analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-laporan...

34
LAPORAN HASIL KEGIATAN ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN BASRI A. BAKAR BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Upload: lykhue

Post on 12-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

LAPORAN HASIL KEGIATAN

ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BASRI A. BAKAR

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan
Page 3: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

i

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Analisis dan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan

Pertanian 2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jl. P. Nyak Makam. No. 27 Lampineung Banda Aceh

4. Sumber Dana : DIPA Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Aceh

Tahun 2015

5. Status Kegiatan (L/B) : Baru 6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Ir. Basri A. Bakar, M.Si Dr. Erizal b. Pangkat/Golongan : Pembina, IV/a

c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda

7. Lokasi : Provinsi Aceh 8. Agroekosistem : -

9. Tahun Mulai : 2015 10. Tahun Selesai : 2015

11. Output Tahunan : a. Informasi faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat tingkat adopsi teknologi PTT padi di

Provinsi Aceh b. Informasi faktor-faktor yang dapat mendorong

kemajuan dan kendala dalam pengembangan KRPL.

12. Output Akhir : a. Rekomendasi kebijakan peningkatan adopsi teknologi

PTT padi di Provinsi Aceh b. Rekomendasi kebijakan pengembangan KRPL di

Provinsi Aceh.

13. Biaya : Rp. 71.000.000,- (Tujuh puluh satu juta rupiah).

Koordinator Program, Penanggung Jawab RPTP,

Dr. Rachman Jaya, S.Pi. M.Si NIP. 19740305 200003 1 001

Ir. Basri AB. M.Si NIP. 19600811 198503 1 001

KATA PENGANTAR

Kepala Balai,

Ir. Basri AB. M.Si NIP. 19600811 198503 1 001

Page 4: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

ii

KATA PENGANTAR

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh sebagai lembaga penelitian di

daerah memiliki peran penting dalam mendukung pembangunan pertanian di Provinsi

Aceh. Kontribusi BPTP Aceh tersebut berupa penyediaan teknologi pertanian spesifik

lokasi yang berpotensi untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan ternak serta

mendiseminasikannya ke pengguna akhir, terutama petani sebagai pelaku utama

kegiatan pertanian. Meskipun demikian, peran tersebut belum optimal bila BPTP Aceh

tidak turut serta dalam kegiatan perencanaan pembangunan pertanian di Provinsi Aceh.

Untuk itu, BPTP Aceh juga menyediakan rekomendasi sebagai masukan bagi pengambil

kebijakan, khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Aceh, dalam upaya percepatan

pembangunan pertanian secara keseluruhan.

Kegiatan Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan di

Provinsi Aceh yang dilaksanakan pada tahun 2015 mengambil tema (1) Kajian adopsi

teknologi PTT padi dan (2) Analisis dampak teknologi KRPL di Provinsi Aceh. Diharapkan

melalui kegiatan analisis kebijakan tersebut akan menghasilkan rekomendasi kebijakan

yang akan dapat digunakan dalam penyusunan perencanaan program, baik untuk

kegiatan internal BPTP Aceh maupun kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh

instansi pemerintah daerah lingkup pertanian.

Penulisan laporan kegiatan ini melibatkan berbagai pihak yang turut memberi

sumbangan berupa kritik dan saran guna penyempurnaan. Untuk itu tim penulis

mengucapkan terima kasih dan penghargaan.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sesuai dengan

peruntukan dan dapat menjadi bahan referensi bagi yang memerlukan.

Banda Aceh, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan, Ir. Basri AB. M.Si NIP. 19600811 198503 1 001

Page 5: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

iii

RINGKASAN

1. Judul RPTP : ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERTANIAN

2. UNIT KERJA : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

3. LOKASI : PROVINSI ACEH

4. AGROEKOSISTEM : -

5. STATUS : BARU

6. TUJUAN : a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang

mempengaruhi adopsi teknologi PTT padi di Provinsi

Aceh

b. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak teknologi

KRPL di Provinsi Aceh

7. KELUARAN : a. Data dan informasi tentang faktor yang mempengaruhi

adopsi teknologi PTT padi di Provinsi Aceh

b. Data dan informasi dampak teknologi KRPL di Provinsi

Aceh

8. HASIL YANG

DIHARAPKAN

: Tersedianya data dan informasi mengenai faktor yang

mempengaruhi adopsi teknologi PTT padi untuk

meningkatkan produktivitas usahatani dan mengatasi

berbagai masalah pembangunan pertanian dan data

dampak teknologi KRPL di Provinsi Aceh.

1.

9. PERKIRAAN

MANFAAT DAN

DAMPAK

: Data dan informasi faktor yang mempengaruhi faktor yang

mempengaruhi adopsi teknologi PTT padi dan dampak

teknologi KRPL di Provinsi Aceh, maka tersedia bahan

masukan bagi pengambil kebijakan di daerah untuk

menentukan langkah kebijakan dalam merespon issu dan

permasalahan pembangunan pertanian secara cepat dan

tepat. Dengan demikian kebijakan yang akan ditempuh

adalah berdasarkan hasil kajian ilmiah dan didasarkan pada

fakta kuantitatif dan kualitatif untuk meningkatkan

produktivitas usahatani sesuai dengan kebutuhan

pengguna.

10. Prosedur : a. Memperbaiki proposal dan penyusunan kuesioner.

b. Menyusun TOR untuk setiap kegiatan lapang

c. Menyampaikan laporan kegiatan setiap bulan dan

triwulan

d. Melakukan uji kuesioner sebelum kajian lapang

dan dilakukan penyempurnaan bila diperlukan

Page 6: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

iv

e. Melaksanakan kajian lapang menurut jadual

perencanaan

f. Melakukan pengolahan data primer dan sekunder

yang telah dianalisis selanjutnya dituangkan dalam

bentuk laporan, dilakukan secara bertahap dimulai

dari draft sampai laporan final.

g. Seminar Hasil. Laporan hasil akhir diseminarkan

untuk memperoleh tanggapan dan umpan balik

dari peneliti/penyuluh dalam upaya perbaikan dan

penajaman pelaporan

h. Penulisan Laporan.

11. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun

12. Biaya : Rp. 71.000.000,- (Tujuh puluh satu juta rupiah)

Page 7: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

v

SUMMARY

1. Title : ANALYSIS AND POLICY RECOMMENDATIONS OF

AGRICULTURAL DEVELOPMENT

2. Implementation unit : ASSESSMENT INSTITUTE FOR AGRICULTURE

TECHNOLOGY (AIAT) ACEH

3. Location : ACEH PROVINCE

4. Agroecosytem : -

5. Status : NEW

6. Objective : a. Identify and analyze the factors affecting

technology adoption PTT rice in Aceh Province

b. Identify and analyze the impact of technology

KRPL in Aceh Province

7. Output : a. Data and information about the factors affecting

technology adoption PTT rice in Aceh Province

b. Data and information technology's impact KRPL in

Aceh Province

8. Outcome : 2. Availability of data and information about factors that

affect the adoption of PTT rice technology to increase

farm productivity and to overcome the problems of

agricultural development and data KRPL impact of

technology in the province of Aceh.

