analisis faktor yang mempengaruhi pelaksanaan komunikasi teraupetik perawat pelaksana di ruang rawat...

49
USULAN PROPOSAL TESIS ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP BEDAH RSUD. M.YUNUS BENGKULU PROPOSAL TESIS DILFERA HERMIATI

Upload: dilfera-hermiati

Post on 04-Jan-2016

79 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

analisis

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

USULAN PROPOSAL TESIS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN

KOMUNIKASI TERAUPETIK PERAWAT PELAKSANA DI RUANG

RAWAT INAP BEDAH RSUD. M.YUNUS BENGKULU

PROPOSAL TESIS

DILFERA HERMIATI

Page 2: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal

dibutuhkan pelayanan yang berkualitas yang harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana

pelayanan kesehatan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta.

Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu diharapkan masyarakat akan memperoleh

derajat kesehatan yang sesuai dengan harapan. Bagaimanapun kualitas pelayanan yang

diberikan, hal ini erat kaitannya dengan perilaku si penerima pelayanan kesehatan tersebut,

artinya diharapkan agar setiap pasien turut berpartisipasi dalam mengatasi masalah

kesehatan mereka sendiri.

Perilaku adalah faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi

kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum, 1974). Oleh sebab itu, untuk

membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan

kepada faktor perilaku sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang

ditimbulkannya.

Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku manusia

sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus menerus. Komunikasi

bertujuan untuk memudahkan, melancarkan, melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam

rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam lingkup pekerjaan maupun

hubungan antara manusia (Mundakir, 2006).

Sebagai tenaga kesehatan yang paling lama dan sering berinteraksi dengan pasien

(klien), perawat diharapkan dapat menjadi “obat” secara psikologis. Kehadiran dan interaksi

yang dilakukan perawat hendaknya membawa kenyamanan dan kerinduan bagi klien.

Komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan serta kegiatannya difokuskan

untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada

tujuan untuk penyembuhan pasien yang dilakukan oleh perawat atau tenaga kesehatan

lainnya oleh Heri Purwanto (1994) disebut sebagai komunikasi terapeutik. Komunikasi

Page 3: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

senantiasa berperan penting dalam proses kehidupan. Komunikasi merupakan inti dari

kehidupan sosial manusia dan merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia.

Banyak permasalahan yang menyangkut manusia dapat diidentifikasi dan dipecahkan

melalui komunikasi, tetapi banyak pula hal-hal kecil dalam kehidupan manusia menjadi

permasalahan besar karena komunikasi.

Komunikasi pada kakekatnya adalah suatu proses sosial. Sebagai proses sosial, dalam

komunikasi selain terjadi hubungan antar manusia juga terjadi interaksi saling memengaruhi

(Anwar, 1998). Dengan kata lain komunikasi adalah inti dari semua hubungan sosial.

Apabila dua orang atau lebih telah mengadakan hubungan sosial, maka sistem komunikasi

yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau

merenggangkan hubungan, menurunkan atau menambah ketegangan serta menambah

kepercayaan atau menguranginya.

Penggunaan komunikasi terapeutik yang efektif dengan memperhatikan pengetahuan,

sikap, dan cara yang digunakan oleh perawat sangat besar pengaruhnya terhadap usaha

mengatasi berbagai masalah psikologis klien. Dengan komunikasi terapeutik, klien akan

mengetahui apa yang sedang dilakukan dan apa yang akan dilakukan selama di rumah sakit,

sehingga perasaan dan pikiran yang menimbulkan masalah psikologis klien dapat teratasi,

seperti kecemasan, ketakutan.

Rumah Sakit (RS) sebagai ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan

masyarakat, tetapi tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar

pelayanan dan kualitas yang sama. Semakin ketatnya persaingan diantara rumah sakit, serta

pelanggan yang semakin selektif dan berpengetahuan menilai yang baik, mengharuskan

perawat Rumah Sakit DR. M.Yunus Bengkulu selaku salah satu pemberi jasa pelayanan

kesehatan, agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya.

Pada saat ini banyak ditemukan kasus dimana pasien merasa tidak nyaman dengan

komunikasi yang dilakukan oleh perawat baik pada fase orientasi, kerja dan fase terminasi.

Hal ini juga berlaku pada tindakan-tindakan keperawatan lainya yang menggunakan alat-alat

medis seperti ECG, nebulizer. Realitanya perawat terkesan kurang berkomunikasi. Tidak

heran pada saat melakukan tindakan-tindakan tersebut pasien tampak ketakutan, gelisah,

menarik nafas panjang, wajah tampak cemas dengan ditandai munculnya pertanyaan pada

Page 4: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

perawat yang sedang melakukan tindakan keperawatan. Sehingga seringkali ditemukan

pasien menolak untuk dilakukan suatu tindakan keperawatan dengan alasan takut.

Pelaksanaan komunikasi terapeutik sampai saat ini masih belum baik dan hanya bersifat

rutinitas. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya komunikasi terapeutik pada pasien

diantaranya pengetahuan, sikap perawat tingkat pendidikan, pengalaman, lingkungan,

jumlah tenaga yang dirasa masih kurang. Untuk mempunyai sikap yang positif dalam

komunikasi terapeutik maka diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila

pengetahuan kurang maka sikap dalam komunikasi terapeutik akan menjadi kurang. Bila hal

ini dibiarkan akan menjadi dampak pada psikologis klien seperti kecemasan, ketakutan,

perubahan sikap maladaptif.

Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi Proses komunikasi teraupetik

diantaranya Pendidikan, Lama bekerja, Pengetahuan, Sikap, Kondisi psikologis, dan

Situasi/suasana . Selain faktor di atas ada faktor lain, yaitu : 1. Faktor internal yang meliputi

usia klien, kondisi klien, stress hospitalisasi. 2. Faktor eksternal diantaranya sistem sosial,

sikap tubuh dan Lingkungan mempengaruhi keberhasilan komunikasi terapeutik. (Potter &

Perry, 1993).

