analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor … · ekspor kopi indonesia ke wilayah asean dan...

68
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: vandien

Post on 02-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN

CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME

ARIF AGUS NUGROHO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Wilayah ASEAN dan China

dalam Skema Early Harvest Programme adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Arif Agus Nugroho

NIM H14080032

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak

luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

ABSTRAK

ARIF AGUS NUGROHO. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor

Kopi Indonesia ke Wilayah ASEAN dan China dalam Skema Early Harvest

Programme. Dibimbing oleh DR. IR. SRI HARTOYO.

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor potensial di pasar dunia,

termasuk di kawasan perdagangan bebas ASEAN-China. Indonesia sebagai

negara pengekspor besar kopi memandang pemberlakuan kebijakan EHP sebagai

peluang untuk dapat meningkatkan penawaran ekspornya. Tujuan dari penelitian

ini adalah menganalisis faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke

ASEAN (Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dan

China dalam skema Early Harvest Programme (EHP). Metode regresi data panel

dengan Fixed Effect (Seemingly Uncorrelated Regression) digunakan untuk

menganalisis model penawaran eskpor sebagai dampak dari EHP. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua variabel (harga domestik kopi, harga internasional

kopi, produksi domestik kopi, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, nilai

tukar, dan dummy EHP) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor

kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura dan

Thailand.

Kata kunci: kopi, EHP, regresi data panel

ABSTRACT

ARIF AGUS NUGROHO. Analyze the factors that influence Indonesia coffee

export to ASEAN and China in the Early Harvest Programme. Supervised by DR.

IR. SRI HARTOYO.

Coffee is one of the potential export comodities in global market including

in the ASEAN-China free trade area. Indonesia as a major exporter of coffee

looking at the implementation of the EHP policy as an opportunity to increase

Indonesia export offer. The objective of this research is to analyze the factors that

influence Indonesia coffee export to ASEAN (Brunei Darussalam, Malaysia,

Philippines, Singapore, and Thailand) and China in the Early Harvest

Programme (EHP). Panel data regression method with fixed effect (Seemingly

Uncorrelated Regression) was used to analyze export supply model as an impact

of EHP. The results shows that all variables (price domestic of coffee,

international price of coffee, domestic production of coffee, Gross Domestic

Product (GDP) per capita, exchange rate, and dummy of EHP) have the

significant influence on Indonesia coffee export to China, Brunei Darussalam,

Malaysia, Philippines, Singapore, and Thailand.

Keywords: coffee, EHP, panel data regression

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN

CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME

ARIF AGUS NUGROHO

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia

ke Wilayah ASEAN dan China dalam Skema Early Harvest

Programme

Nama : Arif Agus Nugroho

NIM : H14080032

Disetujui oleh

Dr. Ir. Sri Hartoyo

Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta

salam tidak lupa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW dan kita semua

sebagai pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia ke Wilayah ASEAN dan China

dalam Skema Early Harvest Programme ini merupakan hasil karya penulis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Paimin dan Ibu Wasinah yang telah

memberikan segala doa, dukungan, dan dorongan bagi penulis untuk

menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa pula kepada kakak yang telah

memberikan semangat dan dukungan moral tanpa henti.

2. Dr. Ir. Sri Hartoyo selaku dosen pembimbing yang telah sabar

memberikan bimbingan, baik secara teknis maupun teoritis.

3. Dr. D. S. Priyarsono selaku dosen penguji utama atas kritik dan masukan

yang positif dalam penyempurnaan penulisan.

4. Laily Dwi Arsyianti, M.Sc selaku dosen penguji komisi pendidikan yang

telah memberikan banyak informasi mengenai tata cara penulisan skripsi

yang baik.

5. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Ekonomi yang tanpa pamrih

memberikan ilmu dan pengalamannya, serta semua staf Tata Usaha yang

telah memberikan kelancaran berbagai urusan administrasi.

6. Seluruh rekan-rekan di Ilmu Ekonomi 45 dan keluarga besar HMI

komisariat FEM IPB.

7. Gita dan Yuni yang telah memberikan motivasi dan bantuan teknis dalam

pengembangan penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman kontrakan Darmaga Regency blok D15: Agung, Aji, Bayu,

Busrol, Fadhli, Pardi, dan Samsu atas semangat serta kebersamaannya

selama merantau di Bogor.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak

langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan positif dari semua

pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi semua pihak yang

membutuhkan. Amin yaa robbal’ alamin.

Bogor, Januari 2013

Arif Agus Nugroho

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iv

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 7

2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Ekspor ................................................................................ 8

2.2 Teori Penawaran Ekspor ...................................................................... 8

2.3 Hubungan Kebijakan Early Harvest Programme (EHP) terhadap

Kurva Perdagangan Internasional ....................................................... 11

2.4 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 12

2.4.1 Ekspor Kopi .............................................................................. 12

2.4.2 Data Panel ................................................................................. 13

2.4.3 Perdagangan Bebas ASEAN-China ......................................... 14

2.4.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .................................. 15

2.5 Kerangka Pemikiran ............................................................................ 15

2.6 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 18

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 19

3.2 Metode Analisis ................................................................................... 19

3.3 Spesifikasi Model ................................................................................ 20

3.3.1 Penjelasan Penggunaan Variabel dalam Model ....................... 20

3.4 Data Panel ............................................................................................ 22

3.4.1 Pooled Least Square (PLS) ........................................................ 24

3.4.2 Fixed Effect Model (FEM) ......................................................... 24

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

ii

3.5 Pemilihan Model Terbaik (Chow Test) ................................................ 25

3.6 Evaluasi Model dan Uji Asumsi .......................................................... 26

4 GAMBARAN UMUM

4.1 Perdagangan Bebas ASEAN-China .................................................... 27

4.1.1 Early Harvest Programme (EHP) ............................................. 28

4.1.2 Normal Track ............................................................................ 31

4.1.3 Sensitive Track .......................................................................... 31

4.2 Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia 32

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ............................................. 32

4.2.2 Perkembangan Produksi Kopi Indonesia .................................. 33

4.2.3 Perkembangan Harga Komoditas Kopi..................................... 35

4.3 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Pasar ASEAN-China ........ 36

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendugaan Model ................................................................................ 41

5.2 Pengujian Asumsi Model .................................................................... 42

5.3 Pengujian Kriteria Statistik ................................................................. 42

5.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penawaran Ekspor Kopi

Indonesia ............................................................................................. 43

5.4.1 Harga Domestik (PDOM) ....................................................... 43

5.4.2 Harga Internasional (PINT) .................................................... 44

5.4.3 Produksi Domestik (PROD) ................................................... 45

5.4.4 PDB per Kapita (GDP) ........................................................... 46

5.4.5 Nilai Tukar (ER) ..................................................................... 46

5.4.6 Kebijakan Early Harvest Programme (DEHP) ...................... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ......................................................................................... 49

6.2 Saran ................................................................................................... 49

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 51

LAMPIRAN ....................................................................................................... 53

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 57

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

iii

DAFTAR TABEL

1.1 Produksi dan Luas Areal Perkebunan Kopi Indonesia Periode

Tahun 1999-2011................................................................................... 2

1.2 Total Ekspor Kopi Indonesia ke Wilayah ASEAN dan China

Periode Tahun 1999-2011 ..................................................................... 4

4.1 Daftar Produk dalam Kebijakan Early Harvest Programme ............... 29

4.2 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Early Harvest

Programme ASEAN-6 dan China ........................................................ 29

4.3 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Early Harvest

Programme Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam ......................... 30

4.4 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Normal Track

ASEAN-6 dan China ............................................................................ 31

4.5 Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Kawasan Perdagangan

Bebas ASEAN-China ........................................................................... 36

5.1 Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Menggunakan

Pendekatan FEM dengan Pembobotan SUR ........................................ 41

DAFTAR GAMBAR

2.1 Analisis Keseimbangan Parsial atas Penghapusan Tarif pada

Pemberlakuan Kebijakan Early Harvest Programme (EHP) ............... 11

2.2 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 17

4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita

Indonesia Periode Tahun 1999-2011 (US$) ......................................... 32

4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika

Periode Tahun 1999-2011 (Rp/US$) .................................................... 33

4.3 Perkembangan Produksi Komoditas Kopi Indonesia Periode

Tahun 1999-2011 (Ribu Ton) ............................................................... 34

4.4 Perkembangan Harga Komoditas Kopi Periode Tahun 1999-2011

(US$) .................................................................................................... 35

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

iv

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji Chow Model Penawaran Ekspor Kopi Indonesia ................. 53

2 Hasil Estimasi Regresi Model Penawaran Ekspor Kopi Indonesia ...... 54

3 Matriks Korelasi antar Variabel Model Penawaran Ekspor Kopi

Indonesia............................................................................................... 55

4 Uji Normalitas Hasil Estimasi Regresi Model Penawaran Ekspor

Kopi Indonesia...................................................................................... 56

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan internasional telah berkembang pesat dan memberikan

peranan penting dalam perekonomian global. Semakin terbuka sebuah negara

terhadap perdagangan internasional akan semakin meningkatkan jumlah ekspor

yang berpengaruh terhadap pendapatan nasional negara. Pentingnya perdagangan

internasional untuk meningkatkan pendapatan mendorong sejumlah negara yang

berada dalam suatu wilayah membentuk suatu kerjasama ekonomi regional, salah

satunya adalah ASEAN (Association of South East Asian Nations). Pembentukan

ASEAN bertujuan untuk memajukan ekonomi masyarakat bangsa-bangsa agar

tidak tertinggal dengan negara lain, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Memasuki era globalisasi, adanya liberalisasi telah memberikan banyak

perubahan pada bentuk kerjasama ekonomi negara-negara di ASEAN dengan

tercetusnya perjanjian pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan

China. Karena hal tersebut membuat hambatan tarif dan non-tarif yang selama ini

menjadi penghalang masuknya barang atau jasa ke suatu negara di ASEAN dan

China menjadi semakin berkurang.

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) merupakan suatu bentuk

kawasan perdagangan bebas yang berlaku antara negara-negara di ASEAN

dengan China. Perjanjian perdagangan ini diresmikan melalui penandatanganan

The Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation di

Kamboja pada tahun 2002 yang telah dimulai pada tahun 2010 oleh Brunei

Darussalam, Filipina, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura; dan

diharapkan pada tahun 2015 dapat dicapai oleh Kamboja, Myanmar, Laos, dan

Vietnam (CLMV). Tercatat saat diimplementasikan pada 1 Januari 2010, ACFTA

merupakan kawasan perdagangan bebas terbesar di dunia dengan total luas

wilayah 14 juta km2, konsumen mencapai 2 milyar, Produk Domestik Bruto

(PDB) sebesar US$7.7 triliun, dan total perdagangan lebih dari US$200 milyar

(Sekretariat ASEAN dan World Bank 2011).

Untuk mengukuhkan perjanjian ACFTA tersebut maka diberlakukan Early

Harvest Programme (EHP) sebagai bentuk liberalisasi dini untuk produk-produk

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

2

pertanian yang mulai diimplementasikan pada 1 Januari 2004, dengan cakupan

produk-produk pertanian dan produk lain yang disepakati secara bilateral antara

negara-negara ASEAN dan China. Salah satu komoditas pertanian (subsektor

perkebunan) yang termasuk dalam program EHP yaitu kopi.

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Indonesia,

khususnya untuk ekspor. Komoditas ini memiliki peranan penting khususnya

sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan sebagai sumber pendapatan

bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang berhubungan dengan kopi.

Sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi mampu menyediakan lapangan

kerja bagi 2 juta petani kopi di Indonesia atau sekitar 1.7 persen dari total

angkatan kerja pada tahun 2011. Mayoritas petani kopi tersebut menggantungkan

hidupnya pada kopi sebagai sumber pendapatan utama (Ditjenbun 2012).

Pada tahun 2011 sumbangan dari sektor perkebunan terhadap Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar Rp154 triliun dengan neraca

perdagangan dari komoditas kopi sebesar Rp8.02 triliun (BPS 2012). Begitu

pentingnya komoditas ini dalam perekonomian Indonesia, maka tak heran bila

pengembangan produksi terus dilakukan guna meningkatkan nilai kopi. Hal

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Produksi dan Luas Areal Perkebunan Kopi Indonesia Periode Tahun

1999-2011

Tahun Produksi (Ton) Luas Areal (Ha)

1999 531 687 1 127 277

2000 554 574 1 260 687

2001 569 234 1 313 383

2002 682 019 1 372 184

2003 671 255 1 291 910

2004 647 386 1 303 943

2005 640 365 1 255 272

2006 682 158 1 308 731

2007 676 476 1 295 911

2008 698 016 1 295 110

2009 682 590 1 266 235

2010 684 076 1 268 476

2011 709 000 1 308 000

Rata-rata per tahun 648 372 1 282 086 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2012).

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

3

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat perkembangan luas areal perkebunan

kopi Indonesia mengalami fluktuasi dengan rata-rata per tahun sebesar 1.28 juta

Ha selama periode tahun 1999 sampai 2011. Dari luas areal tersebut dihasilkan

produksi kopi dengan trend meningkat dari 531.69 ribu ton pada tahun 1999

menjadi 709 ribu ton pada tahun 2011 dengan rata-rata produksi mencapai 648.37

ribu ton per tahunnya.

Trend positif produksi kopi Indonesia dikarenakan adanya dukungan

sumberdaya alam melimpah dan iklim yang kondusif. Letak Indonesia di sekitar

garis khatulistiwa memungkinkan tanaman kopi selalu mendapat sinar matahari

sepanjang tahun dan curah hujan yang tinggi. Keadaan iklim tersebut sangat

menunjang kesuburan lahan dan pertumbuhan tanaman. Dukungan produksi dan

limpahan alam sebesar itu sangat memungkinkan untuk Indonesia terus

menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu negara pengekspor besar kopi di

dunia. Terbukti saat ini Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar ke-

4 dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia (ICO 2012).

