analisis jurnal ekologi - tngc

18
Analisis Jurnal : “Komunitas Mamalia Kecil di Berbagai Habitat pada Jalur Apuy dan Linggarjati Taman Nasional Gunung Ciremai” Disusun Oleh 1. Ariani Anugrah Putri 11308144003 2. Harlina Jatiningsih 113081 44009 3. Rifqi Nur Hidayatulloh 11308144011 4. Putu Wirabumi 11308144028 5. Jalu Prianggodo 11308144029 6. Husnatun Nihayah 11308144034 7. Amanda Rukmana Sari 07308144012 8. Meyta Wulandari 10308141017 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI 1

Upload: ariani-anugrah-putri

Post on 26-Oct-2015

289 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

Analisis Jurnal : “Komunitas Mamalia Kecil di Berbagai Habitat pada Jalur

Apuy dan Linggarjati Taman Nasional Gunung Ciremai”

Disusun Oleh

1. Ariani Anugrah Putri 11308144003

2. Harlina Jatiningsih 113081 44009

3. Rifqi Nur Hidayatulloh 11308144011

4. Putu Wirabumi 11308144028

5. Jalu Prianggodo 11308144029

6. Husnatun Nihayah 11308144034

7. Amanda Rukmana Sari 07308144012

8. Meyta Wulandari 10308141017

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2012

1

Page 2: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar tanpa

suatu kendala apapun.

Makalah ini merupakan analisis dari sebuah jurnal yang diunduh melalui situs resmi

LIPI yaitu, http://isjd.pdii.lipi.go.id. Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah

Ekologi yang diampu oleh Ibu Dr. Tien Aminatun M,Si. Tak lupa kami mengucapkan

terimakasih kepada Ibu Maharadatunkamsi dan Ibu Maryati selaku penulis jurnal yang kami

analisis.

Selanjutnya, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan dan

penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan

penulisan makalah ini. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 7 November 2012

Penulis

2

Page 3: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

BAB II .............................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ................................................................................................................. 6

A. Mamalia kecil ............................................................................................................... 6

B. Metodologi penelitian .................................................................................................. 6

C. Hasil pengamatan ........................................................................................................ 6

D. Pembahasan ................................................................................................................. 9

BAB III ............................................................................................................................................ 12

PENUTUP .......................................................................................................................... 12

Kesimpulan ........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 13

3

Page 4: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

BAB I

PENDAHULUAN

Taman Nasional Gunung Ceremai merupakan suatu gunung tersendiri yang terletak

pada dua kabupatenyaitu Kabupaten Kuningan dan Kbupaten Majalengka. Taman Nasional

ini mempunyai ketinggian antara 550 sampai 3.078 meter di atas permukaan laut dengan

berbagai tipe habitat.

TNGC (Taman Nasional Gunung Ciremai) ditunjuk sebagai taman nasional

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424/Menhut-II/2004 tanggal 19

Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kelompok hutan lindung pada kelompok hutan

Gunung Ciremai seluas + 15.500 hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan

Majalengka, Propinsi Jawa Barat menjadi Taman Nasional. Penunjukkan kawasan hutan

Gunung Ciremai menjadi taman nasional merupakan usulan Pemerintah Kabupaten Kuningan

melalui surat Nomor. 522/1480/Dishutbun tanggal 26 Juli 2004 perihal "Proposal Kawasan

Hutan Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam" dan Pemerintah Kabupaten

Majalengka melalui surat Nomor. 522/2394/Hutbun tanggal 13 Agustus 2004 perihal "Usulan

Gunung Ciremai sebagai Kawasan Pelestarian Alam". .(http://www.tnciremai.org)

  Fungsi ekologi Gunung Ciremai yang sangat besar khususnya sebagai daerah

catchment area atau daerah tangkapan air yang sangat berperan penting sebagai penyediaan

air baik sebagai bahan baku air minum maupun air irigasi pertanian bagi tiga kabupaten di

sekitarnya yaitu Kuningan, Majalengka dan Cirebon.(http://www.tnciremai.org)

