analisis biofisik dan hidrologi lokasi rehabilitasi...

15
ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI MANGROVE DI DESA TEMBURUN KABUPATEN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU Evriyani Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Chandra Joei Koenawan Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Struktur vegetasi mangrove alami, menganalisis biofisik dan hidrologi lokasi rehabilitasi mangrove di Desa Temburun Kabupaten Anambas Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 - Januari 2016. Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey lapangan secara langsung dan pengukuran (in situ) di wilayah pesisir Desa Temburun Kabupaten Anambas. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada vegetasi alami mangrove alami di 14 plot terdapat 13 jenis mangrove dimana jenis Rhizophora apiculata merupakan jenis yang memiliki kerapatan yang tertinggi dengan jumlah 30.700 ind/ha. Sehingga jenis mangrove inilah yang cocok untuk kegiatan rehabilitasi mangrove, hal ini karena jenis ini mampu hidup dan beradaptasi dengan baik dilingkungan lokasi tersebut. Pada lokasi rehabilitasi mangrove, kualitas air secara fisika kimia seperti suhu, salinitas, DO, pH perairan dan pH tanah sudah baik bagi pertumbuhan mangrove dalam kegiatan rehabilitasi. Dimana rata rata nilai suhu 29,68°C, salinitas 34,51‰, DO 9,51 mg/l, pH perairan 8 dan pH tanah 5,59. Kondisi subtrat dilokasi rehabilitasi mangrove yaitu berkategori pasir berlumpur berkerikil tidak cocok dengan jenis mangrove yang ditanam di lokasi tersebut yaitu Rhizophora sp. Hal ini karena jenis Rhizophora sp lebih menyukai lumpur lembut yang kaya humus. Sedangkan jenis Avicennia dan Sonneratia hidup dengan baik pada tanah berpasir. Selain kualitas perairan secara fisika kimia, kualitas perairan secara hidrologi berupa arus dan pasang surut sudah baik, dimana arus termasuk lambat yaitu (<0,1 m/dt) dan pasang surut diurnal dimana dalam satu hari terjadi satu kali pasang naik dan satu kali pasang surut dengan periode 24 jam 50 menit. Kata Kunci: mangrove, biofisik dan hidrologi

Upload: dinhkhuong

Post on 22-Mar-2019

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI MANGROVE DI

DESA TEMBURUN KABUPATEN ANAMBAS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Evriyani

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Chandra Joei Koenawan

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Struktur vegetasi mangrove alami,

menganalisis biofisik dan hidrologi lokasi rehabilitasi mangrove di Desa Temburun Kabupaten

Anambas Provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2015 - Januari

2016. Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey lapangan secara langsung dan

pengukuran (in situ) di wilayah pesisir Desa Temburun Kabupaten Anambas.

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada vegetasi alami

mangrove alami di 14 plot terdapat 13 jenis mangrove dimana jenis Rhizophora apiculata

merupakan jenis yang memiliki kerapatan yang tertinggi dengan jumlah 30.700 ind/ha. Sehingga

jenis mangrove inilah yang cocok untuk kegiatan rehabilitasi mangrove, hal ini karena jenis ini

mampu hidup dan beradaptasi dengan baik dilingkungan lokasi tersebut. Pada lokasi rehabilitasi

mangrove, kualitas air secara fisika kimia seperti suhu, salinitas, DO, pH perairan dan pH tanah

sudah baik bagi pertumbuhan mangrove dalam kegiatan rehabilitasi. Dimana rata rata nilai suhu

29,68°C, salinitas 34,51‰, DO 9,51 mg/l, pH perairan 8 dan pH tanah 5,59. Kondisi subtrat

dilokasi rehabilitasi mangrove yaitu berkategori pasir berlumpur berkerikil tidak cocok dengan

jenis mangrove yang ditanam di lokasi tersebut yaitu Rhizophora sp. Hal ini karena jenis

Rhizophora sp lebih menyukai lumpur lembut yang kaya humus. Sedangkan jenis Avicennia dan

Sonneratia hidup dengan baik pada tanah berpasir. Selain kualitas perairan secara fisika kimia,

kualitas perairan secara hidrologi berupa arus dan pasang surut sudah baik, dimana arus termasuk

lambat yaitu (<0,1 m/dt) dan pasang surut diurnal dimana dalam satu hari terjadi satu kali pasang

naik dan satu kali pasang surut dengan periode 24 jam 50 menit.

Kata Kunci: mangrove, biofisik dan hidrologi

Page 2: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the structure of the natural mangrove

vegetation, biophysical and hydrology analysis of mangrove rehabilitation site in the village

district Temburun Anambas Riau Islands Province. The study was conducted in November 2015 -

January 2016. This type of research was done by using direct field survey and measurement (in

situ) in coastal areas Temburun Anambas village.

