analisa laporan keuangan
DESCRIPTION
Analisa laporan keuanganTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Informasi dalam laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi
yang penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan suatu
keputusan ekonomi. Namun di lain sisi ditemukan bahwa ternyata laporan
keuangan masih memiliki keterbatasan dalam informasi yang disajian di
dalamnya. Dengan melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan
melalui proses perbandingan, evaluasi dan analisis tren akan diperoleh prediksi
tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Disinilah salah satu
arti penting dari analisis laporan keuangan.
Laporan keuangan menjadi alat yang penting untuk memperoleh informasi
yang berkaitan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang cukup
penting dalam pengambilan suatu keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menyajikan mengenai apa yang telah terjadi, sementara itu pengguna juga
membutuhkan informasi yang memungkinkan mereka untuk dapat memproyeksi
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan
dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan. Misalnya dapat digunakan sebagai
alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger; sebagai alat
forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa datang; sebagai
proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah
lainnya; atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, makalah
ini berisi tentang analisis informasi dan laporan keuangan serta perbandingannya
untuk tiga perusahaan sektor keuangan yakni PT Mandala Multifinance Tbk,
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk dan PT Wahana Ottomitra Multiartha
Tbk pada Tahun 2009-2013, sehingga akan dapat dilihat diantara ketiga
perusahaan tersebut mana yang memiliki kinerja yang lebih baik.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. PT MANDALA MULTIFINANCE Tbk
PT Mandala Multifinance Tbk (Perusahaan), didirikan dengan nama
PT Vidya Cipta Leasing Corporation berdasarkan akta Notaris Joenoes
Enoeng Maogiman, S.H., No. 147 tanggal 13 Agustus 1983. Pada tahun
1990, nama Perusahaan diubah menjadi PT Lautan Berlian Leasing, yang
kemudian diubah lagi menjadi PT Gracia Dinamika Multifinance pada tahun
1996. Selanjutnya, sesuai dengan akta Notaris H. Asmawel Amin, S.H., No.
155 tanggal 31 Januari 1997, Perusahaan melakukan perubahan nama
menjadi PT Mandala Multifinance. Pada tahun 2005, Anggaran Dasar
Perusahaan mengalami perubahan dengan akta No. 34 tanggal 28 April 2005
yang dibuat di hadapan Notaris Leolin Jayayanti, S.H., sehubungan dengan
rencana penawaran umum saham Perusahaan kepada masyarakat,
peningkatan modal dasar dan modal ditempatkan, perubahan nilai nominal
saham menjadi Rp 100 per saham serta perubahan nama Perusahaan menjadi
PT Mandala Multifinance Tbk
Perusahaan memperoleh izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan
dari Menteri Keuangan dalam Surat Keputusan No. 323/KMK.017/1997
tanggal 21 Juli 1997, yang merupakan perubahan Keputusan Menteri Keuangan
No. KEP-002/KM.11/1984 tanggal 6 Januari 1984 tentang Pemberian Izin
Usaha Leasing kepada PT Mandala Multifinance (dahulu PT Vidya Cipta
Leasing Corporation) yang telah diperpanjang terakhir dengan Keputusan
Menteri Keuangan No. KEP-133/KM.13/1988 tanggal 18 Juli 1988.
Dengan diperolehnya izin tersebut maka Perusahaan, sebagai perusahaan
pembiayaan,
dapat melakukan kegiatan dalam bidang sewa guna usaha, anjak piutang,
usaha kartu kredit dan pembiayaan konsumen. Pada saat ini, Perusahaan
bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen. Perusahaan berdomisili di Jalan
Menteng Raya No. 24 A-B, Jakarta Pusat dan memiliki 230 jaringan kantor
pelayanan yang beroperasi di 26 propinsi di Indonesia.
Ikhtisar laporan keuangan PT Mandala Multifinance Tbk:
2009 2010 2011 2012 2013
POS NERACA
AKTIVA LANCAR 1.970.082
2.995.203
3.640.524
3.930.146
3.831.908
PIUTANG PEMBIAYAAN 1.796.239
2.857.548
3.497.049
3.744.786
3.587.134
KEWAJIBAN LANCAR 1.584.749
2.544.891
3.057.878
3.174.288
2.840.814
EKUITAS 472.954
584.025
724.536
888.478
1.125.544
POS LABA RUGI
PENDAPATAN PEMBIAYAAN 636.556
843.389
1.167.805
1.277.938
1.397.033
JUMLAH BEBAN 524.308
676.994
929.542
1.000.529
1.080.580
LABA SEBELUM PAJAK 148.187
176.897
240.777
291.385
345.956
LABA BERSIH 108.105
132.663
180.261
218.002
258.929
POS LAPORAN ARUS KAS
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 299.502
(151.854)
(826.274)
525.266
575.566
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI (21.925)
(59.901)
(27.047)
(15.452)
(20.693)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
858.080
172.114
(319.536)
(489.984)
(526.829)
2. PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE Tbk
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (“Perseroan”) didirikan pada
tanggal 13 Nopember 1990 berdasarkan akta notaris Misahardi Wilamarta, S.H.,
No. 131. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-19.HT.01.01.TH.91 tanggal 8 Januari
1991 dan telah diumumkan dalam Tambahan No. 421 pada Berita Negara
Republik Indonesia No. 12 tanggal 8 Pebruari 1991.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan
terakhir
dilakukan dengan akta notaris Sinta Dewi Sudarsana, S.H., No. 2 tanggal 13
Maret 2009, mengenai Perubahan Anggaran Dasar PT Adira Dinamika Multi
Finance Tbk untuk menyesuaikan dengan ketentuan Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. Kep-179/BL/2008 tertanggal 14 Mei
2008 tentang
Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum
Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik.