Tidak dapat dipungkiri, produksi kopi Indonesia sebagian besar untuk

memenuhi permintaan pasar luar negeri. Tercatat selama periode tahun 1999

sampai 2011 pasar kopi domestik hanya menyerap rata-rata 273.2 ribu ton per

tahun atau sekitar 42 persennya saja dari rata-rata total produksi kopi Indonesia

per tahun (Ditjenbun 2012). Dengan produksi yang melimpah tetapi daya serap

pasar domestik rendah, kopi Indonesia sangat bergantung pada pasar

internasional.

Periode tahun 1999 sampai 2011 rata-rata total volume ekspor kopi

Indonesia ke wilayah ASEAN dan China adalah sebesar 31.85 ribu ton per tahun

dengan nilai ekspor US$44.12 juta per tahun. Nilai ekspor kopi Indonesia sebelum

EHP mengalami trend yang menurun dengan titik terendah pada tahun 2001

sebesar US$14.25 juta dikarenakan adanya krisis over supply di dunia akibat

terlalu banyak penawaran kopi di pasar internasional. Setelah diberlakukan EHP

pada periode tahun 2004 sampai 2011 volume ekspor kopi Indonesia secara

keseluruhan masih terus berfluktuasi dengan trend yang meningkat dari tahun

2004 sebesar 19.99 ribu ton menjadi 41.69 ribu ton pada tahun 2011. Pada tahun

2008 sampai 2009 terjadi penurunan nilai ekspor kembali dari US$70.79 juta

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

4

menjadi US$69.90 juta dengan volume ekspor yang cenderung meningkat dari

36.25 ribu ton menjadi 49.29 ribu ton akibat pengaruh krisis global yang melanda

dunia seperti terlihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Total Ekspor Kopi Indonesia ke Wilayah ASEAN dan China Periode

Tahun 1999-2011

Tahun Ekspor

Nilai (1000 USD) Volume (Ton)

1999 38 430.36 27 754 866

2000 29 059.15 34 102 993

2001 14 248.76 20 434 779

2002 16 718.33 25 354 309

2003 14 928.54 18 715 274

2004 18 514.13 19 989 894

2005 34 897.02 28 232 684

2006 45 270.57 32 114 134

2007 63 738.49 35 944 902

2008 70 786.20 36 253 828

2009 69 897.97 49 288 965

2010 64 803.72 44 222 421

2011 92 296.52 41 691 223

Rata-rata per tahun 44 122.29 31 853 867

Sumber: World Integrated Trade Solution (2012).

Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor potensial di pasar dunia,

termasuk di kawasan perdagangan bebas ASEAN-China. Indonesia sebagai

negara pengekspor besar kopi memandang pemberlakuan kebijakan EHP sebagai

peluang untuk dapat meningkatkan penawaran ekspornya. Hal ini dipandang

sekaligus sebagai suatu tantangan untuk Indonesia dalam meningkatkan daya

saing komoditas kopi yang lebih kompetitif di pasar ASEAN dan China, sehingga

dapat lebih meningkatkan pendapatan negara. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian mengenai penawaran ekspor kopi Indonesia ke

wilayah ASEAN dan China dalam skema Early Harvest Programme serta faktor-

faktor yang memengaruhinya.

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

5

1.2 Perumusan Masalah

Indonesia telah menandatangani perjanjian perdagangan bebas regional

ASEAN-China. Untuk mengkonkretkan gagasan tersebut, maka disepakati Early

Harvest Programme (EHP) yaitu program liberalisasi dini untuk produk-produk

pertanian yang mulai berlaku pada 1 Januari 2004. Dimana komoditas didalamnya

adalah Harmonized System (HS) Chapter 01 sampai Chapter 08 dan produk

spesifik yang disepakati secara bilateral antara negara China dengan negara-

negara ASEAN antara lain kopi, minyak kelapa sawit (CPO), coklat (kakao),

barang dari karet, dan perabotan. Produk-produk yang tidak masuk dalam skema

EHP dimasukkan ke skema jalur normal dan jalur sensitif.

Setelah diberlakukannya EHP volume penawaran ekspor kopi Indonesia

secara keseluruhan ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura,

dan Thailand lebih besar dibandingkan dengan sebelum diberlakukannya EHP.

Penawaran ekspor kopi Indonesia ke wilayah ASEAN dan China tersebut dalam

perkembangannya mengalami berbagai kendala. Hal ini diduga akibat fluktuasi

beberapa faktor seperti harga domestik, harga internasional, produksi domestik,

pendapatan per kapita Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan

pemberlakuan kebijakan EHP.

Produksi kopi Indonesia mengalami fluktuasi dengan trend meningkat

selama 13 tahun terakhir, akibatnya harga domestik mengalami penurunan karena

pasokan dalam negeri meningkat. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan

penawaran ekspor kopi Indonesia. Sedangkan peningkatan harga internasional

akan memberikan pengaruh yang berbanding lurus terhadap penawaran ekspor

kopi Indonesia.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar juga memberikan pengaruh

terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Nilai tukar rupiah terhadap dolar

pada tahun 2008 sebesar Rp9 698.96 per dolar dengan jumlah ekspor kopi

Indonesia ke Singapura sebesar 7.26 ribu ton. Pada tahun 2009 nilai tukar rupiah

terhadap dolar menjadi Rp10 389.90 per dolar dengan jumlah ekspor kopi

Indonesia ke Singapura sebesar 7.40 ribu ton (WITS 20012). Nilai tukar rupiah

terhadap dolar yang terdepresiasi akan membuat harga kopi domestik menjadi

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

6

lebih mahal di luar negeri sehingga penawaran relatif meningkat. Sedangkan

pendapatan per kapita pada negara pengekspor berhubungan terbalik dengan

penawaran ekspornya.

Pemberlakuan kebijakan EHP terhadap komoditas kopi, membuat pola

perdagangan kopi di Indonesia mengalami banyak perubahan. Semakin

berkurangnya hambatan tarif dan non-tarif yang selama ini menjadi hambatan

perdagangan, mengakibatkan kecenderungan ekspor kopi ke suatu negara

meningkat. Oleh karena itu, pemberlakuan EHP memberi peluang bagi Indonesia

untuk meningkatkan pendapatan dengan memperbanyak ekspor kopinya ke

negara-negara di ASEAN dan China.

Namun peluang tersebut tidak hanya bisa dimanfaatkan oleh Indonesia,

tentunya negara lain juga akan berpikir hal yang sama untuk memanfaatkan

peluang besar dari kawasan ASEAN-China itu sendiri, seperti Vietnam yang juga

merupakan negara pengekspor kopi terbesar ke-2 setelah Brazil. Hal ini

memberikan kekhawatiran akan ancaman terhadap daya saing kopi Indonesia,

kawasan perdagangan bebas kalau tidak pandai memanfaatkannya hanya akan

memberikan keuntungan bagi negara pesaing saja. Sedangkan dari sisi pengadaan

pasokan dalam negeri, dikhawatirkan terlalu terlena pada orientasi ekspor akan

menyebabkan kurangnya pasokan kopi di Indonesia.

Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka pertanyaan relevan yang perlu

dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke pasar

ASEAN dan China?

2. Bagaimana dampak pemberlakuan Early Harvest Programme terhadap

ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN dan China?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan yang hendak

dicapai sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke

pasar ASEAN dan China.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

7

2. Mengidentifikasi dampak pemberlakuan Early Harvest Programme

terhadap ekspor kopi Indonesia ke pasar ASEAN dan China.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam menyusun penelitian ini, diharapkan dapat memperoleh suatu

manfaat sebagai berikut :

1. Bagi penulis, penelitian ini digunakan untuk menerapkan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama di

perguruan tinggi serta diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan.

2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan

referensi untuk menelaah topik tentang perdagangan bebas.

3. Bagi stakeholder, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam merumuskan dan menetapkan strategi untuk

menghadapi perdagangan bebas.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke pasar China, Brunei Darussalam,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sebagai negara-negara di kawasan

ASEAN-China. Pemilihan negara tersebut dipilih berdasarkan jadwal EHP yang

sama, dimana untuk negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) ada

kompensasi tersendiri yang menyebabkan jadwal penurunan tarifnya berbeda dari

6 negara ASEAN lainnya. Periode waktu yang digunakan yaitu mulai tahun 1999

sampai 2011.

Komoditas kopi yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dalam

Harmonized Commodity Description and Coding atau yang biasa dikenal dengan

sebutan Harmonized System (HS). HS yang digunakan dalam penelitian ini

dibatasi pada kopi yang biasa digunakan untuk ekspor dengan level 4 digit yaitu

HS 0901 (jenis kopi robusta, arabika, yang digongseng maupun tidak, dihilangkan

kafeinnya maupun tidak).

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

8

2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Ekspor

Ekspor adalah berbagai barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri

dan dijual ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan suatu total penjualan barang yang

dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan ke negara lain

dengan tujuan mendapat devisa. Suatu negara dapat mengekspor suatu barang-

barang yang dihasilkan ke negara lain yang tidak dapat menghasilkan barang-

barang yang dihasilkan negara pengekspor (Lipsey 1995).

2.2 Teori Penawaran Ekspor

Penawaran suatu komoditas baik berupa barang maupun jasa adalah

jumlah yang ditawarkan oleh produsen kepada konsumen dalam suatu pasar pada

tingkat harga dan waktu tertentu. Jumlah yang ditawarkan menunjuk pada arus

penjualan yang terus menerus. Lebih lanjut menurut Salvatore (1997), volume

ekspor suatu negara ditentukan oleh harga komoditas di pasar domestik, harga

internasional, dan secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh perubahan nilai

tukar, mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.

Menurut Lipsey (1995), faktor- faktor yang memengaruhi penawaran

ekspor suatu komoditas yaitu :

1. Harga komoditas tersebut

Harga sejumlah komoditas mempunyai hubungan yang positif dengan

jumlah komoditas yang ditawarkan yaitu semakin tinggi harganya semakin besar

pula jumlah komoditas yang ditawarkan, cateris paribus. Hal ini karena

peningkatan harga komoditas menyebabkan peningkatan keuntungan yang akan

memacu peningkatan produksi maupun penjualan hasil produksinya.

2. Harga komoditas lain: substitusi dan komplementer

Perubahan harga komoditas substitusi akan memengaruhi jumlah

penawaran pada komoditas yang bersangkutan. Peningkatan harga komoditas

substitusi akan menyebabkan berkurangnya jumlah penawaran komoditas yang

bersangkutan. Sedangkan perubahan harga komoditas kompelementer seperti

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

9

peningkatan harga akan memengaruhi jumlah yang ditawarkan, yaitu

meningkatnya jumlah penawaran komoditas yang bersangkutan.

3. Harga faktor produksi

Harga faktor produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan. Perubahan harga faktor produksi akan memengaruhi keuntungan

yang akan diperoleh perusahaan, jika harga faktor produksi naik, cateris paribus,

maka keuntungan perusahaan berkurang sehingga perusahaan akan menurunkan

produksinya dan jumlah yang ditawarkan.

4. Tingkat teknologi

Teknologi berkorelasi positif dengan jumlah yang ditawarkan. Penggunaan

teknologi baru mengakibatkan efisiensi waktu, tenaga, dan modal meningkat

dimana peningkatan tersebut berasal dari peningkatan penerimaan dan penurunan

biaya pada penggunaan faktor produksi yang sama, akibatnya produksi akan

meningkat dan jumlah yang ditawarkan juga akan meningkat, cateris paribus.

Tingkat teknologi dapat direpresentasikan dengan jumlah produksi yang

dihasilkan, semakin meningkat jumlah yang diproduksi maka menggambarkan

tingkat teknologi yang semakin meningkat.

Ada 2 faktor tambahan yang dapat memengaruhi penawaran ekspor suatu

komoditas ke suatu negara, yaitu :

1. Nilai tukar

Nilai tukar berkorelasi positif terhadap penawaran ekspor suatu komoditas.

Hal ini terjadi karena pada saat nilai tukar melemah (terdepresiasi), secara teori

harga produk dalam negeri relatif lebih mahal di pasar internasional. Saat nilai

tukar terdepresiasi akan menyebabkan nilai rupiah meningkat sehingga harga

ekspor akan meningkat bila dihitung dengan dolar. Hal ini akan menyebabkan

margin nilai rupiah terhadap dolar akan semakin besar. Dorongan dari margin

nilai rupiah yang semakin besar tersebut menyebabkan peningkatan volume

penawaran ekspor, cateris paribus.

2. Pendapatan

Kenaikan pendapatan akan menyebabkan jumlah komoditas yang diminta

lebih banyak pada setiap harga tertentu. Pada penelitian ini, proxy pendapatan

yang digunakan adalah PDB per kapita domestik per tahun, ketika PDB per kapita

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

10

domestik negara pengekspor meningkat maka uang yang siap dibelanjakan

masyarakat pun meningkat. Dengan asumsi kopi sebagai barang normal,

peningkatan pendapatan menyebabkan masyarakat dapat meningkatkan

konsumsinya. Peningkatan konsumsi masyarakat secara keseluruhan

menyebabkan peningkatan permintaan terhadap suatu komoditas secara agregat.

Hal ini menyebabkan penawaran terhadap ekspor menjadi berkurang, produsen

akan mengalihkan penawaran ke dalam negeri karena dianggap lebih

menguntungkan.

Sebagai sebuah penawaran, maka ekspor suatu negara akan dipengaruhi

oleh faktor-faktor yang memengaruhi penawaran negara pengekspor komoditas

yang dihasilkan, yaitu tingkat teknologi yang direpresentasikan dengan produksi

komoditas tersebut di negara pengekspor (PROD), harga domestik di negara

pengekspor (PDOM), dan pendapatan negara pengekspor (GDP). Selain

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari negara pengekspor, ekspor suatu

negara sebagai sebuah penawaran juga dipengaruhi oleh harga di pasar

internasional (PINT) dan nilai tukar uang (ER). Variabel buatan juga dimasukkan

ke dalam model regresi data panel untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

kondisi perekonomian internasional terhadap kegiatan ekspor, yaitu variabel

dummy (DEHP) berupa kondisi perekonomian dalam masa perjanjian Early

Harvest Programme (EHP).

