analisis ekologi lingkungan kepulauan raja ampat

52
KEPULAUAN RAJA AMPAT MATA KULIAH : EKOLOGI LINGKUNGAN Dosen Pembimbing : Myrza Rahmanita, Dr, M.Sc [ Disusun Oleh : Agrifina Amanda Nathania, S1 Hospitalitas dan Pariwisata, 1353010011 ] SEKOLAH TINGGI PARIWISATA

Upload: agrifinaamanda

Post on 17-Aug-2015

69 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Dosen Pembimbing : Myrza Rahmanita, Dr, M.Sc

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA TRISAKTI

Page 2: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

KEPULAUAN RAJA AMPAT

Pendahuluan

Pembangunan yang seimbang dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan

lingkungan hidup adalah prinsip pembangunan yang senantiasa menjadi dasar

pertimbangan utama bagi seluruh sektor dan daerah guna menjamin keberlanjutan proses

pembangunan itu sendiri. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

2004–2009, perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan

hidup diarahkan untuk memperbaiki sistem pengelolaan sumber daya alam agar sumber

daya alam mampu memberikan manfaat ekonomi, termasuk jasa lingkungannya, dalam

jangka panjang dengan tetap menjamin kelestariannya. Dengan demikian, sumber daya

alam diharapkan dapat tetap mendukung perekonomian nasional dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat tanpa mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan

hidupnya, agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dalam kaitan ini,

pembangunan berkelanjutan terus diupayakan menjadi arus utama dari pembangunan

nasional di semua bidang dan daerah.

Salah satunya wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting dan strategis dan

merupakan kesatuan ruang antara daratan dan lautan yang secara ekologis mempunyai

hubungan keterkaitan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi.

Selain itu juga pembangunan pulau-pulau kecil telah menjadi perhatian khusus untuk

ditangani dalam beberapa tahun, mengingat kondisinya yang tertinggal dan sebagian dari

pulau-pulau tersebut sebagai titik pangkal perbatasan Indonesia dengan negara-negara

tetangga.

Pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat diperlukan dan dilakukan secara

terintegrasi dengan melibatkan Pemerintah, masyarakat dengan pihak lain dalam

perencanaan, pemantauan , evaluasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil disekitar.

Selain itu untuk melindungi, mengkonservasi, memanfaatkan dan merehabilitasi wilayah

pesisir serta ekologi secara berkelanjutan. Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut akan

dapat berhasil jika dikelola secara terpadu (Integrated Coastal Zone Management, ICZM).

Unsur utama IZCM adalah integrasi (intergration) dan koordinasi. Pengelolaan atau

pemanfaatan kawasan pesisir yang dilakukan secara sektoral tidaklah efektif (Dahuri et

1 | P a g e

Page 3: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

al., 1996). Selain itu pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut seharusnya dilakukan

dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut secara

terpadu dan berkelanjutan, maka perlu dirumuskan suatu pengelolaan (strategic plan) yang

mengintegrasikan setiap kepentingan dalam keseimbangan (proporsionality) antar dimensi

ekologis, dimensi sosial, antar sektoral, disiplin ilmu dan segenap pelaku pembangunan

(stakeholders).

Saat ini, kondisi ekosistem pesisir di sebagian wilayah telah mengalami kerusakan

dan pencemaran yang tinggi, yang digambarkan dengan kerusakan rata-rata terumbu

karang sebesar 40 persen, penurunan luasan mangrove, dan pencemaran yang tinggi di

beberapa wilayah pesisir/laut. Sebagai salah satu upaya pengurangan perusakan, dilakukan

program perlindungan dan rehabilitasi sumber daya kelautan dan perikanan dengan cara

melakukan rehabilitasi terumbu karang di 7 (tujuh) propinsi, penanaman mangrove, dan

pengelolaan konservasi kawasan dan konservasi jenis. Dari tahun 2002 sampai dengan

tahun 2005, luasan kawasan konservasi laut daerah (KKLD) yang telah ditetapkan

melalui SK Bupati dan calon KKLD adalah sekitar dua juta hektar dan diperkirakan akan

bertambah sebesar 700 ribu hektar pada tahun 2006. Selain itu, persiapan juga dilakukan

dalam rangka pengusulan marine world haritage site, yaitu Taman Nasional Bunaken,

Takabonarate, Kepulauan Banda, Raja Ampat, Kepulauan Derawan, dan Wakatobi. Pada

tahun 2005 dan 2006 telah dilaksanakan kegiatan kerjasama regional dengan Malaysia dan

Filipina dalam pengelolaan kawasan konservasi laut Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Marine

Eco-Region), dan telah menghasilkan rencana aksi konservasi di tingkat nasional dan

regional. Untuk kerjasama pengelolaan laut antar daerah antara lain telah dilaksanakan di

Selat Karimata dan Teluk Tomini. Sebagai upaya mitigasi bencana lingkungan laut, telah

disusun pedoman strategi nasional mitigasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Salah satu dari wilayah pesisir dan pulau yang menjadi perhatian serta merupakan

salah satu tempat marine world heritage site yaitu Kepulauan Raja Ampat. Dari data dan

informasi penting yang telah berhasil diidentifikasi tentang Kepulauan Raja Ampat ini

dapat disimpulkan bahwa kekayaan alam laut dan darat Kepulauan Raja Ampat sangat

luar biasa. Apabila tidak dilindungi, maka kekayaan alam ini akan rusak oleh kegiatan-

kegiatan eksploitasi. Sehubungan dengan dengan itu Kepulauan Raja Ampat perlu

mendapatkan dukungan untuk pembangunan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan di

2 | P a g e

Page 4: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

kawasan kaya ini. Keanekaragaman hayati yang dimiliki serta kekayaan lautnya,

menjadikan alasan pembangunan di kawasan Raja Ampat difokuskan pada

pembangunan wisata bahari.

Kepulauan Raja Ampat

Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan

yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi Irian

Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada

akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklarasikan sebagai

kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang

Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom,

Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja

Ampat tanggal 3 Mei tahun 2002. Kabupaten Raja

Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru

di tanah Papua. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 4

pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan

Misool. Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik

Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong.

