analisis bonus demografi sebagai kesempatan memacu

29
Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu Perpercepatan Industri di Indonesia Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2015 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Fakta itu dapat diartikan sebagai berkah, namun juga dapat diartikan sebagai musibah. Berkah karena Indonesia akan memiliki banyak tenaga kerja yang dapat dijadikan sumber daya bagi industri. Namun, disisi lain besarnya jumlah penduduk membuat tanggungan pemerintah juga semakin besar, terlebih lagi jika penduduk tersebut tidak produktif dalam menghasilkan multiplier bagi perekonomian. Polemik mengenai hubungan antara pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi memang sudah berlangsung dari zaman classical economics. Namun, nyatanya tidak ada data dan hipotesa yang bisa membuktikan hubungan keduanya. Semakin banyaknya tenaga kerja diharapkan mampu membuat roda perekonomian berjalan semakin cepat. Indonesia dalam waktu dekat akan memiliki masa dimana banyaknya jumlah penduduk usia produktif sehingga menurunkan rasio ketergantungan. Masa inilah yang disebut dengan bonus demografi. Hal ini merupakan dampak dari adanya perlambatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir. Perlambatan jumlah penduduk disebabkan oleh salah satunya adalah Angka Kelahiran di Indonesia yang menurun. Angka kelahiran (TFR) Indonesia telah mengalami penurunan dalam jangka waktu 30 tahunan, karena keberhasilan program KB Nasional. Keberhasilan ini mulai menurun ketika kebijakan program KB didesentralisasi ke Kabupaten/Kota, dengan peningkatan kembali TFR dari tahun 2000 ke 2010. Meskipun telah terjadi penurunan angka kelahiran pada era 1970-2000, namun tambahan bayi yang lahir setiap tahun masih

Upload: trinhdat

Post on 12-Jan-2017

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu Perpercepatan

Industri di Indonesia

Oleh: Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEB UI 2015

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia.

Fakta itu dapat diartikan sebagai berkah, namun juga dapat diartikan sebagai musibah.

Berkah karena Indonesia akan memiliki banyak tenaga kerja yang dapat dijadikan sumber

daya bagi industri. Namun, disisi lain besarnya jumlah penduduk membuat tanggungan

pemerintah juga semakin besar, terlebih lagi jika penduduk tersebut tidak produktif dalam

menghasilkan multiplier bagi perekonomian. Polemik mengenai hubungan antara

pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi memang sudah berlangsung dari

zaman classical economics. Namun, nyatanya tidak ada data dan hipotesa yang bisa

membuktikan hubungan keduanya. Semakin banyaknya tenaga kerja diharapkan mampu

membuat roda perekonomian berjalan semakin cepat.

Indonesia dalam waktu dekat akan memiliki masa dimana banyaknya jumlah

penduduk usia produktif sehingga menurunkan rasio ketergantungan. Masa inilah yang

disebut dengan bonus demografi. Hal ini merupakan dampak dari adanya perlambatan

pertumbuhan penduduk yang terjadi di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir.

Perlambatan jumlah penduduk disebabkan oleh salah satunya adalah Angka Kelahiran di

Indonesia yang menurun.

Angka kelahiran (TFR) Indonesia telah mengalami penurunan dalam jangka

waktu 30 tahunan, karena keberhasilan program KB Nasional. Keberhasilan ini mulai

menurun ketika kebijakan program KB didesentralisasi ke Kabupaten/Kota, dengan

peningkatan kembali TFR dari tahun 2000 ke 2010. Meskipun telah terjadi penurunan

angka kelahiran pada era 1970-2000, namun tambahan bayi yang lahir setiap tahun masih

Page 2: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

cukup besar yaitu sekitar 3 – 4 juta bayi1. Kondisi ini dimasa depan akan semakin

meningkatkan jumlah penduduk produktif ke depan. Peningkatan jumlah penduduk usia

produktif yang akan menurunkan resio ketergantungan harus dibarengi dengan

peningkatan kualitasnya, agar mereka yang masuk ke usia tersebut dapat memperoleh

kesempatan kerja yang tersedia atau bahkan mampu menciptakan kesempatan kerja.

Di sisi lain, pemerintah dalam Rancangan Pembangunan Jangka Panjang sedang

melakukan percepatan proses industrialisasi di Indonesia. Proses ini dimulai dengan

pembangunan infrastruktur secara massif di berbagai daerah sebagai penunjang dari

industri. Pembangunan secara fisik pun sudah dilakukan oleh pemerintah, bahkan tahun

2016 dinyatakan oleh Bappenas sebagai tahun pembangunan infrastruktur.

Namun, pembangunan ini akan menjadi tidak berguna jika tidak dibarengi oleh

pembangunan modal manusia (Human Capital) yang mencakup pendidikan dan

kesehatan. Terlebih lagi, data dari BPS (Agustus, 2011) menunjukkan bahwa penduduk

usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan

masih didominasi oleh lulusan SD ke bawah sebanyak 54,2 juta orang dengan persentase

49,40%. Jika dibandingkan dengan pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang relatif

tinggi tentunya proporsi ini masih sangat kecil. Tentunya pembangunan fisik sebagai

penunjang infrastruktur jika tidak dibarengi oleh pembangunan Human Capital akan

menjadi masalah besar pada masa bonus demografi. Disinilah sebenarnya terjadi

kesenjangan antara laju perkembangan industri dan juga Human Capital.

1.2. Rumusan Masalah

Dari adanya latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana peranan Human Capital dalam industri?

2. Bagaimana implikasi bonus demografi agar Indonesia menjadi High-Income

Country?

3. Bagaimana implikasi bonus demografi terhadap industrialisasi dan industri manakah

yang harus dioptimalkan saat terjadinya bonus demografi?

1 Jurnal Kependudukan, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan, BKKBN

Page 3: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

4. Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk memaksimalkan bonus demografi

agar mempercepat industrialisasi di Indonesia?

2. STUDI LITERATUR

2.1. Pandangan Hubungan Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat

dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan

per waktu unit untuk pengukuran. Sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah proses

peningkatan pendapatan (PDB) tanpa mengaitkannya dengan tingkat pertambahan

penduduk.

Mengenai hubungan antara keduanya, setidaknya ada tiga aliran pemikiran dalam

beberapa periode waktu yang membahas mengenai hubungan antara pertumbuhan

penduduk dan pertumbuhan ekonomi.

