan perhitungan kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan

konsumsi oksigen yaitu sebesar 2.421 ha. Sehingga ketersediaan ruang

terbuka hijau di kota serang pada tahun 2015 telah memenuhi standar

kebutuhan berdasarkan jumlah penduduk dan kebutuhan oksigen. Hasil

analisis perhitungan proyeksi kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan

jumlah penduduk pada tahun 2035 di Kota Serang didapat dengan

menghitung proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2035. Dengan laju

petumbuhan penduduk sebesar 1,90% pertahun didapatkan proyeksi jumlah

penduduk pada tahun 2035 yaitu sebanyak 937.147 jiwa. Hal ini berarti

dengan jumlah penduduk sebanyak 937.147 jiwa maka proyeksi kebutuhan

ruang terbuka hijau yang dibutuhkan pada tahun 2035 yaitu seluas 1.874,2

ha. Dengan ketersediaan ruang terbuka hijau pada tahun 2015 yaitu seluas

8.165 ha, maka ruang terbuka hijau saat ini dapat mencukupi kebutuhan

ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah penduduk untuk tahun 2035.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Penelitian ini dapat

diimplikasikan sebagai berikut:

1. Penurunan ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Serang dalam kurun

waktu 15 tahun dipengaruhi oleh meningkatnya keberadaan lahan

terbangun.

Page 112: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

93

2. peningkatan jumlah penduduk tiap tahunnya membuat permintaan lahan

terbangun meningkat, hal ini membuat luas ruang terbuka hijau yang ada di

Kota Serang mengalami penurunan.

C. Saran

Ketersediaan ruang terbuka hijau yang ada di Kota Serang sebaiknya tetap

dijaga keberadaannya. Masyarakat dan pemerintah perlu bekerjasama untuk

menjaga dan melestarikan ruang terbuka hijau yang telah ada. Saran-saran

yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Untuk Pemerintah Kota Serang

Saran yang dapat disampaikan untuk pemerintah kota serang adalah dengan

menjaga keberadaan ruang terbuka hijau. Dan menambah keberadaan ruang

terbuka hijau agar merata di semua kecamatan. Hal ini agar kebutuhan

ruang terbuka hijau dapat terpenuhi bagi dari segi luas wilayah, jumlah

penduduk maupun kebutuhan ruang terbuka hijau berdasarkan jumlah

oksigen.

2. Untuk masyarakat Kota Serang

Saran yang dapat disampaikan untuk masyarakat Kota Serang adalah

untuk menjaga keberadaan ruang terbuka hijau yang telah disediakan oleh

pemerintah dan dapat memanfaatkannya serta merawat ruang terbuka hijau

secara cerdas dan bijak.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah diharapkan peneliti lain dapat

melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai ketersediaan ruang

terbuka hijau. Hal ini diharapkan agar kajian tentang ketersediaan ruang

terbuka hijau semakin banyak dilakukan dan diharapkan dapat

memperbaiki kebijakan mengenai pengelolaan ruang terbuka hijau.

Page 113: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

94

DAFTAR PUSTAKA

Buku Teks

Adioetomo, Sri Moertiningsih dan Omas Bulan Samosir, dasar-dasar demografi, (Jakarta: Salemba empat, 2010)

Banowati, Eva. Geografi Indonesia (Yogyakarta: penerbit ombak, 2014)

Hardjowigeno, Sarwono dan Widiatmaka, Evaluasi kesesuaian lahan &

perencanaan tataguna lahan, ( gajah mada university press, 2007)

Hendardi.,Suryani, Metode riset kuantitatif: teori dan aplikasi pada penelitian

bidang manajemen dan ekonomi islam. (Jakarta.: PT fajar interpratama mandiri, 2015)

Joga, Nirwono dan Iwan Ismaun, RTH 30% ! resolusi (kota) hijau, (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2011)

Melati, Ratna Rima dan Eko Sujatmoko, kamus geografi, (Surakarta: Aksara sinergi media, 2012)

Nurhayati, Cucu. Sosiologi perkotaan ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013)

Pontoh, Nia K. dan Iwan Setiawan, Pengantar Perencanaan Perkotaan ( Bandung: ITB Bandung, 2013)

Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, (Teori dan Praktik

Dengan Er Mapper dan ArgGis 10)

Soehartono, Irawan.” Metode Penelitian Sosial”, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2008)

Soenarmo. Sri Hartati. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi

Geografis untuk Bidang Ilmu Kebumian, (Bandung: penerbit ITB, 2009)

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2009)

Suryantoro, Agus. integrasi aplikasi sistem informasi geografis, (Yogyakarta: penerbit ombak, 2013)

Widodo, T. Sosiologi Kependudukan: Kajian teoritis dan empiris prespektif

sosiologis kependudukan (Surakarta: LPP UNS, 2011)

Wiryomartono, Bagoes P. Urbanitas dan seni bina perkotaan ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002)

Yunus, Hadi sabari manajemen kota: Prespektif Spasial (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2012)

Sumber Skripsi

Page 114: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

95

Aftriana, Careca Virma. Skripsi, analisis perubahan kerapatan vegetasi kota

semarang menggunakan bantuan teknologi penginderaan jauh. Universitas Negeri Semarang, 2013.