Dalam Pelayanan Kesehatan Komunikasi terapeutik merupakan suatu proses untuk

membina hubungan terapeutik antara perawat-klien dan kualitas asuhan keperawatan yang

diberikan perawat kepada klien sangat dipengaruhi oleh umur, pendidikan, lama bekerja,

pelatihan, supervisi, beban kerja, status kepegawaian dan faktor penghargaan.

Banyaknya factor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik yang dilakukan perawat

akan sangat mempengaruhi kinerja dari perawat itu sendiri dan akan berujung pada mutu

pelayanan kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah factor apa saja yang berpengaruh

terhadap komunikasi terapeutik perawat kepada pasien Rumah Sakit Dr. M. Yunus

Bengkulu.

Page 5: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap komunikasi terapeutik perawat ruang Bedah kepada pasien Rumah Sakit Dr. M.

Yunus Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Pengaruh factor Pelatihan terhadap komunikasi terapeutik

perawat kepada pasien Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu.

b. Untuk Mengetahui Pengaruh factor beban kerja terhadap komunikasi terapeutik

perawat kepada pasien Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu.

c. Untuk Mengetahui Pengaruh supervisi terhadap komunikasi terapeutik perawat

kepada pasien Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu

d. Untuk Mengetahui Pengaruh factor status kepegawaian terhadap komunikasi

terapeutik perawat kepada pasien Rumah Sakit Dr. M. Yunus Bengkulu.

Page 6: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep komunikasi terapeutik

1. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang di rencanakan secara sadar, bertujuan

dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto,1994). Sedangkan

menurut Setuar dan Sundeen (1995) komunikasi terapeutik merupakan cara untuk

membina hubungan yang terapeutik dimana terjadi penyampaian informasi dan

pertukaran perasaan dan pikiran dengan maksud untuk mempengaruhi orang lain.

Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan sebagai proses interaksi antara klien dan

perawat yang membantu klien mengatasi stress sementara untuk hidup harmonis dengan

orang lain, menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat di ubah dan mengatasi

hambatan psikologis yang menghalangi realisasi diri (Kozier et.al,2000). Komunikasi

terapeutik berbeda dengan komunikasi social yaitu pada komunkasi terapeutik selalu

terdapat tujuan atau arah yang spesifik untuk komunikasi. Dari beberapa pengertian di

atas dapat di simpulkan bahwa komunikasi trapeutik merupakan komunikasi yang di

rencanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya di pusatkan untuk kesembuhan

pasien dan membina hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien.

2. Fungsi komunikasi terapeutik

Menurut vancarolis (1990) dalam purwanto (1994) fungsi komunikasi terapeutik

adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat-klien melalui

hubungan perawat-klie. Perawat berusaha mengungkapkan perasaan, mengidentifikasi

dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang di lakukan dalam perawat.

Dwidiyanti (2008) mengungkapkan bahwa seorang perawat professional selalu

mengupayakan untuk berprrilaku terapeutik, yang berarti bahwa tiap intraksi yang

dilakukan menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan

Page 7: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

berkembang. Tujuan hubungan terapeutik diarahkan pada pertumbuhan klien yang

menurut stuart dan sundeen (1995) dan limberg, hunter dan kruszweski (1983) meliputi:

a. Meningkatkan tingkat kemandirian klien melalui proses realisasi diri, penerimaan

diri dan rasa hormat terhadap diri sendiri.

b. Identitas diri yang jelas dan ras integritas yang tinggi.

c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal intim dan saling tergantung dan

mencintai.

d. Meningkatkan kesejakterahan klien dengan peningkatan fungsi dan kemampuan

memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan personal yang realistik.

3. Karateristik komunikasi terapeutik

Menurut arwani (2002) ada tiga hal mendasar yang memneri cirri-ciri komunikasi

terapeutik antara lain;

a. Keikhlasan (genuiness)

Perawat harus menyadari tentang nila, sikap dan persaan yang di miliki terhadap

keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai

keasadaran mengenai sikap yang yang dipunyai terhadap klien sehingga mampu

belajar untuk mengkomunikasikan secara cepat.

b. Empati (empathy)

Empati merupakan perasaan”pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap

persaan yang di alami klien dan kemampuan merasakan dunia pribadi klien. Empati

merupakan sesuatu yang jujur, sensitive dan tidak di buat-buat (objektif) didasarkan

atas apa yang di alami orang lain. Empati cenderung bergantung pada kesamaan

pengalaman di antara orang yang terlibat komunikasi.

c. Kehangatan (warmth)

Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekpresikan ide-ide

dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut di maki atau

dikonfrontasi. Suasan yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman

menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap klien. Sehingga klien akan

mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam.

Page 8: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

4. Prinsip komunikasi terapeutik (Kliat 1996)

Tujuan komunikasi terapeutik akan tercapai apabila perawat dalam “helping relationship”

memiliki prinsip-prinsip/karakteristik dalam menerapkan komunikasi terapeutik yang

meliput:

a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya

sendiri serta nilai yang di anut.

b. Komunikasi harus di tandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling

menghargai.

c. Perawat harus memahami , menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi

untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin

matang dan dapt memecahkan masalah-masalah yang di hadapi.

f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui

dan mengatasi perasaan gembira,sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.

g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan

konsistensinya.

h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati

bukan tindakan yang terapeutik.

i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasr dari hubungan terapeutik.

j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang

lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan

sehat fisik, mental, spiritual dan gaya hidup.

k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap menggangu.

l. Perawat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa

rasa takut.

m. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.

n. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan

prisip kesejakterahan manusia.

o. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas

tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

Page 9: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

Dengan prinsip-prinsip tersebut di atas, di harapkan perawat akan mampu menggunakan

dirinya sendiri secara terapeutik (therapeutic use of self). Selanjutnya upaya perawat

untuk meningkatkan kemampuan yang berhubungan dengan pengetahuan tentang

dinamika komunikasi, penghaayatan terhadap kelebihan dan kekurangan diri dan

kepekaan terhadap kebutuhan orang lain sngat di perlukan dalam therapeutic use of self.

Menggunakan diri secara terapeutik memerlukan integrasi dari ketiga kemampuan

tersebut (Dwidiyanti, 2008).

