analisis kepuasan dan loyalitas konsumen serta …digilib.unila.ac.id/40043/3/skripsi tanpa bab...

121
ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG DI KOTA BANDAR LAMPUNG (Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri) Oleh NURUL FAJRI INDAH LESTARI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

31 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG

DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)

Oleh

NURUL FAJRI INDAH LESTARI

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG

DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)

Oleh

Nurul Fajri Indah Lestari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumenkerupuk bawang serta strategi pengembangan agroindustri kerupuk bawang di Kota BandarLampung. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus di Agroindustri KerupukBawang Winda Putri. Responden penelitian ini terdiri dari Dinas Perindustrian Kota BandarLampung, karyawan agroindustri, dan konsumen dari kerupuk bawang yang dipilih secarasnowball sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptifmenggunakan Customer Satisfactin Index (CSI), analisis SWOT dan Quantitive StrategicPlaning Matrix analysis (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsumenkerupuk bawang di Kota Bandar Lampung berada pada kriteria puas, (2) piramida loyalitaspelanggan kerupuk bawang adalah loyal, (3) kekuatan utama agroindustri adalah kapasitasproduksi besar sedangkan kelemahan utama agroindustri adalah belum diterapkannyakegiatan promosi, (4) peluang utama agroindustri adalah kebutuhan dan minat konsumenterhadap produk tinggi sedangkan ancaman utama agroindustri adalah kurangnya peran aktifdari pemerintah, (5) strategi pengembangan untuk pengembangan agroindustri adalah jumlahproduksi kerupuk bawang mentah ditingkatkan terutama pada musim panas agar tetap dapatmemenuhi permintaan konsumen terhadap kerupuk bawang pada musim penghujan melaluipenerapan alat mesin produksi yang lengkap dan telah dimiliki oleh agroindustri.

Kata Kunci : konsumen, strategi pengembangan, kerupuk bawang

CONSUMERS LOYALTY AND SATISFACTION ANALYSYS AND ONIONCRACKER’S AGROINDUSTRY STRATEGY IN BANDAR LAMPUNG CITY

( Case Study at Winda Putri Agroindustry)

By

Nurul Fajri Indah Lestari

ABSTRACT

This research aims to analyze the level of consumer satisfaction and loyalty in BandarLampung City and build strategies on the development of onion cracker agroindustry. Thisresearch is a case study. The samples are stakeholders from agroindustry, government,employees, and consumers of onion crackers. Technique sampling for consumers issnowballing. The method of data analyzes used descriptive analysis by using analysisCustomer Satisfactin Index (CSI), SWOT analysis and Quantitive Strategic Planing Matrixanalysis (QSPM). The results showed that (1) consumers of onion crackers in BandarLampung were considered satisfied consumer, (2) consumers who were considered loyalty,(3) the main strength of agroindustry was large production capacity while the main weaknessof agroindustry was the lack of promotion activities, (4) the main opportunities ofagroindustry are the needs and interests of consumers towards high products while the mainthreat of agroindustry is the lack of an active role from the government, (5) main for thedevelopment of agroindustrywas the amount of raw onion cracker production was increased,especially in the summer so that it can still meet consumer demand for onion crackers in therainy season through the application of a complete machine tool that has been owned by theagroindustry

Key words: consumer, development strategy, onion crackers

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN SERTA STRATEGIPENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERUPUK BAWANG

DI KOTA BANDAR LAMPUNG(Studi Kasus pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri)

Oleh

NURUL FAJRI INDAH LESTARI

SkripsiSebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan AgribisnisFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 22 Februari 1997,

dari pasangan bapak Supriatin dan ibu Hidayah Supriyati. Penulis

merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis

menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di TK

Dewi Sartika pada tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN

2 Sukabumi Bandar Lampung pada tahun 2008, tingkat pertama

(SLTP) di SMP Negeri 1 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan tingkat atas (SLTA) di

SMA Negeri 2 Bandar Lampung tahun 2014. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui jalur Seleksi Nasional

Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan.

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif sebagai anggota

Bidang Pengkaderan dan Pengabdian Masyarakat di Himpunan Mahasiswa Sosial

Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) tahun 2014-2018, staff Departemen Pendidikan

dan Sumberdaya Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian

Universitas Lampung periode 2016/2017, anggota Komisi Keuangan dan Kontrol

Kelembagaan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian periode

2017/2018, kepala Bidang Keperempuanan di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

Komisariat Pertanian Unila Cabang Bandar Lampung periode 2018/2019.

Penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Dasar-Dasar Penyuluhan dan

Komunikasi pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018 dan mata kuliah Ekonomi

Manajerial pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018. Penulis juga pernah

menjadi penerima Beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) pada tahun ajaran

2016/2017 dan 2017/2018, pernah menjadi Duta Fakultas Pertanian periode

2016/2017.

Pada tahun 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa

Rukti Harjo Kecamatan Seputih Raman Kabupaten Lampung Tengah dan Praktik

Umum (PU) selama 40 hari kerja efektif di PT. Agrokimia Lampung pada bulan Juli-

September 2017.

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,

atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada

Baginda Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan teladan dan

mengubah zaman kegelapan menjadi zaman yang terang benderang.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Kepuasan dan Loyalitas

Konsumen serta Strategi Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang di

Kota Bandar Lampung (Studi Kasus Agroindustri Kerupuk Bawang Winda

Putri)”, banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, bantuan, nasehat, serta

saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga nilainya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung.

2. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si., selaku dosen pembimbing utama,

yang telah memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat

hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku dosen pembimbing anggota yang telah

memberikan semangat, bimbingan, masukan, arahan, dan nasihat hingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi, M.Si., sebagai dosen penguji skripsi

ini, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan.

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis,

atas arahan, bantuan, dan nasehat yang telah diberikan.

6. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik atas

arahan, nasihat dan motivasi yang telah diberikan.

7. Orangtuaku tercinta, Ayahanda Supriatin dan Ibunda Hidayah Supriyati,

serta kakak dan adikku tersayang Rizqi Chandra Aditya dan Muhammad

Faisal Ghifari atas semua cinta, limpahan kasih sayang, dukungan, doa,

kebahagiaan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar

Sarjana Pertanian ini.

8. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah

diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

9. Karyawan-karyawati di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mas

Bukhari, Mba Tunjung, Mba Ayi, Mas Boim, atas semua bantuan yang telah

diberikan.

10. Ibu Nita dan Bapak Erik selaku pemilik Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri atas arahan dan informasi yang telah diberikan.

11. Erik Budi Susanto atas untuk segala doa, motivasi, semangat, dan

bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama proses

menyelesaikan skripsi.

12. Sahabat-sahabat kitnacku, Alvita Raissa, Bella Juliana, Chyntia Saputri,

Indah Mahesa, Nasa Dwi, Sunita Agustina atas masukan, saran,

semangat dan kebahagiaan yang telah diberikan.

13. Para pejuang S.P, Ayu Nirmala Lutfie, Grace Virgine, Dian Widya, Dwi

Febrina, Ferlia Devanda atas masukan, saran, semangat dan humor receh

yang telah diberikan.

14. Kawan-kawan SSD, Hafia Kamarga, Intan Elisa, Nadia Ayu, Martsilia A,

Rahmat Sepriadi, Satria Arif, Muhammad Shofyan, Muhammad Rifai,

Tri Surya, Zerlantio Athena, Hutama Pandu, Ryan Afif, Riski Tuan, atas

semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

15. Kawan-kawan OTW SP, Measi Arsita, Nanda Nur Rohma, Putri

Anesabella, Ristiana Restuti, Nani Widi, Olpa Fuji, Rana Cindi,

Oktarina, atas semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama

ini.

16. Tim recetku, Fadia Rasyqa, Dhia Andarifika, Elok Dinar, Ayu Triana,

atas semangat, fikiran, dukungan, strategi, dan doa yang telah diberikan

selama ini.

17. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Syendita, Shofi, Shelma,

Devira, Karina, Kiki D, Rosi T, Yohana, Yolanda, Vidia, Vita, Aurora,

Othi, Peggi, Mamat, Dete, Faakhira, Fajar, Fikih, Cindy P, Reza, Oka,

Mustopa, Yudia, Iis, Kiki M, Novia C, Razana, dan kawan-kawan

agribisnis 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas semangat,

dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

18. Adik-adik Agribisnis, Puput, Weni, Bunga, Nadia, Eci, Dini, Annisa A,

Una, Yasmin, Evita, Risca, Nevi, Mute, Ervina, Aisy, Nanda, Tiya, Elsa,

dll , atas semangat, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

19. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Pertanian

Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan dan motivasi

dalam menyelesaikan skripsi penulis.

20. AGB 2011, 2012, 2013, 2015, dan 2016 yang senantiasa selalu

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

21. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi

semoga tugas akhir yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi

banyak pihak di masa yang akan datang. Semoga Allah SWT membalas budi baik

berbagai pihak atas segala yang telah diberikan kepada penulis.

Bandar Lampung, 21 September 2018Penulis,

Nurul Fajri Indah Lestari

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 11

D. Manfaat Penelitian 11

II. TINJAUAN PUSATAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 13

1. Ubi Kayu 13

2. Kerupuk 14

3. Proses Pembuatan Kerupuk Bawang 15

4. Agribisnis dan Agroindustri 17

5. Kepuasan Konsumen 19

6. Loyalitas Konsumen 21

7. Konsep Strategi Pengembangan 26

8. Lingkungan Internal 28

9. Lingkungan Eksternal 30

10. Analisis SWOT 35

11. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) 38

12. Hasil Penelitian Terdahulu 40

B. Kerangka Pemikiran 50

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar 54

B. Konsep dan Definisi Operasional 54

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian 62

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 64

E. Metode Analisis Data 64

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 87

B. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Senang 89

C. Gambaran Umum Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri 91

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Konsumen Produk Kerupuk Bawang 96

B. Atribut Produk Kerupuk Bawang 99

C. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen

Kerupuk Bawang 104

D. Keadaan Umum Responden Agroindustri 116

E. Kondisi Internal Agroindustri . 117

F. Kondisi Eksternal Agroindustri 132

G. Matriks Internal Eksternal 139

H. Tahap Pengambilan Keputusan 143

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 150

B. Saran 152

DAFTAR PUSTAKA 153

LAMPIRAN 158

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kandungan gizi beras dan ubi kayu (per 100g) 3

2. Produksi ubi kayu menurut provinsi tahun 2011-2015 4

3. Jumlah tenaga kerja Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

tahun 2015 - 2018 7

4. Jumlah pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

tahun 2015 - 2018 8

5. Kandungan gizi per 100 gr ubi kayu 14

6. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) 40

7. Hasil penelitian terdahulu 41

8. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupuk bawang 65

9. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan kerupuk

bawang 66

10. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat loyalitas kerupuk bawang 67

11. Skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaan 68

12. Penentuan tingkat kepuasan dan interprestasi CSI 69

13. Perhitungan switcher buyer 70

14. Rentang skala analisis CSI 70

15. Perhitungan habitual buyer 71

16. Rentang skala analisis CSI 72

17. Perhitungan satisfied buyer 72

18. Rentang skala analisis CSI 73

19. Perhitungan liking the brand 74

20. Rentang skala analisis CSI 74

21. Perhitungan commited buyer 75

22. Rentang skala analisis CSI 76

23. Kerangka matriks faktor strategi untuk kekuatan 82

24. Kerangka matriks faktor strategi untuk kelemahan 82

25. Kerangka matriks faktor strategi untuk peluang 83

26. Kerangka matriks faktor strategi untuk ancaman 83

27. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan luas wilayah 89

28. Jumlah tenaga kerja pada agroindustri kerupuk bawang Winda Putri 94

29. Sebaran responden berdasarkan umur, dan tingkat pendidikan 97

30. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dan pendapatan 98

31. Penilaian tingkat kinerja kerupuk bawang 100

32. Penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kerupuk

Bawang Winda Putri 105

33. Perhitungan CSI kerupuk bawang Winda Putri 106

34. Responden yang sensitif terhadap perubahan harga (switcher buyer) 110

35. Responden yang membeli kerupuk bawang karena faktor kebiasaan

(habitual buyer) 111

36. Responden yang membeli kerupuk bawang karena kepuasan

(statisfied buyer) 112

37. Responden yang membeli kerupuk bawang karena menyukai merek

(liking the brand) 113

38. Responden yang bersedia merekomendasi kerupuk bawang kepada

orang lain (commited buyer) 114

39. Analisis pendapatan per produksi Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri 125

40. Tenaga kerja agroindustri 127

41. Matriks IFE (Internal Factors Evaluation) 132

42. Matriks EFE (Eksternal Factors Evaluation) 138

43. Total alternatif skor pada 15 strategi 144

44. Empat startegi prioritas Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 145

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan alir produksi kerupuk bawang 17

2. Sistem agribisnis 18

3. Piramida loyalitas merek rendah 23

4. Piramida loyalitas merek tinggi 24

5. Skema rantai nilai industri dari agroindustri Winda Putri 29

6. Model untuk strategi korporat 37

7. Kerangka pemikiran 53

8. Model untuk strategi 85

9. Bentuk matriks SWOT 86

10. Struktur organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 93

11. Tata letak/layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 94

12. Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri 95

13. Piramida loyalitas kerupuk bawang Winda Putri 115

14. Tepung tapioka yang digunakan dalam pembuatan kerupuk

bawang 118

15. Mesin pembuat adonan yang digunakan dalam pembuatan

kerupuk bawang 118

16. Mesin cetakan yang digunakan dalam pembuatan kerupuk bawang 119

17. Mesin kukus yang digunakan dalam pembuatan

kerupuk bawang 119

18. Penjemuran kerupuk bawang 119

19. Mesin oven yang digunkan dalam pembuatan kerupuk bawang 120

20. Proses penggorengan kerupuk bawang 120

21. Proses pengemasan kerupuk bawang 120

22. Produk kerupuk bawang Winda Putri 121

23. Cetakan kerupuk yang digunakan dalam kegiatan produksi 121

24. Ebeng yang digunakan dalam proses penjemuran kerupuk bawang 122

25. Timbangan yang digunakan dalam kegiatan agroindustri 122

26. Drum yang digunakan dalam pencampuran adonan kerupuk

bawang 122

27. Peta matriks internal eksternal (IE) 141

28. Matriks SWOT strategi pengembangan Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri 142

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan pangan adalah salah satu pilar pembangunan di Indonesia,

mengingat pentingnya pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam

Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 dinyatakan bahwa ketahanan pangan

adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik

jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau

serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat

untuk dapat hidup, sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Saat ini

ketahanan pangan masih merujuk kepada salah satu pangan pokok saja, yaitu

beras.

Beras merupakan makanan pokok utama bagi masyarakat Indonesia sebagai

sumber karbohidrat. Kementerian Perdagangan (2014) menyebutkan bahwa

jumlah konsumsi beras Indonesia berkisar dua kali lebih besar dari beberapa

negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Data Survai Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) tahun 2015 menyatakan bahwa rata-rata konsumsi beras

di Indonesia adalah 233 gram/kapita/hari (Badan Pusat Statistik, 2015a).

Kebutuhan beras yang tinggi menyebabkan Indonesia melakukan impor beras

2

dari negara lain. Oleh karena itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk mengurangi jumlah konsumsi beras adalah melalui program

diversifikasi pangan.

Diversifikasi pangan adalah program yang dilakukan agar masyarakat tidak

terpaku pada satu jenis makanan pokok saja dan terdorong juga untuk

mengkonsumsi bahan pangan lainnya sebagai pengganti makanan pokok

(beras) yang selama ini dikonsumsi. Menurut Riyadi (2003), diversifikasi

pangan merupakan suatu proses pemilihan pangan yang tidak hanya

tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi memiliki beragam pilihan

(alternatif) terhadap berbagai bahan pangan. Penganekaragaman pangan

ditujukan tidak hanya untuk mengurangi ketergantungan akan jenis pangan

tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula untuk mencapai keberagaman

komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan kualitas gizi

masyarakat.

Pandangan masyarakat yang menganggap beras adalah sumber energi utama

perlu dihapuskan dengan mencari alternatif pangan pengganti beras. Bahan

makanan yang dapat menjadi pengganti beras adalah bahan makanan yang

memiliki kandungan gizi yang serupa atau lebih tinggi dari beras. Salah satu

bahan makanan yang memiliki kandungan gizi yang serupa adalah ubi kayu

yang berasal dari golongan umbi-umbian. Tingkat kandungan gizi yang

terdapat dalam beras dan ubi kayu disajikan pada Tabel 1.

3

Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram beras dan ubi kayu

No Komponen Gizi Satuan Kadar(beras)

Kadar(ubi kayu)

1 Kalori Kal 129,00 146,00

2 Protein g 2,66 1,20

3 Lemak g 0,34 0,30

4 Karbohidrat g 27,9 34,70

5 Kalsium mg 1,00 33,00

6 Fosfor mg 0,00 40,00

7 Zat besi mg 0,40 0,70

8 Vitamin A SI 0,00 0,00

9 Vitamin B1 mg 0,00 0,06

10 Vitamin C mg 0,00 30,00

11 Air g 0,00 62,50Sumber: Depkes RI (2005)

Tabel 1 menunjukkan bahwa komponen gizi yang dimiliki beras dan ubi kayu

berbeda. Kandungan gizi yang dimiliki ubi kayu lebih banyak daripada

beras. Hal tersebut menyebabkan ubi kayu dapat dijadikan sebagai bahan

diversifikasi pangan karena memiliki kandungan karbohidrat dan kalori yang

lebih tinggi dibandingkan beras. Selain itu, ubi kayu memiliki produksi yang

tinggi serta banyak dimanfaatkan dalam rumah tangga.

Badan Pusat Statistik (2015b) menyatakan bahwa Provinsi Lampung

merupakan provinsi penghasil ubi kayu nomor satu di Indonesia, sehingga ubi

kayu dapat menjadi pilihan untuk dijadikan pangan pokok program

diversifikasi pangan. Provinsi Lampung memiliki potensi pemanfaatan

tanaman ubi kayu yang dapat dijadikan sebagai alternatif pangan pengganti

beras sehingga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras.

Jumlah produksi ubi kayu di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 2.

