kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal dan persalinan sectio caesarea di rumah sakit...

148
i KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015 Jaundice Neonatorum incident in Normal and Caesarea Labor at “Nene Mallomo” General Hospital, Sidenreng Rappang 2015 ROSMAWATY P4400213011 PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Upload: adi-imam-setiawan

Post on 07-Jul-2016

349 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

kasus kasus ikterus yang terjadi di kota makassar ( epidemologi )

TRANSCRIPT

Page 1: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

i

i

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINANNORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI

RUMAH SAKITUMUM NENE MALLOMO KABUPATEN

SIDENRENG RAPPANGTAHUN 2015

Jaundice Neonatorum incident in Normal and Caesarea Labor at “Nene Mallomo”General Hospital, Sidenreng Rappang 2015

ROSMAWATY

P4400213011

PROGRAM MAGISTER KEBIDANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

ii

ii

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINANNORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI

RUMAH SAKITUMUM NENE MALLOMO KABUPATEN

SIDENRENG RAPPANGTAHUN 2015

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister

Program StudiKebidanan

Disusun dan diajukan oleh:

ROSMAWATY

Kepada

PROGRAM PASCA SARJANAUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2015

Page 3: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

iii

iii

Page 4: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

iv

iv

Page 5: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

v

v

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas berkat dan

rahmatNYA lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

judul “Kejadian Ikterus Neonatorum pada persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2015 “.

Tesis ini merupakan rangkaian persyaratan dalam menyelesaikan

program pendidkan Magister kebidanan di Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin Makassar. Penulis menyadari bahwa tesis ini

masih memiliki keterbatasan sehingga masih diperlukan kritik dan saran

dari berbagai pihak.

Tesis ini terselesaikan atas bimbingan dan arahan serta dukungan dari

berbagai pihak, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis dengan

tulus mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

Dr.dr.Ema Alasiry Sp.A (K) selaku ketua komite penasihat dan Dr.Werna

Nontji.S.Kep,M.Kep sebagai anggota komisi penasihat atas bantuan dan

bimbingan serta waktu yang diberikan selama penulisan tesis ini. Terima

kasih yang sebesar – besarnya juga penulis sampaikan kepada :

1. Prof.Dr.dr.Andi Asadul Islam, Sp.BS sebagai ketua program studi

magister kebidanan.

Page 6: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

vi

vi

2. Hj.Nurjaqin ,Dip.Mid,SKM,M.Kes dan Mardiana Ahmad,S.ST,M.Keb

sebagai pengelola program studi magister kebidanan

3. Dr.Hj.Nur Maipa Sp.A selaku dokter spesialis anak RSU Nene

Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang.

4. Kepala Ruangan beserta seluruh Staf K.I.A RSU Nene Mallomo

Sidrap .

5. Suami tercinta (Arief Sirajuddin ST), anak-anak (Nur Aisyah Arief

dan Muhammad Rayyan Arief), Orang tua, saudara dan seluruh

keluarga.

6. Ketua STIKES Muhammadiyah Sidrap beserta seluruh staff,

terkhusus Tim Kebidanan.

7. Teman – teman di program studi Magister Kebidanan Universitas

Hasanuddin Makassar Angkatan 2

Atas segala bantuan dan dukungannya dalam membantu penulis

menyelesaikan tesis ini,semoga budi baik dan bantuan yang diberikan

kepada penulis mendapat rahmat dan berkah dari ALLAH SWT, amin

Wassalamu Alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Agustus 2015

R O S M A W A T Y

Page 7: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

vii

vii

ABSTRAK

ROSMAWATY. Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Persalinan Normaldan Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Nene MallomoKabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2015 ( Dibimbing oleh Ema Alasirydan Werna Nontji).

Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kejadian ikterus padapersalinan normal dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit UmumNene Mallomo Kabupaten Sidenreng rappang tanhun 2015.

Jenis penelitian, yakni survei observasional analitik denganmenggunakan kajian potong lintang. Penelitian dilaksanakan di RSU NeneMallomo Kabupaten Sidenreng Rappang. Waktu penelitian Juni sampaidengan Juli 2015. Sampel penelitian, yakni bayi yang lahir denganpersalinan normal dan bayi yang lahir dengan persalinan sectioncaesarea. Persalinan normal dan persalinan section caesarea dijadikansebagai variable independen, sedakan kejadian ikterus dijadikan sebagaivariable dependennya. Sementara produksi ASI dijadikan sebagai antara.Data dianalisis secara statistik dengan uji chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jenis persalinan bayiyang lahir dengan persalinan normal sebanyak 32 bayi (38,5%) dandengan persalinan sectio caesarea yaitu 51 bayi (61,5%), sehubungandengan produksi ASI didapatkan bayi dengan produksi ASI lancarsebanyak 39 bayi (47%) dan produksi ASI tidak lancar 44 bayi (53%)dengan hasil observasi kejadian ikterus pada hari ketiga bayi, padapersalinan normal terdapat 21 bayi (65,6%) yang tidak ikterus dan 11 bayi(34,4%) terjadi ikterus. Sedangkan pada persalinan sectio caesareaterdapat 7 bayi (13,7%) yang tidak terjadi ikterus dan 44 bayi (86,3%)terjadi ikterus. nilai ρ =0.000 < α=0.05 maka Ho ditolak berarti dapatdijelaskan bahwa ada pebedaan kejadian ikterus pada persalinan normaldan persalinan sectio caesarea.

Kata kunci : Ikterus, Produksi ASI, Persalinan Normal, Persalinan SectioCaesarea

Page 8: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

viii

viii

ABSTRACT

ROSMAWATY. Jaundice Neonatorum incident in Normal and Caesarean Laborat “Nene Mallomo” General Hospital, Sidenreng Rappang 2015. (Supervised byEma Alasiry and Werna Nontji).

Neonatal mortality in 0-6 days was 6% caused of jaundice. Jaundice occurswhen there is accumulation of bilirubin in the blood, neonatal skin looksyellowish. Risk factors affecting neonatal jaundice, including the type of laborand breast feeding are inadequate. There are differences in speed between breastmilk production of normal post- partum and post- Caesarea mother. This studyaims to determine the relationship of the jaundice incidence at normal andCaesarea labor in Nene Mallomo General Hospital in Sidenreng Rappang 2015.The independent variable was the Normal and Caesarea labor, while thedependent variable was the jaundice incidence, and the moderate variable was theproduction of breast milk.

This study was conducted at “Nene Mallomo” general hospital inSidenreng Rappang regency. It conducted in June and July 2015. It wasobservational analytic survey research with using cross sectional study. Sample ofthe study were the babies deliver with normal and Caesarea. The data in statisticalanalysis with Chi Square test. The results showed that there were 32 infants(38.5%) deliver with normal labor and 51 infants (61.5%) in caesarean, related tothe breast milk production there was 39 infants (47%) with smooth production and44 infants (53%) in not smooth production. The result of observation of theincidence of infant jaundice on the third day, in normal labor there were 21 infants(65.6%) were not jaundice and 11 infants (34.4%) occurred jaundice. While theCaesarea labor there were 7 infants (13.7%) that did not jaundice and 44 infants(86.3%) occurred jaundice. At the ρ value = 0.000 <α = 0.05, Ho is rejected, itconcluded that there was a different of the incidence of jaundice with normal birthand Caesarea labor.

Keywords: Jaundice, milk production, Normal Labor, Caesarea Labor

Page 9: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

ix

ix

DAFTAR ISI

SAMPUL.............................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN TESIS ....................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................. iv

PRAKATA .......................................................................................... v

ABSTRAK .......................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ x

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan masalah .................................................................... 5

C. Tujuan penelitian ...................................................................... 6

D. Manfaat penelitian .................................................................... 6

E. Definisi dan Istilah ..................................................................... 7

F. Ruang lingkup ........................................................................... 8

G. Sistematika dan Struktur organisasi .......................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikterus Neonatorum................................................................... 10

B. Persalinan Normal .................................................................... 21

Page 10: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

x

x

C. Persalinan Sectio Cessarea ...................................................... 26

D. Proses terjadinya ikterus pada bayi .......................................... 43

E. Hubungan kejadian ikterus neonatorum dengan persalinan

normal dan persalinan sectio caesarea .................................... 44

F. Kerangka teori .......................................................................... 53

G. Kerangka konsep ..................................................................... 54

H. Hipotesis .................................................................................. 55

I. Definisi operasional .................................................................. 55

J. Jurnal Terkait ............................................................................ 58

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian ............................................................... 66

B. Lokasi dan waktu penelitian ..................................................... 66

C. Populasi dan sampel ................................................................. 66

D. Instrumen penelitian.................................................................. 69

E. Analisis data ............................................................................. 70

F. Alur Penelitian ........................................................................... 72

G. Pengolahan dan Penyajian Data............................................... 73

H. Etika Penelitian ......................................................................... 74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian.......................................................................... 76

B. Pembahasan ............................................................................. 81

Page 11: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

xi

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................... 94

B. Saran......................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

xii

xii

DAFTAR TABEL

nomorhalaman

2.1 Penilaian ikterus menurut Kramer

18

4.1 Distribusi frekuensi karakteristik

76

4.2 Jenis persalinan dan produksi ASI

78

4.2 Hubungan jenis persalinan dengan kejadian ikterus

79

Page 13: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

xiii

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomorhalaman

2.1 Ikterus fisiologis 14

2.2 Ikterus patologis 15

2.3 Diagnosis visual ikterus 16

2.4 Derajat ikterus menurut kramer 17

2.5 Postpartum normal 26

2.6 Insisi abdomen persalinan SC 28

2.7 Pengeluaran janin persalinan SC 29

2.8 Post partum sectio caesarea 33

2.9 Persalinan sectio caessarea 40

2.10 Proses persalinan sectio caesarea 41

2.11 Luka post sectio caesarea 43

2.12 Metabolisme bilirubin pada bayi 44

2.13 Hubungan persalinan normal & sectio

2.14 Caesarea dengan ikterus neonatorum 52

2.15 Kerangka teori 53

2.16 Kerangka konsep 54

Page 14: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

xiv

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar persetujuan responden

Lampiran 2 : Lembar observasi kejadian ikterus

Lampiran 3 : Lembar observasi produksi ASI

Lampiran 4 : Lembar observasi kejadian ikterus

Lampiran 5 : Status penelitian kejadian ikterus

Lampiran 6 : Rekomendasi persetujun komisi etik

Lampiran 7 : Permohonan izin penelitian

Lampiran 8 : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran 9 : Master tabel penelitian

Lampiran 10 : Hasil penelitian berdasarkan SPSS

Page 15: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

xv

xv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti dan keterangan

MDG’s Millennium Development Goals

KH Kelahiran hidup

UDPGT Uridine diphosphoglukoronatetransversa

ASI Air susu ibu

TD Tekanan darah

IMD Inisiasi menyusu dini

KPD Ketuban pecah dini

BBLR Bayi berat lahir rendah

Page 16: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisasi diperlukan anak Indonesia sebagai

generasi penerus bangsa yang berkualitas tinggi agar mampu bersaing

dengan negara lain. Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting

karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya

manusia. (Roesli, 2005).

Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara ditentukan dengan

perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka

kematian perinatal. (Manuaba, 2002). Angka kematian bayi (AKB) pada

tahun 2013 terbanyak di Afganistan sebesar 187,5/ 1000 kelahiran

hidup (KH) dan terendah di Monaco sebesar 1,81/1000 KH (Wikimedia,

2014). Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar

32/1000 kelahiran hidup, mayoritas terjadi pada masa neonatal. Angka

kematian bayi (AKB) di Gorontalo sebesar 67 /1000 KH dan Papua

Barat sebesar 74/ 1000 KH dari 1.283 jiwa (Kemenkes RI, 2013)

sedangkan di Sulawesi selatan sebesar 25/1000 KH (Dinkes Sul-Sel,

2012).

1

Page 17: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

Salah satu tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah

tercapainya Millennium Development Goals (MDG’s) pada tahun 2015,

tertuang dalam tujuan ke-5 yaitu penurunan angka kematian bayi

menjadi 23/1000 KH.(Depkes, 2010).

Kematian neonatal 0–6 hari penyebabnya adalah gangguan

pernapasan. (37%), prematurias (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),

ikterus (6%) dan kelainan kongenital (1%) ( Riskesdas, 2007).

Kematian neonatal dengan ikterus 6% memberikan gambaran

permasalahan di Indonesia, data ikterus dari beberapa rumah sakit

pendidikan. Pada tahun 2003, Insidens di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%, Rumah Sakit

Dr. Kariadi Semarang insidens ikterus sebesar 13,7%, kematian terkait

hiperbilirubinemia sebesar 13,1%, ikterus pada bayi cukup bulan

sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%. (Sastroasmoro,2004).

Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam

darah, sehingga kulit atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan.

Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu

pertama kehidupannya. (Risa,2006).

Faktor risiko yang mempengaruhi ikterus neonatorum, diantaranya

prematuritas, inkompatibilitas ABO, defisiensi G6PD, komplikasi

perinatal, jenis persalinan, pemberian ASI (air susu ibu) yang tidak

adekuat. (Tazami, 2013).

Page 18: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat

menjadi faktor terjadinya ikterus terdiri dari faktor maternal yaitu ras

atau kelompok etnik tertentu, komplikasi kehamilan, ASI. Faktor

perinatal yaitu trauma lahir, infeksi (bakteri, virus, protozoa) . Faktor

neonatus yaitu prematuritas, faktor genetik, obat, rendahnya asupan

ASI, hipoglikemi, hipoalbuminemia. Faktor yang menyebabkan

kerentanan terhadap ikterus diantaranya tidak memberikan ASI pada

bayi sehingga menyebabkan bayi dehidrasi dan akibatnya terjadi

ikterus. (Yesri Mardiah, 2013).

Penelitian Khairunnisak tahun 2013 menjelaskan bahwa ada

hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus. Pada bayi

baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau eritrosit.

hemoglobin menjadi heme dan globin. heme menjadi zat besi/fe dan

bilirubin indirek kemudian berikatan dengan albumin, dibantu oleh

protein yang juga terkandung pada ASI akan diubah menjadi bilirubin

direk pada proses ini dinamakan proses konjugasi dan di transfer ke

dalam liver/hati, bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan

bantuan enzim glukoronil transfersa akan menjadi bilirubin direk yang

kemudian akan diekskresi melalui duktus biliaris ke kandung empedu

kemudian ke duodenum. Glukosa yang juga terkandung pada ASI

berperan pada proses ini bilirubin direk ini diekskresi melalui urine &

faeces. (Carpenito LJ, 2000).

Page 19: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

4

4

Terdapat perbedaan kecepatan pengeluaran ASI antara ibu post

partum normal dengan ibu post sectio caesarea. Pengeluaran ASI lebih

cepat pada ibu post partum normal dibanding dengan post sectio

caesarea sebagai akibat nyeri efek anestesi dan kurangnya

ambulasi/mobilisasi dini. (Desmawati. 2010).

Nyeri setelah sectio caesarea menghambat produksi dan ejeksi

ASI, pelaksanaan tindakan rolling massage tidak dapat diberikan

secara dini sebagaimana halnya dengan ibu post partum normal karena

ibu belum dapat turun dari tempat tidur walaupun dengan bantuan.

Selain itu, bayi juga mengantuk dan kurang responsive untuk menyusu,

terutama pada ibu yang mendapatkan obat penghilang rasa sakit

sebelum di operasi. (Afifah DN, 2007).

Survey awal dilakukan oleh peneliti pada bulan Februari 2015

melalui data rekam medik Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidrap, untuk tahun 2014 jumlah bayi yang lahir dengan

persalinan normal 40,31% dan persalinan sectio caesarea 59,69% dan

berdasarkan hasil wawancara petugas kamar bayi didapatkan kejadian

ikterus neonatorum 12,6%.

Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru

lahir yang sering dihadapi tenaga kesehatan. Oleh sebab itu penyebab

dan tanda gejala Ikterus harus dikenali sedini mungkin oleh petugas

agar dapat dilakukan pencegahan dan penanganan ikterus sebelum

membahayakan jiwa bayi dan dengan melihat tingginya persalinan

Page 20: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

5

5

sectio caesarea dibandingkan dengan persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea mempunyai lebih banyak risiko termasuk

risiko terjadinya ikterus neonatorum maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang kejadian ikterus pada persalinan normal

dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana angka kejadian ikterus neonatorum pada persalinan

normal dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum

Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2015?

2. Bagaimana perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada persalinan

normal dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene

Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang tahun 2015?

Page 21: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

6

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada

persalinan normal dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit

Umum Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui angka kejadian ikterus neonatorum pada persalinan

normal dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum

Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang Tahun 2015.

b. Mengetahui perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada

persalinan normal dan persalinan sectio caessarea di Rumah

Sakit Umum Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang

Tahun 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi/literatur dalam rangka meningkatkan pengetahuan

khususnya mengenai ikterus Neonatorum.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan

bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar dapat mengetahui

Page 22: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

7

7

secara dini penyebab, tanda gejala ikterus neonatorum agar dapat

dilakukan penanganan lebih dini untuk menurunkan angka

kematian bayi.

E. Definisi dan Istilah

1. Ikterus (jaundice) merupakan akumulasi bilirubin dalam darah,

sehingga kulit atau sklera bayi tampak kekuningan.

2. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu

badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter

kepala bayi dan panggul ibu serta tenaga ibu sendiri.

3. Persalinan sectio caesarea didefinisikan sebagai kelahiran janin

melalui insisi pada dinding perut dan rahim anterior.

F. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah perbedaan kejadian ikterus

pada persalinan normal dan persalinan sectio caesarea. Variabel

independen nya adalah persalinan normal dan persalinan sectio

caesarea, variabel antaranya adalah produksi ASI sedangkan variabel

dependent nya adalah ikterus neonatorum.

Page 23: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

8

8

Dalam Penelitian ini, mengamati kelompok bayi yang lahir dengan

persalinan normal dan persalinan sectio caesarea dengan

mengobservasi produksi ASI dan kejadian ikterus neonatorum.

G. Sistematika dan Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Manfaat

E. Definisi dan istilah

F. Ruang lingkup

G. Sistematika dan organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikterus neonatorum

B. Persalinan normal

C. Persalinan sectio caesarea

D. Proses terjadinya ikterus pada bayi

E. Hubungan persalinan normal dan persalinan sectio caesarea

dengan kejadian ikterus neonatorum.

F. Kerangka konsep

G. Variabel penelitian

H. Hipotesis penelitian

I. Definisi operasional

Page 24: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

9

9

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

B. Lokasi dan waktu

C. Populasi dan sampel

D. Instrumen penelitian

E. Analisis data

F. Alur penelitian

G. Pengolahan dan penyajian data

H. Etika penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

Page 25: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

10

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Ikterus Neonatorum

1. Pengertian Ikterus Neonatorum

Ikterus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang

terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia.

Ikterus merupakan salah satu kegawatan yang sering terjadi pada bayi

baru lahir, sebanyak 25-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi

berat lahir rendah. (Dewi, 2011).

Ikterus (jaundice) terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam

darah, sehingga kulit atau sklera bayi tampak kekuningan. Pada

sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu

pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus

terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan. (Risa,

2006).

Ikterus adalah gambaran klinis berupa warna kuning pada kulit dan

mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu

bilirubin. Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa warna

kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada

gambaran kadar bilirubin serum total. (Cloherty, 2004).

Page 26: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

11

11

Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat

penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah

lebih dari 5 mg/ml dalam 24 jam, yang menandakan terjadinya

gangguan fungsional dari liper, sistem biliary, atau sistem hematologi.

(Muslihatun, 2010).

Ikterus neonatorum adalah perubahan warna menjadi kuning yang

terjadi pada neonatus atau bayi-bayi yang baru lahir. Perubahan warna

ini dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit. Ikterus neonatorum

dapat bersifat fisiologis atau normal terjadi pada bayi baru lahir,

atau patologis atau yang tidak normal pada bayi baru lahir dan dapat

mengancam nyawa. Sekitar 65% dari bayi baru lahir menderita ikterus

pada minggu pertama setelah lahir dan sekitar 1% dari bayi baru lahir

mengalami ikterus hingga dapat mengancam nyawa atau yang disebut

juga sebagai kern ikterus. (Hay, WW. Levin MJ, 2006).

2. Penyebab Dan Faktor Risiko

Pada bayi-bayi yang baru lahir, terjadi perubahan sel darah merah

di dalam kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan dalam

jumlah besar sehingga produksi dari bilirubin indirek menjadi tinggi.

Pada bayi baru lahir kemampuan UDPGT (uridine

diphosphoglukoronate transversa) di dalam hati untuk dapat mengubah

seluruh bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum maksimal. Selain

itu, usus bayi baru lahir juga masih bersih belum terdapat kuman-

kuman yang dapat mengubah bilirubin direk agar dapat dibuang

Page 27: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

12

12

bersama dengan BAB dan pergerakan atau motilitasnya juga belum

maksimal sehingga bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali

melalui usus dan masuk ke dalam hati lagi.

Selain itu, ikterus juga dapat disebabkan oleh kurangnya asupan

ASI pada awal-awal proses menyusui karena produksi yang masih

rendah sehingga terjadi peningkatan penyerapan bilirubin direk di

dalam usus. (Hay, WW. Levin MJ,2006).

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus,

yaitu sebagai berikut:

a. Prahepatik (Ikterus Hemolitik).

Ikterus ini disebabkan karena produksi bilirubin yang meningkat pada

proses hemolisis sel darah merah (ikterus hemolitik). Peningkatan

bilirubun dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah

infeksi, kelainan sel darah merah, dan toksin dari luar tubuh, serta

dari tubuh itu.

b. Ikterus Pascahepatik (Obstruktif).

Adanya obstruksi pada saluran empedu akan mengakibatkan

peningkatan bilirubin konjugasi akan kembali lagi kedalam sel hati

dan masuk kedalam aliran darah, kemudian sebagian masuk dalam

ginjal dan diekskresikan dalam urine. Sementara itu sebagian lagi

tertimbun dalam tubuh sehingga kulit dan sklera berwarna kuning

kehijauan serta gatal. Sebagai akibat dari obstruksi saluran empedu

menyebabkan ekskresi bilirubin kedalam saluran pencernaan

Page 28: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

13

13

berkurang, sehingga faeces akan berwarna putih keabu-abuan, liat

dan seperti dempul.

c. Hepatoseluler (Ikterus Hepatik)

Konjugasi bilirubin terjadi pada sel hati, apabila sel hati mengalami

kerusakan maka secara otomatis akan mengganggu proses

konjugasi bilirubin sehingga bilirubin direct meningkat dalam aliran

darah. Bilirubin direct mudah diekskresikan oleh ginjal karena

sifatnya yang mudah larut dalam air, namun sebagian masih

tertimbun dalam aliran darah. (Dewi, 2011).

Faktor risiko timbulnya ikterus neonatorum:

a. Faktor Maternal

1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American, Yunani).

2) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)

3) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

4) ASI

b. Faktor Perinatal

1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)

2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa).

c. Faktor Neonatus

1) Prematuritas

2) Faktor genetik

3). Polisitemia

4). Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)

Page 29: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

14

14

5) Rendahnya asupan ASI

6) Hipoglikemia

7) Hipoalbuminemia.

3. Klasifikasi Ikterus Neonatorum

a. Fisiologis:

Gambar 2.1 ikterus fisiologis

1) Ikterus pada 24 jam pertama tidak tampak

2) Bilirubin meningkat perlahan dan mencapai puncaknya pada

hari ke-3 dan ke-4 kehidupan.

3) Puncak bilirubin total adalah <13 mg/dl

4) Hasil uji laboratorium menunjukkan bilirubin indirect lebih

banyak.

5) Hari ke-10 akan hilang.

Page 30: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

15

15

b. Patologis:

Gambar 2.2 ikterus patologis

1) Ikterus tampak dalam 24 jam Pertama

2) Bilirubin Meningkat cepat, >5mg/dl per 24 jam

3) Bilirubin total >13 mg/dl.

4) Bilirubin direk terdapat dalam jumlah yang banyak.

5) Ikterus nampak lebih satu minggu kehidupan.

6) Ikterus yang disertai keadaan berat badan ≤2000 gram, masa

gestasi ≤36 minggu, keadaan infeksi, trauma jalan lahir, adanya

gangguan pernapasan. (Robin Dompas, 2010).

4. Gejala Ikterus Neonatorum

Gejala utama yang dapat dilihat pada bayi adalah perubahan warna

menjadi kuning yang dapat dilihat pada mata, rongga mulut, dan kulit.

Perubahan ini awalnya mudah tampak dari mata lalu apabila makin

berat dapat menjalar hingga ke dada, perut, tangan, paha, hingga ke

telapak kaki. Penting untuk mengetahui kapan awal mula terjadinya

kuning pada bayi tersebut karena dapat menentukan apakah ikterus ini

bersifat fisiologis atau bersifat patologis. Selain itu, pada bayi dengan

Page 31: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

16

16

ikterus neonatorum fisiologis, bayi tampak sehat dan tidak rewel.

Apabila ditemukan kuning disertai dengan anak lesu, malas menetek,

dan rewel, perlu dicurigai sebagai ikterus neonatorum patologis dan

memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Tanda-tanda terjadinya ikterus neonatorum yang bersifat fisiologis:

a. Gejala kuning muncul pertama kali lebih dari 24 jam setelah lahir;

b. Kenaikan kabar bilirubin < 5 mg/dL;

c. Puncak dari kenaikan kadar bilirubin muncul di hari ke 3-5 dengan

kadar bilirubin < 15 mg/dL;

d. Gejala kuning yang muncul menghilang dalam waktu 1 minggu

untuk bayi cukup bulan dan 2 minggu pada bayi yang premature

atau kurang bulan.

Apabila kuning yang muncul selain dari kriteria yang ada di atas,

maka dimasukkan kedalam tipe ikterus neonatorum yang

bersifat patologis sehingga perlu evaluasi dan pemeriksaan yang lebih

lanjut.

5.Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan dengan:

a. Visual

Gambar 2.3 Diagnosis visual ikterus

Page 32: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

17

17

WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus

secara visual, sebagai berikut:

1) Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di

siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat

lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa

tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.

2) Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui

warna di bawah kulit dan jaringan subkutan.

3) Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian

tubuh yang tampak kuning.

Pembagian derajat ikterus berdasarkan daerah ikterus

Gambar 2.4 Derajat ikterus menurut kremer

Page 33: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

18

18

Batas nilai untuk diagnosis ikterus neonatorum:

Tabel 2.1 Penilaian Ikterus Menurut Kremer

Derajat Luas IkterusKadar

Bilirubin(mg/dl)

1 Kepala dan leher 5

2 Kepala, leher dan badan bagianatas 9

3Kepala, leher, badan bagian atas +badan bagian bawah dan tungkai 11

4 Kepala, leher, badan bagian atas,badan bagian bawah, tungkai +lengan dan kaki dibawah lutut 12

5 Kepala, leher, badan bagian atas,badan bagian bawah, tungkai +tangan dan kaki. 16

Sumber : (Kosim,dkk,2003) & (Marmi & Rahardjo,2012):

b. Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan

diagnosis ikterus neonatorum serta untuk menentukan perlunya

intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini

merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat

meningkatkan morbiditas neonatus. Umumnya yang diperiksa

adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya

(dengan aluminium foil). Beberapa senter menyarankan

pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20 mg/dL

atau usia bayi > 2 minggu.

Page 34: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

19

19

c. Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja

dengan prinsip memanfaatkan bilirubin yang menyerap cahaya

dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan

merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang

diperiksa. Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu

menggunakan alat yang amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini,

alat yang dipakai menggunakan multiwavelength spectral

reflectance yang tidak terpengaruh pigmen.

d. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal

ini menerangkan mengapa ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada

konsentrasi bilirubin serum yang rendah. Beberapa metode

digunakan untuk mengukur kadar bilirubin bebas. Salah satunya

dengan metode oksidase-Peroksidase.

6. Pencegahan dan penatalaksanaan

Cara pencegahan ikterus fisiologis

a. Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir

b. Pengawasan antenatal yang baik

c. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada

masa kehamilan dan kelahiran.

d. Pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori

yang mencukupi. Pemberian minum sedini mungkin akan

Page 35: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

20

20

meningkatkan motilitas usus dan juga menyebabkan bakteri

diintroduksi ke usus. (Asrining Surasmi, 2003).

Pada bayi-bayi yang mengalami ikterus neonatorum fisiologis dapat

dijemur di bawah sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit.

Sinar matahari mengandung sinar biru-hijau yang dapat mengubah

bilirubin indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang. Selain itu,

matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.

Pada bayi-bayi yang kadar bilirubin indireknya tinggi dan bersifat

patologis dapat dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar

berwarna biru - hijau. Sinar yang berwarna biru - hijau dapat

mengubah dari bilirubin indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih

mudah dibuang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak berbahaya.

Pada bayi-bayi dengan faktor risiko tinggi terjadinya ikterus neonatorum

deteksi dini perlu dilakukan dan fototerapi dilakukan lebih dini. Pada

bayi-bayi peningkatan kadar bilirubin indirek yang tetap tinggi walaupun

telah dilakukan foto terapi, dapat dilakukan tranfusi tukar agar kadar

bilirubin dapat menurun. (Hay, WW. Levin MJ, 2006).

Kadar bilirubin dalam serum tali pusat yang bereaksi indirek adalah

1-3 mg/dl/24 jam, dengan demikian ikterus dapat dilihat pada hari ke 2

sampai hari 3, biasanya berpuncak antara hari ke 2 dan ke 4 dengan

kadar 5-6 mg/dl dan menurun sampai dibawah 2 mg/dl, antara umur ke

5 dan ke 7. Ikterus yang disertai dengan perubahan-perubahan ini

disebut fisiologis dan disebabkan karena kenaikan produksi bilirubin

Page 36: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

21

21

pasca hemolisis sel darah merah janin dikombinasi dengan

keterbatasan sementara konjugasi bilirubin oleh hati. Secara

keseluruhan 6-7% bayi cukup bulan mempunyai kadar bilirubin indirek

lebih besar dari 12,9 mg/dL dan kurang dari 3% mempunyai kadar yang

lebih besar dari 15 mg/dL.

Pada bayi prematur kenaikan bilirubin serum cenderung sama atau

sedikit lebih lambat dari pada kenaikan bilirubin pada bayi cukup bulan

tetapi jangka waktunya lebih lama, yang biasanya mengakibatkan

kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai antara hari ke 4 dan ke 7.

Biasanya kadar puncak 8-12 mg/dL tidak dicapai sebelum hari ke 5 -

ke 7 dan ikterus jarang diamati sesudah hari ke 10. (Wahab, 2012).

Cara pengendalian hiperbilirubinemia yang dapat dilakukan adalah

melakukan fotoisomerisasi dengan terapi sinar, membatasi siklus

enterohepatik (misalnya dengan memberikan minum oral secara dini),

pemberian kolesteramin questran; mengeluarkan bilirubin secara

mekanis dengan transfuse tukar.(Muslihatun, 2010).

B. Tinjauan Umum Tentang Persalinan Normal

1. Pengertian Persalinan Normal

Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan

ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi

dan panggul ibu serta tenaga ibu sendiri.(Saifuddin, AB.2002)

Page 37: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

22

22

2. Keuntungan Persalinan Normal:

a. Para ibu yang melakukan persalinan normal mempunyai ikatan yang

lebih kuat dengan bayi mereka dibandingkan dengan ibu yang

melahirkan dengan cara sectio caesarea.

b. Ibu yang melakukan persalinan normal akan lebih responsif terhadap

tangisan bayi mereka dibandingkan ibu yang melakukan sectio

caesarea.

c. Dari tes MRI ditemukan kalau area otak yang mengatur emosi,

motivasi dan kebiasaan pada ibu yang melahirkan normal ini, lebih

sensitif terhadap tangisan bayi mereka.

d. Berdasarkan pengakuan para ibu yang melakukan persalinan alami,

proses pemulihan mereka biasanya lebih cepat. Mereka bisa

langsung berdiri dan berjalan serta mandi. Biasanya mereka juga

langsung bisa makan dengan selera normal.

e. Pada persalinan normal terjadi sekresi endorphin yang ditemukan

pada plasenta dan ari-ari. Hal ini berfungsi membantu bayi

menyesuaikan diri di dunia luar serta membuat proses keluar lebih

menyenangkan bagi bayi.

f. Penelitian telah menunjukkan, bayi yang lahir melalui persalinan

normal lebih peka dan lebih tertarik melakukan tindakan pra

menyusui seperti menghisap dan memijat payudara ibu.

Page 38: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

23

23

g. Bayi yang dilahirkan dari persalinan normal biasanya lebih sehat.

Dengan terlahir secara alami sebagaimana mestinya, mereka telah

melalui masa yang diperlukan selama kehamilan.

h. Bayi-bayi yang dilahirkan melalui vagina mempunyai paru-paru yang

lebih kuat berkaitan dengan proses pengangkutan oksigen ke

jaringan-jaringan tubuh.

i. Saat melahirkan secara normal, di vagina ibu ada laktobasilus, yang

ketika dilewati bayi dan masuk ke perut bayi bisa mencegah bayi dari

berbagai masalah pencernaan.

3. Perawatan Pasca Persalinan

a. Pemeriksaan pasca persalinan

1). Pemeriksaan umum : TD (Tekanan darah), nadi, keluhan, dll

2). Keadaan umum : Suhu, selera makan, dll

3). Payudara : ASI, putting susu, dll

4). Dinding Perut : Perineum, kandung kemih, rectum

5). Sekret yang keluar : Lochea, flour albus.

b. Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang

selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke

kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan

thromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-

jalan dan hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.

Page 39: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

24

24

b. Diet

Makanan harus bermutu, bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-

makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran

dan buah-buahan.

c. Miksi

Hendaknya kencing dilakukan sendiri akan secepatnya. Bila kandung

kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan kateterisasi.

Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi

dapat diatasi.

d. Defekasi

Buang air besar, harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

terjadi obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi

febris. Lakukan klisma atau berikan laksan peroral ataupun perektal.

Dengan melakukan mobilisasi sedini mungkin kesulitan defekasi

dapat diatasi.

e. Perawatan payudara

Dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras

dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayi. Jika putting rata.

sejak hamil ibu dapat menarik-narik putting susu. Ibu harus tetap

menyusu agar putting selalu sering tertarik.

Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar

karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih.

Page 40: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

25

25

Penatalaksanaannya dengan menyusui lebih sering, kompres air

hangat. ASI dikeluarkan dengan pompa dan pemberian analgesik.

f. Laktasi

Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada

bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa

kasih sayang antara ibu dan anak. Setelah partus, pengaruh

menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang.

Timbul pengaruh laktogen hormon (prolaktin) kembali dan

pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar susu

berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya

produksi ASI berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum. Pada

hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan

cairan kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak

protein dan globulin.

g. Pemberian Analgetik/Sedative

Perasaan mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang

sangat mengganggu selama 2-3 hari pasca persalinan dan

biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara.

Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila

masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan

darah dalam kavum uteri. Pasien dapat diberikan analgesik atau

sedative. Namun tidak dianjurkan tetapi diberikan berdasarkan

indikasi.

Page 41: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

26

26

h. Latihan senam dapat diberikan mulai hari ke-2 misalnya:

1) Ibu terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan ditaruh di

atas dan menekan perut. Lakukan pernapasan dada lalu

pernapasan perut.

2) Dengan posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.

3) Kedua kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot

seperti menahan miksi dan defekasi.

4) Duduklah pada kursi, perlahan bungkukkan badan sambil

tangan berusaha menyentuh tumit.

i. Nasehat untuk postnatal

1). Pemberian ASI

2). Pemberian imunisasi

3). KB pasca salin. (Elvira, 2012)

Gambar 2.5 postpartum normal

C. Tinjauan Umum Tentang Persalinan Sectio Caesarea

1. Pengertian sectio caesarea

Sectio caesarea adalah cara melahirkan bayi dengan cara

melakukan pembedahan / insisi pada dinding abdomen dan uterus.

Page 42: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

27

27

Sectio caesarea umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal

melalui vagina tidak memungkinkan karena bersiko kepada komplikasi

medis lainnya (Pilitteri, 2003).

Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata “Caesar”.

Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa latin caedere yang berarti

“membedah”. Istilah lain yang mungkin diambil dari pemimpin romawi

kuno Julius Caesar yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode

tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak memungkinkan karena

ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (sectio caesarea

tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan teknologi

yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak

abad ke-2 SM. Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur

tersebut perlu dilakukan pada ibu hamil yang meninggal untuk

menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal dengan istilah lex

caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah

ini.

Sectio caesarea didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi

pada dinding perut dan rahim anterior. (Hacker, 2001).

Sectio caesarea adalah metode pembedahan guna melahirkan

anak melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus. (Oxorn, 1996).

Sectio caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk

melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus.

Dalam hubungan ini, perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah

Page 43: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

28

28

mengalami persalinan sectio caesarea pasti akan mendapat parut

uterus. (Wiknjosastro, 2005).

Gambar 2.6 insisi abdomen persalinan sectio caesarea.

2. Indikasi sectio caesarea

Meningkatnya tren sectio caesarea di berbagai negara oleh WHO

dinilai membahayakan kesehatan perempuan. Terlebih bila dilakukan

tanpa adanya indikasi medis yang kuat.” Banyak wanita yang salah

mengerti, menganggap melahirkan secara caesar lebih aman dibanding

melahirkan secara alami,” kata Dr.A.Metin Gulmezoglu, peneliti dari

WHO yang melakukan survei tentang operasi caesar di Asia. Ia

menjelaskan, sectio caesarea adalah operasi besar yang hanya

menjadi pilihan ketika keselamatan ibu dan janin terancam. Misalnya

bila persalinan secara alami sudah berlangsung lama tapi tak ada

kemajuan sedikit pun. Kondisi lain yang dipertimbangkan untuk

dilakukannya sectio caesarea antara lain adanya kelainan panggul,

lingkar rongga panggul yang lebih kecil dari ukuran janin, usia ibu yang

Page 44: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

29

29

terlalu tua, kelainan letak plasenta, ukuran bayi terlalu besar (lebih dari

4 kg), terjadinya gangguan janin atau bayi kembar.

Penelitian yang dilakukan para ahli di Amerika juga menunjukkan

bayi yang dilahirkan secara caesar risikonya lebih besar mengalami

gangguan pernapasan karena obat bius yang digunakan selama

operasi diserap tubuh bayi. Bila tidak ada indikasi medis, lebih baik

melahirkan lewat jalan normal, yang jauh lebih aman, singkat

prosesnya, serta masa masa penyembuhan lebih cepat. Namun kurang

banyak perempuan yang sadar akan fakta ini.

Gambar 2.7 Pengeluaran janin pada persalinan sectio caesarea

3. Kekurangan sectio caesarea

Kekurangan dari melahirkan secara caesar :

a. Gangguan pernapasan

TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah gangguan

pernapasan yang paling sering dikhawatirkan terjadi pada bayi

caesar. Gangguan ini terjadi akibat cairan yang memenuhi paru-paru

janin selama berada dalam rahim tidak terkompresi mengingat bayi

caesar tinggal “terima jadi”. Padahal, proses persalinan per vaginam

Page 45: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

30

30

melewati jalan lahir inilah yang memungkinkan cairan yang

memenuhi paru-paru semasa janin berada dalam rahim dipompa

habis keluar.

b. Rendahnya sistem kekebalan tubuh.

Data berdasarkan evidance base memang belum ada. Namun pada

proses persalinan normal, bayi berpindah dari rahim yang nyaris

steril ke lingkungan luar melalui proses yang berlangsung lama dan

melibatkan kontraksi selama berjam-jam. Saat lahir pun, mulut bayi

tidak tertutup sehingga banyak kuman yang masuk ke dalam mulut,

bahkan sampai ke pencernaan. Imbasnya, bayi mengalami kontak

alami dengan mikroba floral dalam jalan lahir ibunya yang kemudian

berkoloni di ususnya. Hal ini sangat berpengaruh pada

perkembangan dan pematangan sistem kekebalan tubuhnya.

c. Rentan alergi

Baik dari kondisi “kotor” di jalan lahir yang tidak dilalui si bayi yang

dilahirkan secara sectio caesarea, maupun tertundanya pemberian

ASI sesegera mungkin, membuat risiko alergi pada bayi jadi lebih

tinggi. Belum lagi paparan antibiotik yang biasanya diberikan kepada

bayi caesar sebagai langkah berjaga-jaga dari kemungkinan infeksi,

juga meningkatkan risiko alergi.

d. Emosi cenderung rapuh

Meski belum terbukti melalui penelitian ilmiah, kondisi psikologis bayi

dengan sectio caesarea diduga cenderung lebih rapuh dibanding

Page 46: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

31

31

bayi yang dilahirkan secara normal. Faktor ini memberi kontribusi

tersendiri terhadap kepribadian si anak kelak. Akan tetapi pola asuh

yang diberikan orangtua dan bagaimana pengaruh lingkungan

terbukti lebih ikut memberi warna apakah seseorang lebih tahan

banting atau tidak ketika menghadapi stress kehidupan.

e. Terpengaruh anestesi kondisi ini mungkin saja terjadi. Karenanya,

tim dokter yang terdiri dari dokter kebidanan dan kandungan, dokter

anak dan dokter anestesi harus berhitung secermat mungkin agar

pembiusan pada bayi berpengaruh seminim mungkin. Untuk itu,

umumnya anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal yang

berdosis rendah. Penggunaan bius total membuat bayi terlihat agak

ngantuk karena dikeluarkan saat masih di bawah pengaruh anestesi.

f. Minim peluang IMD (inisiasi menyusu dini). Bayi yang lahir dengan

sectio caesarea kurang mendapatkan kesempatan untuk menjalani

IMD. Ini karena kondisi bayi caesar berbeda dari kondisi bayi lahir

normal yang bisa langsung ditempelkan di dada ibunya dengan

refleks yang cukup kuat untuk mencapai payudara ibu. Sementara

pada persalinan sectio caesarea, hal yang tak bisa segera dilakukan

mengingat bayi biasanya langsung dipasangkan infus dan selang

oksigen guna membantu pernapasannya. Ibu umumnya masih dalam

keadaan “teler” akibat pengaruh obat anestesi. Namun tetap

dianjurkan memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada

Page 47: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

32

32

ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea karena IMD dapat

memperlancar produksi ASI.

Proses pemulihan kesehatan paska operasi merupakan hal yang

sangat penting bagi pasien yang mengalami pembedahan sebab

karena adanya luka pembedahan, pengaruh immobilisasi selama

pembedahan berlangsung dan masa penyembuhan serta pengaruh

anastesi dan analgetik merupakan penyebab utama timbulnya

komplikasi paska operatif.

4. Risiko Persalinan sectio caesarea

a. Bagi Ibu

Terlepas dari banyaknya permintaan untuk persalinan sectio

caesarea, sebenarnya prosedur ini memiliki risiko yang cukup tinggi.

Persalinan sectio caesarea memiliki risiko kematian ibu 3 kali lebih

besar dibandingkan persalinan normal. Angka kematian langsung

akibat persalinan sectio caesar adalah 5,8 dari setiap seratus ribu

persalinan.

Selain itu, anggapan bahwa melahirkan normal jauh lebih sakit

dibandingkan melahirkan caesar juga tidak sepenuhnya benar.

Persalinan dengan sectio caesarea memiliki angka kesakitan sekitar

27,3% lebih tinggi dibandingkan persalinan normal. Peningkatan

risiko akibat persalinan sectio caesarea adalah:

1). Kemungkinan 5 kali lebih besar untuk mengalami henti jantung.

Page 48: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

33

33

2). Kemungkinan 3 kali lebih besar untuk dilakukan pengangkatan

rahim atau histerektomi karena terjadi pendarahan sebagai

komplikasi persalinan sectio caesarea.

3). Kemungkinan 3 kali lebih besar untuk mengalami infeksi masa

nifas.

4). Kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami sumbatan

pembuluh darah.

Gambar 2.8 Post partum Sectio caesarea

b. Bagi Bayi

Persalinan sectio caesarea ternyata tidak hanya mempengaruhi

kondisi ibu, tapi juga bayi yang dilahirkan. Risiko kematian bayi,

risiko gangguan pernafasan bayi, risiko gangguan otak bayi dan

risiko trauma bayi menjadi 3,5 kali lebih besar dibandingkan

persalinan normal.

Bahkan ketika bayi Anda yang dilahirkan caesar tidak mengalami

masalah di atas, persalinan sectio caesarea memiliki dampak cukup

besar terhadap daya tahan tubuh anak. Prof. Patricia Lynne Conway,

Adjunct Associate Professor, School of Biotechnology and

Biomolecular Science di The University of New South Wales

Page 49: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

34

34

mengatakan bahwa berbagai penelitian yang dilakukan menunjukkan

adanya hubungan komposisi mikrobiota saluran cerna pada bayi

yang dilahirkan secara caesar dibandingkan dengan bayi yang

dilahirkan normal. Padahal mikrobiota memiliki peranan penting

dalam pematangan sistem daya tahan tubuh bayi, khususnya dalam

membentuk toleransi oral (mulut) dan mengurangi risiko alergi. Ini

bisa mempengaruhi daya tahan tubuh bayi karena meski sistem

imunitas usus telah matang pada bayi yang lahir cukup bulan, namun

fungsi perlindungan ususnya memerlukan rangsangan kolonisasi

bakteri pada awal kehidupan bayi.

Menurut Prof. Conway, Bayi lahir dengan sectio caesarea

membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk mencapai mikrobiota

usus yang serupa dengan bayi yang lahir normal. “hasil-hasil

penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang lahir caesar memiliki

waktu pembentukan mikrobiota saluran cerna yang tertunda serta

memiliki risiko lebih tinggi akan berbagai jenis penyakit.

Waktu pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea lebih lambat

dibanding dengan ibu post partum normal. Terlambatnya pengeluaran

ASI pada ibu post sectio caesarea tersebut disebabkan oleh berbagai

faktor diantaranya adalah posisi menyusui, nyeri setelah sectio

caesarea, mobilisasi, rawat gabung ibu-anak dan intervensi rolling

massage. (Desmawati,2010).

Page 50: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

35

35

Posisi menyusui berhubungan dengan waktu pengeluaran ASI

pada ibu post partum sectio caesarea. Posisi yang tepat untuk bayi dan

kelekatannya pada payudara ibu sangat penting dalam keberhasilan

menyusui. Menyusui akan sukses bila posisi menyusui ibu benar.

Empat posisi menyusui yang umum digunakan yaitu posisi cradle hold,

cross cradle hold, football hold, dan lying down. (Bobac, 2005). Posisi

lying down merupakan posisi menyusui terbaik untuk kenyamanan ibu

di hari-hari pertama melahirkan, bila ibu telah yakin bayinya mampu

latch on dengan tepat. (Bobac, 2005).

Nyeri berat pada ibu post sectio caesarea merupakan faktor yang

memperlambat keluarnya ASI. Semakin tinggi nyeri yang dialami ibu

post partum sectio caesarea, semakin lambat pengeluaran ASI. Apabila

bayi disusui, gerakan menghisap yang berirama akan merangsang

saraf yang terdapat di dalam glandula pituitiari posterior. Rangsang

refleks ini akan mengeluarkan oksitosin dari pitutiari posterior. Hal ini

akan menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi

dan mendorong air susu masuk ke dalam pembuluh darah. Refleks ini

dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya nyeri jahitan luka

operasi pada ibu post sectio caesarea. (Desmawati,2010).

Nyeri yang dirasakan ibu post sectio caesarea merupakan stimulant

pada tubuh yang dapat meningkatkan komponen saraf parasimpatik

memproduksi hormon kortisol maka hal tersebut dapat menyebabkan

Page 51: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

36

36

stress pada ibu post sectio caesarea sehingga mempengaruhi produksi

ASI. (Pratiwi, 2012)

Dengan demikian, penting untuk menempatkan ibu dalam posisi

yang nyaman, santai, dan bebas dari rasa sakit terutama pada jam-jam

menyusui. Terapi musik dan hipnoterapi dapat mengurangi nyeri

setelah operasi. Hipnoterapi sebagai terapi cognitive behavior therapic

system (CBTS) mempunyai peluang 8,5 kali menurunkan ambang nyeri

yang dirasakan oleh pasien setelah operasi. (Desmawati, 2009). Terapi

musik klasik pada ibu-ibu setelah operasi sectio caesarea dapat

mengurangi rasa nyeri ibu setelah anestesi hilang dengan

counfounding faktor adalah obat obat analgetik. (Ria K, 2008). Perlu

penjelasan kepada ibu-ibu sebelum operasi sectio caesarea bahwa

menyusui tidak perlu dihentikan mulai selama 24 jam sampai 7 hari

setelah prosedur pembedahan. Anestesi dan obat analgetik serta

pemberian obat anti nyeri pasca operasi sectio caesarea tidak

mempengaruhi ASI. (Dumphy, 2008).

Mobilisasi dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI pada ibu

sectio caesarea. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran ASI lebih

cepat pada ibu sectio caesarea yang melakukan mobilisasi aktif

dibandingkan dengan ibu yang melakukan mobilisasi pasif. Ambulasi

pada hari pertama setelah pembedahan, pada sebagian besar kasus

dengan bantuan perawat, pasien dapat bangun dari tempat tidur

sebentar-sebentar sekurang-kurangnya 2 kali dan akan melancarkan

Page 52: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

37

37

aliran darah serta aliran let down refleks pada ibu menyusui.

(Desmawati, 2010).

Ambulasi dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga

kombinasi dengan preparat analgesik yang baru saja diberikan akan

mengurangi rasa nyeri. Nyeri berkurang akan memfasilitasi pasien

untuk melakukan mobilisasi aktif. Mobilisasi aktif mempercepat

penyembuhan luka operasi ibu sectio caesarea yang melakukan

mobilisasi aktif. (Ancheta RS, 2005). Luka sembuh akan membuat ibu

nyaman menyusui dan ASI menjadi lancar. Pada operasi bagian perut

untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri, bantu ibu

untuk menyokong daerah pembedahan dengan bantal saat mobilisasi

sehingga meningkatkan kenyamanan menyusui. (wenner, 2007).

Produksi dan ejeksi ASI lebih cepat pada ibu dengan inisiasi

menyusu dini (IMD). Pada inisiasi menyusu dini terjadi skin to skin

contact antara bayi dan ibu. Semakin sering ibu melakukan kontak fisik

langsung (skin to skin contact) dengan bayi akan membantu

menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Karena itu

pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP)

mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di

ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui

bayinya kapanpun sang bayi meng-inginkannya. Semua kondisi

tersebut akan membantu kelancaran produksi dan ejeksi ASI.

Keuntungan rawat gabung diantaranya untuk menggalakkan

Page 53: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

38

38

penggunaan ASI sebagai kelanjutan inisiasi menyusu dini.

(Arifah,2009).

Intervensi rolling massage dan areola massage berpengaruh positif

terhadap pengeluaran ASI secara dini pada ibu post partum normal.

