analisis faktor-faktor yang mempengaruhi...

95
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA OLEH AJI WAHYU ROSANDI H14103092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: ngothuan

Post on 30-Jan-2018

233 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA

OLEH AJI WAHYU ROSANDI

H14103092

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA

OLEH

AJI WAHYU ROSANDI H14103092

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Aji Wahyu Rosandi

Nomor Registrasi Pokok : H14103092

Departemen : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 131 849 397

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan :

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

Aji Wahyu Rosandi H14103092

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Aji Wahyu Rosandi lahir pada tanggal 15 September

1985 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari

pasangan Sudjito, BSc dan Sri Wahyuningsih. Jenjang pendidikan penulis dilalui

tanpa hambatan, penulis menamatkan pendidikan pada TK Melur Cimanggis pada

tahun 1991, kemudian melanjutkan ke SDN Tugu II Cimanggis dan lulus pada

tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP Negeri 1 Cimanggis

dan lulus pada tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SMU Negeri 106 Jakarta dan

lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menempuh pendidikan di

IPB, penulis aktif di organisasi seperti HIPOTESA FEM IPB periode 2004-2005

dan aktif sebagai tim kepanitian dalam berbagai acara di IPB. Selain itu, penulis

pernah menjadi asisten dosen mata kuliah ekonomi umum pada semester ganjil

tahun ajaran 2006/2007.

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia”. Penelitian mengenai

ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

bergantung kepada ekspor dan dalam perkembangannya banyak terdapat faktor

yang mempengaruhi. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua tercinta penulis yaitu Sudjito, BSc dan Sri Wahyuningsih, adikku

tersayang Nike, sepupuku Jacko beserta keluarga besar atas doa, bimbingan,

semangat, perhatian, dukungan dan pengorbanannya.

2. Dr. Sri Mulatsih, M.Sc selaku dosen pembimbing atas waktu, kesabaran,

masukan, arahan, motivasi selama bimbingan baik secara teknis maupun

teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan

dengan baik.

3. Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D selaku dosen penguji utama yang telah bersedia

menguji dan memberikan masukan serta kritik yang sangat bermanfaat untuk

penyempurnaan skripsi ini.

4. Ir. Tanti Novianti, M.Si selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah

memberikan masukan dalam perbaikan tata bahasa untuk penyempurnaan

skripsi ini.

5. Tim TU Departemen IE Mba Atik, Mas Anto, Mas Dede, Mas Ryan, Mas

Anwar, Pak Cecep dan TU Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas dukungan

dan bantuan selama proses persiapan seminar dan sidang.

6. Pak Khiram dari Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Ibu Sudiyanti,

Mba Niken, Ibu Marni, Ibu Manulang, Ibu Indah dan Pak Kasan dari

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

Departemen Perdagangan, bapak-ibu di Badan Pusat Statistik atas dukungan

dan bantuan selama proses pengambilan data.

7. My Best Friends anak-anak DJ’ Bunda, Heri, Wida, Ratih, Mimi, Weni, Wiwit

dan Yogi atas doa, dukungan, semangat, sharing dan bantuan selama proses

pembuatan skripsi.

8. Teman yang selalu membimbing penulis (Andin, Dina dan Hendra), teman

seperjuangan (Lea, Kiki, Winsih dan Ani) serta teman-teman IE 40 lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas doa, dukungan, bimbingan,

sharing dan bantuan selama proses pembuatan skripsi.

9. Rumah Darmaga Regensi Blok B No 7 dan para penghuninya, Aditya MNJ 40

teman satu rumah yang selalu memberikan keceriaan, cerita dan dukungan.

10. Teman yang selalu memberi dukungan, Isman, Kolay, Inana dan Ratna atas

doa, semangat dan dorongan selama proses penulisan skripsi.

Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini. Segala kesalahan yang terjadi dalam

penelitian menjadi tanggung jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Juli 2007

Aji Wahyu Rosandi H14103092

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii

I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............ 8

2.1 Tinjauan Teori............................................................................. 8

2.1.1 Tanaman, Kandungan, dan Produk Kopi ........................ 8

2.1.2 Pengertian Ekspor dan Impor.......................................... 10

2.1.3 Pengertian Penawaran ..................................................... 11

2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 11

2.2.1 Teori Perdagangan Internasional..................................... 11

2.2.2 Teori Penawaran.............................................................. 15

2.2.3 Teori Kuota ..................................................................... 18

2.2.4 Error Correction Model (ECM) ..................................... 18

2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................... 21

2.3.1 Penelitian Tentang Kopi.................................................. 21

2.3.2 Penelitian Tentang ECM................................................. 23

2.4 Kerangka Pemikiran Konseptual................................................. 24

2.5 Hipotesis Penelitian..................................................................... 26

III. METODE PENELITIAN................................................................... 28

3.1 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 28

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ....................................... 28

3.3 Pendekatan Koreksi Kesalahan ................................................... 30

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

iv

3.3.1 Uji Akar-Akar Unit (unit root test) ................................. 30

3.3.2 Uji Kointegrasi ................................................................ 31

3.3.3 Model Koreksi Kesalahan ............................................... 32

3.3.4 Uji Diagnostik Model...................................................... 34

IV. GAMBARAN UMUM KOMODITI KOPI INDONESIA................ 37

4.1 Sejarah Masuknya Kopi Ke Indonesia........................................ 37

4.2 Produksi dan Luas Areal Kopi Indonesia.................................... 38

4.3 Konsumsi Domestik Kopi ........................................................... 40

4.4 Pemasaran Kopi .......................................................................... 41

4.5 Ekspor Kopi Indonesia................................................................ 46

4.6 Perkembangan Harga .................................................................. 51

V. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 54

5.1 Kebijakan Ekspor Kopi ............................................................... 54

5.1.1 Kebijakan Ekspor Kopi Dari Dalam Negeri ...................... 54

5.1.2 Kebijakan Ekspor Kopi Dari Luar Negeri ......................... 58

5.1.3 Evaluasi Kebijakan Ekspor Kopi yang Ada dan Pernah

Ada ..................................................................................... 63

5.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi

Indonesia ..................................................................................... 68

5.2.1 Kestasioneran Data............................................................. 68

5.2.2 Uji Kointegrasi ................................................................... 70

5.2.3 Error Correction Model (ECM) ........................................ 73

5.2.3.1 Uji Diagnostik Model............................................. 74

5.2.3.2 Estimasi Model ...................................................... 75

VI. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 79

6.1 Kesimpulan ................................................................................. 79

6.2 Saran............................................................................................ 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 81

LAMPIRAN.................................................................................................. 83

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1.1. Volume dan Nilai Ekspor Kopi dan Ekspor Teh Indonesia Tahun

1999-2005 ........................................................................................... 2 1.2. Negara Importir Kopi Terbesar Dunia Tahun 1999-2005 .................. 3 1.3. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia Tahun 1999-2005 4 4.1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kopi

Indonesia Menurut Jenis Tahun 1994-2005........................................ 39 4.2. Konsumsi dan Produksi Kopi Indonesia dan Perbandingan

Konsumsi dengan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2000-2005.......... 41 4.3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia Tahun 1975-2005............. 47 4.4. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun

2002-2005 ........................................................................................... 49 4.5. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Mutu Tahun 2001-2005.................. 50 4.6. Perkembangan Harga Bulanan Kopi Indonesia Di Pasar Dalam

Negeri Tahun 1999-2004 .................................................................... 52 4.7. Perkembangan Harga Kopi Di Pasar Internasional Tahun 1994-2005 53 5.1. Kebijakan Ekspor Kopi dan Kondisi Ekspor Kopi Indonesia

Pada Tahun Berlaku Kebijakan Periode 1972-2005 ........................... 63 5.2. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tiap Periode Kebijakan Kuota

ICO Tahun 1972-2005 ........................................................................ 66 5.3. Hasil Uji Unit Root Pada Level ........................................................... 69 5.4. Hasil Uji Unit Root Pada First Difference .......................................... 69 5.5. Hasil Uji Akar Terhadap Residual Persamaan Regeresi..................... 70 5.6. Hasil Estimasi Kointegrasi.................................................................. 71 5.7. Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi ..................................... 74

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

vi

5.8. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) Penawaran Ekspor Kopi Indonesia Terhadap Variabel yang Signifikan ........................... 75

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 2.1. Kurva Perdagangan Internasional ....................................................... 14 2.2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran .................................................... 25 4.1. Bagan Pemasaran Kopi ....................................................................... 43 4.2. Saluran Pemasaran Kopi Di Luar Negeri............................................ 45 5.1. Perkembangan Harga Ekspor Riil Kopi Indonesia Tahun 1976-2005 73 5.2. Perkembangan Nilai Tukar Riil Indonesia Tahun 1976-2005 ............ 73 5.3. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model untuk Penawaran

Ekspor Kopi Indonesia........................................................................ 75

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Olahan........................................................................................... 83

2. Hasil Uji Unit Root Variabel pada Tingkat Level ................................. 84

3. Hasil Uji Unit Root Variabel pada Tingkat First Difference ................ 85

4. Hasil Uji Akar Terhadap Residual Persamaan Regresi......................... 87

5. Hasil Estimasi Kointegrasi.................................................................... 87

6. Hasil Estimasi ECM Awal yang Tidak Signifikan ............................... 88

7. Hasil Estimasi ECM Terbaik yang Signifikan ...................................... 89

8. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan ARCH Test dan dengan White Heteroskedasticity Test .............................................................. 89

9. Hasil Uji Autokorelasi........................................................................... 91

10. Hasil Uji Normalitas Model ECM ........................................................ 91

11. Peraturan dan Kebijakan ....................................................................... 92

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan hasil pertanian,

suatu kelebihan yang tidak dimiliki banyak negara di dunia. Sub sektor

perkebunan sebagai salah satu sub sektor unggulan memiliki beberapa komoditi

yang masih perlu dikembangkan baik budidaya, pengolahan maupun

pemasarannya.

Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan Indonesia,

khususnya untuk ekspor. Produksi kopi yang dihasilkan Indonesia cukup besar,

bisa mencapai 640.365 ton per tahun dengan luas lahan perkebunan kopi

mencapai 1,3 juta hektar pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006). Sumbangan ekspor

kopi Indonesia terhadap penerimaan negara juga cukup besar, yaitu rata-rata US$

257.430 juta per tahun selama periode 2001-2005 atau 13,20 persen terhadap nilai

ekspor hasil pertanian dan 0,59 persen terhadap nilai ekspor non migas (AEKI,

2006).

Produksi kopi Indonesia sebagian besar untuk memenuhi permintaan pasar

luar negeri. Berdasarkan data AEKI (2006), sampai tahun 2005, pasar kopi

domestik hanya menyerap sekitar 35 persen dari jumlah produksi kopi. Dengan

produksi yang melimpah tetapi daya serap pasar domestik yang rendah, kopi

Indonesia sangat bergantung pada pasar internasional.

Diantara beberapa komoditi perkebunan, kopi merupakan salah satu

komoditi ekspor potensial, dilihat dari volume ekspor dan nilai ekspornya yang

cukup besar. Bila dibandingkan dengan komoditi perkebunan lain, seperti

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

2

komoditi teh, ekspor kopi Indonesia mencatatkan jumlah yang lebih besar.

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa volume ekspor kopi cukup besar dari

tahun ke tahun pada periode tahun 1999-2005 (rata-rata 340.443,86 ton per tahun)

bila dibandingkan dengan volume ekspor teh pada periode yang sama (rata-rata

100.087,43 ton per tahun). Nilai ekspor kopi juga memberikan masukan

penerimaan negara yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai ekspor teh,

rata-rata nilai ekspor kopi sebesar US$ 323.323.857,1 per tahun pada periode

tahun 1999-2005 sedangkan rata-rata nilai ekspor teh sebesar US$ 108.423.000

per tahun pada periode yang sama. Oleh karena itu komoditi kopi dapat disebut

sebagai salah satu komoditi unggulan dari sub sektor perkebunan dan perlu

dikembangkan potensinya.

Tabel 1.1. Volume dan Nilai Ekspor Kopi dan Ekspor Teh Indonesia Tahun 1999-2005

Ekspor Kopi Ekspor Teh Tahun Volume (ton) Nilai (000 US$) Volume (ton) Nilai (000 US$)

1999 352.967 467.858 97.847 97.1402000 340.887 326.256 105.582 112.1052001 250.818 188.493 107.144 112.5242002 325.009 223.916 100.184 103.4272003 323.520 258.795 88.894 95.9702004 344.077 294.113 98.572 116.0182005 445.829 503.836 102.389 121.777

Sumber : Ditjen Perkebunan, 2006

Dalam pasar kopi dunia, Indonesia memiliki posisi yang strategis. Menurut

International Coffee Organization (ICO, 2006), Indonesia adalah negara nomor

empat penghasil kopi terbesar dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam.

Indonesia juga menempati urutan keempat sebagai eksportir kopi terbesar di

dunia, bahkan menempati urutan kedua untuk jenis kopi Robusta setelah Vietnam.

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

3

Tabel 1.2. Negara Importir Kopi Terbesar Dunia Tahun 1999-2005 Tahun (ribu ton) Negara

1999 2001 2004 2005 Laju Pertumbuhan Rata-

Rata per Tahun (%) U.S.A. 1.367,28 1.288,15 1.398,27 1.391,39 0,42 Jerman 866,78 906,72 1.057,91 1.020,76 2,86 Jepang 392,85 419,77 435,23 450,42 2,37 Italia 358,51 394,14 423,84 438,46 3,44 Perancis 408,07 412,61 368,11 360,75 -1,93 Spanyol 241,82 247,55 254,96 265,97 1,68 Belgia 192,17 201,90 247,39 265,41 6,05 Belanda 157,61 172,44 198,58 184,55 3,07 Inggris 177,19 186,32 206,05 209,39 2,92 Swedia 88,14 86,82 90,80 101,93 2,65 Dunia 5.010,35 5.122,71 5.539,47 5.587,70 1,84

Sumber : International Coffee Organization (ICO), 2006 (Diolah) Menurut data ICO (2006), total impor kopi dunia pada tahun 2005

mencapai 5.587.695 ton (Tabel 1.1). Importir terbesar kopi dunia tahun 2005

secara berurutan yaitu : Amerika Serikat (24,9%), Jerman (18,26%), Jepang

(8,06%), Italia (7,85%), Perancis (6,46%), Spanyol (4,76%), Belgia (4,75%),

Belanda (3,3%), Inggris (3,75%), dan Swedia (1,82%). Bagi Indonesia sebagai

eksportir kopi terbesar ke empat dunia pasar utamanya antara lain Amerika

Serikat (20,34%), Jepang (19,67%), dan Jerman (9,75%).

Pada Tabel 1.2 ditunjukkan bahwa permintaan kopi dunia dari tahun ke

tahun terus mengalami peningkatan. Kondisi tersebut merupakan peluang bagi

Indonesia untuk dapat meningkatkan ekspor kopinya. Akan tetapi dalam

perkembangannya, ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor

sehingga menyebabkan fluktuasi seperti kebijakan ekspor dan harga kopi dunia

yang terus berubah.

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

4

Berdasarkan uraian di atas, komoditi kopi merupakan komoditi yang

penting bagi Indonesia karena sumbangannya terhadap devisa negara yang cukup

besar dan potensi pasarnya cukup baik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia.”

I.2. Rumusan Masalah

Produksi kopi Indonesia sebagian besar ditujukan untuk ekspor, yaitu

sebesar 65 persen dari total produksi (AEKI, 2006). Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa apabila terjadi perubahan harga di tingkat dunia maka akan

mempengaruhi penerimaan negara dari ekspor kopi dan akan mempengaruhi

pendapatan di tingkat petani.

Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia Tahun 1999-2005 Ekspor Kopi Indonesia Ekspor Kopi Dunia

Tahun Volume (ton)

Perubahan (%)

Harga (US$/ton)

Perubahan (%)

Volume (ton)

Perubahan (%)

1999 352.967 - 1,325,50 - 5.153.167,38 - 2000 340.887 -3,42 957,08 -27.79 5.354.865,48 3,91 2001 250.818 -26,42 751,51 -21.48 5.433.824,22 1,47 2002 325.009 29,58 688,95 -8.32 5.318.095,68 -2,13 2003 323.520 -0,46 799,94 16.11 5.158.941,60 -2,99 2004 344.077 6,35 854,79 6.86 5.439.858,90 5,45 2005 445.829 29,57 1.130,11 32.21 5.231.732,04 -3,83

Sumber : Ditjen Perkebunan (2006) dan ICO (2006)

Berdasarkan Tabel 1.3, volume ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 dan 2001 volume ekspor kopi Indonesia

mengalami penurunan sebesar 3,42 persen dan 26,42 persen. Turunnya ekspor

kopi Indonesia dikarenakan terjadi over supply kopi dunia yang disebabkan oleh

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

5

meningkatnya ekspor kopi dunia. Volume ekspor kopi dunia meningkat sebesar

3,91 persen pada tahun 2000 dan pada tahun 2001 kembali meningkat sebesar

1,47 persen. Penurunan ekspor kopi Indonesia juga disebabkan oleh harga ekspor

kopi yang cenderung menurun pada tahun 2000 sampai 2002.

