analisa situasi

16
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian tingkat kesehatan di seluruh dunia dilakukan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan secara optimal sehingga menuntut profesi keperawatan mengembangkan mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi. Keperawatan menjadi salah satu profesi terdepan bagi tenaga kesehatan dalam upaya menjaga mutu tempat pelayanan kesehatan baik di masyarakat baik di tatatnan RS negeri maupun swasta. Standar asuhan keperawatan merupakan salah satu strategi mewujudkan bentuk pertanggung jawaban tenaga keperawatan profesional. Dalam perkembangan era globalisasi ini, rumah sakit mengalami perkembangan secara kuantitas yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya badan atau institusi yang berusaha mendirikan rumah sakit, baik yang dibiayai dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Namun peningkatan kuantitas rumah sakit belum diikuti oleh peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga sering timbul kontradiksi, dimana rumah sakit banyak mendapat sorotan dan keluhan dari masyarakat sebagai ungkapan rasa tidak puas akibat kurangnya tingkat pelayanan yang diberikan baik oleh dokter dan paling sering oleh perawat karena memberikan pelayanan 24 jam kepada pasien.

Upload: na-marina

Post on 27-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Situasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencapaian tingkat kesehatan di seluruh dunia dilakukan dengan upaya peningkatan

derajat kesehatan secara optimal sehingga menuntut profesi keperawatan mengembangkan

mutu pelayanan yang profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat di era globalisasi.

Keperawatan menjadi salah satu profesi terdepan bagi tenaga kesehatan dalam upaya

menjaga mutu tempat pelayanan kesehatan baik di masyarakat baik di tatatnan RS negeri

maupun swasta. Standar asuhan keperawatan merupakan salah satu strategi mewujudkan

bentuk pertanggung jawaban tenaga keperawatan profesional.

Dalam perkembangan era globalisasi ini, rumah sakit mengalami perkembangan secara

kuantitas yang cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya badan atau institusi

yang berusaha mendirikan rumah sakit, baik yang dibiayai dari dalam negeri maupun dari

luar negeri. Namun peningkatan kuantitas rumah sakit belum diikuti oleh peningkatan mutu

pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga sering timbul kontradiksi, dimana rumah

sakit banyak mendapat sorotan dan keluhan dari masyarakat sebagai ungkapan rasa tidak

puas akibat kurangnya tingkat pelayanan yang diberikan baik oleh dokter dan paling sering

oleh perawat karena memberikan pelayanan 24 jam kepada pasien.

Upaya peningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan motivasi bagi tenaga

keperawatan, khususnya dalam bentuk seminar atau penataran serta pelatihan telah dilakukan

dan memang menjadi program dari RS setiap tahun untuk setiap ruangan, namun hasil yang

dicapai belum dapat memuaskan. Hal ini dapat diketahui dari keluhan – keluhan yang

disampaikan oleh pasien dan keluarganya maupun masyarakat umum terhadap pelayanan RS

tersebut.

Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai

fenomena yang harus direspon oleh perawat dan seluruh civitas yang berada di RS tersebut

dari mulai pejabat tertinggi sampai tim pelaksana harian. Manajemen Keperawatan di

Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan, terutama

perbaikan dalam hal pelayanan yang komprehensif bagi pasien. Hal ini bekaitan dengan

tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan

Page 2: Analisa Situasi

pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di

Indonesia.

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dengan visi dan misinya yaitu menjadi rumah

sakit yang selangkah lebih maju dari rumah sakit terbaik. Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati memberikan kontribusi penting dalam pelayanan kesehatan di masyarakat, dimana

RS Fatmawati juga merupakan rumah sakit pendidikan. Tuntutan masyarakat dalam suasana

keterbukaan, keluhan – keluhan pasien atas pelayanan rumah sakit semakin mudah

disampaikan melalui berbagai media komunikasi yang terdapat di setiap dinding di pintu

masuk lift, sehingga banyak cara untuk mengkritisi pelayanan rumah sakit, baik pelayanan

pasien rawat jalan maupun rawat inap. Dengan maraknya lembaga – lembaga bantuan hukum

tidak menolak kemungkinan adanya gugatan terhadap pelayanan rumah sakit maupun

terhadap petugas rumah sakit, baik dokter, perawat atas tindakan yang dilakukan dalam

rangka pelayanan pasien sehingga muncul adanya gugatan malpraktek.