4

Tabel 2. Produksi ubi kayu tertinggi menurut provinsi (ton) tahun 2011- 2015

Provinsi Produksi Ubi Kayu(ton)2011 2012 2013 2014 2015

Sumatera Utara 1.091.711 1.171.520 1.518.221 1.383.346 1.619.495

Sumatera Selatan 159.346 143.565 165.250 220.014 217.807

Lampung 9.193.676 8.387.351 8.329.201 8.034.016 7.387.084

Jawa Barat 2.058.785 2.131.123 2.138.532 2.250.024 2.000.224

Jawa Tengah 3.501.458 3.848.462 4.089.635 3.977.810 3.571.594

DI Yogyakarta 867.596 866.357 1.013.565 884.931 873.362

Jawa Timur 4.032.081 4.246.028 3.601.074 3.635.454 3.161.573

Bali 166.291 147.201 156.953 131.887 86.070

Nusa Tnggara Timur 962.128 892.145 811.166 677.577 637.315

Sulawesi Tengah 83.139 93.642 100.950 84.688 47.295

Sulawesi Selatan 370.125 682.995 433.399 478.486 565.958

Sulawesi Tenggara 164.850 175.719 180.680 175.086 175.095

Jumlah22.651.186 22.786.108 22.538.626 21.933.319 20.342.872

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015b

Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi ubi kayu tertinggi dihasilkan Provinsi

Lampung. Pada tahun 2011-2015 produksi ubi kayu di Provinsi Lampung

mengalami penurunan sebesar 0,0416 persen. Meskipun produksi ubi kayu

mengalami penurunan, tetapi Provinsi Lampung tetap menjadi penghasil ubi

kayu nomor satu di Indonesia. Pada tahun 2015 produksi ubi kayu di

Provinsi Lampung menempati urutan pertama sebesar 7.387.084 ton. Jumlah

produksi ubi kayu di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 21.801.415 ton. Jadi

kontribusi Provinsi Lampung dalam produksi ubi kayu di Indonesia pada

tahun 2015 yaitu sebesar 33,87 persen dengan kata lain, lebih dari

seperempat produksi ubi kayu di Indonesia berasal dari Provinsi Lampung.

Jumlah produksi ubi kayu yang tinggi dapat mendukung keberhasilan

program diversifikasi pangan.

Masyarakat Provinsi Lampung saat ini sedang menjalankan program

diversifikasi pangan melalui proses pengolahan ubi kayu menjadi berbagai

5

macam bentuk olahan makanan. Beberapa olahan makanan yang

menggunakan bahan baku utama ubi kayu yaitu beras siger (Ariesta , 2014),

Bazai (2017) meneliti bihun tapioka yang merupakan produk olahan ubi

kayu, dimana bihun tapioka merupakan bihun atau mi yang terbuat dari bahan

dasar hasil diversifikasi produk olahan singkong yaitu tepung tapioka.

Penelitian Syafani (2015) menyatakan bahwa tiwul merupakan makanan

tradisional yang merupakan hasil olahan dari ubi kayu. Valentina (2009)

menyatakan keripik singkong merupakan bahan olahan dengan bahan baku

utamanya berasal dari ubi kayu. Penelitian Nurhabibah (2016) menyatakan

bahwa getuk merupakan makanan tradisonal berbahan baku utama ubi kayu.

Pada penelitian Desnita (2015) produk yang berbahan baku ubi kayu adalah

gaplek. Dari beberapa olahan makanan berbahan dasar ubi kayu salah

satunya adalah kerupuk.

Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku utama tepung

tapioka yang berasal dari pengolahan ubi kayu. Kerupuk sudah banyak

dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa seperti, kerupuk udang, kerupuk

ikan, kerupuk bawang, kerupuk kemplang, kerupuk aci dan lain sebagainya.

Salah satu kerupuk yang sering dikonsumsi masyarakat adalah kerupuk

bawang.

Kerupuk bawang merupakan hasil olahan antara tepung tapioka, ikan, dan

bawang yang dicampur menjadi satu kesatuan. Proses diversifikasi pangan

diharapkan dapat berjalan dengan cepat melalui produk kerupuk bawang

mengingat kerupuk merupakan jenis makanan yang digemari oleh

6

masyarakat. Proses pengolahan kerupuk bawang tersebut dilakukan dalam

sebuah usaha agroindustri. Afandi (2009) menyatakan agroindustri adalah

salah satu bagian sektor industri pengolahan yang mempunyai kontribusi

besar terhadap laju pertumbuhan perekonomian di Provinsi Lampung. Selain

itu agroindustri juga memiliki peran penting dalam laju percepatan

diversifikasi pangan.

Kota Bandar Lampung merupakan kota terbesar di Provinsi Lampung.

Perekonomian Kota Bandar lampung yang maju dan berkembang pesat,

disumbangkan oleh peranan signifikan sektor industri pengolahan (Bank

Indonesia, 2012). Kota Bandar Lampung juga merupakan kota di Provinsi

Lampung yang banyak memiliki usaha pengolahan ubi kayu menjadi

kerupuk. Salah satu agroindustri di Bandar Lampung adalah Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri.

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri ini merupakan agroindustri yang

memproduksi kerupuk bawang dan berlokasi di Kecamatan Tanjung Senang

Kota Bandar Lampung. Agroindustri kerupuk bawang ini tergolong ke dalam

usaha mikro dimana omset yang diterima agroindustri ini masih kurang dari

Rp 50.000.000,00. Selain itu agroindustri ini mampu memproduksi kerupuk

bawang yang nantinya akan menjual kembali kerupuk bawang tersebut

kepada hingga 7 kuintal dalam sekali produksi. Pelanggan dari agroindustri

ini adalah pedagang besar pengecer dan konsumen akhir. Proses

pengembangan agroindustri tidak terlepas dari konsumen atau pelanggan.

Hal ini dikarenakan pelanggan merupakan faktor utama atau faktor paling

7

penting dalam kegiatan usaha. Banyak sedikitnya pelanggan dari suatu

agroindustri dapat mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu agroindustri.

Pelanggan juga merasakan kepuasan dan mempunyai kesetiaan yang berbeda

terhadap suatu produk. Mengetahui kepuasan dan kesetiaan kerupuk bawang

Winda Putri perlu dilakukan analisis tingkat kepuasan dan loyalitas

konsumen, agar agroindustri ini mampu membuat konsumen menjadi setia

kepada produknya sehingga menjadi pelanggan tetap Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri. Di sisi lain Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

ini belum dapat memaksimalkan keadaan lingkungan internal dan lingkungan

eksternalnya. Pada lingkungan internalnya, ternyata jumlah tenaga kerjanya

masih tetap atau belum mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir.

Tabel 3 menunjukkan jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri. Seluruh tenaga kerja yang ada di Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri adalah laki-laki.

Tabel 3. Jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri tahun 2015 - 2018

No Tahun Jumlah Tenaga Kerja (orang)1 2015 102 2016 143 2017 144 2018 14

Sumber : Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Agroindustri ini masih dalam tahap pengembangan. Hal ini dibuktikan dari

faktor eksternalnya yaitu pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda

Putri yang mengalami peningkatan. Tabel 4 menunjukkan jumlah pelanggan

dari Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.

8

Tabel 4. Jumlah pelanggan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putritahun 2015 – 2018

No Tahun Jumlah Pelanggan1 2015 92 2016 143 2017 184 2018 20

Sumber : Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa jumlah pelanggan Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri di setiap tahunnya mengalami peningkatan

jumlah pelanggan. Peningkatan jumlah pelanggan terjadi mulai dari tahun

2015, peningkatan jumlah pelanggan terbesar terjadi pada tahun 2015-2016

yaitu meningkat sebanyak 5 pelanggan dan peningkatan terendah terjadi pada

tahun 207-2018 yaitu sebanyak 2 orang.

Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 4 dapat menunjukkan bahwa agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri masih berupaya untuk meningkatkan

perkembangan usahanya. Upaya yang dapat dilakukan oleh agroindustri ini

adalah menyusun strategi yang tepat. Berdasarkan latar belakang masalah

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Analisis Kepuasan, Loyalitas Konsumen dan Strategi Pengembangan

Agroindustri Kerupuk Bawang di Kota Bandar Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri merupakan salah satu agroindustri

yang berada di Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung yang

9

kegiatannya memproduksi kerupuk bawang. Agroindustri ini berdiri sejak

tahun 2014. Saat ini, Agroindustri Kerupuk Winda Putri masih dalam tahap

pengembangan, dimana hal ini terlihat dari umur agroindustri yang baru

berjalan 4 tahun. Produksi dari agroindustri ini cukup besar yaitu hingga 7

kuintal per satu kali produksi, namun agroindustri ini juga belum mengalami

peningkatan jumlah tenaga kerja atau sumberdaya manusia pada tiga tahun

terakhir. Konsumen dari agroindustri kerupuk masih selalu meningkat. Selain

itu kegiatan pemasaran yang dilakukan hanya menggunakan promosi dari

mulut ke mulut. Wi layah pemasarannya belum luas atau masih dalam lingkup

Kota Bandar Lampung saja.

Oleh karena itu, agroindustri kerupuk ini membutuhkan strategi yang tepat

untuk mengembangkan usahanya. Penyusunan strategi pengembangan

dilakukan dengan menganalisis lingkungan agroindustri, baik lingkungan

internal maupun lingkungan eksternal. Kekuatan dan kelemahan merupakan

penilaian lingkungan internal agroindustri, sedangkan peluang dan ancaman

merupakan penilaian lingkungan eksternal dalam pembuatan strategi

pengembangan agroindustri. Proses pengembangan usaha juga tidak terlepas

dari konsumen atau pelanggan. Konsumen atau pelanggan merupakan salah

satu faktor eksternal dari penyusunan strategi pengembangan. Hal ini

dikarenakan pelanggan merupakan faktor utama atau faktor paling penting

dalam kegiatan usaha, banyak sedikitnya pelanggan dari suatu agroindustri

dapat mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu agroindustri.

10

Pelanggan merasakan kepuasan dan kesetiaan yang berbeda terhadap produk

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Untuk mengetahuinya perlu

dilakukan analisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen, agar agroindustri

ini mampu membuat pelanggan menjadi setia kepada produknya sehingga

menjadi pelanggan tetap Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Oleh

sebab itu, Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri menjadi lokasi

penelitian karena memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi lebih baik

lagi melalui strategi pengembangan yang nantinya akan dihasilkan dari

penelitian ini. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana kepuasan konsumen terhadap produk Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri?

2) Bagaimana loyalitas konsumen terhadap produk Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri?

3) Bagaimana kondisi lingkungan internal Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri?

4) Bagaimana kondisi lingkungan eksternal Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri?

5) Bagaimana strategi yang tepat untuk pengembangan usaha Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri?

11

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Mengidentifikasi tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri

2) Mengidentifikasi tingkat loyalitas konsumen terhadap produk Agroindustri

Kerupuk Winda Putri

3) Mengidentifikasi kondisi lingkungan internal Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri.

4) Mengidentifikasi kondisi lingkungan eksternal Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri.

5) Menyusun strategi yang tepat untuk pengembangan usaha Agroindustri

Kerupuk Bawang Winda Putri.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1) Manfaat bagi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.

Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memilih berbagai

pilihan alternatif strategi usaha yang dapat diterapkan oleh Agroindustri

Kerupuk Winda Putri guna mengembangkan usahanya di bidang agribisnis.

2) Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi

masyarakat yang hendak ataupun sedang melaksanakan usaha dalam

menentukan strategi pengembangan usaha.

12

3) Manfaat bagi pemerintah

Penelitian ini dapat membantu dan dapat dijadikan sebagai bahan

pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan terkait yang

sesuai bagi perusahaan terkait.

4) Manfaat bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber referensi serta

masukan bagi penelitian sejenis selanjutnya.

13

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Ubi Kayu

Ubi kayu atau singkong merupakan tanaman pangan dengan sumber

karbohidrat yang berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon

merupakan tanaman perdu. Ubi kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya

dari Brasil. Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,

Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu berkembang di negara-negara

yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (Purwono, 2009).

Menurut Devendra dalam Putri (2017) tanaman ubi kayu atau singkong

memiliki produk utama yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu daun 6

persen, batang 44 persen dan umbi 50 persen. Singkong kaya akan

karbohidrat yaitu sekitar 80 persen – 90 persen dengan pati sebagai

komponen utamanya

Bagian umbi pada tanaman ubi kayu sangat bermanfaat untuk di konsumsi,

selain sebagai tanaman yang mengandung karbohidrat, ubi kayu juga

memiliki kandungan gizi yang lain seperti kalori, protein, lemak, kalium,

fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B, vitamin C1 dan air yang bermanfaat

14

bagi tubuh. Kandungan gizi per 100 gram dari tanaman ubi kayu disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan gizi per 100 gram ubi kayu

No. Komponen Gizi Satuan Kadar1. Kalori Kal 146,002. Protein G 1,203. Lemak G 0,304. Karbohidrat G 34,705. Kalium Mg 33,006. Fosfor Mg 40,007. Zat Besi Mg 0,708. Vitamin A SI 0,009. Vitabin B Mg 0,0610. Vitamin C1 Mg 30,0011. Air g 62,5012. Bagian yang dapat

Dimakan% 75,00

Sumber: Depkes RI (2005)

2. Kerupuk

Kerupuk merupakan jenis makanan kering dengan bahan baku tepung

tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

misalnya, kerupuk udang, kerupuk ikan, kerupuk bawang, dan kerupuk

rasa keju. Beberapa hal yang dipersyaratkan yang dapat memengaruhi

kualitas kerupuk adalah warna menarik, permukaan bekas irisan rata,

ketebalan sama rata, mengembang 3-5 kali saat digoreng, dan memiliki

cita rasa yang kompak (Suprapti, 2005).

Banyak jenis kerupuk dibuat orang, mulai dari kerupuk yang dibuat dari

beras, tepung terigu, ataupun dari tepung tapioka. Berdasarkan bahan

bakunya kerupuk dapat dibagi menjadi kerupuk udang, kerupuk ikan,

15

kerupuk bawang dan jenis kerupuk lainnya sesuai dengan bahan dasar

pembuatannya. Kerupuk tapioka mempunyai kandungan protein yang

rendah. Hal ini dikarenakan kadar protein bahan baku yang digunakan

(tepung tapioka) rendah. Penambahan ikan, tepung udang dan sumber

protein lainnya pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan

kandungan protein kerupuk yang dihasilkan

Menurut cara pengolahannya kerupuk dikelompokkan atas kerupuk yang

digoreng dan kerupuk yang dipanggang atau dibakar. Selain itu kerupuk

dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu kerupuk yang bersumber protein baik

protein nabati atau hewani dan kerupuk yang tidak bersumber dari protein.

3. Proses Pembuatan Kerupuk Bawang

Kerupuk bawang merupakan makanan kering berbahan baku tepung

tapioka dengan bahan tambahan ikan dan bawang. Kerupuk bawang

berbentuk bundar dengan tekstur keriting atau melingkar. Proses

pembuatan kerupuk bawang adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan adonan

Pembuatan adonan dilakukan dengan cara mencampur tepung tapioka

sebagai bahan utama serta tambahan bahan lainnya seperti ikan,

bawang, dan penyedap rasa. Setelah bahan-bahan dicampurkan lalu

adonan diaduk pada mesin baloan (mesin pengaduk).

2. Pencetakan

Setelah adonan dicampur, bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam

mesin cetakan kerupuk dan ditempatkan ke dalam cetakan.

16

3. Pengukusan

Setelah dicetak, kerupuk tersebut dikukus di dalam panci besar selama

tiga puluh menit agar adonan menyatu dan tidak hancur ketika

digoreng.

4. Penjemuran

Kerupuk yang sudah dikukus kemudian dijemur pada siang hari sesuai

dengan cuaca. Penjemuran dilakukan selama 1-2 hari.

5. Pengovenan

Kerupuk yang sudah dijemur selanjutnya dioven. Pengovenan

dilakukan agar kerupuk bawang menjadi kering dan tidak ada lagi

kandungan air di dalamnya. Pengovenan dilakukan selama 2-3 jam.

6. Penggorengan

Tahap selanjutnya adalah menggoreng kerupuk yang sudah dijemur

dan dioven agar menjadi kerupuk bawang yang siap konsumsi.

Penggorengan dilakukan denggan menggunakan minyak dalam satu

kali produksi sebanyak 200-300 liter pemakaian dan menggunakan

kayu bakar sebagai bahan bakarnya.

7. Pengemasan

Pengemasan dilakukan setelah kerupuk sudah digoreng dan

dikeringkan. Pengemasan bertujuan agar mempermudah produk

untuk dijual ke konsumen.

17

Ringkasan tahapan pembuatan kerupuk bawang selengkapnya dijelaskan

pada Gambar 1.

.

Gambar 1. Bagan alir produksi kerupuk bawang

4. Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis merupakan suatu kegiatan yang utuh dan tidak dapat terpisah

antara satu kegiatan dan kegiatan lainnya, mulai dari proses produksi,

pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan

kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001). Agribisnis merupakan sebuah

rantai dari hulu sampai ke hilir yang di dalamnya mencakup pengadaan,

prosesing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan

oleh para petani. Menurut Sjarkowi dan Sufri (2004) agribisnis

merupakan setiap usaha yang berkaitan dengan kegiatan produksi

pertanian, yang meliputi pengusahaan input pertanian dan atau

Tepung Tapioka dan Bahanlain

Pembuatan adonan

PencetakanPengukusan

Penjemuran Pengovenan

PenggorenganKerupuk Bawang

Pengemasan

18

pengusahaan produksi itu sendiri atau pun juga pengusahaan pengelolaan

hasil pertanian. Agribisnis adalah sistem dimana merupakan kumpulan

dari beberapa subsistem yang saling berinteraksi di dalamnya dan

membentuk suatu hubungan. Gambar 2 menunjukan sistem agribisnis

beserta subsistemnya.

