analisa pengaruh bopo, kecukupan modal,...
TRANSCRIPT
ANALISA PENGARUH BOPO, KECUKUPAN MODAL, PEMBIAYAAN
BERMASALAH, BAGI HASIL DAN PROFITABILITAS TERHADAP
SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE
2011-2015
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Sisca Juliana
NIM. 1113081000142
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Sisca Juliana
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
:
:
Jakarta, 24 Juli 1994
Perempuan
Alamat
Agama
Ayah
Ibu
:
:
:
:
Jl. Komplek Hankam Cidodol No. 10 A
Islam
Sjamsul Bahri
Rochyati
Telepon/HP : 081908138356
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2000 – 2006 SDN 07 Pagi Grogol Selatan
2006 – 2009 SMPN 48 Jakarta Selatan
2009 - 2012 SMA Muhammadiyah 18 Jakarta Selatan
2012 – 2014 Program Profesional TI Perbankan Syariah
CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
Pelatihan Asurasi Syariah 2016
Pelatihan Sharia Banking 2016
Pelatihan Produk Perbankan 2016
Pelatihan Ekspor-Impor 2016
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Paskibra SMPN 48 Jakarta Selatan
Humas OSIS SMA Muhammadiyah 18 Jakarta Selatan 2010/2012
Anggota HMJ Manajemen UIN 2015/2016
Anggota PMII UIN Jakarta 2013
V. PENGALAMAN KERJA
Magang di BMT UMJ Ciputat 2014
Quick Account Tanggerang 2016
vii
ANALISA PENGARUH BOPO, KECUKUPAN MODAL, PEMBIAYAAN
BERMASALAH, BAGI HASIL DAN PROFITABILITAS TERHADAP
SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE
2011 – 2015
ABSTRACT
This study aims to determine the effect BOPO Effect Analysis, Capital
Adequacy, Troubled Financing, Sharing and Profitability simultaneously and
partially to rate Deposits at Commercial Bank Syariah Mudharabah period 2011-
2015. There are nine samples in this study who met the study criteria, namely
Bank BCA Syariah, Bank BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank
Syariah Bukopin and Bank BJB Syariah. The analytical tool used is a panel data
regression analysis. The model chosen is Random Effect are tested by F test and t
test, with significance level of 5%. Result of test F known that ROA, CAR, NPF,
Sharing and ROA simultaneously affect the Deposit Mudharabah Islamic Banks.
Based on the test results t is known that, CAR does not affect the Deposit
Mudharabah. ROA, NPF, Sharing and ROA significant positive effect on
Mudharabah Savings on Islamic Banks. Adjusted R Square in this study indicate
that the variable ROA, CAR, NPF, Sharing and ROA in explaining the dependent
variable Mudharabah Savings amounted to 66.50% while the remaining 33.50%
influenced by other independent variables that are not used in this study.
Keywords : BOPO, CAR. NPF, Sharing, ROA dan Simpanan Mudharabah.
vii
ANALISA PENGARUH BOPO, KECUKUPAN MODAL, PEMBIAYAAN
BERMASALAH, BAGI HASIL DAN PROFITABILITAS TERHADAP
SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE
2011 – 2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Analisa Pengaruh
BOPO, Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah, Bagi Hasil dan Profitabilitas
secara simultan maupun parsial terhadap tingkat Simpanan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah periode 2011-2015. Terdapat sembilan sampel dalam
penelitian ini yang memenuhi kriteria penelitian yaitu Bank BCA Syariah, Bank
BRI Syariah, Bank BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri, Bank Mega Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
Bank BJB Syariah. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi data
panel. Model yang terpilih yaitu Random Effect yang di uji dengan uji F dan uji t,
dengan tingkat signifikansinya 5%. Hasil uji F diketahui bahwa BOPO, CAR,
NPF, Bagi Hasil dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa,
CAR tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah. BOPO, NPF, Bagi
Hasil dan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap Simpanan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah. Adjusted R Square pada penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel BOPO, CAR, NPF, Bagi Hasil dan ROA dalam menjelaskan
variabel dependen Simpanan Mudharabah sebesar 66.50% sementara sisanya
sebesar 33.50% dipengaruhi oleh variabel independen lain yang tidak digunakan
pada penelitian ini.
Kata Kunci : BOPO, CAR. NPF, Bagi Hasil, ROA dan Simpanan Mudharabah.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisa Pengaruh BOPO, Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah,
Bagi Hasil dan Profitabilitas Terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank
Umum SyariahPeriode 2011 – 2015 “ dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas
kelemahandan kekurangan yang ditemui dalam penyusunan skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. M Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen
dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Program Studi Manajemen.
3. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Dosen Pembimbing I atas kesediaan
meluangkan waktu, tenaga dan segala ilmu yang diberikan untuk
membimbing penulis.
4. Ibu Amalia, MSM selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, arahan dan
nasihat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6. Seluruh Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala bantuannya.
ix
7. Kedua orang tua penulis, papa Sjamsul Bahri dan mama Rochyati yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan nasihat, cinta
dan dorongan dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas tanpa pamrih.
Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan
skripsi ini.
8. Teman-teman CCIT FTUI yang telah berjuang bersama menyelesaikan
proyek TA, terimakasih atas pengalaman dan ilmunya
9. Teman-teman MIPS 2013 yang sama-sama berjuang menghadapi berbagai
masalah yang terjadi dikampus maupun diluar kampus, terima kasih atas
kebersamaannya..
10. Geng TELOLET OM yaitu Dewi Ayu, Intannes Putri Basse, Avi Syafitri,
Makhdaleva Hanura Tajudin, Mazaya Nazira Amari dan Hasna Akhmad
Khalilullah yang hingga kini menemani, memberikan support, masukan dan
memberikan keceriaan selama 4 tahun ini. Kalian The Best
11. Dinar Agus Sara, Terimakasih telah memberikan saran dan masukan yang
membangun semangat. Selalu mengingatkan jangan pernah mengecewakan
kedua orang tua yang telah berjuang demi anak-anaknya dalam segi moral
ataupun materil.
12. J. Bastian, Terimakasih selalu memberikan dukungan dan nasihat disaat
semangat mulai menurun dan telah mengantar dan menemani ke
perpustakaan UGM untuk mencari referensi skripsi.
13. Wahyu Putra Pratama, Terimakasih telah mengantar dan menemani ke perpus UGM
Yogyakarta untuk mencari referensi skripsi.
14. Mubasysyir Jamili. Terimakasih telah memberikan semangat dan masukan yang
telah diberikan. Mengingatkan untuk mengutamakan hal yang penting-penting
terlebih dahulu, hal-hal yang bisa menghambat skripsi lebih baik di singkirkan
terlebih dahulu dan jangan lupa berdoa kepada Allah SWT.
15. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, suatu kebahagian telah
dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terimakasih banyak
atas motivasi yang telah diberikan selama ini. .
x
16. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca serta bagi
penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, 15 Januari 2017
Penulis
(Sisca Juliana)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 11
A. LadasanTeori ..................................................................................................... 11
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 29
C. Kerangka Pemikiran.......................................................................................... 36
D. Hipotesis ............................................................................................................. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 39
A. Ruang Lingkup .................................................................................................. 39
B. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 40
C. Riset Kepustakaan ............................................................................................. 41
D. Metode Analisis Data ....................................................................................... 41
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 4
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ....................................................... 40
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 40
xii
B. Analisis Deskripsi ....................................................................................... 40
C. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 40
D. Interprestasi Data ........................................................................................ 40
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 40
A. Kesimpulan ................................................................................................. 40
B. Saran-saran .................................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Jumlah BUS, UUS dan BPRS di Inonesia Periode 2009-2015 ............. 1
Tabel 1. 2 BOPO ................................................................................................... 35
Tabel 1. 3 CAR ..................................................................................................... 36
Tabel 1. 4 NPF ...................................................................................................... 38
Tabel 1. 5 Bagi Hasil ............................................................................................. 66
Tabel 1. 6 ROA ..................................................................................................... 68
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 70
Tabel 3. 1 Proses Pemilihan Sampel ..................................................................... 71
Tabel 3. 2 Sampel Penelitian ................................................................................. 72
Tabel 4. 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 72
Tabel 4. 2 Hasil Uji Chow ..................................................................................... 72
Tabel 4. 3 Hasil Uji Hausman ............................................................................... 72
Tabel 4. 4 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 72
Tabel 4. 5 Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 72
Tabel 4. 6 Korelasi Antar Variabel Independen.................................................... 72
Tabel 4. 7 Hasil Uji White ..................................................................................... 72
Tabel 4. 8 Hasil Uji t ............................................................................................. 72
Tabel 4. 9 Hasil Koefisien Determinasi (Adjust R2) ............................................. 72
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Simpanan Mudharabah ....................................................................... 1
Gambar 2. 3 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 35
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat Abdul Ghofur Anshori (2009:226). Dalam dunia modern ini, peranan
perbankan dalam memajukan perekonomian suatu Negara sangat besar.
Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan
selalu membutuhkan jasa bank. Oleh karena itu, saat ini dan dimasa yang akan
datang kita tidak akan dapat lepas dari dunia perbankan, jika hendak
menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik
sosial maupun perusahaan.
Begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa
bank merupakan ―nyawa‖ untuk menggerakan roda perekonomian suatu
Negara. Anggapan ini tentunya tidak salah karena fungsi bank sebagai
lembaga keuangan sangatlah vital, misalnya dalam hal pencetakan uang,
mengedarkan uang, tempat mengamankan uang, tempat melakukan investasi
dan jasa keuangan lainnya Kasmir (2012 : 3).
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syari’ah merupakan
lembaga keuangaan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di
sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau lainnya)
3
bedasarkan prinsip Syari’ah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan
kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai
Syari’ah yang bersifat makro maupun mikro (Ascarya, 2007).
Perkembangan kelembagaan bank syariah di Indonesia menunjukkan
bahwa amandemen UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 3 tahun 2004
direspon positif oleh pelaku industri perbankan. Sehingga pada tahun 2015,
jumlah Bank Umum Syariah yang beroperasi menjadi 12 bank. Eksistensi
bank syariah juga didorong oleh tingginya minat masyarakat untuk
menempatkan dananya di bank syariah karena dikarenakan produk dana
perbankan syariah memiliki daya tarik bagi deposan mengingat nisbah bagi
hasil dan margin produk tersebut masih kompetitif dibanding bunga di bank
konvensional. Berikut adalah tabel perkembangan bank syariah di Indonesia
Periode 2011-2015.
Tabel 1.1
Jumlah Bank Syariah di Indonesia Periode 2011-2015
Indikator 2011 2012 2013 2014 2015
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 11 11 11 12 12
Jumlah Kantor 1.401 1.745 1.998 2.151 2.121
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank Umum 24 24 23 22 22
Jumlah Kantor 336 517 590 320 327
Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
Jumlah Bank 155 158 163 163 161
Jumlah Kantor 364 401 402 439 433
Total 2.291 2.856 3.187 3.107 3.076
Sumber : (OJK) Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
4
Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan perbankan syariah berdasarkan
laporan tahunan OJK 2015 (Juni 2015). Secara kuantitas, pencapaian
perbankan syariah pada tahun 2011-2013 mengalami peningkatan, kecuali
pada tahun 2014-2015 jumlah bank syariah di Indonesia mengalami
penurunan. Perkembangan bank-bank syariah di dunia dan di Indonesia
mengalami kendala dikarenakan bank syariah hadir di tengah-tengah
perkembangan dan praktik-praktik perbankan konvensional yang sudah
mengakar dalam kehidupan masyarakat secara luas. Pesatnya pertumbuhan
bank syariah di Indonesia juga belum seiring dengan pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang sistem operasional perbankan syariah. Meski
bank syariah terus berkembang setiap tahunnya, banyak masyarakat Indonesia
yang masih belum mengenal apa dan bagaimana bank syariah menjalankan
kegiatan bisnisnya Dhayattoni (2013).
Dalam mengatasi kendala perbankan syariah ini, telah dilakukan upaya
langkah stategis untuk mengembangkan perbankan syariah salah satunya yaitu
pemberian izin kepada bank umum konvensional untuk membuka kantor
cabang Unit Usaha Syariah (UUS) atau konversi sebuah bank konvensional
menjadi bank syariah. Langkah strategis ini merupakan respon dan inisiatif
dari perubahan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Undang-undang pengganti UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan tersebut
mengatur dengan jelas landasan hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah (E-Syariah : 2010).
5
Ketertarikan masyarakat terhadap budaya menyimpan uang dalam
bentuk investasi juga merupakan salah satu faktor penting dalam
mengembangkan perbankan syariah. Masyarakat yang memiliki ketertarikan
menyimpan uangnya di bank pada dasarnya mengharap keamanan dana atau
untuk mendapatkan keuntungan (suku bunga pada bank konvensional dan bagi
hasil pada bank syariah). Hal inilah yang diyakini sebagai salah salah satu
faktor yang memotivasi masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank.
Perbankan syariah sendiri berfungsi sebagai agen intermediasi, yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro (titipan/wadi‟ah),
tabungan (wadi‟ah dan mudharabah), deposito (bagi hasil/ mudharabah) dan
kemudian menyalurkannya lewat pembiayaan Faizi (2009).
Salah satu produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah adalah
dengan menggunakan akad mudharabah. Secara sederhana, pengertian
mudharabah menurut ulama fiqh dalam madhab Maliki adalah suatu
pemberian mandat (taukil) dari investor (shahibul maal) yang disertakan
kepada pengelola (mudharib) untuk berdagang dengan mata uang tunai dengan
mendapatkan sebagian keuntungan, jika sudah diketahui jumlah dan
keuntungan yang diperolehnya Indrayani (2013).
. Menurut Undang-undang RI No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syari’ah, simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh nasabah kepada Bank
Syari’ah dan atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu. Simpanan Mudharabah merupakan
6
simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu
yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau semacamnya.
Mudharabah merupakan prinsip bagi hasil dan bagi kerugian ketika nasabah
sebagai pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan uangnya kepada bank
sebagai pengusaha (mudharib). Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan dan
kerugian ditanggung oleh pemilik dana atau nasabah (Ascarya, 2007).
Berikut adalah tabel perkembangan Simpanan Mudharabah periode
2011-2015 :
Gambar 1.1
Simpanan Mudharabah
Sumber : (OJK) Laporan Statistik Perbankan Syariah Tahun 2011-2015
Pada gambar 1.2 Simpanan Mudharabah mengalami peningkatan pada
tahun 2011-2013 sedangkan pada tahun 2014-2015 Simpanan Mudharabah
mengalami penurunan. Penurunan tersebut diindikasikan karena persaingan
antara bank syariah dengan bank konvensional yang semakin ketat, dalam
bentuk agresifitas bank umum dalam menawarkan bunga. Saat likuiditas di
pasar ketat, bank umum berupaya menggaet dana masyarakat dengan mengerek
bunga tinggi. Tentunya bunga tinggi ini hanya diberikan pada berbagai produk
16408
22288
26758 24425
20527
0
0
0 0
0
0
0
0 0
0
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2011 2012 2013 2014 2015
SIMPANAN MUDHARABAH
7
yang tidak diikutsertakan dalam program penjaminan. Sehingga faktor utama
yang menjadi bahan pertimbangan nasabah adalah perolehan bunga dan imbal
hasil yang tinggi (Risma : 2011).
Pada penelitian ini terdapat faktor-faktor penting yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau naik turunnya jumlah simpanan mudharabah
pada perbankan syariah antara lain, BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasional), Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah, Bagi Hasil dan
Profitabilitas.
BOPO atau Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bak dalam melakukan
kegiatan operasi Lukman D Wijaya (2000 : 120). Semakin rendah BOPO
berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar. Berikut perkembangan rasio BOPO tahun
2011-2015 :
Tabel 1.2
BOPO Perbankan Syariah 2011-2015
Tahun BOPO
2011 78,41%
2012 74,97%
2013 78,21%
2014 99,55%
2015 94,22%
Sumber : OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
Dapat dilihat pada Tabel 1.2 BOPO pada tahun 2011-2012 mengalami
penurunan kecuali pada tahun 2013 BOPO mengalami peningkatan yang
8
signifikan sampai dengan tahun 2015. Mawardi (2005) BOPO yang rendah
menyebabkan suatu bank akan semakin efisien dalam mengeluarkan biaya
dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat menghasilkan
pendapatan yang paling tinggi. Apabila BOPO menurun maka pendapatan
bank meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka yang
diterima oleh nasabah juga meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin rendah BOPO maka semakin tinggi yang diterima oleh para
nasabah.
Modal juga merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung risiko kerugian Mawardi (2005) ).
CAR diukur dengan membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko
(ATMR). Semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank tersebut
untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aset produktif yang berisiko
dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi Profitabilitas.
Semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka kelangsungan hidup suatu bank
akan lebih terjamin, karena profitabilitas menunjukkan apakah bank tersebut
mempunyai prospek yang bagus di masa yang akan datang.
Nilai CAR yang tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut
akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi simpanan mudharabah dan
tentunya akan meningkatkan return simpanan mudharabah yang akan diterima
oleh nasabah deposan (Kuncoro & Suhardjono : 2002 : 573). Berikut
perkembangan rasio CAR tahun 2011-2015 :
9
Tabel 1.3
CAR Perbankan Syariah 2011-2015
Tahun CAR
2011 16,63%
2012 14,13%
2013 14,42%
2014 16,21%
2015 14,38%
Sumber : OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
Dapat dilihat pada tabel 1.3 CAR pada tahun 2011-2013 mengalami
penurunan secara drastis. Tahun 2014 CAR mulai mengalami kenaikan
kembali akan tetapi pada tahun 2015 CAR pada Bank Umum Syariah
mengalami penurunan secara kembali. Tingkat CAR periode 2011-2015 telah
menebus atau melebihi batas aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia,
sebesar 8%.
Non Performing Finance (NPF) atau pembiayaan bermasalah
merupakan salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja bank. Pembiayaan
bermasalah adalah pembiayaan yang pembayaran angsuran pokoknya telah
lewat 90 hari setelah jatuh tempo, atau pembiayaan yang pembayarannya
secara tepat waktu sangat diragukan. NPF secara luas dapat didefinisikan
sebagai suatu pembiayan dimana pembayaran yang dilakukan tersendat-sendat
dan tidak mencukupi kewajiban minimal yang ditetapkan sampai dengan
pembiayaan yang sulit untuk dilunasi atau bahkan tidak dapat ditagih (PSAK
No. 31 (Revisi 2000)) (Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) : 2000). Berikut
perkembangan rasio NPF tahun 2011-2015 :
10
Tabel 1.4
NPF Perbankan Syariah 2011-2015
Tahun NPF
2011 2,52%
2012 2,22%
2013 2,62%
2014 4,86%
2015 5,10%
Sumber : OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
Dapat dilihat pada tabel 1.4 Pembiaayaan Bermasalah mengalami
peningkatan secara terus-menerus setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2012
NPF mengalami penurunan. Tingkat NPF yang cukup tinggi, terjadi pada
tahun 2015, NPF telah menebus angka 5,10%, angka tersebut melebihi batas
aman yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, sebesar 5%.
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal dengan
profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara
definisi profit sharing diartikan "distribusi beberapa bagian dari laba pada
pegawai dari suatu Perusahaaa".Menurut Antonio, bagi hasil adalah suatu
sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil
usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (Mudharib). Secara
umum prinsip prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan
dalam empat akad utama, yaitu, al Musyarokah, al Mudharabah, al
muzara‟ah, dan al musaqolah (Antonio : 2011). Berikut perkembangan Bagi
Hasil tahun 2011-2015 :
11
Tabel 1.5
Bagi Hasil Perbankan Syariah 2011-2015
Tahun Bagi Hasil
2011 704
2012 6.130
2013 8.545
2014 6.381
2015 7.523
Sumber : OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
Berdasarkan pada tabel 1.5 Bagi Hasil Perbankan Syariah mengalami
kenaikan dari tahun 2011-2015, kecuali pada tahun 2014 Bagi Hasil
mengalami penurunan. Mawardi (2008) menegaskan faktor yang menjadi
pertimbangan masyarakat menginvestasikan dananya di Bank Syariah adalah
faktor return bagi hasil. Penelitian yang dilakukan oleh Husnelly (2003) dan
Mangkuto (2004) Bank Syariah harus tetap menjaga kualitas tingkat bagi hasil
yang diberikan nasabahnya.
Nasabah penyimpan dana akan selalu mempertimbangkan tingkat
imbalan yang diperoleh dalam melakukan investasi pada Bank Syariah. Jika
tingkat bagi hasil Bank Syariah terlalu rendah maka tingkat kepuasan nasabah
akan menurun dan kemungkinan besar akan memindahkan dananya ke Bank
lain. Karakteristik nasabah yang demikian membuat tingkat bagi hasil menjadi
faktor penentu kesuksesan Bank Syariah dalam menghimpun Dana Pihak
Ketiga.
Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2012 : 201) adalah rasio
yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yangdigunakan dalam
perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam
12
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Semakin besar Return
On Asset ROA), semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Return On
Asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan
karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya Gozali Faruq (2013). Berikut perkembangan rasio ROA
tahun 2011-2015 :
Tabel 1.6
ROA Perbankan Syariah 2011-2015
Tahun ROA
2011 1,79%
2012 2,14%
2013 2,00%
2014 1,12%
2015 1,15%
Sumber : OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015
Berdasarkan tabel 1.6 Return On Asset (ROA) menalami penurunan
dari tahun 2011-2015, kecuali pada tahun 2012 dan 2015 terjadi kenaikan
walaupun tidak signifikan. Menurut (Pratami, 2011) semakin besar tingkat
keuntungan (ROA) yang didapat oleh Bank, maka semakin besar pula upaya
manajemen menginvestasikan keuntungan tersebut dengan berbagai kegiatan
yang menguntungkan manajemen, terutama dangan penyaluran pembiayaan.
