analisis jangkauan pelayanan puskesmas

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fasilitas umum merupakan suatu kebutuhan masyarakat, karena fasilitas umum menjadi sarana pendukung suatu kegiatan tertentu agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan optimal. Agar banyak orang bisa merasakan manfaat dari fasilitas tersebut, maka suatu fasilitas akan lebih baik jika diperhatikan persebarannya. Tentunya banyak kegiatan yang perlu memiliki sarana fasilitas. Salah satunya adalah kegiatan pendidikan. Ini menjadi sangat perlu mengingat pendidikan merupakan hal yang esensial bagi upaya mencerdaskan bangsa. Selain itu perlu adanya perhatian pada persebaran fasilitas pendidikan ini agar pendidikan di bangsa ini menjadi merata. Hal ini terkait dengan jangkauan pelayanan, bagaimana jangkauan pelayanan pendidikan pada suatu daerah atau wilayah baik sekolah negeri maupun swasta. Jumlah fasilitas pendidikan ini juga termasuk dalam indikator persebaran fasilitas tersebut. Dalam persebaran ini, kualitas fasilitas tersebut sendiri juga tidak luput dari perhatian. Karena fasilitas yang memiliki kualitas buruk akan menghasilkan sesuatu yang tidak produktif atau optimal. Perencanaan secara umum merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegitan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu (Tjokromidjojo, 1977). Pengertian lain tentang perencanaan yang sering diperggunakan yaitu dalam konteks pembangunan perencanaan merupakan sebuah proses kontinu yang menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan sumberdaya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu di masa depan (Conyer dan Hill, 1984). Dari dua

Upload: susiyowati-indah-ayuni

Post on 11-Apr-2016

500 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

Analisis Jangkauan Pelayanan Puskesmas di Banyumanik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangFasilitas umum merupakan suatu kebutuhan masyarakat, karena fasilitas umum

menjadi sarana pendukung suatu kegiatan tertentu agar kegiatan tersebut dapat berjalan

dengan optimal. Agar banyak orang bisa merasakan manfaat dari fasilitas tersebut, maka

suatu fasilitas akan lebih baik jika diperhatikan persebarannya. Tentunya banyak kegiatan

yang perlu memiliki sarana fasilitas. Salah satunya adalah kegiatan pendidikan. Ini

menjadi sangat perlu mengingat pendidikan merupakan hal yang esensial bagi upaya

mencerdaskan bangsa. Selain itu perlu adanya perhatian pada persebaran fasilitas

pendidikan ini agar pendidikan di bangsa ini menjadi merata. Hal ini terkait dengan

jangkauan pelayanan, bagaimana jangkauan pelayanan pendidikan pada suatu daerah

atau wilayah baik sekolah negeri maupun swasta. Jumlah fasilitas pendidikan ini juga

termasuk dalam indikator persebaran fasilitas tersebut. Dalam persebaran ini, kualitas

fasilitas tersebut sendiri juga tidak luput dari perhatian. Karena fasilitas yang memiliki

kualitas buruk akan menghasilkan sesuatu yang tidak produktif atau optimal.

Perencanaan secara umum merupakan suatu proses mempersiapkan secara

sistematis kegitan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu

(Tjokromidjojo, 1977). Pengertian lain tentang perencanaan yang sering diperggunakan

yaitu dalam konteks pembangunan perencanaan merupakan sebuah proses kontinu yang

menyangkut pengambilan keputusan atau pilihan mengenai cara memanfaatkan

sumberdaya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu di masa

depan (Conyer dan Hill, 1984). Dari dua pengertian tersebut maka perencanaan

merupakan sebuah proses dalam menyusun, mempersiapkan secara sistematis kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan dalam konteks pembangunan untuk mencapai suatu tujuan

dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada.

Didalam illmu perencanaan menyangkut berbagai aspek disipilin ilmu. Salah satu

aspek yang di pertimbangkan yaitu aspek keruangan. Aspek keruangan tersebut

menyangkut interaksi antar keruangan. Interaksi keruangan tersebut merupakan sebuah

studi tentang keanekaragaman dalam keruangan muka bumi yang membahas tentang

masing-masin aspek keruangannya. Didalam analisis keruangan itu didasarkan oleh

keberadaan tempat atau bisa juga terdapatnya suatu lokasi didalam suatu kota.

