analisis cemaran daging babi pada produk sosis sapi yang...
TRANSCRIPT
i
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS CEMARAN DAGING BABI PADA
PRODUK SOSIS SAPI YANG BEREDAR DI
WILAYAH BUMI SERPONG DAMAI
MENGGUNAKAN METODE REAL TIME
POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR)
SKRIPSI
VESTY ANIS TRIANA
1112102000002
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Februari 2017
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ANALISIS CEMARAN DAGING BABI PADA
PRODUK SOSIS SAPI YANG BEREDAR DI
WILAYAH BUMI SERPONG DAMAI
MENGGUNAKAN METODE REAL TIME
POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh Sarjana Farmasi
VESTY ANIS TRIANA
1112102000002
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Februari 2017
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Vesty Anis Triana
Program Studi : Farmasi
Judul Penelitian : Analisis Cemaran Daging Babi Pada Produk Sosis
Sapi Yang Beredar Di Wilayah Bumi Serpong
Damai (BSD) Menggunakan Metode Real Time
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
Status kehalalan dalam produk makanan olahan yang berlabel halal masih sangat
diragukan. Banyaknya kasus pencemaran daging babi terhadap produk makanan
olahan berlabel halal menjadikan alasan utama peneliti untuk mengidentifikasi hal
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis cemaran daging babi pada
produk sosis sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD)
menggunakan metode Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Real
Time PCR dengan tekhnik amplifikasi DNA adalah suatu metode dalam
mendeteksi DNA mitokondria (mtDNA) didalam gen target yang spesifik karena
tekhnik ini dapat menghasilkan DNA dalam jumlah jutaan kalinya sehingga
memungkinan DNA mitokondria (mtDNA) dapat terdeteksi dengan mudah di
dalam gen target. Real Time PCR dengan menggunakan primer spesifik DNA sapi
dan primer spesifik DNA babi masing-masing menghasilkan kurva amplifikasi
dengan nilai Cp 11.31 dan 16.31. Hasil kurva amplifikasi Real Time PCR dengan
menggunakan primer spesifik babi terhadap sampel sosis sapi menunjukkan tidak
terjadinya proses amplifikasi sehingga tidak ada nilai Cp yang dihasilkan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada sampel sosis sapi yang beredar di wilayah BSD tidak
mengandung DNA daging babi.
Kata kunci : Halal, sosis sapi, daging babi, Real Time PCR.
vii
ABSTRACT
Name : Vesty Anis Triana
Program study : Pharmacy
Title of research : Analysis of Pork Contamination in Beef Sausage
Product Which Are Available in Bumi Serpong
Damai (BSD) Using Real Time Polymerase Chain
Reaction (RT-PCR) Method
Halal status in processed food products which labeled as halal is still doubtful.
Many cases of pork contamination in processed food products labeled as halal are
the main reason for researcher to identify them. This study was conducted to
analyze pork contamination in beef sausage products which distributed in the
Bumi Serpong Damai (BSD) region using Real Time Polymerase Chain Reaction
(RT-PCR) method. Real Time PCR with DNA amplification technique is a
method to examine the mitochondrial DNA (mtDNA) gene in a specific target
because of this technique can produce DNA in large quantities so that
mitochondrial DNA (mtDNA) can be detected easily in the target gene. Real Time
PCR using bovine specific primers and porcine specific primers respectively
produce amplification curve with the Cp value 11:31 and 16:31. The results of
Real Time PCR amplification curves by using porcine specific primers to beef
sausage samples showed that no occurrence of the amplification process so that no
Cp values are generated. This shows that in samples of beef sausage which
distributed in the BSD region does not contain porcine DNA.
Keywords : Halal, beef sausage, pork, Real Time PCR.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari sangat banyak bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak yang selalu diberikan kepada penulis sejak masa perkuliahan
hingga masa pengerjaan dan penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Zilhadia M.Si., Apt, selaku pembimbing pertama serta bapak Chris
Adhiyanto. M.Biomed., Ph.D, selaku pembimbing kedua yang telah
membantu, membimbing dan memberikan ilmu kepada saya, serta
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dari awal penelitian sampai pada
penyusunan skripsi ini selesai.
2. Bapak Dr. H. Arief Sumantri, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi di Jurusan Farmasi Fakultas Keokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh laboran Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu dalam hal penggunaan alat dan bahan selama penelitian.
6. Kedua orang tua saya, Bapak H.Badri dan Ibu Hj.Samiyah yang senantias
memberikan bantuan moril, materil dan spiritual sehingga skripsi ini dapat
ix
diselesaikan, serta kakak-kakak saya, Fanny Riandy dan Meilinda Shintia
Putri yang selalu menghibur saya.
7. Teman seperjuangan “Halalan Toyyiban” Safizah Ummu Harisah yang
selalu setia menjadi partner dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman “UKHTI CANTIK” Nanur, Lila, Ayu, Safizah, Dwi, Rani
yang senantiasa menghibur serta memberikan masukan, dan semangat bagi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman Farmasi angkatan 2012 yang telah berjuang bersama-sama
selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap
semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis
dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa farmasi serta bagi
masyarakat pada umumnya
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT mencatat dan memberikan
balasan yang berlipat ganda atas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu dalam nmenyelesaikan skripsi ini.
Ciputat,15 Januari 2017
Vesty Anis Triana
x
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Vesty Anis Triana
NIM : 1112102000002
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya,
dengan judul :
ANALISIS CEMARAN DAGING BABI PADA PRODUK SOSIS SAPI
YANG BEREDAR DI WILAYAH BUMI SERPONG DAMAI
MENGGUNAKAN METODE REAL TIME POLYMERASE CHAIN
REACTION (RT-PCR)
untuk dipublikasi atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 15 Januari 2017
Yang menyatakan,
(Vesty Anis Triana)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Organel Sel .......................................................................................... 4
2.2 Asam Nukleat dan Nukleotida ............................................................ 5
2.3 DNA .................................................................................................... 6
2.3.1 Struktur dan Sifat Kimia DNA .................................................. 6
2.3.2 Sifat Fisika DNA ....................................................................... 8
2.3.3 DNA Mitokondria ...................................................................... 8
2.3.4 Isolasi DNA ............................................................................. 10
2.4 Polymerase Chain Reaction (PCR) ................................................... 12
2.4.1 Tahapan PCR ........................................................................... 13
2.4.2 Komponen PCR ....................................................................... 14
2.5 Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) ........................... 16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 19
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 19
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 20
3.2.1 Tempat Penelitian .................................................................... 20
3.2.2 Waktu Penelitian ...................................................................... 20
3.3 Alat dan Bahan .................................................................................. 20
3.3.1 Alat .......................................................................................... 20
3.3.2 Bahan ....................................................................................... 20
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................ 21
3.4.1 Pengambilan Sampel ................................................................ 21
xii
3.4.2 Isolasi DNA ............................................................................. 21
3.4.3 Analisis DNA Hasil Isolasi dengan Spektrofotometri UV ...... 22
3.4.4 Amplifikasi DNA Menggunakan Real Time PCR ................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 24
4.1 Isolasi DNA ........................................................................................ 24
4.2 Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan Sampel Sosis
Sapi Menggunakan Primer Sapi dan Babi pada Real Time PCR ....... 27
4.2.1 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan
NTC Menggunakan Primer Sapi ............................................ 29
4.2.2 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Sosis Sapi, dan
NTC Menggunakan Primer Sapi ............................................. 30
4.2.3 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, dan
NTC Menggunakan Primer Babi ............................................. 31
4.2.4 Hasil Amplifikasi DNA Daging Babi, Sosis Sapi, dan
NTC Menggunakan Primer Babi ............................................. 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 34
5.2 Saran ................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35
LAMPIRAN ........................................................................................................ 38
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Urutan Basa Primer dan Universal Probe Library Babi dan Sapi
(Roche®) dengan Modifikasi ............................................................. 21
Tabel 4.1 Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA .......................................... 26
Tabel 4.2 Program Dual Color Hydrolysis Probe-UPL Probe 96-II ................. 28
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Sel Eukariot dan Prokariotik .......................................................... 4
Gambar 2.2 Struktur Basa Nitrogen Purin dan Pirimidin .................................. 6
Gambar 2.3 Skema Double Helix Model ........................................................... 7
Gambar 2.4 Struktur Mitokondria ...................................................................... 9
Gambar 2.5 Tahapan Polymerase Chain Reaction .......................................... 14
Gambar 2.6 Bentuk Kurva Real Time PCR ..................................................... 17
Gambar 4.1 Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Daging Babi dan NTC
Menggunakan Primer Sapi ........................................................... 29
Gambar 4.2 Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Sosis Sapi dan NTC
Menggunakan Primer Sapi ........................................................... 30
Gambar 4.3 Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Daging Babi dan NTC
Menggunakan Primer Babi ........................................................... 31
Gambar 4.4 Kurva Amplifikasi Daging Babi, Sosis Sapi dan NTC
Menggunakan Primer Babi ........................................................... 32
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA ..................................... 38
Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Larutan Primer ..................................... 40
Lampiran 3. Perhitungan TM (Melting Temperature) Primer .......................... 41
Lampiran 4. Campuran Reaksi Mastermix Untuk Amplifikasi DNA .............. 42
Lampiran 5. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Sosis Sapi
dan NTC Menggunakan Primer Sapi ........................................... 43
Lampiran 6. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Sosis Sapi
dan NTC Menggunakan Primer Babi ........................................... 45
xvi
DAFTAR SINGKATAN
AFL : Arbitrary Fluorescence Level
ATP : Adenosine Triphosphate
CP : Crossing Point
dATP : Deoxyadenosine Triphosphate
dCTP : Deoxycytidine Triphosphate
dGTP : Deoxyguanosine Triphosphate
DNA : Deoxyribonucleic Acid
dNTP : Deoxyribonuleaside Triphosphate
dTTP : Deoxythmidine Triphosphate
EDTA : Ethylenediaminetetraacetic Acid
kDa : kilo Dalton
mtDNA : mitochondrial Deoxyribonucleic Acid
NLS : Nuclei Lysis Soluition
PCR : Polymerase Chain Reaction
PPS : Protein Precipitation Solution
RNA : Ribonucleic Acid
rRNA : ribosomal Ribonucleic Acid
RT-PCR : Real Time Polymerase Chain Reaction
Tm : Melting Temperature
tRNA : transfer Ribonucleic Acid
SDS : Sodium Dedocyl Sulfate
UPL : Universal Probe Library
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam telah menetapkan dasar tentang halal dan haram. Sesuatu dikatakan
halal jika tidak ada satu pun yang mengharamkannya. Dalam Islam, halal adalah
segala sesuatu yang diperbolehkan Allah sedangkan haram adalah segala sesuatu
yang dilarang Allah. Islam juga memberikan penjelasan tentang makanan yang
halal dan haram (Qardhawi, 1993) yang tercantum pada beberapa surat dalam Al-
Qur’an (Al-Baqarah : 173, Al-An’am : 145, Al Maidah : 3, dan An Nahl : 115).
