analisis dayasaing dan rumusan strategi … · kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan...

78
ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA SARI NALURITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: ngodang

Post on 03-Mar-2019

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

SARI NALURITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and
Page 3: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Dayasaing dan

Rumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Sari Nalurita

NIM H451100171

Page 4: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

RINGKASAN

SARI NALURITA. Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan

Agribisnis Kopi Indonesia. Dibimbing oleh RATNA WINANDI dan SITI

JAHROH.

Indonesia merupakan eksportir keempat dunia untuk komoditi kopi, dengan

peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil menempati

posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar 24.30 persen, diikuti dengan

Vietnam sebesar 17.94 persen dan Colombia sebesar 10.65 persen (ICO, 2012).

Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di

dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas

primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna

memperoleh nilai tambah dan meningkatkan dayasaing yang akan meningkatkan

konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan

kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi

olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar.

Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang,

maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan

pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia. Berdasarkan uraian

tersebut maka tujuan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis dayasaing agribisnis

kopi di Indonesia secara komparatif dan kompetitif (2) Menganalisis dan

merumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder,

data primer diambil dengan metode wawancara. Data sekunder berupa data time

series tahun 2008 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan untuk

menganalisis dayasaing komparatif dengan RCA dan analisis dayasaing

kompetitif dengan Berlian Porter.

Analisis dayasaing kopi secara komparatif dari tahun 2008-2013

menggunakan RCA menghasilkan RCA rata-rata setiap tahunnya sebesar 5.56, hal

ini menunjukkan bahwa kopi Indonesia berdayasaing eskpor dibandingkan dengan

komoditi ekspor Indonesia lainnya. Analisis dayasaing secara kompetitif

menggunakan Berlian Porter dengan enam komponen yaitu komponen faktor

produksi (SDA, IPTEK, SDM), komponen permintaan, industri terkait dan

pendukung, struktur, persaingan dan strategi serta peran pemerintah dan peran

kesempatan, sebagian besar mendukung dayasaing kopi Indonesia. Hal ini dapat

dilihat dari kekuatan dan peluang yang terdapat dalam analisis SWOT yang

diturunkan dari analisis dayasaing secara kompetitif menggunakan Berlian Porter.

Hasil analisis dan rumusan strategi SWOT adalah menghasilkan strategi

terpilih S-O yaitu meningkatkan ekspor kopi Robusta olahan (produk

diverensiasi) dan produksi kopi spesial. Strategi yang dapat dilakukan adalah

dengan promosi dan pameran, diversifikasi produk dan pemanfaatan kafe-kafe

kopi siap minum.

Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA

Page 5: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

SUMMARY

SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and Agribusiness Development

Strategy of Indonesian Coffee. Supervised by RATNA WINANDI and SITI

JAHROH.

Indonesia is the world's fourth exporter of coffee, with the role of an

average of 4.76 percent of total world exports. Brazil took first place with an

average role of 24.30 percent, followed by Vietnam at 17.94 percent and 10.65

percent of Colombia (ICO, 2012)

In addition to be used as an export commodity, coffee is also grown in the

country. Domestic coffee industry not only rely on primary commodities alone (in

the form of coffee beans) but rather in the form of value-added processed in order

to obtain and increase the competitiveness that will boost domestic consumption.

Broadly speaking Indonesian coffee industry are classified into three business

scale, the small class, middle class and large class of processed coffee industry.

In order to promote the sustainability of national coffee in the future, it is

necessary to research and development activities that may result in the

achievement of Indonesian coffee agribusiness development strategy. Therefore

the objectives of this research are: (1) To analyze the competitiveness of

Indonesian coffee comparative and competitivety (2) To analyze and formulate

the appropriate strategies to improve the competitiveness.

From 2008 to 2013 RCA value of Indonesia was 5.56 on average annually,

indicate that Indonesia coffee exports is more competitive compared to other

Indonesian export commodities. Competitive analysis of Porter's Diamond with

six components, namely the component factors of production (natural resources,

science and technology, human resources), component demand, related and

supporting industries, structure, competition and strategy as well as the role of

government and the role of chance, mostly support the competitiveness of

Indonesian coffee. It can be seen from the strengths and opportunities in the

SWOT analysis which are derived from the analysis of Porter's Diamond.

The results of SWOT analysis and strategy formulation is S-O strategy

that produces strategy to increase exports of processed Robusta coffee (divers

products) and production of specialty coffee. The strategy is to do with the

promotion and exhibition, divers product and utilization of cafes that serve ready

to drink coffee.

Keywords: competitive advantage, comparative advantage, Porter’s Diamond ,

RCA

Page 6: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan

IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

i

ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Magister Sains Agribisnis

SARI NALURITA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Suharno, M.ADev

Page 9: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

iii

Judul Tesis : Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi Pengembangan

Agribisnis Kopi Indonesia

Nama : Sari Nalurita

NIM : H451100171

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr Ir Ratna Winandi, MS

Ketua

Siti Jahroh, Ph.D

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Magister Sains Agribisnis

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 27 Agustus 2014 Tanggal Lulus:

Page 10: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

iv

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah

dayasaing, dengan judul Analisis Dayasaing dan Rumusan Strategi

Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ratna Winandi, MS dan Siti

Jahroh, Ph.D selaku pembimbing, serta Dr Ir Suharno, M.ADev dan Dr. Amzul

Rifin, SP, MA yang telah bersedia sebagai penguji dan banyak memberi saran

guna memperkaya penulisan tesis ini. Di samping itu saya ucapkan terimakasih

kepada Sayuti, MSi selaku peneliti di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian Bogor dan Balai Besar Industri Agro yang telah bersedia membantu

penulis dalam memperoleh informasi keragaan kopi Indonesia. Ungkapan terima

kasih juga disampaikan kepada orang tua saya Dra Sair, serta seluruh keluarga,

atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Sari Nalurita

Page 11: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN iii

1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

Latar Belakang ............................................................................................... 1

Perumusan Masalah ....................................................................................... 2

Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3

Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4

Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 4

2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 4

Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian ............... 4

Daya Saing Kopi ............................................................................................ 7

3 KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 8

Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................................... 8

Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 14

4 METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 16

Jenis dan Sumber Data................................................................................. 16

Metode Analisis ........................................................................................... 17

5 AGRIBISNIS KOPI INDONESIA .................................................................... 21

Perdagangan Kopi Dunia ............................................................................. 21

Agribisnis Kopi Indonesia ........................................................................... 27

6 DAYASAING AGRIBISNIS KOPI INDONESIA ........................................... 34

Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia di Pasar Internasional ... 34

Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia dengan Komponen Sistem

Berlian Poter ................................................................................................ 36

7 STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA ............. 46

Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman ........... 47

Matriks Faktor Strategi Eksternal (External Factor Analysis Strategy) dan

Faktor Strategi Internal (Internal Factor Analysis Strategy) ....................... 49

Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT ................................................ 50

Page 12: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

vi

8 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 55

Kesimpulan .................................................................................................. 55

Saran ............................................................................................................. 55

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 56

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................

DAFTAR TABEL

1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan ....................................................... 17

2. Jumlah Produksi Negara-negara Produsen Utama Kopi Dunia Tahun 2008-

2013 (000 Ton) ............................................................................................... 22

3. Luas Areal Perkebunan Kopi Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Lahan

Tahun 2008-2014 (Ha) ................................................................................... 28

4. Produksi Kopi Indonesia Tahun 2008-2014 (Ton) ......................................... 29

5. Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi Indonesia

pada Dunia Tahun 2008-2013 ........................................................................ 35

6. Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2008-2013 ....... 35

7. Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun 2008-

2014 ................................................................................................................ 37

8. Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2014 ................................... 41

9. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan Ekpor

Tahun 2008-2012 ........................................................................................... 42

10. Pangsa pasar (market share) Lima Merek Kopi Tahun 2009-2011 ............... 44

11. Analisis Concentration Ratio (CR4) ............................................................... 45

12. Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman ............. 48

13. Matriks EFAS dan IFAS ................................................................................ 49

14. Matriks SWOT Agribisnis Kopi Indonesia .................................................... 51

15. Program Dayasaing dan Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia ............. 54

DAFTAR GAMBAR

1. Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis ....................................................... 9

2. Porter’s Diamond ........................................................................................... 11

Page 13: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

vii

3. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................... 16

4. Kurva Perkembangan Produksi Lima Negara Produsen Kopi Utama Dunia

Tahun 2008-2013 ............................................................................................ 22

5. Perkembangan Produksi Kopi Dunia Tahun 2008-2013 ................................ 23

6. Perkembangan Konsumsi Kopi Dunia Tahun 2009-2013 .............................. 24

7. Perkembangan Ekspor Kopi Dunia Tahun 2009-2012 ................................... 25

8. Perkembagan Empat Negara Pengeskpor Kopi Terbesar Dunia Tahun 2008-

2012 ................................................................................................................. 25

9. Perkembangan Import Kopi Dunia Tahun 2009-2012 .................................... 26

10. Pohon Industri Kopi Indonesia........................................................................ 30

11. Bagan Saluran Pemasaran Kopi Indonesia ..................................................... 33

12. Perkembangan Luas Perkebunan Kopi TAhun 2008-2014 ............................. 38

13. Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Jenis, Tahun 2008-2014

......................................................................................................................... 42

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai Ekspor dan Pangsa Pasar Empat Negara Utama Pengekspor Kopi Dunia

Tahun 2008-2013 ............................................................................................. 58

2. Hasil Analisis Concentration Ratio (CR4) ....................................................... 59

3. Tabel Jumlah Perusahaan Kopi Olahan yang Tersebar di Seluruh Provinsi

Indonesia Tahun 2009 ..................................................................................... 60

4. Daftar Perusahaan Eksportir Kopi Indonesia Tahun 2011 ............................... 61

Page 14: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and
Page 15: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agribisnis merupakan salah satu subsektor yang memberikan kontribusi

besar dalam pencapaian surplus perdagangan Indonesia dari sektor pertanian.

Sektor ini merupakan sektor yang sangat luas. Terdapat beberapa subsektor yang

meliputi sektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan, perikanan,

hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan. Berdasarkan subsektor

perkebunan terdapat komoditi-komoditi yang memiliki peranan penting dalam

perkembangan agribisnis di Indonesia. Kopi merupakan salah satu komoditas

perkebunan unggulan Indonesia, khususnya untuk ekspor. Komoditas ini memiliki

peranan penting khususnya sebagai sumber devisa, penyedia lapangan kerja, dan

sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku ekonomi lainnya yang

berhubungan dengan kopi. Sebagai penyedia lapangan kerja, perkebunan kopi

mampu menyediakan lapangan kerja bagi dua juta petani kopi di Indonesia atau

sekitar 1.7 persen dari total angkatan kerja pada tahun 2011. Mayoritas petani

kopi tersebut menggantungkan hidupnya pada kopi sebagai sumber pendapatan

utama (Ditjenbun 2012).

Indonesia merupakan eksportir ke empat dunia untuk komoditi kopi,

dengan peran rata-rata sebesar 4.76 persen terhadap total ekpor dunia. Brazil

menempati posisi pertama dengan peran rata-rata sebesar 24.30 persen, diikuti

dengan Vietnam sebesar 17.94 persen dan Colombia sebesar 10.65 persen (ICO,

2012). Terdapat lebih dari 50 negara tujuan ekspor kopi Indonesia. Negara tujuan

ekspor kopi Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dengan peran pasar

rata-rata sebesar 19.35 persen dari total ekspor kopi Indonesia. Diikuti oleh

Jepang, Jerman dan Italia, masing-masing dengan peran pasar rata-rata sebesar

14.96 , 15.88 , dan 6.71 persen (Departemen Perdagangan, 2010).

Tingkat konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia tergolong sangat

rendah dibandingkan dengan negara-negara pengimpor seperti masyarakat Eropa

yang rata-rata mengkonsumsi kopi diatas lima kg/kapita/tahun dan Amerika

Serikat di atas empat kg/kapita/tahun, sedangkan konsumsi kopi masyarakat

Indonesia hanya sebesar 0.45 kg/kapita/tahun (International Coffee Organization,

2011).

Selain dijadikan sebagai komoditas ekspor, kopi juga berkembang di

dalam negeri. Industri kopi domestik tidak hanya bertumpu pada komoditas

primer semata (dalam bentuk biji kopi) melainkan dalam bentuk olahan guna

memperoleh nilai tambah dan meningkatkan daya saing yang akan meningkatkan

konsumsi domestik. Secara garis besar industri kopi Indonesia digolongkan

kedalam tiga skala usaha, yaitu industri kopi olahan kelas kecil, industri kopi

olahan kelas menengah dan industri kopi olahan kelas besar.

Pada awalnya industri pengolahan kopi hanya memproduksi kopi bentuk

bubuk biasa. Akan tetapi,seiring perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup

masyarakat, terutama masyarakat perkotaan, yang cenderung konsumtif dan

menyenangi produk instan, mengakibatkan produsen kopi mulai melakukan

inovasi dengan memproduksi kopi bubuk dalam bentuk instan. Dengan demikian

produk olahan kopi yang beredar dipasaran saat ini, antara lain; (1) kopi bubuk,

Page 16: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

2

yaitu `kopi yang biasa diperdagangkan dan dijual dalam bentuk bubuk dengan

berbagai merek, (2) Kopi bubuk instan merupakan campuran kopi dan gula saja

dan (3) campuran antara kopi, gula, dan susu dengan berbagai merek, (4)

Coffeemix merupakan campuran kopi, gula, dan krimer yang dikemas dengan

berbagai merek dan (5) Kopi Cappucino merupakan campuran kopi, krim, dan

susu yang dalam penyajiannya biasa ditambahkan whipped cream yang ditaburi

dengan bubuk kayu manis.

Industri pengolahan kopi di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1928

dengan didirikannya pabrik kopi bubuk pertama di Sidoarjo, Jawa Timur.

Banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri kopi olahan dikarenakan

kemudahan keluar masuk pasar yang rendah membuat kondisi persaingan semakin

ketat terutama antara produsen skala besar (market leader) dengan produsen skala

kecil (market follower).

Lebih dari 106 juta bag kopi (1 bag = 60 Kg) dikonsumsi masyarakat

Indonesia setiap tahunnya (Wahyudian, 2002). Banyak perusahaan kopi olahan di

Indonesia memproduksi jenis kopi instan. Perusahaan yang memproduksi kopi

instan yang mereknya cukup terkenal dikalangan masyarakat Indonesia

diantaranya diproduksi oleh PT Nestle Beverage Indonesia dengan merek

Nescafe, PT. Sari Incofood dengan merek dagang Indocafe, PT. Mayora Indah,

Tbk dengan merek Torabika dan PT. Santos Jaya Abadi dengan beberapa merek

seperti ABC, Kapal Api, dan Good Day. Pangsa pasar kopi instan dikuasai oleh

Kapal Api yang diproduksi PT. Santos Jaya Abadi sebesar 35.7 persen pada tahun

2011 (Yuyanti, 2012). Pada era globalisasi perdagangan dewasa ini, kondisi persaingan semakin

ketat dimana masing-masing negara saling membuka pasarnya. Pengembangan

produk diversifikasi kopi olahan, seperti roasted coffee, instant coffee, coffee mix,

decaffeinated coffee, soluble coffee, kopi bir (coffee beer), ice coffee mempunyai

arti penting, karena dapat menjadi komoditas unggulan yang mempunyai daya

saing tinggi di pasar internasional. Indonesia sebagai negara tropis disamping

berpeluang untuk pengembangan produk diversifikasi kopi olahan tersebut diatas,

juga berpotensi untuk pengembangan produk industri pengolahan kopi specialties

dengan rasa khas seperti; Lintong Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee,

Kintamani Coffee, Toradja Coffee. Berdasarkan latar belakang perlunya

mengetahui bagaimana dayasaing agribisnis kopi Indonesia kemudian

merumuskan strategi-strategi untuk mengembangkan agribisnis kopi Indonesia.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang di hadapi agribisnis kopi Indonesia cukup kompleks,

mulai dari hulu (on farm) hingga ke hilir. Di sisi on farm, tingkat produktivitas

kopi Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara produsen utama kopi

dunia lainnya seperti Brazil (1,000 kg/ha/tahun), Columbia (1,220 kg/ha/tahun),

Vietnam (1,540/kh/ha/tahun). Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru

mencapai 700 kg biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 Kg biji kopi/ha/Tahun

untuk Arabika (Kemenperin, 2013). Rendahnya produktivitas kopi Indonesia

disebabkan karena 95 persen kopi Indonesia merupakan perkebunan rakyat yang

Page 17: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

3

umumnya belum menggunakan bibit kopi unggul, teknik budidaya yang masih

sederhana serta lambat melakukan peremajaan tanaman, minimnya sarana dan

prasarana pendukung mengakibatkan rendahnya mutu kopi Indonesia.

Kualitas kopi menurut standar yang dikeluarkan Asosiasi Eksportir Kopi

Indonesia tahun 1990 ditentukan oleh faktor umum dan khusus. Faktor-faktor

umum antara lain adalah kadar air, kadar kotoran, bebas dari biji busuk, ukuran

biji kopi. Faktor-faktor khusus yang menentukan kualitas biji kopi adalah nilai

cacatnya. Dari sistem nilai cacat maka dikategorikan kedalam enam tingkatan

mutu. Tingkat satu adalah kopi dengan mutu paling tinggi dan enam adalah mutu

kopi paling rendah. Indonesia terkategori mengeskpor kopi dengan mutu lima dan

enam yaitu kopi yang kualitasnya paling rendah.

Di bagian hilir dalam hal produksi, industri hilir skala kecil memiliki

keterbatasan sarana dan prasarana produksi (mesin pengolahan dan pengemasan),

teknologi yang tinggi baru dimiliki oleh industri skala menengah dan besar, selain

itu industri skala kecil kurang berinovasi dalam menciptakan diversifikasi produk

yang saat ini jenis kopi olahan sudah sangat beragam dikalangan masyarakat.

Total produsen kopi di Indonesia mencapai 205 perusahaan, namun sebagian

besar adalah perusahaan dengan usaha skala kecil yang hanya menguasai pangsa

pasar sebesar delapan persen saja (Bina UKM 2009), tabel jumlah produsen kopi

dapat dilihat pada Lampiran 1. Di pasar internasional, Indonesia hanya mampu

menyumbang 27.7 persen kopi jenis Arabika dari total produksi kopi domestik.

Jenis Robusta lebih mudah dibudidayakan dikarenakan lebih tahan terhadap

penyakit, sementara itu jenis hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal di

dataran tinggi kisaran 2 000 kaki atau sekitar 1 000 meter diatas permukaan laut,

sementara dataran tinggi Indonesia umumnya adalah lahan kehutanan yang tidak

bisa dialih fungsikan menjadi lahan perkebunan. Maraknya sertifikasi bahan baku

oleh eksportir asing menjadi masalah tersendiri yang memberatkan bagi petani.

Hal ini dikarenakan oleh negara-negara yang menjadi pasar utama kopi dunia

menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti food

safety.

Guna mendorong keberlanjutan perkopian nasional dimasa mendatang,

maka diperlukan kegiatan penelitian dan pengembangan yang dapat menghasilkan

pencapaian strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut

:

1. Bagaimana dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan

kompetitif?

2. Bagaimana analisis dan rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan

dayasaing tersebut?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Menganalisis dayasaing agribisnis kopi di Indonesia secara komparatif dan

kompetitif.

2. Menganalisis dan merumuskan strategi yang tepat untuk meningkatkan

dayasaing tersebut?

Page 18: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang

berguna bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Para pengambil kebijakan khususnya pemerintah dan pelaku industri kopi

sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengambilan

keputusan mengenai agribisnis kopi di Indonesia.

2. Bagi penulis :

a. Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu pertanian yang terkait dengan

permasalahan sekitar agribisnis kopi di Indonesia.

b. Sebagai praktek pengalaman di dalam upaya menguji dan

membandingkan teori-teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan

fakta-fakta (riil) di lapangan.

3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi :

a. Sebagai bahan bacaan dan rujukan pustaka bagi penelitian sejenis dan

penelitian lanjutan.

b. Sebagai data dasar (bahan masukan data) untuk penelitian lebih lanjut

dalam bidangnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ruang Lingkup Penelitian

Komoditi kopi yang dianalisis dalam penelitian ini tidak membedakan

jenis kopi, baik arabika maupun robusta. Kopi yang di analisis adalah biji kopi

yang belum disangrai dan belum dihilangkan kafeinnya dengan kode internasional

090111. Analisis dayasaing di pasar internasional menggunakan analisis

keunggulan komparatif yang dilihat dari total ekspor masing-masing negara,

sedangkan analisis dayasaing kopi dalam negeri menggunakan analisis

keunggulan kompetitif. Negara yang dianalisis hanya empat negara produsen dan

eksportir kopi terbesar dunia. Data yang dianalisis adalah dalam kurun waktu 7

tahun yaitu tahun 2008 sampai 2014.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Pertanian

Cahyani (2008) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan

Agribisnis Gula Indonesia dengan tujuan menganalisis peramalan konsumsi dan

produksi dan dayasaing serta strategi pengembangan agribisnis gula Indonesia.

Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis dilakukan secara deskriptif

kualitatif. Model terbaik untuk meramalkan produksi gula Indonesia adalah

ARIMA 1,1,2, sedangkan untuk konsumsi adalah Double Exponential Smoothing.