Interaksi keruangan didalam analisis keruangan juga membahas tentang pelayanan

dari suatu fasilitas pelayanan yang berupa jasa atau lainnya. Didalam pelayanan tersebut

di butuhkan jangkauan pelayanan untuk mengetahui seberapa besar jangkauan

pelayanan dari suatu fasilitas tersebut. Dalam laporan ini fasilitas pelayanan yang

digunakan yaitu fasilitas pelayanan kesehatan yang berupa fasilitas puskemas yang

berada di kecamatan Banyumanik.

Kecamatan Banyumanik merupakan sebuah kecamatan yang berada di bagian

selatan Kota Semarang dan berbatasan dengan kabupaten Semarang. Di Kecamatan

tersebut terdapat beberapa puskemas yang berguna untuk melayani kebutuhan akan

kesehatan di kawasan Kecamatan Banyumanik. Oleh karena itu dalam laporan ini akan

membahas mengenai jangkauan pelayanan dari masing-masing puskesmas yang berada

di Kecamatan Banyumanik tersebut.

1.2. Tujuan dan Sasaran1.2.1.Tujuan

Tujuan dalam peyusunan laporan ini yaitu menganalisis lokasi suatu fasilitas

pelayanan yang berupa pelayanan puskemas. Selain itu menganalisis jangkauan

pelayanan untuk puskemas di kecamatan Banyumanik yang mempertimbangkan

jumlah penduduk dan luas wilayah di kecamatan tersebut.

1.2.2.SasaranSasaran yang akan dicapai untuk mencapai tujuan yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui standar minimum pelayanan puskemas pada tingkat kecamatan

2. Mengetahui jumlah penduduk dan luas wilayah di kecamatan Banyumanik

3. Menganalisis lokasi dan jangkauan pelayanan dari masing-masing puskesmas

di kecamatan Banyumanik

1.3. Ruang LingkupRuang lingkup didalam laporan ini terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang

lingkup materi.

1.3.1.Ruang Lingkup WilayahKecamatan Banyumanik merupakan sebuah Kecamatan yang berlokasi di

bagian selatan dari Kota Semarang dan berbatasan dengan Kabupaten Semarang.

Di Kecamatan Banyumanik ini mempunyai luas wilayah 2.509,084 ha. Batas-batas

wilayah dari kecamatan Banyumanik yaitu sebagai berikut.

Sebelah Utara : Kecamatan Candisari dan Gajah Mungkur

Sebelah Timur : Kecamatan Tembalang

Sebalah Selatan : Kabupaten Semarang

Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati

1.3.2.Ruang Lingkup MateriMateri yang digunakan dalam laporan ini yaitu mengenai alokasi lokasi dan

jarak atau jangkauan pelayanan.

1.4. Sistematika PenulisanLaporan ini berisikan dari 5 BAB yaitu dapat dirinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUANBerisikan Latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup yang meliputi

ruangl lingkup wilayah dan ruang lingkup materi dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORIPada bab ini berisikan tentang penjelasan-penjelasan yang bersangkutan

dengan literatur-literatur yang menyangkut mengenai alokasi lokasi fasilitas dan

jangkauan pelayanan fasilitas.

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN BANYUMANIKPendeskripsian secara umum Kecamatan Banyumanik yang meliputi kondisi

geografis, demografi, dan jumlah puskesmas yang ada di kecamatan Banyumanik.

BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisikan tentang analisis alokasi lokasi fasilitas kesehatan

beserta jangkauan pelayanannya.

BAB V KESIMPULANBerisikan Kesimpulan yang berasal dari hasil analisis alokasi lokasi dan

jangkauan pelayanan puskesmas di Kecamatan Banyumanik.

BAB IIKAJIAN TEORI

Fasilitas dibedakan atas dua jenis, yaitu fasilitas umum dan fasilitas sosial. Fasilitas

umum berupa prasarana dasar seperti jalan, listrik, telepon, dan air, sedangkan fasilitas

sosial misalnya rumah sakit, pendidikan, perumahan, dan peribadatan. Semua jenis

fasilitas ini harus disediakan oleh pemerintah kota untuk menunjang kegiatan

masyaraktnya. Namun, tentu saja semua fasilitas, baik itu pelayanan maupun aksesibiltas

harus dapat dijangkau segala lapisan masyarakat. Aksesibiltas fasilitas dapat dijelaskan

dengan 5 pendekatan yaitu:

a. Jarak rata-rata: jarak total seluruh penduduk terhadap fasilitas terdekatnya

adalah minimum.

b. Jarak Minimal: jarak terjauh penduduk untuk menjangkau fasilitas dalam skala

pelayanan adalah minimum.

c. Pembebaan sama: tiap fasilitas memiliki beban pelayanan jumlah penduduk

yang sama dan seimbang.

d. Ambang batas: jumlah penduduk yang terdekat dengan fasilitas selalu lebih

besar.

e. Batas kapasitas: suatu fasilitas memiliki batas jumlah pelayanan penduduk yang

berbeda-beda.

