analisa tingkat keausan tyre pada unit hd785-7 di...
TRANSCRIPT
ANALISA TINGKAT KEAUSAN TYRE PADA UNIT HD785-7
DI PT. BORNEO ALAM SEMESTA SITE MELAK
TUGAS AKHIR
THOMAS CAHYO UTOMO
NIM:150309262091
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
BALIKPAPAN
2018
ANALISA TINGKAT KEAUSAN TYRE PADA UNIT HD785-7
DI PT. BORNEO ALAM SEMESTA SITE MELAK
TUGAS AKHIR
KARYA INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AHLI MADYA DARI POLITEKNIK NEGERI
BALIKPAPAN
THOMAS CAHYO UTOMO
NIM:150309262091
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK MESIN
BALIKPAPAN
2018
ii
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
ANALISA TINGKAT KEAUSAN TYRE PADA UNIT HD785-7
DI PT. BORNEO ALAM SEMESTA SITE MELAK
Disusun Oleh:
THOMAS CAHYO UTOMO
NIM: 150309262091
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Thomas Cahyo Utomo
Tempat/Tgl Lahir : Balikpapan, 14 Maret 1997
NIM : 150309262091
Menyatakan bahwa Laporan Praktek Kerja Lapangan yang berjudul
ANALISA TINGKAT KEAUSAN TYRE PADA UNIT HD785-7 DI
PT. BORNEO ALAM SEMESTA SITE MELAK adalah bukan
merupakan hasil karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam kutipan yang kami sebutkan sumbernya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia mendapat sanksi akademis.
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini kupersembahkan kepada
Ayahanda dan Ibunda tercinta
Siswo dan Nur Indah Winarti,
Saudara dan Saudari saya
Arif Nur Iskandar
Fandi Nur Siswanto
Shakila Nur Afifah,
Serta keluarga-keluarga lainnya yang tak bisa saya sebutkan semua
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Politeknik Negeri Balikpapan, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Thomas Cahyo Utomo
NIM : 150309262091
Program Studi : Teknik Mesin Alat Berat
Judul TA : Analisa Tingkat Keausan Tyre Pada Unit HD785-
7 Di PT. Borneo Alam Semesta Site Melak
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan hak
kepada Politeknik Negeri Balikpapan untuk menyimpan, mengalih media atau
format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
vi
ABSTRACT
Part of the tyre is very important for the unit in operation in the mine because tyre
itself is the second largest expense in the company, as well as things that can not
be underestimated because the cost incurred is not small for the company for the
tire, the level of management tyre more improved. The function of the tire is to
provide comfort in driving as well as the capacity of the unit load. This analysis is
conducted with the aim of analyzing the tire wear rate in order to get the cause of
the problem. So the analysis of the causes of tyre problems are collected based on
the data obtained by using TUR (tread utilization rate) and using Fishbone
diagram so that the data obtained in the form of documentation damage and
Technical failure Report. Analyzes conducted in the discussion then obtained the
level of wear and tear from the highest position of tyre at number 6 and the
smallest in the number 1 with the best wear brand of Michelin with several causes
of tire wear, among others, the method of care as well as checking and other
means and the condition of the road surface rarely performed repairs so that
damage to the tire resulted in faster wear and damage.
Keywords: Tire, Wear, Brand, Quality, Efficiency
vii
ABSTRAK
Bagian dari tyre merupakan hal yang sangat sekali penting bagi unit dalam
pengoperasian di tambang karena tyre sendiri adalah pengeluaran terbesar kedua
di perusahaan, sekaligus hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata karena cost
yang dikeluarkan tidaklah sedikit bagi perusahaan untuk tyre tersebut maka
tingkat dari management tyre lebih ditingkatkan. Fungsi dari tyre yaitu
memberikan kenyamanan dalam berkendara serta sebagai kapasitas dari beban
unit. Analisa ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan analisa tingkat
keausan tyre agar mendapatkan penyebab dari permasalahanya. Sehingga analisa
mengenai penyebab permasalahan tyre di kumpulkan berdasarkan data yang di
peroleh dengan menggunakan TUR (tread utilization rate) serta menggunakan
diagram Fishbone sehingga data yang di peroleh berupa dokumentasi gambar
kerusakan dan Technical failure Report. Analisa yang dilakukan pada
pembahasan maka didapatkan hasil tingkat keausan dari posisi tyre tertinggi di
nomor 6 dan terkecil di nomor 1 dengan merk keausan terbaik yaitu Michelin
dengan beberapa penyebab dari keausan tyre antara lain yaitu metode perawatan
serta sarana pengecekan dan lain sebagainya serta kondisi permukaan jalan yang
jarang dilakukan perbaikan sehingga kerusakan yang terjadi pada tyre
mengakibatkan keausan yang lebih cepat serta kerusakanya.
Kata Kunci : Tyre, Wear, Merk, Kualitas, Efisiensi
viii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek kerja lapangan dengan judul Analisa Tingkat Keausan Tyre Pada
Unit HD785-7 Di PT. Borneo Alam Semesta Site Melak.
Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan meliputi gambaran
tentang Analisa Tingkat Keausan Tyre Pada Unit HD785-7 Di PT.
Borneo Alam Semesta Site Melak.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ramli, S.E., M.M. sebagai Direkur Politeknik Negeri Balikpapan
2. Ida Bagus Dharmawan, S.T., M.Si sebagai Wakil Direktur I Politeknik Negeri
Balikpapan merangkap pembimbing 1, yang telah membimbing dan
memberikan pengarahan selama pengerjaan Tugas Akhir ini.
3. Zulkifli, S.T., M.T sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin sekaligus merangkap
sebagai pembimbing II.
4. Daru Kusumo, S.T. sebagai pembimbing industri yang telah membimbing
dan memberikan pengarahan selama pengerjaan laporan praktek kerja
lapangan ini.
5. Seluruh staf dan karyawan jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri
Balikpapan dan rekan-rekan atas diskusi dan konsultasi yang diberikan.
6. Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa memberikan segala hal yang tidak
ternilai kepada anaknya.
7. Seluruh teman angkatan 2015 Teknik Mesin yang telah banyak membantu
selama penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini hingga selesai.
8. Seluruh karyawan PT. Borneo Alam Semesta site Kutai Barat.
ix
9. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan tugas akhir ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah karya yang sempurna,
dan masih banyak ditemui kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan
masukan yang membangun sangat diharapkan.
Balikpapan, Desember 2017
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR........................................................ ii
SURAT PERNYATAAN....................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................................................... v
PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................................................................. v
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
1.3. Batasan Masalah ............................................................................................ 4
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................... 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
LANDASAN TEORI .............................................................................................. 6
2.1. Produktivitas & Keausan ............................................................................... 6
2.2. Pengenalan Ban ............................................................................................. 7
xi
2.2.1. Struktural ..................................................................................................... 9
2.2.2 Penggunaan Yang Tepat ............................................................................ 10
2.2.3. Pressure ..................................................................................................... 12
2.2.4 Pemeriksaan Ban ....................................................................................... 15
2.2.5 Pemilihan Telapak Ban ............................................................................. 17
2.2.6 Keamanan Ban .......................................................................................... 19
Tabel 2.1 Tekanan Udara Maximal Ban ............................................................... 21
2.2.7 Kerusakan Ban .......................................................................................... 23
2.2.8 Tanda pada tyre ......................................................................................... 28
BAB III ................................................................................................................. 29
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 29
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 29
3.3. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 29
3.3.1. Peralatan: ................................................................................................... 29
3.3.2. Bahan: ........................................................................................................ 29
3.4. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 29
3.5. Diagram Alir ................................................................................................ 30
3.6. Time Frame .................................................................................................. 31
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan .............................................................. 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 32
4.1. Masalah Terjadinya Tyre Wear ................................................................... 32
4.2. Hasil Pengumpulan Data ............................................................................. 32
4.3. Persentase Failure Type ............................................................................... 35
4.4. Perhitungan Keausan Tyre ........................................................................... 38
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan TUR HD785-7 ......................................................... 39
xii
4.5. Analisa Keausan Tyre .................................................................................. 40
4.6. Pembahasan ................................................................................................. 41
Tabel 4.2 Standar Design Road ............................................................................ 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51
5.1. Kesimpulan .................................................................................................. 51
5.2. Saran ............................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Cost Per Hours ......................................................................... 3
Gambar 2.1 Perbedaan ban bias dan ban radial ...................................................... 9
Gambar 2.2 Tekanan Angin .................................................................................. 10
Gambar 2.3 Pengaruh Terhadap Beban ................................................................ 11
Gambar 2.4 Pemeriksaan Ban Berkala.................................................................. 12
Gambar 2.5 Beban Defleksi .................................................................................. 13
Gambar 2.6 Dampak Tekanan Angin.................................................................... 13
Gambar 2.7 Rotasi Ban ......................................................................................... 15
Gambar 2.8 Flap Tyre ........................................................................................... 15
Gambar 2.9 Dampak Ban Ganda .......................................................................... 16
Gambar 2.10 Telapak Ban RIB ............................................................................. 17
Gambar 2.11 Pola Telapak Lug ............................................................................ 18
Gambar 2.12 Pola Telapak RIB LUG ................................................................... 18
Gambar 2.13 Pola Telapak Block ......................................................................... 19
Gambar 2.14 Keausan Irregular Wear ................................................................. 23
Gambar 2.15 Kerusakan Telapak Ban .................................................................. 24
Gambar 2.16 Kerusakan Tread Cut Penetration ................................................... 25
Gambar 2.17 Kerusakan Cut Brust ....................................................................... 25
Gambar 2.18 Kerusakan Tread Chipping.............................................................. 26
Gambar 2.19 Kerusakan Worn Out ....................................................................... 26
Gambar 2.20 Kerusakan Cut Separation .............................................................. 27
Gambar 2.21 Kerusakan Sidewall Cut .................................................................. 27
Gambar 2.22 Tanda Pada Tyre.............................................................................. 28
Gambar 3.1. Flowchart Penelitian ......................................................................... 30
Gambar 4.1 Tyre yang tidak dilakukan maintananance ........................................ 33
xiv
Gambar 4.2 Tyre yang tidak dilakukan maintanance ........................................... 33
Gambar 4.3 gambar tidak dilakukan repair pada rim ........................................... 33
Gambar 4.4 lock tidak dilakukan perawatan dan penyimpanan yang kurang baik 34
Gambar 4.5 lokasi penyimpanan tyre yang kurang memadai ............................... 34
Gambar 4.6 Kondisi Jalan di PT. BAS ................................................................. 35
Gambar 4.11 Grafik Diagram failure Statistic ...................................................... 36
Gambar 4.8 Kerusakan tyre akibat sidewall cut.................................................... 36
Gambar 4.9 Kerusakan tyre akibat sidewall cut.................................................... 37
Gambar 4.10 Kerusakan tyre akibat sidewall cut.................................................. 37
Gambar 4.11 Grafik Tingkat Keausan Posisi Tyre ............................................... 40
Gambar 4.12 Posisi Tyre HD785-7 ....................................................................... 40
Gambar 4.13 Grafik Tingkat Keausan Berdasarkan Merk Ban ............................ 41
Gambar 4.14 Diagram Fishbone Analisa Penyebab ............................................. 43
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tekanan Udara Maximal Ban ............................................................... 21
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan .............................................................. 31
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan TUR HD785-7 ......................................................... 39
Tabel 4.2 Standar Design Road ............................................................................. 45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 ....................................................................................................... 55
LAMPIRAN 2 ....................................................................................................... 59
LAMPIRAN 3 ....................................................................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu bara merupakan salah satu bahan bakar fosil yang merupakan sumber
energi terpenting untuk pembangkit listrik dan sebagai bahan bakar pokok untuk
produksi baja dan semen. Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batu
bara terbesar di dunia. Indonesia menjadi eksportir terdepan batu bara thermal
yang di ekspor terdiri dari jenis kualitas menengah dan jenis kualitas rendah yang
sebagian besar permintaannya berasal dari China dan India.