Hasil peramalan adalah sampai dengan tahun 2025, konsumsi gula mengalami

peningkatan, sedangkan produksinya belum mampu mencukupi kebutuhan

Page 19: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

5

konsumsi dalam negeri. Analisis dayasaing menggunakan pendekatan Berlian

Porter, dengan menggunakan enam komponen yaitu; (1) kondisi faktor

sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung;

(4) persaingan, struktur, dan strategi agribisnis gula Indonesia; (5) peran

pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Hasil analisis menunjukkan adanya

komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dalam

pengembangan agribisnis gula. Sedangkan strategi pengembangan agribisnis gula

menggunakan metode SWOT antara lain strategi S-O, S-T, W-O, dan W-T.

Strategi SO antara lain optimalisasi sumberdaya yang ada, pemanfaatan hasil

samping pengolahan gula, penguatan kelembagaan, penyuluhan penerapan

teknologi on farm. Strategi S-T antara lain, menjaga ketersediaan pasokan tebu,

peningkatan kualitas dan efisiensi produksi gula, pengaturan produksi dan impor

gula rafinasi. Strategi W-O antara lain, menciptakan lembaga permodalan bagi

petani dan industri gula, rehabilitasi sarana prasarana penunjang PG, penataan

varietas dan pembibitan, pengaturan ketersediaan pupuk dan bibit dalam waktu,

jumlah, jenis, dan harga yang tepat, pengembangan industri gula di luar Jawa,

perbaikan manajemen tebang muat angkut (TMA), mencari teknik budidaya yang

sesuai untuk lahan bukan sawah. Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah

rehabilitasi tanaman tebu keprasan (bongkar ratoon)., hasil SWOT kemudian

dipetakan ke dalam gambar yang disebut arsitektur strategi. Rancangan arsitektur

strategik Agribisnis Gula Indonesia merupakan rekomendasi yang diberikan

peneliti sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gula. Rancangan

ini merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai sasaran

agribisnis gula pada tahun 2025 mendatang, yaitu mencapai swasembada gula

yang berdayasaing.

Puspita (2009) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan

Agribisnis Gandum Lokal di Indonesia dengan tujuan untuk menganalisis kondisi

sistem agribisnis gandum di Indonesia saat ini serta dayasaing agribisnis gandum

lokal. Analisis dilakukan secara deskriptif kualitatif. Metode analisis data yang

digunakan antara lain: analisis sistem agribisnis gandum di Indonesia, analisis

dayasaing gula Indonesia menggunakan pendekatan Berlian Porter dengan

menggunakan enam komponen yaitu ; (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi

permintaan; (3) industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur,

dan strategi agribisnis gandum Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran

kesempatan. Sedangkan untuk strategi pengembangan agribisnis gandum

menggunakan analisis SWOT yang kemudian dipetakan kedalam arsitektur

strategik. Berdasarkan analisis Berlian Porter dihasilkan keterkaitan antar

komponen yang saling mendukung dan tidak saling mendukung dayasaing

agribisnis gandum. Keterkaitan antar komponen yang tidak saling mendukung

lebih dominan dibandingkan keterkaitan antar komponen yang saling mendukung.

Hal ini menunjukkan bahwa dayasaing agribisnis gandum lokal di Indonesia

masih lemah. Hasil analisis SWOT menghasilkan strategi strategi S-O, S-T, W-O,

dan W-T. Strategi S-O antara lain, optimalisasi lahan gandum lokal, membangun

industri berbasis gandum lokal di pedesaan, penguatan kelembagaan, melakukan

bimbingan, pembinaan, dan pendampingan bagi petani. Startegi S-T antara lain

meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi gandum lokal, pembatasan volume

impor. Strategi W-O antara lain, melakukan kerjasama dengan industri makanan,

membentuk kerjasama dengan lembaga permodalan serta memberdayakan

Page 20: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

6

kelompok tani untuk melayani kegiatan simpan pinjam, mengatur ketersediaan

benih, menciptakan varietas gandum baru untuk dataran rendah dan medium,

melakukan sosialisasi dan promosi tentang agribisnis gandum kepada petani.

Sedangkan strategi W-T yang dirumuskan adalah menciptakan produk olahan

gandum berkualitas untuk segmentasi pasar tertentu. Dari sasaran, tantangan, dan

program yang telah dirumuskan, hasilnya dipetakan ke dalam gambar yang

disebut Arsitektur Strategik Agribisnis Gandum Lokal. Rancangan arsitektur

strategik Agribisnis Gandum Lokal merupakan rekomendasi yang penulis berikan

sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi agribisnis gandum lokal.

Rancangan tersebut merupakan peta strategi (blue print strategy) untuk mencapai

sasaran terbentuknya desa industri, mewujudkan diversifikasi pangan, dan

mensubstitusi sebagian permintaan domestik dengan gandum lokal.

Nurunisa (2011) menganalisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan

Agribisnis Teh Indonesia dengan tujuan untuk menelaah kondisi sistem agribisnis

teh di Indonesia, menganalisis dayasaing serta merumuskan strategi

pengembangan yang tepat untuk meningkatkan dayasaing tersebut. Analisis

dilakukan secara deskriptif kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Berlian

Porter untuk menganalisis dayasaing the Indonesia secara kompetitif, dan SWOT

dan arsitektur strategik untuk menghasilkan alternatif strategi. Analisis Berlian

Porter digunakan dengan pendekatan enam komponen yang dianalisis

keterkaitannya yaitu (1) kondisi faktor sumberdaya; (2) kondisi permintaan; (3)

industri terkait dan industri pendukung; (4) persaingan, struktur, dan strategi

agribisnis teh Indonesia; (5) peran pemerintah; dan (6) peran kesempatan. Analisis

Berlian Porter menunjukkan bahwa komponen faktor sumberdaya dan komponen

komposisi permintaan domestik, serta komponen faktor sumberdaya dengan

komponen industri terkait dan industri telah saling mendukung, sementara

komponen lainnya belum saling mendukung. Selain itu, apabila dilihat dari

komponen pendukungnya, komponen peranan pemerintah baru memiliki

keterkaitan yang mendukung dengan komponen faktor sumberdaya saja,

sementara komponen peranan kesempatan telah mampu mendukung semua

komponen utama. Strategi peningkatan dayasaing yang dihasilkan melalui analisis

Matriks SWOT lebih mengarah kepada strategi peningkatan kinerja petani teh

rakyat, yaitu dengan meningkatkan posisi tawar petani melalui penguatan

kelompok tani dan dukungan dari adanya asosiasi dan Dewan Teh Indonesia.

Soetrisno (2009) menganalisis strategi peningkatan dayasaing agribisnis

kopi robusta dengan model daya saing tree five. Hasil penelitian dijelaskan ke

dalam lima bagian. Pertama dari sisi usaha tani atau penawaran produksi, bahwa

jumlah produksi kopi, harga pupuk di dalam negeri dan kebijakan protektif

pemerintah kurang mendukung percepatan daya saing kopi robusta Indonesia.

Kedua, dari segi permintaan, adanya peluang pasar yang besar di pasar domestik

untuk produk kopi olahan. Ketiga, dari sisi lingkungan dan peluang usaha tani

kopi robusta sebgaian besar masih diusahakan secara sederhana. Kegiatan usaha

hilir kopi robusta belum banyak dilakukan padahal hal ini akan memberikan nikai

tambah dari kopi robustan serta membuka lapangan kerja. Keempat dari segi

kebijakan domestik dan internasional menyebutkan bahwa kurangnya dukungan

dari pemerintah. Dan kelima dari segi sosial dan perilaku petani yang masih safety

first, sehingga produktivitas belum mencapai optimal.

Page 21: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

7

Daya Saing Kopi

Asmarantaka (2011) melakukan penelitian mengenai daya saing ekspor

kopi Indonesia dengan data time series 1989 sampai 2008. Metode analisis yang

digunakan untuk menganalisis daya saing secara komparatif adalah RCA

sedangkan secara kompetitif adalah EPD. Hasil dari RCA menunjukkan bahwa

Indonesia memiliki dayasaing kopi secara komparatif dengan nilai RCA rata-rata

6.55. sedangkan secara kompetitif melalui EPD diketahui bahwa meskipun ekspor

kopi dunia mengalami pertumbuhan yang menurun, namun ekspor kopi Indonesia

mengalami pertumbuhan yang positif.

Penelitian mengenai daya saing juga pernah dilakukan oleh Meryana

(2007), yang menganalisis daya saing kopi robusta Indonesia di pasar

internasional dengan tujuan (1) mengetahui struktur industri kopi robusta di pasar

internasional, (2) menganalisis keunggulan komparatif industri kopi robusta

Indonesia, (3) mengetahui keunggulan kompetitif industri kopi robusta Indonesia

dan (4) merumuskan strategi dayasaing kopi robusta Indonesia. Struktur industri

dianalisis dengan menggunakan Herfindahl Index dengan hasil struktur pasar ke

arah oligopoli. Keunggulan komparatif dianalis dengan menggunakan Revealed

Comparative Advantage (RCA) yang menunjukkan bahwa industri kopi nasional

memiliki keunggulan komparatif yang ditunjukkan dengan nilai RCA yang lebih

dari satu, sementara hasil analisis keunggulan kompetitif yang menggunakan

pendekatan Berlian Porter dengan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya,

faktor permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan,

struktur dan strategi perusahaan, menunjukkan bahwa faktor sumberdaya, kondisi

permintaan domestik, dan struktur pasar mendukung industri kopi dalam negeri

berkembang. Strategi dianalisis dengan alat analisis SWOT. Guna meningkatkan

keunggulan kompetitif, maka industri kopi robusta nasional perlu memperbaiki

dalam hal budidaya dan infrastruktur sehingga dapat menghasilkan biji kopi

dengan kualitas yang baik.

Mustopa (2010) juga menganalisis dayasaing kopi Indonesia di pasar

internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keunggulan

komparatif kopi Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

keunggulan komparatif dan kompetitif kopi Indonesia, serta menyusun strategi

dalam rangka meningkatkan dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional.

Keunggulan komparatif dianalisis menggunakan RCA, sedangkan faktor-faktor

yang mempengaruhi keunggulan komparatif menggunakan OLS, dan faktor-faktor

yang mempengaruhi keunggulan kompetitif menggunakan pendekatan Berlian

Porter dengan menggunakan empat kompenen yaitu faktor sumberdaya, faktor

permintaan, faktor industri terkait dan pendukung serta faktor persaingan, struktur

dan strategi perusahaan. Hasil RCA yang dianalisis Andiati Mustopa sama dengan

Meryana (2007) bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif. Sementara

faktor-faktor yang mempengaruhi keunggulan komperatif kopi adalah

produktivitas kopi, volume ekspor kopi, harga ekspor kopi, dan dummy krisis

perkopian dunia. Hasil Berlian Porter menunjukkan bahwa kopi Indonesia

mempunyai keunggulan kompetitif yang didukung oleh cuaca, iklim dan luas

lahan.

Page 22: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

8

Senada dengan Meryana (2007), Siahaan (2008) menyatakan bahwa

struktur pasar kopi arabika di pasar internasional berbentuk oligopoli. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai CR4 sebesar 64 persen. RCA bernilai 2,65 menandakan

Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam hal daya saing kopi robusta di

pasar internasional. Berdasarkan analisis kualitatif, yaitu menggunakan Teori

Berlian Porter maka dapat diketahui kondisi internal dan eksternal dalam

pengusahaan kopi Arabika. Industri kopi Arabika nasional mempunyai

keunggulan kompetitif namun masih harus dibenahi melalui perbaikan teknik

budidaya, penyediahaan modal, dan pengadaan infrastruktur yang mendukung

terhadap indutri kopi Arabika nasional sehingga dapat menghasilkan kopi yang

berkualitas dan mampu bersaing dengan negara-negara produsen kopi Arabika di

dunia.

Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah penelitian ini tidak hanya membahas dayasaing kopi namun juga kondisi

agribisnis kopi Indonesia dari subsistem hulu hingga hilir serta strategi

pengembangan agribisnis kopi Indonesia dengan alat analisis SWOT.

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk

membantu dalam pelaksanaan setiap tahapan penelitian dan penyusunan karya

ilmiah. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Konsep Agribisnis,

Konsep Dayasaing dan Formulasi Strategi.

Konsep Agribisnis

Konsep agribisnis (Pasaribu 2012) adalah sebagai berikut:

1. Suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari

mata rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang luas, yaitu

kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang

ditunjang oleh kegiatan-kegiatan pertanian.

2. Sebuah sistem kegiatan yang meliputi tiga komponen the farm input sector, the

farming sector, dan the product marketing sector.

3. Keseluruhan dan kesatuan dari seluruh organisasi dan kegiatan mulai dari

produksi dan distribusi sarana produksi, kegiatan produksi pertanian di lahan

pertanian sampai dengan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan dan turun

sampai distribusi hasil akhir dari pengolahan tersebut ke konsumen.

4. Agribisnis meliputi semua aktivitas sebagai rangkaian system, terdiri dari (1)

sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan

pengembangan sumberdaya pertanian, (2) subsistem produksi pertanian atau

usaha tani, (3) subsistem pengolahan hasil-hasil pertanian atau agroindustri,

dan (4) subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian.

Page 23: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

9

Secara konseptual, agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas

empat subsistem yang saling mendukung dan terkait satu sama lain sebagai

berikut (Sa’id dan Prastiwi, 2005) :

1. Subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness), meliputi kegiatan

pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian primer termasuk dalam

subsistem tersebut adalah industri agrokimia (pupuk dan pestisida),

agroindustri otomotif (mesin dan peralatan), dan industri benih.

2. Subsistem usahatani (on farm agribusiness), meliputi kegiatan yang

menggunakan sarana yang dihasilkan dari subsistem agribisnis hulu.

3. Subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), meliputi pengolahan

komoditas pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara

(intermediate product) maupun produk akhir (finished product) beserta

kegiatan distribusinya.

4. Subsistem pemasaran komoditas-komoditas agribisnis.

Keempat subsistem agribisnis tersebut dalam pelaksanaannya didukung

oleh subsistem penunjang agribisnis (supporting system) sebagai jasa dalam

menunjang kegiatan subsistem agribisnis. Yang termasuk dalam penunjang

subsistem agribisnis antara lain lembaga pertanahan, lembaga keuangan

(perbankan dan asuransi), lembaga penelitian, infrastuktur, lembaga pendidikan

dan konsultasi agribisnis, serta kebijakan pemerintah. Dengan demikian,

agribisnis merupakan suatu sistem usaha dibidang pertanian yang bersifat mega

sektor, meliputi tingkat hulu, produksi komoditas agribisnis, dan kegiatan

ditingkat hilir berupa kegiata pascapanen.

Gambar 1 Lingkup Pengembangan Sistem Agribisnis

Sumber : Saragih, 2010.

Sub-Sistem

Agribisnis

Hulu Industri benih

/ pembibitan

Industri

kimia,

agrochemical

Industri agro

otomotif

Sub-Sistem

Usahatani

Usaha

tanaman

pangan dan

hortikultura

Usaha

tanaman

perkebunan –

kehutanan

Usaha

Peternakan

perikanan

Sub-Sistem

Pengolahan

Industri

makanan

Industri

minuman

Industri serat

alam: tekstil

Industri

biofarma

Industri wisata,

estetika

Sub-Sistem

Pemasaran

Distribusi

Promosi

Informasi

pasar

Struktur pasar

Kebijakan

perdagangan

Sub Sistem Jasa dan Penunjang

Keuangan: perkreditan, pembiayaan, permodalan dan asuransi

Penelitian dan pengembangan

Pendidikan dan penyuluhan

Transportasi dan pergudangan

Page 24: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

10

Konsep Dayasaing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan dalam pasar tersebut.

Pengertian daya saing juga mengacu pada kemampuan suatu negara untuk

memasarkan produk yang dihasilkan negara relatif terhadap kemampuan negara

lain (Porter, 1990).

Simanjuntak (1992) dalam Siregar (2009) mengatakan bahwa dayasaing

dapat diartikan sebagai kemampuan suatu produsen untuk memproduksi suatu

produk dengan biaya yang cukup rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi

di pasar internasional kegiatan produksi tersebut menguntungkan. Pada dasarnya,

pembangunan agribisnis merupakan suatu upaya untuk meningkatkan dayasaing

yang dilakukan melalui transformasi keunggulan komparatif menjadi keunggulan

bersaing (competitive advantage). Pendekatan yang sering digunakan untuk

mengukur dayasaing suatu komoditi di suatu negara dilihat dari dua indicator

yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif.

Konsep Keunggulan Komparatif

Pada tahun 1817 David Ricardo menerbitkan buku berjudul Principles of

political Economy and Taxation yang berisi penjelasan mengenai hukum

keunggulan komparatif. Hukum ini merupakan salah satu hukum perdagangan

internasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi yang masih

belum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek.

David Ricardo mendasarkan hukum keunggulan komparatifnya pada

sejumlah asumsi yang disederhanakan yaitu (1) hanya terdapat dua negara dan dua

komoditi, (2) perdagangan bersifat bebas, (3) terdapat mobilitas tenaga kerja yang

sempurna di dalam negara namun tidak ada mobilitas antara dua negara, (4) biaya

produksi constant, (5) tidak terdapat biaya transportasi, (6) tidak ada perubahan

teknologi, dan (7) menggunakan teori tenaga kerja. Sementara asumsi satu sampai

enam dapai diterima dengan mudah, asumsi tujuh tidaklah berlaku dan seharusnya

tidak digunakan untuk menjelaskan keunggulan komparatif.

Keunggulan Kompetitif (Teori Berlian Porter)

Keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur dayasaing suatu aktivitas berdasarkan pada kondisi

perekonomian aktual. Secara operasional, Simatupang dalam Siregar (2009)

menyebutkan bahwa keunggulan kompetitif adalah kemampuan memasok barang

dan jasa pada waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen, baik di pasar

domestik maupun pasar internasional, pada harga yang sama atau lebih rendah

dibandingkan yang ditawarkan oleh pesaing, seraya memperoleh laba paling tidak

sebesar ongkos penggunaan (opportunity cost) sumberdaya. Kondisi ini

menyebabkan keunggulan kompetitif tidak saja ditentukan oleh keunggulan

komparatif (menghasilkan barang lebih murah dibandingkan dengan pesaing),

tetapi juga ditentukan oleh kemampuan untuk memasok produk dengan atribut

(karakter) yang sesuai dengan keinginan konsumen.

Porter (1990) melakukan studi kasus di 10 negara maju untuk mengkaji

daya saing (competitiveness) dari perspektif mikro (perusahaan) ke perspektif

daya saing negara. Konsep Porter ini dikenal sebagai Diamond of Competitive

Advantage atau teori Porter’s Diamond. Keunggulan kompetitif suatu negara

Page 25: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

11

ditentukan oleh empat faktor yang harus dipunyai suatu negara untuk bersaing

secara global. Keempat faktor tersebut adalah faktor-faktor produksi (factor

condition), keadaan permintaan dan tuntutan mutu (demand condition), industri

terkait dan pendukung yang kompetitif (related supporting industry) dan juga

faktor struktur, strategi serta persaingan perusahaan. Selain keempat faktor

penentu tersebut ditambah juga oleh dua faktor eksternal yaitu sistem

pemerintahan (government) dan kesempatan (chance events). Secara bersama

faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan daya saing

yang disebut model The National Diamond.

Gambar 2 Porter’s Diamond

Sumber : Porter, 1990

Porter juga memasukkan dua variabel di luar model, yaitu peranan

pemerintah dan peranan kesempatan yang turut akan mempengaruhi model,

dimana peran pemerintah menjadi faktor penting dalam meningkatkan dayasaing

melalui kebijakan. Tetapi pemerintah tidak dapat menciptakan keunggulan

bersaing secara langsung. Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing

adalah dengan memfasilitasi lingkungan industri yang mampu memperbaiki

kondisi faktor daya saing sehingga bisa didayagunakan secara aktif dan efisien.

Sementara itu peran kesempatan berada di luar kendali perusahaan maupun

pemerintah, namun dapat mempengaruhi daya saing seperti adanya penemuan

baru.