Menghadapi kondisi yang demikian itu tenaga kesehatan, terutama perawat rumah

sakit perlu memahami dan menyadari bahwa apa yang dilakukan pelayanan terhadap pasien

harus dilakukan secara profesional disertai rasa tanggung jawab dan tanggung gugat. Undang

– undang No. 23 tahun 1992 merupakan wujud rambu – rambu atas hak dan kewajiban

tenaga kesehatan termasuk para perawat dalam menjalankan tugas – tugas pelayanan.

Dokumentasi keperawatan dalam bentuk dokumen asuhan keperawatan merupakan salah satu

alat pembuktian atas perbuatan perawat selama menjalankan tugas pelayanan keperawatan.

Hal itu harus diisi dengan benar sesuai dengan kondisi klien saat itu (Here and Now).

Penerapan manajemen keperawatan yang baik bukanlah suatu hal yang mudah

dilakukan oleh oleh tatanan RS, terutama bagi perawat, karena hal ini memerlukan

pengalaman praktek di lapangan. Oleh karena itu mahasiswa program studi ilmu keperawatan

melakukan praktek profesi manajemen keperawatan selama tiga minggu yaitu mulai dari

tanggal 27 Agustus sampai 15 September 2012 di ruang rawat bedah lantai IV selatan IRNA

B RSUP Fatmawati.

Praktek profesi mahasiswa ini diharapkan mampu berperan sebagai agen pembaharu

dan modal peran dalam pelayanan keperawatan dan pengelolaan asuhan keperawatan secara

profesional pada tingkat unit atau ruang rawat. Berdasarkan hasil observasi pada rekam

medik lantai V selatan RSUP Fatmawati menunjukkan bahwa dari sampel dokumen

Page 3: Analisa Situasi

asuhan keperawatan pada pasien rawat inap menunjukkan hal yang tidak lengkap

terutama pada bagian pengkajian, diagnosa, dan evaluasi. Perawat banyak mengisi

pada kolom implementasi, hal ini sangat beralasan karena implementasi merupakan

monitoring kegiatan yang telah dilakukan pada pasien. Namun, perawat hanya

menuliskan subjektif, objektif dan planning bagi pasien. Sangat jarang dituliskan

analisis(diagnose keperawatan yang ada saat ini). Dalam pendokumentasian juga tidak

pernah dituliskan diagnosa apa yang muncul bagi pasien saat ini. Sangat jarang sekali

dituliskan situasi dari pasien (misal: klien post op App hari ke-3), bahkan tidak pernah

dituliskan. Selain itu ditemukan beberapa hal yang kurang optimal di lantai IV bedah

ini, seperti penggunaan discharge planning bagi pasien walaupun form nya tersedia.

Setiap pasien sampai pulang tidak dilakukan discharge planning. Selain itu, masalah

lain adalah ketiadaan peraturan atau tata tertib diruangan rawat tentang hal-hal yang

tidka boleh dilakukan oleh penunggu pasien/ keluarga untuk tidak mencuci baju di RS

dan tidak menjemur handuk di ruang perawatan pasien. Masalah – masalah tersebut

berdampak pada pelayanan asuhan keperawatan klien yang kurang optimal dan akan

mempengaruhi tingkat kepuasan klien.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menggambarkan hasil observasi sistem

manajemen pada praktek profesi manajemen keperawatan di ruang rawat inap bedah

lantai IV selatan RSUP Fatmwati.

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat inap bedah lantai

IV selatan RSUP Fatmawati.

b. Menggambarkan hasil pengkajian di ruang rawat inap bedah lantai IV selatan RSUP

Fatmawati.

c. Menggambarkan masalah manajemen yang teridentifikasi di ruang rawat inap bedah

lantai IV selatan RSUP Fatmawati..

d. Menggambarkan solusi/rekomendasi penyelesaian masalah.