From the results of research and discussion can be concluded that the natural mangrove

vegetation in 14 plots, there were 13 types of mangrove where Rhizophora apiculata is a species

that has the highest density with the amount of 30,700 ind / ha. So mangrove species is suitable for

mangrove rehabilitation activities, it is because of this type can live and adapt well to the

environment of the site. At the location of mangrove rehabilitation, water quality chemical physics

such as temperature, salinity, DO, pH waters and soil pH are good for the growth of mangroves in

rehabilitation activities. Where the average value of the temperature of 29.68 ° C, 34.51 ‰

salinity, DO 9.51 mg/l, pH 8 water and soil pH 5.59. Condition mangrove rehabilitation substrate

location that is categorized gravelly muddy sand does not match the type of mangrove planted in

the location that is Rhizophora sp. This is because Rhizophora sp prefers soft mud rich in humus.

While this type of Avicennia and Sonneratia live well in sandy soils. In addition to water quality in

chemical physics, hydrology water quality in the form of currents and tides are good, which flows

including slow is (<0.1 m/s) and diurnal tidal where in one day occurred one high tide and one ebb

with a period of 24 hours and 50 minute.

Key words: mangrove, biophysical and hydrology

Page 3: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

PENDAHULUAN

Kabupaten Kepulauan Anambas

terletak antara 2°10’0” - 3°40’0” LU s/d

105°15’0” - 106°45’0” BT (UU No 33

Tahun 2008 dalam Febrin dan Utomo,

2013). Salah satu ekosistem pesisir yang

banyak terdapat di Kepulauan Anambas

yaitu ekosistem mangrove.

Hutan mangrove merupakan salah

satu bentuk ekosistem hutan yang unik dan

khas, tetapi sangat rentan terhadap

kerusakan apabila kurang bijaksana dalam

pengelolaannya. Pemanfaatan hutan

mangrove yang tidak terkontrol dapat

mengakibatkan rusaknya ekosistem

mangrove (Hendri, 2012). Untuk itu

perlunya melakukan upaya perbaikan

kondisi maupun pemeliharaan ekosistem

mangrove, salah satunya yaitu merehabilitasi

ekosistem mangrove (Fikriyani dan

Mussadun, 2014). Fungsi rehabilitasi untuk

upaya pemulihan ekosistem mangrove pada

kondisi semula. Dalam merehabilitasi suatu

kawasan ekosistem mangrove perlunya

mengetahui faktor lingkungan yang

mempengaruhi pertumbuhan ekosistem

mangrove seperti biofisik dan hidrologinya.

Salah satu kegiatan rehabilitasi di

Kepulauan Anambas yaitu di Desa

Temburun yang terletak di Kecamatan

Siantan Timur. Penanaman mangrove

selama 3 tahun di Desa Temburun belum

terlihat hasil yang baik, hal ini terlihat dari

hasil survei lapangan, bibit mangrove yang

disemai dan ditanam selalu gagal (mati)

serta pertumbuhan sangat lambat.

Berdasarkan hal tersebut maka timbullah

rumusan masalah yaitu bagaimana kondisi

struktur vegetasi mangrove alami, kondisi

biofisik dan hidrologi ekosistem mangrove

di lokasi rehabilitasi mangrove Desa

Temburun.

Adapun tujuan dari penelitian ini

yaitu untuk mengetahui struktur vegetasi

mangrove alami seperti keanekaragaman,

kerapatan, frekuensi, luas penutupan dan

indeks nilai penting, menganalisis biofisik

dan hidrologi lokasi rehabilitasi mangrove

Desa Temburun.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Macnae (1968) dalam

Noor dkk, (2006) menyebutkan kata

mangrove merupakan perpaduan antara

bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris

grove. Sementara itu, menurut Mastaller

(1997) dalam Noor dkk, (2006) kata

mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno

mangi-mangi yang digunakan untuk

menerangkan marga Avicennia dan masih

digunakan sampai saat ini di Indonesia

bagian timur.

Menurut Setyawan dkk., (2002)

Tumbuhan mangrove di Indonesia terdiri

dari 47 spesies pohon, lima spesies semak,

sembilan spesies herba dan rumput, 29

spesies epifit dan dua spesies parasit, serta

beberapa spesies alga dan bryophyta.

Kompilasi menunjukkan ekosistem

mangrove segara Anakan disusun oleh 64

spesies.

Page 4: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

Menurut Hendri (2012) dari sekian

banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis

mangrove yang banyak ditemukan antara

lain adalah jenis api-api (Avicennia sp.),

bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera

sp.) dan bogem atau pedada (Sonneratia

sp.), merupakan jenis mangrove yang utama

yang banyak dijumpai. Jenis jenis mangrove

tersebut adalah kelompok mangrove yang

menangkap, menahan endapan dan

menstabilkan tanah habitatnya.

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama

3 bulan (November 2015 - Januari 2016) di

Desa Temburun, Kecamatan Siantan,

Kabupaten Anambas, Provinsi Kepulauan

Riau. Berikut ini adalah gambar lokasi

pengambilan data beserta keterangannya:

1. Area pengambilan data untuk struktur

vegetasi mangrove alami seluas ± 5,3

ha dengan 14 titik pengambilan data.

