analisis faktorfaktoryang mempengaruhi kualitas

7
Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 JanuariJuli 2017 249 ISSN ISSNL 23376686 23383321 ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUPPASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA 2011 Rochmayanti Akademi Keperawatan Yayasan Jalan Kimia Jakarta Email: [email protected] ABSTRAK: Penyakit jantung koroner menyebabkan penurunan fungsi fisik dan psikologis yang berdampak pada kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner. Adapun variabel independen dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, ansietas, depresi, koping dan dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan desain cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 100 responden yang dilakukan di Rumah sakit Pelni Jakarta. Pada analisi regresi linier ganda didapat 3 variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu usia, penghasilan dan depresi. Hasil penelitian lebih lanjut didapatkan depresi sebagai faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup (p = 0,0005). Berdasarkan hal tersebut perawat perlu mendeteksi sedini mungkin depresi yang dialami oleh pasien, memberikan pendidikan kesehatan dan konseling. Kata kunci: Penyakit jantung koroner, kualitas hidup, ansietas, depresi, koping dan dukungan sosial. ABSTRACT : Coronary heart disease caused decrease in physical function and psychological impact on quality of life. The aims of this study was to know the quality of life of patients with coronary heart disease. The independent variables in this study were age, gender, education, occupation, income, marital status, anxiety, depression, coping and social support. This study used the analytic correlation with cross sectional design. The number of samples in this study there were 100 respondents. In multiple linear regression analysis found three variables that affect the quality of life: age, income and depression. The study further found that depression as the factors most associated with quality of life (p = 0,0005). Based on this study nurses need to be early to detect patients with depression and provided health education. Keywords: Coronary heart disease, determinant quality of life PENDAHULUAN Latar belakang penelitian ini adalah penyakit jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di Amerika. Salah satu penyakit jantung yang menjadi ancaman bagi kesehatan adalah penyakit jantung koroner (Smeltzer & Bare, 2002). American Heart Association (AHA) (2008), melaporkan bahwa jumlah pasien yang menjalani perawatan medis di Amerika Serikat pada tahun 2005 hampir mencapai 1,5 juta orang. Laporan tersebut menyebutkan, kirakira 1,1 juta orang (80%) mengalami Non ST Elevation Miocard Infarct (NSTEMI), sedangkan 20% mengalami ST Elevation Miocard Infarct (STEMI) (Kolansky, 2009). Menurut WHO (2008, dalam Panthee & Kritpracha, 2011) menyatakan bahwa pada tahun 2020 sekitar 23,6 juta orang akan meninggal karena penyakit kardio vaskuler terutama penyakit jantung dan stroke, sehingga menjadi ancaman kematian utama didunia. Faktor resiko munculnya penyakit jantung koroner meliputi faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain: usia, jenis kelamin dimana lakilaki lebih banyak dari pada perempuan, etnis (etnis kulit putih lebih beresiko dibandingkan etnis lainnya) dan predisposisi genetik. sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi berupa faktor mayor dan kontributif. Faktor resiko mayor berupa peningkatan kolesterol, hipertensi, merokok, inaktivitas fisik dan obesitas. Sedangkan yang termasuk faktor kontributif adalah diabetes mellitus, status psikologis dan tingkat homosistein (Lewis dkk, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Panthee & Kritpracha (2011) juga mengemukakan bahwa faktor psikologis seperti kecemasan dapat mempengaruhi kualitas hidup karena kecemasan mempengaruhi kepatuhan terhadap pola hidup seperti perubahan perilaku diet, latihan fisik, pengobatan dan kembali bekerja. Kualitas hidup yang baik pada pasien dengan penyakit jantung koroner sangat diperlukan untuk mempertahankan agar pasien mampu mendapatkan status kesehatan terbaiknya dan mempertahankan fungsi atau kemampuan fisiknya seoptimal mungkin dan selama mungkin. Para pasien dengan penyakit jantung koroner sering mengalami masalah terutama yang terkait dengan perubahan dalam kekuatan atau kemampuan melakukan aktivitas seharihari. Penyakit jantung merupakan penyebab utama keterbatasan fisik disamping gangguan muskulo skeletal dan arthritis (Sullivan dkk, 1998). Pasien sering mengeluh menjadi mudah lelah, sesak nafas atau nyeri dada saat melakukan aktivitas bahkan yang ringan sekalipun sehingga mengurangi aktivitas yang biasa mereka lakukan. Peneliti lain Chan dkk (2004) memberikan

