analisis faktor-faktor yang mempengaruhi … · 7. kak roni, imel, nene, iyut, laras, miu, chemi,...

72
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PETANI DAN PENYULING AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT Oleh IRMA OKTAVIA H24070066 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: hadang

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN KEMITRAAN

ANTARA PETANI DAN PENYULING AKAR WANGI

DI KABUPATEN GARUT

Oleh

IRMA OKTAVIA

H24070066

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

RINGKASAN

Irma Oktavia. H24070066. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan antara Petani dan Penyuling Akar Wangi di Kabupaten Garut. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S.

Bisnis minyak akar wangi merupakan salah satu bisnis yang dapat

menghasilkan devisa negara. Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen minyak akar wangi terbesar di dunia setelah Haiti dan Bourborn (disperindag.jabarprov.go.id, 2006). Bisnis minyak akar wangi saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan pangsa pasar.

Sentra produksi minyak akar wangi di Indonesia berlokasi di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kondisi rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat dan (2) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pengisian kuesioner dan studi literatur. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Analisis kondisi rantai pasokan minyak akar wangi dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi. Variabel yang diamati untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan antara lain komunikasi, kerjasama, kepercayaan, komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai. Alat pengolah data yang digunakan antara lain Microsoft Excel 2007, Minitab 14 dan SPSS versi 16.0. Anggota rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir. Model fungsi regresi linear berganda tidak cukup baik menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan terhadap hubungan kemitraan antara petani dan penyuling karena koefisien determinasi yang dihasilkan kecil yaitu 39,1 persen. Selain itu peluang kesalahan di bawah nilai yang ditolerir pada penelitian sosial (20%). Lemahnya model fungsi regresi linear berganda pada penelitian ini disebabkan oleh (1) ketidakcocokan model, (2) adanya faktor lain dan hubungan yang tidak langsung dan (3) masalah teknis dari sisi responden dan dari sisi kuesioner.

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN KEMITRAAN

ANTARA PETANI DAN PENYULING AKAR WANGI

DI KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

IRMA OKTAVIA

H24070066

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan antara

Petani dan Penyuling Akar Wangi di Kabupaten Garut

Nama : Irma Oktavia

NIM : H24070066

Menyetujui

Pembimbing I,

(Heti Mulyati, S.TP., MT)

NIP 19770812 200501 2 001

Pembimbing II,

(Alim Setiawan, S.TP., M.Si.)

NIP 19820227 200912 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc)

NIP 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus :

 

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

ii 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Subang pada tanggal 1 Oktober 1989. Penulis merupakan

anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suhadi dan Ibu Anis

Ratnaningsih. Menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Seroja pada

tahun 1994, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Rosela Indah Subang di

tahun 1995. Pada tahun 2001 melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Subang dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2007

menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Subang. Pada

Tahun 2007 diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi

Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen.

Selama masa studi cukup aktif di berbagai kepanitiaan yang diadakan oleh

Fakultas Ekonomi dan Manajemen antara lain acara Gema Alunan Syukur,

Pujangga dan FEMily Day juga pernah menjadi salah seorang pengajar mata

kuliah metode kuantitatif di program kumulasi yang diadakan oleh Himpro

Com@ (Center of Management).

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

iii 

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas segala

rahmat serta karunia-Nya akhirnya skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan antara Petani dan Penyuling

Akar Wangi di Kabupaten Garut” dapat diselesaikan dengan baik. Skipsi ini

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Skripsi ini membahas kondisi rantai pasokan minyak akar wangi dan

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling di Kabupaten Garut. Rantai

pasokan merupakan salah satu masalah operasional yang sering terjadi dan sangat

mempengaruhi kualitas minyak akar wangi. Rantai pasokan yang tidak efektif dan

efisien menimbulkan masalah pada pengadaan minyak akar wangi. Oleh karena

itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau referensi yang

berguna bagi pihak yang menjalankan bisnis minyak akar wangi untuk

merumuskan kebijakan di masa depan berupa penetapan struktur rantai pasokan

yang optimal sesuai dengan karakteristik minyak akar wangi. Dengan demikian

diharapkan dapat meningkatkan kualitas minyak akar wangi.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh penulis

untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2011

Penulis 

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

iv 

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan kerja sama dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan rasa hormat dan

penghargaan setinggi-tingginya dari lubuk hati terdalam serta mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP., MT dan Bapak Alim Setiawan, S.TP., M.Si sebagai

dosen pembimbing yang berkenan memberikan bimbingannya dalam

penyusunan skripsi ini.

2. Bapak R. Dikky Indrawan, SP, MM sebagai penguji dalam sidang skripsi yang

telah memberikan masukan pada skripsi ini.

3. Kedua orang tua, adik dan keluarga atas doa serta dukungannya kepada

penulis.

4. Seluruh dosen, staf Departemen Manajemen yang telah mempermudah dan

memperlancar penulisan skripsi ini.

5. Bapak H. Ede Kadarusman serta seluruh petani dan penyuling akar wangi di

Kabupaten Garut atas bantuannya dalam proses pengumpulan data.

6. Teman-teman satu bimbingan: Agung Cahya Nugraha, Intania Sudarwati, Izni

Sorfina, Mursaliena Noorlaela dan Reni Mei Farida yang selalu mendorong

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini dan tiada henti mengingatkan untuk

terus semangat.

7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana

yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

8. Teman-teman Manajemen 44 atas pertemanan selama ini.

9. Irawan Yudha Pamungkas yang selalu memberi dukungan kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah

SWT memberikan berkah yang berlimpah kepada sahabat-sahabat yang

membantu dan ikut bersusah payah dalam penulisan skripsi ini.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP........................................................................................... ii

KATA PENGANTAR …………………………………………………...…. iii

UCAPAN TERIMA KASIH........................................................................... iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v

DAFTAR TABEL ………………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… viii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… ix

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………… 1 1.2. Perumusan Masalah ……………………………………………………… 3 1.3. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4 1.4. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………….. 4 1.5. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan ………………………… 6 2.2. Kemitraan ………………………………………………………………… 8 2.3. Pola Kemitraan Agribisnis............................................................................. 10 2.4. Regresi Linier Berganda …………………………………………………. 13 2.5. Penelitian Terdahulu …………………………………………………... 15

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ……………………………………………………… 17 3.2. Tahapan Penelitian ……………………………………………………….. 18 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 22 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ……………………………………. 22 3.5. Variabel dan Rumusan Hipotesis Penelitian ……………………………… 24 3.6. Teknik Penarikan Contoh ……………………………………………….. 25 3.7. Pengolahan dan Analisis Data …………………………………………… 26

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………….. 27 3.7.2 Regresi Linier Berganda ………………………………………….. 28

IV. HASIL DAN PEMBASAHAN

4.1. Analisis Rantai Pasok Minyak Akar Wangi ……………………………… 32 4.1.1 Aktivitas Petani Akar Wangi …………………………………… 37 4.1.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ………………………………… 40 4.1.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi …………………………………. 41 4.1.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ……………………….. 44 4.1.5 Sumber Daya Rantai Pasokan …………………………………….. 45

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

vi 

 

4.2. Gambaran Umum Kemitraan ........................................................................ 46 4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan ............................ 48 4.4. Implikasi Manajerial ...................................................................................... 51

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ………………………………………………………………… 52 2. Saran ……………………………………………………………………….. 53

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 54

LAMPIRAN ………………………………………………………………… 56

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

vii 

 

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Akar Wangi, 2001-2005 …... 1 2. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data…………………………….. 23 3. Variabel-variabel Penelitian dalam Kuesioner…………………………… 24 4. Jumlah Contoh untuk Kuesioner Rantai Pasokan dalam Penelitian.......... 26 5. Jumlah Contoh untuk Kuesioner Kemitraan dala Penelitian...................... 26 6. Uji Kolmogorov Smirnov............................................................................ 29 7. Uji Multikolinearitas................................................................................... 29 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda...................................................... 30 9. Sentra Produksi Akar Wangi di Indonesia.................................................. 32 10. Luas Areal dan Produksi Akar Wangi di Kabupaten Garut........................ 33 11. Perbandingan Mutu Minyak Akar Wangi Penyulingan Rakyat dengan Beberapa Standar Nasional dan Internasional................................ 35  

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

viii 

 

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Rantai Pasokan............................................................................................ 7 2. Pola Kemitraan Inti plasma ……………………………………......…... 10 3. Pola Kemitraan Subkontrak ……………………………………………. 11 4. Pola Kemitraan Dagang umum................................................................... 11 5. Pola Kemitraan Keagenan........................................................................... 12 6. Pola Kemitraan KOA.................................................................................. 12 7. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................... 18 8. Tahapan Penelitian...................................................................................... 21 9. Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Indonesia......................................... 34 10. Jumlah Penyuling Menurut Bentuk Usaha.................................................. 41 11. Persepsi Petani terhadap Kemitraan........................................................... 47  

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

ix 

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Pengukuran Validitas ………………………………………………… 57 2. Hasil Regresi Linier Berganda ……………………………………………. 58  

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bisnis minyak akar wangi merupakan salah satu bisnis yang dapat

menghasilkan devisa negara. Hal tersebut dapat dilihat dari data

perkembangan ekspor dan impor minyak akar wangi (Tabel 1). Indonesia

dikenal sebagai salah satu produsen minyak akar wangi terbesar di dunia

setelah Haiti dan Bourborn (disperindag.jabarprov.go.id, 2006). Pasar minyak

akar wangi Indonesia adalah Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia,

Jerman, Hongkong dan India (garutkab.go.id, 2010).

Tabel 1. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Akar Wangi, 2001-2005

Tahun Ekspor Impor

Volume (Kg)

Nilai (US $)

Volume (Kg)

Nilai (US $)

2001 1.583.798 1.759.241 2.312 43.728 2002 79.714 1.973.451 2.572 46.312 2003 45.821 1.428.682 2.465 18.680 2004 58.444 2.445.744 2.231 51.305 2005 74.210 1.544.618 532 22.890

Sumber: BPS 2001-2005

Tanaman akar wangi di Indonesia terdapat di daerah Garut, Wonosobo,

Pasuruan dan Lumajang. Sentra budidaya dan produksi terbesar minyak akar

wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, khususnya Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Penetapan kawasan

pengembangan budi daya akar wangi seluas 2.400 Ha melalui Keputusan

Bupati Garut nomor 520 Tahun 1990, dan Penetapan Konservasi Terpadu

Budi daya Akar Wangi (garutkab.go.id, 2010). Lahan yang sudah ditetapkan

sebagai kawasan pengembangan budi daya akar wangi tersebut pada

kenyataannya hanya terdapat 2.318 Ha areal perkebunan yang digunakan. Hal

tersebut menyebabkan para pengusaha akar wangi merasa kesulitan dalam

memenuhi permintaan tersebut karena kurangnya pasokan bahan baku akar

wangi untuk diolah menjadi minyak akar wangi. Selain itu, proses produksi

minyak akar wangi di Kabupaten Garut masih dilakukan secara tradisional

yang menyebabkan rendahnya mutu minyak akar wangi sehingga

berpengaruh pada harga jual minyak akar wangi.

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

Bisnis minyak akar wangi saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan

kualitas dan kuantitas produk sehingga mampu mempertahankan dan

mengembangkan pangsa pasar. Hal tersebut dapat mendorong daya saing

minyak akar wangi Indonesia menjadi lebih baik. Peningkatan daya saing

dapat dilakukan dengan cara mengembangkan keunggulan dalam sistem

manajemen rantai pasokan agar dapat lebih efektif dan efisien.

Anggota primer rantai pasokan dalam bisnis minyak akar wangi terdiri

dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi,

pengumpul minyak akar wangi dan eksportir minyak akar wangi. Bentuk

kemitraan yang sudah ada berupa pembentukan kelompok tani dan koperasi

USAR yang sebagian besar anggotanya adalah penyuling minyak akar wangi.

Selama ini hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi baru

terbatas pada pemberian pinjaman modal untuk budidaya dari penyuling ke

petani. Manfaat yang dapat diperoleh petani antara lain memperoleh

informasi yang dapat dipercaya mengenai harga akar wangi, mendapat

bantuan modal untuk melakukan usaha budidaya, mendapat kepastian pasar

dan meningkatkan pendapatan. Sedangkan manfaat yang diperoleh penyuling

dari hubungan kemitraan adalah kepastian ketersediaan bahan baku akar

wangi.

Selama ini belum ada penelitian yang mengidentifikasi pengaruh

kemitraan terhadap keberlangsungan usaha dan melihat faktor mana yang

berpengaruh terhadap kemitraan dalam kelompok tani yang selama ini telah

dilakukan antara petani dan penyuling akar wangi. Penelitian mengenai

kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi perlu dilakukan karena

dapat memberikan keuntungan bagi petani dan penyuling pada khususnya

serta bagi anggota rantai pasokan minyak akar wangi pada umumnya.

Keuntungan bagi petani adalah mendapat bantuan modal, sedangkan bagi

penyuling adalah mendapat jaminan pasokan akar wangi. Keuntungan bagi

anggota rantai pasokan antara lain rantai pasokan akar wangi menjadi lebih

efektif serta terjadinya kesinambungan usaha dalam bisnis akar wangi.