Pada tahun 2003 sampai 2005 harga ekspor kopi Indonesia mengalami

peningkatan kembali, dan ekspor kopi Indonesia juga mengalami peningkatan.

Akan tetapi produksi kopi Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2002

sampai 2005 dengan rata-rata penurunan sebesar 2,07 persen per tahun

(Ditjenbun, 2006). Apabila terjadi penurunan produksi terus menerus maka

dikhawatirkan ekspor kopi Indonesia akan mengalami penurunan (AEKI, 2006).

Perdagangan kopi dunia juga dipengaruhi oleh berbagai kebijakan ekspor

kopi. Kebijakan ekspor kopi yang ada maupun yang pernah ada memberikan

pengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia, salah satu diantara kebijakan yang

berpengaruh yaitu kuota ekspor yang diberlakukan International Coffee

Organization (ICO), yang membatasi jumlah kopi yang diekspor Indonesia.

Dari berbagai hal yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan ditelaah dalam penelitian ini :

1. Kebijakan ekspor kopi apa saja yang ada dan pernah ada, baik dari dalam

maupun luar negeri ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia dan

bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap ekspor kopi Indonesia?

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

6

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengevaluasi kebijakan ekspor kopi yang ada dan pernah ada, baik dari dalam

maupun luar negeri.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi

Indonesia dan pengaruh tiap faktor tersebut.

I.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta bukti empirik

tentang kondisi kopi di Indonesia secara umum, kondisi pasar kopi internasional

khususnya mengenai ekspor kopi Indonesia di pasar dunia.

Kegunaan penelitian ini secara lebih khusus adalah sebagai berikut :

1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi serta menjadi bahan masukan dalam merumuskan

berbagai kebijakan dimasa yang akan datang.

2. Bagi para pelaku pasar, penelitian ini diharapkan menjadi masukan agar

kedepannya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami

kondisi komoditi kopi secara lebih mendalam. Selain itu, penelitian ini juga

bermanfaat sebagai sarana proses belajar agar lebih kritis dalam mengamati

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, serta membuka wawasan

dan pemahaman untuk mencari jawaban atas permasalahan diatas.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

7

4. Sebagai bahan referensi bagi pembaca dan informasi bagi peneliti lainnya

untuk penelitian yang lebih lanjut.

I.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada perdagangan luar negeri

komoditi kopi biji. Kopi yang dianalisis adalah kopi dengan kode HS 0901 (jenis

kopi Robusta, Arabika dan lainnya, yang digongseng maupun tidak, dihilangkan

kafeinnya maupun tidak).

Penelitian ini dibatasi pada evaluasi kebijakan ekspor kopi yang ada dan

pernah ada, yaitu kebijakan ekspor kopi dari dalam negeri dan dari luar negeri dan

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia.

Variabel yang diteliti adalah ekspor kopi biji Indonesia, produksi kopi, konsumsi

domestik kopi, harga domestik kopi, harga ekspor kopi, dan nilai tukar riil,

dummy kondisi krisis ekonomi dan dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Tanaman, Kandungan, dan Produk Kopi

Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari

familia Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika,

termasuk famili Rubiaceae dan jenis kelamin Coffea. Kopi bukan produk

homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia

kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok

besar, yakni :

a. Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi

dagang Robusta;

b. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika;

c. Coffea Excelsa menghasilkan kopi dagang Excelsa;

d. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberica.

Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah

jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis

Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi

dunia, sedangkan Liberica dan Excelsa masing-masing 3 persen. Arabika

dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah

kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada Robusta.

Kopi dengan jenis yang berbeda akan tumbuh dan berbuah maksimal pada

ketinggian yang berbeda. Kopi Arabika tumbuh maksimal pada ketinggian 1.000

meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut. Kopi Arabika memiliki jenis-

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

9

jenis yang berbeda pula, antara lain Brazilian Arabica yang tumbuh maksimal

pada ketinggian 2.000 meter sampai 2.500 meter di atas permukaan laut, dan

Colombian Mild Arabica tumbuh maksimal pada ketinggian lebih dari 2.500

meter di atas permukaan laut. Kopi Robusta akan tumbuh maksimal pada

ketinggian 400 meter sampai 700 meter di atas permukaan laut.

Tanaman kopi sangat sensitif terhadap kelembaban udara. Kelembaban

udara yang ideal yaitu antara 70 persen sampai 89 persen. Selain itu tanaman kopi

juga sensitif terhadap curah hujan. Ada saat dimana tanaman kopi membutuhkan

hujan yang cukup banyak yaitu pada saat perkembangan biji, dan ada pula saat

dimana curah hujan tidak terlalu banyak yaitu pada saat berbunga dan

perkembangan buah, karena hujan yang deras akan menyebabkan bunga rontok

dari tanaman (AEKI, 2006).

Kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan

zat kafein, kurang lebih dengan komposisi sebagai berikut : kafein 1 persen

sampai 2,5 persen, minyak atsiri 10 persen sampai 16 persen, asam chlorogen 6

persen sampai 10 persen, zat gula 4 persen sampai 12 persen dan selulosa 22

persen sampai 27 persen. Perbedaan antara kopi Arabika dengan Robusta yaitu

kopi Robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dari Arabika,

sedangkan kopi Arabika memiliki kandungan zat gula dan minyak atsiri yang

lebih banyak dari Robusta (Sunarni, 2002).

Kopi diperdagangkan sejak dasawarsa terakhir, bukan saja dalam bentuk

tradisional green coffee (biji kopi mentah) yang ditampung oleh para pengolah

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

10

(roaster), namun juga dalam bentuk olahan setengah jadi dan bahan jadi siap

pakai, diantaranya dalam bentuk :

a. Kopi rendangan (roasted coffee),

b. Kopi bubuk (powdered coffee), hasil kopi rendangan yang telah digiling,

c. Kopi ekstrak atau kopi cair (liquid coffee), hasil kopi bubuk yang diolah

dengan zat cair,

d. Kopi instan (instant coffee), yakni kopi ekstrak yang diambil sarinya

dengan jalan peguapan kandungan airnya,

e. Kopi celup (coffee bags) seperti halnya dengan “teh celup”.

2.1.2. Pengertian Ekspor dan Impor

Ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar

negeri (Kamus Ekonomi, 2003). Ekspor berasal dari produksi dalam negeri yang

dijual / dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke

dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi (Nopirin, 1999). Dilihat dari segi

penawaran, kegiatan ekspor diasumsikan sebagai fungsi penawaran suatu negara

terhadap suatu komoditi yang dihasilkan.

Impor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari luar negeri ke dalam

negeri (Kamus Ekonomi, 2003). Impor merupakan kebocoran dan pendapatan,

karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri (Nopirin, 1999). Ekspor bersih,

yakni (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara pendapatan nasional

dengan transaksi internasional (Nopirin, 1999).

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

11

2.1.3. Pengertian Penawaran

Penawaran adalah banyaknya jumlah barang yang ditawarkan pada suatu

pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan

dalam periode tertentu. Pengertian lain dari penawaran adalah gabungan seluruh

jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode tertentu,

dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong, 2003).

2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

2.2.1. Teori Perdagangan Internasional

Menurut Lindert dan Kindleberger (1995) perdagangan internasional

dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan

penawaran yang bersaing. Permintaan (demand) dan penawaran (supply) akan

tampak dalam bentuknya yang sudah dikenal serta merupakan suatu interaksi dari

kemungkinan produksi dan preferensi konsumen.

Terdapat dua hal penting untuk terjadinya perdagangan internasional yakni

spesialisasi produksi dan informasi akan kebutuhan barang yang diperdagangkan.

Hal pertama adalah spesialisasi terjadi karena keadaan yang alamiah yakni

tumbuhnya atau tersedianya bahan alamiah yang ketersediannya berbeda-beda di

berbagai tempat di dunia. Hal kedua adalah ketersediaan informasi yang berkaitan

erat dengan tingkat kemajuan daya pikir manusia. Informasi diperlukan untuk

mengetahui apa yang diperlukan orang lain.

Perdagangan internasional terjadi karena terdapat banyak komoditas yang

sama sekali tidak dapat ditanam atau diproduksi dalam suatu negara akibat

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

12

keterbatasan keadaan alam dan iklim. Hal yang secara kuantitatif lebih penting

adalah bahwa banyak produk yang dapat diproduksi di suatu negara namun itu

hanya dapat dilakukan dengan biaya lebih tinggi dibanding jika produk tersebut

diproduksi di negara lain. Semua hal ini menyebabkan semakin pentingnya

manfaat atau keuntungan perdagangan internasional. Teori perdagangan

internasional menganalisa dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta

keuntungan yang diperolehnya (Salvatore, 1997).

Terdapat dua teori perdagangan yang dikemukakan oleh dua tokoh

ekonomi terkenal pada masanya, yakni perdagangan berdasarkan keunggulan

absolut dari Adam Smith dan perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif

dari David Ricardo. Menurut Adam Smith, perdagangan antara dua negara

didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara

lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain

dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibandingkan (atau

memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi

lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara

masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang

memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditi lain yang

memiliki kerugian absolut.

Menurut hukum keunggulan komparatif, meskipun sebuah negara kurang

efisien dibanding (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam

memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan

perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama harus

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

13

melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang

memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan

keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut

lebih besar (komoditi ini memiliki kerugian komparatif).

Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Salvatore (1997) menyatakan

bahwa secara teoritis volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke

negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan

domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan

penawaran dari negara tersebut di lain pihak merupakan permintaan impor bagi

negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain

dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi

oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas

substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga

baik langsung maupun tidak langsung.

Secara teoritis, suatu negara (misalkan negara A) akan mengekspor suatu

komoditi (misal kopi) ke negara lain (misalkan negara B) apabila harga domestik

di negara A (sebelum terjadinya perdagangan internasional) relatif lebih rendah

bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B (Gambar 1). Struktur harga

yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar

daripada konsumsi domestiknya sehingga di negara A telah terjadi excess supply

(memiliki kelebihan produksi). Dengan demikian negara A mempunyai

kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di

negara B terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih besar

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

14

daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang terjadi di

negara B lebih tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli kopi

dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi

komunikasi antara negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antar

keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama.

Harga Harga Harga

SB

Ekspor SA ES PB B P* D PA A ED Impor DB DA 0 Jumlah 0 Jumlah 0 Jumlah Negara A (Pengekspor) Perdagangan Internasional Negara B (Pengimpor)

Gambar 2.1. Kurva Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997

Gambar 2.1 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional

harga di negara A sebesar PA, sedangkan di negara B sebesar PB. Penawaran di

pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari PA

sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional

lebih rendah dari PB. Pada saat harga internasional sama dengan PA atau PB maka

tidak terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar

dari PA maka terjadi excess supply (ES) pada negara A dan apabila harga

internasional lebih rendah dari PB maka terjadi excess demand (ED) pada negara

B. Dengan demikian, dari A dan B tersebut akan terbentuk kurva ES dan ED di

pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

15

menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P* (Salvatore,

1997).

2.2.2. Teori Penawaran

Jumlah total dari suatu komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan

dinamakan jumlah yang ditawarkan dari komoditi tersebut. Penawaran

menunjukkan apa yang ingin dijual oleh perusahaan. Jumlah ini mungkin tidak

sama dengan jumlah yang dijual, yaitu jumlah komoditi yang benar-benar dijual

oleh perusahaan tersebut. Jumlah yang dijual oleh perusahaan sama dengan

jumlah yang dibeli oleh konsumen, sehingga keduanya dapat dijelaskan dengan

satu istilah, jumlah yang dipertukarkan. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada

arus penjualan yang terus menerus, atau sering disebut konsep flow (Lipsey. et al,

1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu :

1. Harga komoditas tersebut. Suatu hipotesa dasar ekonomi menyatakan bahwa

sejumlah komoditas mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang

ditawarkan, yaitu semakin tinggi harganya semakin besar jumlah yang

ditawarkan, ceteris paribus. Hal ini terjadi karena peningkatan harga

komoditas menyebabkan peningkatan keuntungan yang akan memacu

peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya (Lipsey. et al,

1995).

2. Harga komoditas lain : substitusi dan komplementer. Perubahan harga

komoditas substitusi seperti peningkatan harga akan mempengaruhi jumlah

yang ditawarkan, yaitu berkurangnya jumlah penawaran komoditas

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

16

bersangkutan. Perubahan harga komoditas komplementer seperti peningkatan

harga akan mempengaruhi jumlah yang ditawarkan, yaitu meningkatnya

jumlah penawaran komoditas bersangkutan (Lipsey. et al, 1995).

3. Harga faktor produksi. Harga faktor produksi merupakan biaya yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan. Perubahan harga faktor produksi akan

mempengaruhi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan, jika harga faktor

produksi naik, ceteris paribus, maka keuntungan perusahaan berkurang

sehingga perusahaan akan menurunkan produksinya dan jumlah yang

ditawarkan (Lipsey. et al, 1995).

4. Tingkat teknologi. Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang

ditawarkan. Penggunaan teknologi baru mengakibatkan efisiensi waktu,

tenaga dan modal meningkat dimana peningkatan tersebut berasal dari

peningkatan penerimaan dan penurunan biaya pada penggunaan faktor

produksi yang sama, akibatnya jumlah penawaran akan meningkat, ceteris

paribus (Lipsey. et al, 1995).

Penawaran ekspor suatu negara adalah selisih antara produksi/penawaran

domestik dikurangi dengan konsumsi/permintaan domestik negara yang

bersangkutan ditambah dengan stok tahun sebelumnya. Sebagai sebuah

penawaran, maka ekspor suatu negara akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran negara pengekspor komoditi yang dihasilkan, yaitu

produksi komoditi tersebut di negara pengekspor (Qt), konsumsi komoditi tersebut

di negara pengekspor (CKt), harga domestik di negara pengekspor (HDt), luas

areal perkebunan komoditi di negara pengekspor (At), dan tingkat teknologi di

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

17

negara pengekspor (Tt). Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari

negara pengekspor, ekspor suatu negara sebagai sebuah penawaran juga

dipengaruhi oleh faktor harga ekspor komoditi tersebut (HXt), harga di pasar

internasional (HIt), harga barang substitusi di pasar internasional (HSt), dan nilai

tukar uang efektif (ERt) (Junaidi, 2005). Variabel buatan juga dimasukkan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh kondisi perekonomian negara terhadap

kegiatan ekspor, yaitu variabel dummy (D1) berupa kondisi perekonomian dalam

masa krisis dan dummy (D2) kebijakan ekspor perlu diperhatikan juga untuk

mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap ekspor suatu barang. Secara

keseluruhan fungsi ekspor suatu komoditi dari sisi penawaran menjadi :

Xt = f (Qt, CKt, HDt, At, Tt, HXt, HIt, HSt, ERt, Dt)

Dimana :

Xt = Volume ekspor tahun ke-t

Qt = Produksi komoditi di negara pengekspor tahun ke-t

CKt = Konsumsi komoditi tersebut di negara pengekspor tahun ke-t

HDt = Harga domestik di negara pengekspor tahun ke-t

At = Luas areal perkebunan komoditi di negara pengekspor tahun ke-t

Tt = Tingkat teknologi di negara pengekspor tahun ke-t

HXt = Harga ekspor negara pengeskpor tahun ke-t

HIt = Harga komoditi di pasar internasional tahun ke-t

HSt = Harga barang substitusi di pasar internasional tahun ke-t

ERt = Nilai tukar uang efektif tahun ke-t

D1 = Variabel dummy kondisi krisis ekonomi

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

18

D2 = Variabel dummy kebijakan ekspor.

2.2.3. Teori Kuota

Kuota yang dalam pengertiannya disebut sebagai “jatah” atau pembakuan

kuantitas merupakan bentuk hambatan perdagangan non tarif yang sering

digunakan oleh negara-negara dalam melakukan perdagangan internasional.

Menurut Salvatore (1997), kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap

jumlah impor atau ekspor. Latar belakang penggunaan kuota sebagai hambatan

non tarif antara lain untuk menjaga stabilitas harga dunia, untuk melindungi

industri dalam negeri atau untuk melindungi sektor pertanian suatu negara. Kuota

bisa berupa pembatasan kuota pasokan, misalnya sekian ton atau sekian unit per

tahun, atau bisa juga berupa pembatasan nilai, misalnya ekspor produk ke suatu

negara tidak boleh melebihi sekian juta Dollar per tahun.

Kuota ekspor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang

diekspor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi

kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengekspor

suatu produk atau komoditi yang jumlahnya langsung dibatasi itu. Kuota impor

merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang diimpor. Pembatasan

ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok

individu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk atau komoditi

yang jumlahnya langsung dibatasi.