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa
baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al
Baqarah (2) : 173)
Pada dalil tersebut dijelaskan bahwa salah satu makanan yang diharamkan
adalah babi. Ditinjau dari aspek kesehatan, konsumsi makanan halal terutama
daging harus lebih dipertimbangkan. Hal ini didasarkan pada penelitian yang
menemukan bahwa daging babi yang diharamkan oleh ajaran Islam memiliki
beberapa resiko terhadap kesehatan seperti adanya cemaran mikroba dan parasit
Salmonella sp, Yersinia enterocolitica, Toxoplasma gondii dan Trichinella sp dan
resiko kesehatan lainnya (Anugrah et al., 2014). Daging babi merupakan salah
satu daging yang sering digunakan pada produk olahan makanan seperti sosis.
Sosis adalah produk olahan daging yang pada akhir-akhir ini semakin banyak
digemari dan dikonsumsi oleh seluruh masyarakat khususnya anak-anak. Daging
yang umum digunakan pada produk sosis adalah daging sapi dan daging ayam.
Harga daging babi yang relatif lebih murah sering digunakan sebagai bahan
campuran dalam pembuatan sosis yang dijual dengan label halal. Hal ini semata-
1
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mata dilakukan demi alasan keuntungan tanpa memperhatikan hak konsumen
khususnya orang muslim akan syarat kehalalan suatu makanan (Susanto et al.,
2014).
Adanya kasus pencampuran atau pemalsuan daging babi terhadap produk
olahan sosis sapi sering terjadi di tengah masyarakat. Produk olahan lain seperti
bakso bercampur daging babi juga banyak ditemukan di tengah masyarakat.
Sebagai contoh, di Yogyakarta ditemukan bakso bercampur daging babi
(Yuningsih, 2010). Hal yang sama juga terjadi di kota Salatiga yang mana
diantara 10 sampel bakso sapi yang dianalisis terdapat 1 sampel yang positif
mengandung daging babi (Suparman et al., 2014).
Karena adanya kasus pemalsuan daging babi terhadap daging sapi maka
perlu dilakukan analisis cemaran daging babi pada produk olahan makanan lebih
lanjut. Produk olahan makan yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah sosis
sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD). BSD merupakan salah
satu kota satelit dan mandiri, dimana semua fasilitas tersedia dikota tersebut salah
satunya fasilitas perdagangan. Hal ini yang menjadikan dasar utama untuk
melakukan analisis terhadap sosis sapi yang beredar di wilayah BSD.
Salah satu metode analisis handal yang digunakan adalah Real Time
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Dalam aplikasinya, RT-PCR telah
berkembang dalam menganalisis suatu bahan yang ada di dalam produk makanan
olahan dengan mengidentifikasi DNA genom dan mitokondria DNA dari bahan
tersebut (Mane et al., 2013). PCR dengan tekhnik amplifikasi DNA adalah suatu
metode pilihan dalam mendeteksi DNA mitokondria (mtDNA) didalam gen target
yang spesifik karena tekhnik ini dapat menghasilkan DNA dalam jumlah jutaan
kalinya sehingga memungkinan DNA mitokondria (mtDNA) dapat terdeteksi
dengan mudah di dalam gen target (Norrakiah et al., 2015). DNA mitokondria
(mtDNA) menjadi target amplifikasi dalam PCR karena mtDNA dapat bermutasi
dengan kecepatan tinggi dan mempunyai jumlah molekul mencapai ribuan dalam
satu sel sehingga dapat memungkinkan dilakukan analisis dari sampel (Suparman
et al., 2014). Dengan demikian, identifikasi DNA sangat baik digunakan untuk
melacak sejumlah kecil kandungan babi yang ada di dalam produk makanan
olahan.
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan kepada identifikasi DNA babi
dalam produk sosis sapi yang beredar di wilayah BSD, Tangerang Selatan dengan
menggunakan metode Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sosis sapi yang beredar di
wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) tercemar oleh daging babi.
1.3 Tujuan Penelitian
Menganalisis cemaran daging babi pada produk sosis sapi yang beredar di
wiliyah Bumi Serpong Damai (BSD) menggunakan metode Real-Time PCR.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui serta memberikan
informasi kepada masyarakat tentang keamanan dan kehalalan makanan dari
produk olahan daging terutama sosis sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong
Damai (BSD), Tangerang Selatan agar masyarakat lebih barhati-hati dalam
mengonsumsi produk olahan daging.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Organel Sel
Sel adalah unit dasar bagi struktur dan fungsi organisme. Dalam suatu
struktural kehidupan, sel termasuk kedalam tingkat organisasi terendah yang dapat
melakukan semua aktivitas yang dibutuhkan untuk proses kehidupan. Semua sel
memiliki ciri-ciri tertentu. Misalnya, sel diselubungi oleh membran yang
meregulasi lalu-lintas materi antara sel dan lingkungannya. Setiap sel juga
menggunakan DNA sebagai informasi genetik (Campbell et al., 2008). Berbagai
jenis sel dapat dimanfaatkan dalam rekayasa genetika dan bioteknologi, tidak saja
sel prokariot yang merupakan sel tunggal sederhana seperti bakteri, akan tetapi
juga sel eukariot antara lain jamur, tanaman, dan hewan (Radji, 2011).
Sel Eukariotik dan Prokariotik
Gambar 2.1 Sel eukariotik dan prokariotik (Campbell et al., 2008)
4
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sel prokatiot, terutama bakteri dan virus merupakan sel yang sering kali
dimanipulasi dan dijadikan model dalam rekayasa genetika untuk mempelajari
struktur dan fungsi sel organisme yang lebih tinggi yaitu tumbuhan, hewan, dan
manusia. Genom bakteri terdiri dari molekul DNA berbentuk sirkular yang tidak
dikelilingi oleh membran inti, dan lebih sederhana dibandingkan dengan struktur
kromosom eukariot (Radji, 2011).
Sel eukariot memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan dengan
sel prokariot. Sel eukariot selain memiliki organel nukleus, mitokondria, dan
kloroplas, juga memiliki membran internal yang melapisi nukleus dan vakuola.
Struktur sel eukariot yang sangat kompleks tersebut menunjukkan bahwa sifat dan
fungsi sel eukariot lebih kompleks dari pada sel prokariot. Struktur dan sifat sel
eukariot yang sangat rumit ini merupakan alasan kuat bahwa pada tahap-tahap
awal pengembangan rekayasa genetika lebih banyak menggunakan sel prokariot
sebagai model, karena lebih sederhana dan lebih mudah untuk direkayasa. Dewasa
ini para ahli biologi molekular telah banyak menggunakna sel eukariot untuk
mempelajari lebih dalam struktur dan fungsinya (Radji, 2011).
2.2 Asam Nukleat dan Nukleotida
Asam nukleat adalah suatu polinukleotida yang tersusun dari monomer-
monomer nukleotida yang berikatan melalui ikatan fosfodiester. Nukleotida
merupakan molekul yang tersusun dari gugus basa, gula, dan fosfat. Asam nukleat
merupakan biomolekul yang penting karna dapat mengatur proses kehidupan
setiap organisme makhluk hidup. Asam nukleat berfungsi sebagai penyimpan dan
pembawa informasi genetik ke dalam sel. Sel mempunyai dua jenis asam nukleat
yaitu DNA (asam deoksiribonukleat) yang berfungsi sebagai penyimpan informasi
dan RNA (asam ribonukleat) berperan sebagai ekspresi gen dan biosintesis protein
(Murray et al., 2006). Dalam ilmu biologi, asam nukleat digunakan sebagai
substrat karena berperan penting dalam proses replikasi, transkripsi, dan
rekombinasi pada DNA dengan reaksi enzimatis (Xiong et al., 2001).
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 DNA
2.3.1 Struktur dan Sifat Kimia DNA
1. DNA termasuk dalam suatu kelas molekul organik yang disebut asam
nukleat. Subunit asam nukleat disebut nukleotida. Setiap nukleotida terdiri
dari:
a. Deoksiribosa , suatu gula berkarbon-5
b. Gugus fosfat, yang terikat pada karbon 5’ deoksiribosa
c. Basa nitrogen, yang terdiri dari empat jenis berbeda-dua purin dan dua
pirimidin
Gambar 2.2 Struktur basa nitrogen purin dan pirimidin (Watson, 1953)
2. Nukleotida saling dihubungkan oleh ikatan fosfodiester antara fosfat pada
satu nukleotida dan gula pada nukleotida berikutnya. Gula dan fosfat
berselang-seling membentuk “tulang punggung” yang panjang bagi rantai
nukleotida atau polinukleotida. Basa-basa memanjang dari karbon 1’ setiap
gula pada rantai.