Berdasarkan pemaparan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji

hubungan kemitraan rantai pasokan antara petani dengan penyuling akar

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

wangi, apakah ada pengaruh yang signifikan antara faktor-faktor kemitraan

dengan hubungan kemitraan terhadap bisnis minyak akar wangi. Dimensi

kunci hubungan kemitraan diantaranya adalah komunikasi dan berbagi

informasi, kerjasama, kepercayaan, komitmen, hubungan nilai,

ketidakseimbangan kekuasaan dan saling ketergantungan, adaptasi dan

konflik (Boeck dan Wamba, 2007).

1.2. Perumusan Masalah

Minyak akar wangi Indonesia harus meningkatkan keunggulan

bersaing di pasar internasional. Hal yang dapat dilakukan adalah minyak akar

wangi harus memenuhi kualitas dan standar produk yang ditetapkan di pasar

internasional. Upaya yang dapat dilakukan adalah pembenahan dalam sistem

manajemen rantai pasokannya agar dapat lebih efektif dan efisien.

Selain pembenahan dalam sistem manajemen rantai pasokan,

hubungan kemitraan rantai pasokan dapat dijadikan sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan daya saing bisnis minyak akar wangi. Hubungan

kemitraan rantai pasokan dapat memberikan beberapa keuntungan yaitu

memperoleh informasi yang dapat dipercaya, mendapat bantuan modal untuk

melakukan usaha budidaya, mendapat kepastian pasar, meningkatkan

pendapatan dan mendapat kepastian ketersediaan bahan baku akar wangi.

Hubungan kemitraan yang sudah terjalin antara petani dengan penyuling

minyak akar wangi selama ini belum dilihat faktor-faktor mana yang

berpengaruh. Pentingnya mengetahui faktor-faktor tersebut adalah untuk

membuat strategi dalam meningkatkan hubungan kemitraan antara petani dan

penyuling akar wangi. Pada penelitian ini akan dilihat faktor-faktor mana

yang berpengaruh dalam hubungan kemitraan untuk dapat terus ditingkatkan

agar hubungan kemitraan yang sudah terjalin dapat berjalan dengan lebih

baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut?

2. Bagaimana kemitraan yang sudah terjadi antara petani dan penyuling

selama ini?

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara

petani dengan penyuling akar wangi?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut.

2. Menganalisis kemitraan yang terjadi antara petani dan penyuling akar

wangi.

3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan

antara petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada bisnis minyak akar wangi dengan

mengkaji tentang sistem manajemen rantai pasokan, anggota rantai pasokan

yang terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar

wangi dan pengumpul minyak akar wangi serta hubungan kemitraan yang

dijalankan antara petani dengan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu mengenai manajemen

rantai pasokan dalam bisnis usaha kecil dan menengah serta ilmu yang

terkait dengan kemitraan dalam rantai pasokan.

2. Bagi pihak yang berkepentingan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai sistem

manajemen rantai pasokan akar wangi serta kemitraan antara petani dan

penyuling minyak akar wangi.

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

3. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk

penelitian selanjutnya dan memberikan informasi mengenai manajemen

rantai pasokan dan kemitraan.

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Heizer dan Render (2010), rantai pasokan mencakup aktivitas

untuk menentukan (1) penyedia transportasi, (2) transfer uang secara kredit

dan tunai, (3) para pemasok, (4) distributor, (5) utang dan piutang usaha, (6)

pergudangan dan persediaan, (7) pemenuhan pesanan, serta (8) berbagi

informasi pelanggan, prediksi, dan produksi. Indrajit dan Pranoto (2002)

mendefinisikan rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi

menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai

pasokan merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai organisasi yang saling

berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin

menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai

pasokan merupakan suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari

pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang

terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk

mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi yang

bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut,

dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan

maksimal pada para pelanggan.

Heizer dan Render (2010) mendefinisikan manajemen rantai pasokan

sebagai integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan

menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke

pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan

pengalihdayaan (outsourcing), ditambah fungsi lain yang penting bagi

hubungan antara pemasok dan distributor.

Manajemen rantai pasokan adalah proses perencanaan, penerapan, dan

pengendalian operasi dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mencukupi

kebutuhan pelanggan seefisien mungkin yang mencakup semua pergerakan

dan gudang penyimpanan dari bahan baku, persediaan barang dalam

pengolahan, dan barang sejak jadi dari titik produksi ke titik konsumsi

(Haming dan Nurnajamuddin, 2007).

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

7  

Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang

memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk

mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan

perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai

pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis,

meningkatkan produktivitas, dan mengurangi biaya operasional perusahaan

(Annatan dan Ellitan, 2008).

Siagian (2005) menyatakan manajemen rantai pasokan berkaitan

langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke produksi,

gudang dan distribusi kemudian sampai ke pelanggan. Sementara perusahaan

meningkatkan kemampuan bersaing mereka melalui penyesuaian produk,

kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan mencapai pasar

diberikan penekanan tambahan terhadap rantai pasokan. Rantai pasokan dapat

dilihat pada Gambar 1.

‐ Informasi penjadwalan

‐ Arus kas ‐ Arus pesanan

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Pelanggan

‐ Arus kredit ‐ Arus bahan baku

Gambar 1. Rantai Pasokan (Siagian, 2005)

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

8  

2.2. Kemitraan

Kemitraan merupakan mekanisme koordinasi untuk para pemasok dan

perusahaan dalam suatu penciptaan nilai jejaring bisnis. Kemitraan

merupakan suatu tipe hubungan dimana tanggung jawab dan keuntungan

potensial dibedakan dari satu bentuk koordinasi terkait dengan hubungan

penjual dan pembeli secara umum dan tingkat investasi spesifik secara khusus

(Rudberg dan Olhager dalam Anatan dan Ellitan, 2008).

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), pola kelembagaan kemitraan

rantai pasok adalah hubungan kerja diantara beberapa pelaku rantai pasok

yang menggunakan mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka

waktu tertentu. Dalam kontrak tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang

akan menjadi hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat.

Dimensi kunci kemitraan antara penjual dan pembeli menurut Boeck

dan Wamba (2007):

1. Komunikasi dan berbagi informasi: jumlah, frekuensi dan kualitas aliran

informasi antara mitra dagang.

2. Kerjasama: kesediaan untuk melakukan tindakan untuk mencapai tujuan

bersama.

3. Kepercayaan: keyakinan bahwa mitra dagang akan menjalankan kewajiban

dan melakukan yang terbaik demi kepentingan dari mitra.

4. Komitmen: keinginan untuk memastikan bahwa hubungan akan

berkesinambungan.

5. Hubungan nilai: pilihan antara manfaat dan pengorbanan mengenai semua

aspek dari hubungan.

6. Ketidakseimbangan kekuasaan dan saling ketergantungan: kemampuan

mitra dagang untuk mempengaruhi mitra lain untuk melakukan sesuatu

yang biasanya tidak akan dilakukan.

7. Adaptasi: pengubahan perilaku dan organisasi yang dilakukan oleh

organisasi untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari yang lain.

8. Konflik: keseluruhan tingkat dari ketidaksesuaian antara mitra dagang.

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

9  

Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010), keberhasilan kelembagaan

rantai pasok komoditas pertanian tergantung pada kunci sukses yang

melandasi setiap aktivitas di dalam kelembagaan tersebut. Kunci sukses

tersebut adalah:

1. Trust Building

Kepercayaan yang terbangun diantara anggota rantai pasokan mampu

mendukung kelancaran aktivitas rantai pasokan. Kepercayaan diantara

pihak-pihak yang bekerjasama dibangun untuk membuat kesepakatan.

Kesepakatan yang dijalankan dengan membangun manajemen yang

bersifat transparan terutama menyangkut pembagian hak dan kewajiban,

harga dan pembagian keuntungan, serta membangun komitmen yang

tinggi antara pihak yang bermitra dapat meningkatkan kepercayaan

sehingga pihak-pihak yang bekerjasama dapat fokus menjalankan

tanggungjawab masing-masing. Dengan demikian, trust building yang

terbangun di dalam rantai pasokan dapat menciptakan rantai pasokan yang

kuat.

2. Koordinasi dan Kerjasama

Koordinasi diantara anggota rantai pasokan sangat penting guna

mewujudkan kelancaran rantai pasokan, ketepatan pasokan mulai dari

produsen hingga ke retail dan tercapainya tujuan rantai pasokan.

Koordinasi dalam bentuk perencanaan memungkinkan terjadinya

transparansi informasi pasar. Koordinasi tersebut guna mengurangi risiko

kesalahan pasokan atau risiko lainnya seperti bullwhip effect. Agar

koordinasi diantara anggota rantai pasokan berjalan dengan baik dan

lancar, maka perlu diwujudkan hubungan kerjasama diantara anggota

rantai pasokan tersebut.

3. Kemudahan Akses Pembiayaan

Akses pembiayaan yang mudah disertai dengan bentuk administratif yang

tidak rumit akan memudahkan pihak-pihak di dalam rantai pasokan dalam

mengembangkan usahanya. Akses pembiayaan yang mudah diharapkan

mengembangkan usaha, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

10  

tersebut mampu mengimbangi permintaan pasar yang terus meningkat dari

tahun ke tahun.

4. Dukungan Pemerintah

Peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator sangat

penting dalam mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan struktur rantai

pasokan yang mapan.

2.3. Pola Kemitraan Agribisnis

Menurut Sumardjo, Sulaksana dan Darmono (2004), terdapat lima

bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar dalam sistem

agribisnis di Indonesia. Bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

1. Pola kemitraan inti plasma

Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau

kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra

usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan

teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil

produksi. Kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti

sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Pola kemitraan inti

plasma dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pola Kemitraan Inti plasma (Sumardjo, Sulaksana dan

Darmono, 2004)

Plasma

2. Pola kemitraan subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra

usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang

diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola

kemitraan subkontrak dapat dilihat pada Gambar 3.

Plasma

PlasmaPlasma Perusahaan

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

11  

Kelompok mitra

Pengusaha mitra

Kelompok mitra

Kelompok mitra

Kelompok mitra

Gambar 3. Pola Kemitraan Subkontrak (Sumardjo, Sulaksana dan

Darmono, 2004)

3. Pola kemitraan dagang umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam

pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak

pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan

oleh pihak pemasaran tersebut. pola hubungan ini dapat dilihat pada

Gambar 4.

Perusahaan mitra

Perusahaan mitra Kelompok mitra Memasok

Memasarkan produk kelompok mitra

Gambar 4. Pola Kemitraan Dagang umum (Sumardjo, Sulaksana dan

Darmono, 2004)

4. Pola kemitraan keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari

pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra.

Pihak perusahaan mitra memberikan hak khusus kepada kelompok mitra

untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh

pengusaha besar mitra. Pola ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

12  

Memasok Perusahaan mitra

Kelompok mitra

Memasarkan produk kelompok mitra Konsumen/

Masyarakat

Gambar 5. Pola Kemitraan Keagenan (Sumardjo, Sulaksana dan

Darmono, 2004)

5. Pola kemitraan Kerja sama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan

oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra

menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan

mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaan sarana

produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas

pertanian. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis tersaji pada

Gambar 6.

Perusahaan mitra Kelompok mitra

Memasok

‐ Lahan ‐ Sarana ‐ Teknologi

‐ Biaya ‐ Modal ‐ Teknologi ‐ Manajemen

Gambar 6. Pola Kemitraan Kerjasama operasional agribisnis (Sumardjo,

Sulaksana dan Darmono, 2004)

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

13  

2.4. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda adalah suatu analisis yang mengukur

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang pengukuran pengaruh

antarvariabelnya melibatkan lebih dari satu variabel bebas. (Sunyoto, 2009).

Persamaan estimasi regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + ... + b n X n......................................... (1)

Menurut Algifari (2000), persamaan regresi yang diperoleh dari suatu

proses penghitungan dapat diketahui apakah persamaan tersebut baik untuk

mengestimasi nilai variabel dependen atau tidak dengan cara:

1. Koefisien regresi (uji parsial) yang bertujuan untuk memastikan apakah

variabel independen yang terdapat dalam persamaan tersebut secara

individu berpengaruh;

2. Persentase pengaruh semua variabel independen secara bersama-sama

(simultan) terhadap nilai variabel dependen;

3. Pengaruh semua variabel independen di dalam model terhadap nilai

variabel dependen (uji simultan).

Persamaan regresi yang dihasilkan dapat diketahui baik atau tidaknya

dengan melakukan beberapa pengujian dan analisis sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Menurut Suliyanto (2005), uji normalitas digunakan untuk mengetahui

apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual

berdistribusi normal dapat dilihat dari suatu kurva berbentuk lonceng (bell-

shaped curve) yang kedua sisinya melebar sampai tidak terhingga.

Distibusi data tidak normal disebabkan oleh adanya nilai ekstrem dalam

data yang diambil.

Cara mendeteksinya dengan menggunakan histogram regression residual

yang sudah distandarkan serta menggunakan analisis kai kuadrat dan

kolmogorov-smirnov. Kurva nilai residual terstandarisasi dikatakan

menyebar dengan normal apabila nilai kolmogrov-smirnov Z ≤ Z tabel atau

nilai asymp. sig. (2-tailed) > α.