Aurelia, Widya. “Analisis perubahan luas ruang terbuka hijau dan faktor-faktor

yang mempengaruhinya di Jakarta selatan”, skripsi pada Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2010

Dinariana, Dwi. “model pengelolaan ruang terbuka hijau sebagai daerah resapan air di Jakarta” Skripsi pada Institut Pertanian Bogor

Kurnia, Septi dewi. “faktor-faktor yang memengaruhi kurangnya ketersediaan

ruang terbuka hijau (RTH) Publik di kota depok”, skripsi, pada Universitas Indonesia, depok.

Utami, Tri Woro Yogi. “Tingkat Perkembangan Wilayah Terbangun Kota Serang”skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2007

Widiastuti, Febriana. “Analisis ruang terbuka hijau dan kecukupannya terhadap

jumlah penduduk di kota Bekasi” Skripsi pada Institut Pertanian Bogor 2012.

Sumber Jurnal

Ahmada, Syauqi. monitoring luas hutan berdasarkan citra landsat: kasus di

kecamatan cikalong, kabupaten tasikmalaya, jawa barat. Institut pertanian bogor, bogor. 2013.

Amalia, Gina. identifikasi perubahan tutupan lahan menggunakan citra landsat

multi-waktu dan (SIG) di IUPHHK-HA PT. AUSTRAL BYNA Kalimantan

Tengah, institut pertanian bogor, bogor. 2013

Dwihatmojo, Roswidyatmoko. Ruang Terbuka Hijau yang semakin terpinggirkan, Jurnal diakses pada tanggal 7 Desember 2016.

Febrianti , Nur Parwati dan Sofan. Ruang terbuka hijau di DKI Jakarta

berdasarkan analisis spasial dan spektral data landsat 8. Badan lingkungan dan mitigasi bencana, LAPAN. Seminar nasional penginderaan jauh, 2014

purwanto, Ajun. “Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Identifikasi Normalized

Difference Vegetation Index (NDVI) di Kecamatan Silat Hilir Kabupaten

Kapuas Hulu.” purwatik, Sri dan bandi sasmito. Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau

berdasarkan kebutuhan oksigen (studi kasus: kota salatiga)

Setyawan, Muhammad Nur. pemetaan arahan pengembangan ruang terbuka

hijau berdasarkan kebutuhan oksigen di kota pekalongan tahun 2014

Page 115: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

96

Website

Badan Pusat Statistik Kota Serang tahun 2015

http://www.serangkota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=112&Itemid=55 diakses tgl 27 Januari Pukul 21.00 WIB

https://serangkota.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/2 diakses tgl 27 Januari Pukul 22.00 WIB

http://bantenraya.com/metropolis/2507-kota-serang-minim-rth diakses tgl 27 Januari Pukul 16.00 WIB

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau

Percepatan pembangunan sanitasi permukiman, gambaran umum kota serang, (ppsp.nawasis.info).

http://akumassa.org/id/fenomena-makam-stadion-maulana-yusuf/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2017

Peraturan menteri pekerjaan No. 5 Tahun 2008, Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Peraturan Menteri dalam negeri Nomo 1 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan

Standar nasional Indonesia, SNI 7645:2010

UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Page 116: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI HASIL ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2035

Aktivas/Kejadian : ……………………………………………………………

Tempat : ……………………………………………………………

Observer/Subjek : ……………………………………………………………

Observer/Peneliti : ……………………………………………………………

Tanggal : ……………………………………………………………

ASPEK PENGAMATAN

No Aspek Pengamatan Deskripsi

1. Berada dimanakah lokasi ruang terbuka hijau tersebut?

2. Ruang terbuka hijau jenis apakah yang ditemukan di lokasi tersebut?

3. Bagaimana kebersihan di sekitar lokasi tersebut?

4. Bagaimana pemanfaatan ruang terbuka hijau oleh masyarakat sekitar?

Page 117: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 2

PEDOMAN OBSERVASI HASIL ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2035

Observer/Subjek :Taman Tugu Debus (Patung)

Observer/Peneliti : Nur Alika F.W

Tanggal : 23 September 2017

Deskripsi :

