analisis ketenagakerjaan fix

18
1.3 Ketenagakerjaan (Belum ada dari Itin) 1.3.1 Analisis Kualitas Tenaga Kerja Kualitas tenaga kerja di Kota Sukabumi dapat terlihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan prosentase penyerapan tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. seperti yang terlihat pada Grafik 1.x Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Kota Sukabumi dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan. Hal ini menandakan bahwa orang yang berpartisipasi atau orang yang bekerja di usia kerja terus bertambah dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah angkatan kerja tersebut merupakan salah satu dampak dari upaya pemerintah Kota Sukabumi prioritas pembangunan tahun 2008-2013 dalam RPJMD Kota Sukabumi 2008-2013 yaitu pengingakatan pengembangan kesempatan kerja. Grafik 1.x TPT dan TPAK Kota Sukabumi Tahun 2007-2012 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0 20 40 60 80 100 Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014. Dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013, aspek ketanagakerjaan dititikberatkan pada peningkatan

Upload: hana-afifah-amini

Post on 24-Nov-2015

329 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

1.3 Ketenagakerjaan(Belum ada dari Itin)1.3.1 Analisis Kualitas Tenaga KerjaKualitas tenaga kerja di Kota Sukabumi dapat terlihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan prosentase penyerapan tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. seperti yang terlihat pada Grafik 1.x Tingkat partisipasi Angkatan Kerja Kota Sukabumi dari tahun 2007 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan. Hal ini menandakan bahwa orang yang berpartisipasi atau orang yang bekerja di usia kerja terus bertambah dari tahun ke tahun. Bertambahnya jumlah angkatan kerja tersebut merupakan salah satu dampak dari upaya pemerintah Kota Sukabumi prioritas pembangunan tahun 2008-2013 dalam RPJMD Kota Sukabumi 2008-2013 yaitu pengingakatan pengembangan kesempatan kerja.

Grafik 1.x TPT dan TPAK Kota Sukabumi Tahun 2007-2012Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014.Dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013, aspek ketanagakerjaan dititikberatkan pada peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di pasar kerja, memberikan pelatihan keterampilan yang disertai dengan upaya membangun jiwa wirausaha, kemampuan manajemen usaha serta harmonisasi kerja yang ditandai dengan menurunnya angka sengketa perburuhan, selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah upaya meningkatkan daya tarik investasi yang diharapkan dapat menambah kesempatan kerja. Pada tahun 2006 jumlah tenaga kerja yang dapat diserap sebanyak 3.302 orang pekerja diharapkan pada tahun 2013 jumlah tenaga kerja yang dapat diserap sebanyak 3.533 orang pekerja.Keinginan Kota Sukabumi untuk meningkatkan kesempatan kerja membuahkan hasil. Hal itu terbukti dapat tercapai dengan melihat jumlah prosentase penyerapan tenaga kerja dari tahun 2008 sampai 2013 meningkat. Kemudian di dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013 dijelaskan secara umum angkatan kerja di Kota Sukabumi pada tahun 2008-2011 ratarata sebesar 61,43 persen dari total penduduk. Angkatan kerja di Kota Sukabumi yang terserap pada lapangan kerja sebanyak 30,13 persen dan sisanya lagi berstatus tidak bekerja dengan berbagai alasan seperti sedang mencari pekerjaan. Sedangkan penduduk Kota Sukabumi yang bukan angkatan kerja 38,57 persen dimana kegiatan terbanyaknya ada pada kegiatan mengurus rumah tangga.Prosentase penyerapan tenaga kerja merupakan perbandingan antara TPAK dengan jumlah pekerja yang telah ditempatkan pada lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan di sini tentunya merupakan lapangan pekerjaan yang memiliki kualifikasi tinggi. Kemudian menurut data dari Badan Pusat Statistik terdapat hasil bahwa prosentasenya terus meningkat. walaupun demikian, sampai tahun 2013 jumlah pekerja yang yang telah diserap masih kurang dari 30%, hanya pada tahun 2013 baru mencapai angka 30.69%. Hal ini menandakan bahwa dari angkatan kerja memiliki kualitas atau daya saing rendah, karena hanya sedikit yang dapat terserap.