Kepemerintahan di kabupaten ini baru berlangsung

efekif pada tanggal 16 September 2005.

Secara geografis Kepulauan Raja Ampat berada pada 01o15’ LU – 2o15’ LS dan

129o10’ – 121o10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya

40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Bisa dikatakan sekitar 85% dari luasnya

tersebut merupakan lautan, sisanya merupakan daratan yang terdiri dari 610 pulau yang

tidak berpenghuni. Hanya pada 35 pulau saja keberadaan penduduk asli dari 10 suku dapat

dijumpai. Secara geoekonomis dan geopolitis, Kepulauan Raja Ampat memiliki peranan

penting sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan wilayah luar negeri. Pulau

Fani yang terletak di ujung paling utara dari rangkaian Kepulauan Raja Ampat,

berbatasan langsung dengan Republik Palau. Secara administratif batas wilayah

Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut:

Sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku.

3 | P a g e

Page 5: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku

Utara.

Sebelah timur berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian

Jaya Barat.

Sebelah Utara berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau.

Dari luas wilayahnya di atas Kepulauan Raja Ampat terbagi menjadi 10 distrik, 86 kampung

dan 4 dusun. Berdasarkan undang-undang No. 26/ 2002, wilayah Kabupaten Raja Ampat

terdiri dari 7 distrik yaitu :

1. Distrik Kepulauan Ayau

2. Distrik Waigeo Utara

3. Distrik Waigeo Selatan

4. Distrik Waigeo Barat

5. Distrik Samante

6. Distrik Misool Timur Selatan

7. Distrik Misool

Kemudian terjadi pemekaran di 3 distrik baru, yaitu :

1. Distrik Kofiau

2. Distrik Waigeo Timur

3. Distrik Teluk Mayalibit

Distrik dengan luas wilayah daratan terbesar adalah Distrik Samate yaitu 1.576 km2 dan

dengan luas terkecil adalah Distrik Kepulauan Ayau yaitu 18 km2 (Analisa Citra Landsat,

2006).

Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki sekitar 610 pulau besar dan

kecil, atol dan taka dengan panjang garis pantai 753 km, dengan 34 pulau yang

berpenghuni. Perbandingan wilayah darat dan laut adalah 1:6, dengan wilayah

perairan yang lebih dominan. Jumlah penduduk berdasarkan data Kabupaten Raja

Ampat Dalam Angka Tahun 2004 adalah 30.374 jiwa.

Pengertian Ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan

yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) danlogos (“ilmu”). Ekologi diartikan

sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara

4 | P a g e

Page 6: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai

kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen

penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari

manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-

tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling

mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.

Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani

yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi energi yang

menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.

Pengertian Ekosistem

Pengertian ekosistem adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan

nonhayati yang membentuk sistem ekologi. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang

kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem.

Susunan Ekosistem :

Suatu ekosistem berdasarkan susunan dan fungsinya tersusu dari beberapa komponen sebagai

berikut :

a) Komponen autotrof

Berasal dari kata Auto yang berarti sendiri,   dan trophikos yang berarti “menyediakan

makan“ pengertian dari Autotrof adalah organisme yang mampu

menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan

anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof

berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

b) Komponen Heterotrof

Heterotrof berasal dari kata “Heteros” yang berarti  berbeda, dan trophikos yang

berarti makanan). Pengertian dari Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan

bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme

lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba.

5 | P a g e

Page 7: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

c) Bahan tak hidup (abiotik)

Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar

matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya

kehidupan, atau lingkungan tempat hidup.

d) Pengurai (dekomposer)

Pengertian dari Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik

yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai

menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang

sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah

bakteri dan jamur.

Macam-macam Ekosistem :

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan.

Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.

a. Ekosistem darat

Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan

letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa

bioma, yaitu sebagai berikut.

1. Bioma gurun

Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang

berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan

curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C)

sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa

mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan

semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai

pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun

dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air.

Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan

kalajengking.

6 | P a g e

Page 8: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

2. Bioma padang rumput

Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-

cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak

teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan

yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya

tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing

liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular

3. Bioma Hutan Basah

Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik.

Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif

banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak

geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi

dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi

perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme).

Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan

tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering

terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit.

Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung

hantu.

4. Bioma hutan gugur

Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah

hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim

(dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu

rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan

rakoon (sebangsa luwak).

5. Bioma taiga

Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah

tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga

merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap

sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain

7 | P a g e

Page 9: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada

musim gugur.

6. Bioma tundra

Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub

utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di

daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum,

liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada

umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan

yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim

panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu

yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama

nyamuk dan lalat hitam.

b. Ekosistem Air Tawar

Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya

kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah

jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat

dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.

Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.

Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding

selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga

maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea

gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup

di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau

isotonis.

Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang

bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di

ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis

8 | P a g e

Page 10: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui

sistem ekskresi, insang, dan pencernaan.

Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan

organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup.

1) Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan

fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau

organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme.

2) Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut.

a. Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang

(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.

b. Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan.

c. Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat

pada permukaan air, misalnya serangga air.

d. Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan

atau benda lain, misalnya keong.

9 | P a g e

Page 11: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

e. Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos

dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. perhatikan

gambar di bawah ini

Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem

air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai.

10 | P a g e

Page 12: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

1. Danau

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa

meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah

berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari

sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya

matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang

drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah

dingin di dasar.

Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya

dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut.

a) Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air

yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang

berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.

Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat

(khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia

air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang

sering mencari makan di danau.

b) Daerah limnetic

11 | P a g e

Page 13: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus

sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan

sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama

musim panas dan musim semi.

Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang- udangan kecil memangsa

fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan

yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan

ikan.

c) Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan

organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi

detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba.

d) Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa

organisme mati.

12 | P a g e

Page 14: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai

berikut :

a. Danau Oligotropik

Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan,

karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali,

dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun.

b. Danau Eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan

makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat

bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.

Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi

organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas

manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang

memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi

peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang

berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut.

Pengkayaan danau seperti ini disebut “eutrofikasi”. Eutrofikasi membuat air tidak dapat

digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau.

2. Sungai

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih

serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara

13 | P a g e

Page 15: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan

garis lintang.

Komunitas yang berada di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir

deras tidak mendukung keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan

terbawa arus. Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan

tanaman berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.

Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di

anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan

gurame. Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di

daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.

Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi

evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Beberapa jenis serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas

dari pusaran air.

c. Ekosistem air laut

Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

1. Laut

14 | P a g e

Page 16: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi dengan ion CI-

mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan

besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah

tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian

bawah disebut daerah termoklin.

Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah

permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari pantai ke

tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga

memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat

dibedakan berdasarkan kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.

1. Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi sebagai berikut :

a. Litoral merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.

b. Neretik merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai bagian

dasar dalamnya ± 300 meter.

c. Batial merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200-2500 m

d. Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan lebih dalam dari pantai (1.500-

10.000 m).

2. Menurut wilayah permukaannya secara horizontal, berturut-turut dari tepi laut semakin

ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.

a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman air sekitar 200 m.

b. Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik dengan kedalam an 200-1000 m.

Hewannya misalnya ikan hiu.

c. Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan kedalaman 200-2.500 m. Hewan

yang hidup di daerah ini misalnya gurita.

d. Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman mencapai 4.000m; tidak terdapat

tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu menembus daerah ini.

e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman lebih dari 6.000 m.

Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan ikan Taut yang dapat mengeluarkan

cahaya. Sebagai produsen di tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan

karang tertentu.

15 | P a g e

Page 17: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel yang hampir sama

dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara banyak

minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang.

Garam yang berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.

d. Ekosistem pantai

Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang

surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Organisme yang

hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.

Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh

beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan

burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah.

Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora

dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.

Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh

beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.Komunitas tumbuhan berturut-turut dari

daerah pasang surut ke arah darat dibedakan sebagai berikut :

1) Formasi pes caprae

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah

tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin;

16 | P a g e

Page 18: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius

(rumput angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat

lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan

Scaeuola Fruescens (babakoan).

2) Formasi baringtonia

Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,

Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut

berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar

napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen.

Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai

penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau

antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak

terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan

Cylocarpus.

3) Estuari

Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering

dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air

berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga

dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut aimya. Nutrien dari sungai

memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput

rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai

cacing, kerang, kepiting, dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan

laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju

habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi

air, yaitu unggas air.

4) Terumbu karang

Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas yang khusus yang terdiri

dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu

karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga

fotosintesis dapat berlangsung.

17 | P a g e

Page 19: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria

yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini

bermacammacam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan

ganggang. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan

sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara

karang dan ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi

gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.

Ekologi dan Ekosistem di Kepulauan Raja Ampat

Kepulauan Raja Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek

wisata, terutama wisata bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai

sumber, merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia.

Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk kelengkapan flora dan fauna bawah air pada

saat ini. Sering disebut juga sebagai “surga para penyelam”.

Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian

Oseanografi (P2O) LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan

informasi tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei

ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan

karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis

ikan dan diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074.

Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan hutan, tumbuhan

endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai peneluran ribuan penyu.

Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya

dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu selat Dampier (Selat

antara P. Waigeo dan P. Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan

dan Kepulauan Wayag. Di beberapar tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung

Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa

menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di

udara terbuka dan terkena matahari langsung.

18 | P a g e

Page 20: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat

menyelam seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada

ikan endemic Raja Ampat yaitu Eviota Raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape

Kri atau chiken reef, kita akan di kelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan Tuna,

snapper dan giant travellies. Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikeliligi ikan

Barakuda. Kadang juga terlihat hiu karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang

diam memakan sponge atau berenang serta ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan

Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive, yaitu menyelam mengikuti arus

kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan. Cocok juga

untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai Pesawat karam bekas

peninggalan perang dunia II seperti di P. Wai dan masih banyak lagi situs yang belum

pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini.

19 | P a g e

Page 21: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para

penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non-penyelam karena memiliki

pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau-pulau Karst nan

mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson,

maleo waigeo, beranekaragam burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis

anggrek.

Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut yang diketahui

mempunyai potensi tertentu dan dapat dimanfaatkan. Potensi ini berupa bahan makanan

dan sumber protein, jenis potensial untuk dibudidayakan atau objek indah untuk dilihat.

Penyu misalnya merupakan objek untuk dilihat mauapun dimanfaatkan. Biota lautnya

adalah ikan dan biota laut lainnya. Ikan-ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok,

yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk dikonsumsi(ikan target), kelompok

ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu karang(ikan indikator) dan

kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem terumbu (ikan

utama/major fish).

Kehidupan masyarakat Kepulauan Raja Ampat pada umumnya nelayan tradisional

yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau.

Masyarakatnya pun terdiri dari beberapa etnis dan suku-suku, yaitu suku Maya, suku

Ondoloren dari Biak, ada pula yang datang dari luar Papua seperti Maluku Utara, Seram

dan sebagainya. Namum mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar,

20 | P a g e

Page 22: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berua pinang ataupun permen.

Barang ini menjadi semacam “pipa perdamaian indian” di Raja Ampat. Acara ngobrol

dengan makan pinang disebut juga “para-para pinang” sering kali bergiliran satu sama

lain saling melempar mob (istilah di Papua untuk cerita-cerita lucu). Mereka adalah

pemeluk agama Islam dan Kristen dan sering kali di dalam satu keluarga atau marga

terdapat dua agama tersebut. Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun

walaupun berbeda keyakinan.

Pengertian Sustainable Tourism Develompment

Pengertian Sustainable Tourism Development didefinisikan dalam Agenda 21, 1992 untuk

Industri Perjalanan dan Pariwisata, sebagai “kepariwisataan yang memenuhi kebutuhan

wisatawan dan destinasi tuan rumah saat ini, dengan melindungi dan mengembangkan

peluang untuk masa depan.”

Pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism adalah sebuah konsep turunan dari

konsep pembangunan berkelanjutan yang ada pada laporan World Commission on

Environment and Development, berjudul Our Common Future (atau lebih dikenal

dengan the Brundtland Report) yang diserahkan ke lembaga PBB pada tahun 1987

(Mowforth dan Munt 1998). Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses

pembangunan yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan selanjutnya

diwariskan kepada generasi mendatang. Singkat kata, dengan pembangunan berkelanjutan

generasi sekarang dan generasi yang akan datang mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk menikmati alam beserta isinya.

Sedangkan pariwisata berkelanjutan sendiri adalah sebuah proses dan sistem

pembangunan pariwisata yang dapat menjamin keberlangsungan atau keberadaan sumber

daya alam, kehidupan sosial-budaya dan ekonomi hingga generasi yang akan datang.

Intinya, pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dapat memberikan manfaat

jangka panjang kepada perekonomian lokal tanpa merusak lingkungan.

Salah satu mekanisme dari pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata yang merupakan

perpaduan antara konservasi dan pariwisata, yaitu pendapatan yang diperoleh dari

pariwisata seharusnya dikembalikan untuk kawasan yang perlu dilindungi untuk

pelestarian dan peningkatan kondisi social ekonomi masyarakat di sekitarnya. Ekowisata

21 | P a g e

Page 23: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

menurut International Ecotourism Society adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke

tempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat setempat.

Munculnya istilah responsible tourism atau pariwisata yang bertanggung jawab seakan

ingin melengkapi konsep-konsep terdahulu. Definisi pariwisata berkelanjutan menurut

sebagian orang agak sulit dipahami maksud dan operasionalisasinya secara langsung,

sedangkan definisi ekowisata cenderung mengarah hanya kepada wisata berbasis alam

terutama kawasan yang dilindungi seperti taman nasional dan cagar alam. Tujuan yang

ingin dicapai oleh responsible tourism sesungguhnya sama dengan kedua konsep

sebelumnya yaitu pariwisata yang berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan dan masyarakat. Tetapi responsible tourism lebih menekankan pilihan yang

diambil oleh konsumen dalam menentukan tujuan wisata, akomodasi, model transportasi

dan cara melakukan perjalanan, misalnya memilih mengatur sendiri perjalanannya

dibandingkan mengikuti kelompok tur (www.visitbritain.com). Responsible tourism juga

menekankan kesadaran wisatawan itu sendiri untuk meminimalkan dampak-dampak

negatif dari kunjungannya ke suatu tempat (www.eveil-tourisme-responsable.org)

Pengertian Carrying Capacity

Carrying Capacity atau Daya dukung lingkungan mengandung pengertian

kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam

periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan

lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari bagi penduduk

yang mendiami suatu kawasan.

Konsep daya dukung lingkungan berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa

liar (Soemarwoto, 1997). Daya dukung itu menunjukkan besarnya kemampuan lingkungan

untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekor per satuan luas

lahan. Jumlah hewan yang dapat didukung kehidupannya itu tergantung pada biomas (bahan

organik tumbuhan) yang tersedia untuk makanan hewan.

Daya dukung dapat dibedakan dalam beberapa tingkat, yaitu daya dukung

maksimum, daya dukung subsisten, daya dukung optimum, dan daya dukung suboptimum.

22 | P a g e

Page 24: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Daya dukung maksimum menunjukkan jumlah maksimum hewan yang dapat didukung per

satuan luas lahan. Dengan jumlah hewan yang maksimum, makanan sebenarnya tidak cukup.

Walaupun hewan itu masih hidup, tetapi hewan itu tidak sehat, kurus, dan lemah serta

mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa. Padang penggembalaan akan

mengalami kerusakan, karena menjadi padat terinjak-injak; rumput dan tumbuhan lain

termakan lebih cepat daripada kemampuan regenerasi. Secara umum lingkungan menjadi

rusak dan apabila berjalan terlalu lama, kerusakan itu akan bersifat takterbalikkan.

Pada daya dukung subsisten jumlah hewan agak kurang. Persediaan makanan lebih

banyak, tetapi masih pas-pasan. Hewan mash kurus dan ada dalam ambang batas antara

sehat dan lemah. Mereka masih mudah terserang oleh penyakit dan hewan pemangsa.

Lingkungan juga masih mengalami kerusakan.

Pada daya dukung optimum, jumlah hewan lebih rendah dan terdapat keseimbangan

yang baik antara jumlah hewan dan persediaan makanan. Kecepatan dimakannya rumput

atau tumbuhan lain seimbang dengan kecepatan regenerasi tumbuhan itu. Kondisi tubuh

hewan baik: gemuk, kuat dan sehat. Hewan itu tidak mudah terserang oleh penyakit dan

hewan pemangsa. Lingkungan tidak mengalami kerusakan.

Pada daya dukung suboptimum jumlah hewan lebih rendah lagi. Persediaan makanan

melebihi yang diperlukan. Karena itu kecepatan dimakannya rumput atau tumbuhan lain

lebih kecil daripada kecepatan pertumbuhan. Akibatnya batang rumput dan tumbuhan lain

mengayu dan menjadi keras. Mutu padang penggembalaan menurun. Jadi sebenarnya terjadi

pula kerusakan. Pada umumnya kerusakan itu bersifat terbalikkan.

Pengelolaan lingkungan mengusahakan untuk mendapatkan populasi hewan pada

atau dekat pada daya dukung optimum. Dilampauinya batas daya dukung akan menyebabkan

keambrukan kehidupan, karena tidak tersedianya sumber daya, hilangnya kemampuan

degradasi limbah, meningkatnya pencemaran dan timbulnya gejolak sosial yang merusak

struktur dan fungsi tatanan masyarakat.

Konsep ini diperkenalkan oleh Thomas Robert Malthus yang di dalam essaynya

berjudul the Principle of Population menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk akan

23 | P a g e

Page 25: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

melebihi produksi makanan sehingga akan terjadi kelaparan di

mana-mana.