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

14  

2. Uji multikolineritas

Uji multikolineritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independent yang memiliki korelasi antar variabel independent lain dalam

satu model. Multikolineritas diuji dengan melihat nilai Tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan

nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tidak lebih dari 10 sehingga

model dapat dikatakan terbebas dari multikolineritas. Semakin tinggi VIF

maka semakin rendah Tolerance (Nugroho, 2005).

3. Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan ragam dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah di mana terdapat

kesamaan ragam dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap atau disebut homoskesdastisitas. Ada tidaknya heteroskesdastisitas

dapat diprediksi dengan melihat pola gambar Scatterplot.

4. Koefisien determinasi (R2) adalah salah satu nilai statistik yang dapat

digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua

variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang

dihasilkan. Secara matematis persamaan koefisien determinasi (R2) dapat

ditulis sebagai berikut:

  ................................................................... (2) 

Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin

mendekati nol besarnya koefisien determinasi (R2) suatu persamaan

regresi, semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen terhadap

nilai variabel dependen. Sebaliknya, semakin mendekati satu besarnya

koefisien determinasi (R2) suatu persamaan regresi, semakin besar pula

pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen (Algifari,

2000).

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

15  

5. Uji koefisien regresi dilakukan dengan dua macam, yaitu:

i. Uji parsial dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan

masing-masing nilai koefisien regresi secara sendiri-sendiri terhadap

variabel terikat (Y).

H0: b1 = 0

Ha: b110

Pengujian parsial menggunakan statistik uji t.

ii. Uji simultan melibatkan semua variabel bebas terhadap variabel terikat

dalam menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan secara simultan/

bersama-sama.

H0: b1, b2 = 0

Ha: b1 , b210

Pengujian secara simultan menggunakan distribusi F, yaitu

membandingkan antara F hitung dan F tabel (Sunyoto, 2009).

2.5. Penelitian Terdahulu

Satria (2009) melakukan penelitian yang terkait dengan topik kemitraan

yang berjudul “Analisis Rencana Kemitraan Antara Petani Kacang Tanah

dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan

Sindangbarang, Kabupaten Cianjur)”. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengidentifikasi dan menganalisis kondisi masing-masing pelaku kemitraan,

dalam hal ini kondisi CV Mitra Priangan dan petani kacang tanah,

mengidentifikasi dan menganalisis tujuan serta faktor-faktor yang

mempengaruhi dalam pembentukan kemitraan menurut CV Mitra Priangan

dan petani mitra, dan menentukan pola kemitraan yang paling sesuai bagi

CV Mitra Priangan dengan petani mitra. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kondisi perusahaan secara keseluruhan memiliki banyak

faktor kekuatan (pemasaran, keuangan dan sumber daya manusia)

dibandingkan faktor kelemahan (produksi dan operasi). Pola kemitraan yang

paling sesuai adalah pola KOA karena umumnya petani telah memiliki lahan

sendiri dan sarana usahatani, sehingga yang dibutuhkan adalah bimbingan

serta modal dari perusahaan.

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

16  

Aryani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh

Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus

Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan,

Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)”. Tujuan dari

penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara

PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan dan menganalisis

pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah

di Desa Palangan. Hasil penelitian ini adalah pendapatan usahatani, petani

mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non

mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya

total.

Mulyati, Setiawan, dan Rusli (2009) melakukan penelitian yang

berjudul “Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko

Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia”. Hasil penelitian ini adalah

teridentifikasi peta potensi minyak akar wangi di Indonesia, gambaran rantai

pasokan minyak akar wangi berbasis IKM di Indonesia, dan teridentifikasi

faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha minyak akar wangi.

Potensi pengembangan minyak atsiri masih terbuka karena tanah dan iklim

Indonesia cocok untuk pengembangan atsiri, didukung oleh ketersediaan areal

potensial, terbukanya peluang pasar baik lokal maupun ekspor, serta adanya

dukungan lembaga penelitian yang menyiapkan teknologi untuk peningkatan

mutu. Gambaran rantai pasokan minyak akar wangi tidak berbeda jauh secara

umum dengan rantai pasokan minyak atsiri. Penelitian ini menjadi bahan

masukan untuk mengkaji manajemen rantai pasok minyak akar wangi dan

risiko minyak akar wangi.

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perkembangan dalam bisnis minyak akar wangi menyebabkan terjadinya

persaingan antara negara-negara penghasil minyak akar wangi dalam

mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Setiap negara

pengekspor harus dapat mengoptimalkan pengelolaan manajemen secara

efektif dan efisien dalam bisnisnya agar dapat mencapai keunggulan bersaing.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperbaiki dan

mengembangkan sistem manajemen rantai pasokan.

Pasokan minyak akar wangi perlu diupayakan berjalan dengan baik. Oleh

karena itu pengusaha minyak akar wangi harus mampu menyediakan produk

dengan kualitas dan kuantitas yang tepat, di waktu yang tepat dan tempat

yang tepat pula. Pemenuhan dalam penyediaan akar wangi dengan kualitas

dan kuantitas yang tepat dapat dilakukan dengan melakukan hubungan

kemitraan antara petani dan penyuling. Hubungan kemitraan rantai pasokan

antara petani akar wangi dengan penyuling akar wangi secara

berkesinambungan merupakan hal penting dalam rantai pasokan. Analisis

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling penting dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh hubungan kemitraan tersebut terhadap

keberlangsungan bisnis minyak akar wangi. Analisis hubungan kemitraan

tersebut dilihat berdasarkan faktor-faktor kemitraan. Landasan dalam

menyusun faktor-faktor kemitraan adalah jurnal mengenai kemitraan yaitu

RFID and Buyer-Seller Relationship in the Retail Supply Chain oleh Boeck

dan Wamba (2007). Hubungan kemitraan rantai pasokan mempunyai peranan

yang sangat penting karena dapat menghasilkan manfaat bagi semua pelaku

yang terlibat dalam proses rantai pasokan. Manfaat yang diterima oleh pelaku

proses rantai pasokan tersebut pada akhirnya dapat menjamin ketersediaan

bahan baku akar wangi dan dapat meningkatkan pendapatan yang diperoleh

petani dan penyuling akar wangi. Kerangka pemikiran penelitian disajikan

pada Gambar 7.

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

18  

Perkembangan bisnis minyak akar wangi

Muncul persaingan ketat antar negara pengekspor

Menuntut pengoptimalan pengelolaan bisnis secara

efektif dan efisien

Gambar 7. Kerangka pemikiran penelitian

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan rincian dari langkah-langkah yang

dilakukan berdasarkan teknik pemodelan. Tahapan penelitian terdiri dari:

1. Penentuan topik dan judul penelitian. Topik yang diteliti pada penelitian

ini terkait dengan masalah manajemen rantai pasokan, khususnya pada

hubungan kemitraan antara petani dengan penyuling akar wangi.

Hubungan kemitraan rantai pasok antara petani dengan penyuling akar wangi

Peningkatan manfaat bagi petani dan penyuling

Manajemen Rantai Pasokan

Analisis hubungan kemitraan berdasarkan faktor-faktor kemitraan

Terjaminnya ketersediaan bahan baku akar wangi

Keunggulan bersaing untuk

minyak akar wangi Garut

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

19  

2. Perumusan masalah. Hal tersebut dilakukan berdasarkan topik yang telah

dipilih, dirumuskan permasalahan khususnya mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan kemitraan.

3. Studi pustaka dilakukan untuk memahami sistem yang akan dipelajari.

Pustaka yang menjadi acuan adalah pustaka yang berhubungan dengan

manajemen rantai pasokan dan pola kemitraan. Studi pustaka dilakukan

selama penelitian ini berlangsung.

4. Penentuan tujuan penelitian ditetapkan berdasarkan perumusan masalah

dan studi pustaka yang telah dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah

menganalisis kondisi rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut serta

mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten

Garut.

5. Rancangan Pengumpulan Data. Pada tahapan ini dilakukan perancangan

mengenai identifikasi kebutuhan data yang terdiri dari data kondisi rantai

pasokan akar wangi dan data kemitraan antara petani dan penyuling,

metode pengumpulan data yang akan dilakukan yang terdiri dari

wawancara, observasi, pengisian kuesioner dan studi literatur serta

pemilihan teknik analisis yang akan digunakan.

6. Pengamatan pendahuluan dilakukan dengan cara mengobservasi langsung

kondisi rantai pasokan akar wangi dan hubungan kemitraan rantai pasokan

akar wangi di Kabupaten Garut. Selain itu, pengamatan pendahuluan

dilakukan dengan cara mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan

bisnis akar wangi. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran

umum mengenai rantai pasokan dan hubungan kemitraan antara petani

dengan penyuling akar wangi.

7. Pengumpulan data. Tahapan ini dilakukan dengan cara mewawancarai

para petani yang menjalin hubungan kemitraan dengan penyuling dalam

bentuk kuesioner identifikasi rantai pasok dan kuesioner kemitraan yang

dilakukan dengan metode purposive sampling serta mengumpulkan data-

data sekunder dari Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Garut.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

20  

8. Input data dilakukan dengan cara menginput data-data dari hasil

wawancara dan kuesioner ke dalam software Microsoft Excel 2007 dan

Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0.

9. Pengolahan dan analisis data. Pengolahan data dilakukan dengan analisis

deskriptif dan regresi linier berganda yang dilakukan dengan

menggunakan bantuan software Statistical Package for the Social Sciences

(SPSS) versi 16.0, Microsoft Excel 2007 dan Minitab versi 14. Setelah

pengolahan dilakukan, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi

hubungan kemitraan rantai pasok antara petani dan penyuling.

10. Hasil dan pembahasan dilakukan setelah pengolahan data berdasarkan

hasil dari penelitian. Pembahasan bertujuan untuk mendeskripsikan

kondisi identifikasi rantai pasok minyak akar wangi di Kabupaten Garut

dan mendeskripsikan hubungan kemitraan antara petani dan penyuling

akar wangi.

11. Kesimpulan dan saran. Penulis memberikan kesimpulan secara

keseluruhan untuk menjawab permasalahan yang ingin dipecahkan.

Penulis juga mengajukan saran untuk penelitian selanjutnya yang terkait

dengan topik kemitraan rantai pasokan.

Tahapan penelitian disajikan pada Gambar 8.

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

21  

Penentuan topik dan judul penelitian: “Hubungan kemitraan rantai pasokan antara petani dengan penyuling”

Perumusan masalah: 1. Bagaimana rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut? 2. Bagaimana kemitraan yang sudah terjadi antara petani dan penyuling

selama ini? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara

Gambar 8. Tahapan penelitian

Metode: - observasi langsung - wawancara - studi literatur

Pengumpulan data: 1. Struktur rantai pasokan akar wangi,

Manajemen rantai pasokan. 2. Faktor-faktor hubungan kemitraan. Variabel dependen yaitu

kemitraan sedangkan variabel independen yaitu komunikasi, kerjasama, kepercayaan, komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai.

Observasi langsung dan wawancara

Pengamatan pendahuluan: 1. Gambaran umum rantai pasokan. 2. Hubungan kemitraan antara petani dan penyuling.

Penentuan tujuan penelitian: 1. Menganalisis rantai pasokan akar wangi di Kabupaten Garut. 2. Menganalisis kemitraan yang terjadi antara petani dan penyuling akar wangi. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara

petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut.

petani dengan penyuling akar wangi?

Pengolahan dan analisis data: - Analisis rantai pasokan minyak akar wangi Analisis deskriptif

dengan SPSS versi 16.0. - Identifikasi dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kemitraan

Analisis regresi linier berganda dengan Minitab14.

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Input data

Rancangan Pengumpulan Data: Identifikasi kebutuhan data, metode pengumpulan data dan pemilihan teknik analisis.

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

22  

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2011. Lokasi penelitian di

Kabupaten Garut, Jawa Barat tepatnya Kecamatan Samarang, Cilawu,

Bayongbong dan Leles.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan,

wawancara dengan pihak-pihak terkait dan kuesioner. Data sekunder

diperoleh dari internet, jurnal, data dari Dinas Perkebunan Kabupaten Garut,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Garut dan hasil penelitian

terdahulu pada tahun 2009.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data tentang

gambaran umum mengenai bisnis minyak akar wangi, data tentang kondisi

rantai pasokan minyak akar wangi yang diperoleh dari pengamatan langsung

dan wawancara dengan pihak terkait, serta data yang diperlukan untuk

mengkaji hubungan kemitraan rantai pasokan antara petani dengan penyuling.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui gambaran umum kondisi rantai

pasokan minyak akar wangi. Respondennya adalah petani akar wangi,

pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi dan pengumpul

minyak akar wangi. Pada teknik ini menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Kuesioner yang digunakan antara lain kuesioner rantai

pasokan akar wangi dan kuesioner kemitraan. Kuesioner rantai pasokan

akar wangi dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama merupakan

kuesioner khusus untuk petani akar wangi. Hal-hal yang ditanyakan pada

kuesioner tersebut mencakup tentang identitas usaha, aspek budidaya dan

pasca panen, aspek pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan. Bagian

kedua merupakan kuesioner khusus untuk penyuling akar wangi.

Kuesioner tersebut mencakup tentang identitas usaha, aspek penyulingan

akar wangi, aspek pemasaran, aspek keuangan dan aspek kemitraan.