Selain itu semakin besar suatu Bank menghasilkan laba maka yang diberikan
Bank Syariah besar berarti Bank sudah efektif dalam mengelola asetnya.
Kelangsungan kegiatan usaha didukung oleh beberapa sumber dana
yang dimiliki, seperti simpanan mudharabah. Besarnya simpanan
13
mudharabah terdapat 3 pengaruh pada pembiayaan yang disalurkan. Semakin
tinggi nilai simpanan mudharabah, maka semakin besar pembiayaan yang
tersalurkan dan pemerolehan laba pun meningkat, sehingga dapat diartikan
simpanan mudharabah berhubungan dengan profitabilitas (Nur : 2015).
Hasil penelitian terdahulu oleh Permata Ulfa (2016) berjudul Analysis
The Effect Of Profitability (ROA), Cost Ratio (BOPO), and Financing To
Deposit Ratio (FDR) On The Profit Sharing Mudharabah In Islamic Banking
In Indonesia menunjukka bahwa ROA efek positif yang signifikan pada
tingkat keuntungan deposito berbagi mudharabah. Ini berarti bahwa semakin
tinggi ROA, semakin tinggi tingkat pendapatan berbagi mudharabah deposito.
BOPO menunjukkan hasil yang positif dan signifikan pada tingkat keuntungan
bagi deposito mudharabah. Ini berarti bahwa semakin tinggi BOPO, yang
tinggi hasil deposito mudharabah. Hasil ini studi bertentangan dengan teori
bahwa efisiensi bank syariah dalam biaya dapat menghasilkan pendapatan
yang tinggi. BOPO digunakan untuk perhitungan untuk menentukan jumlah
biaya yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh pendapatan, serta untuk
mengukur efisiensi kegiatan bank.
Hasil penelitian terdahulu oleh Supitasari (2014) menunjukan bahwa
secara bersama-sama Nisbah Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi dan NPF (Non
Performing Financing) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Simpanan Mudharabah. Penelitian Nur Maya Kholidah (2015) meneliti
perbankan syariah di Indonesia hasilnya menunjukan bahwa Profitabilitas
tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah bank syariah di Indonesia.
14
Penelitian lain dilakukan oleh Nur Hikmah (2009), menunjukan bahwa
hanya variabel NPF yang berpengaruh signifikan terhadap Simpanan
Mudharabah, sedangkan variable lainnya (ROE, CAR, FDR, dan BOPO)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Simpanan Mudharabah. Hasil ini
membuktikan bahwa risiko pembiayaan bermasalah pada Bank Muamalat
Indonesia tidak dalam kondisi yang mengkhawatirkan, dimana tidak terjadi
penyimpangan utama dalam tingkat pengambilan atas pembayaran kembali
pembiayaan yang diberikan BMI. Hal ini menyebabkan nasabah
menginvestasikan dana pihak ketiganya dalam bentuk Simpanan Mudharabah
di BMI.
Berdasarkan pada data fenomena yang sudah ada pada penelitian
terdahulu dan dan banyaknya terjadi fenomena yang tidak sesuai dengan teori
yang ada, antara lain nilai ROA (Return On Asset) grafik kenaikan
profitabilitas bank syariah yang tidak diikuti dengan kenaikan atau penurunan
grafik simpanan mudharabah bank syariah. Kemudian NPF (Non Performing
Financing) tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah, hasil tersebut
menunjukan bahwa tinggi rendahnya NPF tidak akan mempengaruhi tinggi
rendahnya simpanan mudharabah. Hal ini dikarenakan pihak bank telah
memiliki cadangan yang baik dan sudah melakukan analisis resiko yang
nantinya permasalahan tersebut tidak akan mempengaruhi besaran dari
simpanan mudharabah.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diteliti adalah
variabel-variabel para peneliti terdahulu yang hasilnya berbeda-beda atau
15
tidak konsisten dan adanya suatu pengembangan model dari penelitian
terdahulu.
Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian diatas yang memberikan hasil
berbeda-beda atas penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya, penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. Objek penelitian sendiri
adalah Bank Umum Syariah. Tahun penelitiannya adalah periode 2011-2015
dengan pertimbangan 5 tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan.
Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti : Analisa Pengaruh BOPO,
Kecukupan Modal, Pembiayaan Bermasalah, Dana Pihak Ketiga dan
Profitabilitas Terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah Periode 2011 – 2015.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan
pada latar belakang di atas maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Simpanan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh Kecukupan Modal (CAR) secara parsial
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
3. Apakah terdapat pengaruh Pembiayaan Bermasalah (NPF) secara parsial
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
16
4. Apakah terdapat pengaruh Bagi Hasil secara parsial terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
5. Apakah terdapat pengaruh Profitabilitas secara parsial terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
6. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh BOPO, Kecukupan Modal
(CAR), Pembiayaan Bermasalah (NPF), Bagi Hasil dan Profitabilitas
secara simultan berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank
Umum Syariah Periode 2011-2015?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka
tujuan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah?
2. Untuk mengetahui pengaruh Kecukupan Modal (CAR) terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
3. Untuk mengetahui pengaruh Pembiayaan Bermasalah (NPF) terhadap
simpanan Mudharabah Bank Umum Syariah ?
4. Untuk mengetahui pengaruh Bagi Hasil terhadap tingkat Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah?
5. Untuk mengetahui pengaruh Profitabilitas terhadap tingkat Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah ?
17
6. Untuk mengetahui pengaruh BOPO, Kecukupan Modal (CAR),
Pembiayaan Bermasalah (NPF), Bagi Hasil dan Profitabilitas secara
simultan berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah Periode 2011-2015?
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat penelitian terbagi atas dua, yaitu
Manfaat Teoritis dan Manfaat Praktis, berikut adalah manfaat dari penelitian
ini secara teoritis dan praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang lebih mendalam
mengenai pengaruh BOPO, CAR, NPF, DPK dan Profitabilitas
terhadap Simpanan Mudharabah.
b. Bagi Peneliti Skripsi
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi untuk memperluas
pengetahuan mengenai pengaruh BOPO, CAR, NPF, DPK dan
Profitabilitas terhadap Simpanan Mudharabah.
c. Bagi Investor
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan mengenai pengaruh BOPO, CAR, NPF, DPK dan
Profitabilitas terhadap Simpanan Mudharabah.
18
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Bank Umum Syariah
Sebagai bahan kajian tambahan bagi Bank Syariah dalam menganalisis
nasabah guna mencapai pemberian pelayanan yang baik bagi nasabah.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat sebagai
calon nasabah untuk menggunakan produk dan jasa Perbankan Syariah
pada Bank Umum Syariah.
19
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk
penelitian lebih lanjut mengenai aspek-aspek yang dapat
mempengaruhi Simpanan Mudharabah.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Kinerja merupakan gambaran prestasi yang dicapai perusahaan
dalam kegiatan operasionalnya baik menyangkut aspek kuangan, aspek
pemasaran, aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek
teknologi, maupun aspek sumber daya manusianya (Jumingan, 2006:239).
Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas
perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut
Sucipto (2003) pengertian kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-
ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu organisasi atau
perusahaan dalam menghasilkan laba. Sedangkan menurut IAI (2007)
Kinerja Keuangan adalah kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengendalikan sumberdaya yang dimilikinya.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja
keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang
dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba,
sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan
baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu
16
perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan
tujuan yang telah ditetapkan (Mulyadi : 2007).
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah membandingkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan untuk mengetahui posisi keuangan suatu
perusahaan serta menilai kinerja manajemen dalam suatu periode
tertentu. Definisi rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan
angka lainnya. Pada umumnya rasio keuangan bermacam-macam
tergantung kepada kepentingan dan penggunaannya, begitu
pula perbedaan jenis perusahaan juga dapat menimbulkan perbedaan
rasio-rasionya (Kasmir : 2008).
Salah satu metode yang dapat dilakukan untuk menganalisa
laporan keuangan adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah cara analisa
dengan menggunakan perhitungan-perhitungan perbandingan atas data
kuantitatif yang ditujukkan dalam neraca maupun laba rugi. Pada dasarnya
perhitungan rasio-rasio keungan adalah untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan.
Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam bidang manajemen
keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan suatu
perusahaan dalam periode tertentu , ataupun hasil-hasil usaha dari suatau
perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua
17
buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar
neraca maupun laba rugi (Irawati : 2005).
3. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran
dan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement)
adalah kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam
pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja
adalah penentuan efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
secara periodic Srimindarti (2006:34).
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.
Menurut Munawir (2012 : 31) menyatakan bahwa tujuan dari
pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:
a. Mengetahui tingkat likuiditas
Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat
ditagih.
18
b. Mengetahui tingkat solvabilitas
Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.
c. Mengetahui tingkat rentabilitas
Rentabilitas atau yang sering disebut dengan profitabilitas
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
d. Mengetahui tingkat stabilitas.
Stabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta
membayar beban bunga atas hutang-hutangnya tepat pada waktunya.
4. Simpanan Mudharabah
Kata ―mudharabah‖ dalam bahasa Arab berasal dari kata dharb,
pada kalimat ad-dharbu fil-ardhi yaitu bepergian untuk urusan dagang.
Sedang menurut M. Syafi’I, kata dharb berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses
seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Disebut
juga qiradh yang berasal dari kata al qardhu yang berarti al qath‟ u
(potongan), karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk
diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. Dalam literatur
19
fikih, terdapat dua istilah yang menunjukan pengertian mudharabah. Yang
pertama istilah mudharabah itu sendiri dan yang kedua istilah Qiradh.
Namun pengertian keduanya adalah sama saja. Istilah mudharabah adalah
bahasa penduduk Irak dan kebanyakan digunakan oleh mazhab Hanafi,
Hanbali dan Zaydi dan Qiradh adalah bahasa istilah yang digunakan
penduduk Hijaz dan kebanyakan digunakan oleh mazhab Maliki dan
Syafi’I (Abdullah : 2008).
Mudharabah berasal dari kata dharb Mudharabah berasal dari kata
dharb, yang berarti secara harfiah adalah bepergian atau berjalan. Al-
Qur’an tidak secara langsung menunjuk istilah mudharabah, melainkan
melalui akar kata d-r-b yang diungkapkan sebanyak lima puluh delapan
kali. Dari beberapa kata ini lah yang kemudian mengilhami konsep
mudharabah (Abdullah 2008).
Istilah mudharabah diambil dari kata dharib, Dinamakan demikian
karena dharib berhak untuk menerima bagian keuntungan atas dukungan
dan kerjanya. Secara rinci mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan (
partnership) yang berlandaskan pada prinsip pembagian hasil dengan cara
seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan
bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban
kerugian berdasarkan isi perjanjian bersama (Muhammad : 2004).
Menurut Hanfiyah, mudharabah adalah suatu perjanjian untuk
berkongsi di dalam keuntungan dengan modal dari salah satu pihak dan
kerja (usaha) dari pihak lain. Menurut Madzhab Maliki yaitu penyerahan
20
uang dimuka oleh pemilik modal dalam jumlah uang yang ditentukan
kepada seorang yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan
imbalan sebagian dari keuntungannya. Menurut madzaab syafi’i
mendefinisikan dengan pemilik modal menyerahkan sejumlah uang
kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang dengan
keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya. Sedangkan menurut
Madzhab Hanbali yakni penyerahan suatu barang atau sejenisnya dalam
jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya
dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya (Muhammad :
2004).
Menurut Muhamad, salah satu hal yang mungkin terlupakanan dari
definisidefinisi yang dikemukakan oleh para ahli fikih klasik adalah bahwa
kegiatan kerjasama mudharabah merupakan jenis usaha yang tidak secara
otomatis mendatangkan untung atau hasil. Oleh karena itu penjelasan
mengenai untung dan rugi perlu di tambahi sebagai bagian yang integral
dari sebuah definisi yang baik (Muhammad : 2004).
Dalam sistem mudharabah, terdapat beberapa unsur yang harus ada
dalam transaksi tersebut yaitu (Ahmad : 2005) :
a. Pihak yang berakad, yaitu shahibul mal (investor) dan al-mudhorib
(pengelola).
b. Obyek akad, hal ini terdiri dari ra‟ sul mal (capital), al-amal (usaha
bisnis), ar-robh (profit) dan al-waqt (masa).
c. As-Shighoh (Ijab qobul) atau Momerandum of Undrstanding (MoU).
21
d. Nisbah keuntungan.
Menurut Karim (2014) faktor-Faktor yang harus ada (rukun) dalam
akad mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Pelaku
Faktor pertama yaitu pelaku artinya pemilik modal (shahib al-
mal) maupun pelaksana usaha (mudharib atau „amil) dalam akad
mudharabah harus ada minimal dua pelaku jika tidak ada dua pelaku
ini, maka akad mudharabah tidak ada.
2) Objek mudharabah
Faktor yang kedua yaitu objek. Objek mudharabah ini
merupakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berupa uang
atau barang, sedangkan yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, selling maupun skill, dan lain-lain.
3) Persetujuan kedua belah pihak
Faktor ketiga yaitu bersetujuan atau ijab-qabul. Yakni
persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip an-
taraddin mikum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk untuk mengikatkan diri dalam akad
mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
22
mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju
dengan perannya yaitu untuk mengkontribusikan kerja.
4) Nisbah keuntungan
Faktor keempat yakni nisbah keuntungan, hal ini mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak. Mudharib
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal
mendapat imbalan atas penyerahan modalnya.
Menurut Karim (2014) faktor-Faktor yang harus ada (rukun)
dalam akad mudharabah adalah sebagai berikut:
5) Pelaku
Faktor pertama yaitu pelaku artinya pemilik modal (shahib al-
mal) maupun pelaksana usaha (mudharib atau „amil) dalam akad
mudharabah harus ada minimal dua pelaku jika tidak ada dua pelaku
ini, maka akad mudharabah tidak ada.
6) Objek mudharabah
Faktor yang kedua yaitu objek. Objek mudharabah ini
merupakan konsekuensi dari tindakan yang dilakukan oleh para
pelaku. Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek
mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya
sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berupa uang
atau barang, sedangkan yang diserahkan bisa berbentuk keahlian,
keterampilan, selling maupun skill, dan lain-lain.
7) Persetujuan kedua belah pihak
23
Faktor ketiga yaitu bersetujuan atau ijab-qabul. Yakni
persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari prinsip an-
taraddin mikum (sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus
secara rela bersepakat untuk untuk mengikatkan diri dalam akad
mudharabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk
mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju
dengan perannya yaitu untuk mengkontribusikan kerja.
8) Nisbah keuntungan
Faktor keempat yakni nisbah keuntungan, hal ini mencerminkan
imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak. Mudharib
mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahib al-mal
mendapat imbalan atas penyerahan modalnya.
5. Pengertian, Prinsip dan Tujuan Penghimpunan Dana Mudharabah
Pengertian penghimpunan dana adalah suatu kegiatan usaha yang
dilakukan bank untuk mencari dana kepada pihak deposan yang nantinya
akan disalurkan kepada pihak kreditur dalam rangka menjalankan
fungsinya sebagai intermediasi antara pihak deposn dengan pihak kreditur.
Prinsip yang digunakan ada dua bergantung dari jenis banknya
yaitu Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan prinsip konvensional
dan dengan prinsip syariah. Ada pun dalam materi makalah ini hanya akan
dibahas mengenai Bank Syariah dengan prinsip penghimpunan dana
secara syariah.
24
Dalam Bank Syariah, klasifikasi penghimpunan dana yang utama
tidak didasarkan atas nama produk melainkan atas prinsip yang digunakan.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip penghimpunan dana
yang digunakan dalam bank syariah ada dua yaitu prinsip wadiah dan
prinsip mudharabah.
Penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah, dapat dibagi atas
dua skema yaitu skema muthlaqah dan skema muqayyadah. Dalam
penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah muthalaqah, kedudukan
Bank Syariah adalah sebagai mudharib (pihak yang mengelola dana)
sedangkan penabung atau deposan adalah pemilik dana (shahibul maal).
Hasil usaha yang diperoleh bank selanjutnya dibagi antara bank dengan
nasabah pemilik dana sesuai dengan porsi nisbah yang disepakati dimuka.
Dalam penghimpunan dana dengan pinsip mudharabah muqayyadah,
kedudukan bank hanya sebagai agen saja, karena pemilik dana adalah
nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah, sedang pengelola dana
adalah nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Pembagian hasil
usaha dilakukan antara nasabah pemilik dana mudharabah muqayyadah
dengan nasabah pembiayaan mudharabah muqayyadah. Bank sebagai agen
dalam hal ini menerima fee saja. Pola investasi terikat dapat dilakukan
dengan cara chaneling dan executing. Pola chaneling adalah apabila semua
risiko ditanggung oleh pemilik dana dan bank sebagai agen tidak
menanggung risiko apapun. Pola executing adalah apabila bank sebagai
agen juga menanggung risiko. Prinsip mudharabah muthlaqah dapat
25
diterapkan dalam kegiatan usaha bank syariah untuk produk tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah.
Tujuan dari kegiatan penghimpunan dana adalah untuk
memperbesar modal, memperbesar asset dan memperbesar kegiatan
pembiayaan sehingga nantinya dapat mendukung fungsi bank sebagai
lembaga intermediasi.
a. Giro
Secara umum, yang dimaksud dengan giro adalah cek, bilyet giro,
sarana perintah bayar lainnya, atau dengan pemindahbukuan. Adapun
yang dimaksud dengan giro syariah adalah giro yang dijalankan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah
Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang
benar secara syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip
wadiah dan mudharabah.
b. Tabungan
Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan
yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Mudharabah sendiri
mempunyai dua bentuk, yakni mudharabah mutalaqah dan
mudharabah muqayyadah, perbedaan yang mendasar diantara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan
pemilik harta kepada pihak bank dalam mengelola hartanya. Dalam hal
ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana).
26
Bank Syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib berhak untuk
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad
mudharabah dengan pihak lain. Namun, di sisi lain, Bank Syariah juga
memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yang berarti
bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan
atau kelalaiannya.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah akan
membagikan hasil kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang
telah disepakati di awal akad pembukaan rekening. Dalam mengelola
dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang
terjadi bukan akibat kelalaiannya. Namun, bila yang terjadi adalah
miss management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh atas
kerugian tersebut.
Dalam mengelola harta mudharabah, bank menutup biaya
oprasional tabungan dengan hasil nisbah yang menjadi hak nasabah
pemilik dana. Disamping itu, bank tidak diperkenankan mengurangi
nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan nasabah yang
bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku. PPH bagi hasil
tabungan mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan
nasabah pada saat penghitungan bagi hasil.
27
Perhitungan bagi hasil mudharabah dilakukan berdasarkan
saldo rata-rata harian yang dihitung di tiap akhir bulan dan di buku
awal bulan selanjutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan
mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Deposito
Yang juga termasuk produk bank dalam bidang
penghimpunan dana (founding) adalah deposito. Berdasarkan
undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu
menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan.
Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah
deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dalam hal
ini, Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang
berdasarkan prinsip mudharabah.
Dalam hal ini, Bank Syariah bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul
mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank
Syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak
28
bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,
termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.
Dengan demikian, Bank Syariah dalam kapasitasnya
sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee),
yakni harus bertindak hati-hati atau bijaksana serta beritikad baik
dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat
kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, Bank Syariah juga
bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang
diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin
tanpa melanggar aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, Bank Syariah
akan membagikan hasil keuntungan kepada pemilik dana sesuai
dengan nisbah yang telah disepakati di awal akad pembukaan
rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung
jawab atas kerugian yang terjadi bukan akibat kelalaiannya.
Namun, apabila yang terjadi adalah miss management (salah urus),
maka bank bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut.
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pemilik dana
terhadap bank, terdapat dua bentuk mudharabah, yaitu:
Mudharabah Mutalaqah (Unrestricted Investment Account,
URIA)
Mudharabah Muqayyadah (Restricted Investment Account,
RIA)
29
6. BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan
dan pengeluaran dari laporan laba rugi dan terhadap angka-angka dalam
neraca. Rasio biaya oprasional adalah perbandingan antara biaya
oprasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya operasional digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasi (Lukman D Wijaya : 2000 : 120). Semakin rendah BOPO
berarti semakin efisiensi bank tersebut dalam mengendalikan biaya
operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar.
BOPO adalah Rasio efisiensi bank yang mengukur beban
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin tinggi nilai BOPO
maka semakin tidak efisien operasi bank. Menurut Nainggolan (2009)
untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah
perbandingan antara beban operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO). Rasio BOPO adalah perbandingan antara beban operasional
termasuk beban bunga terhadap pendapatan operasional
termasuk pendapatan bunga. Semakin besar rasio BOPO, maka semakin
tidak efisien suatu bank. Efisiensi bank dikatakan membaik ditunjukkan
oleh penurunan nilai BOPO. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin
30
efisien beban operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil.
Menurut Mawardi (2005) efisiensi operasi juga berpengaruh
terhadap kinerja bank yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah
menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna. BOPO diukur
secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi. Melalui rasio ini
dapat diukur apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan efektif dan efisien Sudiyatno dan Suroso (2010).
Secara teoritis, efisiensi produksi bank syariah dalam mengeluarkan biaya
dalam bentuk pemberian investasi pembiayaan merupakan salah satu
bentuk mekanisme produksi bank agar dapat menghasilkan pendapatan
yang paling tinggi dari suatu investasi Juwariyah (2008). Dengan kata lain
BOPO menunjukkan sejauh mana tingkat efisiensi kinerja operasional
bank. Nilai BOPO menurun apabila biaya operasional menurun di lain
pihak pendapatan operasional tetap, dan juga apabila biaya operasional
tetap di lain pihak pendapatan operasional meningkat. Semakin rendah
BOPO maka bank semakin efisien dalam mengeluarkan biaya dalam
bentuk pemberian investasi pembiayaan agar dapat menghasilkan
pendapatan yang paling tinggi. Apabila BOPO menurun maka pendapatan
bank meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka
tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Dengan
31
demikian dapat dikatakan bahwa semakin rendah BOPO maka semakin
tinggi tingkat bagi hasil yang diterima oleh para nasabah.
