analisis cemaran lingkungan

20
A. Indikator Pencemaran Air Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi : - Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna, bau dan rasa - Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH - Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen. Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD). Namun, karena keterbatasan alat survey yang digunakan, hanya di dapat data pencemaran secara fisika ( kejernihan, rasa, bau, warna, suhu), secara kimia (pH), dan secara biologi

Upload: eunike-aprilianio

Post on 13-Apr-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Cemaran pada Sungai Bedadung

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Cemaran Lingkungan

A. Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan

atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :

- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat

kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan warna,

bau dan rasa

- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat

kimia yang terlarut, perubahan pH

- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan

mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau

konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO), kebutuhan oksigen

biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical

Oxygen Demand, COD). Namun, karena keterbatasan alat survey yang digunakan, hanya di

dapat data pencemaran secara fisika ( kejernihan, rasa, bau, warna, suhu), secara kimia (pH),

dan secara biologi

B. Pengamatan pencemaran secara fisika sungai Bedadung

Pencemaran air jika dilihat dari parameter fisika ada bermacam-macam, yaitu:

Suhu Air, parameter ini sangat diperlukan dalam penentuan karakter limbah, karena

menyangkut kecepatan reaksi dan pengaruhnya terhadap kelarutan suatu gas bau dan

rasa. Suhu yang terdapat di sungai bedadung yang kita kunjungi tidak mengalami

perubahan kenaikan atau penurunan yang signifikan suhu tergolong normal, cuaca

juga menjadi faktor dari naik atau turunnya suhu

Parameter rasa dan bau, parameter ini seringkali diakibatkan oleh material-material

terlarut, bau dan rasa dari sifat air ini sangat subjektif karena tergolong sulit di ukur

Page 2: Analisis Cemaran Lingkungan

tetapi dapat juga diidentifikasi bahwa bau yang dimiliki sungai bedadung yang kami

kunjungi, bau tidak begitu busuk dan rasa sedikit masam di akibatkan sungai tersebut

digunakan untuk mencuci pakaian hal ini dapat disebabkan karena detergen yang di

pakai bersifat asam

Parameter warna jika dilihat dari estetikanya air tergolong jernih transparant segar

sehingga tergolong air yang baik untuk digunakan tetapi warna pada sungai bedadung

yang kami kunjungi berwarna hijau hal ini dapat disebabkan oleh beberapa

mikroorganisme yang dapat merubah warna di sungai tersebut

Parameter kekeruhan biasanya hadirnya material berupa koloid yang menyebabkan air

tampak keruh secara estetis, kekeruhan partikel dapat pula disebabkan oleh tanah yang

berada disana tetapi pada sungai bedadung yang kita kunjungi menunjukkan sedikit

ada kekeruhan dan tidak tergolong jenih karena ketika kami mencoba mengambil ada

sedikit kotoran yang ikut.

Selain parameter fisika terdapat penyebab dari pencemaran air di sungai bedadung

yang kami kunjungi, menurut kami tercemarnya air di sungai bedadung diakibatkan oleh

limbah pemukiman warga, disekitar sungai terdapat tumpukan sampah yang kemungkinan

akan berterbangan mengenai sungai. Sampah yang terlihat yaitu kumpulan plastik yang tidak

dapat diuraikan oleh bakteri jika plastik berada di permukaan sungai maka plastik tersebut

menutupi dan menghalangi masuknya sinar matahari dan menghambat tumbuhan air untuk

berkembang. Akan tetapi pada sungai bedadung yang kami kunjungi masih terdapat

tumbuhan air tetapi tidak terlalu banyak.