Grafik 1.x Prosentase Tenaga KerjaSumber: BPS Kota Sukabumi. 2014Prosentase penyerapan tenaga kerja harus terus menerus ditingkatkan agar Kota Sukabumi dapat meningkatakan pendapatannya. Hal itu dapat ditempuh dengan cara terus meningkatkan skill atau kemampuan masyarakat Kota Sukabumi sehingga memiliki kemampuan yang dapat bersaing di pasar-pasar kerja. selain itu perlu adanya perluasan kesempatan kerja melalui sektor-sektor perekonomian Kota Sukabumi terutama sektorsektor yang memiliki penyerapan tenaga kerja yang tinggi. Perluasan kesempata kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan lapangan pekerjaan seperti industri kecil dan UMKM. Kedua lapangan pekerjaan tersebut memiliki peluang besar untuk dikembangakan di Kota Sukabumi. Kota Sukabumi tidak memiliki potensi alam yang dapat digunakan dan dikembangkan, untuk meningkatkan pendapatan Kota Sukabumi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kulaitas atau skill dari penduduknya, melalui industri-industri kecil dan UMKM tidak diperlukan keberadaan sumber daya alam yang besar, akan tetapi lapangan pekerjaan ini dapat meningkatkan kreativitas dan skill masyarakat Kota Sukabumi.Kemudian pengangguran Kota Sukabumi mengalami penurunan. Dengan bertambahnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Tingkat Pengangguran Terbuka menjadi menurun. Hal ini harus mampu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada Dinsosnakertrans penyebab pengangguran di Kota Sukabumi adalah pendidikan masyarakat rendah (keterampilan dan keahlain). Tingkat perekonomian rendah, jumlah pabrik sedikit dan tenaga kerja berkualitas biasanya langsung direktrut ke luar negeri. Selain itu pabrik-pabrik besar yang sudah ada seperti Eureget mengalami gulung tikar. Tentu hal ini akan berpengaruh pada meningkatnya penganggruan karena PHK yang dilakukan pabrik. Selain itu, pabrik-pabrik yang berada di Kota Sukabumi tidak kuat mental dalam mengahadapi demo masyarakat, hal ini menjadi salah satu penyebab pabrik-pabrik mengalami gulung tikar. Dalam mengatasi pengangguran dan meningkatkan kualitas tenaga kerja, maka pemerintah Sukabumi mengadakan pelatihan, seperti merakit komputer, menjahit, merias, dan lain lain. Adapun pelatihan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan permintaan pasar di bidang keahlian tersebut. Kemudian pemerintah ikut mendukung dalam pengembangan ekonomi kreatif, misalnya pemberian pinjaman modal. Peningkatan kualitas tenaga kerja di Kota Sukabumi sangatlah penting untuk meningkatkan daya saing penduduk Kota Sukabumi. Selain itu Dalam RPJMD Kota Sukabumi Tahun 2008-2013 dikatakan pada tahun 2006 jumlah perusahaan industri besar sebanyak 8 perusahaan dan industri sedang sebanyak 16 perusahaan yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 3.302 orang pekerja. Selain itu kelompok industri yang menghasilkan barang-barang logam, mesin dan peralatannya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.534 orang pekerja, yang diikuti oleh industri tekstil, pakaian jadi dan kulit dengan tenaga kerja sebanyak 1.335 orang. Dengan melihat laju pertumbuhan sektor industri pengolahan yang cukup signifikan dan kondisi penyerapan tenaga kerjanya memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 2013 sektor industri pengolahan berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja,namun demikian dukungan regulasi dan kemudahan berusaha harus lebih dioptimalkan.Selain Koperasi Ekonomi Mikro juga dipengaruhi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mendominasi aktivitas ekonomi masyarakat Kota Sukabumi. Tahun 2006 tercatat ada 1.667 Industri yang berskala Kecil dan 22 Industri yang berskala Menengah dengan daya serap tenaga kerja di sektor ini relatif besar yaitu sebanyak 10.079 orang dan merupakan basis penghasilan utama dari sebagian masyarakat kota. UMKM juga menyerap tenaga kerja perempuan yang relatif besar terutama yang bergerak di sektor-sektor usaha jasa perdagangan, kerajinan, dan jasa boga. Meski demikian, masih terdapat permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, di antaranya adalah rendahnya akses permodalan, kesinambungan pasokan bahan baku, lemahnya posisi tawar sehingga menekan harga jual, kualitas produk rendah, rendahnya akses informasi pasar, dan rendahnya daya saing.