5. Teknik komunikasi terapeutik

Menurut Stuart dan Sundeen tahun (1995), teknik komunikasi terdiri dari:

a. Mendengarkan (listening)

Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui perasaan

klien. Teknik mendengarkan dengan cara member kesempatan klien untuk bicara

banyak dan perawat sebagai pendengar aktif. Menurut Ellis (1998), menjelaskan

bahwa mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian akan menunjukkan pada

orang lain bahwa apa yang di katakannya adalah penting dan dia adalah orang yang

penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan”anda bernilai untuk saya”dan”saya

tertarik padamu”.

b. Pertanyaan terbuka (brood opening)

Memberikan inisiatif kepad klien, mendorong klien untuk menyeleksi topic yang akan

di bicarakan. Kegiatan ini bernilai terapeutik apabila klien menunjukkan penerimaan

dan nilai dari inisiatif klien dan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi

intraksi dan menolak renpon klien (Stuart dan Sundeen, 1995)

c. Mengulang (restating)

Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang di

ungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan member

indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan. Teknik ini bernilai terapeutik di tandai

dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung klien dan

memberikan respon apa yang baru saja dikatakan oleh klien.

Page 10: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

d. Penerimaan (acceptance)

Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang

menunjukkan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan.

Menunjukkan penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan

atau ketidaksejuaan. Di kerenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi

nonverbal. Bagi perawat perlu menghindari memutar mata keatas, menggelengkan

kepala, mengerutkan atau memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi

dengan klien.

e. Klarifikasi

Klarifikasi merupakan teknik yang di gunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak

mendengar atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba

memahami situasi yang digambarkan klien.

f. Refleksi

Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasikan apa yang di dengar,

refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien terhadap isi

pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaan. Teknik ini akan

membantu perawat untuk memelihara pendekatan yang tidak menilai (Boyn dan

Nihart, 1998), di kutip oleh Nurjanah (2001)

g. Asertif

Menurut Smith (1992) dalam Nurjanah (2001) asertif adalah kemampuan dengan cara

meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap

menghargai hak orang lain. Tahap-tahap menjadi lebih asertif menurut Lindberg

(1998) dalam Nurjanah (2001) antara lain menggunakan kata “tidak” sesuai dengan

kebutuhan, mengkomunikasikan maksud dengan jelas, mengembangkan kemampuan

mendengar, pengungkapan komunikasi disertai dengan bahasa tubuh yang tepat,

meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri dan menerima kritik dengan ramah.

h. Memfokuskan

Cara ini dengan memilih topic yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga

pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan berfokus pada

realitas.

Page 11: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

i. Membagi persepsi

Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang hal-hal

yang dirasakan dan dipikirkan.

j. Identifikasi ”tema”

Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang muncul dan

berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi maslah yang penting.

k. Diam

Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,

menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Diam tidak dilakukan

dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam

juga dapat di artikan sebagai mengerti atau marah. Diam disini juga menunjukkan

kesediaan seseorang untuk menanti orang lain untuk berfikir, meskipun begitu diam

yang tidak tepat dapat menyebabkan orang lain merasa cemas (Myers, 1999), di kutip

oleh Nurjanah (2001)

l. Infoming

Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih

lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi

komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk

mengambil keputusan (Stuart dan Sundeen, 1995). Kurangnya pemberian informasi

yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal

yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan ifnformasi.

m. Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa

sakit yang di sebabkan oleh stress, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam

memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988)

melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang

menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi

asietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi

rasa takut dan tidak enak tau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi

dengan klien. Sedangkan menurut Nurjanah (2001) humor sebagai hal yang penting

Page 12: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

dalam komunikasi verbal dikarenakan tertawa mengurangi stress ketegangan dan rasa

sakit akibat stress, serta meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan.

n. Saran

Teknik yang bertujuan memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Teknik ini

tidak tepat di pakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.

6. Tahapan dalam komunikasi terapeutik

Dalam komunikasi terapeutik ada empat tahap, dimana pada setiap tahap mempunyai

tugas yang harus diselesaikan oleh perawat (Stuart dan Sundeen, 1995)

a. Fase pra interaksi

Prainter aksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan klien, perawat mengumpulkan

data tentang klien, mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri, dan membuat

rencana pertemuan dengan klien.

b. Fase Orientasi

Fase orientasi fase ini dimulai ketika perawat bertemu dengan klien untuk pertama

kalinya. Hal utama yang perl dikaji adalah aalsan klien minta petolongan yang akan

mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien. Dalam memulai hubungan tugas

pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian komunikasi yang

tebuka dalam perumusan kontrak dengan klien. Pada tahap ini perawat melakukan

kegiantan sebagai berikut: memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi

(kognitif, psikomotor, efektif), memperkenalkan nama perawat, menanyakan nama

kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang akan di lakukan, menjelaskan waktu yang

akan di butuhkan untuk melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan. Tujuan akhir

pada fase ini ialah terbina hubungan saling percaya.

c. Fase kerja

Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang dilakukan adalah

memberi kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan keluhan utama, memulai

kegiatan dengan cara yang baik, melakukan kegiatan sesuai rencana. Perawat

memenuhi kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien. Interaksi yang

memuaskan akan menciptakan situasi/suasana yang meningkatkan integritas klien

Page 13: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

dengan meminimalisasi ketakutan, ketidakpercayaan, kecemasan dan tekanan pada

klien.

d. Fase terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan yang di lakukan perawat

adalah menyimpulkan hasil wawancara, tindak lanjut dengan klien melakukan kontrak

waktu, tempat dan topic mengakhiri wawancara dengan cara yang baik (Stuart dan

Sundeen, 1995).

