analisa air
DESCRIPTION
laporan analisa kadar airTRANSCRIPT
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan. Air berfungsi sebagai media
yang mendorong terjadinya reaksi-reaksi kimia, air juga berperan langsung sebagai reaktan
pada proses hidrlitik. Penghilangan air dari bahan makanan atau pengikat air dengan
menggunakan gula atau garam tertentu akan memperlambat terjadinya reaksi-reaksi kimia
dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini akan berpengaruh pada masa simpan
bahan makanan dimana bahan dengan kandungan air kecil akan cenderung memiliki masa
simpan yang lebih panjang.
Terdapat beberapa macam metode untuk menentukan kadar air dalam bahan makanan,
tergantung pada sifat bahan yang akan di analisis. Penentuan kadar air bahan pangan.
Penetapan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah
sample dalam oven pada suhu 105-110oC selama 3 jam atau hingga didapat berat yang
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan.
B. DASAR TEORI
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring diabaikannya
dalam pembahasan mengenai gizi. Air digunakan dalam jumlah yang lebih besar, baik dalam
pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan dengan zat gizi lainnya. Didasarkan pada
seluruh bobot tubuh, hampir 60 hingga 70 persen tubuh manusia terdiri dari air, jumlah yang
tepat tergantung dari faktor seperti usia, kelamin, keadaan kesehatan dan kegiatan fisik
(Suhardjo dkk, 1977).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya
tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari dari suatu bahan makanan, air merupakan
pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yanga akan digunakan dalam
pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebasyang
dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya (Winarno, 2004).
Penentuan kadar air dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
dengan metode pengeringan (dengan oven biasa), metode distilasi, metode kimia, dan metode
khusus seperti refraktometer (Anonim, 2009).
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan beberapa cara. Hal ini tergantung pada sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam
oven pada suhu 105 – 110°C selama 3 jam atau sampai didapat berat yang konstan. Untuk
bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap dan
lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kdang-
kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan ke dalam eksikator
dengan H2SO4 pekat sebagai pengering, hingga mencapai berat yang konstan
(Winarno,2004).
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-
senyawa yang mudah menguap (volatile) seperti sayuran dan susu, menggunakan metode
distilasi dengan pelarut tertentu, selain itu untuk bahan yang mengandung kadar gula tinggi,
kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer disamping menentukan
padatan terlarutnya pula. Disamping cara fisik, ada pula cara kimia untuk menentukan kadar
air. Mc Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asitilen yang dihasilkan dari reaksi
kalsium karbida dalam bahan yang akan diperiksa, cara bahan ini dipergunakan untuk bahan-
bahan seperti sabun, tepung, kulit, buuk biji panili, mentega dan sari buah (Winarno, 2004).
Kadar air suatu bahan dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berdasarkan bahan kering (dry
basis) dan berdasarkan bahan basah (wet basis). Kadar air secara dry basis adalah
perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Bahan kering
adalah berat bahan asal setelah dikurangi dengan berat airnya. Sedangkan kadar air secara
wet basis adalah perbandingan antara berat air di dalam bahan tersebut dengan berat bahan
mentah (Anonim,2009).
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantung pada sifat
bahan. Seperti misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain
penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu
rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatil (mudah
menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara destilasi dengan pelarut tertentu
yang berat jenisnya lebih rendah daripada berat jenis air.
3. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan
menggunakan reflaktometer.
Metode Pengeringan (Oven)
Metode oven biasa/ pengeringan yang digunakan merupakan salah satu metode
pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan
dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat
konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi
menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-
bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah
kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jlaan pemanasan.
Kemudian menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara
ini relatif mudah dan murah. Kelemahannya antara lain:
- Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap
misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
- Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap
lain. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
- Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan
airnya meskipun sudah dipanaskan.
Prinsip Analisa Metode Gravimetri (oven)
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven biasa atau gravimetri yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan.penimbangan bahan dengan
berat konstan yang berarti semua air sudah diupkan dan cara ini relatif mudah dan murah.
Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan
maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah
mempunyai kadar gula tinggi,pemanasan dengan suhu kurang lebih 100o C dapat
mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan.suatu bahan yang telah
mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu
selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup
yang kering misalnya dalam eksikatoratau desikator yang telah diberi zat penyerapan
(Sudarmadji, 2007).
Menurut AOAC (1984), Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan
langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan
pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan
setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan
jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahn-bahan yang stabil
terhadip pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan
sukrosa dan gluosanya seperti tepung-tepungan dan serealia.
2.4 Manfaat Analisa Kadar Air Pada Bahan Pangan
Meskipun sering diabaikan, air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan
makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber nutrient seperti bahan makanan
lain, namun sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup. Di
samping terdapat dalam bahan makanan secara alamiah, air terdapat bebas di alam dalam
berbagai bentuk. Air bebas ini sangat penting juga dalam pertanian, pencucian dan sanitasi
umum maupun pribadi, teknologi pangan dan sebagai air minum (Sudarmadji, 1989).
Kriteria ikatan air dalam aspek daya awet bahan pangan dapat ditinjau dari kadar air,
konsentrasi larutan, tekanan osmotik, kelembaban relatif berimbang dan aktivitas air.
Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungannya, dan
hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan tersebut. Hal ini merupakan
pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan
(Purnomo,1995).