3. Kedua ujung polinukleotida berbeda satu sama lain, membuatnya menjadi
suatu molekul polar. Ujung-ujung tersebut dirancang menurut nomor karbon
pada gula. Gugus fosfat pada ujung 5’ dan gugus hidroksil pada ujung 3’.
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.3 Skema double helix model (Watson, 1983)
4. DNA heliks ganda.
a. Struktur DNA disimpulkan pada awal tahun 1950-an oleh James Watson
dan Francis Crick. Mereka membangun sebuah model DNA dengan
menggunakan informasi dari percobaan yang dilakukan oleh Rosalind
Franklin dan ilmuan lain.
b. DNA adalah suatu molekul untai ganda atau rangkap dua, terdiri atas dua
pasang polinukleotida. Pasangan tersebut merupakan hasil interaksi
spesifik antara basa-basa di setiap unit DNA. Strukturnya menyerupai
tangga tali dengan gula-fosfat sebagai tulang punggungnya membentuk
“sisi tangga” dan pasangan basa membentuk “anak tangga” yang kaku.
c. Molekul DNA memuntir untuk membentuk suatu heliks dengan 10 basa
per tikungan heliksnya.
d. Kedua untai DNA berpasangan dengan polaritas 5’ ke 3’ yang
berlawanan. Dengan kata lain kedua untai adalah antiparalel. Ujung 5’ di
satu untai berpasangan dengan ujung 3’ di untai yang lain, dan kedua
untai tersebut berjalan dalam arah yang berlawanan.
5. Kedua untai molekul DNA dipasangkan oleh pasangan basa komplementer.
Setiap nukleotida di satu untai berpasangan dengan satu nukleotida spesifik
(komplementer) pada untai yang lain.
a. Purin dan pirimidin. Basa purin (yaitu adenin, guanin) lebih besar dan
selalu berpasangan dengan basa pirimidin (yaitu timin, sitosin) yang
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lebih kecil. Sementara khusus adenin (A) selalu berpasangan dengan
timin (T) dan guanin (G) selalu berpasangan dengan sitosin (S).
b. Pasangan basa komplementer dihasilkan dari pembentukan ikatan
hidrogen (ikatan nonkovalen yang lemah) antara pasangan yang spesifik.
Setiap pasangan A-T membentuk dua ikatan hidrogen, sementara
pasangan G-C membentuk tiga ikatan hidrogen. Suatu molekul DNA
distabilisasi oleh sejumlah besar ikatan hidrogen disepanjang untainya.
6. Variasi DNA ditemukan pada rangkaian linear pasangan basa disepanjang
molekulnya. Keanekaragaman rangkaian yang menakjubkan dibentuk dalam
molekul DNA yang panjangnya dapat mencapai ribuan hingga jutaan
pasangan basa (base pairs = bp) (Bresnick, 2003).
2.3.2 Sifat Fisika DNA
Untai ganda DNA akan terpisah menjadi untai tunggal dengan adanya
pemanasan pada suhu tinggi ( >900C ) yang biasa dikenal dengan istilah
denaturasi. Denaturasi dapat dipengaruhi oleh pH ekstrim (pH < 3 atau pH > 10).
Proses denaturasi DNA bersifat reversibel sehingga untai yang terpisah bisa
bergabung kembali (renaturasi) pada suhu ±600C. DNA menyerap sinar UV pada
panjang gelombang 260 nm (Yuwono, 2009).
2.3.3 DNA Mitokondria
DNA mitokondria (mtDNA) merupakan molekul polimer rantai ganda, satu
rantai kaya akan molekul guanin atau heavy (H) strand, rantai lainnya kaya akan
sitosin atau light (L) strand. mtDNA mengkode 13 protein, 22 RNA transfer
(tRNA), dan 2 RNA ribosom (rRNA), yaitu 12S rRNA dan 16S rRNA (Syukriani,
2012).
DNA mitokondria (mtDNA) terletak didalam sitoplasma sel eukariota.
Struktur organel ini berupa kantung yang diselaputi oleh dua membran yaitu
membran luar dan membran dalam, selain itu memiliki dua kompartemen yaitu
matriks mitokondria (yang diselimuti langsung oleh membran dalam) dan ruang
antar membran (Gambar 2.4). Membran luar mengandung sejumlah protein
transpor (yang disebut porin) dan enzim-enzim yang terlibat dalam biosintesis
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
lipid dan metabolisme mitokondria. Porin ini membentuk saluran berukuran relatif
besar pada lapian bilayer membran luar yang memungkinkan lolosnya ion atau
molekul berukuran 5 kDa atau kurang. Ion atau molekul tersebut bebas memasuki
ruang antar membran namun sebagian besar tidak dapat melewati membran dalam
yang bersifat impermeabel (Susmiarsih, 2010).
Gambar 2.4 Struktur Mitokondria
Membran dalam memiliki struktur melekuk, melipat ke bagian matriks
mitokondria, yang dikenal sebagai krista. Struktur melekuk ini sangat membantu
dalam meningkatkan luas permukaan membran dalam sehingga meningkatkan
kemampuannya menghasilkan ATP. Struktur yang melekuk ini juga membantu
mempercepat komponen matriks mencapai membran dalam. Membran dalam dan
matriks mitokondria terkait erat dengan aktivitas utama mitokondria yaitu terlibat
dalam pembentukan energi, oksidasi asam lemak dan siklus Krebs. Matriks
mitokondria mengandung protein (sekitar 67% dari seluruh protein mitokondria),
enzim, DNA mitokondria dan ribosom (Susmiarsih, 2010).
Fungsi mitokondria dalam sel adalah menghasilkan energi dalam bentuk
ATP (adenosin trifosfat). Sebagian besar ATP dihasilkan melalui proses
fosforilasi oksidatif. Energi yang dihasilkan ini digunakan sel untuk homeostatis,
regulasi, pembelahan, motilitas dan kematian (Susmiarsih, 2010).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3.4 Isolasi DNA
Analisis DNA menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction)
dikenal spesifik, reproduktif, dan sensitif. Namun tingkat keberhasilan tersebut
ditentukan oleh ada atau tidaknya DNA yang dihasilkan pada saat proses isolasi.
Kualitas DNA yang dihasilkan pada saat proses isolasi sangat penting untuk
menentukan keberhasilan analisis dengan menggunakan PCR (Polymerase Chain
Reaction). Molekul DNA yang sering digunakan dalam teknologi DNA
rekombinan adalah DNA plasmid dan DNA genom total dari sel bakteri. Isolasi
DNA adalah proses pemisahan DNA dari komponen-komponen penyusun sel
lainnya. (Nooratiny et al., 2013). Proses ini melibatkan penghancuran atau
pelisisan membran sel (lisis), pemisahan DNA dari protein sel, dan pemurnian
DNA (Kheyrodin et al., 2012). Berikut adalah uraian tahapan isolasi DNA:
1. Penghancuran Membran Sel (lisis)
Penghancuran membran sel bisa dilakukan secara fisik misalnya dengan
cara sonikasi, maupun dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan enzim
lisozim, etilendiamin tetra asetat (EDTA), atau kombinasi dari keduanya
(Radji, 2011). Penggunaan lisozim biasanya untuk ekstraksi dan isolasi
DNA dari sel tumbuhan. EDTA merupakan zat yang dapat merusak
membran sel dengan cara mengikat ion Mg2+ yang berfungsi untuk
mempertahankan integritas sel maupun mempertahankan aktivitas enzim
nuklease yang merusak asam nukleat (Izzah, 2014). Pada kondisi tertentu
pemecahan dinding sel cukup dilakukan dengan lisozim dan EDTA, akan
tetapi juga sering ditambahkan bahan lain yang dapat melisiskan dinding sel
antara lain detergent triton X-100 atau sodium dodesil sulfat (SDS) (Radji,
2011). Sodium dodesil sulfat (SDS) merupakan detergent yang dapat
merusak integritas membran sel dengan cara mengikat lipid yang terdapat
pada membran sel (Izzah, 2014). Setelah sel lisis, tahapan selanjutnya
adalah memisahkan sel dibris dengan cara sentrifugasi sehingga
meninggalkan ekstrak sel dalam supernatan yang jernih (Radji, 2011).
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Pemisahan DNA dari Protein Sel
Disamping DNA, ekstrak sel juga mengandung protein dan RNA dalam
jumlah yang cukup besar. Umumnya cara pemisahan DNA dilakukan
dengan penambahan larutan fenol atau campuran fenol dan kloroform
dengan perbandingan 1:1. Sedangkan untuk pengendapan protein dengan
cara sentrifugasi dan dihancurkan secara enzimatis dengan proteinase. DNA
yang telah dibersihkan dari protein masih tercampur dengan RNA sehingga
perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA (Radji,
2011).
3. Pemurnian DNA
Tahap akhir dari isolasi DNA adalah proses pemurnian DNA. Molekul
DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan cara
presipitasi etanol. Dengan adanya larutan garam (kation monovalen seperti
Na+), pada suhu -20oC etanol absolut dapat mengendapkan DNA dengan
baik sehingga mudah dipisahkan dengan cara sentrifugasi (Radji, 2011).
Pada umumnya, isolasi DNA dengan metode konvensional yang dijelaskan
sebelumnya cukup melelahkan karena membutuhkan waktu hingga beberapa jam
bahkan sampai beberapa hari (Izzah, 2014). Seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, metode isolasi DNA telah banyak dikembangkan dan
digunakan dalam sebuah penelitian. Salah satu metode yang mudah
pengerjaannya serta dapat menghasilkan DNA dengan kemurnian tinggi yaitu
dengan menggunakan metode kit komersial (Nishiguchi et al., 2002).