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa ibu-ibu yang diberikan rolling

massage dalam 12 jam setelah sectio caesarea, ASI keluar 18 jam

setelah sectio caesarea. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa ibu

post partum normal yang diberikan tindakan areola dan rolling massage

mempunyai peluang 6 kali lebih cepat pengeluaran ASI dibanding

dengan ibu yang tidak diberikan intervensi tersebut. Rata-rata ibu yang

diberikan tindakan areola dan rolling massage, ASI keluar dalam 12 jam

pertama post partum, sedangkan yang tidak diberikan tindakan tersebut

ASI keluar setelah 12 jam pertama post partum. Penelitian lain

melaporkan adanya hubungan kecepatan pengeluaran ASI pada ibu

post sectio caesarea dengan ibu post partum normal. ASI ibu post

partum normal lebih cepat keluar dibanding dengan ibu post sectio

caesarea. (Desmawati, 2010).

Rolling massage yaitu pemijatan pada tulang belakang (costae 5 -

6 sampai scapula dengan gerakan memutar) yang dilakukan pada ibu-

ibu setelah melahirkan akan membantu kerja hormon oksitosin dalam

pengeluaran ASI, mempercepat saraf parasimpatis menyampaikan

sinyal ke otak bagian belakang untuk merangsang kerja oksitosin dalam

mengalirkan ASI keluar. Pemijatan tersebut merangsang kerja saraf-

Page 54: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

39

39

saraf perifer yang ada di otot-otot sekitar tulang belakang kemudian

diterima hipotalamus dan diteruskan pada hipofise posterior sebagai

tempat keluarnya oksitosin dan bekerja untuk merangsang let-down

reflex. (Desmawati, 2010).

Hasil penelitian Arifah tahun 2009 yaitu keberhasilan IMD lebih

cepat pada ibu post partum normal. Ditemukan hubungan pengeluaran

ASI pada ibu post partum normal dengan ibu post sectio caesarea yang

sama-sama di IMD. Pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu post partum

normal dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya

disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka

setelah operasi yang mengganggu kenyamanan ibu dan pengeluaran

endorfin lambat sehingga aliran darah tidak lancar ke otak. Hipotalamus

lambat menerima sinyal yang akan ditransfer ke hipofisis posterior yang

mengeluarkan oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI. Selain

itu, faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI lambat pada ibu post

sectio caesarea adalah anestesi serta masih banyak pandangan pasien

yang tidak memperbolehkan atau mengurangi makan dan minum

setelah operasi. Sedangkan pada ibu yang melahirkan normal

kapanpun ibu tetap dianjurkan makan dan minum, seperti jeda antara

setelah bayi lahir dengan pengeluaran plasenta pun ibu tetap diberikan

minum. (Desmawati, 2010).

Rata-rata pengeluaran ASI pertama kali pada ibu-ibu setelah sectio

caesarea setelah dilakukan rolling massage, dengan nyeri ringan,

Page 55: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

40

40

mobilisasi aktif, rooming in kontinu dan posisi menyusui tepat adalah 24

jam setelah sectio caesarea (pada hari pertama). Penelitian di

komunitas Puerto Rico melaporkan bahwa hanya 36% ibu post sectio

caesarea memungkinkan untuk menyusui bayinya dibandingkan

persalinan spontan sehingga perlu untuk meningkatkan pendidikan

kesehatan atau promosi menyusui untuk ibu-ibu setelah sectio

caesarea. (Ortiz,AP, 2008).

5. Komplikasi sectio caesarea

Gambar 2.9: Persalinan sectio caesarea

Komplikasi sectio caesarea menurut Hacker (2001) adalah:

a. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai homeostasis

karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah

pemanjangan masa persalinan.

b. Sepsis sesudah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini jauh lebih

besar bila sectio caesarea dilaksanakan selama persalinan atau bila

terdapat infeksi dalam rahim.

Page 56: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

41

41

c. Cedera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang

lebar dan ureter. Hematuri singkat dapat terjadi terlalu antusias

dalam menggunakan refaktor di daerah dinding kandung kemih.

6. Penyembuhan Luka

Gambar 2.10 Proses persalinan Sectio caesarea

Menurut Robbins dan Kumar (1995) proses penyembuhan luka sebagai

berikut:

a. Hari pertama pasca bedah

Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan

darah. Permukaan bekuan darah ini mengering menimbulkan suatu

kerak yang rnenutupi luka.

b. Hari kedua pasca bedah

Timbul aktivitas yang terpisah yaitu reepitelisasi dan pembentukan

jembatan yang terdiri dari jaringan fibrosu yang menghubungkan ke

dua tepi celah sub epitalis. Jalur-jalur tipis sel menonjol, di bawah

perrnukaan kerak dari tepi epitel menuju ke arah sentral. Dalam

waktu 48 jam tonjolan ini berhubungan satu sama lain, dengan

demikian luka telah tertutup epitel.

Page 57: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

42

42

c. Hari ketiga pasca bedah

Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai besar

diganti oleh makrofag yang membersihkan tepi cabang.

d. Hari ke lima pasca bedah

Celah insisi biasanya terdiri dari jaringan granulosa yang kaya akan

pembuluh darah dan longgar. Dapat dijumpai serabut-serabut

kolagen disekitarnya.

e. Akhir minggu pertama

Luka telah tertutup dan epidermis dengan ketebalan yang kurang

dari normal.

f. Selama minggu kedua

Kerangka fibrin sudah lenyap dari jaringan perut masih tetap

berwarna merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi,

reaksi radang hampir hilang seluruhnya.

g. Akhir minggu kedua

Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu proses

yang panjang menghasilkan warna jaringan parut yang lebih muda

sebagai akibat tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan

peningkatan secara mantap (rentang luka) sedang berjalan.

Page 58: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

43

43

Gambar 2.11 Luka post sectio caesarea

D. Proses Terjadinya Ikterus Pada Bayi

Pada bayi baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau

eritrosit. Hemoglobin menjadi heme dan globin. Globin (protein)

digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme menjadi zat besi / fe

dan bilirubin indirek kemudian berikatan dengan albumin. Di dalam

liver/hati bilirubin berikatan dengan protein plasma dan dengan bantuan

enzim glukoronil transfersa dirubah menjadi bilirubin direk yang akan

diekskresi melalui duktus biliaris ke kandung empedu kemudian ke

duodenum. Bilirubin direk ini diekskresi melalui urine & faeces.

(Carpenito LJ, 2000).

Pada bayi baru lahir kemampuan UPDGT di dalam hati untuk dapat

mengubah seluruh bilirubun indirek menjadi bilirubin direk belum

maksimal. Selain itu usus bayi baru lahir juga masih bersih belum

terdapat kuman-kuman yang dapat mengubah bilirubin direk agar dapat

dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau motilitasnya juga

Page 59: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

44

44

belum maksimal. bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui

usus dan masuk ke dalam hati lagi.

Sumber : (Carpenito LJ, 2000).

Gambar 2.12 Metabolisme bilirubin pada bayi.

44

44

belum maksimal. bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui

usus dan masuk ke dalam hati lagi.

Sumber : (Carpenito LJ, 2000).

Gambar 2.12 Metabolisme bilirubin pada bayi.

44

44

belum maksimal. bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali melalui

usus dan masuk ke dalam hati lagi.

Sumber : (Carpenito LJ, 2000).

Gambar 2.12 Metabolisme bilirubin pada bayi.

Page 60: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

45

45

E. Hubungan Kejadian Ikterus Neonatorum Dengan Persalinan

Normal Dan Persalinan Sectio Caesarea

Salah satu faktor yang berhubungan dengan ikterus pada neonatus

adalah jenis persalinan. Jenis persalinan dapat mempengaruhi asupan

ASI dari bayi baru lahir dan akibatnya terjadi ikterus. jika menderita

hiperbilirubin pada setiap jenis persalinan, maka sectio caesarea

merupakan presentase terbesar karena sectio caesarea merupakan

jenis persalinan dengan risiko tinggi dibandingkan dengan jenis

persalinan lainnya.(Yesri Mardiah, 2013).

Pada beberapa ibu yang dalam masa menyusui terkadang ASI (Air

susu Ibu)-nya tidak bisa keluar atau pun berproduksi. Dalam keadaan

normal produksi ASI dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah

faktor fisik dan psikologis. Bila kedua faktor tersebut tidak terpenuhi

dengan baik atau pun mengalami hambatan dan gangguan maka

tentunya produksi ASI akan mengalami gangguan dan hal ini bisa

berakibat dan menyebabkan ASI tidak keluar.

Faktor fisik ibu yang menyusui yang berpengaruh terhadap

produksi ASI dan bisa menjadi sebab ASI tidak keluar adalah:

1. Asupan gizi ibu. Bila asupan gizi terpenuhi dengan baik, sebab ASI

tidak keluar bisa diperkecil.

2. Faktor kesehatan dari ibu sendiri. Kesehatan ibu dalam hal ini

memegang peranan yang penting dalam hal menunjang produksi

Page 61: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

46

46

ASI yang cukup, termasuk dalam hal ini adalah faktor hormonal dan

istirahat yang cukup bagi ibu yang menyusui. Bila kesehatannya

terjaga maka penyebab ASI tidak keluar dapat diminimalisasi.

Selain faktor fisik diatas, faktor psikologis juga turut berperan

dalam hal produksi ASI itu sendiri. Faktor psikologis yang berperan:

1. Rasa nyaman

Perasaan ibu dapat menghambat dan meningkatkan pengeluaran

oksitosin seperti perasaan takut, gelisah, marah, sedih, cemas,

kesal, malu atau nyeri hebat akan mempengaruhi reflex oksitosin

yang akhirnya menekan pengeluaran ASI. Sebaliknya perasaan

ibu yang bahagia, senang, bangga memeluk dan mencium

bayinya dapat meningkatkan pengeluaran ASI.

2. Keyakinan

Yakin bahwa dirinya menyusui dan bisa berproduksi dengan baik

akan membantu dalam hal proses menyusui.

3. Berpikiran positif

Satu hal yang tidak kalah penting dalam hal ini faktor dukungan

dari sekitar dan orang yang terdekat yaitu suami dan anggota

keluarga lainnya. Dukungan suami maupun keluarga lain dalam

rumah akan sangat membantu berhasilnya seorang ibu untuk

menyusui. Begitu pula dukungan dari lingkungan pekerjaan

tempat bekerja sang ibu. (Hanifatunnisa, 2013).

Page 62: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

47

47

Pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu post partum normal

dibandingkan ibu post sectio caesarea. Hal ini diantaranya disebabkan

karena ibu post sectio caesarea mengalami nyeri luka setelah operasi

yang mengganggu kenyamanan ibu dan pengeluaran endorfin lambat

sehingga aliran darah tidak lancar ke otak. Hipotalamus lambat

menerima sinyal yang akan ditransfer ke hipofisis posterior yang

mengeluarkan oksitosin dalam merangsang refleks aliran ASI. Selain

itu, faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI yang lambat pada ibu

post sectio caesarea adalah anestesi serta masih banyak pandangan

pasien yang tidak memperbolehkan atau mengurangi makan dan

minum setelah operasi. Sedangkan pada ibu yang melahirkan normal

kapanpun ibu tetap dianjurkan makan dan minum. (Desmawati, 2010).

Nyeri setelah sectio caesarea menghambat produksi dan ejeksi

ASI, pelaksanaan tindakan rolling massage tidak dapat diberikan

secara dini sebagaimana halnya dengan ibu post partum normal karena

ibu belum dapat turun dari tempat tidur walaupun dengan bantuan.

Selain itu, bayi juga mengantuk dan kurang responsive untuk menyusu,

terutama pada ibu yang mendapatkan obat penghilang rasa sakit

sebelum di operasi.

Penelitian di komunitas Puerto Rico melaporkan bahwa hanya 36%

ibu post sectio caesarea memungkinkan untuk menyusui bayinya

dibandingkan persalinan spontan sehingga perlu untuk meningkatkan

Page 63: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

48

48

pendidikan kesehatan atau promosi menyusui untuk ibu-ibu setelah

sectio caesarea.

Posisi menyusui, nyeri setelah sectio caesarea, mobilisasi, rooming

in, dan rolling massage berhubungan dengan kecepatan pengeluaran

ASI pada ibu post sectio caesarea. Pada nyeri ringan, pengeluaran ASI

lebih cepat yaitu delapan jam setelah sectio caesarea dibandingkan

nyeri berat 38 jam. Mobilisasi aktif mempercepat pengeluaran ASI yaitu

18 jam dibanding mobilisasi pasif yaitu 53 jam. Rooming in kontinu

mempercepat pengeluaran ASI yaitu 23 jam dibanding intermiten yaitu

48 jam. Posisi ibu menyusui yang tepat (dalam penelitian ini adalah

posisi lying down) mempercepat waktu pengeluaran ASI yaitu 9 jam

dibanding dengan posisi yang tidak tepat yaitu 62 jam. Pemberian

intervensi rolling massage secara lebih awal yaitu 12 jam setelah sectio

caesarea mempercepat pengeluaran ASI yaitu 18 jam dibanding

dengan pemberian rolling massage lebih dari 24 jam post sectio

caesarea yaitu 53 jam. Faktor-faktor tersebut berkontribusi dalam

pengeluaran ASI secara dini pada ibu post sectio caesarea.

Pada bayi baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau

eritrosit. hemoglobin menjadi heme dan globin. heme menjadi zat

besi/fe dan bilirubin indirek kemudian berikatan dengan albumin,

dibantu oleh protein yang juga terkandung pada ASI akan diubah

menjadi bilirubin direk pada proses ini dinamakan proses konjugasi dan

di transfer ke dalam liver/hati, bilirubin berikatan dengan protein plasma

Page 64: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

49

49

dan dengan bantuan enzim glukoronil transfersa akan menjadi bilirubin

direk yang kemudian akan diekskresi melalui duktus biliaris ke kandung

empedu kemudian ke duodenum. Glukosa yang juga terkandung pada

ASI berperan pada proses ini, bilirubin direk ini diekskresi melalui urine

& faeces. (Carpenito LJ, 2000).

ASI mengandung zat-zat gizi penting diantaranya karbohidrat.

Karbohidrat utama dari ASI adalah laktosa (gula susu) yang sesuai

dengan kondisi biologis atau sistem pencernaan bayi. Laktosa berperan

penting sebagai sumber energi. Laktosa mudah diurai menjadi glukosa

dan galaktosa. (Robert, 2001).

Menurut Nursalam 2010, cara pengendalian ikterus yang dapat

dilakukan adalah menstimulasi konjugasi bilirubin misalnya dengan

glukosa, menambah zat-zat yang kurang dalam transportasi dan

metabolisme bilirubin.

Glukosa sangat penting untuk ekskresi bilirubin karena proses

konjugasi. bila eksresi bilrubin kurang maka dapat menyebabkan

ikterus neonatorum. (Yusvarian, 2012).

Menurut terminology Lawrence (2004), Produksi ASI merujuk pada

volume ASI yang dikeluarkan oleh payudara. ASI yang telah diproduksi

disimpan di dalam gudang ASI. Selanjutnya ASI dikeluarkan dari

payudara kemudian dialirkan ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan

oleh payudara dan diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan

Page 65: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

50

50

produksi ASI. saat ini, study terbaru tentang produksi ASI dapat diukur

dengan mengukur berat badan bayi.

Persentase perubahan berat badan dari berat badan lahir

merupakan indikator kecukupan makan. Penurunan berat badan

berlebihan diantaranya disebabkan oleh adanya asupan nutrisi yang

tidak adekuat sebagai akibat dari pasokan susu tidak mencukupi.

Dalam pedoman praktek klinis disebutkan bahwa penurunan berat

badan lebih dari 10% dari berat lahir perlu menjadi perhatian khusus.

Penurunan berat badan fisiologis tidak terjadi setelah usia 5-7 hari.

Pada bayi baru lahir cukup bulan, penurunan berat badan yang normal

sampai 10% dari berat lahir. (Deepak chawla, 2008). Penurunan berat

badan terjadi akibat asupan makanan yang tidak adekuat antara lain

oleh karena produksi ASI yang kurang. Asupan ASI yang tidak adekuat

menyebabkan penurunan kadar protein dan glukosa darah pada bayi

baru lahir tersebut sehingga proses transportasi, konjugasi bilirubin

tidak dapat berlangsung dengan baik. Selain itu proses ekskresi

bilirubin melalui faeces juga terhambat oleh karena peristaltic/motalitas

usus menurun sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik bilirubin yang

mengakibatkan bilirubin indirek makin meningkat dalam darah.

(keating,2000). Keadaan ini menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia

neonatus. (sastroasmoro, 2004).

Penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan beberapa

kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya ASI jumlahnya

Page 66: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

51

51

mencukupi bagi bayi pada 2-3 hari pertama kelahiran, diantaranya

adalah bayi baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya

selama 24 jam minimal 6-8 kali, warna urine kuning jernih, jika ASI

cukup setelah menyusu maka bayi tertidur/tenang selama 2-3 jam.

(Bobak, perry & lowdermik, 2005; perinansia, 2004; cox,2006).

Ikterus merupakan penyakit yang sangat rentang terjadi pada bayi

baru lahir, terutama dalam 24 jam setelah kelahiran. Dengan pemberian

ASI yang sering, bilirubin yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus

akan dikeluarkan melalui urine dan Faeces.