7. Cara perawat menghadirkan diri secara fisik sehingga dapat memfasilitasi komunikasi

yang terapeutik (Egan dalam Keliat,1992)

Seorang perawat perlu memperhatikan sikap tertentu untuk melakukan komunikasi

terapeutik antara lain:

a. Berhadapan

Berhadapan langsung dengan orang yang diajak, komunikasi mempunyai arti bahwa

komunikator siap untuk komunikasi.

b. Mempertahankan kontak

Kontak mata merupakan kegiatan menghargai klien dan mengatakan keinginan untuk

tetap berkomunikasi.

c. Membungkuk kearah klien

Sikap ini merupakan posisi yang menunjukkan keinginan untuk mendengar sesuatu.

d. Mempertahankan sikap terbuka

Sikap ini di tunjukkan dengan posisi kaki tidak melipat tangan, menunjukkan

keterbukaan untuk berkomunikasi.

e. Tetap rileks

Merupakan sikap yang menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dengan

relaksasi dalam memberi respon para klien. Menurut Tamsuri (2005) sikap rileks

menciptakan iklim yang kondusif bagi klien untuk tetap melakukan komunikasi dan

memungkinkan pengambangan komunikasi.

Page 14: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

8. Factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik (Potter dan Perry dalam

Nurjanah, 2001, Tamsuri,2005)

Dalam melakukan sebuah komunikasi salah satunya komunikasi yang tera peutik

beberapa hal antara lain :

a. Perkembangan

Perkembangan manusia mempengaruhi bentuk komunikasi dalam dua aspek, yaitu

tingkat perkembangan tubuh mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan teknik

komunikasi tertentu dan untuk mempersepsikan pesan yang di sampaikan. Agar

dapat berkomunikasi efektif seorang perawat harus mengerti pengaruh

perkembangan usia baik dari sisi bahasa, maupun proses berfikir orang tersebut.

Adalah sangat berbeda cara berkomunikasi anak usia remaja dengan usia balita.

b. Persepsi

Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa,

persepsi di bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat

mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

c. Gender

Laki-laki dan perempuan menunjukkan gaya komunikasi yang berbeda dan memiliki

interpretasi yang berbeda terhadap suatu percakapan. Tannen (1990) menyatakan

bahwa kaum perempuan menggunakan teknik komunikasi untuk mencari konfirmasi,

meminimalkan perbedaan, dan meningkatkan keintiman, sementara kaum laki-laki

lebih menunjukkan indepedensi dan status dalam kelompoknya.

d. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi prilaku sehingga penting bagi perawat

untuk menyadari nilai seseorang. Perawat perlu berusaha megklarifikasi nilai

sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien.dalam

hubungan profesionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai

pribadinya.

e. Latar belakang social budaya

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya

juga akan membatasi cara bertindak dan komunikasi.

Page 15: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

f. Emosi

Emosi merupakan perasaan subyektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah,

sedih, senang akan mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat perlu mengkaji emosi klien agar dan keluarganya sehingga mampu

memberikan asuhan keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat perlu

mengevaluasi emosi yang ada pada dirinya agar dalam melakukan asuhan

keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi bawah sadarnya.

g. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Seseorang

dengan tingkat pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang

mengandung bahasa verbal dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Hal

tersebut berlaku juga dalam penerapan komunikasi terapeutik di rumah sakit.

Hubungan terapeutik akan terjalin dengan baik jika di dukung oleh pengetahuan

perawat tentang komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses yang akan di

lakukan. Perawat juga perlu mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga perawat

dapat berinteraksi dengan baik dan akhirnya dapt memberikan asuhan keperawatan

yang tepat pada klien secara profesional.

h. Peran dan hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang

berkomunikasi. Berbeda dengan komunikasi yang terjadi dalam pergaulan bebas,

komunikasi antar perawat klien terjadi secara formal karena tuntutan

profesionalisme.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi efektif. Suasana yang bising,

tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan dan

ketidaknyamanan. Untuk itu perawat perlu menyiapkan lingkungan yang tepat dan

nyamansebelum memulai interaksi dengan pasien. Menurut Ann Mariner (1986)

lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhinya

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Page 16: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

j. Jarak

Jarak dapt mempengaruhi komunikasi. Jarak tertentu menyediakan rasa aman dan

control. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak yang tetap pada saat

melakukan hubungan dengan klien.

k. Masa bekerja

Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja di tempat kerja.

Makin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman yang di milikinya

sehingga akan semakin baik komunikasinya (Kariyoso, 1994)

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa hubungan perawat dan klien yang

terapeutik adalah pengalaman belajar dan perbaikan emosi klien. Bagi klien, dalam hal

ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dan memakai teknik komunikasi agar

prilaku klien dapat berubah kearah yang positif seoptimal mungkin. Perawat harus

menganalisa dirinya tentang kesadaran dirinya, klarifikasi nilai, perasaan, kemampuan

sebagai role model agar dapt berperan secara efektif. Seluruh perilaku dan pesan yang di

sampaikan baik secara verbal maupun nonverbal bertujuan secara terapeutik untuk klien.

Kemampuan menerapkan teknik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta

ketajaman, karena komunikasi terjadi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut

mempengaruhi kepuasan klien. Keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak

tercapai kepuasan klien dalam menerima asuhan keperawatan yang berkaitan dengan

komunikasi yang juga merupakan kepuasan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan secara professional.

9. Factor yang mempengaruhi kemampuan perawat melaksanakan komunikasi terapeutik

(Stuart dan Laraia,2001, Kariyoso, 1994).

a. Kualitas personal

Yang terdiri dari kesadaran, klasifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan

untuk menjadi role model, motivasi, altruistic dan kemandirian.

b. Komunikasi fasilitatif

Terdiri dari perilaku verbal, perilaku nonverbal, analisis masalah dan tekni

terapeutik.

Page 17: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

c. Dimensi responsive, terdiri dari

1) Kesejatian, bahwa perawat adalah seorang yang terbuka, yang serasi, autentik

dan transparan.

2) Hormat, bahwa klien diperlakukan sebagai orang yang berharga dan di terima

tanpa syarat.

3) Empati, yaitu memandang dunia klien dari sisi internal klien.

4) Konkrit, yaitu melibatkan penggunaan intilah khusus dari pada istilah yang

abstrak dalam membatasi perasaan, pengalaman dan perilaku klien (Hidayat,

2004)

d. Dimensi tindakan (Purba, komunikasi dalam keperawatan

http://inna-ppni.or.id/index.php), terdiri dari:

1) Konfrontasi adalah pengekspresian oleh perawat tentang perbedaan perilsku

klien untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff(dikutip oleh stuart dan

sundeen, 1998,h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu:

a) Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya)

dan ideal diri (cia-cita/keinginan klien).

b) Ketidak sesuain antara ekspresi nonverbal dan prilaku klien.

c) Ketidak sesuian antar pengalaman klien dan perawat.

Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh

karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antar lain:

tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat

kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien

yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakubelum berubah.

2) Kesegeraan, terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan dan di gunakan untuk

mempelajri fungsi klien dalam hugungan interpersonal. Perawat harus sensitive

terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.

3) Pengungkapan diri, tanpak ketika perawat memberikan informasi tentang diri,

ide, nilai, perasan dan sikapnya sendir untuk memfasilitasi kerja sam, proses

belajar, katarsis atau dukungan klien. Melalui penelitian yang di lakukan oleh

Johnson (di kutip oleh stuart dan sundeen, 1987.h 134) ditemukan bahwa

Page 18: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan

perawat klien.

4) Katarsis, klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat

mengganggungya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat

harus dapat mengkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika

klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat

membantu dengan mengekspresikan perasaanya jika berada pada situasi klien.

5) Bermain peran, membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan

penghayatan klien kedalam hubungan antara manusia.

e. kebuntuan terapeutik, terdiri dari : resistensi, trasferens, kontransferens dan

pelanggaran batasan.

1) Resistence

Adalah upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas atau

kegelisaan yang di alaminya. Hal ini terjadi akibat dari ketidakseimbangan

klien untuk berubah ketika kebutuhanuntuk berubah tidak di rasakan.

2) Transference

Adalah penugasan yang tidak di sadari terhadap orang lain yang berasal dari

perasaan dan perilaku yang pada dasarnya berhubungan dengan figur yang

penting di masa lalu.

3) Counter Transference

Merupakan kebuntuan terapeutik yang di buat oleh perawat yaitu reaksi

perawat terhadap klien yang berdasarkan pada kebutuhan,konflik masalah dan

pandangan mengenal dunia yang tidak disadari oleh perawat.

4) Boundary violations

Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang

terapeutik dan membina hubungan social, ekonomi atau personal dengan klien.

f. Hasil terapeutik, hasil untuk klien, masyarakat dan perawat.

10. Factor-faktor penghambat komunikasi terapeutik

Menurut Purwanto (1994) ada beberapa hal yang dapat menghambat komunikasi

terapeutik antara lain: kemampuan pemahaman yang berbeda, pengamatan atau

Page 19: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu, komunikasi yang berbeda dan

mengalihkan topic pembicaraan.

Sedangkan menurut dewit (2001), ada beberapa factor yang dapat menghambat

terciptanya komunikasi yang efektif di antara lain:

a. Mengubah subjek atau topic (changing the subject)

Mengubah objek pembicaraan akan menunjukkan empati yang kurang terhadap

klien. Hal ini akan menjadikan klien merasa tidak nyaman, tidak tertarik dan cemas,

sehingga menjadi kacau dan informasi yang ingin di dapatkan dari klien tidak

mencukupi.

b. Mengungkapkan keyakinan palsu (offering false reassurance)

Memberikan keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan akan sangat berbahaya

karena dapat mengakibatkan rasa tidak percaya klien terhadap perawat.

c. Memberi nasihat (giving advice)

Memberi nasihat menunjukkan bahwa perawat tahu yang terbaik dan bahwa klien

tidak dapat berfikir untuk diri sediri. Klien juga merasa bahwa dia harus melakukan

apa yang dipertahankan perawat. Hal ini akan mengakibatkan penolakan klien

merasa lebih berhak untuk menentukan masalah mereka sendiri.

d. Komentar yang bertahan (defensive comments)

Perawat yang menjadi defensive dapat mengakibatkan klien tidak mempunyai hak

untuk berpendapat, sehingga klien menjadi tidak peduli.sikap defensive ini muncul

karena perawat meras terancam yang disebabkan hubungan dengan klien. Agar tidak

defensive perawat perlu mendengarkan klien walaupun mendengarkan belum tentu

setuju.

e. Pertanyaan penyelidikan (prying or probing questions)

Pertanyaan penyelidikan akan membuat klien bersifat difensif. Karena klien merasa

digunakan dan dinilai hanya untuk informasi yang mereka dapat berikan. Banyak

klien yang marah karena pertanyaan yang bersifat pribadi.

f. Menggunakan kata klise (using clichés)

Kata-kata klise menunjukkan kurangnya penilaian pada hubungan perawat dak klien.

Klien akan merasa bahwa perawat tidak peduli dengan situasinya.

Page 20: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

g. Mendengarkan dengan tidak memperhatikan (in attentive listening)

Perawat menunjukkan sikap tidak tertarik ketika klien sedang mencoba

mengeksplorasikan perasaannya, maka klien akan merasa bahwa dirinya tidak

penting dan perawat sudah bosan dengannya.

11. Kriteria keberhasilan komunikasi terapeutik (Potter dan Perry, 1992)

Evaluasi komunikasi yang telah di lakukan sudh terepautik atau belum dapat di

tandai dengan meningkatnya komunikasi dan hubungan perawat klien. Evaluasi di

dasarkan pada tujuan yang di tentukan sebelumnya, keefektifan tindakan dan perubahan

klien akibat tindakan yang di lakukan. Keberhasilan komunikasi juga dapat di tandai

dengan kepuasan yang di tunjukkan klien terhadap pesan yang di terima. Kenyamanan

klien secara fisik, klien bersedia mengungkapkan perasaan dan pikirannya saat

berkomunikasi, klien merasa cocok untuk berkonsultasi dengan tim perawat dapat di

jadikan sebagai evaluasi keberhasilan komunikasi terapeutik.

Keberhasilan suatu tindakan di lihat dengan membandingkan hasil yang di

harapkan. Hal ini juga di gunakan untuk mengevaluasi efektivitas dari komunikasi

termasuk gaya dan teknik komunikasi.