Metode kit komersial tidak hanya digunakan untuk mengisolasi DNA dari
produk makanan olahan tetapi juga dirancang untuk mengisolasi DNA yang
berasal dari sel darah putih, sel kultur jaringan hewan, jaringan tanaman, dan juga
dari bakteri gram negatif serta gram positif (Promega, 2014). Keuntungan yang
dihasilkan dari metode isolasi DNA dengan menggunakan kit diantaranya
menghemat waktu selama proses isolasi karena dapat menghasilkan jumlah DNA
hanya beberapa menit saja, meningkatkan sensitifitas dan keunggulan PCR dalam
menganalisis karena pada proses isolasi menghasilkan DNA dengan kemurnian
yang tinggi, mengurangi seminimal mungkin jumlah kontaminan pada DNA yang
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dihasilkan, dan dapat digunakan untuk penelitian karena metode kit komersial
dapat memurnikan DNA yang berasal dari berbagai sumber (Roche, 2007).
Pengukuran kemurnian dan jumlah DNA hasil isolasi dapat dilakukan
melalui spektrofotometer yang didasarkan pada prinsip iradiasi sinar ultraviolet
yang diserap oleh nukleotida dan protein dalam larutan. Penyerapan iradiasi sinar
UV secara maksimal oleh DNA dicapai pada panjang gelombang 260 nm,
sedangkan penyerapan oleh protein pada panjang gelombang 280 nm.
Perbandingan absorbansi pada 260 nm dan 280 nm (A260/A280) dapat memberikan
validasi kemurnian DNA (Muladno, 2010). Hasil isolasi DNA dikatakan murni
jika nilai rasio A260/280 antara 1,8-2,0. Nilai rasio yang lebih rendah dari 1,8
menunjukkan adanya kontaminasi protein sedangkan nilai rasio melebihi 2,0
menunjukkan adanya kontaminasi RNA (Teare et al, 1997).
2.4 Polymerase Chain Reaction (PCR)
Pada tahun 1985, Kary Mullis mempublikasikan suatu teknik berbasis
biologi molekular yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction) yang digunakan untuk
mengamplifikasi untai DNA spesifik menjadi ribuan sampai jutaan kopi untai
DNA (Viljoen et al., 2005). Untai DNA yang akan diamplifikasi terdiri dari empat
basa yaitu Adenin (A), Thymine (T), Cytosine (C), dan Guanin (G). Teknik
amplifikasi ini menggunakan metode enzimatis yang diperantai oleh sepasang
primer oligonukleotida (Hewajuli et al., 2014). Teknik PCR dapat meningkatkan
jumlah fragmen DNA hingga mencapai 106-107 kali dalam waktu singkat. Pada
setiap n siklus PCR, akan diperoleh sebanyak 2n kali DNA target (Radji, 2011).
Pelipat gandaan pada untai DNA spesifik ini membutuhkan suatu enzim yang
dikenal dengan polimerase. Polimerase adalah enzim yang mampu
menggabungkan DNA untai tunggal membentuk untaian molekul DNA yang
panjang pada reaksi polimerisasi (Hewajuli, et al., 2014). Keberhasilan PCR
sangat bergantung pada kemampuannya untuk hanya mengamplifikasi DNA
target dan tidak mengamplifikasi DNA non-target (Radji, 2011).
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Reaksi amplifikasi DNA dimulai dengan melakukan tiga tahapan berurutan
yaitu denaturasi (pemisahan untai ganda menjadi untai tunggal), annealing
(penempelan primer pada DNA tamplate untai tunggal), dan extension
(pemanjangan untaian DNA oleh enzim polimerase). Panjang basa DNA primer
umumnya 15-20 basa nukleotida. Primer yang digunakan dalam PCR ada dua
yaitu primer yang berada sebelum daerah target yang identik dengan sekuen DNA
pada ujung 5’-fosfat (forward) dan primer yang berada setelah daerah target yang
identik dengan sekuen DNA pada ujung 3’-OH (reverse) (Viljoen et al., 2005).
2.4.1 Tahapan PCR
Proses PCR untuk memperbanyak DNA terdiri dari serangkaian siklus suhu
yang berulang, dimana masing-masing siklus terdiri dari 3 tahap diantaranya:
1. Denaturasi DNA template
Tahap denaturasi DNA cetakan dilakukan pada suhu 94oC-96oC, dimana
pada tahap ini terjadi pemisahan DNA heliks ganda menjadi 2 untai tunggal
(Radji, 2011). Suhu denaturasi dipengaruhi oleh sekuen DNA target. Jika
DNA target kaya akan basa G-C maka diperlukan suhu yang lebih tinggi,
hal ini dikarenakan ikatan hidrogen pada G-C lebih banyak dan kuat
dibandingkan dengan A-T. Selain itu suhu denaturasi juga tidak boleh
terlalu tinggi dan waktu denaturasi yang terlalu lama karena dapat
mengakibatkan hilangnya atau berkurangnya aktivitas enzim Taq
polymerase (Izzah, 2014).
2. Penempelan Primer (Annealing)
Tahap annealing oligonukleotida primer dengan untai tunggal DNA cetakan
pada ujung 3’ pada suhu 45oC-60oC. Primer adalah oligonukleotida untai
tunggal yang urutan nukleotidanya dirancang komplemeter dengan urutan
DNA cetakan pada daerah ujung 3’. Primer menentukan bagian fragmen
DNA yang akan diamplifikasi (Radji, 2011).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Reaksi Polimerasi (elongasi)
Tahap elongasi, yaitu pemanjangan primer menjadi suatu untai DNA baru
yang komplementer terhadap masing-masing DNA cetakan untai tunggal
oleh enzim DNA polimerase pada suhu 72oC (Radji, 2011).
Gambar 2.5 Tahapan Polymerase Chain Reaction
2.4.2 Komponen PCR
Beberapa komponen yang dibutuhkan dalam PCR (Polymerase Chain
Reaction) diantaranya DNA template, primer, enzim Taq DNA polymerase,
deoxyribonuleaside triphosphate (dNTP’s), buffer PCR, MgCl2 (Viljoen et al.,
2005).
1. DNA Template
Fungsi DNA template di dalam proses PCR sebagai cetakan untuk
pembentukan molekul DNA baru yang sama. DNA template ini dapat
berupa DNA kromosom, DNA plasmid ataupun fragmen DNA apapun asal
di dalam DNA template tersebut mengandung fragmen DNA target yang
dituju (Handoyo et al., 2001).
2. Primer
Primer merupakan sebuah untai tunggal DNA spesifik yang biasa dikenal
dengan istilah oligodeoksiribonukleotida atau oligomer (Viljoen et al.,
2005). Di dalam proses PCR, primer berfungsi sebagai pembatas fragmen
DNA target yang akan di amplifikasi dan sekaligus menyediakan gugus
hidroksi (-OH) pada ujung 3’ yang diperlukan untuk proses eksistensi DNA
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Handoyo et al., 2001). Perancangan primer dapat dilakukan berdasarkan
urutan DNA yang telah diketahui (Viljoen et al., 2005). Melting temperatur
(Tm) primer yaitu temperatur dimana 50% untai ganda DNA terpisah yang
berkisar antara 50-65oC, panjang primer pada umumnya 18-30 basa
(Handoyo et al., 2001). Primer dengan panjang kurang dari 18 basa akan
menjadikan spesifisitas primer rendah dan ukuran primer yang pendek
kemungkinan terjadinya mispriming (penempelan primer di tempat lain
yang tidak diinginkan) tinggi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
spesifisitas dari primer tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada
efektifitas dan efisiensi proses PCR (Handoyo et al., 2001).
3. Enzim Taq DNA Polymerase
Polimerase adalah suatu molekul komplek yang memiliki tiga aktivitas
diantaranya sebagai aktivitas polimerase dari ujung 5’-3’, aktivitas
exonuclease (aktivitas pengoreksian) dari ujung 3’-5’dan bisa juga dari 5’-
3’(Viljoen et al., 2005). Enzim DNA Polimerase berfungsi sebagai katalisis
untuk reaksi polimerisasi DNA. Pada proses PCR, enzim ini diperlukan
untuk tahap ekstensi DNA. Enzim polimerase DNA yang digunakan untuk
proses PCR diisolasi dari bakteri termofilik atau hipertermofilik oleh karena
itu enzim ini bersifat termostabil sampai temperatur 95oC. Aktivitas
polimerase DNA bergantung dari jenisnya dan dari mana bakteri tersebut
diisolasi. Sebagai contoh adalah enzim Pfu polimerase (diisolasi dari bakteri
Pyrococcus furiosus) mempunyai aktivitas spesifik 10x lebih kuat
dibandingkan aktivitas spesifik enzim Taq polimerase (diisolasi dari bakteri
Thermus aquaticus). Penggunaan jenis polimerase DNA berkaitan erat
dengan buffer PCR yang dipakai (Handoyo et al., 2001).
4. dNTP’s (Deoxyribonuleaside Triphosphate)
dNTPs merupakan suatu campuran yang terdiri dari dATP (deoksiadenosin
trifosfat), dTTP (deoksitimidin trifisfat), dCTP (deoksisitidin trifosfat) dan
dGTP (deoksiguanosin trifosfat). Dalam proses PCR dNTPs bertindak
sebagai building block DNA yang diperlukan dalam proses ekstensi DNA.
dNTP akan menempel pada gugus –OH pada ujung 3’ dari primer
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
membentuk untai baru yang komplementer dengan untai DNA template
(Handoyo et al., 2001).
5. Buffer PCR dan MgCl2
Reaksi PCR hanya akan berlangsung pada kondisi pH tertentu. Oleh karena
itu untuk melakukan proses PCR diperlukan buffer PCR. Fungsi buffer pada
PCR adalah untuk menjamin pH medium. Selain buffer PCR diperlukan
juga adanya ion Mg2+, ion tersebut berasal dari MgCl2. MgCl2 bertindak
sebagai kofaktor yang berfungsi menstimulasi aktivitas DNA polimerase.