2.2.4. Error Correction Model (ECM)

ECM lahir dan dikembangkan untuk mengatasi masalah perbedaan

kekonsistenan hasil peramalan antara jangka pendek dengan jangka panjang

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

19

dengan cara proporsi disequilibrium pada satu periode dikoreksi pada periode

selanjutnya sehingga tidak ada informasi yang dihilangkan hingga penggunaan

untuk peramalan jangka panjang (Thomas, 1996). Thomas berkesimpulan bahwa

penggunaan ECM memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut :

a. Merupakan pendekatan yang digunakan untuk mengatasi masalah data time

series yang non-stasioner dan regresi yang palsu (spurious).

b. Model dengan variabel-variabel dalam bentuk first difference mengeliminasi

trend dari variabel.

c. ECM dapat diestimasi dengan metode OLS (Ordinary Least Square).

d. ECM dapat dipaskan dengan pendekatan “umum ke spesifik” (yaitu melihat

kecenderungan umum dan membaginya menjadi pendekatan jangka pendek

dan jangka panjang). Dengan cara melakukan stasioner terhadap data terlebih

dahulu akan membantu kita menghindari masalah pada saat pengolahan data

nantinya seperti masalah multikolinearitas antar data yang dapat menyebabkan

standar error yang sangar besar.

e. Membedakan dengan jelas antar parameter jangka panjang sehingga sangat

ideal untuk digunakan menaksir dari keakuratan sebuah hipotesis.

f. Jika ada variabel yang tidak nyata dapat dibuang sehingga akan meningkatkan

efisiensi estimasi.

ECM adalah salah satu model dinamik yang diterapkan secara luas dalam

analisis ekonomi. Konsep mengenai ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan

pada tahun 1964 (Thomas, 1996), model ini bertujuan untuk mengatasi

permasalahan data time series yang tidak stasioner dan regresi palsu.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

20

Kelebihan lain dari ECM adalah seluruh komponen dan informasi pada

tingkat variabel telah dimasukkan dalam model, memasukkan semua bentuk

kesalahan untuk dikoreksi yaitu dengan cara mendaur ulang error yang terbentuk

pada periode sebelumnya, menghindari terjadinya trend dan regresi palsu

(Spurious Regression). Selain itu dalam pendekatan ECM sifat-sifat statistik yang

diinginkan dari model dan pemberian makna yang lebih sederhana. Artinya,

model ECM mampu memberikan makna lebih luas dari estimasi model ekonomi

sebagai pengaruh perubahan variabel independen terhadap dependen dalam

hubungan jangka pendek maupun jangka panjang (Mahisya, 2004).

Syarat untuk menggunakan ECM yaitu : (1) Variabel yang digunakan

minimal ada satu yang tidak stasioner pada tingkat level, (2) Persamaan yang

digunakan mengandung kointegrasi, (3) Persamaan yang digunakan univariate

(hanya variabel endogen yang mempengaruhi variabel eksogen). Jika salah satu

dari ketiga persyaratan tidak terpenuhi maka metode ini tidak dapat digunakan

untuk menganalisis permasalahan yang ada.

Munculnya ketidakseimbangan (disequilibrium error) terjadi dikarenakan,

pertama kesalahan spesifikasi antara lain kesalahan pemilihan variabel,

parameter keseimbangan itu sendiri. Kedua, kesalahan membuat definisi variabel

dan cara mengukurnya. Ketiga, kesalahan yang disebabkan oleh faktor manusia

dalam menginput data.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

21

2.3. Penelitian Terdahulu

2.3.1. Penelitian Tentang Kopi

Suryono (1991) dalam tesisnya melakukan penelitian mengenai Analisis

Perdagangan Kopi di Pasar Dalam Negeri dan Internasional yang secara umum

bertujuan untuk mengetahui struktur ekspor kopi Indonesia serta penawaran dan

permintaan kopi di dalam negeri. Alat analisis yang digunakan dua macam Model

Ekonometrika yaitu Model Sistem Persamaan Simultan dan Model Regresi Linear

Berganda.

Perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan devaluasi diduga

berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia maupun penawaran kopi di dalam

negeri. Faktor-faktor tertentu dari sisi produksi seperti produktivitas lahan

pertanaman kopi, gangguan keadaan alam dan stok kopi pada tahun sebelumnya

mempengaruhi ekspor kopi Indonesia namun tidak berpengaruh terhadap

penawaran kopi domestik. Disamping itu dari sisi permintaan, faktor jumlah

penduduk dan pendapatan masyarakat Indonesia juga tidak mempengaruhi ekspor

kopi Indonesia. Dari ketiga hal tersebut dapat dikatakan bahwa kopi yang

diproduksi oleh Indonesia lebih ditujukan untuk kegiatan ekspor. Akan tetapi,

Indonesia dalam mengekspor kopi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor

non-ekonomi seperti keamanan, kondisi politik, dan pemogokan dibandingkan

dengan faktor-faktor ekonomi.

Turnip (2002) dalam penelitiannya mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penawaran Ekspor dan Aliran Perdagangan Kopi Indonesia secara

umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

22

ekspor kopi Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan

kopi Indonesia ke beberapa negara tujuan. Alat analisis yang digunakan adalah

Regresi Linear Berganda dengan OLS untuk menganalisis variabel-variabel yang

mempengaruhi ekspor kopi Indonesia dan model Gravity untuk menganalisis

faktor-faktor yang dijadikan pertimbangan dalam penentuan negara tujuan ekspor

kopi Indonesia. Kesimpulan dari penelitiannya menyatakan bahwa variabel

produksi kopi domestik, harga riil ekspor kopi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika serta lag volume ekspor kopi tahun sebelumnya berpengaruh positif

terhadap ekspor kopi Indonesia. Sedangkan variabel harga riil kopi domestik

berpengaruh negatif.

Sambudi (2005) dalam penelitiannya mengenai Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Produksi Dan Ekspor Kopi Arabika Indonesia secara umum

bertujuan untuk manganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi

Arabika Indonesia serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

penawaran ekspor kopi Arabika Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah

Regresi Linear Berganda dengan OLS.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kopi Arabika Indonesia secara

nyata adalah luas lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk urea dan pestisida. Variabel

trend waktu dan dummy tahun krisis tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

kopi Arabika Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kopi Arabika

Indonesia adalah harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, pendapatan per kapita,

lag ekspor, produksi dan dummy. Semua variabel yang terdapat dalam model

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

23

ekspor masing-masing berpengaruh nyata terhadap ekspor kecuali pendapatan per

kapita dan trend waktu.

2.3.2. Penelitian Tentang ECM

Penelitian Mahisya (2004) tentang Analisis Permintaan Ekspor CPO

Indonesia secara umum bertujuan untuk mengkaji perkembangan permintaan CPO

pada pasar yang dihadapi Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi permintaan produk minyak kelapa sawit Indonesia dan

memproyeksikan nilai permintaan produk minyak kelapa sawit untuk permintaan

ekspor. Alat analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM).

Hasil dari penelitian tersebut antara lain perkembangan ekspor CPO pada

pasar yang dihadapi Indonesia membentuk suatu pola yang khas yaitu dalam satu

tahun jumlah tertinggi volume permintaan ekspor terjadi pada akhir tahun, dan

jumlah permintaan terendah terjadi pada awal tahun. Faktor-faktor jangka pendek

yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan volume ekspor CPO Indonesia

adalah pertumbuhan harga domestik, lag 3 pertumbuhan harga ekspor, dan lag 3

pertumbuhan nilai tukar.

Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa kopi

merupakan komoditi pertanian yang sangat penting bagi Indonesia karena

sumbangannya kepada pendapatan negara yang cukup besar. Ekspor kopi menarik

untuk diteliti karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seperti kondisi di

dalam negeri maupun di pasar internasional. Berbeda dengan penelitian terdahulu,

penelitian ini mengevaluasi kebijakan ekspor kopi yang ada dan pernah ada, baik

kebijakan dalam negeri maupun luar negeri serta faktor-faktor yang

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

24

mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia menggunakan metode Error

Correction Model (ECM), dimana sejauh pengamatan penulis belum pernah

dilakukan penelitian yang mengevaluasi kebijakan ekspor kopi serta faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia menggunakan metode

Error Correction Model (ECM).

2.4. Kerangka Pemikiran Konseptual

Pengembangan ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Dalam penelitian ini dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran

ekspor kopi Indonesia, baik faktor kualitatif maupun kuantitatif. Analisis faktor

kualitatif yang dilakukan adalah mengevaluasi kebijakan ekspor kopi yang ada

dan pernah ada, yaitu kebijakan dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu

contoh kebijakan ekspor kopi dari dalam negeri yaitu kebijakan dalam pelaku

usaha ekspor yaitu kopi yang diekspor harus berasal dari eksportir yang terdaftar

di asosiasi (AEKI). Contoh kebijakan ekspor kopi dari luar negeri yaitu kuota

ekspor dari ICO dan kebijakan mengenai keamanan pangan, kesehatan dan

lingkungan. Evaluasi kebijakan yang dilakukan yaitu membandingkan tahun

kebijakan berlaku dengan kondisi ekspor kopi Indonesia seperti volume, nilai dan

harga ekspor kopi Indonesia pada tahun tersebut.

Faktor-faktor kuantitatif dalam penelitian ini dianalisis dengan

menggunakan analisis Error Correction Model (ECM) untuk mengetahui faktor-

faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia, termasuk

pengaruh kebijakan ekspor kopi khususnya kebijakan penghapusan kuota ekspor

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

25

kopi internasional. Variabel-variabel yang diestimasi mempengaruhi penawaran

ekspor kopi Indonesia antara lain produksi kopi Indonesia, konsumsi domestik

kopi, harga domestik kopi, harga ekspor kopi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika, dummy krisis ekonomi dan dummy kebijakan penghapusan kuota

ekspor. Dari berbagai kebijakan ekspor kopi internasional, kebijakan penghapusan

kuota ekspor kopi memberikan pengaruh yang paling besar. Oleh karena itu,

kebijakan kuota ekspor kopi dimasukkan dalam variabel untuk mengetahui apakah

mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia.

Ekspor Kopi Indonesia

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia Faktor Kuantitatif Faktor Kualitatif 1. Kebijakan Dalam Negeri - Eksportir Terdaftar Analisis Error Correction Model 2. Kebijakan Luar Negeri

(ECM) - Kuota Ekspor - Isu Kesehatan, Lingkungan

Pengaruh Produksi Kopi, Konsumsi Domestik Kopi, Harga Domestik Kopi, Analisis Deskriptif Harga Ekspor Kopi dan Nilai Tukar

Terhadap Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Jangka Pendek Jangka Panjang Pengaruh Variabel Terhadap Keseimbangan Pengaruh Penawaran Ekspor Kopi Variabel-Variabel Tersebut

Perumusan Kebijakan Untuk Meningkatkan Ekspor Kopi Indonesia

Gambar 2.2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

26

Dalam jangka pendek, variabel-variabel tersebut digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi

Indonesia secara signifikan. Dalam jangka panjang, dianalisis bagaimana

keseimbangan variabel-variabel tersebut dalam mempengaruhi penawaran ekspor

kopi Indonesia.

Berdasarkan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif dari faktor-faktor

yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia dapat dirumuskan usulan

kebijakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan ekspor kopi Indonesia.

Upaya-upaya peningkatan ekspor kopi Indonesia juga dapat dirumuskan dari

kebijakan-kebijakan tersebut.

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran maka hipotesis pada

penelitian ini adalah :

1. Produksi kopi Indonesia berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor kopi,

yang berarti jika terjadi peningkatan produksi maka penawaran ekspor kopi

Indonesia akan meningkat dan sebaliknya.

2. Penawaran ekspor kopi Indonesia dipengaruhi secara negatif oleh konsumsi

domestik kopi, yang berarti jika terjadi kenaikkan konsumsi domestik maka

penawaran ekspor kopi Indonesia akan menurun dan sebaliknya.

3. Harga domestik kopi berpengaruh negatif terhadap penawaran ekspor kopi

Indonesia, yang berarti jika terjadi peningkatan harga kopi domestik maka

penawaran ekspor kopi Indonesia akan menurun dan sebaliknya.

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

27

4. Harga ekspor kopi Indonesia berhubungan positif dengan penawaran ekspor,

sehingga jika terjadi peningkatan harga ekspor maka penawaran ekspor kopi

Indonesia akan meningkat dan sebaliknya.

5. Ekspor kopi Indonesia dipengaruhi secara positif oleh nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika, sehingga jika terjadi kenaikan nilai tukar maka

penawaran ekspor kopi Indonesia akan meningkat dan sebaliknya.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari statistik Direktorat Jenderal Perkebunan, Badan Pusat Statistik,

Bank Indonesia, statistik AEKI, dan statistik ICO. Bentuk datanya adalah time

series tahunan periode 1976 sampai dengan 2005. Data yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain :

1. Ekspor kopi Indonesia (ton),

2. Produksi kopi (ton),

3. Konsumsi domestik kopi (ton),

4. Harga domestik kopi (Rp/Kg),

5. Harga ekspor kopi (US$/Kg),

6. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (RP/US$).

3.2. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode

kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perkembangan data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perkembangan ekspor kopi Indonesia,

perkembangan produksi kopi, perkembangan konsumsi domestik kopi,

perkembangan harga domestik kopi, perkembangan harga ekspor kopi, dan

perkembangan nilai tukar. Dalam mengevaluasi kebijakan ekspor kopi yang ada

dan pernah ada juga digunakan metode deskriptif.

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

29

Metode kuantitatif yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek adalah

dengan pendekatan Error Correction Model (ECM) dan analisis jangka panjang

dengan menggunakan persamaan kointegrasi. Dasar penggunaan variabel eksogen

dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Turnip (2002) dan

Lubis (2002). Pemilihan variabel eksogen juga berdasar pada teori penawaran,

yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor antara lain produksi

dan konsumsi domestik. Harga domestik kopi dan harga ekspor kopi digunakan

dalam model persamaan penawaran ekspor untuk mengetahui bagaimana

pengaruh perubahan harga dalam negeri dan luar negeri terhadap penawaran

ekspor, dan nilai tukar sebagai variabel yang dapat menggambarkan perubahan

kondisi ekonomi dalam negeri dan luar negeri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia

dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

terdiri dari beberapa variabel yaitu variabel produksi kopi, konsumsi domestik

kopi, dan harga domestik kopi. Faktor eksternal yaitu variabel harga ekspor kopi

dan nilai tukar. Dalam penelitian ini akan diketahui apakah faktor internal dan

eksternal tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran ekspor kopi

Indonesia. Variabel dummy kondisi krisis ekonomi dan dummy kebijakan

penghapusan kuota ekspor kopi juga digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh krisis ekonomi dan kebijakan penghapusan kuota ekspor

kopi terhadap ekspor kopi Indonesia serta seberapa besar pengaruhnya.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

30

Pengujian stasioneritas data yang dilakukan terhadap seluruh variabel

dalam model penelitian didasarkan pada uji Augmented Dickey Fuller (ADF test).

Alat analisis yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini

dioperasikan dengan EViews 4.1 dan Microsoft Excel 2003.

3.3. Pendekatan Koreksi Kesalahan

3.3.1. Uji Akar Unit (unit root test)

Hal penting yang berkaitan dengan studi atau penelitian dengan

menggunakan data time series adalah stasioneritas. Data yang tidak stasioner

dapat menyebabkan Spurious Regression, yaitu regresi yang menggambarkan

hubungan dua variabel atau lebih yang nampaknya signifikan secara statistik

padahal dalam kenyataannya tidak sebesar regresi yang dihasilkan tersebut.

Pengujian akar unit dilakukan untuk mengetahui apakah data tersebut

stasioner atau tidak. Untuk mengetahui ada tidaknya unit root yaitu dengan

menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF Test). Data dikatakan stasioner

jika nilai ADF test statistik lebih kecil dari nilai tabel MacKinnon.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 = data tidak stasioner (mengandung unit root),

H1 = data stasioner (tidak mengandung unit root).

Penolakan hipotesis nol menunjukkan data yang dianalisis adalah

stasioner. Variabel dikatakan tidak stasioner, jika terdapat hubungan antara

variabel tertentu dengan waktu atau trend.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

31

3.3.2. Uji Kointegrasi

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang (equilibrium) antara

variabel-variabel yang tidak stasioner dan residual dari kombinasi linier tersebut

harus stasioner. Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui kemungkinan

terjadinya kestabilan jangka panjang antara variabel-variabel yang ada sehingga

dapat digunakan dalam sebuah persamaan. Metode yang umum digunakan dalam

pengujian ini adalah metode Engle-Granger Cointegration Test.

Metode kointegrasi Engle-Granger sebetulnya menggunakan metode

Augmented Dickey-Fuller (ADF) yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama

dilakukan dengan meregresikan persamaan variabel dependen dengan variabel

independen (volume ekspor kopi Indonesia diregresikan dengan produksi kopi,

konsumsi domestik kopi, harga domestik kopi, harga ekspor kopi dan nilai tukar)

kemudian didapatkan residual (U) dari persamaan tersebut. Tahapan kedua

dilakukan dengan menggunakan metode ADF yang menguji akar-akar unit

terhadap U dengan hipotesis yang sama dengan hipotesis akar-akar unit ADF

sebelumnya.

Jika hipotesis nol ditolak atau signifikan maka variabel U adalah stasioner

atau dalam hal ini ada kombinasi linier antara volume ekspor kopi Indonesia

dengan produksi kopi, konsumsi domestik kopi, harga domestik kopi, harga

ekspor kopi dan nilai tukar, atau stasioner untuk U = I(0). Artinya, meskipun

variabel-variabel yang digunakan tidak stasioner namun dalam jangka panjang

variabel-variabel tersebut cenderung menuju pada keseimbangan. Oleh karena itu,

kombinasi linier dari variabel-variabel ini disebut regresi kointegrasi dan

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

32

parameter-parameter yang dihasilkan dari kombinasi tersebut dapat disebut

sebagai co-integrated parameters atau koefisien-koefisien jangka panjang.