Gambar 2. Sistem agribisnis (Abdul, 2001)

Setiap subsistem agribisnis saling berkaitan satu sama lain, sistem agribisnis

hulu (up stream – off farm agribusiness) pada subsistem ini merupakan

kegiatan pengadaan sarana produksi bagi pertanian seperti pupuk, bibit,

pestisida, obat-obatan, dan lain-lain. Pada subsistem usahatani (on farm

agribusiness) pada subsistem ini yaitu kegiatan usahatani seperti budidaya

yang dilakukan dengan penggunaan sarana produksi yang dihasilkan dari

subsistem agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian. Subsistem

agribisnis hilir (down stream – off farm agribusiness) merupakan kegiatan

ekonomi yang dilakukan mulai dari pasca panen, pengemasan,

Agribisnis hulu (up Usahatani (on farm Agribisnis hilir (downstream – off farm agribusiness) stream – off farm

agribusiness) agribusiness)

Pupuk, bibit, alat dan Pasca panen,mesin, pestisida, obat- Budidaya pengemasan,

obatan, sarana penyimpanan,produksi dll. pengolahan produk,

distribusi dll.

Kelembagaan dan kegiatan penunjang (supporting institution and activities)

Bank, asuransi, pendidikan, penyuluhan, latihan, konsultasi kebijakanpemerintah dll.

19

penyimpanan, pengolahan, distribusi, dan lain-lain. Dari ketiga subsistem

ini dibutuhkan juga subsistem ke empat yaitu kelembagaan dan kegiatan

penunjang (supporting institution and activities) berupa bank, asuransi,

pendidikan, penyuluhan, dan lain-lain yang merupakan bagian dari

pembangunan subsistem agribisnis.

Agroindustri merupakan subsistem agribisnis yang memproses dan

mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan menjadi barang-barang setengah jadi ataupun

barang-barang jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Agroindustri

merupakan kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan

baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan

tersebut (Soekartawi, 2001). Agroindustri adalah bagian dari agribisnis,

yaitu industri yang mengubah produk hasil pertanian yang berasal dari

nabati maupun hewani, menjadi produk dalam rangka meningkatkan nilai

tambah dari produk. Menurut Soekartawi (2000) ciri penting dari

agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung pada mesin, memiliki

manajemen usaha yang moderen, skala usaha yang optimal dan efisien serta

mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

5. Kepuasan Konsumen

Menurut Mowen dan Minor (2002), kepuasan konsumen adalah keseluruhan

sikap yang ditunjukkan oleh seorang konsumen terhadap suatu produk baik

barang dan jasa setelah mereka membeli dan menggunakan barang tersebut.

20

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari

perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan

yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut

( Sumarwan, 2003).

Menurut Irawan (2003) terdapat lima komponen yang dapat mendorong

kepuasan konsumen, yaitu:

1) Kualitas produk dimana kualitas produk menyangkut lima elemen, yaitu

performance, reliability, conformance, durability, dan consistency.

Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa

produk yang mereka gunakan berkualitas.

2) Kualitas pelayanan, dimana pelanggan akan merasa puas apabila

pelayanan yang baik yang sesuai dengan yang diharapkan. Dimensi

kualitas pelayanan menurut konsep servqual meliputi reliability,

responsiveness, assurance, empathy, dan tangible. Dalam banyak hal,

kualitas pelayanan mempunyai daya diferensiasi yang lebih kuat

dibandingkan dengan kualitas produk.

3) Faktor emosional, dimana kepuasan konsumen yang diperoleh pada saat

menggunakan suatu produk yang berhubungan dengan gaya hidup.

Kepuasan pelanggan didasari atas rasa bangga, rasa percaya diri, simbol

sukses, dan sebagainya.

4) Harga, dimana komponen harga sangat penting karena dinilai mampu

memberikan kepuasan yang relatif besar. Harga yang murah akan

memberikan kepuasan bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga

karena mereka akan mendapat value for money yang tinggi.

21

5) Kemudahan, dimana komponen ini berhubungan dengan biaya untuk

memperoleh produk atau jasa. Pelanggan akan semakin puas apabila

relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau

pelayanan. Seorang pelanggan akan mengevaluasi kualitas layanan

berdasarkan persespsi mereka.

6. Loyalitas Konsumen

Loyalitas konsumen atau kesetiaan konsumen adalah bila konsumen puas

pada pembelian pertama, maka pada pembelian berikutnya dilakukan

berulang-ulang pada satu merek, pengambilan keputusan tidak lagi

diperlukan karena konsumen telah mengetahui secara mendalam mengenai

merek tersebut (Suryani, 2008). Loyalitas pada konsumen terjadi

disebabkan karena kepuasan konsumen terhadap merek yang digunakan

secara terus menerus sehingga menyebabkan konsumen menjadi puas dan

loyal terhadap suatu merek.

Merujuk jurnal penelitian Gadung, Zakaria dan Murniati (2015) konsumen

dikatakan loyal apabila nilai dari committed buyer lebih besar dibandingkan

switcher buyer. Masing-masing tingkatan menunjukkan tantangan yang

harus dihadapi sekaligus sebagai aset yang dapat di manfaatkan, dibawah ini

adalah tingkatan loyalitas:

a. Switcher atau Price Buyer

Tingkat ini adalah tingkat loyalitas paling dasar dimana pembeli

berpindah-pindah, peka terhadap perubahan harga, dan tidak ada loyalitas

merek atau sama sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang

22

ditawarkan. Pada tingkatan ini, konsumen lebih memperhatikan harga

dalam melakukan pembelian produk.

b. Habitual Buyer

Pada tingkat ke dua ini, pembeli dapat disebut sebagai pembeli tipe

kebiasaan (habitual buyer). Pada tingkat ini, para pembeli merasa puas

dengan produk yang digunakan, minimal tidak mengalami kekecewaan.

Pada dasarnya, tidak terdapat dimensi ketidakpastian yang cukup

memadai untuk mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian

ke merek lain memerlukan suatu tambahan biaya.

c. Satisfied Buyer

Pada tingkat ke tiga ini terdapat orang-orang yang puas, namun pembeli

menanggung biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang

atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke

merek lain. Pembeli pada tingkat ini, biasanya disebut pembeli loyal

yang merasakan adanya suatu pengorbanan apabila melakukan

penggantian merek lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.

d. Liking The Brand

Pada tingkat keempat ini, konsumen benar-benar meyukai merek dari

produk tersebut. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,

karena terdapat perasaan emosi onal dalam menyukai merek. Pilihan

mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti

simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan

kualitas yang tinggi.

23

e. Commited Buyer

Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia terhadap merek.

Konsumen mempunyai suatu kebanggaan dalam menemukan atau

menjadi pengguna satu merek. Merek tersebut sangat penting bagi

konsumen baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi mengenai siapa

konsumen sebenarnya (committed buyer). Bentuk piramida loyalitas

dapat dilihat pada Gambar 3.

Committed buyer

Liking the brand

Satisfied buyer

Habitual buyer

Switcher buyer

Gambar 3. Piramida loyalitas merek yang rendah (Durianto, 2004)

Tingkatan brand loyalty mewakili tantangan pemasar yang berbeda dan

mewakili tipe aset yang berbeda dalam pengelolaan dan eksploitasinya

(Durianto dan Sitinjak, 2004). Piramida brand loyalty di atas menjelaskan

bahwa loyalitas dari merek tersebut masih rendah, hal ini dikarenakan

semakin tinggi brand loyalty-nya maka piramida menyatakan bahwa

loyalitas merek tersebut masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena

semakin tinggi brand loyalty-nya, luas piramidanya semakin kecil, yang

berarti bahwa kuantitas konsumennya semakin kecil pula. Piramida brand

24

loyalty yang baik adalah piramida yang berbentuk terbalik disajikan pada

Gambar 4.

Commited buyer

Liking the brand

Satisfied buyer

Habitual buyer

Switcher buyer

Gambar 4. Piramida loyalitas merek yang tinggi (Durianto, 2004)

Durianto (2004) menyatakan bahwa tiap tingkatan loyalitas mewakili

tantangan pemasar yang berbeda dan mewakili tipe aset yang berbeda

dalam pengelolaan dan eksploitasinya. Piramida yang baik adalah yang

berbentuk piramida terbalik, dimana nilai committed buyer lebih besar dari

nilai switcher buyer. Seorang konsumen akan melalui beberapa tahapan

untuk sampai menjadi konsumen yang loyal. Tahap untuk menjadi

konsumen yang loyal tebagi ke dalam tujuh tahap, menurut Griffin (2005)

sebagai berikut:

1 ) Tersangka

Semua orang yang mungkin akan membeli barang atau jasa perusahaan

meskipun belum mengetahui apapun mengenai jasa yang ditawarkan.

25

2) Yang diharapkan

Seseorang yang memiliki kebutuhan akan barang atau jasa tertentu dan

mempunyai kemampuan untuk membelinya.

3) Yang tidak berkemampuan

Seseorang yang telah mengetahui keberadaan barang atau jasa tertentu

akan tetapi tidak mempunyai kemampuan atau tidak membutuhkan

barang tersebut.

4) Pembeli yang baru

Konsumen atau pelanggan yang membeli untuk pertama kalinya,

mereka masih merupakan pelanggan baru perusahaan.

5) Pembeli berulang-ulang

Konsumen atau pelanggan yang melakukan pembelian suatu produk

dua 3 atau 4 kali atau lebih.

6) Pelanggan tetap Konsumen

yang membeli semua barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan

kebutuhan mereka yang dilakukan secara teratur.

7) Pelanggan tetap dan pendukung

Pelanggan tetap dan pendukung membeli seluruh barang atau jasa yang

ditawarkan sesuai dengan kebutuhan secara teratur serta memberikan

rekomendasi tentang barang atau jasa yang mendorong orang lain untuk

melakukan pembelian terhadap barang atau jasa perusahaan.

26

7. Konsep Strategi Pengembangan

Menurut Hunger dan Wheelen (2003) manajemen strategis adalah

serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja

perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliput

pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau

perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta

pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan

evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan

kelemahan perusahaan. Proses manajemen strategis meliputi empat

elemen dasar yaitu :

1) Pengamatan lingkungan

yang berada diluar organisasi dan tidak secar khusus ada dalam

pengendalian jangka pendek dari manajemen puncak. Sedangkan

lingkungan internal terdiri dari beberapa variable-variabel yang ada

didalam organisasi tetapi biasanya dalam pengendalian jangka pendek

dari manajemen puncak.

2) Perumusan strategi

Perumusan strategi adalah pengembangan rencana jangka panjang

untuk manajemen efektif dari kesempatan dan ancaman lingkungan,

dilihat dari kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perumusan strategi

meliputi menentukan misi perusahaan, menentukan tujuan-tujuan

yang dapat dicapai, pengembangan strategi, dan penetapan pedoman

kebijakan.

27

3) Implementasi Strategi

Implementasi strategi adalah proses dimana manajemen mewujudkan

strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan

program, anggaran, dan prosedur.

4). Evaluasi dan pengendalian

Evaluasi dan pengendalian adalah proses yang melalui aktivitas-

aktivitas perusahaan dan hasil kinerja dimonitor dan kinerja

sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan (David,

2003).

Strategi adalah sarana yang memiliki tujuan jangka panjang bagi

perusahaan. Strategi bisnis mencakup ekspansi geografis,

diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,

divestasi, likuidasi, dan usaha patungan (joint venture) (David, 2004).

Menurut Rangkuti (2006) strategi adalah alat yang digunakan

perusahaan guna memenuhi tujuan jangka panjang dengan

berpedoman pada sasaran, prioritas sumber daya, dan tindak lanjut

dari perusahaan. Strategi pengembangan merupakan suatu rencana

yang akan menentukan tindakan-tindakan pada masa yang akan

datang dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kerja dan

kemampuan teknis sehingga akan tercapai tujuan secara optimal.

Tiga komponen dalam strategi pengembangan menurut David (2004)

yaitu:

1) Pengembangan internal, pada kegiatan ini lebih memusatkan

kepada kompetensi perusahaan.

28

2) Akuisisi, kegiatan ini memungkinkan perusahaan untuk melakukan

cakupan kegiatan baru atau masuk kepada kegiatan lain lewat

perusahaan lain.

3) Pengembangan bersama (joint development) dan analisis strategik

(strategic alliance).

8. Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal perusahaan

dalam rangka menilai atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari

tiap-tiap divisi (Rangkuti, 2005). Analisis lingkungan internal bertujuan

untuk mengidentifikasi sejumlah kekuatan dan kelemahan yang terdapat

pada sumberdaya dan proses bisnis internal yang dimiliki perusahaan.

Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan kelemahan)

yang ada didalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian

jangka pendek (Hunger dan Wheelen, 2003).

Menurut Solihin (2012) terdapat beberapa alat analisis yang dapat

digunakan untuk melakukan analisis lingkungan internal yaitu:

1). Analisis rantai nilai industri

Analisis ini digunakan untuk menilai apakah perusahaan saat ini sudah

berada pada jalur rantai yang tepat dalam suatu industri. Perusahaan

saat ini tidak bisa lagi berjalan secara individual untuk dapat meraih

keunggulan kompetitif, melainkan harus bergabung dengan rangkaian

rantai nilai dari perusahaan lainnya. Masing-masing perusahaan yang

tergabung dalam satu rantai nilai harus dapat memberikan kontribusi

29

yang menguntungkan bagi rantai nilai selanjutnya. Rantai nilai sendiri

menunjukkan kumpulan aktivitas yang saling berkaitan dalam proses

penciptaan nilai dalam satu industri sejak bahan baku didatangkan dari

pemasok sampai kegiatan distribusi yang mengantarkan produk

perusahaan ke tangan konsumen akhir. Analisis rantai nilai industri

digunakan untuk memastikan bahwa perusahaan berada di jalur rantai

nilai yang kompetitif dibandingkan pesaingnya.

Sistem rantai pasok agroindustri adalah komitmen dalam mengalirkan

barang dari hulu (upstream) sampai ke hilir (downstream). Kooperasi

merupakan bentuk kerjasama antar pelaku secara horizontal, misalnya

sesama petani. Kolaborasi adalah bentuk kerjasama antar pelaku secara

vertikal, misalnya petani dengan koperasi. Panjang rantai pasok dan

supply chain size akan menentukan kesinambungan bisnis dari produk

yang dihantarkan. Keterlibatan banyak pelaku dalam unit rantai pasok

harus disesuaikan dengan kebutuhan kapasitas dan prakiraan

permintaan. Pengorganisasian yang tepat akan menjadikan rantai pasok

sebagai cara bersaing yang efektif bagi agroindustri. Gambar 5

menjelaskan rantai pasok yang ada pada Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri.

Gambar 5. Skema rantai nilai industri dari Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri

Produksi PedagangBesar

Pengecer Pasar Konsumenakhir

30

2). Analisis rantai nilai korporasi

Adapun untuk melakukan analisis terhadap kemampuan sumber daya

internal organisasi yang terdiri dari berbagai fungsi organisasi seperti

fungsi pemasaran, keuangan, produksi, riset dan pengembangan, serta

fungsi lainnya yang ada di dalam perusahaan, dimana keseluruhan

kemampuan fungsi-fungsi perusahaan tersebut bermuara pada

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan margin, maka perusahaan

harus melakukan analisis rantai nilai korporasi.

9. Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal perusahaaan bertujuan untuk mengidentifikasi

sebuah peluang dan ancaman yang berada di lingkungan eksternal. Barney

dan Hesterly dalam Solihin (2012) menyebutkan adanya dua jenis analisis

yang dapat digunakan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang dan

ancaman yang berasal dari lingkungan eksternal perusahaan. Kedua alat

analisis tersebut adalah analisis struktur industri yang dapat digunakan

untuk mengidentifikasi berbagai peluang usaha, dan analisis five forces yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai ancaman yang berasal

dari lingkungan ekternal perusahaan. Selain kedua alat analisis tersebut,

perusahaan dapat menggunakan analisis STEEPLE. Analisis STEEPLE

lebih ditujukan untuk menganalisis lingkungan umum perusahaan, dimana

perubahan lingkungan umum perusahaan dapat menciptakan sejumlah

peluang maupun ancaman bagi perusahaan.

a. Analisis struktur industri

31

Struktur industri didefinisikan oleh Porter dalam Solihin (2012) struktur

industri terbentuk dari perpaduan berbagai karakteristik industri yang ada

di dalamnya. Kendati terdapat banyak cara pengelompokkan struktur

industri, tetapi dari berbagai cara pengelompokkan struktur industri

tersebut terdapat empat kategori generic struktur industri, yaitu

fragmented industry, emerging industry, mature industry, dan declining

industry. Melalui pemahaman terhadap struktur industri dimana

perusahaan berada, maka perusahaan dapat mengidentifikasi strategi

mana yang dapat diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimalkan

peluang untuk memperoleh keunggulan kompetitif yang berasal dari

karakteristik masing-masing struktur industri.

b. Analisis Five Forces

Model Five Forces dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya

ancaman yang berasal dari lima kekuatan di dalam suatu industri.

Potensi ancaman dari kelima kekuatan dalam industri tersebut mencakup

ancaman masuknya pesaing potensian (threats of potential new entrants),

daya tawar pemasok (bergaining power of supplier), persaingan antar

perusahaan dalam satu industri (rivalry among existing firms), ancaman

dari produk subtitusi (threats of subtitute products), dan daya tawar

pembeli (bargaining power of buyer).

1) Ancaman masuknya pesaing potensial (threats of potential new

entrants)

Perusahaan akan memperoleh ancaman akibat masuknya perusahaan

potensian yang dapat menjadi pesaing bagi perusahaan atau adanya

32

potensi pesaing dari perusahaan yang saat ini belum menjadi pesaing

perusahaan tetapi memiliki sumber daya yang memungkinkan mereka

memasuki suatu industri. Potensi pesaing tersebut dapat dilihat dari

sumber daya yang dimiliki oleh calon pesaing.

2) Daya tawar pemasok (bergaining power of supplier)

Pemasok dapat menjadi ancaman bagi perusahaan yang selama ini

memperoleh input dari pemasok bila ketergantungan perusahaan

kepada salah satu pemasok menjadi semakin besar dari waktu ke

waktu.

3) Persaingan antar perusahaan dalam satu industri (rivalry among

existing firms)

Tingkat persaingan yang terjadi di antara perusahaan dalam satu

industri dapat memberikan ancaman bagi perusahaan karena tingkat

persaingan antar perusahaan yang tinggi dapat menurunkan pangsa

pasar yang diperoleh perusahaan selama ini, terutama apabila produk

yan ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang ada dalam satu

industri tersebut dipersepsikan relative sama oleh konsumen. Hal ini

dapat menimbulkan terjadinya perilaku konsumen yang sering beralih

dari produk yang satu ke produk lainnya karena konsumen memiliki

loyalitas terhadap produk yang relatif rendah.