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

23  

Bagian ketiga merupakan kuesioner khusus untuk pengumpul bahan baku

akar wangi. Kuesioner tersebut berisi tentang identitas usaha, aspek

pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan. Bagian keempat adalah

kuesioner khusus untuk pengumpul minyak akar wangi. Hal-hal yang

terdapat dalam kuesioner tersebut mencakup identitas usaha, aspek

pemasaran, aspek keuangan dan kemitraan. Sedangkan kuesioner

kemitraan dikhususkan untuk petani dan penyuling akar wangi yang

melakukan hubungan kemitraan. Kuesioner tersebut berisi tentang

pernyataan-pernyataan mengenai faktor komunikasi, kerjasama,

kepercayaan, komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai dalam

kemitraan yang telah dijalankan.

2. Observasi

Pada teknik ini dilakukan pengamatan terhadap objek penelitian baik

secara langsung maupun tidak langsung oleh peneliti. Misalnya

mengunjungi perkebunan akar wangi untuk melihat proses budi daya yang

dilakukan.

3. Studi literatur

Studi literatur dilakukan dengan membaca buku yang berkaitan dengan

objek yang akan diteliti. Peneliti mencari literatur yang sesuai dengan

permasalahan topik penelitian, diantaranya literatur yang berjudul

manajemen rantai pasokan.

Jenis dan sumber data yang diperlukan pada penelitian ini

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data.

No Tujuan Penelitian

Jenis Data Metode Sumber Data Analisis Data

1 Menganalisis rantai pasokan minyak akar wangi

Primer Observasi, wawancara dan studi pustaka.

Petani, pengumpul, penyuling, eksportir akar wangi

Analisis deskriptif

2 Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan

Primer Observasi dan wawancara.

Petani dan penyuling akar wangi

Analisis regresi linier berganda

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

24  

3.5. Variabel dan Rumusan Hipotesis Penelitian

Variabel yang diamati untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan kemitraan yang digunakan mengacu pada Boeck

dan Wamba (2007).

Tabel 3. Variabel-variabel penelitian dalam kuesioner

Variabel Indikator Keterangan Nomor di kuesioner

Komunikasi 1. Komunikasi yang tepat 2. Komunikasi dua arah 3. Frekuensi komunikasi 4. Kualitas komunikasi 5. Komunikasi

sebagai umpan balik 6. Cara komunikasi 7. Aliran informasi,

pertukaran informasi

X1 1, 2 3 4, 5, 6 7, 8 9 10 11, 12, 13

Kerjasama 1. Kerjasama untuk mencapai tujuan yang sama

2. Keinginan untuk kerjasama 3. Saling tergantung,

menimbulkan tanggung jawab, menciptakan semangat kerja

4. Simbiosis mutualisme 5. Kerjasama untuk sukses,

memperbaiki kualitas, disiplin kerja

X2 1 2 3, 4, 5 6 7, 8, 9

Kepercayaan 1. Kepercayaan tinggi, saling percaya

2. Kepercayaan untuk hubungan jangka panjang

3. Pengaruh terhadap komitmen 4. Pengaruh terhadap peningkatan

kualitas 5. Integritas dan kredibilitas,

saling terbuka, kejujuran

X3 1, 2 3 4 5 6, 7, 8

Komitmen 1. Komitmen tinggi, hubungan berkesinambungan

2. Komitmen untuk memasok, komitmen untuk memajukan industri, komitmen untuk hubungan baik

X4 1, 2 3, 4, 5

Saling ketergantungan

1. Saling ketergantungan, ketidakseimbangan kekuasaan

2. Kemampuan mempengaruhi, saling ketergantungan untuk meningkatkan produktivitas kerja, kepentingan bersama

X5 1, 2 3, 4, 5

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

25  

Hubungan nilai

1. Kesamaan budaya, kesamaan prinsip, etika dan hubungan baik

2. Nilai yang disepakati bersama, pengorbanan untuk kepentingan bersama, sistem nilai

X6 1, 2, 3, 6, 7 4, 5, 8, 9

Kemitraan 1. Kemitraan mempengaruhi ketersediaan, pendapatan

2. Pembinaan kemitraan mempengaruhi kualitas, daya saing, produktivitas

Y 1, 2, 7, 8 3, 4, 5, 6, 9

Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H0= Tidak terdapat pengaruh variabel komunikasi, kerjasama,

kepercayaan, komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai

secara signifikan dan positif terhadap variabel kemitraan (Y).

H1= Terdapat pengaruh variabel komunikasi, kerjasama, kepercayaan,

komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai secara

signifikan dan positif terhadap variabel kemitraan (Y).

3.6. Teknik Penarikan Contoh

Contoh merupakan bagian dari populasi yang dianggap mewakili

populasi. Pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan

probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling

dilakukan secara stratified random sampling sedangkan non probability

sampling dilakukan secara purposive sampling dan snowball sampling.

Stratified random sampling merupakan teknik pengambilan contoh yang

menganggap suatu populasi heterogen menurut suatu karakteristik tertentu

dikelompokkan dalam beberapa subpopulasi sehingga tiap kelompok akan

memiliki anggota sampel yang relatif homogen. Subpopulasi ini secara

acak diambil anggota sampelnya. Populasi dalam penelitian ini adalah

pelaku industri minyak akar wangi. Populasi tersebut dikelompokkan

menjadi petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi

dan pengumpul minyak akar wangi.

Purposive sampling merupakan teknik pengambilan contoh yang

dilakukan dengan pertimbangan tertentu, dalam kasus pada penelitian ini

pertimbangannya yaitu lokasi usaha, status usaha, dan keberlanjutan usaha

pelaku industri minyak akar wangi. Snowball sampling merupakan teknik

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

26  

penentuan contoh yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian contoh ini

diminta memilih responden lain untuk dijadikan contoh lagi, begitu

seterusnya sehingga jumlah contoh menjadi semakin banyak. Jumlah

populasi pada penelitian ini tidak teridentifikasi sehingga penentuan

jumlah contoh yang digunakan disesuaikan dengan kondisi di lapangan

dengan pertimbangan responden yang mudah ditemui. Jumlah contoh

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 dan 5.

Tabel 4. Jumlah contoh untuk kuesioner rantai pasokan dalam penelitian No Kecamatan Petani Penyuling Pengumpul

Akar Wangi Pengumpul Minyak

Akar Wangi 1 Samarang 10 5 2 - 2 Bayongbong 7 4 1 1 3 Cilawu 7 2 - - 4 Leles 1 1 - - 5 Garut Kota - - - 1 Total 25 12 3 2

Tabel 5. Jumlah contoh untuk kuesioner kemitraan dalam penelitian No Kecamatan Petani Penyuling

1 Samarang 14 5

2 Bayongbong 9 3

3 Cilawu 6 2

4 Leles 1 1

Total 30 11

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dan metode regresi linier berganda. Metode deskriptif

merupakan metode statistik yang digunakan untuk menggambarkan data

yang telah terkumpul. Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk

mendeskripsikan karakteristik responden dan keadaan umum rantai pasok

minyak akar wangi. Sedangkan metode regresi linier berganda digunakan

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan

antara petani dan penyuling akar wangi.

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

27  

3.7.1 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana suatu

alat pengukur mengukur apa yang ingin diukur (Umar, 2003). Uji

validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antara data

pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Teknik yang

dipakai untuk menguji validitas adalah teknik korelasi product

moment pearson:

…………………………………. (1)

Di mana:

r = Angka korelasi

Xi = Skor masing – masing pernyataan ke-i

Y = Skor total

n = Jumlah responden

Data dikatakan valid apabila nilai korelasi hitung data melebihi

nilai korelasi tabelnya. Jika rhitung positif dan rhitung lebih besar

daripada nilai rtabel, maka variabel tersebut dinyatakan valid. Pada

kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, pengujian validitas

dengan 41 orang responden dengan tingkat signifikansi 5 persen

maka diperoleh angka kritik sebesar 0,308. Nilai rhitung positif dan

lebih besar daripada nilai rtabel maka seluruh pertanyaan dalam

kuesioner ini dinyatakan valid. Uji validitas dalam penelitian ini

menggunakan Microsoft Excel 2007. Hasil uji validitas dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi

suatu alat ukur di dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2003).

Reliabilitas alat ukur dalam bentuk skala dapat dicari dengan

menggunakan teknik alpha cronbach:

…………………………………………………………… (2)

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

28  

Di mana:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pernyataan

σ t² = Varian total

∑σ b² = Jumlah varian pernyataan

Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki

nilai Cronbach’s Alpha lebih dari 0,60. Pengujian validitas dan

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007

dan SPSS versi 16.0. Pada kuesioner dalam penelitian ini, nilai

Cronbach’s Alpha adalah 0,958 maka konstruk variabelnya dapat

dikatakan reliabel.

3.7.2 Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar

wangi adalah analisis regresi linier berganda. Persamaan analisis

regresi linier berganda dapat ditunjukkan sebagai berikut :

................................... (3) Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N

untuk data populasi atau sampai n untuk data contoh. Xki merupakan

pengamatan ke-i untuk peubah bebas Xk. Koefisien β1 dapat

merupakan intersep model regresi, jika semua pengamatan X1i

bernilai 1 sehingga model (3) menjadi:

 ....................................... (4) Y : Variabel respon yang dibentuk dalam vektor kolom dengan n

buah observasi.

Sebelum menganalisis hasil dari regresi linier berganda yang

sudah didapat, terlebih dahulu harus melakukan beberapa pengujian

yaitu uji normalitas, uji multikolineritas dan uji heteroskedastisitas.

Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan dalam

penelitian bukan merupakan data time series.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

29  

1. Uji normalitas

Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengetahui normalitas

data yaitu metode Kolmogorov Smirnov. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa P-

value yaitu Asymp.Sig (2-tailed) bernilai 0,905 > 0.05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual telah memenuhi asumsi distribusi normal. Hasil uji

normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar pada P Plot

dimana titik-titik residual mengikuti pola garis lurus dan kurva berbentuk

lonceng yang kedua sisinya melebar sampai tak terhingga juga dapat dilihat

untuk mengetahui kenormalan data (Lampiran 2).

Tabel 6. Uji Kolmogorov smirnov

Model Z Asymp.Sig (2-tailed)

Kriteria Kesimpulan

Unstandardized Residual 0,554

0,918 > 0,05

Data Berdistribusi Normal

2. Uji multikolineritas

Pada penelitian ini menunjukkan tidak adanya gejala multikolinieritas

karena nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 dan nilai VIF tidak lebih besar dari

10, seperti yang terlihat pada Tabel 7. Hasil uji multikolinerasi selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 7. Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Kriteria Kesimpulan Komunikasi 0,228 4,395

Tolerance > 0,1 VIF < 10

Terbebas dari asumsi multikolinea

ritas

Kerjasama 0,400 2,498 Kepercayaan 0,313 3,191 Komitmen 0,487 2,055 Saling ketergantungan 0,333 2,999 Hubungan nilai 0,453 2,205

3. Uji heteroskedastisitas

Hasil pengolahan data pada model regresi dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedastisitas. Hal tersebut terlihat

dari Scatterplot yang menunjukkan terdapat titik-titik data yang tersebar di

atas, di bawah dan sekitar angka nol, dan penyebaran titik data tidak berpola

(Lampiran 2).

Model analisis regresi linier berganda pada penelitian ini digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel komunikasi, kerjasama,

kepercayaan, komitmen, saling ketergantungan dan hubungan nilai terhadap

Page 42: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

30  

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi. Uji pembuktian

dari hipotesis dilakukan dengan perhitungan koefisien korelasi yang

menyatakan arah dan besar ataupun kuatnya korelasi antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada

Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Prediktor Koefisien t P R square F P Konstan 0,6799 1,33 0,191

39,1 % 3,64 0,007

X1 0,1342 0,50 0,621 X2 0,0199 0,10 0,923 X3 -0,2662 -1,24 0,224 X4 0,2451 1,30 0,204 X5 0,2350 1,07 0,292 X6 0,3640 1,69 0,101

Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10, maka dapat dibuat model

persamaan regresi linier berganda dari faktor-faktor kemitraan terhadap

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten

Garut sebagai berikut:

Y = 0,6799+0,1342 X1+0,0199 X2–0,2662 X3+0,2451 X4+0,2350 X5+0,3640 X6

Berdasarkan persamaan tersebut dapat dijelaskan beberapa hal yaitu:

1. Koefisien regresi X4 sebesar 0,2451 menunjukkan bahwa apabila variabel

komitmen meningkat 1 satuan maka hubungan kemitraan akan meningkat

sebesar 0,2451 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap.

2. Koefisien regresi X6 sebesar 0,3640 menunjukkan bahwa apabila variabel

hubungan nilai meningkat 1 satuan maka hubungan kemitraan akan

meningkat sebesar 0,3640 dengan anggapan variabel bebas lainnya tetap.

3. Nilai Koefisien determinasi (R2) dari model persamaan regresi linier

berganda pada penelitian ini 39,1 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

model persamaan regresi dalam penelitian ini dapat menjelaskan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 39,1 persen.

4. Berdasarkan hasil analisis, nilai Fhitung > Ftabel (Fhitung sebesar 3,64 > Ftabel

sebesar 2,41 (df1=6, df2=34, Q=0.05)), maka dapat disimpulkan bahwa

komunikasi (X1), kerjasama (X2), kepercayaan (X3), komitmen (X4), saling

ketergantungan (X5) dan hubungan nilai (X6) secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap hubungan kemitraan antara petani dan

Page 43: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

31  

penyuling akar wangi di Kabupaten Garut pada tingkat kepercayaan 95

persen (menolak H0 dan menerima H1).

