analisa usaha rumput laut 2011 maluku

45

Upload: april-smith

Post on 24-Sep-2015

69 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

analisis usaha

TRANSCRIPT

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    KATA PENGANTAR

    Salah satu Provinsi di Indonesia yang memiiki potensi sumber daya alam yang sangat kaya dan salah satu potensi yang saat ini tengah diberikan prioritas tinggi oleh Pemerintah Provinsi Maluku untuk dikembangkan adalah rumput laut karena pada saat ini rumput laut merupakan salah satu primadona Provinsi Maluku. Sebagian besar wilayah Provinsi Maluku yang adalah lautan dan merupakan wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan rumput laut.

    Tantangan yang paling tepat saat ini adalah masih sangat sedikitnya petani rumput laut yang memiliki

    pengetahuan dan ketrampilan yang tepat dan benar dalam budidaya komoditas tersebut. Tantangan yang lain juga adalah belum adanya modul pelatihan rumput laut sesuai standart , oleh karena itu didalam buku ini selain berisikan tentang penelitian kelayakan usaha rumput laut juga terkandung isi mengenai budidaya serta peluang usaha rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru.

    Penyusunan buku ini diharapkan dapat menjadi media informasi untuk kepentingan promosi investasi di Provinsi Maluku dimaksudkan terfokus pada komoditas unggulan daerah. Buku ini juga berisikan berbagai informasi penting mengenai gambaran umum Provinsi Maluku

    Hadirnya buku ini sangat diharapkan selain dapat memacu minat investor, baik dalam negeri maupun asing, juga sangat bermanfaat bagi Pemerintah Daerah, lembaga dan instansi lain, serta masyarakat dunia usaha, untuk mengembangkan investasi di Provinsi Maluku. Selain itu diharapkan juga buku ini dapat bermanfaat bagi para stakeholder dalam pengembangan usaha di Provinsi Maluku

    Semoga senantiasa Tuhan selalu menyertai upaya kita untuk membangun Daerah Maluku tercinta.

    Ambon, 2011

    Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Maluku

    Ir. A. R. Soumena, MT Pembina Utama Madya NIP. 19550914198503 1 008

    i

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    DAFTAR ISI

    Hal.

    KATA PENGANTAR i

    DAFTAR ISI ii

    1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan dan Manfaat 2 1.3. Sasaran 2 1.4. Luaran 2

    2. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi dan Waktu 3 2.2. Data dan Metode Pengambilan Data 3 2.3. Metode Analisis 4

    3. GAMBARAN UMUM 3.1. Administrasi Wilayah dan Kependudukan 6 3.2. Kondisi Sosial 6 3.3. Kondisi Ekonomi 7 3.4. Infrastruktur Wilayah 8 4. KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT 4.1.Memilih Bibit,Lokasi,Peralatan dan Peluang Usaha 14 4.2. Proses Budidaya 15 4.3. Panen dan Pasca Panen 17 4.4. Pemasaran 18 4.5. Persyaratan Budidaya Rumput Laut 19

    5. POTENSI PENGEMBANGAN 5.1. Potensi Pengembangan Rumput Laut 20 5.2. Potensi dan Produksi Rumput Laut di kab.SBB,SBT dan Aru 20 5.3. Lokasi Potensi Budidaya Rumput Laut 20 5.4.Peluang pasar 24 6. ANALISIS USAHA 6.1. Pola Usaha Kabupaten Seram BagianBarat 25 6.2. Pola Usaha Kabupaten Seram Bagian Timur 27 6.3. Pola Usaha Kabupaten Kepulauan Aru 30 7. PENUTUP

    7.1. Kesimpulan 33 7.2. Rekomendasi 34

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    ii

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

    Provinsi Maluku dikenal sebagai Provinsi Kepulauan, merupakan salah satu Provinsi di Kawasan Timur Indonesia yang memiliki luas wilayah 712.479,69 Km2 yang terdiri dari luas daratan 54.185 Km2, serta luas lautan 658.294,69 Km2 dan garis pantai sepanjang 6.000 mil.

    Berdasarkan luas wilayah yang ada serta sumberdaya yang dimiliki, terutama dari sektor perikanan dan kelautan (fishery), sebenarnya akan memungkinkan daerah ini memiliki kemampuan daya saing yang tinggi.

    Secara empiris, daya saing suatu daerah menunjukkan tingkat kemampuan daerah untuk tumbuh dan berkembang secara optimal dalam jangka waktu tertentu artinya daya saing daerah pada dasarnya merupakan kondisi dasar (state of nature) bagi suatu daerah untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam wilayah tertentu, baik pada tingkat Regional, Nasional, maupun Internasional.

    Olehnya itu, posisi daya saing daerah harus secara riil menggambarkan keadaan tentang potensi sumberdaya alam, potensi pengembangan dan pengelolaannya serta potensi pertumbuhannya, teristimewa lagi, jika potret daya saing daerah dapat dikemasi dalam bentuk informasi melalui suatu proses analisis.

    Menurut Peraturan Gubernur nomor :026 tanggal 26 Desember 2010 disebutkan bahwa rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Daerah Maluku yang diprioritaskan dengan luasan di Provinsi Maluku 206.000 Ha dan tersebar di 6 Kabupaten/Kota antara lain Kabupaten Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur , Kabupaten Kepulauan Aru ,Kabupaten MBD, MTB, Malra, Kota Ambon, Tual dan Malteng namun sampai saat ini yang baru dikaji sampai tingkat fisibility studynya atau tingkat kelayakan usahanya baru tiga kabupten yaitu Kabupaten SBB, Kabupaten SBT dan kabupaten Kepulauan Aru yang menurut hasil diskriftif tiga kabupaten tersebut sangat potensial untuk kehidupan rumput laut, informasi tersebut dikaji berdasarkan suatu studi, dimana studi tersebut dimaksudkan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha terhadap komoditas unggulan Daerah Maluku, seperti perikanan dan kelautan.

    Studi kelayakan komoditas unggulan selain memberikan gambaran rencana kebutuhan investasi, juga diharapkan dapat memberikan jaminan kepada dunia usaha, terutama para investor ataupun calon investor yang memiliki keinginan untuk menanamkan modalnya di Daerah Maluku.

    Dengan ketersediaan informasi berdasarkan hasil studi pada masing-masing komoditas unggulan daerah, diharapkan para investor maupun calon investor dapat membuat keputusan secara rasional dalam berinvestasi. Untuk itu, ketersediaan informasi tentang kelayakan usaha akan menjadi bagian terpenting dalam membantu Pemerintah Provinsi Maluku untuk meningkatkan minat investasi di daerah ini.

    Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru adalah wilayah di Provinsi Maluku yang memiliki potensi perairan yang cukup produktif untuk pengembangan usaha perikanan. Dari seluruh wilayah di Maluku, Kabupaten Seram Bagian Barat , Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru merupakan tiga wilayah perairan dimana usaha budidaya Rumput Laut dapat berkembang dengan baik setelah Kabupaten MTB,Kabupaten/Kota Tual, Kabupaten Malteng dan Kabupaten MBD.

    1

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Dalam kaitan dengan upaya penyiapan informasi untuk investasi usaha budidaya rumput laut, sangat dibutuhkan suatu profil yang dapat dijadikan panduan dalam melakukan investasi. Penyiapan informasi yang dimaksud yaitu penyediaan data yang spesifik untuk bidang usaha komoditas unggulan rumput laut, pembangunan sarana/prasarana pendukung serta pertimbangan ekonomis yang menarik. Hal ini penting agar calon penanam modal dapat dengan mudah dan dengan lebih tepat mengetahui adanya peluang usaha budidaya rumput laut.

    . Oleh sebab itu, untuk mendukung tindakan promosi bagi peningkatan investasi usaha pada bidang usaha komoditas unggulan rumput laut, maka penyusunan Profil Proyek Usaha Budidaya Rumput Laut termasuk didalamnya fisibility Study /kelayakan usaha di tiga kabupaten tersebut dilakukan. 1.2. Tujuan dan Manfaat

    (1) Tujuan

    Berkaitan dengan isu pokok yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari kajian ini adalah: a. Mengidentifikasi peluang peluang usaha komoditas rumput laut. b. Memberikan informasi secara lengkap tentang budidaya, kelayakan usaha

    komoditas unggulan daerah serta peluang pengembangannya c. Menyediakan informasi yang lebih rinci kepada para investor atau calon investor

    tentang komditas yang memiliki daya saing sebagai dasar pembuatan keputusan berinvestasi

    (2) Manfaat

    Dengan ketersediaan informasi peluang usaha, akan memberikan manfaat antara lain: a. Sebagai bahan referensi untuk pembuatan buku profil investasi komoditas

    unggulan Maluku b. Bagi dunia usaha, sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan

    berinvestasi di Maluku. c. Bagi Pemerintah Daerah, sebagai bahan referensi untuk membantu

    meningkatkan minat berinvestasi di Maluku. 1.3. Sasaran

    Sasaran yang diharapkan dari hasil studi ini adalah menumbuh-kembangkan iklim investasi di daerah Maluku. 1.4. Luaran

    Luaran yang diharapkan akan dihasilkan dari studi ini adalah informasi peluang usaha yang berbasis komoditas unggulan daerah dalam bentuk buku pedoman.

    2

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    lI. METODE KAJIAN

    2.1. Lokasi dan Waktu

    Lokasi penelitian dalam rangka melakukan studi kelayakan komoditas unggulan Daerah Maluku, khususnya untuk kelayakan usaha budidaya rumput laut ialah pada Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru.

    Waktu yang digunakan untuk melakukan kajian ini ialah setiap saat selama waktu dan kondisi ekologi bagi pertumbuhan rumput laut dapat memenuhi syarat, antara lain :

    a. Kondisi Lingkungan Fisika :

    Lokasi dan lahan budidaya Euchema sangat ditentukan kondisi ekologi yang meliputi parameter fisika, kimia dan biologi .

    Terlindung dari ombak

    Dasar perairan yang paling baik untuk pertumbuhan Euchema adalah potongan karang mati bercampur dengan pasir

    Kedalaman air yang baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah 30-60 cm pada surut terendah.

    Sistem Penanaman lepas dasar dapat dilakukan pada kedalaman 0-60 cm dan sistem rakit bambu pada kedalaman 30-200 dan sistem tali rawai pada kedalaman sekitar 200 cm.

    Suhu yang terbaik untuk budidaya rumput laut adalah 27-30 C

    Kondisi air yang jernih dengan tingkat transparasi sekitar 1,5 meter Kesuburan dari rumout laut sangat ditentukan oleh gerakan air yang berombak maupun berarus dan kecepatan arus yang cocok untuk budidaya rumput laut adalah 20-40 cm/detik

    b. Kondisi Lingkungan Kimia:

    Salinitas Rumput Laut yang dianjurkan adalah 28-34 per mil dan nilai optimum 32 per mil Keasaman yang baik atau PH Optimum antara 7,5-8

    Kandungan nitrat yang dibutuhkan adalah 1,0-3,0 dan untuk fosfat 0,021-0,10 ppm

    c. Kondisi Lingkungan Biologi

    Budidaya eucheuma sebaikanya dipilih perairan secara alami ditumbuhi oleh berbagai makro algae seperti Ulva, Caulepra, Padina, Hypnea merupakan salah satu indicator yang cocok untuk budidaya Eucheuma.

    Bebas dari hewan air lainya yang bersifat herbivora

    2.2. Data dan Metode Pengambilan Data

    Data yang dibutuhkan dalam mendukung profil investasi dan studi kelayakan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru mulai dari kegiatan budidaya rumput laut sampai dengan proses produksi, serta proses distribusi dan pemasaran produk.