Pada bank, beban operasional umumnya terdiri dari biaya bunga
(beban bagi hasil yang dibayarkan oleh pihak bank kepada nasabah yang
menyimpan uangnya di bankdalam bentuk dana pihak ketiga seperti giro,
tabungan, dan deposito), biaya administrasi, biaya tenaga kerja, biaya
pemasaran, dsb. Sedangkan pendapatan operasional bank umumnya
terdiri dari pendapatan bunga (diperoleh dari pembayaran angsuran
pembiayaan dari nasabah), komisi, dsb Abidin (2014).
7. Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (bahasa Inggris) dikenal
dengan profit sharing. Profit dalam kamus ekonomi diartikan pembagian
laba. Secara definisi profit sharing diartikan "distribusi beberapa bagian
dari laba pada pegawai dari suatu Perusahaan" Muhammad (2011).
Menurut Antonio (2011), bagi hasil adalah suatu sistem pengolahan dana
dalam perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik
modal (shahibul maal) dan pengelola (Mudharib).
Secara umum prinsip prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah
dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu, al Musyarakah, al
Mudharabah, al muzara‟ah, dan al musaqolah. Sungguhpun demikian
prinsip yang paling banyak dipakai adalah al musyarakah dan al
mudharabah, sedangkan al muzara‟ah dan al musaqolah dipergunakan
32
khusus untuk plantation financing atau pembiayaan pertanian untuk
beberapa Bank Islam (Muhammad Syafi’I Antonio : 2001).
Bagi Hasil adalah Keuntungan atau Hasil yang diperoleh dari
pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan
kepada Nasabah dengan persyaratan Agustianto (2011):
a. Perhitungan Bagi Hasil disepakati menggunakan pendekatan/pola :
1) Revenue Sharing.
2) Profit & Loss Sharing.
b. Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan, apakah RS, PLS atau Gross Profit. Kalau tidak disepakti
akad itu menjadi gharar.
c. Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua belah
pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah disepakati.
d. Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati diawal dan
tercantum dalam akad.
Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya
perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di
dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas
keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi
hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang
ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang
berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu
pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil
33
antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan
harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing
pihak tanpa adanya unsur paksaan Ach. Bakhrul Muchtasib (2006).
8. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal
yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi
oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva produktif
yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi simpanan mudharabah Sudiyatno Bambang (2010).
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
diakibatkan dalam operasional bank. Semakin besar rasio tersebut akan
semakin baik posisi modal Achmad dan Kusuno (2003). Menurut
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang menurut
risiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar
jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri
34
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank (PBI :
2008).
Capital Adequacy Ratio adalah kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi,
mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang
dapat berpengaruh terhadap besarnya modal Almilia (2005). Perhitungan
Capital Adequacy didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang
mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase
tertentu terhadap jumlah penanamannya. Sejalan dengan standar yang
ditetapkan Bank of International Settlements (BIS), seluruh bank yang ada
di Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal minimum sebesar 8%
dari ATMR Kuncoro dan Suhardjono (2002). Rumus Capital Adequacy
Ratio (CAR) sebagai berikut :
Capital Adequacy Ratio menurut (Lukman Dendawijaya: 2000 :
122) adalah ‖ Rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan
pada bank lain) ikut di biayai dari dana modal sendiri bank disamping
memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari
masyarakat, pinjaman, dan lain-lain.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang di sebabkan oleh aktiva yang berisiko Sudiyatno Bambang (2010).
35
Modal bank
CAR= ——————————— x 100%
Aktiva tertimbang menirit risiko
Contohnya :
Bila anda mendapat Rp.1000/bulan dari orang tua, anda dapat
menentukan sendiri berapa yang harus tetap menjadi uang setelah uang
tersebut anda belanjakan (untuk ongkos, membeli buku, pulsa, rokok, dll).
Sisa uang yang tetap menjadi uang tersebut dapat dianalogikan sebagai
CAR di perbankan tersebut, setelah semua uang yang masuk dipotong
untuk pemberian kredit, kpr, dll. CAR tersebut besarnya ditentukan oleh
BI. Bila suatu bank itu CARnya 0% apalagi sudah minus, berarti bank
tersebut sudah tidak mempunyai modal atau uang atau capital lagi
Sudiyatno Bambang (2010).
9. Non-Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) yang analog dengan Non
Performing Loan (NPL) pada bank konvensional merupakan rasio
keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Non Performing Financing
menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini
maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit
36
dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak
termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet Almilia (2005). NPF
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembiayaan non Lancar
NPF = ———————————
Total Pembiayaan
10. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan, dalam hal ini
perusahaan perbankan, untuk menghasilkan laba. Profitabilitas biasanya
diukur menggunakan rasio perbandingan. Rasio yang biasa digunakan
untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah
ROE (Return On Equity) dan ROA (Return On Asset) (Astrit Dini dan Iim
Indarti : 2012). Menurut Dendawijaya (2003), ROE merupakan
perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelolah
modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin
besar ROE, semakin besarpula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil. Almilia (2005). Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset
yang dimiliki.
37
Perlu dicatat disini bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu
bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On
Asset dan tidak memasukkan unsur Return On Equity. Hal ini dikarenakan
bank Indonesia, sebagai Pembina dan pengawas perbankan, lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset
yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat Dendawijaya
(2003).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan Dendawijaya (2003). Semakin besar Return On Asset ROA),
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Return On Asset
(ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan
karena Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya Gozali Faruq (2013).
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap rata-rata total aset. Semakin besar ROA, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank (Almilia, 2005). Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum dalam Surat Edaran BI No.
9/24/DPbS tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah, secara matematis, ROA dirumuskan sebagai
berikut (BI : 2007) :
38
Laba Sebelum Pajak
ROA = ——————————— x 100%
Rata-rata Total Asset
39
11. Bank Syariah
Menurt (Sudarsono : 2015) Bank Syariah merupakan bank yang
kegiatannya mengacu pada hukum islam dan dalam kegiatannya tidak
membebankan bunga maupun tidak membayar bunga kepada nasabah.
Imbalan bank syariah yang diterima maupun yang dibayarkan pada
nasabah tergantung dari akad dan perjanjian yang dilakukan oleh pihak
nasabah dan pihak bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan
syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur
dalam syariat islam.
a. Bank Umum Syariah (BUS) yang berdiri sendiri sesuai dengan akta
pendiriannya, maka bukan merupakan bagian dari bank konvensional.
Beberapa contoh bank umum syariah yaitu Bank Syariah Mandiri,
Bank Syariah Bukopin, Bank Muamalat Indonesia dan lain sebagainya.
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, BUS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat bertindak
sebagai bank devisa dan bank nondevisa.
40
b. Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan unit usaha yang masih di bawah
pengelolaan bank konvensional. Unit usaha syariah (UUS) adalah unit
kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah (islam), atau unit kerja di kantor cabang
dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor cabang pembantu syariah atau unit syariah. Contoh
Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu BNI Syariah, BII Syariah dan lain
sebagainya. Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda
dengan bank konvensional. Dalam bank syariah memberikan layanan
bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank
syariah, penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi
apapun. Bank syariah tidak mengenal yang namanya sistem bunga,
baik itu bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau
bunga yang dibayar kepada penyimpan dana di bank syariah. Menurut
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit
kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatannya secara konvensional yang
41
berfungsi sebagaikantor induk dari kantor cabang pembantu syariah
dan atau unit syariah.
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Sebelumnya disebut
sebagai Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Disebut juga Bank
at-Tamwil as-Sya’bi al-Islami, yaitu bank yang melakukan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran; Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah mendefinisikan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
12. Kegiatan Usaha Bank Syariah
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank syariah menjalankan
beberapa kegiatan. Ada tiga kegiatan utama dari bank syariah yang
memang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional. Hanya saja
terdapat hal yang prinsipil yang menjadi pembeda utama dari model kedua
jenis bank tersebut, yaitu terdapat transaksi ribawi dalam bank
konvensional yang itu berusaha ditiadakan di dalam bank syariah. Tiga
kegiatan utama bank syariah itu adalah:
1) Penghimpun Dana
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), ada dua
prinsip penghimpunan dana, yaitu:
a) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
42
Wadiah berarti titipan dari suatu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan
oleh penerima titipan, kapan pun pihak yang menitipkan menghendaki.
Wadiah dibagi menjadi dua, yaitu wadiah yad dhamanah dan wadiah
yad amanah. Wadiah yad dhamanah yaitu titipan yang selama belum
dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima
titipan. Adapun wadiah yad amanah adalah penerima titipan tidak
boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai pihak yang
menitipkan mengambil kembali titipannya. Prinsip wadiah yang lazim
digunakan adalah wadiah yad dhamanah, dapat diterapkan pada
kegiatan penghimpun dana berupa giro dan tabungan.
b) Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha
di mana pihak pertama menyediakan dana (shahibul maal) dan pihak
kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (mudharib).
Mudharabah terbagi menjadi tiga yaitu mudharabah muthlaqah,
mudharabah muqayyadah, dan mudharabah musyatarakah.
Mudharabah muthlaqah adalah salah satu jenis mudharabah yang
memberi kuasa kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan
usaha tanpa batasan apapun yang berkaitan dengan usaha tersebut.
Mudharabah muqayyadah merupakan salah satu jenis mudharabah di
mana pemilik dana memberi batasan kepada pengelola dalam
pengelolaan dana berupa jenis usaha, tempat, pemasok, maupun
43
konsumen. Adapun mudharabah musytarakah merupakan bentuk
mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerjasama investasi.
2) Penyaluran Dana (Langsung dan Tidak Langsung)
Dalam penyaluran dana oleh bank syariah, terdapat beberapa
prinsip, yaitu prinsip jual beli, prinsip investasi, dan prinsip sewa. Ini
adalah hal yang membedakan dengan bank konvensional yang
menerapkan prinsip hutang.
a) Prinsip Jual Beli
Dalam melakukan jual beli, dapat digunakan tiga skema yang
meliputi jual beli dengan skema murabahah, jual beli dengan skema
salam, dan jual beli dengan skema istishna’. Jual beli dengan skema
murabahah penjual menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang
disepakati oleh penjual dan pembeli, bank syariah bertindak sebagai
penjual, sedangkan nasabah yang membutuhkan barang bertindak
sebagai pembeli. Dalam jual beli dengan skema salam pelunasannya
dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan
diterima. Adapun dalam jual beli dengan skema istishna’, jual beli
didasarkan atas penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga
produsen untuk menyediakan barang atau suatu produk sesuai dengan
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga
yang disepakati.
44
b) Prinsip Investasi
Dalam melakukan investasi, dapat dilakukan dengan skema
mudharabah dan skema musyarakah. Mudharabah adalah persetujuan
antara pemilik modal dengan seorang pekerja untuk mengelola uang
dari pemilik modal dalam perdagangan tertentu, yang keuntungannya
dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama, sedangkan kerugian yang
diderita menjadi tanggungan pemilik modal. Sedangakan musyarakah
memiliki arti secara luas sebagai akad kerjasama atau percampuran
antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu yang
halal dan produktif dengan kesepakatan bahwa keuntungan akan
dibagikan sesuai dengan nisbah yang disepakati dan risiko akan
ditanggung sesuai dengan porsi kerjasama.
c) Prinsip Sewa
Sewa secara prinsip dapat dilakukan dengan dua skema yaitu
skema ijarah dan skema ijarah muntahiya bittamlik. Sewa dengan
skema ijarah didefinisikan sebagai transaksi perpindahan hak guna
(manfaat) suatu barang dan jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa atau upah tanpa melalui pemindahan kepemilikan.
Adapun ijarah muntahiya bittamlik merupakan kombinasi antara sewa
menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah. Dalam hal ini pihak yang
menyewakan berjanji akan menjual atau menghibahkan barang yang
disewakan pada akhir periode sewa. 3) Jasa Pelayanan Bank syariah
dapat menyediakan jasa pelayanan perbankan dengan berdasarkan
45
akad wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn. Transaksi wakalah timbul
karena salah satu pihak memberikan suatu objek perikatan yang
berbentuk jasa atau dapat juga disebut sebagai meminjamkan dirinya
untuk melakukan sesuatu atas nama diri pihak lain. Transaksi hawalah
timbul karena salah satu pihak meminjamkan suatu objek perikatan
yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutang atau utang dari
pihak lain. Selanjutnya, transaksi kafalah timbul jika salah satu pihak
memberikan suatu objek yang berbentuk jaminan atas kejadian tertentu
di masa yang akan datang. Transaksi rahn timbul karena salah satu
pihak meminjamkan suatu objek perikatan yang berbentuk uang
kepada pihak lainnya yang disertai dengan jaminan.
13. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk
berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary. Menurut Kasmir
(2008) secara spesifik fungsi bank dapat dirinci sebagai berikut:
a. Agent of Trust
Kegiatan perbankan didasarkan pada trust atau kepercayaan, baik
dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat
akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi oleh unsur
kepercayaan, begitu pula bank akan menyalurkan dananya kepada
masyarakat apabila ada unsur kepercayaan.
46
b. Agent of Development
Sektor moneter dan sektor riil mempunyai interaksi yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan
baik apabila tidak didukung oleh sektor moneter. Sehingga kegiatan
bank dalam menghimpun dana dan menyalurkannya kepada
masyarakat memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi,
distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat kegiatan
tersebut berkaitan dengan penggunaan uang dan kelancaran kegiatan
tersebut mendorong adanya pembangunan perekonomian dalam
masyarakat.
c. Agent of Service
Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga
memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat, dimana jasa tersebut erat kaitannya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum, seperti jasa pengiriman uang,
jasa penitipan barang berharga, dan jasa penyelesaian tagihan.
14. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Berdasarkan definisi bank konvensional dan bank syariah yang
telah dijelaskan diatas, terdapat beberapa perbedaan antara bank
konvensional dan bank syariah, diantaranya adalah sebagai berikut:
47
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
NO. Bank Syariah Bank Konvensional
1. Melakukan investasi yang
halal saja
Investasi yang halal dan haram
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa
Memakai perangkat bunga
3. Berorientasi pada keuntungan
(profit oriented) dan
kemakmuran dan kebahagian
dunia akhirat.
Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk kemitraan
Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk kreditur-debitur
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan
fatwa Dewan Pengawas
Syariah
Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber : Saragih (2010)
Pada tabel 2. 1 diatas, dapat kita lihat menurut (Saragih : 2010)
bahwa ada beberapa perbedaan antara bank syariah dengan bank
konvensional. Perbedaan pertama yaitu bank syariah melakukan investasi
yang halal-halal saja, sedangkan bank konvensional melakukan investasi
yang halal dan haram. Perbedaan kedua, bank syariah berdasarkan
prinsipnya menggunakan sistem bagi hasil, jual beli atau sewa, sedangkan
bank konvensional memakai perangkat bunga atau riba.
Perbedaan ketiga, bank syariah berorientasi pada keuntungan
(profit oriented) kemakmuran dan kebahagian dunia akhirat, sedangkan
bank konvensional hanya menggunakan profit oriented (keuntungan) saja.
Perbedaan keempat yaitu pada bank syariah hubungan bank dengan
nasabah dalam bentuk kemitraan, sedangkan pada bank konvensional
hubungan antara nasabah dengan bank dalam bentuk kreditur-debitur.
Perbedaan yang terakhir adalah pada bank syariah penghimpunan dan
48
penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
Sedangkan pada bank konvensional tidak terdapat dewan sejenis seperti
Dewan Pengawas Syariah.
Tabel 2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
NO. Bank Syariah Bank Konvensional
1. Implementasi GCG pada
perbankan syariah terletak
pada sharia compliance, yaitu
kepatuhan pada syariah.
Prinsip universal yang juga
terdapat dalam aturan GCG yang
terdiri dari prinsip-prinsip
transparansi, kejujuran, kehati-
hatian, kedisiplinan merupakan.
Sumber : Mulazid (2016)
Pada tabel 2. 2 terdapat perbedaan yang mendasar antara bank
syariah dan bank konvensional. (Menurut Mulazid : 2016) salah satu pilar
penting dalam pengembangan bank syariah adalah sharia compliance,
yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi,
kejujuran, kehati-hatian, kedisiplinan merupakan prinsip universal yang
juga terdapat dalam aturan GCG konvensional. Pilar inilah yang menjadi
pembeda utama antara bank syariah dengan bank konvensional.
15. Kelembagaan Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki
orientasi pencapaian kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa
karakteristik bank syariah, diantaranya yaitu penghapusan riba, pelayanan
kepada kepentingan publik, menerapkan prinsip profit and loss sharing,
berorientasi pada pembiayaan bagi hasil dan memanfaatkan instrumen
pasar uang antar bank syariah dan instrumen bank sentral berbasis syariah.
49
Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati
terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan
modal, karena bank komersial syariah menerapkan profit and loss sharing
dalam konsinyasi, ventura, bisnis, atau industri. Oleh karena itu, maka
secara struktural dan sistem pengawasannya berbeda dari bank
konvensional. Pengawasan perbankan Islam mencakup dua hal, yaitu
pertama pengawasan dari aspek keuangan, kepatuhan kepada perbankan
secara umum dan prinsip kehati-hatian bank. Kedua, pengawasan prinsip
syariah dalam kegiatan operasional bank (Wirdyaningsih, dkk, 2005:61).
Secara struktural kepengurusan bank syariah terdiri dari Dewan Komisaris
dan Direksi wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi
mengawasi kegiatan bank syariah.
a. Kelembagaan Bank Umum Syariah
Aturan mengenai Bank Umum Syariah pasca diterbitkannya
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah adalah PBI No.
11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah (BUS). Dalam PBI ini
dijelaskan bahwa proses pendirian bank syariah dilakukan melalui
persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian bank; dan izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk
melakukan usaha bank setelah persiapan pendirian bank pada
persetujuan prinsip terpenuhi. BUS dapat didirkan oleh WNI
dan/atau badan hukum Indonesia, WNI dan/ atau badan hukum
50
Indonesia yang bermitra dengan WNA atau badan hukum asing.
BUS dibentuk dengan badan hukum perseroan terbatas.
Untuk mendirikan bank syariah, baik bank umum syariah
maupun BPRS harus mendapat persetujuan prinsip dan izin usaha
yang diajukan oleh pendiri bank kepada Bank Indonesia yang akan
diproses oleh Dewan Gubernur BII U.P. Biro Perbankan Syariah.
Agar izin usaha bank syariah diperoleh terlebih dahulu harus
dipenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang; susunan
organisasi dan kepengurusan; permodalan; kepemilikan; keahllian
di bidang perbankan syariah; dan kelayakan usaha sebagaimana
diatur dalam peraturan Bank Indonesia (Soemitra, 2009:68).
b. Kelembagaan Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah wajib dibentuk oleh bank yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah di kantor
pusat bank yang berfungsi sebagai kantor induk dari cabang syariah
dan/atau unit syariah. Unit Usaha Syariah memiliki tugas antara
lain yaitu mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang
syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Selain itu juga Unis Usaha
Syariah memiliki tugas untuk menempatkan dan mengelola dana
yang bersumber dari kantor cabang syariah dan atau Unit Usaha
Syariah. Tugas lainnya dari Unis Usaha Syariah yaitu melakukan
kegiatan lain sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah atau
unit syariah.
51
Bank yang memiliki kantor cabang syariah dan unit syariah
wajib memiliki pencatatan dan pembukaan tersendiri untuk
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan menyusun laporan
keuangan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (Soemitra,
2009:72).
16. Produk Pembiayaan Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan Syariah
dibagi menjadi tiga bagian besar yakni (Heri Sudarsono : 2004 : 99):
a. Produk penyaluran dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk
pembiayaan syariah terbagi empat yang dibedakan berdasarkan
tujuan penggunaannya yaitu: pembiayaan dengan prisip jual beli
ditujukan untuk memiliki barang, pembiayaan dengan prinsip sewa
ditujukan untuk mendapatkan jasa, pembiayaan dengan prinsip bagi
hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Pembiayaan dengan akad
pelengkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan
menggunakan tiga prinsip tersebut untuk mencari keuntungan.
b. Produk penghimpunan dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah apat berbentuk giro,
tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan
dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadi‟ah dan
mudharabah.
52
c. Produk jasa (service)
Bank Syariah melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut berupa:
1) Sharf (Jual beli Valuta Asing), jual beli mata uang yang tidak
sejenis ini penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang
sama.
2) Ijarah (sewa), jenis kegiatan ijarah antara lain penyewaan
kotak simpanan dan jasa tata laksana administrasi dokumen.
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik
umum dan landasan dasar bagi operasional bank syariah secara
keseluruhan. Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada
kaidah Al-Mudharabah Berdasarkan prinsip ini, bank syariah
akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun
dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung,
bank akan bertindak sebagai mudharib (pengelola dana),
sementara penabung bertindak sebagai shahibul maal (pemilik
dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.
17. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya
berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan
prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.
53
Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut (Antonio :
2001 : 85).
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. (Antonio, 2001:
85) Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu (Muhammad Arni
: 2005 : 88).
1. Wadiah Yad Al-Amanah
Harta atau barang yang dititipkan tidak boleh untuk dimanfaatkan
dan digunakan oleh sipenerima titipan, penerima titipan hanya
berfungsi sebagai penerima amanah yang bertugas dan
berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan tanpa boleh
memanfaatkannya. Sebagai konpensasi penerima titipan
diperkenakan untuk membebankan biaya kepada yang menitipkan.