Penawaran ekspor kopi = f(Produksi Kopi, Konsumsi Domestik Kopi, Harga

Domestik Kopi, Harga Ekspor Kopi, Nilai Tukar),

ttttttt ULNERTbLNHXbLNHDbLNCKbLNQbbLNXK ++++++= 543210 (3.1)

dimana :

LNXKt = Volume total ekspor kopi Indonesia periode t,

LNQt = Produksi kopi periode t,

LNCKt = Konsumsi domestik kopi periode t,

LNHDt = Harga domestik riil kopi periode t,

LNHXt = Harga ekspor riil kopi periode t,

LNERTt = Nilai tukar riil periode t,

Ut = error distribunce periode t.

3.3.3. Model Koreksi Kesalahan

Hasil estimasi pada pengujian akar-akar unit dan kointegrasi dapat

digunakan untuk mengestimasi model dengan menggunakan model koreksi

kesalahan atau error correction model (ECM)

DLNXKt = β1DLNQt + β2DLNCKt + β3DLNHDt + β4DLNHXt + β5DLERTt +

Dummy1 + Dummy2 + γut-1 + et (3.2)

-1 < γ < 0

dimana :

Dummy1 adalah dummy kondisi krisis ekonomi, 0 untuk kondisi sebelum dan

setelah krisis ekonomi dan 1 untuk kondisi krisis ekonomi.

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

33

Dummy2 adalah dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor, 0 untuk kondisi

kuota berlaku dan 1 untuk kondisi penghapusan kuota.

γ = error correction term

ut = LNXKt – b0 – b1LNQt – b2LNCKt – b3LNHDt – b4LNHXt – b5LNERTt (3.3)

Model (3.2) dapat juga dianalisis dengan mengeluarkan koefisien dalam u

menjadi

DLNXKt = β0 + β1DLNQt + β2DLNCKt + β3DLNHDt + β4DLNHXt + β5DLNERTt

+ β6LNXKt-1 + β7LNQt-1 + β8LNCKt-1 +β9LNHDt-1 + β10LNHXt-1 +

β11LNERTt-1 + Dummy1 + Dummy2 + et (3.4)

dimana :

β0 = -b0 (γ),

β1 = b1,

β2 = b2,

β3 = b3,

β4 = b4,

β5 = b5,

β6 = γ,

β7 = -b1 (γ),

β8 = -b2 (γ),

β9 = -b3 (γ),

β10 = -b4 (γ),

β11 = -b5 (γ),

D = Perbedaan pertama (first difference),

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

34

XKt = Volume ekspor kopi Indonesia periode t,

Qt = Produksi kopi periode t,

CKt = Konsumsi domestik kopi periode t,

HDt = Harga domestik riil kopi periode t,

HXt = Harga ekspor riil kopi periode t,

ERTt = Nilai tukar riil periode t,

et = error distribunce periode t.

Untuk mengetahui apakah spesifikasi model dengan ECM merupakan

model yang valid maka dilakukan uji terhadap koefisien Error Correction Term

(ECT). Jika hasil pengujian terhadap koefisien ECT signifikan, maka spesifikasi

model yang diamati valid.

3.3.4. Uji Diagnostik Model

Pada penelitian ini menggunakan pengujian pelanggaran asumsi klasik

(Gujarati, 1978), yaitu (1) Uji heteroskedastisitas, (2) Uji Autokorelasi, dan (3)

Uji Normalitas.

1. Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linier klasik adalah

varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Apabila asumsi

tersebut tidak terpenuhi maka varian residual tidak lagi bersifat konstan disebut

dengan heteroskedastisitas. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas yaitu :

a. estimasi dengan menggunakan ECM tidak akan memiliki varians yang

minimum atau estimator tidak efisien,

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

35

b. prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya

akan mempunyai varians yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien,

c. tidak dapat diterapkan selang kepercayaan dengan menggunakan formula

yang berkaitan dengan nilai varians.

Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang

diamati terjadi heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan uji ARCH LM (ARCH

LM test) dan uji white heteroskedasticity (no cross term). Apabila nilai

probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata berarti terdapat gejala

heteroskedastisitas pada model, namun bila nilai probability Obs*R-squared lebih

besar dari taraf nyata berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model.

2. Uji Autokorelasi

Masalah autokorelasi merujuk pada hubungan error term antar dua

pengamatan. Autokorelasi terjadi pada serangkaian data runtut waktu, dimana

error term pada satu periode waktu secara sistematik tergantung kepada error

term pada periode-periode waktu yang lain. Konsekuensi dari adanya autokorelasi

yaitu varians yang diperoleh dari estimasi dengan ECM bersifat under estimate,

yaitu nilai varians parameter yang diperoleh lebih kecil daripada nilai varians

yang sebenarnya.

Uji yang digunakan untuk mendeteksi apakah pada data yang diamati

terjadi autokorelasi atau tidak adalah uji Breusch-Godfrey Serial Correlation LM.

Apabila nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata maka tidak

ditemukan gejala autokorelasi pada model, namun bila nilai probability Obs*R-

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

36

squared lebih kecil dari taraf nyata maka ditemukan gejala autokorelasi pada

model.

Cara untuk mengatasi autokorelasi adalah dengan menambahkan variabel

Auto Regressive (AR). Uji pelanggaran asumsi klasik digunakan untuk melihat

kestabilan elastisitas jangka pendek dari hasil pengolahan penelitian.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan karena data yang digunakan kurang dari 30. Uji

ini dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati distribusi normal.

Pada software E-Views 4.1 uji normalitas dilakukan dengan melakukan deskriptif

statistik test. Berdasarkan user guides E-Views jika diperoleh nilai probabilitas

Jarque Bera lebih besar dari alfa (α), maka model ECM tidak mempunyai

masalah normalitas atau error term terdistribusi normal.

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM KOMODITI KOPI INDONESIA

4.1. Sejarah Masuknya Kopi Ke Indonesia

Masuknya kopi ke Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran orang

Belanda dan Kota Mocha, suatu pelabuhan yang ramai di jazirah Arab pada abad

ke 17. Pada Tahun 1616, seorang Belanda bernama Pieter van den Broecke datang

ke Mocha, dan melihat banyak orang minum cairan hitam yang dibuat dari

seduhan biji-bijian. Pieter kemudian membawa biji-bijian tersebut (yang

selanjutnya dikenal sebagai biji kopi) dari Mocha ke Belanda sebagai komoditas

baru. Atas anjuran Nicolaas Witsen (Walikota Amsterdam) dan Adriaan van

Ommen (Komandan Tentara Belanda di Malabar, India), pada tahun 1696 untuk

pertama kalinya tanaman kopi (Arabika) dimasukkan ke Indonesia dari Kanuur,

Malabar, India. Willem van Outshoorn (Gubernur Jenderal Hindia Belanda waktu

itu), menyuruh menanam tanaman kopi tersebut di Perkebunan Kedawong, dekat

Batavia (Jakarta), namun penanaman tersebut gagal akibat adanya gempa bumi

dan banjir.

Pada awal masuknya kopi ke Indonesia hanya jenis Arabika yang ditanam,

penanaman pun hanya berpusat di pulau Jawa saja. Oleh karena itu pada sekitar

tahun 1700-an yang terkenal adalah kopi Jawa (Java coffee). Benih dan hasil

penanaman kopi Jawa dikirim ke Belanda untuk diperdagangkan. Belanda juga

berusaha mengembangkan penanaman kopi ke Sumatera, Sulawesi, Timor, Bali,

dan kepulaun lainnya di Indonesia.

Pada tahun 1874 banyak tanaman kopi Arabika yang rusak akibat serangan

penyakit karat daun (Hemilea vastatrix), dan ternyata tanaman kopi jenis Arabika

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

38

memang rentan terkena penyakit ini. Maka pada tahun yang sama dimasukkan

kopi Liberika (Coffee liberica) dari Liberia. Tetapi tanaman kopi jenis ini juga

rentan terhadap penyakit karat daun.

Setelah upaya menggantikan kopi jenis Arabika dengan jenis Liberika

gagal, pada tahun 1900 dimasukkan jenis kopi Robusta. Tanaman kopi Robusta

ini ditanam di daerah Jawa Timur, dan ternyata tanaman kopi jenis Robusta ini

tahan serangan berbagai penyakit tumbuhan. Penanaman kopi Robusta ini

menyebar ke wilayah-wilayah perkebunan kopi seperti di Jawa dan Sumatera,

oleh karena itu tanaman kopi yang ada di Indonesia sebagian besar adalah jenis

Robusta.

4.2. Produksi dan Luas Areal Kopi Indonesia

Tanaman kopi di Indonesia menyebar di beberapa wilayah yaitu di

Sumatera, Jawa, Sulawesi dan Bali. Daerah-daerah penghasil kopi antara lain

Propinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sumatera Utara, Jawa Timur,

Nangroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Selatan. Daerah penghasil kopi terbesar

adalah propinsi Sumatera Selatan dengan total produksi sebesar 144.192 ton pada

tahun 2005 (AEKI, 2006). Tanaman kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah

jenis kopi Robusta dan Arabika.

Sensus kopi memberikan gambaran bahwa hampir seluruh luas areal

tanaman kopi yang diusahakan adalah golongan Robusta. Berdasarkan data

Direktorat Jenderal Perkebunan dalam statistik kopi AEKI (2006), pada tahun

2005 dari seluruh luas areal tanaman kopi (1.302.043 hektar) sekitar 91,5 persen

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

39

ditanami oleh kopi jenis Robusta dan hanya sekitar 8,5 persen ditanami kopi

Arabika. Produksi kopi Indonesia tahun 2005 mencapai 640.365 ton yang terdiri

dari 593.335 ton kopi Robusta dan sekitar 47.030 ton kopi Arabika (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Perkebunan Kopi Indonesia Menurut Jenis Tahun 1994-2005

Arabika Robusta Jumlah Tahun Luas Areal

(Ha) Produksi

(ton) Luas Areal

(Ha) Produksi

(ton) Luas Areal

(Ha) Produksi

(ton) 1994 67.366 28.804 1.073.019 421.387 1.140.385 450.1911995 78.340 39.829 1.089.171 417.972 1.167.511 457.8011996 81.612 37.455 1.077.467 421.751 1.159.079 459.2061997 94.538 28.749 1.075.490 299.669 1.170.028 428.4181998 118.023 65.596 1.035.346 448.855 1.153.369 514.4511999 113.407 72.766 1.013.870 458.921 1.127.277 531.6872000 107.465 42.988 1.153.222 511.586 1.260.687 554.5742001 82.807 23.071 1.230.576 546.163 1.313.383 569.2342002 91.293 25.116 1.280.891 656.903 1.372.184 682.0192003 99.393 43.356 1.195.495 627.899 1.294.888 671.2552004 110.416 46.985 1.190.377 600.400 1.300.793 647.3852005 110.486 47.030 1.191.557 593.335 1.302.043 640.365

Sumber : AEKI, 2006

Tiga propinsi di Sumatera bagian selatan yaitu Propinsi Sumatera Selatan,

Lampung dan Bengkulu merupakan penghasil utama kopi Robusta Indonesia.

Pada tahun 2005 luas perkebunan kopi untuk kopi Robusta di tiga propinsi ini

mencapai sekitar 474.051 hektar dengan produksi sekitar 360.924 ton atau

mencapai 53,48 persen dari produksi kopi Robusta seluruh Indonesia. Sebagian

besar produksi kopinya dihasilkan oleh petani perkebunan rakyat dan

mengolahnya secara kering, hanya sebesar 937 ton yang dihasilkan oleh

perkebunan swasta dan hanya ada di wilayah Propinsi Bengkulu.

Daerah penghasil kopi Arabika terbesar di Indonesia adalah Propinsi

Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara dengan luas areal sebesar 29.940

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

40

hektar. Produksi kopi Arabika dari kedua propinsi ini mencapai 29.653 ton atau

mencapai 63,05 persen dari produksi kopi Arabika seluruh Indonesia. Mutu kopi

Arabika dari kedua propinsi tersebut dikenal memiliki mutu yang tinggi sehingga

memperoleh pasar yang baik dengan harga tinggi (AEKI, 2006).

4.3. Konsumsi Domestik Kopi

Minum kopi merupakan kegemaran masyarakat baik di kota dan di desa

yang dapat dinikmati di rumah, kantor dan tempat makan dengan beragam

penyajian. Minum kopi lazim disenangi pada waktu pagi dan sore hari, namun

jarang di malam hari, kecuali untuk tujuan tertentu seperti bekerja di malam hari,

jaga malam atau lainnya. Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh gambaran bahwa

persentase perubahan konsumsi selama tahun 1994-2005 adalah sebesar 10,06

persen artinya rata-rata setiap tahunnya terdapat peningkatan konsumsi sebesar

10,06 persen.

Bila dibandingkan antara total produksi dengan jumlah konsumsi domestik

kopi, pada tahun 2005 pasar dalam negeri hanya menyerap 35,31 persen dari total

produksi kopi (640.365 ton). Sebagian besar produksi kopi Indonesia diekspor

yaitu sebesar 64,69 persen dari total produksi pada tahun 2005.

Konsumsi domestik kopi yang masih kecil dapat dikembangkan untuk

menumbuhkan pasar kopi yang potensial. ICO telah melakukan berbagai macam

cara untuk mempromosikan kepada masyarakat agar gemar minum kopi, seperti

memberi penjelasan bahwa secara ilmiah minum kopi tidak merusak kesehatan

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

41

asalkan dengan porsi yang tepat. Minum kopi juga tidak membahayakan bagi

anak-anak asalkan tidak berlebihan.

Tabel 4.2. Konsumsi dan Produksi Kopi Indonesia dan Perbandingan Konsumsi dengan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2000-2005

Tahun Konsumsi (C) (ton)

Perkembangan Konsumsi (%)

Produksi (Q) (ton)

Perkembangan Produksi (%)

Perbandingan (C)&(Q) (%)

2000 208.587 18,64 554.574 4,30 37,61 2001 313.516 50,30 569.234 2,64 55,08 2002 353.070 12,62 682.019 19,81 51,77 2003 345.709 -2,08 671.255 -1,58 51,50 2004 324.961 -6,00 647.385 -3,56 50,20 2005 226.122 -30,42 640.365 -1,08 35,31

Rataan 222.476,08 10,06 627.472 3,57 40,41 Sumber : AEKI, 2006 (Diolah)

4.4. Pemasaran Kopi

Kopi di Indonesia dihasilkan oleh kebun-kebun kopi milik rakyat dan

perkebunan yang tersebar di beberapa propinsi. Keadaan demikian menimbulkan

jaringan tataniaga yang beragam untuk menampung dan menyalurkan produksi

kopi. Tataniaga kopi merupakan mata rantai kegiatan yang panjang dari jutaan

petani dan pekebun kopi serta perusahaan-perusahaan eksportir.

Pola tataniaga kopi rakyat di beberapa propinsi penghasil kopi ditandai

dengan berperannya pedagang pengumpul, pedagang lokal dan pedagang

eksportir. Kebun kopi rakyat umumnya terletak di tempat-tempat yang jauh dari

kota pelabuhan dan umumnya masih memiliki sambungan jalan yang belum

bagus. Pola tataniaga kopi terbagi menjadi beberapa saluran. Saluran pertama,

kopi akan dijual petani ke padagang pengumpul tingkat desa, setelah itu kopi akan

dijual kembali ke pedagang pengumpul di tingkat yang lebih tinggi seperti di

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

42

tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Para pedagang pengumpul tingkat

kabupaten akan menjual kopi yang dimiliki ke para eksportir atau ke pasar dalam

negeri, yaitu industri kopi. Petani kopi juga sering menjual kopinya langsung ke

pedagang perantara yang lebih tinggi tingkatannya dari tingkat desa, karena para

pedagang perantara ini sering langsung turun ke desa dan bertemu para petani.

Saluran kedua, kopi akan dijual oleh petani kopi ke agen tingkat propinsi.

Para agen ini juga sering turun langsung ke dasa untuk mendapatkan kopi dari

petani. Kopi dari agen tingkat propinsi ini akan dijual ke para eksportir atau ke

pasar dalam negeri. Saluran ketiga, petani kopi akan langsung menjual kopi yang

dimiliki ke pasar dalam negeri, yaitu ke industri kopi yang ada disekitar wilayah

tempat tinggal mereka, atau ke para eksportir.

Saluran keempat, petani kopi akan menjual kopinya kepada pemilik mesin

pengupas kulit (huller). Di beberapa daerah, pemilik mesin pengupas kopi (huller)

berfungsi sebagai pedagang pengumpul di tingkat desa (Turnip, 2002). Para

pemilik huller ini akan menjual kopi yang dimiliki ke para eksportir atau ke pasar

dalam negeri.