2. Area pengambilan data jenis substrat,

kualitas air dan kondisi lainnya ± 4,6

ha dengan ±110 titik pengambilan data.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan

Data Desa Temburun

Sumber: Lab. SIK MSP Umrah

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan

dengan teknik survey lapangan secara

langsung di wilayah pesisir Desa Temburun,

Kabupaten Anambas, pengukuran in situ

serta menganalisis biofisik dan hidrologi

wilayah rehabilitasi mangrove dengan

pemetaan lokasi penelitian, suhu, salinitas,

pH perairan, DO dan substrat, menggunakan

software Arcgis.

C. Alat dan Bahan Penelitian

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan

dalam Penelitian

D. Batasan Masalah

Penelitian ini menetapkan batasan-

batasan sebagai berikut:

1. Kondisi mangrove alami yang diteliti

berupa pembuatan plot untuk kategori

pohon dengan ukuran 10 x 10 meter

dan tidak untuk kategori anakan dan

semai

2. Penelitian kondisi struktur vegetasi

mangrove alami hanya

Page 5: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

mengidentifikasi jenis mangrove,

kerapatan, frekuensi, luas penutupan,

indeks nilai penting dan tidak untuk

meneliti zonasi mangrove itu sendiri

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini

menggunakan dua data yaitu data primer dan

data sekunder. Dimana data primer

mencakupi data mengenai kondisi mangrove

dan struktur vegetasi mangrove, data

pengukuran kualitas air seperti suhu, DO,

pH, salinitas, substrat, arus, pasang surut dan

data pembuatan peta menggunakan

GRADISTAT, software R dan software

Arc.gis 10.1. Sedangkan data sekundernya

yaitu literatur yang terkait dari berbagai

sumber. Berikut ini prosedur untuk

penelitian yaitu:

1. Kondisi mangrove dan struktur

vegetasi mangrove alami

Metode pengukuran ini sesuai

dengan Kepmen LH No 201 Tahun 2004

yang digunakan untuk mengetahui kondisi

mangrove alami adalah dengan

menggunakan Metode Transek Garis dan

Petak Contoh (Line Transect Plot). Metode

Transek Garis dan Petak Contoh (Transect

Line Plot) adalah metode pencuplikan

contoh populasi suatu ekosistem dengan

pendekatan petak contoh yang berada pada

garis yang ditarik melewati wilayah

ekosistem tersebut. Metode pengukuran ini

merupakan salah satu metode pengukuran

yang paling mudah dilakukan, namun

memiliki tingkat akurasi dan ketelitian yang

akurat. Dimana setiap plot berukuran 10 x

10 meter untuk pohon.

Gambar 2. Penentuan lingkaran batang

mangrove sesuai Kepmen

LH No 201 tahun 2004

2. Suhu

Pengukuran suhu menggunakan

Multitester dimana ujung batang

elektrodanya dicelupkan diperairan lalu

putar batang tersebut secara perlahan lalu

catat angka yang tertera dilayar.

3. Salinitas

Pengukuran salinitas menggunakan

Hand Refraktometer dimana sampel air di

letakkan dikaca prima lalu tutup perlahan

kaca tersebut, lihat melalui kaca pengintai,

dan akan terlihat pada lensa nilai/ salinitas

dari air yang sedang diukur, lalu catat

nilainya.

4. pH tanah

Mengukur pH tanah menggunakan

alat soil tester dimana soil tester

ditancapkan ke tanah atau subtrat yang akan

diukur, kemudian tekan tombol untuk

mengukur pH tanah. Lihat penunjuk pada

soil tester dimana nilai pH tanah berkisar 1-

14.

Page 6: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

5. pH air

Mengukur pH air menggunakan

Multitester dimana ujung batang elektoda

dicelupkan diperairan yang akan diamati lalu

catat angka yang tertera dilayar.

6. DO

Pengukuran DO biasanya

menggunakan Multitester dimana ujung

batang elektroda dicelupkan, lalu catat

angka yang tertera dilayar.

7. Jenis Substrat

Sampel subtrat diambil dengan cara

menyekop bagian permukaan subtrat pada

setiap titik sampling menggunakan sendok

semen sebanyak (±500 gr). Sampel subtrat

yang telah diambil dipindahkan ke dalam

plastik sampel lalu dianalisis.

a. Sampel dikeringkan dengan cara

dijemur lalu disangrai agar

mempercepat pengeringan, setelah itu

sampel yang kering diayak

menggunakan ayakan

b. Berat ayakan kosong ditimbang

terlebih dahulu

c. Berat ayakan ditimbang beserta isi

sampel

d. Berat yang bertahan = berat ayakan dan

sampel – berat ayakan kosong

e. Penentuan butiran dilakukan

menggunakan GRADISTAT dan

Software R

8. Pasang surut

Mengukur pasang surut air laut

yaitu dengan mengambil data dari dinas

Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut

terdekat. Data yang diambil yaitu selama 2

tahun yaitu tahun 2015-2016 di perairan

Anambas.

9. Arus

Pengukuran arus menggunakan

current meter dimana setelah menentukan

lokasi titik sampling, propeller pada current

meter di masukkan di perairan, kemudian

kecepatan arus air berupa jumlah putaran per

detik akan muncul di monitor current meter.