Beberapa pertanyaan yang dapat di jawab untuk mengevaluasi perawat sendiri

antara lain:

a. Apakah pertanyaan diri atau bersedia mendengar saat klien mengekspresikan

perasaannya.

b. Apakah perawat berespon supportif ataukah kritis dalam menyampaikan idenya atau

Nampak hambar.

c. Apakah pertanyaan yang di gunakan berupa pertanyaan terbuka atau tertutup.

Jika hasil yang di harapkan belum tercapai dan pasien merasa tidak puas perawat

harus mengevaluasi rencana yang telah di buan dan di modifikasinya.

12. Penilaian keberhasilan komunikasi terapeutik

Menurut standar asuhan keperawatan / SAK dari depkes 1994 pelaksanaan

komunikasi terapeutik dapat di nilai dengan cara observasi. Item-item yang terdapat

dalam instrumen observasi pelaksanaan komunikasi terapeutik menurut SAK antara lain:

Page 21: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

a. Criteria persiapan : menciptakan situasi lingkungan yang nyaman.

b. Criteria pelaksanaan

1) perawat menampilkan sikap yang ramah dan sopan

2) memperkenalkan diri

3) menyampaikan secara lengkap dengan bahasa yang mudah di pahami pasien

4) menyapa klien dengan ramah

5) mengamati respon klien

6) mencatat hasil komunikasi

13. Komunikasi dalam proses keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu metode untuk mengorganisasikan dan

memberi tindakan keperawatan dari perawat kepada klien. Komponen proses

keperawatan (pengkajian, diagnose, perencanaan, evaluasi) sebagai sarana untuk

mencapai tujuan yang hendak di capai melalui pendekatan poses keperawatan. Satu hal

yang penting tidak bisa dipisahkan dari proses pencapaian tujuan tersebut adalah

komunikasi. Komunikasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang selalu dan dapat di

lakukan pada setiap tahap atau komponen proses keperawatan. Perawat tidak dapat

melakukan proses keperawatan dengan baik tanpa mengetahui kebutuhan klien. Disinilah

komunikasi dibutuhkan sebagai sarana untuk menggali kebutuhan klien.

Komunikasi melalui sentuhan kepada klien merupakan metode dalam

mendekatkan hubungan antara klien dan perawat.sentuhan yang di berikan oleh perawat

juga dapat sebagai therap bagi klien khususnya klien dengan depresi, kecemasan dan

kebingungan dalam mengambil keputusan (Manurung, 2004)

B. KONSEP PERAWAT

1. pengertian perawat

Menurut Harlley (1997) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yang berperan

dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit,

injuri dan proses penuaan. Perawat professional adalah perawat yang bertanggung jawab

dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kewenangannya (Depkes RI,2002)

Page 22: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

2. Peran dan Fungsi Perawat

Menurut Perry dan Potter (2005) perawat memiliki beberapa peran perawat antara lain:

a. pemberi asuhan keperawatan

Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan

kembali kesehatannya melalui penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada

kebutuhan kesehatan klien secara holistic, meliputi upaya pengembalian kesehatan

emosi, spiritual dan social.

b. Pembuat keputusan klinis

Dalam pemberian asuhan keperawatan perawat dituntut untuk dapat membuat

keputusan sehingga tercapai perawatan yang efektif. Perawat juga berkolaborasi

dengan klien atau keluarga dan ahli kesehatan lain.

c. Pelindung dan advokat klien

Perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan

mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien

dari kemungkinan efek yang tidak di inginkan dari suatu tindakan diagnostic atau

pengobatan. Perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hokum, serta

membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila di butuhkan.

d. Manajer kasus

Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab

asuhan keperawatan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya.

e. Rehabilitator

Perawat membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dari keadaan sakit sampai

penyembuhan baik fisik maupun emosi.

f. Pemberi kenyamanan

Perawat merawat klien sebagai manusia secara utuh baik secara fisik maupun mental.

Perawat memberi kenyamanan dengan membantu klien untuk mencapai tujuan yang

terepeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

g. Komunikator

Peran komunikator merupakan pusat dari seluruh peran perawat yang lain. Dalam

melakukan perannya, seorang perawat harus melakukan komunikasi dengan baik.

Page 23: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi

kebutuhan individu, keluarga dan komunitas.

h. Penyuluh atau pendidik

Perawat memberikan pengajaran kepada klien tentang kesehatan sesuai dengan

kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang lain.

i. Role model

Perawat haus dapat menjadi panutan dan dapat memberikan contoh bagi kliennya.

Baik dalam berprilaku, sikap maupun penampilan secara fisik.

j. Peneliti

Perawat merupakan bagian dari dunia kesehatan yang memiliki hak untuk melakukan

penelitian yang berhubungan dengan bidangnya.

k. Kolaboratror

Perawat dalam proses keperawatan dapat melakukan kolaborasi dengan tenaga

kesehatan professional lainnya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan klien.

Menurut Carolus yang di kutip dalam Zaidin (2001) perawat memiliki beberapa fungsi

yaitu:

a. Fungsi pokok

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehatdalam

melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan, penyembuhan atau mengadapi

kematian yang pada hakekatnya dapat mereka laksanakan tanpa bantuan apabila

mereka memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan. Bantuan yang di berikan

bertujuan menolong dirinya sendiri secepat mungkin.

b. Fungsi tambahan

Membantu individu, keluarga, dan masyarakat dalam melaksnakan rencana

pengobatan yang di tentukan oleh dokter.

c. Fungsi kolaboratif

Sebagai anggota tim kesehatan, perawat bekerja dalam merencanakan dan

melaksanakan program kesehatan yang mencakup pencegahan penyakit, peningkatan

kesehatan, penyenbuhan dan rehabilitasi.

Page 24: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

C. HUBUNGAN KARATERISTIK PERAWAT DENGAN PENERAPAN

KOMUNIKASI TERAPEUTIK.

