analisis kesulitan anak berkebutuhan khusus dalam …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_naskah...

15
ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI (penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 23 Surakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: AMALIA ASIH KHAERANI A410150092 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM

BELAJAR MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI

(penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 23 Surakarta)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Oleh:

AMALIA ASIH KHAERANI

A410150092

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019

Page 2: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

i

Page 3: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ii

Page 4: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Page 5: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

1

ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM BELAJAR

MATEMATIKA DI KELAS INKLUSI

(penelitian dilaksanakan di SMP N 23 Surakarta)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan anak berkebutuhan khusus dalam

belajar matematika di kelas inklusi. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian ini dilakukan

pada siswa berkebutuhan khusus kelas VIII SMP Negeri 23 Surakarta tahun ajaran

2018/2019. Data dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Teknik analisis dengan metode alur yakni,reduksi data, penyajian data, evaluasi/verifikasi

dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa setiap anak berkebutuhan

khusus mengalami kesulitan dalam belajar matematika di kelas inklusi, kesulitan anak

berkebutuhan khusus bervariasi sesuai kebutuhannya, bagi anak berkebutuhan khusus slow

learner kesulitan dalam memahami materi yang diberikan oleh guru, kesulitan dalam

menghitung dan penerapan dalam soal matematika, bagi anak berkebutuhan khusus tuna

rungu mengalami kesulitan dalam mendengar selama pelajaran. Kurangnya guru pendamping

khusus menjadi hambatan dalam proses pembelajaran. Guru juga tidak memberikan

perlakukan khusus kepada anak berkebutuhan khusus.

Kata kunci: berkebutuhan khusus, kesulitan belajar, inklusi

1. PENDAHULUAN

Matematika memegang peranan yang cukup penting dalam ilmu pengetahuan dan

kehidupan sehari-hari. Matematika tidak lepas dari perkembangan ilmu

pengetahuan. Matematika membantu ilmu-ilmu lain untuk menganalisis berbagai

pengamatan yang ada, menemukan hubungan-hubungan yang logis, menarik

kesimpulan dan akhirnya mengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri sehingga

semua jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi

mempelajari matematika. Matematika merupakan salah satu komponen dari

serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan

(Sundayana, 2013: 2). Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang

menganggap matematika mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan dan

menjadi momok dalam pembelajaran.

Anak berkebutuhan khusus (dulu disebut sebagai anak luar biasa)

didefinisikan sebagai anak yang memerlukan pendidikan dan layanan khusus

Page 6: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

2

untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna, Hallahan

dan Kauffman, 1986 (dalam hadis, 2006: 5). Anak berkebutuhan khusus untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya membutuhkan bantuan layanan bimbingan dan

konseling, layanan sosial, layanan pendidikan dan berbagai jenis layanan lainnya

yang bersifat khusus. Layanan tersebut diberikan secara khusus oleh pihak yang

berkompeten pada setiap jenis layanan itu. Hal ini pun berdampak pada kenyataan

dimana anak-anak berkebutuhan khusus belum dapat mengenyam pendidikan yang

layak pada tingkatan wajib belajar yang dirancangkan pemerintah. Anak

berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama seperti anak reguler yang lain pada

umumnya dalam mengenyam pendidikan. Oleh karena itu sudah banyak sekolah

inklusi yang dibina oleh pemerintah sebagai sarana pemerataan pendidikan bagi

anak-anak berkebutuhan khusus.

Kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu (1)

kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental

learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning

disabilities). Sari (2017) menyatakan bahwa siswa kesulitan memahami konsep

matematika, dapat mengetahui suatu rumus dan bagaimana menggunakannya

namun tidak tahu mengapa digunakan. Kebiasaan belajar bukan dengan

pemahaman konsep melainkan dari contoh soal yang diberikan guru atau dari buku

paket. Kurangnya motivasi dalam diri untuk mempelajari suatu materi dalam

pelajaran tertentu, baik matematika maupun ilmu lainnya. Diperlukan cara belajar

tentang pemahaman konsep dan prinsip yang lebih mendalam dengan kemampuan

koneksi matematika. Karena, tingkat kemampuan rata-rata koneksi matematika

secara keseluruhan masih rendah.