Industri batu bara Indonesia terbagi dengan hanya sedikit produsen besar dan
banyak pelaku skala kecil yang memiliki tambang batu bara dan konsesi tambang
batu bara. Namun hal ini telah menjadi salah satu penyumbang pendapatan yang
besar bagi pendapatan Indonesia. Namun, karena batu bara merupakan salah satu
sumber daya alam nonhayati, perlu diperhatikan proses penambangannya hingga
akhir proses pengolahan dari batu bara tersebut dituntut adanya proses yang
efisien.
Dengan semakin pesatnya perkembangan perusahaan pertambangan tentunya
harus diikuti dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi ini penting untuk menemukan metode yang tepat dan
paling ekonomis dalam kegiatan penambangan. Disamping itu diperlukan pula
peralatan-peralatan yang menunjang untuk melakukan aktifitas pertambangan
mulai dari penggalian sampai di ekspor melalui jalur laut menggunakan kapal. (
www.indonesia-investment.com)
Salah satu peralatan yang banyak digunakan dalam dunia pertambangan
adalah peralatan angkut seperti Dump Truck. Dump Truck adalah jenis kendaraan
yang dipergunakan dalam mengangkut bahan material seperti pasir, kerikil, atau
tanah untuk keperluan dalam bidang konstruksi. Dump Truck ini memindahkan
material pada jarak menengah sampai dengan jarak jauh (±500 meter). Sedangkan
untuk membongkar muatanya alat berat ini mengangkat bagian baknya dengan
menggunakan teknologi hidrolik. Kapasitas muatan sebuah off road highway ini
ditentukan pada kapasitas dump bodynya dan muatan tersebut dapat
2
mempengaruhi penggerak akhir dump truck yang mana adalah roda yang
terdiri dari velg, rim, lock, dan tyre.
Tyre adalah satu-satunya bagian yang berhubungan dengan permukaan
jalan,tenaga yang terdapat pada engine ini diteruskan pada tyre sehingga
kendaraan yang menggunakan udara bertekanan ini memiliki fungsi untuk
meredam dan memperlembut kejutan dari permukaan jalan serta kenyamanan
dalam berkendara. Walaupun sangat sederhana bagian yang memiliki peran sangat
penting ini dapat menyebabkan kerusakan serta pengeluaran yang sangat besar
sehingga penggunaan ban yang bersentuhan dengan permukaan jalan ini
memindahkan daya pengeremanya ke lintasan, menjadikan fungsi tyre ini tidak
hanya untuk menopang beban pada kendaraan tetapi juga mengontrol gerak awal,
percepatan, perlambatan, pengereman dan belokan (www.itsilmu.com, 2017).
Tyre merupakan salah satu unsur penting dalam pengoperasian dump truck,
oleh karena itu tyre sehubungan dengan peran yang penting ini diperlukan cara
pemakaian dan perawatan ban yang lebih baik agar tidak hanya diperoleh manfaat
keselamatan saja, tetapi juga manfaat keekonomisan, kenyamanan, dan
sebagainya. sehingga memerlukan perawatan yang rutin seperti pengecekan
tekanan angin secara tepat, rotasi pada ban, pergantian pada ban, serta
penggunaan yang tepat.
Sehingga ban merupakan komponen penting karena cost yang dikeluarkan
untuk pengadaan tyre pada truk ini merupakan yang tertinggi kedua setelah bahan
bakar minyak (BBM). Untuk menekan biaya dan melakukan perawatan ban
pemilik perusahaan angkutan kerap mendatangkan orang atau perusahaan yang
mampu melakukan tire management system (TMS)
Namun selama ini, tire management system hanya dipahami oleh perusahaan
angkutan sebagai software dan bukan melakukan upaya perawatan menyeluruh
guna mengoptimalkan pemakaian ban itu sendiri. Padahal TMS dapat menjadi
alternatif bagi pengusaha angkutan, karena upaya ini menjanjikan penurunan cost
ownership ban secara keseluruhan.
3
Gambar 1.1 Grafik Cost Per Hours
Sumber : PT. Borneo Alam Semesta
Tanpa adanya TMS pengusaha angkutan akan mengalami kerugian sekitar
50-100% dari optimalisasi pemakaian ban pada umumnya. Salah satu contoh dari
kerugian tidak menggunakan TMS adalah lupa memasang tutup pentil ban yang
mengakibatkan masuknya kotoran ke dalam pentil. Hal kecil ini bisa
menyebabkan angin keluar dari ban secara perlahan dan mengalami run
flat (kempes menggelinding) yang berakibat pada kerusakan ban secara total.
TMS mulai dilirik sekitar tahun 2000 an atau pada saat ban truck radial mulai
dilirik oleh perusahaan angkutan yang bermain di on road. Kalau di medan off
road, seperti halnya perusahaan tambang yang menggunakan giant tire, mereka
sudah familiar menggunakan TMS sejak awal, Fleet Manager Development
Asean Commercial PBU PT Goodyear Indonesia.
Sehingga banyaknya kesalahan persepsi dari pengusaha angkutan bila proses
TMS lebih dari sekedar penggunaan software. TMS yang sebenarnya adalah suatu
proses menyeluruh yang dimulai dari proses pemilihan ban baru, pemasangan
pada hub roda truk, tekanan angin yang sesuai, perawatan ban, perawatan kaki
kaki kendaraan, mengatur muatan, dll. Guna mendapatkan layanan TMS yang
benar, Retread Sales Manager PT Goodyear Indonesia. sehingga disarankan agar
para pemilik angkutan mempercayakan TMS dan berkonsultasi pada pihak
pabrikan ban.
Memadukan upaya TMS yang benar antara penggunaan software dan
memperlakukan ban sesuai dengan ketentuan dalam TMS menjadikan upaya ini
dapat memaksimalkan cost ownership ban. Selain itu, yang tidak kalah penting
$2.75
$- $- $- $-
$3.05
$1.62
$-
2
0 0 0 0
2
1
0
$-
$0.50
$1.00
$1.50
$2.00
$2.50
$3.00
$3.50
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des
Co
st P
er
Ho
urs
Month
COST PER HOURS by SCRAP TYRES - SIZE 27.00X49
4
dalam proses TMS, yakni melakukan vulkanisir secara baik dan benar pada ban
yang telah mencapai batas pemakaian. (www.truckmagz.com, 2016)
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang didapat yaitu :
1. Pada tyre posisi berapa mengalami tingkat keausan tertinggi ?
2. Apa merk yang mengalami tingkat keausan tertinggi ?
3. Apa yang menyebabkan keausan tyre semakin meningkat ?
1.3. Batasan Masalah
Dikarenakan pada waktu OJT dan pengambilan data yang terbatas, sehingga
penulis hanya melakukan analisa terhadap penggunaan serta tingkat keausan tyre
pada unit HD785-7 di PT.Borneo Alam Semesta.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perawatan tyre terhadap efisiensi
penggunaan tyre.
2. Utntuk mengetahui apa saja dampak yang terjadi terhadap kerusakan dan
keausan pada penggunaan tyre.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan dalam materi pembelajaran mengenai efisiensi
penggunaan tyre.
2. Dapat mengetahui bagaimana pengaruh perawatan tyre terhadap efisiensi
penggunaan tyre
3. Dapat mengelola biaya dalam perawatan tyre berdasarkan dari pengaruh
perawatan terhadap efisiensinya.
5
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Tugas Akhir ini disusun menjadi 5 bab,
yaitu:
a. BAB I PENDAHULUAN : Berisikan latar belakaang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
b. BAB II LANDASAN TEORI : Pada bagian ini berisi uraian tentang teori
dasar yang berhubungan dengan kajian topik yang sedang dibahas dalam
tugas akhir.
c. BAB III METODOLOGI PENELITIAN : Metodologi Penelitian memuat
rincian tentang proses dan alur penelitian yang terdiri dari jenis penelitian
(bersifat analisis, perancangan, pembuatan, dll), cara penelitian, tempat
dan waktu penelitian (dimana penelitian dan kapan dilaksanakan).
d. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN : merupakan rincian tentang hasil
penelitian yang terdiri dari data pendukung dan pembahasan terhadap hasil
setiap penelitian tersebut.
e. BAB V PENUTUP : terdiri dari kesimpulan dan saran saran. Kesimpulan
berisikan tentang rincian poin poin hasil penelitian sedangkan saran-saran
merupakan suatu kajian tentang kendala, kekurangan pada pelaksanaan
penelitian ini agar pelaksanaan penelitian lanjutan dapat diperbaiki dan
disempurnakan.
f. DAFTAR PUSTAKA : penulis untuk mencari sumber informasi dari
berbagai jenis media.Perkembangan itu diikuti oleh perkembangan
berbagai format penulisan kutipan dan daftar pustaka.
g. LAMPIRAN : Berisikan ketentuan pembuatan lampiran ( judul lampiran,
isi dan pengelompokkan lampiran ).
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Produktivitas & Keausan
Menurut Wastana (2016), perawatan merupakan aspek yang sangat penting
dalam perusahaan dan juga pengoperasian suatu system. Penerapan active
maintenance pada PT. Serasi Logistics Indonesia menjadi salah satu kebijakan
maintenance kendaraan seiring dengan waktu kondisi kendaraan yang mengalami
penurunan kemampuan kinerjanya, memperpanjang umur pakai kendaraan,
mencapai tingkat biaya maintenance secara efektif dan efisien dan menjamin
keselamatan orang yang menggunakan sarana/kendaraan. Penerapan active
maintenance PT. Serasi Logistic Indonesia sangat efektif dan terbukti mampu
menurunkan biaya maintenance. Total biaya maintenance setelah penerapan
active maintenance mengalami penurunan sebesar 39,3 % jika dikomparasi
dengan tahun sebelum penerapan active maintenance. Penurunan biaya
maintenance kendaraan ini pada setiapnya bulan menjadi kontribusi peningkatan
keuntungan perusahaan sebesar 9,3 %.
Menurut Fajerin (2010), Kualitas merupakan rangkaian keseluruhan
karakteristik dan keistimewaan dari suatu produk atau jasa dalam memuaskan
sebagian atau keseluruhan kebutuhan dari konsumen. Konsumen sebagai pemakai
produk semakin kritis dalam memilih atau memakai produk oleh karena itu
keadaan ini mengakibatkan peranan kualitas semakin penting.
Adetya (2016), Produktivitas dump truck sangat tergantung dari waktu
edarnya (cycle time). Salah satu elemen penting yang menentukan cycle time
adalah kondisi ban. Apabila ban memiliki kinerja yang baik, maka cycle time yang
diperoleh akan kecil dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas dump truck
itu sendiri. Pengelolaan ban yang efektif dan efisien diperlukan untuk memperoleh
kinerja ban yang optimal. Hal itu dapat dilakukan dengan mengevaluasi indikator
kinerja ban (key performance indicator) yang terdiri dari : umur pakai (lifetime),
tingkat penggunaan tapak ban (tread utilization rate atau TUR), dan ton kilometer
perjam (ton kilometer perhour atau TKPH). Umur pakai (lifetime) ban untuk merk
7
Yokohama 3145 jam, Bridgestone 2828 jam, Michelin 7080 jam, dan Triangle
1942 jam. Target umur pakai untuk ban Yokohama dan Triangle adalah 8190 jam,
sementara untuk ban Bridgestone dan Michelin adalah 8090. Tingkat Pemanfaatan
Tapak Ban (tread utilization rate atau TUR) untuk ban Yokohama = 32,88%;
Bridgestone = 46,26%; dan Michelin = 56,82%. Target yang ditetapkan oleh
pabrikan adalah 85%. TKPH aktual ban merk Triangle adalah sebesar 321,467
sementara TKPH rating dari pabrikan adalah 270. Umur pakai dan tingkat
penggunaan semua merk ban yang digunakan pada unit dump truck tidak
memenuhi target, sementara TKPH aktual melebihi target yang ditetapkan pabrik
ban. Hasil tersebut menandakan kinerja ban tidak bagus, karena ban rusak
sebelum waktunya. Penyebab rusaknya ban antara lain : tekanan ban yang tidak
sesuai standar, kondisi jalan angkut yang buruk (kemiringan terlalu besar, licin,
banyak tumpahan material), beban overload, slip. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan-perbaikan pada manajemen penggunaan ban.