Sebuah pernyataan lain yang diutarakan oleh Thomas Robert

Malthus adalah: ”The power of population is indefinitely greater

than the power in the earth to produce subsistence for man”

(Kekuatan penduduk lebih besar dibandingkan kekuatan bumi untuk

memproduksi kebutuhan/nafkah untuk manusia). Setiap individu di

dalam satu area (ekosistem) yang sama memiliki carrying

capacity yang berbeda.

Carrying capacity dipengaruhi oleh tiga faktor:

1. jumlah sumber (makanan) yang tersedia di dalam ekosistem tersebut

2. jumlah populasi

3. jumlah sumber (makanan) yang dikonsumsi oleh setiap individu

Karenanya, carrying capacity suatu ekosistem akan mempengaruhi semua yang berada

atau hidup di dalam ekosistem tersebut. Untuk tujuan memudahkan, batasan

mengenai carrying capacity atau daya dukung dapat diilustrasikan dengan daya muat atau

daya angkut pada mobil. Jika daya muat suatu mobil hanya untuk 6 orang, bagaimana jika

mobil tersebut dipenuhi oleh 10 atau bahkan 15 orang?

Dampak Pariwisata Terhadap Ekonomi di Kepulauan Raja Ampat

Anyaman daun pandan pantai kering buatan Maria Fakdawer (56) mulai membentuk

pola bintang segi enam pada bagian dasar bayai atau tempat menyimpan sagu. Nanti, jika

sudah berwujud, bayai itu akan dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke kampungnya

sebagai suvenir khas Raja Ampat.

Dulu, produk kreatif, seperti bayai, topi, snat (tikar), kotak pinang, kabulin (koper

tradisional), dan piring anyaman, hanya dipakai sehari-hari. Tapi, tiga tahun terakhir, barang-

barang itu malah bernilai ekonomi karena diburu turis asing. Untuk bayai dijual berkisar Rp

50.000-250.000, sedangkan topi durian gelombang dijual Rp 200.000 per buah. (Pengerjaan)

Satu topi butuh waktu empat hari membuatnya. Kalau bayai dua hari saja. Sebulan, mama

bisa menjual tujuh topi, atau dapat Rp 1 juta,” ujar Maria, Jumat (21/10), di area pameran

Pantai Waisai Tercinta di Festival & Travel Mart Raja Ampat 2011.

24 | P a g e

Page 26: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Hampir semua ibu rumah tangga di Kampung Arborek dan Sawinggrai membuat

kerajinan anyaman. Di kampung lainnya memproduksi kerajinan tempurung kelapa, kerang,

anyaman lidi kelapa, dan ukiran kayu yang dikerjakan kaum laki-laki. Menurut Novalin

Patimuhai, Ketua PKK Distrik Meosmansar, penghasilan keluarga tak lagi bergantung pada

tangkapan ikan. Meski hasilnya tidak besar, penjualan kerajinan mampu menutupi kebutuhan

biaya sekolah anak. Usaha kreatif skala rumahan itu kian berkembang setelah Pemerintah

Kabupaten Raja Ampat menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian

daerah.

Pilihan itu karena besarnya potensi alam bahari, keragaman tradisi budaya, dan

perjalanan sejarah di gugusan pulau di kabupaten yang 80 persen wilayahnya adalah laut.

Mulai 2008, sebagai kabupaten yang baru terbentuk tahun 2003, Raja Ampat getol

membangkitkan industri pariwisatanya. ”Meskipun kami punya potensi pertambangan, bukan

itu yang diunggulkan. Pariwisata lebih kami kembangkan karena manfaatnya jangka panjang

dan tak pernah habis. Dampak industri pariwisata ini multisektor,” jelas Yusdi N

Lamatenggo, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja Ampat.

Pengembangan industri jasa pariwisata dilakukan di empat pulau besarnya, Pulau

Waigeo, Misool, Batanta, dan Salawati, serta kepulauan kecil-kecil di sekitarnya. Sederet

cara dilakukan Pemkab Raja Ampat, mulai dari pembangunan bandara yang dilakukan

bertahap sejak tahun 2008 di daerah Waewo, perbaikan jalan, penyediaan listrik, hingga

kampung wisata.

Untuk bandara, diperkirakan selesai 1-2 tahun lagi. Saat ini, baru sampai pembuatan

landasan pacu sepanjang 800 meter. Pembangunan jalan, bertambah dari 171 km (2009)

menjadi 220,5 km (2010). Adapun listrik, pemerintah daerah saat ini baru mampu menjamin

pasokan di Waisai, Pulau Waigeo, sementara listrik di tiap pulau dan resort yang tersebar,

terpaksa swadaya.

Strategi jitu lainnya, membangun kampung wisata di kampung-kampung yang punya

potensi keindahan alam laut, pantai, dan fauna di hutannya. Kini, sudah ada lima kampung

wisata, Yenwaupnor, Arborek, Yenbuba, Sawinggrai, dan Sawandarek, dan rencananya akan

terus ditambah. Keberadaan kampung wisata menjadi aktualisasi keterlibatan langsung

masyarakat sebagai operator dan penyedia jasa wisata.

25 | P a g e

Page 27: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Yusdi menjelaskan, pemerintah ingin masyarakat berperan dalam industri ini,

sehingga kesadaran harus dibentuk dan dimulai dari kampung. Dampak pariwisata tak dapat

langsung terlihat, tetapi bersifat ikutan. ”Memang tidak gampang mengubah pola pikir

masyarakat nelayan. Namun, sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari pariwisata

adalah potensi terkuat Raja Ampat,” ujarnya.

Perlahan namun pasti, industri pariwisata kian berkembang di Raja Ampat. Dua tahun

lalu, turis asing yang datang hanya sekitar 2.000 orang, tapi tahun 2010 mencapai 3.855

orang. Untuk tahun ini, sampai Oktober, sudah mencapai 6.000 orang. Wisatawan asing

umumnya berkunjung pada akhir tahun, yakni Oktober-Desember.