Grafik 1.x Presenase Tenaga Kerja menurut Lapangan Usahan dan Jenis Tahun 2007 dan 2012Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014.Berdasarkan data Inkesra Kota Sukabumi Tahun 2008-2011, diketahui bahwa komposisi penduduk menurut lapangan usaha, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan pilihan penduduk terbanyak, sehingga penyerapan tenaga kerja di sektor tersebut relatif tinggi. Tingginya penyerapan tenaga kerja pada sektor perdagangan, hotel dan restoran didukung pula oleh data pada grafik yang menerangkan bahwa mata pencaharian buruh dan wiraswasta/pedangan di Kota Sukabumi menjadi mata pencaharian yang banyak dimiliki oleh penduduk Kota Sukabumi setelah pelajar dan lainnya. Mata pencaharian lainnya di sini seperti pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air, bangungan, angkutan, pergudangan dan komunikasi, keuangan, asurangsi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan. Tingginya sektor perdagangan, hotel dan restoran didukung oleh banyaknya penduduk yang bermatapencaharian sebagai pedagang atau wiraswasta. Dari tahun 2007-2011 penduduk bermatapencaharian sebagai buruh dan pedangan/wiraswasta selalu tinggi dibanding yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam lima tahun terkahir Kota Sukabumi secara keseluruhan memang focus pada sektor perdagangnan dan jasa. Selain itu data tersebut menunjukkan bahwa di Kota Sukabumi sektor jasa dan perdagangan memegang peranan yang sangat penting sehingga diharapkan banyak investor yang dapat membuka usaha perdagangan di Kota Sukabumi.

Grafik 1.x Penduduk Kota Sukabumi berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007-2011Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014.Adapaun apabila dilihat lebih dalam ke skala kecamatan, di semua kecamatan (Baros, Warudoyong, Cikole, Citamiang, Lembursitu, Cibeureum, dan Gunung Puyuh), pedagang/wiraswasta dan buruh menjadi mata pencaharian yang cukup banyak diminati oleh masyarakat. Data mengenai jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian per kecamatan dari tahun 2007 sampai 2011 dapat dilihat di lampiran. Dari tujuh kecamatan, Kecamatan Citamiang memiliki prosentase penduduk bermatapencaharian pedangan/wiraswasta dan buruh paling banyak dibanding dengan yang ada di kecamatan lain. Hal ini disebabkan karena di sekitar Kecamatan Citamiang banyak kegiatan komersil seperti, pertokoan. Akan tetapi di dalam Sukabumi Dalam Angka 2012 jumlah industri di Kecamatan Citamiang tidak terlalu banyak, namun kecamatan di sekeliling Citamiang seperti Kecamatan Warudoyong terdapat perusahaan industri baik besar/sedang paling banyak se Kota Sukabumi. Diasumsikan bahwa penduduk Kota Citamiang bekerja sebagai buruh industri di Kecamatan Warudoyong.

Grafik 1.x Penduduk Kec. Citamiang berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007-2011Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014.Seperti yang telah dipaparkan di atas, bahwa Kota Sukabumi tidak memiliki sumber daya alam yang berpotensi untuk dikembangkan. Sehingga sedikit sekali masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani atau berkecimpung dalam sektor pertanian, perhutanan dan perburuan. Walaupun di Kecamatan Lembur Situ terdapat lahan untuk pesawahan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang lain. Hal ini menimbulkan mata pencaharian sebagai petani lebih banyak dibandingkan dengan petani di kecamatan lain. Walaupun demikian, jumlah penduduk bermatapencaharian sebagai petani mengalami penurunan dari tahun 2007-2011 seperti pada grafik di bawah ini. Hal ini disebabkan semakin banyaknya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menuju lahan non pertanian. Perubahan ini harus dikendalikan, karena akan mempengaruhi ketersediaan pangan di Kota Sukabumi. Isu ketahanan pangan yang saat ini berkembang harus menjadi perhatian bagi Kota Sukabumi. Dengan kondisi sumber daya alam yang kurang berpotensi untuk dikembangkan, lahan pertanian yang sedikit ini sebisa mungkin harus dipertahankan untuk kelangsungan pangan di Kota Sukabumi. Selain itu adanya potensi bencana gempa bumi dari Patahan Cimandiri yang melintasi Kecamatan Lembursitu mendukung kondisi pertanian untuk dipertahankan sebagai upaya mengurangi kerentaran bencana Kecamatan Lembursitu.