    Distribusi data dan metode pengambilan data dalam penelitian ini diekspresikan secara tabular sebagai berikut:

    No. Data Metode Pengambilan Data

    1 Kegiatan budidaya rumput laut

    Kuisioner

    2 Aspek teknis Kuisioner

    3

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Pengumpulan data sekunder

    3 Potensi dan produksi Kuisioner

    Pengumpulan data sekunder

    4 Aspek Ekonomi Kuisioner

    Pengumpulan data sekunder 5 Aspek Pemasaran Kuisioner

    Pengumpulan data sekunder

    2.3. Metode Analisis

    Beberapa metode yang digunakan dalam melakukan analisis dapat dikemukakan sesuai dengan distribusi data sebagaimana disebutkan di atas, antara lain:

    (1) Kegiatan Budidaya Rumput Laut

    Analisis kegiatan budidaya dilakukan dengan pendekatan statistik deskriptif dan wawancara langsung kepada petani dengan memberikan gambaran data secara tabular, dimana dilakukan perhitungan nilai total, nilai relatif, dan prosentase terhadap seluruh data yang ada. Seluruh hasil ini kemudian digambarkan secara deskriptif yang berbasis pada data olahan. (2) Aspek Teknis

    Analisis terhadap aspek teknis juga dilakukan dengan pendekatan analisis statistik deskriptif dengan memberikan gambaran data secara tabular, dimana dilakukan perhitungan nilai total, nilai relatif, dan prosentase terhadap seluruh data yang ada. Seluruh hasil ini kemudian digambarkan secara deskriptif yang berbasis pada data olahan sebagaimna tercantum pada perhitungan analisa usaha (3) Potensi dan Produksi

    Analisis potensi dan produksi dianalisis melalui dua pendekatan: (1) analisis spasial; dan (2) analisis statistik deskriptif. Analisis spasial menggunakan pendekatan pemetaan terhadap lokasi-lokasi potensial budidaya sesuai dengan data dan informasi yang dimiliki oleh daerah.

    Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan memberikan gambaran data secara tabular, dimana dilakukan perhitungan nilai total, nilai relatif, dan prosentase terhadap seluruh data yang ada. Seluruh hasil ini kemudian digambarkan secara deskriptif yang berbasis pada data olahan tersebut.

    (4) Aspek Ekonomi

    Analisis ekonomi dilakukan dengan pendekatan kriteria investasi terhadap usaha yang akan dilakukan. Kriteria investasi yang digunakan untuk pengujian/evaluasi kelayakan usaha secara finansial didasarkan pada discounted criterion. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat (benefit) serta biaya-biaya (cost) selama umur ekonomis usaha (in the future) nilai-nilai saat ini (at present = to) diukur dengan nilal uang sekarang (present value), yaitu dengan menggunakan discounting factor.

    Kriteria tersebut meliputi:

    Perhitungan Net Present Value (NPV);

    n

    tti

    CtBtNPV

    1 1

    dimana: Bt = Benefit pada tahun ke- t Ct = Biaya pada tahun ke-t i = tingkat bunga (%) n = umur ekonomis

    4

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    t = 1,2,3......n Kriteria: NPV > 0, usaha layak/menguntungkan

    NPV = 0, usaha mengembalikan sebesar biaya yang dikeluarkan NPV < 0, usaha tidak layak / rugi

    Perhitungan Internal Rate of Return (IRR);

    1221

    11 ii

    NPVNPV

    NPViIRR

    dimana: il = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV pada tingkat bunga i1 NPV2 = NPV pada tingkat bunga i2 Kriteria : Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka usaha

    layak untuk dilaksanakan.

    Perhitungan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C);

    n

    tt

    n

    tt

    i

    BtCt

    i

    CtBt

    CBNet

    1

    1

    ,1

    ,1

    /

    Kriteria : B/C > 1 = usaha layak untuk dilaksanakan (feasible) B/C = 1 = usaha layak dalam kondisi break event point B/C < 1 = usaha tidak layak untuk dilaksanakan

    (5) Aspek Pemasaran

    Analisis terhadap aspek pemasaran dilakukan pendekatan analisis statistik deskriptif dengan memberikan gambaran data secara tabular, dimana dilakukan perhitungan nilai total, nilai relatif, dan prosentase terhadap seluruh data yang ada. Seluruh hasil ini kemudian digambarkan secara deskriptif yang berbasis pada data olahan tersebut.

    (untuk Bt-Ct > 0)

    (untuk Bt-Ct < 0)

    5

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    III. GAMBARAN UMUM

    3.1. Administrasi Wilayah dan Kependudukan 3.1.a. Administrasi

    Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan

    Kabupaten Kepulauan Aru adalah Kabupaten Pemekaran yang disahkan

    dengan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2003.

    Sampai tahun 2010, Seram Bagian Barat telah memiliki 11 kecamatan yang sebagian besarnya adalah kecamatan pemekaran. Dalam konteks administrasi wilayah, 114 kecamatan ini memiliki 89 desa, dan 103 dusun.

    Kemudian Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki 6 kecamatan, 84 desa dan 283 dusun.

    Kabupaten Kepulauan Aru memiliki 7 kecamatan 117 desa dan 2 kelurahan.

    3.1.b Kependudukan

    Jumlah penduduk di tiga Kabupaten ini adalah 340.495 jiwa ,dengan perincian sebagai berikut :

    Jumlah penduduk di Kabupaten Seram Bagian Barat 159.718 jiwa, tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Seram Bagian barat adalah 31 jiwa per km2. Rata-rata jumlah jiwa per KK adalah 5 jiwa, dan rata-rata laju pertumbuhan penduduk per tahun 0,67%. Kabupaten ini memilki luas daratan 5,176 km2 (6,15%) , luas perairan pesisir dan laut 79,005 km2 (93,85%) dan panjang garis pantainya adalah 719,20 km kemudian jumlah pulau di Kabupaten Seram Bagian Barat adalah 66 namun yang berpenghuni 10 buah dan yang tidak berpenghuni 56 buah.

    Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki jumlah penduduk sampai tahun 2010 adalah 99.065 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk di kabupaten Seram Bagian Timur adalah 1,61 % dan luas wilayah Kabupatn Seram Bagian Timur secara keseluruhan 20.656,894 Km yang terdiri luas laut 14.877,771 km dan luas daratan 5.779,123 km.

    Kabupaten Kepulauan Aru memiliki jumlah penduduk sampai tahun 2010 adalah 81.712 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Kepulauan Aru 10 orang permeter persegi dan tingkat pertumbuhannya 2,30% Luas wilayah Kabupaten Kepulauan Aru 55.270,22 Km dengan luas daratan 6.425,77 Km.

    3.2. Kondisi Sosial

    (1) Kesehatan

    Infrastruktur kesehatan di Seram Bagian Barat terdiri dari: 1 Rumah Sakit Umum Daerah, 16 Puskesmas, dan 47 Puskesmas Pembantu dan 7 poliklinik. Tenaga medis yang mendukung pelayanan kesehatan meliputi: 20 dokter umum, 8 dokter gigi 5 ahli farmasi, dan 248 tenaga paramedis.

    Infrastruktur kesehatan di Seram Bagian Timur terdiri dari: 1 Rumah Sakit Umum Daerah, 13 Puskesmas, dan 128 Puskesmas Pembantu dan 138 Posyandu. Tenaga medis yang mendukung pelayanan kesehatan meliputi: 33 dokter umum, 6 dokter gigi ahli farmasi, dan 194 tenaga paramedis.

    Infrastruktur kesehatan di Kabupaten Kepuluan Aru terdiri dari: 1 Rumah Sakit Umum, 21 Puskesmas, 19 Puskesmas Pembantu dan 142 Posyandu.

    6

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Tenaga medis yang mendukung pelayanan kesehatan meliputi: 19 dokter umum, 2 dokter gigi ahli farmasi, dan 136 tenaga paramedis.

    (2) Pendidikan

    Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Barat TK 30 unit, setingkat SD 205 unit, setingkat SLTP 69 unit, setingkat SMU 39 unit. Distribusinya berdasarkan tingkat pendidikan dan rasio murid (M) terhadap guru (G), dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 1. Kondisi Pendidikan di Kab. Seram Bagian Barat Tingkat

    Pendidikan Jumlah Sekolah

    Jumlah Murid

    Jumlah Guru

    Rasio Murid Guru

    TK 30 1.237 102 12,12

    SD / MI 205 31.205 2.487 12,55

    SLTP / MT 69 10.571 872 12,12

    SMU / MA 39 6.639 659 10,07

    Total 343 49.652 4.120 46,86 Sumber : Maluku dalam Angka Kab. Seram Bagian Barat 2010

    Sedangkan jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Seram Bagian Timur untuk SD 30 unit, setingkat SLTP 24 unit, tingkat SLTA 14 unit

    . Tabel 2. Kondisi Pendidikan di Kab. Seram Bagian Timur

    Tingkat Pendidikan

    Jumlah Sekolah

    Jumlah Murid

    Jumlah Guru

    Rasio Murid Guru

    TK 9 356 31 11,48

    SD / MI 137 18514 1079 17,16

    SLTP / MT 43 5771 359 16,08

    SMU / MA 17 2989 280 10,68

    Total 206 27630 1749 55,4

    Sumber : Maluku Dalam Angka Kab. Seram Bagian Timur 2010

    Kemudian jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Kepulauan Aru untuk SD 139 unit, setingkat SLTP 31unit, tingkat SLTA 10 unit

    Tabel 3. Kondisi Pendidikan di Kab.Kepulauan Aru

    Tingkat Pendidikan

    Jumlah Sekolah

    Jumlah Murid

    Jumlah Guru

    Rasio Murid Guru

    TK 6 440 21 20,9

    SD / MI 139 15379 665 23,1

    SLTP / MT 31 4699 311 15,1

    SMU / MA 10 3068 268 11,44

    Total 186 23586 1265 70,54 Sumber : Maluku Dalam Angka Kab. Kep Aru 2009

    3.3. Kondisi Ekonomi

    Kondisi ekonomi pada tahun 2008 di Kabupaten Seram Bagian Barat yang ditunjukan pada data PDRB mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya mencapai 478,35 milyar rupiah naik sekitar 47,90 milyar rupiah dibanding tahun 2007 berkisar 430,45 milyard rupiah. Nilai ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 10,01%. Hingga tahun 2008, struktur ekonomi masih didominasi oleh sektor pertanian, selama 5 tahun terakhir sektor pertanian selalu menyumbang lebih dari 36 % dari keseluruhan nilai PDRB Kabupaten Seram bagian Barat. Dan pada tahun 2008 sektor pertanian sendiri telah menyumbang 39,04% dari seluruh PDRB Kabupaten Seram Bagian Barat atau menyumbang sebesar 186,73 milyar rupiah .

    7

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Sektor lain yang menjadi harapan perekonomian Seram Bagian Barat ke depan adalah sektor perdagangan, hotel, restoran dan sektor industri pengolahan.

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2009 sesuai hasil perhitungan atas dasar harga yang berlaku sebesar Rp.250.743,22 juta rupiah sedangkan atas dasar harga konstan Tahun 2000 adalahRp.140793,72. Dengan demikian PDRB Tahun 2009 mengalami kenaikan 10,79% .

    Produk Domestic Regional Bruto atau PDRB Kabupaten Kepulauan Aru Tahun 2007 tercatat sebesar 295.960,89 juta rupiah atas dasar harga berlaku yang berarti mengalami kenaikan sekitar 11,872% ari tahun 2006 ang tercatat sebesar 264.569,29 juta rupiah. Bila dilihat dari distribusi presentase atas dasar harga berlaku ternyata sektor pertanian masih mendominasi perekonomian Kabupaten Kepulauan Aru dengan kontribusinya sebesar 60,78% diikuti sektor perdagangan , hotel dan restoran 27,61%,Sektor jasa-jasa 6,35%.Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,73 % sedangkan kontribusi terkecil dari industri pengolahan 0,27 %.