Page 4: Analisa Situasi

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi instalansi pelayanan kesehatan ruang rawat inap lantai IV bedah RSUP Fatmawati

a. Sumber dokumentasi kegiatan pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan manajemen

atau pengelolaan pendokumentasian asuhan keperawatan.

b. Memberikan gambaran mengenai proses mengatasi masalah pendokumentasian

asuhan keperawatan.

c. Masukan dan motivasi peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan khususnya

pendokumentasian asuhan keperawatan dan discharge planning

2. Bagi mahasiswa

Penulisan ini dapat menjadi sumber dokumentasi identifikasi masalah manajemen terkait

pelakasanaan pendoumentasian asuhan keperawatan dan discharge planning.

Page 5: Analisa Situasi

BAB III

A. Analisa situasi

1. Analisa situasi ruangan

Lantai V Selatan merupakan salah satu ruangan perawatan di Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati. Lantai V Selatan memiliki visi “Terdepan, paripurna, dan terp di

Indonesia” dan misi “ Menjadi instalasi rawat inap terbaik, professional dalam

memberikan pelayanan rawat inap terdepan dan terpercaya dengan sentuhan

manusiawi”.

Lantai V Selatan merawat pasien yang terdiri dari berbagai status pasien

antara lain pasien ASKES, berhak dan Swasta. Tenaga keperawatan yang ada

diruangan lantai V bedah berjumlah 33 orang dengan kualifikasi pendidikan 1

orang sarjana keperawatan , 30 orang D III keperawatan , 2 orang SPK, 1 orang

SPR, dan 9 orang Pekarya /PP (pembantu perawat)

Ruang rawat lantai IV selatan terdiri dari 3 tim, masing-masing tim memiliki

spesifikasi masing-masing. Tim 1 dan tim 2 merawat pasien dengan bedah. Tim 3

merawat pasien dengan penyakit paru. Dimana setiap tim memiliki anggota tim yang

disesuaikan dengan kebutuhan pasien diruangan. Dalam penyusunan rencana

kebutuhan tenaga perawat disesuaikan berdasarkan ketergantungan pasien.

2. Fasilitas

Lantai V bedah terdiri dari 10 kamar bedah dan 2 ruangan untuk kemoterapi,

kamar 501 dan 510 memiliki kapasitas 2 tempat tidur sedangkan kamar 602-609

memiliki kapasitas 4 tempat tidur, ruangan isolasi terdiri dari 4 ruangan dan

masing-masing ruangan memiliki kapasitas 1 tempat tidur. Jadi didapatkan

fasilitas ruang rawat lantai IV selatan memiliki kapasitas 57 tempat tidur. Selain hal

tersebut di lantai IV selatan dilengkapi dengan 2 nurse station, 1 ruang Kepala IRNA

B, 1 ruang kepala ruangan, 1 ruang perawat (ruang ganti), 1 ruang perawat (kamar

mandi dan ruang makan), 1 ruang untuk sholat, 1 ruang tindakan, 1 gudang, 2 ruang

untuk trolley,.

Page 6: Analisa Situasi

Ketersediaan alat dalam memberikan asuhan keperawatan baik alkes (alat

kesehatan) maupun Alum (alat umum) disediakan tiap masing-masing Tim sesuai

kebutuhan. Alat-alat steril di letakkan di kamar tindakan dengan penanggung jawab

adalah seorang pekarya. Dimana tiap-tiap Tim memiliki obat-obatan emergency

sesuai kebutuhan, 1 tensi meter, 1 termometer, 1 stetoscope, 2 trolley (terdiri dari

betadin, alkohol, hand rub, Nacl, Gunting). Medical supplay untuk pengadaan sesuai

kebutuhan dan prosedurnya di tangani oleh seorang perawat fungsional atas

sepengetahuan Karu. Diruang masing-masing kamar terdiri dari kamar mandi, meja

pasien dan lampu. Untuk alat kesehatan seperti oksigen, EKG, suction digunakan

bersama-sama. Oksigen yang digunakan adalah oksigen sentral yang berada di

ruangan masing-masing.