Aliran pertama adalah aliran tradisional pesimistis yang beranggapan kalau

pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Aliran ini

dicetuskan oleh Robert Malthus2 yang mengatakan bahwa pertumbuhan populasi

penduduk mengikuti deret ukur dan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung,

sehingga dengan bertambahnya jumlah penduduk secara otomatis jumlah permintaan

terhadap barang dan jasa akan bertambah yang berimplikasi pada perlambatan ekonomi.

Aliran kedua adalah aliran revisionis yang meragukan pernyataan aliran

sebelumnya karena tidak disertai dengan cukup bukti empiris. Aliran ini membantah

teori Malthus dengan melihat bahwa teknologi dapat mempengaruhi pertumbuhan

pangan dan kemampuan Human Capital dalam hal ini dapat menjadi modal besar agar

pertumbuhan penduduk tidak menjadi alasan dalam perlambatan ekonomi. Sedangkan,

aliran ketiga adalah aliran yang beranggapan kalau pertumbuhan penduduk memang

sangat berarti bagi perkembangan ekonomi dan penurunan kemiskinan (Population does

matter). Aliran ini mengatakan bahwa penurunan pesat dari fertilitas memberikan

kontribusi yang relevan terhadap penurunan kemiskinan3. Dengan meningkatnya

pertumbuhan penduduk yang disebabkan dengan menekan mortalitas akan memacu

pertumbuhan penduduk.

2 An Essay on the Principle of Population, Robert Malthus (1830)

3 Birdsal, N., C. Kelley, A., & W. Sinding, S. (2003). Population Matters. New York: Oxford University

Press.

Page 4: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

2.2. Pasar Tenaga Kerja

Penduduk yang memasuki usia kerja (15-64 tahun) merupakan sumber daya

dalam menghasilkan output. Dalam ekonomi, tenaga kerja termasuk dalam input yang

memiliki pasar. Pasar Tenaga Kerja adalah seluruh aktivitas dari pelaku-pelaku untuk

mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja, atau proses terjadinya

penempatan dan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan penempatan tenaga kerja.

Pelaku-pelaku yang dimaksud di sini adalah pengusaha, pencari kerja dan pihak ketiga

yang membantu pengusaha dan pencari kerja untuk dapat saling berhubungan.

Sederhananya, pasar tenaga kerja adalah pasar yang mempertemukan penjual dan

pembeli tenaga kerja. Pasar Tenaga Kerja dapat digambarkan dalam kurva berikut,

dimana yang menjadi hargaadalah gaji (W):

Pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor dari penawaran dan

permintaannya. Faktor penawaran tenaga kerja meliputi Jumlah Penduduk (makin besar

jumlah penduduk, makin banyak tenaga kerja yang tersedia) struktur umur,

produktivitas, tingkat upah, kebijaksanaan pemerintah, dan wanita yang mengurus

rumah. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja adalah

tingkat upah, penggunaan teknologi, dan produktivitas tenaga kerja. Faktor yang

mempengaruhi penawaran salah satunya adalah jumlah penduduk, dimana saat bonus

demografi jumlah penduduk usia kerja akan meningkat dan menaikan sisi penawaran

dari pasar tenaga kerja.

2.3. Penyebab adanya Bonus Demografi di Indonesia

Page 5: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Bonus demografi yang sedang dialami Indonesia merupakan buah dari

keberhasilan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk selama empat dekade

terakhir. Bonus demografi ini dihasilkan dari adanya keluarga berencana tahun 1970-

2000an yang berjumlah lebih dari 80.000.000 jiwa

Dari keberhasilan program keluarga berencana ini menghasilkan sebuah kondisi

penduduk usia produktif yang meningkat jumlahnya dan berpotensi menjadi engine of

growth bagi perekonomian. Sejak tahun 1970, tingkat kelahiran total (Total Fertility

Rate/TFR) terus menurun secara konsisten dari sekitar 5,6 (setiap wanita usia 15-49

tahun/subur rata-rata akan mempunyai 5-6 anak hingga akhir masa reproduksinya)

menjadi 2,49 pada tahun 2010. Penurunan tersebut memberi konfirmasi mengenai

keberhasilan program Keluarga Berencana (KB).

Pada saat yang sama, keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berhasil

menekan angka kematian bayi dari sekitar 145 kematian untuk setiap 1000 kelahiran

hidup pada awal 1970an menjadi 21 kematian per 1000 kelahiran hidup pada 2010.

Keberhasilan tersebut berbuah peningkatan angka harapan hidup dari sekitar 50 tahun

menjadi 69,8 tahun pada periode yang sama sehingga memicu transisi demografi.

Di samping itu, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hasil pendataan Survei

Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang menunjukkan pengguna alat kontrasepsi

mencapai 62,50% pada tahun 2013. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan tahun

2004 (56,71%). Data yang disajikan BPS juga menggambarkan trend positif penggunaan

alat kontrasepsi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir.

Transisi demografi tersebut merubah struktur umur penduduk Indonesia selama

empat dekade terakhir: struktur penduduk didominasi kelompok usia produktif,

khususnya angkatan kerja muda. Mereka yang lahir pada periode angka kelahiran tinggi

(dekade 70-80an) berhasil tetap hidup dan kini merupakan kelompok yang mendominasi

komposisi penduduk usia produktif. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa 69,3%

angkatan kerja pada Agustus 2013, yang jumlahnya mencapai 118,3 juta orang,

merupakan penduduk kelompok usia 15-44 tahun.

Page 6: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

(Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, Agustu 2013)

2.4. Pengertian Industri dan Jenis-jenisnya

2.4.1. Definisi Industri

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan Industri adalah kegiatan memproses

atau mengolah barang dng menggunakan sarana dan peralatan. Sedangkan, UU Nomor 3

Tahun 2014 tentang Perindustrian mengartikan industri adalah seluruh bentuk kegiatan

ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri

sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi,

termasuk jasa industri

2.4.2. Jenis-jenis Industri

Adapun jenis-jenis dari industri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kelas, yaitu

klasifikasi industri berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian,

berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986, berdasarkan tempat bahan baku,

berdasarkan besar kecilnya modal, berasarkan jumlah tenaga kerja, berdasarkan

pemilihan lokasi, dan berdasarkan produktivitas perorangan

1. Industri berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

Page 7: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

a. Industri Hijau

adalah Industri yang dalam proses produktisinya mengutamakan upaya

efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan

sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian

fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyrakat

b. Industri Strategis

adalah industri yang penting bagi negara yang menguasai hajat hidup orang

banyak, meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam

strategis, atau mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta

keamanan negara dalam rangka pemenuhan tugas pemerintah.