    3.4. Infrastruktur Wilayah

    Telekomunikasi

    Hampir sebagian besar wilayah di Kabupaten Seram Bagian Barat telah tersedia jaringan telepon dan telepon selular. Namun demikian belum berfungsi secara optimal. Tidak optimalnya operasional jaringan telekomunikasi, disebabkan kondisi jaringan listrik belum berfungsi total selama 24 jam. Untuk membantu melayani kebutuhan komunikasi melalui telepon, eksistensi warung telekomunikasi sebanyak 14 unit di pusat-pusat pelayanan dan 12 unit kantor pos pembantu

    Di Kabupaten Seram Bagian Timur, pembangunan sektor Pos dan Telekomunikasi Kabupaten Seram Bagian Timur antara lain memperluas jangkauan mutu pelayanan pos dan Giro secara efisien dan efektif dan pada saat ini jumlah kantor pos pembantu sebanyak 12 unit.

    Kantor Telephone untuk kabupaten Kepulauan aru sebanyak 1 unit, kapasitas sentral dan langganan telephon berbayar di Kabupaten Kepulauan Aru sebanyak 1.150 pelanggan dan kapasitas sentral 1.224 unit serta warung telephon sebanyak 4 unit.

    Pada tiga kabupaten diatas pada umumnya masyarakat hampir semua sudah menggunakan jaringan telephon seluler sehingga untuk berhubungan dengan tiga kabupaten diatas pada saat ini sudah sangat lancar.

    Data Desa Berdering di Tiga Kabupaten seperti tertera pada Tabel dibawah :

    Kabupaten/Kota Desa Berdering Uso On Air

    1. Seram Bagian Barat 2. Seram Bagian Timur 3. Kepulauan Aru

    58 44

    109

    12 6 -

    Sumber : Dinas Infokom Provinsi Maluku April 2011

    8

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Data Kantor Pos di Tiga Kabupaten seperti tertera pada Tabel dibawah NO Kabupaten Lokasi Jumlah

    1 2 3

    Kabupaten Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Kepulauan Aru

    Waisarisa Kairatu Piru Taniwel Waihatu (Kairatu) Bula Geser Werinusa Dobo

    5 Bh 3 Bh 1 Bh

    Sumber : Dinas Infokom Provinsi Maluku April 2011

    Perhubungan

    Akses perhubungan darat Kabupten Seram Bagian Barat didukung dengan potensi jaringan jalan sepanjang 698,21 km, yang terdiri dari: jalan Kabupaten 244 km, jalan kabupaten yang direncanakan 210 km, jalan provinsi 160,91 km, dan jalan nasional 83,30 km. Untuk mengakses wilayah ini melalui perhubungan laut, digunakan sarana penyeberangan fery, yang tersedia dalam tiga lintasan; (1) Hunimua Waipirit, (2) Wailey Tulehu; dan (3) Wailey Kulur Pelauw. Pelayanan lintasan ini dilakukan oleh Perum ASDP dan dukungan swasta. Disamping itu, perhubungan laut lokal dilayani dengan jenis transportasi speed boat dan kapal motor kecil.

    Hubungn antar pulau di Kabupaten Seram Bagian Timur lebih banyak dihubungkan oleh angkutan laut walaupun demikian tidak semua daerah dapat setiap saat dihubungkan dengan angkutan laut karena kondisi musim sebagai penghambat utama.Sistem transportasi jalan raya tidak dominan dalam melayani kebutuhan transportasi di daerah ini,tetapi memegang peranan yang cukup penting khususnya utuk melayani arus bolak balik penduduk dalam suatu pulau tertentu.

    Angkutan perhubungan antar pulau di Kabupaten Kepulauan Aru pada kondisi saat ini hanya bisa lewat laut satu bulan satu kali dan udara tiga kali dalam satu minggu.

    Sarana Perekonomian

    Sarana perekonomian di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat ini, terdiri dari: Bank BRI 3 unit, Bank Maluku 1 unit, Pasar tradisional 5 unit, KUD 20 unit, Koperasi Serba Usaha 41 unit, Koperasi Pegawai Negeri 7 unit, Koperasi Pasar 3 unit, Koperasi Pertanian 5 unit, Koperasi Perikanan 3 unit, Koperasi Pemuda 2 unit, dan Koperasi lainnya 28 unit.

    Keuangan Pemerintah Seram Bagian Timur dibagi menjdi 2 antara lain: Realisasi penerimaan dan pengeluaran , realisasi terdiri dari Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan . Sebagai pendukung kegiatan ekonomi maka pada tahun 2009 di Kabupaten Seram Bagian Timur telah ada 2 bank yaitu Bank BRI dan Bank BPDM di Kecamatan Bula serta 75 koperasi.

    Oleh karena Kabupaten Kepulauan Aru merupakan Kabupaen baru maka masalah perekonomian pun juga baru mulai beranjak naik ,seperti pada

    9

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    tahun 2008 telah terbentuk koperasi sebanyak 137 buah dan 1 buah bank BRI dan bank BPDM.

    Listrik dan Air Bersih Listrik :

    Pelayanan listrik kepada masyarakat sudah dapat dilakukan oleh PT. PLN dengan masing-masing ranting dan sub ranting yang terdapat pada setiap kecamatan. Namun karena kendala operasional, saat ini kebutuhan listrik pada siang hari belum dapat dilayani secara baik sehingga banyak masyarakat, perkantoran dan kegiatan bisnis lainnya yang menggunakan genset. Kualitas pelayanan listrik di tiap kawasan dapat dilihat dari distribusi KWH produksi, KWH terjual dan Nilai KWH Terjual, seperti pada Tabel 1.

    Tabel 1. Produksi Tenaga Listrik Terjual dan Nilai yang Disalurkan PT. PLN di Kabupaten Seram Bagian Barat Tahun 2009

    Unit/Lokasi PLN KWH Produksi KWH Terjual Nilai KWH Terjual (Rp)

    Ranting Kairatu 8.419.698 3.046.825 1.634.991.710

    Ranting Luhu 1.135.002 1.029.934 496.266.435 Sub Ranting Piru 4.888.574 3.719.764 2.257.294.110 Sub Ranting Taniwel 1.141.174 796.623 386.580.775 Sub Ranting Manipa 193.194 174.689 70.992.545

    Sumber : BPS Provinsi Mauku 2010

    Dengan adanya program listrik masuk desa maka pelistrikan di Kabupten Seram Bagian Timur telah menjangku sampai ke pedesaan walaupun penyebarannya belum menyeluruh. Tahun 2009 di Kabupaten Seram Bagian Timur terdapat Unit/lokasi PLN sebanyak 7 sub ranting.dengan WH terjual sebanyak 1969964 dengan nilai KWH terjual sebesar Rp.1.234.642.595,- seperti terlihat pada tabel 2.

    Tabel 2. Produksi Tenaga Listrik Terjual dan Nilai yang Disalurkan

    PT. PLN di Kabupaten Seram Bagian Timur Tahun 2009

    Unit/Lokasi PLN KWH

    Produksi KWH Terjual Nilai KWH Terjual (Rp)

    Sub Ranting Geser 619.961 533.156 305.780.475

    Sub Ranting Waipia 1.077.230 1.085.844 564.226.085

    Sub Ranting Werinama 396.225 322.620 159.244.255

    Sub Ranting Kesui 137.537 31.416 29.295.260

    Sub Ranting Amarsekaru 155.660 148.682 53.799.765

    Sub Ranting ondor 1.247.214 1.735.978 706.185.760 Sumber : BPS Provinsi Mauku 2010

    Untuk Kabupaten Kepulauan Aru, karena merupakan kabupaten pemekaran yang terbaru sehingga pemenuhan listrik belum sampai menjangkau ke seluruh pedesaan , sehingga baru ibukota kabupaten Aru sendiri yang baru mendapat aliran listrik dari cabang Tual yaitu untuk KWH produksi 7.242.483,untuk KWHjual 5.834.621 dan untuk nilai KWH terjual 3.982.150

    Air Bersih : Pemenuhan kebutuhan air bersih, sebagian besar masyarakat telah

    memanfaatkan pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM. Namun masih ada kelompok masyarakat yang menggunakan sumur galian untuk memenuhi kebutuhan air bersih mereka. Kebutuhan air bersih yang dilayani PDAM Piru, mencapai 20.125 m3. Distribusi air bersih paling tinggi disalurkan untuk konsumen rumah tangga sebesar 13.899 m3 atau sebesar 69,06 % dari total air bersih yang distribusi oleh PDAM.

    10

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Sebagai salah satu kebutuhan hidup yang amat vital baik masyrakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan dilihat dari segi kesehatan maka faktor penyediaan air bersih untuk minum mutlak diperhatikan.Namun PDAM Kabupaten Seram Bagian Timur belum tersedia / belum ada.

    Demikian juga untuk Kabupaten Kepulauan Aru belum tersedia air bersih dari PDAM yang ada hanyalah sumur galian / sumur Bor.

    11

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Pe

    ta 1

    . P

    eta

    Re

    nca

    na

    Pen

    ge

    mb

    an

    gan

    Wila

    ya

    h d

    i K

    ab

    up

    ate

    n S

    era

    m B

    ag

    ian

    Ba

    rat

    12

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Pe

    ta 2

    . P

    eta

    Kla

    ste

    r K

    om

    od

    ita

    s U

    ng

    gu

    lan

    Pe

    rik

    an

    an

    di K

    ab

    up

    ate

    n S

    era

    m B

    ag

    ian

    Ba

    rat

    13

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Kab. Kepulauan Aru

    14

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    IV. KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

    4.1.a. Memilih Bibit, Lokasi , Peralatan

    Memilih Bibit 1. Memilih jenis bibit Unggul 2. Memilih metode pengembangbiakan rumput laut 3. Menumbuhkan bibit pada tempat pembesaran 4. Merawat dan memelihara bibit

    Memilih Lokasi dan peralatan 1. Merencanakan Tahapan Penentuan Lokasi 2. Mengidentifikasi persyaratan lokasi melalui kegiatan survey lapangan

    Memilih Peralatan 1. Mengidentifikasi jenis peralatan 2. Menentukan peralatan 3. Mengontrol cara kerja peralatan 4. Membuat laporan 4.1.b. Peluang Usaha dan Input Produksi

    Peluang Usaha Dalam kegiatan peluang usaha dan budidaya rumput laut tentunya dibutuhkan juga input peluang usaha dan input produksi, dimana pada peluang usaha sangatlah penting sebagai dan berhubungan langsung dengan input produksi.Rumput laut merupakan salah satu komoditas yang relatif mudah dibudidayakan dengan biaya yang relatif murah dan memiliki nilai ekonomis. Rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan,bahan baku,industri obat-obatan,tekstil,kosmetik dan lainnya.

    Indonesia pada saat ini membutuhkan pasokan produksi rumput laut kering yang cukup tinggi untuk kebutuhan ekspor dan bahan baku industri dalam negeri. Untuk itu budidaya rumput laut masih mempunyai peluang besar untuk dioptimalkan dalam pengembangan rumput laut secara terpadu.

    Input Produksi (1) Perahu motor sebagai sarana untuk melakukan aktivitas pergerakan di

    perairan dalam kaitannya proses penanaman, pemeliharaan, dan produksi. Sedikitnya perahu motor yang dibutuhkan ialah 1 unit.

    (2) Mesin/motor tempel sebagai tenaga penggerak perahu motor yang disebutkan di atas. Sedikitnya mesin atau motor tempel yang dibutuhkan ialah 1 unit.

    (3) Tali yang terdiri dari tali utama dan tali pengikat, dimana tali utama sebagai media untuk menggantungkan bibit dan tali pengikat sebagai bahan untuk mengikat bibit pada tali utama. Tali utama yang dibutuhkan dalam areal budidaya 1 hektar sedikitnya sepanjang 1000 meter dengan jenis tali Polyethylen.