2.2. Pengenalan Ban
Ban adalah merupakan salah satu suku cadang dari kendaraan bermotor yang
mempunyai fungsi khusus dan sangat penting dalam menentukan keselamatan
dalam berkendaraan. Sehubungan dengan fungsinya pada kendaraan yang sangat
penting tersebut, maka perlu cara pemakaian dan perawatan ban yang lebih baik
agar tidak hanya diperoleh manfaat keselamatan saja, tetapi juga manfaat
keekonomisan, manfaat kenyamanan, dan sebagainya.
Tujuan dari petunjuk keselamatan adalah memberikan pengetahuan mengenai
cara memilih, menggunakan serta merawat yang tepat agar ban selalu dalam
kondisi prima. Petunjuk keselamatan ini berisi hal-hal yang berhubungan dengan
masalah tersebut agar pemakai tidak salah dalam menentukan pemilihan ban yang
sesuai dengan type kendaraan, kondisi operasi dan cara-cara perawatannya.
Pressure Tyre (ban OTR) atau Tekanan angin suatu hal yang berpengaruh
sangat besar terhadap tinggi rendahnya lifetime suatu ban. Oleh karena itu
penentuan angka tekanan angin yang akan diberikan harus benar benar dilakukan
secara tepat. Tekanan angin yang berlebihan berpengaruh buruk terhadap umur
8
ban, dan sebaliknya kekurangan tekanan angin juga tidak kalah buruknya
mempengaruhi penurunan umur ban.
Setiap manufacturer ban sudah menyertakan data recommended pressure
sesuai dengan pembebanan ban tersebut. Berikut adalah salah satu contoh cara
menentukan tekanan suatu ban. Kita akan menentukan tekanan angin ban untuk
ukuran 27.00R49 dengan model unit Komatsu HD785 dan rata rata muatannya
adalah 91,075 ton. Sebelum menentukan pembebanan aktual suatu ban, kita harus
mengetahui berat unit HD785 pada saat kosongan atau biasa disebut Empty
Vehicle Weight (EVW) dalam contoh ini adalah 66,93 ton. Selanjutnya juga kita
butuh data distribusi beban antara front axle dengan rear axle pada saat kosongan
maupun muatan, dalam contoh ini 48% vs 52% pada saat kosongan dan 32% vs
68% pada saat muatan. Data EVW dan distribusi beban ini bisa kita dapatkan dari
specification book unit tersebut. Dalam penentuan beban, tentu kita harus
memakai data pembebanan yang paling tinggi, dalam hal ini adalah pada saat
kondisi bermuatan. Pada saat muatan, EVW + muatan adalah 91,075 + 66,93 =
158,005 ton disebut Gross Vehicle Weight. Distribusi beban di front axle adalah
32% x 158,005 = 50,562 ton. Karena di front axle ada 2 ban berarti masing
masing ban menahan beban seberat 25,28 ton. Distribusi beban di Rear axle
adalah 68% X 158,005 = 107,443 ton. Karena di rear axle ada 4 ban berarti
masing masing ban menahan beban seberat 26,86 ton.
Dari perhitungan tersebut kita dapatkan bahwa untuk setiap ban depan rata
rata menahan beban seberat 25,28 ton, sedangkan ban belakang menahan beban
seberat 26,86 ton. Angka ini kita gunakan untuk menentukan tekanan angin ban
berdasarkan data tabel yang diberikan manufacture tersebut.Dalam hal ini angka
tekanan angin untuk 25,28 ton adalah 94 psi, sedangkan untuk 26,86 ton adalah
102 psi. Dalam prakteknya seringkali yang diambil adalah angka yang tertulis
dalam tabel dalam hal ini adalah pembulatan ke atas sehingga untuk 25,28 ton
adalah 94 psi, dan untuk 26,86 ton adalah 102 psi.
Biasanya setiap manufacturer juga menyertakan data tekanan maximum yang
bisa diberikan pada ban. Apabila dari perhitungan di atas kita mendapatkan angka
9
yang lebih tinggi dari tekanan maximum yang diberikan manufacturer, maka kita
harus konsultasikan kepada pihak manufacture yang bersangkutan
2.2.1. Struktural
Perbedaan mendasar dari ban bias dan radial terletak pada susunan benang yang
mengikat, berikut perbedaan detailnya :
Gambar 2.1 Perbedaan ban bias dan ban radial
Sumber: PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
a. Struktur Bias
Ban dengan struktur bias adalah yang paling banyak dipakai. Dibuat dari
banyak lembar cord yang digunakan sebagai rangka (frame) dari ban. Cord
ditenun dengan cara zig-zag membentuk sudut 40 sampai 65 derajat sudut
terhadap keliling lingkaran ban
b. Struktur Radial
Untuk ban radial, konstruksi carcass cord membentuk sudut 90 derajat sudut
terhadap keliling lingkaran ban. Jadi dilihat dari samping konstruksi cord adalah
dalam arah radial terhadap pusat atau crown dari ban. Bagian dari ban
berhubungan langsung dengan permukaan jalan diperkuat oleh semacam sabuk
pengikat yang dinamakan "Breaker" atau "Belt". Ban jenis ini hanya menderita
sedikit deformasi dalam bentuknya dari gaya sentrifugal, walaupun pada
kecepatan tinggi. Ban radial ini juga mempunyai "Rolling Resistance" yang kecil.
Beberapa istilah dalam struktur ban
10
1. Tread adalah bagian telapak ban yang berfungsi untuk melindungi ban dari
benturan, tusukan obyek dari luar yang dapat berusak ban. Tread dibuat banyak
pola yang disebut Pattern.
2. Breaker dan Belt adalah bagian lapisan benang ( pada ban biasa terbuat dari
tekstil , sedang ban radial terbuat dari kawat) yang diletakkan diantara tread
dan Casing. Berfungsi untuk melindungi serta meredam benturan yang terjadi
pada Tread agar tidak langsung diserap oleh Casing.
3. Casing adalah lapisan benang pembentuk ban dan merupakan rangka dari ban
yang menampung udara bertekanan tinggi agar dapat menyangga ban.
4. Bead adalah bundelan kawat yang disatukan oleh karet yang keras dan
berfungsi seperti angkur yang melekat pada velg.
2.2.2 Penggunaan Yang Tepat
A. Tekanan Angin
Gambar 2.2 Tekanan Angin
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Tekanan angin harus dikontrol dan disesuaikan dengan muatan. Tidak boleh
kurang dari standard dan tidak boleh lebih tinggi dari standard. Karena dapat
menimbulkan kerusakan- kerusakan dan memperpendek umur ban.
Kontak permukaan ban harus seluruhnya melekat pada permukaan jalan.
Semakin luas kontak area telapak ban dengan permukaan jalan akan menyebabkan
daya cengkeram terhadap permukaan jalan lebih sempurna sehingga dapat
memperpanjang umur ban dan lebih aman dalam berkendaraan.
11
B. Beban
Gambar 2.3 Pengaruh Terhadap Beban
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Kondisi beban/muatan berpengaruh terhadap umur ban. Apabila muatan
melebihi dari yang direkomendasikan, maka akan dapat menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada ban. Oleh karena itu dianjurkan agar muatan tidak melebihi daya
dukung dari pada ban, selain dapat mengakibatkan kerusakan kendaraan juga
kurang aman dalam berkendaraan. Dalam pendistribusian muatan, dianjurkan agar
semua exel kendaraan dapat menanggung beban muatan yang sama beratnya.
C. Kecepatan
Kecepatan, beban dan tekanan angin saling berkaitan dalam menentukan
umur ban dan keamanan berkendaraan. Dianjurkan agar ketiga faktor tersebut
dilaksanakan secara wajar dan tidak berlebihan.
Batas kemampuan sebuah ban ditentukan oleh hasil perkalian antara beban
dan kecepatan yang hasil/ nilainya tidak boleh melampaui dari pada nilai standard
yang telah ditentukan oleh pabrik. Oleh karena itu agar nilai batas aman tidak
terlampaui, maka kecepatan kendaraan harus dikurangi untuk mengimbangi
peningkatan atau penambahan beban.
D. Kondisi Permukaan Jalan
Ban adalah bagian kendaraan yang langsung bersinggungan dengan
permukaan jalan selain menopang beban kendaraan, ban berfungsi untuk
menyerap kejutan oleh permukaan jalan, Kondisi site / lapangan ini dipengaruhi
dengan tetap yakni dari baiknya permukaan jalan yang menjadikan hasil dari
target perusahaan bisa tercapai, kondisi permukaan jalan berpengaruh terhadap
umur dari ban dan jalan yang berbatu atau aspal yang berlobang menyebabkan
kerusakan pada ban kerusakan dapat berupa sobekan pada tapak atau pada dinding
12
ban kerusakan lainnya adalah putusnya benang nylon pada lapisan carcas ban,
yang ditandai dengan adanya tonjolan pada dinding atau tapak ban
2.2.3. Pressure
A. Pemeliharaan Tekanan Angin
Yang perlu dilakukan pemeriksaan berkala untuk dalam , diantaranya :
Gambar 2.4 Pemeriksaan Ban Berkala
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Pemeriksaan Tekanan Angin
Sesuaikan tekanan angin dengan berat muatan, atau naikkan tekanan ke
standard maximum lalu periksa tekanan angin paling sedikit sekali dalam satu
bulan. dan jugapemeriksaan tekanan angin hanya dilakukan pada saat ban
dalam keadaan dingin serta untuk ban cadangan, tekanan angin harus di atas
tekanan standard
B. Manfaat Keselamatan
Pencegahan pecah ban secara tiba-tiba
Kondisi ban dengan tekanan angin yang kurang, menyebabkan defleksi
dengan cepat dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan
pembangkitan panas pada ban dipercepat dan lebih tinggi mengakibatkan
pemisahan pada lapisan ban, sehingga ban bisa pecah secara tiba-tiba.
13
Gambar 2.5 Beban Defleksi
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Jarak pengereman yang lebih baik.
Dengan tekanan angin yang sesuai dengan beban, akan menghasilkan kontak
area permukaan ban dengan jalan yang lebih luas sehingga daya cengkeram
dan kemampuan pengereman menjadi lebih baik. Sebaliknya, tekanan angin
yang tidak sesuai dengan beban akan menghasilkan kontak area yang sempit,
pengurangan daya cengkeram, sehingga akan mengurangi kemampuan
pengereman.
Kestabilan mengemudi terutama pada kecepatan tinggi atau tikungan.
Tekanan angin yang sesuai dengan beban akan membuat dinding samping
pada ban menjadi kuat untuk menahan gaya pada saat kendaraan menikung
atau berpindah lajur. Tekanan angin yang kurang akan menyebabkan dinding
samping pada ban menjadi lemah, sehingga pada saat menikung atau
berpindah lajur, kendaraan menjadi kurang stabil. Tekanan angin yang kurang
akan menyebabkan ban lebih cepat rusak.
C. Manfaat Keekonomisan
Umur Pemakaian Ban Yang lebih lama
Gambar 2.6 Dampak Tekanan Angin.
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
14
Tekanan angin kurang akan mengakibatkan keausan telapak ban terjadi lebih
cepat pada bagian ujung telapak ban, sehingga umur ban menjadi lebih pendek
dari yang seharusnya.