2. Industri berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986

a. Industri Kimia Dasar (IKD)

Adalah sebuah industri yang berfokus dalam pengerjaan bahan-bahan kimia.

yang termasuk kedalam IKD ini adalah industri kimia organic (peledak, kimia

tekstil), industri kimia anorganik (semen, asam sulfat, dan kaca), industri

agrokimia (pupuk, dan peptisida), dan industri selulosa (karet, ban, kertas)

b. Industri mesin dan logam dasar

Adalah sebuahindustri yang berfokus pada mengolah bahan mentah logam

menjadi barang setengah jadi seperti instrumen perakitan atau barang jadi

logam seperti mesin berat.

c. Industri kecil

Industri ini sering dikatakan sebagai industri sederhana karena

mempekerjakan sedikit karyawan dan teknologi yang sederhana

d. Aneka industri

Adalah sebuah industri yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari

seperti tekstil, pangan, bahan bangunan, alat listrik dan bahan kimia yang

biasa digunakan sehari-hari

3. Industri berdasarkan tempat bahan baku

a. Ekstraktif

Merupakan sebuah industri yang bahan bakunya mengambil langsung dari

alam

Page 8: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

b. Nonekstraktif

Merupakan sebuah industri yang bahan bakunya tidak diambil langsung dari

alam

c. Fasilitatif

Adaah sebuah industri dengan output jasa yang kemudian dijual kepada

konsumen

4. Industri berdasarkan besar kecilnya modal

a. Padat karya

Adalah industri yang berfokus pada penggunaan tenaga kerja secara masal

b. Padat modal

Adalah sebuah industri yang membutuhkan modal besar dalam

pelaksanaannya

5. Industri berasarkan jumlah tenaga kerja

a. Industri rumah tangga (1-4 orang tenaga kerja)

b. Industri kecil (5-19 tenaga kerja)

c. Industri menengah (20-99 tenaga kerja)

d. Industri besar (100 orang atau lebih tenaga kerja)

6. Industri berdasarkan pemilihan lokasi

a. Market oriented industri

Sesuai dengan namanya, industri ini berfokus untuk mencari tempat dengan

mendekati konsumen.

b. Labor oriented industri

Merupakan jenis industri yang mencari tempat berada di pemukiman

penduduk

c. Supply oriented industri

Merupakan industri yang mencari tempat dekat dengan bahan baku untuk

meminimalisir biaya yang dikeluarkan dalam proses produksinya

7. Industri berdasarkan produktivitas perorangan

a. Industri primer

Merupakan industri yang outputnya bukanlah merupakan hasil dari proses

olahan

Page 9: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

b. Industri sekunder

Adalah industri yang menggunakan bahan mentah menjadi barang setengah

jadi ataupun barang jadi. Bahan mentah ini dapat diambil langsung dari alam

ataupun dapat berasal dari hasil atau output dari industri primer

c. Industri tersier

Merupakan sebuah industri yang output atau hasil olahannya berupa jasa

seperti transportasi dan telekomunikasi

2.5. Studi-Studi Terdahulu

Studi mengenai bonus demografi telah banyak dilakukan di Indonesia maupun di

negara lain. Studi yang dilakukan Andre Mason (2005), menemukan bahwa keberhasilan

bonus demografi di berbagai negara sangat tergantung pada kebijakan pemerintahnya.

Bonus demografi tidak serta merta menaikan atau menurunkan kondisi ekonomi.

Keuntungan bonus demografi dapat diambil jika pertumbuhan lapangan kerja lebih cepat

dibandingkan dengan pertumbuhan pencari kerja. Mason juga menemukan bahwa

periode dan keuntungan bonus demografi di negara industri lebih kecil dibandingkan

dengan negara berkembang.

Studi lain yang dilakukan oleh Morne Oosthhuizen (2013) di Afrika Selatan

menemukan fakta saat terjadi bonus demografi, penduduk usia kerja sebelum 29 tahun

dan sesudah 59 tahun mengonsumsi lebih banyak dari penghasilan yang mereka dapatkan

di pasar tenaga kerja yang mengakibatkan terjadinya lifecycle deficits. Defisit ini dapat

ditanggulangi dengan asset-based reallocations (specifically asset income). Rekomendasi

kebijakan yang diberikan Morne adalah intervensi di dalam pengelolaan pendidikan dan

pelatihan bagi mereka yang meninggal bangku sekolah menengah untuk diberikan

keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Selain itu, untuk bidang kesehatan

rekomendinya adalah mencegah dan menanggulangi penyakit yang umum terjadi di

Afrika Selatan seperti HIV/Aids dan TBC yang terbukti efektif menurunkan angka

ketergantungan.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Gisty Ajeng Septami (2015) yang

menganalisis dengan menggunakan model Inpu-Output menemukan bahwa industri

pupuk, industri sepeda motor, dan industri damar sintetis, bahan plastik, dan serat sintetis,

Page 10: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

memiliki angka pengganda tenaga kerja yang tertinggi dibandingkan dengan sektor

industri yang lainnya. Untuk angka pengganda pendapatan, industri sepeda motor,

industri pupuk, dan industri penggilingan padi dan penyosohan merupakan industri

dengan angka pengganda pendapatan tertinggi. Rekomendasi yang diberikan salah

satunya adalah pengganda tenaga kerja (employment multiplier) maupun angka

pengganda pendapatan (income multiplier) dengan mengalihkan investasi ke sektor

tersebut.

3. ANALISIS

3.1. Peranan Human Capital dalam Industri

3.1.1. Pendidikan dan Alih Teknologi

Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pendidikan dan pelatihan termasuk ke dalam investasi non fisik atau

investasi sumber daya manusia (Human Capital). Melalui pendidikan dan pelatihan,

peserta didik telah menginvestasikan dirinya untuk di masa depan memperoleh nilai yang

lebih besar. Beberapa faktor yang menyebabkan perlunya mengembangkan tingkat

pendidikan di dalam usaha untuk membangun suatu perekonomian, adalah.