    15

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    (4) Pelampung sebagai bahan yang membantu untuk menjaga posisi tali yang telah diikat bibit rumput laut, agar tetap terapung pada kolom air dan tidak jatuh ke dasar perairan. Jenis pelampung yang penting dipersiapkan untuk budidaya pada lahan 1 hektar antara lain: pelampung styrofoam, pelampung botol aqua kecil 1000 buah, dan pelampung botol aqua sedang 400 buah.

    (5) Bahan pemberat yang diletakan pada kedua ujung tali yang diikat bibit, untuk menjaga posisi tegak lurus tali agar tidak terpuntal dengan tali lain di sekitarnya. Bahan pemberat dapat dibuat dari bahan semen dengan ukuran secukupnya dengan jumlah mencapai 10 buah.

    (6) Bibit sebagai bahan dasar pengembangan rumput laut dengan berat bibit sedikitnya 3.333 kg per hektar.

    (7) Sarana jemur sebagai media untuk melakukan penjemuran rumput laut yang telah dipanen. Perlakuan pengeringan di musim kemarau menggunakan sarana penjemuran (istilah lokalnya ialah para-para) dalam waktu 3 hari. Sedangkan perlakuan di musim hujan, tetap menggunakan para-para, tetapi kemudian ditutup plastik transparan di atasnya.

    Kebutuhan pembuatan sarana jemur dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan

    bahan-bahan pendukung pembuatannya, antara lain:

    Bahan Ukuran Volume

    Waring Hitam 0,8 mm 625 m

    Plastik Transparan 0,8 mm 625 m

    Kayu 5 x 7 cm 1 m3

    Kayu 5 x 5 cm 1 m3

    Paku 5 x 7 cm 2 kg

    Bambu 100 btg

    (8) Bahan bakar minyak yang mendukung pergerakan alat transportasi perahu motor yang digunakan selama kegiatan budidaya. Sedikitnya 10 liter BBM yang diharapkan dapat dimanfaatkan setiap hari.

    (9) Tenaga kerja yang dialokasikan untuk melakukan penanaman sebanyak 5orang, pemeliharaan 3 orang, pemanenan 5 orang, dan penjemuran 2 orang, itu kebutuhan untuk 20 Ha

    4.2. Proses Budidaya

    Wilayah pesisir pulau seram sangat berpotensi untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut tetapi pemanfaatannya masih sangat kecil. Selama ii komoditi tersebut telah diusahakan masyarakat Seram Bagian Barat dan Timur, dan telah memberikan hasil yang sangat baik.

    Terdapat beberapa jenis yang tumbuh diperairan pesisir wilayah ini, salah satu yang umum dikenal dan memiliki nilai ekonomis tinggi adalah rumput laut jenis kotoni.

    Dalam menjelaskan proses budidaya, dikemukakan beberapa hal yang terkait dengan kegiatan budidaya rumput laut seperti berikut ini. (1) Metode Budidaya (Longline)

    Material yang digunakan dalam metode ini adalah tali polyethylen berukuran 6 mm. Tali inilah yang digunakan sebagai tali utama dalam proses budidaya

    16

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    rumput laut. Teridentifikasi konstruksi budidaya sistem longline yang sementara dikembangkan. Pada sistem ini, ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, antara lain:

    Kedalaman laut < 50 m

    Jarak tanaman dari permukaan = 30 40 cm Jarak tanam antar tanaman = 20 cm

    Berat bibit per ikat 200 gram

    konstruksi sistem budidaya seperti yang dimaksudkan di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

    (2) Penyediaan Bibit

    Tahap selanjutnya adalah menyediakan dan menyiapkan bibit rumput laut, baik yang berasal dari alam maupun hasil pembibitan langsung. Bibit dari pembibitan langsung dilakukan dengan beberepa metode pengumpulan benih, antara lain:

    Metode Kering

    Metode Kejutan Osmotic

    Adanya bibit yang berasal dari alam sekitar perariran lokasi penanaman merupakan suatu indikator bahwa lingkungan perairan tersebut cocok untuk kehidupan spesies rumput laut yang akan dibudidayakan. Ciri-ciri bibit yang baik adalah :

    Bila dipegang terasa elastis

    17

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Mempunyai cabang banyak dan ujungnya berwarna kuning kemerah- merahan

    Mempunyai batang yang tebal dan berat

    Bebas dari tanaman lain/pengganggu

    Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan bibit yang akan digunakan untuk kegiatan budidaya adalah :

    Bila jaraknya dekat dengan lokasi budidaya, bibit diangkut dengan sampan, ditutup dengan terpal untuk menghindari sengatan matahari, akan lebih baik diangkut pada sore atau pagi hari.

    Biarkan bibit selalu basah dengan menyiramnya dengan air laut.

    Jangan biarkan bibit tanaman tersiram air hujan, minyak atau bahan kimia lainnya.

    Setelah tiba di lokasi, bibit segera dimasukkan ke dalam kandang bibit (seed bin) yang telah tersedia.

    Apabila bibit diangkut dari jarak jauh, sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik. Bibit ditumpuk 3-4 lapis, diantara tumpukan tersebut diberi kapas atau bahan lain yang dapat menyimpan air.

    (3) Penanaman Bibit

    Bibit yang akan ditanam adalah thallus yang masih muda yang berasal dari ujung thallus tersebut. Sebaiknya dilakukan saat cuaca teduh (tidak mendung), sore dan pagi hari.

    Bibit rumput laut diikat dengan tali rafia, jarak antar tanaman 20 cm, dengan berat bibit disesuaikan dengan metode yang akan digunakan. Bila menggunakan metode dasar, harus menentukan jarak blok untuk memudahkan pengawasan dalam permeliharaan. Apabila menggunakan metode selain metode dasar, sebelum pengikatan (penanaman), harus disiapkan rakit-rakit yang kokoh. Bila rakit telah siap langkah selanjutnya adalah mengikat 2-3 tangkai bibit dengan tali rafia, beratnya tertentu, setiap ikatan bibit digantungkan pada rentangkan tali plastik berjarak 20 cm.

    (4) Perawatan Selama Pemeliharaan

    Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinyu. Pada metode dasar, perawatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan cara :

    Menyingkirkan semua duri babi yang terdapat di sekitar ataupun pada tanaman.

    Mengusahakan tanaman bersih dari pengaruh dasar seperti pasir atau karang-karang kecil.

    Mengganti tanaman yang hilang dengan tanaman yang baru.

    Pengawasan dalam pemeliharaan dilakukan seminggu sekali, bila kondisi perairan kurang baik karena ombak, angin, hujan atau kemarau, maka pengawasan dilakukan 2-3 hari sekali.

    4.3. Panen dan Pasca Panen

    18

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Pemanenan dilakukan apabila rumput laut sudah mencapai berat tertentu sekitar empat kali berat awal. Untuk rumput laut jenis Eucheuma, bila telah mencapai berat 500-600 gram sudah bisa di panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemanenan adalah :

    Menyiapkan 1-2 perahu untuk mengangkut hasil panen

    Beberapa keranjang rotan

    Timbangan dengan ukuran 100 kg

    Karung goni dan tali

    Terpal anti air

    Menyiapkan lokasi penjemuran seluas 0,5 ha

    Gudang

    Tenaga kerja

    Pemanenan rumput laut bisa dilakukan dengan cara dipetik (memisahkan cabang-cabang dari tanaman induk dengan jari). Panen dapat juga dilakukan masa pemeliharaa, bila ada tanaman yang tumbuh tidak merata, tanaman kurus atau lambat pertumbuhannya langsung dipanen kemudian dijemur. Pemanenan tidak dilakukan pada semua tanaman, namun hanya sebagian saja untuk memenuhi kebutuhan ataupun permintaan yang datang sewaktu-waktu. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam proses pengeringan hasil panen adalah:

    Sesudah ditimbang, kemudian disebar untuk dikeringkan

    Setelah 2-3 hari, rumput laut yang sudah cukup kering lantas dicuci

    Pencucian dilakukan dengan air laut selama lima menit, denga cara memasukkan rumput laut ke dalam keranjang rotan, kemudian digosok-gosok dengan tangan

    Setelah pencucian selama lima menit, kemudian disebarkan kembali ke tempat penjemuran selama 0,5-1 hari sampai tidak kelihatan partikel air garamnya di permukaan rumput laut yang dikeringkan

    Untuk memudahkan pengontrolan kualitas seta lama pengeringan, harus dipisahkan antara rumput laut yang sudah dijemur selama 2 hari dengan yang baru dijemur sehari

    Selalu ditutup dengan terpal pada malam hari/saat hujan

    Setelah dicuci, dikeringkan kemudian dimasukkan ke dalam karung goni

    Selanjutnya ditimbang dan dicatat beratnya 4.4. Pemasaran

    Pemasaran yang dilakukan pasca kegiatan panen selama ini di Kabupaten Seram Bagian Barat dapat digambarkan jalur pemasaran atau distribusinya seperti pada Gambar 1.

    Gambar 1. Jalur Pemasaran Rumput Laut

    19

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Gambar 1 : Menunjukkan bahwa produk rumput laut dari pembudidaya dijual langsung dalam bentuk rumput laut kering.

    Pada level lokal (desa) ada dua komponen pedagang pengumpul: (1) pedagang pengumpul lokal desa, dan (2) pedagangan pengumpul dari luar. Kehadiran pedagang pengumpul cukup mempermudah pemasaran hasil di tingkat pembudidaya. Hasil lapangan menunjukkan bahwa kehadiran pedagang pengumpul dari luar bersifat insidentil, namun tingkatan harga biasanya melebihi harga yang ditetapkan oleh pedagang pengumpul lokal.

    Pemasaran langsung dari pembudidaya tidak hanya diarahkan pada pedagang pengumpul, tetapi juga didistribusikan ke pengusaha rumput laut yang ada di pusat Kabupaten. Selain itu, pemasaran langsung juga dilakukan ke pengusaha rumput laut di Kota Ambon sebagai pusat Provinsi.

    Baik pengumpul lokal, pengumpul dari luar, pengusaha di Kabupaten dan pengusaha di Ambon, seluruhnya memasarkan produk rumput laut dalam bentuk kering ke tiga derah di luar Maluku, masing-masing: Makasar, Surabaya, dan Jakarta. Pada ketiga daerah ini, proses pembelian produk rumput laut diakomodasi oleh para pengusaha dan/atau eksportir.

    4.5. Persyaratan Budidaya Rumput Laut

    (1) Persyaratan Lokasi

    Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidaya rumput laut, antara lain:

    Perairan harus tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak yang kuat.

    Tersedianya sediaan rumput alami setempat

    Kedalaman perairan tidak boleh kurang 2 kaki atau sekitar 60 centimeter pada saat surut terendah dan tidak boleh lebih dari 7 kaki atau sekita 2,1 meter saat pasang tinggi.

    Dasar perairan cocok untuk budidaya yang akan digunakan. Tipe dan sifat dasar perairan dapat menjadi indikator untuk menentukan tingkat kemudahan dalam membangun konstruksi budidaya.

    Jauh dari sumber air tawar, seperti muara sungai atau daerah yang banyak dimasuki air tawar.

    Pergerakan air dianggap sebagai kunci diantara faktor-faktor oseanografi lain karena masa air dapat menjadi homogen dan pengangkutan zat-zat makanan berlangsung lebih baik dan lancar.

    Kualitas air memiliki suhu antara 26 - 33 C, salinitas antara 15 - 38 permil dengan kondisi optimum pada 25 permil pH yang cenderung basa.

    Bebas dari bahan pencemar yang mungkin berasal dari buangan industri, rumah tangga dan tumpahan minyak.

    (2) Penyiapan Areal Budidaya

    Setelah pemilihan lokasi dilakukan, langkah selanjutnya adalah persiapan lahan. Persiapan lahan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    Bersihkan daerah perairan lokasi budidaya dari rumput-rumput laut liar, dan tanaman pengganggu lain yang bisa tumbuh subur

    20

    18

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Bersihkan calon lokasi budidaya dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun hewan predator lainnya.

    Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), yang terbuat dari kerangka besi dan berjaring kawat, rotan atau bambu, dengan ukuran 2x2x1,5 m atau 2x2x1,7- 1,75 m.

    21

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    V. POTENSI PENGEMBANGAN

    5.1. Potensi Pengembangan Rumput Laut

    Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan budidaya perairan dengan nilai ekonomi pasar yang kompetitif baik di pasaran dalam negeri maupun ekspor. Ini antara lain karena di samping berfungsi sebagai makanan juga disebabkan oleh diversifikasi produk rumput laut yang memiliki berbagai kegunaan.

    Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi, pemanfaatan rumput laut telah

    meluas diberbagai bidang seperti pertanian sebagai bahan pupuk organik dan pembuatan media tumbuh dalam kultur jaringan (tissue culture); di bidang peternakan, peternak hewan potong kadang-kadang memberi makanan ternaknya dengan rumput laut, sehingga dihasilkan daging yang enak; di bidang kedokteran: digunakan sebagai media kultur bakteri (bacteria culture); di bidang farmasi: digunakan sebagai pembuat suspensi, pengemulsi, tablet, plester dan filter; sedangkan di bidang industri lainnya: dalam proses pengolahan produksi, rumput laut digunakan sebagai bahan aditif seperti pada industri tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pelindung kayu dan pencegahan api.

    Berbagai kegunaan ini menyebabkan meningkatnya permintaan terhadap komoditas ini, dimana terjadi peningkatan permintaan sekitar 15% per tahun. Oleh sebab itu, prospek budidaya rumput laut yang sangat menjanjikan, mendorong minat banyak masyarakat investor untuk berinvestasi dalam usaha budidaya rumput laut. Rumput laut di tingkat lokal (Seram Bagian Barat) biasanya dipasarkan dengan harga yang fluktuatif, dari Rp. 7.000 s/d 9.000 per kg. 5.2. Produksi Rumput laut di Seram Bagian Barat,Kabupatn Seram bagian Timur dan Kabupten Kepulauan Aru

    Total potensi lahan budidaya rumput laut mencapai 19.509,29 hektar. Namun besar lahan yang baru termanfaatkan hanya sebesar untuk seram bagian barat 929,9 hektar, Kabupaten Seram Bagian Timur 140 hektar dan kabupaten kepulauan aru 1587 hektar.

    Produksi Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Seram Bagian Barat,Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru untuk kebutuhan eksport masih dalam bentuk bahan mentah yaitu berupa rumput laut kering. Untuk produk olahan masih bersifat tradisional untuk konsumsi rumah tangga berupa manisan, es cendol, puding, dan dodol rumput laut dan sebagainya 5.3. Lokasi Potensial Budidaya Rumput Laut

    22

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Sebagai penjabaran secara detail tentang lokasi budidaya perairan, khususnya budidaya rumput laut, telah diidentifikasi Lokasi Potensial Budidaya Rumput Laut. Lokasi budidaya rumput laut yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru tersebar di berbagai kecamatan digambarkan dalam Peta 3.

    Tabel 4. Distribusi Lokasi Potensial Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Seram Bagian Barat,Kabupaten seram bagian Timur dan Kabupaten kep.Aru

    l. Kabupaten Seram Bagian Barat

    No. Kecamatan Desa/dusun Potensi Lahan

    (Ha) Sistem Budidaya

    1

    Seram Barat

    Desa Kaibobo 750 Longline

    Dusun Pohon Batu Kawa 500 Longline

    Desa Eti 100 Longline

    Desa Ariate 75 Longline

    Desa Luhu dan Iha 15 Longline

    Dusun Pelita jaya 30 Longline

    Dusun Kotania 10 Longline

    Dusun Wael 75 Longline

    Dusun Taman Jaya 40 Longline

    Dusun Aerpesy 400 Longline

    Dusun Pulau Ose 500 Longline

    2

    Huamual Belakang

    Dusun Huaroa 300 Longline

    Dusun Pulau Kasuari 250 Longline

    Selat Valantine 400 Longline

    Selat Sole 600 Longline

    Desa Waesala 50 Longline

    Dusun Hanunu 15 Longline

    Dusun Tatinang 30 Longline

    Dusun Masika Jaya 40 Longline

    Dusun Pulau Luhu 15 Longline

    Desa Luhutuban 25 Longline

    Dusun Uwe 50 Longline

    Dusun Kupelejaya 40 Longline

    3

    Kairatu

    Desa Nurue 100 Longline

    Desa Kamariang 150 Longline

    Desa Rumahkay 150 Longline

    Desa Kamal 100 Longline

    total 7690

    Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat, 2009

    ll. Kabupaten Seram Bagian Timur

    No. Kecamatan Desa/dusun Luas Lahan

    Potensial (Ha) Jenis Budidaya

    1

    Seram Timurt

    Pulau Parang 119,92 Longline

    Pulau Kellu 92,46 Longline

    Pulau Keffing(dusun Namalomin,Maar dan Karang)

    794,66 Longline

    Pulau Geser 90,81 Longline

    Pulau Kelwaru (Dekat Geser) 407,98 Longline

    23

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    2 Pulauu Gorom

    Pulau Seram Laut 324,87 Longline

    Pulau Kifar 356,80 Longline

    Pulau Neding 315,24 Longline

    Pulau Grogos 1.080,10 Longline

    3

    Wakate Pulau Panjang 322,51 Longline

    Pulau Manaoka 254,70 Longline

    Pulau Gorom 733,62 Longline

    Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Timur, 2010

    lll. Kabupaten Kepulauan Aru

    No. Kecamatan Desa/dusun Luas Lahan Budidaya

    Jenis Budidaya

    1

    Aru Utara

    Pulau Arakula 12,75 Longline

    Pulau Konan 28,94 Longline

    Pulau Wasir 12,32 Longline

    Pulau Merang 5,29 Longline

    Lau-lau 33,31 Longline

    Tunguwatu 50,20 Longline

    Pulau Watulai 177,37 Longline

    Pulau Kenari 17,20 Longline

    Werilau 53,53 Longline

    Marlasi 2,09 Longline

    Selmona 9,66 Longline

    2

    Aru Selatan

    Durjela 2,78 Longline

    Balatan Warjukur 81,21 Longline

    Pulau Leer 17,59 Longline

    Pulau Mariri 9,39 Longline

    Pulau Workai 101,37 Longline

    Pulau Barakan 18,10 Longline

    Pulau Kraweira Besar 58,52 Longline

    Pulau Maar 183,80 Longline

    Pulau Enu 16,57 Longline

    Karei Jomon 235,90 Longline

    Pulau Maar 183,80 Longline

    Pulau Enu 16,57 Longline

    Pulau Karang 4,59 Longline

    Pulau Karaweira 47,88 Longline

    Pulau Djeh 3,88 Longline

    Pulau pulau Jin 146,04 Longline Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Aru, 2010

    24

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Pe

    ta 3

    . P

    eta

    Po

    ten

    si L

    ah

    an

    Bu

    did

    ay

    a R

    um

    pu

    t L

    au

    t d

    i K

    ab

    up

    ate

    n S

    era

    m B

    ag

    ian

    Ba

    rat

    25

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    5.4. Peluang Pasar

    Budidaya rumput dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku, karena perkembangan permintaan komoditas rumput laut yang sangat besar. Hal ini disebabkan rumput laut merupakan salah satu komoditas penting karena kandungan agar-nya, dan kandungan karagenan yang penggunaannya makin meluas, salah satunya adalah jenis Eucheuma cottonii. Kebutuhan rumput laut kering yang telah diolah menjadi tepung ditujukan untuk ekspor dan sebagian besar

    untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Karagenan merupakan bahan yang banyak digunakan untuk berbagai industri makanan.

    Perkembangan industri pengolahan rumput laut di Indonesia semakin pesat. Di antara industri yang ada, saat ini telah berdiri industri baru yang dikembangkan untuk produksi karagenan di beberapa kota seperti Surabaya, Makasar, Jakarta dan Bali. Dan salah satu pemasok rumput laut kering ialah yang berasal dari Maluku. Perkembangan harga rumput laut kering juga meningkat tiap tahun rata-rata 5%, sejalan dengan perkembangan industri pengolahan rumput laut. Kendala yang saat ini dihadapi oleh pembudidaya rumput laut di Provinsi Maluku adalah kurangnya permodalan bagi pembudidaya rumput laut untuk pengembangan usahanya, sehingga kapasitas dan kontinuitas produksi rumput laut sekarang ini relatif rendah. Akibatnya begitu ada permintaan pasokan rumput laut dari pengusaha dalam jumlah yang cukup banyak tidak dapat dipenuhi.

    Dengan demikian, pasar rumput laut kering masih memiliki peluang pasar yang terbuka luas, dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan industri makanan, yang mempunyai sifat pasar yang selalu terbuka.

    Beberapa negara tujuan ekspor rumput laut yang selalu disebut dengan potensi pasar di luar negeri yang sangat menjanjikan antara lain: Denmark, Jepang, China, Filipina, Korea, Taiwan, Australia dan Amerika, disamping beberapa negara lain di Asia dan Eropa yang masih membutuhkan produk rumput laut, baik olahan maupun dalam berbagai olahan.

    26

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    VI. ANALISIS USAHA

    6.1 Pola Usaha Kabupaten Seram Bagian Barat

    Usaha budidaya rumput laut yang selama ini dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Barat dengan frekuensi panen minimal 5 kali dalam setahun, namun pemeliharaan dilakukan sepanjang hari (30 hari). Jumlah tenaga kerja per hektar rata-rata 3 orang.

    Untuk tujuan pengembangan investasi budidaya rumput laut, dikembangkan pola kemitraan antara perusahaan yang berinvestasi dengan nelayan. Pola kemitraan ini menganut sistem bagi hasil 40% untuk nelayan. Nelayan mendapat dukungan armada dan peralatan budidaya serta modal awal untuk pembelian bibit. Hasil produksi dari nelayan dijual kepada perusahaan, dengan tujuan mencapai tingkat harga yang stabil.

    Kapasitas produksi bersih budidaya rumput laut tiap hektar di Kabupaten Seram Bagian Barat mencapai 3.219 kg dengan tingkat loss kering sebesar 5%.. Diupayakan dengan pola kemitraan ini, 100 % produksi rumput dari nelayan dijual untuk tujuan ekspor. Dalam analisis usaha ini, diinvestasikan 20 hektar lahan budidaya rumput laut dengan produksi minimal. Dampak / Keuntungan Yang diharapkan: - Meningkatnya tingkt kesejahteraan masyrakat sebagai akibat dari adanya tambahan pendapatan yang berasal dari usaha budidaya rumput laut - Kelancaran dalam hal pemasaran - Terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat

    6.1.1. Perkiraan Kebutuhan Investasi

    Perkiraan kebutuhan investasi budidaya rumput laut termasuk armada dan alat tangkap, tenaga kerja, bangunan untuk perusahaan dan opersionalisasi, dikelompok dalam dua kelompok modal, yaitu: (a) modal tetap, dan (b) modal kerja (Tabel 6).

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total jumlah modal tetap dalam usaha budidaya rumput laut mencapai Rp. 165.000.000,-. Sedangkan total jumlah modal kerja mencapai Rp. 518.000.000,-. Dengan demikian total investasi yang diperkirakan dapat diakomodasikan dalam usaha budidaya rumput laut sebesar Rp. 683.000.000,-.

    Besaran investasi yang dikemukakan, diarahkan untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut untuk luasan area budidaya sekitar 20 hektar. Waktu produksi, dihitung minimal sebanyak 5 kali dalam setahun, walaupun sebenarnya dalam setahun dapat mencapai 6 7 kali, usaha ini akan didukung oleg tenaga kerja langsung sebanyak 3 orang.