Page 67: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

52

52

Gambar 2.13 Hubungan persalinan normal dan sectio caesarea

dengan kejadian ikterus neonatorum

Persalinan Normal:

1. Fisik:

- - Asupan gizi- - kesehatan- 2. Psikologi

-- Rasa Nyaman- Keyakinan- Pikiran

Persalinan Sectio Sessaria:

- Posisi menyusui

- Nyeri luka operasi

- mobilisasi

- rooming in

- rolling massage

Produksi ASI

IkterusNeonatorum

ASI mengandung karbohidrat & protein

Karbohirat mengandung galaktosayang diurai menjadi menjadi glukosadan galaktosa

Fungsi glukosa & protein

Menstimulasi konjugasi bilirubin &Transportasi serta metabolisme

bilirubin.

Bila konjugasi dan transportasibilirubin terganggu

Ekskresi bilirubin kurang,

Bila ekskresi bilirubin kurang

Page 68: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

53

53

F. Kerangka Teori

Bagan kerangka teori perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada

persalinan normal dan persalinan sectio caesarea:

Faktor Maternal:

- - Ras- - Komplikasi Kehamilan

Faktor Perinatal:

Prematuritas

Trauma lahir

Infeksi

Kejadian IkterusNeonatorum Meningkat

Faktor Neonatus:-prematuritas- genetika-obat- hipoglikemia- Hipobuminemia

Persalinan Sectio caesarea:- Nyeri luka operasi

- Cortisol meningkat

-Sekresi prolaktin & Sekresi oxytoxinmenurun

Persalinan Normal:

- Mobilisasi tidak terganggu

- - Diet/asupan gizi baik

-- Dapat melakukan Perawatan

Payudara- Sekresi Prolaktin & Oksitosin

baik-

Produksi ASI Tidak Lancar

- Kadar glukose &Protein bayi kurang

- Motilitas usus kurangbaik

Produksi ASI lancar:

- Kadar glukose & proteinbayi cukup

- Motilitas usus baik

Kejadian IkterusNeonatorum kurang

Page 69: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

54

54

G. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Keterangan:

: Variabel independent

: Variabel dependent

: Variabel kendali

: Variabel antara

: Diteliti

Bagan 2.5 Kerangka Konsep

Ikterusneonatorum

a. Persalinan normal

b. Persalinan sectio

caesarea

Prematuritas

Trauma lahir

Infeksi

ProduksiASI

Page 70: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

55

55

H. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan antara persalinan normal dan persalinan

sectio caesarea pada kejadian ikterus

Ha : Ada perbedaan antara persalinan normal dan persalinan sectio

caesarea pada kejadian ikterus

I. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah :

1. Ikterus adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat

penimbunan bilirubin dalam tubuh.

Ikterus pada penelitian ini diukur melalui pengamatan (observasi)

berdasarkan kramer dengan cheklist dan lembar observasi sebagai

alat ukurnya. Dengan skala ukur ordinal.

Kriteria objektif nya adalah :

0= Tidak ada ditemukan warna kuning pada kulit.

1= Bagian yang kuning daerah kepala dan leher.

2= Bagian yang kuning kepala dan leher + badan bagian atas.

3= Bagian yang kuning kepala, leher, badan bagian atas + badan

bagian bawah dan Tungkai

4= Bagian yang kuning daerah kepala, leher, badan bagian atas,

badan bagian bawah dan tungkai + lengan dan kaki dibawah

lutut

Page 71: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

56

56

5= Bagian yang kuning daerah kepala, leher, badan bagian atas,

badan bagian bawah + tangan dan kaki.

2. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia

kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu

badan ibu, presentasi belakang kepala, keseimbangan diameter

kepala bayi dan panggul ibu serta tenaga ibu sendiri.

Persalinan sectio caesarea adalah janin melalui insisi pada dinding

perut dan rahim anterior.

Persalinan normal dan persalinan sectio caesarea pada penelitian

ini diukur melalui kuesioner dan Pengamatan (observasi) dengan

cheklist. Dengan skala ukur kategorik.

1 = Persalinan normal

2 = Persalinan sectio caesarea

3. Produksi ASI: Kecukupan jumlah ASI yang dikonsumsi oleh bayi

baru lahir.

Indikator penilaian:

1. BAK bayi minmal 6-8 kali sehari

2. BAK: Urine jernih

3. Bayi tenang dan tidak rewel dan tertidur 2-3 jam

4. Penurunan BB tidak lebih 10%

Pengukuran dilakukan melalui lembar observasi sebagai alat

ukurnya, dengan skala ukur.

Page 72: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

57

57

Kriteria objektifnya adalah :

1= Lancar, jika ≥3 item dari indikator penilaian.

2= Tidak lancar, jika < 3 item dari indikator penilaian.

Page 73: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

J. Jurnal – Jurnal yang Terkait Penelitian

Jurnal – jurnal yang terkait penelitian

Judul Nama/ Tahun / Web Populasi/Sampel Jenispenelitian Hasil

Gambaran FaktorRisiko IkterusNeonatorum padaNeonatus di RuangPerinatologi RSUDRaden Mattaher JambiTahun 2013

RM Tazami 2013 Online-

journal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/1252/854

Dengan consecutiveSampling yaitu Ibudengan bayi ikterusneonatorum diRuang PerinatologiRSUD RadenMattaher Jambi

kuantitatifdeskriptifprospektifuntukmenggambarkan faktor risikoikterusneonatorumpadaneonatus.

Ikterus neonatorum lebihsering terjadi pada neonatusyang dilahirkan secara SC,dengan frekuensi pemberianASI < 8 kali/hari.

Hubungan PemberianASI Dengan KejadianIkterusPada Bayi Baru Lahir0 - 7 Hari Di RumahSakitUmum Daerah dr.Zainal AbidinBanda Aceh

Khairunnisak 2013 simtakp.uui.ac.id/do

cjurnal/KHAIRUNNISAK-jurnal.pdf

Dengan purposivesampling denganjumlah populasi 102responden, sampel 51responden

Bersifatanalitik denganpendekatancross sectional

Dari 35 responden yangsering melakukan pemberianASI ternyata mayoritasNegatif mengalami ikterus(68,6%) dan dari 16responden yang tidak seringmelakukanpemberian ASI mayoritas87,5% positif mengalamiikterus. Ada hubungan

Page 74: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

pemberianASI dengan kejadian ikteruspada bayi baru lahir 0-7 haridi Rumah Sakit UmumDaerah dr. ZainoelAbidin Banda Aceh Tahun2013.Hasil analisa statistikmenggunakan uji chi-squaremenghasilkan terdapathubungan antara pemberianASI dengan kejadian ikteruspada bayi barulahir 0-7 hari.

Hubungan PemberianASI Eksklusif denganKejadian IkterusFisiologi Pada BayiUsia 2 hari sampai 7hari di Wilayah KerjaPuskesmas Ampel I

Hani karistanti 2013 digilib.akbideub.ac.i

d/gdl.php?mod=browse&op=read&id...594

Dengan sampelsebanyak 30 ibu yangmempunyai bayi usia 2hari sampai 7 hari.

Penelitian inimerupakanpenelitianpenelitiananalitik,denganpendekatancross sectional

Jumlah responden yang tidakmemberikan ASI eksklusifsebesar 11 orang (36.7%)dan bayi usia 2 hari sampai 7hari yang tidak mengalamiikterus fisiologis sejumlah 18orangDalam penelitian inimenunjukkan hubunganpemberian ASI eksklusifberpengaruh signifikan padakejadian ikterus fisiologispada bayi usia 2 hari sampai

Page 75: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

7 hari.Faktor-faktor pada Ibubersalin yangberhubungan denganKejadian HiperbilirubinPada Bayi Baru LahirDi Rumah SakitDustira Cimahi Tahun2009.

Nurjanah 2009

Dengan randomSampling melaluiteknik Lotere. Sampelsebanyak 92 ibu yangbersalin di RumahSakit Dustira Cimahi.

Crosssectionaldengan surveyanalitik

Dari 65 responden yangbersalin dengan prosespersalinan normal sebagianbesar yaitu sebanyak 48orang (73,8%) bayinya tidakmengalami hiperbilrubin,sedangkan pada 27responden yang bersalindengan proses persalinantindakan sebagian besaryaitu sebanyak 15 orang(55,6%) bayinya mengalamihiperbilrubin. Jadi terdapathubungan yang signifikanantara factor jenis persalinandengan kejadianhiperbilirubin pada bayi barulahir.

Pengaruh karakteristikDemografis, Klinis danlaboratorium padaneonates denganhiperbilirubinemia

Eko Sulistijono 2010

Dengan mengkaji datarekam medis. Dari 432data pasien, terdapat102 data pasien yangmemenuhi kriteriainklusi.

Penelitiandilakukandenganmengkaji datarekam medisneonatus yangmemenuhikriteria inklusidan ekslusi.

Menunjukkan persalinandengan tindakan (Sectiocaesarea,total ekstraksimaupun vacum ekstraksimenyebabkan kejadianhiperbilirubinemia padaneonatus.

Page 76: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

4

4

Faktor yang berperandalam kegagalanpraktik pemberian ASIeksklusif.

Afifah2007http://eprints.undip.ac

.id/1034/1/ARTIKEL_ASI.pdf

Dengan purposivesampling. Padapenelitian ini dapatdiperoleh subjekpenelitian sebanyak12.

Studi kualitatif Faktor penghambatpemberian ASI Eksklusifadalahkeyakinan dan praktik yangkelirutentang makanan bayidanmasalah kesehatan ibu danbayi.

Perbedaan waktukeberhasilan inisiasimenyusui dini antarapersalinan normaldengan persalinanCaesar Di Ruang AN-Nisa RSI Sultan AgungSemarang

Arifah IN.2009http://eprints.undip.ac

.id/10501/1/artikel.pdf

.

Besar sampelyang digunakan untukmasing-masingkelompok yaitu 24responden. Tekniksamplingyang digunakan dalampenelitian ini adalahdengan non Random(non Probability)sampling, yaitu denganpuporsive Sampling.

Jenispenelitian iniadalahkuantitatifdenganmetode studiperbandingan(ComparativeStudy)

Hasil penelitian menunjukkanbahwa pada kelompokpersalinan normal, dari 24responden didapatkan 21responden (87,5 %) berhasilmelakukan IMD, dan 3responden(12,5%) tidak berhasilmelakukan IMD. Padakelompok respodenpersalinan caesar, dari24 respinden didapatkanhasil, hanya 1 responden(4,2 %) berhasil melakukanIMD, dan23 responden (95,8%)lainnya tidak berhasilmelakukan IMD. Dari hasil ujibeda dengan

Page 77: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

5

5

Mann Whitney, didapatkankesimpulan adanyaperbedaan yang signifikanwaktukeberhasilan Insiasi MenyusuDini antara persalinan normaldengan persalinan caesar,dengan p value t-testsebesar 0,000.

Penentu KecepatanPengeluaran Air SusuIbu setelahSectio Caesarea

Desmawati.2011

Sampelnya adalah ibu-ibu post SC yangmemenuhi kriteriainklusi.

Desainpenelitian yangdigunakanadalah crosssectional

Sebagian besar ibu-ibu postsectio caesarea (54%)menyusui bayinya denganposisi tidak tepat karenapengaruh nyeri setelahoperasi

Ibu-ibu yang mengeluhnyeri ringan setelah operasisectio caesarea hanya45,55% dan nyeri berat54,44%. Ibu-ibu post sectiocaesarea yang rawat gabungsecara kontinu adalah41,11%, sedangkan yangrawat gabung intermiten58,88%. Para ibu post sectiocaesarea yang dapatmobilisasi aktif masihyaitu tergolong rendah

Page 78: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

6

6

(44,44%) dan lebihseparuhnya hanya mobilisasipasif (55,55%). Ibu-ibu yangdapat dilakukan rollingmassage dalam 12 jampertama post sectioncaesarea hanya 44,44%,sisanya (55,55%) baru dapatdiberikan setelah 12 jamsetelah sectio caesarea.Berdasarkan nilai rata-ratayang secara statistikberbeda bermakna (nilai p =0,000 (< 0,05) posisimenyusui, nyeri setelahsectio caesarea, mobilitas,rawat gabung, rollingmassage ditemukanberpengaruh terhadap waktupengeluaran ASI pertamakali pada ibu post sectiocesarean.Namun, belumdilakukan penilaianpengeluaran ASI pertamakali pada ibu-ibu post sectiocaesarea yang menunjukkanlebih dari 1 aktivitas. Ibu postsectio caesarea yang

Page 79: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

7

7

Pengaruh HipnoterapiTerhadap Penurunan

Nyeri Pada pasienPost Operasi fraktur

femur di Ruang RawatInap Bedah Rumah

Sakit OrtopediSurakarta

Rizki Yulida Astari2010

Sampel diambildengan teknik nonprobability samplingyaitu teknik purposivesampling dandiperoleh 27responden dari 93jumlah populasi yangada.

Jenispenelitiankuantitatifrancanganpenelitianeksperimendengan pretestposttest design

mengalami nyeri ringan,semuanya menyusui denganposisi tepat (41 orang).Hanya 40 orang yang dapatmobilisasi aktif dan dapatdilakukan rolling massagedalam 12 jam pertamasetalah sectio caesareakarena yang satu orangtersebut agak malas. Selainitu, hanya 37 orang yangdapat rooming in kontinukarena ada bayi yang harusdilakukan perawatan intensifseperti di inkubator.

Hasil uji tingkat nyerisebelum dilakukan hipoterapimenunjukkan 23 respondendengan nyeri sedang, 4responden dengan nyerihebat. Setelah diberihipnoterapi, menunjukkan 24responden dengen nyeriringan dan 3 respondendengan nyeri sedang. Hasiluji Wilcoxon Signed RanksTest menunjukkan p-value =

Page 80: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

8

8

PerbandinganKejadian Post PartumBlues Pada Ibu PostPartum DenganPersalinan NormalDan Sectio Caesarea.Riau

Caesarean delivery as

Miyansaski, AndrewUmaya2014

Ortiz AP, Rios NP,

penelitian kuantitatif,dengan menggunakandesain penelitiandeskriptif komparatifdan pendekatan crosssectional.

Cross sectional

purposivesamplingdengan jumlahsampelsebanyak 56orang ibu postpartum yangterdiri dari 28orang ibu postpartum denganpersalinannormal dan 28orang ibu postpartum denganpersalinansectiocaesarea.

0,001, sehingga disimpulkanterdapat pengaruhhipnoterapi terhadappenurunan nyeri pada pasienpost operasi fraktur femur diruang rawat inap bedahRumah Sakit OrthopediSurakarta

Tidak ada perbedaankejadian post partum bluespada ibu post partum denganpersalinan normal dan sectiocaesarea.

Cesarean section was

Page 81: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

9

9

a barrier forbreastfeeding initiation.The Puerto RicanExperience. Journal ofHuman Lactation.

PenurunanIntensitas NyeriAkibat Lika PostSectio CaesareaSetelah DilakukanLatihan TeknikRelaksasiPernapasanMenggunakanAromaterapiLavender RumahSakit Islam

Valencia GR2008;

Pratiwi, Ratna2012.

Cross sectional QuasiEksperimendenganrancanganpenelitian onegroup pre testdan post test.

negatively related tobreastfeeding initiation inmultivariable logisticregression models (oddsratio .64; 95% CI 0.51-0.81) after controlling forconfounding variables.Intervention programsthat aim to promotebreastfeeding and thatprovide special assistance towomen undergoingthis procedure should bedeveloped. J Hum Lact.24(3):293-302.

Intensitas skala nyerisebelum dilakukan intervensiadalah 6,6 dimana nilaitersebut masuk dalamkategori skala nyeri berattertahankan sedangkansesudah dilakukan adalah3,6 dimana nilai tersebutmasuk dalam kategorisedang. Hasil analisis lebihlanjut didapatkn bahwaP=0,000 dengan taraf

Page 82: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

10

10

Bandung. signifikan <0,05, yang berartiada perbedaan yangsignifikan dari intensitas nyerisebelum dan setelahdilakukan latihan teknikrelaksasi pernapasanmenggunakan aromaterapilavender.

Page 83: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey observasional analitik dengan

menggunakan cross sectional study. Dalam penelitian ini, mengamati

kelompok bayi dengan kelahiran persalinan normal dan persalinan

sectio caesarea dengan kejadian ikterus neonatorum.

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang pada bagian perinatologi ( Kamar

Bayi).

Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Juni sampai dengan

12 Juli tahun 2015.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.

(Sugiyono, 2013).

Page 84: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan persalinan

normal maupun dengan persalinan sectio caesarea dengan kejadian

ikterus yang lahir di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo Kabupaten

Sidenreng rappang bulan juni-Juli 2015 sebanyak 104 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Pemilihan sampel suatu penelitian disesuaikan

dengan jenis penelitian dan tujuan penelitian, teknik sampling yang

digunakan pada penelitian ini adalah consecutive sampling yaitu teknik

penentuan sampel berdasarkan waktu dan jumlah sampel terpenuhi.

(Sugiyono,2013).

a. Kriteria inklusi

1). Orang tua bayi mengijinkan bayinya menjadi responden

2). Bayi yang lahir dengan persalinan normal dan persalinan sectio

caesarea.

3) Bayi dengan pemberian ASI.

4) Bayi dengan kejadian ikterus pada hari ketiga.

b. Kriteria ekslusi.

1) Bayi yang lahir dengan komplikasi lainnya: misalnya trauma lahir,

infeksi dalam persalinan misalnya dengan adanya KPD (ketuban

pecah dini) saat persalinan, BBLR (bayi berat lahir rendah) dan

prematuritas.