9. Expected Benefits

And Impact

: Data and information on the factors that influence the

factors affecting technology adoption and impact of

technology PTT rice KRPL in Aceh Province, it

provided input for policy makers in the region to

define policy measures in response to agricultural

development issues and problems quickly and

accurately. Thus the policies that will be pursued is

based on the results of scientific studies and is based

on quantitative and qualitative facts to improve farm

productivity in accordance with the needs of the user.

10. Procedure a. Fixing the proposal and preparation of the

questionnaire.

b. Develop TOR for each field exercise

c. Submit a report of activities every month and

quarter

d. To test the questionnaire before the study field

and made improvements where required

e. Conducting a study on the field according to the

Page 8: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

vi

schedule planning

f. Conduct primary and secondary processing of the

data that has been analyzed then poured in a

report, carried out in stages starting from the draft

until the final report.

g. Seminar results. Report the results of the final

seminar to obtain feedback and feedback from

researchers / extension in order to improve and

refine the reporting

h. Report Writing.

11. Duration 1 year

12. Budget IDR. 71.000.000

Page 9: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. i

ABSTRAK ......................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................ iv

DAFTAR TABEL ......................................................... v

I. PENDAHULUAN .......................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................. 1 1.2. Tujuan ............................................ 3 1.3. Keluaran ............................................. 4 1.4. Perkiraan Manfaat dan

Dampak ............................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................

5

III. METODOLOGI ........................................... 7 3.1. Kerangka Pikir ............................................. 7 3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ............................................. 8 3.3. Waktu dan Tempat ............................................. 9 3.4. Rancangan Pengkajian ............................................. 9 3.5. Pengamatan/Pengolahan dan

Analisis Data

............................................. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 9 4.1. Kajian Adopsi Teknologi PTT

padi Sawah ........................................... 12

4.1.1. Lokasi Pengkajian ........................................ 12 4.1.2. Karakteristik Responden ........................................ 12 4.1.3. Keragaan Penerapan Teknologi ........................................ 13 4.1.4. Faktor Peningkatan Adopsi ........................................ 17

4.2. Analisis Dampak KRPL ........................................ 18 4.2.1. Lokasi Pengkajian ........................................ 18 4.2.2. Karakteristik Responden ........................................ 18 4.2.3. Teknologi KRPL ........................................ 19 4.2.4. Dampak KRPL ........................................ 20

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 22

5.1. Kesimpulan ............................................. 22 5.2. Saran ............................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................... 17

Page 10: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

viii

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Karakteristik responden kajian adopsi teknologi PTT padi di Provinsi Aceh Tahun 2015

......................................... 13

2. Keragaan penerapan teknologi PTT padi pada lokasi pengkajian.

......................................... 15

3. Data distribusi responden dampak teknologi KRPL berdasarkan karakteristik

......................................... 19

Page 11: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis baik

global maupun dalam negeri. Perubahan lingkungan strategis global yang mengarah

kepada semakin kuatnya liberalisasi dan globalisasi perdagangan akan membawa

berbagai konsekuensi terhadap daya saing komoditas pertanian Indonesia di pasar

global. Globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas sangat mempengaruhi seluruh

sendi kehidupan di dunia termasuk sektor pertanian yang merupakan andalan bagi

sebagian besar negara berkembang (Kasryno et al, 2002). Untuk mendukung arah

pembangunan nasional menyongsong era globalisasi maka pembangunan sektor

pertanian diarahkan kepada pembangunan agribisnis yang tangguh dan bertumpu

pada potensi daerah dengan pendekatan agribisnis. Pendekatan agribisnis memberi

perhatian kepada usaha-usaha peningkatan efisiensi dan kelestarian daya dukung

sumberdaya pertanian.

Keberadaan Badan Litbang Pertanian selama 30 tahun telah cukup ditunjukkan

dengan keberhasilan dalam pengadaan inovasi pertanian. Inovasi teknologi,

kelembagaan, dan kebijakan telah digunakan secara luas dan terbukti menjadi pemicu

utama pertumbuhan dan perkembangan usaha dan sistem agribisnis. Salah satu bukti

empiris ialah Revolusi Hijau pada agribisnis padi dan jagung berupa penemuan varietas

unggul baru pendek, dan perkembangan perkebunan sawit yang cukup pesat atas

dukungan teknologi perbenihan/pembibitan. Namun berdasarkan evaluasi eksternal

maupun internal, seiring dengan perkembangan waktu, kecepatan dan tingkat

pemanfaatan inovasi yang dihasilkan cenderung melambat, bahkan menurun

(Musyafak dan Tatang 2006).

Peran utama Badan Litbang Pertanian dalam sistem inovasi pertanian nasional

adalah: (1) menemukan atau menciptakan inovasi pertanian maju dan strategis, (2)

mengadaptasikan inovasi pertanian menjadi tepat guna spesifik pemakai dan lokasi,

dan (3) menginformasikan dan menyediakan materi dasar inovasi/teknologi. Namun

kegiatan penyuluhan, advokasi, dan fasilitasi agar inovasi tersebut diadopsi secara luas

tidak termasuk dalam tugas pokok Badan Litbang Pertanian (Simatupang 2004).

Page 12: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh (BPTP) yang diresmikan pada

Tahun 2001 merupakan perpanjangan tangan Badan Litbang Pertanian di tingkat

Provinsi yang mengemban tugas utama untuk mengembangkan teknologi tepat guna

yang sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing dan kemudian menyebarkan

teknologi spesifik lokasi kepada pengguna. Sektor pertanian diharapkan memegang

peranan penting dalam penyediaan pangan dan penciptaan lapangan kerja bagi

masyarakat. Dengan demikian kebijakan pembangunan pertanian yang tepat di

Provinsi Aceh menjadi hal yang sangat penting dalam penurunan tingkat kemiskinan

dan percepatan pertumbuhan ekonomi.