4) Ancaman dari produk subtitusi (threats of subtitute products)

Persaingan tidak hanya datang dari produk sejenis melainkan dapat

pula berasal dari produk yang tidak sejenis tetapi dapat memuaskan

33

kebutuhan yang sama. Produk seperti itu disebut sebagai produk

substitusi.

5) Daya tawar pembeli (bargaining power of buyer).

Pembeli dapat menjadi ancaman bagi perusahaan terutama bila

penjualan produk perusahaan hanya terkonsentrasi kepada sejumlah

kecil pembeli. Dalam keadaan seperti ini, pembeli akan memiliki

posisi tawar yang lebih tinggi dibanding perusahaan, sehingga

pembeli dapat menetapkan syarat-syarat perdagangan yang lebih

menguntungkan pembeli seperti permintaan harga yang murah,

permintaan potongan harga, permintaan tambahan pelayanan, jangka

waktu pembayaran yang lebih panjang dan lain sebagainya, dimana

semua hal tersebut merupakan biaya bagi perusahaan.

c. Analisis STEEPLE

Analisis STEEPLE merupakan analisis terhadap lingkungan umum

perusahaan untuk mengidentifikasi sejumlah ancaman dan peluang yang

diakibatkan oleh perubahan lingkungan umum perusahaan. Analisis

STEEPLE mencakup analisa terhadap lingkungan social/demographic,

technological,economics, environmental, political, legal, dan ethical.

1) Social/Demographic

Perubahan stuktur sosial dan demografi dapat memberikan peluang

maupun ancaman bagi perusahaan.

2) Technological

Tekonologi merupakan faktor pemicu perubahan yang dapat

berpotensi membawa perusahaan memperoleh keunggulan kompetitif.

34

3) Economics

Perekonomian berkaitan dengan bagaimana suatu bangsa

memproduksi, mendistribusikan dan mengonsumsi berbagai barang

dan jasa.

4) Environmental

Ancaman yang timbul dari masalah lingkungan hidup seperti aktivitas

industri, rumah tangga, dan penggunaan bahan bakar minyak,

pemanasan global, dan lain-lain.

5) Political

Situasi politik yang kondusif memberikan kenyamanan bagi para

organisasi atau pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya.

6) Legal

Faktor lain yang diperhitungkan perusahaan pada saat melakukan

aktivitas bisnis adalah adanya kepastian hukum yang dapat

melindungi kegiatan bisnis.

7) Ethical

Pelanggaran etika yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan

dampak kerugian baik bagi pihak lain maupun perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan penjabaran tersebut, pada penelitian ini alat analisis lingkungan

eksternal yang digunakan adalah analisis five forces dan analisis STEEPLE.

Penggunaan kedua alat analisis tersebut mengacu pada beberapa penelitian

terdahulu yang menggabungkan dua alat analisis tersebut dengan

pertimbangan bahwa fungsi-fungsi yang terdapat di kedua alat analisis

tersebut sesuai dengan tujuan penelitian.

35

10. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah salah satu cara mengidentifiksi berbagai faktor untuk

merumuskan strategi perusahaan. SWOT adalah singkatan dari strengths

(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang atau kesempatan),

threat (ancaman). Analisis ini didasarkan pada logika dengan

memaksimalkan strengths (kekuatan) dan opportunity (peluang), dan secara

bersamaan dapat meminimalkan weakness (kelemahan) dan threat (ancaman)

(Rangkuti, 2005).

Menurut Pearce dan Robinson (2009) analisis SWOT merupakan cara

sistematik untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan strategi yang

menggambarkan kecocokan paling baik diantara mereka. Analisis ini terbagi

menjadi empat komponen dasar yaitu :

1) Opportunity (peluang atau kesempatan)

Adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan, yang merupakan karakteristik dari lingkungan eksternal yang

memiliki potensi untuk membantu organisasi meraih atau melampaui

sasaran strateginya.

2) Threat (ancaman)

Merupakan lingkungan internal yang berada pada situasi penting yang

tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Masuknya pesaing

baru, lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-

menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi dan

36

mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan, dalam

perencanaan analisis SWOT.

3) Strengths (kekuatan)

Adalah karakteristik positif internal yang dapat diorganisasi untuk meraih

sasaran kinerja strategis sumber daya, keterampilan, atau keunggulan

keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang

dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan dapat terkandung

dalam citra, sumber daya keuangan, kepemimpinan pasar,hubungan

pembeli-pemasok, dan faktor lainnya.

4) Weakness (kelemahan)

Adalah adalah karakteristik dari lingkungan eksternal yang dapat

mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan, dalam

perencanaan analisis SWOT. Keterbatasan atau kekurangan dalam

sumber daya, yang secara dapat menghambat kinerja perusahaan.

Menurut Rangkuti (2005) terdapat empat macam strategi yang dihasilkan

melalui analisis SWOT, yaitu :

1) Strategi SO, strategi yang dilakukan dengan memanfaatkan seluruh

kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2) Strategi ST, strategi menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi ancaman yang ada.

3) Strategi WO, strategi berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada

dengan cara meminimalkan kelemahan.

4) Strategi WT, strategi yang dilakukan untuk meminimalkan

kelemahan serta menghindari ancaman.

37

Total bobot skorEFE

(EksnternalFactor Evaluation)

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam perusahaan yang

mempengaruhi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan yang mempengaruhi

kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Kedua faktor tersebut

harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT.

Matriks IE (Internal-Ekternal) memposisikan berbagai divisi suatu organisasi

dalam tampilan semibilan sel (David, 2007). Parameter yang digunakan

meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh ekternal yang

dihadapi. Tujuan pengguanaan model ini adalah untuk memperoleh strategi

bisnis di tingkat korporat lebih detail (Rangkuti, 2014).

Total bobot skor IFE ( Internal Factor Evaluation)

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 20 1,0

1

Gambar 6. Model untuk strategi korporat, (Rangkuti, 2014)

(1)

GROWTHKonsentrasi melalui

integrasi vertikal

(2)

GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal

(3)

RETRENCMENTTurnaround

(4)

STABILITYHati-hati

(5)

GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal

STABILITYTidak ada profit strategi

(6)

RETRENCHMENTCaptive Company atau

Divestment

(7)

GROWTHDifersifikasi Konsentrik

(8)

GROWTHDifersifikasiKonglomerat

(9)

RETRENCHMENTBangkrut atau

Liquidasi

Tinggi

3,0

Sedang

2,0

Rendah

1,0

38

11. Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)

Umar (2008) mengatakan ada satu teknik analisis dalam literatur mengenai

suatu rancangan untuk menentukan kemenarikan relatif (relative

attratctiveness) dari tindakan-tindakan strategi alternatif yang dapat

dilaksanakan. Teknik yang dimaksud adalah Quantitive Strategic

Planning Matrix (QSPM), yaitu penentuan teknik keputusan dari kerangka

kerja analisis formulasi strategi. Teknik ini secara jelas menunjukkan

strategi alternatif mana yang paling baik untuk dipilih. QSPM

menggunakan input dari hasil analisis (EFAS dan IFAS) dan pada pengolahan

(matriks IE dan SWOT).

Tahap analisis keputusan pada QSPM, pada tahap ini strategi yang sudah

terbentuk dari matriks SWOT disusun berdasarkan prioritas yang

diimplementasikan dengan menggunakan Quantitative Strategi Planning

Matrix (QSPM). Matriks QSP merupakan teknik yang secara objektif dapat

menetapkan strategi alternatif yang diprioritaskan. Langkah-langkah dalam

menentukan strategi prioritas dengan QSPM adalah:

1) Membuat daftar faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor

eksternal (peluang dan ancaman) di sebelah kiri dari kolom matriks QSP.

2) Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal. Nilai ini

harus identik dengan nilai yang diberikan pada matriks IFE dan EFE.

3) Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks IE dan

SWOT yang layak diimplementasikan.

39

4) Menentukan nilai daya tarik/Attractiveness Score (AS) yang

diidentifikasikan sebagai angka yang menunjukkan daya tarik relatif

masing-masing strategi pada suatu rangkaian alternatif tertentu. AS

ditentukan dengan memeriksa masing-masing faktor internal dan

eksternal satu persatu dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini

mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat?”. Jika jawaban atas

pertanyaan tersebut adalah ya, maka strategi tersebut harus dibandingkan

secara relatif dengan faktor kunci. Khususnya AS harus diberikan

masing-masing strategi terhadap yang lain dengan mempertimbangkan

faktor tertentu. Cakupan AS; 1=tidak menarik, 2=agak menarik,

3=menarik, 4=sangat menarik. Jika jawaban antar pertanyaan tersebut

adalah tidak, hal tersebut menunjukkan bahwa masingmasing faktor

kunci tidak mempunyai pengaruh atas pilihan khusus yang dibuat. Oleh

karena itu, jangan beli AS pada strategi-strategi dalam rangkaian

tersebut.

5) Menghitung Total Nilai Daya Tarik/Total Attractiveness Score (TAS)

didefinisikan sebagai hasil mengalikan bobot (langkah b) dengan AS di

masing-masing baris (langkah 4). TAS menunjukkan daya tarik relatif

dari masing-masing strategi alternatif, dengan hanya mempertimbangkan

dampak dari faktor keberhasilan krisis internal dan eksternal yang

berdekatan. Semakin tinggi TAS semakin menarik strategi alternatif.

6) Menghitung jumlah TAS. Jumlah TAS mengungkapkan strategi yang

paling menarik dalam rangkaian alternatif. Semakin tinggi nilainya

menunjukkan semakin menarik strategi tersebut.

40

Tabel 6. Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)

Faktor-FaktorKunci

Bobot

Alternatif Strategi

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor kunciinternal

Faktor kuncieksternal

Jumlah

Sumber : David (2002)

12. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 7.

4141

No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Analisa Kesimpulan Penelitian1. Sagala, Affandi dan

Ibnu, 2013Kinerja usaha danstrategi pengembanganagroindustri kecilkelanting di Desa KarangAnyar KecamatanGedong TataanKabupaten Pesawaran

Analisis deskriptifkuantitatif dan analisisdeskriptif kualitatif,analisis SWOT

1. Kinerja Agroindustri kelanting di Desa KarangAnyar secara keseluruhan menguntungkan, R/C rasiomasing-masing kelanting getuk dan parut sebesar1,24 dan 1,25 (R/C>1), BEP sebesar 1028,5 kg dan1173,10 kg (<1047,41 kg dan 1173,62 kg outputrata-rata), produktivitas sebesar 16,26 kg/HOK dan13,82 kg/HOK (>7,2 kg/HOK) dan kapasitas sebesar0,93 dan 0,85 (.0,5).

2. Strategi pengembangan agroindustri kecil kelantingdi Desa Karang Anyar berdasarkan tiga strategiprioritas yaitu (a) mengoptimalkan tenaga kerja yangada sehingga meningkatkan jumlah produksi yangakan menambah pendapatan agar dapat mengadopsiteknologi yang tepat guna (b) memanfaatkan tenagakerja yang sudah berpengalaman untuk menghadapipesaing bisnis industri kelanting lainnya (c)memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman danbanyak untuk mengikuti perkembangan teknologi

2. Fahmi, 2013 Pengaruh Kepuasan danLoyalitas PelangganHonda Terhadap CitraPerusahaan PT. AHM

Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,analisis CSI, analisispiramida loyalitas

1. Tingkat koefisien korelasi diperoleh sebesar 45,0 %yang mengindikasikan bahwa korelasi atau hubunganantara variabel kepuasan dan loyalitas pelanggansecara bersama-sama terhadap citra perusahaanmemiliki hubungan yang cukup erat. Hasil inimengindikasikan bahwa naik turunnya citraperusahaan PT Astra Motor Honda di Surabayaditentukan oleh seberapa baik tingkat kepuasanmereka dan sebara tinggi loyalitas mereka padaperusahaan tersebut

Tabel 5. Lanjutan

Tabel 7. Penelitian Terdahulu

4242

2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan variabelkepuasan dan loyalitas pelanggan masing-masingmemiliki pengaruh signifikan dan positif terhadapcitra perusahaan. Kondisi inidiindikasikan denganperolehan tingkat signifikan kedua variabel tersebutkurang dari 5%.

3. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh kepuasandan loyalitas pelanggan masing-masing berpengaruhsignifikan terhadap citra perusahaan. Demikian jugapengaruh kepuasan terhadap loyalitas pelangganmenunjukkan pengaruh yang signifikan. Kondisi inidapat disimpulkan bahwa kepuasan dapatberpengaruh langsung terhadap citra perusahaanmaupun berpengaruh tidak langsung denganmelewati loyalitas pelanggan sebagai variabelintervening kemudian mempengaruhi loyalitas.

3. Pradita, Indriani danSoelaiman, 2013

Tingkat Kepuasan danLoyalitas KonsumenTauco di KotaPrabumulih

Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,analisis CSI, analisispiramida loyalitas

1. Tingkat kepuasan konsumen terhadap tauco plastikanberada pada tingkatan “puas” yaitu sebesar 71,2persen.

2. Loyalitas konsumen terhadap tauco plastikantermasuk pada tahap pembeli yang loyal.Berdasarkan piramida loyalitas yang terbentuk, nilaiswitcher buyer hanya sebesar 6,7 persen yang artinyahanya empat responden yang berkemungkinan untukberpindah ke produk olahan kedelai yang laindibuktikan dengan nilai piramida loyalitas yangmeningkat ke atas dan nilai committed buyer yanglebih dari 80 persen.

4. Anggraini, Prasmatiwidan Santoso, 2013

Tingkat Kepuasan danLoyalitas Konsumen

Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis uji

1. kepuasan konsumen Gulaku di Kota BandarLampung berada pada level sangat puas dengan nilai

Tabel 7. Lanjutan

4343

Gulaku di Kota BandarLampung

validitas dan reabilitas,CSI, analisis piramidaloyalitas

indeks kepuasan (CSI) sebesar 81,68 persen, dankonsumen termasuk konsumen yang loyal.

2. Bauran pemasaran tidak berpengaruh secara nyataterhadap tingkat kepuasan dan loyalitas konsumenGulaku di Kota Bandar Lampung.

3. keempat variabel bauran pemasaran tidak secaranyata/langsung. Oleh karena itu, diharapkan pihakSugar Group Company dapat melakukan perbaikanterhadap atribut bauran pemasaran Gulaku,

5. Yulita, Lestari danHaryono, 2014

Tingkat Kepuasan danLoyalitas konsumenProduk Susu Cair dalamKemasan KoperasiPeternakan BandungSelatan (KPBS) di KotaBandung

Analisis kualitatif,kuantitatif, analisis ujivaliditas dan reabilitas,CSI, analisis piramidaloyalitas

1. Tingkat kepuasan konsumen produk susu cair dalamkemasan KPBS berdasarkan hasil analisismenggunakan Customer Satisfaction Index (CSI)didapatkan nilai 78,8%

2. Berdasarkan hasil analisis per atribut menggunakanImportance Performance Analysis (IPA), konsumenmenilai atribut promosi, desain kemasan dankandungan gizi perlu diperbaiki dan ditingkatkankinerjanya

3. KPBS berdasarkan piramida loyalitas cenderungkonsumen yang tidak loyal. Hal ini ditandai daripresentase committed buyer lebih kecil dibandingkandengan nilai switcher buyer.

6. Ariesta, Lestari danSayekti, 2016

StrategiPengembangan UsahaAgroindustri BerasSiger (Studi Kasuspada AgroindustriTunas Baru diKelurahan Pinang JayaKemiling Kota BandarLampung)

Analisis deskriptif,kualitatif, kuantitatifdan matriks SWOT,analisis pendapatan

1. Kekuatan utama agroindustri ini adalah kualitasberas siger yang sangat baik dibandingkan denganagroindustri beras siger lain sejenis

2. Hasil analisis pendapatan pada hasil produksi tahun2015 di agroindustri menunjukkan nilai R/C atasbiaya tunai dan biaya total lebih dari 1 yang artinyausaha ini mengalami keuntungan, karena penerimaanlebih besar dari biaya.

3. Peluang utama pada agroindustri ini adalah

Tabel 7. Lanjutan

4444

keberadaan teknologi berupa alat mesin produksiyang lengkap. Ancaman utama, pada agroindustri iniadalah kurangnya pengawasan (controlling) daripemerintah yang dapat membantu dalam melakukanpembinaan dan mengatasi berbagai masalah di dalamagroindustri.

4. Hasil analisis pengetahuan konsumen dan prosespengambilan keputusan konsumen beras sigermenyimpulkan hampir seluruh konsumen beras sigermerasa puas dan melakukan pembelian kembaliproduk beras siger serta hampir dari seluruhkonsumen juga memiliki pengetahuan dan informasiyang mendalam mengenai karakteristik produk berassiger.

5. Strategi prioritas pengembangan usaha padaagroindustri adalah meningkatkan modal kerja agardapat memenuhi permintaan produk beras siger darikonsumen yang tinggi yang dapat diperoleh daridana pribadi maupun bantuan dari pemerintahmelalui dinas dan instansi terkait.

7. Ghaisani, 2017 Analisis Kinerja danStrategi PengembanganUsahatani SayuranOrganik di Kota BandarLampung

Analisis kuantitatif dankualitatif, analisisdeskriptif (kualitatif),analisis SWOT,analisis AHP

1. Kinerja usahatani sayuran organik di Kota BandarLampung secara keseluruhan menguntungkan karenasudah memiliki kinerja yang baik dilihat dari aspekproduktivitas, kapasitas, kualitas, dan kecepatanpengiriman. Hasil penelitian menunjukkan bahwanilai R/C ratio atas biaya tunai usahatani sayuranorganik di Kota Bandar Lampung sebesar 1,83 (nilai

Tabel 7. LanjutanTabel 7. Lanjutan

4545

R/C>1) sedangkan nilai R/C ratio atas biaya totalusahatani sayuran organik di Kota Bandar Lampungsebesar 1,61 (nilai R/C>1) yang artinya keduausahatani sayuran organik di Kota Bandar Lampungtersebut layak untuk diusahakan.