Perseroan memperoleh izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan dari
Menteri Keuangan dalam Surat Keputusan No. 253/KMK.013/1991 tanggal 4
Maret 1991. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup
kegiatan perseroan dalam bidang perusahaan pembiayaan meliputi sewa guna
usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan usaha kartu kredit. Pada saat ini,
Perseroan terutama bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen.
Perseroan berdomisili di Graha Adira Lantai 10-12, Jalan Menteng Raya No. 21,
Jakarta Pusat dan memiliki 319 jaringan usaha yang terdiri dari kantor cabang,
kantor perwakilan dan titik pelayanan, yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Perseroan memulai operasi komersialnya pada tahun 1991.
Sejak Januari 2004, PT Bank Danamon Indonesia Tbk menjadi pemegang saham
pengendali
Perseroan. PT Bank Danamon Indonesia Tbk merupakan anak perusahaan dari
Asia Financial
(Indonesia) Pte. Ltd., dimana pemegang saham akhir adalah Temasek Holding
Pte. Ltd., sebuah perusahaan investasi yang berkedudukan di Singapura dan
sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Singapura.
Pada tanggal 23 Maret 2004, Perseroan melakukan Penawaran Umum
Perdana atas 100.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100 (nilai penuh) setiap
saham dengan harga penawaran sebesar Rp 2.325 (nilai penuh) setiap saham.
Seluruh saham ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
pada tanggal 31 Maret 2004.
Pada tanggal 30 Nopember 2007, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
telah bergabung menjadi Bursa Efek Indonesia. Seluruh saham yang ditawarkan
melalui Penawaran Umum Perdana ini merupakan saham divestasi milik
pemegang saham pendiri; dengan demikian, Perseroan tidak menerima dana hasil
penjualan saham.
Ikhtisar laporan keuangan PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk:
2009 2010 2011 2012 2013
POS NERACA
AKTIVA LANCAR 4.127.732
7.330.149
16.560.992
25.100.210
30.616.759
PIUTANG PEMBIAYAAN 2.561.914
6.543.826
13.271.996
22.215.763
27.008.117
KEWAJIBAN LANCAR 1.677.146
3.804.856
12.468.083
20.424.690
24.972.426
EKUITAS 2.652.403
3.794.759
4.421.369
5.035.767
6.021.985
POS LABA RUGI
PENDAPATAN PEMBIAYAAN 2.777.866
2.118.888
3.008.350
4.180.012
5.054.872
JUMLAH BEBAN 2.286.419
1.965.462
3.191.974
4.856.267
5.733.339
LABA SEBELUM PAJAK 1.658.347
1.931.723
2.111.539
1.896.657
2.331.287
LABA BERSIH 1.212.400
1.467.906
1.583.321
1.419.377
1.756.290
POS LAPORAN ARUS KAS
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1.476.367
9.493.151
9.804.270
3.136.223
1.538.188
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 33.717
87.386
135.728
110.340
97.846
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 1.526.820
9.723.523
12.217.549
2.701.758
651.524
3. PT WAHANA OTTOMITRA MULTIARTHA, Tbk
PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (“Perusahaan”) didirikan di
Republik Indonesia dengan nama PT Jakarta-Tokyo Leasing berdasarkan Akta
No.179 tanggal 23 Maret 1982 dan kemudian diubah dengan Akta Perubahan
Naskah Pendirian No.96 tanggal 15 Desember 1982. Nama Perusahaan
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.5 tanggal 15
Maret 2000 yang dibuat di hadapan Anna Wong, S.H., Notaris di Tangerang,
dimana nama Perusahaan diubah dari PT Wahana Ometraco Multi Artha
menjadi PT Wahana Ottomitra Multiartha. Anggaran Dasar Perusahaan
mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan
Keputusan Rapat
No.54 tanggal 12 Agustus 2008 yang dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi
Warsito, S.H., Notaris di Jakarta, antara lain, mengenai perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan untuk menyesuaikan dengan Undang-undang No.40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan Pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan dalam bidang lembaga
pembiayaan meliputi:
a. Sewa guna usaha
b. Anjak piutang
c. Pembiayaan konsumen
d. Kartu kredit.
Perusahaan memperoleh izin usaha sebagai lembaga pembiayaan dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
No.135/KMK.06/2001 tanggal 20 Maret 2001 tentang Pemberian Izin Usaha
Dalam Bidang Leasing kepada PT Jakarta-Tokyo Leasing yang telah beberapa
kali diperpanjang, terakhir dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
No.KEP-105/KM.13/1988 tanggal 7 Juli 1988 dan diubah dengan Surat
Keputusan Menteri Keuangan No.327/KMK.017/1997 tanggal 21 Juli 1997.