Tekanan angin lebih akan menyebabkan gesekan telapak ban dengan
permukaan jalan hanya terjadi pada bagian tengah telapak ban, sehingga umur ban
menjadi lebih pendek dari yang seharusnya. Kontak Area permukaan ban pada
tekanan angin kurang. Tekanan angin yang sesuai dengan beban akan
menyebabkan telapak ban yang bergesek dengan permukaan jalan menjadi lebih
merata pada semua bagian, sehingga memaximalkan umur pemakaian ban.
Kontak area permukaan ban pada tekanan angin standar
Daya Tahan Terhadap Kerusakan Yang Lebih Baik.
Tekanan angin yang tidak sesuai dengan beban akan menyebabkan kerusakan
pada ban antara lain :
-retak pada alur telapak ban.
-retak pada dinding samping ban.
-lepas lapisan karena panas:
-telapak ban aus tidak merata
D. Manfaat Kenyamanan
Tekanan angin yang tidak sesuai, akan menyebabkan keausan tidak merata
pada telapak ban, sehingga akan menimbulkan
-Suara mendengung pada telapak ban
-Getaran kendaraan yang berlebihan, karena telapak ban aus tidak merata.
Rotasi ban
Guna memperpanjang umur ban maka perlu melakukan rotasi ban yang baik
dan benar dengan cara sebagai berikut :
15
Gambar 2.7 Rotasi Ban
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
2.2.4 Pemeriksaan Ban
Pemeriksaan ban perlu dilakukan dengan 2 cara berikut :
1. Pemeriksaan pada waktu pasang.
a. Tentang Ban Dalam.
Ban dalam harus diganti apabila :
-Sudah melipat.
-Sudah lunak karetnya.
-Sudah ada bagian yang tipis.
-Sudah banyak tambalannya.
b. Tentang Flap.
Flap yang harus diganti apabila :
-Sudah retak, sudah kaku, sudah sobek.
Gambar 2.8 Flap Tyre
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
16
c. Tentang Tutup Pentil.
Tutup Pentil harus selalu terpasang agar tekanan angin tetap stabil. dan
menjaga agar kotoran/air tidak masuk ke dalam pentil untuk menjamin
kelancaran kerja sistim pegas di dalam pentil sehingga tyre cap dapat
bekerja dengan sempurna.
d. Tentang velg.
Yang harus diperhatikan tentang velg adalah :
-velg yang bengkok atau cacat harus diperbaiki.
-Apabila terdapat karat atau kotoran lainnya harus dibersihkan.
e. Tentang Ban Ganda.
Yang harus diperhatikan tentang Ban Ganda adalah :
-Tinggi harus sama
-Tekanan Angin harus sama.
-Tidak boleh saling bersentuhan.
Gambar 2.9 Dampak Ban Ganda
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
2. Pemeriksaan pada waktu pelepasan
Luka atau cacat di sekitar bead ban tubeless akan menimbulkan kebocoran
udara, maka waktu pasang pakailah bahan pelumas yang direkomendasikan.
Cairan dan benda asing lainnya yang ada dalam ban, kemungkinan akan
mengganggu fungsi ban tersebut. Maka sebelum memasang ban ke pelek,
periksalah bagian dalam ban dan bersihkan apabila ada benda asing dan cairan.
Setelah memasang ban tubeless pada pelek, pastikanlah tidak ada kebocoran udara
dari bagian yang bersentuhan antara ban dan pelek (sekeliling bagian bead) dan
17
dari lubang pentil (gerakkan pentil ke atas-bawah dan ke kiri dan ke kanan).
Untuk mencegah getaran yang abnormal dan keausan tidak rata pada ban, ban
harus di-balance.
Ban yang ada petunjuk seperti arah putaran dll, harus dipasang pada roda
kendaraan sesuai petunjuk tersebut. Karena ada kemungkinan bahaya ledakan
waktu dipakai, pastikan ban tidak menyentuh bagian badan kendaraan. Hindari
agar roda tidak menjulur ke luar dari badan kendaraan. Merubah ukuran ban dan
type ban akan merubah karakter pergerakannya, maka agar menjadi terbiasa,
menyetirlah dengan hati-hati.
2.2.5 Pemilihan Telapak Ban
Jenis dan sifat pola telapak ban serta tujuan penggunaannya
Gambar 2.10 Telapak Ban RIB
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
a. Sifat pola telapak ban RIB adalah :
-Tahanan gesekan kecil.
-Mengurangi selip ke samping.
-Stabilitas pengendalian baik.
-Kenyamanan baik.
-Tidak berisik.
Alur semacam ini dibuat agar dapat mengalirkan air apabila berjalan pada
permukaan basah sehingga dapat terhindar dari kemungkinan slip ke samping
Dipakai untuk jalan raya dengan kecepatan tinggi.
18
b. Sifat pola telapak LUG adalah :
Gambar 2.11 Pola Telapak Lug
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
-Daya tarik dan pengereman yang lebih baik.
-Daya cengkeram yang baik.
Alur melintang pada telapak ban dibuat untuk traksi agar ban dapat tetap
bergerak pada permukaan jalan tanah/lumpur untuk menghindari slip, dipakai
untuk jalan tanah yang lunak.
c. Sifat pola telapak RIB LUG
Gambar 2.12 Pola Telapak RIB LUG
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
-Sifat gabungan dari pola telapak RIB dan LUG.
Tujuan pembuatan alur ini adalah untuk memperoleh manfaat kedua macam
pola telapak, baik RIB maupun LUG. Dipakai untuk jalan berbatu, jalan tanah
dan jalan aspal tidak rata.
19
d. Sifat pola telapak Block
Gambar 2.13 Pola Telapak Block
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
-Traction dan Braking power baik sehingga performancenya baik.
-Pengendalian pada jalan tanah maupun jalan aspal, cukup baik.
Pola telapak BLOCK mempunyai sifat dan manfaat seperti pola telapak RIB
LUG tersebut.
2.2.6 Keamanan Ban
1. Mencegah Bahaya Waktu Pakai
A. Pengisian Angin
Bahaya
Untuk menghindari bahaya peledak,isilah angin dengan memasang
alat pengaman terlebih dahulu seperti memasukan ban kedalam pagar
pengaman sebelum memompanya
Peringatan
Tekanan maksimum untuk mendudukan kedua sisi bead pada
dudukan pelek ban mobil penumpang adalah 44 PSI (3.1kg/cm²).
B. Cacat pada ban
Bahaya
Ban yang ada retak pada karetnya atau cacat bagian luarnya sampai
benang, tidak boleh dipakai, karena akan turun kekuatannya dan
kemungkinan besar akan timbul kerusakan yang membahayakan. Apakah
ban tersebut dapat diperbaiki atau tidak konsultasikan dengan toko
penjualnya.
2. Menjaga Keamanan dan Kinerja
A. Hal yang harus diperhatikan ketika memilih ban
Peringatan
20
Pakailah ban standar atau ban pengganti yang telah ditetapkan oleh
pembuat kendaraan. Pakailah ban dengan ukuran, konstruksi dan jenis
yang sama untuk keseluruhan rodanya, kecuali bila pembuat kendaraan
menetapkan ban yang berbeda ukuran untuk masing-masing porosnya,
maka ikutilah instruksi tersebut. Mencampur pemakaian ban yang
berbeda ukuran dan konstruksi pada satu poros, dikhawatirkan akan
menimbulkan kecelakaan karena adanya perbedaan kinerja. Maka
hindarilah hal tersebut kecuali dalam keadaan darurat. Pakailah pelek
yang sesuai dengan ukuran dan jenis bannya. Ban tubeless haruslah
menggunakan pelek tubeless
B. Memeriksa cacat dan benda Asing
Peringatan
Pastikan tidak ada kerusakan pada pelek seperti retak, berubah
bentuk dan karat yang berlebihan. Pastikan tidak ada keretakan, paku,
pecahan logam, batu dan benda asing lainnya.
Uji Jalan
Pada waktu pemakaian baru, jarak sampai 200 km kecepatan tidak
boleh lebih dari 60km/jam, supaya terbiasa dengan ban tersebut
C. Hal yang harus diperhatikan sewaktu memasang ban ke pelek
Luka atau cacat di sekitar bead ban tubeless akan menimbulkan
kebocoran udara, maka waktu pasang pakailah bahan pelumas yang
direkomendasikan. Cairan dan benda asing lainnya yang ada dalam ban,
kemungkinan akan mengganggu fungsi ban tersebut. Maka sebelum
memasang ban ke pelek, periksalah bagian dalam ban dan bersihkan
apabila ada benda asing dan cairan. Setelah memasang ban tubeless pada
pelek, pastikanlah tidak ada kebocoran udara dari bagian yang
bersentuhan antara ban dan pelek (sekeliling bagian bead) dan dari
lubang pentil (gerakkan pentil ke atas-bawah dan ke kiri dan ke kanan).
Untuk mencegah getaran yang abnormal dan keausan tidak rata pada
ban, ban harus di-balance. Ban yang ada petunjuk seperti arah putaran
dll, harus dipasang pada roda kendaraan sesuai petunjuk tersebut. Karena
21
ada kemungkinan bahaya ledakan waktu dipakai, pastikan ban tidak
menyentuh bagian badan kendaraan. Hindari agar roda tidak menjulur ke
luar dari badan kendaraan. Merubah ukuran ban dan type ban akan
merubah karakter pergerakannya, maka agar menjadi terbiasa,
menyetirlah dengan hati-hati.
Peringatan
Yang dimaksud dengan type adalah pembagian ban berdasarkan
perbedaan konstruksi carcass. Perlu tidaknya pemakaian ban dalam, kelas
kecepatan dan pola telapak ban.
D. Hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan tekanan
angin.
Peringatan
Aturlah regulator tekanan angin agar terhindar dari bahaya meledak.
Tekanan udara tertinggi dari regulator compressor:
Tabel 2.1 Tekanan Udara Maximal Ban
Tekanan Angin – Max Ban Adjust valve Compressor
Sampai 58 PSI (4,1 kg/cm²) 74 PSI (5,2 kg/cm²)
Sampai 88 PSI (6,2 kg/cm²) 102 PSI (7,2 kg/cm²)
Kurang dari 145 PSI (10,2 kg/cm²) 145 PSI (10,2 kg/cm²)
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Aturlah tekanan angin sesuai rekomendasi pembuat kendaraan pada
saat ban dingin kelebihan atau kekurangan tekanan angin dikhawatirkan
akan merusak ban dan menyebabkan kecelakaan. Pada waktu sedang
berjalan atau baru saja berjalan, karena panas, tekanan udara akan
menjadi tinggi, maka kondisi ini tidak bisa dijadikan acuan. Periksalah
angin ban cadangan secara berkala dan isilah angin dengan tekanan yang
tertinggi dari yang ditetapkan oleh pembuat kendaraan (vehicle maker).
Janganlah menurunkan tekanan angin dari yang telah ditetapkan dalam
kondisi apapun (panas, basah,dll)
22
E. Batas Keausan Ban
Peringatan
Batas pemakaian ban adalah bila tinggi kembang yang tersisa tinggal
1,6 mm (bila tinggi kembang tinggal 1,6 mm, alur akan kelihatan putus).
Ban yang sudah gundul, akan menurunkan kinerjanya dan bahaya slip
pada jalan basah. Penggunaan di jalan tol, batas keausan ban sedan 2,4
mm.
F. Pokok-Pokok Berkendara Dengan Aman
Waktu sedang jalan, bila terasa pengendalian tidak stabil atau suara
yang abnormal dan getaran berlebihan segera berhenti di tempat yang
aman, check ban dan kendaraannya. Meskipun tidak ada kelainan secara
kasat mata, secepatnya periksakan ke toko atau bengkel khusus ban.