Menurut Tias dan Dhoriva (2015) dari hasil penelitiannya tentang analisis

kesulitan siswa dapat disimpulkan bahwa letak kesulitan matematika siswa SMA

Negeri di kota Yogyakarta yang mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah

matematika, yaitu pada kesulitan menganalisis fakta, kesulitan memahami konsep,

Page 7: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

3

kesulitan menerapkan konsep, dan kesulitan menerapkan prosedur. Saran untuk

siswa agar lebih memahami lagi konsep dan penerapan prosedurnya.

Pendidikan inklusi merupakan ideologi atau keinginan yang hendak diraih

sebagaimana cita-cita pendidikan secara umum, pendidikan inklusi harus menjadi

tujuan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Oleh

karena itu, pendidikan inklusi tidak diartikan sebagai bentuk pendidikan atau

pendekatan pendidikan yang sekedar memasukkan anak berkebutuhan khusus ke

sekolah reguler semata. Pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus dan mewujudkan pelaksaan

pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif kepada semua

peserta didik yang mempunyai kelainan fisik, mental, emosional, dan sosial atau

memiliki potensi bakat dan kecerdasan yang istimewa untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Inti dari

pendidikan inklusi adalah system pemberian layanan pendidikan dalam

keberagaman, dan falsafahnya yaitu menghargai perbedaan semua anak.

Berdasarkan pemaparan di atas tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

pembelajaran pada kelas inklusi di SMP Negeri 23 Surakarta, mendeskripsikan

kesulitan yang dialami anak berkebutuhan khusus pada aspek bahasa, aspek

konsep, dan aspek operasi dalam belajar matematika.

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data dikumpulkan berupa dokumen,

hasil wawancara, observasi dan hasil observasi. Penelitian ini dilakukan pada anak

berkebutuhan khusus pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 23 Surakarta

tahun ajaran 2018/2019.

Subjek dalam penelitian ini yaitu anak berkebutuhan khusus kelas VIII terdiri dari

3 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

wawancara untuk mengetahui kesulitan anak berkebutuhan khusus dalam belajar

matematika, wawancara dengan guru guna mengetahui cara pembelajaran yang

Page 8: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

4

diterapkan di kelas inklusi, observasi untuk mengetahui proses pembelajaran

dikelas inklusi, dokumentasi untuk memperoleh data anak berkebutuhan khusus.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Proses pembelajaran pada kelas inklusi

Proses pembelajaran pada kelas inklusi dilakukan melalui 3 kegiatan yaitu

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diuraikan singkat dibawah ini :

Proses kegiatan awal pembelajaran pada kelas inklusi guru mengawali

dengan salam, melakukan kegiatan apersepsi yang disesuaikan dengan mata

pelajaran matematika yang akan disampaikan. Guru melihat kesiapan siswa baik

psikis maupun fisik dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebelum pelajaran

dimulai guru menyiapkan sumber belajar, namun tidak ada media khusus untuk

anak berkebutuhan khusus, RPP dan kurikulumnya juga sama seperti anak reguler

lainnya tetapi KKM yang diterapkan berbeda. Menurut Mangungsong (2009)

penyelengaraan sekolah inklusi menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian

baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem

pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Kegiatan inti dalam pembelajaran pada inklusi bersifat kooperatif, guru

biasanya sering membuat kelompok belajar di kelas tanpa membedakan siswa

reguler dan anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Muharam (2014) bahwa pendidikan yang inklusif membuat

siswa berkebutuhan khusus dapat berbaur langsung di masyarakat bersama teman-

teman yang tidak berkebutuhan khusus, yang mana hal ini dapat meningkatkan

kemampuan sosial sekaligus menumbuhkan rasa percaya diri. Sedangkan, konsep

inklusi berdasarkan atas gagasan bahwa sekolah reguler harus menyediakan

lingkungan belajar bagi seluruh peserta didik sesuai dengan kebutuhannya, apapun

tingkat kemampuan ataupun kelainannya. Sekolah inklusi menyelenggarakan

berbagai keterampilan berkaitan dengan budaya, sosial, kelompok etnik, dan latar

belakang sosial.