Pada saat ini, Perusahaan terutama bergerak dalam bidang
pembiayaan konsumen. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Gedung Mega
Glodok Kemayoran, Office Tower B, Lantai 2, Jalan Angkasa Kav. B-6,
Bandar Kemayoran, Jakarta, dan memiliki kantor cabang dan kantor unit
dengan total 205 (dua ratus lima) lokasi yang antara lain di wilayah
Jakarta, Bogor, Ciputat, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Surabaya,
Denpasar, Medan, Semarang, Solo, Pekanbaru, Palembang, Jambi, Lampung,
Banjarmasin, Samarinda, Makassar, Gorontalo, Kendari dan Pare-Pare.
Perusahaan mulai memfokuskan kegiatannya pada pembiayaan konsumen untuk
kendaraan
bermotor roda dua sejak tahun 1997.
Pada tanggal 30 Nopember 2004, Perusahaan memperoleh Pernyataan
Efektif Pendaftaran Penawaran Umum Perdana Saham dari Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal “BAPEPAM”) dengan surat No.S-3551/PM/2004
untuk melakukan penawaran 200.000.000 lembar saham dengan nilai nominal
Rp20.000 atau Rp100 (dalam nilai penuh) per lembar saham dan harga
penawaran sebesar Rp700 (dalam nilai penuh) per lembar saham. Saham
Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (sekarang
Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 13 Desember 2004.
Ikhtisar laporan keuangan PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk:
2009 2010 2011 2012 2013
POS NERACA
AKTIVA LANCAR 2.450.334 3.464.864 3.798.324 3.267.929 3.749.843
PIUTANG PEMBIAYAAN 2.089.523 3.162.620 3.261.083 2.804.079 3.378.921
KEWAJIBAN LANCAR 2.236.433 3.139.441 3.469.872 2.903.939 3.318.459
EKUITAS 336.387 459.260 436.654 444.280 510.637
POS LABA RUGI
PENDAPATAN PEMBIAYAAN 636.313 554.323 744.947 798.541 801.488
JUMLAH BEBAN 1.295.168 1.298.098 1.637.302 1.580.763 1.496.441
LABA SEBELUM PAJAK 92.602 193.914
15.774
28.118
89.263
LABA BERSIH 60.671 137.861
5.394
7.628
66.355
POS LAPORAN ARUS KAS
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 895.761 (232.827)
(453.462) 226.038
(500.055)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI (20.906)
(44.646)
(15.243)
(3.908)
(8.729)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN (833.291) 189.138 643.181
(192.638) 403.790
BAB III
PEMBAHASAN
1. LAPORAN KEUANGAN KOMPARATIF
Analisa perbandingan laporan keuangan dari satu perusahaan
merupakan analisa horizontal yang membandingkan antara setiap pos-pos
yang sama dalam laporan keuangan untuk periode beberapa tahun
(periode) sehingga dapat diketahui perkembangan (tren) atau
kecenderungannya. Analisa komparatif dari tahun ke tahun setiap
perusahaan disajikan dalam lampiran makalah ini.
Untuk perbandingan antar perusahaan dapat dibandingkan antar pos
yang sama , dimana yang diperbandingkan adalah hasil penilaian yang
diperoleh dari kinerja masing-masing perusahaan selama 5 tahun. Dalam
makalah ini disajikan perbandingan fluktuasi kenaikan (penurunan) pos
aktiva lancar, piutang pembiayaan, kewajiban lancar, pendapatan, ekuitas,
serta laba bersih masing-masing perusahaan.
1.1. Perbandingan fluktuasi aktiva lancar
ADIRA WAHANA MANDALA
2010 43,69% 29,28% 34,23%
2011 55,74% 8,78% 17,73%
2012 34,02% -16,23% 7,37%
2013 18,02% 12,85% -2,56%
2010 2011 2012 2013
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
ADIRAWAHANAMANDALA
Dari data tersebut terlihat ke tiga perusahaan mengalami fluktuasi
kenaikan dan penurunan aktiva lancar dari tahun 2009 sampai tahun 2014.
Perusahaan Wahana pada tahun terakhir mengalami lompatan yang cukup
besar kenaikan aktiva lancarnyanya yakni sebesar 12,85 % dari turun 16, 23
% tahun 2012. Sementara perusahaan Adira, meski tidak sampai mengalami
penurunan, namun pada tahun 2013 kenaikannya adalah yang terendah
dibanding 4 tahun sebelumnya, yakni 18%. Perusahaan Mandala pada tahun
terakhir justru mengalami penurunan jumlah aktiva lancarnya sebesar 2, 56 %
1.2. Perbandingan fluktuasi piutang pembiayaan
ADIRA WAHANA MANDALA
2010 60,85% 33,93% 37,14%
2011 50,69% 3,02% 18,29%
2012 40,26% -16,30% 6,62%
2013 17,74% 17,01% -4,39%
2010 2011 2012 2013
-30.00%-20.00%-10.00%0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%
ADIRAWAHANAMANDALA
Perusahaan mengalami kenaikan (penurunan) piutang pembiyaan dengan
bervariasi. Dari data terlihat Perusahaan Adira mengalami penurunan kenaikan
piutang pembiayaannya pada titik terendah sebesar 17,74% pada tahun 2013.