Dengan adanya MgCl2 ini akan meningkatkan interaksi primer dengan
template yang membentuk komplek larut dengan dNTP (senyawa antara).
Dalam proses PCR, konsentrasi MgCl2 berpengaruh pada spesifisitas dan
perolehan proses. Pada umumnya, buffer PCR sudah mengandung senyawa
MgCl2 dan buffer PCR dipisahkan supaya dapat dengan mudah dilakukan
variasi konsentrasi MgCl2 sesuai yang diperlukan (Handoyo et al., 2001).
2.5 Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) merupakan suatu teknik
modifikasi dari Polymerase Chain Reaction (PCR) dalam ilmu biologi molekular
modern yang digunakan untuk mengidentifikasi DNA atau RNA dalam sampel.
Secara prinsip, Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) maupun
Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu proses amplifikasi DNA
template yang dilakukan secara berulang sehingga menghasilkan jumlah copy
DNA sampai jutaan kalinya (Ma et al., 2006). Perbedaannya yaitu dalam
Polymerase Chain Reaction (PCR) pengamatan dilakukan pada akhir reaksi
amplifikasi dengan visualisasi di agar elektroforesis (Hewajuli et al., 2014).
Sedangkan dalam Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) terdapat
pelacak yang berfluoresensi (fluoresence dye) yang bisa menghasilkan data
flouresensi secara real time (Ma et al., 2006) sehingga pengamatan bisa dilakukan
secara langsung saat proses amplifikasi masih berjalan tanpa harus menunggu
semua siklus amplifikasi selesai. Disamping memiliki sensitivitas yang lebih
tinggi, kelebihan pengujian Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
dibanding dengan PCR konvensional adalah lebih dinamis, risiko kontaminasi
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
silang lebih sedikit, kemampuan aplikasi penggunaan untuk pengujian lebih
banyak (Hewajuli et al., 2014).
Instrumen Real Time PCR mendeteksi amplikon dengan mengukur
peningkatan pewarna (dye) flourescent yang berpendar ketika terikat dengan untai
ganda DNA. Karena sifat inilah maka pertumbuhan fragmen DNA hasil
amplifikasi dapat diamati secara seketika. Semakin banyak DNA yang terbentuk
semakin tinggi pula intensitas flourescent yang dihasilkan. Hasil peningkatan
flourescent digambarkan melalui kurva amplifikasi yang menunjukkan tiga fasa
yaitu fasa awal, fasa eksponensial atau puncak dan fasa plateau atau stabil (Izzah,
2014).
Gambar 2.6 Bentuk Kurva Real-time PCR (Sumber. Bio-rad.com)
Dalam Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) umumnya terdapat
tiga jenis pelacak berflouresensi yang digunakan diantaranya flourescent DNA-
binding dyes, fluorescent probes, dan fluorescent primers. Flourescent DNA-
binding dyes merupakan jenis pelacak yang menghasilkan warna ketika terikat
dengan untai ganda pada DNA (sdDNA) contohnya seperti SYBR green (Ma et
al., 2006). Sedangkan flourescent probe merupakan suatu pelacak berbasis probe
yang umumnya adalah potongan DNA atau RNA yang diberi label nukleotida
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang mengandung 32P atau nukleotida yang berlabel fluoresen (Murray et al.,
2006), contohnya seperti Taqman probe, scorpions, dan molecular beacons. Probe
dirancang untuk mengikat urutan DNA yang diapit oleh sepasang primer. Probe
terdiri dari reporter yang terletak pada ujung 5’ yang merupakan pewarna
flouresensi dan quencher yang terletak pada ujung 3’ yang merupakan molekul
penerima sinyal flouresensi. Prinsip kerja dari probe yaitu sinyal yang
berfluoresensi dari reporter akan dilepaskan dan diidentifikasi ketika dua pewarna
terpisah melalui hibridisasi atau aktivitas nuklease (Ma et al., 2006).
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
19
Pengumpulan sampel sosis sapi, daging sapi
segar dan daging babi segar
Isolasi DNA sampel dan DNA
kontrol
Pengukuran kemurnian dan kuantitas DNA hasil
isolasi dengan Spektrofotometri UV
Amplifikasi DNA dengan Real Time PCR
Hasil
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Pangan dan Obat
Halal, Laboratorium Penelitian 2, dan Laboratorium Kimia Analisis Obat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan dari bulan Oktober 2016 hingga
November 2016.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Real-Time PCR (LightCycler® 480 – Roche), Multiwell Plate 96 (Roche®),
Collection Tube 1,5 ml, Mikropipet 0,5-10 μl (1660550-Biorad), Mikropipet 20-
200 μl (Biorad), Mikropipet 100-1000 μl (1660553-Biorad), Mikrotip volume 10
μl, 200 μl, dan 1000 μl (Genfollower), Sentrifugator (5417R-Eppendrof),
Spektrofotometer UV DNA (DeNovix®), Digital Waterbath (SB-100 Eyela),
vortex, autoklaf, oven, air-dry, timbangan analitik, spatula, gelas beaker, kertas
perkamen, sterofoam, alumunium foil, lumpang alu.
3.3.2 Bahan
Daging sapi segar, daging babi segar, produk sosis sapi yang beredar di
wilayah BSD, satu set Wizard® Genomic DNA Purification Kit (017958-
Promega) (meliputi: Nuclei Lysis Solution, RNase, Protein Precipitation Solution,
DNA Rehydration Solution), LC 480 Probe Master (terdiri dari: Fast Start Taq
DNA Polymerase, dNTP mix, MgCl2 6,4 mM), Primer, Universal Probe Library
(tabel 3.1), Aquabidest, Isoparopanolol, Etanol Absolut.
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 3.1
Urutan Basa Primer dan Universal Probe Library Babi dan Sapi (Roche®) dengan
Modifikasi
Nama Primer Runutan Basa
Babi Forward 5'- TGGGGTGTTTAGTGGGTTTG-3'
Reverse 5'- TCCTTGTACTATTCTCACCAGACCT -3'
UPL 5'- (FAM)-GACCCAGA-3'
Sapi Forward 5'- TGAGGGGGTGTGTTGAGTG -3'
Reverse 5'- TACTATTCGCACCCGACCTC -3'
UPL 5'- (FAM)-GACCCGA -3'
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel sosis sapi dilakukan secara acak dengan produsen
berbeda yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD).
3.4.2 Isolasi DNA
Proses isolasi DNA dilakukan dengan menggunakan Wizard® Genomic DNA
Purification Kit (Promega).
1. Preparasi Jaringan Hewan dan Pelisisan Sel
Sebanyak 20 mg daging sapi segar, daging babi segar, dan sampel sosis sapi
dihancurkan sampai halus menggunakan pisau steril, lumpang alu dan
blender. Masing-masing daging dan sampel dimasukkan ke dalam
mikrosentrifuge tube 1,5 ml lalu ditambahkan 600 μl Nuclei Lysis Solution.
Masing-masing campuran tersebut dihomogenkan selama 10 detik
kemudian diinkubasi pada suhu 650C selama 30 menit.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Degradasi RNA dan Presipitasi Protein
Masing-masing campuran yang sudah diinkubasi ditambahkan 3 μl larutan
RNAse lalu diinkubasi kembali pada suhu 370C selama 30 menit.
Selanjutnya ditambahkan 200 μl Protein Precipitation Solution dan
divortex, kemudian didiamkan dalam ice selama 5 menit lalu disentrifugasi
dengan kecepatan 16.000 rpm selama 4 menit.
3. Presipitasi dan Pelarutan DNA
Supernatan yang terbentuk ditambahkan 600 μl isopropanol kemudian
dihomogenkan lalu disentrifugasi dengan kecepatan 16.000 rpm selama 1
menit. Endapan yang terbentuk ditambahkan 600 μl etanol 70% kemudian
dihomogenkan lalu disentrifugasi kembali dengan kecepatan 16.000 rpm
selama 1 menit. Endapan yang terbentuk dipisahkan dengan etanol 70% lalu
endapan di keringkan selama 15 menit kemudian ditambahkan 100 μl DNA
Rehydration Solution, selanjutnya didiamkan selama 1 jam pada suhu 650C
dan disimpan pada suhu 40C.
3.4.3 Analisis DNA Hasil Isolasi dengan Spektrofotometri UV
DNA yang sudah diisolasi dianalisis menggunakan Spektrofotometri UV
DNA (DeNovix). Proses analisis dilakukan dengan cara pada layar
Spektrofotometri UV DNA dipilih Nucleic Acid. Kemudian Sample port pada
Spektrofotometri UV DNA dibersikan menggunkan tisu dan sebanyak 1 μl DNA
Rehidration Solution yang digunakan sebagai blanko diteteskan di atas Sample
port, selanjutnya ditekan tombol “Blank” pada layar Spektrofotometri UV DNA.
Sample port dibersihkan kembali menggunakan tisu dan sebanyak 1 μl DNA
sampel diteteskan di atas Sample port, selanjutnya ditekan tombol “Measure”
pada layar Spektrofotometri UV DNA untuk mengukur kemurnian dan
konsentrasi DNA sampel. DNA dianalisis pada panjang gelombang 260 nm dan
280 nm. Tunggu beberapa detik kemudian akan muncul data kemurnian dan
konsentrasi DNA.
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4 Amplifikasi DNA Menggunakan Real Time PCR
1. Pembuatan Primer 50 μM Dari Larutan Induk 100 μM
Sebanyak 50 μl larutan induk primer 100 μM dimasukkan kedalam
Microsentrifuge tube volume 1,5 ml. Kemudian ditambahkan 50 μl aquadest
kedalam masing-masing tube tersebut. Larutan tersebut dihomogenkan
dengan menaik turunkan pegas pada mikropipet.