Page 9: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

5

Kegiatan akhir pembelajaran pada kelas inklusi adalah melakukan pemantapan

materi, evaluasi materi, melakukan penilaian akhir dan melaksanakan tindak lanjut

pembelajaran melalui kegiatan pemberian tugas yang harus dikerjakan di rumah.

Adapun jenis-jenis penilaian pada kelas inklusi yaitu penilaian tertulis, unjuk kerja,

produk dan penilaian portofolio (Tarmansyah : 2007).

b. Kesulitan pada aspek bahasa

Kesulitan pada aspek bahasa yaitu kesulitan yang di alami anak berkebutuhan

khusus karena tidak bisa memahami maksud soal, baik yang sudah diketahui

informasinya maupun yang sedang ditanyakan dalam soal. Hal tersebut

menyebabkan anak berkebutuhan khusus tidak mampu mengerjakan langkah

dengan benar karena siswa tidak mengetahui alur atau arah yang sesuai untuk

mengerjakan soal yang diminta. Kesulitan memahami soal tersebut dapat terjadi

karena soal yang kurang spesifik dan kurangnya konsentrasi atau kurangnya

pemahaman anak berkebutuhan khusus mengenai soal yang diberikan, sehingga

siswa merasa bingung untuk mengerjakan dan melanjutkan langkah dalam

menyelesaikan soal. Letak kesulitan tersebut terjadi pada subjek A.Kesulitan

memahami soal yang di alami subjek A pada soal tersebut disebabkan karena

subjek A yang mengalami slow learner dalam pembelajaran dan mengerjakan soal

harus di dampingi guru pendamping khusus (GPK) jadi subjek A tidak bisa

mengerjakan tanpa di dampingi.

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novriani dan

Surya (2017) yang menyimpulkan bahwa kesulitan dalam memecahkan masalah

diakibatkan oleh 1) siswa mengalami kesulitan menyelesaikan matematika

masalah dalam membaca teks atau pertanyaan, 2) siswa selalu salah tafsir masalah,

3) jika siswa tidak memahami masalah maka mereka akan menebak jawaban dari

masalah, 4) siswa tidak mau mencari keluar solusi dari masalah yang diberikan, 5)

siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah sehingga tidak bisa

menafsirkannya menjadi bentuk simbol. Sedangkan menurut Wardani (2011 :

6.31) cara memenuhi kebutuhan pendidikan untuk anak slow learner meliputi (1)

Page 10: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

6

persamaan hak dengan anak normal bahwa anak slow learner membutuhkan

persyaratan layanan pendidikan umum yang sama dengan anak normal, (2)

perbedaan individual bahwa dalam memenuhi kebutuhan pendidikan harus

didasarkan pada karakteristik dan kebutuhan anak itu secara khusus, (3) didasarkan

pada keterampilan praktis bahwa pendidikan bagi anak slow learner lebih

diarahkan pada keterampilan praktis mengingat keterbatasan kecerdasan

intelektualnya, (4) didasarkan pada sikap rasional dan wajar bahwa dalam

memberi layanan, anak slow learner khususnya tidak boleh dimanjakan atau

sebaliknya dibiarkan.