Page 3: Analisis Cemaran Lingkungan

C. Pengamatan secara kimiawi sungai Bedadung

1. pH (keasaman dan kebasahan) atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 –

7,5. Ketika mengambil sampel air dari sungai bedadung dan mengujinya dengan kertas

lakmus universal, didapatkan warna kertas lakmus merah menjadi warna biru. Hal ini

menunjukkan bahwa air sungai bedadung di daerah Jalan Danau Toba ini bersifat basa (± >

7). Tidak dapat dipastikan pHnya karena ketersediaan alat pengukur pH. Bersifat basa

mungkin dikarenakan cemaran air sungai berupa cemaran detergen dan sabun yang didapat

dari limbah rumah tangga mengingat disekeliling sungai dihuni pemukiman yang padat

penduduk maupun yang didapat dari aktivitas mandi dan mencuci warga disekitaran sungai.

Namun, terlihat ada beberapa jenis tanaman seperti teratai, jenis rumpu-rumputan dan

kangkung yang dapat tumbuh di aliran sungai tersebut. Hal ini menandakan bahwa air sungai

bedadung ini memang pHnya > 4 (kemungkinan basa), diperkuat dengan pernyataan pada pH

< 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat bertoleransi terhadap pH rendah.

Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan

algae Euglena pada pH 1,6.Adapun pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel : Pengaruh pH Terhadap Komunitas Biologi Perairan

Nilai pH Pengaruh Umum

6,0 – 6,5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak mengalami

perubahan

5,5 – 6,0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos semakin

tampak

2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih belum

Page 4: Analisis Cemaran Lingkungan

mengalami perubahan yang berarti

3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral

5,0 – 5,5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifilton dan bentos semakin besar

2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton

dan bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4. Proses nitrifikasi terhambat

4,5 – 5,0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,

perifilton dan bentos semakin besar

2. Penurunan kelimpahan total dan biomassa zooplankton dan

bentos

3. Algae hijau berfilamen semakin banyak

4. Proses nitrifikasi terhambat

Sumber : modifikasi Baker et al., 1990 dalam Efendi, 2003

Gambar 1 . kertas lakmus merah menjadi warna biru

Gambar 2 . Tanaman yang dapat tumbuh di aliran sungai bedadung menunjukkan pH air >4

Page 5: Analisis Cemaran Lingkungan

Bahan buangan berupa sabun dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu

karena alasan berikut :

a. Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat menggangg kehidupan

organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat akan

menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11

b. Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu

kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan

c. Ada sebagian bahan sabun atau deterjen yang tidak dapat dipecah (didegradasi

oleh mikroorganisme yang ada di dalam air. Keadaan ini sudah tentu akan

merugikan lingkungan. Namun akhir-akhir ini mulai banyak digunakan bahan

sabun/deterjen yang dapat didegradsi oleh mikroorganisme

Dapat dikatakan aliran sungai bedadung di daerah jalan Danau Toba ini tercemar ringan.

2. Oksigen terlarut (DO)

Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup

karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air.

Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa algae. Oksigen yang

dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan

digunakan kembali oleh algae untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya.

Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir. Berdasarkan

data-data temperature dan tekanan, maka kalarutan oksigen jenuh dalam air pada 25o C dan

tekanan 1 atmosfir adalah 8,32 mg/L (Warlina, 1985). Kadar oksigen terlarut yang tinggi

tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain

membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak.

Saat survey kita tidak dapat menentukan/mendapatkan data kelarutan oksigen jenuh

dalam air namun dapat dihubungkan dengan beberapa parameter seperti banyaknya ikan yang

Page 6: Analisis Cemaran Lingkungan

dapat hidup. Ikan tersebut dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses

degradasi senyawa organik dalam air. Dan terdapat alga hijau yang hidup di aliran sungai

bedadung tersebut, hal ini menunjukkan adanya oksigen terlarut yang dihasilkan oleh alga

sehingga membantu pertumbuhan/metabolisme ikan. Dapat dikatakan aliran sungai bedadung

di daerah jalan Danau Toba ini tercemar ringan.