Berdasarkan analisis pada tingkat kepercayaan 90 persen dengan ttabel

1,645, variabel yang signifikan adalah hubungan nilai (X6) dengan thitung

1,69. Pada tingkat kepercayaan 80 persen dengan ttabel 1,282, variabel yang

signifikan adalah komitmen (X4) dengan thitung 1,30. Variabel yang tidak

signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen maupun 80 persen adalah

komunikasi (X1), kerjasama (X2), kepercayaan (X3) dan saling

ketergantungan (X5). Pada variabel komitmen dan hubungan nilai tolak H0

dan terima H1 sedangkan pada variabel komunikasi, kerjasama, kepercayaan

dan saling ketergantungan terima H0 dan tolak H1.

Page 44: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Rantai Pasok Minyak Akar Wangi

Minyak akar wangi merupakan jenis minyak atsiri yang dihasilkan dari

tanaman akar wangi. Sentra produksi akar wangi di Indonesia ditunjukkan

pada Tabel 9. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat tiga propinsi yang menjadi

sentra produksi akar wangi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI

Yogyakarta. Sentra akar wangi di Jawa Barat yang terletak di Kabupaten

Garut merupakan penghasil akar wangi terbanyak dengan luas lahan terbesar

yaitu 2.500 Ha. Sentra akar wangi di Kabupaten Garut mampu menghasilkan

90 persen lebih dari total produksi minyak akar wangi Indonesia, yaitu sekitar

60-75 ton per tahun (Sinar Tani, 2009). Sedangkan sentra produksi yang

berada di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta tidak mengalami perkembangan.

Tabel 9 . Sentra Produksi Akar Wangi di Indonesia

No Propinsi Jumlah Kabupaten

Luas (Ha)

1 Jawa Barat 1 2.500 2 Jawa Tengah 2 29 3 DI Yogyakarta 3 11

Jumlah 6 2.540 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2007)

Budidaya akarwangi di Kabupaten Garut berdasarkan keputusan Bupati

Kabupaten Garut Nomor : 520/SK. 196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996

menetapkan bahwa luas areal perkebunan akar wangi dan pengembangannya

oleh masyarakat seluas 2.400 Ha, namun pada kenyataannya hanya terdapat

2.318 Ha areal perkebunan akar wangi yang tersebar di empat kecamatan,

yaitu Kecamatan Samarang seluas 1.141 Ha, Kecamatan Bayongbong seluas

112 Ha, Kecamatan Cilawu seluas 240 Ha, dan Kecamatan Leles seluas 750

Ha. Lahan seluas 2.318 Ha tersebut dapat menghasilkan 75 ton minyak akar

wangi dalam satu tahun, dengan rincian dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 45: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

33  

Tabel 10. Luas Areal dan Produksi Akar Wangi di Kabupaten Garut

Kecamatan Luas Areal (Ha)

Hasil Produksi (Ton)

Cilawu 240,00 8,00Bayongbong 112,00 3,70Samarang 1.141,00 37,40Pasirwangi 75,00 2,50Leles 750,00 23,40Jumlah 2.318,00 75,00

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut (2009)

Berdasarkan data Dinas Perkebunan (2010), kegiatan pengembangan

budidaya akar wangi melibatkan 1.203 orang sebagai pemilik (Kepala

Keluarga) dan 52.717 orang tenaga kerja. Petani akar wangi tergabung dalam

33 Kelompok Tani yang tersebar di Kecamatan Samarang (9 Kelompok

Tani), Leles (12 Kelompok Tani), Cilawu (10 Kelompok Tani) dan

Bayongbong (2 Kelompok Tani). Jumlah pengolah atau penyuling sebanyak

30 unit usaha yang tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi (11 unit

usaha), Leles (12 unit usaha), Bayongbong (5 unit usaha), dan Cilawu (2 unit

usaha).

Minyak akar wangi asal Kabupaten Garut diekspor ke beberapa negara,

diantaranya Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia,

Jerman, Hongkong dan India. Negara yang saat ini mengembangkan komoditi

akar wangi adalah Haiti dan Bourborn. Hasil produksi minyak akar wangi

asal Kabupaten Garut termasuk nominatif dunia tetapi produksinya masih

sangat terbatas baik dalam teknologi maupun permodalannya. Berdasarkan

data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Perkoperasian Kabupaten

Garut, pada tahun 2009 dan 2010 nilai penjualan ekspor komoditas minyak

akar wangi tidak berubah yaitu sebesar 25.750 kg dengan nilai 1.416.250,00

US$.

Page 46: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

34  

Pada Gambar 9 dapat dilihat kegiatan rantai pasokan minyak akar wangi.

Gambar 9. Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Indonesia

Rantai pasokan minyak akar wangi pada umumnya merupakan

rangkaian kegiatan produktif yang terhubung antara aktifitas nilai yang satu

dengan yang lain membentuk rantai nilai industri. Rantai pasok minyak akar

wangi di Indonesia terputus sebatas eksportir saja, sedangkan konsumen

industri merupakan negara tujuan ekspor. Anggota primer rantai pasokan

minyak akar wangi terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar wangi,

penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi dan eksportir minyak

akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan mempunyai fungsi dan peranan

masing-masing untuk menghasilkan minyak akar wangi yang berkualitas

tinggi.

Rantai pasokan minyak akar wangi dimulai dari petani sebagai penghasil

bahan baku akar wangi. Hasil panen akar wangi dari petani akan dibeli oleh

pengumpul akar wangi atau penyuling akar wangi dengan harga antara Rp.

2.000 sampai Rp. 3.000 per kg pada musim kemarau. Harga akar wangi

sangat tergantung pada kualitas akar wangi sedangkan kualitas akar wangi

sangat dipengaruhi oleh musim, keadaan tanah dan teknik budi daya yang

dilakukan. Musim kemarau menyebabkan kualitas akar wangi lebih bagus

karena dapat menghasilkan kandungan minyak yang lebih banyak. Pada

Page 47: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

35  

musim hujan, akar wangi dijual di bawah harga standar yaitu bisa mencapai

Rp 1.200 per kg. Hasil panen akar wangi langsung diantarkan oleh petani ke

penyuling ke tempat penyulingan dengan menggunakan mobil pick up atau

truk. Biaya transportasi ditanggung oleh penyuling atau sesuai kesepakatan

antara kedua belah pihak. Selain pembelian langsung, pembelian akar wangi

juga dapat dilakukan dengan cara penyuling membeli akar wangi yang masih

ada di lahan dimana belum diketahui secara pasti berapa hasil panen akar

wangi tersebut.

Setelah bahan baku berada di tangan penyuling, kemudian dilakukan

proses penyulingan untuk menghasilkan minyak akar wangi. Minyak akar

wangi yang dihasilkan kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi

atau eksportir minyak akar wangi yang berada di luar wilayah Garut.

Eksportir paling banyak berada di Bogor dan Jakarta. Eksportir mengekspor

minyak akar wangi ke beberapa negara yaitu Jepang, Singapura, Inggris,

USA, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India. Harga minyak akar wangi

berkisar antara Rp 1.000.000 sampai Rp 1.400.000 per kg tergantung pada

kualitas minyak yang dihasilkan. Harga akan semakin mahal jika kualitas

minyak semakin baik. Baik atau buruknya kualitas minyak akar wangi dapat

diamati dari warna, bobot jenis, indeks bias dan kadar vetiverol. Gambaran

mutu hasil penyulingan rakyat dibandingkan dengan beberapa standar mutu

nasional dan internasional dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan Mutu Minyak Akar Wangi Penyulingan Rakyat dengan Standar Mutu Nasional dan Internasional

Parameter Penyulingan Rakyat

Standar Mutu

Indonesia Reunion Haiti

Warna Coklat tua/gelap

Kuning muda-coklat

kemerahan

Coklat-merah kecoklatan

Coklat-merah kecoklatan

Bobot Jenis 20/20°C

0.9882-0.9870 0.980-1.003 0.9900-

1.1015 0.9860-0.9980

Indeks Bias pada 20°C 1.5178-15221 1.520-1.530 1.5220-

1.5300 1.521-1.526

Bilangan asam 26.82-51.17 10-35 Maks 35 Maks 14

Page 48: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

36  

Kelarutan dalam etanol 80% pada 20°C

1 : 1 1 : 1 Maks 1 : 2 Maks 1 : 2

Bilangan ester 3.17-17.82 5-26 5-16 5-16

Vetiverol total (asetilasi) - Min 50 - -

Kadar vetiverol 4.44-6.31 - - -

Sumber: Tutuarima (2009)

Aliran keuangan pada rantai pasokan minyak akar wangi terjadi dari

konsumen, eksportir minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi atau

langsung ke penyuling minyak akar wangi, pengumpul akar wangi atau

langsung ke petani akar wangi. Pengumpul minyak akar wangi atau

penyuling memperoleh uang pembayaran yang ditransfer dari eksportir dalam

jangka waktu satu sampai dua hari setelah minyak akar wangi dikirim.

Petani memperoleh uang pembayaran secara tunai dari penyuling saat

pengiriman akar wangi. Petani yang mempunyai hubungan kerjasama dengan

penyuling sebesar 72 persen. Pada hubungan kerjasama tersebut penyuling

memberikan modal kepada petani untuk usaha budidaya akar wangi. Hasil

budidaya tersebut harus dijual kepada penyuling yang memberi modal dan

dibeli dengan harga yang sedang berlaku yaitu Rp 2.000 sampai Rp 3.000.

Aliran informasi rantai pasokan minyak akar wangi terjadi pada

eksportir minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, penyuling,

pengumpul akar wangi dan petani. Aliran informasi tersebut mempunyai arus

dua arah. Informasi dari konsumen ke eksportir berhubungan dengan status

pengiriman, berapa banyak pesanan yang harus dikirim dan tanggal

pengiriman. Komunikasi antara eksportir dengan penyuling terkait dengan

harga minyak akar wangi yang berlaku dan tanggal pengiriman minyak akar

wangi. Komunikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan telepon selular.

Komunikasi antara penyuling dengan petani dilakukan untuk mengetahui

harga akar wangi, waktu panen akar wangi dan kapasitas panen akar wangi.

Komunikasi tersebut biasanya dilakukan secara informal di lahan perkebunan

saat para petani dan penyuling melakukan budidaya akar wangi.

Page 49: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

37  

Komunikasi antara petani akar wangi, pengumpul akar wangi dan

penyuling minyak akar wangi dilakukan melalui rapat atau musyawarah.

Rapat tersebut tidak dilakukan secara rutin. Biasanya rapat tersebut diadakan

apabila ada hal yang sangat penting atau saat Rapat Anggota Tahunan (RAT)

Koperasi USAR. Hal tersebut terjadi karena kurangnya kesadaran anggota

terhadap pentingnya rapat atau musyawarah. Masalah yang dibahas pada

rapat tersebut berkaitan dengan bantuan modal, perijinan bahan bakar,

penggunaan pupuk dan pemilihan bibit.

Aktivitas pada anggota rantai pasokan akar wangi akan dibahas secara

rinci pada sub bab berikut:

4.1.1 Aktivitas Petani Akar Wangi

Usaha budidaya akar wangi di Kabupaten Garut dimulai pada tahun

1918. Umumnya kegiatan budidaya akar wangi merupakan kegiatan turun

temurun. Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan

Samarang (40 persen), Bayongbong (28 persen), Cilawu (28 persen) dan

Leles (4 persen). Karakteristik petani akar wangi dibedakan menjadi tiga

yaitu petani individu, petani kelompok dan petani penyuling. Sebesar 72

persen petani tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani diketuai oleh

seorang penyuling yang berperan sebagai pemberi modal dan pembina teknik

budidaya bagi anggotanya. Kesepakatan umum antara petani dan penyuling

adalah petani harus menjual hasil panennya kepada ketua kelompok tani

(penyuling pemberi modal). Namun, beberapa penyuling membebaskan

anggota kelompok taninya menjual hasil panen kepada pengumpul atau

penyuling lain dengan ketentuan petani dapat membayar modal pinjamannya.

Kelompok tani akar wangi terdiri dari kelompok tani tidak berbadan hukum

(40 persen) dan 32 persen lainnya berbentuk CV. Kelompok tani terbesar

adalah Kelompok Tani Sinar Wangi jumlah anggota tani sebanyak 200

anggota.

Luas lahan budidaya akar wangi milik petani bervariasi antara lain

kurang dari 5 Ha (40 persen), 5-10 Ha (36 persen) dan lebih dari 10 Ha (24

persen). Hal tersebut mengindikasikan bahwa petani akar wangi di Kabupaten

Garut merupakan petani kecil. Rata-rata hasil produksi akar wangi mencapai

Page 50: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

38  

10-21 ton per hektar. Usaha budidaya akar wangi umumnya merupakan usaha

turun temurun. Lama usaha budidaya yang telah dijalankan oleh petani antara

lain kurang dari 10 tahun (12 persen), 10-20 tahun (40 persen), 20-30 tahun

(32 persen), 30-40 tahun (12 persen) dan lebih dari 40 tahun (4 persen).