3. Ketenagakerjaan

Tenaga keperawatan yang ada diruang lantai V bedah terdiri dari tenaga

keperawatan dan non keperawatan. Tenaga keperawatan berjumlah 33 orang

dengan kualifikasi pendidikan yang berbeda. Dan tenaga non keperawatan

berjumlah 9 orang.

Keperawatan

No Kualifikasi Jumlah

1 S1 keperawatan 1 orang

2 D3 keperawatan 30 orang

3 SPR/SPK 3 orang

4 Pekarya (PP) 9 orang

Non keperawatan

No Kualifikasi Jumlah

1 Dapur dan kebersihan (SMA) 7 orang

2 Laundry (SMA) 1 orang

3 Alkes dan Alum (SMA) 1 orang

Dari data yang disebutkan. Maka jumlah tenaga keperawatan diruang rawat

lantai V bedah bila sesuai dengan

Page 7: Analisa Situasi

a. Gillies adalah sebagai berikut

1) Jumlah jam perawatan klien/hari

Keperawatan langsung :

Self care 17 x 2 jam = 34 jam

Partial care 6 x 3 jam = 18 jam

Total care 1 x 6 jam = 6 jam

Keperawatan tidak langsung = 24 x 1 jam = 24 jam

Pendidikan kesehatan = 24 x 0.25 jam = 6 jam

Total 34 + 18 + 6 + 24 + 6 = 88 jam

2) Menentukan jumlah total jam perawatan yang dibutuhkan klien/hari

= jam/ 35 = 2.514 = 2,5 jam/klien

3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan diruangan

Menurut jumlah jam dan perawatan yang dibutuhkan per klien

= 3.7 x 24x 365/(365-128)x7= 31612.8/1659=19.05

= 19.05 + 20 % = 19.05 + 3.81 = 22.86 = 23 orang

4) Menurut jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per klien

24 x 3.7 = 88.8

5) Jumlah kebutuhan tenaga perawat pershift

Dinas pagi 47 % x 24 = 11.28 = 11 orang

Dinas sore 35 % x 24 = 8.4 = 8 orang

Jam keperawatan yang dibutuhkan x rata-rata klien/hari x hari/tahun

(hari/tahun-hari libur dan cuti)x jam kerja masing-masing perawat

Jumlah jam perawatan

Jmlh pasien

Rata-rata jumlah klien x rata-rata jam perawatan

Rata-rata jumlah klien x rata-rata jam perawatan

Page 8: Analisa Situasi

Dinas malam 17 % x 24 = 4.08 = 4 orang

Analisa

berdasarkan total jumlah perawat dilantai v bedah yang berjumlah 33 orang maka

berdasarkan rumus gillies cukup, namun berdasarkan dinas pagi pada hari ini

tidak cukup dan tidak sesuai menurut gillies karena diruangan ada yang libur, cuti,

dll. Dinas pagi 12 orang, sore 4 orang, malam 4 orang

b. Menurut douglas

Tingkat

ketergantungan

Jumlah kebutuhan tenaga

Tingkat Jumlah

pasien

Dinas pagi Dinas sore Dinas malam

Self care 17 17x0.17= 2.89 17x0.14= 2.38 17x0.07=1.19

Partial care 6 6x0.27= 1.62 6x0.15=0.9 6x 0.10=0.6

Total care 1 1x0,36=0.36 1x 0.30=0.30 1x0.20=0.2

Jumlah 24 4.87 3.58 1.99

Dinas pagi 4.87 = 5

Dinas sore 3.58 = 4

Dinas malam 1.99 = 2

Analisa

berdasarkan jumlah perawat lantai V bedah yang berjumlah 33 orang dan

berdasarkan jumlah perawat yang berdinas pershift dilantai V bedah (Dinas pagi 5

orang, sore 4 orang, malam 2 orang) maka menurut douglas cukup.

c. Menurut depkes

1) Menentukan jumlah jam perawat

= 24 x 4 = 96 jam

2) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan

Rata-rata/hari x rata-rata jam perawatan/hari/ klien (pasien bedah)