Setiap atribut yang terdapat dalam Teori Berlian Porter memiliki poin-poin

penting yang menjelaskan secara detail atribut yang ada, dengan penjelasan

sebagai berikut:

1. Factor Condition (Kondisi Faktor)

Kondisi faktor yaitu posisi negara dalam hal penguasaan faktor produksi

merupakan syarat kecukupan untuk bersaing. Sumber daya merupakan faktor

produksi yang penting untuk bersaing. Sumber daya digolongkan menjadi lima

kelompok, yaitu : (i) sumber daya manusia; (ii) sumber daya fisik seperti

aksesbilitas; (iii) sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); (iv)

Chance Firm strateg, structure and

rivalry

Related and supporting

industries

Factor conditions Demand conditions

Chance

Goverment

Goverment

Page 26: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

12

sumber daya modal; dan (v) sumberdaya infrastruktur. Tenaga kerja yang

terampil ditunjang dengan penguasaan IPTEK, ketersediaan bahan mentah

merupakan keunggulan kompetitif suatu negara yang juga didukung oleh

kemudahaan dalam memperoleh modal dan kondisi infrastruktur yang memadai.

i. Sumberdaya Fisik atau Alam

Sumberdaya fisik atau sumberdaya alam yang mempengaruhi dayasaing

industri nasional mencakup biaya, aksesibilitas, mutu dan ukuran lahan (lokasi),

ketersediaan air, mineral dan energi serta sumberdaya pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan (termasuk sumberdaya perairan laut lainnya), peternakan,

serta sumberdaya alam lainnya, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak

dapat diperbaharui. Begitu juga kondisi cuaca dan iklim, luas wilayah geografis,

kondisi topografis, dan lain-lain.

ii. Sumberdaya Manusia

Sumberdaya manusia yang mempengaruhi dayasaing industri nasional

terdiri dari jumlah tenaga kerja yang tersedia, kemampuan manajerial dan

keterampilan yang dimiliki, biaya tenaga kerja yang berlaku (tingkat upah), dan

etika kerja (termasuk moral).

iii. Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumberdaya IPTEK mencakup ketersediaan pengetahuan pasar,

pengetahuan teknis, dan pengetahuan ilmiah yang menunjang dan diperlukan

dalam memproduksi barang dan jasa. Begitu juga ketersediaan sumber-sumber

pengetahuan dan teknologi, seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian dan

pengembangan, lembaga statistik, literatur bisnis dan ilmiah, basis data, laporan

penelitian, asosiasi pengusaha, asosiasi perdagangan, dan sumber pengetahuan

dan teknologi lainnya.

iv. Sumberdaya Modal

Sumberdaya modal yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari

jumlah dan biaya (suku bunga) yang tersedia, jenis pembiayaan (sumber modal),

aksesibilitas terhadap pembiayaan, kondisi lembaga pembiayaan dan perbankan,

tingkat tabungan masyarakat, peraturan keuangan, kondisi moneter dan fiskal,

serta peraturan moneter dan fiskal.

v. Sumberdaya Infrastruktur

Sumberdaya infrastruktur yang mempengaruhi dayasaing nasional terdiri dari

ketersediaan jenis, mutu, dan biaya penggunaan infrastruktur yang mempengaruhi

persaingan. Termasuk sistem transportasi, komunikasi, pos dan giro, pembayaran

transfer dana, air bersih, energi listrik, dan lain-lain.

2. Demand Condition (Kondisi Permintaan)

Kondisi permintaan mempengaruhi besarnya dayasaing suatu komoditi

atau produk, dimana kondisi permintaan dapat berasal dari pasar domestik dan

pasar internasional. Kondisi ini berperan penting dalam meningkatkan dayasaing,

karena ketika permintaan semakin besar, maka akan semakin besar juga produsen

mencoba untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut dan bersaing melalui

inovasi produk dan peningkatan kualitas. Ada tiga faktor kondisi permintaan yang

mempengaruhi dayasaing yaitu:

Page 27: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

13

i. Komposisi Permintaan Domestik

Karakteristik permintaan domestik sangat mempengaruhi dayasaing

industri nasional. Karakteristik tersebut meliputi:

a) Struktur segmen permintaan merupakan faktor penentu dayasaing industri

nasional. Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih mudah memperoleh

dayasaing pada struktur segmen permintaan yang lebih luas dibandingkan

dengan struktur segmen yang sempit.

b) Pengalaman dan selera pembeli yang tinggi akan meningkatkan tekanan

kepada produsen untuk menghasilkan produk yang bermutu dan memenuhi

standar yang tinggi yang mencakup standar mutu produk, product features,

dan pelayanan.

c) Antisispasi kebutuhan pembeli yang baik dari perusahaan dalam negeri

merupakan suatu poin dalam memperoleh keunggulan dayasaing.

ii. Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Jumlah atau besarnya permintaan domestik mempengaruhi tingkat

persaingan dalam negeri, terutama disebabkan oleh jumlah pembeli bebas, tingkat

pertumbuhan permintaan domestik, timbulnya permintaan baru, dan kejenuhan

permintaan lebih awal sebagai akibat perusahaan domestik melakukan penetrasi

pasar lebih awal. Pasar domestik yang luas dapat diarahkan untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif dalam suatu industri. Hal ini dapat dilakukan jika industri

dilakukan dalam skala ekonomis melalui adanya penanaman modal dengan

membangun fasilitas skala besar, pengembangan teknologi dan peningkatan

produktivitas.

iii. Internasionalisasi Permintaan Domestik

Pembeli lokal yang merupakan pembeli dari luar negeri akan mendorong

dayasaing industri nasional, karena dapat membawa produk tersebut ke luar

negeri. Konsumen yang memiliki mobilitas internasional tinggi dan sering mengu

njungi suatu negara juga dapat mendorong meningkatnya dayasaing

produk negeri yang dikunjungi tersebut.

3. Related and Supporting Industries (Industri Pendukung dan Industri Terkait)

Industri terkait dan industri pendukung yaitu keadaan para penyalur dan

industri pemasok (pendukung) dan lainnya dalam suatu negara sangat berkaitan

dengan kemampuan daya saing industri domestik. Ketika industri pendukung

mampu bersaing secara kompetitif, perusahaan dapat menikmati biaya dengan

lebih efektif dan input yang inovatif. Keberadaan industri pendukung dan industri

terkait yang memiliki dayasaing juga akan mempengaruhi dayasaing industri

utamanya. Industri hulu yang memiliki dayasaing global akan memasok input bagi

industri utama dengan harga yang lebih murah, mutu yang lebih baik, pelayanan

yang cepat, pengiriman tepat waktu dan jumlah sesuai dengan kebutuhan industri

utama, sehingga industri tersebut juga akan memiliki dayasaing global yang

tinggi. Begitu juga industri hilir yang menggunakan produk industri utama sebagai

bahan bakunya. Apabila industri hilir memiliki dayasaing global maka industri

hilir tersebut dapat menarik industri hulunya untuk memperoleh dayasaing global.

4. Struktur, Persaingan, dan Strategi Perusahaan

Struktur industri dan struktur perusahaan juga menentukan dayasaing yang

dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam industri tersebut.

Struktur industri yang monopolistik kurang memiliki daya dorong untuk

Page 28: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

14

melakukan perbaikan-perbaikan serta inovasi-inovasi baru dibandingkan dengan

struktur industri yang bersaing. Struktur perusahaan yang berada dalam industri

sangat berpengaruh terhadap bagaimana perusahaan yang bersangkutan dikelola

dan dikembangkan dalam suasana tekanan persaingan, baik domestik maupun

internasional. Dengan demikian secara tidak langsung akan meningkatkan

dayasaing global industri yang bersangkutan.

5. Peran Pemerintah

Peran pemerintah sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap upaya

peningkatan dayasaing global, tetapi berpengaruh terhadap faktor-faktor penentu

dayasaing. Peran pemerintah merupakan fasilitator bagi upaya untuk mendorong

perusahaan-perusahaan dalam industri agar senantiasa melakukan perbaikan dan

meningkatkan dayasaing.

Pemerintah juga dapat berperan sebagai regulator yang mempengaruhi

aksesibilitas pelaku-pelaku industri terhadap berbagai sumberdaya melalui

kebijakan-kebijakannya, seperti sumberdaya alam, tenaga kerja, pembentukan

modal, sumberdaya ilmu pengetahuan, dan teknologi serta informasi. Pemerintah

juga dapat mendorong peningkatan dayasaing melalui penetapan standar produk

nasional, standar upah tenaga kerja minimum, dan berbagai kebijakan terkait

lainnya. Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi permintaan domestik, baik

secara tidak langsung melalui kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkannya

maupun secara langsung melalui perannya sebagai pembeli produk dan jasa.

Kebijakan penerapan bea keluar dan bea masuk, tarif, pajak, dan lain-lainnya yang

juga menunjukkan terdapat peran tidak langsung dari pemerintah dalam

meningkatkan dayasaing global.

Pemerintah dapat mempengaruhi tingkat dayasaing global melalui

kebijakan yang memperlemah faktor penentu dayasaing industri, tetapi

pemerintah tidak dapat secara langsung menciptakan dayasaing.

6. Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang berada di luar kendali

perusahaan atau pemerintah, tetapi dapat meningkatkan dayasaing global industri

nasional. Beberapa kesempatan yang dapat mempengaruhi naiknya dayasaing

global industri nasional adalah adanya penemuan baru yang murni, biaya

perusahaan yang tidak berlanjut (misalnya terjadinya perubahan harga minyak

atau depresiasi mata uang), meningkatkan permintaan produk industri yang

bersangkutan lebih tinggi dari peningkatan pasokan, politik yang diambil oleh

negara lain serta berbagai faktor kesempatan lainnya.

Kerangka Pemikiran Operasional

Permasalahan yang menyebabkan dayasaing kopi Indonesia masih rendah

dibandingkan dengan negara produsen utama kopi dunia adalah kualitas dan

produktivitas kopi Indonesia yang masih rendah. Selain itu konsumsi kopi

domestik yang rendah sehingga kopi yang diserap oleh domestik dibanding

dengan kopi yang diekspor dari total produksi kopi nasional. Meningkatkan daya

saing industri pengolahan kopi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

Page 29: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

15

nilai tambah dan konsumsi dalam negeri yang masih rendah. Selama kurun waktu

2008-2011 jumlah konsumsi kopi dalam negeri hanya 34,41 persen dari total

produksi dan jumlahnya tetap. Tentunya hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi

industri kopi dalam negeri, selain itu juga merupakan tantangan bagi industri kopi

untuk merangsang daya beli masyarakat agar lebih meningkatkan konsumsi kopi.

Sementara itu dipasar internasional, masuknya Vietnam sebagai negara produsen

kopi menggeser posisi Indonesia menjadi urutan ke empat dunia.

Gambaran di atas menjadi dasar pemikiran untuk melakukan analisis

kondisi agribisnis kopi Indonesia saat ini, kemudian melakukan analisis dayasaing

agribisnis kopi Indonesia serta merumuskan strategi pengembangan untuk

meningkatkan dayasaing tersebut. Analisis dayasaing menggunakan Teori Berlian

Porter dilakukan dengan tujuan mengetahui kesiapan agribisnis kopi Indonesia

dalam menghadapi berbagai tantangan di masa depan. Sementara perumusan

strategi dilakukan dengan menggunakan alat analisis Matriks SWOT dengan

tujuan memperoleh strategi yang mampu mengoptimalkan kekuatan dan segala

peluang yang ada sehingga kelemahan dan ancaman yang dihadapi dapat

diminimalisir akibatnya.

Page 30: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

16

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional

4 METODOLOGI PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan informan dengan

pertimbangan pada kebutuhan data yang ingin diperoleh terkait dengan

mendeskripsikan enam komponen dalam Berlian Porter sebagai analisis dayasaing

secara kompetitif dan perumusan strategi pengembangan agribisnis kopi.

POTENSI :

Indonesia Eksportir Kopi Keempat Terbesar di Dunia

Indonesia Salah Satu Produsen Kopi Robusta Terbesar Dunia

Banyaknya Perusahaan Kopi Olahan di Indonesia

Indonesia memiliki Beberapa Kelompok Kopi spesial

PERMASALAHAN :

Tingkat Konsumsi Kopi Per Kapita Masyarakat Indonesia

Rendah dibanding dengan Negara-negara Pengimpor Kopi

Produktivitas dan Mutu Kopi Indonesia yang Rendah

Industri Hilir Skala Kecil Keterbatasan Sarana dan Prasarana

Produksi Kopi Arabika yang Rendah

AGRIBISNIS KOPI

INDONESIA

DAYA SAING

AGRIBISNIS KOPI

INDONESIA

RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGB

(SWOT)

6 KOMPONEN

BERLIAN

PORTER

ANALISIS

RCA

Page 31: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

17

Pemilihan informan menggunakan metode purposive sampling. Informan tersebut

berasal dari peneliti Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kota Bogor,

Balai Besar Industri Agro Kota Bogor dan Pengusaha Kopi Olahan. Data

sekunder yang digunakan berupa data time series dalam kurun waktu 7 tahun

(2008-2013). Kopi yang menjadi objek penelitian adalah biji kopi yang belum

disangrai dan belum dihilangkan kafeinnya.

Data yang digunakan dalam penelitian meliputi data ekspor, impor, harga,

luas areal dan produktivitas kopi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik,

Departemen Pertanian, Internasional Coffee Organization (ICO), Jurnal, Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen

Perindustrian dan Perdagangan dan Departemen Pertanian, serta informasi-

informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh dari buku-

buku literatur, perpustakaan LSI, dan internet.

Table 1 Jenis dan Sumber Data yang Digunakan

No. Jenis Data Sumber Data

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Jumlah Produksi Kopi Indonesia, Brazil,

Vietnam, Kolombia, Ethiopia

Jumlah Konsumsi Kopi Dunia

Jumlah Ekspor dan Impor Kopi Dunia

Luas Areal Perkebunan dan Produksi Kopi

Seluruh Indonesia Menurut Penguasaan

Lahan

Nilai Ekspor Kopi Dunia dan Indonesia

Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia

Jumlah Ekspor Kopi Indonesia ke AS,

Jepang, dan Jerman

Jumlah Ekspor Kopi Indonesia berdasarkan

Jenis

Pangsa Pasar 4 Perusahaan Kopi Olahan

ICO

ICO

ICO

AEKI

AEKI

UN Comtrade

(http://comtrade.un.org)

AEKI

Statistik Perdagangan Luar

Negeri, Kementerian

Perdagangan

AEKI

Majalah SWA diakses

melalui internet

Metode Analisis

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif maupun kuantitatif. Metode deskriptif kualitatif digunakan

untuk mengetahui gambaran umum agribisnis kopi di Indonesia, dayasaing

agribisnis kopi di Indonesia di analisis secara komparatif menggunakan metode

RCA, sedangkan secara kompetitif dengan enam komponen dalam Teori Berlian

Porter. Deskripsi enam komponen Belian Porter dengan data kualitatif berasal dari

berbagai literatur dan interview dengan peneliti dari Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Pertanian Bogor, Balai Besar Industri Agro Bogor serta pengusaha kopi

olahan. Deskripsi enam komponen Berlian Porter kemudian menjadi rujukan bagi

analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang pada akhirnya

Page 32: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

18

digunakan sebagai rumusan strategi pengembangan agribisnis kopi Indonesia.

Analisis konsentrasi pasar digunakan untuk menganalisis struktur empat

perusahaan besar kopi olahan di Indonesia.

Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif

Analisis deskriptif yaitu analisis kasus, kondisi sosial, perilaku manusia

dan sebagainya dengan cara memberikan penjelasan secara naratif. Analisis

deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan menjabarkan kondisi

secara umum agribisnis kopi Indonesia dari hulu ke hilir. Selain itu, akan di

deskripsikan juga hasil pengolahan analisis data kuantitatif berupa interprestasi

hasil. Data yang dianalisis secara deskriptif di narasikan dalam bentuk alinea.

Revealed Comparative Advantage (RCA) Menurut Tambunan (2001), keunggulan komparatif dapat diukur salah

satunya dengan menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) yang

membandingkan pangsa pasar ekspor sektor tertentu tersebut di pasar dunia.

Dalam penelitian ini nilai RCA di definisikan bahwa jika pangsa ekspor

komoditi kopi di dalam total ekspor komoditi dari suatu negara lebih besar

dibandingkan pangsa pasar ekspor komoditi kopi didalam total ekspor komoditi

dunia, diharapkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam

produksi dan ekspor komoditi kopi.

Tujuan penggunaan indeks RCA dalam penelitian adalah untuk

mengetahui posisi komparatif Indonesia diantara negara-negara produsen kopi

lainnya di pasar kopi internasional. Variabel yang diukur adalah kinerja ekspor

suatu produk (kopi) terhadap total ekspor suatu wilayah (Indonesia) yang

kemudian dibandingkan dengan pangsa nilai ekspor kopi dunia terhadap total nilai

ekspor dunia. RCA dirumuskan sebagai berikut :

Dimana :

RCAij = Keunggulan komparatif (daya saing) kopi Indonesia

Xij = Nilai ekspor komoditas i (kopi) negara j tahun ke t

∑i Xij = Total nilai ekspor seluruh komoditas negara j

∑j Xij = Total nilai ekspor komoditas i (kopi) dunia

∑i∑j Xij= Total nilai ekspor untuk seluruh komoditas dunia

Bila suatu negara memiliki nilai RCA lebih besar dari satu (RCA>1),

maka dapat dikatakan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam

produk yang terkait dan berdaya saing kuat. Apabila nilai RCA kurang dari 1

mengindikasikan kerugian komparatif dalam produk terkait dengan kata lain

menunjukkan daya saing yang lemah. Semakin tinggi nilai RCA-nya maka

semakin tangguh daya saingnya. Indeks RCA merupakan perbandingan antara

nilai RCA sekarang dengan nilai RCA tahun sebelumnya. Rumus indeks RCA

adalah sebagai berikut :

Indeks RCA

Page 33: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

19

Dimana :

RCA t = nilai RCA tahun sekarang (t)

RCA t -1 = nilai RCA tahun sebelumnya (t-1)

Nilai indeks RCA berkisar dari nol sampai tak hingga. Nilai indeks RCA

sama dengan satu berarti tidak terjadi kenaikan RCA atau kinerja kopi Indonesia

di pasar internasional tahun sekarang sama dengan tahun sebelumnya. Nilai

indeks RCA lebih kecil dari satu berarti terjadi penurunan RCA atau kinerja kopi

Indonesia di pasar internasional sekarang lebih rendah dari pada tahun

sebelumnya. Nilai indeks RCA lebih besar dari satu berarti terjadi peningkatan

RCA atau kinerja kopi Indonesia di pasar internasional sekarang lebih tinggi dari

pada tahun sebelumnya.

Keunggulan metode RCA adalah mengurangi dampak pengaruh campur

tangan pemerintah sehingga kita dapat melihat keunggulan komparatif yang jelas

suatu produk dari waktu ke waktu. Sedangkan kelemahannya yaitu :

1. Mengesampingkan pentingnya permintaan domestik, ukuran pasar domestik

dan perkembangannya.

2. Indeks RCA tidak dapat menjelaskan apakah pola perdagangan yang sedang

berlangsung tersebut sudah optimal.

3. Tidak dapat mendeteksi dan memprediksi produk - produk yang berpotensi di

masa yang akan datang.

Analisis Konsentrasi Pasar Untuk menganalisis tingkat konsentrasi pasar yang dihadapi perusahaan

kopi olahan di Indonesia dapat dilakukan dengan alat analisis Concentration Ratio

(CR). Concentration Ratio digunakan untuk mengukur persentase pangsa pasar.

Nilai concentration ratio yang banyak digunakan adalah CR4 dan CR8 yang

merupakan output pasar yang dihasilkan oleh 4 atau 8 produsen terbesar dalam

industri. Dalam penelitian ini, rasio konsentrasi pasar yang digunakan adalah

CR4 yang dipegang oleh (dikonsentrasikan dalam) empat perusahaan kopi

nasional dengan pangsa pasar terbesar. Rasio konsentrasi pasar (CR4) di

rumuskan sebagai berikut:

CR4 = Sij1 + Sij2 + Sij3 + Sij4

Dimana,

CR4 = Nilai konsentrasi pasar 4 perusahaan kopi terbesar di Indonesia

Sij = Pangsa pasar perusahaan kopi olahan di Indonesia

Berdasarkan rasio konsentrasinya, struktur pasar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

1. Struktur pasar persaingan sempurna (perfect competition) ditunjukkan dengan

rasio konsentrasi yang sangat rendah.

2. Struktur pasar persaingan monopolistik (monopolistic competition)

ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi untuk empat produsen terbesar

(CR4) di bawah 40 persen.

Page 34: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

20

3. Struktur pasar oligopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat

produsen terbesar (CR4) di atas 40 persen.

4. Struktur pasar monopoli ditunjukkan dengan nilai rasio konsentrasi empat

produsen (CR4) mendekati 100 persen.

Teori Berlian Porter Dalam penelitian ini dianalisis kondisi kopi Indonesia ke dalam enam

komponen yang terdapat dalam teori Belian Porter.Enam komponen itu adalah :

(1) Kondisi Faktor, (2) Kondisi Permintaan Domestik, (3) Industri terkait dan

Industri Pendukung, (4) Struktur, Persaingan dan Strategi, (5) Peran Pemerintah

dan (6) Peran Kesempatan. Deskripsi enam faktor ini berdasarkan berbagai

literatur dan wawancara dengan pihak yang dianggap memahami kondisi

agribisnis kopi Indonesia yaitu pengusaha kopi, Peneliti dari Pusat Sosial

Ekonomi Bogor dan Kebijakan Pertanian dan Balai Besar Industri Agro Bogor.

Setelah diketahui faktor-faktor dalam Sistem Berlian Porter. Enam komponen ini

nantinya akan digunakan untuk merumuskan kekuatan, kelemahan, peluang dan

ancaman yang nantinya digunakan dalam strategi SWOT.

Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal (IFAS dan EFAS) Matriks IFAS (Internal Factor Analysis Strategy) digunakan untuk mengetahui

fakor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dianggap penting. Data dan informasi aspek internal perusahaan dapat digali dari

beberapa fungsional perusahaan misalnya dari aspek manajemen keuangan, SDM,

pemasaran, sistem informasi dan produksi atau operasi (Rangkuti, 2000).