Berdasarkan pemaparan hasil di atas menunjukan bahwa subjek A kurang

pemahaman pada soal dan kurangnya konsentrasi pada saat mengerjakan soal,

sehingga siswa merasa bingung untuk mengerjakan dan melanjutkan langkah

dalam menyelesaikan soal. Hal ini disebabkan karena kurangnya guru pendamping

khusus (GPK) untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam belajar

maupun mengerjakan soal.

c. Kesulitan pada aspek konsep

Kesulitan dalam memahami atau menerapkan konsep pada soal ditunjukan

oleh pekerjaan anak berkebutuhan khusus yang salah dalam menerapkan konsep

sehingga tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Kesulitan konsep yang di

alami anak berkebutuhan khusus terdiri dari kesulitan memahami soal dan belum

mengerti bagaimana cara mengerjakannya.Kesulitan dalam memahami atau

menerapkan konsep dialami oleh semua siswa yang diteliti. Letak kesulitan

tersebut sering terjadi pada soal nomor 2. Kesulitan pada nomor 2 banyak

dilakukan siswa karena siswa kurang mengerti bagaimana mengerjakannya. Siswa

hanya menjumlahkan hasilnya saja sedangkan yang dimaksud soal bukan seperti

itu.

Faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam memahami konsep terjadi

karena siswa kurang memahami materi atau siswa belum mampu

mengidentifikasikan jenis soal sehingga siswa merasa bingung dengan cara yang

Page 11: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

7

sesuai dengan soal yang ditanyakan. Kesulitan yang dialami subjek A penyandang

slow learner disebabkan oleh kurangnya bimbingan khusus dan pendamping pada

saat mengerjakan soal. Hal ini disebabkan subjek A belum mampu memahami soal

dengan baik sehingga subjek A sangat membutuhkan orang lain untuk

menterjemahkan maksud soal.Sedangkan kesulitan memahami atau menerapkan

konsep yang dialami oleh subjek B penyandang tuna rungu pada soal nomor 1

terjadi karena belum mengerti cara mengerjakannya. Subjek B hanya menuliskan

kembali soal tersebut dikarenakan siswa bingung dengan pertanyaan pada soal.

Kesulitan belajar yang dialami subjek B tersebut karena tidak mampu menangkap

penjelasan materi dengan baik, jika mengerjakan tugas guru atau teman kelasnya

sulit menjelaskan karena bahasa atau cara bicaranya juga kurang jelas sehingga

subjek B sulit beradaptasi dengan proses belajar disekolah.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2006) menyatakan

bahwa pada umumnya intelligensi anak tunarungu secara potensial sama dengan

anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat

kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan daya abstraksi

anak.perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh

perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa akan menghambat

perkembangan inteligensi anak tunarungu. Sedangkan menurut Wardani (2011 :

5.48) strategi pembelajaran bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan

strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran bagi anak normal,

tetapi dalam pelaksanaannya, harus bersifat visual, artinya lebih banyak

memanfaatkan indra penglihatan siswa tunarungu.

Berdasarkan pemaparan hasil di atas menunjukan bahwa anak berkebutuhan

khusus yang salah dalam memahami atau menerapkan konsep pada soal, banyak

anak berkebutuhan khusus kurang mengerti bagaimana mengerjakannya. Faktor

yang mempengaruhi kesulitan tersebut karena anak berkebutuhan khusus belum

mampu mengidentifikasikan jenis soal sehingga merasa bingung dengan cara

yang sesuai dengan soal yang ditanyakan. Kurangnya bimbingan guru

Page 12: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

8

pendamping khusus (GPK) juga menjadi faktor kesulitan anak berkebutuhan

khusus dalam belajar dan mengerjakan soal.

d. Kesulitan pada aspek operasi

Kesulitan pada aspek operasi merupakan kesulitan yang sering terjadi pada

anak berkebutuhan khusus. Kesulitan pada proses perhitungan dialami oleh semua

siswa pada nomor 2, serta pada subjek B pada soal nomor 6 dan nomor 7.