F. Analisis Data

Penelitian ini nantinya akan

disajikan dalam bentuk data deskriptif yang

di dukung dengan data sekunder seperti

studi kepustakaan dan jurnal yang terkait

serta penggunaan software Arcgis 10.1

dalam pembuatan peta lokasi rehabilitasi

mangrove. Berikut ini data yang diperoleh

dalam analisa vegetasi mangrove (Tjandra

dan Ronaldo, 2011) sebagai berikut:

a. Kerapatan (K) ind/ha

= jumlah individu suatu jenis

luas petak pengamatan seluruhnya

Kerapatan relative (KR)

= Kerapatan suatu jenis

Kerapatan seluruh jenis× 100%

b. Frekuensi (F)

=

jumlah petak contoh ditemukannya suatu spesies

jumlah seluruh petak contoh

Frekuensi relative (FR)

= Frekuensi suatu jenis

Frekuensi seluruh jenis× 100%

c. Luas penutupan spesies (C)

= luas bidang dasar area

luas seluruh petak contoh

Page 7: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

Luas penutupan relative spesies (CR)

= luas penutupan spesies

penutupan seluruh spesies× 100%

Kemudian dihitung indeks nilai

penting (INP) dengan menggunakan rumus:

Indeks nilai penting (INP) = FR + KR+CR

Kriteria baku kerusakan mangrove

berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup No 201 Tahun 2004

dapat dilihat yaitu pada tabel 2.

Tabel 2. Kriteria Baku Kerusakan

Mangrove

Kriteria Penutupan

(%)

Kerapatan

(pohon/ha)

Baik Sangat

Padat

>75 >1500

Sedang >50 – < 75 >1000 – <

1500

Rusak Jarang < 50 < 1000

Nilai kecepatan arus diperoleh dengan

rumus : 𝑣 = 𝑠

𝑡

Dimana

v : Kecepatan arus (m/det)

s : Jarak (m)

t : Waktu (det)

Tabel 3. Baku Mutu Mangrove Menurut

Kepmen LH No. 51 Tahun 2004

No Parameter Baku Mutu

1 Suhu (°C) 28-32

2 Salinitas (‰) s/d 34

3 pH 7-8,5

4 DO (mg/l) >5

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Kabupaten Anambas

dan Lokasi Penelitian

Salah satu lokasi untuk rehabilitasi

mangrove di Kepulauan Anambas berada di

dekat perkampungan Desa Temburun (±700

m dari perkampungan Desa Temburun),

Kecamatan Siantan Timur. Dimana lokasi

penelitian tersebut terdapat 2 lokasi

penanaman dengan luas 5.510, 51 m2 dan

103, 88 m2 dengan keberadaan mangrove

yang tumbuh secara alami (5,3 ha) dimana

benih yang ditanam seluruhnya Rhizophora

sp. pada lokasi rehabilitasi mangrove

terdapat rumah penjaga untuk kegiatan

rehabilitasi mangrove. Bentuk area lokasi

rehabilitasi berbentuk seperti huruf U

(Semakin menyempit pada ujungnya dan

relatif banyak terdapat vegetasi mangrove

yang tersebar di sepanjang pantai dan

terdapat sungai kecil.

Gambar 3. Peta Kondisi Lokasi

Rehabilitasi Mangrove

Page 8: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

B. Jenis mangrove alami dan kriteria

kerapatan mangrove

Jenis mangrove alami di sekitar

lokasi Rehabilitasi perlu diketahui, hal ini

untuk melihat kondisi suatu ekosistem

mangrove berupa jenis, kerapatan, tutupan

dan INP.

Tabel 4. Kriteria Kerapatan dan Persen

Tutupan Mangrove

Struktur vegetasi mangrove alami

pada sekitaran lokasi penelitian dari 14 plot

ditemukan total 13 jenis mangrove alami

dimana 13 jenis mangrove tersebut dapat

dilihat pada tabel dibawah.

No Jenis K

(ind/ha)

Kriteria C % INP

1 Avicennia alba 300 Jarang 1.84% 4.29

2 Avicennia

marina

1000 Sedang 0.63% 4.49

3 Avicennia

officinalis

1000 Sedang 0.58% 4.43

4 Bruguiera

gymnorrizha

3900 Sangat

padat

8.12% 30.76

5 Ceriops

zippeliana

400 Jarang 0.30% 2.96

6 Lumnitzera

littorea

1800 Sangat

padat

4.28% 15.29

7 Lumnitzera

racemosa

600 Jarang 1.00% 5.91

8 Rhizophora

apiculata

30700 Sangat

padat

45.51% 131.10

9 Rhizophora

mucronata

5800 Sangat

padat

18.56% 44.99

10 Rhizophora

stylosa

100 Jarang 0.20% 2.26

11 Scyphiphora

hydrophillacea

300 Jarang 0.14% 2.60

12 Sonneratia

alba

2200 Sangat

padat

12.67% 30.04

13 Xylocarpus

granatum

1800 Sangat

padat

6.17% 20.89

Total 49900 100.00% 300

1. Kerapatan mangrove

Menurut Humaidy (2010)

kerapatan mangrove yaitu jumlah total

tegakan dari suatu jenis mangrove tertentu

dalam suatu unit area. Nilai kerapatan

mangrove alami terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Diagram Kerapatan Vegetasi

Mangrove Alami

Nilai kerapatan mangrove alami

dari 14 plot memiliki nilai kerapatan

minimal dan maksimal. Dimana nilai

minimal vegetasi mangrove alami yaitu jenis

Rhizophora stylosa dengan kerapatan 100

ind/ha, kriteria jarang. Sedangkan nilai

maksimal vegetasi mangrove alami yaitu

jenis Rhizophora apiculata dengan

kerapatan 30.700 ind/ha kriteria sangat

padat.