Jumlah volume ekspor merupakan selisih antara jumlah penawaran ekspor

dikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik negara yang bersangkutan.

Secara matematis model ekspor suatu negara dapat ditulis ke dalam persamaan

sebagai berikut : EX = Qs - Q

d

dimana : Qs = s (PINT, ER , PROD, DEHP)

Qd

= d (GDP, PDOM)

sehingga secara keseluruhan fungsi ekspor dari sisi penawaran menjadi :

EX = f (PDOM, PINT, PROD, GDP, ER, DEHP)

dimana :

Qs = Jumlah penawaran ekspor kopi

Qd = Jumlah permintaan kopi domestik

EX = Volume ekspor kopi Indonesia

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

11

PDOM = Harga domestik riil kopi Indonesia

PINT = Harga internasional riil komoditas kopi

PROD = Produksi kopi Indonesia

GDP = PDB per kapita Indonesia

ER = Kurs Indonesia

DEHP = Dummy kebijakan EHP

2.3 Hubungan Kebijakan Early Harvest Programme (EHP) terhadap Kurva

Perdagangan Internasional

Pemberlakuan kebijakan EHP yang menghapuskan tarif impor mempunyai

hubungan berbanding lurus terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia. Hubungan

antara penghapusan tarif terhadap keseimbangan perdagangan internasional dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Px/Py

Sc

Se

P1 Tarif

A

P0

B

P2

Dc0

Dc1

De

Qe1 Qe3 Qe4 Qe2 0 Qc2 Qc1

Pasar Indonesia Negara Tujuan Ekspor

Sumber: Salvatore (1997).

Gambar 2.1 Analisis Keseimbangan Parsial atas Penghapusan Tarif pada

Pemberlakuan Kebijakan Early Harvest Programme (EHP)

Pemberlakuan tarif impor menyebabkan harga kopi Indonesia di pasar

negara tujuan ekspor yang awalnya P0 menjadi P1, lebih mahal dari yang

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

12

seharusnya. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya permintaan kopi Indonesia

yang menggeser kurva Dc0 pada negara tujuan ekspor ke kiri bawah sebesar tarif

impor, menjadi Dc1. Pergeseran kurva Dc mengakibatkan harga kopi dunia turun

menjadi P2, sedangkan harga yang dibayar konsumen di negara tujuan ekspor

menjadi P1. Pada kondisi ini, volume kopi yang dapat diekspor turun dari A (Qe1-

Qe2) menjadi B (Qe3-Qe4).

Pada negara pengimpor pemberlakuan tarif impor menyebabkan

peningkatan harga produk, penurunan jumlah konsumsi dan volume impor, dan

peningkatan penerimaan pemerintah yang berasal dari tarif impor. Di sisi lain,

bagi negara pengekspor pemberlakuan tarif impor menyebabkan volume ekspor

menurun. Dengan kata lain, penghapusan tarif impor yang selama ini menjadi

salah satu penghambat perdagangan mendorong penurunan harga di negara tujuan

ekspor. Harga kopi Indonesia yang semakin murah menjadi insentif tersendiri,

dimana permintaan konsumen di negara tujuan ekspor akan semakin bertambah

seiring dengan semakin menurunnya tingkat keseimbangan harga.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan penulis sebagai referensi penelitian

terbagi menjadi 3 kategori. Kategori pertama adalah penelitian terdahulu

mengenai ekspor kopi. Kategori kedua adalah penelitian terdahulu mengenai data

panel, yaitu model yang digunakan dalam penelitian ini. Kategori yang terakhir

adalah mengenai perdagangan bebas ASEAN-China.

2.4.1 Ekspor Kopi

Analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi penawaran ekspor

kopi Indonesia pernah diteliti oleh Rosandi (2007) dengan menggunakan metode

ECM (error correction model). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa selama

periode tahun 1976 sampai 2005 penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka

panjang secara signifikan dipengaruhi oleh produksi kopi dan pengaruhnya

positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi dan harga domestik kopi

memengaruhi penawaran ekspor kopi Indonesia secara signifikan dan

pengaruhnya negatif. Harga ekspor kopi dan nilai tukar berpengaruh tidak

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

13

signifikan terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka panjang.

Penawaran ekspor kopi Indonesia dalam jangka pendek secara signifikan

dipengaruhi oleh produksi kopi dan harga domestik kopi setahun sebelumnya dan

pengaruhnya positif. Sedangkan konsumsi domestik kopi, harga ekspor kopi tahun

sebelumnya, dan dummy krisis ekonomi memengaruhi penawaran ekspor kopi

Indonesia secara signifikan dan pengaruhnya negatif. Dummy kebijakan

penghapusan kuota ekspor berpengaruh tidak signifikan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Widayanti (2009) yang menganalisis

ekspor kopi Indonesia periode tahun 1975 sampai 1997 menggunakan model

persamaan simultan dalam bentuk double logaritma dengan metode two stage

least square (2SLS). Hasil penelitian ini dibagi menjadi 3, yaitu pertama faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kuantitas ekspor kopi Indonesia. Faktor yang

berhubungan positif adalah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan

penawaran kopi tahun sebelumnya. Harga ekspor kopi (FOB) berhubungan

negatif dengan kuantitas ekspor, hal ini disebabkan mutu kopi Indonesia masih

rendah sehingga tidak memenuhi kualitas yang diminta konsumen luar negeri.

Harga kopi dalam negeri berhubungan positif terhadap kuantitas ekspor

disebabkan permintaan kopi dalam negeri yang masih rendah. Kedua, faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap penawaran kopi dalam negeri. Faktor-faktornya

semua berhubungan positif yaitu harga kopi dalam negeri, tingkat teknologi, dan

penawaran kopi setahun sebelumnya. Ketiga, faktor yang berpengaruh terhadap

permintaan kopi dalam negeri adalah tingkat pendapatan masyarakat.

2.4.2 Data Panel

Studi menggunakan metode data panel dilakukan oleh Mustika (2009)

yang menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi penawaran

ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan Thailand pada periode

tahun 1996 sampai 2007. Penelitian ini didasari oleh tingginya peningkatan

produksi televisi domestik tetapi tidak diikuti oleh peningkatan yang tinggi dari

nilai volume ekspornya, padahal Indonesia merupakan eksportir utama televisi

untuk wilayah ASEAN.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

14

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan semua

variabel yaitu harga ekspor, harga domestik, produksi domestik, konsumsi

domestik, nilai tukar, lag ekspor, dan dummy krisis ekonomi berpengaruh nyata

terhadap volume ekspor televisi Indonesia. Namun untuk pengujian setiap

variabel (uji-t) hanya terdapat 3 variabel bebas yang berpengaruh secara

signifikan yaitu harga ekspor, produksi domestik, dan lag ekspor. Sedangkan

untuk variabel harga domestik, konsumsi domestik, dan nilai tukar tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap volume ekspor televisi Indonesia. Dari

hasil analisis regresi data panel untuk dummy krisis ekonomi menunjukkan bahwa

volume penawaran ekspor televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan

Thailand sebelum dan sesudah terjadinya krisis ekonomi adalah berbeda secara

signifikan. Sedangkan dari uji indeks Revealed Comparative Advantage (RCA)

menunjukkan bahwa komoditas televisi Indonesia cukup berdaya saing.

2.4.3 Perdagangan Bebas ASEAN-China

Penelitian oleh Veronika (2008) yang menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi permintaan ekspor wood Indonesia di China, Singapura, dan

Malaysia dalam skema ACFTA dengan menggunakan metode OLS (Ordinary

Least Square). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang

berpengaruh nyata terhadap model permintaan ekspor wood Indonesia di China

yaitu harga ekspor riil, harga substitusi, dan nilai tukar riil rupiah terhadap yuan.

Pada model permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura variabel yang

berpengaruh nyata yaitu harga substitusi, GDP riil per kapita Singapura, dan nilai

tukar rupiah terhadap dolar Singapura. Sedangkan pada model permintaan ekspor

wood Indonesia di Malaysia variabel yang berpengaruh nyata yaitu harga ekspor

riil, GDP riil per kapita Malaysia, dan nilai tukar rupiah terhadap ringgit.

Pemberlakuan program ACFTA yaitu normal track (I dan II) menyebabkan

penurunan permintaan ekspor wood Indonesia di China dan Malaysia, serta

peningkatan permintaan ekspor wood Indonesia di Singapura.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ashiqin (2010) mengenai daya saing

dan faktor-faktor yang memengaruhi ekspor CPO Indonesia dalam skema

ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dengan menggunakan metode

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

15

data panel fixed effect. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji t-

statistik dan uji-F pada taraf nyata 5 persen diketahui bahwa seluruh variabel

bebasnya yaitu harga riil CPO internasional, harga riil CPO domestik, harga riil

minyak kedelai internasional, harga riil minyak bumi internasional, produksi CPO

domestik, nilai tukar rupiah terhadap dolar, serta lag ekspor berpengaruh

signifikan terhadap volume ekspor Indonesia ke China Malaysia, dan Singapura.

Untuk variabel dummy menunjukkan bahwa volume ekspor CPO Indonesia ke

China, Malaysia, dan Singapura sebelum dan sesudah ACFTA berbeda secara

signifikan. Dalam penelitian ini juga dilakukan analisis keunggulan komparatif

dengan memperhitungkan nilai RCA yang menunjukkan bahwa secara umum

komoditas CPO Indonesia di pasar China, Malaysia, dan Singapura memiliki daya

saing tinggi selama periode tahun 1994 sampai 2008, hal ini terlihat dari nilai

RCA yang lebih dari 1 (RCA>1).

2.4.4 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak

pada variabel dependen dan independen yang digunakan, dummy kebijakan EHP,

serta fokus penelitian. Penelitian ini membahas mengenai pengaruh pemberlakuan

kebijakan EHP yang menghapuskan tarif impor dari komoditas kopi. Fokus

penelitian ini terletak pada dampak pemberlakuan EHP terhadap ekspor kopi

Indonesia, serta langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasinya dengan

mengamati faktor-faktor yang memengaruhi penawaran ekspor.

2.5 Kerangka Pemikiran

Perdagangan antar negara merupakan suatu hal yang telah dipraktikkan

sejak berabad-abad yang lalu. Berdasarkan teori-teori ekonomi beberapa ahli

ekonomi dapat disimpulkan bahwa perdagangan antar negara akan memberikan

manfaat bagi kedua negara. Manfaat tersebut yang mendorong negara-negara di

dunia untuk menerapkan ekonomi terbuka melalui perdagangan internasional.

Seiring dengan perkembangan ekonomi, trend perdagangan dunia telah

mengalami perubahan dengan diberlakukannya liberalisasi perdagangan. Blok-

blok perdagangan kerjasama regional antar wilayah telah banyak terbentuk.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

16

Indonesia sendiri saat ini tengah terlibat dalam suatu kawasan perdagangan bebas

antar negara-negara di ASEAN dan China atau biasa disebut ACFTA (ASEAN-

China Free Trade Agreement) dengan kebijakan liberalisasi dini Early Harvest

Programme (EHP) yang mencakup komoditas kopi didalamnya.

Sejak diberlakukannya EHP, industri kopi Indonesia menghadapi peluang

semakin besar untuk meningkatkan volume ekspornya, mengingat Indonesia

merupakan pengekspor kopi terbesar ke-4 di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan

Kolombia. Selain itu kopi juga merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan

Indonesia dengan sumbangan devisa yang cukup tinggi. Namun, pemberlakuan

liberalisasi perdagangan di kawasan ASEAN-China menimbulkan tantangan yang

semakin besar karena Indonesia harus bersaing dengan negara eksportir kopi

utama lainnya seperti Vietnam. Disisi lain, pemberlakuan EHP juga memberikan

kekhawatiran kopi Indonesia akan mengalir deras keluar karena ekspor tak

terkendali. Sehingga hal tersebut dapat mengancam ketahanan pangan karena

jumlah pasokan dalam negeri akan semakin berkurang.

Munculnya EHP sebagai salah satu kebijakan di kawasan perdagangan

bebas regional ASEAN-China, dalam rangka penghapusan hambatan tarif dan

non-tarif diharapkan mampu mendorong peningkatan ekspor kopi Indonesia.

Dalam penerapannya, jadwal penghapusan tarif EHP untuk setiap negara tidak

sama. Khusus untuk negara anggota baru ASEAN yaitu Kamboja, Laos,

Myanmar, dan Vietnam (CLMV) jadwal penghapusan hambatan tarif sampai 0

persen waktunya lebih lama, sehingga negara CLMV ini tidak dimasukkan ke

dalam model penelitian.