    Tabel 6.1: Perkiraan Kebutuhan Investasi Usaha Budidaya rumput laut

    di Kabupaten Seram Bagian Barat A. Modal Tetap:

    (1) Perahu motor Rp 15.000.000,-

    (2) Mesin temple Rp 25.000.000,-

    (3) Bangunan dan kantor Rp 110.000.000,-

    (4) Meubelair Rp 15.000.000,-

    Jumlah Modal Tetap (A) Rp 165.000.000,-

    B. Modal Kerja:

    (1) Tali : 20 x 20 x Rp. 400.000 Rp 160.000.000

    27

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    (2) Pelampung (botol) : 20 x 20 x Rp. 150.000 Rp 60.000.000

    (3) Bahan pemberat : 20 x 20 x Rp. 75.000 Rp 30.000.000

    (4) Pembelian bibit : 20 x 20 x 30 x Rp. 7.500 Rp 90.000.000

    (5) Sarana jemur Rp 500.000

    (6) Bahan bakar minyak : 30 x 10 x 5 x Rp. 5.000 Rp 7.500.000

    (7) Biaya tenaga kerja langsung : 20 x 3 x 5 x Rp. 100.000 Rp 30.000.000

    (8) Biaya pemeliharaan : 20 x Rp. 500.000 Rp 10.000.000

    (9) Operasional mobil : 12 x Rp. 1.000.000 Rp 12.000.000

    (10) Penyusutan;

    - Perahu motor (5 tahun) : Rp 15.000.000

    - Mesin tempel (5 tahun) : Rp 25.000.000

    (11) Biaya tenaga kerja tidak langsung

    - Direktur 1 orang : 1 x 12 x Rp. 2.000.000 Rp 24.000.000

    - Staf 2 orang : 2 x 12 x Rp. 1.000.000 Rp 24.000.000

    - Teknisi 1 orang : 1 x 12 x Rp. 1.500.000 Rp 18.000.000

    (12) Biaya listrik dan telepon : 1 x 12 x Rp. 1.000.000 Rp 12.000.000

    Jumlah Modal Kerja (B) Rp 518.000.000

    Total Kebutuhan Investasi (A + B) Rp 683.000.000

    6.1.2. Estimasi Tingkat Pendapatan Kabupaten Seram bagian Barat

    Berdasarkan kapsitas produksi per hektar, maka selama setahun produksi rumput laut kering mencapai : 20 ha x 5 hari x 3.219 kg = 321.900 kg atau 321,9 ton. Dengan pendekatan harga rata-rata di Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar Rp. 8.000, maka perkiraan pendapatan perusahaan yang berinvestasi adalah:

    Jumlah penjualan : Rp. 2.575.200.000,-

    Laba sebelum pajak : Rp. 2.057.200.000,-

    Pajak 15% : Rp. 308.580.000,-

    Laba bersih : Rp. 1.748.620.000,-

    Rincian estimasi tingkat pendapatan melalui analisis rugi laba, dijabarkan secara detail seperti berikut:

    Biaya Produksi: (1) Tali Rp 160.000.000 (2) Pelampung (botol) Rp 60.000.000 (3) Bahan pemberat Rp 30.000.000 (4) Pembelian bibit Rp 90.000.000 (5) Sarana jemur Rp 500.000 (6) Tenaga kerja langsung Rp 30.000.000

    Jumlah biaya produksi Rp 370.500.000 Biaya Operasi: (1) Bahan bakar minyak Rp 7.500.000 (2) Tenaga kerja tidak langsung Rp 66.000.000 (3) Biaya pemeliharaan Rp 10.000.000 (4) Biaya operasional mobil Rp 12.000.000 (5) Biaya penyusutan Rp 40.000.000 (6) Biaya listrik dan telepon Rp 12.000.000

    Jumlah biaya operasional Rp 147.500.000 Penjualan Hasil Produksi: (1) Produksi lahan 20 hektar (kg) 321.900 (2) Harga jual per kg (Rp) 8.000 (3) Total penjualan Rp 2.575.200.000

    Jumlah penjualan hasil produksi Rp 2.575.200.000

    28

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Laba Sebelum Pajak Rp 2.057.200.000 Pajak 15% Rp 308.580.000 Laba Bersih Rp 1.748.620.000

    6.1.3. Skenario Investasi dan Kelayakan Usaha

    Kebutuhan modal untuk investasi usaha budidaya rumput laut, sebagai berikut:

    Modal Tetap = Rp. 165.000.000,-

    Modal Kerja = Rp. 518.000.000,-

    Total Investasi = Rp. 683.000.000,-

    Skenario investasi ini menggunakan dua pendekatan sumber modal, yaitu: modal sendiri dan kredit. Dari dua pendekatan ini, diberikan tiga skenario investasi, antara lain: (1) Skenario I : Seluruh nilai investasi adalah modal sendiri; (2) Skenario II : 1/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 2/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit; (3) Skenario III : 2/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 1/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit.

    Kelayakan usaha yang diinvestasikan dinilai dengan pendekatan beberapa kriteria antara lain: IRR (Internal Rate of Return) selama periode pinjaman serta Rasio Biaya dan Manfaat (BC Ratio) dengan asumsi discount factor 26%. Analisis kelayakan dilakukan untuk Skenario II sebagai contoh, dengan kredit investasi sebesar Rp. 455.333.333,-.

    Perhitungan kelayakan usaha untuk kredit investasi Rp. 455.333.333,-, dengan tingkat suku bunga 20% per tahun menghasilkan: (1) NPV = Rp. 4.082.019.534,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun

    mendatang sebesar Rp. 4.537.352.868,-, nilai sekarang sebesar Rp. 4.082.019.534,- pada tingkat suku bunga 20%.

    (2) IRR = 45,77% artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 45,77% dikalikan dengan Rp. 455.333.333,- = Rp. 208.401.418,-.

    (3) B/C = 3,09 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan.

    6.2. Pola Usaha Kabupaten Seram Bagian Timur

    Usaha budidaya rumput laut yang selama ini dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Timur dengan frekuensi panen minimal 5 kali dalam setahun, namun pemeliharaan dilakukan sepanjang hari (30 hari). Jumlah tenaga kerja per hektar rata-rata 3 orang.

    Untuk tujuan pengembangan investasi budidaya rumput laut, dikembangkan pola kemitraan antara perusahaan yang berinvestasi dengan nelayan. Pola kemitraan ini menganut sistem bagi hasil 40% untuk nelayan. Nelayan mendapat dukungan armada dan peralatan budidaya serta modal awal untuk pembelian bibit.

    29

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Hasil produksi dari nelayan dijual kepada perusahaan, dengan tujuan mencapai tingkat harga yang stabil.

    Kapasitas produksi bersih budidaya rumput laut tiap hektar di Kabupaten Seram BagianTimur mencapai 4.603,431 kg dengan tingkat loss kering sebesar 5% . Diupayakan dengan pola kemitraan ini 100 % produksi rumput laut dari nelayan dijual untuk tujuan ekspor. Dalam analisis usaha ini, diinvestasikan 20 hektar lahan budidaya rumput laut dengan produksi minimal, namun sebenarnya luasan areal yang telah diusahakan 140 hektar. Dampak / Keuntungan Yang diharapkan - Meningkatnya tingkt kesejahteraan masyrakat sebagai akibat dari adanya

    tambahan pendapatan yang berasal dari usaha budidaya rumput laut - Kelancaran dalam hal pemasaran - Terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat 6.2. 1. Perkiraan Kebutuhan Investasi

    Perkiraan kebutuhan investasi budidaya rumput laut termasuk armada dan alat tangkap, tenaga kerja, bangunan untuk perusahaan dan opersionalisasi, dikelompok dalam dua kelompok modal, yaitu: (a) modal tetap, dan (b) modal kerja (Tabel 6).

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total jumlah modal tetap dalam usaha budidaya rumput laut mencapai Rp. 165.000.000,- Sedangkan total jumlah modal kerja mencapai Rp.518.000.000,- Dengan demikian total investasi yang diperkirakan dapat diakomodasikan dalam usaha budidaya rumput laut sebesar Rp.683.000.000,-

    Besaran investasi yang dikemukakan, diarahkan untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut untuk luasan area budidaya sekitar 20 hektar. Waktu produksi, dihitung minimal sebanyak 5 kali dalam setahun, walaupun sebenarnya dalam setahun dapat mencapai 6 7 kali. Usaha ini akan didukung oleh tenaga kerja langsung sebanyak 3 orang.

    Tabel 6.2: Perkiraan Kebutuhan Investasi Usaha Budidaya rumput laut

    di Kabupaten Seram Bagian Timur A. Modal Tetap:

    (1) Perahu motor Rp 15.000.000,-

    (2) Mesin temple Rp 25.000.000,-

    (3) Bangunan dan kantor Rp 110.000.000,-

    (4) Meubelair Rp 15.000.000,-

    Jumlah Modal Tetap (A) Rp 165.000.000,-

    B. Modal Kerja:

    (1) Tali : 20 x 20 x Rp. 400.000 Rp 160.000.000

    (2) Pelampung (botol) : 20 x 20 x Rp. 150.000 Rp 60.000.000

    (3) Bahan pemberat : 20 x 20 x Rp. 75.000 Rp 30.000.000

    (4) Pembelian bibit : 20 x 20 x 30 x Rp. 7.500 Rp 90.000.000

    (5) Sarana jemur Rp 500.000

    (6) Bahan bakar minyak : 30 x 10 x 5 x Rp. 5.000 Rp 7.500.000

    (7) Biaya tenaga kerja langsung : 20 x 3 x 5 x Rp. 100.000 Rp 30.000.000

    (8) Biaya pemeliharaan : 20 x Rp. 500.000 Rp 10.000.000

    (9) Operasional mobil : 12 x Rp. 1.000.000 Rp 12.000.000

    30

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    (10) Penyusutan;

    - Perahu motor (5 tahun) : Rp 15.000.000

    - Mesin tempel (5 tahun) : Rp 25.000.000

    (11) Biaya tenaga kerja tidak langsung

    - Direktur 1 orang : 1 x 12 x Rp. 2.000.000 Rp 24.000.000

    - Staf 2 orang : 2 x 12 x Rp. 1.000.000 Rp 24.000.000

    - Teknisi 1 orang : 1 x 12 x Rp. 1.500.000 Rp 18.000.000

    (12) Biaya listrik dan telepon : 1 x 12 x Rp. 1.000.000 Rp 12.000.000

    Jumlah Modal Kerja (B) Rp 518.000.000

    Total Kebutuhan Investasi (A + B) Rp 683.000.000

    6.2.2 Estimasi Tingkat Pendapatan Kabupaten Seram Bagian Timur

    Berdasarkan kapsitas produksi per hektar, maka selama setahun produksi rumput laut kering mencapai : 20 ha x 5 kali panen x 4.603,431 kg = 460.343.1 kg atau460,343 ton. Dengan pendekatan harga rata-rata di Kabupaten Seram Bagian Timur sebesar Rp.8.000, maka perkiraan pendapatan perusahaan yang berinvestasi adalah:

    Jumlah penjualan : Rp.3.682.744.000,-

    Laba sebelum pajak : Rp.2.999.744.000,-

    Pajak 15% : Rp. 449.961.600,-

    Laba Bersih : Rp.2.549.782.400,-

    Rincian estimasi tingkat pendapatan melalui analisis rugi laba

    6.2.3 Skenario Investasi dan Kelayakan Usaha

    A. Biaya Produksi: (1) Tali Rp 160.000.000 (2) Pelampung (botol) Rp 60.000.000 (3) Bahan pemberat Rp.30.000.000 (4) Pembelian bibit Rp 90.000.000 (5) Sarana jemur Rp .500.000 (6) Tenaga kerja langsung Rp 30.000.000 Jumlah biaya produksi Rp.370.000.000,-

    B. Biaya Operasi: (1) Bahan bakar minyak Rp 7.500.000 (2) Tenaga kerja tidak langsung Rp 66.000.000 (3) Biaya pemeliharaan Rp 10.000.000 (4) Biaya operasional mobil Rp 12.000.000 (5) Biaya penyusutan Rp 40.000.000 (6) Biaya listrik dan telepon Rp 12.000.000

    Jumlah biaya operasional Rp 147.500.000 C. Penjualan Hasil Produksi: (1) Produksi lahan 20 ha 4.603,431 Kg (2) Harga jual per kg (Rp) .8.000 (3) Total penjualan Rp.3.682.744.000

    Jumlah penjualan hasil produksi Rp.3.682.744.000 Laba Sebelum Pajak Rp.2.999.744.000 Pajak 15% Rp 449.961.600 Laba Bersih Rp.2.549.782.400

    31

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Kebutuhan modal untuk investasi usaha budidaya rumput laut, sebagai berikut:

    Modal Tetap = Rp.165.0000.000,-

    Modal Kerja = Rp. 518. 000.000,-

    Total Investasi = Rp. 683.000.000,-

    Skenario investasi ini menggunakan dua pendekatan sumber modal, yaitu: modal sendiri dan kredit. Dari dua pendekatan ini, diberikan tiga skenario investasi, antara lain: (1) Skenario I : Seluruh nilai investasi adalah modal sendiri; (2) Skenario II : 1/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 2/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit; (3) Skenario III : 2/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 1/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit.