Karena berbahaya, hindarilah maju, mundur, berputar, berhenti,
manambah kecepatan dll secara tiba-tiba. Terutama pada bagian yang
basah, karena mudah slip dan dikhawatirkan akan terjadi kecelakaan,
maka mengemudilah sesuai dengan kondisi jalan. Karena ada
kemungkinan akan merusak ban, maka janganlah menabrakkan sisi
samping ban ke trotoar dan hindarilah melindas benda-benda yang ada di
jalan(batu,lubang,dll). Pada waktu berkendaraan, senantiasa jagalah
kecepatan dan jarak aman antar kendaraan. Terutama jagalah jarak yang
aman pada jalan yang basah.
G. Keselarasan roda
Pastikanlah dan aturlah keselaranan roda sesuai standar pembuat
kendaraan sehingga tidak terjadi perbedaan dalam alur kembang tyre dan
juga keausan dapat menjadi tidak rata dikarenakan tidaknya keselarasan.
H. Bahan pelindung dan mempercantik ban
Janganlah memakai bahan yang dapat berpengaruh buruk terhadap
ban seperti bahan untuk yang mengkilapkan ban. Apabila mengoles ban
dengan cairan pelicin untuk pemasangan, atau dengan bahan pengkilap
23
ban, hati-hatilah jangan sampai terkena permukaan telapak, apabila
terkena ada kemungkinan ban akan tergelincir.
I. Penyimpanan ban.
Simpan ban dengan menghindari tempat-tempat yang terkena sinar
matahari langsung, hujan, air, jenis-jenis minyak, tempat-tempat sumber
pemanas (heater), dan tempat-tempat yang menimbulkan bunga api
seperti peralatan listrik, dll.
J. Rotasi
Untuk mencegah getaran yang abnormal, bising dan juga untuk
memperpanjang umur ban, maka lakukanlah pergantian posisi ban
(rotasi), secara berkala setiap 4000-5000Km hal ini dilakukan agar
lifetime tyre dapat sesuai dengan target dan juga memperkecil terjadinya
keausan.
K. Kelebihan muatan
Muatan berlebih menjadi penyebab kerusakan dan memperpendek
umur ban, juga akan menyebabkan kerusakan pada pelek seperti retak,
dll. Maka hindarilah pemakaian muatan yang terlalu berlebihan
L. Hal-hal yang harus diperhatikan
Ban yang didalamkan alur kembangnya, dilubangi dan di-re-proses,
janganlah dipakai karena ada kemungkinan akan menyebabkan
kecelakaan.
2.2.7 Kerusakan Ban
A. Keausan Tidak Rata (Irregular Wear)
Gambar 2.14 Keausan Irregular Wear
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
24
Penyebab:
1. Tekanan angin kurang / lebih
2. Spooring tidak pas
3. Kaki-kaki dan suspensi tidak bekerja dengan baik
Pencegahan :
1. Gunakan tekanan angin standar
2. Lakukan spooring secara berkala
3. Periksa kondisi sistem kaki-kaki/ suspense
B. Kerusakan bagian telapak ban (spot wear)
Gambar 2.15 Kerusakan Telapak Ban
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Penyebab :
1. Pengereman mendadak
2. Suspensi yang rusak
3. Balance roda tidak bagus
Pencegahan :
1. Hindari pengereman mendadak
2. Ganti suspensi yang rusak
3. Lakukan balancing secara berkala
25
C. Tread Cut Penetration
Gambar 2.16 Kerusakan Tread Cut Penetration
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Penyebab :
Ban melindas benda tajam hingga menembus
Pencegahan :
Hati-hati berjalan pada jalan rusak/banyak benda tajam
D. Cut brust
Gambar 2.17 Kerusakan Cut Brust
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Penyebab :
1. Membentur/melindas benda tajam hingga pecah
2. Tekanan angin terlalu tinggi
Pencegahan :
1. Berhati-hati ketika mlelewati jalan rusak
2. Sesuaikan tekanan angin dengan standar
26
E. Tread Chipping
Gambar 2.18 Kerusakan Tread Chipping
Sumber : PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013
Penyebab :
1. Kondisi jalan kasar dan tajam.
2. Kasar ketika mengemudi.
3. Salah dalam pemakaian tipe ban.
Pencegahan :
1. Kurangi kecepatan saat melewati jalan rusak.
2. Pakai tipe ban yang sesuai dengan kondisi jalan
(PT. Bridgestone Tire Indonesia, 2013)
F. Worn Out (Keausan)
Gambar 2.19 Kerusakan Worn Out
Sumber : PT. Bridgestone Damage Inspection Guide, 2005
Definisi :
1. Tread habis kondisi rata/licin tidak ada chunk, RTD minimum adalah 0.
2. Min RTD lebih dari 0, tetapi sebagian tread chunked dan belt terbuka
Chunking bukan disebabkan oleh road hazard, misalnya cut-separasi.
3. Dalam hal tertentu/khusus kriteria min RTD ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara pihak penambang dan Bridgestone.
Penyebab :
Pemakaian ban secara normal.
27
G. Cut Separation
Gambar 2.20 Kerusakan Cut Separation
Sumber : PT. Bridgestone Damage Inspection Guide, 2005
Definisi :
Separasi diawali dari cut yang dalam pada tread
Penyebab :
1. Tekanan angin yang tidak tepat dan overloading.
2. External cut, drilling dari batuan dan nampak seperti lemahnya daya lekat
antara karet tread dan kawat belt atau breaker.
H. Sidewall Cut
Gambar 2.21 Kerusakan Sidewall Cut
Sumber : PT. Bridgestone Damage Inspection Guide, 2005
Definisi :
Sidewall cut yang disebabkan oleh peralatan harus diklasifikasikan sebagai
kecelakaan.
Penyebab :
Terkena atau membentur batuan tajam
28
2.2.8 Tanda pada tyre
Gambar 2.22 Tanda Pada Tyre
Sumber: Chitra Paratama, 2017
Contoh tanda : 35/65R33 XLDD2 A TL P L3T
35 = lebar tyre (S=35 inchi)
/65 = Aspek rasio (H/S)
R = Konstruksinya Radial
33 = Diameter bead seatnya (=33 inchi)
X = Michelin Radial
LD = Tread Pattern (type kembangnya)
D2 = Tread depth (kedalaman kembangnya)
A = Type Tyre
TL = Tubeless
P = Simbol kekuatan tyre
L5 = Standar kode identifikasi
T = Kelengkapan dari michelin identifikasi
(Chitra Paratama, 2017)
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah analisa tingkat keausan tyre pada unit HD785-7 di PT.
Borneo Alam Semesta Site Melak.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Borneo Alam Semesta Site Melak
Kecamatan Muara Lawa, Kutai Barat, Kalimantan Timur dan Kampus Politeknik
Negeri Balikpapan, Jalan Soekarno Hatta Km 8 Balikpapan-Kalimantan Timur.
Waktu penelitian dimulai dari Oktober-November 2017 dan April-juni 2018
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian tentang analisa tingkat keausan tyre pada unit HD785-7 di PT.
Borneo Alam Semesta Site Melak membutuhkan peralatan dan bahan sebagai
berikut:
3.3.1. Peralatan:
Tyre tread depth gauge
Pressure gauge
3.3.2. Bahan:
Tyre Unit HD785-7 merk Michelin
Tyre Unit HD785-7 merk Bridgestone
Tyre Unit HD785-7 merk Goodyear
3.4. Prosedur Penelitian
1. Obeservasi lapangan dan melakukan visual check.
2. Melakukan pengukuran dan pengambilan data dengan alat ukur tread depth
gauge dan pressure gauge pada tyre unit HD785-7 merk Michelin,
Bridgestone, Goodyear.
3. Menganalisa data kerusakan, perawatan, dan penggantian tyre
4. Menyimpulkan hasil analisa
30
5. Menyarankan cara yang baik dalam penggunaan dan perawatan tyre kepada
industry
3.5. Diagram Alir
Gambar 3.1. Flowchart Penelitian
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018
Data Primer
1. Foto Kerusakan
2. wawancara
Data Sekunder
1. Tyre failure report (
TFR )
2. Foto
Perumusan
Masalah
Start
Studi Lapangan Studi Pustaka
Dokumentasi Observasi literatur Internet
Hasil Pengukuran
Finish
Analisa
Kesimpulan & Saran
Pengolahan
Tahap Perumusan
Tahap
Pengumpulan Data
Tahap Pengolahan
Data
31
3.6. Time Frame
Rincian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan pada waktu yang tentukan, hal ini
ditunjukkan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Jenis Kegiatan
Bulan
Oktober-
November
2017
Maret
2018
April
2018
Mei
2018 Juni 2018 Juli 2018
1
Tinjauan
Pustaka &
Observasi
2
Membuat
Proposal
Tugas Akhir
3
Seminar
Proposal
Tugas Akhir
4 Mengolah
Data
5 Menganalisis
Data
6
Membuat
Laporan Tugas
Akhir
7 Ujian Tugas
Akhir
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
Keterangan:
: Sudah Dilakukan
: Belum Dilakukan
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Masalah Terjadinya Tyre Wear
Diketahui masalah dari salah satu tingkat keausan yang terjadi di PT. Borneo
Alam Semesta pada unit HD785-7 mengalami tingkat keausan yang di tandai dengan
pengeluaran perusahaan yang terjadi peningkatan pada bulan juni sehingga
menyebabkan tingkat pengeluaran yang tinggi. Serta jarangnya dilakukan perawatan
terhadap tyre dan pengecekan terhadap kondisi tyre tersebut dikarenakan tidak adanya
sarana untuk pengecekan di lokasi tambang. Jika tidak segera dilakukan perbaikan dapat
menyebabkan kerusakan komponen dan memakan pengeluaran yang lebih besar.
4.2. Hasil Pengumpulan Data
Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi selanjutnya melakukan kegiatan
pemeriksaan & pengukuran komponen yang terkait permasalahaan tersebut diharapkan
dapat diketahui akar permasalahan tersebut
PT. BAS terdiri dari beberapa Department, salah satu-nya ialah Department
Plant. Department Plant PT. BAS sendiri memiliki beberapa section antara lain : Team
Overhoul, Team Service, Team Medium Truck (DT), Team A2B, Team Welder & Team
Tyre. Selama masa OJT, dalam pekerjaan ketika OJT membantu melakukan pekerjaan
pada Team Tyre . Sehingga pekerjaan yang dilakukan pada Team Tyre selama 30 hari.
Diantara 30 hari tersebut,ditemukanya diantaranya 10 kali bagaimana pemeliharaan tyre
dan cepatnya terjadi keausan tyre pada unit HD785-7 .
Dari hasil pengamatan selama melakukan perawatan dan perbaikan tyre pada unit
HD785-7 dapat ditemukanya adanya metode perbaikan yang dilakukan mekanik tidak
sesuai shop manual hal tersebut dibuktikan dengan gambar 4.1berdasarkan hal tersebut
bahwa perlu dilakukanya kajian serta metode perawatan tyre pada unit HD785-7di PT.
Borneo Alam Semesta, adapun hasil tyre yang tidak dilakukan maintenance sebagai
berikut :
33
Gambar 4.1 Tyre yang tidak dilakukan maintananance
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Dari gambar bahwa dapat dilihat betapa perawatan pada tyre sangat lah penting
dikarenakan umur dari dan keausan mencapai lifetmenya.
Gambar 4.2 Tyre yang tidak dilakukan maintanance
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Gambar pada 4.2 dilihat jika melalaikan perawatan dari tyre akibatnya keausan pada
thread lebih cepat dan mengakibatkan kerusakan pada komponen lainya.
Gambar 4.3 gambar tidak dilakukan repair pada rim
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
34
Gambar pada dilihat jika melalaikan perawatan dari tyre akibatnya keausan pada lock
lebih cepat dan mengakibatkan karat pada komponen lainya sehingga mempengaruhi
kualitas ketika akan dilakukan kembali pemasangan.