2. Pembuatan Primer 5 μM Dari Seri Larutan Induk 50 μM
Sebanyak 3 μl larutan induk primer 50 μM dimasukkan kedalam
Microsentrifuge tube volume 1,5 ml. Kemudian ditambahkan 27 μl aquadest
kedalam masing-masing tube tersebut. Larutan tersebut dihomogenkan
dengan menaik turunkan pegas pada mikropipet.
3. Pembuatan Mastermix Real Time PCR
Master mix dibuat dengan volume total 20 μl yang terdiri dari 5 μl DNA
template; 3,8 μl Aquabidest; 0,4 μl primer forward 5 μM; 0,4 μl primer
reverse 5 μM; 0,4 μl UPL 10 μM; dan 10 μl LightCycler® 480 probe master
(enzim Taq DNA Polymerase, dNTP mix, dan 6,4 mM MgCl2).
4. Loading Sampel dan Taqman Probe Mastermix kedalam Multiwell Plate
(Roched, 2008)
Campuran reaksi dimasukkan ke dalam multiwell plate pada well yang
diinginkan. Kemudian dihomogenkan dengan menaik turunkan pegas secara
perlahan dan ditutup dengan sealing foil. Dilakukan pemilihan program
pada LightCycler® 480 Real-Time PCR yang akan digunakan untuk proses
ampilifikasi. Setelah campuran reaksi total Real-Time PCR dan program
amplifikasi telah siap, campuran reaksi total Real-Time PCR yang
diletakkan pada multiwell plate yang ditutup menggunakan sealing foil
kemudian diletakkan pada mesin Real-Time PCR. Instrumen Real-Time
PCR akan mengamplifikasi DNA secara otomatis dan langsung memberikan
hasil amplifikasi melalui monitor dalam bentuk kurva.
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dilakukan analisis cemaran daging babi pada produk
sosis sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) menggunakan
metode Real-Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Hasil analisis didapat
melalui beberapa tahap diantaranya isolasi DNA, pengukuran kemurnian dan
kuantifikasi DNA hasil isolasi, amplifikasi DNA dan analisis DNA hasil
amplifikasi.
4.1 Isolasi DNA
Isolasi DNA dilakukan terhadap daging sapi, daging babi, dan 6 sampel
sosis sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) menggunakan
Wizard Genomic DNA Purification Kit Promega. Metode isolasi DNA dalam
jaringan hewan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu preparasi jaringan hewan,
pelisisan sel, degradasi RNA, presipitasi protein, presipitasi dan purifikasi DNA,
dan rehidrasi DNA. Tahap pertama adalah preparasi jaringan hewan yang
dilakukan dengan cara menghancurkan daging dan sosis sapi terlebih dahulu
menggunakan pisau steril, lumpang alu, dan blender. Tahap kedua adalah
pelisisan membran sel dan nukleus yang dilakukan dengan cara menambahkan
Nuclei Lysis Solution (NLS) pada daging dan sosis sapi yang telah dihancurkan.
NLS menghancurkan membran sel dan nukleus dengan cara mengganggu ikatan
kimia pada membran tersebut (Nurfadila, 2015). Kandungan yang terdapat
didalam NLS biasanya terdiri dari etilendiamin tetra asetat (EDTA) atau detergen
seperti sodium dodesil sulfat (SDS). EDTA berperan dalam mempertahankan
integritas DNA hasil isolasi dengan cara mengikat ion Mg2+ yang berfungsi untuk
mempertahankan integritas sel maupun aktivitas enzim nuklease yang dapat
merusak DNA sedangkan SDS merupakan detergen yang dapat merusak integritas
membran sel dengan cara mengikat lipid yang terdapat pada membran sel (Izzah,
2014). Daging dan sosis sapi yang sudah ditambah dengan NLS, kemudian
dihomogenkan selama 10 detik lalu diinkubasi pada suhu 650C selama 30 menit.
24
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hal tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan proses pelisisan membran sel dan
nukleus. Tahap ketiga adalah degradasi RNA yang dilakukan dengan cara
menambahkan RNAse. RNAse berfungsi untuk membersihkan DNA dari RNA.
RNAse merupakan enzim yang dapat mendegradasi RNA. Hal tersebut dapat
memudahkan proses isolasi karena RNAse akan merusak RNA sedangkan DNA
tidak (Radji, 2011). Setelah ditambah RNAse kemudian dilakukan inkubasi pada
suhu 370C yang bertujuan untuk mengoptimalkan proses pendegradasian RNA
oleh RNAse (Nurfadila, 2015). Tahap keempat adalah presipitasi protein yang
dilakukan dengan cara menambahkan Protein Precipitation Solution (PPS) dan
kemudian dilakukan sentrifugasi yang berfungsi untuk memisahkan supernatan
dengan endapan. Endapan yang dihasilkan adalah protein sedangkan supernatan
yang dihasilkan adalah DNA. Hal tersebut terjadi karena sebelum proses
sentrifugasi sampel ditambah PPS yang berfungsi untuk mengendapkan protein
(Nurfadila, 2015). PPS dapat mengendapkan protein dengan cara menurunkan
kelarutan protein. Kandungan yang terdapat didalam PPS biasanya terdiri dari
garam netral seperti amonuim sulfat, pelarut organik seperti etanol atau aseton,
dan zat pengendap lainnya seperti asam trikloroasetat (Ngili, 2013). Tahap kelima
adalah presipitasi dan purifikasi DNA yang dilakukan dengan cara menambahkan
isopropanol dan etanol 70% yang berfungsi untuk memurnikan molekul DNA.
Dengan adanya larutan garam (kation monovalen seperti Na+ pada suhu -200C
etanol absolut dapat mengendapkan DNA dengan baik sehingga mudah
dipisahkan dengan cara sentrifugasi (Radji, 2011). Tahap terakhir adalah rehidrasi
DNA yang dilakukan dengan menambahkan DNA Rehidration Solution yang
berfungsi untuk melarutkan molekul DNA. DNA yang telah ditambah dengan
DNA Rehidration Solution selanjutnya didiamkan pada suhu 650C selama 1 jam
yang berfungsi untuk mempercepat proses pelarutan DNA kemudian DNA
disimpan pada suhu 40C.
Isolat DNA yang dihasilkan dari tahapan kerja diatas, didapatkan
konsentrasi dan kemurniannya dengan menggunakan spektrofotometri DNA
(DeNovix). Pengukuran isolat DNA dilakukan pada panjang gelombang 260 nm
dan 280 nm, sedangkan tingkat kemurnian DNA dapat ditentukan dengan cara
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menghitung rasio antara nilai A260 dan A280 (Muladno, 2010). Hasil pengukuran
terlihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1 Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi isolat DNA yang terlihat pada
table 4.1, konsentrasi DNA tertinggi terdapat pada sampel 1 yaitu sebesar 234.110
ng/µl sedangkan konsentrasi DNA terendah terdapat pada sampel 4 yaitu sebesar
1.624 ng/µl, meskipun sampel 4 memiliki konsentrasi yang paling rendah, namun
masih dapat dilajutkan ke tahap amplifikasi DNA menggunakan real time PCR
karena batas konsentrasi minimal isolat DNA untuk real time PCR adalah 0.1 ng
(Roche). Selain itu, pengukuran kemurnian isolat DNA menunjukkan bahwa
daging babi, daging sapi, sampel 1, sampel 3, dan sampel 4 memiliki nilai
kermunian berkisar antara 1.8 – 2.0, sedangkan sampel 2, sampel 5, dan sampel 6
memiliki nilai kemurnian dibawah 1.8. Molekul DNA dikatakan murni apabila
nilai rasio A260/A280 berkisar antara 1.8 – 2.0. Nilai rasio yang lebih rendah dari
1.8 menunjukkan adanya kontaminasi protein sedangkan nilai rasio melebihi 2.0
menunjukkan adanya kontaminasi RNA (Teare et al., 1997).
No. Sampel Konsentrasi Kemurian (A280/260)
1. Daging sapi 95.587 ng/µl 1.86
2. Daging babi 27.154 ng/µl 1.99
3. Sampel 1 234.110 ng/µl 1.82
4. Sampel 2 43.749 ng/µl 1.77
5. Sampel 3 22.700 ng/µl 1.87
6. Sampel 4 1.624 ng/µl 1.86
7. Sampel 5 29.223 ng/µl 1.76
8. Sampel 6 33.796 ng/µl 1.75
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2 Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan Sampel Sosis Sapi
Menggunakan Primer Sapi dan Babi Pada Real Time PCR
Amplifikasi DNA daging sapi, daging babi dan 6 sampel sosis sapi yang
beredar di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) dilakukan dengan menggunakan
dua primer yaitu primer sapi dan primer babi. Penggunaan primer sapi bertujuan
untuk mamastikan bahwa sampel sosis yang berlogo sapi mengandung daging
sapi. Sedangkan primer babi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
kandungan babi didalam sampel sosis yang berlogo sapi tersebut.
Konsentrasi primer pada PCR yang dianjurkan berkisar antara 0,1 – 0,5 µM.
Konsentrasi primer yang tinggi ( ≥ 0,5 µM ) dapat meningkatkan kesalahan
penempelan primer pada DNA cetakan, sehingga menyebabkan penumpukan
primer yang tidak spesifik. Namun, penggunaan konsentrasi primer yang terlalu
rendah akan memberikan hasil amplifikasi yang tidak jelas (Bintang, 2010).