Indikator lainnya, bertambahnya penginapan dari semula satu resort kini menjadi

tujuh resort dan lima home stay di kampung wisata. Demikian juga jumlah kapal pesiar,

alternatif wahana eksklusif menikmati Raja Ampat, meningkat dari 12 kapal menjadi 36

kapal dalam waktu tiga tahun. Tahun lalu, sebanyak 568 turis berwisata dengan kapal pesiar

mengitari perairan Raja Ampat.

Namun, sumbangan industri pariwisata belum signifikan terhadap pendapatan asli

daerah (PAD) Raja Ampat. Sebab, pemda belum mengoptimalkan pendapatan dari pajak

hotel, rumah makan, pajak orang asing, serta pajak investor asing yang berusaha di

wilayahnya. Tahun 2010, pendapatan yang dihitung dari penjualan PIN, yakni bukti retribusi

wisata, sekitar Rp 1,2 miliar atau 0,2 persen dari total PAD kabupaten, Rp 653 miliar.

Yusdi mengakui, pemda juga belum menghitung nilai ekonomi dampak ikutan dan

perputaran uang akibat berdenyutnya industri pariwisata Raja Ampat. Retribusi PIN masih

dijadikan andalan untuk PAD sektor pariwisata. Dari retribusi Rp 500.000 bagi turis asing,

sebesar Rp 150.000 masuk PAD, sisanya diperuntukkan kegiatan konservasi (40 persen),

pemberdayaan masyarakat kampung wisata (40 persen), dan operasional usaha pariwisata

daerah (20 persen). Bagi turis domestik, retribusinya Rp 250.000.

Sebagai Bupati, Marcus Wanma terbilang berani mengambil risiko sekaligus cerdik.

Keindahan alam bawah laut di perairan Papua sebenarnya merata, tapi Marcus lebih sigap

mempromosikan lebih awal Raja Ampat sebagai tujuan wisata bawah laut. Pemda juga berani

membuat acara promosi wisata dengan biaya Rp 3,4 miliar. Dengan komitmen menghidupi

42.508 penduduknya di 24 distrik, dia yakin pariwisata menyejahterakan daerahnya.

26 | P a g e

Page 28: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Untuk mewujudkan industri pariwisata bahari, pemda punya komitmen jangka

panjang. Dengan menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2011 tentang pengembangan

wisata selam rekreasi Raja Ampat, dan Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2011 tentang tata

cara pendaftaran usaha pariwisata. Kedua aturan ini jadi acuan pengelolaan usaha

kepariwisataan yang akan memberikan kontribusi PAD dan menciptakan iklim investasi

kompetitif. Dalam peraturan itu juga dibahas tata cara menyelam, syarat lokasi selam, aturan

keselamatan menyelam, peredaran kapal wisata di Raja Ampat, pelestarian lingkungan, dan

sanksi bagi operator wisata yang melanggar.

“Mungkin kami satu-satunya kabupaten yang sudah punya peraturan tentang rekreasi

selam dan wisata bahari,” ujar Yusdi. Semoga komitmen ini terus terpelihara sehingga tak

tergoda dengan pertambangan. Pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat harus

dilakukan secara bertahap masih perlu adanya banyak kajian yang dilakukan dalam

mendalami potensi-potensi yang ada. Kepulauan Raja Ampat ini sangat berpotensi untuk

pembangunan objek wisata, terutama wisata bahari. Dalam pembangunannya pun harus

lebih ke arah pembangunan berbasis lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya

alam secara optimal dan tidak melupakan serta merusak sumber dayanya tersebut. Selain itu

yang paling penting adalah keterpaduan dari setiap sektor serta adanya koordinasi antara

pemerintah, stake holder dan masyarakat agar terciptanya pertumbuhan ekonomi untuk

mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Permasalahan Pengembangan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat

27 | P a g e

Page 29: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Pengembangan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat dihadapkan pada berbagai

isu dan permasalahan. Beberapa isu dan permasalahan tersebut adalah :

1) Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memilki tingkat

ancaman yang tinggi pula. Daerah ini juga sangat dilirik oleh kepentingan-kepentingan

sesaat yang ingin mengeksploitasi sumber daya alamnya. Hal itu bisa dilihat dari

kerusakan terumbu karang dan hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya

dikarenakan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti bom, sianida dan

akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk meracun ikan).

2) Masalah yang harus diperhatikan adalah pemilikan atau masalah ulayat dan adat.

Sebenarnya ini merupakan sebuah masalah atau tantangan, tetapi sebagai modal atau

dorongan dalam pembangunan yang tentunya melibatkan masyarakat Raja Ampat

sendiri, sebagai pemilik hak ulayat dan adat yang bisa ikut berperan dalam proses

pembangunan. Budaya dan adat istiadat akan menunjukan pada proporsi

sebenarnya dan dengan bersama-sama pemerintah dan stake holder lainnya akan

membangun Kepulauan Raja Ampat sebagai wilayah yang menjanjikan.

3) Potensi obyek pariwisata pantai dan pariwisata bahari yang belum dimanfaatkan

secara optimal. Hal ini disebabkan belum tersedianya infrastruktur dasar yang

memadai dan sarana prasarana pariwisata lainnya. Selian itu juga belum dilakukan

promosi terhadap potensi pariwisata di Kepulauan Raja Ampat.

4) Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah

daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara

langsung. Dengan demikian dukungan antar sektor terkait untuk pengembangan

Kepulauan Raja Ampat belum optimal.

5) Belum berkembangnya sistem informasi yang dapat memberikan akses pada

informasi produk unggulan, pasar, dan teknologi. Keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan dalam penggunaan teknologi ini menjadi salah satu kendala dan

pemicu adanya eksploitasi sumberdaya yang merusak potensi lestari dan berdampak

negatif bagi lingkungan.

28 | P a g e

Page 30: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

6) Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang belum terkelola baik

untuk pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan,

dalam memberikan dukungan kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang

dikembangkannya.