Terlihat bahwa perusahaan Wahana dapat memperbaiki kinerjanya, dari turun
sebesar 16,30% pada tahun 2012, akhirnya dapat menaikkan piutangnya
sebesar 17% pada tahun 2013. Sementara perusahaan Mandala pada tahun
2013 mengalami penurunan 4,39%.
1.3. Perbandingan fluktuasi kewajiban lancar
ADIRAWAHANA
MANDALA
2010 55,92% 28,76% 37,73%2011 69,48% 9,52% 16,78%2012 38,96% -19,49% 3,67%2013 18,21% 12,49% -11,74% 2010 2011 2012 2013
-40.00%
-20.00%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
ADIRAWAHANAMANDALA
Dari data tersebut terlihat perusahaan mengalami fluktuasi yang beragam
terhadap kenaikan dan penurunan kewajiban lancarnya. Semakin kecil
perusahaan memiliki kewajiban semakin menunjukkan peningkatan
kinerjanya, artinya operasi perusahaan dapat didanai dengan modal dan
asetnya sendiri.
1.4. Perbandingan fluktuasi ekuitas
ADIRA WAHANA MANDALA
2010 30,10% 26,75% 19,02%
2011 14,17% -5,18% 19,39%
2012 12,20% 1,72% 18,45%
2013 16,38% 12,99% 21,06%
2010 2011 2012 2013
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
15.00%
20.00%
25.00%
30.00%
35.00%
ADIRAWAHANAMANDALA
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa perusahaan Mandala memiliki fluktuasi
ekuitas yang lebih stabil dibanding kedua perusahaan lainnya. Disusul oleh
perusahaan Adira, kemudian perusahaan Wahana, yang sempat mengalami
penurunan ekuitas sebesar 5,18%.
1.5. Perbandingan fluktuasi pendapatan pembiayaan
ADIRA WAHANA MANDALA
2010 -31,10% -14,79% 24,52%
2011 29,57% 25,59% 27,78%
2012 28,03% 6,71% 8,62%
2013 17,31% 0,37% 8,52%2010 2011 2012 2013
-40.00%
-30.00%
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
ADIRAWAHANAMANDALA
Pada tahun 2010 perusahaan Adira mengalami penurunan pendapatan dari
tahun 2009 sebesar 31,10%, demikian juga perusahaan Wahana dengan
penurunan sebesar 14,79%. Perrusahaan Mandala, meski dengan omset yang
lebih kecil dibanding perusahaan Adira, namun belum pernah mengalami
penurunan pendapatan sejak tahun 2010 – 2013, meski kenaikan
pendapatannya hanya berkisar 8,52% hingga 24, 52%.
1.6 Perbandingan fluktuasi laba bersih
ADIRAWAHANA MANDALA
2010 17% 56% 19%
2011 7% -2456% 26%
2012 -12% 29% 17%
2013 19% 89% 16%
2010 2011 2012 2013
-3000%
-2500%
-2000%
-1500%
-1000%
-500%
0%
500%
ADIRAWAHANAMANDALA
Dari grafik tersebut terlihat bahwa perusahaan Adira dan Mandala memiliki
kenaikan laba yang relatif stabil dibanding perusahaan Wahana. Perusahaan
Wahana pada tahun 2011 mengalami penurunan laba yang sangat signifikan,
hingga mencapai 2456%, hal ini dsebabkan ada peningkatan beban pendanaan,
beban gaji dll, sementara pendapatan pembiayaan naik secara tidak signifikan
dengan pertambahan beban.
Dari analisa komparatif tersebut dapat dilihat perkembangan perusahaan
dari tahun ke tahun, dan pihak yang berkepentingan terhadap laporan tersebut
dapat membaca dan membandingkan trend kenaikan (penurunan) dari setiap
pos yang ada di dalam laporan keuangan untuk menilai kinerja manajemen,
disamping dengan melihat rasio keuangan yang akan dijelaskan kemudian.
2. ANALISIS COMMON SIZE
Analisis common size disebut juga dengan analisis vertikal, di mana dalam
analisis ini pos-pos akan dievaluasi berapa proporsinya terhadap aktiva atau
pasiva ( untuk laporan posisi keuangan), proporsi terhadap penjualan (untuk
laporan laba rugi komprehensif) serta proporsi terhadap arus kas masuk
( untuk laporan arus kas). Laporan ini berguna untuk membandingkan antar
perusahaan, di mana akan diketahui perbedaan komposisi dan distribusi pos.
Berikut disajikan perbandingan analisis common size untuk beberapa pos
laporan keuangan pada ketiga perusahaan
2.1 PERBANDINGAN PROPORSI BEBAN TERHADAP PENDAPATAN
2009 2010 2011 2012 2013
PT adira 58% 50% 60% 72% 73%
PT Mandala 77,96% 79,28%79,43% 77,45% 75,75%
Pt Wahana 93,33% 87,00%99,05% 98,25% 94,37%
2009 2010 2011 2012 20130%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
PT adiraPT MandalaPt Wahana
Dari data tersebut dapat dilihat proporsi beban terhadap pendapatan dari ketiga
perusahaan berkisar antara 50% s 99,05%. PT Wahana pada Tahun 2011
mencapai anggka 99,05% hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan
yang sangat signifikan terhadap beban pendanaan, gaji karyawan dan
cadangan kerugian piutang. PT Mandala cenderung untuk stabil antara 75%-
79%. Dan PT Adira juga mengalami perubahan proporsi beban pada posisi
stabil (50%-73%).