Agar teknologi inovasi dapat cepat digunakan oleh petani/masyarakat tentunya

dengan mendekatkan, menyerasikan dan memadukan kegiatan penelitian/pengkajian

dengan kepentingan pengguna stakeholder, yakni petani, pemerintah daerah dan

instansi terkait, KUD, Perguruan Tinggi, LSM, dan pengusaha swasta yang bergerak di

sektor pertanian, memperkuat tali hubungan penelitian/pengkajian dan penyuluhan

pertanian dalam upaya menciptakan teknologi adaptif yang lokasi spesifik dengan

pendekatan partisipatif yang merupakan titik strategis meningkatkan akses komunikasi

kepada petani sebagai pengguna teknologi (Badan Litbangtan, 2010).

Propinsi Aceh adalah wilayah yang terletak di ujung pulau Sumatera memiliki

luas wilayah 5.677.081 ha, yang terbagi atas 23 kabupaten/kota, terdiri dari 289

kecamatan dan 6.493 gampong (desa). Dengan populasi penduduk 4.693,9 ribu jiwa

memiliki tingkat keberagaman yang tinggi, dimana antara satu wilayah dengan wilayah

yang lain sangat berbeda dalam karakteristik, adat-istiadat, budaya, bahasa dan lain-

lain. Namun demikian, sektor pertanian masih menjadi tulang punggung

perekonomian masyarakat. Hal ini ditunjukkan 46,86% penduduk Aceh bermata

pencaharian sebagai petani (Aceh Dalam Angka. 2013).

Pendayagunaan sumber daya pertanian menjadi kunci dalam meningkatkan

produktivitas pertanian, sehingga sumberdaya yang terbatas itu dialokasikan seefisien

mungkin. Sumberdaya pertanian yang terdiri dari lahan, tenaga kerja, air, termasuk

unsur-unsur yang terkandung di dalamnya merupakan sumberdaya utama untuk

kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan yang tidak bijaksana dan tidak mengacu ke

Page 13: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

3

depan akan berakibat menurunnya kualitas sumberdaya itu sendiri, yang akhirnya

berpengaruh terhadap produktivitas pertanian.

BPTP Aceh telah menghasilkan sejumlah inovasi teknologi padi spesifik lokasi

yang telah didiseminasikan, melalui jaringan BPTP, BAPELUH, BPP dan Kelompok tani.

Tujuan utama pengembangan jaringan antara lain : (1) mempercepat proses transfer

teknologi dan informasi pertanian: (2) menghimpun umpan balik (feedback) hasil

pengkajian dan preferensi kebutuhan pengguna teknologi. Diantara teknologi tersebut

adalah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi dan Model Kawasan Rumah Pangan

Lestari (M-KRPL).

PTT pada dasarnya merupakan suatu strategi atau metodologi dalam

peningkatan produksi tanaman padi melalui integrasi beberapa komponen teknologi

yang yang saling menunjang (sinergis). Kelebihan PTT padi dibandingan dengan

teknologi lainnya, komponen teknologi PTT memperhatikan sumber daya setempat

(spesifik lokasi) serta kemauan (partisipasi) dan kemampuan petani, sehingga akan

berkelanjutan. Sedangkan KRPL adalah pengelolaan pekarangan dengan sasaran

berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial

dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan

masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011). Melalui pengembangan

KRPL tersebut ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat meningkat dari

65,6 persen menjadi lebih dari 90 persen dan pengeluaran pangan keluarga menurun

menjadi 50-55 persen.

Oleh karena itu diperlukan kajian sejauh mana adopsi teknologi PTT padi dan

bagaimana dampak teknologi KRPL dalam pembangunan pertanian di Provinsi Aceh.

1.2. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan :

a. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang mempengaruhi adopsi

teknologi PTT padi di Provinsi Aceh

b. Mengidentifikasi dan menganalisis dampak teknologi KRPL di Provinsi Aceh

Page 14: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

4

1.3. Keluaran

a. Data dan informasi tentang faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi

PTT padi di Provinsi Aceh

b. Data dan informasi dampak teknologi KRPL di Provinsi Aceh

1.4. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Data dan informasi faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi PTT padi dan

dampak teknologi KRPL di Provinsi Aceh, maka tersedia bahan masukan bagi

pengambil kebijakan di daerah untuk menentukan langkah kebijakan dalam merespon

issu dan permasalahan pembangunan pertanian secara cepat dan tepat. Dengan

demikian kebijakan yang akan ditempuh adalah berdasarkan hasil kajian ilmiah dan

didasarkan pada fakta kuantitatif dan kualitatif untuk meningkatkan produktivitas

usahatani sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Page 15: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Adopsi Teknologi PTT Padi

Inovasi yang perlu dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada pengguna

dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu (i) inovasi teknologi dan (ii) inovasi

kelembagaan. Melalui identifikasi, inventarisasi dan pengembangan sumberdaya

pertanian akan diperoleh basis bagi penelitian, pengkajian, dan pengembangan

teknologi spesifik lokasi berbasis agroekosistem yang meliputi aspek teknis, biofisik,

sosial budaya, dan ekonomi. Selanjutnya dari hasil tersebut dapat dilakukan

percepatan inovasi melalui kegiatan penelitian, pengkajian, dan pengembangan baik

yang bersifat antisipatif maupun responsive.

Mekanisme penerapan teknologi pertanian sebagai hasil inovasi adalah sebagai

berikut: (1) BPTP/BBP2TP melakukan kegiatan diseminasi, (2) Lembaga penyuluhan

melakukan pemantauan terhadap efektivitas model pengembangan dan paket

teknologi, hasil pantauannya disampaikan dalam bentuk laporan kepada Pemerintah

Daerah/Komisi Teknologi Pertanian, (3) Komisi Teknologi menyampaikan kebutuhan

teknologi di derah ke Badan Litbang Pertanian melalui BPTP dan (4) Badan Litbang

Pertanian melakukan analisis lanjut yang disampaikan kepada Balit Komoditas dan

BPTP. Dalam pengembangan inovasi pertanian, ditemukan tiga kelembagaan yang

berperan yaitu: pusat, pemerintahan daerah, dan lokal di tingkat petani, atau

komunitas (Syahyuti, 2003).

Inovasi (Permentan No.3/2005; Permentan No 44/2011) adalah kegiatan

penelitian, pengembangan dan atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan

penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk

menerapkan iptek ke dalam produk atau proses produksi. Sementara proses

penyelenggaraan inovasi disebut adopsi. Beberapa tahapan yang ditentukan dalam

proses adopsi (Mundy, 2000) adalah sebagai berikut: (a) tahap kesadaran, (b) tahap

perhatian, (c) tahap percobaan, (d) tahap adopsi dan (e) tahap konfirmasi. Tahapan

tersebut tidak harus berurutan, kadang-kadang salah satu tahap dilewati atau dua

Page 16: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

6

tahap dilakukan dalam waktu yang sama. Keperluan petani berbeda pada setiap

tahapan.