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017249

ISSNISSN­L

2337­66862338­3321

ANALISIS FAKTOR­FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI RUMAH SAKIT PELNI JAKARTA 2011

RochmayantiAkademi Keperawatan Yayasan Jalan Kimia Jakarta

Email: [email protected]

ABSTRAK: Penyakit jantung koroner menyebabkan penurunan fungsi fisik dan psikologis yang berdampak pada kualitas hidup.Penelitian ini bertujuan untuk mengtahui faktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner. Adapunvariabel independen dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, ansietas,depresi, koping dan dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan desain cross sectional. Jumlah sampel dalampenelitian ini ada 100 responden yang dilakukan di Rumah sakit Pelni Jakarta. Pada analisi regresi linier ganda didapat 3 variabel yangberpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu usia, penghasilan dan depresi. Hasil penelitian lebih lanjut didapatkan depresi sebagai faktoryang paling berhubungan dengan kualitas hidup (p = 0,0005). Berdasarkan hal tersebut perawat perlu mendeteksi sedini mungkindepresi yang dialami oleh pasien, memberikan pendidikan kesehatan dan konseling.

Kata kunci: Penyakit jantung koroner, kualitas hidup, ansietas, depresi, koping dan dukungan sosial.

ABSTRACT: Coronary heart disease caused decrease in physical function and psychological impact on quality of life. The aims of thisstudy was to know the quality of life of patients with coronary heart disease. The independent variables in this study were age, gender,education, occupation, income, marital status, anxiety, depression, coping and social support. This study used the analytic correlationwith cross sectional design. The number of samples in this study there were 100 respondents. In multiple linear regression analysis foundthree variables that affect the quality of life: age, income and depression. The study further found that depression as the factors mostassociated with quality of life (p = 0,0005). Based on this study nurses need to be early to detect patients with depression and providedhealth education.

Keywords: Coronary heart disease, determinant quality of life

PENDAHULUANLatar belakang penelitian ini adalah penyakit

jantung merupakan penyebab utama morbiditas danmortalitas di Amerika. Salah satu penyakit jantungyang menjadi ancaman bagi kesehatan adalahpenyakit jantung koroner (Smeltzer & Bare, 2002).American Heart Association (AHA) (2008),melaporkan bahwa jumlah pasien yang menjalaniperawatan medis di Amerika Serikat pada tahun 2005hampir mencapai 1,5 juta orang. Laporan tersebutmenyebutkan, kirakira 1,1 juta orang (80%)mengalami Non ST Elevation Miocard Infarct(NSTEMI), sedangkan 20% mengalami ST ElevationMiocard Infarct (STEMI) (Kolansky, 2009). MenurutWHO (2008, dalam Panthee & Kritpracha, 2011)menyatakan bahwa pada tahun 2020 sekitar 23,6 jutaorang akan meninggal karena penyakit kardiovaskuler terutama penyakit jantung dan stroke,sehingga menjadi ancaman kematian utama didunia.

Faktor resiko munculnya penyakit jantungkoroner meliputi faktor yang dapat dimodifikasi dantidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapatdimodifikasi antara lain: usia, jenis kelamin dimanalaki­laki lebih banyak dari pada perempuan, etnis(etnis kulit putih lebih beresiko dibandingkan etnislainnya) dan predisposisi genetik. sedangkan faktoryang dapat dimodifikasi berupa faktor mayor dan

kontributif. Faktor resiko mayor berupa peningkatankolesterol, hipertensi, merokok, inaktivitas fisik danobesitas. Sedangkan yang termasuk faktor kontributifadalah diabetes mellitus, status psikologis dan tingkathomosistein (Lewis dkk, 2007). Penelitian yangdilakukan oleh Panthee & Kritpracha (2011) jugamengemukakan bahwa faktor psikologis sepertikecemasan dapat mempengaruhi kualitas hidupkarena kecemasan mempengaruhi kepatuhan terhadappola hidup seperti perubahan perilaku diet, latihanfisik, pengobatan dan kembali bekerja.

Kualitas hidup yang baik pada pasien denganpenyakit jantung koroner sangat diperlukan untukmempertahankan agar pasien mampu mendapatkanstatus kesehatan terbaiknya dan mempertahankanfungsi atau kemampuan fisiknya seoptimal mungkindan selama mungkin. Para pasien dengan penyakitjantung koroner sering mengalami masalah terutamayang terkait dengan perubahan dalam kekuatan ataukemampuan melakukan aktivitas seharihari. Penyakitjantung merupakan penyebab utama keterbatasanfisik disamping gangguan muskulo skeletal danarthritis (Sullivan dkk, 1998). Pasien sering mengeluhmenjadi mudah lelah, sesak nafas atau nyeri dada saatmelakukan aktivitas bahkan yang ringan sekalipunsehingga mengurangi aktivitas yang biasa merekalakukan. Peneliti lain Chan dkk (2004) memberikan

Page 2: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017250

gambaran yang menikah mempunyai kemampuanfungsi fisik lebih baik dibandingkan dengan laki­lakidan wanita yang telah bercerai dengan pasangannyadan dukungan sosial mem punyai peran yang pentingdalam meningkatkan kualitas hidup pasien.