Kopi dibeli dari petani-petani yang datang pada hari-hari pasar atau

dengan cara pembelian langsung di rumah-rumah petani di desa. Kopi yang

dikumpulkan umumnya terdiri dari kopi campur yang belum disortir yang

kemudian diangkut untuk disetorkan ke pedagang eksportir. Kopi ini umumnya

disetorkan ke pengusaha pengolah kopi, yang selanjutnya menyalurkan kopi biji

hasil olahannya ke perusahaan eksportir atau ke pabrik-pabrik lokal untuk kopi

bubuk.

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

43

PETANI KOPI

PEDAGANG AGEN PEMILIK PENGUMPUL DESA TINGKAT HULLER PROPINSI PEDAGANG PENGUMPUL KECAMATAN PEDAGANG PENGUMPUL KABUPATEN PASAR PERUSAHAAN DALAM EKSPORTIR NEGERI INDUSTRI KOPI PERKEBUNAN EKSPOR KOPI

Gambar 4.1. Bagan Pemasaran Kopi Sumber : Turnip (2002)

Saluran kelima, kopi yang berasal dari perkebunan akan langsung

diekspor. Pola seperti ini biasa dilakukan oleh perkebunan besar swasta,

contohnya PT. Perkebunan Nusantara.

Pedagang perantara atau pengumpul biasanya memiliki hubungan-

hubungan khusus dengan petani kopi, dengan sering memberikan pinjaman uang

di masa-masa paceklik atau untuk kepentingan mendadak, dan juga hubungan

antara pedagang perantara dengan perusahaan eksportir yang memberikan modal.

Berdasarkan hasil penelitian ICO pada tahun 1995/1996 bahwa hampir 69 persen

petani kopi menjual hasil produksinya ke pedagang perantara (seperti pedagang

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

44

pengumpul desa, kecamatan, kabupaten, dan para agen tingkat kabupaten) dan 27

persen produksinya dijual langsung ke pedagang di pasar lokal. Hanya 4 persen

dari biji kopi yang dihasilkan dijual langsung kepada koperasi, pabrik pengolahan

kopi lokal atau perusahaan eksportir.

Perkebunan-perkebunan besar mengusahakan pengolahan biji kopi secara

cermat untuk menghasilkan biji kopi yang bermutu baik. Untuk kepentingan ini

dibangun fasilitas pengolahan biji kopi dengan peralatan yang lengkap untuk

fermentasi dan pencucian serta untuk pengeringan biji kopi. Fasilitas tersebut juga

dilengkapi fasilitas untuk sortasi biji kopi, baik secara manual oleh tenaga-tenaga

manusia maupun menggunakan mesin-mesin sortasi yang bekerja secara

elektronik (Turnip, 2002).

Pemasaran hasil dilakukan oleh perkebunan sendiri, yang memiliki unit

khusus untuk pemasaran ekspor maupun lokal. Perkebunan-perkebunan ini

umumnya memiliki hubungan baik dengan pihak-pihak pembeli luar negeri.

Perkembangan pasar luar negeri diikuti secara terus-menerus, baik mengenai laju

perkembangan harga maupun perkembangan produksi kopi di berbagai negara.

Kopi yang dijual melalui pusat-pusat pasar komoditi umumnya sampai ke

perusahaan-perusahaan atau pabrik-pabrik pengolahan kopi melalui perantara para

agen-agennya atau broker. Agen-agen inilah yang banyak berhubungan dengan

pedagang-pedagang perantara di negara-negara pengimpor serta mengetahui

sumber-sumber kopi yang baik di berbagai negara produsen. Melalui agen-agen

tersebut perusahaan dan pabrik pengolahan kopi lebih dapat terjamin memperoleh

kopi dalam jumlah dan mutu sesuai dengan kebutuhannya (Gambar 4.2).

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

45

EKSPORTIR IMPORTIR BROKER ROASTER PENGECER

Gambar 4.2. Saluran Pemasaran Kopi Di Luar Negeri

Sumber : Turnip (2002)

Sejak beberapa tahun terakhir nampak ada kecenderungan di berbagai

negara produsen kopi untuk memperpendek mata rantai pemasaran kopi dari

produsen ke eksportir dengan membentuk badan-badan pemasaran (Turnip, 2002).

Hal ini ditujukan untuk lebih menjamin harga yang layak bagi petani produsen

disamping untuk dapat lebih kuat menghadapi pihak-pihak importir.

Banyak pedagang perantara yang tidak hanya melakukan kegiatan sekedar

sebagai penghubung antar produsen dan pembeli. Umumnya mereka mengadakan

pembelian kopi kemudian ditahan untuk stok dan dilakukan penjualan pada waktu

harga kopi menguntungkan. Perusahaan-perusahaan ekspor pun memiliki stok

kopi dan memiliki fasilitas-fasilitas untuk membersihkan dan sortasi kopi-kopi

sebelum dijual kepada pihak-pihak importir. Ini sangat penting karena untuk

ekspor perlu dijaga agar kopi benar-benar dapat memenuhi persyaratan mutu kopi

ekspor dan yang telah ditetapkan oleh negara-negara importir.

Pada umumnya kopi dijual dengan sistem harga yang disebut free on

board (FOB), tetapi beberapa organisasi perdagangan menjual dengan sistem

harga cost, insurance and freight (CIF). Selain penjualan secara langsung tersebut,

masih dilaksanakan pula penjualan secara konsinyasi. Kopi dikirim ke negara-

negara importir walaupun belum ada pembelinya. Kopi ini baru ditawarkan dan

dilaksanakan penjualannya setelah sampai di negara-negara pengimpor.

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

46

Ada berbagai macam jalan yang dikenal dalam dunia perdagangan kopi.

Beberapa negara, termasuk Indonesia, melakukan penjualan kopi di masing-

masing negara. Pihak-pihak importir membeli langsung dari perusahaan-

perusahaan perkebunan atau perusahaan-perusahaan eksportir, yang selanjutnya

mengurus pengapalan kopinya di negara pembeli. Ada juga yang menawarkan

kopi melalui pusat-pusat pasar komoditi (spot market), terutama melalui Coffee

and Sugar Exchange di New York, Terminal Market di London, Le Havre di

Paris, Los Angeles, Amsterdam dan Hamburg. Di pusat-pusat pasar kopi inilah

bertemu para brokers baik yang mewakili pihak-pihak penjual yang ada di banyak

negara produsen maupun brokers yang mewakili perusahaan-perusahaan impor

atau perusahaan-perusahaan pengolahan kopi.

Ekspor kopi Indonesia sebagian besar dilakukan melalui 5 pelabuhan

utama yaitu Panjang (Lampung), Palembang (Sumatera Selatan), Belawan

(Sumatera Utara), Tanjung Perak (Jawa Timur) dan Ujung Pandang (Sulawesi

Selatan). Pelabuhan-pelabuhan lainnya yaitu Tanjung Priok, Teluk Bayur,

Tanjung Mas dan Reo.

4.5. Ekspor Kopi Indonesia

Perkembangan volume dan nilai ekspor total kopi Indonesia pada periode

tahun 1975 sampai 2005 mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan tingkat

fluktuasi nilai ekspor yang lebih tajam daripada volume ekspornya. Selama

periode tersebut pertumbuhan volume ekspor dan nilai ekspor rata-rata meningkat

sebesar 5,95 persen dan 15,49 persen per tahun.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

47

Tabel 4.3. Volume dan Nilai Ekspor Kopi Indonesia Tahun 1975-2005 Ekspor Perkembangan (%) Tahun

Volume (ton) Nilai (000 US$) Volume Nilai 1975 128.401 99.836 - - 1976 136.272 237.516 6,13 137,91 1977 160.363 599.279 17,68 152,31 1978 215.870 491.305 34,61 -18,02 1979 220.205 614.263 2,01 25,03 1980 238.677 656.005 8,39 6,79 1981 210.595 345.943 -11,77 -47,26 1982 226.985 341.701 7,78 -1,23 1983 241.238 427.258 6,28 25,04 1984 294.471 265.261 22,07 -37,91 1985 282.671 556.203 -4,01 109,68 1986 298.124 818.387 5,47 47,14 1987 286.316 535.566 -3,96 -34,56 1988 298.998 550.237 4,43 2,74 1989 357.035 493.549 19,41 -10,30 1990 421.833 377.154 18,15 -23,58 1991 380.666 372.431 -9,76 -1,25 1992 269.352 236.774 -29,24 -36,42 1993 349.916 344.208 29,91 45,37 1994 289.288 745.744 -17,33 116,66 1995 230.201 606.369 -20,42 -18,69 1996 366.602 595.268 59,25 -1,83 1997 313.430 511.284 -14,50 -14,11 1998 357.550 584.244 14,08 14,27 1999 352.967 467.858 -1,28 -19,92 2000 340.887 326.256 -3,42 -30,27 2001 250.818 188.493 -26,42 -42,23 2002 325.009 223.916 29,57 18,79 2003 323.520 258.795 -0,46 15,58 2004 344.077 294.113 6,35 13,65 2005 445.829 503.836 29,57 71,31

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006 (Diolah)

Perkembangan ekspor kopi Indonesia baik dalam volume maupun nilai

ekspor serta perkembangannya dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

48

Dalam periode tahun 1975 sampai 2005 volume ekspor terendah terjadi pada

tahun 1975 sebesar 128.401 ton dan volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun

2005 sebesar 445.829 ton karena liberalisasi ekspor kopi baik dari sisi pemerintah

Indonesia maupun dari organisasi kopi internasional (ICO). Sementara nilai

ekspor terendah terjadi pada tahun 1975 (US $ 99.836 ribu) dan tahun 2001 (US $

188.493 ribu), dan nilai ekspor tertinggi yang pernah tercapai adalah sebesar US $

818.387 ribu pada tahun 1986 dan sebesar US $ 745.744 ribu pada tahun 1994.

Perkembangan nilai ekspor yang besar terjadi pada tahun 1976, 1977, 1985 dan

1994. Seperti dapat terlihat pada Tabel 4.3, pada tahun tersebut perkembangan

nilai ekspor yang terjadi adalah sebesar 137 persen, 152 persen, 109 persen dan

116 persen.

Dengan membandingkan volume dan nilai ekspor tersebut dapat dilihat

bahwa tingginya nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 1986 dan 1994

disebabkan oleh tingginya harga ekspor pada tahun tersebut. Lonjakan nilai

ekspor yang sangat besar pada tahun 1976, 1977, 1985 dan 1994 disebabkan

karena timbulnya penyakit tanaman kopi dan frost di Brazil. Pada tahun 1986

harga kopi kembali meningkat karena kekeringan yang melanda Brazil (AEKI,

2006). Tahun 1995 hingga tahun 2001 nilai ekspor kopi Indonesia mengalami

fluktuasi karena harga kopi yang berfluktuasi juga, dan setelah tahun 2002 harga

kopi mulai mengalami kenaikan yang menyebabkan nilai ekspor kopi menjadi

naik kembali.

Kopi Indonesia diekspor dalam tiga bentuk yaitu kopi biji, kopi sangrai

dan kopi ekstrak. Ekspor kopi biji digunakan sebagai dasar untuk mengetahui

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

49

prospek kopi Indonesia karena sebagian besar (95,93 persen) ekspor kopi

Indonesia dalam bentuk kopi biji, sedangkan ekspor kopi dalam bentuk sangrai

hanya sebesar 0,02 persen dan ekstrak 4,05 persen (ICO, 2006).

Negara tujuan ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat

pada tahun 2004 sampai 2005, sedangkan dua tahun sebelumnya negara tujuan

ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Jepang (tahun 2002) dan Jerman (tahun

2003). Negara tujuan lainnya adalah Italia dan Singapura. Perkembangan ekspor

kopi Indonesia menurut negara tujuan utama pada periode tahun 2002 sampai

2005 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Utama Tahun 2002-2005

Tahun (ton) Negara 2002 2003 2004 2005

Perkembangan (%)

Amerika Serikat 43.243 48.239 73.288 84.426 26,23 Jepang 56.879 52.720 55.141 49.936 -4,05 Jerman 53.562 57.608 53.936 78.755 15,73 Italia 15.011 25.086 21.348 30.500 31,69 Singapura 12.642 8.935 10.561 13.276 4,86 Total 181.337 192.588 214.274 256.893 12,45

Sumber : BPS, 2006 (Diolah)

Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Amerika Serikat mengalami

pertumbuhan sebesar 26,23 persen per tahun, sedangkan ekspor ke Jepang

mengalami penurunan pada periode tersebut sebesar 4,05 persen per tahun.

Penurunan ekspor kopi ke Jepang dan peningkatan ekspor kopi Indonesia ke

Amerika Serikat disebabkan oleh kemudahan yang diterima eksportir apabila

mereka mengekspor kopi ke Amerika Serikat dibandingkan ke Jepang.

Kemudahan tersebut antara lain lancarnya pembayaran yang diterima oleh

eksportir Indonesia dari importir Amerika Serikat, penyeleksian kopi yang tidak

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

50

berbelit karena semua ekspor kopi Indonesia disertai dengan keterangan “Tidak

Menjamin Lolos Uji USDA”. Permintaan ekspor kopi Amerika Serikat dari

Indonesia merupakan kopi dengan kualitas tinggi, menengah, sampai rendah atau

grade 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. Kopi Indonesia yang dikonsumsi di Amerika merupakan

kopi dengan kualitas menengah sampai rendah, karena kopi Indonesia digunakan

sebagai campuran dari kopi kualitas tinggi yang diimpor Amerika Serikat dari

negara-negara Amerika Latin (AEKI, 2006).

Tabel 4.5. Ekspor Kopi Indonesia Menurut Mutu Tahun 2001-2005

Periode Mutu Tinggi

(Grade 1 & 2) (% dari ekspor)

Mutu Sedang (Grade 3 & 4)

(% dari ekspor)

Mutu Rendah (Grade 5 & 6)

(% dari ekspor) 2001/2002 16,80 63,99 13,36 2002/2003 22,37 65,17 7,73 2003/2004 18,58 61,43 16,12 2004/2005 21,83 45,51 29,36

Sumber : AEKI, 2006 (Diolah)

Berdasarkan data AEKI (2006), kualitas kopi Indonesia yang diekspor

sebagian besar merupakan kopi dengan kualitas sedang atau grade 3 dan 4, lalu

kualitas tinggi atau grade 1 dan 2, dan kualitas rendah atau grade 5 dan 6.

Sebanyak 45 sampai 65 persen dari total ekspor kopi merupakan kualitas sedang,

16 sampai 22 persen merupakan kualitas tinggi, dan 7 sampai 29 pesen merupakan

kualitas rendah (Tabel 4.5). Banyaknya kopi kualitas sedang berhubungan dengan

cara dari para petani kopi memetik buah kopi. Sebagian besar petani memetik

kopi dengan cara diambil seluruh tangkai buah kopi, sehingga buah kopi yang

dipetik tercampur antara yang sudah matang dan yang belum matang. Kopi yang

sudah matang berwarna merah sedangkan yang belum matang berwarna hijau,

kualitas yang sudah matang lebih baik daripada yang belum matang.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

51

Masalah rendahnya mutu kopi Indonesia yang diekspor merupakan

masalah jangka panjang. Para petani harus diberikan pengarahan agar kopi yang

dipanen merupakan kopi yang memiliki kualitas baik sehingga nilai tambah dari

penjualan kopi tersebut bisa tinggi. Masukan-masukan itu bisa diberikan oleh

instansi pemerintah yang berkeliling ke daerah penghasil kopi atau melalui agen

pengumpul, karena mereka berinteraksi langsung dengan para petani kopi. Selain

masalah kopi biji yang belum matang, masalah cacat kopi biji, serangga mati dan

batu kerikil yang terdapat pada kopi biji Indonesia yang diekspor juga perlu

mendapatkan perhatian. Apabila di dalam setiap karung kopi terdapat cacat dan

benda-benda seperti itu, maka kopi Indonesia dikatakan bermutu rendah. Kopi biji

bermutu rendah sangat merugikan perkopian Indonesia di pasar internasional.

Namun sejak diberlakukannya standarisasi mutu kopi Indonesia, komposisi ekspor

kopi Indonesia berdasarkan jenis mutu mengalami perubahan (Tabel 4.5).

4.6. Perkembangan Harga

Salah satu faktor yang mempengaruhi baik permintaan maupun penawaran

adalah harga komoditas itu sendiri. Sebagaimana komoditas pertanian lainnya

yang memiliki masa panen, maka harga kopi sangat berfluktuasi akibat adanya

masa tunggu dalam berproduksi.

Perkembangan harga komoditas kopi di pasar dalam negeri dapat dilihat

pada Tabel 4.6. Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat terlihat bahwa harga

kopi dalam setahun berfluktuasi, namun kecenderungannya harga pada bulan

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

52

Agustus sampai dengan Desember lebih rendah apabila dibandingkan dengan

harga pada bulan Januari sampai Juli.