Gambar 4.4 lock tidak dilakukan perawatan dan penyimpanan yang kurang baik
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Lock diatas adalah bagaimana tingkat kerusakan jika tidak memperhatikan dari sebuah
perawatan dan penyimpananya,sehingga terjadinya dampak karatan terhadap locknya
untuk itu ketika akan meletakan dan menyimpan lock haruslah ditempat yang tidak
terkena basah untuk menghindari korosi pada nantinya.
Gambar 4.5 lokasi penyimpanan tyre yang kurang memadai
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Dari gambar diatas adalah stok dan penempatan tyre yang telah rusak yang dimana tyre
tersebut masih bisa untuk di repair ulang untuk digunakan kembali sebagai stok
tambahan.
35
Gambar 4.6 Kondisi Jalan di PT. BAS
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2017)
Kondisi jalan site di PT. BAS berikut adalah diketahui kondisinya bergelombang bahwa
harus dilakukan tindakan pemerataan dengan mengkonfirmasi pengawas lapangan serta
pengawas tyre untuk diperbaiki.
4.3. Persentase Failure Type
Diketahui dari jumlah dan tingkat kerusakan diatas bahwa banyak sekali dampak
yang akan terjadi terhadap tyre itu sendiri maka dari itu bentuk dari suatu hal kecil
seperti karat harus sangat cepat di tindaki atau diperbaiki agar tidak terjadi
keberlanjutan korosi terhadap bagian yang ada pada tyre itu sendiri, sekaligus
memperbaiki dari suatu prosedur terhadap perbaikanya juga agar dapat digunakan
selama mugkin dan meminimalisir cost dari perusahaan kedepanya dan menjaga
lifetimenya agar sesuai target yang seharusnya.
jika dapat mengantisipasi kerusakan yang terjadi pada nantinya maka dapat dikatan
bahwa prosedur maintanance terjadi dengan baik dan sempurna karena cost yang
dikeluarkan untuk kerusakan tidak begitu tinggi, berikut adalah grafik kerusakan
typenya di PT. Borneo Alam Semesta :
36
Gambar 4.11 Grafik Diagram failure Statistic
Sumber : (PT . Borneo Alam Semesta, 2017)
Grafik 4.1 diatas menunjukan tyre failure pada unit komatsu HD785-7 dari
jumlah keseluruhan kerusakan terbesar adalah sidewallcut 60%,cut separation 20%, dan
worn out 20% kerusakan tersebut karena sidewall cut, schedule rotation,kurangnya
maintenance jalan, undulasi yang tinggi, serta overloading.
Dari hasil pengamatan selama melakukan perawatan dan perbaikan tyre pada unit
HD785-7, akhirnya ditemukan adanya kesalahan terhadap operator serta kurangnya
pengarahan kepada operator tentang bagaimana pengecekan kendaraan sebelum
melakukan loading (P2H). Hal tersebut dibuktikan dengan hasil Gambar 4.6 berikut
hasil dampak dari kerusakan yang terjadi akibat sidewall cut:
Gambar 4.8 Kerusakan tyre akibat sidewall cut
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Sidewall Cut 60%
Cut Separation 20%
Worn Out 20%
27.00 X R. 49 Failure Statistic
37
Pada gambar sudah sangat jelas bahwa untuk harus melakukan pengecekan pressure
tyre sehingga tidak terjadinya dampak seperti gambar 4.6 serta untuk menunjang dan
mengurangi kesalahan yang terjadi.
Gambar 4.9 Kerusakan tyre akibat sidewall cut
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Bentuk kerusakan yang terjadi saaat operasi ditambang yakni sidewall cut yang
menjadikan robeknya tyre pada sampingnya.
Gambar 4.10 Kerusakan tyre akibat sidewall cut
(Sumber : Dokumentasi, 2017)
Serat yang terjadi pada bagian tyre ikut merusak dari dalam sehingga akibat benturan
ataupun kondisi permukaan jalan yang kurang baik kerusakan tersebut tidak dapat
diperbaiki karena merusak terhadap bagian pada tyre itu sendiri.
38
Diagram failure statistic menunjukan persentase kerusakan tyre dengan kerusakan
masing masing disebabkan oleh sidewall cut 60%,worn out 20%,Cut separation 20%
Beberapa faktor kerusakan diantara lainya :
a) Poor maintenance road, yang meliputi loading area, haul road dan dumping area
yang kurang terawat (hamparan batu,undulasi,dll)
b) Normal wear, yang dimana tyre sudah melampaui target site dan masih beroperasi
maksimal
c) Kebiasaan mengemudi yang terlalu dekat dengan tanggul yang membuat sidewall
menjadi robek (cut) momen pengereman mendadak yang dapat menyebabkan
impact
4. Jarangnya pengecekan dan pemeriksaan tyre pada saat beroperasi dilapangan
merupakan pengaruh yang ada di PT. Borneo Alam Semesta sehingga tingkat
kerusakan yang terjadi tidak dapat diantisipasi dengan cepat maupun tepat.
4.4. Perhitungan Keausan Tyre
Berdasarkan hasil perhitungan selama melakukan perawatan dan perbaikan tyre
pada unit HD785-7,maka dihitung tingkat dari keausan tyre berdasarkan posisinya. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil perhitungan menggunakan standar KPI (Key
Performance Indicator) sebagai tolak ukur keberhasilan sampai seberapa optimum
tingkat penggunaan tread terhadap tyre dengan rumus (Tread Utilization Rate)
𝑻𝑼𝑹 =𝑶𝑻𝑫−𝑹𝑻𝑫
𝑶𝑻𝑫 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan :
OTD = Original Tread Depth
RTD = Remaining Tread Depth
TUR = Tread Utilization Rate
Standard International TUR = 85%
39
Jika mencapai tingkat keausannya sampai dengan 85% maka tyre harus dilepas
maupun diganti tetapi jika masih dibawah 85% dari standar, maka dapat dilakukan
perawatan dengan cara yaitu rotation tyre (Hal 13).
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan TUR HD785-7
POSISI
Tyre UNIT HD785-7
RATA-
RATA
HASIL
TUR No 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 15 16 17
1 26* 10 26 25 19 19 14 3 23 22 11 5 11 25 7 16%
2 23* 34 26 11 19 37 14 3 23 1 33 10 12 4 5 17%
3 32 36 67₀ 40 29 26 15 23 16 18 38 30 29 25 26 30%
4 47 29 48₀ 27 25 27 22 30 38 19 33 22 37 23 34 31%
5 29 26 33 22 12 34 30 26 21 32 30 33 44^ 33 29 29%
6 33 34 33 29 33 23 24 37 40^ 37 32 23 27 33 26 32%
Sumber: Dokumen Pribadi, 2018
Keterangan : *Merk Tyre Michelin
: ^ Merk Tyre Goodyear
: ₀ Merk Tyre Bridgestone
Berdasarkan tabel diatas adalah hasil dari perhitungan TUR HD785-7 diketahui
bahwa keseluruhan nilai diambil lalu di rata-rata agar didapat nilai dari posisi dan merk
tyre yang digunakan di PT. BAS untuk diketahui tingkat keausanya dan saran
penggunaan yang lebih baik kepada perusahaan.
Hasil yang terdapat pada kolom di unit adalah hasil dari perhitungan TUR lalu
dijadikan satu keseluruhan untuk dilakukan analisa dan dirata-ratakan agar dapat berapa
tingkat persen untuk setiap nomor posisi tyre itu sendiri dan juga merk yang ada serta
dapat dijadikan acuan untuk perusahaan tentang posisi dan merk yang digunakan.
Hal ini dapat juga untuk memperbaiki dari TMS (tyre management System) untuk
membenahi kesalahan dan tindakan agar dapat diupayakan lebih maksimal dalam
penggunaan,perawatan,dan pemilihan tyre itu sendiri.
40
4.5. Analisa Keausan Tyre
Berikut analisa tingkat keausan posisi tyre menggunakan TUR (Treadh Utiliziation
Rate) :
Gambar 4.11 Grafik Tingkat Keausan Posisi Tyre
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
Dari gambar diatas adalah dimana dapat diketahui tingkat keausanya yang
tertinggi terdapat pada posisi tyre pada nomor 6 dengan persentase sebesar 32% karena
kurangnya perbaikan jalan serta pengecekan ke lapangan serta terhambatnya sarana
untuk pengecekan unit kelapangan.
Gambar 4.12 Posisi Tyre HD785-7
(Sumber : Bridgestone, 2005)
diketahui gambar diatas adalah posisi tyre berdasarkan penempatan dan nomor dengan
tingkat keausanya yang dimana dapat diketahui posisi pada tyre tersebut sehingga
memudahkan letak pada tyre itu sendiri.
16% 17%
30% 31% 29% 32%
0%
10%
20%
30%
40%
Pos.1 Pos.2 Pos.3 Pos.4 Pos.5 Pos.6
Tingkat Keausan Posisi Tyre
1
3
2
4
6
5
41
Berikut analisa tingkat keausan tyre pada 3 merk tyre menggunakan TUR (Treadh
Utiliziation Rate).
Gambar 4.13 Grafik Tingkat Keausan Berdasarkan Merk Ban
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
Dari gambar diatas adalah dimana dapat diketahui tingkat keausanya yang tertinggi
terdapat pada merk goodyear dengan persentase sebesar 58% yang kedua adalah
bridgestone dengan persentase 42% dan terakhir yang paling kecil keausanya ada pada
merk Michelin dengan persentase 25%..
4.6. Pembahasan
4.6.1 Posisi
Diketahui bahwa tyre posisi nomor 6 yang mengalami tingkat keausan tertinggi
sebesar 32% dan juga tyre posisi nomor 4 sebesar 31% penyebabnya diantara lain
karena beban yang diterima tyre umtuk posisi tersebut merupakan tumpuan terbanyak
sehingga ketika melakukan manuver maupun driving pada operator dengan tidak
memperhatikan dari beban yang dibawanya hal tersebut menyebabkan kerusakan dan
keausan pada tyre tersebut maka sebaiknya operator ketika melakukan loading dapat
mengurangi beban yang dibawanya agar dapat tercapai lifetime dari tyre tersebut.
kurangnya teguran untuk melakukan perbaikan jalan sekaligus dalam perawatanya,
sehingga beban yang dibawa pada unit dengan kondisi jalan yang tidak memungkinkan
25%
58%
42%
0%
20%
40%
60%
80%
MICHELIN GOODYEAR BRIDGESTONE
Tingkat Keausan Pada 3 Merk Tyre
MICHELIN
GOODYEAR
BRIDGESTONE
42
atau rusak menjadikan keausan serta kerusakan seperti gambar 4.1 untuk itu tindakan
dan penanganan untuk tyre harus cepat dan tepat karena seringkali dipandang sebelah
mata sehingga perusahaan tidak sadar bahwa cost yang dikeluarkan untuk tyre ternyata
lebih tinggi daripada kebutuhan service dan A2B.
Untuk posisi tyre di nomor 3 didapat hasil sebesar 30% keausanya karena
keausanya tidak berbeda jauh dengan posisi tyre nomor 4 begitu juga untuk posisi 5
maka penyebab yang terjadipun sama yaitu kerusakan atopun keausan mengikuti karena
tyre tersebut berdampingan sehingga menyebabkan kerusakan dan keausan pada tyre
nantinya, maka sebaiknya pemeliharaan tetap terjaga.
PT BAS menerapkan metode tambang terbuka yang dimana kaitannya dengan
aktivitas pengangkutan di jalan tambang. jalan pertambangan sering dijumpai kerusakan
di badan jalan seperti jalan berlubang serta permukaan jalan yang tidak rata. Hal ini
biasanya disebabkan oleh kondisi jalan yang geometri dan daya dukung tanahnya belum
memenuhi standar kelayakan.
Geometri yang standar adalah lebar jalan pada jalan lurus 27 meter, lebar jalan
angkut pada tikungan 35 meter, superelevasi maksimal 10 %, cross-slope 2%-4% dan
grade maksimum 8%.