Berbagai penelitian terkait kualitas hidup telahbanyak dilakukan, tetapi belum ditemukan penelitiansecara spesifik mengenai faktor yang mempengaruhikualitas hidup pada pasien dengan penyakit jantungkoroner, terutama yang dilakukan perawat. Padahalperawat memiliki peran yang sangat penting dalamjangka waktu lama. Dengan diketahuinya faktorfaktor yang mempengaruhi kualitas hidup diharapkandapat dilakukan berbagai intervensi untuk me­ningkatkan kualitas hidup dengan berfokus padafaktor­faktor tersebut, sehingga intervensi keperawa­tan menjadi lebih komprehensif dan dapat mening­katkan upaya perbaikan dan peningkatan kualitashidup pasien dengan penyakit jantung koroner.

Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan data Survei Rumah

Sakit Pelni Jakarta tahun 2011 yang diperoleh darihasil kuesioner. Unit analisis penelitian adalah pasiendengan penyakit jantung koroner yang berobat kepoliklinik. Tujuan penelitian adalah untukmengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhikualitas hidup pasien penyakit jantung koroner danmenganalisis variabel karakteristik responden,ansietas, depresi, koping dan dukungan sosialterhadap kualitas hidup. Metode analisis yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisiskorelasi dengan cross sectional. Regresi linier gandadiaplikasikan karena variabel dependen (kualitashidup) adalah data numerik (Hastono, 2007).

PEMBAHASAN

Gambaran Karakteristik RespondenHasil analisis menggambarkan karakteristik

responden berdasarkan umur, jenis kelamin, statusperkawaninan, tingkat pendidikan, status sosialekonomi; ansietas, depresi, koping, dukungan sosialdan kualitas hidup sebagaimana dalam tabel 1.

Rerata usia pasien PJK adalah 58,74 tahun,dengan rata­rata penghasilan responden diantaraRp 1.501.925­Rp 1.943.915. Persentase kecemasanberada pada skor 34,83 dan yang mengalami depresirata­rata berada pada nilai 3,04. Sedangkan rataratakoping responden adalah 18,63 dan rerata dukungansosial adalah 17,67. Variabel dependen berupa

kualitas hidup dengan menggunakan kuesioner SF36diperoleh rata­rata nilai kualitas hidup pasien PJKadalah 58,60 dengan hasil estimasi interval dapatdisimpulkan bahwa 95% diyakini rata­rata kualitashidup pasien PJK diantara 54,87­62,32.

Pada tabel dibawah ini digambarkan karakteristikresponden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan dan status perkawinan dengan datakatagorik sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan JenisKelamin, Pendidikan, Pekerjaan danStatus Perkawinan di Poliklinik JantungRumah Sakit Pelni Jakarta Mei­Juni2011 (n = 100)

Responden yang datang ke Poliklinik JantungRumah Sakit Pelni Jakarta, proporsi jenis kelaminlaki­laki dan perempuan hampir merata yaitu laki­laki(56%) dan perempuan (44%) dengan tingkatpendidikan SMA (39%), dilihat dari status pekerjaansebagian besar masih aktif bekerja dan sekitar (82%)berstatus menikah.

Hubungan Karakteristik Responden DenganKualitas Hidup

Rerata usia pasien PJK di Poliklinik JantungRumah Sakit Pelni adalah 58,74 tahun dengan standardeviasi 11,737 tahun. Usia termuda 34 tahun dantertua 84 tahun. Hal ini menunjukan bahwa usia

Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Usia,Penghasilan, Ansietas, Depresi, Koping,Dukungan Sosial dan Kualitas Hidup diPoliklinik Jantung Rumah Sakit PelniJakarta Mei­Juni 2011 (n = 100)