Tabel 4.6. Perkembangan Harga Bulanan Kopi Indonesia Di Pasar Dalam Negeri Tahun 1999-2004

Tahun (Rp/Kg) Bulan 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Rata2 Bulanan

Januari 15.750 10.000 6.001 4.505 5.096 5.169 7.753,5Februari 15.500 9.000 5.839 4.699 5.529 5.412 7.663,2Maret 15.667 9.000 6.109 4.663 5.163 5.194 7.632,7April 15.667 9.000 5.308 4.830 4.822 5.244 7.478,5Mei 15.667 8.500 5.400 5.470 4.943 5.768 7.624,7Juni 14.709 8.500 5.265 5.225 4.800 5.818 7.386,2Juli 14.208 8.500 5.440 5.220 4.448 5.064 7.146,7Agustus 11.834 8.500 5.363 5.287 4.434 5.404 6.803,7September 10.565 8.500 4.751 5.012 4.742 5.204 6.462,3Oktober 10.565 8.500 4.717 4.860 4.631 5.538 6.468,5November 10.565 - 4.910 4.480 4.649 5.243 5.969,4Desember 10.565 - 4.709 5.023 4.822 5.490 6.121,8Rata-rata Tahunan 13.438,5 8.800,0 5.317,7 4.939,5 4.839,9 5.379,0

Sumber : Ditjenbun, 2006

Keadaan tersebut kemungkinan besar disebabkan bulan Juni sampai

Agustus umumnya merupakan masa-masa panen sehingga persediaan kopi di

pasaran tinggi pada bulan Agustus sampai Desember dan harga akan turun

dibawah harga rata-rata. Harga pada bulan Januari sampai Juli lebih tinggi dari

harga rata-rata tahunan disebabkan persediaan kopi pada bulan tersebut mulai

sedikit, dan karena masa pertumbuhan kopi adalah pada bulan September sampai

Desember. Sesungguhnya puncak panen kopi di Indonesia bervariasi antara satu

daerah dengan daerah lain seperti di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera

Utara yang terletak di bagian utara khatulistiwa, yaitu sekitar bulan Oktober

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

53

sampai April (7 bulan), sehingga harga yang terbentuk tidak merosot tajam

ataupun tidak naik secara tajam karena masa panen cukup lama.

Dalam periode tahun 1994 sampai 2005 perkembangan harga komposit

ICO berfluktuasi. Harga yang terjadi pada tahun 1994 dan 1995 cukup tinggi

akibat dari kecilnya produksi dunia yang dikarenakan terjadinya bencana frost

yang diikuti kekeringan di Brazil. Sejak tahun 1998 produksi kopi dunia semakin

meningkat sedangkan laju permintaan kopi dunia relatif stabil sehingga harga kopi

dunia menjadi turun. Fluktuasi harga kopi dunia dapat dilihat di Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Perkembangan Harga Kopi Di Pasar Internasional Tahun 1994-2005 Tahun Harga Kopi Dunia (US cent/lb) Laju Pertumbuhan per Tahun (%)

1994 134,45 - 1995 138,42 2,95 1996 102,07 -2,26 1997 133,91 31,19 1998 108,95 -18,63 1999 85,72 -21,32 2000 64,25 -25,04 2001 45,60 -29,02 2002 47,74 4,69 2003 51,91 8,73 2004 62,15 19,72 2005 89,36 43,78

Sumber : AEKI, 2006

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kebijakan Ekspor Kopi

Perdagangan luar negeri suatu komoditi termasuk komoditi kopi tidak

terlepas dari kebijakan-kebijakan yang mengatur didalamnya. Kebijakan tersebut

ditujukan untuk mencapai suatu sistem perdagangan yang memberikan

keuntungan bagi pihak-pihak yang melakukan perdagangan. Penentu kebijakan

tersebut bisa dari dalam negeri maupun dari luar negeri dimana pasar internasional

berlangsung. Pengaruh yang diberikan dari adanya kebijakan-kebijakan tersebut

dapat memberikan efek yang berbeda bagi setiap negara, bisa menguntungkan

tetapi bisa juga merugikan.

Indonesia sebagai salah satu negara produsen sekaligus eksportir kopi

utama dunia menghadapi berbagai kebijakan yang mengatur lalu lintas

perdagangan kopi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penjelasan

selengkapnya mengenai evaluasi kebijakan ekspor kopi diterangkan berikut ini.

5.1.1. Kebijakan Ekspor Kopi Dari Dalam Negeri

a. Kebijakan Eksportir Kopi Terdaftar

Pengaturan pelaku usaha ekspor maksudnya para eksportir yang diizinkan

melakukan perdagangan kopi adalah eksportir yang terdaftar dalam asosiasi yaitu

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI). Sebenarnya kebijakan eksportir kopi

terdaftar sudah diterapkan sejak tahun 1969, sejak dibentuknya Sindikat Eksportir

Kopi Indonesia (SEKI). SEKI dibentuk oleh Menteri Perdagangan dengan SK

Menteri Perdagangan No. 98/KP/IV/ tanggal 15 April 1969. Pada saat itu usaha

ekspor kopi belum terkoordinir, masing-masing eksportir kopi Indonesia

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

55

menghadapi partner dagangnya di luar negeri dengan caranya masing-masing.

Keadaan seperti itu justru menumbuhkan iklim ekspor yang spekulatif. Seorang

eksportir kopi Indonesia seringkali bersaing harga di pasaran dunia dengan rekan

eksportir senegaranya. Akhirnya memukul harga kopi Indonesia sendiri sebelum

bersaing dengan kopi produksi negara lain. Oleh karena itu kebijakan ini

ditetapkan.

Berdasarkan Keputusan Menperindag No. 558/MPP/Kep/12/1998 tanggal

4 Desember 1998 Jo Peraturan Menteri Perdagangan No. 07/M-DAG/PER/4/2005

tanggal 19 April 2005, tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor, komoditi kopi

termasuk Komoditi Yang Diatur Tata Niaga Ekspornya. Maksudnya adalah

komoditi tersebut hanya dapat diekspor oleh perusahaan yang telah memperoleh

pengakuan sebagai eksportir terdaftar kopi (Approved Trader System). Setiap

eksportir yang akan mengekspor kopi diwajibkan untuk menyertakan Surat

Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK), yang hanya dapat diterima oleh para eksportir

yang terdaftar. Secara khusus pengaturan tersebut diatur melalui SK Menperindag

No. 29/MPP/Kep/1/1999 tanggal 22 Januari 1999 dan diperbaharui dengan

Peraturan Menteri Perdagangan No. 26/M-DAG/PER/12/2005 tanggal 2

Desember 2005.

Selain karena alasan diatas, kebijakan eksportir terdaftar ini juga

diterapkan dengan maksud untuk membina para eksportir. Profesionalisme para

eksportir tersebut dituntut dalam berhubungan dengan para importir dari negara

lain, sehingga tecipta suatu image yang baik mengenai eksportir kopi Indonesia.

Kebijakan eksportir terdaftar ini masih diterapkan sampai saat ini.

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

56

Sejak diberlakukannya Keputusan Menperindag

No.558/MPP/Kep/12/1998 sampai sekarang Eksportir Terdaftar Kopi berjumlah

1.172 eksportir. Sejak dikeluarkannya kebijakan ekspor kopi pada tahun 1998

belum pernah dilakukan evaluasi maupun verifikasi terhadap eksportir terdaftar

kopi untuk mengetahui keabsahan dan aktivitas eksportir tersebut.

b. Kebijakan Pengawasan Kualitas

Perkembangan perkopian dewasa ini menuntut pemerintah untuk

mengeluarkan kebijakan agar daya saing kopi Indonesia tetap baik. Berdasarkan

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 164/MPP/Kep/6/1996

tentang Pengawasan Mutu secara Wajib untuk Produk Ekspor Tertentu, ekspor

produk kopi termasuk produk yang diawasi mutunya. Kualitas kopi yang baik

akan memberikan suatu image yang baik bahwa kopi-kopi produksi Indonesia

adalah kopi yang kualitasnya bagus.

Pada tahun 1983 telah ditetapkan standar mutu kopi untuk ekspor dengan

dokumen pelengkap berupa “Certificate of Quality”. Adapun pengujian standar

mutu kopi dilakukan dengan Sistem Nilai Cacat (Defect System).

Upaya pemerintah untuk menaikkan daya saing komoditas ekspor

Indonesia antara lain dengan mengembangkan pengendalian mutu yang mengarah

terciptanya mutu di Indonesia, yaitu melalui sistem standarisasi nasional. Sistem

Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan dasar dan pedoman setiap kegiatan

standarisasi di Indonesia dengan tujuan mewujudkan jaminan mutu yang dapat

meningkatkan efisiensi nasional.

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

57

Sistem SNI pertama diterapkan pada tahun 1989 sejak dibentuknya Badan

Standarisasi Nasional (BSN). Sejak saat itu terdapat perubahan-perubahan dan

revisi dari kriteria SNI, dan ketetapan BSN yang terakhir adalah SNI 01-2907-

1999/Rev. 1992. Dalam ketetapan BSN tersebut dicantumkan kriteria-kriteria kopi

dengan mutu tertentu.

c. Kebijakan Tarif Ekspor

Pemerintah Indonesia tidak melakukan intervensi dalam perdagangan

kopi. Sejak Indonesia melakukan ekspor kopi, pemerintah tidak pernah

memberlakukan tarif ekspor. Tindakan pemerintah ini diharapkan dapat

meningkatkan daya saing kopi Indonesia di pasar internasional, karena dengan

membebaskan komoditi kopi dari tarif ekspor maka harga yang terbentuk dapat

bersaing dengan harga ekspor kopi dari negara lain.

d. Kebijakan Pemerintah Lainnya

Untuk menunjang perkembangan ekspor kopi Indonesia, pemerintah

berusaha mengeluarkan beberapa peraturan yang mengatur perdagangan kopi

Indonesia ke pasar dunia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1982 tentang pelaksanaan ekspor, impor, dan lalu lintas devisa; serta

Keputusan Menteri Perdagangan No. 265/KP/X/89 tentang Penyempurnaan

Ketentuan Ekspor Kopi, merupakan usaha pemerintah untuk memberikan

kemudahan bagi eksportir kopi Indonesia untuk melepas produksinya ke pasar

dunia. Karena keterbatasan sumber-sumber, maka peraturan-peraturan dan

kebijakan yang telah disebutkan di atas tidak dapat dicantumkan semua dalam

lampiran.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

58

5.1.2. Kebijakan Ekspor Kopi Dari Luar Negeri

a. Kebijakan Kuota Ekspor oleh ICO

Kuota ekspor kopi merupakan cara yang dilakukan oleh ICO untuk

mengatur lalu lintas perdagangan kopi internasional. Munculnya bencana alam,

perubahan supply kopi dunia serta perubahan harga menyebabkan

ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Ketidakseimbangan ini

mendorong ICO sebagai organisasi internasional saat itu untuk membentuk suatu

mekanisme perdagangan yang dapat menguntungkan semua pihak. Salah satu

kebijakan yang dikeluarkan yaitu penetapan kuota ekspor dan kuota impor bagi

negara-negara anggota ICO tersebut.

Pada tahun 1962 diselenggarakan konferensi diantara negara-negara

eksportir kopi dunia dan berhasil menetapkan International Coffee Agreement

(ICA) 1962 yang menghasilkan persetujuan untuk mengendalikan supply kopi ke

pasar dunia. Oleh karena adanya penyakit kopi dan frost (bencana iklim yang

dingin dan kering) di Brazil, produksi kopi Brazil menurun drastis sehingga harga

melonjak tajam. Menghadapi situasi tersebut, ICO tidak memberlakukan sistem

kuota sejak Oktober 1972. Pada periode 1980-1985, harga kopi melemah sebagai

akibat kelebihan produksi dan resesi ekonomi. ICO kembali melakukan sistem

kuota. Pada tahun 1986, kembali terjadi kekeringan di Brazil sehingga harga kopi

melonjak tajam. ICO tidak bisa lagi mempertahankan mekanisme kuota sehingga

pasar kopi kembali dibebaskan. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama,

dimana gejolak harga kopi dunia yang merugikan produsen menyebabkan kuota

diberlakukan kembali, dan barulah pada tanggal 14 Juli 1989 kuota dibekukan

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

59

secara permanen, artinya eksportir dapat mengekspor kopi secara bebas ke negara-

negara anggota ICO dan non ICO.

ICA sebenarnya dimaksudkan untuk mencapai keseimbangan antara

produksi dan konsumsi sehingga harga diharapkan relatif stabil. Namun seperti

kebanyakan nasib agreement komoditas lainnya, ICA dinilai belum berhasil

terutama dalam menjaga stabilitas harga. ICA direvisi oleh negara-negara anggota

ICO secara rutin, karena mengikuti kondisi perkopian internasional pada tahun

berlaku. Semenjak kuota tidak diberlakukan lagi, ICA tetap direvisi secara rutin

walaupun tidak setiap tahun. Akan tetapi agreement yang dicantumkan hanya

berupa keanggotaan, susunan struktur kepengurusan ICO, keuangan, program-

program dalam promosi kopi, dan hasil studi tentang kopi. Aturan-aturan ICA

sudah tidak memiliki “greget” lagi diantara para anggota ICO, karena peraturan

yang dibuatnya tidak memiliki sanksi yang jelas. ICA sulit menerapkan sanksi

karena peraturan yang dibuat tersebut tidak mengikat dan tidak ada pengawasan

bagi para anggota.

Namun demikian, kenyataan menunjukkan tanpa adanya regulasi terhadap

perdagangan kopi menyebabkan harga kopi dunia akan turun pada tingkat yang

sangat rendah. Keadaan ini sangat merugikan produsen kopi dan hanya akan

menguntungkan konsumen kopi dunia. Pada tahun 1991 tersebut, terbentuklah

lembaga internasional Association of Coffee Producing Countries (ACPC) yang

kemudian melahirkan kebijakan stock retention plan yang pada gilirannya dapat

mengendalikan harga kopi pada tingkat yang wajar.

Page 73: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

60

b. Kebijakan Retensi Stok oleh ACPC

Kebijakan retensi stok oleh ACPC pada dasarnya adalah kebijakan

perdagangan yang mengatur tersedianya pasok dalam jumlah yang cukup pada

tingkat harga yang sesuai bagi konsumen dan produsen. Tujuan utama retensi stok

adalah untuk menjaga stabilitas harga kopi dunia pada tingkat yang tidak

merugikan produsen tetapi juga tidak membebani konsumen.

Besarnya retensi kopi adalah persentase dari volume ekspor ketika setiap

kali eksportir mengekspor, yang selanjutnya ditahan di gudang sebagai stok.

Besarnya retensi kopi dapat berubah-ubah tergantung pada tingkat harga indikator

yang terjadi. Ada empat tahap yaitu tahap retensi, tahap netral, tahap pelepasan

stok dan tahap pemberlakuan kembali retensi. Tahap retensi diberlakukan ketika

harga indikator kopi sampai dengan US cents 60,00 /lbs untuk kopi robusta,

dimana pada saat eksportir membeli kopi dari produsen wajib menyimpan retensi

sebesar 20 persen dari volume kopi yang diekspor. Tahap netral berlaku pada

tingkat harga US cents 60,1 /lbs hingga US cents 65,00 /lbs untuk kopi Robusta,

dimana pada saat eksportir membeli kopi dari produsen wajib menyimpan retensi

sebesar 10 persen dari volume kopi yang diekspor. Tahap pelepasan stok berlaku

saat harga komposit kopi Robusta mencapai US cents 65,01 /lbs hingga US cents

70,00 /lbs, dimana saat eksportir membeli kopi dari produsen wajib menyimpan

retensi sebesar 0 persen dari volume kopi yang diekspor. Tahap retensi baru yaitu

setelah hasil retensi dilepas maka dibentuk tahap retensi baru dengan tingkat harga

indikator yang semula.

Page 74: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

61

Kebijakan retensi stok sebenarnya ingin diterapkan di Indonesia pada

tahun 1991. Akan tetapi pada saat itu Indonesia merasa belum siap untuk

menerapkan retensi stok dan meminta pengunduran selama 1 tahun. Akhirnya

Indonesia berencana untuk menerapkan retensi stok pada tahun 1992. Akan tetapi

pada tahun 1992 itu saat Indonesia akan menerapkan retensi stok, terjadi shock

penurunan supply kopi dunia yang diakibatkan terjadinya frost di Brazil dan

dikhawatirkan akan mendorong harga kopi dunia melonjak naik. Karena kejadian

tersebut Indonesia membatalkan rencana untuk menerapkan retensi stok, dan

setelah kejadian tersebut Indonesia tidak pernah menerapkan retensi stok kopi dari

ACPC. Organisasi ACPC saat ini dapat dikatakan sudah tidak ada karena sudah

tidak pernah ada kegiatan yang dilaksanakan walaupun sampai saat ini ACPC

masih belum dibubarkan.

c. Kebijakan Mengenai Keamanan Pangan, Kesehatan, dan Lingkungan

Semenjak tahun 2004 setiap negara mulai memperhatikan berbagai

masalah mengenai keamanan pangan, kesehatan dan lingkungan dalam

menjalankan kegiatan perdagangan dengan negara lain. Tidak terkecuali dalam

perdagangan internasional komoditi kopi, berbagai persyaratan mutu yang tinggi

diterapkan oleh setiap negara bagi kopi yang diimpornya.

Ada beberapa kriteria yang ditetapkan oleh negara-negara importir kopi,

tetapi yang menjadi perhatian utama dalam kurun waktu belakangan ini antara lain

mengenai kandungan obat bahan kimia dan pestisida dalam kopi serta kandungan

toksin dalam kopi. Masing-masing negara memiliki kriteria tertentu, dan apabila

Page 75: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

62

tidak memenuhi kriteria tersebut maka mereka tidak segan untuk mengembalikan

kopi yang diimpor ke negara asalnya.