1. Pendidikan yang lebih tinggi memperluas pengetahuan masyarakat dan

mempertinggi rasionalitas pemikiran mereka. Hal ini memungkinkan

masyarakat mengambil langkah yang lebih rasional dalam bertindak atau

mengambil keputusan

2. Pendidikan memungkinkan masyarakat mempelajari pengetahuan-pengetahuan

teknis yang diperlukan untuk memimpin dan menjalankan perusahaan-

perusahaan modern dan kegiatan-kegiatan modern lainnya.

3. Pengetahuan yang lebih baik yang diperoleh dari pendidikan menjadi

perangsang untuk menciptakan pembaharuan-pembaharuan dalam bidang

teknik, ekonomi dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya.

Page 11: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Salah satu aspek perlunya pendidikan adalah mempelajari pengetahuan-

pengetahuan teknis. Meningkatnya pengetahuan-pengetahuan teknis dapat menciptakan

perkembangan teknologi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas Indonesia

di zaman industrialisasi ini.

Pada kurva penawaran, jika teknologi mengalami perkembangan maka kurva

penawaran akan bergeser ke kanan. Jika kurva penawaran bergeser ke kanan maka titik

keseimbangan akan bergeser ke kanan bawah. Pergeseran titik keseimbangan

menyebabkan kuantitas barang mengalami kenaikan dan harga mengalami penurunan.

Ceteris paribus.

Kurva Penawaran Bergeser ke Kanan

Meningkatnya jumlah penawaran juga menandakan bahwa produktivitas dalam

proses indutri telah meningkat. Penguasaan teknologi melalui proses pendidikan telah

menjadi faktor penting demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun,

saat ini penguasaan teknologi di Indonesia masih sangat buruk. Indeks Pencapaian

Teknologi (IPT) Indonesia di urutan ke-60 dari 72 negara berdasarkan data United Nation

for Development Program (UNDP) pada 2013. Ukurannya berupa penciptaan teknologi

Page 12: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan teknologi,

difusi inovasi teknologi mutakhir yang diukur dari jumlah pengguna Internet dan besaran

sumbangan ekspor teknologi terhadap total barang ekspor. Ukuran lainnya, difusi inovasi

teknologi lama yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai listrik, serta

tingkat pendidikan penduduk berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun

ke atas dan angka partisipasi kasar penduduk yang menempuh pendidikan tinggi di

bidang iptek. IPT Indonesia yang rendah menunjukkan kurang efisiennya dan rendahnya

produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, kandungan teknologi dalam negeri

pada produk ekspor juga sangat rendah, umumnya kegiatan perakitan yang komponen

impornya mencapai 90 persen.

IPT yang rendah inilah yang harus diperbaiki melalui proses pendidikan agar

human capital ini dapat berperan besar pada industrialisasi di Indonesia. Selain proses

pendidikan yang harus diperbaiki, pemerintah juga harus mempercepat dan memberikan

bantuan baik finansial maupun perizinan terhadap alih teknologi dan kegiatan penelitian

dan pengembangan sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta

Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga

Penelitian dan Pengembangan.

Jika pendidikan, alih teknologi, dan kegiatan penelitian dan pengembangan telah

terlaksana dengan baik maka kemampuan Indonesia akan ilmu pengetahuan dan

teknologi akan berkembang pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang

akan meningkatkan human capital kita yang berperan besar bagi produktivitas baik

sektor barang maupun jasa di zaman industrialisasi demi memanfaatkan bonus demografi

di tahun 2025.

3.1.2. Pergerakan Laju Industri

Laju industri di Indonesia dalam dekade terakhir ini sudah bergerak dari sektor-

sektor riil (goods) menuju sektor-sektor pelayanan (service). Dari tabel di bawah,

dapat dilihat bahwa Industri sektor perdagangan, jasa, dan investasi merupakan salah

satu sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia.

Page 13: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Frekuensi Perdagangan Saham Menurut Sektor (kali), 2012-2013

Melihat dari data dari tahun 2012 menuju 2013, angka frekuensi perdagangan

saham sektor tersebut di Indonesia memiliki kenaikan yang cukup besar yaitu sebesar

1.094.514 kali dengan kenaikan nilai perdagangannya yang naik sebesar 107.319.466

juta rupiah dan kapitalisasi pasar dengan kenaikan terbesar dari seluruh sektor

industri yakni sebesar 78.343 miliar rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa para

pemain saham sangat memperhitungkan industri perdagangan, jasa, dan investasi ini

sebagai industri yang sedang bertumbuh dan cenderung memiliki prospek yang baik.

Kapitalisasi Pasar Menurut Sektor (dalam miliar rupiah), 2012-2013

Nilai Perdagangan Saham Menurut Sektor (dalam juta rupiah), 2012-2013

Page 14: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Bergeraknya Indonesia dari industri sektor riil (goods) menjadi sektor pelayanan

(service) diakibatkan salah satunya oleh semakin luasnya pengetahuan masyarakat

mengenai ilmu-ilmu perekonomian dan bisnis. Dalam hal ini, khususnya adalah

analyzing skill.

Sebagai contoh, dalam industri investasi yaitu reksadana. Dibutuhkan lebih

banyak pemain dalam pasar reksadana untuk memajukan industri tersebut.

Sayangnya, persentase masyarakat Indonesia yang bermain di pasar reksadana cukup

rendah. Sampai akhir tahun 2014, hanya ada sebanyak 250 ribu nasabah reksadana

dari total 252.370.792 penduduk. Alasannya sederhana, pengetahuan mengenai

industri ini pada umumnya baru diberikan pada jenjang pendidikan tinggi di program

studi yang berkaitan dengan ekonomi dan bisnis. Pada umumnya, masyarakat pun

masih sangat awam mengenai ilmu akuntansi dan statistik yang menjadi salah satu

kunci keberhasilan dari industri ini. Padahal, industri investasi dapat menjadi pemicu

pembangunan industrialisasi di Indonesia karena dapat menyerap banyak orang,

terutama reksadana yang tidak membutuhkan modal yang banyak.