Page 85: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

2) Bayi yang lahir dengan persalinan tindakan misalnya bayi yang

lahir dengan persalinan vakum dan forcep.

c. Kriteria pengunduran diri (Drop out)

1). Bayi yang tiba-tiba demam karena ada infeksi.

2). Bayi yang sudah pulang dan alamat tidak jelas sehingga tidak

diobservasi

Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus berdasarkan

Finite proportion :

n= N X Z² · P · Q

d² X (N-1) + Z²·P·Q

Keterangan:

N= Lama rencana penelitian x rata-rata jumlah persalinan normal

dan sectio caesarea perbulan.

Z= 1,96 Dengan α 5%

P= Proporsi persalinan normal= 0,5

Q= Proporsi persalinan sectio cessarea= 0,5

d= degree of Reliability = 5% atau 10%

Jadi jumlah sampel sesuai rumus diatas yaitu:

n = N x Z² · P · Q

d² x (N-1) + Z²·P·Q

n = 104 X (1,96)² · 0,5 · 0,5

Page 86: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

4

4

(0,05)² x (104-1) + (1,96)²·0,5·0,5

n = 104 x 3,84 x 0,25

0,0025 x 101+ (1,96)²·0,5·0,5

n= 82,51 dibulatkan keatas maka diperoleh 83

orang. Jadi dalam penelitian ini digunakan subjek

penelitian sebanyak 83 responden.

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengukur variabel penelitian secara spesifik sehingga dihasilkan data

yang diperlukan dalam penelitian. instrumen yang bisa digunakan

adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi. (Sugiyono,

2013).

Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang

digunakan adalah kuesioner, wawancara dan lembar observasi. Cara

pemberian Skornya yaitu:

Jenis Persalinan:

1 = Persalinan normal

2 = Persalinan sectio caesarea.

Poduksi ASI:

1= Lancar, jika ≥3 item dari indikator penilaian.

2= Tidak lancar, jika < 3 item dari indikator penilaian.

Indikator penilaian:

Page 87: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

5

5

5. BAK bayi minmal 6-8 kali sehari

6. BAK: Urine kuning jernih

7. Bayi tenang dan tidak rewel dan tertidur 2-3 jam

8. Penurunan BB tidak lebih 10%

Kejadian Ikterus:

0 = Tidak Ikterus

1 = Ikterus Derajat 1

2 = ikterus Derajat 2

3 = Ikterus Derajat 3

4 = Ikterus Derajat 4

5 = Ikterus Derajat 5

E. Analisis data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari

seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. ( Sugiyono, 2013).

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

bivariat.

Jenis analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan dua

variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu

variabel pengaruh (bebas) dan variabel terpengaruh (tidak bebas).

Pada penelitian ini, dilakukan uji pada variabel persalinan normal dan

produksi ASI dengan kejadian ikterus neonatorum dan persalinan sectio

caesarea dan produksi ASI dengan kejadian ikterus Neonatorum.

Page 88: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

6

6

Analisis bivariat akan dilakukan dengan menggunakan uji chi square

hanya dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

dua variabel. Tujuan dari digunakannya uji chi square adalah untuk menguji

hubungan proporsi atau persentase antara beberapa kelompok data. Derajat

kemaknaan (α) yang digunakan adalah 0,05. Keputusan dari hasil uji statistik

menggunakan p value. Nilai p value diperlukan untuk mengetahui sampai

sejauh mana hubungan yang terjadi (bermakna atau tidak bermakna) antara 2

kategori. Jika p value ≤ α maka Ho ditolak atau ada perbedaan yang bermakna

di antara kedua variabel, sebaliknya jika p value > α maka Ho gagal ditolak

atau tidak ada perbedaan yang bermakna di antara kedua variabel.

Page 89: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

7

7

F. Alur penelitian

Adapun yang menjadi alur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Hipotesis Penelitian :

Ada hubungan kejadian ikterus pada persalinan normal dan persalinan sectiocaesarea

Populasi :

Seluruh bayi baru lahir dengan persalinan normal dan persalinan sectio caesareasejumlah 104 orang

Sampel : Consecutive sampling sejumlah 83 responden

Jumlah.....

Instrumen penelitian :

Mengurus ijinpenelitian

Komisi etikKedokteran

UNHAS

Direktur RSU Nenemallomo Sidrap

Pengumpulan data

V. Independen

Strategi Coping

Pembahasan dan kesimpulan

V. Dependen

Kecemasan

Analisis data

Page 90: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

8

8

G. Pengolahan dan Penyajian Data

Menurut Notoatmodjo (2002), agar analisa penelitian nantinya

menghasilkan informasi yang benar paling tidak ada 4 tahap yang

digunakan peneliti yaitu :

1. Editing, merupakan kegiatan melakukan pengecekan isi

formulir/kuesioner apakah jawaban di kuesioner sudah lengkap

terisi, jawaban dan tulisannya relevan dengan pertanyaan.

2. Koding, merupakan kegiatan mengubah data dari berbentuk huruf

menjadi data yang berbentuk bilangan, sehingga akan

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat

pada saat entry data.

3. Processing, merupakan langkah pemrosesan data agar dapat

dianalisis, yaitu dilakukan dengan cara memasukkan data dari

kuesioner dan lembar observasi ke paket program komputer

dengan SPSS.

4. Clearing, yaitu membersihkan data dan merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dientry di komputer.

Page 91: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

9

9

E. Etika penelitian

Penelitian di lakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip etik.

Tujuan etik penelitian agar penelitian yang dilakuan tidak akan

merugikan atau membahayakan bagi subjek peneliti. Peneliti dalam

penelitian ini menekankan beberapa etika yaitu:

1. Beneficence, peneliti meyakinkan responden bahwa dari penelitian

ini responden bebas dari bahaya, tidak bersifat memaksa,

melainkan sukarela, manfaat yang dirasakan dan tidak risiko.

2. Mall efficence, penelitian ini menjamin bahwa tidak menimbulkan

bahaya pada responden dan responden terlindungi dari setiap

risiko.

3. Respect for human dignity, responden berhak untuk menentukan

dirinya sendiri dan mendapatkan informasi yang lengkap di

antaranya mengenai tujuan, cara peneliti, cara pelaksanaan,

manfaat peneliti dan hal-hal yang berkaitan dengan peneliti.

4. Justice, setiap responden berhak mendapatkan perlakuan yang adil

dan dijaga privasinya.

5. Informed consent, lembar persetujuan yang diberikan kepada

responden. Responden harus memenuhi kriteria yang telah di

tentukan. Lembar informed consent harus dilengkapi dengan judul

peneliti dan bila responden menolak maka peneliti tidak boleh

memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

Page 92: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

10

10

6. Anonymity, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

pernyataan untuk menjaga kerahasiaan responden.

7. Confidentiality, kerahasiaan informasi responden dijamin oleh

peneliti.

Page 93: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

11

11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 juni sampai 12 juli 2015

di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan teks berdasarkan

analisis statistik.

1. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik umur, paritas, BBL, jenispersalinan dan produksi ASI

Karakteristik N %Umur16– 20 tahun21– 25 tahun26– 30 tahun31– 35 tahun36– 40 tahun

1017251615

12,020,530,119,318,1

Jumlah 83 100ParitasPrimigravidaMultigravida

3449

41,059,0

Jumlah 83 100BBL2500–3000 gr3010–3500 gr3510–4000 gr

383510

45,842,212,0

Jumlah 83 100Jenis PersalinanNormalSectio Caesarea

3251

38,561,5

Jumlah 83 100

Produksi ASILancarTidak lancar

3944

4753

Jumlah 83 100

Page 94: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

12

12

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur ibu terbanyak

26-30 tahun yaitu 30,1% dan pada kelompok paritas ibu terbanyak

multigravida yaitu 59% dibandingkan primigravida sebanyak 41%.

sedangkan pada kelompok berat badan lahir bayi terbanyak dengan

berat badan lahir 2500-3000 gram yaitu 45,8%.

Pada jenis persalinan bayi yang lahir terbanyak dengan persalinan

sectio caesarea yaitu 61,5% dan bayi yang lahir dengan persalinan

normal sebanyak 38,5%. Sedangkan sehubungan dengan produksi ASI

lebih banyak dengan produksi ASI tidak lancar sebanyak 53%

dibandingkan dengan produksi ASI lancar yaitu 47%.

2. Perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal

dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene

Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang.

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara

variabel independen dan dependen dengan menggunakan uji Chi

Square (X2). Dengan melihat nilai Pvalue < 0,05.

Page 95: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

13

13

Tabel 4.2. Jenis persalinan dan produksi ASI

Jenis Persalinan

Produksi ASI

∑ %Lancar Tidak Lancar

N % N %

Normal 24 75 8 25 32 100

Sectio Caesarea 15 29,4 36 70,6 51 100

∑ 39 47 44 53 83 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,5% bayi yang dilahirkan

dengan persalinan normal, sebanyak 75% produksi ASI lancar dan

25% produksi ASI tidak lancar. Bayi yang dilahirkan dengan

persalinan sectio caesarea sebanyak 61,5%. Dengan produksi ASI

lancar 29,4% dan 70,6% produksi ASI tidak lancar.

Page 96: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

14

14

Tabel 4.3. Perbedaan kejadian Ikterus pada persalinan normal danpersalinan sectio caesarea

JenisPersalinan

Kejadian Ikterus

∑ %

P=0,000

Tidakikterus

% Ikterusderajat

1

% Ikterusderajat

2

% Ikterusderajat

3

%

Normal 21 65,6 11 34,4 0 0 0 0 32 100

Sectio

Caesarea7 13,7 29 56,9 13 25,5 2 3,9 51 100

∑ 28 33,7 40 48,2 13 15,7 2 2,4 83 100

Uji Chi Square dengan α < 0,05

a. Angka kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,5% yang dilahirkan

dengan persalinan normal. Dengan kejadian ikterus yaitu bayi yang

tidak ikterus sebanyak 65,6% dan 34,4% terjadi ikterus. Kejadian

ikterus pada persalinan normal hanya ditemukan dengan ikterus

derajat 1.

Sedangkan bayi yang lahir dengan persalinan sectio caesarea

sebanyak 61,5%. Dan yang tidak ikterus 13,7% sedangkan yang

ikterus 86,3%. Kejadian ikterus pada persalinan sectio caesarea

ditemukan pada ikterus derajat satu sampai derajat tiga dengan

Page 97: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

15

15

uraian ikterus derajat satu 56,9%, derajat dua sebanyak 25,5% dan

derajat tiga 3,9%.

b. Perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal

dan persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene

Mallomo Kabupaten Sidenreng Rappang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persalinan normal

terdapat 75% dengan produksi ASI lancar dan 25% produksi ASI tidak

lancar. Sehubungan dengan kejadian ikterus, bayi yang tidak ikterus

65,6%, yang terjadi ikterus sebanyak 34,4% yaitu hanya pada ikterus

derajat 1.

Sedangkan 61,5% bayi yang lahir dengan persalinan sectio

caesarea dengan produksi ASI lancar sebanyak 29,4% dan 70,6%

produksi ASI tidak lancar. Sehubungan dengan kejadian ikterus

didapatkan bayi yang tidak ikterus 13,7%, yang terjadi ikterus

sebanyak 86,3% dengan uraian pada ikterus derajat satu sebanyak

56,6%, derajat dua 25,5%, derajat tiga 3,9% dan tidak ada bayi yang

ditemukan dengan ikterus derajat 4 dan derajat 5.

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa

ada hubungan antara jenis persalinan dengan kejadian ikterus. Hal

tersebut ditunjukkan dengan nilai Pvalue 0,000 < α = 0,05 .

Page 98: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

16

16

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden

Berdasarkan karakteristik responden, pada kelompok umur ibu

didapatkan bayi yang tidak mengalami ikterus terbanyak dari ibu umur

26-30 tahun yaitu 52,0%, yang mengalami ikterus derajat satu paling

banyak umur 31-35 tahun sebanyak 66,7%, sedangkan pada derajat

dua terbanyak umur 31-35 tahun yaitu 31,2% dan derajat tiga umur 21-

25 tahun yaitu 5,9%.

Pada kelompok paritas, responden lebih banyak dengan

multigravida. Dengan kejadian ikterus dapat diuraikan bahwa bayi yang

tidak mengalami ikterus terbanyak dari ibu dengan multigravida yaitu

sebanyak 38,8% dan begitu pula pada ikterus derajat satu sebanyak

49,0% sedangkan derajat dua terbanyak pada bayi dari ibu primigravida

23,5% dan derajat tiga juga terbanyak pada bayi dengan ibu

primigravida yaitu 2,9%.

Pada kelompok berat badan lahir bayi paling banyak dengan berat

badan lahir 2500-300 gram yaitu 38 orang (45,2%) dengan uraian

sebagai berikut yang tidak mengalami ikterus terbanyak pada BBL bayi

3010-3500 gram yaitu 40,0%, yang mengalami ikterus derajat satu

paling banyak pada BBL 2500-3000 gram yaitu 57,9%, dan derajat dua

Page 99: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

17

17

terbanyak pada BBL 3010-3500 gram yaitu 17,1% sedangkan derajat

tiga ditemukan pada bayi dengan BBL 3510-4000 gram yaitu 10,0%.

2. Perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal

dan persalinan sectio caesarea di Rumah sakit umum Nene

mallomo Kabupaten Sidenreng rappang.

a. Angka Kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 responden terdapat

38,5% yang dilahirkan dengan persalinan normal, dengan produksi

ASI lancar 75%. Pada persalinan normal proses menyusui dapat

segera dilakukan setelah bayi lahir. Biasanya ASI sudah keluar pada

hari pertama persalinan (Saifudin, 2001). Pada ibu yang melahirkan

normal kapanpun ibu tetap dianjurkan makan dan minum, seperti

jeda antara setelah bayi lahir dengan pengeluaran plasenta pun ibu

tetap diberikan minum. (Desmawati, 2010).

Produksi dan ejeksi ASI lebih cepat pada ibu dengan inisiasi

menyusu dini (IMD). Pada inisiasi menyusu dini terjadi skin to skin

contact antara bayi dan ibu. Semakin sering ibu melakukan kontak

fisik langsung (skin to skin contact) dengan bayi akan membantu

menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Pada tahun

2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan

Page 100: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

18

18

kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang

sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun

sang bayi meng-inginkannya. Semua kondisi tersebut akan

membantu kelancaran produksi dan ejeksi ASI. Keuntungan rawat

gabung diantaranya untuk menggalakkan penggunaan ASI sebagai

kelanjutan inisiasi menyusu dini. (Arifah, 2009). Hasil penelitian

Arifah, 2009 yaitu keberhasilan IMD lebih cepat pada ibu post partum

normal.

Pada persalinan normal terdapat 25% dengan produksi ASI tidak

lancar. Pada beberapa ibu yang dalam masa menyusui terkadang

ASI (air susu ibu)-nya tidak bisa keluar atau pun berproduksi. Dalam

keadaan normal produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah faktor fisik dan psikologis.

Faktor fisik ibu menyusui yang berpengaruh terhadap produksi

ASI dan bisa menjadi sebab ASI tidak keluar adalah: asupan gizi Ibu

dan faktor kesehatan yang kurang diperhatikan. Selain faktor fisik,

faktor psikologis juga turut berperan dalam produksi ASI. Faktor

psikologis yang berperan yaitu rasa nyaman, keyakinan dan pikiran

(Hanifatunnisa,2013).

Pada persalinan normal didapatkan bayi yang tidak ikterus

sebanyak 65,6%, salah satu yang mempengaruhi bayi tidak terjadi

ikterus adalah karena produksi ASI yang lancar.

Page 101: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

19

19

ASI mengandung zat-zat gizi penting diantaranya Karbohidrat.

Karbohidrat utama dari ASI adalah laktosa (gula susu) yang sesuai

dengan kondisi biologis atau sistem pencernaan bayi. Laktosa

berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa mudah diurai

menjadi glukosa dan galaktosa.(Robert,2001).

Menurut Nursalam 2010, cara pengendalian ikterus yang dapat

dilakukan adalah menstimulasi konjugasi bilirubin misalnya dengan

glukosa, menambah zat-zat yang kurang dalam transportasi dan

metabolisme bilirubin.

Penelitian Khairunnisak tahun 2013 menjelaskan bahwa ada

hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus. Pada bayi

baru lahir terjadi perubahan dari sel darah merah atau eritrosit.

hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. heme menjadi zat

besi/fe dan bilirubin indirek kemudian berikatan dengan albumin,

dibantu oleh protein yang juga terkandung pada ASI akan diubah

menjadi bilirubin direk pada proses ini dinamakan proses konjugasi

dan di transfer ke dalam liver/hati, bilirubin berikatan dengan protein

plasma dan dengan bantuan enzim glukoronil transfersa akan

menjadi bilirubin direk yang kemudian akan diekskresi melalui duktus

biliaris ke kandung empedu kemudian ke duodenum. Glukosa yang

juga terkandung pada ASI berperan pada proses ini Bilirubin direk ini

diekskresi melalui urine & faeces. (Carpenito LJ, 2000).

Page 102: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

20

20

Bayi yang lahir dengan persalinan normal juga ditemukan bayi

yang terjadi ikterus 34,4% dan hanya terdapat pada ikterus derajat

satu.