2. Faktor yang menjadi kekuatan utama usahatanisayuran organik di Kota Bandar Lampung adalahlokasi usahatani yang strategis karena dekat dengansumber bahan baku dan pasar. Kelemahan utamausahatani sayuran organik adalah belumdilakukannya promosi. Faktor yang menjadi peluangutama bagi usahatani sayuran organik adalahpermintaan konsumen yang cukup tinggi (terusmeningkat). Ancaman utama yang harus dihadapiusahatani sayuran organik adalah tingkatpengetahuan konsumen tentang nilai gizi sayuranorganik.

3. Strategi pengembangan usahatani sayuran organik diKota Bandar Lampung yakni dengan memfokuskanpada tujuan peningkatan pendapatan petani.Peningkatan pendapatan petani dapat tercapai denganmelakukan pemasaran dan penjualan sayuranorganik, kemudian dapat dipilih strategi alternatifpertama yang mendukung tujuan yakni melakukanpromosi guna memperkenalkan produk sayuranorganik serta membuka pasar sehingga dapatmeningkatakan permintaan konsumen. Strategialternatif kedua yang dapat dipilih adalahmemanfaatkan dan mengoptimalkan potensiketerampilan dan pengalaman tenaga kerja denganmemanfaatkan perkembangan kemajuan teknologi

Tabel 7. Lanjutan

4646

produksi, informasi, dan komunikasi. Selanjutnya,strategi alternatif ketiga dapat dipilih yaitumeningkatkan kualitas produk dan variasi produkyang dihasilkan dengan memanfaatkan penggunaanteknologi produksi, informasi dan komunikasi.Strategi alternatif kedua dan ketiga tersebut dapatdigunakan untuk mendukung strategi pertama yangakan diterapkan di lapangan.

8. Putri, Lestari danSayekti, 2017

Kinerja dan StrategiPengembanganPrimkopti KabupatenPesawaran ProvinsiLampung

Analisis deskriptif,kualitatif, kuantitatif danmatriks SWOT, CSI

1. Kinerja badan usaha Primkopti KabupatenPesawaran termasuk dalam kategori kurangberkualitas

2. Primkopti Kabupaten Pesawaran kurangberkontribusi secara maksimal terhadappembangunan daerah.

3. Tingkat kepuasan yang dirasakan oleh anggotaPrimkopti terhadap kualitas pelayanan Primkoptimasuk dalam kategori puas.

4. Secara internal, Primkopti Kabupaten Pesawaranmemiliki kelemahan, rendahnya keaktifan dankepedulian anggota terhadap Primkopti, secaraeksternal, Primkopti Kabupaten Pesawaran memilikiancaman berupa ketergantungan anggota terhadappedagang pengumpul

5. Prioritas dalam pengembangan dan keberlanjutanPrimkopti Kabupaten Pesawaran, yaitumenggunakan keuangan dan permodalan Primkoptiuntuk memanfaatkan permintaan tahu dan tempeyang tinggi di masyarakat, mengoptimalkan

Tabel 5. Lanjutan

Tabel 7. Lanjutan

4747

permintaan masyarakat terhadap produk Primkopti(alat pemecah kedelai) yang tinggi untuk menambahpendapatan dan mengatasi penyaluran kedelai yangtidak kontinu, dan memanfaatkan harga produk alatpemecah kedelai Primkopti yang terjangkau untukpenguasaan pasar dan bersaing dengan pesaingswasta.

9. Azizah, 2017 Analisis Usaha danStrategi PengembanganTernak Ayam RasPetelur diKecamatan Gadingerejo

Kabupaten Pringsewu

Analisis kuantitatifanalisis sensitvitas,analisis SWOT

1. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil di Kecamatan Gadingrejolayak dan menguntungkan untuk dikembangkan.

2. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil di Kecamatan Gadingrejosensitif terhadap kenaikan biaya pakan, kenaikanbiaya vaksin, dan penurunan harga jual telur.

3. Usaha ternak ayam ras petelur skala besar, skalamenengah, dan skala kecil berada pada kuadran Idengan posisi strategi pertumbuhan secara agresif

10 Sari, Sayekti danSoelaiman, 2017

Strategi PengembanganPT. Sayuran Siap Saji diDesa SukamanahKecamatanMegamendung

Analisis deskriptifkualitatif dan kuantitatif,analisis modelmultiatribut Fishbein,analisis SWOT

1. Kekuatan utama pada PT Sayuran Siap Saji adalahkualitas produk baik yang dilihat dari kesegaran dankebersihan sayuran, serta tingginya kepuasanpelanggan. Kelemahan utama pada PT Sayuran SiapSaji adalah tidak adanya promosi yang dilakukanoleh perusahaan agribisnis.

2. Peluang utama pada PT Sayuran Siap Saji adalahsemakin meningkatnya jumlah restoran yangmembutuhkan produk seperti sayuran fresh cutsehingga memberi peluang untuk menambahpelanggan. Ancaman utama pada PT Sayuran SiapSaji adalah pelanggan beralih ke perusahaan lainkarena harga yang ditawarkan lebih murah.

3. Nilai sikap pelanggan terbesar dari beberapa atribut

Tabel 5. Lanjutan

4848

PT Sayuran Siap Saji adalah pada atribut ketepatanwaktu pengiriman, akan tetapi secara garis besarsikap pelanggan terhadap PT Sayuran Siap Sajiadalah positif.

4. Strategi prioritas pengembangan PT Sayuran SiapSaji adalah mengelola fungsi manajemen denganlebih baik agar berpengaruh terhadap kinerjaperusahaan, mengikuti perkembangan teknologi, danmeningkatkan loyalitas pelanggan. Selain itu,menjaga kualitas produk agar tetap bersertifikatHACCP dengan menggunakan bahan baku yangbaik, teknologi yang sesuai dan adanya spesialisasitenaga kerja, serta melakukan kegiatan promosi.

Tabel 7. Lanjutan

49

49

Hasil penelitian terdahulu tidaklah semata-mata digunakan sebagai acuan

penulisan hasil dan pembahasan penelitian ini. Hal ini dibuktikan dari

terdapatnya persamaan dan perbedaan penelitian yang hendak dilaksanakan

dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan kesepuluh

penelitian terdahulu yang tercantum pada Tabel 7 adalah hanya sebatas pada

persamaan penggunaan alat analisis penelitian yaitu analisis SWOT, analisis

loyalitas konsumen dalam mengonsumsi suatu produk. Kesamaan dengan hasil

penelitian terdahulu hanya dijadikan sebagai referensi dan salah satu acuan pada

penelitian ini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada penelitian

ini komponen internal dan eksternal yang digunakan bukanlah hanya sebatas

komponen internal dan eksternal yang akan menghasilkan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman yang disajikan secara deskriptif. Hal tersebut terbukti pada

komponen eksternal untuk mengukur kepuasan dan loyalitas konsumen dalam

mengkonsumsi produk kerupuk bawang. Faktor lingkungan internal dan eksternal

agroindustri dapat ditetapkan dengan melihat indikator-indikator pada aspek

penilaian agroindustri. Faktor lingkungan internal dan lingkungan eksternal

tersebut dianalisis dengan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi

pengembangan yang tepat untuk Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri di

Kota Bandar Lampung.

50

50

B. Kerangka Pemikiran

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yang berada di Kota Bandar

Lampung dapat dijadikan salah satu upaya dalam usaha proses percepatan

program diversifikasi pangan. Ubi kayu cukup potensial sebagai diversifikasi

pangan karena merupakan sumber karbohidrat yang memadai, memiliki

produksi yang tinggi, dan telah dimanfaatkan dalam rumah tangga.

Ubi kayu juga dikenal dengan keberadaannya yang mudah didapatkan dan

harganya yang terjangkau. Indonesia adalah negara penghasil ubi kayu,

khususnya Lampung menjadi provinsi dengan produksi ubi kayu terbesar

se Indonesia. Karena tingkat produksinya yang tinggi di provinsi Lampung

maka ubi kayu banyak dideversifikasi menjadi olahan makanan yang lain,

salah satu produk diversifikasi dari ubi kayu adalah tepung tapioka.

Tepung tapioka merupakan tepung pati yang diekstrak dari umbi singkong.

Tepung tapioka merupakan bahan baku utama dari pembuatan kerupuk.

Kerupuk adalah makanan ringan yang dikonsumsi oleh hampir semua elemen

masyarakat. Kerupuk biasanya menjadi makanan ringan yang langsung

dikonsumsi atau menjadi teman makan nasi atau sebagai teman lauk pauk.

Agroindustri adalah subsistem agribisis yang memproses atau mengolah dan

mentransformasikan produk mentah hasil pertanian, salah satunya adaah

agroindstri kerupuk. Keberadaan agroindustri dapat membantu meningkatkan

pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu

meningkatkan perolehan devisa dan mampu mendorong munculnya industri

yang lain.

51

51

Penelitian agroindustri kerupuk bawang ini dilakukan pada agroindustri yang

terdapat di Provinsi Lampung khususnya di daerah Tanjung Senang Kota

Bandar Lampung yaitu Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yang

kemudian akan disusun strategi pengembangan usaha dan dianalisis tingkat

kepuasan dan loyalitas yang dan dapat diterapkan pada agroindustri kerupuk

bawang tersebut. Penyusunan strategi pengembangan Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap lingkungan

internal dan lingkungan eksternal agroidustri. Penggunaan alat analisis untuk

lingkungan internal dan lingkungan eksternal mengacu pada teori Solihin

(2012). Alat analisis yang digunakan pada analisis lingkungan internal adalah

analisis rantai nilai korporasi yang meliputi produksi, manajemen, sumber daya

manusia, lokasi usaha dan pemasaran. Alat analisis lingkungan eksternal yang

digunakan adalah analisis five forces dan analisis STEEPLE yang meliputi

pesaing, pelanggan, iklim dan cuaca serta teknologi. Untuk konsumen atau

pelanggan pelanggan dalam hal ini dilihat dari tingkat loyalitasnya karena

pelanggan mempengaruhi pekembangan dari agroindustri kerupuk bawang ini.

Variabel internal dan eksternal tersebut akan diringkas dan dijabarkan dalam

matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) matriks ini

digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan matriks Eksternal

Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) digunakan untuk mengidentifikasi

faktor eksternal selanjutnya, dari hasil ke dua matriks tersebut akan

dimasukkan ke dalam diagram SWOT.

52

52

Selanjutnya dilakukan pengukuran tingkat kepuasan dan loyalitas dari

konsumen yang dianalisis berdasarkan lima tingkatan loyalitas yaitu switcher

buyer, habitual buyer, satisfied buyer, liking the brand, dan committed buyer

yang memacu pada teori Durianto (2004). Untuk melihat perkembangan

keberhasilan penjualan yang diberikan oleh konsumen terhadap produk

tersebut. Setelah melakukan beberapa tahap diatas maka akan diperoleh

strategi pengembangan usaha yang cocok untuk Agroindustri Kerupuk Bawang

Winda Putri. Kerangka pemikiran penelitian secara grafis dapat dilihat pada

pada Gambar 7.

53

53

Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Lingkungan Agroindustri

Lingkungan Internal1. Produksi2. Pendapatan3. Manajemen dan

Pendanaan4. Sumberdaya Manusia5. Pemasaran

Lingkungan Eksternal1. Pesaing2. Pelanggan / Konsumen3. Iklim dan Cuaca4. Teknologi5. Kebijakan Pemerintah

Kekuatan Kelemahan

Loyalitas Konsumen- Swithcer- Habitual buyer- Statisfied buyer- Liking the brand- Commited buyer

Strategi Pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang

Matriks IFAS

Analisis SWOT

Peluang Ancaman

Matriks EFAS

Analisis KepuasanKonsumen Atribut :1. Rasa2. Harga3. Ukuran kemasan4. Tekstur5. Kemudahan

memperolehproduk

6. Warna7. Bentuk8. Aroma9. Kandungan gizi

Loyalitas

Customer SatisfactionIndex (CSI)

Kepuasan

Piramida LoyalitasKonsumen

Tingkat kepuasan dan loyalitas

QSPM

Gambar 7. Kerangka pemikiran pengembangan usaha bagi agroindustri kerupukbawang.

54

54

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus.

Metode studi kasus menurut Surakhmad (2004) studi kasus yaitu

memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.

Subyek yang diselidiki terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang

dipandang sebagai kasus. Tujuan dari studi kasus adalah untuk

mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi lingkungan, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat

(Suryabarata, 2003).

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

menciptakan data akurat yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

penelitian.

Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian dari

bahan baku (ubi kayu) menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi

(kerupuk), dalam rangka meningkatkan nilai tambah.

55

55

Kerupuk bawang adalah jenis makanan kering atau ringan dengan bahan

baku tepung tapioka, bawang, dan ikan.

Strategi adalah rencana yang disusun berintegrasi kepada tujuan

agroindustri menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan

tantangan lingkungan untuk mencapai tujuan dari agroindustri.

Strategi pengembangan merupakan suatu rencana yang akan menentukan

tindakan-tindakan pada masa yang akan datang dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas kerja dan kemampuan teknis sehingga akan

tercapai tujuan secara optimal.

Lingkungan internal agroindustri merupakan sumberdaya dan sarana

yang ada dalam agroindustri yang secara langsung dapat mempengaruhi

perkembangan dan kemajuan usahanya, yang diidentifikasi kekuatan dan

kelemahan agroindustri. Lingkungan internal mencakup aspek produksi,

pendapatan, manajemen, sumberdaya manusia, dan pemasaran.

Produksi adalah proses mengubah ubi kayu menjadi tepung tapioka dan

di ubah lagi menjadi kerupuk. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah

nilai guna suatu benda atau menciptakan hasil baru sehingga lebih

bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Diukur dengan melihat kegiatan

produksi, sarana produksi serta hambatan kegiatan produksi yang

dilaksanakan pada agroindustri.

Sumber daya manusia adalah setiap individu yang menjadi anggota dari

Agroindustri kerupuk bawang, yang berperan dalam seluruh kegiatan

56

56

operasional agribisnis tersebut. Diukur dengan melihat ketersediaan dan

keterampilan sumberdaya manusia yang berada di agroindustri.

Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari

aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk dan/atau jasa kepada

pelanggan. Diukur dengan menggunakan analisis pendapatan agroindustri

selama satu tahun terakhir dan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

Manajemen dan pendanaan adalah perencanaan, pengorganisasiaan,

pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan setiap kegiatan operasional beserta

seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pendanaan di agroindustri. Diukur

dengan melihat penerapan fungsi manajemen yang telah berjalan pada

agroindustri.

Pemasaran adalah kegiatan memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai produk, serta mempromosikan produk tersebut agar terjual dan

memberikan keuntungan bagi agroindustri kerupuk bawang yang

memproduksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat kegiatan pemasaran

produk yang berjalan serta melalui penerapan promotion mix pada

agroindustri.

Lingkungan eksternal adalah sumberdaya dan sarana yang ada dalam

agroindustri yang secara langsung dapat mempengaruhi perkembangan

dan kemajuan usahanya, yang diidentifikasi peluang dan ancaman.

Lingkungan eksternal mencakup mencakup aspek kebijakan pemerintah,

pesaing, konsumen, teknologi serta iklim dan cuaca.

57

57

Kebijakan pemerintah adalah keputusan yang dibuat secara sistematik oleh

pemerintah dengan maksud dan tujuan tertentu yang menyangkut kepentingan

umum. Diukur dengan melihat berbagai kebijakan pemerintah yang

berpengaruh baik secara langsung dan tidak langsung terhadap kegiatan

operasional pada agroindustri.

Pesaing adalah pelaku usaha sejenis yang melaksanakan kegiatan produksi

Kerupuk bawang selain Agroindustri Winda Putri. Diukur dengan melihat

keberadaan pesaing usaha sejenis dan pengaruhnya terhadap agroindustri.

Konsumen adalah pihak yang membeli produk yang dihasilkan oleh

agroindustri kerupuk bawang. Diukur dengan melihat pengetahuan dan

proses pengambilan keputusan konsumen.

Iklim dan cuaca adalah salah satu instrumen alam yang dapat mempengaruhi

kegiatan operasional produksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat

pengaruh perubahan iklim dan cuaca.

Teknologi merupakan alat bantu atau sarana yang dapat mempercepat seluruh

kegiatan produksi kerupuk bawang. Diukur dengan melihat penerapan

teknologi.

Kekuatan adalah karakteristik positif internal yang dapat diorganisasi

untuk meraih sasaran kinerja strategis sumber daya, keterampilan, atau

keunggulan keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar

58

58

Kelemahan adalah karakteristik dari lingkungan eksternal yang dapat

mencegah organisasi meraih sasaran strategis yang ditetapkan.

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan

perusahaan yang memiliki potensi untuk membantu organisasi meraih atau

melampaui sasaran strateginya.

Ancaman adalah merupakan lingkungan internal yang berada pada situasi

penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan.

Matriks IFAS (Internal strategic factors analysis summary) adalah matriks

yang terdiri dari faktor-faktor internal agroindustri yang berupa

kekuatan dan kelemahan agroindustri.

Matriks EFAS (Eksternal strategic factors analysis summary) merupakan

matriks yang terdiri dari faktor-faktor strategis eksternal agroindustri yang

berupa peluang dan ancaman agroindustri.

Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk membandingkan

antara faktor eksteral, yaitu peluang dan ancaman dengan faktor internal,

yaitu kekuatan dan kelemahan.

Quantitative Strategy Planing Matrix (QSPM) mengatakan ada satu teknik

analisis dalam literatur mengenai suatu rancangan untuk menentukan

kemenarikan relatif (relative attratctiveness) dari tindakan-tindakan strategi

alternatif yang dapat dilaksanakan.

Kepuasan adalah perasaan seseorang yang puas atau sebaliknya setelah

59

59

membandingkan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah

produk atau jasa dengan skala penilaian 5 “sangat puas”, 4 “puas”, 3 “cukup

puas”, 2 “tidak puas”, 1 “sangat tidak puas”.

Atribut produk adalah kelengkapan baik fisik maupun non fisik yang

melekat pada suatu produk berfungsi sebagai kriteria evaluatif selama

pengambilan keputusan.

Rasa adalah sensasi yang diterima oleh indra pengecap dalam mengonsumsi

produk kerupuk bawang. Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu :

5 “ sangat enak”, 4 “enak”, 3 “cukup”, 2 “kurang enak”, dan 1 “tidak enak”.

Harga adalah nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau barang lain.

Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat murah”, 4

“murah”, 3 “cukup”, 2 “mahal”, dan 1 “sangat mahal”.

Ukuran kemasan adalah ukuran kemasan adalah kapasitas yang terdapat

pada produk kerupuk bawang yang dapat dilihat dari bobot produk.

Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat jelas”, 4 “jelas”, 3

“cukup”, 2 “kurang jelas”, dan 1 “tidak jelas”.

Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk kerupuk bawang yang

dapat dirasakan melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat renyah”, 4 “renyah”, 3 “cukup”, 2

“kurang renyah”, dan 1 “tidak renyah”.

60

60

Kemudahan memperoleh produk adalah akses untuk mendapatkan kerupuk

bawang mulai dari sangat mudah sampai sangat sulit. Pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat mudah”, 4 “mudah”, 3 “cukup”, 2

“sulit”, dan 1 “sangat sulit”.

Warna adalah kesan yang didapatkan konsumen saat melihat kerupuk

bawang. Pengukurannya menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat putih”,

4 “putih”, 3 “cukup”, 2 “kuning”, dan 1 “sangat kuning”.

Bentuk adalah rupa yang khas pada kerupuk bawang. Pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu : 5 “sangat sesuai”, 4 “sesuai”,

3 “cukup”, 2 “tidak sesuai”, dan 1 “sangat tidak sesuai”.

Aroma adalah bau yang khas pada kerupuk bawang. Pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat tidak tengik”, 4 “tidak tengik”,

3 “cukup”, 2 “tengik”, dan 1 “sangat tengik”.

Kandungan Gizi adalah zat gizi utama yang terkandung dalam kerupuk

bawang meliputi protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, lemak dan zat gizi

lainnya yang terkandung dalam kerupuk bawang. Pengukurannya

menggunakan skala likert yaitu : 5 “ sangat bergizi”, 4 “bergizi”,

3 “cukup”, 2 “tidak bergizi”, dan 1 “sangat tidak bergizi”.

Customer Satisfaction Index (CSI) adalah suatu ukuran keterkaitan

responden kepada suatu produk atau merk.

61

61

Loyalitas adalah kepuasan yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi

kerupuk bawang dan bersedia melakukan pembelian ulang. Loyalitas

konsumen dibedakan menjadi 2 yaitu loyal dan tidak loyal. Loyalitas

konsumen diukur dengan menggunakan switcher/price buyer, habitual buyer,

satisfied buyer, liking the brand dan commited buyer.

Switcher buyer dapat diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada

konsumen, yaitu “apabila harga kerupuk bawang yang anda konsumsi

mengalami kenaikan apakah anda tidak akan membeli kerupuk bawang?”.

Pertanyaan ini diberi skor “5” untuk sangat tidak setuju, skor “4” untuk tidak

setuju, skor “3” untuk ragu-ragu, skor “2” untuk setuju, dan skor “1” untuk

sangat setuju.

Habitual buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada konsumen

“apakah anda selalu membeli kerupuk bawang dan tidak pernah membeli

kerupuk bawang?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak

setuju, skor “2” untuk tidak setuju, skor “3” untuk ragu-ragu, skor “4”

untuk setuju, dan skor “5” untuk sangat setuju.

Satisfied buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada konsumen

“apakah anda mendapatkan kepuasan di dalam mengkonsumsi kerupuk

bawang?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak puas, skor

“2” untuk tidak puas, skor “3” untuk cukup puas, skor “4” untuk puas, dan

skor “5” untuk sangat puas.

62

62

Liking the brand diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada

konsumen “apakah anda benar-benar menyukai kerupuk bawang?”.

Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak suka, skor “2” untuk

tidak suka, skor “3” untuk cukup suka, skor “4” untuk suka, dan skor “5”

untuk sangat suka.

Committed buyer diukur dengan mengajukan pertanyaan kepada

konsumen “apakah anda setuju untuk melakukan pembelian ulang

terhadap kerupuk bawang dan bersedia merekomendasikannya kepada

orang lain?”. Pertanyaan ini diberi skor “1” untuk sangat tidak setuju,

skor “2” untuk tidak setuju, skor “3” untuk cukup setuju, skor “4” untuk

setuju, dan skor “5” untuk sangat setuju.

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

yang bertempat di Kecamatan Tanjung Senang Kota Bandar Lampung.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri merupakan

agroindustri yang memproduksi kerupuk bawang dengan bahan baku tepung

tapioka yang berasal dari ubi kayu (singkong). Pengumpulan data dilakukan

pada bulan Februari 2018 – Mei 2018.

Responden dalam penelitian ini adalah pemilik, karyawan, konsumen, dan

Dinas Industri Kota Bandar Lampung. Pengumpulan data penelitian yaitu

dengan menggunakan kuesioner dan wawancara langsung dengan tujuan agar

63

63

mendapatkan data sesuai dengan fakta yang sebenarnya serta pertanyaan yang

diajukan lebih terstruktur dan mencakup berbagai hal yang dapat menunjang

penelitian.

Pengambilan sampel yang dilakukan di Kota Bandar Lampung dengan

menggunakan teknik penarikan sampel untuk agroindustri adalah purposive

yaitu secara sengaja memilih Agroindustri Winda Putri yang memproduksi

kerupuk bawang sebagai sampel penelitian. Berbeda dengan pengambilan

sampel agroindustri untuk pengambilan sampel konsumen digunakan

metode snowball sampling, yaitu peneliti mengikuti rantai pemasaran yang

dilakukan oleh agroindustri, sampai ke konsumen akhir yang pernah membeli

kerupuk bawang bukan untuk pertama kalinya di warung atau toko, dan

bersedia untuk diwawancarai dengan menggunakan kuesioner atau mengisi

sendiri kuesioner tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode non probability sampling karena populasi

yang diteliti jumlah dan identitasnya tidak diketahui. Untuk mengetahui

jumlah populasi konsumen yang tidak diketahui secara pasti maka mencari

jumlah responden konsumen yang tepat menurut Supranto (2011) bahwa

sampel penelitian yang lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat

untuk kebanyakan penelitian. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti

mengambil sampel konsumen sebanyak 60 responden konsumen produk

kerupuk bawang.

64

64

D. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara, serta pencatatan langsung

tentang keadaan di lapangan mengenai agroindustri kerupuk bawang yang

digunakan dalam penelitian. Data sekunder diperoleh melalui analisis

dokumen-dokumen atau dengan studi dokumentasi yaitu mempelajari dan

mengamati dokumen / catatan tertulis atau arsip yang relevan dengan

penelitian terkait.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua cara

yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

1. Metode analisis data tujuan pertama dan ke dua

Metode analisis data tujuan pertama dan ke dua pada penelitian ini adalah

mengidentifikasi komponen faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang

yaitu komponen pelanggan atau konsumen. Pada komponen pelanggan

diidentifikasi tingkat kepuasan dan loyalitas dari pelanggan atau konsumen

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri. Metode analisis data yang

digunakan untuk menjawab tujuan pertama dan ke dua ini adalah analisis

kuantitatif. Berikut adalah yang digunakan:

a). Uji Validitas dan Reliabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mengukur

tingkat kepuasan dan loyalitas yang dilakukan pada penelitian benar-

benar tepat dan dapat mengukur yang ingin diukur dalam penelitian,

65

65

maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Penelitian dapat

dikatakan benar-benar menggambarkan fenomena yang ingin diukur

apabila memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas

dan reliabilitas perlu dilakukan dalam penelitian agar hasil penelitian

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pada alat analisis uji

validitas dan reliabilitas menggunakan 30 orang responden.

Menurut Sufren dan Natanael (2013) uji validitas menggambarkan

tentang keabsahan dari alat ukur apakah pertanyaan-pertanyaan sudah

tepat untuk mengukur apa yang ingin diukur. Dapat dilihat pada

Tabel 8 hasil pengujian validitas dan reliabilitas menggunkan aplikasi

Statistical Product and Srevice Solutions (SPSS).

Tabel 8. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupukbawang

No Variabel Indikator

Hasil Uji Validitas danReliabilitas

Nilaiextraction

Nilai cronbach’s alpha

1 Rasa 0,597 0,808

2 Harga 0,335

3 Ukuran Kemasan 0,479

4 Tekstur 0,370

5Kemudahan memperolehproduk 0,600

6 Warna 0,701

7 Bentuk 0,477

8 Aroma 0,447

9 Kandungan gizi 0,537

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa pertanyaan kuisioner untuk

indikator setiap atribut dalam menghitung tingkat kinerja kerupuk

bawang dinyatakan valid karena nilai extraction dari masing-masing

66

66

atribut lebih dari 0,2 yang menunjukan bahwa pertanyaan dalam

kuisioner adalah valid. Pada uji reliabilitas pertanyaan yang diajukan

di dalam kuisioner dinyatakan reliabel karena nilai dari cronbach’s

alpha nya sebesar 0,808 yang artinya lebih dari 0,6 dan dinyatakan

reliabel.

Tabel 9. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingankerupuk bawang

No Variabel Indikator

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Nilai extraction

Nilaicronbach ’salpha

1 Rasa 0,737 0,811

2 Harga 0,347

3 Ukuran Kemasan 0,386

4 Tekstur 0,415

5Kemudahanmemperoleh produk 0,508

6 Warna 0,540

7 Bentuk 0,556

8 Aroma 0,574

9 Kandungan gizi 0,471

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa indikator setiap atribut

dalam menghitung tingkat kepentingan kerupuk bawang dinyatakan

valid karena nilai extraction dari masing-masing atribut lebih dari 0,2

yang menunjukan bahwa pertanyaan dalam kuisioner adalah valid.

Pada uji reliabilitas pertanyaan yang diajukan di dalam kuisioner

dinyatakan reliabel karena nilai dari cronbach’s alpha nya sebesar

0,811 yang artinya lebih dari 0,6 dan dinyatakan reliabel. Pada Tabel

10 uji validitas dan reliabilitas pada loyalitas dapat dilihat bahwa

pertanyaan kuisioner untuk indikator setiap tingkatan dalam

menghitung tingkat loyalitas konsumen dinyatakan valid karena nilai

67

67

extraction dari masing-masing atribut lebih dari 0,2 dan dinyatakan

reliabel karena nilai dari cronbach’s alpha nya sebesar 0,739 yang

artinya lebih dari 0,6

Tabel 10. Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kinerja kerupukbawang

Variabel Indikator

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Nilai extractionNilai cronbach’s alpha

Switcher buyer 0,697 0,739

Habitual buyer 0,568

Statisfied buyer 0,349

Liking the brand 0,403

Commited buyer 0,534

Dari pengujian yang dilakukan didapatkan hasil pengujian validitas dan

reliabilitas yang menghasilkan bahwa instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat kepuasan dan loyalitas benar-benar tepat dan dapat

mengukur yang ingin diukur dalam penelitian.

b. Analisis tingkat kepuasan menggunakan analisis Customer

Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index atau index kepuasan konsumen adalah

suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek dan suatu

produk. Customer Satisfaction Index (CSI) dapat digunakan untuk

mengetahui berapa persen tingkat kepuasan responden terhadap suatu

produk atau jasa. Ukuran ini memberikan gambaran tentang

kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain,

terutama jika merek tersebut terjadi adanya perubahan, baik mengenai

harga, kualitas pelayanan maupun atribut lainnya yang mempengaruhi

68

68

kepuasan konsumen (Supranto, 2006). Pengukuran tingkat

kepentingan dan tingkat pelaksanaan dapat disajikan pada Tabel 10.

Tabel 11. Skor tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaanSkor tingkat kepentingan(Importance)

Kriteria Jawaban Skor (nilai)

Tidak Penting 1Kurang Penting 2Cukup Penting 3Penting 4Sangat Penting 5

Skor tingkat pelaksanaan(Performance)

Kriteria Jawaban Skor (nilai)

Tidak Baik 1Kurang Baik 2Cukup Baik 3Baik 4Sangat Baik 5

Sumber : Supranto, 2006

Tahapan dalam pengukuran CSI yaitu :

1. Menghitung Weighting factor (WF), yaitu mengubah nilai rata-rata

kepentingan menjadi angka persentase dari total rata-rata tingkat

kinerja seluruh atribut dengan total 100 persen. Weighting Factor

adalah fungsi dari rata-rata skor kepentingan (RSP-i) masing-

masing atribut dalam bentuk persentase (%) dari total rata-rata

tingkat kepentingan (RSP-i) untuk seluruh atribut yang diuji.

Weight Factor x 100%.........................................................(1)

2. Cara menghitung Indeks kepuasan konsumen sebagai berikut:

a). Menghitung Weighted Score (WS) yaitu perkalian antara Rata-

rata Skor Kinerja (RSK) dengan Weighting Factor (WF),

dengan rumus:

Weighted Score = RSK x WF................................................(2)

69

69

b). Menghitung Weighted Total (WT), yaitu menunjukan semua

Weighted Score (WS) dengan semua atribut produk.

c). Menghitung Indeks Kepuasan Konsumen, yaitu Weighted Total

(WT) dibagi skala maksimal (Heighest Scale/HS), yaitu skala

likert 5 dikalikan 100%.

CSI = WT x 100% ....................................................................(3)HS

Tingkat kepuasan responden secara keseluruhan dapat dilihat

pada kriteria tingkat kepuasan konsumen pada Tabel 12.

Tabel 12. Penentuan tingkat kepuasan dan interpretasi analisisCustomer Satisfaction Index

Sumber : Supranto, 2003

c. Analisis tingkat loyalitas menggunakan piramida loyalitas

Pengukuran tingkat loyalitas dilakukan menggunakan piramida

loyaliyas dimana analisis ini memiliki lima tingkatan yaitu:

1) Analisis switcher buyer

Switcher adalah konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga,

sehingga pada tingkatan loyalitas ditempatkan pada urutan paling

bawah, yang termasuk switcher adalah responden yang menjawab

“sering” dan “sangat sering”. Perhitungan selanjutnya melalui

sistem tabulasi disajikan pada Tabel 13.

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

70

70

Tabel 13. Perhitungan switcher buyer

Produk Jawaban X F f.x %

Kerupukbawang

Tidak Pernah 1Jarang 2Kadang- kadang 3Sering 4Sangat sering 5Total A B 100%Rata- rata B

—A

Switcher buyer Fsering + Fsangat sering x 100%

————————————

f

Sumber : Durianto (2004)

Keterangan :X = Bobot masing-masing jawabanf = Jumlah responden yang menjawab% = Persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut:

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyaknya kelas

Interval = 5 – 1

5

Interval = 0,8

Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata

yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada

Tabel 14.

Tabel 14. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

71

71

2) Analisis habitual buyer

Analisis ini merupakan salah satu analisis deskriptif yang digunakan

untuk menggambarkan sebarapa besar persentase responden yang

memilih kerupuk bawang yang didorong karena faktor kebiasaan.

Habitual buyer adalah responden yang dikategorikan sebagai

pembeli yang puas dengan produk yang dikonsumsinya. Habitual

buyer dihitung berdasarkan jawaban “setuju” dan “sangat setuju”.

Perhitungan dilakukan melalui sistem tabulasi pada Tabel 15.

Tabel 15. Perhitungan habitual buyer

Sumber : Durianto (2004)

Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setujuInterval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyaknya kelas

Interval = 5 – 1

5

Interval = 0,8

Produk Jawaban X F f.x %

Kerupukbawang

Sangat idak setuju 1Tidak setuju 2Ragu-ragu 3Setuju 4Sangat setuju 5Total A B

100%Rata- rata B

—A

habitual buyer Fsetuju + Fsangat setuju x 100%

————————

f

72

72

Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata

yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada

Tabel 16.

Tabel 16. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index

3) Analisis satisfied buyer

Analisis ini menggambarkan seberapa besar persentase responden

yang puas, meskipun mungkin saja mereka memindahkan

pembeliannya ke merek lain dengan menanggung switching cost yang

terkait dengan waktu, uang, atau resiko kinerja yang melekat dengan

tindakan mereka beralih merek. Satisfied buyer adalah responden

yang menjawab “puas” dan “sangat puas”. Perhitungan dilakukan

melalui sistem tabulasi disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Perhitungan satisfied buyer

Sumber : Durianto (2004).

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

Produk Jawaban X F f.x %

Kerupukbawang

Sangat tidak puas 1Tidak puas 2Cukup puas 3Puas 4Sangat puas 5Total A B

100%

Rata- rata B/AStatisfied buyer Fpuas + Fsangat puas x 100%

————————————

f

73

73

Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyaknya kelas

Interval = 5 – 1

5

Interval = 0,8

Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata

yang dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada

Tabel 18

Tabel 18. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index

4) Analisis liking the brand

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan seberapa besar

persentase responden yang membeli kerupuk bawang adalah pembeli

yang sungguh-sungguh menyukai produk tersebut. Responden yang

termasuk liking the brand adalah yang menjawab “suka” dan ”sangat

suka”. Perhitungan dilakukan melalui sistem tabulasi disajikan pada

Tabel 19.

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

74

74

Tabel 19. Perhitungan liking the brand

Sumber: Durianto (2004).

Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyaknya kelas

Interval = 5 – 1

5

Interval = 0,8

Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata yang

dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala disajikan pada Tabel 20

Tabel 20. Rentang skala analisis Costumer Satisfaction Index

Produk Jawaban X F f.x %

Kerupukbawang

Sangat tidaksuka

1

Tidak suka 2Cukup suka 3Suka 4Sangat suka 5Total A B

100%Rata- rata B

—A

Liking thebrand

Fsuka + Fsangat suka x 100%

————————————

f

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

75

75

5) Analisis Commited Buyer

Analisis ini menggambarkan seberapa besar presentase responden yang

membeli kerupuk bawang adalah pelanggan yang setia. Salah satu aktualisasi

loyalitas pembeli dapat ditunjukkan oleh tindakan merekomendasikan

produk tersebut kepada pihak lain. Responden yang termasuk committed

buyer adalah yang menjawab “setuju” dan ”sangat setuju”. Perhitungan

dilakukan melalui sistem tabulasi disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Perhitungan commited buyer

Sumber : Durianto (2004)

Keterangan :X = bobot masing-masing jawabanf = jumlah responden yang menjawab% = persentase responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

Interval untuk rentang skala perhitungan adalah sebagai berikut.