    Kelayakan usaha yang diinvestasikan dinilai dengan pendekatan beberapa kriteria antara lain: NPV (Net Present Value) dari pendapatan bersih; IRR (Internal Rate of Return) selama periode pinjaman serta Rasio Biaya dan Manfaat (BC Ratio) dengan asumsi discount factor 26%.

    Analisis kelayakan dilakukan untuk Skenario II sebagai contoh, dengan kredit investasi sebesar Rp.455.333.333,-

    Perhitangan kelayakan usaha untuk kredit investasi Rp.455.333.333,- dengan suku bunga 16 % per tahun menghasilkan: (1) NPV = Rp. 6.781.913.433,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun

    mendatang sebesar Rp. 7.237.246.766.,- nilai sekarang sebesar Rp.6.781.913.433,-pada tingkat suku bunga 16 %

    (2) IRR = 66,37% artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 66,37% dikalikan dengan Rp. 455.333.333,- = Rp302.204.733,-

    (3) B/C = 5,70 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan.

    6.3. Pola Usaha Kabupaten Kepulauan Aru

    Usaha budidaya rumput laut yang selama ini dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan Aru dengan frekuensi panen minimal 5 kali dalam setahun, namun pemeliharaan dilakukan sepanjang hari (30 hari). Jumlah tenaga kerja per hektar rata-rata 3 orang.

    Untuk tujuan pengembangan investasi budidaya rumput laut, dikembangkan pola kemitraan antara perusahaan yang berinvestasi dengan nelayan. Pola kemitraan ini menganut sistem bagi hasil 40% untuk nelayan. Nelayan mendapat dukungan armada dan peralatan budidaya serta modal awal untuk pembelian bibit. Hasil produksi dari nelayan dijual kepada perusahaan, dengan tujuan mencapai tingkat harga yang stabil.

    Kapasitas produksi bersih budidaya rumput laut tiap hektar di Kabupaten Seram Kepulauan Aru mencapai 20.000 kg dengan tingkat loss kering sebesar 5%.. Diupayakan dengan pola kemitraan ini, 100 % produksi rumput dari nelayan dijual

    32

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    untuk tujuan ekspor. Dalam analisis usaha ini, diinvestasikan 20 hektar lahan budidaya rumput laut dengan produksi minimal, namun luasan areal sebenarnya yang telah diusahakan seluas 159 hektar.

    6.3.1. Perkiraan Kebutuhan Investasi

    Perkiraan kebutuhan investasi budidaya rumput laut termasuk armada dan alat tangkap, tenaga kerja, bangunan untuk perusahaan dan opersionalisasi, dikelompok dalam dua kelompok modal, yaitu: (a) modal tetap, dan (b) modal kerja (Tabel 6).

    Hasil perhitungan menunjukkan bahwa total jumlah modal tetap dalam usaha budidaya rumput laut mencapai Rp.170.000.000,- Sedangkan total jumlah modal kerja mencapai Rp.9.038.000.000,- Dengan demikian total investasi yang diperkirakan dapat diakomodasikan dalam usaha budidaya rumput laut sebesar Rp. 9.208.000.000,-

    Besaran investasi yang dikemukakan, diarahkan untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut untuk luasan area budidaya sekitar 1588 Ha,namun didalam analisa kebutuhan investasi dibawah diambil semple 20 Ha. Waktu produksi, dihitung minimal sebanyak 5 kali dalam setahun, walaupun sebenarnya dalam setahun dapat mencapai 6 7 kali. Dan usaha ini akan didukung oleh tenaga kerja langsung sebanyak 3 orang.

    Tabel 6.2: Perkiraan Kebutuhan Investasi Usaha Budidaya rumput laut

    di Kabupaten Kepulauan Aru dengan luas Lahan 20 Ha A. Modal Tetap:

    (1) Perahu motor Rp 20.000.000

    (2) Mesin temple Rp 25.000.000

    (3) Bangunan Kantor Rp 110.000.000

    (4) Meubeler Rp 15.000.000

    Jumlah Modal Tetap (A) Rp. 170.000.000

    B. Modal Kerja:

    (1) Tali 20x1500 rllxRp.45.000,- Rp. 1.350.000.000

    (2) Pelampung (botol) 20x2500 bhxRp.125.000 Rp. 6.250.000.000

    (3) Bahan pemberat 20x 100 kgxRp.80.000 Rp 160.000.000

    (4) Pembelian bibit 20x1000 bhxRp.2000 Rp 40.000.000

    (5) Sarana jemur Rp 100.000.000.

    (6) Bahan bakar minyak 20x240 drmxRp.1.000.000 Rp 480.000.000

    (7) Biaya tenaga kerja langsung 20x100 OHxRp.100.000 Rp. 200.000.000

    (8) Biaya pemeliharaan Rp. 100.000.000

    (9) Operasional mobil 20x12 blxRp.1000.000 Rp. 240.000.000

    (10) Penyusutan;

    - Perahu motor (5 tahun) : Rp 15.000.000

    - Mesin tempel (5 tahun) : Rp 25.000.000

    (11) Biaya tenaga kerja tidak langsung

    - Direktur 1 orang 1x12xRp2000.000,- Rp 24.000.000

    - Staf 2 orang 2x12xRp.1.000.000 Rp 24.000.000

    - Teknisi1 orang 1x12x Rp.1.500.000 Rp 18.000.000

    (12) Biaya listrik dan telepon 1x12x rp.1.000.000 Rp. 12.000.000

    Jumlah Modal Kerja (B) Rp.9.038.000.000

    33

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Total Kebutuhan Investasi (A + B) Rp.9.208.000.000,-

    6.3.2. Estimasi Tingkat Pendapatan Kabupaten Kepulauan Aru

    Berdasarkan kapsitas produksi per hektar, maka selama setahun produksi rumput laut kering mencapai : 20 ha x 5 kali panen x 20.000kg = 2.000.000 kg atau 2000 ton. Dengan pendekatan harga rata-rata di Kabupaten Kepulauan Aru sebesar Rp.8.000-, maka perkiraan pendapatan perusahaan yang berinvestasi adalah:

    Jumlah penjualan : Rp.16.000.000.000,-

    Laba sebelum pajak : Rp.15.990.792.000,-

    Pajak 15% : Rp. 2.398.618.800,-

    Laba Bersih : Rp.13.592.173.200,-

    Rincian estimasi tingkat pendapatan melalui analisis rugi laba,

    6.3.3. Skenario Investasi dan Kelayakan Usaha

    Kebutuhan modal untuk investasi usaha budidaya rumput laut, sebagai berikut:

    Modal Tetap = Rp. 170.000.000

    Modal Kerja = Rp. 9.038.000.000

    Total Investasi = Rp. 9.208.000.000,-

    Skenario investasi ini menggunakan dua pendekatan sumber modal, yaitu: modal sendiri dan kredit. Dari dua pendekatan ini, diberikan tiga skenario investasi, antara lain: (1) Skenario I : Seluruh nilai investasi adalah modal sendiri; (2) Skenario II : 1/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 2/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit; (3) Skenario III : 2/3 nilai investasi adalah modal sendiri dan 1/3 nilai investasi

    lainnya adalah modal pinjaman atau kredit.

    Kelayakan usaha yang diinvestasikan dinilai dengan pendekatan beberapa kriteria antara lain: NPV (Net Present Value) dari pendapatan bersih; IRR (Internal

    A. Biaya Produksi: (1) Tali Rp. 1.350.000.000 (2) Pelampung (botol) Rp 6.250.000.000 (3) Bahan pemberat Rp.160.000.000 (4) Pembelian bibit Rp. 40.000.000 (5) Sarana jemur Rp 100.000.000 (6) Tenaga kerja langsung Rp 200.000.000 Jumlah biaya produksi Rp.8.100.000.000 7.560.000 B. Biaya Operasi: (1) Bahan bakar minyak Rp 480.000.000 (2) Tenaga kerja tidak langsung Rp 66.000.000 (3) Biaya pemeliharaan Rp 100.000.000 (4) Biaya operasional mobil Rp 240.000.000 (5) Biaya penyusutan Rp 40.000.000 (6) Biaya listrik dan telepon Rp 12.000.000

    Jumlah biaya operasional Rp .938.000.000 C. Penjualan Hasil Produksi: (1) Produksi lahan 20 ha 2.000.000 Kg (2) Harga jual per kg (Rp) .8.000 (3) Total penjualan Rp 6.000.000.000

    Jumlah penjualan hasil produksi Rp 16.000.000.000 Laba Sebelum Pajak Rp 6.792.000.000 Pajak 15% Rp 1.018.800.000 Laba Bersih Rp 5.773.200.000

    34

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Rate of Return) selama periode pinjaman serta Rasio Biaya dan Manfaat (BC Ratio) dengan asumsi discount factor 26.. %

    Analisis kelayakan dilakukan untuk Skenario II sebagai contoh, dengan kredit investasi sebesar Rp.6.138.666.667

    Perhitangan kelayakan usaha untuk kredit investasi Rp.6.138.666.667,- dengan suku bunga 16 % per tahun menghasilkan: (1) NPV = Rp. 16.757.443.109,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun

    mendatang Rp.21.896.109.776,- nilai sekarang sebesar Rp.16.757.443.109,- (2) IRR = 56,9 % artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur

    ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 56,9% dikalikan dengan Rp.6.138.666.667,-- = Rp.349.290.133,-

    (3) B/C = 3,53 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan.

    35

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    VII. PENUTUP 7.1. Kesimpulan

    Hasil penelitian ini secara agregat memberikan beberapa simpulan yang penting dalam kaitannya dengan kelayakan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru meliputi: 1 Kabupaten Seram Bagian Barat,Kabupaten seram Bagian Timur dan

    Kabupaten Kepuauan Aru dalam berbagai aspek potensi sumberdaya dan kebijakan daerah, sangat mendukung pengembangan usaha budidaya rumput laut di wilayah ini. Dukungan yang penting ialah adanya potensi wilayah, potensi sumberdaya sosial, potensi infrastruktur serta kebijakan di level keruangan.

    2 Potensialnya pengembangan kegiatan budidaya rumput di Seram Bagian Barat, Kabupaten Seram bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru sangat didukung dengan ketersediaan input produksi yang dapat diperoleh di level lokal, proses budidaya yang telah dikuasasi oleh masyarakat, teknik penanganan hasil (pasca panen), adanya jalur distribusi yang jelas dan kondisi lingkungan perairan yang sesuai.