Diantara negara-negara importir kopi dari Indonesia, negara seperti

Jepang, negara Eropa dan Amerika merupakan konsumen yang sangat ketat dalam

pemberlakuan kebijakan tersebut. Negara-negara tersebut mengeluarkan suatu

kriteria mutu kopi yang boleh masuk ke negaranya. Karena keterbatasan sumber

dan informasi, kriteria yang ditetapkan oleh masing-masing negara tidak dapat

ditampilkan dalam penelitian ini. Mengenai masalah kriteria keamanan pangan

dan kesehatan, negara pengimpor biasanya akan menghubungi Kedutaan Besar

Republik Indonesia yang ada di masing-masing negara apabila ada kopi yang

melewati ambang batas kandungan toksin atau pestisida, lalu informasi tersebut

diberikan ke Departemen Perdagangan.

Jepang, Uni Eropa dan Amerika sudah secara resmi menerapkan ambang

batas Pesticide Residue. Masing-masing negara memiliki pertimbangan sendiri

tentang ambang batas dari bahan kimia atau pestisida berbahaya yang terkandung

dalam bahan makanan yang diimpornya. Restriksi tersebut akan memberatkan

Indonesia karena negara-negara tersebut merupakan pasar potensial bagi kopi

Indonesia. Selain itu dikhawatirkan kopi Indonesia tidak akan lolos ambang batas

tersebut karena kopi dari perkebunan rakyat tidak dapat dikontrol oleh pemerintah

mengenai penggunaan pestisida.

Page 76: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

63

5.1.3. Evaluasi Kebijakan Ekspor Kopi yang Ada dan Pernah Ada

Tabel 5.1. Kebijakan Ekspor Kopi dan Kondisi Ekspor Kopi Indonesia Pada Tahun Berlaku Kebijakan Periode 1972-2005

Tahun Kebijakan Volume

(ton) Nilai

(ribu US$) Harga

(US$/ton) 1972 Penghapusan Kuota Ekspor 93.712 68.315 728,991973 93.562 71.913 768,611974 111.857 98.154 877,501975 128.401 99.836 777,531976 136.272 237.516 1.742,961977 160.363 599.279 3.737,021978 215.870 491.305 2.275,931979 220.205 614.263 2.789,511980 Kuota Ekspor ICO 238.677 656.005 2.748,511981 210.595 345.943 1.642,691982 226.985 341.701 1.505,391983 Certificate of Quality 241.238 427.258 1.771,111984 294.471 265.261 900,811985 282.671 556.203 1.967,671986 298.124 818.387 2.745,121987 286.316 535.566 1.870,541988 298.998 550.237 1.840,271989 Penghapusan Kuota; SNI 357.035 493.549 1.382,351990 421.833 377.154 894,081991 380.666 372.431 978,371992 Retensi Stok (Batal) 269.352 236.774 879,051993 349.916 344.208 983,691994 289.288 745.744 2.577,861995 230.201 606.369 2.634,081996 366.602 595.268 1.623,741997 313.430 511.284 1.631,251998 357.550 584.244 1.634,021999 352.967 467.858 1.325,502000 340.887 326.256 957,082001 250.818 188.493 751,512002 325.009 223.916 688,952003 323.520 258.795 799,942004 Isu Keamanan Pangan, 344.077 294.113 854,792005 Kesehatan dan Lingkungan 445.829 503.836 1.130,11

Sumber : Ditjen Perkebunan, AEKI, Departemen Perdagangan, 2006

Page 77: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

64

Berbagai kebijakan ekspor merupakan satu cara bagi pihak-pihak terkait

untuk membuat suatu sistem perdagangan kopi yang baik dan menguntungkan

bagi semua pihak. Penelitian ini mengevaluasi kebijakan-kebijakan ekspor yang

ada dan pernah ada serta melihat perkembangan ekspor kopi Indonesia pada tahun

berlaku kebijakan. Evaluasi dilakukan secara deskriptif dari perkembangan

volume ekspor, nilai ekspor, dan harga ekspor kopi Indonesia.

Kebijakan ekspor yang ada dan pernah ada serta perkembangan kondisi

ekspor kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pada awal perkembangan

ekspor kopi, Indonesia menghadapi kebijakan kuota ekspor yang ditetapkan oleh

ICO. Karena keterbatasan sumber dan data, perkembangan data pada awal

penetapan kuota ekspor ICO tidak dapat ditampilkan dalam penelitian ini karena

awal pemberlakuan kuota ekspor adalah pada tahun 1962. Pada tahun 1972 kuota

ekspor kopi dihapus karena produksi kopi dunia menurun akibat frost di Brazil.

Pada Tabel 5.1 dapat dilihat, volume ekspor kopi Indonesia pada saat tahun

berlaku kebijakan penghapusan kuota mulai naik, yaitu 111.857 ton pada tahun

1974 dan pada tahun 1979 sudah mencapai 220.205 ton, hampir dua kali lipatnya.

Harga ekspor juga merangkak naik khususnya setelah tahun 1976 yaitu sebesar

US$ 1.742,96 per ton sehingga menyebabkan nilai ekspor kopi juga besar yaitu

sebesar US$ 237.516.000.

Pada tahun 1980 kuota ekspor diberlakukan kembali oleh ICO karena

terjadi over supply kopi dan resesi ekonomi sehingga harga kopi dunia turun.

Untuk menjaga kestabilan harga kuota ekspor diberlakukan, dan kondisi setelah

kuota diberlakukan kembali menunjukkan ekspor kopi Indonesia menjadi semakin

Page 78: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

65

menurun. Pada tahun 1981 ekspor kopi Indonesia menurun, dari 238.677 ton pada

tahun 1980 menjadi 210.595 ton. Pada tahun 1982 dan seterusnya volume ekspor

kopi Indonesia kembali meningkat. Hal tersebut dikarenakan pada tahun-tahun

tersebut Indonesia mendapatkan peningkatan jatah kuota dari ICO, yaitu dari 4,75

persen menjadi 5,19 persen dari kuota kopi dunia, dan produksi kopi Indonesia

terus meningkat. Selain itu Indonesia mencoba untuk meningkatkan ekspor ke

negara-negara non kuota. Akan tetapi ekspor ke negara non kuota dipersulit oleh

ICO dengan mengetatkan prosedur pada tahun 1983 dan 1985 yaitu harus disertai

dengan bukti-bukti sah, dan harga kopi dengan jenis dan mutu yang sama harus

disamakan dengan ekspor kopi ke negara kuota.

Kuota ekspor ingin dihapuskan lagi setelah tahun 1985 akibat kekeringan

di Brazil, tetapi tidak berlangsung karena harga kopi melonjak naik yaitu sebesar

US$ 2.745,12 per ton. Setelah tahun 1986 harga kopi terus menurun sampai

mencapai angka US$ 1.840,27 pada tahun 1988.

Pada tahun 1989 para anggota ICO tidak mencapai kata sepakat untuk

meneruskan pemberlakuan kuota ekspor. Setelah dinilai bahwa kondisi kopi dunia

sudah stabil, kuota ekspor akhirnya secara permanen dibekukan. Kuota ekspor

yang dibekukan membuat negara eksportir kopi bebas mengekspor kopinya.

Volume ekspor kopi Indonesia pada tahun 1990 naik menjadi sebesar 421.833 ton.

Akan tetapi karena masing-masing negara mengoptimalkan ekspornya

menyebabkan supply yang berlebihan di pasaran kopi dunia, sehingga harga kopi

menjadi turun sampai US$ 894,08 per ton. Akibatnya nilai ekspor kopi Indonesia

Page 79: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

66

menjadi US$ 377.154.000, lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu sebesar US$

493.549.000.

Tabel 5.2. Pertumbuhan Ekspor Indonesia Tiap Periode Kebijakan Kuota ICO Tahun 1972-2005

Tahun Kebijakan Volume (ton)

Pertumbuhan (%)

1972-1979 Rata-rata Penghapusan Kuota ICO 145.030,25 - 1980-1989 Rata-rata Kuota Ekspor ICO 264.230,56 82,19 1990-2005 Rata-rata Penghapusan Kuota ICO 336.410,59 27,32

Sumber : Ditjen Perkebunan, 2006

Pertumbuhan ekspor kopi Indonesia tiap periode kebijakan kuota ICO

dapat dilihat pada Tabel 5.2. Berdasarkan data tersebut, volume ekspor rata-rata

tiap periode kebijakan kuota ICO menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Volume rata-rata pada periode kebijakan kuota ekspor menunjukkan pertumbuhan

sebesar 82,19 persen, dan volume rata-rata setelah kebijakan kuota ekspor

dihapuskan menunjukkan pertumbuhan sebesar 27,32 persen. Pada periode kuota

ekspor volume rata-rata mengalami peningkatan karena pada periode tersebut

produksi kopi Indonesia mengalami peningkatan dan Indonesia mendapat

peningkatan jatah kuota dari ICO sehingga tiap tahun volume ekspornya lebih

besar daripada saat periode penghapusan kuota.

Pada tahun 1992 Indonesia berencana untuk menerapkan retensi stok.

Akan tetapi rencana ini dibatalkan karena terjadi frost di Brazil. Supply kopi dunia

menurun dan dikhawatirkan harga kopi dunia akan melonjak naik. Harga kopi

dunia akan mempengaruhi harga ekspor kopi Indonesia. Pada Tabel 5.1 dapat

dilihat, harga ekspor kopi Indonesia pada tahun 1992 adalah US$ 879,05 per ton

dan pada tahun selanjutnya yaitu tahun 1993, 1994 dan 1995 harga kopi melonjak

Page 80: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

67

naik menjadi US$ 983,69 per ton, US$ 2.577,86 per ton dan US$ 2.634,08 per

ton.

Kebijakan yang terkait dengan mutu keamanan pangan, kesehatan dan

lingkungan mulai diterapkan pada tahun 2004 oleh beberapa negara seperti

Jepang, negara Eropa dan Amerika, yang merupakan negara tujuan utama ekspor

kopi Indonesia. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang menghambat

(merestriksi) ekspor kopi Indonesia, akan tetapi volume ekspor kopi Indonesia

pada tahun berlaku kebijakan menunjukkan peningkatan, yaitu 344.077 ton pada

tahun 2004 dan 445.829 ton pada tahun 2005. Jika dibandingkan dengan volume

ekspor kopi Indonesia pada tahun 2003 (Tabel 5.1), peningkatan volume ekspor

kopi Indonesia cukup besar. Kebijakan ini perlu menjadi perhatian bagi pihak-

pihak terkait seperti pemerintah, asosiasi, petani dan eksportir agar dimasa

mendatang tidak menjadi penghambat ekspor kopi Indonesia.

Kebijakan pengawasan kualitas yaitu penerapan “Certificate of Quality”

dan SNI memberi aturan yang jelas mengenai kriteria kopi yang dapat diekspor.

Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kopi Indonesia.

Certificate of Quality mulai berlaku tahun 1983 sampai 1989, setelah itu diganti

dengan kriteria mutu kopi dari SNI dan masih berlaku sampai sekarang.

Kebijakan mengenai pelaku ekspor kopi yaitu eksportir terdaftar berlaku mulai

tahun 1969 sampai sekarang dan memberikan efek yang baik yaitu keteraturan

tataniaga ekspor kopi dan peningkatan profesionalisme.

Diantara kebijakan-kebijakan ekspor kopi yang telah dijelaskan, kebijakan

yang saat ini berlaku adalah kebijakan eksportir kopi terdaftar, SNI, dan kebijakan

Page 81: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

68

terkait mutu keamanan pangan, kesehatan dan lingkungan. Pemerintah Indonesia

tidak melakukan banyak intervensi terhadap perdagangan komoditi kopi,

khususnya ekspor kopi.

5.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Pada bagian ini dijelaskan mengenai hasil-hasil pengujian dan hasil akhir

estimasi. Pengujian yang dilakukan antara lain uji stasioneritas data dan uji

ekonometrika yaitu uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas.

Pembahasan ekonomi bertujuan untuk menganalisis hasil estimasi dengan

keadaan yang sebenarnya baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang. Alasan menganalisis persamaan dalam jangka pendek dan jangka

panjang adalah bahwa secara ekonometrika ECM menganalisis keabsahan model

baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek berdasarkan error correction

term.

5.2.1. Kestasioneran Data

Langkah awal dalam pengujian ECM yaitu melalui pengujian unit root test

dengan menggunakan uji ADF. Pengujian ini digunakan untuk melihat

kestasioneran data. Berdasarkan hasil uji ADF diketahui bahwa data yang

digunakan pada empat variabel dalam model penelitian yaitu variabel produksi

kopi, harga domestik kopi, harga ekspor kopi dan variabel nilai tukar tidak

stasioner pada level. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t-statistik ADF yang lebih

besar dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan 10 persen. Sedangkan data variabel

lainnya yaitu variabel konsumsi domestik kopi dan volume ekspor kopi Indonesia

Page 82: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

69

stasioner pada level. Hal ini ditunjukkan dengan nilai statistik ADF yang lebih

kecil dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan 10 persen (Tabel 5.3). Keadaan ini

menunjukkan bahwa model yang digunakan pada penelitian ini memenuhi syarat

untuk diestimasi dengan menggunakan metode ECM, karena minimal ada satu

variabel yang tidak stasioner pada level.

Tabel 5.3. Hasil Uji Unit Root pada Level Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF 1% 5% 10%

Keterangan

LNXK -3,7237 -4,3098 -3,5742 -3,2217 Stasioner LNQ -2,9090 -4,3098 -3,5742 -3,2217 Tidak Stasioner LNCK -4,8908 -4,3340 -3,5806 -3,2253 Stasioner LNHD -3,0693 -4,3098 -3,5742 -3,2217 Tidak Stasioner LNHX -2,3286 -4,3098 -3,5742 -3,2217 Tidak Stasioner LNERT -2,4480 -4,3098 -3,5742 -3,2217 Tidak Stasioner

Sumber : Lampiran 2 Keterangan : Stasioner pada tingkat kepercayaan 10 persen

Tabel 5.4. Hasil Uji Unit Root pada First Difference Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF 1% 5% 10%

Keterangan

LNXK -6,6808 -2,6501 -1,9534 -1,6098 Stasioner LNQ -4,0840 -2,6501 -1,9534 -1,6098 Stasioner LNCK -6,4057 -2,6534 -1,9539 -1,6096 Stasioner LNHD -4,1230 -2,6501 -1,9534 -1,6098 Stasioner LNHX -5,7570 -2,6501 -1,9534 -1,6098 Stasioner LNERT -6,3679 -2,6501 -1,9534 -1,6098 Stasioner

Sumber : Lampiran 3 Keterangan : Stasioner pada tingkat kepercayaan 10 persen

Dari hasil uji yang diperlihatkan pada Tabel 5.3, maka perlu dilanjutkan

dengan uji akar unit pada first difference. Uji ini dilakukan sebagai konsekuensi

dari tidak terpenuhinya asumsi stasioneritas pada derajat nol atau I(0). Hasil uji

first difference dapat diketahui bahwa semua variabel yang digunakan dalam

model stasioner pada derajat integrasi satu atau I(1), ditunjukkan dengan nilai

Page 83: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

70

statistik ADF yang lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat kepercayaan sepuluh

persen pada semua variabel, seperti pada Tabel 5.4.

5.2.2. Uji Kointegrasi

Syarat yang dibutuhkan untuk menunjukkan bahwa diantara variabel-

variabel yang diteliti berkointegrasi adalah dengan melihat perilaku residual dari

regresi persamaan yang digunakan, dimana residualnya harus stasioner. Hasil uji

stasioneritas terhadap residual regresinya dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Uji Akar Terhadap Residual Persamaan Regresi Nilai Kritis MacKinnon Variabel Nilai ADF 1% 5% 10%

Keterangan

ECT -4.9340 -2.6471 -1.9529 -1.6100 Stasioner Sumber : Lampiran 4 Keterangan : residual stasioner pada tingkat kepercayaan 10%

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 5.5 (Lampiran 4) dapat

ditunjukkan bahwa residual dari persamaan regresi stasioner pada tahap level

dalam selang kepercayaan 10 persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai statistik ADF

yang lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon pada selang kepercayaan 10 persen.

Dengan demikian hasil uji stasioneritas data terhadap residual semakin

menguatkan bahwa diantara variabel-variabel yang digunakan terdapat

kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk memperoleh hubungan jangka

panjang yang stabil antara variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang

sama. Uji kointegrasi Engle-Granger ini digunakan untuk mengestimasi hubungan

jangka panjang antara ekspor kopi Indonesia terhadap produksi kopi (Q),

konsumsi domestik kopi (CK), harga domestik kopi (HD), harga ekspor kopi

(HX) dan nilai tukar (ERT), sehingga didapatkan persamaan ekspor kopi

Indonesia dalam jangka panjang sebagai berikut.

Page 84: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

71

Tabel 5.6. Hasil Estimasi Kointegrasi Variabel Koefisien Prob.