Page 3: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017251

pasien penyakit jantung koroner berada pada rentangusia dewasa muda dan dewasa akhir. Rentang usiatersebut merupakan rentang usia berisiko mengalamiberbagai penyakit termasuk penyakit jantung koroner.Usia rerata pasien penyakit jantung koroner dalampenelitian ini 58,74 tahun, sesuai dengan hasilpenelitian Chan, Chau & Chang (2005) rerata pasienpenyakit jantung koroner 62,72 tahun dengan usiatermuda 33 tahun dan tertua 87 tahun.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Baas (2004)terhadap 84 pasien penyakit jantung koroner yangberusia 36­81 tahun meloporkan bahwa rerata pasienpenyakit jantung koroner sekitar 61,11 tahun.Merujuk pada hasil penelitan penyakit jantungkoroner banyak ditemukan pada pasien usia yanglebih tua, namun penyakit jantung koroner cenderungterjadi pada usia muda yang masih produktif sepertiyang dialami responden termuda dalam penelitian iniyang berusia 34 tahun. Hasil analisis lebih lanjuthubungan usia dengan kualitas hidup diperolehp­value = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikanantara usia pasien PJK dengan kualitas hidup. Darihasil tersebut terlihat bahwa semakin tua seseorangmaka kualitas hidup semakain menurun, hal inidisebabkan adanya perubahan aliran darah sebagaiakibat penyempitan lumen arteri dan penyumbatanaliran darah ke jantung. Sumbatan aliran darahberlangsung progresif dan suplai darah yang tidakadekuat (iskemia) yang timbulkan akan membuat selsel otot kekurangan komponen darah yang dibutuhkan untuk hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

Jenis kelamin terbanyak dalam penelitian iniadalah laki­laki dengan jumlah 56%. Hal ini terjadikarena secara umum proporsi laki­laki yangmengalami penyakit jantung koroner lebih banyakdibandingkan perempuan dan lakilaki memiliki resikolebih tinggi mengalami penyakit jantung koroner. Halini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chungdkk (2009) dilaporkan sebagian besar respondenberjenis kelamin laki­laki dengan jumlah 43 orang(74%). Sedangkan penelitian yang dilakukanterhadap 171 pasien penyakit jantung koroner, 97orang berjenis kelamin laki­laki dan 74 orang berjeniskelamin perempuan (Kristofferzon dkk, 2005). Hasilanalisis bivariat menunjukan ada hubungan jeniskelamin dengan kualitas hidup sebesar p­value =0,0006. namun kualitas hidup antara laki­laki danperempuan ada perbedaan dimana rata rata kualitashidup laki­laki sebesar 54,12 dan kualitas hidupperempuan 64,31. Hal ini tidak sejalan dengan

penelitian Panthee & Kritpracha (2011) bahwaperempuan dengan penyakit jantung koronermemiliki kualitas hidup secara signifikan lebihrendah dibandingkan dengan laki­laki meskipun usiahampir sama. Hasil analisis multivariat menunjukanada hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkatpendidikan responden lebih banyak pada tingkatpendidikan SMA sebanyak 39% disusul pendidikanPerguruan Tinggi sebanyak 34% dan sisanyaberpendidikan rendah. Hal ini tidak sesuai denganpendapat Azwar S., (1995) yang menyatakan semakintinggi tingkat pendidikan seseorang maka ia akancenderung untuk berprilaku positif karena pendidikanyang diperoleh dapat meletakan dasar dasar dalamdiri seseorang. Sedangkan Chan, Chau & Chang(2005) melaporkan dari 325 pasien penyakit jantungkoroner, 53% hanya pendidikan dasar, 43%pendidikan menengah dan 4% Perguruan tinggi. Dataini menunjukan bahwa sebagian besar respondenyang mengalami PJK berpendidikan rendah hal inibertentang dengan penelitian yang dilakukan peneliti.Status pekerjaan dalam penelitian ini meliputi tidakbekerja/pensiunan, petani/pedagang/buruh, PNS/TNI/POLRI dan lainlain/BUMN/swasta. Berdasarkanhasil univariat menggambarkan proporsi pasien PJKpada masing­masing status pekerjaan lebih banyakbekerja di BUMN/swata sebasar 44% dan tidakbekerja/pensiunan sebesar 41% dengan ratarat usia61,11 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitianterhadap 421 pasien terdapat 45,4% pekerja, 31,2%tidak bekerja (Kyungeh, 2002). Rerata usia respondenyang tidak bekerja berada pada rentang usia yangberisiko mengalami penyakit jantung koroner. Dilihatdari pekerjaan yang dilakukan sebanyak 59%responden yang bekerja maupun yang pensiunanrerata penghasilan sebesar Rp 1.722.920. Hal inisejalan dengan pendapat Panthee & Kritpracha (2011)bahwa pasien dengan sosio ekonomi yang rendahlebih cemas dibandingkan ekonomi yang lebih tinggihal tersebut akan berdampak pada kualitas hidupnya.