    3 Potensi pengembangan rumput laut di Seram Bagian Barat , Kabupaten Seram Bagian Timur dan kabupaten Kepulauan Aru sangat jelas terlihat pada potensi sumberdaya (terutama bibit) rumput laut dan adanya peningkatan produksi dari waktu ke waktu.

    4 Lokasi budidaya yang potensial di Kabupaten Seram Bagian Barat terdapat pada tiga kecamatan, masing-masing: Kecamatan Seram Barat pada 11 desa/dusun, Kecamatan Huamual Belakang pada 10 desa/dusun dan 2 selat, serta Kecamatan Kairatu pada 4 desa. Kabupaten Seram Bagian Timur terdapat pada 4 kecamatan masing masing : pada Kecamatan Seram Timur yaitu 9 desa dan 1 dusun, Kecamatan Pulau Gorom 8 desa,Kecamatan wakate 2 desa dan kecamatan Bula 2 desa Kabupaten Kepulauan Aru masing-masing :Kecamatan Aru Selatan 13 pulau dan 7 desa dan Kematan Aru Utara 10 desa serta kecamatan Aru tengah

    5 Pasar untuk produk rumput laut dari Seram Bagian Barat tidak hanya terbatas pada pasar lokal (desa dan pusat Kabupaten) dan Ambon, tetapi juga 3 daerah besar seperti Makasar, Surabaya, dan Jakarta. Sedangkan pasar luar negeri yang sangat menjanjikan antara lain: Denmark, Jepang, China, Filipina, Korea, Taiwan, Australia dan Amerika.

    6.1. Dalam konteks kelayakan investasi di kabupaten Seram bagian Barat perhitungan kelayakan usaha budidaya rumput laut untuk kredit investasi Rp. 455.333.333,-, dengan tingkat suku bunga 20% per tahun menghasilkan:

    (a) NPV = Rp. 4.082.019.534,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun mendatang sebesar Rp. 4.537.352.868,-, nilai sekarang sebesar Rp. 4.082.019.534,- pada tingkat suku bunga 20%; (b) IRR = 45,77% artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 45,77% dikalikan dengan Rp. 455.333.333,- = Rp. 208.401.418,- (c) B/C = 3,09 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan. Analisis kelayakan dilakukan untuk Skenario II sebagai contoh, dengan kredit investasi sebesar Rp.455.333.333,-

    36

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    6.2. Perhitangan kelayakan usaha di Kabupaten Seram Bagian Timur untuk kredit investasi Rp.455.333.333,- dengan suku bunga 16 % per tahun menghasilkan:

    (1) NPV = Rp. 6.781.913.433,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun mendatang sebesar Rp. 7.237.246.766.,- nilai sekarang sebesar Rp.6.781.913.433,-pada tingkat suku bunga 16 % (2) IRR = 66,37% artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 66,37% dikalikan dengan Rp. 455.333.333,- = Rp302.204.733,- (3) B/C = 5,70 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan.

    6.3. Analisis kelayakan di Kabupaten Kepulauan Aru dilakukan untuk Skenario II sebagai contoh, dengan kredit investasi sebesar Rp.6.138.666.667 Perhitangan kelayakan usaha untuk kredit investasi Rp.6.138.666.667,- dengan suku bunga 16 % per tahun menghasilkan: (1) NPV = Rp. 16.757.443.109,- artinya dengan hasil bersih yang diterima 5 tahun mendatang Rp.21.896.109.776,- nilai sekarang sebesar Rp.16.757.443.109,- (2) IRR = 56,9 % artinya dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur ekonomi proyek akan memberikan return to the capital invested sebesar 56,9% dikalikan dengan Rp.6.138.666.667,-- = Rp.349.290.133,- (3) B/C = 3,53 atau B/C > 1 menunjukkan bahwa usaha budidaya rumput laut dengan investasi tersebut di atas, layak untuk dikembangkan

    7.2. Rekomendasi

    Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan-simpulan yang dirumuskan di atas, maka untuk kepentingan pengembangan usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Seram Bagian Barat,Kabupaten Seram bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru dapat diberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: (1) Sesuai dengan potensi lokasi budidaya rumput laut yang ada, maka untuk

    Kabupaten seram bagian Barat masih sekitar atau sekitar 6760,1 hektar yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut.

    (2) Terkait dengan manajemen usaha di tingkat masyarakat, maka pola pengembangan usaha yang penting dikembangkan ialah dengan pendekatan kemitraan usaha, antara pengusaha dan masyarakat pembudidaya.

    (3) Dalam meningkatkan nilai ekonomi dari budidaya rumput laut dengan sasaran peningkatan kesejahteraan, sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah di tingkat masyarakat. Peningkatan nilai tambah yang dimaksudkan ialah produk rumput laut yang akan dipasarkan, hendaknya tidak lagi dalam bentuk mentah tetapi harus mendapat sentuhan teknologi pengolahan untuk mendapatkan produk setengah jadi.

    (4) Untuk mendukung keberlanjutan usaha di tingkat masyarakat pembudidaya, sedapatnya peningkatan kapasitas masyarakat dalam manajemen usaha sangat dibutuhkan. Manajemen usaha yang dimaksudkan, dimulai dari manajemen produksi, manajemen pengolahan hasil produksi, manajemen pasar dan manajemen keuangan.

    37

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    Kabupaten Seram Bagian Barat Lampiran 1:

    Skenario Penyediaan Modal Investasi / Three scenarios on investment capital

    Perkiraan / Estimation Skenario I Skenario II Skenario III

    (100% Modal Sendiri) (1/3 Modal Sendiri) (2/3 Modal Sendiri)

    Penjualan/sale Rp 2.575.200.000 Rp 2.575.200.000 Rp 2.575.200.000

    Biaya produksi & operasi/ production & operational cost)

    Rp 518.000.000 Rp 518.000.000 Rp 518.000.000

    Laba kotor / bruto profit Rp 2.057.200.000 Rp 2.057.200.000 Rp 2.057.200.000

    Bunga / interest (20%) Rp - Rp 91.066.667 Rp 45.533.333

    Laba sebelum pajak/ profit before tax

    Rp 2.057.200.000 Rp 1.966.133.333 Rp 2.011.666.667

    Pajak / tax (15%) Rp 308.580.000 Rp 294.920.000 Rp 301.750.000

    Laba bersih / net profit Rp 1.748.620.000 Rp 1.671.213.333 Rp 1.709.916.667

    Lampiran 2:

    Perhitungan NPV Usaha Budidaya Rumput Laut /

    NPV Estimation on Seaweed Culture Business

    No. Uraian Tahun / Year

    0 1 2 3 4 5

    I Manfaat (Benefit):

    1. Hasil penjualan 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000

    Total Gross Benefit 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000 2.575.200.000

    II Biaya (Cost)

    1. Investasi awal 455.333.333 - - - - -

    2. Biaya produksi dan operasi 518.000.000 518.000.000 518.000.000 518.000.000 518.000.000

    3. Kredit bank:

    a. Angsuran 91.066.667 91.066.667 91.066.667 91.066.667 91.066.667

    b. Bunga 20% 91.066.667 72.853.333 54.640.000 36.426.667 18.213.333

    Biaya Total / Total Cost 455.333.333 700.133.333 681.920.000 663.706.667 645.493.333 627.280.000

    III Laba Usaha (I - II) (455.333.333) 1.875.066.667 1.893.280.000 1.911.493.333 1.929.706.667 1.947.920.000

    Pajak 15% 281.260.000 283.992.000 286.724.000 289.456.000 292.188.000

    Laba Sesudah Pajak (455.333.333) 1.593.806.667 1.609.288.000 1.624.769.333 1.640.250.667 1.655.732.000

    IV Discount Factor

    DF 23% 1,0000 0,8130 0,6610 0,5374 0,4369 0,3552

    NPV DF 23% (455.333.333) 1.295.777.778 1.063.710.754 873.124.911 716.621.407 588.118.018

    NPV Usaha Budidaya Rumput Laut / NPV of Seaweed Culture Business = 4.537.352.868 - 455.333.333 = 4.082.019.534,-

    38

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Lampiran 3:

    Perhitungan IRR Usaha Budidaya rumput laut / IRR Estimation (Skenario 1/3 Modal Sendiri / Own capital)

    Tahun/ Year

    Net Cash Flow DF 1% NPV 23%

    Percobaan/Try I Percobaan/Try II

    DF 15% NPV 15% DF

    26% NPV 26%

    0 (455.333.333) 1,0000 (455.333.333) 1,0000 (455.333.333) 1,0000 (455.333.333)

    1 1.593.806.667 0,8130 1.295.777.778 0,8696 1.385.918.841 0,7463 1.189.407.960

    2 1.609.288.000 0,6610 1.063.710.754 0,7561 1.216.852.930 0,5569 896.239.697

    3 1.624.769.333 0,5374 873.124.911 0,6575 1.068.312.211 0,4156 675.269.786

    4 1.640.250.667 0,4369 716.621.407 0,5718 937.818.642 0,3102 508.734.311

    5 1.655.732.000 0,3552 588.118.018 0,4972 823.191.430 0,2315 383.235.781

    Jumlah / Total 4.082.019.534 4.976.760.720 3.197.554.203

    4.976.760.720 IRR = 15 + ------------------------------------------- x (26 15) 4.976.760.720 - 3.197.554.203 IRR = 15 + (2,80 x 11) IRR = 15 + 30,77 IRR = 45,77%

    Lampiran 4:

    Perhitungan B/C Ratio Usaha Budidaya Rumput Laut / B/C Ratio Estimation (Skenario 1/3 Modal Sendiri / Own capital)

    Tahun/ Year

    Total Gross Benefit

    Total Cost DF 23% PV (Benefit) PV (Cost)

    0 - 455.333.333 1,0000 - 455.333.333

    1 2.575.200.000 700.133.333 0,8130 2.093.658.537 569.214.092

    2 2.575.200.000 681.920.000 0,6610 1.702.161.412 450.736.995

    3 2.575.200.000 663.706.667 0,5374 1.383.871.067 356.665.289

    4 2.575.200.000 645.493.333 0,4369 1.125.098.428 282.014.420

    5 2.575.200.000 627.280.000 0,3552 914.714.169 222.810.618

    Jumlah / Total 7.219.503.612 2.336.774.748

    7.219.503.612 B/C Ratio = -------------------- = 3,09

    2.366.774.748 B/C Ratio > 1, artinya investasi layak untuk dilaksanakan

    Kabupaten Seram Bagian Timur Lampiran 1:

    Skenario Penyediaan Modal Investasi / Three scenarios on investment capital

    Perkiraan / Estimation Skenario I Skenario II Skenario III

    (100% Modal Sendiri) (1/3 Modal Sendiri) (2/3 Modal Sendiri)

    Penjualan/sale Rp 3.682.744.000 Rp 3.682.744.000 Rp 3.682.744.000

    Biaya produksi & operasi/ production & operational cost)

    Rp 518.000.000 Rp 518.000.000 Rp 518.000.000

    Laba kotor / bruto profit Rp 2.999.744.000 Rp 2.999.744.000 Rp 2.999.744.000

    Bunga / interest (16%) Rp - Rp 91.066.667 Rp 45.533.333

    Laba sebelum pajak/ profit before tax

    Rp 2.999.744.000 Rp 2.908.677.333 Rp 2.954.210.667

    Pajak / tax (15%) Rp 449.961.600 Rp 436.301.600 Rp 443.131.600

    Laba bersih / net profit Rp 2.549.782.400 Rp 2.472.375.733 Rp 2.511.079.067

    ROI (Rate of Investment)

    ROE

    POT (Pay Out Time)

    39

  • Analisa Usaha Rumput Laut Provinsi Maluku Tahun 2011

    Lampiran 2:

    Perhitungan NPV Usaha Budidaya Rumput Laut / NPV Estimation on Seaweed Cu