3.1.3. Individual Capability

Industri dari sektor manapun membutuhkan managerial and organisational skills

yang baik untuk memajukan industrinya. Diperlukan beberapa atribut penting dari

kemampuan manusia sebagai human capital dalam mensokong perkembangan

industrinya. Tak hanya hard skill seperti teknologi dan ilmu pengetahuan, soft skill

pun sangat dibutuhkan. Pada umumnya, atribut manusia yang diperlukan oleh suatu

industri adalah kreatif dan inovatif, gigih dan disiplin, positif, mampu menganalisa,

fleksibel, client-oriented, sadar budaya, jujur, beretika, serta inklusif, kolaboratif, dan

suportif.

Atribut-atribut di atas dapat disebut sebagai Personal Attributes Matrix yang

merupakan kemampuan non-ilmiah yang dibutuhkan human capital dalam profesi

apapun pada industri tersebut. Kemampuan di atas dibutuhkan untuk menjalankan

fungsi-fungsi manajemen guna mengelola industri.

3.2. Pengaruh Bonus Demografi Terhadap Middle-Income Trap

Page 15: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

3.2.1. Middle-Income Trap

Pendapat klasik para ahli ekonomi pada akhir abad ke-20 mengasumsikan bahwa

proses pertumbuhan ekonomi berjalan tanpa kendala walaupun dengan beberapa

fluktuasi, namun mereka percaya bahwa ekonomi akan terus berkembang seiring

dengan berjalannya waktu. Low-Income Countries cenderung mempunyai tingkat

pertumbuhan lebih besar dari negara – negara maju atau High-Income Countries.

Namun dengan konsep seperti itu pada saat ini negara – negara Low-Income

Countries dan Middle-Income Countries pada tahun 1960-an sudah menjadi negara

maju saat ini namun faktanya hanya segelintir negara yang berhasil menjadi negara

maju. Dari fenomena tersebut muncul lah istilah Middle Income Trap yaitu

fenomena penurunan tingkat pertumbuhan secara signifikan di kelompok negara

Middle Income sehingga ekonomi menjadi stagnan dan berujung dengan

kegagalannya untuk menjadi negara maju.

Fenomena yang memicu pembahasan Middle Income Trap adalah negara – negara

di kawasan Asia Pasfik dan Amerika latin. Pada tahun 1960-an kedua kawasan

tersebut merupakan negara dengan Middle Income namun saat ini beberapa negara

di Asia Pasifik seperti Korea, Singapore, dan Taiwan sudah bisa masuk kejajaran

High-Income Countries sementara laju pertumbuhan China, Thailand, dan Malaysia

masih tinggi dan diproyeksikan menjadi negara maju dalam beberapa tahun

mendatang. Sementara negara – negara Amerika Latin masih stagnan pendapatan

kapitanya dalam 4 dekade terakhir.

Page 16: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

*t=0 adalah tahun dimana negara tersebut mencapai GDP per kapita 3000

US$, misal Indonesia t=16 berarti Indonesia sudah 16 tahun GDP per

kapitanya berada lebih besar sama dengan 3000 US$

Sebagaimana yang digambarkan pada grafik diatas perkembangan GDP per kapita

Taiwan dan Korea sudah meroket jauh meninggalkan negara – negara lain yang ada

digrafik tersebut walaupun baru 40 tahun GDP per kapitanya menyentuh angka 3000

US$ sedangkan negara – negara latin amerika yang sudah menyentuh angka 3000

US$ lebih lama namun posisi GDP per kapita tidak berkembang secara signifikan

atau cenderung stagnan.

Fenomena “trap” ini tidak hanya terjadi di kelompok Middle-Income Countries

namun terjadi di negara miskin atau Low-Income Countries bahkan di negara maju

namun frequensinya jauh lebih sedikit jika dibandingkan Middle-Income Countries

sehingga kelompok negara menengah menjadi fokus fenomena lalu munculah istilah

tersebut. Dari semua Middle-Income Countries pada tahun 1960 hanya 13 negara

yang berhasil menembus menjadi negara maju seperti ditunjukkan figure dibawah

Page 17: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Sumber: World Bank dilansir dari The Economist

(http://www.economist.com/blogs/graphicdetail/2012/03/focus-3)

Fenomena diatas terjadi karena adanya Perlambatan Pertumbuhan atau Growth

Slowdown yang lebih banyak terjadi di negara – negeara Middle Income

dibandingkan dengan negara maju ataupun negara Low Income. Misal kita ambil set

i dengan batas bawah T1 yang terdiri dari 3 nilai yaitu 1000, 2000, dan 3000 (dalam

US$ PPP 2005) dan batas atas T2 yang terdiri dari 5 nilai yaitu 12.000 – 16.000

(setiap 1000) kita bisa menggambarkan dalam grafik atas 15 klasifikasi (3x5) kita

bisa melihat bagaimana fenomena Growth Slowdown lebih sering terjadi pada kelas

Middle-Income Countries.

Page 18: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

*1/12 menunjukkan batas bawah 1000 dan batas atas 12000 (dalam US$)

Jika dikaitkan dengan Bonus Demografi, Demografi merupakan salah satu faktor

penting yang menyebabkan Middle Income Trap dan merupakan yang kedua paling

berpengaruh dibawah Legal Institutions. Faktor – faktor tersebut secara berurut dari

yang paling berpengaruh yaitu Legal Institutions, Demografi, Infrastruktur,

Lingkungan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi, dan Struktur Ekonomi. Pengaruh

Demografi sendiri meliputi adanya Demographic Dividend dan Demographic Debt

yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

3.2.1. Demographic Debt

Demographic Debt merupakan masalah yang hampir semua negara akan

menghadapinya cepat atau lambat. Negara – negara maju biasanya yang akan

mengalami ini segera karena fenomena ini dipengaruhi perubahan jumlah angkatan

kerja yang berkurang yang biasanya karena usia tua. Mengapa negeara – negara maju

akan mengalami hal ini lebih cepat karena mereka sekarang sudah hampir melewati

tahap akhir Demographic Dividend atau yang lebih dikenal dengan Bonus Demografi

sehingga Demographic Debt cepat atau lambat akan dirasakan semua negara. Bahkan

krisis fiskal saat ini di Yunani berakar di Old Aging Crisis yang bagian dari

Demographic Debt dimana Yunani masih menerapkan sistem lama yang sudah

diterapkan dari abad ke 19 dan masih dipakai pada abad ke 21 walaupun sudah tidak

relevan lagi.