Dilihat dari status perkawinan sebagian besarpasien masih memiliki pasangan hidup sebesar 82%dan yang tidak berpasangan sebasar 18%, karenapasangan merupakan support system yang baik dalammeningkatkan kualitas hidup pasien. Hal serupakandilaporkan oleh Chan, Chau & Chang (2005)melaporkan sebanyak 115 responden 80% pesertamenikah sedangkan 13% janda. Peneliti lain Panthee& Kritpracha (2011) para pasien yang tidak

Page 4: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017252

mempunyai pasangan ditemukan lebih cemasdibandingkan dengan pasien yang mempunyaipasangan. Meskipun status perkawinan bukanmerupakan faktor resiko terjadinya terjadinyapenyakit jantung koroner namun status perkawinanmerupakan salah satu dukungan sosial terhadappasien sehingga dengan adanya pasangan hidup dapatmemberikan dukungan kepada pasangan untukmenjalankan perilaku yang sehat dan positif.

Hubungan Ansietas Dengan Kualitas HidupHasil analisis tergambar bahwa ratarata ansietas

pasien PJK sebesar 34,83 dengan standar deviasi18,775. Ansietas merupakan salah satu faktor resikopenyabab penyakit jantung koroner (Smeltzer &Bare, 2002). Hal ini sesuai dengan pendapat Bagheri,Memarian & Alhani (2005) yang menyatakanmengurangi kegiatan mengarah ke deconditioningfisik sering menghasilkan kelelahan dan lebih banyakwaktu untuk memikirkan gejala atau sensasi tubuh,karena hal tersebut menimbulkan ansietas lebihlanjut. Peneliti lain menyatakan Pasien yang beradapada kecemasan tinggi akan memungkin mengalamikomplikasi 1,8 kali lebih mungkin dibandingkandengan mereka yang berada pada kecemasan rendah(Kyungeh, 2002).

Kecemasan yang dialami akan mengaktivasisistem saraf simpatik sehingga menyebabakanperubahan fisiologis yang dapat mengakibat iskiemiklebih luas sehingga memperberat kondisi pasien(Moser & Dracup, 2007). Beberapa penelitianmengatakan bahwa ansietas menunjukan hubunganyang negatif dengan kualitas hidup dan gejalaansietas dapat memprediksi perkembangan ke­terbatasan fungsional dimasa depan serta dapatmengakibatkan hubungan sebab akibat antara gejalakecemasan dengan cacat fungsional. Kecemasanyang dialami dapat mempengaruhi fungsi fisik danemosional sehingga pasien yang mengalami kece­masan dapat mengalami hambatan dalam melakukanaktivitas perawatan diri, tidak dapat memahamiinformasi tentang perubahan gaya hidup sertamengalami kesulitan mengikuti program pengobatan,aktivitas dan diet (Panthee & Kritpracha, 2011).

Aktivitas yang dilakukan untuk menurunkanansietas pasien adalah kaji dan dokumentasikantingkat ansietas pasien, kaji teknik yang telah dimilikidan belum dimiliki untuk mengurangi ansietas,anjurkan pasien untuk mengungkapkan pikiran danperasaan, bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi

yang mencetuskan ansietas (Wilkinson, 2007).Tindakan lain yang dapat dilakukan untukmengurangi kecemasan adalah dengan memberikandukungan sosial, relaksasi dan terapi musik (Moser &Dracup, 2007). Peneliti lain Panthee & Kritpracha(2011) menyatakan penting integrasi masalahmasalah emosional dalam pengelolaan pasien denganpenyakit jantung koroner dengan melakukanpengkajian ansietas sebagai bagian dari perawatanrutin pasien PJK.

Hubungan Depresi Dengan Kualitas HidupResponden yang mengalami depresi ratarata

berada pada nilai 3,04 dengan standar deviasi 2,035.Hal ini sesuai dengan pendapat Chung dkk (2009)menyatakan gejala depresi pada pasien penyakitjantung koroner lebih banyak dibandingkan denganpenyakit kronis lainnya. Peneliti lain menyatakangejala depresi sangat terkait dengan fungsi peran,fungsi sosial dan kesehatan mental (Verhey, Levy &Schmidt, 2004). Hasil analisis lebih lanjut hubungandepresi dengan kualitas hidup didapatkan nilaip­value = 0.005 yang menunjukan ada hubunganyang signifikan antara depresi pasien PJK dengankualitas hidup dengan kekuatan hubungan yang kuatdengan arah hubungan negatif. Hal ini sejalan denganpenelitian Chung dkk (2005) bahwa depresimempengaruhi kehidupan dan depresi yang lebihtinggi akan menunjukan kualitas hidup yang lebihburuk. Penelitian lain mengatakan depresimenghambatan aktivitas perawatan dan pasiendengan depresi lanjut sering tidak mengikuti terapidan aktivitas sehingga dapat mempengaruhi kualitashidup (Panthee & Kritpracha, 2011).