2.2. Teknologi KRPL

Kesadaran tentang pentingnya upaya diversifikasi pangan telah lama

dilaksanakan di Indonesia, namun demikian hasil yang dicapai belum seperti yang

diharapkan. Kebijakan diversifikasi pangan diawali dari Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 14 tahun 1974 tentang Upaya Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR),

dengan menggalakkan produksi telo, Kacang dan Jagung yang dikenal dengan Tekad,

sampai yang terakhir adanya Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber

Daya Lokal. Walaupun telah berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai

kalangan terkait, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih

bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan

Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan

sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi

pangan (BKP, 2010).

Page 17: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

7

III. METODOLOGI

3.1. Kerangka Pikir

a. Kajian Adopsi Teknologi PTT Padi di Provinsi Aceh

Usaha agribisnis padi di Aceh umumnya belum secara optimal menerapkan

inovasi teknologi, sehingga produktivitasnya masih tergolong relatif rendah. Pada sisi

lain, produktivitas padi bervariasi menurut lokasi, baik karena perbedaan

agroekosistem, kondisi sosial, budaya petani dan respon petani terhadap inovasi.

Senjang produktivitas padi sebesar 3 ton/ha pada tingkat penelitian (sekitar 8 ton/ha)

dengan produktivitas nasional rata-rata 5,16 ton/ha merupakan fakta masih adanya

peluang peningkatan produktivitas padi terutama melalui dukungan inovasi

(Subagyono,2012).

Meskipun masih dijumpai senjang hasil yang cukup tinggi antara produktivitas

padi pada tingkat penelitian dan pada tingkat usahatani, potensi untuk mewujudkan

peningkatan produktivitas padi di tingkat usahatani masih sangat besar. Senjang hasil

yang hampir mencapai 3 ton/ha tersebut disebabkan oleh beberapa kendala, yaitu (1)

transfer inovasi teknologi yang belum optimal, (2) kemampuan petani yang masih

relatif terbatas dalam penerapan inovasi teknologi baik kemampuan teknis maupun

kemampuan modal, (3) kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan petani yang

belum mampu dengan baik merespon pentingnya inovasi teknologi, dan (4) pada

banyak kasus usahatani padi di Aceh relatif kurang menguntungkan dibanding

komoditas bernilai ekonologi tinggi seperti sawit, kopi, kakao.

Provinsi Aceh memiliki potensi cukup besar di bidang pertanian, terutama

tanaman pangan. Luas lahan sawah irigasi di Aceh 214.939 ha dengan produktivitas

4,2 ton/ha sedangkan produktivitas padi dataran tinggi 3,74 ton/ha. Berbagai upaya

telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi, salah satunya

melalui pendekatan Teknologi Tanaman Terpadu (PTT), dimana sudah mulai

diperkenalkan kepada petani di Aceh sejak tahun 2004. Dalam upaya pencapaian

surplus beras 10 juta ton di tahun 2014, provinsi Aceh di tahun 2012 melaksanakan

kegiatan SL-PTT padi pada 2.922 unit dengan luas areal 29.300 ha.

Page 18: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

8

Pelaksanaan SL-PTT padi bertujuan antara lain untuk mempercepat penerapan

komponen teknologi PTT padi dengan sasaran teradopsinya berbagai alternative

komponen teknologi padi oleh petani sehingga dapat menambah pengetahuan dan

ketrampilan dalam mengelola usahataninya , guna meningkatnya produktivitas.

Keberhasilan adopsi teknologi PTT, atau berkembangnya proses difusi suatu

inovasi PTT, diketahui dengan cara mengukur tingkat adopsi (kecepatan relatif suatu

inovasi diadopsi oleh anggota suatu sistem sosial) sasaran terhadap inovasi tersebut.

Kecepatan adopsi suatu inovasi biasanya diukur dengan jangka waktu yang diperlukan

oleh sekian persen anggota masyarakat untuk mengadopsi inovasi tersebut (Rogers

dan Shoemaker, 1971; Rogers, 1983).

b. Analisis Dampak Teknologi KRPL di Provinsi Aceh

KRPL merupakan upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

keluarga melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat

disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan

lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga. Kementerian Pertanian melihat

potensi lahan pekarangan ini sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk

mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di

perkotaan.

Di Provinsi Aceh kegiatan KRPL dimulai tahun 2011 pada satu lokasi. Pada

tahun 2013 KRPL berkembang menjadi 52 lokasi yang tersebar pada 23

kabupaten/kota.

Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian pertanian ditentukan oleh

tingkat pemanfaatan hasilnya oleh pengguna sasaran. Penerapan hasil penelitian dan

pengkajian tersebut diharapkan dapat mendorong pembangunan pertanian di daerah

sehingga sektor pertanian mampu berfungsi sebagai mesin penggerak perekonomian

nasional. Penyampaian informasi teknologi hasil-hasil penelitian dan pengkajian kepada

petani, pihak swasta dan pengguna lain perlu dilakukan agar petani dapat menerapkan

hasil penelitian dan pengkajian tersebut dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Page 19: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

9

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Analisis Rekomendasi Keijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Aceh,

didasarkan pada karakteristik sumberdaya manusia dan sumber daya alam, yang

bersifat spesifik lokasi.

Lingkup dan rencana kegiatan mencakup:

i. Memperbaiki proposal dan penyusunan kuesioner.

j. Menyusun TOR untuk setiap kegiatan lapang

k. Menyampaikan laporan kegiatan setiap bulan dan triwulan

l. Melakukan uji kuesioner sebelum kajian lapang dan dilakukan penyempurnaan bila

diperlukan

m. Melaksanakan kajian lapang menurut jadual perencanaan

n. Melakukan pengolahan data primer dan sekunder yang telah dianalisis selanjutnya

dituangkan dalam bentuk laporan, dilakukan secara bertahap dimulai dari draft

sampai laporan final.

o. Seminar Hasil. Laporan hasil akhir diseminarkan untuk memperoleh tanggapan dan

umpan balik dari peneliti/penyuluh dalam upaya perbaikan dan penajaman

pelaporan

p. Penulisan Laporan.

3.3. Waktu dan Tempat

Analisis dan Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian yang merupakan

kegiatan kajian adopsi teknologi PTT padi dan analisis dampak KRPL di Provinsi Aceh,

dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2015. Dilaksanakan di

Kabupaten Pidie, Aceh Utara, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya untuk kegiatan kajian

adopsi teknologi PTT padi dan di Kabupaten Pidie Jaya, Lhokseumawe, Aceh Utara dan

Aceh Barat untuk kegiatan analisis dampak KRPL.