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah

Banyaknya kelas

Interval = 5 – 1

5

Interval = 0,8

Produk Jawaban X F f.x %

Kerupukbawang

Sangat tidak setuju 1Tidak setuju 2Ragu-ragu 3Setuju 4Sangat setuju 5Total A B 100%Rata- rata B

—A

Commited buyer Fsetuju + Fsangat setuju x 100%

————————————

f

76

76

Hasil perhitungan akan diintrepetasikan berdasarkan nilai rata-rata yang

dihasilkan ke dalam klasifikasi rentang skala sebagai berikut:

Tabel 22. Penentuan tingkat kepuasan dan interpretasi analisis CostumerSatisfaction Index

2. Metode analisis data tujuan ke tiga

Tujuan ke tiga dari penelitian ini adalah mengidentifikasi komponen

faktor internal agroindustri kerupuk bawang, yaitu produksi, pendapatan,

sumberdaya manusia, pemasaran, manajemen dan pendanaan. Metode analisis

data yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama yaitu analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Hal yang dilakukan adalah mendaftarkan item-item

faktor strategi internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor

strategis. Adapun penggunaan komponen internal didasarkan pada salah satu

alat analisis lingkungan internal, yaitu analisis rantai nilai korporasi. Berikut

adalah beberapa komponen internal yang digunakan :

a. Produksi

Penggunaan komponen produksi untuk melihat kekuatan dan

kelemahan melalui ketersediaan bahan baku yang mudah, kualitas produk

yang dihasilkan, serta upaya yang diterapkan oleh agroindustri kerupuk

bawang dalam mempertahankan kualitas produk.

Rentang Skala Interpretasi0,00 – 0,21 Sangat tidak puas0,21 – 0,40 Tidak puas0,41 – 0,60 Cukup puas0,61 – 0,80 Puas0,81 – 1,00 Sangat puas

77

77

b. Pendapatan

penggunaan komponen pendapatan yang diperoleh agroindustri didapatkan

dari pengurangan penerimaan hasil penjualan produk dengan pengeluaran

pada satu kali kegiatan produksi. Analisis pendapatan yang hendak

dilakukan yaitu dengan menghitung biaya produksi yang harus dikeluarkan

apakah sesuai dengan penerimaan penjualan yang akan didapatkan.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah sebagai salah satu komponen internal usaha

agroindustri kerupuk bawang dengan melihat bagaimana ketersediaan

karyawan dalam menunjang jalannya usaha, serta bagaimana kualitas

kinerja karyawan di agroindustri kerupuk bawang.

d. Manajemen dan Pendanaan

Komponen ini digunakan dengan tujuan untuk melihat penerapan

fungsi manajemen yang telah berlangsung pada agroindustri yang

hendak diteliti, serta menganalisis perkembangan permodalan dan

ketersediaan modal usaha yang diperoleh baik dari dalam maupun dari luar

usaha agroindustri.

e. Pemasaran

Komponen ini digunakan untuk melihat adanya kekuatan dan kelemahan

yang akan timbul dari kegiatan pemasaran produk kerupuk bawang.

Komponen ini digunakan untuk melihat adanya kekuatan dan kelemahan

yang akan timbul dari pelaksanaan 4P (price, place, product and promotion)

pada agroindustri.

78

78

3. Metode analisis data tujuan ke empat

Metode analisis data tujuan ke empat penelitian ini adalah mengidentifikasi

komponen faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang dengan melihat

peluang dan ancaman usaha agroindustri kerupuk bawang. Metode analisis

data yang digunakan untuk menjawab tujuan ke empat adalah analisis

kualitatif. Penentuan faktor eksternal agroindustri kerupuk bawang ini

dilakukan dengan menentukan beberapa komponen faktor ekternal yang

digunakan dalam penelitian. Hal yang harus dil akukan adalah mendaftarkan

item-item faktor strategi eksternal (EFAS) yang penting dalam kolom faktor

strategis. Adapun penggunaan komponen eksternal didasarkan pada dua

alat analisis lingkungan ekternal, yaitu analisis five forces dan analisis

STEEPLE. Berikut adalah beberapa komponen eksternal yang digunakan:

a. Pesaing

Adanya pelaku usaha sejenis ini akan menjadi ancaman bagi usaha

kerupuk bawang akan tetapi dapat pula menjadi peluang bagi

Agroindustri kerupuk bawang agar terus meningkatkan kualitas dan

kuantitas produknya agar tidak kalah dengan pesaing lainnya.

b. Pelanggan

Pelanggan merupakan salah satu bagian dari lingkungan eksternal yang

dapat menimbulkan peluang maupun ancaman bagi keberlangsungan

usaha. Pada penelitian ini, pelanggan dijadikan salah satu komponen

eksternal usaha dengan melihat tingkat loyalitas terhadap produk kerupuk

bawang. Pengukuran tingkat loyalitas menggunakan uji validitas dan

reabilitas.

79

79

c. Iklim dan cuaca

Komponen ini merupakan salah satu komponen eksternal yang perlu

diperhatikan dalam menjalankan usaha karena iklim dan cuaca sewaktu-

waktu dapat memberikan peluang usaha dalam memperoleh keuntungan

optimal tetapi, di lain waktu juga dapat merugikan agroindustri dan

menghambat kegiatan produksi kerupuk bawang.

d. Teknologi

Penggunaan komponen teknologi ini didasarkan pada kepemilikan,

ketersediaan dan penerapan teknologi baik berupa alat mesin produksi,

teknologi informasi dan lain sebagainya yang ada pada agroindustri.

e. Kebijakan pemerintah

Kebijakan pemerintah ini merupakan salah satu komponen eksternal

yang berperan dalam memberikan kepedulian dalam bentuk bantuan

baik fisik maupun non fisik, bantuan berupa penetapan harga hasil

produk pertanian agroindustri yang sesuai dan tidak merugikan pihak

agroindustri, pemberian kredit, kemudahan dalam memberikan izin

usaha, pengadaan kegiatan penyuluhan dan pelatihan usaha terkait dan

lain sebagainya.

4. Metode analisis tujuan ke lima

Metode yang digunakan untuk menyimpulkan faktor-faktor strategis sebuah

perusahaan adalah dengan cara mengkombinasikan antara faktor strategis

lingkungan eksternal dengan faktor strategis lingkungan internal kedalam

sebuah ringkasan analisis faktor-faktor strategis. Analisis ini digunakan

untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

80

80

pengembangan agroindustri dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang

serta ancaman yang dimiliki oleh suatu agroindustri.

Proses penyusunan strategi pengembangan menggunakan analisis SWOT ini

dilakukan melalui beberapa tahapan analisis dengan bantuan matriks

evaluasi internal dan eksternal analisis SWOT. Evaluasi internal dan

eksternal analisis SWOT ini untuk mengetahui kondisi usaha agroindustri

kerupuk bawang pada matriks evaluasi internal akan mencakup masing-

masing 5 variabel terkait kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

agroindustri kerupuk bawang serta pada matriks evaluasi eksternal akan

mencakup masing-masing 4 variabel terkait peluang dan ancaman yang

dimiliki oleh agroindustri kerupuk bawang.

Tahapan dalam menganalisis tabel matriks evaluasi internal dan eksternal

analisis SWOT diatas yaitu sebagai berikut (David dalam Ariesta, 2016).

a. Mendaftarkan item-item faktor strategis eksternal (EFAS) dengan

strategi internal (IFAS) yang paling penting dalam kolom faktor

strategis.

b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot)

dengan menggunakan tabel catur. Penentuan bobot faktor internal dan

eksternal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan

angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah

sebagai berikut, 2 jika faktor vertikal lebih penting daripada faktor

horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor

81

81

horizontal dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor

horizontal.

c. Memberikan skala rating 1 sampai 4 untuk setiap faktor untuk

menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama

(peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil

(peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4).

d. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor tertimbang.

e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1

menunjukkan bahwa kondisi internal yang sangat buruk dan nilai 4

menunjukkan kondisi internal yang sangat baik, rata-rata nilai yang

dibobotkan adalah 2,5. Nilai lebih kecil dari 2,5 menunjukkan bahwa

kondisi internal selama ini masih lemah. Sedangkan nilai lebih besar

dari 2,5 menunjukkan kondisi internal kuat.

Maka matriks strategi analisis faktor internal dan eksternal pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Kekuatan

Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan

kompetitif bagi perusahaan di pasar (Rangkuti, 2000). Komponen

internal yang digunakan untuk memperoleh kekuatan agroindustri

adalah produksi, manajemen, sumberdaya manusia, lokasi usaha,

pemasaran. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk kekuatan

dapat disajikan pada Tabel 23.

82

82

Tabel 23. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk kekuatan

Komponen Kekuatan Bobot Rating Skor Ranking

Produksi

Manajemen danpendanaanSDM

Lokasi usaha

Pemasaran

Sumber : David (2004)

Keterangan pemberian rating :4 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat kuat3 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk kuat2 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk rendah1 = Kekuatan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat rendah

2) Kelemahan

Komponen internal yang digunakan untuk memperoleh kelemahan

agroindustri adalah produksi, manajemen, sumberdaya manusia, lokasi

usaha, pemasaran. Kerangka matriks faktor strategi internal untuk

kelemahan disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Kerangka matrik faktor strategi internal untuk kelemahan

Komponen Kelemahan Bobot Rating Skor Ranking

Produksi

Manajemen danpendanaanSDM

Lokasi usaha

Pemasaran

Sumber : David (2004)

Keterangan pemberian rating :4 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat mudah

dipecahkan3 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk mudah

Dipecahkan2 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sulit

Dipecahkan1 = Kelemahan yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat sulit

dipecahkan

83

83

3) Peluang

Komponen eksternal yang digunakan untuk memperoleh peluang

agroindustri adalah kebijakan pemerintah, pesaing, konsumen, iklim dan

cuaca serta teknologi. Kerangka matriks faktor strategi eksternal untuk

peluang disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk peluangKomponen Peluang Bobot Rating Skor Ranking

Pesaing

Pelanggan

Iklim dan cuaca

KebijakanpemerintahTeknologi

Sumber : David (2004)

Keterangan pemberian rating :4 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat mudah diraih3 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk mudah diraih2 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sulit diraih1 = Peluang yang dimiliki agroindustri kerupuk sangat sulit diraih

4) Ancaman

Komponen eksternal yang digunakan untuk memperoleh ancaman

agroindustri adalah kebijakan pemerintah, pesaing, konsumen, iklim dan

cuaca serta teknologi. Kerangka matriks faktor strategi eksternal untuk

ancaman disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Kerangka matrik faktor strategi eksternal untuk ancamanKomponen Ancaman Bobot Rating Skor Ranking

Pesaing

Pelanggan

Iklim dan cuaca

KebijakanpemerintahTeknologi

Sumber : David (2004)

84

84

Keterangan pemberian rating :

4 = Ancaman yang sangat mudah di atasi3 = Ancaman yang mudah di atasi2 = Ancaman yang sangat sulit diatasi1 = Ancaman yang sangat sulit diatasi

5. Matriks IE (Internal-Eksternal)

Setelah melakukan analisis situasional menggunakan Strength, Weakness,

Opporunities, Treaths (SWOT) maka selanjutnya melakukan pemetaan

posisi untuk menentukan alternatif pengembangan untuk mengembangkan

agroindustri kerupuk bawang. Matriks IE (Internal-Ekternal) memposisikan

berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel (David, 2007).

Tujuan penggunaan model ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis

ditingkat korporat yang lebih detail (Rangkuti, 2016). Matriks IE

didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu skor bobot Internal Factors

Evaluation (IFE) total pada sumbu x dan skor bobot Eksternal Factors

Evaluation (EFE) total pada sumbu y. Setiap divisi dalam suatu organisasi

harus membuat matriks IFE dan matriks EFE dalam kaitannya dengan

organisasi. Pada sumbu x dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai

1,99 menunjukkan posisi internal lemah, skor 2,0 sampai 2,99 dianggap

sedang dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah tinggi. Matriks IE berdasarkan skor

total bobot internal dan total eksternal dapat dilihat pada Gambar 8.

85

85

Total bobot skor IFE ( Internal Factor Evaluation)

Kuat Rata-rata Lemah

4,0 3,0 20 1,0

1,0

Gambar 8. Model untuk strategi korporat, (Rangkuti, 2014)

Faktor-faktor internal dan eksternal yang di dapatkan dari identifikasi

yaitu faktor kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kemudian

dimasukkan ke dalam matriks SWOT untuk dianalisis. Analisis SWOT ini

menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

oleh agroindustri kerupuk yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki agroindustri tersebut. Berdasarkan hasil tersebut maka

matriks akan menghasilkan empat set kemungkinan strategi yaitu strategi

(1)

GROWTHKonsentrasi melalui

integrasi vertikal

(2)

GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal

(3)

RETRENCMENTTurnaround

(4)

STABILITYHati-hati

(5)

GROWTHKonsentrasi melaluiintegrasi horizontal

STABILITYTidak ada profit strategi

(6)

RETRENCHMENTCaptive Company atau

Divestment

(7)

GROWTHDifersifikasi

Konsentrik

(8)

GROWTHDifersifikasiKonglomerat

(9)

RETRENCHMENTBangkrut atau

Liquidasi

Tinggi

3,0

Sedang

2,0

Rendah

Total bobot skorEFE

( Internal FactorEvaluation)

86

86

SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT. Berdasarkan hasil tersebut

maka akan terpilih strategi yang sesuai dengan kuadran I, II, III dan IV pada

diagram analisis SWOT. Apabila penyilangan strategi tersebut tidak sesuai

dengan logika maka penyilangan strategi tersebut tidak dapat di analisis

lebih lanjut. Bentuk matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 9.

SWOTStrengths (S)Tentukan 5-10 faktor yangmenjadi kekuatan

Weakness (W)Tentukan 5-10 faktoryang menjadi kelemahan

Opportunities (O)Tentukan 5-10 faktoryang menjadipeluang

Strategi (SO)Ciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk memanfaatkanpeluang

Strategi (WO)Ciptakan strategi yangmeminimalkankelemahan untukemmanfaatkan peluang

Threats (T)Tentukan 5-10 faktoryang menjadikekuatan

Strategi (ST)Ciptakan strategi yangmenggunakan kekuatanuntuk mengatasi ancaman

Strategi (WT)Ciptakan strategi yangmeminimalkankelemahan untukmenghindari ancaman

Gambar 9. Bentuk matriks SWOT (Rangkuti, 2005)

87

87

IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang

menjadi pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan

juga sebagai pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Kota Bandar

Lampung terletak di wilayah strategis karena merupakan daerah transit

kegiatan perekonomian antar Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga

menguntungkan bagi pertumbuhan dan pengembangan Kota Bandar

Lampung sebagai pusat perdagangan, industri dan pariwisata. Kota Bandar

Lampung memiliki keuntungan sebagai Ibu Kota Provinsi, karena setiap

kegiatan baik pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan

perekonomian lebih cepat tumbuh jika dibandingkan dengan kabupaten

lainnya di Provinsi Lampung (Badan Pusat Statistik, 2016c).

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20’ sampai dengan

5o30’ lintang selatan dan 105o28’ sampai dengan 105o37’ bujur timur, dengan

luas wilayah kota sebesar 197,22 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak

960.695 jiwa. Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700m

diatas permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari :

88

88

1. Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang

2. Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara

3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar

Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta

perbukitan Batu Serampok di bagian Timur Selatan

4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan (Badan Pusat

Statistik, 2016c).

Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang menjadi

pintu gerbang utama Pulau Sumatera. Berdasarkan peraturan daerah Kota

Bandar Lampung Nomor 4 tahun 2012 tentang penataan dan pembentukan

Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bandar Lampung terdiri 20 kecamatan dan

126 kelurahan (Badan Pusat Statistik,2016c). Secara administratif Kota

Bandar Lampung dibatasi oleh :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Selatan.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang

Cermin Kabupaten Pesawaran.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan.

Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perbukitan,

seperti Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, Gunung Banten, Gunung Kucing,

dan Gunung Kapuk. Luas wilayah yang datar hingga landai meliputi 60%

89

89

total wilayah, landai hingga miring meliputi 35% total wilayah, dan sangat

miring hingga curam meliputi 4% total wilayah. Jumlah penduduk, luas

wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada

Tabel 27.

Tabel 27. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah KotaBandar Lampung

No KecamatanJumlah penduduk Luas wilayah Kepadatan penduduk

(jiwa) (km2) (jiwa/km2)

1 Teluk Betung Barat 29.799 11,02 2.7042 Teluk Betung Timur 41.645 14,83 2.8083 Teluk Betung Selatan 39.353 3,79 10.3834 Bumi Waras 56.742 3,75 15.1315 Panjang 74.506 15,75 4.7316 Tanjung Karang Timur 37.108 2,03 18.2807 Kedamaian 52.592 8,21 6.4068 Teluk Betung Utara 50.593 4,33 11.6849 Tanjung Karang Pusat 51.126 4,05 12.62410 Enggal 28.084 3,49 8.04711 Tanjung Karang Barat 54.710 14,99 3.65012 Kemiling 65.637 24,24 2.70813 Langkapura 33.944 6,12 5.54614 Kedaton 49.055 4,79 10.24115 Rajabasa 48.027 13,53 3.55016 Tanjung Senang 45.775 10,63 4.30617 Labuhan Ratu 44.843 7,97 5.62618 Sukarame 56.921 14,75 3.85919 Sukabumi 57.334 23,6 2.42920 Way Halim 61.493 5,35 11.494

Kota Bandar Lampung 979.287 197,22 4.965

B. Gambaran Umum Kecamatan Tanjung Senang

Kecamatan Tanjung Senang merupakan sebagian wilayah Kota Bandar

Lampung yang berpenduduk 34.485 Jiwa, dengan luas wilayah 11.63 km2.

90

90

Kecamatan Tanjung Senang secara Topografis sebagian besar daerahnya

adalah dataran rendah dan berbatasan dengan :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Rajabasa.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sukarame.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung ( Lampung

Selatan ).

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kedaton.

Kecamatan Tanjung Senang terbentuk berdasarkan Perda No. 14 Tahun 2000,

tanggal 16 Desember 2000 tentang perubahan batas wilayah Bandar

Lampung. Untuk mewujudkan tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah.