Matriks EFAS (Eksternal Factor Analysis Strategy) digunakan untuk

mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan data eksternal dikumpulkan

untuk menganalisis hal-hal yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya,

demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan

dipasar industri dimana perusahaan berada, serta data eksternal relevan lainnya.

Hal ini penting karena faktor eksternalnya berpengaruh secara langsung maupun

tidak langsung terhadap perusahaan. Menurut Rangkuti (2000) sebelum membuat

matriks faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu faktor

strategi eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan faktor strategi

eksternal dan internal (EFAS dan IFAS) :

1. Susunlah dalam kolom satu (lima sampai dengan sepuluh peluang dan

ancaman, kekuatan dan kelemahan). Beri bobot masing-masing faktor dalam

kolom dua, mulai dari 1.0 (sangat penting sampai dengan 0.0) (tidak penting).

2. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai dari empat (outstanding) sampai dengan satu (poor).

Pemberian nilai rating untuk faktor peluang dan kekuatan bersifat positif

(peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil,

diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman dan kelemahan adalah

kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, rating-nya adalah

satu. Sebaliknya, jika ancamannya sedikit rating-nya empat.

3. Kalikan bobot pada kolom dua dengan rating pada kolom tiga, untuk memperoleh

faktor pembobotan dalam kolom empat.

4. Gunakan kolom lima untuk memberikan komentar atau catatan.

Page 35: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

21

5. Jumlahkan nilai pembobotan (pada kolom empat) untuk memperoleh total nilai

pembobotan bagi perusahaan bersangkutan. Skor total 4.0 mengindikasikan

bahwa perusahaan merespons dengan cara yang luar biasa terhadap peluang-

peluang yang ada dan menghindari ancaman-ancaman dipasar industrinya.

Sementara itu, skor total sebesar 1.0 menunjukkan bahwa perusahaan tidak

memanfaatkan peluang-peluang yang ada atau tidak menghindari ancaman-

ancaman eksternal. Nilai bobot adalah 0.20 adalah sangat kuat, 0.15 diatas rata-

rata, 0.10 adalah rata-rata, 0.5 adalah di bawah rata-rata.

Analisis SWOT

Matriks SWOT (Rangkuti, 2000) merupakan alat pencocokan strategi yang

dilakukan berdasarkan pengembangan empat jenis strategi, yaitu SO Strategy

(Strategi Kekuatan-Peluang), ST Strategy (Strategi Kekuatan-Ancaman), WO

Strategy (Strategi Kelemahan-Peluang), dan WT Strategy (Strategi Kelemahan-

Ancaman).

SO Strategy memanfaatkan kekuatan internal dari sistem agribisnis kopi

untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. ST Strategy menggunakan

kekuatan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. WO

Strategy memperbaiki kelemahan sistem agribisnis kopi dengan cara mengambil

keuntungan dari peluang eksternal. WT Strategy merupakan taktik defensive yang

diarahkan untuk mengurangi kelemahan sistem agribisnis kopi serta menghindari

ancaman eksternal (David 2006). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam

menyusun Matriks SWOT :

a. Tentukan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan internal kunci agribisnis kopi

Indonesia.

b. Tentukan faktor-faktor peluang dan ancaman eksternal agribisnis kopi

Indonesia.

c. Tentukan faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategis

agribisnis kopi Indonesia.

d. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan SO

Strategy.

e. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan ST

Strategy.

f. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

WO Strategy.

g. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan

WT Strategy.

5 AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

Perdagangan Kopi Dunia

Produksi Kopi Dunia

Seluruh negara dalam dunia yang memproduksi kopi ada sebanyak 49

negara. 39 negara tergabung sebagai anggota ICO sedangkan 10 lainnya tiak

tergabung dalam ICO. Lima negara produsen utama kopi dunia sejak tahun 2008

Page 36: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

22

sampai dengan 2013 adalah Brazil, Vietnam, Indonesia, Kolombia dan Ethiopia.

Jumlah perkembangan produksi kopi dunia dari tahun 2008 sampai dengan 2013

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Produksi Negara-negara Produsen Utama Kopi Dunia Tahun

2008-2013 (000 Ton)

Negara 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata (%)

Brazil 2 760 2 368 2 886 2 609 3 050 2 949 2 770 34.28

Vietnam 1 106 1 070 1 168 1 337 1 322 1 650 1 275 15.79

Indonesia 698 683 687 634 748 728 696 8.62

Colombia 520 486 512 459 625 654 543 6.72

Ethiopia 297 416 450 408 374 396 390 4.83

Dunia 7 718 7 377 7 979 7 937 8 726 8 743 8 080 100.00

Sumber : Diolah dari ICO 2014

Berdasarkan tabel di atas, Brazil merupakan negara tertinggi yang

memproduksi kopi dengan rata-rata setiap tahunnya dalam kurun waktu 2008

sampai dengan 2013 adalah sebesar 2 770 000 ton atau 34.28 persen terhadap total

dunia, dengan kecenderungan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara

Indonesia menduduki peringkat ke tiga selama kurun waktu 2008 sampai 2013

dengan jumlah produksi rata-rata tiap tahunnya adalah 696 000 ton atau sebesar

8.62 persen terhadap total dunia.

Gambar 4 Kurva Perkembangan Produksi Lima Negara Produsen Kopi Utama

Dunia Tahun 2008-2013

Sumber : Diolah dari ICO 2014

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pro

du

ksi

(000 T

on

)

Brazil

Vietnam

Indonesia

Colombia

Ethiopia

Page 37: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

23

Persentase perubahan rata-rata kopi dunia sejak tahun 2008 sampai 2013

adalah sebesar 0,02 persen. Lebih jelasnya perkembangan produksi dunia dapat

dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 5 Perkembangan Produksi Kopi Dunia Tahun 2008-2013

Sumber : Diolah dari ICO 2014

Pada Gambar 5 diketahui bahwa terjadi fluktuasi jumlah produksi kopi

dunia pada tahun 2008 sampai 2013. Namun demikan tren pergerakan kurva

tersebut menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Penurunan produksi di

tahun 2011 dikarenakan penurunan produksi kopi di Brazil, hal ini terkait dengan

siklus produksi kopi tahunan dimana setelah produksi meningkat pesat di tahun

sebelumnya (2010) akan diikuti penurunan produksi di tahun berikutnya. Produksi

mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2012 yaitu sebesar

8 726 000 ton atau 9.04 persen dikarenakan siklus produksi yang naik di Brazil

sebagai negara produsen kopi terbesar di dunia juga adanya program ekpansi

produksi kopi di negara penghasil kopi seperti Amerika Latin, Afrika dan Asia,

sedangkan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 7 377 000 ton.

Konsumsi Kopi Dunia

Kopi merupakan jenis minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi

masyarakat dunia setelah air mineral. Kondisi kopi dunia tahun 2009 sampai

2013 tumbuh positif walaupun perekonomian dunia masih diterpa krisi Eropa.

Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di kawasan Asia dan Amerika Latin diikuti

dengan kenaikan penghasilan masyarakat kelas menengah, menunjang

meningkatnya konsumsi kopi di dunia.

6,500

7,000

7,500

8,000

8,500

9,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pro

du

ksi

(000 T

on

)

Tahun

Page 38: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

24

Gambar 6 Perkembangan Konsumsi Kopi Dunia Tahun 2009-2013

Sumber : Diolah dari ICO, 2014

Berdasarkan kurva perkembangan konsumsi kopi dunia di atas, tren

konsumsi kopi dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya (2009-2013) dengan

rata-rata pertumbuhan sebesar 1.7 persen, sehingga menurut ICO tahun 2015

diperkirakan konsumsi kopi dunia mencapai 9.3 juta ton. Hal ini disebabkan

adanya perubahan dalam pola konsumsi kopi dunia, yang bergeser dari coffee

shop ke rumah.

Ekspor Kopi Dunia

Perkembangan ekspor kopi dunia tidak terlepas dari perkembangan

produksi kopi masing-masing negara di dunia. Pasalnya, tergantung kebijakan

negara masing-masing untuk mengekspor berapa persen dari total produksi kopi.

Pada dasarnya, jika produksi kopi di suatu negara tertentu meningkat maka

volume ekspor dari negara tersebut juga akan meningkat.

Brazil sebagai negara eksportir kopi terbesar dunia, mengalami

perkembangan yang fluktuatif selama kurun waktu 2009-2012 dengan rata-rata

ekspor setiap tahunnya adalah 1 876 260 ton atau sekitar 30.56 persen terhadap

total ekspor kopi dunia. Berikut merupakan grafik perkembangan ekspor kopi

dunia tahun 2009 sampai 2012.

7700

7800

7900

8000

8100

8200

8300

8400

8500

8600

8700

2009 2010 2011 2012 2013

Ko

nsu

msi

(0

00

TON

)

Tahun

Page 39: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

25

Gambar 7 Perkembangan Ekspor Kopi Dunia Tahun 2009-2012

Sumber : Diolah dari ICO, 2013

Negara di kawasan Asia, Amerika Latin, Karibia, dan Afrika merupakan

negara produsen dan pengekspor kopi dunia. Empat besar negara pengekspor

utama kopi dunia adalah Brazil, Vietnam, Indonesia, Kolombia. Nilai ekspor ke

empat negara tersebut dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Perkembagan Empat Negara Pengeskpor Kopi Terbesar Dunia Tahun

2008-2012 Sumber : Diolah dari Comtrade

Import Kopi Dunia

Amerika merupakan negara importir utama kopi pada kurun waktu 2009

sampai 2012 dengan rata-rata impor setiap tahunnya adalah sebesar 1 510 555 ton

atau 23.57 persen dari total impor kopi dunia. Jerman adalah negara importer kopi

5,000

5,200

5,400

5,600

5,800

6,000

6,200

6,400

6,600

6,800

7,000

2009 2010 2011 2012

Ek

sport

(000T

on

)

Tahun

0

1E+09

2E+09

3E+09

4E+09

5E+09

6E+09

7E+09

8E+09

9E+09

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Brazil

Vietnam

Indonesia

Kolombia

Page 40: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

26

kedua setelah Amerika dengan rata-rata impor kopi per tahunnya adalah

1 259 180 ton atau sebesar 19.65 persen dari total impor kopi dunia. Kemudian

Italia, Jepang, dan Prancis yang masing-masing mengimpor kopi rata-rata setiap

tahunnya adalah 7.83 persen, 6.70 persen, dan 6.35 persen terhadap total impor

kopi dunia.

Gambar 9 Perkembangan Import Kopi Dunia Tahun 2009-2012 Sumber : Diolah dari ICO, 2013

Kelembagaan Kopi Dunia

International Coffee Organization (ICO) didirikan pada tahun 1963

merupakan suatu organisasi yang anggotanya terdiri tiga macam yaitu, negara-

negara yang ikut menandatangi perjanjian, negara-negara importir kopi, dan

negara-negara eksportir kopi dengan tujuan mempromosikan, mendorong dan

meningkatkan konsumsi kopi.

Ekspor kopi diatur oleh peraturan-peraturan dari Organisasi Kopi

Internasional (International Coffee Organization). Pelaksanaan ekspor kopi oleh

Indonesia, sebagai salah satu produsen dan pengekspor kopi anggota ICO juga

berdasarkan pada peraturan-peraturan dari ICO. Disamping peraturan-peraturan

dari ICO, kegiatan ekspor kopi Indonesia juga diatur melalui Surat Keputusan

Menteri Perdagangan No. 04/ KP/ I/ 78 tanggal 4 Januari 1978 (Suryono, 1991).

Kuota ekspor kopi yang diperoleh dari ICO dibagikan kepada eksportir

kopi yang telah terdaftar di wilayah-wilayah penghasil kopi di seluruh Indonesia

berdasarkan surat keputusan dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia.

Distribusi jatah ekspor kepada para eksportir kopi yang telah terdaftar diatur

dengan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 85/KP/ III/ 86 tanggal 7 Maret

1986 tentang Ketentuan Jatah Nasional Ekspor Kopi (Suryono 1991). Jatah ekspor

kopi nasional tersebut diperhitungkan berdasarkan besarnya produksi kopi di

dalam negeri dikurangi konsumsi domestik serta penyediaan penyangga yang

perlu dipertahankan.

Berdasarkan data Bank Rakyat Indonesia pada tahun 1987, negara tujuan

ekspor kopi dibagi menjadi dua kelompok yaitu: (1) negara anggota ICO atau

negara kuota sebanyak 22 negara, antara lain Jepang, Amerika Serikat, Italia,

6150

6200

6250

6300

6350

6400

6450

6500

6550

6600

2009 2010 2011 2012

Imp

or

(00

0 T

on

)

Tahun

Page 41: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

27

Jerman, Australia, Selandia Baru, Belanda dan lain-lain dan (2) negara non

anggota ICO atau negara non kuota yang mencapai sekitar 44 negara, antara lain

RRC, Korea Selatan, Maroko, Taiwan, Bulgaria, Mesir, Kuwait, Kuba dan lain-

lain (Suryono 1991).

Melihat kondisi yang tidak menguntungkan lagi, maka Negara-negara

produsen yang tergabung dalam ICO membentuk asosiasi baru yang bertujuan

agar campur tangan produsen di pasar dapat terus berlangsung. Asosiasi ini

bernama Association Of Coffee Producing Countries (ACPC). ACPC dibentuk

untuk menciptakan bargaining position negara produsen kopi, namun hal ini

berlawanan dengan ketentuan WTO yang menganut sistim perdagangan bebas

yang seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar.

Agribisnis Kopi Indonesia

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC pada

periode antara tahun 1696-1699. Penanaman tanaman ini mula-mula hanya

bersifat coba-coba (penelitian), tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang

oleh VOC cukup menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC

menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk menanamnya.

Tanaman kopi sudah diusahakan sejak masa penjajahan Belanda yaitu

pada tahun 1669 dengan jenis Kopi Arabika. Namun tanaman kopi baru berhasil

dibudidayakan pada tahun 1699, setelah Belanda menduduki Pulau Jawa. Dari

Pulau Jawa kopi menyebar ke Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali dan Timor. Sejak

itulah tanaman kopi mulai berkembang dan diusahakan dalam perkebunan besar

maupun rakyat (Spillane, 1990).

Kopi jenis Arabika merupakan jenis kopi yang pertama kali dibudidayakan

di Indonesia. Kopi jenis ini menjadi andalan ekspor pemerintah Belanda yang

dikenal dengan nama Kopi Jawa atau Java Coffee. Setelah hampir 100 tahun Java

Coffee menjadi andalan ekspor pemerintah Belanda, pasca tahun 1876 terjadi

penurunan produksi kopi jenis Arabika akibat serangan penyakit jamur Hemileia

Vastratix B. Akibat penyakit ini, produksi kopi menurun sebesar lebih dari 60

persen. Untuk mengantisipasi kekurangan produksi kopi, maka sejak tahun 1900

pemerintah Belanda membudidayakan kopi jenis Robusta setelah sebelumnya

gagal membudidayakan kopi jenis Liberika. Kopi jenis Robusta yang relatif tahan

penyakit kemudian berkembang hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Pada pasca

perang dunia kedua, Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbesar ketiga

dunia, setelah Brazil dan Kolombia (Lubis, 2002).

Kopi jenis Robusta ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan

daerah sentra produksi di pulau Sumatera adalah Sumatera Selatan, Lampung dan

Sumatera Utara, sedangkan di pulau Jawa berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur

(Turnip, 2002). Kopi jenis Arabika masih dibudidayakan tetapi ditanam hanya di

wilayah tertentu saja yang dianggap memenuhi persyaratan tumbuh kopi jenis

Arabika, yaitu NAD, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Timur (Sihotang, 1996).

Subsitem Hulu

Kegiatan budidaya tanaman kopi dimulai dengan penanaman bibit kopi

ataupun stek pada batang kopi. Perkembangbiakan dengan benih umumnya

dilakukan pada jenis kopi arabika, sedangkan robusta lebih sering diperbanyak

Page 42: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

28

secara vegetatif atau buatan. Tahap pertama yang harus diperhatikan dalam

perbanyakan stek adalah memilih bahan tanaman sebagai induk pohon kopi yang

akan dikembangkan, kopi robusta biasanya menggunakan klon. Klon yang

dianjurkan oleh Pusat Kopi dan Kakao (ICCRI) diantaranya BP 308, BP 42, BP

358, BP 409, SA 436, BP 234, BP 939, BP 288, BP 534, BP 936 dan SA 203.

Sumber klon bisa didapatkan di balai-balai penelitian atau toko bibit.

Kopi robusta mempunyai sifat penyerbukan silang, oleh karena itu teknik

budidaya yang dianjurkan adalah system poliklonal yang merupakan

pembudidayaan pohon kopi dari banyak klon. Biasanya satu hamparan kebun

terdiri dari tiga sampai empat klon.

Tanaman kopi memerlukan pupuk sebagai sumber hara, namun petani

sering melupakan perlakuan ini, khususnya setelah tanaman kopi mulai panen.

Pemupukan yang baik adalah dilakukan dua kali dalam setahun atau tergantung

kebutuhan dalam proses pengembangan buah kopi. Jenis pupuk yang digunakan

biasanya urea, TSP dan KCL. Pemanenan dilakukan ketika biji kopi sudah

berwarna merah tua. Tanaman kopi robusta biasanya sudah berproduksi pada

umur 2.5 tahun, sedangkan arabika pada umur tiga tahun.

Subsistem Usahatani (On Farm)

Subsistem usahatani kopi adalah kegiatan menggunakan sarana yang

dihasilkan dari subsistem hulu untuk menghasilkan biji kopi. Sekitar 96 persen

dari luas areal tersebut adalah perkebunan rakyat. Sentra-sentra perkebunan kopi

di Indonesia antara lain Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Aceh, Sumatera

Utara, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur (Direktorat Jenderal

Perkebunan, 2005). Produksi kopi Indonesia saat ini telah mencapai rata-rata

650 000 ton per tahun, dimana 10 000 ton (1.5 persen) dihasilkan dari sektor

perkebunan swasta, 15 000 ton per tahun dari perkebunan Negara (2.3 persen).

Table 3 Luas Areal Perkebunan Kopi Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan

Lahan Tahun 2008-2014 (Ha)

Tahun PR PBN PBS Jumlah Laju %

2008 1 236 842 22 442 35 826 1 295 110 -

2009 1 217 506 22 794 25 935 1 266 235 -0.023

2010 1 162 810 22 681 24 873 1 210 364 -0.046

2011 1 245 176 22 873 24 916 1 292 965 0.064

2012 1 258 029 22 908 24 958 1 305 895 0.010

2013 1 278 706 24 942 27 352 1 331 000 0.019

2014* 1 300 802 25 373 27 825 1 354 000 0.017

Laju Perubahan Rata-rata 0.007

Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

*Angka Sementara

Dilihat tabel hasil penelitian di atas, sejak tahun 2008 sampai 2014

menunjukkan bahwa luas areal perkebunan kopi banyak diusahakan oleh

Perkebunan Rakyat (PR) dengan jumlah rata-rata seluas 1 242 839 hektar atau

sebesar 96 persen dari total luas areal perkebunan kopi. Komoditas kopi yang

banyak di usahakan di Indonesia adalah kopi dari jenis Robusta, dimana sejak

Page 43: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

29

tahun 2011 total areal perkebunan kopi mengalami peningkatan menjadi

1 245 176 hektar, dan yang ditanami Robusta seluas 1.01 juta hektar atau 81

persen dari total areal perkebunan kopi dan sisanya ditanami jenis kopi Arabika.

Berikut merupakan produksi kopi Indonesia dari tahun 2008 sampai 2014.

Tabel 4 Produksi Kopi Indonesia Tahun 2008-2014 (Ton)

Tahun PR PBN PBS Jumlah Laju %

2008 669 942 17 332 10 742 698 016 -

2009 653 918 14 387 14 385 682 690 -0.0224

2010 657 909 14 065 14 947 686 921 0.0062

2011 604 840 14 164 14 987 633 991 -0.0835

2012 718 903 14 188 15 018 748 109 0.1525

2013 697 253 14 906 15 841 728 000 -0.0276

2014* 706 690 15 213 16 097 738 000 0.0135

Rata-rata 672 779 14 894 14 574 702 247 0.0064

Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

*Angka sementara

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah rata-rata produksi

kopi Indonesia dari tahun 2008 sampai 2014 adalah sebesar 702 247 ton setiap

tahunnya atau hanya sebesar 8.69 persen dari total produksi kopi dunia, dengan

laju perubahan rata-rata jumlah produksi kopi setiap tahunnya sebesar 0.006

persen. Permasalahan yang dihadapi subsistem hulu kopi Indonesia adalah

kurangnya pengetahuan penanganan pasca panen (cara tradisional), sehingga mutu

biji kopi sebagai bahan baku pada industri pengolahan kopi rendah.

Subsistem Hilir (Pengolahan)

Kopi yang dihasilkan dari industri kopi pada umumnya adalah berupa kopi

bubuk dan kopi instan. Industri pengolahan kopi pada umumnya digolongkan

menjadi tiga bagian yaitu industri kopi olahan skala kecil, industri kopi olahan

skala menengah dan industri kopi olahan skala besar.

Industri kopi olahan skala kecil, bersifat industri rumah tangga yang

tenaga kerjanya merupakan anggota keluarga yang melibatkan beberapa

karyawan, dengan pemasaran produk di warung, atau pasar sekitar tempat

produksi dengan merek ataupun tanpa merek dagang. Industri kopi skala

menengah merupakan industri yang menghasilkan kopi bubuk ataupun kopi

olahan lainnya, yang produknya dikemas secara sederhana dan biasanya sudah

memperoleh ijin dari Dinas Perindustrian sebagai produk rumah tangga.

Sedangkan industri kopi skala besar merupakan industri pengolahan yang

menghasilkan kopi bubuk, kopi instan, atau kopi mix dan kopi olahan lainnya

yang produknya dipasarkan di berbagai daerah atau diekspor, dengan produk yang

sudah memperoleh nomor merek dagang. Sementara itu industri pengolahan kopi

Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Page 44: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

30

Gambar 9 Pohon Industri Kopi Indonesia

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2009

Buah kopi yang telah masak sempurna akan dipanen untuk diolah menjadi

kopi beras (biji kopi kering). Pengolahan buah kopi yang dilakukan

mempengaruhi cita rasa alohan kopi yang nantinya dihasilkan. Pengolahan buah

kopi menjadi kopi beras dapat dilakukan dengan dua cara pengolahan cara kering

(Oost Indische Bereiding) atau pengolahan cara basah (Wash Indichi Bereiding).

Pengolahan buah kopi dengan metode kering banyak dilakukan oleh petani

Indonesia karena relatif pendek dan sederhana. Proses pengolahan kering

dilakukan dengan langsung mengeringkan buah kopi yang baru dipanen.

Pengeringan dapat menggunakan pengeringan matahari atau dengan pengeringan

buatan. Pengeringan dengan bantuan sinar matahari pada umumnya berlangsung

10-15 hari, sangat bergantung pada keadaan cuaca. Pengeringan dengan cara ini

membutuhkan lokasi yang luas dan bersih. Pengeringan buatan dapat dilakukan

dengan mesin-mesin pengering yang banyak ditawarkan di pasaran, seperti mesin

pengering statik, mesin pengering drum yang berputar atau mesin pengering

vertikal. Dengan pengeringan buatan, suhu pengeringan dapat diatur sehingga

dapat mempertahankan kualitas kopi. Setelah buah kopi kering kulit kopi dikupas

hingga diperoleh biji kopi kering yang bersih (Siswoputranto 1993).

Page 45: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

31

Buah kopi yang diolah dengan metode basah pada umumnya memiliki

kualitas yang baik dan seragam. Namun, jika pengolahannya tidak tepat, beresiko

merusak cita rasa kopi menjadi fermented (biji kopi terfermentasi berlebihan).

Menurut Panggabean (2011) dalam Rohman (2013), tahapan proses pengolahan

kopi secara basah adalah sebagai berikut:

a. Sortasi

Sortasi buah kopi dilakukan secara manual dengan alat berupa bak

penampung yang berisi air. Buah kopi hasil panen dimasukkan ke dalam bak

kemudian diberi air. Buah kopi yang mengambang menandakan buah tersebut

jelek atau rusak. Buah yang tenggelam merupakan buah berisi dan dapat diolah

pada tahap selanjutnya.

b. Pengupasan kulit buah

Buah kopi yang telah disortasi dimasukkan ke mesin pulper yang akan

mengupas kulit buah kopi. Pada prinsipnya pengupasan kulit metode basah sama

dengan pengupasan kulit pada metode kering. Pengupasan kulit buah berlangsung

di antara permukaan silinder yang berputar (rotor) dan permukaan pisau yang

diam (stator) di dalam alat pulper.

c. Fermentasi

Fermentasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lendir yang tersisa

dari kulit tanduk. Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa-senyawa

yang terdapat di lapisan lendir dengan bantuan mikroorganisme. Proses fermentasi

dilakukan dengan merendam biji kopi dengan air pada bak fermentasi. Biji kopi

dibiarkan terendam selama 10 jam. Setelah 10 jam air rendaman dibuang sambil

diaduk. Bak kembali diisi air bersih dan dilakukan perendaman lagi. Setiap 3-4

jam air rendaman diganti sambil diaduk. Perendaman dihentikan setelah 30 jam

difermentasi. Fermentasi yang baik ditandai dengan mengelupasnya lapisan lendir

dari kulit tanduk. Selain dengan fermentasi basah, fermentasi kopi juga dapat

dilakukan dengan fermentasi kering. Fermentasi kering dilakukan tanpa

menggunakan air. Fermentasi kering dilakukan dengan menutup biji kopi dengan

kain atau karung goni basah. Waktu yang diperlukan fermentasi kering lebih lama

dibandingkan fermentasi basah.

d. Pencucian

Pencucian dilakukan untuk menghilangkan sisa lendir yang masih

menempel setelah proses fermentasi. Pencucian mengunakan air mengalir pada

bak yang memanjang, kopi diaduk dengan tangan atau kaki untuk melepaskan sisa

lendir yang masih melekat.

e. Pengeringan

Pengeringan yang dilakukan pada metode basah tidak berbeda dengan

pengeringan pada metode kering. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar

air biji kopi. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara mekanis atau tradisonal.

Pengeringan mekanis menggunakan alat atau mesin pengering. Pengeringan

dengan cara tradisional dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari

(penjemuran).

f. Pengupasan kulit tanduk

Setelah proses pengeringan, biji kopi dihilangkan kulit tanduknya dengan

menggunakan mesin huller. Dengan mesin huller akan diperoleh kopi beras yang

siap disortasi untuk diklasifikasikan mutunya. Biji kopi kering yang dihasilkan

dari pengolahan metode kering atau basah dikemas dengan menggunakan karung

Page 46: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

32

untuk kemudian dijual atau disimpan. Penyimpanan dilakukan pada ruangan yang

mempunyai ventilasi udara yang memadai, disusun baik, dan tidak dicampur

dengan komoditas pertanian lainnya. Ketahanan penyimpanan biji kopi yang

diolah dengan metode kering sama dengan biji kopi yang diolah dengan metode

basah.

g. Penyangraian

Roasting merupakan proses penyangraian biji kopi yang tergantung pada

waktu dan suhu yang ditandai dengan perubahan kimiawi yang signifikan.

Penyangraian sangat menentukan warna dan cita rasa produk kopi yang akan

dikonsumsi, perubahan warna biji dapat dijadikan dasar untuk sistem klasifikasi

sederhana.

h. Penggilingan

Kopi yang telah disangrai kemudian digiling untuk mendapatkan kopi

bubuk. Penggilingan dilakukan dengan alat pengiling (grinder). Mekanisme

penghalusan terjadi karena adanaya gaya gesek antara permukaan biji kopi sangrai

dengan permukaan piringan dan sesama biji kopi sangrai. Tingkat kehalusan

bubuk kopi ditentukan oleh kerapatan piringan dan ayakan yang dipasang pada

bagian dalam mesin pembubuk. Semakin kecil ukuran ayakan di dalam silinder

pembubuk ukuran partikel kopi bubuk semakin halus (Najiyati dan Daniarti

2001).

Penggilingan bertujuan untuk membuka permukaan kopi sangrai.

Permasalahan yang dihadapi oleh subsistem hilir kopi Indonesia adalah

terbatasnya fasilitas produksi biji kopi (mesin/peralatan: pengering, pengupas dan

sortasi), utamanya ditingkat usaha industri skala kecil dan menegah, terbatasnya

penguasaan teknologi proses pada tahap roasting, penerapan GMP, HACCP dan

ISO rendah, sehingga mutu produk rendah dan tidak konsisten, dan kurang adanya

kemampuan melakukan inovasi dan diversifikasi produk sesuai dengan

permintaan pasar domistik maupun internasional.

Subsistem Pemasaran

Pemasaran kopi dimulai dari petani produsen hingga pabrik pengolahan

kopi dan perusahaan eksportir. Saluran pemasaran kopi di Indonesia belum efisien

sehingga hal ini menyebabkan rendahnya tingkat penerimaan petani. Berdasarkan

bagan tataniaga pada Gambar , dapat dilihat bahwa petani kopi dapat memasarkan

biji kopinya langsung ke pedagang pengumpul atau lewat tengkulak. Biasanya

petani yang memiliki mesin kupas (huller) juga berfungsi sebagai pedagang

pengumpul di tingkat desa atau tingkat kecamatan. Pada beberapa daerah di

Indonesia, petani kopi telah memiliki kelompok tani yang dapat memasarkan kopi

hasil kebun petani langsung kepada eksportir. Hal ini sangat menguntungkan

petani karena margin keuntungan yang diperolehnya akan lebih besar. Sementara,

pada perkebunan-perkebunan besar mereka memiliki unit khusus perdagangan

ekspor. Perkebunan jenis ini pada umumnya mempunyai hubungan dengan pihak

importir dan membina hubungan tersebut dengan baik. Seluruh eksportir kopi di

Indonesia terdaftar sebagai anggota Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI).

Badan ini mengusahakan agar kopi Indonesia mendapatkan harga optimal di pasar

dunia.

Page 47: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

33

Perkebunan-perkebunan besar mengusahakan pengolahan biji kopi secara

cermat untuk menghasilkan biji kopi yang bermutu baik. Untuk kepentingan ini

dibangun fasilitas pengolahan biji kopi dengan peralatan yang lengkap untuk

fermentasi dan pencucian serta untuk pengeringan biji kopi. Fasilitas tersebut juga

dilengkapi fasilitas untuk sortasi biji kopi, baik secara manual oleh tenaga-tenaga

manusia maupun menggunakan mesin-mesin sortasi yang bekerja secara

elektronik (Turnip, 2002).

Kopi dibeli dari petani-petani yang datang pada hari-hari pasar atau

dengan cara pembelian langsung di rumah-rumah petani di desa. Kopi yang

dikumpulkan umumnya terdiri dari kopi campur yang belum disortir yang

kemudian diangkut untuk disetorkan ke pedagang eksportir. Kopi ini umumnya

disetorkan ke pengusaha pengolah kopi, yang selanjutnya menyalurkan kopi biji

hasil olahannya ke perusahaan eksportir atau ke pabrik-pabrik lokal untuk kopi

bubuk.

Gambar 10 . Bagan Saluran Pemasaran Kopi Indonesia

Fungsi pedagang pengumpul adalah melayani permintaan pedagang-

pedagang eksportir. Pada beberapa daerah, pemilik mesin pengupas kopi (huller)

berfungsi sebagai pedagang pengumpul di tingkat desa. Pada dasarnya petani

memiliki kebebasan untuk menjual kopi yang mereka hasilkan, tetapi semua

Pedagang Pengumpul

Desa

Industri

Kopi

Petani Kopi

Tengkulak

Pedagang Pengumpul

Kecamatan

Agen

Propinsi

Pedagang Pengumpul

Kabupaten

Pasar

Domestik

Eksportir

Pemilik

Huller

Perkebunan S/N

Importir Broker

Roaster

Pengecer

Eksportir

Page 48: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

34

petani memilih untuk langsung menjual kepada pengumpul desa dengan alasan

lebih praktis dan masih adanya keterikatan kekerabatan yang kuat sehingga

membuat petani memilih menjual kepada pedagang pengumpul desa. Harga yang

dibayar kepada petani adalah harga yang berlaku dipasaran. Sistem pembayaran

umumnya dilakukan secara tunai namun ada juga pedagang pengumpul yang baru

membayar produk kepada petani ketika barang sudah habis terjual. Sedangkan

pemasaran hasil yang dilakukan oleh perkebunan swasta atau negara, memiliki

unit khusus untuk pemasaran ekspor maupun local. Perkebunan ini menjalin

hubungan baik dengan eksportir.

Subsistem Lembaga Penunjang

Seiring dengan perkembangan agribisnis kopi di Indonesia, hingga saat ini,

telah banyak lembaga yang didirikan untuk menunjang dan mendukung kegiatan

agribisnis kopi. Kelembagaan tersebut terdiri dari lembaga riset dan

pengembangan, lembaga keuangan, kelompok tani atau koperasi, lembaga

pemasaran, pemerintah serta berbagai asosiasi terkait lainnya. Salah satunya

adalah Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) yang merupakan wadah persatuan

para petani kopi di seluruh Indonesia yang bertujuan sebagai penyalur aspirasi

petani dengan organisasi seprofesi lainnya, sebagai wadah pengembangan

kegiatan pertanian kopi, menggalang kebersamaan petani kopi dalam menghadapi

pasar bebas dan menjalin kemitraan dengan pelaku bisnis lainnya.

Sementara para eksportir kopi di Indonesia tergabung dalam suatu wadah

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) yang memiliki tugas eksternal yaitu

membatu anggotanya dalam hal promosi di dalam maupun luar negeri, sedangkan

tugas eksternal berupa memberi masukan kepada pemerintah mengenai hal-hal

yang menyangkut perkopian, mengikuti promosi di luar negeri dan membantu

pemerintah meningkatkan konsumsi kopi.

Selain itu lembanga penunjang lainnya adalah Pusat Penelitian Kopi dan

Kakao berasa di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,

Kementerian Pertanian yang terletak di Jember, Jawa Timur. Lembaga ini

bertugas menemukan teknologi yang dibutuhkan pelaku bisnis kopi dan

memberikan pelayanan analisis data yang dibutuhkan oleh pelaku bisnis kopi.

Lembaga ini juga menghasilkan berbagai varietas dan klon kopi unggul juga

melakukan pendampingan terhadap penggunaan benih kopi yang dihasilkan.

6 DAYASAING AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

Analisis Keunggulan Komparatif Kopi Indonesia di Pasar Internasional

Dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional dapat dilihat dari

keunggulan komparatifnya. Salah satu metode untuk menganalisis dayasaing

komparatif suatu komoditas suatu nega di pasar internasional adalah metode

Revealed Comparative Advantage (RCA). Nilai RCA yang lebih dari satu,

mengindikasikan bahwa komoditas suatu negara tersebut memiliki dayasaing.

Pasar ekspor kopi Indonesia merupakan pasar pengikut bila dibandingkan

dengan pasar ekspor Brazil sebagai pasar acuan. Hal ini menunjukkan bahwa

Page 49: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

35

keragaan ekspor kopi Indonesia selain ditentukan oleh produksi kopi Indonesia,

juga sangat ditentukan oleh keragaan kopi di Brazil.

Tabel 5 Nilai Ekspor Kopi Indonesia dan Dunia serta Pangsa Pasar Kopi

Indonesia pada Dunia Tahun 2008-2013

Tahun Ekspor Kopi Pangsa Pasar Indonesia

(%) Indonesia (US$) Dunia (US$)

2008 1 081 467 000 15 018 930 709 7.20

2009 929 822 000 13 524 514 164 6.88

2010 983 998 000 16 272 481 765 6.05

2011 1 303 494 000 21 140 132 985 6.17

2012 1 566 805 000 22 705 167 103 6.90

2013 1 468 261 000 12 313 492 862 11.92

Rata-rata 1 047 692 429 14 424 959 941 6.44

Sumber : Diolah dari UN Comtrade, 2014

Berdasarkan tabel di atas, nilai ekspor kopi Indonesia mengalami fluktuasi

mengikuti fluktuasi nilai ekspor kopi dunia, dimana rata-rata nilai ekspor kopi

Indonesia selama kurun waktu 2008 sampai 2013 adalah sebesar

US$ 1 047 692 429 dengan rata-rata pangsa pasar kopi Indonesia setiap tahunnya

sebesar 6.44 persen. Pangsa pasar kopi Indonesia terhadap dunia paling tinggi

terjadi pada tahun 2013 sebesar 11.92, hal ini disebabkan penurunan ekspor kopi

dunia di tahun 2013 terhadap tahun sebelumnya sebesar 45 persen. Rata-rata

pangsa pasar Brazil pada kurun waktu 2008 sampai 2013 adalah sebesar 31.08

persen, sedangkan Vietnan sebesar 12.04 persen dan Kolombia sebesar 11.6

persen. Keterangan lebih lanjut mengenai pangsa pasar Brazil, Vietnam dan

Kolombia dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 6 Analisis RCA Kopi Indonesia di Pasar Internasional Tahun 2008-2013 Tahun Ekspor Kopi (US$) Ekspor Seluruh Komoditas (US$) RCA

Indonesia(Xij) Dunia(Xwj) Indonesia(Xit) Dunia(Xwt)

2008 1 081 467 000 15 018,930 709 137 020 424 402 15 341 980 304 073 8.06

2009 929 822 000 13 524 514 164 116 509 991 781 11 943 425 234 600 7.05

2010 983 998 000 16 272 481 765 157 779 103 470 14 493048 840 151 5.55

2011 1 303 494 000 21 140 132 985 203 496 619 185 16 838 339 215 892 5.10

2012 1 243 825 829 22 705 16 103 190 000 000 000 17 172 580 313 564 4.95

2013* 1 166 188 552 12 313 492 862 167 658 259 937 14 547 648 794 565 8.22

Rata-

rata 1 047 692 429 14 424 959 941 138 923 485 539 12 905 288 957 549 5.56

Sumber : Diolah dari UN Comtrade, 2014

Ket : *Angka sementara

Besarnya nilai RCA tidak mencerminkan besarnya nilai ekspor kopi

Indonesia. Seperti kita lihat pada tahun 2012, nilai RCA kopi lebih rendah

dibandingkan dengan nilai RCA kopi tahun 2013 sedangkan nilai ekspornya

sebaliknya, hal ini dikarenakan belum semua negara melaporkan nilai ekspor kopi

Page 50: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

36

ke Comtrade sehingga seolah-olah nilai ekspor tahun 2013 turun drastis dari tahun

2012, contohnya Vietnam belum belum melaporkan nilai ekspor kopi pada tahun

2013. Nilai RCA yang meningkat menunjukkan bahwa sumberdaya alam dalam

hal ini produksi kopi Indonesia meningkat, sehingga over supply di dalam negeri,

yang akhirnya meningkatkan jumlah ekspor kopi. Terkait dengan sumberdaya

alam sebagai salah satu faktor penentu dalam analisis dayasaing secara

komparatif, juga akan dibahas lebih lanjut pada analisis dayasaing kopi secara

kompetitif dengan menggunakan Berlian Porter.

Berdasarkan hasil analisis RCA ekspor kopi di atas, Indonesia memiliki

dayasaing dengan tren yang cenderung menurun. Nilai RCA kopi Indonesia yang

fluktuatif , hal ini disebabkan oleh besar kecilnya pangsa kopi Indonesia terhadap

total seluruh ekspor komoditi Indonesia dibandingan dengan pangsa ekspor kopi

dunia terhadap total seluruh ekspor komoditi dunia. Ekspor kopi Indonesia yang

berfluktuatif disebabkan produksi kopi Indonesia yang berfluktuatif, produksi

kopi yang berfluktuatif dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya

konversi lahan, produktivitas, bencana alam, serangan hama penyakit dan

sebagainya. Semua angka RCA yang di peroleh adalah lebih besar dari satu yang

menunjukkan bahwa produk ekspor kopi Indonesia memiliki dayasaing secara

komparatif di pasar dunia, dengan rata-rata RCA sebesar 5.56. Dayasaing kopi

Indonesia tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu dengan nilai RCA sebesar 8.06,

hal ini dikarenakan konstribusi ekspor kopi Indonesia tertinggi dalam kurun waktu

2008-2013 terhadap total ekspor komoditi Indonesia di tahun tersebut yaitu

sebesar 0.79 persen.

Analisis Keunggulan Kompetitif Kopi Indonesia dengan Komponen Sistem

Berlian Poter

1. Kondisi Faktor Kondisi faktor yang berpengaruh terhadap dayasaing agribisnis kopi

Indonesia adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya ilmu

pengetahuan dan teknologi, sumberdaya modal, dan sumberdaya infrastruktur.

Kelima faktor sumberdaya tersebut dalam ekonomi disebut sebagai faktor

produksi. Kelima kondisi faktor sumberdaya tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1) Sumberdaya Alam

Indonesia memiliki iklim tropis dan curah hujan yang sangat mendukung

untuk perkembangan komoditas kopi. Kondisi lingkungan sumber daya alam

untuk tanaman kopi berbeda untuk Robusta dan Arabika.

Kopi jenis Robusta ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan

daerah sentra produksi di Pulau Sumatera adalah Sumatera Selatan, Lampung, dan

Sumatera Utara sedangkan di Pulau Jawa berada di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kopi Robusta membutuhkan tempat dengan ketinggian 400-700 m dpl serta

dengan suhu sebesar 2100 – 240

0 C sedangkan untuk kopi Arabika membutuhkan

tempat dengan ketinggian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Robusta yaitu

sebesar 700 – 1.700 m dpl serta dengan suhu sebesar 1600 – 200

0 C.

Kopi jenis Arabika dibudidayakan di Indonesia tetapi ditanam hanya di

wilayah tertentu saja yang dianggap memenuhi persyaratan tumbuh kopi jenis

Page 51: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

37

Arabika, yaitu NAD, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Timur. Beberapa sifat

penting kopi arabika adalah :

i. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu

16-200C.

ii. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3

bulan/tahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman.

iii. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di

dataran rendah atau kurang dari 500 m dpl.

iv. Rata-rata produksi sedang (4,5-5 ku kopi beras/ha/th), tetapi

mempunyaikualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya.

Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 ku/ha/th.

Rendemen ± 18%.

v. Umumnya berbuah sekali dalam satu tahun. Beberapa varietas kopi yang

termasuk kopi Arabika dan banyak diusahakan di Indonesia antara lain

Abesinia, Pasumah, Marago type, dan Congensis.

Lahan perkebunan kopi di Indonesia cukup luas namun tidak didukung

oleh produktivitas yang tinggi dikarenakan kepemilikan lahan sebagain besar

adalah perkebunan rakyat, yang umumnya kurang intensif dalam pemeliharaan

tanaman, tidak melakukan peremajaan tanaman, dan penggunaan teknologi

budidaya yang masih sederhana. Berikut adalah perkembangan produktivitas kopi

Indonesia tahun 2008 sampai 2014.

Tabel 7 Luas Lahan, Jumlah Produksi dan Produktivitas Kopi Indonesia Tahun

2008-2014

Tahun Luas (Ha) Produksi (Kg) Produktivitas (Kg/Ha)

2008 1 295 110 698 016 000 538.96

2009 1 266 235 682 690 000 539.15

2010 1 210 364 686 921 000 567.53

2011 1 292 965 633 991 000 490.34

2012 1 305 895 748 109 000 572.87

2013 1 331 000 728 000 000 546.96

2014 1 354 000 738 000 000 545.05

Rata-rata 1 293 653 702 246 714 542.98

Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

Selain tanaman jenis Robusta dan Arabika, Indonesia juga memiliki

kelompok kopi spesial, diantaranya adalah kopi Jawa yang ditanam di dataran

tinggi Ijen Jawa timur, Kopi Luwak yang diusahakan di Aceh, Kopi Toraja yang

di tanam di Tana Toraja Sulawesi Selatan, Kopi Kintamani yang di Tanam di

Pegunungan Kintamani Bali, dan Kopi Flores yang ditanam di dataran tinggi

Manggarai Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian, apabila dilihat dari potensi

sumber daya alam seperti luas lahan dan iklim Indonesia dapat mendukung

pengembangan agribisnis kopi. Berikut adalah grafik perkembangan luas areal

perkebunan kopi Indonesia dari tahun 2008 sampai 2014.

Page 52: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

38

Gambar 12 Perkembangan Luas Perkebunan Kopi TAhun 2008-2014 Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa sejak tahun 2011, luas

areal perkebunan kopi mengalami peningkatan tiap tahunnya. Laju perubahan

rata-rata areal perkebunan kopi Indonesia dari tahun 2008 sampai 2014 adalah

0.007 persen setiap tahunnya.

Bibit kopi dapat diperoleh melalui sejumlah intansi seperti, PT Perkebunan

terdekat, Balai penelitian perkebunan misalnya Pusat Penelitian Kopi dan Kakao

di Jember, dinas pertanian, atau perusahaan penghasil benih seperti PT. Treno

Kenangan di Kabupaten Lombok Tengah.

2) Sumberdaya Manusia

Sebagai salah satu faktor produksi, kualitas sumberdaya manusia sangat

menentukan keberhasilan agribisnis kopi. Secara keseluruhan sumberdaya

manusia berperan dalam mendukung keunggulan kompetitif dari agribisnis kopi.

Sebagian besar perkebunan kopi adalah perkebunan rakyat. Perkebunan ini

merupakan kumpulan dari kebun-kebun kecil yang dimiliki oleh petani dengan

luasan antara 1 sampai 2 ha. Indonesia merupakan negara dengan SDM melimpah.

Penyerapan tenaga kerja bidang perkopian sebagian besar masih pada subsektor

perkebunan kopi. Secara umum, tenaga kerja yang dipakai dalam budidaya kopi

adalah tenaga kerja untuk persiapan lahan, penanaman tanaman pelindung kopi,

pemeliharaan dan pengendalian hama, pemanenan dan pengolahan.

3) Sumberdaya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Sumber daya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan faktor

penentu yang sangat penting bagi upaya peningkatan dayasaing industri kopi

nasional. Penguasaan teknologi dari mulai pra panen, panen sampai dengan pasca

panen merupakan faktor utama bagi peningkatan produktivitas serta mutu kopi,

yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan dayasaing industri kopi

Indonesia. Begitu juga penerapan teknologi informasi yang diharapkan mampu

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Series1 1,295,11 1,266,23 1,210,36 1,292,96 1,305,89 1,331,00 1,354,00

1,100,000

1,150,000

1,200,000

1,250,000

1,300,000

1,350,000

1,400,000Lu

as P

erk

eb

un

an K

op

i (H

a)

Page 53: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

39

menyebarluaskan informasi yang dibutuhkan bagi para pelaku dan konsumen

produk.

PPKKI salah satunya berperan sebagai penghasil benih kopi unggul dan

informasi pasar. Kegiatan inovasi teknologi rutin dilakukan setiap tahunnya

bekerjasama dengan beberapa perkebunan rakyat. Selain itu terdapat Pusat

Analisis Sosial Ekonomi, Lembaga Riset Perkenunan Indonesia, dan Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian, semua lembaga ini memberikan informasi

mengenai perkopian nasional melalui warta, jurnal, situs resmi, musyawarah kerja

nasional dan sebagainya. Sehingga diharapkan pelaku bisnis kopi nasional

memperoleh informasi yang cukup bagi peningkatan dayasaing kopi.

Tingkat penggunaan teknologi oleh petani kopi masih dikatakan rendah.

Rendahnya penggunaan teknologi tersebut proses alih ilmu pengetahuan dan

teknologi dari ahli kopi dan lembaga penelitian ataupun penyuluh kepada petani

yang lambat. Oleh karena itu, harus ada kerjasama membangun informasi antara

lembaga penelitian pengembangan kopi dengan petani kopi. Lembaga penelitian

dapat memberikan cara-cara penggunaan teknologi dengan baik dan benar serta

memberikan cara-cara untuk meningkatkan kualitas mutu sesuai dengan

preferensi konsumen kepada para petani kopi. Dengan adanya kerjasama tersebut

diharapkan dapat menghasilkan kualitas kopi yang lebih baik atau meningkat.

Berbeda dengan teknologi di tingkat petani, teknologi di tingkat industri kopi

sudah semakin canggih. Banyak penemuan mesin pengolahan kopi dengan

volume tinggi sehingga menghasilkan kopi dengan kualitas lebih baik. Secara

keseluruhan sumberdaya IPTEK telah medukung dayasaing kopi Indonesia.

4) Sumberdaya Modal

Sumber daya modal merupakan salah satu faktor penting dalam

perkembangan agribisnis kopi Indonesia. Penguasaan modal bagi para pelaku

bisnis dalam sistim agribisnis kopi Indonesia masih relatif rendah. Dimulai dari

petani yang memiliki keterbatasan modal untuk mengembangkan usahanya,

terutama dalam pengadaan sarana dan prasaranan dan modal kerja. Kemudian

pelaku industri di bagian pengolahan kopi yang umumnya mengolah secara

tradisional, juga memiliki kendala dalam permodalan.

Secara umum, sumberdaya modal untuk investasi di industri kopi berupa

investasi yang berbadan hukum seperti PMA, PMDN, BUMN, BUMD dan

Koperasi. Permodalan dalam dunia perkebunan kopi ini masih dirasakan sangat

kurang. Hal ini disebabkan oleh belum adanya sertifikasi terhadap kepemilikan

lahan, serta tidak adanya kredit dari Pemerintah dengan bunga ringan serta sifat

dari produk pertanian yang hasil produksinya tidak pasti atau tergantung terhadap

keadaan alam. Hal inilah yang ditakutkan oleh sebagian besar lembaga

permodalan karena mereka takut modal yang diberikan tidak akan kembali atau

dapat kembali tetapi dalam jangka waktu yang lama. Selain itu minat investor

asing ke Indonesia masih kurang karena terkait masalah perburuhan, perpajakan

dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.

Mengenai kesulitan modal yang dialami petani-petani kopi di Indonesia,

Indonesia bisa belajar dari keberhasilan Brazil dan Vietnam dalam memperhatikan

petani kopi di negara mereka. Pemerintah Brazil membantu para petani dengan

memberikan bantuan kredit berbunga rendah, memberikan dana konpensasi

pengganti investasi bagi petani yang mengkonversi kopi Robusta ke kopi Arabika,

Page 54: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

40

membebaskan petani kopi dari pajak, serta menyediahkan klon-klon unggul

kepada petani sehingga banyak dari petani Brazil yang mengusahakan kopi

Arabika dan mereka merasa diuntungkan ditambah lagi dengan kebijakan

pemerintah yang berpihak kepada petani. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

sumberdaya modal belum mendukung sepenuhnya peningkatan dayasaing kopi

Indonesia.

5) Sumberdaya Infrastruktur

Sumber daya infrastruktur merupakan faktor penentu keberhasilan bagi

upaya peningkatan daya saing industri kopi Indonesia. Sarana dan prasarana fisik

tersebut meliputi sarana dan prasarana budidaya kopi, sarana dan prasarana

penyimpanan dan pengangkutan, transportasi (jalan) dan telekomunikasi. Sarana

dan prasarana tersebut merupakan syarat mutlak bagi pengembangan industri kopi

nasional.

Khusus untuk kopi arabika yang menuntut lingkungan dengan suhu rendah

dan umumnya terdapat di dataran tinggi, belum di dukung oleh saraea

infrastruktur yang memadai. Hal ini akan berpengaruh pada hal distribusi produk,

yang akan meningkatkan biaya transportasi yang merupakan harga input, tidak

sejalan dengan harga output yang rendah. Menurut Direktorat Jenderal

Perkebunan (2006), keadaan prasarana yang mendukung industri kopi saat ini

mulai dari tempat produksi hingga ke pelabuhan (jalan, alat angkutan, listrik dan

energy) masih kurang memadai dan minim khususnya di luar pulau Jawa. Maka,

secara keseluruhan keadaan dari sarana dan prasarana yang ada belum dapat

mendukung industri kopi yang berdayasaing.

2. Kondisi Permintaan

1) Komposisi Permintaan Domestik

Kondisi permintaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam

upaya peningkatan dayasaing kopi Indonesia, semakin besar permintaan

konsumen terhadap kopi Indonesia maka tentunya akan dapat meningkatkan

dayasaing kopi Indonesia di pasar internasional.

Komposisi permintaan domestik menurut Ditjenbun terdiri dari industri

rumah tangga, industri kembang gula, industri minuman, dan industri lainnya.

Konsumsi kopi terbesar adalah konsumsi industri rumah tangga yang mencapai 85

persen setiap tahunnya. Sedangkan industri kembang gula mencapai delapan

persen setiap tahunnya, industri minuman sekitar lima persen dan sisanya dua

persen untuk konsumsi sektor industri lain.

2) Jumlah Permintaan dan Pola Pertumbuhan

Dilihat dari sejarah perkembangan kopi di Indonesia, sejak kopi menjadi

salah satu komoditi andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun 1900an,

kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola oleh Pemerintah Hindia

Belanda hampir semuanya diekspor. Kopi-kopi yang berkualitas rendah dan tidak

laku dieksporlah yang dijual atau diberikan kepada rakyat dan buruh kebun untuk

dijadikan minuman. Selera minum kopi dari bahan kopi yang berkualitas rendah

ini terbawa secara turun temurun hingga sekarang dan bahkan dibeberapa daerah

khususnya di Jawa, kopinya dicampur dengan beras atau jagung. Dengan

Page 55: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

41

meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan di

Indonesia telah mendorong terjadinya pergeseran dalam pola konsumsi kopi

khususnya pada kawula muda. Generasi muda pada umumnya lebih menyukai

minum kopi instant, kopi three in one maupun minuman berbasis expresso yang

disajikan di café-café. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan

konsumsi utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua.

Laju pertumbuhan konsumsi kopi dalam negeri selama kurun waktu 2010

sampai 2014 mengalami fluktuasi meskipun perubahannya sangat kecil, yaitu

rata-rata sebesar 0.75 persen setiap tahunnya dan hanya sebesar 0.93

Kg/Kapita/tahun rata-rata konsumsinya. Berikut adalah jumlah konsumsi kopi

Indonesia tahun 2010 sampai 2014.

Tabel 8 Jumlah Konsumsi Kopi Indonesia Tahun 2010-2014

No. Tahun Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Kebutuhan Kopi

(Kg)

Konsumsi Kopi

(Kg/Kapita/Tahun)

1 2010 237 000 000 190 000 000 0.80

2 2011 241 000 000 210 000 000 0.87

3 2012 245 000 000 230 000 000 0.94

4 2013 249 000 000 250 000 000 1.00

5 2014* 253 000 000 260 000 000 1.03

*Angka Sementara

Sumber : AEKI, 2014

Berdasarkan tabel di atas, jumlah konsumsi kopi rata-rata Indonesia setiap

tahunnya (2010-2014) adalah sebesar 228 000 000 Kg atau 228 000 ton kopi

pertahun atau hanya sebesar 32.47 persen dari total produksi kopi Indonesia.

3) Internasionalisasi Permintaan Domestik

Sebagian besar produk kopi Indonesia ditujukan untuk ekspor guna

memenuhi kebutuhan pasar internasional. Hingga saat ini industri kopi domestik

masih bertumpu pada ekspor dalam bentuk biji kopi yang nilai tambahnya tentu

lebih rendah dari kopi olahan.

Tujuan ekspor kopi utama Indonesia antara lain adalah ke negara-negara

anggota MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), negara kawasan Amerika khususnya

negara Amerika Serikat serta negara di kawasan Asia seperti Jepang, Singapura,

Korea, dan Malaysia (AEKI, 2005).

Indonesia mengekspor sebagian besar kopi yang diproduksinya. Ekspor

kopi Indonesia sebagian besar terdiri dari ekspor kopi Robusta. Tujuan ekspor

kopi Indonesia masih didominasi oleh negara-negara Eropa, USA, dan beberapa

negara Asia seperti Jepang, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Pilipina, Singapura

dan beberapa negara Afrika seperti Afrika Selatan, Mesir dan UEA. Namun

negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah Amerika, Jepang, dan Jerman.

Berikut adalah perkembangan ekspor ke tiga negara tujuan utama kopi Indonesia

tahun 2008 sampai 2012.

Ekspor kopi hanya dapat dilakukan oleh Eksportir Terdaftar Kopi (ETK)

dan Eksportir Kopi Sementara (EKS), sesuai tataniaga ekspor kopi yang diatur

dalam Permendag No. 10/M-DAG/PER/5/2011 tentang ketentuan ekspor kopi,

Page 56: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

42

berlaku mulai 3 Mei 2011. Berikut adalah perkembangan ekspor kopi Indonesia

berdasarkan jenis pada tahun 2008 sampai Februari 2014.

Tabel 9 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia ke Tiga Negara Utama Tujuan

Ekpor Tahun 2008-2012

Negara 2008 2009 2010 2011 2012 Nilai Rata-

rata (000 US$)

AS 174 000 161 000 176 000 275 000 331 000 1 117 000 223 400

Jepang 124 000 98 000 119 000 175 000 146 000 662 000 132 400

Jerman 174 000 109 000 106 000 71 000 117 000 577 000 115 400

Sumber : Diolah dari Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia, Kementerian

Perdagangan 2013

Berdasarkan Tabel 9, nilai rata-rata ekspor kopi Indonesia ke tiga negara

utama tujuan ekspor tiap tahunnya adalah US$ 471 200 000. Ekspor terbesar

adalah untuk AS dengan nilai rata-rata setiap tahunnya sebesar US$ 223 000 000

atau sebesar 21.28 persen dari total ekspor rata-rata kopi Indonesia setiap

tahunnya.

Gambar 11 Perkembangan Ekspor Kopi Indonesia Berdasarkan Jenis, Tahun

2008-2014

Sumber : Diolah dari AEKI, 2014

*sampai Februari 2014

Berdasarkan grafik di atas, Indonesia lebih banyak mengekspor kopi

dalam bentuk green beans dengan rata-rata ekspor setiap tahunnya (2008-Februari

2014) sebesar 467,718 ton atau 92 persen dari total ekspor kopi Indonesia.

Beberapa negara termasuk Indonesia melakukan penjualan kopi di negara-negara

masing-masing. Pihak-pihak importir membeli langsung dari perusahaan-

perusahaan perkebunan atau perusahaan-perusahaan eksportir, yang selanjutnya

diurus oleh pihak pembeli. Ada juga yang menawarkan kopi melalui pusat-pusat

pasaran komoditi, terutama melalui Coffee and Sugar Exchange di New York,

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Green Beans

Instant Coffee

Extract Coffee

Page 57: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

43

Terminal Market di London,di Paris, Los Angeles. Di pusat pasaran kopi inilah

bertemu para broker, baik yang mewakili perusahaan-perusahaan penjualan yang

ada di banyak negara produsen maupun perusahaan-perusahaan impor.

3. Industri Terkait dan Pendukung Industri terkait dan industri pendukung memiliki peran penting dalam

meningkatkan daya saing kopi Indonesia. Pada industri terkait ekspor kopi

meliputi industri penyediaan bahan baku sedangkan pada industri pendukung

memiliki peran dalam pengembangan produk kopi olahan.

1) Industri Terkait

Industri terkait merupakan industri yang berada dalam sistem komoditas

secara vertikal. Industri ini dimulai dari pengadaan bahan baku sampai pemasaran.

a) Industri Pemasok Bahan Baku

Industri kopi tentunya sangat bergantung pada kemampuan industri hulu

menyediakan benih unggul. Petani kopi sebenarnya mudah untuk mendapatkan

bibit unggul, PT Treno Kenangan yang terdapat di provinsi Nusa Tenggara Barat

adalah salah satu penyedia bibit kopi, selain itu Pusat Kopi dan Kakao juga

menyediakan bibit kopi unggul.

b) Industri Jasa Pemasaran

Industri jasa pemasaran merupakan lembaga perantara, baik pedagang

besar, distributor, eksportir maupun grosir dan pedagang eceran. Lembaga

pemasaran dalam industri kopi robusta berada dalam rangkaian yang cukup

panjang. Rantai pemasaran yang panjang biasanya menggambarkan marjin

pemasaran yang tinggi. Marjin pemasaran yang tinggi menyatakan bahwa pasar

tidak efisien. Hal ini tentu saja menjadi penghambat dalam pengembangan

agribisnis kopi.

2) Industri Pendukung

Industri pendukung adalah industri yang memberikan konstribusi tidak

langsung dalam sistem komoditas secara vertikal. Industri pendukung yang

dimaksud disini adalah industri pengolahan kopi dan industri penangkar benih

kopi. Industri pengolahan kopi merupakan pengembangan industri hilir kopi yang

mempunyai arti strategis untuk mengantisipasi kejenuhan pasar biji kopi,

meningkatkan nilai tambah, mengurangi resiko fluktuasi harga biji kopi,

memperkuat struktur ekspor dan meningkatkan peran Indonesia dalam perkopian

dunia.

Bentuk olahan biji kopi mempunyai jenis yang beragam. Biji kopi dapat

menghasilkan dua bagian, yaitu kopi jadi dan setengah jadi. Kopi jadi

menghasilkan kopi instan, sedangkan kopi setengah jadi menjadi kopi bubuk atau

kopi sangrai. Proses pengolahan adalah biji, kopi sebagai bahan baku, di industri

hilir, biji kopi di proses menjadi biji kopi mentah bentuk kering, di industri antara

di oleh lagi menjadi kopi beras, di industri hilir, kopi beras di oleh menjadi kopi

bubuk, kopi ekstrak dam sebagainya.

Lokasi industri kopi olahan antara lain di Sumatera Utara, Lampung, Jawa

Timur dan Sulawesi Selatan dengan sentra produksi yang tersebar di berbagai

propinsi sebanyak 32 sentra. Perusahaan yang kini sudah menerjuni industri

pengolahan kopi antara lain PT Sari Incofood Corporation (Sumut), PT Mayora

Page 58: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

44

Indah Tbk (Banten), PT Santos Jaya Abadi (Jatim), PT Nestle Indonesia (Jatim)

dan PT Aneka Coffee Industry (Jatim).

Industri pendukung lainnya adalah industri penangkar benih. Sebagai

contoh penangkar benih di Jawa Timur. Dinas Perkebunan Jawa Timur melalui

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih dan Tanaman Perkebunan (BBTP) saat

ini mulai mengembangkan bibit unggul bervarietas lokal. Pengembangan bibit

unggul itu telah dilakukan di beberapa daerah kabupaten/kota disesuaikan dengan

kondisi tanah setempat. Pembenihannya tidak dilakukan di areal sawah petani

tetapi melalui mekanisme proses penangkaran yang dilakukan oleh Kebun Bibit

Nener (KBN). Dari KBN kemudian ditanggarkan oleh Kebun Bibit Induk (KBI).

Selain itu, BBTP juga mengembangkan bibit kopi jenis Arabika.

Pengembangannya dilakukan di Kabupaten Probolinggo seluas 5 ha.

Secara keseluruhan industri pengolahan kopi di Indonesa masih

berorientasi pada pemenuhan konsumsi dalam negeri sehingga perlu

pengembangan lebih lanjut untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas

dengan cita rasa yang tinggi sesuai dengan permintaan pasar. Pengembangan kopi

spesialti juga merupakan sebuah peluang yang dapat dikembangkan.

4. Struktur, Persaingan dan Strategi

Pasar kopi olahan disegmentasikan menjadi dua, yaitu pasar kopi instan

dan pasar kopi bubuk. Secara keseluruhan dalam pangsa pasar minuman kopi,

Kapal Api menduduki market share paling tinggi dari Tahun 2009 hingga Tahun

2011. Akan tetapi, apabila pasar dipecah menjadi dua segmen, maka Nescafe

unggul daripada Kapal Api dalam kopi instan, sedangkan Kapal Api unggul dalam

kopi bubuk.

Tabel 10 Pangsa pasar (market share) Lima Merek Kopi Tahun 2009-2011

Nama Perusahaan

Merek

Market share (%)

2009 2010 2011

PT. Santos Abadi Jaya Kapal Api 43.6 39.4 35.7

PT. Santos Abadi Jaya ABC 18.9 22.1 24.4

PT. Nestle Indonesia Nescafe 9.9 8.3 5.2

PT. Mayora Indah Tbk Torabika 7.5 6.2 8.5

PT. Sari Incofood

Corporation Indocafe 6.4 9.1 8.4

Sumber: Majalah SWA, No.16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009, No.090/XXVI/

April-11 Mei 2010, No.15/XXVI/ 15-28 Juli 2010 dan

No.15/XXVII/18-27 Juli 2011

Pada tahun 2009 terdapat sebanyak 473 perusahaan kopi di Indonesia,

dimana dari jumlah tersebut yang dipastikan masih aktif berproduksi ada sejumlah

205 perusahaan. Sedangkan Sebanyak 268 perusahaan lainnya merupakan

perusahan dengan skala kecil atau skala rumah tangga yang aktifitas produksinya

bersifat musiman atau tidak menentu, dan yang tidak dapat dilacak eksistensinya.

Dari 205 perusahaan yang aktif tersebut, sebanyak 167 perusahaan memproduksi

kopi bubuk dan 57 perusahaan memproduksi kopi mix instan. Yang menarik

adalah sebagian besar dari perusahaan-perusahaan yang masih aktif tersebut (99

Page 59: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

45

perusahaan atau 48.3 persen) justru berada di Pulau Jawa (DKI, Jawa Timur dan

Jawa Barat). Dari 99 perusahaan tersebut, yang berdomisi di DKI merupakan yang

paling banyak yakni 30 perusahaan. Padahal, DKI jelas tidak memiliki

perkebunan kopi. Jawa Timur yang merupakan salah satu sentra kopi nasional

masih wajar jika memiliki produsen sebanyak 22 perusahaan. Tetapi, Pulau

Sulawesi yang merupakan sentra produksi kopi nasional, utamanya Sulawesi

Selatan, produsen yang masih aktif justru tinggal sembilan perusahaan saja. Sentra

produsen lainnya seperti Lampung hanya ada 8 produsen yang masih aktif, dan di

Bengkulu hanya ada dua perusahaan saja. Keterangan jumlah perusahaan kopi

tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel 11 Analisis Concentration Ratio (CR4)

No. Nama Perusahaan Nama Merek Rata-rata

Pangsa (%)

1 PT. Santos Abadi Jaya Kapal Api dan ABC 61.37

2 PT. Nestle Indonesia Nescafe 7.80

3 PT. Mayora Indah TBK Torabika 7.40

4 PT. Sari Incofood Corporation Indocafe 7.97

Jumlah 84.53

Sumber : Diolah dari Majalah SWA

Berdasarkan hasil analisis diatas diketahui bahwa nilai konsentrasi pasar

(CR4) ke empat perusahaan kopi olahan tersebut adalah 84.53 persen (>40)

mendekati 100 persen artinya konsentrasi ke empat perusahaan ini sangat besar.

Hal ini menunjukkan bahwa struktur pasar yang terjadi adalah pasar monopoli.

Sementara itu struktur pasar industri ekspor kopi (eksportir) adalah mengarah ke

pasar bersaing sempurna, hal ini diasumsikan berdasarkan dengan banyaknya

perusahaan eksportir kopi di Indonesia dengan perbandingan volume eskpor kopi

Indonesia, yaitu sejumlah 113 perusahaan (Lampiran 4).

Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kemitraan antara industri

pengolahan kopi, eksportir dan petani untuk meningkatkan mutu kopi,

menghilangkan peraturan perundang-undangan yang menghambat pengembangan

kopi, meningkatkan mutu biji kopi dengan mendorong dibangunnya fasilitas unit-

unit pengering, pengupas, dan sortasi di sentra-sentra kopi. Selain itu, dilakukan

juga upaya peningkatan mutu kopi olahan melalui teknologi roasting dan

penggunaan kemasan produk Dalam jangka panjang dilakukan beberapa strategi

di antaranya adalah meningkatkan produksi biji kopi khususnya jenis arabika,

mengembangkan riset dan teknologi industri pengolahan kopi di samping

membangun merek kopi olahan Indonesia di pasar global dan membangun

jaringan bisnis dalam skala global. Mengenai strategi harga, petani sebagai

penerima harga memiliki posisi yang lemah dalam menentukan harga. Dalam hal

strategi promosi, banyak hal bisa dilakukan untuk meningkatkan konsumsi dalam

negeri seperti seminar tentang kopi, pameran hasil penelitian kopi, gelar teknologi

mesin pengolahan kopi, dan sebagainya.

Page 60: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

46

5. Peran Pemerintah

Upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan dayasaing kopi dalam

negeri adalah dengan menetapkan sistem standarisasi nasional sejak tahun 1975

melalui SK Menteri Perdagangan No. 266/KP/X/76. Berdasarkan standar tersebut,

mutu biji kopi dibagi menjadi mutu 1, 2, 3 dan 4, hal ini berlaku bagi pengolahan

kering maupun basah (Abdoellah 2003). Selain itu Departemen Pertanian

mengalokasikan dana APBN sebanyak Rp. 9.29 miliar untuk rehabilitasi dan

peremajaan tanaman kopi seluas 2,828 hektar untuk meningkatkan pengembangan

kopi Arabika (Ditjenbun 2008). Pemerintah melalui Direktorat Jenderal

Perkebunan melakukan kegiatan penyuluhan mulai dari pra panen sampai pasca

panen. Pemerintah juga banyak melakukan banyak penelitian mengenai bibit

unggul dan melepaskan varietas bibit kopi unggul guna mendukung dayasaing

kopi Indonesia.

6. Peran Kesempatan

Peran kesempatan merupakan faktor yang ada di luar kendali pemerintah

seperti peningkatan daya saing karena perdagangan bebas ataupun karena adanya

blok-blok perdagangan. Pasar bebas memberikan peluang bagi Indonesia untuk

meningkatkan dayasaing produk kopi di manca negara. Sebagai Negara produsen

kopi ke tiga terbesar dunia dan Indonesia mempunya ragam kelompok kopi

spesial, Indonesia berkesempatan membidik pasar baru terutama dalam hal ekspor

kopi kelompok spesial yang dimiliki Indonesia.

Dari analisis Berlian Porter tersebut, maka dapat diketahui hasil analisis

adalah bahwa dayasaing kopi Indonesia secara kompetitif didukung oleh sebagian

besar faktor utama dan faktor pendukung (kesempatan dan peran pemerintah), hal

ini dapat diperjalas dengan analisis menggunakan matriks EFAS dan IFAS

dimana faktor yang mendukung dayasaing kopi akan menjadi kekuatan dan

peluang sementara faktor yang kurang mendukung dayasaing kopi akan menjadi

kelemahan dan ancaman.

7 RUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGRIBISNIS KOPI INDONESIA

Alat analisis yang digunakan adalah metode SWOT. Langkah pertama

yang dilakukan adalah mengidentifikasi informasi menjadi dua kelompok, yaitu

informasi yang termasuk ke dalam lingkup internal, dan informasi yang termasuk

ke dalam lingkup eksternal. Selanjutnya, dilakukan identifikasi kekuatan dan

kelemahan yang berasal dari lingkup internal kemudian identifikasi peluang dan

ancaman yang berasal dari lingkup eksternal. Sumber informasi yang digunakan

berasal wawancara dengan pihak terkait seperti pengusaha kopi olahan, Peneliti

Sosial Ekonomi Pertanian dan Balai Besar Industri Agro, sehingga diperoleh

strategi pengembangan yang sesuai dengan kondisi agribisnis kopi Indonesia saat

ini.

Page 61: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

47

Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Tahap pertama yang dilakukan dalam perumusan strategi adalah

melakukan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis ini

di turunkan berdasarkan setiap komponen dalam analisis Berlian Porter yang

sumber informasinya berasal dari berbagai literatur dan wawancara dengan

pengusaha kopi olahan, Peneliti dari Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian dan Balai Besar Industri Agro.

Page 62: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

48

Tabel 12 Analisis Komponen Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman Komponen Identifikasi SWOT Faktor-faktor

Kondisi Faktor Sumberdaya

1. Sumberdaya Alam Kekuatan

Indonesia memiliki iklim tropis dan

curah hujan yang sangat

mendukung untuk perkembangan

komoditas kopi

Indonesia negara ke tiga terbesar

dunia penghasil kopi Robusta.

Indonesia memiliki kelompok kopi

spesial 2. Sumberdaya Manusia Peluang Jumlah penduduk Indonesia yang

besar, potensi bagi tenaga kerja di

Industri kopi.

3. Sumberdaya IPTEK Kelemahan

Teknologi roasting dan blending

belum sepenuhnya dikuasai oleh

industri kopi

4. Sumberdaya Modal Kelemahan Permodalan di perkebunan kopi

masih dirasakan kurang.

5. Sumberdaya

Infrastruktur

Kelemahan Kurang memadai sarana dan

prasarana di onfarm maupun di

industri kopi

Kodisi Permintaan

1. Komposisi Permintaan

Domestik

Peluang Konsumsi Industri rumah tangga

menyerap 85 persen produksi kopi

2. Jumlah Permintaan dan

Pola Pertumbuhan

Kelemahan Konsumsi kopi perkapita yang

sangat rendah

3. Internasionalisasi

Permintaan Domestik

Kelemahan Ekspor sebagian besar masih dalam

bentuk biji kopi

Industri Terkait dan Industri Pendukung

1. Industri Terkait Kekuatan

Kelemahan

Ancaman

Petani mudah memperoleh bibit

unggul

Pajak yang tinggi untuk bahan

penolong seperti gula sebesar 40%

Banyaknya kafe-kafe kopi instan

yang bahan bakunya tidak

menggunakan kopi asal Indonesia

2. Industri Pendukung Peluang Banyaknya perusahaan kopi olahan

sehingga menyerap tenaga kerja.

Struktur, Persaingan dan Strategi

Struktur, Persaingan

dan Strategi

Ancaman

Tuntutan mengikuti ketentuan $C

(Common Code for The Coffee

Community)

Peran Pemerintah Ancaman

Peluang

Adanya standar nasional

Alokasi dana untuk rehabilitasi dan

peremajaan tanaman kopi

Adanya penyuluhan, riset bibit

unggul dan pelepasan varietas

unggul

Peran Kesempatan Peluang Perdagangan bebas

Page 63: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

49

Matriks Faktor Strategi Eksternal (External Factor Analysis Strategy)

dan Faktor Strategi Internal (Internal Factor Analysis Strategy)

Matriks ini digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal (EFAS)

yang merupakan ancaman dan peluang, sedangkan faktor-faktor internal berupa

kekuatan dan kelemahan (IFAS)

Tabel 13 Matriks EFAS dan IFAS Faktor-faktor Eksternal dan Internal Bobot Rating Jumlah

Peluang (O) :

Jumlah penduduk Indonesia yang besar, potensi

bagi tenaga kerja di Industri kopi.

Konsumsi Industri rumah tangga menyerap 85

persen produksi kopi

Banyaknya perusahaan kopi olahan sehingga

menyerap tenaga kerja.

Alokasi dana untuk rehabilitasi dan peremajaan

tanaman kopi

Adanya penyuluhan, riset bibit unggul dan

pelepasan varietas unggul

Perdagangan bebas

0.15

0.15

0.15

0.05

0.10

0.10

2

2

2

3

3

2

0.30

0.30

0.30

0.15

0.30

0.20

Jumlah 0.60 1.55

Ancaman (T) :

Banyaknya kafe-kafe kopi instan yang bahan

bakunya tidak menggunakan kopi asal Indonesia

Tuntutan mengikuti ketentuan 4C (Common Code

for The Coffee Community)

Adanya SNI

0,10

0.10

0.10

3

2

2

0.30

0.20

0.20

Jumlah 0.30 0.70

Kekuatan (S) :

Indonesia memiliki iklim tropis dan curah hujan

yang sangat mendukung untuk perkembangan

komoditas kopi

Indonesia negara ke tiga terbesar dunia penghasil

kopi Robusta.

Indonesia memiliki kelompok kopi spesial

Petani mudah memperoleh bibit unggul

0.20

0.20

0.15

0.15

3

4

4

3

0.60

0.80

0.60

0,45

Jumlah 0.70 2,45

Kelemahan (W) :

Teknologi roasting dan blending belum sepenuhnya

dikuasai oleh industri kopi

Permodalan di perkebunan kopi masih dirasakan

kurang.

Kurang memadai sarana dan prasarana di onfarm

maupun di industri kopi

Konsumsi kopi perkapita yang sangat rendah

Ekspor sebagian besar masih dalam bentuk biji kopi

Pajak yang tinggi untuk bahan penolong seperti

gula sebesar 40%

0.10

0.10

0,20

0,10

0.20

0,10

2

3

4

2

3

2

0.20

0.30

0.80

0.20

0.60

0.20

Jumlah 0.80 2.30

Page 64: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

50

Berdasarkan skoring di atas maka dapat ditentukan strategi pengembangan

agribisnis kopi Indonesia, yaitu :

Strategi S-O : 2.45 + 1.55 = 4.00

Strateri S-T : 2.45 + 0.70 = 3.15

Strategi W-O : 2.30 + 1.55 = 3.85

Strategi W-T : 2.30 + 0.70 = 3.00

Maka strategi yang digunakan dalam pengembangan agribisnis kopi

Indonesia adalah strategi S-O karena menghasilkan skor yang tinggi dibandingkan

dengan strategi lainnya. Strategi S-O adalah menggunakan kekuatan internal

untuk meraih peluang-peluang.

Perumusan Strategi dengan Matriks SWOT

Tahap selanjutnya adalah merumuskan strategi berdasarkan analisis

komponen kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang telah di analisis

sebelumnya. Dalam merumuskan strategi pengembangan agribisnis kopi

Indonesia, alat analisis yang digunakan adalah Matriks SWOT. Strategi yang

dihasilkan dari Matriks SWOT adalah strategi S-O yaitu menggunakan kekuatan

dari agribisnis kopi Indonesia untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi W-

O yaitu memanfaatkan peluang untuk meminimalkan kelemahan dari agribisnis

kopi Indonesia, strategi S-T yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman, dan strategi W-T yaitu meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman. Berikut Matriks SWOT yang disajikan dalam Tabel 14.

Page 65: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

51

Tabel 14 Matriks SWOT Agribisnis Kopi Indonesia Kekuatan (Strength-S)

1. Indonesia memiliki

iklim tropis dan curah

hujan yang sangat

mendukung untuk

perkembangan

komoditas kopi 2. Indonesia negara ke

tiga terbesar dunia

penghasil kopi

Robusta. 3. Indonesia memiliki

kelompok kopi spesial 4. Petani mudah dalam

memperoleh bibit

unggul

Kelemahan

(Weaknesses-W)

1. Teknologi roasting dan

blending belum sepenuhnya

dikuasai oleh industri kopi 2. Permodalan di perkebunan

kopi masih dirasakan

kurang. 3. Kurang memadai sarana

dan prasarana di onfarm

maupun di industri kopi 4. Konsumsi kopi perkapita

yang sangat rendah 5. Ekspor sebagian besar

masih dalam bentuk biji

kopi 6. Pajak yang tinggi untuk

bahan penolong seperti gula

sebesar 40% Peluang

(Opportunities-O)

1. Jumlah penduduk Indonesia

yang besar, potensi bagi

tenaga kerja di Industri

kopi. 2. Konsumsi Industri rumah

tangga menyerap 85 persen

produksi kopi 3. Banyaknya perusahaan kopi

olahan sehingga menyerap

tenaga kerja.

4. Alokasi dana untuk

rehabilitasi dan peremajaan

tanaman kopi

5. Adanya penyuluhan, riset

bibit unggul dan pelepasan

varietas unggul

6. Perdagangan bebas

Strategi S-O

1. Meningkatkan eskpor

kopi robusta olahan

(produk diverensiasi) dan

produksi kopi spesial

(Java Coffee, Kintamani

Coffee, Toradja Coffee

dsb)

(S1,S2,S3,S4,O6)

Strategi W-O

1. Pengurangan/

penghapusan pajak bagi

impor bahan penolong

(W1,O3)

2. Peningkatan kemampuan

dalam teknologi roasting

dan blending

(W1,O1,O2,O3)

3. Perbaikan dan

penambahan sarana dan

prasarana.

(W3,O3)

Ancaman (Threats-T) 1. Banyaknya kafe-kafe kopi

instan yang bahan bakunya

tidak menggunakan kopi

asal Indonesia 2. Tuntutan mengikuti

ketentuan 4C (Common

Code for The Coffee

Community)

3. Adanya standar nasional

Strategi S-T

1. Meningkatkan kualitas

biji kopi dalam negeri

(S1,S2,S3,S4,T1,T2,T3)

2. Penerapan SNI secara

bertahap namun dibina

secara ketat. (S2, T3)

Strategi W-T

1. Peningkatan promosi di

dalam dan di luar negeri.

(W4, T1)

2. Sosialisasi 4C kepada

perusahaan dan petani

(W5, T2)

Page 66: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

52

1) Strategi S-O

Meningkatkan ekspor kopi Robusta olahan dan produksi kopi spesial

Indonesia dikaruniai sumberdaya alam yang melimpah. Setiap daerah

mempunyai kekayaan sumberdaya alam tersendiri. Begitupun dalalam hal

perkopian, hampir setiap daerah memiliki kekhususan produk kopi, seperti kopi

gayo di Aceh, kopi Flores, dan jenis kopi spesial lainnya merupakan potensi yang

bisa dikembangkan di pasar internasional guna meningkatkan dayasaing kopi

Indonesia di pasar internasional. Untuk meningkatkan pangsa pasar, Indonesia

juga perlu meningkatkan ekspor kopi Robusta yang telah di olah, hal ini juga akan

meningkatkan nilai tambah.

2) Strategi S-T

Strategi ini menunjukan bagaimana menggunakan kekuatan yang dimiliki

oleh agribisnis gandum lokal untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari

ancaman.

a. Meningkatkan kualitas biji kopi guna meningkatkan kualitas kopi olahan

dalam negeri.

Berdasarkan faktor sumberdaya yang mendukung usahatani kopi yang

merupakan faktor kekuatan, sementara konsumsi kopi domestik tidak

mengalami perubahan, disamping itu Indonesia yang hanya sebagai pengikut

di pasar internasional dan digesernya oleh Vietnam, maka meningkatkan

kualitas biji kopi guna meningkatkan kualitas kopi olahan dalam negeri adalah

satu jalan untuk menghadapi semua ancaman tersebut. Hal ini dapat dilakukan

dengan memberikan penyuluhan intensif pada petani mengenai budidaya,

penanganan pascapanen dan penggunaan teknologi dalam usahatani.

b. Penerapan SNI secara bertahap namun di bina secara ketat

Untuk saat ini SNI merupakan ancaman baik bagi petani kopi maupun di

industri pengolahan kopi, karena petani kopi belum mampu sepenuhnya

memenuhi SNI. Oleh karena itu pemberlakukan SNI dilakukan secara

bertahap namun pengawasannya dilakukan secara ketat dan terus dibina,

sehingga waktunya nanti kopi Indonesia sudah memenuhi SNI dan bukan lagi

menjadi ancaman melaikan peluang untuk meningkatkan dayasaing kopi

Indonesia.

3) Strategi W-O

a. Penghapusan atau pengurangan pajak bagi impor bahan penolong

Industri kopi memiliki keterkaitan dengan industri bahan penolong seperti

gula. Tingginya pajak impor gula sebesar 40 persen, akan berpengaruh pada

biaya produksi kopi olahan (instan). Jika impor bahan penolong di hapus atau

dikurangi maka akan berdampak pada penurunan ongkos produksi sehingga

industri kopi olahan bisa memaksimalkan keuntungan.

b. Peningkatan kemampuan dalam teknologi roasting dan blending

Peningkatan kemampuan dalam teknologi roasting dan blending

diperlukan guna meningkatkan cita rasa kopi, sehinga kopi olahan Indonesia

mampu bersaing dengan kopi impor di dalam negeri maupun bersaing di luar

negeri. Karena cita rasa kopi merupakan salah satu barganin position kopi

dalam mempertahankan atau menambah pangsa pasar.

Page 67: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

53

c. Perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana

Perbaikan infrastruktur dirasa perlu bagi kelancaran distribusi produk dari

kebun ke tempat pengolahan dan ke pasar. Hal ini dapat dilakukan kerjasama

baik antara pihak petani, pemerintah setempat maupun industri. Kelancaran

distribusi produk akan meminimalkan biaya input.