Proses amplifikasi pada PCR biasanya berlangsung 35 – 40 siklus
(Muladno, 2010), namun penelitian ini hanya menggunakan 30 siklus. Hal ini
dikarenakan sebelum mencapai siklus ke 30 sudah terjadi amplifikasi pada sekuen
DNA. Program amplifikasi yang digunakan pada Real Time PCR (RT-PCR)
dipilih berdasarkan penanda yang digunakan. Penelitian ini menggunakan
Universal Probe Library (UPL) sebagai penanda pada reaksi RT-PCR sehingga
program yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini:
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2 Program Dual Color Hydrolysis Probe – UPL Probe 96-II
Analisis kurva amplifikasi dilihat dari kenaikan kurva dan nilai CP
(Crossing Point) pada kurva amplifikasi. Spesifisitas hasil amplifikasi dapat
dilihat melalui nilai TM (Melting Temperature) pada melt curve. CP adalah
jumlah siklus dimana sampel mulai terbaca diatas Arbitrary Fluorescence Level
(AFL) yang menunjukkan awal mulainya fase pertumbuhan eksponensial. Oleh
karena itu, semakin rendah nilai CP maka semakin tinggi konsentrasi DNA target.
Tm adalah suhu dimana 50% bagian dari DNA telah terbuka menjadi untai
tunggal. Nilai Tm tergantung dari jumlah basa A, G, T dan C. Primer yang
spesifik akan menghasilkan satu puncak Tm pada DNA target (Izzah, 2014).
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.2.1 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi dan NTC
Menggunakan Primer Sapi
Amplifikasi yang pertama dilakukan menggunakan primer sapi adalah
dengan menguji daging sapi sebagai kontrol positif, daging babi sebagai kontrol
negatif dan NTC sebagai blanko. Amplifikasi terhadap kontrol dilakukan untuk
mengetahui primer sapi yang digunakan spesifik atau tidak terhadap daging sapi.
Kurva amplifikasi terhadap kontrol menggunakan primer sapi dapat dilihat pada
gambar 4.3 dibawah ini:
Gambar 4.1. Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Daging Babi, dan NTC
Menggunakan Primer Sapi
Keterangan: DS (Daging Sapi), NTC (No Template Control), DB (Daging Babi).
Pada gambar 4.3, nilai CP hasil amplifikasi DNA daging sapi adalah 11.31
sedangkan pada DNA daging babi dan NTC tidak menghasilkan nilai CP. Nilai
CP yang dihasilkan oleh daging sapi menunjukkan telah terjadinya proses
amplifikasi sedangkan pada daging babi dan NTC tidak terjadi proses amplifikasi.
Hal ini menunjukan bahwa primer sapi dapat mengamplifikasi DNA daging sapi
secara spesifik. Hasil amplifikasi yang spesifik dikarenakan tidak terjadi mis-
priming ataupun primer dimer. Primer-dimer adalah terbentuknya struktur
sekunder karena menempelnya sesama primer sejenis ataupun primer yang tidak
sejenis yaitu antara primer forward dengan komplemen primer reverse (Widowati,
2013). Sedangkan mis-priming adalah penempelan primer diluar sekuen DNA
DS
NTC
DB
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
target (Izzah, 2014). Berdasarkan hasil amplifikasi diatas, maka primer sapi dapat
digunakan untuk tahap selanjutnya yaitu untuk memastikan bahwa sampel sosis
yang berlogo sapi tersebut mengandung daging sapi.
4.2.2 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Sosis Sapi, dan NTC
Menggunakan Primer Sapi
Amplifikasi kedua yang dilakukan menggunakan primer sapi adalah dengan
menguji daging sapi sebagai kontrol positif, sosis sapi sebagai sampel, dan NTC
sebagai blanko. Amplifikasi terhadap sampel menggunakan primer sapi dilakukan
untuk memastikan bahwa sosis sapi yang digunakan sebagai sampel mengandung
daging sapi. Kurva amplifikasi terhadap kontrol positif, sampel dan NTC
menggunakan primer sapi dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini:
Gambar 4.2. Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Sosis Sapi, dan NTC
Menggunakan Primer Sapi
Keterangan: DS (Daging Sapi), S1 (Sampel 1), S2 (Sampel 2), S3 (Sampel 3), S4 (Sampel
4), S5 (Sampel 5), S6 (Sampel 6), NTC (No Template Control).
Pada gambar 4.4, nilai CP hasil amplifikasi DNA daging sapi, sampel 1,
sampel 2, sampel 3, sampel 4, sampel 5, dan sampel 6 secara berturut-turut adalah
11.85, 16.70, 19.60, 21.91, 23.28, 22.35, 22.73. Nilai CP yang berbeda-beda
dikarenakan konsentrasi isolat DNA yang dihasilkan juga berbeda-beda
DS S 1
S 2 S 3
S 4
S 5
S 6
NTC
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedangkan pada NTC tidak menghasilkan nilai CP karena tidak ada sekuen DNA
yang teramplifikasi. Namun diakhir siklus amplifikasi, terjadi kenaikan kurva
pada NTC walaupun kecil. Hal tersebut dikarenakan telah terjadinya primer-dimer
pada NTC. Primer-dimer adalah terbentuknya struktur sekunder karena
menempelnya sesama primer sejenis ataupun yang tidak sejenis yaitu antara
primer forward dengan primer reverse (Widowati, 2013). Nilai CP yang
dihasilkan oleh daging sapi dan sampel sosis sapi menunjukkan telah terjadinya
proses amplifikasi sehingga dapat disimpulkan bahwa sosis sapi yang beredar di
wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) terbukti mengandung daging sapi.
4.2.3 Hasil Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, dan NTC
Menggunakan Primer Babi
Amplifikasi pertama yang dilakukan menggunakan primer babi adalah
dengan menguji daging babi sebagai kontrol positif, daging sapi sebagai kontrol
negatif, dan NTC sebagai blanko. Amplifikasi terhadap kontrol dilakukan untuk
mengetahui primer babi yang digunakan spesifik atau tidak terhadap daging babi.
Kurva amplifikasi menggunakan primer babi terhadap kontrol dapat dilihat pada
gambar 4.5 dibawah ini:
Gambar 4.3. Kurva Amplifikasi Daging Sapi, Daging Babi, dan NTC
Menggunakan Primer Babi
Keterangan : DB (Daging Babi), DS ( Daging Sapi), NTC (No Template Control)
Pada gambar 4.5, nilai CP hasil amplifikasi DNA daging babi yaitu 16.31
sedangkan pada daging sapi dan NTC tidak menghasilkan nilai CP. Nilai CP yang
dihasilkan oleh daging babi menunjukkan telah terjadinya proses amplifikasi
DS NTC DB
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sedangkan pada daging sapi dan NTC tidak terjadi proses amplifikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa sekuen pada primer babi dapat mengamplifikasi DNA
daging babi secara spesifik. Jika dilihat nilai CP yang dihasilkan oleh daging sapi
pada kurva sebelumnya, daging sapi memiliki nilai CP yang lebih rendah
dibandingkan dengan daging babi. Hal ini dikarenakan konsentrasi pada daging
sapi lebih besar dibandingkan dengan daging babi. Berdasarkan hasil amplifikasi
diatas, maka primer babi dapat digunakan pada tahap selanjutnya yaitu untuk
mengidentifikasi cemaran daging babi terhadap sampel sosis sapi yang beredar di
wilayah Bumi Serpong Damai (BSD) dengan melihat terjadinya kenaikan kurva
amplifikasi pada sampel sosis sapi tersebut.
4.2.4 Hasil Amplifikasi DNA Daging Babi, Sosis Sapi, dan NTC
Menggunakan Primer Babi
Amplifikasi kedua yang dilakukan menggunakan primer babi adalah dengan
menguji daging babi sebagai kontrol positif, sosis sapi sebagai sampel dan NTC
sebagai blanko. Amplifikasi terhadap sampel menggunakan primer babi dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan daging babi didalam sampel sosis
yang berlogo sapi tersebut. Kurva amplifikasi terhadap kontrol, sampel dan
blanko dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini:
Gambar 4.4. Kurva Amplifikasi Daging Babi, Sosis Sapi, dan NTC
Menggunakan Primer Babi Keterangan : DB (Daging Babi), NTC (No Template Control)
DB
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada gambar 4.6, nilai CP hasil amplifikasi DNA daging babi yaitu 16.53
sedangkan pada sampel sosis sapi dan NTC tidak menghasilkan nilai CP. Nilai CP
yang dihasilkan oleh daging babi menunjukkan telah terjadinya proses amplifikasi
sedangkan pada sampel sosis sapi dan NTC tidak terjadi proses amplifikasi Hasil
amplifikasi dan nilai CP yang ditunjukkan pada kurva ini menunjukkan bahwa
didalam sampel sosis sapi yang berada di wilayah Bumi Serpong Damai (BSD)
tidak mengandung daging babi.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kurva amplifikasi pada Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR)
menunjukkan bahwa sosis sapi yang beredar di wilayah Bumi Serpong Damai
(BSD) tidak tercemar oleh daging babi.
5.2 Saran
Penelitian terhadap status kehalalan dalam produk makanan olahan perlu
ditingkatkan dikarenakan daya konsumsi makanan olahan siap saji dikalangan
masyarakat Indonesia semakin meningkat.
34
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. E., et al. 2012. Analysis of pork adulteration in commercial meatballs
targeting porcine-specific mitochondrial cytochrome b gene by TaqMan
probe real-time polymerase chain reaction. Malaysia: Meat Science 91
(2012) 454–459.
Anugrah, R., P. Adirestuti., R. Puspadewi. 2014. Pengawasan Kehalalan Daging
Sapi dan Produk Olahannya di Sektor Usaha Kecil dan Mikro. Jawa Barat.
Fakultas Farmasi Universitas Jendral Achmad Yani: ISBN: 978-602-18580-
2-8.
Artika, I. M. 2003. Struktur, Fungsi dan Biogenesis Mitokondria. Eijkman
Lecture Series I: Mitochondrial medicine. Lembaga Biologi Molekul Eijkman
Jakarta:17-42
Handoyo, Darmo dan Ari Rudiretna. 2001. Prinsip Umum Dan Pelaksanaan
Polymerase Chain Reaction (Pcr). Surabaya: Universitas Surabaya.