Menurut Morlok, akibat adanya perbedaan tingkat kepemilikan sumberdaya dan

keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah,

menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang, dan jasa antar wilayah. Perpindahan

dari satu tempat ke tempat lain ini melalui jalur tertentu, yaitu suatu jaringan (network)

dalam ruang, yang dapat berupa jaringan jalan. Sedangkan menurut Hurst, interaksi antar

wilayah terlihat pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun

jasa. Transportasi merupakan hal terpenting karena sistem transportasi dikembangkan

untuk menghubungkan dua lokasi dan untuk memindahkan orang atau barang dari satu

tempat ke tempat lain, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Sedangkan pergerakan pada dasarnya terjadi karena manusia senantiasa

bergerak karena proses pemenuhan kebutuhan. Pergerakan ini terjadi karena tidak

semua kebutuhan manusia tersedia di satu tempat, tetapi menyebar secara tidak merata

dalam suatu ruang. Untuk melakukan pergerakan tersebut, penduduk dapat

melakukannya dengan transportasi atau tanpa transpotasi (berjalan kaki). Pergerakan

yang dilakukan tanpa transportasi biasanya berjarak pendek, sedangkan pergerakan

dengan menggunakan transportasi biasanya berjarak sedang atau jauh.

Hal terpenting dari transportasi adalah aksesibilitas, artinya kemampuan atau

keadaan suatu wilayah untuk dapat diakses oleh pihak luar, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Dengan adanya aksesibilitas yang baik juga akan mendorong

pihak swasta untuk menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan wilayah.

Pergerakan ini mempunyai dua variabel utama, yaitu asal dan tujuan. Asal

merupakan tempat awal dari pergerakan tersebut dimulai. Sedangkan tujuan adalah

tempat akhir yang ingin dituju dari pergerakan tersebut. Misalnya, asalnya dari rumah dan

tujuannya adalah bekerja. Perbedaan pergerakan dapat disebabkan karena adanya

perbedaan supply dan demand.

Menurut Ullman, terdapat tiga kondisi yang mendukung terjadinya interaksi

keruangan, yaitu :

o Complementarity atau ketergantungan karena adanya perbedaan supply dan demand

antar daerah. Semakin besar komplementaritas, maka semakin besar interaksi yang

terjadi.

o Intervening opportunity atau tingkat peluang yang merupakan daya tarik untuk dipilih

menjadi daerah tujuan perjalanan. Semakin besar intervening opportunity, maka semakin

kecil interaksi yang terjadi.

o Transferability atau tingkat peluang untuk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat

ke tempat lain, yang dipengaruhi oleh jarak dan berkaitan dengan biaya dan waktu.

Alokasi lokasi fasilitas adalah analisis penentuan lokasi suatu fasilitas agar mampu

melayani penduduk suatu kota atau wilayah. Analisis alokasi kegiatan ini bertujuan untuk

mengalokasi fasilitas pelayanan sedemikian rupa sehingga total biaya atau usaha

penduduk untuk memperoleh pelayanan tersebut adalah minimal. Jika di daerah tempat

tinggal mereka sudah terdapat fasilitas yang memadai maka tidak perlu ke tempat yang

lebih jauh lagi, di pusat kota mungkin. Namun tak semudah itu mengalokasi dan

menentukan lokasi fasilitas, terdapat banyak permasalahan umum seperti kapasitas atau

ukuran dari fasilitas tersebut, jumlah fasilitas yang diperlukan, dan lokasi-lokasi yang tepat

untuk fasilitas. Sebuah daerah tentunya luas dan cakupannya banyak, maka diperlukan

fasilitas yang ukuran dan cakupannya juga seimbang. Begitu pula jumlah yang diperlukan,

kadang satu fasilitas belum memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat di satu daerah

karena kurang jumlahnya.

Penempatan lokasi fasilitas juga harus strategis karena digunakan oleh umum.