(Antonio : 2001: 148)
2. Wadiah Yad adh-Dhamanah
Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan
oleh si penerima titipan. Karena boleh dimanfaatkan yang jelas
akan medatangkan manfaat atau keuntungan, sekalipun demikian,
tidak ada keharusan bagi penerima titipan untuk memberikan hasil
pemanfaatan kepada si penitip. Produk yang sesuai dengan pada
akad ini adalah giro dan tabungan. Karena pada dasarnya adalah
54
titipan maka si penitip tidak berhak untuk mengambil manfaat dari
titipan tersebut, akan tetapi sebagai imbalan maka si penerima
titipan memberikan bonus sebagai tanda terima kasih. Dan
pemberian bonus tersebut berapa jumlahnya merupakan
kewenangan manajemen bank syariah karena pada prinsipnya ini
adalah titipan.
b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian
hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk
produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
1) Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh
(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola
(mudharib), dan sipemilik modal tidak ikut campur dalam
pengelolaan usaha. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian ini
diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad
mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis Ascarya
(2011):
55
a. Mudharabah Muthlaqah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Tidak ada batasan bagi
mudharib dalam menggunakan dana tersebut.
b. Mudharabah Muqayyadah
Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib dimana shahibul maal memberikan batasan kepada
mudharib mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.
2) Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dan tenaga dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan
kesepakatan. Ada dua jenis Musyarakah (Antonio : 2001 : 91):
a. Musyarakah pemilikan
Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan, wasiat, atau
kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua
orang atau lebih.
b. Musyarakah akad
Musyarakah akad tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua
orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan
modal musyarakah.
56
c. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual
beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan
atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang
atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
Implikasinya berupa Ascarya (2011):
a. Al Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan
harga asal perolehan dengan tambahan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.
b. Bai‟ As salam
Bai‟ As-salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan
penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan
segera oleh pembeli (bayar dimuka) sebelum barang pesanan tersebut
diterima sesuai syarat-syarat tertentu. Bank dapat bertindak sebagai
pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut
salam paralel.
c. Bai‟ Al-Istishna
Istishna‟ adalah akad jual beli antara pembeli dan pembuat
barang. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran dimuka,
cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
57
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Bank dapat
bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak sebagai
penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan
barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna
paralel.
d. Prinsip sewa (Al-ijarah)
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak
kepemilikan atas barang itu sendiri (Antonio, 2001: 117). Al-ijarah terbagi
kepada dua jenis : Ijarah, sewa murni. Dan ijarah al muntahiya bit tamlik
merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai
hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa (sewa yang diikuti
dengan pemindahan kepemilikan).
e. Prinsip Jasa
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
1. Al-Wakalah
Wakalah atau wikalah yang berarti penyerahan, pendelegasian,
atau pemberian mandate (Antonio : 2001: 120). Nasabah memberi
kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa
tertentu, seperti transfer.
2. Al-Kafalah
58
Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Dalam
kata lain yaitu mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin
dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
(Antonio : 2001:123)
3. Al-Hawalah
Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang
lain yang wajib menanggungnya. (Antonio : 2001 : 124) Kontrak
hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak
piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih
tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
4. Ar-Rahn
Pengertian Gadai (Rahn) Transaksi hukum gadai dalam fikih
Islam disebut al-Rahn. Kata al-Rahn berasal dari bahasa Arab
―rahana-yarhanu-rahnan‖ yang berarti menetapkan sesuatu (Louis
Ma’luf : 1986 : 284). Secara bahasa pengertian al-Rahn adalah al-
Subutwaal-Dawam yang berarti ―tetap‖ dan ―kekal‖ (Abu Zakariyya
Yahya bin Sharaf an-Nawawi : 1957 : 121). Dengan demikian,
pengertian al-Rahn secara bahasa seperti yang terungkap di atas adalah
tetap, kekal dan menahan suatu barang sebagai pengikat utang. Secara
istilah menurut Ibn Qudamah (w. 629 H), pengertian al-Rahn adalah
al-mal al-ladhi yuj‟alu wathiqatan bidaynin yustaufa min thamanihi in
ta‟adhara istifa‟uhu mimman huwa‟alayh ―suatu benda yang dijadikan
59
kepercayaan atas utang, untuk dipenuhi dari harganya, bila yang
berutang tidak sanggup membayar utangnya‖ (Abi Muhammad
Abdullah Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Quddamah : 1994 : 234).
Berdasarkan pengertian al-Rahn dari berbagai pendapat di atas,
Ade Sofyan berpendapat bahwa rahn adalah perjanjian penyerahan
barang sebagai jaminan sehingga orang yang bersangkutan boleh
mengambil utang. Dengan demikian, tampak bahwa fungsi dari barang
jaminan adalah untuk memberikan keyakinan, ketenangan dan
keamanan atas utang yang dipinjamkan. (Ade Sofyan Mulazid, 2012).
5. Al-Qard
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha
kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq
dan shadaqah Antonio (2001).
E. Keterkaitan antar Variabel Bebas dan Variabel Terkaitan
1. Pengaruh BOPO terhadap Simpanan Mudharabah
Efisiensi operasi diukur dengan membandingkan total biaya
operasi dengan total pendapatan operasi. Rasio ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya
operasional. Rasio yang semakin meningkat mencerminkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan meningkatkan
60
pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian karena bank
kurang efisien dalam mengelola usahanya (Ponco, 2008). 21 Tingkat
efisiensi bank dalam menjalankan operasinya, berpengaruh terhadap
tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Jika Semakin kecil rasio
BOPO maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
maka pendapatan bank semakin meningkat. Keuntungan yang didapat bank
dapat meningkatkan Simpanan Mudharabah. Dengan adanya peningkatan
maka pendapatan yang akan diterima oleh nasabah akan semkain tinggi
(Andryani : 2012).
H1 : Diduga terdapat pengaruh positif BOPO terhadap simpanan
mudharabah
2. Pengaruh CAR terhadap Simpanan Mudharabah
Capital Adequancy Ratio (CAR) adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber diluar. Dengan kata lain, Capital Adequacy
Ratio adalah rasio kinerja untuk mengukur kecukupan modal yang bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Jika
nilai CAR tinggi (sesuia ketentuan BI 8%) maka bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut
akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi simpanan
mudharabah dan tentunya akan meningkatkan return simpanan
61
mudharabah yang akan diterima oleh nasabah deposan (Kuncoro &
Suhardjono : 2002 : 573).
Menurut Indrayani (2013) perusahaan perbankan syariah yang memiliki
rasio CAR yang tinggi maka semakin kuat kemampuan bank tersebut
untuk menanggung resiko dari setiap kredit/ asset produktif yang berisiko.
Menurut ketentuan Bank Indonesia bank umum syariah memiliki rasio
CAR minimal 8%. Asset berisiko bank yang produktif akan menentukan
berapa besar jumlah bagi hasil yang akan didistribusikan kepada nasabah
simpanan mudharabah.
3. Pengaruh NPF terhadap Simpanan Mudharabah
Non Performing Financing (NPF) adalah suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan Mudrajad
Kuncoro dan Suharjono (2002).
Non Performing Financing menunjukan kemampuan manajemen
bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank.
Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin buruk
kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah
kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet Leman (2012).
62
Jika tidak ditangani dengan baik, maka pembiayaan bermasalah
merupakan sumber kerugian yang sangat potensi bagi bank. Karena itu
diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan Mahmoeddin
(2004). Pembiayaan yang diberikan oleh bank apabila mengalami kredit
yang kurang lancar, macet, dan diragukan maka akan merugikan bank.
Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap laba bank yang juga akan
memengaruhi pembagian tingkat bagi hasil kepada nasabah Agista (2015)
dan Arianti (2011).
4. Pengaruh Bagi Hasil terhadap Simpanan Mudharabah
Sistem perbankan syariah menggunakan sistem bagi hasil sebagai
instrumen dasarnya sebagaimana bank konvensional menggunakan suku
bunga. Sistem bagi hasil merupakan suatu sistem perjanjian dalam
kegiatan usaha atau kerjasama. Dalam kegiatan usaha tersebut,
diperjanjikan adanya pembagian hasil atau keuntungan yang akan diterima
oleh kedua belah pihak, dan besarnya porsi bagi hasil harus ditentukan
pada awal terjadinya akad, sesuai kesepakatan bersama yang berandaskan
asas kerelaan (An-Tarodhin) tanpa ada unsur paksaan
(www.getskripsi.com).
Bagi hasil yang diperoleh tergantung jumlah dan jangka waktu
simpanan mudharabah serta pendapatan bank pada periode tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Metawa dan Almossawi (1998) bertujuan
untuk mengidentifikasikan perilaku nasabah bank syariah dalam memilih
bank syariah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa keputusan
63
nasabah dalam memilih bank syariah adalah karena didorong oleh faktor
agama, dimana nasabah menekankan pada ketaatannya pada prinsip-
prinsip agama Islam (Yustita dan Hagil : 2010).
5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Simpanan Mudharabah
Penelitian yang dilakukan oleh (Nur Maya Kholidah : 2015) yang
menyatakan simpanan mudharabah merupakan sumber penghimpun dana
bank (tidak termasuk modal) yang cukup mendominasi DPK. Simpanan
mudharabah dapat dialokasikan untuk kegiatan bank yang dapat
menguntungkan bank. Keuntungan yang didapat bank dapat meningkatkan
profitabilitas bank. Peningkatan simpanan mudharabah akan
mempengaruhi peningkatan profitabilitas pula. Terdapat pengaruh positif
Profitabilitas terhadap simpanan mudharabah.
Return on asset (ROA) dipilih sebagai indikator pengukur kinerja
keuangan perbankan adalah karena ROA digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap total asset. Pendapat Karsten (1982) yang dikutip
dalam penelitian Apriandika (2011) menyatakan besarnya bagi hasil yang
diperoleh, ditentukan berdasarkan keberhasilan pengelola dana untuk
menghasilkan pendapatan. Menurut Juwariyah (2008) rasio yang
menggambarkan kemampuan bank dalam mengelola dana yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang menghasilkan pendapatan
adalah ROA. Dengan meningkatnya ROA, maka pendapatan bank juga
64
akan meningkat, sehingga return yang diterima oleh nasabah dan investor
(pemegang saham) juga meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi ROA, maka return yang diterima oleh nasabah dan
investor juga semakin tinggi. Apabila ROA meningkat, maka pendapatan
bank juga meningkat, dengan adanya peningkatan pendapatan bank maka
tingkat bagi hasil yang diterima oleh nasabah juga meningkat. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROA maka semakin
tinggi bagi hasil yang diterima nasabah.
44
F. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penelitian
dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Erna
Rachmawati
, Ekki
Syamsul
Hakim (2004).
Affecting Mudaraba
Deposits in
Indonesia
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
Bagi Hasil sebagai
variabel independen.
Sedangkan Deposito
Mudharabah sebagai
variabel dependen.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, CAR, NPF
dan ROA sebagai
variabel
independen.
Cabang bank syariah dan tingkat bagi hasil
secara signifikan mempengaruhi volume
deposito mudharabah di Indonesia dalam
jangka panjang, sedangkan PDB dan suku
bunga tidak. Dapat disimpulkan bahwa volume
deposito mudharabah di Indonesia tidak
tergantung pada pendapatan atau suku bunga.
Tetapi tergantung pada tingkat bagi hasil dan
jumlah kantor cabang bank umum syariah.
2 Erik Rio
Indrawan
(2006)
Pengaruh tingkat
Bagi Hasil dan Suku
Bunga Terhadap
Simpanan
Mudharabah Periode
Tahun 2002-2005
Penelitian ini
menggunakan Bagi
Hasil sebagai
Variabel
Independen.
Sedangkan simpanan
Mudharabah sebagai
variabel
dependennya.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, CAR, NPF
dan ROA sebagai
variabel
independen.
Didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh
bagi hasil terhadap volume simpanan
mudharabah, melainkantingkat suku bungalah
yang berpengaruh negative terhadap volume
simpanan mudharabah. serta tidak ada
hubungan sebab akibat dari tingkar suku bunga
dan tingkat bagi hasil.
45
No Penelitian
dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
3 Nur
Hakimah
(2009).
Analisa Pengaruh
Kinerja Keuangan
Bank Terhadap
Simpanan
Mudharabah
Perbankan Syariah
Di Indonesia.
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
CAR, NPF, BOPO
sebagai variabel
independen dan
Simpanan
Mudharabah sebagai
variabel
dependennya.
Penelitian ini
menggunakan
DPK dan ROA
sebagai variabel
independennya.
Hasil Regresi menunjukkan bahwa hanya
variabel NPF yang berpengaruh signifikan
terhadap Simpanan Mudharabah, sedangkan
variabel lainnya (ROE, CAR, FDR, dan BOPO)
tidak berpengaruh signifikan terhadap
Simpanan Mudharabah. Hasil ini membuktikan
bahwa risiko pembiayaann bermasalah pada
Bank Muamalat Indonesia tidak dalam kondisi
yang mengkhawatirkan, dimana tidak terjadi
penyimpangan utama dalam tingkat
pengembalian atas pembayaran kembali
pembiayaan yang diberikan BMI.
46
No Penelitian
dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
4 Rizki
Ramadhani
(2009)
Pengaruh Tingkat
Inflasi, Suku
Bunga Deposito dan
Tingkat Bagi Hasil
Deposito Terhadap
Simpanan
Mudharabah
Perbankan Syariah
di Indonesia
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
Bagi Hasil sebagai
variabel
independennya.
Sedangkan simpanan
mudharabah sebagai
variabel
dependennya.
Penelitian ini
menggunakan
DPK dan ROA
sebagai variabel
independennya.
disimpulkan bahwa tingkat inflasi, suku bunga
deposito, dan tingkat bagi hasil untuk bank
Islam memiliki deposit yang signifikan untuk
deposit mudharabah perbankan syariah di
Indonesia.
5 Firdha
Roikhatul
Jannah,
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
(2012).
Pengaruh Profit
Sharing, Financing
To Deposit Ratio
(FDR), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Suku Bunga
Dan Inflasi
Terhadap Jumlah
SIMPANAN
MUDARABAH
ARABAH Pada Bank
Umum Syariah
(Periode 2007-
2011).
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
CAR sebagai
variabel independen
dan Simpanan
Mudharabah sebagai
variabel
dependennya.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, NPF, DPK
dan Profitabilitas
sebagai variabel
idependennya.
variabel independen yang digunakan hanya
terbatas pada lima variabel dan hanya dua
variabel yang berpengaruh signifikan
sedangkan keempat variabel yang lain tidak
berpengaruh signifikan.
47
No Penelitian
dan Tahun
Terbit
Judul Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
6 Supitasari,
UIN Syarif
Hidayatulla
h Jakarta
(2014).
Analisis Pengaruh
Nisbah Bagi Hasil,
BI Rate, Inflasi dan
Non Performing
Financing Terhadap
Simpanan
Mudharabah Pada
Bank Syariah Di
Indonesia Periode
2006-2013.
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
Simpanan
Mudharabah sebagai
variabel dependen
dan NPF sebagai
variabel Independen.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, CAR, DPK
dan Profitabilitas
sebagai variabel
independen
Secara bersama-sama Nisbah Bagi Hasil, BI
Rate, Inflasi dan NPF mempunyai pengaruh
signifikan terhadap Simpanan Mudharabah
pada Bank Syariah di Indonesia periode 2006-
2013 pada tingkat kepercayaan 95%.
7 M. Salih
KUMAŞ(2
015) Turki.
Bir Finansman
Modeli Olarak
Mudârabe’bin
Faizsiz
Bankacılıkta Etkin
Şekilde Kullanılması
Sürecinde Sivil
Toplum Örgütlerinin
Aktif Rol
Üstlenmesiî.
Sama-sama
menggunakan
Mudharabah.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, CAR,
NPF, DPK dan
Profitabilitas
sebagai variabel
independennya.
Murabahah, Sukuk ICARE dan terjebak metode
pendanaan barang berbasis Saya telah tinggal di
Perbankan Syariah, menjual barang
konvensional seperti uang atau kamu alternatif
yang nyata untuk perbankan, pendanaan
berbasis kepercayaan nya metodetergantung
pada membuat memperbarui mengaktifkan
kembali. 4% dari dunia berdasarkan saling
percaya, seperti metode pembiayaan untuk
Mudâreb, Di negara kita kurang dari 1%
kepercayaan yang serius di negara-negara
Muslim Ini menunjukkan bahwa masalah. Di
mana komunitas Muslim Urbanisasi atau
muncul dalam proses sekularisasi, setidaknya
dari krisis kepercayaan penghapusan
48
sepenuhnya dihilangkan tidak mungkin dalam
jangka pendek, dapat diandalkan dan Kehadiran
pengusaha yang kompeten atau tumbuh krisis
keuangan kepercayaan dengan Efek pada sektor
ini sebagian dihapus.
8 Nur Maya
Kholidah,
Universitas
Negeri
Surabaya
Kampus
Ketintang
(2015).
Analisis Pengaruh
SIMPANAN
MUDHARABAH,
CAR, FDR,
Pembiayaan, NPF
Dan BOPO
Terhadap
Profitabilitas
Perbankan
SyariahDi Indonesia
(Periode Tahun
2010-2014).
Penelitian ini sama-
sama menggunakan
CAR, NPF sebagai
variabel independen.
Penelitian ini
menggunakan
BOPO, DPK, dan
Profitabilitasnya
sebagai variabel
independen.
Sedangkan
Simpanan
Mudharabah
sebagai variabel
dependennya.
simpanan mudharabah, FDR dan NPF tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas perbankan
syariah di Indonesia. Variabel CAR,
pembiayaan dan BOPO berpengaruh terhadap
profitabilitas bank syariah di Indonesia.
9 Permata
Ulfa
(2016).
Analysis The Effect
Of Profitability
(ROA), Cost Ratio
(BOPO), and
Financing To
Deposit Ratio (FDR)
On The Profit
Sharing
Mudharabah In
Islamic Banking In
Sama-sama meneliti
mengenai
Profitabilitas, BOPO
sebagai variabel
independen dan
Mudharabah sebagai
variabel
dependennya.
Penelitian ini
menggunakan
CAR, NPF, DPK
dan sebagai
variabel
independennya.
Sedangkan
Simpanan
Mudharabah
sebagai variabel
Hasil penelitian menunjukka bahwa ROA
efek positif yang signifikan pada tingkat
keuntungan deposito berbagi mudharabah. Ini
berarti bahwa semakin tinggi ROA, semakin
tinggi tingkat pendapatan berbagi mudharabah
deposito. BOPO menunjukkan hasil yang
positif dan signifikan pada tingkat
keuntunganbagi deposito mudharabah. Ini
berarti bahwa semakin tinggi BOPO, yang
tinggi tingkat bagi hasil deposito mudharabah.
49
Indonesia. dependen. Hasil ini studi bertentangan dengan teori bahwa
efisiensi bank syariah dalam biaya dapat
menghasilkan pendapatan yang tinggi. BOPO
digunakan untuk perhitungan untuk
menentukan jumlah biaya yang dikeluarkan
oleh bank untuk memperoleh pendapatan, serta
untuk mengukur efisiensi kegiatan bank.
Sumber : Kumpulan Penelitian Terdahulu
50
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam
bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid :
2010 : 15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai
berikut:
51
Kerangka Pemikiran
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
BOPO, CAR, NPF, DPK dan
Profitabilitas
Variabel Dependen
Simpanan Mudharabah
Model Regresi Data Panel
Common Effect Fixed Effect Fixed Effect
Model Regresi Data Panel yang Terpilih :
Common Effect/Fixed Effect/Random Effect
Uji Asumsi Klasik :
1. Uji Normalitas
2. Uji Autokorelasi
3. Uji Multikolinieritas
4. Uji Heteroskedastisitas
Interpretasi dan Kesimpulan
Uji Hipotesis :
1. Uji T
2. Uji F
3. Adjusted R2
4.
Random Effect
Uji Hausman Uji Chow
Laporan Keuangan Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)
52
Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa Beban Operational
terhadap Pendapatan Operational (BOPO), Capital Adequancy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Dana Pihak Ketiga (DPK), serta Return On Assets
(ROA) merupakan variabel bebas (Independent Variables) yang dapat
mempengaruhi parameter di bank umum syariah dengan diukur dari indikator
Besarnya Simpanan Mudharabah sebagai variabel terikat (Dependent
Variable).Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti (Sekaran : 2014 : 116).
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian perumusan di atas, maka penulis akan mengajukan
hipotesis untuk dilakukan pengujian untuk mengetahui ada atau tidak adanya
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil sementara
hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Diduga adanya pengaruh BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan
Oprasional ) secara parsial terhadap simpanan mudharabah pada bank
umum syariah.
H01 : BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan Oprasional ) tidak
berpengaruh secara parsial simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
Ha1 : BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan Oprasional )
berpengaruh secara parsial simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
53
2. Diduga adanya pengaruh CAR (Capital Adequancy Rasio) secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
H02 : CAR (Capital Adequancy Rasio) tidak berpengaruh secara parsial
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
Ha2 : NPF (Non Performing Financing) berpengaruh secara parsial
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
3. Diduga adanya pengaruh NPF (Non Performing Financing) secara parsial
terhadap tingkat bagi hasil bank umum syariah.
H03 : NPF (Non Performing Financing) tidak berpengaruh secara parsial
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
Ha3 : NPF (Non Performing Financing) berpengaruh secara parsial terhadap
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
4. Diduga adanya pengaruh Bagi Hasil secara parsial terhadap tingkat bagi
hasil bank umum syariah.
H04 : Bagi Hasil tidak berpengaruh secara parsial simpanan mudharabah
pada bank umum syariah.
Ha4: Bagi Hasil berpengaruh secara parsial terhadap simpanan mudharabah
pada bank umum syariah.
5. Diduga adanya pengaruh ROA (Return On Asset) secara parsial terhadap
tingkat bagi hasil bank umum syariah.