7) Kurangnya informasi mengenai potensi lingkungan beserta keanekaragaman

hayatinya, menyebabkan perlu adanya penelitian karakteristi tipe ekosistem dan

keanekaragaman jenis biotanya. Melalui kajian lebih mendalam, baik tingkat ekosistem

maupun jenis yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Data tersebut diharapkan dijadikan

bahan masukan upaya pengembangan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan.

Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat

Sebagai kabupaten yang baru , pemekaran kabupaten tersebut harus ada prioritas

karena 87% luas wilayahya merupaka lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Raja

Ampat sudah sangat terkenal dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga

pembangunan wilayah yang dilakukan adalah berbasis bahari.

Kebijakan pengelolaan dan pembangunannya Kepulauan Raja Ampat harus

dilakukan dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based

management) baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama

dengan masyarakat lokal (community based management) dan investor (private sector)

yang berwawasan lingkungan (Rudyanto, 2004).

Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dengan

memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut. Konsep

pengelolaan kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar di bawah :

29 | P a g e

Page 31: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus

berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-

hidrologis) yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, (2) kondisi

ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat, dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan

datang terhadap barang dan (produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004).

Berikut ini diuraikan upaya pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat secara

terpadu dan berkelanjutan.

30 | P a g e

Page 32: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

1) Pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil kelautan dan perikanan serta ekowisata

Kabupaten Raja Ampat ini dibangun dan didukung oleh potensi sumber daya alam

yang lestari untuk menuju masyarakat yang madani dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dalam hal ini Bupati Raja Ampat mengusulkan pembangunan

kawasan ini beranjak dari hasil-hasil perikanan dan ekowisata Kawasan ini memilki

kekayaan ikan karang dan keindahan panorama yang hebat. Dalam pemanfaatan hasil

laut yang sangat melimpah program pemanfaatan dberpijak pada pengembangan

budidaya perikanan, pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan perlindungan

terhadap potensi su mber daya kelautan. Pembudidayaan akan difokuskan pada

pelatihan masyarakat serta membuat percontohan untuk budidaya rumput laut.

Seperti yang kita ketahui bahwa industry juga membutuhkan bahan mentah untuk

kosmetika, obat-obatan dan agar-agar tentunya meruakan potensi yang menjanjikan.

2) Pembangunan berwawasan lingkungan yang melibatkan masyarakat

Potensi yang ada di wilayah tersebut harus dikelola secara professional, dan

secara terpadu agar terangkat ekonomi daerah dan juga membantu ekonomi negara

yang semuanya bermuara pada pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Setelah ditetapkan sebagai kawasan wisata, maka lokasi ini

mengundang perhatian masyarakat sehingga masyarakt tersebut berperan dalam

pembangunan dan pendapatan daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat itu

sendiri. Potensi yang sangat besar di darat maupun di laut diupayakan

pemanfaatannya sedemikian rupa dan diarahkan pada pembangunan yang berwawasan

lingkungan, artinya sumber daya alam itu dapat dieksploitasi, tetapi memperhatikan

lingkungan hidup dan pelestarian alamnya. Eksploitasi mendapatkan hasil yang

sebesar-besarnya, tetapi tidak lupa bahwa tetap mendukung keseimbangannya dan

pelestarian lingkungan.

3) Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut

Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan

sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem hutan dan terumbu karang di

kepulauan Raja Ampat masih baik, namun tetap diperlukan upaya-upaya

pengembangan program konservasi bagi ekosistem tersebut dengan melakukan

sosialisasi dan edukasi akan pentingnya ekosistem tersebut. Beberapa kawasan

Kepulauan Raja Ampat telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi darat dengan

31 | P a g e

Page 33: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

luas total 489.462 ha. Dua diantaranya berada di Pulau Waigeo yaitu Cagar Alam

Waigeo Barat (153.000 ha berdasarkan SK Menhut No.395/kpts/Um/1981) dan

Cagar Alam Waigeo Timur (119.500 ha berdasarkan SK Menhut No.251/kpts-

II/1992), Cagar Alam Misool (84.000 ha berdasarkan SK Menhut

No.716/kpts/Um/1982) Cagar Alam Batanta Barat (10.000 ha berdasarkan SK Menhut

No.912/kpts/Um/1981). Selain itu laut sekitar Waigeo Selatan meliputi pulau-pulau

kecil, seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele telah

ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Laut (60.000 ha berdasarkan pada SK Menhut

No.81/kpts-II/1993)

4) Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan Masyarakat

Dalam pembangunan Kepulauan Raja Ampat ini harus adanya keterkaitan dan kerja

sama antar stake holder agar tidak adanya kepentingan yang tumpang tindih dan yang

paling penting setiap stake holder maupun organisasi mempunyai ketertarikan terhadap

lingkungan. Adapun strategi yang dipakai dalam proses pembangunan Raja Ampat ini,

yaitu sains, pengembangan masyarakat, kebijakan dan pengelolaan kolaboratif serta

penyadaran publik. Diharapkan dengan sains masyarakat akan lebih memahami betapa

pentingnya membangun wilayahnya dengan potensi yang ada, di lain pihak masyarakat

juga berkembang tingkat ekonominya karena pemanfaatan potensi tadi. Namun

demikian pemerintah daerah harus tetap mempunyai kebijakan untuk pembatasan

manfaat dan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan potensi wilayah tersebut,

yang harus dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak luar yang mempunyai minat

membantu pembangunan Kepulauan Raja Ampat.

5) Pengelolaan sumber daya alam berbasis masyarakat

Di Kepulauan Raja Ampat ini terdapat pengelolaan sumber daya alam

berkelanjutan secara tradisional oleh masyarakat seperti penentuan batas wilayah

Ulayat, pengakuan hak-hak (misalnya pembatasan nelayan dari luar untuk desa-desa

tertentu seperti di Desa Arborek dan Fam), pengontrolan ukuran komoditas laut yang

bisa ditangkap (pembatasa ukuran bagi Lobster di Desa Sawinggrai dan lola di Desa

Arborek) system momatorium atau musim buka tutup (sasi gereja) untuk teripang,

lobster dan lola adanya jenis-jenis tabu yang tidak boleh ditangkap di daerah

tertentu dan lain-lain. Sistem pengelolaan tradisional ini dijadikan peluang dalam

membangun strategi konservasi berbasis masyarakat.