Tidak hanya ukuran, jumlah dan lokasi yang menjadi permasalahan, namun juga

persebaran penduduk dalam wilayah tersebut. Penduduk harus mendapatkan beberapa

fasilitas yang berlokasi pada tempat-tempat terpisah, sedangkan jarak juga berpengaruh

pada biaya. Dalam analisis ini diberikan solusi yaitu dengan memaksimalkan aksesibilitas

masyarakat terhadap fasilitasnya baik dalam pelayanan maupun informasi dan

memaksimalkan kondisi keterbatasan sumberdaya. Untuk mengetahui alokasi yang tepat

kita dapat menggunakan analisis buffer peta atau menggunakan analisis p-median. Buffer

peta digunakan untuk melihat jangkauan layanan tiap fasilitas di suatu kota. Apabila buffer

fasilitas tersebut tidak memenuhi kota maka perlu untuk mengalokasikan fasilitas. Analisis

p-median menggunakan perhitungan koordinat yaitu mencari letak fasilitas p terhadap

permintaan yang ada.

BAB IIIGAMBARAN UMUM KECAMATAN BANYUMANIK

3.1 Kecamatan BanyumanikKecamatan Banyumanik adalah salah satu kecamatan yang berada di Kota

Semarang. Letaknya berada di pinggiran kota, tepatnya di selatan Kota Semarang.

Kecamatan Banyumanik merupakan daerah pemekaran yang saat ini menjadi CBD untuk

daerah di sekitarnya. Secara geografis, Kecamatan Banyumanik atau Kelurahan

Pedalangan adalah pintu masuk Kota Semarang dari arah selatan, sehingga

keberadaannya merupakan pintu gerbang bagi Kota Semarang. Selain itu terdapat

kecenderungan perkembangan Kota Semarang kearah selatan yang menjangkau

kawasan Banyumanik dan sekitarnya. Berikut adalah batas wilayah Kecamatan

Banyumanik:

Utara : Semarang Selatan

Timur : kecamatan candi sari

Selatan : kecamatan banyumanik

Barat : kecamatan semarang barat

Jumlah penduduk Kecamatan Banyumanik pada tahun 2012 adalah 128.225 jiwa

dibawah ini adalah tabel penduduk berdasarkan kelurahan yang ada di Kecamatan

Banyumanik.

Tabel III.1 Jumlah Penduduk per keluarahan di Kecamatan Banyumanik

No. Kelurahan Jumlah Penduduk Laki-laki

Jumlah Penduduk Perempuan

Total

1. Pudakpayung 10.626 10.240 20.866

2. Gedawang 2.814 2.858 5.672

3. Jabungan 1.625 1.549 3.174

4. Padangsari 6.071 6.531 12.602

5. Banyumanik 5.018 5.159 10.177

6. Srondol wetan 9.172 10.093 19.805

7. Pedalangan 5.208 4.986 10.194

8. Sumurboto 4.805 5.354 10.159

9. Srondol Kulon 5.769 6.030 11.799

10. Tinjomoyo 4.716 4.528 9.244

11. Ngesrep 7.307 7.266 14.533

Sumber : BPS Kota Semarang, 2012

Kecamatan Banyumanik yang terus berkembang seiring perkembangan jaman

ditandai dengan mulai banyaknya perumahan-perumahan elit yang berlokasi di wilayah

tersebut. Hal ini juga dapat mendorong tumbuhnya perdagangan dan jasa di Kecamatan

Banyumanik. Dengan tumbuhnya perdagangan dan jasa makan pemenuhan fasilitas –

fasilitas di dearah tersebit pun menjadi pertimbangan yang cukup penting terutama dalam

penentuan lokasi sarana prasarana penenunjang kehidupan masyarakatnya.

Dengan pertumbuhan perdangan dan jasa yang cukup pesat hal ini menjadika

daerah tersebut terdapat banyak permukiman-permukiman penduduk. Dengan jumlah

penduduk yang terhitung cukup padat maka sarana prasarana seperti sarana kesehatan

pada kecamatan tersebut harus diperhatikan. Misalnya pada penentuan lokasi dan

jangkauan pelayanan sarana kesehatan seperti rumah sakit Banyumanik dan puskesmas

yang berada diwilayah tersebut harus direncanakan memlalui perhitungan dan analisis

dengan baik agar setiap warganya mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa harus ke

daerah lain dan menempuh jarak yang cukup jauh jika ingin menggunakan fasilitas

kesehatan.

3.2 Puskesmas di Kecamatan BanyumanikTerdapat 4 puskesmas yang ada di Kecamatan Banyumanik yakni sebagai berikut:

- Puskesmas Srondol di Jl. Setiabudi No. 209, Ds. Srondol, Kec. Banyumanik. Jenis

puskesmas adalah puskesmas perawatan

- Puskesmas Ngesrep di Jl. Teuku Umar 271, Ds. Ngesrep, Kec. Banyumanik. Jenis

puskesmas adalah puskesmas perawatan

- Puskesmas Padang Sari di Jl. Meranti Raya 389, Ds. Padang Sari, Kec.

Banyumanik. Jenis puskesmas adalah puskesmas non perawatan.

- Puskesmas Pudakpayung di Jl. Perintis Kemerdekaan, Kec. Banyumanik. Jenis

puskesmas adalah puskesmas non perawatan

BAB IVANALISIS JANGKAUAN DAN TINGKAT PELAYANAN PUSKESMAS

4.1 Distribusi PuskesmasDistribusi puskesmas yang ada di Kecamatan Banyumanik terdiri dari 4 puskesmas

yang tersebar di Ngesrep, Padangsari, Pudakpayung dan Srondol. Gambaran sebaran

dari puskesmas yang ada di Banyumanik dapat di lihat dari peta di bawah ini.

Gambar 4.1 Peta Sebaran Puskesmas di Kecamatan BanyumanikSumber : Hasil Analisis Kelompok 14A, 2014

4.2 Rasio Fasilitas Puskesmas BanyumanikBerdasarkan hasil perhitungan yang mengacu pada Syarat Pengadaan Fasilitas

Kesehatan (dalam SNI 03-1733-1989, mengenai Tata Cara Perencanaan Kawasan

Perumahan Kota), diperoleh jumlah puskesmas di tiap kelurahan sebagai berikut:

Tabel IV. 1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Banyumanik

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Jumlah Penduduk

Jumlah Puskesmas

1 Banyumanik 2.509,068 128.225 4

Sumber: BPS Kota Semarang 2010

Perhitungan awal dilakukan untuk mengetahui jumlah fasilitas puskesmas yang ada di

Kecamatan Banyumanik, melalui rumus berikut:

Jumlah Fasilitas = Jumlah Penduduk di Lapanganan / Jumlah Penduduk Standar

Jumlah Fasilitas = 128.225/120.000

= 1,014

= 1 puskesmas (induk)

Jadi di Kecamatan Banyumanik, untuk melayani 128.225 jiwa penduduknya maka

jumlah minimum fasilitas kesehatan (puskesmas) yang dibutuhkan adalah 1 buah. Namun

satu puskesmas tersebut merupakan puskesmas induk dimana dari segi fasilitas, luas

bangunan dan tenaga kesehatannya memadai dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan

semua penduduk di kecamatan tersebut. Dalam operasionalnya dalam satu kecamatan

tidak cukup jika pemenuhan kesehatan seluruh masyarakatnya harus dilayani oleh 1

puskesmas induk sehingga berdiri beberapa puskesmas pembantu. Di Kecamatan

Banyumanik tidak hanya tersedia 1 puskesmas saja, tetapi juga terdapat 3 puskesmas

pembantu lain.

4.3 Pelayanan Pasien PuskesmasUntuk menghitung pelayanan pasien puskesmas diperlukan rumus rasio jumlah

penduduk dengan jumlah puskesmas yang ada. Jumlah penduduk Kecamatan

Banyumanik berdasarkan data Banyumanik dalam angka tahun 2012 adalah 128.225

jiwa. Rasio hitung pelayanan adalah perbandingan jumlah fasilitas dengan jumlah

penduduk. Dengan konsep tersebut maka rasio pelayanan puskesmas di Kecamatan

adalah 1 : 32.056 orang. Hitungan tersebut berdasarkan analisis dengan rumus yang ada

di bawah ini :

Hasil diatas menjelaskan bahwa satu puskesmas yang ada di Kecamatan

Banyumanik melayani sebanyak 32.056 jiwa. Berdasarkan SPM kesehatan, jumlah

kunjungan puskesmas yaitu 100 jiwa/hari.

Tabel IV.2 Rata-rata Kunjungan Per Hari

No. Kelurahan Jumlah PendudukRata-rata Kunjungan

Per hari

1. Pudakpayung 20.866 128,02

4. Padangsari 12.602 81,5

6. Srondol 31.604 99,04

11. Ngesrep 14.533 43,75

Sumber : Wulansari, RR Retno, 2010

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata kunjungan puskesmas di

kecamatan banyumanik adalah sebanyak 88 jiwa / hari. Hal ini menandakan pelayanan

pasien di puskesmas sudah terlayani dengan baik.

4.4 Lokasi Permukiman dan PuskesmasLokasi Puskesmas umumnya menggunakan pendekatan lokasi pemerintahan

administratif. Letak tersebut umumnya berdekatan dengan lokasi pusat pemerintahan

atau kantor kelurahan.

Gambar 4.2 Peta Sebaran Permukiman dan Puskesmas Kecamatan

BanyumanikSumber : Hasil Analisis Kelompok 14A, 2014

Dari gambar diatas dapat dicermati bahwa sebaran permukiman hampir merata di

Kecamatn Banyumanik, dengan kepadatan penduduk yang berpusat di tengah

Kecamatan Banyumanik. Lokasi puskesmas dapat diatamati berada di jalan utama dan

berada dengan kepadatan penduduk tinggi, yakni dengan alamat puskesmas sebagai

berikut

- Puskesmas Ngesrep : Jl. Teuku Umar

- Puskesmas Padangsari : Jl. Miranti 389

- Puskesmas Srondol : Jl. Setiabudi 209

- Puskesmas Pudakpayung : Jl. Perintis Kemerdekaan

Dengan data alamat diatas dapat dianalisa bahwa lokasi puskesmas dapat mudah di

akses dengan angkutan umum yang beroperasi dari pagi hingga menjelang malam hari.

4.5 Jangkauan Pelayanan Puskesmas Banyumanik Berdasarkan SPM SNI 03-1733-1989, jangkauan pelayanan dari puskesmas adalah

5 km. Dengan metode buffer yang ada pada aplikasi SIG dapat dihasilkan daerah-daerah

yang terjangkau ataupun daerah yang belum terjangkau dengan adanya puskesmas di

Banyumanik.

Gambar 4.3 Peta Jangkauan Pelayanan Puskesmas Kecamatan Banyumanik

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 14A, 2014

Dalam peta di atas dapat disimpulkan bahwa jangkauan pelayanan puskesmas

yang ada di Banyumanik dapat menjangkau sampai ke luar daerah Banyumanik. Daerah

yang berwarna kuning merupakan daerah yang terjangkau berdasarkan jangkauan SPM

yaitu berjarak 5 km dari lokasi puskesmas. Jangkauan yang masih dapat terlayani tidak

hanya dalam Kota Semarang tetapi juga sampai ke luar kota yaitu Kabupaten Semarang.

Daerah Kabupaten Semarang yang dapat terjangkau berdasarkan metode tersebut yakni

Kecamatan Ungaran Timur. Namun, dengan metode yang sama juga didapat hasil daerah

Kecamatan Banyumanik yang belum terjangkau.

Apabila dikaji dengan peta persebaran penduduk dengan peta jangkauan pelayanan

maka dapat diketahui bahwa deaerah yang tidak terlayani merupakan daerah yang

termasuk dalam permukiman jarang penduduk. Tidak hanya itu saja tetapi juga jalan

utama yang ada hanya satu dan tidak memotong permukiman tersebut. Sehingga tidak

perlu menambah fasilitas puskesmas untuk memenuhi jangkauan pelayanan agar semua

daerah Kecamatan Banyumanik terlayani.

Gambar 4.4 Analisis daerah yang tidak terjangkau oleh Puseksmas Banyumanik

Sumber : Hasil Analisis Kelompok 14A, 2014

4.6 AksesibilitasAkses yang dapat digunakan untuk menuju puskesmas-puskesmas di Kecamatan

Banyumanik dapat menggunakan kendaraan pribadi sebab jalan yang dilalui telah

memadai dan juga terdapat puskesmas yang berada di jalan arteri Semarang-Solo.

Kemudian dapat juga menggunakan angkutan umum dengan trayek Johar-Banyumanik

Daerah belum terlayani oleh

puskesmas yang ada. Merupakan

permukiman jarang penduduk

yang melewati puskesmas tersebut. Alternatif lain dengan menggunakan BRT sampai di

halte BRT kemudian menggunakan angkutan umum lain untuk menuju puskesmas-

puskesmas tersebut.