Kesulitan yang dialami oleh subjek A dan subjek C dengan penyandang slow

learner pada soal nomor 2 siswa belum mengerti bagaimana menyelesaikannya

dan belum mampu menghitung dengan benar. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rakhmawati (2017) yang mengemukakan bahwa kesulitan belajar

karena kelemahan pada perhitungan matematika dan pemecahan masalah pada

soal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa slow learner

adalah faktor internal meliputi: kemampuan penalaran siswa yang rendah, sikap

belajar, motivasi belajar yang rendah. Sedangkan faktor eksternal meliputi:

kurangnya media pembelajaran, kurikulum yang kurang relevan dengan

kebutuhan belajar, pembelajaran kurang bervariasi, evaluasi pembelajaran yang

kurang tepat. Adapun kesulitan yang dialami oleh subjek B dengan penyandang

tuna rungu pada soal nomor 6 siswa belum mampu mengingat dengan baik tanda

pertidaksamaan linear. Kesulitan subjek B pada soal nomor 7 siswa kurang teliti

dalam menghitung. Faktor yang mempengaruhi anak berkebutuhan khusus dalam

proses perhitungan terjadi karena siswa malas menghitung angka yang besar dan

rumit, sehingga siswa menjadi kurang teliti dalam menghitungkan jawaban.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idris dkk (2015) bahwa

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal salah satunya adalah rendahnya skill

berhitung. Hal serupa juga diungkapkan oleh Darjiani (2015) bahwa siswa masih

mengalami kesulitan dalam berhitung dan kesulitan dalam melakukan pemecahan

masalah. Kevkler (2014) menyatakan bahwa kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal matematika adalah karena kemampuan aritmatika siswa yang

Page 13: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

9

masih rendah. Cruz (2014) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa faktor yang

menyebabkan siswa mengalami kesulitan proses berhitung pada penyelesaian

masalah diakibatkan oleh kesalahan dalam mengintepretasikan simbol. Faktor

yang sering menjadi penyebab kesulitan itu muncul adalah siswa jarang berlatih

soal sehingga siswa masih kebingungan dalam penggunaan data. Hal ini juga

mengakibatkan siswa tidak lancar dalam mengerjakan soal dan melemahkan daya

ingat siswa.

Berdasarkan pemaparan hasil di atas menunjukan kesulitan pada aspek operasi

dialami anak berkebutuhan khusus karena belum mengerti bagaimana

menyelesaikan soal dan belum mampu menghitung dengan benar. Faktor yang

mempengaruhi anak berkebutuhan khusus dalam proses perhitungan terjadi

karena siswa malas menghitung angka yang besar dan rumit, sehingga siswa

menjadi kurang teliti dalam menghitung. Faktor yang sering menjadi penyebab

adalah siswa jarang berlatih soal sehingga mengakibatkan siswa tidak lancar

dalam mengerjakan soal.

4. PENUTUP

Tidak adanya bimbingan, perlakuan, dan kurangnya guru pendamping khusus

(GPK) membuat anak berkebutuhan khusus harus menerjemahkan sendiri materi-

materi yang diberikan oleh guru. Tidak ada jam pelajaran tambahan untuk

membantu anak berkebutuhan khusus belajar lebih intensif, dan jarangnya

penggunaan strategi pembelajaran aktif membuat anak berkebutuhan khusus

merasa kurang diperhatikan dan tidak berani untuk bertanya kepada guru.

Kesulitan anak berkebutuhan khusus pada aspek bahasa yaitu kurang pemahaman

pada soal dan kurangnya konsentrasi pada saat mengerjakan soal, sehingga siswa

merasa bingung untuk mengerjakan dan melanjutkan langkah dalam

menyelesaikan soal. Hal ini disebabkan karena kurangnya guru pendamping

khusus (GPK) untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus dalam belajar

maupun mengerjakan soal.