32 | P a g e

Page 34: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

6) Sistem informasi dan komunikasi yang memadai

Kepulauan Raja Ampat ini memiliki keindahan bawah laut yang sangat menakjubkan

dan panorama yang indah tetapi sayangnya masih banyak wisatawan domestic dan

mancanegara yang belum kenal dengan lokasi ini. Oleh sebab itu pembangunan bahari

juga harus didukung dengan system informasi dan komunikasi yang memadai.

Jaminan Hukum & Kesesuaian Secara Vertikal Kepulauan Raja Ampat

Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan,

kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang

sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang

berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan

yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Artinya semua produk

hukum harus mempunyai keterpaduan (terintegrasi) vertikal dengan semangat yang sama

menuju pembangunan yang berkelanjutan. Namun di era desentralisasi "kaca mata" hukum

di tingkat pusat sering tidak sesuai dengan kaca mata daerah khususnya pemerintah di

tingkat kabupaten hingga melahirkan lembaga Mahkamah Konstitusi yang diberi mandat

untuk memastikan produk hukum yang bertentangan dengan UUD tahun 1945.

Jaminan hukum nasional dalam pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

khususnya terkait dengan kawasan konservasi sudah cukup kuat mengatur melalui

keberadaan UU no.31 tahun 2004 tentang Perikanan, yang telah diperbaharui dengan UU

no.45 thun 2009, serta UU no.27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil (PWP3K). Kedua UU tersebut juga telah diturunkan ke dalam

peraturan pemerintah (PP) hingga keputusan menteri kelautan dan perikanan (Permen

KP). Diawali dengan pendeklarasian KKLD Kabupaten Raja Ampat pada tanggal 15

Desember 2006, kemudian lahir kebijakan di tingkat daerah yang pertama terkait dengan

pengelolaan sektor kelautan adalah Peraturan Bupati (Perbup) Raja Ampat no. 63 tahun

2007 tentang Retribusi Ijin Masuk Wisata di Kabupaten Raja Ampat dan Perbup no. 64

tahun 2007 tentang Pengelolaan Dana Pengembangan Kepariwisataan Non-retribusi,

dengan menimbang bahwa untuk mengelola suberdaya alam di Kabupaten Raja Ampat

33 | P a g e

Page 35: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

diperlukan pendanaan yang sangat besar, maka untuk menunjang hal tersebut pemerintah

Kabupaten Raja Ampat perlu menetapkan Restribusi Ijin Masuk Wisata di Kabupaten Raja

Ampat.

Semakin lengkap payung hukum di tingkat daerah dengan Perbub no. 66 dan 67

tahun 2007 tentang Kawasan Konservasi Laut Raja Ampat serta tentang pelaksanaan patroli

bersama, hingga kemudian lahir peraturan daerah (perda) no.27 tahun 2008 tentang KKLD

Raja Ampat dan perda no. 8 tahun 2010 tentang Pengelolaan Terumbu Karang. Dalam hal

kelembagaan pengelolaan kawasan konservasi kemudian lahir Perbup no. 16 tahun 2009

tentang Pembentukan UPT Dinas Kelautan dan Perikanan KKLD Kabupaten Raja

Ampat, yang 2 tahun kemudian dicabut dan digantikan dengan Perbup no. 7 tahun 2011

tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja UPTD KKP pada Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Raja Ampat.

Dari sisi payung hukum dan kebijakan terjadi akselerasi yang cukup signifikan

dalam rangka membangun model pengelolaan kawasan konservasi, namun keberadaan

UPTD yang tetap dibawah DKP dengan wilayah dan beban kerja yang sangat tinggi

cenderung akan memperlemah model pengelolaan kawasan konservasi yang

diinginkan. Keberadaan UPTD secara hukum masih lemah karena menjadi sub sistem

dari SKPD DKP, padahal sebagai kabupaten bahari peran UPTD menjadi sangat penting

dan seharusnya menjadi paradigma bersama seluruh sektor yang ada di pemerintah

Kabupaten Raja Ampat. Dan juga bila dilihat dari payung hukum nasional yaitu PP no. 26

tahun 2008 tentang RTRW Nasional yang menetapkan Kabupaten Raja Ampat sebagai

kawasan lindung nasional dan kawasan strategis nasional maka sudah selayaknya UPTD

KKPD Raja Ampat menjadi UPT setingkat SKPD yang mengkoordinasikan sektor-sektor

terkait, khususnya menyangkut pengelolaan dana retribusi dan non-retribusi kepariwisataan

untuk kepentingan pengelolaan KKPD.

34 | P a g e

Page 36: Analisis Ekologi Lingkungan Kepulauan Raja Ampat

Daftar Pustaka

Atiyah Oemie, 2007. Jurnal Raja Ampat. Di unduh tanggal 3 Oktober 2010

Ikawati, Juni, 2010. Nasib Terumbu Karang Di Tangan Anda. Jakarta : Coremap LIPI

Peristiwady, Teguh, 2006. Ikan-ikan Laut Penting Di Indonesia: Penting diidentifikasi.

Jakarta: LIPI Press

Farid, Muhammad Anggraeni Dessy, 2005. Pengelolaan Sumber Dya Alam dan

Pilihan Konservasi Berbasis Masyarakat Di Waigeo Selatan Kepulauan Raja Ampat.

Majalah Tropika Volume 9 No 2. Jakarta : Conservation International Indonesia.

Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya

Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu

dan Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara.

Rudyanto, A. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

Laut.Makalah disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP 22 September 2004.

http://artikellama.blogspot.com diunduh tanggal

h tt p: / / r e g i o n a l . c o r e m a p . o r . i d

http://ridwanaz.com/umum/biologi/pengertian-ekosistem-susunan-dan-macam-

ekosistem/

http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=285

https://ekodukasi.wordpress.com/content/carrying-capacity-2/

http://bumilestari.blogspot.com/2008/06/konsep-daya-dukung-lingkungan.html

35 | P a g e