Budidaya akar wangi dapat dilakukan dengan sistem monokultur dan

tumpang sari. Petani yang melakukan budidaya akar wangi dengan sistem

tumpang sari sebanyak 84 persen. Tahapan budidaya akar wangi yaitu

pembibitan, pencangkulan, penanaman, pemangkasan daun, penyiangan,

pemupukan dan pemanenan. Pembibitan akar wangi dilakukan dengan cara

memisahkan daun dan akar kemudian diambil bonggol akarnya untuk

ditanam. Bibit yang diperlukan untuk satu hektar lahan ± 10.000 rumpun.

Setelah penyiapan bibit, proses budidaya dilanjutkan dengan pencangkulan

secara manual kemudian dilakukan proses penanaman.

Saat akar wangi berusia lima bulan sebaiknya dilakukan pemangkasan

daun agar meningkatkan pertumbuhan akar. Proses penyiangan dilakukan

sebanyak tiga kali selama musim tanam. Masa penyiangan pertama dilakukan

pada saat akar berusia antara satu sampai dua bulan. Masa penyiangan kedua

dilakukan antara usia tiga sampai empat bulan dan masa penyiangan ketiga

dilakukan antara usia empat sampai enam bulan. Proses penyiangan

dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman-tanaman penganggu yang dapat

mengurangi nutrisi bagi akar. Selain itu penyiangan juga berpengaruh pada

jumlah rendemen minyak akar wangi.

Pemupukan dilakukan saat akar berusia dua sampai empat bulan. Tidak

semua petani melakukan proses pemupukan karena tidak sesuainya harga beli

pupuk yang dikeluarkan dengan harga jual akar wangi yang dihasilkan. Selain

alasan tersebut, sebagian petani menyatakan bahwa tanaman akar wangi dapat

tetap tumbuh dengan baik walaupun tidak diberi pupuk. Pemberian pupuk

biasanya dilakukan oleh petani akar wangi yang menerapkan sistem tumpang

sari. Jenis pupuk anorganik yang digunakan antara lain ZA, TSP, NPK dan

KCL sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang.

Saat tanaman akar wangi berusia 12 bulan maka tanaman siap dipanen.

Sebagian besar petani memanfaatkan tenaga kerja borongan untuk proses

Page 51: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

39  

pemupukan, penyiangan dan pemanenan. Upah tenaga kerja borongan sebesar

Rp 15.000 – Rp 20.000 per hari untuk wanita dan Rp 25.000 – Rp 35.000 per

hari untuk laki-laki. Permasalahan yang ditemui dalam budidaya akar wangi

antara lain ketersediaan bibit yang tidak konsisten, mutu bibit tidak sesuai

dengan yang diharapkan dan cuaca yang tidak menentu.

Petani menjual hasil panen akar wangi kepada pengumpul atau

penyuling. Petani individu menjual hasil panennya kepada pengumpul atau

penyuling yang membeli dengan harga paling tinggi. Petani kelompok

menjual hasil panennya kepada penyuling yang memberi pinjaman modal

sedangkan petani penyuling langsung menyuling hasil panen tersebut sendiri.

Harga jual akar wangi berkisar antara Rp 1.200-Rp 3.000 per kg berat basah.

Harga jual akar wangi cenderung turun pada harga Rp 1.200 saat musim

hujan. Namun kebanyakan petani menjual pada harga Rp 2.000 per kg. Tidak

ada kendala yang signifikan dalam penjualan akar wangi karena seluruh hasil

panen pasti dibeli oleh pengumpul akar wangi atau penyuling akar wangi.

Modal petani umumnya adalah modal sendiri atau modal pinjaman dari

saudara. Modal yang dibutuhkan petani dalam satu masa tanam kurang dari

Rp 25.000.000. Kendala modal sering dihadapi oleh petani karena lamanya

masa tanam. Hal tersebut menyebabkan petani menjual akar wangi dengan

sistem ijon saat tanaman berumur delapan bulan dan siap dipanen setelah

berumur 12 bulan. Sebagian besar petani tidak memanfaatkan fasilitas kredit

dari lembaga keuangan karena persyaratan yang terlalu memberatkan dan

berbelit-belit. Petani sangat mengharapkan peran pemerintah dalam memberi

bantuan permodalan atau meringankan persyaratan pinjaman di lembaga

keuangan.

Petani akar wangi yang melakukan kemitraan sebesar 76 persen. Mitra

petani antara lain adalah kelompok tani, penyuling, pengumpul bahan baku,

Dinas Perkebunan, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi

Kabupaten Garut. Bentuk kemitraan yang dilakukan antara lain pembelian

bibit, pelatihan budidaya akar wangi, pemberian modal dan pemasaran akar

wangi. Manfaat yang diperoleh selama bermitra antara lain meningkatkan

Page 52: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

40  

pendapatan dan meningkatkan hasil budidaya karena adanya pembinaan

budidaya.

Harapan petani untuk bisnis akar wangi antara lain meluasnya pangsa

pasar akar wangi Indonesia di dunia dengan peningkatan kualitas dan

kuantitas akar wangi, tingginya harga akar wangi sehingga dapat berdampak

pada meningkatnya kesejahteraan petani akar wangi. Selain itu bantuan dari

pemerintah untuk meningkatkan bisnis akar wangi juga sangat diharapkan.

4.1.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul akar wangi mengumpulkan hasil panen akar wangi dari

beberapa petani yang kemudian dijual kepada penyuling akar wangi.

Pengumpul individu bekerja sendiri karena tidak ada kelompok pengumpul

akar wangi secara khusus. Pengumpul yang juga berperan sebagai petani atau

penyuling bergabung dalam suatu kelompok tani. Jumlah pengumpul akar

wangi tidak banyak, hanya terdapat satu atau dua orang pengumpul dalam

satu wilayah kecamatan. Lama usaha yang telah dijalankan oleh pengumpul

rata-rata lebih dari lima tahun. Usaha lain yang dijalankan oleh pengumpul

akar wangi adalah sebagai petani sayuran atau pedagang kelontongan.

Pengumpul akar wangi membeli akar wangi langsung dari petani

setelah panen. Pengumpul biasanya mendapat modal dari penyuling untuk

mencari akar wangi. Apabila terjadi kekurangan pasokan, maka pengumpul

mencari akar wangi ke luar wilayah. Sebagian pengumpul akar wangi

melakukan penyulingan sendiri dengan menyewa alat suling kepada

penyuling.

Pengumpul akar wangi mampu mengumpulkan rata-rata 4-5 ton per

hari dengan harga Rp 2.000 - Rp 3.000 per kg. Sistem pemesanan dilakukan

secara langsung dengan mekanisme bayar cash and carry yaitu membayar

secara langsung (kas) kemudian dapat membawa akar wangi yang sudah

dibeli. Modal yang digunakan oleh pengumpul berasal dari modal sendiri

atau pinjaman dari penyuling. Modal awal yang dibutuhkan oleh pengumpul

antara lain kurang dari Rp 25.000.000 untuk pengumpul berskala kecil dan

Rp 25.000.000 sampai Rp 50.000.000 untuk pengumpul berskala besar. Tidak

Page 53: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

41  

ada pengumpul akar wangi yang memanfaatkan pinjaman kredit dari bank

karena persyaratan yang rumit. Solusi dalam masalah permodalan yaitu

dengan melakukan kerjasama dengan penyuling. Kerjasama tersebut

dilakukan dengan cara pengumpul mencari bahan baku akar wangi dari petani

untuk penyuling dengan menggunakan modal pinjaman dari penyuling.

Kendala yang dialami pengumpul adalah ketersediaan akar wangi yang

tidak konsisten serta mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Mutu

yang tidak sesuai menyebabkan rendahnya harga akar wangi. Harapan

pengumpul akar wangi untuk keberlanjutan bisnis akar wangi di masa depan

adalah bisnis akar wangi akan semakin baik.

4.1.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi

Penyuling akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu, Leles dan Pasirwangi. Penyuling individu di

Kabupaten Garut sebesar 25 persen sedangkan penyuling yang bergabung

dalam kelompok penyuling USAR sebesar 75 persen. Bentuk usaha

penyuling akar wangi adalah tidak berbadan hukum (66,7 persen),

persekutuan komanditer (8,3 persen) dan koperasi (25 persen). Persentase

jumlah penyuling menurut bentuk usaha dapat dilihat pada Gambar 10. Lama

penyuling menjalankan usaha antara lain lebih 20 tahun sebesar 75 persen, 10

– 20 tahun sebesar 16,67 persen dan kurang dari 10 tahun sebesar 8,3 persen.

Gambar 10. Jumlah Penyuling Menurut Bentuk Usaha

Penyuling akar wangi yang juga merupakan petani akar wangi di

Kabupaten Garut sebesar 44 persen. Penyuling membeli akar wangi dari

pengumpul akar wangi atau langsung dari petani akar wangi. Penyuling akar

wangi yang diberi pinjaman modal oleh pengumpul minyak akar wangi atau

eksportir minyak akar wangi dengan ketentuan minyak akar wangi hasil

sulingannya didistribusikan kepada pemberi pinjaman modal sebesar 50

Page 54: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

42  

persen. Pengiriman minyak dilakukan apabila minyak sudah terkumpul rata-

rata 40 kg. Saat musim kemarau yaitu pada bulan Juli – September, produksi

minyak akar wangi lebih banyak. Penyuling dapat mengumpulkan 50 kg

minyak akar wangi selama seminggu.

Modal awal yang dibutuhkan oleh penyuling akar wangi adalah sebesar

Rp 100.000.000. Penyuling memenuhi kebutuhan modal tersebut dari modal

sendiri (50 persen) dan 50 persen lainnya dari pinjaman eksportir. Penyuling

yang memanfaatkan jasa kredit dari Bank Umum sebesar 8,33 persen dan jasa

kredit dari Kementrian UKM sebesar 16,67 persen, sedangkan 75 persen

penyuling tidak memanfaatkan jasa kredit karena rumitnya persyaratan yang

harus dipenuhi. Hal tersebut menyatakan bahwa umumnya penyuling akar

wangi di Kabupaten Garut tidak memanfaatkan jasa kredit untuk permodalan

dari perbankan.

Proses produksi minyak akar wangi dilakukan dengan cara dikukus

menggunakan ketel stainless steel (50 persen), menggunakan boiler atau

sistem uap terpisah (33 persen) dan menggunakan sistem rebus (17 persen).

Bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi adalah solar dan oli

bekas. Harga solar Rp 4.500 per liter sedangkan harga oli antara Rp 2.200

sampai Rp 2.500 per liter. Namun di daerah Leles masih menggunakan kayu

bakar. Kenaikan harga bahan bakar minyak membuat biaya operasional

semakin meningkat. Selain itu kelangkaan bahan bakar memperburuk kondisi

penyulingan. Akibatnya banyak usaha penyulingan yang tidak beroperasi

karena tidak bisa menutupi biaya operasional dari harga jual minyak.

Kualitas minyak akar wangi dipengaruhi oleh suhu dan tekanan yang

digunakan selama proses produksi. Penyuling menghemat bahan bakar

dengan cara melakukan proses pengukusan yang tidak terlalu lama dan

menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada 3 bar dengan

suhu 140-160°C pada sistem kukus. Pada sistem uap terpisah atau boiler suhu

ditetapkan pada 120° dengan tekanan 2-3 bar selama 20 jam. Tekanan yang

rendah membuat kualitas minyak akar wangi lebih baik. Tekanan yang tinggi

dapat menyebabkan minyak akar wangi gosong.

Page 55: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

43  

Penyuling membutuhkan waktu 12 jam untuk satu kali proses

penyulingan. Waktu yang digunakan untuk memasukkan dan membongkar

akar wangi ke dalam tungku adalah dua jam dan sepuluh jam digunakan

untuk proses pengukusan. Satu hari satu alat suling dapat digunakan untuk

dua kali proses penyulingan. Kapasitas tungku per penyulingan sebesar 1,2-2

ton akar wangi. Minyak akar wangi yang dihasilkan dalam satu kali suling

sebesar 4-8 kg dalam kondisi akar wangi yang bagus. Rendemen rata-rata

yang dihasilkan adalah 0,4-0,5 persen. Hasil minyak akar wangi kemudian

dijual ke pengumpul minyak akar wangi atau ke eksportir.

Permasalahan yang dihadapi oleh penyuling adalah ketersediaan bahan

baku yang tidak konsisten, kualitas bahan baku yang tidak sesuai standar,

modal dan alat suling yang tidak sesuai standar. Alat pemisah air dan minyak

yang masih sederhana menyebabkan kualitas minyak kurang bagus dan

rendahnya rendemen akibat tingginya penyusutan. Selain itu, mutu oli bekas

yang rendah membuat pembakaran tidak optimal karena terlalu banyak

dicampur dengan cairan lain.

Tidak ada kesulitan yang dialami oleh penyuling akar wangi dalam

memasarkan minyak akar wangi. Wilayah pemasaran minyak akar wangi

yaitu 75 persen di Kabupaten Garut dan 25 persen di Jakarta dan Bogor.

Penyuling melakukan penjualan minyak secara individu ke pengumpul atau

eksportir. Pengumpul biasanya mendatangi tempat penyulingan atau

penyuling mengirim langsung minyak ke pengumpul atau eksportir tersebut.

Penyuling melakukan kerjasama dengan petani, pengumpul atau

eksportir dan pemasok bahan bakar. Kerjasama antara penyuling dengan

pemasok bahan bakar berupa dagang umum dengan hubungan jangka pendek.