Asupan ASI yang tidak adekuat menyebabkan penurunan kadar

protein dan glukosa darah pada bayi baru lahir tersebut sehingga

proses transportasi, konjugasi bilirubin tidak dapat berlangsung

dengan baik. Selain itu proses ekskresi bilirubin melalui faeces juga

terhambat oleh karena peristaltik/motalitas usus menurun sehingga

terjadi sirkulasi enterohepatik bilirubin yang mengakibatkan bilirubin

indirek makin meningkat dalam darah. (keating,2000).

Pada penelitian Tazami tahun 2013 frekuensi dari pemberian ASI

menjadi masalah dan bukan karena kandungan abnormal dalam ASI.

Pada penelitian Nurjanah tahun 2009, dari 65 responden yang

bersalin dengan proses persalinan normal sebagian besar yaitu

sebanyak 73,8% bayinya tidak mengalami hiperbilirubin, sedangkan

responden yang bersalin dengan proses persalinan tindakan

sebagian besar yaitu sebanyak 55,6% bayinya mengalami

hiperbilirubin. Jadi terdapat hubungan yang signifikan antara faktor

jenis persalinan dengan kejadian hiperbilirubin pada bayi baru lahir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61,5% bayi yang dilahirkan

dengan persalinan sectio caesarea. Bayi yang lahir dengan sectio

caesarea sebanyak 70,6% dengan produksi ASI yang tidak lancar

dan 29,4% produksi ASI lancar. Faktor yang mempengaruhi

Page 103: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

21

21

pengeluaran ASI yang lambat pada ibu post sectio caesarea adalah

anestesi serta masih banyak pandangan pasien yang tidak

memperbolehkan atau mengurangi makan dan minum setelah

operasi.

Pada persalinan sectio caesarea seringkali sulit menyusui

bayinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anestesi

umum. Ibu relatif tidak dapat bayinya di jam pertama setelah bayi

lahir. Kondisi luka operasi di bagian perut membuat proses menyusui

sedikit terhambat (Sinsin, 2004).

Nyeri berat pada ibu post sectio caesarea merupakan faktor

yang memperlambat keluarnya ASI. Semakin tinggi nyeri yang

dialami ibu post partum sectio caesarea, semakin lambat

pengeluaran ASI. Apabila bayi disusui, gerakan menghisap yang

berirama akan merangsang saraf yang terdapat di dalam glandula

pituitiari posterior. Rangsang refleks ini akan mengeluarkan oksitosin

dari pitutiari posterior. Hal ini akan menyebabkan sel-sel mioepitel di

sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong air susu masuk ke

dalam pembuluh darah. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa

sakit, misalnya nyeri jahitan luka operasi pada ibu post sectio

caesarea. (Desmawati, 2010).

Mobilisasi dapat mempercepat waktu pengeluaran ASI pada ibu

sectio caesarea. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran ASI lebih

cepat pada ibu sectio caesarea yang melakukan mobilisasi aktif

Page 104: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

22

22

dibandingkan dengan ibu yang melakukan mobilisasi pasif. Ambulasi

pada hari pertama setelah pembedahan, pada sebagian besar kasus

dengan bantuan perawat, pasien dapat bangun dari tempat tidur

sekurang-kurangnya 2 kali dan akan melancarkan aliran darah serta

aliran let down refleks pada ibu menyusui. (Desmawati, 2010).

Ambulasi dapat ditentukan waktunya sedemikian rupa sehingga

kombinasi dengan preparat analgesik yang baru saja diberikan akan

mengurangi rasa nyeri. Nyeri berkurang akan memfasilitasi pasien

untuk melakukan mobilisasi aktif. Mobilisasi aktif mempercepat

penyembuhan luka operasi ibu sectio caesarea yang melakukan

mobilisasi aktif. (Ancheta RS, 2005). Luka sembuh akan membuat

ibu nyaman menyusui dan ASI menjadi lancar. Pada operasi bagian

perut untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi rasa nyeri,

bantu ibu untuk menyokong daerah pembedahan dengan bantal saat

mobilisasi sehingga meningkatkan kenyamanan menyusui. (Wenner,

2007).

Berdasarkan kejadian ikterus pada persalinan sectio caesarea

lebih banyak bayi yang terjadi ikterus yaitu sebanyak 86,3%

dibandingkan dengan yang tidak ikterus hanya 13,7%.

Hasil penelitian Khairunnisak tahun 2013 menunjukkan bahwa

dari 16 responden yang tidak sering melakukan pemberian ASI

sebanyak 87,5% positif mengalami ikterus. Sedangkan dari 35

responden yang sering melakukan pemberian ASI ternyata mayoritas

Page 105: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

23

23

51,4% negative mengalami ikterus. Hasil analisa statistik

menggunakan uji chi-square menghasilkan nilai p value = 0,020.

Sehingga didapatkan bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau

terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus

pada bayi baru lahir 0-7 hari.

Pada penelitian Tazami tahun 2013 dijelaskan bahwa Ikterus

neonatorum lebih sering terjadi pada neonatus yang dilahirkan

secara SC, tanpa komplikasi perinatal, dengan frekuensi pemberian

ASI < 8 kali/hari.

b. Perbedaan kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal dan

Persalinan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Nene Mallomo

Kabupaten Sidenreng Rappang

Salah satu faktor yang berhubungan dengan ikterus pada

neonatus adalah jenis persalinan. Jenis persalinan dapat

mempengaruhi asupan ASI dari bayi baru lahir dan akibatnya terjadi

ikterus. jika menderita hiperbilirubin pada setiap jenis persalinan,

maka sectio caesarea merupakan presentase terbesar karena sectio

caesarea merupakan jenis persalinan dengan resiko tinggi

dibandingkan dengan jenis persalinan lainnya. (Yesri Mardiah, 2013.)

Terdapat dua jenis ikterus neonatorum terkait ASI; (a) Breast-

feeding-associated jaundice, diketahui disebabkan oleh pemberian

ASI yang tidak adekuat dan buruknya intake cairan yang

menyebabkan starvation dan tertundanya pengeluaran mekonium

Page 106: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

24

24

pada neonatus, hal tersebut akan meningkatkan sirkulasi

enterohepatik. (b) Breast milk jaundice, keadaan dimana terjadi

peningkatan absorbsi bilirubin di dalam usus (sirkulasi enterohepatik)

karena aktivitas enzim β-glukoronidase yang bisa terdapat pada ASI

yang abnormal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 83 responden terdapat

38,5% yang lahir dengan persalinan normal dan 61,5% lahir dengan

persalinan sectio caesarea. Pada persalinan normal didapatkan bayi

dengan produksi ASI lancar lebih banyak dibandingkan produksi ASI

yang tidak lancar. Sedangkan pada persalinan sectio caesarea

terdapat 61,5% bayi yang lahir dan didapatkan bayi dengan produksi

ASI tidak lancar lebih banyak daripada dengan produksi ASI lancar.

Waktu pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea lebih

lambat dibanding dengan ibu post partum normal. Terlambatnya

pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea tersebut disebabkan

oleh berbagai faktor diantaranya adalah posisi menyusui, nyeri

setelah sectio caesarea, mobilisasi, rawat gabung ibu-anak dan

intervensi rolling massage. (Desmawati, 2010).

Penelitian lain melaporkan adanya perbedaan kecepatan

pengeluaran ASI pada ibu post sectio caesarea dengan ibu post

partum normal. ASI ibu post partum normal lebih cepat keluar

dibanding dengan ibu post partum sectio

caesarea.(Desmawati,2010).

Page 107: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

25

25

Ditemukan perbedaan pengeluaran ASI pada ibu post partum

normal dengan ibu post sectio caesarea yang sama-sama di IMD.

Pengeluaran ASI lebih cepat pada ibu post partum normal

dibandingkan ibu post sectio caesarea. (Arifah, 2009). Hal ini

diantaranya disebabkan karena ibu post sectio caesarea mengalami

nyeri luka setelah operasi yang mengganggu kenyamanan ibu dan

pengeluaran endorfin lambat sehingga aliran darah tidak lancar ke

otak. Hipotalamus lambat menerima sinyal yang akan ditransfer ke

hipofisis posterior yang mengeluarkan oksitosin dalam merangsang

refleks aliran ASI. Selain itu, faktor yang mempengaruhi

pengeluaran ASI yang lambat pada ibu post sectio caesarea adalah

anestesi yang tidak memperbolehkan atau mengurangi makan dan

minum setelah operasi. Sedangkan pada ibu yang melahirkan

normal kapanpun ibu tetap dianjurkan makan dan minum, seperti

jeda antara setelah bayi lahir dengan pengeluaran plasenta pun ibu

tetap diberikan minum. (Desmawati, 2010).

Penelitian di komunitas Puerto Rico melaporkan bahwa hanya

36% ibu post sectio caesarea memungkinkan untuk menyusui

bayinya dibandingkan persalinan spontan sehingga perlu untuk

meningkatkan pendidikan kesehatan atau promosi menyusui untuk

ibu-ibu setelah sectio caesarea. (Ortiz, AP, 2008).

ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa,

dan garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu

Page 108: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

26

26

dan merupakan makan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala

kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya sampai

pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cinta

kasih serta perlindungan kepada anaknya. (Bahiyatun, 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada persalinan normal

bayi yang tidak ikterus sebanyak 65,6%, yang terjadi ikterus

sebanyak 34,4% bayi yang hanya terdapat pada ikterus derajat 1,

dan tidak ada bayi dengan ikterus derajat 2,3,4 dan 5. Sedangkan

pada persalinan sectio caesarea bayi yang tidak ikterus sebanyak

13,7% dan yang terjadi ikterus 86,3% dengan uraian sebagai berikut

pada ikterus derajat 1 terdapat 56,6%, ikterus derajat 2 sebanyak

25,5%, ikterus derajat 3 ada 3,9% dan tidak ada ditemukan dengan

ikterus derajat 4 dan derajat 5.

Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan bahwa

ada perbedaan kejadian ikterus pada persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai

Pvalue 0,000 < α = 0,05 .

Ikterus merupakan penyakit yang sangat rentang terjadi pada

bayi baru lahir, terutama dalam 24 jam setelah kelahiran. Dengan

pemberian ASI yang sering, bilirubin yang dapat menyebabkan

terjadinya ikterus akan dikeluarkan melalui urine dan Faeces.

Bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit

kuning. Jumlah bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring

Page 109: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

27

27

diberikannya kolostrum yang dapat mengatasi kekuningan, asalkan

bayi tersebut disusui sesering mungkin dan tidak diberi pengganti

ASI.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang di sampaikan oleh

Sunar (2009) yaitu salah satu manfaat pemberian ASI bagi bayi

adalah menjadikan bayi yang diberi ASI lebih mampu menghadapi

efek penyakit kuning (ikterus). Jumlah bilirubin dalam darah bayi

banyak berkurang seiring diberikannya kolostrum yang dapat

mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut disusui sesering

mungkin dan tidak diberi pengganti ASI. Menurut peneliti, ASI adalah

sumber makanan terbaik bagi bayi selain mengandung komposisi

yang cukup sebagai nutrisi bagi bayi, Pemberian ASI juga dapat

meningkatkan dan mengeratkan jalinan kasih sayang antara ibu

dengan bayi serta meningkatkan kekebalan tubuh bagi bayi itu

sendiri.

Penelitian Sulistijono tahun 2010 menunjukkan persalinan

dengan tindakan (sectio caesarea, total ekstraksi maupun vacum

ekstraksi) menyebabkan kejadian hiperbilirubinemia pada neonatus.

3. Keterbatasan Penelitian

a. Bayi yang dijadikan responden tiba-tiba demam dan ternyata ada

infeksi sehingga tidak diobservasi.

b. Bayi yang mengalami ikterus patologis tidak diobservasi karena

bayi dirawat inkubator dan sulit mengobservasi produksi ASI nya.

Page 110: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

28

28

c. Ibu postpartum normal yang dijadikan responden namun pulang

pada hari kedua dan alamat rumah kurang jelas sehingga tidak

memungkinkan dijadikan responden.

d. Ibu post sectio caesarea setelah dioperasi dimasukkan di ruang

ICU sehingga mengurangi waktu rawat gabung dengan bayinya.

Page 111: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

29

29

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Angka kejadian ikterus neonatorum pada persalinan normal sebanyak

34,4% dan pada persalinan sectio caesarea sebanyak 86,3%.

2. Terdapat perbedaan kejadian Ikterus pada persalinan normal dan

persalinan sectio caesarea.

B. SARAN

1. Rumah sakit sebaiknya mempunyai dokter anastesi untuk

meminimalkan anastesi umum pada pasien operasi.

2. Indikasi medis untuk persalinan sectio caesarea diperhatikan karena

tingginya risiko yang bisa terjadi termasuk ikterus neonatorum.

3. Ibu Post Partum dengan Sectio caesarea harus selalu diberikan

motivasi untuk menyusui bayinya sesering mungkin.

Page 112: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

30

30

DAFTAR PUSTAKA

Afifah DN. 2007. Faktor yang berperan dalam kegagalan praktik

pemberian ASI eksklusif (Studi kualitatif). Semarang: Universitas

Diponegoro. Diakses tanggal 6 Desember 2011.

http://eprints.undip.ac.id/1034/1/ARTIKEL_ASI.pdf.

Arifah IN. Perbedaan waktu keberhasilan inisiasi menyusui dini antara

persalinan normal 2009. Semarang: Universitas Diponegoro; 2009

[cited 2010 Des 15]. Available from: URL:

http://eprints.undip.ac.id/10501/1/artikel.pdf.

Anonim. Diposting tanggal 14 Agustus 2013. Penyebab ASI Tidak Keluar

Setelah Melahirkan.

https://hanifatunnisaa.wordpress.com/2013/08/14/penyebab-asi-

tidak-keluar-setelah-melahirkan-dan-cara-mengatasinya. Diakses

tanggal 13 maret 2015.

Anonim. Dipost Oktober 2012. Laporan Pendahuluan Post Partum

Normal. http://elvirapetrisia.blogspot.com/2012/10/laporan-

pendahuluan-post-partum-normal.html

Astrining, Surasmi. 2003. Perawatan bayi resiko tinggi, Jakarta : Buku

Kedokteran.

Bahiyatun, 2009, Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal, Jakarta:

EGC

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. 4th ed. Jakarta:

EGC.

Page 113: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

31

31

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Cloherty. oleh K Suframanyan. 2004.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41185/4/Chapter%20II.pd

f

Gomella TL, Cunningham MD, Fabien GE, Deborah T, editor. 2009,

Neonatology: Management, procedures, on-call problems,

diseases, and drugs. 6th Ed. United States of America: McGraw-Hill

Companies.

Depkes, 2010. Kesehatan Remaja: Problem dan Solusinya. Jakarta.

Salemba MedikaManuaba, Ida Bagus Gde, 2002 Konsep obstetri &

ginekologi sosial indonesia Jakarta : EGC.

Desmawati. 2010; 22(1): 11-6. Perbedaan waktu pengeluaran ASI Ibu

Post Sectio Caesarea Dengan Post Partum Normal. Jurnal Bina

Widya Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Desmawati, Christie. 2009; 20(4): 149-53.Pengaruh Terapi Hipnotis

Terhadap Penurunan Nyeri Pada Klien Post Operasi. Jurnal Bina

Widya Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi selatan. 2012. profil kesehatan

Sulawesi selatan tahun 2012, dinas kesehatan provinsi Sulawesi

selatan.

Dompas, Robin. 2010. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Page 114: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

32

32

Dumphy D. The breastfeeding surgical patient. AORN journal. 2008; 87(4):

759-64.

Gambaran Faktor Risiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus di Ruang

Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013.

Hacker dan Moore. 2001. Essensial Obstetri dan Ginekologi Edisi Dua.

Jakarta

Hay, WW. Levin MJ Sondheimer JM. 2006. Current Pediatric Diagnosis

and Treament. Edisi kedelapan belas.Mc Graw-Hill

Kosim, S., Yunanto, A., Dewi, R., Sarosa, G., Usman, A. 2012. Buku Ajar

Neonatologi. Edisi Cetakan 3., Jakarta : Ikatan Dokter Anak

Indonesia (IDAI)

Kosim, M. Sholeh, dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak

Indonesia. Jakarta.

Lia, Dewi Vivian Nanny. 2011. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita,

Jakarta: Salemba Medika.

Marmi & Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak

Prasekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Miyansaski, Andrew Umaya. 2014. Perbandingan Kejadian Post Partum

Blues Pada Ibu Post Partum Dengan Persalinan Normal Dan Sectio

Caesarea. Riau : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau

Nurjanah, Nunung Siti. 2013. Asuhan Kebidanan Postpartum. EGC:Bandung.

Page 115: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

33

33

Nur, Muslihatun Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita,

Yogyakarta: Fitramaya.

Ortiz AP, Rios NP, Valencia GR. 2008; 24(3): 293. Caesarean delivery as

a barrier for breastfeeding initiation. The Puerto Rican Experience.

Journal of Human Lactation.

Pratiwi, Ratna. 2012. Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Lika Post Sectio

Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan

Menggunakan Aromaterapi Lavender Rumah Sakit Islam Bandung.

Bandung : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran.