3.4. Rancangan Pengkajian

Kegiatan dilaksanakan melalui kajian lapang dengan responden adalah petani

yang mendapat program SLPTT (purposive sampling) dan KRPL. Untuk kajian adopsi;

Page 20: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

10

setiap kabupaten dipilih 1 kecamatan dan dari setiap kecamatan akan dipilih 2 desa.

Responden Indepth interview sebanyak 10 - 20 petani per desa/poktan. Sedangkan

untuk kajian dampak KRPL, setiap kabupaten akan dipilih kecamatan-kecamatan yang

mendapat kegiatan KRPL. Responden Indepth interview sebanyak 10 - 20 petani per

KWT/kelompok KRPL. Responden dipilih secara acak sederhana dari anggota Poktan

SLPTT padi dan KWT KRPL.

3.5. Pengamatan/pengolahan dan Analisis Data

a. Data dan Sumber Data

Data yang dijadikan sumber bahasan terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer dikumpulkan dari responden yang terdiri dari Pejabat dari

Dinas-dinas Lingkup Pertanian di tingkat Kabupaten dan Kecamatan serta petani dan

keluarganya di lapangan.

Pengumpulan data primer akan dilakukan melalui beberapa pendekatan yakni:

Wawancara mendalam (indepth interview) kepada petani dan keluarganya serta

Pejabat lain yang terkait dan relevan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan, serta

diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion - FGD).

Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran dokumen dan publikasi yang

relevan dengan topik pengkajian di BBP2TP, Puslit/Balit yang terkait, BPTP Aceh, dan

surfing website.

Jenis data primer yang dikumpulkan, antara lain adalah sebagai berikut:

(a) Karakteristik Responden, meliputi umur, pendidikan, pengalaman berusahatani

dan lain-lain yang relevan

(b) Keragaan penerapan teknologi PTT padi dan KRPL

(c) Alur adopsi teknologi

(d) Dampak teknologi KRPL

Data sekunder dikumpulkan dari berbagai instansi terkait yang relevan dengan

topik yang dibahas. Jenis data sekunder yang dikumpulkan meliputi jenis program

yang dilaksanakan, pihak yang terlibat, rumah tangga petani dan hal-hal lain yang

relevan dengan kajian yang dilaksanakan.

Page 21: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

11

b. Analisis Data

Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analysis. Metode ini merupakan data yang dianalisis untuk menggambarkan

dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya atau menjelaskan

fenomena-fenomena yang terjadi disekitar objek pengkajian dengan maksud mencari

jalan penentuan pengkajian.

Page 22: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kajian Adopsi Teknologi PTT Padi

4.1.1. Lokasi Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan dalam dua zona wilayah, Kabupaten Pidie dan Aceh

Utara mewakili wilayah timur dan Aceh Barat serta Aceh Barat Daya mewakili wilayah

barat. Semua lokasi yang dipilih merupakan sentra produksi padi di Provinsi Aceh.

Masing-masing kabupaten mempunyai luas sawah mencapai 29.391 ha yang tersebar

dalam 23 kecamatan di Kabupaten Pidie, 45.493 ha, yang tersebar dalam 27

Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Barat 16.426 ha dalam 12

kecamatan dan 11.426 ha di Kabupaten Aceh Barat Daya yang tersebar dalam 9

kecamatan.

Untuk kabupaten Pidie, lokasi yang dipilih adalah Kecamatan Mutiara yaitu Desa

Balee Busu dan Lingkok Busus. Kabupaten Aceh Utara dilaksanakan di Kecamatan

Muara Batu, yaitu Desa Panigah dan Paloh Awee. Di Aceh Barat pegkajian

dilaksanakan di Desa Suak Timah dan Cot Darat Kecamatan Samatiga. Di Aceh Barat

Daya di laksanakan di Desa Blang Dalam dan Cot Mancang Kecamatan Susoh.

4.1.2. Karakteristik Responden

Petani yang menjadi responden dalam pengkajian ini 100% laki-laki.

77,5% dari jumlah responden baik yang terlibat memiliki umur antara 40 – 54

tahun, merupakan usia yang produktif dalam usahatani padi dengan

pengalaman antara 10 - 20 tahun. Responden telah mendapatkan berbagai

teknologi budidaya padi untuk meningkatkan produktivitas, meskipun hanya

memiliki tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (31,25%), akan tetapi

memiliki memampuan untuk menilai suatu inovasi layak atau tidak untuk

diadopsi. Mayoritas petani memiliki lahan garapan antara 0.5 – 0,75 Ha.

Karakteristik responden yang terlibat dalam pengkajian ini dapat dilihat pada Tabel. 1.

Page 23: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

13

Tabel 1. Karakteristik responden kajian adopsi teknologi PTT padi di Provinsi Aceh

Tahun 2015.

Karakteristik Responden

Kabupaten Jumlah Persentase

Pidie Aceh Utara

Aceh Barat

Aceh Barat Daya

Umur

39 5 3 4 2 14 17.5

40 – 54 14 16 14 18 62 77.5

55 1 1 2 0 4 5 Jumlah 20 20 20 20 80 100

Pendidikan formal

SD ( 6 th) 5 9 5 4 23 28.75

SMP (7 – 9 th) 5 7 8 5 25 31.25

SMA ( 9 th) 10 4 7 11 32 40 Jumlah 20 20 20 20 80 100

Pengalaman bertani padi (tahun)

10 4 3 4 5 16 20

11 - 20 15 16 14 15 60 75

20 1 1 2 0 4 5 Jumlah 20 20 20 20 80 100

Jumlah anggota keluarga (jiwa)

4 13 15 14 16 58 72.5

5 – 6 5 3 5 3 16 20

7 2 2 1 1 6 7.5 Jumlah 20 20 20 20 80 100

Luas lahan usahatani padi (ha)

< 0,5 4 2 7 5 18 22.5

0,5 – 0,75 15 14 13 13 55 68.75

> 1,0 1 4 0 2 7 8.75 Jumlah 20 20 20 20 80 100

Sumber : Data primer diolah

4.1.3. Keragaan Penerapan Teknologi

Pengelolaan tanaman terpadu (PTT) merupakan pendekatan dalam

pengelolaan lahan, air, tanaman, organisme pengganggu tanaman (OPT), dan iklim

secara terpadu dan bekelanjutan dalam upaya peningkatan produktivitas, pendapatan

petani dan kelestarian lingkungan. Prinsip PTT mencakup empat unsur yaitu integrasi,

Page 24: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

14

interkasi, dinamis dan partisipatif. Komponen teknologi dalam PTT dibagi menjadi dua,

yaitu komponen teknologi dasar terdiri dari (1) penggunaan varietas unggul baru

(VUB), (2) benih bermutu dan berlabel, (3) pemupukan yang efisien, dan (4)

pengendalian hama penyakit sesuai OPT sasaran, (5) penggunaan bahan organik, dan

(6) pengaturan populasi tanaman dan komponen teknologi pilihan terdiri dari (1)

pengolahan tanah sempurna, (2) bibit muda, (3) jumlah bibit per rumpun, (4) irigasi

berselang, (5) penyiangan dengan gasrok, dan (6) penangan panen dan pascepanen

(Departemen Pertanian, 2008). Keragaan penerapan teknologi PTT padi yang

telah dilaksanakan oleh petani responden yang terlibat dalam pengkajian dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Keragaan penerapan teknologi PTT padi pada lokasi pengkajian.