Rekomendasi, dari ketiga perusahaan tersebut, sebaiknya PT Wahana
berusaha untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi bebannya,
misalnya dengan pengurangan karyawan, dan menurunkan beban cadangan.
2.2. PERBANDINGAN PROPORSI KAS TERHADAP AKTIVA
2009 2010 2011 2012 2013
PT adira 11,25% 8,14% 16,54% 8,83% 4,08%
PT Mandala 5,19% 2,32% 2,01% 2,38% 3,13%
Pt Wahana 9,43% 3,72% 7,90% 10,10% 6,09%
2009 2010 2011 2012 20130.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
PT adiraPT MandalaPt Wahana
Blabalaaaaa..........
2.3 PERBANDINGAN PROPORSI PIUTANG TERHADAP AKTIVA
2009 2010 2011 2012 2013
PT adira59,17% 86,11%
78,58% 87,26% 87,14%
PT Mandala87,29% 91,33%
92,46% 92,17% 90,44%
Pt Wahana81,22% 87,88%
83,48% 83,75% 88,24%
2009 2010 2011 2012 20130.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%100.00%
PT adiraPT MandalaPt Wahana
Bla bla baaaaa..........
2.4. PERBANDINGAN PROPORSI KEWAJIBAN TERHADAP PASIVA
2009 2010 2011 2012 2013
PT adira38,74% 50,07%
73,82% 80,22% 80,57%
PT Mandala77,02% 81,33%
80,84% 78,13% 71,62%
Pt Wahana86,93% 87,24%
88,82% 86,73% 86,66%
2009 2010 2011 2012 20130.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%100.00%
PT adiraPT MandalaPt Wahana
Bla balabla........
2.5. PERBANDINGAN PROPORSI PENERIMAAN KAS TERHADAP ARUS KAS MASUK
2009 2010 2011 2012 2013
PT adira56,66% 49,22%
51,30% 57,58% 59,81%
PT Mandala58,24% 52,37%
63,48% 61,60% 60,07%
Pt Wahana53,32% 41,22%
48,04% 60,45% 54,24%
2009 2010 2011 2012 20130.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
PT adiraPT MandalaPt Wahana
Blabala........
3. ANALISIS RASIO
Meliputi analisis rasio likuiditas, solvabilitas, aktifitas operasi,
profitabilitas .
3.1 Likuiditas
Merupakan Ratio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajian financial jangka pendek yang
berupa hutang – hutang jangka pendek (short time debt)
3.1.1. Current ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa
kali atau dalam bentuk persentasi. Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%
ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi semua utang lancar. Rasio
lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di atas 100%.
Rasio lancar dirumuskan :
Current Ratio = Total Current Asset x 100%
Total Current Liability
Perbandingan current ratio
2009 20102011 2012 2013
ADIRA 2,5 1,9
1,3
1,2
1,2
MANDALA 1,2 1,2
1,2
1,2
1,3
WAHANA 1,1 1,1
1,1
1,1
1,1
2009 2010 2011 2012 2013 -
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
ADIRAMANDALAWAHANA
Dari data di atas jelas terlihat bahwa PT Adira memiliki current rasio
tertinggi dibanding PT Mandala dan PT Wahana, yaitu rata-rata 1,6.
Artinya Setiap Rp 1,00 hutang lancar di jamin atau di tanggung oleh 1,6
aktiva lancar. Pada tahun 2009 adalah posisi yang paling aman dari PT
Adira yang memiliki current ratio 2,5.
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan untuk meningkatan current
ratio antara lain :
Jika memungkinkan, tahun ini mungkin tidak membayar dividend,
melainkan membayar dividend dengan saham.
Jangan ada alokasi budget untuk Aset Tetap. Jika terlanjur ada,
buat revisi budget.
Harus melihat lihat satu kwartal ke depan; apakah rasio ini bisa
diperbaiki atau tidak. Jika bisa, penggunaan kas bisa dinormalkan.
Jika tidak, maka harus diperketat.
3.1.1.Perbandingan quick ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling
likuid mampu menutupi utang lancar. Semakin besar rasio ini semakin
baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Rasio. Angka rasio ini tidak harus
100 % atau 1:1.
Rasio cepat dirumuskan :
Quick Ratio = Total Current Asset – Inventory x 100%
Total Current Liability
2009 2010 2011 20122013
ADIRA 2,4
1,9
1,3
1,2
1,2
MANDALA 1,2
1,2
1,2
1,2
1,3
WAHANA 1,1
1,1
1,0
1,1
1,1
2009 2010 2011 2012 2013 -
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
ADIRAMANDALAWAHANA
Analisa yang sama dengan perhitungan current ratio dapat kami
berikan untuk mengevaluasi dari sisi quick ratio, di mana PT Adira tetap
menenpati peringkat yang paling tinggi dibanding dua perusahaan lainnya.
3.2 Solvabilitas
Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan
dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari
kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini
menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
(Bank)
3.2.1 Debt to equity ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri. Rasio
ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai
dari utang. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang dan biasanya rasio ini
dinyatakan dalam persentase. Bagi bank semakin besar rasio ini akan
semakin tidak menguntungkan, karena semakin besar resiko yang
ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan, namun
bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik.