Sekarang kota Bandar Lampung yang semula terdiri dari 9 kecamatan di tata

kembali menjadi 13 kecamatan, termasuk Kecamatan Tanjung Senang. Ibu

kota kecamatan adalah Tanjung Senang selanjutnya secara administrasi di

bagi menjadi 4 kelurahan dengan perincian sebagai berikut :

1. Kelurahan Labuhan Dalam terdiri dari 2 Lingkungan.

2. Kelurahan Tanjung Senang terdiri dari 3 Lingkungan.

3. Kelurahan Way kandis terdiri dari 2 Lingkungan.

4. Kelurahan Perumnas Way Kandis terdiri dari 3 Lingkungan.

Berdasarkan peraturan daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 tahun 2012,

tentang penataan dan pembentukan kelurahan dan kecamatan, wilayah

kecamatan Tanjung Senang dibagi menjadi 5 (lima) kelurahan, yaitu:

91

91

1. Kelurahan Tanjung Senang

2. Kelurahan Pematang Wangi

3. Kelurahan Way Kandis

4. Keluran Labuhan Dalam

C. Gambaran Umum Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

1. Sejarah Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri didirikan pada tahun 2014.

Pemilik groindustri ini adalah sepasang suami istri yaitu Ibu Nita yang

berusia 28 tahun dan Bapak Erik yang berusia 40 tahun dan berasal dari

Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Awalnya pendiri usaha ini adalah

para penduduk transmigrasi dari daerah Kota Tasikmalaya. Latar belakang

berdirinya Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri ini karena

tarinspirasi dari salah satu saudara ibu Nita yang sudah sepuluh tahun

berjualan kerupuk bawang di daerah Tasikmalaya. Tetapi karena daerah

Tasikmalaya sudah banyak yang menjual kerupuk bawang sejenis akhirnya

ibu Nita mencari daerah yang masih sedikit produsen kerupuk bawang dan

tertarik untuk membuka usaha agroindustri kerupuk bawang di Kota

Bandar Lampung dikarenakan daerah Bandar Lampung dekat dengan

pasokan bahan baku utama yaitu kota Metro yang terletak di Provinsi

Lampung. Terlihat dari Provinsi Lampung sebagai produsen ubi kayu

terbesar di Indonesia.

92

92

Hingga pada tahun 2018 Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri terus

bertahan dan usaha ini aktif memproduksi kerupuk setiap harinya. Usaha

ini telah menjadi tradisi keluarga yang turun menurun karena usaha

Agroindustri Kerupuk Bawang mampu menunjang perekonomian keluarga

dan menambah pendapatan. Faktor lain adalah karena kerupuk bawang

merupakan salah satu makanan selingan, makanan tambahan atau sebagai

lauk pauk yang banyak disukai masyarakat dan sudah dikenal lama oleh

masyarakat.

Dalam pendirian Agroindustri Kerupuk Bawang Winda putri Ibu Nita

menggunakan modal sendiri dan cukup besar dalam membangun usaha

kerupuk bawang ini yaitu sebesar Rp 18.000.000 dan juga keuntungan

yang didapatkan cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Usaha

kerupuk bawang merupakan salah satu agroindustri yang berada dalam

subsistem pengolahan dalam sistem agribisnis. Produksi kerupuk bawang

Winda Putri mampu memproduksi 700 kg atau 7 kuintal per satu kali

produksi. Produksi tertinggi Kerupuk Bawang Winda Putri dapat

mencapai 700 kg atau 7 kuintal dan produksi terendah mencapai 100 kg

atau 1 kuintal dalam sekali produksinya.

2. Struktur Organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Struktur organisasi pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri dapat

dilihat pada Gambar 10.

93

93

Gambar 10. Struktur organisasi Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri.

Kegiatan usaha Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri terutama

dalam kegiatan produksi dilakukan secara mandiri sehingga agroindustri

ini tidak memiliki struktur organisasi yang formal dalam menjelaskan

tugas dan wewenang di dalam usaha pengolahan Agroindustri Kerupuk

Bawang Winda Putri. Pemilik memiliki tugas merangkap dan menyeluruh

dalam mengatur, mengelola pengeluaran dalam memproduksi kerupuk

bawang.

Untuk mendukung produksi kerupuk bawang dibutuhkan tenaga kerja

yang handal, ibu Nita mempekerjakan 18 orang tenaga kerja yang sebagian

besar diberasal dari daerah Tasikmalaya. Jumlah tenaga kerja pada

Agroindustri Kerupuk bawang Winda Putri dapat dilihat pada Tabel 23.

PemilikIbu Nita

Bagian PengolahanProduk

TKDK TKLK

94

94

Tabel 28. Jumlah tenaga kerja pada Agroindustri Kerupuk Bawang WindaPutri

No Tahun Jumlah tenaga kerja (orang)1 2014 102 2015 103 2016 144 2017 145 2018 14

Sumber: Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.

Pada Tabel 28 dapat diketahui bahawa tenaga kerja yang dimiliki

agroindustri kerupuk bawang Winda Putri adalah laki-laki dan tidak banyak

mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.

3. Tata Letak/ Layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

Bangunan yang digunakan sebagai tempat produksi dan sekaligus menjadi

tempat tinggal pemilik merupakan bangunan bukan milik pribadi. Pemilik

menyewa bangunan tersebut dengan biaya sewa Rp15.000.000/ tahun.

Letak bangunan produksi ini tepat di dalam bangunan tempat tinggal ibu

Nita. Tata letak layout bangunan produksi kerupuk bawang Winda Putri

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Tata letak/ layout Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

F

AB

C1C2

D

E

95

95

Keterangan gambar:

A : Halaman depanB : Tempat oven (pengeringan) kerupukC1, C2 : Tempat penjemuran kerupukD : Tempat penggorengan kerupukE : Tempat pengolahan kerupukF : Bangunan rumah tempat tinggal ibu Nita

Dari Gambar 10 dapat dilihat tata letak usaha agroindustri kerupuk bawang

Winda Putri. Total bagian F adalah total keseluruhan bangunan yang terdiri

dari ruang produksi mulai dari penyimpanan bahan baku, pembuatan

adonan, pencetkan, penjemuran, pengovenan dan pengemasan sekaligus

dijadikan tempat tinggal pemilik Agroindustri Kerupuk Bawang Winda

Putri. Keadaan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Tampak depan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri

150

150

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Tingkat kepuasan konsumen berdasarkan Indeks Kepuasan Konsumen

(Customer Satisfaction Index) dalam mengonsumsi produk kerupuk

bawang Winda Putri adalah konsumen yang telah merasa “puas”.

2. Tingkat loyalitas konsumen berdasarkan piramida loyalitas diketahui

bahwa konsumen produk kerupuk bawang Winda Putri merupakan

konsumen yang loyal.

3. Kekuatan utama Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri adalah

kapasitas produksi besar, usaha agroindustri kerupuk bawang

menguntungkan, sudah dilakukan penerapan manajemen dan pencatatan

keuangan dengan baik, jumlah sumberdaya manusia agroindustri banyak,

jumlah permintaan produk kerupuk bawang yang tinggi sehingga tanpa

melakukan kegiatan promosi produk kerupuk bawang tetap banyak dibeli

oleh konsumen. Kelemahan pada agroindustri adalah kualitas produk

kurang baik, keuntungan usaha agroindustri yang berfluktuasi, belum

diterapkannya secara tertulis pembukuan mengenai pengeluaran dan

151

151

penerimaan produk kerupuk bawang, sumberdaya manusia yang dimiiki

agroindustri belum memiliki keterampilan yang baik, belum diterapkannya

kegiatan promosi yang dapat meningkatkan jumlah permintaan produk

kerupuk bawang

4. Peluang pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri adalah

kebutuhan dan minat konsumen terhadap produk tinggi, produksi kerupuk

bawang dapat ditingkatkan jumlahnya pada musim panas, adanya

teknologi alat mesin produksi yang membuat waktu produksi yang lebih

cepat, kualitas produk kerupuk bawang yang lebih baik, agroindustri

menjadi lebih mandiri tanpa adanya peran pemerintah. Ancaman pada

agroindustri ini adalah terdapat banyak pesaing dari usaha yang sejenis,

konsumen mudah jenuh dengan produk kerupuk bawang, kerupuk bawang

yang tidak dapat diproduksi saat musim penghujan mengakibatkan

produksi menurun, belum diterapkannya teknologi pengemasan selain alat

mesin produksi, kurangnya peran aktif dari pemerintah setempat terhadap

agroindustriKebutuhan dan minat konsumen terhadap produk tinggi.

5. Strategi pengembangan Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri yaitu:

meningkatkan jumlah produksi kerupuk bawang terutama pada musim

panas agar tetap dapat memenuhi permintaan konsumen terhadap kerupuk

bawang pada musim penghujan melalui penerapan alat mesin produksi

yang lengkap dan telah dimiliki oleh agroindustri

152

152

B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh saran sebagai berikut.

1. Pelaku Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri diharapkan terus

meningkatkan kualitas yang dihasilkan agar tidak terpengaruh oleh pesaing

sejenis. Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri juga perlu melakukan

promosi untuk memperkenalkan produk kepada masyarakat yang belum

mengetahui produk kerupuk bawang Winda Putri, sehingga dapat

meningkatkan permintaan terhadap kerupuk bawang . Promosi dapat

dilakukan melalui media sosial

2. Masyarakat yang akan membuka usaha agroindustri kerupuk bawang

sebaiknya mempersiapkan modal yang cukup dan keterampilan

sumberdaya manusia yang baik sehingga usaha yang dibangun akan

lancar.

3. Pihak pemerintah Kota Bandar Lampung, melalui Dinas Perindustrian

Kota Bandar Lampung, diharapkan dapat memberikan pembinaan dan

bantuan alat, mesin produksi terhadap usaha-usaha mikro seperti

Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri.

4. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih lanjut tentang

strategi pemasaran pada Agroindustri Kerupuk Bawang Winda Putri di

Kota Bandar Lampung.

153

153

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, D. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Bogor.

Affandi, M.I. 2009. Peran Agroindustri dalam Perekonomian Wilayah ProvinsiLampung: Analisis Keterkaitan Antarsektor dan Aglomerasi Industri.Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Anggraini, V., F.E Prasmatiwi dan H. Santoso. 2013. Tingkat Kepuasan danLoyalitas Konsumen Gulaku di Kota Bandar Lampung. JIIA Vol 1 (2): 149-155. http://jurnal.fp.unila.ac.id/ index.php/JIA/article/view/241/240.Diakses pada tanggal 24 Desember 2017

Ariesta, W., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti. 2016. Strategi PengembanganUsaha Agroindustri Beras Siger ( Studi kasus pada Agroindustri Tunas Barudi Kelurahan Pinang Jaya Kemiling Kota Bandar Lampung. JIIA Vol 4 (3):326-334. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/ 1508/1362.Diakses pada tanggal 24 Desember 2017

Arikunto,S dan S. Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi AksaraJakarta.

Azizah, S. 2017. Analisis Usaha dan Strategi Pengembangan Ternak Ayam RasPetelur di Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu. Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung

Badan Pusat Statistik. 2015a. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu BeberapaMacam Bahan Makanan Penting. BPS Nasional. Indonsia

. 2015b. Produksi Ubi Kayu di Indonesia. BPS Nasional.Indonsia

_________________. 2016c. Pertumbuhan Ekonomi Lampung Triwulan I – 2016.http://www.lampung.bps.go.id/. Diakses pada 12 Februari 2018.

Bank Indonesia. 2012. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Pengolahan TepungTapioka. Direktorat Kredit, BPR, dan UMKM. Lampung

154

154

Bazai, F.I. 2017. Penerapan Strategi Pemasaran dan Aksebilitas Rumah TanggaTerhadap Bihun Tapioka di Kota Metro. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung

David, F. 2004. Manajemen Strategis : Konsep-konsep (Terjemahan). IndeksGramedia. Jakarta.

Departemen Kesehatan. 2005. Kandungan Gizi Ubi Kayu (Per 100 gram).Lampung.

Desnita, D. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Gaplek dengan Level yangBerbeda Terhadap Kadar Bahan Kering dan Kadar Bahan Organk SilaseLimbah Sayuran. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Durianto, D. Sugiarto. Sitinjak, T. 2004.Brand Equity Ten, Strategi MemimpinPasar. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Gadung, A., W.A. Zakaria dan K. Murniati. 2015. Analisis Kepuasan danLoyalitas Konsumen Kopi Bubuk Sinar Baru Cap Bola Dunia di KotaBandar Lampung. JIIA Vol 3 (4): 370-376. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/ article/view/1086/991. Diakses pada 23 Desember 2017

Ghaisani, A. 2017. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan UsahataniSayuran Organik di Kota Bandar Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung

Griffin. 2005. Costumer Loyality, Jilid 1 Edisi 4, Penerbit Erlangga. PT GramediaPustaka. Jakarta.

Hunger, J.D dan Wheelen, T.L . 2003. Manajemen Strategis. Andi. Yogyakarta.

Irawan H. 2003. Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Elex Media Komputindo.Jakarta

Kementerian Perdagangan. 2016. RI Masih Impor Pangan. KementerianPerdagangan. http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151227211740-92-100585/mendag-2016-ri-masih-impor-pangan/. Diakses pada Tanggal 6Januari 2018

Mowen, J. dan M. Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Ke Lima. Jilid 2.Erlangga. Jakarta

Nurhabibah, A. 2016. Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat BeliKonsumen di Pusat Oleh-Oleh Getuk Khas Sukoraja Banyumas JalanRaya Buntu Sampang. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

155

155

Pearce, J.H dan R.B. Robinson 2009. Manajemen Strategis. Binarupa Aksara.Jakarta

Pradita, R., Y. Indriani dan A. Soelaiman. 2013. Tingkat Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Tauco di Kota Prabumulih. JIIA Vol 4 (1) : 86-93. http://jurnal.fp. unila.ac. id/index.php /JIA/article/view/1218/1115. Diakses pada 24Desember 2017

Purwono. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Putri, R M., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti 2017. Kinerja dan StrategiPengembangan Primkopti Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. JIIAVol 5 (2): 184-191. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index. php/JIA/article/view/1657/1483. Diakses pada 24 Desember 2017

Rangkuti, F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

. . 2003. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

. 2014. Teknih Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT CaraPerhitungan Bobot, Rating dan OCAI. PT. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Riyadi, 2003. Kebiasaan makan masyarakat dalam Kaitannya denganPenganekaragaman Konsumsi Pangan. Prosiding Simposium Pangan danGizi serta Konggres IV Bergizi dan pangan Indonesia. Jakarta

Sagala, I C, M.I. Affandi dan M. Ibnu. 2013. Kinerja Usaha dan StrategiPengembangan Agroindustri Kecil Kelanting di Desa Karang AnyarKecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran. JIIA Vol 1 (1) : 60-65.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/132/136. Diakses pada24 Desember 2017

Sari, T.K, W.D. Sayekti dan A. Soelaiman. 2017. Strategi Pengembangan PT.Sayuran Siap Saji di Desa Sukamanah Kecamatan Megamendung KotaBogor. JIIA Vol 5 (2) : 162-170. http://jurnal.fp.unila.ac.id /index.php/JIA/article/view/1654/1480. Diakses pada 24 Desember 2017

Sjarkowi, F. Dan M. Sufri. 2004. Manajemen Agribisnis. Baldal Grafiti Press.Palembang

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT.Rajagrafindo. Jakarta.

156

156

. 2001. Agribisnis, Teori dan Aplikasinya. PT. Raya Grafindo Persada.

Jakarta

Solihin, I. 2012. Manajemen Strategik. Erlangga. Jakarta.

Sulfiana, W.N, K. Murniati dan Y. Indriani. 2017. Sikap dan Kepuasan KonsumenTerhadap Paket Menu Lele Terbang, Kaitannya dengan Bauran Pemasarandi Rumah Makan Sambal Lalap Bandar Lampung. JIIA Vol 6 (1) : 72-78.http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/2501/2185. Diaksespada 11 Juli 2018

Sufren dan Y. Natael. 2013. Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak. ElexMedia Komputindo. Jakarta

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Penerbit Ghalia. Jakarta.

Supranto, J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan : Untuk MenaikkanPangsa Pasar. Rineka Cipta. Jakarta.

. 2011. Statistik Teori dan Aplikasi. Erlangga. Jakarta.

Suprapti, L. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatan. Kanisius.Yogyakarta.

Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik.Tarsito. Bandung.

Suryabarata, S. 2003. Metode Penelitian. Rajawali. Jakarta

Suryani, T. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran Edisi1. Graha Ilmu. Yogyakarta

Syafani, T.S., D.A.H. Lestari dan W.D. Sayekti. 2015. Analisis Preferensi, PolaKonsumsi dan Permintaan Tiwul oleh Konsumen Rumah Makan diProvinsi Lampung. JIIA Vol 3 (1): 85-92. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/1021/926. Diakses pada 23 Desember 2017

Tisnawati, S. 2005. Pengantar Manajemen. Prenada Media Group. Jakarta.

Tjiptono, F. 2008. Strategi Pemasaran Edisi 3. Andi. Yogyakarta

Tunjungsari, M., D. Haryono dan D.A.H. Lestari. 2015. Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Ibu Rumah Tangga dalam Mengkonsumsi Santan Sun Kara diKota Bandar Lampung. JIIA Vol 3 (3): 322-328. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article /view/1058/963. Diakses pada tanggal 11 Juli 2018

157

157

Umar, H. 2008. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan, Seri DesainPenelitian Bisnis – No 1. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Valentia, O. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku KeripikSingkong di Kabupaten Karang Anyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.Surakarta

Wijandi, S., B. Djatmiko, Y. Haryadi, D. Muchtadi, Setijahartini, H. Syarif danKusupiyanti. 1975. Pengolahan kerupuk di Sidoharjo. Kerjasama AnekaIndustri dan Kerajinan dengan Departemen Teknologi Hasil Pertanian.Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yulita, M, D.A.H. Lestari dan D. Haryono. 2014. Tingkat Kepuasan dan LoyalitasKonsumen Produk Susu Cair dalam Kemasan Koperasi PeternakanBandung Selatan di Kota Bandung. JIIA: Vol 2 (2): 158-165. http://jurnal.fp.unila .ac.id/index.php/JIA/article/view/741/682. Diakses pada 24Desember 2017