Constant 6,9443 0,0411 LNQ 0,6585 0,0131 LNCK -0,1451 0,0000 LNHD -0,1767 0,0264 LNHX -0,0056 0,9310 LNERT 0,0202 0,8549

Sumber : Lampiran 5 Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 10 persen

Berdasarkan persamaan jangka panjang pada Tabel 5.6 dapat diketahui

bahwa variabel produksi kopi, konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ekspor kopi Indonesia

pada taraf nyata 10 persen. Untuk variabel harga ekspor kopi dan nilai tukar tidak

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia baik pada

taraf nyata 1 persen, 5 persen maupun 10 persen.

Koefisien produksi kopi berpengaruh positif terhadap penawaran ekspor

kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena apabila produksi kopi

Indonesia meningkat maka jumlah kopi yang ditawarkan akan meningkat dan

dapat meningkatkan ekspor kopi Indonesia. Jika terjadi peningkatan produksi kopi

sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka akan menyebabkan peningkatan

penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,6585 persen.

Koefisien konsumsi domestik berpengaruh negatif terhadap penawaran

ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal ini terjadi karena volume kopi

yang dapat diekspor akan berkurang jika konsumsi domestik meningkat. Apabila

terjadi peningkatan konsumsi domestik sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka

Page 85: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

72

akan menyebabkan penurunan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,1451

persen.

Koefisien harga domestik kopi berpengaruh negatif terhadap penawaran

ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang. Hal tersebut dikarenakan apabila

harga domestik kopi meningkat maka para pelaku pasar akan lebih memilih

menjual kopi yang dimiliki ke pasar dalam negeri daripada diekspor, karena

keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Jika terjadi peningkatan harga

domestik kopi sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka akan menyebabkan

penurunan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar 0,1767 persen.

Variabel harga ekspor kopi dan nilai tukar dalam jangka panjang

berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia pada

tingkat kepercayaan 10 persen. Hal ini terjadi karena perkembangan harga ekspor

kopi dan nilai tukar saling menunjukan pengaruh yang berbanding terbalik dari

tahun ke tahun selama tahun analisis. Berdasarkan Gambar 5.1 dan Gambar 5.2,

perkembangan harga ekspor kopi menunjukan perkembangan yang terus menurun

sedangkan perkembangan nilai tukar menunjukan perkembangan yang terus

meningkat. Pada saat terjadi devaluasi Rupiah, harga kopi Indonesia menjadi lebih

murah dibandingkan dengan harga kopi negara lain, daya saing kopi Indonesia

meningkat. Akan tetapi harga ekspor kopi Indonesia yang terbentuk mengalami

penurunan, sehingga menjadi tidak menarik bagi para eksportir kopi untuk

meningkatkan penawaran ekspor kopi. Oleh karena itu perubahan harga ekspor

kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi

Indonesia.

Page 86: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

73

Perkembangan Harga Ekspor Riil

0.005.00

10.0015.00

20.0025.00

30.0035.00

1976

1979

1982

1985

1988

1991

1994

1997

2000

2003

Tahun

Harga Ekspor Riil

Gambar 5.1. Perkembangan Harga Ekspor Riil Kopi Indonesia Tahun 1976-2005 Sumber : Lampiran 1

Perkembangan Nilai Tukar Riil

0.00

1000.00

2000.00

3000.00

4000.00

5000.00

1976

1979

1982

1985

1988

1991

1994

1997

2000

2003

Tahun

Nilai Tukar Riil

Gambar 5.2. Perkembangan Nilai Tukar Riil Indonesia Tahun 1976-2005 Sumber : Lampiran 1

5.2.3. Error Correction Model (ECM)

ECM digunakan untuk melihat perilaku jangka pendek dari persamaan

regresi dengan mengestimasi dinamika error correction term (ECT). Estimasi

ECM untuk permintaan ekspor kopi Indonesia dilakukan dengan merestriksi

variabel-variabel yang berpengaruh terhadap permintaan ekspor kopi Indonesia.

Sebelumnya dilakukan uji diagnostik model terlebih dahulu.

Page 87: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

74

5.2.3.1. Uji Diagnostik Model

Uji kebaikan model ECM bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

masalah-masalah asumsi klasik, seperti heteroskedastisitas, autokorelasi, dan

normalitas. Uji ekonometrika menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak

mengindikasikan adanya masalah heteroskedastisitas dan autokorelasi, karena

nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan (α =

10). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.7 dimana nilai probability Obs*R-

squared untuk pengujian heteroskedastisitas adalah sebesar 0,9545 dan 0,5134

(ARCH LM test dan White Heteroskedasticity test), dan untuk pengujian

autokorelasi nilainya sebesar 0,3870.

Tabel 5.7. Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi ARCH LM Test : F-statistic 0,0030 Probability 0,9566 Obs*R-squared 0,0033 Probability 0,9545

White Heteroskedasticity Test : F-statistic 0,7893 Probability 0,6814 Obs*R-squared 17,1416 Probability 0,5134

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0,5879 Probability 0,5671 Obs*R-squared 1,8985 Probability 0,3870

Sumber : Lampiran 8 dan Lampiran 9

Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa apakah error term mendekati

distribusi normal. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa error term

terdistribusi secara normal. Hal ini dapat dilihat dengan nilai probabilitas Jarque-

Bera sebesar 0,7804 yang lebih besar dari 10 persen (Gambar 5.2).

Page 88: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

75

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.1 0.0 0.1

Series: ResidualsSample 1978 2005Observations 28

Mean -0.002233Median 0.013058Maximum 0.170299Minimum -0.164240Std. Dev. 0.085973Skewness -0.170941Kurtosis 2.444964

Jarque-Bera 0.495773Probability 0.780448

Berdasarkan uji diagnostik di atas dapat disimpulkan bahwa model ECM

ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi dan menunjukkan

bahwa error term terdistribusi secara normal. Model tersebut dapat dinyatakan

terbebas dari masalah asumsi klasik dan estimasi model dapat dinyatakan valid.

5.2.3.2. Estimasi Model

Tabel 5.8. Hasil Estimasi Error Correction Model (ECM) Penawaran Ekspor Kopi Indonesia Terhadap Variabel yang Signifikan

Variabel Koefisien Prob. DLNQ 0,7929 0,0313 DLNCK -0,1402 0,0000 DLNHD -0,1871 0,2689 DLNHD(-1) 0,3133 0,0432 DLNHX -0,0512 0,4803 DLNHX(-1) -0,1288 0,0346 DLNERT 0,0801 0,5175 D1 -0,1325 0,0958 D2 0,0239 0,4838 ECT(-1) -0,7536 0,0034

Sumber : Lampiran 7 Keterangan : Signifikan pada taraf nyata 10 persen

Hasil ECM yang terbaik dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.8

(Lampiran 7). Berdasarkan persamaan jangka pendek tersebut dapat diketahui

Gambar 5.3. Hasil Uji Normalitas Error Correction Model untuk Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Sumber : Lampiran 10

Page 89: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

76

bahwa variabel produksi kopi, konsumsi domestik kopi, harga domestik kopi 1

tahun sebelumnya, harga ekspor kopi 1 tahun sebelumnya dan dummy krisis

ekonomi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel ekspor kopi

Indonesia pada taraf nyata 10 persen. Produksi kopi mempengaruhi penawaran

ekspor kopi Indonesia secara negatif dalam jangka pendek. Hal ini dikarenakan

apabila terjadi perubahan produksi kopi baik meningkat maupun menurun akan

mempengaruhi jumlah kopi yang dapat ditawarkan untuk ekspor. Apabila

produksi kopi meningkat sebesar 1 persen, ceteris paribus, maka akan

menyebabkan peningkatan penawaran ekspor kopi sebesar 0,7929 persen.

Konsumsi domestik mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia

secara negatif dalam jangka pendek. Hal ini terjadi karena apabila terjadi

peningkatan konsumsi domestik kopi maka volume kopi yang dapat diekspor akan

menurun. Jika konsumsi domestik meningkat sebesar 1 persen, ceteris paribus,

maka akan menyebabkan penurunan penawaran ekspor kopi sebesar 0,1402

persen.

Harga domestik kopi 1 tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap

penawaran ekspor kopi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan apabila terjadi

perubahan harga domestik seperti peningkatan harga maka para pelaku pasar

memiliki harapan kondisi perdagangan kopi di dalam negeri dan luar negeri

sedang baik, sehingga selain meningkatkan penawaran kopi di pasar dalam negeri

para pelaku pasar juga meningkatkan penawaran ekspor kopi. Jika terjadi

peningkatan harga domestik kopi 1 tahun sebelumnya sebesar 1 persen, ceteris

Page 90: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

77

paribus, maka akan meningkatkan penawaran ekspor kopi Indonesia sebesar

0,3133 persen.

Harga ekspor kopi 1 tahun sebelumnya memberikan pengaruh negatif

terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek. Hal tersebut

dikarenakan apabila terjadi perubahan harga domestik 1 tahun sebelumnya maka

akan mempengaruhi daya saing kopi Indonesia. Misalkan terjadi peningkatan

harga ekspor kopi pada 1 tahun sebelumnya, maka daya saing kopi Indonesia akan

menurun dibandingkan kopi dari negara lain. Daya saing yang menurun

menyebabkan perdagangan kopi Indonesia di pasar internasional menjadi

menurun, dan menyebabkan para eksportir menurunkan ekspor kopi yang

ditawarkan. Jika harga ekspor kopi 1 tahun sebelumnya naik sebesar 1 persen,

ceteris paribus, maka akan menurunkan penawaran ekspor kopi indonesia sebesar

0,1288 persen.

Variabel harga domestik kopi, harga ekspor kopi dan nilai tukar

berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia pada

jangka pendek. Harga domestik kopi berpengaruh tidak signifikan karena

pengaruh variabel ini masih belum mencapai keseimbangan dalam jangka pendek.

Selain itu, perubahan harga domestik dalam jangka pendek belum dapat

memberikan respon terhadap penawaran ekspor kopi karena masih ada

pertimbangan dari para pelaku pasar apabila ingin merubah perilaku terhadap

penawaran ekspor apabila terjadi perubahan harga.

Harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak signifikan karena

perilaku antara kedua variabel menuju keseimbangan. Pada jangka panjang

Page 91: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

78

dimana semua variabel mencapai keseimbangan, variabel harga ekspor kopi dan

nilai tukar juga berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi

Indonesia. Hal ini terjadi karena perkembangan harga ekspor kopi dan nilai tukar

saling menunjukan pengaruh yang berbanding terbalik dari tahun ke tahun selama

tahun analisis. Berdasarkan penjelasan di atas, menunjukan kedua variabel

memiliki perilaku yang sama pada jangka panjang dan jangka pendek.

Dummy krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penawaran ekspor

kopi Indonesia, dan pengaruhnya negatif. Pada saat terjadi krisis ekonomi,

penawaran ekspor kopi Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,1325 persen.

Hal tersebut dikarenakan terjadi shock nilai tukar sehingga menurunkan hampir

semua ekspor komoditas Indonesia.

Dummy kebijakan penghapusan kuota ekspor kopi internasional

berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia.

Kebijakan penghapusan kuota tersebut berpengaruh tidak signifikan karena pada

saat kuota berlaku rata-rata volume ekspor kopi Indonesia lebih besar

dibandingkan saat kuota dihapus pada periode sebelumnya. Pada saat kuota

dihapus kembali rata-rata volume ekspor juga lebih besar dibandingkan periode

sebelumnya saat kuota berlaku (Tabel 5.2), sehingga pengaruh kebijakan

penghapusan kuota ekspor menjadi tidak signifikan.

Nilai koefisien error correction term (ECT) sebesar -0,7536 menunjukkan

bahwa disekuilibrium periode sebelumnya terkoreksi pada periode sekarang

sebesar 0,7536 persen. Error correction term menunjukkan seberapa cepat

ekuilibrium tercapai kembali ke keseimbangan jangka panjang.

Page 92: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Kebijakan ekspor kopi dalam negeri yang ada dan pernah ada yaitu kebijakan

eksportir kopi terdaftar, kebijakan pengawasan kualitas seperti Certificate of

Quality dan SNI, dan kebijakan pelaksanaan ekspor. Kebijakan ekspor kopi

luar negeri yang ada dan pernah ada yaitu kebijakan kuota ekspor kopi dari

ICO, kebijakan retensi stok dari ACPC, dan kebijakan mengenai keamanan

pangan, kesehatan dan lingkungan. Perkembangan ekspor kopi Indonesia pada

tahun berlaku kebijakan menunjukkan fluktuasi baik dalam volume, nilai,

maupun harga ekspor kopi Indonesia.

2. Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang secara signifikan

dipengaruhi oleh produksi kopi dan pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi

domestik kopi dan harga domestik kopi mempengaruhi penawaran ekspor kopi

Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Harga ekspor kopi dan

nilai tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap penawaran ekspor kopi

Indonesia dalam jangka panjang. Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam

jangka pendek secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan harga

domestik kopi 1 tahun sebelumnya dan pengaruhnya positif. Sedangkan

konsumsi domestik kopi, harga ekspor kopi 1 tahun sebelumnya dan dummy

krisis ekonomi mempengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara

Page 93: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

80

signifikan dan pengaruhnya negatif. Dummy kebijakan penghapusan kuota

ekspor berpengaruh tidak signifikan.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diberikan rekomendasi berupa saran

dalam upaya untuk meningkatkan ekspor kopi Indonesia.

1. Negara-negara importir utama kopi Indonesia saat ini sudah sangat ketat

dalam memberlakukan kebijakan yang menyangkut keamanan pangan,

kesehatan dan lingkungan, oleh karena itu pemerintah melalui asosiasi yaitu

AEKI dapat memberikan penyuluhan rutin kepada para petani di wilayah-

wilayah yang berbeda untuk mengurangi penggunaan pestisida dan bahan

kimia dalam penanaman kopi. Selain itu akan lebih baik apabila pemerintah

dapat membuat suatu kebijakan baru yaitu mengenai kriteria mutu kopi

dengan ambang batas tertentu terkait dengan pestisida dan bahan-bahan kimia,

dan dapat dimasukkan dalam revisi SNI.

2. Produksi kopi merupakan salah satu variabel yang paling besar pengaruhnya

terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia, akan tetapi produktivitas kopi

Indonesia masih belum optimal. Oleh karena itu pemerintah dan pihak terkait

yaitu AEKI dapat melakukan pengelolaan ulang tanah seperti pemupukan dan

melakukan regenerasi tanaman kopi agar produksi kopi dapat meningkat.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang

mempengaruhi harga ekspor kopi Indonesia, karena fluktuasi harga ekspor

kopi sangat mempengaruhi nilai ekspor yang diperoleh Indonesia.

Page 94: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia). 2006. Statistik Kopi 2003-2005. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Indeks Harga Konsumen 2005. Badan Pusat Statistik,

Jakarta. ___________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Konsumen 2000-2004.

Badan Pusat Statistik, Jakarta. ___________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Konsumen 1983-1999.

Badan Pusat Statistik, Jakarta. ___________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Konsumen 1976-1983.

Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Indeks Harga Perdagangan Besar 2005. Badan Pusat

Statistik, Jakarta. _________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Perdagangan Besar 2000-

2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Perdagangan Besar 1983-

1999. Badan Pusat Statistik, Jakarta. _________________ Beberapa Edisi. Indeks Harga Perdagangan Besar 1976-

1983. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Badan Pusat Statistik. Beberapa Edisi. Statistik Ekspor Indonesia 2002-2005.

Badan Pusat Statistik, Jakarta. Departemen Perdagangan. 2006. Indonesian Foreign Trade In Brief. Ditjen

Perdagangan Luar Negeri, Jakarta. Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan). 2006. Statistik Perkebunan Kopi

Indonesia. Ditjenbun, Jakarta. Gujarati, D. 1978. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [penerjemah].

Erlangga, Jakarta. Junaidi, M. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

Ekspor Teh Indonesia [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 95: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/14882/H07awr.pdf · ekspor kopi merupakan topik yang menarik karena komoditi kopi Indonesia

82

Lindert, P.H. dan C. P. Kindleberger. 1995. Ekonomi Internasional. Erlangga, Jakarta.

Lipsey R. G, P. N. Courant, D. D. Purvis dan P. O. Steiner. 1995. Pengantar

Makroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta. Lipsey R. G, P. N. Courant, D. D. Purvis dan P. O. Steiner. 1995. Pengantar

Mikroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta. Lubis, S. N. 2002. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Keragaan

Industri Kopi Indonesia Dan Perdagangan Kopi Dunia [disertasi]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mahisya, F. E. 2004. Analisis Permintaan Ekspor CPO Indonesia : Suatu

Pendekatan Error Correction Model [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muda, A. K. 2003. Kamus Lengkap Ekonomi. Gita Media Press, Jakarta. Nopirin. 1999. Ekonomi Internasional. BPFE, Yogyakarta. Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro Dan Makro. Ghalia, Jakarta. Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Erlangga, Jakarta.

Sambudi, S. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Kopi Arabika Indonesia. [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sunarni, Y. D. 2002. Analisis Industri Dan Strategi Peningkatan Daya Saing

Industri Kopi Indonesia [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suryono, D. 1991. Analisis Perdagangan Kopi Indonesia Di Pasaran Dalam

Negeri Dan Internasional [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Thomas, R. L. 1996. Modern Econometrics. Addison-Wesley, England.

Turnip, C. E. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor dan Aliran Perdagangan Kopi Indonesia [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.