Rasio ini dirumuskan :
Debt to equity ratio = Total Debt x 100%
Owner’s Equity
Perbandingan Debt to equity ratio
2009 2010 2011 2012 2013
ADIRA 0,63
1,00
2,82
4,06
4,15
MANDALA 3,35
4,36
4,22
3,57
2,52
WAHANA 6,65
6,84
7,95
6,54
6,50
2009 2010 2011 2012 2013 -
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
ADIRAMANDALAWAHANA
Seperti diuraikan di atas, untuk debt to equity ratio, bagi
perusahaan pembiayaan dan perbankan, semakin besar rasionya justru
semakin tidak mengutungkan, karena semakin besar resiko yang
ditanggung apabila terjadi kegagalan. Dari data tersebut terlihat PT
Wahana memiliki resiko debt to equity yang paling besar dibanding kedua
perusahaan lainnya, yakni rata-rata 6,89% , artinya ada 6,89 % modal
sendiri yang dijadikan jaminan utang. Sedangkan PT Adira memiliki
resiko yang paling rendah., yakni rata-rata 2,53% disusul PT mandala,
dengan rata-rata 3,61%
Rekomendasi yang dapat diberikan kepada PT Wahana sebaiknya
mengurangi hutang ke pihak ketiga untuk menyediakan pembiayaan
kepada nasabah, atau dapat juga mengurangi volume pembiayaan sampai
dengan tingkat kolektibilitas yang stabil.
3.2.2 Debt to asset ratio (debt ratio)
Debt ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar
utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dan biasanya
dinyatakan dalam persentase.
Rasio ini dirumuskan :
Debt Ratio = Total Debt x 100%
Total Asset
Perbandingan Debt to asset ratio (debt ratio)
2009 2010 2011 2012 2013 rata-rata
ADIRA 0,39
0,50
0,74
0,80
0,81 0,65
MANDALA 0,77
0,81
0,81
0,78
0,72 0,78
WAHANA 0,87
0,87
0,89
0,87
0,87 0,87
2009 2010 2011 2012 2013 -
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
1.00
ADIRAMANDALAWAHANA
Dari data tersebut terlihat bahwa PT Adira memiliki rasio yang
paling bagus, yakni hanya 65% aktiva didanai dengan hutang. Sedangkan
PT Mandala dan PT Wahana masing –masing 78% dan 87% aktivanya
didanai dengan hutang. Rekomendasi yang dapat diberikan sebagai upaya
untuk menekan pendanaan aktiva melalui hutang antara lain dalam hal
pembelian aset tetap, hendaknya memilih supplier yang tidak menetapkan
harga yang tinggi dan kalau memungkinkan dilakukan dengan sewa
peralatan.
3.3 Aktifitas operasi
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang, dan lainnya). Atau rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari. Dari
hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih
efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya.
3.3.1. Perputaran piutang (receivable turnover)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama
penagihan piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang
ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Semakin tinggi
rasio menunjukkan bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang
semakin rendah (bandingkan dengan tahun sebelumnya) dan tentunya
kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin
rendah maka ada over investment dalam piutang.
Rasio ini dirumuskan :
Receivable turnover = Net Sales on Credit x 1 time
Averange Receiveble
Perbandingan rasio perputaran piutang
2009 2010 2011 20122013 rata-rata
ADIRA 1,08
0,32
0,23
0,19
0,19 0,40
MANDALA 0,35
0,30
0,33
0,34
0,39 0,34
WAHANA 0,30
0,18
0,23
0,28
0,24 0,25
2009 2010 2011 2012 2013 -
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
ADIRAMANDALAWAHANA
Dari data tersebut dapat dilihat ketiga perusahaan memiliki rasio
perputaran piutang yang tidak berbeda jauh, keculai untuk PT Adira pada
tahun 2009, yang memiliki perputaran paling tinggi yaitu sebesar 1,08.
Melihat kondisi perputaran piutang yang relatif kecil tersebut kami
memberikan rekomendasi kepada ketiga perusahaan agar dapat
ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit
misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran.
3.4. Profitabilitas
Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan
laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya
3.4.1 Margin laba bersih (net profit margin)
Rasio ini diukur antara profit margin dengan penjualan dan diukur
dalam persentase.
Rasio ini dirumuskan :
Net Profit margin = Laba Bersih x 100%
Laba Operasional
Perbandingan Net profit margin
20092010 2011 2012 2013
rata-rata
ADIRA 0,44
0,69
0,53
0,34
0,35
0,47
MANDALA 0,17
0,16
0,15
0,17
0,19
0,17
WAHANA 0,10
0,25
0,01
0,01
0,08
0,09
2009 2010 2011 2012 2013 -
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
ADIRAMANDALAWAHANA
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa PT Adira memiliki rasio
laba bersih terhadap pendapatan pembiayaan paling bagus yaitu rata-rata
47% untuk jangka waktu 2009 -2013. Sedangkan PT Wahana pada tahun
2011 dan 2012 hanya pada kisaran 1%, hal ini menunjukkan laba yang
diperoleh sangat kecil, artinya perolehan pendapatan hanya digunakan
untuk menutup sebagian besar beban perusahaan.