Grafik 1.x Penduduk Kec. Lembursitu berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2007-2011Sumber: BPS Kota Sukabumi. 2014.Kondisi Kota Sukabumi yang tidak memiliki potensi sumber daya alam membuat masyarakat Kota Sukabumi mencari pekerjaan lain, salah satunya di sektor perdagangan dan jasa. Selain itu didukung oleh adanya visi pembangunan Kota Sukabumi Tahun 2008-2013 yang tertuang dalam RPJMD Kota Sukabumi. Visi tersebut adalah Terwujudnya Kota Sukabumi sebagai puat pelayanan berkualitas bisang pendidikan, kesehatan dan perdagngan di Jawa Barat belandaskan iman dan takwa. Kemudian untuk konteks perdagangan didukung oleh misi pembangunan untuk mewujudkan pengembangan perdangan dan sektor lapangan usaha lainnya yang berdaya saing tinggi.Adapun untuk ke depannya, sektor yang lebih baik untuk dikembangakan adalah sektor industri. Baik itu industri besar, menengan maupun kecil. Akan tetapi untuk Kota Sukabumi lebih baik mengembangkan sektor industri kecil dan menengah. Seperti UMKM, industri berbasis ekonomi kreatif dan lain sebagainya. Apabila sektor industri ditingkatkan tidak hanya berdampak positif pada tingginya penyerapan tenaga kerja, akan tetapi berdampak pada peningkatan skill atau kemampuan masyarakat. Dengan meningkatnya skill atau kemampuan masyarakat dapat meningkatkan daya saing masyarakat Kota Sukabumi, sehingga penduduk Kota Sukabumi dapat mengembangkan diri dan usahanya baik dalam skala Kota Sukabumi ataupaun dalam skala regional. Selain itu, mengingat bahwa Kota Sukabumi memiliki peran sebagai pusat kegiatan wialyah (PKW) dalam sektor perdangangan dan jasa bersama Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi yang tertuang dalam RTRW Provinsi Jawa Barat , tentunya daya saing menjadi salah satu faktor penting untuk memenuhi hal tersebut.

1.3.2 Analisis Proyeksi Tenaga KerjaDalam perencanaan suatu kota perlu, sarana dan prasrana tidak serta merta direncanakan begitu saja. Agar efisien prelu diperhitungkan mengenai kondisi atau kemungkinan keadaan di masa yang akan datang guna perencanaan dapat bersifat efisien dan berkelanjutan. Salah satu kondisi yang harus diperhitungkan adalah kondisi jumlah penduduk di masa yang akan datang. Dengan mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat diketahui besar kebutuhan, apa saja yang harus disediakan dan disiapkan. Selain itu dengan mengetahui jumlah penduduk di masa yang akan datang, dapat dilihat apakah sumber daya baik itu alam maupun buatan yang ada masih dapat menampung kelangsungan hidup masyarakat di masa yang akan datang. Sehingga akan berdampak pada kebijakan dan strategi yang akan diambil dalam pembangunan suatu kota.Dalam konteks ketenagakerjaan, proyeksi penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan nonproduktif guna melihat banyaknya banyaknya perbandingan jumlah penduduk yang masuk ke dalam tenafa kerja atau bukan tenaga kerja. Dari informasi tersebut dapat ditentukan suatu perencanaan terkait ketenagakerjaan, seperti jenis lapangan pekerjaan yang banyak dibangun, menentukan kebijakan atau strategi yang akan diambil dalam menghadapi kondidi yang memunkginanan di masa yang akan datang.Berdasarkan data yang didapat dari Badan Pusat Statisik, jumlah penduduk udis produktif Kota Sukabumi yaitu penduduk yang berusia 15-59 tahun ada tahun 2012 memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan penduduk yang nonproduktif. Kemudian dilakukan proyeksi menggunakan metode proyeksi aritmatik. Hasil dari proyeksi tersebut didapatkan bahwa jumlah penduduk usia produktif dalam 20 tahun mendatang akan terus meningkat. Pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2012 sampai 2032 sebesar 19%. Hal ini disebabkan karena angka pertumbuhan Kota Sukabumi lima tahun ke belakang yaitu dari tahun 2007 sampai tahun 2012 bernilai positif yaitu 0.0118. Adapun penyebab bertambahnya penduduk Kota Sukabumi pada usia produktif antara lain maraknya peningkatan kualitas kesehatan di Kota Sukabumi. Sesuai dengan visi kota Sukabumi di tahun 2008 sampai 2013 yaitu terwujudnya Kota Sukabumi sebagai pusat pelayanan berkualitas bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan di Jawa Barat berlandaskan iman dan takwa. Terkait bidang kesehatan diturunkan ke dalam misi pembangunan yaitu mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Tabel 1. Proyeksi Penduduk Kota Sukabumi berdasarkan Kelompok UmurSumber: Hasil Analisis. 2014.Jumlah penduduk usia kerja yang diproyeksikan bertambah berimplikasi pada banyak hal. Pertama berimplikasi pada potensi jumlah tenaga kerja. Jumlah penduduk usia produktif ini harus dapat dimanfaatkan dengan baik, yaitu harus dapat terserap ke dalam lapangan pekerjaan yang berkualitas. Sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan pendapatan Kota Sukabumi. Agar hal tersebut dapat tercapai, perlu adanya peningkatan kapasitas dari masyarakat Kota Sukabumi agar mampu bersaing dalam mendapatkan pekerjaan baik di dalam Kota Sukabumi maupun di luar Kota Sukabumi. Pemerintah perlu meningkatkan kualitas pendidikan serta diperbanyak kegiatan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat. Selain itu berdampak juga pada ketersediaan lapangan pekerjaan di masa depan. Untuk memanfaatkan potensi tersebut perlu ada lapangan pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja agar mampu bekerja. Sehingga perlua ditingkatkan jumlah dari lapangan pekerjaan yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dan sekaligus meningkatkan kapasitas atau skill dari masyarakat itu sendiri. salah satunya adalah dengan mengembangkan industri-industri ekonomi kreatif. Dalam RPJMD Kota Sukabumi tahun 2013-2018 Pemerintah Kota Sukabumi berencana meningkatkan industri-industri berbasis ekonomi kreatif. Hal ini sangat baik bagi penduduk Kota Sukabumi dan bagi pendapatan Kota Sukabumi sendiri. kemudian kondisi Kota Sukabumi yang tidak memiliki potensi sumber daya yang tidak dapat dikembangakan, peningkatan kapasitas atau skill dari masyarakat melalui industri-industri berbasis ekonomi kreatif sangat baik untuk dilaksanakan.