Pokok permasalahannya jika dikaitkan dengan Bonus Demografi di Indonesia

yaitu bagaimana Indonesia bisa memanfaatkan periode Bonus Demografi tersebut

Page 19: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

dengan maksimal sehingga bisa keluar menjadi negara maju. Terdapat 3 sektor yang

perlu diperhatikan dalam suksesnya melewati periode tersebut yaitu Labor

Participation Rate, Savings Rate, dan Labor Allocation Efficiency. Jika kita lihat dari

apa yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa masalah terbesar dari hal ini

adalah Middle Income Trap dan bagaimana kondisi Indonesia saat ini yang bahkan

lebih buruk dibandingkan dengan negara – negara Amerika Latin. Indonesia harus bisa

membangun kekuatan yang terdiri dari Institutions, Dependency ratio, Infrastructure,

Macroeconomics Factors, dan Trade Structure. Seperti bagaimana yang digambarkan

pada diagram berikut ini bagaimana posisi Indonesia masih tertinggal dibandingkan

negara – negara asia pasifik yang lain dalam kekuatan ekonominya.

3.3. Memaksimalkan Bonus Demografi Dalam Industrialisasi

3.3.1. Gambaran Kondisi Tenaga Kerja Indonesia Saat Ini

Page 20: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Berdasarkan data BPS pada Februari 2014, angkatan kerja Indonesia kini

telah mencapai 125.3 juta atau bertambah 5.2 juta orang jika dibandingkan

dengan angkatan kerja Agustus 2013 yang berjumlah 120.2 juta. Tingkat

pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia sendiri telah mengalami penurunan 50

ribu orang atau 5.70 persen bila dibandingkan dengan rentang waktu yang sama.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, Suryamin, seluruh sektor usaha

mengalami kenaikan jumlah pekerja produktif. Pada tahun 2014 sendiri, sektor

kemasyarakatan terdiri atas 640 ribu orang, sektor perdagangan terdiri atas 450

ribu orang, dan sektor industri sebanyak 390 ribu orang. Sektor-sektor ini

mengalami kenaikan berbeda dengan sektor pertanian dengan penurunan 0.68%.

Penurunan ini terjadi karena perpindahan kerja banyak petani dari sektor

agrikultur ke manufaktur.

Tabel trend TPK dan TPT dari tahun 1996 ke 2010

TPK atau tingkat partisipasi kerja adalah perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan jumlah penduduk dalam angkatan kerja. TPT atau tingkat

partisipasi terbuka penduduk adalah perbandingan antara jumlah pengangguran

dengan jumlah penduduk angkatan kerja. Setelah krisis 1998, dapat dilihat bahwa

TPK sempat menurun untuk naik lagi di tahun 2005 sampai dengan sekarang.

Page 21: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

3.3.2. Memaksimalkan Bonus Demografi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

dan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia.

Bonus demografi harus benar-benar dimanfaatkan untuk meningkatkan

output dengan modal manusia (angkatan kerja) yang tersedia. Menurut data dari

Lembaga Demografi FEB UI, disebutkan bahwa proyeksi angkatan kerja dari

tahun 2005 sekitar 106,8 juta akan meningkat menjadi 148,5 juta pada 2025.

Artinya akan terjadi peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia, sesuai

dengan tabel proyeksi dibawah ini.

Proyeksi Penduduk Indonesia, 2010-2035 (Ribuan)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dengan proyeksi penduduk Indonesia yang akan semakin meningkat

dikarenakan turunnya fertilitas dan kematian bayi yang membuat rasio

ketergantungan semakin menurun. Hal itu disebabkan pula oleh penurunan

proporsi penduduk muda dan peningkatan proporsi usia kerja. Kemudian

terdapat pula transisi demografi dikarenakan terjadi penurunan fertilitas dan

mortalitas dalam jangka panjang. Adapun penurunan fertilitas akan menurunkan

proporsi anak-anak (0-14 tahun) sedangkan penurunan dari mortalitas akan

meningkatkan jumlah bayi yang hidup dan mencapai pada usia kerja (15-64

tahun). Berikut adalah tabel mengenai jumlah usia kerja, anak-anak, dan lansia.

Negara

Tahun

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Indonesia 238.519 255.462 271.066 284.829 296.405 305.652

0

50

100

150

200

250

pen

du

du

k I

(ju

ta)

Tabel proyeksi usia kerja, anak-anak, dan

lansia di Indonesia

0-14

15-64

65+anak-anak 0-

lansia 65+

usia kerja

Page 22: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Sumber : LD FEUI (Sri Moertiningsih Adioetomo)

Dengan kondisi seperti yang digambarkan diatas, terlihat untuk

memaksimalkan modal manusia atau capital labour maka diperlukan penyerapan

atau pemanfaatan sumber daya manusia itu sendiri. Dari berbagai industri

terdapat 3 industri besar yang menyerap tenaga kerja yang besar, yakni pakaian

dan tekstil, makanan dan minuman, serta furniture. Namun industri tersebut

memiliki presentase sumbangan terhadap PDB yang minim bila dibandingkan

dengan presentase industri migas yang mencapai 0,25% dari PDB atau 2.5x lipat

presentase dari ketiga industri yang menyerap banyak sumber daya tersebut.

Berikut adalah industri yang menyerap tenaga kerja paling banyak di Indonesia

yakni :

Industri paling menyerap tenaga kerja paling banyak d Indonesia per orang

No Industri 2010 Presentase

terhadap PDB

1 Industri Pakaian dan Tekstil 1.006.907 orang

0,02%

2 Industri Makanan & Minuman 415.479 orang 0,07%

3 Industri Furniture 215.022 orang 0.012%

Sumber : BPS, 2010

Adapun untuk dapat menyerap tenaga kerja yang banyak diperlukan pula kualitas

dari sumber manusia yang baik. Salah satunya adalah dengan melakukan wajib

Page 23: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

belajar 15 tahun, mempromosikan kembali sekolah menengah kejuruan, dan

mengadakan latihan atau kursus dengan membangun balai pelatihan tenaga kerja

didaerah.