H05: ROA (Return On Asset) tidak berpengaruh secara parsial terhadap
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
54
Ha5: ROA (Return On Asset) berpengaruh secara parsial terhadap simpanan
mudharabah pada bank umum syariah.
6. Diduga adanya pengaruh BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan
Operasional), CAR (Capital Adequancy Rasio), NPF (Non Performing
Financing), Bagi Hasil dan ROA (Return On Asset) secara simultan
terhadap simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
H06: BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan Operasional), CAR
(Capital Adequancy Rasio), NPF (Non Performing Financing), Bagi Hasil
dan ROA (Return On Asset) tidak berpengaruh secara simultan terhadap
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
Ha6: BOPO (Biaya Oprasional terhadap Pendapatan Operasional), CAR
(Capital Adequancy Rasio), NPF (Non Performing Financing), Bagi Hasil
dan ROA (Return On Asset) berpengaruh secara simultan terhadap
simpanan mudharabah pada bank umum syariah.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini yang dijadikan tempat penelitian adalah Bank
Umum Syariah di Indonesia dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.
Penulis menggunakan data penelitian yang bersifat kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2008) metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang
memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati dan
terukur, hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data
penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.
Objek penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia dan dilaksanakan di Bank Umum Syariah
dengan melihat tingkat simpanan mudharabah pada laporan keuangan
tahunan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini mampu menjelaskan
keadaan yang sebenarnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
simpanan mudharabah di Bank Umum Syariah pada periode tahun 2011-
2015.
Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu
Biaya Oprasional terhadap Pendaptan Oprasional (X1), Capital Aduquacy
Ratio (X2), Non Performing Financing (X3), Bagi Hasil (X4), Return On
Asset (X5) dan variabel dependen yang digunakan adalah simpanan
mudharabah pada Bank Umum Syariah (Y). Data yang digunakan pada
penelitian ini adalah data sekunder.
56
Penelitian ini bersifat asosiatif atau hubungan yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dari penelitian ini
dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan
dan mengontrol suatu gejolak ekonomi (Sugiyono, 2004:29). Di samping
bersifat asosiatif penelitian ini juga bersifat deskriptif analitik, yaitu
menjelaskan mengenai seberapa besar hubungan antara BOPO, CAR,
NPF, Bagi Hasil dan ROA terhadap simpanan murabahah pada Bank
Umum Syariah periode 2011-2015.
54
B. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi mengacu kepada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau
hal yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006:121), Populasi pada
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia, dari jumlah
populasi pada penelitian sebanyak 12 BUS, populasi yang diambil hanya
sejumlah tertentu sebagai sampel.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No. Nama Bank Umum Syariah
1. BCA Syariah
2. BRI Syariah
3. BNI Syariah
4. Bank Muamalat Indonesia
5. Bank Syariah Mandiri
6. Bank Mega Syariah
7. Bank Syariah Bukopin
8. Bank Panin Syariah
9. Bank Jabar Banten Syariah
10. Bank Victoria Syariah
11. Bank BTPN Syariah
12. Bank Maybank Syariah
Sumber : Bank Indonesia
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut Sugiyono (2008:118). Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah purposive sampling, menurut Sugiyono (2010 : 218)
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Berikut adalah kriteria penentuan sampel pada
penelitian ini:
55
a. Bank Umum Syariah yang terdaftar di situs Bank Indonesia dan masih
beroperasi pada periode pengamatan.
b. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan laporan keuangan
tahunan periode tahun 2011-2015.
c. Bank Umum Syariah yang memiliki laporan keuangan yang lengkap
pada periode tahun 2011-2015.
Tabel 3. 2
Proses Pemilihan Sampel
No. Keterangan Jumlah Sampel
1.
Bank Umum Syariah yang terdaftar di situs Bank
Indonesia dan masih beroperasi pada periode
pengamatan.
12
2. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan
laporan keuangan tahunan periode tahun 2011-2015. 11
3. Bank Umum Syariah yang memiliki laporan keuangan
yang lengkap pada periode tahun 2011-2015. 9
Jumlah data sampel yang di observasi 9 x 5 = 45
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari 12 Bank Umum
Syariah yang terdaftar di situs Bank Indonesia, hanya terdapat 9 Bank Umum
Syariah yang memiliki laporan keuangan tahunan lengkap pada situs masing-
masing Bank Syariah yang telah di audit dengan menggunakan tahun buku
yang berakhir pada tanggal 31 Desember.
56
Tabel 3. 3
Sampel Penelitian
No. Nama Bank Umum Syariah
1. BCA Syariah
2. BRI Syariah
3. BNI Syariah
4. Bank Muamalat Indonesia
5. Bank Syariah Mandiri
6. Bank Mega Syariah
7 Bank Syariah Bukopin
8 Bank Panin Syariah
9 Bank Jabar Banten Syariah
Sumber: Bank Indonesia
3. Jenis Data
Jenis informasi tertentu, seperti rincian latar belakang perusahaan
dapat diperoleh dari publikasi dokumen yang tersedia, situs Web perusahaan,
archive perusahaan, dan sumber lain. Jenis jenis informasi tertulis lainnya,
seperti kebijakan, prosedur, dan peraturan perusahaan dapat diperoleh dari
catatan dan dokumen perusahaan. Data yang diperoleh melalui sumber yang
ada disebut sebagai data sekunder (secondary data) yaitu data yang telah ada
dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Uma Sekaran, 2009:77).
Data sekunder dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan bank
tahunan dan data tersebut berasal dari situs bank masing-masing serta buku-
buku dan literatur penelitian terdahulu.
4. Sumber data
Dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan Bank Umum
Syariah periode 2011-2015 yang berasal dari situs website masingmasing
Bank Syariah.
57
C. Metode Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian merupakan faktor yang sangat penting
yang menjadi pertimbangan dalam metode penentuan pengumpulan data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dan dibuat oleh pihak lain yang dikumpulkan dalam kurun
waktu tertentu dari suatu sampel. Pengumpulan data adalah prosedur
sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam
memperoleh data-data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian. Penulis
juga mengambil data dari buku-buku perpustakaan, seperti teori- teori yang
berhubungan dan mendukung dalam analisis penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yang didokumentasikan dari Laporan Keuangan Bank Umum Syariah
periode 2011- 2015. Sumber data diperoleh dari website masing masing
Bank Umum Syariah, Bank Indonesia, Laporan Keuangan dan Statistik
Perbankan Syariah tahun 2011-2015.
3. Penelitian Internet (Internet Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui internet dan website yang berkaitan dengan judul penelitian.
58
Penulis juga mengambil data-data seperti teori - teori yang berhubungan dan
mendukung dalam analisis penelitian ini.
D. Estimasi (Membuat Persamaan) Regresi Data Panel
Estimasi regresi data panel adalah gabungan antara data silang (cross
section) dengan data runtut waktu (time series). Data panel dikenalkan oleh
Howles pada tahun 1950. Data runtut waktu biasanya meliputi satu objek
(misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi), tetapi meliputi
beberapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, tahunan, dan sebagainya).
Data silang terdiri atas beberapa atau banyak objek, sering disebut responden,
misalnya (perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya
iklan, laba ditahan, dan tingkat investasi) (Winarno : 2007 : 206).
Berdasarkan strukturnya, data ada dua jenis, yaitu data seksi silang
(cross section) dengan data runtut waktu (time series). Data pool dan data
panel sebenarnya sama saja, yaitu terdiri atas data seksi silang (beberapa
variabel) dana data runtut waktu (berdasarkan waktu). Data seksi silang
terdiri atas beberapa atau banyak objek, atau disebut observasi (misalnya
perusahaan) dengan beberapa jenis data (misalnya laba, biaya iklan, laba
ditahan, dan tingkat investasi). Data runtut waktu biasanya meliputi satu
objek (misalnya harga saham, kurs mata uang, atau tingkat inflasi), tetapi
meliputi beberapa periode (bisa harian, bulanan, kuartalan, tahunan, dan
sekarang juga bisa berupa data jam-jaman). Winarno (2015)
Didalam dataran aplikasi praktis terdapat banyak data (ekonometri)
yang merupakan kombinasi dari data bertipe cross-section dan data time
59
series (yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah kategori dan
dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu). Data demikian disebut
sebagai data panel atau pooling, dan model yang digunakan untuk
menganalisis data jenis ini disebut sebagai model data panel Dedi Rosadi
(2012:271).
Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain:
1. Model Common Effect
Dalam menganalisis data runtut waktu, kita dapat memakai asumsi
berdasarkan empat kriteria berikut : Konstanta, Koefisien Regresor,
Objek, dan Waktu. Teknik yang paling sederhana mengasumsikan bahwa
data gabungan yang ada, menunjukan kondisi yang sesungguhnya. Hasil
analisis regresi dianggap berlaku pada semua objek pada semua waktu.
Winarno (2015).
2. Model Fixed Effect
Teknik model Fixed Effect (efek tetap) adalah suatu model yang
dapat menunjukan perbedaan konstan antar objek, meskipun dengan
koefisien regresor yang sama. Efek tetap disini maksudnya adalah bahwa
satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai periode
waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap besarnya dari
waktu ke waktu (time invariant) Winarno (2007:220). hhh
Model yang dapat menunjukkan perbedaan konstanta antarobjek,
meskipun dengan koefisien regresor yang sama. Model ini dikenal dengan
60
model regresi fixed effect (efek tetap). Efek tetap di sini maksudnya
adalah bahwa satu objek, memiliki konstanta yang tetap besarnya untuk
berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien regresinya, tetap
besarnya dari waktu ke waktu (time invariant). (Winarno : 2015)
3. Model Random Effect
Random Effect digunakan untuk mengatasi kelemahan metode
efek tetap yang menggunakan variabel semu, model mengalami
ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek random
menggunakan residual, yang diduga memiliki hubungan antarwaktu dan
antar objek. (Winarno : 2015).
1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Menurut Iqbal (2015) Uji Chow dilakukan untuk membandingkan
atau memilih model mana yang terbaik antara Common Effect dan Fixed
Effect. Untuk membandingkan atau memilih model mana yang terbaik dapat
dilihat dari nilai probabilitas (Prob.) untuk Cross-section F. Jika nilainya >
0,05 (ditentukan di awal sebagai tingkat signifikansi atau alpha) maka model
yang terpilih adalah Common Effect, tetapi jika < 0,05 maka model yang
terpilih adalah Fixed Effect. Maka harus dilakukan uji selanjutnya yaitu Uji
Hausman. Hipotesis :
H0 : Model Common Effect diterima
Ha : Model Fixed Effect diterima
61
b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk membandingkan atau memilih model
mana yang terbaik antara Fixed Effect dan Random Effect. Untuk
membandingkan atau memilih model mana yang terbaik dapat dilihat dari
nilai probabilitas (Prob.) Cross-section random. Jika nilainya > 0,05 maka
model yang terpilih adalah Random Effect, tetapi jika < 0,05 maka model yang
terpilih adalah Fixed Effect Iqbal (2016). Hipotesis :
H0 : Model Fixed Effect diterima
Ha : Model Random Effect diterima
2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti
diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak
valid untuk jumlah sampel kecil Imam Gozali (2016:154). Hipotesis :
H0 : Data berdistribusi Normal
H1 : Data berdistribusi tidak Normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.005 →Terima H0, Tolak H1
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.005 → Tolak H1,Terima H0,
Lebih mudah jika melihat koefisien dan Jarque-Bera dari
Probabilitasnya. Bila nilai Jarque-Bera tidak signifikan (lebih kecil dari 2),
maka data berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar
62
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan kolerasi antara variabel gangguan satu
observasi dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi ini
seringkali muncul pada data time series. Salah satu asumsi metode OLS
adalah tidak adanya korelasi antara variabel gangguan Widarjono (2010).
Sementara itu, Winarno (2015 : 5.29) menyebutkan bahwa
autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang bersifat runtut waktu, karena
berdasarkan sifatnya, data masa sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-
masa sebelumnya. Meskipun demikian, tetap dimungkinkan autokorelasi
dijumpai pada data yang bersifat antarobjek (cross section). Untuk
mengidentifikasi autokorelasi menggunakan dua cara, yaitu dengan Uji
Durbin-Watson dan Uji Breusch-Godfrey. Namun, dalam penelitian ini untuk
mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dideteksi dengan Uji Breusch-
Godfrey. Nama lain uji BG ini adalah Uji Lagrange-Multiplier (Pengganda
Lagrage). Untuk melakukan Uji Breusch-Godfrey, dapat dilihat nilai Obs*R-
squared dan nilai probability di sebelah kanannya. Bila nilai probability > α
= 5%, maka tidak ada autokorelasi. Bila nilai probability < α = 5%, maka
terdapat autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi di antara variabel independen. Jika
variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak
63
ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
antar sesama variabel independen sama dengan nol Gozali (2016 : 103).
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linier antarvariabel
independen. Multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana Winarno (2015 : 5.1).
Jika koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu diatas 0.85 maka kita dapat
menduga bahwa terjadi multikolinearitas dalam model. Sebaliknya, jika
koefisien korelasi kurang dari 0.85 maka diduga model tidak mengandung
masalah multikolinearitas (Widarjono, 2010:77).
Uji koefisien kolerasinya yang mengandung unsur multikolinieritas,
misalnya X1 dan X2. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Bila r > 0,85 (tidak ada multikolinieritas)
Bila r < 0,85 (ada multikolinieritas)
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedasdatisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
Homoskedasdatisitasatau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali : 2016 :
134).
Untuk mengetahui ada tidaknya masalah heteroskedastisitas melalui
uji White dengan melihat nilai probabilitasnya. Jika probabilitasnya lebih
64
kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (α = 5%) sehingga signifikan. Artinya
tidak menolak hipotesis nol atau menerima hipotesis alternatif. Jika menolak
hipotesis nol berarti heteroskedastisiras, berarti model mengandung masalah
heteroskedastisitas Widarjono (2010 : 91). Hipotesis
Bila Probabilitas Obs*R2 >0,05 → Signifikan, H0 diterima
Bila Probabilitas Obs*R2 >0,05 → Tidak Signifikan, H1 ditolak.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji f untuk uji
simultan dan Uji t untuk uji parsial.
a. Uji Simultan (Uji Statistik F)
Nilai F kritis berdasarkan besarnya α dan df dimana besarnya
ditentukan oleh :
df1 = k -1
df2 = n – k
k = adalah jumlah parameter estimasi termasuk konstanta.
n = adalah jumlah observasi.
Jika F hitung > F kritis, maka kita menolak H0 berarti secara
bersama-sama variabel independen mempengaruhi variabel
dependen.
jika F hitung < F kritis maka menerima H0 yang berarti secara
bersama-sama semua variabel independen tidak mempengaruhi
variabel dependen. (Widarjono, 2010 : 24).
65
b. Uji Parsial (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Gozali : 2016 : 97).
Membandingkan nilai t hitung dengan t kritisnya. Keputusan
menolak atau menerima H0 sebagai berikut (Widarjono : 2010 : 26):
Jika niai t hitung > nilai t kritis maka H0 ditolak atau menerima Ha
yang artinya signifikan
Jika nilai t hitung < nilai t kritis maka H0 diterima atau menolak Ha
yang artinya tidak signifikan.
Jika kita menolak H0 atau menerima Ha berarti secara statistik
variabel independen signifikan mempengaruhi variabel dependen dan
jika menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel
independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
Nilai t diperoleh dari nilai t kritis dan distribusi tabel t dengan
α dan degree of freedom (df) tertentu. Degree of freedom (df) jumlah
observasi dikurangi dengan jumlah parameter estimasi (k) dan dalam
hal ini yaitu n-k (Widarjono, 2010 :26) :
n = jumlah observasi
k = jumlah parameter estimasi
4. Koefisien Determinasi (R2)
Nilai koefisien determinasi (Adj R2) menunjukan kemampuan model
untuk menjelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel
66
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5 + e
dependen. Nilai R2
akan selalu berada di antara 0 dan 1, berarti semakin
besar kemampuan variabel independen untuk menjelaskan (pengaruhnya)
kepada variabel dependen Winarno (2015).
Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur seberapa baik
regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisien determinasi
ini mengukur prosentase total variasi variabel dependen (Y) yang dijelaskan
oleh variabel independen didalam garis regresi Widarjono (2010:19).
E. Model Regresi
Adapun model persamaan regresi dengan menggunakan data panel yang
digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Y = Simpanan Mudharabah
β0 = Konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Koefisien masing-masing variabel
X1 = Biaya Oprasional terhadap Bebab Oprasional (BOPO)
X2 = Kecukupan Modal (CAR)
X3 = Pembiayaan Bermasalah (NPF)
X4 = Dana Pihak Ketiga (DPK)
X5 = Retun On Asset (ROA)
67
e = Disturbance Error
F. Operasional Variabel Penelitian
Tipe-tipe variabel dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu variabel independen, dan variabel dependen. Seluruh variabel
dalam penelitian ini akan diukur dengan indicator-indikator tertentu yang
kemudian akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Pada
operasional variabel penelitian akan dijelaskan tentang jenis variasi dari
variabel operasional yang digunakan dalam penelitian yang meliputi dari
nilai-nilai pada masing-masing varibel operasional. Penjelasan dari
operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen
b. BOPO (X1)
BOPO merupakan variabel bebas pertama (X1). Maksud dari
variabel ini adalah rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini
berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan (M. Shalahuddin Fahmy (2013). Rumus Biaya
Oprasional terhadap Pembiayaan Oprasional sebagai berikut :
68
Biaya Oprasional
BOPO = ————————— x 100%
Pendapatan Operasional
c. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan variabel bebas ke
dua, maksud dari variabel ini adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi
oleh bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit atau aktiva
produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut
mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi simpanan mudharabah Ghufran Hasan (2014).
Perhitungan Capital Adequacy didasarkan pada prinsip bahwa
setiap penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah
modal sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya.
Sejalan dengan standar yang ditetapkan Bank of International
Settlements (BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan
untuk menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR
(Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Rumus Capital Adequacy Ratio
(CAR) sebagai berikut :
Modal Sendiri
CAR = ——————————— x 100%
ATMR
69
d. Non Performing Financing (NPF) (X3)
NPF (Non-Performing Financing) merupakan variabel bebas
ke tiga, maksud dari variabel ini adalah tingkat pengembalian pem-
biayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF
merupakan tingkat pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF di
ketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar Terhadap
Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut
akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF
tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan
tingkat pengembalian kredit macet Khodijah Hidayatul Maula (2008).
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan
(NPL) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang
berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. NPF adalah
tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank
dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank
tersebut NPF Rika Ariyanti Permana (2014). Rumus Non Performing
Financing (NPF) sebagai berikut :
Pembiayaan non Lancar
NPF = ———————————
Total Pembiayaan
70
e. Bagi Hasil (X4)
Bagi Hasil merupakan variabel bebas ke empat, maksud dari
variabel ini Bagi Hasil merupakan variabel bebas ke tiga, maksud dari
variabel ini adalah Menurut Antonio (2011), bagi hasil adalah suatu
sistem pengolahan dana dalam perekonomian Islam yakni pembagian
hasil usaha antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola
(Mudharib).
Secara umum prinsip prinsip bagi hasil dalam perbankan
syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu, al
Musyarakah, al Mudharabah, al muzara‟ah, dan al musaqolah.
Sungguhpun demikian prinsip yang paling banyak dipakai adalah al
musyarakah dan al mudharabah, sedangkan al muzara‟ah dan al
musaqolah dipergunakan khusus untuk plantation financing atau
pembiayaan pertanian untuk beberapa Bank Islam (Muhammad
Syafi’I Antonio : 2001). Bagi Hasil adalah Keuntungan atau Hasil
yang diperoleh dari pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi
jual beli yang diberikan kepada Nasabah
f. Profitabilitas (X5)
Profitabilitas merupakan merupakan variabel bebas ke lima,
maksud dari variabel ini adalah kemampuan yang dicapai oleh
perusahaan dalam satu periode tertentu. Dasar penilaian profitabilitas
adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan rugi-
laba perusahaan. Berdasarkan kedua laporan keuangan tersebut akan
71
dapat ditentukan hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini
digunakan untuk menilai beberapa aspek tertentu dari operasi
perusahaan. Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimiliknya Rani Wulandari (2012). Rumus
Return On Asset (ROA) sebagai berikut :
Laba Sebelum Pajak
ROA = ——————————— x 100%
Rata-rata Total Asset
1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dapat dikatakan
sebagai variabel terikat atau variabel yang nilainya tergantung dengan
variabel lain sehingga sering disebut sebagai variabel yang dipengaruhi
(Ghozali 2009). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah
Simpanan Mudharabah, yaitu jumlah total simpanan mudharabah setiap
akhir tahun.
72
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan nasabah
akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12
Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi, .
PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama
Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi PT. Bank BCA
Syariah. Selanjutnya berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar
Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan
Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang
perubahan kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi
PT Bank BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
AHU-01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama
telah dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga
kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia
Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
73
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret
2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah.
(http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/).
2. Sejarah Singkat Bank BJB Syariah
Pendirian bank BJB syariah diawali dengan pembentukan
Divisi/Unit Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh
keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.
Setelah 10 (sepuluh) tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah,
manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
berpandangan bahwa untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta
mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan
share perbankan syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. diputuskan untuk menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi
Bank Umum Syariah. Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. maka pada tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb syariah
berdasarkan Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah
74
Helmi dan telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26
Januari 2010. Pada saat pendirian bank bjb syariah memiliki modal disetor
sebesar Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan
saham bank bjb syariah dimiliki oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk. dan PT Global Banten Development, dengan
komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus sembilan puluh lima milyar
rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp.5.000.000.000
(lima milyar rupiah).