Tabel 1.x Proyeksi Penduduk Kec. CIbeureum berdasarkan Kelompok UmurSumber: Hasil analisis. 2014.Adapaun apabila dilihat ke dalam skala kecamatan, kecamatan yang memiliki angka pertumbuhan paling tinggi adalah Kecamatan Cibeureum, yaitu sebesar 0.0384. kemudian setelah diproyeksikan pertumbuhan penduduk usia produktif Kota Sukabumi dalam kurun waktu 20 tahun bertambah sebesar 43%. Angka ini lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Pertambahan jumlah penduduk usia produktif (15-60 tahun) dapat dilihat pada grafik 1.x.

Proyeksi tersebut menunjukan suatu fenomena demografi bernama Bonus Demografi yaitu suatu bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibar dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evoluis kependudukan yang dialaminya. Bonus ini dapat berdampak positif dapat pula berdampak negative. Fenomena ini terjadi bisa disebabkan oleh berhasilnya program KB dan menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pamebangunan lainnya. Akan tetapi bonus ini pun dapat berdampak negative apabila penduduk usia produktif ini tidak memiliki kualitas yang baik. Penduduk usia produktif yang tidak berkualitas akan menambah beban negara. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas dari penduduk tersebut. Antara lain dapat dilakukan melalui upaya-upaya peningkatan kualitas pendidikan, seperti menyukseskan wajib belajar 12 tahun, mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kapasitas atau skill masyarakat, pembinaan pola asuh dan tumbuh kembang anak melalui posyandu dan PAUD, peningkatan usaha ekonomi dan lain sebagainya. sehingga dapat mengahasilkan tenaga kerja yang memiliki daya saing tinggi dan tentunya mampu bersaing di dalam maupun di luar Kota Sukabumi.

Tabel 1.x Proyeksi Penduduk Kec. Cikole berdasarkan Kelompok UmurSumber: Hasil Analisis. 2014.Kemudian tidak semua kecamatan memiliki angka pertumbuhan penduduk usia produktif positif, ada beberapa kecamatan setelah diproyeksikan 20 tahun ke depan memiliki jumlah usia produktif menurun, yaitu Kecamatan Baros dan Kecamatan Cikole. Namun Kecamatan Cikole mengalami penurunan yang cukup besar dibanding Kecamatan Baros. Hal ini disebabkan rata-rata angka pertumbuhan penduduk dari tahun 2007-2012 bernilai negative yaitu -0.0042. sehingga menyebabkan hasil proyeksi dengan menggunakan metoda aritmatika hasilnya menurun sebanyak -9% sampai tahun 2032. Data hasil proyeksi Kecamatan Cikole dapat dilihat di grafik 1.x. Apabila jumlah penduduk usia produktif terus menerus turun, akan berdampak pada angka dependency ratio yang semakin membesar. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan preventif agar meningkatkan jumlah penduduk usia tenaga kerja.