Komponen Teknologi PTT padi sawah

Kabupaten

Jumlah Persen Pidie

Aceh Utara

Aceh Barat

Aceh Barat Daya

Komponen dasar:

1. Penggunaan VUB a. Sesuai 20 17 16 20 73 91.25 b. Kurang sesuai 0 3 4 0 7 8.75 c. Tidak sesuai 0 0 0 0 0 0.00

Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

2. Benih bermutu dan berlabel a. Sesuai 16 14 14 18 62 77.50 b. Kurang sesuai 4 6 4 2 16 20.00 c. Tidak sesuai 0 0 2 0 2 2.50 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

3. Penggunaan bahan organik a. Sesuai 0 0 0 0 0 0.00 b. Kurang sesuai 3 2 2 4 11 13.75 c. Tidak sesuai 17 18 18 16 69 86.25 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

4. Sistem tanam legowo/jurong

a. Sesuai 5 3 3 13 24 30.77 b. Kurang sesuai 12 12 11 4 39 50.00 c. Tidak sesuai 4 5 6 0 15 19.23 Jumlah 21 20 20 17 78 100.00

5. Pemupukan spesifik lokasi a. Sesuai 2 2 2 4 10 12.50 b. Kurang sesuai 18 18 17 16 69 86.25 c. Tidak sesuai 0 0 1 0 1 1.25 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

Page 25: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

15

Komponen Teknologi PTT padi sawah

Kabupaten

Jumlah Persen Pidie

Aceh Utara

Aceh Barat

Aceh Barat Daya

6. Pengendalian OPT a. Sesuai 3 2 2 4 11 13.75 b. Kurang sesuai 15 13 14 12 54 67.50 c. Tidak sesuai 2 5 4 4 15 18.75 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

Komponen pilihan:

7. Pengolahan tanah sempurna

a. Sesuai 20 20 20 20 80 100.00 b. Kurang sesuai 0 0 0 0 0 0.00 c. Tidak sesuai 0 0 0 0 0 0.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

8. Penggunaan bibit muda ( umur < 21 hari)

a. Sesuai 20 18 18 20 76 95.00 b. Kurang sesuai 0 2 2 0 4 5.00 c. Tidak sesuai 0 0 0 0 0 0.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

9. Tanam bibit 1-3 per rumpun

a. Sesuai 20 18 14 20 72 90.00 b. Kurang sesuai 0 2 6 0 8 10.00 c. Tidak sesuai 0 0 0 0 0 0.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

10. Irigasi berselang a. Sesuai 0 0 0 0 0 0.00 b. Kurang sesuai 0 0 0 0 0 0.00 c. Tidak sesuai 20 20 20 20 80 100.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

11. Penyiangan dengan gasrok a. Sesuai 0 0 0 0 0 0.00 b. Kurang sesuai 0 0 0 0 0 0.00 c. Tidak sesuai 20 20 20 20 80 100.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

12. Panen dan pasca panen a. Sesuai 18 15 16 18 67 83.75 b. Kurang sesuai 2 5 4 2 13 16.25 c. Tidak sesuai 0 0 0 0 0 0.00 Jumlah 20 20 20 20 80 100.00

Sumber : Data primer diolah

Page 26: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

16

Tabel 2 menunjukkan Sebanyak 91,20% responden telah menggunakan

benih bermutu dan 77,50% berlabel. Dosis pupuk yang digunakan didasarkan

pada ketersedian modal kerja yang dimiliki. Petani belum memiliki informasi

tentang Bagan Warna Daun (BWD), Perangkat Uji Tanah sawah (PUTS) atau

Peta Status Hara P dan K yang dapat dipergunakan untuk mengetahui

kebutuhan unsur hara tanaman. Pemberian bahan organik belum terbiasa

dilakukan khususnya penggunaan pupuk kandang meskipun petani memiliki

ternak sapi, kambing dan unggas, namun 13,75% responden sudah

menggunakan pupuk organik meskipun tidak sesuai dengan anjuran.

Petani sudah menggunakan pola tanam sistem jajar legowo (Jurong)

meskipun belum sesuai dengan yang direkomendasikan. Sebanyak 30,77%

responden menyatakan sudah menerapkan jurong 2:1 dan 4:1. Pengendalian

organisme peganggu pada tanaman padi dengan pendekatan pengendalian

hama terpadu (PHT), sejumlah 13,75% responden telah melaksanakan.

Paket Teknologi PTT padi sawah, selain memiliki 6 komponen teknologi

utama (dasar) juga memiliki 6 komponen teknologi pilihan. Penggunaan

komponen teknologi pilihan oleh responden masih terbatas. Seluruh responden

(100%) telah melakukan olah tanah sempurna. Pada penggunaan bibit muda

yang berumur dibawah 21 hari telah dilakukan oleh 95% responden, demikian

juga dengan tanam 1 – 3 batang per lubang tanam telah diadopsi oleh 90%

responden. Irigasi berselang belum dilakukan seluruh petani. Hal ini disebabkan

ketersediaan air irigasi masih menjadi kendala utama pada semua wilayah.

Semua petani (100%) belum menggunakan alat gastrok untuk

menyiangi lahan sawah. Umumnya masih melakukan secara manual, yaitu

mencabut, menyiang dan membuang gulma yang ada dalam tanaman padi.

Penggunaan gastrok belum membudaya. Minimnya informasi tentang gastrok

menyebabkan petani di lokasi pengkajian belum mengetahui adanya alat

tersebut.

Page 27: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

17

Pengelolaan panen dan pasca panen telah sesuai dilakukan oleh petani

sebanyak 83,75%, sedangkan 16,25% lainnya mengungkapkan bukan tidak

melakukan pasca panen yang benar akan tetapi kendala mereka adalah

terbatasnya mesin perontok gabah (tresher) sehingga harus menunggu 1 – 2

hari baru mendapat giliran untuk perontokan.