Hewajuli, D. A., Dhamayanti, NLPI. 2014. Perkembangan Teknologi Reverse
Transcriptase-Polymerase Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom
Avian Influenza dan Newcastle Disease. Bogor : Balai Besar Penelitian
Veteriner.
Hidayat, Rian. 2015. Perbandingan Metode Kit Komersial Dan Sds Untuk Isolasi
Dna Babi Dan Dna Sapi Pada Simulasi Cangkang Kapsul Keras Untuk
Deteksi Kehalalan Menggunakan Real Time Pcr (Polymerase Chain
Reaction). Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Izzah, A. N. 2014. Perbandingan antara Metode SYBR Green dan Metode
Hydrolisis Probe dalam Analisis DNA Gelatin Sapid an DNA Babi dengan
menggunakan Real-Time PCR. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kheyrodin, Hamid dan Khosro Ghazvinian. 2012. DNA Purification and Isolation
of Genomic DNA from bacterial species by plasmid purification system.
African Journal of Agricultural Research: ISSN
Ma, Hongbao., Kuan-Jiunn, S., Geroge, C., X. Tracy Qiao., Mei-Ying, C. 2006.
Application of Real Time Polumerase Chain Reaction (RT-PCR). The journal
of American science: 2 (3): 1-15
Mane, B. G., S. K. Mendiratta., A. K. Tiwari. 2013. Pork Specific Polymerase
Chain Reaction Assay for Authentication of Meat and Meat Products. India:
JOURNAL OF MEAT SCIENCE AND TECHNOLOGY.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
May, Panloup P., Chretien, M. F., Savagner, F., Vasseur, C., Jean, M., Malthiery,
Y., Reynier, P. 2003. Increased Sperm Mitochondrial DNA Content In Male
Infertility. Hum Reprod 18(3):550- 556.
Muladno. 2010. Teknologi Rekayasa Genetika. Edisi Kedua. Bogor: IPB Press.
Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell, V. W. 2012. Biokimia Harper. Jakarta :
EGC
Mutalib, Sahilah. ABD., et al. 2012. Comparison Between Pork adn Wild Boar
Meat (Sus scrofa) by Polymerase Chain Reacyion-Restriction Fragment
Lenght Polymorphism (PCR-RFLP). Malaysia: Universiti Kebangsaan
Malaysia.
Ngili, Yohanis. 2013. Biokimia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains
Nishiguchi, M. K., et al. 2002. DNA Isolation Prosedure. Birkhäuser Verlag
Basel:Switzerland
Nooratiny, I., Sahilah, A. M., Alif Alfie, A. R., and Mohd. Farouk, M. Y.
2013. DNA Extraction From Ghee dan Beef Species Identification Using
Polymerase Chain Reaction (PCR) Assay. Malaysia: IFRJ 20(5): 2959-
2961.
Norrakiah, A. S., Shahrul Azim, M. G., Sahilah, A. M. and Abdul Salam, B. 2015.
Halal analysis of raw materials, ingredients and finished bakery product
using PCR and gene chip southern-hybridization for detection of porcine
DNA. Malaysia: International Food Research Journal 22(5): 1883-1887
(2015). Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga
Nurfadila, Mifa. 2015. Isolasi DNA Stomatopoda Sp dan Drosophila
Melanogaster. Blokspot.co.id
Pratami, Dienar Fitri. 2011. Analisis Cemaran Daging Babi Pada Produk Burger
Sapi Yang Beredar di Wilayah Ciputat Melalui Amplifikasi DNA
Menggunakan Real Time PCR. Skripsi. Program Studi Farmasi. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Qhardawi. 1993. Halal Dan Haram Dalam Islam. Bangil: PT. Bina Ilmu.
Radji, Maksum. 2011. Rekayasa Genetika. Jakarta: ISBN : 978-602-8674-40-9
Suparman., W. S. Rahayu., H. T. Atmojo., A. S. 2014. Identifikasi Daging Babi
Dalam Sosis dan Burger Sapi Yang Beredar di Pasar Wage Purwokerto dan
Pasar Wanakriya Kebumen Menggunakan Metode Polymerase Chain
Reaction (PCR) dan Analisis Restriksi Menggunakan Enzim BamH1 dan
BseD1. Purwokerto. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Purwokerto: ISBN: 978-602-18580-2-8.
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Susanto, Edi dan Wardoyo. 2014. Pengaruh Substitusi Daging Babi Terhadap
Karakteristik Asam Lemak Sosis. Lamongan. Program Studi Peternakan.
Fakultas Peternakan Universitas Islam Lamongan.
Susmiarsih, T. (2010). Peran Genetika DNA Mitokondroa (mtDNA) Pada
Motilitas Spermatozoa. Universitas Yarsi, Fakultas Kedokteran :Majalah
Kesehatan Pharma Medika.
St. John, J. C., Jokhi, R. P., Barratt, CLR. 2005. The Impact Of Mitochondrial
Genetics On Male Infertility. Int. J. Androl 28:65-73.
Syukriani, Yoni Fuadah. 2012. DNA Forensik. Bandung: Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin.
Teare, J.M., R. Islam., R. Flanagan., S. Gallagher., M.G Davies., C. Grabau.
(1997). Measurement of Nucleic Acid Concentrations Using the DyNA
QuantTM and the GeneQuantTM. BioTechniques 22 : 1170 – 1174.
Viljoen, G. J., Louis, H. N., John, R. C. 2005. Molecular Diagnostic PCR
Handbook. Netherlands: Springer.
Widowati, E. W. 2013. Desai Primer Sitokrom B (cytb b) Sebagai Salah Satu
Komponen PCR (Polymerase Chain Reaction) Untuk Deteksi DNA Babi.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yuningsih, Rahmi. 2010. Perlindungan Konsumen Dari Dampak Buruk Makanan
Tidak Halal Bagi Kesehatan. Jakarta: Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi Sekretariat Jendral DPR RI.
Yuwono, Triwibowo. 2009. Biologi Molekular. Jakarta : Erlangga
Xiong, Y., M. Sundaralingam. 2001. Protein-Nucleic Acid Interaction. Ohio State
University, Columbus, Ohio, USA: Encyclopedia Of Life Sciences
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 1. Konsentrasi dan Kemurnian Isolat DNA
Sampel
Gambar
Konsentrasi dan
Kemurian
(A280/260)
Daging Sapi
Konsentrasi 95.587 ng/µl
Kemurnian 1.86
Daging Babi
Konsentrasi 29.223 ng/µl
Kemurnian 1.99
Sampel 1
Konsentrasi 234.110 ng/µl
Kemurnian 1.82
Sampel 2
Konsentrasi 43.749 ng/µl
Kemurnian 1.77
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sampel 3
Konsentrasi 22.700 ng/µl
Kemurnian 1.87
Sampel 4
Konsentrasi 1.624 ng/µl
Kemurnian 1.86
Sampel 5
Konsentrasi 29.223 ng/µl
Kemurnian 1.76
Sampel 6
Konsentrasi 33.796 ng/µl
Kemurnian 1.75
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2. Perhitungan Pembuatan Larutan Primer
a. Membuat larutan primer 50 µM dari larutan induk 100 µM
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 100 x 50
V1 = 50 µL
Maka, 50 µl diambil dari larutan induk primer konsentrasi 100 µM, kemudian
ditambahkan aquabidest sampai volume 100 µl.
b. Membuat larutan primer 5 µM dari seri konsentrasi primer 50 µM.
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 50 = 30 x 5
V1 = 3 µL
Maka, diambil 3 µl dari larutan primer konsentrasi 50 µM, kemudian
ditambahkan aquabidest sampai volume 30 µl.
c. Membuat larutan primer 0,1 µM dari konsentrasi 5 µM.
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 5 = 20 x 0,1
V1 = 0,4 µL
Maka, diambil 0,4 µL dari larutan primer konsentrasi 50 µM.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3. Perhitungan Tm (Melting Temperature) Primer
PRIMER SAPI PRIMER BABI
Primer Sapi Forward Primer Babi Forward
Tm = 2oC (2 + 6) + 4oC (11 + 0) Tm = 2oC (1 + 9) + 4oC (10 + 0)
= 60oC = 60 oC
Primer Sapi Reverse Primer Babi Reverse
Tm = 2oC (4 + 5) + 4oC (2 + 9) Tm = 2oC (5 + 9) + 4oC (2 + 9)
= 62oC = 72oC
Tm rata-rata primer sapi: Tm rata-rata primer babi:
Tm = (60 + 62) / 2 Tm = (60 + 72) / 2
= 6oC = 66oC
Rumus Tm = 2oC (A + T) + 4oC (G + C)
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4. Campuran Reaksi Mastermix Untuk Amplifikasi DNA
Konsentrasi
Akhir
Konsentrasi
Awal
Jumlah Yang
Digunakan
Primer Forward 0,1 µM 5 µM 0,4 µl
Primer Reverse 0,1 µM 5 µM 0,4 µl
UPL 0,2 µM 10 µM 0,4 µl
LightCycler®480
Hydrolysis Probe
1x 2x 10 µl
ddH2O - - 3,8 µl
DNA Template - - 5 µl
Total Volume Reaksi 20 µl
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Sosis Sapi dan
NTC Menggunakan Primer Sapi
a. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, dan NTC
b. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Sosis sapi, dan NTC (1)
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Sosis sapi, dan NTC (2)
d.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6. Kurva Amplifikasi DNA Daging Sapi, Daging Babi, Sosis Sapi dan
NTC Menggunakan Primer Babi
a. Kurva Amplifikasi DNA Daging Babi, Daging Sapi, dan NTC
b. Kurva Amplifikasi DNA Daging Babi, Sosis Sapi, dan NTC (1)
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Kurva Amplifikasi DNA Daging Babi, Sosis Sapi, dan NTC (2)