Perawat adalah manusia biasa yang unik dengan karakteristik masing-masing. Dalam

melaksanakan perannya sebagai seorang perawat, perawat tidak bisa terlepasdari

karakteristik yang di miliki. Karakteristik individu sedikit banyak adalah dalm menerapkan

komunikasi terapeutik dalam pemberian tindakan keperawatan. Beberapa

karakteristikperawat tersebut meliputi:

1. Umur

Menunjukkan periode waktu yang telah di lewati seorang manusia selama

hidupnya yaitu sejak lahir sampai meninggal dunia. Usia sebagai unsure biologis dari

seseorang yang menunjukkan tingkat kematangan organ perceptual. Hampir semua

aspek kehidupan manusia terkaid dengan usia misal; personalitas (mental, moral,

kecerdasan an emosi) berkembang sesuai dengan usia seseorang.tingkatan usia pada

seseorang menunjukkan tingkat perkembangan dan tingkat kematangan serta banyaknya

pengalaman kehidupan yang di alami. Usia juga mempengaruhi kedewasaan seseorang

dalam berhubungan interpersonal.

Usia di kaitkan dengan kinerja/prestasi yang tinggi, di mana usia produktif (20-35

tahun) identik dengan idealism yang tinggi. Usia juga mempengaruhi fisik dak psikis

seseorang, dimana dengan bertambahnya usia seseorang cenderung mengalami

perubahan potensi kerja, selain itu factor jenis kelamin juga akan mempengaruhi kinerja

seseorang, (Gibson, 1996). Karakteristik seorang perawat berdasarkan usia sangat

berpengaruh terhadap kinerja dalam praktik keperawatan termasuk di dalamnya

penerapan komunikasi terapeutik, di mana semakin tua usi perawat maka dalam

menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman. Hal

ini berdampak pada penerapan komunikasi terapeutik pada klien semakin baik pula.

2. Jenis kelamin

Pengaruh jenis kelamin dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan

yang akan dikerjakan. Ada pekerjaan secara umum lebih baih dikerjakan oleh laki-laki

tetapi pemberian ketrampilan yang cukup memadai pada perempuan pun mendapatkan

hasil pekerjaan yang cukup memuaskan. Ada posisi lain dalam karakter perempuan

yaitu ketaatan dan kepatuhan dalam bekerja. Hal ini akan mempengaruhi kerja secara

Page 25: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

personal. Perbedaan jenis kelamin era 90-an, bain di Indonesia maupun di Negara maju

tidak sedikit yang berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan tidak sama. Laki-laki

lebih berhak di segala bidang di bandingkan dengan perempuan. Ada juga yang

berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan yang hakiki

dalam hak dan kewajiban.penelitian mengenai perbedaan laki-laki dan perempuan

menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan berubah dari waktu ke waktu. Dalam profesi

keperawatan ini memungkinkan untuk laki-laki dan perempuan sama-sam berkarya

(Sukasta, 2006).

3. Tingkat pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam

pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang

lenih baik dan lebih matang pada diri individu,kelompok atau masyarakat. Konsep ini

berangkat ari asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk

mencapai nilai-nilai hidup dalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain

yang mempunyai kelebihan. Dalam mencapai tujuan tersebut seorang individu,

kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar. Diharapkan semakin

tinggi pendidikan formal (profesi) maka akan semakin baik dalam bekerja

(Notoadmodjo, 2003). Pendidikan merupakan pengembangan diri dari individu dan

kepribadian yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk

meningkatkan penegtahuan sikap dan keterampilan serta nilai-nilai sehingga mampu

menyesuaikan diri dengan lingkungan. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi unsure

kognitif seperti proses belajar dan pemecahan masalah atau pemulihan prilaku, tetapi

juga mengubah nilai seperti persepsi, minat, perasaan dan sikap (Yusuf, 2001 Jallaludin,

2000).

Kemahiran bekerja tergantung pada tingkat pendidikan, pengetahuan dan

pengalaman seseorang. Untuk itu perawat di tuntut untuk meningkatkan pendidikan dan

keterampilan melalui pendidikan formal dengan melanjutkan sekolah lagi maupun non

formal melalui pelatihan-pelatihan atau seminar yang dapat meningkatkan pengetahuan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat intelektual. Bagi

perawat semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi motivasi pada dirinya terhadap

tindakan keperawatan yang akan dilakukan.

Page 26: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

Perawat sebagai bagian penting dari rumah sakit dituntut memberikan perilaku

yang baik dalam rangka membantu klien dalam mencapai kesembuhan. Pendidikan

seorang perawat yang tinggi akan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Bagi

seorang perawat yang menjalankan profesinya harus memiliki pengetahuan dan

pendidikan dalam bidang-bidang tertentu, untuk ini dibutuhkan pendidikan yang sesuai

agar dapat berjalan dengan baik dan professional. Menurut Lindberg, Hunter dan

Kruszweski dan Leddy dan Pepper dalam Hamid (1995) menyatakan bahwa

karakteristik keperawatan sebagai profesi antara lain memiliki pengetahuan yang

melandasi keterampilan dan pelayanan serta pendidikan yang memenuhi standar.

Pelayanan keperawatan yang professional haruslah dilandasi oleh ilmu pengetahuan.

Sesuai pendapat Sekjen Depkes RI dr. Hidayat Hardjoprawito yang menyatakan bahwa

mutu pelayanan perawat antara lain juga ditentukan oleh pendidikan keperawatan

(Hamid, 1995)

4. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2002) pengetahuan mencakup di dalam domain kognitif

yang enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk

mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh beban yang

dipelajari. Di mana perawat dalam melakukan tindakan pelayanan keperawatan

mengetahui tentang bagaimana menerapkan komunikasi terapeutik yang baik

sehingga dapat menciptakan suasana yang terapeutik bagi klien.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

Dimana perawat mampu menjelaskan alas an mengapa perlu adanya komunikasi

terapeutik yang dapat menunjang tindakan keperawatan.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Perawat dapat menerapkan

komunikasi terapeutik dengan benar secara professional.

Page 27: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

didalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sam yang lain. Sehingga

perawat dapat memenuhi kebutuhan klien melalui komunikasi terapeutik yang

benar.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Sehingga perawat dapat menerapkan

komunikasi terapeutik secara terus menerus dan secara berkesinambungan.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

materi objek. Penilaian-penilaian itu di dasarkan suatu criteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada. Sehingga hasil penilaian tersebut

dapat memberikan arti penting bagi perawat dan bisa menjelaskan kegunaan dari

komunikasi terapeutik sehingga dapat menunjang terlaksananya tindakan

keperawatan yang benar secara professional (Notoatmodjo, 2003)

5. Masa bekerja

Masa bekerja merupakan waktu dimana seseorang mulai bekerja ditempat kerja.

Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengalaman sehingga semakin baik

cara komunikasinya (Manullang, 1999). Demikian juga akan mempengaruhi dalam

melakukan pekerjaan, dalam hal ini sebagai perawatyang terapeutik. Masa kerja

seseorang dapat diketahui dari awal perawat bekerja sampai saat berhenti atau masa

sekarang saat masih bekerja di rumah sakit (Ismanu, 2001).

6. Status kepegawaian

Status kepegawaian merupakan jabatan yang dimiliki seseorang yang bekerja di

sebuah instansi atau perusahaan dalam struktur organisasi (Lomenta,1989).status

kepegawaian dapat mempengaruhi kinerja dari seorang perawat. Perawat dengan status

PNS akan cenderung lebih baik daripada perawat dengan status pegawai tidak tetap,

namun tidak menutup kemungkinan hal sebaliknya juga dapat terjadi tergantung dari

Page 28: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

Faktor yang mempengaruhi komunikasi teraupetik:

1. Pekembangan 2. Nilai3. Emosi4. Masa kerja5. Latar belakang social budaya6. Pengetahuan7. Persepsi8. Peran9. Lingkugan10. Jarak

Karakteristik individu:1. Umur2. Jenis kelamin3. Masa kerja4. Tingkat pendidikan5. Tingkat pengetahuan6. Status kepegawaian

Factor penghambat:1. Changing the subject2. Offering false

reassurance3. Giving advice4. Defensive comment5. Prying or probing

questions6. Using clicheis

Peran perawat:1. Pemberi asuhan keperawatan2. Advokat3. Rehabilitator4. Komunikator5. Educator6. Role model7. kolaborator

Factor yang mempengaruhi perawat dalam menerapkan komunikasi teraupetik:1. Kualitas personal2. Komunikasi fasilitatif3. Dimensi responsive4. Dimensi tindakan5. Kebuntuan teraupetik6. Hasil teraupetik

Komunikasi teraupetik:1. Fase praorientasi2. Fase orientasi3. Fase kerja4. Fase terminasi

Proses Keperawatan

individu masing-masing dan faktor-faktor lain yang mendukung hal tesebut. Di samping

itu terkadang tradisi dan system nilai juga dapat mendorong atau menghambat perawat

untuk melaksanakan komunikasi teraupetik.

D. KERANGKA TEORI

Pada penelitian ini kerangka teori yang berhubungan dengan komunikasi teraupetik antara

lain adalah dibawah ini:

Gambar 2.1 Skema Landasan Teori Modifikasi

Page 29: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

1. Karakteristis individu:a. Tingkat pendidikanb. Status kepegawaian

2. Supervise3. Pelatihan4. Beban kerja5. Penghargaan

Komunikasi teraupetik:1. Fase praorientasi2. Fase orientasi3. Fase kerja4. Fase terminasi

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Independent variable Dependent variable

Variable counfounding

Keterangan:

Area yang diteliti

Gambar 3.1 skema Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti mengajukan beberapa hipotesa sebagai berikut:

1. Ha: ada hubungan pelatihan dengan penerapan komunikasi teraupetik dalam tindakan

keperawatan

2. Ha: ada hubungan supervisi dengan penerapan komunikasi teraupetik dalam tindakan

keperawatan

3. Ha: ada hubungan beban kerja dengan penerapan komunikasi teraupetik dalam tindakan

keperawatan

- Umur

- Pengetahuan

- Lingkungan

- Lama bekerja

Page 30: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

4. Ha: ada hubungan status kepegawaian dengan penerapan komunikasi teraupetik dalam

tindakan keperawatan

C. DEFINISI OPERASIONAL

Page 31: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional, dimana

akan dipelajari hubungan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen)

dengan pengukuran satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 1995). Pada penelitian

ini variable Tingkat pendidikan, Status kepegawaian, Supervise, Pelatihan, Beban kerja,

Penghargaan sebagai variabel independen diukur secara bersama-sama dalam satu waktu

dengan variabel Komunikasi teraupetik perawat sebagai variabel dependen. Sedangkan

umur, lama bekerja dan pengetahuan dan lingkugan merupakan variable perancu atau

confounding.

B. Populasi dan Sampel.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat Pelaksana di ruang Bedah RSUD

Dr. M. Yunus Bengkulu. Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari

keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2005). Metode pengambilan sampel pada penelitian menggunakan metode total

sampling, yaitu selluruh populasi dijadikan sampel pada penelitian yaitu sejumlah...

C. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang Rawat Inap Bedah (Seruni dan Flamboyan)

RSUD dr. M. Yunus Bengkulu jalan Bayangkara S.Mulyo,Bengkulu

2. Jadwal penelitian

Jadwal penelitian ini dilakukan sesuai jadwal sebagai berikut :

Page 32: Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Komunikasi Teraupetik Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud (Autosaved)

Tabel 4.1Waktu Penelitian (Tahun 2014)

Mei minggu ke

Juni minggu ke

Juli minggu ke

Meiminggu ke

Agustus minggu ke

September minggu ke

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Penyusunan proposalPengurusan ijinpenelitianUji validitas dan reliabilitasPengumpulan dataPenyusunan hasilSidang hasilSidang tesis

D. Etika Penelitian

Pada penelitian ini, kepada responden diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian,

prosedur, resiko ketidaknyamanan yang mungkin terjadi, manfaat penelitian, kerahasiaan

identitasnya, dan hak-hak responden apabila mengundurkan diri sebagai responden

penelitian. Kemudian responden yang dilibatkan menyatakan kesediannya secara sukarela,

bebas dari tekanan dan paksaan, namun terlebih dahulu responden dianjurkan untuk

membaca kembali isi lembar persetujuan (informed concent) menjadi reponden dan

kemudian dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden

tersebut.

E. Analisa Data

F.