Sebagai taman nasional yang tergolong baru, maka informasi sumber daya alam di

dalam nya belum banyak terungkap. Kebutuhan akan data sebaran fauna di Taman Nasional

Gunung Ciremai sudah sangat mendesak akibat dari pembukaan hutan untuk perkebunan,

perburuan liar, pencurian kayu, dan kebakaran hutan yang menyebabkan hilangnya habitat

fauna dan fragmentasi habitat di taman nasional ini. .(http://www.tnciremai.org)

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Ibu Maharadatunkamsi dan Ibu Maryati ini

adalah untuk mengisi kebutuhan dasar sebaran hewan mamalia kecil di berbagai habitat dalam

taman nasional ini. Selain itu, penelitian ini merupakan bagian dari studi yang lebih luas

dengan fokus pada dokumentasi biodiversitas di taman nasional ini. Hasil penelitian

diharapkan menjadi informasi yang berguna untuk memaksimalkan usaha konservasi.

4

Page 5: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

BAB II

PEMBAHASAN

A. Mamalia Kecil

Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi dua, yakni mamalia besar dan

mamalia kecil. International Biological Program mendefinisikan mamalia besar sebagai

jenis-jenis mamalia yang memiliki ukuran berat badan dewasa lebih dari 5 Kg, sedangkan

mamalia kecil dengan ukuran berat badan dewasa kurang dari 5 Kg. Contoh hewan mamalia

kecil adalah kelelawar, tikus, tupai, ajing, mencit, dan lain-lain. Hewan mamalia kecil dikenal

sebagai hewan yang membantu dalam permencaran dan penggenerasian biji-biji hutan

sehingga berperan penting dalam mempertahankan keanekaragaman tumbuhan hutan dan

sebagai agen dalam regenerasi pertumbuhan hutan, sekaligus sebagai pengontrol serangga

hama.

B. Metode Penelitian

- Tempat dan Tanggal : Jalur Apuy (lereng barat) dan jalur Linggarjati (lereng

timur) Taman Nasional Gunung Ciremai, pada bulan April 2006 dan bulan Mei

2007.

- Teknik penelitian : Plotting, kombinasi observasi dan penangkapan.

- Alat dan bahan : Perangkap tikus, jebakan sumuran, kelapa bakar, petis

terasi, jaring.

- Cara kerja

a. Penangkapan dengan perangkap tikus kawat (penangkapan kelas rodentia,

scandentia, dan Insectivora)

Menyiapkan perangkap tikus kawat (sebanyak 50-100 dengan ukuran

25x10x10 cm) dan jebakan sumuran (pit fall trap). Pemasangan dilakukan

sedemikian rupa membentuk line transect pada habitat pengamatan, memasang

perangkap sekitar 10 meter dari jalan setapak dengan umpan kelapa bakar dan

campuran pido dengan petis terasi, melakukan pengecekan perangkap setiap

hari pada pukul 09.00 dan 16.00.

5

Page 6: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

b. Penangkapan dengan pit fall trap (efektif untuk penangkapan cecurut)

Membuat jebakan sumuran sejumlah 4-5 buah dan diberi pagar plastik

setinggi 40-50 cm dengan panjang 20 cm dipasang disetiap plot, melakukan

pengecekan perangkap setiap hari pada pukul 09.00 dan 16.00.

c. Jaring Kabut (Pengamatan mamalia terbang)

Jaring ukuran 12x3 meter sebanyak 7-10 jaring dipasang mengikuti

plot perangkap tikus pada berbagai ketinggian dengan jarak 1-5 meter diatas

permukaan tanah, mengecek jaring pada pukul 09.00 dan 16.00.

d. Penjelajahan lapangan/observasi (pendataan mamalia kecil yang dijumpai

secara langsung)

Melakukan pendataan melalui jalur-jalur jalan setapak yang sudah ada.