3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)

BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam

lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air

menjadi karbondioksida dan air. Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung

pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikroorganisme lebih sedikit

dibandingkan yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat

antiseptic atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, detergen, asam cianida, insektisida dan

sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relative sedikit. Sehingga makin besar kadar

BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh

adalah kadar maksimum BOD yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan

Gambar 3. Alga hijau yang terlihat pada aliran sungai bedadung

Page 7: Analisis Cemaran Lingkungan

menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/L berdasarkan

UNESCO/WHO/UNEP, 1992. Sedangkan berdasarkan Kep.51/MENKLH/10/1995 nilai BOD

untuk baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri golongan I adalah 50 mg/L dan golongan

II adalah 150 mg/L.

Saat survey, kita tidak bisa memastikan berapa nilai BOD sungai bedadung, namun

bisa dilihat dari parameter lain seperti banyaknya mikroorganisme akuatik yang ada di aliran

sungai. Banyak sekali ikan, capung, nyamuk dan binatang sejenis plankton yang dapat

tumbuh dan berkembang biak, ini menunjukkan adanya nilai BOD yang rendah, namun kita

tidak mengetahui nilai secara kuantitatif. Padahal cemaran utama aliran sungai ini adalah

penggunaan deterjen dan sabun namun sedikit sekali warga yang menggunakan aliran sungai

ini untuk mandi dan mencuci, sehingga disimpulkan cemaran detergen dan sabun sedikit

dapat dikatakan aliran sungai bedadung di daerah jalan Danau Toba ini tercemar ringan.

4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air

dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun

yang sukar didegradasi. Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan

bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar

biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L

dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/L (UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis,

misalnya tannin, fenol, polisacharida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan

pengukuran COD daripada BOD.

Parameter COD ini tidak dapat kita hitung karena keterbatasan peralatan. Namun,

dapat dilihat bahwa disekitaran sungai merupakan perumahan warga yang sebagian sudah

Page 8: Analisis Cemaran Lingkungan

sadar akan pentingnya kebutuhan air bersih dan tidak terlihat adanya industri besar. Sehingga

dimungkinkan nilai COD < nilai COD limbah industri (60.000 mg/L)

D. Pengamatan Biologis Sungai Bedadung

Di sungai bedadung di sekitar jalan danau toba, masih banyak tanaman dan ikan yang

dapat hidup. Diantaranya yaitu, tanaman Kayu Apu, kangkung, rumput-rumputan dan ikan

lele, wader, uling, dan keong kecil. Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) termasuk dalam famili

Araceae merupakan tanaman yang mengapung bebas di air sungai, danau, dan kolam.

Tanaman ini ada ketika air dalam keadaan surut, kondisi rawa, dan suka air yang memiliki pH

basa atau air yang kaya akan kandungan kapur (Khan et al, 2014). Pada kondisi yang optimal,

tanaman ini akan berlipat ganda populasinya tidak kurang dari 3 minggu.

Sebagai tanaman yang mengapung memiliki daun hijau terang yang tebal, kesat, dan rambut

tipis yang dapat menghalangi terbasahinya oleh air. Tanaman ini dapat mengganggu flora air

dan fauna dibawahnya sehingga mengganggu ekosistem air. Selain itu, Kayu Apu ini dapat

menghalangi aliran air dan sinar matahari ke bagian bawah air. Kayu Apu menjadi inang dari

Gambar 4. Populasi Tanaman Air Kayu Apu yang Mengapung di Atas Air Sungai

Page 9: Analisis Cemaran Lingkungan

nyamuk, vektor dari malaria, encephalomyelitis and rural filariasis. Dampak dari adanya

Kayu Apu di sungai, yaitu:

- Menurunkan kadar Oksigen terlarut karena permukaan tertutupi dan digunakan

untuk respirasi akarnya sehingga menghilangkan ekosistem natural di dalam air.

- Menurunkan tingkat air di sungai karena peningkatan laju penguapan area di atas

air.

- Membatasi aliran air dengan meningkatkan jumlahnya dan menutupi sungai.

- Populasinya membuat lingkungan menjadi ideal untuk pertumbuhan nyamuk.

- Menurunkan biodiversitas.

- Tanaman air memberi pengaruh negatif dan positif bagi kualitas air.