3.4.2. Return on Investment (ROI)
ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan atau suatu ukuran tentang
efisiensi manajemen. Rasio ini menunjukkan hasil dari seluruh aktiva yang
dikendalikannya dengan mengabaikan sumber pendanaan dan biasanya
rasio ini diukur dengan persentase. Rasio ini menunjukkan produktifitas
dari seluruh dana perusahaan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Semakin kecil (rendah) rasio ini semakin tidak baik, demikian pula
sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas dari
keseluruhan operasi perusahaan.
Rasio ini dirumuskan :
ROI = Earning After Tax x100%
Total Asset
Perbandingan ROI
2009 2010 2011 2012 2013 rata-rata
ADIRA 28% 19% 9% 6% 6% 0,14
MANDALA 5% 4% 5% 5% 7%
0,05
WAHANA 2% 4% 0% 0% 2% 0,02
2009 2010 2011 2012 20130%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
ADIRAMANDALAWAHANA
Seperti pada analisis sebelumnya PT Adira memiliki ROI yang
paling besar diantara kedua perusahaan lainnya yaitu rata-rata sebesar 14%
yang menunjukkan bahwa penghasilan bersih yang di peroleh adalah
sebesar 14% dari total aktiva. Semakin tinggi berarti semakin baik kinerja
perusahaan
3.4.3. Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan berapa persen laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Semakin besar rasio ini semakin bagus.
Rasio ini dirumuskan :
ROE = Earning After Tax x100%
Owner’s Equity
Perbandingan ROE
2009 2010 2011 2012 2013 rata-rata
ADIRA 46% 39% 36% 28% 29% 0,35
MANDALA 23% 23% 25% 25% 23% 0,24
WAHANA 18% 30% 1% 2% 13% 0,13
2009 2010 2011 2012 20130%5%10%15%20%25%30%35%40%45%50%
ADIRAMANDALAWAHANA
Perusahaan yang memiliki ROE tinggi adalah yang lebih baik,
dalam hal ini PT Adira memiliki rata-rata ROE sebesar 35% yang berarti
tingkat return (penghasilan) yang di peroleh pemilik perusahaan atas modal
yang di investasikan adalah sebesar 35%. Di antara ketiga perusahaan
tersebut PT Wahana memiliki ROE yang paling rendah, yaitu sebesar 13%
CAMEL....
Sebagai perbandingan dengan rasio yang digunakan untuk analisa
perbankan adalah rasio berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mengenai
penilaian tingkat kesehatan perusahaan sektor keuangan (bank), yalitu
dengan metode CAMEL
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal
yang dimiliki bank untuk menunjang akt iva yang mengandung atau
menghasilkan risiko,
misalnya kredit yang diberikan. Permodalan yang cukup adalah berkaitan
dengan penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko
yang
mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-akt iva produktif yang
mengandung risiko serta untuk membiayai penanaman dalam benda tetap
dan
inventaris.
Rasio ini dirumuskan :
CAR = Ekuitas – Aset Tetap x 100%
Pinjaman yang Diberikan + Sekuritas
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan sebagai
bank
yang sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Ketetapan
CAR
sebesar 8% bertujuan untuk:
a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan.
b. Melindungi dana pihak ketiga bank bersangkutan.
.c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS (Bank for International
Settlement)
Dari ketiga perusahaan tersebut dapat di hitung CAR nya sebagai berikut :
1.
Sehingga ketiganya dianggap sehat karena memiliki Car sekurang-
kurangnya 8%.
4. ANALISIS PROYEKSI
Asumsi yang digunakan dalam melakukan analisa proyeksi adalah
berdasarkan rata-rata pertumbuhan pendapatan serta perbandingan
antara beban dengan pendapatan tahun sebelumnya.