Taman Tugu Debus (Patung) merupakan

salah satu taman yang berada di Kota Serang tepatnya di

dekat pintu Tol Jakarta-Serang. Taman ini ditumbuhi oleh

pepohonan, bunga dan terdapat kursi yang disediakan untuk

pengunjung taman. Berdasarkan hasil observasi yang telah

dilakukan, kebersihan Taman Tugu dinilai terjaga. Taman

tugu debus ini terawat dan tidak ada sampah yang terdapat

di taman ini. Berdasarkan hasil observasi, taman ini dinilai

masih kurang dimanfaatkan secara maksimal oleh

masyarakat. Ketika dilakukan observasi, tidak terdapat

pengunjung taman yang berada di lokasi tersebut. Fasilitas

yang ada di taman ini hanya terdapat kursi dan tidak adanya

fasilitas olahraga, serta tidak ada lahan parkir yang

digunakan untuk pengunjung. Itulah salah satu yang

menyebabkan taman tugu jarang dikunjungi oleh

masyarakat.

Page 118: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 3

PEDOMAN OBSERVASI HASIL ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2035

Tempat : Jalan Veteran Kotabaru Kecamatan Serang

Observer/Subjek : Jalur Hijau Jalan

Observer/Peneliti : Nur Alika F.W

Tanggal : 23 September 2017

Deskripsi :

Salah satu jalur hijau jalan terdapat di jalan

Veteran Kotabaru Kecamatan Serang. Jalan ini merupakan

akses utama yang sering dilalui oleh kendaraan baik roda

dua maupun roda empat. Berdasarkan hasil observasi, jalan

ini ramai dilalui oleh kendaraan. Salah satu penyebabnya

karena tepat di jalan ini terdapat Alun-Alun Kota Serang

yang sering dikunjungi oleh masyarakat terutama ketika

akhir pekan. Untuk hal kebersihan, jalur hijau jalan ini

dapat terbilang bersih dari sampah. Karena terdapat petugas

kebersihan yang berada di sekitar lokasi tersebut.

Page 119: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 4

PEDOMAN OBSERVASI HASIL ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2035

Tempat : Jalan Veteran Kotabaru Kecamatan Serang

Observer/Subjek : Sempadan Sungai

Observer/Peneliti : Nur Alika F.W

Tanggal : 23 September 2017

Deskripsi :

Salah satu sempadan sungai yang dapat

ditemui di Kota Serang berada di Jalan Veteran Kotabaru

Kecamatan Serang. Berdasarkan hasil observasi,

kebersihan yang ada di sungai ini kurang terjaga. Masih

adanya sampah yang menghambat aliran sungai. Karena

pada saat observasi tidak dilihat adanya petugas

kebersihan disekitar lokasi.

Page 120: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 5

PEDOMAN OBSERVASI HASIL ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA SERANG TAHUN 2000-2035

Tempat : wilayah Penancangan

Observer/Subjek : RTH Pemakaman

Observer/Peneliti : Nur Alika F.W

Tanggal : 23 September 2017

Deskripsi :

Salah satu RTH pemakaman yang ada di Kota

Serang berada di wilayah Penancangan. Berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan, RTH pemakaman ini

ditumbuhi oleh pepohonan yang cukup banyak. Selain itu,

kebersihan yang ada di lokasi ini terbilang cukup baik,

karena terdapat petugas kebersihan yang berada di lokasi

tersebut. Ketika penulis datang ke lokasi ini, terdapat

beberapa peziarah yang berdatangan ke pemakaman ini.

Page 121: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 6

Page 122: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 7

Page 123: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 8

DOKUMENTASI OBSERVASI

RTH Taman Tugu Patung

RTH Sempadan Sungai

Page 124: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

Lampiran 8

DOKUMENTASI OBSERVASI

RTH Sempadan Jalan

RTH Pemakaman

Page 125: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 126: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 127: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 128: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 129: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 130: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 131: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 132: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :
Page 133: ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37464/2/NUR... · i ABSTRAK Nur Alika Fitriyani Wulandari (1113015000028) :

BIOGRAFI PENULIS

Nur Alika Fitriyani Wulandari, lahir di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 1995. Bertempat tinggal di Jl. H. Lamin, Jurang Mangu Timur, Kota Tangerang Selatan. Merupakan anak Kedua dari Bapak Sawal Kartowo dan Ibu Sariyam. Pendidikan formal yang di tempuh ialah mulai dari sekolah dasar di MIN 09 Petukangan, melanjutkan ke sekolah menengah pertama di MTSN 32 Jakarta, melanjutkan sekolah menengah atas di MAN 19 Jakarta dan melanjutkan Perguruan Tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial/Konsentrasi Geografi. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.