Pengaruh negatif tanaman air adalah:

1. Tanaman air khususnya yang hidup mengapung akan mengakibatkan

penguapan air yang lebih besar karena dengan adanya tanaman air maka

seolah-olah luas permukaan air akan menjadi lebih besar. Penguapan air

semakin lebih besar terjadi jika pada perairan tersebut banyak tumbuh tanaman

berdaun lebar.

2. Menyebabkan terjadinya pendangkalan perairan sebagai akibat dari tanaman

air yang mati dan tenggelam ke dasar yang mengakibatkan peningkatan dasar

perairan.

3. Jika tanaman air yang mati relatif banyak, maka akan terjadi pembongkaran

tanaman tersebut oleh bakteri yang mengakibatkan penurunan Oksigen terlarut.

Hasil perombakan adalah munculnya gas Karbon dioksida yang bersifat racun

bagi hewan dan akan menurunkan nilai pH air.

4. Jika tanaman semakin tinggi, respirasi tanaman pada malam hari di dalam air

menyebabkan defisiensi Oksigen.

Page 10: Analisis Cemaran Lingkungan

Pengaruh positif tanaman air adalah:

1. Adanya tanaman air menyebabkan penurunan temperatur air menurun,

sehingga metabolisme juga menurun dan Oksigen meningkat. Ketika

temperatur menurun, kejenuhan Oksigen naik karena terjadi peningkatan

kelarutan Oksigen yang diakibatkan difusi Oksigen ke dalam air lebih besar.

2. Pada kondisi populasi tanaman air yang normal akan meningkatkan Oksigen

sehingga fotosintesis dapat terjadi dengan baik.

3. Memperkaya unsur hara karena banyaknya tanaman yang mati.

Selain itu, dipinggir sungai terdapat rumput-rumputan dan kangkung yang tumbuh.

Habitat alami kangkung air (Ipomoea aquatica) adalah di perairan yang tergenang.  Kangkung

biasanya tumbuh liar (secara alami) di sawah, parit tepi sungai atau bahkan di parit.

Tumbuhan ini kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis, beberapa tumbuh di daerah

sedang. Kangkung termasuk tumbuhan hidrofit yang sebagian tubuhnya di atas permukaan air

dan akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam batang atau tangkai daun

sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun muncul ke permukaan air. Kangkung termasuk

suku Convolvulaceae, yang merupakan tanaman yang tumbuh cepat dan memberikan hasil

dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Terna semusim dengan panjang 30-50 cm ini

merambat pada lumpur dan tempat-tempat yang basah seperti tepi kali, rawa-rawa, atau

terapung di atas air.

Page 11: Analisis Cemaran Lingkungan

Pada sisi sungai bedadung yang diamati, tumbuhan air yang ada tidak banyak sehingga

masih ada ikan-ikan yang dapat hidup disana. Menurut warga sekitar ikan-ikan yang ada yaitu

wader, uling, dan lele, sedangkan yang kami lihat juga ada keong kecil hitam yang berada di

dasar sungai. Ikan wader (Rasbora lateristriata) merupakan ikan yang hidup di perairan

tawar, terutama di perairan sungai (Sentosa dan Djumanto, 2010). Ikan wader ini hidup dalam

air sungai yang airnya jenih, sehingga jika di sungai bedadung masih hidup ikan wader maka

dapat dikatakan sungai bedadung masih relatif bersih. Ikan ini juga dapat hidup pada pH air

6.0 – 6.5 dan suhu tropis 22 – 24 oC. Selain ikan wader, juga terdapat ikan lele. Ikan lele

banyak ditemukan di perairan air tawar, seperti sungai-sungai, rawa, telaga, waduk, danau,

dan genangan-genangan air yang cukup dalam. Ikan lele menyukai perairan yang tenang

(tidak mengalir deras) dan cukup terlindung. Ikan lele dapat hidup pada air yang mempunyai

suhu 25 – 30 oC, pH 6.5 – 8.0, Oksigen terlarut lebih dari 3 ppm, Karbondioksida kurang dari

15 ppm, dan nitrit lebih dari 0.1 ppm (Darseno, 2010). Namun lele juga dapat bertahan hidup

dalam kondisi/kualitas air yang tercemar. Selain ikan wader dan lele, juga terdapat ikan uling.