4.6.2 Merk
Berdasarkan grafik analisa tingkat keausan penyebab dari permasalahan yang
terjadi ada pada kondisi permukaan jalan dan perawatan yang kurang ditandai dengan
kerusakan seperti pada gambar 4.1, maka dilakukannya pengukuran seperti yang tertera
pada grafik 4.2 dan 4.3 sehingga dapat diketahui upaya pencegahan serta diharapkan
dapat memberikan solusi untuk mengurangi terjadinya permasalahan yang sama.
Ketika mendapatkan laporan permasalahan pada unit langsung dilakukan tindakan
terhadap permasalahan tersebut dengan melakukan pengumpulan data oleh mekanik
dengan melakukan Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung
pada tyre, melihat kondisi tyre, mengamati permasalahan yang terjadi dan lingkungan
43
sekitar untuk memperoleh informasi agar menyelesaikan masalah yang terjadi pada tyre
tersebut baik pada merk yang digunakanya juga.
Untuk peggunaan merk di PT.BAS disarankan untuk menggunakan merk michelin
karena ketika dilakukan pengukuran seperti gambar 4.13 untuk merk tersebut
merupakan yang terkecil sebesar 25% sedangkan untuk merk bridgestone yang kedua
42% dan yang terakhir paling tinggi yaitu goodyear 58% jadi hal yang dihitung tersebut
menggunakan rumus TUR bahwa hanya diketahui keausanya berdasarkan merk yang
dipakai di PT. BAS tersebut, maka dapat dijadikan acuan utnuk perusahaan agar juga
dapat memperbaiki dari bagian Tyre Management Systemnya supaya dapat diberi juga
penghematan dalam segi cost terhadap perusahaan.
Pada masalah ini merk dengan keadaan yang baik ketika dilakukan visual check
dilapangan bersama mekanik Tyreman bahwa untuk kerusakan lebih minim di merk
Michelin dan perusahaan PT. BAS menggunakan tyre bridgestone untuk
memperhitungkan dari segi cost yang dikeluarkan terhadap jenis-jenis terhadap merk
tyre tersebut.
4.6.3 Penyebab
Gambar 4.14 Diagram Fishbone Analisa Penyebab
Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
Tyre wear
sarana
road
Man power
Methode
a. Maintenance tidak standar a. Kondisi lapangan
a. Kurangnya mobilisasi a. Kesalahan tindakan
b. operator
b. Design road
44
Berdasarkan diagram Fishbone penyebab dari permasalahan yang terjadi pada tyre
wear yang ditandai dengan adanya kerusakan dan keausan pada tyre HD785-7l, maka
dilakukannya analisa penyebab utama dari permasalahan yang terjadi sehingga dapat
menemukan upaya pencegahan serta diharapkan dapat memberikan solusi untuk
mengurangi terjadinya permasalahan yang sama dikemudian hari lalu dapat di gunakan
sebagai tindakan yang lebih baik lagi.
Dari beberapa penyebab permasalahan di atas berdasarkan dari analisa yang diteliti
diharapkan dapat menjadi pertimbangan sehingga tidak terjadinya permasalahan yang
sama, penyebab yang di analisa berdasarkan dari data yang di peroleh. Berikut yang
diketahui dalam mengenai beberapa penyebab yang terjadi pada diagram Fishbone di
atas adalah sebagai berikut :
1. Man power ( kesalahan tindakan, operator )
Penyebab ini bisa jadi faktor utama, banyak faktor yang menyebabkan kenapa tyre
wear ini bisa rusak terlihat pada (Gambar 4.10 Kerusakan tyre akibat sidewall cut). tyre
yang digunakan pada unit HD785-7 ini merupakan tipe radial dengan ukuran 27.00R49
dengan model unit Komatsu HD785 dan rata rata muatannya adalah 91,075 ton.
terdapat pada teori BAB II sub bab 2.2 pengenalan ban. Salah satu faktor penyebab
kerusakan pada tyre yaitu kesalahan tindakan dan juga kondisi dari operator pada acara
menggunakan unitnya bahwa hasil dari kondisi tyre yang terjadi merupakan kerusakan
yang sangat sering terjadi di lapangan sehingga tindakan yang harus dilakukan juga
tidak benar seperti menggunakan alat yang tidak sesuai saat melakukan perawatanya
disini dibtuhkan skill dan knowledge untuk mengetahuinya sehingga menjadikan dalam
jangka waktu kedepan konstruksi tyre dapat ikut merusak sekaligus dalam hal
pengoperasian unit dimana operator dalam hal driving kecepatan operasi pada unit
sangat melebihi dari batas yang di anjurkan memang tidak ada batasan untuk lajunya
kendaraan tetapi harus disesuaikan dengan anjuran nilai TKPH( Ton Kilometer Per
Hour) karena jika nilai dari laju kendaraan ditambah dengan beban unit yang dibawa
dapat berpotensi meningkatkan nilai dari TKPH tersebut, penting sekali untuk dapat
memperkisarkan laju dari unit HD785-7 tersebut sehingga dapat menjaga dari
pemakaian ban dan kelancaran dalam operasi di lapangan lalu pada managementnya
45
juga haruslah tepat sebagaimana pencatatanya harus dilakukan agar dapat diketahui
kapan dilakukan repair ataupun penggantian tyre.
2. Road (design road, kondisi lapangan )
Dapat dilihat kondisi lapangan pada (Gambar 4.6 kondisi lapangan) yang menjadi
penyebab dari permasalahan ini akibat dari kondisi area lapangan atau design roadnya.
Perlu diketahui kondisi lapangan di daerah pertambangan pasti sangat banyak sekali
kerusakan seperti bergelombang,tidak rata, dan juga banyaknya batuan yang terjatuh
setelah loading karena dapat menaikan dari beban dinamis pada tyre itu sendiri maka
dari itu adanya juga teguran dari pengawas dilapangan untuk memberitahukan kepada
operator untuk segera membersihkan atau memperbaiki kondisi yang ada di site untuk
memudahkan operasi dan loading pada unit yang lewat sehingga tidak terjadi yang
namanya unscheduled breakdown tyre pada saat operasi karena akan menghambat
pengoperasian setelahnya untuk dilakukannya perbaikan lalu untuk design road atau
bentuk jalan yang baik yaitu untuk kemiringan jalan yang baik adalah ± 10% tetapi
untuk tetap idealnya agar dapat menjaga lifetime ban adalah 5-6% sedangkan untuk
lebarnya suatu kondisi jalan yaitu 4 kali lebar dari unit terbesar yang ada di site lalu
dilihat juga untuk lapisan terhadap kondisi tanah tersebut agar tidak mempengaruhi
beban yang dibawa oleh unit dan juga dapat menerima terusan dari load yang
dibawanya berikut adalah tabel dari kondisi jalan standar yang baik :
Tabel 4.2 Standar Design Road
STANDARD PARAMETER FOR ROAD DESIGN GEOMETRY &
TRAFFICABILITY
NO. Description Unit
STANDARD
PARAMETER
REMARKS Coal
Hauling
Road
Pit
Mining
Road
1 Design Speed km / hr 70 60
2 Lebar Jalan M Min. 3,5 L Min. 3,5 L
L : Lebar
Kendaraan
terbesar
46
3 Grade Jalan % Max. 3 % Max. 8 %
4 Horizontal
Curve Radius M Min. 50 m Min. 50 m Curve S-C-S
5 Super Elevasi M Max. 4 % Max. 5 % Tikungan
6 Cross Fall %
Max.2%,
Shouder 4-8
%
Max.5%,
Shouder 4-
8 %
Badan Jalan
7 Sight Distance M Min. 200 m Min. 80 m Jarak Pandang (
Clear area )
8 Drainage % Min.slope 1
%
Min.slope
1 %
Kemiringan parit
drainasi
9 Kemiringan
slope (cut ) % 60% 60%-70%
10 Tinggi
Jenjang M maks. 10 m maks. 6 m
11 Kemiringan
slope (fill ) % 45% 60%
12 Safety Berm M Min. 2/3 D Min. 2/3 D D : Tinggi ban
Sumber : (PT . Borneo Alam Semesta, 2017)
Notes:
a) Sight distance : yaitu jarak pandang yang dibutuhkan oleh kendaraan untuk berhenti
atau menyalip / menyiap
b) Jarak pandang minimal = jarak pandangan henti ( Stopped distance )
c) Stopped distance tergantung kec. Rencana jalan
3. Sarana (kurangnya mobilisasi)
permasalahan yang terjadi disini adalah kurangnya sarana dan juga support terhadap
pengawas bahwa untuk diberikanya sarana kelapangan agar dapat diketahui dan dapat
dilakukan pengecekan pada setiap tyrenya sehingga lifetime dapat terjaga maka
seharusnya perusahaan tetap harus memberikan kendaraan agar pencatatan dan
kerusakan yang terjadi nantinya dapat diketahui lebih dini kekurangan sarana ini sangat
mempengaruhi juga terhadap efisiensi mekanik karena kurangnya pekerjaan yang
47
diterima dan hanya untuk menunggu ketika berita urgent ataupun terjadinya keadaan
yang mengharuskan tyre diperbaiki.
4. Method (maintenance tidak standar)
Penyebab dari permasalahan dari metode adalah perawatan berkala yang dilakukan
juga tidak menggunakan barang atau alat yang benar seperti pelepasan ban yakni
menggunakan besi panjang bahwa diketahui dapat merusak bagian yang lainya seperti
rim,lock dan kontruksi lainya sehingga dapat melukai bagian tersebut pembersihan rim
yang setelah dilakukan pelepasan tidak dilakukan sehingga menjadi kotor dan juga lebih
cepat berkarat hal ini dapat menyebabkan kerusakan dan tidak dapat lagi digunakan
dikemudiannya hal-hal yang berkaitan dengan metode atau prosedur tidak standar yang
tidak di rekomendasikan atau di setujui tetapi alasan mekanik yang menggunakan
metode ini bertujuan untuk mengefisiensi dari segi waktu dan cepatnya pekerjaan,
Improvement tidak standar yang seperti ini perlu di pertimbangkan dan dilakukan
analisa terlebih dahulu dengan memperhatikan baik-baik fungsi asli dari komponen
yang dilakukan tersebut, kemudian melakukan pengambilan langkah Improvement yang
tepat atas kesepakatan berbagai pihak berdasarkan analisa, pertimbangan atau
perhitungan yang telah dilakukan. Karena perawatan yang tidak standar inilah yang
dapat menjadi penyebab tyre wear ini.