3.3.3. Kriteria Sektor Industri yang Cocok dengan Bonus Demografi

Bonus demografi adalah bonus yang dinikmati suatu negara sebagai akibat

dari besarnya proporsi penduduk produktif. Jika tidak disiapkan dengan baik,

“bonus” demografi ini dapat menjadi jebakan bagi Indonesia yang membuat

proses pengejaran keberhasilan negara lain semakin lama.

Pertanian adalah jenis industri padat karya yang memegang peran strategis

dalam ketenagakerjaan Indonesia. Berdasarkan data Sakernas tahun 2006,

penduduk Indonesia yang berkarir di bidang ini mencapai 42,039,250 orang dari

95,177,102 (44.2%) penduduk Indonesia yang bekerja. Data ini menujukan bahwa

hampir dari setengah tenaga kerja berada di bidang pertanian yang keuntungannya

bergantung dengan harga pangan. Kualitas sumber daya manusia petani di

Indonesia sendiri masih sangat rendah. Hal ini ditunjukan dari data bahwa 59.2%

petani tidak berhasil menamatkan SD, 32.1% tamatan SD, 5.7% tamatan SMP,

dan 2.9% tamatan SMA. Frekuensi pengulangan kerja petani membuat petani

dapat digolongkan menjadi tenaga kerja terlatih.

Namun, industri pertanian kerap mengalami penurunan dari waktu ke

waktu. Disaat sektor usaha lain mengalami peningkatan penyerapan jumlah

pekerja, tenaga kerja di bidang pertanian malah menurun. Selama kurun waktu

1990-1997, tenaga kerja di sektor bukan pertanian meningkat lebih dari 16.5 juta

orang dan di sektor pertanian turun lebih dari 6.7 juta orang. Penurunan

atraktivitas pekerjaan di bidang agrikultur disebabkan oleh banyaknya lahan

pertanian yang telah di alihfungsikan menjadi lahan tempat tinggal ataupun usaha

dan kurangnya intervensi dari pemerintah untuk hal ini.

Dalam menghadapi kondisi bonus demografi di tahun 2030-an, diperlukan

intervensi dari pemerintah untuk menyiapkan sektor-sektor usaha yang sesuai

dengan penambahan jumlah pekerja usia produktif. Industri agrikultur adalah

Page 24: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

industri yang dapat banyak menyerap tenaga kerja dan masih memiliki banyak

ruang untuk dikembangkan terutama di bidang produktivitas. Produktivitas sektor

pertanian mencapai 1.69 juta rupiah per orang, urutan pertama terendah diikuti

oleh sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel sebesar 4.21 juta

rupiah per bulan.

Sektor industri lainnya yang menarik untuk dikembangkan dalam kondisi

bonus demografi adalah industri kreatif. John Howkins dalam bukunya The

Creative Economy: How People Make Money from Ideas (2001) adalah kegiatan

ekonomi dalam masyarakat yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk

menghasilkan ide tidak hanya melakukan hal-hal yang rutin dan berulang-ulang.

Ekonomi kreatif sendiri mencakup empat buah modal yaitu sosial budaya,

manusia, strukturan, dan kreativitas yang dapat mengembangkan keunikan suatu

negara bermodalkan keanekaragaman budaya. Laporan PBB menunjukan bahwa

ekonomi kreatif berada pada sektor paling dinamis di dalam perekonomian dunia

dan menawarkan kesempatan pertumbuhan yang pesat di negara-negara

berkembang.

Saat ini, kondisi ekonomi kreatif di Indonesia berada pada kisaran 7

persen dengan nilai 641.8 triliun. Jumlah tenaga kerja yang diserap pada sektor ini

sendiri adalah 11.5 juta orang dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1%. Dengan

modal 220 juta orang, belum termasuk penduduk usia produktif yang berada di

era bonus demografi, masih banyak potensi dari peluang bidang industri ekonomi

kreatif yang dapat dimaksimalkan. Strategi jangka panjang dalam peningkatan

kualitas sumber daya manusia adalah hal krusial penunjang ekonomi kreatif.

Indonesia harus berkembang dari fakta bahwa saat ini, 54.6% dari seluruh

penduduk Indonesia adalah jumlah kumulatif dari tamatan dan bukan lulusan SD.

Program pendidikan akan dikembangkan untuk mengasah daya pikir, kekuatan

kognitif, dan softskills para penerus pembangunan di masa depan sehingga

mereka dapat menjadi tenaga kerja berkualitas yang penuh ide ataupun membuka

usaha milik mereka sendiri.

3.3.4. Bonus Demografi untuk Kesejahteraan Rakyat

Page 25: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Dalam memaksimalkan bonus demografi harus memerhatikan dan

memprioritaskan kesejahteraan rakyat dalam arti pemerataan. Tak hanya sekedar

memperhatikan pertumbuhan ekonomi semata, tapi harus simultan dengan

pemerataan distribusi pendapatan. Seperti diketahui angka rasio gini Indonesia

tertahan di angka 0.41 pada tahun 2013, walaupun kemiskinan relatif turun 11.5%

(29 juta jiwa) pada 2013 menjadi 11% (28 juta jiwa) dari keseluruhan penduduk

Indonesia (Sumber: World Bank dan BPS) bukan menjadi alasan untuk tidak

menekan angka koefisien gini yang masih timpang tersebut. Dengan pendapatan

perkapita Indonesia yang mencapai $1810.31 lebih rendah dari Malaysia

$6990.25, Thailand $3437.84, paling jauh dengan Singapura $36897.87 harus

dijadikan semangat lebih untuk mengejar ketertinggalan khususnya dikawasan

regional ASEAN. Mengingat bonus demografi yang akan dihadapi oleh Indonesia

harus dimaksimalkan mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang sejalan dengan pemerataan kesejahteraan masyarakat.

4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1. Kesimpulan

Salah satu aspek perlunya pendidikan adalah mempelajari pengetahuan-

pengetahuan teknis. Hal inilah yang menjadi Human Capital. Dengan ,eningkatnya

pengetahuan-pengetahuan teknis, diharapkan dapat menciptakan perkembangan

teknologi yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas Indonesia di zaman

industrialisasi ini.