Page 14: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

10

Kesulitan pada aspek konsep yaitu anak berkebutuhan khusus yang salah

dalam memahami atau menerapkan konsep pada soal, banyak anak berkebutuhan

khusus kurang mengerti bagaimana mengerjakannya. Faktor yang mempengaruhi

kesulitan tersebut karena anak berkebutuhan khusus belum mampu

mengidentifikasikan jenis soal sehingga merasa bingung dengan cara yang sesuai

dengan soal yang ditanyakan. Kurangnya bimbingan guru pendamping khusus

(GPK) juga menjadi faktor kesulitan anak berkebutuhan khusus dalam belajar dan

mengerjakan soal. Kemudian, kesulitan pada aspek operasi dialami anak

berkebutuhan khusus karena belum mengerti bagaimana menyelesaikan soal dan

belum mampu menghitung dengan benar. Faktor yang mempengaruhi anak

berkebutuhan khusus dalam proses perhitungan terjadi karena siswa malas

menghitung angka yang besar dan rumit, sehingga siswa menjadi kurang teliti

dalam menghitung. Faktor yang sering menjadi penyebab adalah siswa jarang

berlatih soal sehingga mengakibatkan siswa tidak lancar dalam mengerjakan soal.

DAFTAR PUSTAKA

Cruz, Jes K. B. Dela, dkk. 2014. “Student Difficulties in Translating Worded Problem

in to Mathematical Symbols. DLSU Rresearch Congress 1(1).

Diakses pada tanggal 12 Agustus 2019 (www.sldu.ph).

Darjiani, Ni Nym. Yuni, I Gede Meter dan I Gusti A. O. Negara. 2015. “Analisis

Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V dalam Implementasi

Kurikulum 2013 di SD Piloging Se-Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran

2014/2015”. e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Gianyar 3(1). Diakses

pada tanggal 12 Agustus 2019 (http://ejournal.undiksha.ac.id).

Efendi, Mohammad. (2006). Pengantar Psikopedogogik Anak Berkelainan. Jakarta :

PT.Bumi Aksara

Hadis, A. 2006. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistis. Bandung:

Alfabeta.

Idris, Fadli Hi, Ikhram Hamid dan Ardiana. 2015. “Analisis Kesulitan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal-soal Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”.

Page 15: ANALISIS KESULITAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM …eprints.ums.ac.id/78780/11/amalia_Naskah Publikasi-146.pdf · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI . FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

11

Delta-Pi Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika 4(1). Diakses pada

tanggal 12 agustus 2019 (http://ejournal.unkhair.ac.id).

Kavkler, Marija, dkk. 2014.”Key Factors for Succesful Solving of Mathematical

Word Problem in Fiffth-Grade Learners. Health Psykology Report 2(1).

Diakses pada 15 Agustus 2019 (http://pefprints.pef.uni-Ij.si).

Muharam, D. P. (2014). Anak Berkebutuhan Khusus tak Harus Belajar di SLB.

http://www.kartunet.com/anak-berkebutuhan-khusus-tak-harus-belajar-di-slb-

8019/.

Novriani, M. R , dan Surya, E. (2015). “An Analysis Of Difficulties Of Children

With Stuttering Enrolled In Inclutsive Classes Who Enconter In

Academic And Social Activies : From Their Perspective”. Internet.

Diakses pada tanggal 18 maret 2019.

Rakmawati, Nika. (2017). “Kesulitan Matematika Siswa Slow Learner Kelas IV Di

SD Negeri Batur 1 Semarang. Diakses pada 3 september 2019 dari

http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/plb/article/download/9758/9

412/.

Sari, A.W. (2017).”Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari

Kemampuan Koneksi Matematika Siswa”. Universitas Muhammadiyah

Tarmansyah. 2007. Inklusi (Pendidikan Untuk Semua). Jakarta : Depdiknas.

Tias, Ayu Aji Wedaring dan Dhoriva Urwatul Wutsqa. 2015.”Analisis Kesulitan

Siswa SMA dalam Pemecahan Masalah Matematika Kelas XII IPA di Kota

Yogyakarta”. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol. 2 No. Diakses pada

tanggal 20 maret 2019 dari

(https://scholar.google.co.id/scholar?q=Analisis+Kesulitan+%09Siswa+SMA

+dalam+Pemecahan+Masalah+Matematika+Kelas+XII+IPA+di+Kota+%09

Yogyakarta&hl=en&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart).

Wardani. I.G.A.K.2011.Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta. Universitas

Terbuka.