Dari gambar diagram diatas

diketahui bahwa nilai kerapatan mangrove

alami yang tertinggi adalah jenis Rhizophora

apiculata 30.700 ind/ha. Sehingga pada

lokasi rehabilitasi tersebut jenis yang baik

untuk kegiatan rehabilitasi yaitu Rhizophora

apiculata, karena jenis ini mampu hidup dan

beradaptasi dengan baik di lingkungan

tersebut dibandingkan jenis yang lain.

Mangrove jenis Rhizopora spp dan

Avicennia spp adalah vegetasi mangrove

yang sering digunakan untuk rehabiliasi dan

peluang keberhasilannya cukup tinggi

(Humaidy, 2010).

Page 9: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

2. Persen tutupan mangrove

Menurut Haryanto (2013) tutupan

relatif menggambarkan kepadatan mangrove

yang ada di suatu ekosistem. Tutupan

relative ini memiliki nilai maksimal 100 %.

Nilai persen tutupan mangrove dapat dilihat

dari gambar 5.

Gambar 5. Diagram Persen Tutupan

Vegetasi Mangrove Alami

Persen tutupan mangrove pada 13

jenis mangrove tersebut memiliki nilai

persen tutupan mangrove maksimal

didominasi oleh mangrove jenis Rhizophora

apiculata dengan nilai 45,51%. Kanopi

utama hutan mangrove didominasi oleh

Avicennia rumphiana, Avicennia officials,

Bruguiera cylindrica, Bruguiera

gymnorhiza, dan Rhizophora apiculata

menurut (Setyawan dkk., 2002).

3. INP

INP adalah nilai yang

memberikan suatu gambaran mengenai

pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan

mangrove dalam ekosistem mangrove.

Menurut Fajar dkk., (2013) makin tinggi

nilai indeks nilai penting suatu jenis

mangrove terhadap jenis lainnya, makin

tinggi pula peranan suatu jenis mangrove

pada komunitas tersebut. Rincian

perhitungan INP berkisar antara 0 sampai

300 (Humaidy, 2010). Diagram INP

ditampilkan pada gambar 6.

Gambar 6. Diagram Indeks Nilai Penting

(INP) pada Mangrove

Indeks Nilai Penting (INP)

kategori pohon pada vegetasi mangrove

alami di dekat lokasi penelitian,

menjumlahkan 3 nilai yaitu nilai Kerapatan

Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan

persen tutupan relatif (CR) dengan nilai total

300%. Dimana nilai tertinggi INP yaitu pada

jenis Rhizophora apiculata 131,1% dan INP

terendah jenis Rhizophora sylosa 2,26%.

C. Kualitas perairan laut secara fisika

kimia

Kondisi kualitas perairan laut

secara fisika kimia seperti suhu, salinitas,

DO, pH perairan dan pH tanah perlu

diketahui, hal ini karena sangat

mempengaruhi pertumbuhan mangrove itu

sendiri. Berikut ini adalah tabel hasil

pengukuran kualitas perairan laut dengan 98

titik sampling untuk suhu, salinitas, DO, pH

perairan dan 81 titik sampling untuk pH

tanah di lokasi penelitian dan Baku Mutu

mangrove menurut Kepmen LH No. 51

Tahun 2004.

Page 10: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

Tabel 5. Standar Baku Mutu Mangrove

Menurut Kepmen LH No. 51 Tahun 2004

1. Suhu

Suhu memegang peranan penting

bagi kehidupan yang ada di laut dan

merupakan faktor penentu kehidupan dan

pertumbuhan mangrove. Suhu yang baik

akan mempengaruhi tumbuh dan

kembangnya mangrove secara baik juga,

baik ekosistem mangrove alami maupun

ekosistem mangrove dalam kegiatan

rehabilitasi. Berikut ini adalah suhu perairan

lokasi rehabilitasi yang tersaji dalam bentuk

grafik (gambar 7).

Gambar 7. Grafik Suhu Perairan Lokasi

Penelitian

Gambar 7 merupakan grafik suhu perairan

di lokasi penelitian dimana rata-rata suhu

perairan pada lokasi rehabilitasi mangrove di

Desa Temburun sebesar 29,68°C dengan

nilai minimum dan maksimum sebesar 28-

32,10°C. Suhu di lokasi penelitian tersebut

optimal, hal ini karena suhu tersebut sesuai

dengan Baku Mutu mangrove menurut

Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 yaitu 28-

32°C. Suhu yang optimal mampu membuat

mangrove dalam kegiatan rehabilitasi

tumbuh dengan baik.

2. Salinitas

Menurut Haryanto (2013) salinitas

merupakan salah satu faktor lingkungan

yang sangat menentukan perkembangan,

pertumbuhan dan komposisi mangrove.