Page 9: Analisa Situasi

= 96/7 =13.7= 14 orang

Faktor koreksi

a. Loss day (hari libur /cuti/ hari besar)

= 52 + 12 + 14 X 14/286 = 1092/286=3.81= 4 orang

b. Mengerjakan tugas non profesi perawat

= 25% x 14 + 4 = 4.5 =5 orang

Jadi jumlah tenaga perawat = tenaga tersedia + faktor koreksi

= 14 + 9 = 23 orang

Analisa

Berdasarkan jumlah perawat dilantai 4 selatan yang berjumlah 27 perawat maka

menurut teori depkes jumlah tenaga perawat dilantai IV selatan cukup.

B. Pengkajian

1. Penerapan MPKP di lantai 4 selatanb. Metoda yang digunakan adalah metode Tim, dengan pembagian Tim berdasarkan

diagnosa penyakitc. Tim dibagi menjadi 3 Tim (3 PN), masing-masing Tim merawat klien dengan

diagnosa medis yang telah ditetapkan.

2. Timbang Terimaa. Penanggungjawab setiap Tim melaporkan kondisi pasien kepada masing-masing

PNb. Adanya buku operan, laporan jaga setiap shiftc. Antar perawat saling mengingatkan adanya kekrangan dalam pelaporand. Planning atau perencanaan pasien disampaikan saat timbang terima

Jumlah jam perawatan

Jam kerja efektif

Jumlah harian minggu/tahun+cuti+hari besar x jumlah perawat

Jumlah hari kerja efektif

25 % x jumlah tenaga perawat + loss day

Page 10: Analisa Situasi

e. Timbang terima merupakan tindakan rutin yang telah dilaksanakan setiap shiftf. Saat timbang terima semua perencaan pasein dilaporkang. Hal-hal yang disampaikan saat timbang terima lebih cenderung tindakan medis

dibandingkan tindakan keperawatanh. Pelaporan deskripsi kasus klien cukup jelas, mulai dari identitas, diagnosa

medis,dokter penanggung jawab, tingkat ketergantungan, tindakan yang sudah dilakukan, dan tindakan yang belum dilakukan.

3. Pengelolaan Logistik dan Obata. Resep dan pengambilan obat ditanggung oleh pasien/keluarga.b. Pembagian alat per Tim tergantung kepada permintaan per Tim dan diambil oleh

PJ alat setiap shift

4. Discharger Planninga. Discharger planning ada dan tidak dilaksanakan b. Format tersediac. Discharger planning yang diberikan berupa: Pendidikan kesehatan, jadwal minum

obat, kontrol, aktivitas, diit makanan.

5. Dokumentasia. Adanya sarana dan prasarana sebagai penunjangb. Format dokumentasi tersediac. Format pengkajian tersediad. Diagnosa keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAPe. Adanya kemauan perawat untuk melakukan pendokumentasien (namun tidak

dijelaskan diagnosa keperawatan apa yang sudah teratasi atau belum teratasi Analisa). Tidak pernah dituliskan dalam pendokumentasian situasi pasien (misalnya: post op app hari ke-3). Saat dokumentasi dinas sore dan malam tidak menggunakan SOAP (hanya SOP). Subjektif pasien tidak digali secara mendalam sehingga hanya keluhan yang diucapkan pasien saja yang ditulis dan tidak pernah menggunakan masalah keperawatan terkini (Here and Now) dari pasien untuk diagnosa dalam pendokumnetasian.

f. Pendokumentasian dilakukan secara ruting. Dalam pengisian format pengkajian kurang lengkaph. Tidak semua status atau rekam medik klien memiliki format rencana keperawatani. Catatan perkembangan tidak sesuai dengan diagnosa keperawatan

6. Supervisi

Page 11: Analisa Situasi

Supervisi sudah terlaksana dan dilakukan oleh Kepala ruangan kepada perawat pelaksana. Supervisi terjadwal 1x/ minggu, namun sifatnya situasional. Kepala ruangan disupervisi oleh Bagian Keperawatan.