Jika dikaitkan dengan Middle-Income Trap bonus demografi, Demografi

merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan Middle Income Trap dan

merupakan yang kedua paling berpengaruh dibawah Legal Institutions. Faktor – faktor

tersebut secara berurut dari yang paling berpengaruh yaitu Legal Institutions, Demografi,

Infrastruktur, Lingkungan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi, dan Struktur Ekonomi.

Pengaruh Demografi sendiri meliputi adanya Demographic Dividend dan Demographic

Debt yang akan dijelaskan pada sub bab berikutnya.

Untuk memaksimalkan modal manusia atau capital labour saat bonus demografi,

maka diperlukan penyerapan atau pemanfaatan sumber daya manusia itu sendiri. Dari

Page 26: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

berbagai industri terdapat 3 industri besar yang menyerap tenaga kerja yang besar, yakni

pakaian dan tekstil, makanan dan minuman, serta furniture. Namun, industri tersebut

memiliki presentase sumbangan terhadap PDB yang minim bila dibandingkan dengan

presentase industri migas yang mencapai 0,25% dari PDB atau 2.5x lipat presentase dari

ketiga industri yang menyerap banyak sumber daya tersebut.

Selain itu, industri agrikultur adalah industri yang dapat banyak menyerap tenaga

kerja dan masih memiliki banyak ruang untuk dikembangkan terutama di bidang

produktivitas. Produktivitas sektor pertanian mencapai 1.69 juta rupiah per orang, urutan

pertama terendah diikuti oleh sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel

sebesar 4.21 juta rupiah per bulan. Sektor industri lainnya yang menarik untuk

dikembangkan dalam kondisi bonus demografi adalah industri kreatif.

4.2. Rekomendasi

Untuk memaksimalkan bonus demografi, Indonesia harus benar-benar

memanfaatkan The Window of Opportunity dengan melakukan langkah sebagai berikut :

Melakukan pengalihan dana investasi dari sektor konsumtif ke sektor produktif terutama

industri padat karya (Industri pakaian/tekstil, minuman & makanan, serta furniture dsb.)

dan ke sektor pendidikan.

Memperbaiki iklim investasi dan birokrasi yang kondusif untuk membuka kesempatan

kerja produktif seluas-luasnya bagi masyarakat.

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dengan program pendidikan

kejuruan, program pelatihan pekerja, perluasan jangkauan pendidikan dan kualitasnya.

Peningkatan industri kreatif nasional dengan mendukung ekonomi kreatif Indonesia

dan melakukan inovasi di sektor perindustrian Indonesia guna meningkatkan

produktifitas dengan Research and Development Program.

Memfokuskan pembangunan industri dasar sebagai penunjang aktivitas perekonomian.

Page 27: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

Referensi:

1. Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI)

2. UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian

3. Lembaga Demografi FEUI

4. http://www.kemenperin.go.id/statistik/ (diakses 23 April jam 13.30)

5. http://www.bps.go.id/ (diakses 22 April jam 14.05)

6. http://www.worldbank.org/in/news/press-release/ (diakses 23 April jam 16.43)

7. http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-penggolongan-

industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis.html(diakses 21 April 2015 jam 21.35)

8. http://www.beritasatu.com/ekonomi/182140-bps-kondisi-ketenagakerjaan-di-indonesia-

semakin-membaik.html (diakses 22 Februari 2015 jam 23.46)

9. http://id.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-per-capita (diakses 23 April jam 16.32)

10. Moertiningsih, Sri. (2005). BONUS DEMOGRAFI MENJELASKAN HUBUNGAN

ANTARA PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN PERTUMBUHAN

EKONOMI. Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Page 28: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

11. Septami, Gisty Ajeng. (2015). PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI DAN

MANUFAKTUR DI INDONESIA GUNA MEMETIK BONUS DEMOGRAFI. Makalah

Seleksi Mahasiswa Berprestasi FEB UI 2015.

12. Oosthuizen, Morne. (2013). MAXIMISING SOUTH AFRICA’S DEMOGRAPHIC

DIVIDEND. Development Policy Research Unit Paper.

13. Mason, Andrew. (2005). DEMOGRAPHIC TRANSITION AND DEMOGRAPHIC

DIVIDENDS IN DEVELOPED AND DEVELOPING COUNTRIES. UNITED

NATIONS EXPERT GROUP MEETING ON SOCIAL AND ECONOMIC

IMPLICATIONS OF CHANGING POPULATION AGE STRUCTURES.

14. Aiyar,. S., Duval, R., Puy, D., Wu, Y., & Zhang, L. (2013). IMF Working Paper. Growth

Slowdowns and the Middle-Income Trap. Washington: International Monetary Fund.

Diakses pada April 21, 2015, dari

https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2013/wp1371.pdf

15. Butler, Robert (2010, 24 Mei). Debt and the Demographics of Aging. International

Longevity Center, Washington Times. Diakses pada April 21, 2015, dari

http://www.cfr.org/aging/debt-demographics-aging/p22195

16. Economist Online (2012, 27 Maret). The Middle-Income Trap. Diakses pada April 21,

2015, dari http://www.economist.com/blogs/graphicdetail/2012/03/focus-3

17. Survei Angkatan Kerja Nasional Tahun 2013

18. Wei, Xing. (2012) From “Demographic Dividend” to “Demographic Debt”. Institute of

Social Development Research, NDRC Diakses pada April 21, 2015, dari

http://en.amr.gov.cn/en/Projects/ReportDetail.aspx?id=154

19. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005 tentang Alih Teknologi

Kekayaan Intelektual serta Hasil Kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan

Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan

20. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

21. http://eprints.undip.ac.id/16864/1/Investasi_Sumber_Daya_Manusia_Melalui_Pendidikan

....by_Hastarini_Dwi_Atmanti_%28OK%29.pdf diakses Jumat, 24 April 2015 pukul

12.30

Page 29: Analisis Bonus Demografi Sebagai Kesempatan Memacu

22. http://www.idx.co.id/en-us/home/information/forinvestor/mutualfunds.aspx diakses

Jumat, 24 April 2015 pukul 12.35

23. Statistik Pasar Modal 2012 oleh Badan Pusat Statistik

24. Statistik Pasar Modal 2013 oleh Badan Pusat Statistik

25. Workforce Capability Framework Tool Kit oleh The Department of Human Services,

Victorian Government