Sedangkan kerjasama antara penyuling, petani dan pengumpul atau eksportir

merupakan hubungan sub kontrak jangka panjang. Kerjasama yang dibentuk

memudahkan penyuling untuk melakukan usaha penyulingan. Manfaat

melakukan kerjasama antara lain mendapat informasi dengan efektif.

Informasi yang didapat berupa informasi mengenai proses penyulingan, harga

minyak akar wangi dan mutu minyak akar wangi.

Page 56: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

44  

4.1.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi

Berdasarkan suvey, jumlah pengumpul minyak akar wangi berskala

besar di Kabupaten Garut ada dua. Kedua pengumpul minyak akar wangi

tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Salah satu pengumpul

minyak akar wangi di Kabupaten Garut merupakan perwakilan eksportir dari

PT. Djasula Wangi Jakarta. PT Djasula Wangi merupakan perusahaan ekspor

impor minyak atsiri yang didirikan sejak 1962. Pengumpul yang merupakan

perwakilan PT Djasula Wangi ini sangat memperhatikan kualitas minyak akar

wangi sedangkan pengumpul yang lain tidak memperhatikan kualitas minyak

akar wangi. Adanya pengumpul yang tidak memperhatikan kualitas minyak

akar wangi menyebabkan penyuling tidak memperhatikan kualitas pada

proses penyulingannya karena menganggap minyak akar wangi akan tetap

terjual walaupun dengan kualitas yang rendah. Hal tersebut juga

menyebabkan daya saing minyak akar wangi Indonesia di dunia menurun.

Harga minyak akar wangi Indonesia tidak dapat bersaing dengan harga

minyak akar wangi dari negara pesaing.

Lama usaha yang telah dijalankan oleh pengumpul minyak akar wangi

yaitu lebih dari sepuluh tahun. Modal awal yang dibutuhkan oleh pengumpul

minyak akar wangi lebih dari Rp 100.000.000. Pada umumnya pengumpul

minyak akar wangi mendapatkan bantuan modal dari eksportir.

Pasokan minyak akar wangi berasal dari penyuling yang berada di

Kabupaten Garut. Saat panen raya pengumpul minyak mampu

mengumpulkan 100 kg – 400 kg minyak akar wangi dalam satu minggu.

Sedangkan saat musim paceklik hanya mampu mengumpulkan 200 kg dalam

waktu sepuluh hari. Minyak yang terkumpul tersebut langsung dikirim ke

eksportir yang berada di luar wilayah Garut yaitu Jakarta dan Bogor.

Pengumpul minyak akar wangi merupakan price taker sehingga tidak

mengetahui secara pasti harga ekspor minyak. Permasalahan yang sering

muncul adalah ketersediaan minyak akar wangi yang tidak konsisten dan

mutu minyak akar wangi yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan

eksportir. Mutu minyak yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan

tidak akan diterima oleh eksportir. Oleh karena itu, pengumpul minyak akar

Page 57: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

45  

wangi membutuhkan pengalaman untuk menguji standar mutu sebelum diuji

oleh laboratorium eksportir.

4.1.5 Sumber Daya Rantai Pasokan

1. Sumber Daya Fisik

Sumber daya fisik rantai pasokan minyak akar wangi meliputi lahan

pertanian dan sarana prasarana penyulingan. Sarana dan prasarana

penyulingan seperti ketel dan pipa harus mendapat perhatian khusus. Umur

ekonomis dari alat suling (ketel) adalah sekitar 10 – 15 tahun.

2. Sumber Daya Teknologi

Penyulingan akar wangi di Kabupaten Garut masih dilakukan secara

tradisional yaitu menggunakan sistem kukus. Penyulingan dengan

menggunakan sistem uap terpisah (boiler) masih sangat sedikit. Bantuan

peralatan yang didapat masih ada kendala operasional yaitu kapasitas

mesin yang masih kurang. Kendala lain adalah belum adanya operator

yang ahli tentang mesin tersebut dan mesin masih banyak kendala teknis.

Perbedaan tipis keuntungan antara proses penyulingan uap terpisah dengan

proses kukus membuat penyuling masih menggunakan sistem kukus.

3. Sumber Daya Manusia Proses penyulingan melibatkan dua orang tenaga kerja dalam satu kali

penyulingan yang bertindak sebagai operator. Proses pencucian melibatkan

pekerja borongan yang biasanya dilakukan oleh suami dan istri.

4. Sumber Daya Permodalan

Pembiayaan pada budidaya akar wangi cukup sulit didapat dari perbankan.

Syarat yang rumit dan adanya agunan membuat petani enggan untuk

meminjam modal dari perbankan. Petani lebih memilih menggunakan

modal sendiri, modal dari saudara atau modal pinjaman dari penyuling.

Petani lebih nyaman membayar pinjaman dengan hasil panen mereka. Hal

serupa juga terjadi pada penyuling. Penyuling lebih memilih menggunakan

modal sendiri atau modal pinjaman dari pengumpul minyak atau eksportir.

Syarat perbankan yang menuntut kepastian hasil dari penyuling sedangkan

Page 58: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

46  

rendemen tidak dapat ditentukan secara pasti membuat penyuling tidak

menggunakan jasa kredit dari perbankan.

Anggota rantai pasokan minyak akar wangi sangat memerlukan

bantuan modal dari pemerintah dan perbankan. Sistem bagi hasil perlu

diterapkan untuk memberikan bantuan modal kepada penyuling atau petani

sehingga tidak memberatkan bagi peminjam.

4.2. Gambaran Umum Kemitraan

Kemitraan antara petani dan penyuling pada bisnis akar wangi terjadi

dalam suatu kelompok tani. Kemitraan yang terjadi ada yang termasuk pada

pola kemitraan inti plasma dimana penyuling sebagai perusahaan inti

menyediakan lahan, modal serta memasarkan hasil produksi dan para petani

sebagai plasma yang bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti dengan

persyaratan yang telah disepakati. Keunggulan dari sistem inti plasma

diantaranya adalah terciptanya saling ketergantungan dan saling memperoleh

keuntungan serta terciptanya peningkatan usaha karena adanya pembinaan dari

perusahaan inti. Kelemahan dari sistem inti plasma antara lain pihak plasma

masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang

telah ditetapkan berjalan kurang lancar serta belum adanya kontrak kemitraan

yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang

pengusaha inti mempermainkan harga komoditas plasma.

Kelompok tani diketuai oleh penyuling yang mempunyai beberapa petani

binaan sebagai anggotanya. Menurut hasil survey, alasan para petani

bergabung dalam suatu kelompok tani antara lain untuk mendapat bantuan

modal (53,3 persen), untuk mendapatkan jaminan pasar (43,3 persen) dan

untuk mengetahui tata cara budidaya yang baik (3,3 persen). Petani yang

mengetahui dan memahami peraturan kemitraan yang dilakukan sebesar 90

persen sedangkan 10 persen tidak mengetahuinya. Petani yang terlibat dalam

pembuatan peraturan kemitraan sebesar 70 persen. Hak petani dalam kemitraan

antara lain mendapat bantuan modal dan mendapat pengetahuan mengenai tata

cara budidaya akar wangi yang benar sedangkan kewajibannya adalah

Page 59: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

47  

memasok hasil panen akar wangi kepada penyuling dan mengembalikan

pinjaman modal.

Jumlah petani yang mendapatkan bantuan sarana produksi dalam

kemitraan sebesar 6,7 persen. Jarangnya bantuan sarana produksi dalam suatu

kelompok tani dikarenakan biasanya petani sudah mempunyai sendiri peralatan

untuk bertani. Petani yang mendapat bantuan modal sebesar 53,3 persen

sedangkan 46,7 persen tidak mendapat bantuan modal. Secara keseluruhan

petani menganggap tidak merasakan ada masalah selama mengikuti kemitraan.

Petani mengganggap peranan kemitraan terhadap keberlangsungan usaha

sangat penting (30 persen), 56,7 persen menjawab penting dan 13,3 persen

menjawab cukup penting. Secara keseluruhan petani menganggap peranan

kemitraan terhadapkeberlangsungan usaha penting karena dapat menghasilkan

manfaat timbal balik baik bagi petani maupun penyuling. Persentase persepsi

petani terhadap hubungan kemitraan dapat dilihat pada Gambar 11. Peran

pemerintah dalam kemitraan kelompok tani akar wangi di Kabupaten Garut

masih jarang, hanya 13,3 persen petani yang menjawab adanya peran

pemerintah dalam kemitraan yang dijalankan.

13,3% 

30% 

56,7% 

Gambar 11. Persepsi Petani terhadap Kemitraan

Alasan penyuling akar wangi bergabung dalam kelompok tani adalah

untuk mendapatkan jaminan pasokan akar wangi dari petani. Penyuling

mengetahui dan memahami peraturan kemitraan yang dilakukan karena

biasanya para penyuling yang membuat peraturan tersebut. Hak penyuling

dalam kemitraan antara lain mendapat pengembalian pinjaman modal yang

diberikan kepada petani dan mendapat pasokan akar wangi. Kewajibannya

Page 60: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

48  

antara lain memberi bantuan modal dan memberi binaan mengenai tata cara

budidaya akar wangi yang baik.

Jumlah penyuling yang menganggap tidak ada masalah dalam melakukan

kemitraan sebesar 72,7 persen sedangkan 27,3 persen penyuling menjawab

masih ada masalah dalam kemitraan. Masalah yang terjadi dalam kemitraan

adalah selama mengikuti kemitraan petani mitra terkadang menjual sebagian

hasil produksi akar wanginya ke penyuling lain. Penyuling yang menganggap

bahwa peranan kemitraan terhadap keberlangsungan usaha adalah sangat

penting sebesar 63,3 persen.

Bentuk kemitraan lain yang terjadi antara petani dan penyuling akar wangi

di Kabupaten Garut adalah koperasi. Koperasi tersebut didirikan pada tahun

2010 dengan nama Koperasi USAR (Usaha Rakyat) yang diketuai oleh Bapak

Ede Kadarusman. Kegiatan koperasi tersebut saat ini adalah proses sosialisasi

dan perekrutan kepada petani dan penyuling akar wangi di Kabupaten Garut.

Koperasi USAR diharapkan dapat memberikan keuntungan bersama baik saat

proses budidaya maupun proses penjualan dan penetapan harga agar

terciptanya kesejahteraan pada pelaku usaha akar wangi khususnya petani.

4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan

Kondisi kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi dilihat

berdasarkan faktor-faktor kemitraan antara lain:

1. Komunikasi

Komunikasi dalam suatu kelompok tani antara petani dan penyuling

dilakukan secara lisan dan dua arah. Komunikasi tersebut biasanya dilakukan

secara intensif di lahan perkebunan saat para petani bekerja dan penyuling

yang memonitori.

2. Kerjasama

Kerjasama yang dilakukan dalam kelompok tani selama ini merupakan

hubungan simbiosis mutualisme. Petani memperoleh manfaat bantuan modal

sedangkan penyuling mendapat ketersediaan pasokan bahan baku akar wangi.

Page 61: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

49  

3. Kepercayaan

Kepercayaan antara petani dan penyuling terjadi dengan cukup baik. Petani

maupun penyuling percaya bahwa mitra mereka akan menjalankan

kewajibannya dan melakukan yang terbaik demi hubungan kemitraan.

4. Komitmen

Komitmen dalam hubungan kemitraan akar wangi tidak cukup baik. Masih

ada petani yang memasok bahan baku kepada penyuling lain serta memasok

bahan baku dengan kualitas dan kuantitas yang berbeda dengan yang telah

disepakati.

5. Saling ketergantungan

Antara petani dan penyuling selalu ada saling ketergantungan. Biasanya

dalam kelompok tani, penyuling mempunyai kemampuan untuk

mempengaruhi petani melakukan apa yang diinginkannya.

6. Hubungan nilai

Kesamaan budaya dan kesamaan prinsip yang dianut oleh petani maupun

penyuling dapat meningkatkan hubungan nilai dalam kelompok tani. 

Variabel bebas yang signifikan berdasarkan uji t pada tingkat

kepercayaan 90 persen adalah hubungan nilai. Faktor hubungan nilai pada

hubungan kemitraan antara petani dan penyuling akar wangi salah satunya

ditentukan oleh kesamaan budaya. Pada kasus dalam penelitian ini, para

petani dan penyuling yang tergabung dalam suatu kelompok tani biasanya

memiliki tempat tinggal yang berdekatan atau masih dalam satu wilayah. Hal

tersebut menyebabkan adanya kesamaan budaya diantara mereka. Seseorang

cenderung lebih baik, lebih menghargai dan lebih mempercayai orang lain

yang memiliki budaya yang sama, maka hal tersebut dapat menyebabkan

meningkatnya hubungan yang erat antara petani dan penyuling.

Selain kesamaan budaya, hubungan nilai ditentukan juga oleh kesamaan

prinsip, etika dan hubungan baik antara petani dan penyuling. Kesamaan

prinsip dapat membuat pelaku kemitraan tersebut lebih semangat dalam

menjalankan peran masing-masing sesuai dengan nilai-nilai yang disepakati

bersama untuk mecapai tujuan bersama. Sedangkan etika dan hubungan baik

Page 62: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

50  

dapat meningkatkan hubungan kemitraan. Petani dan penyuling saling

menjaga etika dan hubungan baik demi terjaganya hubungan kemitraan.