Faktor-faktor yang diduga memengaruhi ekspor kopi Indonesia ke

ASEAN-China yaitu produksi domestik, harga domestik, harga internasional,

GDP per kapita (pendapatan), nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan

dummy kebijakan EHP. Faktor-faktor tersebut serta dampaknya dalam skema EHP

dianalisis dengan menggunakan metode regresi data panel statis. Metode ini

merupakan kombinasi antara data time series dan data cross section dengan

rentang waktu 13 tahun selama periode tahun 1999 sampai 2011 dengan negara

tujuan ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina,

Singapura, dan Thailand. Pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

17

masukan bagi pemerintah maupun para produsen kopi Indonesia dalam

mengambil kebijakan terkait dengan ekspor kopi ke negara importir, khususnya di

kawasan perdagangan bebas ASEAN-China. Gambaran secara skematis kerangka

operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Keterangan :

= Alur penelitian

= Ruang lingkup penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Komoditas kopi

Indonesia

Faktor-faktor:

Harga domestik

riil

Harga

Internasional

riil

Produksi

domestik

GDP per kapita

Indonesia

Kurs Indonesia

Dummy EHP

Perdagangan

internasional

Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kopi

Indonesia ke wilayah ASEAN-China dalam

skema Early Harvest Programme (EHP)

Early Harvest

Programme

Ekspor kopi Indonesia ke

negara - negara di kawasan

perdagangan bebas

ASEAN-China

Ekonomi terbuka

Perumusan model dan

analisis regresi data panel

Saran dan rekomendasi

kebijakan

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

18

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dibahas dalam Tinjauan Pustaka ini, maka

dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Harga domestik kopi Indonesia berhubungan negatif terhadap volume

ekspor kopi Indonesia.

2. Harga internasional kopi berhubungan positif terhadap volume ekspor kopi

Indonesia.

3. Produksi kopi berhubungan positif terhadap volume ekspor kopi

Indonesia.

4. Pendapatan (PDB per kapita) negara pengekspor berhubungan negatif

terhadap volume ekspor kopi Indonesia.

5. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berhubungan positif terhadap

volume ekspor kopi Indonesia.

6. Kebijakan EHP berhubungan positif terhadap volume ekspor kopi

Indonesia.

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

19

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data deret waktu (time series) dan data antar individu (cross section).

Periode data yang digunakan yaitu dari tahun 1999 sampai 2011. Data yang

digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan

Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun), International

Coffee Organization (ICO), Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), World

Bank, UN Comtrade menggunakan aplikasi World Integrated Trade Solution

(WITS) dan literatur-literatur terkait lainnya.

Penggunaan data panel dilakukan untuk mengestimasi persamaan regresi

dan elastisitas penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand dalam skema Early Harvest

Programme (EHP). Data yang diamati dalam penelitian ini adalah volume ekspor

kopi Indonesia ke 6 negara ASEAN-China, harga domestik riil kopi Indonesia,

harga riil kopi di pasar internasional, produksi kopi Indonesia, pendapatan per

kapita Indonesia, dan nilai tukar rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak

Microsoft Excel dan Eviews 6.

3.2 Metode Analisis

Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Metode kuantitatif dilakukan untuk menganalisis perkembangan ekspor melalui

penawaran ekspor kopi Indonesia ke wilayah ASEAN-China dengan

menggunakan metode data panel untuk menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi ekspor kopi Indonesia.

Sementara untuk data kualitatif yang diperoleh, diolah dan disajikan dalam

bentuk narasi bertujuan untuk memberi gambaran mengenai ekspor kopi

Indonesia dalam skema EHP. Analisis ditampilkan dalam bentuk grafik dan tabel

agar mudah untuk dipahami dan ditelaah.

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

20

3.3 Spesifikasi Model

Berdasarkan kerangka teori dan tujuan studi terdahulu serta berbagai

alternatif spesifikasi model yang telah dicoba dan juga asumsi-asumsi yang

diterapkan dalam membangun model, maka model ekonometrika dengan faktor-

faktor yang diduga berpengaruh untuk volume penawaran ekspor dalam penelitian

ini, maka bentuk fungsi linearnya adalah sebagai berikut :

LNEXit = β0 + β1 LNPDOMIDNt + β2 LNPINTit + β3 LNPRODIDNt + β4

LNGDPIDNt + β5 LNERIDNt + β6 DEHPit + εit

Tanda koefisien yang diharapkan adalah :

β0 < 0 ; β1 < 0 ; β2 > 0 ; β3 > 0 ; β4 < 0 ; β5 > 0 ; β6 > 0

dimana :

i = Negara mitra dagang utama yang terdiri dari China, Brunei

Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand

β0 = Intersep

βn = Koefisien variabel ke-n (1, 2, 3, …, 6)

EXit = Volume ekspor kopi Indonesia ke negara i tahun ke- t (persen).

PDOMIDNt = Harga domestik riil kopi Indonesia tahun ke- t (persen).

PINTit = Harga internasional riil kopi tahun ke-t (persen).

PRODIDNt = Produksi kopi Indonesia tahun ke-t (persen).

GDPIDNt = PDB per kapita Indonesia tahun ke-t (persen).

ERIDNt = Kurs Indonesia tahun ke-t (persen).

DEHPit = Dummy kebijakan EHP, variabel dummy yang menunjukkan 2

kondisi berbeda dimana D=0 (sebelum diberlakukannya Early

Harvest Programme (EHP) yaitu sebelum tahun 2004) atau D=1

(setelah diberlakukannya EHP yaitu setelah tahun 2004).

εit = Error term

3.3.1 Penjelasan Penggunaan Variabel dalam Model

Model diatas digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi ekspor kopi indonesia di pasar perdagangan bebas ASEAN-China.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

21

LN adalah Logaritma Natural, data pada penelitian ini ditransformasikan dengan

cara dilogaritma naturalkan. Hal ini bertujuan agar dapat menghasilkan model

terbaik dan memudahkan dalam menginterpretasikannya.

Adapun definisi variabel-variabel yang digunakan dalam model

penawaran ekspor kopi adalah sebagai berikut :

1. Volume Ekspor Kopi (EX)

Volume ekspor kopi merupakan variabel terikat atau tidak bebas. Volume

ekspor adalah jumlah kopi Indonesia yang akan diekspor ke negara tujuan

ekspor di kawasan perdagangan bebas ASEAN-China, dalam hal ini

adalah China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand yang dinyatakan dalam satuan kilogram (kg).

2. Harga Domestik Riil Kopi (PDOM)

Harga domestik riil kopi merupakan variabel bebas. Harga domestik

merupakan harga yang diterima oleh masyarakat dimana harga ini

menentukan tingkat daya beli masyarakat dalam negeri dan permintaan

produk kopi yang dinyatakan dalam Rp/kg. Untuk menghasilkan harga riil

maka harga nominal tersebut dideflasi oleh Indeks Harga Konsumen

(IHK) umum, dengan periode tahun 1999 sampai 2011.

3. Harga Internasional Riil Kopi (PINT)

Harga internasional riil kopi merupakan variabel bebas. Harga

internasional merupakan harga yang diterima oleh penduduk dunia dan

dijadikan acuan harga komoditas kopi di setiap negara dengan satuan

US$/kg. Untuk menghasilkan harga riil maka harga internasional tersebut

dideflasi oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) umum, dengan periode

tahun 1999 sampai 2011.

4. Produksi Kopi Indonesia (PROD)

Produksi merupakan variabel bebas. Produksi kopi Indonesia merupakan

jumlah keseluruhan untuk komoditas kopi Indonesia yang dihasilkan

selama periode tahun 1999 sampai 2011 dengan satuan ton. Variabel ini

diambil karena dapat merepresentasikan tingkat teknologi, semakin efisien

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

22

tingkat teknologi maka jumlah yang diproduksinya akan semakin

meningkat.

5. Produk Domestik Bruto per Kapita (GDP)

PDB per kapita adalah variabel bebas. PDB per kapita merupakan

proyeksi jumlah pendapatan masyarakat Indonesia dalam periode tahun

1999 sampai 2011 dan dinyatakan dalam satuan US$.

6. Nilai Tukar (ER)

Nilai tukar adalah variabel bebas. Nilai tukar digunakan sebagai proyeksi

perbandingan nilai mata uang yang berlaku. Dalam perdagangan

internasional, nilai tukar yang umum digunakan sebagai acuan untuk

pembayaran transaksi internasional adalah dalam satuan rupiah terhadap

dolar Amerika (Rp/US$).

7. Dummy EHP (DEHP)

Dummy EHP adalah variabel bebas. Variabel boneka ini dimasukkan ke

dalam model karena diduga memberikan pengaruh berbeda terhadap

volume penawaran ekspor kopi. Dummy yang digunakan di dalam model

adalah dummy kebijakan EHP. Nilai 0 untuk waktu sebelum

diberlakukannya EHP (tahun 1999 sampai 2003) dan nilai 1 untuk waktu

setelah diberlakukannya EHP (tahun 2004 sampai 2011).

3.4 Data Panel

Pada penelitian ini data time series dan cross section yang digunakan tidak

cukup banyak karena terbatasnya data yang tersedia. Periode yang dianalisis

adalah 13 tahun mulai dari tahun 1999 sampai 2011 dengan memakai 6 negara

sebagai unit cross section. Ketersediaan data untuk mewakili variabel dengan

kondisi terbatas seperti ini dapat diatasi dengan menggunakan metode data panel.

Penggunaan model data panel tersebut bertujuan agar diperoleh hasil estimasi

yang lebih efisien dengan meningkatnya jumlah observasi dari perkalian N x T

(jumlah unit cross section x time series), yang berimplikasi pada meningkatnya

derajat bebas (degree of freedom).

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

23

Terdapat beberapa kelebihan penggunaan data panel (Baltagi 2008),

diantaranya yaitu :

a. Mampu mengontrol heterogenitas antar individu.

b. Meningkatkan derajat bebas.

c. Menjadi semakin efisien, mengurangi kolinearitas, meningkatkan akurasi

estimasi, serta memberikan informasi yang lebih banyak dan beragam.

d. Cocok untuk studi dynamic of adjustment, data panel merupakan cross

section berulang sehingga dapat digunakan untuk menganalisis perubahan

yang dinamis.

e. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak

dapat diatasi dalam data cross section atau time series murni.

Analisis panel yang digunakan dalam penelitian ini bersifat statis karena

peubah lag dependen tidak dimasukkan dalam komponen peubah independen,

serta bersifat searah sehingga dalam hasil pengolahan regresi pada nilai

probabilitas masing-masing variabel dibagi 2. Analisis panel statis dibedakan

menjadi pendekatan gabungan kuadrat terkecil (pooled least square) dan 2

pendekatan berdasarkan ada atau tidaknya korelasi antara individual effects

dengan peubah independennya, yaitu fixed effects model (FEM) dan random

effects model (REM). Namun dalam penelitian ini pendekatan REM tidak dapat

dilakukan. Hal ini dikarenakan untuk pemilihan model REM hanya dapat

dilakukan apabila variabel yang digunakan jumlahnya lebih besar daripada jumlah

cross section (negara) yang diteliti, sedangkan variabel dan cross section yang

digunakan dalam penelitian ini jumlahnya sama-sama 6 sehingga pendekatan

REM tidak dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

Selain itu, dalam melakukan pengolahan data panel terdapat juga kriteria

pembobotan yang berbeda-beda yaitu NoWeighting (semua observasi diberi bobot

sama), Cross Section Weight (GLS dengan menggunakan estimasi varians residual

cross section, digunakan apabila ada asumsi terdapat cross section

heteroskedasticity), dan Seemingly Uncorrelated Regression / SUR (GLS dengan

menggunakan covariance matrix cross section). Metode ini mengoreksi baik

heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section. Tujuan

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

24

dilakukannya pembobotan ini adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit

cross section.

3.4.1 Pooled Least Square (PLS)

Pendekatan yang paling sederhana dalam pengolahan data panel adalah

dengan menggunakan metode gabungan kuadrat terkecil, ditetapkan dalam data

yang berbentuk pool. Misalkan terdapat persamaan berikut ini :

Yit = α + x jit βj + εi untuk i = 1, 2, ...., N dan t = 1, 2, ..., T

Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah

periode waktunya. Dengan mengasumsi komponen error dalam pengolahan

metode gabungan kuadrat terkecil, dapat dilakukan proses estimasi secara terpisah

untuk setiap unit cross section. Untuk periode t = 1, akan diperoleh persamaan

regresi cross section sebagai berikut :

Yit = α + xjitβj + εit untuk i = 1, 2, ...., N

Pada akhirnya akan berimplikasi diperolehnya persamaan sebanyak T

persamaan yang sama. Begitu juga sebaliknya, persamaan deret waktu (time

series) dapat diperoleh sebanyak N persamaan untuk setiap T observasi. Namun,

untuk mendapatkan parameter α dan β yang konstan dan efisien dapat diperoleh

dalam bentuk regresi yang lebih besar dengan melibatkan sebanyak NT observasi.

3.4.2 Fixed Effects Model (FEM)

Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode gabungan kuadrat terkecil

adalah asumsi intersep (konstanta) dan slope dari persamaan regresi yang

dianggap konstan baik antar daerah maupun antar waktu yang mungkin tidak

beralasan. Generalisasi secara umum sering dilakukan dengan memasukan

variabel dummy untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang

berbeda-beda baik lintas cross section maupun time series.

Pendekatan dengan memasukkan variabel dummy dikenal dengan sebutan

model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) atau

disebut juga Covariance Model. Pendekatan tersebut dapat ditulis dalam

persamaan berikut ini :

Yit = αi - xjitβj – εit - Σ - aiDi - eit

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

25

dimana :

Yit = variabel terikat di waktu t untuk unit cross section i

αit = intercept yang berubah-ubah antar cross section unit

xjitβj = variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i

βj = parameter untuk variabel ke j

εit = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

Setelah menambahkan sebanyak (N-1) variabel dummy (Di) ke dalam

model dan menghilangkan sisanya untuk menghindari kolinearitas sempurna antar

variabel penjelas, pendekatan ini akan terjadi degree of freedom sebesar NT-N-K.

Keputusan memasukkan variabel buatan ini harus didasarkan pada pertimbangan

statistik. Tidak dapat dipungkiri penambahan variabel dummy ini akan

mengurangi banyaknya degree of freedom yang pada akhirnya akan memengaruhi

koefisien dari parameter yang diestimasi.

3.5 Pemilihan Model Terbaik (Chow Test)

Chow Test adalah pengujian F-statistik untuk memilih apakah model

terbaik yang digunakan adalah Pooled Least Square (PLS) atau Fixed Effect

Model (FEM). Uji chow dilakukan sebab adanya asumsi bahwa setiap unit cross

section memiliki individual effect yang sama (αi = α).

Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : PLS (Restricted)

H1 : FEM (Unrestricted)

Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai kritis F (Fα) dengan

nilai F-statistik yang terdapat pada hasil analisis. Penghitungan F-statistik adalah

sebagai berikut :

F-statistik = ( RRSS - URSS ) ( N – 1 )

( URSS ) ( NT – N – K )

dimana :

RSSS = Restricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Pooled OLS)

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (Sum Square Residual Fixed Effect)

N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

26

K = Jumlah variabel penjelas

Apabila nilai F-statistik < Fα maka terdapat cukup bukti untuk menolak

H0, sehingga model terbaik yang digunakan adalah FEM. Sedangkan jika nilai F-

statistik > Fα maka tidak cukup bukti untuk menolak H0, sehingga model terbaik

yang digunakan adalah PLS.

3.6 Evaluasi Model dan Uji Asumsi

Setelah dilakukan pengujian untuk memilih model terbaik, lalu tahapan

berikutnya adalah evaluasi model dan uji asumsi. Evaluasi model ini bertujuan

untuk mengetahui apakah model yang diduga telah memenuhi kriteria ekonomi

maupun statistik atau belum. Adapun kriteria statistik yang dilakukan yaitu uji R2

(goodness of fit), uji-t, dan uji-F. Sedangkan uji asumsi dilakukan untuk

menghasilkan model yang efisien, konsisten, dan tidak bias. Terdapat beberapa

asumsi yang perlu diuji yaitu uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji

multikolinearitas, dan uji normalitas.

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

27

4 GAMBARAN UMUM

4.1 Perdagangan Bebas ASEAN-China

Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang terdiri dari

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam,

Laos, Kamboja, dan Myanmar telah memasuki babak baru dalam kemajuan

kerjasama ekonomi dan perdagangan sejak masuknya China sebagai mitra dialog

penuh pada bulan Juli 1996. Ide pembentukan kawasan perdagangan bebas

ASEAN-China (ACFTA) muncul pertama kali sebagai tanggapan terhadap usulan

perdana menteri China Zhu Rongji pada pertemuan ASEAN Summit ke-6 di

Singapura, November 2000.

Gagasan pembentukan ACFTA tersebut disepakati dalam Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-7 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam,

pada November 2001. Pada bulan November 2002 ASEAN-China Summit ke-8 di

Phnom Penh, Kamboja, para pemimpin ASEAN dan perdana menteri China

menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic

Cooperation between ASEAN and The People’s Republic of China yang

meresmikan komitmen ASEAN dan China untuk memperkuat kerjasama ekonomi

serta perdagangan dalam sebuah kawasan perdagangan bebas. Secara keseluruhan

kerangka kerjasama ini mengikat komitmen dari ASEAN dan China untuk

memperkuat kerjasama ekonomi di antara kedua belah pihak yang telah dimulai

pada tahun 2010 oleh ASEAN-6 yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,

Thailand, dan Brunei Darussalam; dan direncanakan dapat dicapai pada tahun

2015 oleh Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar (CLMV). Tujuan dari

persetujuan ACFTA ini adalah untuk :

1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, dan

investasi di antara para pihak,

2. Meliberalisasikan secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang

dan jasa serta menciptakan suatu rezim investasi yang transparan, liberal,

dan mudah,

3. Menggali bidang-bidang baru dan langkah-langkah pengembangan yang

tepat untuk kerja sama ekonomi yang lebih erat di antara para pihak, dan

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

28

4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari negara-negara

anggota ASEAN yang baru (CLMV) dan menjembatani perbedaan

pembangunan di antara para pihak (Sekretariat ASEAN 2009).

Dalam kerangka ACFTA, penurunan dan penghapusan tarif perdagangan

barang dilaksanakan dalam 3 tahap, yaitu :

Tahap 1 : Early Harvest Programme (EHP)

Tahap 2 : Normal Track I and II

Tahap 3 : Sensitive and Highly Sensitive List

Program penurunan tarif bea masuk dilakukan secara bertahap mulai

tanggal 1 Januari 2004 untuk EHP dan menjadi 0 persen pada 1 Januari 2006.

Kemudian dimulai tanggal 20 Juli 2005 untuk Normal Track dan menjadi 0 persen

pada tahun 2010, dengan fleksibilitas pada produk-produk yang akan menjadi 0

persen pada tahun 2012.

Produk-produk dalam kelompok Sensitive akan dilakukan penurunan tarif

mulai tahun 2012, dengan penjadwalan bahwa maksimum tarif bea masuk pada

tahun 2012 adalah 20 persen dan akan menjadi 0 sampai 5 persen mulai tahun

2018. Produk-produk Highly Sensitive akan dilakukan penurunan tarif bea masuk

pada tahun 2015 sebesar 50 persen. Jadi tidak benar kalau ada pemahaman bahwa

penurunan dan penghapusan tarif bea masuk dalam perdagangan bebas ASEAN-

China dilakukan secara serentak atas seluruh produk mulai tanggal 20 Juli 2005

(Bustami 2010).

4.1.1 Early Harvest Programme (EHP)

Program ini dimaksudkan untuk mempercepat pelaksanaan persetujuan

ACFTA, khususnya dalam perdagangan barang-barang pertanian. Jenis komoditas

dalam EHP adalah semua produk yang terdaftar di Harmonized System (HS)

Chapter 01 sampai Chapter 08 seperti terlihat pada Tabel 4.1, kecuali jagung

manis dan buah-buahan. Kelompok yang termasuk EHP ini berjumlah 530 pos

tarif (HS 10 digit). Selain itu untuk menyeimbangkan nilai ekspor Indonesia dan

China terhadap produk produk-produk diatas, disepakati produk-produk EHP

yang dinegosiasikan secara bilateral sebanyak 47 pos tarif (HS 10 digit) antara

lain kopi, minyak kelapa, coklat, barang dari karet, dan perabotan.

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

29

Tabel 4.1 Daftar Produk dalam Kebijakan Early Harvest Programme

Chapter Description

01 Live Animals

02 Meat and Edible Meat Offal

03 Fish

04 Dairy Produce

05 Other Animals Products

06 Live Trees

07 Edible Vegetables

08 Edible Fruits and Nuts

Sumber: Sekretariat ASEAN (2009).

Adapun semua produk yang masuk dalam skema EHP tersebut selanjutnya

dibagi menjadi 3 kategori modalitas berdasarkan tingkat tarif MFN yang berlaku

saat ini di masing-masing kelompok negara, yaitu :

1. Kategori 1, adalah produk dengan tarif MFN 15 persen untuk China dan

ASEAN-6, sedangkan ≥30 persen untuk negara-negara CLMV.

2. Kategori 2, adalah produk dengan tarif MFN antara 5-15 persen untuk

China dan ASEAN-6, sedangkan 15-30 persen untuk CLMV.

3. Kategori 3, adalah produk dengan tarif MFN 5 persen untuk China dan

ASEAN-6, sedangkan 15 persen untuk CLMV.

Penurunan dan penghapusan tarif dalam skema EHP ini dilaksanakan

secara bertahap mulai 1 Januari 2004 dengan agenda waktu seperti yang disajikan

pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Berdasarkan agenda waktu penurunan tarif yang

telah ditentukan tersebut, diharapkan liberalisasi perdagangan barang yang telah

diawali oleh China dan ASEAN-6 dapat segera terwujud dengan 10 negara di

ASEAN.

Tabel 4.2 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Early Harvest Programme

ASEAN-6 dan China

Kategori

Produk

Tingkat Tarif (persen)

1 Januari 2004 1 Januari 2005 1 Januari 2006

1 10 5 0

2 5 0 0

3 0 0 0

Sumber: Sekretariat ASEAN (2009).

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

30

Tabel 4.3 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Early Harvest Programme

Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam

Kategori /

Negara

Tingkat Tarif (persen)

Awal

Jan '04

Awal

Jan '05

Awal

Jan '06

Awal

Jan '07

Awal

Jan '08

Awal

Jan '09

Awal

Jan '10

Kategori 1

Vietnam 20 15 10 5 0 0 0

Laos dan

Myanmar 20 14 8 0 0

Cambodia

20 15 10 5 0

Kategori 2

Vietnam 10 10 5 5 0 0 0

Laos dan

Myanmar 10 10 5 0 0

Cambodia

10 10 5 5 0

Kategori 3

Vietnam 5 5 0-5 0-5 0 0 0

Laos dan

Myanmar 5 5 0-5 0 0

Cambodia

5 5 0-5 0-5 0

Sumber: Sekretariat ASEAN (2009).

Indonesia telah meratifikasi perjanjian ACFTA melalui keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 48/2004 tentang pengesahan persetujuan

kerangka kerja sama ekonomi menyeluruh antara negara-negara anggota ASEAN

dan China. Bagi Indonesia skema EHP merupakan langkah penting yang perlu

direalisasikan mengingat potensi komoditas ekspor pertanian Indonesia ke China

dan ASEAN, termasuk komoditas kopi didalamnya. Oleh karena itu untuk

meratifikasi skema EHP tersebut, landasan hukum penurunan dan penghapusan

tarif telah ditetapkan melalui :

1. SK MENKEU Nomor: 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang

Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang Dalam Kerangka EHP

ASEAN-China FTA.

2. SK MENKEU Nomor: 356/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang

Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang Dalam Kerangka EHP

Bilateral Indonesia-China FTA.

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

31

3. Produk Stearic Acid telah masuk dalam EHP dan mulai berlaku penurunan

tarifnya pada tanggal 1 Januari 2005 dengan Peraturan Menteri Keuangan

Nomor: 09/PMK.010/2005 tanggal 31 Januari 2005 (Bustami 2010).

4.1.2 Normal Track

Hampir seluruh komoditas masuk dalam program ini, kecuali dimintakan

pengecualian oleh negara yang bersangkutan (dengan demikian masuk ke dalam

Sensitive Track). Program penurunan dan penghapusan tingkat tarif bea masuk

Normal Track untuk ASEAN-6 dan China berlaku efektif mulai tanggal 20 Juli

2005 dengan jadwal penurunan tarif seperti disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Daftar Agenda Modalitas Penurunan Tarif Normal Track ASEAN-6

dan China

Tingkat Tarif Bea Masuk 2005 2007 2009 2010

X > 20 20 12 5 0

15 < X < 20 15 8 5 0

10 < X < 15 10 8 5 0

5 < X < 10 5 5 0 0

X < 5 5 5 0 0 Sumber: Sekretariat ASEAN (2009).

Sedangkan untuk negara-negara CLMV, agenda penurunan dan

penghapusan tingkat tarif bea masuknya berbeda-beda dan ditargetkan pada tahun

2015 tingkat tarifnya sudah 0 persen. Program Normal Track ini terdiri dari

Normal Track I dan Normal Track II. Sedangkan landasan hukum penurunan dan

penghapusan tarif untuk Normal Track telah dilakukan melalui :

Keputusan MENKEU Nomor: 56/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005

tentang Jadwal Penurunan Tarif dalam Kerangka ACFTA.

Keputusan MENKEU Nomor: 57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005

tentang Penetapan Tarif Bea Masuk dalam ACFTA (Bustami 2010).

4.1.3 Sensitive Track

Program ini dibagi menjadi 2, yaitu Sensitive List dan Highly Sensitive List

dengan penurunan tarif bea masuk dimulai tahun 2012. Untuk produk-produk

Sensitive tarif bea masuk maksimum pada tahun 2012 adalah 20 persen.

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

32

Selanjutnya dilakukan penghapusan bertahap atas bea masuk produk-produk yang

dimaksud, sehingga mulai tahun 2018 ditargetkan tarif bea masuknya menjadi 0

persen sampai dengan 5 persen. Program penurunan tarif bea masuk untuk

produk-produk Highly Sensitive dimulai pada tahun 2015, dengan penjadwalan

bahwa pada tahun 2015 tarif bea masuk maksimum 50 persen.

Cakupan produk-produk dalam Sensitive List adalah sebesar 304 Pos Tarif

(HS 6 digit), antara lain terdiri dari barang jadi kulit, alas kaki, kacamata, alat

musik, mainan, alat olah raga, alat tulis, besi dan baja, spare part, alat angkut,

glokasida dan alkaloid nabati, senyawa organik, antibiotik, kaca, dan barang-

barang plastik. Sedangkan cakupan yang termasuk produk-produk dalam Highly

Sensitive List adalah sebesar 47 Pos Tarif (HS 6 digit), antara lain terdiri dari

produk pertanian, produk industri tekstil dan produk tekstil (ITPT), produk

otomotif, dan produk ceramic tableware (Bustami 2010).

4.2 Gambaran Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Kopi Indonesia

4.2.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi suatu negara secara tidak langsung dapat

memengaruhi kegiatan ekspor suatu komoditas. Pertumbuhan ekonomi dapat

digambarkan dari perkembangan pendapatan per kapita dan keadaan nilai tukar

mata uang suatu negara yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Sumber: World Bank (2012).

Gambar 4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indonesia

Periode Tahun 1999-2011 (US$)

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

33

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa produk Domestik Bruto (PDB) per

kapita Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan rata-

rata pertumbuhan sebesar 3.73 persen per tahunnya pada periode tahun 1999

sampai 2011. Pada tahun 1999 PDB per kapita Indonesia yaitu sebesar US$746.79

dan terus meningkat sampai pada tahun 2011 mencapai US$1 206.99.

Sumber: World Bank (2012).

Gambar 4.2 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika

Periode Tahun 1999-2011 (Rp/US$)

Sedangkan perkembangan nilai tukar (kurs) Indonesia cenderung

mengalami fluktuasi dengan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

yang menguat sebesar 0.42 persen per tahunnya seperti terlihat pada Gambar 4.2.