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya,
setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor
12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu
dilaksanakan cut off dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang menjadi cikal
bakal bank bjb syariah. Kemudian, pada tanggal 21 juni 2011,
berdasarkan akta No 10 tentang penambahan modal disetor yang dibuat
oleh Notaris Popy Kuntari Sutresna dan telah mendapat pengesahan dari
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor AHU-AH.01.10-
23713 Tahun 2011 tanggal 25 Juli 2011, PT Banten Global Development
menambahkan modal disetor sebesar Rp. 7.000.000.000 (tujuh milyar
rupiah), sehingga saham total seluruhnya menjadi Rp. 507.000.000.000
(lima ratus tujuh milyar rupiah), dengan komposisi PT Bank Pembangunan
75
Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. sebesar Rp.495.000.000.000 (empat
ratus Sembilan puluh lima milyar rupiah) dan PT Banten Global
Development sebesar Rp.12.000.000.000 (dua belas milyar rupiah).
(http://bjbsyariah.co.id/tentang-bjb-syariah/sekilas-bjb-syariah).
3. Sejarah Singkat Bank BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu. Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan
syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan
lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di
dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap
memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan
Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin,
semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga
telah memenuhi aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
76
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan
dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal
19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum
Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas
dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Disamping itu komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan
syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk
perbankan syariah juga semakin meningkat.
(http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah)
4. Sejarah Singkat Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan
izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya
o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT.
Bank BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank
BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsip syariah Islam. Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir
mempersembahkan sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan
finansial sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk
77
kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima
(service excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah. Kehadiran PT. Bank BRISyariah di
tengah-tengah industri perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar
cahaya yang mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan
keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas
PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari warna
biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT. Bank
BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari
2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir selaku
Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan Bapak
Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah. Saat ini
PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar berdasarkan
aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi aset, jumlah
pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan berfokus pada
segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah menargetkan menjadi
bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan layanan
perbankan.
78
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan memanfaatkan
jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., sebagai Kantor
Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada
kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer
berdasarkan prinsip Syariah. (http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah)
5. Sejarah Singkat Bank Bukopin Syariah
PT BANK SYARIAH BUKOPIN (selanjutnya disebut Perseroan)
sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk., proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak
2005 hingga 2008, dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang
sebelumnya bernama PT Bank Swansarindo Internasional didirikan di
Samarinda, Kalimantan Timur berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29
Juli 1990 merupakan bank umum yang memperolah Surat Keputusan
Menteri Keuangan nomor 1.659/ KMK.013/1990 tanggal 31 Desember
1990 tentang Pemberian Izin Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan
Peningkatan Status Menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank
Swansarindo Internasional yang memperoleh kegiatan operasi berdasarkan
surat Bank Indonesia (BI) nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei
1991 tentang Pemberian Izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan Kantor
Bank.
79
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarindo
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003
yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.
Dalam perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia
melalui tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka
pada tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober
2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara
resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan
operasional Perseroan secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla,
Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2004 -2009. Sampai dengan
akhir Desember 2014 Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu)
Kantor Pusat dan Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh)
Kantor Cabang Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas
keliling, dan 76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua
puluh tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank
Bukopin.
(http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan).
80
6. Sejarah Singkat Bank Muamalat
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani
1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada
27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari
eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa
pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan
masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp
84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan.
Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang
turut menanam modal senilai Rp 106 miliar. Pada tanggal 27 Oktober
1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil
menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin
memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
81
yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya
memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang
potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank
(IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002
merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi
Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil
membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi
setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi
pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan
perbankan syariah secara murni. (http://www.bankmuamalat.co.id/profil-
bank-muamalat).
7. Sejarah Singkat Bank Panin Syariah
PNBS memperoleh izin operasi syariah dari Bank Indonesia
tanggal 6 Oktober 2009 dan kemudian resmi beroperasi sebagai bank
syariah pada tanggal 02 Desember 2009. Induk usaha PNBS adalah Bank
Pan Indonesia Tbk (Bank Panin) (PNBN), sedangkan induk usaha terakhir
adalah PT Panin Investment.
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Panin
Syariah Tbk, antara lain: Bank Panin (induk usaha) (51,86%) dan Dubai
Islamic Bank PJSC-2048594000 (39,50%). Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PNBS adalah menjalankan kegiatan
82
jasa umum perbankan dengan Prinsip Syariah (Bank Umum Syariah).
Pada tanggal 30 Desember 2013, PNBS memperoleh pernyataan efektif
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan Penawaran Umum
Perdana Saham PNBS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.750.000.000
dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp100,-
per saham disertai dengan Waran Seri I yang diberikan secara cuma-cuma
sebagai insentif sebanyak 950.000.000 dengan pelaksanaan sebesar
Rp110,- per saham. Setiap pemegang saham Waran berhak membeli satu
saham perusahaan selama masa pelaksanaan yaitu mulai tanggal 15 Juli
2014 sampai dengan 14 Januari 2017. Saham dan waran tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Januari 2014.
(http://www.britama.com/index.php/2014/01/sejarah-dan-profil-singkat-
pnbs/).
8. Sejarah Singkat Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004
83
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum
konvensional menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Lalu sejak 2
November 2010 sampai dengan sekarang, melalui Keputusan Gubernur
Bank Indonesia No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010, PT. Bank Syariah Mega
Indonesia berganti nama menjadi PT. Bank Mega Syariah. Sejak 16
Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Dengan
status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat
dalam perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah
memperluas jangkauan bisnis bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau
ranah domestik, tetapi juga ranah internasional. Strategi peluasan pasar
dan status bank devisa itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank
Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah terbaik di Indonesia.
(http://www.megasyariah.co.id/).
9. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
84
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank
konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan
Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota
Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan pemerintah melakukan
penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi
Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT
Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan
penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai
tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi
serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan
tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank
umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).
85
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi
bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah
segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan
usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri
sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal
8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum
syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur
BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil
dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha
dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya.
Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi
salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di
perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia
menuju Indonesia yang lebih baik.
86
(https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/).
B. Analisis Deskriptif
Tabel 4. 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Date: 03/05/17 Time: 21:20
Sample: 2011 2015 SIMPANAN BOPO CAR NPF BG ROA Mean 15740436 87.12178 17.74422 2.777556 320168.5 1.161778
Maximum 63306505 100.6000 45.90000 6.840000 2389317. 3.810000
Minimum 864.1000 47.60000 8.100000 0.100000 0.000000 -0.040000
Observations 45 45 45 45 45 45
Sumber : Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai Observations menunjukkan
banyaknya data yang digunakan dalam penelitian sebanyak 45 data yang
merupakan jumlah sampel selama periode penelitian 2011 hingga 2015.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata SIMPANAN
sebesar 15740436. Nilai minimum SIMPANAN sebesar 864.1000 berada pada
Bank BCA Syariah tahun 2011 dan nilai maksimum SIMPANAN sebesar
63306505 berada pada Bank BJB Syariah tahun 2015.
Variabel BOPO menunjukan nilai rata-rata sebesar 87.95244, nilai
minimum BOPO sebesar 47.60000 berada pada Bank Panin Syariah tahun
2012 dan nilai maksimum BOPO sebesar 100.6000 berada pada Bank Mandiri
Syariah tahun 2014.
87
Variabel CAR menunjukan nilai rata-rata sebesar 17.74422, nilai
minimum CAR sebesar 8.100000 berada pada Bank Panin Syariah tahun 2011
dan nilai maksimum CAR sebesar 45.90000 berada pada Bank BCA Syariah
tahun 2011.
Variabel NPF menunjukan nilai rata-rata sebesar 2.777556, nilai
minimum NPF sebesar 0.100000 berada pada Bank BCA Syariah tahun 2012-
2014 dan nilai maksimum NPF sebesar 6.840000 berada pada Bank Mandiri
Syariah tahun 2014.
Variabel Bagi Hasil menunjukan nilai rata-rata sebesar 320168.5, nilai
minimum Bagi Hasil sebesar 0.000000 berada pada Bank Mega Syariah tahun
2013 dan nilai maksimum Bagi Hasil sebesar 2389317 berada pada Bank
Muamalat Syariah tahun 2014.
Variabel ROA menunjukan nilai rata-rata sebesar 1.161778, nilai
minimum ROA sebesar -0.040000 berada pada Bank Mandiri Syariah tahun
2014 dan nilai maksimum ROA sebesar 3.810000 berada pada Bank Mega
Syariah tahun 2012.
C. Uji Stasioner
Stasioneritas suatu data sangat penting dalam penggunaan analisis data
yang berbentuk time series. Suatu variabel dikatakan stasioner jika nilai rata-
rata dan variansnya konstan sepanjang waktu dan nilai k varian antara dua
periode waktu hanya tergantung pada selisih atau selang antara dua periode
88
waktu tersebut bulan waktu sebenarnya ketika konstan tersebut dihitung
(Gujarati : 2006).
Suatu data runtun waktu dikatakan stasioner apabila rata-rata dan
variansnya konstan di sepanjang waktu dan kovarian dari dua nilai pada series
tersebut hanya tergantung pada panjangnya waktu yang memisahkan kedua
nilai tersebut bukan dari waktu yang sesungguhnya. (Widarjoono : 2005).
1. Uji Akar Unit
Berdasarkan Widarjono (2009) suatu data hasil proses random
dikatakan stasioner jika memenuhi tiga kriteria yaitu rata-rata dan varian
konstan sepanjang waktu, serta kovarian antara dua data runtut waktu
hanya tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tersebut.
Dalam penelitina ini metode yang digunakan untuk menguji akar-akar
unit (unit roots test) dengan menggunakan uji Philips-Peron.
Data stasioner dapat diketahui atau tidak, dilihat dengan
membandingkan antara nilai statistik, jika PPtest lebih besar
dibandingkan dengan critical value α = 5% maka data telah stasioneritas
dan jika sebaliknya maka data tidak stasioner. Hasil dari pengujian
stasioner adalah sebagai berikut:
89
Tabel 4. 2
Uji Akar Unit nilai Phillips-Perron test pada Tingkat Level
No. Variabel Level
Keterangan Pptest CV 5%
1. Simpanan -1.678842 -2.603064 Tidak Stasioner
2. BOPO -5.428024 -2.929734 Stasioner
3. CAR -5.314787 -2.929734 Stasioner
4. NPF -2.101539 -2.929734 Tidak Stasioner
5. Bagi Hasil -2.285036 -2.929734 Tidak Stasioner
6. ROA -4.395012 -2.929734 Stasioner
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Tabel di atas menunjukan hasil uji akar unit dengan menggunakan
metode Phillips-Peron test. Hasil Tersebut sesuai dengan data yang diuji
dapat diketahui dari nilai Phillips-Peron test atau (Pptest) dari nilai
Critical Value (CV) yaitu sebesar 5% terdapat variabel yang di uji
memiliki persoalan akar unit (Pptest) < Critical Value (CV) 5 % yaitu
variabel Simpanan, NPF dan Bagi Hasil tidak stasioner. Sedangakn
variabel BOPO, CAR dan ROA Stasioner pada tingkat level. Oleh
karena itu perlu dilajutkan dengan uji derajat integrase pertama.
2. Uji Derajat Integrasi
Data runtun waktu dikatakan terintegrasi pada orde d atau
dinotasikan I (d) jika runtun waktu tersebut dapat di-differencing
sebanyak d kali dan hasil differencing adalah stasioner (Gujarati, 2003).
Dengan kata lain derajat integrasi adalah dimana pada derajat tersebut
data runtun waktu bersifat stasioner. Tujuan derajat integrasi adalah
untuk melihat apakah runtun waktu terintegrasi atau tidak dengan
melihat nilai statistikk Phillips-Peron test (Pp test) yang lebih besar dari
nilai Critical Value (CV) 5% maka data telah stasioner. Berikut ini hasil
90
dari pengujian derajat integrasi pertama dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 4. 3
Uji Akar Unit Phillips-Perron test Pada First Difference
No. Variabel Level
Keterangan Pptest CV 5%
1. Simpanan -6.507537 -2.931404 Stasioner
2. BOPO -18.39577 -2.931404 Stasioner
3. CAR -11.41177 -2.931404 Stasioner
4. NPF -11.92114 -2.931404 Stasioner
5. Bagi Hasil -8.535311 -2.931404 Stasioner
6. ROA -13.88732 -2.931404 Stasioner
Sumber : Eviews 8 (data diolah)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Phillips-Perron test
(Pptest) dan dari nilai Critical Value (CV) 5% sudah stasioner karena
nilai Phillips-Peron yang lebih besar dari nilai Critical Value (CV) 5%
pada integrasi pertama (first difference). Maka data yang diolah adalah
semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference, sehingga
tidak perlu dilakukan pengujian pada tingkat berikutnya (second
difference).
D. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Estimasi Data Panel
a. Uji Chow
Menurut Iqbal (2015) Uji Chow dilakukan untuk membandingkan
atau memilih model mana yang terbaik antara Common Effect Model
dengan Fixed Effect Model. Hipotesisi dalam uji chow adalah:
H0: Common Effect Model
H1: Fixed Effect Model
91
Hasil pengujian Uji Chow dalam penelitian ini menggunakan
eviews 8 dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. 4
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 214.350982 (8,29) 0.0000
Cross-section Chi-square 176.150815 8 0.0000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa Probabilitas
(Prob.) Cross Section F sebesaar 0.0000 menunjukan bahwa nilai ini
kurang dari 0.05 (tingkat signifikansi), H1 diterima maka model yang
terpilih adalah Fixed Effect, yang berarti penelitian ini harus dilakukan uji
selanjutnya untuk menentukan Fixed Effect Model atau Random Effect
Model yang terpilih menggunakan uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji Hausman berfungsi untuk menentukan Fixed Effect Model atau
Random Effect Model yang terpilih setelah dilakukan uji Hausman
sebelumnya. Hipotesisi dalam uji chow adalah:
H0: Fixed Effect Model
H1: Random Effect Model
Hasil pengujian Uji Hausman dalam penelitian ini menggunakan
eviews 8 dengan hasil sebagai berikut :
92
Tabel 4. 5
Hasil Uji Hausman Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.144872 5 0.1034
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat didilihat bahwa probabilitas
(Prob.) Cross Section Random sebesar 0.1034 menunjukan bahwa nilai ini
lebih dari 0.05 (tingkat signifikansi), maka H1 diterima sehingga model
yang terpilih Random Effect Model bukan Fixed Effect Model, yang berarti
penelitian ini menggunakan model Random Effect.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Tabel 4. 6
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 43
Mean 3.13e-17
Median 0.059214
Maximum 0.579150
Minimum -0.623680
Std. Dev. 0.269446
Skewness -0.309072
Kurtosis 2.885287
Jarque-Bera 0.708175
Probability 0.701814
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas, dapat dilihat bahwa nilai Jarque-Bera
yang dihasilkan sebesar 0.708175 dengan probility 0.701814. Di mana
93
probabilitas lebih besar dari α= 0,05. Oleh karena itu penelitian tersebut
berdistribusi normal, sehingga dapat dikatakan persyaratan normalitas
dapat terpenuhi.
b. Uji Autokorelasi
Tabel 4. 7
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.441832 Prob. F(2,37) 0.2495
Obs*R-squared 3.181282 Prob. Chi-Square(2) 0.2038
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan hasil uji autokorelasi di atas, dapat diketahui bahwa
nilai Prob.F sebesar 0.2495, nilai tersebut lebih besar dari pada tingkat
signifikan yang telah ditetapkan 0.05 (0.2495>0.05) berarti disimpulkan
bahwa model ini terbebas dari autokorelasi.
c. Uji Multikolinieritas
Tabel 4. 8
Korelasi Antar Variabel Independen
SIMPANAN BOPO CAR NPF BG ROA
SIMPANAN 1.000000 0.096460 -0.235524 0.293739 0.416917 0.118381
BOPO 0.096460 1.000000 -0.566088 0.671853 0.069113 -0.706891
CAR -0.235524 -0.566088 1.000000 -0.640814 -0.121659 0.111974
NPF 0.293739 0.671853 -0.640814 1.000000 0.315856 -0.521033
BG 0.416917 0.069113 -0.121659 0.315856 1.000000 -0.045075
ROA 0.118381 -0.706891 0.111974 -0.521033 -0.045075 1.000000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai variabel diatas
tidak ada yang memiliki nilai korelasi diatas 0.85, dengan demikian
94
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas karena semua nilai korelasi
antar variabel berada di bawah 0,85.
d. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4. 7
Hasil Uji White Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.881232 Prob. F(20,24) 0.6096
Obs*R-squared 19.05383 Prob. Chi-Square(20) 0.5183
Scaled explained SS 160.3209 Prob. Chi-Square(20) 0.0000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Dari hasil Uji White diatas, menunjukkan bahwa nilai probabilitas
dari Chi-Square sebesar 0.5183 yang lebih besar dari nilai α sebesar 0.05,
karena nilai probabilitas Chi-Square lebih besar dari α = 5%, maka Ho
diterima dan menolak Ha sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model
ini tidak ada masalah heteroskedastisitas.
3. Model Regresi Data Panel
Berdasarkan hasil pemilihan model, model yang terpilih adalah
Random Effect. Berikut adalah hasil dari regresi data panel dengan model
Random Effect :
95
Tabel 4. 8
Hasil Regresi Data Panel
Dependent Variable: SIMPANAN
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 03/01/17 Time: 15:46
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 43
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BOPO 1.650584 0.561895 2.937533 0.0057
CAR 0.242630 0.292898 0.828377 0.4128
NPF 0.322160 0.100535 3.204475 0.0028
BG 0.290490 0.067182 4.323963 0.0001
ROA 0.395591 0.096156 4.114078 0.0002
C 0.945747 2.875852 0.328858 0.7441
R-squared 0.694555 Mean dependent var 1.182286
Adjusted R-squared 0.664996 S.D. dependent var 0.846832
S.E. of regression 0.490142 Sum squared resid 18.63024
F-statistic 23.49710 Durbin-Watson stat 0.924717
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Adapun persamaan regresi data panel yang diperoleh adalah:
Y = β0 + β1 X1+ β2 X2+ β3X3+ β4X4+ β5X5+ e
Y = 0.945747 + 1.650584 X1 + 0.242630 X2 + 0.322160 X3 +
0.290490 X4 + 0.395591 X5 + e
Keterangan:
Y = SIMPANAN Mudharabah
X1 = BOPO
X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 = Non Performing Financing (NPF)
X4 = Bagi Hasil (BG)
X5 = Return On Assets (ROA)
96
e = Error
Berdasarkan persamaan regresi data panel diatas, dapat dilihat
bahwa nilai konstanta sebesar 0.945747 menunjukkan bahwa apabila
BOPO (X1), CAR (X2), NPF (X3), Bagi Hasil (X4), ROA (X5) bernilai nol
atau konstan maka nilai Simpanan Mudharabah (Y) sebesar 0.945747.
Nilai koefisien regresi BOPO (X1) adalah 1.650584, artinya jika
nilai BOPO mengalami kenaikan sebesar 1% (Satu Persen) maka akan
menaikan Simpanan Mudharabah sebesar 1.650584 dengan asumsi bahwa
variabel lain bernilai konstan atau tetap.
Nilai koefisien regresi CAR (X2) adalah 0.242630, artinya jika
nilai CAR mengalami kenaikan sebesar 1% (Satu Persen) maka akan
menaikan Simpanan Mudharabah sebesar 0.242630 dengan asumsi bahwa
variabel lain bernilai konstan atau tetap.
Nilai koefisien regresi NPF (X3) adalah 0.322160, artinya jika nilai
NPF (X3) mengalami kenaikan sebesar 1% (Satu Persen) maka akan
menaikan Simpanan Mudharabah sebesar 0.322160 dengan asumsi bahwa
variabel lain bernilai konstan atau tetap.
Nilai koefisien regresi Bagi Hasil (X4) adalah 0.290490, artinya
jika nilai Bagi Hasil (X4) mengalami kenaikan sebesar 1% (Satu Persen)
maka akan menaikkan Simpanan Mudharabah sebesar 0.290490 dengan
asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap.
Nilai koefisien regresi ROA (X5) adalah 0.395591 , artinya jika
nilai ROA mengalami kenaikan sebesar 1% (Satu Persen) maka akan
97
menaikan Simpanan Mudharabah sebesar 0.395591 dengan asumsi bahwa
variabel lain bernilai konstan atau tetap.
4. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Tabel 4. 9
Hasil Uji F (Simultan)
R-squared 0.694555 Mean dependent var 1.182286
Adjusted R-squared 0.664996 S.D. dependent var 0.846832
S.E. of regression 0.490142 Sum squared resid 18.63024
F-statistic 23.49710 Durbin-Watson stat 0.924717
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.9 yang mengestimasi
pengaruh BOPO, CAR, NPF, Bagi Hasil dan ROA terhadap Simpanan
Mudharabah, diketahui bahwa nilai probabilitas dari F-statistik sebesar
23.49710 dengan tingkat signifikansi 0.000000. Karena tingkat
signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
independen yang terdapat dalam model berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Kesimpulan dapat dilihat menggunakan distribusi tabel F, dimana
nilai F kritis pada α = 0,05 dengan df1 sebesar 5 (didapat dari k-1 = 6 – 1
= 5) dan df2 sebesar 45 (didapat dari n-k = 45-6 =39), maka di dapat nilai
F kritis sebesar 2.46. Berdasarkan tabel F hitung sebesar 23.49710 lebih
besar dari F kritis yaitu 2.46. berarti secara simultan variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
98
b. Uji t (Parsial)
Tabel 4. 10
Hasil Uji t
Variabel t-hitung Probabilitas
BOPO 2.937533 0.0057
CAR 0.828377 0.4128
NPF 3.204475 0.0028
Bagi Hasil 4.323963 0.0001
ROA 4.114078 0.0002
Sumber : Hasil Olah Data (E-views 8)
Dari tabel 4. 10 dapat disimpulkan bahwa :
1) Hipotesis 1
H0: BOPO tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah
H1: BOPO berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah
Pada tabel 4.10 terlihat bahwa nilai probabilitas untuk
variabel BOPO sebesar 0.0057 yang berarti lebih kecil dari α =
0,05. H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Kesimpulan ini sama jika dilihat dengan menggunakan tabel
distribusi t, maka t kritis yang didapat dari df = 39 (45-6) dengan
α= 0,05 pada uji dua sisi sebesar 2.02269. Dengan melihat nilai t
hitung BOPO 2.937533 lebih besar dari nilai t kritis sebesar
2.02269, Maka H1 diterima dan dapat disimpulkan bahwa BOPO
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
2) Hipotesis 2
H0 : CAR tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah
99
H2 : CAR berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah
Pada tabel 4.7 terlihat bahwa nilai probabilitas untuk variabel
CAR sebesar 0.4128 yang berarti lebih besar dari α = 0,05. Maka
H2 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa CAR tidak berpengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah.