Hubungan kemitraan antara petani dan penyuling juga dipengaruhi oleh

faktor komitmen. Seluruh anggota dalam suatu kelompok tani dituntut untuk

menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kesepakatan dan

memastikan bahwa hubungan mitra tersebut akan berkesinambungan. Pada

kemitraan di bisnis akar wangi masih ada petani yang melanggar

komitmennya dengan menjual hasil panennya kepada penyuling lain. Hal

tersebut membuat hubungan kemitraan yang dijalankan tidak berjalan sesuai

harapan.

Hubungan kemitraan yang telah dibangun dalam suatu kelompok tani

dapat dikelola dengan meningkatkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kemitraan tersebut agar pelaksanaan kemitraan dapat berjalan dengan baik

dan dapat memberikan hasil yang optimal kepada para pelaku kemitraan.

Peningkatan dalam faktor hubungan nilai dapat dilakukan dengan cara lebih

menjaga etika dan hubungan baik antara petani dan penyuling serta lebih

memahami dan menyadari nilai-nilai yang telah disepakati bersama.

Komitmen antara petani dan penyuling dapat ditingkatkan dengan membuat

kesepakatan tertulis yang dapat mengikat para pelaku kemitraan untuk

menjalankan kewajibannya dengan baik dan tidak melanggar ketentuan yang

sudah disepakati. Adanya kesepakatan tertulis, apabila ada salah satu mitra

yang melanggar kesepakatan dapat dikenai sanksi.

Petani dan penyuling akar wangi serta semua pelaku bisnis minyak akar

wangi dapat mengambil contoh dari hubungan kemitraan yang dijalankan

oleh pebisnis minyak nilam di Medan. Hubungan kemitraan minyak nilam

dilakukan dengan pendekatan Proyek Kemitraan Terpadu (PKT). PKT

merupakan suatu kemitraan terpadu yang melibatkan usaha besar, usaha kecil

dan bank sebagai badan pemberi kredit dalam suatu kontrak kerjasama yang

dituangkan dalam surat perjanjian. PKT mempunyai tujuan meningkatkan

kelayakan plasma, meningkatkan kerjasama yang saling menguntungkan

antara inti dan plasma. Perusahaan inti (industri pengolahan atau eksportir)

dan petani mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dalam PKT.

Page 63: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

51  

Kemitraan yang dilakukan disertai dengan pembinaan oleh perusahaan inti,

dimulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan pemasaran

hasil produksi.

4.4. Implikasi Manajerial

Rantai pasokan minyak akar wangi harus berjalan secara efektif dan

efisien. Hal yang dapat dilakukan agar rantai pasokan berjalan dengan baik

antara lain perencanaan sumber daya manusia, keuangan, pemasaran dan

teknologi. Perencanaan sumberdaya manusia dapat dilakukan dengan

peningkatan keahlian setiap anggota rantai pasokan agar dapat menghasilkan

kualitas minyak akar wangi yang baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

mengadakan pelatihan budidaya akar wangi dan pelatihan penyulingan akar

wangi. Perencanaan pemasaran dapat dilakukan dengan hubungan kerjasama

antar pelaku rantai pasok akar wangi mulai dari petani sampai eksportir. Hal

tersebut dapat memberikan kepastian pasar bagi produk minyak akar wangi yang

dihasilkan. Perencanaan teknologi dapat dilakukan dengan menggunakan

teknologi terkini dalam proses penyulingan minyak akar wangi. Setelah

perencanaan disusun maka harus dilakukan pengaplikasian dari rencana tersebut,

yang kemudian harus dilakukan kontrol dan evaluasi terhadap apa yang sudah

direncanakan dan yang terjadi saat pelaksanaan rencana.

Petani dan penyuling akar wangi dalam suatu kelompok tani diharapkan

untuk lebih membina hubungan baik agar kemitraan yang dijalankan dapat

memberikan manfaat. Salah satu manfaat bagi petani adalah mendapatkan

bantuan modal untuk proses budidaya akar wangi agar usaha budidayanya dapat

berjalan berkesinambungan. Selain itu manfaat lainnya adalah kepastian

terjualnya hasil panen akar wangi dengan harga yang telah disepakati.

Sedangkan untuk penyuling, manfaat yang didapat adalah mendapat pasokan

bahan baku akar wangi agar keberlangsungan usaha penyulingan akar wangi

yang ia miliki tidak terhenti karena kurangnya pasokan bahan baku. Selain itu

hubungan kemitraan juga dapat meningkatkan pendapatan bagi petani dan

penyuling akar wangi.

Page 64: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian, antara lain :

1. Sentra produksi minyak akar wangi di Kabupaten Garut terdapat di

Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Anggota primer

rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari petani, pengumpul akar wangi,

penyuling, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir. Akar wangi yang

telah dipanen oleh petani dibeli oleh pengumpul akar wangi atau penyuling.

Minyak akar wangi yang dihasilkan oleh penyuling langsung dijual dan

dikirim kepada pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke eksportir.

Harga akar wangi ditentukan oleh penyuling atau kesepakatan petani dan

penyuling. Sedangkan harga minyak akar wangi ditentukan oleh pengumpul

minyak akar wangi atau eksportir. Harga akar wangi atau minyak akar wangi

bergantung pada tingkatan kualitasnya. Semakin tinggi kualitas maka

harganya semakin tinggi. Aliran informasi berupa komunikasi personal dan

kelompok antar anggota rantai pasok yang berlangsung secara dua arah.

2. Pelaksanaan kemitraan antara petani dengan penyuling akar wangi di

Kabupaten Garut dapat diteruskan karena dengan mengikuti kemitraan

memberikan manfaat bagi petani maupun penyuling. Manfaat yang diperoleh

penyuling adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Sedangkan

manfaat yang diperoleh petani adalah adanya jaminan pasar untuk hasil

produksi akar wanginya dan mendapat bantuan modal.

3. Berdasarkan hasil analisis model fungsi regresi linear berganda tidak mampu

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan kemitraan antara

petani dan penyuling karena koefisien determinasi dari model tersebut kecil,

yaitu 39,1 persen terhadap hubungan kemitraan. Sedangkan nilai peluang

kesalahan dalam model ini adalah 0,007.

Page 65: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

53 

 

2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian

ini adalah :

1. Sebaiknya fungsi dari kelompok kemitraan lebih ditingkatkan secara efektif

dan efisien agar dapat memberikan manfaat yang besar untuk petani dan

penyuling akar wangi.

2. Penelitian lanjutan yang terkait dengan hubungan kemitraan agar dilakukan

dengan menganalisis faktor-faktor kemitraan yang lebih sesuai dengan kondisi

petani dan penyuling akar wangi.

Page 66: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

54 

 

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Anatan, L. dan Ellitan, L. 2008. Supply Chain Management, Teori dan Aplikasi. Alfabeta, Bandung.

Aryani, L. 2009. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Boeck, H. dan S Wamba. 2007. RFID and Buyer-Seller Relationships in the Retail Supply Chain. International Journal of Retail & Distribution Management 36: 433-460.

Dinas Perkebunan Kabupaten Garut. 2010. Luas Lahan dan Produksi Akar Wangi tahun 2009. Garut.

Garutkab. 2009. Peluang Investasi Minyak Akar Wangi. http://www.garutkab.co.id. [4 Mei 2011]

Haming, M. dan M Nurnajamuddin. 2007. Manajemen Produksi Modern, Operasi Manufaktur dan Jasa. Bumi Aksara. Jakarta.

Heizer, J. dan B Render. 2010. Manajemen Operasi. Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Marimin. dan N Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Mulyati H, Rusli MS, Cahyadi ER, Setiawan A. 2009. Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Nugroho, B. A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.

Pratiwi, D R. 2006. Mempelajari Efektivitas Peran Gugus Kendali Mutu dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Satria, T A. 2009. Analisis Rencana Kemitraan antara Petani Kacang Tanah dengan CV Mitra Priangan (Kasus pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Siagian,Y. M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Sinar Tani. 2009. Akar Wangi Sebagai Penghasil Minyak Atsiri. http://www.sinartani.com. [20 Juni 2011]

Page 67: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

 

 

Suliyanto. 2005. Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Sunyoto, D. 2009. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. MedPress, Yogyakarta.

Sumardjo. dan J Sulaksana, W A Darmono. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Penebar Swadaya, Depok.

Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan Peningkatan Tekanan dan Laju Alir Uap Bertahap. Tesis pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Umar, H. 2002. Metode Riset Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Page 68: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

                       

Page 69: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

57 

 

Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Kemitraan Pertanyaan Nilai r Nilai r Tabel Validitas Pertanyaan Nilai r Nilai r Tabel Validitas

1 0,644 0,308 VALID 31 0,608 0,308 VALID

2 0,594 0,308 VALID 32 0,529 0,308 VALID

3 0,708 0,308 VALID 33 0,742 0,308 VALID

4 0,806 0,308 VALID 34 0,616 0,308 VALID

5 0,814 0,308 VALID 35 0,747 0,308 VALID

6 0,869 0,308 VALID 36 0,675 0,308 VALID

7 0,550 0,308 VALID 37 0,598 0,308 VALID

8 0,537 0,308 VALID 38 0,623 0,308 VALID

9 0,646 0,308 VALID 39 0,752 0,308 VALID

10 0,691 0,308 VALID 40 0,580 0,308 VALID

11 0,500 0,308 VALID 41 0,829 0,308 VALID

12 0,499 0,308 VALID 42 0,516 0,308 VALID

13 0,622 0,308 VALID 43 0,517 0,308 VALID

14 0,481 0,308 VALID 44 0,593 0,308 VALID

15 0,504 0,308 VALID 45 0,403 0,308 VALID

16 0,505 0,308 VALID 46 0,471 0,308 VALID

17 0,361 0,308 VALID 47 0,434 0,308 VALID

18 0,521 0,308 VALID 48 0,531 0,308 VALID

19 0,586 0,308 VALID 49 0,462 0,308 VALID

20 0,485 0,308 VALID 50 1,000 0,308 VALID

21 0,526 0,308 VALID 51 0,309 0,308 VALID

22 1,000 0,308 VALID 52 0,485 0,308 VALID

23 0,481 0,308 VALID 53 0,335 0,308 VALID

24 0,600 0,308 VALID 54 0,357 0,308 VALID

25 0,675 0,308 VALID 55 0,369 0,308 VALID

26 0,473 0,308 VALID 56 0,469 0,308 VALID

27 0,358 0,308 VALID 57 0,341 0,308 VALID

28 0,352 0,308 VALID 58 0,341 0,308 VALID

29 0,485 0,308 VALID 59 1,000 0,308 VALID

30 1,000 0,308 VALID

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 41 100.0

Excludeda 0 .0

Total 41 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.958 59

Page 70: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

58 

 

Lampiran 2. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

data

N 41

Normal Parametersa Mean 1.68045957805E2

Std. Deviation 2.790501998818E1

Most Extreme Differences Absolute .089

Positive .089

Negative -.085

Kolmogorov-Smirnov Z .567

Asymp. Sig. (2-tailed) .905

a. Test distribution is Normal.

Page 71: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

59 

 

2. Uji Mulkolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .680 .510 1.333 .191

x1 .134 .269 .140 .498 .621 .228 4.395

x2 .020 .204 .021 .097 .923 .400 2.498

x3 -.266 .215 -.296 -1.237 .224 .313 3.191

x4 .245 .189 .249 1.296 .204 .487 2.055

x5 .235 .220 .248 1.070 .292 .333 2.999

x6 .364 .216 .335 1.687 .101 .453 2.205

a. Dependent Variable: y

Page 72: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI … · 7. Kak Roni, Imel, Nene, Iyut, Laras, Miu, Chemi, Una, Dini, Windi dan Ana yang selalu memberi dukungan kepada penulis. 8. Teman-teman

60 

 

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Regression Analysis: y versus x1; x2; x3; x4; x5; x6 The regression equation is y = 0,680 + 0,134 x1 + 0,020 x2 - 0,266 x3 + 0,245 x4 + 0,235 x5 + 0,364 x6 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 0,6799 0,5101 1,33 0,191 x1 0,1342 0,2694 0,50 0,621 4,4 x2 0,0199 0,2038 0,10 0,923 2,5 x3 -0,2662 0,2151 -1,24 0,224 3,2 x4 0,2451 0,1891 1,30 0,204 2,1 x5 0,2350 0,2197 1,07 0,292 3,0 x6 0,3640 0,2157 1,69 0,101 2,2 S = 0,482494 R-Sq = 39,1% R-Sq(adj) = 28,4% PRESS = 11,4496 R-Sq(pred) = 11,92% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 6 5,0836 0,8473 3,64 0,007 Residual Error 34 7,9152 0,2328 Total 40 12,9988 Source DF Seq SS x1 1 3,0409 x2 1 0,0497 x3 1 0,0110 x4 1 1,0897 x5 1 0,2295 x6 1 0,6629 Unusual Observations Obs x1 y Fit SE Fit Residual St Resid 21 2,16 1,7662 2,6838 0,1583 -0,9177 -2,01R 25 2,68 2,0266 3,1865 0,2045 -1,1599 -2,65R R denotes an observation with a large standardized residual.

Durbin-Watson statistic = 1,76942