Habitat ikan uling ini adalah di perairan tawar (sungai dan danau) hingga mencapai dewasa.

Gambar 5. Rumput-rumputan yang Ada di Pinggir Sungai Bedadung

Gambar 6. Kangkung Tumbuh di Pinggir Sungai Bedadung

Page 12: Analisis Cemaran Lingkungan

Ikan ini dapat hidup pada kondisi air dengan suhu 29 – 31 oC, salinitas 0 – 3 ppt, Oksigen

terlarut berkisar antara 3 – 4 ppm, dan pH 7 – 8. Dan yang terakhir juga ada keong kecil

berwarna hitam yaitu sumpil (Faunus ater) dari famili Pachychilidae. Sumpil sering dijumpai

di sungai atau di areal persawahan. Sumpil ini dapat hidup di air payau. Sumpil sangat mudah

dibedakan dengan Gastropoda lain karena sumpil  berbentuk kerucut lancip dan kecil.

Cangkang sumpil berwarna hitam polos, walaupun jenis lain ada yang berwarna kecoklatan

dengan bintik-bintik hitam maupun coklat yang lebih tua (Nurhudda, 2012). Sumpil biasanya

berada di atas tanah/pasir dan juga bebatuan.

E. Dampak bagi Masyarakat Sekitar

Adapula dampak dari pencemaran air sangatlah luas misalnya terhadap kesehatan

sungai bedadung digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mandi atau mencuci, hal ini

sangatlah tidak baik karena akan menggangu kesehatan. Air yang digunakan itu sudah

tercemar, kerap kali banyak anak kecil yang mandi di sungai tersebut yang kemungkinan akan

terkena gangguan kesehatan seperti gatal-gatal. Serta kami melihat teradapat ibu-ibu yang

mencuci pakaian hal inilah yang dapat menggagu kesehatan dari baju yang mereka pakai,

kami melihat ada beberapa orang yang buang air besar disekitar sungai hal ini memungkinan

sungai akan tercemar oleh bakteri dari fesesnya. Segala sesuatu kebutuhan rumah tangga yang

berhubungan dengan air dapat dilakukan di sungai tersebut dengan seenaknya. Dampak yang

lain terhadap estetika lingkungan, ketika sungai Bedadung yang kita kunjungi sudah tidak

layak dipakai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Jika dilihat dari estetikanya dimana

air yang belum tercemar itu berwarna jernih berbau segar akan tetapi sungai bedadung yang

kami kunjungi sudah berwana agak keruh airnya.

Page 13: Analisis Cemaran Lingkungan

Daftar Pustaka

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan

lingkungan perairan. Kanisius.

WRI, I. (1995). UNEP/WHO/UNESCOf. 1992. Global Biodiversity Strategy.

Khan, Muhammad Hazim, Et Al.2014. Pistia Stratiotes L. (Araceae): Phytochemistry,

Use In Medicines, Phytoremediation, Biogas And Management Options.Pak. J.

Bot.46(3):851-860.

Sentosa, Agus Arifin dan Djumanto.2010.Habitat Pemijahan Ikan Wader Pari

(Rasbora lateristriata) di Sungai Ngrancah, Kabupaten Kulon Progo.Jurnal Iktiologi

Indonesia.10(1):55-63.

Darseno, SP.2010.Buku Pintar Budi Daya & Bisnis Lele.Jakarta Selatan:AgroMedia

Pustaka

Nurhudda. 2012. Sumpil si Keong Lezat.

http://flora-faunaindonesia.blogspot.com/2012/05/sumpil-si-keong-lezat.html, diakses

3 Oktober 2015, pukul 11:25.

Francis, Alvin et al.2011.Status and Distribution of Faunus ater (Linnaeus, 1758)

(Mollusca: Cerithioidea) in Singapore.Nature in Singapore.4:115-121