Kesimpulan ini sama jika dilihat dengan menggunakan tabel
distribusi t, maka t kritis yang didapat dari df = 39 (45-6) dengan
α= 0,05 pada uji dua sisi sebesar 2.02269. Dengan melihat nilai t
hitung CAR 0.828377 lebih kecil dari nilai t kritis sebesar
2.02269, Maka H2 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa CAR
tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
3) Hipotesis 3
H0: NPF tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
H3 : NPF berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa nilai probabilitas untuk
variabel NPF sebesar 0. 0028 yang berarti lebih kecil dari α =
0,05. Maka H3 diterima dan dapat disimpulkan bahwa NPF
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Kesimpulan ini sama jika dilihat dengan menggunakan tabel
distribusi t, maka t kritis yang didapat dari df = 39 (45-6) dengan
α= 0,05 pada uji dua sisi sebesar 2.02269. Dengan melihat nilai t
hitung NPF 3.204475 lebih besar dari nilai t kritis sebesar
100
2.02269, Maka H3 diterima dan dapat disimpulkan bahwa NPF
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
4) Hipotesis 4
H0: Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap Simpanan
Mudharabah.
H4 : Bagi Hasil berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa nilai probabilitas untuk
variabel Bagi Hasil sebesar 0.0001 yang berarti lebih kecil dari α
= 0,05. Maka H4 diterima dan dapat disimpulkan bahwa Bagi
Hasil berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Kesimpulan ini sama jika dilihat dengan menggunakan
tabel distribusi t, maka t kritis yang didapat dari df = 39 (45-6)
dengan α= 0,05 pada uji dua sisi sebesar 2.02269. Dengan melihat
nilai t hitung Bagi Hasil 4.323963 lebih besar dari nilai t kritis
sebesar 2.02269, Maka H4 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
Bagi Hasil berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
5) Hipotesis 5
H0: ROA tidak berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
H5 : ROA berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa nilai probabilitas untuk
variabel ROA sebesar 0.0002 yang berarti lebih kecil dari α =
0,05. Maka H5 diterima dan dapat disimpulkan bahwa ROA
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
101
Kesimpulan ini sama jika dilihat dengan menggunakan
tabel distribusi t, maka t kritis yang didapat dari df = 39 (45-6)
dengan α= 0,05 pada uji dua sisi sebesar 2.02269. Dengan melihat
nilai t hitung ROA 4.114078 lebih besar dari nilai t kritis sebesar
2.02269, Maka H5 diterima dan dapat disimpulkan bahwa ROA
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah.
5. Koefisien Determinasi
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi R-squared 0.694555 Mean dependent var 1.182286
Adjusted R-squared 0.664996 S.D. dependent var 0.846832
S.E. of regression 0.490142 Sum squared resid 18.63024
F-statistic 23.49710 Durbin-Watson stat 0.924717
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Olah Data (E-views)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 66.50%. Hal tersebut menunjukkan bahwa Simpanan Mudharabah
sebagai variabel dependen (Y) dijelaskan bersama-sama oleh variabel
independen yaitu BOPO (X1), CAR (X2), NPF (X3), Bagi Hasil (X4) dan
ROA (X5) sebesar 66.50%. sementara sisanya sebesar 33,50% dipengaruhi
oleh variabel independen lain yang tidak digunakan pada penelitian ini.
E. Interprestasi Data
1. Pengaruh BOPO terhadap Simpanan Mudharabah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel BOPO tidak memiliki pengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dalam periode
102
2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7 yang menunjukkan
bahwa tingkat probabilitas BOPO sebesar 0.0057 lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%), sehingga dapat dipastikan bahwa
BOPO berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Hal tersebut menjelaskan bahwa hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin besar rasio BOPO, maka semakin tidak efisien suatu
bank. Efisiensi bank dikatakan membaik ditunjukan oleh penurunan nilai
BOPO. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien beban operasional
yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sehingga nasabah tertarik untuk
menghimpun dananya di bank syariah dalam bentuk simpanan mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Andarini (2013) BOPO berpengaruh secara parsial. Variabel BOPO
disimpulkan bahwa secara parsial berpengaruh terhadap simpanan
mudharabah. Apabila BOPO menurun maka pendapatan bank meningkat.
Dengan adanya peningkatan pendapatan bank simpanan mudharabah yang
diterima oleh nasabah juga meningkat. Hal ini bukan disebabkan bank tidak
dapat mengefisienkan biayanya, namun disebabkan tahun-tahun pertama pasca
krisis 2008, tingkat suku bunga bank konvensional yang relatif tinggi menjadi
dasar pertimbangan beberapa bank syariah dalam menjaga dana pihak
ketiganya dengan memberikan subsidi porsi simpanan mudharabah yang
besar kepada nasabah (Andarini, 2013).
103
2. Pengaruh CAR terhadap Simpanan Mudharabah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel CAR tidak memiliki pengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dalam periode
2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.7 yang menunjukkan
bahwa tingkat probabilitas CAR sebesar 0.4128 lebih besar dari tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%), sehingga dapat dipastikan bahwa
CAR tidak berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Hal tersebut menjelaskan bahwa hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung resiko dari setiap atau aktiva produktif yang
beresiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai
kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar. Dalam
penelitian ini CAR yang tinggi dapat mengurangi kemampuan bank dalam
melakukan ekspansi usahanya karena semakin besarnya cadangan modal yang
digunakan untuk menutupi risiko kerugian. Terhambatnya ekspansi usaha
akibat tingginya CAR yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja
keuangan bank tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Indrayani (2013) Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan
hasil yang tidak signifikan, hal ini dapat disebabkan dari berbagai hal
diantaranya adalah dari 4 sampel bank umum syariah yang diuji, ada beberapa
perusahaan yang memiliki tingkat CAR yang rendah bahkan terdapat bank
yang mengalami penurunan CAR dalam beberapa triwulan selama periode
104
penelitian. Seharusnya bank memiliki CAR yang tinggi untuk menarik minat
para nasabah atau calon nasabah untuk menyimpan dananya pada bank
tersebut. Selain itu, indikasi lainnya yang menyebabkan hasil pengujian ini
tidak signifikan karena peningkatan total asset tersebut tidak didorong dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga, serta banyaknya pembiayaan yang
bermasalah pada periode penelitian sehingga dapat mengakibatkan terkikisnya
permodalan perbankan syariah.
3. Pengaruh NPF terhadap Simpanan Mudharabah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel NPF memiliki pengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dalam periode
2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.8 yang menunjukkan
bahwa tingkat probabilitas NPF sebesar 0. 0028 lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%), sehingga dapat dipastikan bahwa
NPF berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Hal tersebut menjelaskan bahwa jika semakin tinggi NPF maka akan
semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit
bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar. Sebaliknya jika NPF rendah maka kondisi bank
semakin baik sehingga nasabah tidak ragu untuk menghimpun dananya di
Bank Syariah dalam bentuk simpanan mudharabah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Umaira
Arifa (2008) dari pengujian secara parsial dengan uji t, variabel independen
yang berpengaruh signifikan terhadap simpanan mudharabah adalah NPF
105
pada tingkat signifikan 5%. NPF mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap simpanan mudharabah. hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa jika kualitas asset yang dicerminkan oleh NPF menurun, maka efektif
pendapatan bank syariah dari earning assets akan semakin meningkat
sehingga akan meningkatkan pendapatan simpanan mudharabah yang
dibagikan kepada nasabah deposan.
4. Pengaruh Bagi Hasil terhadap Simpanan Mudharabah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel Bagi Hasil memiliki pengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dalam periode
2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.8 yang menunjukkan
bahwa tingkat probabilitas Bagi Hasil sebesar 0.0001 lebih kecil dari tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu 0.05 (5%), sehingga dapat dipastikan Bagi
Hasil berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Hal tersebut menjelaskan bahwa jika Bagi Hasil yang ditawarkan oleh
bank syariah kepada nasabah maka akan meningkatkan jumlah simpanan
mudharabah yang dihimpun bank syariah. karena para nasabah pada umumnya
menabungkan dananya pada bank syariah dikarenakan mereka masih mencari
keuntungan
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Rizki
Aulia Rachman (2013) dengan penelitian nya yang berjudul ―Analisis
Pengaruh Bagi Hasil, Bunga, Ukuran Bank dan Jumlah Cabang Terhadap
Simpanan Mudharabah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
Bagi Hasil berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
106
5. Pengaruh ROA terhadap Simpanan Mudharabah
Berdasarkan hasil penelitian, variabel ROA memiliki pengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah dalam periode
2011 hingga 2015. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.8 yang menunjukkan
bahwa tingkat probabilitas sebesar 0.0002 lebih kecil dari tingkat signifikansi
yang digunakan yaitu 0.05 (5%), sehingga dapat dipastikan bahwa variabel
ROA berpengaruh terhadap simpanan mudharabah.
Hal tersebut menjelaskan bahwa jika ROA meningkat, maka
pendapatan bank juga akan meningkat, sehingga return yang diterima oleh
nasabah dan investor (pemegang saham) juga meningkat. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ROA, maka return yang diterima oleh
nasabah dan investor juga semakin tinggi.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Isna
dan Sunaryo (2012) ROA berpengaruh positif terhadap simpanan
mudharabah. ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan
untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya. Return on asset
merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan
total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on asset yang positif
menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroprasi,
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila
ROA yang negatif menunjukan dari total aktiva yang dipergunakan,
107
perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai
ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam
meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan
perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami
kerugian dan akan menghambat pertumbuhan.
102
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pengujian yang telah dilakukan terhadap beberapa
hipotesis dalam penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua variabel
independen tersebut dapat mempengaruhi variabel dependen. Hasil Penelitian
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara individu (Parsial) variabel biaya
oprasional terhadap pendapatan oprasional (BOPO) berpengaruh
terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode
2011-2015.
2. Berdasarkan pengujian secara individu (Parsial) variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode 2011-2015.
3. Berdasarkan pengujian secara individu (Parsial) variabel Non
Performing Finance (NPF) berpengaruh terhadap Simpanan
Mudharabah pada Bank Umum Syariah Periode 2011-2015.
4. Berdasarkan pengujian secara individu (Parsial) variabel Bagi Hasil
berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum
Syariah Periode 2011-2015.
103
5. Berdasarkan pengujian secara individu (Parsial) variabel Return On
Asset (ROA) berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah Periode 2011-2015.
6. Berdasarkan pengujian secara bersama-sama (Simultan) variabel
BOPO, CAR, NPF, Bagi Hasil dan ROA berpengaruh secara
simultan terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Umum Syariah
periode 2011-2015.
B. Saran-saran
Kesimpulan di atas merupakan kesimpulan sementara yang
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat karena adanya keterbatasan, seperti data, waktu dan pengetahuan
penulis. Adapun yang dapat dijadikan masukan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perbankan Syariah
Bank Syariah agar lebih meningkatkan pelayanan (jasa-jasa) sehingga
masyarakat agar lebih tertarik untuk menabung di Perbankan Syariah.
Diharapkan Bank Syariah dapat lebih mensosialisasikan keberadaan
kepada masyarakat khususnya yang ada di pelosok-pelosok daerah.
2. Bagi Stakeholder
Bagi masyarakat atau stakeholder dalam menginvestasikan dananya,
hendaknya mempertimbangkan besar kecilnya pendapatan dan tingkat
bagi hasil yang ditetapkan oleh pihak bank, karena berdasarkan
penelitian pendapatan dan tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap
104
simpanan mudharabah, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh
stakeholder dapat maksimal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Diharapkan penelitian lain dapat menambah waktu penelitian yang
lebih panjang sehingga hasil penelitian lebih akurat.
b. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat menambah variabel
independen atau mengganti variabel independen yang tidak
signifikan dengan faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi tingkat simpanan mudharabah bank umum syariah.
105
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
A, Perwataatmadja. Karnaen, Muhammad Syafi’I Antonio‖Apa dan Bagaimana
Bank Islam ‖, Dana Bhakti Wakaf. Yogyakarta. 1992.
Abidin, Muh. Hadi. 2014. Pengaruh CAR, BOPO, dan LDR terhadap ROA pada
Bank Umum Swasta Nasional di Indonesia. Skripsi: Program Sarjana
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Hasanudin
Makassar.
Abdul Hamid. 2010. ― Panduan Penulisan Skripsi:. Cetak 1. FEIS UIN Press.
Jakarta
Ach. Bakhrul Muchtasib. Konsep Bagihal.asil Dala Perbankan Syariah. 2006.
(www.google.com).
Achmad, T, Kusuno. "Analisis Rasio-rasio Keuangan sebagai Indikator dalam
Memprediksi Poternsi Kebangkrutan Perbankan Indonesia", Media Ekonomi
dan Bisnis. Vol XV. No. 1. Jakarta. 2003.
Agista, Aristanti Radis, 2015. Analisis Pengaruh DPK, CAR, NPF dan ROA
Terhadap Pembiayaan Di Pt Bank Muamalat Indonesia Tbk. Periode 2007-
2013. Skripsi Program Studi S1, Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta. Dipublikasikan
Agus Farianto. ―Hasil Pengaruh Return On Asset (ROA), BOPO dan BI-RATE
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah Di Indonesia Tahun 2012-2012‖, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negri (STAIN). Kudus. 2013.
Agustianto. ―Penentuan Bagihal.asil Deposito Mudharabah Di Bank
Syariah”. (www.iaei-pusat.net email: [email protected])
Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. " Analisa Rasio Camel
terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan Periode
2000-2002", Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Volume 7 Nomor 2, STIE
Perbanas. Surabaya. 2005.
Akhyar Adnan. (2005). Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL,
Prosentase Bagi Hasil, dan Mark Up Keuntungan Terhadap Pembiayaan
Pada Perbankan Syariah. Kajian Bisinis dan Manajemen. Hal 35-52.
Al-Ansari, Muhammad Ibn Ahmad Ibn Zakariyya.tt. Fath al-Wahab. Dar Al-
Kutub AlAlamiyah.Beirut.
Al-Husayni, Taqiyyuddin Abu Bakr.tt. Kifayah al-Akhyar. PT. Al-
Ma‟ arif.Bandung.
106
Amelia, Rizky, 2011.Pengaruh CAR,FDR, dan NPF Terhadap Return Bagi Hasil
Deposito Mudharabah Pada Perbankan syariah, Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum Syarif Hidayatullah jakarta.
Andriyani, Isna. ―Analisis Pengaruh ROA, BOPO, dan Suku Bunga Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah‖, Skripsi. UPN ―Veteran
Yogyakarta‖. Yogyakarta. 2012.
Anshori, Abdul Ghofur. ―Perbankan Syariah Indonesia‖, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 2009.
Antonio, Syafi’I.‖Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek‖, Gema Insani Press,
Jakarta. 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’I.‖Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek‖, Gema Insani
Press Bekerjasama dengan YayasanTazkia Cendekia, Jakarta. 20011.
Arianti, Wuri N.P dan Harjun Muharam. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak
Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF) Dan Return On Asset (ROA) Terhadap Pembiayaan Pada Perbankan
Syariah.
Arni, Muhammad.‖Komunikasi Organisasi‖, Bumi Aksara. Jakarta. 2005.
Apriada, Kadek. 2013. ―Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal
dan Profitabilitas pada Nilai Perusahaan‖. Tesis, Universitas Udayana.
Apriandika, Rangga. 2011. Analisis Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Pada Bank Syariah. Jurnal.
Universitas Lampung.
Ascarya. ―Akad Dan Produk Bank Syariah‖. PT. Raja Grafindo Persada. cetakan
ke 3. Jakarta. 2011.
Bambang Sudiyatno, Jati Suroso. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga,
BOPO, CAR, dan LDR Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan
Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Universitas Stikubank Semarang.
Bastian. Suhardjono. ―Akuntansi Perbankan‖. Salemba Empat. Jakarta. 2006.
Bintang, Andika. 2013. Analisis Pengaruh Non Performing Finance Pembiayaan
Murabahah, Pembiayaan Mudharabah, Dan Pembiayaan Musyarakah
Terhadap Profitabilitas Dengan Menggunakan Pendekatan Return On Assets
(ROA) Pada Bank Umum Syariah. Skripsi Program Studi S1, Universitas
pembangunan nasional ―veteran‖: Jawa Timur. Dipublikasikan
Dini, Astrid Wulan dan Iin Indarti. 2012. “Pengaruh Net Profit Margin (NPM),
Return on Asset (ROA), danReturn on Equity terhadap Harga Saham dalam
Indeks Emiten LQ45 tahun 2008-2010”, Jurnal Kajian Akutansi dan Bisnis
Vol. 1 No. 1.
107
Dendawijaya Lukman. "Manajemen Perbankan", Ghalia Indonesia Edisi kedua.
Jakarta. 2003.
Dhayattoni.―Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia‖, Jurnal.
Jakarta. 2013.
Dhian Dayinta Pratiwi. ―Pengaruh CAR, BOPO, NPF dan FDR Terhadap Return
On Asset (ROA) Bank Umum Syariah‖. Jakarta 2015
Fahmy, M. Shalahuddin. 2013. Pengaruh CAR, NPF, BOPO, dan FDR, Terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah. Skripsi Program Studi S1, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta. Dipublikasikan.Fatimah, Siti.
2014. Pengaruh KAS, SBIS, CAR, DPK, dan NPF Terhadap Pembiayaan
Murabahah (Studi empiris pada BMI, BSM, dan BRIS). Skripsi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta.
Fakhrurrazy. ―Fungsi Sistem Keuangan‖, Jurnal. Jakarta. 2009.
Firdha, Roikhatul Jannah. ―Pengaruh Profit Sharing, Financing To Deposit Ratio
(FDR), capital Adequacy Ratio (CAR), Suku Bunga dan Inflasi Terhadap
Jumlah SImpanan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah (Periode 2007-
20011)‖, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta. 2012.
Ghozali, Faruq. 2013.‖Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning Per Share
(EPS), dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham (Studi pada
Perusahaan Properti yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-
2011)‖. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Vol. 1 No. 2.
Ghozali, Imam. ―Aplikasi Analisis Multivariete‖, Badan Penerbit Universitas
Diponogoro. Semarang. 2013.
Gujarati, Damodar N,‖Basic Econometrics, 4rd ed”, McGraw-Hill, New York,
2004.
Hamid, Abdul. ―Pasar Modal Syariah‖, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Hamonangan , Jefri dan T, Dyah Nirmalawati, 2008. Efektifitas Promosi
Terhadap Peningkatan Dana Pihak Ketiga Pada PT. Bank Rakyat Indonesia.
National Conference On Management Research.
Hasan, Ghufran. 2014. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Financing,
Rasio Biaya, Capital Adequacy Ratio, Financing To Deposit Ratio, Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah. Program
Studi S1, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Dipublikasikan.
Hasanuzzaman, M.S.1995. Islamic Law and Finance on Encyclopaedia of Islamic
Banking and Insurance. Institute of Islamic Banking and Insurance.London.
Hedy Kuswanto dan M. Taufiq. ―Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit
Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Indonesia‖. Jurnal. Jakarta. 2011.
108
Hikmah, Nur. ―Analisa Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Simpanan
Mudharabah Perbankan Syariah Di Indonesia‖ Skripsi. UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta. 2009.
Hikmah. Nurul, ―Analisis Pengaruh ROA, BOPO, NPF dan FDR Terhadap
Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah‖, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta. Yogyakarta. 2015.
Indonesia. Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun
1992 tentang Perbankan. UU No. 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998,
TLN No. 3790.
Indrayani. ―Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Tingkat Bagi Hasil Simpanan
Mudharabah Pada Bank Syariah‖. Skripsi. Lampung. 2013.
Ibn Qudamah, Ibn Abi Muhammad Abdullah Ibn Ahmad.1994. Kitab al-Mughni.
Maktabah alRaiyad al-Hadithah.Riyad.
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori menuju Aplikasi, Edisi pertama,
Cetakan pertama,(Jakarta: Prenadamedia, 2010), 43.
Isnaini, Dwi, 2009. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing
Fianancing, Beban Operasional Per Pendapatan dan Financing to Deposito
Ratio Terhadap Perubahan laba pada Bank Umum Syariah Indonesia tahun
2005-2007, Skripsi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Juwariyah, Siti. 2008. ―Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Efisiensi terhadap
tingkat bagi hasil tabungan dan Deposito Mudharabah Muthlaqah Studi
Bank Muamalat Indonesia‖, Skripsi UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2008. Jakarta:
PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 2002. Jakarta:
PT. RAJAGRAFINDO PERSADA.
Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan-Edisi Revisi 2014, Cetakan kedua belas, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), 71.
Kasmir.―Dasar-dasar Perbankan‖. PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta,
2012.Kholidah. Nur Maya, ―Analisis Pengaruh Simpanan Mudharabah,
CAR, FDR, Pembiayaan, NPF dan BOPO Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia (Periode Tahun 2010-2014)‖, Universitas Negri
Surabaya. Surabaya. 2015.
Khasanah, Ulfa, 2012. ―Analisis Pengaruh Pendapatan Bank, DPK, dan ROA
Terhadap Profit Sharing Deposito Mudharabah pada PT Bank Syariah
109
Mandiri Tahun 2008-2011‖, Skripsi Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang.