Untuk aksesibilitas daerah yang belum terjangkau dalam Kecamatan Banyumanik

ternyata hanya memiliki satu jalan utama yang sering dilewati masyarakat. Tidak ada

angkutan umum yang melewati daerah tersebut, jika ada itupun hanya roda dua saja yang

dapat melalui. Jalan yang ada adalah jalan atau gang kecil yang dapat dialalui roda dua.

Sehingga membuat daerah tersebut belum terlayani dengan baik.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

Apabila ditinjau dari tingkat rasio pelayanan puskesmas melebihi rasio standard

Depkes. Untuk melayani 128.225 jiwa penduduknya,kecamatan Banymanik minimum

jumlah fasilitas kesehatan (puskesmas) yang berdiri di kecamatan ini yaitu 4 buah.

Namun satu puskesmas tersebut merupakan puskesmas induk dimana dari segi fasilitas,

luas bangunan dan tenaga kesehatannya memadai dalam pemenuhan kebutuhan

kesehatan semua penduduk di kecamatan tersebut.

Begitu juga halnya dengan perhitungan jangkauan pelayanan. Untuk menjangkau

seluruh wilayah Kecamatan Banyumanik yang sebesar 25.090.840 m2 hanya dibutuhkan

satu puskesmas yang memiliki standar jangkauan pelayanan seperti pada SPM yaitu

sebesar 28.285.714,29 m2. Jangkauan pelayanan puskesmas di kecamatan

Banyumanik(secara real pada saat ini) menurut peta jangkauan berdasarkan standar

SPM diambil dari SNI 03-1733-1989 tentang tata cara perencanaan kawasan perumahan

kota sudah menunjukkan pelayanan sangat baik. Semua puskesmas pada kecamatan

Banyumanik telah menjangkau seluruh wilayah administrasi di kecamatan Banyumanik.

Lokasi puskesmas dan permukiman di wilayah Kabupaten Banyumanik ini

terdistribusi secara menyebar dengan ditambah fasilitas jalan yang mampu mengakses

semua tempat, dengan waktu tempuh kurang dari 15 menit. Sebaran lokasi puskesmas di

Kabupaten Banyumanik termasuk dalam kategori menyebar di seluruh wilayah sehingga

kebutuhan pelayanan masyarakat relatif terjamin, namun ada satu lokasi yakni di

tenggara banyumanik yang tidak terlayani oleh jangkauan puskesmas, tetapi lokasi

tersebut memiliki kepadatan penduduk rendah atau jumlah penduduk yang sedikit,

sehingga tidak perlu dibangun puskesmas yang baru di daerah tersbut tetapi dengan

akses jalan utama yang mudah sehingga penduduk yang berada di daerah tersebut tetap

mudah jika ingin mengakses puskesmas terdekat dari jarak mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2014. “Rekapitulasi Puskesmas Kabupaten Kota Semarang”, dalam

http://www.bankdata.depkes.go.id/. Diunduh Kamis, 27 November 2014.

BPS Kota Semarang. 2012. “Kecamatan Banyumanik dalam Angka 2012”, dalam

http://semarangkota.bps.go.id/. Diunduh Kamis, 27 November 2014.

Widagdo, Adi. 2009. Analisis Aksesibilatas Pelayanan Puskesmas di Kabupaten Sleman.

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Lincolin, Arsyad. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah,

edisi pertama, Yogyakarta : BPFE.

RDTRK Kecamatan Banyumanik 1995-2005

SNI 03-1733-1989, Tata cara perencanaan kawasan perumahan kota

Waluya, Bagja. 2009. Memahami Geografi 3 SMA/MA. Jakerta : Pusat perbukuan

Departemen Pendidikan Nasional.

Pontoh, Nia K, dan Iwan Kustiawan. 2009. “Pengantar Perencanaan Perkotaan”.

Bandung: ITB.

http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/yankes/alamat_pusk09.pdf. “Daftar

Puskesmas Provinsi jawa Tengah” dalam Website. Diunduh Senin, 25 November

2013.

http://jdihukum.semarang.go.id/isi/2013/Perda%20no.%203%20Th%202013.pdf. “RDTRK

Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang Bagian Wilayah Kota VII (Kecamatan

Banyumanik) Tahun 1995-2005” dalam Website. Diunduh Senin, 25 November

2013