Risa. 2006. Hiperbilirubinemia pada neonates. http//www.pediatrik.com,

diperoleh tanggal 17 oktober 2008

Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik

Indonesia.

Roesli, Utami . 2005. Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Eksklusif . Jakarta:

Pustaka Bunda. Kemenkes RI. 2013. Bantuan Operasional

Kesehatan. Jakarta : Kemenkes RI.

Saifuddin, A.B. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Sastroasmoro, S et al. 2004. Tata laksana ikterus neonatorum. Jakarta:

HTA Indonesia.

Sastroasmoro. 2004. Tata Laksana Ikterus Neonatorum.

http//www.Yanmedik.depkes.net.com

Page 116: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

34

34

Sugiyono, 2013, Metode penelitian deksriptif dan kuantitatif, bandung;

alfabeta

Sunar, Dwi, Prasetyono, (2009). Buku Pintar ASI Ekslkusif, Jogjakarta: DIVAPress.

Suresh GK, Clark RE. Cost-effectiveness of strategies that are intended to

prevent kernicterus in newborn infants. Pediatrics 2004;114:917-24

Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan

Anak. Jakarta Salemba Medika.

Tazami, Reisa Maulidya, dkk. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Jambi http://yesrimardiah.blogspot.com/,Maret

2013.html.

Tazami, Reisa Maulidya. Gambaran Faktor Risiko Ikterus Neonatorum

Pada Neonatus Di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher

Jambi Tahun 2013. Diakses online-

journal.unja.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/981.

Wahab, Samik. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC

Wiknjosastro H. et al. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka. h. 338-384.

http://elvirapetrisia.blogspot.com/2012/10/laporan-pendahuluan-

post-partum-normal.html.

Page 117: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

35

35

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ny./Tn. …………………………..

Umur : ……………………………………

Pekerjaan : ……………………………………

Alamat : ……………………………………

Telah menerima dan mengerti penjelasan bidan tentang penelitian

“KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL

DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA”. Dengan kesadaran serta

kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaan siapapun.

Sidrap , ...............................2015

Yang memberi persetujuan

Page 118: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

36

36

LEMBAR OBSERVASI

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL

DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

Nomor Kasus : ...........................

Medical Record : ...........................

Tanggal/Jam Masuk RS : ...........................

A. Identitas Ibu Post Partum

Nama : …………………………

Umur : …………………………

B. Riwayat Ibu

Paritas : 1 (Primigravida) ≥2 (Multigravida)

Usia Kehamilan : <37 minggu 37-42 minggu

Hb : <7 gr% 7 - 9,9 gr%

10 - 10,9 gr% ≥11 - 12,5gr%

C. Riwayat Persalinan:

Persalinan Normal

Persalinan Sectio Caesarea

Page 119: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

37

37

D. Bayi

BBL : ………………gram

Kelahiran Bayi : Cukup Bulan Kurang Bulan

Page 120: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

Produksi ASI pada hari ketiga bayi

No BB Jenis Persalinan Penurunan

BB < 10%

Urine jernih Frekuensi

Urine: ≥ 6

kali sehari

Bayi

tenang

Produksi ASI

Normal SC

Lancar Tidak

Lancar

Page 121: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

Kejadian Ikterus Menurut Kremer

NO

Luas Daerah IKterus

Derajat

Ikterus

Jenis

Persalinan

Kepala sampai

leher

Kepala, badan

sampai umbilicus

Kepala, badan

sampai paha

Kepala, badan,

paha sampai

lutut

Kepala,

badan,

semua

ekstremitas

sampai

ujung jari

Normal SC

Page 122: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

Page 123: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

STATUS PENELITIAN

KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL

DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA

Nomor Kasus : ...........................

Medical Record : ...........................

Tanggal/Jam : ...........................

A. Identitas penderita (Ibu/Ayah)

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Alamat :

B. Ibu

Paritas : ....................

Usia Kehamilan : ....................minggu

Hb : ....................gr/dl

C. Bayi

BBL : Gram

Kelahiran Bayi :

Produksi ASI :

Derajat Ikterus :

Jenis Persalinan:

Page 124: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

Page 125: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

Page 126: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

4

4

Page 127: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

1

1

MASTER TABEL PENELITIAN

NO UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN PARITASUSIA

KEHAMILAN HB BBLJENIS

PERSALINANPRODUKSI

ASIKEJADIANIKTERUS

1 3 2 5 2 2 4 1 1 1 02 3 1 3 2 2 4 3 2 1 03 4 1 3 2 2 4 1 2 2 14 5 1 1 1 2 4 2 2 2 15 4 1 2 1 2 4 2 2 2 26 2 1 3 1 2 4 2 1 1 07 5 1 3 2 2 4 1 1 1 08 3 1 2 2 2 4 2 1 2 19 3 1 1 1 2 4 1 1 2 1

10 4 1 2 1 2 4 1 2 2 211 4 1 2 2 2 4 3 2 1 112 2 1 2 1 2 4 2 2 2 113 3 2 4 2 2 4 2 2 1 014 4 2 6 2 2 4 2 1 2 115 2 1 2 1 2 4 2 1 1 016 5 1 2 2 2 4 2 2 2 117 5 1 3 2 2 4 2 2 2 118 1 1 3 1 2 4 2 2 2 219 3 1 3 2 2 4 2 1 1 020 4 3 1 2 2 4 2 2 2 121 5 1 2 2 2 4 1 2 1 122 2 2 4 2 2 4 1 1 1 123 4 2 5 2 2 4 1 2 2 124 3 1 3 1 2 4 1 1 1 025 1 1 3 1 2 4 1 2 2 226 2 2 6 1 2 4 1 1 1 027 3 2 6 1 2 4 2 1 1 028 3 3 3 2 2 4 2 1 1 029 3 1 3 2 2 4 2 2 2 130 4 1 3 2 2 4 1 2 2 031 2 1 3 1 2 4 2 2 2 232 3 1 3 2 2 4 2 2 1 133 2 1 3 2 2 4 2 2 1 034 4 1 1 2 2 4 2 2 2 135 1 1 2 1 2 4 3 2 2 236 4 1 1 2 2 4 1 2 2 237 3 1 1 1 2 4 3 2 1 138 5 1 2 2 2 4 1 2 2 2

Page 128: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

2

2

39 2 1 3 1 2 4 1 2 1 140 2 1 3 2 2 4 1 2 1 041 1 1 3 1 2 4 1 2 1 142 4 1 3 1 2 4 1 2 2 243 1 1 2 1 2 4 1 1 2 144 4 2 6 2 2 4 2 1 1 045 4 1 3 2 2 4 2 2 2 246 3 1 2 2 2 4 3 2 2 147 3 2 4 1 2 4 2 1 1 048 5 1 3 2 2 4 1 1 1 049 1 1 3 2 2 4 2 2 2 150 2 1 4 2 2 4 1 2 2 151 2 1 3 1 2 4 1 1 1 052 3 1 4 1 2 4 2 1 1 053 1 1 3 1 2 4 1 1 1 054 5 1 2 2 2 4 1 2 2 155 2 1 1 1 2 4 3 2 2 256 2 1 2 2 2 4 2 2 2 257 1 1 3 1 2 4 3 2 1 158 3 1 3 2 2 4 3 1 1 059 4 3 6 2 2 4 1 2 2 160 5 1 2 2 2 4 2 1 1 061 1 4 3 1 2 4 1 2 2 162 5 2 4 2 2 4 1 1 2 163 3 1 1 2 2 4 1 2 1 164 3 2 6 1 2 4 1 2 2 165 5 1 1 2 2 4 1 2 2 166 3 1 6 2 2 4 3 2 1 067 3 3 3 1 2 4 1 1 2 168 5 1 2 2 2 4 2 2 2 169 5 1 3 1 2 4 1 2 2 170 2 2 6 1 2 4 1 2 2 171 4 1 3 2 2 4 2 1 1 072 1 3 3 2 2 4 2 2 2 273 4 1 3 2 2 4 1 1 1 074 5 2 6 2 2 4 2 1 1 075 3 2 4 2 2 4 1 1 1 176 5 1 3 2 2 4 2 1 2 177 3 1 6 1 2 4 1 1 1 178 2 1 1 1 2 4 1 2 1 179 3 4 6 2 2 4 1 2 1 0

Page 129: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

3

3

80 3 2 6 2 2 4 2 1 1 081 2 1 3 1 2 4 3 2 2 382 2 1 3 1 2 4 2 1 2 183 3 2 6 2 2 4 2 2 2 3

NO UMUR PEKERJAAN PENDIDIKAN PARITASUSIA

KEHAMILAN HB BBLJENIS

PERSALINANPRODUKSI

ASI STATUS IKTERUS

1= 16-20tahun 1=IRT 1=SD 1=PRIMIGPD 1=<37 MG 1=<7gr

1= 2500-3000gram 1=NORMAL 1=LANCAR 0 = tidak IKTERUS

2=21-25 2=PNS 2=SMP 2=MLTGRD 2=37-42 MG

2=7-9.9 gr

2=3010-3500 2=SECTIO

2=TIDAKLANCAR

1= Ikterus Derajat1

3=26-30tahun 3=Honorer 3=SMA

3=10-10.9gr 3=3510-4000 gram

2= Ikterus Derajat2

4=31-35tahun 4=Wiraswasta 4=DIII 4=>11-12.5gr

3= Ikterus Derajat3

5= 36-40 tahun 5=DIV4= Ikterus Derajat4

6=S15= Ikterus Derajat5

7=S2

Page 130: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

4

4

mur * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus

Totaltidak ikterus Ikterus Derajat 1 Ikterus Derajat 2 Ikterus Derajat 3

Umur 16-20 Count 1 5 4 0 10

% within Umur 10.0% 50.0% 40.0% .0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 3.6% 12.5% 30.8% .0% 12.0%

% of Total 1.2% 6.0% 4.8% .0% 12.0%

21-25 Count 6 7 3 1 17

% within Umur 35.3% 41.2% 17.6% 5.9% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 21.4% 17.5% 23.1% 50.0% 20.5%

% of Total 7.2% 8.4% 3.6% 1.2% 20.5%

26-30 Count 13 11 0 1 25

% within Umur 52.0% 44.0% .0% 4.0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 46.4% 27.5% .0% 50.0% 30.1%

% of Total 15.7% 13.3% .0% 1.2% 30.1%

31-35 Count 4 7 5 0 16

% within Umur 25.0% 43.8% 31.2% .0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 14.3% 17.5% 38.5% .0% 19.3%

% of Total 4.8% 8.4% 6.0% .0% 19.3%

Page 131: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

5

5

36-40 Count 4 10 1 0 15

% within Umur 26.7% 66.7% 6.7% .0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 14.3% 25.0% 7.7% .0% 18.1%

% of Total 4.8% 12.0% 1.2% .0% 18.1%

Total Count 28 40 13 2 83

% within Umur 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

CROSSTABS

/TABLES=Paritas BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Page 132: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

6

6

Notes

Output Created 14-Jul-2015 21:32:44

Comments

Input Data D:\SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Paritas BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.009

Dimensions Requested 2

Page 133: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

7

7

Notes

Output Created 14-Jul-2015 21:32:44

Comments

Input Data D:\SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Paritas BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.009

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Page 134: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

8

8

[DataSet1] D:\SPSS.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Paritas * Kejadian Ikterus 83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Paritas * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus

Totaltidak ikterus Ikterus Derajat 1 Ikterus Derajat 2 Ikterus Derajat 3

Paritas Primigravida Count 9 16 8 1 34

% within Paritas 26.5% 47.1% 23.5% 2.9% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 32.1% 40.0% 61.5% 50.0% 41.0%

% of Total 10.8% 19.3% 9.6% 1.2% 41.0%

Multigravida Count 19 24 5 1 49

% within Paritas 38.8% 49.0% 10.2% 2.0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 67.9% 60.0% 38.5% 50.0% 59.0%

Page 135: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

9

9

% of Total 22.9% 28.9% 6.0% 1.2% 59.0%

Total Count 28 40 13 2 83

% within Paritas 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

CROSSTABS

/TABLES=BBL BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

Notes

Output Created 14-Jul-2015 21:33:37

Comments

Input Data D:\SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Page 136: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

10

10

[DataSet1] D:\SPSS.sav

Case Processing Summary

Cases

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=BBL BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.000

Elapsed Time 00:00:00.007

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

Page 137: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

11

11

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Berat Badan Lahir * Kejadian

Ikterus83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Berat Badan Lahir * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus

Totaltidak ikterus Ikterus Derajat 1 Ikterus Derajat 2 Ikterus Derajat 3

Berat Badan Lahir 2500-3000 gram Count 11 22 5 0 38

% within Berat Badan Lahir 28.9% 57.9% 13.2% .0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 39.3% 55.0% 38.5% .0% 45.8%

% of Total 13.3% 26.5% 6.0% .0% 45.8%

3010-3500 gram Count 14 14 6 1 35

% within Berat Badan Lahir 40.0% 40.0% 17.1% 2.9% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 50.0% 35.0% 46.2% 50.0% 42.2%

% of Total 16.9% 16.9% 7.2% 1.2% 42.2%

3510-4000 gram Count 3 4 2 1 10

% within Berat Badan Lahir 30.0% 40.0% 20.0% 10.0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 10.7% 10.0% 15.4% 50.0% 12.0%

% of Total 3.6% 4.8% 2.4% 1.2% 12.0%

Page 138: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

12

12

Total Count 28 40 13 2 83

% within Berat Badan Lahir 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

CROSSTABS

/TABLES=Jenispersalinan BY ProduksiASI

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ PHI CORR

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL

/BARCHART.

Crosstabs

Notes

Output Created 14-Jul-2015 20:49:14

Comments

Input Data D:\SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Page 139: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

13

13

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Jenispersalinan BY ProduksiASI

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ PHI CORR

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL

/BARCHART.

Resources Processor Time 00:00:00.374

Elapsed Time 00:00:00.297

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] D:\SPSS.sav

Case Processing Summary

Cases

Page 140: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

14

14

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Persalinan * Produksi ASI 83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Jenis Persalinan * Produksi ASI Crosstabulation

Produksi ASI

TotalLancar Tidak Lancar

Jenis Persalinan Normal Count 24 8 32

% within Jenis Persalinan 75.0% 25.0% 100.0%

% within Produksi ASI 61.5% 18.2% 38.6%

% of Total 28.9% 9.6% 38.6%

Sectio Caessarea Count 15 36 51

% within Jenis Persalinan 29.4% 70.6% 100.0%

% within Produksi ASI 38.5% 81.8% 61.4%

% of Total 18.1% 43.4% 61.4%

Total Count 39 44 83

% within Jenis Persalinan 47.0% 53.0% 100.0%

% within Produksi ASI 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 47.0% 53.0% 100.0%

Page 141: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

15

15

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 16.405a 1 .000

Continuity Correctionb 14.626 1 .000

Likelihood Ratio 16.980 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 16.208 1 .000

N of Valid Casesb 83

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.04.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .445 .000

Cramer's V .445 .000

Interval by Interval Pearson's R .445 .098 4.467 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .445 .098 4.467 .000c

N of Valid Cases 83

a. Not assuming the null hypothesis.

Page 142: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

16

16

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .445 .000

Cramer's V .445 .000

Interval by Interval Pearson's R .445 .098 4.467 .000c

Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .445 .098 4.467 .000c

N of Valid Cases 83

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Page 143: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

17

17

CROSSTABS

/TABLES=Jenispersalinan BY KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ PHI CORR

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL

/BARCHART.

Page 144: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

18

18

Crosstabs

Notes

Output Created 14-Jul-2015 21:34:21

Comments

Input Data D:\SPSS.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 83

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as

missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the

cases with valid data in the specified

range(s) for all variables in each table.

Page 145: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

19

19

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Jenispersalinan BY

KejadianIkterus

/FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ PHI CORR

/CELLS=COUNT ROW COLUMN TOTAL

/COUNT ROUND CELL

/BARCHART.

Resources Processor Time 00:00:00.437

Elapsed Time 00:00:00.305

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762

[DataSet1] D:\SPSS.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis Persalinan * Kejadian

Ikterus83 100.0% 0 .0% 83 100.0%

Page 146: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

20

20

Jenis Persalinan * Kejadian Ikterus Crosstabulation

Kejadian Ikterus

Totaltidak ikterus Ikterus Derajat 1 Ikterus Derajat 2 Ikterus Derajat 3

Jenis Persalinan Normal Count 21 11 0 0 32

% within Jenis Persalinan 65.6% 34.4% .0% .0% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 75.0% 27.5% .0% .0% 38.6%

% of Total 25.3% 13.3% .0% .0% 38.6%

Sectio Caessarea Count 7 29 13 2 51

% within Jenis Persalinan 13.7% 56.9% 25.5% 3.9% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 25.0% 72.5% 100.0% 100.0% 61.4%

% of Total 8.4% 34.9% 15.7% 2.4% 61.4%

Total Count 28 40 13 2 83

% within Jenis Persalinan 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

% within Kejadian Ikterus 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.7% 48.2% 15.7% 2.4% 100.0%

Page 147: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

21

21

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 27.175a 3 .000

Likelihood Ratio 32.130 3 .000

Linear-by-Linear Association 24.637 1 .000

N of Valid Cases 83

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected

count is .77.

Page 148: KEJADIAN IKTERUS NEONATORUM PADA PERSALINAN NORMAL DAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG TAHUN 2015

22

22