Pasien yang mengalami depresi memiliki resikotiga kali lebih besar untuk dirawat kembali danberesiko dua kali lebih besar mengalami kematiandibandingkan dengan pasien tanpa gejala depresi(Chung dkk, 2009). Berdasarkan hal ini maka perludilakukan intervensi keperawatan untuk mengatasigejala tersebut diantaranya libatkan pasangan dankeluarga dan ikut dalam grup terapi konseling untukyang mengalami PJK. Dilaporkan bahwa programkonseling pada pasien PJK dapat meningkatkankualitas hidup pada seluruh dimensi baik fisik, emosidan sosial. Selain itu peningkatan kualitas hidup padapasien PJK akan meningkatkan kualitas hidupkeluarga mereka dan meningkatkan aktivitas fisik,emosi dan sosial keluarga (Bagheri, Memarian &Alhani, 2005).

Page 5: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017253

Hasil analisis lebih lanjut menunjukan dari ketigavariabel yang mempengaruhi kualitas hidup yaituusia, penghasilan dan depresi ternyata depresilahfaktor yang paling mempengaruhi kualitas hidup.

Hubungan Koping Dengan Kualitas HidupHasil penelitian ini menunjukan ratarata pasien

PJK memiliki koping sebesar 18,63. Analisis lebihlanjut didapatkan p­value = 0,041 yang menunjukanada hubungan yang signifikan antara koping pasienPJK dengan kualitas hidup dengan nilai r sebesar0,205 menunjukan bahwa hubungan koping dengankualitas hidup memiliki hubungan yang lemahdengan korelasi positif artinya semakin tinggi kopingsemakin baik kualitas hidup. Meskipun rata­ratamekanisme koping responden baik, masih ditemukankoping yang kurang konstruktif dengan skor koping.Kondisi ini menimbulkan masalah keperawatankoping yang tidak efektif. Hal ini berbeda denganpenelitian terhadap 74 perempuan dan 97 laki­lakitidak ada perubahan yang signifikan dari waktu kewaktu dalam penilai koping pasien penyakit jantungkoroner dengan kualitas hidup (Kristofferzon,Lo¨fmark & Carlsso, 2005). Peneliti lain menyatakanbahwa koping berkorelasi positif terhadap kualitashidup terlihat dari waktu ke waktu pasien mengalamiperbaikan hidup dengan koping yang konstruktif(Brink & Karlson, 2005).

Aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkankoping yaitu berikan informasi terkait diagnosis,pengobatan, dan perawatan; identifikasi pandanganpasien terhadap kondisinya; evaluasi kemampuanpasien dalam mengambil keputusan; eksplorasimetode yang digunakan pasien dalam mengatasimasalahnya; bantu pasien mengidentifikasi sistempendukung yang tersedia; dukung pasien untukmenggunakan mekanisme koping yang tepat;anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan,persepsi, dan ketakutan (Wilkinson, 2007).

Hubungan Dukungan Sosial Dengan KualitasHidup

Rerata dukungan sosial responden sebesar 17,67,yang menunjukan bahwa dukungan sosial respondenbaik. Hal ini didukung dengan penelitian yangdilakukan oleh Moser & Dracup (2007) yangmengatakan para pasien yang tinggal sendirimenunjukan tingkat kecemasan yang lebih tinggidaripada orang yang tinggal dengan keluarga meraka.Hasil analisis bivariat menunjukan tidak adahubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup

(p­value = 0,169) dengan kekuatan hubungan yanglemah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitianyang dilakukan oleh Bowman dkk (2005) yangmelaporkan dukungan sosial memiliki hubunganyang lemah dengan kualitas hidup. Hasil penelitianini berbeda dengan penelitian yang dilakukan olehMoser & Dracup (2007) yang menyatakan kurangnyadukungan sosial lebih mempercepat terjadi resikokegagalan jantung.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa dukungansosial berhubungan dengan kualitas hidup. Penelitianini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehKristofferzon dkk (2005) yang menyatakan dalamperencanaan perawatan harus mencakup anggotakeluarga dan dukungan sosial yang lain yangsignifikan sehingga mereka dapat mendukung danmendorong pasien untuk mengatasi masalah dalamkehidupan seharihari. Peneliti lain mengatakan bahwaagama, keluarga dan teman­teman merupakankekuatan dan obat bagi pasien PJK, maka dukungansosial merupakan intervensi yang penting untukperencanaan pemulihan (Stieglman, 2006). Ber­dasarkan pengamatan peneliti meskipun dukungansosial tidak mempunyai hubungan yang bermaknanamun karena dukungan merupakan support systemyang membantu pasien untuk mengurangi ansietasdan depresi maka dukungan sosial menjadi suatu halyang harus diperhitungkan.