Selama periode tahun 1999 sampai 2011 nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika berada pada titik terendah tahun 1999 sebesar Rp7 855.15 per dolar.

Titik tertinggi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika berada pada tahun 2009

yaitu nilainya sebesar Rp10 389.94 per dolar, peningkatan drastis ini disebabkan

karena tingginya inflasi akibat krisis global yang melanda dunia.

4.2.2 Perkembangan Produksi Kopi Indonesia

Indonesia memproduksi 2 jenis kopi yang diperdagangkan yaitu Kopi

Robusta dan Kopi Arabika. Berdasarkan kepemilikannya produksi kopi dibagi

menjadi 3 yaitu perkebunan negara, perkebunan swasta, dan perkebunan rakyat.

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

34

Produksi kopi Indonesia secara keseluruhan (Arabika dan Robusta) mengalami

fluktuasi dengan trend yang positif seperti terlihat pada Gambar 4.3.

Sumber: Ditjenbun (2012).

Gambar 4.3 Perkembangan Produksi Komoditas Kopi Indonesia Periode Tahun

1999-2011 (Ribu Ton)

Produksi total kopi Indonesia dalam periode tahun 1999 sampai 2011

memiliki perkembangan rata-rata sebesar 2.39 persen. Pada tahun 1999 produksi

kopi Indonesia tercatat sebesar 531.69 ribu ton, kemudian meningkat sampai pada

tahun 2011 total produksinya menjadi sebesar 709 ribu ton. Perkembangan

tertinggi produksi kopi Indonesia terjadi pada periode tahun 2001 sampai 2002

sebesar 19.81 persen, sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara

pengekspor ke-4 terbesar dunia mulai tahun 2002 ini. Perkembangan terendah

terjadi pada periode tahun 2003 sampai 2004 yaitu berupa penurunan produksi

sebesar 3.56 persen. Pada saat terjadi krisis kopi dunia tahun 1999 sampai 2001,

produksi kopi Indonesia tetap menunjukkan nilai yang positif. Produksinya

berturut-turut sebesar 531.69 ribu ton, 554.57 ribu ton, dan 569.23 ribu ton.

Jika dilihat produksi sebelum diberlakukannya EHP pada periode tahun

1999 sampai 2003 rata-rata menghasilkan sebesar 601.75 ribu ton per tahun,

sedangkan setelah EHP pada periode tahun 2004 sampai 2011 rata-rata produksi

kopi Indonesia meningkat sebesar 677.51 ribu ton per tahun.

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

EHP

Negara Swasta Rakyat

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

35

4.2.3 Perkembangan Harga Komoditas Kopi

Harga komoditas kopi terbagi menjadi 2, yaitu harga internasional dan

harga domestik. Harga kopi internasional pada perkembangannya berfluktuasi

mengikuti kondisi global seperti supply kopi dunia, krisis ekonomi, dan perubahan

alam. Sedangkan perkembangan harga kopi domestik setiap tahunnya mengalami

perubahan, hal ini dipengaruhi oleh ketidakstabilan permintaan dan penawaran

terhadap komoditas tersebut serta adanya pengaruh dari harga kopi dunia. Apabila

penawaran lebih besar daripada permintaannya, maka akan terjadi penurunan

harga. Sedangkan jika permintaan kopi sedang tinggi maka harga akan meningkat

dan memberikan insentif petani kopi untuk meningkatkan produksi.

Sumber: ICO (2012).

Gambar 4.4 Perkembangan Harga Komoditas Kopi Periode Tahun 1999-2011

(US$)

Perkembangan harga kopi dapat dijelaskan dalam 2 periode yaitu sebelum

dan sesudah diberlakukannya EHP, seperti terlihat pada Gambar 4.4. Pada periode

krisis over supply kopi dunia periode tahun 1999 sampai 2001, harga dunia terus

mengalami penurunan yang cukup signifikan hingga mencapai titik terendah yaitu

US$0.91 per kilogram pada tahun 2001. Hal ini dikarenakan jumlah pasokan kopi

yang berlebih mengakibatkan harga menjadi semakin rendah. Harga mulai

mengalami peningkatan setelah tahun 2002 dan pada tahun 2003 angkanya

sebesar US$1.04 per kilogram. Seperti pada harga internasional, krisis over supply

kopi dunia juga berpengaruh terhadap harga kopi domestik Indonesia sebelum

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

4

4.5

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

EHP

dunia domestik

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

36

diberlakukannya EHP. Akibat krisis tersebut harga domestik kopi Indonesia

mencapai titik terendah pada tahun 2001 sebesar US$0.81 per kilogram.

Sejak diberlakukannya EHP setelah tahun 2004, harga kopi di dunia dan

domestik mulai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2008

ke tahun 2009 harga kopi dunia mengalami penurunan yaitu dari US$2.48 per

kilogram menjadi US$2.31 per kilogram akibat inflasi yang tinggi dari krisis

global, namun kemudian terus mengalami peningkatan sampai menyentuh harga

tertinggi dengan nilai sebesar US$4.21 per kilogram pada tahun 2011. Sedangkan

pada tahun 2004 harga domestik sebesar US$1.04 per kilogram terus meningkat

mencapai titik tertinggi di tahun 2011 yaitu sebesar US$2.78 per kilogram.

4.3 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Pasar ASEAN-China

Selama periode tahun 1999 sampai 2011 pertumbuhan ekspor kopi

Indonesia ke wilayah ASEAN dan China memiliki pola yang berbeda masing-

masing negara, seperti terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Kawasan Perdagangan Bebas

ASEAN-China

Tahun

Ekspor Kopi Indonesi ke- (kg)

Brunei

Darussalam China Malaysia Filipina Singapura Thailand

1999 104 839 771 750 9 618 010 2 837 000 14 404 318 28

2000 18 016 174 247 7 658 008 13 190 516 12 974 306 0

2001 97 239 366 710 9 131 715 562 113 10 205 091 35 739

2002 17 452 542 036 10 061 170 1 984 289 12 642 732 35 337

2003 9 735 971 345 6 466 856 2 138 275 8 935 468 131 053

2004 30 382 914 168 7 573 596 606 739 10 561 785 176 144

2005 18 049 3 153 746 7 924 381 3 704 325 13 312 159 45 186

2006 33 764 1 395 114 10 072 202 5 932 854 14 617 843 7 730

2007 9 723 1 438 513 12 830 514 8 921 220 12 704 999 39 933

2008 0 1 666 283 17 427 808 9 888 518 7 260 519 10 700

2009 0 1 633 781 17 821 174 18 657 103 7 400 110 1 627 717

2010 0 3 033 726 26 431 323 5 974 194 6 098 328 1 406 400

2011 0 2 990 628 26 413 811 1 635 639 6 268 218 3 187 947

Sumber: WITS (2012).

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

37

Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke China selama periode tahun 1999

sampai 2003 (sebelum EHP) mengalami fluktuasi, namun volume ekspornya tidak

terlalu besar dengan rata-rata sebesar 565.22 ton per tahun. Ekspor yang masih

rendah ini disebabkan oleh tingkat kebutuhan China atas kopi baik untuk

konsumsi maupun industri masih rendah, selain itu diberlakukannya tarif masuk

impor untuk komoditas kopi Indonesia masih sangat tinggi sehingga menghambat

pertumbuhan ekspor kopi Indonesia ke China.

Setelah diberlakukannya program EHP, fluktuasi volume ekspor ke China

terjadi peningkatan yang cukup besar dengan rata-rata ekspor 2.03 ribu ton per

tahun pada periode 2004 sampai 2011. Lonjakan tersebut selain disebabkan

terjadinya penurunan tarif impor hingga mencapai 0 persen dalam EHP, juga

dikarenakan jumlah permintaan kopi Indonesia dari masyarakat di China yang

meningkat. Pola trend positif dari jumlah ekspor kopi Indonesia ke China

menggambarkan dampak positif setelah diberlakukannya kebijakan EHP bagi

ekspor kopi Indonesia terutama ke China. Indonesia memang masih kalah

bersaing dengan kopi Brazil dimana Brazil merupakan pemasok kopi terbesar di

China sampai saat ini, namun dengan diberlakukannya EHP memberikan peluang

untuk kopi Indonesia agar lebih kompetitif di pasar China.

Ekspor kopi Indonesia ke Malaysia selama periode tahun 1999 sampai

2011 cenderung mengalami fluktuasi, namun mulai tahun 2003 volume ekspornya

memberikan perubahan signifikan yang terus meningkat dengan rata-rata sebesar

13.03 ribu ton per tahun. Peningkatan tersebut menjadikan ekspor kopi Indonesia

ke Malaysia sebagai yang tertinggi di ASEAN selama 2 tahun terakhir. Kondisi

ekspor ke Malaysia sebelum diberlakukannya EHP mengalami fluktuasi, namun

volume ekspornya masih tergolong tidak terlalu besar dengan rata-rata sebesar

8.59 ribu ton per tahun pada periode tahun 1999 sampai 2003. Pada tahun 2002

volume ekspor ke Malaysia melonjak sebesar 10.06 ribu ton, namun kemudian

langsung turun sampai titik terendah selama 1 dekade terakhir pada tahun 2003

sebesar 6.47 ribu ton. Hal ini karena permintaan kopi dari masyarakat negara

tersebut menurun drastis akibat isu akan diterapkannya program EHP.

Setelah diberlakukannya program EHP, volume ekspor kopi Indonesia ke

Malaysia terjadi peningkatan yang sangat besar dengan rata-rata ekspor 13.03 ribu

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

38

ton per tahun pada periode tahun 2004 sampai 2011. Awal mula diberlakukannya

EHP ekspor kopi Indonesia ke Malaysia sebesar 7.57 ribu ton, kemudian terus

meningkat sampai pada tahun 2011 nilai ekspor ke Malaysia menjadi sebesar

26.41 ribu ton. Hal ini sekaligus menjadikan ekspor ke Malaysia sebagai yang

terbesar di ASEAN pada tahun 2007, 2008, 2010, dan 2011. Lonjakan tersebut

selain disebabkan terjadinya penurunan tarif impor hingga mencapai 0 persen

dalam EHP, juga dikarenakan meningkatnya jumlah permintaan kopi Indonesia

dari masyarakat di Malaysia.

Secara keseluruhan ekspor kopi Indonesia ke Singapura selama periode

1999 sampai 2011 mengalami fluktuasi yang menurun. Namun bila melihat dari

sejarah ekspor kopi Indonesia ke ASEAN, Singapura masih merupakan salah satu

negara tujuan utama ekspor kopi Indonesia dengan rata-rata ekspor sebesar 10.57

ribu ton per tahun. Trend penurunan ekspor tersebut mengakibatkan produsen

kopi Indonesia mengalihkan kiriman ekspornya ke negara lain, hal ini yang

menyebabkan penawaran ekspor kopi Indonesia terbesar di ASEAN saat ini

beralih ke Malaysia. Faktor utama yang menyebabkan trend penurunan ekspor ke

Singapura karena kopi Indonesia masih kalah bersaing dengan kopi Brazil,

dimana Brazil merupakan pemasok kopi terbesar di Singapura sampai saat ini.

Sebelum diberlakukannya EHP kondisi ekspor kopi Indonesia ke

Singapura pada periode tahun 1999 sampai 2003 merupakan yang terbesar di

ASEAN, namun volume ekspornya terus menurun. Pada tahun 1999 ekspor ke

Singapura sebesar 14.40 ribu ton dan terus menurun sampai sebelum EHP pada

tahun 2003 menjadi sebesar 8.93 ton. Setelah diberlakukannya program EHP,

ekspor kopi Indonesia pada periode tahun 2004 sampai 2006 mengalami

peningkatan dari 10.56 ribu ton menjadi 14.62 ribu ton. Hal yang menyebabkan

terjadinya peningkatan ekspor adalah tarif impor hingga mencapai 0 persen dalam

EHP. Namun setelah tahun 2006 kembali mengalami trend penurunan, titik

terendah berada pada tahun 2010 sebesar 6.10 ribu ton dan terakhir pada tahun

2011 ekspor kopi ke Singapura menjadi sebesar 6.27 ribu ton.

Secara keseluruhan ekspor kopi Indonesia ke Filipina berfluktuasi sangat

tajam. Perkembangan ekspor kopi Indonesia ke Filipina selama periode sebelum

EHP berfluktuasi dengan rata-rata ekspor sebesar 4.14 ribu ton per tahun. Ekspor

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

39

tertinggi ke Filipina sebesar 13.19 ribu ton pada tahun 2000, namun nilai ekspor

langsung jatuh pada tahun 2001 menjadi 562.11 ton dan sekaligus merupakan

ekspor kopi terendah selama 1 dekade terakhir.

Setelah diberlakukannya EHP, fluktuasi volume ekspor kopi Indonesia ke

Filipina terjadi peningkatan yang cukup signifikan selama periode 2004 sampai

2009 dengan nilai 606.74 ton pada tahun 2004 dan meningkat terus menjadi 18.66

ton pada tahun 2009. Lonjakan tersebut selain disebabkan terjadinya penurunan

tarif impor hingga mencapai 0 persen dalam EHP, juga dikarenakan

meningkatnya jumlah permintaan kopi Indonesia dari masyarakat di Filipina.

Namun selama 2 tahun terakhir ekspor ke Filipina kembali menurun akibat dari

krisis global dengan nilai 5.97 ribu ton pada tahun 2010 dan terakhir menjadi 1.64

ribu ton pada tahun 2011. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya ekspor kopi

Indonesia ke Filipina secara keseluruhan pada periode 1999 sampai 2011 adalah

karena kopi Indonesia masih kalah bersaing dengan kopi Vietnam dimana

Vietnam merupakan pemasok kopi terbesar di Filipina, bahkan sampai saat ini.

Secara keseluruhan ekspor kopi Indonesia ke Thailand tidak terlalu besar

dan berfluktuasi dengan nilai rata-rata 515.69 ton per tahun. Perkembangan

ekspor kopi Indonesia ke Thailand selama periode sebelum EHP berfluktuasi

sangat kecil dengan rata-rata ekspor sebesar 40.43 ton per tahun. Pada tahun 2000

Indonesia pernah tidak mengekspor kopinya dikarenakan tidak adanya permintaan

dari masyarakat di Thailand tersebut, sehingga angka yang ditunjukkan adalah 0

ton. Hal ini dikarenakan memang tidak adanya permintaan akan kopi Indonesia

dari masyarakat di Thailand. Setelah diberlakukannya program EHP, pada periode

tahun 2004 sampai 2008 mengalami peningkatan dengan rata-rata ekspor sebesar

55.94 ton per tahun. Setelah terjadi krisis global, pada periode tahun 2009 sampai

2011 jumlah ekspor kopi Indonesia semakin melonjak dengan rata-rata sebesar

2.07 ribu ton per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pemberlakuan program EHP

memberikan dampak yang positif dengan ditandainya trend meningkat dari ekspor

kopi ke Thailand.

Secara keseluruhan ekspor kopi Indonesia ke Brunei Darussalam masih

sangat kecil, bahkan lebih kecil dari Thailand. Perkembangan volume ekspor kopi

Indonesia ke Brunei Darussalam rata-rata hanya sebesar 26.09 ton per tahunnya,

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

40

kecilnya jumlah ekspor ini memang dikarenakan populasi penduduknya yang

sangat kecil. Perkembangan ekspor ke Brunei Drussalam selama periode sebelum

EHP berfluktuasi dengan rata-rata ekspor sebesar 49.47 ton per tahun. Sedangkan

setelah diberlakukannya program EHP pada periode tahun 2004 sampai 2007

mengalami penurunan dengan nilai rata-rata ekspor sebesar 22.98 ton per

tahunnya. Sepanjang tahun 2008 sampai 2011 Indonesia tidak pernah mengekspor

kopi kembali ke Brunei Darussalam, hal ini dikarenakan krisis global dan tidak

adanya permintaan kopi Indonesia dari masyarakat di Brunei Darussalam.

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

41

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pendugaan Model

Sebagai dasar pertimbangan dalam memilih model yang terbaik, maka

sebelumnya dilakukan uji Chow atau uji-F untuk memilih model di antara PLS

(Pooled Least Square) dan FEM (Fixed Effect Model). Berdasarkan uji Chow

(Lampiran 1), dapat dilihat bahwa nilai probabilitas F-statistics pada model

(0.000) lebih kecil dari taraf nyata 5 persen yang digunakan. Hal ini berarti sudah

cukup bukti untuk menolak H0, sehingga pendekatan yang paling baik untuk

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan FEM.

Setelah itu, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan pendekatan

FEM tanpa memberi pembobotan dan dengan memberikan pembobotan. Setelah

dilakukan pengolahan data tersebut diperoleh pendekatan FEM dengan

memberikan pembobotan SUR (Seemingly Uncorrelated Regression) adalah hasil

terbaik untuk model penawaran ekspor kopi ini dan dapat dilihat hasil estimasinya

pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Hasil Estimasi Fungsi Penawaran Ekspor Menggunakan Pendekatan

FEM dengan Pembobotan SUR

Variable Coefficient Prob.

LNDOM -1.2351 0.0382

LNPINT 1.4774 0.0064

LNPROD 4.9163 0.0003

LNGDP -4.5285 0.0000

LNER 2.6797 0.0116

DEHP 0.5587 0.0024

C -46.7570 0.0171

R-squared 0.9603

Prob (F-statistic) 0.0000

Durbin-Watson stat 1.6126

Sum squared resid weighted 73.3459

Sum squared resid unweighted 523.4366 Sumber: Lampiran 2 (diolah).

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

42

5.2 Pengujian Asumsi Model

Uji asumsi model meliputi uji autokorelasi, heteroskedatisitas,

multikolinearitas, dan normalitas. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan

melihat nilai Durbin Watson (DW). Jika nilai DW-stat mendekati 2, maka dapat

dikatakan tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan Tabel 5.1, hasil regresi olahan

data panel menunjukkan nilai DW sebesar 1.6126, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada hasil estimasi model menunjukkan tidak terdapat masalah

autokorelasi.

Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan

membandingkan nilai sum square resid weighted statistics dengan nilai sum

square resid unweighted statistic. Pada Tabel 5.1 memperlihatkan nilai sum

square residual pada weighted statistics (73.3459) lebih kecil daripada sum

square residual unweighted statistics (523.4366), sehingga hal ini

mengindikasikan terjadinya masalah heteroskedastisitas. Untuk mengatasi

pelanggaran ini dapat dilakukan dengan mengestimasi SUR (Seemingly

Uncorrelated Regression) sebagai pembobot, sehingga masalah

heteroskedastisitas pada model ini dapat diabaikan.

Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai probabilitas dan matriks

korelasi antar variabel. Semua probabilitas pada variabel sudah signifikan pada

taraf nyata 5 persen (Tabel 5.1) dan R-squared (0.9603) menunjukkan nilai yang

lebih besar dibandingkan nilai matriks korelasi antar variabel (Lampiran 3), hal ini

menunjukkan bahwa persamaan dalam model dapat dinyatakan telah bebas dari

masalah multikolinearitas. Hal ini menunjukkan bahwa di antara variabel dalam

model saling berhubungan.

Uji normalitas dapat dilihat dari nilai probabilitas Jarque Bera.

Berdasarkan nilai probabilitas Jarque Bera (Lampiran 4) yaitu sebesar 0.2435

lebih besar dari taraf nyata 5 persen, maka dapat disimpulkan bahwa error term

pada model sudah terdistribusi secara normal.

5.3 Pengujian Kriteria Statistik

Uji kriteria statistik meliputi uji-F, uji-t, dan uji koefisien determinasi (R2).

Berdasarkan uji-F (Tabel 5.1), didapat probabilitas F-statistic kurang dari taraf

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

43

nyata 5 persen (0.0000 < 0.0500) maka keputusannya adalah tolak H0 dimana

untuk model secara keseluruhan signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa secara bersamaan semua faktor bebas dalam model

sudah mampu menjelaskan dengan baik perubahan volume penawaran ekspor

kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand.

Uji-t dilakukan dengan melihat probabilitas dari masing-masing variabel

bebasnya (Tabel 5.1). Pada model diatas, semua variabel bebas berpengaruh

secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China,

Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Uji koefisien determinasi (Goodness of Fit) merupakan suatu ukuran yang

penting dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model

regresi yang terestimasi. Berdasarkan Tabel 5.1 nilai R2 atau koefisien determinasi

pada model yaitu sebesar 0.9603 yang menunjukkan bahwa sebesar 96.03 persen

keragaman variabel tidak bebas pada unit cross section dapat dijelaskan oleh

model tersebut, sedangkan sisanya sebesar 3.97 persen dijelaskan oleh peubah lain

diluar model.

5.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Setelah dilakukan beberapa pendekatan, didapat hasil estimasi terbaik

yaitu pendekatan model fixed effect dengan pembobotan SUR (Seemingly

Uncorrelated Regression). Berikut adalah penjelasan hasil analisis dari masing-

masing variabel bebas yang memberikan pengaruh nyata terhadap volume

penawaran ekspor kopi Indonesia dengan menggunakan model terbaik tersebut :

5.4.1 Harga Domestik (PDOM)

Penggunaan harga domestik ini dilakukan sebagai pendekatan dari harga

kopi Indonesia yang berlaku di dalam negeri. Variabel harga domestik kopi

berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia

ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal

ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf

nyata 5 persen (0.0382 < 0.0500).

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

44

Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada

data panel adalah sebesar -1.24. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada

variabel tersebut adalah sebesar 1.24. Tanda negatif menunjukkan bahwa jika

terjadi kenaikan harga domestik sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume

ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina,

Singapura, dan Thailand sebesar 1.24 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai

dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa harga domestik berhubungan

negatif dengan volume ekspor kopi.

Peningkatan harga domestik menyebabkan insentif bagi Indonesia untuk

mengekspor kopinya semakin menurun. Hal itu disebabkan harga yang meningkat

menunjukkan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar di

pasar domestik. Sehingga para pelaku pasar akan cenderung mengalihkan

penawaran komoditas kopinya ke pasar domestik dan mengurangi volume

ekspornya. Peningkatan harga suatu komoditas di pasar domestik akan mendorong

eksportir untuk mengalihkan produknya ke pasar domestik, karena merasa pasar

domestik lebih menguntungkan dibandingkan dengan pasar internasional.

Sehingga ada kecenderungan peralihan pasar yang semula berorientasi pada pasar

luar negeri kemudian beralih menjadi ke pasar dalam negeri.

5.4.2 Harga Internasional (PINT)

Penggunaan harga internasional ini dilakukan sebagai pendekatan dari

harga ekspor kopi Indonesia ke negara tujuan China, Brunei Darussalam,

Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Variabel harga kopi internasional

berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia

ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal

ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf

nyata 5 persen (0.0064 < 0.0500).

Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada

data panel adalah sebesar 1.48. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada variabel

tersebut adalah sebesar 1.48. Ini artinya jika terjadi kenaikan harga kopi

internasional sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan volume ekspor kopi

Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

45

Thailand sebesar 1.48 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis

awal yang menyatakan bahwa harga internasional berhubungan positif dengan

volume ekspor kopi.

Dengan adanya peningkatan harga kopi di pasar internasional, maka ini

merupakan insentif bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya karena

diharapkan akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Hal ini sesuai

dengan teori Lipsey (1995) yang menyatakan bahwa harga sejumlah komoditas

mempunyai hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan yaitu semakin

tinggi harganya semakin besar jumlah yang ditawarkan, cateris paribus. Harga

internasional yang meningkat akan mendorong negara-negara eksportir kopi

utama seperti Indonesia untuk meningkatkan penawaran ekspornya karena

dianggap lebih menguntungkan.

5.4.3 Produksi Domestik (PROD)

Penggunaan produksi domestik ini menunjukkan jumlah kopi Indonesia

yang dapat dihasilkan per tahunnya. Variabel produksi kopi domestik berpengaruh

secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China,

Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf

nyata 5 persen (0.0003 < 0.0500).

Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada

data panel adalah sebesar 4.92. Hal ini menunjukkan nilai elastisitas pada variabel

tersebut adalah sebesar 4.92. Ini artinya jika terjadi kenaikan pada produksi

domestik sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan volume ekspor kopi

Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand sebesar 4.92 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis

awal yang menyatakan bahwa produksi domestik berhubungan positif dengan

volume ekspor kopi.

Kebijakan pemerintah dewasa ini yang terus mendukung peningkatan

pertumbuhan industri kopi dari hulu ke hilir menyebabkan semakin meningkatnya

produksi kopi Indonesia. Meningkatnya produksi kopi domestik menyebabkan

semakin bertambah jumlah pasokan kopi di dalam negeri, bahkan berlebih.

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

46

Kelebihan jumlah komoditas ini menjadi insentif tersendiri bagi Indonesia untuk

meningkatkan ekspor kopinya, karena diharapkan volume kopi yang dapat

diekspor ke negara lain menjadi lebih banyak sehingga akan memberikan

keuntungan yang jauh lebih besar.

5.4.4 PDB per Kapita (GDP)

Penggunaan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita ini dilakukan

sebagai pendekatan dari pendapatan masyarakat Indonesia. Variabel PDB per

kapita berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi

Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih

kecil dari taraf nyata 5 persen (0.0000 < 0.0500).

Berdasarkan hasil estimasi model dapat diketahui koefisien regresi pada

data panel adalah sebesar -4.53. Hal tersebut menunjukkan nilai elastisitas pada

variabel tersebut adalah sebesar 4.53. Tanda negatif menunjukkan bahwa jika

terjadi kenaikan PDB per kapita sebesar 1 persen, maka akan menurunkan volume

ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina,

Singapura, dan Thailand sebesar 4.53 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai

dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa pendapatan suatu negara

berhubungan negatif dengan volume ekspor kopi.

Peningkatan PDB per kapita menyebabkan insentif bagi Indonesia untuk

mengekspor kopinya semakin menurun. Hal itu disebabkan pendapatan (PDB per

kapita) yang meningkat menunjukkan semakin meningkat pula daya beli

konsumen, sehingga jumlah konsumsi juga akan meningkat. Jumlah konsumsi di

dalam negeri yang meningkat akan mendorong peningkatan harga, sehingga para

eksportir akan mengalihkan penjualan produknya di dalam negeri. Hal ini

diharapkan akan lebih memberikan keuntungan yang jauh lebih besar bila

penawaran kopi di pasar domestik ditingkatkan.

5.4.5 Nilai Tukar (ER)

Penggunaan nilai tukar ini dilakukan sebagai pendekatan dari nilai mata

uang rupiah terhadap dolar Amerika (dunia). Variabel nilai tukar rupiah terhadap

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

47

dolar Amerika berpengaruh secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor

kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand. Hal ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih

kecil dari taraf nyata 5 persen (0.0116 < 0.0500).

Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa koefisien regresi pada data

panel adalah sebesar 2.68. Nilai tersebut menunjukkan nilai elastisitasnya adalah

sebesar 2.68. Ini artinya jika terjadi peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar

Amerika sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan volume ekspor kopi

Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan

Thailand sebesar 2.68 persen (cateris paribus). Hal ini sesuai dengan hipotesis

awal yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika

berhubungan positif dengan volume ekspor kopi.

Apabila nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terdepresiasi maka

insentif bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor kopinya, karena diharapkan

akan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. Hal tersebut terjadi

dikarenakan saat mata uang suatu negara bernilai tinggi terhadap mata uang

negara lain, berarti harga barang-barang domestik di pasar internasional relatif

meningkat. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan Mankiw (2001), jika

kurs tinggi maka barang-barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan

barang-barang luar negeri. Harga di pasar internasional yang lebih mahal ini akan

mendorong para eksportir untuk meningkatkan volume ekspornya ke negara lain.