Nilai salinitas pada perairan mangrove dapat

berubah setiap saat. Berikut ini nilai salinitas

yang ditampilkan dalam bentuk grafik pada

gambar 8.

Gambar 8. Grafik Salinitas Perairan

Lokasi Penelitian

Nilai rata-rata salinitas sebesar

34,51 ppm dengan nilai minimum dan

maksimum 30-37 ppm. Salinitas perairan di

lokasi penelitian termasuk baik hal ini sesuai

dengan Baku Mutu mangrove menurut

Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 yaitu

sampai dengan 34‰.

Menurut Setyawan dkk., (2002)

Salinitas kawasan mangrove sangat

bervariasi, berkisar 0,5-35 ppt, karena

adanya masukan air laut saat pasang dan air

Page 11: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

tawar dari sungai, khususnya pada musim

hujan.

3. DO

Oksigen terlarut / Disolve Oxigen

(DO) merupakan jumlah oksigen yang

terlarut dalam air (Haryanto, 2013). DO

sangat memberikan peran penting bagi

pertumbuhan ekosistem mangrove itu

sendiri. DO yang baik bagi ekosistem

mangrove yaitu >5 mg/l menurut Kepmen

LH No. 51 Tahun 2004. Nilai DO pada

lokasi Rehabilitasi (gambar 9).

Gambar 9. Grafik DO Perairan Lokasi

Penelitian

Menurut Setyawan dkk., (2002)

jumlah oksigen terlarut dalam perairan

mangrove umumnya lebih rendah daripada

di laut terbuka. Berdasarkan Baku Mutu

mangrove menurut Kepmen LH No. 51

Tahun 2004, DO perairan di lokasi

penelitian tergolong baik yaitu rata-rata DO

sebesar 9,51 mg/l dimana nilai minimum

dan maksimumnya 3,70-15,60 mg/l (>5

mg/l) sehingga DO tergolong baik bagi

kegiatan rehabilitasi mangrove. Menurut

Chaerani (2011) menyatakan bahwa

kelarutan oksigen dan gas-gas lainnya

diperairan dipengaruhi oleh suhu dan

salinitas, meningkatnya suhu menyebabkan

kandungan oksigen bertambah.

4. pH perairan

Menurut Haryanto (2013) pH

merupakan faktor yang berperan penting

sebagai penentu dalam pertumbuhan dan

perkembangan mangrove. Kondisi pH juga

mempengaruhi komposisi mangrove.

Berikut nilai pH perairan pada gambar 10

dalam bentuk grafik.

Gambar 10. Grafik pH Perairan Lokasi

Penelitian

Nilai pH rata-rata perairan di lokasi

penelitian yaitu 8 dengan nilai minimum dan

maksimumnya yaitu 6,21-8,91. Baku Mutu

pH perairan pada mangrove menurut

Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 yaitu 7-8,5.

pH perairan tersebut tergolong baik karena

sesuai dengan Baku Mutu yang ada.

5. pH tanah

pH tanah mempengaruhi

pertumbuhan suatu ekosistem mangrove.

Hal ini karena pH tanah menentukan derajat

keasaman suatu tanah atau subtrat untuk

tumbuhnya mangrove tersebut. Dimana nilai

pH tanah yang baik bagi ekosistem

mangrove yaitu sedikit asam. Grafik nilai

pH tanah dapat dilihat pada gambar 11.

Page 12: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

Gambar 11. Grafik pH Tanah Lokasi

Penelitian

pH Tanah memiliki nilai rata-rata

dari 81 titik sampling yaitu 5,59 dengan nilai

minimum dan maksimumnya yaitu 4,33-

6,50. pH tanah termasuk baik karena bersifat

sedikit asam. Menurut Setyawan dkk.,

(2002) tanah mangrove bersifat netral

hingga sedikit asam karena aktivitas bakteri

pereduksi belerang dan adanya sedimentasi

tanah lempung yang asam. Onzila dan

Kusmana (2008) dalam Fajar dkk., (2013)

menyatakan bahwa pH tanah dengan kisaran

nilai antara 6-7 merupakan pH yang sesuai

untuk pertumbuhan mangrove.

6. Substrat

Substrat (sedimen) yang terbentuk

berfungsi sebagai tempat hidup dan tempat

mencari makan bagi organisme hidup di

daerah tersebut. Kesuburan dari substrat

mangrove tersebut karena adanya bahan

organik yang terkandung di dalamnya

(Kushartono, 2009).

Gambar 12. Segitiga Shepard Subtrat

Jenis subtrat pada 110 titik

sampling di lokasi penelitian yang berada di

sekitar rehabilitasi mangrove dengan

menggunakan metode ayakan, Gradistat,

pemetaan sedimen USGS dan klasifikasi

Folk tahun 1974 maka ada 4 kategori jenis

substrat yaitu pasir berlumpur, pasir

berlumpur dengan sedikit kerikil, pasir

berlumpur berkerikil, dan kerikil pasir

berlumpur. Akan tetapi pada lokasi

rehabilitasi mangrove hampir seluruhnya

terletak pada pasir berlumpur berkerikil.