Implikasi Hasil penelitianGambaran hasil penelitian ini menunjukan bahwa

kesepuluh variabel yang diteliti merupakan variabelyang berpengaruh terhadap kualitas hidup. Meskipundari kesepuluh variabel berpengaruh tapi padaanalisis multivariat dicari faktor yang palingmempengaruhi kualitas hidup. Hasil penelitian inimenunjukan bahwa usia, penghasilan dan depresimerupakan variabel yang berpengaruh terhadapkualitas hidup pasien penyakit jantung koroner.Perawat tidak hanya berfokus kepada aspek fisik sajatapi tetap juga memperhatikan aspek psikologis dansosial. Untuk itu dibutuhkan peran perawat untukmelakukan pengkajian dan mendeteksi lebih dinimasalah psikologis yang dialami. Untukmeningkatkan kualitas hidup pasien masalahpsikologis seperti gejala depresi harus secara rutindinilai pada pasien maupun pasangan. Selain ituperawat sebaiknya sering memberikan motivasi,konseling, dan support untuk meningkatkan danmempertahankan kualitas hidup yang baik.

Page 6: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017254

PENUTUP

KesimpulanPenelitian yang dilakukan memberikan gambaran

bahwa pasien PJK di Poliklinik Jantung Rumah SakitPelni Jakarta rata­rata berusia 58.74 tahun denganjenis kelamin terbanyak laki­laki dan sebagian besarmemiliki pasangan, sebagian besar berpendidikantinggi (SMA dan PT) dan bekerja di BUMN/Swastadengan penghasilan rata­rata cukup. Ada hubunganansietas dengan kualitas hidup pasien penyakitjantung koroner di Poliklinik Jantung Rumah SakitPelni Jakarta dengan arah korelasi negatif yangberarti semakin mengalami ansietas maka kualitashidup semakin berkurang. Ada hubungan depresidengan kualitas hidup pasien penyakit jantungkoroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit PelniJakarta dengan arah korelasi negatif yang berartisemakin mengalami depresi maka kualitas hidupsemakin berkurang.

Peneliti juga melihat ada hubungan kopingdengan kualitas hidup pasien penyakit jantungkoroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit PelniJakarta dengan arah korelasi positif yang berartisemakin baim koping maka kualitas hidup semakinbaik. Selanjutnya ada hubungan dukungan sosialdengan kualitas hidup pasien penyakit jantungkoroner di Poliklinik Jantung Rumah Sakit PelniJakarta dengan arah korelasi positif yang berartisemakin tinggi dukungan sosial maka kualitas hidupsemakin baik. Faktor yang paling mempengaruhikualitas hidup adalah usia, penghasilan dan depresi.

Saran­SaranPeneliti merekomendasikan beberapa saran ber­

dasarkan hasil penelitian ini. Pertama, perawatsebaiknya mengembangkan diri dalam melakukanpengkajian untuk mendeteksi gejala depresi. Kedua,untuk mempertahankan kualitas hidup pasien PJKmaka perlu dideteksi sedini mungkin faktor­faktoryang mempengaruhi kualitas hidup pasien. KetigaPerawat profesional sebaiknya memberikan asuhankeperawatan, pendidikan kesehatan dan konselingsesuai dengan kondisi pasien untuk mencapai tujuandan meningkatkan outcome keperawatan. Keempat,untuk penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan pene­litian faktor lain seperti faktor nyeri, aktivitas, agama,budaya dan konseling dengan metode kuantitatif yangtepat untuk mempertahankan kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKAArikunto, S. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002Baas, L. S. Selfcare Resources and Activity as Predictors of

Quality of Life in Persons After Myocardial Infarction.Dimensions of Critical Nursing, vol 23/No.3. 2004

Black. J. M., & Hawks. J. H., Medical­Surgical Nursing: ClinicalManagement For Positive Outcomes, (7th edition), StLouis, Elsevier Saunders. 2009