- Analisis data : Penghitungan indeks keragaman jenis dengan menggunakan Indeks

Shannon-Wienner, derajat keasamaman dihitung dengan menggunakan Indeks

Jaccard, menggambarkan kemiripan antar plot dianalisis kluster dengan metoda

unweighted pair group method using arithmetic averages, analisis keseluruhan

dilakukan dengan program Ecological Methodology versi 5.2, COMPAC, dan

SPSS versi 9.0.

C. Hasil Pengamatan

6

Page 7: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

7

Page 8: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

8

Page 9: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

D. Pembahasan

Penelitian di Taman Nasional Gunung Ciremai mendokumentasikan jumlah

jenis hewan mamalia kecil sebanyak 22 jenis dengan Indeks Shannon-Wienner

keseluruhan sebesar 3,66 yang artinya kawasan ini mempunyai tingkat keragaman

mamalia yang tinggi. Keragaman jenis dikatakan tinggi jika menghasilkan Indeks

Shannon-Wienner lebih dari 3,5. Itu artinya, taman nasional ini merupakan habitat

yang potensial bagi berbagai jenis hewan.

Keragaman jenis yang ditunjukkan dengan indeks Shannon-Wienner

memperlihatkan adanya pola tertentu mengikuti habitatnya masing-masing. Tujuh plot

pengamatan menunjukkan perbedaan yang signifikan (P<0,01). Indeks keragaman

tinggi ditemukan di hutan primer atas dan hutan sekunder dengan indeks Shannon-

Wienner sebesar 3,23 dan 3,00. Hal ini disebabkan karena vegetasi hutan primer atas

dan hutan sekunder mempunyai daya dukung yang baik bagi kehidupan mamalia untk

mencari makan. Kondisi hutan sekunder menunjukkan tingkat gangguan berat dan

ringan. Namun, kondisi ini masih memunginkan untuk hidup berbagai jenis mamalia

kecil.

Indeks keragaman rendah ditemukan di 5 plot lainnya yaitu hutan pinus atas

(1,53), hutan pinus bawah (1,49), hutan primer bawah (1,31), belukar bawah (1,25),

dan belukar atas (1,15). Hal ini dikarenakan kawasan (plot seda) ini hanya mempunyai

luas sekitar 20 Ha. Luas seda yang sempit menyebabkan daya dukung yang terbatas

berbagai kehidupan hewan termasuk mamalia kecil dan terbatasnya kesediaan

makanan bagi penghuninya. Hal ini juga menyebabkan hewan didalamnya terkurung

dalam hutan yang sempit dan akkibatnya rentan terhadap gangguan manusia dan

perubahan lingkungan. Kondisi ini dikhawatirkan akan berkurangnya daerah jelajah

dan mengakibatkan punanya populasi.

Pada plot belukar dan hutan pinus mengalami gangguan yang tinggi. Bahkan

sebagian telah berubah menjadi semak belukar. Hal ini terlihat dari rendahnya

keragaman mamalia kecil dalam kawasan terganggu. Pembukaan kawasan hutan akan

berpengaruh negatif terhadap kondisi vegeetasi yang akan menyebabkan berkuangnya

habitat fauna.

Beradasrkan keberadaan jenis mamalia kecil, maka zonasi di daerah plot

pengamatan dapat dikelompokkan menjadi 5 zona. Zona 3 (hutan primer atas dan

hutan sekunder) merupakan habitat yang relatif masih utuh dan berada pada ketinggian

9

Page 10: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

di atas 1100m. Adapun jenis hewan yang mendominasi antara lain kelelawar

Aetholops alecto dan Chironax melanocephalus; dan cerucut Crociduro monticolo dan

C. arientalis. Selain itu juga terdapat beberapa jenis tikus penghuni hutan tinggi seperti

Maxomys bartelsil dan Leopoldamys sabanu. Jenis-jenis mamalia kecil ini mempunyai

sebaran terbatan namun menunjukan kepadatan populasi dan jumlah jenis mamalia

kecil yang cukup baik. Hal ini merupakn indikasi tingkat keragaman yang tinggi dan

didalamnya terjadi interaksi yang seimbang antara mamalia kecil dengan komponan

lainnya sebagai satuan ekosistem. Zona ini menempati tingkat penting dalam

konservasi karena mamalia kecil yang ada dizona ini merupakan jenis yang rentan

terhadap kerusakan habitat.