Menurut Setyawan dkk., (2002) Avicennia

dan Sonneratia hidup dengan baik pada

tanah berpasir, sedangkan Rhizophora lebih

menyukai lumpur lembut yang kaya humus,

adapun Bruguiera menyukai tanah lempung

yang mengandung sedikit bahan organik.

Menurut Hardjosentono (1979)

dalam Kushartono (2009) yang

mengemukakan bahwa ketergantungan

terhadap jenis substrat jelas ditunjukkan oleh

marga Avicennia dan Rhizopora. Dimana

ciri umum untuk substrat yang berlumpur

dalam Rhizophora apiculata pada tanah

yang berlumpur dangkal sedangkan

Rhizophora stylosa erat hubungannya

dengan pantai yang berpasir atau karang

yang memiliki lapisan lumpur atau pasir.

D. Kualitas perairan laut secara

hidrologi

Kualitas perairan laut secara

hidrologi berupa arus dan pasang surut perlu

diketahui. Hal ini untuk melihat

pengaruhnya dalam pertumbuhan ekosistem

mangrove. Berikut ini kondisi hidrologi

Page 13: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

berupa arus dan pasang surut di lokasi

rehabilitasi mangrove.

1. Arus

Arus suatu perairan laut merupakan

salah satu faktor penentu tumbuhnya sutu

ekosistem mangrove. Menurut Chaerani

(2011) faktor utama yang dapat

menimbulkan arus yang relatif kuat adalah

angin dan pasang surut. Menurut Hasmawati

(2001) dalam Chaerani (2011) menyatakan

bahwa kecepatan arus secara tak langsung

akan mempengaruhi substrat dasar perairan.

Grafik arus ditampilkan pada gambar 13.

Gambar 13. Grafik Arus Lokasi

Penelitian

Arus perairan laut pada 69 titik

sampling di lokasi penelitian memiliki nilai

minimal dan maksimal yaitu 0,037 m/s -

0,073 m/s, dengan nilai rata-rata 0,044 m/s.

Nilai arus tersebut termasuk dalam

kelompok arus lambat. Arus yang lambat

sangat baik bagi pertumbuhan mangrove

apalagi bagi kegiatan rehabilitasi mangrove.

Hal ini Karena arus yang kuat dapat

membuat bibit mangrove yang baru ditanam

terlepas dari substrat dan terbawa arus

sehingga kemungkinan penanaman

mangrove bisa gagal.

Menurut Hasmawati (2001) dalam

Chaerani (2011), menyatakan bahwa

kecepatan arus secara tak langsung akan

mempengaruhi substrat dasar suatu perairan.

Berdasarkan kecepatannya maka arus dapat

dikelompokkan menjadi arus sangat cepat

(>1 m/dt), arus cepat (0,5-1 m/dt), arus

sedang (0,1-0,5 m/dt) dan arus lambat (<0,1

m/dt).

2. Pasang surut

Menurut Chaerani (2011) pasang

surut adalah naik turunnya air laut (mean sea

level) sebagai gaya tarik bulan dan matahari.

Pasang naik akan menimbulkan gelombang

laut dimana sedimen akan menyebar di

dekat pantai, sedangkan bila air laut surut

akan menyebabkan majunya sedimentasi ke

arah laut lepas (Kaharuddin, 1994 dalam

Chaerani, 2011).

Tabel 6. Pasang Surut Perairan Anambas

Selama 2 Tahun (2015-2016)

Dari hasil tabel 6, pasang surut perairan

Anambas yang terjadi selama 2 tahun yang

terhitung dari tanggal 1 Januari 2015 sampai

31 Desember 2016 diketahui bahwa tipe

pasang surut diperairan tersebut yaitu pasang

surut diurnal, dimana pasang surut ini

berdasarkan pada nilai Formzahl 3.563

(>3.00). Menurut Iman (2014) tipe pasang

surut harian tunggal (diurnal tide) yang

Page 14: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

artinya telah terjadi kondisi dimana dalam

satu hari terjadi satu kali pasang naik dan

satu kali pasang surut dengan periode 24 jam

50 menit.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan

pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada

vegetasi mangrove alami di 14 plot terdapat

13 jenis mangrove dimana jenis Rhizophora

apiculata merupakan jenis yang memiliki

kerapatan, persen tutupan mangrove dan

INP yang tertinggi dari jenis yang lain

dengan nilai 30.700 ind/ha, 45,51% dan

131,10. Sehingga jenis mangrove inilah

yang cocok untuk kegiatan rehabilitasi

mangrove, hal ini karena jenis ini mampu

hidup dan beradaptasi dengan baik

dilingkungan lokasi tersebut.

Pada lokasi rehabilitasi mangrove,

kualitas air secara fisika kimia seperti suhu,

salinitas, DO, pH perairan dan pH tanah

sudah baik bagi pertumbuhan mangrove

dalam kegiatan rehabilitasi. Dimana rata rata

nilai suhu 29,68°C, salinitas 34,51‰, DO

9,51 mg/l, pH perairan 8 dan pH tanah 5,59.