Asumsi pertumbuhan serta proyeksi Laporan Laba Rugi untuk
setiap perusahaan disajikan dalam tabel di bawah ini :
PT MANDALA
Pertumbuhan pendapatan 21,21%
Beban pendanaan 22,23%
Gaji dan kesejahteraan karyawan 27,25%
B. Umum dan administrasi 10,98%
Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai 2,51%
Penyusutan 21,01%
beban imbalan kerja karyawan 0,40%
lain-lain 10,39%
Manfaat (beban) pajak -6,10%
Dari asumsi
tersebut dapat
diramalkan Laba
rugi PT Mandala
untuk tahun 2014
sebagai berikut
2014PENDAPATAN Pembiayaan konsumen bersih 1.690.410
Bunga 1.14
0 Lain-lain 34.559 Jumlah Pendapatan 1.726.109 BEBAN Beban pendanaan 387.558
Gaji dan kesejahteraan karyawan 494.758 B. Umum dan administrasi 173.862 Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai 36.756 Penyusutan 34.181
beban imbalan kerja karyawan 5.71
8 lain-lain 163.658 Jumlah Beban 1.296.491 Laba sebelum beban pajak 429.618
Manfaat (beban) pajak (81.718
)Laba bersih 347.900 Pendapatan Komprehensif lain - Jumlah laba komprehensif 347.900
PT ADIRA
Pertumbuhan pendapatan 20,41%
Gaji dan Tunjangan 21,84%
Umum dan Administrasi 9,65%
Penyisishan Kerugian 15,54%
Beban bunga dan keuangan 20,71%
Pemasaran 2,19%
Perolehan pembiayaan konsumen tetap
Bagi Hasil untuk Investor dana tetap
Lain-lain 1,15%
Beban Pajak -7,13%
Dari asumsi tersebut dapat diramalkan Laba rugi PT Adira untuk tahun 2014 sebagai berikut :
2014Pendapatan Pembiayaan Konsumen 6.086.571 Sewa Pembiayaan 130.026 Lain-Lain 3.494.019 Jumlah Pendapatan 9.710.616 Beban Gaji dan Tunjangan 2.146.358 Umum dan Administrasi 853.216 Penyisishan Kerugian 1.448.394 Beban bunga dan keuangan 2.016.544 Pemasaran 180.516 Perolehan pembiayaan konsumen - Bagi Hasil untuk Investor dana - Lain-lain 93.994 Jumlah Beban 6.739.023 Laba Sebelum Pajak 2.971.593 Beban Pajak (534.000)Laba Bersih Tahun berjalan 2.437.592 Pendapatan Komprehensif Lainnya (11.670)Jumlah Pend. Komprehensif Thn.Berjln 2.425.922
PT WAHANA
Total Pendapatan 3,55%
Umum dan administrasi 27,98%
Gaji dan Tunjangan 33,49%
Pendanaan 20,90%
Cadangan Kerugian 9,36%
Penyusutan 2,22%
Lain-lain 0,42%
Beban Pajak 1,44%
Dari asumsi tersebut dapat diramalkan Laba rugi PT Wahana untuk tahun 2014 sebagai berikut :
2014Pendapatan Pembiayaan Konsumen 1.086.016
Pendapatan Bunga 13.74
4 Pendapatan Administrasi 731.989 Lain-Lain 316.880 Total Pendapatan 2.148.629 Beban Umum dan administrasi 567.809 Gaji dan Tunjangan 708.911 Pendanaan 400.643 Cadangan Kerugian 162.254
Penyusutan 36.02
4
Lain-lain 6.73
9 Total beban 1.882.381 Laba Sebelum Pajak 266.248
Beban Pajak 23.23
9 Laba Tahun Berjalan 243.009 Pendapatan Komprehensif lain Total Laba Komprehensif tahun berjalan 243.009
5. ANALISIS KEBANGKRUTAN DENGAN MODEL Z-SCORE
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan berbagai analisis yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya, yang meliputi analisis komparatif, analisis common size,
analisis rasio, serta analisis kebangkrutan, dapat kami simpulkan bahwa
PT Adira dibandingkan kedua perusahaan lainnya memiliki aset yang
lebih besar, sehingga pembiayaan yang dapat disalurkan juga lebih
banyak. Selain faktor modal yang besar, kinerja pengelolaan manajemen
juga cukup bagus, dilihat dari rasio keuangan yang rata-rata paling unggul
di banding PT Wahana dan PT Mandala. Meski demikian jika melihat
trend kenaikan pos-pos laporan keuangan terlihat PT Mandala memiliki
kecenderungan yang lebih bagus, seperti pada kenaikan pendapatan
mencapai rata-rata 17,36%, sedangkan PT Adira hanya 10,95%. Demikian
juga pada peningkatan laba, PT Mandala mengungguli PT Adira dengan
rata-rata kenaikan laba sebesar 19,51%. Dilihat dari trend seperti ini dapat
dikatakan bahwan PT Mandala memiliki kemampuan untuk menarik
nasabah cukup besar sehingga ada peningkatan pemberian pembiayaan,
namun dari segi pengelolaan keuangan masih harus ditingkatkan, sehingga
mencapai proporsi yang lebih bagus lagi untuk setiap item rasio
keuangannya. Sedangkan PT Wahana, dari data tersebut dapat kami
simpulkan memiliki kinerja yang kurang baik, selain trend kenaikan
kinerja yang paling rendah bahkan sempat pada posisi penurunan laba
yang drastis, hingga 2456%, juga memiliki rasio keuangan yang paling
rendah dibanding kedua perusahaan lainnya.
Bagi calon nasabah dapat menentukan pilihan pembiayaannya pada
alternatif PT Adira maupun PT Mandala. Meski dari segi permodalan PT
Mandala lebih kecil dari PT Adira, namun memiliki kinerja keuangan
yang cukup stabil.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan di atas, maka saran yang
dapat kami berikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak manajemen sebaiknya melakukan evaluasi dan
meningkatkan kinerja perusahaan, terutama pada nilai-nilai
rasio yang tidak menunjukkan angka yang terlalu tinggi,
misalnya pada rasio likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas ,NPM, CAR
2. Kepada nasabah yang akan melakukan transaksi pembiayaan
kepada perusahaan agar memiliki pengetahuna tentang kinerja
perusahaan tersebut. Penilaian terhadap perusahaan tidak
hanya pada besarnya aset namun juga perkembangan (trend)
usahanya, jadi meskipun aset kecil namun sebuah perusahaan
dapat dikatakan stabil dan berkembang apabila memiliki rasio
keuangan yang bagus seperti pada PT Mandala.