Brink, E., Persson, LO., & Karlson, W. B. Coping withmyocardial infarction: evaluation of a coping questionnaire.Scand J Caring Sci; 2009; 23; 792–800. 2005

Chan, D. S. K., Chau, J. P. C., & Chang. A. M. Quality of life ofHong Kong Chinese Diagnosed with Acute CoronarySyndromes. Blackwell Publishing Ltd, Journal of ClinicalNursing, 14, 1262–1263. 2005

Chung,M. L., Mose, D. K., Lennie, T. M., & Rayens, M. K. Theeffects of depressive symptoms and anxiety on quality of lifein patients with heart failure and their spouses: Testingdyadic dynamics using ActorPartner InterdependenceModel. 2009 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2732117/ Diperoleh Selasa 8­2­2011 jam 22.50

Diamatteo, M. R., & Martin, L. R. Health Psychology.Boston:Allyn & Bacon. 2002

Dinkes Nunukan. Hipertensi Faktor Resiko Utama PenyakitJantung Kardiovaskuler. Januari 2009, 2011.www.dinkeskaltim.com.

Gray, H. N., Dawkins, K. D., Morgan, J. M. & Simpson, I. A.Lecture Notes : Kariologi edisi 4. Jakarta : PenerbitErlangga. 2003

Hastono, S. P. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : FakultasKesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2003

Hanun, S. Penyakit Jantung koroner : Miokard Infark Akut.Jakarta : FKUI. 2002

Hill, S. A. Stress and Coping Among Elderly African Americans.Disertation Doctor of Nursing Science. 2004.www.proquest.com/pqdauto. diakses tanggal 9­2­2009.

Ignatavicius, D. & Workman, M. L. Medical Surgical NursingCritical thinking for Collaborative Care, 5th edition. St LoiusMissouri. 2006

Ismail R. I. Analisis Item, Rehabilitas dan Validitas KuesionerDukungan Sosial (KDS). (Disertasi). 2003

Kristofferzon, M. L., Lo¨ fmark, R. & Carlsson, M. Coping,Social Supportand Quality of Life Over Time afterMyocardial Infarction. Blackwell Publishing Ltd, Journal ofAdvanced Nursing, 52(2), 113–124. 2005

Lewis, S. L., Heitkemper, M. M., Dirksen, S. R., O’Brien, P. G.,Bucher, L. Medical Surgical Nursing. Philadelpia : MosbyElsevier Inc. 2007

Luknis Sabri & Sutanto, P. H. Statistik Kesehatan. Jakarta: PTRajaGrafindo Persada. 2009

McDowell, I. Measuring Health: A Guide to Rating Scales andQuestionnaires, Third Edition. Oxford : Oxford UniversityPress Inc. 2006

Moser, D. K. & Dracup, K. Impact of Anxiety and PerceivedControl on InHospital Complications After AcuteMyocardial Infarction. By the American PsychosomaticSociety : 00333174/07/69060010. 2009

Panthee, B. & Kritpracha, C. Review : Anxiety and Quality of lifePatients with Myocardial Infarction. Nurse Media Journalof Nursing,1(1), 2011

Potter, P. A. & Perry, A. G. Buku Ajar FundamentalKeperawatan, Konsep, Proses dan Praktik. Volume 1, Edisi4. Alih Bahasa : Komalasari, R., Evriyani, D., Noviestari, E.dkk. Jakarta : EGC. 2001

Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional HarapanKita. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :

Page 7: ANALISIS FAKTORFAKTORYANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Rochmayanti,249 ­ 255

Analisis Faktor­Faktor yang MempengaruhiKualitas Hidup Pasien Penyakit Jantung

Koroner di Rumah Sakit Pelni Jakarta 2011

Jurnal Ilmiah WIDYA Volume 4 Nomor 1 Januari­Juli 2017255

Bidang Diklat Course on Cardiology. 2001Saryono. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta

: Nuha medika Bantul. 2010Sastroasmoro S. dan Ismael S. Dasar­dasar Metodologi

Penelititan Klinis. Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto. 2010Smeltzer, Suzanne C,. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical

Surgical Nursing. Philadelpia : Lippincott. 2006

Sullivan, M. D., LaCroix A., Z.,Russo J. & Katon W. J. Self­­Efficacy and Self Reported Functional Status in CoronaryHeart Disease : A. SixMonth Prospective Study.Psychosomatic Medicine 60:473 478. 1998

Ulfah,A.R. Gejala Awal dan Deteksi Dini Penyakit JantungKoroner. 2000 http://www.pdpersi.co.id?show=detailnews&kode=10&tbl=artikel. diperoleh Januari 29, 2010.