5.4.6 Kebijakan Early Harvest Programme (DEHP)

Penggunaan kebijakan EHP dalam penelitian ini digunakan untuk

menunjukkan 2 kondisi yang berbeda yaitu sebelum diberlakukannya kebijakan

EHP dan setelah diberlakukannya kebijakan EHP. Kebijakan EHP berpengaruh

secara signifikan terhadap volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China,

Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai probabilitas variabel tersebut yang lebih kecil dari taraf

nyata 5 persen (0.0024 < 0.0500).

Berdasarkan hasil regresi pada data panel, diperoleh hasil koefisien

dummy EHP adalah sebesar 0.56 sehingga rata-rata perbedaan volume penawaran

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

48

ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina,

Singapura dan Thailand sebelum dan sesudah diberlakukannya EHP adalah

sebesar 0.56 persen. Hasil pengujian terhadap koefisien dummy EHP ini

menunjukkan bahwa volume penawaran ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei

Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand akan meningkat sebesar

0.56 persen dengan diberlakukannya kebijakan EHP (cateris paribus). Hal ini

sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan bahwa kebijakan EHP

berpengaruh positif terhadap volume ekspor kopi.

Kebijakan EHP menyebabkan insentif bagi Indonesia untuk meningkatkan

ekspor kopinya, karena diharapkan dengan semakin berkurangnya hambatan tarif

impor ke negara-negara ASEAN dan China akan memberikan margin keuntungan

yang jauh lebih besar. Disepakatinya EHP memberikan peluang bagi produsen

dan eksportir Indonesia, karena perdagangan kopi Indonesia ke China dan negara-

negara ASEAN akan meningkat secara signifikan. Pemberlakuan tarif 0 persen

berarti akan mengurangi hambatan perdagangan yang sebelumnya membebani

komoditas kopi Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori Salvatore (1997) yang

menyatakan bahwa dengan dihapuskannya tarif impor maka akan meningkatkan

ekspornya. Oleh karena itu daya saing kopi Indonesia maupun ekspornya akan

semakin meningkat.

Pembentukan EHP sebagai bagian dari liberalisasi dini perdagangan bebas

antara negara ASEAN dan China memunculkan peluang peningkatan ekspor ke

negara-negara anggotanya (tidak hanya ke Indonesia). Sehingga pemberlakuan

ACFTA melalui program EHP untuk mengurangi hambatan perdagangan

terutama penghapusan tarif impor yang dikenakan pada suatu komoditas, juga

mengakibatkan harga kopi Indonesia menjadi semakin kompetitif terutama di

pasar China, Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

49

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. a. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, secara keseluruhan

model sudah baik karena dari hasil uji asumsi model tidak terdapat masalah

autokorelasi, heteroskedasatisitas, dan multikolinearitas, serta error term

sudah terdistribusi secara normal. Sedangkan dari hasil uji asumsi kriteria

statistik yang meliputi uji-F, uji-t, dan uji koefisien determinasi (R2) secara

keseluruhan semua variabel bebas pada model mampu menjelaskan dengan

baik perubahan volume penawaran ekspor kopi Indonesia.

b. Secara umum, semua variabel bebas yang ada dalam model berpengaruh

secara signifikan terhadap volume ekspor kopi Indonesia ke China, Brunei

Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Semua variabel

dalam model yaitu harga riil kopi internasional, nilai tukar rupiah terhadap

dolar Amerika, dan produksi kopi domestik berpengaruh secara positif

terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia. Sedangkan Produk Domestik

Bruto (PDB) per kapita dan harga riil kopi domestik berpengaruh secara

negatif terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia.

2. Dummy EHP menunjukkan dampak pemberlakuan Early Harvest Programme

(EHP) terhadap penawaran ekspor kopi Indonesia. Pemberlakuan kebijakan

EHP berpengaruh secara positif terhadap volume ekspor kopi Indonesia.

Dampak pemberlakuan kebijakan EHP menyebabkan peningkatan jumlah

kopi Indonesia yang dapat diekspor ke China, Brunei Darussalam, Malaysia,

Filipina, Singapura, dan Thailand.

6.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang direkomendasikan

dalam penelitian ini adalah :

1. Produksi yang semakin melimpah terbukti berpengaruh pada peningkatan

penawaran ekspor kopi. Kuantitas produksi yang semakin meningkat

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

50

merepresentasikan tingkat teknologi yang semakin berkembang, maka

perlu diusahakan ketersediaan perangkat teknologi yang terjangkau oleh

petani untuk mendukung peningkatan produksi kopi Indonesia.

2. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang terdepresiasi

menyebabkan volume ekspor kopi Indonesia meningkat. Oleh karena itu,

kebijakan peningkatan ekspor merupakan keputusan yang tepat sehingga

perlu dilanjutkan.

3. Semakin tinggi pendapatan masyarakat maka semakin tinggi pula

permintaan kopi dalam negeri, sehingga promosi terhadap segmen pasar

yang berpendapatan tinggi perlu ditingkatkan.

4. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih sangat terbatas,

sehingga perlu lebih dikembangkan. Penelitian selanjutnya diharapkan

dapat mengakomodasi variabel bebas lainnya yang diduga secara teori dan

statistik berpengaruh terhadap volume ekspor kopi Indonesia, terutama

variabel lag, variabel konsumsi, dan variabel harga barang lain. Sedangkan

dalam penggunaan teknik metode analisis perlu dilakukan analisis

peramalan masa datang, sehingga akan terlihat hubungan jangka pendek

dan jangka panjangnya.

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

51

DAFTAR PUSTAKA

ASEAN Secretary. 2009. ASEAN Economic Community Chartbook [internet].

[diacu 2012 September 27]. Tersedia dari: http://www.aseansec.org.

Ashiqin AZ. 2010. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Ekspor CPO Indonesia ke China, Malaysia, dan Singapura dalam Skema

ASEAN-China Free Trade Agreement [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian

Bogor.

[AEKI] Asosiasi Ekspor Kopi Indonesia. 2012. Statistik Kopi Indonesia. Jakarta:

AEKI.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia Tahun 1999-2012. Jakarta:

BPS.

Baltagi BH. 2008. Econometrics Analysis of Panel Data. Chicester: John Wiley

and Sons, Ltd.

Bustami G. 2010. Laporan Timnas Perundingan Perdagangan Internasional

Semester II. Jakarta: Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan

Internasional (Ditjen KPI).

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik Perkebunan

Indonesia. Jakarta: Ditjenbun.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Firdaus M. 2012. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.

Bogor: IPB Press.

Hasibuan N. 1993. Ekonomi Industri: Persaingan, Monopoli, dan Regulasi.

Jakarta: LP3ES.

[ICO] International Coffee Organization. 2012. Statistics on Coffee. London: ICO.

[IMF] International Monetary Fund. 2012. International Financial Statistics

[internet]. [diacu 2012 September 27]. Tersedia dari: http://www.imf.org.

Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor: IPB Press.

Krugman PR, Obstfel M. 2002. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan.

Basri [penerjemah]. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Kustiari R. 2007. Perkembangan Pasar Kopi Dunia dan Implikasinya bagi

Indonesia [catatan penelitian]. Forum Penelitian Agro Ekonomi.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

52

25(1):43-55. Bogor: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian.

Lipsey RG. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid Kesatu. Jaka Wasana dan

Kirbrandoko [penerjemah]. Jakarta: Binarupa Aksara.

Mankiw G. 2001. Principles of Economics. Orlando: Harcourt Inc.

Mustika I. 2009. Analisis Daya Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penawaran Ekspor Televisi Indonesia ke Malaysia, Singapura, dan

Thailand [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Mustopa BA. 2010. Analisis Daya Saing Kopi Indonesia di Pasar Internasional

[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya

di Indonesia. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB.

Porter ME. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: Free Press.

Rosandi AW. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran

Ekspor Kopi Indonesia [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Salvatore D. 1997. Ekonomi Internasional. Munandar [penerjemah]. Jakarta:

Erlangga.

Syahrial S. 2004. Pelatihan Pengolahn Data Panel Laboratorium Komputasi

Departemen Ilmu Ekonomi FEUI. Depok: LPEM FEUI.

Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Yelvi [penerjemah].

Jakarta: Erlangga.

Veronika L. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Ekspor Wood Indonesia di China, Singapura, dan Malaysia dalam Skema

Cina-ASEAN Free Trade Area [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Widayanti S. 2009. Analisis Ekspor Kopi Indonesia [catatan penelitian]. Wacana

12(1):0199. Malang: Universitas Brawijaya.

World Bank. 2012. National Acoount Data and OECD National Accounts Data.

Washington DC: World Bank.

World Bank. 2012. Commodity Price Data (Pink Sheet). Washington DC: World

Bank.

[WITS] World Integrated Trade Solution. 2012. Commodity Trade [internet].

[diacu 2012 September 27]. Tersedia dari: http://www.wits.org.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

53

Lampiran 1 Hasil Uji Chow Model Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 311.435919 (5,66) 0.0000

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

54

Lampiran 2 Hasil Estimasi Regresi Model Penawaran Ekspor Kopi Indonesia

Dependent Variable: LNEKS

Method: Panel EGLS (Cross-section SUR)

Date: 02/03/13 Time: 01:10

Sample: 1999 2011

Periods included: 13

Cross-sections included: 6

Total panel (balanced) observations: 78

Linear estimation after one-step weighting matrix

Cross-section SUR (PCSE) standard errors & covariance (d.f.

corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPDOM -1.235094 0.685776 -1.801017 0.0763

LNPINT 1.477415 0.570724 2.588670 0.0118

LNPROD 4.916333 1.354672 3.629168 0.0006

LNGDP -4.528470 0.840126 -5.390230 0.0000

LNER 2.679697 1.152953 2.324202 0.0232

DEHP 0.558722 0.177290 3.151457 0.0024

C -46.75696 21.62088 -2.162583 0.0342

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.960304 Mean dependent var 29.68944

Adjusted R-squared 0.953687 S.D. dependent var 25.95487

S.E. of regression 1.054183 Sum squared resid 73.34589

F-statistic 145.1469 Durbin-Watson stat 1.612626

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.636923 Mean dependent var 13.09166

Sum squared resid 523.4366 Durbin-Watson stat 0.590535

Keterangan:

LNPDOM = Harga Domestik Kopi Indonesia

LNPINT = Harga Kopi Internasional

LNPROD = Produksi Kopi Indonesia

LNGDP = PDB per Kapita Indonesia

LNER = Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS

DEHP = Dummy Kebijakan EHP

C = Konstanta

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

55

Lampiran 3 Matriks Korelasi antar Variabel Model Penawaran Ekspor Kopi

Indonesia

LNEKS LNDOM LNPINT LNPROD LNGDP LNER DEHP

LNEKS 1.0000 -0.0612 -0.0546 0.0434 -0.0016 0.0375 0.0292

LNDOM -0.0612 1.0000 0.9300 -0.3344 0.1217 -0.5537 0.1589

LNPINT -0.0546 0.9300 1.0000 -0.3291 0.0975 -0.6430 0.0956

LNPROD 0.0434 -0.3344 -0.3291 1.0000 0.7823 0.3713 0.6591

LNGDP -0.0016 0.1217 0.0975 0.7823 1.0000 0.3360 0.8229

LNER 0.0375 -0.5537 -0.6430 0.3713 0.3360 1.0000 0.3574

DEHP 0.0292 0.1589 0.0956 0.6591 0.8229 0.3574 1.0000

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

56

Lampiran 4 Uji Normalitas Hasil Estimasi Regresi Model Penawaran Ekspor

Kopi Indonesia

0

2

4

6

8

10

12

14

-2 -1 0 1 2

Series: Standardized Residuals

Sample 1999 2011

Observations 78

Mean -2.68e-16

Median 0.204511

Maximum 2.399413

Minimum -1.980015

Std. Dev. 0.975984

Skewness -0.280235

Kurtosis 2.303796

Jarque-Bera 2.596183

Probability 0.273052

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR … · EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ... (harga domestik kopi,

57

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Agustus 1989 dari ayah

Paimin dan ibu Wasinah. Penulis merupakan putra keempat dari empat

bersaudara. Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1995 sampai 1996 di

TK Marsudi Asih. Tahun 1996 sampai 2002 melanjutkan sekolah dasar di SD

Negeri Cipadu 1 Tangerang. Lalu penulis meneruskan ke pendidikan lanjutan

tingkat pertama tahun 2002 sampai 2006 di SMP Negeri 110 Jakarta dan

melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 47 Jakarta.

Pada tahun 2008 penulis lulus dari SMA dan pada tahun yang sama

penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) dengan Program Studi

Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi

internal dan eksternal kampus. Pada tahun ajaran 2008/2009 dan 2009/2010

penulis aktif di organisasi bisnis PAPPY LISNA sebagai kepala divisi

Pengembangan Proyek. Pada tahun ajaran 2010/2011 penulis aktif di organisasi

himpunan profesi ilmu ekonomi HIPOTESA IPB sebagai wakil ketua internal.

Selama tahun 2010 sampai 2013 penulis juga aktif di organisasi eksternal HMI

(Himpunan Mahasiswa Islam) komisariat FEM IPB sebagai kepala divisi

Pengembangan Anggota.

Penulis juga aktif mengikuti beberapa kejuaraan olahraga dan karya tulis

di tingkat mahasiswa. Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh penulis antara

lain ialah finalis Essay Cerdas Generasi Peduli Global Warming BEM FEMA

2008, Juara 3 Futsal SPORTAKULER FEM IPB 2010, finalis Micro Economics

Competition Universitas Padjajaran 2010, Juara 2 Futsal SPORTAKULER FEM

IPB 2011, dan Juara 2 Voli Putra SPORTAKULER FEM IPB 2011.