Kholidah. Nur Maya. ―Analisis Pengaruh SImpanan Mudharabah, CAR, FDR,
Pembiayaan, NPF dan BOPO terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Di
Indonesia (Periode 2010-2014)‖, Skripsi, Universitas Negri Surabaya
Kampus Ketintang. Surabaya. 2015.
Khumas, M. Salih. ―Bir Finansman Modeli Olarak Mudârabe‟bin Faizsiz
Bankacılıkta Etkin Şekilde Kullanılması Sürecinde Sivil Toplum
Örgütlerinin Aktif Rol Üstlenmesiî.‖ Jurnal. Turki. 2015.
Kuncoro, Mudrajad, ―Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah dan Kebijakan‖.
UPP AMP YKPN, Yogyakarta. 2000.
Kuncoro dan Suhardjono, "Manajemen Perbankan (Teori dan Aplikasi)",Edisi
Pertama, Penerbit BPFE , Yogyakarta
. 2002.
Laksitarini. Nidya, ―Pengaruh Return on Asset(ROA), Capital Adequacy
Ratio(CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah Pada Bank Umum
Syariah‖ Fakultas ekonomika dan Bisnis UGM. Yogyakarta. 2013.
Leman. ―Analisa Hubungan Kinerja Keuangan Dengan Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah Bank Syariah‖. Skripsi Jakarta. 2012.
Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lughah, Beirut : Dar al-Masyriq, Lebanon, 1986.
Lukman, Dendawijaya. ―Manajemen Perbankan‖. Ghalia Indonesia. Jakarta.
2000.
Lukman, Dendawijaya. ―Manajemen Perbankan‖. Ghalia Indonesia. Jakarta. 2000
Lukman, Dendawijaya. ―Manajemen Perbankan‖. Edisi Kedua, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor Jakarta. 2005.
M. Salih Kumas. ―Bir Finansman Modeli Olarak Mudârabe’bin Faizsiz
Bankacılıkta Etkin Şekilde Kullanılması Sürecinde Sivil Toplum
Örgütlerinin Aktif Rol Üstlenmesiî.‖ Jurnal. Turki. 2015.
Mahmoeddin, As Haji. ―Melacak Kredit Bermasalah‖ Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta. 2004. Hlm 51.
Malayu S.P. Hasibuan. ―Dasar-Dasar Perbankan‖, Bumi Aksara. Jakarta. 2008.
Masturoh. Siti, ―Pengaruh Return Bagi Hasil (Mudharabah) terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) Pada Bank Muamalat Indonesia‖, UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2011.
110
Maula, Khodijah Hidayatul. 2008. Pengaruh Simpanan (Dana Pihak Ketiga),
Modal Sendiri, Marjin Keuntungan Dan NPF (Non Performing Financing)
Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Mandiri. Skripsi
Program Studi S1, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga: Yogyakarta.
Dipublikasikan.
Mawardi, Wisnu. 2005. ―Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum
Dengan Total Assets Kurang dari 1 Triliun)‖, Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 14,
No. 1, hal. 83-94.
Mawardi, Nasrah. 2008. ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penetapan Return
Bagi Hasil Deposito Mudharabah Muthlaqah: Studi pada Unit Syari’ah Bank
X‖,Jurnal Eksis,Vol. 4.
Ma‟ luf, Louis.1986. al-Munjid. Darul Masyrik.Beirut.
Mesra Wahyuni, (2014) Pengaruh CAR, FDR, NPF, BOPO, INFLASI, ROA DAN
TIingkat Suku Bunga Terhadap Return Bagi Hasil Deposito
MUDHARABAH Pada Bank Umum Syariah Periode 2010-2013. Skripsi
thesis, Universitas Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Medy Tama Prihartadi, "Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Bagi Hasil
Terhadap Pembiayaan Mudharabah", Skripsi. Surabaya. 2016.
Mudrajad, Kuncoro.―Manajemen Perbankan‖. BPFE . Yogyakarta. 2002.
Muhammad, ―Teknik Perhitungan Bagihal.asil di Bank Syariah”. ( Yogyakarta,
UII Press, 2001)
Muhammad. ―Teknik perhitungan bagi hasil dan profit margins pada bank
syariah‖.Cet. Ke-2, edisi revisi, Yogyakarta, 2004.
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik,(Jakarta:Gema
Insani , 2011)hlm. 90
Mulazid, Ade Sofyan. ―Kedudukan Sistem Pegadaian Syariah Dalam Sistem
Hukum Nasional Di Indonesia‖ Jakarta. 2012.
Mutamimah dan Siti NUr Zaidah Chasanah. 2012. Analisis Eksternal Dan Internal
Dalam Menentukan Non Performing Financing Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 19, No.1, Maret 2012 : 49-64.
Nainggolan, Marnov. 2009. ―Analisis LDR, NIM, BOPO Terhadap ROA Bank
Umum Indonesia‖, Skripsi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nachrowi, Djalal Nachrowi, Hardius Usman. ―Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan‖. Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
111
Nugraha, Fajar Adhi. 2014. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Non Performing
Financing Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal ilmiah: tidak
dipublikasikan.
Nur, Hakimah. ―Analisa Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Simpanan
Mudharabah Perbankan Syariah Di Indonesia‖, Skripsi. Jakarta. 2009.
Permana, Rika Ariyanti. 2014. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Non
Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Assests (ROA) Pada Sektor
Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013.
Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia: Bandung.
Pratiwi, Dhian Dayinta. ―Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Retun
On Asset Bank Umum Syariah‖ Skripsi. Jakarta. 2015.
Rahmat Firdaus. ―Manajemen Perkreditan Bank Umum‖. Alfabeta. Bandung.
2009.
Rizka. ―Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia‖, Jurnal. Jakarta. 2015.
Rosadi, Dedi. ―Ekonometrika & Analisis Return Waktu Terapan dengan EViews‖,
ANDI. Yogyakarta. 2012.
Sekaran, Uma. (2011). Research Methods for business Edisi I and 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Saragih, Arie Firmansyah. ―Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara
Bank Syariah Dengan Bank Konvensional‖, Vol. 1. No. 1, Jurnal. Penelitian
Ilmiah. Medan. 2010.
Sendi Gusnandar Arnan. Imas Kurniawasih,‖Pengaruh Jumlah Dana Pihak Ketiga
dan Tingkat Non Performing Financing Terhadap Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia‖, Program Studi Studi Akuntansi,
Universitas Widyatama, Bandung. 2012.
Shinta Amalina Hazrati Havidz. ―Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap
Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah‖. Skripsi. Jakarta. 2005
Siregar, Syofian. ―Statistika Deskriptif untuk Penelitian”, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2011.
Sjahdeini, Remy Sutan.1999. Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan Indonesia. Pustaka Utama Grafiti.Jakarta.
Subekti dan R Tjiptosudibio. tt.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradya
Pramita, tt.Jakarta.
Sudarsono, Heri. ―Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi‖,
Ekonisia‖, Yogyakarta. 2004.
112
Sudiyatno, Bambang. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR
dan LDR Terhadap kinerja keuangan pada sektor perbankan yang go public
dibursa efek indonesia (BEI), Dinamika Keuangan dan Perbankan, Mei
2010, Hal: 125-137 ISSN: 1979-4878, Vol. 2, No.2.
Sumitro dkk. ―Pengantar Ilmu Pendidikan‖, Universitas Negri Yogyaarta.
Fakultas Ilmu Pendidikan. Yogyakarta. 2002.
Sugiyono, 1997, Statistika Untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung :
Alfabeta
Suhardjono,"Manajemen Perkreditan Usaha Kecil dan Menengah", Penerbit UPP
AMP YKPN, Yogyakarta. 2004.
Suliyanto.―Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbS Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Supitasari.‖Analisis Pengaruh Nisbah Bagi Hasil, BI Rate, Inflasi dan Non
Performing Financing Terhadap Simpanan Mudharabah Pada Bank
Syariah Di Indonesia Periode 2006-2013‖, UIN Syarif Hidayatullah.
Jakarta. 2014.
Syafi’I Antonio, Bank Syariah Teori dan Praktek ( Jakarta, Gema Insani.,
2001),hal. 90
Toni, Dhayat. ‖Sejarah dan Perkembangan Bank Syariah di Indonesia‖, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Jakarta. 2013.
Ulfa, Permata. ―Analysis The Effect of Profitability (ROA), Cost Ratio (BOPO),
and Financing To Deposit Ratio (FDR) On The Profit Sharing Mudarabah
In Islamic Banking In Indonesia‖, Jurnal. Jakarta. 2016.
Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992, Tentang Perbankan, Sekretariat Kabinet
RI, Jakarta, 1992.
Warjiyo, Perry. ed. 2004. Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia:
Sebuah Pengantar. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Jakarta.
Winarno, Wing Wahyu. ―Analisa Ekonometrika dan Statistika dengan EViews‖,
UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.
Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika Teori dan Aplikasinya, Edisi Pertama.
Yogyakarta: Ekonisia.
113
Winarno, Wing Wahyu. ―Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Cetakan Pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
Wulandari, Rani. 2012. Pengaruh Financing Deposit To Ratio Dan Capital
Adequacy Ratio Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus Pada
PT Bank Muammalat Indonesia). Universitas Komputer Indonesia :
Bandung.
Veithzal Rivai dkk, Bank dan Financial Institution Managemen Conventional &
Syaria System, (Jakarta : PT. Raja Grefindo Persada, 2007), 413.
Zaibah, Febrina Rizka. ―Pengaruh Debt Financing, Equity Financing dan Non
Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah‖.
Skripsi Uin Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2015.
114
Peraturan dan Undang-Undang :
Bank Indonesia http://www.bi.go.id/id/Default.aspx
Bank Indonesia. (2007). Surat Edaran No.9/ 24/DPbs tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta :
Bank Indonesia.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/13/PBI/2007 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dengan
Memperhatikan Risiko Pasar, Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4773.
Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4895.
(BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional ).
IAI (Ikatan Akutansi Indonesia) ―Akutansi Perbankan‖, Dewan Standar Akutansi
Syariah. Jakarta. 2000.
OJK Laporan Statistik Perbankan Syariah, 2015. Sudarsono, Heri. ―Bank dan
Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi‖, Ekonisia, Yogyakarta.
2004.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
115
Internet :
(E-Syariah) https://cintasyariah.wordpress.com/2010/02/25/perkembangan-bank-
syariah-di-indonesia/#more-274
http://bank-adalah.blogspot.co.id/2015/09/pengertian-bank-umum-syariah-
adalah.html
Http://www.Ojk.go.id/d/.php?i=3445, akses tanggal 28 November 2016
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=294426&val=6445&title=An
alisis%20faktor%20-
faktor%20yang%20mempengaruhi%20simpanan%20mudharabah%20pada%20B
ank%20Mandiri%20Syariah%20cabang%20kota%20Pekanbaru
http://niia1993.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-dan-landasan-hukum-bagi.html
http://diditnote.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-dan-rumus-capital-
adequacy.html
https://yunizainisyah.wordpress.com/2015/04/17/pengertian-capital-adequacy-
ratio-car-dan-contohnya/
http://www.kajianpustaka.com/2014/02/pembiayaan-bermasalah.html
http://danifsunny.blogspot.co.id/2014/05/pembiayaan-bermasalah-perbankan-
syariah.html
http://nanangbudianas.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-dana-pihak-
ketiga_5.html
https://id.crowdvoice.com/posts/dana-pihak-ketiga-dalam-perbankan-2dRG
http://nanangbudianas.blogspot.co.id/2013/02/pengertian-profitabilitas.html
http://eprints.ums.ac.id/35267/22/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://documents.tips/documents/analisis-pengaruh-simpanan-mudharabah-car-
fdr-pembiayaan-npf-dan-bopo-terhadap.html
116
http://ariefmuliadi30.blogspot.co.id/2012/06/makalah-capital-adequacy-ratio-
car.html
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29781/1/IMAM%20RIF
KY%20SAPUTRA-FSH.pdf
http://eprints.undip.ac.id/35651/1/Jurnal_Dhian_Dayinta_C2A008042.pdf
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&cad
=rja&uact=8&ved=0ahUKEwiPm5-
StuHPAhXMQ48KHUrYD8Q4FBAWCCUwAg&url=http%3A%2F%2Feprints.u
ndip.ac.id%2F35651%2F1%2FJurnal_Dhian_Dayinta_C2A008042.pdf&usg=AF
QjCNE8OZ6DA8dFhXPFt9xN-YcBV8b9qQ&bvm=bv.135974163,d.c2I
http://www.unikal.ac.id/Journal/index.php/ekonomi/article/viewFile/231/167
anak UIN 2009 tentang kinerja keuangan BOPO CAR NPF :
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/6105/1/NUR%20HIKM
AH-FEB.pdf
E-Syariah : https://cintasyariah.wordpress.com/2010/02/25/perkembangan-bank-
syariah-di-indonesia/#more-274
IAI:https://alengwee.files.wordpress.com/2011/10/psak-31-akuntansi-
perbankan.pdf
Iqbal, Muhammad. ―Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8 ‖,
Perbanas, 2015 dari http://docplayer.info/81351-Operasionalisasi-regresi-
data-panel-dengan-eviews-8.html
(https://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/profil-
perusahaan/sejarah/). Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri
(http://www.megasyariah.co.id/). Sejarah Singkat Bank Mega Syariah
(http://www.britama.com/index.php/2014/01/sejarah-dan-profil-singkat-pnbs/).
Sejarah Singkat Bank Panin Syariah
117
(http://www.bankmuamalat.co.id/profil-bank-muamalat). Sejarah Singkat Bank
Muamalat
(http://www.syariahbukopin.co.id/id/tentang-kami/profil-perusahaan). Sejarah
Singkat Bank Bukopin Syariah
(http://www.brisyariah.co.id/?q=sejarah). Sejarah Singkat Bank BRI Syariah
(http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-bni-syariah). Sejarah Singkat Bank BNI
Syariah
(http://bjbsyariah.co.id/tentang-bjb-syariah/sekilas-bjb-syariah). Sejarah Singkat
Bank BJB Syariah
(http://www.bcasyariah.co.id/profil-korporasi/sejarah/). Sejarah Singkat Bank
BCA Syariah
118
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian
No Bank Tahun
BOPO
%
CAR
%
NPF
%
DPK Juta
Rupiah
ROA
% SIMPANAN
1
Bank
BCA
Syariah
2011 52.9 45.9 0.2 6.761688503 0.9 17.2032849
2012 90.87 31.5 0.1 7.140215297 0.8 16.0127351
2013 86.91 22.4 0.1 7.440146681 1 16.5943298
2014 76.3 29.8 0.1 7.774309399 0.8 16.9245715
2015 81.5 34.3 0.7 8.094103682 1 16.9851961
2
Bank
Jabar
Banten
Syariah
2011 80.02 18.4 0.41 17.48016845 2.65 16.9857002
2012 79.31 18.1 0.5 17.73961874 2.46 16.8805357
2013 79.41 16.5 0.64 17.7274657 2.61 17.6527454
2014 96.94 15.8 3.93 17.79496583 0.69 17.8746942
2015 98.78 18 4.45 17.96349865 0.25 17.9799718
3 Bank BNI
Syariah
2011 87.86 20.8 3.62 15.72538827 1.29 16.3059021
2012 85.39 19.3 2.02 16.00691032 1.48 16.6313982
2013 83.94 16.5 1.86 16.25106851 1.37 17.8171
2014 85.03 18.8 1.86 16.60338221 1.27 18.4129711
2015 89.63 18.2 2.53 16.77679403 1.43 18.7521548
4 Bank BRI
Syariah
2011 99.56 14.7 2.77 16.10869278 0.2 17.9925712
2012 86.63 11.4 3 16.29614886 1.19 18.3484971
2013 90.42 14.5 4.06 16.43980727 1.15 18.5710127
2014 99.77 12.7 4.6 16.63160862 0.08 18.5661308
2015 93.79 13.9 4.86 16.79352591 0.76 18.6715095
5
Bank
Syariah
Bukopin
2011 93.86 15.3 1.74 15.00099235 0.52 17.9676539
2012 91.59 12.8 4.59 14.86309408 0.55 17.0663622
2013 92.29 11.1 4.27 15.00099205 0.69 17.1394972
2014 96.77 14.8 4.07 15.20054337 0.27 17.3641158
2015 91.99 16.3 2.99 15.37498124 0.79 17.5954947
6 Bank
Muamalat
2011 85.25 12 2.6 10.19084795 1.52 13.8061151
2012 97.38 11 3.63 10.46009396 0.2 14.0370488
2013 93.78 14.4 3.46 10.64040422 0.27 14.4854475
2014 97.38 13.9 4.85 10.84361863 0.17 14.6865181
2015 97.41 12.4 4.21 10.71514306 0.2 14.6659597
7 Bank
Panin
2011 74.3 8.1 2.6 9.943092807 1.52 16.8508481
2012 47.6 32.2 0.2 10.75477032 3.48 17.6625256
119
Syariah 2013 81.31 20.8 1.02 11.15617909 1.03 18.0639344
2014 82.58 25.7 0.53 11.63476249 1.99 18.5425178
2015 89.29 20.3 2.63 11.80361551 1.14 18.7113708
8
Bank
Mega
Syariah
2011 90.8 12 3.03 15.41157058 0.46 17.0343864
2012 77.28 13.5 2.67 15.77683754 3.81 14.9141228
2013 86.09 13 2.98 15.86142737 2.33 0
2014 97.61 19.3 3.89 15.58724707 0.29 18.7499845
2015 99.51 18.7 4.26 15.28673091 0.3 20.7132155
9
Bank
Syariah
Mandiri
2011 76.44 14.6 2.42 17.56778726 1.95 20.2721666
2012 73 13.8 2.82 17.67432264 2.25 20.2603804
2013 84.03 14.1 4.32 17.84906069 1.53 20.1144104
2014 100.6 14.1 6.84 17.90686733 -0 19.8497798
2015 97.38 12.9 6.06 17.94446586 0.56 19.7138987
120
Lampiran 2 : Statistik Deskriptif
Date: 01/16/17
Time: 00:45
Sample: 2011 2015
SIMPANAN BOPO CAR NPF DPK ROA
Mean 17.14291 87.12178 17.74422 2.777556 14.22220 1.161778
Maximum 20.71322 100.6000 45.90000 6.840000 17.96350 3.810000
Minimum 0.000000 47.60000 8.100000 0.100000 6.761689 -0.040000
Observations 45 45 45 45 45 45
Lampiran 3 : Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 3.878226 (8,31) 0.0029
Cross-section Chi-square 31.210354 8 0.0001
Lampiran 4 : Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 9.144872 5 0.1034
121
Lampiran 5 : Hasil Analisis Regresi Random Effect
Dependent Variable: SIMPANAN
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/16/17 Time: 01:32
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BOPO -0.136608 0.077415 -1.764617 0.0855
CAR 0.058065 0.096502 0.601693 0.5509
NPF -0.288188 0.435532 -0.661691 0.5121
DPK 0.556535 0.171905 3.237460 0.0025
ROA -2.414686 0.949674 -2.542646 0.0151
C 23.70473 8.461994 2.801317 0.0079
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 2.778749 1.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.254744 Mean dependent var 17.14291
Adjusted R-squared 0.159199 S.D. dependent var 3.091341
S.E. of regression 2.834611 Sum squared resid 313.3659
F-statistic 2.666207 Durbin-Watson stat 1.927944
Prob(F-statistic) 0.036312
Unweighted Statistics
R-squared 0.254744 Mean dependent var 17.14291
Sum squared resid 313.3659 Durbin-Watson stat 1.927944
Lampiran 6 : Hasil Uji Asumsi Klasik
A. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2015
Observations 43
Mean -0.001807
Median 0.004074
Maximum 0.126405
Minimum -0.142085
Std. Dev. 0.078035
Skewness -0.233309
Kurtosis 2.156753
Jarque-Bera 1.664096
Probability 0.435157
122
B. Uji Multikolinieritas
SIMPANAN BOPO CAR NPF DPK ROA
SIMPANAN 1.000000 -0.045247 0.100384 0.112038 0.491514 0.147056
BOPO -0.045247 1.000000 -0.500244 0.591410 0.330533 -0.631611
CAR 0.100384 -0.500244 1.000000 -0.746187 -0.500749 0.209774
NPF 0.112038 0.591410 -0.746187 1.000000 0.622776 -0.399504
DPK 0.491514 0.330533 -0.500749 0.622776 1.000000 0.081013
ROA 0.147056 -0.631611 0.209774 -0.399504 0.081013 1.000000
C. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.881232 Prob. F(20,24) 0.6096
Obs*R-squared 19.05383 Prob. Chi-Square(20) 0.5183
Scaled explained SS 160.3209 Prob. Chi-Square(20) 0.0000
D. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.011675 Prob. F(2,37) 0.9884
Obs*R-squared 0.028380 Prob. Chi-Square(2) 0.9859
Lampiran 7 : Hasil Uji F (Simultan)
R-squared 0.254744 Mean dependent var 17.14291
Adjusted R-squared 0.159199 S.D. dependent var 3.091341
S.E. of regression 2.834611 Sum squared resid 313.3659
F-statistic 2.666207 Durbin-Watson stat 1.927944
Prob(F-statistic) 0.036312
123
Lampiran 8 : Hasil Uji t (Parsial)
Dependent Variable: SIMPANAN
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 01/16/17 Time: 01:32
Sample: 2011 2015
Periods included: 5
Cross-sections included: 9
Total panel (balanced) observations: 45
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
BOPO -0.136608 0.077415 -1.764617 0.0855
CAR 0.058065 0.096502 0.601693 0.5509
NPF -0.288188 0.435532 -0.661691 0.5121
DPK 0.556535 0.171905 3.237460 0.0025
ROA -2.414686 0.949674 -2.542646 0.0151
C 23.70473 8.461994 2.801317 0.0079
124
Tabel F :
125
126