Zona 1, 2, 4, dan 5 didominasi oleh kelelawar M. sorbritus dan C. brochyotis.

Makanan kedua jenis kelelawar ini adalah pisang yang banyak terdapat dikaki Gunung

Ciremai. Kelelawar ini mampu hidup diberbagai habitat asalkan terdapat pisang yang

merupakan makanannya. Selain kelelawar, beberapa jenis tikus komersial juga ada di

zona ini, seperti Rathus tanezumi dan R. exulans. Keberadaan tikus-tikus ini

menunjukan bahwa kelompok habitat ini sedah terganggu karena bertambahnya

jumlah dan jenis hewan komersial merupakan indikasi peningkatan intensitas

gangguan lahan.

Selain perbedaan habitat pada daerah ketinggian, pola sebaran hewan juga

ditentukan oleh keterbatasan hewan tersebut dalam proses fisiologis yang menentukan

kemampuan untuk hidup pada elevasi dan ketinggian tempat tertentu. Perbedaan

ketinggian juga berpengaruh pada sebaran jenis melalui variasi habitat, contohnya

kelelawar A. alocto dan C. melanocephalus, tikus M. bortellsi dan cerucut C.

monticola yang hanya ditemukan pada kawasan hutang dengan ketinggian 1100-1900

m dpl. Sedangkan pada ketinggian 500-600 m didominasi oleh kelelawar C. brachiotis

dan M. sarbrinus yang merupakan jenis kelelawar dengan persebarang yang luas

termasuk didaerah hutan terganggu. Pada daerah ketinggian ini termasuk daerah

hutanyang terganggua karena disekitar ketinggian ini sudah terdapat pemukiman

warga.

Beberapa jenis kelelawar pemakan buah berfungsi sebagai penyerbuk bunga

dan memencar biji tumbuhan, diantaranya adalah A. alecto, C. branchiotis, C. sphinx,

C. horfieldi, C. melanocepalus, M. sobrinus, Megarops kusnotoi, Rouseptus

leschenaulti dan R. amplexicaudatus. Dengan demikian kelelawar ini dapat menjaga

keseimbangan ekosistem hutan. Selain jenis tersebut jenis kelelawar serangga, tupai,

10

Page 11: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

dan curucut juga merupakan pengendali populasi serangga di hutan. Untuk itu jenis-

jenis hewan diatas harus dipertahankan demi tercapainya keseimbangan alam dan

kelestarian hutan kawasan taman nasional.

11

Page 12: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan

Pada kawasan taman nasional ini yang diamati diketahui terdapat 5 zonasi sebaran

mamalia kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Taman Nasional Gunung Ciremai

merupakan habitat penting bagi hewan mamalia kecil. Tingkat keragaman mamalia dari

rendah sampai tinggi dijumpai pada 7 plot pengamatan namun pada umumnya menunjukkan

tingkat kepadatan yang rendah. selain itu, dibalik potensi Taman Nasional Gunung Ciremai

berbagai masalah juga menghadang kelestarian hewan-hewan ini akibat adanya tekanan

ekologis dan ekonomis.

Penelitian ini mencakup lereng barat (Apuy) dan lereng timur (Linggarjati). Sehingga,

belum dapat menggambarkan potensi hewan mamalia kecil di T.N Gunung Ciremai. Untik itu

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lokasi lainnya agar dapat diperoleh gambaran

tentang potensi dan keragaman sumber daya hayati.

12

Page 13: Analisis Jurnal Ekologi - TNGC

DAFTAR PUSTAKA

Maharadatunkamsi dan Maryati. 2008. Jurnal : “Komunitas Mamalia Kecil di Berbagai

Habitat pada Jalur Apuy dan Linggarjati Taman Nasional Gunung

Ciremai”. LIPI.

Anonim, http://www.tnciremai.org. Diakses pada tanggal 6 November 2012 pukul 20.00

WIB.

13