Sedangkan kondisi subtrat dilokasi

rehabilitasi mangrove yaitu berkategori pasir

berlumpur berkerikil tidak cocok dengan

jenis mangrove yang ditanam di lokasi

tersebut yaitu Rhizophora sp. Hal ini karena

jenis Rhizophora sp lebih menyukai lumpur

lembut yang kaya humus sedangkan jenis

Avicennia dan Sonneratia hidup dengan baik

pada tanah berpasir.

Selain kualitas perairan secara

fisika kimia, kualitas perairan secara

hidrologi berupa arus dan pasang surut juga

sudah baik bagi pertumbuhan mangrove

dalam kegiatan rehabilitasi. Arus perairan

sekitar lokasi penelitian termasuk lambat

yaitu dengan nilai 0,044 m/s (<0,1 m/dt).

Pasang surut di perairan Anambas selama 2

tahun dari tahun 2015-2016 yaitu jenis

pasang surut diurnal dimana dalam satu hari

terjadi satu kali pasang naik dan satu kali

pasang surut dengan periode 24 jam 50

menit.

B. Saran

Sebaiknya sebelum melakukan

kegiatan rehabilitasi mangrove, perlunya

mengetahui terlebih dahulu lokasi dan

kondisi yang akan dijadikan tempat untuk

rehabilitasi seperti jenis yang cocok ditanam

dengan kesesuaian parameter yaitu biofisik

dan hidrologinya. Selain itu perlunya

pengawasan dan pengontrolan setelah

kegiatan rehabilitasi mangrove yang

bekerjasama baik dari pihak LSM,

masyarakat setempat bahkan pemerintah

setempat.

DAFTAR PUSTAKA

Chaerani, N. 2011. Kerapatan, Frekuensi

dan Tingkat Penutupan Jenis

Mangrove di Desa Coppo

Kecamatan Barru Kabupaten Barru.

Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Fajar, A., Oetama, D., Afu, A. 2013. Studi

Kesesuaian Jenis untuk

Page 15: ANALISIS BIOFISIK DAN HIDROLOGI LOKASI REHABILITASI ...jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Jenis penelitian ini dilakukan dengan teknik survey

Perencanaan Rehabilitasi Ekosistem

Mengrove di Desa Wawatu

Kecamatan Moramo Utara

Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal

Mina Laut. Universitas Halu Oleo.

Kendari.

Febrin, T. dan Utomo, C. 2013. Pesona

Selam Kepulauan Anambas.

Direktorat Konservasi Kawasan dan

Jenis Ikan, Direktorat Jenderal

Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil, Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Jakarta.

Fikriyani, M. dan Mussadun. 2014. Evaluasi

Program Rehabilitasi Mangrove di

Pesisir Desa Bedono Kecamatan

Sayung Kabupaten Demak. Jurnal

Ruang. Universitas Diponegoro.

Semarang.

Haryanto, A. 2013. Efektifitas Rehabilitasi

Mangrove di Pulau Pramuka,

Kepulauan Seribu. Tesis. Institute

Pertanian Bogor. Bogor.

Hendri. 2012. Struktur Vegetasi Mangrove

Pesisir Perairan Kelurahan Tanjung

Ayun Sakti Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang.

Jurnal. Universitas Maritim Raja

Ali Haji. Tanjungpinang Kepulauan

Riau

Humaidy, D. 2010. Studi Kerusakan

Ekosistem Mangrove Untuk Upaya

Rehabilitasi di Kawasan Pesisir

Kecamatan Kasemen, Kota Serang,

Provinsi Banten. Skripsi. Institute

Pertanian Bogor. Bogor.

Iman, A., N. 2014. Kesesuaian Lahan Untuk

Perencanaan Rehabilitasi Mangrove

dengan Pendekatan Analisis Elevasi

di Kuri Caddi, Kabupaten Maros.

Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Kamalia. 2012. Struktur Komunitas Hutan

Mangrove di Perairan Pesisir

Kelurahan Sawang Kecamatan

Kundur Barat Kabupaten Karimun.

Jurnal. Universitas Maritim Raja

Ali Haji. Tanjungpinang Kepulauan

Riau

Keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup. Nomor 201. Tahun 2004.

Kriteria Baku dan Pedoman

Penentuan Kerusakan Mangrove.

Khordi, K. M. G. H. 2011. Ekosistem

Mangrove Potensi Fungsi dan

Pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta

Khordi, K. M. G. H., Tancung, A. B. 2007.

Pengelolaan Kualitas Air Dalam

Budidaya Peraiaran. Rineka Cipta.

Jakarta

Kushartono, E., W. 2009. Beberapa aspek

BioFisik Kimia Tanah di Daerah

Mangrove Desa Pasar Banggi

Kabupaten Rembang. Jurnal.

Universitas Diponegoro. Semarang

Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N.

Suryadiputra. 2006.

PanduanPengenalan Mangrove di

Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.

(Cetakan kedua)

Setyawan, A. D., Susilowati, A., Sutarno.

2002. Biodiversitas Genetik,

Spesies dan Ekosistem Mangrove di

Jawa. Universitas Sebelas Maret.

Surakarta

Tjandra, E. dan Ronaldo, Y. 2011. Mengenal

Hutan Mangrove. Pakar Media.

Bogor