4.1.4. Faktor Peningkatan Adopsi

Peningkatan adopsi teknologi PTT padi pada lokasi pengkajian tidak

dipengaruhi oleh karakteristik responden, seperti; umur, pendidikan dan

pengalaman petani dalam bercocok tanam padi. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat

adopsi yang sama meskipun karakteristik petani berbeda.

Hasil pengkajian menunjukkan tingkat adopsi dipengaruhi oleh beberapa

faktor, antara lain: teknologi yang dilaksanakan mudah, tidak rumit. Teknologi

tersebut juga murah akan tetapi sesuai dengan kondisi masyarakat serta

teknologi baru dapat memberikan keuntungan yang lebih kepada mereka

(meningkatkan hasil). Teknologi PTT padi sawah yang bersifat seperti tersebut

diatas cenderung lebih cepat diadopsi petani.

Dari berbagai komponen teknologi dasar dan pilihan PTT padi sawah,

yang belum diadopsi responden ialah: pengairan berselang, penggunaan pupuk

organik, penyiangan dengan gasrok. Sedangkan teknologi yang masih terbatas

diadopsi oleh beberapa petani yaitu sistem tanam jajar legowo.

Page 28: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

18

4.2. Analisis Dampak Teknologi KRPL

4.2.1. Lokasi Pengkajian

Pengkajian ini dilakukan berdasarkan zona status upgrading penilaian terhadap

KRPL yang telah dilaporkan Tahun 2014. Lokasi yang terpilih adalah Kabupaten Pidie

Jaya pada zona kuning merupakan KRPL Model Perdesaan, Aceh Utara zona hijau

KRPL Perdesaan dan Kota Lhokseumawe zona kuning sebagai model KRPL Perkotaan

yang mewakili wilayah timur Aceh. Wilayah Barat diwakili oleh Aceh Barat merupakan

KRPL perdesaan berada dalam zona kuning.

Untuk kabupaten Pidie Jaya, lokasi yang dipilih adalah Desa Meunasah Raya

Kecamatan Meurah Dua, Desa Dayah Baroh Kecamatan Ulim dan Desa Pulo U

Kecamatan Meureudu. Kota Lhokseumawe, lokasi yang dipilih adalah Desa Hagu Barat

Laut Kecamatan Banda Sakti dan Desa Meunasah Mesjid Kecamatan Muara Dua. V

Sedangkan untuk Aceh Utara desa yang dipilih adalah Desa Geulanggang Baro

Kecamatan Lapang, Desa Meunasah Aron Kecamatan Muara Batu dan Desa Blang

Kecamatan Tanah Pasir. Di Kabupaten Aceh Barat desa yang disurvei adalah Desa

Pasie Ara Kecamatan Kaway XVI, Desa Cot Darat Kecamatan Samatiga dan Desa Alue

Bagok Kecamatan Arongan Lambalek. Semua lokasi yang terpilih di atas adalah lokasi

dimana kegiatan M-KRPL di tempatkan sejak tahun 2012.

4.2.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi; umur, pendidikan formal,

pekerjaan utama, pekerjaan sampingan dan jumlah anggota keluarga. Untuk lebih

jelas data distribusi responden berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan 55,45% umur responden terbesar berada pada kisaran

31 – 50 tahun, dengan pendidikan formal tertinggi Sembilan tahun (43,64%),

pekerjaan utama 100% petani, 45,45% tidak mempunyai pekerjaan sampingan

dengan jumlah anggota keluarga kurang dari empat orang sebanyak 48.18%.

Page 29: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

19

Tabel 3. Data distribusi responden dampak teknologi KRPL berdasarkan karakteristik

No. Karakteristik Responden Kategori Jumlah (org)

persentase (%)

1 umur < 30 tahun 32 29.09 31 - 50 tahun 61 55.45 > 50 tahun 17 15.45 110 100

2 pendidikan formal rendah (6 tahun) 18 16.36 sedang (9 tahun) 48 43.64 tinggi (> 9 tahun) 44 40.00

110 100

3 Pekerjaan utama Petani 110 100 110 100

4 Sampingan Jualan 8 7.27 bikin kue 6 5.45 Menjahit 4 3.64 lain-lain (guru, buruh) 42 38.18 tidak ada 50 45.45 110 100

5 jumlah anggota keluarga sedikit (< 4 orang) 53 48.18 sedang (5 - 7 org) 42 38.18

banyak ( > 7 orang) 15 13.64 110 100

Sumber : Data primer diolah 4.2.3. Teknologi KRPL

Aktivitas KRPL yang diintroduksikan pada lokasi yang terpilih adalah

membangun kebun bibit desa (KBD) dan memanfaatkan lahan pekarangan

dengan berbagai jenis tanaman sayuran. Untuk keberlanjutan aktivitas

dilakukan pendampingan yang bertujuan memperkuat kelembagaan yang

sudah terbangun (Kelompok Wanita tani dan Kebun Bibit Desa) dan untuk

pengembangan kawasan serta pemasaran. KBD dikembangkan kapasitas

produksinya sehingga mampu mensuplai kebutuhan benih/bibit pada kawasan

yang semakin bertambah. KBD-KBD tersebut akan dihubungkan dengan Kebun

Page 30: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

20

benih Induk (KBI) yang dibangun di BPTP Aceh sebagai sumber benih utama.

Selain itu, kegiatan kelompok juga akan terus ditingkatkan, terutama kegiatan

ekonomi produktif. Hasil produksi dari KRPL ataupun produk olahannya

diupayakan untuk dapat dipasarkan. BPTP Aceh akan memfasilitasi untuk

tujuan tersebut melalui identifikasi potensi jalur pemasaran dan advokasi dalam

proses pemasaran.

Teknologi budidaya yang diperkenalkan adalah teknik-teknik budidaya

yang sudah menganut prinsip-prinsip Good Agriculture Practices (GAP) dan

Good Harvest Practices (GHP). Dengan demikian produk pertanian rumah

tangga yang dihasilkan akan memiliki nilai tambah yang lebih baik dibandingkan

cara-cara budidaya konvensional, baik dari segi kuntitas produksi maupun

kualitas kesehatan.

Penataan tanaman pada KRPL didasarkan pada prinsip konservasi dan

diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, terutama untuk pemenuhan

kebutuhan rumah tangga dan dipasarkan jika terdapat hasil lebih.

Pemanfaatan limbah rumah tangga dan pertanian juga akan diterapkan dengan

mengajarkan kepada rumah tangga peserta tentang pengolahan dan

pembuatan kompos.

Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan

melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi

tanaman-ternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi

pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.