4) Strategi W-T

a. Peningkatan promosi mengenai pentingnya minum kopi baik di dalam maupun

luar negeri

Konsumsi perkapita kopi Indonesia masih rendah terkait dengan

kebudayaan minum kopi hanya untuk pria saja, sedangkan wanita lebih

memilih meminum teh. Tapi seiring perkembangan jaman, tumbuh pesat kafe-

kafe kopi siap saji dimana ini merupakan gaya baru minum kopi yang dinilai

lebih bergengsi dan konsumennya mencakup seluruh kalangan. Disinilah

diperlukannya promosi mengenai pentingnya minum kopi bagi kesehatan dan

juga bagi gaya hidup, hal ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi kopi

perkapita Indonesia.

Mengekspor kopi dalam bentuk kopi olahan adalah strategi yang dirasa

perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dan untuk mempertahankan

pasar di pasar internasional, mengingat Indonesia memiliki potensi kopi

spesialty yang dapat dikembangkan di pasar internasional sehingga diharapkan

Indonesia memiliki kekuatan pasar di pasar Internasional.

b. Sosialisasi 4C kepada perusahaan dan petani

Dalam memasuki pasar bebas, setiap negara tidak ada hambatan masuk

untuk menjual produk dagangannya, termasuk dalam perdagangan

internasional kopi. Namun untuk dapat bersaing di pasar internasional,

Indonesia harus mengikuti selera pasar dan aturan perdagangan internasional

yang berlaku seperti adanya ketentuan 4C (Common Code for The Coffee

Community). Sama halnya dengan SNI, 4C saat ini masih merupakan ancaman

baik bagi petani kopi maupun pelaku di industri kopi (pengusaha), karena

terdapat strandar-standar yang harus dipenuhi untuk mengeskpor kopi ke pasar

internasional. Namun jika ketentuan 4C bisa dipenuhi maka 4C tidak lagi

merupakan ancaman melaikan peluang untuk kopi Indonesia lebih

berdayasaing.

Sebagai bentuk nyata dari strategi yang telah dirumuskan, maka pada tabel

di bawah ini disajikan program-program yang dapat dilakukan guna meningkatkan

pengembangan agribisnis kopi Indonesia.

Page 68: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

54

Tabel 15 Program Dayasaing dan Pengembangan Agribisnis Kopi Indonesia No Strategi Program Penanggung Jawab

1. Meningkatkan ekspor kopi

Robusta olahan (produk

diverensiasi) dan produksi kopi

spesial

Promosi dan pameran

Diversifikasi produk

Pemanfaatan café-café kopi

Eksportir (AEKI),

UKM, petani,

Pemda/ pemkot,

kementan, kemenprin

2. Penghapusan atau pengurangan

pajak bagi impor bahan penolong Ratifikasi undang-undang

tariff impor

Kemenprindag

3. Peningkatan kemampuan dalam

teknologi roasting dan blending Pengembangan teknologi

pengolahan kopi

(Machinary) yang dapat

menghasilkan kopi dengan

cita rasa baik

Pengembangan R&D dalam

inovasi dan diversifikasi

R&D, UKM

4. Perbaikan dan penambahan

sarana dan prasarana

Membangun akses jalan,

pelabuhan/

Terminal

Pemda/ pemkot

5. Meningkatkan kualitas biji kopi

guna meningkatkan kualitas kopi

olahan dalam negeri.

Memberikan penyuluhan

pasca panen

Adanya pengawasan mutu

kopi

Bantuan mesin/peralatan

Teknologi produk

(difersivikasi)

Penyuluh pertanian,

kemenprin,

pemerintah pusat

bagian UKM,

pemerintah daerah,

PPT/BPPT

6. Penerapan SNI secara bertahap

namun di bina secara ketat Tersusunnya Standar

Nasional Indonesia (SNI)

kopi

Menerapkan SNI dalam

inovasi dan diversifikasi

produk pengolahan kopi

Indonesia

Kemenprin,

kementan,

PPT/Perusahaan,

BBIA, litbang

7. Peningkatan promosi baik di

dalam maupun luar negeri

Pameran Kemeprin,

pemerintah pusat

bagian UKM,

perusahaan.

8. Sosialisasi 4C kepada

perusahaan dan petani

Penyuluhan dan pembinaan Kemeperin,

kementan, penyuluh

pertanian,

perusahaan, petani.

Page 69: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

55

8 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan

yang diperoleh adalah :

1. Berdasarkan analisis dayasaing menggunakan RCA (indeks RCA rata-rata

sebesar 5.56) dan Berlian Porter, secara komparatif dan kompetitif kopi

Indonesia memiliki dayasaing di pasar internasional. Hal ini dapat dilihat dari

faktor-faktor yang masuk kedalam kekuatan dan peluang di dalam analisis

SWOT yang berdasarkan analisis Berlian Porter. Faktor-faktor yang masuk

ke dalam kekuatan dan peluang adalah faktor yang mendukung dayasaing

kopi Indonesia. Sedangkan faktor –faktor yang masuk ke dalam kelemahan

dan ancaman adalah faktor yang kurang mendukung dayasaing kopi

Indonesia.

2. Strategi yang peningkatan dayasaing yang dipilih adalah strategi S-O

(menggunakan kekuatan guna menangkap peluang-peluang yang ada) yaitu Meningkatkan ekspor kopi Robusta olahan (produk diverensiasi) dan produksi kopi

spesial.

Saran

1. Berdasarkan analisis Berlian Porter yang kemudian diturunkan ke analisis

SWOT maka program yang sebaiknya dikembangkan guna meningkatkan

dayasaing agribisnis kopi Indonesia adalah berupa promosi dan pameran,

deversifikasi produk, dan pemanfaatan kafe-kafe kopi siap minum.

2. Berdasarkan analisis SWOT, sebaiknya Indonesia meningkatkan ekpor kopi

Robusta olahan (diverensiasi produk) guna meningkatkan nilai tambah dan

nilai ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan dayasaing kopi

Indonesia.

Page 70: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

56

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah S. 2003. Perkembangan Perkopian di Indonesia 1996-2002. Warta

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Vol 19.

Asmarantaka RW. 2011. Analisis Dayasaing Ekspor Kopi Indonesia. Di dalam :

Baga LM, Fariyanti A, Jahroh S. Kewirausahaan dan Dayasaing

Agribisnis. Bogor : IPB Pr. Hlm 79-93.

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 1990. Konsumsi Kopi Indonesia. Asosiasi

Eksportir Kopi Indonesia. Jakarta.

_____________________________. 2002. Vietnam akan Kendalikan Produksi

Kopi. Kopi Indonesia. Edisi April. Jakarta

Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id. (9 November 2012)

__________________. 2004. Indikator Industri Besar dan Sedang. Badan Pusat

Statistik. Jakarta.

Bina UKM. 2009. http://binaukm.com (11 November 2011).

Cahyani UE. 2008. Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Gula

Indonesia [Skripsi]. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

David FR. 2006. Manajemen Strategis: Konsep. Edisi 10. Buku 1. Stefanus

Rahoyo, editor. Penerbit Salemba Empat. Terjemahan dari: Strategic

Management: Concepts and Cases. Jakarta.

Departemen Perdagangan. 2010. Indonesian Foreign Trade In Brief. Ditjen

Perdagangan Luar Negeri, Jakarta.

Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2008. www.deptan.go.id.

(3 November 2013).

___________________________________________. 2012. Statistik Perkebunan

2009-2011. Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian.

Jakarta.

[ICO] International Coffee Organization. 2011. Coffee Market Report.

http://www.ico.org. (9 November 2012)

____________________________________. 2012. Coffee Market Report.

http://www.ico.org. (9 November 2012).

Kementerian Perindustrian. 2013. Pameran Kopi Nusantara. Tersedia dari:

http://agro.kemenperin.go.id

Lubis SN. 2002. Dampak Liberalisasi Perdagangan Terhadap Keragaan Industri

Kopi Indonesia dan Perdagangan Kopi Dunia [Disertasi]. Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Meryana E. 2007. Analisis Dayasaing Kopi Robusta Indonesia di Pasar

Internasional [Skripsi]. Program Sarjana Manajemen Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mustopa BA. 2010. Analisis Dayasaing Kopi Indonesia di Pasar Internasional

[Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Najiyati S dan Daniarti. 2001. Kopi : Budidaya dan Penanganan Pascapanen.

Penebar Swadaya. Jakarta.

Nurunisa VF. 2011. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis

Teh Indonesia [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Porter ME. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: Free press.

Page 71: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

57

Puspita AA. 2009. Analisis Dayasaing dan Strategi Pengembangan Agribisnis

Gandum Lokal di Indonesia [Skripsi]. Departemen Agribisnis. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Rangkuti F. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Pustaka

Utama. Jakarta.

Rohman H. 2013. Produksi Kopi Secara Enzimatis Menggunakan Bakteri

Proteolitik dan Kombinasi Bakteri Selulolitik dan Xilanolitik dari Luwak

[Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sa’id EG dan Prastiwi YE. 2008. Agribisnis Syariah penelitian gandum fakultas

pertanian). Innofarm : Jurnal Inovasi Pertanian. 7: 95-102.

Saragih B. 2010. Suara Agribisnis : Kumpulan Pemikiran Bungaran Saragih. PT

Permata Wacana Lestari. Jakarta.

Siahaan JA. 2008. Analisis Dayasaing Komoditas Kopi Arabika Indonesia di

Pasar Internasional [Skripsi]. Program Studi Ekonomi Pertanian dan

Sumberdaya. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sihotang J. 1996. Analisis Penawaran dan Permintaan Kopi Indonesia di Pasar

Domestik dan Internasional [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Simatupang P. 2009. Introduksi dan Praksis Paradigma Agribisnis di Indonesia :

Kontribusi Profesor Bungaran Saragih. Di dalam Krisnamurthi Bayu,

Pambudy Rachmat, Dabukke Frans BM, editor. Refleksi Agribisnis. IPB

Press. Hlm 23-43. Bogor.

Siregar PK. 2009. Analisis Dampak Penghapusan Tarif Impor Susu Terhadap

Daya Saing Komoditas Susu Sapi Lokal (Studi Kasus : Peternak Anggota

TPK Cibedug, KPSBU Jawa Barat) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Siswoputranto PS. 1993. Kopi Internasional dan Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Soetriono. 2009. Strategi Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kopi Robusta

dengan Model Daya Saing Tree Five. Seminar Peningkatan Dayasaing

Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Bogor.

Spillane JJ. 1990. Komoditas Kopi : Peranannya dalam Perekonomian Indonesia.

Kanisius. Yogyakarta.

Suryono DW. 1991. Analisis Perdagangan Kopi Indonesia Di Pasaran Dalam

Negeri Dan Internasional [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Tambunan T. 2001. Perkembangan Sektor Pertanian Di Indonesia. Edisi ke-1.

Ghalia Indonesia. Jakarta.

Turnip, C. E. 2002. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran

Ekspor dan Aliran Perdagangan Kopi Indonesia [skripsi]. Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yuyanti. 2012. Pengaruh Line Extension Terhadap Ekuitas Merek Kopi Nescafe :

Survei pada Konsumen Kopi Nescafe Giant Hypermarket Pasteur

Hyperpoint [Skripsi]. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Page 72: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

58

Lampiran 1 Nilai Ekspor dan Pangsa Pasar Empat Negara Utama Pengekspor Kopi Dunia Tahun 2008-2013

Tahun Dunia

(US$)

Indonesia

(US$)

Pangsa Brazil Pangsa Vietnam Pangsa Kolombia Pangsa

(%) (US$) % (US$) % (US$) %

2008 15,018,930,709 1,081,467,000 7.20 4,131,599,097 27.51 2,108,148,265 14.04 1,883,221,314 12.54

2009 13,524,514,164 821,956,589 6.08 3,761,283,255 27.81 1,714,615,113 12.68 1,542,697,499 11.41

2010 16,272,481,765 983,998,000 6.05 5,181,618,077 31.84 1,838,311,014 11.30 1,883,556,941 11.58

2011 21,140,132,985 1,303,494,000 6.17 8,000,105,307 37.84 1,060,500,000 5.02 2,608,365,161 12.34

2012 22,705,167,103 1,243,825,829 5.48 5,721,722,102 25.20 3,507,400,541 15.45 1,909,997,087 8.41

2013 12,313,492,862 1,166,188,552 9.47 4,582,226,590 37.21 1,924,356,787 15.63 1,883,906,050 15.30

Rata-rata 14,424,959,941 942,989,996 6.54 4,482,650,633 31.08 1,736,190,246 12.04 1,673,106,293 11.60

Sumber : Diolah dari UN Comtrade

Page 73: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

59

Lampiran 2 Hasil Analisis Concentration Ratio (CR4)

No. Nama Perusahaan Nama Merek Pangsa Pasar (S) Rata-rata

Pangsa 2009 2010 2011

1 PT. Santos Abadi Jaya Kapal Api dan ABC 62.5 61.5 60.1 61.37

2 PT. Nestle Indonesia Nescafe 9.9 8.3 5.2 7.80

3 PT. Mayora Indah TBK Torabika 7.5 6.2 8.5 7.40

4 PT. Sari Incofood Corporation Indocafe 6.4 9.1 8.4 7.97

Jumlah (CR4) 84.53

Sumber : Diolah dari Majalah SWA, Juli 2011

Page 74: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

60

60

Lampiran 3 Tabel Jumlah Perusahaan Kopi Olahan yang Tersebar di Seluruh

Provinsi Indonesia Tahun 2009

Propinsi Jumlah Perusahaan Proporsi

SUMATERA 66 32%

Sumatera Utara 33 16%

Lampung 8 4%

Sumatera Selatan 10 5%

Bengkulu 2 1%

Sumatera Barat 4 2%

Riau 4 2%

Jambi 4 2%

NAD 1 0%

JAWA 99 48%

DKI 30 15%

Jawa Timur 22 11%

Jawa Barat 15 7%

Jawa Tengah 20 10%

Banten 11 5%

DIY 1 0%

BALI & NUSATENGGARA 15 7%

Bali 12 6%

NTB 1 0%

NTT 2 1%

KALIMANTAN 11 5%

Kalimantan Barat 7 3%

Kalimantan Selatan 2 1%

Kalimantan Timur 2 1%

SULAWESI 9 4%

Sulawesi Selatan 6 3%

Sulawesi Utara 3 1%

Sulawesi Tengah 0 0%

PAPUA & MALUKU 5 2%

Papua 4 2%

Maluku 1 0%

TOTAL 205 100%

Sumber. Bina UKM, 2009

Page 75: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

61

Lampiran 4 Daftar Perusahaan Eksportir Kopi Indonesia Tahun 2011

No. Nama Perusahaan Alamat

1 CV ALFI DATINGGO CO Aceh Tengah

2 CV ANTARA SAUDARA Kota Bandar Lampung

3 CV ARIDALTA MANDIRI Aceh Tengah

4 CV ARVIS SANADA Malang

5 PT ASAL JAYA Malang

6 CV ALAM JAYA Lampung

7 PT ANEKA SUMBER BUMI JAYA Lampung

8 CV ARVIS SANADA Medan

9 CV ARYA DUTA Lampung

10 PT ASIA MAKMUR Lampung

11 CV ATEUTAMOUNT Aceh tengah

12 CV BANDAR JAKARTA Jambi

13 PT BATU PUTIH RAYA Makassar

14 CV BINTANG MUSARA GAYO Medan

15 CV BLON ADIL JAYA Makasar

16 PT BUDI SEMESTA SATRIA Lampung

17 PT BUDI WAHANA BINASWASTA Lampung

18 PT BANGUN LAMPUNG JAYA Lampung

19 PT BINTANG JAYA MAKMUR Surabaya

20 PT BINTANG TUNGGAL SEJATI Sidoarjo

21 PT BUDI SARI BUMI Lampung

22 PT BUDI SENTOSA PERKASA Lampung

23 PT BUMI KARYA SENTOSA Surabaya

24 PT RAJA PUTRA MANGGALA Medan

25 CV WIN ALAM LESTARI Medan

26 PT WAHANA GRAHAMAKMUR Medan

27 PT VAN REES INDONESIA Jakarta Selatan

28 PT VOLKOPI INDONESIA Medan

29 PT ULUBELU COFCO ABADI Sibolga

30 CV UJANG JAYA Medan

31 PT TYSSEN PRATAMA Lampung

32 PT TRI RATU MUKTI KENCANA Lampung

33 CV TRIHARTO Lampung

34 PT TOARCO JAYA Makasar

35 PT TERUNAGALANG CITRA

PERKASA

Medan

36 PT TAMAN DELTA INDONESIA Semarang

37 CV SURYO Surabaya

38 PT SURAPATI Malang

39 PT SUNGAI BUDI Malang

40 PT SUMICO MANDIRI Medan

41 CV SUMBER ALAM SAKTI Semarang

42 PT SUMATERA ARABIKA GAYO Kec Bandar Bener Meriah

Page 76: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

62

62

43 PT SUMATERA SPECIALTY

COFFEESS

Medan

44 PT SULAWESI BEANS Makasar

45 PT SULOTCO JAYA ABADI Surabaya

46 CV SINAR MUTIARA HIJAU Medan

47 CV SINAR ABADI Medan

48 PT SINAR LENTERA MANDIRI Aceh

49 CV SIDIKALANG Medan

50 PT SARIMAKMUR TUNGGAL

MANDIRI

Medan

51 PT SARI HASIL PUTERA Makasar

52 CV SARI HASIL UTAMA Makasar

53 CV SAMUDERA HARAPAN Surabaya

54 PT SAMSON JAY Lampung

55 PT SAM KARYA ABADI Medan

56 CV RONA BHAKTI Medan

57 CV RODA MANDALA DWIPA Lampung

58 PT REDJODADI Semarang

59 PT CETARA BANGUN PERSADA Tanggerang

60 PT COFFEE INDONESIA JAYA Lampung

61 PT CITRABUANA TUNGGAL

PERKASA

Surabaya

62 PT COFFINDO Medan

63 PT COFFEE INDONESIA JAYA Lampung

64 PT COMMODITY VENTURES INT Deli,Serdang

65 CV DAGANG SEPAKAT INDAH Aceh

66 PT DJASA DJASA Temanggung

67 CV DWI JAYA Malang

68 CV EKA NUSA JAYA Medan

69 PT GEMILANG JAYA MAKMUR

ABADI

Malang

70 PT GEMILANG SENTOSA PERMAI Malang

71 CV GENDALI Medan

72 PT GLOBAL AGRO PERKASA Medan

73 PT GERGAS UTAMA Medan

74 PT GOLDEN HARVESTINDO Pasuruan

75 PT GUNUNG KOPI JAYA Lampung

76 PT GUNUNG LINTONG Medan

77 CV HARAPAN BERSAMA Medan

78 CV HIJAU BERSERI Medan

79 PT IHTIYERI KETI ARA Aceh Tengah

80 CV HARAPAN MAKMUR Lampung

81 PT INDOKOM CITRAPERSADA Sidoarjo

82 PT INDRA BROTHERS Lampung

83 CV JMJ GLOBAL WINPEX Surabaya

84 PT JAVA AGRO Semarang

85 PT INTI BARU SEJATI Palembang

Page 77: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

63

86 PT INDOKOM CITRA PERSADA Lampung

87 PT INDO CAFCO Lampung

88 KP KOP.BAITUL QIRADH

BABURRAYYAN

Aceh

89 PT KOPI TOBA MAS INDONESIA Deli, Serdang

90 PT LAJU SINAR ABADI Lampung

91 CV LEPO GAYO INDAH Aceh

92 CV LORIN JAYAPRIMA Medan

93 PT MANDHELING GAYO

INTERNATIONAL

Medan

94 CV MEGA LESTARI Medan

95 PT MEGAHPUTRA SEJAHTERA makasar

96 PT MENACOM Medan

97 PT MANDHELING HIJAU LESTARI Medan

98 PT LOSARI LAKSANA Lampung

99 CV LAMPUNG ROBUSTA COFFEE Lampung

100 CV LINTAS UTAMA Surabaya

101 CV KORINA EFATA Tana Toraja

102 KP KOPERASI PERMATA GAYO Aceh

103 PT KIAT EXPORINDO BERSAMA Lampung

104 CV OLIVIA CHRISTY Medan

105 PT NOMURA EXPORINDO Jakarta Selatan

106 PT NEDCOFFEE INDONESIA

MAKMUR JAYA

Lampung

107 PT MULYO KAWI WIJOYO Medan

108 PT MULIASARI PERMAI Surabaya

109 CV PRIMATAMA Medan

110 CV PUTRA DARMA Aceh Tengah

111 CV PUTRA RIMBUN Medan

112 CV RAHMAT PUTRA SEJATI Medan

113 PT RAMBATE RATAHAYU Surabaya

Sumber : Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) 2011

Page 78: ANALISIS DAYASAING DAN RUMUSAN STRATEGI … · Kata kunci: keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif, Berlian Porter, RCA . SUMMARY SARI NALURITA. Competitiveness Analysis and

64

64

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 22 Januari 1985 dari pasangan

Bapak R.S Sochiri (Alm) dan Ibu Dra. Sair. Penulis merupakan puteri pertama

dari dua bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cibinong.

Tahun 2008 penulis lulus dari Program Sarjana Manajemen Agribisnis, Institut

Pertanian Bogor. Pada tahun 2010 Penulis melanjutkan ke Program Magister pada

Program Studi Magister Sains Agribisnis.