4.6.4 Langkah Pencegahan
Terdapat langkah pencegahan yang aktual dilakukan saat pengerjaan perbaikan
sedang berlangsung, salah satu tindakan pencegahan yang dilakukan tersebut adalah
maintenance tyre secara berkala sehingga keausan tidak menjadi lebih tinggi. Saat
melakukan langkah perawatan dilakukannya pengecekan sebagai berikut yaitu
Suatu proses kerja yang berkaitan dengan :
a) Ketika pressure rendah (underinflation) dan tyre dalam posisi sedang digunakan
untuk operasi di tambang dengan tidak memperhatikan beban pada dumpnya
maka dapat terjadi timbulnya panas akibat penggunaanya untuk pertambangan
sehingga temperature dan kondisi pemakaian tersebut dapat menimbulkan panas
berlebih didalam tyre tersebut (heat separation) hal ini dapat juga membuat
48
lifetime dari tyre itu sendiri menjadi lebih cepat dilakukan pergantian serta
kerusakan maupun fatigue dan keausan pinggir/samping (shoulder) ban menjadi
tidak merata akibat pressure rendah, yang menjadikan konsumsi bahan bakar
lebih cepat tinggi atau boros akibat pressure rendah.
b) Ketika pressure tinggi (overinflation) dan tyre dalam posisi sedang digunakan
untuk operasi di tambang dengan tidak memperhatikan beban pada dumpnya
maka dapat terjadi timbulnya keausan pada crown area (bagian tengah) lalu
dapat mengurangi daya tahan terhadap potongan serta mudah sekali rusak jika
terkena benturan maupun kondis jalan yang tidak merata maupun kurang baik
sehingga jika berlebihnya tekanan angin maka hal tersebut harus disesuaikan
dengan standar pressure berdasarkan pada total loadnya, jika ban
kempes,bocor,pecah, unit harus stop seketika tidak juga boleh dijalankan karena
akan merusak tyre tersebut maupun pasangan pada tyre, jika berhasil menjaga
tyre pressure dengan konsisten maka masalah tyre 30% sudah teratasi untuk itu
dianjurkan control tyre pressure pada saat maintenance di pit stop atau pada saat
crew operator sedang dalam istirahat.
lalu setelah dari pressure check lakukanlah dan bentuk team yang bekerja untuk
melakukan pengecekan agar dapat mengetahui dampak dan resiko yang terjadi pada
tyre itu sendiri dari akibat kerusakan yang diterima sebelum ataupun sesudah dengan
cara ketika unit dalam keadaan stand by atau operator makan siang maka sediakan 3-4
orang untuk membawa peralatan pengecekan seperti tangga 0.5 m,tang,alat pencungkil
ban,pressure gauge,tread depth gauge, dan jangan lupa lakukan pencatatan data dengan
form isian, unit untuk setiap tyrenya haruslah dicheck 2 x 1 minggu untuk yakin agar
tidak ada unit yang tidak dicheck setiap 3-4 hari serta jika angin dibawah standar jangan
lupa untuk segera menambahkanya.
Untuk melakukan bongkar pasang tyre ketika melakukan assembly dan disassembly
tyre maka jangan lupa memperhatikan faktor safety sehingga keamanan dalam bekerja
tetap terjaga untuk melakukan pembongkaran pada tyre jangan lupakan terhadap
kebersihan pada bagian yang sering terjadinya keausan serta kerusakan/karatan terhadap
49
hub,nut,stud jadi bagian ini ketika melepas haruslah dibersihkan dan diberi cairan anti
karat dan pelumas agar mengurangi dari kerusakan yang terjadi.
Pada satu axle tidak boleh campur antara radial dan bias karena spesifikasi teknis
dan ukuran berbeda serta tidak boleh ada perbedaan tinggi rendah ban pada unit tersebut
karena dapat mengakibatkan keausan yang tidak merata pada nantinya dan tidak boleh
juga ada perbedaan pattern yang mencolok dalam twin tire, jika tyre sejak dipasang
pada axle depan sudah mencapai TUR 60% maka sebaiknya dipindahkan ke belakang
ataupun merotasi tyre tersebut.
Sehingga hanya boleh dilakukan oleh tireman yang sudah well-trained, tidak boleh
ganti – ganti repair yang dilakukan, antara lain :menambal ban dalam milik HD785-7
dengan cara membersihkan dahulu ban dalam dengan bersih, bilas dan tunggu sampai
kering, kikis daerah sekitar ban dalam yang berlubang dengan air grender setelah
dikikis,gunakan kuas bersihkan bekas grender, lalu siram liquid buffer untuk
menghilangkan serpihan rubber yang tersisa, lalu dioleskan blue cemen ke sekitar
daerah ban yang telah dikikis, diamkan selama 1 menit lalu ambil patc dan tempelkan,
lalu diamkan kembali selama 5 menit sambil diratakan penambahan, ban dalam siap
dipergunakan kembali.
Perawatan terhadap rim sangat penting sehingga setiap selesai pasang ban ke unit
yang bekerja setelah 1 trip maka harus di re-torque lagi untuk memastikan kekencangan
yang tepat pada hub maupun nut, pada dasarnya rim tidak boleh di las agar tida terjadi
perbedaan bentuk rim terhadap yang lain serta cegah karatan pada rim dengan cara beri
anti karat pada spare rim pada waktu pengisian angina dan hindari air yang masuk dari
saluran compressor.
Jangan lupa juga melakukan Maintain tire changer, Tire removal, Air Hydraulic
Jack, Truck tire, Compressor, Pressure gauge secara teratur agar ketika digunakan
tidak dalam keadaan rusak dan siap ketika terjadi unscheduled breakdown karena
perawatan terhadap alat-alat yang digunakan dapat mempermudah untuk melakukan
perawatan ataupun perbaikan sekaligus pastikan ada check listnya dan review secara
50
berkala untuk diketahui seberapa lama penggunaan tyre dan juga waktu ketika
dilakukan perbaikan, rotasi, dan juga pergantian tyre itu sendiri.
Setelah Beberapa step kerja yang rawan kecelakaan banyak sekali kesalahan pada
saat membongkar pasang tire dan rim maupun keselamatan dari tyreman itu sendiri,
sehingga pastikan anginnya betul-betul sudah habis terbuang sebelum dibuka karena
jika angin masih terdapat sisa didalamnya dapat menyebabkan rim terlompat ketika
akan melepaskanya dari tyre lalu pastikan juga memakai jack stand yang standard
untuk memastikan keamanan dari resiko bahaya ban meluncur dan juga untuk
memudahkan pembukaan tyre itu sendiri lalu pastikan landasan jack cukup keras untuk
menerima beban besar serta jangan pernah lupa pasang danger tag pada truck sebelum
bekerja untuk mengetahui bahwa pembongkaran tyre sedang berjalan sehingga ketika
ada orang yang akan menghidupkanya dapat mengetahui dan tetap selamat.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Keimpulan yang dapat diambil dalam penulisan tugas akhir dari analisa tingkat
keausan tyre pada unit HD785-7 di PT. Borneo Alam Semesta Site Melak ini adalah
sebagai berikut :
1. Berdasarkan perawatan di site saat melakukan On The Job Training di PT.
Borneo Alam Semesta Site Melak Kutai Barat, tingkat keausan tyre
berdasarkan posisinya disebabkan oleh kurangnya teguran untuk melakukan
perbaikan jalan sekaligus dalam perawatanya, sehingga beban yang dibawa
pada unit dengan kondisi jalan yang tidak memungkinkan atau rusak
menjadikan keausan serta kerusakan pada komponen lainya untuk itu tindakan
dan penanganan untuk tyre harus cepat dan tepat jika terlambat dalam
penangananya lifetime tyre tidak bisa dicapai.
2. Dari hasil pengukuran tingkat keausan 3 merk tyre yang digunakan pada unit
HD785-7 maka untuk penggunaan merk yang lebih baik dalam pengguanaanya
maka didapatkan merk michelin yg lebih tepat karena dari hasil pengukuran
yang didapat tingkat keusanya merupakan tingkat keausan yang peling terkecil
dengan seluruh rata-rata yang dihitung.
3. Dari permasalahan ini terdapat beberapa penyebab yang terjadi sehingga
terjadinya keausan serta kerusakan terhadap tyre HD785-7 yaitu man power
dengan kesalahan tindakan dan juga kondisi dari operator dalam cara
pengoperasian unitnya, design kondisi permukaan jalan yang bergelombang,
sarana dalam pengecekan kondisi tyre, dan juga metode dalam perawatanya.
5.2. Saran
Diharapkan untuk operator untuk merawat unitnya dan melakukan P2H secara rutin
agar dapat mencegah terjadinya low pressure pada unitnya, dan ketika mengalami
52
low pressure, diharapkan dapat langsung mematikan mesin dan menghubungi
atasan yang bersangkutan, untuk mencegah terjadinya keausan yang lebih parah.
Berikut beberapa saran dari penulis tugas akhir adalah sebagai berikut :
1. Selalu memastikan unit dalam keadaan siap untuk beroperasi dan memberikan
perawatan khusus dengan melakukan Daily Check (P2H) rutin untuk
menghindari permasalahan yang sama.
2. Memberikan arahan terhadap operator terhadap kecepatan dan beban yang
terkait tentang keausan tyre sehingga dapat menutupi kekurangan yang ada.
3. Perusahaan dapat membenahi dalam pemberian sarana kepada section tyre agar
dapat melakukan pengecekan dan perawatan.
4. Melakukan pembenahan site terhadap kondisi lapangan agar tidak terjadi
peningkatan kerusakan tyre akibat kondisi lapangan.
5. Memberikan Mekanik kebebasan mengeluarkan pendapat atau ide terbaru untuk
melakukan pembaharuan terhadap komponen dari suatu permasalahan dan
mempertimbangkannya.
6. Memberikan rambu-rambu yang diperlukan guna mengantisipasi terjadinya
insiden terhadap alat angkut ketika bekerja di tengah malam.
Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi pada tyre wear di PT.BAS, ditarik
kesimpulan demi keberlangsungan unit untuk menjaga lifetimenya, berikut apabila
maintanance tyre diabaikan :
a) Maka kedepanya tyre mengalami keausan seperti gambar 4.1 dan kemungkinan
besar repair cost yang akan digunakan lebih banyak. .
b) Serta menghambat operasi produksi batu bara yang ada.
c) Unit yang selalu melakukan maintanance tyre antara lain umur pakai tyre akan
lebih cepat tercapai dan sesuai dengan targetnya.
d) Dapat mengakibatkan breakdown unscehdule.
e) Dapat memberikan cost berlebih pada perusahaan untuk komponen lainnya.
53
Rekomendasi Perbaikan
Perawatan harus dilakukan dengan secara rutin dengan proses management
pemilihan tyre (selection), pemakaian tyre (operation), pemeliharaan tyre
(maintanance), pencatatan analisa dan kesimpulan (analysis), dengan baik dan berkala.
54
DAFTAR PUSTAKA
Adetya, david. (2016). Evaluasi Kinerja Ban Dump truck Pada Pengangkutan di Tambang
Lempung-Pasiran PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Desa Hambalang,
Kecamatan Citeurup Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.
Fajerin, Agung Aditya. (2010). Analisa Dampak Kegagalan Proses Produksi Terhadap
Kerusakan Produk Ban Dengan Metode FMEA (Failure Mode And Effect
Analysis) di PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk. Tangerang: Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”.
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/batu-bara/item236?
http://www.1st-indoban.com/2014/05/menentukan-standar-pressure-tyre-otr.html
https://www.truckmagz.com/ask-the-expert-ingin-cost-ban-jadi-murah-tms-solusinya/
http://www.itsilmu.com/2017/02/pengertian-ban-secara-lengkap.html
https://www.truckmagz.com/ask-the-expert-ingin-cost-ban-jadi-murah-tms-solusinya/
http://www.mesincad.com/2017/06/pengertian-ban-fungsi-ban-konstruksi.html
http://www.bridgestone.co.id/tire-information_pemakaian-dan-perawatan.html
http://www.bridgestone.co.id/tire-information_pengetahuan-ban.html
http://www.bridgestone.co.id/information_keamanan-ban.html
http://www.bridgestone.co.id/information_kerusakan-ban.html
PT. Chitra Paratama, (2017). Handout: Pengetahuan Dasar Tire. Balikpapan: Chitra
Paratama,
Wastana. (2016). Studi Komparatif Biaya Perawatan, Biaya Perbaikan dan Biaya Ban
Dalam Penerapan Active Maintenance Terhadap Profitabilitas Pt. Serasi Logistics
Indonesia Surabaya. Journal Of Management. Vol. 02 No. 02. Hmln 1-12.
55
LAMPIRAN 1
56
57
58
59
LAMPIRAN 2
Merk OTD RTD TUR
MICHELIN 73 54 26
MICHELIN 73 56 23
GOODYEAR 73 24 67
GOODYEAR 73 38 48
BRIDGESTONE 73 41 44
BRIDGESTONE 73 44 40
MICHELIN 25%
GOODYEAR 58%
BRIDGESTONE 42%
60
LAMPIRAN 3