4.2.4. Dampak KRPL

Kegiatan KRPL yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012 pada empat

kabupaten/kotamadya lokasi pengkajian tidak menunjukkan dampak yang

signifikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Partisipasi masyarakat

peserta semakin berkurang, aktivitas KRPL masih berjalan pada beberapa lokasi

Page 31: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

21

akan tetapi umumnya hanya pada kebun bibit desa (KBD) dan dilaksanakan

oleh pemilik lahan KBD saja.

Berkurangnya minat anggota KRPL melanjutkan aktivitas bercocok

tanam sayuran pada lahan masing-masing disebabkan oleh beberapa faktor,

antara lain; (1) tidak ada bantuan benih/bibit lagi, (2) perlu beberapa batang

bibit tanaman seperti cabai, terong, dan tomat harus membuat persemaian

sendiri, (3) hasil yang didapatkan tidak menguntungkan, (4) bosan

mengkonsumsi sayuran hasil produksi sendiri bila tujuan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, (5) hilang motivasi karena tidak ada perhatian dari pihak

terkait.

Beberapa pembelajaran untuk keberhasilan dan keberlanjutan secara

lestari dari pengembangan model KRPL ini adalah: (1) Para petugas lapangan

setempat dan ketua kelompok sejak awal harus dilibatkan secara aktif mulai

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini

akan meningkatkan motivai dan memudahkan proses keberlanjutan dan

kemandiriannya, (2) Ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan

pengolahan, serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu, diperlukan

penumbuhan dan penguatan kelembagaan Kebun Benih/Bibit agar menjadi

usaha komersial yang mandiri, pengolahan hasil dan pemasaran untuk

pembentukan modal kelompok, (3) Untuk menuju Pola Pangan Harapan,

diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok

pangan bagi keluarga dan adanya pendidikan tentang pola pangan yang baik

dan sehat, (4) Diperlukan komitmen yang kuat dan dukungan serta fasilitasi

dari pengambil kebijakan utamanya Pemerintah Daerah untuk mendorong

implementasi model inovasi teknologi seperti model KRPL tersebut dalam

gerakan secara masif di wilayah kerjanya

Page 32: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

22

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Kajian Adopsi Teknologi PTT Padi di Provinsi Aceh

a. Adopsi teknologi PTT padi masih terbatas pada komponen pemakaian

varietas unggul baru, benih berlabel dan tanam legowo 2:1. Dari

berbagai komponen teknologi dasar dan pilihan PTT padi sawah,

yang belum diadopsi responden ialah: pengairan berselang,

penggunaan pupuk organik, penyiangan dengan gasrok.

b. Tingkat adopsi PTT padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain: teknologi yang dilaksanakan mudah, tidak rumit. Teknologi

tersebut juga murah akan tetapi sesuai dengan kondisi masyarakat

serta teknologi baru dapat memberikan keuntungan yang lebih

kepada mereka (meningkatkan hasil).

5.1.2. Analisis Dampak Teknologi KRPL di Provinsi Aceh

a. Kegiatan KRPL di Kabupaten Pidie Jaya, Kota Lhokseumawe, Aceh

Jaya dan Aceh Barat tidak menunjukkan dampak yang signifikan

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Partisipasi masyarakat

peserta semakin berkurang, aktivitas KRPL masih berjalan pada

beberapa lokasi akan tetapi umumnya hanya pada kebun bibit desa

(KBD) dan dilaksanakan oleh pemilik lahan KBD saja.

b. Berkurangnya minat anggota KRPL melanjutkan aktivitas bercocok

tanam sayuran pada lahan masing-masing disebabkan oleh beberapa

faktor, antara lain; (1) tidak ada bantuan benih/bibit lagi, (2) perlu

beberapa batang bibit tanaman seperti cabai, terong, dan tomat

harus membuat persemaian sendiri, (3) hasil yang didapatkan tidak

Page 33: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

23

menguntungkan, (4) bosan mengkonsumsi sayuran hasil produksi

sendiri bila tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, (5) hilang

motivasi karena tidak ada perhatian dari pihak terkait.

5.2. Saran

5.2.1. Kajian Adopsi Teknologi PTT Padi di Provinsi Aceh

Peningkatan adopsi PTT padi sawah dapat dilakukan dengan

pendampingan teknologi dan demontrasi.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) salah satu ujung tombak

di lapangan, untuk mengawal berjalannya teknologi PTT peran

PPL sangat penting. Peningkatan kualitas SDM penyuluh

tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan intensitas

pelatihan dan demontrasi plot.

5.2.2. Analisis Dampak Teknologi KRPL di Provinsi Aceh

a. Para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok sejak awal

harus dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan meningkatkan

motivai dan memudahkan proses keberlanjutan dan kemandiriannya.

b. Ketersediaan benih/bibit, penanganan pascapanen dan

pengolahan, serta pasar bagi produk yang dihasilkan. Untuk itu,

diperlukan penumbuhan dan penguatan kelembagaan Kebun

Benih/Bibit agar menjadi usaha komersial yang mandiri, pengolahan

hasil dan pemasaran untuk pembentukan modal kelompok.

c. Diperlukan komitmen yang kuat dan dukungan serta fasilitasi dari

pengambil kebijakan utamanya Pemerintah Daerah untuk mendorong

implementasi model inovasi teknologi seperti model KRPL tersebut

dalam gerakan secara masif di wilayah kerjanya

Page 34: ANALISIS DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN …nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/22-LAPORAN AKHIR ANJAK 2015.pdflaporan hasil kegiatan analisis dan rekomendasi kebijakan pembangunan

24

DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat Statistik Provinsi Aceh. 2013. Aceh Dalam Angka 2013. BPS. Banda Aceh.

Badan Litbang Pertanian. 2010. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2010-2014.

Badan Ketahanan Pangan (BKP). 2010. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta.

Musyafak, A. dan Tatang M.I. 2006. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi Inovasi Pertanian Mendukung Primatani. Pontianak: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat.

Kasryno, F., E. Pasandaran, Erwidodo, A.M. Fagi, T. Pranaji dan I.W. Rusasatra. 2002. Pemikiran Mengenai Visi Pembangunan Pertanian Indonesia 2020 dan Implikasinya Bagi Penelitian Pengembangan Pertanian. Rapat Kerja Badan Litbang Pertanian 11 Juni 2002.

Rogers, E.M. 1983. Diffusion of innovation. New York Free Press

Rogers, E.M. dan F.F. Shoemaker. 1971. Communication of Inovation. New York.

Soebagyono,K.2012. Inovasi Pengelolaan Air Spesifik Lokasi Untuk Peningkatan Produktivitas Padi. Buku Teknologi Untuk Petani.2013

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai Langkah Awal Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis Industrial. Analisis Kebijakan Pertanian.2(3): 209-225.

Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan. Strategi pengembangan dan penerapannya dalam penelitian pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor